23
MODUL DASAR 3 Desentralisasi Kesehatan Program Pengembangan Kapasitas Manajemen dan Kepemimpinan Berbasis Kinerja di Papua Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada

a1-3 Desentralisasi Kesehatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a1-3 Desentralisasi Kesehatan

Citation preview

Page 1: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

MODUL DASAR 3

Desentralisasi Kesehatan

Program Pengembangan Kapasitas Manajemen dan Kepemimpinan Berbasis Kinerja di Papua

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada

Page 2: a1-3 Desentralisasi Kesehatan
Page 3: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

43 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar

A. Deskripsi singkat

Di tahun 2011 ini Indonesia sudah melaksanakan kebijakan desentralisasi dalam sektor kesehatan selama 11 tahun. Harapannya desentralisasi kesehatan sudah dapat dilaksanakan dengan baik. Namun kenyataannya desentralisasi dalam sektor kesehatan belum dijalankan dengan baik dan benar. Modul ini berusaha membahas pelaksanaan desentralisasi dalam konteks 10 tahun perjalanannya di Indonesia. Pelaksanaan kebijakan ini akan dibahas melalui berbagai pendekatan misalnya: pendekatan analisis hukum dan peraturan mengenai kewenangan, pendekatan analisis kesiapan sumber daya manusia dan aspek politiknya, serta aspek pembiayaan dalam desentralisasi. Dalam pendekatan ini, berbagai sudut pandang akan bertemu dalam kajian mengenai PP No. 38 tahun 2007 yang sampai sekarang masih belum dipahami dengan benar oleh seluruh pelaku kesehatan di Indonesia. Modul ini memberikan masukan kepada kompetensi bidang yang meliputi berpikir analisis dan berpikir konseptual sesuai Permenkes No. 971 Tahun 2009 Pasal 6c dan 6d.

B. Tujuan pembelajaran

a. Tujuan pembelajaran umum

Setelah mempelajari modul ini, peserta mampu memahami dan melakukan analisis kritis terhadap kebijkan desentralisasi dan pelaksanaannya di sektor kesehatan.

b. Tujuan pembelajaran khusus

• Setelah Peserta mengikuti pembelajaran ini, Peserta mampu:

• Menjelaskan desentralisasi dan desentralisasi sektor kesehatan

• Menjelaskandesentralisasi kesehatan: dinamika dan dampaknya

Page 4: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

PML Papua | 44

Ringkasan Modul Dasar

• Menjelaskan perubahan wewenang di berbagai tingkat pemerintah dalam kesehatan

• Menjelaskan desentralisasi dan mekanisme penganggaran dan penyaluran dana pusat ke daerah

• Menjelaskan standar pelayanan minimal • Menjelaskan rencana strategis lembaga pada era

desentralisasi

C. Pokok bahasan dan Sub-pokok bahasan

a) Pokok bahasan 1: Desentralisasi dan desentralisasi sector kesehatan

b) Pokok bahasan 2: Desentralisasi kesehatan: dinamika dan dampaknya

c) Pokok Bahasan 3: Perubahan wewenang, diberbagai tingkat pemerintah dalam Kesehatan

d) Pokok Bahasan 4: Desentralisasi dan mekanisme penganggaran dan penyaluran dana pusat ke daerah

e) Pokok Bahasan 5: Standar pelayanan minimal f) Pokok Bahasan 6: Penyusunan rencana strategis lembaga

pada era desentralisasi

D. Uraian Materi

a. Pokok Bahasan 1: Desentralisasi dan Desentralisasi Sektor Kesehatan

Desentralisasi kesehatan di Indonesia dilaksanakan sejak awal tahun 2001 dan merupakan konsekuensi dari desentralisasi secara politik yang menjadi inti Undang-undang No. 22 tahun 1999. Desentralisasi di sektor kesehatan dipicu oleh tekanan politik untuk desentralisasi dalam era reformasi. Tekanan politik ini tidak diimbangi dengan kemampuan teknis untuk melakukan desentralisasi kesehatan. Secara teknis sebenarnya sektor kesehatan belum siap untuk melakukan desentralisasi.

Page 5: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

45 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar

a) Definisi Desentralisasi

Pemindahan tanggung jawab dalam perencanaan, pengambilan keputusan, pembangkitan serta pemanfaatan sumber daya dan kewenangan administratif dari pemerintah pusat ke:

Unit-unit teritorial dari pemerintah pusat atau kementerian,

Tingkat pemerintahan yang lebih rendah, Organisasi semi otonom, Badan otoritas regional, Organisasi non pemerintah atau organisasi yang

bersifat sukarela (Rondinelli 1983 cit Omar, 2001)

Transfer kewenangan dan kekuasaan dari tingkat pemerintahan yang tinggi ketingkat yang lebih rendah dalam satu hierarki politis administratif atau teritorial (Mills, dkk, 1990).

b) Aplikasi di Sektor Kesehatan

Desentralisasi kesehatan di Indonesia dapat digambarkan sebagai pendulum yang berayun dari situasi sentralisasi ke arah desentralisasi.

Page 6: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

PML Papua | 46

Ringkasan Modul Dasar

Gambar 1. Ayunan pendulum dalam perubahan masa sentralisasi ke masa desentralisasi

Salah satu dampak penting desentralisasi adalah perbedaan kemampuan fiskal yang semakin besar antar propinsi dan kabupaten/kota. Dengan adanya dana bagi hasil maka ada propinsi dan kabupaten/kota yang mendadak menjadi kaya dalam waktu sekejap. Beberapa daerah mempunyai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sekitar 2 triliun rupiah dengan penduduk yang tidak mencapai 500.000 orang, seperti Kutai Kertanegara dan Bengkalis.

Namun yang menarik, setelah beberapa tahun kemudian terjadi situasi yaitu ada kekecewaan secara nasional terhadap proses desentralisasi dibidang kesehatan. Kekecewaan ini dapat dipahami karena memang dana kesehatan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan APBD ternyata jumlahnya tidak cukup untuk membiayai pelayanan kesehatan. Keadaan ini terjadi pula di daerah kaya yang sebenarnya harus memberikan lebih banyak untuk pelayanan kesehatan. Sektor kesehatan kekurangan dana, berbagai sistem menjadi terganggu, dan kehilangan koordinasi dibanding dengan sebelum desentralisasi. Departemen Kesehatan melihat hal ini

Page 7: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

47 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar

sebagai suatu hal yang membahayakan kelangsungan sistem kesehatan. Dengan itikad baik, maka dilakukan peningkatan pembiayaan dari pusat.

Hal ini yang menimbulkan gejala “re-sentralisasi”. Gejala ini diperkuat dengan diamandemennya UU No.22/1999 dengan UU No.32/2004. Undang-undang yang baru menekankan mengenai peran pemerintah pusat dan propinsi. Dalam konteks pendulum, terlihat bahwa UU No.32/2004 semangatnya tidak ekstrim desentralisasi, namun mengarah ke sentralisasi. Akan tetapi harus ditegaskan bahwa walaupun UU No.32/2004 terlihat lebih sentralisasi dibanding UU No.22/1999, namun sektor kesehatan masih terdesentralisasi.

b. Pokok Bahasan 2: Desentralisasi Kesehatan: Dinamika dan Dampaknya

Desentralisasi kesehatan di Indonesia dimulai pada awal tahun 2001 hingga saat ini. Berbagai undang-undang terkait desentralisasi yaitu UU no. 32/2004 dan UU No. 33/2004 serta Peraturan Pemerintah yaitu PP No. 38/2007 dan PP No. 41/2007 telah merubah wewenang pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

Perkembangan desentralisasi kesehatan di Indonesia pada awalnya mengalami perubahan yang cukup signfikan dimana yang mulanya dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Namun setelah berjalan beberapa tahun, terjadi suatu periode kebingungan pada tahun 2000-2007 dimana peraturan banyak yang berubah tapi tidak terjadi perubahan yang bermakna, sehingga terjadi kebingungan di lembaga-lembaga pemerintahan.

Kondisi bingung yang telah terjadi pasca desentralisasi perlu diatasi, sehingga diperlukan skenario dan langkah-langkah strategis ke depannya untuk pelaksanaan Desentralisasi kesehatan di Indonesia yang lebih baik lagi. Harapannya dengan adanya Desentralisasi kesehatan ini, pemerintah pusat dan daerah bisa bekerjasama lebih baik

Page 8: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

PML Papua | 48

Ringkasan Modul Dasar

lagi sehingga ke depannya mampu meningkatkan kapasitas pembangunan daerah.

a) Regulasi yang terkait Desentralisasi

Berbagai Undang-undang dan regulasi terkait desentralisasi

UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah - Amandemen dari UU No. 22/1999 - *penjelasan umum UU No.32/2004

Peraturan Pemerintah (PP) No.38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

- Pengganti dari PP No. 25/2000 - *Penjelasan atas PP No. 38/2007

PP No.41/2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

- Pengganti dari PP No. 08/2003

- *penjelasan atas PP No. 41/ 2007

b) Dampak Desentralisasi terhadap Status Kesehatan

Apa dampak desentralisasi untuk peningkatan status kesehatan?

Masalah Gizi

Masalah gizi pasca desentralisasi mengalami penurunan persentasenya walaupun tidak signifikan tapi diawalnya justru mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pra desentralisasi.

Kematian di bawah lima tahun

Page 9: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

49 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar

Jumlah kasus kematian dibawah lima tahun per 1000 kelahiran pada pasca desentralisasi menunjukkan penurunan menjadi 46/1000 kelahiran.

Kematian Bayi

Pada pasca desentralisasi, jumlah kematian Bayi per 1000 kelahiran menunjukkan penurunan.

Kematian ibu

Pasca desentralisasi kematian ibu menunjukkan penurunan yang cukup berarti dibandingkan sebelum desentralisasi.

Kelahiran yang didampingi tenaga terlatih

Jumlah kelahiran yang didampingi tenaga terlatih meningkat pada pasca desentralisasi

c) Pada periode 2000-2007

Periode ini dapat disebut sebagai periode kebingungan yang merupakan periode transisi yaitu UU dan PP masih berubah-ubah. Ada fenomena Change without significant change. Ada perubahan aturan hukum namun tidak ada perubahan bermakna. Pada periode 2000-2007 ini disebut juga dengan desentralisasi setengah hati. Terjadi situasi dimana Departemen Kesehatan dan DPR cenderung ingin sentralisasi, sementara pemerintah daerah berada dalam system yang semakin desentralisasi. Apakah desentralisasi dapat dipergunakan sebagai dasar untuk meningkatkan kapasitas pembangunan kesehatan daerah? Ya atau Tidak? Jawabannya Ya, asal jangan separuh hati

c. Pokok Bahasan 3: Perubahan Wewenang di berbagai tingkat Pemerintahan dalam Kesehatan

Page 10: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

PML Papua | 50

Ringkasan Modul Dasar

a) Perbandingan PP No. 25 tahun 2000 dengan PP No. 38 tahun 2007

PP No. 25 tahun 2000, tentang pembagian urusan pemerintah

- Gagal memberikan pembagian urusan yang jelas

- Penganggaran kesehatan berprinsip sentralisasi

PP No. 38 tahun 2007, tentang pembagian urusan pemerintahanAntara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota

- Pembagian urusan pemerintahan bidang kesehatan sudah jelas (per-sub bidang masing-masing pada lampiran PP no 38 /2007 bidang kesehatan)

b) Aplikasi perubahan wewenang di berbagai hal : Surveilans, perijinan, pelayanan RS dan jamkesmas

Surveilans - Pengelolaan ada di Pemerintah pusat - Pemerintah daerah: Propinsi dan Kab/Kota,

dalam penyelenggaraan surveilans Perijinan

- Pemberian ijin wewenang dari pemerintah pusat

- Pemerintah daerah: propinsi dan kab/kota, wewenangnya memberikan rekomendasi

Pelayanan RS - Rumahsakit pemerintah merupakan

lembaga pelaksana (operator), bukan UPT Dinas

- Rumah sakit daerah sifatnya korporatisasi

Page 11: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

51 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar

Jaminan kesehatan : - Pemerintah pusat mengelola jaminan

kesehatan pemeliharaan kesehatan nasional

- Pemerintah daerah yaitu propinsi dan kab/kota menyelenggarakan dan mengembangkan sistem jaminan kesehatan daerah

d. Pokok Bahasan 4: Desentralisasi dan Mekanisme Penganggaran Penyaluran Dana Pusat ke Daerah

Bentuk lain dari desentralisasi yaitu desentralisasi fiskal. Desentralisasi Fiskal adalah pemindahan kekuasaan untuk mengumpulkan dan mengelola sumber daya finansial dan fiskal. Desentralisasi fiskal diselenggarakan bersamaan dengan desentralisasi wewenang. Desentralisasi pembiayaan dalam hal ini ditentukan oleh jenis mekanisme anggaran.

Salah satu hal penting yang menunjukkan kesungguhan pemerintah pusat dalam menerapkan desentralisasi adalah dalam pembiayaan kesehatan (Depkes, 2007). Reposisi pemerintah pusat dalam hal pembiayaan pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan salah satu indikator kesungguhan pemerintah pusat dalam menerapkan desentralisasi. Dalam draf dokumen dari Departemen Kesehatandinyatakan bahwa masih banyak masalah dalam pelaksanaan program pembangunan kesehatan.

Masalah pertama adalah belum sinkronnya antara kebijakan, perencanaan dan penganggaran, serta pelaksanaan. Dalam hubungannya dengan sektor lain terdapat lemahnya sinergisme dalam penyusunan kegiatan lintas program. Di samping itu, ada penggunaan indikator yang tidak konsisten. Dalam konteks desentralisasi, terdapat gejala belum sinkronnya perencanaan pusat dan daerah. Di dalam lingkup proses perencanaan disadari kesulitan untuk merubah mindset dari ”project oriented” atau ”budget oriented” kepada ”performance

Page 12: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

PML Papua | 52

Ringkasan Modul Dasar

based-budgeting”. Faktor lain adalah terbatasnya SDM yang dapat menunjang upaya perencanaan pembangunan kesehatan, serta tidak lancarnya pelaporan kegiatan dan pengembangan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu perencanaan pembangunan kesehatan

a) UU dan Peraturan Hukum di Bawahnya Mengenai Penganggaran Dan Penyaluran Dana

Undang-undang No. 33 tahun 2004

Tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Peraturan pemerintah No. 7 tahun 2008

Penjelasan mengenai dana dekonsentrasi

b) Filosofi dan Implikasi Praktis Dana Pusat yang didaerahkan : DAU, DAK, dan Dana Pusat Uang Menjadi APBN : Dana Dekonsentrasi, TP

Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional

Page 13: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

53 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar

Dana Dekonsentrasi

Dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah

Dana Tugas Pembantuan (TP)

Dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan

c) Definisi Standar Pelayanan Minimal

Definisi standar:

Menurut PP No. 65 tahun 2005 Standar pelayanan minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal

Penafsiran secara sederhana mengenai fungsi SPM, yaitu mengurangi kesenjangan mutu pelayanan kesehatan antar daerah, dan aspek sumber dana menjadi penting: dana desentralisasi dan dana dekonsentrasi-pembantuan

Tujuan SPM adalah mengurangi kesenjangan pelayanan kesehatan antar daerah. SPM disusun sebagai alat pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin (1) Akses; dan (2) mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata dalam rangka

Page 14: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

PML Papua | 54

Ringkasan Modul Dasar

penyelenggaraan urusan wajib (PP no 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapanan Standar Pelayanan Minimal. Pasal 3 ayat 1).

d) Problem Pelaksanaan di Indonesia

Kemungkinan kendala yang terjadi dalam pelaksanaan SPM di Indonesia :

Penerimaan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Tersedianya data dan sistem informasi Tersedianya dana pemerintah pusat

e) Kebijakan yang diusulkan

Meningkatkan sosialisasi SPM dengan cara dilakukan sosialisasi secara intensif khususnya dalam hal kewajiban Pemerintah Daera, dalam sosialisasi harus ada definisi operasional dan gambaran menghitung dana untuk SPM, dan menyiapkan aturan untuk sangsi.

Kebijakan memperbaiki teknik alokasi oleh pemerintah pusat dan propinsi adalah melakukan alokasi anggaran berdasarkan formula dengan mempertimbangkan SPM, daerah yang fiskalnya kuat dipicu untuk menyediakan dana sendiri, daerah yang lemah diberi lebih.

Kebijakan untuk menggunakan data Proksi masih ada beberapa data yang akan sulit dikumpulkan. Dianjurkan menggunakan data proksi, misal untuk penanganan komplikasi kebidanan. Contoh: Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 90% pada tahun 2015 sementara diubah menjadi : jumlah bidan dan spesialis obgin.

Page 15: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

55 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar

Kebijakan memperkuat system informasi dilakukan dengan cara memperkuat Pusdatin (Pusat), memperkuat Unit Data, Surveilans, dan Informasi Kesehatan di daerah, dan memberlakukan kebijakan no data, no/less money.

e. Pokok Bahasan 5: Penyusunan Rencana Strategis Lembaga pada Era Desentralisasi

a) Konsep Manajemen Strategis dan Rencana Strategis

Manajemen strategis merupakan suatu model perencanaan yang komprehensif bagi suatu organisasi. Konsep ini ditulang-punggungi oleh suatu model perencanaan organisasi pelayanan kesehatan yang bersifat strategis, diikuti

dengan pelaksanaan dan pengendalian yang tepat.1 Model perencanaan strategis menekankan pentingnya pembahasan mengenai visi dan analisis faktor-faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi keberhasilan program. Faktor-faktor internal tersebut dapat menunjukkan kekuatan dan kelemahan yang ada pada program, sedangkan analisis faktor eksternal dapat menggambarkan hambatan dan dorongan dari luar program.

Langkah-langkah menyusun rencana strategis:

Merumuskan visi dan misi dinas kesehatan kabupaten/kota=membatasi?

- Konsekuensi kewenangan dan peran baru dinas kesehatan kabupaten/kota terhadap rumusan visi dan misi yang diembannya

- Sebagaimana baik rumusan visi dinas kesehatan dinilai?

- Sebagaimana baik rumusan misi dinas kesehatan dinilai?

Page 16: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

PML Papua | 56

Ringkasan Modul Dasar

Merumuskan tujuan dan sasaran yang dapat diukur.

Analisis lingkungan eksternal dinas kesehatan kabupaten/kota

- Lingkungan eksternal apa saja yang saat ini berubah?

- Data apa saja yang harus diperhitungkan di saat melakukan penilaian kondisi eksternal?

- Analisis ancaman - Analisis kesempatan

Analisis lingkungan internal dinas kesehatan kabupaten/kota

- Kondisi internal apa saja yang harus dianalisis?

- Data apa saja yang diperlukan untuk menilai kondisi internal?

- Analisis kekuatan - Analisis kelemahan

Isu-isu strategis bagi dinas kesehatan kabupaten/kota

- Bagaimana menilai bahwa isu tersebut merupakan isu strategis bagi dinas kesehatan kabupaten/kota?

Penentuan strategi pengembangan dinas kesehatan untuk menjalankan misi dan mencapai visi.

Menyusun program jangka menengah (3–5 tahun) untuk menjalankan misi dan mencapai visi.

Mem-breakdown program jangka panjang menjadi prioritas tahunan.

Menerjemahkan prioritas tahunan menjadi rencana tahunan dan penganggaran.

Page 17: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

57 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar

b) Pernyataan Misi Dan Visi Kelembagaan

Dalam organisasi pemerintahan seperti dinas kesehatan kabupaten/kota, dimana tugas pokok dan fungsi, kewenangan dan perannya sudah ditetapkan, mungkin akan berlaku pola bahwa visi mengikuti misi.

Strategi Pernyataan mengenai rencana menjalankan misi dan mencapai visi Strategi merupakan ketetapan yang akan dilaksanakan dan berfokus

Memerlukan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkannya Menjadi tujuan sumber daya manusia dalam lembaga

Hasil pelaksanaan strategi

Pihak terkait yang puas

Misi:

Mengapa sebuah lembaga berdiri? Untuk

Siapa? Nilai-nilai lembaga

Apa yang kita percaya

Visi Keadaan lembaga yang kita tuju di masa

mendatang

Pengguna yang senang

Proses kegiatan yang

efektif

Sumber daya manusia yang termotivasi dan

siap bekerja

E. Rujukan

_____ (2004). UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Page 18: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

PML Papua | 58

Ringkasan Modul Dasar

_____. (2007). Lampiran Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

_____. (2007). Penjelasan atas PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

_____. (2000). PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.

_____. (2007). PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

______. (2008). Kepmenkes No 828 tahun 2008 tentang petunjuk teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

______. (2008). Permenkes No. 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

______. (2011). Penyusunan Standar Pelayanan Minimal. Mata Kuliah Blok III Master Plan dan Rencana Strategis. Yogyakarta : Program Pasca Sarjana KMPK IKM FK UGM.

_______. (2004). UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Bennet, S. 1991. The Mystique of Markets: Public and Private Health Care in Developing Countries. LSHTM

Courtney, R. (2002). Strategic Management for Voluntary Nonprofit Organizations.London : The Taylor & Francis e-Library.

Page 19: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

59 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar

Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah No. 39/2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Jakarta.

Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.07/2002. Penetapan Alokasi Dan Pedoman Umum Pengelolaan Dana Alokasi

Duncan, W.J., Ginter, P.M., Linda, E.S. 1997. Strategic Management of Health Care Organizations. Blackwell Publisher, United Kingdom

Dunlop, D., Zubkoff, M. 1981. Inflation and Consumer in the Health Care. A Mill Bank Reader.Ed. Mc Kinley J.B. MIT Press.

Fusch, V. R. 1998. Who Shall Live?: Health Economics and Social Change. Expanded Edition. World Scientific.

Ginter, P.M., Swayne L.M., Duncan, W.J. 1998. Strategic Management of Health Care organizations. Third Edition. Blackwell.

Harbianto, D., Trisnantoro, L. 2004. Desentralisasi Pembiayaan Kesehatan dan Teknik Alokasi Anggaran. Paper pada seminar nasional ”3 tahun desentralisasi kesehatan di Indonesia”.

Harian Kompas, Jakarta, Januari 2001

Horak, B.J. 1997. Strategic Planning in Health Care: Building a Safer Health System. National Academy Press. Washington D.C.

Joss, R., Kogan, M. 1995. Advancing Quality. Open University Press.

Juwono, M., Lieberman, S. S., Saadah, F. 1999. Indonesian Health Expenditure During The Crisis. Watching Brief V, World Bank, Jakarta.

Kaplan R.S., Norton D.P. 2001. The Strategy Focused Organization: How Balanced Scorecard Companies Thrive in the New Bussiness Environment. Harvard Bussines School Press. USA. Khusus Non Dana Reboisasi. Jakarta.

Page 20: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

PML Papua | 60

Ringkasan Modul Dasar

Martineau, T. dkk. (2003). Decentralisation and the impact on Human Resource Management ini China and South Africa : SSR Project R7652, Final Report, July 2003. [http://www.dfid.gov.uk/r4d/PDF/Outputs/Mis_SPC/R7652FullReport.pdf].

Meisenher, C.G. 1997. Improving Quality. Aspen Publication.

Mills A, Vaughan JP, Smith DL, Tabibzadeh I. (1990). Health System Decentralization: Concepts, Issues and Country Experience. World Health Organization, Switzerland,. Geneva

Mills, A., Vaughan, J.P., Smith, D.L., Tabibzadeh. 1989. Desentralisasi Sistem Kesehatan: Konsep-konsep, isu-isu, dan Pengalaman di berbagai Negara. Gadjah Mada University Press.

Omar M. (2001). Health Sector Decentralization in Developing Countries: Unique or Universal! Nuffield Institute for Health, University of Leeds, United Kingdom.

Otter, von C. 1991. The Application of Market Principles to Health Care. The Nuffield Institute for Health Service Studies.

Posnett. 1988. Komunikasi Pribadi.

Ribot JC. (2002). African Decentralization: Local Actors, Powers and Accountability. Democracy, Governance and Human Rights Paper No 8. United Nations Research Institute for Social Development

Rosenbaum, A., Rojas, M.V. Decentralization, local government and center-periphery conflict in Sierra Leone. Public Administration and Development 1997; 17: 529-540.

Sabarno, H., 2002. Sambutan Lokakarya. Peran Gubernur Dalam Penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan di Era Otonomi. Jakarta.

Senge P. The fifth discipline: the art and practice of the learning organisation. Clinicians in Management 1990, 12:45-49.

Page 21: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

61 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar

Sidik, M., Raksaka, M.B., Simanjutak, R., Brodjonegoro, D. 2002. Dana ALokasi Umum: Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

Silver, C. Aziz, IJ., Schroeder, L. Intergovernmental Transfers and Decentrlaization in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economics Studies 2001; 37(3): 345-62.

Steiss, A.W. (2003). Strategic Management for Public and Nonprofit Organizations. New York : Marcel Dekker.

Sumodiningrat, G. 2003. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia 2003: Agenda Kini dan ke Depan. Jakarta.

Swayne, L.E, Duncan, W.J, Ginter, P.M. (2006). Strategic Management of Health Care Organizations : Fifth Edition. Malden : Blackwell.

Tang, S., Bloom, G. Decentralizing Rural Health Services: A case study in China. International Journal of Health Planning and Management 2000; 15: 189-200.

Trisnantoro, L. (2009). Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di Indonesia 2000- 2007 : Bab 1.1 – Desentralisasi Fiskal Di Sektor Kesehatan dan Reposisi Peran Pusat dan Daerah. Yogyakarta : BPFE.

Trisnantoro, L. (2009). Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di Indonesia 2000-2007 : Pengantar Des-kes di Indonesia 2000- 2007: Mengkaji Pengalaman dan Membahas Skenario Masa Depan. Yogyakarta: BPFE

Trisnantoro, L. (2009). Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di Indonesia 2000-2007 : Pengantar Des-kes di Indonesia 2000-2007: Mengkaji Pengalaman dan Membahas Skenario Masa Depan. Yogyakarta: BPFE.

Trisnantoro, L. (2009). Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di Indonesia 2000-2007 : Bab 1.1 – Desentralisasi Fiskal Di Sektor Kesehatan dan Reposisi Peran Pusat dan Daerah. Yogyakarta: BPFE.

Page 22: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

PML Papua | 62

Ringkasan Modul Dasar

Trisnantoro, L. (2009). Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di Indonesia 2000-2007 : Bab 2.2 – Inovasi fungsi Pemerintah Dalam Regulasi. Yogyakarta:BPFE.

Trisnantoro, L. (2009). Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di Indonesia 2000-2007. BPFE :Yogyakarta.

Trisnantoro, L. 2003. Manajemen Strategis. Modul Kuliah Program Studi S2 Minat KMPK. Pasca Sarjana IKM UGM. Yogyakarta.

Truitt, W.B. 2002. Business Planning: A Comprehensive Framework and Process. Quorum Books.

Wang, Y., Collins, C., Tang, S., Martineau, T. Health Systems Decentralization and Human Resources Management in Low and Middle Income Countries. Public Administration and Development 2002; 27: 439-453.

Wolf, T. 1999. Managing a Non Profit Organization in the Twenty-First Century. Fireside, Rockefeller Center. New York – America.

Wyss, K., Lorenz, N. 2000. Decentralization and Central and Regional Coordination of Health Services: The case of Switzerland. International Journal of Health Planning and Management. Vol. 15: 103-114.

Page 23: a1-3 Desentralisasi Kesehatan

63 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar