Tuti Amalia

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    1/98

     

    PENGARUH TERAPI AKTIVITAS BERMAIN: MENIUP BALON

    TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI PARU ANAK

    PRA SEKOLAH DENGAN ASTHMA TAHUN 2009

    OLEH :

    TUTI AMALIA

    105104003489

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1430 H/ 2009 M

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    2/98

     

    PENGARUH TERAPI AKTIVITAS BERMAIN: MENIUP BALON

    TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI PARU ANAK

    PRA SEKOLAH DENGAN ASTHMA TAHUN 2009

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

    OLEH :

    TUTI AMALIA

    105104003489

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1430 H/ 2009 M

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    3/98

     

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSkripsi, November 2009

    Tuti Amalia, NIM : 105104003489

    Terapi Aktivitas Bermain Meniup Balon Terhadap Perubahan Fungsi Paru

    Anak Pra Sekolah Dengan Asthma Tahun 2009. xviii + 75 Halaman + 12 Tabel + 6 Gambar + 7 Lampiran

    ABSTRAK

    Anak merupakan tititpan Allah SWT yang akan menjadi generasi penerus dan

    merupakan masa depan bangsa atau bahkan masa depan dunia. Bila anak sakit dan

    tidak dirawat dengan baik maka bangsa telah melahirkan generasi penerus yang akan

    membuat masa depan suatu bangsa menjadi suram. Anak dengan asthma akanmengalami bronkhospasme dan bronkhokonstriksi, ini dapat menyebabkan terjadinya

     penurunan fungsi paru. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi

    aktivitas bermain meniup balon terhadap perubahan fungsi paru anak pra sekolahdengan asthma.

    Desain penelitian adalah kuasi eksperimen dengan one group pretest-postest design.

    Sampel berjumlah 10 anak (5 anak laki-laki dan 5 anak perempuan) yang berusia 4

    dan 5 tahun. Teknik pengambilan sampel secara  purposive sampling . Pengumpulandata dengan melakukan intervensi meniup balon pada anak asthma. Penelitian ini

    dilaksanakan selama tiga minggu, dengan waktu lima hari berturut-turut, intervensi

    dilakukan pagi dan sore hari dengan tiga siklus. Analisa data yang digunakan adalahanalisa univariat, bivariat berupa uji t-test, dan multivariat.

    Hasil penelitian fungsi paru dengan melihat nilai APE yang dianalisa pada setiap

    intervensi, setiap hari dan selama lima hari didapat p value < 0.05 dengan nilai eta (η)> 0.14, dengan kesimpulkan ada pengaruh yang kuat antara terapi aktivitas bermain

    meniup balon terhadap perubahan fungsi paru anak pra sekolah dengan asthma.

    Analisa multivariat didapatkan hasil yang tidak signifikan atau secara statistik tidak

    cukup bukti adanya pengaruh terapi aktivitas bermain meniup balon terhadap perubahan fungsi paru hal ini disebabkan karena keterbatasan peneliti antara lain;

     peneliti tidak menyetarakan tinggi badan dan berat badan serta jumlah sampel yang

    kurang.

    Rekomendasi penelitian ini adalah penelitian selanjutnya dapat menyetarakan berat badan dan tinggi badan serta memperbanyak sampel, selain itu terapi bermain meniup

     balon sebaiknya menjadi program intervensi keperawatan dalam penatalaksanaan

    asthma untuk meningkatkan fungsi paru pasien anak dengan asthma.

    Key Words: Asthma; Anak; Terapi Meniup Balon; APE

    Daftar bacaan : 36 (1993 –  2009)

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    4/98

     

    FACULTY OF MEDICINES AND HYGIENES

    STUDY PROGRAM OF NURSINGScript, November 2009

    Tuti Amalia, NIM: 105104003489

    Playing-Activity Therapy of Blowing up a Balloon to Pulmonary-Function

    Change of Pre-school Children with Asthma in 2009.xviii + 75 Pages + 12 Tables + 6 Pictures + 7 Enclosures

    ABSTRACT

    Child is entrusted from The God that will become a router generation and the nation

    future or even the world future. If he got ill and not properly taken care, hence the

    nation has bore a router generation that will make a nation future into gloomy. A

    child with asthma will experience a bronchosplasma and bronchoconstricts that cancause a happening of pulmonary-function decreasing. The purpose of this research is

    to identifying the influence of playing-activity therapy of blowing up a balloon to

     pulmonary-function change of pre-school children with asthma.The research design is experimental quotation with one group pretest-posttest design.

    The sample amounts to 10 children (consist of 5 boys and 5 daughters) that have an

    age 4 and 5 years olds. The sample-taking technique is purposive sampling. The data-

    collecting is by performing an intervention of blowing up a balloon at children withasthma. This Research is performed for three week, with time of five days

    successively. The intervention is conducted at morning and evening with three cycles.

    The used data-analysis is analysis univariate, bivariate in the form of t-test, andmultivariate.

    The research result of pulmonary function by sees the value of APE analyzed in each

    intervention, everyday and for five day is got that value p < 0.05 with value of eta (η)> 0.14, with conclusion that there is a strong influence between playing-activity

    therapy of blowing up a balloon to pulmonary function change of pre-school children

    and asthma. It is got in the multivariate Analysis an insignificant result or statistically

    there is not sufficient evidence for influence existence of playing-activity therapy of blowing up a balloon to pulmonary-function change. This is caused by researcher ’s 

    limitation. For example, the researcher not put on a par the height and weight of

    child’s body and lacking of the sample amount.

    Recommendation of this research is that the next research can put on a par the weightand height of child’s  body and multiply the sample. Moreover, therapy of blowing

    up-balloon playing should become a nursing intervention program of asthma to

    improve the patient pulmonary-function of child with asthma.

    Key Words: Asthma; Child; Therapy of Blowing up a balloon; APE

    Reading List: 36 (1993  –  2009)

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    5/98

     

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Skripsi dengan judul

    PENGARUH TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP BALON

    TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI PARU ANAK PRA SEKOLAH

    DENGAN ASTHMA TAHUN 2009

    Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

    Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Jakarta, Desember 2009

    Pembimbing I Pembimbing II

    Yanti Riyantini, SKp Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep. MKM  NIP: 19650706 1989032 002 NIP: 19790520 2009011 012

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    6/98

     

    PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 

    Jakarta, 12 Desember 2009

    Penguji I

    Irma Nurbaeti, S.Kp. M.Kep. Sp.Mat

    NIP. 132146260

    Penguji II

    Desmawati, S. Kp. MARS

    NIP. 19571212 197809 2001

    Penguji III

    Bambang. P. Cadrana, SKM, MKM

    NIP. 19690205 199403 1003

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    7/98

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    8/98

     

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

     Nama : Tuti Amalia

    Tempat/tanggal lahir: Tangeranng, 15 Agustus 1986

    Agama : Islam

    Alamat : JL. H. Risan Rt/Rw: 006/001 No. 42, Desa Gaga,

    Kecamatan Larangan, Ciledug-Tangerang 15154

    Tlp : (021) 73446237 / 0856 918 541 93

    Riwayat Pendidikan : SDN Larangan Utara 10 (1993-1999)

    SLTPN 11 Tangerang (2000-2002)

    SMA YADIKA 3 Ciledug (2003-2005)

    Program S1 Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2005-

    2009)

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    9/98

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    10/98

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    11/98

     

    1.  Bapak Prof.Dr.dr.MK. Tadjudin, Sp.And, Selaku Dekan FKIK

    2.  Ibu Tien Gartinah, MN, Selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan.

    3.  Ibu Yanti Riyantini, S.Kp, dan Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM,

    Selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang

    telah meluangkan waktu dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan

    skripsi ini

    4.  Para dosen-dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan

     pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan.

    5.  Seluruh Staff karyawan Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Jakarta

    (PSIK UIN Jakarta).

    6.  Dokter dan Staff karyawan Klinik Suddhaprana yang telah memberikan

    kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian.

    7.  Orang tuaku yang memelihara, mendidik, serta mencurahkan semua kasih

    sayang tiada tara tanpa pamrih yang senantiasa mendo’akan keber hasilan

     penulis dan memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis

    selama proses menyelesaikan skripsi ini.

    8.  Kakak, adik dan keponakanku yang lucu-lucu yang selalu memberikan

    semangat dalam menyelesaikan sekripsi.

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    12/98

     

    9.  Seseorang yang spesial Dwi Anto, SE As, yang dengan penuh pengertiannya

    memberikan bantuan, dorongan dan semangat kepada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    10. Teman-teman kosan yang baik yang selalu memberi semangat (herna, neneng,

    zia, lita, intan, & tika), khususnya buat fina yang selalu setia menemani dikala

    suka maupun duka

    11. Teman-teman sekelasku PSIK angkatan 2005 yang kompak yang telah

    memberikan inspirasi, do’a dan semangat dalam menyusun skripsi.   Semoga

    Allah SWT membalas budi baik Bapak, Ibu dan Saudara/i sekalian.

    Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh

    dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi

    yang memerlukannya.

    Jakarta, Desember 2009

    Tuti Amalia

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    13/98

     

    DAFTAR ISI

    Hal

    SURAT PERNYATAAN.........................................................................................

    ABSTRAK   ...............................................................................................................

    ABSTRACT .............................................................................................................

    PERNYATAAN PERSETUJUAN..........................................................................

    LEMBAR PERSETUJUAN  ...................................................................................

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vii

    UNTAIAN KATA TENTANG ANAK .................................................................. viii

    KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix

    DAFTAR ISI  ...........................................................................................................

    DAFTAR TABEL  ...................................................................................................

    DAFTAR GAMBAR   ...............................................................................................

    DAFTAR SINGKATAN  ..........................................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................

    xii

    xvi

    xvii

    xviii

    xix

    BAB I PENDAHULUAN 

    A.  Latar Belakang…………………………………………………............ 1

    B.  Perumusan Masalah................................................................................

    C. 

    Pertanyaan Peneliti..................................................................................

    5

    6

    D.  Tujuan Penelitian.................................................................................... 6

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    14/98

     

    E.  Manfaat Penelitian..................................................................................

    F.  Ruang Lingkup.......................................................................................

    7

    9

    BABII TINJAUAN PUSTAKA 

    A.  Perkembangan Sistem Pernapasan Anak...............................................

    B.  Sistem Pernapasan Pada Anak Pra Sekolah..........................................

    10

    11

    C.  Gambaran Umum Asthma..................................................................... 13

    1.  Pengertian …………………………………………………………  

    2.  Penyebab………………………………………………………….. 

    13

    13

    3.  Manifestasi Klinis..………………………………………………..  

    4.  Patofisiologi....................................................................................

    5.  Jenis –  Jenis Asthma…………………………………………….. 

    6.  Klasifikasi Asthma………………………………………………  

    7.  Pemeriksaan Diagnostik ………………………………………… 

    8.  Terapi Asthma…………................................................................

    9.  Peak Flow Meter............................................................................

    10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ventilasi Paru........................

    14

    15

    17

    18

    19

    21

    22

    24

    D.  Konsep Bermain……………..……………………………………….. 

    1. Definisi Bermain…………………………………………...............

    2. Fungsi Bermain…………………………………………………..... 

    3. Fungsi Bermain Di Rumah Sakit………………………………….. 

    4. Bermain Untuk Prosedur Khusus……………………….................

    25

    25

    26

    27

    28

    E.  Bermain Meniup Balon…...……………….......................................... 29

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    15/98

     

    F.  Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Maslow).………………………. 

    G.  Kerangka Teori……………………………………………………….. 

    31

    31

    H. Penelitian Terkait……………..……………………………………….  34

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA 

    A.  Kerangka Konsep. …………..………………………………..……..... 

    B.  Hipotesa………………………………………………………………. 

    C.  Definisi Operasional………………………………………………..... 

    35

    36

    37

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 

    A.  Desain Penelitian.......................…...….…………………..….............. 39

    B.  Populasi Dan Sampel............................…….……………………….... 40

    1 Populasi…………………………………………………………….   40

    2 Sampel..……………………………..……………………………...  40

    C.  Tempat Penelitian….…………………………………………………. 

    D.  Waktu Penelitian………………………………………………………  

    E.  Etika Penelitian……………………………………………………….. 

    1. Prinsip Etik ………………………………………………………..  

    2. Informed Consent………………………………………………… 

    F.  Alat Pengumpul Data dan Prosedur Penelitian……………………….. 

    1.  Alat Pengumpul Data……………………………………………... 

    2.  Prosedur Intervensi………………………………………………..  

    G.  Pengolahan Analisa Data……………………………………………... 

    1. Pengolahan Data…………………………………………………... 

    42

    42

    43

    43

    44

    45

    45

    46

    48

    48

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    16/98

     

    H.  Analisa Data…………………………………………………………... 

    1.  Analisa Univariat………………………………………………….  

    2.  Analisa Bivariat……………………………………………………  

    3.  Analisa Multivariat..........................................................................

    48

    48

    49

    49

    BAB V HASIL PENELITIAN.

    A.  Analisa Univariat.................................................................................

    B.  Analisa Bivariat...................................................................................

    1.  Analisa Perintervensi.......................................................................

    2.  Analisa Perhari................................................................................

    3.  Analisa Hari Pertama Dan Hari Kelima..........................................

    C.  Analisa Multivariat...............................................................................

    BAB VI PEMBAHASAN

    50

    54

    55

    58

    60

    63

    A.  Intepretasi Dan Hasil Diskusi................................................................

    B.  Keterbatasan Penelitian.........................................................................

    C.  Implikasi Hasil Penelitian......................................................................

    64

    68

    69

    BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 

    A.  Simpulan...............................................................................................

    B.  Saran.....................................................................................................

    72

    73

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    17/98

     

    DAFTAR TABEL

     No. Tabel Hal

    Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................... 37

    Tabel 5.1 Data Demografi Berdasarkan Berat Badan dan Tinggi BadanPada Anak Asthma..................................................................... 51

    Tabel 5.2 Data Demografi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Pada

    Anak Asthma............................................................................. 51

    Tabel 5.3 Distribusi fungsi paru hari pertama sampai dengan hari ke lima

     pada anak laki-laki dengan asthma…………………………….  52

    Tabel 5.4 Distribusi fungsi paru hari pertama sampai dengan hari ke lima

     pada anak perempuan dengan asthma…………………………  53

    Tabel 5.5 Analisa perintervensi pengaruh terapi meniup balon terhadap

     perubahan fungsi paru pada anak laki-laki……………………..  56

    Tabel 5.6 Analisa perintervensi pengaruh terapi meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak perempuan…………………  57

    Tabel 5.7 Analisa perhari pengaruh terapi meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak laki-laki…………………….  59

    Tabel 5.8 Analisa perhari pengaruh terapi meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak perempuan ………………..  60

    Tabel 5.9 Analisa hari pertama pagi dengan hari ke lima sore pada anak

    laki-laki ………………………………………………………..   61

    Tabel 5.10 Analisa hari pertama pagi dengan hari ke lima sore pada anak

     perempuan……………………………………………………...  62

    Tabel 5.11 Distribusi fungsi paru sebelum dan setelah intervensi dengan

    mengontrol tinggi badan dan berat badan anak dengan

    asthma.........................................................................................

    63

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    18/98

     

    DAFTAR GAMBAR

     No. Gambar Hal

    Gambar 2.1 Saluran Pernapasan..................................................................... 11

    Gambar 2.2 Saluran Pernapasan Pasien Dengan Asthma…………………...  16

    Gambar 2.3 Kerangka Teori............................................................................ 32

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep........................................................................ 35

    Gambar 4.1 Desain Penelitian.......................................................………..... 39

    Gambar 4.2 Prosedur Intervensi...................................................................... 47

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    19/98

     

    DAFTAR SINGKATAN

    O2  : Oksigen

    CO2  : Karbon dioksida

    WHO : World Health Organization

    RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

    APE : Arus Puncak Ekspirasi

    PFM : Peak Flow Meter

    PEF Meter : Peak Expiratory Flow Meter

    PLB : Pursed Lips Breathing

    KV : Kapasitas Vital

    KRF : Kapasitas Residual Fungsional

    FEV1  : Forced Expiration Volume

     NIC : Nursing Intervention Classification

    IgE : Immunoglobulin E

    TLC : Total Lung Capacity

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    20/98

     

    DAFTAR LAMPIRAN

     Nomor Lampiran

    1.  Prosedur Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE)

    2.  Tujuan Dan Manfaat Latihan Napas Dalam

    3.  Permohonan Menjadi Responden

    4.  Lembar Persetujuan Responden

    5.  Lembar Observasi

    6.  Lembar Data Baku Hasil Penelitian

    7.  Lembar Izin Penelitian

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    21/98

     

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Anak merupakan manusia dengan berbagai kebutuhan dasar yang harus

    dipenuhi. Kebutuhan anak sangat tergantung pada orang dewasa disekitarnya

    terutama orang tua. Tingkat kebutuhannya sesuai dengan tahapan pertumbuhan

    dan perkembangannya. Tahap pertumbuhan dan perkembangan dari anak hingga

    remaja menurut Erikson dimulai pada bayi (0-1 tahun), toddler (1-3 tahun), pra

    sekolah (3-5 tahun), masa anak tengah atau sekolah (usia 6 tahun sampai

     pubertas) dan remaja (10-20 tahun) (Santrock, 2007).

    Anak merupakan titipan Allah SWT yang akan menjadi generasi penerus

    suatu bangsa dan bahkan merupakan masa depan dunia. Anak memiliki hak untuk

    mendapatkan kasih sayang, perlindungan perhatian yang penuh, serta

    mendapatkan kesehatan dan pendidikan dengan baik sebagaimana Hadist

    Rasulullah SAW “ Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikan

    mereka”(HR. Bukhori dan Muslim), maka dengan demikian masa depan bangsa

    dan negara akan maju karena memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.

    Bila anak sakit dan tidak dirawat dengan baik maka bangsa telah melahirkan

    generasi penerus yang akan membuat masa depan suatu bangsa menjadi suram

    (Baehr, 1997).

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    22/98

     

    Pada anak penyakit yang sering di alami yaitu penyakit karena sistem

     pernapasan. Sistem pernapasan dari hidung hingga mencapai paru-paru adalah

    hidung, faring, laring, trakea, bronkhus, dan bronkhiolus. Paru-paru berfungsi

    dalam proses respirasi atau bernapas (Williams, 2004).

    Bernapas adalah proses memindahkan udara ke dalam dan ke luar paru.

    Fungsi utama sistem pernapasan adalah terjadi pertukaran O2  dan CO2  antara

    lingkungan eksternal dan darah (Clarke, 2006). Bernapas agar dapat berlangsung

    secara sempurna memerlukan fungsi paru yang baik, seperti otot-otot pernapasan,

    elastisitas jaringan paru serta dinding dada. Proses respirasi dapat terganggu bila

    terjadi gangguan pada proses ventilasi, difusi dan transportasi O2 dan CO2.

    Gangguan ventilasi sering terjadi pada pasien asthma (Price, 2002).

    Asthma adalah penyakit obstruktif pernapasan yang reversibel, yang

    ditandai eksaserbasi dan remisi spasme bronkial yang mengakibatkan obstruksi

     jalan napas (Speer, 2007). Asthma merupakan hiperresponsif jalan napas yang

    disebabkan oleh triger, khususnya pernapasan bagian bawah (Hockenberry,

    2003). Gangguan saluran pernapasan ini jika tidak ditangani dengan baik dapat

    menghambat aktivitas anak serta tumbuh kembang anak yang menderita asthma

    (Williams, 2004).

    Penyebab asthma terbanyak yaitu karena faktor ekstrinsik yang disebabkan

    karena adanya alergen seperti serbuk sari, debu, polusi, bulu binatang, makanan

    dan alergi lain. Asthma juga dapat disebabkan karena faktor instrinsik seperti

    emosi, perubahan suhu dingin, infeksi traktus respiratorius, latihan berat, stres,

    dan faktor genetik (Speer, 2007). Obstruksi saluran pernapasan merupakan

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    23/98

     

    gangguan fisiologis terpenting pada asthma akut. Keluhan utama pada pasien

    asthma adalah napas pendek, ekspirasi yang memanjang, retraksi dada, wheezing,

     batuk-batuk, sianosis, sulit tidur dan tidak mampu beraktivitas (Betz, 2002).

    Penyakit asthma bila tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan

     pneumotoraks, kegagalan jantung, infeksi pernapasan, gangguan emosional dan

     bahkan kematian (Speer, 2007).

    Organisasi kesehatan sedunia (WHO) memperkirakan antara 100-150 juta

     penduduk di dunia penyandang asthma dan diperkirakan jumlahnya terus

     bertambah sekitar 180.000 setiap tahunnya. Penyakit asthma banyak diderita oleh

    anak-anak khususnya anak di bawah usia lima tahun. Asthma menyebabkan

    kehilangan 16% hari sekolah pada anak-anak di Asia, 34% anak-anak di Eropa

    dan 40% anak-anak di Amerika Serikat. Direktur Jenderal Pelayanan Medik

    Departemen Kesehatan Sri Astuti Suparmanto mengatakan prevalensi asthma

     pada anak Indonesia cukup tinggi. Survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun

    2007 mencatat kematian bayi karena sistem pernapasan 22,30% dan pada balita

    21,52% (Hartono, 2008). Departemen Kesehatan tahun 2006, menyatakan bahwa

    asthma merupakan penyebab kematian ke-7 di Indonesia (PDPI, 2006).

    Jumlah anak asthma dari tahun 2004 sampai tahun 2008 di Rumah Sakit

    Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengalami peningkatan terutama pada tahun

    2005. Jumlah penderita asthma tahun 2005 pada anak usia kurang dari 28 hari

    sampai anak usia 15 tahun ada 1.386 anak, sedangkan usia 1-5 tahun yaitu

    sebanyak 444 anak. Pada tahun 2008 jumlah penderita asthma menurun menjadi

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    24/98

     

    1.203 anak atau 1,8 % dari tahun 2005, dimana penderita astma usia 1-5 tahun

    tercatat 347 anak (Div. Rekam Medik Bagian Anak RSCM).

    Pasien dengan asthma akan mengalami kelemahan pada otot-otot

     pernapasan sehingga menyebabkan penurunan fungsi paru, oleh karena itu untuk

    meningkatkan fungsi paru pada pasien asthma dapat dilakukan terapi napas dalam

    atau  pursed lips breathing (Hockenberry, 2004). Tujuan  Pursed lips breathing  

    adalah memperbaiki kelenturan rongga dada serta diafragma, dapat melatih otot-

    otot ekspirasi untuk memperpanjang ekhalasi dan meningkatkan tekanan jalan

    napas selama ekspirasi, dengan demikian mengurangi jumlah tahanan dan jebakan

    udara (Sherwood, 2005).

    Penilaian berat ringannya gangguan yang terjadi pada pasien asthma dapat

    dinilai dengan uji fungsi paru yaitu dengan melihat nilai Arus Puncak Ekspirasi

    (APE). Hasil uji fungsi paru pada pasien asthma dapat diketahui adanya obstruksi

     jalan napas bila nilai APE 60-80% atau APE 80% dari nilai prediksi. Uji fungsi paru dapat dilakukan

    dengan menggunakan alat yang disebut peak flow meter (Behrman, 2004).

    Menarik napas dalam pada anak merupakan hal yang sangat sulit khususnya

    anak usia 3  –   5 tahun karena anak belum kooperatif. Perawat harus memiliki

    alternatif dan dapat memodifikasi intervensi untuk mengurangi dampak tersebut

    dengan cara mengajak anak bermain yang biasanya disebut terapi aktivitas

     bermain. Terapi aktivitas bermain merupakan terapi atraumatic care, dengan

    terapi aktivitas bermain biasanya anak dapat memperoleh kesenangan, membantu

    merasa lebih nyaman dan aman dengan lingkungannya.

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    25/98

     

    Terapi bermain yang dapat digunakan di rumah sakit untuk membantu

    melancarkan pernapasan dan mempertahankan pola napas anak tetap normal yaitu

    dengan bermain meniup seperti meniup gelembung busa, balon, bola kapas dan

    lain-lain (Hockenberry, 2004). Balon lebih mudah digunakan karena bentuknya

    elastis sehingga lebih efektif jika dilakukan untuk terapi napas dalam. Balon

    memiliki warna yang menarik sehingga membuat anak-anak tertarik dalam

    melakukan terapi napas dalam dan anak dapat memilih warna kesukaan mereka.

    Tujuan penanggulangan asthma adalah agar anak yang menderita asthma

    dapat hidup layak serta dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan umurnya.

    Penanggulangan asthma pada anak yang penting bukan saja mengatasi

    serangannya tetapi juga ditunjukkan untuk mencegah serangan asthma, sehingga

    anak asthma dapat mengalami masa-masa tanpa serangan selama mungkin.

    Hasil penelitian terdahulu menjelaskan bahwa terapi aktivitas bermain meniup

    tiupan lidah dapat menurunkan pola napas pada anak toddler dengan

     bronkhopneumonia (Umeda, 2005).

    B.  Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

     perumusan masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Kecenderungan

    fungsi paru pada anak pra sekolah dengan asthma menurun dan tidak normal.

    Anak belum kooperatif dalam melakukan terapi napas dalam. Berdasarkan uraian

    di atas peneliti ingin mengetahui

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    26/98

     

    “Pengaruh Terapi Aktivitas Bermain: Meniup Balon Terhadap Perubahan Fungsi

    Paru Anak Pra Sekolah Dengan Asthma Tahun 2009” diharapkan fungsi paru pada

    anak pra sekolah tersebut akan meningkat dan menjadi normal.

    C.  Pertanyaan Penelitian

    1.  Bagaimana pengaruh fungsi paru sebelum dilakukan terapi aktivitas bermain

    meniup balon pada anak pra sekolah dengan asthma berdasarkan jenis

    kelamin?

    2.  Bagaimana pengaruh fungsi paru sesudah dilakukan terapi aktivitas bermain

    meniup balon pada anak pra sekolah dengan asthma berdasarkan jenis

    kelamin?

    3.  Bagaimana pengaruh fungsi paru sebelum dan sesudah dilakukan terapi

    aktivitas bermain meniup balon pada anak pra sekolah dengan asthma setelah

    dikontrol faktor potensial counfonding  yaitu tinggi badan dan berat badan?

    D.  Tujuan Penelitian

    1.  Tujuan Umum

    Tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengetahui pengaruh terapi aktivitas

     bermain meniup balon terhadap perubahan fungsi paru anak pra sekolah

    dengan asthma.

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    27/98

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    28/98

     

    2.  Bagi Profesi

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bersifat positif

    dalam usaha mengembangkan profesi keperawatan, meningkatkan

     pengetahuan dan pengalaman baru tentang pengaruh terapi aktivitas bermain:

    meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak pra sekolah dengan

    asthma.

    3.  Bagi Pendidikan

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk

    menambah wawasan tentang keterkaitan pengaruh terapi aktivitas bermain

    meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada penderita asthma bagi

    semua mahasiswa keperawatan sebagai sumber ilmu dan informasi.

    4.  Bagi Klinik

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi para pengurus

    klinik asthma anak untuk menerapkan terapi bermain meniup balon, karena

    terapi ini dapat membantu memperbaiki fungsi paru pada anak khususnya

     pada anak pra sekolah yang menderita asthma. Terapi meniup balon belum

    diterapkan dalam intervensi pengobatan di klinik asthma anak. Semoga hasil

     penelitian ini bermanfaat bagi klinik asthma anak dan dapat diterapkan guna

    untuk membantu pasien asthma dalam menjalankan terapi pengobatan non

    farmakologi.

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    29/98

     

    F.  Ruang Lingkup

    Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Sayrif

    Hidayatullah untuk mengetahui Pengaruh Terapi Aktivitas Bermain Meniup

    Balon Terhadap Perubahan Fungsi Paru Anak Pra Sekolah Dengan Asthma pada

     bulan Juli –  Agustus tahun 2009. Subjek yang diteliti adalah anak usia pra sekolah

    yang berobat ke klinik asthma anak yang menderita asthma dengan

    menggunakan desain studi kuasi eksperimen dan metode kuantitatif. Data yang

    digunakan adalah data primer dengan menggunakan intervensi langsung terhadap

    anak asthma. Alasan dilakukan penelitian ini adalah untuk memperbaiki

    kelenturan rongga dada serta diafragma, dan dapat melatih otot-otot ekspirasi

    untuk memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas selama

    ekspirasi, selain itu membantu anak asthma dalam terapi pengobatan non

    farmakologi dan membantu anak memperoleh kesenangan serta merasa lebih

    aman dan nyaman. Intervensi yang digunakan yaitu dengan latihan napas dalam

    yang dimodifikasi dengan mengajak anak bermain meniup balon.

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    30/98

     

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.  Perkembangan Sistem Pernapasan Anak

    Anatomi saluran pernapasan pada anak maupun dewasa adalah sama.

    Saluran penghantar udara dari hidung hingga mencapai paru-paru yaitu hidung,

    faring, laring, trakea, bronkhus, dan bronkhiolus (Gambar 2.1). Perkembangan

     paru sempurna pada anak terjadi pasca lahir. Perkembangan paru pascalahir

    dibagi menjadi dua fase, tergantung pada kecepatan perkembangan relatif

     berbagai komponen paru. Fase pertama terjadi pada usia 18 bulan sesudah lahir,

    yaitu volume kapiler meningkat lebih cepat daripada volume jaringan padat dan

    terjadi proses penyekatan alveolus. Proses ini aktif selama awal masa bayi dan

    dapat mencapai sempurna pada umur 2 tahun pertama (Kliegman, 2005). Fase

    kedua, semua ruangan tumbuh lebih proporsional satu sama lain. Permukaan

    alveolus dan kapiler meluas sejajar dengan pertumbuhan badan, oleh sebab itu

    anak yang lebih tinggi mempunyai paru-paru yang lebih besar, selain itu tingkat

    aktivitas memungkinkan penyesuaian struktur dan fungsi paru secara lebih baik

    (Kliegman, 2005).

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    31/98

     

    Gambar 2.1 Saluran Pernapasan

    B.  Sistem Pernapasan Pada Anak

    Bernapas adalah proses memindahkan udara ke dalam dan ke luar pada

    sistem pernapasan. Fungsi utama sistem pernapasan adalah terjadi pertukaran O2 

    dan CO2 antara lingkungan eksternal dan darah. Proses bernapas terdiri dari tiga

    langkah yaitu:

    1.  Pergerakan udara masuk dan ke luar paru, sehingga terjadi pertukaran antara

    udara dan alveolus paru

    2.  Pertukaran O2  dan CO2  antara udara di alveolus dan darah di dalam kapiler

     pulmonalis melalui proses difusi

    3.  Pengangkutan O2  dan CO2  oleh darah, kemudian terjadi pertukaran O2  dan

    CO2 antara jaringan dan darah melalui proses difusi.

    (Clarke, 2006)

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    32/98

     

    Saat bernapas CO2 akan dikeluarkan melalui traktus respiratorius dan masuk

    ke dalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis, kemudian masuk ke

    atrium kiri jantung, kemudian ke aorta dan ke seluruh tubuh (jaringan dan sel-sel),

    disini terjadi oksidasi (pembakaran). Hasil dari pembakaran adalah CO2 dan zat

    ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (atrium kanan) ke

    ventrikel kanan dan ke luar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru,

    akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran

    CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme

    lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit (Syaifuddin,

    2006).

    Proses bernapas diatur oleh otak. Pusat kontrol pernapasan terletak di batang

    otak, medulla oblongata dan pons yang bertanggung jawab untuk menghasilkan

     pola pernapasan berirama (Clarke, 2006). Aktivitas dalam bernapas ada 2, yaitu

    inspirasi dan ekspirasi. Aktivitas bernapas ini dipersarafi oleh saraf frenikus dan

    saraf interkostalis yang terletak di korda spinalis, sehingga otot diafragma dan

    otot antar iga eksternal berkontraksi (Sherwood, 2005).

    Fungsi pernapasan pada anak sangat bervariasi sesuai dengan umur, ukuran

    dan penampilan anak. Pada anak usia lima tahun jumlah kapasitas total paru yaitu

    1,4 liter dan ketika pubertas mencapai 4,5 liter. Volume tidal pada anak usia lima

    tahun yaitu 0,1 liter dan 0,3 liter ketika pubertas. Volume cadangan ekspirasi

    antara 0,5 dan 1,5 liter. Kapasitas vital (KV) pada anak usia lima tahun yaitu 1

    liter dan 3 liter ketika pubertas. Volume udara di paru pada akhir ekspirasi (KRF)

    yaitu 1-3 liter. Volume residual yaitu antara 0,5 dan 1,5 liter (Clarke, 2006).

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    33/98

     

    Frekuensi napas pada anak dan dewasa berbeda, semakin bertambah usia

    anak maka frekuensi napas semakin berkurang atau menurun. Frekuensi napas

    kurang dari 1 tahun adalah 30-40 x/menit, usia 3 sampai 5 tahun frekuensinya 20-

    30 x/menit, usia 5 sampai 12 tahun frekuensinya 15-20 x/menit dan usia lebih dari

    12 tahun frekuensinya 12-16 x/ menit (Clarke, 2006).

    C.  Gambaran Umum Asthma

    1.  Pengertian

    Asthma adalah penyakit obstruktif pernapasan yang reversibel,

    ditandai eksaserbasi dan remisi spasme bronkial yang mengakibatkan

    obstruksi jalan napas (Speer, 2007). Asthma adalah penyakit inflamasi kronik

     jalan napas yang melibatkan sel inflamasi seperti sel mast, eosinofil, limfosit

    T dan neutrofil (Hockenbbery, 2003). Asthma adalah penyakit jalan napas

    obstruksi intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhus hiperresponsif

    terhadap stimuli tertentu (Williams, 2004). Asthma merupakan penyakit yang

    dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia. Asthma umumnya

    diderita pada anak-anak usia dibawah lima tahun (Williams, 2004).

    2.  Penyebab

    Faktor yang berperan dalam mekanisme terjadinya asthma, seperti

    faktor biokimia, imunologi, infeksi, endokrin dan psikologis (Williams,

    2006). Faktor lain adalah udara dingin, latihan (olahraga), asap rokok, asap

    industri, alergi dan inhalasi larutan hipertonis dapat berperan sebagai pencetus

    serangan asthma (Speer, 2007). Menurut Yayasan Penyantun Anak Asthma

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    34/98

     

    Indonesia, asthma pada anak biasanya disebabkan karena anak terpapar

    dengan faktor pencetus yang dapat berupa, lingkungan rumah (debu rumah,

    asap rokok, kapuk, bulu binatang), makanan (es, permen, coklat, kacang

    tanah, gorengan, snack gurih yang mengandung vetsin) dan faktor lain seperti

    flu (infeksi saluran napas akut), aktivitas fisik berlebihan, kelelahan atau

     perubahan cuaca.

    3.  Manifestasi klinis

    Manifestasi klinik yang ditemukan pada anak dengan asthma adalah

    serangan mendadak sehingga kesulitan bernapas, sering batuk atau sering

    infeksi pernapasan seperti pneumonia atau bronkhitis. Bila obstruksi berat

    napas menjadi cepat dan dangkal, retraksi dada, batuk produktif dan terdengar

    wheezing ketika ekspirasi, penggunaan otot bantu napas, penurunan

     pergerakan udara dan menurunkan kepatenan respirasi (Williams, 2006).

    Penurunan PaCO2  pada awal serangan akibat hiperventilasi, kemudian

     peningkatan PaCO2  saat obstruksi menghebat, sianosis, dypsnea  dengan

    ekspirasi memanjang dan ansietas (Clarke, 2006). Penyakit asthma bila tidak

    ditangani dengan benar maka akan terjadi komplikasi potensial seperti

     pneumotoraks, gagal jantung, infeksi pernapasan, gangguan emosional, dan

     bahkan kematian (Speer, 2007).

    Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk proses respirasi. Anak yang

    mengalami asthma akan mengalami kesulitan dalam melakukan respirasi,

    sehingga akan membuat suplai O2 keseluruh tubuh berkurang. Berkurangnya

    suplai O2 menyebabkan gangguan metabolisme intrasel yang berlangsung di

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    35/98

     

    dalam mitokondria, dimana sel menggunakan O2  dan menghasilkan CO2 

    selama penyerapan energi dari molekul nutrient (Sherwood, 2005). Anak yang

    menderita asthma akan mengalami gangguan dalam pembentukan energi di

    dalam tubuh sehingga nutrisi yang dibutuhkan tubuh akan berkurang oleh

    sebab itu jika anak yang menderita asthma tidak ditangani dengan baik akan

    mengalami gangguan tumbuh kembang (Williams, 2004).

    4.  Patofisiologi

    Asthma ditandai dengan adanya wheezing dikarenakan turbulensi

    udara dan gerakan ke dinding bronkhus (Clarke, 2006). Tiga faktor yang

     berpengaruh dalam reaksi asthma yaitu:

    a.  Bronkhospasme, penyempitan dinding bronkhial akibat kontraksi otot

     polos, bronkhus dan bronkheolus menjadi tidak elastis dimana tidak

    terdapat jaringan ikat dalam dinding dada.

     b.  Inflamasi, aliran udara menjadi hiperresponsif dan mudah terjadi

     penyempitan yang luas terhadap berbagai rangsangan. Penyempitan lebih

    lanjut pada jalan napas dikarenakan penumpukan mukosa, submukosa dan

     jaringan otot oleh sel-sel inflamasi.

    c.  Sel inflamasi, saluran eosinofil juga mengandung netrofil, makropag dan

    sel mast. Kandungan kimia mediator mengandung histamin, prostaglandin

    dan leukotrin, yang menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan

     permeabilitas kapiler, sehingga terjadi edema dan peningkatan produksi

    mukus (Clarke, 2006).

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    36/98

     

    Gambar 2.2 Gambar A menunjukkan jalan napas normal. Gambar B menunjukkan jalan napas

    selama terjadi serangan asthma. 

    Penyebab umum pada penyakit asthma adalah hipersensitivitas

     bronkiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi alergi yang terjadi

    akan merangsang pembentukan sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah

     besar dan antibodi ini akan menyebabkan alergik jika bereaksi dengan antigen

    spesifik (Potts, 2007).

    Pasien asthma antibodi melekat terutama pada sel mast yang terdapat

    dalam intersisial paru yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus

    kecil, bila seseorang menghirup serbuk sari yang sensitif baginya (antibodi

    IgE meningkat), serbuk sari bereaksi dengan antibodi terlekat sel mast dan

    menyebabkan sel ini mengeluarkan berbagai macam zat. Zat yang dikeluarkan

    oleh sel mast (disebut mediator) diantaranya adalah histamin, bradikinin, dan

     prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A).

    Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan

    kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkhospasme, pembengkakan membran

    mukosa, dan pembentukan mukus yang sangat banyak yang menimbulkan

    BA

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    37/98

     

    obstruksi jalan napas sehingga mengalami kesulitan bernapas terutama saat

    ekspirasi (Potts, 2007). 

    Pasien asthma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan

    adekuat tetapi sukar sekali melakukan ekspirasi maksimum, yang mendorong

     pasien asthma merasa nyaman untuk duduk tegak dan menggunakan otot-otot

    aksesori pernapasan ketika bernapas. Sumbatan jalan napas akibat

     penyempitan bronkhus dapat menyebabkan dispnea (Hockenberry, 2003).

    Kapasitas fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat

    selama serangan asthma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari

     paru. Tahanan jalan napas meningkat, hiperinflasi pulmoner dan ketidak

    seimbangan ventilasi dan perifusi, apabila keadaan ini tidak segera di tangani

    akan terjadi gagal napas yang merupakan konsekuensi dari peningkatan kerja

     pernapasan, inefisiensi pertukaran gas dan kelelahan otot-otot pernapasan

    (Speer, 2007).

    5.  Jenis-jenis Asthma

    Asthma dibagi menjadi dua jenis yaitu asthma ekstrinsik (atopik) dan intrinsik

    (nonatopik).

    a.  Asthma ekstrinsik (atopik) disebabkan oleh alergen (mis: serbuk sari,

     binatang, makanan, dan jamur). Pasien dengan asthma alergik biasanya

    mempunyai riwayat keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu

    eksema atau rhinitis alergik.

     b.  Asthma intrinsik (nonatopik) tidak berhubungan dengan alergi spesifik.

    Faktor-faktor seperti, perubahan suhu dingin, infeksi traktus respiratorius,

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    38/98

     

    latihan, emosi, stres, cemas, faktor genetik, perubahan hormon endokrin

    dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan (Williams, 2006).

    Beberapa agen farmakologi, seperti aspirin dan agen anti inflamasi

    nonsteroid lain, pewarna rambut, antagonis beta-adrenergik, dan agen

    sulfit (pengawet makanan), juga mungkin menjadi faktor. Serangan

    asthma ini dapat menjadi lebih berat dan dapat berkembang menjadi

     bronkhitis kronik dan emfisema (Williams, 2006).

    6.  Klasifikasi Asthma

    Klasifikasi penyakit asthma secara klinik dibagi menjadi empat bagian

    menurut  National Heart Lung and Blood Institute  (NHLBI), 2006 dalam

    Surjanto, 2008 yaitu: intermiten, persisten ringan, sedang dan berat.

    a.  Intermiten dengan gambaran klinis, gejala singkat kurang dari 1

    kali/minggu, gejala asthma malam kurang dari 2 kali/bulan, asimtomatis

    di luar serangan, serangan berlangsung singkat, Forced Expiration Volume 

    (FEV1) lebih dari 80% nilai prediksi atau Arus Puncak Ekspirasi (APE)

    lebih dari 80% nilai terbaik dan variabiliti APE kurang dari 20%.

     b.  Persisten ringan dengan gambaran klinis, eksaserbasi lebih dari 1

    kali/minggu tetapi kurang dari 1 kali/hari, gejala asthma malam lebih dari

    2 kali/bulan, eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan tidur,  Forced

     Expiration Volume (FEV1) lebih dari 80% nilai prediksi atau Arus Puncak

    Ekspirasi(APE) lebih dari 80% nilai terbaik dan variabiliti APE 20%-30%.

    c.  Persisten sedang dengan gambaran klinis, gejala hampir tiap hari, gejala

    asthma malam lebih dari 1 kali/minggu, eksasebasi mempengaruhi

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    39/98

     

    aktivitas dan tidur, membutuhkan steroid inhalasi dan bronkhodilator

    setiap hari,  Forced Expiration Volume  (FEV1) 60% - 80% nilai prediksi

    atau Arus Puncak Ekspirasi (APE) 60% -80% nilai terbaik dan variabiliti

    APE lebih dari 30%.

    d.  Persisten berat dengan gambaran klinis, sering eksaserbasi, sesak terus

    menerus, gejala asthma malam sering, aktivitas fisik terhambat,

    membutuhkan steroid inhalasi dosis tinggi, bronkhodilator dan steroid

    oral,  Forced Expiration Volume  (FEV1) kurang dari 60% nilai prediksi

    atau arus puncak ekspirasi (APE) kurang dari 60% nilai terbaik dan

    variabiliti APE lebih dari 30%.

    7.  Pemeriksaan Diagnostik

    Pemeriksaan fisik sangat diperlukan untuk menilai asthma. Hasil yang

    didapat tergantung stadium serangan, lamanya serangan serta jenis asthmanya.

    Pada pemeriksaan fisik terlihat frekuensi napas cepat dan dangkal, disertai

     batuk-batuk paroksimal, dan terdengar suara mengi sepanjang lapang paru,

    fase ekspirasi memanjang, inspirasi terlihat retraksi daerah supraklavikular,

    suprasternal, epigastrium dan sel iga (Betz, 2002). Pada asthma kronik terlihat

     bentuk toraks emfisematus, bongkok kedepan dan sela iga melebar diameter

    anteroposterior toraks bertambah. Pada perkusi terdengar hipersonor seluruh

    toraks, terutama bagian bawah posterior (Williams, 2004). Daerah pekak

     jantung dan hati mengecil. Pada auskultasi, pada stadium awal bunyi napas

    kasar atau mengeras, tapi pada stadium lanjut suara napas melemah atau

    hampir tidak terdengar karena aliran udara sangat lemah. Fase ekspirasi

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    40/98

     

    normal adalah 1  :  3  –   1 : 2 dari fase inspirasi, pada waktu serangan fase

    ekspirasi memanjang (Hockenberry, 2004).

    Pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan laboratorium pasien asthma

    ditemukan jumlah leukosit yang meningkat jika terjadi infeksi tambahan.

    Pemeriksaan analisa gas darah awalnya pH meningkat, PaCO2  dan PaO2 

    menurun (alkalosis respiratori akibat hiperventilasi), kemudian pH menurun,

    PaO2  menurun dan PaCO2  meningkat (asidosis respiratori) (Potts, 2007).

    Jumlah eosinofil meningkat dalam darah dan sputum. Foto toraks menujukkan

    hiperinflasi dan pendataran diafragma (Williams, 2004). Pada pasien asthma

    dapat dilakukan uji fungsi paru yang bermanfaat untuk menentukan tingkat

    obstruksi jalan udara dan gangguan pertukaran gas, untuk mengukur respons

     jalan udara terhadap alergen dan zat kimia yang diinhalasi (tes provokasi

     bronkial) selain itu untuk mengevaluasi perjalanan penyakit jangka panjang.

    Penetapan fungsi paru pada asthma paling bermanfaat bila dilakukan sebelum

    dan sesudah pemberian suatu bronkhodilator aerosol, dengan prosedur ini

    tingkat reversibilitas obsrtuksi jalan udara pada saat tes dapat ditentukan

    (Behrman, 2004). Pada uji fungsi paru dengan menggunakan spirometri

    ditemukan peningkatan kapasitas paru total (TLC) dan volume residual

    fungsional (FRV) sekunder terhadap terjebaknya udara, sedangkan  forced

    expiratory volume in 1 sec  (FEV1), kapasitas vital kuat (FVC) dan volume

    tidal menurun (Williams, 2006). Kapasitas vital kuat (FVC) adalah

     pengukuran kapasitas vital yang di dapat pada ekspirasi yang dilakukan

    secepat dan sekuat mungkin (Price, 2002). Pada uji fungsi paru menggunakan

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    41/98

     

     peak flow meter   akan ditemukan penurunan Arus puncak ekspirasi (APE).

    APE adalah jumlah aliran udara maksimal yang dapat di capai saat ekspirasi

     paksa dalam waktu tertentu. APE digunakan untuk mengukur secara objektif

    arus udara pada saluran napas besar (Bagian Pulmonologi FKUI, 2001).

    8.  Terapi Asthma

    Terapi medikasi terbagi menjadi dua yaitu terapi farmakologi dan

    terapi non farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan dalam mengobati

     penyakit asthma terdapat lima kategori yaitu agonis beta, metilsantin,

    antikolinergik, kortikosteroid dan inhibitor sel mast (Brunner, 2004). Bila

    anak terserang asthma maka segera gunakan bronkhodilator dengan cara yang

    tepat dan dosis yang tepat untuk menghindari terjadinya kegawatan.

    Pengobatan asthma dapat diberikan dalam bentuk inhalasi, obat oral dan

     penyuntikan intravena. Pada anak di bawah usia lima tahun penggunaan obat

    asthma biasanya dilakukan melalui inhalasi atau nebulizer. Lama kerja obat-

    obat asthma berkisar antara 4-6 jam setelah penggunaan dengan tingkat

    keefektivitasannya antara 70-90% (Ilmu Kesehatan Anak, 1993). Terapi non

    farmakologi adalah terapi yang diberikan dalam rangka membantu

     pengobatan farmakologi tanpa menimbulkan efek samping. Terapi non

    farmakologi yang sering digunakan pada pasien anak asthma dirumah sakit

    yaitu terapi oksigen, nebulizer, fisioterapi dada dan latihan napas dalam

    (Hockenberry, 2004).

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    42/98

     

    9.  Peak Flow Meter

    Fungsi paru yaitu usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 dalam

     proses metabolisme dan mengeluarkan CO2  sebagai hasil metabolisme, yang

    ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE)

    (Sherwood, 2006). Uji fungsi paru merupakan tes yang dilakukan untuk menilai

    kepatenan fungsi ventilasi paru dan pertukaran gas dalam darah. Uji fungsi paru

     bermanfaat untuk menentukan tingkat obstruksi jalan udara dan gangguan

     pertukaran gas. Uji fungsi paru dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu, uji yang

     berhubungan dengan ventilasi paru-paru dan dinding dada, serta uji yang

     berhubungan dengan pertukaran gas (Price, 2002). Uji fungsi paru penting

    dilakukan untuk mengevaluasi secara klinik penyakit paru dan untuk

    memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan penyakit terhadap fungsi paru,

    selain itu dapat menggambarkan gangguan fungsi yang khas dan dapat

    membedakan antara kelainan ventilasi obstruktif dan restriktif. Gangguan

    ventilasi obstruksi seperti bronkhitis, asthma dan emfisema dapat

    mempengaruhi kemampuan ekspirasi sedangkan gangguan restriktif seperti

    obesitas, gangguan neurologik dan neuromuskular dapat mempengaruhi

    kemampuan inspirasi. Alat yang digunakan untuk mengukur fungsi ventilasi

     paru yaitu spirometri dan  peak flow meter . Alat yang biasa digunakan dan

    mudah digunakan pasien yang dapat menggambarkan seberapa besar tingkat

    obstruksi pada pasien asthma yaitu peak flow meter (Price, 2002).

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    43/98

     

     Peak flow meter   adalah alat untuk mengukur arus puncak ekspirasi

    (APE) pada pasien asthma. Nilai APE dapat menggambarkan fungsi ventilasi

     paru pada pasien asthma. Pengukuran dengan  peak flow meter   dilakukan 3

    kali dan nilai tertinggi dalam pengukuran tersebut dapat diambil untuk

    menggambarkan fungsi ventilasi paru. Arus puncak ekspirasi (APE) adalah

     jumlah aliran udara maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa dalam

    waktu tertentu (Bagian Pulmonologi FKUI, 2001). Volume udara ini dalam

    keadaan normal nilainya kurang lebih sama dengan kapasitas vital, tetapi pada

     pasien asthma akan mengalami penurunan karena mengalami bronkhospasme

    akibatnya udara terperangkap dalam paru-paru. Nilai normal arus puncak

    ekspirasi (APE) yaitu > 80% dari nilai prediksi (Behrman, 2004).

     Peak flow meter   dapat melihat seberapa besar tingkat obstruksi,

    kondisi yang terjadi pada pasien dan kebutuhan pengobatan lanjutan yang

    terjadi pada pasien asthma, yaitu dengan melihat indikator dari alat tersebut

    yang dinamakan dengan pelangi asthma. Pelangi asthma dapat memonitoring

     baik atau buruknya keadaan asthma secara mandiri yang ditandai dengan tiga

    warna yaitu:

    a)  Hijau

    Kondisi asthma baik dan terkontrol, tidak ada gejala atau gejala minimal,

     pengobatan bergantung berat asthma, prinsipnya pengobatan dilanjutkan.

    Bila tetap berada pada warna hijau minimal 3 bulan, maka pertimbangkan

    turunkan terapi.

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    44/98

     

     b)  Kuning

    Kondisi dalam keadaan berhati-hati atau asthma tidak terkontrol dan dapat

    terjadi serangan akut atau eksaserbasi. Gejala asthma yaitu asthma malam,

    aktivitas terhambat, batuk, mengi, dada terasa berat baik saat beraktivitas

    maupun istirahat. Nilai APE 60 –  80% dari nilai prediksi atau nilai terbaik.

    Penderita membutuhkan dosis medikasi atau perubahan medikasi.

    c)  Merah

    Kondisi dalam keadaan berbahaya, gejala asthma terus menerus dan

    membatasi aktivitas sehari-hari. Nilai APE < 60% dari nilai prediksi atau

    nilai terbaik. Penderita membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana

     pengobatan yang disepakati dokter dan pasien secara tertulis, bila tetap

    tidak ada respon segera hubungi dokter atau rumah sakit.

    (PDPI, 2006)

    10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ventilasi Paru

    Beberapa faktor yang mempengaruhi ventilasi paru dalam bernapas yaitu usia,

     jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan.

    a)  Usia

    Sejak anak lahir terjadi pertumbuhan struktur paru secara terus menerus

    sampai pada masa pubertas. Selama proses pertumbuhan terjadi

     pertambahan jumlah alveoli dan septa serta bertambahnya cabang-cabang

     bronkhus dan bronkheolus, dimana hal ini mendukung terjadinya pertukaran

    gas. Semakin bertambah usia anak maka fungsi parunya semakin sempurna,

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    45/98

     

    karena pertumbuhan struktur parunya semakin sempurna (Hockenberry,

    2003)

     b)  Jenis kelamin

    Ventilasi pada anak laki-laki lebih tinggi 20-25% di bandingkan anak

    wanita. Anak laki-laki memiliki tingkat aktivitas yang lebih tinggi dari pada

    wanita sehingga recoil   dan compliance  parunya lebih terlatih sehingga

    memungkinkan penyesuaian struktur dan fungsi paru secara lebih baik

    (Kliegman, 2005).

    c)  Tinggi badan dan berat badan

    Tinggi badan dan berat badan turut juga mempengaruhi dimana anak yang

    memiliki tubuh tinggi besar maka fungsi ventilasi parunya lebih tinggi di

     bandingkan dengan anak yang bertubuh kecil pendek karena anak yang

     bertubuh tinggi besar memiliki paru-paru yang lebih besar. Permukaan

    alveolus paru dan kapiler meluas sejajar dengan pertumbuhan badan

    (Kliegman, 2005).

    D. Konsep Bermain 

    1. Definisi Bermain

    Bermain adalah suatu aktivitas yang penting bagi anak. Bermain

    mempunyai arti besar bagi anak untuk mencapai tumbuh kembang yang

    optimal dari segi fisik, emosional, intelektual, pendidikan, dan sosial

    (Hurlock, 1999). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan

    mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    46/98

     

     pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat

    mengembangkan imajinasi anak (Mulyadi, 2004). Bermain adalah suatu

    kegiatan yang menyenangkan yang dilakukan secara spontan serta dapat

    memberikan rasa aman secara psikologis pada anak (Mulyadi, 2004). 

    2.  Fungsi Bermain

    Anak dan bermain merupakan dua dunia yang hampir tidak dapat

    dipisahkan. Bermain mempunyai arti besar untuk mencapai perkembangan

    anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreatifitas dan sosial. Bermain

    mempunyai banyak fungsi untuk perkembangan anak, mencakup

     perkembangan sensori, intelektual, sosialisasi, kreatifitas, kesadaran diri,

    terapi dan moral (Potts, 2007). Bermain juga dapat mengungkapkan konflik

    yang ada pada diri anak sehingga memperoleh ketenangan. Pengetahuan

    orang tua terutama ibu tentang konsep bermain yang sesuai dengan tingkat

     perkembangan atau usia anak sangat diperlukan(Mulyadi, 2004).

    Bermain merupakan aspek yang penting dalam kehidupan anak dan

    salah satu alat yang efektif untuk mengurangi stres. Saat sakit dan dirawat

    dirumah sakit merupakan suatu krisis pada kehidupan anak dan sering

    menyebabkan stres yang terbesar, dengan bermain ketakutan dan kecemasan

    dapat dihalangi dan dikurangi (Potts, 2007).

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    47/98

     

    3.  Fungsi Bermain Di Rumah Sakit

    Menurut Wong dalam Hockenberry (2004), fungsi bermain adalah sebagai

     berikut:

    a.  Memfasilitasi penyesuaian diri terhadap situasi yang tidak familiar,

     b.  Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol diri,

    c.  Memberi kesempatan untuk mempelajari bagian-bagian tubuh, fungsinya,

    dan penyakit atau kecacatan tubuhnya,

    d.  Memperbaiki konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan-tujuan

     peralatan dan prosedur medis,

    e.  Membantu untuk mengurangi stres perpisahan,

    f.  Memberi hiburan dan relaksasi,

    g.  Membantu anak untuk merasa lebih nyaman dalam lingkungan yang

    nyaman,

    h.  Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan

     perasaan,

    i.  Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap positif

    terhadap orang lain,

     j.  Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat,

    k.  Memberi cara untuk mencapai tujuan-tujuan terapeutik,

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    48/98

     

    4.  Bermain Untuk Prosedur Khusus

    Tujuan intervensi bermain:

    a.  Mempromosikan batuk: anak dipicu untuk menghembuskan napas

     beberapa kali dan ditingkatkan kecepatan dan kekuatannya

     b.  Mempromosikan napas dalam perlu usaha bernapas dalam dan lambat

    sehingga terjadi pengembangan paru dan alveoli pada semua lobus

    c.  Mempromosikan pernapasan mencucu: pada anak asthma untuk membuka

    dan mempertahankan napas bersih.

    Jenis permainan yang digunakan untuk melatih pernapasan anak

    a.  Adakan kontes meniup permen karet.

     b.  Mendramatisir cerita dengan memintanya meniup rumah mainan sampai

    rumahnya roboh

    c.  Selenggarakan pesta ulang tahun bohongan, bernyanyi dan meniup lilin

     pada kue ulang tahun

    d.  Bermain memindahkan potongan kertas dengan sedotan dari satu tempat

    ke tempat lain

    e.  Bermain dramatik: meminta anak meniup sirine, raungan singa dan

    meniup plastik (Hockenberry, 2004).

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    49/98

     

    E. Bermain Meniup Balon 

    Bermain meniup balon dapat dianalogkan dengan latihan napas dalam

    ( pursed lips breathing ). Bermain meniup balon merupakan suatu permainan atau

    aktivitas yang memerlukan inspirasi dalam dan ekspirasi memanjang dengan

    mulut di monyongkan, ini dilakukan pada pasien dengan penyakit pernapasan

    terutama asthma. Pada penyakit asthma resistensi aliran udara menjadi besar

    terutama selama ekspirasi, hal ini menyebabkan terjadi penurunan volume

    ekspirasi paksa atau Forced Expiration Volume (FEV1) dan Arus puncak ekspirasi

    (APE) (Williams, 2006).

     Pursed lips breathing  sebagai intervensi keperawatan. Pursed lips breathing  

    dalam NIC (Nursing Intervention Classification) merupakan intervensi

    keperawatan oleh karena itu perawat harus melaksanakannya (MC closkey and

     bulechek, 1996 dalam Sumedi, 2008). Pursed lips breathing  adalah strategi yang

    digunakan dalam rehabilitasi pulmonal untuk menurunkan sesak napas. Pasien

    dengan gangguan pernapasan akan mendapatkan keuntungan bila menggunakan

    teknik ini. Strategi ini dibuat dengan tujuan untuk membantu pasien mengontrol

     pola napas, meningkatkan ventilasi pola napas, meningkatkan mekanisme batuk

    efektif, mencegah atelektasis, meningkatkan kekuatan otot pernapasan,

    meningkatkan relaksasi dan mencegah terjadinya kekambuhan dan sesak napas

    (Dechman, 2004).  Pursed lips breathing   juga dapat menurunkan sesak napas,

    sehingga pasien dapat toleransi terhadap aktivitas dan meningkatkan kemampuan

    memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika teknik ini dilakukan secara rutin dan benar

    dapat mengoptimalkan fungsi mekanik paru, membatasi peningkatan volume

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    50/98

     

    akhir ekspirasi paru dan mencegah efek hiperinflasi (Sheadan Martinez, 2006).

     Pursed lips breathing  dapat menggantikan porsi utama dari kerja pernapasan dari

    otot-otot iga. Secara temporer kerja diagfragma berkurang tetap tidak pada

    seluruh kerja pernapasan hal ini menyebabkan pasien merasa sesak napas

     berkurang dengan Pursed lips breathing .

     Pursed lips breathing  dilakukan untuk mendapatkan pengaturan napas yang

    lebih baik dari napas sebelumnya yaitu, pernapasan cepat dan dangkal menjadi

     pernapasan yang lebih lambat dan dalam. Tujuan  Pursed lips breathing   adalah

    memperbaiki kelenturan rongga dada serta diafragma, dapat melatih otot-otot

    ekspirasi untuk memperpanjang ekhalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas

    selama ekspirasi, dengan demikian mengurangi jumlah tahanan dan jebakan

    udara. Latihan ini juga dapat membantu menginduksikan pola napas terutama

    frekuensi napas menjadi lambat dan dalam (Yunus, 2005). Selama latihan napas

    dalam, tidak ada aliran udara pernapasan yamg terjadi melalui hidung karena

    sumbatan involunter dari nasofaring oleh glotis (Dechman, 2004). Latihan napas

    dalam juga akan meningkatkan oksigenasi dan membantu sekret atau mukus

    keluar dari jalan napas (Speer, 2007). Pada pasien anak untuk melatih napas

    dalam intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat anak yaitu dengan mengajak

    anak yang menderita asthma untuk ikut dalam terapi bermain meniup balon yaitu

    dengan tujuan agar fungsi paru pada anak asthma akan meningkat dan menjadi

    normal (Hockenberry, 2004).

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    51/98

     

    Alat yang digunakan berupa balon yang masih kempis. Adapun caranya

    yaitu dengan menggunakan  pursed lip breating ,  anak bernapas dalam dan

    ekshalasi lambat melalui mulut, mulut dimonyongkan atau mencucu dan

    dikerutkan, sehingga balon menjadi mengembang terisi udara. Lamanya bermain

    meniup balon pada anak pra sekolah adalah 10-80 detik (Umeda, 2005).

    F. Konsep Kebutuhan Dasar Menurut Maslow

    Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang

    dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar

    manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa kebutuhan

    manusia tertentu lebih dasar daripada kebutuhan lainnya, oleh karena itu

    kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya. Kebutuhan dasar

    manusia adalah hal-hal seperti oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi,

    tempat tinggal, istirahat dan seks yang merupakan hal penting untuk bertahan

    hidup dan kesehatan. Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang paling

     penting. Tubuh bergantung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan

    hidup. Untuk memenuhi oksigen dalam tubuh, manusia harus dapat bernapas

    secara normal (Potter, 2002).

    G. 

    Kerangka Teori

    Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi antara teori

    asthma, teori aktifitas bermain, faktor-faktor yang mempengaruhi pola napas serta

    konsep kebutuhan dasar manusia menurut Maslow.

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    52/98

     

    Gambar 2.3 Kerangka Teori

    Sumber: Potter (2002); Clarke (2006); Hockenberry (2004)

    Teori kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, oksigen

    merupakan kebutuhan fisiologis terpenting untuk bertahan hidup

    Penderita Asthma

     Bronkhospasme

     Edema

      penumpukan mukus

    Gangguan fungsi

     paru pada anak prasekolah dengan

    Asthma

    Faktor yang

    mempengaruhi fungsi paru

      Usia

      TB

      BB

      Jenis Kelamin

    Fungsi Paru

     APE

    Terapi aktivitas

     bermain meniup balon

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    53/98

     

    Memandang dari kerangka teori diatas, bernapas merupakan salah satu

    kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam rangka mempertahankan hidup

    (konsep dasar Maslow). Manusia pada dasarnya ingin dapat bernapas secara

    normal, tetapi hal ini tidak dijumpai pada penderita asthma. Penderita asthma

    mengalami kesulitan bernapas secara normal dikarenakan terjadinya gangguan

     pada saluran napas. Gangguan pada saluran napas disebabkan karena adanya

     penyempitan pada bronkhus, edema saluran pernapasan dan peningkatan produksi

    mukus akibat inflamasi sehingga menurunkan fungsi paru-paru. Faktor - faktor

    yang dapat mempengaruhi fungsi paru adalah usia, jenis kelamin, tinggi badan

    dan berat badan. Penderita asthma mengalami penurunan fungsi paru akibat

    gangguan pada saluran napas. Terapi aktivitas bermain meniup balon dapat

    membantu memperbaiki fungsi paru pada penderita asthma, karena dapat

    meningkatkan kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru (Hockenberry, 2004).

    Fungsi paru pada pasien asthma dapat diketahui dengan melihat nilai arus puncak

    ekspirasi (APE) yang di ukur menggunakan  Peak Flow Meter . Dari kerangka

    teori diatas, maka disini akan ditunjukkan pengaruh terapi aktivitas bermain

    meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak pra sekolah dengan

    asthma.

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    54/98

     

    H.  Penelitian Terkait

      Umeda, Miciko. (2005). Pengaruh Terapi Aktifitas Bermain: Tiupan Lidah

    Terhadap Perubahan Pola Napas Anak Toddler dengan Bronkopneumonia Di

    RS. Islam Cempaka Putih. Jurnal PSIK FKK UMJ

    Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh terapi aktifitas bermain: meniup

    tiupan lidah terhadap perubahan pola napas anak toddler dengan

     bronkhopneumonia di Rumah Sakit Cempaka Putih Islam Jakarta, dengan

    nilai p untuk frekuensi napas 0,001 (p < 0,05) dan nilai p untuk bunyi napas

    0,008 (p < 0,05). Kesimpulan yang didapatkan adalah ada perubahan

    frekuensi dan bunyi napas sesudah meniup tiupan lidah.

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    55/98

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    56/98

     

    Berdasarkan kerangka konsep diatas peneliti ingin mengetahui apakah terapi

    aktifitas bermain: meniup balon berpengaruh terhadap perubahan fungsi paru

    dengan mengukur Arus Puncak Ekspirasi (APE) atau justru tidak berpengaruh

    terhadap perubahan fungsi paru pada anak pra sekolah dengan asthma.

    B.  Hipotesa

    Adapun hipotesa dari penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan

    masalah diatas:

    Ada pengaruh antara terapi aktivitas bermain: meniup balon terhadap

     perubahan fungsi paru anak pra sekolah dengan asthma

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    57/98

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    58/98

     

    Dibandingkan:

    E –  E1 = X1

    Keterangan:

    E = Fungsi paru sebelum meniup balon pada pasien asthma di klinik asthma anak

    E1 = Fungsi paru setelah meniup balon pada pasien asthma di klinik asthma anak

    X1 = Devíasi / perubahan fungsi paru pada pasien asthma di klinik asthma anak

    sebelum dan setelah dilakukan intervensi meniup balon.

    B. 

    Populasi dan Sampel

    1.  Populasi

    Populasi adalah subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

    tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

    kesimpulan (Sugiono dalam Hidayat, 2007). Populasi penelitian ini adalah

    seluruh pasien asthma usia 4-5 tahun yang berobat ke klinik asthma anak.

    2.  Sampel

    Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

    oleh populasi, atau sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

    diteliti (Sugiono dalam Hidayat, 2007). Pengambilan sampel dalam penelitian

    ini menggunakan teknik purposive sampling  yaitu teknik pengambilan sampel

    dengan pertimbangan tertentu dan teknik sampling aksidental yaitu cara

     pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu ( Hidayat,

    2007).

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    59/98

     

    Kriteria Inklusi:

    a.  Orang tua pasien bersedia menjadi responden

     b.  Usia 4-5 tahun yang berobat di klinik asthma anak

    c.  Anak dengan asthma intermiten, persisten ringan dan persisten sedang

    d.  Anak tidak menderita penyakit lain yang dapat mengganggu fungsi

    ventilasi paru

    e.  Anak kooperatif

    f.  Anak tidak takut terhadap balon dan tidak alergi dengan karet balon

    g.  Anak tidak sedang mendapatkan terapi bronkhodilator selama 4-6 jam

    Kriteria Eksklusi:

    a.  Anak asthma yang sedang serangan berat

     b.  Menderita penyakit lain dan EIA ( Exercise Induced Asthma)

    c.  Anak asthma yang mengalami serangan saat dilakukan intervensi

    Penulis membuat perhitungan besar sampel minimal berdasarkan hasil

     perhitungan menggunakan uji hipotesis beda dua mean derajat kemaknaan 5%

    kekuatan uji 90%, didapatkan besar sampel sebagai berikut ( Hidayat, 2007).

    n = 2σ² ( Z1-α + Z1-β )²(μο  –  μα)²

    n = 2 .1,325² (1,96 + 1,28)² = 9,21 atau 10(32 –  30)²

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    60/98

     

    Keterangan:

    n = Jumlah sampel minimal

    Z1-α = Nilai Z pada derajat kemaknaan 1,96 bila α 5%

    Z1-β = Nilai Z pada kekuatan 1,28 bila β 10%

    σ² = Standar deviasi dari beda dua mean berpasangan 1,325 x/menit

    (Umeda 2005)

    μο  = Rerata kekuatan pola pernapasan sebelum intervensi 32 x/menit

    (Umeda 2005)

    μα  = Rerata kekuatan pola pernapasan sesudah intervensi 30 x/menit

    (Clarke, 2006)

    Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, sampel yang

    dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 10 orang responden.

    C.  Tempat Penelitian

    Tempat yang akan dilakukan penelitian adalah rumah responden.

    Responden yang di ambil berasal dari klinik asthma anak.

    D.  Waktu Penelitian

    Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada minggu ke 3 yaitu

    hari senin sampai dengan jumat dari tanggal 27 Juli sampai 15 Agustus 2009.

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    61/98

     

    E.  Etika Penelitian

    Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat

     perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian, dengan

    memperhatikan aspek-aspek  self determination, privacy, anonymity,

    confidentially  dan  protection from discomport   (Polit, 2006). Peneliti juga

    membuat Informed consent  sebelum penelitian dilakukan.

    1.  Prinsip Etik

    a.  Self Determination

    Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak

    mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela, setelah semua informasi

    yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan menandatangani

     Informed Consent  yang telah disediakan.

    b.   Privacy

    Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan

    responden untuk kepentingan penelitian. Nama responden akan

    dirahasiakan sebagai ganti digunakan nomor responden.

    c.   Anonymity

    Selama kegiatan penelitian nama responden akan dirahasiakan sebagai

    gantinya digunakan inisial

    d. 

    Confidentially

    Peneliti menjadi kerahasiaan identitas responden dan informasi yang

    diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai

    dokumentasi penelitian.

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    62/98

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    63/98

     

    a.  Subjek penelitian diberi penjelasan yang dapat dimengerti tentang tujuan

    dari penelitian yang akan dilakukan. Prosedur, teknik yang akan dilakukan

    dan tujuan yang ingin dicapai dijelaskan dalam penelitian.

     b.  Subjek penelitian diberi penjelasan mengenai risiko dan ketidaknyamanan

     potensial yang mungkin dialami. Jika selama kegiatan penelitian

    responden merasa tidak nyaman maka intervensi dihentikan.

    c.  Subjek diberitahu mengenai manfaat yang akan didapatkan pada

     penelitian yang dilakukan.

    d.  Peneliti bersedia untuk menjawab semua pertanyaan mengenai prosedur

    yang diajukan subjek penelitian dan bersedia memberikan penjelasan

    dengan lengkap tentang prosedur penelitian yang akan dilakukan.

    e.  Subjek penelitian dapat mengundurkan diri kapan saja tanpa konsekuensi

    apapun. 

    F.  Alat pengumpul data dan Prosedur penelitian 

    1. Alat Pengumpul Data

    a.  Timmer

    Timmer digunakan untuk menghitung waktu saat terapi meniup balon

    selama 10-80 detik.

     b.  Balon

    Balon adalah media yang digunakan dalam terapi menarik napas dalam

     pada penelitian ini.

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    64/98

     

    c.   Peak Flow Meter

     Peak flow meter  adalah alat untuk mengukur arus puncak ekspirasi (APE).

     Nilai APE dapat menggambarkan fungsi ventilasi paru pada pasien

    asthma. Pengukuran dengan  peak flow meter   dilakukan 3 kali dan nilai

    tertinggi dalam pengukuran tersebut dapat diambil untuk menggambarkan

    fungsi ventilasi paru.

    d.  Meteran Tinggi Badan

    Meteran adalah alat untuk mengukur tinggi badan dalam satuan senti

    meter (cm).

    e.  Timbangan berat badan

    Timbangan berat badan adalah alat untuk mengukur berat badan dengan

    satuan kilogram (kg).

    f.  Lembar Observasi

    Lembar observasi digunakan untuk mencatat kerakteristik responden

    yaitu, nama (inisial), usia, jenis kelamin dan hasil pengukuran pola

     pernapasan sebelum dan sesudah intervensi.

    2.  Prosedur Intervensi

    Intervensi terapi bermain meniup balon yang sesuai yaitu anak usia pra

    sekolah yang didiagnosa asthma oleh dokter diperiksa fungsi parunya dengan

    menggunakan peak flow meter  dengan mengukur arus puncak ekspirasi (APE)

    selama satu menit sebelum intervensi, kemudian hasilnya dicatat dalam

    lembar observasi. Anak diberikan balon karet dan peneliti menginstruksikan

    untuk meniupnya dengan cara inspirasi dalam dan eksipirasi yang memanjang

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    65/98

     

    dengan mulut dimonyongkan selama 10-80 detik dengan tiupan berulang,

    terapi ini dilakukan 3 siklus yaitu 3 kali 10-80 detik dengan waktu istirahat 10

    menit, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan intervensi yaitu 36 menit.

    Satu menit sesudah intervensi, APE diukur kembali dengan menggunakan

     peak flow meter . Data yang diperoleh dimasukkan dalam lembar observasi.

    Terapi ini dilakukan pagi dan sore sebanyak 3 siklus yaitu 3 kali 10-80 detik

    selama lima hari. Setelah data terkumpul dilakukan analisa. Peneliti

    menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian dengan sejelas-jelasnya pada orang

    tua anak yang menderita asthma untuk menghindari banyaknya responden

    yang droup out , pada saat pemberian informed consent . Peneliti juga

    melibatkan orang tua untuk sama-sama ikut memonitor anaknya dan terus-

    menerus memberi dorongan supaya anak mau melakukan terapi ini.

    Ket: dilakukan 3 siklus yaitu 3 kali 10-80 detik

    Gambar 4.2 Prosedur intervensi

    Istirahat

    10 mnt

    Catat dalam

    lembar

    observasi

    Lakukan

    intervensi meniup

     balon selama 10-

    80 dtk

    Ukur APE

    selama I menit

    Catat dalam

    lembar

    observasi

     pasien Periksa

    dokter

    Asthma Informed

    consent

    ukur APE

    selama 1 mnt

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    66/98

     

    G.  Pengolahan Analisa Data

    Analisa data hasil penelitian dilakukan melalui dua tahapan utama yaitu

     pengolahan data dan analisa data dengan menggunakan komputer. Analisia yang

    digunakan pada penelitian ini adalah analisia univariat, analisa bivariat dan

    analisa multivariat.

    1. Pengolahan Data

    a.   Editing,  yaitu proses pengecekan kembali lembar observasi yang telah

    diisi, pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapan, kejelasan,

    relevansi serta konsistensi jawaban responden. Data yang belum lengkap

    akan dikembalikan kepada responden dan untuk diisi kembali pada saat itu

     juga.

     b.   Processing , yaitu proses pemasukan data kedalam program komputer.

    c.  Cleaning , yaitu proses pengecekan kembali data-data yang telah

    dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian

     pengkodean yang dilakukan. Apabila terjadinya kesalahan, maka data

    tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai dengan hasil pengumpulan

    data yang dilakukan.

    H.  Analisa data

    1. 

    Analisa Univariat

    Analisa univariat mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dari

    masing-masing variabel yang diteliti untuk data numerik dengan menghitung

    mean, median, simpangan baku (SD), nilai minimal dan maksimal. Untuk data

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    67/98

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    68/98

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    69/98

     

    Tabel 5.1

    Data Demografi Berdasarkan Berat Badan dan Tinggi Badan Pada Anak Asthma

    Juli –  Agustus 2009 (n = 10)

    Mean Median Standar Deviasi Min-Maks

    BB 19.4 19.5 3.95 12 – 25

    TB 115.2 118.5 8.561 96 - 122

    Karakteristik responden menurut berat badan, rata-rata berat badan

    responden adalah 19.4 kg, berat badan terendah adalah 12 kg dan tertinggi adalah

    25 kg. Karakteristik responden menurut tinggi badan, rata-rata tinggi badan

    responden adalah 115.2 cm, tinggi badan terendah adalah 96 cm dan tertinggi

    adalah 122 cm.

    Tabel 5.2

    Data Demografi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Pada Anak Asthma

    Juli –  Agustus 2009 (n = 10)

    No Jenis kelamin Usia Total

    4 th 5 th

    1 Laki-laki 40% 60% 100%

    2 Perempuan 40% 60% !00%

    Karakteristik responden menurut usia dan jenis kelamin yaitu anak laki-laki

    usia 4 tahun 40% dan usia 5 tahun 60%, sedangkan anak perempuan usia 4 tahun

    40% dan usia 5 tahun 60%.

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    70/98

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    71/98

     

    intervensi 233. Rata-rata fungsi paru hari ke empat pagi sebelum intervensi yaitu

    216, sesudah intervensi 229, rata-rata sore sebelum intervensi 223  dan sesudah

    intervensi 236.  Rata-rata fungsi paru hari ke lima pagi sebelum intervensi yaitu

    222, sesudah intervensi 238, rata-rata sore sebelum intervensi 227  dan sesudah

    intervensi 245. Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata fungsi

     paru pada anak laki-laki antara sebelum dengan sesudah intervensi tiap harinya

    selalu mengalami peningkatan yang signifikan.

    Tabel 5.4

    Distribusi fungsi paru sebelum dan setelah intervensi, hari pertama sampai dengan

    hari ke lima pada anak perempuan Juli –  Agustus 2009

    Hari Ke Waktu Intervensi Mean Median Standar Deviasi Min - Maks

    1 Pagi Sebelum 163 150 34.569 130 - 215

    Sesudah 196 210 33.615 160 - 230

    Sore Sebelum 186 210 52.249 130 - 240

    Sesudah 207 225 49.193 150 - 260

    2 Pagi Sebelum 185 200 58.095 110 - 245

    Sesudah 207 225 43.818 160 - 250Sore Sebelum 197 210 45.222 150 - 250

    Sesudah 223 225 41.322 175 - 275

    3 Pagi Sebelum 240 230 42.778 140 - 240

    Sesudah 221 235 34.351 180 - 260

    Sore Sebelum 199 220 40.682 150 - 235

    Sesudah 228 235 38.177 180 - 275

    4 Pagi Sebelum 207 215 38.013 170 - 260

    Sesudah 226 225 37.98 180 - 275

    Sore Sebelum 216 220 30.496 180 - 250

    Sesudah 231 230 29.665 200 - 270

    5 Pagi Sebelum 220 225 37.583 170 - 270

    Sesudah 230 235 34.821 190 - 280

    Sore Sebelum 223 220 31.937 180 - 265

    Sesudah 241 240 30.7 210 - 285

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    72/98

     

    Distribusi fungsi paru sebelum dan sesudah intervensi, hari pertama

    sampai dengan hari lima pada anak perempuan. Rata-rata fungsi paru hari

     pertama pagi sebelum intervensi yaitu 163, setelah intervensi 196, rata-rata sore

    sebelum intervensi 186 dan sesudah intervensi 207. Rata-rata fungsi paru hari ke

    dua pagi sebelum intervensi yaitu 185, sesudah intervensi 207, rata-rata sore

    sebelum intervensi 197 dan sesudah intervensi 223.

    Rata-rata fungsi paru hari ke tiga pagi sebelum intervensi yaitu 204, sesudah

    intervensi 221, rata-rata sore sebelum intervensi 199 dan sesudah intervensi 228.

    Rata-rata fungsi paru hari ke empat pagi sebelum intervensi yaitu 207, sesudah

    intervensi 226, rata-rata sore sebelum intervensi 216 dan sesudah intervensi 231. 

    Rata-rata fungsi paru hari ke lima pagi sebelum intervensi yaitu 220, sesudah

    intervensi 230, rata-rata sore sebelum intervensi 223 dan sesudah intervensi 241.

    Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata fungsi paru pada anak

     perempuan antara sebelum dengan sesudah intervensi tiap harinya selalu

    mengalami peningkatan yang signifikan.

    B.  Analisa Bivariat

    Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu

     pengaruh terapi bermain meniup balon yang akan dilihat seberapa besar

     pengaruhnya terhadap perubahan fungsi paru pada pasien asthma, dengan

    menganalisa hasil penelitian perintervensi, hasil perhari dan hasil terapi hari

     pertama pagi sebelum intervensi dengan hari ke lima sore sesudah intervensi

    dengan membedakan jenis kelamin. Uji statistik untuk seluruh analisis di atas di

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    73/98

     

    analisis dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0.05%), untuk analisis pengaruh

    meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak pra sekolah dengan

    asthma. Untuk melihat seberapa kuat hubungan terapi meniup balon terhadap

     perubahan fungsi paru pada anak pra sekolah dengan asthma yaitu dengan

    menghitung nilai eta (η), dikatakan memiliki hubungan yang kuat jika eta (η) >

    0.14 (Pallant, 2005). Jenis analisis yang digunakan adalah uji statistik dependen

    simple test (paired t-tes).

    1.  Analisa Perintervensi Pengaruh Terapi Aktivitas Bermain Meniup Balon

    Terhadap Perubahan Fungsi Paru Pada Anak Pra Sekolah Dengan

    Asthma

    Tabel 5.5 dan 5.6 dibawah ini akan menguraikan nilai P value untuk

    melihat seberapa besar pengaruh terapi meniup balon dan nilai eta (η) untuk

    melihat seberapa kuat pengaruh terapi meniup balon dengan perubahan fungsi

     paru pada anak laki-laki dan anak perempuan dengan melihat hasil

     perintervensi yang dilakukan peneliti.

    Tabel 5.5 dapat menjelaskan adanya pengaruh terapi meniup balon

    terhadap perubahan fungsi paru pada anak laki-laki. Hal ini disimpulkan

    dengan adanya beda rata-rata nilai APE sebelum dan sesudah dilakukan

    intervensi yang di lihat dengan nilai P value. Rata-rata hasil P value dari

    sepuluh intervensi yang dilakukan sejak hari pertama sampai dengan hari

    kelima yaitu P value < (0.05). Secara statistik ada perbedaan yang bermakna

    dari rata-rata nilai APE antara sebelum dengan sesudah intervensi, ini di

    interpretasikan sebagai adanya pengaruh terapi meniup balon dengan

  • 8/19/2019 Tuti Amalia

    74/98

     

     perubahan fungsi paru. Kuatnya pengaruh dilihat dengan adanya nilai eta.

    Rata-rata nilai eta yang diperoleh yaitu eta > 0.14, ini di intepretasikan

    sebagai adanya pengaruh yang kuat antara terapi meniup balon dengan

     perubahan fungsi paru.

    Tabel 5.5

    Analisa perintervensi pengaruh terapi aktivitas bermain meniup tiupan balon

    terhadap perubahan fungsi paru pada anak laki-laki usia pra sekolah dengan

    asthma Juli –  Agustus 2009

    Variabel Hari Ke Waktu Intervensi P Value t Eta (η)  n