104
ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONVENSIONAL DENGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH (STUDI PADA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 TAHUN 2014 DAN NOMOR 31 TAHUN 2014 ) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : Wahyu Fahmi Rizaldy NIM : 11140460000006 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

KONVENSIONAL DENGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH

(STUDI PADA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

29 TAHUN 2014 DAN NOMOR 31 TAHUN 2014 )

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Wahyu Fahmi Rizaldy NIM : 11140460000006

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan
Page 3: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan
Page 4: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan
Page 5: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

iv

ABSTRAK

Wahyu Fahmi Rizaldy, NIM 11140460000006, Hoax dalam Perspektif

Undang-Undangan No.19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

dan Hukum Islam, Strata Satu (S-1), Program Studi Hukum Ekonomi Syariah,

Fakultas syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta 1439/2018. v + 74 halaman + 4 lampiran.

Lembaga Pembiayaan merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak

menarik dana langsung dari masyarakat. Lembaga Pembiayaan melalui Otoritas

Jasa Keuangan mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 29 tahun

2014 yang dapat memperluas Multifinance dapat memperluas portofolionya ke

pembiayaan investasi, modal kerja/ modal usaha dan pembiayaan multiguna.

Lembaga Pembiayaan syariah juga muncul dalam rangka meningkatkan

perkembangan usaha perusahaan pembiayaan yang menyelenggarakan usaha

dengan syariah, dan diterbitkan ketentuan penyelenggaraan usaha oleh perusahaan

pembiayaan yang menyelenggarakan usaha dengan prinsip syariah melalui

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 31 tahun 2014 tentang

penyelenggaraaan usaha pembiayaan syariah.

Skripsi ini bertujuan untuk membandingkan regulasi Otoritas Jasa

Keuangan dalam mengatur penyelenggaraan usaha perusahaan pembiayaan baik

konvensional maupun syariah yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 29

tahun 2014 tentang penyelenggaraaan usaha pembiayaan dan Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan (POJK) 31 tahun 2014 tentang penyelenggaraaan usaha

pembiayaan syariah.

Penelitian ini menggunakan metode normatif yaitu pendekatan dengan

melihat ketentuan-ketentuan yang ada dengan maksud memberikan penjelasan

tentang Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 29 tahun 2014 tentang

penyelenggaraaan usaha pembiayaan dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

(POJK) 31 tahun 2014 tentang penyelenggaraaan usaha pembiayaan syariah.

Selain itu, sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yang diperoleh

dari peraturan otoritas jasa keuangan, dan data sekunder yang diperoleh dari

literatur buku-buku, jurnal, artikel, dan kepustakaan lain yang menjadi referensi

maupun sumber pelengkap penelitian.

Kesimpulan skripsi ini adalah: Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

29 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan memiliki jenis

kegiatan usaha yang secara umum yaitu Pembiayaan Investasi, Pembiayaan

Modal Kerja, Pembiayaan Multiguna, dan Kegiatan usaha pembiayaan lain

berdasarkan persetujuan OJK, sedangkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 31 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah,

memiliki jenis kegiatan usaha yang secara umum yaitu Pembiayaan jual beli,

pembiayaan investasi, pembiayaan jasa.

Kata Kunci : Lembaga Pembiayaan, Lembaga Pembiayaan Syariah, POJK

Pembimbing: A.M Hasan Ali,M.A

Page 6: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

v

الّرحيمبسم هللا الّرحمن

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, tuhan semesta alam yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua khususnya penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisa

Perbandingan Perusahaan Pembiayaan Konvensional Dengan Perusahaan

Pembiayaan Syariah (Studi Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomer 29

Tahun 2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomer 31 Tahun 2014 )”.

Sholawat serta salam senantiasa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman ilmiyah seperti sekarang

ini.

Selama penulis skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil,

oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr, Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. AM Hasan Ali, MA, dan Dr. Abdurrauf, M.A Ketua dan Sekretaris

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Isnawati Rais, M.A Dosen Pembimbing Akademik Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. AM Hasan Ali, M.A, Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk memberikan arahan-arahan dan bimbingan

dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

ini dengan baik.

6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah ikhlas mendidik dan berbagi

ilmunya kepada penulis selama perkuliahan.

Page 7: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

vi

7. Pembina Gugus Depan Pramuka UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

07.075/07.076 Ka Nanang Syaiku, MA dan Ka Dr. Fahma Wijayanti,

M.Si. Pembina Satuan Putra Ka Arif Aryanto Aryadi dan Ka Saidah

sebagai kakak dan orang tua di keluarga besar Pramuka UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Serta senioren dan purna pandega yang telah banyak

membantu.

8. Kepada kedua orang tua penulis yang sangat penulis sayangi dan cintai,

penulis persembahkan skripsi ini kepada Ayahanda Imam Wahyudi dan

Nenik Supaheni, yang telah membimbing dan mendidik dengan penuh

kesabaran dan kasih sayang baik moril, materill yang tidak pernah terbalas

oleh apapun.

9. Adek Adekku Wahyu Fajar Romadhon, Wahyu Farda Ar-Rahmi, Wahyu

Frida Puspita, dan seluruh keluarga besar Bani Hamid dan Bani Harun

yang tidak dapat di sebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala

dukungan, perhatiaan, dan kasih sayangnya.

10. Untuk kawan kawan di keluarga besar UKM UIN Jakarta yang selalu

senantiasa mendampingi dalam proses berorganisasi di internal kampus.

11. Racana Fatahillah- Nyi Mas Gandasari, Angkatan Garing (2014) dan best

partner buat Husnul Hotimah, SH dan teman-teman yang lain yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala perhatian,

dukungan, dan semangatnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat Sahabat seperjuangan PMII Komisariat Fakultas Syariah dan

Hukum, Dede Ihsanuddin dkk yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

13. Teman teman kota kelahiran Formala yang selalu menjadi inspirasi.

Demikian ucapan terima kasih dari penulis kepada semua pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga

memperoleh pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat dan mendapatkan keberkahan bagi penulis maupun bagi para

pembaca.

Jakarta, 18 September 2018

Penulis

Page 8: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAAN .......................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B Pembatasan dan Perumusan Penelitian .................................... 3

C Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 4

D Review Studi Terdahulu ............................................................. 8

E Metode Penelitian ...................................................................... 9

F Sitematika Penulisan .................................................................. 11

BAB II KARAKTERISTIK PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH

DAN KONVENSIONAL

A Tinjauan Umum .................................................................... 12

B Landasan Hukum Mengenai Perusahaan Pembiayaan ............. 35

C Karakteristik Pembiayaan ..................................................... 38

BAB III MATERI MUATAN POJK PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

SYARIAH DAN KONVENSIONAL

A POJK 29 Tahun 2014 ............................................................... 42

B POJK 31 Tahun 2014 ............................................................... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP………………… ............................................................ 88

A Kesimpulan……. ..................................................................... 88

B Rekomendasi ........................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA ………………………. ................................... 91

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………. ................ 94

A CV/ Riwayat Hidup

Page 9: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi, potensi yang

diperhatikan dunia internasional. Indonesia memiliki sejumlah karakteristik yang

menempatkan negara ini dalam posisi yang bagus untuk mengalami perkembangan

ekonomi yang pesat. Prosepek ekonomi yang meningkat dengan bangkitnya beberapa

sektor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal tersebut tidak lepas dari

terobosan terobosan peraturan untuk memudahkan regulasi maupun aturan di beberapa

sektor. Pertumbuhan Indonesia tahun 2017 tumbuh 5,07 persen lebih tinggi dibanding

capaian tahun 2016 sebesar 5,03 persen1. Lingkungan global yang mendukung, ditambah

kondisi fundamental dalam negeri yang kuat, telah membuat perekonomian Indonesia

memasuki tahun 2017 dengan pijakan yang kuat. Pengelolaan dan kredibilitas fiskal telah

membaik, sebagaimana dibuktikan dengan peningkatan peringkat kredit dari Standard and

Poor (S&P)2.

Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan

dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana langsung dari

masyarakat. Bidang usaha lembaga pembiayaan mencakup beberapa alternatif kegiatan

pembiayaan seperti sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), kartu kredit

(credit card), dan pembiayaan konsumen (consumer finance). Lembaga pembiayaan yang

kegiatan usahanya lebih menekankan pada fungsi pembiayaan, yaitu dalam bentuk

penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana langsung dari masyarakat.3

Pranata hukum pembiayaan konsumen di Indonesia dimulai pada tahun1988, yaitu dengan

dikeluarkanya Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, dan Keputusan

Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan

1 Lihat : https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/02/05/1519/ekonomi-indonesia-triwulan-iv-2017--

tumbuh-5-19-persen.html Pukul 10:51 9 Februari 2018

2 Laporan "INDONESIA ECONOMIC QUARTERLY Upgraded ", Word Bank Group.

3 Sunaryo, 2008, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta: Sinar Grafika, Hal.1- 2.

1

Page 10: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

2

Lembaga Pembiayaan. Kedua keputusan tersebut merupakan titik awal sejarah

perkembangan pengaturan pembiayaan konsumen sebagai lembaga bisnis pembiayaan di

Indonesia.4 Inisiatif Ojk dalam perluasannya untuk mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan (POJK) 29 tahun 2014 yang dapat memperluas Multifinance dapat memperluas

portofolionya ke pembiayaan investasi, modal kerja/ modal usaha dan pembiayaan

multiguna.

Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia cukup pesat. Hal itu ditandai dengan

meningkatnya jumlah bank syariah dan lembaga keuangan non bank. Ada beberapa yang

memang asli syariah, akan tetapi ada yang berupa unit usaha syariah. Dalam kehidupan

perekonomian, kita tidak hanya mengenal perbankan syariah yang memang menjadi

perhatian banyak orang. Ekonomi Islam bukan hanya sekedar membahas tentang perbankan

Islam, tetapi semua hal yang berkaitan dengan kehidupan ekonomi manusia. Dengan

perkembangan perbankan Islam, juga berkembang praktek ekonomi Islam yang lain, seperti

leasing, asuransi, pasar modal, dana pensiun, pegadaian, lembaga zakat, koperasi dan lain

sebagainya. Kemajuan ini menjadi sinyal positif untuk menunjang segala kebutuhan

masyarakat yang diselenggarakan secara Islami, mengingat sebelumnya belum tersedia

pelayanan dan proses pemenuhan kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan syariat Islam.5

Dalam rangka meningkatkan perkembangan usaha perusahaan pembiayaan yang

menyelenggarakan usaha dengan syariah, perlu diterbitkan ketentuan penyelenggaraan

usaha oleh perusahaan pembiayaan yang menyelenggarakan usaha dengan prinsip syariah

melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 31 tahun 2014 tentang penyelenggaraaan

usaha pembiayaan syariah. Penerbitan paket regulasi tersebut adalah untuk memberikan

landasan hukum yang memadai berkaitan dengan kegiatan Perusahaan Pembiayaan yang

melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah serta guna memenuhi kebutuhan

masyarakat pada industri pembiayaan yang memerlukan keragaman sumber pembiayaan

dan pendanaan berdasarkan pada syariat Islam.

Perbedaan pembiayaan syariah dengan konvensional ternyata belum banyak

diketahui oleh masyarakat, meskipun sebenarnya penduduk Indonesia mayoritas beragam

4 Sunaryo, 2008, Hukum Lembaga Pembiayaan. Hal. 98. 5 Muhaimin, “Perusahaan Pembiayaan Syariah Di Indonesia ( sebuah tinjauan analisis terhadap perusahaan pembiayaan

PT. FIF syariah )” AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm.107-122

Page 11: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

3

Islam namun promosi pembiayaan syariah tidak sebesar pembiayaan konvensional. Bahkan

bisa dikatakan belum banyak yang mengetahui mengenai adanya pembiayaan syariah,

apalagi mengambilnya sebagai pilihan untuk digunakan pada saat membutuhkan dana atau

hendak membeli berbagai barang konsumtif lainnya. Terkadang, Pelaku pembiayaan

syariah melalui kantor cabang yang tersedia juga masih awam membedakan terkait kredit

dan pembiayaan. Namun yang paling terpenting adalah bagaimana pelaku pada perusahaan

pembiayaan dapat membedakan terkait implementasi yang ada sesuai dengan regulasi

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui peraturan yang dikeluarkannya.

Dalam kaitan pembahasan tentang perusahaan pembiayaan syariah dan perusahaan

pembiayaan konvensional, penulis tertarik mengangkat perbandingan perusahaan

pembiayaan konvensional dengan perusahaan pembiayaan syariah melalui sudut pandang

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 29 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Usaha Perusahaan Pembiayaan dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 31 tahun

2014 Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Syariah . Penulis akan memberikan

tinjauan analisis terhadap seluk beluk dan mekanisme regulasi konvensional dengan

syariah, termasuk perbedaannya.

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan suatu permasalahan terkait dengan judul yang

sedang dibahas. Masalah-masalah yang sudah tertuang pada sub bab latar belakang

diatas, maka dari itu penulis memaparkan beberapa permasalahan yang ditemukan

sesuai dengan bagian latar belakang penelitian ini, antara lain :

a. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan Konvensional dan Perusahaan

Pembiayaan Syariah

b. Regulasi Perusahaan pembiayaan konvensional pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomer 29 Tahun 2014

c. Regulasi Perusahaan pembiayaan syariah pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomer 31 Tahun 2014 bagi perusahaan pembiayaan syariah

Page 12: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

4

2. Batasan Masalah

Pembahasan mengenai Perbandingan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

dengan Perusahaan Pembiayaan syariah, namun penelitian ini dibatasi pada

pembahasan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomer 29 tahun 2014 dan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan 31 tahun 2014.

3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Analisis perbandingan antara Perusahaan Pembiayaan Konvensional

dengan Perusahaan Pembiayaan Syariah pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomer 29 Tahun 2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomer 31 Tahun

2014 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berkaitan dengan uraian rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 29 tahun 2014

tentang Penyelenggaraan usaha perusahaan pembiayaan dan Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan (POJK) 31 tahun 2014 Penyelenggaraan usaha perusahaan

pembiayaan Syariah.

2. Untuk mengetahui perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan

perusahaan pembiayaan syariah.

3. Untuk mengetahui perbandingan Peraturan antara Otoritas Jasa Keuangan

(POJK) 29 tahun 2014 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 31 tahun

2014 Penyelenggaraan usaha perusahaan pembiayaan Syariah.

4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari POJK 29 Tahun 2014 dan

POJK 31 Tahun 2014

Manfaat yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut

Page 13: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

5

Adapun kegunaan dari penelitian ini baik bagi peneliti dan masyarakat umum

adalah:

1. Kegunaan Teoritis

a. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya kalangan

akademisi mengenai pembiayaan syari’ah

b. Sebagai bahan pustaka yang nantinya diharapkan dapat menambah

pemahaman secara mendalam mengenai pembiayaan syari’ah.

2. Kegunaan Praktis

a. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan menambah sumbangan

pemikiran bagi wacana ekonomi Islam tentang pembiayaan multifinance

syari’ah pada perusahaan pembiayaan.

b. Memberikan pemahaman kepada praktisi ekonomi Islam sebagai acuan

dalam melaksanakan prinsip-prinsip perekonomian syari’ah yang sesuai

dengan aturan serta landasan syari’at islam.

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Peranan yang menonjol dari industri jasa pembiayaan adalah menyediakan dana

bagi masyarakat yang memerlukan sumber dana pembiayaan baik untuk keperluan

investasi, modal kerja, atau semata-mata untuk barang yang akan dipakai sendiri

(konsumsi). Dana yang disalurkan oleh industri jasa pembiayaan kepada masyarakat

diharapkan akan dapat bermanfaat untuk mendorong perkembangan perekonomian

nasional.

Lembaga pembiayaan atau dikenal dengan multifinance merupakan salah satu

lembaga keuangan bukan bank di Indonesia yang mempunyai aktivitas membiayai

kebutuhan masyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif. Lembaga pembiayaan

di Indonesia saat ini telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal ini

terjadi karena semakin meningkatnya kemajuan dunia usaha serta pendapatan

Page 14: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

6

masyarakat, karena secara umum Indonesia telah menunjukkan peningkatan pendapatan

per kapita masyarakatnya setelah melewati masa krisis (tahun 1997/1998).

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang

perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan

bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang

usaha lembaga pembiayaan6.

Secara umum pengertian multifinance antara konvensional dengan syariah adalah

sama, yaitu perusahaan pembiayaan yang menyediakan produk berkualitas dan

mempunyai aktivitas membiayai kebutuhan masyarakat baik bersifat produktif maupun

konsumtif.7 Mengenai perbedaan antara keduanya adalah operasional serta mekanisme

dalam pembiayaan produk, multifinance syariah dalam dalam melakukan pembiayaan

harus berdasarkan prinsip syariah, yaitu pembiayaan yang harus berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara perusahaan pembiayaan dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan tersebut dalam

jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil atau dengan akad-akad syariah

yang lainnya seperti mudharabah, musyarakah, ijarah, salam, istisna dan murabahah,

sedangkan lembaga pembiayaan konvensional tidak melakukan persetujuan dengan

pihak yang dibiayai mengenai penetapan imbalan yang berupa bunga.8

Tujuan paling utama dari lembaga pembiayaan, pertama adalah pemenuhan

kebutuhan pembiayaan terhadap permintaan masyarakat yang semakin meningkat, baik

kebutuhan yang bersifat konsumtif maupun produktif, kedua untuk lebih memperluas

penyediaan pembiayaan alterantif bagi dunia usaha dan memperkuat sistem keuangan

nasional sehingga dapat memberikan alternatif yang lebih banyak lagi bagi

pengembangan sektor keuangan.9

6 Peraturan Menteri Keuangan No 84 /PMK.012/ 2006, Tentang Perusahaan Pembiayaan

7 Ade Arthesa & Edia Handiman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta: PT. Indeks, 2006)., h. 247.

8 Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: PER- 03/BL/2007 tentang

Kegiatan Perusahaan Berdasarkan Prinsip Syariah. Disetujui oleh DSN-MUI melalui surat Nomor B-323/DSNMUI/XI/2007 9 Andri Soemitra, Bank &Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2009)., h.331.

Page 15: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

7

2. Kerangka Konseptual

Ilmu tentang perbankan dan lembaga keuangan sangat dinamis karena perubahan

perekonomian dan keuangan suatu negara sangat berpengaruh terhadap kondisi

lembaga keuangan di negara tersebut. Kondisi ini terjadi pada negara kita, dimana

perubahan besar perekonomian di Indonesia, ternyata berdampak langsung pada

perbankan dan lembaga keuangan serta sektor-sektor lain yang terkait. Dengan

demikian, ilmu mengenai lembaga keuangan baik perbankan maupun bukan bank

haruslah dinamis, sehingga informasi yang tepat dapat diterima oleh masyarakat dengan

baik.10

Dalam perusahaan pembiayaan, baik Pembiayaan Konvensional maupun

Pembiayaan Syariah, pembiayaan mempunyai peranan penting terutama untuk

menyalurkan dana kepada masyarakat untuk menghadapi masalah dan atau modal kerja,

atau dalam hal multifinance. Satu hal yang membedakan antara manajemen Perusahaan

Pembiayaan syariah dengan Perusahaan Pembiayaan umum (konvensional) adalah

terletak pada pembiayaan dan pemberian pada balas jasa, baik yang diterima oleh bank

maupun investor. Jika dilihat pada Perusahaan Pembiyaan umum, pembiayaan disebut

kredit, sementara di Perusahaan Pembiyaan syariah disebut pembiayaan. Terkait

mengenai aturan dan regulasi juga berbeda, jika Perusahaan Pembiyaan umum

menggunakan POJK 29 tahun 2014 maka Perusahaan Pembiyaan Syariah memiliki

POJK 31 tahun 2014. Namun secara aturan izin keduanya mengacu pada POJK 28

Tahun 2014.

10

Ade Arthesa & Edia Handiman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta: PT. Indeks, 2006)., h.248

Perusahaan Pembiyaan

Umum

POJK 31 Tahun 2014

POJK 29 Tahun 2014

Perusahaan Pembiyaan

Syariah

Page 16: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

8

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, penulis akan menyertakan

beberapa penelitian terdahulu yang diperoleh baik melalui perpustkaan maupun dunia

maya yang membahas mengenai penerapan Hukum pada Perusahaan Pembiayaan,

tulisan tersebut antara lain :

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Rachmat, “Studi Perbandingan Lembaga

Pembiayaan antara Pembiayaan Multifinance Syari’ah dan Pembiayaan Konvensonal

pada PT. Federal International Finance ( FIF). Dalam skripsi ini mengkaji perbandingan

lembaga pembiayaan. memberikan informasi dan pengetahuan tentang ekonomi Islam

dalam praktik kelembagaan keuangan syari’ah kepada masyarakat umum dan para

akdemisi khususnya untuk lebih mengenal pembiayaan multifinance syari’ah dan

konvensional. Penelitian ini berupaya mendeskripsikan secara empiris beberapa

permasalahan yang diangkat seperti Perbedaan multifinance syari’ah dengan

multifinance konvensional.

Kedua, Skripsi yang berjudul “Leasing Menurut Ekonomi Islam (pada PT. Adira

Dinamika Multi Finance,Tbk) oleh Rohayati (2006), mahasiswi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi diatas hanyalah tinjauan atau pandangan ekonomi

Islam terhadap praktek leasing baik dari segi hukum syari’at Islam maupun analisis

dampak positif dan negatifnya terhadap kegiatan ekonomi baik secara mikro ataupun

makro. Berbeda dengan judul yang akan dibahas, objek penelitiannya lebih luas yaitu

multi finance dengan membahas pembiayaan dalam beberapa macam transaksi dan

akan dibandingkan antara sistem syari’ah dengan konvensional. Sehingga pembaca

akan memahami lebih dalam tentang multi finance, baik yang dengan sistem syari’ah

maupun konvensional, baik konsep, mekanisme maupun operasionalnya.

Ketiga, Skripsi berjudul “Mekanisme Leasing pada PT. Swadharma Surya Finance

menurut Hukum Positif & Hukum Islam, oleh Rica Anggraeni (2006), mahasiswi UIN

Syarif Hidayatullah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Program Studi Mu’amalat,

Konsentrasi Perbankan Syari’ah. Dalam penelitian ini pembatasan masalahnya adalah

bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum positif terhadap praktek leasing.

Perbedaan skripsi diatas dengan penelitian yang akan dibahas oleh penulis yaitu skripsi

Page 17: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

9

diatas hanya membahas suatu tinjauan atau pandangan hukum Islam dan hukum positif

terhadap leasing, dengan berfokus hanya pada analisis hukum. Sedangkan skripsi yang

akan dibahas oleh penulis adalah membahas bukan hanya leasing tetapi beberapa

macam transaksi pembiayaan yang disebut dengan multifinance dan yang akan diteliti

adalah konsep, mekanisme dan operasional multifinance dengan membandingkan

antara multifinance syari’ah dan konvensional

F. Metode Penelitian

1. Sifat dan jenis penelitian

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini bersifat

korelasional. Jenis penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode

Normatif.11

Yaitu penelitian yang dilakukan pada peraturan tertulis dan berbentuk

dokumen yang disebut data sekunder, dimana data-data tersebut diperoleh dari

buku-buku yang berkaitan.

Berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah, penelitian yang

dilakukan termasuk dalam kategori penelitian hukum normatif atau penelitian

hukum kepustakaan. Penelitian Hukum normatif memiliki definisi yang sama

dengan penelitian doktrinal yaitu penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum

yang fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer

dan sekunder.12

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini

adalah penelitian hukum doktrinal atau penelitian hukum studi kepustakaan.

Penelitian yang bersifat normatif yaitu penelitian yang difokuskan pada bahan

pustaka atau data sekunder, yang mungkin mencakup bahan hukum primer,

sekunder, dan tersier. Bahan-bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji

kemudian dibandingkan kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya

Perusahaan pembiayaan konvensional pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

11

Salim HS, Erlies Septiana Nurbaini, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan

Diseratasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 12 12

Johnny Ibrahim, Teori dan metodologi penelitian hukum normatif. Malang: Banyu Media, 2006,

hlm 44.

Page 18: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

10

Nomer 29 Tahun 2014 dengan Perusahaan pembiayaan syariah pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomer 29 Tahun 2014 bagi perusahaan pembiayaan

syariah.

2. Metode Pendekatan

Menurut Johnny Ibrahim, dalam penelitian hukum terdapat bebarapa

pendekatan, yaitu pendekatan perundang-undangan (statue approach),

pendekatan konseptual (concentual approach), pendekatan analitis (analytical

approach), pendekatan perbandingan (comparative approach), pendekatan

historis (historical approach), pendekatan filsafat (philosophical approach) dan

pendekatan kasus (case approach).13

Yang dipergunakan dalam penulisan ini

adalah pendekatan perbandingan (comparative approach) yaitu membandingkan

Perusahaan pembiayaan konvensional pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomer 29 Tahun 2014 dengan Perusahaan pembiayaan syariah pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomer 29 Tahun 2014 bagi perusahaan pembiayaan

syariah.

3. Alat Pengumpul Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dipergunakan

untuk mendukung isi skripsi ini adalah melalui penelitian kepustakaan (Library

research), dengan bahan-bahan hukum:

a. Bahan Hukum Primer

Yakni bahan hukum yang mengikat, dengan fokus utama berupa POJK Nomor 29

Tahun 2014 dengan POJK Nomor 31 Tahun 2014.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yakni bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer, seperti hasil penelitian

dan tulisan para ahli hukum, dan lain sebagainya.

c. Bahan Hukum Tersier

Yakni yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan hukum primer

dan sekunder yang berupa kamus, majalah dan internet.

13

Johnny Ibrahim, Teori dan metodologi penelitian hukum normative, 2006, hlm 300.

Page 19: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

11

G. Rancangan Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami pembahasan skripsi ini, maka penulis akan

mendeskripsikan dalam bentuk kerangka skripsi. Adapun sistematikanya adalah sebagai

berikut:

1 Bagian awal

Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul/cover, halaman persetujuan

pembimbing, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar table.

2 Bagian isi

Pada bagian isi, terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I: Pendahuluan, dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II: Penulis menguraikan tentang Peraturan otoritas jasa keuangan nomer 29

tahun 2014 tentang penyelenggaraan usaha lembaga pembiayaan.

Bab III: Penulis menguraikan tentang Peraturan otoritas jasa keuangan nomer 31

tahun 2014 tentang penyelenggaraan usaha lembaga pembiayaan syariah.

Bab IV: Analisis dan Interpretasi Temuan, dalam bab ini berupa analisis data

penelitian.

Bab V: Penutup, dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari

permasalahan yang di bahas pada bab sebelumnya.

3 Bagian akhir

Bagian akhir dari skripsi ini berisi tentang daftar pustaka dan lampiran. Isi dari

daftar pustaka merupakan keterangan dari sumber literature yang diajukan dalam

skripsi.

Page 20: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

12

BAB II

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH DAN

KONVENSIONAL

A. Tinjauan Umum Tentang Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Konvensional

1. Pengertian Tentang Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Konvensional

Di zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, berbagai lembaga keuangan

telah hadir untuk memudahkan perencanaan finansial Anda. Salah satu lembaga yang

perlu diketahui adalah penyedia layanan pembiayaan bagi Anda yang ingin membeli

barang secara non-tunai. Pembayaran model seperti ini sering disebut dengan cara

angsuran atau kredit. Keinginan manusia memang tidak pernah ada habisnya, belum

lagi dengan kebutuhan yang mesti dipenuhi.

Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan

untuk pengadaan barang dan/atau jasa.1. Sama seperti bank dan lembaga resmi lainnya,

mekanisme mengenai perusahaan pembiayaan telah diketahui negara dan sudah diatur

pula dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan

PembiayaanMenurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang

perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan

bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang

usaha lembaga pembiayaan. Pada umumnya, lembaga keuangan seperti bank akan

memberikan dana cair kepada para calon debiturnya. Lain halnya dengan perusahaan

pembiayaan. Ketika mengajukan kredit ke lembaga ini, tidak akan mendapatkan dana

cair, melainkan persetujuan perusahaan untuk membiayai kredit barang. Jadi, dana

tunai dibayarkan perusahaan pembiayaan kepada pihak ketiga, tempat nasabah

melakukan transaksi pembelian.

Secara umum pengertian multifinance antara konvensional dengan syariah adalah

sama, yaitu perusahaan pembiayaan yang menyediakan produk berkualitas dan

mempunyai aktivitas membiayai kebutuhan masyarakat baikbersifat produktif maupun

1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan

Pembiayaan Tahun 2014

12

Page 21: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

13

konsumtif2. Pada tahun 2014 Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan peraturan No.

29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan. Tujuan

dikeluarkannya POJK ini untuk mendukung perkembangan perusahaan pembiayaan

yang dinamis dan mewujudkan industri perusahaan pembiayaan yang tangguh,

kontributif, inklusif serta berkontribusi untuk menjaga sistem keuangan yang stabil dan

berkelanjutan.

Terkait dengan perusahaan pembiayaan syariah, untuk memberikan kerangka

hukum yang memadai dalam menjalankan aktifitasnya, pada tahun 2007 Ketua Badan

Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Lembaga Keuangan mengeluarkan dua

peraturan, yaitu peraturan Nomor: PER-03/BL/2007 Tentang Kegiatan Perusahaan

Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah dan Peraturan Nomor: PER-04/BL/2007

tentang Akad-Akad yang Digunakan Dalam Kegiatan Perusahan Pembiayaan

Berdasarkan Prinsip Syariah. Berdasarkan Pasal 1 butir 3 POJK No. 31, dijelaskan

bahwa Perusahaan Pembiayaan Syariah Perusahaan Pembiayaan yang seluruh

kegiatan usahanya melakukan pembiayaan syariah.3

Ditinjau pada masing masing pengertian tersebut Perusahaan Pembiayaan

Konvensional dengan Perusahaan Pembiayaan Syariah dalam hal pengertian memiliki

definisi yang sama, hanya saja dalam hal konsep dan mekanisme yang membedakan

antara keduanya.. Namun yang penting untuk dipahami adalah, perusahaan

pembiayaan syariah bisa melakukan atau mengembangkan model kegiataan

pembiayaan lain diluar model kegiataan pembiayaan yang telah ditetapkan. Dengan

kata lain, ada peluang bagi perusahaan pembiayaan syariah untuk mengembangkan

produk-produk pembiayaan baru yang lebih variatif yang dianggap profitable sehingga

kegiataan perusahaan menjadi lebih berkembang. Produk-produk baru tersebut baru

bisa dijalankan oleh perusahaan pembiayaan syariah setelah mendapatkan opini dari

Dewan Pengawas Syariah dan disetujui oleh OJK.

2 Ade Arthesa & Edia Handiman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta: PT. Indeks,

2006)., h. 247. 3 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan

Pembiayaan Syariah Tahun 2014

Page 22: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

14

2. Tujuan dan Manfaat Perusahaan Pembiayaan

Tujuan dari pembiayaan ini dalam lingkup luas terbagi menjadi dua, yaitu: pertama,

profitability yang merupakan tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa

keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola

bersama nasabah. Kedua, safety yaitu keamanan dari prestasi yang diberikan dalam

bentuk modal, barang atau jasa harus benarbenar terjamin pengembaliannya sehingga

keuntungan yang diharapkan dapat benar-benar tercapai.4

Tujuan paling utama dari lembaga pembiayaan, pertama adalah pemenuhan

kebutuhan pembiayaan terhadap permintaan masyarakat yang semakin meningkat, baik

kebutuhan yang bersifat konsumtif maupun produktif, kedua untuk lebih memperluas

penyediaan pembiayaan alterantif bagi dunia usaha dan memperkuat sistem keuangan

nasional sehingga dapat memberikan alternatif yang lebih banyak lagi bagi

pengembangan sektor keuangan5.

Sebagaimana lembaga keuangan yang lain, Perusahaan pembiayaan juga memiliki

beberapa manfaat. Perusahaan pembiayaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan juga kesempatan kerja. Oleh karena itu, pembiayaan yang

tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para pengusaha diberbagai bidang.

Perusahaan Pembiayaan juga mempunyai manfaat penting dalam perekonomian.

Dalam masyarakat memiliki manfaat untuk membantu masyarakat dengan ekonomi

lemah agar terbebas dari jeratan rentenir yang memberikan pinjaman dengan bunga

tinggi. Dengan adanya Perusahaan pembiayaan, pengusaha kecil dengan modal

terbatas bisa mendapatkan kredit dengan syarat mudah dan bunga yang ringan dan juga

bermanfaat bagi pembangunan infrastruktur.

3. Jenis-Jenis Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan Konvensional dan Syariah

a. Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan Konvensional

4 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: sebuah teori, konsep dan aplikasi, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2010), h. 711. 5 Andri Soemitra, Bank &Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2009).,

h.331.

Page 23: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

15

Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan Konvensional menurut POJK No

29 Tahun 2014 yaitu6 :

1) Pembiayaan Investasi

Pembiayaan Investasi adalah pembiayaan untuk pengadaan barang-barang

modal beserta jasa yang diperlukan untuk aktivitas usaha/investasi, rehabilitasi,

modernisasi, ekspansi atau relokasi tempat usaha/investasi yang diberikan

kepada debitur dalam jangka waktu lebih dari 2 (dua) tahun. Kegiatan

Pembiayaan Investasi ditujukan untuk Debitur berbentuk badan usaha atau

perseorangan yang memiliki usaha produktif dan/atau yang memiliki ide ide

untuk pengembangan usaha produktif. Pembiayaan investasi wajib dilakukan

dengan cara :

a) Sewa Pembiayaan (Finance Lease)

Sewa Pembiayaan (Finance Lease) dilakukan dalam rangka

penyediaan barang oleh Perusahaan Pembiayaan untuk digunakan oleh

Debitur selama jangka waktu tertentu, yang mengalihkan secara substansial

manfaat dan risiko atas barang yang dibiayai7. Sewa Pembiayaan (Finance

Lease) melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang

modal baik secara Finance Lease maupun Operating Lease untuk digunakan

oleh Penyewa Guna Usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan

pembayaran secara berkala.8

Dalam hal perjanjian Sewa Pembiayaan (Finance Lease) masih

berlaku, kepemilikan atas barang objek transaksi Sewa Pembiayaan (Finance

Lease) berada pada Perusahaan Pembiayaan. Perusahaan Pembiayaan wajib

memastikan dalam perjanjian pembiayaan bahwa Debitur dilarang

menyewa-pembiayaankan kembali barang yang disewapembiayaankan

kepada pihak lain. Selama masa Sewa Pembiayaan (Finance Lease),

Perusahaan Pembiayaan wajib menempelkan plakat atau etiket pada barang

6 POJK No 29 Tahun 2014

7 POJK No 29 Tahun 2014

8 Ade Arthesa & Edia Handiman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta: PT. Indeks,

2006)., h. 247.

Page 24: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

16

yang disewa-pembiayaankan dengan mencantumkan nama dan alamat

Perusahaan Pembiayaan serta pernyataan bahwa barang dimaksud terikat

dalam perjanjian Sewa Pembiayaan (Finance Lease).

Terdapat empat pihak yang berkepentingan dalam kegiatan sewa

pembiayaan, yaitu sebagai berikut9:

1) Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa

pembiayaan atau penyewaaan kepada konsumen dalam bentuk

barang modal.

2) Lessee adalah seseorang atau perusahaan yang mendapatkan jasa

pembiayaan dari perusahaan leasing atau lessor.

3) Lender atau kreditur adalah pihak yang memberikan penyediaan

dana bagi berkembangnya usaha leasing tersebut.

4) Supplier, merupakan perusahaan atau pihak-pihak yang menyediakan

barang-barang modal sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau

penyewa / lessee.

b) Jual dan Sewa Balik (Sale and Leaseback)

Dalam bentuk transaksi ini, lessee membeli terlebih dahulu barang

modal atas namanya sendiri, kemudian barang modal tersebut dijual kepada

lessor dan selanjutnya oleh lessee disewa kembali dari lessor untuk

digunakan kembali bagi keperluan usahanya dalam suatu bentuk kontrak

leasing. Biasanya bentuk sale and lease back ini mengambil bentuk financial

lease.10

Sale and lease back mirip dengan hutang-piutang uang dengan

jaminan barang dan pembayaran barang tersebut dilakukan secara cicilan.

Tujuan lessee menggunakan bentuk ini untuk memperoleh dana tambahan

modal kerja, yang tadinya ditanggulangi sendiri, lalu dialihkan melalui

kontrak leasing. Bentuk ini banyak digunakan di Indonesia akibat masalah

kesulitan impor barang modal terutama mengenai perizinan, bea masuk,

9 Ade dan Edia, Bank & Lembaga.,h.249 - 250.

10 http://e-journal.uajy.ac.id/634/3/2EA15875.pdf, Diakses 6 April 2018, Jakarta.

Page 25: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

17

pajak impor, dan lainnya yang memakan banyak biaya. Sale-and-lease back

(biasa juga disebut dengan purchase leaseback), yaitu lessee menjual barang

yang sebelumnya dimiliki kepada perusahaan leasing dengan harga pasar

atau nilai buku (yang mana lebih rendah) dan kemudian menyewakannya

kembali.11

c) Anjak Piutang Dengan Pemberian Jaminan Dari Penjual Piutang (Factoring

With Recourse)

Anjak Piutang Dengan Pemberian Jaminan Dari Penjual Piutang

(Factoring With Recourse) adalah transaksi Anjak Piutang usaha dimana

penjual piutang menanggung risiko tidak tertagihnya sebagian atau seluruh

piutang yang dijual kepada Perusahaan Pembiayaan.12

Anjak piutang dalam bahasa Inggris sering disebut sebagai factoring.

Anjak piutang (Factoring) menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor

84/PMK.012/2006 pada Pasal 1 huruf (e) adalah kegiatan pembiayaan dalam

bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut

pengurusan atas piutang tersebut. Sedangkan perusahaan anjak piutang bisa

didefinisikan dengan perusahaan yang kegiatannya melakukan penagihan

atau pembelian atau pengambilalihan atau pengelolaan hutang piutang suatu

perusahaan dengan imbalan atau pembayaran tertentu dari perusahaan

(klien).13

d) Pembelian Dengan Pembayaran Secara Angsuran

Pembelian Dengan Pembayaran Secara Angsuran adalah kegiatan

pembiayaan dalam bentuk pengadaan barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

debitur dari penyedia barang atau jasa dengan pembayaran secara angsuran.

Dalam hal Pembelian Dengan Pembayaran Secara Angsuran untuk

11

Nahrowi, “Permasalahan Hukum Pembiayaan Leasing Di Indonesia”, Jurnal Cita Hukum, Vol. I

No. 1 Juni 2013 12

POJK No 29 Tahun 2014 13

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21417/3/Chapter%20II.pdf, Diakses 6 April 2018,

Jakarta.

Page 26: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

18

pengadaan barang, kepemilikan objek pembiayaan dalam perjanjian beralih

dari penyedia barang kepada Debitur.14

e) Pembiayaan Proyek

Pembiayaan Proyek adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka

pelaksanaan sebuah proyek yang memerlukan pengadaan beberapa jenis

barang modal dan/atau jasa yang terkait dengan pelaksanaan pengadaan

proyek tersebut.15

f) Pembiayaan Infrastruktur

Kebutuhan dana pembangunan infrastruktur di Indonesia relatif

sangat besar mengingat kualitas infrastruktur Indonesia masih relatif

tertinggal dibandingkan negara Asia lainnya seperti Singapura, Jepang,

China dan India. Berdasarkan World Economic Forum (2013), peringkat

tertinggi untuk Asia diraih Singapura, urutan kedua dari 144 negara di dunia

dengan skor 6,5 (skala 1: rendah – 7: tinggi). Sementara itu, kualitas

infrastruktur Indonesia secara keseluruhan berada pada peringkat 92 dengan

skor 3,7 baik pada kualitas jalan, pelabuhan, maupun kualitas penyediaan

listrik. Indonesia berada di atas Filipina (98), namun di bawah India (87) dan

Cina (69), Korea Selatan (22) dan Jepang (16). Buruknya kualitas

infrastruktur Indonesia menjadi salah satu penyebab biaya logistik yang

tinggi dan tidak kompetitif, ditunjukkan dari indeks performa logistik

Indonesia pada tahun 2014 hanya berkisar 3,08 (skala 1: rendah – 5: tinggi).

Posisi Indonesia berada di bawah Malaysia (3,59) dan Korea Selatan

(3,67).16

Selanjutnya, Pemerintah mendirikan sejumlah lembaga pembiyaan

infrastruktur dengan ruang lingkup pekerjaan yang berbeda. Keempat

lembaga tersebut adalah Pusat Investasi Pemerintah (PIP), PT. Sarana Multi

Infrastruktur (Persero), PT Indonesia Infrastruktur Finance (IIF), dan PT.

14

POJK No 29 Tahun 2014 15

POJK No 29 Tahun 2014 16

Biro Riset BUMN, Model Pembiayaan Infrastruktur: Indonesia Dan Negara Lain Lembaga

Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM‐FEB UI)

Page 27: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

19

Penjamin Infrastruktur Indonesia (PII). Dan muncul regulasinya pada

Peraturan otoritas jasa keuangan nomor 29 tahun 2014 yang menyatakan

Pembiayaan Infrastruktur adalah pembiayaan dalam bentuk pengadaan

barang dan/atau jasa untuk pembangunan infrastruktur. kegiatan Pembiayaan

Investasi dengan cara Pembiayaan Infrastruktur wajib memenuhi

persyaratan, sebagai berikut:17

(1) memiliki Tingkat Kesehatan Keuangan

dengan kondisi minimum sehat;

(2) memiliki Ekuitaslebih besar dari

Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah); dan

(3) memiliki standar operasi dan prosedur terkait

Pembiayaan Infrastruktur.

g) Pembiayaan lain setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari OJK

2) Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan Modal Kerja adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan

pengeluaran-pengeluaran yang habis dalam satu siklus aktivitas usaha debitur

dan merupakan pembiayaan dengan jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun.18

Modal kerja merupakan dana yang ditanamkan dalam aktiva lancar, oleh karena

itu dapat berupa kas, piutang, surat-surat berharga, persediaan dan lain-lain.

Modal kerja bruto adalah keseluruhan dari aktiva atau harta lancar yang terdapat

dalam sisi debet neraca. Modal kerja netto adalah keseluruhan harta lancar

dikurangi hutang lancar. Dengan perkataan lain modal kerja netto adalah selisih

antara aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar.19

Pembiayaan adalah penyediaan dana guna membiayai kebutuhan nasabah

yang memerlukannya dan layak untuk memperolehnya.20

Pembiayaan

merupakan tugas bank, yaitu pemberian sejumlah dana untuk memenuhi

17

POJK No 29 Tahun 2014 18

POJK No 29 Tahun 2014 19

http://eprints.walisongo.ac.id/7243/3/BAB%20II.pdf, Diakses 6 April 2018, Jakarta. 20

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006, h. 200

Page 28: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

20

kebutuhan nasabah. Menurut sifat penggunaannya pembiayaan dapat dibagi

menjadi:

(1) Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk

peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun

investasi.

(2) Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumen, yang akan habis digunakan untuk

memenuhi kebutuhan21

.

a) Jual dan Sewa Balik (Sale and Leaseback)

Dalam bentuk transaksi ini, lessee membeli terlebih dahulu barang

modal atas namanya sendiri, kemudian barang modal tersebut dijual kepada

lessor dan selanjutnya oleh lessee disewa kembali dari lessor untuk

digunakan kembali bagi keperluan usahanya dalam suatu bentuk kontrak

leasing. Biasanya bentuk sale and lease back ini mengambil bentuk financial

lease.22

Sale and lease back mirip dengan hutang-piutang uang dengan

jaminan barang dan pembayaran barang tersebut dilakukan secara cicilan.

Tujuan lessee menggunakan bentuk ini untuk memperoleh dana tambahan

modal kerja, yang tadinya ditanggulangi sendiri, lalu dialihkan melalui

kontrak leasing. Bentuk ini banyak digunakan di Indonesia akibat masalah

kesulitan impor barang modal terutama mengenai perizinan, bea masuk,

pajak impor, dan lainnya yang memakan banyak biaya. Sale-and-lease back

(biasa juga disebut dengan purchase leaseback), yaitu lessee menjual barang

yang sebelumnya dimiliki kepada perusahaan leasing dengan harga pasar

21

Muhammad Safi‟I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001,

h. 160 22

http://e-journal.uajy.ac.id/634/3/2EA15875.pdf, Diakses 6 April 2018, Jakarta.

Page 29: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

21

atau nilai buku (yang mana lebih rendah) dan kemudian menyewakannya

kembali.23

b) Anjak Piutang Dengan Pemberian Jaminan Dari Penjual Piutang (Factoring

With Recourse)

Anjak Piutang Dengan Pemberian Jaminan Dari Penjual Piutang

(Factoring With Recourse) adalah transaksi Anjak Piutang usaha dimana

penjual piutang menanggung risiko tidak tertagihnya sebagian atau seluruh

piutang yang dijual kepada Perusahaan Pembiayaan.24

c) Anjak Piutang Tanpa Pemberian Jaminan Dari Penjual Piutang (Factoring

Without Recourse)

Anjak Piutang Tanpa Pemberian Jaminan Dari Penjual Piutang

(Factoring Without Recourse) adalah transaksi Anjak Piutang usaha dimana

Perusahaan Pembiayaan menanggung risiko tidak tertagihnya seluruh

piutang yang dijual kepada Perusahaan Pembiayaan..25

d) Fasilitas Modal Usaha

Fasilitas Modal Usaha adalah Pembiayaan Modal Kerja yang

dibayarkan langsung oleh Perusahaan Pembiayaan kepada penyedia barang

dan/atau jasa. Fasilitas Modal Usaha wajib dilakukan dengan cara

memberikan pembiayaan berdasarkan bukti tagihan pembelian barang atau

penggunaan jasa yang diterima Debitur dari penyedia barang atau jasa.26

e) Pembiayaan lain setelah terlebih dahylu mendapatkan persetujuan dari OJK

3) Pembiayaan Multiguna

Pembiayaan multiguna adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah

yang diberi kan oleh bank kepada karyawan tetap perusahaan / instansi yang

pengajuannya dilakukan secara missal (kelompok). Menurut POJK 29 tahun

2014 Pembiayaan Multiguna adalah pembiayaan untuk pengadaan barang

23

Nahrowi, “Permasalahan Hukum Pembiayaan Leasing Di Indonesia”, Jurnal Cita Hukum, Vol. I

No. 1 Juni 2013 24

POJK No 29 Tahun 2014 25

POJK No 29 Tahun 2014 26

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan

Pembiayaan Syariah Tahun 2014

Page 30: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

22

dan/atau jasa yang diperlukan oleh debitur untuk pemakaian/konsumsi dan

bukan untuk keperluan usaha (aktivitas produktif) dalam jangka waktu yang

diperjanjikan..27

a) Sewa Pembiayaan (Finance Lease)

Sewa Pembiayaan (Finance Lease) adalah kegiatan pembiayaan

dalam bentuk penyediaan barang oleh Perusahaan Pembiayaan untuk

digunakan debitur selama jangka waktu tertentu, yang mengalihkan secara

substansial manfaat dan risiko atas barang yang dibiayai.

b) Pembelian Dengan Pembayaran secara Angsuran

Pembelian Dengan Pembayaran Secara Angsuran adalah kegiatan

pembiayaan dalam bentuk pengadaan barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

debitur dari penyedia barang atau jasa dengan pembayaran secara angsuran.

Dalam hal Pembelian Dengan Pembayaran Secara Angsuran untuk

pengadaan barang, kepemilikan objek pembiayaan dalam perjanjian beralih

dari penyedia barang kepada Debitur.28

c) Pembiayaan lain setelah terlebih dahylu mendapatkan persetujuan dari OJK

4) Kegiatan usaha pembiayaan lain berdasarkan persetujuan OJK

b. Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan Syariah

Penyelenggaraan kegiatan Pembiayaan Syariah wajib memenuhi prinsip

keadilan („adl), keseimbangan (tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan

universalisme (alamiyah) serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zhulm,

risywah, dan objek haram. Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan Syariah

menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tentang Penyelenggaraan

usaha Perusahaan Pembiayaan Syariah tahun 2014 yaitu29

:

1) Pembiayaan Jual Beli

27

POJK No 29 Tahun 2014 28

POJK No 29 Tahun 2014 29

POJK No 31 Tahun 2014

Page 31: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

23

Pembiayaan Jual Beli adalah pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang

melalui transaksi jual beli sesuai dengan perjanjian pembiayaan syariah yang

disepakati oleh para pihak.30

a) Murabahah

Murabahah dalam perspektif fiqh merupakan salah satu dari bentuk

jual beli31

. yang bersifat amanah (bai‟ al-amanah). Jual beli ini berbeda

dengan jual beli musawwamah / tawar menawar. Murabahah terlaksana

antara penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian

penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntungan yang diambil oleh

penjual pun diberitahukan kepada pembeli, sedangkan musawwamah adalah

transaksi yang terlaksana antara penjual dan pembeli dengan suatu harga

tanpa melihat harga asli barang32

.

Jual beli yang juga termasuk dalam jual beli bersifat amanah adalah jual beli

wadhi‟ah, yaitu menjual kembali dengan harga rendah (lebih kecil dari harga

asli pembelian), dan jual beli tauliyah, yaitu menjual dengan harga yang

sama dengan harga pembelian33

.

Dari rumusan para ulama definisi di atas, dapat dipahami bahwa

pada dasarnya Murabahah tersebut adalah jual beli dengan kesepakatan

pemberian keuntungan bagi si penjual dengan memperhatikan dan

memperhitungkannya dari modal awal si penjual. Dalam hal ini yang

menjadi unsur utama jual beli Murabahah itu adalah adanya kesepakatan

terhadap keuntungan. Keuntungan itu ditetapkan dan disepakati dengan

memperhatikan modal si penjual. Keterbukaan dan kejujuran menjadi syarat

utama terjadinya Murabahah yang sesungguhnya. sehingga yang menjadi

karakteristik dari Murabahah adalah penjual harus memberi tahu pembeli

30

POJK No 31 Tahun 2014 31

Berbicara tentang murabahah maka tidak akan dapat dilepaskan dengan sistem jual beli yang

dalam fiqh biasa disebuat al-bai‟. Yang secara etimologis kata al-bai‟ dapat diartikan dengan (المبا دلة (yang

berarti tukar menukar. Lihat As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Jilid III, Beirut: Dar al-Fikr, t.t, h. 126. 32

Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogyakarta : UII Prees, 2005, h. 14. 33

Wiroso, Jual Beli Murabahah, h. 14.

Page 32: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

24

tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang

ditambahkan pada biaya tersebut34

.

Murabahah dalam konsep perusahaan pembiayaan syariah

merupakan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan

yang disepakati. Dalam jual beli Murabahah penjual atau bank harus

memberitahukan bahwa harga produk yang ia beli dan menentukan suatu

tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Aplikasi pembiayaan Murabahah

perusahaan pembiayaan syariah dapat digunakan untuk pembelian barang

konsumsi maupun barang dagangan (pembiayaan tambah modal) yang

pembayarannya dapat dilakukan secara tangguh (jatuh tempo/angsuran).

b) Salam

Salam adalah jual beli suatu barang dengan pemesanan sesuai

dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga barang terlebih dahulu

secara penuh. Akad as-Salam merupakan istilah dalam literasi Arab yang

secara etimologi mengandung makna memberikan, dan meninggalkan dan

mendahulukan. Artinya, mempercepat (penyerahan) modal atau

mendahulukannyasecara sederhana. Secara istilah, as-Salam disebut menjual

suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau menjual barang yang ciri-

cirinya jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya

diserahkan di kemudian hari setelah adanya pemesanan. Dalam kajian fikih

mu‟amalah, transaksi dengan bentuk pesanan dikenal dengan as-Salam.35

Ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah mendefenisikan bahwa as-Salam

sebagai akad yang disepakati dengan cara tertentu dan membayar terlebih

dahulu, sedangkan barangnya diserahkan di kemudian hari. Imam Maliki

mendefenisikan as-Salam dengan jual-beli yang modalnya dibayar dahulu,

sedangkan barangnya diserahkan sesuai waktu yang disepakati.36

34

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Mugtashid, Beirut : Lebanon : Dar alKutub Al-

Ilmiyah, tt., h. 293. 35

FathurrahmanDjamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan

Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2013 ), h. 132 36

FathurrahmanDjamil, Penerapan Hukum Perjanjian.. h. 132

Page 33: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

25

Dalam jual beli Salam, spesifikasi dan harga barang pesanan

disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang

pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Dalam hal Bank

bertindak sebagai pembeli, Lembaga keuangan dapat meminta jaminan

kepada nasabah untuk menghindari risiko yang merugikan Lembaga

keuangan. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum

yang meliputi: jenis, spesikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang

pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara

pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat,

maka penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya.37

c) Istishna’

Istishna’ adalah akad yang berasal dari bahasa Arab artinya buatan.

Menurut para ulama bay‟ Istishna’ (jual beli dengan pesanan) merupakan

suatu jenis khusus dari akad bay‟ as-Salam (jual beli Salam). Jenis jual beli

ini dipergunakan dalam bidang manufaktur. Pengertian bay‟ Istishna’ adalah

akad jual barang pesanan di antara dua belah pihak dengan spesifikasi dan

pembayaran tertentu. Barang yang dipesan belum diproduksi atau tidak

tersedia di pasaran. Pembayarannya dapat secara kontan atau dengan cicilan

tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Jual beli alIstishna’ dapat

dilakukan dengan cara membuat kontrak baru dengan pihak lain. Kontrak

baru tersebut dengan konsep Istishna’ parallel.38

Pada jual beli Salam barang-barang yang akan dibeli sudah ada,

tetapi belum berada di tempat. Pada jual beli Istishna’ barangnya belum ada

dan masih akan dibuat atau diproduksi. Atas dasar ini, maka menurut

mazhab Hanafi pada prinsipnya jual beli Istishna’ itu tidak boleh. Akan

tetapi dibolehkan karena prakteknya dalam masyarakad sudah menjadi

budaya dan di dalamnya tidak terdapat gharar atau tipu daya. Berdasarkan

akad pada jual beli Istishna’, maka pembeli menugaskan penjual untuk

37

Siti mujiatun, Jual Beli Dalam Perspektif Islam : Salam Dan Istisna‟ Jurnal Riset Akuntansi Dan

Bisnis vol 13 no . 2 / september 2013, hal 207. 38

Siti mujiatun, Jual Beli Dalam…2013, hal 212.

Page 34: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

26

menyediakan pesanan sesuai spesifikasi yang disyaratkan. Tahap

selanjutnya, tentu diserahkan kepada pembeli dengan cara pembayaran

dimuka atau tangguh. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakadi oleh

pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak

dapat berubah selama jangka waktu akad.39

2) Pembiayaan Investasi

Pembiayaan Investasi adalah pembiayaan dalam bentuk penyediaan

modal dengan jangka waktu tertentu untuk kegiatan usaha produktif dengan

pembagian keuntungan sesuai dengan perjanjian pembiayaan syariah yang

disepakati oleh para pihak.40

a) Mudharabah

Mudharabah41

berasal dari kata ضرب yang berarti memukul atau

berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini maksudnya adalah proses

seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.42

Menurut

Abdurrahman al-Jaziri dalam bukunya yang berjudul “Fiqh „ala Madzahib

al-Arba‟ah”, menjelaskan bahwa mudharabah adalah akad antara dua orang

yang berisi kesepakatan bahwa salah seorang dari mereka akan memberikan

modal usaha produktif dan keuntungan usaha itu diberikan sebagian kepada

pemilik modal dalam jumlah tertentu dengan kesepakatan yang sudah

disetujui bersama.43

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

mudharabah adalah bentuk kontrak antara dua pihak yang satu pihak

berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan seluruh modalnya

untuk dikelola oleh pihak kedua, yaitu pengelola usaha dengan tujuan untuk

39

Siti mujiatun, Jual Beli Dalam…2013, hal 214. 40

POJK No 31 Tahun 2014 41

Mudharabah disebut juga “qiradh” atau “muqaradah” karena mudharabah adalah pemberian modal

niaga dari ṣaḥibul maal kepada mudharib, maka para ulama menyamakan mudharabah dengan qiradh. Dalam

Fiqh al- Sunnah juga disebutkan bahwa mudharabah bisa dinamakan dengan qiradh yang artinya memotong,

karena pemilik modal memotong sebagian hartanya agar diperdagangkan dengan memperoleh sebagian

keuntungan. Mudharabah adalah istilah yang digunakan di Irak, sedangkan istilah qiradh digunakan

masyarakat hijaz. 42

Syafi‟i Antonio, op.cit., hlm. 95. 43

Abdurrahman al-Jaziri, Fiqh „ala Madzahib al-Arba‟ah, Juz III, Beirut: Dar al-Qalam,t.th, hlm. 35.

Page 35: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

27

mendapatkan keuntungan yang dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan.

Sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu

bukan akibat kelalaian pengelola usaha.44

Pada prinsipnya, mudharabah sifatnya mutlak yaitu shahibul maal

tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada mudharib.

Namun, dalam praktik perbankan syariah modern, terdapat duakewenangan

yang diberikan oleh pihak pemilik dana dalam mengaplikasikan akad

mudharabah, yaitu mudharabah mutlaqah (Unrestricted Investment Account

atau URIA) dan mudharabah muqayyadah (Restricted Investment Account

atau RIA).45

b) Musyarakah

Musyarakah menurut POJK 31 tahun 2014 yaitu pembiayaan

berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha

tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan

ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai

dengan kesepakatan para pihak.46

Syirkah atau musyarakah berarti akad

kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana

masing-masing pihak memberi kontribusi dana atau mal, dengan

kesepakatan bahwa resiko dan keuntungan akan ditanggung bersama sesuai

kesepakatan.

c) Mudharabah Musyarakah

Mudharabah Musytarakah adalah bentuk Mudharabah di mana

pengelola dana (mudharib) turut menyertakan modal dalam kerjasama

dimana keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan para pihak.47

Dalam mudharabah musytarakah, pengelola dana

44

http://eprints.walisongo.ac.id/3789/3/102311070_Bab2.pdf Diakses 6 April 2018 45

Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja. Grafindo

Persada, 2011, hal 352. 46

Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka SM,2007), hlm.

39 47

Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 50/Dsn-Mui/Iii/2006 Tentang Akad Mudharabah

Musytarakah

Page 36: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

28

(berdasarkan akad mudharabah) menyertakan juga dananya dalam investasi

bersama (berdasarkan akad musyarakah). Pemilik dana musyarakah

(musytarik) memperoleh bagian hasil usaha sesuai porsi dana yang

disetorkan. Pembagian hasil usaha antara pengelola dana dan pemilik dana

dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah setelah dikurangi

porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musyarakah.

Pembagian hasil investasi mudharabah musytarakah dapat dilakukan

sebagai berikut:

(1) hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan

pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian

hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai

mudharib) tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai

musytarik) dengan pemilik dana sesuai porsi modal masing-

masing; atau

(2) hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan

pemiik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing,

selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk

pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut dibagi antara pengelola

dana (sebagai mudharib) dengan pemilik dana sesuai nisbah yang

disepakati

(3) ika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai

dengan porsi modal para musytarik

d) Musyarakah Mutanaqishoh

Musyarakah mutanaqishoh merupakan produk turunan dari akad

musyarakah, yang merupakan bentuk akad kerjasama antara dua pihak atau

lebih. Kata dasar dari musyarakah adalah syirkah yang berasal dari kata

syaraka-yusyriku-syarkan-syarikan-syirkatan (syirkah), yang berarti

kerjasama, perusahaan atau kelompok/kumpulan. Musyarakah atau syirkah

adalah merupakan kerjasama antara modal dan keuntungan. Sementara

Page 37: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

29

mutanaqishah berasal dari kata yatanaqishu-tanaqishtanaqishan-

mutanaqishun yang berarti mengurangi secara bertahap.48

Musyarakah mutanaqishoh (diminishing partnership) adalah bentuk

kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang atau

asset. Dimana kerjasama ini akan mengurangi hak kepemilikan salah satu

pihak sementara pihak yang lain bertambah hak kepemilikannya.

Perpindahan kepemilikan ini melalui mekanisme pembayaran atas hak

kepemilikan yang lain. Bentuk kerjasama ini berakhir dengan pengalihan

hak salah satu pihak kepada pihak lain.49

Dari definisi pemahaman tersebut, konsep akad Musyarakah

mutanaqishoh dijadikan sebuah konsep dalam pembiayaan perusahaan

pembiayaan syariah, yaitu kerjasama antara perusahaan pembiayaan syariah

dengan nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang yang mana

asset barang tersebut jadi milik bersama. Adapun besaran kepemilikan dapat

ditentukan sesuai dengan sejumlah modal atau dana yang disertakan dalam

kontrak kerjasama tersebut. Selanjutnya pihak nasabah akan membayar

(mengangsur) sejumlah modal atau dana yang dimiliki oleh perusahaan

pembiayaan syariah.

3) Pembiayaan Jasa

Pembiayaan Jasa adalah pemberian/penyediaan jasa baik dalam bentuk

pemberian manfaat atas suatu barang, pemberian pinjaman (dana talangan)

dan/atau pemberian pelayanan dengan dan/atau tanpa pembayaran imbal jasa

(ujrah) sesuai dengan perjanjian pembiayaan syariah yang disepakati oleh para

pihak.50

a) Ijarah

Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam muamalah adalah Ijarah

atau sewa-menyewa, kontrak, menjual jasa, upah-mengupah dan lain-lain.

48

Nadratuzzaman Hosen, Musyarakah Mutanaqishah, Al-Iqtishad: Vol. I, No. 2, Juli 2009 hal 47. 49

Nadratuzzaman Hosen , Musyarakah Mutanaqishah , hal 48 50

POJK No 31 Tahun 2014

Page 38: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

30

Al Ijarah berasal dari kata Al Ajru yang berarti Al „Iwaḍu (ganti).51

Ijarah

menurut arti bahasa adalah nama upah.52

Menurut pengertian syara‟, Al

Ijarah ialah: Suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan

penggantian.53

Tujuan disyariatkannya Ijarah itu adalah untuk memberikan

keringanan kepada umat dalam pergaulan hidup. Seseorang mempunyai

uang tetapi tidak dapat bekerja; dipihak lain ada yang punya tenaga dan

membutuhkan uang. Dengan adanya Ijarah keduanya saling mendapat

keuntungan dan memperoleh manfaat.

Ijarah meupakan sebuah transaksi atas suatu manfaat. Dalam hal ini,

manfaat menjadi obyek manfaat transaksi. Dari segi ini, Ijarah dapat

dibedakan menjadi dua. Pertama, Ijarah yang mentransaksikan manfaat

harta benda yang lazim disebut persewaan. Misalnya menyewa rumah,

pertokoan, kendaraan, dan lain sebagainya. Kedua, Ijarah yang

mentransaksikan manfaat SDM (Sumber Daya Manusia) yang lazim disebut

perburuhan.54

Mengenai syarat pelaksanaan dan penyelesaian Ijarah telah diatur

dalam pasal 257-260 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, yakni: Pertama,

untuk menyelesaikan suatu proses akad Ijarah, pihak-pihak yang melakukan

akad harus mempunyai kecakapan melakukan perbuatan hukum. Kedua,

akad Ijarah dapat dilakukan dengan tatap muka maupun jarak jauh. Ketiga,

pihak yang menyewakan benda haruslah pemilik, wakilnya atau

pengampunya.55

b) Ijarah Muntahiyah Bittamlik

Muhammad Syafi‟I Antonio dalam bukuny;a mengatakan transaksi

yang disebut dengan al ijarah al muntahiyah bittamlik adalah sejenis

perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa

51

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13 , terj. Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung: Al Ma‟arif , 1987), 7. 52

Aliy As‟ad, Tarjamah Fathul Mu‟in 2 (Kudus: Menara Kudus), 286. 53

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, hal 7 54

Ghufron A. Mas‟adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),

183. 55

http://digilib.uinsby.ac.id/11223/8/bab%202.pdf, Diakses 6 April 2018 Jakarta.

Page 39: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

31

yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa. Sifat

kepemilikan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa.56

Pada

dasarnya pembiayaan akad ijarah muntahiyah bittamlik pihak bank

(shahibul mal) dapat menjual atau menghibahkan barang yang disewakan

kepada anggotanya.57

Dalam fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 menjelaskan dan

memutuskan bahwa akad pembiayaan ijarah al muntahiyah bittamlik boleh

dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :58

(1) Semua rukun dan syarat yang berlaku pada ijarah pada

umumnya ( Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000) berlaku

pula dalam akad ijarah al muntahiyah bittamlik.

(2) Perjanjian untuk melakukan akad ijarah al muntahiyah

bittamlik harus di sepakati ketika akad ijarah sudah ditanda

tangani. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan

dalam akad.

c) Hawalah atau Hawalah bil Ujrah

Al-hiwalah secara bahasa artinya al-Intiqal (pindah), diucapkan,

Hāla „anil „ahdi, (berpindah, berpaling, berbalik dari janji), Sedangkan

secara istilah, definisi al-Hiwalah menurut ulama Hanafiyyah adalah

memindah (al-Naqlu) penuntutan atau penagihan dari tanggungan pihak

yang berutang (al-Madin) kepada tanggungan pihak al-Multazim (yang

harus membayar utang, dalam hal ini adalah al-Muhalalaihi). Berbeda

dengan al-Kafalah yang artinya adalah alDham-mu (menggabungkan

tanggungan) di dalam penuntutan atau penagihan, bukan al-Naqlu

(memindah). Maka oleh karena itu, dengan adanya al-hiwalah, menurut

56

Muhammad Syafi‟I Antonio, Islamic Banking dari Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani,2001,

h. 118. 57

Muhammad, Manajemen Bank Syari‟ah, Yogyakarta : ( UPP ) AMPYKPN, 2002, h. 93. 58

Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No. 27/DSN-MUI/III/2002

Page 40: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

32

kesepakatan ulama, pihak yang berutang (dalam hal ini maksudnya adalah

al-Muhil) tidak di tagih lagi.59

Dalam konsep hukum perdata, hiwalah adalah serupa dengan

lembaga pengambilalihan utang (schuldoverneming), lembaga pelepasan

utang atau penjualan utang (debt sale), atau lembaga penggantian kreditor

atau penggantian debitor. Dalam hukum perdata, dikenal lembaga yang

disebut subrogasi dan novasi, yaitu lembaga hukum yang memungkinkan

terjadinya penggantian kreditor atau debitor.60

Sedangkan Hawalah bil

Ujrah adalah Hawalah dengan pengenaan imbal jasa (ujrah). 61

d) Wakalah atau Wakalah bil Ujrah;

Wakalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti

menyerahkan atau mewakilkan urusan sedangkan wakalah adalah pekerjaan

wakil.62

Al-Wakalah juga berarti penyerahan (al Tafwidh) dan pemeliharaan

(al-Hifdh).63

Menurut kalangan Syafi‟iyah arti wakalah adalah ungkapan

atau penyerahan kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain (al-wakil) supaya

melaksanakan sesuatu dari jenis pekerjaan yang bisa digantikan (an-naqbalu

anniyabah) dan dapat dilakukan oleh pemberi kuasa, dengan ketentuan

pekerjaan tersebut dilaksanakan pada saat pemberi kuasa masih hidup.64

Wakalah dalam arti harfiah adalah menjaga, menahan atau penerapan

keahlian atau perbaikan atas nama orang lain, dari sini kata tawkeel

diturunkan yang berarti menunjuk seseorang untuk mengambil alih atas

suatu hal juga untuk mendelegasikan tugas apapun ke orang lain.65

59

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu 6, Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, dkk,

Jakarta: Gema Insani, 2011, h. 84-85 60

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam Dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan

Indonesia, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 2007, h. 93-94 61

POJK 31 tahun 2014 62

Tim Kashiko, Kamus Arab-Indonesia, Kashiko, 2000, hlm. 693. 63

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2008, hlm.

120-121 64

Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 20 65

Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009, hlm.

529.

Page 41: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

33

Sedangkan Wakalah Bil Ujrah adalah Wakalah dengan pengenaan imbal

jasa (ujrah).66

e) Kafalah atau Kafalah bil Ujrah;

Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung

(kafil) kepada pihak ketiga yang memenuhi kewajiban pihak kedua atau

yang ditanggung. Dalam pengertian lain kafalah juga berarti mengalihkan

tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung

jawab orang lain sebagai penjamin.67

Menurut syariah, kafalah adalah suatu tindak penggabungan

tanggungan orang yang menanggung dengan tanggungan penanggung utama

terkait tuntutan yang berhubungan dengan jiwa, hutang, barang, atau

pekerjaan. Kafalah terlaksana dengan adanya penanggung, penanggung

utama, pihak yang ditanggung haknya, dan tanggungan. Penanggung atau

disebut kafil adalah orang yang berkomitmen untuk melaksanakan

tanggungan.68

Syarat untuk menjadi kafil adalah harus baligh, berakal sehat,

memiliki kewenangan secara leluasa dalam menggunakan hartanya dan

ridha terhadap tindak penanggungnya.

f) Ju‟alah; dan/atau

Pengupahan (ju‟âlah) menurut bahasa ialah apa yang diberikan

kepada seseorang karena sesuatu yang dikerjakannya, sedangkan

pengupahan (ju‟âlah) menurut syariah, al-Jâzairi, dalam Ismail Nawawi,

menyebutkan hadiah atau pemberian seseorang dalam jumlah tertentu

kepada orang yang mengerjakan perbuatan khusus, diketahui atau tidak

diketahui. Misalnya, seseorang bisa berkata, “Barangsiapa membangun

tembok ini untukku, ia berhak mendapatkan uang sekian”. Maka orang yang

membangun tembok untuknya berhak atas hadiah (upah) yang ia sediakan,

66

POJK Nomor 31 tahun 2014 67

Dimyaudin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008, hlm.247 68

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah 5, Jakarta: Cakrawala Publising, 2009, hlm. 386

Page 42: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

34

banyak atau sedikit. Istilah lain dalam pengupahan adalah ijârah.

Penggunaan kedua istilah ini sesuai dengan teks dan konteksnya.69

Istilah ji‟âlah dalam kehidupan sehari hari diartikan oleh fukaha

yaitu memberi upah kepada orang lain yang dapat menemukan barangnya

yang hilang atau mengobati orang yang sakit atau menggali sumur sampai

memancarkan air atau seseorang menang dalam sebuah kompetisi. Jadi,

ji‟âlah bukan hanya terbatas pada barang yang hilang namun dapat setiap

pekerjaan yang dapat menguntungkan seseorang.70

g) Qardh.

Menurut fatwa, al-qardh ialah, “Akad pinjaman kepada nasabah

dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang

diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan

nasabah.”.71

Definisi utang-piutang tersebut yang lebih mendekat kepada

pengertian yang mudah dipahami ialah: “penyerahan harta berbentuk uang

untuk dikembalikan pada waktunya dengan nilai yang sama”. Kata

“penyerahan harta” disini mengandung arti pelepasan pemilikan dari yang

punya. Kata “untuk dikembalikan pada waktunya” mengandung arti bahwa

pelepasan pemilikan hanya berlaku untuk sementara, dalam arti yang

diserahkan itu hanyalah manfaatnya. “Berbentuk uang” disini mengandung

arti uang dan yang dinilai dengan uang. Dari pengertian ini dia dibedakan

dari pinjam-meminjam karena yang diserahkan disini adalah harta berbentuk

barang. Kata “nilai yang sama” mengandung arti bahwa pengembalian

dengan nilai yang bertambah tidak disebut utang-piutang, tetapi adalah

usaha riba. Yang dikembalikan itu adalah “nilai” maksudnya adalah bila

yang dikembalikan wujudnya semula, ia termasuk pada pinjam-meminjam,

dan bukan utang-piutang.72

69

Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer,(Bogor: Galia Indonesia, 2012), h. 188-

189. 70

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), h. 141. 71

Atang Abd. Hakim, Fiqh Perbankan Syariah Transformasi Fiqh Muamalah ke dalam Peraturan

Perundang-undangan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), hlm.267 72

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Prenada Media, Jakarta, 2003, hlm. 222

Page 43: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

35

Karakteristik pembiayaan Al-qardh diantaranya adalah antara lain

adalah: 1) Tidaklah diperkenankan mengambil keuntungan apapun bagi

Muqridh dalam pembiayaan Al Qardh, hal tersebut sama dengan riba; 2)

Pembiayaan Al-qardh menggunakan akad pinjam-meminjam, ketika barang

atau uang telah diterima oleh mustaqridh maka telah barang atau uang

berada dalam tanggung jawabnya dengan kewajiban untuk mengembalikan

sama dengan pada saat meminjam; 3) Al-qardh biasanya dalam batas waktu

tertentu, namun jika tempo pembayarannya diberikan maka akan lebih baik,

karena lebih memudahkannya lagi; 4) Jika dalam bentuk barang asli yang

dipinjamkan masih ada seperti semula maka harus dikembalikan dan jika

telah berubah maka dikembalikan semisalnya atau seharganya; 5) Jika dalam

bentuk uang maka nominal pengembalian sama dengan nominal pinjaman.73

B. Landasan Hukum Mengenai Perusahaan Pembiayaan

1. Landasan Hukum Perusahaan Pembiayaan Konvensional

a. Dasar Hukum Substantif

Perjanjian diantara para pihak berdasarkan asas kebebasan berkontrak.

Antara perusahaan financial sebagai kreditur dengan konsumen sebagai debitur.

Menurut Pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata “suatu perjanjian yang dibuat secara

sah berlaku sebagai UU bagi yang membuatnya.

b. Dasar Hukum Administratif

Lembaga pembiayaan atau perusahaan pembiayaan adalah badan usaha dalam

kelompok Lembaga Jasa Keuangan Non Bank yang didirikan untuk melakukan

kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal sebagaimana

dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai lembaga pembiayaan.74

Seperti yang telah disebutkan di Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan pada Pasal 1 Bab 1 Ketentuan Umum,

73

Farid Budiman, "Karakteristik Akad Pembiayaan Al-Qardh Sebagai Akad Tabarru‟" Yuridika:

Volume 28 No 3, September – Desember 2013, hal.412 74

Bess Finance, 2013, Pengertian, Peran dan Fungsi Perusahaan Pembiayaan,

www.bessfinance.co.id/newsdetail.php?id=15, Diakses 9 April 2018

Page 44: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

36

Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan

dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dan Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 84/PMK/012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan pada

Pasal 1 huruf (b), Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan

Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan

yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan.

Menurut peraturan perundang-undangan yang telah ada sebelumnya, pengembangan

kegiatan lembaga Pembiayaan dahulu sudah diatur pertama kali berdasarkan

Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan selanjutnya

disebut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang

Lembaga Pembiayaan kemudian selanjutnya ditindaklajuti dengan Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan

Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, sebagaimana telah diubah dengan

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 468/KMK.017/1995 dan

terakhir diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan.

Selain dari peraturan-peraturan tersebut, adapun beberapa peraturan yang masih

berlaku dalam rangka meningkatkan pengembangan lembaga pembiayaan antara

lain ;

a. Surat keputusan Menteri Keuangan No. 448/KMK.017/2000 tanggal 27

Oktober tentang Perusahaan Pembiayaan. Peraturan ini merupakan dasar

bagi pengembangan Perusahaan Pembiayaan.

b. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan No. 607/KMK.017/1995 dan

Gubernur Bank Indonesia No. 28/9/KEP/GBI tanggal 19 Desember 1995

tentang Pelaksanaan Pengawasan Perusahaan Pembiayaan.

c. Surat Edaran Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Nomor

SE.1087/LK/1996 tanggal 27 Februari 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan

dan Sanksi Bagi Perusahaan Pembiayaan.

Page 45: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

37

Selanjutnya Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan

Pembiayaan dirilis dalam rangka mendukung perkembangan perusahaan pembiayaan

yang dinamis dan mewujudkan industri perusahaan pembiayaan yang tangguh,

kontributif, inklusif, serta berkontribusi untuk menjaga sistem keuangan yang stabil

dan berkelanjutan.

2. Landasan Hukum Perusahaan Pembiayaan Syariah

Pada tahun 2006 Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor

84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan. Terkait dengan perusahaan

pembiayaan syariah, untuk memberikan kerangka hukum yang memadai dalam

menjalankan aktifitasnya, pada tahun 2007 Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM) dan Lembaga Keuangan mengeluarkan dua peraturan, yaitu peraturan

Nomor: PER-03/BL/2007 Tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan

Prinsip Syariah dan Peraturan Nomor: PER-04/BL/2007 tentang Akad-Akad yang

Digunakan Dalam Kegiatan Perusahan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah.75

Peraturan dari BAPEPAM tersebut telah menerbitkan satu paket regulasi yang

terkait dengan Perusahaan Pembiayaan yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip

syariah, yaitu Peraturan tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan

Prinsip Syariah dan Peraturan tentang Akad-Akad Yang Digunakan Dalam Kegiatan

Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah. Penerbitan paket regulasi

tersebut juga untuk memberikan landasan hukum yang memadai berkaitan dengan

kegiatan Perusahaan Pembiayaan yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip

syariah serta guna memenuhi kebutuhan masyarakat pada industri pembiayaan yang

memerlukan keragaman sumber pembiayaan dan pendanaan berdasarkan pada syariat

Islam.

Pembahasan kedua peraturan dimaksud telah melibatkan Asosiasi Perusahaan

Pembiayaan dan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

Terhadap kedua peraturan tersebut, DSN-MUI, melalui surat Nomor B-323/DSN-

75

http://business-law.binus.ac.id/2016/01/27/lembaga-pembiayaan-syariah-di-indonesia/ Diakses

pada: 12 April 2018 Jakarta.

Page 46: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

38

MUI/XI/2007 tanggal 29 Nopember 2007 telah menyatakan bahwa secara umum

kedua peraturan dimaksud tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan fatwa-fatwa

yang telah dikeluarkan oleh DSN-MUI.76

Sedangkan peraturan tentang akad-akad

yang digunakan bertujuan untuk memberikan pedoman tentang hak dan kewajiban

para pihak, obyek atas transaksi, persyaratan-persyaratan pada setiap jenis akad serta

dokumentasi yang digunakan oleh perusahaan pembiayaan dalam melakukan kegiatan

usaha pembiayaan dengan menggunakan akad-akad sebagaimana telah diatur dalam

peraturan dimaksud.

Seiring dengan berubahnya Badan Pengawas Pasar Modal dan

LembagaKeuangan (Bapepam-LK) menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK),

Peraturan di atasdigantikan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

31/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah, yang

menjelaskan bahwa penyelenggaraan kegiatan pembiayaan syariah wajib memenuhi

prinsip keadilan („adl), keseimbangan(tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan

universalisme (alamiyah) serta tidak mengandung gharar, masyir, riba, zhulm, riswah,

dan obyek haram.

C. Karakteristik Pembiayaan Pada Perusahaan Pembiayaan Syariah dan

Konvensional

1. Karakteristik Pembiayaan Pada Perusahaan Pembiayaan Syariah

Secara teori, ada tiga hal yang menjadi penciri dari pembiayaan berbasis syariah,

yaitu (1) bebas bunga, (2) berprinsip bagi hasil dan risiko, dan (3) perhitungan bagi

hasil tidak dilakukan di muka. Berbeda dengan kredit konvensional yang

memperhitungkan suku bunga di depan, ekonomi syariah menghitung hasil setelah

periode transaksi berakhir. Hal ini berarti dalam pembiayaan syariah pembagian hasil

dilakukan setelah ada keuntungan riil, bukan berdasar hasil perhitungan spekulatif.

Sistem bagi hasil ini dipandang lebih sesuai dengan iklim bisnis yang memang

mempunyai potensi untung dan rugi. Baik sistem bunga maupun bagi hasil sebenarnya

sama-sama dapat memberikan keuntungan bagi pemilik dana (bank/lembaga

76

https://muhaiminkhair.wordpress.com/2010/04/29/perusahaan-pembiayaan-syariah-di-indonesia-

sebuah-tinjauan-analisis-terhadap-perusahaan-pembiayaan-pt-fif-syariah/ Diakses pada: 12 April 2018

Jakarta.

Page 47: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

39

keuangan), namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Secara ringkas

perbedaan kedua sistem tersebut dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :77

Tabel 1

Perbedaan antara pembiayaan dengan sistem bunga dan bagi hasil.

Bagi hasil Bunga

Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil

dibuat pada waktu akad dengan berpedoman

pada kemungkinan untung-rugi.

Penentuan bunga dilakukan pada waktu

akad dengan asumsi harus bagi hasil

dibuat pada waktu akad selalu untung

Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada

jumlah keuntungan yang diperoleh.

Besarnya persentase berdasarkan pada

jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.

Bagi hasil bergantung pada keuntungan

proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi,

kerugian akan ditanggung bersama kedua

belah pihak.

Pembayaran bunga tetap seperti yang

dijanjikan tanpa pertimbangan apakah

proyek/usaha yang dijalankan oleh pihak

nasabah untung atau rugi.

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai

dengan peningkatan jumlah pendapatan

Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun jumlah keuntungan

berlipat atau keadaan ekonomi sedang

booming.

Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi

hasil.

Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak

dikecam) oleh semua agama. 78

77

Muhaimin, Perusahaan Pembiayaan Syariah Di Indonesia, AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi,

Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm.107-122. 78

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani,

2001),hlm. 61

Page 48: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

40

Mekanisme pembiayaan utang pada perusahaan pembiayaan konvensional berbeda

dengan pembiayaan syariah. Ada dua jenis utang yang berbeda sama sekali, yaitu

utang yang terjadi karena pinjam meminjam uang dan utang yang terjadi karena

pengadaan barang. Utang yang terjadi karena pinjam meminjam uang tidak boleh ada

tambahan, kecuali dengan alasan yang pasti dan jelas, seperti biaya materai, biaya

notaris, dan studi kelayakan. Tambahan lain yang sifatnya tidak pasti dan tidak jelas,

seperti inflasi dan deplasi tidak diperbolehkan, dan mekanisme inilah yang berlaku

pada perusahaan pembiayaan konvensional. Kemudian ada utang yang terjadi karena

pembiayaan pengadaan barang, utang seperti ini harus jelas dalam satu kesatuan yang

utuh yang disebut harga jual. Harga jual itu terdiri atas harga pokok barang plus

keuntungan yang disepakati. Sekali harga jual disepakati, selamanya tidak boleh

berubah naik karena akan masuk dalam kategori riba fadl. Mekanisme pembiayaan

seperti ini berlaku pada perusahaan pembiayaan syariah.79

Pembiayaan syariah upaya menghidarkan diri dari riba. Secara etimologis riba

berarti perluasan, pertambahan dan pertumbuhan. Baik berupa tambahan material

maupun immaterial. Pada masa pra-Islam, kata riba menunjukkan satu transaksi bisnis

tertentu, dimana transaksi-transaksi tersebut mengindikasikan jumlah tertentu di muka

( a fixed amount) terhadap modal yang digunakan. Secara garis besar, riba terjadi pada

utang pitutang dan jual beli.80

2. Karakteristik Perusahaan Pembiayaan Konvensional

Secara umum perusahaan pembiayaan berfungsi menyediakan produk yang

berkualitas dan pelayanan yang profesional untuk menjamin kesetiaan pelanggan.

Memanfaatkan sumber daya yang ada secara maksimal untuk memperoleh

revenue yang dapat memberikan kontribusi bagi pemegang saham dan

kesejahteraan karyawan.81 Perusahaan Pembiayaan Konvensional memiliki kegiatan

79

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari.,hlm. 60 80

Endy Muhammad Astiwara, Investasi Islami di Pasar Modal, (Jakarta: Program Pascasarjana

Universitas Muhammad, 1999), Tesis S2, hlm. 128 81

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 336

Page 49: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

41

penyaluran dana kepada Masyarakat yang dilakukan lebih dikenal dengan istilah

Kredit atau Pinjaman.

Perusahaan pembiayaan merupakan badan usaha yang dilakukan kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau modal dengan tidak menarik

dana secara langsung dari masyarakat.82

Dari pengertian tersebut di atas terdapat

beberapa unsur-unsur:

a. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk

melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga

pembiayaan.

b. Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan kegiatan atau aktivitas dengan

cara membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan.

c. Penyediaan dana, yaitu perbuatan menyediakan dana untuk suatu keperluan.

d. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu.

e. Tidak menarik dana secara langsung.

f. Masyarakat, yaitu sejumlah orang yang hidup bersama di suatu tempat.83

Lembaga pembiayaan mempunyai peranan yang penting, yaitu sebagi salah

satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang

pertumbuhan perekonomian nasional disamping peran tersebut di atas, lembaga

pembiayaan juga mempunyai peran penting dalam hal pembangunan yaitu

menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat, berperan aktif

dalam pembangunan dimana lembaga pembiayaan ini diharapkan masyarakat atau

pelaku usaha dapat mengatasi salah satu faktor yang umum dialami yaitu

faktor permodalan.84

82

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan,Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. 2001.hlm. 281 83

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, hlm. 281 84

Siti Ismijati Jenie. Beberapa Perjanjian Yang Berkenaan Dengan Kegiatan Pembiayaan.

Yogyakarta: Bahan Penataran Dosen Hukum Perdata, Fakultas Hukum UGM. 1996.hlm.1.

Page 50: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

42

BAB III

MUATAN MATERI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONVENSIONAL DAN SYARIAH

A. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 Tahun 2014 tentang usaha

penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

1. Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan konvensional meliputi:

a. Pembiayaan Investasi

Pembiayaan Investasi Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29

tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

1) Sewa Pembiayaan (Finance Lease);

2) Jual dan Sewa-Balik (Sale and Leaseback);

3) Anjak Piutang Dengan Pemberian Jaminan Dari Penjual Piutang

(Factoring With Recourse);

4) Pembelian Dengan Pembayaran Secara Angsuran;

5) Pembiayaan Proyek;

6) Pembiayaan Infrastruktur; dan/atau

7) pembiayaan lain setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari

OJK.

b. Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan Modal Kerja Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29

tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

1) Jual dan Sewa-Balik (Sale and Leaseback);

2) Anjak Piutang Dengan Pemberian Jaminan Dari Penjual Piutang

(Factoring With Recourse);

3) Anjak Piutang Tanpa Pemberian Jaminan Dari Penjual Piutang

(Factoring Without Recourse);

4) Fasilitas Modal Usaha; dan/atau

5) Pembiayaan Multiguna

42

Page 51: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

43

6) Kegiatan usaha pembiayaan lain berdasarkan persetujuan OJK

c. Pembiayaan Multiguna

Pembiayaan Multiguna Perusahaan Pembiayaan Konvensional

1) Sewa Pembiayaan (Finance Lease);

2) Pembelian Dengan Pembayaran Secara Angsuran; dan/atau

3) Pembiayaan lain setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari

OJK.

2. Perjanjian Pembiayaan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

a. jenis kegiatan usaha dan cara pembiayaan;

b. nomor dan tanggal perjanjian;

c. identitas para pihak;

d. barang atau jasa pembiayaan;

e. nilai barang atau jasa pembiayaan;

f. jumlah piutang dan nilai angsuran pembiayaan;

g. jangka waktu dan tingkat suku bunga pembiayaan;

h. objek jaminan (jika ada);

i. rincian biaya-biaya terkait dengan pembiayaan yang diberikan yang paling

sedikit memuat:

1. biaya survey;

2. biaya asuransi/penjaminan/fidusia;

3. biaya provisi; dan

4. biaya notaris;

j. klausul pembebanan fidusia secara jelas,apabila terdapat pembebanan jaminan

fidusia dalam kegiatan pembiayaan;

k. mekanisme apabila terjadi perselisihan dan pemilihan tempat penyelesaian

perselisihan;

l. ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak; dan

m. ketentuan mengenai denda.

Page 52: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

44

3. Ketentuan Uang Muka Pembiayaan Jual Beli Kendaraan Pada Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 29 tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan

Pembiayaan Konvensional

a. bagi kendaraan bermotor roda dua atau tiga, paling rendah 20% (dua puluh

persen) dari harga jual kendaraan yang bersangkutan;

b. bagi kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang digunakan untuk

Pembiayaan Investasi (tujuan produktif), paling rendah 20% (dua puluh persen)

dari harga jual kendaraan yang bersangkutan; atau

c. bagi kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang digunakan untuk

Pembiayaan Multiguna (tujuan non-produktif), paling rendah 25% (dua puluh

lima persen) dari harga jual kendaraan yang bersangkutan.

4. Mitigasi Resiko Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

a. mengalihkan risiko pembiayaan melalui mekanisme asuransi kredit atau

penjaminan kredit;

b. mengalihkan risiko atas barang yang dibiayai atau barang yang menjadi agunan

dari kegiatan Pembiayaan melalui mekanisme asuransi; dan/atau

c. melakukan pembebanan jaminan fidusia atas barang yang dibiayai atau barang

yang menjadi agunan dari kegiatan pembiayaan.

5. Kesehatan Keuangan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

a. Rasio Permodalan

1) Perusahaan Pembiayaan wajib memenuhi rasio permodalan paling

sedikit sebesar 10% (sepuluh persen).

2) Rasio permodalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

perbandingan antara modal yang disesuaikan dengan aset yang

disesuaikan.

3) Ketentuan mengenai besaran rasio permodalan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dapat ditinjau kembali dan perubahannya diatur dalam

Surat Edaran OJK.

Page 53: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

45

4) Ketentuan mengenai tata cara perhitungan perbandingan antara modal

yang disesuaikan dengan aset yang disesuaikan diatur dalam Surat

Edaran OJK.

b. Kualitas Piutang Pembayaran

1) Penilaian kualitas piutang pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27

ditetapkan menjadi:

a) lancar,

b) dalam perhatian khusus;

c) kurang lancar;

d) diragukan; atau macet

2) Penilaian kualitas piutang pembiayaan ditetapkan berdasarkan faktor

ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga.

c. Rentabilitas

1) Rentabilitas merupakan kemampuan Perusahaan Pembiayaan dalam

menghasilkan laba.

2) Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap kinerja

aset dan efisiensi operasional.

3) Ketentuan mengenai tata cara penilaian terhadap faktor rentabilitas diatur

dalam Surat Edaran OJK.

d. Likuiditas

1) Penilaian terhadap faktor likuiditas merupakan penilaian terhadap tingkat

ketersesuaian antara aset lancar dan liabilitas lancar.

2) Ketentuan mengenai tata cara penilaian likuiditas diatur dalam Surat

Edaran OJK.

6. Rasio Aset Produktif Terhadap Total Aset Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 29 tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Konvensional

a. Perusahaan Pembiayaan wajib memiliki rasio piutang pembiayaan neto terhadap

total aset (financing to asset ratio) paling rendah 40% (empat puluh persen).

Page 54: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

46

b. Piutang pembiayaan neto sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diperoleh

dari pengurangan piutang pembiayaan bruto dengan pendapatan yang belum

diakui dan cadangan penyisihan penghapusan piutangpembiayaan.

c. Perusahaan Pembiayaan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) tahun sejak

memperoleh izin usaha.

d. Dalam hal Perusahaan Pembiayaan yang melakukan peningkatan Modal Disetor

dalam rangka pemenuhan rasio permodalan, gearing ratio, dan perbandingan

Ekuitas dengan Modal Disetor, Perusahaan Pembiayaan dikecualikan dari

pemenuhan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka

waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal peningkatan Modal Disetor

dicatat oleh instansi yang berwenang.

7. Ekuitas Terhadap Total Aset Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29

tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

a. Perusahaan Pembiayaan yang berbentuk badan hukum:

1) perseroan terbatas wajib memiliki Ekuitas paling sedikit

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau

2) koperasi wajib memiliki Ekuitas paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima

puluh miliar rupiah).

b. Perusahaan Pembiayaan berbadan hukum perseroan terbatas yang telah

mendapatkan izin usaha sebelum Peraturan OJK ini ditetapkan dan memiliki

Ekuitas di bawah ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

wajib memiliki Ekuitas dengan tahapan sebagai berikut:

1) paling sedikit sebesar Rp40.000.000.000,00 (empat puluh miliar) paling

lambat 31 Desember 2016; dan

2) paling sedikit sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar) paling

lambat tanggal 31 Desember 2019.

c. Perusahaan Pembiayaan berbadan hukum koperasi yang telah mendapatkan

izin usaha sebelum Peraturan OJK ini ditetapkan dan memiliki Ekuitas di

Page 55: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

47

bawah ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, wajib

memiliki Ekuitas dengan tahapan sebagai berikut:

1) paling sedikit sebesar Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar) paling

lambat tanggal 31 Desember 2016; dan

2) paling sedikit sebesar Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar) paling

lambat tanggal 31 Desember 2019.

8. Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan (BMPP) Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 29 tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Konvensional

Pihak terkait meliputi:

a. orang perseorangan atau badan usaha yang merupakan Pengendali Perusahaan

Pembiayaan h;

b. badan usaha dimana Perusahaan Pembiayaan bertindak sebagai Pengendali;

c. orang perseorangan atau badan usaha yang bertindak sebagai pengendali dari

badan usaha

d. badan usaha yang pengendaliannya dilakukan oleh:

1) orang perseorangan dan/atau badan usaha

2) orang perseorangan dan/atau badan usaha

e. dewan komisaris atau direksi pada Perusahaan Pembiayaan;

f. pihak yang mempunyai hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua, baik

horisontal maupun vertikal:

1) dari orang perseorangan yang merupakan pengendali Perusahaan Pembiayaan

2) dari dewan komisaris atau direksi pada Perusahaan Pembiayaan

g. dewan komisaris atau direksi pada badan usaha

h. badan usaha yang dewan komisaris dan/atau direksi merupakan:

1) dewan komisaris atau direksi pada

i. badan usaha dimana:

1) dewan komisaris atau direksi pada Perusahaan Pembiayaan bertindak sebagai

Pengendali;

j. dewan komisaris atau direksi dari pihak-pihak bertindak sebagai Pengendali; dan

Page 56: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

48

badan usaha yang memiliki ketergantungan keuangan (financial interdependence)

dengan Perusahaan Pembiayaan

9. Keja Sama Pembiayaan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

a. Dalam pembiayaan penerusan (channeling), risiko yang timbul dari kegiatan ini

berada pada pihak yang memiliki dana.

b. Dalam pembiayaan penerusan (channeling), pihak yang menerima dana hanya

bertindak sebagai pengelola dan memperoleh imbalan atau fee dari pengelolaan

dana tersebut.

c. Dalam pembiayaan bersama (joint financing), sumber dana untuk pembiayaan

ini harus berasal dari Perusahaan Pembiayaan dan pihak lain.

d. Risiko yang timbul dari pembiayaan bersama (joint financing), menjadi beban

masing-masing pihak secara proporsional sesuai dengan besaran dana yang

dikeluarkan.

10. Pendanaan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

Sumber pendanaan Perusahaan Pembiayaan dapat berasal dari:

a. pinjaman dari bank, industri keuangan non bank, dan/atau badan usaha lain;

b. penerbitan obligasi

c. penerbitan medium term notes;

d. d. pinjaman subordinasi;

e. penambahan Modal Disetor termasuk melalui penawaran umum saham;

dan/atau

f. sekuritisasi aset.

11. Penyertaan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

a. Perusahaan Pembiayaan hanya dapat melakukan penyertaan modal

secara langsung pada:

1) perusahaan di sektor jasa keuangan di Indonesia; dan

2) perusahaan yang terkait dengan kegiatan Perusahaan Pembiayaan.

Page 57: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

49

b. Jumlah seluruh penyertaan langsung Perusahaan Pembiayaan paling tinggi 20%

(dua puluh persen) dari jumlah Ekuitas Perusahaan Pembiayaan.

c. Jumlah seluruh penyertaan langsung Perusahaan Pembiayaan kepada entitas

dalam 1 (satu) grup paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari jumlah Ekuitas

Perusahaan Pembiayaan.

d. Perusahaan Pembiayaan wajib memenuhi ketentuan jumlah penyertaan langsung

pada saat melakukan penyertaan.

e. Ketentuan dikecualikan bagi Perusahaan Pembiayaan yang melakukan

pemisahan dalam rangka pendirian Perusahaan Pembiayaan yang seluruh

kegiatan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syariah.

12. Sertifikasi Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

a. Pegawai Perusahaan Pembiayaan yang menduduki posisi manajerial mulai dari

tingkat kepala kantor cabang sampai dengan satu tingkat dibawah Direksi, wajib

memiliki sertifikat tingkat dasar di bidang pembiayaan dari lembaga yang

ditunjuk oleh asosiasi dengan menyampaikan pemberitahuan kepada OJK dan

disertai dengan alasan penunjukan.

b. Direksi Perusahaan Pembiayaan wajib memiliki sertifikat keahlian di bidang

pembiayaan dari lembaga yang ditunjuk oleh asosiasi dengan menyampaikan

pemberitahuan kepada OJK dan disertai dengan alasan penunjukan.

c. Dewan Komisaris Perusahaan Pembiayaan wajib memiliki sertifikat tingkat

dasar di bidang pembiayaan dari lembaga yang ditunjuk oleh asosiasi dengan

menyampaikan pemberitahuan kepada OJK dan disertai dengan alasan

penunjukan.

d. Direksi dan pejabat 1 (satu) tingkat di bawah Direksi yang membawahkan

fungsi manajemen risiko wajib memiliki sertifikat keahlian di bidang

manajemen risiko dari lembaga yang ditunjuk oleh asosiasi dengan

menyampaikan pemberitahuan kepada OJK dan disertai dengan alasan

penunjukan.

Page 58: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

50

e. Pegawai dan/atau tenaga alih daya Perusahaan Pembiayaan yang menangani

bidang penagihan wajib memiliki sertifikat profesi di bidang penagihan dari

lembaga yang ditunjuk asosiasi dengan menyampaikan pemberitahuan kepada

OJK dan disertai dengan alasan penunjukan.

13. Larangan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

Perusahaan Pembiayaan dilarang:

a. menghimpun dana secara langsung dari masyarakat berbentuk giro, tabungan

dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

b. memberikan jaminan dalam segala bentuknya atas pemenuhan kewajiban pihak

lain;

c. menerbitkan surat sanggup bayar (promisorry note), kecuali sebagai jaminan

atas utang kepada bank yang menjadi krediturnya;

d. melakukan tindakan yang menyebabkan atau memaksa lembaga keuangan

lainnya yang berada di bawah pengawasan OJK melanggar peraturan

perundang- undangan yang berlaku; dan/atau

e. melakukan tindakan yang menyebabkan atau memaksa lembaga keuangan

lainnya yang berada di bawah pengawasan OJK menghindari peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

14. Larangan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

Perusahaan Pembiayaan dikenakan sanksi administratif secara bertahap berupa:

a. peringatan;

b. pembekuan kegiatan usaha; dan

c. pencabutan izin usaha.

Page 59: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

51

B. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 Tahun 2014 tentang usaha

penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah

1. Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan Syariah meliputi:

a. Pembiayaan Investasi

Pembiayaan Investasi Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31

tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah

8) Sewa Pembiayaan (Finance Lease);

9) Mudharabah;

10) Musyarakah;

11) Mudharabah Musytarakah; dan/atau

12) Musyarakah Mutanaqishoh Pembiayaan

b. Pembiayaan Jual Beli

1) Murabahah;

2) Salam; dan/atau

3) Istishna’.

c. Pembiayaan Jasa

1) Ijarah;

2) Ijarah Muntahiyah Bittamlik;

3) Hawalah atau Hawalah bil Ujrah;

4) Wakalah atau Wakalah bil Ujrah;

5) Kafalah atau Kafalah bil Ujrah;

6) Ju’alah; dan/atau

7) Qardh..

2. Perjanjian Pembiayaan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah

a. judul Perjanjian Pembiayaan Syariah yang menggambarkan jenis akad

Pembiayaan Syariah yang digunakan;

b. nomor dan tanggal Perjanjian Pembiayaan Syariah;

c. dentitas para pihak;

d. objek Perjanjian Pembiayaan Syariah (modal, barang dan/atau jasa);

Page 60: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

52

e. tujuan pembiayaan;

f. nilai objek Perjanjian Pembiayaan Syariah (modal, barang dan/atau jasa);

g. mekanisme dan cara pembayaran dan besarannya;

h. kurs mata uang yang digunakan, apabila diperlukan;

i. jangka waktu Pembiayaan Syariah;

j. nisbah, margin, dan/atau imbal jasa (ujrah) Pembiayaan Syariah;

k. objek jaminan (jika ada);

l. rincian biaya-biaya terkait dengan Pembiayaan Syariah yang diberikan antara

lain memuat:

1) biaya survey;

2) biaya asuransi/penjaminan/fidusia;

3) biaya provisi; dan

4) biaya notaris.

m. klausul pembebanan fidusia secara jelas, apabila terdapat pembebanan jaminan

fidusia dalam Pembiayaan Syariah;

n. mekanisme apabila terjadi perselisihan dan pemilihan tempat penyelesaian

perselisihan;

o. ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak; dan

p. ketentuan mengenai denda (ta’jir) dan/atau ganti rugi(ta`widh)..

3. Ketentuan Uang Muka Pembiayaan Jual Beli Kendaraan Pada Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 31 tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan

Pembiayaan Syariah

a. bagi kendaraan bermotor roda dua atau tiga, paling rendah 20% (dua puluh

persen) dari harga jual kendaraan yang bersangkutan;

b. bagi kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang digunakan untuk tujuan

produktif, paling rendah 20% (dua puluh persen) dari harga jual kendaraan yang

bersangkutan; atau

Page 61: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

53

c. bagi kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang digunakan untuk tujuan

non-produktif, paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari harga jual

kendaraan yang bersangkutan.

4. Mitigasi Resiko Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah

a. mengalihkan risiko Pembiayaan Syariah melalui mekanisme penjaminan

syariah;

b. mengalihkan risiko atas barang yang dibiayai atau barang yang menjadi agunan

dari kegiatan Pembiayaan Syariah melalui mekanisme asuransi syariah; dan/atau

c. melakukan pembebanan jaminan fidusia atas barang yang dibiayai atau barang

yang menjadi agunan dari kegiatan Pembiayaan Syariah..

5. Kesehatan Keuangan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah

a. Rasio Permodalan

1) Perusahaan Pembiayaan wajib memenuhi rasio permodalan paling

sedikit sebesar 10% (sepuluh persen).

2) Rasio permodalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

perbandingan antara modal yang disesuaikan dengan aset yang

disesuaikan.

3) Ketentuan mengenai besaran rasio permodalan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dapat ditinjau kembali dan perubahannya diatur dalam

Surat Edaran OJK.

4) Ketentuan mengenai tata cara perhitungan perbandingan antara modal

yang disesuaikan dengan aset yang disesuaikan diatur dalam Surat

Edaran OJK.

b. Kualitas Piutang Pembayaran

3) Penilaian kualitas piutang pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27

ditetapkan menjadi:

e) lancar,

f) dalam perhatian khusus;

Page 62: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

54

g) kurang lancar;

h) diragukan; atau macet

4) Penilaian kualitas piutang pembiayaan ditetapkan berdasarkan faktor

ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga.

c. Rentabilitas

4) Rentabilitas merupakan kemampuan Perusahaan Pembiayaan dalam

menghasilkan laba.

5) Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap kinerja

aset dan efisiensi operasional.

6) Ketentuan mengenai tata cara penilaian terhadap faktor rentabilitas diatur

dalam Surat Edaran OJK.

d. Likuiditas

3) Penilaian terhadap faktor likuiditas merupakan penilaian terhadap tingkat

ketersesuaian antara aset lancar dan liabilitas lancar.

4) Ketentuan mengenai tata cara penilaian likuiditas diatur dalam Surat

Edaran OJK.

6. Rasio Aset Produktif Terhadap Total Aset Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 31 tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah

e. Perusahaan Syariah wajib memiliki Aset Produktif neto paling rendah 40%

(empat puluh persen) dari total aset.

f. Aset Produktif neto sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diperoleh dari

pengurangan Aset Produktif bruto dengan pendapatan yang belum diakui dan

cadangan penyisihan penghapusan Aset Produktif.

g. Pemenuhan ketentuan Aset Produktif neto sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib dipenuhi Perusahaan Syariah paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak

tanggal izin ditetapkan.

h. Dalam hal Perusahaan Pembiayaan Syariah melakukan peningkatan Modal

Disetor dalam rangka pemenuhan rasio permodalan, gearing ratio, dan

perbandingan Ekuitas dengan Modal Disetor, Perusahaan Pembiayaan Syariah

dikecualikan dari pemenuhan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Page 63: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

55

dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal peningkatan Modal

Disetor dicatat oleh instansi yang berwenang.

7. Ekuitas Terhadap Total Aset Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31

tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah

a. Perusahaan Pembiayaan yang berbentuk badan hukum:

1) perseroan terbatas wajib memiliki Ekuitas paling sedikit

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau

2) koperasi wajib memiliki Ekuitas paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima

puluh miliar rupiah).

b. UUS wajib memiliki Ekuitas paling sedikit Rp25.000.000.000,00 (dua puluh

lima miliar rupiah).

c. Perusahaan Pembiayaan yang telah melakukan sebagian kegiatan usaha

berdasarkan Prinsip Syariah sebelum berlakunya Peraturan OJK ini wajib

memenuhi ketentuan Ekuitas bagi UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dengan tahapan sebagai berikut:

a. paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) paling lambat

tanggal 31 Desember 2015;

b. paling sedikit Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) paling

lambat tanggal 31 Desember 2016; dan

c. paling sedikit Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) paling

lambat tanggal 31 Desember 2017..

8. Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan (BMPP) Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 31 tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Syariah

Pihak terkait meliputi:

a. orang perseorangan atau badan usaha yang merupakan Pengendali Perusahaan

Pembiayaan syariahh;

b. badan usaha dimana Perusahaan Pembiayaan bertindak sebagai Pengendali;

c. orang perseorangan atau badan usaha yang bertindak sebagai pengendali dari

badan usaha

Page 64: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

56

d. badan usaha yang pengendaliannya dilakukan oleh:

1) orang perseorangan dan/atau badan usaha

2) orang perseorangan dan/atau badan usaha

e. dewan komisaris atau direksi pada Perusahaan Pembiayaan;

f. pihak yang mempunyai hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua, baik

horisontal maupun vertikal:

1) dari orang perseorangan yang merupakan pengendali Perusahaan Pembiayaan

2) dari dewan komisaris atau direksi pada Perusahaan Pembiayaan

g. dewan komisaris atau direksi pada badan usaha

h. badan usaha yang dewan komisaris dan/atau direksi merupakan:

1) dewan komisaris atau direksi pada

i. badan usaha dimana:

1) dewan komisaris atau direksi pada Perusahaan Pembiayaan bertindak sebagai

Pengendali;

j. dewan komisaris atau direksi dari pihak-pihak bertindak sebagai Pengendali; dan

badan usaha yang memiliki ketergantungan keuangan (financial interdependence)

dengan Perusahaan Pembiayaan

9. Keja Sama Pembiayaan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah

a. Pembiayaan penerusan (channeling) wajib dilakukan dengan akad Wakalah bil

Ujrah.

b. Dalam melakukan pembiayaan penerusan (channeling), Perusahaan Syariah

dapat bertindak sebagai:

1) pihak yang menyalurkan (pengelola/wakil) melalui kegiatan Pembiayaan

Syariah; dan/atau

2) selaku penyedia dana/modal/barang yaitu pihak yang mewakilkan kepada

pihak lain.

c. Dalam hal Perusahaan Syariah bertindak sebagai pihak yang menyalurkan

(pengelola/wakil), Perusahaan Syariah hanya bertindak sebagai pengelola dan

memperoleh imbalan (ujrah) dari pengelolaan dana tersebut.

Page 65: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

57

d. Risiko yang timbul dari pembiayaan penerusan (channeling), berada pada pihak

penyedia dana/modal/barang.Dalam pembiayaan penerusan (channeling), pihak

yang menerima dana hanya bertindak sebagai pengelola dan memperoleh

imbalan atau fee dari pengelolaan dana tersebut.

e. Dalam pembiayaan bersama (joint financing), sumber dana untuk pembiayaan

ini harus berasal dari Perusahaan Pembiayaan dan pihak lain.

f. Risiko yang timbul dari pembiayaan bersama (joint financing), menjadi beban

masing-masing pihak secara proporsional sesuai dengan besaran dana yang

dikeluarkan.

10. Pendanaan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah

Dalam rangka memperoleh pendanaan, Perusahaan Syariah dapat:

a. menerima pendanaan dari lembaga pemerintah, bank, industri keuangan non

bank, lembaga, dan/atau badan usaha lain;

b. menerima pinjaman (Qardh) subordinasi;

c. menerbitkan obligasi syariah (sukuk) sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan/atau

d. melakukan sekuritisasi sesuai dengan Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan

perundang- undangan.

11. Penyertaan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah

a. Perusahaan Pembiayaan Syariah hanya dapat melakukan penyertaan

langsung pada:

1) perusahaan di sektor jasa keuangan di Indonesia; dan/atau

2) perusahaan yang terkait dengan kegiatan Perusahaan Pembiayaan

Syariah.

b. Jumlah seluruh penyertaan langsung Perusahaan Pembiayaan Syariah pada

perusahaan di sektor jasa keuangan di Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) paling tinggi 40% (empat puluh persen) dari jumlah Ekuitas Perusahaan

Pembiayaan Syariah.

Page 66: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

58

c. Jumlah penyertaan langsung Perusahaan Pembiayaan Syariah kepada entitas

dalam 1 (satu) grup paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari jumlah Ekuitas

Perusahaan Pembiayaan Syariah.

d. Perusahaan Pembiayaan Syariah wajib memenuhi ketentuan jumlah penyertaan

modal pada saat melakukan penyertaan.

12. Sertifikasi Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah

a. Pegawai Perusahaan Syariah yang menduduki posisi manajerial mulai dari

tingkat kepala kantor cabang sampai dengan satu tingkat dibawah Direksi dan

pimpinan UUS wajib memiliki sertifikat tingkat dasar di bidang pembiayaan

dan/atau pembiayaan syariah dari lembaga yang ditunjuk oleh asosiasi dengan

menyampaikan pemberitahuan kepada OJK dan disertai dengan alasan

penunjukan.

b. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah wajib memiliki sertifikat keahlian di

bidang pembiayaan dan/atau pembiayaan syariah dari lembaga yang ditunjuk

oleh asosiasi dengan menyampaikan pemberitahuan kepada OJK dan disertai

dengan alasan penunjukan.

c. Dewan Komisaris Perusahaan Pembiayaan Syariah wajib memiliki sertifikat

tingkat dasar di bidang pembiayaan dan/atau pembiayaan syariah dari lembaga

yang ditunjuk oleh asosiasi dengan menyampaikan pemberitahuan kepada OJK.

d. Direksi dan pejabat 1 (satu) tingkat di bawah Direksi Perusahaan Pembiayaan

Syariah yang membawahkan fungsi manajemen risiko wajib memiliki sertifikat

keahlian di bidang manajemen risiko dari lembaga yang ditunjuk oleh asosiasi

dengan menyampaikan pemberitahuan kepada OJK dan disertai dengan alasan

penunjukan.

e. Pegawai dan/atau tenaga alih daya Perusahaan Syariah yang menangani bidang

penagihan wajib memiliki sertifikat profesi di bidang penagihan dari lembaga

yang ditunjuk asosiasi dengan menyampaikan pemberitahuan kepada OJK

dan disertai dengan alasan penunjukan..

Page 67: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

59

13. Larangan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah

Perusahaan Pembiayaan dilarang:

Perusahaan Syariah dilarang:

a. menghimpun dana secara langsung dari masyarakat berbentuk giro, tabungan

dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

b. memberikan jaminan atas pemenuhan kewajiban pihak lain;

c. menerbitkan surat sanggup bayar (promisorry note), kecuali sebagai jaminan

atas pendanaan kepada pihak yang memberikan pendanaan;

d. melakukan tindakan yang menyebabkan atau memaksa lembaga keuangan

lainnya yang berada di bawah pengawasan OJK melanggar peraturan

perundang- undangan yang berlaku; dan/atau

e. melakukan tindakan yang menyebabkan atau memaksa lembaga keuangan

lainnya yang berada di bawah pengawasan OJK menghindari peraturan

perundang- undangan yang berlaku..

14. Larangan Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah

Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Perusahaan Pembiayaan yang

mempunyai UUS dikenakan sanksi administratif berupa:

a. peringatan;

b. pembekuan kegiatan usaha;

c. pembekuan kegiatan usaha UUS;

d. pencabutan izin usaha; dan/atau

e. pencabutan izin UUS.

Page 68: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perbandingan Jenis Kegiatan Usaha dan Cara Pembiayaan Perusahaan

Pembiayaan Konvensional menurut POJK 29 tahun 2014 dan Perusahaan

Pembiayaan Syariah menurut POJK 31 tahun 2014

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Perusahaan Pembiayaan dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 Tahun 2014

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah, memiliki jenis kegiatan usaha yang

secara umum yaitu :

Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan konvensional meliputi:

a. Pembiayaan Investasi

b. Pembiayaan Modal Kerja

c. Pembiayaan Multiguna

d. Kegiatan usaha pembiayaan lain berdasarkan persetujuan OJK

Sedangkan kegiatan Pembiayaan Syariah meliputi:

a. Pembiayaan Jual Beli

b. Pembiayaan Investasi

c. Pembiayaan Jasa

Ruang lingkup pada jenis kegiatan usaha pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 29 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan (POJK 29

tahun 2014) dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 Tahun 2014

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah (POJK 31 tahun 2014) terdapat

perbedaan dalam tafsiran serta definisi menurut peraturan tersebut. Dalam POJK 29

tahun 2014 memiliki kegiatan usaha pembiayaan yaitu investasi, modal kerja dan

multiguna yang memiliki instrumen atau cara yang berbeda dengan Perusahaan

Pembiayaan Syariah.

1. Perbandingan Pembiayaan Investasi Perusahaan Pembiayaan konvensional dengan

Pembiayaan syariah

60

Page 69: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

61

Pembiayaan Investasi menurut POJK 29 tahun 2014 tentang penyelenggaraan

Perusahaan Pembiayaan konvensional memiliki definisi, pembiayaan untuk pengadaan

barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk aktivitas usaha/investasi,

rehabilitasi, modernisasi, ekspansi atau relokasi tempat usaha/investasi yang diberikan

kepada debitur dalam jangka waktu lebih dari 2 (dua) tahun. Kegiatan Pembiayaan

Investasi ditujukan untuk Debitur berbentuk badan usaha atau perseorangan yang

memiliki usaha produktif dan/atau yang memiliki ide ide untuk pengembangan usaha

produktif.1 Sedangkan Pembiayaan Investasi menurut POJK 31 tahun 2014 tentang

penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah memiliki definisi Pembiayaan

Investasi adalah pembiayaan dalam bentuk penyediaan modal dengan jangka waktu

tertentu untuk kegiatan usaha produktif dengan pembagian keuntungan sesuai dengan

perjanjian pembiayaan syariah yang disepakati oleh para pihak.2 Berikut adalah macam

macam Pembiayaan Investasi pada POJK 29 tahun 2014 dengan POJK 31 tahun 2014.

Pembiayaan Investasi Pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan

Perusahaan Pembiayaan Konvensional

Pembiayaan Investasi Pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan

Perusahaan Pembiayaan Syariah

1. Sewa Pembiayaan (Finance Lease);

2. Jual dan Sewa-Balik (Sale and

Leaseback);

3. Anjak Piutang Dengan Pemberian

Jaminan Dari Penjual Piutang

(Factoring With Recourse);

4. Pembelian Dengan Pembayaran

Secara Angsuran;

5. Pembiayaan Proyek;

1. Mudharabah;

2. Musyarakah;

3. Mudharabah Musytarakah;

dan/atau

4. Musyarakah Mutanaqishoh

1 POJK No 29 Tahun 2014

2 POJK No 31 Tahun 2014

Page 70: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

62

6. Pembiayaan Infrastruktur; dan/atau

7. pembiayaan lain setelah terlebih

dahulu mendapatkan persetujuan

dari OJK.

Tabel 1. Perb Perbandingan Pembiayaan Investasi Perusahaan Pembiayaan

konvensional dengan Pembiayaan syariah

2. Perbandingan Pembiayaan Modal Kerja Perusahaan Pembiayaan Konvensional

dengan Pembiayaan Jual Beli Perusahaan Pembiayaan Syariah

Pembiayaan Modal Kerja adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan

pengeluaran-pengeluaran yang habis dalam satu siklus aktivitas usaha debitur dan

merupakan pembiayaan dengan jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun.3 Modal kerja

merupakan dana yang ditanamkan dalam aktiva lancar, oleh karena itu dapat berupa

kas, piutang, surat-surat berharga, persediaan dan lain-lain. Modal kerja bruto adalah

keseluruhan dari aktiva atau harta lancar yang terdapat dalam sisi debet neraca. Modal

kerja netto adalah keseluruhan harta lancar dikurangi hutang lancar. Dengan perkataan

lain modal kerja netto adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi dengan hutang

lancar.4 Sedangkan Pembiayaan Jual Beli adalah Pembiayaan Jual Beli adalah

pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang melalui transaksi jual beli sesuai dengan

perjanjian pembiayaan syariah yang disepakati oleh para pihak.5 Berikut adalah macam

macam Pembiayaan Modal Kerja pada POJK 29 tahun 2014 dengan Pembiayaan Jual

Beli pada POJK 31 tahun 2014.

Pembiayaan Modal Kerja Pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan

Perusahaan Pembiayaan Konvensional

Pembiayaan Jual Beli Pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan

Perusahaan Pembiayaan Syariah

1. Jual dan Sewa-Balik (Sale and 1. Murabahah;

3 POJK No 29 Tahun 2014

4 http://eprints.walisongo.ac.id/7243/3/BAB%20II.pdf, Diakses 6 April 2018, Jakarta.

5 POJK No 31 Tahun 2014

Page 71: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

63

Leaseback);

2. Anjak Piutang Dengan Pemberian

Jaminan Dari Penjual Piutang

(Factoring With Recourse);

3. Anjak Piutang Tanpa Pemberian

Jaminan Dari Penjual Piutang

(Factoring Without Recourse);

4. Fasilitas Modal Usaha; dan/atau

2. Salam; dan/atau

3. Istishna’.

Tabel 2. Perbandingan Pembiayaan modal kerja pada Perusahaan Pembiayaan konvensional

dengan pembiayaan jual beli pada Pembiayaan syariah

3. Perbandingan Pembiayaan Multiguna Perusahaan Pembiayaan Konvensional dengan

Pembiayaan Jasa Perusahaan Pembiayaan Syariah

Pembiayaan multiguna adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang

diberi kan oleh bank kepada karyawan tetap perusahaan / instansi yang pengajuannya

dilakukan secara missal (kelompok). Menurut POJK 29 tahun 2014 Pembiayaan

Multiguna adalah pembiayaan untuk pengadaan barang dan/atau jasa yang diperlukan

oleh debitur untuk pemakaian/konsumsi dan bukan untuk keperluan usaha (aktivitas

produktif) dalam jangka waktu yang diperjanjikan.6 Sedangkan Pembiayaan Jasa

adalah pemberian/penyediaan jasa baik dalam bentuk pemberian manfaat atas suatu

barang, pemberian pinjaman (dana talangan) dan/atau pemberian pelayanan dengan

dan/atau tanpa pembayaran imbal jasa (ujrah) sesuai dengan perjanjian pembiayaan

syariah yang disepakati oleh para pihak.7 Berikut adalah macam macam Pembiayaan

Multiguna pada POJK 29 tahun 2014 dengan Pembiayaan Jasa pada POJK 31 tahun

2014..

Pembiayaan Multiguna Pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan

Perusahaan Pembiayaan Konvensional

Pembiayaan Jasa Pada Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 31 tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Perusahaan

Pembiayaan Syariah

6 POJK No 29 Tahun 2014

7 POJK No 31 Tahun 2014

Page 72: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

64

1. Sewa Pembiayaan (Finance Lease);

2. Pembelian Dengan Pembayaran

Secara Angsuran; dan/atau

3. Pembiayaan lain setelah terlebih

dahulu mendapatkan persetujuan

dari OJK.

1. Ijarah;

2. Ijarah Muntahiyah Bittamlik;

3. Hawalah atau Hawalah bil Ujrah;

4. Wakalah atau Wakalah bil Ujrah;

5. Kafalah atau Kafalah bil Ujrah;

6. Ju’alah; dan/atau

7. Qardh.

Tabel 3. Perbandingan Pembiayaan Multiguna pada Perusahaan Pembiayaan

konvensional dengan pembiayaan jasa pada Pembiayaan syariah

B. Perbandingan Perjanjian Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan Konvensional

menurut POJK 29 tahun 2014 dan Perusahaan Pembiayaan Syariah menurut

POJK 31 tahun 2014

Perjanjian Pembiayaan yang diterapkan pada Perusahaan Pembiayaan Konvensional

maupun Perusahaan Pembiayaan Syariah memiliki prinsip yang sama, Perjanjian

dengan Konsumen wajib dibuat secara tertulis. Dan wajib memenuhi ketentuan

penyusunan perjanjian sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK mengenai

perlindungan konsumen sektor jasa keuangan. Perjanjian Pembiayaan Syariah dan

Pembiayaan Konvensional dalam Pembiayaan menurut POJK 29 tahun 2014 dan

POJK 31 tahun 2014 wajib paling sedikit memuat:

Perjanjian Pembiayaan Pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan

Perusahaan Pembiayaan Konvensional

Perjanjian Pembiayaan Pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan

Perusahaan Pembiayaan Syariah

a. jenis kegiatan usaha dan cara

pembiayaan;

b. nomor dan tanggal perjanjian;

c. identitas para pihak;

a. judul Perjanjian Pembiayaan

Syariah yang menggambarkan jenis

akad Pembiayaan Syariah yang

digunakan;

Page 73: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

65

d. barang atau jasa pembiayaan;

e. nilai barang atau jasa

pembiayaan;

f. jumlah piutang dan nilai

angsuran pembiayaan;

g. jangka waktu dan tingkat suku

bunga pembiayaan;

h. objek jaminan (jika ada);

i. rincian biaya-biaya terkait

dengan pembiayaan yang

diberikan yang paling sedikit

memuat:

1. biaya survey;

2. biaya

asuransi/penjaminan/fidusia;

3. biaya provisi; dan

4. biaya notaris;

j. klausul pembebanan fidusia

secara jelas,apabila terdapat

pembebanan jaminan fidusia

dalam kegiatan pembiayaan;

k. mekanisme apabila terjadi

perselisihan dan pemilihan

tempat penyelesaian

perselisihan;

l. ketentuan mengenai hak dan

kewajiban para pihak; dan

m. ketentuan mengenai denda.

b. nomor dan tanggal Perjanjian

Pembiayaan Syariah;

c. identitas para pihak;

d. objek Perjanjian Pembiayaan

Syariah (modal, barang dan/atau

jasa);

e. tujuan pembiayaan;

f. nilai objek Perjanjian Pembiayaan

Syariah (modal, barang dan/atau

jasa);

g. mekanisme dan cara pembayaran

dan besarannya;

h. kurs mata uang yang digunakan,

apabila diperlukan;

i. jangka waktu Pembiayaan Syariah;

j. nisbah, margin, dan/atau imbal jasa

(ujrah) Pembiayaan Syariah;

k. objek jaminan (jika ada);

l. rincian biaya-biaya terkait dengan

Pembiayaan Syariah yang diberikan

antara lain memuat:

1. biaya survey;

2. biaya

asuransi/penjaminan/fidusia;

3. biaya provisi; dan

4. biaya notaris.

m. klausul pembebanan fidusia secara

jelas, apabila terdapat pembebanan

jaminan fidusia dalam Pembiayaan

Page 74: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

66

Syariah;

n. mekanisme apabila terjadi

perselisihan dan pemilihan tempat

penyelesaian perselisihan;

o. ketentuan mengenai hak dan

kewajiban para pihak; dan

p. ketentuan mengenai denda (ta’jir)

dan/atau ganti rugi(ta`widh).

Tabel 4. Perbandingan Perjanjian Pembiayaan pada Perusahaan Pembiayaan konvensional

dengan Perusahaan Pembiayaan syariah.

C. Perbandingan Uang Muka Pembiayaan Jual Beli Kendaraan Bermotor Pada

Perusahaan Pembiayaan Konvensional menurut POJK 29 tahun 2014 dan

Perusahaan Pembiayaan Syariah menurut POJK 31 tahun 2014

Perusahaan Pembiayaan Konvensional dengan Perusahaan Pembiayaan Syariah

dalam hal melakukan pembiayaan untuk pengadaan kendaraan bermotor dengan cara

Pembelian Dengan Pembayaran Secara Angsuran, perjanjian pembiayaan wajib

mencantumkan nilai uang muka atau urbun. Berikut merupakan ketentuan uang muka

pembiayaan jual beli kendaraan bermotor pada POJK 29 tahun 2014 dengan POJK 31

tahun 2014 :

Ketentuan Uang Muka Pembiayaan Jual

Beli Kendaraan Pada Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 29 tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Perusahaan

Pembiayaan Konvensional

Ketentuan Uang Muka Pembiayaan Jual

Beli Kendaraan Pada Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 31 tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Perusahaan

Pembiayaan Syariah

a. bagi kendaraan bermotor roda dua a. bagi kendaraan bermotor roda dua

Page 75: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

67

atau tiga, paling rendah 20% (dua

puluh persen) dari harga jual

kendaraan yang bersangkutan;

b. bagi kendaraan bermotor roda

empat atau lebih yang digunakan

untuk Pembiayaan Investasi (tujuan

produktif), paling rendah 20% (dua

puluh persen) dari harga jual

kendaraan yang bersangkutan; atau

c. bagi kendaraan bermotor roda

empat atau lebih yang digunakan

untuk Pembiayaan Multiguna

(tujuan non-produktif), paling

rendah 25% (dua puluh lima persen)

dari harga jual kendaraan yang

bersangkutan.

atau tiga, paling rendah 20% (dua

puluh persen) dari harga jual

kendaraan yang bersangkutan;

b. bagi kendaraan bermotor roda empat

atau lebih yang digunakan untuk

tujuan produktif, paling rendah 20%

(dua puluh persen) dari harga jual

kendaraan yang bersangkutan; atau

c. bagi kendaraan bermotor roda empat

atau lebih yang digunakan untuk

tujuan non-produktif, paling rendah

25% (dua puluh lima persen) dari

harga jual kendaraan yang

bersangkutan.

Tabel 5. Perbandingan Ketentuan Uang Muka Kendaraan Bermotor pada Perusahaan

Pembiayaan konvensional dengan Perusahaan Pembiayaan syariah.

D. Perbandingan Mitigasi Resiko Pada Perusahaan Pembiayaan Konvensional

menurut POJK 29 tahun 2014 dan Perusahaan Pembiayaan Syariah menurut

POJK 31 tahun 2014

Mitigasi risiko adalah upaya untuk mengurangi/menghentikan dampak negatif

(kerugian) yang sudah terjadi. Adapun hubungan pengelolaan risiko dengan pengendalian

internal. Titik temu utamanya adalah pada kepentingan untuk melakukan tindakan

pencegahan (preventive action) atau membangun sistem peringatan dini (early warning system

or alert system) yang efektif di perusahaan, dimana berbagai risiko yang mungkin terjadi

beserta dampaknya dapat diidentifikasi, diukur, dan akhirnya dapat diminimalkan sekecil

mungkin (controllable risk).8 Perusahaan Pembiayaan Konvensional dengan Perusahaan

Pembiayaan Syariah wajib melakukan mitigasi resiko pembiayaan. Berikut perbandingan

8 https://pustakauinib.ac.id/repository/files/original/04523f5c514c1a7aaa7eee2d51764cf4.pdf,

Diakses pada 4 Juni 2018

Page 76: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

68

mitigasi resiko Perusahaan Pembiayaan Konvensional dengan Perusahaan Pembiayaan Syariah

pada POJK 29 tahun 2014 dan POJK 31 tahun 2014 :

Mitigasi Resiko Pada Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 29 tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Perusahaan

Pembiayaan Konvensional

Mitigasi Resiko Pada Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 31 tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Perusahaan

Pembiayaan Syariah

a. mengalihkan risiko pembiayaan

melalui mekanisme asuransi kredit

atau penjaminan kredit;

b. mengalihkan risiko atas barang

yang dibiayai atau barang yang

menjadi agunan dari kegiatan

Pembiayaan melalui mekanisme

asuransi; dan/atau

c. melakukan pembebanan jaminan

fidusia atas barang yang dibiayai

atau barang yang menjadi agunan

dari kegiatan pembiayaan.

a. mengalihkan risiko Pembiayaan

Syariah melalui mekanisme

penjaminan syariah;

b. mengalihkan risiko atas barang yang

dibiayai atau barang yang menjadi

agunan dari kegiatan Pembiayaan

Syariah melalui mekanisme asuransi

syariah; dan/atau

c. melakukan pembebanan jaminan

fidusia atas barang yang dibiayai

atau barang yang menjadi agunan

dari kegiatan Pembiayaan Syariah.

. Perusahaan Pembiayaan yang

melakukan pengalihan risiko

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

ayat (2) huruf a wajib menggunakan

perusahaan asuransi atau lembaga

penjaminan yang memenuhi ketentuan

sebagai berikut:

a.telah mendapatkan izin usaha dari

OJK; dan

b.tidak dalam pengenaan sanksi

Perusahaan Syariah yang melakukan

pengalihan risiko sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf

a wajib menggunakan lembaga

penjaminan yang memenuhi ketentuan

sebagai berikut:

a. telah mendapatkan izin usaha dari

OJK; dan

b. tidak dalam pengenaan sanksi

pembekuan kegiatan usaha dari OJK

Page 77: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

69

pembatasan kegiatan usaha atau

pembekuan kegiatan usaha dari OJK.

Perusahaan Pembiayaan yang

melakukan pengalihan risiko

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

ayat (2) huruf b wajib menggunakan

perusahaan asuransi yang memenuhi

ketentuan sebagai berikut:

a.telah mendapatkan izin usaha dari

OJK; dan

b.tidak dalam pengenaan sanksi

pembatasan kegiatan usaha dari OJK.

Perusahaan Syariah yang melakukan

asuransi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (2) huruf b wajib

menggunakan perusahaan asuransi

yang memenuhi ketentuan sebagai

berikut:

a.telah mendapatkan izin usaha dari

OJK; dan

b.tidak dalam pengenaan sanksi

pembatasan kegiatan usaha dari OJK.

Perusahaan Pembiayaan yang

melakukan pembiayaan dengan

pembebanan jaminan fidusia, wajib

mendaftarkan jaminan fidusia

dimaksud pada kantor pendaftaran

fidusia, sesuai undang-undang

yangmengatur mengenai jaminan

fidusia.

Perusahaan Syariah yang melakukan

Pembiayaan Syariah dengan

pembebanan jaminan fidusia wajib

mendaftarkan jaminan fidusia

dimaksud pada kantor pendaftaran

fidusia, sesuai undang-undang yang

mengatur mengenai jaminan fidusia.

`

Perusahaan Pembiayaan dilarang

melakukan eksekusi benda jaminan

apabila kantor pendaftaran fidusia

belum menerbitkan sertifikat jaminan

fidusia dan menyerahkannya kepada

Perusahaan Pembiayaan.

Perusahaan Syariah dilarang

melakukan eksekusi atas barang yang

menjadi obyek jaminan fidusia apabila

kantor pendaftaran fidusia belum

menerbitkan sertifikat jaminan fidusia

dan menyerahkannya kepada

Perusahaan Syariah.

Page 78: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

70

Eksekusi benda jaminan fidusia oleh

Perusahaan Pembiayaan wajib

memenuhi ketentuan dan persyaratan

sebagaimana diatur dalam undang-

undang mengenai jaminan fidusia dan

telah disepakati oleh para pihak dalam

perjanjian pembiayaan.

Eksekusi atas barang yang menjadi

obyek jaminan fidusia wajib memenuhi

ketentuan dan persyaratan sebagaimana

diatur dalam undang-undang mengenai

jaminan fidusia dan telah disepakati

oleh para pihak dalam Perjanjian

Pembiayaan Syariah.

Tabel 6. Perbandingan Mitigasi Resiko pada Perusahaan Pembiayaan konvensional dengan

Perusahaan Pembiayaan syariah.

Page 79: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

71

E. Perbandingan Tingkat Kesehatan Keuangan Pada Perusahaan Pembiayaan

Konvensional menurut POJK 29 tahun 2014 dan Perusahaan Pembiayaan Syariah

menurut POJK 31 tahun 2014

Perusahaan Pembiayaan konvensional maupun perusahaan Pembiayaan Syariah wajib

setiap waktu memenuhi persyaratan Tingkat Kesehatan Keuangan dengan kondisi

minimum sehat. Pengukuran rasio Tingkat Kesehatan Keuangan meliputi rasio permodalan,

kualitas piutang pembiayaan, rentabilitas; dan likuiditas. Berikut merupakan perbandingan

tingkat kesehatan keuangan Pada Perusahaan Pembiayaan Konvensional menurut POJK 29

tahun 2014 dan Perusahaan Pembiayaan Syariah menurut POJK 31 tahun 2014 :

Kesehatan Keuangan Pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan

Perusahaan Pembiayaan Konvensional

Kesehatan Keuangan Pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan

Perusahaan Pembiayaan Syariah

1. Rasio Permodalan

a. Perusahaan Pembiayaan wajib

memenuhi rasio permodalan

paling sedikit sebesar 10%

(sepuluh persen).

b. Rasio permodalan

sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan

perbandingan antara modal

yang disesuaikan dengan aset

yang disesuaikan.

c. Ketentuan mengenai besaran

rasio permodalan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dapat

ditinjau kembali dan

1. Rasio Permodalan

a. Perusahaan Syariah wajib

memenuhi rasio permodalan

paling rendah sebesar 10%

(sepuluh persen).

b. Rasio permodalan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1)

merupakan perbandingan

antara modal yang

disesuaikan dan aset yang

disesuaikan.

c. Ketentuan mengenai besaran

rasio permodalan, dapat ditinjau

kembali dan perubahannya diatur

dalam Surat Edaran OJK.

Page 80: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

72

perubahannya diatur dalam

Surat Edaran OJK.

d. Ketentuan mengenai tata cara

perhitungan perbandingan

antara modal yang disesuaikan

dengan aset yang disesuaikan

diatur dalam Surat Edaran

OJK.

d. Ketentuan mengenai tata cara

perhitungan perbandingan antara

modal yang disesuaikan dengan

aset yang disesuaikan diatur

dalam Surat Edaran OJK.

. 2. Kualitas Piutang Pembayaran

a. Penilaian kualitas piutang

pembiayaan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 27 ditetapkan menjadi:

1) lancar,

2) dalam perhatian khusus;

3) kurang lancar;

4) diragukan; atau macet

b. Penilaian kualitas piutang

pembiayaan ditetapkan berdasarkan

faktor ketepatan pembayaran pokok

dan/atau bunga.

2. Kualitas Piutang Pembayaran

a. Penilaian kualitas Aset Produktif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal

21 ditetapkan menjadi:

1) lancar;

2) dalam perhatian khusus;

3) kurag lancar;

4) diragukan; atau

5) macet.

b. Penilaian kualitas Aset Produktif

ditetapkan berdasarkan faktor

ketepatan pembayaran pokok, margin,

hasil investasi/bagi hasil, dan/atau

imbal jasa (ujrah).

3.Rentabilitas

a. Rentabilitas merupakan kemampuan

Perusahaan Pembiayaan dalam

menghasilkan laba.

b. Penilaian terhadap faktor rentabilitas

meliputi penilaian terhadap kinerja

3.Rentabilitas

a. Rentabilitasmerupakan kemampuan

Perusahaan Syariah dalam

menghasilkan laba.

b. Penilaian terhadap faktor rentabilitas

meliputi penilaian terhadap kinerja

Page 81: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

73

aset dan efisiensi operasional.

c. Ketentuan mengenai tata cara

penilaian terhadap faktor rentabilitas

diatur dalam Surat Edaran OJK.

aset dan efisiensi operasional.

c. Ketentuan mengenai tata cara

penilaian terhadap faktor rentabilitas

diatur dalam Surat Edaran OJK.

4. Likuiditas

a. Penilaian terhadap faktor likuiditas

merupakan penilaian terhadap

tingkat ketersesuaian antara aset

lancar dan liabilitas lancar.

b. Ketentuan mengenai tata cara

penilaian likuiditas diatur dalam

Surat Edaran OJK.

4.Likuiditas

a. Penilaian likuiditas merupakan

penilaian terhadap tingkat

ketersesuaian antara aset lancar dan

liabiltas lancar.

b. Ketentuan mengenai tata cara

penilaian likuiditas diatur dalam

Surat Edaran OJK.

Tabel 7. Perbandingan Tingkat Kesehatan Keuangan pada Perusahaan

Pembiayaan konvensional dengan Perusahaan Pembiayaan syariah.

F. Perbandingan Rasio Aset Produktif Terhadap Total Aset Pada Perusahaan

Pembiayaan Konvensional menurut POJK 29 tahun 2014 dan Perusahaan

Pembiayaan Syariah menurut POJK 31 tahun 2014

Rasio Aset Produktif Terhadap Total Aset

Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 29 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Konvensional

Rasio Aset Produktif Terhadap Total Aset

Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 31 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Syariah

1. Perusahaan Pembiayaan wajib

memiliki rasio piutang pembiayaan

neto terhadap total aset (financing to

asset ratio) paling rendah 40% (empat

puluh persen).

1. Perusahaan Syariah wajib memiliki

Aset Produktif neto paling rendah 40%

(empat puluh persen) dari total aset.

2. Aset Produktif neto sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus diperoleh

Page 82: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

74

2. Piutang pembiayaan neto sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus

diperoleh dari pengurangan piutang

pembiayaan bruto dengan pendapatan

yang belum diakui dan cadangan

penyisihan penghapusan

piutangpembiayaan.

3. Perusahaan Pembiayaan wajib

memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dalam jangka

waktu paling lambat 3 (tiga) tahun

sejak memperoleh izin usaha.

4. Dalam hal Perusahaan Pembiayaan

yang melakukan peningkatan Modal

Disetor dalam rangka pemenuhan rasio

permodalan, gearing ratio, dan

perbandingan Ekuitas dengan Modal

Disetor, Perusahaan Pembiayaan

dikecualikan dari pemenuhan

ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dalam jangka waktu

paling lama 1 (satu) tahun sejak

tanggal peningkatan Modal Disetor

dicatat oleh instansi yang berwenang.

dari pengurangan Aset Produktif bruto

dengan pendapatan yang belum diakui

dan cadangan penyisihan penghapusan

Aset Produktif.

3. Pemenuhan ketentuan Aset Produktif

neto sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) wajib dipenuhi Perusahaan Syariah

paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung

sejak tanggal izin ditetapkan.

4. Dalam hal Perusahaan Pembiayaan

Syariah melakukan peningkatan Modal

Disetor dalam rangka pemenuhan rasio

permodalan, gearing ratio, dan

perbandingan Ekuitas dengan Modal

Disetor, Perusahaan Pembiayaan

Syariah dikecualikan dari pemenuhan

ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dalam jangka waktu paling

lama 1 (satu) tahun sejak tanggal

peningkatan Modal Disetor dicatat oleh

instansi yang berwenang.

Tabel 8. Perbandingan Rasio Aset pada Perusahaan Pembiayaan konvensional

dengan Perusahaan Pembiayaan syariah.

G. Perbandingan Ekuitas Pada Perusahaan Pembiayaan Konvensional menurut

POJK 29 tahun 2014 dan Perusahaan Pembiayaan Syariah menurut POJK 31

tahun 2014

Page 83: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

75

Ekuitas Terhadap Total Aset Pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan

Pembiayaan Konvensional

Ekuitas Terhadap Total Aset Pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan

Pembiayaan Syariah

1. Perusahaan Pembiayaan yang berbentuk

badan hukum:

a. perseroan terbatas wajib memiliki

Ekuitas paling sedikit

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar

rupiah); atau

b. koperasi wajib memiliki Ekuitas

paling sedikit Rp50.000.000.000,00

(lima puluh miliar rupiah).

1. Perusahaan Pembiayaan Syariah yang

berbentuk badan hukum:

a. perseroan terbatas wajib memiliki

Ekuitas paling sedikit

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar

rupiah); atau

b. koperasi wajib memiliki Ekuitas

paling sedikit Rp50.000.000.000,00

(lima puluh miliar rupiah).

2. Perusahaan Pembiayaan berbadan

hukum perseroan terbatas yang telah

mendapatkan izin usaha sebelum

Peraturan OJK ini ditetapkan dan

memiliki Ekuitas di bawah ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, wajib memiliki Ekuitas dengan

tahapan sebagai berikut:

a. paling sedikit sebesar

Rp40.000.000.000,00 (empat puluh

miliar) paling lambat 31 Desember

2016; dan

b. paling sedikit sebesar

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar)

paling lambat tanggal 31 Desember

2019.

2.UUS wajib memiliki Ekuitas paling

sedikit Rp25.000.000.000,00 (dua puluh

lima miliar rupiah).

Page 84: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

76

3. Perusahaan Pembiayaan berbadan

hukum koperasi yang telah

mendapatkan izin usaha sebelum

Peraturan OJK ini ditetapkan dan

memiliki Ekuitas di bawah ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, wajib memiliki Ekuitas dengan

tahapan sebagai berikut:

a. paling sedikit sebesar

Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh

miliar) paling lambat tanggal 31

Desember 2016; dan

b. paling sedikit sebesar

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh

miliar) paling lambat tanggal 31

Desember 2019.

3. Perusahaan Pembiayaan yang telah

melakukan sebagian kegiatan usaha

berdasarkan Prinsip Syariah sebelum

berlakunya Peraturan OJK ini wajib

memenuhi ketentuan Ekuitas bagi UUS

sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dengan tahapan sebagai berikut:

a. paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima

miliar rupiah) paling lambat tanggal 31

Desember 2015;

b. paling sedikit Rp15.000.000.000,00 (lima

belas miliar rupiah) paling lambat tanggal

31 Desember 2016; dan

c. paling sedikit Rp25.000.000.000,00 (dua

puluh lima miliar rupiah) paling lambat

tanggal 31 Desember 2017.

Perusahaan Pembiayaan wajib memiliki

rasio Ekuitas terhadap Modal Disetor

paling rendah sebesar 50% (lima puluh

persen).

Perusahaan Pembiayaan Syariah wajib

memiliki rasio Ekuitas terhadap Modal

Disetor paling rendah sebesar 50%

(lima puluh persen).

Tabel 9. Perbandingan Ekuitas pada Perusahaan Pembiayaan konvensional dengan

Perusahaan Pembiayaan syariah.

H. Perbandingan Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan Pada Perusahaan

Pembiayaan Konvensional menurut POJK 29 tahun 2014 dan Perusahaan

Pembiayaan Syariah menurut POJK 31 tahun 2014

Perusahaan Pembiayaan baik konvensional maupun syariah wajib memenuhi

ketentuan Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan (BMPP) kepada seluruh pihak

terkait paling tinggi 50% (lima puluh persen) dari Ekuitas Perusahaan Pembiayaan.

Page 85: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

77

BMPP Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 29 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Konvensional

BMPP Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 31 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Syariah

Pihak terkait meliputi:

a. orang perseorangan atau badan

usaha yang merupakan Pengendali

Perusahaan Pembiayaan h;

b. badan usaha dimana Perusahaan

Pembiayaan bertindak sebagai

Pengendali;

c. orang perseorangan atau badan

usaha yang bertindak sebagai

pengendali dari badan usaha

d. badan usaha yang pengendaliannya

dilakukan oleh:

1) orang perseorangan

dan/atau badan usaha

2) orang perseorangan

dan/atau badan usaha

e. dewan komisaris atau direksi pada

Perusahaan Pembiayaan;

f. pihak yang mempunyai hubungan

keluarga sampai dengan derajat

kedua, baik horisontal maupun

vertikal:

1) dari orang perseorangan yang

merupakan pengendali

Perusahaan Pembiayaan

Pihak terkait meliputi:

a. orang perseorangan atau badan usaha

yang merupakan Pengendali

Perusahaan Syariah;

b. badan usaha dimana Perusahaan

Syariah bertindak sebagai Pengendali;

c. orang perseorangan atau badan usaha

yang bertindak sebagai pengendali

dari badan usaha

d. badan usaha yang pengendaliannya

dilakukan oleh:

1) orang perseorangan dan/atau

badan usaha

2) orang perseorangan dan/atau

badan usaha

e. dewan komisaris atau direksi pada

Perusahaan Syariah;

f. pihak yang mempunyai hubungan

keluarga sampai dengan derajat

kedua, baik horisontal maupun

vertikal:

1) dari orang perseorangan yang

merupakan pengendali Perusahaan

Syariah. dari dewan komisaris atau

direksi pada Perusahaan Syariah

Page 86: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

78

2) dari dewan komisaris atau

direksi pada Perusahaan

Pembiayaan

g. dewan komisaris atau direksi pada

badan usaha

h. badan usaha yang dewan komisaris

dan/atau direksi merupakan:

1) dewan komisaris atau direksi

pada

i. badan usaha dimana:

1) dewan komisaris atau direksi

pada Perusahaan Pembiayaan

bertindak sebagai Pengendali;

2) dewan komisaris atau direksi

dari pihak-pihak bertindak

sebagai Pengendali; dan

j. badan usaha yang memiliki

ketergantungan keuangan (financial

interdependence) dengan

Perusahaan Pembiayaan

2) dewan komisaris atau direksi pada

badan usaha

3) badan usaha yang dewan komisaris

dan/atau direksi merupakan:

g. dewan komisaris atau direksi pada

Perusahaan Syariah;

h. dewan komisaris atau direksi pada

badan usaha syariah

i. badan usaha dimana:

1) dewan komisaris atau direksi pada

Perusahaan Syariah bertindak sebagai

Pengendali;

2) dewan komisaris atau direksi dari

pihak-pihak bertindak sebagai

Pengendali; dan

j. badan usaha yang memiliki

ketergantungan keuangan (financial

interdependence) dengan Perusahaan

Syariah

Tabel 10. Perbandingan BMPP pada Perusahaan Pembiayaan konvensional dengan

Perusahaan Pembiayaan syariah.

I. Perbandingan Kerja Sama Pembiayaan Pada Perusahaan Pembiayaan

Konvensional menurut POJK 29 tahun 2014 dan Perusahaan Pembiayaan Syariah

menurut POJK 31 tahun 2014

Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan Pembiayaan konvensional dan

Perusahaan Pembiayaan Syariah dapat bekerjasama dengan pihak lain melalui

pembiayaan penerusan (channeling) atau pembiayaan bersama (joint financing) dan

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan prinsip syariah

(Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah). Pihak lain meliputi:

Page 87: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

79

a.bank;

b.perusahaan pembiayaan sekunder perumahan;

c.lembaga keuangan mikro; dan/atau

d.Perusahaan Syariah.

Kerja sama pembiayaan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun

2014 dengan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun 2014 memiliki perbandingan,

diantaranya :

Keja Sama Pembiayaan Pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan

Pembiayaan Konvensional

Keja Sama Pembiayaan Pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tahun

2014 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan

Pembiayaan Syariah

Dalam pembiayaan penerusan (channeling),

risiko yang timbul dari kegiatan ini berada

pada pihak yang memiliki dana.

Pembiayaan penerusan (channeling) wajib

dilakukan dengan akad Wakalah bil Ujrah.

Dalam pembiayaan penerusan (channeling),

pihak yang menerima dana hanya bertindak

sebagai pengelola dan memperoleh imbalan

atau fee dari pengelolaan dana tersebut.

Dalam melakukan pembiayaan penerusan

(channeling), Perusahaan Syariah dapat

bertindak sebagai:

a.pihak yang menyalurkan (pengelola/wakil)

melalui kegiatan Pembiayaan Syariah;

dan/atau

b.selaku penyedia dana/modal/barang yaitu

pihak yang mewakilkan kepada pihak lain.

Dalam pembiayaan bersama (joint

financing), sumber dana untuk pembiayaan

ini harus berasal dari Perusahaan

Pembiayaan dan pihak lain.

Dalam hal Perusahaan Syariah bertindak

sebagai pihak yang menyalurkan

(pengelola/wakil), Perusahaan Syariah

hanya bertindak sebagai pengelola dan

memperoleh imbalan (ujrah) dari

Page 88: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

80

pengelolaan dana tersebut.

Risiko yang timbul dari pembiayaan

bersama (joint financing), menjadi beban

masing-masing pihak secara proporsional

sesuai dengan besaran dana yang

dikeluarkan.

Risiko yang timbul dari pembiayaan

penerusan (channeling), berada pada pihak

penyedia dana/modal/barang.

Tabel 11. Perbandingan Kerja Sama Pembiayaan pada Perusahaan Pembiayaan

konvensional dengan Perusahaan Pembiayaan syariah.

J. Perbandingan Pendanaan Pada Perusahaan Pembiayaan Konvensional menurut

POJK 29 tahun 2014 dan Perusahaan Pembiayaan Syariah menurut POJK 31

tahun 2014

Pendanaan Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 29 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Konvensional

Pendanaan Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 31 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Syariah

Sumber pendanaan Perusahaan Pembiayaan

dapat berasal dari:

a. pinjaman dari bank, industri keuangan

non bank, dan/atau badan usaha lain;

b. penerbitan obligasi

c. penerbitan medium term notes;

d. pinjaman subordinasi;

e. penambahan Modal Disetor termasuk

melalui penawaran umum saham;

dan/atau

f. sekuritisasi aset.

Dalam rangka memperoleh pendanaan,

Perusahaan Syariah dapat:

a. menerima pendanaan dari lembaga

pemerintah, bank, industri keuangan

non bank, lembaga, dan/atau badan

usaha lain;

b. menerima pinjaman (Qardh)

subordinasi;

c. menerbitkan obligasi syariah (sukuk)

sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

dan/atau

d. melakukan sekuritisasi sesuai dengan

Page 89: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

81

Prinsip Syariah dan ketentuan

peraturan perundang- undangan.

Pendanaan dari lembaga dan/atau badan

usaha lain dapat berasal dari:

a.lembaga dan/atau badan usaha Indonesia;

dan/atau

b.lembaga dan/atau badan usaha asing.

Pendanaan dari lembaga dan/atau badan

usaha lain dapat berasal dari:

a.lembaga dan/atau badan usaha Indonesia;

dan/atau

b.lembaga dan/atau badan usaha asing.

Pendanaan dilakukan sesuai dengan

instrument pembiayaan yang dibutuhkan.

Pendanaan/pembiayaan wajib dilakukan

dengan menggunakan akad:

a.Mudharabah;

b.Mudharabah Musytarakah;

c.Musyarakah;

d.Ijarah;

e.Qardh; dan/atau

f.akad pendanaan lainnya sesuai dengan

Prinsip Syariah.

Jumlah pinjaman dari badan usaha lain,

wajib memenuhi ketentuan paling sedikit

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

untuk setiap kreditur dengan jangka waktu

pengembalian paling singkat 1 (satu) tahun.

Jumlah pendanaan/pembiayaan dari lembaga

dan/atau badan usaha lain yang berasal dari

lembaga dan/atau badan usaha Indonesia

wajib memenuhi ketentuan paling sedikit

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

untuk setiap pemberi pendanaan/pembiayaan

dengan jangka

waktu pengembalian paling singkat 1 (satu)

tahun.Jumlah pendanaan/pembiayaan dari

lembaga dan/atau badan usaha lain yang

berasal dari lembaga dan/atau badan usaha

asing, wajib memenuhi ketentuan paling

sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

Page 90: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

82

rupiah) untuk setiap pemberi

pendanaan/pembiayaan dengan jangka

waktu pengembalian paling singkat 1 (satu)

tahun.

Pinjaman subordinasi yang diterima

Perusahaan Pembiayaan harus memenuhi

ketentuan:

a.paling singkat berjangka waktu 5 (lima)

tahun;

b.dalam hal terjadi likuidasi, hak tagih

berlaku paling akhir dari segala pinjaman

yang ada; dan

c.dituangkan dalam bentuk perjanjian akta

notariil antara Perusahaan Pembiayaan

dengan pemberi pinjaman.

Pinjaman (Qardh) subordinasi sebagaimana

harus memenuhi ketentuan:

a.paling singkat berjangka waktu 5 (lima)

tahun;

b.dalam hal terjadi likuidasi, hak tagih

berlaku paling akhir dari segala pinjaman

yang ada; dan

c.dituangkan dalam bentuk perjanjian akta

notariil antara Perusahaan Syariah dengan

pemberi pinjaman.

Tabel 12. Perbandingan Pendanaan Pembiayaan pada Perusahaan Pembiayaan

konvensional dengan Perusahaan Pembiayaan syariah.

K. Perbandingan Penyertaan Pada Perusahaan Pembiayaan Konvensional menurut

POJK 29 tahun 2014 dan Perusahaan Pembiayaan Syariah menurut POJK 31

tahun 2014

Penyertaan Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 29 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Konvensional

Penyertaan Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 31 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Syariah

1. Perusahaan Pembiayaan hanya

dapat melakukan penyertaan modal

secara langsung pada:

a. perusahaan di sektor jasa keuangan

1. Perusahaan Pembiayaan Syariah hanya

dapat melakukan penyertaan langsung

pada:

a. perusahaan di sektor jasa keuangan

Page 91: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

83

di Indonesia; dan

b. perusahaan yang terkait dengan

kegiatan Perusahaan Pembiayaan.

2. Jumlah seluruh penyertaan langsung

Perusahaan Pembiayaan paling tinggi

20% (dua puluh persen) dari jumlah

Ekuitas

Perusahaan Pembiayaan.

3. Jumlah seluruh penyertaan langsung

Perusahaan Pembiayaan kepada entitas

dalam 1 (satu) grup paling tinggi 10%

(sepuluh persen) dari jumlah Ekuitas

Perusahaan Pembiayaan.

4. Perusahaan Pembiayaan wajib

memenuhi ketentuan jumlah penyertaan

langsung pada saat melakukan

penyertaan.

5. Ketentuan dikecualikan bagi

Perusahaan Pembiayaan yang

melakukan pemisahan dalam rangka

pendirian Perusahaan Pembiayaan yang

seluruh kegiatan usahanya dilakukan

berdasarkan prinsip syariah.

di Indonesia; dan/atau

b. perusahaan yang terkait dengan

kegiatan Perusahaan Pembiayaan

Syariah.

2. Jumlah seluruh penyertaan langsung

Perusahaan Pembiayaan Syariah pada

perusahaan di sektor jasa keuangan di

Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) paling tinggi 40% (empat puluh

persen) dari jumlah Ekuitas Perusahaan

Pembiayaan Syariah.

3. Jumlah penyertaan langsung Perusahaan

Pembiayaan Syariah kepada entitas

dalam 1 (satu) grup paling tinggi 10%

(sepuluh persen) dari jumlah Ekuitas

Perusahaan Pembiayaan Syariah.

4. Perusahaan Pembiayaan Syariah wajib

memenuhi ketentuan jumlah penyertaan

modal pada saat melakukan penyertaan.

Tabel 13. Penyertaan pada Perusahaan Pembiayaan konvensional dengan

Perusahaan Pembiayaan syariah.

L. Perbandingan Sertifikasi Pada Perusahaan Pembiayaan Konvensional menurut

POJK 29 tahun 2014 dan Perusahaan Pembiayaan Syariah menurut POJK 31

tahun 2014

Page 92: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

84

Sertifikasi Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 29 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Konvensional

Sertifikasi Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 31 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Syariah

1. Pegawai Perusahaan Pembiayaan yang

menduduki posisi manajerial mulai dari

tingkat kepala kantor cabang sampai

dengan satu tingkat dibawah Direksi,

wajib memiliki sertifikat tingkat dasar

di bidang pembiayaan dari lembaga

yang ditunjuk oleh asosiasi dengan

menyampaikan pemberitahuan kepada

OJK dan disertai dengan alasan

penunjukan.

2. Direksi Perusahaan Pembiayaan wajib

memiliki sertifikat keahlian di bidang

pembiayaan dari lembaga yang ditunjuk

oleh asosiasi dengan menyampaikan

pemberitahuan kepada OJK dan disertai

dengan alasan penunjukan.

3. Dewan Komisaris Perusahaan

Pembiayaan wajib memiliki sertifikat

tingkat dasar di bidang pembiayaan dari

lembaga yang ditunjuk oleh asosiasi

dengan menyampaikan pemberitahuan

kepada OJK dan disertai dengan alasan

penunjukan.

4. Direksi dan pejabat 1 (satu) tingkat di

bawah Direksi yang membawahkan

1. Pegawai Perusahaan Syariah yang

menduduki posisi manajerial mulai dari

tingkat kepala kantor cabang sampai

dengan satu tingkat dibawah Direksi dan

pimpinan UUS wajib memiliki sertifikat

tingkat dasar di bidang pembiayaan

dan/atau pembiayaan syariah dari

lembaga yang ditunjuk oleh asosiasi

dengan menyampaikan pemberitahuan

kepada OJK dan disertai dengan alasan

penunjukan.

2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah

wajib memiliki sertifikat keahlian di

bidang pembiayaan dan/atau pembiayaan

syariah dari lembaga yang ditunjuk oleh

asosiasi dengan menyampaikan

pemberitahuan kepada OJK dan disertai

dengan alasan penunjukan.

3. Dewan Komisaris Perusahaan

Pembiayaan Syariah wajib memiliki

sertifikat tingkat dasar di bidang

pembiayaan dan/atau pembiayaan

syariah dari lembaga yang ditunjuk oleh

asosiasi dengan menyampaikan

pemberitahuan kepada OJK.

Page 93: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

85

fungsi manajemen risiko wajib

memiliki sertifikat keahlian di bidang

manajemen risiko dari lembaga yang

ditunjuk oleh asosiasi dengan

menyampaikan pemberitahuan kepada

OJK dan disertai dengan alasan

penunjukan.

5. Pegawai dan/atau tenaga alih daya

Perusahaan Pembiayaan yang

menangani bidang penagihan wajib

memiliki sertifikat profesi di bidang

penagihan dari lembaga yang ditunjuk

asosiasi dengan menyampaikan

pemberitahuan kepada OJK dan disertai

dengan alasan penunjukan.

4. Direksi dan pejabat 1 (satu) tingkat di

bawah Direksi Perusahaan Pembiayaan

Syariah yang membawahkan fungsi

manajemen risiko wajib memiliki

sertifikat keahlian di bidang manajemen

risiko dari lembaga yang ditunjuk oleh

asosiasi dengan menyampaikan

pemberitahuan kepada OJK dan disertai

dengan alasan penunjukan.

5. Pegawai dan/atau tenaga alih daya

Perusahaan Syariah yang menangani

bidang penagihan wajib memiliki

sertifikat profesi di bidang penagihan

dari lembaga yang ditunjuk

asosiasi dengan menyampaikan

pemberitahuan kepada OJK dan disertai

dengan alasan penunjukan.

Tabel 14. Sertifikasi pada Perusahaan Pembiayaan konvensional dengan

Perusahaan Pembiayaan syariah.

M. Perbandingan Larangan Pada Perusahaan Pembiayaan Konvensional menurut

POJK 29 tahun 2014 dan Perusahaan Pembiayaan Syariah menurut POJK 31

tahun 2014

Larangan Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 29 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Konvensional

Larangan Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 31 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Syariah

Perusahaan Pembiayaan dilarang: Perusahaan Syariah dilarang:

Page 94: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

86

1. menghimpun dana secara langsung

dari masyarakat berbentuk giro,

tabungan dan/atau bentuk lainnya

yang dipersamakan dengan itu;

2. memberikan jaminan dalam segala

bentuknya atas pemenuhan

kewajiban pihak lain;

3. menerbitkan surat sanggup bayar

(promisorry note), kecuali sebagai

jaminan atas utang kepada bank

yang menjadi krediturnya;

4. melakukan tindakan yang

menyebabkan atau memaksa

lembaga keuangan lainnya yang

berada di bawah pengawasan OJK

melanggar peraturan perundang-

undangan yang berlaku; dan/atau

5. melakukan tindakan yang

menyebabkan atau memaksa

lembaga keuangan lainnya yang

berada di bawah pengawasan OJK

menghindari peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

1. menghimpun dana secara langsung

dari masyarakat berbentuk giro,

tabungan dan/atau bentuk lainnya

yang dipersamakan dengan itu;

2. memberikan jaminan atas

pemenuhan kewajiban pihak lain;

3. menerbitkan surat sanggup bayar

(promisorry note), kecuali sebagai

jaminan atas pendanaan kepada

pihak yang memberikan pendanaan;

4. melakukan tindakan yang

menyebabkan atau memaksa

lembaga keuangan lainnya yang

berada di bawah pengawasan OJK

melanggar peraturan perundang-

undangan yang berlaku; dan/atau

5. melakukan tindakan yang

menyebabkan atau memaksa

lembaga keuangan lainnya yang

berada di bawah pengawasan OJK

menghindari peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Tabel 15. Larangan pada Perusahaan Pembiayaan konvensional dengan

Perusahaan Pembiayaan syariah.

Page 95: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

87

N. Perbandingan Sanksi Pada Perusahaan Pembiayaan Konvensional menurut POJK

29 tahun 2014 dan Perusahaan Pembiayaan Syariah menurut POJK 31 tahun 2014

Larangan Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 29 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Konvensional

Larangan Pada Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 31 tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan

Syariah

Perusahaan Pembiayaan dikenakan sanksi

administratif secara bertahap berupa:

1. peringatan;

2. pembekuan kegiatan usaha; dan

3. pencabutan izin usaha.

Perusahaan Pembiayaan Syariah dan

Perusahaan Pembiayaan yang mempunyai

UUS dikenakan sanksi administratif

berupa:

1. peringatan;

2. pembekuan kegiatan usaha;

3. pembekuan kegiatan usaha UUS;

4. pencabutan izin usaha; dan/atau

5. pencabutan izin UUS.

Tabel 16. Sanksi pada Perusahaan Pembiayaan konvensional dengan Perusahaan

Pembiayaan syariah.

Page 96: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan memiliki jenis kegiatan usaha yang

secara umum yaitu Pembiayaan Investasi, Pembiayaan Modal Kerja,

Pembiayaan Multiguna, dan Kegiatan usaha pembiayaan lain berdasarkan

persetujuan OJK, sedangkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 Tahun

2014 tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan Syariah, memiliki jenis

kegiatan usaha yang secara umum yaitu Pembiayaan jual beli, pembiayaan

investasi, pembiayaan jasa.

2. Perjanjian Pembiayaan yang diterapkan pada Perusahaan Pembiayaan

Konvensional maupun Perusahaan Pembiayaan Syariah memiliki prinsip yang

sama, Perjanjian dengan Konsumen wajib dibuat secara tertulis, yang

membedakan ialah posisi perjanjian pada pembiayaan syariah menggunakan dan

menggambarkan jenis akad serta perbedaan penggunaan margin pada

pembiayaan syariah dan penggunaan bunga pada pembiayaan konvensional.

3. Secara umum pada mekanisme Uang muka atau urbun pada kendaraan

bermotor, relatif menggunakan paling rendah 20% (dua puluh persen) dari harga

jual kendaraan yang bersangkutan; dan untuk bagi kendaraan bermotor roda

empat atau lebih yang digunakan untuk tujuan produktif, paling rendah 20%

(dua puluh persen) dari harga jual kendaraan yang bersangkutan; atau bagi

kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang digunakan untuk tujuan non-

produktif, paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari harga jual kendaraan

yang bersangkutan.

4. Perusahaan Pembiayaan Konvensional dengan Perusahaan Pembiayaan Syariah

wajib melakukan mitigasi resiko pembiayaan. mengalihkan risiko Pembiayaan

Syariah melalui mekanisme penjaminan syariah bagi Perusahaan Pembiayaan

88

Page 97: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

89

Syariah dan mengalihkan risiko pembiayaan melalui mekanisme asuransi kredit

atau penjaminan kredit bagi Perusahaan Pembiayaan Konvensional

5. Untuk memenuhi persyaratan Tingkat Kesehatan Keuangan Perusahaan

Pembiayaan konvensional maupun perusahaan Pembiayaan Syariah wajib setiap

waktu memenuhinya dengan kondisi minimum sehat. Pengukuran rasio Tingkat

Kesehatan Keuangan meliputi rasio permodalan, kualitas piutang pembiayaan,

rentabilitas; dan likuiditas.

6. Rasio Aset Produktif Terhadap Total Aset Pada Perusahaan Pembiayaan

konvensional maupun Perusahaan Pembiayaan Syariah wajib memiliki rasio

piutang pembiayaan neto terhadap total aset (financing to asset ratio) paling

rendah 40% (empat puluh persen).

7. Perusahaan Pembiayaan Konvensional dengan Perusahaan Pembiayaan Syariah

wajib wajib memiliki Ekuitas paling sedikit Rp100.000.000.000,00 (seratus

miliar rupiah).

8. Perusahaan Pembiayaan baik konvensional maupun syariah wajib memenuhi

ketentuan Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan (BMPP) kepada seluruh

pihak terkait paling tinggi 50% (lima puluh persen) dari Ekuitas Perusahaan

Pembiayaan.

9. Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan Pembiayaan konvensional dan

Perusahaan Pembiayaan Syariah dapat bekerjasama dengan pihak lain melalui

pembiayaan penerusan (channeling) atau pembiayaan bersama (joint financing)

dan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan

prinsip syariah (Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah). Pihak lain meliputi

bank, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, lembaga keuangan mikro,

dan/atau Perusahaan Syariah.

10. Perusahaan Pembiayaan konvensional maupun syariah hanya dapat melakukan

penyertaan modal secara langsung pada perusahaan di sektor jasa keuangan di

Indonesia dan perusahaan yang terkait dengan kegiatan Perusahaan Pembiayaan.

Page 98: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

90

11. Perusahaan Pembiayaan baik konvensional maupun syariah dikenakan sanksi

administratif secara bertahap berupa peringatan, pembekuan kegiatan usaha, dan

pencabutan izin usaha.

Page 99: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

Daftar Pustaka

Web

http://e-journal.uajy.ac.id/634/3/2EA15875.pdf, Diakses 6 April 2018, Jakarta.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21417/3/Chapter%20II.pdf, Diakses 6

April 2018, Jakarta.

http://eprints.walisongo.ac.id/7243/3/BAB%20II.pdf, Diakses 6 April 2018, Jakarta.

http://eprints.walisongo.ac.id/3789/3/102311070_Bab2.pdf Diakses 6 April 2018

http://digilib.uinsby.ac.id/11223/8/bab%202.pdf, Diakses 6 April 2018 Jakarta.

www.bessfinance.co.id/newsdetail.php?id=15, Diakses 9 April 2018

http://business-law.binus.ac.id/2016/01/27/lembaga-pembiayaan-syariah-di-indonesia/

Diakses pada: 12 April 2018 Jakarta.

https://muhaiminkhair.wordpress.com/2010/04/29/perusahaan-pembiayaan-syariah-di-

indonesia-sebuah-tinjauan-analisis-terhadap-perusahaan-pembiayaan-pt-fif-syariah/

Diakses pada: 12 April 2018 Jakarta.

http://eprints.walisongo.ac.id/7243/3/BAB%20II.pdf, Diakses 6 April 2018, Jakarta.

https://pustakauinib.ac.id/repository/files/original/04523f5c514c1a7aaa7eee2d51764cf4.p

df, Diakses pada 4 Juni 2018

Buku Dan Jurnal

Ade Arthesa, E. H. (2006). Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta: PT. Indeks.

al-Jazir, A. (2003). Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, Juz III. Beirut: Dar al-Qalam.

Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press.

Page 100: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

Antonio, M. S. (2008). Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.

Antonio, M. S. (2001). Islamic Banking dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani.

Arifin, Z. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet.

As’ad, A. (1979). Tarjamah Fathul Mu’in 2 . Kudus: Menara Kudus.

Astiwara, E. M. (1999). Investasi Islami di Pasar Modal. Jakarta: Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah.

Ayub, M. (2009). Understanding Islamic Finance. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

az-Zuhaili, W. ( 2011). Fiqih Islam Wa Adillatuhu 6, Penerjemah: Abdul Hayyie al-

Kattan dkk. Jakarta: Gema Insani.

Budiman, F. (September – Desember 2013). Karakteristik Akad Pembiayaan Al-Qardh

Sebagai Akad Tabarru’. Yuridika Volume 28 No 3 .

BUMN, B. R. (2017). Model Pembiayaan Infrastruktur: Indonesia Dan Negara Lain.

Depok: Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

(LM‐FEB UI).

Djamil, F. (2013). Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan

Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.

Djuwaini, D. (2008). Pengantar Fiqh Muamalah,. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

ekonomi indonesia triwulan iv 2017 tumbuh 5-19 persen. (2018, 02 05). Retrieved 02 09,

2018, from bps.go.id:

https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/02/05/1519/ekonomi-indonesia-triwulan-

iv-2017--tumbuh-5-19-persen.html

Finance, B. (2013). Pengertian, Peran dan Fungsi Perusahaan Pembiayaan.

Ghazaly, A. R. (2010). Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Page 101: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

Hakim, A. A. (2011). Fiqh Perbankan Syariah Transformasi Fiqh Muamalah ke dalam

Peraturan Perundang-undangan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Hosen, N. (Juli 2009). Musyarakah Mutanaqisha. Al-Iqtishad: Vol. I, No. 2 .

Ibrahim, J. (2006). Teori dan metodologi penelitian hukum normatif. Malang: Banyu

Media.

Jenie, S. I. (1996). Beberapa Perjanjian Yang Berkenaan Dengan Kegiatan Pembiayaan.

Yogyakarta: Fakultas Hukum UGM (Bahan Penataran Dosen Hukum Perdata).

Karim, A. A. (2011). Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Raja.

Grafindo Persada.

Karim, H. (2002). Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mas’adi, G. A. (2002). Fiqih Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Muhaimin. (2012). Perusahaan Pembiayaan Syariah Di Indonesia ( sebuah tinjauan

analisis terhadap perusahaan pembiayaan PT. FIF syariah ). AT - TARADHI Jurnal

Studi Ekonomi, Volume 3, Nomor 2 .

Muhammad. (2002). Manajemen Bank Syari‟ah. Yogyakarta : ( UPP ) AMPYKPN.

mujiatun, S. (september 2013). Jual Beli Dalam Perspektif Islam : Salam Dan Istisna’.

Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis vol 13 no. 2 .

Nahrowi. (Juni 2013). Permasalahan Hukum Pembiayaan Leasing Di Indonesia. Jurnal

Cita Hukum Vol. I No. 1 .

Nawawi, I. (2012). Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Galia Indonesia.

Ridwan, M. (2007). Konstruksi Bank Syariah Indonesia. Yogyakarta : Pustaka SM.

Rusyd, I. (2013). Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Mugtashid. Beirut: Dar alKutub Al-

Ilmiyah.

Sabiq, A.-S. (1994). Fiqh as-Sunnah Jilid III. Beirut: Dar al-Fikr.

Page 102: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

Sabiq, S. (1987). Fikih Sunnah 13 , terj. Kamaluddin A. Marzuki. Bandung: Al Ma’arif .

Sabiq, S. (2009). Fiqh Sunah 5. Jakarta: Cakrawala Publising.

Salim HS, E. S. (2013). Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Diseratasi.

Jakarta: Rajawali Pers.

Siamat, D. (2001). , Manajemen Lembaga Keuangan,Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Sjahdeini, S. R. (2007). Perbankan Islam Dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum

Perbankan Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Soemitra, A. (2009). Bank &Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Kencana Prenada

Media.

Soemitra, A. (2009). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.

Sunaryo. (2008). Hukum Lembaga Pembiayaan. Jakarta: Sinar Grafika.

Syarifuddin, A. (2003). Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta: Prenada Media.

Tim Kashiko. (2000). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Kashiko.

Veithzal Rivai, A. A. (2010). Islamic Banking: sebuah teori, konsep dan aplikasi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Wiroso. (2005). Jual Beli Murabahah. Yogyakarta : UII Prees.

Page 103: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

1

CURRICULUM VITAE

Nama : Wahyu Fahmi Rizaldy

Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 31 Desember 1996

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Mahasiswa

Semester : 9

Fakultas/prodi : Fakultas Syariah dan Hukum,

Prodi Hukum Ekonomi Syariah

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Alamat : Jl. Raya PUK No.56

RT. 002 RW. 04 Dukuan

Glagah, Lamongan 62292

No. telepon : 082298328042

Email : [email protected] / [email protected]

Pendidikan Formal

2014 - Sekarang : S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fakultas Syariah dan Hukum, Prodi Hukum Ekonomi Syariah

2011 - 2014 : D1 Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.

Fakultas Teknologi Informatika, Jurusan Teknik Informatika

2011 - 2014 : Madrasah Aliyah Negeri Lamongan. Jurusan IPS

2008 - 2011 : SMP Islam Tanfirul Ghoyyi Lamongan

2002 - 2008 : MI Falakhiyah Glagah

Page 104: ANALISA PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43040/1/WAHYU...analisa perbandingan perusahaan pembiayaan konvensional dengan perusahaan

2

Pendidikan Informal

2011 : Diklat Saka Bhakti Husada Kabupaten, Lamongan

2012 : Pelatihan Duta Kesehatan Remaja, Jawa Timur.

2016 : Kursus Mahir Dasar

Pengalaman Organisasi

2011 : Ketua Osis Madrasah Aliyah Negeri Lamongan

2012 : Duta Kesehatan Kabupaten Lamongan

2013 : Duta Kesehatan Jawa Timur

2013 : Duta Lingkungan

2013 : Ketua Saka Bhakti Husada Kabupaten Lamongan

2014 : Forum Mahasiswa Lamongan (Formala) Bidang Pendidikan

2015 : PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia)

Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum, Bidang Kajian

2016 : KBM PMII Muamalat, Divisi Pengkaderan

2016 : Pramuka UIN Jakarta, Bidang Diklat

2016 – Sekarang : Sharia Business Intelligent (KajianEkonomi Syariah)

2017 : Pramuka UIN Jakarta, Ketua Dewan Racana