26
viii ABSTRAK KEMAMPUAN PERGANTIAN AUDITOR DAN PRIOR OPINION MEMODERASI PENGARUH POTENSI FINANCIAL DISTRESS TERHADAP OPINI GOING CONCERN Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan pergantian auditor dan prior opinion dalam memoderasi pengaruh potensi financial distress pada pemberian opini going concern. Opini going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten terkait dengan pengaruh potensi financial distress pada pemberian opini going concern. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui pendekatan kontinjensi, dimana variabel pergantian auditor dan prior opinion diduga memoderasi pengaruh potensi financial distress pada pemberian opini going concern. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2015. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 77 sampel yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Hasil yang diperoleh adalah pergantian auditor memperlemah pengaruh potensi financial distress pada pemberian opini going concern, namun prior opinion tidak memoderasi potensi financial distress pada pemberian opini going concern. Kata kunci: opini going concern, financial disress, prior opinion, gentianian auditor

ABSTRAK - sinta.unud.ac.id filemerupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor untuk ... sejak tanggal laporan ... adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

  • Upload
    vuhuong

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

viii

ABSTRAK

KEMAMPUAN PERGANTIAN AUDITOR DAN PRIOR OPINIONMEMODERASI PENGARUH POTENSI FINANCIAL DISTRESS

TERHADAP OPINI GOING CONCERN

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris kemampuanpergantian auditor dan prior opinion dalam memoderasi pengaruh potensifinancial distress pada pemberian opini going concern. Opini going concernmerupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor untuk menilai apakahterdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankankelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang tidak lebih dari satu tahunsejak tanggal laporan audit. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasilyang tidak konsisten terkait dengan pengaruh potensi financial distress padapemberian opini going concern. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapatdiselesaikan melalui pendekatan kontinjensi, dimana variabel pergantian auditordan prior opinion diduga memoderasi pengaruh potensi financial distress padapemberian opini going concern.

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian iniadalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode2009-2015. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 77 sampel yang dipilihdengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalahanalisis regresi logistik. Hasil yang diperoleh adalah pergantian auditormemperlemah pengaruh potensi financial distress pada pemberian opini goingconcern, namun prior opinion tidak memoderasi potensi financial distress padapemberian opini going concern.

Kata kunci: opini going concern, financial disress, prior opinion,gentianian auditor

ix

ABSTRACT

AUDITOR SWITCHING AND PRIOR OPINION’S ABILITY ASMODERATING VARIABLE OF FINANCIAL DISTRESS POTENTIAL

ON GOING CONCERN OPINION

This study aimed to get empirical evidence of the ability to changeauditors and prior opinion in moderating influence on the potential financialdistress on going concern opinion. Going concern opinion is an audit opinionissued by the auditor to assess whether there is substantial doubt on the entity'sability to maintain its viability in a time period not exceeding one year from thedate of the audit report. Several previous studies have shown inconsistent resultsrelated to the potential influence of financial distress in the administration goingconcern opinion. The difference results of these studies can be completed througha contingency approach, in which variables change of auditor and prior opinionallegedly moderating influence on the potential financial distress Award goingconcern opinion.

This study uses secondary data. The population in this research ismanufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 2009-2015 period.The number of samples in this study were 77 samples were selected by purposivesampling. Data analysis technique used is the logistic regression analysis. Theresult showed that auditor switching is able to weaken the effect of financialdistress potential on going concern opinion, but the prior opinion is not able tomoderate the effect of financial distress potential on going concern opinion.

Keywords: going concern opinion, financial distress, prior opinion, auditorswitching

x

RINGKASAN

Kemampuan Pergantian Auditor dan Prior Opinion Memoderasi PengaruhPotensi Financial Distress Terhadap Opini Going Concern

Opini going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditoruntuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitasdalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang tidaklebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit. Masalah yang sering timbuladalah sulit untuk memprediksi kelangsungan hidup perusahaan, sehinggamenyebabkan auditor mengalami dilema antara moral dan etika dalammemberikan opini going concern. Oleh karena itu, disarankan potensi financialdistress dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman sebagai alatbantu auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan dalam mempertahankankelangsungan hidupnya. Selain itu faktor-faktor kontekstual yang menjadipertimbangan dalam pemberian opini going concern adalah pergatntian auditordan opini going concern.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris kemampuanpergantian auditor dan prior opinion dalam memoderasi pengaruh potensifinancial distress pada pemberian opini going concern. Populasi dalam penelitianini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode2009-2015. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 77 sampel yang dipilihdengan teknik purposive sampling. Adapun variabel penelitian terdiri daripergantian auditor (AS), prior opinion (PO), potensi financial disress (Z) yangdiproksikan dengan model Altman Z-score, dan opini going concern (GCO).Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik dengan modelGCO = α + β1Z + β2AS + β3PO + β4Z*AS + β5Z*PO + e. Dalam menggunakanregresi logistik, harus memenuhi beberapa langkah yaitu uji kelayakan modelregresi, menilai model fit (overall model fit test), uji multikoliniearitas, koefisiendeterminasi, matrik klasifikasi, dan selanjutnya uji hipotesis.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fitdengan data, model regresi logistik layak untuk dilanjutkan dalam analisis, tidakada gejala multikoliearitas antar variabel bebas, serta ketepatan prediksikeseluruhan model adalah 59,7%. Nilai koefisien determinasi menunjukkan nilaiNagelkerke R Square sebesar 0,644 yang berarti bahwa 64,4% variasi variabelpotensi financial distress (Z), pergantian auditor (AS), prior opinion (PO),interaksi potensi financial distress dengan pergantian auditor (Z*AS), daninteraksi potensi financial distress dengan prior opinion (Z*PO) dapatmenjelaskan variasi variabel opini going concern, sisanya sebesar 35,6%dijelaskan oleh variabilitas variabel-variabel lain di luar model penelitian.Persamaan regresi logistik yang diperoleh adalah GCO = -2,365 – 0,228 Z + 2,422AS + 2,305 PO – 3,3389 Z*AS + 0,296 Z*PO + e.

Hasil uji hipotesis pertama (H1) nilai koefisien beta (b4) adalah -3,3389dengan tingkat signifikansi 0,034 yang lebih kecil dari α = 0,05 yang berartibahwa H1 diterima. Dengan demikian terbukti bahwa potensi financial distressdan pergantian auditor berpengaruh negatif pada pemberian opini going concern,

xi

dimana hal ini menunjukkan bahwa pergantian auditor mampu memoderasi(memperlemah) pengaruh potensi financial distress pada pemberian opini goingconcern. Hasil uji hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa nilai koefisien beta(b5) adalah 0,296 dengan tingkat signifikansi 0,737 yang lebih besar dari α = 0,05yang berarti bahwa H2 ditolak. Dengan demikian terbukti prior opinion tidakmampu memoderasi pengaruh potensi financial distress pada pemberian opinigoing concern.

xii

DAFTAR ISI

PRASYARAT GELAR......................................................................................... iiLEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iiiPENETAPAN PANITIA PENGUJI................................................................... ivPERNYATAAN KEASLIAN............................................................................... vKARYA ILMIAH MAHASISWA....................................................................... vUCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... viABSTRAK .......................................................................................................... viiiABSTRACT.......................................................................................................... ixRINGKASAN ........................................................................................................ xDAFTAR ISI........................................................................................................ xiiDAFTAR TABEL .............................................................................................. xivDAFTAR GAMBAR........................................................................................... xvDAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviPENDAHULUAN.................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 11.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 91.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 91.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 10

KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................... 112.1 Teori Kontijensi........................................................................... 112.2 Teori Harapan.............................................................................. 122.3 Opini Audit.................................................................................. 132.4 Going Concern ............................................................................ 152.5 Opini Going Concern .................................................................. 162.6 Kebangkrutan .............................................................................. 172.7 Model Prediksi Kebangkrutan..................................................... 18

2.7.1 Model Altman........................................................................ 182.7.2 Model Zmijewski .................................................................. 212.7.3 Model Springate .................................................................... 21

2.8 Pergantian Auditor ...................................................................... 222.8.1 Ukuran KAP .......................................................................... 23

2.9 Prior Opinion............................................................................... 25KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 26

3.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 26Teori Kontijensi .................................................................................... 27Teori Harapan........................................................................................ 273.2 Konsep Penelitian........................................................................ 283.3 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 28

3.3.1 Moderasi Pergantian Auditor terhadap Potensi FinancialDistress pada Pemberian Opini Going Concern ........................................... 28

3.3.2 Moderasi Prior Opinion terhadap Potensi Financial Distresspada Pemberian Opini Going Concern ......................................................... 30

xiii

MODEL PENELITIAN...................................................................................... 314.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 314.2 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 334.3 Data Penelitian ............................................................................ 33

4.3.1 Populasi dan Sampel ............................................................. 334.3.2 Jenis Data .............................................................................. 344.3.3 Sumber Data .......................................................................... 34

4.4 Variabel Penelitian ...................................................................... 354.4.1 Identifikasi Variabel .............................................................. 35

4.5 Definisi Operasional Variabel ..................................................... 354.6 Metode dan Prosedur Pengumpulan Data ................................... 374.7 Teknik Analisis Data ................................................................... 38

4.7.1 Analisis Statistik Deskriptif................................................... 384.7.2 Analisis Regresi Logistik ...................................................... 38

4.7.2.1 Uji Kelayakan Model Regresi ........................................ 404.7.2.2 Menilai Model Fit (overall model fit test)...................... 404.7.2.3 Koefisien Determinasi .................................................... 414.7.2.4 Matrik Klasifikasi ........................................................... 414.7.2.5 Uji Hipotesis................................................................... 42

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 435.1 Statistik Deskriptif....................................................................... 435.2 Analisis Regresi Logistik ............................................................ 45

5.2.1 Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall ModelFit Test) ............................................................................................... 45

5.2.2 Pengujian Kelayakan Model Regresi .................................... 465.2.3 Pengujian Multikolinearitas .................................................. 475.2.4 Koefisien Determinasi ........................................................... 485.2.5 Matrik Klasifikasi .................................................................. 495.2.6 Pengujian Hipotesis ............................................................... 49

5.3 Pembahasan ................................................................................. 515.3.1 Pergantian Auditor Memoderasi Pengaruh Potensi Financial

Distress pada Pemberian Opini Going Concern ........................................... 515.3.2 Moderasi Prior Opinion Terhadap Pengaruh Potensi Financial

Distress pada Pemberian Opini Going Concern ........................................... 52SIMPULAN DAN SARAN................................................................................. 54

6.1 Simpulan...................................................................................... 546.2 Saran ............................................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................56LAMPIRAN......................................................................................................... 60

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Global Saat Terjadi Krisis................................. 1Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel ...................................................................... 37Tabel 5.1 Statistik Deskriptif ................................................................................ 43Tabel 5.2 Hasil Pengujian Model Fit .................................................................... 45Tabel 5.3 Hasil Pengujian Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test) ............ 46Tabel 5.4 Hasi Pengujian Kelayakan Model Regresi............................................ 47Tabel 5.5 Hasil Pengujian Multikolinearitas......................................................... 47Tabel 5.6 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ................................................ 48Tabel 5.7 Hasil Pengujian Matrik Klasifikasi ....................................................... 49Tabel 5.8 Hasil Pengujian Hipotesis ..................................................................... 50

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................. 27Gambar 3.2 Konsep Penelitian.............................................................................. 28Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 32

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram Pertimbangan Pemberian Opini Audit Going Concern ...... 60Lampiran 2 Daftar Perusahaan Sampel................................................................. 61Lampiran 3 Hasil Statistik Deskriptif ................................................................... 62Lampiran 4 Hasil Analisis Regresi Logistik ......................................................... 63

1

BAB I

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi keuangan akhir-akhir ini mengalami goncangan yang cukup besar

akibat berbagai permasalahan yang terjadi. Krisis ekonomi bagi negara-negara di

Eropa sedikit banyak juga membawa dampak pada perekonomian negara-negara di

dunia. Sebelumnya, pada tahun 2008 dunia dikejutkan dengan krisis ekonomi di

Amerika Serikat akibat subrime mortage. Memburuknya kondisi ekonomi tersebut

mengakibatkan makin meningkatnya opini Unqualified Going Concern dan

disclaimer untuk penugasan. Selain itu, dampak lain dari krisis keuangan global yaitu

pertumbuhan ekonomi global tahun 2009 mengalami penurunan yang signifikan

dibandingkan tahun 2008. Dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Global Saat Terjadi Krisis

Negara 2008 2009PDB Dunia 3,4% 0,5%Negara Maju 1,0% -2,0%USA 1,1% -1,6%Euro Area 1,0% -2,0%Jepang 0,3% -2,6%Inggris 0,7% -2,8%Afrika 5,2% 3,4%Asia 7,8% 5,5%Tiongkok 9,0% 6,7%India 7,3% 5,1%Indonesia 6,0% 4,7%

Sumber : International Monetary Fund, 2009

2

Auditor tidak bisa lagi hanya menerima pandangan manajemen bahwa segala

sesuatunya baik.. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para

investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan

perusahaan. Oleh karena itu, auditor sangat diandalkan dalam memberikan informasi

laporan keuangan yang baik bagi investor Rahman (2012). Auditor juga bertanggung

jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan

perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam

periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP seksi

341, 2001). Auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien

akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian

setelah pelaporan (AICPA, 1988 dalam Januarti 2009).

Going concern adalah kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya selama periode waktu pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun

sejak tanggal laporan keuangan (SPAP, 2001). Opini audit going concern merupakan

opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Laporan audit dengan

modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian

auditor terdapat risiko perusahaan yang tidak dapat bertahan dalam bisnis. Apabila

auditor meragukan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, maka auditor harus

menerbitkan opini audit going concern dalam laporan auditnya yang dicantumkan

dalam paragraf penjelas atau sesudah paragraf pendapat. Sekarang ini tanggung jawab

auditor sangat luas, tidak hanya memeriksa laporan keuangan atau mendeteksi

3

kecurangan, tetapi juga menilai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Auditor dalam melaksanakan proses audit harus dapat

melihat tingkat kegagalan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya, karena kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan dalam

mempertahankan hidupnya akan selalu ada. Faktor eksternal seperti : pasar, kondisi

ekonomi makro, sosial politik dan lain-lain, serta faktor internal seperti: keuangan,

sumber daya manusia, penguasaan teknologi dan lain-lain, merupakan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Faktor-faktor tersebut

merupakan indikator untuk menentukan apakah terdapat keraguan atas kemampuan

perusahaan dalam mempertahankan hidupnya. Opini audit going concern yang

dikeluarkan oleh auditor sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan.

Dengan opini yang diterbitkan tersebut, investor dapat menilai keadaan suatu

perusahaan yang mana sangat bermanfaat sebelum melakukan keputusan investasi.

Begitupun dengan pihak kreditor dalam mengambil keputusan untuk memberikan

fasilitas kredit.

Basri (1998) dalam Fanny dan Saputra (2005) menemukan sekitar 80% dari

lebih 280 perusahaan yang sudah go public bisa dikategorikan sudah bangkrut sebab

nilai aset perusahaan-perusahaan tersebut saat ini jauh di bawah angka nominal utang

atau pinjaman luar negerinya. Berdasarkan fakta ini, beberapa penelitian terdahulu

mencoba untuk melihat sejauh mana kebangkrutan tersebut dapat diprediksikan

beberapa waktu sebelum kebangkrutan tersebut benar-benar terjadi. memberikan

indikasi bahwa perusahaan dalam keadaan baik atau buruk, Ross, et. al. dalam Astuti

4

(2012). Kondisi keuangan perusahaan digambarkan dengan rasio keuangan yang

dapat menyatakan bahwa kesulitan keuangan (financial distress) akan menyebabkan

perusahaan mengalami masalah dalam keuangan seperti arus kas negatif, rasio

keuangan yang buruk, dan gagal bayar pada perjanjian utang. Hal ini akan

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Carcello dan Neal,

dalam Setiawan (2011) mengungkapkan bahwa semakin kondisi keuangan

perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar perusahaan

menerima opini audit going concern dari auditor. Perusahaan yang mengalami

financial distress kemungkinan besar akan mendapat opini audit going concern

karena perusahaan tersebut mengindikasikan kelangsungan hidup yang diragukan dan

terancam bangkrut. Penelitian lain yang dilakukan oleh Arnedo dan Lizararaga (2006)

yang melakukan studi pada perusahaan di Spanyol menyatakan bahwa financial

distress berpengaruh positif terhadap pemberian opini going concern. Dalam

perhitungannya financial distress menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman

dimana semakin kecil nilai Zscore, perusahaan semakin mengalami financial distress.

Dapat dikatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress, dimana nilai

Zscore semakin kecil, maka besar kemungkinan menerima opini audit going concern.

Altman dan McGough (1974) mencoba untuk menganalisis tingkat keakuratan

prediksi kebangkrutan dengan menggunakan opini auditor dan model prediksi

kebangkrutan, yang menghasilkan bahwa tingkat akurasi dengan menggunakan model

prediksi kebangkrutan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan menggunakan

opini audit, yaitu sebesar 82%. Fanny dan Saputra (2005) melakukan penelitian

5

dengan menggunakan tiga model prediksi kebangkrutan yaitu model Altman, model

Zmijeweski, dan model Springate. Dari hasil penelitian tersebut, mereka menemukan

bahwa model prediksi Altman merupakan model prediksi terbaik diantara ketiga

model yang digunakan dalam mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit. Oleh

karena itu, model prediksi kebangkrutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model prediksi Altman.

Penelitian terdahulu yang menguji potensi financial distress dengan

menggunakan model Altman terhadap pemberian opini going concern menunjukkan

hasil yang tidak konsisten. Fanny dan Saputra (2005), Supardi dan Mastuti (2003),

serta Hadi dkk. (2015) menyimpulkan bahwa model prediksi kebangkrutan Altman

berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini going concern. Namun hasil

yang berbeda ditemukan oleh Fadilah (2013) yang menunjukkan bahwa model

prediksi kebangkrutan Altman tidak berpengaruh terhadap pemberian opini going

concern. Penelitian Ardiani (2012) dan Susarni (2012) juga menemukan bukti bahwa

kondisi keuangan yang diukur dengan model prediksi kebangkrutan Altman tidak

berpengaruh terhadap pemberian opini going concern.

Terjadinya potensi financial distress berdampak pada opini yang diberikan

auditor yang dalam hal ini berperan penting dalam memberikan gambaran positif atau

negatif dalam masyarakat. Oleh karena itu, pihak manajemen berusaha semaksimal

mungkin untuk menghindari opini yang mengungkapkan kekurangan atau keburukan

kondisi perusahaan. Nashwa (2004) mengemukakan bahwa perusahaan yang

memiliki masalah berharap agar pengungkapan atas kondisi perusahaannya dapat

6

ditunda. Penundaan ini dapat dilakukan dengan menekan auditor dengan motif

ekonomi. Namun jika perusahaan kekurangan kekuasaan ekonomi untuk menekan

auditor, maka salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan mengganti auditor.

Perusahaan yang menerima opini audit going concern melakukan pergantian auditor

dengan harapan bahwa auditor pengganti memberikan opini audit non-going concern

pada perusahaan. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa auditor pengganti memiliki

pemahaman dan keahlian akan bisnis dan kegiatan klien yang lebih rendah dibanding

auditor terdahulu. Praktik yang dilakukan manajemen ini sering disebut dengan

istilah opinon shopping, yaitu usaha suatu perusahaan untuk menghindari opini audit

yang tidak diinginkan dengan cara mengganti auditor, tentunya dengan asumsi ia

mengetahui adanya indikasi opini audit yang akan diberikan auditor tidak sesuai

harapan manajemen dan kelak akan berdampak negatif bagi perusahaan. Namun

dalam penelitian yang dilakukan Chow dan Rice (1982) dalam Djunaidi dan

Soepriyanto (2013) tidak terbukti adanya penerimaan opini yang lebih baik dari opini

sebelumnya setelah pergantian auditor terjadi. Dengan kata lain, opinion shopping

tidak berhasil dilakukan. Auditor yang berkompetensi tinggi diharapkan dapat

memberikan opini audit yang tepat untuk membantu pihak-pihak berkepentingan

dalam menghasilkan keputusan yang tepat pula. Ettredge, Shane, dan Smith (1988)

dan Weets dan Jegers (1999) dalam Petronela, Juliana, dan Mukhlasin (2005)

menyatakan bahwa Auditor Enam Besar (The Big Six Auditor) lebih sering

menemukan dan melaporkan kesalahan yang bersifat material dalam laporan

keuangan klien dibanding auditor dari perusahaan audit kecil. Begitu juga dengan

7

Geiger dan Rama (2006) yang berargumen bahwa perusahaan audit yang tergolong

Big Four akan melindungi dirinya dari risiko kesalahan dengan menggunakan

pelaporan yang konservatif dan lebih sering mengeluarkan laporan auditor dengan

modifikasi going concern. Namun pada kenyataannya, beberapa perusahaan besar

seperti Lehman Brothers, Bear Sterns, dan Thornburg Mortgage yang diaudit oleh

KAP Big Four yang sebelumnya menerima opini audit unqualified tanpa modifikasi

going concern pada akhirnya dinyatakan terancam bangkrut. Di lingkungan ekonomi

sekarang ini, penilaian auditor mengenai kemampuan perusahaaan untuk going

concern telah menjadi lebih sulit. Auditor berada pada posisi antara dilema moral dan

etika, yakni apakah sebaiknya mengeluarkan opini going concern dengan risiko

meningkatkan kesulitan keuangan perusahaan atau mengeluarkan opini nongoing

concern dengan risiko tidak menginformasikan kemungkinan kegagalan perusahaan

pada pihak-pihak yang berkepentingan.

Faktor-faktor kontekstual lain yang menjadi pertimbangan auditor dalam

pemberian opini going concern adalah prior opinion. Mutchler (1984) melakukan

wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang

menerima opini going concern pada tahun sebelumnya (prior opinion) lebih

cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Hal ini terjadi

karena kegiatan usaha suatu perusahaan untuk tahun tertentu tidak terlepas dari

keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Aryantika dan Rasmini (2015) dan

Cahyono (2014) membuktikan bahwa prior opinion berpengaruh positif pada

pemberian opini going concern. Penelitian lainnya mengenai hubungan prior opinion

8

dengan opini going concern juga dilakukan oleh Carcello dan Neal (2000),

Rahmadhany (2004), serta Wibisono (2013) yang menemukan bukti bahwa terdapat

hubungan positif antara prior opinion dengan pemberian opini going concern tahun

berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini going

concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali

opini going concern pada tahun berikutnya.

Penelitian-penelitian sebelumnya banyak yang hanya menganalisis pengaruh

model prediksi kebangkrutan pada pemberian opini going concern oleh akuntan

publik. Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2016) yang

meneliti pertumbuhan perusahaan dan prior opinion sebagai pemoderasi pengaruh

analisis kebangkrutan yang menggunakan model Altman terhadap opini going

concern mendapatkan hasil pertumbuhan perusahaan tidak memoderasi pengaruh

model prediksi kebangkrutan pada pemberian opini going concern. Setinggi atau

serendah apapun penjualan perusahaan ternyata tidak dapat mempengaruhi hubungan

model prediksi kebangkrutan pada pemberian opini going concern. Namun Terdapat

moderasi prior opinion dan memperlemah pengaruh model prediksi kebangkrutan

pada pemberian opini going concern. Opini going concern yang diterima perusahaan

pada tahun sebelumnya sangat diperhatikan auditor dan menjadi bahan pertimbangan

dalam membuat suatu opini selain menggunakan model prediksi kebangkrutan.

Peneliti melihat fenomena jika akuntan dalam mengambil keputusan untuk

memberikan opini khususnya opini going concern ini tentu akan melihat atau

mempertimbangkan histori perusahaan, seperti pergantian auditor dan prior opinion.

9

Oleh sebab itu peneliti memandang perusahaan yang mungkin saja mengalami

financial distress pada pemberian opini going concern dipengaruhi oleh opini

sebelumnya yang dapat bersifat positif maupun negatif. Berdasarkan alasan tersebut

dalam penelitian ini peneliti menempatkan prior opinion sebagai pemoderasi yang

mempengaruhi pengaruh financial distress pada pemberian opini going concern

dengan menambahkan satu variabel baru sebagai pemoderasi yaitu pergantian auditor

dan menggunakan data pengamatan yang lebih baru dari penelitian sebelumnya yaitu

dari tahun 2009-2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1) Apakah pergantian auditor memoderasi pengaruh potensi financial distress pada

pemberian opini going concern?

2) Apakah prior opinion memoderasi pengaruh potensi financial distress pada

pemberian opini going concern?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1) Untuk mendapatkan bukti empiris moderasi pergantian auditor terhadap

pengaruh potensi financial distress pada pemberian opini going concern.

2) Untuk mendapatkan bukti empiris moderasi prior opinion terhadap pengaruh

potensi financial distress pada pemberian opini going concern.

10

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi beberapa pihak, yaitu sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi, wawasan,

dan pengetahuan bagi pembaca dalam arti hasil penelitian ini dapat menambah dan

memperkaya bahan pustaka yang sudah ada dan teori-teori dalam akuntansi yang

mendukung seperti teori kontijensi dan teori harapan, serta dapat dijadikan referensi

bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan

pergantian auditor dan prior opinion yang secara konseptual dapat mempengaruhi

hubungan antara potensi financial distress dan pemberian opini going concern.

2) Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak auditor maupun

regulator untuk memberi informasi dan kontribusi sebagai bahan

pertimbangan mengenai going concern (kelangsungan usaha suatu

perusahaan) sehingga para investor dan calon investor dapat mengambil

keputusan yang tepat dalam melakukan investasi.

b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pedoman, bahan

pertimbangan, dan bahan referensi bagi auditor dalam melaksanakan proses

auditnya terutama dalam pemberian opini audit terhadap klien yang

menyangkut masalah pemberian opini going concern

11

BAB II

2 KAJIAN PUSTAKA

Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

theory) dan teori harapan sebagai teori pendukung (supporting theory). Disamping itu

bab ini juga menjelaskan pengertian-pengertian tentang financial distress, opini going

concern, pergantian auditor, dan prior opinion serta penjelasan lainnya yang

berhubungan.

2.1 Teori Kontijensi

Kontijensi (contingency) adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan

akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Pendekatan kontijensi

pada akuntansi manajemen didasarkan pada premis bahwa tidak ada sistem akuntansi

manajemen secara universal selalu tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh

organisasi dalam setiap keadaan, tetapi sistem akuntansi manajemen tergantung juga

pada faktor-faktor situasional yang ada dalam organisasi.

Hasil penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan adanya

ketidakonsistenan antara penelitian satu dengan penelitian lainnya, yang terjadi

karena kemungkinan adanya variabel lain yang mempengaruhi hubungan antara

model prediksi kebangkrutan dengan pemberian opini going concern. Ghozali (2006)

menyatakan kemungkinan belum adanya kesatuan hasil penelitian tersebut

disebabkan karena adanya faktor-faktor tertentu (situational factors) atau yang lebih

12

dikenal dengan variabel kontijensi (contingency variables). Selain itu, Govindarajan

(1986) menyatakan bahwa perbedaan hasil penelitian tersebut dapat diselesaikan

melalui pendekatan kontinjensi (contingency approach). Hal ini dilakukan dengan

memasukkan variabel lain yang mungkin mempengaruhi potensi financial distress

dengan pemberian opini going concern.

Dalam penelitian ini, pendekatan kontijensi akan diadopsi untuk

mengevaluasi keefektifan antara potensi financial distress terhadap pemberian opini

going concern. Faktor kontijensi yang dipilih dalam penelitian ini adalah pergantian

auditor dan prior opinion. Faktor tersebut akan berperan sebagai variabel pemoderasi

dalam hubungan antara potensi financial distress pada pemberian opini going

concern.

2.2 Teori Harapan

Teori ini dikemukakan oleh Victor Vroom (1964) yang menunjukkan bahwa

kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung

pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil

yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut (Robbins, e.t al,

2008). Teori ini didasarkan pada tiga konsep penting, yaitu: harapan (expectancy)

yang merupakan kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku, nilai (valence)

yang merupakan akibat dari perilaku tertentu yang mempunyai nilai atau martabat

tertentu (daya atau nilai memotivasi) bagi setiap individu tertentu, serta pertautan

13

(instrumentality) yang merupakan persepsi dari individu bahwa hasil dari tingkat

pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua.

Opini going concern harus diungkapkan dengan harapan dapat segera

mempercepat usaha penyelamatan perusahaan yang bermasalah (Joanna, 1994 dalam

Praptitorini dan Januarti, 2007) karena apabila auditor salah memberikan opini

kepada perusahaan yang diaudit maka akan menjadi masalah yang lebih besar dimasa

yang akan datang, seperti misalnya kondisi perusahaan yang akan semakin memburuk

akibat salah opini dan auditor yang memberikan opini secara langsung maupun tidak

merupakan pihak yang juga ikut bertanggung jawab.

2.3 Opini Audit

Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

laporan audit. Laporan audit sangat penting dalam suatu audit atau proses atestasi

lainnya karena laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi tentang apa

yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Tugas utama dari auditor

independen adalah memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan.

Opini yang diberikan auditor merupakan pernyataan kewajaran dalam semua hal yang

material, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berterima umum (SPAP, 2014).

Menurut kamus standar akuntansi dalam Ardiyos (2006:7), opini audit adalah

laporan yang diberikan oleh seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil

penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Opini audit

14

diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat

memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang

diauditnya (Rahman dan Siregar, 2012). Terdapat lima jenis opini audit (Mulyadi,

2002:416), yaitu:

1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Melalui pemberian pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor memberikan

pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal

yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified opinion

with explanatory language)

Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas (atau

bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi

pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan keuangan auditan.

Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat.

3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan

secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan

prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal

yang dikecualikan.

15

4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee

tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum.

5) Tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan audit

yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat

atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam kondisi tidak

independen dalam hubungannya dengan klien.

2.4 Going Concern

Going concern menurut Belkaoi (1997:135) adalah suatu dalil yang

menyatakan bahwa kesatuan usaha (entitas) akan menjalankan terus operasinya dalam

jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta

aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti. Dalil ini memberi gambaran bahwa suatu

entitas akan diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau

tidak diarahkan menuju ke arah likuidasi.

Going concern merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas

sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang berlawanan dengan asumsi

kelangsungan usaha, maka entitas tersebut menjadi bermasalah. Prediksi tentang

kemungkinan bangkrut atau tidaknya suatu perusahaan termasuk salah satu

komponen keputusan tentang going concern (Lenard, et. al., 2000).

16

2.5 Opini Going Concern

Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status

kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya. Standar Audit (SA)

570 (IAPI, 2014) menyatakan bahwa keragu-raguan yang besar tentang kemampuan

satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya merupakan keadaan

yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa

penjelasan lain) dalam laporan audit meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar

tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang dinyatakan oleh auditor.

Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern ini merupakan

laporan audit yang memberi indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko

perusahaan, berupa ketidakmampuan bertahan dalam bisnis (Rudyawan dan Badera,

2008). McKeown et. al. (1991) berpendapat bahwa auditor mungkin saja gagal untuk

memberikan pendapat tentang adanya indikasi kebangkrutan kepada suatu perusahaan

yang ternyata mengalami kebangkrutan dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini

disebabkan karena perusahaan tersebut sedang berada dalam posisi ambang batas

antara kebangkrutan dan kelangsungan usahanya. Arens (2003) menyatakan faktor

yang menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan, yaitu:

1) Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja.

2) Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh

tempo dalam jangka pendek.

3) Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan,

seperti gempa bumi atau banjir atau masalah perburuhan yang tidak biasa.

17

4) Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah terjadi yang

dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.

5) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menjelaskan panduan untuk

mempertimbangkan pernyataan pendapat atau tidak memberikan pendapat dalam

hal auditor menghadapi masalah kesangsian atas kemampuan entitas dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

2.6 Kebangkrutan

Kebangkrutan secara umum diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam

menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut Harianto dan

Sudomo (1995:336), kebangkrutan adalah kesulitan likuiditas yang sangat parah

sehingga perusahaan tidak mampu menjalankan operasionalnya dengan baik.

Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan

didefinisikan dalam beberapa pengertian (Matin, 1995 dalam Supardi dan Mastuti,

2003) yaitu:

1) Kegagalan ekonomi (economic distressed)

Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan

uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri. Hal ini

berarti bahwa tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari

arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas

sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan. Bahkan

kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari