26
26 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariah 2.1.1 Pengertian dan Prinsip Akuntansi Syariah Akuntansi yang mempunyai pengertian sebagai kegiatan mencatat, menggolongkan, mengikhtisarkan sehingga dihasilkan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Sedang Syariah berarti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam melakukan seluruh kegiatan baik ibadah mahdhoh seperti shalat, zakat, puasa, dan haji maupun muamalah. Dan Akuntansi Syariah yang berarti proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah SWT. Akuntansi Syariah dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah SWT, sehingga ketika mempelajari akuntansi Syariah dibutuhkan pemahaman yang baik, mengenai akuntansi sekaligus juga tentang Syariah Islam. 1 Paradigma Syariah dalam akuntansi akan mempertimbangkan berbagai paradigma dengan menunjukkan adanya perbedaan ideologi akuntansi. Berdasarkan pijakan agama tersebut, maka ada tiga dimensi yang saling berhubungan, yaitu : (1) mencari keridloan Allah sebagai 1 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia. (Jakarta:Salemba Empat, 2009), hlm. 8.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

26

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Akuntansi Syariah

2.1.1 Pengertian dan Prinsip Akuntansi Syariah

Akuntansi yang mempunyai pengertian sebagai kegiatan

mencatat, menggolongkan, mengikhtisarkan sehingga dihasilkan

informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan yang dapat

digunakan untuk pengambilan keputusan. Sedang Syariah berarti

aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam melakukan seluruh

kegiatan baik ibadah mahdhoh seperti shalat, zakat, puasa, dan haji

maupun muamalah. Dan Akuntansi Syariah yang berarti proses

akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang

telah ditetapkan Allah SWT. Akuntansi Syariah dapat diartikan

sebagai proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan

aturan yang telah ditetapkan Allah SWT, sehingga ketika mempelajari

akuntansi Syariah dibutuhkan pemahaman yang baik, mengenai

akuntansi sekaligus juga tentang Syariah Islam.1

Paradigma Syariah dalam akuntansi akan mempertimbangkan

berbagai paradigma dengan menunjukkan adanya perbedaan ideologi

akuntansi. Berdasarkan pijakan agama tersebut, maka ada tiga dimensi

yang saling berhubungan, yaitu : (1) mencari keridloan Allah sebagai

1 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia. (Jakarta:Salemba Empat,

2009), hlm. 8.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

27

tujuan utama dalam menentukan keadilan sosio-ekonomi; (2)

merealisasikan keuntungan bagi masyarakat, yaitu dengan memenuhi

kewajiban kepada masyarakat; dan (3) mengejar kepentingan pribadi,

yaitu: memenuhi kebutuhan sendiri.

Pemenuhan ketiga bagian bentuk aktivitas ini adalah termasuk

dalam ibadah. Dengan kata lain, akuntansi dapat dianggap sebagai

suatu aktivitas ibadah bagi seorang Muslim. Ketiga dimensi itu saling

berhubungan untuk memenuhi kewajiban kepada Tuhan, masyarakat

dan hak individu, dengan berdasarkan prinsip syariah yang dapat

diamati.2

2.1.2 Standar Akuntansi Perbankan Syariah

Langkah pengembangan standar akuntansi keuangan bank Islam

dimulai pada tahun 1987. Sedikitnya lima volume telah terkumpul dan

tersimpan di perpustakaan Islamic Research and Training Institute,

Islamic Development Bank (IDB). Studi itu telah mendorong

pembentukan Accounting and Auditing Organization for Islamic

Financial Institutions (Organisasi Akuntansi Keuangan untuk Bank dan

Lembaga Keuangan Islam) yang didaftarkan sebagai organisasi nirlaba di

Bahrain pada tahun 1411 H (1991). Sejak didirikan, organisasi ini terus

mengembangkan standar keuangan melalui pertemuan periodik Komite

Pelaksana untuk Perencanaan dan Tindak Lanjut.

2 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2002),

hlm. 274-275.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

28

Di Indonesia sendiri akhirnya pada 1 Mei 2002 telah disahkan

PSAK 59 Akuntansi Perbankan Syariah dan Kerangka Dasar Penyusunan

Laporan Keuangan bank Syariah yang resmi berlaku sejak 1 Januari 2003.3

Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan Syariah Indonesia yang

diwujudkan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) tidak lepas dari kerjasama tiga lembaga di tingkat nasional yang

memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing yaitu Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI), Bank Indonesia (BI), dan Dewan Syariah Nasional (DSN)

yang merupakan representasi dari Majelis Ulama Indonesia.4 Sayangnya

PSAK 59 ini hanya dikhususkan pada entitas bank Syariah saja, Bank

Umum Syariah (BUS), Unit usaha Syariah (UUS), dan Bank Perkreditan

Rakyat Syariah (BPRS), tidak untuk bank maupun lembaga keuangan

Syariah di Indonesia. Kemudian pada bulan Juli 2003 Bank Indonesia dan

Ikatan Akuntansi Indonesia menerbitkan Pedoman Akuntansi Perbankan

Syariah Indonesia (PAPSI) yang berperan sebagai pedoman yang

mengatur secara teknis dan rinci penjabaran PSAK No. 59 tentang

perbankan Syariah. Untuk bank yang melakukan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip Syariah guna menyusun laporan keuangan dengan

lebih mudah dan lebih baik sesuai dengan ketentuan PSAK 59 dan

ketentuan lain yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Pada tanggal 19 September 2006 Dewan Standar Akuntansi

Syariah (DSAK) menyetujui untuk menyebarluaskan Exposure Draft

3 Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, (Yogyakarta : P3EI Press, 2008), hlm.

25. 4 Ibid, hlm. 28.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

29

PSAK Syariah yang terdiri dari : Kerangka Dasar Penyusunan dan

Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS), PSAK 101 sampai

PSAK 106. Selanjutnya pada tanggal 26 Februari 2008 IAI juga telah

mengeluarkan 3 Exposure Draft PSAK Syariah tambahan yaitu : ED

PSAK 107, ED PSAK 108, dan ED PSAK 109.5

2.2 Tujuan Laporan Keuangan Perbankan Syariah6

2.2.1 Tujuan Akuntansi Keuangan adalah sebagai berikut :

a. Untuk menentukan hak dan kewajiban dari pihak yang terlibat

dengan lembaga keuangan Syariah tersebut, termasuk hak dan

kewajiban dari transaksi yang belum selesai, terkait dengan

penerapan, kewajaran dan ketaatan atas prinsip dan etika Syariah

Islam.

b. Untuk menjaga aset dan hak-hak lembaga keuangan Syariah.

c. Untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan produktivitas dari

lembaga keuangan Syariah.

d. Untuk menyiapkan informasi laporan keuangan yang berguna

kepada pengguna laporan keuangan sehingga mereka dapat

membantu keputusan yang tepat dalam berhubungan dengan

lembaga keuangan.

2.2.2 Tujuan laporan keuangan kepada pengguna informasi luar sebagai

berikut:

5 Rifqi Muhammad, op. cid., hlm. 27. 6 Sri Nurhayati dan Wasilah, op.cid, hlm. 99-100.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

30

a. Memberikan informasi tentang kepatuhan lembaga keuangan

Syariah terhadap Syariah Islam, termasuk informasi tentang

pemisahan antara pendapatan dan pengeluaran yang boleh dan

tidak menurut syariat Islam.

b. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi dan

kewajiban lembaga keuangan Syariah.

c. Memberikan informasi kepada pihak yang terkait dengan

penerimaan dan penyaluran zakat pada lembaga keuangan

Syariah.

d. Memberikan informasi untuk mengestimasi arus kas yang dapat

direalisasikan, waktu realisasi dan risiko yang mungkin timbul

dari transaksi dengan lembaga keuangan Syariah.

e. Memberikan informasi agar pengguna laporan keuangan dapat

menilai dan mengevaluasi lembaga keuangan Syariah apakah

telah menjaga dana serta melakukan investasi dengan tepat

termasuk memperoleh imbal hasil yang memuaskan.

f. Memberikan informasi tentang pelaksanaan tanggung jawab

sosial dari lembaga keuangan Syariah.

2.3 Prinsip Sistem Keuangan Syariah7

Berikut ini adalah prinsip sistem keuangan Islam sebagaimana diatur

melalui Al-Qur’an dan As-sunah :

7 Sri Nurhayati dan Wasilah, op. cid., hlm. 84-85.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

31

a. Pelarangan Riba. Riba (dalam bahasa Arab) didefinisikan sebagai

“kelebihan” atas sesuatu akibat penjualan ataupun pinjaman. Riba/ Ribit

(bahasa Yahudi) telah dilarang tanpa adanya perbedaan pendapat diantara

para ahli fikih. Riba merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial,

persamaan dan hak atas barang. Oleh karena sistem riba ini hanya

menguntungkan para pemberi pinjaman/ pemilik harta, sedangkan

pengusaha tidak diperlakukan sama. Padahal “untung” itu baru diketahui

setelah berlalunya waktu bukan hasil penetapan di muka.

b. Pembagian Risiko. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari pelarangan

riba yang menetapkan hasil bagi pemberi modal di muka. Sedangkan

melalui pembagian risiko maka pembagian hasil akan dilakukan di

belakang yang besarnya tergantung dari hasil yang diperoleh. Hal ini juga

membuat kedua belah pihak akan saling membantu untuk bersama-sama

memperoleh laba, selain lebih mencerminkan keadilan.

c. Tidak Menganggap Uang sebagai Modal Potensial. Dalam masyarakat

industri dan perdagangan yang sedang berkembang sekarang ini

(konvensional), fungsi uang tidak hanya sebagai modal potensial. Dalam

fungsinya sebagai komoditas, uang dipandang dalam kedudukan yang

sama dengan barang yang dijadikan sebagai obyek transaksi untuk

mendapatkan keuntungan (laba). Sedang dalam fungsinya sebagai modal

nyata (capital), uang dapat menghasilkan sesuatu (bersifat produktif)

baik menghasilkan barang maupun jasa. Oleh sebab itu, sistem keuangan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

32

Islam memandang uang boleh dianggap sebagai modal kalau digunakan

bersamaan dengan sumber daya yang lain untuk memperoleh laba.

d. Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif. Hal ini sama dengan

pelarangan untuk transaksi yang memiliki tingkat ketidakpastian yang

sangat tinggi, judi dan transaksi yang memiliki risiko yang sangat besar.

e. Kesuaian Kontrak. Oleh karena Islam menilai perjanjian sebagai suatu

yang tinggi nilainya sehingga seluruh kewajiban dan pengungkapan yang

terkait dengan kontrak harus dilakukan. Hal ini akan mengurangi risiko

atas informasi yang asimetri dan timbulnya moral hazard.

f. Aktivitas Usaha Harus Sesuai Syariah. Seluruh kegiatan usaha tersebut

haruslah merupakan kegiatan yang diperbolehkan menurut Syariah.

Dengan demikian, usaha seperti minuman keras, judi, peternakan babi

yang haram juga tidak boleh dilakukan.

Jadi, prinsip keuangan Syariah mengacu kepada prinsip rela sama rela

(antaraddim minkum), tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la

tazhilmuna wa la tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi

al dhaman), dan untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi).

2.4 Standar Akuntansi Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah

2.4.1 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah

(KDPPLKS).

Kerangka dasar (conceptual framework) seperti sebuah konstitusi

di suatu negara. Kerangka dasar merupakan sebuah sistem yang

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

33

terpadu yang mengaitkan antara tujuan-tujuan dan landasan yang

ditetapkan dalam penyusunan kerangka dasar. Tujuan dan landasan

tersebut diharapkan mampu mengarahkan penyusunan standar

akuntansi dan pelaporan keuangan yang konsisten serta memiliki arah,

fungsi, dan batasan yang jelas. Oleh karena itu, kerangka dasar

merupakan sesuatu yang mutlak untuk disusun dan ditetapkan sebagai

panduan bagi Komite Akuntansi Syariah dan Dewan Standar

Akuntansi Keuangan (DSAK) dalam merumuskan Standar Akuntansi

Keuangan. KDPPLKS merupakan penyempurnaan dari Kerangka

Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) Bank

Syariah (2002).8

8 Rifqi Muhammad, op. cid., hlm. 87-88.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

34

Kerangka Dasar Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan Syariah9

Gambar 2.1

KDPPLKS

2.4.2 PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah

PSAK 101 mengatur tentang Penyajian Laporan Keuangan

Syariah. PSAK 101 merupakan penyempurnaan dari PSAK 59 :

Akuntansi Perbankan Syariah (2002) yang mengatur mengenai

penyajian dan pengungkapan laporan keuangan bank Syariah.10

PSAK

101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah ini memiliki

motivasi untuk mengatur tujuan umum laporan keuangan untuk entitas

Syariah. PSAK 101 bertujuan untuk mengatur penyajian dan

pengungkapan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose

financial statements) untuk entitas Syariah yang selanjutnya disebut

9 Rifqi Muhammad, op. cid., hlm. 90. 10 Ibid., hlm. 129.

KDPPLKS yang mendasari Penyusunan

Standar Akuntansi Keuangan Syariah

Kerangka Dasar

Level Pertama:

Tujuan Dasar Level Kedua:

Konsep Dasar

Level Tiga:

Pengakuan dan

Pengukuran

Kebutuhan

Pengembangan

Tujuan dan Peranan

Pemakai dan

Kebutuhan Informasi

Paradigma Transaksi

Syariah

Asas Transaksi

Syariah

Karakteristik

Transaksi Syariah

Tujuan Laporan

Keuangan

Karakteristik

Kualitatif

Laporan

Keuangan

Unsur-unsur

Laporan Keuangan

Asumsi Dasar

Kendala Informasi

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

35

“laporan keuangan”, agar dapat dibandingkan baik dengan laporan

keuangan entitas Syariah periode sebelumnya maupun dengan laporan

keuangan entitas Syariah lain.11

PSAK Syariah 2007 berlaku bagi entitas Syariah maupun entitas

konvensional yang menjalankan transaksi Syariah. Dalam hal

penyajian laporan keuangan Syariah, maka entitas konvensional yang

menjalankan transaksi Syariah tidak diharuskan untuk menyusun

laporan keuangan Syariah. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan

Keuangan Syariah ini hanya ditujukan bagi entitas Syariah yang

menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.12

2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah.

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati

oleh penjual dan pembeli.13

Fatwa DSN yang mengatur transaksi

murabahah adalah No. 04/DSN-MUI/IV/2000. Standar akuntansi

keuangan yang pertama kali mengatur tentang akuntansi murabahah

adalah PSAK 59 paragraf 52 sampai dengan 68 tentang pengakuan dan

pengukuran murabahah.14

Perlakuan akuntansi murabahah untuk

akuntansi penjual dan pembeli. Yang meliputi pengakuan dan

pengukuran pada saat perolehan aset, pengukuran aset murabahah jika

murabahah pesanan mengikat dan tanpa pesanan atau tidak mengikat,

11 Rifqi Muhammad, op. cid., hlm. 121-122. 12 Ibid, hlm. 131. 13 Sri Nurhayati dan Wasilah, op. cid.hlm. 160. 14 Rifqi Muhammad, op. cid., hlm. 165.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

36

bila terdapat diskon saat pembelian barang, kewajiban pengembalian

diskon, pengakuan keuntungan, apabila terdapat potongan saat

pelunasan piutang, jika terdapat denda, dan pengukuran atas

penerimaan uang muka.

2.4.3 PSAK 103 : Akuntansi Salam.

Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih)

dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan

pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad

disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.15

Fatwa DSN yang

mengatur transaksi salam adalah fatwa No.05/DSN-MUI/IV/2000.

Standar akuntansi keuangan yang pertama kali mengatur tentang

akuntansi salam adalah PSAK 59 paragraf 69 sampai dengan 80

tentang pengakuan dan pengukuran salam dan salam paralel.16

Perlakuan akuntansi salam untuk pembeli dan penjual dari pengakuan

dan pengukuran piutang maupun kewajiban salam, penerimaan

pesanan, apabila terjadi selisih harga, terjadi denda, sampai pelunasan

salam.

2.4.4 PSAK 104 : Akuntansi Istishna.

Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan

barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang

disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual

15 Sri Nurhayati dan Wasilah, op. cid ,hlm. 188. 16 Rifqi Muhammad, op. cid., hlm. 205.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

37

(pembuat/shani’).17

Fatwa DSN yang mengatur transaksi istishna

adalah fatwa No.06/DSN-MUI/IV/2000. Standar akuntansi keuangan

yang pertama kali mengatur tentang akuntansi istishna adalah PSAK

59 paragraf 81 sampai dengan 104 tentang pengakuan dan pengukuran

istishna dan istishna paralel.18

Perlakuan akuntansi PSAK 104 untuk

penjual/ produsen dan pembeli meliputi : biaya-biaya perolehan

istishna, potongan pembayaran, bila terjadi kesalahan dalam pesanan,

pengakuan pendapatan, bila terjadi penagihan, penerimaan tagihan.

2.4.5 PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara pemilik dana

dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas

dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak,

sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana

kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence atau violation oleh

pengelola dana.19

Fatwa DSN No.07/DSN-MUI/IV/2000 mengatur

tentang mudharabah qiradh. Standar akuntansi keuangan yang

pertama kali mengatur tentang akuntansi mudharabah adalah PSAK 59

paragraf 6 sampai dengan 34.20

Perlakuan akuntansi PSAK 105 untuk

pemilik dana dan pengelola dana, meliputi : pengukuran investasi

mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan,

sedang investasi dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar

17 Sri Nurhayati dan Wasilah, op. cid., hlm. 202. 18 Rifqi Muhammad, op. cid., hlm. 234. 19 Sri Nurhayati dan Wasilah, op. cid., hlm. 112. 20 Rifqi Muhammad, op. cid., hlm. 288.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

38

aset nonkas pada saat penyerahan, penurunan nilai investasi, kerugian,

hasil usaha, dan berakhirnya akad mudharabah.

2.4.6 PSAK 106 : Akuntansi Musyarakah.

PSAK 106 mendefinisikan Musyarakah sebagai akad

kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,

dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan

ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan

sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.21

Fatwa DSN

No.08/DSN-MUI/IV/2000 mengatur tentang pembiayaan musyarakah.

Standar akuntansi keuangan yang pertama kali mengatur tentang

akuntansi musyarakah adalah PSAK 59 paragraf 35 sampai dengan 51

tentang pengakuan dan pengukuran musyarakah.22

Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat

dari dua sisi pelaku yaitu mitra aktif dan mitra pasif. Yang

pencatatannya meliputi : pengakuan investasi musyarakah, biaya pra

akad, pengukuran investasi musyarakah, bila diperoleh keuntungan,

pelunasan modal, pengembalian modal, serta pencatatan di akhir akad.

2.4.7 ED PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah.

Ijarah didefinisikan sebagai akad perpindahan hak guna

(manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan

pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan perpindahan

21 Rifqi Muhammad, op. cid., hlm. 134. 22Ibid, hlm., 330.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

39

kepemilikan atas barang itu sendiri.23

Fatwa DSN No.09/DSN-

MUI/IV/2000 mengatur tentang ijarah dan Fatwa DSN No.27/DSN-

MUI/III/2002 mengatur tentang ijarah muntahiya bittamlik. Standar

akuntansi keuangan yang pertama kali mengatur tentang akuntansi

ijarah adalah PSAK 59 paragraf 105 sampai dengan 129 tentang

pengakuan dan pengukuran ijarah.24

Perlakuan akuntansi untuk

pemberi sewa dan penyewa, yang meliputi : biaya perolehan,

penyusutan, pendapatan sewa, biaya pemeliharaan objek, perpindahan

kepemilikan.

2.4.8 ED PSAK 108 tentang Akuntansi Penyelesaian Piutang Murabahah.

Apabila pelunasan piutang tertunda dikarenakan pembeli

mengalami kesulitan keuangan, maka penjual hendaknya memberi

keringanan. Keringanan dapat berupa menghapus sisa tagihan,

membantu menjualkan objek murabahah pada pihak lain atau

melakukan restrukturisasi piutang.25

Perlakuan akuntansi penyelesaian

piutang murabahah untuk kreditor (penjual) dan debitur (pembeli)

meliputi : pemberian potongan, penjadwalan kembali murabahah, dan

konversi akad murabahah.26

2.4.9 ED PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infaq/ Sedekah.

Perlakuan akuntansi (ED PSAK 109), ruang lingkup PSAK ini

hanya untuk amil zakat yang menerima dan menyalurkan zakat/ infaq/

23 Sri Nurhayati dan Wasilah, op. cid, hlm. 216. 24 Rifqi Muhammad, op. cid., hlm., 358-360. 25 Ibid, hlm. 162. 26 Ibid, hlm. 174-177.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

40

sedekah, atau organisasi pengelola zakat yang pembentukannya

dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat, infaq,

dan sedekah. Perlakuan akuntansinya adalah akuntansi untuk zakat

dan akuntansi untuk infaq/ sedekah. Pencatatannya meliputi : jurnal

penerimaan zakat/ infaq/ sedekah baik dalam bentuk kas maupun

nonkas, zakat/ infaq/ sedekah yang diterima sebagai dana amil

maupun nonamil, penilaian aset lancar maupun tidak lancar,

penurunan nilai aset zakat/ infaq/ sedekah, serta penyaluran zakat/

infaq/ sedekah.27

2.5 Musyarakah

2.5.1 Pengertian Musyarakah28

Istilah lain dari musyarakah adalah shirkah atau syirkah.

Musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu

usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi

dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai

dengan kesepakatan.

Musyarakah ada dua jenis, yaitu musyarakah pemilikan dan

musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena

warisan wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikan satu aset

oleh dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah akad tercipta

dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap

27 Sri Nurhayati dan Wasilah, op. cid, hlm. 299-301. 28 Rifqi Muhammad, op.cid., hlm. 321-322.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

41

orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi

keuntungan dan kerugian.

Mekanisme transaksi musyarakah yang dilakukan di sektor

perbankan Syariah adalah sebagai berikut :

a. Bentuk umum dari usaha bagi hasil musyarakah (shirkah atau

syirkah atau serikat atau kongsi). Transaksi musyarakah dilandasi

adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk

meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama.

b. Termasuk dalam golongan musyarakah adalah bentuk usaha yang

melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-

sama memadukan seluruh bentuk sumber baik yang berwujud

maupun tidak berwujud.

c. Secara spesifikasi bentuk kontribusi dari pihak yang bekerjasama

dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset),

kewiraswastaan (entrepreneurship), kepandaian (skill),

kepemilikan (property), peralatan (equipment) atau intangible

asset, seperti hak paten atau goodwill, kepercayaan reputasi

(credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai

dengan uang.

d. Dengan merangkum seluruh kombinasi dan bentuk kontribusi

masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu

menjadikan produk ini sangat fleksibel.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

42

2.5.2 Landasan Fiqh Transaksi Musyarakah29

a. Landasan Al Quran dan Al Hadits

1. Al Quran

“…….Maka mereka berserikat pada sepertiga” (An-Nisa:12)

“Dan, seseungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang

berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian

yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal

soleh” (Shaad:24)

2. Al Hadits

Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya

Allah azza wa jalla berfirman, “Aku pihak ketiga dari dua

orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati

lainnya.” (HR Abu Dawud).

2.5.3 Fatwa DSN tentang Transaksi Musyarakah30

Fatwa DSN No.08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

Musyarakah. Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara

lain sebagai berikut :

1. Ijab dan Qabul

Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk

menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak

(akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut :

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit

menunjukkan tujuan kontrak (akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

29 Rifqi Muhammad, op.cid., hlm. 322-323. 30 Ibid, hlm. 323-324.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

43

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau

dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan

memperhatikan hal-hal berikut :

a. Kompeten dalam memberikan dan diberikan kekuasaan

perwakilan.

b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan

setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.

c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah

dalam proses bisnis normal.

d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain

untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah

diberi wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah

dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa

melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.

e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau

menginvestasikan dana untuk kepentingan sendiri.

3. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan, dan kerugian)

a. Modal

(i) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau

yang nilainya sama. Modal dapat terdiri dari aset

perdagangan, seperti barang-barang, property, dan

sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

44

dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para

mitra.

(ii) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan,

menyumbangkan atau menghadiahkan modal

musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar

kesepakatan.

(iii) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak

ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya

penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.

b. Kerja

(i) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar

pelaksanaan musyarakah; akan tetapi, porsi kerja bukanlah

merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan

kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia

boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.

(ii) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas

nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-

masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam

kontrak.

c. Keuntungan

(i) Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk

menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu

alokasi keuntungan atau ketika penghentian musyarakah.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

45

(ii) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara

proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada

jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi

seorang mitra.

(iii) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan

melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu

diberikan kepadanya.

(iv) Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas

dalam akad.

d. Kerugian

Kerugian harus dibagi diantara para mitra secara proporsional

menurut saham masing-masing dalam modal.

4. Biaya operasional dan dipersengketaan

a. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.

b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau

jika terjadi perselisihan di antara pihak, maka penyelesaiannya

dilakukan melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak

mencapai kesepakatan melalui musyawarah.

2.6 Ijarah Muntahiya Bittamlik

2.6.1 Pengertian Ijarah Muntahiya Bittamlik

Al-Bai’ wal Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) merupakan

rangkaian dua buah akad, yakni akad al-Bai’ dan akad Ijarah

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

46

Muntahiya Bittamlik (IMBT). Al-Bai’ merupakan akad jual-beli,

sedangkan IMBT merupakan kombinasi antara sewa menyewa

(ijarah) dan jual beli atau hibah di akhir masa sewa. 31

Perpindahan hak milik obyek sewa kepada penyewa dalam

ijarah muntahiya bittamlik dapat dilakukan dengan : hibah, penjualan

sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding dengan sisa

cicilan sewa, penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran

tertentu yang disepakati pada awal akad, penjualan secara bertahap

sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad.32

Pilihan untuk menjual barang di akhir masa sewa biasanya

diambil bila kemampuan finansial penyewa untuk membayar sewa

relatif kecil. Karena sewa yang dibayarkan relatif kecil, akumulasi nilai

sewa yang sudah dibayarkan sampai akhir periode sewa belum

mencukupi harga beli barang tersebut dan margin laba yang ditetapkan

oleh bank. Karena itu untuk menutupi kekurangan tersebut, bila pihak

penyewa ingin memiliki barang tersebut, ia harus membeli barang itu

di akhir periode.

Pilihan untuk menghibahkan barang di akhir masa sewa

biasanya diambil bila kemampuan finansial penyewa untuk membayar

sewa relatif lebih besar. Karena sewa yang dibayarkan relatif besar,

akumulasi sewa di akhir periode sewa sudah mencukupi harga beli

barang dan margin laba yang ditetapkan oleh bank. Dengan demikian,

31 Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta : PT

Grafindo Persada, 2004), hlm. 149. 32 Rifqi Muhammad, op. cid., hlm. 361.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

47

bank dapat menghibahkan barang tersebut di akhir masa periode sewa

kepada pihak penyewa.33

Jenis barang dan jasa yang dapat disewakan :

a. Barang modal : asset tetap, misalnya bangunan, gedung, kantor,

ruko, dan lain-lain.

b. Barang produksi : mesin, alat-alat berat, dan lain-lain.

c. Barang kendaraan transportasi : darat, laut, dan udara.

d. Jasa untuk membayar ongkos : uang sekolah/ kuliah, tenaga

kerja, hotel, angkut dan transportasi.

2.6.2 Landasan Fiqh Transaksi IMBT34

a. Landasan Fiqh

1. Al-Qur’an

“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak

dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang

patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah Allah Maha

Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah : 233)

2. Al-Hadits

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Berbekam kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada

tukang bekam itu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Umar bahwa Rasulullah bersabda, “Berikanlah upah pekerja

sebelum kering keringatnya” (HR. Ibnu Majah).

33 Adiwarman A. Karim, op. cid., hlm. 149. 34 Rifqi Muhammad, op. cid., hlm. 358.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

48

2.6.3 Fatwa DSN No : 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al-Ijarah Al-

Muntahiyah Bi Al-Tamlik35

Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain

sebagai berikut :

1. Rukun dan Syarat IMBT adalah sebagai berikut :

a. Pernyataan ijab dan qobul

b. Pihak-pihak yang berakad (berkontrak); terdiri atas pemberi

sewa (lessor, pemilik aset, lembaga keuangan Syariah), dan

penyewa (lesse, pihak yang mengambil manfaat dari

penggunaan aset nasabah).

c. Obyek kontrak; pembayaran (sewa) dan manfaat dari

penggunaan aset.

d. Manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah obyek

kontrak yang harus dijamin, karena ia rukun yang harus

dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan aset itu sendiri.

e. Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak

yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain

yang equivalen, dengan cara penawaran dari pemilik aset

(LKS) dan penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa

(nasabah).

f. Perjanjian untuk melakukan akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi

al-Tamlik harus disepakati ketika akad ijarah ditandatangani.

35 Rifqi Muhammad, op. cid., hlm. 359-360.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

49

g. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad.

2. Ketentuan tentang al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik

a. Pihak yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik

harus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Akad

pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau

pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah selesai.

b. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad

ijarah adalah adalah wa’ad, yang hukumnya tidak mengikat.

Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad

pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa ijarah

selesai.

3. Kewajiban LKS dan nasabah dalam pembiayaan ijarah

a. Kewajiban LKS sebagai pemberi sewa

(i) Menyediakan aset yang disewakan.

(ii) Menanggung biaya pemeliharaan aset.

(iii) Menjamin bila terdapat cacat pada aset yang disewakan.

b. Kewajiban nasabah sebagai penyewa

(i) Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga

keutuhan aset yang disewa serta menggunakannya sesuai

kontrak.

(ii) Menanggung biaya pemeliharaan aset yang sifatnya ringan

(tidak materiil).

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

50

(iii)Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran

dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena

kelalaian pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak

bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1069/4/BAB II.pdf · 2.4.3 PSAK 102: Akuntansi Murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan

51