24
43 BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal-Usul Masyarakat Minangkabau Secara etimologi, Minangkabau berasal dari dua kata, yaitu minang dan kabau. Kata minang ini awalnya dari pengucapan bahasa masyarakat yang mengucapkan kata manang yang berarti kemenangan, dan kata kabau yang berarti kerbau. Jadi kata minangkabau berarti ―kerbau yang menang‖. Menurut lagenda, nama ini diperoleh dari peristiwa perselisihan di antara kerajaan Minangkabau dengan seorang putera dari Jawa yang meminta pengakuan kekuasaan di Melayu. Untuk mengelakkan diri mereka dari berperang, rakyat Minangkabau mengusulkan pertandingan adu kerbau di antara kedua pihak. Putera tersebut setuju dan mengadakan seekor kerbau yang besar badannya dan ganas. Sedangkan rakyat setempat hanya mengandalakan seekor anak kerbau yang lapar tetapi dengan diberikan pisau pada tanduknya. Sewaktu peraduan, si anak kerbau yang kelaparan dengan tidak sengaja menyerudukkan tanduknya di perut kerbau besar itu karena ingin mencari puting susu untuk meghilangkan lapar dan dahaganya. Kerbau yang ganas itu mati, dan rakyat setempat berhasil menyelesaikan pergelutan tersebut dengan cara yang aman (http://ms.wikipedia.org/wiki/ Minangkabau). Keterkaitan masyarakat Minangkabau dengan hewan kerbau ini dapat dilihat dari berbagai identitas budaya orang Minangkabau, seperti atap rumah adat Universitas Sumatera Utara

repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

43

BAB II

TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU

2.1 Asal-Usul Masyarakat Minangkabau

Secara etimologi, Minangkabau berasal dari dua kata, yaitu minang dan

kabau. Kata minang ini awalnya dari pengucapan bahasa masyarakat yang

mengucapkan kata manang yang berarti kemenangan, dan kata kabau yang berarti

kerbau. Jadi kata minangkabau berarti ―kerbau yang menang‖. Menurut lagenda,

nama ini diperoleh dari peristiwa perselisihan di antara kerajaan Minangkabau

dengan seorang putera dari Jawa yang meminta pengakuan kekuasaan di Melayu.

Untuk mengelakkan diri mereka dari berperang, rakyat Minangkabau

mengusulkan pertandingan adu kerbau di antara kedua pihak. Putera tersebut

setuju dan mengadakan seekor kerbau yang besar badannya dan ganas. Sedangkan

rakyat setempat hanya mengandalakan seekor anak kerbau yang lapar tetapi

dengan diberikan pisau pada tanduknya. Sewaktu peraduan, si anak kerbau yang

kelaparan dengan tidak sengaja menyerudukkan tanduknya di perut kerbau besar

itu karena ingin mencari puting susu untuk meghilangkan lapar dan dahaganya.

Kerbau yang ganas itu mati, dan rakyat setempat berhasil menyelesaikan

pergelutan tersebut dengan cara yang aman (http://ms.wikipedia.org/wiki/

Minangkabau).

Keterkaitan masyarakat Minangkabau dengan hewan kerbau ini dapat dilihat

dari berbagai identitas budaya orang Minangkabau, seperti atap rumah adat

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

44

mereka yang berbentuk layaknya menyerupai tanduk kerbau. Begitu juga dengan

pakaian adat perempuan Minangkabau yang disebut dengan baju tanduak kabau.

Namun dari beberapa sumber lain menyebutkan bahwa nama Minangkabau

sudah ada jauh sebelum peristiwa adu kerbau itu terjadi, dimana istilah yang lebih

tepat sebelumnya adalah ―Minangkabwa,‖ ―Minangakamwa,‖ ―Minangatamwan,‖

dan ―Phinangkabhu.‖ Istilah Minangakamwa atau Minangkamba berarti Minang

(sungai) Kembar yang merujuk pada dua sungai Kampar yaitu Kampar Kiri dan

Sungai Kampar Kanan. Sedangkan istilah Minangatamwan yang merujuk kepada

Sungai Kampar memang disebutkan dalam prasasti Kedukan Bukit dimana di situ

disebutkan bahwa pendiri Kerajaan Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang

melakukan migrasi massal dari hulu Sungai Kampar (Minangatamwan) yang

terletak di sekitar daerah Lima Puluh Kota, Sumatera Barat (http://roezyhamdani.

blogspot.com/p/suku-minangkabau.html).

Menurut para ahli kebudayaan, suku bangsa Minangkabau ini merupakan

bagian dari bangsa Deutero Melayu (Melayu Muda). Dimana mereka melakukan

migrasi dari dataran China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2500-2000 tahun

yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat Minangkabau ini masuk dari arah

timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar sampai ke dataran tinggi

yang disebut dengan darek (kampung halaman orang Minangkabau). Kemudian

suku Minang menyebar ke daerah pesisir di pantai barat pulau Sumatera, yang

terbentang dari Barus bagian utara hingga Kerinci bagian selatan. Migrasi tersebut

terjadi ketika pantai barat Sumatera menjadi pelabuhan alternatif perdagangan

selain Malaka, saat jatuh ke tangan Portugis.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

45

Dalam buku Dasar-dasar adat Minangkabau (Idrus Hakimi, 1980),

diebutkan bahwa nenek moyang masyarakat Minangkabau berasal dari keturunan

Raja Iskandar Zulkarnain. Keturunannya menyebar kemana-mana mencari tanah-

tanah baru untuk dibuka. Beberapa kawasan yang menjadi Darek tersebut

membentuk semacam konfederasi yang disebut mereka dengan nama Luhak.

Sesuai dengan pembagian kawasannya, Luhak tersebut disebut mereka menjadi

Luhak Nan Tigo.

Luhak Nan Tigo ada tiga bagian di daerah Minangkabau yang membawahi

daerah rantau, yaitu: (1) Luhak Agam berpusat di Bukittinggi dengan Rantau

Pasaman, (2) Luhak Tanah Data berpusat di Batusangkar dengan Rantau Solok,

dan (3) Luhak Lima Puluah Koto berpusat di Paya Kumbuh dengan Rantau

Kampar.

Daerah rantau terbagi atas, ke utara Luhak Agam; Pasaman, Lubuk

Sikaping, dan Rao. Ke selatan dan tenggara Luhak Tanah Data; ada Solok, Silayo,

Muaro Paneh, Alahan Panjang, Muaro Labuah, Alam Surambi Sungai Pagu,

Sawah Lunto Sijunjung, sampai keperbatasan Riau dan Jambi. Selanjutnya rantau

sepanjang hiliran sungai besar; Rokan, Siak, Tapung, Kampar, Kuantan/Indragiri,

dan Batang Hari. Sedangkan daerah pesisir terbagi atas, dari utara ke selatan;

Meulaboh, Tapak Tuan, Singkil, Sibolga, Sikilang, Aie Bangih, Tiku, Pariaman,

Padang, Bandar Sapuluh, Air Haji, Balai Salasa, Sungai Tunu, Punggasan,

Lakitan, Kambang, Ampiang Parak, Surantiah, Batang Kapeh, Painan (Bungo

Pasang), dan seterusnya Bayang nan Tujuah, Indrapura, Kerinci, Muko-muko, dan

Bengkulu.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

46

Tiap-tiap luhak dibentuk dari beberapa kelarasan, dan pada kelarasan

dibentuk suku, dimana setiap suku Minangkabau diatur menurut garis keturunan

ibu (matrilineal). Untuk mengesahkan suku, ada harta pusaka dari nenek

diwariskan kepada ibu, dan dari ibu diwariskan kepada anak perempuan.

Dalam etnik Minangkabau terdapat banyak klan, dimana mereka sendiri

yang menyebutnya dengan istilah suku. Awalnya sebagai suku mereka ada empat

suku, yaitu suku Bodi, Caniago, Koto, dan Piliang. Sekarang seiring jalannya

waktu, berkembang sampai sudah mencapai ratusan suku, diantaranya suku

Gudam, Pinawan, Padang Laweh, Salo, Tanjung, Sikumbang, Panai, dan lain-lain.

2.2 Sistem Agama dan Kepercayaan

Awal sebelum agama Islam masuk di Minangkabau, agama Hindu dan

Budha telah muncul di Minangkabau. Tetapi kedua agama ini hanya berkembang

di sekitar istana saja. Diperkirakan sekitar pertengahan abad ke tujuh agama Islam

masuk dibawa oleh para pedagang, akan tetapi mulai berkembang sekitar abad ke

tiga belas.

Hingga saat ini agama Islam menjadi satu-satunya agama yang berkembang

di Minangkabau dan telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

identitas masyarakat Minangkabau. Pengaruh agama Islam kuat di dalam adat

Minangkabau, seperti yang tercatat di dalam pepatah mereka, adat basandi syara’,

syara’ basandi Kitabullah, yang artinya, adat (Minangkabau) bersendi hukum

Islam dan hukum Islam bersendi Al Qur‘an. Sehingga nyata bahwa antara adat

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

47

Minangkabau dengan agama Islam memiliki suatu kesatuan yang saling

menunjang dalam membina masyarakatnya.

Setiap orang yang menjalankan adat Minangkabau haruslah beragam Islam

karena adat mereka sejalan dengan agama Islam. Terdapat banyak persamaan di

antara paham Islam dengan paham orang Minangkabau. Ciri-ciri Islam begitu

mendalam dalam adat Minangkabau, sehingga mereka yang tidak mengamalkan

agama Islam dianggap telah terkeluar dari masyarakat Minangkabau.

2.3 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Minangkabau menggunakan sistem matrilineal, baik itu di

Medan ataupun daerah perantauan mereka lainnya maupun di kampung halaman

mereka sendiri Sumatera Barat. Dimana yang artinya keluarga yang menganut

prinsip silsilah keturunan yang diperhitungkan melalui garis ibu. Dalam sistem

kekerabatan matrilineal terdapat 3 unsur yang paling dominan, yaitu: Pertama,

garis keturunan ―menurut garis ibu.‖ Kedua, perkawinan harus dengan kelompok

lain, di luar kelompok sendiri, yang sekarang dikenal dengan istilah eksogami

matrilineal. Ketiga, ibu memegang peran sentral dalam pendidikan,

pengamanan kekayaan, dan kesejahteraan keluarga.

Dalam perkawinan masyarakat Minangkabau menganut sistem eksogami,

dimana yang artinya adalah sistem perkawinan di luar batas suatu lingkungan

tertentu, atau dengan kata lainnya perkawinan di luar kelompoknya. Serta

matrilokal dimana suami tinggal di sekitar rumah kerabat isterinya, atau di dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

48

lingkungan kekerabatan isterinya. Semua harta dan tanah yang dimiliki

diwariskan kepada anak perempuan.

Masyarakat Minangkabau memiliki kelompok kekerabatan, dimana ikatan

kekerabataan tersebut terbentuk berdasarkan paruik, kampueng, dan suku. Paruik

adalah kelompok kerabat seketurunan menurut garis keturunan ibu yang

merupakan kelompok keluarga terkecil yang terdiri dari ibu, anak laki-laki dan

perempuan, saudara laki-laki ibu, saudara perempuan ibu, serta anak-anaknya dan

cucu-cucu dari anak perempuannya. Dimana dulunya mereka tinggal dirumah

yang disebut dengan Rumah Gadang (rumah besar). Kumpulan dari paruik

membentuk klen besar, yaitu kampueng yang dipimpin oleh seorang penghulu

andiko atau datuek kampueng. Kemudian gabungan kampueng membentuk

sukuyang merupakan satu keturunan yang sama berdasarkan prinsip matrilineal

dan dipimpin oleh seorang penghulu suku.

Dalam keluarga Minangkabau, ayah tidak termasuk dalam anggota keluarga

istri dan anaknya, akan tetapi ia tetap menjadi anggota kaum warganya masing-

masing, yaitu ibunya. Ayah dipandang sebagai pemberi keturunan. Dimana ayah

atau laki-laki yang menikahi seorang perempuan dari satu paruik atau kampueng

lain disebut dengan urang sumando (orang pendatang). Ada pula keluarga batih

ada dalam sistem kekeluargaan Minangkabau yang terdiri dari ayah, ibu, dan

anak-anak meskipun tidak begitu dikenal, mengingat ibu dan ayah akan tetap

menjadi anggota dan terlibat dalam keluarga asalnya, yaitu ibunya.

Pada dasarnya anak laki-laki di Minangkabau telah diajarkan untuk hidup

berpisah dengan orangtua dan sudara-saudara perempuannnya. Mereka tidak lagi

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

49

tinggal di rumah gadang dengan ibunya, melainkan hidup berkelompok di surau-

surau (mushola atau mesjid). Disana mereka belajar mengaji, silat, dan bergaul

dengan kelompok pria dengan segala tingkatan usia.

Dalam masyarakat Minangkabau, di beberapa daerah ada terdapat sebutan

atau nama panggilan yang digunakan keluarga. Panggilan ini juga berlaku pada

sebagian besar masyarakat Minangkabau di kota Medan, seperti seorang adik

memanggil kakak perempuannya dengan panggilan uni, dan panggilan uda untuk

kakak laki-laki. Panggilan mande untuk panggilan ibu, paman atau saudara laki-

laki ibu dipanggil mamak, dan orang yang lebih tua memanggil upiak kepada anak

perempuannya, dan buyuang untuk anak laki-laki. Anak memanggil mak adang

kepada saudara perempuan ibu yang lebih tua dan mak etek kepada yang lebih

muda dari ibu. Semua laki-laki dalam pesukuan dan dalam suku yang serumpun

yang menjadi kakak atau adik dari ibu kita, disebut juga dengan mamak. Jadi

mamak tidak hanya sebatas saudara kandung ibu, tapi semua laki-laki yang

segenerasi dengan ibu dalam suku yang serumpun.

Dalam keluarga Minangkabau, mamak memiliki peranan dan tanggung

jawab yang penting. Mamak yang merupakan saudara laki-laki ibu berkewajiban

membimbing kemenakan (keponakan), mengatur, dan mengawasi penggunaan

harta pusaka. Untuk itulah mamak dapat dikatakan memiliki kedudukan yang

sejajar dengan ibu. Dalam ikatan perkawinan, mamak memiliki tanggung jawab

dalam kesepakatan yang dilakukan. Jika terjadi ingkar janji, maka mamak-lah

yang harus membayar semua hutang tersebut bukan kemenakan yang akan

dikawinkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

50

Di dalam setiap kelompok orang saparuik (seperut) yang disebut satu suku

dalam sistem kekerabatan Minangkabau mempunyai gelar pusaka kaum sendiri

yang diturunkan dari ninik kepada mamak dan dari mamak kepada keponakan

laki-lakinya. Gelar ini yang nantinya diberikan turun-temurun kepada para laki-

laki yang akan berumah tangga. Mereka akan lebih dihargai dan dihormati dengan

pemberian gelar tersebut. Gelar yang diberikan kepada laki-laki yang akan

menikah di Minangkabau dapat diberikan kepada siapa saja tanpa suatu acara

khusus. Lain halnya dengan gelar yang harus disandang oleh seorang penghulu

(kepala kaum) yang merupakan warisan adat yang hanya bisa diturunkan pada

kemenakannya dalam upacara adat dengan kesepakatan kaum setelah penghulu

meninggal dunia.

Perkawinan yang dilakukan menimbulkan tali kekerabatan yang baru, yaitu

kerabat perempuan dari pihak laki-laki disebut pasumandan. Saudara perempuan

dari ayah bagi anak-anaknya disebut bako atau induak bako, sedangkan anak-anak

dari saudara laki-laki bagi saudara perempuannya disebut anak pisang.

Di kota Medan sendiri, sistem kekrabatan ini masih digunakan oleh

masyarakat Minangkabau yang merantau ke kota Medan ini. Peranan datuek

kampueng dan penghulu suku juga masih berperan, akan tetapi peranannya hanya

formalitas saja.

2.4 Sistem Kesenian

Kesenian merupakan ekspresi manusia terhadap keindahan, dalam

kebudayaan suku-suku bangsa yang pada mulanya bersifat deskriptif

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

51

(Koentjaraningrat, 1982:395-397). Kesenian Minangkabau pada mulanya

merupakan permainan rakyat yang bersifat terbuka dari rakyat untuk rakyat. Oleh

karena sifatnya yang terbuka maka menjadi milik suatu komunitas yang mudah

berubah. Pengertian berubah dalam hal ini yakni dalam konteks sosiobudaya

masyarakat Minangkabau yang dapat diartikan sebagai berkembang, memperkaya,

dan memperbanyak aspek-aspeknya (Nerosti Adnan, 2008). Masyarakat

Minangkabau memiliki berbagai macam bentuk kesenian, yakni seni bangunan,

seni sastra, seni rupa,seni beladiri, seni drama, seni suara, dan seni tari.

Seni bangunan, dilihat dari rumah adat Minangkabau yang disebut dengan

rumah gadang. Dimana rumah gadang ini terdiri atas biliek sebagai ruang tidur,

dan didieh sebagai ruang tamu. Ciri utama rumah ini adalah bentuk lengkung

atapnya yang disebut dengan gonjong yang artinya tanduk kerbau.

Seni rupa adalah suatu bentuk kesenian yang dapat dinikmati melalui

penglihatan. Pada masyarakat Minangkabau, hal ini dapat dilihat dari ukiran-

ukiran pada rumah gadang. Dimana biasanya ada motif gambar tumbuh-

tumbuhan dan binatang yang menghiasi tiang-tiang dan dindingnya.

Seni bela diri yang lebih sering disebut silek yang dimiliki masyarakat

Minangkabau merupakan seni olahraga bela diri yang tumbuh kembang dan

diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Silek bagi mereka

merupakan jati diri, yang melekat dalam keseharian mereka, terutama bagi kaum

laki-laki, tetapi bukan tabu bagi kaum perempuan, karena banyak juga perempuan

Minang yang menguasai seni bela diri tersebut. Seni beladiri ini mereka pelajari

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

52

guna agar mereka bisa membela diri dari serangan para penyamun, atau

melindungi kaum kerabatnya.

Seni Drama mereka berupa Randai, yang merupakan teater rakyat atau

opera yang didalamnya meliputi pencak silat, musik dan tarian. Didalamnya berisi

opera bernyanyi sambil bercerita dan melakukan mancak8. Seni sastra terutama

sastra lisan, yaitu berupa pantun yang berupa nasihat dan syair yang paling banyak

dikuasai oleh masyarakat Minangkabau.

Seni musik dan suara merupakan suatu bentuk karya seni yang dapat

dinikmati manusia melalui pendengaran, seperti seni vokal, seni instrumental, dan

seni sastra. Dimana seni vokal yang berkembang pada masyarakat Minangkabau,

yaitu berupa dendang (nyanyian), indang, dan dikie (zikir). Sedangkan seni suara

melalui instrumen, ada saluang, bansi, talam, rabano, gandang, talempong, dan

lainnya.

Seni tari merupakan gabungan antara seni gerak dan seni suara yang dapat

dinikmati oleh manusia melalui penglihatan dan pendengaran. Seni tari yang

berkembang pada masyarakat Minangkabau, yaitu berupa mancak, tari piring, tari

Galombang, dan banyak lagi.

8 Dikatakan sebagai bungo silek (bunga silat) adalah berupa gerakan-gerakan tarian silat

yang dipamerkan di dalam acara-acara adat atau acara-acara seremoni lainnya. Gerakan-gerakan

untuk mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin karena untuk pertunjukan. (Wawancara

dengan Bapak Nawar,Padang)

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

53

2.5 Upacara Adat dan Acara Perayaan Minangkabau

Upacara adat merupakan serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat

pada aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Adapun

upacara- upacara adat Minangkabau:

1. Batagak Panghulu

Batagak panghulu adalah upacara pengangkatan panghulu. Sebelum

upacara peresmiannya, syarat-syarat berikut harus dipenuhi:

a. Baniah, yaitu menentukan calon penghulu baru.

b. Dituah cilakoi, yaitu diperbincangkan baik buruknya calon dalam

sebuah rapat.

c. Panyarahan baniah, yaitu penyerahan calon penghulu baru.

d. Manakok ari, yaitu perencanaan kapan acara peresmiannya akan

dilangsungkan.

Peresmian pengangkatan panghulu dilaksanakan dengan upacara adat.

Upacara ini disebut malewakan gala. Hari pertama adalah batagak gadang,

yakni upacara peresmian di rumah gadang yang dihadiri urang nan ampek jinih

dan pemuka masyarakat. Panghulu baru menyampaikan pidato. Lalu panghulu

tertua memasangkan deta dan menyisipkan sebilah keris tanda serah terima

jabatan. Terakhir panghulu baru diambil sumpahnya, dan ditutup dengan doa.

Hari kedua adalah hari perjamuan. Hari berikutnya panghulu baru diarak ke

rumah bakonya diringi bunyi-bunyian. Disinilah tari Galombang

dipersembahkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

54

2. Upacara Perkawinan (Baralek)

a. Pinang-Maminang

Acara ini diprakarsai pihak perempuan. Bila calon suami untuk si

perempuan sudah ditemukan, dimulailah perundingan para kerabat

untuk membicarakan calon itu. Pinangan dilakukan oleh utusan yang

dipimpin mamak si perempuan. Jika pinangan diterima, perkawinan

bisa dilangsungkan.

b. Batimbang Tando

Batimbang tando adalah upacara pertunangan. Saat itu dilakukan

pertukaran tanda bahwa mereka telah berjanji menjodohkan anak

kamanakan mereka. Setelah pertunangan barulah dimulai perundingan

pernikahan.

c. Malam Bainai

Bainai adalah memerahkan kuku pengantin dengan daun pacar/inai

yang telah dilumatkan. Yang diinai adalah keduapuluh kuku jari.

Acara ini dilaksanakan di rumah anak daro (pengantin wanita)

beberapa hari sebelum hari pernikahan. Acara ini semata-mata dihadiri

perempuan dari kedua belah pihak.

d. Pernikahan

Pernikahan dilakukan pada hari yang dianggap paling baik, biasanya

Kamis malam atau Jumat. Acara pernikahan diadakan di rumah anak

daro atau di masjid.

e. Basandiang dan Perjamuan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

55

Basandiang adalah duduknya kedua pengantin di pelaminan untuk

disaksikan tamu-tamu yang hadir pada pesta perjamuan. Kedua

pengantin memakai pakaian adat Minangkabau. Acara biasanya

dipusatkan di rumah anak daro, jadi segala keperluan dan persiapan

dilakukan oleh pihak perempuan. Di sinilah tari Galombang di

persembahkan.

f. Manjalang

Manjalang merupakan acara berkunjung. Acara ini dilaksanakan di

rumah marapulai (pengantin laki-laki). Para kerabat menanti anak daro

yang datang manjalang. Kedua pengantin diiringi kerabat anak daro

dan perempuan yang menjujung jamba, yaitu semacam dulang berisi

nasi, lauk pauk, dsb.

3. Upacara Sunat Rasul

Sunat Rasul juga merupakan syariat Islam, tanda pendewasaan bagi

seorang anak. Upacara biasanya diselenggarakan waktu si anak berumur 8 – 12

tahun, bertempat di rumah ibu si anak atau rumah keluarga terdekat ibu si anak.

Acara dimulai dengan pembukaan, lalu si anak disunat, selanjutnya doa.

4. Upacara Turun Mandi

Upacara turun mandi dimaksudkan untuk menghormati keturunan yang

baru lahir dan berbagi kebahagiaan dengan masyarakat bahwa di kaum tersebut

telah lahir keturunan baru. Upacara ini dilaksanakan di rumah orang tua si anak

saat anak tersebut berumur tiga bulan. Di sini, si anak dimandikan oleh

bakonya. Selain itu juga ada perjamuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

56

Adapun acara perayaan yang biasa dilakukan masyarakat Minangkabau:

a. Tabuik (Tabut) adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati

Asyura, gugurnyaImam Husain, cucu Muhammad, yang dilakukan

oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantaiSumatera Barat,

khususnya di Kota Pariaman.

b. Makan bajamba atau juga disebut makan barapak adalah tradisi

makan yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau dengan cara

duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat yang telah

ditentukan. Tradisi ini umumnya dilangsungkan di hari-hari besar

agama Islam dan dalam berbagai upacara adat, pesta adat, dan

pertemuan penting lainnya.

c. Turun ka sawah - upacara kerja gotong-royong

d. Manyabik - upacara menuai padi

e. Hari Rayo - perayaan Hari Raya Aidilfitri

f. Hari Rayo - perayaan Hari Raya Aidiladha

g. Maanta pabukoan - menghantar makanan kepada ibu mertua

sewaktu bulan Ramadan

h. Tabuik - perayaan Islam di Pariaman

i. Tanah Ta Sirah, perlantikan seorang Datuk (ketua puak) apabila

Datuk yang sebelumnya meninggal dunia silang beberapa jam yang

lalu (tidak payah didahului dengan upacara batagak pangulu)

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

57

j. Mambangkik Batang Tarandam, perlantikan seorang Datuk apabila

Datuk yang sebelumya telah meninggal 10 atau 50 tahun yang lalu

(mengisi jawatan yang telah lama dikosongkan).

2.6 Masuknya Masyarakat Minangkabau di Kota Medan

Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang menjadi tujuan

perantau beberapa suku di Indonesia. Pada tahun 1909, Medan menjadi kota yang

penting di luar Jawa. Terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan

perkebunan secara besar-besaran. Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20

terdapat dua gelombang migrasi besar ke kota Medan. Gelombang pertama

kedatangan dari orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan.

Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing, dan Aceh.

Kedatangan merea ke Kota Medan dan sekitarnya bukan untuk bekerja sebagai

buruh perkebunan, tetapi umumnya untuk berdagang, menjadi guru dan alim

ulama (https://id.wikipedia. org/wiki/Kota Medan).

Keinginan masyarakat Minangkabau untuk merantau sangatlah tinggi, hal

ini dilihat dari hasil studi yang pernah dilakukan tahun 1973 lalu. Pada tahun 1961

terdapat sekitar 32% orang Minang yang berdomisili di luar Sumatera Barat,

tetapi pada tahun 1971, jumlahnya semakin meningkat menjadi 44% yang

berdomisili di luar Sumatera Barat. Dalam hal ini berarti lebih dari separuh orang

Minang berada di luar Sumatera Barat. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat

bahwa keinginan merantau orang Minangkabau begitu besarnya. Dibanding

dengan suku lainnya yang ada di Indonesia, keinginan merantau orang

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

58

Minangkabau cukup besar. Sebab menurut sensus pada tahun 1930, suku perantau

tertinggi di Indonesia adalah suku Bawean (35,9%), kemudian suku Batak

(14,3%), selanjutnya suku Banjar (14,2%), setelah itu suku Minang sebesar 10,5%

(Ahmad Yunus, 1985:4).

Ada beberapa faktor yang menjadi alasan masyarakat Minangkabau

merantau, baik itu faktor budaya maupun ekonomi. Salah satu penyebab terhadap

fenomena budaya ialah sistem kekerabatan matrilineal mereka. Dengan sistem

tersebut, penguasaan harta pusaka dipegang oleh kaum wanita, sedangkan kaum

lelaki cukup kecil. Selain itu, setelah masa akil balik laki-laki tidak lagi dapat

tidur di rumah orang tuanya, karena rumah hanya diperun tukkan untuk kaum

wanita beserta suaminya, dan anak-anaknya. Hal inilah yang menjadi salah satu

alasan banyaknya kaum laki-laki semangat untuk mengubah nasib dengan

merantau untuk mencari kekayaan dengan berdagang dan meniti karir, serta

melanjutkan pendidikan. Begitu juga pada penjelasan pada faktor ekonomi

dimana pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan bertambahnya sumber

daya alam yang dapat diolah mereka, yang menyebabkan tidak cukup memenuhi

keperluan bersama. Faktor-faktor inilah yang mendorong orang Minang pergi

merantau.

Masyarakat Minangkabau mendorong para pemuda dan anak-anak mereka

untuk merantau dan membawa sesuatu sebagai tanda bahwa mereka telah

mengadu nasib di negeri orang. Semua itu akan digunakan untuk membangun dan

memperbaiki masing-masing rumah mereka di kampung halaman mereka,

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

59

membeli tanah, ataupun memberikan pemikiran-pemikiran mereka demi

kemajuan daerah mereka.

Kota Medan sendiri memiliki penduduk yang heterogen, baik itu dari segi

budaya, agama, profesi, dan lain-lain. Masuknya berbagai suku masyarakat

membawa budaya tradisi asal mereka masing-masing. Begitu juga masyarakat

Minangkabau yang merupakan salah satu suku yang merantau ke kota Medan ini

memberikan keberagaman seni dan budaya yang ada di Kota Medan dari budaya

tradisi yang dibawa oleh mereka sendiri.

Di kota Medan sendiri, kelompok masyarakat Minangkabau ini hampir

menempati seluruh kawasan kota Medan. Tercatat masyarakat Minangkabau

paling banyak bermukim di Medan Denai dan Sukaramai. Dimana lokasi-lokasi

ini juga merupakan daerah strategis dalam melakukan kepentingan perdagangan.

Menurut data statistik kota Medan tahun 2000, suku Minangkabau di

Sumatera Utara berjumlah 306.550 jiwa, seperti yang dilihat pada Tabel 1.

Meskipun jumlah suku Minangkabau berada pada urutan ke-9, akan tetapi suku

Minangkabau dan kebudayaannya cukup dikenal umum, karena kemampuan

mereka memperkenalkan diri dari segi perdagangan, seperti banyaknya usaha

rumah makan Minang, pedagang sate Padang, dan lain-lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

60

Tabel 2.1:

Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Suku

Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000

Suku Persentase Jumlah Penduduk

Melayu 5,89% 674.112 jiwa

Karo 5,09% 585.173 jiwa

Simalungun 2,04% 234.515 jiwa

Toba 25,62% 2.948.264 jiwa

Mandailing 11,27% 1.296.518 jiwa

Pakpak 0,73% 83.866 jiwa

Nias 6,36% 731.620 jiwa

Jawa 33,40% 3.843.602 jiwa

Minang 2,66% 306.550 jiwa

Cina 2,71% 311.779 jiwa

Aceh 0,97% 111.686 jiwa

Lainnya 3,29% 379.113 jiwa

Sumber: Badan Pendataan Statistik Propinsi Sumatera Utara

2.7 Sanggar – Sanggar Minangkabau di Kota Medan

2.7.1 Sanggar Tigo Sapilin

Sanggar Tigo Sapilin merupakan salah satu sanggar kesenian Minangkabau

yang berdiri sendiri tanpa dibawahi naungan organisasi manapun. Sanggar ini

berdiri pada tahun 1987 oleh Bapak H. Abu Bakar Siddiq, S.H., yang juga

merupakan Ketua YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) Sumatera

Utara. Sanggar ini merupakan sanggar Minang yang tertua di Medan. Sanggar ini

terletak di Jalan Gurilla Gg. Toke Umar, No. 18, Kelurahan Sei Kerah Hilir II,

Kecamatan Medan Perjuangan, Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

61

Sanggar Tigo Sapilin ini bergerak dalam bidang musik dan tari kesenian

tradisional Minangkabau, seperti tari Galombang. Sanggar ini di bentuk awalnya

karena bapak ini senang dengan dunia kesenian, dari masa mudanya beliau hobi

dengan dunia seni. Dia ingin memperkenalkan kepada masyarakat Medan akan

kesenian Minangkabau, serta memajukan dan melestarikan kebudayaan adat

Minangkabau.

Sanggar Tigo Sapilin ini awalnya memiliki anggota yang memang keluarga

sendiri begitu juga kerabat Bapak ini yang berasal dari lulusan ASKI Padang

Panjang. Namun sekarang karena keluarga dan kerabat bapak tersebut

melanjutkan kehidupan masing-masing ke berbagai tempat, dilanjutkanlah oleh

keluarga yang masih ada ditempat bapak ini dan ada juga beberapa orang dari luar

keluarga. Sekitar ada 22 orang jumlah anggota sanggar Tigo Sapilin saat ini, ada

perempuan dan ada laki-laki, serta terbagi atas anak-anak dan orang dewasa.

Keseluruhannya tersebut sudah termasuk penari dan pemusik.

Kelompok sanggar ini biasanya melakukan latihan rutin setiap hari Sabtu

sekitar pukul 15.30-17.30 wib. Dimana waktu untuk latihan ini disesuaikan karena

besok harinya hari minggu libur untuk anak sekolah, kuliah, dan beberapa yang

bekerja. Akan tetapi, anggota sanggar ini juga melakukan latihan di hari-hari

lainnya tergantung keinginan para anggota. Begitu juga jika ada job atau

panggilan permintaan pertunjukan dalam suatu acara ataupun pesta pernikahan,

jadwal latihan lebih diperbanyak dari biasanya, dan jadwal latihannya di buat

tergantung hari apa dan jam berapa yang bisa di berikan anggota dan disesuaikan

bersama.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

62

Sistem pelatihan dilakukan dengan menggunakan latihan bersama. Dimana

pertamanya para penari dulu yang berlatih, baik itu mengulang gerakan lama

maupun membentuk gerakan-gerakan yang baru. Setelah dalam beberapa hari

para penari sudah mahir dan kompak, selanjutnya dipanggillah para pemusik agar

saling menyesuaikan. Hal ini dikarenakan dalam tari Galombang ini sistemnya

gerakan tari mengikuti musik.

Dalam pembagian honorium jika ada melakukan pertunjukan pada sanggar,

yaitu dengan membagi rata pada setiap anggota dan menyisakan sekitar 20% dari

penghasilan setiap pertunjukan. Sisihan tersebut digunakan untuk biaya

menambah inventaris sanggar agar lebih baik dan kebutuhan sanggar lainnya.

Dalam penentuan harga untuk sekali pertunjukan yang dilakukan sanggar ini,

mereka memberikan harga lebih murah kepada keluarga atau kerabat

dibandingkan kepada orang lain. Patokan harga yang diberikan oleh sanggar ini

kepada masyarakat umum sekitar Rp. 3.000.000 – Rp.4.000.000.

Sanggar Tigo Sapilin ini telah banyak melakukan pertunjukan berbagai tari

tradisional di kota Medan, dari semuanya paling banyak pertunjukan tari

Galombang untuk upacara perkawinan. Sanggar ini menyajikan tari Galombang

dengan bentuk yang sudah dikreasikan sama seperti sanggar-sanggar lainnya,

yaitu gerakan baku dari gerakan ini yakni mancak ataupun bungo silek yang

dikreasikan kembali dalam pola geraknya. Sanggar ini juga masih rajin ikut serta

dalam ajang silahturahmi ke Bukit Tinggi yakni Pedati (Pesta Budaya Seni

Pameran Dagang dan Industri).

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

63

2.7.2 Sanggar Pilago

Sanggar Pilago ini merupakan salah satu sanggar yang bergerak dalam

bidang tari dan musik kesenian tradisional dan lebih berbasis pada tradisi

Minangkabau. Berdiri secara individu pada tahun 2004 tanpa dibawahi naungan

organisasi manapun. Dikarenakan sanggar yang spesifikasinya lebih kepada

sanggar Minang jadi organisasi seperti Badan Musyawarah Masyarakat Minang

(BM3) sudah mengetahui dan mereka selalu menggunakan sanggar ini dalam

setiap kegiatan Minang khususnya. Sanggar ini didirikan dan diketuai oleh ibu

Nurwani, yang juga merupakan dosen tetap di Universitas Negeri Medan

(UNIMED) dan juga menantu dan mantan anggota sanggar dari bapak H. Abu

Bakar Siddiq, S.H., pendiri sanggar Tigo Sapilin yang penulis jelaskan di atas.

Dibantu juga dengan junior dan teman-teman ibu ini.

Sanggar Pilago ini dibentuk dikarenakan latar belakang pendidikan ibu

Nirwani adalah seni, dan mengajar seni, secara spontan menumbuhkan rasa

keinginan untuk mengembangkan kreatifitas di seni, terkhusus menjaga dan

mengembangkan kesenian tradisi Minangkabau di kota Medan ini. Menyalurkan

bakat juga merupakan salah satu faktor ibu ini membentuk sanggar Pilago ini.

Untuk penamaan sanggar ini dibuat nama Pilago, diambil dari marga ibu ini

sendiri yakni marga Piliang dan marga Caniago dari marga suami ibu ini.

Sanggar ini dulunya berlokasi di jalan Adi Nugoro, belakang taman budaya,

tepatnya di sekretariat BM3, diberi tempat berlatih dan mengembangkan sanggar

ini oleh pihak BM3. Tetapi berjalannya waktu, sekarang sudah dibuat di Jalan

Pimpinan No.92 Medan yang merupakan rumah dari Ibu Nurwani ini sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

64

Sanggar ini biasanya melakukan latihan rutin di hari Rabu dan Jumat sore

sekitar pukul 16.00 – 18.00 WIB. Namun jika ada pesanan mendadak dari

konsumen, untuk tempat pelatihannya dibuat di kampus UNIMED dari sore

sampai malam hingga tidak mengenal waktu lagi, karena anggota nya dari

mahasiswa ibu ini sendiri juga. Tempat ini dipilih karena lebih efisiensi.

Untuk anggotanya sampai saat ini silih berganti bergantian, karena

notabenenya tadi anggotanya berasal dari mahasiswa nya sendiri. Diperkirakan

ibu ini ada sekitar 30-an orang anggotanya include perempuan, laki-laki, penari,

maupun pemusik nya.

Untuk sistem pelatihan, dilakukan dengan menggunakan latihan bersama

dibimbing oleh ibu ini dan dibantu oleh pak Martozet dan pak Iwan selaku dosen

UNIMED juga. Dimana pertamanya diberi ide terlebih dahulu lalu dikembangkan

bersama para penari dan pemusik. Penari terlebih dulu yang berlatih, baik itu

mengulang gerakan lama maupun membentuk gerakan-gerakan yang baru. Setelah

dalam beberapa hari para penari sudah mahir dan kompak, selanjutnya

digabunglah dengan para pemusik agar saling menyesuaikan.

Sanggar ini juga menawarkan tari-tarian daerah lainnya seperti Melayu,

Jawa, Sunda, Batak, Mandailing, dan sebagainya. Selain tari-tarian sanggar ini

juga menawarkan live musik daerah Minangkabau, misalnya pada arak-arakan

pengantin dan juga musik untuk mengiringi tari.

Dalam pembagian honorium jika ada melakukan pertunjukan pada sanggar,

yaitu dengan membagi rata minimal Rp.100.00,00 pada setiap anggotanya dan

menyisakan diluar dari honor anggota dari penghasilan setiap pertunjukan untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

65

biaya kostum, make-up, dan juga transport. Itu tergantung juga pada incoming

sanggar, jika pesanan mendapat nilai harga yang besar maka pembagian untuk

anggota juga akan naik. Dalam penentuan harga untuk sekali pertunjukan yang

dilakukan sanggar ini, patokan harga yang diberikan oleh sanggar ini kepada

masyarakat umum bermacam- macam tergantung permintaan bentuk tari

Galombang yang mana yang dipesan. Karena ada 3 macam bentuk tari

Galombang yang ditawarkan ibu ini kepada konsumen, maka berbeda-bedalah

harga yang ditawarkan. Ada bentuk tari Galombang yang biasa, dengan

menggunakan 2 orang pesilat, penari 6 orang, pembawa carano 1 orang, pemusik

6 orang, jadi ada 15 anggota, dalam perhitungannya bisa dikenakan harganya

sekitar Rp. 3.000.000,00. Jika bentuk tari Galombang nya diminta 4 pesilat nya,

jadi menggunakan 17 anggota, maka kisaran perhitungan harganya dibuat sekiata

Rp. 3.000.000,00 lebih. Ada 1 bentuk lagi, ibu ini menamakannya tari Galombang

untuk pesta Baralek Gadang maksudnya pesta besar dengan menggunakan 6

orang penari Randai, 4 orang pembawa Jamba, 6 orang penari, 2 orang pesilat

beserta penari piring, 3 orang pembawa carano, 8 orang pemusik, jadi totalnya

menggunakan 29 anggota, perhitungan biayanya dikenakan sekitar

Rp.5.000.000,00 – Rp.7.000.000,00.

Sanggar Pilago ini telah banyak melakukan pertunjukan berbagai tari

tradisional di kota Medan, Sumatera Utara, maupun Sumatera Barat. Dari

semuanya paling banyak untuk upacara perkawinan dan penyambutan tamu

kebesaran sabagiannya. Sanggar ini juga sering diundang di acara Pedati (Pesta

Budaya Seni Pameran Dagang dan Industri) yakni acara silahturahmi ke Bukit

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63821 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU 2.1 Asal …nama ini diperoleh dari peristiwa

66

Tinggi. Sanggar ini menyajikan tari Galombang dengan bentuk yang sudah

dikreasikan juga sama seperti sanggar-sanggar lainnya, yaitu gerakan mancak

ataupun bungo silek yang dikreasikan kembali dalam pola geraknya.

2.7.3 Sanggar Tri Arga

Sanggar Tri Arga ini berdiri sejak tahun 1997, yang didirikan oleh Ibu

Herna, Pak Mus, dan Pak Khairul dan di ketuai oleh Ibu Herna. Awalnya sanggar

ini berlokasi di Komplek Tasbih Blok 5, yang merupakan tempat latihan menari

sekaligus latihan bermusik, akan tetapi seiring berjalannya waktu sanggar Tri

Arga ini pindah lokasi di jalan Dolok sanggul No. 3 Medan yang merupakan

rumah dari Pak Khairul.

Sanggar Tri Arga ini berbasis tradisi Minang, hal ini dapat dilihat bahwa

sanggar ini mengutamakan tari-tarian Minangkabau sebagai produk utama

sanggar untuk ditawarkan kepada konsumennya, seperti tari piring, tari

persembahan, tari payung, tari rantak, tari bangau, begitu juga dengan tari

Galombang yang menjadi fokus penulis. Sanggar ini juga menawarkan tari-tarian

daerah lainnya seperti Melayu, Jawa, Sunda, Batak, Mandailing, dan sebagainya.

Selain tari-tarian sanggar ini juga menawarkan live musik daerah Minangkabau,

misalnya pada arak-arakan pengantin dan juga musik untuk mengiringi tari.

Sanggar Tri Arga ini beranggotakan 27 orang yang aktif termasuk penari

dan pemusik. Kegiatan latihan menari dan bermusik di lakukan di setiap hari Rabu

dan Sabtu sore. Sanggar ini mengutamakan job oriented, yaitu mempelajari tari

dan musik daerah untuk kepentingan pertunjukan atau kepentingan pesanan

konsumen.

Universitas Sumatera Utara