31
AGAMA HINDU Tuhan Yang Maha EsaOleh: NI KETUT MUDI ANTARI (1313021008) NI LUH HENY AGUSTYARI (1313021042) JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Agama Hindu (tuhan yang maha esa)

Embed Size (px)

Citation preview

AGAMA HINDU

Tuhan Yang Maha Esa

Oleh:

NI KETUT MUDI ANTARI(1313021008)

NI LUH HENY AGUSTYARI(1313021042)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2014

DOA PEMBUKA

OM SWASTYASTU

Om Awighnam Astu Namo Sidhham

Om Sidirastu Tad Astu Swaha

Ya Tuhan semoga atas perkenaan-Mu,

tiada suatu halangan bagi hamba memulai pekerjaan ini

dan semoga berhasil dengan baik.

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya makalah yang berjudul Tuhan Yang Maha Esa ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Agama Hindu. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dan pihak-pihak yang sedianya ikut andil dalam penulisan makalah ini yang tentunya tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Namun penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik dengan harapan makalah ini dapat diterima dan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran yang membangun, sangat penulis harapkan dan akan sangat membantu demi kesempurnaan makalah ini.

Om Santih, Santih, Santih Om

Singaraja, 24 Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi

DOA PEMBUKAii

PRAKATAiii

DAFTAR ISIiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1

1.2 Rumusan masalah2

1.3 Tujuan Penulisan3

1.4 Manfaat Penulisan3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sraddha dan Bhakti4

2.2 Brahmavidya (Teologi)6

2.3 Usaha dan Sarana Memuja Tuhan7

2.4 Implementasi Sraddha, Bhakti, dan Brahmavidya8

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan14

3.2 Saran15

DAFTAR PUSTAKA16

DOA PENUTUP17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama adalah keyakinan terhadap suatu kebenaran. Di Indonesia, agama merupakan hal yang diharuskan karena Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.Konsep agama adalah suatu ajaran yang tetap langgeng, kekal, tidak dipengaruhi oleh tempat dan waktu. Ajaran agama akan tetap ada selama manusia eksis di muka bumi ini. Hal itu disebabkan karena agama diperlukan oleh manusia untuk menjadi penuntun hidup dari kegelapan atau awidya. Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa agama adalah suatu ajaran yang akan selalu siap mengantarkan kita keluar dari suatu keadaan kegelapan atau awidya.

Jika ajaran agama dapat dimengerti dan diamalkan secara baik dan benar akan dapat menuntun seseorang untuk mencapai kebahagiaan lahir dan bathin. Untuk mewujudkan semua itu maka perlu diawali dengan pengertian dan pemahaman terhadap ajaran agama itu sendiri. Ajaran agama bertolak dari keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa (Cudamani,1987), yang Kuasa atas segala yang ada. Sesungguhnya banyak hal yang menyebabkan kita percaya kepada Tuhan. Adanya alam semesta beserta isinya, seperti adanya matahari, bulan, bintang, dan makhluk-makhluk hidup yang menempati dunia ini, yang semuanya itu ada dalam keadaan teratur. Siapa yang sesungguhnya yang menjadikan semuanya itu dalam keadaan teratur. Menurut ajaran agama Tuhanlah yang menjadikan semua yang ada dialam semesta ini, demikian pula semua ini akan kembali kepada-Nya.

Karena agama itu kepercayaan, maka setiap orang yang memeluk agama akan memiliki kepercayaan dalam hidupnya, dengan begitu kita akan senantiasa tmrasa tenang dalam hidup ini dan karena memiliki rasa tenang itu kita akan memiliki ketetapan hati dalam menghadapi sesuatu. Dengan memeluk suatu agama orang akan merasa mempunyai suatu pegangan iman tertentu sebagai pedoman hidupnya yang kokoh. Dalam Agama Hindu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dikenal dengan Sradha. Sradha adalah keyakinan, kepercayaan kepada Tuhan dan ajaran agama yang dianut. Sebagai umat Hindu kita harus percaya bahwa Tuhan itu ada, kita harus percaya bahwa Atman itu ada dan senantiasa menghidupi setiap makhluk hidup. Di samping itu juga kita harus percaya bahwa hukum karma phala itu ada, karena hukum karma phala akan tetap berlaku bagi siapapun baik yang percaya maupun tidak percaya. Kita juga harus percaya bahwa reinkarnasi itu ada, dan jiwa yang tidak terikat akan mencapai moksa baik di dunia ini (Jiwan mukti) maupun moksa setelah mati.

Jadi, sraddha yang diwujudkan dengan jalan beragama sangatlah penting bagi umat Hindu dalam menjalani kehidupan ini. Akan tetapi pelaksanaan Sraddha tidak akan cukup jika tanpa dibarengi dengan kebaktian dan menyerahkan diri sepenuhnya (Winawan, 2003), pelaksanaan Sraddha seorang umat beragama juga akan dirasa kurang sempurna. Hal tersebut tercantum dalam kitab Bhagavadgita (VII.22) yang menyebutkan: sa taya sraddhaya yuktas tasyaradhanamihate labhate ca tatah Kaman mayaiva vihitan hi tan. Sloka tersebut dapat kita maknai bahwa toleransi atau penghargaan terhadap keimanan atau keyakinan seseorang sangat dihargai sebab pada hakikatnya kebaktian itu akan terkabulkan oleh Tuhan Yang maha Esa.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan diatas melalui sebuah makalah yang berjudul: Tuhan Yang Maha Esa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapapermasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian dan pembagian dari Sraddha dan Bhakti?

2. Bagaimana pengertian dan pembagian dari Brahmavidya?

3. Bagaimana usaha dan sarana dalam memuja Tuhan?

4. Bagaimana implementasi dari Sraddha dan Bhakti, Brahmavidya, serta Usaha dan Sarana dalam memuja Tuhan dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan yang dapat dikaji berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:

1. Dapat menjelaskan pengertian dan pembagian dari Sraddha dan Bhakti

2. Dapat menjelaskan pengertian dan pembagian dari Brahmavidya

3. Dapat memahami usaha dan sarana dalam memuja Tuhan

4. Dapat mengetahui dan memahami implementasi dari Sraddha dan Bhakti, Brahmavidya, serta usaha dan sarana dalam memuja Tuhan Dalam kehidupan sehari-hari

1.4Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Penyusun

Pembuatan makalah ini dapat menambah pengalaman penyusun dalam menyusun makalah beserta presentasinya, serta dapat memperoleh pengetahuan tentang Sraddha dan Bhakti, konsep Brahmawidya, serta usaha dan sarana dalam memuja Tuhan dalam melaksanakan ajaran agama Hindu. Selain itu, pembuatan makalah yang akan dipresentasikan ini dapat meningkatkan mental berbicara dan kepercayaan diri di depan umum.

b. Bagi Pembaca

Pembaca dapat menambah ilmu dan wawasan mengenai Sradha dan Bhakti, konsep Brahmawidya, serta usaha dan sarana dalam memuja Tuhan dalam melaksanakan ajaran agama Hindu, yang nantinya dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan beragama, khususnya Agama Hindu.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Sraddha dan Bhakti

2.1.1 Pengertian dan Pembagian Sraddha

Sraddha merupakan suatu keyakinan yang dimiliki umat Hindu tentang tujuan hidupnya sebagai manusia, dimana Sraddha ini berupa suatu disiplin yang harus dipraktikkan dalam pencapaiannya. Dalam ajaran Agama, umat Hindu mengenal adanya lima dasar keyakinan yang disebut Panca Sraddha. Lima dasar keyakinan yang dimiliki umat Hindu, diantaranya:

1. Brahman

Sraddha pertama menurut ajaran Agama Hindu adalah keyakinan tentang adanya Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan itu tunggal adanya, sesuai dengan salah satu bait sloka yang terdapat pada Weda yang berbunyi, Ekam Eva Advityam Brahman yang berarti Tuhan itu hanya satu, tiada duanya. Brahman adalah asal dari semua makhluk, dan kepada-Nya pula semua makhluk kembali sehingga beliau disebut Sang Sangkan Paraning Dumadi (Nurkancana, 2011).

2. Atman

Keyakinan (Sraddha) yang kedua dalam ajaran Agama Hindu adalah keyakinan atau kepercayaan tentang adanya Atman.Atman berarti percikan kecil dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang berada di setiap tubuh makhluk hidup. Atman yang menghidupi manusia disebut Jiwatman, Atman yang menghidupi binatang disebut Janggama, dan Atman yang menghidupi tumbuhan disebut Sthawana.

3. Karma Phala

Keyakinan yang ketiga dalam ajaran Agama Hindu adalah keyakinan tentang adanya hukum Karma Phala. Karma berarti perbuatan dan Phala berarti hasil. Dengan demikian Karma Phala dapat diartikan hasil dari perbuatan. Perbuatan baik akan memberikan hasil yang menyenangkan, sedangkan perbuatan buruk atau jahat akan memberikan hasil yang menyusahkan atau menyedihkan (Nurkancana, 2011). Karma phala ini erat kaitannya dengan Punarbhawa. Ada tiga jenis Karma Phala yaitu:

a. Sancita Karma Phala:perbuatan yang telah dilakukan pada kehidupan dahulu yang hasilnya baru diterima pada kehidupan sekarang.

b. Prarabda Karma Phala:perbuatan yang dilakukan pada kehidupan sekarang yang hasilnya juga kita terima dikehidupan sekarang.

c. Kriyamana Karma Phala:perbuatan yang kita lakukan pada kehidupan sekarang tetapi hasilnya akan diterima pada kehidupan mendatang.

4. Punarbhawa

Keyakinan keempat dalam ajaran Agama Hindu adalah Punarbhawa. Punarbhawa ini berarti terlahir kembali (reinkarnasi). Atman mengalami Punarbhawa karena Atman tersebut masih terikat dengan Karma wesana atau sisa-sisa perbuatan yang dilakukan selama hidupnya yang melekat pada suksma sarira dan anta karana sarira. Atman akan terbebas dari Punarbhawa jika Atman tersebut dapat bersatu dengan Brahman. Kelahiran yang berulang-ulang disebut dengan samsara.

5. Moksa

Keyakinan kelima dalam ajaran Agama Hindu adalah keyakinan tentang Moksa. Moksa merupakan tujuan akhir dari umat Hindu. Dimana Moksa ini berarti kebahagiaan yang kekal abadi, dan Atman telah berhasil bersatu dengan Brahman. Moksa merupakan pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian, karena tanpa adanya kelahiran tak mungkin akan ada kematian (Maswinara, 1996).

2.1.2 Pengertian dan Pembagian Bhakti

Istilah bhakti berasal dari bahasa Sanskerta yang mempunyai arti yang luas, yaitu: sujud, memuja, hormat, setia, taat, memperhambakan diri dan kasih sayang (Nurkancana, 2011). Bhakti merupakan penyerahan diri secara total kepada Tuhan dengan jalan cinta kasih. Penyerahan diri secara total kepada-Nya ini disebut prapatti, demikianlah bhakti-prapatti mengandung makna bhakti yang murni (Winawan, 2003).

Ada dua tingkatan Bhakti, yaitu Apara Bhakti dan Para Bhakti. Apara Bhakti adalah perwujudan bhakti yang masih lebih rendah dan dipraktikkan oleh orang-orang yang belum mempunyai tingkat kesucian yang tinggi, sedangkan Para Bhakti adalah cinta kasih dalam perwujudannya yang lebih tinggi dan biasa dipraktikkan oleh orang-orang yang Jnananya tinggi dan kesuciannya sudah meningkat.

2.2Brahmavidya (Teologi)

2.2.1 Pengertian Brahmavidya (Teologi)

Tuhan Yang Maha Esa disebut dengan berbagai nama, dan digambarkan dalam berbagai wujud. Padahal sejatinya, Tuhan Yang Maha Esa tidak berwujud dalam pikiran manusia. Setiap agama mempelajari tentang Ketuhanan. Dalam agama Hindu ilmu yang mempelajari tetang Ketuhanan diistilahkan dengan teologi. Istilah Teologi merupakan istilah yang berasal dari bahasa yunani yaitu theologia yang berasal dari dua kata theos yang berarti Tuhan dan logia yang berarti kata-kata atau ucapan yang berdasarkan nalar atau logika. Dengan demikian, teologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama atau segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan.

Ilmu ketuhanan dalam agama Hindu atau teologi Hindu diberi dengan bermacam macam istilah, yaitu Brahmavidya dan Brahma Tattwa Jnana.

1. Brahmavidya berasal daru dua kata Brahma yang berarti Tuhan dan vidya yang berarti ilmu. Jadi Brahmavidya merupakan ilmu ketuhanan.

2. Brahma Tatwa Jnana berasal dari tiga kata Brahma yang berarti Tuhan, Tattwa yang berarti Tat atau itu yaitu Tuhan dalam bentuk Nirguna Brahman, serta Jnana yang berarti ilmu. Jadi Brahma Tattwa Jnana merupakan ilmu yang mempelajari hakekat Tuhan.

2.3 Usaha dan Sarana Pemujaan Tuhan

2.3.1 Usaha Pemujaan Tuhan

Setiap orang berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam Agama Hindu ada empat jalan untuk mendekatkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk mendapatkan inti sari kebenaran dan kebahagiaan yang disebut dengan Catur Marga. Dimana Catur Marga itu terdiri dari:

1.Bhakti Marga adalah usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan jalan sujud bhakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa.

2. Karma Marga berarti jalan atau usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan melakukan kebajikan, persembahan dan amal dengan tiada terikat oleh nafsu duniawi.

3. Jnana Marga ialah suatu jalan dan usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan mempergunakan kebijaksanaan filsafat (Jnana).

4. Raja Yoga Marga ialah suatu jalan untuk mencapai Jagadhita dan Moksa melalui pengabdian diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa yaitu yang di dasari oleh asana, yoga, kosentrasi dan meditasi pada atman untuk merealisasikan Tuhan dalam diri manusia.

Bentuk pelaksanaan mendekatkan diri tersebut ialah dengan memuja Tuhan. Pemujaan itu ada yang dilaksanakan dalam bentuk material berupa persembahan banten yang memerlukan kerja fisik dalam mewujudkannya, ada dalam bentuk kata-kata berupa nyanyian-nyanyian pujaan dan ada dalam bentuk pikiran dengan wujud meditasi.

2.3.2 Sarana

Memuja Tuhan adalah memuja segala kebesaran atau manifestasi-Nya. Memuja Tuhan juga dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Dalam kegiatan menghubungkan diri dengan Tuhan baik dengan jalan sembahyang ataupun dengan jalan yang lainnya tentunya memerlukan sarana.

Apte (dalam Winawan,2003) menyebutkan bahwa sarana untuk memuja Tuhan ada bermacam-macam bentuknya, diantaranya untuk membayangkan-Nya dibuat pratika, cihnam laksanam, lingam, samjna, pratipura, di samping itu secara umum dikenal pula istilah: arca, pratima, pratiwimba, Nyasa, murti dan lain-lain, yang mengandung makna bentuk-bentuk perwujudan-Nya.

Simbol-simbol yang dimiliki Agama Hindu juga bisa digunakan sebagai sarana memuja Tuhan, diantaranya adalah banten, patung (pratima), barong dan rangda. Misalkan upakara pulagembal yang dibuat pada upacara tertentu merupakan simbol bumi dengan segala isinya, demikian pula patung atau pratima, barong dan rangda juga merupakan simbol atau sarana petitis (memusatkan pikiran) dalam kita memuja Tuhan, tanpa melalui simbol-simbol itu pada saat kita melakukan persembahyangan rasanya sulit untuk memfokuskan pikiran sehingga dengan demikian pemujaan Tuhan dengan media patung atau pratima, barong dan rangda hanya merupakan titian pikiran, berarti kita selaku umat Hindu bukan memuja simbol-simbol itu, melainkan tetap memuja Tuhan atau Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya.

2.4 Implementasi dari Sraddha dan Bhakti, Brahmavidya, serta Usaha dan Sarana dalam Memuja Tuhan

2.4.1 Implementasi Panca Sraddha

Adapun beberapa implementasi ataupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

1. Brahman

Implementasi kepada Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa yaitu selalu eling dan selalu percaya dengan keberadaan-Nya kapanpun dan dimanapun kita berada. Eling ini dimaksudkan agar kita sebagai manusia senantiasa selalu mengingat Tuhan agar kita selalu dalam lindungannya. Selain itu kita juga harus senantiasa untuk bersyukur atas segala yang terjadi, atas segala anugrah yang Beliau berikan, karena dengan bersyukur kita menyadari bahwa begitu besar anugrah yang Tuhan impahkan kepada kita sebagai mahluk ciptaan-Nya. Implementasi lainnya adalah dengan melalukan Puja Tri Sandhya 3 kali sehari pada jam 6 pagi hari, jam 12 siang, dan jam 6 sore dan sembahyang setiap hari, serta melaksanakan yadnya sesa, nitya karma dan naimitika karma. Selain itu, implementasi kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat juga diterapkan dengan membaca buku keagamaan, seperti Kitab Bhagawad Gita, Kitab Sarasamuscaya, dan lainnya.

2. Atman

Salah satu sifat Atma adalah serba sempurna dan penuh kesucian. Ketika Atman bertemu dengan badan manusia, maka hal tersebut akan menyebabkan Atman berada dalam keadaan Awidhya yang berarti gelap lupa pada kesadaran. Sehingga salah satu implementasi tentang Atman ini dapat diwujudkan dengan cara selalu berbuat baik atau Subha Karma agar Atman dapat terlepas dari Awidhya sehingga Atman dapat meraih kesadaran yang sejati. Ketika kita tidak senantiasa melaksanakan Subha Karma, maka Atman akan mengalami kelahiran berulang dengan membawa Karma Wasana atau sisa hasil perbuatan. Oleh karena itu, kita harus berbuat baik atas dasar pengabdian untuk membebaskan Sang Hyang Atma dari ikatan duniawi.

3. Karma Phala

Implementasi dari Karma Phala ini salah satunya adalah dengan selalu berbuat baik atau melaksanakan Subha Karma, karena perbuatan yang baik atau Subha karma membawa hasil yang menyenangkan atau baik. Sebaliknya perbuatan yang buruk atau Asubha karma akan membawa hasil yang duka atau tidak baik. Misalkan dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu mengganggu teman kita yang sedang belajar, maka di kali lain kita yang akan diperlakukan seperti itu oleh orang lain. Itulah salah satu contoh dari percaya dengan Karma Phala.

4. Samsara

Samsara disebut juga Punarbhawa yang artinya lahir kembali ke dunia secara berulangulang. Kelahiran kembali ini terjadi karena atma masih diliputi oleh keinginan dan kemauan yang berhubungan dengan keduniawian. Implementasi dari Samsara ini akan menimbulkan tindakan sebagai berikut:

Pitra Yadnya, yaitu memberikan korban suci terhadap leluhur kita, karena kita percaya leluhur itu masih hidup di dunia ini yang lebih halus.

Pelaksanaan dana punia, karena perbuatan ini membawa kebahagiaan setelah meninggal.

Berusaha menghindari semua perbuatan buruk karena jika tidak, akan membawa ke alam neraka atau mengalami kehidupan yang lebih buruk lagi.

5. Moksa

Moksa sering juga diartikan bersatunya kembali atma dengan Parama Atma di alam Parama Siwa. Di alam ini tiada kesengsaraan, yang ada hanya kebahagiaan yang sulit dirasakan dalam kehidupan di dunia ini (Sukha tan pawali Duhka). Syarat utama untuk mencapai alam moksa ini ialah berbhakti pada dharma, berbhakti dengan pikiran suci. Jadi implementasi Moksa dalam kehidupan sehari-hari dapat dicapai melalui empatj alan yang disebut Catur Marga yang terdiri dari: Bhakti Marga (jalan Bhakti), Karma Marga (jalan Perbuatan), Jnana Marga (Jalan Ilmu Pengetahuan), Raja Marga (Jalan Yoga).

2.4.2Implementasi Bhakti

Seperti yang kita ketahui bahwa bhakti marga adalah salah satu jalan atau usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan jalan sujud bhakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam pelaksanaan bhakti kepada Tuhan secara umum bisa dilakukan dengan melaksanakan :

Pelaksanaan Tri Sandya dan yadnya sesa. Jalan yang utama untuk memupuk perasaan bakti ialah rajin menyembah Tuhan dengan hati yang tulus ikhlas dengan melaksanakan Tri Sandhya yaitu sembahyang tiga kali dalam sehari, pagi, siang, dan sore hari serta melaksanakan yandnya sesa/ngejot setelah selesai memasak.

Pelaksanaan upacara pada hari-hari keagamaan. Implementasi dari bhakti juga dapat dilihat pada hari-hari keagaman hindu, seperti hari saraswati, tumpek wariga dan tumpek uye, dan lainnya.

Selain itu Bhakti juga dapat diimplementasikan dengan beberapa cara, antara lain:

Sravanam (mempelajari keagungan Tuhan dengan mendengar atau membaca kitab-kitab suci)

Kirtanam (Berbhakti kepada Tuhan dengan jalan mengucapkan/ menyanyikan nama Tuhan Yang Maha Esa).

Smaranam (Berbhakti kepada Tuhan dengan cara selalu ingat kepada-Nya atau bermeditasi).

Padasevanam (Berbhakti kepada Tuhan dengan jalan memberiakan pelayanan kepada Tuhan).

Arcanam (Berbhakti kepada Tuhan dengan cara memuja keagungan-Nya)

Vandanam (Berbhakti kepada Tuhan dengan jalan sujud dan kebhaktian)

Desya (Berbhakti kepada Tuhan dengan cara menolong dengan penuh keikhlasan)

Sakhya (Berbhakti kepada Tuhan dengan cara memandang Tuhan sebagai sahabat sejati)

Atmanivedanam (Berbhakti kepada Tuhan dengan cara menyerahkan diri secara total kepada Tuhan)

2.4.3 Implementasi Brahmavidya

Aplikasi Konsep Tri Murti

Aplikasi dari konsep Tri Murti bisa dilihat pada bangunan atau tempat dari Pura Kahyangan Tiga, yaitu:

1. Pura Desa, tempat berstananya Dewa Brahma dengan manifestasinya sebagai pencipta alam semesta.

2. Pura Puseh, tempat berstananya Dewa Wisnu dengan manifestasinya sebagai Pemelihara alam semesta.

3. Pura Dalem, tempat berstananya Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai pelebur alam semesta.

Disamping itu konsep Kahyangan Tiga bisa dilihat pada Sanggah Kemulan (Rong Tiga). Di sebelah selatan adalah tempatnya Dewa Brahma, di utara adalah tempat dari Dewa Wisnu, dan di tengah adalah tempat dari Dewa Siwa, tapi pengaturan tempat tetap bergantung pada kondisi dari desa, kala, dan patra.

Pada Perayaan Upacara terhadap Manifestasi Tuhan

1. Pada upacara Tumpek Landep

Pada perayaan Tumpek Landep yang dilaksanakan pada Saniscara Kliwon, wuku Landep, diselenggarakan upacara untuk menyembah manisfestasi Tuhan dalam fungsinya sebagai Dewa senjata, atau Sang Hyang Pasupati, dimana persembahyangan ditujukan untuk besi, logam, perak, emas, dan lainnya.

2. Pada upacara Tumpek Wariga

Pada perayaan Tumpek Wariga yang dilaksanakan pada Saniscara Kliwon, wuku Wariga, diselenggarakan upacara untuk menyembah manisfestasi Tuhan dalam fungsinya sebagai Dewa Sangkata, dimana persembahyangan ditujukan untuk tumbuh-tumbuhan.

3. Pada upacara Tumpek Kandang

Pada perayaan Tumpek Kandang yang dilaksanakan pada Saniscara Kliwon, wuku Uye, diselenggarakan upacara untuk menyembah manisfestasi Tuhan dalam fungsinya sebagai Dewa Sang Rare Angon, dimana persembahyangan ditujukan untuk binatang.

4. Pada Hari Raya Saraswati

Pada perayaan Saraswati yang jatuh pada Saniscara Kliwon, wuku Watugunung, diselenggarakan upacara untuk memuja Dewi ilmu pengetahuan, Sang Hyang Aji saraswati, dimana persembahyangan ditujukan pada sumber-sumber dari ilmu pengetahuan, baik buku pelajaran, kitab, lontar, dan sebagainya.

2.4.4 Implementasi Usaha dan Sarana dalam Memuja Tuhan

Usaha dalam memuja Tuhan atau mendekatkan diri kepada-Nya dapat ditempuh dengan melaksanakan Catur Marga. Pertama, untuk Bhakti Marga (jalan kebhaktian) kita dapat meletakan keyakinan dengan rasa cinta kasih kepadanya, seperti dengan mengingat nama Tuhan selalu dimana dan kapan pun. Kedua, Karma Marga (jalan perbuatan) yaitu berbuat tanpa mengharapakan hasilnya. Ketiga, Jnana Marga (jalan pengetahuan), yaitu kita dapat mencapainya dengan belajar dan terus belajar tentang pengetahuan suci tentang keagungan Beliau melalui pustaka suci Weda. Keempat, Yoga Marga (jalan spiritual/meditasi) yaitu usaha mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara meditasi. Sedangkan sarana dalam memuja Tuhan, selain Pura, sarana juga dapat berupa banten atau canang yang dilengkapi dengan bunga, dupa, dan tirtha. Dalam agama Hindu, banten atau canang merupakan sarana yang penting untuk memuja Tuhan beserta manifestasinya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut.

1. Sraddha merupakan suatu keyakinan yang dimiliki umat Hindu tentang tujuan hidupnya sebagai manusia. Ada lima keyakinan dalam Agama Hindu yaitu: keyakinan terhadap Brahman, Atman, Karma Phala, Punarbhawa (Samsara), dan Moksa. Bhakti merupakan penyerahan diri secara total kepada Tuhan dengan jalan cinta kasih. Ada dua tingkatan Bhakti, yaitu Apara Bhakti dan Para Bhakti.

2. Teologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama atau segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan.

3. Usaha manusia untuk memuja Tuhan dapat dilakukan dengan cara melaksanakan Catur Marga.Sarana untuk Tuhan ada bermacam-macam bentuknya, diantaranya untuk membayangkan-Nya dibuat pratika, cihnam laksanam, lingam, samjna, pratipura, di samping secara umum dikenal pula istilah: arca, pratima, pratiwimba, Nyasa, murti dan lain-lain, yang mengandung makna bentuk-bentuk perwujudan-Nya.

4. Implementasi dari Sradha dapat kita kaitkan dengan ajaran Panca Sradha, dimana percaya dengan adanya Brahman, Atman, Krama, Samsara, dan Moksa (kebahagiaan yang abadi), Implementasi dari Bhakti dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lakukan dengan mempelajari keagungan Tuhan, berbhakti kepada Tuhan dengan jalan mengucapkan/menyanyikan nama Tuhan Yang Maha Esa), dengan cara selalu ingat kepada-Nya atau bermeditasi, dengan jalan memberiakan pelayanan kepada Tuhan, dengan cara memuja keagungan-Nya, dengan jalan sujud dan kebhaktian, dengan cara menolong dengan penuh keikhlasan, dengan cara memandang Tuhan sebagai sahabat sejati, dan dengan cara menyerahkan diri secara total kepada Tuhan.

3.2 Saran

Adapun beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Dalam meyakini kebenaran ajaran Agama, hendaknya benar-benar memahami landasan agamanya. Hal ini bertujuan agar mampu dalam mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari.

2. Pembaca diharapkan dapat menguasai dan memahami materi tentang Sradha dan Bhakti, Brahmawidya , usaha dan sarana memuja Tuhan Yang Maha Esa, serta Implementasi dari Sradha, Bhakti, Brahmawidya serta usaha dan sarana pemujaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Darmayasa. 2013. Bagawadgitha ( Nyanyian Tuhan). Denpasar: Yayasan Dharma Sthantanam.

Nurkancana, Wayan. 2011. Pokok-pokok Ajaran Agama Hindu. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Winawan, W. 2003. Materi Substansi Kajian Matakuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Hindu. Jakarta: Trisakti.

Maswinara, I Wayan. 1996. Konsep Panca Sraddha. Surabaya: Paramita

DOA PENUTUP

Om Ano Bhadrah Krattawoyantu Wistawah

Om Dewa Suksma Parama Acintya Ya Namah Swaha, Sarwa Karya Prasidhantam

Ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah

Ya Tuhan dalam wujud Parama Acintya yang Maha Gaib dan Maha Karya, hanya atas anugrah-Mu lah maka pekerjaan ini berhasil dengan baik

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM

4