15
Akuntansi Murabahah (Konsep Dan Aplikasi) A. Pendahuluan Dalam praktek perbankan syari’ah murobahah merupakan primadona hal ini ditunjukkan dominasi transaksi produk ini sampai lebih dari 50% dari total DPK. Dominasi yang sedemikian besar tersebut dikarenakan murobahah merupakan produk yang mempunyai resiko lebih rendah dibanding produk lain seperti mudhorobah ataupun musyarokah, dengan demikian system akuntansi produk tersebut menjadi penting untuk ditela’ah. B. Pengertian Dan Ruang Lingkup Dalam aktivitas perbankan dikenal beberapa produk keuangan yang digunakan, salah satunya adalahmurobahah, landasan hukum produk ini adalah firman Allah dalam Al-Baqoroh:275: ل ا واح ي لب له ا ر ع ل ح و رب لا م ا..... Sedangkan dalam literatur fiqih murbahah di definisikan sebagai jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati11. Dari definisi tersebut maka paling tidak skim murabahah mencakup dua komponen yakni jual beli (bai) dan tambahan keuntungan yang disepakati, dari dua komponen tersebut maka murabahah dapat digolongkan kepada akad tijaroh dengan bentuk natural certainty contracts12. Dari definisi di atas murabahah mempunyai syarat sebagai berikut (a) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah (b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan (c) Kontrak harus bebas riba (d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian (e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian. Dalam prakteknya transaksi murobahah dapat dilakukan dengan pesanan maupun tanpa pesanan, untukmurobahah berdasarkan pesanan bank melakukan pembelian barang setelah ada pesanan dari nasabah, sehingga secara operasional murobahah berdasar pesanan mempunyai karakteristik sebagai berikut: Pertama, perjanjian murobahahdapat bersifat mengikat ataupun tidak mengikat, untuk perjanjian mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya, apabila aktiva pembeli murobahah yang telah dibeli bank sebagai penjual mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (bank). Kedua, pembayaranmurobahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan, selain itu dalam transaksi ini diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Ketiga bank dapat memberikan potongan harga

Akuntansi Murabahah Edi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Akuntansi Murabahah Edi

Akuntansi Murabahah (Konsep Dan Aplikasi)A.     Pendahuluan  Dalam praktek perbankan syari’ah murobahah merupakan primadona hal ini ditunjukkan

dominasi transaksi produk ini sampai lebih dari 50% dari total DPK. Dominasi yang sedemikian besar tersebut

dikarenakan murobahah merupakan produk yang mempunyai resiko lebih rendah dibanding produk lain

seperti mudhorobah ataupun musyarokah, dengan demikian system akuntansi produk tersebut menjadi penting

untuk ditela’ah. B.     Pengertian Dan Ruang Lingkup

 Dalam aktivitas perbankan dikenal beberapa produk keuangan yang digunakan, salah satunya adalahmurobahah, landasan hukum produk ini adalah firman Allah dalam Al-Baqoroh:275:

 

واح ا ل البي لله ع حر و الرب م .....ا

 

Sedangkan dalam literatur fiqih murbahah di definisikan sebagai jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati11. Dari definisi tersebut maka paling tidak skim murabahah mencakup dua komponen yakni jual beli (bai) dan tambahan keuntungan yang disepakati, dari dua komponen tersebut maka murabahah dapat digolongkan kepada akad tijaroh dengan bentuk natural certainty contracts12. Dari definisi di atas murabahah mempunyai syarat sebagai berikut (a) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah (b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan (c) Kontrak harus bebas riba (d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian (e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian.

 Dalam prakteknya transaksi murobahah dapat dilakukan dengan pesanan maupun tanpa pesanan, untukmurobahah berdasarkan pesanan bank melakukan pembelian barang setelah ada pesanan dari nasabah, sehingga secara operasional murobahah berdasar pesanan mempunyai karakteristik sebagai berikut: Pertama, perjanjian murobahahdapat bersifat mengikat ataupun tidak mengikat, untuk perjanjian mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya, apabila aktiva pembeli murobahah yang telah dibeli bank sebagai penjual mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (bank). Kedua, pembayaranmurobahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan, selain itu dalam transaksi ini diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Ketiga bank dapat memberikan potongan harga kepada nasabah apabila nasabah mempercepat pembayaran cicilan atau melunasi piutang murobahah sebelum jatuh tempo.Keempat, harga yang disepakati dalam murobahah adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank mendapat potongan dari pemasok, maka potongan tersebut merupakan hak nasabah, namun apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad.Kelima bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas piutang murobahah, antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli. Keenam, apabila nasabah tidak

Page 2: Akuntansi Murabahah Edi

 Dapat memenuhi piutang murobahah sesuai dengan yang diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa nasabah tidak mampu melunasi. Denda diterapkan bagi nasabah mampu yang menunda pembayaran. Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta'zir yakni untuk membuat nasabah menjadi lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda digunakan untuk dana sosial.

 Untuk memperjelas operasional murabahah dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:

 Gambar II.1 Skema Operasional Murobahah Dari skema di atas dapat dijelaskan bahwa pertama kali nasabah akan datang ke

bank untuk memesan barang yang dibutuhkan pada langkah pertama negoisasi terjadi antara bank dengan nasabah, berkenaan dengan jenis atau spesifikasi barang, pola pembayaran dan lain sebagainya, kemudian bank akan memesan barang sesuai dengan permintaan nasabah kepada supplier selanjutnya barang kemudian dikirim kepada nasabah, dan terakhir nasabah akan mulai membayar dengan pola pembayaran yang telah disepakati.

 Adapun harga jual murabahah kepada nasabah dapat dirumuskan sebagai berikut:

 Harga Jual = Harga beli bank + Cost Recovery + Keuntungan

 Cost Recovery = Proyeksi biaya operasi / Target volume murabahah C.     Perlakuan Akuntansi Piutang Murobahah

 Merujuk kepada PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia) tahun 2003 dan PSAK 59 tahun 2002 maka perlakuan akuntansi murobahah dapat dijelaskan sebagai berikut

 a. Dasar pengukuran

 1). Pengakuan dan pengukuran

 a). Pada saat akad murobahah piutang diakui sebesar biaya perolehan aktiva ditambah keuntungan yang disepakati.

       b) Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murobahah dinilai sebesar  nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan piutang diragukan

 2) Pengakuan keuntungan murobahah

 a). Pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode laporan keuangan yang sama atau

 b). Selama periode akad secara proporsional, apabila akad melampaui satu periode laporan keuangan

 3) Potongan pelunasan diakui dengan menggunakan salah satu dari metode berikut:

 a). Jika potongan pelunasan diberikan pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murobahah dan kuntungan murobahah atau

 b). Jika potongan pelunasan diberikan setelah penyelesaian, bank terlebih dahulu menerima pelunasan piutang murobahah dari nasabah kemudian bank membayar potongan pelunasan dengan mengurangi keuntungan murobahah.

 b Perlakuan akuntansi

 Pengakuan dan pengukuran urbun (uang muka)

Page 3: Akuntansi Murabahah Edi

 a) Urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima b) Jika transaksi murobahah dilaksanakan, maka urbun diakui sebagai bagian dari

pelunasan piutang c) Jika transaksi murobahah tidak dilaksanakan, maka urbun dikembalikan kepada

nasabah setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan bank c Pengakuan piutang Pada saat akad transaksi murobahah piutang murobahah diakui

sebesar nilai perolehan ditambah keuntungan (margin) yang disepakati

 d Pengakuan denda Denda dikenakan apabila nasabah lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, pada saat diterima denda diakui sebagai bagian dana sosial

 e Pengukuran aktiva murobahah setelah perolehan adalah sebagai berikut: 1). Aktiva tersedia untuk dijual dalam murobahah pesanan mengikat:

 a) Dinilai sebasar biaya perolehan

 b) Jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang rusak atau kondisi lannya, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aktiva

 2) Apabila dalam murobahah tanpa pesanan atau murobahah pesanan tidak mengikat terdapat indikasi kuat pembeli batal melakukan transaksi, maka aktiva murobahah:

 a) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah dan

 b) Jika nilai bersih yang dapat direalisasikan lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

                  

 D.    Aplikasi Akuntansi

 Berikut adalah Aplikasi pengukuran dan perlakuan akuntansi dalam teknis pencatatan akuntansi:

 1.      Jurnal Standar

 a.       Pada saat pembayaran uang muka kepada supplier (penjual membeli dari supplier

 

Uang muka kepada supplierxx  

        Kas   

b.      Pada saat perolehan barang  murabahah

 

Persediaan/aktiva murabahahxx  

       Uang muka pada supplier  xx

       Kas   xx

Page 4: Akuntansi Murabahah Edi

 

c.       Bila terjadi penurunan nilai aktiva karenaq usang, rusak atau kondisi lainnya

 

Kas xx  

Beban Operasional lain xx  

      Uang muka kepada supplier   xx

 d.      Bila terjadi kenaikan nilai wajar persediaan melebihi harga perolehan maka keuntungan hanya boleh diakui pada saat realisasi

 

Kerugian penurunan nilai aktiva murabahahxx  

    Persediaan/ aktiva murabahah  xx

 e.       Pada saat penjualan kepada pembeli

 1)      Pembayaran secara tunai

 

Kas xx  

       Pendapatan margin murabahah  xx

      Persediaan/aktiva murabahah   xx

 

2)      Pembayaran secara angsuran

 

Piutang murabahahxx  

     Margin murabahah tangguhan  xx

     Persediaan/ aktiva murabahah  xx

 f.        Urbun (uang muka) 1)      Penerimaan urbun dari pembeli

 

Page 5: Akuntansi Murabahah Edi

Kas xx  

     Titipan uang muka  pembeli   xx

 

2)      Pembatalan pesanan

 

Titipan uang muka pembeli (urbun)xx  

     Kas   xx

 g.       Apabila murabahah jadi dilakasanakan

 

Titipan uang muka pembeli xx  

     Piutang murabahah  xx

 

h.       Pada saat penerimaan angsuran

 

Kas xx  

Margin murabahah tangguhanxx  

      Piutang murabahah  xx

      Pendapatan margin murabahah  xx

 

2.      Aplikasi dalam transaksi

                   Misalnya Bank Syariah KPS yang mengadakan transaksi jual beli X box 360 dengan nasabah bernama Lionel Messi. Bank melakukan pemesanan X box 360 ke PT Sejahtera. Secara berurtutan transaksi tersebut dapat disajikan dalam ilustrasi-ilustrasi berikut

       Ilustrasi 1:

                   Tanggal 1 November 2009 atas pesanan tuan messi bank syari’ah KPS membeli X box 360 dari PT sejahtera seharga 110.000.000

 Atas kejadian diatas maka jurnal transaksinya dapat disajikan sebagai berikut

Page 6: Akuntansi Murabahah Edi

 

Asset/Persediaan murabahah110.000.000  

    Kas/rekening PT Sejahtera   110.000.000

 

Ilustrasi 2: Uang muka (urbun)

 a.       Uang muka dari pembeli/nasabah

 Pada tanggal 2 November 2009 sebagai tanda keseriusan pemesan X box 360 kepada Bank KPS, Messi menyerahkan uang muka sebesar Rp10.000.000. pada saat penerimaan uang muka dari pembeli, jurnal yang dibuat oleh bank KPS adalah sebagai berikut;

 

Kas/Rekening Messi 10.000.000  

     Hutang Uang muka

     (Titipan uang muka pembeli   10.000.000

 

b.      Uang muka ke pemasok

 Pada tanggal 3 November bank KPS membayar uang muka kepada PT sejahtera sebesar 10.000.000 dan kekurangannya dibayar pada saat penyerahan barang. Maka jurnal yang dibuat adalah:

 

Piutang uang muka (uang muka ke pemasok) 10.000.000  

     Kas   10.000.000

 

c.       Serah terima X box 360 dari PT Sejahtera kepada Bank Syari’ah KPS

 Atas pesanan yang dilakukan Bank KPS kepada PT Sejahtera diterima X box 360 yang dipesan, dengan harga beli sebesar 110.000.000 pembayaran sisa harga mobil dibayarkan pada saat penyerahan tersebut dengan mengkredit rekening supplier. Atas transaksi tersebut jurnalnya adalah

 

Persediaan/Asset murabahah110.000.000  

Page 7: Akuntansi Murabahah Edi

     Piutang uang muka   10.000.000

     Rekening Supplier  100.000.000

 Ilustrasi 3: Harga jual dan keuntungan murabahah

 Pada tanggal 4 November 2009 disepakati transaksi jual beli antara bank KPS dan Messi dengan harga jual sebesar 130.000.000 dengan keuntungan yang disepakati 20.000.000. pembayaran dilakukan secara tangguh dengan jangka wakti 15 tahun sebesar 12.000.000 (10.000.000 pokok dan 2000.000 margin). Atas transaksi tersebut dan penyerahan kepada tuan Messi bank membuat jurnal sebagai berikut

 

Piutang murabahah130.000.000  

     Persediaan/ asset murabahah  110.000.000

     Margin   20.000.000

 

 Ilustrasi 4: pembayaran angsuran pembiayaan

 Pada tanggal 10 Desember, jatuh tempo angsuran diterima pembayaran angsuran dari tuan Messi sebesar 12.000.000 dan margin keuntungan 2000.000. maka jurnalnya adalah

 

Kas/Rekening Messi 12.000.000  

Margin murabahah tangguhan2000.000  

      Pendapatan margin   2000.000

      Piutang murabahah  12.000.000

 

 E.     Penutup                Dari pemaparan tentang konsep dan bagaimana aplikasi diatas telah jelas

bagaimana penerapan akuntansimurabahah pada bank syari’ah mulai dari pemesanan kepada pemasok sampai kepada angsuran oleh nasabah.

 

Page 8: Akuntansi Murabahah Edi

Esensi Murabahah dalam Perspektif Ekonomi dan Teori Pertukaran Sosial

Esensi Murabahah dalam Perspektif Ekonomi  dan Teori Pertukaran SosialAchmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS

Definisi MurabahahSecara harfiah murabahah berasal dari kata “ribh” yang berarti tambahan, keuntungan atau laba (Ayub, 2007).  Usmani dalam Widodo (2010) mendefinisikan murabahah adalah sebagai “is simply a sale”, jual beli yang pembayarannya bisa secara tunai atau sesuai kesepakatan antar kedua belah pihak. Antonio (2001), Karim (2010), Nurhayati & Wasilah (2008) IAI (2009), dan Zaid (2009)  mendefinisikan sebagai moda jual beli dengan menyebutkan harga perolehan, dan tambahan keuntungan yang disepakati. Dengan demikian, murabahah merupakan bentuk jual beli dan bukan moda pembiayaan.Nurhayati dan Wasilah (2008) membagi murabahah menjadi dua jenis murabahah, yaitu 1) Murabahah tanpa pesanan; 2) Murabahah dengan pesanan. Antonio (2001) memberikan istilah murabahah dengan pesanan sebagai murbahah kepada pemesan pembelian (murabahah KPP).  Murabahah dengan pesanan terjadi dengan cara penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya.Rukun MurabahahRukun dalam transaksi murabahah adalah (Nurhayati & Wasilah, 2008) dan Yaya,dkk (2009) adalah 1) pelaku terdiri dari pembeli dan penjual, 2) obyek jual beli berupa barang yang diperjualbelikan, 3) ijab kabul /serah terima. Zaid (2009) memaparkan bahwa rukun murabahah adalah kedua belah pihak yang mengadakan transaksi mengetahui harga beli awal barang tersebut dan keuntungan yang diperoleh oleh penjual. Muammalat Institute dalam Widodo (2010) menambahkan harga barang (tsaman) sebagai rukun transaksi murabahah.Murabahah dalam Pandangan Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)Teori pertukaran sosial (Social Exchange Theory) berakar pada sosiologi behavioris (Mustofa, 2010).  Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori ini antara lain: Thibault dan Kelley (1959); Homans (1961), Emerson (1962), dan Blau (1964). Pandangan teori pertukaran sosial mengungkapkan bahwa dua orang individu yang mengadakan interaksi akan selalu mementingkan keuntungan dan meminimalkan kerugian (Muttaqin, 2010).Thibault dan Kelley dalam Gumilar (2008) memandang bahwa teori ini menggambarkan hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang  dapat memenuhi kebutuhannya . Salah satu motivasi memenuhi kebutuhan sebagaimana diungkapkan oleh Nye, Sabatelli, Thibaut & Kelley dalam Sabatelli (2010) dan Homans dalam Gumilar (2007) adalah adanya peningkatan nilai, dimana nilai tersebut merupakan sesuatu yang bernilai yang dikalikan dengan probabilitas untuk mendapatkan hasil (keuntungan) yang lebih besar.Prinsip dasar pertukaran sosial adalah distributive justice yaitu aturan yang mengatakan bahwa sebuah imbalan harus sebanding dengan investasi. Proposisi yang terkenal dari Homans dalam Mustofa (2010) sehubungan dengan prinsip tersebut berbunyi:” seseorang dalam hubungan pertukaran dengan orang lain akan mengharapkan imbalan yang diterima oleh setiap pihak sebanding dengan pengorbanan yang telah dikeluarkannya – makin tingghi pengorbanan, makin tinggi imbalannya – dan keuntungan yang diterima oleh setiap pihak harus sebanding dengan investasinya – makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungan”.Akad transaksi murabahah merupakan suatu akad transaksi pertukaran dua zat yang berbeda antara dua pihak dengan motif untuk mencari keuntungan. Karakteristik murabahah yang menghendaki pengungkapan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli (Nurhayati & Wasilah, 2008).  Pengungkapan tersebut  menunjukkan bahwa harga jual (imbalan) sebanding dengan pengorbanan atau biaya perolehan (investasi) serta sebanding dengan keuntungan yang akan diperoleh atau disepakati. Hal ini memenuhi prinsip dasar pertukaran sosial.

Page 9: Akuntansi Murabahah Edi

Karim (2010) mengelempokkan akad murabahah sebagai akad dengan kategori natural certainty contract yaitu akad dengan kepastian pembayaran, baik dari segi waktu dan jumlah pembayaran. Kontrak jenis ini mengikat pihak yang bertransaksi untuk saling menukar aset (baik dalam bentuk financial asset maupun real asset). Masing-masing pihak berdiri sendiri tanpa menimbulkan pertanggungan resiko. Pertukaran inilah yang menghasilkan transaksi jual-beli. Dengan demikian, kontrak dengan kategori natural certainty sesuai dengan teori pertukaran sosial.Murabahah dalam Pandangan Fiqih (Fiqh Maaliyah)Munandar (2011) mendefinisikan jual beli sebagai tukar-menukar harta dengan harta, dengan tujuan memindahkan kepemilikan, dengan menggunakan ucapan ataupun perbuatan yang menunjukkan terjadinya transaksi jual beli.  Zaid (2009) memaparkan bahwa ulama fiqih terdahulu mengkategorikan murabahah sebagai bagian dari jenis jual beli. Jual beli murabahah ke dalam jenis jual beli amanah, sehingga jual beli amanah terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:

Jual beli murabahah, yaitu menjual barang dengan adanya tambahan keuntungan dari harga pokok.

Jual beli wadli’ah, yaitu menjual barang dengan harga yang lebih rendah dari harga pokok.

Jual beli tauliyah, yakni menjual barang tanpa memperoleh untung ataupun rugi.Sifat dasar murabahah adalah jual beli, sehingga murabahah juga dikenakan syarat jual beli (Widodo,2010). Adapun persyaratan jual beli terdiri dari:

1. Barang yang menjadi obyek murabahah harus sudah ada pada saat akad terjadi.2. Barang yang menjadi obyek murabahah telah sepenuhnya menjadi milik dan dalam

penguasaan penjual.3. Transaksi murabahah dilangsungkan tanpa ada syarat.4. Penyerahan barang dilangsungkan pada saat akad dilaksanakan.

Antonio (2001) menambahkan syarat lain, yaitu: 1) penjual wajib menyampaikan kepada pembeli semua hal yang berkaitan dengan pembelian dan kondisi barang, 2) transaksi harus bebas riba, dan 3) pembeli memiliki kebebasan untuk melakukan pilihan (khiyar). Selain syarat-syarat yang telah disebutkan, Badri (2009) dan IAI (2009) juga menekankan bahwa transaksi jual beli harus dengan obyek yang halal dan bebas dari unsur ketidakpastian (gharar) dan perjudian (maysir).Berlandaskan beberapa pandangan fiqih yang telah dipaparkan, maka transaksi murabahah secara umum diperbolehkan. Akan tetapi, murabahah dengan pesanan yang bersifat mengikat, tidak sesuai dengan prinsip syariah (Antonio, 2001). Murabahah dengan pesanan mengikat tidak memberikan hak khiyar kepada pembeli. Selain itu, obyek transaksi belum sepenuhnya dimiliki penjual, namun sudah terjadi ketentuan mengikat. Kondisi inilah yang  menjadikan akad murabahah tidak sah atau batal (Widodo, 2010).Esensi Pembiayaan MurabahahBerdasarkan berbagai pemaparan berkaitan dengan konsep murabahah, sebagai suatu instrumen jual beli, maka beberapa esensi murabahah antara lain:

1. Karakteristik fundamental murabahah adalah adanya transparansi harga perolehan barang ditambah dengan laba yang disepakati antara penjual dengan pembeli.(Widodo,2010; Rusyd,1986). Dengan demikian, murabahah merupakan biaya ditambah keuntungan, dan bukan pinjaman uang melalui mekanisme pembiayaan.

2. Murabahah adalah jual beli, maka transaksinya harus memenuhi rukun dan syarat jual beli. (Antonio, 2001).

3. Murabahah harus bebas dari unsur riba.(Antonio,2001; ad Duwaisy, 2009; Nurhayati & Wasilah, 2008)

4. Barang yang menjadi obyek murabahah harus halal dan baik. (IAI, 2009; Karim, 2010).

Page 10: Akuntansi Murabahah Edi

Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah : Dasar Dan Metode Pengukuran Biaya Dan Laba Operasi (Studi Kasus Di Bank Muamalat Indonesia) (AK-49)BAB I PENDAHULUAN 

1.1.  Latar Belakang Masalah 

Dalam dunia modern dewasa ini, kehidupan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari keberadaan serta peran serta penting sektor jasa keuangan pada umumnya dan perbankan pada khususnya. Lembaga perbankan merupakan unsur pokok dari sistem pembayaran. Melalui sektor jasa keuangan inilah, dana atau potensi investasi yang ada pada masyarakat disalurkan ke dalam kegiatan-kegiatan produktif, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. 

Bank Islam sebagai salah satu lembaga perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip  dan nilai-nilai syariah memiliki tiga azas yang melandasi praktek cara kerjanya, yaitu : azas moral kemanusiaan, azas tanpa bunga, azas profit and loss sharing. Konsep perbankan Islam dengan ketiga azas tersebut adalah bagian integral dari keseluruhan value system dalam Islam, sehingga karenanya memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan rasa tanggung jawab sosial, keadilan sosial dan stabilitas nasional yang merupakan syarat mutlak berseminya komitmen perbankan yang mendukung program-program restrukturisasi bidang ekonomi.

Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah dan Bank Indonesia sebagai suatu badan yang memiliki wewenang untuk mengatur perkreditan nasional telah mengeluarkan UU No. 10 Tahun 1998 yang merupakan perubahan dari UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan. UU tersebut memberikan pengakuan yang lebih tegas mengenai keberadaan dan perlunya bank-bank berdasarkan prinsip syariah, serta memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan bank-bank tersebut. UU tersebut antara lain mengatur mengenai dimungkinkannya bank-bank konvensional mendirikan cabang-cabang yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Dasar hukum yang lebih jelas ini serta peluang yang diciptakannya akan cenderung mendorong tumbuhnya bank Islam atau cabang syariat dari bank-bank konvensional pada masa mendatang. Semakin terbukanya peluang bagi

Page 11: Akuntansi Murabahah Edi

pengembangan bank Islam di Indonesia harus didukung oleh penerapan metode  dan praktek akuntansi yang lebih mantap  dalam kegiatan operasional bank Islam.

Salah satu metode investasi yang terpenting dalam bank Islam adalah murabahah (penjualan kembali dengan laba) karena merupakan investasi jangka pendek dengan resiko yang sangat kecil dan paling menguntungkan (Al-Khadas, 1999, 2)  serta berhasil menguasai 98% dari total investasi (Omar, 1987, 224).

Bank-bank Islam melalui pembiayaan murabahah mulai mempertimbangkan eksistensi dirinya sebagai pihak perantara antara klien atau nasabah yang membutuhkan barang dan para supplier di luar bank yang memiliki ataupun menghasilkan produk tersebut. Untuk selanjutnya, bank Islam akan membeli produk barang secara tunai dan menjualnya kembali kepada klien atau nasabah yang membutuhkannya dengan dasar beban yang ditangguhkan.

Pembiayaan murabahah membutuhkan kerangka akuntansi yang menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai, dapat mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan kualitas yang dapat diandalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan akuntansi antara bank Islam yang satu dengan yang lain. Karena hal tersebut akan berdampak dalam hal keadilan untuk menentukan laba bagi pemegang saham (stakeholder) dan depositor (deposan).

Dalam hal perlakuan akuntansi untuk pembiayaan murabahah, bank-bank Islam menerapkan metode akuntansi yang berbeda (Al-Nagi, 1985;  Shahata, 1986 ).  Salah satu masalah penting  yang dihadapi oleh bank Islam untuk pembiayaan murabahah adalah pembagian laba bagi depositor (Abdel Majeed, 1994, 3). Dari hasil perbandingan laporan keuangan beberapa bank Islam, terdapat perbedaan diantara bank-bank Islam tersebut mengenai pengukuran biaya-biaya lain terkait  (subsequent costs) yang seharusnya dan  tidak seharusnya dibebankan  dalam biaya awal operasi pembiayaan murabahah (Al- Khadas, 1999, 7). Perbedaan tersebut selanjutnya akan menimbulkan adanya kesulitan dalam hal perbandingan realisasi laba oleh bank Islam yang satu dengan bank Islam yang lain (FAO-IBFI, 1998, 146).

Di samping itu, beberapa bank Islam mengakui  bahwa pendapatan dalam pembiayaan murabahah menggunakan dasar akrual  (accrual basis) yaitu pendapatan diakui pada saat nasabah atau klien telah melunasi seluruh pinjaman atau melunasi semua cicilannya. Sedangkan pada bank Islam yang lain mengakui pendapatan dari murabahah dengan  menggunakan dasar kas (cash basis) yaitu pendapatan diakui pada saat bank menerima kas dari nasabah atau klien ketika mengangsur ataupun mencicil pinjamannya (FAO-IBFI, 1998, 146).

Page 12: Akuntansi Murabahah Edi

Situasi tersebut diatas memperlihatkan bahwa bank-bank Islam ternyata  belum sepenuhnya  memakai satu standar yang baku sebagai acuan dalam operasionalnya dan selanjutnya akan mengurangi kegunaan informasi keuangan yang dihasilkan oleh bank Islam bagi para pemakai laporan keuangan. Oleh karenanya kebutuhan dalam menetapkan dasar dan  metode pengukuran akuntansi, khususnya untuk pembiayaan murabahah menjadi sangat penting dan harus disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan syariah yang telah diatur dalam “Financial Accounting Standards For Islamic  Bank and Financial Institutions”  (FAS - IBFI) agar para pemegang saham dan depositor mendapatkan bagian laba yang sesuai dengan haknya.

Untuk itu penulis mencoba menganalisa bagaimana praktek akuntansi untuk pembiayaan murabahah khususnya tentang metode pengukuran biaya, pendapatan dan laba operasi dalam Bank Muamalat Indonesia sebagai salah satu bank Islam terbesar di Indonesia yang menjalankan kegiatan operasi berdasarkan prinsip keadilan dan ketentuan syariah.

Berdasarkan uraian di atas, maka Skripsi ini diberi judul :  

PERLAKUAN AKUNTANSI  PEMBIAYAAN MURABAHAH :   DASAR DAN METODE PENGUKURAN BIAYA DAN LABA OPERASI    (STUDI KASUS DI BANK MUAMALAT INDONESIA)