Upload
astri-sulistia
View
35
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
farmasi
Citation preview
Efek Antikalkuli Ekstrak Etanol … (D. Dhianawaty, dkk.)
10
EFEK ANTIKALKULI EKSTRAK ETANOL Phyllanthus niruri L., PADA TIKUS
DENGAN BATU KANDUNG KEMIH BUATAN
Diah Dhianawaty2, Kosasih Padmawinata
1, Iwang Soediro
1,
Andreanus A., Soemardji1
1Departemen Farmasi FMIPA – ITB
2Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran
Abstract Phyllanthus niruri L., used for the treatment of kidney or bladder stone in Indonesian folk medicine, was
tested for their diuretic activity and antilithiatic activity on oxalate urolithiasis in male rats. Urolithiasis was
induced by implantation of surgical silk ball in the urinary bladder of rats and glycolic acid solution (500
mg/kg body weight) was administered by oral route. The weight of the bladder stone was used as a parameter
for evaluating the effect of oxalate urolithiasis. Significant decrease in the weight of stone was observed after
prophylactic and curative treatment in rats which received alcoholic extract of Phyllanthus niruri L., 15,05
mg/kg body weight. Diuretic effect was significantly recorded in rats which received 15,05 mg/kg body weight
extract.
Key Word: Antilithiatic, Phyllanthus niruri
PENDAHULUAN Perhatian dan kepedulian masyarakat
terhadap manfaat tumbuhan sebagai obat demikian
besar. Pengetahuan masyarakat tentang manfaat
tumbuhan obat berasal dari keluarga dan masyarakat
lingkungannya. Untuk mengetahui kebenaran manfaat
tumbuhan sebagai obat, diperlukan uji in vitro
maupun in vivo dan batasan takaran efektif yang
menunjang keberhasilan upaya pengobatan, sehingga
pemakaian tumbuhan sebagai obat dapat
dipertanggungjawabkan.
Kasus penyakit batu ginjal dan batu kandung
kemih merupakan salah satu penyakit yang sering
terjadi di antara penyakit ginjal lainnya. Komposisi
batu ginjal sebagian besar adalah kalsium oksalat.
Jenis yang lainnya adalah kalsium mono hidrogen
fosfat, asam urat dan magnesium amonium fosfat.
Pendekatan pengobatannya yang paling efektif adalah
secara pembedahan. Tetapi banyak juga yang
memilih pengobatan cara lainnya, yaitu dengan
pemberian obat-obat moderen secara oral atau obat
yang berasal dari tumbuhan (ramuan obat tradisional).
Telah dikenal luas beragam jenis tumbuhan
obat yang berkhasiat meluruhkan batu ginjal dan batu
kandung kemih, antara lain yaitu Phyllanthus niruri
L., dengan nama daerah Meniran. Dari hasil
penelitian diketahui herba Phyllanthus niruri L.,
mengandung filantin (6,7,8,17,22), hipofilantin
(6,7,9,10,14,15,22), nirantin dan filtetralin (11),
nirtetralin (11,17), kemferol-4’-ramnopiranosida dan
eriodiktiol-7-ramnopiranosida (12), ariltetralin
(13,14), nirurin (16), lintetralin, dibenzilbutirolakton,
seko-4-hidroksilintetralin, seko-isolarisiresinol
trimetil eter dan hidroksinirantin (17), asam ftalat, bis
(2,5- !"#$!%&#'(!%)* #($#+,* -sitosterol, asam
dotriakontanoat dan 24-isopropilkolesterol (18),
geraniin (19,33), asam elagat dan asam galat (19),
nirfilin, filnirurin dan trans-fitol (21), quersitrin,
isoquersitrin, astragalin, rutin, fisetin-4’0-glukosida,
4-metoksi-norsekurinin, 4-metoksi-sekurinin, ent-
norsekurinin, asam risinoleat, asam linoleat, asam
linolenat, ent-norsekurinin, vitamin C, lup-
20(29)-en 3B-ol dan bentuk asetatnya (23), nirurina
(30), filantusin (32), senyawa-senyawa fenolat: (-)-
epigalokatekin, (-)-epikatekin 3-0-galat, (-)-
epigalokatekin 3-0-galat, (+)-galokatekin, dan
korolagin, galoilglukosa (33), kuersetrin-3-0-
glukopiranosida dan 1,6-digaloilglukopiranosa (34),
asam amarinat, asam repandusinat-A, elaeokarpusin,
dan asam geraminat-B, 1-0-galoil-2,4-
dehidroksiheksahidroksidifenoil-glikopiranosa (35).
Efek farmakologi yang telah diteliti, ekstrak etanol
70% menghambat kerja enzim yang merubah
angiotensin (angiotensin converting enzyme) (19),
menambah respon sitotoksik (22), infus mempunyai
efek diuretik pada tikus (23, 24, 28). Infus
menunjukkan daya melarutkan kristal kalsium oksalat
secara in vitro (24, 29), antihepatotoksik (23, 25),
anti bakteri (23), menghambat aldosa reduktase pada
lensa tikus (23) hipoglikemik (26), antagonis
kalstogenik (27), fraksi n-butanol dari ekstrak
methanol mempunyai efek antispasmodik pada tikus
(31).
Untuk menunjang pengembangan sumber
daya hayati yang berkhasiat sebagai obat khususnya
sebagai antikalkuli, dalam penelitian ini dilakukan uji
antikalkuli dan takaran efektif ekstrak etanol herba
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 1, No. 1, Januari 2002
11
Phyllanthus niruri L., terhadap batu kandung kemih
buatan pada tikus.
BAHAN DAN METODOLOGI
Hewan
Tikus putih Wistar dewasa jantan bobot 150-
200 g, Jumlah tikus 24 ekor, masing-masing untuk
kelompok kontrol (+) uji pencegahan enam ekor,
kelompok uji pencegahan enam ekor, kelompok
kontrol (+) uji pengobatan enam ekor dan kelompok
uji pengobatan enam ekor.
Bahan
Simplisia herba Phyllanthus niruri L.,
(berasal dari Kecamatan Kadipaten, Kabupaten
Majalengka), memenuhi persyaratan simplisia
Materia Medika dengan derajat halus serbuk simplisia
mesh 22, asam glikolat p.a. (E. Merck), benang bedah
sutera hitam (B. Braun), catgut (Ethicon), eter (E.
Merck), etanol dan aqua.
Metodologi
Herba Phyllanthus niruri L., diekstraksi
sinambung dengan etanol, kemudian dipekatkan
dengan penguap putar vakum. Dari 240,00 g simplisia
dihasilkan 27,00 g ekstrak etanol pekat. Ekstrak
dibuat suspensi dengan larutan gom 2% yang
diberikan secara oral pada hewan percobaan..
Aktivitas antikalkuli dilakukan dengan
metode induksi batu kandung kemih tikus melalui
penanaman matriks benang bedah sutera hitam ke
dalam kandung kemih tikus dan pemberian oral asam
glikolat dengan takaran 500 mg/kg bb.
Kemampuan pencegahan terhadap
perkembangan batu kandung kemih dari bahan uji,
dilakukan dengan pemberian sediaan uji sehari
sesudah perlakuan induksi batu selama delapan hari.
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan bobot
batu kandung kemih kelompok uji dengan kelompok
kontrol (+).
Kemampuan pengobatan atau peluruhan dari
bahan uji dilakukan dengan pemberian bahan uji pada
hari kedelapan setelah induksi batu (diberikan setelah
batu terbentuk). Evaluasi dilakukan dengan
membandingkan bobot batu kandung kemih
kelompok uji dengan kelompok kontrol (+).
Efek diuresis berperan pula dalam peluruhan
batu ginjal, karena itu dilakukan pula uji diuretik dari
bahan uji.
Uji diuretik dilakukan pada tikus dengan
mengamati volume urin kumulatif yang diekskresi
setelah pemberian bahan uji selama enam jam.
Evaluasi kemampuan diuresis bahan uji dilakukan
dengan membandingkan volume urin kumulatif
kelompok uji dan kelompok kontrol.
Data-data hasil pengamatan dievaluasi
dengan uji Student t, untuk menentukan kemaknaan
aktivitas bahan uji sebagai antikalkuli dan diuretika. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Analisis batu hasil induksi
Analisis batu hasil induksi dalam kandung
kemih tikus dikerjakan di Laboratorium Klinik
BioTes, ditunjukkan komposisi batu kandung kemih
buatan tersebut mengandung unsur kalsium,
magnesium, oksalat dan fosfat dalam bentuk senyawa
: kalsium hidrogen fosfat; magnesium amonium
fosfat; kalsium oksalat dan trikalsium oksalat.
Keempat senyawa tersebut praktis tidak larut dalam
air dan merupakan komponen pembentuk batu
kandung kemih yang umum terjadi secara klinis pada
manusia. Senyawa tersebut di dalam ginjal, atau
kandung kemih akan mengganggu fungsi ginjal.
Uji farmakologi
1. Uji aktivitas diuretik ekstrak etanol herba
Phyllanthus niruri L.
2. Uji aktivitas antikalkuli ekstrak etanol herba
Phyllanthus niruri L.
Uji pencegahan,
Ekstrak dengan takaran 15,05 mg/kg bb
menunjukkan penekanan pembentukan batu kandung
kemih sebesar 12,72 % (walaupun tidak bermakna)
dibandingkan dengan bobot batu kandung kemih rata-
rata yang terbentuk pada kelompok kontrol (+) (Xa).
Uji pengobatan
Tanpa pemberian bahan uji, bobot batu
kandung kemih rata-rata yang terbentuk pada
kelompok kontrol (+) (Xa) bertambah sebesar 46,05%
dibandingkan dengan bobot batu kandung kemih rata-
rata yang terbentuk pada awal upaya pengobatan.
Dengan pengobatan (pemberian) bahan uji
15,05 ml/kg bb terjadi peluruhan bobot batu kandung
kemih rata-rata yang terbentuk pada awal upaya
pengobatan sebesar 18,37% (P=0,05)
Bobot ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri
L., dengan takaran 15,05 mg/kg bb yang berkhasiat
diuretik dan peluruh batu kandung kemih pada tikus,
adalah setara dengan 168,56 mg/70 kg bb atau 2,41
mg/kg bb pada orang dewasa, yang setara dengan 1,5
g serbuk herba/70 kg bb orang dewasa.
Efek Antikalkuli Ekstrak Etanol … (D. Dhianawaty, dkk.)
12
Tabel 1. Aktivitas diuretik ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri L.,
dengan takaran 15,05 mg/kg bb pada tikus putih jantan
Obat
Jenis Takaran
mg/kgbb
% VUK
pH
Larutan gom
2% (kontrol)
Furosemida
Ekstrak etanol
Phyllanthus
niruri L.
0,00
3,55
15,05
11,70 ±
3,40
35,80 ±
3,40
17,00 ±
3,60
43,30 ±
3,10
70,00 ±
2,90
50,80 ±
4,50
60,80 ±
2,80
89,20 ±
3,00
77,50 ±
4,00
64,20 ±
3.00
95,00 ±
3,40
85,30 ±
3,80
73,30 ±
4,10
100,00 ±
2,80
94,20 ±
3,90
74,20 ±
3,20
100,10 ±
2,30
94,80 ±
3,80
7,70
7,20
7,10
a. Tiap takaran diujikan pada enam ekor tikus
b. Kriteria diuretik, % VUK !"#$%
Volume urin tertampung
VUK = x 100 %
Volume cairan yang diberikan
Ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri L., dengan takaran 15,05 mg/kg bb berkhasiat diuresis (P = 0,001).
Tabel 2. Aktivitas antikalkuli diuretik ekstrak etanol herba Phyllanthus
niruri L., dengan takaran 15,05 mg/kg bb pada tikus putih jantan
Bobot Batu (mg) Rata-Rata (n=6)
Takaran ekstrak 15,05 mg/kg bb
Akhir
Upaya
Pengobatan
Awal
(Xo) Kelompok kontrol (+)
(Xa) Kelompok Uji
I. Pencegahan
-
2,0678 ± 0,7534
1,8048 ± 0,2490
(- 12,72% dari Xa)
II. Pengobatan
(peluruhan)
2,0678 ± 0,7534
3,0201 ± 0,7738
(+ 46,05% dari Xo)
1,6880 ± 0,4727
(-18,37% dari Xo)
Keterangan :
Xo : Bobot batu kandung kemih rata-rata yang terbentuk pada awal upaya
pengobatan.
Xa : Bobot batu kandung kemih rata-rata yang terbentuk pada kelompok
Kontrol (+).
Angka dalam kurung menyatakan % perubahan bobot batu kandung kemih terhadap kelompok kontrol (+) (Xa), atau terhadap bobot
batu yang sudah terbentuk (Xo).
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 1, No. 1, Januari 2002
13
KESIMPULAN
Batu kandung kemih yang terbentuk hasil
induksi dengan metode matriks asam glikolat,
mempunyai komposisi yang sesuai dengan batu
ginjal yang terjadi pada manusia.
Ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri L.,
dengan takaran 15,05 mg/kg bb menunjukkan
aktivitas diuretik pada tikus.
Ekstrak etanol Phyllanthus niruri L., dengan
takaran 15,05 mg/kg bb mg/kg tidak berkhasiat
mencegah pembentukan batu kandung kemih secara
bermakna, tetapi dari data-data yang ada, terjadi
pencegahan pembentukan batu kandung kemih
sebesar 12,72%.
Pada uji pengobatan (peluruhan) batu yang
telah ada, terjadi peluruhan bobot batu kandung
kemih rata-rata yang terbentuk pada awal upaya
pengobatan sebesar 18,37% (P=0,05).
Bobot ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri
dengan takaran 15,05 mg/kg bb yang berkhasiat
diuretik dan peluruh batu kandung kemih pada tikus,
adalah setara dengan 168,56 mg/70 kg bb atau 2,41
mg/kg bb pada orang dewasa, yang setara dengan 1,5
g serbuk herba/70 kg bb orang dewasa.
Hasil penelitian ini mendukung penggunaan
tradisional Phyllanthus niruri L., sebagai antikalkuli
dalam rangka terapi pencegahan dan pengobatan.
DAFTAR RUJUKAN
1. Anand, R. et al., Antiurolithiatic Activity of
Crateva nurvala Ethanolic Extract on Rats,
Fitoterapia, 64,1993, 345 – 350.
2. Aleykutty, N.A., K.K. Srinivasan, G.P. Rao,
A.L.Udupa, K.R. Kesha-vamurthy, Diuretic
and Antilithiatic Activity of Dendrophthoe
falca-ta., Fitoterapia, 64, 1993, 325 – 331
3. Coe, F.L., J.H. Parks, J.R. Aplin, The
Pathogenesis and Treatment of Kidney Stone,
N. Engl. J. Med., 327, 1992, 1141 – 1152.
4. Kashara, S., Indeks Tumbuhan Obat di
Indonesia, ed. 2, PT. Eisai, Jakarta, 1995, hal.
99.
5. Soemardji, A.A., Dhianawaty, D.D., Studi
antikalkuli Buah Annona muricata L., pada
Tikus, Jurnal Sains Dan Teknologi Indonesia,
1, 1999, 77-80.
6. Row, L.R., C. Srinivasulu, M. Smith, G.S.R.S.
Rao, New Lignans from Phyllanthus niruri
Linn., Tetrahedron Lett., 24, 1964, 1557 – 1567.
7. Row, L.R., C. Srinivasulu, M. Smith, G.S.R.S.
Rao, Crystalline Constituents of Euphorbiaceae-
V: New Lignans from Phyllanthus niruri Linn.,
The Constitution of Phyllanthin, Tetrahedron
Lett., 22, 1966,2899 – 2908.
8. Row, L.R., P. Satyanarayana, G.S.R.S. Rao,
Crystalline Constituents of Euphorbiaceae-VI:
The Synthesis and Absolute The Configuration
of Phyllanthin, Tetrahedron, 23,1967, 1915 –
1918
9. Row, L.R., P. Satyanarayana, G.S.R.S. Rao, C.
Srinivasulu, Crystalline Constituents of
Euphorbiaceae-XI: Revised Structure of
Hypohyllanthin from Phyllanthus niruri Linn.,
Tetrahedron, 26, 1970, 3051-3057.
10. Rao, S.G.S., R. Bramley, Hypophyllanthin,
Tetrahedron Lett., 34, 1971, 3175 – 3178.
11. Anjaneyulu, A.S.R., K.J. Rao, L.R. Row, C.
Subrahmanyan, Crystalline Constituents of
Euphorbiaceae-XII: Isolation and Structural
Elucidation of Three New Lignans from The
Leaves of Phyllanthus niruri L., Tetrahedron,
29, 1973, 1291 – 1298.
12. Chauhan, J.S., M. Sultan, S.K. Srivastava, Two
New Glycoflavones from The Roots of
Phyllanthus niruri, Planta Med., 32, 1977, 217
– 222.
13. Stevenson, R., J.R. Williams, Concerning
Phylltetralin : Synthesis of Lignan Aryltetralin
Isomers, Tetrahedron, 33, 1977, 2913 – 2917.
14. Ward, R.S., P. Satyanarayana, L.R. Row,
B.V.G. Rao, The Case for A Revised Structure
for Hypophyllanthin An Analysis of The 13
C.N.M.R. Spectra of Aryltetralins,
Tetrahedron Lett., 32, 1979, 3043 – 3046.
15. Bhadbhade, M.M., G.S.R.S. Rao, K.
Venkatestan, Concerning Hypophyllanthin,
Tetrahedron Lett., 21, 1980, 3097 – 3098.
16. Gupta, D.R., B. Ahmed, Nirurin : A New
Prenylated Flavanone Glycoside from
Phyllanthus niruri, J. Nat. Prod., 47, 1984, 958
– 963.
17. Satyanarayana, P., P. Subrahmanyan, K.N.
Viswanatham, New Seco-and Hydroxy-
Lignans from Phyllanthus niruri, J. Nat. Prod.,
51, 1988, 44 – 49.
18. Singh, B., P.K. Agrawal, R.S. Thakur, Chemical
Constituents of Phyllanthus niruri Linn., Indian
J. Chem., 25B, 1986, 600 – 602.
19. Ueno, H., S. Horie, Y. Nishi, H. Shogawa, M.
Kawasaki, S. Suzuki, T. Hayashi, M. Arisawa,
M. Shimizu, M. Yoshizaki, N. Morita, Chemical
and Pharmaceutical Studies on Medicinal Plants
in Paraguay, Geraniin, An Angiotensin-
Converting Enzyme Inhibitor from Paraparai
Mi, Phyllanthus niruri, J. Nat. Prod., 51, 1988,
357 – 359.
20. Singh, B., P.K. Agrawal, R.S. Thakur, A New
Lignan and New Neo-lignan from Phyllanthus
niruri, J. Nat. Prod., 52, 1989, 48 – 51.
Efek Antikalkuli Ekstrak Etanol … (D. Dhianawaty, dkk.)
14
21. Singh, B., P.K. Agrawal, R.S. Thakur, A
Isolation of Trans-Phytol from Phyllanthus
niruri, Planta Med., 57,1991, 98.
22. Somanabandhu, A., S. Nitayangkura, C.
Mahidol, S. Ruchirawat, K. Likhitwitayawuid,
H-L. Shieh, H. Chai, J.M. Pezzuto, G.A.Cordell, 1
H- and 13
C-N.M.R. Assigments of Phyllanthin
and Hypophyllanthin : Lignans that Enhance
Cytotoxic Responses with Cultured Multidrug-
Resistant Cells, J. Nat. Prod., 56, 1993, 233 –
239.
23. Subarnas, A., Sidik, Phyllantus niruri Linn.,
Kimia, Farmakologi dan Penggunaannya
Sebagai Obat Tradisional, Warta Tumbuhan
Obat Indonesia, 2, 1993, 13 – 15.
24. Matondang, R.D.R., Pengaruh Herba
Phyllanthus niruri Linn. (A&B) terhadap
Diuresis Tikus Putih Wistar dan terhadap
Kelarutan Batu Ginjal, Tugas Akhir Sarjana
Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung,
1985.
25. Thyagarajan, S.P., S. Subramanian, T.
Thirunalasundari, T., P.S. Venkateswaran, B.S.
Blumber, Effect of Phyllanthus amarus on
chronic Carriers of Hepatitis B Virus, The
Lancet, II, 1988, 764 – 767.
26. Huker, V.I., G.A. Kalyani, H.K. Kakrani,
Hypoglycemic Activity of Flavonoids of
Phyllanthus fraternus in Rats, Fitoterapia, 59,
1988, 68 - 70 .
27. Agarwal, K., H. Dhir, A. Sharma, G. Talukder,
The Efficacy of Two Species of Phyllanthus in
Counteracting Nickel Clastogenicity,
Fitoterapia, 63, 1991, 49 – 54.
28. Hamzah, R.L. Soebagyo, Widayat, A. Machin,
W. Dyatmiko, Efek Peluruh Kemih Tiga
Ekstrak Meniran Pada Tikus, , Warta
Tumbuhan Obat Indonesia, 2, 1993, 22.
29. Yanti, L., Anggraeni, Yuningsih,Daya Larut
Infus Meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap
Batu Kalsium, Warta Tumbuhan Obat
Indonesia, 2, 1993, 23.
30. Petchnaree, P., Nuntavan, B., Geoffrey, A.C.,
Heater, J.C., Philip, J.C., Alan, H., Steven, L.P.,
X-Ray Crystal and Molekular Structure of
Nirurine, a Novel Alkaloid Related to the
Securinega Alkaloid Skeleton, from Phyllanthus
niruri (Euphorbiaceae), J. Chem. Soc. Perkin
Trans., 1, 1986, 1551 – 1556.
31. Obasi, B.N.B., C.A. Igboechi, D.C. Anuforo,
K.N. Aimufua, Effects of Extracts of
Newbouldia laevis, Psidium guajava and
Phyllanthus amarus on Gastrointestinal tract,
Fitoterapia, 64, 1993, 235 – 238.
32. Foo, L.Y., H. Wong, Phyllanthusiin D, an
Unusual Hydrolysable Tannin from Phyllanthus
amarus, Phytochemistry, 31, 1992, 711–713.
33. Ishimaru, K., K. Yoshimatsu, T. Yamakawa, H.
Kamada, K. Shimomura, Phenolic Constituents
in Tissue Cultures of Phyllanthus
34. Foo, L.Y., Amariin, A Di-
dehydrohexahydroxydiphenoyl Hydrolysable
Tannin from Phyllanthus amarus,
Phytochemistry, 33, 1993, 487 – 491.
35. Foo, L.Y., Amariinic Acid and Related
Ellagitannins from Phyllanthus amarus,
Phytochemistry, 39, 1995, 217 – 224.
36. Moshi, M.J., F.C.Uiso, R.L.A. Mahunnah, S.R.
Malele, A.B.M. Swai, A Study of The Effect of
Phyllanthus amarus Extracts on Blood Glucose
in Rabbits, International Journal of
Pharmacognosy, 35, 3, 1997, 167-173.