Upload
cece-lili-warlia
View
1.419
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
STRATEGI PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA DI DESA PUNGGUR
KECIL KECAMATAN SUNGAI KAKAP
KABUPATEN KUBU RAYA
Cece Lili Warlia
Petugas Penyuluh Lapangan Perkebunan – BP4K Kubu Raya
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti Pontianak
ABSTRAK
The existence of coconut trees in the village of Small Punggur Gammon River District Kubu Raya District , as a source of farm income can not provide a decent income to support the needs of life , so the need for research on the development strategies of processed coconut and coconut products agribusiness and agro -based integrated so can increase the income of farmers , especially in the village of Small Punggur Gammon River District Kubu Raya district . Where this research aims to provide information to the coconut farmers in order to increase its revenue through strategy development and management of coconut and coconut processed in the village of Small Punggur Gammon River District Kubu Raya district through : 1 ) . Formulate appropriate strategies in the form of farm heads so as to increase productivity and farm income coconut . 2 ) Identify the key factors palm plantation development strategic management of people in the future . 3 ) To formulate policy recommendations and strategies in the development of coconut in Gammon River District . Deliberately selected research locations in the village of Small Punggur in Gammon River District , with consideration that this area is the producer of coconut or coconut farm areas with the potential number of people who pretty much . Time studies conducted over four months since of collecting data from April to July 2013 . In this study sampling was set at a total of 37 people of the total population . Data analysis tools used in this research is to use analysis of Strength, Weakness , Opportunity and Threat ( SWOT ) . The results showed that coconut farming is in a condition to grow and must be nurtured so that is growing again where by Rating IFAS ( Internal Factors Analysis System) and EFAS ( External Factors Analysis System ) generated an average total score of 3.25 out of IFAS strength values at 2.10 and weaknesses value of 1.15 while the average total value of EFAS by 3.06 of the probability values of 1.88 and 1.18 threat . Thus the figures obtained on both axes ( X , Y = 0.95 and 0.70 ), which is positive , so the coconut farming conditions are in quadrant I. Conclusions which can result in the discussion is a strategy that is SO very favorable conditions , ie the system has good strength and opportunities . Kata Kunci : Agribisnis Pertanian, Strategi Pengembangan
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan satu diantara negara agraris yang kehidupan
perekenomiannya tidak bisa lepas dari sektor pertanian. Perkembangan
ekonomi Indonesia yang akhir-akhir ini cenderung mengalami pergeseran
sektoral dari sektor pertanian ke sektor non pertanian tidak berarti
mengabaikan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap memegang peranan
penting, karena berperan sebagai penyedia bahan pangan bagi seluruh
masyarakat, di sisi lain menopang pertumbuhan industri dalam hal penyediaan
bahan baku industri dan mendorong pemerataan pertumbuhan dan dinamika
pedesaan.
Luas wilayah tanaman kelapa di Indonesia merupakan luas areal kelapa
terbesar di dunia. Berdasarkan Coconut Statistical Yearbook 2009 Asean
Pasific Coconut Community (APCC), total luas perkebunan kelapa Indonesia
pada tahun 2009 mencapai 3,85 juta ha atau mencapai 31,6% dari total luas
areal kelapa di dunia sekitar 12,17 juta ha dan sebagian besarnya (98%)
merupakan perkebunan rakyat, penyebaran kelapa tersebut hampir merata di
seluruh Indonesia, dengan sebaran terbanyak berada di Sumatera yang
mencapai 32,4%, Jawa 21,8%, Sulawesi 20%, Maluku dan Papua 9,2%, Nusa
Tenggara 7,5%, Kalimantan 7,3%, dan Bali sebesar 1,8% .
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Tanaman kelapa disebut juga tanaman serbaguna, karena dari akar
sampai ke daun kelapa bermanfaat, demikian juga dengan buahnya. Buah
adalah bagian utama dari tanaman kelapa yang berperan sebagai bahan baku
industri. Buah kelapa terdiri dari beberapa komponen yaitu sabut kelapa,
tempurung kelapa, daging buah kelapa dan air kelapa. Daging buah adalah
komponen utama yang dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi
tinggi, air kelapa, tempurung, dan sabut sebagai hasil samping (by product)
dari buah kelapa juga dapat diolah menjadi berbagai produk yang nilai
ekonominya tidak kalah dengan daging.
Demikian juga dengan Kalimantan Barat, perkebunanan kelapa
merupakan komoditas perkebunan nomor 3 setelah Kelapa Sawit dan Karet.
Perkebunan Kelapa dalam, banyak tersebar di wilayah pesisir Kalimatan Barat
dan merupakan perkebunan yang dikelola oleh rakyat. Satu diantara wilayah
penghasil kelapa untuk Kalimantan Barat adalah Kabupaten Kubu Raya.
Luas areal dan jumlah produksi komoditi perkebunan di Kalimantan
Barat khususnya komoditi kelapa mempunyai potensi yang sangat besar
apabila dapat dikembangkan sehingga bisa membantu petani di Kalimantan
Barat untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Tabel 1.
Luas Areal, dan Jumlah Produksi Komoditi Perkebunan di
Kalimantan Barat. Tahun 2012.
KOMODITI
LUAS AREAL MENURUT
KOMPOSISI TANAMAN (Ha)
JUMLAH
LUAS
AREAL
(Ha)
JUMLAH
PRODUKSI
(Ton/Tahun)
JUMLAH
PETANI
(KK) Tanaman
Muda
Tanaman
Menghasilkan
Tanaman
Tua/Rusak
Karet 191.236 300.895 96.098 588.229 249.539 314.163
Kelapa Dalam 13.065 69.088 18.317 100.470 73.964 67.869
Kelapa Hybrida 0 4.971 2.800 7.771 4.206 12.021
Kelapa Sawit 457.316 420.710 2.741 880.767 967.626 93.002
Kakao 6.340 4.496 1.389 12.225 2.565 12.869
Lada 1.883 4.544 1.920 8.347 4.123 19.727
Kopi 1.459 7.121 3.970 12.550 4.153 22.722
Cengkeh 142 607 163 912 202 1.096
Kemiri 1.036 443 145 1.624 234 2.479
Pinang 1.203 1.037 406 2.646 1.017 7.156
Tebu 288 228 6 522 445 1.308
Sagu 829 650 0 1.479 181 2.483
Kapuk 107 229 50 386 10 1.494
Jarak 11 11 69 91 5 132
Enau/Aren 270 490 210 970 57 2.586
Pala 7 14 0 21 3 64
Grand Total 675.192 815.534 128.284 1.619.010 1.308.330 561.170
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat.
Tanaman kelapa dalam di Kalimantan Barat umumnya menyebar di
semua daerah kabupaten yang ada, sehingga tanaman kelapa cukup potensial
untuk dikembangkan, sedangkan Kabupaten Kubu Raya memiliki produksi
kelapa yang besar dengan luas areal perkebunan mencapai 36.217.Ha dengan
jumlah petani 11.559.KK untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Tabel 2.
Luas Areal, dan Jumlah produksi Tanaman Kelapa di
Kalimantan Barat Tahun 2012.
No
Kabupaten
Luas Area Menurut Komposisi
Tanaman (Ha)
Total
Luas Area
(Ha)
Jumlah
Petani (KK) Tan.
Muda
Tan.
Menghasilkan
Tan.
Tua
1 Pontianak 2.510 11.715 5.892 20.117 15.548
2 Landak 0 0 0 0 0
3 Sambas 3.758 13.945 4.860 22.563 12.260
4 Bengkayang 200 3.376 545 4.121 5.053
5 Singkawang 386 1.615 720 2.721 2.417
6 Sanggau 125 283 157 565 3.677
7 Sekadau 4 6 9 19 79
8 Sintang 5 383 320 708 1.419
9 Melawi 164 395 159 718 1.377
10 Kapuas Hulu 35 82 0 117 459
11 Ketapang 712 2.213 1.158 4.083 7.106
12 Kayong Utara 1.453 5.344 1.724 8.521 6.915
13 Kubu Raya 3.713 29.731 2.773 36.217 11.559
Jumlah 13.065 69.088 18.317 100.470 67.869
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat.
Di Kabupaten Kubu Raya, salah satu kecamatan dengan produksi
kelapa dalam terebsar adalah di Kecamatan Sungai Kakap, dengan luas
wilayah mencapai 453,17 km2, jumlah Desa ada 12 desa, dengan jumlah
penduduk 101.200 jiwa, dengan jumlah rata-rata 223 jiwa per km2. Sampai
dengan tahun 2012 luas tanaman perkebunan khususnya jenis kelapa dalam
mencapai 18.682 ha, yang tersebar di beberapa desa. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Tabel 3.
Luas Areal Produksi Tanaman Kelapa di Kabupaten Kubu Raya
Tahun. 2012.
No D e s a Luas Tanaman Perkebunan Kelapa
Dalam (hektar)
1 Sungai Kakap 528
2 Sungai Itik 1.088
3 Jeruju Besar 3.096
4 Sungai Kupah 1.423
5 Sungai Rengas 597
6 Pal IX 1.104
7 Sungai Belidak 500
8 Kalimas 1.870
9 Punggur Kecil 2.542
10 Punggur Besar 2.158
11 Tanjung Saleh 2.890
12 Sepuk Laut 66
Jumlah 18.682
Sumber : Dinas Perkebunan Kec.Sungai Kakap, 2013
Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat dilihat bahwa Desa Punggur Kecil
Kecamatan Sungai Kakap merupakan daerah yang mempunyai potensi besar
dalam pengembangan usaha tani kelapa.
Kelapa sebagai bentuk hasil perkebunan jika diolah dengan perlakuan
diversifikasi produk dan memanfaatkan hasil sampingan seperti air kelapa,
sabut dan tempurung kelapanya jika dikelola secara terpadu mampu
memberikan pendapatan yang lebih tinggi bila dibandingkan jika kelapa itu
hanya dijual dalam bentuk buah saja.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
B. Masalah Penelitian
Keberadaan tanaman kelapa di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai
Kakap Kabupaten Kubu Raya, sebagai sumber pendapatan masyarakat tani
belum dapat memberikan pendapatan yang layak untuk menunjang kebutuhan
hidup. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
produksi dan pendapatan petani kelapa.
Dari hasil pengamatan awal di lapangan ditemukan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Umur tanaman sudah mencapai diatas 30 tahun
2. Kelapa dijual dalam bentuk bahan baku dan bahan setengah jadi
(Kelapa bulat dan kopra)
3. Harga jual yang tidak stabil dalam waktu yang singkat
Dari fakta lapangan yang demikian, maka perlu adanya penelitian
mengenai strategi pengembangan tanaman kelapa dan produk olahan kelapa
yang berbasis agribisnis dan agroindustri terpadu sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani khususnya di Desa Punggur Kecil
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.
Memperhatikan berbagai permasalahan tersebut di atas, maka
perumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk strategi usahatani kelapa kedepan dalam
meningkatkan produktivitas dan pendapatan usaha.
2. Apa faktor kunci dalam menerapkan strategi pengembangan perkebunan
kelapa dalam yang akan datang.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
3. Bagaimana rekomendasi kebijakan dan strategi pengembangan yang
dapat diterapkan oleh instansi dan lembaga terkait di masa mendatang.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada para
petani kelapa agar bisa meningkatkan pendapatannya melalui strategi
pengembangan dan pengelolaan tanaman kelapa dan hasil olahan kelapa yang
ada di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya
melalui :
1. Merumuskan bentuk strategi yang tepat dalam usaha tani kepala sehingga
dapat meningkatkan produktifitas dan pendapatan usaha tani kelapa.
2. Mengidentifikasi faktor kunci strategis pengembangan pengelolaan
kebun kelapa rakyat di masa yang akan datang;
3. Merumuskan rekomendasi kebijakan dan strategi pengembangan kelapa
dalam di Kecamatan Sungai Kakap.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi lembaga terkait, petugas lapangan dan kelompok tani dalam memberikan
solusi terhadap upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani kelapa.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan perkebunan, dan pihak-pihak yang berkepentingan berupa :
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
1. Bahan masukan dalam penentuan kebijakan pembangunan perkebunan
kelapa dalam di masa mendatang di Kecamatan Sungai Kakap
2. Sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
perkebunan.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Kelapa (cocos nucifera. L)
Pohon kelapa termasuk jenis Palmae yang berumah satu
(monokotil). Batang tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang.
Ada kalanya pohon kelapa dapat bercabang, namun hal ini merupakan
keadaan yang abnormal, misalnya akibat serangan hama tanaman
(Warisno, 2003).
Tanaman kelapa tumbuh di daerah tropis, dapat dijumpai baik di
dataran rendah maupun dataran tinggi. Pohon ini dapat tumbuh dan
berubah dengan baik di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-450 m
dari permukaan laut. Pada ketinggian 450-1000 m dari permukaan laut,
walaupun pohon ini dapat tumbuh, waktu berbuahnya lebih lambat,
produksinya lebih sedikit dan kadar minyaknya rendah (Amin, 2009).
Selanjutnya masih menurut Amin (2009), tanaman kelapa merupakan jenis
tanaman palem yang paling dikenal, banyak tersebar di daerah tropis.
Kelapa dapat tumbuh di pinggir laut hingga dataran tinggi. Kelapa dapat
dibedakan menjadi kelapa varietas dalam dan hibrida. Ada juga yang
membedakannya menjadi 3 varietas, yaitu dalam, genjah dan hibrida.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
2. Syarat – Syarat Tumbuh
Iklim
Kelapa tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan antara 1200-2500
mm/tahun, bahkan sampai 3800 mm atau lebih, sepanjang tanah
mempunyai drainase yang baik.
(a). Kelapa menyukai sinar matahari dengan lama penyinaran minimum
120 jam/bulan sebagai sumber energi fotosintesis.
(b). Kelapa sangat peka pada suhu rendah dan tumbuh paling baik pada
suhu 20-27 derajat C. Pada suhu 15 derajat C, akan terjadi perubahan
fisiologis tanaman kelapa. (Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan
Barat, 2001).
Media Tanam
(a). Tanaman kelapa tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti
alluvial,laterit,vulkanis, berpasir, tanah liat, ataupun tanah berbatu,
tetapi paling baik pada endapan aluvial.
(b). Kelapa dapat tumbuh subur pada pH 5-8, optimum pada pH 5.5-6,5.
Pada tanah dengan pH diatas 7.5 dan tidak terdapat keseimbangan
unsur hara, sering menunjukkan gejala-gejala defisiensi besi dan
mangan. (Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, 2001).
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Ketinggian Tempat
Tanaman kelapa tumbuh baik didaerah dataran rendah dengan
Ketinggian yang optimal 0-900 m dpl. (Dinas Perkebunan Provinsi
Kalimantan Barat, 2001).
3. Produk Olahan Kelapa
Kelapa merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial,
budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tanaman
kelapa jika diolah dengan baik dapat meningkatkan taraf kehidupan petani.
Berbagai produk olahan dapat dimanfaatkan sebagai produk olahan kelapa,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Minyak Kelapa
Santan kelapa merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut
dengan menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan
akan terjadi pemisahan bagian yang kaya dengan minyak dengan
bagian yang miskin dengan minyak. Bagian yang kaya dengan minyak
disebut sebagai krim, dan bagian yang miskin dengan minyak disebut
dengan skim. Krim lebih ringan dibanding skim, karena itu krim
berada pada bagian bawah.
Prinsip Pengolahan
Kebiasaan petani yang ada di desa punggur kecil dalam membuat
minyak kelapa yaitu dengan cara basah, cara ini relatif sederhana.
Daging buah diparut, kemudian ditambah air dan diperas sehingga
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
mengeluarkan santan. Setelah itu dilakukan pemisahan minyak pada
santan.
Pemisahan minyak tersebut dapat dilakukan dengan pemanasan
atau sentrifugasi. Pada pemanasan santan dipanaskan sehingga airnya
menguap dan padatan akan menggumpal. Gumpalan padatan ini
disebut blando.
Minyak dipisahkan dari blando dengan cara penyaringan. Blando
masih banyak mengandung minyak. Minyak ini dicampur dengan
minyak sebelumnya. Pemisahan minyak juga dapat dilakukan dengan
kombinasi pemanasan dan sentrifugasi. Santan diberi perlakuan
sentrifugasi untuk memisahkan krim. Setelah itu dipanaskan untuk
menggumpalkan padatan bukan minyak. Minyak dipisahkan dari
bagian bukan minyak dengan cara sentrifugasi. Minyak yang diperoleh
untuk memperoleh minyak yang bersih dan jernih. Cara basah ini
dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang biasa terdapat di
dapur keluarga. (Dirjen bina pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
P3HP Kalbar, deptan 2002 )
b) Gula Kelapa
Gula kelapa yang dikenal juga dengan nama gula jawa atau gula
merah adalah salah satu bahan pemanis untuk pangan yang berasal dari
pengolahan nira kelapa. Di Indonesia, gula kelapa kebanyakan
diperdagangkan dalam bentuk bongkahan padat dengan bangun
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
geometri yang bervariasi tergantung tempat mencetak yang digunakan
pada saat pembuatannya.
Bahan pembuat gula kelapa adalah nira kelapa. Nira adalah nama
umum yang digunakan untuk menamai cairan manis yang diambil
(disadap) dari beberapa macam jenis tumbuhan. Tumbuhan yang dapat
diambil niranya antara lain adalah kelapa dan aren. Nira kelapa disadap
dari mayang (bunga kelapa yang belum mekar) dengan cara
memangkas bagian ujungnya sehingga dari luka tersebut keluar cairan
bening manis yang disebut nira tersebut.
Untuk menjadikan nira menjadi gula kelapa yang berbentuk
padatan, dilakukan penguapan terhadap nira sampai kandungan airnya
tinggal sedikit sehingga terjadi bentuk padat. Untuk menguapkan
airnya, mula-mula nira dipanaskan dalam wadah pemasak di atas api
yang besar sehingga mendidih kemudian dipanaskan terus menerus
sampai sebagian besar kandungan airnya teruapkan sehingga berubah
menjadi adonan yang sangat pekat. Setelah itu pekatan tersebut
dibiarkan beberapa waktu agar mendingin lalu dituang ke cetakan dan
dibiarkan mendingin lebih lanjut membentuk gula kelapa padat. Gula
tersebut masih memiliki kandungan air yang cukup besar sehingga
perlu dikeringkan. (Ir. Hieronymus Budi Santoso, pembuatan gula
kelapa, cetakan ke 8 penerbit Kanisius 2010).
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
c) Arang Tempurung
Arang tempurung dihasilkan dari pembakaran tempurung buah
kelapa yang sudah tua, dengan cara dan perlakuan tertentu. Dalam
proses pembakaran jumlah udara yang dimasukkan hanya sekedar
cukup untuk melaksanakan proses karbonisasi. Dengan demikian udara
yang digunakan terbatas jumlahnya. Rendemen arang sekitar 30% dari
berat basah tempurung yang digunakan, untuk pembentukan arang
terjadi pada suhu 150-3000C. (Dirjen bina pengolahan dan pemasaran
hasil pertanian P3HP Kalbar, deptan 2002 )
Arang tempurung termasuk bahan bakar yang memiliki kalori
tinggi, banyak digunakan oleh para pandai besi dan digunakan untuk
peleburan emas dan perak. Kandungan karbonnya cukup tinggi arang
tempurung dapat digunakan sebagai pengisi masker gas beracun.
Sebelum dikemas, arang dibiarkan pada udara terbuka selama 12-15
hari, setelah itu, arang dikemas di dalam karung plastik, atau karung
goni. (Dirjen bina pengolahan dan pemasaran hasil pertanian P3HP
Kalbar, deptan 2002 )
2. Analisa SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang
membentuk akronim SWOT. (Rangkuty, 2002, Wikipedia,2011).
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi
bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT
dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar
matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strength)
mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)
yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang
mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman
(threat) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threat) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.
Terkait dengan keberadaan kebun kebun kelapa yang dikelola oleh petani di
Desa Punggur Kecil, sebagaimana diketahui bahwa usahatani kelapa belum
dapat memberikan pendapatan yang memadai.
Dan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, maka diperlukan suatu
analisis SWOT untuk menyusun Strategi dalam usahatani kelapa
kedepannya.
1. Usaha dan Strategi
Dominannya komoditas kelapa di Kecamatan Sungai Kakap yang
mencapai luas 18.682 ha dan satu diantaranya di Desa Punggur Kecil
tidaklah mengejutkan karena secara historik komoditas tersebut telah
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
bertahun-tahun diterima dan dibudiyakan, serta menjadi mata
pencaharian massal masyarakat petani. Hal ini terlihat dari luasan tanam
yang mencakup 2.542 ha dan merupakan satu diantara desa sentra
kelapa yng ada di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
Berdasarkan akumulasi perolehan skor dalam analisis tersebut, faktor
yang berpengaruh dalam menentukan pertimbangan preferensi
masyarakat atas komoditas kelapa adalah karena:
1) pasar yang tersedia, baik dalam tatanan makro terkait dengan
permintaan dunia maupun dalam konteks kepentingan individu
petani dalam menjual produk kopra yang dihasilkannya;
2) terbukanya peluang untuk menerapkan intensifikasi dalam budidaya
kelapa melalui penggunaan varitas hibrida, perbaikan budidaya, serta
penerapan teknik dan manajemen pengolahan hasil dan pemasaran
dengan intensitas yang berimbang (Ikhsan et al, 2010).
Untuk menelaah lebih mendalam keberadaan komoditas kelapa ini serta
merumuskan langkah-langkah strategis pengembangannya dilakukan
analisis SWOT (Strength,Weaknesses Opportunities, and Threat atau
Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman).
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan,peluang, dan ancaman
berkenaan dengan suatu kegiatan proyek atau usaha (Rangkuty, 2002,
Wikipedia, 2011).
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Dengan analisis SWOT ini akan dispesifikasi tujuan dari kegiatan
proyek atau usaha dimaksud dan diidentifikasi faktor-faktor internal dan
eksternal yang bersifat favorable dan unfavorable dalam mencapai
tujuan.
Analisis SWOT ini merupakan alat formula pengambilan keputusan
serta untuk menentukan strategi yang ditempuh berdasarkan kepada
logika untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk merumuskan langkah-
langkah strategi dalam mengelola dan mengembangkan komoditas
kelapa sebagai komoditas unggulan perkebunan yang utama di
Kecamatan Sungai Kakap dan khususnya di Desa Punggur Kecil.
B. Kerangka Konsep
Peningkatan produktivitas pertanian harus dapat menaikan tingkat
produksi pertanian sepenuhnya dan sektor pertanian pada umumnya.
Peningkatan produksi sepenuhnya dari petani sebagai pelaksana di lapangan
sehingga untuk dapat melaksanakan intensifikasi usaha taninya para petani
merupakan penunjang pembangunan yang harus dibina oleh pemerintah.
Walaupun produksi yang dihasilkan cukup tinggi, akan tetapi apabila
penanganan dalam tataniaganya tidak efisien dan efektif, maka akan
berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan.
Bentuk upaya untuk mengatasi pendapatan tersebut, perlu adanya sebuah
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
lembaga pemasaran bersama yang difasilitasi pihak pemerintah atau
bergabung ke koperasi, sehingga produk olahan kelapa yang dipasarkan petani
dihargai dengan nilai jual yang tinggi, pada gilirannya tingkat kesejahteraan
petani dapat tercapai.
Pemenuhan sarana produksi pertanian secara optimal sesuai dengan
anjuran teknis akan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan bagi petani
kelapa, dari kondisi ini akan memberikan dampak positif kepada petani kelapa
di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.
Oleh sebab itu, untuk strategi meningkatkan pengembangan kelapa di
Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya peneliti
akan menggunakan analisa strength, weakness, opportunity and threat
(SWOT), dimana dengan menggunakan analisis SWOT ini akan didapat
strategi yang tepat untuk pengembangan tanaman kelapa bagi petani kelapa di
Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (Purposive), dengan
pertimbangan bahwa daerah ini merupakan penghasil kelapa atau daerah
usahatani kelapa yang potensial dengan jumlah penduduk yang cukup banyak.
Objek penelitian di kawasan ini adalah petani yang mempunyai usaha tani
kelapa di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu
Raya. penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai Juli 2013 dari
pengumpulan data sampai selesai.
B. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang dipergunakan dalam mengadakan penelitian adalah alat-
alat tulis, kalkulator dan daftar pertanyaan (Quesioner).
C. Cara Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan 2 (dua) cara
yaitu :
a) Data Primer
Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani sebagai
responden dengan memakai quesioner serta melakukan pengamatan
langsung pada daerah penelitian melalui pendekatan dengan metode Focus
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Group Discusion (FGD) yaitu suatu diskusi yang dilakukan secara
sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu.
b) Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti : Kantor
Kepala Desa Punggur Kecil, Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Sungai
Kakap, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Barat, Dinas
Perkebunan Kabupaten maupun Provinsi serta melalui pencatatan data
pustaka yang lain.
D. Metode Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mempunyai usahatani
kelapa di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap, sebanyak 370 orang
petani kelapa.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono). Menurut Soeparmoko (2002) apabila sama sekali tidak
ada pengetahuan tentang besarnya variance dari populasi, maka cara terbaik
adalah cukup dengan mengambil prosentase tertentu, 5%, 10% atau 50% dari
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
seluruh jumlah populasi. Beberapa hal yang dapat dipakai sebagai petunjuk
untuk menentukan besarnya persentase ini yaitu :
1. Bila populasi N besar, persentase yang kecil saja sudah dapat memenuhi
syarat.
2. Besarnya sampel hendaknya jangan kurang dari 30.
3. Sampel seyogyanya sebesar mungkin selama dana dan waktu masih dapat
menjangkau.
Dari beberapa pendapat diatas, maka jumlah sampel (n) yang diambil
adalah sebesar 10 % dari jumlah seluruh petani sebanyak 370 orang, sehingga
n = N x 10 % = 370 x 10 % = 37, dengan demikian jumlah sampel yang
diambil sebanyak 37 orang petani.
E. Pengolahan dan Analisis Data
Untuk perumusan analisa strategi pengembangan tanaman kelapa yang
lebih tepat digunakan analisis strength, weakness, opportunity and threat
(SWOT). Analisis dilakukan untuk membandingkan faktor eksternal peluang
(opportunities) dan ancaman (threat) dengan faktor internal kekuatan
(strength) dan kelemahan (weaknesses) (Rangkuti, 2002). Unsur-unsur SWOT
diberi bobot (nilai) kemudian dihubungkan untuk memperoleh beberapa
alternatif strategi dengan rangking tertinggi merupakan alternatif strategi
kebijakan dalam peningkatan pendapatan kelompok tani kelapa.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Proses dalam merumuskan strategi mencakup tiga tahap, yaitu:
1. Evaluasi faktor internal dan eksternal.
Langkah menganalisis faktor strategis internal dan eksternal adalah
sebagai berikut :
a. Menginventarisir faktor internal yang mempengaruhi pencapaian
goals/sasaran, visi, dan misi yang telah ditetapkan secara rinci (detail).
Kemudian mendiskusikan setiap faktor internal apakah termasuk
kekuatan atau kelemahan dibandingkan dengan kelompok lain, dengan
cara poling pendapat.
Kekuatan adalah faktor internal yang positif.
Kelemahan adalah faktor internal yang negatif.
b. Menginventarisir faktor eksternal yang mempengaruhi pencapaian
goals/sasaran, visi dan misi yang telah ditetapkan secara rinci (detail).
Kemudian mendiskusikan setiap faktor eksternal apakah termasuk
peluang atau ancaman dibanding kelompok lain, dengan cara poling
pendapat.
Peluang adalah faktor eksternal yang positif.
Ancaman adalah faktor eksternal yang negatif.
2. Pembuatan matriks internal dan eksternal.
Tujuannya adalah melihat berapa posisi tiap faktor yang telah termasuk
kedalam kekuatan, kelemahan, peluang ataupun ancaman setelah
dilakukan pembobotan, peratingan, dan penilaian.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
3. Perumusan strategi umum dalam bentuk matriks SWOT.
Tujuannya merumuskan strategi umum (grand strategy), adalah
mengembangkan peningkatan kelompok dengan memanfaatkan hasil
Analisis SWOT kedalam suatu format dengan memilih 5-10 faktor utama
tiap kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Tabel 4.
Matriks IFAS Komoditas Kelapa (cocos nucifera)
Faktor Strategi Internal Bobot
b
Rank
r
Nilai
b X r
KEKUATAN
1
2
3
4
Dst
Jumlah
KELEMAHAN
1
2
3
4
Dst
Jumlah
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Tabel 5.
Matriks EFAS Komoditas Kelapa (cocos nucifera)
Faktor Strategi Eksternal Bobot
b
Rank
r
Nilai
b X r
PELUANG
1
2
3
4
Dst
Jumlah
ANCAMAN
1
2
3
4
Dst
Jumlah
Selanjutnya dalam setiap pertanyaaan dibuat skor, pada umumnya skor
yang diberikan adalah 1, 2, 3, 4, dimana pemberian skor tersebut dibagi
menjadi
Untuk yang mengandung unsur Kekuatan dan peluang diberi nilai
antara 1 sampai denagn 4 dengan nilai prioritas terbaik dari jawaban
yang telah ditetapkan.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Untuk yang mengandung unsur Kelemahan dan ancaman diberi nilai
antara 1 sampai dengan 4 dengan nilai prioritas terburuk dari jawaban
yang telah ditetapkan.
Untuk menetukan bobot pada masing-masing dengan faktor tersebut
dengan skala mulai dari 1.0 (paling penting) sampai 0.0 (tidak penting)
berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis
suatu usaha. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi
skor total 1.0).
Gambar 1.
Kerangka perhitungan SWOT
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Tabel 6.
Model matriks analisis SWOT
IFAS
EFAS
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Peluang (O)
Strategi S-O
Strategi W-O
Ancaman (T)
Strategi S-T
Strategi W-T
Sumber : Rangkuti 2002
Setelah mengetahui kondisi internal dan eksternal sistem saat ini. Kondisi
sistem dapat dikelompokan dalam empat kuadran, yaitu seperti dapat dilihat
dalam gambar 2.
Gambar : 2
Sistem dalam berbagai kondisi.
Peluang
Ancaman
Kelemahan Kekuatan
Kuadran 3 Kuadran 1
Kuadran 2 Kuadran 4
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
1. Kuadran 1
Merupakan kondisi yang sangat menguntungkan, yaitu sistem memiliki
kekuatan dan peluang yang baik.
2. Kuadran 2
Sistem memiliki kekuatan namun menghadapi berbagai ancaman. Strategi
yang tepat adalah strategi diversifikasi, yaitu menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
3. Kuadran 3
Sistem memiliki peluang yang baik, namun terkendala kelemahan internal.
Strategi yang tepat adalah meminimalkan masalah-masalah internal,
sehingga dapat merebut peluang eksternal dengan lebih baik.
4. Kuadran 4
Kondisi yang sangat tidak menguntungkan. Strategi yang tepat adalah
strategi defensif, yaitu dengan meminimalkan kerugian-kerugian yang
akan timbul.
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi instansi serta pengambil
kebijakan yang terkait dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah
Kabupaten Kubu Raya, serta pelaku usaha yang terlibat dan berhubungan,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan pengelolaan dan
pengembangan usaha perkelapaan, dalam merumuskan kebijakan yang
ditempuh dalam rangka meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, khususnya
pada sektor perkebunan di Kabupaten Kubu Raya.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Dari hasil penelitian di lapangan terhadap para petani responden
sebanyak 37 orang petani, terkumpul data untuk dijadikan analisis SWOT,
yang diambil melalui pendekatan :
1) Pendekatan FGD (Forum Group Discustion) atau barangkali lebih
dipahami dengan sebutan Ruang Diskusi Kelompok, topik yang
dibicarakan tentang Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan dalam
berusaha tani kelapa (cocos nucifera. L).
2) Pendekatan dengan memberikan blanko kuisioner dan responden memilih
alternatif jawaban yang telah ditentukan.
Data dari hasil kuisioner tersebut selanjutnya dihimpun berdasarkan
skala prioritas SWOT berdasarkan pilihan terbanyak dari responden.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil data kuisioner, keadaan populasi responden dalam
penelitian ini mempunyai karakteristik yang cukup beragam antara masing-
masing responden. Perbedaan karakteristik ini terutama dalam hal umur dan
tingkat pendidikan.
1. Umur Responden
Berdasarkan data yang diperoleh, umur responden dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok umur, agar lebih mudah dalam memahami
umur responden berdasarkan kelompok umur, maka penulis
mengelompokkan umur responden ke dalam lima kelompok umur yaitu
kelompok umur kurang dari 25 tahun, kelompok umur 26 – 35 tahun,
kelompok umur 36 – 45 tahun, kelompok umur 46 - 55 tahun, dan
kelompok umur lebih dari 56 tahun. Untuk memperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai karakteristik responden berdasarkan kelompok umur
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Tabel 7.
Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur
No.
Kelompok Umur
(Tahun)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
1 ≤ 25 0 0
2 26 – 35 9 24,32
3 36 – 45 13 35,14
4 46 – 55 10 27,03
5 ≥ 56 5 13,51
Total 37 100%
(Sumber: Hasil analisis data, 2013)
Dari tabel 8 tersebut, dapat diketahui bahwa responden yang
berumur kurang dari 25 tahun sebanyak 0 orang atau sebesar 0 %,
sedangkan responden yang berumur antara 26-35 tahun sebanyak 9 Orang
atau sebesar 24,32 %, responden yang berumur 36-45 tahun sebanyak 13
orang atau sebesar 35,14 %, responden yang berumur 46–55 tahun
sebanyak 10 orang atau sebesar 27,03 %, serta responden yang berumur
lebih dari 55 tahun sebanyak 5 orang atau sebesar 13,51 %.
Berdasarkan penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua
responden adalah termasuk dalam penduduk yang produktif. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kartono(2004), bahwa penduduk yang tergolong ke
dalam kelompok umur yang secara ekonomis produktif merupakan
penduduk yang berumur antara 15–64 tahun, sedangkan kelompok umur
yang secara ekonomis tidak produktif adalah kelompok umur 65 tahun ke
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
atas. Hal ini serupa dengan pendapat Warisa (2001), bahwa setiap orang
yang berumur antara 15–64 tahun disebut sebagai umur angkatan kerja
(umur produktif), sedangkan kelompok umur yang tidak produktif adalah
orang yang berumur 65 tahun ke atas.
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan kemampuan responden dalam menyerap informasi dan
inovasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan semakin
banyak pula informasi dan inovasi yang akan diserap guna meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia yang dimilikinya untuk meningkatkan
produktifitas kerjanya, tetapi hal ini juga tidak terlepas dari pengalaman
tiap-tiap responden itu sendiri. Selain pendidikan formal, pendidikan non
formal serta pengalaman juga sangat mempengaruhi produktifitas dan
keberhasilan usahatani.
Pada penelitian ini tingkat pendidikan yang dimaksudkan tingkat
pendidikan yang pernah diikuti responden secara formal yang
dikelompokkan menjadi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan Perguruan
Tinggi. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah
sebagai berikut:
Tabel 8.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
No. Kelompok Umur
(Tahun)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
1 SD 32 86,4
2 SLTP 5 13,6
3 SLTA 0 0
4 Perguruan Tinggi 0 0
Jumlah 37 100
(Sumber: Hasil analisis data, 2013)
Berdasarkan pada tabel 9 tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan formal Sekolah
dasar (SD) sebesar 86,4 % yang diwakili dari 32 orang responden.
B. Identifikasi Faktor-faktor Internal dan Eksternal Usahatani Kelapa
1. Faktor-faktor Internal
Analisis faktor internal diperlukan untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan yang ada pada usahatani kelapa sebagai bahan
pertimbangan dalam perumusan strategi pengembangan.
Dari pengamatan dan hasil analisa terhadap responden petani
kelapa di lokasi penelitian yaitu di desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai
Kakap Kabupaten Kubu Raya, maka faktor-faktor yang diidentifikasi
sebagai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki responden adalah sebagai
berikut:
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
a. Kekuatan (Strength)
Beberapa faktor internal yang menjadi penentu dalam
menunjang kekuatan keberhasilan usahatani kelapa di Desa Punggur
Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya yaitu:
Sumber Daya Manusia (petani) sebagai pelaku usaha masih punya
semangat untuk berkebun kelapa.
Mempunyai lahan untuk berkebun kelapa.
Menguasai teknik budidaya tanaman kelapa.
b. Kelemahan (Weaknesses)
Kurang memiliki modal dalam bentuk financial
Kurang menguasai pasar dan informasi pasar.
Belum menjalankan diversifikasi produk
2. Faktor-faktor Eksternal
Analisis faktor eksternal mengidentifikasi faktor-faktor yang
menjadi peluang dan ancaman bagi pengembangan usahatani kelapa di
Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.
Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang maupun ancaman dalam
usahatani kelapa di lokasi penelitian, yaitu sebagai berikut:
a. Peluang (Opportunity)
Permintaan terhadap produk-produk berbahan baku kelapa, baik di
pasar lokal, regional maupun nasional masih cukup tinggi.
Akses tranfortasi cukup lancar dan memadai.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
b. Ancaman (Treath)
Persaingan dengan produk vegetable oil lainnya, terutama minyak
kelapa sawit.
Banyak pohon kelapa sudah berusia tua (tidak produktif), tetapi
replantasi berjalan tersendat/lamban, bahkan banyak perkebunan
kelapa yang beralih fungsi.
Gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan seperti pernah
terjadi eksplotif hama pleisispa sp, pada tahun 2001- 2003.
Dengan menggunakan analisis SWOT ini akan diperoleh data yang
membandingkan faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman
(threat) dengan faktor internal kekuatan (strength) dan kelemahan
(weaknesses) dalam pengembangan tanaman kelapa sehingga akan dapat
meningkatkan jumlah produksi dan pendapatan petani kelapa khususnya di
Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.
Faktor-faktor internal dan eksternal tersebut di atas pada dasarnya
tidak terlepas dari pendapat para ahli, seperti menurut Hernanto (1996),
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani adalah faktor intern
dan faktor ekstern diantaranya adalah:
1. Faktor-faktor pada usahatani itu sendiri (intern)
Faktor-faktor pada usahatani yang dapat mempengaruhi keberhasilan
usahatani antara lain: petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja,
modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan
keluarga, dan jumlah keluarga.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
2. Faktor-faktor di luar usahatani (ekstern)
Faktor-faktor di luar usahatani yang dapat berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu usahatani adalah: tersedianya sarana transportasi dan
komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan
usahatani, tersedianya fasilitas kredit, dan sarana penyuluhan bagi petani.
C. Analisis Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa
1. Analisis Matriks IFAS (Internal Faktor Analisis System)
Berdasarkan hasil analisis data kuisioner yang dijawab oleh
responden, maka penilaian responden terhadap faktor-faktor internal dalam
usahatani kelapa adalah sebagai berikut:
a. Kekuatan (Strength)
1) Kepemilikan lahan, yaitu lahan yang digunakan sebagai tempat
usahatani kelapa oleh responden umumnya merupakan lahan milik
pribadi. Sebagian petani responden mengusahakan tanaman kelapa
di lahan milik sendiri dengan persentase 100 %.
2) Keterampilan dalam budidaya kelapa. Dalam melakukan usahatani
kelapa, sebagian besar responden sudah tahu dan terampil dalam
melaksanakan budidaya kelapa hal ini dapat dilihat dari 37 orang
responden, terdapat 30 orang petani responden sudah terampil
dalam melakukan budidaya kelapa di Desa Punggur Kecil
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Usahatani
kelapa yang telah diusahakan bertahun-tahun membuat petani
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
responden telah berpengalaman dan memiliki kemampuan tehnik
budidaya yang cukup baik pada kondisi lingkungan yang ada.
Secara umum petani responden telah melakukan tehnik budidaya
seperti dalam panca usahatani yakni; pengolahan tanah,
pemupukan berimbang, pengaturan air, serta melakukan
pengendalian hama, penyakit dan gulma. Namun sebagian petani
responden tidak menggunakan benih unggul. Karena keterbatasan
benih unggul mereka lebih memilih menggunakan benih dari hasil
tanaman sebelumnya. Selain itu, petani responden tidak perlu
mengeluarkan biaya pengadaan benih, sehingga mereka
berpendapat bahwa menggunakan benih turunan lebih efisien.
3) Etos Kerja atau Minat dalam Usaha Budidaya Kelapa. Dalam
rekapitulasi kuisioner yang diberikan, peneliti mendapatkan
kenyataan bahwa petani responden masih berminat melakukan
usaha budidaya kelapa. Hal ini dikarenakan produk olahan kelapa
yang sangat beragam sehingga dapat meningkatkan pendapatan
petani kelapa.
4) Kelembagaan Kelompok. Sehubungan dengan selisih harga di
tingkat produsen dan konsumen yang sering terjadi, maka sangat
dibutuhkan adanya suatu lembaga yang bisa membantu petani
dalam mengolah dan memasarkan hasil produk kelapa. Dimana
banyak petani responden menyatakan bahwa kelembagaan
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
kelompok cukup membantu petani dalam usaha budidaya kelapa
dan memasarkan produk kelapa.
b. Kelemahan (Weaknesses)
1) Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi keterampilan
dan pola fikir serta cara bertindak dalam mengambil keputusan
utamanya di dalam mengelola usahataninya. Orang yang
berpendidikan lebih tinggi akan lebih rasional dalam mengambil
suatu keputusan bila dibandingkan dengan orang yang
berpendidikan rendah .
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata pendidikan yang
dimiliki oleh petani responden adalah sekolah dasar (SD) sebanyak
32 orang (86,4%), selebihnya memiliki tingkat pendidikan SMP
sebanyak (13,6%).
2) Ketersediaan Modal. Salah satu faktor yang sangat penting dalam
berusahatani adalah modal. Umumnya modal yang dimiliki oleh
petani sangat terbatas. Modal usahatani dapat berupa modal tunai
maupun modal bahan input produksi. Pada umumnya petani yang
ada di desa punggur kecil dalam melakukan usahatani kelapa
menggunakan modal sendiri, sehingga menghambat perkembangan
usahatani kelapa yang diusahakan.
3) Pengelolaan/pemeliharaan lahan kebun kelapa. Sebagian besar
responden petani kelapa kurang teratur dalam mengolah dan
memelihara lahan kebun kelapa yang mereka miliki, misalkan
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
dalam hal pemupukan responden jarang sekali melakukan
pemupukan malah ada yg tidak pernah pemupukan padahal
pemupukan merupakan salah satu tindakan dalam agro-
management untuk menunjang keberhasilan usaha perkebunan,
meningkatkan produktivitas tanaman, mengembalikan unsur hara
yang terangkut keluar, menjaga kesehatan tanaman, dan
memelihara kesuburan tanah yang berkelanjutan. Sehingga dengan
kurangnya pemeliharaan yang dilakukan oleh petani responden
mengakibatkan kurang produktifnya lahan kelapa yang diusahakan
oleh petani resonden kelapa.
4) Pemasaran hasil. Rendahnya kemampuan tawar-menawar
Kemampuan petani dalam penawaran produk yang dihasilkan
masih terbatas karena keterbatasan modal yang dimiliki, sehingga
ada kecenderungan produk-produk yang dihasilkan dijual dengan
harga yang rendah. Keterbatasan modal tersebut berhubungan
dengan:
Pertama, sikap mental petani yang suka mendapatkan pinjaman
kepada tengkulak dan pedagang perantara.
Kedua, fasilitas perkreditan yang disediakan pemerintah belum
dapat dimanfaatkan secara optimal.
Keberadaan faktor-faktor internal di atas yang menggambarkan kekuatan
dan kelemahan usahatani kelapa dirangkum ke dalam matriks IFAS
(Internal Faktor Analisis system) pada tabel berikut ini:
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Tabel 9.
Analisis Matriks IFAS (Internal Faktor Analisis System)
No Pertanyaan Bobot Rating Nilai
Strenght / Kekuatan
1 Kepemilikan Lahan 0,23 4 0,92
2 Keterampilan 0,17 4 0,68
3 Etos Kerja 0,10 3 0,30
4 Kelembagaan 0,10 2 0,20
Jumlah 0,60 2,10
Weakness / Kelemahan
1 Tingkat Pendidikan 0,05 4 0,20
2 Ketersediaan Modal 0,10 2 0,20
3 Pengolahan / Pemeliharaan Lahan 0,10 3 0,30
4 Pemasaran Hasil 0,15 3 0,45
Jumlah 0,40 1,15
Total 1 3.25
Nilai X = (S – W) = 2,10 – 1,15 = 0,95
Dari hasil perhitungan yang dibuat pada tabel 10, diperoleh nilai
total IFAS untuk usahatani kelapa sebesar 3,25 yang terdiri dari skor
kekuatan sebesar 2,10 (64,61%), dan skor kelemahan 1,15 (35,39%) yang
berarti dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang ada,
usahatani kelapa masih menduduki posisi strategis yang cukup kuat untuk
terus dikembangkan karena faktor kekuatan lebih dominan daripada faktor
kelemahan.
2. Matriks EFAS (Eksternal Faktor Analisis System)
Berdasarkan hasil analisis data kuisioner yang dijawab oleh
responden, maka penilaian responden terhadap faktor-faktor eksternal
dalam usahatani kelapa adalah sebagai berikut :
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
a. Peluang (Opportunity)
1) Permintaan pasar. Tujuan pemasaran kelapa yang dihasilkan
petani responden adalah di Kota Pontianak. Jarak yang tidak terlalu
jauh ini menjadikan informasi pasar cukup terbuka bagi petani
sehingga petani dapat mengetahui seberapa besar permintaan kelapa
di pasar. Pada umumnya petani responden menyatakan bahwa
permintaan kelapa di pasar cukup tinggi. Hal ini dapat digambarkan
dari kelancaran penjualan hasil produksi kelapa mereka yang selalu
habis terjual. Sehingga peluang peningkatan produksi kelapa seperti
permintaan diversifiksi produk sesuai dengan selera konsumen
merupakan peluang pemasaran.
2) Diversifikasi Produk. Adanya produk kelapa yang sudah
berkembang seperti minyak murni (Virgin Coconut Oil ),
desiccated coconut (DC), coconut fiber (CF), activated carbon
(AC), dan coconut cream (CC). Yang sudah masuk di pasar
Internasional menjadi keunggulan bagi subsistem pengolahan hasil.
Permintaan diversifikasi produk sesuai dengan selera konsumen
seperti arang aktif, serat sabut, dan sebagainya.
3) Perluasan. Program perluasan atau ekstensifikasi. Dengan
ketersediaan lahan di beberapa kecamatan, melalui kebijakan
pengembangan lahan masih memungkinkan untuk dilakukan
perluasan tanaman baru (new planting), sehingga hal ini
menciptakan peluang yang besar dalam usaha penanaman kelapa
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
yang dilakukan di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya.
4) Tranportasi. Pelaksanaan Pengangkutan. Dengan adanya
permintaan yang cukup banyak serta pelaksanaan pemasaran yang
baik maka petani responden merasa pelaksanaan pengangkutan
produk kelapa dari petani ke lembaga pemasaran cukup baik,
mengingat jarak tempuh yang relatif dekat antara tempat produksi
dengan lokasi pemasaran yang dituju. Lokasi usahatani kelapa di
Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap ini sebagian besar
berada di pinggiran wilayah Desa Punggur Kecil. Jarak lokasi
usahatani dengan jalan utama Desa Punggur Kecil sekitar 2-3
kilometer, jalan tersebut digunakan oleh petani sebagai jalur
transportasi pengangkutan sarana produksi serta pengangkutan
hasil produksi perkebunan mereka.
5) Kebijaksanaan dan dukungan pemerintah. Secara umum sarana
produksi yang diperlukan dalam usahatani kelapa seperti pupuk
dan pestisida cukup tersedia di sekitar lokasi penelitian. Dalam hal
ini petani responden melihat dukungan pemerintah kepada petani
kelapa dirasa cukup baik dalam mengembangkan usaha tanaman
kelapa di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
b. Ancaman (Treath)
1) Stabilitas harga. Berfluktuasinya harga produksi hasil perkebunan
yang selalu tergantung dari perubahan yang terjadi pada
permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga dapat terjadi
dalam jangka pendek yaitu per bulan, per minggu bahkan perhari
atau dapat pula terjadi dalam jangka panjang. Pada saat musim
produk melimpah harga rendah, sebaliknya pada saat tidak musim
harga meningkat drastis. Kelapa merupakan komoditas yang
memiliki nilai ekonomis cukup tinggi diantara komoditas lainnya.
Perubahan harga kelapa dapat terjadi kapan saja, dengan tingkat
perubahan harga yang cukup beragam, dan bahkan dapat mencapai
100%. Perubahan harga tersebut dapat berpengaruh positif maupun
negatif terhadap pendapatan serta motivasi petani. Faktor fluktuasi
harga dikelompokkan sebagai ancaman karena dikhawatirkan akan
memberikan dampak negatif yang cukup signifikan terhadap
petani. Namun, sejauh ini perubahan harga yang dirasakan oleh
petani cukup memberikan dampak negatif yang cukup signifikan
terhadap usahatani kelapa.
2) Perubahan iklim. Perubahan iklim yang terjadi saat ini, perlu
diwaspadai. Dampaknya akan muncul berbagai hama penyakit dan
menurunnya produktivitas. Perubahan iklim mulai sangat
dirasakan. Dengan kenaikan suhu rata-rata global sebesar 0.8°
Celsius berakibat pada perubahan curah hujan. Temperatur juga
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
mengalami peningkatan. Demikian juga dengan ancaman terhadap
kekeringan, kebakaran dan banjir. Dinamika populasi Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) pun berubah.
Dampak perubahan iklim juga sangat dirasakan pada sub sektor
perkebunan. Tingkat produktivitas tanaman mulai berubah. Hal ini
diduga akibat aktivitas manusia mengemisikan gas rumah kaca.
Menurut Direktur Perlindungan Tanaman, Direktorat Jenderal
Perkebunan, Nurnowo Paridjo, perubahan iklim juga dapat dilihat
terhadap OPT yang populasinya sulit diprediksi. Hal ini karena
adanya keseimbangan antara OPT dengan tanaman inangnya
(host). Meski demikian, lanjut Nurnowo, secara umum pengaruh
perubahan iklim dapat dilihat dari tanaman yang mengalami
tekanan/stress. Karena perubahan iklim lebih rentan terhadap
serangan OPT. Dampak lainnya adalah serangga hama dan
mikroba termofilik lebih diuntungkan dengan makin panjangnya
musim panas/kemarau dan meningkatnya temperatur. Di sisi lain,
organisme yang saat ini bukan sebagai OPT, suatu saat dapat
menjadi OPT yang bisa berekspansi ke wilayah lain. Sebagian
besar responden merasa bahwa dengan adanya perubahan iklim
yang sering tidak menentu mengakibatkan kerugian yang didapat
oleh petani responden kelapa di Desa Punggur Kecil Kecamatan
Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
3) Konversi lahan. Semakin banyaknya konversi lahan yang terjadi di
berbagai daerah seperti konversi ke lahan sawit membuat petani
responden merasa sangat dirugikan akibatnya produk kelapa dalam
seperti minyak kampung (Minyak Klentik) menjadi kurang
peminatnya.
4) Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Dalam budidaya
tanaman kelapa, banyak sekali jenis hama dan penyakit yang dapat
menyerang dan menyebabkan kerusakan. Menurut Balai Proteksi
Tanaman Perkebunan Kalbar (2012), kerusakan yang disebabkan
oleh hama dan penyakit dapat mengakibatkan penurunan hasil dan
pada kerusakan yang berat dapat menimbulkan kerugian yang
besar. Pada usahatani kelapa yang dilakukan oleh petani
responden, intensitas serangan hama dan penyakit cukup tinggi.
Pengendalian secara kimiawi yang sering dilakukan oleh petani
memang telah dapat mengatasi beberapa jenis serangan hama dan
penyakit yang menyerang pada tanaman kelapa. Sehingga
kebanyakan petani responden kelapa merasa bahwa adanya
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dirasakan sangat
merugikan dalam melakukan usaha tani kelapa.
5) Sainga produk nabati lain. Dalam kuisioner yang diberikan oleh
peneliti, sebagian responden merasakan bahwa adanya produk
nabati lainnya seperti minyak kelapa sawit dirasakan sangat
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
berpengaruh terhadap pemasaran yang dilakukan untuk produk
kelapa.
Keberadaan faktor-faktor eksternal terkait dengan usahatani
tanaman kelapa dirangkum dan dikuantitatifkan ke dalam matriks EFAS
(eksternal faktor Analisis System) pada tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 10.
Analisis Matriks EFAS (Eksternal Faktor Analisis System)
No Pertanyaan Bobot Rating Nilai
Oportunity / Peluang
1 Permintaan Pasar 0,15 4 0,60
2 Diversifikasi Produk 0,13 4 0,52
3 Perluasan 0,12 3 0,36
4 Transportasi 0,05 2 0,10
5 Kebijakan dan Dukungan Pemerintah 0,10 3 0,30
Jumlah 0,55 1,88
Treath / Ancaman
1 Stabilitas Harga 0,12 3 0,36
2 Perubahan Iklim 0,05 1 0,05
3 Konversi Lahan 0,07 2 0,14
4 Serangan OPT 0,11 3 0,33
5 Saingan Produk Nabati Lainnya 0,10 3 0,30
Jumlah 0,45 1,18
Total 1 3.06
Nilai Y = (O – T) = 1,88 - 1,18 = 0,70
(Sumber: Hasil analisis data, 2013)
Berdasarkan tabel analisis matriks EFAS tersebut, nilai total EFAS
adalah sebesar 3,06 yang terdiri dari skor peluang sebesar 1,88 (61,43%),
skor ancaman sebesar 1,18 (38,57%) yang berarti bahwa usahatani kelapa
berada kedudukan yang cukup strategis untuk terus dikembangkan, karena
skor peluangnya lebih dominan daripada skor ancaman.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
3. Alternatif Strategi Pengembangan Tanaman Kelapa
Setelah mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal yang
menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan dalam
usahatani kelapa di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya, maka dengan menggunakan analisis Matriks
SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan
guna pengembangan tanaman kelapa. Rumusan alternatif strategi tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Strategi S-O
1. Peningkatan produksi melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi
dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki seperti
kepemilikan lahan yang cukup sesuai untuk budidaya kelapa,
ketersediaan tenaga kerja dan sarana produksi, kemampuan tehnik
budidaya yang dimiliki petani dengan menerapkan teknologi yang
lebih baik sehingga akan memperoleh produksi yang lebih besar.
Peluang keberhasilan usahatani menjadi semakin besar karena
didukung dengan kemudahan pemasaran dan permintaan kelapa
yang cukup tinggi serta harga yang cukup layak.
2. Penerapan sistem pertanian agribisnis, yaitu dengan menjadikan
pihak-pihak terkait sebagai mitra dengan menjalin hubungan
kerjasama antara petani sebagai pelaku subsistem usahatani dengan
distributor dan lembaga kredit/ pinjaman sebagai subsistem
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
penyedia input dan sarana produksi, serta dengan pedagang
sebagai subsistem pemasaran hasil produksi kelapa.
b. Strategi W-O
1) Penguatan steakholder, yaitu peningkatan hubungan baik antara
seluruh lembaga/ pihak terkait seperti; pihak penyedia pinjaman,
pihak pemasok/ distributor sarana produksi, instansi pemerintah
sebagai pemegang program/ kebijakan, petugas penyuluh sebagai
pendamping petani dalam pelaksanaan produksi, serta pihak
pedagang sebagai pihak yang memasarkan hasil produksi.
2) Peningkatan pelatihan dan sosialisasi melalui petugas penyuluh
maupun pihak distributor dan lembaga kredit untuk meningkatkan
sumberdaya manusia terutama dalam manajemen/ pengelolaan
keuangan serta penggunaan sarana produksi secara efektif dan
efisien.
3) Optimalisasi produksi, yaitu mengoptimalkan produksi yang
mungkin dapat diraih pada luas areal usahatani yang terbatas
namun didukung oleh lingkungan yang cukup sesuai,
memanfaatkan fasilitas pinjaman modal untuk memenuhi
kebutuhan sarana produksi, agar tetap dapat menyuplay kelapa
yang dibutuhkan konsumen.
c. Strategi S-T
1) Efisiensi penggunaan sarana produksi. Dengan kekuatan dalam hal
tehnik budidaya dan mampu memperoleh produksi yang cukup
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
tinggi, petani juga harus tetap mewaspadai serangan hama dan
penyakit yang dapat menurunkan produksi kelapa, karena
kemungkinan kerugian maupun kegagalan tetap ada. Dengan
melakukan efisiensi dapat menekan biaya produksi sehingga ketika
produksi terjadi saat harga kelapa rendah, petani masih
memperoleh keuntungan.
d. Strategi W-T
1) Efisiensi penggunaan sarana produksi. Dengan kondisi
keterbatasan dalam hal luas lahan usahatani dan sumber daya
manusia serta modal usahatani, maka usahatani kelapa dapat terus
dijalankan dengan melakukan efisiensi penggunaan sarana
produksi untuk menghadapi kemungkinan adanya serangan hama
dan penyakit serta rendahnya harga kelapa.
2) Melakukan intercroping dengan mengusahakan jenis tanaman
lainnya secara tumpang sari maupun pada sebagian lahan tersebut,
namun tetap mengusahakan kelapa pada sebagian lahan yang sama.
Jenis tanaman dipilih yang tidak memerlukan modal cukup besar
dan tingkat serangan hama dan penyakitnya rendah, namun tetap
memiliki peluang pasar yang cukup baik.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Tabel 11.
Hasil dan Pembahasan Analisis SWOT komoditas kelapa
(cocos nucifera)
KEKUATAN
1. Kepemilikan Lahan.
2. Keterampilan
3. Etos Kerja
4. Kelembagaan
KELEMAHAN
1. Tingkat Pendidikan
2. Ketersediaan Produk
3. Pengelolaan / Pemeliharaan
lahan
4. Pemasaran Hasil
PELUANG
1. Permintaan Pasar.
2. Diversifikasi Produk
3. Perluasan
4.Tranfortasi
5. Kebijakan Pemerintah
STRATEGI (S +O)
Peningkatan produksi
melalui diversifikasi,
intensifikasi dan
ekstensifikasi pertanian
Penerapan system
pertanian agribisnis
STRATEGI (W+O)
Penguatan stakeholders
Peningkatan pelatihan dan
sosialisasi pertanian
Optimalisasi produksi
ANCAMAN
1. Stabilitas Harga
2. Perubahan Iklim
3. Konversi Lahan
4. Serangan OPT
5. Saingan Produk Lainnya
STRATEGI (S + T)
Lakukan diversifikasi
produk.
.Pemasaran terorganisir
Perawatan kebun dilakukan
dengan baik.
STRATEGI (W + T)
Efisiensi penggunaan
sarana produksi
Melakukan intercropping
pada lahan perkebunan
kelapa
(Sumber: Hasil analisis data, 2013)
4. Pengambilan Keputusan Alternatif Strategi Berdasarkan Analisis
SWOT
Berdasarkan penilaian IFAS (Internal Faktor Analisis System) dan
EFAS (Eksternal Faktor Analisis System) dihasilkan nilai total rata-rata
IFAS sebesar 3,25 dari nilai kekuatan sebesar 2,10 (64,61%) dan nilai
kelemahan sebesar 1,15 (35,39%). Sedangkan nilai total rata-rata EFAS
sebesar 3,06 dari nilai peluang sebesar 1,88 (61,43%) dan nilai ancaman
sebesar 1,18 (38,57%). Untuk mengetahui kondisi usahatani kelapa di
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
kecamatan Sungai Kakap kabupaten Kubu Raya berdasarkan penilaian
faktor internal dan eksternalnya, maka dilakukan pengurangan antara
jumlah kekuatan dengan kelemahan (untuk sumbu X), dan pengurangan
antara jumlah peluang dengan ancaman (untuk sumbu Y). Maka,Nilai X =
(S – W) = 2,10 – 1,15 = 0,95 dan Nilai Y = (O – T) = 1,88 – 1,18 = 0,70)
Dengan demikian diperoleh angka pada kedua sumbu (X,Y= 0,95
dan 0,70) yang bernilai positif, sehingga kondisi usahatani kelapa berada
pada kuadran I, seperti terlihat pada gambar 3. Posisi ini menggambarkan
bahwa usahatani kelapa berada dalam kondisi tumbuh dan harus lebih
dibina lagi agar semakin berkembang. Karena kondisi usahatani kelapa
berada pada posisi kuadran satu, Merupakan kondisi yang sangat
menguntungkan, yaitu sistem memiliki kekuatan dan peluang yang baik.
maka alternatif strategi yang mendukung perkembangan usahatani kelapa
adalah strategi S-O Gambar 3
Diagram Analisis SWOT
BAB V
KESIMPULAN DAN SARA
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
A. Kesimpulan.
Berdasarkan analisis pada bab IV dan penelitian dilapangan maka dapat
disimpulkan:
Penilaian IFAS (Internal Faktor Analisis System) dan EFAS (Eksternal
Faktor Analisis System) dihasilkan nilai total rata-rata IFAS sebesar 3,25 dari
nilai kekuatan sebesar 2,10 dan nilai kelemahan sebesar 1,15 Sedangkan nilai
total rata-rata EFAS sebesar 3,06 dari nilai peluang sebesar 1,88 dan nilai
ancaman sebesar 1,18.
Dengan demikian diperoleh angka pada kedua sumbu (X,Y= 0,95 dan
0,70) yang bernilai positif, sehingga kondisi usahatani kelapa berada pada
kuadran I, seperti terlihat pada gambar 3. Kesimpulan yg di dapat dari
hasil pembahasan adalah strategi S-O yaitu merupakan kondisi yang
sangat menguntungkan, yaitu sistem memiliki kekuatan dan peluang yang
baik.
Posisi ini menggambarkan bahwa usahatani kelapa berada dalam
kondisi tumbuh dan harus lebih dibina lagi agar semakin berkembang yaitu
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara :
1. Melakukan diversifikasi produk.
2. Melaksanakan pemasaran secara terorganisir
3. Merawat kebun yang lebih baik
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
B. Saran.
Berdasarkan hasil penelitian dan keadaan dilapangan, untuk kedepannya
sebagaimana terkait dengan kebiasaan yang membuat kelemahan kelamahan
dalam berusaha tani maka perlu kiranya dilakukan :
1. Perbaikan mutu hasil sebagai bentuk peningkatan nilai jual, yang
pelaksanaanya perlu adanya bimbingan teknik dari lembaga terkait.
2. Penganekaragaman produk, untuk mendapatkan nilai tambah dan
pemanfaatan hasil sampingan.
3. Membentuk lembaga pemasaran bersama yang terjalin dengan pengusaha
melalui kesepakatan kerjasama yang saling menguntungkan.
4. Pemeliharaan kebun yang lebih baik lagi sesuai dengan anjuran teknis.
5. Perlu dukungan dan kebijakan pemerintah melalui dinas terkait dalam
upaya melestarikan perkebunan kelapa (cocos nucifera. L)
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Sarmidi. 2009. Cocopreneurship. Aneka Peluang Bisnis dari Kelapa. Lily
Publisher. Yogyakarta.
Asian and Pacific Coconut Community. 2009. Market Analysis of Coir Products,
The Cocommunity, Vol. XXXIX, No. 5, May 2009, APCC, Jakarta
Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Kalbar, 2012, Petunjuk Teknis Budidaya
Tanaman Kelapa Dalam, Pontianak.
Coconut Market Information Center.”Pengolahan Kelapa-Minyak Kelapa
Virgin(VCO), ”2010. Online access (http://coconutmic.com/id/daftar-
kepustakaan/prosesing-kelapa).
Coconut Market Information Center.”Pengolahan Kelapa”2010. Online access
(http://coconutmic. com/id/daftar-kepustakaan/prosesing-kelapa).
Departemen Tehnik Pertanian Fakultas Tehnik Pertanian. IPB.”Materi IV-f –
Pengolahan Kelapa” Online access
(http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/
media/Teknik%20Pasca%20Panen/tep440_files/Pengolahankelapa.htm).
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Barat, 2006, Petunjuk Teknis
Budidaya Tanaman Kelapa hibrida, Pontianak.
Direktorat P3HP Departemen Pertanian, 2002, Pedoman Teknologi Pengolahan
Kelapa, Kalimantan Barat.
Disbun Kalbar, 2012, Statistik. Online access (http://disbun-kalbar.go.id/Disbun
/index.php/statistik).
Gaman, Sherrington. (1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan
Mikrobiologi. Universitas Gadjah Mada press. Yogyakarta.
Hariyadi, 2008, ”Budidaya Tanaman Kelapa”. Online access
(http://www.slideshare.net/ indrinaisyan/budidaya-tanaman-kelapa-1).
Hernanto, 1991. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya Jakarta
Hernanto, 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya Jakarta
Ir. Hieronymus Budi Santoso, 2002. Pembuatan Gula Kelapa. Cetakan ke 8.
Kanisius. Yogyakarta.
Kartono, 1994. Pengantar Metode Riset Sosial. CV. Mandar Maju, Bandung.
Strategi Pengembangan Kelapa Dalam (cocos nucifera. L) Oleh : Cece Lili Warlia / 21-08-2013
Kartini, Kartono. 2004. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah Pemimpin
Abnormal. Rajawali. Jakarta .
Mikrotik Batam Kelapa (Cocos nucifera L) 17 April 2013. Online access
(http://moru1.blogspot.com /2013/04/kelapa-cocos-nucifera-l.html).
Rangkuti, Freddy. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar-Dasar manajemen Hasil-hasil Pertanian, teori
dan Aliaksinya, Edisi Revisi. Rajawali Press, Jakarta.
Soeparmoko. 2002. Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pemerintahan Daerah.
Yogyakarta : Andi Offset
Sugiyono, 2009. Pengertian Teknik sampling, Alfabeta, Bandung.
Suparmoko M, 1991. Metode Penelitian Praktis. Fakultas Ekonomi UGM,
Yogjakarta.
Warisno, 2003, “Budi Daya Kelapa Genjah”, Kanisius, Yogyakarta
Wikipedia. ”Participatory rural appraisal” 7 Mei 2013. Online Access
(http://en.wikipedia.org/wiki/ Participatory_rural_appraisal).
Wikipedia. ”Kelapa” 6 April 2013. Online Access (http://id.wikipedia.
org/wiki/Kelapa).
Wikipedia. ”Analisis SWOT” 13 Mei 2013. Online Access (http://id.wikipedia.
org/wiki /Analisis _SWOT).
Winarno, 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta
Wordpres Tehnik Pertanian Open University.”Gula Kelapa”28 April2012. Online
Access (http://teknoperta.wordpress.com/2012/04/28/gula-kelapa/).
Yusuf, Iwan Awaluddin. “Memahami Focus Group Discussion (FGD)” 28 Maret
2011. Online Access (http://bincangmedia.wordpress.com).
Zainal Mahnud dan Yulius Ferry-Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.”Prospek Pengolahan Hasil samping Buah Kelapa”Desember
2005. Online Access (http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files
/File /publikasi/perspektif/perspektif_Vol_4_No_2_3_Zainal.pdf).