Upload
kio-quw
View
58
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
anak jalanan
Citation preview
22
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK
A. Pengertian dan Kedudukan Anak
Pengertian anak secara umum dipahami masyarakat adalah keturunan
kedua setelah ayah dan ibu.1 Sekalipun dari hubungan yang tidak sah dalam kaca
mata hukum. Ia tetap dinamakan anak, sehingga pada definisi ini tidak dibatasi
dengan usia. Sedangkan dalam pengertian Hukum Perkawinan Indonesia, anak
yang belum mencapai usia 18 tahun atau belum pernah melangsungkan
perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya. Selama mereka tidak dicabut
dari kekuasaan.2 Pengertian ini bersandar pada kemampuan anak, jika anak telah
mencapai umur 18 tahun, namun belum mampu menghidupi dirinya sendiri, maka
ia termasuk katagori anak. Namun berbeda apabila ia telah melakukan perbuatan
hukum, maka ia telah dikenai peraturan hukum atau perUndang-Undangan.
Anak menurut Undang-Undang Kesejahteraan Anak adalah seseorang
yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.3 Dalam perspektif
Undang-Undang Peradilan Anak, anak adalah orang yang dalam perkara anak
nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18
tahun dan belum pernah kawin.4 Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam pasal
1 WJS. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992),
hlm. 38-39.
2 Pasal 47, UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
3 Pasal 1 (2), UU. No. 4 Tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Anak.
4 Pasal 1 (1), UU. No. 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak.
23
98 (1) dikatakan bahwa batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa
adalah usia 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental
atau belum pernah melangsungkan perkawinan.5 Adapun pengertian anak menurut
Pasal 45 KUHP adalah orang yang belum cukup umur, yaitu mereka yang
melakukan perbuatan (tindak pidana) sebelum umur 16 (enam belas) tahun.6
Sedangkan dalam Konvensi Hak Anak (KHA), anak adalah setiap
manusia yang berusia dibawah 18 tahun, kecuali berdasarkan Undang-Undang
yang berlaku bagi anak yang ditentukan bahwa usia dewasa telah mencapai lebih
awal.7 Dengan demikian pasal ini mengakui bahwa batas usia kedewasaan dalam
aturan hukum sebuah Negara mungkin berbeda dengan ketentuan KHA. Dalam
kasus ini Komite Hak Anak menekankan agar Negara meratifikasi KHA
menyelaraskan peraturan-peraturan hukumnya dengan KHA. Dari pengertian ini
tidak terlihat permulaan atau dimulainya status anak. Apakah sejak anak tersebut
lahir, ataukah sejak anak tersebut masih dalam kandungan ibunya. Dalam hal ini
KHA tidak menyebutkan secara tegas. Tetapi dalam bagian mukadimah,
dinyatakan bahwa anak dikarenakan ketidakmatangan jasmani dan mentalnya
memerlukan pengamanan dan pemeliharaan khusus termasuk perlindungan
hukum yang layak sebelum dan sesudah kelahirannya.8 Pada prinsipnya pokok
5 Instruksi Presden Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Islam, 2001), hlm. 50.
6 Agung Wahyono dan Siti Rahayu, Tinjauan tentang Peradilan Anak di Indonesia,
(Jakarta: Sinar Grafika,1993), hlm.19.
7 KHA, Pasal 1.
8 Lihat mukadimah KHA pada Darwin Prinst, Hukum Anak Indonesia, (Bandung: Aditya
Bakti, 2003), hlm. 103-104.
24
pikiran yang harus dipegang adalah bahwa Negara yang meratifikasi KHA harus
memajukan dan melindungi kepentingan dan hak anak sebagai manusia hingga
mereka bisa mencapai kematangan mental dan fisik
Dalam perkembangan anak diklasifikasikan menjadi beberapa bagian.
Pertama, anak sah, yaitu anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawian yang
sah atau hasil perbuatan suami isteri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh
isteri tersebut.9 Kedua, anak terlantar, yaitu anak yang tidak memenuhi
kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Ketiga,
anak yang menyandang cacat, yaitu anak yang mengalami hambatan secara fisik
dan atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan secara
wajar. Keempat, anak yang memiliki keunggulan, yaitu anak yang mempunyai
kecerdasan luar biasa, atau memiliki potensi dan atau bakat luar istimewa.
Kelima, anak angkat, yaitu anak yang haknya dialihkan dari lingkungan
kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung
jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut kedalam
lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atas penetapan
pengadilan. Keenam, anak asuh, yaitu anak yang diasuh oleh seseorang atau
lembaga untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan
kesehatan karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu
menjamin tumbuh kembangnya anak secara wajar.10
Sedangkan dalam Undang-Undang peradilan anak dikatakan bahwa
pengertian dari anak nakal adalah anak yang melakukan pidana atau anak yang
9 KHI, Pasal 99.
10 Pasal 1, Undang-Undang Nomer 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
25
melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut
peraturan perUndang-Undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang
hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Namun, dalam perkara
anak nakal ini hanya bisa diajukan ke pengadilan apabila telah mencapai umur 8
(delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum
pernah kawin.11 Dan sesuai asas praduga tak bersalah, maka seorang anak nakal
yang sedang dalam proses pengadilan tetap dianggap sebagai tidak bersalah
sampai adanya putusan dari pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
Batas usia 8 tahun bagi anak nakal untuk dapat diajukan ke sidang anak
berdasarkan pada pertimbangan sosiologis, psikologis, dan pedagogis, bahwa
anak yang belum mencapai usia 8 tahun dianggap belum dapat mempertanggung
jawabkan perbuatannya.
Dalam GBHN telah dijelaskan bahwa anak merupakan generasi penerus
bangsa dan sumber insan bagi pembangunan nasional, maka harus diperhatikan
dan dibina sedini mungkin agar menjadi insan yang berkualitas dan berguna bagi
bangsa. Dan walaupun anak dilahirkan oleh orang tua, namun pada hakekatnya
anak merupakan individu yang berbeda dengan siapapun, termasuk dengan kedua
orang tuanya. Bahkan anak memiliki takdirnya sendiri yang belum tentu sama
dengan orang tuanya.12 Dengan demikian maka jelaslah anak merupakan mahluk
independen. Hal ini perlu disadari sehingga orang tua tidak berhak untuk
memaksakan kehendaknya pada anak, biarkan anak tumbuh dewasa dengan suara
11 Pasal 1 dan 2, Undang-Undang Nomer 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak.
12 M. Nipan Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001),
hlm. 21.
26
hati nuraninya. Orang tua hanya memantau dan mengarahkan agar jangan sampai
menyusuri jalan yang sesat.13 Orang tua hanya berkewajiban berusaha, yaitu agar
anak tumbuh dewasa menjadi kepribadian yang shaleh dengan merawat,
mengasuh, dan mendidiknya dengan pendidikan yag benar.
Kedudukan anak, berhubungan dengan status yang disandangnya. Istilah
status itu hampir sama dengan kedudukan. Secara literal, kata status berarti
kedudukan.14 Namun dalam kamus Bahasa Idonesia, kata status berarti keadaan,
tingkatan, organisasi, badan atau Negara dan sebagainya.15 Adapun kata
kedudukan adalah keadaan dimana seseorang itu hidup menunjukan kepada suatu
hubungan kekeluargaan tertentu.16 Maka status anak sah yang dimaksudkan
sebagai pandangan hukum terhadap anak sah. Sedangkan kedudukan anak sah
menunjukan hubungan kekerabatan atau kekeluargaan.
Kedudukan anak dalam Islam sangat tinggi dan mulia, al-Quran
memposisikan anak sebagai perhiasan dunia,17 anak juga sebagai hiburan.18
Namun harus disadari bahwa penilaian yang begitu tinggi dan mulia terhadap
anak manusia, hanya dimiliki oleh anak-anak yang memiliki predikat sebagai anak
yang sah dari pasangan suami isteri yang terikat dalam perkawinan yang sah. Hal
13 Ibid., hlm. 23.
14 John M. Echols Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, cet. Ke-XX, (Jakarta:
Gramedia, 1992), hlm. 554.
15 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, cet. Ke-II,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hlm. 1310.
16 HFA. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, terj. IS. Adiwinarta, jil ,cet. Ke IV,
(Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hlm. 60.
17 Al-Kahfi (18): 46.
18 Al-Furqan (25): 74.
27
ini tidak berarti bahwa anak diluar nikah (anak zina) menempati posisi yang
rendah.19 Karena anak ini juga anak manusia yang memiliki hak-hak kemanusiaan
untuk mendapatkan jaminan hukum sesuai dengan statusnya, sesuai dengan
Konvensi Hak-Hak Anak.20 Perlindungan terhadap anak sesuai dengan
kedudukannya itulah yang bisa dijadikan dasar untuk memberikan hak-hak anak
secara proposional berdasarkan status keabsahannya. Hanya saja, hak-hak anak
yang bisa dimiliki anak zina jelas berbeda dengan hak anak yang berstatus sebagai
anak sah.
Nabi menegaskan bahwa suami yang melian isterinya dan menolaknya
anaknya, maka isterinya harus dicerai dan anak itu hanya dihubungkan dengan
nasab ibunya.21 Hal inilah yang menjadi dasar bagi para ulama, bahwa anak zina
hanya bisa dihubungkan melalui nasab ibunya.22 Untuk itulah Kompilasi Hukum
Islam (KHI) menetapkan bahwa anak yang lahir diluar perkawinan hanya
mempunyai nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya.23
19 Anak merupakan titipan Allah dan hanya sebatas akibat tidakan a-moral yang
dilakukan oleh ayah dan ibunya. Dia tidak memiliki atau menanggung dosa yang diperbuat oleh ayah dan ibunya. Lihat QS. Al-Najm (53): 38.
20 Lihat terjemahan Convention on the Right of thr Child (Konvensi Hak Anak), pasal 2
ayat (2), dalam M. Joni dan Zulchaina Z Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, cet. Ke-I (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 136.
21 H.R. Buchairi. Lihat al-Buchairi, Sahih al-Buchairi, Jil. III, jil. VI, hlm. 181.; Al-
Suyuti, Sunan al-Nasai bi Syarh al-Hafiz Jalal al-Din al-Suyuti, ji. III, jil. VI, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.t.), hlm. 178.
22 Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid, jil. II, (Mesir: Mustafa al-
Babi al-Halabi, 1960), hlm. 358.
23 Pasal. 100, , Kompilasi Hukum Islam.
28
Aturan hukum seperti itu berbeda dengan aturan yang terdapat dalam
hukum perdata sebagai hukum positif di Indonesia. Anak tidak sah, yang oleh
hukum positif diistilahkan dengan anak luar nikah24 atau menurut Hukum Islam
disebut dengan anak zina, bila disahkan atau mendapatkan lembar pengesahan
akan memiliki hubungan perdata dengan ibunya maupun dengan ayahnya,
meskipun penguasa anak tersebut adalah walinya.25 Hubungan keperdataan anak
luar kawin terjadi setelah mendapatkan pengakuan dari ayahnya. Hubungan
itupun hanya terbatas sampai hubungan ibunya dan ayahnya saja. Anak ini tidak
memiliki kakek dan nenek baik dari garis ayahnya maupun dari garis ibunya terus
keatas.26 Dari pengertian inilah hukum positif membolehkan upaya pengakuan
dan pengabsahan.
Berkenaan dengan kedudukan anak yang dilahirkan dari perkawinan
campuran, pasal 29 Undang-Undang Perlindungan Anak menyatakan apabila
terjadi perkawinan campuran antara warga Republik Indonesia dengan warga
Negara asing, anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut berhak memperoleh
24 Anak luar nikah menurut Hukum Perdata ada tiga macam; (1) Anak alam (pelaku zina
sama-sama belum menikah dan tidak ada larangan untuk kawin), (2) anak zina (pelaku zina atau salah satunya sedang dalam ikatan perkawinan), dan (3) anak sumbang (pelaku zina masih ada hubungan darah sehingga dilarang kawin). Anak luar nikah (anak alam) dibedakan dari anak zina dan sumbang. Dua jenis anak terakhir ini tidak bisa memiliki hubungan dengan ayah dan ibunya. Bila anak tersebut terpaksa disahkanpun tidak ada akibat hukumnya. Lihat KUH Perdata pasal 288. bandingkan dengan Vollmar, Pengantar Studi, hlm. 130. Kedudukan anak itu sangat menyedihkan. Namun pada prakteknya dijumpai hal-hal yang meringankan, karena biasanya anak zina dan sumbang hanya diketahui oleh pelaku zina saja itu sendiri. Asal anak lahir dalam keadaan ibunya terikat perkawinan yang sah, otomatis menjadi anak sah. Oleh karena itu kecenderungan hukum perdata itu membolehkan pengabsahan anak. Sedangkan menurut al-Quran, selain anak sah adalah anak zina (tidak sah). Lihat Abdurrouef, al-Quran dan Ilmu Hukum,(Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm. 96.
25 KUH Perdata, Pasal 409.; Vollmar, Pengantar Studi, hlm. 131.
26 KUH Perdata, Pasal 281 atau Pasal 336 BW. Bandingkan dengan Vollmar, Pengantar
Studi, hlm. 126-127.
29
kewarganegaraan dari ayah atau ibunya sesuai dengan ketentuan peraturan
perUndang-Undangan yang berlaku.27
B. Pemeliharaan Anak
Islam meletakkan tanggung jawab membesarkan anak sepenuhnya di
atas bahu kedua orang tuanya, selain merawat secara fisik, juga meliputi
akulturasi ke dalam nilai-nilai Islami dan sosialisasi ke dalam umat. Syariat
menegaskan bahwa orang tuanya harus mendidik anaknya tentang ritual Islam
serta hukum dan etika Islam dan tentang menjadi bagian dari umat. Bila tidak
sanggup atau gagal, maka masyarakatlah yang harus bertanggung jawab. Orang
tua membacakan syahadat ketika anaknya baru lahir, menamainya dengan nama
baik, menyunatkannya apabila anaknya laki-laki dan mengajarkan membaca al-
Quran secara benar. Orang tua mendidik anaknya supaya berbakti kepada
keluarga dan masyarakat, membetulkan apabila ia melakukan kesalahanserta
menasihati dan memberinya contoh yang baik. Syariat menegaskan supaya anak
menghormati dan mematuhi orang tua serta orang yang lebih tua darinya, dan
membantu mereka.28
Mengasuh dan merawat anak hukumnya wajib, sama seperti wajibnya
orang tua memberikan nafkah yang layak kepadanya. Semua ini harus
dilaksanakan demi kemaslahatan dan keberlangsungan hidup anak. Syariat Islam,
dalam hubungannya dengan hak anak untuk mendapatkan pengasuhan dan
27 Pasal 29 ayat (1), Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002.
28 Ismail R. Al-Faruqi, Altar Budaya Islam, Menjelajah Kazanah Peradaban Gemilang,
(Bandung: Mizan, 2003), hlm. 185.
30
perawatan, menuntut agar setiap orang yang berkewajiban memenuhi tugas ini
agar melakukannya dengan ikhlas (sepenuh hati). Makanya hak asuh atas anak
kecil (bayi) pada tahap pertama ini hendaknya dilakukan oleh seorang ibu
(wanita), karena ia secara umum, dengan fitrah yang ditumbuhkan oleh Allah
dalam jiwanya, dipandang lebih mampu dalam memenuhi kebutuhan bayi pada
usianya yang masih dini tersebut berupa kelembutan, belaian kasih saying,
kebutuhan bayi pada usianya yang masih dini tersebut berupa kelembutan, belaian
kasih sayang, perhatian, dan perlindungan.
Sebagaimana telah diketahui bahwa menurut Kompilasi Hukum Islam di
Indonesia, anak adalah orang yang belum genap berusia 21 (dua puluh satu) tahun
dan belum pernah menikah dan karenanya belum mampu untuk berdiri sendiri.29
Ketentuan ini berlaku sepanjang anak tidak mempunyai cacat fisik maupun mental
atau belum pernah melangsungkan perkawinan. Oleh karena itu perbuatan segala
hukum yang dilakukan oleh anak diwakili oleh kedua orang tuanya, baik didalam
maupun diluar pengadilan. Dalam hal kedua orang tuanya tidak mampu
menunaikan kewajiban tersebut, maka Pengadilan Agama dapat menunjuk
seseorang kerabat terdekat untuk melaksanakannya.
Pasal 45 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, mewajibkan orang tua
(ayah dan ibunya) untuk memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-
baiknya. Kewajiban ini berjalan sampai anak ini kawin atau dapat berdiri sendiri.
Demikian pula sebaliknya, pada pasal 46 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974,
anak wajib menghormati orang tua dan menuruti kehendak mereka yang baik.
29 Pasal 98, Kompilasi Hukum Islam.
31
Serta apabila anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuan, orang
tua dan keluarga dalam garis lurus keatas bila mereka itu memerlukannya.
C. Hak Anak dalam Islam
Hak anak dalam Islam memiliki aspek universal terhadap kepentingan
anak. Meletakkan hak anak dalam pandangan Islam, memberikan gambaran
bahwa dasar tujuan kehidupan umat Islam adalah membangun umat manusia yang
memegang teguh ajaran Islam. Dengan demikian, hak anak dalam pandangan
Islam ini meliputi aspek hokum dalam lingkungan seseorang. Cara pandang yang
dimaksud tidak saja memposisikan umat Islam yang harus tunduk pada hokum
Islam sebagai formalitas-formalitas wajib yang harus ditaati dan apabila dilanggar
maka perbuatan tersebut akan mendapatkan laknat baik di dunia maupun di
akherat.
Dimensi Islam dalam meletakkan hak asasi manusia sangatlah luas dan
mulia. Dari ajaran kehidupan moral, hak asasi anak juga dipandang sebagai benih
dalam sebuah masyarakat. Dalam pandangan ini Abdur Rozak Husein
menyatakan jika benih anak dalam masyarakat itu baik, maka sudah pasti
masyarakat akan terbentuk menjadi masyarakat yang baik pula, lebih lanjut
dikatakan, Islam menyatakan bahea anak-anak merupakan benih yang akan
tumbuh untuk membentuk masyarakat di masa yang akan datang.30
Dalam daur kehidupan, manusia mengalami 4 (empat) fase yang pasti
dilalui yaitu: pertama, dari awal kelahirannya, kedua, dari awal kelahiran sampai
30 Abdur Rozak Husein, Hak dan Pendidikan Dalam Islam, alih bahsa H. Azwir Butun
(Bandung: Fikahati Aneska, 1992), II: 19.
32
anak menjelang dwasa (mumayyiz), ketiga, dari awal mumayyiz sampai dewasa
(baligh), dan keempat, dari awal baligh sampai menjelang meninggal dunia.31
Selama daur yang dilalui manusia itu dibarengi dengan hak dan kewajiban, baik
dalam garis vertical maupun horizontal.
Hak dan kewajiban vertical adalah hubungan manusia dengan Tuhannya
sebagai sang Khaliq (penciptanya). Sedangkan hubungan horizontal adalah hak
dan kewajiban terhadap sesame manusia yang terjadi secara alami maupun yang
dibuat dan direncanakan untuk dan oleh manusia sendiri.
Diantara hak dan kewajiban horizontal adalah kewajiban memperhatikan
hak keluarganya, hak suami isteri, dan hak anak-anaknya. Subhi mahmasani
berpendapat bahwa orang tua memperhatikan hak anak untuk masa depan mereka
yaitu hak menyusui, hak untuk mendapatkan asuhan, hak untuk mendapatkan
nama baik dan kewarganegaraan, hak nafkah atau harta, hak pengajaran, serta hak
pendidikan, akhlak dan agama.32
Secara garis besar, hak anak menurut Islam dapat dikelompokkan
menjadi 7 (tujuh) macam, yaitu:33
a. Hak anak sebelum dan sesudah lahir
Allah berfirman:
31 Ali Hasaballah, Usl at- Tasyri al-, (Mesir: al-, 1959), hlm. 341.
32 Subhi Mamasani, Konsep Dasar Hak-hak Asasi Manusia (Studi Pebandingan Syariat
Islam dan Perundang-undangan Modern) alih bahasa Hasanuddun, (Jakarta: Tintamas Indonesia, 1987), hlm. 204.
33 Abdur Rozak Husein, Hak dan Pendidikan, hlm. 11-34. Hak anak dalam fiqh sering
dirinci menjadi hak nasab, hak radaah, hak hadanah, dan hak nafkah. Lihat Abu Zahrah, Asy-Syakhsiyyah, (Kairo: Al-Fikr, 1957), hlm. 451-471.
33
!"
Maksud ayat ini, supaya anak memperoleh penjagaan dan pemeliharaan
akan keselamatan dan kesehatannya. Ditegaskan pula dalam surah at-Talaq (65): 6
tentang kewajiban sorang suami untuk menjaga isterinya yang sedang hamil
Islam mengajarkan agar selalu menjaga kehidupan keluarga dari api
neraka (jalan kesesatan) bahkan demi hak asasi manusia diperintahkan saling
menjaga antar sesame manusia. Islam juga melarang membunuh perempuan dan
anak-anak dalam keadaan perang.
Dalam Islam ada beberapa hal yang dianjurkan untuk dilakukan pada
saat kelahiran anak, yaitu: 1). Disunnahkan menggembirakan bagi yang
melahirkan. 2). Disunnahkan mengiqamati anak yang baru lahir. 3). Disunnahkan
mentahnik anak yang baru lahir, dan 4). Disunnahkan mencukur rambut anak
yang lahir.
b. Hak anak dalam kesucian keturunan (nasab).
Hak nasab (hak atas hubungan kekerabatan atau keturunan) merupakan
sesuatu yang penting bagi anak. Kejelasan nasab akan sangat penting
mempengaruhi perkembangan anak pada masa beriutnya. Allah berfirman:
34
34
#$%&' &
( )*+%, - '
.!/
Hal ini dimaksudkan demi ketenangan jiwa sang anak. Adanya kejelasan
nasab bagi anak merupakan kebanggaan batin dan agar tidak terjadi kerancuan
dan kebimbangan dalam masyarakat.36
c. Hak anak untuk menerima pemberian nama yang baik.
Diantara tradisi masyarakat yang berlaku ialah ketika seorang anak
dilahirkan, dipilihlah untuk sebuah nama. Dengan nama tersebut, ia bisa dikenal
oleh orang-orang disekelilingnya. Dengan syariatnya yang sempurna Islam
memperhatikan dan mementigkan masalah ini.
Sehingga nama-nama jelek yang mempengaruhi kemuliaan dan akan
menjadi bahan ejekan serta cemooh hendaknya dihindari. Nama-nama yang paling
utama adalah nama-nama para nabi atau nama Abd yang dirangkaikan dengan
nama-nama Allah SWT, seperti Abd Al-Rahma, Abd Al-Rahim. Bahwa
Rasulullah bersabda:
d. Hak anak untuk menerima susuan (radaah)
35 Al- (33): 5.
36 Untuk memperjelas tentang keturunan, dalam fiqh diterangkan bagaimana cara
menentukan nasab,yaitu dengan pengakuan, penetapan hakim, dan persaksian. Lihat, Mustafa as-SibaI, asy-Syakhsiyyah, (Damaskus: tnp., tt.), hlm. 291-294.
35
hak ini berdasarkan firman Allah:
- ' 0
, 1 '$1 ( $'
$ 2$,34 567&
$8 9 :;)*
36
besar, berat dan penting karena hal ini dimulai sejak anak dilahirkan sampai pada
masa taklif (dewasa).
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan diantara
fitrah manusia itu adalah ia dianugerahi akal dan kemampuan untuk berpikir,
sehingga selalu memiliki rasa ingin tahu (curiously). Oleh karena itu dalam Islam,
manusia tidak saja berhak untuk mendapatkan pendidikan, bahkan mencari
pengetahuan adalah suatu kewajiban. Begitu pula dengan anak-anak, dalam Islam,
orang tua memliki kewajiban untuk memberikan pendidikan kepada anak-
anaknya.
Pendidikan anak ini dilaksanakan sebagai upaya mempersiapkan diri
anak untuk menjalani kehidupannya, karena setiap anak yang dilahirkan iti tidak
mengetahui apa-apa, sebagaimana firman Allah:
*% $'#:5'* ?
8 $2#$ ' :"@
Dalam hal ini dimaksudkan orang tua bertanggung jawab penuh untuk
memberikan tanggung jawab pendidikan kepada anak-anaknya. Pendidikan
tanggung jawab ini meliputi; pertama, pendidikan iman, kedua, pendidikan moral,
ketiga, pendidikan fisik, keempat, pendidikan intelektual, kelima, pendidikan
psikologis, keenam, pendidikan social, dan ketujuh, pendidikan seks.
40 An-Nahl (16): 78.
37
Oleh karena itu, diperlukan adanya bimbingan, pengarahan dan
pengawasan agar anak dapat berkembang menuju kedewasaan sebagaimana
mestinya. Selain itu, pendidikan dalam Islam juga bertujuan untuk memelihara
dan menjaga fitrah yang dimliki anak itu sendiri, yaitu bersih dan suci, terutama
fittrah manusia atas agama.41
Rincian hak anak diatas adalah kebutuhan anak yang harus diperhatikan.
Kesemuanya itu merupakan pemenuhan kebutuhan anak sejak ia di dalam
kandungan sampai ia akan menginjak dewasa, baik dari pemenuhan kebutuhan
fisik maupun nilai-nilai kerohanian (jiwa anak).42 Karena bagaimanpun,
mempersiapkan anak agar menjadi generasi yang berkualitas sudah diamanatkan
dalam al-Quran maupun al-Hadist.
Dalam sebuah riwayat diceritakan, ketika ! ibn Abi %" yang
hany berputri satu. Ketika akan meninggal, ia kan mensedekahkan sebagian besar
hartanya. Oleh Rasulullah, hal tersebut dilarang dan diingatkan untuk
mensedekahkan sepertiga dari hartanya saja, agar dapat diwariskan kepada
anaknya. Rasulullah bersabda: menyedekahkan sepertiga itu sudah cukup
banyak, sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam kekayaan itu
41 Imam an-&, Sahih Muslim bi Syarh al- an-&, (Beirut: Dr al-Fikr,
1981), VII:113, kitab al-!,bab ' at-Tusamm bi Malik al-Amlak au bi Malik al-(, hlm. 458.
42 Nurcholis Madjid, Anak dan Orang tua, Dalam Masyarakat Religius, (Jakarta:
Paramadina, 2000), hlm. 81-89. lihat juga dalam Abdurrahman Mamun, Anakk Dalam Panji Masyarakat, Nomor 16 Tahun I (4 Agustus 1997), hlm. 98.
38
lebih baik bagimu, daripada kamu meninggalkan merea miskin, sehingga mereka
terpaksa meminta-minta kepada orang lain (HR. Bukhairi).43
Dengan kata lain, perhatian untuk memberi nafkah secara laya dan baik
kepada anak adalah aspek yang diperhatikan dalam Islam. Pemenuhan kebutuhan
fisik ini meliputi sandang, pangan, dan papan yang merupakan kebutuhan anak
untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Dalam al-Quran juga
diingatkan:
A 0'=
=$""
Sedangkan aspek non fisik (kebutuhan jiwa) seperti yang sudah dirinci
diatas, Rasulullah pernah mengingatkan untuk membaguskan nama dan memberi
pengasuhan dengan penuh kasih sayang serta pengajaran yang baik.
D. Pihak Yang Berkewajiban dan Bertanggung Jawab Dalam Perlindungan
Anak
Agar perlindungan anak terselenggara dengan baik, maka perlu dianut
sebuah prinsip yang menyatakan bahwa kepentingan terbaik anak harus dipandang
sebagai paramount of importance (memperoleh prioritas tinggi) dalam setiap
keputusan yang menyangkut anak. Prisip the best interest of the child digunakan
dalam banyak hal anak adalah korban, termasuk korban dari ketidaktahuan
43 Ali Abdillah Muhammad ibn al-)(, )(, (ttp., Syrkah &
Asia, tt.), II: 125. Hadist diatas diriwayatkan oleh )( dari Abu Nuaim dari dari !!*!!!%".
44 An-Nisa (4): 9.
39
(ignorance) karena usia perkembangannya. Selain itu, tidak ada kekuatan yang
dapat menghentikkan tumbuh kembang anak. Apabila prinsip ini diabaikan, maka
masyarakat akan menciptakan manusia yang tidak terkendali dan lebih buruk
dikemudian hari.45
Secara sederhana kata perlindungan memiliki tiga unsur, yaitu adanya
subyek yang melindungi, adanya obyek yang terlindungi, serta adanya instrumen
hukum sebagai upaya tercapainya perlindungan tersebut. Perlindungan secara
etimologis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata lindung, yang
dalam konteks ini berarti menyelamatkan atau memberi pertolongan supaya
terhindar dari bahaya.46
Kepentingan terbaik bagi anak menjadi prinsip manakala sejumlah
kepentingan lainnya melingkupi kepentingan anak. Sehingga dalam hal ini
kepentingan terbaik bagi anak harus diutamakan dari kepentingan lainnya.
Kepentingan terbaik bagi anak bukan dipahami sebagai memberikan kebebasan
anak menentukkan pandangan dan pendapatnya sendiri secara liberal. Peranan
orang dewasa justru diperlukan untuk menghindari anak memilih keadaan yang
tidak adil dan tidak eksploisatif, walaupun hal itu tidsk dirasakan oleh si anak.
Kata jalanan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti jalan,
lorong atau sepanjang jalan (tanpa tempat yang tentu).47
45 Muhammad Joni dan Zulchaina Z. Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam
Konvensi Hak Anak, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 106.
46 Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 35.
47 Ibid, hlm. 397.
40
Pada kenyataannya masih ada sekelompok orang yang dengan teganya
telah memperlakukan anak sewenang-wenang bahkan anak di eksploitasi secara
ekonomi maupun seksual diantaranya melalui trafiking (perdagangan). Trafiking
terhadap anak merupakan pelanggaran berat terhadap Hak Asasi Manusia. Gejala
ini berkembang dan berubah dalam bentuk kompleksitasnya namun tetap
merupakan perbudakkan dan penghambaan. Banyak lagi perlakuan yang sangat
diskriminatif terhadap anak.48
Perlindungan anak jalanan adalah segala usaha yang dilakukan untuk
menyelamatkan atau memberi pertolongan pada anak-anak jalanan supaya
terhindar dari bahaya, sehingga dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi
perkembangan dan pertumbuhan sebagai seoarang anak demi perkembangan dan
pertumbuhan mereka secara wajar baik fisik, mental, dan sosial.
Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, orang tua, wali, dan lembaga
sosial wajib menjamin perlindungan anak disemua aspek kehidupan. Dalam
masalah keagamaan, seiap anak berhak mendapatkan perlindungan untuk
beribadah menurut agamanya, dimana sebelum anak dapat menentukkan
agamanya sendiri, agama yang dipeluk anak mengikuti agama orang tuanya.
Perlindungan anak dalam memeluk agamanya meliputi pembinaan,
pembimbingan, dan pengamalan ajaran agama bagi anak.49
Pengertian perlindungan anak juga dapat dirumuskan sebagai :50
48 Himpunan Peraturan PerUndang-Undangan, (Bandung: Fokus Media, 2007), hlm. Iii.
49 Pasal 42-43, Undang-Undang No. 23 Th 2002 . Tentang Perlindungan Anak.
50 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak, (Bandung : PT. Refika Aditama,
2008), hlm. 36.
41
a. Suatu perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Keadilan
ini merupakan keadilan sosial, yang merupakan dasar utama
perlindungan anak.
b. Suatu usaha bersama melindungi anak untuk melaksanakan hak dan
kewajibannya secara manusiawi dan positif
c. Suatu permasalahan manusia yang merupakan suatu kenyataan sosial.
Menurut proporsi yang sebenarnya, secara dimensional perlindungan
anak beraspek mental, fisisk, dan sosial. Hal ini berarti bahwa
pemahaman, pendekatan dan penanganan anak dilakukan secara
integratif, interdisipliner, intersektoral, dan interdepartemental.
d. Suatu hasil interaksi dari pihak-pihak tertentu, akibat dari adanya suatu
interelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhinya.jadi
perlu diteliti, dipahami, dan dihayati siapa jasa (objek dan subjek
hukum) yang terlibat sebagai komponen pada adanya (eksistensi)
perlindungan anak tersebut. Karena perlindungan anak jalanan ini
merupakan permasalahan yang rumit dan sulit, maka
penanggulangannya harus dilakukan secara simultan dan bersama-
sama.
e. Suatu tindakan individu yang dipengaruhi oleh unsur-unsur sosial
tertentu atau masyarakat tertentu.
f. Suatu tindakan hukum (yuridis) yang dapat mempunyai akibat hukum
yang harus diselesaikan dengan berpedoman dan berdasarkan hukum.
42
g. Merupakan suatu bidang pembangunan hukum nasional.
h. Merupakan suatu bidang pelayanan sukarela (voluntarisme) yang luas
lingkupnya dengan gaya baru.
1. Tanggung Jawab Orang Tua
Anak adalah buah perkawinan kedua orang tuanya yang telah
memainkan perannya dalam penciptaan ini harus berbagi dalam segala suka dan
duka untuk membimbing anaknya.
Oleh karena keluarga muslim bertujuan untuk membentuk insan-insan
taqwa, sehingga keluarga muslim tersebut mendapatkan berkah Allah SWT,
disamping itu ayah dan ibu juga harus membiasakan dan mendidik anak-anaknya
dalam segala perilaku yang Islami dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mengajar dan membimbing anak-
anaknya.51
Namun tanggung jawab orang tua dalam usaha penumbuhan dan
peningkatan anak tidak hanya terbatas pada segi fisik semata, tetapi yang lebih
penting adalah usaha penumbuhan dan peningkatan potensi positif seorang anak
agar menjadi manusia yang berkualitas tinggi. Kewajiban orang tua dalam konteks
ini adalah berbuat sesuatu untuk mengembangkan apa yang secara primodial
sudah ada pada diri anak, yaitu natur kebaikannya sendiri yang sesuai dengan
51 Aziz Musthoffa, Untaian Mutiara Buat Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003),
hlm. 38.
43
fitrahnya. Disini orng tua memikul tanggung jawab untuk menjaga dan
memelihara agar anak tidak menyimpang dari natur dan potensi kebaikannya.52
Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lembaga pertama dalam
kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial.
Dalam keluarga, umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Segala
sesuatu yang diperbuat anak mempengaruhi keluarganya dan sebaliknya. Keluarga
memberikan dasar pembentukkan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan
kepada anak. Pengalaman interaksi di dalam keluarga akan menentukan pula pola
tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat.
Perlindungan, pemeliharaan, dan pengasuhan anak pada dasarnya
merupakan tanggung jawab bersama kedua orang tua.53 Tanggung jawab
keduanya antara pasangan suami isteri sebenarnya dapat dilihat dalam pembagian
tanggung jawab dan peran yang diambil masing-masing dalam memelihara
anak.54 Dalam konsep Islam, suami lebih diberi tanggung jawab dalam hal
ekonomi atau nafkah untuk keluarga sebagai tanggung jawab sebagai kepala
rumah tangganya.
Meskipun dalam hal ini, tidak menutup kemungkinan bahwa isteri dapat
membantu suami dalam menanggung kewajiban ekonomi tersebut.55 Sedangkan
52 Saifullah, Problematika Anak dan Solusinya Pendekatan SaddudzzaraI, Mimbar
Hukum Nomor 42 Tahun ke-10 (mei, 1999), hlm. 48.
53 Masdar F. Masudi, Islam dan Hak-hak Reroproduksi Perempuan, (Jakarta Mizan,
1997),hlm. 144.
54 Fuaduddin, Pengasuhan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Lembaga Bagian Agama dan
Jender, Solidaritas Perempuan dan The Asian Foundation, 1999), hlm. 20-24.
55 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998), hlm. 236.
44
dalam perawatan, mengasuh anak hampir seluruh ulama memilih ibu untuk
mengasuhnya.56 Tentu saja hal ini juga merupakan pengaruh budaya yang juga
membentuk pembagian peran tersebut. Kedekatan antara ibu dengan anaknya
sesuatu yang alamiah yang dimulai dari proses reroproduksi sampai dengan
penyusuan dan pemeliharaan bayi maka dalam perawatan sering kali tanggung
jawab ini diberikan kepada si ibu. Padahal pembagian peran dengan prinsip
kesetaraan pada dasarnya dapat melahirkan potensi-potensi terbaik anak baik itu
dari ayah maupun ibu dalam hal mendidik dan mengembangkannya. Dengan kata
lain sistem pembagian kerja dan peran yang diambil secara adil antara ayah dan
ibu haruslah melihat kebutuhan dan kenyataan yang dihadapi sebuah keluarga.57
Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 mengatur tentang
tanggung jawab orang tua terhadap kesejahteraan anak. Dimana dikatakan
pertama-tama yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anak adalah orang tua.
Orang tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya, yang mengakibatkan
timbulnya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, dapat dicabut
kuasa asuhnya sebagai orang tua terhadap anak.
Orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anak karena
orang tua merupakan urutan pertama dalam hak untuk mengasuh anak. Menurut
Ali Yafie, konsep pemeliharaan anak menuju anak yang waladan salih. Dalam
ajaran Islam ,meliputi enam bahasan, yaitu:
56 Zakariya Ahmad Al-Barry, (!, alih bahasa oleh Chadijah
Nasution, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 51.
57 Fuaduddin, Pengasuhan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Lembaga Bagian Agama dan
Jender, Solidaritas Perempuan dan The Asian Foundation, 1999), hlm. 23.
45
1. Anak merupakan karunia Tuhan (rezeki) bagi orang tua, keluarga, dan
masyarakat tetapi sekaligus merupakan fitnah atau ujian.
2. Pendidikan anak dengan baik terletak secara mutlak pada pundak orang
tua sebagai penanggung jawab utama.
3. Pembinaan atas perkembangan dan pertumbuhan anak harus dipersiapkan
sejak dini.
4. Pembinaan tingkat awal adalah dalam bentuk radaah dan hadanah yang
langsung ditangani oleh ibu kandung.
5. Pembinaan anak dalam usia pra sekolah sebagaian besar harus berlangsung
dalam rumah tangga yang ditangani oleh orang tua secara bersama-sama.
6. Pembinaan anak selama berada dalam usia sekolah menjelang dewasa
ditangani bersama oleh komponen-komponen pendidikan, yaitu rumah
tangga (orang tua), sekolah (guru), dan masyarakat (pemerintah atau
panutan yang tauladani dalam masyarakat dilingkungannya.58
Konsep ajaran tersebut merupakan usaha-usaha dalam upaya
penanganan masalah anak yang diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kemaslahatan anak. Perhatian orang tua merupakan barometer dari rasa tanggung
jawab yang ada dalam dirinya terhadap anak.
Disamping keluarga sebagai tempat awal bagi proses sosialisasi anak,
keluarga juga merupakan tempat sang anak mengharapkan dan mendapatkan
pemenuhan kebutuhan. Perkembangan jasmani anak tergantung pada
pemeliharaan fisik yang layak yang diberikan keluarga. Sedang perkembangan
58 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga
Ukhuwah, cet. Ke-2 (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 272.
46
sosial anak akan bergantung pada kesiapan keluarga sebagai tempat sosialisasi
yang layak. Memang besar harapan peranan dan tanggung jawab yang harus
dimainkan oleh orang tua dalam membina anak.59
Kehadiran seorang anak dalam satu keluarga adalah suatu anugerah
yang patut di syukuri. Tetapi ia merupakan suatu amanah yang menuntut suatu
pertanggung jawaban kelak kemudian hari. Karena itu ia juga merupakan fitnah.
Dengan tegas Rasulullah mengingatkan bahwa setiap anak yang dilahirkan itu
dalam keadaan suci. Tergantung pada kedua orang tuanya yang akan membentuk
keadaan si anak kelak kemudian hari, dan Allah SWT, berpesan, Jagalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka.
Betapa besarnya amanat dan nilai yang terkandung dalam diri anak
sampai-sampai ia bisa menjadi penghalang orang tuanya dari siksa neraka.60
Seperti yang diceritakan dalam hadist, Aisyah isteri Rasulullah melihat seorang
ibu peminta-minta kemudian Aisyah memberikannya kurma dan dibagikannya
kepada anak-anaknya dan ia sendiri tidak jadi memakannya karena sisanya direbut
oleh anaknya yang palig kecil. Sehingga kurma itu justru terjatuh. Landasan
terkesan ia menceritakan peristiwa ini kepada Rasulullah pun bersabda Barang
siapa yang mendapat ujian atau menderita mengurus anak-anaknya. Kemudian ia
59 A.L.S. Aoesilo, Pengaruh Sikap Orang Tua Terhadap Anak, Peranan Keluarga
Memandu Anak, (Jakarta: Rajawali, 1985), hlm. 19.
60 Ahmad Mahir Al-Baqiry, Menghias Pandangan Mata (Pendidikan Anak Mutakhir
Menurut Islam), (Jakarta: Madani Puataka, 1987), hlm. 47.
47
memperlakukan mereka secara baik, maka anak-anaknya itu akan menjadi
penghalang baginya dari api neraka.61
Betapa beruntungnya orang tuanya yang memelihara anak dengan kasih
sayang dan kesabaran. Orang tua yang melahirkan anak yang shaleh dan sholehah
yang akan mendoakannya sampai meninggal dunia.62
Diantara bentuk perwujudan tanggung jawab dalam pembinaan anak
adalah dengan mensejahterakan kehidupan mereka. Semua narasumber
sependapat bahwa kesejahteraan anak meliputi segi fisik (jasmani), rohani
(mental), ddan sejahtera secara sosial. Kebutuhan mereka terpenuhi dalam hal
sandang, pangan, dan papan (rumah tempat berlndung). Mereka tumbuh secara
sehat, cukup gizi, dapat mengembangkan diri dengan sarana pendidikan yang
merata serta dapat hidup dengan normal sesuai dengan jiwa dan tahap
perkembangannya.
Namun apabila kedua orang tua berhalangan atau tidak mampu
memelihara anaknya, sesungguhnya tanggung jawab tersebut dapat dialihkan
kepada keluarganya yang mampu.63 Para ulama memberi penjelasan bahwa
pemeliharaan ini berdasarkan urutan seperti ahli waris. Untuk pengasuhan di
61 !+'!# +'!#,#
-. #//0), III: 446.
62 +#1.!+) &!, alih bahasa H. Najih
Ahjad, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), hlm. 261. Sebuahhadist menceritakan Apabila seorang anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yaitu sodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Bukhairi Muslim.
63 Abu Bakar Al-Jazairy, 2 , alih bahasa Rachmat Djatnika, (Bandung:
Rosdakarya, 1991), hlm. 234.
48
dahulukan dari kerabat pihak ibu.64 Sedangkan pemberian nafkah berurutan dari
kerabat waris terdekat yang mampu.65
Maksud dari keikutsertaan kerabat untuk turut bertangung jawab
terhadap anak ini menunjukan bahwa bagaimanapun hak hadanah memang dapat
dilepaskan karena suatu hal namun hak hadanah anak yang masih kecil tetap tidak
dapat gugur.66
2. Tanggung Jawab Masyarakat dan Negara.
Memberi perlindungan terhadap anak dengan memberi segala kebutuhan
anak baik fisik maupun rohani secara maruf oleh Allah dijajnjikan tidak akan
pernah sia-sia. Baik itu untuk si anak maupun untuk orang tua sendiri. Janji Allah
atas pengorbanan orang tua yang besar dan tulus hanya akan diganjar dengan upah
pahala yang berlipat adalah hal yang selalu didamba oleh setiap orang tua.
Namun, tidak semua orang tua mampu memberikan perlindungan
maupun nafkah yang selayaknya kepada anaknya.mereka bisa terjadi terhalang
memenuhi kewajiban karena faktor kemiskinan. Anak-anak yang terabaikan
lantaran tak mendapatkan perhatian, tak memperoleh kebutuhan dan hak
pemeliharaan yang baik, sebagian memang lantaran kemiskinan orang tua mereka.
Ada banyak sebab yang menyebabkan orang tua gugur kewajibannya untuk
64 Zakariya Ahmad Al-Barry, (!, alih bahasa oleh Chadijah
Nasution, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 51-73.
65 Ibid., hlm. 74-78. Dalam hal kewajiban kerabat memberi nafkah ini Zakariya Ahmad
Al-Barry memberi persyaratan, yaitu adanya hubungan kekeluargaan, anggota kerabat tersebut memang membutuhkan nafkah dan tidak mampu berusaha, orang yang ajib tersebut mampu atau kaya dengan ukuran ia memiliki harta yang menyebabkannya wajib zakat.
66 !"#$", (Beirut: Dar al-Fikr, 1403 H/ 1983 M), hlm. 288.
49
mengasuh anaknya, di antara lain seperti tidak mampu atau miskin, meninggal
dunia, sakit dan atau gila.
Keluarga yang tak mampu memberikan kesejahteraan terhadap anak ini
memang bisa menggugurkan kewajiban orang tua untuk memberikan hak yang
selayaknya yang didapatkan anak. Namun sekali lagi hal tersebut tidak dapat
menggugurkan hak anak untuk memperoleh pemeliharaan. Maka sempurnakah,
bila dalam Islam kewajiban itu bisa beralih pada kerabatnya yang mampu. Dan
bila keluarga atau kerabat tidak ada maka masyarakat dan negaralah yang
berkewajiban memelihara dan memberikan perlindungan terhadap anak tersebut.
Dalam al-Quran disebutkan:
( *5B:C
$0 #;C 5,
D= 5E>
Ibn Katsir menyatakan bahwa anak yatim adalah anak yang tidak
memiliki orang yang mencarikan nafkah hidupnya yang biasanya seorang ayah,
dalam keadaan belum baligh.68 Muhammad Mustafa Al-Maraghi menafsirkan
anak yatim adalah anak yang masih kecil yang harus diberi nafkah, sebab ia masih
67Al-Baqarah (2): 177.
68 Ibnu Katsir, Tafsir 3 , (Beirut: Maktabah & Ismiyyah, 1991), III: 197.
Dalam al-Quran sedikitnya ada 23 ayat yang menyinggung anak yatim ( +, +, +, +) dan 37 ayat menyebutkan perihal orang miskin (al (, (, ().
50
lemah, tidak mempunyai orang untuk membiayai kebutuhan hidupnya, tidak ada
orang yang menolong mengatasi persoalannya.69
Dalam al-Quran dijelaskan bahwa menyantuni anak yatim adalah
kewjiban sosial setiap orang Islam, karena problem sosial akan timbul karena
empat sebab, yaitu tidak memuliakan anak yatim, tidak memberi makan orang
miskin, memakan warisan kekayaan alam dengan rakus, dan mencintai harta
benda secara berlebihan.70 Perhatian untuk kepentingan anak yatim ini pula yang
pernah diajarkan Nabi Khidir a.s. kepada Nabi Musa a.s.71 dalam al-Quran
perhatian untuk peduli terhadap anak yatim dapat dilihat misalnya dalam
kewajiban Negara terhadap anak yatim yang berhak mendapatkan bagian khusus
dari Negara, yaitu ghanimah dan fai.72 Kemudian anjuran untuk memberikan
harta warisan untuk anak yatim,73 memelihara harta anak yatim,74 larangan untuk
memakan harta anak yatim75 dan juga larangan berbuat sewenang-wenangnya76
terhadap mereka dan larangan untuk menghardik mereka77 bahkan perlu dicatat
bahwa orang yang mencampakan anak yatim disebut dengan orang mendustakan
69 Ahmad Mustaffa Al ., ' Al ., alih bahasa Bahrun Abu Bakar,
(Semarang: Toha Putra, 1987), hlm. 53.
70 Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif, cet. Ke-10, (Jakarta: Mizan, 1999), hlm. 86.
71 Al-Kahfi (18): 82.
72 Al- (8): 41 dan Al-Hasyr (59): 7.
73 An-Nisa (4): 8.
74 An-Nisa (4): 2, dan Al-Isra (17): 33.
75 An-Nisa (4): 2, dan 10.
76 Adh-Dhuha (93): 9.
77 Al- (107): 2.
51
agama. Disinilah dimensi sosial yang sangat penting dari nilai-nilai al-Quran
sebenarnya telah ditunjukan melalui pesan yang tertuang dalam kitab suci al-
Quran.78
Rasulullah sendiri memberikan tauladan dalam kaitannya dengan anak-
anak terlantar ini. Dalam tarikh, tercatat sepanjang hidupnya Nabi Muhammad
lebih dari 26 pembantu dari kalangan orang merdeka bukan budak. Mereka lebih
berstatus sebagai anak asuh ketimbang pembantu. Sedangkan anak asuh beliau
yang semula budak dan kemudian dimerdekakan bahkan mencapai 65 orang.
Hak memperoleh fai dari segi istilah fai adalah harta yang diperoleh
orang-orang kafir yang memusuhi tanpa peperangan. Termasuk kedalam faI
adalah harta yang ditinggalkan oleh musuh sebagai jaminan keselamatan, pajak
(jisyat), pajak bumi (kharaj), dan semacamnya.
Ayat al-Quran yang mejelaskan tentang fai antara lain:
,5D=,5D=
5$ 0.F>G
Ayat ini menjelaskan soal pembagian fai, berdasarkan ayat tersebut
pula hasil pungutan yang dikumpulkan tersebut dibagi sesuai yang telah
ditetapkan dengan tambahan bahwa maksud dari pembagian tersebut bertujuan
agar harta yang tidak beredar dikalangan orang kaya saja. Ini artinya usaha
78 Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999), hlm. 92-93.
79 Al-Hasyr (59): 7
.
52
pemerataan dan larangan monopoli kekayaan sudah pula menjadi spirit Islam
dalam mengelola harta umat.
Demikianlah maka sudah menjadi kewajiban Negara dalam pengeluaran
keuangan atau pajaknya perlu pula memperhatikan pendistribusiannya untuk
kesejahteraan masyarakat miskin dan anak terlantar. Sebab Negara adalah pihak
yang paling layak mengendalikan dan mewujudkannya tegak keadilan dan
kesejahteraan masyarakat secara merata.
Seperti apa yang dinyatakan juga oleh mayoritas ulama sunni yang
berpendapat bahwa Negara berkewajiban memelihara agama dan mengatur
kehidupan dunia (+! ! )80 atau dalam bahasa K.H.
Sahal, Negara bertujuan untuk mencari kebahagiaan dunia dan akherat (saadat
al-dunain).81 Seperti dalam kaidah juga disebutkan (+
*
* + ). Tindakan pemerintah terhadap rakyatnya
tergantung pada maslahat.82
Berangkat dari terminologi ini maka kekuasaan harus sejalan dengan
tujuan syariah, yaitu memelihara agama, akal, jiwa, harta, dan keturunan atau
generasi.83
Perahatian Islam terhadap pemeliharaan anak yang terlantar dapat pula
dibaca dalam semangat perintah zakat. Dimana kewajiban zakat terdapat hak bagi
80 Mawardi, (+ , (Beirut: Dar al Fikr, tt), hlm. 5.
81 Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqh Sosial, (Yogyakarta: LKiS, 1994), hlm. 237.
82 1!!
)( +# &!, (ttp:
tnp, 1384/ 1965), hlm. 121.
83 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, (Yogyakarta: IKAPI, 1994), hlm. 273. Juga bisa
dilihat Said Aqil Siradj, Islam Kebangsaan, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 2000), hlm. 4.
53
fakir miskin dan anak yatim yang menunjukan perwujudan solidaritas yang lebih
mendasar. Menurut al-Quran apa yang disunnahkan oleh Nabi termasuk dalam
penanganan zakat merupakan keteladanan yang sangat baik (uswah hasanah)
untuk dijadikan sunber inspirasi bagaimana tujuan etis dari konsep zakat, yaitu
keadilan sosial. Hal inilah tentunya berkaitan dengan objek zakat itu sendiri
terhadap anak-anak terlantar yang orang tuanya berada dalam kondisi kemiskinan.
Anak-anak miskipun bisa dinisbahkan sebenarnya dalam saah satu objek zakat itu
sendiri. Dan itu sekali lagi menjadi tanggung jawab masyarakat untuk turut peduli
dan menolong mereka khususnya bagi mereka yang mengaku sebagai orang
Islam.
54
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG ANAK JALANAN DAN
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI ANAK JALANAN DI WILAYAH
PERTIGAAN UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
A. Pengertian Anak Jalanan
Anak jalanan adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian besar
waktu dan kehidupannya dijalanan. Mereka tidak mempunyai tempat tinggal
tetap, mereka hidup menggelandang ditempat-tempat kumuh, menjadi gembel dan
tidur ditempat yang dirasa aman oleh mereka, bisa di emperan toko, pasar, stasiun,
gerbong kereta api atau dalam rumah singgah yang kini mulai marak dalam
membantu pembinaan anak jalanan.
Dalam fikih Islam perbincangan mereka cukup menarik perhatian para
ulama. Mereka menyebutnya sebagai laqit anak usia belum baligh yang
ditemukan di jalan atau sesat di jalan dan tidak diketahui keluarganya.1 Sementara
Yusuf Qardhawi lebih memilih berpendapat bahwa anak seperti ini lebih patut
dinamakan ibnu sabil atau anak jalanan, yang dalam Islam dianjurkan untuk
memeliharanya.2 Untuk konteks sekarang barangkali laqit atau anak jalanan
memiliki pengertian yang luas. Sebab dalam fikih yang tergolong laqit adalah
mereka yang tidak diketahui keluarganya, ditinggal begitu saja di jalan. Namun
1 Abdul Manan, Masalah Pengakuan Anak dalam Hukum Islam dan Hubungannya
dengan Kewenangan Peradilan Agama, Mimbar Hukum No. 59 Thn. XIV, (edisi Januari-Februari 2003), hlm. 119.
2 www.syirah.com, PMII KOMFAKSYAHUM di/pada September 6, 2007, akses 25
Januari 2009.
55
sekarang ini banyak anak yang dibiarkan berkeliaran di jalan karena orang tuanya
tidak mampu membiayai hidup mereka. Memungutnya merupakan fardlu kifayah,
sama hukumnya dengan memungut barang hiling lainnya.3
Faktor usia dalam masalah anak jalanan berkisar dibawah 18 tahun. Usia
ini dianggap rawan karena mereka belum mampu berdiri sendiri, labil, mudah
terpengaruh, dan belum mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan yang
cukup untuk hidup dijalan.
Untuk bertahan hidup ditengah kehidupan kota yang keras dan
membantu orang tuanya mencari nafkah akibat krisis ekonomi global, anak-anak
jalanan biasanya melakukan berbagai pekerjaan di sector informal, baik yang legal
maupun yang illegal di mata hukum. Ada yang bekerja sebagai pekerja asongan di
kereta api, bus kota, menjajakan koran, menyemir sepatu, mencari barang bekas
atau sampah, mengamen di perempatan lampu merah, tukang lap mobil, dan tidak
jarang pula ada anak-anak jalanan yang terlibat pada jenis pekerjaan berbau
kriminal seperti mengompas, mencuri, bahkan menjadi bagian dari komplotan
perampok.
Kebanyakan anak jalanan bekerja lebih dari 8 (delapan) jam per hari,
bahkan sebagian diantaranya lebih dari 11 (sebelas) jam per hari. Anak-anak yang
hidup di jalanan bukan saja rawan dari ancaman tabrakan kendaraan, tetapi acap
kali rentan terhadap serangan penyakit akibat cuaca yang tidak bersahabat atau
kondisi lingkungan yang buruk seperti asap kendaraan bermotor atau pembuangan
3 Abdul Manan, Masalah Pengakuan Anak dalam Hukum Islam dan Hubungannya dengan
Kewenangan Peradilan Agama, Mimbar Hukum No. 59 Thn. XIV, (edisi Januari-Februari 2003), hlm. 119.
56
motor. Realitas kehidupan anak jalanan di Jogja terus memprihatinkan,
kebanyakan dari mereka berasal dari Wonosari, Gunungkidul; Purworejo; Bantul
dan kota-kota sekitar Jogja.. Jika kita melintas di jalan Adi Sucipto, tepatnya di
pertigaan traffic light Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada awalnya
tidak langsung masuk atau terjun begitu saja di jalanan. Mereka biasanya
mengalami proses belajar yang bertahap. Mula-mula mereka lari dari rumah,
sehari sampai seminggu kembali, lalu lari lagi sampai 2 (dua) minggu bahkan
sampai 3 (tiga) bulan, sampai akhirnya tidak kembali lagi ke rumah selama 2
(dua) tahun atau sampai si anak bosen hidup kembali sebagai anak jalanan.
Setelah di jalanan, proses tahap kedua yang mesti dilalui anak jalanan adalah
inisiasi. Biasanya untuk anak-anak jalanan yang masih baru atau kecil mereka
akan menjadi objek pemerasan atau pengompakan anak jalanan yang masih
dewasa. Selain itu, mereka juga akan di pikuli oleh teman sesame anak jalanan
yang telah lebih dahulu hidup dijalanan.4
Anak-anak jalanan biasanya mengembangkan pola berkelompok dalam
mempertahankan hidup. Mereka sangat erat dalam menjaga hubungan satu sama
lain. Perilaku yang dikembangkan lebih banyak ab-normal. Hal ini tampak dari
sikap mereka yang cenderung liar, curiga, susah diatur, reaktif, cuek, tertutup,
tidak tergantung, dan bebas. Keadaan ini menyebabkan mereka memperoleh
banyak masalah seperti perkelahian, perjudian, obat-obatan terlarang, pencurian,
serta tindakan kriminal lainnya.
4 Sularto, Seandainya Aku Bukan Anakmu, Potret Kehidupan Anak Indonesia, (Jakarta:
PT. Kompas Media Nusantara, 2000), hlm. 56.
57
Memang tidak bisa di pungkiri bila kehidupan anak jalanan sangat akrab
dengan kriminalitas, namun yang sering terlupakan adalah bahwa mereka tidak
selalu dalam posisi pelaku. Merekapun sering menjadi korban dari tindakan
kriminal pihak lain, terutama sesama penghuni jalanan yang lebih besar.
Pemerasan merupakan tindakan criminal yang paling lazim dalam kalangan anak
jalanan. Anak-anak yang baru datang untuk menjalani kehidupan di jalanan dan
anak-anak yang lebih kecil merupakan sasaran yang empuk dari preman atau anak
jalanan yang lebih bsar dan dewasa. Tidak hanya uang saja yang akan diminta
kadang baju atau celana yang masih bagus dan bisa dijual atau juga diambil,
bahkan perlakuan yang tidak semestinya seperti pelecehan seksual.
B. Identitas Anak Jalanan
TABEL III/ I JENIS KELAMIN INFORMAN
Katagori Jawaban Responden Laki-laki 8
Perempuan 4 Jumlah 12
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga sebagian besar adalah laki-laki yaitu sebanyak 8
anak. Sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan hanya sebanyak 4
anak
Hal ini menunjukkan bahwa kerasnya kehidupan di jalanan
mempengaruhi anak-anak perempuan yang mempunyai masalah sosial baik dari
masalah keluarga atau pergaulan lebih menahan diri untuk tidak pergi kejalanan
58
sebagai alternative pemecahan masalahnya atau sebagai pelarian saja. Karena
kerasnya kehidupan di jalanan sangat berisiko bagi kaum perempuan yang
mempunyai lebih banyak titik rawan, sehingga kalangan anak jalanan didominasi
oleh kaum laki-laki. Biasanya anak-anak perempuan yang bekerja di jalanan tidak
sendirian. Mereka ditemani orang tuanya atau orang lain yang sudah dipercaya
untuk menjaganya, entah itu saudara atau tetangga yang memang sama-sama
mempunyai pekerjaan di jalanan.5
TABEL III/ 2 TINGKAT USIA INFORMAN
Usia Frekwensi Di bawah 7 tahun -
7 10 tahun 2 11 15 tahun 4 15 18 tahun 6
Jumlah 12 Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga menunjukan sebagian besar anak jalanan berusia
antara 15 sampai 18 tahun yaitu sebanyak 6 anak atau. 18 tahun merupakan
batasan tertinggi untuk katagori anak sesuai dengan keputusan Konvensi Hak
Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sedangkan responden yang berusia
antara 11 sampai 15 tahun sebanyak 4 anak kemudian responden yang berusia 7
sampai 10 tahun sebanyak 2 anak
Pada tingkatan usia 7 sampai 10 tahun merupakan tingkatan anak usia
sekolah, hal ini merupakan tingkatan anak usia sekolah, hal ini menunjukan
5 Wawancara dengan Isna, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5
Febuari 2009
59
adanya tekanan pada usia anak sekolah untuk mencari nafkah. Keadaan telah
memaksa mereka untuk mencari uang di jalanan.6 Padahal anak-anak pada usia
tersebut belum mengerti apa-apa dan pada masa senang-senangnya bermain,
sehingga sering mereka bermain dan bercanda dengan teman-temannya di sela-
sela mencari uang. Mereka tidak menyadari akan bahaya yang mengacam
keselamatan mereka ketika bermain kejar-kejaran pinggir jalan raya.
Pada usia sekitar 18 tahun yang memang merupakan usia produktif
dimana anak memasuki masa akhir remaja yang kemudian akan memulai
memasuki tahap awal kedewasaan sehingga kecenderungan untuk hidup lebih
mandiri secara sosial maupun ekonomi terasa lebih menonjol.
TABEL III/ 3 AGAMA YANG DIANUT
Jawaban Frekwensi Islam 10
Kristen 2 Katholik -
Hindu - Budha - Jumlah 12
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga menunjukan sebagian besar responden menganut
agama Islam, yaitu sebanyak 10 anak, sedangkan yang menganut agama Kristen
sebanyak 2 anak. Data ini tidak menunjukan apa-apa, karena tidak ada unsur
subyektivitas atau kesengajaan. Hanya ingin menggambarkan bahwa anak jalanan
6 Wawancara dengan Agus, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5
Febuari 2009
60
ternyata masih mempunyai keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa dengan
menganut agama yang diyakini mereka masing-masing.
C. Latar Belakang Anak Jalanan
1. Keadaan Ekonomi Keluarga.
TABEL III/ 4 JENIS PEKERJAAN AYAH
Katagori Jawaban Frekwensi Pegawai Negeri Sipil -
Tukang Becak 7 Pedagang - Pemulung 3
Peminta - minta 2 Jumlah 12
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga menunjukkan sebagian besar pekerjaan ayah anak-
anak jalanan adalah tukang becak yaitu sebanyak 7 anak. Sedangkan responden
yang menjawab Pemulung sebanyak 3 anak. responden yang menjawab peminta -
minta sebanyak 2 anak
TABEL III/ 5 JENIS PEKERJAAN IBU
Katagori Jawaban Frekwensi Pegawai Negeri Sipil - Ibu Rumah Tangga 10
Pedagang - Pemulung 1
Peminta - minta 1 Jumlah 12
Sumber: Data Pimer
61
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga menunjukkan sebagian besar pekerjaan ibu dari
anak-anak jalanan adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 10 anak. Sedangkan
responden yang menjawab Pemulung sebanyak 1 anak. responden yang menjawab
peminta - minta sebanyak 1 anak
TABEL III/ 6 TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA PER BULAN
Katagori Jawaban Frekwensi Di bawah Rp. 200.000,00 8
Rp. 250.000,00 2 Rp. 300.000,00 2
Di atas Rp. 300.000,00 - Jumlah 12
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas dapat diketahui sebagian besar penghasilan orang tua
anak jalanan mempunyai pendapatan di bawah Rp. 200.000,- dalam satu bulan
yaitu sebanyak 8 anak. Sedangkan anak jalanan yang pendapatan orang tuanya
Rp. 250.000,- sebanyak 2 anak Hal di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
keluarga anak jalanan termasuk keluarga miskin.
Dinas Sosial Propinsi Yogyakarta mempunyai ukuran kemiskinan
sebagai berikut; bahwa yang dimaksud keluarga miskin adalah rumah tangga yang
mempunyai penghasilan rata-rata 360 Kg per tahun dengan patokan harga beras
Rp. 4.000,00 per Kilogram. Sehingga bila diubah dalam bntuk mata uang Rupiah,
maka perhitungannya sebagai berikut: 4000 x 360 = 1. 440. 000. jadi penghasilan
rata-rata keluarga miskin adalah rp. 1. 440. 000 per tahun. Bila dihitung dalam
jangka waku satu bulan, maka Rp. 1. 440. 000 dibagi 12 yang hasilnya adalah Rp.
120. 000.
62
Belum lagi jumlah anggota keluarga anak jalanan yang besar akan
semakin memberatkan kepala rumah tangga dalam mencari nafkah untuk
mencukupi berbagai kebutuhan anggota keluarga. Jadi untuk membantu keadaan
ekonomi keluarga, seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak dilibatkan dalam
mencari rejeki. Mengenai keadaan jumlah anggota keluarga anak jalanan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL III/ 7 JUMLAH ANGGOTA KELUARGA
Katagori Jawaban Frekwensi 2 4 orang - 5 7 orang 8 8 10 orang 4
11 13 orang - Jumlah 12
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui anak jalanan yang jumlah anggota
keluarganya 5 sampai 7 orang sebanyak 8 anak. Sedangkan anak jalanan yang
mempunyai anggota keluarga berjumlah 8 sampai 10 orang sebanyak 4 anak. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga anak jalanan merupakan keluarga
besar dengan banyaknya jumlah anggota keluarga.
Perlu diterangkan disini bahwa jumlah anggota keluarga tersebut di atas
dihitung dari orang tua dan jumlah anak kandung, sehingga masih ada
kemungkinan bertambah dengan anggota keluarga lainnya seperti nenek, kakek,
atau kerabat yang lain.
63
Jadi cukup beralasan bila anak-anak tersebut berusaha mencari nafkah
sendiri, atau paling tidak untuk berusaha bisa mencukupi kebutuhan sendiri
sehingga tidak memberatkan orang tua yang pendapatannya pas-pasan.7
TABEL III/ 8 STATUS KEPEMILIKAN RUMAH
Katagori Jawaban Frekwensi Kontrak 5
Milik sendiri 7 Jumlah 12
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui bahwa sebagian besar anak jalanan
menyatakan status rumah mereka adalah kontrak yaitu sebanyak 5 anak.
Sedangkan yang menyatakan status rumah mereka adalah milik sendiri sebanyak
7 anak. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga anak jalanan
memang termasuk keluarga miskin, karena kebutuhan akan papan atau tempat
tinggal saja mereka harus mengontrak.
Kebanyakan orang tua mereka mengontrak rumah di daerah pinggiran
kota Yogyakarta, namun ada juga yang mengatakan orang tuanya mengontrak
tanah dan kemudian membangun rumah ala kadarnya yang penting bisa dipakai
untuk berlindung dari panas dan hujan.8 Dengan keadaan seperti inilah keluarga
anak jalanan bertahan hidup sehingga kurang memikirkan pendidikan-anak karena
tidak adanya kemampuan ekonomi yang cukup untuk menyekolahkan mereka
7 Wawancara dengan Hana, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5
Febuari 2009 8 Wawancara dengan Ani, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5
Febuari 2009
64
pada tingkat yang lebih tinggi. Pada tabel berikut ini dapat dilihat tingkat
pendidikan anak jalanan:
TABEL III/ 9 TINGKAT PENDIDIKAN ANAK JALANAN
Katagori Jawaban Frekwensi Tidak sekolah 2 SD tidak tamat -
SD 8 SLTP tidak tamat -
SLTP 2 Lainnya - Jumlah 12
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui anak jalanan yeng mempunyai
pendidikan sampai Sekolah Dasar sebanyak 8 anak, sedangkan yang
berpendidikan Sekolah Lanjut Tingkat Pertama sebanyak 2 anak. Bahkan yang
menarik diantara mereka ada yang tidak sekolah yaitu sebanyak 2 anak
Padahal saat ini di Indonesia ukuran tingkat pendidikan dasar adalah
setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkatan Pertama. Hal ini menunjukkan
rendahnya tingkat pendidikan anak jalanan yang secara langsung mengindikasikan
lemahnya kondisi ekonomi keluarga mereka.
Karena rendahnya tingkat pendidikan itulah, mereka kesulitan dalam
mencari pekerjaan sehingga kemudian mencoba mencari uang dengan bekerja di
jalanan yang dianggap tidak membutuhkan pendidikan tinggi atau ketrampilan
65
khusus. Menurut mereka, untuk bekerja dan bertahan hidup di jalanan yang
dibutuhkan adalah mental yang kuat serta pantang menyerah.9
TABEL III/ 10 PENDAPAT ANAK JALANAN MENGENAI TERCUKUPINYA
KEBUTUHAN POKOK KELUARGA
Katagori Jawaban Frekwensi Sudah 5 Belum 7 Jumlah 12
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga diketahui sebagian besar anak jalanan menilai
kebuhtuhan pokok keluarga mereka belum tercukupi dengan baik,10 hal itu
dinyatakan oleh sebanyak 7 anak. Sedangkan mereka yang menyatakan bahwa
kebutuhan pokok keluarga sudah tercukupi sebanyak 5 anak.
Hal tersebut semakin menunjukan bahwa anak-anak jalanan sebagian
besar berasal dari keluarga miskin dimana kebutuhan pokok keluarga belum
tercukupi dengan baik.
2. Ketidakharmonisan Keluarga
Latarbelakang anak jalanan yang juga perlu diperhatikan adalah keadaan
hubungan dalam keluarga tersebut. Ketidakharmonisan dapat mendorong anak
untuk pergi dari rumah dan akhirnya hidup di jalanan. Pertama-tama dilihat
bagaimana keadaan orang tua anak tersebut seperti pada tabel berikut ini:
9 Wawancara dengan Irit, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 2 Febuari
2009 10
Wawancara dengan Yuni, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009
66
TABEL III/ 11 KEADAAN KEDUA ORANG TUA ANAK JALANAN
Katagori Jawaban Frekwensi Ayah dan Ibu lengkap 9 Ayah dan Ibu bercerai 3 Ayah meninggal dunia - Ibu meninggal dunia -
Ayah dan Ibu meninggal dunia - Jumlah 12
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar orang tua anak
jalanan adalah masih lengkap, yang menyatakan demiikian sebanyak 9 anak
Sedangkan yang menyatakan ayah dan ibu bercerai hanya 3 anak. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan atau keadaan perkawinan orang tua bukan faktor
dominan yang mendorong anak-anak untuk hidup di jalanan.
TABEL III/ 12 PENGALAMAN ANAK JALANAN DIMARAHI ORANG TUA
Katagori Jawaban Frekwensi Pernah 12
Tidak pernah - Jumlah 12
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar anak jalanan
menyatakan pernah dimarahi orang tuanya, yaitu sebanyak 12 anak. Sedangkan
responden yang menyatakan tidak pernah dimarahi adalah tidak ada..
Data di atas menunjukkan bahwa kebanyakan anak-anak memang pernah
dimarahi dan hal ini adalah sikap wajar dari orang tua. Biasanya orang tua
memang memarahi anaknya bertujuan demi kebaikan anak itu sendiri, namun
67
menjadi tidak wajar apabila tindakan itu dilakukan oleh orang tua secara
berlebihan dan dengan tujuan negatif yang merugikan masa depan anak. Tindakan
memarahi anak secara berlebihan dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak.
Anak merasa tidak aman dan nyaman berada di rumah dan akhirnya akan pergi
dari rumah untuk mencari perhatian dan suasana yang menyenangkan bersama
teman-temannya.
Diantara mereka ada yang menyatakan tidak akan dimarahi bila pergi
mengamen ata bekerja apa saja asal memperoleh uang. Seperti yang diceritakan
Ed berikut ini: saya sering malu sama tetangga, karena saya sering dipukul dan
dibentak-bentak bila tidak mengamen, tapi sikap ayah saya menjadi baik apabila
ketika saya pulang membawa uang. Keadaan tersebut sudah termasuk eksploitasi
terhadap anak-anak yang secara psikologis akan merugikan anak.11
Kedekatan anak dengan orang tua juga mempengaruhi keharmonisan
dalam suatu keluarga. Bila suatu keluarga harmonis, maka diantara anggota
keluarga akan tercipta hubungan yang hangat dan terbuka termasuk keberanian
anak untuk menceritakan masalah yang dihadapinya kepada orang tuanya. Anak
menceritakan masalah yang dihadapi kepada orang tua itu berarti
mengindikasikan si anak merasa orang tua adalah sebagai tempat mencurahkan
keluhan bagaikan sahabatnya. Untuk melihat pernahkah anak-anak jalanan
menceritakan masalahnya kepada orang tuanya dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
11 Wawancara dengan Ed, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 2
Febuari 2009
68
TABEL III/ 13 PENGALAMAN ANAK JALANAN DALAM
MENCERITAKAN MASALAH KEPADA ORANG TUA
Katagori Jawaban Frekwensi Pernah 2
Tidak Pernah 10 Kadang kadang -
Jumlah 12 Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui anak jalanan kebanyakan
menyatakan tidak pernah sebanyak 10 anak. Sedangkan yang menyatakan pernah
menceritakan masalahnhya sebanyak 2 anak.
Hal ini menunjukkan bahwa anak jalanan mempunyai rata-rata keluarga
yang kurang harrmonis karena kurangnya komunikasi yang terbuka antara anak
dan orang tua. Keadaan ini menyebabkan orang tua tidak menegetahui keadaan
anak secara psikologis dan lebih penting lagi tidak dapat mengontrol
perkembangan mental anak. Dimana dilihat dari segi usia mereka yang masih
anak-anak tentunya masih membutuhkan kasih sayang dan bimbingan orang tua,
dan itu dapat dicurahkan melalui komunikasi yang terbuka dari hati ke hati
dengan anak.
Selain hubungan orang tua dengan anak, perlu juga diperhatikan
hubungan diantara orang tua itu sendiri. Karena keadaan orang tua yang tidak
harmonis dapat membuat tekanan psikologis pada sang anak. Untuk mengetahui
hubungan yang terjadi diantara orang tua anak jalanan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
69
TABEL III/ 14 PERTENGKARAN YANG TERJADI DIANTARA
KEDUA ORANG TUA
Katagori Jawaban Frekwensi Sering 1
Tidak pernah 2 Kadang-kadang 9
Jumlah 12 Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak jalanan
menyatakan bahwa kedua orang tua hanya kadang-kadang saja betengkar, yaitu
sebanyak 9 anak dan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 2 anak, sedangkan
responden yang menyatakan kedua orang tuanya sering bertengkar hanya 1 anak .
Pertengkaran dalam suatu keluarga merupakan hal yang wajar dan
lumrah, karena dalam keluarga terdapat beberapa individu yang mempunyai
keinginan dan pendapat yang selalu sama bahkan bertentangan satu dengan yang
lainnya.
TABEL III/ 15 ALASAN PERGI DARI RUMAH UNTUK BEKERJA
DAN HIDUP DI JALANAN
Katagori Jawaban Frekwensi Dimarahi orang tua -
Tidak betah di rumah 4 Bekerja membantu orang tua 5
kurang kasih sayang orang tua 1 ingin mencari pengalaman 2
Jumlah 12 Sumber: Data Primer
70
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak jalanan
menyatakan alasan hidup di jalan untuk membantu orang tua, yaitu sebanyak 5
anak.. Sedangkan yang menjawab lainnya sebanyak 3 anak. Sedangkan alasan
yang kurang kasih sayang orang tua sebanyak 1 anak, sedangkan alasan yang
ingin mencari pengalaman sebanyak 2 anak.
Hal ini menunjukkan bahwa ketidak harmonisan pada keluarga cukup
mempengaruhi motivasi anak-anak jalanan untuk mencari uang di jalan,
disamping karena dimarahi orang tua yang menunjukkan tidak adanya komunikasi
yang terbuka mengenai masalah dalam keluarga yang mengakibatkan keluarga
tersebut menjadi kurang harmonis.
3. Lingkungan Pergaulan
TABEL III/ 16 DENGAN SIAPA MENCARI UANG DI JALAN
Katagori Jawaban Frekwensi Sendiri 4
Bersama-sama 3 Orang tua dan saudaranya 5
Jumlah 12 Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui anak jalanan mencari uang di jalan
bersama teman mereka, yaitu 3 anak. Sedangkan responden yang menyatakan
mencari sendiri sebanyak 4 anak. Ada hal menarik hal di atas dimana anak yang
menjawab bersama orang tua dan saudaranya sebanyak 5 anak.
71
Hal tersebut menunjukkan bahwa kedatangan mereka bersama dengan
keluarganya memang mempunyai tujjuan ingin mencari kehidupan yang lebih
baik.12 Bagi anak jalanan yang bersama orang tuanya, kebanyakan mengontrak
rumah di daerah pinggiran kota Yogyakarta seperti daerah kelurahan Badran,
Pingit atau mendirikan rumah di lembah-lembah sungai seperti lembah sungai
Code ataupun di sungai gajahwong yang cukup dikenal sebagai daerah tempat
anak jalanan, pengemis, pemulung atau preman-preman Yogyakarta.13
Lain halnya dengan anak jalanan yang datang bersama teman-temannya,
mereka biasanya tinggal di emperan toko atau kontrak kamar (kos) yang biasanya
ditanggung bersama dimana satu kamar dihuni 2 sampai 3 anak. Dalam memilih
tempat kos biasanya mereka memilih tempat yang agak jauh dari tempat biasanya
mereka mangkal. Hal ini dimaksudkan karena mereka kurang percaya diri bila
tetangga kosnya melihat mereka sedang bekerja selain itu juga lebih enak dalam
menghindar bila ada konflik atau masalah d tempat biasanya mereka mangkal.14
Teman sangat berarti dalam kehidupan anak jalanan karena bila sedang
mengalami kesulitan, maka temanlah yang paling dekat dan pertama kali dimintai
bantuan pertolongannya. Namun apakah teman juga banyak mempengaruhi
keputusan mereka untuk hidup dan mencari uang di jalan. Hal itu dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
12 Wawancara dengan Udin, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5
Febuari 2009 13
Wawancara dengan Yono, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009
14 Wawancara dengan Slamet, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5
Febuari 2009
72
TABEL III/ 17 KEPUTUSAN HIDUP DI JALAN MERUPAKAN
PENGARUH TEMAN
Katagori Jawaban Frekwensi Ya 5
Tidak 7 Jumlah 12
Sumber: Data Primer Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat dilihat sebagian besar anak jalanan yang menyatakan keputusan untuk hidup di jalan bukan karena pengaruh teman sebanyak 7 anak. Sedangkan yang menyatakan bahwa keputusan untuk hidup di jalan memang karerna pengaruh teman sebanyak 5 anak.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka hidup di jalan bersama dan saling membutuhkan, namun latar belakang mereka memutuskan mencari
uang di jalan bukan sekedar penagruh teman.
D. Permasalahan Anak Jalanan
1. Masalah yang dihadapi anak jalanan
Selama mencoba bertahan hidup di jalanan, anak-anak jalanan telah
mengalami pahit getir bahkan kerasnya kehidupan jalanan. Anak-anak jalanan
telah merasakan bagaimana sulitnya mencari uang demi memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Mereka bekerja siang dan malam.15 Jenis-jenis pekerjaan anak jalanan
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
15 Wawancara dengan Wito, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5
Febuari 2009
73
TABEL III / 18 JENIS PEKERJAAN ANAK JALANAN
Katagori Jawaban Frekwensi Pengamen 3
Penjual Koran 1 Peminta-minta 8
Pedagang Asongan - Jumlah 12
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas dapat doketahiu bahwa sebagian besar pekerjaan anak
jalanan di pertigaan traffic light Kampus UIN Sunan Kalijaga adalah peminta-
minta sebanyak 8 anak. Kemudian yang menjawab pengamen sebanyak 3 anak.
Sedangkan yang mempunyai pekerjaan penjual koran hanya. 1 anak
Data tersebut menunjukan bahwa pekerjaan sebagai peminta-minta lebih
disukai oleh anak-anak jalanan disekitar pertigaan UIN. Selain itu tidak begitu
membutuhkan alat khusus atau modal yang besar. Cukup menjulurkan tangan dan
menampangkan wajah memelas kehadapan pengguna kendaraan ketika lampu lalu
lintas berwarna merah di pertigaan UIN.16
Selain itu meminta-minta bisa dilakukan dalam waktu yang lebih lama,
artinya waktu minta-minta dalam seharinta bisa dari pagi hari, siang, sore, bahkan
sampai malam hari. Sedangkan pekerjaan lain seperti menjual koran hanya pagi
hari saja. Sehingga hal ini tentunya akan lebih memberi peluang untuk menambah
hasil pendapatan mereka.17
16 Wawancara dengan Agus, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 4
Febuari 2009 17
Wawancara dengan Udin, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009
74
TABEL III/ 19 PENDAPATAN ANAK JALANAN DALAM SATU HARI
Katagori Jawaban Frekwensi Di bawah Rp. 20. 000 -
Rp. 20.000 Rp. 50.000 5 Di atas Rp. 50.000 7
Jumlah 12 Sumber: Data primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga diketahui sebagian besar anak jalanan mempunyai
pendapatan di atas Rp. 50.000, yaitu sebanyak 7 anak. Sedangkan yang
berpendapatan antara Rp. 20.000 Rp. 50.000 per hari sebanyak 5 anak.
Hal tersebut menunjukan bahwa pendapatan yang diterima anak-anak
jalanan dalam satu harinya cukup tinggi untuk ukuran anak-anak sehingga anak-
anak jalanan tersebut merasa betah hidup di jalan.18
Keadaan yang demikian merupakan masalah yang perlu diperhatikan,
karena membawa dampak yang cukup serius. Pertama besarnya pendapatan anak-
anak jalanan membuat mereka enggan untuk meninggalkan kehidupan jalanan
sehingga jumlah anak-anak jalanan sulit di atasi. Kedua, besarnya jumlah
pendapatan tersebut akan menarik anak-anak lain yang rentan menjadi anak
jalanan dari keluarga miskin, yang jumlahnya meningkat sangat tinggi setelah
krisis ekonomi global, untuk ikut-ikutan mencari uang di jalanan. Hal ini akan
mengakibatkan peningkatan jumlah anak jalanan.19
18 Wawancara dengan Kuat, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5
Febuari 2009
19 Sularto, Seandainya Aku Bukan Anakmu, Potret Kehidupan Anak Indonesia, (Jakarta:
PT. Kompas Media Nusantara, 2000), hlm. 45.
75
TABEL III/ 20 PENGGUNAAN PENDAPATAN
Katagori Jawaban Frekwensi Senang-senang -
Makan dan kebutuhan lain dalam sehari
5
Diberikan untuk keluarga 3 Biaya Sekolah 4
Lainnya - Jumlah 12
Sumber: Data primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak jalanan
menggunakan uang yang didapatnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya
seperti makan, minum, serta merokok sebanyak 5 anak. Sedangkan yang
menggunakan uangnya untuk biaya sekolah sebanyak 4 anak. Kemudian anak
jalanan yang menggunakan uangnya hanya untuk bersenang-senang tidak ada..
Data tersebut di atas menunjukan bahwa anak-anak jalanan hanya
memikirkan bagaimana bisa bertahan hidup saat itu sehingga kurang
memperhatikan masa depan selanjutnya. Pola pikir seperti itu dipicu oleh keadaan
dan sulitnya mencari uang sehingga mereka berbuat sesuai kemampuan.
Pemenuhan hak bertahan hidup pada anak jalanan merupakan masalah
yang cukup rentan. Hal ini terjadi pada anak jalanan yang sudah tidak lagi hidup
bersama orang tua mereka. Mereka menggunakan penghasilannya hanya untuk
keperluan jangka pendek sehingga kalau situasi cuaca kurang memungkinkan
mereka bekerja di jalan, maka mereka akan menghadapi kesulitan keuangan yang
tak jarang mendorong mereka untuk berbuat kembali.
76
TABEL III/ 21 SISA UANG YANG DAPAT DITABUNG
Katagori Jawaban Frekwensi Ada 2
Tidak 10 Jumlah 12
Sumber: Data primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak jalanan tidak
mempunyai uang sisa yang dapat ditabung yaitu sebanyak 10 anak. Sedangkan
responden yang menyatakan uang sisa yang bisa ditabung sebanyak 2 anak.
Data tesebut menunjukan kurangnya perhatian anak-anak jalanan
terhadap masa depan mereka sendiri. Keseharian mereka hanya mengamen atau
meminta-minta, makan, tidur, serta bersenang-senang. Anak-anak jalanan mencari
kesenangan dengan cara mereka sendiri, misalnya minum minuman keras,
mengkonsumsi obat terlarang, berjudi atau melakukan hubungan seksual di luar
nikah sebagai penyaluran hasrat mereka yang tidak terkendali oleh norma dan
agama. Faktor lain yang menyebabkan anak jalanan tidak punya uang sisa yang
dapat ditabung adalah kekhawatiran mereka terhadap preman-preman yang sering
minta uang kepada mereka dan bila tidak diberi maka akan dimaki atau tidak
jarang sampai dipukuli. Jadi ada anggapan uang yang didapat harus habis pada
hari itu juga.20 Biasanya kondisi seperti ini terjadi pada lingkungan anak jalanan
yang sudah sangat keras dan berada di daerah rawan kriminalitas yang di
20 Wawancara dengan Kuat , anak jalanan yang sering mangkal dipertigaan UIN, tanggal
4 Febuari 2009
77
dominasi preman-preman pengangguran atau tejadi pada anak-anak jalanan ang
sudah tidak lagi hidup bersama orang tuanya.
TABEL III/ 22 PENGALAMAN MINUM MINUMAN KERAS
Katagori Jawaban Frekwensi Pernah 4 Tidak 8
Jumlah 12 Sumber: Data primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui kebanyakan anak jalanan pernah
minum minuman keras yaitu sebanyak 4 anak. Sedangkan yang menyatakan tidak
pernah minum minuman keras sebanyak 8 anak.
Hal tersebut menunjukan bahwa di kalangan anak jalanan sebagian
sudah ada yang terpengaruh lingkungan negatif dari para gaelandangan dan
preman yang suka mabuk-mabukan. Minum minuman keras merupakan hal yang
lumrah di kalangan anak jalanan. Mereka biasanya membeli minuman keras
dengan cara bantingan uang (iuran sukarela) bersama-sama agar terasa lebih
murah. Minuman keras jenis AO (sebutan Anggur Putih) atau TM (Topi Miring)
merupakan miuman yang mereka sering beli. Karena harganya paling murah dab
sudah cukup terasa nikmat walaupun tidak memakai campuran.21
Namun sebenarnya, masih ada anak jalanan yang masih murni dan
belum terpengaruh perbuatan negatif. Anak-anak jalanan seperti biasanya hidup di
21 Wawancara dengan Wito, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5
Febuari 2009
78
jalanan semata-mata karena faktor tekanan ekonomi sehingga ada rasa enggan
untuk menghambur-hamburkan uang.22
TABEL III/ 23 PENGALAMAN BERJUDI
Katagori Jawaban Frekwensi Pernah 3
Tidak Pernah 9 Jumlah 10
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui bahwa sebagian besar anak jalanan
pernah melakukan perjudian yaitu sebanyak 3 anak. Sedangkan yang menyatakan
tidak pernah berjudi sebanyak 9 anak.
Hal tersebut menunjukan bahwa kebanyakan anak jalanan terdorong
untuk mendapatkan uang dengan mudah tanpa perlu bersusah payah karena
banyaknya kebutuhan hidup yang harus dicukupi.
Bentuk dan cara berjudinya bermacam-macam. Bisa menggunakan kartu
remi, kartu domino yang dilakukan sendiri di kalangan anak jalanan atau bersam
tukang becak atau mencoba mengadu nasib lewat berjudi totor (togel)23. Lewat
judi totor inilah yang akan menghabiskan uang anak-anak jalanan. Mereka
menjadi sasaran empuk para Bandar judi yang terus memberi harapan dan impian
akan banyaknya uang bila menang.
22 Wawancara dengan Yono, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5
Febuari 2009 23Judi totor adalah bentuk perjudian tebak nomor mirip SDSB jaman dahulu tetapi
bedanya judi totor ini ditarik setiap hari.
79
TABEL III/ 24 UANG YANG DIGUNAKAN UNTUK BERJUDI
Katagori Jawaban Frekwensi Uang sendiri 12
Pinjem atau hutang - Diberi Teman -
Jumlah 12 Sumber: Data primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui semua anak jalanan yang
menyatakan penah menggunakan uangnya sendiri yaitu sebanyak 12 anak. Hal ini
menunjukan bahwa mereka benar-benar terbuai angan akan banyaknya uang
sehingga menggunakan seluruh uangny