22
Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang menyerang manusia dan hewan. Penyakit ini disebabkan oleh leptospira patogenik dan memiliki manifestasi klinis yang luas, bervariasi mulai dari infeksi yang tidak jelas sampai fulminan dan fatal. Pada jenis yang ringan, leptospirosis dapat muncul seperti influenza dengan sakit kepala dan myalgia. Leptospirosis yang berat, ditandai oleh jaundice, disfungsi renal dan diatesis hemoragik, dikenal dengan Weil’s syndrome. Definisi (1,4) Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh Weil pada tahun 1886 yang membedakan penyakit yang disertai ikterus ini dengan penyakit lain yang juga mnyebabkan ikterus. Bentuk beratnya dikenal sebagai Weil’s disease. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever, slamp fever, swamp fever, autumnal fever, infectious jaundice , dan lain-lain. Leptospira acapkali luput didiagnosa karena gejala klinis tidak spesifik, dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosa tanpa uji laboratorium. Kejadian luar biasa leptospirosis Leptospirosis Page 1

91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang menyerang manusia dan hewan.

Penyakit ini disebabkan oleh leptospira patogenik dan memiliki manifestasi klinis yang

luas, bervariasi mulai dari infeksi yang tidak jelas sampai fulminan dan fatal. Pada jenis

yang ringan, leptospirosis dapat muncul seperti influenza dengan sakit kepala dan

myalgia. Leptospirosis yang berat, ditandai oleh jaundice, disfungsi renal dan diatesis

hemoragik, dikenal dengan Weil’s syndrome.

Definisi (1,4)

Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme

Leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya. Penyakit ini

pertama sekali ditemukan oleh Weil pada tahun 1886 yang membedakan penyakit yang

disertai ikterus ini dengan penyakit lain yang juga mnyebabkan ikterus. Bentuk beratnya

dikenal sebagai Weil’s disease. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud

fever, slamp fever, swamp fever, autumnal fever, infectious jaundice, dan lain-lain.

Leptospira acapkali luput didiagnosa karena gejala klinis tidak spesifik, dan sulit

dilakukan konfirmasi diagnosa tanpa uji laboratorium. Kejadian luar biasa leptospirosis

dalam dekade terakhir di beberapa negara telah menjadikan leptospirosis sebagai salah

satu penyakit yang termasuk emerging infectious disease.

Etiologi (1)

Leptospirosis Page 1

Page 2: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, famili treponemataceae, suatu

mikroorganisme spirochaeta. Ciri khas organisme ini yakni berbelit, tipis, fleksibel,

panjangnya 5-15 um, dengan spiral yang sangat halus, lebarnya 0,1-0,2 um. Salah satu

ujung organisme sering membengkak, membentuk suatu kait. Terdapat gerak rotasi aktif,

tetapi tidak ditemukan adanya flagella. Spirochaeta ini demikian halus sehingga dalam

mikroskop lapangan gelap hanya dapat terlihat sebagai rantai kokus kecil-kecil. Dengan

pemeriksaan lapangan redup pada mikroskop biasa morfologi leptospira secara umum

dapat dilihat. Untuk mengamati lebih jelas gerakan leptospira digunakan mikroskop

lapangan gelap. Leptospira membutuhkan membutuhkan media dan kondisi yang khusus

untuk tumbuh dan mungkin membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk membuat

kultur yang positif. Dengan medium Fletcher’s dapat tumbuh dengan baik sebagai obligat

aerob.

Secara sederhana, genus leptospira terdiri atas dua spesies; L. interrogans yang patogen

dan L. biflexa yang non patogen/saprofit. L. interrogans dibagi menjadi beberapa

serogrup dan serogrup ini dibagi menjadi banyak serovar menurut komposisi antigennya.

Beberapa serovar L. interrogans yang dapat menginfeksi manusia diantaranya adalah L.

icterohaemorrhagiae, L. canicola, L. pomona, L. javanica, dan lain-lain.

Menurut bebrapa peneliti, yang tersering menginfeksi manusia adalah L.

icterohaemorrhagica dengan reservoar tikus, L. canicola dengan reservoar anjing, dan L.

pomona dengan reservoar sapi dan babi.

Epidemiologi(5)

Dikenal pertama kali sebagai penyakit occupational (penyakit yang diperoleh akibat

pekerjaan) pada beberapa pekerja pada tahun 1883. Pada tahun 1886 Weil

mengungkapkan manifestasi klinis yang terjadi pada 4 penderita yang mengalami

penyakit kuning yang berat, disertai demam, perdarahan dan gangguan ginjal. Sedangkan

Inada mengidentifikasikan penyakit ini di jepang pada tahun 1916. Penyakit ini dapat

menyerang semua usia, tetapi sebagian besar berusia antara 10-39 tahun. Sebagian besar

kasus terjadi pada laki-laki usia pertengahan, mungkin usia ini adalah faktor resiko tinggi

tertular penyakit occupational ini.

Leptospirosis Page 2

Page 3: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

Leptospirosis adalah zoonosis penting dengan penyebaran luas yang mempengaruhi

sedikitnya 160 spesies mamalia. Tikus, adalah reservoir yang paling penting, walaupun

mamalia liar yang lain yang sama dengan hewan peliharaan dan domestik dapat juga

membawa mikroorganisme ini. Leptospira meningkatkan hubungan simbiosis dengan

hostnya dan dapat menetap pada tubulus renal selama beberapa tahun.(s-1)

Angka kejadian penyakit tergantung musim. Di negara tropis sebagian besar kasus terjadi

saat musim hujan, di negara barat terjadi saat akhir musim panas atau awal gugur karena

tanah lembab dan bersifat alkalis.

Angka kejadian penyakit Leptospira sebenarnya sulit diketahui. Penemuan kasus

leptospirosis pada umumnya adalah underdiagnosed, unrreported dan underreported

sejak beberapa laporan menunjukkan gejala asimtomatis dan gejala ringan, self limited,

salah diagnosis dan nonfatal.

Penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih besar, bisa mencapai 56 persen.

Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput mata

berwarna kuning, risiko kematiannya lebih tinggi lagi

Penularan(1,2,3)

Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan tanah, air, atau lumpur yang telah

terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospira. Infeksi tersebut

terjadi jika terdapat luka/erosi pada kulit ataupun selaput lendir. Air tergenang atau

mengalir lambat yang terkontaminasi urine binatang infeksius memainkan peranan dalam

penularan penyakit ini, bahkan air yang deras pun dapat berperan. Kadang-kadang

penyakit ini terjadi akibat gigitan binatang yang sebelumnya terinfeksi leptospira, atau

kontak dengan kultur leptospira di laboratorium. Ekspos yang lama pada genangan air

yang terkontaminasi terhadap kulit yang utuh juga dapat menularkan leptospira. Orang-

orang yang mempunyai resiko tinggi mendapat penyakit ini adalah pekerja-pekerja di

sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, pekerja tambang, pekerja di rumah potong

hewan, atau orang-orang yang mengadakan perkemahan di hutan, dokter hewan.

Leptospirosis Page 3

Page 4: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

Patogenesis(1)

Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, memasuki aliran

darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh. Kemudian terjadi

respon imunologi baik secara selular maupun humoral sehingga infeksi ini dapat ditekan

dan terbentuk antibodi spesifik. Walaupun demikian beberapa organisme ini masih

bertahan pada daerah yang terisolasi secara imunologi seperti di dalam ginjal dimana

sebagian mikroorganisme akan mencapai convoluted tubules, bertahan di sana dan

dilepaskan melalui urin. Leptospira dapat dijumpai dalam air kemih sekitar 8 hari sampai

beberapa minggu setelah infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun

kemudian. Leptospira dapat dihilangkan dengan fagositosis dan mekanisme humoral.

Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya aglutinin. Setelah fase

leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme hanya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan

okuler. Leptospiruria berlangsung 1-4 minggu.

Tiga mekanisme yang terlibat pada patogenese leptospirosis; invasi bakteri langsung,

faktor inflamasi non spesifik, dan reaksi imunologi.

Patologi (1,6)

Leptospirosis Page 4

Page 5: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

Dalam perjalanan pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin yang

bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patologi pada beberapa organ. Lesi yang

muncul terjadi karena kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada leptospirosis terdapat

perbedaan anatara derajat gangguan fungsi organ dengan kerusakan secara histologik.

Pada leptospirosis lesi histologis yang ringan ditemukan pada ginjal dan hati pasien

dengan kelainan fungsional yang nyata dari organ tersebut. Perbedaan ini menunjukkan

bahwa kerusakan bukan pada struktur organ. Lesi inflamasi menunjukkan edema dan

infiltrasi sel monosit, limfosit, dan sel plasma. Pada kasus yang erat terjadi kerusakan

kapiler dengan pedarahan yang luas dan disfungsi hepatoseluler dengan retensi bile.

Selain di ginjal, leptospira juga dapat bertahan pada otak dan mata. Leptospira dapat

masuk ke dalam cairan serebrospinalis pada fase leptospiremia. Hal ini akan

menyebabkan meningitis yang merupakan gangguan neurologi terbanyak yang terjadi

akibat komplikasi leptospirosis. Organ-organ yang sering dikenai leptospira adalah ginjal,

hati, otot dan pembuluh darah. Kelainan spesifik pada organ :

1. Ginjal

Interstitial nefritis dengan infiltrasi sel mononuclear merupakan bentuk lesi pada

leptospirosis yang dapat terjadi tanpa gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal terjadi

akibat tubular nekrosis akut. Adanya peranan nefrotoksin, reaksi imunologis, iskemia

ginjal, hemolisis dan invasi langsung mikroorganisme juga berperan menimbulkan

kerusakan ginjal.

2. Hati

Hati menunjukkan nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit fokal dan

proliferasi sel kupfer dengan kolestasis. Pada kasus-kasus yang diotopsi, sebagian

ditemukan leptospira dalam hepar. Biasanya organisme ini terdapat diantara sel-sel

parenkim.

3. Jantung

Epikardium, endokardium dan miokardium dapat terlibat. Kelainan miokardium dapat

fokal atau difus berupa interstitial edema dengan infiltrasi sel mononuclear dan

plasma. Nekrosis berhubungan dengan infiltrasi neutrofil. Dapat terjadi perdarahan

fokal pada miokardium dan endokarditis.

Leptospirosis Page 5

Page 6: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

4. Otot rangka

Pada otot rangka, terjadi perubahan-perubahan berupa local nekrotis, vakuolisasi dan

kehilangan striata. Nyeri otot yang terjadi pada leptospira disebabkan invasi langsung

leptospira. Dapat juga ditemukan antigen leptospira pada otot.

5. Mata

Leptospira dapat masuk ruang anterior dari mata selama fase leptospiremia dan

bertahan beberapa bulan walaupun antibody yang terbentuk cukup tinggi. Hal ini

akan menyebabkan uveitis.

6. Pembuluh darah

Terjadi perubahan pada pembuluh darah akibat terjadinya vaskulitis yang akan

menimbulkan perdarahan. Sering ditemukan perdarahan/pteki pada mukosa,

permukaan serosa dan alat-alat viscera dan perdarahan bawah kulit

7. Susunan saraf pusat

Leptospira mudah masuk kedalam cairan cerebrospinal (CSS) dan dikaitkan dengan

terjadinya meningitis. Meningitis terjadi sewaktu terbentuknya respon antibody, tidak

pada saat memasuki CSS. Diduga bahwa terjadinya meningitis diperantarai oleh

mekanisme imunologis. Terjadi penebalan meninges dengan sedikit peningkatan sel

mononuclear arakhnoid. Meningitis yang terjadi adalah meningitis aseptic, biasanya

paling sering disebabkan oleh L. canicola.

Weil Disease(1,2)

Weil Disease adalah leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, biasanya

disertai perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran, demam tipe kontinua,

dan berkurangnya kemampuan darah untuk membeku sehingga terjadi perdarahan

dalam jaringan. Gejala awal dari sindroma Weil lebih ringan dari leptospirosis.

Pemeriksaan darah menunjukkan adanya anemia. Pada kari ke-3 sampai hari ke-6,

muncul tanda-tanda kerusakan ginjal dan hati. Penderita akan merasakan sakit saat

berkemih atau air kemihnya berdarah. Kerusakan hati biasanya ringan dan akan

sembuh total.

Penyakit weil ini biasanya terdapat pada 1-6% kasus dengan leptospirosis. Penyebab

weil disease adalah serotipe icterohaemorragica, pernah juga dilaporkan oleh seotipe

Leptospirosis Page 6

Page 7: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

copenhageni dan bataviae. Gambaran klinis berupa gangguan renal, hepatik atau

disfungsi vaskular.

Gambaran Klinis (1,5,6)

Masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari. Leptospirosos

mempunyai 2 fase penyakit khas yaitu fase leptospiremia dan fase imun.

Manifestasi klinis yang sering terjadi ialah demam, menggigil, sakit kepala,

meningismus, anoreksia, mialgia, conjungtival suffusion, mual, muntah, nyeri

abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam kulit, fotofobia. Sedangkan manifestasi klinis

yang jarang terjadi ialah pneumonitis, hemoptoe, delirim, perdarahan, diare, edema,

splenomegali, artralgia, gagal ginjal, neuritis, pankreatitis, parotitis, epididimitis,

hematemesis, asites, miokarditis.

Fase Leptospiremia

Fase ini ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan cairan serebrospinal,

berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasanya di frontal, rasa

sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pinggang diserai nyeri tekan.

Mialgia dapat diikuti dengan hiperestesi kulit, demam tinggi yang disertai menggigil,

Leptospirosis Page 7

Page 8: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

juga didapati mual dengan atau tanpa muntah disertai mencret, bahkan pada sekitar

25% kasus disertai penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan keadaan sakit berat,

bradikardi relatif, dan ikterus (50%). Pada hari ke 3-4 dapat dijumpai adanya

konjungtiva suffusion dan fotofobia. Pada kulit dapat dijumpai rash yang berbentuk

makular, makulopapular, atau urtikaria. Kadang-kadang dijumpai splenomegali,

hepatomegali, serta limfadenopati. Fase ini berlangsung 4-7 hari. Jika cepat ditangani

pasien akan membaik, suhu akan kembali normal, penyembuhan organ-organ yang

terlibat dan fungsinya kembali normal 3-6 minggu setelah onset. Pada keadaan sakit

yang lebih berat demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas demam selama 1-3

hari, setelah itu terjadi demam kembali. Keadaan ini disebut fase kedua atau fase

imun.

Fase Imun

Fase ini ditandai dengan peningkatan titer antibodi, dapat timbul demam yang

mencapai suhu 40°C disertai menggigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit

yang menyeluruh pada leher, perut, dan otot-otot kaki terutama otot betis. Terdapat

perdarahan berupa epistaksis, gejala kerusakan pada ginjal dan hati, uremia dan

ikterik. Perdarahan paling jelas terlihat pada fase ikterik, purpura, ptekie, epistaksis,

perdarahan gusi merupakan manifestasi perdarahan paling sering. Conjungtiva

injection dan conjungtival suffusion dengan ikterus merupakan tanda patognomonis

untuk leptospirosis.

Terjadinya meningitis merupakan tanda pada fase ini, walaupun hanya 50% gejala

dan tanda meningitis, tetapi pleiositosos pada CSS dijumpai pada 50-90% pasien.

Tanda-tanda meningeal dapat menetap dalam beberapa minggu, tetapi biasanya

menghilang setelah 1-2 hari. Pada fase ini leptospira dijumpai didalam urin.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN RADIOLOGI(s-1)

Ditemukannya sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau granular) dan

proteinuria ringan pada leptospirosis anikterik menjadi gagal ginjal dan azotemia pada

kasus yang berat. Jumlah sedimen eritrosit biasanya meningkat. Pada leptospirosis

anikterik, jumlah leukosit antara 3000-26000/μL, dengan pergeseran ke kiri; pada Weil’s

Leptospirosis Page 8

Page 9: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

sindrome, sering ditandai oleh leukositosis. Trombositopenia yang ringan terjadi pada

50% pasien dan dihubungkan dengan gagal ginjal. Pada perbandingannya dengan

hepatitis virus akut, leptospirosis memiliki bilirubin dan alkali phospatase serum yang

meningkat sama dengan peningkatan ringan dari aminotransferase serum (sampai 200/ul).

Pada Weil’s sindrome, protrombin time dapat memanjang tetapi dapat dikoreksi dengan

vitamin K. Kreatin phospokinase yang meningkat pada 50 % pasien dengan leptospirosis

selama minggu pertama perjalanan penyakit, dapat membantu membedakannya dengan

infeksi hepatitis virus.

Bila terjadi reaksi meningeal, awalnya terjadi predominasi leukosit

polimorfonuklear dan diikuti oleh peningkatan sel mononuklear. Konsentrasi protein

pada LCS dapat meningkat dan glukosa pada LCS normal.

Pada leptopirosis berat, lebih sering ditemukan abnormalitas gambaran radiologis

paru daripada berdasarkan pemeriksaan fisik berupa gambarab hemoragik alveolar yang

menyebar. Abnormalitas ini terjadi 3-9 hari setelah onset. Abnormalitas radiografi ini

paling sering terlihat pada lobus bawah paru.

Diagnosis

Pada umumnya diagnosis awal leptospirosis sulit karena pasien biasanya datang

meningitis, hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza, sindroma syok toksik, demam

yang tidak diketahui asalnya dan diatesis hemoragik, bahkan beberapa kasus datang

dengan pankreatitis. Pada anamnesis penting diketahui tentang riwayat pekerjaan

pasien, apakah termasuk kelompok risiko tinggi. Gejala atau keluhan didapati demam

yang muncul mendadak, sakit kepala terutama di bagian frontal, nyeri otot, mata

merah/fotofobia, mual atau muntah. Pada pemeriksaan fisik dijumpai demam,

bradikardia, nyeri tekan otot, hepatomegali, dan lain-lain. Pada pemeriksaan

laboratorium darah rutin bisa dijumpai leukositosis, normal, atau sedikit menurun

disertai gambaran neutrofilia dan laju endap darah yang meninggi. Pada urin dijumpai

proteinuria, leukosituria, dan cast. Bila organ hati terlibat, bilirubin direk meningkat

tanpa peningkatan transaminase. BUN, ureum dan kreatinin juga bisa meninggi bila

terjadi komplikasi pada ginjal. Trombositopenia terdapat pada 50% kasus. Diagnosa

pasti dengan isolasi leptospira dari cairan tubuh dan serologi.

Leptospirosis Page 9

Page 10: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

Kultur

Dengan mengambil specimen dari darah atau CSS selama 10 hari pertama

perjalanan penyakit. Dianjurkan untuk melakukan kultur ganda dan mengambil specimen

pada fase leptospiremia serta belum diberi antibiotic. Kultur urine diambil setelah 2-4

minggu onset penyakit. Kadng-kadang kultur urin masih positif selama beberapa bulan

atau tahun setelah sakit. Untuk isolasi leptospira dari cairan atau jaringan tubuh,

digunakan medium Ellinghausen-McCullough-Johnson-Harris; atau medium Fletcher dan

medium Korthof. Spesimen dapat dikirim ke laboratorium untuk dikultur , karena

leptospirosis dapat hidup dalam heparin, EDTA atau sitrat sampai 11 hari. Pada specimen

yang terkontaminasi, inokulasi hewan dapat digunakan.

Serologi

Jenis uji serologi dapat dilihat pada table 3 pemeriksaan untuk mendeteksi adanya

leptospira dengan cepat adalah dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaktion (PCR),

silver stain, atau fluroscent antibody stain, dan mikroskop lapangan gelap.

Table 3. Jenis uji serologi pada Leptospirosis

Microscopic Agglutination Test (MAT) Macroscopic Slide AgglutinationTest (MSAT)

Uji carik celup : Enzyme linked immunosorbant assay

- Lepto Dipstick (ELISA)

- LeptoTek Lateral Flow Microcapsule agglutination test

Aglutinasi lateks kering Patoc-slide agglutination test (PSAT)

(LeptoTek Dry-Dot) Sensitized erythrocyte lysis test (SEL)

Indirect Fluorescent antibody test (IFAT) Counter immune electrophoresis (CIE)

Indirect haemagglutination test (IHA)

Uji aglutinasi lateks

Complement fixation test (CFT)

Leptospirosis Page 10

Page 11: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

DIAGNOSIS BANDING(s-1)

Leptospirosis harus dibedakan dengan demam yang lain dihubungkan dengan

sakit kepala dan nyeri otot,seperti dengue, malaria, demam enterik, hepatitis virus, dan

penyakit rickettsia.

* Dengue Fever * Hantavirus Cardiopulmonary Syndrome

* Hepatitis * Malaria

* Meningitis * Mononucleosis, influenza

* Enteric fever * Rickettsial disease

* Encephalitis * Primary HIV infection

Pengobatan

Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan

dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada leptospirosis.

Gangguan fungsi ginjal umumnya dengan spontan akan membaik dengan membaiknya

kondisi pasien. Namun pada beberapa pasien membutuhkan tindakan hemodialisa

temporer.(1)

Pemberian antibiotic harus dimulai secepat mungkin, biasanya pemberian dalam 4 hari

setelah onset cukup efektif. Berbagai jenis antibiotik pilihan, seperti : (1)

Pengobatan dan kemoprofilaksis leptospirosis

Indikasi Regimen Dosis

Leptospirosis ringan Doksisiklin 2 X 100 mg

Ampisilin 4 X 500-750 mg

Amoksisilin 4 X 500 mg

Leptospirosis sedang/berat Penisilin G 1,5 juta unit/ 6 jam (IV)

Ampisilin 1 gram/ 6 jam (IV)

Amoksisilin 1 gram/ 6 jam (IV)

Kemoprofilaksis Doksisiklin 200 mg/minggu

Leptospirosis Page 11

Page 12: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

Untuk kasus leptospirosis berat, pemberian intra vena penicillin G, amoxiciliin, ampisilin

atau eritromisin dapat diberikan. Sedangkan untuk kasus-kasus ringan dapat diberikan

antibiotika oral tetrasiklin, doksisiklin, ampisilin atau amoksisilin maupun sefalosporin.

Sampai saat ini penisilin masih merupakan antibiotika pilihan utama, namun perlu diingat

bahwa antibiotika bermanfaat jika leptospira masih di dalam darah (fase leptospiraemia).

Pada pemberian penisilin, dapat muncul reaksi Jarisch- Herxherimer 4 sampai 6 jam

setelah pemberian intra vena, yang menunjukkan adanya aktivitas anti-leptospira.

Tindakan suportif diberikan sesuai dengan keparahan penyakit dan komplikasi yang

timbul. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa diatur sebagaimana pada

penanggulangan gagal ginjal secara umum. Kalu terjadi azotemia/uremia berat sebaiknya

dilakukan dialysis. (1)

PROGNOSIS(s-1)

Prognosis penderita dengan infeksi ringan sangat baik tetapi kasus yang lebih

berat seringkali lebih buruk. Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal, karena pada

kasus dengan ikterus angka kematian mencapai 5% pada umur di bawah 30 tahun, dan

pada usia lanjut mencapai 30-40%. Sedangkan leptospirosis selama kehamilan dapat

meningkatkan mortalitas fetus.

Komplikasi

Komplikasi meliputi meningitis, fatigue berlebihan, gangguan pendengaran, distress

respirasi, azotemia, dan renal interstitial tubular necrosis yang akhirnya menyebabkan

gagal ginjal dan kadang juga gagal hati. Bentuk berat dari penyakit ini disebut Weil’s

disease. Masalah kardiovascular juga dapat terjadi.(2)

o Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6.

o Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.

o Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung

yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.

o Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.

o Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan,

saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).

Leptospirosis Page 12

Page 13: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

o Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.

Pencegahan

Pencegahan leptospirosis khususnya didaerah tropis sangat sulit. Banyaknya hospes

perantara dan jenis serotype sulit untuk dihapuskan. Bagi mereka yang mempunyai risiko

tinggi untuk tertular leptospirosis harus diberikan perlindungan berupa pakaian khusus

yang dapat melindunginya dari kontak dengan bahan-bahan yang telah terkontaminasi

dengan kemih binatang reservoir. Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan

bermanfaat untuk mengurangi serangan leptospirosis bagi mereka yang memiliki risiko

tinggi dan terpapar dalam waktu singkat. Penelitian terhadap tentara Amerika di hutan

Punama selama 3 minggu, ternyata dapat mengurangi serangan leptospirosis dari 4-2%

menjadi 0,2% san efikasi pencegahan 95%.(1)

Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka reservoir sudah lama direkomendasikan,

tetapi vaksinasi terhadap manusia belum berhasil dilakukan, masih memerlukan

penelitian lebih lanjut. (1)

Sementara itu, cara-cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat agar terhindar dari

penyakit ini, diantaranya:

Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.

Mencuci tangan, dengan sabun sebelum makan.

Mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di

sawah/ kebun/ sampah/ tanah/ selokan dan tempat tempat yang tercemar lainnya.

Melindungi pekerja yang beresiko tinggi terhadap Leptospirosis ( petugas kebersihan,

petani, petugas pemotong hewan dan lain lain ) dengan menggunakan sepatu bot dan

sarung tangan.

Menjaga kebersihan lingkungan.

Menyediakan dan menutup rapat tempat sampah.

Membersihkan tempat tempat air dan kolam kolam renang.

Menghindari adanya tikus didalam rumah atau gedung.

Menghindari pencemaran oleh tikus.

Melakukan desinfeksi terhadap tempat tempat tertentu yang tercemar oleh tikus.

Meningkatkan penangkapan tikus.

Leptospirosis Page 13

Page 14: 91197842-REFERAT-Leptospirosis.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Zein, Umar. Leptospirosis. Dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III edisi

IV. Jakarta : pusat penerbitan Departemen ilmu penyakit dalam FKUI. 2006. Hal

1823-5.

2. Anonim. Leptospirosis, diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis

3. Anonim. Leptopsirosis,diunduh dari http://id.wikipedia.org/w/index.php?

title=Leptospirosis&action=edit&section=5

4. Anonim. Leptopsirosis,diunduh dari

http://medicastore.com/penyakit/190/Leptospirosis.html

5. Cunha, John P. Leptospirosis. http://www.medicinenet.com/leptospirosis/page2.htm

6. Dugdale, David C. Leptospirosis.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001376.htm

Leptospirosis Page 14