Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ALTERNATNE DISPUTE RESOLUTION SEBAGAI MODEL PENYELESAIAN SENGKETA ETIKA BISNIS DALAM MEWUJUDKAN FUNGSI LEMBAGA
OMBUDSMAN SWASTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
T E S I S
Diajukan Pada Program Magister Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 Minat Studi Hukum Bisnis
Diajukan oleh :
NAMA MHS : SIT1 LTMI AKHIROKH, SH NO POKOK MHS : 12 912 098 B K U : HUKUMBISNIS
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARTANA FAKULTAS HUKUM
LNVERSIT,4S ISL,AM INDONESIA YOGYAKARTA
2015
ALTERNATWE DISPUTE RESOLUTION SEBAGAI MODEL PENYELESAIAN SENGKETA ETIKA BISNIS DALAM MEWUJUDKAN FUNGSI LEMBAGA
OMBULlSMAN SWASTA DAERAH ISTWIEWA YOGYAKARTA
Diajukan oleh :
NAMA MHS : Siti Umi Akhirokh, SH
NO POKOK MHS : 12.912.098.
B K U : Hukum Bisnis
Telah Diajukan Dihadapan Tim Penguji Dalam Ujian Tesis Dan inyatakan LULUS Pada hari Sabtu, tanggal 20 Juni 2015
Pembimbing ;
Ery Arifudin, SH, MH.
Anggota Penguji ;
1. Zairin Harahap, SH. M.Si.
2. Moh. Hasyim, SH, M.Hum. Y ogyakarta, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . :. . . . . . .
arjana Fakultas Hukum
M O T T O
ALLOH SWT Berfirman ;
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar-benar Penegak Keadilan, menjadi saksi karena Alloh SWT, Biarpun terhadap dirimu
sendiri, atau Ibu Bapakmu dan kaum kerabatmu, jika ia kaya atau miskin, maka Alloh lebih tahu kemaslahatannnya, maka janganlah kamu mengikuti Hawa
Nasfu karena ingin menyimpang dari kebenaran, dun jika kamu memutar balikkan (kata2) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya
Alloh SWT adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan". ( Q.S. Annisa' 135 ).
Rasululloh SAW Bersabda ;
"Wahai manusia, ketahuilah sesungguhnya kehancuran umat terdahulu sebelum kamu lantaran apa bila yang mencuri itu "orang yang terpandang" maka
ditinggalkan hukumnya (hukum tidak berdaya menghukumnya), sebaliknya jika yang mencuri itu dari kalangan "Rakyat Jelata", mereka secara tegas
menerapkan hukuman, demi Alloh SWT, Jika FATIMAH BINTI MUHAMMAD (Anaknya sendiri) mencuri, "PASTI" akan aku potong tangannya",
(Hadist Riwayat Imam Bukhori).
Surat Khalifah Umar Kepada Abu Musa Al Asy'ari - Qadli di Kufah ;
"Sama ratakanlah Kedudukan Manusia ( pihak - pihak ) dalam Majelismu,
dalam Pandanganmu, pada Tingkah Lakumu dan dalam Putusanmu, Supaya
yang kaya tidak menganggap wajar ketidaksdilanmu dan yang miskin serta
lemah tidak berputus asa terhadap putusanmu".
"Teguiiurz Keudilurz Dulurrz Durziu Durc Muluilula Dur-i Din-i Kitu Serdir-i "
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala lterendahan hati, tesis ini penulis persembahkan kepada ;
1. Untuk kedua orang tua ku Tercinta dan terkasih ayahaiida Moch Ghozali dan ibunda Siti Umi Murfingah.
2. Untuk kakak-kakak dan adik-adik penulis, serta keluarga besar Bani A1 Ghozali, Bani Marzuki dan Bani Jalal Sayuti.
3. Untult almamaterku Program Magister Ilmu Hukum Program Pascasarj ana Fakultas Hukurn Universitas Islam Indonesia.
4. Untuk teman-teman seperjuangan penulis dan masyarakat pada umurnnya.
SURAT PERNYATAAN
ORISIONALITAS KARYA TULIS ILMIAHITUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Bhismillahirokhman Nirrokhim
Yang bertanda tangan Cibawah ini saya ;
NAMA : Siti Umi Akhirokh, SH NO POKOK MHS : 12.912.098. B K U : Hukum Bisnis
Adalah benar-benar mahasiswa Program Magister Ilmu Hukuin Prograin Pasca sarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia yang telah melakukan penelitian karya tulis ilmiah (tugas akhir) berupa Tesis dengan judul ; ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION SEBAGAI MODEL PENYELESAIAN SENGKETA ETIKA BISNIS DALAM MEWUJUDIWN FUNGSI LEMBAGA OMBUDSMAIV SWASTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAIWRTA
Tesis ini telah saya ajukan kepada Tim Penguji dalam ujian pendadaran yang diselenggarakan oleh Program Magister Ilmu Hukurn Progranl Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia pada tanggal 20 Juni 201 5.
Sehubungan dengan ha1 tersebut saya menyatakan ; Bahwa tesis ini benar-benar hasil karyallaporan penelitian yaiig saya lakukan sendiri dan bukan plagiasi dari hasil karya orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam penelitian ini dan disebutkan dalam acuan daftar pustaka.
Demihan surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, uiituk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yogyaltarta, 23 Juni 20 15
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesehatan, kekuatan, peluang dan kesempatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis dengan judul ; ALTERNATIVE DISPUTE
RESOLUTION SEBAGAI MODEL PENYELESAIAN SENGImTA ETIKA
BISNIS DALAM MEWUJUDKAN FUNGSI LEMBAGA OMBUDSMAN
SWASTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA dengan baik. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya sampai akhir
zaman, Arnin.
Tesis ini disusun guna memenuhi sebagaian persyaratan dalam mencapai
derajat pendidikan Strata 2 (S-2) dalam bidang Hukum Bisnis pada Program Studi
ilmu Hukum Sekolah Pascasq'ana Universitas islam Indonesia Yogyakarta.
Selama proses perkuliahan hingga penyusunan tesis ini, penulis telah banyak
mendapatkan d ~ k ~ ~ g a i i dari berbagai pihak, kwena itu perkenankanlah penulis
mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga kepada
semua pihak yang telah mendukung penulis selama ini. Tenstimewa, ucapan
terimakasih dan penghargaan ini penulis sarnpaikan secara khusus kepada yang
terhorrnat :
1. Bapak Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc. selaku Rektor Universitas Islain Indonesia.
2. Bapak Dr. Anur Rohim Faqih, SH, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukmn
Universitas Islam Indonesia
3 . Bapak Drs. Agus Triyanta, M.A., M.H., Ph.D. selaku ICetua Program
Magister Ilmu Hukum Program P asca Sarj ana Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia
4. Bapak Ery Arifudin, SH, MH, selaku Dosen Pembimbing Tesis, yang telah
banyak membantu dan memberikan bimbingan selama penyusunan tesis ini.
5. Para Dosen Pengasuh Pada Minat Studi Hukum Bisnis, Seluruh Staf Dan
Karyawan Program Magister Ilmu Hukuin Program Pascasarjana Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia.
6. Ketua, Anggota, Asisten dan Staf di Lembaga Ombudsman Swasta (LOS)
D N yang telah banyak memberikan masukan serta data-data penunjang bagi
proses penyusunan tesis ini.
7. Para Pelapor Dan Para Terlapor di Lembaga Ombudsman Swasta (LOS)
DIY yang juga telah banyak memberikan masukan dan sarannya.
8. Ayah .dan Ibu penulis (Almarhum Moch Ghozali serta Siti Umi
Murfingah), Kakak-kakak dan adik-adik penulis, serta para keponakan yang
semuanya selalu mendoakan dan memotivasi penulis agar sukses selalu dalain
studi.
9. Para sahabat penulis di Sekolah Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia angkatan tahun 2012, khususnya Ibu Sri Widiyastuti, SH
dan Ibu Erma Suharti, SH, yang selalu saling membantu dan inensuport.
10. Teman-teman seperjuangan di LBH ANSOR, KPI DIY, DPD SPN DIY dan
semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dan memberikan dukungan kepada penulis selaina penulis
mengikuti pendidikan dan menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
tesis ini, baik dalarn substansi maupun sistematika penyajiannya. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif guna kesempurnaan lebih
lanjut. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap kiranya, tesis ini dapat
memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi siapapun yang menlbacanya. Dan
semoga Allah SWT selalu memberikan kepada h t a pengetahuan yang luas dan
benar, ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal jariyah dalam rangka mencapai
cita-cita h t a mewujudkan kemaslahatan masyarakat. Semoga Allah SWT selalu
memberikan petunjuk kepada kita jalan yang lurus. Arnin Ya Robbal Alamin
Yogyakarta, 23 Juni 201 5
Penulis ;
Siti Umi Akhirolch, SH.
vii
DAFTAR IS1
Halanz alz
Halaman Judul ................................................................... i . .
Halaman Pengesahan ............................................................. 11
Halaman Motto ........................................................................................ Halaman Persernbahan ............................................................................. Halaman P ernyataan ............................................................. Kata Pengantar ....................................................................
........................................................................... Daftar Isi
Sistematika Penulisan Tesis .................................................... .............................................................................. Abstrac
BAB 1 . PENDAHULUAN
A . Latar Belakang ........................................................................ B . Rumusan Masalah ..................................................................
C . Tujuan Penelitian ................................................................... D . Manfaat Penelitian .................................................................. E . Metode Penelitian ...................................................................
F . Kerangka Teori ........................................................................
BAB 1 1 . TINJAUAN PUSTAKA
A . Tinjauan Umum Tentang Etika Bisnis .....................................
1 . Pengertian Etika ..................................................................
a . Etika, Hakekat Dan Tujuan ............................................. b . Etika, Moralitas Dan Etiket ............................................
2 . Pengertian Etika Bisnis ...................................................... a . Pengertian Bisnis Dan Etika Bisnis ............................... b . Etika Bisnis Dan Pebisnis ...............................................
c . Etika Bisnis Sebagai Pedoman Bagi Pebisnis ............... 3 . Berbisnis Pada Tataran Norma Dan Nilai .......................... 4 . Nilai-nilai Etika Bisnis .......................................................
a . Leadership ....................................................................... b . Strategi Dan Performa .....................................................
... 111
iv
v
vi ...
Vll l
... Xll l
xiv
16
16
22
24
28
28
32
36
44
50
57
58 ...
Vlll
....................................................... . c Budaya Perusahaan 58
d . Icarakter Individual ....................................................... 59
....................................... . B Tinjauan Etika Bisnis Dalam Islam 60
............................... . 1 Landasan Filosofis Etika Dalam Islam 60
2 . Landasan Nonnatif Etilta Bisnis Islam ............................... 62
............................................................ . a Landasan Tauhid 63
. .............................. b Landasan Keseimbangan (Iceadilan) 63
............................................. . c Landasan Kehendak Bebas 64
....................................... . d Landasan Pertanggungjawaban 65
.................................................... . 3 Prinsip Etika Bisnis Islam 66
a . Prinsip Otonomi ............................................................... 66
.............................................................. b . Prinsip Kejujuran 66
c . Nilai Baik Dan Tidak Berniat Jahat .................................. 67
d . Prinsip Adil ....................................................................... 67
e . Honnat Pada Diri Sendiri .................................................. 67
C . Tinjauan Umum Tentang Alternative Dispute Resolution (ADR) . 69
1 . Pengertian Alternative Dispute Resolution ( ADR ) .............. 69
......... 2 . Dasar Hukum Alternative Dispute Resolution ( ADR ) 71
............................................................... 3 . Bentuk-bentuk ADR 74
a . The Binding Adjudicative Procedures ............................... 74
b . The Non Binding Adjudicative Procedures ....................... 75
4 . Mediasi Sebagai Salah Satu Model Penyelesaian Sengketa ... 77
a . Pengertian Mediasi ............................................................ 77
b . Prinsip-prinsip Pengaturan Prosedur Mediasi Dalain Penna
No.1 Tahun 2008 ................................................................ 80
c . Factor-faktor Diperlukannya Mediasi Di Indonesia .......... 83
d . Peran D m Fungsi Mediator ............................................... 85
D . Mengenal Lembaga Ombudsman Swasta (LOS) DIY ................ 87
1 . Pengertian LOS DIY .............................................................. 87
2 . Tujuan Berdiiinya LOS DIY .................................................. 94
3 . Fungsi, Tugas Dan Icewenangan LOS DIY ........................... 95
4 . Visi Dan Misi LOS DIY ......................................................... 97
BAB 111 . HASIL PE.NELIT1AN DAN PEMRP.H.A.SAN ............................ 103
.................................................... A.GambaranUmumLOSDIY 103
................................................................ . 1 Sejarah LOS DIY 104
............. . 2 Tujuan, Fungsi, Tugas Dan Kewenangan LOS DIY 111
............................................................ . 3 Eksistensi LOS DIY 114
............... . 4 Susunan Organisasi Dan ICeanggotaan LOS DIY 117
.............. a . Bidang Pelayanan. Infestigasi Dan Monitoring 118
.............. b . Bidang ICerjasama Dan Penguatan Masyarakat 118
c . Bidang Penelitian. Pengembangan Dan Penguatan
Kelembagaan .................................................... 118
5 . Prinsip-prinsip Bisnis Beretika Dan Berkelanjutan LOS DIY .. 1 19
................. a . Prinsip Pertanggungjawaban (Responsibility) 120
......................................... b . Prinsip Kewaj arm (Fairness) 120
c . Prinsip Kepatuhan Terhadap Hukum ............................. 120
.............................. d . Prinsip ICeterbukaan (Transparanci) 121
......................... e . Prinsip Akuntabilitas (Tanggung Gugat) 121
f . Prinsip Kejujuran (Honesty) ........................................... 121
g . Prinsip Empati (Compassion) ........................................... 121
h . Prinsip Kemandirian (Independence) .......................... 122
B . Pelayanan IConsultasi Dan Penerimaan Laporan ..................... 123
1 . Prosedur Pelayanan ............................................................. 125
2 . Administrasi Laporan .......................................................... 127
3 . Data ICasus Yang Masuk LOS DIY Tahun 201 1-2013 ......... 128
a . Data Kasus Masuk LOS DIY Tahun 20 1 1 ...................... 128
1) Konsultasi ICasus ....................................................... 129
2) Laporan Masyarakat .................................................. 129
3) Jenis Tindak Lanjut Penyelesaian Kasus .................. 130
b . Data ICasus Masuk LOS DIY Tahun 2012 ..................... 131
1) IConsultasi ICasus ....................................................... 131
2) Laporan Masyarakat .................................................. 132
3) Jenis Tindak Lanjut Penyelesaian Kasus .................. 133
c . Data Icasus Masuk LOS DIY Tahun 201 3 ..................... 134
...................................................... 1) Iconsultasi Kasus 134
................................................. 2) Laporan Masyarakat 135
.................. 3) Jenis Tindak Lanjut Penyelesaian Kasus 136
...... . C Proses Penyelesaian Sengketa Etika Bisnis Di LOS DIY 137
........................................................................... 1 . IUarifikasi 137
........................................................................... 2 . Investigasi 138
. ............................................................................... 3 Mediasi 145
....................................................................... . 4 Rekomendasi 151
........................................................................... 5 . Monitoring 153
.................... D . Icegiatan Pendukung Dalam Penyelesaian Kasus 156
......................................................................... 1 . Gelar Kasus 156
2 . Pendapat Ahli ...................................................................... 157
3 . FocusGroupDiscussion ..................................................... 158
4 . Workshop ............................................................................ 159
5 . Seminar ............................................................................... 160
6 . Own Motion ........................................................................ 160
7 . Pembentukan Posko Pemantau Pembayaran Tunj angan Hari
.................................................... Raya (THR) Keagamaan 163
8 . Pembentukan Forum Icomunikasi Penegakan Etika Usaha di
..................................................... Bidang Icetenagakerjaan 163
E . Kewenangan LOS DIY Terhadap Laporan Yang Berkaitan
......................................................... Dengan Masalah Hukum 165
F . Tantangan Dan Hambatan Yang Dihadapi LOS DIY Dalam
................................................................. Penyelesaian Kasus 169
. G Hasil Wawancara Dengan Responden ........................................ 171
1 . Hasil Wawancara Dengan Para Pelapor .............................. 171
........................... 2 . Hasil Wawancara Dengan Para Terlapor 175
............. . 3 Hasil VJawancara Dengan Para Axggota LOS DIY 180
.............. 4 . Hasil Wawancara Dengan Para Asisten LOS DIY 188
.............................................................................. . H Analisa Data 192
BAB IV . PENUTUP
A . Kesimpulan .............................................................................. 219
B . Saran ........................................................................................ 221
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 224
LAMPIRAN ;
1 . Contoh Icasus ......................................................................................... 227
2 . Data Icasus Masuk LOS DIY Tahun 201 1 s/d 2013 .............................. 235
3 . Daftar Pertanyaan Untuk IYarasumber .................................................. 248
SISTEMATIKA PENULISAN TESIS
BAB 1. PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,
sistematika penulisan tesis dan landasan teori yang digunakan.
BAB 1 1. TINJAUAlV PUSTAKA
Bab ini berisi tinjauan pustaka tentang tinjauan urnum tentang etika
bisnis, tinjauan etika bisnis dalam Islam, tinjauan umum tentang
Alternative Dispute Resolution (ADR) dan mengenal Lembaga
Ombudsman Swasta (LOS) DIY.
BAB 1 1 1. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian pembahasan mengenai gambaran umum tentang
LOS DIY, pelayanan konsultasi dan penerimaan laporan, proses
penyelesaian sengketa etika bisnis di LOS DIY, kegiatan pendukung
dalam penyelesaian kasus, kewenangan LOS DIY terhadap laporan
yang berkaitan dengan masalah hukum, tantangan dan hambatan yang
dihadapi LOS DIY dalam penyelesaian kasus dan analisa data hasil
penelitian.
BAB 1V. PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
xiii
Abstrac
The title of this research is ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION AS DISPUTE SETTLEMENT MODEL OF BUSINESS ETHICS IN THE REALIZING OF THE FUNCTION OF PRIVATE OMBUDSMAN INSTITUTION (LOS) OF SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA. The problem backgrounds of this research are: How does the process of dispute resolution of business ethics in the Private Ombudsman Institution of Special Region of Yogyakarta (LOS DIY) ? and to what extent LOS DIY has the authority to resolute the complaints relating legal issues?
The aims of this research are: to analyze the dispute resolution processes of business ethics in LOS DIY; to find rules that can be used as a handling standard of business ethics dispute; to analyze the authority of LOS DIY in completing reports on complaints related to legal issues and find alternative solutions related to the limitations of authority possessed by LOS DIY. The research resluts can be concluded as follows:
First, complaints of business ethics violaton fi-om the people to LOS DIY immediately followed up by LOS DIY with the appointing of responsible person of the case which consists of two person, one the member and one assistant of LOS DIY. The dispute resolution processes of business ethics in LOS DIY with the model of AlternatifDispute Resolotion or efforts to settle the dispute out of court have been shown to help resolve disputes effectively and efficiently, it can be seen through the case report data followed by LOS DIY, of the data suggests that the case; 90% (ninety percent) report business ethics dispute reported to LOS DIY can be resolved out of coui-t settlement efforts or Alternutif Dispute Resolotion, either through bipartite negotiation, mediation, conciliation, consultation and negotiation, in addition to more than 60% (sixty percent) Recommendations issued by LOS DIY can be followed up either by the recipient, namely recommendations of Rapporteur, Party and of the institutions related to cases that are being handled. The existence of DIY which has the task, function and authority under the mandate given by the Governor of Yogyakarta through the Governor Regulation Number 22 Year 2008 is very useful, especially in terms of protecting the rights of the people, and in order to realize good, clean and sustainable corporate governance.
Second; Although LOS DIY is not a law enforcement agency that its decision was not binding (non-legally binding decision), but nevertheless LOS DIY into an institution that has the leverage (the institution of influence), because the recommendation LOS DIY has a moral force binding (binding moral decision). For that reason, the LOS DIY received many reports related to legal issues both civil law and criminal law, in principle, the case could be resolved by efforts to settle out of court or Alternative Dispute Resolution cases that are civil, but nevertheless still possible LOS DIY helps resolving criminal cases containing elements such as fraud or embezzlement by the terms of the case has not been dealt with by law enforcement agencies such as; the police, prosecutors and courts.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia dari berbagai masyarakat dan bangsa selalu mengalami
perkembangan dalam berbagai bidang, salah satu perkembangan yang dapat kita lihat
adalah di bidang ekonomi dan tehnologi, ltemajuan tehnologi memungkinkan
manusia memanfaatkan untuk menghadapi tantangan dan memecahkan berbagai
permasalahan yang makin komplek, karena itu perlu solusi yang efektif untuk
mengatasi berbagai masalah tersebut. Di bidang ekonomi, masyarakat dunia tak
terkecuali masyarakat Indonesia diperkirakan akan terus mengalami perkembangan
yang sangat pesat.
Perkembangan yang sangat pesat di bidang ekonomi tersebut tampak jelas
dalam perkembangan dunia bisnis, karena perkembangan dunia bisnis berperan dalam
peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat, ha1 ini terjadi karena setiap perusahaan
selalu berinteraksi dengan berbagai pihak baik internal maupun eksternal perusahaan.
Dengan perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat tersebut dapat menimbulkan
persaingan bagi para pelaku bisnis, untuk itu diperlukan interaksi secara efektif
supaya tujuan dan sasaran perusahaan tercapai, karena itu manajemen perusahaan
hams mengelola perusahaan berdasarkan norma-norma moral dan standar etika.
Etika bisnis tidak dapat lepas dari standar moral dan norma yang berlaku bagi
masyarakat dan bangsa secara menyeluruh, karena masyarakat bisnis merupakan
bagian dari padanya, karena sifatnya yang normatif dan berdasarkan standar moral,
unsur-unsur yang terkandung di dalamnya antara lain sebagai berikut ; menyangkut
manfaat atau kerugian yang serius pada kemanusiaan, tidak didasai-kan atas otoritas
beserta lembaganya, melampaui kepentingan diri sendiri, didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan yang tidak memihak dan yang berkaitan dengan emosi-
emosi tertentu. Dengan demikian etika bisnis lebih tinggi derajatnya dan lebih
mendasar dari perundang-undangan yang berlaku, banyak undang-undang yang
ltemudian ltacau saat diberlakukan karena bertentangan dengan etika.'
Persaingan bisnis yang semakin ketat tersebut mestinya diikuti dengan
peningkatan pelayanan kepada konsumen, peningkatan kwalitas barang produksi serta
harga yang terjangkau bagi masyarakat, namun seperti kita ketahui bersama saat ini
masih banyak pelaku bisnis yang mensikapi persaingan dengan tidak melakukan
peningkatan profesional kerja tetapi justru melakukan pelanggaran etika bisnis,
praktek pelanggaran etika bisnis di bidang ketenagakerjaan seperti pelanggaran hak-
hak normatif pekerja, memberi upah pekerja di bawah ketentuan upah minimum
propinsi, melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak dan tidak memberikan
tunjangan hari raya keagamaan saat pekerja merayakan hari raya keagamaan, padahal
l. Kwik Kian Gie, Etika Bisnis Cina, Suatu Kajian Terhadap Perekonomian Di Indonesia, Jakarta, Pusat Pengkajian Cina Universitas Nasional Dengan PT Gramedia Pustaka Utama, 1996, hlm ; 57.
karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan, oleh
karena itu harus semaksimal mungkin untuk dipertahankan, sedangkan di bidang jasa
keuangan bentuk pelanggaran etika bisnis antara lain penagihan kredit dengan
melakukan kekerasan mental, menarik kendaraan di jalan raya dengan cara
sewenang-wenang dan melakukan pelelangan kendaraan maupun tanah yang menjadi
agunan tanpa pemberitahuan kepada pemilik kendaraan atau tanah tersebut. Tindakan
yang tidalt etis tersebut dapat merugikan perusahaan itu sendiri karena dengan
diperlakukan tidak etis tersebut konsumen dapat melakukan gerakan pemboikotan
untuk tidak menggunakan jasa maupun produk yang dihasilkan oleh perusahan
tersebut.
Kita tidak bisa mengharuskan atau memaksa orang lain untuk berperilaku etis,
ltecuali ada keberpihakan dari pihak yang mempunyai otoritas untuk dapat mengatur
perilaku etis tersebut. Terkait dengan etika bisnis dan tata kelola usaha yang beretika
dan berkelanjutan serta menjamin pemberian pelayanan kepada setiap anggota
masyarakat yang sebaik-baiknya dan perlindungan terhadap hak-hak setiap anggota
masyarakat, maka Pemerintah Propinsi DIY membentuk Lembaga Ombudsman
Swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta (LOS DIY). Lembaga ini pertama kali
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DIY No.135 Tahun 2004 yang
selanjutnya dirubah dengan Peraturan Gubernur No.22 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Ombudsman Swasta di Propinsi DIY.
LOS DIY dibentuk dengan tujuan untuk mendorong dan mewujudkan praktek
usaha yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, tindakan sewenang-
wenang, serta kesadaran hukum masyarakat dan menjunjung tinggi supremasi
hukum, memb antu setiap warga masyarakat untuk memp eroleh pelayanan yang baik,
berkualitas, profesional dan proporsional berdasarkan asas keadilan, kepastian hukum
dan persamaan. LOS DIY mempunyai hngsi pengawasan, mediasi dan memberikan
rekomendasi penyelenggaraan praktek badan usaha dan usaha informal yang beretika
dan berkelanjutan untuk menjamin dan melindungi kepentingan masyarakat dari
praktek penyimpangan usaha dan ma1 praktek bisnis. di satu sisi kuantitas sengketa
cenderung semakin meningkat, sedangkan di sisi lain kemampuan pengadilan yang
bertugas untuk memeriksa dan mengadili serta menyelesaiakan sengketa masih
terbatas.
Hal ini akan berpotensi tirnbulnya tindakan main hakim sendiri, kepercayaan
masyarakat terhadap sistem peradilan akan merosot dan dikhawatirkan dapat
menimbulkan kekacauan dalam kehidupan sosial masyarakat. Karena itu diperlukan
solusi atau alternatif lain dalam proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan,
sisten penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang biasa disebut dengan lembaga
penyelesaian sengketa alternatif atau Alternative Dispute Resolution (ADR) menjadi I
kebutuhan yang perlu dioptimalkan, karena mekanisme penyelesaian sengketa yang
efisien dan mampu memenuhi rasa keadilan sebagai langkah alternatif untuk
membendung derasnya arus perkara mengalir ke pengadilan.
Indra Bastian menegaskan; 'Salah satu model alternatif penyelesaian sengketa
adalah mediasi, yang dimaksud model disini adalah metode atau cara menyelesaikan
sengketa etika bisnis, sedangkan mediasi diartikan sebagai penyelesaian sengketa
melalui proses perundingan bagi para pihak yang bersengketa dengan bantuan pihak
ketiga yang disebut mediator. Mediator adalah pihak yang netral dan tidak memihak,
berfungsi membantu para pihak dalam mencari berbagai kemunglunan penyelesaian
~ e n ~ k e t a " . ~
Lembaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta (LOS DIY),
. sebagai lembaga yang memiliki tugas, fungsi dan kewenangan untuk melakukan
pengawasan, mediasi dan memberikan rekomendasi terhadap penyelenggaraan tata
kelola usaha yang beretika dan berkelanjutan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat diharapkan dapat menjadi lembaga yang memiliki peran strategis dalam
penegakan etika bisnis terutama dalam konteks penyelesaian sengketa etika bisnis.
Keberadaan lembaga ini diharapkan mampu memberikan pengaruh positif
terhadap kondisi dan dinamika dunia ekonomi dan bisnis yang semakin melaju cepat
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan kondisi ini maka tingkat kerawanan
terjadinya pralctek bisnis menyimpang di DIY akan semakin berkurang. Oleh
karenanya keberadaan LOS DIY dituntut untuk dapat memenuhi harapan masyarakat
dalam mendorong dan mewujudkan pralctek bisnis atau usaha yang beretika, bersih
dan bebas dari unsur-unsur yang menyimpang serta merugikan masyarakat. Falcta ini
sekaligus menjadi ujian dan tantangan bagaimana eksistensi LOS DIY dengan segala
perangkat dan sumberdayanya mampu membantu setiap warga masyarakat untuk
2 . lndra Bastian, "Mediasi, Alternatiffenyelesaian Sengketa, Manfaat Dan Wawasan Kedepan", Dalam Materi Pendidikan Dan Pelatihan Mediator Bersertifikat, Pusat Mediasi Indonesia Sekolah Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 28 Maret 2012, hlm ; 2.
memperoleh pelayanan yang baik, berkualitas, profesional dan proporsional
berdasarkan asas keadilan, kepastian hukum dan persamaan dalam penyelesaian
sengketa etika usaha melalui proses mediasi.
Sebagai satu-satunya lembaga publik yang memiliki kewenangan melakukan
pengawasan dan penyelesaian sengketa etika bisnis yang ada di Indonesia, diharapkan
LOS DIY menjadi lembaga yang dapat dipercaya masyarakat dan dapat memenuhi
lteinginana masyarakat untuk memperoleh hak-hak ekonomi dan sosialnya ketika
~nasyarakat tersebut hams berhadapan dengan pelaku bisnis yang tidak beretika, di
satu sisi LOS DIY memiliki kelemahan dan tantangan yang dihadapi baik secara
internal maupun eksternal, dan di sisi lain banyaknya laporan pengaduan masyarakat
lte LOS DIY menjadi bukti bahwa keberadaan LOS DIY menjadi tumpuan harapan
masyarakat dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka
hadapi, namun fakta tersebut tidak berbanding lurus dengan kewenangan yang
dimiliki yaitu hanya terbatas pada proses klarifikasi, mediasi dan rekomendasi, LOS
DIY tidak mempunyai kewenangan dalam melakukan tindakan terkait adanya
pelanggaran etika bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis tersebut.
Terkait dengan uraian di atas, penelitian ini akan dapat mengurai dan
menganalisis model alternatif penyelesaian sengketa etika bisnis dalarn mewujudkan
peran Leinbaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagian studi ini
dilatar belakangi oleh realitas empiris banyaknya laporan kasus dugaan pelanggaran
etika usaha di LOS DIY, beberapa fakta menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat
untuk memperjuangkan hak-haknya semakin meningkat, sementara di sisi lain pelaku
usaha belum sepenuhnya menyadari akan pentingnya etika bisnis sebagai pedoman
dalam perilalu bisnisnya.
£3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana penyelesaian sengketa etika bisnis di Lembaga Ombudsman Swasta
Daerah Istimewa Yogyakarta ?
2. Sejauhmana LOS DIY mempunyai kewenangan terhadap laporan yang berkaitan
dengan masalah hukum ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengurai dan menganalisis proses penyelesaian sengketa etika bisnia di
LOS DIY.
2. Menemukan aturan yang dapat digunakan sebagai standart penanganan sengketa
etika bisnis.
3. Untuk mengurai dan menganalisis kewenangan LOS DIY dalam menyelesaikan
laporan pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan masalah hukum.
4. Mencari solusi alternatif terkait dengan keterbatasan kewenangan yang dimiliki
LOS DIY.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademik
maupun dalam penyelesaian sengketa bisnis. Secara akademik penelitian ini akan
sangat bermanfaat bagi kontribusi ilmu pengetahuan terutama tentang praktik
pengawasan pelanggaran etika bisnis dan penyelesaian sengketa pelanggaran etika
bisnis.
Di samping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang jenis-jenis pelanggaran etika bisnis yang terjadi dan di laporkan
ke LOS DIY. Dengan adanya informasi tersebut maka masyarakat akan lebih berhati-
hati dan lebih kritis untuk berhubungan dengan dunia bisnis, baik dengan lembaga
keuangan seperti perbankan, lembaga pembiayaan, bank perkreditan rakyat maupun
dalam memasuki dunia kerj a.
E. NLETODE PENELITIAIV
Sebagai sebuah karya ilmiah, penelitian ini berupaya memenuhi nilai-nilai
ilmiah dengan melakukan pendekatan-pendekatan (approaches) yang sistematis dan
metodologis sebagaimana dijabarkan berikut ini : Dalam penelitian ini menggunakan
metode Empiris Sosiologi dengan cara pengumpulan data melalui dokumen proses
penyelesaian sengketa dan wawanca.
E. 1. Objek Penelitian
Yang menjadi obyek penelitian adalah Lembaga Ombudsman Swasta Daerah
Istimewa Yogyakarta (LOS DIY) sebagai lembaga independen yang memiliki tugas,
fungsi dan kewenangan untuk melakukan pengawasan, mediasi dan memberikan
rekomendasi terhadap penyelenggaraan tata kelola usaha yang beretika dan
berkelanjutan dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
E.2. Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini antara lain ;
a. Perilaku Para pihak yang bersengketa yaitu Pelapor dan Terlapor, pelapor sebagai
pihak yang menjadi korban dugaan pelanggaran etika bisnis dan terlapor sebagai
pihak yang menjadi pelaku adanya dugaan pelanggaran etika bisnis.
Dalam pengambilan sampling terhadap subyek penelitian ini menggunakan metode
probability sampling dengan sistem random, yaitu setiap manusialunit dalam
populasi mendapat kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai unsur dalam
sample, tetapi karena masalah yang dilaporkan banyak dan beragam, maka sample
akan diambil berdasarkan prosentase tingginya bidang usaha yang dilaporkan. Baik
Pelapor maupun Terlapor yang menjadi responden dalam penelitian ini masing-
masing berjumlah tiga belas responden.
b. Anggota dan asisten LOS DIY yang menjadi Mediator dan Co Mediator di LOS
D.IY sebagai pihak yang membantu upaya penyelesaian sengketa dugaan
pelanggaran etika bisnis yang dilaporkan ke LOS DIY.
E.3. Sifat Penelitian
Penelitian mengenai Alternative Dispute Resolution (ADR) Sebagai Model
Penyelesaian Sengketa Etika Bisnis Dalam Mewujudkan Fungsi Lembaga
Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan suatu penelitian
empiris di bidang pengawasan ekonomi (economic supewision-empiric research),
yang mengutamakan pada studi lapangan Geld study) guna mendapatkan data primer.
Dalarn melengkapi data tersebut dilakukan studi kepustakaan (literature study) untuk
mendapatkan data sekunder.
Laporan hasil penelitian ini bersifat deskriptif analitis (descriptive analytics), artinya
laporan yang dibuat mendiskripsikan fakta-fakta empiris di lapangan dengan
menggunakan analisis normatif (normative analytics) sehingga fakta-fakta tersebut
memiliki makna dan kaitan dengan pennasalahan yang diteliti. Dari penelitian ini
dih&apkan dapat memberikan gambaran secara rinci dan sistematis tentang
pennasalahan empiris di lapangan dan akhirnya menemukan solusi berdasarkan data
yang diperoleh.
E.4. Jenis Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) jenis penelitian yaitu berupa studi
kepustakaan (literature study) dan studi lapangan (field study).
a. Studi Kepustakaan (literature study)
Penelitian dengan studi kepustakaan dilakukan dalam rangka memperoleh data
skunder, yakni data yang sudah tersedia berasal dari ;
1) Bahan Primer
Data yang diperoleh dari bahan primer antara lain : Pertama, perundang-
undangan tentang ombudsman yakni Undang-undang .Nornor; 37 Tahun 2008
tentang Ombudsman Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor; 44
Tahun 2000 tentang Pembentukan Komisi Ombudsman Nasional. Kedua,
Peraturan Gubemur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor; 22 Tahun 2008
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Ombudsman Swasta di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Dan Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor; 135 Tahun 2004 tentang Pembentukan Dan Organisasi
Ombudsman Swasta di Propinsi DIY, Ketiga, Undang-undang Nomor; 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Altematif Penyelesaian Sengketa, Peraturan
Mahkamah Agung Nomor; 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan.
2). Bahan Sekunder
Bahan sekunder yakni bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan
primer berupa : Pertama, Literatur yang membahas mengenai etika bisnis baik
lonvensional maupun etika bisnis dalam Islam, Kedua, Literatur yang
membahas mengenai ombudsman; dan Ketiga, Literatur yang membahas
mengenai lembaga penyelesaian sengketa alternatif atau Alternative Dispute
Resolution (ADR).
3). Bahan Tersier
yakni bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan sekunder seperti kamus, ensiklopedia dan lain sebagainya.
4). Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian dengan studi pustaka ini adalah studi
dokumen atas bahan-bahan tersebut.
b. Studi Lapangan field study)
Penelitian studi lapangan dilakukan dengan cara wawancara, tujuan dari studi
lapangan ini untuk memperoleh data primer, yakni data yang langsung diperoleh
dari sumbernya.
E.5. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Lembaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta
(LOS DIY), Jalan Tentara Zeni Pelajar No. 1 B, Yogyakarta. Pemilihan lokasi ini
dilakukan dengan pertimbangan untuk kemudahan akses penelitian, karena penulis
sering berinteraksi dengan lembaga ini sejak LOS DIY berdiri dan saat ini menjadi
salah satu komisioner untuk periode ketiga tahun 2012 sampai dengan tahun 201 5.
Penelitian ini dilakukan dalarn jangka waktu tiga bulan, sedangkan data yang akan
diteliti adalah data kasus pada tahun 201 1 - 201 3.
E.6. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian studi lapangan ini adalah dengan
melakukan pengamatan dan wawancara yang tidak terstruktur (non-structured
interview), yakni wawancara yang hanya memuat garis besar tentang ha1 yang akan
ditanyakan, selanjutnya dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan teknik wawancara
bebas guna mendapatkan data yang diperlukan. Sementara cara atau teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada komisioner LOS DIY,
asisten LOS DIY, maupun pihak-pihak lain yang tekait dengan LOS DIY, seperti
para pihak yang bersengketa masalah etika bisnis yang kasusnya ditangani oleh LOS
DIY, serta dengan menelaah dokumen-dokumen yang ada di Lembaga Ombudsman
Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta baik berupa Laporan Tahunan (Biannual
Report) maupun dokumen lainnya yang relevan.
E.7. Analisis Data
Sebelum analisa data dilakukan, data di pilah menjadi dua jenis yaitu data primer dan
data sekunder, data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari sumbernya,
sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan.
Seluruh data primer dan sekunder yang diperoleh dari studi lapangan dan kepustakaan
diklasifikasikan dan disusun secara sistematis, sehingga dapat dijadikan acuan dalam
melakukan analisis. Langkah selanjutnya, dari data primer dan data sekunder yang
telah disusun dan ditetapkan sebagai sumber dalam penyusunan tesis ini kemudian
dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode diskriptif (descriptive
method).
Analisis kualitatif yakni metode analisis data yang mengelompokkan data yang
diperoleh dari studi lapangan menurut kualitas dan kebenarannya kemudian
dikorelasikan dengan teori-teori yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga akan
didapatkan jawaban atas permasalahan. Sementara metode deskriptif yakni metode
analisis dengan memilih data yang menggambarkan keadaan sebenarnya di lapangan.
F. KERANGKA TEORI
Teori yang digunakan dalam proses mediasi ini adalah Teori Hukum
Responsif, yaitu produk hukum yang berkarakter responsif, proses pembuatannya
bersifat partisipasif, yakni tanggap pada gerakan sosial yang terarah pada "Law
Reform", sedangkan hukum merupakan refleksi aspirasi warga masyarakat, hukum
responsif mencari alternatif dalam penyelesaian sengketa yang mengutamakan
moralitas, hubungan sosial, dan kehendak bersama demi kesejahteraan, karena itu
dalam penyelesaian perselisihan etika usaha dengan cara mediasi yang melibatkan
peran aktif dari kedua pihak yang berselisih untuk berpartisipasi aksif dalam proses
perundingan mediasi merupakan alternatif penyelesaian sengketa yang
mengedepankan moralitas, hubungan sosial dan bersifat aspiratif yang bersumber dari
lceinginan para pihak selaku warga masyarakat, baik secara individu maupun
lcelompok masyarakat demi tercapainya penyelesaian perselisihan yang cepat, murah
dan lteadilan yang hakiki demi kemaslahatan yaitu tetap menjaga hubungan sosial
yang baik bagi kedua pihak.
BAB I1
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Etika Bisnis
1. Pengertian Etika
Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani kata ethos yang
berarti adat, kebiasaan, watak, akhlak, sikap, perasaan dan cara berpikir. Bentuk
jamak dari ethos yaitu ta etha, yang berarti adat kebiasaan atau pola pikir yang
dianut oleh suatu kelompok orang yang disebut masyarakat atau pola tindakan
yang dijunjung tinggi dan dipertahankan oleh masyarakat tersebut, jadi etika
adalah ta etha atau adat kebiasaan yang baik yang dipertahankan, dijunjung tinggi
dan diwaiiskan secara turun-temurun. Pada tataran ilmu pengetahuan, etika
inerupakan ilmu, yakni ilmu tentang adat istiadat yang baik.
Jika kata etika berasal dari Yunani, maka moral atau moralitas berasal dari
bahasa latin yaitu mos, bentuk jamak dari mos adalah mores yang artinya persis
sama dengan kata Yunani ta etha (adat kebiasaan yang baik). Kedua istilah
tersebut (etika dan moral) menyiratkan adanya hubungan dengan kegiatan-
kegiatan praktis, atas dasar ini maka secara etimologis arti kata moral atau
moralitas persis sama atau identik dengan istilah etika. Moral atau moralitas
selalu mengarah kepada norma, ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang kepadanya
hidup manusia semestinya diarahkan dan dikembangkan. Sedangkan kode etik
lebih merupakan antisipasi atas kemungkinan buruk yang akan terjadi, itu
sebabnya setiap rumusan kode etik selalu juga memuat sanksi terhadap tindakan
yang bertentangan dengan norma yang digaris bawahi dan nilai yang ingin
ditegakkan sebagai tujuan dari kode etik itu sendiri. Disebut juga Code of
Conduct atau Code of Ethical Conduct, dengan demikian etika dapat didefinikan
sebagai kumpulan asas atau nilai-nilai yang berhubungan dengan akhlak atau
moralitas manusia. Etika tidak secara langsung menyentuh aspek kebaikan atau
kejeleltan seseorang, etika hanya merefleksikan hal-ha1 tersebut kemudian
menyodorkan suatu pemahaman yang lebih kritis dan mendasar untuk meinbantu
manusia agar berperilaku hidup lebih baik, jadi setiap orang memang perlu
bermoral kapan dan dimanapun dia berada, namun untuk ha1 seperti ini tidak
perlu beretika atau menjadi etikawan terlebih dahulu, artinya menjadi orang baik
karena selalu mendahulukan pertimbangan-pertimbangan moral sebelum
bertindak merupakan suatu keharusan bagi semua orang tanpa kecuali.
Alasan diperlukannya etika dalam berperilaku hidup lebih baik antara lain ;
Pevtama; etika membantu kita untuk mampu mengambil sikap yang tepat pada
saat menghadapi konflik nilai, Kedua; etika membantu kita untuk mengambil
sikap yang tepat dalam menghadapi transfomasi disegala bidang kehidupan
sebagai akibat modernisasi. Etika membantu kita untuk membedakan manakah
yang hakiki dari nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi selama ini yang relevan
dan hams tetap dipertahankan dan manakah nilai-nilai yang memang perlu
ditransformasikan. Ketiga; etika memampukan kita untuk selalu bersikap laitis
terhadap berbagai ideologi baru. Keempat; etika merupakan sarana pembentukan
sikap kritis terhadap para mahasiswa karena etika dapat memampukan mereka
untult selalu menganalisis setiap persoalan yang dihadapi baik dilingkungan
kampus maupun ditengah masyarakat secara kritis dan sistematis, etika
memampukan untuk membentuk pendirian sendiri yang dapat dipertanggung
jawabkan ketika mengalami konflik nilai dalam kehidupan mereka. Etika bisa
membantu para anggota komunitas intelektual ini untuk mengambil sikap yang
tepat ketika mengalami gelombang transformasi nilai-nilai kehidupan manusia
dan bersikap terbuka dalarn menghadapi beragam ideology baru tersebut.
Secara kongkret, etika mempersiapkan anggota komunitas intelektual atau
para mahasiswa untuk menjadi penjaga sekaligus penegak norma moral dimana
mereka memasuki dunia kerja dan menjadi anggota m a ~ ~ a r a k a t . ~ Etika adalah
sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik
secara pribadi maupun sebagai kelompok. Meniirat Frans Magnis Suseno (1995 :
2-5) etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Etika adalah sikap kritis
setiap pribadi dan kelompok masyarakat dalam merealisasikan moralitas, karena
etilta adalah refleksi kritis terhadap moralitas, maka etika tidak bermaksud untuk
membuat orang bertindak sesuai dengan moralitas begitu saja, etika bermaksud
membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung-
3 . L. Sinuor Yosephus, ETlKA BISNIS, Pendekatan Filsafat Moral Terhadap Perilaku Pebisnis Kontemporer, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2010. hlm ; 2-11.
jawabkan karena setiap tindakannya selalu lahir dari keputusan pribadi yang
bebas dengan selalu bersedia untuk mempertanggung-jawabkan tindakannya itu
karena memang ada alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangan yang kuat
mengapa ia bertindak begitu atau begini, maka kebebasan dan tanggung jawab
adalah kondisi dasar dalam pengambilan keputusan dari tindakan yang etis,
dengan suara hati memainkan peran yang sangat sentral.
D a l a d kaitan dengan nilai dan norma, ada dua macam etika ; Pertama;
etika deskriptif, yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
pola perilaku mailusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai, etika deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu
mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan
situasi dan realitas konkret yang membudaya, ia berbicara mengenai kenyataan
penghayatan nilai, tanpa menilai dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang
dalam menghadapi hidup ini dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan
manusia bertindak secara etis. Kedua; etika normatif, yang berusaha menetapkan
berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia,
atau apa yang seharusnya diambil untuk mencapai apa yang bernilai dalam hidup
ini. Etika normatif berbicara mengeni norma-norma yang menuntun tingkah laku
manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak
sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma, ia menghimbau manusia
untuk bertindak yang baik dan menghindari yang jelek. Keduanya menuntun
manusia untuk mengambil sikap dalam hidup ini, bedanya etika deskriptif
memberi fakta sebagai dasar untuk mnegambil keputusan tentang perilaku atau
siltap yang mau diambil, sedangkan etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari, itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap
dan tindakan secara tepat dalam menjalani hidup ini, etika pada akhirnya
membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang mau kita
lakukan dalam situasi tertentu dalam hidup kita sehari-hari, etika membantu kita
untuk menilai sikap dan perilaku kita.4
Franz Magnis Suseno (1995 : 2-5) menegaskan bahwa ; "Etika merupakan
filsafat yang merefleksikan ajaran-ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai
lima ciri khas antara lain ; Pertama ; Bersifat rasional, berarti mendasarkan diri
pada nalar, pada argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa terkecuali.
Kedua ; Kritis, berarti bahwa filsafat ingin mengerti suatu masalah sampai ke
akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal, Ketiga ; Sistematis,
diadakan langkah demi langkah secara teratur. Keempat ; Mendasar, dan Kelima ;
Normatif, berarti tidak sekedar melaporkan pandangan-pandangan moral,
melainkan menyelidiki pandangan moral yang seharusnya".
4. A.Sonny Keraf-Robert Haryono Imam, Etika Bisnis, Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi Luhur, Kanisius, Cetakan Ketiga, Yogyakarta, 1995, him ; 20-25.
Sedangkan menurut O.P. Simorangkir (1995 : 2-5) yang dimaksud dengan
etilta adalah suatu usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio untult
menafsirkan pengalaman moral individual dan sosial sehingga dapat menetapkan
aturan untult mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot
untult bisa dijadikan sasaran dalam hidup. Usaha ini bertujuan untuk
memantapkan serta meyakinkan orang akan ketentuan-ketentuan atau aturan-
aturan dan nilai-nilai yang patut dianut dan dikejar. Redi Panuju (1995 : 2-5)
melihat bahwa etika adalah suatu proses yang dinamis, terus menerus dan
berusaha menyelaraskan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada
ltehidupan manusia, sebagai suatu proses, etika mempunyai komponen-komponen
yang merupakan unit analisis seperti ; Pertama; Komponen Sumber, berarti
bahwa etika disamping sebagai suatu dialog yang bertujuan mencapai nilai-nilai
ltebenaran, juga memiliki sumber yang dibuat oleh manusia. Orientasi etika
terhadap sumber tersebut meliputi ; kemauan individu, konsensus sosial, nilai-
nilai tradisi, agama, hukum dan peraturan-peraturan. Kedua ; Komponen
Mekanis. adalah suatu upaya melalui berbagai metode dan medium untuk
mencapai ltonsensus tersebut. Ketiga ; Komponen Produk, yang merupakan
prodult dari etika adalah konsensus (kesepakatan) dari para individu-individu
yang lingkupnya bisa semakin luas, dimulai dari keluarga, masyarakat, kelompok
masyarakat hingga suatu bangsa.
Tindakan-tindakan manusia yang dilandasi oleh etika yaitu kemauan untuk
berargumentasi secara rasional dan laitis, pada gilirannya akan membuahkan
tindakan-tindakan etis, tindakan etis seseorang dapat di identifikasi dari akibat-
akibat yang ditimbulkan, seperti tidak menyinggung perasaan orang lain, tidak
menyakiti dan tidak merugikan orang lain. Tindakan-tindakan etis ini akan
membentuk kebiasaan seseorang, membentuk sifat (karakter) maupun kepribadian
(personality), bahkan akan berpengaruh terhadap etos ke rja yang dimiliki.'
a. Etika, Hakekat Dan Tujuan
Bisnis merupakan upaya manusia untuk menjauhi penderitaan atau
kemelaratan dan mendekatkan diri kepada kenyamanan atau kesejahteraan
ekonomis, bisnis merupakan kata ke rja, gerakan dari kemelaratan menuju kepada
kesejahteraan. Itulah hakekat bisnis, karena salah satu keinginan manusia adalah
menjadi lebih baik secara ekonomis, karena itu dari hari ke hari, manusia selalu
dirangsang oleh keinginan untuk menjadi lebih baik dari segi ini, sama seperti
hakekat keinginan, ciri keinginan untuk menjadi lebih baik secara ekonomis juga
bersifat kodrati dan konsisten, ia akan ada dan terus ada selama yang diinginkan
itu belum diperoleh, bahkan keinginan lodrati seperti itu memiliki ciri lain yang
mengherankan, yaitu setelah tercapai keinginan tersebut bukannya berhenti,
melainkan terus meningkat menjadi hasrat dan seterusnya akan menjadi nafsu
untuk mendapatkan dan terus mendapatkan yang lainnya lagi, obyek
keinginanpun meningkat dari sekedar untuk memenuhi kebutuhan menjadi
5 . Redi Panuju, Etika Bisnis, Tinjauan Empiris Dan Kiat Mengembangkan Bisnis Sehat, PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1995. hlm ; 2-5.
memenuhi keinginan semata. Itulah hakekat bisnis, karena bisnis lahir dari dalam
diri manusia, dari keinginan untuk sekedar bertahan hidup dan meningkat menjadi
the haves dari segi ekonomis.
Persoalannya sekarang adalah hasrat untuk menjadi lebih baik secara
ekonomis, bukan milik pribadi seorang saja, melainkan milik semua orang, pada
tataran inilah bisnis yang pada awalnya dimaknai sebagai kata kerja berubah
menjadi kata keterangan. Bisnis mejadi media pertarungan diantara semua pelaku
bisnis, persaingan dalam bidang ini yang lazimnya disebut sebagai kompetisi
bisnis akan mengubah pemasaran sebagai bagian yang sangat menentukan dalam
proses bisnis. Persaingan atau kompetisis bisnis memang merupakan suatu
entitas yang bersifat kompleks dan dinamis namun terstruktur. Dengan kata lain
bisnis merupakan suatu entitas korporatif (terstruktur) dalam sebuah relasi yang
bersifat sosial-ekonomistik.6
Sedangkan tujuan bisnis, apapun jenis dan bentuknya, bisnis selalu
mempunyai tujuan, satu-satunya tujuan yang diterima dan dipegang teguh hingga
saat ini adalah melipatgandakan keuntungan atau maximizing projt, bisnis
dipahami dan diakui sebagai sarana untuk melipatgandakan keuntungan. Secara
sederhana tujuan suatu aktivitas bisnis adalah melipatgandakan keuntungan bagi
pemilik perusahaan aiau bisnis dengan penjualan barang dan jasa.
6. L. Sinuor Yosephus, op. cit, hlm ; 46-48.
Penegasan bahwa melipatgandakan keuntungan merupakan satu-satunya
tujuan bisnis adalah identik dengan mengatakan bahwa secara hakiki bisnis tidak
dapat dipisahkan dari kapitalisme, menurut para penganutnya, kapitalisme terdiri
dari tiga unsur penting yang saling terkait erat, ketiga unsur itu adalah lembaga
bisnis milik pribadi, upaya pencarian keuntungan dan kompetisi dalam sistem
ekonomi pasar bebas, tujuan bisnis muncul dari interaksi ketiga unsur ini,
keuntungan hanya dapat tenvujud dengan memberdayakan modal milik pribadi
atau rnilik lembaga bisnis tertentu yang justru hanya dimungkinkan dalam suatu
kompetisi pasar yang bersifat bebas, sebaliknya modal yang menjadi inti gagasan
kapitalisme itu dengan sendirinya akan bertambah besar karena pelipatgandaan
keuntungan. Selanjutnya, modal yang berhasil dilipatgandakan dengan sendirinya
akan diinvestasikan kembali guna mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi.
dengan demikian, secara konseptual barangkali juga pada tataran praktis, ide
pokok yang menjadi basis semua kiat dan upaya akan diarahkan untuk menjadi
"the haves" dengan melipatgandakan k e ~ n t u n ~ a n . ~
b. Etika, Moralitas Dan Etiket
Baik atau buruk, suatu keputusan yang diambil oleh perusahaan bisnis akan
mempengaruhi lebih banyak orang selain pengambil keputusan itu sendiri, oleh
ltarena itu, setiap pengambilan keputusan bisnis yang bertanggung jawab secara
etis tidak hanya dilandasi oleh kesadaran bahwa keputusan semacam itu penting
7. Ibid, hlm ; 67-69.
bagi para pemegang saham, tetapi juga adanya kesadaran bahwa keputusan
tersebut juga berdampak terhadap berbagai pemegang atau pemangku
kepentingan (stakeholder).
Secara umum, pemegang kepentingan bisnis adalah siapa pun yang terkena
dampak baik atau buruk dari suatu keputusan yang diambil oleh perusahaan.
Reputasi etis perusahaan dapat memberikan keunggulan ataupun kelemahan yang
kompetitif di pasar, baik dengan para pelanggan, pemasok dan karyawan,
mengelola perusahaan secara etis juga dapat memberikan dividen yang signifikan
dalam struktur dan efisiensi organisasi, kepercayaan, loyalitas, kornitmen,
kreatifitas dan inisiatif merupakan beberapa manfaat yang akan diterima oranisasi
yang stabil dan kredibel secara e t i ~ . ~
Memahami etika pada dasarnya berguna untuk merumuskan dalam
pengambilan keputusan dengan nilai-nilai kebenaran, yang oleh individu maupun
oleh masyarakat menjadi dasar bertindak, berkaitan dengan etika yang bertujuan
untuk mendukung bisnis, etika menjadi pertimbangan-pertimbangan mereka
dalam membuat peratwan-peraturan, kebiasaan-kebiasaan (konvensi), rencana
(planning) dan kesepakatan-kesepakatan, masing-masing memperhatikan dan
memperlihatkan tradisi korporasinya (corporate tradition), pada akhirnya tradisi
korporasi tersebut niembentuk etika terapan yang khas, mulai dari pakaian
seragam, jam kerja, cara menerima tamu, cara menerima telepon, tata cara makan
'. Laura Hartman dan Joe Des Jardins, Penerjemah ; Danti Pqjiati, ETIKA BISNIS, Pengambilan Keputusan Untuk lntegritas Pribadi Dan Tanggung lawab Soci0I. Erlangga, 2011, hlm ; 5.
bersama, sampai dengan cara memberi atensi kepada bawahan, etika terapan ini
lazimnya disebut etiket. Etika terapan dalam bisnis ini akan lebih penting jika
mengambil ukuran dari darnpak yang ditimbulkan oleh perilaku bisnis, ukurannya
tidak lagi bagaimana etika dapat menyenangkan orang tetapi bagaimana etika
mampu meminimalkan kerugian bagi dirinya sendiri, orang lain maupun
inst i tu~i .~
Etika mengarahkan kita untuk mengerti secara mendasar dan tepat
mengapa kita hams hidup sebagai orang yang baik dengan mendasarkan perilaku
kita pada norma atau ajaran tertentu yang dianut dan dijunjung tinggi oleh
masyarakat dimana kita eksis, sedangkan rurnusan ajaran moral selalu memuat
ketentuan perihal apa yang baik dan buruk atau apa yang wajib dilakukan atau
ditabukan bagi manusia, anggota suatu komunitas atau masyarakat, jadi etika
bukan sumber ajaran moral melainkan filsafat atau pemikiran kritis tentang
ajaran-ajaran moral tersebut. Etika tidak menganjurkan bagaimana kita hams
hidup dan bertingkah laku. Etika juga tidak menyediakan ajaran-ajaran bagaimana
kita hams hidup di tengah-tengah dunia, karena semua itu merupakan wilayah dan
wewenang moralitas sebagaimana tersurat dalam ajaran-ajarannya.
Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita hams hidup secara baik
sebagai manusia, sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-
petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan
Redi Panuju, op. cit, hlm ; 97-98.
secara tumn temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu tentang bagaimana
manusia hams hidup secara baik agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik.
Moralitas adalah tradisi kepercayaan, dalam agama atau kebudayaan tentang
perilaku yang baik dan b u d , moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk
konkret tentang bagaimana ia hams hidup, bagaimana ia hams bertindak dalam
hidup ini sebagai manusia yang baik dan bagaimana menghindari perilaku-
perilaku yang tidak baik. Sedangkan etika adalah sebuah refleksi kritis dan
rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam
sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai
kelompok.
Dapat dikatakan bahwa moralitas adalah petunjuk konkret yang siap pakai
tentang bagaimana kita hams hidup, sedangkan etika adalah perwujudan dan
pengejawantahan secara kritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai itu,
keduanya mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi kita orientasi bagaimana
dan ke mana kita hams melangkah dalam hidup ini. Bedanya moralitas langsung
mengatakan pada kita "inilah caranya anda hams melangkah", sedangkan etika
justm mempersoalkan "apakah saya hams melangkah dengan cara itu? Dan
mengapa hams dengan cara itu?1°
Sedangkan etiket (Etiquette) adalah norma sopan santun seperti halnya
posisi etika terhadap moralitas, etiket pertama-tama memjuk kepada norma atau
ajaran bagaimana manusia hams bertingkah laku dihadapan atau terhadap
10 . A. Sonny Keraf-Robert Haryono Imam, op. cit, hlm ; 20-21.
manusia lain, sementara etika justru merefleksikan secara kritis sistematik
bagaimana seharusnya manusia saling memperlakukan dalam kebersamaan hidup
ditengah dunia.
Norma moral dan norma sopan santun atau etiket berbeda secara signifikan,
norma sopan santun atau etiket selalu dan hanya selalu menyangkut manusia
dalam kebersamaannya dengan manusia lain dalam berbagai situasi, sementara
moral atau moralitas justru melampaui kondisi seperti itu, ada atau tidak ada
manusia lain, secara moral setiap orang dituntut untuk berperilaku baik."
2. Pengertian Etika Bisnis
a. Pengertian Bisnis Dan Etika Bisnis
Menurut kamus induk istilah ilmiah, kata bisnis berarti bidang usaha, usaha
yang sifatnya mencari keuntungan, usaha di bidang komersial, atau usaha
dagang. Sedangkan kata etika berarti ilmu yang membahas atau menyelidiki nilai
dalam tindakan moral, pengkajian soal keakhlakan atau moralitas.12 Secara
umum etika dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus, etika umum
berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara
etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta
tolok ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
11 . L. Sinuor Yosephus,op. cit, ,hlm ; 32-35. 12 . M.Dahlan Y. Al-Barry Dan L.Lya Sofyan Yacub, "Kamus lnduklstilah Ilmiah, Seri
Intelektual", Target Press, Surabaya, 2003, hlm ; 97 dan 194.
Etika umum dapat dianalokan dengan ilmu pengetahuan yang membahas
mengenai pengertian umum dan teori-teori. Sedang etika khusus adalah
penerapan prinsip-prinsip moral dalam bidang kehidupan yang khusus,
penerapan ini dapat berujud bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak
dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan didasari oleh
cara, teori, dan prinsip-prinsip moral dasar. Etika khusus dibagi lagi menjadi
etika individual dan etika sosial, etika individual menyangkut kewajiban dan
sikap manusia terhadap dirinya sendiri, dan etika sosial berbicara mengenai
kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.
Tujuan dan fungsi dari etika sosial pada dasarnya adalah untuk menggugah
kesadaran akan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam kehidupan bersama
dalam segala dimensinya, etika sosial mau mengajak kita untuk tidak hanya
melihat segala sesuatu dan bertindak dalam kerangka kepentingan kita saja tetapi
juga peduli dengan kepentingan bersama yakni kesejahteraan dan kebahagiaan
bersama. Etika sosial, dalam bidang kekhususan masing-masing berusaha
merumuskan prinsip-prinsip moral dasar yang berlaku untuk bidang khusus
tersebut. l 3
Etika di butuhkan dalam bisnis ketika manusia mulai menyadari bahwa
kemajuan di bidang bisnis justru telah menyebabkan manusia semakin tersisih
dari nilai-nilai kemanusiaannya, sehingga dari pelaku bisnis muncul mitos bahwa
bisnis adalah bisnis, bahwa bisnis hanyalah mengabdi kepada mencari
13 . A.Sonny Keraf-Robert Haryono Imam, op. cit, hlm ; 41-43.
keuntungan sebanyak-banyaknya (profit oriented). Banyak perusahaan yang
ingin menunjukkan bahwa perusahaan mereka etis, sehingga mempunyai suatu
ethical code of practice, kode etika profesi ini mempunyai beberapa tujuan
pokok dari standar-standar etika antara lain ;
1) Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab kepada
klien, lembaga (institusi) dan masyarakat pada umumnya.
2) Standar-standar etika membantu tenaga ahli, profesi dalam menetukan apa
yang hams mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika
dalam pekerjaan.
3) Standar etika mencerminkan atau membayangkan penghargaan moral dari
komunitas, dengan demikian standar-standar etika profesi menjamin bahwa
para anggota profesi akan mentaati undang-undang dan etika profesi dalam
pelayanannya.
4) Standar-standar etika membiarkan profesi mengejar reputasi atau nama dan
fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan yang jahat dari anggota-
anggota masyarakat tertentu.
5) Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas
atau kejujuran dari tenaga ahli profesi sendiri.
Upaya manusia dalam menegakkan etika tak lepas dari obsesi pemikiran
yang mendasarinya. Para ahli pada urnumnya membagi etika ke dalam dua aliran
besar yaitu ; Pertamal, Aliran deontology, yang hanya menilai perbuatan orang
dan memandang kewajiban moral dapat diketahui secara intuitif tanpa
memperhatikan konsep yang baik. Kedua, aliran-aliran teleology, yang menilai
perbuatan orang dari tujuan yang hendak dicapainya. Perbuatan seseorang itu
dinilai buruk atau baik kalau perbuatannya itu menghalangi atau memajukan
tercapainya sesuatu tujuan yang dianggap baik.
Istilah deontology berasal dari kata Yunani yang berarti "kewajiban', suatu
tindakan baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik
dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik bagi
dirinya sendiri. Maka tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu
dilaksanakan berdasarkan kewajiban, sedangkan etika teleology justru mengukur
baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan
tindakan itu atau berdasarkan akibat yang timbul (ditimbulkan) oleh tindakan
itu. l4
Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan
dapat dipertanggung-jawabkan karena setiap tindakannya selalu lahir dari
keputusan pribadi yang bebas dengan selalu bersedia untuk mempertanggung-
jawabkan tindakannya itu karena memang ada alasan-alasan dan pertimbangan-
15 pertimbangan yang kuat mengapa ia bertindak begitu. Alasan-alasan yang baik
untuk menjalankan sebuah bisnis secara etis antara lain ; Menjauhkan dari
tuduhan atau tuntutan hukurn, Kebebasan pengaturan, Penerirnaan masyarakat,
14 . Redi Panuju, op. cit, hlm ; 9-10. 15 . Ibid, him ; 22.
Kepercayaan investor, Kepercayaan pemasok atau rnitra, Kesetiaan pelanggan,
Kine rja karyawan, Harga diri dan Karena ha1 itu diyakini benar. l6
b. Etika Bisnis dan Pebisnis
Dalam bisnis orang mempertaruhkan dirinya, nama baiknya, seluruh
hidupnya, keluarganya, hidup serta nasib karyawan beserta keluargan mereka,
dan bahkan hidup serta nasib urnat manusia pada umumnya. Dimensi yang
dipertaruhkan jauh lebih luas dan dalam serta punya bobot juga nilai yang lebih
berat, pertaruhan dalam bisnis tidak sekedar menyangkut nilai material
melainkan menyangkut pula nilai manusiawi, nilai kehidupan, maka dalam bisnis
orang tidak sekedar main-main, kalau memang ia orang bisnis sungguhan.
Karena dalam bisnis ada nilai manusiawi yang dipertaruhkan, mau tidak
mau cara untuk memperoleh keuntungan atau untuk menang juga hams
manusiawi, bisnis perlu dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan yang etis,
dengan menggunakan pandangan ideal, bisnis tidak hanya bertujuan untuk
meraih keuntungan melainkan juga untuk memperjuangkan nilai-nilai yang
manusiawi, karena kalau tidak bisnis itu sendiri akan mengorbankan bidup
banyak orang, bahkan hidup orang bisnis itu sendiri, maka dalam lingkup sosial,
masyarakatpun berkepentingan agar bisnis dilaksanakan secara etis.
16 . Laura Hartrnan Dan Joe Desjardins, op. cit, hlrn ; 6.
Bisnis adalah kegiatan yang penting dari manusia, bisnis te rjadi dan
berlangsung dalam masyarakat, bisnis dilakukan diantara manusia yang satu
dengan manusia yang lainnya, bisnis menyangkut hubungan antar manusia,
sebagai kegiatan antar manusia, bisnis juga membutuhkan kita sebagai pemberi
pedoman dan orientasi bagi keputusan, kegiatan dan tindak tanduk manusia
dalam berhubungan (bisnis) satu dengan yang lainnya. Kegiatan bisnis adalah
kegiatan manusiawi, maka bisnis dapat dinilai dari sudut pandang moral, lingkup
kegiatan bisnis ditentukan oleh masyarakat, oleh norma dan nilai-nilai yang
berlaku dimasyarakat, orang bisnis yang bersaing dengan tetap memperhatikan
norma-norma etis pada iMim bisnis yang semakin profesional justru akan
menang karena tetap dipercaya masyarakat,17
Dalam kaitannya dengan bisnis, etika memang bukan ajaran, melainkan
merupakan usaha sadar manusia, dalam ha1 ini para pebisnis untuk
mempergunakan rasionya sedemikian rupa agar mampu memecahkan persoalan-
persoalan moral yang kerap terjadi di dunia bisnis, etika bisnis mengandaikan
bahwa ketika menghadapi benturan-benturan atau persoalan-persoalan moral
dalam praktik bisnis, para pebisnis akan merefleksikan hal-ha1 tersebut baik
secara kritis maupun secara sistematis sehingga mereka dapat mengambil
langkah-langkah yang tepat demi pengembangan diri semua yang terkait dalam
keseluruhan proses bisnis melalui pelaksanaan tugas dan kewajiban secara
bertanggung-jawab, dengan demikian etika bisnis atau etika dalam berbisnis
17 . A. Sonny Keraf-Robert Haryono Imam, op. cit. hlm ; 60-61.
memampukan pare pebisnis untuk memilih berbagai ajaran moral dan
menerapkannya secara bertanggung-jawab dalam wilayah kegiatan ekonomis
atau bisnis, etika bisnis juga memberikan orientasi kepada para pebisnis,
khususnya para pebisnis kontemporer agar mampu bersikap secara tepat dan
bertanggung-jawab menghadapi transformasi ekonomi, social, budaya dan
transformasi intelektual. I g
Etika bisnis merupakan unsur penting karena dapat melanggengkan suatu
bisnis, atau bahwa etika merupakan prasarat tumbuhnya sikap-sikap moral
khususnya sikap saling percaya, jujur, adil dan bertanggung-jawab dalam
kaitannya dengan stakeholder, tingginya pengaruh etika bisnis terhadap para
pebinis adalah etika bisnis membantu para pebisnis terutama dalam ketiga ha1
berikut ; Pertama; etika bisnis menyadarkan para pebisnis tentang adanya
dimensi etis yang melekat dalam usaha mereka, dalam kapasitasnya sebagai ilmu
atau sebagai refleksi kritis sistematik atas norma-norma moral, dengan sendirinya
etika akan menjadikan para pebisnis menyadari bahwa diluar tujuan bisnis yang
satu, yakni maksimalisasi keuntungan itu ternyata masih ada ha1 lain yang ketika
diterapkan akan menjadikan bisnis mereka tidak hanya mampu mendatangkan
keuntungan maksimal, melainkan juga melanggengkan bisnisnya, Kedua; etika
bisnis juga memampukan para pebisnis untuk membuat pertimbangan-
petimbangan moral dan pertimbangan-pertimbangan ekonomis secara memadai,
18 . L. Sinuor Yosephus, op. cit,. hlm ; 127-128.
secara langsung etika bisnis dapat menimbulkan suatu kesadaran yang khas
dalarn diri para pebisnis bahwa secara kodrati sesungguhnya mereka terbatas,
etika bisnis menimbulkan suatu kesadaran baru didalam diri mereka bahwa
keuntungan tidak dapat diraup begitu saja tanpa keterlibatan pihak-pihak lain
baik secara langsung maupun tidak langsung, etika bisnis memberikan
kesempatan kepada para pebisnis untuk belajar menerima pihak-pihak lain secara
tepat dan baik.
Sikap-sikap yang tepat seperti kepercayaan, keuletan, sportifitas dan
tanggung jawab yang teramu dalam sebuah sistem perilaku yang khas yang
lazimnya disebut kritis, etika bisnis menjadikan seorang pebisnis mengerti bahwa
dia memang hams mengoperasikan usahanya secara jujur dan adil serta
bertanggung jawab, namun ia juga tidak boleh membiarkan dirinya dicurangi
oleh pihak lain, etika bisnis merupakan sarana pembelajaran bagi seorang
pebisnis untuk mengembangkan tanggun-jawabnya, tidak hanya secara internal
terhadap semua karyawan tanpa kecuali melainkan juga secara eksternal,
menyangkut pelanggan, konsumen bahkan terhadap Negara.
Indikator untuk perluasan tanggung jawab seorang pebisnis adalah ia mulai
bergerak dari tanggung jawab yang sempit, hanya memperhatikan kepentingan
pribadi dan keluarganya kepada memperhatikan kepentingan pihak lain, ia tidak
hanya menuntut pihak lain melakukan kewajiban mereka terhadap dirinya,
melainkan juga bersedia untuk dituntut oleh pihak lain dalam kontek penegakan
hak dan kewajiban semua pihak. Ketiga ; etika bisnis memberi arah yang tepat
bagi para pebisnis ketika mereka akan menerapkan pertimbangan-pertimbangan
moral etis dalam seti.ap kebijakan dan keputusan bisnis demi tercapainya tujuan
yang ditargetkan. Etika bisnis menyadarkan para pebisnis dan semua pihak yang
terkena dampak bisnis bahwa secara kodrati, mereka sesungguhnya terbatas,
secara ekonomi mereka memerlukan campur tangan berbagai pihak dalam upaya
peningkatan taraf dan kwalitas hidup, kesadaran atas ciri kodratiah itu
selanjutnya akan menggugah daya kritis para pebisnis dan semua pihak terkait,
memotifasi mereka untuk mendahulukan kepentingan bersama dan
menumbuhkan sikap saling percaya diantara mereka.
Ketepatan para pebisnis mengaplikasikan norma-norma moral dapat
ditelusuri melalui perilaku etis para pebisnis dalam kaitannya dengan sikap
mereka terhadap isu penegakan hak-hak asasi atau harkat dan martabat manusia,
bukti bahwa para pebisnis menerapkan norma-norma moral secara bertanggung
jawab adalah bahwa mereka tidak memperlakukan para pekerja atau karyawan
sebagai sarana untuk memperkaya diri sendiri.I9
c. Etika Bisnis Sebagai Pedoman Bagi Pebisnis
Secara filosofis, etika mempunyai arti yang luas sebagai pengkajian soal
moralitas, apakah yang benar dan apakah yang salah dalam hubungan antar
manusia, dalam kaitannya dengan moralitas berarti melibatkan pengetahuan
19 . Ibid, hlm ; 136-139.
individu atau kelompok tentang pemahamannya terhadap kondisi diluar diri
manusia itu sendiri, dalam etika sesuai dengan fimgsi serta penvujudannya,
terdapat tiga bidang yang besar yaitu etika deskriptif (descriptive ethics), etika
normatif (normative ethics) dan metaetika (metaethics). Dalam konteks ini, etika
normatif dimaksudkan sebagai usaha untuk menjelaskan pengalaman moral
secara deskriptif, berusaha untuk mengetahui motivasi, kemauan dan tujuan
sesuatu tindakan dalam tingkah laku manusia. Keterkaitan dari tingkah laku
perorangan dengan tingkah laku social, sehingga etika deskriptif berusaha untuk
menjelaskan dan membedakan apa yang ada sebagai kenyataan dan apa yang
hams ada.
Etika deskriptif berusaha menjelaskan secara deskriptif apa yang hams ada
dan tenvujud dalam kenyataan, sedangkan etika normatif berusaha menjelaskan
apa yang seharusnya ada, sehingga bersifat abstrak. Dalam konteks ini etika
normatif mempertimbangkan sesuatu yang dapat diterima tentang apa yang hams
ada dalam pilihan dan penilaian, etika normatif berusaha untuk memberikan
penjelasan mengapa manusia bertindak seperti yang mereka lakukan dan apakah
prinsip-prinsip dari kehidupan manusia. Tingkatan ketiga adalah metaetika, yang
berusaha untuk memberikan arti istilah dan bahasa yang dipakai dalam
pembicaraan etika, serta cara berpikir yang dipakai untuk membenarkan
pernyatan-pernyatan etika. Dalam metaetika tidak menganjurkan sesuatu prinsip
atau tujuan moral, etika metaetika atau etika kefilsafatan adalah mempertanyakan
makna yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipakai untuk
membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan.
Kedudukan etika dalam pemikiran manusia, akan menjadi suatu acuan bagi
manusia tersebut secara individu maupun kelompok untuk mendorong
terwujudnya tingkah laku. Berkaitan dengan pedoman yang menjadi acuan bagi
tingkah laku, maka mau tidak mau manusia menggunakannya sebagai gambaran
bagi tingkah lakunya apakah sesuai atau tidak, sebagai etika apabila ketentuan
dalam etika tersebut dilanggar oleh manusia secara individual, maka si manusia
tersebut akan merasa bersalah walaupun pada dasarnya tidak ada sanksi fisik
yang mengikutinya.20
Pemimpin bisnis memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan bisnis,
yakni budaya perusahaan, untuk meningkatkan atau melemahkan perilaku etis,
keterampilan pimpinan bisnis yang etis mampu menciptakan keadaan dimana
orang-orang yang baik dapat melakukan ha1 yang tepat dan orang-orang yang
jahat dicegah dari melakukan yang buruk. Pada tingkat dasar, etika berkaitan
dengan cara kita bertindak dan cara kita menjalani kehidupan ini, etika berkaitan
dengan pertanyaan bagaimana seharusnya kita hidup ? dalam ha1 ini etika bersifat
praktis, berkaitan dengan cara kita bertindak, memilih berperilaku, melakukan
hal-ha1 yang baik.
20 . Bambang Rudito & Melia Famiola, Etika Bisnis Dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Indonesia, Rekayasa Sains, Cetakan Pertama, Bandung, 2007, hlm; 34-35.
Para filsuf biasanya menekankan bahwa etika bersifat normatif, yaitu
berhubungan dengan alasan bagaimana seharusnya kita bertindak. " Beberapa
alasan etika sebagai pedoman yang efektif dalam pengambilan keputusan antara
lain ;
1) Berpegangan pada kepatuhan terhadap hukum yang etis.
2) Masyarakat yang menghargai kebebasan individu akan enggan mewajibkan
secara hukum aturan susila untuk lebih dari sekedar minimum, kelakuan yang
baik secara umum dan integritas pribadi yang mungkin mencakup struktur
social dari budaya maju.
3) Pada tahapan yang lebih praktis, memberitahu perusahaan bahwa tanggung
jawab etisnya hanya sebatas kepatuhan terhadap hukum hanya mengundang
lebih ban yak peraturan hukum.
4) Aturan hukum tidak mungkin mengantisipasi setiap masalah baru yang
mungkin dihadapi perusahaan, sering kali tidak ada peraturan untuk dilema
tertentu yang dihadapi seorang pemimpin bisnis. Ketika muncul dilema baru,
kita hams inarnpu bergantung pada etika, karena hukum belum dapat atau
mungkin tidak akan bisa menyediakan solusi. Pandangan bahwa kepatuhan
dianggap cukup bergantung pada pemahaman hukum yang menyesatkan. 22
21 . Laura Hartman Dan Joe Desjardins, op. cit, hln ; 8. 22 . Ibid. hlm ; 15.
Shibusawa Eiichi ; sebagai peletak pembangunan masyarakat bisnis Jepang
(1840-193 1) mempunyai falsafah sebagai berikut ; "Uang adalah hasil sampingan
pekerjaan, Keprihatinan (concern) perusahaan adalah keprihatinanmu sendiri,
uang adalah harta kekayaan milik semua orang yang bekerja diperusahaan,
pekerjaan itu sendiri yang hams menjadi tujuan hidupmu, kejujuran terhadap
sikap berusaha merupakan prinsip bisnis dan menjadi etika bisnis". Hak
senantiasa muncul berkaitan dengan kewajiban, jika anda lebih memprioritaskan
hak dari pada kewajiban, anda tidak akan mendapat kepercayaan dari orang lain.
Kita berhak menuntut laba yang adil, jika kita telah menjalankan kewajiban
dengan adil pula, etika yang dianut adalah ; bekerja dengan rajin, sikap hormat,
kemalasan dan pemborosan adalah dosa.
Etika bisnis adalah tuntutan harkat etis manusia dan tidak bisa dipenggal
atau ditunda untuk membenarkan tindakan yang tidak adil dan tidak bermoral,
etika bisnis merupakan tuntutan kebijaksanaan, tetapi dalam realita ha1 ini
seringkali dikesampingkan. Jadi ada norma-norma yang hams diinternalisasikan
dalam setiap proses pengambilan keputusan bisnis, kepekaan moral etis hams
tetap menyatu dalam pelaku bisnis, dengan demikian, inti setiap pengambilan
keputusan baik strategi maupun operasional dalam bisnis adalah interaksi antara
otak rasional dan kepekaan moral etis, mereka juga hams terus menghayati
bahwa didalam diri sebagai pengambil keputusan senantiasa ada ukuran
kebenaran, keadilan dan kepekaan moral e t i ~ . ~ ~
Dunia bisnis telah mengalami perubahan yang dramatis selama beberapa
decade, kemajuan tehnologi, peningkatan globalisasi, persaingan yang semakin
keras, pergeseran demogrfis, semakin banyak perusahaan yang telah melakukan
usaha untuk memperkuat reputasinya atau menjadi lebih responsif terhadap
kebutuhan dan kepentingan berbagai konstituennya, daftar inisiatif tersebut
sepertinya tidak ada akhirnya, diantara inisiatif yang benar-benar mengemuka
adalah keragaman, kualitas, pelayanan pelanggan, kesehatan dan keselamatan,
linglungan, kepatuhan terhadap hukum, profesionalisme, budaya perusahaan,
membina hubungan dengan para pemegang kepentingan perusahaan, reputasi
managemen, identiias perusahaan, manajemez lintas budaya, keseimbangan
antara pekerjaan dan keluarga, pelecehan seksual, privasi, spiritualitas, corporate
citizenship (kewarganegaraan perusahaan), cause-related marketing (pemasaran
terkait dengan kegiatan amal 1 kegiatan yang mulia), peraturan bagi pemasok,
keterlibatan terhadap komunitas dan hak-hak asasi manusia.
Beberapa contoh motivasi dari beberapa Negara yang menggambarkan
ltondisi perusahaan yang lebih peduli terhadap para pemegang kepentingan dan
lebih peduli terhadap norma-norma yang mengarahkan perilaku mereka seperti ;
23 . Etika Bisnis Cina, Suatu Kajian Terhadap Perekonomian Di Indonesia, Pusat Pengkajian Cina (PPC) Universitas Nasional Dengan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996. hlm ; 80.
1) Sekelompok eksekutif dari Thailand berkeinginan melindungi reputasi
perusahaannya dalam ha1 integritas dan tanggung jawab sosial agar tidak
memudar dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
2) Seorang eksekutif dari perusahaan perangkat lunak di India melihat sikap
etis perusahaannya sebagai ha1 yang penting dalam membangun kepercayaan
pelanggan dan juga untuk menarik dan mempertahankan karyawan dan para
professional perangkat lunak tersebut.
3) Seorang eksekutif dari Cina percaya bahwa membentuk sistem nilai yang
benar dan melayani masyarakat merupakan komponen utama dalam
membangun sebuah merek global.
4) Seorang eksekutif dari perusahaan di AS melihat usaha mereka sebagai ha1
yang penting dalam membangun organisasi yang terdesentralisasi dan
budaya kewirausahaan di seluruh dunia.
5 ) Seorang eksekutif dari AS percaya bahwa fokus pada etika dan nilai-nilai
merupakan ha1 penting guna memungkinkan perusahaannya melakukan
desentralisasi tanggung-jawab sambil mengejar sasaran finansial yang
agresif.24
Untuk menjawab pertanyaan kapankah sebuah keputusan bisnis menjadi
sebuah keputusan etis ? maka ; Pertama kita perlu menyadari bahwa keputusan-
keputusan bisnis atau ekonomi dan keputusan-keputusan etis tidak terpisah satu
24 . Laura Hartman dan Joe DesJardins,op. cit, hlm : 21-22.
sama lain, hanya karena sebuah keputusan diambil berdasarkan pertimbangan
ekonomi tidak berarti bahwa ha1 itu tidak melibatkan pertimbangan etis juga,
menjadi sensitif terhadap isu etis merupakan sebuah karakteristik penting yang
perlu ditanamkan pada orang-orang yang bertanggung jawab secara etis. Diluar
sensitifitas, kita juga perlu bertanya bagaimana dampak dari keputusan kita
terhadap kesejahteraan orang-orang yang terlihat.
Dalam pengambilan keputusan yang etis melibatkan satu dari elemen
vitalnya, kita diminta untuk mengidentifikasi dan mempertimbangkan semua
pihak yang dipengaruhi oleh sebuah keputusan, orang-orang ini biasa disebut
dengan para pemegang atau pemangku kepentingan (stakeholder), para
pemegang kepentingan mencakup semua kelompok danlatau individu-individu
yang dipengaruhi oleh sebuah keputusan, kebijakan atau operasi suatu
perusahaan atau seseorang.
Mempertimbangkan isu-isu dari berbagai sudut pandang orang lain selain
sudut pandang diri sendiri dan selain dari kebiasaan setempat, akan membantu
kita dalam membuat keputusan yang lebih masuk aka1 dan bertanggung-jawab,
sebaliknya berpikir dan mempertimbangkan dalam sudut pandang pribadi yang
sempit dapat menyebabkan kita tidak sanggup memahami situasi yang dihadapi
secara menyeluruh, mengambil keputusan berdasarkan sudut pandang pribadi
yang sempit juga berarti bahwa kita membuat sebuah keputusan yang tidak
memperhatikan atau pertimbangan sudut pandang orang lain. Sebuah tradisi
filosofis menyatakan bahwa menguji legitimasi etis adalah dengan melihat
apakah sebuah keputusan diterima dari sudut pandang semua pihak yang
terlibat.25
d. Berbisnis Pada Tataran Norma Dan Nilai
Ada anggapan bahwa berbisnis di atas budaya mereka sendiri lebih baik
dari pada berbisnis dengan budaya orang lain, persoalan seputar relativisme
budaya dan universalisme etis muncul karena daya jelajah globalisasi yang tak
ltenal kendali, globalisasi yang dicirikan oleh pencabutan sekat-sekat ruang dan
waktu itu telah menjadikan dunia sebagai satu medan tanpa sekat atau batas yang
di dalarnnya semua pebisnis kontemporer saling bertempur untuk keluar sebagai
pemenang yang patut. Hakekat pertempuran itu adalah kompetisi atau persaingan
yang ltian hari kian mengetat sementara tolok ukur untuk kepatutan sebagai
pernenang adalah norma-norma dan nilai-nilai moral. Penegasan bahwa
keberhasilan suatu bisnis sangat ditentukan oleh kompetensi professional,
komitmen dan loyalitas memang benar, namun ha1 itu belum menjawab semua
persoalan menyangkut pebisnis sebagai manusia, karena bisnis tidak semata-mata
bernilai ekonomis, tapi bisnis juga memilki nilai-nilai sosial, nilai-nilai hukum
dan tentu saja nilai-nilai moral, karena yang melakukan bisnis itu adalah manusia
yang secara hakiki merupakan makhluk etis sekaligus makhluk bermoral.
25 . Ibid, hlm ; 39.
Pada tataran global, persoalan yang seharusnya dimunculkan adalah
norma-norma siapa yang seharusnya dipakai sebagai landasan dalam berbisnis
dan nilai-nilai yang mana yang patut diperhatikan dan diterapkan dalam
melakukan sebuah bisnis, persoalan tersebut terkait dengan lingkungan nilai dan
moral manusia baik nilai -nilai moral yang masih bersifat lokal maupun
sepenuhnya bersifat universal.
Richard T.De George mempunyai gagasan yang terkenal dengan
Competing With Integrity in International Business (1986-34), ia menegaskan
perlunya memperhatikan tiga pandangan atau anggapan yang dianut dalam
masyarakat, seperti ; Pertama; Pandangan yang mengatakan bahwa norma-
norma moral berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain, karena itu
pebisnis kontemporer hams berprinsip "When in Rome, do as Romans do"
(ketika di Roma berlakulah seperti orang-orang Roma), implikasinya adalah
bahwa dimana saja suatu perusahaan beroperasi atau dimana saja seseorang
berbisnis, perusahaan atau pengusaha, wajib mentaati norma-norma dan nilai-
nilai moral yang dijunjung tinggi masyarakat setempat, jadi setiap masyarakat
memiliki norma-norma dan nilai-nilai moralnya sendiri. Kedua; Pandangan
bahwa norma-norma moral itu sendirilah yang benar, maka prinsip yang
seharusnya dipegang teguh oleh para pebisnis adalah "Bertindaklah dimana saja
sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai moral yang dianut di negerimu
sendiri," disini norma-norma dan nilai-nilai moral berlaku universal untuk semua
masyarakat dimanapun juga, artinya apa yang dijunjung tinggi sebagai norma-
norma dan nilai-nilai moral di negeri sendiri atau ditempat sendiri juga berlaku di
tempat-tempat lain. Ketiga ; Pandangan yang mengatakan bahwa tidak ada
norma-norma moral yang perlu ditaati sama sekali, dalam ha1 ini prinsip yang
berlaku adalah "Lakukan apa saja yang ingin kamu lakukan karena tidak ada
norma dan nilai-nilai moral yang perlu anda hiraukan", tentu saja pandangan ini
berasal dari orang-orang atau para penganut kebebasan yang keliru, kebebasan
yang bebas untuk melakukan apa saja, bukan bebas dari halangan-halangan
melakukan sesuatu yang baik, "Bebas dari" adalah kebebasan yang bertanggung
jawab, sedangkan "Bebas untuk" adalah bebas yang kebablasan atau berlebihan,
karena itu Richard T. De George menyebut pandangan ketiga ini sebagai
pandangan "Immoralis naij-", karenanya tidak dapat diterima khususnya dalam
praktek bisnis kontemporer.
Hal yang dengan sendirinya akan mempengaruhi sebuah bisnis ketika
hendak beroperasi di negara lain, norma-norma dan nilai-nilai moral di negara
lain yang sudah dikodifikasikan dalam hukum tertulis tentu saja dapat
diberlakukan di negara tujuan bisnis karena telah di yakini sebagai baik dan
benar, namun perusahaan pendatang (asing) sering memaksakan norma dan nilai-
nilainya sendiri di negara lain, padahal belum tentu sesuai dengan norma-noma
dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat setempat karena norma-norma
hukumnya mungkin berbeda. Kaum Komunitarian tentu tidak akan begitu saja
menerima pebisnis asing yang masuk dengan budaya dari negeri asalnya, karena
masuknya pebisnis asing dari opened-society dengan norma-norma dan nilai-nilai
moral negeri asal akan dianggap membahayakan budaya setempat pada closed-
society, karena norma-norma dan nilai-nilai moral pendatang dikawatirkan akan
melunturkan atau memperlemah norma-norma dan nilai-nilai budaya setempat
yang telah lama dijunjung tinggi masyarakat. Singkatnya ekspansi bisnis dengan
sendirinya akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya jika bisnis yang mereka
jalankan dengan mengedepankan nama baik dan high degree of personal
integrity.26
Secara umum norma dapat dibedakan menjadi dua ; norma umum dan
norma khusus, norma-khusus adalah aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan
atau kehidupan yang khusus, misalnya aturan dalain bermain olah raga,
sedangltan norma umum mempunyai sifat keberlakuan yang lebih umum dan
universal, norma umum ini ada tiga macam ; norma sopan santun (etiket), norma
hulcum dan norma moral. Norma sopan santun yakni norma yang mengatur pula
perilaku dan sikap lahiriyah dalam pergaulan sehari-hari, misalnya tata cara
bertamu. Sedangkan norma hukurn yakni norma yang dituntut dengan tegas oleh
masyarakat karena dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan
masyarakat. Keberlakuan norma hukum ini lebih tegas dan pasti karena dijamin
dengan hukuman bagi para pelanggarnya. Norma moral yakni aturan mengenai
sikap dan perilaku manusia sebagai manusia, norma moral mengacu pada baik
buruknya manusia sebagai manusia, norma moral menjadi tolok ukur yang
dipakai oleh masyarakat untuk menentukan baik buruhya manusia sebagai
26 . .L. Sinuor Yosephus, op. cit, hlm ; 219-225.
manusia dan bukan dalam kaitannya dengan tugas atau jabatan t e r t e n t ~ . ~ ~
Pemimpin bisnis memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan bisnis, yakni
budaya perusahaan, untuk meningkatkan atau melemahkan perilaku etis,
keterampilan pimpinan bisnis yang etis mampu menciptakan keadaan dimana
orang-orang yang baik dapat melakukan ha1 yang tepat dan orang-orang yang
jahat dicegah dari melakukan yang buruk. Pada tingkat dasar, etika berkaitan
dengan cara kita bertindak dan cara kita menjalani kehidupan ini, etika berkaitan
dengan pertanyaan bagaimana seharusnya kita hidup ? dalam ha1 ini etika bersifat
praktis, karena berkaitan dengan cara kita bertindak, memilih berperilaku dan
melakukan hal-ha1 yang akan kita lakukan. Para filsuf biasanya menekankan
bahwa etika bersifat normatif, yaitu berhubungan dengan alasan bagaimana
seharusnya kita bertindak. 28
Untuk mengatakan bahwa etika merupakan sebuah disiplin normatif adalah
mengataltan bahwa etika berhubungan dengan norma-norma (norms), standar
perilaku yang sesuai dan benar atau normal. Norma-norma membentuk panduan
atau standar dalam menentukan apa yang seharusnya kita lakukan, bagaimana
seharusnya kita bertindak, seharusnya kita menjadi tipe orang yang seperti apa,
pengertian lainnya adalah bahwa norma berhubungan dengan nilai tertentu yang
27 .A. Sonny Keraf-Robert Haryono Imam, op. cit, hlm ; 23-24. 28 .Laura Hartman dan Joe Desjardins, op. cit, hlm ; 8.
akan ditunjukkan dengan tindakan tertentu, disiplin-disiplin normatif
mengisyaratkan beberapa nilai yang ditekanka~~.'~
Pertanyaan etika yang paling mendasar adalah Bagaimana seharusnya kita
hidup ? Kata kita dapat berarti masing-masing dari kita secara individu atau
mungkin kita secara keseluruhan, pada arti kita secara individu dapat berari
bagaimana saya menjalani hidup atau bagaimana saya bertindak, apa yang
seharusnya saya lakukan, pengertian etika seperti ini dapat disebut sebagai
moralitas ( morality ), dan itu adalah aspek dari etika yang kita sebut sebagai
"integritas pribadi". Sedangkan untuk merujuk bagaimana suatu masyarakat dan
institusi sosial seperti perusahaan seharunsya merniliki struktur sebagai etika
sosial ( social ethics ) dan ha1 itu memicu pertanyaan-pertanyaan mengenai
keadilan, kebijakan publik, hukum, kebaikan yang berkaitan dengan kepentingan
umum, struktur organisasi dan filosofi politik.
Dalam arti ini etika bisnis berkaitan dengan bagaimana seharusnya struktur
institusi bisnis dibentuk, mengenai tanggung-jawab sosial perusahaan dan
mengenai mengambil keputusan yang akan berdampak pada banyak orang selain
dari pengambil keputusan itu sendiri. Pada intinya pengambilan keputusan
managerial akan selalu melibatkan kedua aspek etika ini, setiap keputusan yang
dibuat oleh manager bisnis tidak hanya melibatkan keputusan pribadi, tetapi juga
29 . Ibid, hlm ; 11
melibatkan sebuah lingkungan sosial, hukum dan politik tertentu. Dalam
lingkungan bisnis, seseorang akan secara konstan diminta untuk membuat
lteputusan yang mempengaruhi baik integritas pribadi maupun tanggung-jawab
s o ~ i a l n ~ a . ~ ~
Menurut Agus Arijanto, etika dapat dirumuskan sebagai refleksi kritis dan
rasional mengenai ; Pertama ; Nilai dan norma yang menyangkut bagaimana
manusia hams hidup baik sebagai manusia. Kedua ; Masalah kehidupan manusia
dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma moral yang umum diterima,
sehingga dalam praktek melakukan bisnis bagi pelaku bisnis hams mengetahui
norma-norma yang berlaku dimana kegiatan tersebut dilakukan. 31
e. Nilai - Nilai Etika Bisnis
Secara umum kita dapat menganggap nilai-nilai (Values) sebagai keyakinan
yang membuat kita cenderung bertindak atau memilih satu cara dibandingkan
yang lainnya, sebagai contoh nilai inti perusahaan merupakan keyakinan dan
prinsip yang menyediakan panduan utama dalam pengambilan keputusan
perusahaan itu. Ada beberapa macam nilai yang dapat diketahui antara lain ;
finansial, religius, hukum, historis, gizi, politik, ilmiah dan estetika, setiap
30 . Ibid, hlm ; 10. 31 . Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, Cora Cerdas Dalam Memahami Konsep Dan
Faktor-faktor Etika Bisnis Dengan Beberapa Contoh Praktis, PT. Rajagrafindo Persada, Cetakan Pertama, Jakarta, 2011, hln ; 8.
individu dapat memiliki nilai pribadi mereka sendiri dan yang terpenting
institusi juga memiliki nilai.
Berbicara mengenai nilai intsitusi, maka budaya perusahaan merupakan
cara untuk mengatakan bahwa sebuah perusahaan memiliki sekumpulan nilai
yang dapat di identifikasi dan membentuk harapan mengenai apa yang normal di
dalam perusahaan, norma - norma ini mengarahkan karyawannya untuk
berperilaku dengan cara yang dipandang perusahaan lebih berharga dan
b e r ~ ~ i l a i . ~ ~ Suatu cara untuk membedakan berbagai macam nilai ini adalah dari
tujuan akhir yang yang ingin dicapai oleh nilai-nilai tersebut, nilai financial
untuk mencapai tujuan moneter, nilai religius untuk mencapai tujuan akhir
spiritual, nilai estetika untuk mencapai tujuan akhir keindahan, nilai legal untuk
mencapai tujuan akhir hukum, tata tertib dan keadilan, berbagai macam nilai
dibedakan dari berbagai tujuan yang ingin dicapai oleh tindakan dan pilihan
tersebut.
Secara umum nilai awalnya digambarkan sebagai keyakinan yang membuat
kita cenderung bertindak dan memilih suatu ha1 dari pada lainnya. Dua elemen
penting dari nilai-nilai etis (ethical values ) yaitu ; Pertama ; Nilai yang etis
bertujuan untuk mencapai kesejahteraan manusia, perbuatan dan pilihan yang
untuk meningkatkan kemakrnuran manusia merupakan perbuatan dan pilihan
yang bertujuan untuk meningkatkan yang etis, kesejahteraan merupakan bagian
dari kehormatan, hxga diri, integritas dan arti. Kedua ; Kesejahteraan yang
32 . Laura Hartman Dan Joe Desjardins, op. cit, hlm ; 12.
ditingkatkan oleh nilai yang etis bukan merupakan kesejahteraan yang bersifat
pribadi dan egois, etika mengharuskan peningkatan kebahagiaan manusia
dilakukan dengan adil. Karena dari sudut pandang etika, kesejahteraan seseorang
tidak dinilai lebih berharga dibandingkan kesejahteraan orang lainnya, tindakan
dan pilihan yang etis hams dapat diterima dan beralasan dari semua sudut
pandang yang relevan. Nilai-nilai yang etis adalah keyakinan dan prinsip-prinsip
yang secara adil meningkatkan kesejahteraan m a n ~ s i a . ~ ~
Sebuah perusahaan juga menpunyai tujuan-tujuan tertentu dan cara-cara
untuk mencapai tujuan-tujuan serta alasan-alasannya. Kita harus menghargai
kepentingan individu baik secara hakiki maupun secara etis didalam suatu
kebersamaan, sebaliknya perusahaan juga mempunyai tanggung jawab secara
moral dan ketanggapan sosial (social responsiveness) akan segala sesuatu yang
dikerjakannnya. Tanggung jawab moral itu tidak berasal dari luar, dipaksakan
oleh pemerintah atau masyarakat, namun juga hams tumbuh dari dalam
perusahaan itu sendiri, artinya di internalisasikan. Yang pasti etika bisnis
berkenaan dengan refleksi yang berlandaskan nilai (value-based) yang sistematis
oleh para eksekutif secara individual dan tumbuh dalam kerangka kolektif atas
pentingnya arti moral (moral significance) dari tindakan-tindakan individual dan
organisasi serta berbagai konsekuensinya bagi para stakeholders. Refleksi moral
adalah titik sentralnya, pada hakekatnya isunya adalah bagaimana perilaku bisnis
menj aw ab berbagai pertanyaan yang erat kaitannya dengan nilai-nilai
33 . Ibid, hlm ; 12-13.
fundamental dalam masyarakat luas seperti ; hak, keadilan, persamaan, manfaat
dan kebajikan. Upaya mencari efisiensi ekonomi merupakan inti ilmu
manajemen, sedangkan upaya mencapai keadilan dan perdamaian melalui
managemen yang peka dan efektif pada tata nilai adalah intisarinya, jadi
managemen bukan hanya tehnik semata, tetapi ada values nya.34
Etika, moral dan spiritual memang sekarang baru gencar-gencarnya
diteriakan oleh sedikit orang dalam kehidupan bisnis, menurut sedikit orang
tersebut, bisnis hams selalu menyertakan etika, moral bahkan spiritual, karena
kecurangan, intrik, politicking, kongkalingkong yang selama ini dijalankan di
dunia bisnis mulai digugat keberadaannya, dengan kata lain bisnis hams benar,
baik dan adil. Etika, moral dan spiritual memang erat hubungannya dengan
organisasi suci yang bernama agama, tak peduli agama apa pun, pasti selalu
menyerukan etika, moral dan spiritual kepada seluruh umat manusia, agama
memberi tidak saja janji tetapi juga bukti bahwa kehidupan yang dipayungi
dengan tiga ha1 tersebut akan di dapat sebuah kehidupan yang tenteram, adil,
aman, jujur, penuh toleransi dan nilai-nilai kebahagiaan lainnya. Ketiga dogma
tersebut memang baik adanya, namun karena ketiganya bermain dalam wilayah
manusia maka kebaikan tersebut sering tergagap-gagap untuk beroperasi
dikehidupan sehari-hari, bahkan yang menjadi ironi, karena moral, etika dan
34 . Etika Bisnis Cina, Suatu Kajian Terhadap Perekonornian Di Indonesia, Pusat Pengkajian Cina (PPC), Universitas Nasional Dengan PT Grarnedia Pustaka Utarna, Jakarta, 1996, him ; 75-76.
spiritual hanya hidup di tembok-tembok tempat ibadah sedangkan dalam
ltehidupan sehari-hari nyaris tidak tertangkap jejaknya.
Krisis ekonomi beberapa tahun lalu memang membawa dampak yang maha
hebat, pereltonomian nasional terpuruk, kehidupan sosial politik tidak jelas,
lteamanan dan kenyamanan hilang, namun segala sesuatu tetap membawa
hikmah, krisis ekonomi juga membawa hikmah, lembaga bisnis yang ditopang
oleh sistem manajemen curang akhirnya tergilas tak mampu berkompetisi dan
sudah tidak h a t untuk hidup, ratusan perusahaan di Indonesia gulung tikar
dengan meninggalkan setumpuk hutang, di sisi lain lembaga bisnis yang pekat
dengan nilai-nilai etika mampu bertahan hingga detik ini.
Konsep Good Corporate Governance (GCG) bermula dari kerinduan
manusia untuk menyaksikan perilaku bisnis yang etis, empat prinsip dari GCG
yaitu ; transparansi, akuntabilitas, tanggung j awab dan sikap yang adil fairness),
diharapkan akan menjadi sebuah tindakan nyata dalam berbisnis apabila ada
komitmen dari para pelaku bisnis untuk tunduk pada peraturan-peraturan illahi.
Dengan kata lain GCG akan menyangkut dimensi illahiah bernama etika, moral
dan spiritual, GCG adalah sebuah kearifan bisnis yang bertanggung jawab
kepada shareholders, stakeholders dan yang lebihtinggi lagi nurani, dengan kata
lain Good Corporate Governance adalah turunan dari God Corporate
Governance.
God Corporate Governance bukan lagi sekedar konsep secara lahiriah
setiap manusia, pelaku bisnis diberi karunia bernama nurani untuk
mempertimbangkan sebuah tindakan itu baik atau buruk, benar atau salah, dalam
ha1 ini nurani jelas lebih tinggi kedudukannya dibanding dengan aturan -aturan
bernama etika bisnis, karena itu dalam konsep GCG ataupun tanggung jawab
sosial perusahaan, nurani ini yang akan mewarnai perilaku para pelaku bisnis.
Ketika nurani pelaku bisnis tajam dan peka, maka ia akan menjalankan bisnisnya
dengan baik dan benar, sebaliknya apa bila terjadi nurani yang tumpul, maka
bisnisnya akan buruk dan salah.
Menghadirkan nurani dalam berbisnis ditengah kepungan kapital global
memang berat, bahkan terasa utopis manakala kita melihat praktek bisnis curang
seperti yang selama ini kita saksikan dilapangan, namun yang berat dan terasa
utopis akan menjadi ringan dan nyata bila kita mempunyai keyakinan bersama
yaitu tekad untuk maju, bersih, jujur dan fair dalam menjalankan bisnis,
bukankah pada dasarnya kita diciptakan sebagai makhluk religius dan makhluk
sosial ? 35
Pada dasarnya korporasi selalu bermain dalam dua peran, yakni peran
manajerial dan etikal, peran manajerial merupakan peran konvensional yang
memang sudah muncul sejak awal mula bisnis berdiri, peran ini tidak bisa
dipinggirkan, bahkan bila korporasi tergagap-gagap dalam peran manajerial bisa
dipastikan korporasi demikian tinggal tunggu waktu untuk bangkrut. Peran
manajerial bermain dalam kaidah-kaidah manajemen, operasional, keuangan,
35 . A.M. Lilik Agung, Ketika Nurani lkut Berbisnis, 26 Praktik Etika Bisnis Kontemporer, PT Elek
Media Komputindo Kompas Gramedia, Jakarta, 2010, hlm ; 7-12.
sumber daya dan pemasaran. Melalui peran managerial ini korporasi akan
memupuk keuntungan yang akan digunakan bagi kelangsungan hidupnya
sekaligus ekspansinya. Melalui peran manajerial kinerja korporasi dapat diukur
dan sahamnya dapat dinilai.
Berbeda dengan peran manajerial, peran etikal ini tidak lagi bermain pada
hitung-hitungan keuntungan, turun naik nilai saham atau besar kecil asset yang
dimiliki, peran etikal bermain pada wilayah baik buruk, benar salah atau dalam
bahasa J. P. Morgan yang menyat akan bahw a bermain pada karakter, sebenamya
peran etikal berusia panjang, sepanjang usia bisnis sendiri, John P Davis dalam
bukunya The Origin Of The American Busines Corporation ; 1780-1970
menuturkan bahwa pada awal abad ini (abad 17 ) tidak dapat dibenarkan
mendirikan perusahaan untuk tujuan yang sifatnya tidak mewakili kepentingan
umum. Atau bila melihat Virginia Company yang didirikan di Inggris Tahun
1800-an dimana misinya memperluas peradaban Inggris dengan menciptakan
kemakmuran, menyediakan lapangan kerja, menggalakkan peradaban dan
mengembangkan produk-produk baru yang akan dipasarkan di Inggris.
Berbasis pada awal mula korporasi dilembagakan, maka memajukan
peradaban, berpihak pada kepentingan mum dan menciptakan kemakmuran
tidak saja bagi pemegang saham, namun juga seluruh pemangku kepentingan
merupakan peran yang tidak terelakkan bagi korporasi, menciptakan manusia-
manusia berkarakter di dalam organisasi merupakan langkah pertama dan utama
yang hams segera dipraktikan. Membangun karakter tangguh pada manusia-
manusia bisnis jelas merupakan agenda utama agar diperoleh korporasi yang
santun dan etis, berkaca pada pengalaman, membangun karakter ternyata bukan
dimulai dari pemerintah, justru sang pengendali utama (pemilik atau CEO) yang
altan berpengaruh besar dalarn menciptakan karakter tangguh para pekerjanya.36
Dari sekian banyak faktor etika kepada para pemimpin perusahaan,
kejujuran adalah tiang utamanya, jujur dapat berarti dapat dipercaya, karena
bisnis merupakan atau berarti melakukan suatu hubungan ekonomi dengan semua
pihak terkait (stakeholders), maka untuk menjadi pebisnis yang berhasil haruslah
mempertimbangkan semua kepentingan stakeholders tersebut, karena itu etika
sangat berhubungan dengan trust (kepercayaan) bagi dan terhadap stakeholders,
karena itu suatu perusahaan yang dibangun dengan etis diyakini akan
membangun kepercayaan dari para stakeholders.
Menurut Steiner (2006) faktor penting yang dapat mempengaruhi bisnis
terpercaya dan beretika antara lain ;
1) Leadership
Aktifitas manajerial dalam menjalankan perusahaan memerlukan gaya
kepemimpinan yang beretika, dalam pengambilan keputusan yang beretika dan
perilaku beretika, karena tanggung-jawab dari seorang pemimpin adalah
membuat keputusan yang beretika dan berperilaku secara beretika pula, serta
36 . Ibid, hlm ; 15-17.
mengupayakan agar organisasi memahami dan menerapkannya dalam kode etik.
Bila pemimpin yang beretika memiliki nilai-nilai etika pribadi yang jelas dan
nilai-nilai etika organisasi, maka perilaku etika dalam pe~jalanan organisasinya
juga akan sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
2) Strategi Dan Performa
Sebuah fungsi penting dari manajemen adalah untuk kreatif dalam
menghadapi tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya dapat
mencapai tujuan perusahaan terutama dari sisi keuangan tanpa hams menodai
aktifitas bisnisnya, berbagai kompromi etika sebuah perusahaan yang dijalankan
dengan tidak etis akan memiliki kesulitan besar untuk menyelaraskan target yang
ingin dicapai perusahaannya dengan standar-standar etika, karena keseluruhan
strategi perusahaan yang disebut excellence hams bisa melaksanakan seluruh
kebijakan-kebijakan perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan dengan cara
yang jujur.
3) Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah sebuah kumpulan nilai-nilai, norma-norma, ritual
dan pola tingkah laku yang menjadi karakteristik suatu perusahaan, setiap budaya
perusahaan akan memiliki dimensi etika yang didorong tidak hanya oleh
kebijakan-kebijakan formal perusahaan, tetapi juga karena kebiasaan-kebiasaan
sehari-hari yang berkembang dalam organisasi perusahaan tersebut, sehingga
kemudian dipercaya sebagai suatu perilaku, yang bisa ditandai mana perilaku
yang pantas dan mana yang tidak pantas. Setiap perilaku yang berkembang
dalam perusahaan menj adi budaya p erusahaan dan budaya p erusahaan akan
membantu terbentuknya nilai dan moral ditempat kerja serta moral yang dipakai
untuk melayani para stakeholdersnya. Aturan-aturan dalam perusahaan dapat
dijadikan salah satu cara untuk membangun budaya perusahaan yang baik, ha1 ini
terkait dengan visi dan misi perusahaan.
4) Karakter Individual
Perjalanan hidup suatu perusahaan adalah tidak lain karena peran banyak
individu yang menjalankan hngsinya dalam perusahaan tersebut, perilaku para
individu ini tentu akan sangat mempengaruhi terhadap tindakan-tindakan mereka
di tempat kerja atau dalarn menjalankan aktifitas bisnisnya, perilaku individu
sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengaruh dan nilai-nilai yang dianut
dalam keluarganya, luasnya pengetahuan dan informasi yang dimiliki serta
lingkungan kerjanya, Peran seseoarng dalam organisasi tersebut juga akan
menentukan perilakunya dalam ~ r ~ a n i s a s i . ~ ~
37 . Bambang Rudito dan Melia Famiola, op. cit, hlm ; 66-74.
B. Tinjauan Etika Bisnis Dalam Islam
1. Landasan Filosofis Etika Dalam Islam
Etika, moral dan spiritual sangat terkait dengan keyakinan agama, tak peduli
apa pun agamanya, pasti selalu menyerukan etika, moral dan spiritual, dalam Islam
sumber etika mengacu pada Al-Qur'an dan Sunah Nabi, karena kedua sumber ini
merupakan sentral segala sumber yang membimbing segala perilaku manusia
dalam menjalankan ibadah, perbuatan atau aktifitas umat Islam yang benar-benar
menjalankan ajaran Islam, namun dalam implementasinya sesuai dengan tuntutan
perkembangan budaya dan zaman yang lebih dinamis implementasi pemberlakuan
dua sumber ini diperlukan suatu proses penafsiran, ijtihad baik bersifat kontekstual
maupun tekstual. Karena itu diperlukan proses pemikiran dan logika yang
terbimbing oleh nalar sehat, pikiran jernih, nurani yang cerdas dalain pemahaman
ayat-ayat Al-Qur'an dan Sunah Nabi dalam rangka memperoleh filosofi etika di
dalam masyarakat Islam, karena dalam Al-Qur'an, Allah SWT memerintahkan
umat manusia agar menggunakan aka1 dalam mensikapi dan mengkritisi
kehidupan yang dinamis.
Hukum alam dan hukum kausa prima yang menyangkut asal usul alam
semesta dan manusia serta hubungan antar manusia sejak awal peradaban dalam
sejarah umat manusia secara filosofis telah lama menjadi bahan kajian dalam
rangka menemukan'dan mensintesakan bagaimana sebaiknya dan seharusnya serta
sepatutnya hubungan antar manusia dan alam serta kerugian bagi banyak pihak
terutama pada diri pengguna dan pemilik dana. Hal ini sesuai dengan istilah dalam
financial managemen yang dalam penggunaan dana berorientasi pada maksud
probabilitas dan tolok ukur Return On Investmen (ROI), sehingga pemilik dana
mendapat manfaat ekonomi dan finansial yang lebih tinggi. Penggunaan dana juga
hams memperhatikan kelancaran pembayaran kembali kepada pemilik dana,
karena dana yang dipergunakan memiliki batas waktu tertentu yang hams ditepati
oleh pengguna dana pada saat yang disepakati atau ditentukan. Dalam bahasa
finansial manajemen dikenal dengan istilah pertimbangan likuiditas usaha dan
perusahaan. Baik likuiditas operasi perusahaan maupun likuiditas dalam konteks
tepatnya waktu pengembalian sesuai dengan pe janjian yang dibuat oleh pengguna
dengan pemilik dana.
Dalam konteks filsafat Islam perbuatan baik dikenal dengan istilah perbuatan
ma'ruf dimana secara kodrati manusia sehat dan normal tahu dan mengerti serta
menerima sebagai kebaikan, akal sehat dan nuraninya mengetahui dan menyadari
akan ha1 ini, sedangkan perbuatan buruk dikenal sebagai perbuatan munkar,
dimana semua manusia secara kodrati dengan akal budi dan nuraninya dapat
mengetahui dan menyadari bahwa perbuatan ini ditolak dan tak diterima oleh akal
sehat. Nilai baik atau buruk ini bersifat universal, ha1 ini sesuai dengan perintah
Allah SWT kepada manusia untuk melakukan perbuatan ma'ruf dan menghindari
perbuatan munkar, dalam surat AliYImran ayat 104 yang artinya ; "Dan hendaklah
ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang malruf dan mencegah dari yang munkar, mereka itulah orang-orang
yang beruntung ".
Maka secara filosofis etika Islam mendasarkan diri pada nalar ilmu dan
agama untuk menilai suatu perilaku manusia, landasan penilaian ini dalam praktek
kehidupan di masyarakat sering kita temukan banwa secara agama dinilai baik
atau buruk sering diperkuat dengan alasan-alasan dan argument-argumen ilmiah
atau ilmu dan agama Islam. Oleh karena itu kebenaran agama yang didasarkan
pada wahyu dari Alloh SWT yang dijamin kebenarannya pasti sesuai bahkan
terbukti sering diperkuat dengan kebenaran yang dihasilkan oleh ilmu
pengetahuan.38
2. Landasan Normatif Etika Bisnis Islam
Sumber hukum bagi umat Islam adalah Al-Qur'an dan Hadist, karena itu
landasan normatif dalam etika bisnis Islam sudah pasti bersumber dari ajaran
Islam yaitu Al-qur'an dan Hadis yang menjadi Sunah Nabi Muhammad Saw,
karena Al-Qur'an telah banyak memberikan acuan bagi para pelaku bisnis dalam
menjalankan atau mengelola bisnis secara Islami, dalam ha1 ini norma-norma yang
memberikan pedomari dalam mengelola bisnis secara Islami bagi para pelaku
bisnis yang komit untuk membumikan ajaran Islam dalam lapangan kegiatan
bisnisnya. Landasan normatif etika bisnis Islam setidaknya mengandung empat
elemen yang menjadi landasan di dalam sistem etika, yaitu ;
38 . MUSLICH, ETIKA BlSNlS ISLAMI, Landasan Filosofis, Normatif Dan Substansi Implementatif, Ekonisia FE UII, Yogyakarta, Cetakan Pertama, 2004, hlm ; 22-29.
a. Landasan Tauhid
Landasan Tauhid merupakan fondasi utama bagi setiap langkah orang muslim
yang beriman dalam menjalankan hngsi kehidupannya, landasan tauhid dapat
dikonotasikan dengan bunyi Firman Allah AWT yang secara vertikal berkait
dengan Allah SWT sebagai pemilik atas segala sesuatu yang di titahkan di dunia,
termasuk manusia sendiri yang akan kembali semua menuju kepada Allah SWT,
yaitu dalam swat Al-An'am ayat ; 162 yang artinya ; katakanlah sesungguhnya
sholatku, hidupku dan matiku haruslah untuk Allah SWT, Tuhan semesta alarn.
Dalam kontek ini landasan tauhid akan logis kiranya jika perilaku baik yang
mesti ditunjukan manusia sebagai kholifah di bumi, haius mencerminkan sifat dan
perilaku Allah SWT yang tercermin pada 99 Asmaul Husna seperti sifat ; bijak,
ihsan, rokhman dan rokhim, adil, seimbang dan lain sebagainya yang patut ditiru
oleh manusia dalam mengelola bisnisnya teiutama dalam kaitan pemberdayaan
sumber daya yang dibutuhkan dan diperlukan. Landasan tauhid atau ilahiyah ini
bertitik tolak pada keridlaan Allah SWT, tata cara yang dilakukan sesuai dengan
syariahnya, kegiatan bisnis, baik dalam aspek produksi, perdagangan dan distribusi
yang dikaitkan pada prinsip dan tujuan Ilahiyah.
b. Landasan Keseimbangan (Keadilan)
Ajaran Islam memang berorientasi pada terciptanya karakter manusia yang
memiliki sikap dan perilaku yang seimbang dan adil dalam konteks hubungan
antara manusia dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan.
Allah sendiri punya nama dalam Asmaul Husna A1 Adil, karena sifat Tuhan dan
nama Allah mempakan cermin dari sifat dan acuan yang patut ditiru oleh manusia
dalam perilakunya terhadap diri sendiri, orang lain atau masyarakat dan
lingkungan fisik yang hams mencerminkan sifat adil ini. Implementasi jalan
keseimbangan dan keadilan pada kegiatan bisnis hams dikaitkan dengan
pembagian manfaat kepada semua komponen dan pihak yang terlibat baik
langsung maupun tidak langsung sesuai dengan peran dan kontribusi yang telah
mereka berikan terhadap keberhasilan atau kegagalan dari kegiatan bisnis yang
dilakukan oleh pelaku bisnis secara seimbang dan adil atau sepadan, manfaat yang
diraih hams didistribusikan sesuai dengan peraturan atau kesepakatan yang adil
dan seimbang, begitu juga jika terjadi resiko maka ha1 ini juga hams
didistribusikan sesuai dengan kontribusi beban dan peran yang diberikan oleh
pihak-pihak tertentu yang relevan dengan peran yang diberikan. Hal ini tercennin
dalam Surat Al-Isra' ayat 35 yang artinya ; "Dan sempui*nakanlah takaran jika
lcamzr menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar, itulah yang lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya ".
c. Landasan Kehendak Bebas
Islam sangat memberikan keleluasaan terhadap manusia untuk menggunakan
segala potensi sumber daya yang dimiliki, demikian juga kemerdekaan manusia,
Islam sangat memberikan kelonggaran dalam kebebasan berkreasi, melakukan
transaksi dan melaksanakan bisnis atau investasi, karena manusia disatu sisi
memiliki atau dianugerahi oleh Allah unsur atau potensi emosi, akal, daya nalar
atau argumentasi, namun disisi lain manusia dianugerahi oleh Allah SWT berupa
kemampuan dasar spiritual, akal budi dan insting sehingga dengan potensi ini
manusia mampu berkreasi menciptakan segala produk yang mampu membedakan
manusia dengan makluk lain yang diciptakan Allah SWT dimuka bumi ini.
d. Landasan Pertanggung-jawaban
Segala kebebasan dalam melakukan segala aktivitas bisnis manusia tidak lepas
dari pertanggung-jawaban yang harus diberikan lnanusia atas aktivitas yang
dilakukan, mengingat bahwa manusia dengan segala fasilitas dan sarana kehidupan
yang dirniliki secara amanah ini hanya sekedar diserahi a~nanah untuk mengelola
secara benar sesuai yang diberikan petunjuk-petunjuk oleh Allah SWT di dalam
Al-Qur'an dan Sunah Nabi, sudah tentu manusia yang sudah di titipi amanah
dalam mengelola sumber daya ini harus mempertanggung-jawabkan kepada Allah
SWT sebagai pemilik yang sebenarnya baik di dunia inaupun diakhirat kelak,
kebebasan yang dimiliki manusia dibatasi oleh koridor hukum, norma dan etika.39
39 . Ibid, hlm ; 30-44.
3. Prinsip Etika Bisnis Islam
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kecenderungan untuk
berkembang dan mempunyai sifat kreatif, namun perkembangan dan kreatifitas
manusia tersebut hams mengacu pada prinsip etika yang ada di masyarakat, tidak
terkecuali bagi para pelaku bisnis, dalam pelaksanaan etika bisnis yang harus
dianut oleh para pelaku bisnis antara lain ;
a. Prinsip Otonomi
Dalam rangka mencapai tujuan, pelaku bisnis dapat menggunakan berbagai
sarana dan prasarana yang tersedia, pilihan penggunaan sarana dan prasarana ini
sangat terkait dengan tujuan yang akan dicapai, pelaku bisnis memiliki
kewenangan untuk mengambil keputusan secara otonom, sekalipun keputusan
yang secara otonom ini juga terikat dengan kebebasan orang lain yang terlibat baik
secara langsung maupun tidak langsung, karena keputusan yang diambil mesti ada
pertanggung-jawaban oleh pelaku bisnis kepada pihak-pihak yang terkait, secara
umum pertanggung-jawaban pengambilan keputusan oleh pelaku bisnis diberikan
kepada pelaku bisnis itu sendiri, pihak terkait secara partnership, masyarakat luas
dan Tuhan sebagai pencipta alam.
b. Prinsip Kejujuran
Prinsip yang penting dan merupakan modal utama bagi pelaku bisnis adalah
kejujuran, karena dengan kejujuran maka bisnisnya akan mendapat kepercayaan
dari masyarakat dan stakeholder yang terkait dengan bisnis yang sedang
dilakukan.
c. hTilai Baik Dan Tidak Berniat Jahat
Niat dan tujuan yang baik pelaku bisnis pada saat pendirian bisnis akan terlihat
dari sikap yang transparan, mempunyai visi dan misi yang jelas yang akan menjadi
tolok ukur penilaian bagi masyarakat terkait dengan pelaksanaan rencana bisnis.
d. Prinsip Adil
Prinsip yang cukup sentral dalam kegiatan bisnis adalah adil, karena hampir di
segala aspek kegiatan bisnis bermuara pada sikap dan perilaku yang adil terhadap
semua stakeholder yang terkait, karena sikap yang tidak adil akan menjadi sumber
kegagalan bagi pelaku bisnis.
e. Hormat Pada Diri Sendiri
Prinsip hormat pada diri sendiri adalah cermin penghargaan yang positif pada
diri sendiri, karena sebelum menghargai orang lain kita terlebih dahulu mesti
menghargai diri sendiri dan apa yang kita lakukan seharusnya sebagai
penghormatan kepada orang lain. Secara praktis, etika bisnis sebenarnya !.
termanifestasikan kedalam semua aktifitas hngsional bisnis yang terdiri atas
kegiatan ; produksi, pemasaran, managemen SDM dan managemen keuangan
dengan menggunakan norma dan moralitas untuk mencapai tujuan tertentu agar
semua pihak yang berkepentingan memperoleh manfaat positif dan tidak ada yang
dirugikan. Dengan demikian maksud dan tujuan teraplikasikannya etika bisnis oleh
para pelaku bisnis antara lain diharapkan agar ; orang-orang bisnis sadar tentang
dimensi etis, belajar bagaimana melakukan pertimbangna yang baik, etis maupun
ekonomi dan bagaimana pertimbangan etis dimasukkan kedalam kebijakan bisnis
perusahaan.40
Etika sebagai ajaran baik buruk, benar salah, atau ajaran tentang moral
khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber terutama
dari ajaran agama, etika yang bersumber dari ajaran agama mengandung prinsip
yang berkaitan dengan nilai-nilai kebenaran yang berkaitan dengan sikap dan
perilalu yang di "Kasih" Tuhan.
Hans Kung (2005) dalam bukunya yang berjudul Etika Ekonomi-Politik
Global, Qalam, Yogyakarta menyebutkan bahwa pada intinya ada persamaan
prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar etika yang ada dalaln ketiga agama Nabi
Ibrahim AS yaitu ; Pertama; Keadilan ; yang berkaitan dengan hak orang lain,
kejujuran dan mempergunakan kekuatan untuk menjaga kebenaran. Kedzia; Saling
menghormati sesama; cinta dan perhatian terhadap orang lain. Ketiga; Pelayanan ;
manusia hanya sebagai pelayan dan pengawas serta menjaga sumber-sumber dam.
Iceempat; Kejujuran ; bersikap jujur, dapat dipercara dalam semua hubungan
manusia, dan menjaga integritas yang h a t .
40 . Ibid,, hlm ; 20-21.
Dalam tulisan Bapak Mubyarto (2002) yang be judul ; Etika, Agama Dan
Sistem Ekonomi, yang dimuat dalain jurnal ekonomi rakyat, Tahun 1 Nomor 2,
bulan April 2002, beliau menulis bahwa ; Etika bisnis menurut ajaran Islam digali
langsung dari Al-Qur'an dan Hadist Nabi, dalam ajaran Islam, etika bisnis Islam
menekankan pada empat ha1 yaitu; Kesatuan (unity), Keseimbangan (equilibrium),
kebebasan free will), dan tanggung-jawab (responsibility). Ajaran Islam
memandang bahwa manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan didunia tidak
mungkin bersifat individualistik, karena semua (kekayaan) yang ada di bumi
adalah milik Allah semata dan manusia adalah kepercayaannya di bumi. Etika
bisnis Islam menjunjung tinggi semangat saling percaya, kejujuran dan keadilan,
sedangkan antara pemilik perusahaan dan karyawan berkembang semangat
ltekeluargaan (br~therhood).~'
C. Tinjauan Umum Tentang Alternative Dispute Resolution (ADR)
1. Pengertian Alternative Dispute Resolution (ADR)
Penyelesaian sengketa, baik sengketa hukum maupun sengketa bisnis dapat
di lalukan dengan dua cara yaitu dengan cara Litigasi dan Non litigasi,
penyelesaian sengketa dengan cara non litigasi atau biasa disebut dengan
41 . Bambang Rudito & Melia Famiola, Etika Bisnis Dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Indonesia, Rekayasa Sains, Cetakan Pertama, Bandung, 2007. hlm ; 56-57.
penyelesaian diluar pengadilan ini umurnnya dinarnakan dengan Alternative
Dispute Resolution (ADR), ha1 ini menjadi pilihan masyarakat karena saat
masyarakat memperjuangkan hak-haknya dengan cara litigasi di anggap tidak
mudah, biaya tinggai dan adanya penumpukan perkara di pengadilan (court
congestion) yang berakibat pada proses penyelesaian sengketa semakin panjang,
ADR merupakan suatu istilah asing yang dalam bahasa Indonesia diistilahkan
sebagai pengelolaan suatu konflik berdasarkan managemen kooperatif
(cooperation conflict management), atau sebagai alternatif penyelesaian
sengketa.
Alternatif penyelesaian sengketa mei-upakan lembaga penyelesaian
senglteta melalui prosedur yang disepakati oleh para pihak yang sedang berselisih
atau berbeda pendapat, yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara ;
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli, pilihan penyelesaian
sengketa diluar pengadilan hanya dapat ditempuh apa bila para pihak telah
menyepakati bahwa sengketanya akan diselesaikan melalui jalur penyelesaian
diluar pengadilan. Namun penyelesaian sengketa melalui ADR hanya terbatas
pada sengketa dibidang perdata saja.
Tujuan penyelesaian dalam bentuk perdamaian ini hanya bisa tercapai apa
bila didasarkan pada itikad baik dan tekat untuk mengesampingkan pilihan
penyelesaian dengan cara litigasi. Penyelesaian dengan cara non litigasi ini
biasanya melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral untuk membantu adanya
proses menyelesaiakan sengketa yang sedang terjadi, pihak ketiga yang netral ini
dapat bertindak sebagai konsultan, mediator, konsiliator maupun seorang ahli
yang dimintai pendapatnya terkait dengan persoalan yang sedang terjadi.
Pengembangan ADR dilatarbelakangi oleh kebutuhan - kebutuhan antara lain ;
Pertama; Mengurangi kemacetan di Pengadilan, banyaknya ltasus yang diajukan
ke Pengadilan menyebabkan proses pengadilan seringkali berkepanj angan,
sehingga memakan biaya yang tinggi dan sering memberikan hasil yang kurang
memuaskan. Kedua; Meningkatkan ketertiban masyarakat dalam proses
penyelesaian sengketa. Ketiga; Memberikan kesempatan untuk tercapainya
penyelesaian sengketa yang menghasilkan keputusan yang dapat diterima dan
memuaskan semua pihak.42
2. Dasar Hukum Alternative Dispute Resolution (ADR)
Dasar hukum Mediasi yang merupakan salah satu dari sistem ADR di
Indonesia adalah dasar negara yaitu Pancasila, dimana dalam filosofmya
tersiratkan bahwa asas penyelesaian sengketa adalah musyawarah untuk mufakat,
ha1 tersebut juga tersirat dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945. Hukum
tertulis lainnya yang mengatur tentang mediasi adalah Undang-undang Nomor; 4
Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal3 ayat (1) menyatakan bahwa ;
"Ketentuan ini tidak menutup kemungkinan untuk usaha penyelesaian perkara
dilakukan diluar Pengadilan Negara melalui perdamaian atau arbitrase".
42 Susanti Adi Nugrobo, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, PT. Telaga llmu Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta, 2009, hlm ; 1-7.
Dalam undang-undang Nomor; 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa yang lebih mempertegas keberadaan lembaga
mediasi sebagai lembaga alternatif penyelesaian sengketa di Pasal 1 angka 10
menyatakan bahwa;"Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati
para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli ".
Sedangkan dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor;.30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa memberikan pedoman atau cara
penyelesaian sengketa bahwa ; pada awal penyelesaian sengketa diselesaiakan
dalam pertemuan langsung oleh para pihak yang hasilnya dituangkan dalam suatu
kesepakatan tertulis, atau dengan melibatkan pihak ketiga yang netral apakah
sebagai mediator, konsiliator, atau pendapat ahli.
Menurut PERMA No.1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan. Mediasi diartikan sebagai penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan yang melibatkan para pihak yang bersengketa dengan bantuan pihak
ketiga yang disebut Mediator. Mediator adalah pihak ketiga yang bersifat netral
dan tidalt memihak, yang berhngsi membantu para pihak dalam mencari berbagai
ltemungkinan p enyelesaian sengketa.
Pengertian mediasi adalah proses penyelesaian sengketa di pengadilan
melalui perundingan antara pihak-pihak yang berperkara dengan difasilitasi
mediator yang berkedudukan dan berhngsi sebagai pihak ketiga yang netral dan
tidak bei-pihak dan sebagai pembantu atau penolong untuk mencapai berbagai
ltemungkinan atau alternatif penyelesaian sengketa yang terbaik dan saling
menguntungkan bagi para pihak. Mediator tidak mempunyai ltewenangan
membuat keputusan selama proses perundingan berlangsung, Fungsi yang hams
di jalankan oleh mediator antara lain ; sebagai katalisator, sebagai pendidik,
sebagai penerjemah, sebagai narasumber, sebagai penyandang berita jelek dan
sebagai agen realitas.
Selain Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa dan PERMA No.1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi
di Pengadilan, peraturan lain yang mengatur penyelesaian sengketa dengan cara
mediasi antara lain ; Undang-undang No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang,
Undang-undang No.31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Undang-undang
No. 14 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang
Merk, Undang-undang No. 1 8 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Undang-
undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang No.2
Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Undang-
undang No.23 Tahun 1997 Tentang Lingkungan Hidup, Undang-undang No.36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Presiden No.10 Tahun 2006 tentang
Badan Pertanahan Nasional dan Peraturan Bank Indonesia No.7/7/PB1/2005
tentang Mediasi di Bank Indonesia.
3. Bentuk-bentuk Alternative Dispute Resolution (ADR) ;
Bentuk alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan ada barbagai
macam bentuk penyelesaian, diantaranya ;
a. The Binding Adjudicative Procedures
Prosedur ini mengikat karena biasanya menghasilkan keputusan yang
mengikat tentang hak-hak dari para pihak yang di putuskan oleh pihak
ketiga yang netral. Bentuk penyelesaian sengketa ini antara lain ;
1). Litigasi
Litigasi merupakan proses penyelesaian sengketa antara para pihak
melalui jalur peradilan.
2). Arbitrasi
Yaitu penyelesaian sengketa melalui proses yang disetujui sejak awal
dimana proses tersebut ditentukan oleh para pihak yang berperkara.
3). Med-Arb (Mediasi-Arbitrase)
Merupakan penyelesaian sengketa dimulai dengan proses mediasi oleh
mediator yang netral dan apabila ada persoalan teknis yang tidak dapat
diputuskan maka dapat dilanjutkan dengan proses arbitrase.
4). Hakim Partikulir
Yaitu pemeriksaan isu tertentu atau keseluruhan didepan hakim pertikulir
yang menjadi wasit melalui penunjukan atau persetujuan para pihak.
b. The Non Binding Adjudicative Procedures
Prosedur ini tidak mengikat dan murni sekedar pemberian nasihat, prosedur
ini tergantung sepenuhnya kepada kerelaan para pihak melakukan proses
perundingan dan sering sekali dilakukan dengan bantuan pihak ketiga yang
tidak memihak. Jenis penyelsaian ini antara lain ;
1). Konsiliai
Y aitu adanya peneng ah yang akan bertindak menj adi konsiliator deng an
kesepakatan para pihak dengan mengusahakan solusi yang dapat diterima
para pihak, bila sepakat, maka keputusannya menjadi mengikat.
2). Mediasi
Yaitu adanya pihak ketiga yang disebut mediator, dimana mediator
membantu para pihak untuk melakukan proses perundingan sampai
mencapai penyelesaiaas perdamaian atas dasar negosiasi suka sama suka
untuk mencapai titik temu dari perbedaan p endapat diantara mereka.
3). Mini Trial
Cara ini biasanya digunakan dalam sengketa perusahaan-perusahaan
besar, umumnya lawyer dari masing-masing pihak melakukan
pembicaraan terlebih dahulu sebelum pimpinan eksekutif dari kedua
perusahaan bertemu, dengan didampingi penasehat pihak ketiga yang
netral yang dapat memberikan nasehat secara rahasia kepada pimpinan
eksekutif, selanjutnya mereka dapat berunding sendiri untuk memperoleh
penyelesaian berdasarkan usulan-usulan yang mereka sampaikan, secara
sederhana proses ini pembicaraan mengenai materi sengketa.
4). Summary Jury Trial
Bentuk ini hampir sama dengan mini trial, proses penyelesaiannya
diawali dengan penunjukan beberapa orang dalam grup yang akan
bertindak sebagai juri, pengacara masing-masing diberi kesempatan
secara singkat untuk mempresentasikan perkaranya dan pada akhirnya
meminta pendapat para juri untuk mengambil keputusan, keputusan
diambil berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan pada penyampaian
pennasalahan kasus.
5) . Neutral Expert Fact Finding
Adanya pendapat para ahli untuk suatu ha1 yang bersifat tehnis dan sesuai
bidangnya sebelurn litigasi dilakukan, cara ini banyak di gunakan dalam
sengketa konstruksi, kasus perburuhan, sehingga hasil dari fact finder ini
dapat digunakan sebagai dasar perundingan lebih lanjut.
6). Early Neutral Avaluation
Merupakan praktisi hukum yang handal, netral, berpengalaman yang siap
membantu para pihak untuk menganalisa isu-isu kritis yang sedang
diperkarakan.
7 ) . Settlement Conference
Sistem ini hampir sama dengan di Indonesia yaitu penerapan mediasi di
pengadilan, disini hakim hadir tidak dalam kapasitas kewenangan
memutus perkara, fhngsinya hanya mendorong para pihak mencari
penyelesaian sendiri dengan cara m u ~ ~ a w a r a h . ~ ~
Dengan adanya beberapa jenislcara penyelesaian tersebut akan memudahkan
pihak yang sedang bersengketa untuk memilih cara penyelesaian sesuai yang
di kehendaki.
4. Mediasi Sebagai Salah Satu Model Penyelesaian Sengketa
a. Pengertian Mediasi
Dalam konsideran Peraturan Mahkamah Agung Nomor ; 1 Tahun 2008
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan menyebutkan bahwa ; Mediasi
merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan
murah serta dapat memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak
menemukan penyelesaian yang memuaskan dan memenuhi rasa keadilan.
Sedangkan dalam Pasal 1, Mediasi diartikan sebagai cara penyelesaian
43 .Indra Bastian, "Mediasi, Alternutif Penyelesaian Sengketa, Manfaat dun Wawasan
Kedepan", Dalam Pendidikan dan Pelatihan Mediator Bersertifikat, Pusat Mediasi Indonesia Sekolah Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 28 Maret 2012, hlm ; 2-4
sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para
pihak dengan dibantu oleh mediator.
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses
perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa
tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
Dengan kata lain pengertian mediasi adalah proses penyelesaian sengketa di
pengadilan melalui perundingan antara pihak-pihak yang berperkara dengan
difasilitasi mediator yang berkedudukan dan berfungsi sebagai pihak ketiga
yang netral dan tidak berpihak, mediator sebagai pembantu atau penolong
untuk mencapai berbagai kemungkinan atau alt ernatif penyelesaian sengketa
yang terbaik dan saling menguntungkan bagi para pihak, Mediator tidak
mempunyai kewenangan membuat keputusan selama proses perundingan
berlangsung, Fungsi yang hams di jalankan oleh mediator antara lain ; sebagai
katalisator, sebagai pendidik, sebagai penerjemah, sebagai narasumber dan
sebagai agen realitas. Prosedur mediasi dalam PERMA No.1 Tahun 2008 di
dasarkan pada asas sebagai berikut :
1). Asas Sederhana
Prosedur mediasi sebagian besar tidak begitu rumit, karena tidak banyak
formalitas atau peraturan. Di dalam mediasi tidak memerlukan
serangkaian mekanisme yang sulit seperti dalam litigasi, dalam ha1 ini
para pihak diberi hak secara penuh dan aktif untuk menyelesaikan
sengketa dengan cara musyawarah dengan didampingi mediator.
Asas Cepat
Mengenai pelaksanaan asas cepat ini tergantung dari para pihak dalam
menyediakan waktu untuk melakukan proses perundingan, etikat baik dan
keaktifan para pihak sangat menentukan cepat atau lambatnya proses
mediasi akan selesai.
Asas Biaya Ringan:
Apabila dibandingkan dengan proses litigasi di pengadilan memang tidak
dipungut biaya, namun bagi para pihak sendiri akan merasa terbebani
untuk biaya sarana dan fasilitas yang dibutuhkan terhadap
kepentingannya, seperti biaya transport selama proses persidangan dan
biaya kuasa hukum. ha1 ini berbeda jika dibandingkan dengan proses
mediasi yang memberikan kesempatan bagi para pihaknya yang terlibat
langsung dalam proses perundingan, sehingga tidak memerlukan biaya
kuasa hukum dan waktunya dapat fleksibel disesuaikan dengan
kesepakatan para pihak. Pada akhirnya asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan dapat terpenuhi apabila mediasi Eerhasil (mencapai kesepakatan).
Sebaliknya akan menjadi complicated, lama, dan biaya mahal apabila
memasuki litigasi.
b. Prinsip-prinsip Pengaturan Prosedur Mediasi Dalam PERMA No. 1 Tahun 2008
Mediasi mempakan salah satu bentuk penyelesaian sengketa yang dj
selenggarakan di luar pengadilan, dimana pihak-pihak yang bersengketa
meminta atau menggunakan bantuan dari pihak ketiga yang netral untuk
membantu menyelesaikan sengketa di antara mereka. Mediasi ini berbeda
dengan bentuk penyelesaian sengketa alternatif yang lain seperti negosiasi
atau arbritrasi, karena dalam mediasi selain menghadirkan seorang penengah
(mediator) yang netral, mediasi dilakukan dengan berpegang pada prinsip-
prinsip antara lain ;
1). ConJidentiality (kerahasiaan)
Segala sesuatu yang terjadi di dalam proses mediasi bersifat rahasia dan
tidak boleh di publikasikan, begitu juga mediator hams menjaga
kerahasiaan baik menyangkut isi maupun selama proses mediasi tersebut,
karena itu sebaiknya catatan mediator sebaiknya segera dimusnahkan.
Masing-masing pihak yang bertikai (disputants) disarankan untuk saling
menghonnati kerahasiaan tiap-tiap isu dan kepentingan dari masing-masing
pihak. Jaminan kerahasiaan ini hams diberikan supaya masing-masing
pihak dapat mengungkapkan masalah dan kebutuhannya secara langsung
dan terbuka. Mediator juga tidak bisa dipanggil sebagai saksi dalam kasus I
tersebut apabila kasus tersebut dibawa ke forum yang lain, seperti
pengadilan. Penerapan prinsip ini tercantum dalam :
a) Pasal 6 PERMA No. 1 Tahun 2008 yang berbunyi, "Proses mediasi
pada asasnya tertutup kecuali para pihak menghendaki lain".
b) Pasal 19 ayat (2) PERMA No. 1 Tahun 2008 yang berbunyi, "Catatan
mediator wajib dimusnahkan".
c) Pasal 19 ayat (3) PERMA No. 1 Tahun 2008 yang berbunyi, "Mediator
tidak boleh diminta menjadi saksi dalam proses persidangan perkara
yang bersangkutan".
2). Voluntariness (kesukarelaan)
Maksudnya masing-masing pihak yang bersengketa (disputants)
melakukan mediasi atas kemauan diri sendiri secara suka rela dan tidak
ada paksaan dari pihak lain. Prinsip sukarela ini dibangun atas dasar
bahwa para pihak yang bersengketa akan mau bekerja sama untuk
menemukan jalan keluar dari persoalan mereka apa bila mereka melakukan
mediasi atas pilihan mereka sendiri.
3). Empowerment (pemberdayaan)
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa orang yang akan melakukan
mediasi sebenarnya mempunyai kemampuan untuk bernegosiasi dalam
penyelesaian masalah mereka sendiri sehingga dapat mencapai
kesepakatan sesuai keinginan mereka. dalam ha1 ini kemampuan mereka
hams diakui dan dihargai, karena itu setiap solusi atau jalan penyelesaian
sebaiknya tidak dipaksakan dari luar tetapi hams muncul dari
pemberdayaan terhadap masing-masing pihak (disputants) karena ha1 itu
akan lebih memungkinkan bagi keduanya untuk menerimanya. Penerapan
prinsip ini tercantum dalam ;
a) Pasal 7 ayat (3) PERMA No. 1 Tahun 2008, yang berbunyi "Hakim,
melalui kuasa hukum atau langsung kepada para pihak, mendorong
para pihak untuk berperan langsung atau aktifdalam proses mediasi ".
b) Pasal 15 ayat (2) PERMA No. 1 Tahun 2008, yang berbunyi ;
"Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung
berperan dalam proses smediasi ".
c) Pasal 15 ayat (4) PERMA No. 1 Tahun 2008, yang berbunyi
"Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dun
menggali kepentingan mereka dun mencari berbagai pilihan
penyelesaian yang terbaik bagi para pihak ".
4). Neutrality (kenetralan)
Dalam proses mediasi peran seorang mediator hanya memfasilitasi proses
perundingan saja dan hasil mediasi menjadi tanggung-jawab para pihak
yang bersengketa, dalam mediasi mediator tidak bertindak layaknya
seorang hakim atau juri yang memutuskan salah atau benarnya salah satu
pihak, mendukung pendapat dari salah satunya, atau memaksakan jalan
keluar atau penyelesaian kepada para pihak. Penerapan prinsip ini
tercantum dalam Pasal 1 angka 6 PERMA No. 1 Tahun 2008 yang
berbunyi ; "Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak
dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan
penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian ".
5) . Unique Solution (solusi yang unik)
Suatu solusi atau hasil perundingan dari proses mediasi tidak hams sesuai
dengan standar legal, tetapi dihasilkan dari proses kreatifitas dan kerelaan
para pihak, karena itu hasil perundingan kemungkinan akan lebih banyak
dan beragam, ha1 ini berkaitan erat dengan konsep pemberdayaan terhadap
masing-masing pihak. /
Di dalarn PERMA No. 1 Tahun 2008 tidak menjelaskan tentang prinsip
mediasi yang dalam proses pelaksanaannya tidak mengedepankan
pembuktian materiil karena memang tidak untuk memenangkan salah satu
pihak dan mengalahkan pihak lainnya.
c. Factor-faktor Diperlukannya Mediasi Di Indonesia
Mediasi sebenarnya bersifat universal, artinya bahwa dinegara manapun
mediasi dilakukan, pelaksanaannya sama namun tetap ada perbedaan, karena
adanya sistem hukum suatu Negara. Secara umum mediasi dapat dial-tikan
upaya penyelesaian sengketa para pihak dengan kesepakatan bersama
melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral, tidak memiliki kewenangan
mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa
mencapai penyelesaian atau solusi yang dapat diterima oleh para pihak yang
sedang bersengketa. Dengan kata lain mediator sebagai pihak luar yang tidak
memihak (imparsial) dan netral bekelja dengan pihak yang bersengketa untuk
membantu mereka memperoleh kesepakatan peljanjian yang memuaskan.
Beberapa alasan mengapa mediasi sebagai alternatif penyelesaian
sengketa mulai mendapat perhatian yang lebih di Indonesia antra lain :
Pertama ; Faktor Ekonomis, dimana mediasi sebagai altematif penyelesaian
sengketa memiliki potensi sebagai sarana untuk menyelesaikan sengketa yang
lebih ekonomis, baik dari sudut pandang biaya maupun waktu. Kedua : Faktor
iuang lingkup yang dibahas, mediasi memiliki kemampuan untuk membahas
agenda permasalahan secara lebih luas, komprehensif dan fleksibel. Ketiga :
Faktor pembinaan hubungan baik, dimana mediasi yang mengandalkan cara-
cara penyelesaian yang kooperatif sangat cocok bagi mereka yang
menekankan pentingnya hubungan baik antar manusia (relationship), yang
telah berlangsung maupun yang akan datang.
Disamping alasan-alasan tersebut, juga ada faeor-faktor yang
mendasari diperlukannya proses penyelesaian sengketa dengan cara mediasi
di Indonesia, faktor-faktor tersebut antara lain ; Adanya tuntutan bisnis
Internasional yang akan memberlakukan sistem perdagangan bebas,
meningkatkan jumlah dan bobot sengketa di masyarakat sehingga perlu di cari
cara dan sistem penyelesaian sengketa yang cepat, efektif dan efisien, era
globalisasi mengharuskan adanya suatu sistem penyelesaian sengketa yang
dapat menyesuaikan dengan laju kecepatan perkembangan perekonomian dan
perdagangan yang menuju pasar bebas free market) dan persaingan bebas
free competition) karena itu diperlukannya suatu lembaga yang mewadahinya
serta mekanisme penyelesaian sengketa yang efisien dan mampu memenuhi
rasa keadilan, Untuk mewadahi perbedaaan pendapat yang muncul dari
keperan-sertaan masyarakat, Untuk menumbuhkan iklim persaingan yang
sehat bagi lembaga peradilan dan sebagai langkah alternatif dalam
membendung derasnya arus perkara yang mengalir ke pengadilan.44
d. Peran Dan Fungsi Mediator
Dalam proses penyelesaian sengketa dengan cara mediasi, mediator
mempunyai peran dan fungsi antara lain sebagai berikut ;
1). Menyelenggarakan pertemuan, seorang mediator dituntut untuk berperan
aktif mengajak para pihak yang bersengketa untuk melakukan pertemuan
guna merundingkan dalam rangka mencari solusi atas permasalahannya.
2). Memimpin diskusi rapat, dalam setiap pertemuan perundingan seorang
mediator bertindak sebagai pemimpin pertemuan dan mengelola serta
menjaga agar proses perundingan berlangsung dengan baik dan berjalan
sesuai yang direncanakan.
3)..Mengendalikan emosi para pihak, sebagai mediator hams menyadari
bahwa para pihak yang sedang dalam proses perundingan dapat bersikap
emosional.
44 .Naskah Akademis IVlediasi, Puslitbang Hukum Dan Peradilan, Badan Litbang Diklat Kumdil, Mahkamah Agung R I, Jakarta, 2007, hlm ; 1V.
4). Mendorong pihak yang segan mengemukakan pandangannya untuk
berbicara dan mengemukakan pendapat dan kehendaknya.
5). Mempersiapkan dan membuat notulen pertemuan, perundingan mediasi
tidak selalu dapat selesai dalam satu kali pertemuan karena itu
mediatorharus membuat notulensi pertemuan supaya pada pertemuan
berikutnya dapat langsung melanjutkan proses tanpa hams mengulang
proses sejak awal lagi. disamping itu notulansi pertemuan juga berguna
sebagai alat bukti jika ada salah satu pihak mengingkari hasil
kesepakatan.
6). Merumuskan titik temu atau kesepakatan dari para pihak, jika dalam
proses perundingan tercapai kesepakatan maka mediator hams membantu
merumuskan hasil kesepakatan tersebut.
7). Menyadarkan bahwa sengketa bukanlah sebuah pertarungan untuk
menang, mediator hams selalu mengingatkan kepada para pihak bahwa
sengketa yang sedang terjadi bukanlah untuk mencari pemenang tetapi
menjaga hubungan baik itu yang paling penting, dan karena itu
diupayakan agar kemenangan menjadi milik kedua pihak yaitu win win
solution.
8). Menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan masalah, apabila proses
perundingan terjadi kebuntuan, maka mediator dapat mengusulkan
alternati f pemecahan masalah yang di taw arkan kepada para pihak.
9). Membantu para pihak menganalisa alternatif pemecahan masalah,
mediator hams mendayagunakan atau melipatgandakan kemanfaatan
sumber-sumber informasi yang tersedia, sehingga mampu membantu
menganalisa alternatif pemecahan masalah.
10). Membujuk para pihak untuk menerima usulan tertentu, seorang mediator
hams menjadi agen realitas yaitu harus memberitahu atau memberi
pengertian kepada satu pihak atau para pihak bahwa sasarannya tidak
mungkin dicapai tanpa melalui sebuah proses pemndingan. 45
D. Mengenal Lernbaga Ombudsman Swasta EIY
1. Pengertian LOS DIY
Mendengar kata Ombudsman tentu terasa asing di telinga masyarakat
Yogyaltarta, karena itu Lembaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa
Yogyakarta belum dikenal secara luas oleh masyarakat, ha1 ini karena kata
ombudsman itu sendiri berasal dari bahasa Skandinavia yang berarti pengawas
penyelenggaraan Negara, lembaga ombudsman pertama kali dibentuk di
Swedia pada tahun 1809, namun demikian Swedia bukanlah Negara pertama
yang membangun sistem pengawasan ombudsman, sejarah pengawasan
ombudsman tertua justru telah ditemukan pada masa kekhalifahan Islam.
45 .Indra Bastian, "Mediasi, Alternutif Penyelesaian Sengketa, Manfaat Dan Wawasan Kedepan", Dalam Pendidikan dan Pelatihan Mediator Bersertifikat, Pusat Mediasi Indonesia Sekolah Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 28 Maret 2012, hlm ; 19.
Dean M Gottehrer, mantan presiden asosiasi ombudsman Amerika Serikat
menemukan bahwa pada dasarnya ombudsman berakar dari prinsip-prinsip
keadilan yang menjadi bagian dari mekanisme pengawasan dalam sistem
ltetatanegaraan Islam. Hal ini dapat dilihat pada masa Khalifah Umar Bin
Khatab (634-644 SM) yang saat itu memposisikan diri sebagai Muhtasih,
yaitu orang yang menerima keluhan dan menjadi mediator dalam
mengupayakan proses penyelesaian perselisihan antara masyarakat dengan
pejabat pemerintah. Tugas sebagai Muhtasih dijalankan Khalifah Umar Bin
Khatab dengan cara melakukan penyamaran,46 mengunjungi berbagai wilayah
secara diam-diam guna mendengar langsung keluhan dari rakyat terhadap
pemerintah (Gottehrer:2000), kemudian Khalifah Umar Bin Khatab
membentuk lembaga Qodi A1 Quadat (Ketua Hakim Agung) dengan tugas
khusus melindungi warga masyarakat dari tindakan sewenang-wenang dan
penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat pemerintah (Gilling: 1 998).47
Di Indonesia ombudsman pertama kali ada pada tahun 2000 di masa
pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid yang membentuk Komisi
Ombudsman Nasional (KON) melalui Keppres Nomor ; 44 Tahun 2000
46 .Dalam sejarah Islam diriwayatkan ketika Khalifah Umar Bin Khatab melakukan perja;anan penyamarannya beliau dilapori oleh seorang Yahudi tua dan miskin yang tanahnya terkena proyek pemerintah tanpa ganti rugi secara layak, mendengar keluhan tersebut Khalifah Umar Bin Khatab secepatnya mengirimkan hadiah untuk Gubernur berupa sepotong tulang yang digerat dengan mata pedangnya, karena kewibawaannya Umar Bin Khatab sebagai Khalifah, maka pada saat i tu juga Gubernur menyelesaikan permasalahan ganti rugi tanah tersebut dengan penuh keadilan.
47 Budhi Masthuri, Mengenal Ombudsman Indonesia, P'r Pradnya Paramita, cetakan pertama, Jakarta, 200S,.hlm ; 1-2.
tentang Pembentukan Komisi Ombudsman Nasional, Keputusan Presiden
tersebut dikeluarkan pada tanggal 10 Maret 2000 sebagai bagian dari program
pembangunan demokrasi di tanah air dengan jalan menghidupkan mekanisme
checks and balances, dimana setiap warga Negara (civil societyl diberi
kesempatan untuk berperan dalam melaksanakan kontrol terhadap
penyelenggaraan Negara dan pemerintahan.
Dengan dibentuknya Komisi Ombudsman Nasional menunjukan
komitmen seorang pemimpin yang sedang berkuasa untuk membuka mang
pengawasan oleh masyarakat melalui ombudsman yang diberi wewenang
mengawasi kinerja pemerintah dan pelayanan umum termasuk lembaga
peradilan. Pembentukan Komisi Ombudsman Nasional ini bertujuan untuk
membantu menciptakan dan atau mengembangkan kondisi yang kondusif
dalam melaksanakan pemberantasan kolusi, kompsi dan nepotisme (KKN)
serta meningkatkan perlindungan hak-hak masyarakat agar memperoleh
pelayanan umum, keadilan dan kesejahteraan secara lebih baik. Adapun tugas
pokok komisi ombudsman nasional adalah menyiapkan konsep rancangan
undang-undang (RUU) tentang ombudsman, melakukan koordinasi dan atau
lterja sama dengan instansi pemerintah, perguman tinggi, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), para ahli, praktisi, organisasi profesi serta melakukan
langkah untuk menindaklanjuti laporan atau informasi tentang penyimpangan
yang dilakukan oleh penyelenggara Negara pada saat melaksanakan tugasnya
maupun dalam memberikan pelayanan umum.
Keputusan Presiden Nomor ; 44 Tahun 2000 tentang Komisi
Ombudsman Nasional yang selanjutnya dirubah dengan Undang-undang
Nomor; 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia (OM).
Tujuan pembenblkan OM adalah untuk mewujudkan negara hokum yang
demokratis, adil, dan sejahtera; mendorong penyelenggaraan negara dan
pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur, terbuka, bersih, serta bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme; meningkatkan mutu pelayanan negara di
segala bidang agar setiap warga negara dan penduduk memperoleh keadilan,
rasa aman, dan kesejahteraan yang semakin baik; membantu menciptakan dan
meningkatkan upaya untuk pemberantasan dan pencegahan praktek-praktek
ma1 administrasi, diskriminasi, kolusi, korupsi, serta nepotisme;
meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukurn masyarakat, dan
supremasi hukum yang berintikan kebenaran serta keadilan.
Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor ; 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia, OR1 mempunyai fungsi mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara
Negara dan pemerintahan, baik di level pusat maupun di daerah termasuk
yang diselenggarakan oleh badan usaha milik daerah, dan badan hukurn milik
negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.
Sedangkan dalam Pasal 7 menyebutkan bahwa Ombudsman bertugas
antara lain ; menerima laporan atas dugaan ma1 administrasi4' dalam
penyelenggaraan pelayanan publik; melakukan pemeriksaan substansi atas
laporan; menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup
kewenangan ombudsman; melakukan investigasi atas prakarsa sendiri
terhadap dugaan ma1 adrninistrasi dalam penyelenggaraan pelayanan public,
melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga
pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan;
membangun jaringan ke rja; melakukan upaya pencegahan ma1 administrasi
dalam penyelenggaraan pelayanan publik; dan melakukan tugas lain yang
diberikan oleh undang-undang.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan propinsi pertama yang
membentuk lembaga ombudsman daerah, dan Asahan (Sumatra Utara) adalah
kabupaten pertama yang membentuk ombudsman daerah. Lembaga
ombudsman yang dibentuk di propinsi DIY ada dua jenis yaitu Lembaga
Ombudsman Daerah (LOD) yang mengawasi penyelenggaraan pelayanan
umum kepada masyarakat ynag diselenggarakan oleh pemerintah dan
Lembaga Ombudsman Swasta (LOS) yang mengawasi penyelenggaraan
48 Mal Administrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hokum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hokum dalam penyelenggaraan Negara dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil dan / atau immaterial bagi masyarakat dan orang perorang.Undang- undang Nomor; 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman republic Indonesia, Pasall poin 3.
pelayanan umum kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh sektor
swasta.
Pembentukan lembaga ombudsman di Daerah Istimewa Yogyakarta
merupakan keinginan Gubemur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk
membuka ruang seluas-luasnya bagi masyarakat dapat berpartisipasi dalam
mengawasi j alannya pemerintahan yang dipimpinnya, sebagai seorang Raja
dan sekaligus seorang Gubemur, Sri Sultan Hamengkubuwono X tentu
memegang kekuasaan yang sangat besar, baik secara struktural maupun
kultural, oleh karena itu pembentukan ombudsman di Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan cerminan komitmen seorang penguasa yang
merelakan diri dan jajarannya diawasi oleh masyarakat melalui ~ m b i d s m a n . ~ ~
Lembaga Ombudsman Swasta (LOS) pertama kali di bentuk di Daerah
Istimewa Yogyakarta dan sampai saat ini merupakan satu-satunya di
Indonesia, Dengan terbentuknya LOS DIY di harapkan dapat menjadi bagian
penting dalam melindungi hak masyarakat dari praktik bisnis yang tidak
beretika dan berkelanjutan. Tekad mulia ini kemudian secara formal telah
diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubemur DIY Nomor ; 135
Tahun 2004 Tertanggal 30 Juni 2004 tentang Pembentukan dan Organisasi
Ombudsman Swasta di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Surat
Keputusan Gubemur ini kemudian ditindaklanjuti dengan SK Nomor
49 Budhi Masthuri, Mengenal Ombudsman Indonesia, PT Pradnya Paramita, Cetakan Pertama, Jakarta, 2005,.hlm ; 8-10.
291TIIW2004 tentang Pembentukan Tim Seleksi Anggota Ombudsman
Swasta di Propinsi DIY. Selain itx tehh ditandatangani Memory of
Understanding (MOU) antara Pemerintah DIY dengan Gatra Tri Brata untuk
pelaksanaan pembentukan LOS DIY.
Dengan merujuk pada Surat Keputusan Gubernur DlY Nomor : 135
Tahun 2004 Tertanggal 30 Juni 2004 tentang Pembentukan dan Organisasi
Ombudsman Swasta di Propinsi DIY dapat diketahui bahwa relasi antara
swasta dengan birokasi pemerintah sangat besar pengaruhnya dalam
penvujudan good governance dan good corporate governance.
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pelayanan yang sebaik-
baiknya kepada setiap anggota masyarakat berdasarkan asas keadilan dan
persamaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya menciptakan
penyelenggaraan pemerintahan daerah, lembaga penegakan hukum dan
lembaga-lembaga negara lainnya serta badan usaha yang bersih dan bebas
KKN, penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan dan perbuatan sewenang-
wenang.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah yang amanah serta bebas dari
KKN juga dipengaruhi oleh sektor swasta. Dan untuk menjamin pemberian
pelayanan kepada setiap anggota masyarakat yang sebaik-baiknya dan
perlindungan terhadap hak-hak setiap anggota masyarakat dan praktik yang
tidak amanah serta KKlU yang melibatkan sektor swasta, maka perlu adanya
peran serta masyarakat dalam melakukan pengawasan terhadap praktik
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan badan usaha termasuk lembaga-
lembaga penegak hukum. Selanjutnya Surat Keputusan Gubernur Nomor :
135 Tahun 2004 dirubah dengan Peraturan Gubernur Nomor ; 22 Tahun 2008.
Hal ini dilakukan karena di sesuaikan dengan perkembangan situasi dan
kondisi yang terjadi saat itu, namun secara prinsip, kedua regulasi ini
mempunyai substansi yang sama.
2. Tujuan Berdirinya LOS DIY
Penyelenggaraar~ pemerintahan yang baik (good public governance)
tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi sektor swasta
dan masyarakat juga perlu berperan aktif agar harapan tersebut dapat segera
diwujudkan. Prakarsa pelembagaan LOS DIY diawali dengan pencarian
terobosan atas kompleksitas kebijakan publik sehingga iklim bisnis tidak
kondusif. Keberadaan LOS DIY sebagai ombudsman swasta yang pertama
ada di Indonesia, dapat menjadi bagian penting dalam perlindungan hak
masyarakat dari praktik bisnis yang tidak beretika dan berkelanjutan.
Karena itu dalarn Pasal 5 Peraturan Gubernur No. 22 Tahun 2008
menyatakan bahwa pendirian Lembaga Ombudsman Swasta mempunyai
tujuan antar lain : Pertama ; Mendorong dan mewujudkan praktek usaha yang
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, tindakan sewenang-wenang
serta kesadaran hukum masyarakat dan menjunjung tinggi supremasi hokum.
Kedzia ; Membantu setiap warga masyarakat untuk memperoleh pelayanan
yang baik, berkualitas, profesional dan proporsional berdasarkan asas
keadilan, kepastian hukum, dan persamaan. Ketiga ; Memfasilitasi dan
memberikan mediasi untuk mendapatkan perlindungan hukum kepada setiap
warga masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang baik, berkualitas,
profesional dan porposional dalam praktek usaha serta mendorong
terwujudnya etika usaha yang baik dan berkelanjutan.
3. Fungsi, Tugas, dan Kewenangan LOS DIY
Terkait dengan fungsi, tugas dan kewenangan LOS DlY dapat kami
sarnpaikan bahwa berdasarkan Peraturan Gubernur No. 22 Tahun 2008, dalam
Pasal6 dinyatakan bahwa ; Lembaga Ombudsman Swasta mempunyai fungsi
pengawasan, mediasi dan memberikan rekomendasi yang terkait dengan
penyelenggaraan praktek badan usaha dan usaha informal yang beretika dan
berkelanjutan untuk menjamin dan melindungi kepentingan masyarakat dari
praktek penyimpangan usaha dan ma1 praktek bisnis.
Sedangka~i tugas Lembaga Ombudsman Swasta secara jelas diatur
dalam Pasal 7 yang menyebutkan antara lain : Pertama; Menyusun program
kerja ombudsman swasta. Kedua; menyebarluaskan pemahaman mengenai
kedudukan, fungsi, tugas, wewenang dan program kerja ombudsman swasta
kepada seluruh masyarakat di daerah. Ketiga; melakukan koordinasi dan atau
kerjasama dengan berbagai lembaga baik pemerintah maupun swasta dalam
rangka mendorong dan mewujudkan penyelenggaraan usaha yang bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan kekuasslan atau jabatan
dan tindakan sewenang-wenang serta praktek usaha yang tidak beretika.
Keempat; menerima pengaduan dari masyarakat atas keputusan, tindakan dan
atau perilaku usaha dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
dirasakan tidak adil, diskriminatif, tidak patut, merugikan atau bertentangan
dengan hukum dan etika bisnis. Kelima; menindaklanjuti pengaduan dari
masyarakat mengenai penyimpangan usaha yang tidak beretika dan
berkelanjutan. Keenam; membuat laporan triwulan dan tahunan kepada
Gubernur terkait pelaksanaan tugas, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya kewenangan yang dimiliki LOS DN, dalam pasal 8
Peraturan Gubernur mengatur bahwa Lembaga Ombudsman Swasta diberi
kewenangan antara lain : Pertama; menerima dan mengelola pengaduan dan
informasi dari para pihak berkaitan dengan penyimpangan yang dilakukan
oleh badan usaha dan atau usaha informal. Kedua; mengklarifikasi bukti-bukti
dan saksi-saksi yang terkait dengan penyimpangan yang dilakukan oleh badan
usaha dan atau usaha informal. Ketiga; membuat rekomendasi berkaitan
dengan penyimpangan yang dilakukan oleh badan usaha dan atau usaha
informal yang menimbulkan keresahan atau kerugian bagi masyarakat
berdasarkan bukti-bukti yang dapat dipertanggung-jawabkan. Keempat;
memberikan rekomendasi kepada pihak pelapor dan terlapor dalam rangka
memfasilitasi penyelesaian masalah di antara para pihak, serta untuk
mendorong perbaikan tata kelola badan usaha dan atau usaha informal.
Kelima; semua rekomendasi yang dikeluarkan ombudsman swasta
tembusannya disampaikan kepada Gubernur melalui Biro Hukurn. Keenam;
mengumumkan hasil rekomendasi untuk diketahui masyarakat setelah
mendapat kepastian hukum.
4. Visi Dan Misi LOS DIY
Pendirian LOS DIY merupakan bagian dari upaya Pemerintah DIY
dalam mendorong dan mewujudkan pemerintahan yang baik (good
governance). Salah satu pilar penting dalam mewujudkan pemerintahan yang
good governance adalah adanya keterlibatan sektor swasta yang mampu
mengangkat citra diri bangsa dan menciptakan kesejahteraan rakyat melalui
pembukaan lapangan ke~ja, pertumbuhan ekonomi serta praktek usaha
yang sehat dan tidak merugikan konsumen maupun usaha lainnya. Pilar
lainnya adalah terwujudnya masyarakat sipil yang h a t dan mampu
melakukan kontrol serta pengawasan terhadap setiap kebijakan pemerintah
dan terselenggaranya tata kelola usaha sektor swasta yang beretika dan
mampu memberikan jaminan perlindungan kepada masyarakat.
Diantara kedua pilar tersebut LO$ DIY memiliki peran yang sangat
strategis dalam menjembatani komunikasi dan menyeimbangkan posisi
keduanya yang selama ini masih belum seimbang. Sehubungan dengan ha1 itu
LOS DIY bisa menjadi sebuah instrumen yang efektif dalam membantu dunia
usaha untuk mewujudkan praktek usaha yang beretika dan berkelanjutan
sehingga mampu memberikan pelayanan yang baik dan tidak merugikan
konsumen, dalam upaya ini LOS DIY senantiasa akan melibatkan partisipasi
masyarakat untuk melakukan kontrol dan pengawasan melalui program-
program sosialisasi dan edukasi penguatan masyarakat agar memiliki
kesadaran kritis dan berani mengadukan setiap pelanggaran etika usaha yang
dialarninya, selain melakukan kontrol terhadap kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan penyelenggaran usaha sektor swasta.
Mengingat kondisi ini dan dalam upaya mengemban mandat untuk
mendorong tenvujudnya tata kelola usaha sektor swasta yang beretika dan
berkelanjutan, maka pada periode ketiga tahun ; 2012 sld 2015, visi LOS DIY
adalah ; mewujudkan LOS DIY sebagai lembaga yang dipercaya oleh
masyarakat, pe lah bisnis, pemerintah dan lembaga lain untuk melakukan
pengawasan terhadap perwujudan tata kelola usaha yang beretika, berkeadilan
dan berkelanjutan guna menjamin dan melindungi kepentingan masyarakat
dari praktek penyimpangan usaha dan malpraktek bisnis di Daerah Istimewa
Y ogyakarta.
Dalam mewujudkan visi tersebut, maka misi yang akan dilakukan
LOS DIY adalah : Pertama; Mendorong dan mewujudkan praktek usaha
sektor swasta yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme,
tindakan sewenang-wenang, serta kesadaran hukum dan menjunjung tinggi
supremasi hokum, Kedua; Membantu setiap warga masyarakat untuk
memperoleh pelayanan yang baik, berkualitas, profesional berdasarkan asas
keadilan, kepastian hukum dan persarnaan, Ketiga; Memfasilitasi proses
mediasi untuk musyawarah dalam rangka membantu setiap warga masyarakat
untuk mendapatkan perlindungan hukum, memperoleh pelayanan yang baik,
berkualitas, profesional dan proporsional dalam praktek usaha, dan Keempat ;
Mendorong terwujudnya usaha yang beretika dan berkelanjutan. Dalam
rangka mewujudkan visi-misi tersebut, maka LOS DIY perlu menetapkan
strategi agar pelaksanaan tujuan dalam melaksanakan misi tersebut lebih
terarah.
Tujuan LOS DIY adalah mewujudkan praktek tata kelola usaha swasta
yang beretika, berkeadilan, dan berkelanjutan, agar tujuan LOS DIY dapat
tercapai secara efektif dan efisien, maka strategi yang digunakan adalah:
Pertama; Corporate empowerment yaitu upaya untuk mendorong
pelembagaan etika dalam praktek usaha yang dijalankan pemsahaan, Kedua;
Society empowerment and networking yaitu upaya untuk menumbuhkan peran
serta masyarakat dalam pengawasan praktek bisnis dan membangun jaringan
ke~jasama dengan lembaga lain, Ketiga; Government empowerment yaitu
mengusulkan pembentukan atau penyempurnaan peraturan atau keputusan
tentang tata kelola usaha swasta, dan Kelima; Institution empowerment yaitu
upaya untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengaduan masyarakat dan
menggunakan hik inisiatif."
Dalam pelaksanaannya LOS DIY dapat menerima konsultasi dan
laporan masyarakat terkait adanya dugaan penyimpangan usaha yang tidak
beretika serta menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat tersebut. LOS DIY
bekerja dengan berdasarkan prinsip imparsial, independen dan non-
diskriminasi. Hasil akhir LOS DIY dalam menindak lanjuti laporan
masyarakat tersebut adalah memberikan rekomendasi yang didasarkan pada
analisa data dan informasi serta penilaian hasil kajian untuk perbaikan tata
kelola usaha yang beretika dan berkelanjutan serta mengurnumkan hasil
temuan dan rekomendasi untuk diketahui masyarakat, rekomendasi LOS DIY
disampaikan kepada Gubernur DIY sebagai bentuk laporan dan usulan
perubahan kebijakan.
Terkait dengan perubahan kebijakan publik, LOS DIY dapat
mengusulkan kepada Gubernur DIY, Bupati atau Walikota di wilayah DIY
serta DPRD baik pada tingkatan wilayah DIY, kabupaten atau kota untuk
inembentuk dan mengadakan penyempurnaan peraturan daerah dan peraturan
lainnya dalam rangka mendorong, mewujudkan, menumbuh kembangkan
serta mengawasi tata kelola usaha sektor swasta yang beretika dan
berkelanjutan.
50 . Pedoman Tata Kelola Usaha Beretika, Lembaga Ombudsman Swasta DIY, Cetakan Pertama, Yogyakarta, 2013, hlm ; 32-38
Dengan cara ini perilaku bisnis yang tidak beretika dan berpotensi
merugikan masyarakat dapat dihindari. Dengan demikian dapat terlihat bahwa
yang menjadi target utama LOS DIY adalah perubahan kebijakan yang
berkaitan dengan sistem pengelolaan usaha yang tidak beretika menjadi
beretika, sehingga keberhasilan LOS DIY tidak diukur dari banyaknya
laporan yang masuk, namun banyaknya laporan yang masuk ke LOS DIY
dapat menjadi acuan adanya praktek bisnis yang tidak beretika, sehingga
lembaga pengawasan masih diperlukan cian membantu masyarakat dalam
penyelesaian permasalahannya.
Rekomendasi LOS DIY diharapkan dapat menjadi masukan yang
positif bagi berbagai pihak untuk perbaikan tata kelola usaha, karena salah
satu yang mendasar dari rekomendasi LOS DIY adalah sifatnya yang morally
binding dan bukannya legally binding. Hal ini menarik karena secara faktual
ketaatan dan kepatuhan terhadap hukum sebenarnya masih rendah.
Kekuatan mengikat surat rekomendasi yang dikeluarkan, meski hanya
mengikat secara moral, setidaknya tampak dari upaya yang dilakukan LOS
DIY untuk mengajak dan mendorong pihak-pihak terkait dapat memberi
perhatian dan mengambil peran dalam menindaklanjuti temuan LOS DIY
tersebut, karena itu LOS DIY akan selalu meneruskan surat rekomendasinya
ke instansi atau lembaga yang terkait dengan masalah tersebut. Dengan
adanya koordinasi dalam proses penanganan laporan, maka sinergitas antara
LOS DIY dengan pemerintah untuk mewujudkan penyelenggaraan
pemerintahan yang baik serta mewujudkan usaha yang beretika dan
berkelanjutan akan t e n v ~ j u d . ~ ~
51 . Ibid, hlm ; 1-8.
BAB I11
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lembaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta
Pemerintahan yang baik dan akuntabel tentu menjadi dambaan semua orang,
karena pemerintahan yang baik dan akuntabel sangat berkaitan dengan kesejahteraan
rakyat, tentu semua orarig percaya bahwa pemerintahan yang baik tidak serta merta
ada tetapi perlu perjuangan dan kerja keras serta komitmen dari semua pihak, tidak
hanya dari aparatur pemerintah saja tetapi peran swasta dan masyarakat akan banyak
menentukan keberhasilan cita-cita tersebut.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan satu-satunya wilayah yang memiliki
lembaga pengawasan pelayanan public di sektor swasta yang kita kenal dengan nama
Lembaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa di singkat
dengan LOS DIY, Hal ini karena penyelenggaraan pemerintahan daerah yang amanah
sei-ta bebas dari praktek kolusi, korupsi dan nepotisme antara lain dipengaruhi oleh
sektor swasta. Karena itu sejarah pendirian LOS DIY menjadi menarik dan
mengundang perhatian dari beberapa daerah untuk mempelajari sejarah dan eksistensi
LOS DIY.
1. Sejarah Lenlbags Onlbudsman Swasta Daerzh 1st-newa Yogyakarta
Sebagai lembaga yang mempunyai fbngsi pengawasan terhadap pelayanan
publik di sektor swasta dan satu-satunya di Indonesia maka keberadaan Lembaga
Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta (LOS DIY) menjadi menarik
untuk diketahui sejarah pendiriannya. Gagasan pendirian Lembaga Ombudsman
Swasta berasal dari adanya inisiatif dan prakarsa kalangan dunia usaha dan kelompok
masyarakat sipil di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melakukan perbaikan tata
kelola usaha di sektor swasta, karena dunia usaha menjadi salah satu penyumbang
penting terhadap terjadinya penyelenggaraan tata pemerintahan yang tidak amanah
akibat tata kelola yang belum baik dan adanya praktek korbpsi, kolusi serta
nepotisme, lemahnya pemenuhan hak-hak perlindungan konsumen dan hak-hak sosial
ekonoini serta pelayanan publik yang dijalankan oleh sektor swasta, dalam era
kompetitif disegala bidang saat itu, maka diharapkan keberadaan LOS DIY sangat
strategis dalam mendorong tenvujudnya penyelenggaraan sektor usaha dan praktek-
praktek bisnis yang baik (good corporate governance) yang di dukung oleh
penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) menjadi ha1 yang perlu
segera diwujudkan.
Prakarsa perbaikan pelayanan publik ini pada awalnya muncul dari kalangan
usaha kecil yang membentuk SBC (Small Business Council) yang selanjutnya
berkembang menjadi Gatra Tri Batra yang consern melakukan kontrol publik
terhadap praktek bisnis khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Upaya yang
dilalcukan untuk mewujudkan prakarsa ini dimulai dengan serangkaian kegiatan
seperti workshop multi stakeholder dan konsultasi publik yang difasilitasi oleh
lembaga Partnership selama bulan Januari s/d April 2003 dengan melibatkan dunia
usaha, Pemerintah, Perguruan Tinggi, LSM dan masyarakat di Daerah Istimewa
Yogyaltarta. Salah satu rekomendasi dari rangkaian kegiatan tersebut adalah perlu
adanya keterlibatan sektor swasta untuk melakukan pengawasan terhadap praktek
bisnis yang beretika dan berkelanjutan, termasuk dalarn penyelengaraan negara dan
pemerintahan yang terkait dengan kepentingan sektor swasta dan berdampak luas
bagi masyarakat. Sehubungan dengan itu perlu dibentuk sebuah instrumen yang
efelttif membantu dunia usaha dalam mewujudkan praktek sektor usaha yang beretika
berltelanjutan, sehingga mampu memberikan pelayanan, menjalani proses produksi
dan menghasilkan produk yang melindungi masyarakat selaku konsumen dan sesuai
dengan standar yang seharusnya.
Seperti di banyak negara lain, Ombudsman swasta yang dibayangkan seperti
lembaga Better Business Bureau, merupakan lembaga yang dipercaya publik,
transparan dan dapat memenuhi tanggung gugat masyarakat dalam mengawasi tingkat
ltepatuhan dan kepatutan dalam tata kelola usaha dan paktek-praktek bisnis yang baik
dan inenjamin hak-hak konsumen. Kebutuhan serupa juga dirasakan oleh warga
masyarakat Yogyakarta, harapan adanya peran serta masyarakat dalam keterlibatan
pengawasan praktek pelaku bisnis yang selalu terhambat karena adanya keterbatasan
dalain berbagai sumberdaya. Kemauan baik Pemerintah Propinsi DIY baik eksekutif
inaupun legislatif untuk pelembagaan lembaga ini diharapkan dapat memberikan
pengaruh nyata dalam perbaikan yang diinginkan sekaligus sebagai penvujudan
jaminan hak-hak sosial ekonomi warga masyarakat di DIY dalam menghadapi praktik
bisnis yang tidak fair, sekaligus untuk membangun iklim usaha yang kondusif dan
keterbukaan kesempatan bagi semua pihak di DIY tanpa meminggirkan hak-hak
masyarakat.
Pada awal bergulirnya prakarsa pembentukan lembaga ombudsman swasta,
pembicaraan mengenai pemberantasan korupsi dalam relasi dunia usaha dengan
pemerintah sedang hangat dibicarakan, namun dalam perkembangannya penegakan
etika bisnis dan perlindungan terhadap konsumen juga mengemuka. Dengan
demikian keberadaan ombudsman swasta di DIY akan sangat strategis di tengah
lemahnya pemenuhan hak dan kepentingan masyarakat dalam pelayanan publik baik
di pemerintahan maupun dunia usaha, diharapkan ombudsman swasta DIY, sebagai
lembaga pengawas di sektor swasta yang baru pertama ada di Indonesia akan dapat
inenjadi bagian penting dalam upaya perlindungan hak masyarakat dari praktek bisnis
yang tidak beretika dan berkelanjutan. Dalam rangka menjaring aspirasi masyarakat
dan inenghasilkan keinginan bersama untuk segera mewujudkan pembentukan
Lembaga Ombudsman Swasta (LOS) di DIY, maka dilakukan serangkaian kegiatan
diantaranya ;
a. Lokakarya penyuswian kerangka kerja pembeatukan ombudsman swasta yang
diselenggarakan pada tanggal 13 sld 14 Mei 2004 bertempat di Kepatihan
Yogyakrta. Dalam workshop ini menghasilkan kesepakatan "Butir-butir
Konsensus Peserta Lokakarya" yang kemudian disusun dalam bentuk kerangka
lterja pembentukan Ombudsman Swasta. Kemudian pihak Gatra Tri Brata (GTB),
PUSHAM UII dan Pemerintah Propinsi DIY meminta stakeholders lain termasuk
lembaga donor untuk memenuhi rencana tindak lanjut (action plan) yang telah
disusun. Action plan yang disepakati antara lain : Penanda tanganan MOU
pelembagaan antara Pusham UII, Gatra Tri Brata dan Gubernur DIY, Penyiapan
tim proses pelembagaan ombudsman, Penyusunan draft akademik lembaga
ombudsman swasta, Workshop/Konsultasi publik untuk draft akadeinik (konsep
paper), Penyusunan Legal Drafting (Keputusan Gubernur), Pengembangan Tools
(SIM, Decision Making, SOP, Sistem audit keuangan internal, Overall
Performance Audit, Social Impact Audit, dan Sistem penelusuran pengaduan
masyarakat), Publikasi surat keputusan Gubernur, Fit and Proper Test, Penetapan
personal LOS DIY dan LOD DIY oleh Keputusan Gubernur, Start u p operasional
LOS DIY dan LOD DIY serta kampanye publik.
b. Pembuatan Policy Paper Ombudsman Swasta.
Kegiatan ini dilakukan beb erapa kali untuk merurnuskan policy paper
ombudsman swasta dari bulan Mei 2004 sampai dengan Juni 2004 di sekretariat
Gatra Tri Brata.
c. Semiloka dan Penandatanganan MOU Pelembagaan Ombudsman Swasta dan
Ombudsman Daerah DIY. Semiloka dan penandatanganan MOU ini
diselenggarakan atas kerjasama Pemerintah Propinsi DIY, Partnership for
Government Reform Indonesia (PGRI), Gatra Tri Brata dan Pusham UII.
Penandatanganan MOU antara Gubernur Propinsi DIY dengan Gatra Tri Brata
untuk kesepahaman bersama pelembagaan LOS DIY dan MOU Gubernur
Propinsi DIY dengan Pusham UII untuk LOD DIY. Stakeholders yang hadir
antara lain ; unsur pemerintah seperti ; DPRD DIY, Kepolisian Daerah, Kejaksaan
Tinggi, Pengadilan Tinggi, Komisi Ombudsman Nasional (KON), Pelaku bisnis
(swasta), Asosiasi Bisnis DIY, Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di DIY,
Lembaga Donor (PGRI dan Swiss Contact), Media massa baik cetak maupun
elektronik, LSM serta organisasi non pemerintah dari Yogyakarta dan Jakarta
diharapkan dapat memberikan pengenalan terhadap nota kesepaharnan tersebut.
d. Roadshow ke media masa cetak dan elektronik, acara ini berlangsung pada bulan
Agustus 2004 diantaranya ; TVRI, RRI dan Unisi FM.
e. Penyusunan Draft SK Gubernur untuk Ombudsman Swasta dan SK Tim Seleksi
Ombudsman Swasta. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama antara Pemerintah
Propinsi DIY, Pusham UII dan Gatra Tri Brata.
f. Rapat-rapat Tim Seleksi Ombudsman Swasta.
g. Penyusunan dan Pelaksanaan Time Schedule Pelembagaan Ombudsman Swasta.
h. Pemasangan iklan pengumuman Rekruitmen Ombudsman Swasta di beberapa
Media Cetak.
Setelah melalui serangkaian pertemuan dan pembahasan antara dunia usaha,
peinerintah dan masyarakat sipil akhirnya secara formal Gubernur Propinsi DIY yaitu
Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 30 Juni 2004 mengeluarkan Surat
Keputusan Gubernur Nomor : 135 Tahun 2004 tentang Pembentukan Lembaga
Ombudsman Swasta (LOS) sebagai landasan hukum keberadaan LOS DIY. Selain itu
Gubernur juga mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor : 29lTIMl2004
Tentang Pembentukan Tim Seleksi Anggota Ombudsman Swasta di Propinsi DIY.
Dengan kedua keputusan tersebut Pemerintah Propinsi DIY telah melapangkan jalan
untuk keberlanjutan keberadaan LOS DIY. Selain kedua SK Gubernur tersebut, juga
dilakukan penandatangailan nota kesepahaman (MOU) antara Pemerintah Propinsi
DIY dengan Gatra Tri Brata untuk pelaksanaan pembentukan Lembaga Ombudsman
Swasta.
Penerbitan SK Gubernur DIY Nomor : 135 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Lembaga Ombudsman Swasta (LOS) didasarkan pada pertimbangan
sebagai berikut : Pertama, pelayanan yang sebaik-b aiknya kepada setiap anggota
masyarakat berdasarkan asas keadilan dan persamaan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya untuk menciptakan penyelenggaraan pemerintah daerah,
lembaga-lembaga penegakan hukum dan lembaga-lembaga negara lainnya serta
badan usaha yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme (KKN),
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan, dan perbuatan sewenang-wenang, Kedua,
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang amanah serta bebas dari praktik KKN
antara lain dipengaruhi oleh sektor swasta. Ketiga, untuk menjamin pemberian
pelayanan kepada setiap anggota masyarakat yang sebaik-baiknya dan perlindungan
terhadap hak-hak setiap anggota masyarakat dan praktek yang tidak amanah serta
KKN yang melibatkan sektor swasta maka perlu pemberdayaan masyarakat melalui
peran serta untuk melakukan pengawasan terhadap praktek penyelenggaraan
pemerintah daerah, badan usaha termasuk lembaga-lembaga penegakan hukum.
Berdasarkan kesepahaman bersama, maka ombudsman swasta akan menjadi
lembaga independen, sebagai lembaga publik yang menjamin partisipasi publik
dalam proses kerja maupun dalam pengawasan. Dalam setiap proses pelembagaan
ombudsman swasta, sejak tahapan awal hingga kini selalu melibatkan multi
stakeholders khususnya asosiasi usaha dan kelompok-kelompok masyarakat agar apa
yang telah dihasilkan merupakan pencenninan dari aspirasi dan kebutuhan
masyarakat. Meskipun SK Gubernur DIY tentang Pembentukan Lembaga
Ombudsman Swasta (LOS) telah diterbitkan sejak tahun 2004, namun secara formal
dan efektif bekerja baru dimulai tanggal 8 Juni 2005. Hal ini disebabkan karena
anggota LOS DIY untuk periode pertama tahun 2005 - 2008 yang terpilih beljurnlah
lima orang baru dikuku'niian oieh Gubernur Propinsi DIY pada tanggal 7 Juni 2 0 0 5 . ~ ~
Pada saat yang bersamaan dengan berakhirnya masa tugas para anggota LOS
DIY periode pertama tahun 2005-2008, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku
Buwono X mengeluarkan Peraturan Gubernur DIY Nomor : 22 Tahun 2008 sebagai
landasan hukum organisasi LOS DIY pengganti SK Gubernur DIY Nomor; 135
Tahun 2004, secara prinsip kedua regulasi ini mempunyai substansi yang sama.
Melalui Peraturan Gubernur DIY Nomor : 22 Tahun 2008 tersebut dijelaskan bahwa
Ombudsman Swasta adalah sebuah lembaga yang bersifat mandiri dan diadakan
untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan tata kelola usaha yang
dilakukan oleh badan usaha dan usaha informal yang beretika dan berkelanjutan. Di
52 . Pedaman Tata Kelola Usaha Beretika, Lembaga Ombudsman Swasta DIY, Yogyakarta, Cetakan Pertama, 2013, hlm ; 24-33.
samping itu Ombudsman Swasta merupakan lembaga pengawasan pelayanan
masyarakat yang bersifat non-struktural dan mandiri untuk melakukan pengawasan
dan menindaklanjuti laporan masyarakat terhadap adanya dugaan praktek usaha yang
tidak beretika serta mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan usaha
yang beretika dan berkelanjutan.
Pengukuhan anggota baru periode kedua tahun 2008-201 1 yang terdiri dari 5
orang dengan Surat Keputusan Gube~nur DIY Nomor : 146/Kep/2008. Para anggota
baru ini mulai bertugas pada tanggal 19 Oktober 2008. Dan pada saat ini tahun 2014,
keanggotaan LOS DIY yang sedang menjalankan tugas merupakan anggota LOS DIY
periode ketiga yang dikukuhkan pada tanggal 10 Januari 2012 dengan masa tugas
tahun 2012-2015.~~
2. Tujuan, Fungsi, Tugas Dan Kewenangan LOS DIY
Berdasarkan pasal 5 Peraturan Gubernur DIY No. 22 Tahun 2008 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Ombudsman Swasta Di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, pendirian Lembaga Ombudsman Swasta mempunyai tujuan antara lain:
a. Mendorong dan mewujudkan praktek usaha yang bersih dan bebas dari korupsi,
lcolusi dan nepotisme;
53 . Ibid, hlm ; 24-29
b. Membantu setiap warga masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang baik,
berkualitas, profesional dan proporsional berdasarkan asas keadilan, kepastian
hulain dan persamaan;
c. Memfasilitasi dan memberikan mediasi untuk memberikan perlindungan hukum
kepada setiap warga masyarakat dalam memperoleh pelayanan yang baik,
berkualitas, profesional dan proporsional dalam praktek usaha;
e. Mendorong tenvujudnya etika usaha yang baik dan berkelanjutan. Dengan adanya
tata kelola yang baik dan beretika, maka diharapkan usaha tersebut akan
berkelanjutanl
Adapun hngsi dari LOS DIY berdasarkan pasal 6 Peraturan Gubernur DIY
No. 22 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Ombudsman Swasta Di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai lembaga pengawasan, mediasi
dan memberikan rekomendasi penyelenggaraan praktek badan usaha dan usaha
informal yang beretika dan berkelanjutan untuk menjamin dan melindungi
kepentingan masyarakat dari praktek penyimpangan usaha dan ma1 praktek bisnis.
Berkaitan dengan tugas dan hngsi tersebut maka LOS DIY memiliki tugas antara
lain :
a. Menyusun program kerja ombudsman swasta;
b. Menyebarluaskan pemahaman mengenai kedudukan, fbgsi , tugas, wewenang dan
program kerja ombudsman swasta kepada seluruh masyarakat di daerah;
c. Melakukan koordinasi dan atau kerjasama dengan berbagai lembaga baik
pemerintah maupun swasta dalam rangka mendorong dan mewujudkan
penyelenggaraan usaha yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme,
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan dan tindakan sewenang-wenang serta
praktek usaha yang tidak beretika.
d. Menerima pengaduan dari masyarakat atas keputusan, tindakan dan atau perilaku
usaha dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang dirasakan tidak
adil, diskriminatif, tidak patut, merugikan atau bertentangan dengan hukum dan
etika bisnis;
e. Menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat mengenai penyimpangan usaha yang
tidak beretika dan berkelanjutan;
f. Membuat laporan triwulanan dan tahunan kepada Gubernur terhadap
pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang b e r ~ a k u . ~ ~
Dengan merdasarkan pada tugas yang ada, maka LOS DIY diberikan wewenang
antara lain :
a. Menerima dan mengelola pengaduan dan informasi dari para pihak berkaitan
dengan penyimpangsn yang dilakukan oleh badan usaha dan atau usaha informal;
b. Mengldarifikasi bukti-bukti dan saksi-saksi yang terkait dengan penyimpangan
yang dilakukan oleh badan usaha dan atau usaha informal;
54 .Peraturan Gubernur DIY No. 22 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Ombudsman Swasta Di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta, Pasal ; 7.
c. Membuat rekomendasi berkaitan dengan penyimpangan yang dilakukan oleh
badan usaha dan atau usaha informal yang menimbulkan keresahanlkerugian bagi
masyarakat berdasarkan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
d. Memberikan rekomendasi kepada pihak pelapor dan terlapor dalam rangka
memfasilitasi penyelesaian masalah di antara para pihak, serta untuk
mendorong perbaikan tata kelola badan usaha dan atau usaha informal;
e. Semua rekomendasi yang dikeluarkan Ombudsman Swasta tembusannya
disampaikan kepada Gubernur melalui Biro Hukum;
f. Mengumumkan hasil rekomendasi untuk diketahui oleh masyarakat setelah
mendapatkan persetujuan ~ u b e r n u r . ~ ~
3. Eksistensi Lembaga Ombudsman Swasta Daeran Istimewa Yogyakarta
Bahwa pelayanan yang sebaik-baiknya kepada setiap anggota masyarakat
berdasarkan asas keadilan dan persamaan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari upaya untuk inewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah, lembaga-
lembaga penegakan hukum dan lembaga-lembaga Negara lainnya serta badan hukum
yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan kekuasaan
atau jabatan dan perbuatan sewenang-wenang. Berdasarkan pertimbangan tersebut
maka pemerintah Propinsi DIY mendorong perbaikan pelayanan publik oleh sektor
swasta sekaligus merupakan sarana untuk penvujudan pemerintahan yang baik di
55 . Peraturan Gubernur DIY No. 22 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Ombudsman Swasta Di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta, Pasal ; 8.
Propinsi DIY, setelah lahirnya Komisi Ombudsman IVasional, Pemerintah Propinsi
DIY secara bersamaan membentuk Ombudsman Daerah dan Ombudsman Swasta.
Lembaga Ombudsman Swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan satu-
satunya di Indonesia.
Sebagai sebuah instrumen kontrol, LOS DIY menambah inisiatif yang tidak
semata terletak pada kapasitas kelembagaan yang h a t serta tata laksana yang baik,
namun seberapa jauh dapat diterima dan melibatkan masyarakat dalan menjalankan
peran dan fungsinya. Dengan kata lain untuk dapat mewujudkan negara yang
demokratis diperlukan adanya partisipasi masyarakat. Partisipasi ini akan menjamin
praktek bisnis yang mengindahkan kaidah hukum maupun etika bisnis, sehingga
terjaga keberlanjutannya. Karena itu diperlukan upaya memperkuat sekaligus
melembagakan akses dan kontrol masyarakat untuk mengawal keberadaan LOS DIY
dan praktek bisnis yang beretika dan berkelanjutan.
Sebagaimana diamanatkan dalam SK Gubernur No.135 Tahun 2004,
pembentukan LOS DIY antara lain didasarkan pada perlunya peran serta dari
masyarakat sipil untuk mengawasi pelayanan publik di sektor swasta sehingga dalam
aktifitasnya tetap menjunjung tinggi nilai-nilai etis. Dalam ha1 ini LOS DIY dapat
berperan baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pelaku
usaha, peran LOS DIE' yang berhubungan dengari pelaku usaha antara lain dalam
bentuk sosialisasi ke pelaku usaha, pemberian rekomendasi kepada pelaku usaha
untuk perbaikan tata kelola bisnis supaya beretika berkelanjutan maupun
pengumpulan informasi baik yang berhubungan dengan proses klarifikasi terkait
suatu persoalan yang dilaporkan, koordinasi dengan instansi terkait maupun hasil
ltajian LOS DIY terhadap suatu praktek bisnis yang terjadi di masyarakat. LOS DIY
juga melakukan sosialisasi edukasi ke masyarakat sehingga mereka memahami
keberadaan lembaga ini dan sekaligus memberdayakan mereka sehingga dapat
mengawasi pelaku bisnis agar selalu berlandaskan etika, manakala mereka
menemukan indikasi adanya perusahaan yang melakukan pelanggaran etika bisnis
malta mereka berani bersikap kritis. Selain itu dalam mendorong dan mewujudkan
penegakan bisnis beretika juga dilakukan kerja sama dengan pemerintah, kerja sama
yang dilakukan antara lain dalarn bentuk rekomendasi berdasarkan hasil kajian,
penelitian dan investigasi yang dilakukan oleh LOS DIY berupa usulan perbaikan
kebijakan yang berpotensi menghambat implementasi bisnis beretika berkelanj~tan.'~
Lembaga Ombudsman Swasta yang memegang prinsip imparsial, independen
dan non-diskriminasi ini membawa mandat dan amanah dari masyarakat untuk
mewujudkan hak-hak publik terhadap praktek tata kelola usaha sektor swasta yang
baik dan adil dan mendorong terwujudnya tata kelola usaha sektor swasta yang baik
dan beretika, serta menumbuhkan peran serta masyarakat dalam pengawasan praktek
bisnis di sektor swasta. Keberadaan LOS DIY akan sangat strategis di tengah
lemahnya pemenuhan hak dan kepentingan masyarakat dalam pelayanan publik di
pemerintahan dan dunia usaha. Lebih lanjut keberadaan Ombudsman Swasta di DIY
yang pertama kali ada di Indonesia diharapkan dapat menjadi contoh dan cerminan
56 . Pedoman Prinsip Dan Penilaian Bisnis Beretika Berkelanjutan, Lembaga Ombudsman Swasta DIY, Yogyakarta, 2006, hlm ; 3.
bagi daerah lain yang menyangkut keseriusan pemerintah daerah dan masyarakat
bisnis dalam meinberikan perlindungan hak-hak publik dari praktek bisnis yang tidak
beretika. Karena kehadiran LOS DIY juga dimaksudkan untuk dapat mewujudkan
praktek bisnis di sektor swasta yang beretika berkelanjutan, sehingga mampu
memberikan pelayanan dan menghasilkan produk yang melindungi publik selaku
konsumen sesuai dengan standar yang seharusnya.
4. Susunan Organisasi Dan Keanggotaan LOS DIY
Berdasarkan pasal 9 Peraturan Gubernur DIY Nomor ; 22 Tahun 2008,
susunan organisasi Ombudsman Swasta terdiri dari ; Pertama, Unsur anggota yang
terdiri dari ketua merangkap anggota, wakil ketua merangkap anggota dan anggota,
Kedua, Unsur penunjang yang terdiri dari ; asisten-asisten dan sekretariat.
Keanggotaan LOS DIY yang berjumlah 5 (lima) orang, bersifat kolektif kolegial,
oleh karena itu dalam struktur organisasi LOS DIY, rapat anggota LOS DIY
memegang kekuasaan tertinggi, artinya segala kebijakan LOS DIY baik yang bersifat
internal maupun eksternal ditentukan oleh rapat anggota.
Dalam pelaksanaannya dilakukan pembagian tugas, tanggungjawab dan
wewenang yang diatur oleh anggota lembaga ombudsman swasta. Secara struktural
anggota LOS DIY terdistribusi dalam tiga posisi yakni ketua, wakil ketua dan ketua
bidang. Ketua bertanggungjawab mengkoordinasikan seluruh aktifitas di LOS DIY,
wakil ketua di samping mempunyai fungsi membantu kerja-kerja ketua juga
bertanggungjawab atas kesekretariatan yang dibantu oleh tiga orang staf yakni staf
adininistrasi, staf keuangan dan staf IT. sedangkan tiga bidang yang diketuai oleh tiga
anggota LOS DIYdiantaranya ;
a. Bidang Pelayanan, Investigasi Dan Monitoring
Bidang ini memiliki tugas mengkordinasikan dan atau melaksanakan segala
kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan, baik pelayanan konsultasi maupun
pelayanan penerimaan laporan yang berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran
etilta bisnis, mengkoordinasikan tindak lanjut laporan seperti melakukan
klarifiltasi dengan pihak terlapor, memfasilitasi proses mediasi, melakukan
investigasi jika diperlukan kelengkapan data dan informasi, membuat dan
inenyampaikan rekomendasi serta melakukan monitoring rekomendasi.
b. Bidang Kerjasama Dan Penguatan Masyarakat
Bidang ini memiliki tugas untuk mengkoordinasikan dan atau menjalin ke rjasama
dengan semua stakeholder dalam rangka mencegah terjadinya penyimpangan ma1
admiilistrasi tata kelola usaha di sektor swasta, melaksanakan sosialisasi terkait
dengan tugas, hngsi dan kewenangan LOS DIY kepada seluruh masyarakat DIY,
melakukan edukasi kepada masyarakat agar bersikap kritis dan proaktif dalam
mensikapi setiap pelanggaran praktek bisnis yang tidak beretika yang terjadi di
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
c. Bidang Penelitian, Pengembangan Dan Penguatan Keiembagaan
Bidang ini memiliki tugas utarna melakukan penelitian dan pengembangan baik
yang menyangkut kelembagaan maupun pengembangan pelaksanaan tugas dan
hngsi LOS DIY dalam rangka penegakan etika bisnis, sedangkan dalam bidang
penguatan kelembagaan mempunyai tugas untuk mengembangkan sumber daya
personil LOS DIY agar mampu memberikan pelayanan secara profesional dan
akuntabel.
Dalam rangka menjalankan tugas, setiap ketua bidang dibantu oleh satu atau dua
orang asisten yang akan membantu anggota untuk melaksanakan program yang
telah direncanakan, asisten bertugas membantu ketua bidang untuk tugas-tugas
keombudsmanan, sedangkan staf bertugas membantu wakil ketua untuk tugas-
tugas ~teor~anisas ian .~~
5. Prinsip-prinsip Bisnis Beretika Dan Berkelanjutan LOS DIY
Pengertian bisnjs beretika berkelanjutan atau etika usaha yang baik
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DIY Nomor ; 22 Tahun
2008 adalah penyelenggaraan usaha yang didasari oleh seperangkat nilai kebaikan
(goodness), kejujuran (honesty), keadilan Gustice), keterbukaan (transparency), rasa
tanggungjawab (responsibility), ketidak-pemaksaan kehendak, yang mengatur
penyelenggaraan atau tata kelola usaha sehingga tidak merugikan dan memberikan
kemanfaatan baik bagi produsen, pedagang, konsumen, masyarakat, pemerintah dan
Negara serta lingkungan sehingga akan te jamin keberlangsungan dan kemanfaatan
usaha dimasa depan. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya LOS DIY
merumusltan beberapa nilai dan prinsip etika bisnis yang selama ini banyak diabaikan
57 . Laporan Pelaksanaan Tugas Lembaga Ombudsman Swasta DIY Tahun 2013, Yogyakarta, h im ;.lo-32.
oleh para pelaku bisnis, nilai dan prinsip etika bisnis beretika berkelanjutan dan
berlteadilan yang menjadi pedoman kerja LOS DIY antara lain ;
a. Prinsip Pertanggung-jawaban ( Responsibility ).
Yang dimaksud dengan prinsip pertanggung jawaban adalah prinsip kesesuaian
dalam pengelolaan perusahaan atau institusi ierhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Selain itu
prinsip ini juga bisa berarti pemenuhan kewajiban institusi atau perusahaan
kepada semua pemangku kepentingan baik di internal maupun eksternal yang
menjadi hak mereka. Termasuk dalam responsibility adalah tanggung jawab
sosial perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan.
b. Prinsip Icewajaran ( Fairness ).
Prinsip kewajaran mengandung arti bahwa pengelolaan pel-usahaan atau institusi
seharusnya di dasarkan pada keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangm yang berlaku.
c. Prinsip Icepatuhan Terhadap Aturan Dan Hukum.
Prinsip ltepatuhan terhadap aturan dan hukum adalah ketaatan penyelenggaraan
usaha atau bisnis terhadap hukuin dan peraturan pel-undang-undangan yang
berlaku. Sehingga institusi atau perusahaan yang dikelola dengan tidak melanggar
hukuin dan peraturan akan berdampak positif bagi keberlangsungan perusahaan
tersebut.
d. Prinsip Transparansi atau Keterbukaan.
Prinsip transparansi atau keterbukaan adalah prinsip untuk bersedia melakukan
lteterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
mengemultaltan informasi materiil yang relevan mengenai jasa, produk dan
kebijakan dari institusi atau perusahaan kepada stakeholder dan shareholder, baik
yang berhubungan dengan internal maupun eksternal.
e. Prinsip Akuntabilitas atau Tanggung Gugat.
Prinsip akuntabilitas atau tanggung gugat adalah prinsip bisnis beretika
berkelanjutan yang berkaitan dengan kejelasan hngsi pelaksanaan dan
pertanggung jawaban manajemen perusahaan atau institusi sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif dan efisien.
f. Prinsip Kejujurar~ ( ,?mesty).
Prinsip kejujuran adalah prinsip kesesuaian antara perkataan, perbuatan dengan
kondisi sebenarnya dan atau aturan yang ada menyangkut materi atau informasi
yang relevan dalam kegiatan, praktek atau pengelolaan perusahaan atau institusi.
g. Prinsip Empati ( Compassion ).
Prinsip empati merupakan prinsip perlakuan kepada stakeholder dan shareholder
oleh sebuah perusahaan atau institusi sebagaimana mereka sendiri ingin
diperlakukan dalam pengelolaan bisnis atau usaha. Secara operasional prinsip ini
dapat terlihat bagaimana perusahaan atau institusi memperlakukan pihak lain
seolah-olah memperlakukan din sendiri.
h. Prinsip Kemandirian ( Independence )
Prinsip kemandirian merupakan suatu keadaan dimana perusahaan atau institusi
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan
dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang ~ e h a t . ~ '
Prinsip-prinsip etika bisnis yang menjadi pedoman kerja LOS DIY juga
selaras dengan ajaran Islam seperti ; Nilai ketaatan pada hukum yang ada di LOS
DIY terakomodasi dari nilai ketaatan pada hukum Tuhan yakni syari'ah yang
bermakna integritas dan loyalitas. Nilai transparansi, akuntabilitas dan kemandirian
(independence) sejalan dengan nilai-nilai kekhilafahan yang bermakna intelektualitas,
kebebasan dan kebertanggungjawaban. Nilai kewajaran fairness) dan kejujuran
(honesty) selaras dengan nilai-nilai tazkiyah yang bemakna kejujuran, keadilan dan
keterbukaan. Sementara nilai empati (compassion) seirama dengan nilai-nilai ihsan
yang bermakna kebersamaan dan kebaikan bagi orang lain.59 Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pedoman nilai-nilai etika bisnis LOS DIY yang bertujuan
melindungi masyarakat akan membawa kebaikan bagi masyarakat khususnya
masyarakat di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
58 . Pedoman Prinsip Dan Penilaian Bisnis Beretika Berkelanjutan, Lembaga Ombudsman Swasta DIY, Yogyakarta, 2006, hlm ; 48.
59 - . thalis Noor Cahyadi, Hasil Penelitian "Siknifikansi Ombudsman Swasta Dalam Menegakkan Bisnis Beretika Dan Berkelanjutan Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Studi Atas Lembaga Ombudsman Swasta Daerah lstimewa Yogyakarta (LOS DIY)", Yogyakarta, 2010, hlm ; 154.
B. Pelayanan Konsultasi dan Penerimaan Laporan
Tahap konsultasi dan penerimaan laporan adalah tahap awal dalam pelayanan
di LOS DIY. Konsultasi dan penerimaan laporan bisa dilakukan dengan berbagai cara
sepei-ti telepon, sms, email maupun datang langsung ke kantor LOS DIY, khusus
untuk laporan resmi, disarankan agar Pelapor dapat datang langsung ke kantor LOS
DIY supaya informasi dapat disampaikan secara lengkap beserta data-data
pendukung yang berkaitan dengan permasalahan yang dilaporkan. Permasalahan yang
dapat di konsultasikan maupun dilaporkan adalah mengenai pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh sektor swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada tahap konsultasi maupun laporan, Pelapor diminta untuk mengisi form
yang telah disediakan yaitu form konsultasi maupun form laporan. Dalam tahap ini
Pelapor diterima oleh 2 orang yang terdiri dari satu orang anggota dan satu orang
asisten. Meskipun demikian dalam kondisi tertentu, dapat diterima oleh sekurang-
kurangnya dua orang asisten. Kemudian Pelapor dirninta menyampaikan
permasalahannya dan selanjutnya penerima laporan berkewajiban antara lain ;
Menjelaskan tugas dan kewenangan LOS DIY, mendengarkan, mencatat dan
menggali informasi, membuat kronologi serta menerima bukti-bukti yang dibawa
Pelapor, menilai materi laporan apakah persoalan tersebut berkaitan dengan
kewenangan LOS DIY, apabila materi aduan atau permasalahan yang dilaporkan
bultan ltewenangan LOS DIY maka penerima laporan dapat memberikan saran atas
peilnasalahan yang disampaikan, termasuk menunjukkan tempat atau lembaga yang
kompeten menangani permasalahan tersebut. Jika diperlukan, LOS DIY dapat
membuat surat mjukan kepada lembaga yang dituju disertai dengan kronologi singkat
laporan. Namun apabila laporan menjadi kewenangan LOS DIY, maka Pelapor
diminta untuk melengkapi syarat-syarat antara lain ; foto copy identitas diri dan
mengisi formulir pengaduan, penerima laporan menjelaskan kepada Pelapor bahwa
LOS DIY dapat menjalankan fungsi mediasi jika dikehendaki para pihak (Pelapor
maupun Terlapor), dan menjelaskan kepada Pelapor, bahwa hasil rekomendasi yang
dikeluarkan oleh LOS DIY adalah dokumen publik sehingga rekomendasi akan
ditembuskan ke pihak-pihak terkait.60 Hal ini sesuai dengan standar operasional
prosedur (SOP) pelayanan yang ditetapkan dengan surat keputusan ketua lembaga
ombudsman swasta DIY Nomor : 14lKEPl2012 Tentang Prosedur Operasional
Standar Pelayanan Lembaga Ombudsman Swasta Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Dalam ltetentuan umum Pasal 1, yang dimaksud dengan prosedur pelayanan
adalah tahapan-tahapan yang dilalui mulai dari penerimaan laporan sampai dengan
monitoring, sedangkan pihak yang dapat melaporkan permasalahannya ke LOS DIY
atau biasa disebut dengan Pelapor adalah perseorangan, kelompok masyarakat atau
badan usaha yang melaporkan praktek bisnis yang tidak beretika sedangkan Terlapor
adalah perseorangan, kelompok masyarakat atau badan usaha yang dilaporkan
melakukan praktek bisnis yang tidak beretika.
60 . Pedoman Tata Kelola Usaha Beretika, Lembaga Ombudsman Swasta DIY, Yogyakarta, 2013, hlm ; 48-49.
1. Prosedur Pelayanan
Dalam Pasal 2 surat keputusan ketua lembaga ombudsman swasta DIY
Nomor : 14lKEPl2012 Tentang Prosedur Operasional Standar (SOP) Pelayanan
Lembaga Ombudsman Swasta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.dijelaskan
bahwa prosedur pelayanan di LOS DIY dapat dibedakan menjadi dua yaitu tahap
konsultasi dan penerimaan laporan, artinya masyarakat dapat berkonsultasi atau
menyampaikan laporan mengenai adanya dugaan pelayanan publik yang tidak
beretika yang diselenggarakan oleh sektor swasta. Bagi masyarakat yang akan
berkonsultasi diminta mengisi formulir konsultasi, yaitu fonnulir yang berisi identitas
orang yang berkonsultasi, bidang yang dikonsultasikan, lnateri konsultasi dan
kesimpulan tindak lanjut konsultasi, sedangknn bagi pelapor yang aka11 inelaporkai~
permasalahannya maka pelapor diminta mengisi formulir pengaduan, formulir ini
berisi identitas Pelapor, identitas Terlapor, bidang usaha Terlapor, penanganan yang
diinginkan dan kronologi kejadian.
Pada saat melaporkan permasalahannya, Pelapor diteriina oleh dua orang yang
terdiri dari satu orang anggota dan satu orang asisten, ineskipun demikian dalam
kondisi tertentu, dapat diterima oleh sekurang-kurangnya dua orang asisten. Pelapor
diininta menyampaikan permasalahannya dan selanjutnya penerima laporan
berkewajiban untuk : menjelaskan tugas dan kewenangan LOS DIY, mendengarkan,
mencatat dan menggali informasi, serta menerima bukti-bukti pendukung yang
dibawa pelapor dan menilai materi laporan berkaitan dengan kewenangan LOS DIY,
apabila laporan menjadi kewenangan LOS DIY, maka Pelapor diminta melengkapi
persyaratan seperti foto copy identitas diri dan mengisi formulir pengaduan.
Penerima laporan menjelaskan kepada Pelapor bahwa LOS DIY dapat
menjalankan fungsi mediasi jika dikehendaki oleh para pihak baik Pelapor maupun
Terlapor dan menjelaskan kepada Pelapor bahwa setelah kasus selesai maka LOS
DIY akan menerbitkan rekomendasi dan rekomendasi yang dikeluarkan oleh LOS
DIY adalah dokumen publik sehingga rekomendasi akan ditembuskan kepada pihak-
pihak terkait.
Apabila materi aduadpermasalahan yang diadukan bukan kewenangan LOS
DIY maka penerima laporan dapat memberikan saran atas permasalahan yang
disamp aikan, termasuk menunjukkan tempatllembaga yang kompeten menang ani
peimasalahan tersebut. Jika diperlukan LOS DIY dapat membuat surat rujukan
kepada lembaga yang dituju disertai dengan kronologi singkat laporan. Apabila
laporan dilakukan melalui telepodfaximile/e-maille-complaint, Pelapor diminta
menginformasikan identitas diri dan menyiapkan bukti-bukti yang relevan, supaya
laporan bisa ditindaklanjuti, Pelapor diminta hadir ke kantor LOS DIY untuk melapor
secara resmi sesuai dengan tahapan yang ada.
Bagi Pelapor yang menguasakan kepada penasehat hukum atau pihak lain,
wajib membuat surat kuasa dan wajib hadir kecuali bagi Pelapor yang berdomisili
jauh atau berhalangan tetap. Apabila Pelapor datang berkelompok untuk
laporadkasus yang sama, maka untuk memudahkan penanganan, Pelapor dirninta
memilih beberapa orang sebagai wakil kelompok. Meskipun laporan yang
disampaikan sudah mempunyai kekuatan hukum tetap, laporan tersebut tetap dapat
ditindaklanjuti. Selanjutnya berkas laporan yang terdiri dari formulir konsultasi,
formulir pengaduan, kronologi kasus dan kelengkapan identitas diri diselesaikan
paling lambat dua hari sejak Pelapor resmi melaporkan ke LOS DIY.
2. Adrninistrasi Laporan
Sesudah menerima laporan dari masyarakat dan melakukan penilaian bahwa
laporan dapat ditindaklanjuti, maka sesuai dengan pasal 3 standart operasional
prosedur (SOP) LOS DIY, selanjutnya penerima laporan inembuat resume laporan
untuk dilampirkan pada formulir pengaduan dan disusun menjadi satu bendel dengan
bukti-bukti dokumen yang relevan. Penerima laporan menyerahkan bendel kasus
tersebut ke bidang pelayanan, investigasi dan monitoring (PIM) untuk ditindaklanjuti.
Bidang PIM menginformasikan resume kasus kepada setiap ailggota untuk
dimintakan penilaian awal atas laporan tersebut, terkait adanya dugaan pelanggaran
yang terjadi dan pihak-pihak yang perlu diklarifikasi. Selailjutnya dari penilaian
anggota tersebut diberikan kepada bidang PIM untuk dimasukkan ke database dan
diteruskan ke pengampu kasus. Berkas laporan yang lengkap masuk ke bidang PIM
ditindaklanjuti dengan pembuatan surat penugasan pengampuan kasus. Kabid PIM
menugaskan sekurang-kurangnya satu orang anggota dan satu orang asisten untuk
menjadi pengampu kasus dengan mempertimbangkan beban kerja masing-masing
dalam mempertimbangkan jumlah pengampu kasus didasarkan kompleksitas
permasalahan kasus tersebut.
Pengampu kasus bukan orang yang punya kepentingan langsung atau tidak
langsung dengan Pelapor, Terlapor atau kasus yang ditangani, Pada saat penugasan
pengampuan kasus, bidang PIM menyertakan formulir rencana tindak lanjut kasus
untuk diisi pengampu kasus dan bidang PIM mendapat salinannya selambat-
lambatnya 2 hari setelah penugasan pengampuan kasus, namun apabila kasus yang
dilaporkan ternyata bukan menjadi kewenangan LOS D1Y atau akan lebih efektif dan
efisien bila ditangani oleh lembaga lain, maka dengan persetujuan Pelapor,
penanganan kasus bisa dirujuk ke lembaga lain, rujukan laporan bisa keseluruhan
materi laporan atau sebagian saja, artinya dalam suatu lapornn mungkin semuanya
dirujuk ke lembaga lain atau sebagian dirujuk ke lembaga Iili11 clan sebagian lainnya
tetap ditangani oleh LOS DIY sesuai dengan fungsi, tugas dn!i kcwenangannya.
3. Data Kasus Y ang Masuk LOS DIY Tahun 20 1 1-20 13
Dalam rangka menjalankan tugas dan kewenangan terscbut maka LOS DIY
telah menerima laporan dan konsultasi terkait adanya dugaan pelanggaran etika usaha
yang disampaikan oleh masyarakat di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam
tiga tahun terakhir yaitu tahun 201 1 sld tahun 2013, kasus yang masuk di LOS DIY
dapat kami sampaikan sebagai berikut ;
a. Data Kasus Masuk LOS DIY Tahun 201 1
Pada tahun 201 1 terjadi proses peralihan pergantian komisioner LOS DIY dari
periode kedua ke periode ketiga, pada bulan Juli 201 1 komisioner periode kedua telah
habis masa tugasnya namun penggantinyai sedang dalam proses seleksi . dan baru
dilantilt pada tanggal 10 Januari 201 2, sehingga terj adi kekosongan ltepemimpinan
ltomisioner sejak akhir bulan Juli sampai tanggal 9 Januari 2012, akibatnya pelayanan
kepada masyarakat baik yang akan konsultasi maupun laporan untuk sementara
dihentikan sampai ada mggota LOS DIY yang baru, karena itu di tahun 2011 data
kasus yang ada di bidang pelayanan, investigasi dan monitoring tercatat mulai 1
Januari 201 1 s/d 20 Juli 201 1, selama tujuh bulan tersebut LOS DIY telah menerima
laporan dan konsultasi dari masyarakat terkait adanya dugaan pelanggaran etika
usaha. Berdasarkan data kasus yang ada di bidang Pelayanan, Investigasi dan
Monitoring LOS DlY telah melayani masyarakat sebagai berikut ;
1) Konsultasi Kasus
Konsultasi yang masuk di LOS DlY pada tahun 201 1 tercatat sebagai berikut ;
9 Pelanggaran hak konsumen sebanyak 29 kasus
9 Pelanggaran hak tenaga kerja ada 8 kasus
Secara rinci Konsultasi yang masuk di LOS D m paling banyak di sektor
lteuangan yaitu ada 18 kasus, perdagangan 1 kasus, Jasa 1 kasus, Pendidikan 1
kasus, Komunikasi dan Tekhnologi Informasi 1 kasus, PerumahadProperty 1
ltasus dan kasus lain 6 kasus, total kasus yang dikonsultasikan terkait dugaan
pelanggaran hak konsumen dan pelanggaran hak tenaga kerja ada 37 kasus.
2) Laporan Masyarakat
Data laporan masyarakkat yang masuk dan ditindaklanjuti LOS DIY pada tahun
201 1 diklasifikasikan menjadi 2 yaitu ;
9 Pelanggaran hak konsumen ada 17 kasus
> Pelanggaran hak tenaga kerja ada 5 kasus
Secara rinci Laporan masyarakat terkait dengan dugaan Pelanggaran Hak
ltonsumen dapat kami sampaikan sebagai berikut ; Bidang Keuangan ada 8
kasus, bidang perdagangan 2 kasus, bidang pendidikan 1 kasus, Bidang
PerumahadProperty 2 kasus, bidang Komunikasi dan Tekhnologi Informasi 1
kasus serta bidang kesehatan 2 kasus, dan bidang lain ada 1 kasus, sehingga
jumlah laporan dugaan pelanggaran hak konsumen ada 17 kasus. Sedangkan
Laporan adanya dugaan pelanggaran hak tenaga kerja ada 5 kasus, sehingga total
kasus yang dilaporkan ada 22 kasus.
3) Jenis Tindak Lanjut Penyelesaian Kasus
Dari 22 lapora111per:gaduan tersebut LOS DIY telah melakukan Klarifikasi,
Investigasi, Mediasi dan mengeluarkan Rekomendasi. Secara rinci jenis tindak
lanjut penyelesaian kasus dapat kami sarnpaikan sebagai berikut ; kasus selesai
melalui proses mediasi dan LOS DIY mengeluarkan Rekomendasi ada 4 kasus,
dirujuk ke lembaga lain karena bukan menjadi kewenangan LOS DIY ada 1
kasus, dicabut karena ada penyelesaian secara bipartit setelah kasusnya
dilaporltan ke LOS DIY ada 4 kasus dan kasus sedang dalam proses penyelesaian
baik proses klarifikasi maupun proses mediasi ada 13 kasus.
Prosentase jenis tindak lanjut penyelesaian terhadap kasus yang dilaporkan pada
tahun 201 1 dapat kami sampaikan sebagai berikut ; kasus selesai melalui proses
mediasi dan LOS DIY mengeluarkan rekomendasi ada : 18 %, dirujuk ke lembaga
lain karena bukan menjadi kewenangan LOS DIY ada : 5 %, dicabut karena dapat
diselesaikan secara bipartit ada : 18 % dan kasus sedang dalam proses
penyelesaian baik klarifikasi maupun mediasi ada 59 %.
b. Data Kasus Masuk LOS DIY Tahun 2012
Pada tanggal 10-'Januari 2012 keanggotaan LOS DIY periode ke tiga yaitu
tahun 2012 s/d 2015 dilantik oleh Gubernur DIY dan tanggal 11 Januari 2012
keanggotaan periode ketiga mulai menjalankan tugasnya, karena itu maka data kasus
yang masuk pada tahun 2012 dihitung mulai tanggal 11 Januari 2012 s/d 25
Desember 2012, dimana setiap tanggal 25 karni hams mengirim laporan bulanan
kepada Gubernur DIY melalui Biro Hukum Pemerintah Propinsi DIY, pada tahun
2012 LOS DIY telah menerima laporan dan konsultasi dari masyarakat terkait
adanya dugaan pelanggaran etika usaha. Berdasarkan data kasus yang ada di bidang
pelayanan, investigasi dan monitoring, LOS DIY telah melayani masyarakat sebagai
berikut ;
1). Konsultasi Kasus
Konsultasi yang masuk di LOS DIY pada periode ketiga sejak tanggal 11 Januari
2012 s/d 25 Desember 2012 tercatat sebagai berikut ;
k Pelanggaran hak konsumen sebanyak 63 kasus
k Pelanggaran hak tenaga kerj a ada 1 7 kasus
Secara rinci kasus yang paling banyak dikonsultasikan LOS DIY adalah kasus di
sektor keuangan yaitu mencapai 30 kasus, perdagangan 11 kasus, Jasa 5 kasus,
Pendidiltan 3 kasus, komunikasi dan Tekhnologi Inforrnasi 3 kasus, Lingkungan 2
kasus, perumahadproperty 1 kasus, transportasi 1 kasus dan lain-lain 7 kasus,
total kasus yang dikonsultasikan terkait dugaan pelanggaran hak konsumen ada
63 kasus.
Untuk ltonsultasi terkait dengan adanya dugaan pelanggaran hak tenaga kerja ada
17 kasus, sehingga total kasus yang dikonsultasikan ke LOS DIY ada 80 kasus.
Tidak semua masyarakat yang berkonsultasi ke LOS DIY kemudian
menindaklanjuti menjadi sebuah laporan resmi, sebagian ada yang dilaporkan ke
lembaga lain karena tidak terkait dengan etika usaha atau dapat di selesaikan
sendiri setelah menerima masukan dari LOS DIY, ada juga yang masih
inemerlukan pertimbangan untuk melaporkan kasusnya ke LOS DIY.
2). Laporan Masyarakat
Data laporan masyarakkat yang masuk dan ditindaklanjuti LOS DIY sejak
dilantik oleh Gubernur DIY tanggal 10 Januari 2012 sampai dengan akhir
Desember 20 12 diklasifikasikan menjadi 2 yaitu ;
P Pelanggaran hak konsumen ada 53 kasus
P Pelanggaran hak tenaga kerja ada 14 kasus
Secara rinci laporan masyarakat terkait dengan adanya dugaan pelanggaran hak
konsumen dapat kami sampaikan sebagai berikut ; bidang keuangan ada 30
kasus, bidang perdagangan 7 kasus, bidang pendidikan 6 kasus, lingkungan 4
kasus, bidang perumahadproperti 3 kasus, bidang komunikasi dan tekhnologi
informasi 2 kasus serta bidang kesehatan 1 kasus. Total laporan dugaan adanya
pelanggaran hak konsumen ada 53 (lima puluh tiga) kasus. Sedangkan laporan
adanya dugaan pelanggaran hak tenaga kerja ada 14 ( empat belas ) kasus.
Sehingga total kasus yang dilaporkan ada 67 (enam puluh tujuh) kasus.
3). Jenis Tindak Lanjut Penyelesaian Kasus
Dari 67 laporan atau pengaduan masyarakat terkait adanya dugaan pelanggaran
etika bisnis yang masuk ke LOS DIY telah di tindak lanjuti dengan melakukan
klarifikasi, investigasi, mediasi dan mengeluarkan rekomendasi, secara rinci jenis
tindak lanjut penyelesaian kasus dapat kami sampaikan sebagai berikut ; Kasus
selesai pada saat proses klarifikasi tanpa melalui mediasi dan LOS DIY
mengeluarkan rekomendasi ada 21 kasus, Kasus selesai melalui mediasi dan LOS
DIY mengeluarkan rekomendasi ada 12 kasus, Kasus selesai melalui mediasi
tetapi LOS DIY tidak mengeluarkan rekomendasi karena tidak ada unsur
pelanggaran etika usaha ada 1 kasus, Dirujuk ke lembaga lain karena tidak
menjadi kewenangan LOS DIY ada 2 kasus, Di cabut karena ada penyelesaian
secara bipartit setelah dilaporkan ke LOS DIY ada 7 kasus, Dihentikan atau tidak
selesai ada 1 kasus dan kasus sedang dalam proses klarifikasi dan mediasi ada 23
kasus.
Prosentase jenis tindak lanjut penyelesaian terhadap kasus yang dilaporkan pada
tahun 2012 dapat kami sampaikan sebagai berikut ; kasus selesai melalui proses
inediasi dan konsiliasi serta LOS DIY mengeiuarkan rekomendasi ada : 51 %,
dirujuk ke lembaga lain karena bukan menjadi kewenangan LOS DIY ada : 3 %,
dicabut karena dapat diselesaikan secara bipartit ada : 10 %, kasus dihentikan atau
tidak selesai ada 2 % dan kasus sedang dalam proses penyelesaian baik klarifikasi
maupun mediasi ada : 34 %..
Untuk kasus yang tidak selesai atau dihentikan prosesnya oleh LOS DIY dapat
terjadi karena Terlapor tidak datang saat proses klarifikasi atau mediasi tanpa
memberikan alasan, sekalipun LOS DIY telah mengirim surat undangan
klarifikasi atau mediasi secara resmi tiga kali, kemungkinan lain tidak selesai atau
dihentikannya kasus karena pada saat proses mediasi tidak tercapai kesepakatan
perdamaian, dengan demikian mediator LOS DIY menghentikan proses
penyelesaian kasus dan mengembalikan kasus tersebut kepada para pihak yang
bersengketa untuk menyelesaikan sendiri atau menempuh jalur hukum.
c. Data Kasus Masuk LOS DIY Tahun 201 3
Tahun 2013 merupakan tahun kedua dalam periode ketiga sejak dilantik pada
tanggal 10 Januari 2012, sampai akhir tahun 2013, LOS DIY telah melayani
masyarakat yang berl:msultasi dan menyampaikan laporan adanya dugaan
pelanggaran etika usaha dapat karni sampaikan sebagai berikut ;
1) Konsultasi Kasus
Konsultasi yang masuk di LOS DIY pada tahun kedua di periode ketiga, terhitung
mulai tanggal 26 Desember 2012 sampai dengan 23 Desember 2013 tercatat
sebagai berikut ;
P Pelanggaran hak konsumen sebanyak 84 kasus
P Pelanggaran hak tenaga ke rja ada 29 kasus
Secara rinci konsultasi kasus yang masuk di LOS DIY paling banyak di sektor
lteuangan yaitu ada 44 kasus, perdagangan 10 kasus, Jasa 2 kasus, Pendidikan 6
lasus, perumahadprope;ty 4 kasus, Kesehatan 2 kasus, lingkungan 1 kasus dan
lain-lain 2 kasus, total kasus yang dikonsultasikan terkait dugaan pelanggaran hak
konsumen ada 84 kasus. Untuk konsultasi terkait dengan adanya dugaan
pelanggaran hak tenaga kerja ada 29 kasus, sehingga total kasus yang
dikonsultasikan ke LOS DIY ada 103 kasus.
Laporan Masyarakat
Data laporan masyarakat yang masuk dan ditindaklanjuti LOS DIY pada tahun
20 13 di ltlasifikasikan menjadi 2 yaitu ;
9 Pelanggaran hak konsumen ada 58 kasus
> Pelanggaran hak tenaga kerja ada 23 kasus
Secara rinci laporan masyarakat terkait adanya dugaan pelanggaran hak
konsumen dapat kami sampaikan sebagai berikut ; bidang keuangan ada 32 kasus,
bidang jasa 9 kasus, bidang perdagangan 6 kasus, bidang pendidikan 3 kasus,
lingkungan 1 kasus, bidang perumahadproperty 4 kasus, bidang komunikasi dan
tekhnologi informasi 1 kasus, bidang lingkungan 1 kasus serta lain-lain 2 kasus.
Total laporan dugaan pelanggaran hak konsumen ada 58 kasus. Sedangkan
laporan adanya dugaan pelanggaran hak tenaga kerja ada 23 kasus. Sehingga total
kasus yang dilaporkan ada 8 1 kasus.
3) Jenis Tindak Lanjut Penyelesaian Kasus
Seperti pada kasus-kasus sebelumnya, laporan arm pengaduan masyarakat terkait
adanya dugaan pelanggaran etika bisnis yang masuk ke LOS DIY pada tahun
20 13 ada 8 1 laporan, jenis tindak lanjut yang sudah dilakukan seperti klarifikasi,
investigasi, mediasi dan mengeluarkan rekomendasi, secara rinci jenis tindak
lanjut penyelesaian kasus dapat disampaikan sebagai berikut ; Kasus selesai pada
saat proses klarifikasi tanpa melalui mediasi dan LOS DIY mengeluarkan
rekomendasi ada 35 kasus, Kasus selesai melalui mediasi dan LOS DIY
mengeluarkan rekomendasi ada 31 kasus, Kasus selesai melalui mediasi tetapi
LOS DIY tidak mengeluarkan rekomendasi karena tidak ada unsur pelanggaran
etika usaha ada 1 kasus, Dirujuk ke lembaga lain karena tidak menjadi
kewenangan LOS DIY ada 7 kasus, Di cabut karena ada penyelesaian secara
bipartit setelah dilaporkan ke LOS DIY ada 10 kasus, pernyataan pendapat karena
tidak ada pelanggaran etika usaha ada 2 kasus, Dihentikan atau tidak selesai ada 1
kasus dan kasus sedang dalam proses klarifikasi dan mediasi ada 61 kasus.
Prosentase jenis tindak lanjut penyelesaian terhadap kasus yang dilaporkan pada
tahun 2013 dapat kami sampaikan sebagai berikut ; kasus selesai melalui proses
mediasi dan konsiliasi serta LOS DIY mengeluarkan rekomendasi ada : 69 %,
dirujuk ke leinbaga lain karena bukan menjadi kewenangan LOS DIY ada : 5 %,
dicabut karena dapat diselesaikan secara bipartit ada : 6 %, kasus dihentikan atau
tidak selesai ada 1 % dan kasus sedang dalam proses penyelesaian baik klarifikasi
maupun mediasi ada : 41 %.
C. Proses Penyelesaian Sengketa Etika Bisnis Di LOS DIY
Salah satu tugas Lembaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta
adalah menerima dan menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat mengenai adanya
dugaan penyimpangan usaha yang tidak beretika dan berkelanjutan, agar pelayanan
LOS DIY berjalan lebih efektif dan efisien maka diperlukan standar operasional
prosedur (SOP) pelayanan yang ditetapkan dengan keputusan ketua lembaga
ombudsman swasta DIY.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka ketua ombudsman swasta Daerah
Istimewa Yogyakarta menetapkan Keputusan Nomor: 14/KEP/2012 tentang Prosedur
Operasional Standar Pelayanan Lembaga Ombudsman Swasta Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dalam ketentuan umum pasal 1 yang dimaksud dengan
prosedur pelayanan adalah tahapan-tahapan yang dilalui mulai dari penerimaan
laporan sampai dengan monitoring, Sesuai tugas dan kewenangan yang dimiliki LOS
DIY untuk menerima dan menindaklanjuti laporan masyarakat, maka LOS DIY
menetapkan proses penyelesaian sengketa sebagai berikut ;
1. Klarifikasi
Setelah LOS DIY menerima laporan masyarakat terkait adanya dugaan
pelanggaran etika bisnis di wilayah DIY, maka LOS DIY akan mengundang pihak
yang dilaporkan atau biasa disebut dengan Terlapor untuk datang ke kantor LOS DIY
guna memberikan klarifikasi, Klarifikasi adalah tahapan untuk merninta penjelasan
kepada Terlapor atas laporan yang disampaikkan Pelapor dan pihak terkait lainnya.
Klarifikasi sangat diperlukan untuk memperoleh informasi yang berimbang dari
kedua pihak dan menjaga LOS DIY tetap imparsial..Klarifikasi dilakukan dengan
cara mengirimkan surat undangan klarifikasi secara resmi kepada pihak Terlapor.
Undangan klarifikasi dapat dilakukan sebanyak tiga kali dan jika Terlapor tidak
menanggapi, maka keterangan Pelapor dianggap benar. Permintaan penjelasan ini
wajib dilakukan sebelum diadakan proses medias; i i a t ~ k mendapatkan informasi yang
berimbang dan menjaga LOS DIY tetap imparsial.
Apabila diperlukan, LOS DIY dapat meminta penjelasan atau klarifikasi
bersama dari semua pihak terkait tentang persoalan yang dilaporkan guna
mengumpulkan fakta - fakta untuk memperjelas posisi kasus. Klarifikasi bersama
adalah mendengarkan penjelasan pihak - pihak yang terkait dalam waktu yang
bersamaan terkait persoalan yang dilaporkan. Pada tahap klarifikasi ini, pengampu
kasus menjelaskan secara singkat tugas, fungsi, dan kewenangan LOS DIY. Apabila
setelah proses klarifikasi ternyata informasi yang terkumpul belum mencukupi, maka
dapat dilakukan i n ~ e s t i ~ a s i . ~ '
2. Investigasi
Lembaga Ombudsman Sw asta Daerah Istimew a Yogyakarta diberi wewenang
untuk menerima dan menindaklanjuti laporan masyarakat terkait adanya dugaan
pelanggaran tata kelola usaha swasta di wilayah DIY. dalam proses menindaklanjuti
pengaduan masyarakat tersebut diperlukan upaya investigasi untuk melengkapi
61 . Keputusan Ketua Lembaga Ombudsman Swasta Provinsi Daerah lstimewa Yogyakarta Nomor : 14/KEP/2012 Tentang Prosedur Operasional Standar Pelayanan.
informasi, bukti dan data yang akan memperkuat analisa permasalahan dalam rangka
penyelesaian sengketa adanya dugaan pelanggaran etika usaha dan penyampaian
pernyataan pendapat atau rekomendasi oleh LOS DIY.
Secara khusus, tindakan investigatif adalah serangkaian tindakan pemeriksaan
bukti-bukti dan saksi-saksi maupun pihak-pihak yang terkait dengan suatu kasus yang
akan maupun sedang ditangani LOS DIY. Pada dasarnya tindakan ini berkaitan
dengan upaya pencarian dan penemuan fakta (fact Jinding) dan kebenaran, sehingga
dapat memberikan masukan dan informasi yang berguna dan mendukung kinerja
LOS DIY dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Tindakan investigasi sangat penting dan diperlukan dalam ha1 : Pertama, pada
tahap klarifikasi LO$ DIY belum memperoleh kejelasan informasi dan fakta yang
berkaitan dengan pokok persoalan. Kedua, tahap pengujian validitas informasi dan
keterangan yang diberikan baik oleh pihak Pelapor maupun Terlapor, yang diragukan
kebenarannya. Ketiga, tahap penyerahan dan pengumpulan bukti-bukti yang dinilai
belum cukup diberikan baik oleh pihak Pelapor maupun Terlapor. Upaya investigasi
oleh LOS DIY diatur secara terperinci dan khusus dalam Surat Keputusan Ketua
Lembaga Ombudsman Swasta DIY Nomor : 13/KEP/20 12 tentang Standar
Operasional Prosedur Investigasi yang menjadi pedoman bagi seluruh anggota, asisten
dan staf Lembaga Ombudsman Swasta DIY yang ditetapkan dalam Surat Keputusan
Ketua Lembaga Ombudsman Swasta DIY
Pengertian investigasi adalah sebuah tahapan proses menindaklanjuti
pengaduan dengan cara mengumpulkan dan mengklarifikasi bukti-bukti dan
keterangan saksi-saksi, meminta keterangan dari para pihak yang terkait dengan
adanya dugaan penyimpangan tata kelola usaha swasta yang dilakukan oleh
perorangan, badan usaha dadatau usaha informal yang bisa dilakukan secara terbuka
yaitu wawancara atau secara tertutup dengan melakukan pengamatan.
Yang dimaksud wawancara dalam investigasi adalah meminta keterangan dari
pihak tertentu secara terstruktur dengan pertanyaan yang sudah ditentukan
sebelumnya atau secara tidak terstruktur yaitu dengan pertanyaan yang mengikuti
perkembangan pembicaraan, sesuai dengan kondisi dilapangan. Disamping
wawancara, investigasi juga dapat dilakukan dengan cara pengamatan atau biasa
disebut dengan investigasi secara tertutup, pengamatan adalah melihat dari jarak
tertentu terhadap suatu obyek atau peristiwa yang sedang diselidiki.
Investigasi dilakukan oleh anggota, asisten, staf LOS DIY atau seseorang yang
dipekerjakan oleh LOS DIY untuk melakukan upaya investigasi. Seseorang yang
melakukan investigasi karni sebut investigator. Dalam melakukan investigasi perlu
memperhatikan ketentuan yang berlaku sebagai berikut ; Pertama Investigasi
bertujuan mengumpulkan data, informasi, keterangan saksi danlatau fakta di lapangan
yang berhubungan dengan permasalahan yang diadukan masyarakat. Kedua
Wawancara dilakukan dengan orang yang memiliki kompetensi dan pengetahuan
terkait serta punya kapasitas untuk menjawab. Tidak semua kasus yang masuk di
LOS DIY dilakukan investigasi, kasus yang perlu dilakukan investigasi apabila :
Data yang diserahkan o?eh pelapor d d a t a u terlapor atau informasi yang diperoleh
LOS DIY saling bertentangan, belurn ada, belurn lengkap atau meragukan. Investigasi
hanya dilakukan terhadap pokok permasalahan yang diadukan, Investigasi hanya
dilakukan oleh pengampu kasus dan atau pihak yang dipekerjakan oleh LOS DIY
secara kusus, Investigasi yang dilakukan hanya terkait dengan adanya dugaan
pelanggaran etika usaha, Investigasi dilakukan tidak melebihi masa penanganan kasus
dan Invetigasi tidak mengungkap kehidupan pribadi.
Dalam melakukan investigasi, investigator harus memperhatikan hal-ha1
sebagai berikut ; Investigator dilarang memaksakan kehendak untuk berkunjung atau
wawancara bila yang mau dikunjungi tidak bersedia atau menolak kunjungan dan
atau diwawancarai. Investigator dilarang bertemu dengan pihak yang dikunjungi di
tempat-tempat yang rawan fitnah, seperti di kamar hotel atau di tempat tertutup lain
atau ditempat-tempat yang membahayakan diri dan pihak yang diwawancarai.
Investigator dilarang menerima dan atau meminta fasilitas, hadiah atau kenang-
kenangan apa pun dari pihak manapun yang ada hubungan langsung dengan para
pihak yang berpotensi mempengaruhi prinsip imparsial, independen dan non-
diskriminasi.
Prosedur Investigasi adalah tahapan-tahapan yang hams dilaksanakan oleh
investigator yang meliputi antara lain ; Identifikasi permasalahan, penyusunan
hipotesa, penetapan sasaran dan obyek investigasi, penentuan langkah-langkah dan alat-
alat investigasi, wawancara dan pengamatan, pencatatan, klarifikasi dan konfirmasi,
serta penyusunan laporan investigasi. Prosedur dalam melakukan proses investigasi
di LOS DIY terbagi menjadi dua tahap yaitu ;
a. Tahap Pra Investigasi
yaitu tahap proses persiapan bagi investigator dalam melakukan investigasi yang
meliputi antara lain ; Pengampu kasus rnenyusun hipotesa atas substansi
pengaduan berdasarkan data laporan, data klarifikasi, data peraturan dan atau
kajian pustaka yang dianggap akan mempermudah pelaksanaan investigasi,
menyusun pertanyaan dan melakukan identifikasi terhadap pihak-pihak yang akan
diwawancarai, mengkualifikasi jenis data yang diharapkan serta mempersiapkan
surat-surat yang diperlukan, Investigator menentukan teknik dan strategi serta
sarana yang akan digunakan untuk mempermudah pelaksanaan investigasi
terrnasuk tanda pengenal atau surat keterangan maupun check-list terhadap hal-ha1
yang akan dilakukan investigasi, mernperkirakan jurnlah anggaran yang diperlukan
serta menetapkan waktu dan sasaran investigasi dan Investigator memberitahukan
kegiatan investigasi kepada Ketua Bidang Pelayanan Investigasi dan Monitoring
dan staf administrasi umurn untuk dicatat dalam agenda kegiatan luar.
b. Tahap Investigasi
Tahap investigasi merupakan tahapan dimana investigator sedang melakukan
proses investigasi, dalam melakukan proses investigasi ini investigator perlu
memperhatikan hal-ha1 sebagai berikut ; Pada saat melakukan investigasi terbuka
(wawancara), investigator memperkenalkan diri dengan patut dan cukup, dengan
menunjukkan kartu identitas LOS DIY daniatau surat keterangan penugasan, bila
investigasi terbuka tidak memungkinkan, investigator bisa melakukan investigasi
tertutup dan juga dapat melakukan investigasi terbuka maupun investigasi
tertutup untuk saling melengkapi, investigator menyatakan maksud kunjungan
dan meminta kesediaan kepada pihak yang akan diwawancarai kepada pihak
yang dikunjungi, apabila pihak yang dikunjungi tidak bersedia untuk
diwawancarai, investigator dilarang memaksakan kehendak, menyuap,
mengintimidasi dan atau menakut-nakuti, apabila yang dikunjungi sudah
menyatakan kesediaannya, investigator melakukan wawancara dengan sopan dan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, mencatat danlatau merekam data
dan informasi yang disampaikan secara cermat, bila pihak yang dikunjungi setuju,
investigator bisa meminta data-data materiil dan atau mengambil gambar atau
foto yang diperlukan, investigator tidak boleh membuat pertanyaan atau
pernyataan yang dapat menyinggung perasaan dan atau yang berbau sentimen
SARA, investigator tidzk boleh membuat kesimpulan kasus pada saat wawancara
investigatif, investigator mendorong pihak yang dikunjungi berkata jujur dan
menjamin kerahasiaan identitas yang diwawancarai.
Bila diperlukan dan bila memungkinkan, investigator bisa meminta pihak yang
dikunjungi menandatangani catatan wawancara investigasi yang dibuatnya, bila
data-data dan informasi yang diperoleh belum dianggap cukup, investigator dapat
melakukan wawancara komparasi dengan pihak lain yang dianggap mengerti
tentang permasalahan yang ditindaklanjutinya dan investigasi dilakukan selama
jam kerja LOS DIY dan atau diluar jam kerja LOS DIY.
Selanjutnya dalam tahap pasca investigasi, investigator membuat risalah hasil
investigasi berdasarkan waktu dan tahapan investigasi serta membuat kesimpulan
akhir, Investigator menggunakan risalah investigasi sebagai referensi untuk
analisa substansi pengaduan dan rekomendasi, untuk memperkuat analisanya,
investigator dan pengampu kasus dapat meminta pendapat ahli, akademisi dan
atau pelaku usaha lain sejenis yang dianggap kompeten dan dapat memberikan
penilaian secara obyektif terhadap substansi pengaduan, pengampu kasus wajib
melaporkan pelaksanaan dan kesimpulan investigasi di dalam rapat kasus yang
diikuti seluruh anggota dan seluruh asisten yang dikoordinasikan oleh kabid
pelayanan investigasi dan monitoring. laporan pelaksanaan investigasi sekurang-
kurangnya memuat hal-ha1 sebagai berikut : Identitas investigator (nama lengkap
dan jabatan), identitas yang dikunjungi (nama lengkap, alamat, nomor telpon,
jabatanlkedudukan), pokok aduan, hipotesa atau kesimpulan awal, teknik dan
strategi investigasi, jadwal rencana dan nama-nama pihak terkait, resume
wawancara, bukti-bukti, komparasi pendapat ahli dan k e ~ i m ~ u l a n . ~ '
Karena tidak semua kasus yang masuk di LOS DIY dilakukan investigasi, dan
investigasi hanya dilakukan terhadap pokok permasalahan yang diadukan, maka
selama tahun 2011 tidak ditemukan data investigasi terkait dengan kasus yang
dilaporkan dan dilakukan investigasi. Sedangkan pada tahun 2012, berdasarkan
laporan kinerja LOS D N tahun 2012, pelaku usaha yang dilaporkan warga
-
62 . Keputusan Ketua Lembaga Ombudsman Swasta DIY Nomor : 13/KEP/2012 Tentang Standar Operasional Prosedur Investigasi, LOS DIY, Yogyakarta, 2012.
masyarakat dan telah ditindaklanjuti LOS DIY dengan melakukan investigasi ada 9
(sembilan) kasus. Dan pada tahun 2013 data kasus yang tercatat dalam laporan
pelaksanaan tugas tahun 2013 kasus yang dilakukan investigasi tercatat sampai
tanggal 25 Desember 2013 ada 15 (lima belas) kasus.
3. Mediasi
Salah satu tujuan dibentuknya Lembaga Ombudsman Swasta DIY adalah
rnenfasilitasi proses mediasi kepada setiap masyarakat untuk mendapatkan
perlindungan hukum, memperoleh pelayanan yang baik, berkualitas, profesional dan
proporsional dalam praktek usaha. mediasi merupakan bagian dari proses
penyelesaian sengketa etika usaha di LOS DIY, Berdasarkan Keputusan Ketua LOS
DIY Nomor : 12/KEP/2012 Tentang Prosedur Operasional Standar Mediasi di LOS
DIY, dalam pasal 1 yang dimaksud dengan nlediasi acialah proses musyawarah secara
kekeluargaan untuk pemecahan suatu masalah dimana pihak ketiga (mediator) yang
tidak memihak membantu proses musyawarah untuk memperoleh kesepakatan yang
memuaskan. Sedangkan prosedur mediasi adalah tahapan-tahapan yang dilalui sejak
mulai penunjukan mediator sampai pembuatan perjanjian perdamaian di bawah
tangan atau dengan penetapan pengadilan. Dalam Pasal 2 Standard Operasional
Prosedur Nomor : 12/KEP/2012 mengatur mengenai tahapan mediasi yang antara
lain;
a. Tahap Pra Mediasi
Sebelum dilakukan mediasi, mediator menjelaskan gambaran bahwa mediator
hanya inembantu para pihak untuk menyelesaikan sengketa tata kelola usaha dan
mediator bersifat netral tidak boleh berpihak, permasalahan yang dapat
ditangani dengan proses mediasi mempakan permasalahan yang terkait dengan
etika bisnis, dengan syarat selain dari ; perkara-perkara yang sedang ditangani
Pengadilan Niaga, Pengadilan Hubungan Industrial (PHI), Keberatan atas putusan
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan Keberatan atas putusan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPP-u j.
Sebelum dilakukan mediasi, mediator memberitahukan bahwa mediator hanya
membantu para pihak menyelesaikan sengketa antara para pihak, dan tidak
menghentikan kemungkinan dikeluarkannya rekomendasi perbaikan tata kelola
usaha oleh LOS DIY, Para pihak yang menghendaki mediasi hams mengisi dan
menandatangani formulir persetujuan dilakukan mediasi, selanjutnya mediator
menjelaskan aturan serta tata tertib mediasi dan para pihak hams menyetujuinya.
Kemudian mediator menyiapkan mangan dan perlengkapan yang diperlukan.
Pendampingan oleh kerabat, keluarga, teman atau kuasa hukum selama proses
mediasi hams seijin mediator dan persetujuan para pihak. Mediator dapat
membatasi jumlah peserta mediasi dengan kesepakatan para pihak.
b. Tahap Mediasi
Sebelum mediasi dilakukan, Mediator memperkenalkan diri dengan patut dan
cukup, Mediator membacakan resume permasalahan dihadapan para pihak dan
bila diperlukan memberi kesempatan yang sama kepada para pihak untuk
melengkapi atau meluruskannya secara bergantian, adil dan tertib, bila
dimungkinkan dibatasi waktu paling lama 5 menit. Mediator menentukan jadwal
proses mediasi yang meliputi sasaran, macam kegiatan, urutan kegiatan, durasi
tiap sesi dan alokasi waktu untuk mediasi, serta target waktu mediasi dapat
dilakukan dan meminta persetujuan para pihak, bila diperlukan, mediator bisa
menawarkan para pihak untuk menggunakan Co-mediator atau pendapat ahli.
Mediator mendorong para pihak untuk berunding dengan mempertimbangkan
ltepentingan bersama, jika ada tanda-tanda mediasi tidak mencapai titik para
pihak dan hams disetujui kedua belah pihak, Mediator memberi kesempatan yang
sama kepada para untuk berbicara secara terpisah. temu, maka Mediator dapat
berbicara secara kaukus kepada para pihak dan hams disetujui kedua belah pihak,
Mediator memberi kesempatan yang sama kepada para untuk berbicara secara
t e ~ - ~ i s a h . ~ ~
Selama proses mediasi, mediator mengarahkan para pihak untuk bermusyawarah
dan bermufakat supaya tercapai win-win solution, apabila dalam proses mediasi
tersebut tercapai kesepakatan, Mediator menyusun draft nota kesepakatan
perdamaian dan membacakannya di depan para pihak, jika para pihak telah
63 .Kaukus adalah pertemuan antara mediator dengan salah satu pihak tanpa dihadiri oleh pihak lainnya. Pasal 1 point (4) Peraturan Mahkamah Agung Nomor; 03. Tahun 2008Tentang Prosedur Mediasi.
sepakat dengan isi nota kesepakatan perdamaian tersebut, maka para pihak
wajib menandatangani nota kesepakatan perdamaian tersebut.
Namun apabila dalam proses mediasi tersebut tidak mencapai kesepakatan, atau
para pihak tidak menunjukkan itikad baik untuk menyelesaikan permasalahannya
maka mediator bisa menghentikan mediasi setelah 3 (tiga) kali pertemuan mediasi
yang disepakati oleh para pihak, karena mediasi hanya dapat dilakukan apabila
para pihak sepakat mencari penyelesaian dan bukan memperdebatkan substansi
permasalahan. Mediator hanya membantu proses mediasi apabila sebelumnya
para pihak telah menempuh perundingan tetapi tidak mencapai kesepakatan.
Dalam Pasal 3 diatur tentang pelaksanaan mediasi antara lain ; Keputusan
dilaksanakannya mediasi hams berasal dari para pihak, mediator hanya sebatas
memberikan pemahaman tentang mediasi, Para pihak bertanggung-jawab atas
keputusan mediasi dan menyatakan bahwa mediator terbebas dari segala
tanggung-jawab dan akibat dari hasil mediasi, Para pihak sepakat menjunjung
tinggi nilai-nilai kesopanan, kepatutan dan tata krama, Para pihak sepakat
mengikuti tata tertib yang ditentukan oleh mediator, Para pihak sepakat bahwa
bila terjadi kebuntuan, maka mediator benvenang menghentikan mediasi dan
mengembalikan pemndingan kepada para pihak. Mediator tidak memungut uang
jasa mediasi dalam bentuk apa pun dari para pihak, Mediator harus merahasiakan
identitas para pihak dan seluruh proses serta hasil mediasi kepada pihak-pihak
lain tanpa ijin para pihak, Hasil keputusan mediasi tidak boleh bertentangan
dengan norma agarna, kesusilaan, kemasyarakatan, maupun peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Berdasarkan SOP pasal 4, tata tertib mediasi diatur sebagai berikut ; Para pihak
hams berpakaian secara patut dan sopan, Mediator wajib memberitahukan bahwa:
Para pihak hams berbicara dan berperilaku sopan dan hams menghindarkan
siltap, perilaku dan ucapan yang berbau SARA, Masing-masing pihak baru
berbicara setelah dipersilakan oleh mediator dan tidak melakukan interupsi ketika
pihak lain sedang berbicara, Para pihak dilarang membawa senjata dalam bentuk
apa pun dan / atau benda apa pun yang mengurangi kenyamanan d m keamanan
di dalam ruangan mediasi, Para pihak dilarang membawa pendukung atau
menggelar unjuk rasa atau mengerahkan massa di lokasi mediasi dan Para pihak
memasuki dan meninggalkan ruangan seijin mediator;
Terkait dengan Co-Mediator dan Pendapat Ahli, dalam pasal 5 mengatur bahwa;
Dengan persetujuan para pihak, mediator bisa meminta pendapat co-mediator.
Dengan persetujuan para pihak, mediator bisa meminta pendapat ahli dan seorang
ahli tersebut hanya boleh disediakan oleh mediator. Kasus yang bisa dimediasi
oleh LOS DIY dalam pasal 10 dibatasi hanya untuk kasus-kasus yang berkaitan
dengan tata kelola usaha, Sengketa yang sebelumnya gaga1 diselesaikan para
pihak, bukan sengketa yang pernah dimediasi oleh instansi lain yang benvenang
dan tidak membahas isu sentimen Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan.
c. Tahap Pasca Mediasi
Dalam setiap tahapan proses mediasi, baik tercapai kesepakatan atau tidak ada
kesepakatan, mediator membuat risalah hasil mediasi, risalah mediasi berupa hasil
kesepahaman sementara dari proses mediasi yang berguna untuk mengingatkan
kembali para pihak pada saat dilakukan mediasi selanjutnya, namun apabila
dalam mediasi terset3:lt mencapai kesepakatan, maka mediator membuat rumusan
hasil kesepakatan dalam bentuk nota kesepakatan perdamaian, Nota kesepakatan
tersebut ditandatangani oleh para pihak dan mediator. Bila para pihak
menghendaki, para pihak dapat meminta penetapan nota kesepakatan perdamaian
ini menjadi akta kesepakatan perdamaian di Pengadilan Negeri setempat dengan
surat pengantar dari LOS DIY.
Berdasarkan data yang ada di LOS DIY selama bulan Januari sampai dengan
Desember 2012 menyebutkan bahwa LOS DIY telah mengirimkan surat undangan
mediasi kepada para pihak sebanyak 71 surat undangan, kasus-kasus yang dilakukan
mediasi ada 21 kasus, dari 21 kasus yang dilakukan mediasi tersebut ada 11 kasus
yang mencapai kesepakatan perdamaian dan ada 10 kasus yang tidak dapat mencapai
kesepakatan perdamaian. Sedangkan data di bulan Januari sampai dengan bulan
Desember 2013 menyebutkan undangan mediasi yang telah dikirimkan oleh LOS
DIY ada 69 surat undangan mediasi, kasus-kasus yang dilakukan mediasi ada 28
ltasus dari 28 kasus yang dilakukan mediasi tersebut ada 23 kasus yang mencapai
kesepakatan perdamaian dan ada 5 kasus yang tidak dapat mencapai kesepakatan
perdamaian.
4. Rekomendasi
Rekomendasi merupakan sebuah anjuran perbaikan mengenai tata kelola
usaha yang baik yang ditujukan kepada Terlapor berdasarkan prinsip-prinsip etika
bisnis. Reltomendasi yang akan diterbitkan disusun oleh pengampu kasus dengan
format yang telah disepakati yang berisi antara lain ;
a. Pendahuluan
Pendahuluan rekomendasi yakni berisi pengantar tentang identitas LOS DIY dan
tujuan yang ingin dicapai sekaligus informasi tentang pelaltsanaan rapat pleno
pembahasan rekomendasi oleh para anggota LOS DIY.
b. Kronologis
Kronologis berisi runtutan peristiwa terjadinya permasalahan dan proses
penanganan perkara yang terdiri dari Keterangan Pelapor, Keterangan Terlapor,
Pendapat Ahli (bila perlu) dan hasil investigasi lapangan (bila perlu).
c. Analisa Fakta
Analisa Fakta yakni rangkuman fakta setelah cross check dengan para pihak yang
berselisih, instansi terkait dan data yang ada.
d. Pernyataan Pendapat
Pernyataan pendapat berisi ulasan tentang permasalahan, dan kajian peraturan
perundangan j ika diperlukan.
e. Penilaian LOS DIY
Penilaian LOS DIY berisi tentang penilaian atas pelanggaran etika bisnis yang
telah dilalcukan oleh para pihak, baik pelapor maupun terlapor.
f. Rekomendasi LOS DIY
Rekomendasi LOS DIY yang berisi saran perbaikan tata kelola usaha yang
beretika supaya beretika dan berkelanjutan kepada para pihak dan lembaga terkait.
Sesudah draft surat rekomendasi selesai disusun oleh pengampu kasus,
kemudian di informasikan kepada semua anggota LOS DIY untuk segera diadakan
rapat pleno anggota guna membahas dan menyepakati isi surat rekomendasi. Anggota
wajib memberikan catatan tertulis dan diserahkan kepada pengampu kasus. Inisiatif
untuk melakukan rapat rekomendasi dilakukan oleh pengampu kasus yang
dikoordinasikan dengan ketua bidang pelayanan, investigasi dan monitoring. Rapat
pleno rekomendasi sekurang-kurangnya dihadiri oleh 3 (tiga) orang anggota LOS
DIY.
Dalam rapat ini akan disepakati berbagai ha1 antara lain: tulisan atau kalimat
yang dipakai (redaksi), ~esesuaian antara fakia daii penilaian, isi rekomendasi, dan
keinungkinan dipublikasikannya kasus tersebut dengan mempertimbangkan
efektivitas. Anggota yang tidak dapat hadir dalam rapat rekomendasi, dapat
memberikan masukan tertulis untuk penyempurnaan draft rekomendasi sebelum rapat
pleno dimulai. Jika rapat pleno rekomendasi menilai masih perlu dilakukan tahap
klarifikasi dan atau investigasi, maka pengampu kasus wajib untuk melakukan
tahapan yang direkomendasikan tersebut.
Apabila kemudian hasil rapat menyepakati draft surat rekomendasi, pengampu
kasus kemudian menyempurnakan draft swat final rekomendasi untuk dikirimlcan
kepada Terlapor dan ditembuskan kepada pihak-pihak terkait sesuai dengan inti
permasalahan dan Gubernw DIY sebagai bentuk laporan. Berdasarkan Laporan tahun
201 1, jumlah rekomendasi yang telah dikeluarkan LOS DIY ada 28 rekomendasi.
sedangkan pada tahun 2012 rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh LOS DIY ada
37 rekomendasi dan pada tahun 2013 ada 39 rekomendasi.
5. Monitoring
Monitoring merupakan sebuah kegiatan pemantauan terhadap tindak lanjut
rekomendasi yang diberikan oleh LOS DIY kepada Terlapor dan pihak-pihak terkait
dengan permasalahan yang dilaporkan. Pada tataran ini, apa dan bagaimana isi
relomendasi dipantau dan dikaji, apakah terdapat perubahan perilaku, sistem, ataupun
cara terlapor dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan etis kepada
masyarakat. Dalam ha1 ini, setiap surat rekomendasi yang dikeluarkan, sudah
diproyeksiltan sebelumnya, mengenai indikator apa yang akan menjadi tolok ukur
ltegiatan monitoring.
Monitoring dilakukan 3 (tiga) bulan setelah rekomendasi diberikan. Metode
yang digunakan dalam monitoring adalah melalui surat monitoring yang ditujukan
kepada pelapor, terlapor dan pihak-pihak yang mendapatkan tembusan rekomendasi
dimaksud. Keterlibatan pihak terkait digunakan untuk menciptakan sistem control
yang seimbang sehingga semua pihak merasa berkepentingan terhadap penvujudan
tata kelola usaha di sektor swasta yang beretika dan berkelanjutan.
Dalam kegiatan monitoring LOS DIY mendapaika~i beberapa hambatan, antara lain :
a. Terlapor atau pihak yang diberikan rekomendasi tidak merespon surat monitoring
yang dikirimkan sehingga LOS DIY tidak mendapatkan informasi perkembangan
relomendasi atau perubahan tata kelola usaha dari terlapor.
b. LOS DIY tidak dapat mengetahui perkembangan hasil rekomendasi dari pelapor
dikarenakan :
1) Pelapor tidak dapat dihubungi.
2) Pelapor sudah tidak peduli dengan kasus yang dihadapi.
3) Pelapor tidak dapat mengakkses informasi apapun dari terlapor setelah
diterbitkannya rekomendasi.
4) Pelapor merasa keberatan dengan isi rekomendasi LOS DIY terhadap Pelapor.
c. Terlapor merespon surat rekomendasi secara negatif dan menyatakan keberatan
dengan hasil rekomendasi.
d. Lemahnya koordinasi antar instansi pemerintah yang mempunyai kewenangan
terkait .
Berdasarkan data di bagian administrasi LOS DIY, selama tahun 2011 LOS
DIY telah mengirimkan surat monitoring sebanyak 22 surat monitoring, tahun 2012
ada 28 surat monitoring yang dikirim dan pada tahun 2013 ada 39 surat monitoring
yang telah dikirimkan oleh LOS DIY. Respon dari terlapor atau pelaku usaha yang
mendapatkan surat monitoring beragam seperti menelpon LOS DIY untuk
menanyakan maksud dari surat monitoring, ada yang menelpon guna menjelaskan
telah melakukan perubahan manajemen, dan ada juga pelaku usaha langsung
memberikan jawaban setelah surat monitoring diterimanya. Isi jawaban yang
disampaikan para pelaku usaha sebagian menanggapi dengan positif dan sedang
dalam proses menindaklanjuti pelaksanaan rekomendasi LOS DIY.
Selain untuk mengetahui tindak lanjut rekomendasi, monitoring juga
dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan dan permasalahan yang timbul dalam
tindak lanjut rekomendasi. Dalam ha1 ini LOS DIY akan lebih intensif melakukan
komunikasi dengan pe!aku usaha dan pihak terltzit. Melihat pentingnya monitoring
ini, maka LOS DIY telah mengambil kebijakan sebagai berikut :
1) Pengampu kasus diminta untuk melakukan monitoring untuk setiap kasus yang
ditanganinya sesudah 3 bulan sejak dikeluarkannya rekomendasi.
2) Pengampu kasus diminta untuk mendokumentasikan setiap hasil monitoring.
3) Monitoring dapat dilakukan dengan memanfaatkan media telepon, surat
monitoring, kunjungan langsung atau mengundang para pihak terkait untuk
meminta informasi.
Sehubungan dengan pentingnya proses monitoring ini, maka LOS DIY
senantiasa mendorong semua pihak, termasuk pemerintah, untuk terus memberikan
dukungan dan tanggapan positif atas proses monitoring yang dilakukan. Hal ini dirasa
sangat penting karena perbaikan tata kelola usaha di sektor swasta yang beretika dan
berkelanjutan tidak mungkin tenvujud tanpa adanya peran serta dan partisipasi dari
semua pihak, termasuk pemerintah.
Sebagaimana diketahui bahwa rekomendasi yang dikeluarkan oleh LOS DIY
tembusannya selalu disampaikan kepada instansi yang terkait baik lembaga swasta
maupun pemerintah, ha1 ini dilakukan dengan harapan instansi tersebut dapat
menindaklanjuti rekomendasi guna mempercepat adanya proses pelaksanaan
rekomendasi dalam rangka perbaikan tata kelola usaha, karena ha1 ini dapat
mempengaruhi kenyamanan usaha dan kenyarnanan bekerja sehingga dapat tercipta
iklim usaha yang kondusif tanpa ada pihak-pihak yang merasa dirugikan.
D. Kegiatan Pendukung Dalam Penyelesaian Kasus
Selain menindaklanjuti kasus dengan cara membantu proses penyelesaian,
untuk kasus-kasus tertentu bidang Pelayanan Investigasi Dan Monitoring (PIM) juga
melakukan kegiatan pendukung terkait dengan penanganan kasus, kegiatan
pendukung yang sudah dilakukan oleh LOS DIY selama periode ketiga tahun 2012
sld 20 13 antara lain ;
1. Gelar Kasus
Ada dua jenis gelar kasus di LOS DIY, pertama gelar kasus internal dan gelar
kasus yang melibatkan pihak eksternal, gelar kasus internal merupakan
pembahasan kasus yang dilaporkan untuk dikaji permasalahan apakah kasus
tersebut menjadi kewenangan LOS DIY atau tidak, apabila kasus tersebut menjadi
kewenangan LOS DIY maka dalam rapat tersebut sekaligus menunjuk pengampu
untuk menindaklanjuti kasus yang telah dilcpor!<~n, narnun apabila kasus tersebut
ternyata tidak menjadi kewenangan LOS DIY maka LOS DIY akan merujuk ke
instansi yang benvenang untuk menindaklanjuti kasus tersebut, sedangkan gelar
ltasus dengan melibatkan pihak eksternal adalah pembahasan kasus yang
permasalahannya bersifat komplek dan pengusaha kurang memiliki etika untuk
menyelesaikan permasalahannya dengan baik, seperti diundang klarifikasi tidak
datang, saat mediasi berperilaku tidak baik dan terkesan memaksakan kehendak,
tujuan diadakannya gelar kasus ini adalah untuk melakukan koordinasi dengan
instansi dan semua stakeholder yang terkait supaya kasus tersebut dapat
diselesaikan secara bersama-sama sesuai dengan kapasitas kewenangan masing-
masing instansi.
Permasalahan yang telah dilakukan gelar kasus dengan melibatkan eksternal antara
lain ; Kasus PT Sung Chang Indonesia, Kasus UGAMA/IKMI/ASMI, Kasus
Investasi Rumah Kebun Jamur, Yayasan Dian Desa, Kasus Hutang Kekurangan
Setoran Sopir Taksi, FAVE Hotel Yogyakarta, Kasus Dugaan Pencemaran
Lingkungan Oleh CV. Chrisma Grafindo dan kasus SPBE Bumi Purnama Raya di
manding Bantul.
2. Pendapat Ahli
Untuk kasus-kasus yang bersifat khusus dan perlu penanganan yang cermat maka
dalam menindaklanjuti penyelesaian LOS DIY mengundang seorang ahli di
bidang tertentu terkait dengan kasus yang dilaporkan untuk rnernberikan
pendapatnya berdasarkan keahliannya tersebut, kasus yang melibatkan ahli untuk
rnernberikan pendapatnya antara lain ;
a. Kajian Tentang Tugas, Wewenang Notaris Dan PPAT.
b. Kajian Tentang Penyelesaian Sengketa Pertanahan
c. Kasus Investasi Rurnah Kebun Jarnur
d. Yayasan Dian Desa
e. FAVE Hotel Y ogyakarta.
f. Kasus Dugaan Pencemaran Lingkungan Oleh CV. Chrisrna Grafindo.
g. SPBE Burni Purnama Raya.
3. Focus Group Discussion (FGD)
FGD terkait dengan tindak lnnjut penyelesaian kasus yang sudah' di lakukan
sebanyak lirna kali, dengan rnengangkat terna antara lain ;
a. Rencana Tindak Lanjut dan Evaluasi Kunjungan Tim Independen ke
Perusahaan- perusahaan yang dianggap rawan terjadinya perselisihan di
wilayah DIY
b. Problernatika Penyelenggaran Pendidikan di Sekolah Swasta.
c. Penahanan ijasah Pekerja Oleh Pengusaha
d. Modus Pelanggaran Etika Dalarn Perekrutan Mitra Kerja Dengan Cara Iklan
Lowongan Kerja Pengelirnan Teh Celup Oleh Perusahaan PT Hadena
Indonesia.
e. Kepemilikan IIak Komunal Sebagai Srrategi Perlindungan Produk UMKM
Dan Perwujudan Kawasan Berbudaya HAKI Di DIY.
f. Review Kebijakan Produk Air Minum Kemasan.
g. Pemantauan pelaksanaan UMK dan BPJS Ketenagakerjaan.
h. Manfaat Jaminan Fiducia sebagai sarana penjaminan dalam perjanjian kredit
pembiayaan.
i. Desa Dan Kampung Wisata Sebagai Daya Tarik Wisata Guna
Mensejahterakan Masyarakat.
4. Workshop
Workshop dilakukan untuk menindaklanjuti permasalahan atau kasus-kasus yang
paling banyak dilaporkan, workshop dimaksudkan untuk membahas secara
mendalam permasalahan yang banyak dilaporkan tersebut, dalarn pembahasan
tersebut LOS DIY mengundang pihak-pihak terkait dan narasumber yang ahli di
bidangnya untuk mengupas dan menggali akar permasalahan, bila dimungkinkan
dapat mencari solusi serta merumuskan usulan perubahan kebijakan kepada
pemerintah supaya masyarakat dapat terlindungi dengan kebijakan tersebut.
Kegiatan workshop yang telah dilakukan oleh LOS DIY mengangkat tema antara
lain ;
a. Pentingnya Pengawas Independen Dalam Penegakan Etika Usaha di Bidang
ketenagakerj aan.
b. Kajian Tentang Tugas, Wewenang Notaris Dan PPAT.
c. Kajian Tentang Penyelesaian Sengketa Pertanahan.
d. Mewujudkan Pengelolaan Sekolah Swasta Yang Beretika Dan Berkelanjutan.
e. Penahanan ijasah Pekerja Oleh Pengusaha, Tinjauan Hukum Dan Etika
Bisnis.
f. Workshop Tentang Pengaturan Toko Ritail Modern Berjejaring.
5. Seminar
Seminar dilakukan untuk mengangkat permasalahan yang sedang marak terjadi di
Daerah Istimewa Yogyakarta dan menimbulkan keresahan di masyarakat, selain
untuk mengangkat kasus yang dilaporkan ke LOS DIY, seminar juga ditujukan
untuk mencari dukungan dan solusi terhadap kasus yang sedang dihadapi
masyarakat seperti dampak pembangungan bangunan komersial antara lain ; hotel,
kondominium, kondotel, apartemen dan SPBE, terhadap persoalan dampak
pembangungan bangunan komersial tersebut LOS DIY menyelenggar
pembangungan bangunan komersialakan seminar dengan tema ; Hak Warga Atas
Tata Kelola Lingkungan Dalam Melawan Komersialisasi Tanah.
6. Own Motion
LOS DIY tidak hanya menindaklanjuti laporan masyarakat yang masuk 1
dilaporkan ke LOS DIY tetapi juga melakukan inisiatif melakukan investigasi
terhadap kasus yang sedang terjadi di masyarakat sekalipun kasus tersebut belum
dilaporkan ke LOS DIY, tindakan ini di istilehkm dengan nama own motion,
tujuan adanya own motion ini adalah untuk melihat sejauh mana kasus tersebut
berpotensi merugikan masyarakat sekaligus melakukan tindakan pencegahan
supaya korbannya tidak semakin banyak. Untuk itu LOS DIY telah melakukan
inisiatif investigasi terhadap PT Hadena Indonesia di J1. Palagan No. 91 A,
Ngaglik, Sleman. Perusahaan tersebut di investigasi karena ada indikasi penipuan
dan berpotensi merugikan masyarakat. Investigasi dilakukan dua kali dengan cara
datang langsung ke perusahaan pada tanggal 3 September 2013 dan 4 September
2013, tim investigator dalam kasus tersebut Bagus Sasmito dan Hanum Aryani,
adapun hasil investigasi antara lain ; adanya informasi penawaran mitra kerja
pengeleman teh rosella dengan imbalan 70 ribu perbok di beberapa tempat,
sehingga masyarakat mendatangi perusahaan, ternyata sampai di tempat yang
dituju disuruh membayar Rp.5000,- (lima ribu rupiah) untuk biaya pendaftaran dan
informasi seputar cara pengeleman, selanjutnya pendaftar dikenakan biaya
Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) dan mendapatkan satu buah
parfum dengan harga Rp.200.000,- (dua ratus ribu rupiah) dan satu bok label teh
yang dilem.
Disamping itu setiap pendaftar diwajibkan menyebar brosur informasi dan mencari
anggota baru untuk mendaftar ke perusahaan tersebut. ijin yang dipakai adalah
untuk produk kosmetik, makanan dan minuman, tapi pada kenyataannya menjual
produk cincin magnetic dan parfum, dan perusahaan tidak mau disebut sebagai
MLM. Tindak lanjut hasil investigasi tersebut, maka LOS DIY mengadakan FGD
pada hari selasa, tanggal 17 September 2013, dengan mengundang pihak
perusahaan PT Hadena Indonesia dan semua stakeholder yang terkait dengan
kasus tersebut, dalam FGD tersebut diperoleh informasi bahwa ; iklan tidak sesuai
dengan ijin yang ada karena ijin untuk kosmetik sedangkan iklan pengeliman teh
rosella, produk yang dicanturnkan di label tidak ada ijinnya jadi masih elegal,
rekruitmen tenaga kerja tidak sesuai prosedur dan tanpa ijin dinas terkait, untuk itu
PT Hadena diminta untuk mengurus proses perijinan dan menghentikan dulu
operasional sebelum produhya dilegalkan.h4
Sedangkan Investigasi terhadap persoalan yang tidak dilaporkan ke LOS DIY
tetapi kasus tersebut berpotensi terjadinya aksi masa karena melibatkan ribuan 'i
buruh dan masyarakat, maka kami telah aktif melakukan investigasi di salah satu
perusahaan pembuatan rambut palsu ( wig ) di daerah Bantul. Perusahaan tersebut
bernama PT. Dong Young Tress, jumlah pekerja sekitar 2000 orang, Pemilik
perusahaan Warga Negara Korea. Dalam investigasi tersebut di tenemukan adanya
pelanggaran ketenagakerjaan yang sangat parah antara lain : gaji dibawah UMR,
Sakit lebih dua hari dianggap alfa dan potong gaji, uang lembur Rp.3000,-/(tiga
ribu rupiah) perjam flat tidak naik, tidak ada cuti hamil sehingga kalau ada pekerja
yang hamil diminta mengundurkan diri dan kalau mau masuk setelah melahirkan
disuruh melamar kembali, jam kerja dari jam 06.30 s/d 21.00 WIB dan tidak ada
Jamsostek.
64 Laporan Pelaksanaan Tugas, Lembaga Ombudsman Swasta DIY Tahun 2013,.Yogyakarta, 2013, hlm ; 21-31.
7. Pembentukan Posko Pemantau Pembayaran Tunjangan Hari Raya Keagamaan
(THR)
Pembentukan posko pemantauan pembayaran THR pada tahun 2012 dilaksanakan
kerjasama dengan Aliansi Buruh Yogyakarta (ABY), tujuan dari pembentukan
poslto ini antara laian ;
a. Melakukan monitoring pembayaran THR terkait dengan besamya nilai THR
dan waktu pembayaran THR oleh Pengusaha
b. Menerima pengaduan dan konsultasi terkait dengan masalah THR
c. Melakukan mediasi permasalahan pemberian T H R . ~ ~
8. Pembentukan Forum Komunikasi Penegakan Etika Usaha di Bidang
Ketenagake rjaan
Pengawasan di bidang ketenagakerjaan sangat lemah karena jurnlah sumber daya
manusia yang ada tidak sebanding dengan jumlah perusahaan yang ada di wilayah
DIY. Hal ini berdampak pada tingginya kasus ketenagake rjaan yang dilaporkan ke
LOS DIY, bahkan kasus ketenagakerjaan menduduki ranking tertinggi kedua
setelah kasus keuangan, Melihat kenyataan yang ada maka LOS DIY berinisiatif
untuk membentuk Forum Pengawas Penegakan Etika Usaha di Bidang
Ketenagakerjaan. Pembentukan forum ini bertujuan antara lain ; Agar setiap
pelanggaran ketenagakerjaan dapat segera di atasi dan dapat mengurangi
65 . Laporan Kinerja Lembaga Ombudsman Swasta DIY, Yogyakarta, 2012, hlm ; 44-47.
pelanggaran etika bisnis di bidang ketenagakerjaan. Stakeholder yang terlibat
dalam forum ini antara lain ;
a. Pemerintah ; Dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupatenl kota, Dinas tenaga
kerja dan transmigrasi propinsi DIY, PT Jamsosteks Cabang DIY
b. Pelaku usaha ; Apindo, Asmindo, Kadin.
c. Serikat pekerja ; SPN, SPSI, ABY, SP Mandiri, SBI, SP NIBA, SP LEM, SP
FARKES, SP PT Pos Indonesia, SP sekar Telkom.
d. Lembaga swadaya Masyarakat ( LSM ) ; LABH, LBH Yogya, LBH ANSOR,
Yasanti, LBH SIKAP, PSB.
Disamping kegiatan yang terkait dengan penanganan kasus yang telah
dilakukan oleh bidang pelayanan, investigasi dan monitoring, bidang penelitian dan
pengembangan juga ielah melakukan kegiatan seperti sosialisasi dan edukasi kepada
masyarakat tentang etika usaha, penelitian yang berkaitan dengan isu-isu etika usaha
terkini, melakukan kajian untuk mengusulkan review kebijakan, diskusi dan seminar
tentang etika usaha dan pemberian LOS award setiap tahun kepada kepala daerah di
tingkat kabupaten atau kota, kepada media cetak dan asosiasi pengusaha, sedangkan
di bidang kerjasama dan penguatan masyarakat melakukan kerjasama dan menjalin
lomunikasi dengan semua pihak serta penguatan masyarakat dengan cara
menggalang kerjasama dengan para pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan
LOS DIY. melakukan upaya penyadaran baik pelaku usaha maupun masyarakat
terkait pentingnya etika bisnis guna terciptanya bisnis yang berkelanjutan, disisi lain
bidang kerjasama dan penguatan masyarakat juga telah melakukan penguatan
masyarakat melalui gerakan-gerakan perubahan sebagai upaya mewujudkan tata
kelola usaha yang sehat, beretika dan berkelanjutan.
E. Kewenangan LOS DIY terhadap Laporan Yang Berkaitan dengan Masalah
Hukum
Mediasi merupakan salah satu bentuk penyelesaian sengketa yang
diselenggarakan di luar pengadilan, dimana pihak-pihak yang bersengketa meminta
atau menggunakan bantuan dari pihak ketiga yang netral untuk membantu
menyelesaikan pertikaian di antara mereka. Pada prinsipnya kasus yang dapat
diselesaiakan dengan cara mediasi adalah kasus-kasus yang bersifat keperdataan,
namun secara teoritis masih terbuka kemungkinan untuk menyelesaiakan kasus tindak
pidana tertentu melalui proses mediasi atau penyelesaian di luar peradilan.
Kemungkinan ini karena sifat dari sanksi pidana itu sendiri sebagai ultimum
remedium, menurut soedarto, konsekuensi dari sifat atau cirri ini yaitu bilamana
sarana hukurn lainnya seperti perdata dan administrasi bisa atau lebih baik digunakan,
maka hukurn atau sanksi pidana tidak perlu digunakan.
Ada beberapa kasus yang masuk di LOS DIY yang mengandung unsur pidana
seperti penipuan atau penggelapan, selama kasus tersebut belum ditangani oleh
penegak hukurn seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan, maka LOS DIY dapat
membantu proses penyelesaian kasus pidana tersebut. Hal ini karena penyelesaian
kasus melalui proses mediasi memilki keluwesan atau keleluasaan dan tidak
terkungkung dalam bentuk-bentuk formalitas seperti dalam proses litigasi, dalam
proses inediasi ini para pihak dapat membahas substansi persoalan tanpa hams lebih
dahulu memperdebatkan masalah-masalah tehnis hukum, disamping itu para pihak
yang tidal< memiliki pengetahuan atau ketrampilan hukurn dapat menempuh proses
mediasi karena proses ini memungkinkan para pihak untuk melihat dan membahas
persoalan tidak hanya dari sisi hukum tapi juga aspek--aspek lain seperti hubungan
sosial dan ekonomi para pihak, seperti salah satu contoh kasus yang dilaporkan ke
LOS DIY yaitu kasus Perselisihan Antara Para Pemegang Saham Terkait
Transparansi Laporan Keuangan di Perusahaan.
Dalam situasi tertentu, meskipun secara hukum satu pihak belum tentu
bersalah dan bertanggung jawab atas kerugian namun mungkin saja pihak tersebut
bersedia membayar ganti rugi kepada pihak lair, demi mempertahankan hubungan
sosial dengan pihak lain, selain itu proses mediasi yang berlangsung atas dasar
pendekatan-pendekatan konsensus atau mufakat cenderung membangun suasana
kerjasama dalam mencari pemyelesaian yang dapat diterima para pihak.
Secara singkat kasus perselisihan antara para pemegang saham terkait
transparansi laporan keuangan perusahaan di PT. LESTARI JAYA dapat kami
sampaikan sebagai berikut ; kasus permasalahan di bidang usaha pelayanan kesehatan
ini cukup rumit karena permasalahan yang dilaporkan tidak terkait dengan pelayanan
kesehatan tapi terkait dengan transparansi laporan keuangan perusahaan, kasus ini
dilaporkan oleh salah satu pemegang saham yang sekaligus menjabat sebagai direktur
keuangan di perusahaan tersebut, sedangkan pihak yang dilaporkan adalah pemegang
saham yang menjabat direktur utama.
Menurut Pelapor bahwa awal pendirian perusahaan di bidang pelayanan
ltesehatan tersebut di dirikan oleh dua keluarga yaitu keluarga Pelapor dan keluarga
Terlapor yang masing-masing keluarga memiliki saham 50%, pada awal pendiriannya
berbentuk yayasan dengan nama Yayasan Tunas Husada Bhakti, namun pada
perkembangannya yayasan tersebut berubah menjadi persero dengan nama PT.Lestari
Jaya. Sejak adanya perubahan nama pada tanggal 3 1 Juli 2002 sampai kasus tersebut
dilaporkan ke LOS DlY pada tanggal 12 Maret 2012 belum pernah ada pemeriksaan
keuangan atau audit terhadap PT.Lestari Jaya dan yang ada hanya laporan keuangan
dari Pelapor selaku direktur keuangan rumah sakit pada saat rapat umum pemegang
saham (RUPS) yang dilakukan setiap tahun. Dalam RUPS tanggal 28 Juni 2003,
Pelapor selaku pemegang saham meminta supaya PT. Lestari Jaya ada audit secara
keseluruhan dengan auditor independen dan segera melakukan appraisal atau
penilaian, usulan Pelapor tersebut disetujui dalam RUPS, namun pihak Terlapor tidak
pernah melaksanakan keputusan RUPS tersebut bahkan Pelapor menemukan adanya
selisih keuangan senilai Satu Miliar Rupiah lebih, beberapa upaya telah dilakukan
ileh Pelapor namun upaya tersebut tidak pernah berhasil, karena itu Pelapor
menganggap Terlapor tidak memiliki itikad baik untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut.
Untuk mendapatkan informasi yang seimbang maka LOS DIY mengundang
pihak Terlapor guna memberikan klarifikasi pada tanggal 2 April 2012, dalam
klarifikasi tersebut hadir kuasa hukum Terlapor yang menyampaikan bahwa ; selaku
direktur keuangan seharusnya Pelapor bertanggungjawab penuh terhadap masalah
keuangan perusahaan, mengenai kondisi keuangan perusahaan selama ini Terlapor
selalu transparan dan tindakan Terlapor juga di dasarkan pada keputusan RUPS, sejak
terjad permasalahan, Pelapor tidak pernah hadir dalam RUPS, Terlapor
menyayangkan tindakan Pelapor yang tidak mempercayai kinerja Terlapor selaku
direktur utama, manaj emen perusahaan pernah melakukan audit keuangan internal
dan Pelapor dianggap tidak dapat melaksanakan kewajibannya sebagai direktur
keuangan selama empat tahun, akibatnya kondisi perusahaan menjadi tidak kondusif
dan terjadi konflik dalam perseroan.
Dalam klarifikasi tersebut LOS DIY mencoba merninta bukti pendukung hasil
audit internal yang pernah dilakukan pihak Terlapor namun pihak Terlapor selalu
inencari alasan untuk tidak memberikan hasil audit yang dimaksud. Sesuai standar
operasional prosedur penyelesaian sengketa, maka LOS DIY menempuh cara mediasi
dengan mengundang para pihak yang berselisih untuk datang dan melakukan
perundingan, namun pada undangan mediasi pertama pihak Terlapor tidak hadir
dengan alasan ada kepentingan lain, begitu juga pada undangan mediasi kedua dan
ketiga pihak Terlapor juga tidak hadir tanpa alasan yang jelas, sedangkan pihak
Pelapor sejak undangan mediasi pertama sampai mediasi ketiga selalu hadir tepat
waktu, karena sudah tiga kali undangan pertemuan mediasi pihak Terlapor tidak
pernah hadir maka mediasi tidak dapat dilaksanakan sesuai rencana, sementara itu
pihak Pelapor berharap permasalahannya dapat diselesaikan di LOS DIY, karena itu
LOS DIY mengundang seorang ahli untuk dapat memberikan pendapatanya sesuai
dengan keahliannya, pada saat itu LOS DIY mengundang ahli hukum bisnis
perusahaan dari Universitas Islam Indonesia Bapak. Ery Arifudin, S.H, M.H. guna
memberikan penjelasan dan pemahaman sesuai dengan kemampuan dan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya, acara dilakukan pada hari Rabu tanggal 11 Juli 2012
di kantor LOS DIY, disamping mengundang ahli, LOS DIY juga melakukan
konfirmasi ulang melalui telephone kepada pihak Terlapor untuk mendapatkan
kejelasan, informasi yang diperoleh dari pihak Terlapor bahwa permasalahan antara
Pelapor dan Terlapor sudah masuk Peradilan, karena kasus sudah masuk di ranah
Peradilan maka LOS DIY tidak memiliki kewenangan lagi untuk melanjutkan proses
penyelesaian dan menghentikan kasus tersebut untuk dikembalikan kepada para pihak
yang bersengketa yaitu Pelapor dan Terlapor. Secara lengkap tentang kasus
perselisihan antara para pemegang saham terkait transparansi laporan keuangan
perusahaan di PT. LESTARI JAYA dapat di lihat dalam lampiran tesis ini.
F. Tantangan dan Hambatan Yang Dihadapi LOS DIY Dalam Penyelesaian Kasus
Dalam menindaklanjuti setiap kasus yang dilaporkan, LOS DIY selalu
berpegang pada Standard Operasional Prosedur (SOP) yang telah disepakati, namun
tidak semua permasalahan dapat di tangani secara maksimal, ha1 ini karena LOS DIY
menghadapi beberapa kzndala dalam menjalankan mandat, kendala yang dihadapi
antara lain ; Pihak Terlapor tidak mau datang saat di undang untuk memberikan
ltlarifikasi atau pada saat dilakukan mediasi, ha1 ini dapat terjadi karena Terlapor
belum memahami secara jelas hngsi dan wewenang LOS DIY. Persepsi Terlapor
yang muncul adalah : LOS DIY disamakan dengan lembaga konsumen atau lembaga
bantuan hukum dan belum memahami posisi LOS DIY yang independen dan
imparsial. Terkadang pihak Terlapor yang hadir bukan orang yang dapat membuat
keputusan atau pembuat kebijakan dan tidak diberi wewenang apapun untuk
memutuskan sehingga proses mediasi berjalan lambat dan terkadang sulit untuk
mencapai kesepakatan perdamaian (deadlock) dan tidak menghasilkan keputusan
apapun, alamat terlapor tidak jelas atau pindah alamat sehingga sulit dilacak, baik
pelapor atau terlapor sangat sibuk bahkan sering keluar kota atau keluar negeri
sehingga memperlambat proses penyelesaian dan ada juga pelapor yang menghilang
sementara HP dihubungi tidak aktif.
Sedangkan dalam melakukan investigasi hambatan yang dialami LOS DIY
diantaranya ; Domisili terlapor berpindah-pindah dan atau tidak diketahui
keberadaannya sehingga sulit dilacak. Tidak ada akses masuk untuk mendapatkan
suatu dokumen yang penting sebagai bahan penilaian dalam rekomendasi. Kendala-
kendala yang di hadapi LOS DIY tersebut tentu saja memperlambat proses
penyelesaian permasalahan yang sedang di tangani dan bisa jadi persoalan menjadi
tidak terselesaikan, karena ketika terlapor tidak mau menghadiri undangan, maka
persoalan menjadi semakin panjang, dengan adanya persoalan tersebut maka LOS
DIY menggunakan alternatif penyelesaian dengan cara melakukan koordinasi dengan
instansi terkait atau melakukan gelar kasus untuk mencari penyelesaian yang terbaik
terhadap kasus tersebut, ha1 ini dilakukan dengan harapan instansi yang memiliki
ltewenangan melakukan tindakan dapat bekerjasama dengan LOS DIY untuk
bersama-sama menyelesaikan persoalan tersebut.
G. Hasil Wawancara Dengan Responden
Dalam penelitian ini peneliti mengelompokan jenis responden menjadi dua
bagian yaitu responden dari internal LOS DIY dan responden dari eksternal LOS
DIY, responden dari internal LOS DIY merupakan anggota, mantan anggota dan
asisten LOS DIY, sedangkan responden dari eksternal LOS DIY adalah para Pelapor
dan Terlapor yang kasusnya ditangani oleh LOS DIY. Untuk menjaga kepentingan
para pihak baik Pelapor maupun Terlapor, maka identitas Responden dari eksternal
tidak kami sebutkan, namun dapat kami sampaikan jenis kasus yang dilaporkan
diantaranya kasus keuangan ada empat responden, kasus ketenagakerjaan lima
responden, kasus perdagangan satu responden, kasus pendidikan dua responden dan
kasus yayasan satu responden, dengan demikian responden dari para Pelapor dan para
Terlapor masing-masing tiga belas responden, dengan tidak adanya identitas
responden maka hasil wawancava yang dilakukan pada bulan Nofember 2013 sld
Maret 2014 dapat kami sampaikan sebagai berikut ;
1. Hasil Wawancara Dengan Para Pelapor
Responden yang berhasil kami wawancarai merupakan penvakilan dari para
Pelapor yang kasusnya ditangani oleh LOS DIY, responden para Pelapor mengetahui
lteberadaan LOS DIY diantaranya dari Kopertis Wilayah V, relasi, hubungan
persahabatan atau teman, media masa, brosur LOS DIY dan internet. Menurut
pemahaman para Pelapor LOS DIY adalah ; Lembaga independent yang menjadi
tempat alternatif untuk menyelesaikan sengketa antara pengusaha dan masyarakat
konsumen, tempat pengaduan berkaitan pennasalahan hubungan kerja dengan pihak
perusahaan swasta, Lembaga yang membela kaum buruh, Sebagai lembaga Penegak
kebenaran, Lembaga yang menangani perselisihan, Lembaga yang dapat melakukan
mediasi, Lembaga perlindungan konsumen, Lembaga yang mengusahakan supaya
transaksi dilakukan secara etis sesuai dengan hukum yang berlaku, Lembaga yang
membantu masyarakat yang dirugikan lembaga lain, Tempat mediasi antara
pengusaha dan konsumen dan Lembaga independen yang mengawasi pelaku usaha.
Berkaitan dengan prosedur penyelesaian sengketa etika usaha di LOS DIY
menurut para Pelapor bahwa ; 30% responden menjawab baik dan cepat bertindak
sesuai etika usaha dan bagus, 10% responden menjawab Rekomendasi LOS DIY
sangat membantu pennasalahan responden, 10% responden menjawab cukup bagus
dan bisa diterima, 10% responden menjawab sengketa bisa selesai dan sangat
membantu, 10% responden menj awab sangat baik, 10% responden menjawab cepat
dan segera ditangani, 10% responden menjawab bertahap dan 10% responden yang
menjawab masih kuranq agresif. Disamping itu para Responden menyarankan
sebaiknya ada penambahan kewenangan, untuk menyelesaikan sengketa dengan
ketetapan hukum, sehingga memberi efek jera pada pelaku bisnis yang menyimpang
dengan berbagai dalih semisal kasus saya dengan Wom Finance, yang dulu disepakati
oleh wom finance tidak ada kelanjutan sama sekali, cenderung mengabaikan
kesepaltatan yang telah dibuat di kantor LOS DIY antara saya selaku korban
(konsumen) dan Wom Finance (selaku terlapor) kata salah satu responden.
Pandangan para Pelapor terhadap LOS DIY dalam membantu penyelesaian
sengketa yang sedang mereka alami antara lain ; Minimal dapat membuat pelajaran
bagi perusahaan dalam memperlakukan karyawan agar tidak semena-mena,
Pandangan saya cukup adil dan berimbang, Menangani dan menyelesaikan masalah
atau sengketa dengan baik dan sesuai dengan prosedur, LOS DIY sangat membantu
dalam penyelesaian masalah, baik dan berharap ke depan lebih baik, segera
ditanggapi dan cepat diproses, lebih realistik, cepat, adil dan tidak memihak, sangat
manusiawi dan ada satu responden yang menjawab masih kurang lancar. Terkait
kewenangan LOS DIY untuk ikut mengawasi tata kelola usaha menurut para Pelapor
antara lain ; 50% menjawab setuju, 50% Responden menjawab sangat setuju, alasan
dari responden yang terdiri dari para pelapor menjawab setuju dan sangat setuju
karena menyangkut kepentingan orang banyak.
Model penyelesaian yang diharapkan oleh para Pelapor terhadap LO S DIY
kedepan antara lain ; Para pelapor menyampaikan bahwa ke depan LOS DIY Lebih
baik, bisa membantu hingga pennasalahan benar-benar terselesaikan dan dapat
diambil jalan damai tanpa hams masuk dalam ranah hukum (pengadilan), LOS DIY
bisa memperoleh kewenangan untuk memberikan efek jera, Tetap eksis dan bisa
melakukan eksekusi seperti KPK, Ke depan LOS DIY bisa menyediakan pembela di
bidang hukum, LOS DIY punya kewenangan menegur pelanggar etika langsung,
Mediasinya ditingkatkan lagi dan kewenangan LOS DIYdiperbesar dan ada satu
Responden menjawab sudah cukup. Manfaat keberadaan LOS DIY bagi masyarakat,
khususnya pada dunia bisnis, para Pelapor berpendapat bahwa ; 50% Responden
menjawab Sangat memberikan manfaat karena ada yang membantu penyelesaian
masalah, 10% Responden menyatakan sangat memberikan manfaat, apalagi sekarang
Lembaga Konsumen Yogya yang menjadi rujukan disaat ada sengketa bisnis antara
konsumen dan produsen di wilayah Yogya agak melempem, 10% responden
menjawab manfaatnya banyak, 20% responden menjawab bermanfaat sekali selarna
netral dan 10% responden menjawab sangat membantu karena LOS DIY bisa menjadi
satu lembaga yang dapai meinbantu penyelesaiar~ perselisihan dan LOS DIY hams
dipertahankan karena sangat bermanfaat, agar ada pihak independent yang
mengingatkan perusahaan ketika ia berlaku semena-mena terhadap karyawannnya.
Pandangan para Pelapor terhadap independensi LOS DIY dalam melakukan tugas dan
kewenangannya, menurut para Pelapor Sudah bagus dan Cukup Independent,
Keunggulan yang dirniliki LOS DIY antara lain : berani memanggil pihak-pihak yang
bersengketa, Membela dan memperhatikan kaum buruh, penegak kebenaran, sangat
membantu penyelesaian perselisihan, perhatian dan cepat, karena LOS DIY memang
independen, jadi sebagai jembatan dari masyarakat dan pelaku bisnis sangat positif.
Sedangkan yang menjadi kelemahan LOS DIY yaitu karena sifatnya rekomendasi
maka kurang h a t dalam eksekusi, LOS DIY tidak bisa langsung melakukan
eksekusi, berharap ke depan LOS dapat atau memiliki kewenangan hukum dalam
eksekusi perselisihan, disamping itu kewenangan LOS DIY kurang has. Berkaitan
dengan penilaian terhadap penegakan hukum, 40% Responden menyatakan bahwa
keberadaan LOS DIY masih sangat diperlukan dan sangat bermanfaat, dan 60%
responden menjawab LOS DIY sangat membantu sekali yang tidak tahu hukum
menjadi tahu hukum, Semakin diperlukaii iifitirk mensuport para pimpinan
pemerintah yang mempertaruhkan jabatannya demi tegaknya Undang-undang dan
peraturan, Sangat membantu sekali yang tidak tahu hukum menjadi tahu hukum.
Dalam wawancara dengan para responden yang terdiri dari para Pelapor
menyampaikan saran untuk perbaikan kinelja LOS DIY ke depan antara lain ; LOS
DIY dapat dipertahankan independensinya, Kewenangan diperluas agar bisa
memberikan efek jera kepada pelaku usaha yang nakal. Meningkatkan kinerjanya, ke
depan LOS DIY lebih baik dalam membantu dan melayani permasalahan sengketa,
kebenaran hams ditegakkan, SDM hams jujur. Meningkatkan pelayanan yang lebih
baik, cepat, aman dan damai. Lebih kreatif dan memiliki kewenangn hukum.
Mungkin ke depan perlu dipikirkan tindakan yang mungkin lebih dapat bersifat
"memaksa" untuk melakukan hasil rekomendasi LOS DIY. Sosialisasi ke media masa
ditingkatkan, Banyak sosialisasi ke masyarakat dan membantu tenaga kerja yang
diperlakukan diskriminasi. Memberikan pendidikan dan pelatihan akan hak-hak
sebagai konsumen dan Memberikan pemahaman kewajiban-kewajiban produsen.
2. Hasil Wawancara Dengan Para Terlapor
Responden yang terdiri dari para Terlapor mengetahui keberadaan LOS DIY
dari anak buah di kantor, dari internet, dari teman, dari media masa dan karena ada
panggilan atau undangan klarifikasi dari LOS DIY. Menurut para Terlapor LOS DIY
merupakan lembaga yang menampung keluhan masalah hukum bagi warga DIY,
Lembaga penyelesaian masalah antara pebisnis dengan pekerja, Lembaga yang
menjembatani antara Pelapor dan Terlapor untuk mencapai mufakat, Lembaga yang
menangani perselisihan konsumen dengan perusahaan dengan cara mediasi, Lembaga
penengah yang berkualitas, profesional sebagai solusi penyelesaian masalah sengketa
dan Lembaga yang dibentuk Pemerintah Daerah DIY untuk mediasi permasalahan
disektor swasta.
Sedangkan terkait dengan prosedur penyelesaian sengketa etika usaha di LOS
DIY pendapat para Terlapor diantaranya ; bahwa LOS DIY sudah melakukan dengan
baik, proses penyelesaian dilakukan dengan melibatkan dari dua kepentingan baik
pelapor maupun terlapor, Sudah baik, memberi masukan untuk tata kelola atau
standar operasional prosedur agat terlapor lebih baik dan lebih terbuka, Baik dan
benar, karena permasalahannya hanya etika, maka penyelesaiannya tidak memuaskan
dan satu orang responden menjawab mengecewakan, ha1 ini karena kasusnya tidak
mencapai kesepakatan.
Menurut para Terlapor kinerja LOS DIY dalam mewujudkan visi misinya
untuk mendorong tegaknya bisnis yang beretika dan berkelanjutan antara lain ; 30%
Responden menjawab sudah cukup baik, 20% Responden menjawab baik, benar dan
selalu mendukung penegakan etika bisnis, 20% Responden.menjawab LOS DIY tidak
berpihak pada salah satu pihak dan melihat kejadian yang terjadi bukan hanya dari
sisi pelapor, 20% responden menjawab sangat baik dan sangat membantu bagi
masyarakat yang membutuhkan keadilan dan kepentingan kedua belah pihak
diperhatiltan dan 10% responden menjawab lembaga bisnis jangan hanya dipandang
yang selalu akan mengambil keuntungan sehingga muncul asumsi LOS DIY hanya
berpihak pada pelapor. Pandtingan Responden dari para Terlapor terhadap LOS DIY
dalam membantu penyelesaian sengketa yang sedang para Terlapor hadapi, para
Terlapor berpendapat bahwa LOS DIY bekerja netral, baik, proporsional dan
profesional, sesuai ketentuan, menyelesaikan dengan proses yang tidak sulit, tetapi
ada juga Terlapor yang menyatakan bahwa LOS DIY masih cenderung berpihak pada
Pelapor yang merasa dirugikan dan kepentingan bisnis belurn diperhatikan, kurang
melihat kompetensi perselisihan antar hubungan kerja bisnis dengan hubungan kerja
disektor pendidikan dan terkesan memihak Pelapor.
Pandangan responden para Terlapor terhadap kewenangan yang dimiliki LOS
DIY antara lain ; 30% responden menjawab setuju, 20% responden menjawab setuju
sekali, 20% Responden menjawab setuju sekali, 20% Responden Setuju ada batasan-
batasannya supaya masing-masing pihak paham dan ada 10% responden Terlapor
yang menyampaikan bahwa LOS DIY Tidak perlu campur tangan terlalu jauh biarkan
perusahaan membentuk sendiri lembaga semacam LOS DIY.
Harapan ke depan terhadap LOS DIY dan model penyelesaian yang
diharapkan oleh para Terlapor diantaranya seperti yang sudah berjalan, lebih memberi
pengertian yang umurn atau khusus kepada masing-masing pihak yang sedang
menyelesaiakan masalah, ada kesepakatan bersama yang bisa memberikan masukan
kepada kedua belah pihak, melakukan monitoring dan evaluasi hubungan buruh dan
majikan setahun sekali dan On-line. Manfaat keberadaan LOS DIY khususnya bagi
dunia bisnis yang di geluti oleh Terlapor, para Terlapor menyatakan bahwa
keberadaan LOS DIY sangat bermanfaat sekali, sangat bermanfaat untuk
menciptakan hubungan industrial yang harmonis pada setiap perusahaan sehingga
bisa tenvujud keinginan pekerja dan keinginan perusahaan dan sepanjang
independensi dapat selalu dijaga akan selalu ada manfaatnya, tapi ada satu responden
Terlapor yang menyatakan LOS DIY belum memberikan manfaat (terlapor ini
kasusnya tidak mencapai kesepakatan saat dilakukan mediasi di LOS DIY karena
tidak memiliki niat baik untuk rnnyelesaikan dan lebih cenderung bersifat arogan
sehingga banyak memberikan penilaian yang negatif terhadap LOS DIY). Pandangan
Terlapor terhadap independensi LOS DIY dalarn melakukan tugas dan
kewenangannya, para Terlapor menjawab antara lain ; Sudah bagus, Independensinya
bagus, baik, benar dan netral, Sudah cukup independen dan semakin ditingkatkan
dengan indikator yang jelas tapi juga ada salah satu responden yang berpendapat
bahwa LOS DIY masih terkesan berpihak pada pelapor. Menurut para Responden
Terlapor, LOS DIY memiliki kelemahan seperti ; LOS DIY tidak memberikan
putusan yang mengikat dan pemahaman terhadap permasalahan masih kurang.
Sedangkan keunggulannya adalah LOS DIY netral, independent dan berpegang pada
kebenaran.
Berkaitan dengan keberadaan dan manfaat LOS DIY bagi masyarakat, para
Terlapor menyampaikan antara lain ; ada 60% Responden menjawab masih sangat
diperlukan dan sangat bermanfaat, 20% Responden menjawab sangat membantu
sekali yang tidak tahu hukum menjadi tahu hukum, 20% responden menyampaikan
semakin diperlukan untuk mensuport para pimpinan pemerintah yang
mempertaruhkan j abatannya demi tegaknya Undang-undang dan peraturan. Saran
yang disampaikan oleh responden para Terlapor untuk perbaikan kinerja LOS DIY ke
depan antara lain ; Ada laporan terbuka dimedia masa dalam kurun waktu tertentu
tentang penyelesaian masalah yang sedang dikerjakan, akan dikerjakan dan sudah
dikerjakan. Menunjukkan secara tertulis prosedur penyelesaian masalah, supaya
masing-masing pihak puas, waktu, mekanisme pelaporan. senang, bagus ada cara
yang efektif untuk penyelesaian sengketa. SDM LOS DIY juga hams mendalami
etika bisnis agar tahu perilaku majikan maupun buruhnya. Sudah baik dan sesuai
harapan kami, lebih disosialisasikan tentang hngsi dan wewenang LOS DIY dan
lebih meningkatkan kinerja serta lebih melihat dari sudut pandang pebisnis.
Dari wawancara dengan responden Pelapor dan Terlapor ini juga menunjukan
bahwa mayoritas mereka mengetahui keberadaan LOS DIY dari media, baik media
cetak atau swat kabar maupun media elektronik seperti Televisi, Radio dan Website
yang mencapai sekitar 50%. Informasi dari media ini adalah terkait dengan sosialisasi
edukasi kepada masyarakat maupun pemberitaan tentang kegiatan atau aktifitas LOS
DIY serta publikasi kasus yang sudah dan sedang ditangani oleh LOS DIY.
Efektiftas media cetak dan elektronik sebagai media sosialisasi cukup relevan
jika melihat fakta bahwa responden mengikuti secara intensif informasi setiap hari
yang disajikan oleh media cetak lokal seperti Kedaulatan Rakyat, Radar Jogja, harian
Jogja, Tribun, Kompas Jogja dan Media lain yang cukup efektif adalah lewat
Televisi, Radio danwebsite. Perlu diketahui bahwa setiap bulan LOS DIY melakukan
sosialisasi melalui siaran televisi maupun radio yang ada di Daerah Istimewa
Yogyaltarta seperti TVRI, Jogja TV, Radio Istakalista, Radio Komunitas Angkringan,
Sindo Radio, Radio Komunitas Honocoroko, Radio Komunitas Pasar Argosari, Radio
UTY Medari FM dan I Radio Jogja.
Disamping sosialisasi melalui media cetak maupun elektronik, sosialisasi juga
dilakukan dengan cara mendatangi langsung ke sekolah-sekolah, Perguruan .Tinggi
dan Desa-desa di wilayah Daerah istimewa Yogyakarta. Sosialisasi yang dilakukan
oleh LOS DIY tidak hanya memberikan kontribusi bagi pengetahuan masyarakat
tentang LOS DIY tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat dengan cara
mengangkat tema kasus yang sedang menjadi tren di masyarakat baik kasus tersebut
dilaporkan ke LOS DIY maupun tidak dilaporkan. informasi dari teman sekitar 30%
Dan yang lainnya seperti brosur LOS DIY, dari kopertis, karena mendapat undangan
Marifikasi dari LOS DIY sekitar 20%.
3. Hasil Wawancara Dengan Para Anggota LOS DIY
Para anggota LOS DIY yang kami wawancarai adalah anggota LOS DIY pada
periode kedua dan ketiga, untuk anggota di periode kedua tahun 2008-201 1 antara
lain ; Ananta Heri Pramono Farid B Siswantoro dan Supriyono, sedangkan anggota
pada periode ketiga tahun 2012-201 5 diantaranya ; Nukman Firdausie, Nursya'bani
Purnarna, Dwi Priyono dan Slamet Nursanto.
Keyakinan dan harapan dari responden Pelapor dan Terlapor yang mewakili
masyarakat tersebut nampaknya juga diikuti oleh komitmen para anggota LOS DIY
yang dengan segala upaya mencoba memberikan layanan terbaik bagi proses
penegakan bisnis beretika dan berkelanjutan, seperti diungkapkan oleh Bapak Ananta
Heri Pramono, selaku Ketua LOS DIY periode kedua pada tahun 2008-201 1. Dalam
wawancara yang dilakukan pada tanggal 5 Februari 2013 Bapak Heri Ananta
mengungkapkan bahwa dalam upaya mewujudkan tata kelola usaha yang sehat,
beretika dan berkelanjutan LOS DIY telah melakukan antara lain ; Institution
Empowevment (Penguatan Kelembagaan LOS DIY), Human Resouvces
Empowevment (Penguatan SDM LOS DIY), Social Empowevment (Penguatan sisi
masyarakat di DIY), dan Govevnment Empowevment (Penguatan sisi Pemda DIY,
kabupatedkota dan DPRD), perbaikan masih perlu dilakukan dan terus menerus,
sosialisasi tentang tugas dan hngsi LOS DIY ke masyarakat, perusahaan swasta,
instansi pemerintah, dan DPRD. Menurut Bapak Heri Ananta bahwa seluruh laporan
dugaan pelanggaran etika bisnis ditindaklanjuti oleh LOS DIY dan diselesaikan
dalam waktu paling lama 35 hari kerja, ini menjadi komitmen dan tanggung jawab
atas penyelesaian laporan pelanggaran etika bisnis di LOS DIY.
Bapak Farid B Siswantoro mantan anggota LOS DIY periode kedua tahun
2008-2010, wawancara dilakukan pada tanggal : 22 Agustus 2014, menurut Bapak
Farid, LOS DIY adalah iembaga yang bisa diandalkan untuk mencermati penegakan
etika bisnis di DIY, karena selain LOS DIY proaktif dalam menanggapi laporan, juga
tidak membayar alias gratis. prosedur penyelesaian sengketa etika usaha di LOS DIY
sudah baik, sesuai dengan standar operasional prosedur yang sekarang diterapkan.
Harapan terhadap LOS DIY ke depan beliau membayangkan kasus-kasus etika bisnis
yang dibawa ke pengadilan, lewat mekanisme legal oleh Pengadilan Negeri
disarankan untuk dibawa dulu ke LOS DIY. Jadi mirip kasus sengketa perdata yang
oleh Pengadilan Negeri didorong dulu untuk diselesaikan lewat mediasi dengan
bantuan seorang mediator. independensi LOS DIY dalam melakukan tugas dan
kewenangannya menurut bapak Farid bahwa LOS DIY kelewat berada di bawah
birokrat Pemerintah Provinsi DIY, mestinya LOS DIY sejajar dengan dinas atau
lembaga yang ada atau "lebih mendekat" kepada Gubernur karena LOS DIY adalah
tangan kanan Gubernur. Meski sudah ada Ombudsman Republik Indonesia, namun
keberadaan LOS DIY masih diperlukan dan bennanfaat bagi masyarakat, LOS DIY
sangat penting keberadaannya, saran untuk perbaikan kinerja LOS DIY ke depan
sebaiknya masa bakti LOS DIY diperpanjang, bukan tiga tahun tapi empat sampai
lima tahun, agar kegiatan-kegiatan yang sifatnya terus menerus bisa selesai dengan
tuntas.
Bapak Supriyono anggota LOS DIY pada periode kedua sebagai ketua
bidang penelitian dan pengembangan yang kemudian beralih tugas menjadi ketua
bidang pelayanan, investigasi dan monitoring, dalam wawancara yang dilakukan pada
tanggal 7 Maret 2014, bapak supriyono menyatakan bahwa untuk mewujudkan tata
kelola usaha yang sehat, beretika dan berkelanjutan dapat dilakukan dengan cara
integrasi system dari hulu ke hilir, intensifikasi hubungan dengan stake holder, stake
keeper dan stake watcher, perubahan paradigma cool oriented ke transformation
oriented sebagai lokomotif perubahan bukan sebagai petugas kebersihan menuju
perubahan cultural dapat menjadi solusi perbaikan LOS DIY kedepan. Sepanjang
melakukan perubahan transfonnasional, bukan sekedar menyelesaikan kasus,
kejelasan dengan para pihak untuk sinergi langkah, maka LOS DIY akan tetap eksis
dan memberikan manfaat bagi masyarakat. The golden rule sama dengan hati nurani,
empati dan audit sosial menjadi standar penanganan sengketa etika bisnis di LOS
DIY disamping fair, sliil d m tidak boleh berprasangka menjadi komitmen dan
tanggung jawab dalam penyelesaian setiap laporan pelanggaran etika bisnis. Dalam
konteks persaingan usaha dan perlindungan konsumen mestinya LOS DIY memakai
prinsip Caveat Van ditor dan caveat emptor, resolusi tanpa konflik dan untuk
perbaikan LOS DIY kedepan bapak supriyono menyarankan supaya LOS DIY focus
Ice edukasi transformative baik untuk pengusaha dan mas yarakat dan perlunya
advokasi kebijakan pemerintah.
Menurut Bapak Nursya'bani Purnama, anggota LOS DIY periode ketiga
tahun 20 12-20 15 yang menj abat selaku ketua bidang penelitian dan pengembangan,
dalam wawancara tanggal 26 Nopember 2013, sebagai upaya mewujudkan tata kelola
usaha yang sehat, beretika, dan berkelanjutan LOS DIY telah melakukan berbagai
kegiatan antara lain : Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang etika usaha,
penelitian yang berkaitan dengan isu-isu etika usaha terkini, review kebijakan, diskusi
dan seminar tentang etika usaha dan pemberian LOS award setiap tahun kepada
kepala daerah, asosiasi usaha dan media massa.
Keberadaan ORI, LOD DIY, dan LOS DIY adalah lembaga yang saling
mendukung dan tidak saling tumpang tindih, antara ORI, LOD DIY dan LOS DIY
inestinya bisa menjalin kerjasama secara sinergis dengan memadukan program-
program yang bisa dilaksanakan bersama-sama. LOS DIY akan tetap eksis dan
memberikan manfaat jika ada dukungan dan kerjasama beberapa pilar penegakan
etilta, yaitu: pemerintah, dunia usaha, masyarakat, lembaga pendidikan, dan pilra-
pilar yang lain. Masing-masing pilar hams memiliki komitmen yang h a t dan terjadi
kerjasama yang kuat serta berkelanjutan. Standar penanganan sengketa etika usaha di
LOS DIY yang telah disusun oleh LOS DIY berdasar pada tugas dan kewenangan
yang diberikan oleh pemberi mandat yaitu Gubernur DIY. Saran untuk perbaikan
LOS DIY kedepan antara lain : Perlu mengupayakan agar Peraturan Gubernus No. 22
Tahun 2008 diperkuat lagi agar kewenangan LOS DIY makin h a t dan perlu
peningkatan komitmen dan tanggung jawan anggota maupun asisten agar kredibilitas
meningkat .
Bapak Dwi Priyono anggota LOS DIY perinde ketiga, menjabat sebagai ketua
bidang kerjasama dan pengembangan masyarakat, Dalam wawancara tanggal 22
Januari 201 3 bapak Dwi Priyono menyatakan bahwa melakukan upaya penyadaran
baik pelaku usaha maupun masyarakat terkait pentingnya etika bisnis guna
terciptanya bisnis yang berkelanjutan, disisi lain kita juga telah melakukan penguatan
masyarakat melalui gerakan-gerakan perubahan sebagai upaya mewujudkan tata
kelola usaha yang sehat, beretika dan berkelanjutan, LOS DIY merupakan lembaga
non litigasi yang selesai atau tidaknya suatu sengketa menjadi domain para pihak
namun tugas utama LOS DIY adalah mendorong tata kelola bisnisnya, itulah yang
menjadi komitmen dan tanggung jawab dalam penyelesaian pelanggaran etika bisnis.
Kontribusi LOS DIY dalam upaya perlindungan konsurnen cukup banyak karena
bicara soal fair trade dan hak konsumen merupakan bagian dari etika bisnis. Saran
bagi perbaikan LOS DIY menurut Dwi Priyono yaitu Perlunya d dikuatkan dengan
dasar hulam LOS DIY dengan peraturan daerah dan disisi lain perlunya
keberlanjutan program dari tiap-tiap periode kepemimpinan.
Bapak Slamet Nursanto merupakan anggota LOS DIY periode ketiga dan
sebelumnya menjadi asisten di LOS DIY sejak periode pertama sampai periode kedua
yaitu tahun 2005-201 1, wawancara yang dilakukan pada tanggal 17 Januari 2013,
bapak Slamet menyatakan bahwa dalam penanganan kasus hams ada kesediaan kedua
pihak dan netralitas mediator menjadi syarat mutlak. Ukuran penyelesaian laporan
pelanggaran etika adalah perubahan perilaku tata kelola bukan semata-mata
penyelesaian masalah antara pelapor dan terlapor, ha1 ini dibuktikan dengan tidak
munculnya masalah yang sama dikemudian hari. Dengan tenvujudnya tata kelola
usaha yang beretika akan menjamin hak konsumen dan pelaku usaha menjadi
terlindungi, Untuk optimalisasi peran dan fbngsi LOS DIY slamet menyarankan
hams dikembangkan kajian usulan kebijakan pengembangan model pembinaan dan
tidak semata-mata hanya menangani masalah yang dilaporkan. Kembangkan
komunikasi efektif dengan para pelaku usaha, pemerintah dan masyarakat untuk
menjawab pennasalah dan kebutuhan masing-masing secara seimbang. Menangani
laporan, melakukan kajian, mempublikasikan hasil kajian sudah dilakukan oleh
slamet dalam upaya mewujudkan tata kelola usaha yang beretika dan berkelanjutan.
Bapak Nukman Firdausie ketua LOS DIY pada periode ketiga tahun 2012-
20 15, dalam wawancwa tanggal : 10 Januari 23: 3, tspak Nukman menyampaikan
bahwa LOS DIY telah melakukan berbagai kegiatan sebagai upaya mewujudkan tata
kelola usaha yang sehat, beretika, dan berkelanjutan, antara lain : Penanganan kasus
yang dilaporkan dan pemberian rekomendasi kepada pihak-pihak yang berkaitan,
diskusi, seminar dan workshop terkait dengan persoalan tata kelola usaha sektor
swasta dan pendidikan kepada masyarakat luas tentang usaha yang beretika dan
berkelanjutan melalui media masa dan produksi media.
Terkait dengan eksistensi dan manfaat LOS DIY bagi masyarakat, nukman
menyatakan bahwa keberadaan LOS DIY telah dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat DIY, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk bagi pelaku usaha.
Manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh masyarakkat khususnya inereka yang
menjadi 'korban' dari pelanggaran praktek bisnis yang tidak etis adalah
terselesaikannya masalah yang mereka hadapi. Penyelesaian yang dimaksud biasanya
dapat dicapai melalui 2 jalan, yaitu Pertama, jalan mediasi dimana pelapor dan
terlapor bertemu untuk bermus yawarah mencari penyelesaian bersama yang
difasilitasi LOS DIY. Kedua, pihak Terlapor secara sadar berinisiatif langsung
menghubungi Pelapor untuk menyelesaikan keluhan dan permasalahan tersebut
sebelum atau setelah menerima rekomendasi LOS DIY.
Selain masalah dapat diselesaikan, sesungguhnya kehadiran LOS DIY juga
memberikan kontribusi bagi masyarakat dalam memberikan edukasi tentang
pemahaman tata kelola usaha sektor swasta kepada mereka. Edukasi ini
diorientasikan pada bagaimana masyarakat dapat bersikap kritis dan cukup informasi
sebelum melakukan sebuah transaksi atau relasi yang melibatkan para pelaku usaha
dalam berbagai sektor. Penyebaran informasi yang gencar dilakukan oleh LOS DIY
melalui berbagai media membuat masyarakat menjadi paham akan informasi dan
tidak menjadi korban praktek bisnis yang tidak etis. Dengan demikian LOS DIY
secara sistematis telah mampu mencegah potensi masyarakat untuk menjadi 'korban'
pelanggaran praktek bisnis tidak etis.
Terkait dengan komitmen dan tanggung jawab atas penyelesaian laporan
pelanggaran etika bisnis menurut Nukrnan bahwa LOS DIY bekerja secara
profesional dan memegang teguh prinsip ombudsmanship, seperti independen,
imparsial dan non diskriminatif dalam menjalankan usaha penyelesaian laporan yang
masuk. Cara-cara dan strategi yang elegan dan efektif juga menjadi pilihan yang
dilakukan mengingat keberadaan Lua ul r yang oelum alpanam secara umn
kedudukan, tugas dan fungsinya. LOS DIY juga berkomitmen secara penuh untuk
mengawal proses penyelesaian kasus melalui proses monitoring yang dilakukan
terhadap rekomendasi yang diterbitkan. Surat rekomendasi LOS DIY itu tidak
memiliki kekuatan mengikat secara hukum (legally binding) dan hanya mempunyai
kekuatan mengikat secara moral (morally binding). Atas dasar posisi ini, memang
diakui tugas untuk mendorong terwujudnya tata kelola usaha sektor swasta yang
beretika dan berkelanjutan sangat berat.
Untuk lebih mengefektifkan rekomendasi yang diterbitkan, LOS DIY
melakukan koordinasi secara aktif dengan SKPD pemerintahan yang mengampu
inasalah teknis dan mempunyai kewenangan sanksi administrative, cara ini
diharapkan dapat memberikan tekanan terhadap pelaku usaha untuk berkomitmen
dalam menjalankan rekomendasi yang diberikan oleh LOS DIY. Saran yang
diberiltan Nukrnan untuk perbaikan LOS DIY kedepan adalah LOS DIY dapat
memberiltan rekomendasi sanksi administratif keparla SKPD terkait untuk
permasalahan yang berltaitan dengan sektor swasta.
4. Hasil Wawancara Dengan Para Asisten LOS DIY
Para asisten LOS DIY yang kami wawancarai sebanyah lima orang,
diantaranya ; Muh Pramulya Kurniawan, SHY asisten LOS DIY pada lrcriode ke tiga,
Yustina Setiarini, asisten periode ke tiga, Hanum Aryani asisten periodc pel-tama
sampai dengan periode ketiga, Sugeng Raharjo, asisten periode kedua clan kctiga dan
M. Bagus. Sasmita asisten periode ke tiga. Muh Prarnulycl Kurniawan, SH, adalah
asisten LOS DIY pada periode ke tiga, dalarn wawancara pada tal~ggnl 5 Desember
2013, menurut Kurniawan, Perbaikan yang masih diperlukan dalani upaya target
penyelesaian kasus, yaitu perbaikan sistem tata kelola dimasa yang ak;rtl datang.
solusinya adalah adanya sanksi bagi para Terlapor yang tidak lnelaksanakan
rekomendasi, Terkait dengan eksistensi dan manfaat LOS DIY bagi masyarakat DIY
menurutnya bahwa LOS DIY hams tetap eksis karena lembaga ini merupakan satu-
satunya lembaga yang mengawasi tata kelola usaha di sektor swasta karena
pelanggaran tata kelola sektor swasta sangatlah banyak sehingga saya harap le~nbaga
ini bisa lebih menasional, dari Jogja untuk Indonesia, yang menjadi standar
penanganan sengketa etika bisnis di LOS DIY tolak ukurnya adalah prinsip-plinsip
dalam bisnis, komitmen dan tanggung jawab atas penyelcsaian laporan pelanggaran
etika bisnis yaitu dengan selalu berupaya untuk mendorong tata kelola usaha yang
beretika melalui kegiatan FGD, workshop dan rekomendasi kepada Terlapot dan
pihak-pihak terkait serta ikut dalam review kebijakan daerah atau pusat, saran untuk
perbaikan LOS DIY ke depan menurut Muh Pramulya Kurniawan keberadaan LOS
DIY perlu diatur dalam Perda bukan peraturan Gubernur.
Yustina Setiarini, asisten periode ke tiga, wawancara dengan rini kami
lakukan pada tanggal 12 Desember 2013, menurut Rini yang telah dilakukan oleh
LOS DIY dalam upaya mewujudkan tata kelola usaha yang sehat, beretika dan
berkelanjutan antara lain menerima pengaduan masyarakat, menindaklanjuti serta
menerbitltan rekomendasi terkait perbaikan tata kelola usaha yang beretika dan
berkelanjutan, mengedukasi masyarakat tentang tata kelola dengan cara sosialisasi
penguatan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan LOS DIY seperti seminar, diskusi
publik atau FGD. Yang perlu diperbaiki di LOS LIIY adalah bahwa kekuatan LOS
DIY dalam memaksa badan usaha untuk menerapkan rekomendasi LOS DIY di
tingkatkan dengan penguatan di Peraturan Gubernur atau aturan lainnya. Yang
menjadi standar penanganan sengketa etika bisnis di LOS DIY ada 9 (sembilan)
prinsip dasar yang hams diterapkan oleh pelaku usaha, jika salah satu dilanggar,
maka ada kemunglunan terjadi sengketa, penanganan sengketa di LOS DIY sesuai
standar operasional prosedur (SOP) pelayanan yaitu ada prosedur klarifikasi, mediasi,
investigasi, rekomendasi dan monitoring, komitmen dan tanggung jawab atas
penyelesaian laporan pelanggaran etika bisnis di LOS DIY yaitu penyelesaian
masalah bisa melalui mediasi, tetapi selesai tidaknya masalah melalui mediasi akan
tetap dikeluarkan rekomendasi perbaikan tata kelola. Setelah rekomendasi keluar
maka LOS DIY akan melakukan monitoring untuk mengetahui dilaksanakan atau
tidaknya rekomendasi yang telah dibuat. Saran untuk perbaikan LOS DIY kedepan
Yustina Setiarini menyarankan adanya penguatan tupoksi LOS DIY melalui Pergub,
penambahan sumber daya manusia (SDM) untuk memaksiinalkan kinerja dan
penambahan anggaran untuk meningkatkan kegiataii.
Hanum Aryani menjadi asisten sejak periode pertarna sampai dengan periode
ketiga, wawancara pada tanggal 23 Desember 2013, Yang menjadi standar
penanganan sengketa etika bisnis di LOS DIY menurut Hanum bahwa di LOS DIY
ada SOP pelayanan dimana di dalarnnya mengatur dari proses pengaduan laporan
sampai keluarnya rekomendasi dan proses monitoring, adapun SOP pelayanan LOS
DIY dapat dirubah melihat perkembangan penanganan kasus yang ada di LOS DIY.
Komitmen dan tanggung jawab atas penyelesaian laporan pelanggaran etika bisnis di
LOS DIY menurutnya bahwa di LOS DIY ada ruang mediasi yaitu mempertemukan
Pelapor dan Terlapor untuk mencari titik temu penyelesaian, akan tetapi pada
prinsipnya mediasi adalah sebuah tawaran dimana keputusan untuk mediasi berasal
dari itikat baik Pelapor dan Terlapor, LOS DIY hanya memfasilitasi pertemuan. Saran
yang disampaikan Hanum Aryani untuk perbaikan LOS DIY ke depan adalah
perlunya ineningkatkan jaringan yang terkait dengan penegakan etika usaha, lebih
banyak mensosialisasikan keberadaan LOS DIY dan meningkatkan kedekatan dengan
media cetak maupun elektronik agar kegiatan-kegiatan LOS DIY bisa terpublikasi
keluar.
Sugeng Raharjo, asisten periode kedua dan ketiga, wawancara tanggal 28
Desember 201 3, Dalam upaya mewujudkan tata kelola usaha yang sehat, beretika dan
berkelanjutan menurutt Sugeng LOS DIY sudah cukup banyak mendorong
penegakan tata kelola usaha yang sehat, baik ditujukan ke masyarakat, pelaku usaha
maupun pemerintah, yang perlu diperbaiki di LOS DIY adalah keakuratan dan
kecepatan pelayanan, perlu disepakati adanya sistem layanan yang cepat, mudah dan
sederhana, eksistensi dan manfaat LOS DIY bagi masyarakat DIY menurut Sugeng
bahwa eksistensi tergantung para stakeholders, memberikan manfaat pasti karena
sudah banyak bukti bahwa masyarakat memperoleh manfaat, yang menjadi standar
penanganan sengketa etika bisnis di LOS DIY menurut sugeng sudah ada SOP
tentang pelayanan, investigasi dan mediasi. untuk perbaikan LOS DIY ke depan
Sugeng menyarankan supaya menerapkan sistem managemen kaizen dan perbaikan
secara terus menerus.
M. Bagus. Sasmita asisten periode ke tiga, wawancara tanggal 4 Desember
201 3, menurut Bagus yang telah dilakukan oleh LOS DIY dalam upaya mewujudkan
tata kelola usaha yang sehat, beretika dan berkelanjutan diantaranya ; Selain
menyelesaikan aduan, LOS DIY juga melakukan sosialisasi ke masyarakat terkait
tugas dan fungsinya, yang perlu diperbaiki oleh LOS DIY adalah penguatan internal
dan penegasan fhngsi masing-masing agar lebih optimal. Yang menjadi standar
penanganan sengketa etika bisnis di LOS DIY yaitu Terlapor berada di DIY,
melanggar prinsip etika bisnis, antara lain kewajaran, keterbukaan, ketaatan hukum,
akuntabilitas, kejujuran, tolak ukumya adalah prinsip-prinsip dalam bisnis, komitmen
dan tanggung jawab atas penyelesaian laporan pelanggaran etika bisnis di LOS DIY
menurutnyat sangat baik, karena para pihak umumnya memberikan respon positif atas
penanganan kasus di LOS DIY. Saran yang diberikan Bagus untuk perbaikan LOS
DIY ke depan semakin ditingkatkan kerjasama, penegakan peraturan kelembagaan
dan penegasan fungsi dan pelaksanaan masing-masing bidang.
Terkait dengan adanya Undang-undang Ombudsman Republik Indonesia
(ORI) yang dalam salah satu pasalnya melarang penggunaan kata Ombudsman selain
ORI, menurut para anggota dan asisten bahwa LOS DIY telah mengajukan Judicial
Review (JR) dan JR sudah dikabulkan Mahkamah Konstitusi (MK), Beberapa
ombudsman termasuk LOS DIY telah melakukan JR ke MK dan melewati proses
yang panjang akhirnya nama ombudsman boleh dipakai selain ORI, Sesuai dengan
hasil JR di MK maka ketentuan tersebut (pelarangan) ditiadakan, jadi sudah tidak ada
masalah dengan penggunaan istilah Ombudsman, sehingga nama lembaga
Ombudsman di daerah boleh digunakan LOS DIY dan empat lembaga independent ;
LOS DIY, LOD DIY, ORI, KPI dan KIP telah menandatangani nota kerjasama
dalam melakukan tugasnya sehingga sifatnya saling mendukung dan bekerjasama.
H. Analisa Data
Menurut kamus induk istilah ilmiah kata bisnis dapat berarti bidang usaha,
usaha yang sifatnya mencari keuntungan, usaha di bidang komersial atau usaha
dagang, sedangkan kata sengketa menurut kamus hukum dapat berarti perselisihan,
sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, dengan kata lain sengketa adalah
adanya pertentangan antara dua orang atau lebih yang menimbulkan suatu akibat
hukum, dan karena pertentangan itu dapat diberikan sanksi hukum bagi salah satu
diantara keduanya. Sengketa dapat terjadi karena adanya perbuatan melawan hukum,
adanya kerugian salah satu pihak atau karena wanprestasi.
Dengan demikian sengketa bisnis adalah sengketa yang timbul diantara pihak-
pihak yang terlibat dalam berbagai macam kegiatan bisnis atau perdagangan,
termasuk di dalarnnya unsur-unsur yang lebih luas seperti pekerjaan, profesi,
penghasilan, mata pencaharian atau k e ~ n t u n ~ a n . ~ ~ Dan sengketa etika usaha atau
etika bisnis berarti sengketa yang timbul karena tidak terpenuhinya seperangkat nilai
kebaikan, kejujuran, keadilan, keterbukaan, rasa tanggungjawab, atau terjadinya
pemaksaan kehendak diantara pihak-pihak yang terlibat dalam berbagai macam
kegiatan bisnis atau perdagangan sehingga tmenimbulkan kerugian baik bagi
produsen, pedagang, konsumen, masyarakat, pemerintah serta lingkungan. Jika terjadi
penyimpangan etika usaha maka pihak yang dirugikan dapat melaporkan
permasalahannya ke Lembaga Ombudsman Swasta DIY, ha1 ini sesuai dengan fimgsi
LOS DIY yaitu mela!wkan pengawasan, mediasi dan memberikan rekomendasi
penyelenggaraan praktek badan usaha dan usaha informal yang beretika dan
berkelanjutan untuk menjamin dan melindungi kepentingan masyarakat dari praktek
penyimpangan usaha dan ma1 praktek b i ~ n i s . ~ ~
66 . Ba m bang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis Dan AntisipasiBagi Peminat Bisnis Dalam MenghadapiSengketa Kini Dan Mendatang, Citra Medika, Yogyakarta, 2006, hlm ; 6-7.
67 . Peraturan Gubernur DIY Nomor; 22 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kelola Lembaga Ombusdman Swasta DIY, pasal ; 6.
Mencermati data kasus yang masuk ke LOS DIY dalam tiga tahun terakhir
yaitu tahun 201 1 - 2013, kasus pelanggaran hak konsumen di bidang keuangan dan
kasus pelanggaran hak tenaga kerja selalu berpacu untuk menduduki ranking tertinggi
kasus yang dilaporkan ke LOS DIY. Laporan kasus pelanggaran dibidang keuangan
pada tahun 201 1 mencapai 36%, tahun 2012 mencapai 45% dan tahun 2013 mencapai
40% dari total kasus yang dilaporkan.
Untuk kasus katenagakerjaan yang dilaporkan ke LOS DIY pada tahun 201 1
mencapai 23 %, tahun 2012 mencapai 21 % dan tahun 2013 mencapai 28% dari total
kasus yang dilaporkan, tingginya laporan pelanggaran hak tenaga kerja ini
menunjukkan bahwa pengawasan di bidang ketenagakerjaan masih sangat lemah,
tentu saja ini hams menjadi perhatian yang serius dari semua pihak karena masalah
pelanggaran hak tenaga kerja ini dapat berpotensi terjadinya perselisihan hubungan
industrial.
Mencermati tata kelola LOS DIY dalam menjalankan tugas, fbngsi dan
kewenangannya selama tahun 201 1-201 3 nampaknya LOS DIY telah mampu
memberikan kontribusi positif dalam rangka mendorong dan menegakkan tata kelola
bisnis yang beretika dan berkelanjutan di Daerah Istimewa Yogyakai-ta. Berbagai
keluhan, aduan atau laporan dari masyarakat terkait dengan adanya dugaan bisnis
yang tidak beretika ke LOS DIY memang bukan menjadi ukuran keberhasilan LOS
DIY, tetapi sebagai lembaga pengawas, mediator dan rekomendator terhadap
penyelenggaraan praktek bisnis yang beretika dan berkelanjutan paling tidak LOS
DIY telah mampu berperan aktif dalam upaya menjamin dan melindungi kepentingan
masyarakat dari praktek penyimpangan usaha dan mal-praktek bisnis secara
independen, imparsial dan non-diskriminasi sebagaimana diamanahkan oleh
Peraturan Gubernur Noaor; 22 tahun 2008. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
kasus yang masuk ke LOS DIY baik yang dikonsultasikan maupun dilaporkan, kasus
yang masuk dan ditindaklanjuti oleh LOS DIY dalam tiga tahun terakhir secara
ringkas dapat kami sampaikan sebagai berikut ; Tahun 201 1 laporan kasus masuk
LOS DIY ada 22 kasus, prosentase jenis penyelesaian kasus yang dapat diselesaikan
LOS DIY baik melalui perundingan bipartit, mediasi maupun konsiliasi ada 36 %,
dirujuk ke lembaga lain karena bukan kewenangan LOS DIY ada 5 %, dalam proses
Marifikasi dan mediasi ada 59 %. Sedangkan tahun 2012 laporan kasus yang masuk
LOS DIY ada 67 kasus, prosentase tindak lanjut jenis penyelesaian antara lain ; dapat
diselesaikan LOS DIY baik melalui perundingan bipartit, mediasi maupun konsiliasi
ada 61 %, dirujuk ke lembaga lain karena bukan kewenangan LOS DIY ada 3 %,
dalam proses Marifikasi dan mediasi ada 34 % dan dihentikan atau tidak selesai ada 2
%. Dan pada tahun 2013 laporan kasus yang masuk LOS DIY ada 148 kasus,
prosentase tindak lanjut jenis penyelesaian antara lain ; dapat diselesaikan LOS DIY
baik melalui perundingan bipartit, mediasi maupun konsiliasi ada 75 %, dirujuk ke
lembaga lain karena bukan kewenangan LOS DIY ada 5 %, dalam proses klarifikasi
dan mediasi ada 41 % dan dihentikan atau tidak selesai ada 1 %.
Dengan mencermati data kasus yang ada serta tindak lanjut yang telah
dilakukan oleh LOS DIY telah menunjukkan bahwa kasus yang tidak selesai atau
dihentikan karena Terlapor tidak hadir atau karena mediasi tidak mencapai
kesepakatan perdamaian dibawah 5 % dan kasus yang dirujuk ke lembaga lain karena
bukan menjadi kewenangan LOS DIY untuk menangani kasus tersebut hanya
mencapai 5 %, maka dapat disimpulkan bahwa laporan kasus masuk ke LOS DIY
yang dapat diselesaikan baik melalui proses perundingan bipartit, mediasi maupun
konsiliasi mencapai ; 90%, ha1 ini karena dalam menindaklanjuti setiap laporan yang
masuk, LOS DIY akan mengkaji apakah laporan tersebut ada unsur pelanggaran etika
usaha atau tidak, kalau tidak ada unsur pelanggaran etika usaha, maka LOS DIY
akan merujuk kasus tersebut ke lembaga terkait yang memiliki kewenangan
menangani kasus tersebut, tetapi apabila ada unsur pelanggaran etika usaha maka
LOS DIY akan meng~ndang pihak terlapor untuk memberikan klarifikasi terkait
dengan persoalan yang dilaporkan, ha1 ini diperlukan supaya LOS DIY mendapat
informasi secara lengkap dan seimbang dari kedua belah pihak yang berselisih,
sehingga bisa melihat persoalan secara utuh dan dapat membantu penyelesaian
dengan baik, hasil klarifikasi juga di sampaikan kepada pihak Pelapor, apabila
Pelapor sudah bisa menerima hasil klarifikasi maka kasus selesai, seperti beberapa
kasus klaim asuransi yang setelah dilakukan klarifikasi kemudian segera mendapat
kepastian bahwa klaim asuransi bisa dicairkan dalam waktu yang telah ditentukan dan
Pelapor dapat menerima klarifikasi Terlapor sehingga kasusiya selesai.
Jika pihak pelapor tidak menerima hasil klarifikasi tersebut, maka pengampu
kasus LOS DIY akan menawarkan kepada para pihak untuk dilakukan mediasi oleh
mediator LOS DIY, apabila para pihak bersedia dilakukan mediasi maka pengampu
kasus akan mengagendakan waktu mediasi yang disepakati oleh para pihak sendiri,
pertemuan mediasi untuk setiap kasusnya dilakukan sebanyak tiga kali mediasi,
biasanya satu kali atau dua kali mediasi kasus dapat selesai karena ada kesepakatan
perdamaian, tapi ada juga yang sudah tiga kali mediasi tetap tidak ada titik temu
untuk mencapai perdamaian, maka mediator LOS DIY dapat menyatakan bahwa
mediasi dinyatakan gaga1 atau deadlock, kemudian mediator mengembalikan
permasalahan tersebut kepada para pihak yang berselisih, apabila para pihak akan
melanjutkan masalahnya ke lembaga lain, maka LOS DIY akan menyediakan surat
rujukan ke lembaga dimaksud agar dapat membantu penyelesaian.
Disamping inelakukan klarifikasi dan mediasi, untuk melengkapi data dan
informasi LOS DIY juga melakukan investigasi terhadap pihak-pihak yang terkait
dengan permasalahan yang sedang terjadi. Selesai atau tidak selesainya kasus yang
ditangani, apa bila ada pelanggaran etika usaha, maka LOS DIY tetap mengeluarkan
surat rekomendasi yang berisi kronologis kasus, pendapat para pihak, proses
penyelesaian yang dilakukan di LOS DIY, pernyataan pendapat, penilaian LOS DIY
dan rekomendasi LOS DIY untuk perbaikan tata kelola usaha ke depan, rekomendasi
ini di sampaikan kepada para pihak yang berselisih, instansi yang terkait dengan
kasus yang dilaporkan, 2ernerintah daerah yang terkait dan Gubernur DIY sebagai
bentuk laporan. Setelah rekomendasi dikirimkan, maka LOS DIY akan melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan rekomendasi tersebut, monitoring dapat dilakukan
secara langsung dengan cara mendatangi para pihak atau dengan cara mengirim surat
monitoring oleh LOS DIY, monitoring dilakukan satu bulan setelah rekomendasi di
kirim dan dilakukan setiap bulan selarna tiga bulan kedepan secara berturut-turut,
hasil monitoring ini untuk menilai sejauh mana rekomendasi dapat dilaksanakan oleh
para pihak yang berselisih.
Apa yang dikeluhkan, dikonsultasikan, diadukan atau dilaporkan masyarakat
kepada LOS DIY terkait praktek penyimpangan usaha atau ma1 praktek bisnis secara
laantitas inasih jauh jumlahnya jika dibandingkan dengan praktek kegiatan usaha
yang ada di seluruh Propinsi DIY. Minimnya jumlah keluhan, aduan atau laporan dari
masyarakat dari dua kabupaten yaitu kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo bukan
karena minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh LOS DIY namun ha1 itu karena
lokasi LOS DIY yang jauh dari dua kabupaten tersebut, disamping itu kesadaran
masyarakat serta keberanian untuk memperjuangkan haknya masih sangat rendah, ha1
ini dapat terlihat pada saat masyarakat dari kedua kabupaten tersebut hendak
konsultasi atau mengadu ke LOS DIY mereka selalu ditemani oleh saudar-saudaranya
dan perangkat desa setempat seperti dukuh atau staf dari kantor kelurahan, sehingga
tidak jarang mereka datang secara berombongan dengan menyewa angkutan m u m
yang ada di desa mereka.
Jika ada laporan masuk, namun kasus tersebut berkaitan dengan masalah hukum
maka LOS DIY akan melakukan koordinasi dengan lembaga terkait apakah kasus
tersebut sudah ditangani oleh lembaga yang memiliki kewenangan tersebut telah
menangani atau belum, kalau ternyata kasus tersebut belum masuk ke lembaga
tersebut, maka LOS DIY akan menindaklanjuti kasus tersebut karena pada prinsipnya
kasus yang dapat diselesaiakan dengan cara mediasi adalah kasus-kasus yang bersifat
keperdataan, namun ada beberapa kasus yang masuk di LOS DIY mengandung unsur
pidana seperti penipuan atau penggelapan, selama kasus tersebut belum ditangani
oleh penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan, maka LOS DIY
dapat membantu proses penyelesaian kasus pidana tersebut. Hal ini karena
penyelesaian kasus melalui proses mediasi memilki keluwesan atau keleluasaan dan
tidak terkungkung dalam bentuk-bentuk formalitas seperti dalam proses litigasi,
dalam proses mediasi ini para pihak dapat membahas substansi persoalan tanpa harus
lebih dahulu memperdebatkan masalah-masalah tehnis hukum, disamping itu para
pihak yang tidak merniliki pengetahuan atau ketrampilan hukum dapat menempuh
proses mediasi karena proses ini memungkinkan para pihak untuk melihat dan
membahas persoalan tidak hanya dari sisi hukum tapi juga aspek--aspek lain seperti
hubungan sosial dan ekonomi para pihak, disamping itu penyelesaian perselisihan
dengan upaya penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau Alternatif Dispute
Resolotion baik melalui cara perundingan bipartit, mediasi atau konsiliasi merniliki
kelebihan antara lain ;
1). Hemat biaya, tenaga dan waktu, ha1 ini terjadi karena jadwal pertemuan
ditentukan oleh para pihak sendiri dan tidak perlu jasa advokad karena para pihak
sendiri yang hams alctif dalam proses perundingan.
2). Prosedur cepat, proses perundingan dilakukan secara informal dan tidak
inemerlukan prosedur birokrasi yang bertele-tele, disamping itu posisi para pihak
yang seimbang sangat membantu para pihak untuk menyampaikan
permasalahannya secara tenang dan leluasa.
3). Bersifat sukarela dan fleksibel, karena selesai atau tidak selesainya penyelesaian
perselisihan diantara para pihak yang berselisih sangat tergantung iktikad baik
dari para pihak sendiri, karena itu niat baik dan keaktifan para pihak dalam
proses perundingan sangat menentukan keberhasilan tercapainya kesepakatan
perdamaian.
4). Prosedur penyelesaian bersifat tertutup dan rahasia, karena hanya para pihak
sendiri yang terlibat langsung dalam proses perundingan, dengan adanya proses
perundingan yang bersifat tertutup dan rahasia ini maka nama baik para pihak
akan tetap terjaga.
5). Memelihara atau menjaga hubungan baik para pihak tetap terjaga, dengan adanya
musyawarah secara kekeluargaan ini diharapkan masing-masing pihak tetap
menjaga hubungan baik yang sudah terj alin, sehingga memungkinkan kerjasama
bisnis diantara para pihak dapat dilanjutkan.
6). Dapat mengurangi tingginya tumpukan perkara di pengadilan, karena dengan
berhasilnya upaya penyelesaian perselisihan diluar pengadilan ini akan
mendorong masyarakat membiasakan diri melakukan musyawarah mufakat dari
pada melakukan gugatan melalui peradilan dimana tidak semua orang
mengetahui proses beracara di pengadilan.
7). Putusan pengadilan yang memenangkan salah satu pihak akan menumbuhkan
rasa ketidakpuasan bagi pihak lain, sehingga dapat menumbuhkan kebencian dan
rasa dendam bagi pihak yang merasa dikalahkan.
Walaupun upaya penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau Alternutif
Dispute Resolotion memiliki banyak kelebihan, tidak berarti penyelesaian
perselisihaii etika bisnis di LOS DlY tidak ada hambatan dan tantangan, adanya
hambatan dan tantangan yang dihadapi LOS DIY berasal dari internal dan eltsterla,
hambatan dan tangtangan yang berasal dari eksternal seperti pihak Terlapor tidak mau
datang saat di undang klarifikasi atau pada saat dilakukan mediasi, pihak Terlapor
yang hadir bukan orang yang dapat membuat keputusan atau pembuat kebijakan dan
tidak memiliki kewenangan apapun untuk membuat keputusan, akibatnya proses
mediasi berjalan lambat dan terkadang sulit untuk mencapai kesepakatan perdamaian
(deadlock) dan tidak menghasilkan keputusan apapun, alamat Terlapor tidak jelas
atau pindah alamat sehingga sulit dilacak, baik Pelapor atau Terlapor sangat sibuk
bahkan sering keluar kota atau keluar negeri yang dapat memperpanjang waktu
proses penyelesaian dan ada juga pelapor yang menghilang sementara mobilephon
tidak aktif, disamping itu ada juga instansi yang merasa kewenangannya diambil alih
oleh LOS DIY sehingga tidak mendukung proses penyelesaian etika bisnis maupun
program LOS DIY, sedangkan hambatan dan tantangan yang berasal dari internal
LOS DIY seperti kurangnya keberanian, tanggungjawab dan komitrnen dari
pengampu kasus yang rmnyebabkan lambannya pznyelcsaian kasus.
Sedangkan dalam melakukan investigasi hambatan yang dialami LOS DIY
diantaranya ; Domisili Terlapor berpindah-pindah dan atau tidak diketahui
keberadaannya sehingga sulit dilacak, tidak ada akses masuk untuk mendapatkan
suatu dokumen yang penting sebagai bahan penilaian dalam rekomendasi. Kendala-
ltendala yang di hadayi LOS DIY tersebut tentu saja memperlambat proses
penyelesaian permasalahan yang sedang di tangani dan bisa jadi persoalan menjadi
tidak terselesaikan, karena ketika terlapor tidak mau menghadiri undangan, maka
persoalan menjadi semakin panjang, dengan adanya persoalan tersebut tidak
menyurutkan semangat dan komitmen pengampu kasus baik anggota maupun asisten
LOS DIY dalam membantu menyelesaikan kasus perselisihan pelanggaran etika
bisnis yang dilaporkan ke LOS DIY, ha1 ini tertuang dalam hasil penelitian yang karni
lakukan.
Dalam penelitian ini peneliti mengelompokan jenis responden menjadi dua
bagian yaitu responden dari internal LOS DIY dan responden dari eksternal LOS
DIY, responden dari internal LOS DIY merupakan anggota, mantan anggota dan
asisten LOS DIY, sedangkan responden dari eksternal LOS DIY adalah para Pelapor
dan Terlapor yang kasusnya ditangani oleh LOS DIY. Sesuai dengan prinsip mediasi
di dalam peraturan Mahkamah Agung Nomor ; 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan yang salah satunya adalah kerahasiaan (Confidentiality) yaitu
segala sesuatu yang terjadi di dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh mediator
dan disputants (pihak-pihak yang bertikai) bersifat rahasia dan tidak boleh
disampaikan kepada publik atau media masa oleh masing-masing pihak.
Demikian juga sang mediator hams menjaga kerahasiaan dari isi mediasi
tersebut serta sebaiknya menghancurkan semua catatannya di akhir sesi mediasi yang
ia lakukan. Mediator juga tidak bisa dipanggil sebagai saksi dalarn kasus yang
dilakukan penyelesaiannya di dalam mediasi yang ia prakarsai apabila kasus tersebut
dibawa ke foruin yang lain, seperti Peradilan. Masing-masing pihak yang bertikai
(disputants) disarankan untuk saling menghormati kerahasiaan tiap-tiap isu dan
kepentingan dari masing-masing pihak. Jaminan kerahasiaan ini hams diberikan
supaya masing-masing pihak dapat mengungkapkan masalah dan kebutuhannya
secara langsung dan terbuka. Penerapan prinsip ini tercantum dalam : a). Pasal 6
PERMA No. 1 Tahun 2008 yang berbunyi; "Proses mediasi pada asasnya tertutup
kecuali para pihak menghendaki lain ". b) Pasal 1 9 ayat (2 ) PERMA No. 1 Tahun
2008 yang berbunyi; "Catatan mediator wajib dimusnahkan". c). Pasal 19 ayat (3)
PERMA No. 1 Tahun 2008 yang berbunyi ; "Mediator tidak boleh diminta menjadi
saksi dalam proses persidangan perkara yang bersangkutan ".
Dengan tetap menjaga prinsip kerahasiaan tersebut maka identitas dari
eksternal baik Pelapor maupun Terlapor tidak dapat kami sebutkan, adapun
kesimpulan hasil wawancara yang dilakukan pada bulan Nofember 2013 s/d Maret
2014 dapat kami sampaikan sebagai berikut; Responden para Pelapor yang
memberikan apresiasi positif kepada LOS DIY mencapai 90 % dan hanya 10%
responden yang merasa belum puas dengan proses penyelesaian sengketa usaha di
LOS DIY. Para Pelapor merasa sangat terbantu LOS DIY karena dalam
menyelesaikan sengketa LOS DIY dapat berlaku adil, tidak memihak kepada salah
satu pihak, prosesnya cepat dan memperlakukan para pihak yang sedang bersengketa
dengan sangat manusiawi.
Para Pelapor berharap LOS DIY tetap eksis karena keberadaan LOS DIY
masih sangat diperlukan dan sangat bermanfaat dalam membantu menyelesaikan
sengketa etika bisnis yang sedang mereka hadapi. Para pelapor juga menyarankan
perlunya penambahan kewenangan bagi LOS DIY untuk dapat menyediakan pembela
hukum bagi masyarakat yang tidak mampu dan dapat memberikan ketetapan hukum
serta melakukan eksekusi sehingga dapat memberi efek jera bagi pelaku usaha yang
melanggar etika, cenderung mengabaikan kesepakatan perdamaian dan tidak
melaksanakan rekomendasi LO S DIY.
Hasil wawancara dengan Para Terlapor 90% responden menyatakan bahwa
Terlapor merasa terbantu oleh LOS DIY kareca LOS DIY memperhatikan
kepentingan kedua belah pihak yaitu Pelapor dan Terlapor secara seimbang dan
netral, proses penyelesaian yang melibatkan kedua belah pihak dengan cara
musyawarah dapat dilakukan oleh LOS DIY secara efektif dan efisien sehingga tidak
perlu membuang banyak waktu, tenaga dan pikiran bagi pelaku usaha, disamping itu
proses penyelesaian yang dilakukan LOS DIY dengan cara musyawarah akan tetap
menjaga hubungan baik antara Pelapor dan Terlapor sehingga kerjasarna yang telah
terjalin diantara keduanya dapat dilanjutkan.
Para Terlapor menyatakan bahwa keberadaan LOS DIY sangat bermanfaat
karena dapat memberikan contoh cara penyelesaian sengketa dengan darnai,
musyawarah secara kekeluargaan dan tetap menghargai para pihak secara seimbang
sehingga dapat menciptakan hubungan industrial yang harmonis pada setiap
perusahaan. Menurut para Terlapor LOS DIY memiliki keunggulan karena bersikap
netral, independen dan berpegang pada kebenaran, namun LOS DIY juga memiliki
kelemahan karena tidak bisa memberikan putusan yang bersifat mengikat.
Keberadaan LOS DIY masih sangat diperlukan dan sangat bermanfaat karena
disamping membantu penyelesaian sengketa LOS DIY juga diperlukan untuk
mensuport para pimpinan di pemerintahan yang mempertaruhkan jabatannya demi
tegaknya peraturan perundang-undangan. Para Terlapor menyarankan supaya LOS
DIY menyampaikan laporan secara terbuka melalui media masa dalam kurun waktu
tertentu terkait dengan penyelesaian sengketa yang sedang dilakukan oleh LOS DIY,
yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan, karena laporan secara terbuka di
media masa dapat menjadi media sosialisasi yang efektif kepada masyarakat. Para
Terlapor juga berharap LOS DIY dapat melakukan monitoring dan evaluasi kepada
para pelaku usaha secara berkala setahun sekali dan dapat diakses secara On-line.
Kesimpulan hasil wawancara dengan para anggota dan para asisten LOS DIY
selaku mediator dan Co-mediator dapat kami sampaikan sebagai berikut ; dalam
mewujudkan tata kelola usaha yang sehat, beretika dan berkelanjutan, LOS DIY telah
melakukan berbagai kegiatan penguatan masyarakat seperti sosialisasi dan edukasi
kepada masyarakat tentang etika usaha baik dengan cara bertemu langsung dengan
inasyaraltat disuatu desa, sekolah-sekolah, Perguruan Tinggi, maupun melalui media
masa bailt cetak atau elektronik seperti siarm rcdio, siaran TV serta melakukan
diskusi untuk membuat usulan perubahan kebijakan kepada pemerintah, workshop
dan seminar tentang etika usaha dan pemberian LOS Award setiap tahun kepada
ltepala daerah, asosiasi pengusaha dan media masa.
Menurut para anggota dan mantan anggota LOS DIY bahwa proses
penyelesaian sengketa bisnis di LOS DIY sudah baik karena sudah ada standar
operasional prosedur (SOP) penyelesaian sengketa yang telah disususn oleh LOS
DIY pada setiap periode kepemimpinan dengan mengacu pada tugas, h g s i dan
kewenangan yang telah diberikan oleh yang memberi mandat yaitu Gubernur DIY,
namun karena setiap kasus memiliki keunikan sendiri-sendiri sedangkan para pihak
yang bersengketaa belum tentu bersedia dilakukan mediasi, maka setiap pengarnpu
kasus memiliki cara atau strategi sendiri dalam menyelesaikan kasus seperti dengan
cara konsiliasi, negosiasi, mediasi, mengundang ahli maupun perundingan secara
bipartit, namun tetap mengedepankan musyawarah mufakat.
Eksistensi dan manfaat keberadaan LOS DIY telah dapat dirasakan oleh
masyarakat baik langsung maupun tidak langsung termasuk para pelaku usaha,
inanfaat langsung yang dirasakan oleh masyarakat khususnya mereka yang menjadi
korban dari pelanggaran praktek bisnis yang tidak etis adalah terselesaikannya
masalah yang mereka hadapi dan bagi pelaku usaha selaku Terlapor nama baik
perusahaan tetap terjaga karena model penyelesaian yang dilakukan oleh LOS DIY
dilakukan secara tertutup demi menjaga kerahasiaan para pihak, disamping itu
Terlapor tidak perlu menggunakan jasa advokad karena para pihak sendiri didorong
untuk terlibat aktif dalam proses penyelesaian sengketa, disamping itu LOS DY tidak
memungut biaya apapun.
Para anggota LOS DIY menyarankan perlunya keberlanjutan program dari
setiap periode kepemimpinan, perlu dikembangkan lagi kajian usulan kebijakan
pengembangan model pembinaan dan komunikasi yang eektif dengan para pelaku
usaha, pemerintah dan masyarakat untuk menjawab permasalahan dan kebutuhan
masing-masing secara seimbang supaya tata kelola usaha yang beretika dan
berltelanjutan dapat terwujud. Disamping penyelesaian laporan pelanggaran etika
usaha perlu juga adanya perubahan perilaku tata kelola usaha yang beretika sehingga
tidak muncul lagi mas~lah yang sama dikemudim hari, dasar hukum pendirian LOS
DIY yang semula berupa peraturan Gubernur perlu diperkuat dengan peraturan
daerah.
Sedangkan para asisten LOS DIY menyampaikan bahwa sebagai satu-satunya
lembaga yang mengawasi tata kelola usaha supaya beretika dan berkelanjutan,
diharapkan LOS DIY tetap eksis dan bisa menasional, dari Jogja untuk Indonesia.
Dalam mewujudkan tata kelola usaha yang sehat, beretika dan berkelanjutan LOS
DIY telah melayani konsultasi, menerima pengaduan serta menerbitkan rekomendasi,
disamping itu LOS DIY juga melakukaan kegiatan penguatan dan edukasi kepada
masyarakat dengan cara sosialisasi, diskusi publik, seminar maupun focus group
discussion (FGD).
Dengan mengacu pada mandat Gubernur DIY melalui peraturan Gubernur
DIY, maka SOP penyelesaian sengketa akan dilakukan dengan cara mediasi, namun
dengan melihat perkembangan kasus yang ada maka proses penanganan kasus dapat
berubah, ha1 ini terjadi karena mediasi hanya dapat dilakukan atas persetujuan dari
para pihak yang bersengketa dan LOS DIY selaku mediator dan Co-mediator hanya
memfasilitasi proses perundingan, karena itu jika para pihak tidak bersedia dilakukan
mediasi maka LOS DIY akan mencari solusi lain seperti gelar kasus, penilaian ahli,
mengajak para pihak untuk melakukan negosiasi, konsiliasi atau berunding secara
bipartit. Para asisten menyarankan supaya kedepan LOS DIY semakin meningkatkan
kerjasama jaringan dan menerapkan sistem manajemen kaizen, Perlunya ada sanksi
bagi Terlapor yang tidak melaksanakan rekomendasi karena itu keberadaan LOS DIY
perlu diatur dengan peraturan daerah bukan peraturan Gubernur.
Terkait dengan adanya Undang-undang Ombudsman Republik Indonesia
(ORI) yang dalam salah satu pasalnya melarang penggunaan kata Ombudsman selain
ORI, menurut para anggota dan asisten bahwa beberapa ombudsman termasuk LOS
DIY telah melakukan Judicial Review (JR) ke Mahkamah Konstitusi (MK) dan esuai
dengan hasil JR di NIK maka sudah tidak ada lagi masalah menggunakan kata
Ombudsman, sehingga narna lembaga Ombudsman di daerah boleh digunakan LOS
DIY dan empat lembaga independent ; LOS DIY, LOD DIY, ORI, KPI dan KIP
telah menandatangani nota kerjasama dalam melakukan tugasnya sehingga sifatnya
saling mendukung dan bekerjasama.
Setelah mencermati dan mengkritisi data kasus dan hasil wawancara dengan
responden diatas yang terkait dengan fungsi, tugas dan wewenang LOS DIY maka
dapat kami sampaikan hasil analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang
terltait dengan masalah proses penyelesaian sengketa serta kewenangan LOS DIY
terhadap laporan yang berkaitan dengan masalah hukum antara lain ; Bahwa
Peraturan Gubernur DIY telah mengamanatkan adanya fungsi pengawasan, mediasi
dan memberikan rekomendasi penyelenggaraan praktek badan usaha dan usaha
informal yang beretika dan berkelanjutan untuk menjamin dan melindungi
kepentingan masyarakat dari praktek penyimpangan usaha dan ma1 praktek bisnis.
Disamping itu LOS DIY memiliki tugas antara lain : Menyusun program kerja
ombudsman swasta; Menyebarluaskan pemahaman mengenai kedudukan, fungsi,
tugas, wewenang dan program ke rja ombudsman swasta kepada seluruh masyarakat
di daerah; Melakukan koordinasi dan atau kerjasama dengan berbagai lembaga baik
pemerintah maupun swasta dalam rangka xendorong dan mewujudkan
penyelenggaraan usaha yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme,
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan dan tindakan sewenang-wenang serta praktek
usaha yang tidak beretika, Menerima pengaduan dari masyarakat atas keputusan,
tindakan dan atau perilaku usaha dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
yang dirasakan tidak adil, diskriminatif, tidak patut, merugikan atau bertentangan
dengan hukum dan etika bisnis, Menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat
mengenai penyimpangan usaha yang tidak beretika dan berkelanjutan dan Membuat
laporan triwulanan dan tahunan kepada Gubernur terhadap pelaksanaan tugas
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.68
Dengan merdasarkan pada tugas yang ada, maka LOS DIY diberikan
wewenang antara lain : Menerima dan mengelola pengaduan dan infbrmasi dari para
pihak berkaitan dengan penyimpangan yang dilakukan oleh badan usaha dan atau
usaha informal, Mengklarifikasi bukti-bukti dan saksi-saksi yang terkait dengan 1
penyimpangan yang dilakukan oleh badan usaha dan atau usaha informal, Membuat
rekomendasi berkaitan dengan penyimpangan yang dilakukan oleh badan usaha dan
68.Peraturan Gubernur DIY No. 22 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Ombudsman Swasta Di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta, Pasal ; 7.
atau usaha informal yang menimbulkan keresahan atau kerugian bagi masyarakat
berdasarkan bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan, Memberikan
rekomendasi kepada pihak pelapor dan terlapor dalam rangka memfasilitasi
penyelesaian masalah di antara para pihak, serta untuk mendorong perbaikan tata
kelola badan usaha dan atau usaha informal dan Semua rekomendasi yang
dikeluarkan Ombudsman Swasta tembusannya disarnpaikan kepada Gubernur melalui
Biro Hukum; serta Mengumumkan hasil rekomendasi untuk diketahui oleh
masyarakat setelah mendapatkan persetujuan ~ u b e r n u r . ~ ~
Berdasarkan Undang-undang Nomor; 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman pasal 58 menyatakan bahwa; "Upaya penyelesaian sengketa perdata
dapat dilakukan diluar Pengadilan Negara melalui arbitrase atau Alternatif
Penyelesaian Sengketa". Begitu juga dalam pasal 60 yang menyatakan bahwa ;
"Alternatif Penyelesaian Sengketa merupakan lembaga penyelesaian sengketa atau
beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian
diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau
penilaian ahli. Hasil dari upaya penyelesaian tersebut dituangkan dalam
kesepakatan tertulis yang bersifat final dan mengikat para pihak untuk dilaksanakan
dengan itikad baik".
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa upaya yang dilakukan oleh LOS
DIY dalam melayani masyarakat baik memberikan konsulatsi maupun
69 . Peraturan Gubernur DIY No. 22 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata ~ e r j a Ombudsman Swasta Di Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta, Pasal ; 8.
menindaklanjuti pengaduan adanya dugaan pelanggaran etika usaha telah sesuai
dengan mandat yang diberikan Gubernur DIY maupun peraturan perundang-
undangan yang ada. Namun demikian upaya penyelesaian yang dilakukan LOS DIY
berdasarkan tugas, fungsi dan kewenangan yang dimiliki memang berbeda dengan
Undang-undang Nomor; 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman maupun
peraturan Mahkamah Agung Nomor; 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, karena upaya penyelesaian sengketa bisnis di LOS DIY didasarkan atas
mandat yang diberikan Gubemur DIY melalui Peraturan Gubernur DIY Nomor ; 22
Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Ombudsman Swasta di Propinsi DIY.
Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus sengketa etika bisnis yang masuk di LOS
DIY dan dapat diselesaikan dengan upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan
(Alternutif Dispute Resolotion) baik dengan cara mediasi, konsiliasi, perundingan
bipartit maupun negosiasi, disamping itu LOS DIY juga melayani konsultasi
masyarakat serta mengundang ahli untuk memberikan penilaian dan pendapatnya
terhadap kasus-kasus tertentu yang memerlukan penanganan secara khusus. Proses
penyelesaian perselisihan yang dilakukan LOS DIY dengan upaya penyelesaian
sengketa di luar pengadilan atau AlternatifDispute Resolotion, telah dilakukan sesuai
standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan oleh ketua LOS DIY dan
SOP tersebut dibuat dengan mengacu pada Undang-undang No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman serta Peraturan Mahkamah Agung Nomor ; 01 Tahun
2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. - -
Dalam pasal 6 Peraturan Mahkamah Agung Nomor ; 01 Tahun 2008 tentang
Prosctlur Mediasi di Pengadilan menyebutkan bahwa ; "Proses mediasipada asasnya
tertzrtirp lcecuali pcrrtl pihak menghendaki lain ", dengan mendasarkan pada pasal 6
tersebut malta LOS DIY setiap akan melakukan publikasi kasus ke media selalu
meminta pessetujuan dari para pihak yang bersengketa khusunya kepada Pelapor pada
saat LOS DIS menerima laporan maupun pada saat akan melakukan proses rnediasi.
Dalam pasal 13 Peraturan Mahkamah Agung Nomor ; 01 Tahun 2008 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan menyataltan bahwa ; "Proses mediasi berlangsung
paling lama 40 hari kerja sejak mediator di pilih oleh para pihak atau di tunjuk oleh
ketua majelis hakim, atas dasar kesepalcat~~n para pihak, jika waktu mediasi dapat
diperpanjang paling lama 14 hari keva sejak berakhirnya masa 40 hari". Dengan
mengacu pada pasal tersebut, maka LOS DlIY melalui standar operasional prosedur
menentukan waktu mediasi 35 hari keIJa sejak ditunjuk pengampu kasus, namun
demikian karena alasan kesibukan para pihak atau salah satu pihak dapat dilakukan
penundaan waktu mediasi dengan persetujuan atau kesepakatan para pihak yang
bersengketa.
Dalam melakukan mediasi setiap kasus, LOS DIY menentukan 3 (tiga) kali
pertemuan mediasi kecuali para pihslk menghendaki lain, namum apa bila ada salah
satu pihalt sudah dua kali bertumt-turut tidak menghadiri pertemuan tanpa alasan
yang jelas setelah di undang dengall padut atau setelah 3 (tiga) kali perundingan
namun tidak menghasilkan kesepakatan niaka mediator menyatakan gaga1 dan
mediator mengembalikan pernasalahem kejlada para pihak. Hal ini sesuai dengan
pasal 14 Peraturan Mahkamah Agung Nomor; 01 Tahun 2008 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan yang menyatakan bahwa; "Mediator berkewajiban
menyatakan mediasi telah gaga1 jika salah satu pihak atau para pihak atau kuasa
hukumnya telah dua kali berturut-turut tidak menghadiri pertemuan mediasi sesuai
dengan jadwal pertemuan mediasi yang telah disepakati atau telah 2 (dua) kali
berturut-turut tidak menghadiri pertemuan mediasi tanpa alasan setelah dipanggil
secnra patzft ".
Apa bila permasalahan cukup rumit dan para pihak berpegang teguh pada
pendapatnya, sementara mediator kurang menguasai peraturan perundang-undangan
berkaitan dengan permaralahan yang disengketakan dan memerlukan seorang ahli di
bidang tersebut untuk memberikan keterangan dan pendapatnya, maka LOS DIY
akan mengundang seorang ahli dibidang tersebut untuk memberikan keterangan dan
pendapatnya terhadap permasalahan yang menjadi sengketa tersebut, seperti dalam
contoh kasus perselisihan antara para pemegang saham terkait transparansi laporan
keuangan di salah satu perusahaan yang berlokasi di kota Yogyakarta.
Dalam kasus tersebut LOS DIY mengundang ahli hukum bisnis perusahaan
dari Universitas Islam Indonesia Bapak. Ery Arifudin, S.H, M.H. guna memberikan
penjelasan dan pemahaman sesuai dengan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya, juga kepentingan penilaian dalam rekomendasi serta masukan solusi
terhadap permasalahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pasal 16 yang menyatakan
bahwa atas persetujuan para pihak atau kuasa hukum, mediator dapat mengundang
seorang atau lebih ahli dalam bidang tertentu untuk memberikan penjelasan atau
pertimbangan yang dapat membantu menj elaskan perbedaan pendapat di antara para
pihak yang berselisih, sehingga para pihak mendapat pencerahan dan dapat
memahami peraturan perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang
disengketaltan, dengan demikian para pihak dapat melanjutnya proses perundingan
dengan tidak memaksakan kehendaknya dan diharapkan dapat mencapai kesepakatan
perdamaian. Namun demikian selesai atau tidak selesaianya sengketa etika bisnis di
LOS DIY sangat ditentukan niat baik dari para pihak yang bersengketa untuk
menyelesaikan permasalahannya, ha1 ini sesuai dengan pasal 12 Peraturan Mahkamah
Agung yang menyatakan bahwa para pihak wajib menempuh proses mediasi dengan
ikrikad baik dan jika salah satu pihak menempuh mediasi dengan iktikad tidak baik
maka pihak yang lainhawan dapat menyatakan mundur dari proses mediasi, karena
upaya penyelesaian ini bersifat suka rela, maka waktu pertemuan ditentukan oleh para
pihak sendiri dan kesepakatan yang dicapai atas kehendak serta itikad baik para pihak
sendiri, itikad baik para pihak ini sangat menentukan pelaksanaan hasil perundingan
yang disepakati oleh para pihak sendiri, karena mediator hanya berperan sebagai
fasilitator, artinya memfasilitasi adanya perundingan untuk membantu supaya proses
perundingan berjalan lancar dan mendorong para pihak untuk secara langsung
berperan aktif dalam proses perundingan.
Dengan mencermati proses penyelesaian sengketa etika bisnis dan data kasus
di atas, maka dapat disampaikan bahwa permasalahan sengketa etika bisnis yang
dilaporkan dan ditindaklanjuti oleh LOS DIY 90 % (sembilan puluh persen) dapat
selesai dengan upaya penyelesaian diluar pengadilan atau Alternutif Dispute
Resolotion, baik melalui proses mediasi, konsiliasi, konsultasi, negosiasi maupun
perundingan bipartit. Keberhasilan LOS DIY dalam menyelesaikan sengketa etika
bisnis menunjukkan bahwa upaya penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau
Alternatif Dispute Resolotion sangat efektif dan efisien untuk menyelesaian sengketa
etika bisnis di LOS DIY, bahkan upaya penyelesaian ini dapat diterapkan dan
dikembangkan di masyarkat, karena disamping prosedur yang cepat dan murah,
hubungan baik para pihak akan tetap terjaga, apabila upaya penyelesaian ini
berkembang di masyarakat maka kerukunan yang selama ini sudah terjalin dengan
baik di masyarakat akan tetap terjaga, dengan demikian kekerasan dapat dihindari dan
akan mengurangi tumpukan perkara yang masuk di pengadilan.
Masih kuamya praktik-praktik usaha yang tidak sehat dan merugikan
masyarakat menunjukkan bahwa praktek bisnis yang beretika dan berkelanjutan
belum menjadi tujuan pelaku bisnis dan sekaligus menjadi tantangan yang cukup
serius di DIY, artinya bisnis beretika belum menjadi kesadaran bersarna di kalangan
pelaku usaha di DIY. Hal ini dapat terjadi karena lemahnya sistem kontrol dan
pengawasan dari pemerintah telah mengakibatkan praktik-praktik bisnis dengan
perilaku KKN yang justru dilakukan oleh aparat pemerintah dan pelaku usaha. Maka
keberadaan LOS DIY yang telah memasuki 10 tahun ini dan satu-satunya di
Indonesia dapat menjadi daya tarik dan ciri khas bagi keistimewaan di Daerah
Istimewa Yogyakarta, Tentu saja, dalam mengemban amanah ini LOS DIY tidak bisa
bekerja sendiri karena LOS DIY tidak memiliki kewenangan melakukan tindakan,
ltarena itu diperlukan kerjasama dengan semua stakeholder terkait untuk saling
bekerjasama dan bahu membahu guna mendorong sistem dan tata kelola usaha
beretika yang benar-benar mampu memberikan pelayanan dan perlindungan kepada
masyarakat sebagaimana yang diharapkan.
Sebagai lembaga yang diberi kewenangan untuk menampung dan
menindaklanjuti pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan praktik tata kelola
usaha yang tidak beretika, maka LOS DIY memiliki kewajiban untuk
menindaklanjuti setiap laporan dengan tetap memegang prinsip independen, imparsial
dan non-diskriminasi, karena itu setiap kasus yang dilaporkan ke LOS DIY akan
ditindaklanjuti dengan cara meminta klarifikasi dari Terlapor, melakukan investigasi,
memfasilitasi mediasi serta memberikan rekomendasi yang disampaikan kepada
pihak-pihak terkait. Dalam menjalankan tugas dan hngsinya, LOS DIY memiliki
area kewenangan dalam sektor swasta yang sangat luas, karena itu perlu dipikirkkan
penambahan kewenangan yang dimiliki LOS DIY terutama kewenangan untuk
memeriksa bukti-bukti dan saksi-saksi.
Dengan adanya kewenangan untuk memeriksa bukti-bukti dan saksi-saksi
akan sangat mempengaruhi kualitas kinerja LOS DIY, terutama dalam memberikan
penilaian dan rekomendasi. Karena proses penyelesaian dengan cara mediasi
memiliki banyak keunggulan seperti ; waktu penyelesaian lebih cepat, hubungan baik
antara para pihak tetap terjaga, kerahasiaan terjamin dan tidak di pungut biaya.
Disamping itu penyelesaian perselisihan dengan upaya penyelesaian sengketa diluar
pengadilan atau Alternatif Dispute Resolotion memiliki kelebihan antara lain :
Pertama; Lebih Fleksibel, karena peraturan dalam proses perundingan dapat dibuat
oleh orang yang bersangkutan asalkan berpijak pada peraturan saat dilakukan
pembicaraan. Kedua; Lebih cepat, karena waktu dan tempat penyelesaian ditentukan
sendiri oleh para pihak yang bersengketa. Jadwal pertemuan juga disepakati oleh para
pihaknya langsung yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-
masing. Ketiga; Terj aga kerahasiaannya karena proses perundingan bersifat tertutup
dan hanya pihak-pihak yang bersengketa saja yang dapat ikut dalam proses
perundingan. Keempat; Biaya murah karena tidak selalu memerlukan jasa pengacara,
karena dalam proses perundingan mediasi diperlukan peran aktif dari pihak yang
bersengketa secara langsung untuk membuat keputusan karena isi kesepakatan
perdamaian dalam rangka penyelesaian sengketa sepenuhnya merupakan hasil
musyawarah dan inisiatif dari para pihak. Kelima; Hubungan personal antara para
pihak yang bersengketa setelah adanya kesepakatan perdamaian akan tetap terjaga,
karena tidak ada pihak yang merasa dimenangkan dan dikalahkan, tetapi semua
menang (win-win solution) sehingga para pihak tidak ada yang merniliki rasa
dendam. Dengan dernikian maka penyelesaian dengan cara mediasi perlu lebih
banyak disosialisasikan dan dikembangkan di masyarakat supaya masyarakat juga
terbiasa menyelesaikan persoalannya dengan cara musyawarah mufakat dan tindakan
kekerasan dapat diantisipasi sedini mungkin.
Saat ini keberadaan LOS DIY telah di gabung dengan Lembaga Ombudsman
Daerah (LOD) DIY dan berganti narna menjadi Lembaga Ombudsman (LO) DIY.
Hal ini didasarkan pada pertimbangan Peraturan Gubemur DIY Nomor; 69 Tahun
2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja LO DIY poin (d) yang menyatakan bahwa
setelah dilakukan evaluasi terhadap Peraturan Gubemur Nomor; 22 tahun 2008 dan
Peraturan Gubemur Nomor; 21 tahun 2008 dipandang perlu untuk menyatukan LOS
DIY dan LOD DIY menjadi LO DIY agar berhasil guna dan berdaya guna. LO DIY
adalah lembaga daerah yang bersifat independen untuk mengawasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan badan usaha, khususnya pada bidang pelayanan publik.70
70 . Peraturan Gubernur DIY Nomor; 69 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Ombudsman DIY, pasal 1 ayat (4).
BAB 1V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarakan data dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas maka
dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut ;
1. Banyaknya laporan yang masuk ke LOS DIY menunjukkan bahwa keberadaan
LOS DIY semakin dikenal secara luas oleh masyarakat di Daerah Istimewa
Yogyakarta, ha1 iai Juga menunjukka~ bahxa praltek bisnis yang beretika dan
berkelanjutan belum menjadi kesadaran bersama di kalangan pelaku bisnis di
DIY. Laporan adanya dugaan pelanggaran etika bisnis dari masyarakat yang
masuk ke LOS DIY segera ditindaklanjuti oleh bidang pelayanan, investigasi dan
monitoring dengan menunjuk pengampu kasus yang terdiri dua orang, satu orang
anggota dan satu orang asisten LOS DIY. Proses penyelesaian sengketa etika
bisnis di LOS DIY dengan model Alternatif Dispute Resolotion atau upaya
penyelesaian sengketa diluar pengadilan telah terbukti dapat membantu
menyelesaikan sengketa secara efektif dan efisien, ha1 ini dapat dilihat melalui
data kasus sengketa etika bisnis yang dilaporkan dan ditindaklanjuti oleh LOS
DIY, dari data kasus tersebut menunjukkan bahwa ; 90 % (sembilan puluh
persen) laporan sengketa etika bisnis yang dilaporkan ke LOS DIY dapat di
selesaikan dengan upaya penyelesaian di luar pengadilan atau Alternatif Dispute
Resolotion, baik melalui proses perundingan bipartit, mediasi, konsiliasi,
ltonsultasi maupun negosiasi, disamping itu lebih dari 60 % (enam puluh persen)
Rekomendasi yang dikeluarkan oleh LOS DIY dapat ditindak lanjuti secara baik
oleh penerima rekomendasi.
2. Meskipun LOS DIY bukan lembaga penegak hukum sehingga keputusannya tidak
mengikat (non legal binding decision), namun LOS DIY merupakan lembaga
yang memiliki pengaruh (the institution of influence), karena rekomendasi LOS
DIY memiliki kekuatan moral yang mengikat (moral binding decision). Karena
alasan itulah maka LOS DlY banyak menerima laporan yang berkaitan dengan
masalah hukum baik hukum perdata maupun hukum pidana, secara prinsip kasus
yang dapat diselesaiakan dengan upaya penyelesaian diluar pengadilan atau
Alternatif Dispute Resolotion adalah kasus-kasus yang bersifat keperdataan,
namun demikian masih terbuka kemungkinan LOS DlY membantu
menyelesaiakan kasus yang mengandung unsur pidana ringan seperti penipuan
atau penggelapan dengan syarat kasus tersebut belum ditangani oleh penegak
hukum seperti ; institusi kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.
Dalam menindaklanjuti setiap laporan, LOS DIY menemui hambatan dan
tantangan yang berasal dari faktor internal LOS DIY sendiri dan faktor eksternal
yaitu dari Pelapor, 'I erlapor maupun dari insrar~si yang berkaitan dengan kasus
yang sedang ditangani. Hambatan dan tantangan dari internal seperti keberanian,
komitmen dan tanggungjawab pengampu kasus baik anggota maupun asisten
LOS DIY yang belum maksimal terkadang menjadi kendala dalam proses
penyelesaian sengketa etika bisnis, sedangkan hambatan dan tantangan yang
berasal dari ekstemal seperti pihak Terlapor tidak mau datang saat di undang
klarifikasi atau pada saat dilakukan mediasi, pihak Terlapor yang hadir bukan
orang yang memiliki kewenangan membuat keputusan atau pembuat kebijakan
apapun, alubatnya proses mediasi berjalan lambat dan terkadang sulit untuk
mencapai kesepakatan perdamaian (deadlock) dan tidak menghasilkan keputusan
apapun, alamat Terlapor tidak jelas atau pindah alamat sehingga sulit dilacak,
baik Pelapor atau Terlapor sangat sibuk bahkan sering keluar kota atau keluar
negeri yang dapat memperpanjang waktu proses penyelesaian dan ada juga
pelapor yang menghilang sementara mobile phone tidak aktif, disamping itu ada
juga instansi yang merasa kewenangannya diambil alih oleh LOS DIY sehingga
tidalc mendukung proses penyelesaian etika bisnis maupun program LOS DIY,
B. SARAN
Iceberhasilan LOS DIY dalam menyelesaikan sengketa etika bisnis
menunjukkan bahwa upaya penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau Alternatif
Dispute Resolotion sangat efektif dan efisien dalam menyelesaian sengketa etika
bisnis di LOS DIY, dengan pertimbangan tersebut diatas penulis menyarankan antara
lain ;
1. Model penyelesaian sengketa dengan Alternatif Dispute Resolotion atau upaya
penyelesaian diluar pengadilan perlu disosialisasikan dan dikembangkan di
masyarkat, apabila upaya penyelesaian ini berkembang di masyarakat maka
kerukunan yang selama ini sudah terjalin dengan baik di masyarakat akan tetap
terjaga dan masyarakat terbiasa menyelesaikan persoalannya dengan cara
musyawarah mufakat sehingga tindakan kekerasan dapat diantisipasi sedini
mungkin dan secara otomatis akan mengurangi tumpukan perkara yang masuk di
pengadilan.
2. Sebagai lembaga per:gawasan yang independen, imparsial dan non-diskriminasi,
LOS DIY dapat menjadi sebuah pilihan dalam menyelesaikan sengketa etika
bisnis. Proses penyelesaian sengketa dengan cara damai dan persuasif ternyata
cukup efektif untuk mendorong perubahan, bahkan dalam proses menyelesaikan
konflik. Disamping itu untuk meningkatkan akses keadilan masyarakat dan
mendorong penvujudan good governance and good corporate governance, melalui
pengawasan terhadap kinelja sektor usaha akan meningkatkan citra perusahaan
sehingga mendapat kepercayaan, daya saing dan simpati dari masyarakat yang
akan berdampak pada keberlanjutan usaha itu sendiri dan secara tidak langsung
mengawasi juga kinerja aparat pemerintah dari institusi terkait.
3. Bahwa terkait dengan Perda Pelayanan Publik Nomor ; 5 Tahun 2014 Tentang
Pelayanan Publik pasal 1 point (14) bahwa Ombudsman Swasta yang dibentuk
oleh Pemerintah Daerah merupakan lembaga independen yang berfimgsi
melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik, maka
dasar hukum pendirian LOS DIY yang sebelurnnya berupa Peraturan Gubernur
selanjutnya perlu dikembangkan dan dituangkan dalam Peraturan Daerah Propinsi
DIY. Dengan dituangkannya dalam Perda DIY akan memberikan berbagai
keuntungan antara lain: Pertama, akuntabilitas lebih dapat dipertanggungjawabkan
karena langsung kepada publik. Kedua, dari sisi keuangan, maka akan ditanggung
oleh pemerintah daerah dalam bentuk APBD. Ketiga, akan dapat mengurangi
kerawanan penyimpangan kewenangan dari para anggota, asisten dan karyawan
LOS DIY yang selama ini berstatus sebagai tenaga kontrak, kondisi ini tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang ketenagakerjaan. Dengan
legalitas Perda, maka posisi mereka dapat diusulkan menjadi PNS atau jika tidak
memungkinkan, maka perlu ada PNS yang diperbantukan di lembaga tersebut,
dengan tetap mempertimbangkan kredibilitas, kapasitas dan profesionalitas bagi
anggota, asisten serta staf sebagai syarat dapat diterima di ombudsman, karena
menjadi independen di tengah perubahan dan konstelasi politik saat ini memang
tidak mudah dilakukan, penuh tantangan, sekaligus juga risiko, dengan demikian
sangat dibutuhkan orang-orang yang memiliki berkomitmen tinggi demi
menegakkan kebenaran dan keadilan guna melindungi kepentingan masyarakat
dengan cara yang elegan dan berbudaya.
4. Walaupun saat ini LOS DIY telah digabung dengan LOD DIY dan berganti nama
menjadi LO DIY, namun hasil penelitian ini dapat di manfaatkan atau digunakan
di LO DIY, karena fungsi, tugas dan kewenangan yang di miliki LO DIY tidak
jauh berbeda dengan LOS DIY, disamping itu tujuan dari pendirian LOS DIY atau
LO DIY oleh Pemerintah Daerah DIY adalah memberikan pelayanana yang
sebaik-baiknya kepada setiap anggota masyarakat berdasarkan asas keadilan dan
persamaan serta upaya untuk menciptakan penyelenggaraan badan usaha yang
bersih dari penyimpangan usaha.
DAFTAR PUSTAKA
LITERATURE BUKU ;
Abdul R.Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Teori Dan Corztoh ICasus, Cetakan ke-6, Jakarta, Prenada Media Group, 201 1.
Amril M. Etika Islam, Telaah Pemikiran Filsafat Moral Raghib Al-Isfalzalzi, Lembaga Studi Filsafat, Kemasyarakatan, Icependidikan dan Perempuan, 2002.
A.M. Lilik Agung. ICetika Nuralzi Ikut Berbislzis, 26 Praktek Etika Bisnis Kontemporer, Cetakan ke-1, Jakarta, PTElex Media Komputindo, 201 0.
Agus Anjanto, ETIKA BISNIS BA GI PELAICU BISNIS, Cara Cerdas Dalam Memalzami Konsep Dan Faktor-faktor Etika Bisnis Delzgalz Beberapa Contolz Praktis, PT Rajagrafindo Persada, Cetakan ke 1, Jakarta, 20 1 1.
Bambang Sutiyoso, PENYELESAUNSENGILETA BISNIS, Solusi Dan Antisipasi Bagi Peminat Bisnis Dalam Menghadapi Selzgketa ICiilzi Dan Mendatang, Citra Media, Yogyakarta, 2006.
Bambang Rudito & Melia Famiola, ETIILA BISNIS DAN TANGGUNG JA WAB SOSUL PER USAHMN DI INDONESIA, Rekayasa Sains, Cetakan Pertama, Bandung, 2007.
Budhi Masturi,. Mengenal Ombudsmalz Indonesia, ICepzitusalz Presidelz Nollzor 44 Tahun 2000 Ten tang Pembentukalz Kom isi Oilz budsnzalz Nasiolzal, Jakarta, PT. Pradnya Paramita, 2005.
Hendrik Budi Untung. Corporate Social Responsibility, Cetakan ke-1, Jakarta, Sinar Grafika, 2008.
Icwik Ician Gie, Etika Bislzis Cina, Suatu Kajiaiz Terliadap Perekolzol~zia~z Di Indonesia, Jakarta, Pusat Pengkajian Cina Universitas Nasional deiigan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996.
Laura Hardman Dan Joe Desjardins. Penerjemah ; Danti Pujiati. Etika Bisnis, Pengambilan ICeputusan Untuk Integritas Pribadi Dan Talzggulzg Jawab Sosial, Jakarta, Erlangga, 2008.
L. Sinuor Yoseplius. Etika Bisnis, Pendekatalz Filsafat Moral Terhadap Perilaku Pebisnis Kontemporer, Cetakan pertama, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 20 10.
MEWUJUDKAN ETIIi4 DALAM BISNIS, Lembaga Ombudsinan Swasta, D N Yogyakarta, 2009.
MUS LICH, M.M. ETIXA BISNIS ISLAMI, Landasan Filosofis, Nornzatif Dan Substansi Implementat$ Ekonisia FE UII, Yogyakarta, Cetakan Pertama 2004.
M. Syamsudin. Operasionalisasi Penelitian Hukum, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2007.
M. Dahlan. Y. Al-Barry dan L.Lya Sofyan Yacub, XAMUS INDUK ISTILAH ILMIAH, Seri Intelektual, Target Press, Surabaya, 2008.
M. Marwan dan Jimmy P, ILAMUS HUICUM, Dictionary Of Law Complete Edition, Reality Publisher, Surabaya, 2009.
Matthew B. Miles Dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, diterj emahkn oleh Tj etj ep Rohendi Rohidi, Pendamping Mulyarto, Yogyakarta, UII Press.
Philippe Nonet dan Philip Selznick, Hukum Responsif, Bandung, Nusamedia, 2008.
Pedoman Tata Icelola Usaha Beretika, Lembaga Ombudsman Swasta DIY, Yogyakarta, 20 1 3.
Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, Good Corporate Governance Perkembangan Pemikiran Dan Implementasi~zya Di Indonesia Dalam Perspektif Hukum, Yogyakarta, Kreasi Total Media, 2007.
Sunaryati Hartono. Penelitian Hukunz Di Indonesia Pada Aklzir Abad Ke-20, Edisi Pertanla, Cetakan Ke-1 , Bandung, Alumni, 1994.
Sondang P. Siagian, Etika Bisnis, Jakarta, PT Pustaka Binaman Pressindo, 1996.
Sayid Mujtaba Musawi Lari. Etika Dan Pertumbuhan Spiritual, Cetakan ke-1, Jakarta, Lentera, 2001.
Susanti Adi Nugroho, Mcdicisi Sebagai AlternatifPenyelesaia~z Se~zgketa, Cetakan ke-1, Jakarta, PT Telaga llmu Indonesia, 2009.
Takdir Rahrnadi, Mediasi, Penyelesaian Sengketa Melalui Pelzdekatalz M~lfakat, Cetakan ke-1, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2010.
LITERATURE HASIL PENELITIAN ;
Thalis Noor Cahyadi, Hasil Penelitian "Sikizifika~zsi Onlbudsnla~z Swasta Dalam Menegakka~z Bisnis Beretika Dan Berkelanjutaiz Dalanl Perspektif Ekonomi Islam, Studi Atas Lembaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta (LOS DIY)", Yogyakarta, 2010.
LITERATURE MAKALAH ;
Indra Bastian, "Mediasi, AltevnatifPenyelesaian Sengketa, Man faat Dan Wawasan Kedepan ", Dalam Materi Pendidikan dan Pelatihan Mediator Bersertifikat, Pusat Mediasi Indonesia Sekolah Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 28 Maret 2012.
LITERATURE PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN ;
Undang-undang Nomor ; 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kelzakinza~z, Jakarta, 2009.
Undang-undang Nomov ; 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsma~z Republik Indonesia, Ombudsman Republik Indonesia, Jakarta.
Undang-undang Nomov ; 30 Tahun 1999 Tentang Avbitvase dun Altev~zatif Penyelesaian Sengketa, Pusat Mediasi Indonesia Sekolah Pascasarjana UGM, Y ogyakarta, 20 12.
Pevaturan Makkamalz Agung Nomov : 1 Tahu~z 2008 Tentang Pvosedur Mediasi di Pengadilan, Pusat Mediasi Indonesia Sekolah Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2012.
Pevatuvan Gubevnuv Daerah Istimewa Yogyakavta Nomov : 22 Tahu~z 2008 Tentang Ovganisasi Dan Tata Keija Ombudsman Swasta di Pvopi~zsi Daevah Istimewa Yogyakarta, Lembaga Ombudsman Swasta DIY, Yogyakarta, 2013.
Suvat Iceputusan Gubevnuv Daevah Istimewa Yogyakavta Nomov ; 135 Takun 2004 Tentang Pembentukan Dan Ovganisasi Ombudsman Swasta Di Pvopinsi DIY, Lembaga Ombudsman Swasta DlY, Yogyakarta, 20 1 3.
Lampiran : 1 : Contoh Kasus (nama perusahaan dan identitas para pihak disamarkan)
Kasus Perselisihan Antara Para Pemegang Saham Terkait Transparansi Laporan Keuangan Perusahaan di PT. LESTARI JAYA
Kasus di bidang kesehatan yang dilaporkan ke LOS DIY bisa di bilang relatif
kecil, selama periode kedua kasus kesehatan yang dilaporkan LOS DIY ada tiga kasus,
permasalahan yang dilaporkan terkait adanya dugaan ma1 praktek karena saat
operasi cecar anak yang dilahirkan meninggal serta operasi usus buntu yang
dilakukan tanpa melalui proses foto rongsent yang dilakukan oleh salah satu klinik,
akibatnya operasi gagal dan menimbulkan inveksi pada usus,pasien, kasus yang lain
adanya dugaan diskriminasi pelayanan terhadap pasien yang terkena virus HIV Aids.
Pada periode ketiga kasus perusahaan di bidang pelayanan kesehatan hanya
ada satu kasus yang dilaporkan, namun kasus di bidang kesehatan ini cukup unik
karena permasalahan yang dilaporkan tidak terkait dengan pelayanan tapi terkait
dengan transparansi keuangan perusahaan. Kasus ini di laporkan oleh salah satu
pemegang saham perusahaan yang bernama Ir. Setiani Dewi yang diwakili oleh
pemegang kuasa yang bernama Etik Pratiwi, S.H., M.H. yang beralamat di JI. Kusuma
GK IV No. 640 Baciro Yk. (selanjutnya disebut sebagai Pelapor). Disamping sebagai
pemegang saham, di PT. LESTARI JAYA, Pelapor juga menjabat sebagai Direktur
Keuangan di perusahaan tersebut, dalam laporannya, Pelapor mengeluhkan tidak
dipenuhinya hak-hak pelapor sebagai direktur keuangan di PT. LESTARI JAYA oleh
dr. P. Budi Agni, M.M. selaku Direktur Utama PT. LESTARI JAYA, (yang selanjutnya
disebut sebagai Terlapor).
Keterangan Pelapor
Berdasarkan keterangan pelapor yang disampaikan pada hari Senin tanggal 12 Maret
2012, Pelapor menjelaskan kronologi permasalahan sebagai berikut :
Bahwa PT. LESTARI JAYA didirikan berdasarkan Akta Notaris H. Budi Prasetyo,
SH. NIIVl. Nomor 93 tertanggal 3 1 Juli 2002 tentang Pernyataan Keputusan
Rapat Yayasan Tunas Husada Bhakti dengan susunan Direksi sebagai berikut :
Direktur Utama : dr. P. Budi Agni, Direktur : Ir. Setiani Dewi, Komisaris Utama :
Wijaya kusumo, Komisaris : drg. Maria dewi, Ir. Budi susanto dan Dhoya
wardana, SE.MM;
Bahwa perusahaan tersebut didirikan oleh Pelapor dan orang tua Terlapor yang
mana dalam akta pendirian PT. LESTARI JAYA tersebut dibuat oleh Notaris yang
adalah adik kandung Terlapor dengan susunan kepengurusan 50% dari keluarga
Pelapor Setiani Dewi, Wijaya Kusumo dan Dhoya Wardana, SE, M M dan 50%
dari keluarga Terlapor.
Berdasarkan Akta Notaris H. Budi prasetyo, SH.MM No. 94 tertanggal 3 1 Juli
2002, maksud dan tujuan pendirian PT. LESTARI JAYA adalah usaha di bidang
jasa pelayanan kesehatan dengan mendirikan rumah sakit beserta sarana dan
prasarana penunjangnya;
Dalam Akta pendirian kepemilikan pemegang saham tercatat sebagai berikut :
dr. P. Budi Agni, 25 lembar saham (12,5%), Ir.Setiani Dewi 25 lembar saham
(12,5%), Wijaya I<usumo 25 lembar saham (12,5%), Dokter gigi Maria Dewi. 20
lembar saham (lo%), lnsinyur Budi Bedjo Susanto 5 lembar saham (2,5%),
Dhoya Wardana, SE.NIM (2,5%).
Untuk melaksanakan maksud dan tujuannya PT. LESTARI JAYA telah
metqjalankan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dalam Rumah Sakit
LESTARI IhlDAH yang beralamat di JI. Wiratama No. 14 Tegalrejo Yogyakarta.
Adapun yang menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit LESTARI INDAH adalah
Terlapor (yang bertindak sebagai pemegang saham sekaligus direktur PT).
Sejak adanya perubahan status dari Yayasan Tunas Husada Bhakti mepjadi PT.
LESTARI JAYA pada tanggal 3 1 Juli 2002 sampai dengan ditulisnya surat ini
belum pernah ada pemeriksaan keuangan (audit) terhadap PT. LESTARI JAYA
dan khususnya terhadap RS. LESTARI INDAH (yang ada hanya laporan keuangan
dari Pelapor selaku Direktur Keuangan RS pada saat RUPS tiap tahun);
Pelapor dalam posisi sebagai pemegang saham yang juga sebagai direktur
keuangan rumah sakit LESTARI INDAH dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RLIPS) tanggal 28 Juni 2003 telah mengusulkan adanya pemeriksaan Iceuangan
secara menyeluruh guna mendapatkan data dan keterangan yang benar
mengenai kondisi keuangan perusahaan. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) tersebut diputuskan untuk dilakukan audit dengan menggunakan auditor
independen yang ditargetkan akan dilakukan pada akhir bulan Juli 2003;
Hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tanggal 28 Juni 2003
untuk melaksanakan pemeriksaan keuangan atau tanggal audit tersebut tidak
pernah dilaksanakan;
Selanjutnya dalam RUPS Tanggal 5 Maret 2005 Pelapor meminta kembali
kepada Direktur Utama untuk dilakukan transparansi laporan keuangan dan
untuk menghindari kerugian, baik bagi para pemegang saham maupun
perusahaan, Pelapor kembali meminta adanya Appraisal (Penilaian) perusahaan
dan ha1 tersebut telah disetujui bersama dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) Tanggal 25 Februari 2006. Namun keputusan tersebut kembali tidak
dilaksanakan oleh Terlapor sehingga Pelapor harus menggunakan bantuan
hukum dari Yayasan Penanganan Hukum lndonesia Perwakilan Daerah lstimewa
Yogyakarta untuk mendesak pihak Terlapor yang juga merangkap sebagai
Direktur RS LESTARI INDAH untuk segera melaksanakan Appraisal (Penilaian)
dengan Surat Nomor 085/YPHI.YK/V11/06 tertanggal 3 Juli 2006;
Surat dari Yayasan Penanganan Hukum lndonesia Perwakilan Daerah lstimewa
Yogyakarta Nomor : 085/YPHI.YK/V11/06 tertanggal 3 Juli 2006 tersebut telah
dijawab oleh Terlapor selaku Direktur Utama PT. LESTARI JAYA dengan surat
Nomor : lO/LSU/Sekret/VI1/2006 tertanggal 28 Juli 2006 yang pada intinya
menyampaikan Appraisal terhadap RS LESTARI INDAH akan dilaksanakan dalam
jangka waktu satu atau dua bulan (dari saat ditulisnya surat tersebut) dengan
perusahaan Appraisal (Penilaian) yang akan ditunjuk. Namun sampai Sabtu, 25
Juni 2011 ha1 tersebut tidak pernah terlaksana sehingga Pelapor tidak
mendapatkan data dan keterangan yang benar mengenai Icondisi keuangan PT.
LESTARI JAYA dan RS LESTARI INDAH.
Untuk mendukung pelalcsanaan tugas Pelapor sebagai Direktur Keuangan RS
LESTARI INDAH dan guna pengajuan laporan pertanggung-jawaban keuangan
terhadap perusahaan, Pelapor pada tanggal 10 Juli 2010 telah berupaya untuk
meminta data mengenai laporan keuangan yang realistis dalam tahun 2009
kepada seluruh Divisi yang ada, namun Pelapor tidak mendapatkan laporan
yang semestinya;
Pada tanggal 8 September 2010 pihak sekretariat secara tertulis menyampaikan
tidak bisa memberikan data atau laporan mengenai keadaan keuangan
perusahaan yang sebenarnya sesuai permintaan Pelapor sebelum adanya ijin
dari Terlapor selaku Direktur PT. LESTARI JAYA.
Karena tidak adanya transparansi keuangan dan adanya laporan keuangan pada
tanggal 24 Juni 2010 yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya, Terdapat
selisih Rp. 1.250.273.070,- (Satu Milyar Dua Ratus Lima Puluh Juta Dua Ratus
Tujuh Puluh Tiga Ribu Tujuh Puluh Rupiah) dari kondisi keuangan yang ada pada
rekening Giro BRI Nomor 0029-01-000649-30-7 atas nama PT. LESTARI JAYA
pada Tanggal 10 Juni 2010, maka pada tanggal 16 Oktober 2010 Pelapor
membuat laporan adanya dugaan tindak pidana penggelapan dan tidak adanya
itikad baik Terlapor untuk menyelesaikan masalah keuangan perusahaan,
kepada pihak Kepolisian Daerah lstimewa Yogyakarta dengan laporan polisi
Nomor LP/564/X/2010/DIY/Ditreskrim, ha1 ini dilakukan karena Pelapor tidak
mendapatkan keterangan dari Kepala Divisi Keuangan dan Akuntansi RS LESTARI
INDAH mengenai selisih tersebut;
Setelah pemeriksaan di Kepolisian terkait laporan dari Pelapor tersebut,
diketahui adanya pembukaan rekening Giro baru atas nama PT. LESTARI JAYA di
BhII Cabang Trikora dan BPD cabang utama Yogyakarta tanpa pemberitahuan
kepada Pelapor. Bahkan pembukaan rekening tersebut terjadi sejak bulan
Oktober 2009 dan baru diberitahukan kepada Pelapor setelah fakta terungkap
dalam penyidikan mengenai adanya rekening lain yang tanpa sepengetahuan
Pelapor pada Tanggal 7 Februari 2011;
Dengan adanya laporan Kepolisian tersebut ternyata Pelapor tidak bisa
mendapatkan data dan keterangan yang sebenarnya mengenai kondisi
keuangan perusahaan karena data di Kepolisian bersifat rahasia;
Pada tanggal 3 1 Januari 2011 Pelapor mengirimkan surat peringatan kepada
Terlapor dengan Surat Nomor : O~O/SK/LPBHP-SV/I /~O~~ untuk segera
melaksanakan audit, namun surat tersebut tidak ditanggapi.;
Dengan tidak adanya transparansi keuangan atau tidak adanya laporan yang
benar mengenai kondisi keuangan perusahaan pada Direktur Keuangan maka
semua laporan keuangan menjadi tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya
sehingga bisa menyesatkan perusahaan dan jalannya perusahaan tidak akan
baik dan akan berdampak pada pelayanan perusahaan terhadap pasien Rumah
sakit;
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pelapor untuk mendapatkan data dan
keterangan yang benar dengan melakukan pemeriksaan keuangan secara
menyeluruh (audit) terhadap PT. LESTARI JAYA dan RS LESTARI INDAH namun
semua upaya tersebut tidak membuahkan hasil karena tidak ada respon dari
Pelapor;
Pada tanggal 10 Maret 2011 Pelapor mengajukan gugatan perbuatan melawan
hukum ke Pengadilan Negeri Yogyakarta terhadap PT. LESTARI JA LESTARI
IIVDAHYA dan RS. LESTARI INDAH, setelah perkara gugatan Perbuatan Melawan
Hukum yang diajukan oleh Pelapor dilakukan mediasi serta persidangan
berjalan, sampai saat ini tidak terlihat itikad baik dari Terlapor untuk mengelola
sebagaimana semestinya.
Keterangan Terlapor
Untuk memperjelas permasalahan yang disampaikan Pelapor dan mendapatkan
informasi yang berimbang, maka LOS DIY mengundang Terlapor untuk memberikan
klarifikasi pada hari Senin Tanggal 2 April 2012, hadir dalam klarifikasi yaitu Thomas
Simanjuntak, SH dan Cipta Priyatna, SH selaku Kuasa Hukum Terlapor, dalam
klarifikasi tersebut Kuasa Hukum Terlapor menyampaikan penjelasan antara lain :
Bahwa Pelapor tidak pernah masuk kantor sejak ada permasalahan ini; sebagai
direktur keuangan seharusnya Pelapor bertanggung jawab penuh untuk
masalah keuangan, sehingga seharusnya yang mengetahui dan yang mengurusi
perihal keuangan Perusahaan adalah Pelapor sendiri selaku direktur Iceuangan
bukan Terlapor selaku direktur utama;
Menurut Kuasa Hukum Terlapor, Terlapor selalu transparan mengenai kondisi
keuangan, seharusnya ha1 tersebut merupakan tanggung jawab Pelapor selaku
direktur keuangan yang memiliki kewajiban mengelola keuangan perusahaan
dan tindakan Terlapor didasarkan pada keputusan RUPS;
Sejak terjadi permasalahan ini, Pelapor tidak pernah hadir di dalam forum RUPS,
Terlapor menyayangkan tindakan Pelapor yang tidak mempercayai kinerja dari
Terlapor selaku direktur utama;
Menurut Terlapor, Falapsr sebagai direktur keuangan seharusnya mengetahui
tentang kondisi dan posisi keuangan perusahaan. Dengan demikian permintaan
DATA JENlS TINDAK LANJUT PENYELESAIAN KASUS TAHLlN 2012
JENlS TINDAK.LANJUT I JUMLAH 1 1.
2.
3.
( 8. ( Dihentikan atau tidak selesai
4'
5'
7'
1 9. 1 Dalam proses
Rekomendasi (selesai tanpa mediasi)
Rekomendasi dan Mediasi
Rekomendasi dan Dirujuk Mediasi (tanpa rekomendasi karena tidak ada unsur pelanggaran etika bisnis) Dirujuk (bukan menjadi kewenangan LOS DIY atau ditempuh jalan lain) Pernyataan Pendapat (tidak ada pelanggaran etika usaha) Dicabut (karena ada langkah penyelesaian bipartit
, setelah dilaporkan ke LOS DIY)
I I I JUMLAH 1 67
21
12
-
DIAGRAM JENlS TINDAK LANJUT PENYELESAIAN KASUS
Dalarn Proses
dan Mediasi
Sumber : Lembaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta
B. Pelanggaran Hak Tenagakerja
KONSULTASI 1
1 11. I Ketenagakerjaan
DIAGRAM KASUS MASUK BERDASARKAN BIDANG USAHA TERLAPOR
Ketenaeakeriaan
Lingkungan 1 kasus (1%) -
Properti Teknologi Perdagangan 4 kasus (5%) . Informasi 6 kasus (8%)
1 kasus (1%)
GRAFIK JUMLAH LAPORAN DAN KONSLILTASI PER BLILAN TAHLIN 2013 PERIODE : JANUARl - DESEMBER 2013
DATA JUNILAH LAPORAN BIDANG KEUANGAN
"VIAGRAM KASUS BIDANG KEUANGAN
BPR 5 kasus (16%)
KONSLILTASI
11 10
4 3 -
16
44
Bank Umum
MELAPOR
6 5 4 1 -
16
32
NO
1.
2.
3.
Ko~erasi & BMT 6 kasus (18 %)
SLlB BIDANG USAHA
Bank : a. Bank Umum b. BPR
Non Bank : a. Asuransi b. Koperasi & BMT c. lnvestasi
Perusahaan Pembiayaan Konsumen
JUMLAH
Pembiayaan Konsumen
16 kasus (50 %)
DATAKASUSBERDASARKANBENTUKBADANUSAHATERLAPOR
1 3. 1 Koperasi I 1 1
NO 1.
1 5. 1 Perseorangan
BADANUSAHA PT
JUMLAH 55
J Ll M LAH 8 1
DIAGRAM KASUS BERDASARKAN BENTLIK BADAN USAHA TERLAPOR
Yayasan Perseorangan 10 usaha 112%) 9 usaha (11%)
55 usaha (68%)
DATAKASUSMASUKBERDASARKANKABUPATENIKOTA TENIPAT USAHA TERLAPOR
DIAGRAMKASUSMASUKBERDASARKANKABUPATENIKOTA TEMPAT USAHA TERLAPOR
NO
1.
2.
3.
4.
5.
-
Kab. 1 I Kab. Bantul Kulonprogo I
LOKASI
Kota Yogyakarta
Kabupaten Sleman
Kabupaten Bantul
Kabupaten Kulonprogo
Kabupaten Gunung Kidul
-- JUMLAH
JUMLAH
48
21
11
1
-
81
DATA JENIS TINDAK LANJUT PENYELESAIAN KASUS Periode ; Januari 2012 s/d 23 Desember 2013
JENIS TINDAK LANJUT I JUMLAH ~ Rekomendasi (selesai tanpa mediasi)
1 2. 1 Rekomendasi dan Mediasi 1 31 1 Rekomendasi dan Dirujuk
Mediasi (tanpa rekomendasi karena tidak ada unsur
Dirujuk (bukan menjadi kewenangan LOS DIY atau ditempuh jalan lain)
7
Pernyataan Pendapat (tidak ada pelanggaran etika usaha) 2
DIAGRAM JENIS TINDAK LANJUT PENYELESAIAN KASUS TAHUN 2013
Dicabut (karena ada langkah penyelesaian bipartit setelah dilaporkan ke LOS DIY)
Dihentikan atau tidak selesai
Dalam proses
JUMLAH
Dalam Proses Rekomendasi
Rekomendasi dan Mediasi
3 1 kasus (21%)
Pernyataan Pendapat
Mediasi 2 kasus (2 %) 7 kasus (5%) 1 ka5.U (1%)
10 kasus (6 %)
10
1 6 1
148
Sumber : Lembaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta
Lampiran : 3 : Daftar Pertanyaan Untuk Narasumber
Daftar Pertanyaan Narasumber ( Khusus Anggota dan Asisten LOS DIY )
Nama ............................................. Jabatan ............................................. Alamat ............................................. Tanggal Wawancara : ...........................................
Pertanyaan ; 1. Anda menjadi anggotdasisten LOS DIY untuk periode ke berapa ? 2. Apa tugas Anda di LOS DIY ? 3. Apakah Anda telah melakukan tugas secara efektif ? Jelaskan. 4. Apa saja yang telah LOS DIY lakukan dalam upaya mewujudkan tata kelola
usaha yang sehat, beretika dan berkelanjutan? 5. Dari apa yang telah dilakukan LOS DIY selarna ini, apa saja yang masih perlu
diperbaiki di LOS DIY ? Bagaimana anda memberikan solusi atas kelemahan tersebut?
6. Tahun 2008 lalu, DPR RI telah mengesahkan Undang-undang Ombudsman Republik Indonesia (ORI), dalam salah satu pasalnya menyatakan bahwa selain ORI, penggunaan kata "ombudsman" dan hngsinya di larang digunakan oleh lembaga lain, bagi yang menggunakan diberikan waktu dua tahun untuk segera melakukan perubahan. Nah, di DIY ada LOD dan LOS yang sama-sama menggunakan kata "ombudsman", dan pada bulan Oktober 2010 ini, toleransi penggunaan kata ombudsman telah habis. Apa solusi yang bisa anda usulkan dalam memandang persoalan ini? Apa saja langkah-langkah yang telah dilakukan oleh LOS DIY dalam merespon persoalan ini?
7. Menurut anda, apakah LOS DIY akan tetap eksis dan memberikan manfaat bagi mas yarakat DIY? Jelaskan alasan anda.
8. Apa yang menjadi standar penanganan sengketa etika bisnis di LOS DIY ? 9. Bagaimana komitmen dan tanggung jawab atas penyelesaian laporan pelanggaran
etika bisnis di LOS DIY ? 10. Bagaimana penanganan sengketa etika bisnis di LOS DIY yang terkait dengan
permasalahan hukum ? 11. Dalam konteks persaingan usaha dan perlindungan ltonsuinen, apakah LOS DIY
cukup membeiikan kontribusi terhadap ha1 tersebut ? 12. Saran-saran untuk perbaikan LOS DIY ?
Daftar Pertanyaan Narasumber ( Khusus Pelapor Dan Terlapor )
Nama .............................................. Jabatan .............................................. Alamat ............................................... Tanggal wawancara : .............................................
Pertanyaan : 1. Dari mana Anda mengetahui lteberadaan LOS DIY ? 2. Apa yang Anda ketahui tentang LOS DIY? 3. Apakah Anda merasa terbantu dengan adanya LOS DIY ini? 4. Apakah LOS DIY memberikan layanan dengan baik ? 5. Apakah LOS DIY memberikan layman dengan memuaskan ? 6. Apakah LOS DIY menyediakan prosedur layanan dengan cepat dan mudah ? 7. Apakah LOS DIY menunjukkan perhatian yang serius terhadap permasalah yang
sedang Anda hadapi ? 8. Bagaimana pendapat Anda tentang prosedur penyelesaian sengketa etika usaha di
LOS DIY ? 9. Menurut Anda bagaimana kinerja LOS DIY selama ini dalam mewujudkan visi
misinya dalam mendorong tegaknya bisnis beretika dan berkelanjutan ?
10. Sebagai pelaporlterlapor, bagaimana anda memandang LOS DIY dalam penyelesaian sengketa yang anda alami ?
11. Jika anda melihat salah satu kewenangan LOS DIY adalah sebagai pengawasan, apakah anda setuju LOS DIY ikut mengawasi tata kelola usaha?
12. Apa harapan anda terhadap LOS DIY ke depan? Model penyelesaian seperti apa yang anda harapkan ?
13. Menurut anda, apakah keberadaan LOS DIY memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya pada dunia bisnis yang anda geluti? Apa pendapat anda?
14. Bagaimana anda memandang independensi LOS D N dalam melakukan tugas d m kewenangannya? Apa sisi kelemahan dan keunggulannya?
15. Saat ini banyak pihak menilai bahwa penegakan hukurn semakin tidak jelas, Menurut Anda, apakah keberadaan LOS DIY masih diperlukan dan bermanfaat bagi masyarakat?
16. Apa saran Anda untuk perbaikan kinerja LOS DIY ke depan?