9.3 Analisis Kebijakan Sektoral

Embed Size (px)

Citation preview

9.3. Analisis Kebijakan Sektoral Kebijakan Dasar Pengembangan Fungsi Kegiatan Kota Kecamatan Candisari merupakan daerah transisi antara daerah pusat kota dengan daerah pinggiran kota. Sebagai daerah ekstensi dari pusat kota maka kecamatan tersebut memiliki peranan sebagai daerah penunjang pusat kota serta daerah lain yang berada di belakangnya. Pada Kecamatan Candisari, beradasarkan kebijakan yang ada memiliki fungsi utama yaitu fungsi sebagai kawasan pemukiman perkotaan, kawasan perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan percampuran (permukiman dan perdagangan), kawasan olah raga dan rekreasi serta kawasan pendidikan. Dengan adanya fungsi utama kegiatan di Kecamatan Candisari tersebut, maka pada kecamatan ini akan diarahkan untuk dikembangkan sebagai berikut: Pengembangan penduduk dengan tingkat kepadatan sedang dan tinggi sehingga melakukan penambahan dan penyebaran jumlah perumahan di Kecamatan Candisari. Pengembangan serta pemerataan fasilitas-fasilitas yang menyebar pada setiap kelurahan di Kecamatan Candisari, antara lain adalah perdagangan dan jasa, kesehatan, perkantoran dan lainnya yang ditunjang oleh infrastruktur. Pengembangan dan pemerataan RTH , seperti jalur hijau dijalan, taman, daerah resapan air, dan lain sebagainnya. Konsep Pemanfaatan Ruang Pengembangan pemanfaatan ruang berdasarkan kepada kondisi fisik dasar, fungsi dan peranan bagian wilayah kota. Berdasarkan potensi kondisi fisik dasar dan kemampuan daya dukung lahan pada dasarnya lahan di Kecamatan Candisari sesuai untuk dikembangkan sebagai daerah konservasi dengan yang memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan terbangun dengan kepadatan sedang tinggi. Untuk daerah tertentu pada kawasan Kecamatan Candisari yaitu daerah dengan kemiringan topografi 15 45% diarahkan untuk tetap dijadikan kawasan konservasi (lindung). Secara umum penyediaan infrastruktur kota pada Kecamatan Candisari disesuaikan dengan daya tampung dan jangkauan palayanan. Arah pengembangan pemanfaatan ruang di wilayah Kecamatan Candisari berdasarkan jenis-jenis pemanfaatannya adalah sebagai berikut :

1. Arahan Pengembangan Kawasan Pendidikan. Pada saat ini jangkauan pelayanan pendidikan terutama kawasan perguruan tinggi swasta melayani kebutuhan pendidikan pelayanan lokal Kota Semarang dan regional. Pada perkembangannya fasilitas pendidikan ini diharapkan tetap memiliki fungsi pelayanan seperti kondisi sekarang. Sesuai dengan fungsi tersebut maka arahan pemanfaatan ruang sebagai fungsi pendidikan harus mempunyai aksesibilitas yang mudah dan sarana prasarana harus dapat mendukung kegiatan pendidikan. Selain itu pengembangan kawasan pendidikan harus tetap memperhatikan faktor kondisi fisik dasar dan faktor kelestarian lingkungan. 2. Arahan Pengembangan Kawasan Perdagangan Dan Kegiatan Ekonomi. Kegiatan perdagangan di Kecamatan Candisari memiliki intensitas hubungan fungsional yang kuat dengan kegiatan yang berkembang. Kegiatan ini mempunyai nilai strategis yang tinggi sehingga perlu adanya arahan pengembangan kawasan yang tepat. Untuk arahan pengembangan perdagangan Kecamatan Candisari, untuk mengembangkan perdagangan dengan skala lingkungan sehingga dapat mengurangi ketergantungan pelayanan pusat kota. Selain itu perlu adanya pemerataan kawasan perdagangan di seluruh kelurahan di Kecamatan Candisari. 3. Arahan Pengembangan Kawasan Jasa, Perkantoran Dan Budaya. Sesuai dengan kondisi yang ada sekarang arahan pengembangan kawasan jasa, perkantoran dan budaya diarahkan untuk berkembang sesuai dengan kecenderungan sekarang yaitu sepanjang Jalan Sriwijaya. Selain itu perlu dikembangkan dan diratakan lagi pada lahan kosong untuk menarik tenaga kerja baru yang lebih memiliki skill. 4. Arahan Pengembangan Pemukiman. Diarahkan dapat menciptakan keserasian lingkungan dengan pengaturan kawasan perumahan yang ada, serta memberikan arahan secara seksama untuk pengembangan kawasan perumahan tersebut sesuai dengan persyaratan pemukiman. Kawasan pemukiman ini kemudian dilengkapi dengan infrastruktur yang memadai. 5. Arahan pengembangan sistem transportasi. Kepadatan lalu lintas tergantung pada kegiatan yang ada di sepanjang jalan. Arahan pengembangan sistem transportasi terdiri dari dari beberapa aspek, yaitu rencana

pengembangan sarana prasarana, fasilitas. Untuk mendukung terbentuknya struktur ruang perlu adanya kebijaksanaan pengembangan manajemen transportasi. 6. Arahan Intensitas Penggunaan Lahan. Kebijaksanaan intensitas penggunaan lahan meliputi arahan untuk pengendalian distribusi kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan. Kedua hal ini harus mempertimbangkan aspek aksesibilitas ke pusat kegiatan kota dan ke suatu bagian wilayah kota terhadap kota secara keseluruhan. 7. Kebijaksanaan Penggunaan Lahan. Mengembangkan kawasan hijau dengan kemiringan curam/daerah, dan daerah rawan longsor sebagai kawasan lindung dengan menanami tanaman penyangga, sehingga keberadaanya dapat berfungsi sebagai penahan aliran air dan cadangan air. Untuk kawasan perumahan diarahkan tetap menyediakan lahan untuk penghijauan sebagai cadangan air kota bawah. Sedangkan arahan pengembangan lahan terbangun harus memperhatikan beberapa fungsi lindung yang ada di wilayah ini sehingga lahan terbangun tersebut menjadi lebih optimal dan tidak merusak lingkungan sekitarnya. Untuk kawasan pendidikan, olah raga dan budaya/sejarah diarahkan tetap berkembang sesuai dengan kondisi yang ada sekarang.

Mengembangkan kegiatan perdagangan untuk pusat pelayanan lingkungan untuk mengatasi kepadatan di pusat bagian wilayah kota/pusat kota.

8. Kebijaksanaan dan Strategi Prasarana dan Sarana Perkotaan Kebijaksanaan pelayanan fasilitas dan utilitas dilakukan dengan pembenahan dan peningkatan kondisi yang sudah ada disesuaikan dengan jumlah/ penyebaran penduduk serta jangkauan pelayanan. Arahan jenis sarana dan prasarana yang harus disediakan meliputi fasilitas untuk melayani dalam lingkup regional, kota, bagian wilayah kota dan lingkungan/blok. Disamping itu juga mempertimbangkan faktor aksesibilitas pelayanan penduduk kota dalam hubungannya dengan penduduk, dan juga dimaksudkan sebagai faktor pengikat kesatuan lingkungan. Penentuan kebutuhan sarana prasarana diperhitungkan dengan daya tampung penduduk yang akan dilayani. Strategi

pengembangan prasarana dan sarana kota dilakukan dengan mempertimbangkan kebijaksanaan penataan ruang pada masing-masing sektoral. 9. Kebijaksanaan dan Strategi Pengaturan Bangunan Kebijaksanaan pengaturan bangunan mencakup pengaturan intensitas penggunaan lahan, penentuan Koofisien Dasar Bangunan (KDB), Koofisien Lantai Bangunan KLB dan Garis Sepadan Bangunan (GSB). Penetapan KDB, KLB dan GSB ditetapkan dengan pertimbangan beberpa hal yaitu Jenis kegiatan yang akan dikembangkan, Intensitas kegiatan, keadaan fisik, dan kebijaksanaan yang tertuang dalam rencana tata ruang yang lebih tinggi. Secara spesifik kebijaksanaan poengembangan intensitas penggunaan lahan dapat diuraikan sebagai berikut : Pengaturan bangunan. Pengaturan kepadatan bangunan dan pengendalian aspek jarak fisik dari pusatpusat kegiatan kota serta tingkat aksesibilitas suatu bagian wilayah kota terhadap struktur kota secara keseluruhan.

intensitas

penggunaan

lahan

dimplementasikan

berupa

pengendalian distribusi kepadatan penduduk dan distribusi kepadatan

Pengaturan massa bangunan dengan penyesuaian terhadap kebijaksanaan KDB, KLB dan GSB dengan didasarkan kepada kondisi Kecamatan Candisari. Didukung dengan pengketatan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan untuk bangunan baru.

Pengaturan KLB massal yang berupa upaya pengendalian KDB pada kawasan pemukiman baru sebesar 60% dari keseluruhan luas kawasan perencanaannya di luar luasan yang dipergunakan untuk jaringan utilitasnya.

Pengaturan KDB pada rumah/permukiman tunggal sebesar 60% pada kawasan yang mempunyai tingkat kelerengan rendah (kurang dari 40%) sedangkan untuk kawasan dengan kelerengan 35-40% KDB maksimum sebesar 40%

Pengaturan GSB didasarkan pada fungsi dan lebar jalan (GSB = l. jalan), dan adanya pengaturan spesifik pada kawasan tertentu seperti pengaturan bangunan pada kawasan perdagangan jasa.

Ketinggian bangunan yang dipengaruhi oleh fungsi bangunan, arahan ketinggian bangunan yaitu perumahan 1 2 lantai, fungsi perdagangan 2 7 lantai.