Upload
danny-yulyanto
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
1/79
STUDI TENTANG KEMAMPUAN MENDENGARKAN AKTIF
DARI SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Amalia Wahyu Arumsari
NIM: 071114028
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
2/79
i
STUDI TENTANG KEMAMPUAN MENDENGARKAN AKTIF
DARI SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana PendidikanProgram Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Amalia Wahyu Arumsari
NIM: 071114028
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
3/79
ii
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
4/79
iii
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
5/79
iv
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
6/79
v
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
7/79
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Senantiasa mengucap syukur dan selalu percaya
bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik
Kupersembahkan Karyaku ini untuk:
Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberi saya kemudahan,
kebahagiaan serta kekuatan dalam menjalani hidup.
Almamaterku Universitas Sanata Dharma.
Bapak Wagiman dan Ibu Cici Suciyati yang selama ini mendoakan saya,
memberi perhatian, kasih sayang serta dukungan dengan sepenuh hati.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
8/79
vii
ABSTRAK
STUDI TENTANG KEMAMPUAN MENDENGARKAN AKTIF
DARI SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2
YOGYAKARTATAHUN AJARAN 2012/2013
Amalia Wahyu Arumsari
Universitas Sanata Dharma2013
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam mendengarkan aktif.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
metode survei. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Stella Duce 2Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 147 siswa karena itu penelitianini termasuk penelitian populasi. Pertanyaan yang dijawab dalam penelitian iniadalah: Bagaimanakah kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA StellaDuce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti.
Kuesioner ini memiliki 34 butir pernyataan, yang mengungkapkan dua aspek kemampuan
mendengarkan aktif, yaitu: (1) mampu memahami dan mengungkapkan kembali
ide/fakta/pendapat/pikiran dan (2) mampu memahami dan mengungkapkan kembali
perasaan.Data dianalisis dengan menggolongankan kemampuan mendengarkan aktif
berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I. Tingkat kemampuanmendengarkan aktif digolongkan menjadi lima, yaitu: sangat kurang mampu,kurang mampu, cukup mampu, mampu, sangat mampu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: ada 13 siswa (12,38%) yang
sangat kurang mampu dalam mendengarkan aktif; 29 siswa (27,62) kurang mampudalam mendengarkan aktif; 19 siswa (40,95%), cukup mampu dalam mendengarkanaktif; 43 siswa (40,95%) mampu dalam mendengarkan aktif; 1 siswa (0,95%) sangatmampu dalam mendengarkan aktif.
Dengan memperhatikan banyaknya siswa yang termasuk cukup mampu, kurangmampu dan yang sangat kurang mampu, dapat disimpulkan bahwa sebagian besarsiswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasukkurang mampu dalam mendengarkan aktif.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
9/79
viii
ABSTRACT
A STUDY ON THE ABILITY OF ACTIVE LISTENING
OF THE TENTH GRADE STUDENS AT SMA STELLA
DUCE 2YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMICYEAR
Amalia Wahyu Arumsari
Sanata Dharma University2013
The purpose of this study is to determine the ability of active listening of the
tenth grade students at SMA Stella Duce 2Yogyakarta in 2012/2013 academic year.This study belongs to a descriptive research by using survey method. The
population of this research is 147 students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta in2012/2013 academic year. Hence, it belongs to a population research. The question tobe answered in this research is how is the ability of active listening of the tenth gradestudents at SMA Stella Duce 2Yogyakarta in 2012/2013 academic year?
The instrument of this research is a questionnaire which was arranged by thewriter herself. This questionnaire has 34 question items, which reveals two skillaspects in active listening, namely: (1) the ability to understand/reflect the speakersmessage (opinions/thoughts) and (2) the ability to understand/reflect the speakersfeeling.
The data analysis technique used is the grouping of active listening skill basedon Standard Reference Evaluation (PAP) type I. The listening active skill is classifiedinto five categories, namely very less able, less able, moderately able, capable, andvery capable.
The result of this research shows that: there are 13 students (12.38%) withvery less able qualification, there are 29 students (27.62%) with less able
qualification, there are 19 students (18.10%) with moderately able qualification, thereare 43 students (40.95%) with capable qualification, and there are 1 student (0.95%)with very capable qualification.Considering the number of students that are included quite capable, less capable andfar less capable, it can be concluded that most of the tenth grade students at SMAStella Duce 2Yogyakarta in 2012/2013 academic year belong to less able in activelistening
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
10/79
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah bersedia
membantu dan memberikan dorongan kepada penulis. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. R. H. Dj. Sinurat, M. A, sebagai Dosen Pembimbing yang dengan
penuh kesungguhan dan kesabaran telah memberikan motivasi dan
mendampingi selama proses penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling dan dosen pembimbing akademik yang telah banyak menyediakan
waktu dan tenaga untuk memberikan motivasi kepada penulis selama proses
penulisan skripsi.
3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Uneversitas
Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan
selama ini.
4. Dra. Rosalia Tuti Ratnaningsih. Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2
Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk pengumpulan
data.
5. Ibu, V. Siwi Sridinarti, S.Pd. Guru Bimbingan dan Konseling SMA Stella
Duce 2 Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
11/79
x
ini.
6. Para siswa kelas X SMA STELLA DUCE 2 Yogyakarta yang telah
berpartisipasi dalam pengumpulan data.
7. Bapak Ibu, yang selalu sabar mendampingi saya, memberikan doa dan
perhatian serta kasih sayang.
8. Danny Yulyanto S.S. yang selalu memberi perhatian, dukungan serta
kesabaran dalam mendampingi saya selama ini.
9. Amanda Lanasha Rahni, putri saya yang selalu memberikan semangat dan
inspirasi dagi penulis.
10.Teman-teman seangkatan tahun 2007 Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang selalu memberikan
semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.
Penulis
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
12/79
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN......................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
ABSTRAC .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B.Rumusan Masalah............................................................................. 6
C.Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
D.Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
E.Definisi Operasional ......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakekat Kemampuan Mendengarkan Aktif
1.Pengertian Kemampuan Mendengarkan Aktif ........................... 8
2.Manfaat Mendengarkan Aktif..................................................... 11
3.Syarat-Syarat Mendengarkan Akif ............................................. 12
4.Hambatan-Hambatan dalam Mendengarkan Aktif ..................... 13
5.
Intensi dalam Menanggapi Orang Lain. ..................................... 17B. Remaja
1. Definisi Remaja......................................................................... 20
2. Perkembangan Remaja.............................................................. 21
a. Perkembangan Sosial .......................................................... 21
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
13/79
xii
b. Perkembangan emosional..................................................... 21
C. Definisi dan Ragam Bimbingan
1.
Definisi Bimbingan.................................................................. 232. Ragam Bimbingan ................................................................... 24
D. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2
Yogyaarata Tahun Ajaran 2012/2013 ............................................. 26
E. Penelitian yang Berkaitan dengan Topik Skripsi ini ....................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.Jenis Penelitian.................................................................................. 28
B.Subyek Penelitian.............................................................................. 28
C.Instrumen Penelitian ......................................................................... 29
D.Validitas dan Reliabilitas .................................................................. 30
E.Prosedur Pengumpulan Data............................................................. 33
F.Tehnik Analisis Data......................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ............................................. 37
B. Pembahasan ................................................................................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................. 43
B. Saran ........................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 45
LAMPIRAN .............................................................................................. 47
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
14/79
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Angket Komunikasi Siswa............................................. 47Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ................................ 57
Lampiran 3: Data Lengkap Hasil Kuesioner........................................ 60
Lampiran 4 : Surat Pengantar Penelitian ........................................... 64
Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............. 65
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
15/79
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional dari beberapa istilah yang
digunakan dalam penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah lepas dari manusia lainnya.
Manusia yang satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan. Tidak ada
satu pun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan manusia yang lain.
Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk menjalin hubungan antar sesama
manusia. Salah satu cara yang memudahkan terjalinnya hubungan dengan orang
lain adalah melakukan komunikasi. Oleh karena itu komunikasi menjadi sangat
penting dalam hubungan antara dua individu atau lebih. Ada sejumlah
kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi
dengan sesamanya, seperti kebutuhan untuk melakukan sosialisasi dengan orang
lain, kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan untuk mendapat pengakuan dari
orang lain dan kebutuhan lainnya yang berkaitan dengan orang lain. Dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, komunikasi memegang peranan
sangat penting, karena hanya dengan komunikasilah kita dapat mengetahui
keinginan dan kebutuhan orang lain.
1
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
16/79
2
Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal dan/atau nonverbal antara si
pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Muhammad,
2009: 4). Melalui komunikasi inilah kita menjadi tahu apa keinginan orang lain
terhadap diri kita dan sebaliknya. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan
ide, gagasan atau keinginan kita kepada orang-orang di sekitar kita.
Kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkan komunikasi dua arah
dengan menggunakan bahasa yang mengandung makna. Banyak ahli
berpendapat bahwa komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental
dalam hidup bermasyarakat. Schramm (Croft, 2004: 4) menyebutkan bahwa
komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat
terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat manusia tidak mungkin dapat
mengembangkan komunikasi.
Agar mampu memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi
yang akrab, hangat dan produktif dengan orang lain, diperlukan sejumlah
keterampilan dasar dalam berkomunikasi, yaitu mampu saling memahami,
mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas,
mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan atau saling
menolong, dan mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah
antarpribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi dengan orang lain
melalui cara-cara yang konstruktif (Johnson, 1981 dalam Supratiknya, 2009:
10).
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
17/79
3
Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan
yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim. Kenyataannya,
sering kita gagal saling memahami. Sumber utama kesalahfahaman dalam
komunikasi adalah cara penerima menangkap makna suatu pesan berbeda
dari yang dimaksud oleh pengirim, antara lain karena penerima tidak
memperhatikan apa yang disampaikan oleh pengirim pesan.
Menurut Johnson (Supratiknya, 2009: 42), beberapa kesalahan umum
yang sering dilakukan penerima pesan dalam komunikasi antara lain adalah:
1. Tidak menaruh perhatian kepada pengirim.
2. Sudah merumuskan jawaban sebelum mendengarkan semua yang hendak
dikatakan oleh pengirim.
3. Cenderung mendengarkan detail-detail, seperti kata, intonasi dan
sebagainya, bukan mendengarkan pesan secara keseluruhan.
4. Memberikan penilaian benar atau salah, sebelum memahami sepenuhnya
pesan yang dikirim.
Untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan seperti tersebut di atas orang
perlu mendengarkan secara seksama apa yang dibicarakan oleh lawan
bicaranya. Cara mendengarkan dan menanggapi lawan bicara sangat penting
dalam komunikasi. Agar komunikasi yang terjalin lebih intim dan personal,
lawan bicara harus mendengarkan dan memahami pesan yang dibicarakan.
Dalam berkomunikasi, tidak semua pesan yang disampaikan pembicara
diterima oleh pendengar. Ada beberapa pesan yang diabaikan, karena menurut
pendengar pesan tersebut tidak perlu ditanggapi. Kondisi ini disebut dengan
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
18/79
4
persepsi yang selektif dalam mendengarkan dan menanggapi. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi seleksi dalam menanggapi suatu komunikasi yaitu
harapan-harapan, kebutuhan-kebutuhan, dambaan-dambaan, keinginan-
keinginan, pendapat, sikap dan keyakinan (Supratiknya, 2009: 45).
Mendengarkan aktif merupakan modal dasar bagi terjalinnya relasi
yang baik dengan siapa pun kita melakukan komunikasi. Relasi yang baik
dapat dibangun dalam keluarga, komunitas, tempat kerja, maupun pergaulan
di mana pun manusia berada (Sawitri, 2005 dalam Sarianne, 2008: 1).
Mendengarkan aktif adalah suatu proses memberikan umpan balik kepada
pembicara sejalan dengan apa yang menurut pendengar dimaksudkan oleh
pembicara, baik dari segi isi maupun perasaannya. Mendengarkan aktif
bukanlah proses yang sekedar mengulang kata-kata pembicara, tetapi lebih
merupakan upaya memahami keseluruhan pesan pembicara (Devito, 1997).
Oleh karena itu, kemampuan mendengarkan aktif perlu ditingkatkan agar
lebih mampu saling memahami dan tidak terjadi kesalahpahaman antara
penerima dan pemberi pesan.
Penulis tertarik meneliti kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta karena tertarik dengan pengalaman pribadi
penulis saat PPL di sekolah tersebut. Pada saat PPL di SMA Stella Duce 2
Yogyakarta, penulis memperoleh kesan bahwa kemampuan siswa dalam
mendengarkan aktif masih rendah. Pada waktu penulis memberikan
bimbingan, banyak siswa yang tidak mampu memahami dan menyampaikan
kembali pesan yang dikirim penulis, boleh jadi karena tidak memperhatikan
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
19/79
5
pesan yang dikirim penulis. Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa,
tampak bahwa kadang-kadang siswa tidak mendengarkan percakapan
temannya karena bosan dengan isi percakapan tersebut dan sibuk dengan
urusannya sendiri. Hal tersebut diungkapkan oleh beberapa siswa saat
wawancara dengan peneliti. Beberapa siswa mengungkapkan bahwa saat
bercerita dengan temannya, temannya yang bersangkutan tidak memahami
apa yang diungkapkan atau diceritakannya. Selain itu, faktor lain yang
menjadi dasar penulis mengangkat topik ini adalah karena mendengarkan
aktif merupakan cara yang efektif yang perlu dilakukan siswa, agar siswa
mampu memahami apa yang dijelaskan guru saat proses belajar di sekolah.
Kemampuan mendengarkan aktif dapat menghilangkan kesalahpahaman
yang timbul karena siswa tidak menangkapnya dengan tepat pesan yang
disampaikan guru. Dengan mendengarkan aktif siswa dapat menjalin
komunikasi yang lebih intim dan personal dengan orang-orang di sekitarnya
seperti teman, orang tua, dan guru. Remaja umumnya belum mampu
mendengarkan aktif dengan tepat; remaja masih cenderung menghakimi,
menasehati, dan memberikan penilaian. Berdasarkan alasan tersebutlah
penulis berpendapat bahwa perlulah di buktikan dengan penelitian di
lapangan apakah remaja, dalam hal ini siswa SMA kelas X masih kurang
mampu mendengarkan secara aktif. Kalau betul dapatlah dipikirkan usaha-
usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
mendengarkan aktif.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
20/79
6
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan yang dijawab di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella
Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan
mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun
ajaran 2012/2013.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Peneliti
Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bekal untuk
tugas selanjutnya dalam pendampingan kaum muda terutama dalam hal
mendengarkan aktif.
2. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi terutama
dalam bidang Bimbingan dan Konseling, yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.
3. Guru Pembimbing
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
kemampuan mendengarkan aktif siswa sehingga dapat dibuat topik-topik
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
21/79
7
bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas X
Stella Duce 2 Yogyakarta dalam mendengarkan aktif.
4. Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan mendengarkan aktif.
E. Definisi Operasional
1. Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengerjakan atau melaksanakan
sesuatu dengan baik.
2. Mendengarkan aktif adalah berusaha memahami perasaan, ide/pendapat/
pikiran atau maksud pembicara dan kemudian merumuskan hal yang
ditangkapnya dengan kata-katanya sendiri (pengertiannya dalam kalimat)
dan mengirimkannya kembali kepada pembicara.
3. Kemampuan mendengarkan aktif adalah kesanggupan untuk menentukan
atau memilih tanggapan (respons) yang tepat dalam menanggapi lawan
bicara secara deskriptif yaitu tanggapan yang menunjukkan kemampuan
penanggap dalam memahami perasaan, ide/pendapat/pikiran atau maksud
pembicara dan kemudian merumuskan dan mengungkapkannya dengan
kata-kata sendiri seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner
yang digunakan.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
22/79
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan topik
penelitian yaitu: (A) Hakekat kemampuan mendengarkan aktif yang meliputi:
pengertian, manfaat, syarat-syarat, hambatan-hambatan dalam mendengarkan
aktif, intensi dalam menanggapi orang lain; (B) Remaja yang meliputi definisi
remaja dan perkembangan sosial remaja; (C) Bimbingan yang meliputi
pengertian bimbingan dan ragam bimbingan.
A. Hakekat Kemampuan Mendengarkan Aktif
1. Pengertian Kemampuan Mendengarkan Aktif
Alwi (2002: 707) menyebutkan bahwa kemampuan berasal dari
kata mampu yang berarti yang pertama adalah sanggup, dapat dan kedua
adalah berada. Arti kata kemampuan sendiri adalah kesanggupan,
kecakapan, kekuatan, kekayaan.
Devito (Sarianne, 2008: 11) mengartikan mendengarkan aktif
sebagai proses aktif menerima rangsangan (stimulus) pada telinga.
Mendengarkan merupakan proses yang aktif, tidak pasif. Mendengarkan
tidak terjadi begitu saja, tetapi orang dengan sengaja melakukannya.
Mendengarkan menuntut tenaga dan komitmen. Mendengarkan
menyangkut penerimaan rangsangan dan karena itu berbeda dengan
mendengar sebagai suatu proses fisiologis saja yang tanpa disertai proses
8
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
23/79
9
pemberian arti atau makna. Kata menerima menegaskan bahwa orang
menyerap rangsangan (stimulus) dan memprosesnya dengan cara tertentu.
Mendengarkan menyangkut rangsangan auralyaitu, isyarat (gelombang
suara) yang diterima telinga. Mendengarkan mencakup semua isyarat
yang dapat didengar tidak hanya kata-kata, tetapi juga mengerti, dan
memahami perasaan pembicara.
Gordon (2009: 50) menyatakan bahwa mendengarkan aktif jauh
lebih efektif daripada mendengar pasif (diam). Mendengarkan aktif adalah
cara yang baik untuk melibatkan pengirim dengan penerima. Lebih lanjut
Gordon (2009: 54) mengungkapan bahwa dalam mendengarkan aktif,
penerima berusaha memahami perasaan pengirim, atau berusaha
memahami arti pesan yang dikirim. Pengertian dinyatakan dalam kalimat
dan dikirimkan kembali kepada pengirim. Pesan yang dikirimkan
penerima hanya apa yang dianggapnya sebagai arti pesan dari pengirim
dan bukan penilaian, pendapat, analisa atau pertanyaan.
Safaria (2005: 172) menyatakan bahwa mendengarkan aktif adalah
berusaha memahami, menangkap dan merumuskan kembali dengan kata-
kata sendiri pesan pembicara berupa pikiran dan perasaannya.
Mendengarkan aktif melibatkan sikap empati dari pendengar sehingga
mampu memantulkan kembali sesuai dengan maksud pembicara secara
cepat, mudah dan tepat.
Menurut Paleg (Sariane, 2008: 12) terdapat tiga tehnik sederhana
untuk mempraktikakan kemampuan mendengarkan aktif, yaitu:
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
24/79
10
a. Pendengar mendengarkan apa yang dikatakan pembicara dengan penuh
perhatian. Pendengar melawan godaan untuk meremehkan, mengkritik,
menganalisis atau mencoba memecahkan masalah yang dikatakan oleh
pembicara. Pendengar juga menghilangkan kecenderungan untuk
memikirkan bentuk respons yang akan pendengar utarakan. Pendengar
mempertahankan kontak mata, mengangguk ke arah pembicara,
tersenyum atau mengernyitkan dahi untuk menunjukkan perhatian
sepenuhnya terhadap ungkapan pembicara.
b. Pendengar memperhatikan perasaan pembicara dan bukan kata-katanya
saja. Pendengar menyadari adanya perasaan yang ikut disampaikan
pembicara dalam menyampaikan pesannya. Pendengar perlu
memperhatikan pesan-pesan non-verbal pembicara seperti ekspresi
wajah, nada suara dan gerak tubuh. Pendengar mencoba menempatkan
dirinya pada situasi yang dialami pembicara.
c. Pendengar secara aktif memahami apa yang didengarkan. Memahami
tidak berarti menyetujui. Memahami berarti membiarkan pembicara
tahu secara verbal bahwa pendengar sedang mendengarkan apa yang
sedang dikatakan oleh pembicara baik isi maupun perasaannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan
mendengarkan aktif adalah kesanggupan pendengar untuk memahami
perasaan atau kemampuan pendengar untuk memahami arti pesan dari
pembicara dan merumuskan pengertiannya dalam bentuk kalimat serta
mengirimkannya kembali kepada pembicara. Mendengarkan aktif
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
25/79
11
merupakan cara yang tangguh untuk menolong orang lain menyelesaikan
masalah yang dimilikinya, asalkan pendengar dapat menganggap masalah
tersebut sebagai milik orang lain dan membiarkan orang itu
menyelesaikan masalahnya sendiri. Dengan kata lain, mendengarkan aktif
adalah suatu metode untuk mempengaruhi orang lain untuk mencari
penyelesaian terhadap masalahnya sendiri (Gordon, 2009: 66).
2. Manfaat Mendengarkan Aktif
Ada berbagai manfaat mendengarkan aktif, antara lain (Gordon
2009: 57)
a. Mendengarkan aktif mendorong terjadinya katarsis (perasaan negatif
berkurang atau hilang setelah mengungkapkannya secara terbuka).
b. Menolong orang untuk tidak terlalu takut dengan perasaan-perasaan
negatif.
c. Mengembangkan hubungan yang hangat antara pembicara dengan
pendengar
d. Memudahkan pemecahan masalah
e. Mempengaruhi orang untuk mau lebih mendengarkan pendapat-
pendapat orang lain.
f. Merupakan cara yang efektif dalam melatih seseorang untuk lebih
mengarahkan diri, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
Mendengarkan aktif meminta pendengar untuk menyingkirkan
pikiran-pikiran serta perasaan-perasaannya sendiri, untuk dapat memahami
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
26/79
12
pesan pembicara. Kondisi ini memaksa pendengar untuk menerima secara
tepat; apabila pendengar ingin mengerti pesan yang disampaikan
pembicara, pendengar harus menempatkan dirinya di tempat pembicara.
Bagian umpan balik dari mendengarkan aktif semata-mata untuk
mencocokkan ketepatan pendengar dalam mendengarkan. Hal itu juga
digunakan untuk meyakinkan pembicara bahwa pendengar mengerti
pesan yang disampaikan.
3. Syarat-Syarat Mendengarkan Aktif
Mendengarkan aktif bukan teknik yang sederhana. Metode ini
memerlukan sikap-sikap dasar yang harus ada sehingga mendengarkan
aktif menjadi efektif. Sikap-sikap yang dimaksudkan antara lain (Gordon,
2009: 59):
a. Pendengar harus bersedia mendengarkan apa yang akan dikatakan
pembicara. Hal ini berarti pendengar harus meluangkan waktu untuk
mendengar.
b. Pendengar harus bersungguh-sungguh bersedia menolong pembicara
dalam menghadapi masalahnya pada saat itu.
c. Pendengar harus benar-benar dapat menerima perasaan-perasaan
pembicara, walaupun perasaan tersebut berlainan dengan perasaan
pendengar.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
27/79
13
d. Pendengar harus mempercayai kemampuan pembicara untuk mengatasi
perasaan-perasaannya dan mencari penyelesaian terhadap masalah
tersebut.
e. Pendengar harus menyadari bahwa perasaan hanyalah sementara, tidak
permanen. Oleh karena itu, mengungkapkan perasaan tidak perlu
ditakutkan, perasan-perasaan tidak akan selamanya berada dalam diri
orang yang bersangkutan.
f. Pendengar harus dapat melihat pembicara sebagai seseorang di luar
pendengar, pribadi yang unik, individu yang terpisah, yang mempunyai
kehidupan sendiri dan identitas sendiri.
Peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan mendengarkan aktif
dapat ditingkatkan dengan memperhatikan syarat-syarat
mendengarkan aktif.
4. Hambatan-Hambatan dalam Mendengarkan Aktif
Ada beberapa hambatan dalam mendengarkan aktif (Gordon, 2009:
82), yaitu:
a. Pendengar menanggapi dengan bimbingan
Pendengar cenderung mengarahkan pembicara ke suatu arah atau
tujuan tertentu. Hal ini berarti pendengar memegang kendali. Sering kali
jika pendengar memegang kendali dan mengarahkan pembicara kepada
suatu arah tertentu, pembicara merasa bahwa pendengar tidak memahami
maksud pesan yang disampaikan pembicara.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
28/79
14
b. Membuka pintu kemudian menutupnya
Pendengar pada awalnya mulai dengan tujuan membuka pintu
bagi pembicara untuk berkomunikasi, tetapi kemudian pendengar
menutup pintu tersebut karena pendengar tidak sabar untuk
mendengarkan aktif sampai tuntas.
Mendengarkan aktif digunakan untuk mendorong pembicara
mengungkapkan perasaan-perasaannya, kemudian disusul dengan
memberi penilaian atau pendapat, mengajari, dan menasehati
merupakan cara yang menjurus ke arah kegagalan.
c. Pendengar yang membeo
Pendengar cenderung mengulang atau menirukan apa yang
dikatakan oleh pembicara, dan bukan apa yang dirasakan oleh
pembicara.
d. Mendengar tanpa empati
Empati adalah corak komunikasi yang membuat pengirim pesan
yakin bahwa si pendengar merasa bersamanya, menempatkan diri di
tempat si pengirim pesan, serta ikut hidup biarpun sesaat di dalam diri
si pengirim pesan.
Dalam mendengar tanpa empati, kesalahan umum yang dilakukan
oleh pendengar adalah mengumpanbalikkan suatu tanggapan tanpa
mengikutsertakan unsur perasaan dari pesan pembicara. Perasaan adalah
bagian terpenting dari kehidupan, bukan sesuatu yang berbahaya.
Keadaan manusia juga menunjukkan bahwa perasaan-
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
29/79
15
perasaan pada umumnya bersifat sementara, datang dan pergi, tanpa
meninggalkan jejak pada pembicara. Kunci untuk menghilangkan
perasaan adalah penerimaan dan pengertian pendengar yang
disampaikan kepada pembicara melalui mendengarkan aktif.
e. Mendengarkan aktif pada saat yang salah
Tidak berhasilnya penggunaan mendengarkan aktif sering kali
disebabkan karena pendengar menggunakannya pada saat yang tidak
tepat. Pendengar terlalu bersemangat menggunakan cara
mendengarkan aktif, padahal pembicara tidak memerlukan atau tidak
ingin diselami perasaannya. Dengan demikian, mendengarkan aktif
hanya membuka langkah pertama dari pemecahan masalah,
mengungkapkan perasaan-perasaan dan merumuskan masalah.
f. Sibuk dengan diri sendiri
Penghambat yang paling serius dan merusak mendengarkan
aktif adalah kecenderungan pendengar untuk sibuk dengan diri sendiri,
sebagai contoh memusatkan perhatian pada tindak tanduk diri sendiri
selama berinteraksi. Kesibukan dengan diri sendiri timbul karena
pendengar telah menyiapkan dirinya sebagai pembicara; pendengar
menyiapkan tanggapan dan memikirkan apa yang akan dikatakannya
untuk menjawab pembicara. Selama perhatian pendengar berpusat
pada diri sendiri, pendengar tidak atau kurang memperhatikan apa
yang dikatakan pembicara; pendengar dapat kehilangan pesan yang
dimaksud oleh pembicara.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
30/79
16
g. Sibuk dengan masalah-masalah eksternal
Pendengar cenderung untuk memusatkan perhatian pada
masalah-masalah yang tidak relevan dengan interaksi. Pendengar
boleh jadi memikirkan apa yang dilakukannya pada hari-hari sebelum
interaksi atau memikirkan hal-hal yang akan dilaksanakannya sesudah
berinteraksi. Kesibukan memikirkan soal-soal eksternal ini akan
menghambat proses mendengarkan aktif.
h. Mempertajam
Kecenderungan pendengar untuk mempertajam satu atau dua
aspek dari pesan pembicara dapat menjadi penghambat dalam
mendengarkan aktif. Pendengar menyoroti/menekan/membumbui hal
tertentu yang kebetulan menonjol dibandingkan dengan hal-hal lain
yang diutarakan oleh pembicara.
i. Mengasimilasi
Kecenderungan pendengar untuk merekonstruksi pesan
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prasangka, kebutuhan dan
nilai pendengar sendiri dapat menjadi penghambat dalam
mendengarkan aktif. Pendengar dapat membuat evaluasi negatif
terhadap pesan yang diterimanya.
j. Faktor lawan atau kawan
Pendengar cenderung mudah menerima pesan pembicara apabila
hubungan antara pendengar dan pembicara baik atau berteman. Apabila
hubungan antara pendengar dan pembicara tidak baik, pendengar akan
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
31/79
17
sulit menangkap pesan pengirim secara tepat; pendengar akan
cenderung menilai pesan pembicara secara negatif.
k. Mendengar yang diharapkan
Pendengar cenderung mendengarkan apa yang diharapkan dan
bukan mendengarkan apa yang sebenarnya dikatakan pembicara.
Pesan dikirimkan pembicara akan lebih mudah ditangkap dan
dipahami pendengar, apabila pesan tersebut merupakan hal-hal yang
diharapkan dari pada hal-hal yang tidak diharapkan.
Peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan mendengarkan aktif
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, setiap orang dapat belajar
dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif.
5. Intensi dalam Menanggapi Orang Lain
Ada lima macam intensi penting yang mempengaruhi saat seorang
individu mendengarkan dan menanggapi pesan yang disampaikan orang
lain (Supratiknya, 2009: 71), yaitu:
a. Menasehati dan memberikan penilaian
Nasihat dan penilaian mengkomunikasikan sikap evaluatif,
korektif, sugestif atau moralistik. Secara khusus, penerima pesan ingin
menyatakan apa yang seharusnya atau sebaiknya dilakukan oleh pengirim
pesan untuk memecahkan masalahnya. Pada dasarnya, nasihat membantu
pihak yang dinasehati, apabila diberikan pada saat yang tepat dan relevan.
Namun, pada kenyataannya nasehat dan penilaian justru
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
32/79
18
menghalangi seseorang untuk menolong dan membangun
persahabatan dengan orang lain. Tanggapan yang berisi nasihat dan
penilaian disebut tanggapan evaluatif.
b. Menganalisis dan menafsirkan
Dengan menganalisis dan menafsirkan masalah yang
dikemukakan oleh pengirim pesan, penerima pesan bermaksud
memberi tahu pengirim pesan tentang bentuk kesulitan dan
perasaannya terhadap situasi yang sedang dihadapinya, atau
mengajarkan pengetahuan psikologis tertentu kepadanya.
Pada umumnya, seorang individu tidak senang bila orang lain
merasa lebih tahu tentang keadaan dirinya. Mereka lebih senang, jika
orang lain itu cukup memberi pertolongan berupa cara mengatasi
permasalahannya saja. Tanggapan yang berisi analisis dan penafsiran
disebut tanggapan interpretatif.
c. Meneguhkan dan memberikan dukungan
Dengan tanggapan yang bersifat memberikan dukungan,
penerima pesan ingin menunjukkan simpati, meneguhkan kembali
atau menolong meringankan beban pengirim pesan. Namun, apabila
diberikan dengan cara tergesa-gesa dukungan ini justru menimbulkan
kesan bahwa penerima pesan meremehkan perasaan pengirim pesan.
Tanggapan yang berisi peneguhan disebut tanggapan suportif.
d. Menanyai dan menyelidiki
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
33/79
19
Menyelidiki dengan memberi pertanyaan menimbulkan kesan
bahwa penerima pesan ingin mengetahui lebih banyak, ingin
menggiring pembicaraan ke arah tertentu atau ingin mengarahkan
pengirim pesan pada kesimpuan tertentu yang dipikirkan oleh
penerima pesan. Tanggapan yang berisi pertanyaan-pertanyaan
disebut tanggapan menyelidik.
e. Memparafrasekan dan memahami
Tanggapan penuh pemahaman yang bersifat merefleksikan apa
yang diungkapkan oleh pengirim pesan menunjukkan bahwa
penerima pesan mempunyai intensi untuk memahami pikiran dan
perasaan pengirim pesan. Tanggapan yang penuh pemahaman ini
tepat digunakan dalam situasi-situasi berikut ini:
1) Penerima pesan belum yakin bahwa telah memahami pikiran dan
perasaan pengirim pesan.
2) Penerima pesan ingin meyakinkan pengirim pesan bahwa telah
mendengar apa yang baru diungkapkannya.
3) Penerima pesan ingin meyakinkan pengirim pesan bahwa
sungguh-sungguh berusaha memahami pikiran dan perasaan
pengirim pesan.
Dari lima macam intensi dalam menanggapi orang lain seperti yang
dikemukakan di atas, yang sejalan atau sama dengan mendengarkan aktif
adalah memparafrasekan dan memahami. Dengan memparafrasekan dan
memahami ditunjukkan bahwa penerima pesan mampu memahami pikiran
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
34/79
20
dan perasaan pengirim pesan dan merumuskan serta memantulkannya
kembali dengan kata-katanya sendiri.
B. Remaja
1. Definisi Remaja
Masa remaja untuk pria dan wanita tidak sama. Masa remaja bagi
pria berlangsung dari usia 13 tahun sampai dengan 22 tahun, sedangkan
wanita mulai usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa wanita lebih dahulu mencapai tingkat kedewasaan
daripada pria. Menurut Piaget (Ali dan Asrori, 2005: 9), secara
psikologis, masa remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak
merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Pada dasarnya remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, karena
remaja sudah bukan anak-anak lagi tapi juga belum bisa diterima pada
golongan orang dewasa. Oleh karena itu, masa remaja juga dikenal
dengan nama fase mencari jati diri atau fase topan dan badai. Seperti
yang diungkapkan oleh Monks (Ali dan Asrori, 2005: 10), remaja masih
belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi
fisik dan psikisnya.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
35/79
21
2. Perkembangan Remaja
Remaja diharapkan meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-
kanakan dan berusaha mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku
dewasa. Untuk itulah diperlukan kemampuan mendengarkan aktif.
Perkembangan remaja yang berkaitan dengan kemampuan mendengarkan
aktif antara lain perkembangan sosial dan perkembangan emosi.
a. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku
yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1980: 250).
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok
teman sebaya daripada orang tua. Remaja diharapkan mampu
membina hubungan baik dengan kelompok yang belainan jenis. Pada
masa ini, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah,
seperti kegiatan sekolah dan bermain dengan teman (Gunarsa dan
Gunarsa, 2008: 9). Dalam melakukan kegiatan di luar rumah, remaja
tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat
dimengerti orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang
topik yang dapat dipahami dan menarik bagi orang lain. Pembicaraan
yang mudah dipahami dan menarik bagi orang lain merupakan
penunjang yang penting bagi perkembangan sosial remaja terutama
untuk melatih kemampuannya dalam mendengarkan aktif.
b. Perkembangan emosional
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
36/79
22
Perkembangan emosi mencakup kemampuan untuk bereaksi
secara emosional yang sesuai dengan usianya. Emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis
dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak
(Goleman, 1996: 411).
Belum ada kesepakatan dari para ahli tentang penggolongan
emosi atau perasaan. Suatu penggolongan emosi yang diusulkan oleh
sejumlah teoritikus adalah sebagai berikut (Goleman,1996: 411):
a. Amarah (Anger): beringas, mengamuk, benci, marah besar,
jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung,
bermusuhan, dan barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan.
b. Kesedihan (Sadness ): pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
kasihan pada diri sendiri, kesepian, kesal.
c. Rasa takut (Fear): cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, takut
sekali, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, panik.
d. Kesenangan (Enjoyment): bahagia, gembira, ringan, puas, riang,
senang, terhibur, bangga, terpesona.
e. Cinta (Love): penerimaa, persahabatan, kepercayaan, kebaikan
hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
f. Rasa heran (Surprise): terkejut, terkesiap,takjub, terpana.
g. Kejijikan (Disgust): jijik, hina, muak, mual, benci, tidak suka,
muntah.
h. Malu ( Shame): rasa salah, malu, kesal, hati hancur lebur.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
37/79
23
Ada dua cara mengungkapkan emosi, yaitu secara verbal dan
secara non verbal (Supratiknya, 1995: 55). Yang dimaksud secara verbal
adalah dengan menggunakan kata-kata, baik yang secara langsung
mendeskripsikan perasaan yang kita alami maupun tudak. Sedangkan
yang dimaksud secara nonverbal adalah dengan menggunakan kata- kata,
misalnya sorot mata, raut muka, kepalan tinju, dan sebagainya. Dalam
kenyataan sehari-hari, kedua cara tersebut sebenarnya susah dipisahkan
sebab lazimnya hadir bersam-sama. Kalau kita membisikan kata-kata
mengungkapkan cinta, misalnya, biasanya juga disertai suara lembut,
mata berbinar, wajah berseri, belaian tangan yang halus, dan sebagainya.
Maka, agar komunikasi kita jelas dan efektif, ungkapan verbal dan non
verbal dari perasaan kita itu memang harus cocok atau sesuai.
C. Definisi dan Ragam Bimbingan
1. Definisi Bimbingan
Istilah bimbingan berasal dari bahasa Inggris guidance yang
berasal dari kata guide yang berarti menunjukkan jalan (showing theway),
memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk(giving
instruction);mengatur (regulating); mengarahkan (governing);memberikan
nasehat (giving advice)(Winkel dan Hastuti, 2006: 27).
Moegiadi (Winkel dan Hastuti, 2006: 29) menyatakan bahwa
bimbingan dapat berarti:
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
38/79
24
a. Suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan,
pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri.
b. Suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu
untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif
segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya.
c. Sejenis pelayanan kepada individu-individu, agar mereka dapat
menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun
rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri
dengan memuaskan di dalam lingkungan di mana mereka hidup.
d. Suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu
dalam hal: memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman
tentang dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan
menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan
dari lingkungan.
Natawidjaja (Winkel dan Hastuti, 2006: 29) menyatakan bahwa
bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu yang bersangkutan
dapat memahami dirinya, sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat
memberikan sumbangan yang berarti.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
39/79
25
2. Ragam Bimbingan
Terdapat tiga macam ragam bimbingan, yaitu (Winkel dan
Hastuti, 2006: 2114):
a. Bimbingan karier
Bimbingan karier adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau
jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku
jabatan itu dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan
dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.
b. Bimbingan akademik
Bimbingan akademik adalah bimbingan dalam hal menemukan
cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan
dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-
tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.
c. Bimbingan pribadi-sosial
Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam membina
hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan.
Bimbingan pribadi-sosial dapat membantu siswa antara lain dalam
meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan membantu siswa berlatih memahami perasaan, ide/
pendapat/ pikiran maksud pembicara dan kemudian merumuskan hal
yang ditangkapnya dengan kata-katanya sendiri (pengertiannya dalam
kalimat) dan mengirimkannya kembali kepada pembicara.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
40/79
26
D. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
Siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013
adalah bagian dari sekelompok individu yang sedang mengalami masa
remaja. Masa remaja merupakan masa di mana individu merasa menyatu
dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama, atau paling tidak sejajar. Dalam masa ini remaja dituntut mampu
membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang sejenis maupun
berlainan jenis serta lingkungan sosial, untuk ini diperlukan kemampuan
komunikasi yang baik.
Dalam menjalin komunikasi dengan sesama teman, diperlukan
kemampuan-kemampuan tertentu seperti kemampuan mendengarkan aktif.
Dengan kemampuan mendengarkan aktif remaja dapat memasuki kelompok
tertentu yang sesuai dengan minatnya, dapat bergaul dengan kelompok sosial,
baik yang lebih kecil seperti persahabatan maupun kelompok yang lebih besar
seperti organisasi kepemudaan. Siswa dapat menjalin komunikasi yang lebih
intim dengan orang-orang disekitarnya baik teman, orang tua, guru. Selain itu,
siswa dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga
inti dari pelajaran dapat dimengerti oleh siswa., Oleh karena itu, sebagai remaja
siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 kiranya
perlu untuk memiliki kemampuan mendengarkan aktif,
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
41/79
27
untuk mendukung pergaulannya dengan kelompok sosialnya sesuai tugas
perkembangan yang telah disebutkan sebelumnya.
E. Penelitian yang Berkaitan dengan Topik Skripsi ini
Furi (2007) mengadakan penelitian tentang persepsi siswa-siswi kelas XI
SMA Negeri I Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 tentang
keterampilan mendengarkan aktif ibunya. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri I Depok Sleman
yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. Teknik analisis data yang digunakan adalah
Penilaian Acuan Patokan (PAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa-siswi kelas XI SMA Negeri I Depok Sleman Yogyakarta tahun
ajaran 2006/2007 berpandangan bahwa keterampilan mendengarkan
aktif ibunya masih kurang tinggi.
Sarianne (2008) mengadakan penelitian tentang persepsi keterampilan
mendengarkan aktif para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun
ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan kegiatan bimbingan. Sampel
dalam penelitian tersebut adalah seluruh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur
Sedayu tahun ajaran 2007/2008. Teknik analisis data yang digunakan adalah
Penilaian Acuan Patokan (PAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keterampilan mendengarkan aktif sebagian besar siswa kelas X SMA
Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 belum setinggi yang
diharapkan atau masih kurang dan perlu ditingkatkan.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
42/79
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dibahas jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen
penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.
Sugiyono (2009: 6) menyebutkan bahwa metode survei digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu secara alamiah (bukan buatan).
Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data dari
subjek. Metode ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stela Duce
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
B. Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Stela Duce 2
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Siswa kelas X SMA Stela Duce
Yogyakarta terdiri dari lima pararel kelas, yaitu XA 30 siswa, XB 29 siswa,
XC 30 siswa, XD 29 siswa dan XE 29 siswa. Semua anggota populasi
dijadikan subyek penelitian. Karena itu penelitian ini termasuk penelitian
populasi. Rincian jumlah siswa masing-masing kelas disajikan dalam tabel 1.
28
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
43/79
29
Tabel 1
Rincian Jumlah Siswa Kelas X
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2012/2013
Kelas Jumlah Siswa
Xa 30
Xb 29
Xc 30
Xd
29
Xe 29
Total siswa 147
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner dalam penelitian ini
bersifat tertutup, artinya alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya
(Furchan. 2007: 46). Kuesioner ini dikembangkan dari aspek-aspek
kemampuan mendengarkan aktif yang meliputi: (1) kemampuan
memahami/mengungkapkan kembali ide/fakta/pendapat/pikiran (pribadi,
belajar, karier, sosial); (2) kemampuan memahami perasaan (amarah,
kesedihan, rasa takut, kesenangan, cinta, rasa heran, kejijikan, malu).
Kuesioner disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada teknik
penyusunan skala Guttman yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti,
sehingga terdiri dari empat alternatif tanggapan, tanggapan yang paling tepat
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
44/79
30
diberi skor 1 dan tanggapan yang kurang tepat diberi skor 0 (Djaal dan
Mulyono, 2007).
D. Validitas dan Reliabilitas
1. Pengujian Validitas
Validitas yaitu suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
(Azwar, 2012: 131). Validitas digunakan untuk mengetahui kesamaan antara
data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada proyek
yang diteliti, sehingga dapat diperoleh data yang valid. Instrumen dikatakan
valid bila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dan mampu
mengungkap data yang diteliti secara tepat.
Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi (content
validity). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat
pengujian isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional
judgment (Azwar, 2012: 132). Penelaahan butir-butir pada instrumen
dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A,
salah satu dosen bimbingan dan konseling yaitu A. Setyandari, S.Pd, Psi,
M.A dan Guru Bimbingan dan Konseling SMA Stella Duce 2
Yogyakarta yaitu V. Siwi Sridinarti, S.pd. Setelah instrumen ditelaah,
disadarilah bahwa perlu dilakukan perbaikan pada instrumen agar setiap
komentar yang dibuat mudah dipahami. Perbaikan juga terdapat pada
kata pengantar dan petunjuk agar mudah dipahami oleh responden.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
45/79
31
Setelah diperoleh expert judgment,kuesioner diujicobakan. Untuk
menguji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program
SPSSfor windows versi 17.0dengan metode Split-half,karena skala yang
digunakan merupakan skala dikotomi. Suatu instrument di katakana
valid, jika mempunyai nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai r
kritis sebesar 0,30. Apabila koefisien validitas tersebut kurang dari 0,30
dianggap tidak valid (Azwar, 2012: 143).
Dari uji coba diketahuilah bahwa dari 40 item pernyataan, ada 6
item yang mempunyai koefisien validitas kurang dari nilai r kritis sebesar
0,30 yaitu item nomor 3, 6, 8, 15, 23 dan 28. 34 item temasuk valid
karena mempunyai koefisien validitas > 0,30. Item-item yang gugur tidak
dipakai dalam pengambilan data sesungguhnya. Kisi-kisi instrumen yang
final disajikan dalam tabel 2.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
46/79
32
Tabel 2
Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas XSMA Stella Duce 2 Yogyakarta 2012/2013
(Final)
No Aspek-aspek kemampuan Indikator Pernyataan Jumlah
mendengarkan aktif
1 Mampu Pribadi 1,2,4,21,22,24,9 7
memahami/mengungkapkan Belajar 5,25,26 3
kembali Karier 7,38,37 3
ide/fakta/pendapat/pikiran Sosial 10,11,12,13,27,35 7
,36
2 Mampu Amarah 14,9, 2
memahami/mengungkapkan Kesedihan 15,30 2
kembali perasaan Rasa takut 16, 1
Kesenangan 17,29 2
Cinta 18,34 2
Rasa heran 40,31 2
Kejijikan 19,32 2
Malu 20,33 2
Jumlah 34
2. Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan kestabilan dan
konsistensi hasil instrumen atau alat ukur, sehingga nilai yang diukur tidak
berubah (Arikunto, 2010: 231). Uji reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan metode Guttman Split-half dengan program SPSS for
windows versi 17,0. Dari pengujian diperoleh nilai reliabilitasGuttman
Split-half sebesar 0,829. Nilai ini menunjukkan bahwa kuesioner
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
47/79
33
mendengarkan aktif termasuk reliabel karena lebih besar dari 0,7 (Ghozali,
2011: 47).
E. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan
Pada tahap peneliti melakukan beberapa usaha sebagai persiapan
melakukan penelitian, yaitu:
a. Menyusun kuesioner tentang kemampuan mendengarkan aktif.
b. Menentukan responden yaitu siswa kelas kelas X A SMA Stela Duce
2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 sebagai subjek uji coba dan
siswa kelas X B, C, D dan E SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun
ajaran 2012/2013 sebagai subjek penelitian.
c. Meminta ijin untuk melakukan uji coba maupun penelitian kepada
pihak sekolah.
d. Pengujian instrumen oleh ahli, yang dilakukan oleh dosen
pembimbing skripsi pada saat bimbingan dan guru BK SMA Stela
Duce 2 Yogyakarta.
e. Menghubungi pihak SMA Stela Duce Yogyakarta untuk meminta ijin
melaksanakan uji coba kuesioner pada para siswa kelas X.
f. Pengujian empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesioner dengan
melakukan uji coba kuesioner kepada para siswa kelas kelas X A SMA
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
48/79
34
Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 15 Mei
2013.
g. Menganalisis data uji empirik dengan memeriksa validitas dan
reliabilitas kuesioner kemampuan mendengarkan aktif dengan
menggunakan bantuan program SPSSfor windows Versi 17.0dengan
metode split-half.
h. Menghubungi pihak SMA Stela Duce 2 Yogyakarta untuk meminta
ijin melaksanakan penelitian pada para siswa kelas X.
2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data
Kuesioner yang telah diujicobakan digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian. Pengisian kuesioner dilaksanakan pada para siswa kelas X
SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 28-30
Mei 2013. Penyebaran kuesioner penelitian dilakukan oleh peneliti dan
dibantu guru BK. Saat pelaksanaan penelitian, peneliti membagikan
kuesioner kepada siswa dan menjelaskan maksud dari penelitian. Peneliti
menjelaskan cara mengisi kuesioner tersebut. Kemudian peneliti
mempersilahkan siswa mengisi kuesioner. Saat mengisi kuesioner siswa
terlihat serius, suasana kelas tenang. Siswa mengatakan bersemangat
membaca dan mengisi, karena model kuesioner yang diisi merupakan model
baru. Siswa baru pertamakali mengisi kuesioner dengan model yang peneliti
pakai. Keseriusan juga terlihat dari cara mereka bertanya apakah
diperbolehkan mengganti jawaban. Siswa diperbolehkan mengganti
jawabannya apabila merasa kurang yakin dengan jawaban yang
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
49/79
35
pertama. Pada saat penelitian kuesioner yang dibagikan berjumlah 147
eksemplar dan kembali sebanyak 132 eksemplar.
F. Teknik Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik
deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan mean,
standar deviasi serta pengkategorisasian menurut norma yang telah
ditentukan penulis. Langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk
menganalisis data adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa keabsahan administrasi hasil jawaban responden untuk diolah
lebih lanjut.
2. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Jawaban benar diberi skor 1 dan
jawaban salah diberi 0.
3. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing item
kuesioner dan skor rata-rata subjek.
4. Mengkategorikan subjek yang berpedoman pada penjelasan menurut
Azwar (2012: 148).
Adapun kategorisasi kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas
X SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 secara
keseluruhan diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: jumlah item
34; nilai tertinggi: 1x34=34, nilai terendah: 0x34=0, sehingga luas jarak
sebenarnya: 34-0=34. Dengan demikian satuan deviasi standarnya adalah
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
50/79
36
34/6=5,7 dan mean teoritisnya adalah (34+0)/2=17. Kategorisasi
kemampuan mendengarkan aktif siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3
Kategori Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA StellaDuce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
No Formula Kategori Rentang skor Keterangan
1 X < [ - 1,5] 0 8,45 Sangat Kurang Mampu
2 [ - 1,5] < X < [ - 0,5] 8,46 14,15 Kurang Mampu
3 [ - 0,5] < X < [ + 0,5] 14,16 19,85 Cukup Mampu
4 [ + 0,5] < X < [ + 1,5] 19,86 25,55 Mampu
5 [ + 1,5] < X 25,56 - 34 Sangat Mampu
Sumber: Azwar (2012: 148)
5. Menyajikan hasil olahan data dalam bentuk tabel penggolongan
kemampuan mendengarkan aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Tabel ini menjadi dasar untuk
melihat hasil penelitian.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
51/79
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian mengenai (1) Hasil penelitian mengenai kemampuan
mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran
2012/2013, (2) Pembahasan hasil penelitian.
A. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
Dari pengolahan data, diperoleh hasil mengenai kemampuan siswa kelas X
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam mendengarkan
aktif, seperti yang ditampilkan pada tabel 4.
Tabel 4
Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
No Rentang Skor Kategori Kemampuan Jumlah PersentaseMendengarkan Aktif Siswa
Siswa1 0 8,45 Sangat Kurang Mampu 13 12,382 8,46 14,15 Kurang Mampu 29 27,623 14,16 19,85 Cukup Mampu 19 18,104 19,86 25,55 Mampu 43 40,955 25,56- 34 Sangat Mampu 1 0,95
105 100,00
Dari tabel 4 tampak bahwa :
1. Ada 13 siswa (12,38%) yang sangat kurang mampu dalam mendengarkan
aktif.
37
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
52/79
38
2. Ada 29 siswa (27,62%) yang kurang mampu dalam mendengarkan aktif.
3. Ada 19 siswa (18,10%) yang cukup mampu dalam mendengarkan aktif.
4. Ada 43 siswa (40,95%) yang mampu dalam mendengarkan aktif.
5. Ada 1 siswa (0,95%) yang sangat mampu dalam mendengarkan aktif. Dengan
memperhatikan banyaknya siswa yang termasuk cukup mampu,
kurang mampu dan yang sangat kurang mampu, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran
2012/2013 termasuk kurang mampu mendengarkan aktif.
B. Pembahasan
Sudah dikemukanan di atas bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang mampu
dalam mendengarkan aktif. Ada beberapa dampak atau akibat yang dapat timbul
apabila siswa kurang mampu dalam mendengarkan aktif. Pertama, siswa dapat
mengalami kesulitan. Siswa yang kurang mampu dalam mendengarkan aktif
cenderung tidak teliti dalam memperhatikan petunjuk, saran, peringatan, sehingga
dapat mengalami kesulitan atau masalah akibat kelalaian yang seharusnya tidak
perlu terjadi. Siswa yang kemampuannya kurang dalam mendengarkan aktif akan
mudah salah memahami atau menafsirkan suatu informasi, siswa dapat
memperoleh dan memiliki pengetahuan yang salah. Gordon (2009: 66)
menyatakan bahwa mendengarkan aktif merupakan cara yang ampuh untuk
menyelesaikan masalah. Apabila orang kurang mampu dalam mendengarkan
aktif, orang yang bersangkutan bisa
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
53/79
39
jadi tidak akan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri atau membantu
orang lain mengatasi masalahnya.
Kedua, siswa tidak dapat menerima banyak informasi. Dengan
rendahnya kemampuan mendengarkan aktif, siswa hanya akan menerima
sedikit informasi sehingga tidak dapat menambah wawasannya misalnya
dalam hal yang berkaitan dengan pelajaran. Ketiga, membuat siswa
cenderung untuk memaksakan pendapatnya. Dengan kemampuan mendengar
aktif yang rendah, seorang siswa tidak memiliki banyak informasi yang dapat
digunakan sebagai referensi dalam mengambil keputusan, sehingga setiap
keputusan yang diambilnya dapat kurang tepat dan tidak mempertimbangkan
atau mendengarkan pendapat orang lain. Gordon (2009: 57) menyatakan
bahwa salah satu manfaat mendengarkan aktif adalah mempengaruhi orang
untuk mau lebih mendengarkan pendapat-pendapat orang lain, sehingga
keputusan yang diambilnya dapat lebih bijaksana.
Keempat, siswa dapat kurang mampu memahami orang lain dengantepat.
Dengan kemampuan mendengarkan aktif yang rendah, siswa tidak mampu
memahami sepenuhnya apa yang dibicarakan oleh orang lain, sehingga tidak bisa
mengikuti jalan pikirannya. Kondisi ini dapat menyebabkan siswa yang
bersangkutan tidak tahu harus bertindak, bersikap dan memposisikan diri seperti
apa dalam hubungannya dengan orang lain. Padahal salah satu manfaat dari
mendengarkan aktif adalah mengembangkan hubungan yang hangat dengan
pendengar, sehingga terjalin hubungan yang harmonis, pendengar
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
54/79
40
mampu mengikuti jalan pikiran pembicara sehingga dapat memposisikan
dirinya sesuai keinginan pembicara.
Kelima, siswa mempunyai rasa marah dan curiga terhadap orang lain.
Kemampuan mendengarkan aktif yang rendah dapat membuat siswa curiga
terhadap orang-orang di sekitarnya, dan dapat membuat siswan tidak mampu
memberikan tanggapan yang baik terhadap emosi dari pembicara, tidak mampu
menunjukkan empati dan meredakan emosinya. Pendengar yang baik mampu
mendorong terjadinya katarsis yaitu berkurangnya perasaan negatif karena ada
kesempatan untuk mengungkapkannya secara terbuka (Gordon, 2009: 57).
Dampak keenam dari kurangnya kemampuan mendengarkan aktif
adalah siswa kurang menghayati cinta dalam hidup. Salah satu ungkapan rasa
cinta yang meyakinkan adalah dengan mendengarkan. Seseorang akan merasa
sangat dihargai dan dipedulikan, apabila didengarkan apa yang
diungkapkannya. Kurangnya kemampuan mendengarkan aktif, membuat
orang tidak mampu menghargai pembicaraan orang lain, sehingga tidak
mampu menunjukkan rasa cinta pada orang yang sedang mengajaknya
berbicara. Kondisi ini membuat orang yang bersangkutan tidak mampu
menolong pembicara untuk tidak terlalu takut dengan perasaan-perasaan
negatif (Gordon, 2009: 57).
Kurangnya kemampuan mendengarkan aktif dari siswa kelas X SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dapat disebabkan oleh
berbagai faktor: pertama, karena siswa kiranya belum pernah dilatih untuk
mendengarkan aktif baik dirumah dan disekolah. Supratiknya (1995)
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
55/79
41
menegasakan bahwa untuk membangun hubungan yang erat dan memuaskan,
pembicara harus merasa bahwa pendengar menerima pembicara tanpa syarat
dan tanpa penilaian. Kedua,siswa merasa bosan dengan apa yang dibicarakan
pembicara, merasa tidak tertarik dengan bahan pembicaraan, merasa sudah
tahu dengan apa yang akan dibicarakan pembicara. Ketiga, kurang
tersedianya kesempatan/waktu bagi siswa untuk belajar meningkatkan
kemampuan mendengarkan aktif. Faktor-faktor tersebut dapat membuat siswa
malas untuk sungguh-sungguh mendengarkan orang lain dan menjadi kurang
tanggap terhadap perasaan orang lain.
Untuk meningkatkan kemampuan mendengar aktif siswa diperlukan
kerjasama antara siswa, guru dan orang tua. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh
siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam mendengarkan aktif antara
lain: pertama, siswa belajar mengungkapkan dengan kata-katanya sendiri apa
yang diungkapkan/ dimaksudkan pembicara. Kedua,bersikap seperti anak kecil
yang selalu ingin tahu dengan memberi pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri,
berpikir secara terbuka terhadap ide orang lain dan membiarkan pembicara
mengeluarkan semua pendapatnya. Seperti yang diungkapkan oleh Gordon
(2009: 59), untuk menjadi pendengar yang baik, orang harus bersedia
mendengarkan apa yang dikatakan pembicara, bersedia menolong pembciara
dalam menghadapi masalahnya pada saat itu, dapat menerima perasaan-perasaan
pembicara yang berbeda dengan perasaan pendengar, percaya pada kemampuan
pembicara untuk mengatasi perasaannya dan mencari penyelesaian terhadap
masalah tersebut, menyadari bahwa perasaan hanya sementara dan
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
56/79
42
mampu melihat pembicara yang dihadapinya sebagai pribadi yang unik, yang
mempunyai kehidupan sendiri dan identitas sendiri.
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
kemampuan mendengarkan aktif siswa antara lain: pertama, guru dapat
mengadakan pelatihan kemampuan komunikasi, khususnya mendengarkan
aktif. Kedua,mengadakan seminar yang menunjang peningkatan kemampuan
mendengarkan aktif siswa, dapat mendatangkan pembicara yang ahli dalam
bidang komunikasi khususnya mendengarkan aktif. Ketiga, mengadakan
sharing dengan siswa terkait kemampuan mendengarkan aktif. Dalamsharing
tersebut siswa dapat saling mengkomunikasikan gagasan, pendapat, kesulitan
dalam mendengarkan aktif
Keluarga terutama orang tua, mempunyai peranan penting untuk
meningkatkan kemampuan anak dalam mendengarkan aktif. Keluargalah
merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar mendengarkan,
bagaimana mengerti pesan dari anggota keluarga yang lain dan bagaimana
memantulkan kembali pesan dengan kata-kata sendiri sesuai maksudnya.
Keluarga yang mempunyai kebiasaan berkumpul merupakan tempat yang
baik untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif. Dengan
berkumpul, orang tua berkesempatan mengajak anak untuk terbuka,
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapat dan
perasaannya, memberikan contoh dari mendengarkan aktif dengan tepat dan
membiarkan anak untuk mendengrkan aktif.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
57/79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dikemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran
bagi pihak-pihak yang terkait.
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas X
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang
mampu dalam mendengarkan aktif, sehingga perlulah dilakukan upaya-
upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.
B. Saran
Berikut ini dikemukakan beberapa saran untuk berbagai
pihak. 1. Guru Pembimbing
Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa meningkatkan
kemampuannya dalam mendengarkan aktif, dengan mengadakan
pelatihan yang relevan. Layanan bimbingan dan konseling atau pelatihan
tentang kemampuan mendengarkan aktif bisa melalui bimbingan
kelompok, atau bimbingan klasikal.
2. Sekolah
Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan terhadap guru
pembimbing dalam pelaksanakan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.
43
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
58/79
44
3. Peneliti lain
a. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti menggunakan empat
alternatif tanggapan. Peneliti lain dapat membuat alternatif
tanggapan menjadi lima atau tiga.
b. Kemampuan yang diungkap dalam penelitian ini lebih
mengungkap kemampuan kognitif yaitu tafsiran atau tanggapan
yang lebih tepat; belum tentu responden dalam kenyataannya
mampu secara spontan memberikan respons yang empatik.
Peniliti lain yang ingin mengembangakan topik ini dianjurkan
agar lebih mengungkap kemampuan responden memberikan
tanggapan berdasarkan pengalamanya. Peneliti lain diharapkan
mencoba mengungkap kemampuan subyek penelitiannya dalam
mendengarkan aktif berdasarkan pengalaman konkrit, misalnya
subyeknya dihadapkan pada situasi konkrit kemudian dilihat
responnya yang sepontan.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
59/79
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2005. Psikologi Remaja:
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara
Alwi, Hasan dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesi.,Edisi Ketiga.Jakarta:
Balai Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Croft, Richard S. 2004T.Teori Komunikasi.New York: Harper
Devito. 1997. Komunikasi Antarmanusia.Jakarta: Profesional Books
Djaal dan Mulyono, Pudji. 2007. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.
Jakarta: PT Grasindo Jakarta
Furchan, H.Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Furi, Frisca Ema Ratna. 2007. Persepsi Siswa-Siswi Kelas XI SMA Negeri I
Depok Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 tentang
Keterampilan Mendengarkan Aktif Ibunya. Skripsi. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS19. Semarang: BP UNDIP
Goleman, Daniel. 1996.Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Gordon, Thomas. 2009.Menjadi Orang Tua Efektif; Cara Pintar Mendidik Anak
agar Bertanggungjawab. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Gunarsa, Singgih D dan Gunarasa, Yuli. 2008. Perkembangan Anak dan
Remaja.Jakarta: Gunung Mulia
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan.Jakarta: Gelora Aksara
Pratama.
45
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
60/79
46
Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi.Jakarta: Bumi Aksara.
Safaria, F. 2005. Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan
InterpersonalAnak. Yogyakarta: Kanisius
Sarianne, Mega. 2008. Persepsi Keterampilan Mendengarkan Aktif para Siswa
kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 dan
Implikasinya terhadap Usulan kegiatan Bimbingan. Skripsi.Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma.
Sugiyono, 2009.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif.Bandung: Alfabeta
Supratiknya, 1995. Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta:
KanisiusWinkel, W.S dan Hastuti. 2006.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Jakarta: Gramedia
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
61/79
47
Lampiran 1: Angket Komunikasi Siswa
Angket Komunikasi Siswa
Kata Pengantar
Adik-adik terkasih,
Pada kesempatan ini, saya memohon kesediaan adik-adik untuk mengisi
kuesioner ini. Maksud kuesioner ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
pengalaman adik-adik dalam berkomunikasi. Informasi yang adik-adik berikan
dengan menjawab kuesioner ini, akan diolah dan hasilnya akan digunakan untuk
mengembangkan program bimbingan dan konseling di sekolah.
Jawaban adik-adik terhadap kuesioner ini tidak mempengaruhi penilaian
terhadap adik. Setiap jawaban adik adalah baik asal benar-benar sesuai dengan
pengalaman adik-adik dan saya mengharapkan adik-adik menjawabnya dengan
jujur. Jawaban adik akan dirahasiakan, dan adik-adik tidak perlu menuliskan
namamu.
Atas perhatian dan bantuan adik-adik, saya mengucapkan banyak
terimakasih.
Petunjuk:
Bacalah komentar atau situasi yang berikut dengan teliti. Lalu lingkarilah
nomor dari tanggapan yang paling tepat menunjukkan bahwa anda memahami hal
yang dimaksudkan oleh orang yang bersangkutan (perasaan dan ide yang mau
dikemukakannya). Dengan kata lain pilihlah tanggapan yang paling tepat supaya
orang yang anda hadapi itu sungguh-sungguh merasa diperhatikan dan dipahami.
SELAMAT BEKERJA DAN TERIMAKASIH
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
62/79
48
Sekolah: Nomor :
Kelas: Tanggal Pengisian:
Komentar 1: Tidak enak rasanya karena saya belum sembahyang.
Tanggapan :
1. Sebaiknya kamu sembahyang dulu agar merasa tenang.
2. Kamu merasa tidak nyaman kalau belum sembahyang?
3. Tampaknya sembahyang perlu bagimu supaya kamu merasa enak.
4. Kamu merasa tidak enak karena belum sembahyang.
Komentar 2: Saya merasa tidak siap menghadapi UAS. Akhir-akhir ini banyakmasalah yang menggangu konsentrasi belajar saya.
Tanggapan :
1. Masalah apa yang mengganggu konsentrasimu?
2. Sebaiknya sementara waktu kamu jangan terlalu memikirkan masalah
tersebut. Cobalah memusatkan konsentrasi pada UAS.
3. Kamu merasa tidak siap menghadapi ujian karena banyak masalah yang
kamu alami dan itu mengganggu konsentrsimu dalam belajar.
4. Tampaknya masalahmu begitu berat sehingga konsentrasi belajarmu
terganggu.
Komentar 3: Saya bukanlah wanita yang cantik. Badan saya gemuk. Tidak
satupun laki-laki yang akan mendekatiku.
Tanggapan :
1. Kamu mengira bahwa laki-laki tidak suka dengan wanita gemuk.
2. Apakah kamu merasa bahwa badan gemuk itu tidak cantik?
3. Kamu merasa tidak senang karena kamu tidak cantik dan gemuk dan
mengira tidak ada laki-laki yang akan mendekatimu.
4. Biarpun kamu gemuk, akan ada laki- laki yang mau mendekatimu.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
63/79
49
Komentar 4: Saya suka belajar di rumah. Suasananya tenang sehingga mudah
berkonsentrasi.
Tanggapan :
1. Saya memahami rasa nyaman yang kamu rasakan.
2. Nampaknya konsentrasimu dalam belajar sangat dipengaruhi oleh suasana
tenang.
3. Seharusnya kamu tetap dapat belajar dengan tenang walaupun suasananya
tidak tenang.
4. Kamu merasa nyaman belajar di rumah karena suasananya tenang.
Komentar 5: Saya ingin menjadi guru TK karena saya menyukai anak-anak.
Tanggapan :
1. Apa yang membuat kamu menyukai anak-anak?
2. Kamu ingin menjadi guru TK,karena kamu senang dengan anak-anak.
3. Sebaiknya kamu memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakatmu.
4. Rasa sukamu pada anak-anak bisa menjadi modal kamu menjadi guru TK.
Komentar 6: Setiap saya berangkat sekolah bersama Eno pasti terlambat. Dia
itupemalas, bangunnya selalu siang.
Tanggapan :
1. Mengapa kamu tidak meminta Eno untuk bangun lebih awal?
2. Kamu sebenarnya ingin agar temanmu rajin dan disiplin.
3. Kamu tidak begitu suka berangkat sekolah bersama Eno karena dia pemalas.
4. Kamu bisa meminta Eno untuk bangun lebih awal, agar kalian tidak terlambat.
Komentar 7: Guru itu sungguh tidak menguasai bahan, mudah marah.
Tanggapan :
1. Kamu tidak boleh berpandangan negatif terhadap guru.
2. Kamu berkata seperti itu karena mungkin kamu tidak suka dengan guru
tersebut.
3. Kenapa kamu berkata seperti itu?
4. Kamu tidak senang dengan gurumu karena menurutmu guru itu kurang
menguasai bahan.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
64/79
50
Komentar 8: Saya tidak suka dengan sikap orangtuaku. Mereka selalu mengatur
apa yang akan saya kerjakan. Mereka menganggap saya seperti
anak kecil yang harus diawasi.
Tanggapan :
1. Kamu merasa tidak senang dengan orangtuamu yang selalu mengawasimu.
2. Itu hal yang biasa, banyak anak yang merasa tidak senang jika diatur
orangtuanya.
3. Semua itu mereka lukukan karena mereka sayang kepadamu.
4. Pernah kamu mengemukakan keberatanmu kepada orangtua?
Komentar 9: Tetanggaku sungguh tidak mempunyai aturan. Sudah malam tetap
saja membunyikan musik dengan keras.
Tanggapan :
1. Kamu merasa terganggu dengan tetanggamu karena membunyikan musik
dengan keras.
2. Saya juga agak terganggu bila ada yang membunyikan musik keras pada
malam hari.
3. Kamu hendaknya menegurnya agar tidak membunyikan musik dengan keras.
4. Apakah kamu tidak menegurnya?
Komentar 10: Tetangga baruku orang yang ramah. Setiap bertemu selalu
tersenyum dan menyapa.
Tanggapan :
1. Kamu merasa senang dengan tetangga barumu yang ramah dan selalu
menyapa.
2. Tiap orang tentu merasa senang kalau mempunyai tetangga yang ramah.
3. Pantaslah kamu bersyukur karena memiliki tetangga yang ramah.
4. Menurutmu orang yang bertetangga haruslah ramah dan saling menyapa.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
65/79
51
Komentar 11: Saya tidak mau berteman dengan Ani. Dia pembohong dan tidak
bisa menjaga rahasia.
Tanggapan :
1. Kamu berpendapat berteman haruslah jujur dan dapat menyimpan rahasia.
2. Apakah Ani menceritakan rahasiamu kepada orang lain?
3. Kamu tidak senang kepada Ani karena menurutmu dia itu pembohong dan
tidak bisa menjaga rahasia.
4. Sebaiknya kamu mengingatkan dia supaya jujur dan dapat menyimpan
rahasia.
Komentar 12: Saya tidak berani melihat film horor sendiri. Saya selalu
memintaibu untuk menemani.
Tanggapan :
1. Itu hal yang biasa banyak yang merasa takut nonton film horor sendirian.
2. Sebaiknya kamu selalu meminta seseorang untuk menemanimu saat melihat
film horor.
3. Mengapa kamu takut melihat film horor sendirian?
4. Kamu merasa takut melihat film horor sendirian karena itu kamu meminta
ibu kamu untuk menemani.
Komentar 13: Saya senang sekali mendapatkan nilai yang sesuai dengan
harapanku.
Tanggapan :
1. Agar nilaimu tetap baik hendaknya kamu tetap rajin belajar.
2. Saya pernah merasakan perasaan persis seperti yang kamu alami.
3. Tampaknya kamu mendapatkan nilai bagus.
4. Kamu mersa senang karena mendapatkan nilai yang sesuai dengan harapanmu
Komentar 14: Saya merasa cinta kepada Tom, tetapi apakah dia mencintai saya?
Tanggapan :
1. Tampaknya kamu ingin agar Tom berterus terang menyatakan cintanya
padamu.
2. Apakah kamu sudah menyatakan perasaanmu kepadanya?
3. Kamu merasa cinta kepada Tom, namun masih ragu apakah dia mencintai
kamu.
4. Sebaiknya kamu menanyakan perasaannya kepadamu.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
66/79
52
Komentar 15: Saya sangat jijik dengan binatang melata. Rasanya ingin sekali
memusnahkan semua binatang tersebut.
Tanggapan :
1. Kamu merasa jijik dengan binatang melata sehingga tidak mau melihatnya.
2. Kamu tidak boleh memusnahkan binatang apapun.
3. Menurutmu binatang melata tidak ada manfaatnya sehingga ingin
memusnahkannya.
4. Banyak orang merasa jijik melihat binatang melata.
Komentar 16: Saya malu tampil di depan banyak orang. Saya selalu gemetaran.
Tanggapan :
1. Kamu hendaknya tenang dan percaya diri agar tidak gemetaran.
2. Tampaknya kamu cenderung berfikir negatif sewaktu mau tampil di muka
umum.
3. Itu hal yang biasa; banyak orang gemetaran kalau mau tampil di depan umum.
4. Kamu merasa malu dan gemetaran sewaktu mau tampil di depan banyak
orang.
Komentar 17: Nyaman rasanya karena saya sudah sembahyang.
Tanggapan :
1. Sebaiknya kamu selalu sembahyang agar merasa tenang.
2. Kamu merasa nyaman karena sudah sembahyang.
3. Menurutmu suatu cara untuk merasa nyaman adalah rutin sembahyang.
4. Apakah setiap hari kamu sembahyang?
Komentar 18: Saya siap menghadapi ujian. Saya sudah memusatkan
konsentrasisaya untuk ujian.
Tanggapan :
1. Sudah seharusnya kamu memusatkan perhatianmu pada pelajaran sehingga
siap menghadapi ujian.
2. Wajarlah merasa tenang dan siap menghadapi ujian kalau sudah belajar
dengan sungguh-sungguh.
3. Kamu merasa siap menghadapi ujian karena sudah belajar dengan penuh
konsentrasi.
4. Kamu yakin akan lulus karena sudah sungguh-sungguh mempersiapkan diri.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
67/79
53
Komentar 19: Saya pusing dan badan terasa lemas sekali.
Tanggapan :
1. Kamu merasa tidak enak badan, pusing dan lemas.
2. Sebaiknya kamu beristirahat.
3. Saya pernah merasakan sama persis seperti yang kamu rasakan.
4. Sudah berapa lama kamu merasa demikian?
Komentar 20: Saya tidak bisa berkonsentrasi saat belajar di rumah. Suasananya
sangat gaduh.
Tanggapan :
1. Sebaiknya kamu mencari tempat belajar yang lain.
2. Rupanya ada masalah di rumahmu yang membuat suasana gaduh.
3. Saya juga merasa sulit berkonsentrasi jika suasananya gaduh.
4. Kamu merasa sulit berkonsentrasi saat belajar di rumah karena suasananya
gaduh.
Komentar 21: Menyenangkan sekali belajar di sekolah; jika ada kesulitan bisa
langsung bertanya pada guru.
Tanggapan :
1. Kamu ingin agar guru-guru selalu bersedia menjawab pertanyaanmu.
2. Kamu merasa senang belajar di sekolah karena bisa bertanya kepada guru
jika mengalami kesulitan.
3. Apakah kamu selalu bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan?
4. Tentu baik kalau kamu selalu berani bertanya kalau ada kesulitan.
Komentar 22: Saya tidak lagi berteman dengan Rini. Dia itu penipu.
Tanggapan:
1. Apa yang telah kamu lakukan terhadap dia?
2. Tidak baik mengatakan teman penipu jika tidak ada bukti.
3. Kamu dikecewakannya sehingga kamu tidak ingin lagi berteman dengannya.4. Kamu tidak senang lagi dekat dengan Rini karena menurutmu dia penipu.
7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari
68/79
54
Komentar 23: Saya sangat bahagia. Hari ini ulang tahun