Upload
ima-twinklepolly-lunasikifa
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/26/2019 A08aam
1/101
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BAWANG GORENGdi UD Cahaya Tani, Banjaratma, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes
Oleh :
ARWANI AMIN
A14103034
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
7/26/2019 A08aam
2/101
RINGKASAN
ARWANI AMIN. Analisis Strategi Pemasaran Bawang Goreng di UD
Cahaya Tani Banjaratma, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes (di
bawah bimbingan YUSALINA)
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar luas
daerahnya adalah lahan pertanian dan sebagian besar masyarakatnya bermata
pencaharian petani. Potensi sumberdaya yang ada mampu memberikan kontribusi
terhadap kesejahteraan bagi bangsa Indonesia diantaranya tanaman padi,
hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan. Salah satu jenis tanaman
hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan adalah bawang merah (Allium
ascolonium L).
Produksi bawang merah di Propinsi Jawa Tengah memiliki pertumbuhan
yang bernilai positif dan cukup tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bawang
merah di daerah sentra produksi lainnya. Kabupaten Brebes merupakan daerahsentra produksi bawang merah di Jawa Tengah. Selain budidaya bawang merah, di
daerah ini berkembang usaha pengolahan bawang merah.
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri tersebut adalah UD
Cahaya Tani, yang mengalami penurunan penerimaan karena semakin
meningkatnya pelaku bisnis pengolahan bawang merah sehingga mengakibatkan
berkurangnya pangsa pasar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor Internal dan
Eksternal yang dihadapi perusahaan dalam kegiatan pemasaran produk bawang
goreng, serta merumuskan strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan kondisi
internal dan eksternal yang dihadapi UD Cahaya Tani. Pengumpulan datadilakukan pada bulan Maret-April 2008.
Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi atau
pengamatan langsung ke perusahaan dan melakukan wawancara yang mendalam
dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan pemasaran bawang goreng, yaitu
pemilik dan pengelola perusahaan. Data sekunder didapatkan dari pustaka dan
literatur, skripsi, buku yang relevan dengan penelitian ini, baik yang berasal dari
UD. Cahaya Tani maupun instansi lain, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas
Pertanian dan lain-lain. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan
serta alternatif strategi pemasaran didekati dengan menggunakan analisis SWOT.
Alternatif-alternatif yang didapat diprioritakan untuk memperoleh alternatif
terbaik menggunakan QSPMHasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa UD Cahaya Tani
memiliki kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam menjalankan
usahanya. Kekuatan yang dimiliki perusahaan antara lain kualitas bawang goreng
yang baik, pemilik yang telah berpengalaman, produk merupakan produk non
substitusi, produk bersertifikat dari pemerintah, harga produk lebih murah
dibandingkan dengan pesaing dalam bisnis ini, lokasi perusahaan yang strategis
dan perusahaan merupakan pioner. Kelemahan perusahaan adalah kegiatan
promosi masih terbatas, struktur perusahaan kurang jelas serta distribusi produk
hanya di daerah tertentu saja.
Peluang bagi perusahaan adalah tenaga kerja mudah di dapat,
perkembangan teknologi yang menyesuaikan terhadap kebutuhan produksi,
7/26/2019 A08aam
3/101
pertumbuhan penduduk yang terus bertambah, pangsa pasar yang masih luas serta
ketersediaan bahan baku yang melimpah. Adapun ancaman yang dihadapi
perusahaan adalah kenaikan harga minyak goreng, munculnya pesaing baru dan
daerah distribusi pesaing yang lebih luas. Berdasarkan penggunaan metode
QSPM, dari beberapa alternatif-alternatif strategi yang ada, strategi diversifikasiproduk saja yang memungkinkan untuk diprioritaskan sebagai alternatif terbaik.
7/26/2019 A08aam
4/101
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BAWANG GORENG
di UD Cahaya Tani, Banjaratma, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes
Oleh :
ARWANI AMIN
A14103034
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
7/26/2019 A08aam
5/101
Judul Skripsi : Analisis Strategi Pemasaran Bawang Goreng di UD Cahaya
Tani, Banjaratma, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten
Brebes
Nama : Arwani Amin
NRP : A14103034
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dra. Yusalina, MSi
NIP. 131 914 523
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP 131 124 019
Tanggal lulus :
7/26/2019 A08aam
6/101
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BAWANG GORENG STUDI KASUS
UD CAHAYA TANI, BANJARATMA, KECAMATAN BULAKAMBA,
KABUPATEN BREBES. ADALAH HASIL KARYA SAYA DAN BELUM
PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU
LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR
AKADEMIK TERTENTU.
Bogor, Juli 2008
Arwani Amin
A14103034
7/26/2019 A08aam
7/101
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 28 Septemberi 1984. Penulis
adalah anak ketiga dari lima bersaudara, pasangan Bapak Tulo Syamsuddin dan
Ibu Sulastri (Alm)
Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN 2 Pugung Raharjo
dari tahun 1991 sampai tahun 1997. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan
pendidikan di SLTP Negeri 2 Jabung. Kemudian pada tahun 2000 penulis
melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Labuhan Maringgai dan lulus pada
tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di
Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB).
Semasa kuliah aktif diberbagai organisasi kemahasiswaan intra kampus,
antara lain menjadi Staf Minat dan Bakat BEM Fakultas Pertanian IPB tahun
2004-2005 dan Kepala Departemen Informasi dan Komunikasi BEM Fakultas
Pertanian tahun 2005-2006.
7/26/2019 A08aam
8/101
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Semoga setiap langkah selalu dihaturkan untuk senantiasa beribadah
kepada-Nya. Penelitian ini berjudul Analisisi Startegi Pemasaran Bawang
Goreng di UD Cahaya Tani Banjaratma, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten
Brebes. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor
internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan dalam kegiatan pemasaran
produk bawang goreng dan merumuskan strategi pemasaran yang tepat sesuai
dengan kondisi internal dan eksternal yang dihadapi UD Cahaya Tani.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi selama
berlangsungnya penelitian. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan.
Bogor, Juli 2008
Arwani Amin.
A14103034
7/26/2019 A08aam
9/101
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberi rahmat, hidayah, dan karunia Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik, tidak lupa shalawat dan salam selalu
penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu (Alm) tercinta yang telah memberikan segenap kasih
sayangnya untuk penulis, untuk Ibuku yang telah menjadi inspirasi terbaik.
Walaupun engkau telah tiada tetapi doa ini akan selalu mengalir untuk mu Ibu.
Semoga segala amal ibadah ibu diterima dan diampunkan dosa-dosa yang
telah diperbuat selama di dunia. Amin.
1. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu meluangkan
waktu disela-sela kesibukan beliau untuk memberi bimbingan, dukungan dan
dorongan bagi penulis.
2. Ir. Narni Farmayanti, MS selaku dosen penguji utama yang telah berkenan
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian ini.
3. Anita Primasuari, SP, MSi selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan
Program Studi Manajemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah
diberikan.
4. Spesial untuk istriku tersayang Endang Setiati yang telah memberikan
semangat-semangat baru, doa-doa dahsyatmu, kesabaranmu yang luar biasa,
perhatianmu yang begitu merekat, tidak lupa juga untuk anakku yang sedang
menunggu hari kelahiranmu. Semoga selalu sehat dan kuat agar bisa menjadi
seorang mujahid yang tangguh. Amin.
7/26/2019 A08aam
10/101
5. Fandi Akhdiar (AGB 41) yang telah bersedia menjadi pembahas dalam
seminar hasil penelitian penulis.
6.
Keluarga Besar Bpk H. M. Suharto beserta keluarga (Pemilik UD Cahaya ani)
atas parisipasi dan kerjasamanya selama penulis melakukan pengambilan data.
7. Untuk Mbak Iif yang telah menyediakan waktunya, semoga kebaikan mbak Iif
bisa dibalas oleh Allah dengan kebaikan yang lebih baik. Amin.
8. Buat Bapak Mertua saya di Brebes, terima kasih atas segala sumbangsihnya
baik materi maupun non materi kebaikan bapak tidak akan saya lupakan
sampai kapan pundoain saya ya pak semoga sukses.
9. Mbak Dewi, Mas Eri, Ipen, Atik dan seluruh keluarga besar di Lampung
Timur atas segala doa dan usahanya buat saya selama kuliah.
10.Pak Zainal yang sudah memberi motivasi dan semangat kepada saya
11.Akh Dito (Tole Banyuwangi) atas segala bantuan (Komputer, Laptop, Motor
dll).
12.Temen-temen AGB 40 dan 41, warga Al-izzah, dan semua teman-teman dan
saudara-saudara yang tidak bisa disebutkan, terima kasih atas dos dan
bantuannya.
13.Buat Ibu Mertua, Pipit, Teguh, Tatik, Mbak Titin, Mas Darsono, Waung dan
seluruh keluarga besar Om Waan (Om Waan, Bulek Sus, Qiqi, Riska, Novi,
Nova, Sikembar Erwan & Erwin)
7/26/2019 A08aam
11/101
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xDAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 10
1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................... 10
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bawang Merah ............................................................................ 11
2.2 Budidaya Bawang Merah............................................................ 13
2.2.1. .................................................................................. Bibit
........................................................................................ 13
2.2.2. .................................................................................. Pengolaha
n Tanah ............................................................................... 15
2.2.3. .................................................................................. Penanama
n dan Pemeliharaan............................................................. 17
2.2.4. .................................................................................. Pemanena
n .......................................................................................... 18
2.3 Manfaat Bawang Merah.............................................................. 202.4 Penelitian Terdahulu ................................................................... 21
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 24
3.1.1 Pengertian Pemasaran ........................................................ 24
3.1.2 Strategi Pemasaran ............................................................ 25
3.1.3 Analisis Lingkungan Pemasaran........................................ 28
3.1.3.1 Analisis Lingkungan Internal................................ 29
3.1.3.2 Analisis Lingkungan Eksternal ............................. 31
3.1.4 MatriksInternal External(IE) ............................................ 36
3.1.5 Analisis SWOT ................................................................. 36
3.1.6. .................................................................................. Matriks
Quantitative Strategic Planning Matrix(QSPM)............... 37
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................... 37
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 40
4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ......................................... 40
4.3 Pengolahan dan Analisis Data..................................................... 41
V GAMBARAN UMUM LOKASI
7/26/2019 A08aam
12/101
5.1 Sejarah Perusahaan.................................................................... 43
5.2 Struktur Organisasi ................................................................... 43
5.3 Produk ....................................................................................... 46
5.4 Daerah Pemasaran..................................................................... 46
5.5 Saluran Distribusi...................................................................... 475.6 Sumber Bahan Baku.................................................................. 48
5.7 Aktivitas Perusahaan................................................................. 49
5.7.1 Jam Kerja Karyawan........................................................ 49
5.7.2 Tata Tertib........................................................................ 49
5.7.3 Sistem Gaji dan Upah....................................................... 50
5.7.4 Proses Produksi ................................................................ 50
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Internal Perusahaan................ 55
6.1.1 Manajemen....................................................................... 556.1.2 Sumberdaya Manusia....................................................... 55
6.1.3 Pemasaran ........................................................................ 56
6.1.4 Faktor Keuangan.............................................................. 57
6.1.5 MatriksInternal Factor Evaluation (IFE) ....................... 57
6.2 Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal ................................ 61
6.2.1 Lingkungan Makro........................................................... 61
6.2.1.1 Faktor Ekonomi................................................... 62
6.2.1.2 Faktor Sosial Budaya .......................................... 62
6.2.1.3 Faktor Teknologi................................................. 63
6.2.2 Lingkungan Industri......................................................... 646.2.2.1 Pendatang Baru ................................................... 64
6.2.2.2 Persaingan Dalam Industri .................................. 64
6.2.3 MatriksExternal Factor Evaluation (EFE) ..................... 64
7.1 Analisis IE dan Analisis SWOT................................................ 67
7.1.1 Analisis Internal-Eksternal (IE) ....................................... 67
7.1.2 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities,
Threats).............................................................................. 68
7.1.2.1 Strategi S-O (Strength-Opportunities) ................ 68
7.1.2.2 Strategi W-O (Weakness-Opportunities) ............ 70
7.1.2.3 Strategi S-T (Strength-Threats)........................... 70
7.1.2.4 Strategi W-T (Weakness-Threats)....................... 708.1 Matriks QSPM .......................................................................... 71
VI KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ............................................................................... 73
7.2 Saran.......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 75
LAMPIRAN........................................................................................... 77
7/26/2019 A08aam
13/101
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produksi Bawang Merah Menurut Propinsi Tahun 2002-2006(Ton).............................................................................................. 2
2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah
Kabupaten Brebes Tahun 2001-2006............................................ 4
3. Daftar Industri Bawang Goreng Kabupaten Brebes Tahun 2007 . 7
4. Kapasitas Penjualan dan Rata-Rata Penerimaan UD Cahaya
Tani Tahun 2000-2006.................................................................. 7
5. Syarat Mutu Bawang Merah Manurut SNI ................................... 19
6. Persyaratan Mutu Bawang Merah Menurut Pemintaan Segmen
Pasar .............................................................................................. 20
7. Komposisi Tingkat Pendidikan dan Bagian Kerja UD Cahaya
Tani ............................................................................................... 45
8. Jenis Produk Olahan Bawang Merah UD Cahaya Tani................ 46
9. Jumlah Bawang Goreng Yang Didistribusikan UD Cahaya TaniTahun 2007 ................................................................................... 47
10 Jenis dan Alat-Alat Produksi Pembuatan Bawang Goreng........... 51
11. Hasil Analisis Faktor Penentu Internal dengan Menggunakan
Metode IFE pada UD Cahaya Tani............................................... 58
12. Hasil Analisis Faktor Penentu Internal dengan Menggunakan
Metode EFE pada UD Cahaya Tani.............................................. 65
7/26/2019 A08aam
14/101
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.
Konsep Pemasaran .......................................................................... 26
2. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Strategi
Pemasaran Bawang Goreng UD Cahaya Tani ................................ 39
3. Saluran Distribusi Pemasaran Bawang Goreng UD Cahaya
Tani......................... ........................................................................ 47
4. Tahapan Pengolahan Bawang Goreng Pada UD Cahaya Tani ....... 52
5.
Gambar Matriks Internal-Eksternal UD Cahaya Tani .................... 68
6. Matriks Analisis SWOT UD Cahaya Tani...................................... 69
7/26/2019 A08aam
15/101
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Struktur Organisasi UD Cahaya Tani Tahun 2007 ....................... 78
2. Matriks QSPM. ............................................................................. 79
3. Certificate of AnalysisBawang Goreng........................................ 80
4. LayoutGedung Penyimpanan dan Gedung Produksi ................... 81
5. Alat-alat Produksi.......................................................................... 82
6. Foto Kegiatan Produksi................................................................. 83
7. Produk Akhir................................................................................. 84
7/26/2019 A08aam
16/101
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar luas
daerahnya adalah lahan pertanian dan sebagian besar masyarakatnya bermata
pencaharian petani. Sektor pertanian dianggap menjadi sektor yang paling handal
dan mampu memberikan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia melalui potensi
sumberdaya yang melimpah ruah. Potensi sumberdaya yang ada tersebut meliputi
tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan.
Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman
hias, dan tanaman obat mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai usaha
agribisnis. Salah satu jenis tanaman hortikultura tersebut adalah bawang merah
(Allium ascolonium L) yang tergolong tanaman semusim dan termasuk sayuran
rempah. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak
bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan, serta bahan obat
tradisional. Dilihat dari nilai kesehatannya, bawang merah memiliki kandungan
gizi yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Pada setiap 100 gram bawang merah
terkandung 1,50 gram protein dan phospor sebesar 40,00 gram (Ditjen Tanaman
Pangan dan Hortikultura, 1997).
Tanaman bawang merah di Indonesia telah lama diusahakan oleh petani
sebagai usahatani yang bersifat komersial, yang sebagian besar atau seluruh hasil
produksinya ditujukan untuk memenuhi permintaan. Namun berdasarkan hasil
pemantauan Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, produksi bawang
7/26/2019 A08aam
17/101
merah di Indonesia menurut propinsi mengalami fluktuasi yang sangat signifikan
selama periode 2002-2006. Produksi bawang merah dari tiap-tiap propinsi di
Indonesia dapat di lihat pada Tabel 1
Tabel 1. Produksi Bawang Merah Indonesia Menurut Propinsi Tahun 2002-2006
(Ton)Tahun
No Propinsi2002 2003 2004 2005 2006*)
Pertumbuhan(%)**
1 NAD 3995 6325 7884 7856 7621 -2,99
2 Sumatera Utara 25144 25431 19710 9226 8666 -6,07
3 Sumatera Barat 10736 8157 13873 19118 18664 -2,37
4 Jambi 1780 1466 1180 1212 1621 -33,75
5 Sumatera Selatan 26 18 82 84 45 -64,43
6 Bengkulu 652 2089 352 290 247 -14,83
7 Lampung 1364 715 610 605 216 -64,3
8 Jawa Barat 96619 120219 121194 118795 112964 -4,91
9 Jawa Tengah 215601 231052 230976 202692 253140 24,89
10 DI Yogyakarta 27038 24810 18818 21444 23140 9,93
11 Jawa Timur 223147 213818 224971 233098 253758 8,86
12 Banten 357 211 222 218 159 -27,06
13 Bali 12502 12614 12697 11294 9915 -12,21
14 NTB 91151 82838 77237 81369 85682 5,3
15 NTT 6524 8367 5739 3837 4396 14,57
16 Sulawesi Utara 1506 2243 2332 2587 3604 39,31
17 Sulawesi Tengah 4911 4430 5041 2285 8659 278,95
18 Sulawesi Selatan 41053 18304 11056 12081 12088 0,06
19 Maluku 272 524 1093 2079 38 -98,18
20 Maluku Utara 117 630 198 209 217 3,83
21 Papua 724 630 1163 946 316 -66,6
22 Irian Jaya Barat - - 247 421 405 -3,8
Indonesia 766572 762795 757399 732609 808568 -3,27
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, 2006
Keterangan: -) Data tidak tersedia
-) Sejak tahun 2006 termasuk dua propinsi yaitu Kepulauan Riau dan SulawesiBarat
*)Angka sementara
**)Antara tahun 2005-2006
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa sentra produksi bawang merah
yang ada di Indonesia terpusat pada lima propinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa
Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Jika dilihat dari rata-
rata produksi yang dihasilkan, maka Propinsi Jawa Timur merupakan sentra
produksi yang paling banyak menghasilkan bawang merah yaitu sebesar
7/26/2019 A08aam
18/101
229,758.40 ton/tahun. Untuk daerah Jawa Tengah mempunyai produksi rata-rata
sebesar226,692.20 ton/tahun. Akan tetapi, Propinsi Jawa Tengah juga berpotensi
mengalami peningkatan produksi per tahunnya karena didukung dengan kondisi
iklim dan demografi wilayah yang cocok bagi pertumbuhan tanaman bawang
merah, sehingga perlu adanya pemanfaatan lahan pertanian bawang merah secara
optimal.
Produksi bawang merah di Propinsi Jawa Tengah memiliki pertumbuhan
yang bernilai positif dan cukup tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bawang
merah di daerah sentra produksi lainnya. Hal inilah yang menjadi peluang positif
bagi perkembangan industri pengolahan bawang merah yang semakin
mendominasi diberbagai daerah, khususnya daerah Jawa Tengah untuk
mengoptimalkan produksi pengolahannya agar lebih menguntungkan.
Kecenderungan peningkatan jumlah produksi di Jawa Tengah akan memudahkan
pelaku industri pengolahan bawang goreng untuk mendapatkan bahan baku. Salah
satu sentra produksi bawang merah yang berada di Jawa Tengah adalah
Kabupaten Brebes.
Bawang merah bagi Kabupaten Brebes yang berpenduduk 1.583.426
jiwa1)
, telah menjadi "trade mark"mengingat posisinya sebagai penghasil terbesar
komoditi tersebut di tataran nasional. Bawang merah memang bukan merupakan
kebutuhan pokok, akan tetapi kebutuhannya hampir tidak dapat dihindari oleh
konsumen rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari
Brebes merupakan kota kecil di pesisir utara ujung paling barat wilayah
Jawa Tengah. Letaknya yang berada di jalur lalu-lintas pantai utara (Pantura) dan
1)http://www.brebes .go.id/profil .htm. Profil Kabupaten Brebes Tanggal 25 Juli 2007
7/26/2019 A08aam
19/101
merupakan pintu gerbang ke Jawa Tengah dari arah barat di samping berbatasan
dengan wilayah Jawa Barat, menjadikan daerah ini sebagai kota lintasan yang
cukup penting sehingga daerah Brebes menjadi alternatif tempat untuk sekedar
bersistirahat atau membeli oleh-oleh. Daerah Kabupaten Brebes juga terdiri atas
dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan dan perbukitan dengan iklim tropis
yang bercurah hujan rata-rata 18,94 mm; curah hujan maksimum 347 mm dan
curah hujan minimum 2 mm dan merupakan lahan yang cocok untuk tanaman
bawang merah12)
.
Berdasarkan Tabel 2 memperlihatkan bahwa luas panen bawang merah
pada tahun 2006 sebesar 18.869 ha dengan potensi produksi 1.792.278 ton/tahun
dan mempunyai skala produktifitas 94,99 ton/ha. Jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, tahun 2006 mempunyai hasil yang stabil mulai dari luas panen,
produksi, dan produktivitas. Dengan demikian, keseimbangan yang dihasilkan
sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan ada faktor lain yang
menyebabkan meningkatnya produktivitas selain luas lahan, yaitu pemupukan
tanaman, pengendalian hama, cuaca dan sanitasi.
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Kabupaten
Brebes Tahun 2001-2006Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
2002 18.680 1.538.411 82,36
2003 21.729 1.931.150 88,87
2004 19.495 1.681.493 86,25
2005 24.440 2.319.621 94,91
2006 18.869 1.792.278 94,99
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Brebes, 2007 (diolah)
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan luas panen pada
tahun 2005 sebesar 24.440 ha. Peningkatan ini mempunyai nilai luas panen
2) http://www.brebes .go.id/profil .htm. Profil Kabupaten Brebes Tanggal 25 Juli 2007
7/26/2019 A08aam
20/101
teringgi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, hal ini juga mejadikan nilai
produksi meningkat menjadi 2.319.621 ton dengan nilai produktivitas mencapai
94,91 ton/ha. Berbeda dengan nilai produksi pada tahun 2006 yang menurun
dibanding tahun sebelumnya, tetapi nilai produktifitasnya mempunyai nilai
tertinggi dari tahun sebelumnya. Peningkatan produktivitas ini terjadi dikarenakan
para petani yang sudah menggunaan teknologi dalam bercocok tanam, teknik
pemupukan yang baik dan pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan kapasitas
lahan.
Bawang merah hingga kini masih menjadi andalan Kabupaten Brebes
dalam pembangunan perekonomian daerah. Oleh karena itu, peranan industri
pengolahan bawang merah di Kabupaten Brebes menjadi strategis. Hal ini karena
industri pengolahan bawang merah diharapkan mampu menciptakan nilai tambah
dan lapangan kerja, memperbaiki pembagian pendapatan, serta meningkatkan
penerimaan devisa. Selain dikonsumsi dalam bentuk segar, bawang merah juga
dapat diolah menjadi produk yang mempunyai nilai tinggi yaitu bawang goreng.
Bawang goreng merupakan salah satu bentuk olahan dari bawang merah
yang dapat meningkatkan dan memberikan nilai tambah, serta memperpanjang
daya simpan produk tersebut. Selain itu, produk olahan bawang merah juga
sebagai salah satu produk tambahan bagi industri mie instan. Jika dilihat dari
kandungan gizinya, bawang merah memiliki kandungan gizi yang baik bagi
kesehatan manusia dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sayuran rempah ini
memiliki peranan penting bagi masyarakat Indonesia, terutama sebagai pelengkap
bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan.
7/26/2019 A08aam
21/101
Hal inilah yang mendorong banyak industri kecil rumahan untuk
mendirikan pabrik-pabrik kecil pengolahan bawang merah, karena mudahnya
mendapatkan bahan baku dan potensi bisnis yang menjanjikan. Pada akhirnya,
jumlah industri pengolahan bawang goreng semakin meningkat. Salah satu
perusahaan yang bergerak dalam industri tersebut adalah UD Cahaya Tani yang
telah berdiri sejak tahun 1990 menekuni usaha pengolahan bawang merah menjadi
bawang goreng. Menurunnya pangsa pasar yang ada akibat persaingan,
menjadikan perusahaan ini berusahaa untuk mengoptimalkan strategi pemasaran
yang ada.
1.2Perumusan Masalah
Peluang pemasaran bawang goreng yang semakin besar ini menjadi
pemicu makin banyaknya petani dan pengusaha tertarik untuk memulai usaha ini,
sehingga menimbulkan persaingan pasar yang semakin tajam. Menurut data dari
Dinas Penanaman Modal Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes tahun
2007, industri kecil bawang goreng di Kabupaten Brebes sudah ada sejak tahun
1990, ada sekitar 13 unit usaha industri bawang goreng dengan rata-rata produksi
mencapai 14 ton bawang goreng pertahun (Dinas Perdagangan, Perindustrian dan
Penanaman Modal Kabupaten Brebes, 2007). Data tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3.
7/26/2019 A08aam
22/101
Tabel 3. Daftar Industri Bawang Goreng Kabupaten Brebes Tahun 2007
Produksi/tahun
No Nama Pemilik KecamatanTK
(Orang)
Nilai
Investasi(Juta Rp)
Jumlah
(Ton)
Nilai (Juta
Rp)
1 M.Muhsin Wanasari 7 5 7,2 136,8
2 Nur Brebes 4 5 2 38
3 Uripah Brebes 5 7 15 285
4 Achmad Wanasari 7 0,5 7,2 136,8
5Suharto (UD
Cahaya Tani)Bulakamba 66 150 1500 1350
6 Kasturoh Wanasari 4 7,5 15 285
7 Marmo Wanasari 2 4,75 9,75 185,25
8 To'ah Wanasari 3 4,5 9,75 185,25
9 Wasmo Wanasari 4 4,75 9,75 185,25
10 Waeni Brebes 2 1 4,8 91,2
11 Giarto Brebes 2 1 4,8 57,6
12 Sumarno Jatibarang 4 2,25 8,4 159,6
13 A. Dulali Ketanggungan 4 5 19,5 370,5
Sumber: Departemen Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kabupaten Brebes, 2007
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa industri pengolahan bawang merah yang
dimiliki Bapak Suharto (UD Cahaya Tani) mempunyai kapasistas produksi
terbesar dibandingkan dengan yang lainnya. Banyaknya industri pengolahan
bawang merah di Kabupaten Brebes mendorong perusahaan untuk
mempertahankan produksinya. Kondisi seperti ini juga yang menjadikan pangsa
pasar yang dimiliki UD Cahaya Tani menjadi berkurang. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Kapasitas Penjualan dan Rata-Rata Penerimaan UD Cahaya Tani
tahun 2002-2006
Tahun Kapasitas Penjualan (Ton) Rata-rata penerimaan (Juta Rp)
2002 1.410 1.269,0
2003 1.335 1.201,5
2004 1.195 1.075,5
2005 1.147 1.032,3
2006 1.073 965,7Sumber: UD Cahaya Tani,2007
7/26/2019 A08aam
23/101
Tabel 4 memperlihatkan bahwa pada tahun 2002 perusahaan mampu
menghasilkan produk bawang goreng sebanyak 1.410 ton/tahun dengan nilai
penerimaan sebesar Rp. 1.269.000.000,-/tahun. Akan tetapi pada tahun-tahun
berikutnya terjadi penurunan jumlah produksi hal ini dikarenakan adanya
pendatang baru di bidang industri bawang goreng. Dengan demikian, rata-rata
penerimaan perusahaan menurun karena pangsa pasar yang berkurang. Untuk itu
perusahaan harus dapat mengantisipasi adanya persaingan melalui penetapan
strategi pemasaran yang tepat, mengingat pentingnya peranan startegi pemasaran
dalam sebuah perusahaan. Perusahaan diharapkan mampu untuk mengembangkan
suatu strategi bersaing yang tepat untuk menghadapi segala kemungkinan
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan.
Strategi bersaing perusahaan merupakan upaya untuk mencapai posisi
dalam industri yang dimasuki agar strategi perusahaan tersebut lebih efektif di
pasar. Strategi perusahaan akan berpengaruh dalam jangka panjang bagi
kelangsungan usaha perusahaan. Dalam menetapkan strategi bersaing yang tepat,
perusahaan membutuhkan analisis mengenai lingkungan usahanya, yang meliputi
lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan. Melalui analisis
lingkungan usaha, perusahaan dapat mengidentifikasi kekuatan dan peluang yang
dapat dimanfaatkan dalam strategi bersaing sekaligus juga menghindari serta
mengatasi ancaman dan kelemahan perusahaan.
Pada umumnya strategi pemasaran yang dijalankan oleh perusahaan
mencakup komponen-komponen bauran pemasaran yang terdiri dari produk,
harga, distribusi dan promosi masih belum optimal. Produk yang ada saat ini
masih terdiri dari empat produk dan berencana akan menambah jenis produknya.
7/26/2019 A08aam
24/101
Distribusi produk pada perusahaan mencakup daerah Semarang, Cikampek,
Pasuruan, Cirebon dan Tegal. Dalam hal harga perusahaan menyesuaikan dengan
harga yang telah ditetapkan oleh pasar. Adapun bentuk promosi yang dilakukan
oleh perusahaan adalah melalui keikutsertaan perusahaan dalam pameran-
pameran yang diadakan oleh masyarakat, memberikan potongan harga pasar
antara 5 15 persen kepada para distributor dan dengan menyebarkan brosur-
brosur dan memberikan kalender kepada para pelanggan.
Strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan untuk memperhatikan
posisi produk dalam industri. Bagi suatu perusahaan, pengetahuan tentang posisi
produk dalam industri adalah penting, khususnya yang berkaitan dengan
penguasaan pangsa pasar. Perusahaan yang menguasai pangsa pasar terbesar akan
lebih leluasa dalam menetapkan kebijakan-kebijakan perusahaan khususnya dalam
hal penetapan strategi pemasaran.
Dalam menjalankan usahanya, UD Cahaya Tani menghadapi persaingan
dari perusahaan sejenis baik yang skala kecil (home industry) ataupun unit usaha
yang berskala besar, sehingga dibutuhkan suatu strategi besaing yang ditetapkan
melalui analisis lingkungan usaha. Berdasarkan masalah yang ada tersebut, maka
rumusan permasalahan yang dapat dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Faktor lingkungan Internal dan Eksternal apakah yang mempengaruhi strategi
pemasaran UD Cahaya Tani ?
2. Alternatif strategi pemasaran manakah yang paling tepat untuk dapat
diterapkan oleh UD Cahaya Tani ?
7/26/2019 A08aam
25/101
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dengan latar belakang dan
perumusan masalah tersebut di atas adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor Internal dan Eksternal yang dihadapi
perusahaan dalam kegiatan pemasaran produk bawang goreng.
2. Merumuskan strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan kondisi internal
dan eksternal yang dihadapi UD Cahaya Tani.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ;
1. Perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan alternatif
strategi pemasaran yang tepat bagi pelaksanaan kegiatan perusahaan
terutama untuk menghadapi persaingan industri bawang goreng yang
semakin ketat.
2. Pembaca sebagai bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan dan
sebagai pembanding untuk penelitian selanjutnya.
7/26/2019 A08aam
26/101
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bawang Merah
Bawang merah merupakan salah satu jenis komoditas sayuran yang
banyak dikenal di dunia, kalangan internasional menyebutnya shallot. Bawang
merah memiliki nama ilmiah Allium cepa varietas ascolunicum atau A11ium
ascolonicum. Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk
rumput, berakar serabut, daunnya berbentuk silindris, pangkal daun berubah
bentuk dan fungsinya membentuk umbi lapis sehingga disebut tanaman berumbi
lapis (Rahayu dan Berlian, 1998). Bawang merah merupakan tanaman, satu marga
dengan tanaman bawang daun, bawang putih dan bawang bombay yang termasuk
dalam familiLiliaceae (Rukmana, 1994).
Tanaman bawang merah telah banyak dibudidayakan di dataran rendah
yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah, tanaman ini
juga tidak menyukai tempat-tempat yang tergenang air (Rahayu dan Berlian,
1998). Tanaman ini dapat dibudidayakan dengan syarat pertumbuhan antara lain:
tanah subur, banyak mengandung humus, tidak tergenang air, aerasi (pertukaran
udara dalam tanah) baik, pH antara 5,5 - 6,5. Jika pH terlau rendah (kurang dari
5,5) maka garam-garam A1umunium (AI) yang terlarut akan bersifat racun
terhadap bawang merah yang menyebabkan tanaman tumbuh kerdil. Demikian
juga dengan pH yang lebih besar dari 6,5 maka unsur mikro Mangan (Mn) tidak
dapat dlgunakan, sehingga umbi kecil- kecil dan hasil produksi rendah.
7/26/2019 A08aam
27/101
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi, yakni pada ketinggian kurang lebih 1.100 meter di
atas permukaan laut (dpl). Akan tetapi, ketinggian ideal yang memungkinkan
bawang merah untuk berproduksi secara optimal adalah pada ketinggian 0 - 800
meter dpl.
Bawang merah mampu menghasilkan produksi terbaik di dataran rendah
dengan suhu 25C - 32C dan iklim kering. Tanaman ini sangat menyukai areal
yang terbuka dan mendapat sinar matahari kurang lebih 70 persen, karena bawang
merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup (long day plan).
Tiupan angin yang sepoi-sepoi akan bcrpengaruh baik terhadap laju proses
fotosintesis, sehingga akan meningkatkan produksi umbi (Rukmana, 1994).
Menurut Samadi dan Cahyono (1996), tanaman bawang merah masih
dapat ditanam di dataran tinggi, tetapi hasilnya tidak sebaik jika ditanam di
dataran rendah. Tanaman bawang merah yang ditanam di dataran tinggi
menghasilkan umbi yang kecil-kecil dan umur panennya panjang, yaitu 80 - 90
hari. Adapun bawang merah yang ditanam di dataran rendah, biasanya akan
menghasilkan umbi yang besar-besar dan umur panennya sekitar 60 - 70 hari dan
bisa kurang tergantung varietas yang digunakan. Hasil bawang merah sangat
dipengaruhi oleh lamanya tanaman menerima sinar matahari. Lama penyinaran
sinar matahari tergantung varietasnya, berkisar antara 11 - 16 jam. Oleh karena
itu, tanaman ini paling baik ditanam pada awal musim kemarau, yaitu pada bulan
Maret atau April sampai bulan Oktober.
7/26/2019 A08aam
28/101
2.2 Budidaya Bawang Merah
Budidaya bawang merah sangat dipengaruhi oleh kemampuan petani
untuk mengelola sumberdaya pertanian guna memperoleh hasil yang optimal.
Selain itu di samping kemampuan petani, ada faktor alam yang juga berpengaruh
dalam budidaya bawang merah. Namun, faktor ini adalah faktor yang di luar
kendali manusia sehingga tidak dapat dihindari dan susah untuk diukur skala
pengaruhnya.
2.2.1 Bibit
Bibit memegang peranan yang penting untuk menunjang keberhasilan
produksi tanaman bawang merah. Penggunaan bibit yang bermutu tinggi
merupakan langkah awal untuk peningkatan produksi. Dalam penggunaan bibit
harus memilih yang bermutu tinggi, yaitu umbi yang bebas dari hama dan
penyakit serta berasal dari tanaman yang sehat dan varietas jenis unggul.
Tanaman bawang merah umumnya diperbanyak dengan menggunakan
umbinya. Bawang merah juga dapat diperbanyak dengan biji, tetapi kebanyakan
tanaman bawang merah di Indonesia sulit menghasilkan biji. Penyediaan bibit
bawang merah dapat diperoleh dengan mengusahakan bibit sendiri atau dengan
membeli.
Bibit yang sehat berasal dari tanaman yang sehat, hal ini dapat dilihat dari
umbi yang warnanya tampak cerah dan tidak terlihat adanya serangan hama dan
penyakit. Bibit yang baik umbinya berwarna cerah, utuh, tidak cacat, padat,
berukuran sedang, dan sudah disimpan selama 2 - 3 bulan. Selain itu sebaiknya
dipilih bibit dari varietas yang unggul (Rahayu dan Berlian, 1998).
7/26/2019 A08aam
29/101
Pemilihan varietas yang ditanam biasanya disesuaikan dengan kondisi
tanah dan kondisi alam tempat budidaya bawang merah. Varietas yang ditanam
ada varietas lokal dan varietas impor. Masing-masing varietas mempunyai
kemampuan produksi yang berbeda-beda, varietas impor biasanya tingkat
produksinya lebih tinggi daripada varietas lokal. Menurut Estu Rahayu dan Nur B
(1998), terdapat beberapa varietas tanaman bawang merah yang ditanam di
Indonesia diantaranya:
a.Varietas Lokal
Bima Brebes
Varietas ini berasal dari Brebes, Jawa Tengah. Varietas ini sudah bisa
dipanen pada umur 60 hari sesudah tanam. Jumlah produksinya bisa mencapai 10
ton/ha umbi kering. Daunnya berwarna hijau, berbentuk silindris, dan berlubang.
Umbinya berwarna merah muda dan bercincin kecil pada leher cakramnya.
Medan
Varietas ini banyak ditanam di Samosir, Sumatra Utara. Umur panennya
70 hari setelah tanam. Jumlah produksi umbi rata -rata 7 ton/ha umbi kering.
Varietas ini mudah berbunga. Bunganya berwarna putih, daun berbentuk silindris
dengan bagian tengah berlubang dan berwama hijau. Bentuk umbi bulat dengan
ujung meruncing dan berwarna merah.
Maja Cipanas
Varietas ini merupakan varietas lokal asal Cipanas, Cianjur. Umur
panennya 60 hari setelah tanam dengan jumlah produksi mencapai 11 ton/ha umbi
kering. Daunnya berwama hijau tua, berbentuk silindris dan berlubang. Umbinya
berwarna merah tua, berbentuk bulat gepeng dan berkeriput.
7/26/2019 A08aam
30/101
Kuning
Varietas ini berasal dari Brebes, Jawa Tengah. Varietas ini sudah dapat
dipanen pada umur 60 hari setelah tanam. Jumlah produksinya rata-rata tujuh
ton/ha umbi kering. Daunnya berwana hijau tua kekunigan, berbentuk silindris
dan berlubang. Umbinya berwarna merah merona dan berbentuk bulat besar.
b. Varietas Impor
Varietas impor yang ditanam di Indonesia adalah Bangkok, Philipina dan
Australia. Varietas ini umumnya memiliki sifat-sifat yang lebih unggu! dari
varietas lokal. Bawang merah varietas impor dipanen tidak jauh berbeda dengan
varietas lokal, yaitu 60 - 70 hari setelah tanam. Akan tetapi, dalam budidayanya
perlu penanganan yang lebih hati-hati karena tanaman masih memerlukan adaptasi
dengan kondisi ekologis sekitarnya.
Varietas bawang merah impor yang banyak ditanam di Indonesia terutama
di daerah Brebes dan Losari Cirebon, adalah Bangkok dan Philipina. Bibit kedua
varietas tersebut bisa didapatkan di daerah tersebut karena sudah dapat
dikembangbiakkan sendiri (Rahayu dan Berlian, 1998).
2.2.2 Pengolahan Tanah
Lahan yang akan ditanami bawang merah harus diolah terlebih dahulu.
Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi seperti yang
diinginkan tanaman bawang merah, yakni berparit untuk pengairan, gembur dan
subur. Kegiatan pengolahan tanah tersebut terdiri dari pembuatan bedengan dan
parit serta penggemburan.
a. Pembuatan Bedengan dan Parit
7/26/2019 A08aam
31/101
Tanah dibentuk menjadi bedeng-bedeng, di antara bedengan dibuat parit
untuk saluran air. Bedengan dibuat dengan lebar sekitar 100 -150 cm. Lebar parit
sekitar 40 cm dengan kedalaman 40 - 50 cm.
Untuk membuat bedengan mula-mula dibuat parit. Tanah galian dan parit
itu dinaikan ke bagian sisinya lmtuk membentuk bedengan itu. Bedengan dibuat
membujur agar tanaman memperoleh sinar matahari sebanyak-banyaknya.
Panjang bedengan dan parit disesuaikan dengan kondisi lahan, tetapi jangan
terlalu panjang, maksimum 10m, agar tidak sulit penanganannya.
Tinggi bedengan dibuat berdasarkan keadaan tanah. Bila tanahnya agak
berat, bedengan perlu sedikit ditinggikan. Namun bila tanahnya berpasir,
bedengan tidak perlu terlalu tinggi.
b. Penggemburan
Tanah yang digali untuk dibuat parit dinaikan ke atas bedengan. Sebelum
tanah di atas bedengan digemburkan ada masa pengeringan tanah yang lamanya
bervariasi. Setelah diadakan pengeringan baru kemudian tanah di atas bedengan
tersebut digemburkan.
Keadaan fisik dan struktur tanah sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan umbi bawang merah. Tanaman bawang merah memerlukan tanah
yang berstruktur gembur. Oleh karena itu, sebelum penanaman tanah harus diolah
sebaik mungkin. Pengolahan tanah sebaiknya mulai dilakukan 3 - 4 minggu
sebelum tanam pada saat tidak hujan agar pengeringan tanahnya sempurna.
Pengolahan tanah dalam keadaan kering ini dapat menghindari menggumpal dan
memadatnya tanah.
7/26/2019 A08aam
32/101
Saat penggemburan tersebut, sebaiknya tanah diberikan pupuk dasar.
Pupuk yang diberikan yaitu pupuk kandang atau kompos yang telah matang dan
telah dibiarkan selama 2 - 3 bulan. Dosisnya sekitar 10 - 15 ton per hektar. Cara
pemberian pupuknya dengan ditebarkan merata di permukaan tanah seminggu
sebelum tanam. Kemudian pupuk dicampur dengan tanah sambil menghaluskan
tanah di permukaanya. Untuk menjaga kadar asam basa tanah, diadakan
pengapuran. Dosis pengapuran disesuaikan dengan kondisi asam basa tanah
(Rahayu dan Berlian, 1998).
2.2.3 Penanaman dan Pemeliharaan
a. Penanaman
Sebelum bibit ditanam, tanah bedengan hendaknya disiram air terlebih
dahulu dan dibuat lubang tanam dengan menggunakan tugal kecil untuk
memudahkan penanaman. Umbi bibit yang telah dipotong sebagian ujungnya dan
telah mengering dibenamkan ke tanah atau ke dalam lubang tanam. Usahakan
permukaan umbi rata dengan permukaan tanah dan berdiri tegak. Namun, jangan
terlalu dalam membenamkannya karena bibit akan busuk.
Dalam budidaya bawang merah, jarak tanam yang digunakan akan
menentukan kepadatan populasi per satuan luas. Jarak tanam yang terlalu rapat
atau tingkat kepadatan populasinya tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan antar tanaman dalam memperoleh air, unsur hara dan sinar matahari.
Jarak tanam bawang merah bervariasi, yang sering digunakan antara lain
20x15 cm, 20x20 cm, 15x15 cm, atau 15xl0 cm. Dengan demikian, pada tiap
bedengan dapat ditanami 4-6 baris tanaman. Jarak tanam tersebut biasanya akan
7/26/2019 A08aam
33/101
memperoleh umbi dengan ukuran yang besar sesuai permintaan kosumen, yaitu
sekitar 1-7 gr/umbi. Jarak tanam yang semakin rapat (10 x 10 cm), berarti semakin
banyak populasinya dan produksinya pun semakin tinggi per satuan luas. Akan
tetapi, ukuran umbinya lebih kecil. Jarak tanam ini baik digunakan untuk
memproduksi umbi.
b. Pemeliharaan
Untuk memperoleh hasil yang optimal, salah satu langkah terpenting
dalam budidaya bawang merah adalah pemeliharaan. Jika tanaman kurang
terpelihara maka produksi yang dicapai kurang optimal dan hasil yang diharapkan
sulit tercapai. Kegiatan pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi
penyiraman, pemupukan, penyiangan, penggemburan tanah dan pemberantasan
hama dan penyakit tanaman bawang merah. Kegiatan-kegiatan tersebut harus
dilakukan secara teratur dan optimal supaya memperoleh hasil yang optimal pula.
2.2.4 Pemanenan
Panen bawang merah biasanya dilakukan jika tanaman sudah berumur 60-
70 hari di daerah dataran rendah dan 80-100 hari di daerah dataran tinggi. Tanda-
tanda tanaman yang sudah siap dipanen adalah : pangkal daun bila dipegang
sudah lemah, 20 -80 daun berwarna kuning, umbi lapis kelihatan penuh berisi,
sebagian umbi tersembul diatas permukaan tanah, sudah terjadi pembentukan
pigmen merah dan timbulnya bau bawang yang khas serta terbentuknya warna
merah tua atau merah keunguan pada umbi, dan daun bagian atas sudah mulai
rubuh.
7/26/2019 A08aam
34/101
Bawang merah sesudah dipanen akan mengalami proses pelayuan dan
pengeringan, sortasi dan grading serta penyimpanan sebelum dipasarkan. Untuk
mendapatkan keseragaman bawang merah maka pemerintah dalam hal ini
Departemen Pertanian telah mengeluarkan SNI bawang merah yaitu SNI 01
3159-1992 yang berisi tentang syarat mutu bawang merah. Dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut.
Tabel 5. Syarat Mutu Bawang Merah Menurut SNI3)2
SyaratKarakteristikMutu I Mutu II
Verietas seragam seragam
Ketuaan tua cukup tua
Kekerasan keras cukup keras
Diameter Min. 1,7 cm min. 1,3 cm
Kerusakan (b/b) maks. 5 % maks. 8 %
Busuk (b/b) maks. 1 % maks. 2 %
Kotoran (b/b) tidak ada (%) tidak ada (%)
Disamping syarat mutu yang ditetapkan dalam SNI bawang merah,
segmen pasar juga menetapkan persyaratan-persyaratan dan mengelompokan
dalam beberapa kelas mutu. Persyaratan mutu yang ditetapkan segmen pasar
bawang merah dapat dilihat pada Tabel 5.
3)http://www.deptan.go.id/psa/doc/baku_standart_bmerah_ntb.htm. Standar bahan baku
bawang merah tanggal 04 Juni 2007
7/26/2019 A08aam
35/101
Tabel 6. Persyaratan Mutu Bawang Merah Menurut Permintaan Segmen Pasar4)3
Kelas MutuKriteria
Mutu I Mutu II
Ukuran umbi diameter besar, diameter > 2,5 cm
kecil, diameter 1,5 2,5
cm
Warna umbi merah ungu smpai keputhn Idem
Kesegaran Segar segar
Kadar air (%) 80 % 85 % 75 % - 80 %
Kotoran bebas, tidak berakar
maks. 0.1 %, tidak
berakar
kekeringan/layu 3% 3 % 5%
Hama / penyakit bebas serangga bebas serangga
Pengolahan dilakukan untuk mendapatkan bentuk variasi konsumsi yang
lain dari bawang merah, selain dikonsumsi dalam bentuk segar. Dengan demikian
dapat dihasilkan aneka ragam bentuk penyajian. Selain itu, keawetan produk dapat
dipertahankan lebih lama sehingga keberadaannya setiap saat dapat lebih terjamin.
Beberapa bentuk hasil olahan bawang merah antara lain bawang goreng, tepung
bawang, dan acar bawang.
2.3
Manfaat Bawang Merah
Selain sebagai bumbu penyedap rasa makanan. Adanya kandungan minyak
asiri dapat menimbulkan aroma yang khas dan memberikan cita rasa yang gurih
serta mengundang selera. Sebenarnya disamping memberikan cita rasa,
kandungan minyak asiri juga berfungsi sebagi pengawet karena bersifat
bakterisida dan fungisida untuk bakteri dan cendawan tertentu. Selain itu juaga,
umbi bawang merah dapat berkhasiat juga untuk mengobati berbagai jenis
4) http://www.deptan.go.id/psa/doc/baku_standart_bmerah_ntb.htm. Standar bahan baku
bawang merah tanggal 04 Juni 2007
7/26/2019 A08aam
36/101
penyakit, diantaranya penyakit panas atau demam, masuk angin, luka,
menghilangkan lendir ditenggorokan serta dapat memperpanjang nafas.
Menurut sebuah penelitian, bawang merah mampu menurunkan
kandungan gula dan kolesterol tubuh, menghambat penumpukan trombosit, serta
meningkatkan aktifitas fibrinolitik sehingga dapat memperlancar aliran darah.
Bawang merah juga mampu memobilisasi kolesterol dari tempat penimbunannya.
Untuk pengobatan penyakit tersebut, bawang merah dapat diberikan dalam bentuk
utuh, baik dalam keadaan mentah atau dimasak dulu. Selain itu, dapat juga dibuat
sari bawang, ekstrak kering yang berupa bubuk, atau dalam bentuk minyak
asirinya.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang analisis strategi pemasaran bawang goreng belum
pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang ada hanya mengenai pemasaran,
analisis usahatani dan analisis pendapatan mengenai bawang merah. Dalam hal ini
peneliti akan membandingkan dengan penelitian lain. Namun peneliti tidak hanya
membandingkan pada lingkup komoditi saja, etapi juga membandingkan dengan
analisis yang digunakan terhadap komoditi lain.
Penelitian untuk pemasaran bawang merah, dilakukan oleh Shintania
(1999) dalam penelitian usahatani bawang merah yang dilakukan oleh petani desa
Sindangsari dan Desa Sukamulya. Hasil penelitisn menunjukkan usahatani ini
mampu memberikan pendapatan yang positif atau memberikan keuntungan.
Saluran pemasaran di Desa Sindangsari terdiri dari dua pola, sedangkan saluran
pemasaran yang ada di Desa Sukamulya ada tiga pola. Berdasarkan analisis nilai
7/26/2019 A08aam
37/101
tambah menunjukkan bahwa kegiatan pengolahan bawang merah menjadi bawang
goreng pada pabrik skala kecil, menengah dan besar mampu memberikan nilai
tambah. Nilai tambah yang diperoleh pabrik skala besar lebih besar dibandingkan
pabrik skala menengah/kecil. Tingkat keuntungan yang diperoleh pabrik skala
besar lebih besar dibandingkan pabrik skala menengah dan kecil
Berdasarkan metode IFE, EFE, analisis bauran pemasaran, BCG dan
SWOT, Putri (2004) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Strategi
pemasaran Pisang Sale, Kasus CV Kiniko Enterprise, Tabek Patah, Sumatera
Barat. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis strategi pemasaran
yang dilakukan perusahaan saat ini dan mengidentifikasi faktor-faktor internal
eksternal perusahaan serta memformulasikan strategi perusahaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perusahaan melakukan strategi pengembangan produk yaitu
mengembangkan jenis produk baru dengan memperdalam bauran promosi,
menambah anggaran modal dan melakukan promosi yang lebih gencar,
meningkatkan efesiensi tenaga kerja, pengembangan dan penelitian produk,
melakukan perencanaan produksi dengan baik, dan melakukan orientasi pasar
yang telah ada.
Kristanto (2006) menganalisis strategi pemasaran jamu tradisional pada
PT Fito Medisina Kotamadya Bogor. Alat analisis yang digunakan adalah
Analisis Lingkungan Pemasaran (Internal dan Eksternal), Analisis Matriks IE, dan
Analisis SWOT. Berdasarkan identifikasi faktor internal bahwa kekuatan utama
perusahaan adalah perputaran keuangan yang teratur, kualitas dan khasiat produk
bagus dan harga jual produknya sangat kompetetif (lebih murah dari pesaing).
Adapun kelemahan utamanya adalah kegiatan promosi masih sangat kurang dan
7/26/2019 A08aam
38/101
pendistribusian yang kurang merata. Kemudian, jika diidentifikasikan dari faktor
eksternal bahwa peluang utama perusahaan adalah adanya pemasok utama yang
memiliki etika bisnis yag baik dan harga produk (obat farmasi) impor yang terus
naik. Ancaman utamanya adalah adanya pesaing aktif yang memiliki jalur
distribusi kuat dan kapasitas produksi yang besar.
Hasil analisa yang diperoleh dari matriks IE bahwa posisi perusahaan
adalah tumbuh bina (sel IV) maka strategi yang harus diimplementasikan
perusahaan terkait dengan posisinya tersebut (dengan menggunakan matriks
SWOT) untuk dapat bersaing di pasar yaitu: (a) mempertahankan iklim kerja,
yang kondusif dan etika bisnis yang baik, (b) meningkatkan loyalitas dengan tetap
mempertahankan kualitas produk, (c) harga jual yang kompetitif dengan tetap
mempertahankan minimum margin, (d) mencari dan membina hubungan baik
dengan distributor-distributor baru, (e) melakukan promosi yang aktif baik
terhadap konsumen maupun terhadap distributor, dan (f) mengembangkan produk
dan membuat kemasan yang lebih praktis seperti sachetuntuk pemakaian satu kali
minum.
Berdasarkan ketiga penelitian tersebut dapat dijadikan referensi bagi
peneliti karena masalah yang diangkat berkaitan dengan komoditi dan alat
analisisnya. Terdapat persamaan permasalahan, yakni strategi pemasaran suatu
produk dan penafsiran penggunaan alat analisis yang berbasis pada manajemen
strategi berupa SWOT dan analisis faktor internal dan eksternal. Sedangkan
perbedaanya terletak pada objek yang diteliti yaitu berupa bawang goreng.
7/26/2019 A08aam
39/101
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu fungsi bisnis manajemen perusahaan
yang langsung menghasilkan penerimaan (output) bagi perusahaan. Menurut
Kotler (2000), pemsaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dalam
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain.
Kotler (1997), menyatakan bahwa pemasaran adalah fungsi bisnis yang
mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi,
mengidentifikasi dan mengukur besarnya, menentukan pasar sasaran mana yang
paling baik yang dapat dilayani, menentukan berbagai produk dan jasa, serta
program yang sesuai untuk melayani pasar-pasar dan meminta setia orang dalam
organisasi untuk berpikir dan melayani pelanggan.
Menurut Swastha (2000), pemasaran adalah sistem keseluruhan dari
kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Dengan demikian pemasaran adalah salah satu fungsi manajemen
perusahaan yang langsung menghasilkan penerimaan (output) bagi perusahaan
melalui proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran penetapan harga,
7/26/2019 A08aam
40/101
promosi., serta penyaluran barang atau jasa untuk menciptakan pertukaran yang
dapat memenuhi keinginan konsumen.
3.1.2 Strategi Pemasaran
Ditinjau dari asal usul katanya, strategi berasal dari bahasa Yunani
(strategia = militer; dan ag = memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk
menjadi seorang jendral. Selain itu, strategi juga bisa diartikan sebagai suatu
rencana alokasi atau pengerahan kekuatan militer dan materialpada daerah-daerah
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. (M. Thaufik, 2005)Dalam melaksanakan
pemasaran, perusahaan harus memiliki konsep pemasaran yang tepat sehingga
pemasaran yang dijalankan akan lebih ektif daripada pesaing dalam menciptakan,
menyerahkan, dan mengkomunikasikan produk barang atau jasa kepada
pelanggan. Konsep pemasaran berfokus kepada kebutuhan pembeli dan
mempunyai gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan lewat sarana-sarana
produk dan keseluruhan barang yang dihubungkan dengan hal menciptakan,
menyerahkan, dan akhirnya mengkonsumsi (Kotler, 2000)
Menurut Swastha (2000), bagian pemasaran mempunyai peranan aktif
sejak dimulainya proses produksi semua kegiatan perusahaan untuk menghasilkan
dan menjual barang yang didasarkan pada masalah pemasaran, sehingga secara
difinitif dapat dikatakan bahwa konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis
yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat
ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Kotler (2000), konsep pemasaran berdiri diatas empat pilar yaitu
pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pesaran terpadu, dan kemampuan
7/26/2019 A08aam
41/101
menghasilkan laba. Konsep pemasaran mempunyai perspektif dari luar ke dalam
yang artinya konsep ini dimulai dari pasar yang berfokus pada kebutuhan
pelanggan, mengkoordinasikan semua aktivitas yang akan mempengaruhi
pelanggan, dan menghasilkan laba yang memuaskan pelanggan. Hal ini terlihat
pada gambar 1.
Gambar 1. Konsep Pemasaran
Sumber : Kotler (2000)
Strategi merupakan rencana yang disatukan, luas, dan integritas yang
menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan
dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai
melalui strategi yang tepat dari suatu organisasi.
Menurut Kotler (1997), strategi pemasaran terdiri atas prinsip-prinsip
dasar yang melandasi manajemen untuk mencapai sasaran, bauran pemasaran, dan
alokasi pemasran. Dalam strategi pemasran terdapat bauran pemasran (Marketing
mix) yang merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan-
perusahaan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran. Keputusan-keputusan
Pasar
Sasaran
Kebutuhan
Pelanggan
Pemasaran yang
Terintegritas
Laba melalui
Kepuasan Pelanggan
7/26/2019 A08aam
42/101
dalam bauran pemasaran dapat dikelompokan menjadi empat elemen yang terdiri
atas Produk (Product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion).
1.
Produk
Produk diartikan sebagai sesuatu yang ditawarkan ke dalam pasar untuk
diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga memuaskan
keinginan atau kebutuhan (Kotler, 1997). Strategi produk didefinisikan
sebagai suatu strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang
berhubungan erat dengan produk yang dipasarkan. Strategi ini mencakup
konsep produk total yang meliputi barang, kemasan, merek, label,
pelayanan, dan jaminan.
2. Harga
Harga diartikan sejumlah nilai uang yang bersedia dibayarkan oleh
konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Dalam strategi penetapan
harga terdapat beberapa tujuan yaitu berorientasi laba, berorientasi volume
(volume pricing objective), berorientasi citra (image of volume), tujuan
stabilitas harga serta tujuan lain yang meliputi nilai sosial (social price),
mempertahankan loyalitas konsumen. Strategi harga meliputi strategi
penetapam harga, keseragaman harga, potongan harga, tingkat harga dan
syarat-syarat pembayaran.
3. Ditribusi
Distribusi merupakan seperangkat lembaga yang melakukan semua
kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status
kepemilikan dari produsen ke konsumen. Dalam saluran distribusi terdapat
beberapa perantara yang jumlahnya sangat bervariasi. Tingkatan-tingkatan
7/26/2019 A08aam
43/101
dalam saluran distribusi berdasarkan jumlah perantaranya terdiri dari
saluran tingkat nol (zero level chanel) yang menunjukan tidak adanya
perantara dalam pemasaran, saluran tingkat satu (one level chanel) dimana
perantaranya hanya satu, saluran tingkat dua (two level chanel) yang
menggunakan dua perantara, dan seterusnya (Kotler, 1997).
4. Promosi
Promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para produsen
untuk mengkomnunikasikan manfaat dari produknya, membujuk dan
mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli produk tersebut
(Kotler, 1997).
Menurut Swastha (2000), promosi merupakan salah satu variabel
marketing mix yang digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi
dengan pasarnya. Promosi juga sering dikatakan sebagai proses berkelanjutan
karena dapat menimbulkan rangkaian kegiatan selanjutnya dari perusahaan. Oleh
karena itu promosi dipandang sebagai arus informasi satu arah yang menciptakan
pertukaran dalam pemasaran.
Bentuk-bentuk promosi adalah periklanan (advertising), promosi
penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas, penjualan
secara pribadi (personal selling), dan pemasran langsung.
3.1.3. Analisis Lingkungan Pemasaran
Penguasaan strategi pemasaran tergantung pada kemampuan perusahaan
tersebut untuk mengenal lingkungan pemasaran dan menggunakan secara tepat
informasi tersebut. Lingkungan pemasaran yang dianalisis adalah lingkungan
7/26/2019 A08aam
44/101
internal perusahaan yang meliputi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
perusahaan dan lingkungan eksternal perusahaan yang meliputi peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan.
3.1.3.1Analisis Lingkungan Internal
Analisis internal merupakan tahap pengkajian faktor-faktor dan kekuatan-
kekuatan di dalam organisasi itu sendiri. Lingkungan internal perusahaan
menggambarkan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, fisik, finansial
perusahaan dan juga dapat memperkirakan kelemahan (weakness) dan kekuatan
(strength) struktur organisasi maupun manajemen perusahaan (Pearce dan
Robinson, 1997). Faktor internal perusahaan merupakan faktor yang
mempengaruhi arah dan tindakan perusahaan yang berasal dari intern perusahaan.
Faktor internal ini dapat ditentukan dengan beberapa cara yaitu menghitung rasio,
mengukur prestasi dan membandingkan dengan periode sebelumnya serta rata-
rata industri. Berdasarkan analisis ini, dapat dievaluasi kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki oleh perusahaan yang akan digunakan sebagai informasi untuk
membangun strategi pemasaran.
Faktor-faktor internal yang dapat dianalisis, diantaranya (David, 1998) :
1.
Faktor Pemasaran
Menganalisis kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pemasaran, termasuk
penjualan, promosi, harga, distribusi dan penelitian pasar.
2. Faktor Produksi
Menganalisis kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pabrikasi dan produksi
serta teknologi yang digunakan.
7/26/2019 A08aam
45/101
3. Faktor Sumberdaya Manusia
Menganalisis kemampuan sumberdaya manusia yang ada, baik ditingkat
manajemen dan tenaga kerja.
4. Faktor Keuangan
Menganalisis kekuatan dan kelemahan dari sistem yang telah dijalankan
melalui kinerja keuangan perusahaan.
Keberhasilan dari suatu strategi pemasaran diukur berdasarkan beberapa
kriteria, yakni :
1. Pertumbuhan penjualan & kualitas produk
2. Pangsa pasar & tingkat pertumbuhan pasar
3. Distribusi & konsumsi
4. Jumlah tenaga kerja & efektivitas tenaga penjualan
5. Penggudangan & tingkat persediaan
6.
Anggaran biaya & efektivitas iklan
7. Pelatihan tenaga penjualan
8. Biaya penjualan & harga jual
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, keputusan setiap perusahaan akan berbeda
satu dengan yang lainnya dalam menentukan kriteria yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan suatu strategi. Pada hakekatnya suatu strategi pemasaran
berlaku untuk jangka waktu tertentu. Hal ini disebabkan karena konsumen
senantiasa bersifat dinamis, artinya berubah dari waktu ke waktu. Untuk itu
diperlukan suatu keputusan atau tindakan yang mengarah pada perkembangan
suatu strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Adapun
7/26/2019 A08aam
46/101
langkah-langkah operasional dalam manajemen strategis terdiri dari tahap analisis
dan diagnosa, pemilihan, implementasi dan evaluasi.
3.1.3.2Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis eksternal menekankan pada mengenali dan mengevaluasi
kecenderungan dan peristiwa yang di luar kendali sebuah perusahaan. Tujuan dari
analsisi eksternal adalah untuk mengembangkan daftar terbatas peluang yang
dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang harus dihindari.
Terdapat banyak faktor eksternal yang meliputi berbagai faktor diluar
perusahaan yang dapat menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan. Menurut
Kotler (1997), peluang pemasaran adalah suatu bidang kebutuhan pembeli dimana
perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan, sedangkan ancaman
lingkungan menurut Kotler (1997) adalah tantangan akibat kecenderungan atau
perkembangan yang kurang menguntungkan, yang akan mengurangi penjualan
dan laba jika tidak dilakukan tindakan pemasaran defensive. Perusahaan yang
berhasil dan dapat memperoleh keunggulan bersaing adalah perusahaan yang
dapat memanfaatkan peluang pemasaran secara efektif serta tanggap terhadap
ancaman lingkungan yang dihadapinya untuk bias dengan segera melakukan suatu
tindakan yang bias mengatasinya.
Dalam analisis lingkungan eksternal, faktor yang diidentifikasi adalah
lingkungan makro dan pelaku lingkungan mikro (Kotler, 1997). Lingkungan
makro terdiri dari peubah-peubah sosial, ekonomi, politik atau hukum, demografi,
teknologi dan alam, sedangkan lingkungan mikro terdiri dari para pelaku dalam
lingkungan yang langsung berkaitan dengan perusahaan yang mempengaruhi
7/26/2019 A08aam
47/101
perusahaan untuk melayani pasar. Selain analisis lingkungan makro dan mikro,
dalam analisis lingkungan pemasaran yang dihadapi pada pasar sasaran
perusahaan perlu juga untuk memperhatikan lingkungan industri untuk
mengetahui intensitas persaingan dalam industri yang sejenis (Umar, 1999)
a. Lingkungan Makro
Menurut Kotler dan Amstrong (1997), lingkungan makro terdiri dari
kekuatan-kekuatan sosial yang lebih besar yang mempengaruhi seluruh pelaku di
lingkungan mikro perusahaan yaitu demografi, ekonomi, alam, teknologi dan
sosial budaya. Kekuatan-kekuatan ini merupakan faktor yang bersifat tidak dapat
dikendalikan, sehingga harus memantau dan cepat tanggap terhadap kekuatan-
kekuatan tersebut.
Dari faktor demografi terdapat beberapa kondisi penting yang secara
umum mempengaruhi lingkungan pemasaran. Menurut Kotler dan Amstrong
(1997), kondisi tersebut terutama adalah perubahan jumlah penduduk dan
distribusi umur penduduk. faktor demografi sangat populer digunakan dalam
penetapan segmentasi pasar oleh pemasar, karena variabel demografi sering
berkaitan dengan keinginan, preferensi dan tingkat kegunaan suatu produk atau
jasa.
Menurut Kotler dan Amstrong (1997), lingkungan ekonomi terdiri dari
faktor yang mempengaruhi daya beli dan pola pembelian konsumen. Daya beli
konsumen dalam perekonomian bergantung pada pendapatan, harga, tabungan,
hutang, dan ketersediaan kredit. Pemasar harus memperhatikan dengan cermat
peubah-peubah dalam pendapatan dan pola pembelanjaan konsumen dalam
perencanaan strategi bersaing.
7/26/2019 A08aam
48/101
Faktor alam berkaitan erat dengan kegiatan produksi perusahaan. Dalam
situasi yang global perusahaan perlu mengantisipasi ancaman maupun peluang
yang mungkin timbul dari kecenderungan lingkungan alam yang saat ini terjadi
seperti ketersediaan bahan baku dan energi yang meningkat, tingkat polusi yang
meningkat dan peran pemerintah.
Faktor teknologi yang memiliki kecenderungan untuk senantiasa berubah
seiring dengan penemuan-penemuan dan inovasi baru memberikan dampak
revolusi terhadap produk-produk dan proses produksinya. Perubahan teknologi
akan berpengaruh terhadap daur hidup produk. Para pemasar harus memahami
lingkungan teknologi yang fleksibel dan bagaimana teknologi tersebut dapat
memenuhi kebutuhan manusia, sehingga peusahaan dapat menambahkan
penyesuaian-penyesuaian yang perlu bagi produk maupun teknologi peroduksinya
(Umar, 1999). Suatu teknologi baru dapat menjadi kekuatan bagi perusaahaan
karena dapat memberikan nilai keunggulan dalam memuaskan kebutuhan
konsumen yang akan merangsang aktivitas investasi dan ekonomi.
Lingkungan politik dan hukum adalah salah satu faktor yang kuat
mempengaruhi keputusan pemasaran. Lingkungan ini dibentuk oleh hukum,
badan pemerintah dan badan penekan yang mempengaruhi dan membatasi
beragam organisasi dan individu.
Faktor sosial dan budaya berkaitan dengan kepercayaan, norma dan sikap
individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi dalam penentuan strategi
perusahaan. Penilaian ini pada umumnya disalurkan dalam bentuk gaya hidup dan
konsumsi. Pemasar perlu memperhatikan sistem sosial budaya dimana perusahaan
7/26/2019 A08aam
49/101
akan memasarkan produknya dan senantiasa memonitor perkembangan atau
kecenderungan yang terjadi.
b.
Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro terdiri dari berbagai kekuatan yang berada didekat
perusahaan yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pelanggan, yakni
pemasok, perantara pemasaran, pasar pelanggan dan para pesaing (Kotler dan
Amstrong, 1997). Menurut Kotler (2000), lingkungan mikro terdiri dari pelaku
dalam lingkungan perusahaan yang langsung mempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk melayani pasarnya yaitu pemasok, perantara pemasaran,
pelanggan dan pesaing.
1. Pemasok
Pemasok menyediakan sumberdaya yang diperlukan oleh perusahaan untuk
menghasilkan barang dan jasa. Sumberdaya yang disediakan pemasok ini
dapat berupa bahan baku, modal, tenaga kerja, jasa dan sebagainya.
Perkembangan pemasok dapat secara serius mempengaruhi pemasar.
2. Perantara pemasran
Perantara pemasar yakni perusahaan atau perorangan yang membantu
perusahaan dalam mempromosikan, menjual dan mendistribusikan barang-
barang ke pembeli akhir. Perantara pemasaran ini meliputi perantara
(middlemen), perusahaan pendistribusi fisik, agen jasa pemasaran dan
perantara keuangan.
3. Pelanggan
Seluruh kegiatan dicurahkan oleh perusahaan untuk memberikan pengaruh
positif dalam membangun dan memperluas hubungan dengan pelanggan.
7/26/2019 A08aam
50/101
Pelanggan merupakan inti dari kegiatan analisis pasar. Perubahan prilaku
pelanggan harus selalu diantisipasi oleh perusahaan agar dapat disusun strategi
yang tepat. Perusahaan dapat melakukan kegiatannya ke dalam lima tipe pasar
pelanggan, yaitu :
a.Pasar konsumen terdiri dari individual rumah tangga yang membeli barang
dan jasa untuk konsumsi pribadi.
b.Pasar bisnis yaitu membeli barang dan jasa untuk diproses lebih lanjut atau
digunakan dalam proses produksi.
c.Pasar penjual yaitu membeli barang dan jasa untuk dijual lagi dengan
mengmbil laba.
d.Pasar pemerintah terdiri dari kantor pemerintah yang membeli barang dan
jasa untuk menyediakan fasilitas umum atau mngalihkan barang dan jasa
pada pihak lain yang membutuhkan.
e.
Pasar Internasional terdiri dari pembeli di luar negeri, termasuk konsumen,
produsen, penjual dan pemerintah.
4. Pesaing
Setiap perusahaan akan menghadapi sejumlah pesaing, baik yang menawrakan
produk sejenis atau sama dengan produk perusahaan atau produk
substitusinya. Konsep pemasaran menyatakan bahwa agar sukses, sebuah
perusahaan harus memberikan nilai dan kepuasan pelanggan yang lebih besar
dari pada pesaingnya. Sehingga perusahaan memperoleh keunggulan strategi
dan mendapatkan posisi yang kuat atas barang atau jasa yang ditawarkan.
7/26/2019 A08aam
51/101
3.1.4 MatriksInternal External (IE)
Untuk menentukan posisi perusahaan digunak~n matriks IE yang
merupakan matiiks portfolio, maksudnya bahwa alat analisis ini dapat
menggambarkan bagaimana posisi suatu unit bisnis strategis dalam industri. Sel-
sel pada matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama dengan implikasi strategi
yang berbeda-beda. Daerah pertama terdiri dari sel I, II, dan IV dapat disebut
tumbuh dan bina. Strategi yang cukup mewakili divisi ini adalah strategi intensif
dan strategi integratif. Daerah kedua terdiri dari sel III, V, dan VII dapat dikelola
dengan pertahanan dan pelihara (hold and mantain). Strategi yang dapat mewakili
adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Daerah ketiga terdiri dari sel
VI, VIII, dan IX lebih baik menggunakan strategi panen atau divestasi.
3.1.5 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi sistematis atas kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman berdasarkan analisis internal dan eksternal
yang dihadapi perusahaan, dengan analisis ini diharapkan perusahaan dapat
rnenyusun strategi bersaing berdasarkan kombinasi antara faktor-faktor tersebut.
Perumusan alternatif strategi dari matriks SWOT terdiri dari empat alternarif
strategi, yaitu strategi S-O atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan
internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal strategi W-O atau
strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk mernperbaiki kelemahan dengan
memenfaatkan peluang eksternal, strategi S-T atau strategi kekuatan-ancaman
menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak
ancaman eksternal, dan strategi W-T atau strategi kelemahan-ancaman merupakan
7/26/2019 A08aam
52/101
taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan
menghindari ancaman lingkungan eksternal (David, 2002)
3.1.6 Matriks Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
QSPM adalah alat yang memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi
alternatif strategi secara objektif dan dengan penilaian intuitif yang baik,
berdasarkan faktor-faktor kritis eksternal dan internal yang telah diketahui
sebelumnya. Tujuan matriks QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif
(relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih,
dan untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk
diimplementasikan terlebih dahulu atau menentukan prioritas dari alternatif
strategi yang ada. Kelebihan dari QSPM adalah bahwa set strategi dapat diperiksa
secara berurutan atau bersamaan, tidak ada batas untuk jumlah strategi yang dapat
dievaluasi atau jumlah set strategi yang dapat diperiksa sekaligus menggunakan
QSPM. Kelebihan lain dari QSPM adalah alat ini mengharuskan ahli strategi
untuk memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait ke dalam
proses keputusan sedangkan keterbatasan alat QSPM adalah proses ini selalu
memerlukan penilaian intuitif dan asumsi yang diperhitungkan (David, 2002).
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
UD. Cahaya Tani merupakan salah satu industri usaha yang memproduksi
bawang merah olahan berupa bawang goreng. Produk yang dihasilkan dipasarkan
dibeberapa kota besar di pulau Jawa seperti Tegal, Semarang, Pasuruan, Cirebon
dan Cikampek.
7/26/2019 A08aam
53/101
Semakin bertambahnya jumlah pendatang baru dalam industri bawang
goreng mengakibatkan berkurangnya pangsa pasar yang dimiliki perusahaan..
untuk mengantisipasi adanya penurunan omset penjualan maka perusahaan perlu
mencari alternatif strategi untuk mencari pasar atau pelanggan yang baru,
sehingga untuk memperoleh keuntungan maksimal dan mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, maka UD. Cahaya Tani harus menerapkan
strategi pemasaran yang baik dan tepat. Strategi yang baik bagi suatu unit usaha
adalah strategi yang disusun dengan mempertimbangkan kondisi internal unit
usaha yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan untuk memanfaatkan peluang dan
mengantisipasi ancaman yang ada di dalam lingkungan yang selalu berubah dan
semakin kompetitif
Selain mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan, perlu
melakukan pengkajian mengenai strategi bauran pemasaran yang telah diterapkan
oleh perusahaan sehingga dapat diketahui bagaimana posisi pangsa pasar
perusahaan tersebut. Dari berbagai analisis di atas akan dirumuskan alternatif
strategi pemasran yang tepat berdasarkan kondisi internal eksternal perusahaan.
Dari identifikasi analisis internal eksternal, bauran pemasaran akan dianalisis
dengan metode analisis SWOT, dan QSPM. Metode QSPM ditujukan untuk
mengevaluasi strategi alternatif secara objektif dan dengan penilaian intuitif yang
baik, berdasarkan pada faktor-faktor kritis untuk sukses eksternaldan internal yang
telah diketahui sebelumnya. QSPM merupakan dasar sasaran untuk memilih
strategi spesifik atau strategi alternatif yang terbaik, karena QSPM
mengungkapkan daya tarik relatif dari strategi alternatif yaitu berbagai strategi
7/26/2019 A08aam
54/101
berdasarkan pada sejauh mana faktor-faktor sukseskritis eksternal dan internal
dimanfaatkanatau diperbaiki.
Gambar 2. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Strategi
Pemasaran Bawang Goreng UD Cahaya Tani
Matrik IFE Matrik EFE
UD Cahaya Tani
Produksi Bawang Merah Olahan
(Bawang Goreng)
Pangsa pasar berkurang akibat munculnya para
pendatang baru
Faktor Lingkungan Internal :
Manajemen
Sumberdaya Manusia
Pemasaran
Keuangan
Analisis Matrik IE dan SWOT
Faktor Lingkungan Eksternal :
1.Analisis lingkungan makro
(demografi, ekonomi, sosial
politik, teknologi dan alam/fisik)
2.Analisis lingkungan mikro
Pelanggan
Perantara Pemasaran
Pesaing
Pemasok
Alternatif Strategi Pemasaran Terbaik UD Cahaya Tani
Matrik QSPM
7/26/2019 A08aam
55/101
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di perusahaan pengolahan bawang goreng UD
Cahaya Tani Banjaratma Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan alasan bahwa UD. Cahaya Tani
merupakan salah satu industri pengolahan bawang goreng terbesar di daerah
Brebes yang telah lama berdiri dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai
strategi pemasaran bawang goreng sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan
pada bulan Maret-April 2008.
4.2
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder, baik
kualitatif maupun kuantitatif. Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui
observasi atau pengamatan langsung ke perusahaan yang dilakukan secara
intensif pada kegiatan pemasaran dan semua aspek pendukungnya yang dilakukan
oleh pemasaran dan wawancara yang mendalam dengan pihak-pihak yang
berhubungan dengan pemasaran bawang goreng, yaitu pemilik dan pengelola
perusahaan. Data sekunder didapatkan dari pustaka dan literatur, skripsi, buku
yang relevan dengan penelitian ini, baik yang berasal dari UD. Cahaya Tani
maupun instansi lain, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian,
Kehutanan, dan Konservasi Tanah dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Penanaman Modal.
7/26/2019 A08aam
56/101
Keseluruhan data yang diperoleh dapat digolongkan menjadi data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif tersebut meliputi gambaran umum
perusahaan dan situasi pemasaran yang dihadapi. Sedangkan data kuantutatif
meliputi data penjualan bawang goreng, pembobotan dan pemeringkatan faktor-
faktor internal dan eksternal. Kedua jenis data tersebut digunakan sebagai
masukan untuk menghasilkan alternative strategi.
Pengolahan dan Analisi Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dalam bentuk studi kasus di UD. Cahaya Tani. Penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif dapat menggambarkan sifat sesuatu yang terjadi
berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu
gejala tertentu, disamping itu dapat juga menjawab pertanyaan yang menyangkut
sesuatu pada waktu berlangsungnya proses riset. Sedangkan studi kasus
dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang lebih rinci mengenai suatu obyek
tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh,
termasuk lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi teknik
pengambilan sampel.
Metode pengolahan dan analisis data menggunakan program Microsoft
Excel dengan pendekatan konsep manajemen strategis pemasaran. Adapun
tahapan-tahapan yang diterapkan dalam analisis dan pengolahan data adalah
analisis deskriptif untuk memperoleh gambaran umum perusahaan, analisis
persaingan industri untuk mengidentifikasi kondisi persaingan industri yang
dihadapi oleh perusahaan, analisis matriks IFE dan EFE untuk menganalisis
7/26/2019 A08aam
57/101
faktor-faktor lingkungan internal dan ekstemal, analisis matriks IE yang
digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan kemudian dilanjutkan dengan
melakukan analisis SWOT untuk mendapatkan altematif strategi bagi perusahaan
dengan memadukan dan menyesuaikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
perusahaan dengan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan.
Tahap terakhir adalah membuat matriks QSPM untuk memberikan alternatif
strategi mana yang paling baik dalam membuat keputusan berdasarkan faktor
eksternal dan internal dari tahap sebelumnya.
7/26/2019 A08aam
58/101
BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah Perusahaan
UD Cahaya Tani adalah sebuah industri pengolahana bawang merah yang
terletak di Desa Banjaratma Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 2 Juni 1995 didirikan oleh bapak Suharto yang
memulai usaha dengan modal awal sebesar Rp 97. 000.000,- dan memproduksi
produk olahan bawang merah.
5.2 Struktur Organisasi
UD Cahaya Tani mempunyai struktur organisasi yang berbentuk lini/garis.
Bentuk ini menunjukan wewenang dari atas ke bawah dan tanggung jawab dari
bawah ke atas. Hal ini berarti dalam organisasi tersebut karyawan hanya
mempunyai satu atasan. Struktur orgainsasi UD Cahaya Tani terdiri dari bagian
Keuangan dan Administrasi, bagian Penjualan dan bagian Produksi dan Promosi.
Bagian Keuangan dan Administrasi membawahi sekretariat dan kauangan. Bagian
Penjualan bertugas langsung dalam bidang pemasaran komoditi hasil produksi.
Bagian Produksi dan Promosi bertugas melakukan kegiatan pembelanjaan bahan
baku dan kegiatan promosi. Struktur organisasi UD Cahaya Tani disajikan dalam
Lampiran 1.
Berdasarkan strutur organisasi UD Cahaya Tani ditetapkan job deskripsi
setiap jabatan dalam strukltur tersebut. Uraian mengenai job deskripsi berdasarkan
jabatan yang ada dapat dijelaskan sebagai berikut:
7/26/2019 A08aam
59/101