44
vii ABSTRAK SRIWATI PALAGUNA, Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Kepuasan, Kepercayaan Dan Loyalitas Pasien RSIA ST Fatimah Makassar (Dibimbing oleh Widodo J.P dan Rahman Kadir). Ekuitas merek adalah salah satu kunci keberhasilan suatu produk baik berupa barang maupun jasa, rendahnya ekuitas merek suatu produk akan mempengaruhi kepuasan dan kepercayaan yang berakibat pada tinggi rendahnya loyalitas konsumen terhadap produk tersebut, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek terhadap kepuasan, kepercayaan dan loyalitas, pasien RSIA ST Fatimah Makassar. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode cross sectional dengan survey. Metode ini adalah suatu metode untuk mengumpulkan informasi-informasi yang diperlukan dalam penelitian dari sampel yang telah ditentukan sebelumnya sebagai responden, dengan sampel sebanyak 150 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi responden baik yang pernah berkunjung/berobat maupun tidak tentang ekuitas merek RSIA ST Fatimah Makassar dalam kategori cukup/sedang dan mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan, kepercayaan dan loyalitas pasien RSIA ST Fatimah, namun kepuasan pasien RSIA ST Fatimah tidak berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan dan loyalitas pasien, sedangkan kepercayaan pasien RSIA ST Fatimah berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pasien. Berdasarkan kenyataan yang terjadi di lokasi penelitian serta dari hasil uji pengaruh ekuitas merek terhadap kepuasan, kepercayaan dan loyalitas pasien RSIA ST Fatimah Makassar, maka disarankan agar pihak manajemen RS meningkatkan kualitas secara keseluruhan, melakukan promosi tentang keberadaan RSIA ST Fatimah, berusaha meningkatkan kepercayaan masyarakat pada produk dan pelayanan serta untuk penelitian selanjutnya agar meneliti ekuitas merek berdasarkan banyak aspek. Kata kunci : Ekuitas merek, kepuasan, kepercayaan dan loyalitas pasien.

ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

vii

ABSTRAK SRIWATI PALAGUNA, Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Kepuasan, Kepercayaan Dan Loyalitas Pasien RSIA ST Fatimah Makassar (Dibimbing oleh Widodo J.P dan Rahman Kadir).

Ekuitas merek adalah salah satu kunci keberhasilan suatu produk baik berupa barang maupun jasa, rendahnya ekuitas merek suatu produk akan mempengaruhi kepuasan dan kepercayaan yang berakibat pada tinggi rendahnya loyalitas konsumen terhadap produk tersebut,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek terhadap kepuasan, kepercayaan dan loyalitas, pasien RSIA ST Fatimah Makassar.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode cross sectional dengan survey. Metode ini adalah suatu metode untuk mengumpulkan informasi-informasi yang diperlukan dalam penelitian dari sampel yang telah ditentukan sebelumnya sebagai responden, dengan sampel sebanyak 150 responden.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi responden baik yang pernah berkunjung/berobat maupun tidak tentang ekuitas merek RSIA ST Fatimah Makassar dalam kategori cukup/sedang dan mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan, kepercayaan dan loyalitas pasien RSIA ST Fatimah, namun kepuasan pasien RSIA ST Fatimah tidak berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan dan loyalitas pasien, sedangkan kepercayaan pasien RSIA ST Fatimah berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pasien.

Berdasarkan kenyataan yang terjadi di lokasi penelitian serta dari hasil uji pengaruh ekuitas merek terhadap kepuasan, kepercayaan dan loyalitas pasien RSIA ST Fatimah Makassar, maka disarankan agar pihak manajemen RS meningkatkan kualitas secara keseluruhan, melakukan promosi tentang keberadaan RSIA ST Fatimah, berusaha meningkatkan kepercayaan masyarakat pada produk dan pelayanan serta untuk penelitian selanjutnya agar meneliti ekuitas merek berdasarkan banyak aspek. Kata kunci : Ekuitas merek, kepuasan, kepercayaan dan loyalitas pasien.

Page 2: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

viii

ABSTRACT

SRIWATI PALAGUNA, The influenced of brand equity to satisfaction, believability and loyality patient at Fatimah mother and child hospital Makassar (supervised by Widodo J.P and Rahman Kadir). Brand equity is the one of sucsessfull keys a products likes goods or services, reducing of brand equity ones product will be influenced to satisfaction and believability and also the consequenced to high-low the loyality consumer. The aims this research is to measure the influenced of brand equity to satisfaction, believability and loyality patient at Fatimah mother and child hospital Makassar. The research method used is cross sectional study with survey. The cross sectional study with survey method is one of method how to get information that research needs from 150 sample that was definite before. Result of this research to indicate were perseption of the patient ever visited or used and also not about brand equity RSIA ST Fatimah sufficient category and significant influential to satisfaction, believability and loyality patient at Fatimah mother and child hospital but patient satisfaction unsignificant influential to believability and loyality patient at Fatimah mother and child hospital, and believability significant influential to loyality patient at Fatimah mother and child hospital. Based on fact in research location and test result the influenced of brand equity to satisfaction, believability and loyality patient at Fatimah mother and child hospital Makassar, it is recommended to management of hospital to increase hospital quality of all and also promotion act and to extend the information about existention of Fatimah mother and child hospital, effort to increase the society believability at product and services and for next research in order to brand equity with more aspect. Key words : Brand equity, satisfaction, believability and loyality patient

Page 3: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Laser (1995) mengatakan bahwa ekuitas merek

merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam menjalankan

bisnis. Hal ini karena merek yang sukses (suatu produk dikenal secara

luas oleh masyarakat) akan menyebabkan pemasarannya mencapai

keuntungan yang kompetitif termasuk kesempatan untuk berhasil dalam

melakukan kekuatan untuk melawan tekanan promosi dari pesaing lain.

Menurut Kim, (2005) mengatakan bahwa institusi medis dan rumah

sakit di Korea terbuka dalam kemampuan mereka untuk meningkatkan

kesetiaan merek karena mereka tidak diijinkan secara legal untuk

pemasangan iklan.

Untuk meningkatkan kesetiaan terhadap merek, ekuitas merek dan

memuaskan kebutuhan pelanggan, institusi medis dapat meningkatkan

aktifitas pemasaran mereka dengan cara meningkatkan keuntungan

pasien dan kebebasan dokter (Hansman 2004:1).

Penelitian menemukan bahwa (1) kepercayaan, kepuasan

pelanggan, dan komitmen hubungan secara keseluruhan memiliki

pengaruh yang positif terhadap kesetiaan merek dan kesadaran merek.

Hal ini menyatakan bahwa direktur rumah sakit dan seluruh staf harus

merawat pasien agar mereka dapat memiliki kepercayaan terhadap rumah

Page 4: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

2

sakit, merasa puas dengan rumah sakit dan membuat komitmen, (2)

bahwa kesadaran merek secara signifikan sangat mempengaruhi ekuitas

merek secara positif, (3) ekuitas memiliki pengaruh positif yang penting

terhadap gambaran rumah sakit dimana menyatakan bahwa direktur

rumah sakit harus lebih memberi perhatian untuk mengatur ekuitas merek

mereka dalam menciptakan gambaran yang positif, (4) kepercayaan,

kepuasan pelanggan dan komitmen mempunyai juga pengaruh positif

terhadap gambaran rumah sakit.

Era informasi saat ini yang didukung perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat, masalah

mutu layanan rumah sakit menjadi sesuatu hal yang mudah diduplikasi

oleh manajemen rumah sakit lainnya, misalnya dengan merekrut dokter

spesialis yang handal, akan tetapi ada hal penting dalam sebuah

organisasi yang sangat sulit ditiru adalah kekuatan merek yang memiliki

citra positif atau penilaian positif dari pasien dan mampu menarik pasien

dari semua kalangan pada sebuah rumah sakit tersebut, yang tentu saja

citra positif ini banyak dipengaruhi oleh banyak faktor.

Menurut Rangkuti (2002) dilihat dari komponennya, merek

mempunyai dua unsur dasar yaitu brand name berupa susunan huruf atau

kata-kata yang dapat terbaca dan unsur brand mark berbentuk simbol

dengan desain dan warna tertentu yang spesifik, serta dapat dibedakan

dari persaingan. Lebih lanjut Kotler (1997) mengatakan merek sebenarnya

janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat dan

Page 5: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

3

jasa tertentu kepada para pembeli. Keberadaan merek dapat dibangun

melalui pengelolaan brand equity yakni sekumpulan assets dan lialibilities

terkait dengan nama, merek dan simbol yang dapat menambah dalam

produk atau jasa Aaker, (1997) dalam Rangkuti (2004).

Selanjutnya konsep dasar ekuitas merek yang terdiri dari lima

elemen dimensi, pertama; adalah dimensi loyalitas merek (brand loyality),

kedua dimensi variabel kesadaran merek (brand awareness), ketiga

dimensi variabel kesan kualitas (perceived quality), keempat dimensi

variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak

merek lainnya (brand other assets). Kelima dimensi variabel ekuitas

merek tersebut secara umum dapat menambah atau mengurangi nilai

bagi pelanggan (customers value) maupun perusahaan, sehingga

pengelolaan ekuitas merek juga sangat berpengaruh terhadap firm value.

Dalam menilai ekuitas merek tidak bisa terlepas dari pembahasan

mengenai perilaku konsumen (consumer behavior) menyangkut, sikap,

keyakinan kepercayaan dan kepuasan yang dipakai konsumen dalam

keputusan pilihan penggunaan suatu merek.

Peranan merek dalam pengelolaan rumah sakit sangat

menentukan keberhasilan dan kesuksesan suatu rumah sakit tersebut

dalam membangun kepuasan pasien maupun firm value-nya. Memulihkan

nama baik merek rumah sakit sulit dibangun, karena menyangkut unsur

kepercayaan, sehingga tidak cukup hanya bermodalkan dana yang besar

untuk meyakinkan masyarakat agar menilai positif dan untuk pengambilan

Page 6: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

4

keputusan bahwa rumah sakit tersebut adalah pilihannya untuk berobat

dan untuk layanan medis lainya, banyak faktor disebutkan diatas yang

tidak tampak (intangible) justru sangat berperan suksesnya suatu rumah

sakit.

Untuk merespon tantangan kedepan pihak manajemen tentunya

harus meningkatkan fasilitas medis maupun sumber daya manusia

pengelolanya. Salah satu upaya untuk peningkatan kesan kualitas yang

merupakan sebagian dari ekuitas merek, para pengelola rumah sakit

didorong oleh pemerintah untuk mengupgrade sarana dan prasarana

medis maupun manajerialnya.

Dengan adanya dukungan dari pemerintah ini hendaknya dapat

digunakan sebaik-baiknya dan seefektif dan seefisien mungkin sehingga

akan tercipta peningkatan citra merek pada rumah sakit yang dikelola oleh

para tenaga professional kesehatan yang handal dan disertai dengan

promosi di bagian lainnya misalnya peningkatan layanan yang sudah ada

atau penambahan perlengkapan medis maupun manajerial rumah sakit.

Sehingga dengan adanya berbagai usaha yang dilakukan untuk

pembangunan ekuitas merek yang disesuaikan dengan visi dan misi baru

bertujuan untuk memperoleh persepsi yang lebih baik di benak pasien

rumah sakit tersebut.

RSIA ST FATIMAH Makassar sesungguhnya sudah mendapatkan

tempat di hati pasien di Kota Makassar, hal ini dapat dilihat dengan

berdasarkan data kunjungan pasien mulai tahun 2003 sampai dengan

Page 7: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

5

2007 yang cenderung meningkat berikut ini.

Table 1. Data kunjungan tahun 2003-2007 RSIA ST FATIMAH Makassar

2003 2004 2005 2006 2007

URAIAN IRN IRJ IRN IRJ IRN IRJ IRN IRJ IRN IRJ

Umum 571 1016 1784 9975 1493 7669 644 9234 1266 5681

Persentase 19.5% 39.9% 65.4% 84.2% 61% 85.3% 22.3% 80.5% 36% 72.7% Askes 57 517 400 918 384 898 850 850 344 875

Persentase 1.9% 20.3% 14.7% 7.7% 15.7% 10% 29.5% 7.4% 9.8% 11.2%

JPS 2307 1012 544 957 569 421 1388 1388 1903 1255

Persentase 78.6% 39.8% 19.9% 8.1% 23.3% 4.7% 48.2% 12.1% 54.2% 16.1%

Total Pasien 2935 2545 2728 11850 2446 8988 2882 11472 3514 7811 Sumber : Data base kunjungan pasien RSIA ST Fatimah Makassar

Dari data kunjungan pasien tahun 2003 sampai dengan 2007 pada

RSIA ST FATIMAH Makassar, menunjukkan kunjungan pasien umum dari

tahun 2003 sampai dengan 2007 yang masuk rumah sakit lebih rendah

dibandingkan dengan pasien rawat jalan.

Tabel 2. Ringkasan perbandingan persentase Pasien Umum dan Pasien JPS yang masuk rumah sakit dan yang rawat jalan

2003 2004 2005 2006 2007

URAIAN IRN IRJ IRN IRJ IRN IRJ IRN IRJ IRN IRJ Persentase

Pasien Umum 19.5% 39.9% 65.4% 84.2% 61% 85.3% 22.3% 80.5% 36% 72.7%

Persentase Pasien JPS 78.6% 39.8% 19.9% 8.1% 23.3% 4.7% 48.2% 12.1% 54.2% 16.1%

Sumber : Data base kunjungan pasien RSIA ST Fatimah Makassar

Untuk lebih jelas melihat perbedaan persentase antara pasien

umum dan JPS masuk rumah sakit, dan pasien umum dan JPS instalasi

Page 8: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

6

rawat jalan dapat dilihat pada grafik berikut ini..

Gambar 1. Grafik perbandingan persentase pasien umum dan JPS masuk rumah sakit dan Pasien Umum dan JPS Instalasi Rawat Jalan

Pada tahun 2003 untuk pasien umum IRN (19,5%) lebih kecil

dibandingkan dengan pasien IRN JPS (78,60%); untuk pasien umum IRJ

(39,90%) hampir sama dengan pasien JPS IRJ (39,80%); pada tahun

2004 untuk pasien umum IRN (65,4%) lebih besar dibandingkan dengan

pasien IRN JPS (19,90%); untuk pasien umum IRJ (84,20%) lebih besar

dari pada pasien JPS IRJ (8,10%); pada tahun 2005 untuk pasien umum

IRN (61%) lebih besar dibandingkan dengan pasien IRN JPS (23,30%);

untuk pasien umum IRJ (85,30%) lebih besar dari pada pasien JPS IRJ

(4,70%); pada tahun 2006 untuk pasien umum IRN (22,30%) lebih kecil

dibandingkan dengan pasien IRN JPS (48,20%); untuk pasien umum IRJ

(80,50%) lebih besar dari pada pasien JPS IRJ (12,10%); pada tahun

2007 untuk pasien umum IRN (36%) lebih kecil dibandingkan dengan

pasien IRN JPS (54,20%); untuk pasien umum IRJ (72,70%) lebih besar

Page 9: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

7

dari pada pasien JPS IRJ (16,10%).

Dari data di atas terlihat kecenderungan dua tahun terakhir untuk

pasien umum IRN lebih rendah dari pada pasien JPS, sementara pasien

umum IRJ tetap lebih tinggi dari pada pasien JPS IRJ. Angka

kecenderungan rawat inap yang didominasi oleh kunjungan pasien JPS

menunjukkan bahwa pasien yang berkunjung ke RSIA ST FATIMAH

Makassar masih dapat digolongkan tingkat masyarakat menengah ke

bawah. Sementara itu, disisi lain pihak manajemen RSIA ST FATIMAH

Makassar sudah melengkapi seluruh fasilitas serta staf medis yang handal

termasuk dokter spesialis. Hal ini menjadi penekanan utama dalam latar

belakang penelitian ini bagi peneliti untuk meneliti dan menganalisis lebih

lanjut mengenai pengaruh faktor-faktor ekuitas merek terhadap kepuasan,

kepercayaan dan loyalitas pasien.

Selanjutnya konsep yang dibangun dari penelitian ini disusun berdasarkan

sebuah model analisis yang ingin membuktikan bagaimana signifikansi

hubungan kausalitas ekuitas merek terhadap kepuasan, kepercayaan dan

loyalitas pasien pada RSIA ST FATIMAH Makassar.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis melihat

pentingnya melakukan penelitian mengenai pengaruh ekuitas merek

terhadap kepuasan pasien. Adapun judul dalam penelitian adalah

“Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap kepuasan, kepercayaan dan

loyalitas pasien RSIA ST FATIMAH Makassar”.

Page 10: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

8

1.2 Kajian Masalah

Berikut ini akan dipaparkan grafik untuk menggambarkan kajian

masalah yang dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Gambar 1.2 Kajian Masalah

1.2.1 Keadaan Rumah Sakit

Tingginya pasien umum IRJ dan rendahnya pasien umum IRN

mungkin disebabkan akses ke lokasi rumah sakit yang sulit terjangkau

oleh masyarakat umum. Hal ini dikarenakan lokasi rumah sakit tersebut

tidak dilewati jalur lalu lintas kendaraan umum atau sulitnya jalur karena

ada salah satu jalur utama menuju rumah sakit yang berjalur satu arah.

Demikian halnya dengan kondisi fisik rumah sakit, yang mana bangunan

gedungnya sudah lama dan mengalami banyak kerusakan. Tentunya hal

Page 11: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

9

ini dapat memberikan citra yang tidak baik terhadap rumah sakit tersebut.

1.2.2 Promosi

Satu hal lagi yang dapat mempengaruhi tingginya pasien umum IRJ

dan rendahnya pasien umum IRN adalah kurangnya promosi. Kurangnya

promosi ini dapat dilihat dari kurangnya sosialisasi kepada masyarakat

mengenai sarana dan prasarana serta sumber daya manusia rumah sakit.

1.2.3 Petugas

Adanya kerjasama antara RSIA ST FATIMAH Makassar dengan

bagian kebidanan dan kandungan, bagian anak, dan bagian anastesi

Fakultas Kedokteran Unhas, dan beberapa Akademi Keperawatan dan

Kebidanan memberikan kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya

adalah jumlah dokter yang bertugas banyak walaupun masih status

pendidikan spesialis, calon dokter dan mahasiswa calon perawat dan

bidan. Sementara itu kekurangannya adalah pasien merasakan banyak

prosedur pelayanan yang harus dilalui.

Walaupun banyak dokter yang bertugas namun dokter spesialis

kebidanan dan kandungan yang fungsional di RSIA ST FATIMAH

Makassar hanya 1 orang disebabkan adanya mutasi jabatan dari

fungsional ke jabatan struktural sebanyak 2 orang, untuk dokter spesialis

anak juga hanya 1 orang demikian pula untuk dokter spesialis anastesi

juga 1 orang.

Untuk paramedis dan staf administrasi memang sangat kekurangan

disebabkan banyak yang memasuki masa pensiun dan tidak ada

Page 12: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

10

pengangkatan CPNS sampai tahun 2009.

1.2.4 Pasien

Dari sisi pasien juga dapat memberikan kontribusi terhadap

tingginya pasien umum IRJ dan kurangnya pasien umum IRN yang mana

sampai saat ini masyarakat sosial ekonomi menengah ke bawah masih

mendominasi kunjungan di RSIA ST FATIMAH. Hal ini juga disebabkan

pengurusan Surat Keterangan Tanda Miskin yang mudah oleh kelurahan

ke RSIA ST FATIMAH Makassar.

1.2.5 Kesadaran Merek

Aaker (1996) dalam Rangkuti, 2004:39 menyatakan bahwa

kesadaran merek merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk

mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan

bagian dari kategori produk tertentu. Mungkin saja tingkat kesanggupan

pasien umum untuk mengenali layanan RSIA ST FATIMAH yang masih

rendah sehingga hal ini mempengaruhi ekuitas merek.

1.2.6 Kualitas

Lebih lanjut Aaker juga menyatakan bahwa kualitas adalah

persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu

produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan.

Berkenaan dengan persepsi pasien terhadap keseluruhan kualitas

pelayanan RSIA ST FATIMAH masih kurang dari pada apa yang

diharapkan oleh pasien.

1.2.7 Pesaing Rumah Sakit Lain

Rumah sakit pesaing lain yang memiliki dokter spesialis yang

sudah mencukupi, sarana dan prasarana yang optimal dan kemudahan

Page 13: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

11

pelayanan, sehingga hal ini akan menguatkan rumah sakit pesaing lain

tersebut benar-benar menjadi pesaing yang dapat mengurangi kunjungan

pasien umum IRN ke RSIA ST FATIMAH Makassar.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah ekuitas merek (berdasarkan aspek kesadaran merek, kualitas

rumah sakit, dan pesaing rumah sakit lain) berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan pasien RSIA ST FATIMAH Makassar?

2. Apakah ekuitas merek (berdasarkan aspek kesadaran merek, kualitas

rumah sakit, dan pesaing rumah sakit lain) berpengaruh signifikan

terhadap kepercayaan pasien RSIA ST FATIMAH Makassar?

3. Apakah ekuitas merek (berdasarkan aspek kesadaran merek, kualitas

rumah sakit, dan pesaing rumah sakit lain) berpengaruh signifikan

terhadap loyalitas pasien RSIA ST FATIMAH Makassar?

4. Apakah kepuasan pasien berpengaruh signifikan terhadap

kepercayaan pasien RSIA ST FATIMAH Makassar?

5. Apakah kepuasan pasien berpengaruh signifikan terhadap loyalitas

pasien RSIA ST FATIMAH Makassar?

6. Apakah kepercayaan pasien berpengaruh signifikan terhadap loyalitas

pasien RSIA ST FATIMAH Makassar?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dipaparkan

dalam dua tujuan yakni tujuan umum dan tujuan khusus:

Page 14: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

12

1.4.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis

pengaruh ekuitas merek terhadap kepuasan, kepercayaan dan

loyalitas, pasien RSIA ST FATIMAH.

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh ekuitas mersek (berdasarkan aspek

kesadaran merek, kualitas rumah sakit, dan pesaing rumah sakit

lain) terhadap kepuasan pasien RSIA ST Fatimah Makassar.

2. Untuk menganalisis pengaruh ekuitas merek (berdasarkan aspek

kesadaran merek, kualitas rumah sakit, dan pesaing rumah sakit

lain) terhadap kepercayaan pasien RSIA ST Fatimah Makassar.

3. Untuk menganalisis pengaruh ekuitas merek (berdasarkan aspek

kesadaran merek, kualitas rumah sakit, dan pesaing rumah sakit

lain) terhadap loyalitas pasien RSIA ST Fatimah Makassar.

4. Untuk menganalisis pengaruh kepuasan pasien terhadap

kepercayaan pasien RSIA ST Fatimah Makassar?

5. Untuk menganalisis pengaruh kepuasan pasien terhadap loyalitas

pasien RSIA ST Fatimah Makassar?

6. Untuk menganalisis pengaruh kepercayaan pasien terhadap

loyalitas pasien RSIA ST Fatimah Makassar?

Page 15: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

13

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat secara teoritis penelitian ini adalah bahwa

penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan referensi penelitian

selanjutnya untuk pengembangan model yang lebih kompleks khususnya

berkaitan dengan ekuitas merek.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian dapat memberikan evaluasi bagi manajemen dalam

mengelola ekuitas merek RSIA ST Fatimah Makassar.

2. Hasil penelitian dapat memberikan informasi tentang kepuasan

pasien, yaitu nilai-nilai yang diharapkan pasien RSIA ST Fatimah

pada saat ini dan masa mendatang, yang dapat digunakan untuk

bahan kajian bagi manajemen dalam menyusun strategi bisnis

kedepan.

Page 16: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemasaran Dan Pemasaran Rumah Sakit

Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa hal yang berkenaan

dengan pengertian pemasaran secara umum dan pemasaran rumah sakit

secara khusus adalah sebagai berikut:

2.1.1 Pengertian dan Konsep Pemasaran

Kotler (1997) menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses

sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai

dengan pihak lain.

Menurut Stanton (1995) dalam Erwina Tandirerung (2005)

menyatakan bahwa “pemasaran” adalah suatu system keseluruhan dari

kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan

jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun

pembeli potensial.

Payne (1993) dalam Erwina Tandirerung (2005) menyatakan

bahwa pemasaran merupakan sesuatu proses mempersiapkan,

memahami, menstimulasi dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran yang

dipilih secara khusus dengan menyalurkan sumber daya sebuah

Page 17: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

15

organisasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Lebih jauh tentang pemasaran tentu saja dalam proses pemasaran

ada objek yang dituju yakni pasar. Menurut Staton (1995) dalam Erwina

Tandirerung (2005) menyatakan bahwa pasar adalah orang-orang yang

mempunyai keinginan untuk kepuasan, uang untuk belanja dan kemauan

untuk membelanjakannya. Meskipun seseorang mempunyai keinginan

untuk membeli suatu barang tetapi tanpa ditunjang oleh daya beli dan

kemauan untuk membelanjakan uangnya, maka orang tersebut bukan

bagian dari pasar.

Kotler (1997) menambahkan bahwa pasar terdiri atas semua

pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu

yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan

pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

Sehingga ukuran pasar tergantung pada jumlah orang yang menunjukkan

kebutuhan dan keinginan, memiliki sumber data yang menarik pihak lain,

serta bersedia dan mampu menawarkan sumber daya menarik pihak lain,

serta bersedia dan mampu menawarkan sumber daya ini untuk ditukar

dengan apa yang mereka inginkan.

Dengan berbagai macam pengertian pemasaran dan pasar sebagai

objek pemasaran, perusahaan atau organisasi hendaknya mampu

memahami dengan lebih mendalam sehingga apa yang ingin ditawarkan

perusahaan atau organisasi dapat diterima oleh pasarnya. Demikian pula

untuk memasarkan jasa layanan rumah sakit, harus mampu

Page 18: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

16

memperhatikan apa yang sesungguhnya dijual atau ditawarkan dan siapa

yang menjadi pasar sasarannya.

2.1.2 Prinsip Pemasaran Jasa

Sebelum kita melanjutkan pada prinsip pemasaran jasa terlebih

dahulu perlu kita ketahui apa itu jasa. Kotler (1997) menyatakan bahwa

jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh

satu pihak kepada pihak lain, yang ada dasarnya tidak berwujud dan tidak

mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau

tidak dikaitkan pada satu produk fisik.

Dalam Erwina Tandirerung (2005) Zeithalm & Bitner, 2000)

menyatakan bahwa jasa secara sederhana didefinisikan sebagai deeds,

processes, and performances. Berdasarkan definisi sederhana jasa tidak

saja dihasilkan oleh perusahaan jasa tetapi merupakan bagian yang

integral dengan penawaran produk berwujud lainnya.

Lebih lanjut Kotler (1997) menyatakan bahwa jasa memiliki empat

karakteristik utama yang sangat mempengaruhi rancangan program

pemasaran: tidak berwujud (intangibility), tidak terpisah (inseparability,

bervariasi (variability), dan mudah lenyap (perishability).

2.1.3 Pemasaran Jasa Rumah Sakit

Pemasaran jasa rumah sakit tentunya menyangkut jasa yang

disediakan rumah terutama sakit kepada pasiennya. Dalam Erwina

Tandirerung (2005) Zeithml dan Bitner; Goonros, 1990; Fitzmmons: 2001

menyatakan bahwa pemasaran rumah sakit berarti pemasaran kinerja

Page 19: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

17

yang ditunjukkan oleh rumah sakit, maka kualitas jasa rumah sakit

tergantung pada kualitas kinerjanya. Sama seperti produk jasa lainnya,

maka jasa kesehatan yang dihasilkan oleh rumah sakit juga merupakan

bagian yang terintegral dengan penawaran produk berwujud lainnya.

Masih dalam Erwina Tandirerung (2005) menurut Lumenta (1992)

mempertegas bahwa jika diamati dari keluaran yang dihasilkan maka

manajemen rumah sakit adalah jasa pelayanan. Ciri pokok rumah sakit

sebagai manajemen jasa pelayanan adalah :

a. Terdapat penumpukan kegiatan produksi, kegiatan penyerahan

produk (jasa) dan kegiatan konsumsi yang terjadi pada saat yang

sama.

b. Pasien sebagai konsumen merupakan unsur pokok yang terlibat sejak

mulai dari komponen input, proses dan output yang dihasilkan. Terjadi

kontak langsung antara produsen dan konsumen, sehingga kualitas

pelayanan langsung dinilai dan diawasi oleh konsumen. Pada

produksi barang jadi, konsumen tidak terlibat dalam proses produksi.

c. Kegiatan layanan berupa pelayanan medis perawatan di rumah sakit

yang hampir seluruhnya dilakukan oleh manusia.

d. Jasa yang dihasilkan oleh rumah sakit bukanlah benda konkrit,

karenanya tidak dapat disimpan dan didistribusikan ke pasaran bila

situasi menguntungkan. Jasa pelayanan yang diberikan bersifat tailor

made, spesifik untuk setiap pasien, yang berbeda dengan baju ukuran

Page 20: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

18

S, M, L, dan XL.

e. Selain keempat karakteristik di atas, berdasarkan criteria Lovelock

(1996), maka karakteristik lain rumah sakit dapat diamati pada sifat

produk. Jasa rumah sakit adalah kinerja, aktifitas, dan upaya-upaya

kesehatan yang dilakukan rumah sakit.

f. Pasien sulit untuk menilai kualitas pelayanan jasa kesehatan untuk

rumah sakit. Disisi lain, rumah sakit sulit untuk membakukan standar

mutu pelayanan.

g. Faktor waktu sangat penting dan vital terhadap hasil perawatan

kesehatan.

2.2 Merek

Peran penting dari sebuah merek rumah sakit merupakan nilai

prestisitas. Saat ini pemasaran sudah masuk dalam tatanan perang

persepsi konsumen, yang bukan sekedar persaingan produk atau jasa.

Beberapa produk dan layanan dengan kualitas, model, features

(karakteristik tambahan dari produk), serta kualitas yang relatif sama

dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda dipasar karena perbedaan

persepsi dari produk tersebut dibenak konsumen.

Merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam

sebuah merek dagang yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh

tersendiri dipasar bila dikelola dengan tepat. Saat ini merek sudah menjadi

konsep yang kompleks dengan sejumlah ratifikasi teknis dan psikologis

antara lain merek memiliki kuantitas dan kualitas yang kuat, potensi ini

Page 21: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

19

akan meningkatkan citra merek (Durianto, 2004).

Menurut Kafferer (Rangkuti, 2002) apabila suatu konsep merek

yang kuat dapat dikomunikasikan dengan tepat pada pasar sasaran, akan

menghasilkan brand image mencerminkan identitas merek yang baik.

2.2.1 Tahap-tahap Perkembangan Merek

a. Tahap unbranded goods and services

Tahap dimana produk atau jasa diperlakukan suatu komoditi dan

jumlah demand jauh lebih besar terhadap supply, sehingga merek

tidak dipedulikan contohnya bahan kebutuhan pokok dan barang

berfungsi hampir sama dan relatif sederhana.

b. Tahap Brand as reference

Dengan meningkatkan supply melebihi demand dan meningkatkan

daya beli, maka konsumen mulai memilih produk atau jasa yang

mempunyai kualitas, tahap inilah produsen berusaha melakukan

diferensiasi terhadap atributnya dan merek sudah diperlukan

sebagai pembeda dan kosistensi, sesuai, konsep utilitarian yaitu

ketergantungan pada features produk dan strategi analisis

pengetahuan terhadap merek (brand knowledge). Komponen

utama dari pengetahuan merek adalah kesadaran merek (brand

awareness) dan kesan merek (brand image). Kesadaran merek

dibagi menjadi dua; brand recall dan brand recognition, sedang

kesan merek dibagi menjadi empat, yaitu : jenis asosiasi merek,

kekuatan merek dan keunikan merek, jenis asosiasi merek masih

dibagi lagi menjadi atribut, keuntungan dan perilaku. Pembagian

Page 22: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

20

diatas merupakan faktor-faktor pembentukan asosiasi merek.

c. Tahap merek sebagai personality

Terdapat hal sangat prinsip pada tahap ketiga dari perkembangan

merek, dimana pada tahap pertama dan kedua, konsumen sebagai

subjek dan merek sebagai objek. Pada tahap ketiga jarak antara

pelanggan dan merek menjadi dekat bahkan menyatu, karena

karakter merek telah dimunculkan lebih personal, sehingga

terkesan lebih pribadi yang mengakibatkan nilai yang dimiliki merek

mencerminkan citra diri penggunanya (personality). Agar tetap tidak

ketinggalan jaman, sehingga nilai melekat pada merek tetap

menjadi ekspresi diri, gaya hidup, status sosial.

d. Tahap merek sebagai simbol (icon)

Pada tahap ini biasanya pelanggan mempunyai pengetahuan yang

lebih mendalam mengenai merek yang digunakannya, umumnya

perusahaan yang sudah bersifat internasional menggunakan suatu

icon atau tanda tertentu pada mereknya dan pelanggannya merasa

bangga menggunakan dengan simbol tersebut karena mampu

mengekspresikan dirinya. Penekanan penggunaan simbol harus

mampu memberikan asosiasi primer dan sekunder, sehingga

positioning produk lebih menancap dibenak pelanggan. Semakin

banyak asosiasi yang muncul semakin besar kemungkinan

pelanggan akan mengingat pesan yang ingin disampaikan oleh

suatu merek.

Page 23: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

21

e. Tahap merek sebagai perusahaan

Dalam tahap ini merek sudah menjadi wakil perusahaan

menjadikan komunikasi yang keluar dari perusahaan telah

terintegrasi kesemua lini kegiatan operasional, sehingga customers

dapat dengan mudah menghubungi merek.

f. Tahap merek sebagai kebijakan moral

Pada tahap keenam, hanya beberapa perusahaan saja yang

mampu untuk mencapainya, karena hanya perusahaan yang sudah

mampu mengoperasikan kegiatannya dengan benar-benar

transparan kepada publik sehingga tidak ada secara etika bisnis

aktivitas yang ditutupi, dampak sosial maupun politisnya, akibatnya

customer merasa percaya dan mempunyai komitmen yang tinggi

pada merek. Pada kondisi ini perusahaan dapat memasukkan

merek sebagai kebijakan moral dalam misinya, seperti kepedulian

perusahaan terhadap lingkungan. Melalui komitmen ini, pelanggan

merasa merekalah yang mempunyai merek dan telah mewakili

kepuasan moralnya baik secara etis maupun spiritual.

Perkembangan merek pada tahap lima dan enam juga

dibarengi penggunaan iklan yang mengalami perubahan paling

drastis, karena pada tahap merek hanya untuk tujuan terbatas,

namun pada tahap lima dan enam atau disebut tahap

perkembangan moderen, iklan yang diterapkan membawa misi

merek dan dibuat untuk tujuan yang tidak terbatas, didasari akan

Page 24: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

22

keinginan manusia yang tanpa batas (Rangkuti, 2002) .

2.2.2 Merek Sejati

Beberapa anggapan mengatakan bahwa merek adalah nama cap

dagang, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa merek adalah

produk bahkan sebuah komitmen. Salah satu pendapat dari Stephen King

(Rangkuti, 2002) yang berguna untuk membedakan antara merek dan

produk menyatakan bahwa :

“Produk adalah sesuatu yang di dalam pabrik, merek adalah sesuatu yang dibeli konsumen. Produk dapat ditiru, pesaing, sedangkan merek adalah sesuatu yang unik. Produk dapat kadaluarsa karena waktu, namun merek yang berhasil dan dikelola dengan benar bisa menjadi abadi”. Apabila kekhususannya selalu ada dalam benak konsumen, maka

merek tersebut telah mendekati defenisi merek sejati (Duane, 2001)

adalah internalisasi jumlah semua kesan yang diterima oleh pelanggan

dan konsumen yang dihasilkan dalam posisi khusus di dalam pikiran

manusia, berdasarkan manfaat-manfaat emosional dan fungsional yang

dapat dirasakan.

2.3 Ekuitas Merek

Aaker (1997) menyatakan ekuitas merek adalah “Seperangkat aset

dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek dan nama yang

menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa

kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan". Pendapat lainnya

Keller (1993) dalam Kim, dkk (2006) menyatakan bahwa ekuitas merek

dapat dipandang sebagai nilai tambah terhadap suatu produk.

Page 25: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

23

Selanjutnya agar aset dan liabilitas dapat berperan mendasari

ekuitas merek, keduanya dihubungkan dengan nama dan symbol merek

yang secara bersama-sama keduanya dikelompokkan ke dalam lima

dimensi kategori, yaitu; pertama loyalitas merek (brand loyality), kedua

kesadaran merek (brand awareness), ketiga kesan kualitas (perceived

quality), keempat assosiasi merek (brand association) dan yang terakhir

adalah asset hak milik lainnya (otherbrand assets).

Namun perlu diketahui bahwa dimensi loyalitas merek merupakan

inti dari ekuitas merek dan keempat dimensi ekuitas merek lainnya bisa

berperan menguatkan loyalitas merek karena terdapat interelasi diantara

dimensi-dimensi ekuitas merek tersebut. Pengertian contoh interaksi

tersebut adalah kesan kualitas bisa dipengaruhi oleh kesadaran merek,

loyalitas dapat dipengaruhi oleh kesadaran merek, loyalitas dapat

dipengaruhi kesan kualitas dan seterusnya sating terkait satu dengan

lainnya diantara dimensi-dimensi ekuitas merek lain.

Pandangan kedua dari brand equity adalah korelasi antara brand

dan brand extension (Pitta and Katsanis, 1995; Rangkuti 2004)

mengatakan bahwa brand equity diukur berdasarkan kemampuan merek

tersebut mendukung perluasan merek yang dilakukan.

Pandangan ketiga berkaitan dengan perspektif konsumen tentang

brand equity (Pokorny, 1995; Rangkuti, 2004) dengan melihat perilaku

pengambilan keputusan pembelian, manajer pemasaran dapat

Page 26: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

24

menentukan seberapa jauh persepsi brand equity yang dimiliki oleh

pelanggan terhadap suatu merek.

Menurut Durianto (2004) defenisi merek adalah nama, istilah,

tanda, symbol desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan

suatu produk/jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.

2.3.1 Pendekatan Pengukuran Ekuitas Merek

Sedikitnya ada lima pendekatan lain (Aaker, 1996) untuk mengukur

nilai ekuitas suatu merek, yaitu :

a. Pengukuran dengan harga optimum

Pendekatan ini juga dikenal dengan dollarmatric, di dapat dari

pengamatan tingkat harga suatu merek di pasar, sangat

dipengaruhi oleh selisih harga yang dikeluarkan oleh

kompetitornya, tingkat depresiasi dalam setahun, elastisitas harga

yang direspon oleh konsumen. Adanya kenyataan bahwa harga

optimum aset tahun bisa diperoleh dari rata-rata setahun dikalikan

volume unit penjualan setahun, dengan mengabaikan neraca kas

jangka waktu yang sama.

b. Pengukuran dengan merek dan preferensi konsumen

Untuk kelas produk dan jasa tertentu pengukuran harga optimum

tidak bisa menjadi cara yang jitu, sehingga perlu digunakan

pendekatan lain yang lebih objektif, salah satunya dengan

menghitung dampak merek terhadap evaluasi konsumen atas

merek yang diukur dari referensi konsumen, menyangkut sikap,

Page 27: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

25

tujuan membeli dan menggunakan suatu merek.

c. Pengukuran dengan penggantian biaya

Perspektif yang digunakan adalah berapa jumlah biaya yang sudah

dikeluarkan untuk suatu produk atau merek dengan tingkat

kemungkinan sukses ditentukan lebih dahulu, biaya yang sudah

dikeluarkan dan mencapai kemungkinan sukses tersebut sebagai

nilai dari ekuitas merek.

d. Pengukuran pada nilai harga saham

Penggunaan harga saham sebagai dasar untuk mengevaluasi nilai

ekuitas merek, asumsinya pasar modal akan menyesuaikan harga

perusahaan untuk proyeksi prospek masa depan atas merek

tersebut. Pendekatan dimulai dengan nilai pasar sebuah

perusahaan yang merupakan fungsi dari harga saham dan jumlah

saham yang beredar dan model ini beroperasi pada perusahaan

publik dengan merek dominan.

e. Pengukuran perolehan laba bersih masa depan

Pendekatan ini menggunakan estimasi laba bersih lancar (current

earnings) dan menerapkan, multiplier laba bersih (earning

multiplier) keduanya kemudian diestimasikan pada penilaian laba

bersih masa depan, dengan mencari nilai multiplier actual dalam

suatu periode tertentu dan dibandingkan, industri dikelasnya,

dengan mengabaikan hutanghutang yang sangat besar.

Page 28: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

26

2.3.2 Pengelolaan Ekuitas Merek

Beberapa faktor (Acker, 1996) yang dapat dilihat indikator kurangnya

perhatian serius dari para manajer dalam upaya membangun dan

mengelola ekuitas merek perusahaan, indikator tersebut adalah

a. ketidakmampuan manajer untuk mengidentifikasi asosiasi

merek dengan kekuatan asosiasi perusahaan itu sendiri dengan

tepat

b. Rendahnya tingkat pengetahuan mengenai kesadaran merek

dari sebagian besar karyawannya.

c. Tidak adanya ukuran yang sistematis, handal, peka dan valid

mengenai kepuasan serta loyalitas customer.

d. Tidak adanya kesungguhan dalam upaya melindungi ekuitas

merek itu sendiri.

e. Tidak adanya mekanisme yang dapat mengukur serta

mengevaluasi elemen program pemasaran merek.

f. Belum adanya strategi jangka panjang dalam upaya

pengembangan manajemen merek.

g. Belum adanya strategi jangka panjang dalam upaya

pengembangan manajemen merek.

Philip Kotler (2000) sebagai analis melihat umur merek melebihi

produk, karena merek selalu dilihat sebagai aktiva perusahaan yang

paling bertahan lama dan semua merek yang kuat mewakili sekelompok

pelanggan yang setia, oleh karenanya aktiva dasar yang menjadi fondasi

Page 29: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

27

utama ekuitas merek adalah ekuitas pelanggan (customer equity), hal ini

menunjukkan bahwa fokus dari perencanaan pemasaran yang tepat

adalah memperpanjang nilai seumur hidup pelanggan setia (loyal

customer lifetime value), dengan pengelolaan merek berperan sebagai

alat pemasar utama.

Selanjutnya penjelasan mengenai skema konsep ekuitas merek

menurut Aaker (1996) terdapat lima elemen dimensi kategori yang

membentuknya, seperti tampak pada Gambar 2.1 menunjukkan ekuitas

merek mempunyai hubungan kausal komparatif terhadap dimensinya dan

dirumuskan sebagai sebuah variabel yang bersifat multidimensional yang

telah ada dulu sebagai dasar menentukan arah kausalitasnya (Kuncoro,

2003). Variabel ekuitas merek tidak bisa diukur secara langsung, tetapi

dibentuk melalui pengukuran dimensinya.

Gambar 2.1 Ekuitas Merek Nilai Pelanggan dan Perusahaan

Kesan Kualitas

Kesadaran merek Asosiasi Merek

Ekuitas

Aset Hak Milik Loyalitas Merek

Aset Hak Milik

Loyalitas Merek

Nilai Perusahaan Efisiensi & Efektifitas

program pemasaran Loyalitas merek Harga/laba Perluasan merek

Nilai Pelanggan Interpretasi/proses

Informasi Rasa percaya

diri/keputusan pembelian

Page 30: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

28

Ekuitas merek yang tinggi (Kotler, 2000) memberikan sejumlah

keuntungan kompetitif diantaranya adalah :

a Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil

karena kesadaran dan kesetiaan merek konsumen yang tinggi.

b Posisi perusahaan menjadi lebih kuat dalam negosiasi dengan

mitra bisnis.

c Perusahaan dapat menetapkan premium price, daripada

pesaingnya karena merek tersebut memiliki kualitas yang diyakini

lebih tinggi oleh pelanggan.

d Perusahaan lebih mudah untuk melancarkan perluasan merek

karena merek yang mempunyai kredibilitas tinggi.

e Merek yang kuat dapat melindungi perusahaan dari persaingan

harga yang tidak sehat atau stabil.

2.3.3 Dimensi Ekuitas Merek

a. Kesadaran Merek

Masyarakat cenderung bertransaksi dengan produk atau merek

yang dikenal karena di bawah sadar merek yang tidak terkenal

mempunyai sedikit peluang untuk diingat konsumen, sesuai pendapat

Aaker (1996) mendefenisikan brand awareness sebagai: “The ability of

a potential buyer to recognize or recall that a brand is number of a

certain product category"

Page 31: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

29

Gambar 2.2. Kesadaran Merek

Gambar 2.2. menunjukkan sedikitnya ada empat cara kesadaran

menciptakan nilai bagi pelanggan karena peranan kesadaran merek

terkait dengan asosiasi-asosiasi bagi pelanggan karena peranan

kesadaran merek terkait dengan asosiasi-asosiasi merek yang sangat erat

kaitannya, artinya kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali

atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari

kategori produk tertentu.

Penjelasan dari keempat nilai tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tempat kaitan (jangkar) asosiasi-asosiasi lain

Suatu merek yang kesadarannya tinggi akan membantu

asosiasi-asosiasi melekat pada merek tersebut karena daya

jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi dibenak

konsumen.

2) Familiar/rasa suka

Jika kesadaran merek kita sangat tinggi, konsumen akan sangat

Tempat kaitan asosiasi-asosiasi lain

Sebagai tanda substansi / komitmen

Bahan pertimbangan merek

Familiaritas menimbulkan rasa suka Kesadaran

Merek

Page 32: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

30

akrab dengan merek kita, dan lama kelamaan akan timbul rasa

suka yang tinggi terhadap merek yang kita pasarkan.

3) Sebagai tanda substansi.

Kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen,

dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika

kesadaran akan merek tinggi, kehadiran mereka akan selalu

dapat kita rasakan. Sebuah merek dengan kesadaran

konsumen tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain; (1) diiklankan secara luas, (2) eksistensi yang sudah

teruji oleh waktu, (3) jangkauan distribusi yang sangat luas, (4)

merek tersebut dikelola dengan baik. Oleh karena itu jika

kualitas merek akan menjadi faktor yang menentukan dalam

keputusan pembelian.

4) Mempertimbangkan merek

Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah

menyeleksi merek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk

dipertimbangkan dan diputuskan merek mana akan dibeli.

Merek dengan top mind yang tinggi mempunyai nilai

pertimbangan yang tinggi, jika suatu merek tidak tersimpan

dalam ingatan, merek tersebut tidak akan dipertimbangkan,

dalam benak konsumen.

Kesadaran merek menggambarkan keberadaan merek di dalam

pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori

Page 33: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

31

dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam brand equity.

Meningkatkan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk memperluas

pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah laku.

Kesadaran merek merupakan key of brand asset atau kunci pembuka

untuk masuk keadaan lainnya. Jadi jika kesadaran itu sangat rendah

maka hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah.

Menurut Aaker (Dudanto, 2004) piramida kesadaran mereka dari

tingkat terendah sampai tingkat tertinggi adalah sebagai berikut :

1) Unaware of brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling

rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen

tidak menyadari suatu merek.

2) Brand recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal

kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi

setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided

recall).

3) Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek) adalah

pengingatan kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided

recall).

4) Top of mind (puncak pikiran adalah merek yang disebutkan

pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul

dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek tersebut

merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam

benak konsumen.

Page 34: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

32

b. Kesan Kualitas Merek (Brand Perceived Quality)

Cleland dan Brono (Simamora, 1996) memberikan pengertian tiga

prinsip tentang perceived quality yaitu:

1) Pertimbangan konsumen atas suatu produk berdasarkan multi-

atribut mencakup tiga aspek utama yaitu sensivitas terhadap

tingkat harga, ukuran produk standar, dan kelengkapan fungsi,

desain, garansi, reputasi dan layanan.

2) Quality exists only is perceived by customers (kualitas itu ada

jika ada dalam persepsi konsumen), sehingga jika persepsi

konsumen rendah atas suatu produk, maka kualitas produk

menjadi rendah apapun realitanya.

3) Perceived quality diukur secara relative terhadap pesaingnya,

artinya apabila produk A bentuknya sederhana, namun ternyata

kompetitornya jauh lebih sederhana maka A dianggap

mempunyai kualitas relative lebih baik.

Aaker (1997) mengungkapkan umumnya merek yang mempunyai

perceived quality yang tinggi memiliki return of investment yang tinggi

pula. Namun demikian komponen yang dipertimbangkan sebagai kesan

kualitas tampak seperti Gambar 2.3.

Page 35: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

33

Gambar 2.3. Nilai dari kesan kualitas

Untuk penerapan strategi jangka panjang, faktor tunggal yang

paling penting dalam mempengaruhi kinerja suatu unit bisnis adalah

kesan kualitas dari produk dan jasa, terhadap kinerja dari pesaing (Buzzell

and Gale, 1987).

Dijelaskan bahwa kualitas merek dapat menciptakan profitabilitas,

karena dapat mempengaruhi pasar, harga mempunyai dampak langsung

pada profitabilitas, tidak memberikan pengaruh negatif pada biaya.

Terdapat perbedaan kesan kualitas dan kepuasan, dimana kesan

kualitas lebih kepada persepsi customer dibandingkan dengan

keseluruhan kualitas atau keunggulan produk, (Zeithamal, 1998)

mendefenisikan perceived quality sebagai “The customer's perceptionof

the overall quality or superioty of a product or services with respect or its

intended purpose, relative to altematives", berarti perceived quality tidak

dapat ditentukan secara obyektif, karena menyangkut penilaian atas

Sebagai alasan untuk membeli

Diferensiasi / posisi merek

Perluasan merek

Harga optimal / premium

Minat pada saluran distribusi

Kesan

Kualitas

Page 36: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

34

persepsi yang dianggap penting oleh pelanggan dan sifatnya sangat relatif

terhadap suatu keinginan.

c. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)

Pengertian loyalitas merek (Rangkuti, 2004) adalah ukuran dari

kesetiaan konsumen terhadap suatu merek, karena loyalitas adalah inti

dari brand equity dan selalu menjadi gagasan sentral dalam pemasaran.

Peningkatan loyalitas akan mengurangi kerentanan pelanggan dari

serangan kompetitor, sehingga dapat dipakai sebagai indikator tingkat

perolehan laba mendatang, karena loyalitas merek dapat diartikan

penjualan di mesa depan.

Dalam Tjipto (2005) menurut pandangan aliran stokastik atau

perspektif behaviorial loyalitas merek diartikan sebagai pembelian ulang

suatu merek secara konsisten oleh pelanggan. Acker (1997) perasaan

suka terhadap merek dan komitmen dapat digunakan untuk mengukur

loyalitas merek, untuk perasaan suka tersebut diukur dari liking, respect,

friendship dan trust, Loyalitas erat kaitannya pengalaman dari pengguna

merek dan tidak bisa terjadi tanpa adanya pengalaman sebelumnya,

penekanan loyalitas merek hanya tertuju pada merek tertentu dan sulit

dialihkan perhatiannya pada simbol lain tanpa adanya pengorbanan dalam

nilai yang besar.

Beberapa hal dibangun untuk meningkatkan nilai loyalitas (Aaker,

1996), tampak pada Gambar 2.4.

Page 37: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

35

Gambar 2.4.

Menciptakan dan memelihara loyalitas merek

d. Kepercayaan

Doney dan Cannon (1997) dalam Kim, dkk (2006) menyatakan

bahwa kepercayaan adalah keadaan yang dapat dipercaya (kredibilitas)

dan kebaikan dari pihak sasaran. Dimensi pertama memfokuskan pada

tingkat kepercayaan yang objektif dari mitranya, sebagaimana dalam

suatu ekspektansi yang mana kita dapat menyandarkan perkataan mitra

kita atau pernyataan tertulis mitra kita. Dimensi kedua merupakan tingkat

dimana mitra sungguh tertarik dalam motivasi untuk mencari kemanfaatan

Memperlakukan pelanggan dengan layak

Menjalin kedekatan dengan pelanggan

Memberikan pelayanan ekstra

Mengelola kepuasan pelanggan

Menciptakan biaya peralihan

Loyalitas

Merek

Page 38: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

36

e. Kepuasan pasien

Ekuitas merek dapat menambah atau sebaliknya jika salah

pengelolaannya justru mengurangi kepuasan pasien. Aset-aset bisa

membantu pasien menafsirkan, berproses dan menyimpan informasi

dalam jumlah besar mengenai layanan rumah sakit.

Hal senada dikemukankan oleh Simamora: 2001 yang menyatakan

bahwa merek juga mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam

mengambil keputusan karena masa lalu dalam menggunakannya maupun

kedekatan terhadap merek dengan aneka ragam karakteristiknya.

2.4 Sikap dan Perilaku Konsumen

Pembahasan teori mengenai ekuitas merek erat sekali

hubungannya dengan sikap dan perilaku. Sikap konsumen (Paul & Olson,

1999) telah diteliti para periset dengan sangat intensif, tetapi pemasar

cenderung lebih memperlihatkan perilaku nyata konsumen, khususnya

saat terjadinya perilaku pembelian.

Sejumlah besar riset mencoba hubungan antara sikap dan perilaku.

Berkaitan erat dengan perilaku terhadap obyek tersebut, tetapi dengan

asumsi bahwa dengan semakin baik sikap seseorang terhadap produk

atau merek, semakin tinggi kemungkinan orang tersebut melakukan

pembelian dan menggunakan produk atau merek tersebut.

Page 39: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

37

2.4.1 Fungsi Sikap

Sikap seseorang memiliki empat fungsi yang mendorong orang

untuk mempertahankan atau meningkatkan image-nya yang dibentuknya

sendiri. Secara lebih luas, fungsi-fungsi sikap tersebut menjadi dasar

membentuk motivasi dan penguatan sikap positif terhadap objek yang

merugikannya. Fungsi-fungsi sikap (Simamora, 2002) tersebut antara lain:

a Fungsi Penyesuaian, diarahkan pada objek yang

menyenangkan atau yang mendatangkan manfaat dan

berusaha menjauhkan konsumen dari objek tidak disukai.

Dalam konteks ini berlaku konsep maksimalisasi manfaat dan

meminimalkan kerugian.

b Fungsi Pertahanan Ego, terdapat sikap untuk mempertahankan

ego yang merupakan wujud fungsi pertahanan ego. Umumnya

ekspresi sikap seringkali mencerminkan kebalikan dari yang

dipersepsikan konsumen, semata-mata mempertahankan ego.

c Fungsi Ekspresi Nilai, sikap dapat mengekspresikan nilai-nilai

yang diyakininya dan menterjemahkan nilai-nilai tersebut pada

sikap yang lebih nyata. Disini pemasar dituntut mampu

memahami nilai-nilai yang diyakini konsumen atau pasar

sasarannya, dengan mendesain bauran pemasaran yang dapat

mencakup nilai-nilai tersebut melalui merek, tetapi perlu

dipahami cara ini yang dapat ditempuh untuk produk bernilai

tinggi yang memiliki simbol-simbol sosial dan fungsi ekspresi

Page 40: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

38

nilai tidak diperlukan untuk produk atau merek yang tidak

diperlukan untuk produk atau merek yang tidak mencerminkan

nilai tersebut.

d Fungsi Pengetahuan, manusia modern memiliki kecenderungan

melihat sesuatu dari sudut keteraturan, pandangan ini selalu

dilihat berdasar konsistensi, defenisi, stabilitas pengertian akan

dunia yang digelutinya, sehingga faktor-faktor itu menentukan

apa yang perlu dipelajari dari apa yang ingin diketahuinya. Jadi

sikap pengetahuan terbentuk tergantung pada apa yang

dibutuhkan karena dipercayai dan apa relevansi dengan dunia

yang digelutinya.

2.4.2 Sikap Terhadap Perilaku Merek (Brand Attitude)

Dilihat dari sudut pandang konsumen, ekuitas merek melibatkan

suatu sikap yang positif yaitu sikap evaluasi terhadap suatu merek

berdasarkan pada kepercayaan yang mempunyai arti yang baik, mudah

diakses dalam ingatan dan mudah untuk diaktifkan kembali.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya sikap diakses

(Simamora, 2002) adalah:

a Tingkat kepentingan berupa sikap relevan lebih mudah

diaktifkan.

b Jumlah frekuensi pengaktifan yang telah dilakukan sebelumnya,

dan

c Kekuatan asosiasi terhadap suatu konsep sikap.

Page 41: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

39

Konsep sikap sendiri terdiri dari tiga komponen utama yaitu :

1) Komponen kognitif (kognitive component), yaitu pengetahuan

dan keyakinan seseorang mengenai sesuatu yang menjadi

objek sikap (merek)

2) Komponen afektif (affective component), berisikan perasaan

terhadap objek sikap

3) Komponen konatif (conative component), yaitu kecenderungan

melakukan sesuatu terhadap objek sikap.

Pandangan di atas digolongkan sebagai pendapat tradisional. Teori

yang lebih baru menganggap bahwa sikap memiliki sifat multidimensi atau

multiatribut bukan unidimensi, artinya sikap terhadap suatu objek

berdasarkan pada penilaian seseorang terhadap atribut yang berkaitan

dengan objek keyakinan (belief), bahwa suatu objek memiliki atribut

tertentu dan kedua menyangkut evaluasi pembentukan sikap melibatkan

beberapa atribut. Dengan demikian pemasar dapat menelusuri atribut

mana saja yang menyebabkan konsumen bersikap positif maupun negatif

terhadap suatu merek atau produk, dengan demikian atribut yang dipilih

pemasar dapat mengubah atau membentuk lebih mendekati perilaku

konsumen yang sebenarnya, namun pengukurannya akan menjadi

kompleks.

Sikap merek ini merupakan aspek penting menyangkut nilai suatu

merek bagi pemasar maupun konsumen, perlu dipelajari dan diikuti

sepanjang waktu karena dapat digunakan sebagai dasar kebijakan

strategi untuk mempengaruhi sikap konsumen, membentuk sikap

Page 42: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

40

terhadap objek (attitude toward object) disebabkan konsumen

mengkombinasikan beberapa pengetahuan, arti, kepercayaan terhadap

merek untuk suatu evaluasi yang menyeluruh. Strategi pemasaran

ditujukan untuk mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu merek,

dapat digunakan sikap konsumen melalui survey sikap dalam skala besar

atau disebut studi penelusuran (tricking studies) (Simamora, 2002).

2.4.3 Perilaku Konsumen Tentang Keputusan Merek

Kotler (1997) membagi empat jenis perilaku konsumen terhadap

keputusan pembelian suatu merek yaitu

a Perilaku keputusan pembelian merek yang kompleks,

merupakan suatu keputusan harus mengalami suatu proses

pembelajaran yang pada awalnya mengembangkan keyakinan

akan produk terlebih dahulu, setelah itu baru muncul suatu sikap

positif untuk melakukan keputusan. Lamanya pengumpulan

informasi tergantung proses pembelajaran sampai menimbulkan

keyakinan, lamanya tergantung sejauh mana konsumen

mengalami pandangan cukup berarti diantara merek yang akan

dipilih, terutama produk yang berharga mahal, jarang dipakai

orang, mencerminkan citra diri, atau memiliki resiko yang tinggi.

b Perilaku keputusan pembelian mengurangi ketidakcocokan,

terjadi sama keduanya seperti keputusan pembelian merek

yang kompleks, lamanya proses, terjadinya keputusan relatif

cepat karena tidak terjadi perbedaan pandangan yang berarti

Page 43: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

41

terhadap merek, namun masalahnya lebih kepada perbedaan

harga dan kenyamanan situasi seat melakukan transaksi.

Ketidakcocokan terhadap merek terjadi setelah pasca

pembelian, saat konsumen mengetahui kelemahan merek yang

dibeli. Untuk mengantisipasi keadaan ini, pemasar dituntut

melakukan komunikasi purna jual dengan memberikan bukti dan

dukungan membantu konsumen merasa senang dengan pilihan

mereka.

c Perilaku pembelian karena kebiasaan, kondisi ini terjadi karena

keterlibatan konsumen yang rendah dan tidak ada perbedaan

merek yang besar. Keputusan ini terjadi untuk produk yang

murah dan sering dibeli orang. Pengambilan keputusan tidak

berdasarkan urutan keyakinan, sikap dan perilaku dan tidak ada

usaha mencari informasi lebih banyak dari pengulangan iklan,

akibatnya, bukan keyakinan yang timbul dari konsumen, tetapi

hanya proses pengenalan merek semata, sehingga konsumen

cenderung memilih merek yang dikenalnya. Perilaku ini dapat

distimulasi dengan berbagai promosi dan harga untuk mencoba

produk dengan simbol visual yang penting ditonjolkan agar

mudah diingat berkaitan dengan keberadaan merek.

d Perilaku keputusan pemilihan merek untuk mencari variasi,

situasi ini juga ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah

dan terdapat perbedaan merek dianggap berarti karena adanya

hadiah atau promosi dalam berjangka waktu tertentu, yang

Page 44: ABSTRAK - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...variabel asosiasi merek (brand association) dan terakhir adalah asset hak merek lainnya (brand other assets)

42

mengakibatkan konsumen sering mencoba berpindah merek,

terjadinya bukan karena adanya ketidakpuasan, tetapi sekedar

mencari variasi dan keingintahuan suatu merek baru.

2.5 Persepsi Pasien

Schiffman dan Kanuk (2000): 2008 menyatakan “consumers

perception are much more important that their knowledge orobjective

reality, that affects their action, their buying, their leisure habts, make

individual decisions and take actions based what on they perceive to be

reality", hal ini berarti informasi yang kurang lengkap atau salah terhadap

suatu objek akan sangat mempengaruhi keputusan pasien, karena

adanya persepsinya diletakkan lebih tinggi dari pengetahuan yang dimiliki

terhadap realita sesungguhnya.