40
i ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN PADA APBD KABUPATEN BOYOLALI PERIODE 2007-2014 Oleh: FEBRINA AYU CANDRA DEWI NIM: 232010207 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

i

ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

KESEHATAN PADA APBD KABUPATEN BOYOLALI

PERIODE 2007-2014

Oleh:

FEBRINA AYU CANDRA DEWI

NIM: 232010207

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

ii

Page 3: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

iii

Page 4: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

iv

Page 5: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

v

Page 6: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

vi

MOTTO

Belajarlah dari masa lalumu, hiduplah hari ini dalam kesyukuran, agar esokmu

dicemerlangkan seindah doamu.

(Mario Teguh)

Page 7: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

vii

ABSTRACT

This study aims to determine how the budget allocations for education, health

allocations Kabupaten Boyolali in the 2007-2014 period and its relation to the Human

Development Index (HDI). This study uses the data of the education budget and health

budget as well as data HDI with the time period 2007-2014. Based on the data obtained and

the results of interviews, budget allocation for education and health budgets are not yet fully

in accordance with the Act which states that the education budget allocation of at least 20

percent of state and local budgets and for the allocation of health budget 5 percent of the

state budget and 10 percent of the budget. While the relation to the HDI, the proportion of

education and health budgets are not too related to the increase in the data HDI.

Keywords: education budget, health budget, human development index (HDI)

Page 8: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

viii

SARIPATI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana alokasi anggaran

pendidikan, alokasi kesehatan Kabupaten Boyolali periode 2007-2014 dan kaitannya

dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Penelitian ini menggunakan data

realisasi anggaran pendidikan dan kesehatan serta data IPM dengan periode waktu

2007-2014. Berdasarkan dari data yang diperoleh dan dari hasil wawancara, alokasi

anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan belum sepenuhnya sesuai dengan UU

yang menyebutkan bahwa alokasi anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20

persen dari APBN dan APBD, dan untuk alokasi anggaran kesehatan 5 persen dari

APBN dan 10 persen dari APBD. Sedangkan kaitannya dengan IPM, proporsi

anggaran pendidikan dan kesehatan tidak terlalu berkaitan dengan kenaikan data IPM.

Kata kunci : Anggaran pendidikan, Anggaran kesehatan, Indeks Pembangunan

Manusia (IPM).

Page 9: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT untuk segala rahmat, berkat dan nikmat yang

selalu dilimpahkan kepada penulis sehingga kertas dengan judul “Analisis Alokasi

Anggaran di Sektor Pendidikan dan Keseatan pada APBD Kabupaten Boyolali Tahun

Anggaran 2007-2014” ini dapat terselesaikan dengan baik. Kertas kerja ini disusun

guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana di Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

Selama menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan,

kritikan dan saran dari berbagai pihak yang sangat membantu. Penulis berharap

semoga Allah SWT senantiasa menjaga pihak-pihak yang telah membantu penulis

tersebut. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan bahan dan sumber.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu

saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati agar skripsi

ini lebih bermanfaat.

Salatiga, Juni 2015

Penulis

Page 10: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

x

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillahhirobbilalamin, segala syukur tidak berhenti terucap kepada kehairat Allah

SWT atas segala limpahan berkah dan rahmat-Nya. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis

ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung serta

membantu dalam menyelesaikannya. Terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah mengabulkan doa-doa saya sehingga tugas akhir ini selesai,

karena hanya kepada-Nya saya meminta.

2. Bapak, ibu dan kakak yang tidak pernah berhenti mendoakan dan mendukung baik

mora maupun materiil dalam menyelesaikan penulisan kertas kerja ini.

3. Ibu Birgitta Dian Saraswati, SE, Msi dan Bapak Hans Hananto Andreas, SE, Msi

yang sabar membimbing saya, memberi motivasi, arahan dan nasehat dalam

mengerjakan tugas akhir ini supaya cepat selesai.

4. Ibu Syah Budiningsih, SH, MM yang telah menjadi narasumber saya dan dengan

sabar menjawab semua pertanyaan dari saya.

5. Sahabat-sahabat tercinta saya Ika, Ayuk, Mugi, Diana, Nurma yang selalu memberi

semangat dan menghibur saya ketika sedang terpuruk.

6. Yang tersayang Idris Indrapraja yang selalu setia mendampingi saya dalam keadaan

apapun.

7. Semua teman-teman angkatan 2010 yang sebagian besar sudah lulus.

8. Semua teman kos Kemiri Barat yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk

menyelesaikan kertas kerja ini.

Salatiga, Juni 2015

Page 11: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................................. i

Pernyataan Keaslian ...................................................................... Error! Bookmark not defined.

Halaman Pengesahan ................................................................................................................. iii

Motto ...........................................................................................................................................iv

Abstract ....................................................................................................................................... v

Saripati .........................................................................................................................................vi

Kata Pengantar .......................................................................................................................... vii

Ucapan Terimakasih ................................................................................................................. viii

Daftar Isi ...................................................................................................................................... ix

Daftar Tabel ................................................................................................................................ x

Daftar Gambar ............................................................................................................................ xi

PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1

RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... 5

TELAAH KONSEP .................................................................................................................... 6

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) .................................................... 6

Keuangan Daerah ........................................................................................................... 6

Struktur APBD ............................................................................................................... 7

Prioritas Daerah .............................................................................................................. 8

Kebijakan Alokasi Anggaran ....................................................................................... 11

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ......................................................................... 11

METODA PENELITIAN ........................................................................................................ 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................... 13

SIMPULAN .............................................................................................................................. 23

IMPLIKASI KEBIJAKAN ...................................................................................................... 24

KETERBATASAN DAN SARAN ......................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 26

Page 12: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. HDI/IPM menurut Kabupaten/Kota di provinsi Jawa Tengah Tahun 2011............4

Tabel 2. Alokasi Anggaran Belanja Pendidikan dan Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun

2007-2014..............................................................................................................14

Page 13: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perkembangan Dana Anggaran Pendidikan dan Kesehatan Kabupaten Boyolali

Tahun 2010-2014..............................................................................................15

Gambar 2. Perkembangan Jumlah IPM Kabupaten Boyolali Periode 2007-2014...............23

Page 14: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

1

Analisis Alokasi Anggaran di Sektor Pendidikan dan Kesehatan

pada APBD Kabupaten Boyolali Periode 2007-2014

PENDAHULUAN

Saat ini yang menjadi tugas negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

memberikan pelayanan kesehatan yang layak bagi masyarakat. Pemerintah wajib membiayai

dan memberikan anggaran kepada anak bangsa dalam bidang pendidikan dan kesehatan agar

bangsa kita menuju yang lebih baik lagi.

Pelayanan di sektor pendidikan dan kesehatan merupakan contoh pelayanan publik

yang menjadi urusan wajib bagi pemerintah daerah. Saat ini banyak bantuan atau kompensasi

yang diberikan di sektor pendidikan dan kesehatan, seperti dana BOS (Bantuan Operasional

Sekolah) untuk sektor pendidikan SD/SMP dan yang baru-baru ini pemerintah mengadakan

program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) di sektor kesehatan.

Di era otonomi daerah yang dimulai pada tahun 2001, pemberian hak otonomi daerah

kepada pemerintah daerah untuk menentukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) sendiri sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah. Hal ini berarti daerah diberi

kewenangan penuh dalam menentukan prioritas anggarannya. Karena daerah sendirilah yang

paling tahu apa yang dibutuhkan oleh masyarakat daerahnya. Anggaran pendapatan dan

belanja daerah yang dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan keuangan pemerintah daerah

merupakan salah satu pemicu pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Kemampuan daerah

dalam mengelola keuangan dituangkan dalam APBD yang langsung maupun tidak langsung

mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan sosial masyarakat.

Penyusunan APBD diharapkan berpihak kepada kepentingan masyarakat sebagai

upaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Kepentingan masyarakat di

sini menyangkut segala fasilitas serta pelayanan yang diperlukan masyarakat secara umum

Page 15: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

2

baik secara fisik maupun non fisik seperti fasilitas dan pelayanan di bidang pendidikan,

kesehatan, sosial, kependudukan, transportasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu untuk

mengetahui keberpihakan pemerintah daerah terhadap rakyat dapat dinilai dari seberapa besar

anggaran yang dialokasikan untuk kepentingan rakyat (Widianingsih, 2011). Alokasi dana

untuk pelayanan publik yang dibedakan menjadi dua yaitu pertama pelayanan dasar yang

meliputi kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan pokok masyarakat, kedua pelayanan umum

(Maria dkk, 2011).

Pada sektor pendidikan, alokasi anggaran pendidikan yang tercantum pada UU RI No.

20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 49 Ayat 1 tentang pengalokasian dana pendidikan

yang menyatakan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan

kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal

20 persen dari APBD. Berdasarkan peraturan tersebut, terdapat Kabupaten/Kota yang sudah

mencapai target yang diberikan pemerintah seperti Kabupaten Karawang, alokasi dari

Anggaran Pendidikan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Karawang untuk bidang

pendidikan sudah mencapai 35 persen. Dengan kata lain Kabupaten Karawang sudah

melebihi minimal anggaran yang disebutkan dalam UU. Selain itu, terdapat juga

Kabupaten/Kota yang belum mencapai target anggaran yang diberikan Pemerintah, seperti

Kabupaten Sukoharjo porsi belanja pendidikan (diluar gaji pegawai sesuai UU No. 20 Tahun

2003) tidak lebih dari 10 persen dari 3 tahun terakhir. Terlihat pada tahun 2009 telah terjadi

penurunan penyerapan yang semula 9,84 persen ditahun 2008 menjadi 5,29 persen.

Kemudian mengalami kenaikan penyerapan lagi pada tahun 2010 yaitu sebesar 8,19 persen

(Semminar Nasional UMS, 2014). Untuk Kabupaten Boyolali sendiri juga belum mencapai

target yang diamanahkan dalam UU RI.

Sistem pendidikan kita belum mampu memberikan pelayanan yang maksimal bagi

seluruh masyarakat Indonesia, karena biaya pendidikan yang masil mahal, kualitas

Page 16: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

3

pendidikan yang masih rendah, sarana dan prasarana yang belum terpenuhi secara merata,

lemahnya manajemen pendidikan dan masih adanya korupsi di bidang pendidikan serta

jauhnya kesenjangan antara daerah perkotaan dengan daerah pinggiran atau terpencil. Hal ini

diperparah dengan kemampuan ekonomi masyarakat yang masih banyak dibawah garis

kemiskinan, kultur setempat yang masih belum memahami akan pentingnya pendidikan bagi

generasi penerus. Dengan keadaan yang demikian alokasi dana pendidikan sebesar 20 persen

termasuk gaji pendidik dari APBN/APBD sangatlah tidak mencukupi apabila kita benar-

benar ingin mencapai tujuan pendidikan nasional. Jika pemerintah ingin mencapai tujuan

pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa seperti dalam pembukaan UUD

1945, maka pemerintah harus konsisten dalam kebijakan Pendidikan, anggaran 20 persen dari

APBN/APBD harus benar-benar langsung dialokasikan ke peserta didik, artinya gaji untuk

guru tidak termasuk dalam anggaran yang 20 persen tersebut. Pemerintah juga harus mampu

menyediakan fasilitas memadai dan akses yang merata dan terjangkau bagi seluruh lapisan

masyarakat. Serta mengatur proses pendidikan melalui regulasi dan kebijakan yang

mendukung pembangunan nasional.

Keberpihakan Pemerintah Daerah (Pemda) terhadap kepentingan kesejahteraan

masyarakat dengan jalan memberikan alokasi dana pendidikan dan kesehatan pada akhirnya

diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan pembangunan masyarakat yang salah

satunya tercermin dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten, berikut adalah

tabel IPM kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah:

Page 17: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

4

Tabel 1

HDI/IPM Menurut Kabupaten/Kota

Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011

No Kabupaten/ Kota

Angka

Harapan

Hidup

(Tahun)

Angka Melek

Huruf (persen)

Rata-Rata

Lama Sekolah

(Tahun)

Pengeluaran

Per Kapita

Disesuaikan

IPM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

JAWA TENGAH 71.55 90.34 7.29 640.41 72.94

1 Kota Surakarta 72.25 96.71 10.34 655.77 78.18

2 Kota Semarang 72.18 96.47 10.11 649.21 77.42

3 Kota Magelang 70.28 97.29 10.22 651.91 76.83 4 Kota Salatiga 71.14 96.52 9.97 650.39 76.83

5 Kota Pekalongan 70.48 95.93 8.69 644.01 74.9

6 Temanggung 72.66 95.96 7.09 638.07 74.47

7 Semarang 72.54 93.67 7.87 637.71 74.45

8 Kota Tegal 68.93 94.9 8.27 653.11 74.2

9 Klaten 71.67 89.92 8.28 646.39 74.1

10 Sukoharjo 70.29 90.72 8.52 649.96 73.97

11 Karanganyar 72.28 88.9 7.41 649.7 73.82

12 Pati 72.89 87.59 6.98 648.77 73.49

13 Kudus 69.68 93.73 8.12 639.98 73.24

14 Jepara 70.99 93.15 7.52 636.45 73.12 15 Demak 71.59 92.53 7.6 632.87 73.09

16 Banyumas 69.78 94.06 7.76 638.27 72.96

17 Purworejo 70.78 91.74 7.84 636.29 72.91

18 Magelang 70.18 93.29 7.33 638.16 72.69

19 Purbalingga 70.44 93.5 7.21 634.44 72.5

20 Rembang 70.23 91.36 6.89 644.43 72.45

21 Cilacap 71.12 91.48 6.86 636.62 72.34

22 Wonogiri 72.35 83.5 6.35 649.51 71.86

23 Pekalongan 69.28 92.08 6.7 643.53 71.86

24 Kebumen 69.37 91.53 6.92 639.16 71.62

25 Sragen 72.75 84.41 7.02 630.61 71.33

26 Grobogan 69.89 90.41 6.81 635.15 71.27

27 Boyolali 70.43 87.96 7.42 632.19 71.25

28 Blora 71.41 85.06 6.45 642.83 71.25

29 Tegal 69.08 89.47 6.6 643.48 71.09

30 Wonosobo 70.23 91.16 6.55 630.41 71.06

31 Batang 70.34 89.9 6.72 631.55 71.06

32 Kendal 68.77 89.31 6.93 639.78 70.85

33 Banjarnegara 69.2 88.48 6.34 638.79 70.39 34 Pemalang 67.9 90.79 6.51 637.71 70.22

35 Brebes 67.96 86.15 5.72 637.29 68.61

Sumber: Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2012

Dari Tabel 1 terlihat bahwa IPM kabupaten Boyolali menduduki urutan ke-27 dan

termasuk urutan bawah dalam kategori Kab/Kota di provinsi Jawa Tengah tahun 2011.

Kondisi rendahnya IPM Kabupaten Boyolali tersebut apakah terdapat kaitannya dengan

alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah

Page 18: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

5

kabupaten Boyolali. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana trend

anggaran pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Boyolali.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan masalah yaitu a) bagaimana

alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan pada APBD kabupaten Boyolali tahun 2007-

2014, b) apakah kaitannya anggaran tersebut dengan rendahnya nilai IPM kabupaten

Boyolali.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana alokasi

anggaran pendidikan dan kesehatan pada APBD kabupaten Boyolali tahun 2007-2014 dan

apakah kaitannya dengan rendahnya nilai IPM kabupaten Boyolali.

Page 19: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

6

TELAAH KONSEP

A. APBN

Dalam UU Republik Indonesia No. 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa APBN adalah rencana keuangan

tahunan pemerintahan Negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Pendapatan

Negara adalah hak Pemerintah Pusat yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih

yang terdiri atas penerimaan perpajakan, penerimaan Negara bukan pajak, dan

penerimaan hibah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana

keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan

Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan

dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN,

perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan

Undang-Undang (Ulfa, 2012). Struktur APBN terdiri dari pendapatan Negara dan hibah,

belanja Negara, keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan.

B. Keuangan Daerah

Menurut Sodiq (Mamesah, 1997) secara teoritis, yang dimaksud dengan keuangan

daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat di nilai baik berupa uang maupun

barang yang dapat di nilai baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan

kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki atau di kuasai oleh Negara atau daerah yang

lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan atau peraturan perundangundangan

yang berlaku. Keuangan daerah juga diartikan sebagai suatu hak dan kewajiban yang

dapat di nilai dengan uang demikian pula sesuatu baik berupa uang maupun barang yang

menjadi kekayaan daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban

tersebut dalam batas wewenang daerah (Ichsan dkk, 1997).

Page 20: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

7

Pelaksanaan otonomi daerah sebagai sarana utama di bidang keuangan adalah

adanya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang oleh Mamesah (1995) di

definisikan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah yang di satu pihak

menggambarkan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan

proyek-proyek dalam satu tahun anggaran tertentu dan pihak lain menggambarkan

perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi

pengelauran-pengeluaran yang dimaksud. Menurut Undang-undang nomor 5 Tahun 1974

pasal 64 (2) tentang pokok-pokok Pemerintah Daerah APBD didefinisikan sebagai

rencana oprasional keuangan pemerintah daerah, dimana satu pihak menggambarkan

perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-

proyek daerah dalam waktu satu tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain

menggambarkan perkiraan penerimaan sumber-sumber penerimaan daerah guna

menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud (Widianingsih, 2011).

Dalam UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang keuangan daerah dijelaskan

bahwa APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui

oleh Dewa Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dari

ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa APBD merupakan rencana anggaran

pemerintah daerah dalam periode satu tahun, yang berisi mengenai perkiraan pengeluaran

dan penerimaan anggaran untuk kegiatan-kegiatan pemerintahan. Tahun anggaran APBD

sama dengan tahun anggaran APBN yang mulai 1 Januari dan berakhir tanggal 31

Desember tahun bersangkutan. Sehingga pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan

keuangan daerah dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka waktu tersebut (Pinto, 2011).

C. Struktur APBD

1. Anggaran pendapatan daerah, terdiri atas:

Page 21: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

8

o Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain.

o Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi

Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus.

o Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.

2. Anggaran belanja daerah, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas

pemerintahan di daerah. Meliputi belanja tidak langsung dan belanja langsung.

3. Pembiayaan daerah, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

D. Prioritas Daerah

Tahun 2011 adalah tahun pertama dari RPJMD Kabupaten Boyolali Tahun

2010-2015. Oleh karena itu, prioritas dari sasaran pembangunan daerah tahun 2011

tertuju pada pencapaian visi dan misi daerah, utamanya yang menyangkut masalah

penanggulangan kemiskinan; peningkatan kualitas pendidikan; peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan; penanganan pengangguran; revitalisasi pertanian, peternakan

dan kehutanan; rehabilitasi infrastuktur; dan pengelolaan sumber daya alam yang

bertangung jawab dan berkelanjutan. Dalam tahun anggaran 2010, prioritas kabupaten

Boyolali adalah bidang pendidikan dan bidang kesehatan.

1. Kesehatan

Sumber Pendanaan Kesehatan dapat dibagi menjadi tiga bagian, antara

lain:

a. Dana Pemerintah Pusat, terdiri atas Dana Kementerian (dana program

kemenkes), Dana Dekonsentrasi (ke Propinsi) dan Tugas Pembantuan

Page 22: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

9

(ke Kab/Kota), Bantuan Operasional Kesehatan, JAMKESMAS dan

JAMPERSAL.

b. Dana Pemerintah Propinsi, terdiri atas Dana APBD Propinsi (DAU

Propinsi), Bantuan Gubernur.

c. Dana Pemerintah Kabupaten Kota, terdiri atas Dana APBD

Kabupaten/Kota (PAD), Dana Perimbangan (DAU, DAK, dan Dana

Bagi Hasil).

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat, oleh

karena itu kesehatan adalah hak bagi setiap warga masyarakat yang dilindungi

Undang-Undang Dasar. Perbaikan pelayanan kesehatan pada dasarnya

merupakan suatu investasi sumber daya manusia untuk mencapai masyarakat

yang sejahtera (welfare society). Tingkat kesehatan masyarakat akan sangat

berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, karena tingkat

kesehatan memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan. Sementara itu,

tingkat kemiskinan akan terkait dengan tingkat kesejahteraan. Oleh karena

kesehatan merupakan faktor utama kesejahteraan masyarakat yang hendak

diwujudkan pemerintah, maka kesehatan harus menjadi perhatian utama

pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik. Pemerintah harus dapat

menjamin hak masyarakat untuk sehat (right for health) dengan memberikan

pelayanan kesehatan secara adil, merata, memadai, terjangkau, dan berkualitas

(Widodo dkk, 2011).

2. Pendidikan

Sama halnya dengan kesehatan, pendidikan merupakan suatu bentuk

investasi sumber daya manusia. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap

tingkat kemiskinan karena pendidikan merupakan salah satu komponen utama

Page 23: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

10

dalam lingkaran setan kemiskinan. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah

melalui perbaikan kualitas pendidikan. Pelayanan pendidikan masyarakat yang

paling elementer adalah pendidikan dasar, yang oleh pemerintah diterjemahkan

dalam program Wajib Belajar Sembilan Tahun. Pemerintah hendak menjamin

bahwa semua anak dapat bersekolah, sehingga diperlukan alokasi anggaran

pendidikan yang besar. Dalam pemenuhan anggaran tersebut amanat amandemen

UUD 1945 telah mensyaratkan alokasi anggaran pendidikan minimal sebesar 20

persen dari total anggaran (Widodo dkk, 2011).

Saat ini peran pemerintah pusat dalam pendanaan pembangunan secara

umum masih besar. Hal ini terlihat dari besarnya proporsi belanja APBN yang

menjadi tanggung jawab pemerintah pusat yang tervermin dari besarnya belanja

pemerintah pusat. Dari tahun ke tahun alokasi dana perimbangan terus meningkat,

baik secara absolut maupun proporsinya. Sebelum otonomi daerah (TA

1999/2000), proporsi dana perimbangan yang diterima pemda (provinsi dan

kabupaten/kota) adalah 12,9 persen dari total belanja APBN, kemudian setelah

otonomi daerah meningkat tajam menjadi 29,0 persen dari total APBN TA 2003.

Angka ini menunjukkan bahwa besarnya dana yang dikelola pemda makin besar

sejalan dengan bertambahnya kewenangan daerah. Namun demikian, data juga

menunjukkan bahwa sekitar 71,0 persen belanja APBN saat ini masih dikelola

oleh pemerintah pusat. Keadaan ini merupakan indikasi bahwa pemerintah pusat

masih akan tetap berperan dalam menentukan dan mewujudkan pembangunan

pada umumnya, termasuk pembangunan pendidikan yang merata dan bermutu di

Indonesia (Toyamah dkk, 2004).

Page 24: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

11

E. Kebijakan Alokasi Anggaran

Upaya Pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan

terus dilakukan. Hal ini terlihat dari peraturan yang dibuat oleh Pemerintah yaitu

untuk alokasi anggaran pendidikan harus sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003

Tentang Sisdiknas Pasal 49 Ayat 1 tentang pengalokasian dana pendidikan yang

menyatakan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan

kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari APBN pada sektor pendidikan dan

minimal 20 persen dari APBD, sedangkan untuk alokasi anggaran kesehatan harus

sesuai dengan UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa minimal

alokasi anggaran kesehatan 5 persen dari APBN dan 10 persen dari APBD di luar gaji

pegawai.

F. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Menurut Priyo Adi (UNDP, 1996) IPM adalah indeks komposit untuk

mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia untuk dapat hidup secara lebih

berkualitas baik dari aspek kesehatan, pendidikan, maupun aspek ekonomi. IPM juga

digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju,

negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari

kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Indeks ini dikembangkan pada tahun

1990 oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan Mahbub Ul Haq seorang ekonom

dari pakistan yang dibantu oleh Gustav Ranis. Komponen IPM secara rinci dapat

dijelaskan sebagai berikut (UNDP : 2004):

(1) Angka Harapan Hidup adalah indikator yang mengukur longevity

(panjang umur) dari seseorang di suatu wilayah atau negara. Longevity ini

bukan hanya upaya perorangan tetapi merupakan upaya masyarakat secara

keseluruhan untuk menggunakan sumber daya yang ada sehingga dapat

Page 25: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

12

memperpanjang hidupnya. Dapat dikatakan seseorang akan bertahan hidup

lebih panjang apabila selalu sehat, atau jika menderita sakit secepatnya

dapat berobat untuk membantu mempercepat kesembuhannya.

(2) Melek Huruf dan Lama Sekolah adalah indikator yang mengukur tingkat

pendidikan penduduk dengan melihat seberapa jauh masyarakat di wilayah

tersebut memanfaatkan sumber daya yang ada dalam upaya meningkatkan

kecerdasan warganya. Indikator Melek Huruf diperoleh dari variabel

kemampuan membaca dan menulis dan Indikator Lama Sekolah dihitung

dari partisipasi sekolah, tingkat kelas yang sedang/pernah dijalani serta

pendidikan tinggi yang ditamatkan.

(3) Paritas Daya Beli adalah indikator yang mengukur tentang besarnya daya

beli masyarakat di suatu wilayah atau negara. Dengan menggunakan

indikator konsumsi riil yang disesuaikan. Sebagai catatan bahwa untuk

UNDP dalam mengukur komponen digunakan indikator PDB per kapita.

METODA PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa terbitan-

terbitan yang dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Boyolali, berupa data pengeluaran

pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan yang diukur dari data realisasi APBD

Kabupaten/Kota di sektor pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Boyolali, dalam jutaan

Rupiah tahun 2008-2012, data IPM yang diperoleh dari provinsi Jawa Tengah dalam bentuk

angka. Selain itu juga menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh melalui

serangkaian kegiatan wawancara, dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer yaitu

hasil wawancara kepada pegawai bagian akuntansi Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali. Untuk memperoleh data yang

memadai sebagai cross cheks, peneliti melakukan wawancara kepada petugas di Kantor

Page 26: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

13

DPPKAD yang terlibat dan bertanggungjawab terhadap alokasi dana kesehatan dan

pendidikan. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif deskriptif.

Tahapan analisis data yang dilakukan adalah yang pertama pencarian data alokasi

anggaran kabupaten Boyolali, selanjutnya setelah data diperoleh, dilakukan olah data untuk

mengetahui proporsi alokasi anggaran, lalu dicari mana yang naik/turun, setelah mengetahui

proporsi alokasi anggarannya, maka selanjutnya dilakukan konfirmasi kepada petugas kantor

DPPKAD kabupaten Boyolali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisa dari laporan RPJMD yang di dapat, pada tahun 2010-2015 yang

menjadi prioritas urusan pemerintah Kabupaten Boyolali yaitu (1) Pendidikan, (2) Kesehatan,

(3) Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, (4) Keluarga Berencana (KB) dan

Keluarga Sejahtera (KS), (5) Pemuda dan olahraga, (6) Perpustakaan. Hal ini berpedoman

pada visi misi Bupati Kabupaten Boyolali, yaitu Kabupaten Boyolali yang lebih sejahtera,

berdaya saing dan pro investasi. Kebijakan umum anggaran meliputi:

1. Menjaga agar keuangan daerah pada akhir tahun mempunyai SiLPA minimal 1bulan

pembayaran gaji pegawai sebagai antisipasi terlambatnya droping dana alokasi umum

di awal tahun anggaran.

2. Mengimplementasikan anggaran berbasis kinerja secara terpadu sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

Dari prioritas tersebut dapat di lihat bahwa pendidikan dan kesehatan termasuk menjadi

prioritas pemerintah Kabupaten Boyolali. Hal tersebut terjadi karena untuk dapat terus

meningkatkan IPM Kabupaten Boyolali supaya terus mengalami peningkatan pada setiap

tahunnya. Berikut alokasi anggaran belanja pendidikan dan kesehatan selama tahun 2007-

2014:

Page 27: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

14

Tabel 2

Alokasi Anggaran Belanja Pendidikan dan Kesehatan Kabupaten Boyolali

Tahun 2007-2014

dalam jutaan rupiah

Porsi

Tahun Pendidikan Kesehatan Lain-lain total belanja pendidikan kesehatan

Lain-

l

a

i

n

total IPM

2007 313.612,80 61.309,46 318.192,54 693.114,80 45% 9% 46% 100% 69,70

2008 356.556,18 78.691,77 353.677,05 788.925,00 45% 10% 45% 100% 69,98

2009 450.651,30 93.434,03 336.000,67 880.086,00 51% 11% 38% 100% 70,44

2010 487.310,17 102.928,06 374.352,06 964.590,28 51% 11% 38% 100% 70,72

2011 619.179,69 119.390,09 363.279,22 1.101.849,00 56% 11% 33% 100% 71,25

2012 623.532,69 166.289,03 479.405,28 1.269.227,00 49% 13% 38% 100% 71,50

2013 676.190,89 174.225,83 572.473,28 1.422.890,00 48% 12% 40% 100% 71,88

2014 756.888,86 213.124,44 654.287,61 1.624.300,91 47% 13% 40% 100%

Sumber: www.djpk.depkeu.go.id, www.bps.go.id.

Dari tabel 2 di atas, terlihat bahwa porsi anggaran pendidikan lebih besar daripada

anggaran kesehatan, hal ini terjadi karena sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

Sisdiknas Pasal 49 Ayat 1 tentang pengalokasian dana pendidikan yang menyatakan bahwa

dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal

20 persen dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari APBD, sedangkan

dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa minimal alokasi

anggaran kesehatan 5 persen dari APBN dan 10 persen dari APBD di luar gaji pegawai.

Selain itu, jika di lihat porsi anggaran pendidikan, anggaran kesehatan dan anggaran

lain mengalami kenaikan dan penurunan, sedangkan besarnya IPM sendiri justru mengalami

kenaikan setiap tahunnya walaupun tidak terlalu banyak. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa IPM kabupaten boyolali tidak selalu dipengaruhi oleh anggaran pendidikan.

Selain terdapat anggaran pendidikan dan kesehatan, juga terdapat anggaran lain-lain

yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu: pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang,

perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertahanan, kependudukan dan

Page 28: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

15

catatan sipil, pemberdayaan perempuan, KB dan KS, sosial, tenaga kerja, koperasi dan usaha

kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan, pemuda dan olah raga, kesatuan bangsa dan

politik dalam negeri, pemerintahan umum, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik,

kearsipan, komunikasi dan informatika, ketahanan pangan, pertanian, kehutanan, energi dan

sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, perindustrian, dan

transmigrasi. Berdasarkan data di atas, berikut adalah perkembangan dana anggaran

pendidikan dan kesehatan Kabupaten Boyolali tahun 2010-2014:

Gambar 1

Perkembangan Dana Anggaran Pendidikan dan Kesehatan Kabupaten Boyolali

Tahun 2007-2014

1. PENDIDIKAN

Fungsi Pendidikan meliputi urusan Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga.

Pembangunan pendidikan memiliki peran penting dan strategis dalam pembangunan

bangsa. Komitmen pemerintah untuk memenuhi anggaran pendidikan sekurang-

kurangnya 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja termasuk di dalamnya gaji

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

pro

sen

tase

pro

po

rsi

porsi anggaran pendidikan dan kesehatan

kesehatan

pendidikan

lain-lain

Page 29: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

16

guru dan pegawai. Dilihat dari gambar di atas, berikut adalah kondisi anggaran

pendidikan Kabupaten Boyolali pada periode 2007-2014:

a. Tahun 2007-2008

Pada periode 2007-2008, dapat dilihat dari proporsinya bahwa

anggaran pendidikan cenderung tetap, namun jika dilihat dari anggarannya

tetap mengalami peningkatan. Hal tersebut terjadi karena pada tahun

tersebut dimulainya program sertifikasi tenaga pendidik, sehingga

berpengaruh pada pengeluaran anggaran yang meningkat (Budiningsih,

2015).

b. Tahun 2008-2009

Pada tahun ini, dapat dilihat dari proporsinya bahwa alokasi anggaran

pendidikan mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 6

persen dan dilihat dari anggarannya sendiri juga mengalami kenaikan.

Menurut hasil wawancara hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut

gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) mengalami kenaikan sebesar 20 persen.

Kenaikan gaji PNS berpengaruh terhadap kenaikan alokasi anggaran

pendidikan karena dalam alokasi anggaran pendidikan tersebut di

dalamnya termasuk gaji pegawai, jadi ketika gaji pegawai mengalami

kenaikan maka pengeluaran anggaran juga semakin meningkat.

c. Tahun 2009-2010

Pada tahun ini, dapat dilihat bahwa alokasi anggaran pendidikan jika

dilihat dari proporsinya cenderung tetap, namun jika dilihat dari nominal

anggarannya mengalami kenaikan. Menurut hasil wawancara, hal ini

disebabkan karena semenjak adanya program sertifikasi tenaga pendidik,

para guru lebih gencar mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, workshop,

Page 30: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

17

seminar. Kegiatan tersebut berpengaruh terhadap alokasi anggaran karena

biaya-biaya yang dibutuhkan ketika mengikuti kegiatan tersebut diambil

dari anggaran pendidikan, sehingga terjadi peningkatan pengeluaran

anggaran.

d. Tahun 2010-2011

Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat dilihat bahwa anggaran

pendidikan dari tahun 2010-2011 terjadi peningkatan pengeluaran yang

cukup signifikan yaitu sebesar 5 persen. Menurut hasil wawancara hal

tersebut disebabkan karena pada tahun 2011 gaji Pegawai Negeri Sipil

(PNS) naik sebesar 15 persen terhitung dari Januari 2011. Seperti yang

sudah dijelaskan bahwa ketika gaji pegawai naik, maka pengeluaran

anggaran juga mengalami kenaikan karena dalam alokasi anggaran

pendidikan di dalamnya terdapat juga alokasi untuk gaji pegawai. Pada

tahun tersebut juga pemerintah Kabupaten Boyolali mendapatkan

penghargaan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), predikat WTP merupakan

ranking tertinggi dari hasil audit BPK-RI. Predikat itu diberikan karena

laporan keuangan APBD Kabupaten Boyolali Tahun 2012 sudah lengkap.

Dokumen dan bukti-bukti transaksi keuangan juga dinyatakan lengkap.

Selain itu, laporan keuangan telah disusun berdasarkan Standar Akuntansi

Pemerintah. Sehingga mendapatkan alokasi dana dari Pemerintah pusat

yang ditransfer menjadi Dana Alokasi Daerah. Dan alokasi dana tersebut

dialokasikan pada bagian pendidikan dan kesehatan.

e. Tahun 2011-2012

Sedangkan pada tahun selanjutnya jika dilihat dari proporsinya

mengalami penurunan pengeluaran, namun jika dilihat dari besarnya

Page 31: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

18

anggaran tetap mengalami peningkatan, hanya saja tidak terlalu signifikan.

Menurut hasil wawancara hal tersebut disebabkan karena meningkatnya

perluasan akses pendidikan dalam masyarakat, seperti diperbanyaknya

sekolah-sekolah PAUD/TK/TPA. Hal tersebut menyebabkan

meningkatnya pengeluaran anggaran pendidikan.

f. Tahun 2012-2014

Pada dua tahun terakhir juga mengalami penurunan alokasi anggaran

pendidikan, alasannya sama seperti tahun sebelumnya. Sehingga sisa dari

anggaran belanja tersebut akan dijadikan sebagai SiLPA dan dapat

mengoptimalkan kebijakan SiLPA yang dapat digunakan untuk

mendukung pendidikan anak agar mencapai target yang telah ditentukan,

program pendidikan sekolah seperti untuk menambah jam pelajaran, untuk

mendukung biaya sekolah anak yang tidak mampu, seperti dana BOS,

karena sebagian besar belanja pendidikan kabupaten Boyolali digunakan

untuk penyelengaraan dana BOS tersebut (Budiningsih, 2015).

Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dimaksudkan menjalankan

kewajiban Pemerintah dalam memenuhi hak dasar warga Negara yang

bertujuan untuk: Menyediakan dan memfasilitasi layanan pendidikan

kepada setiap warga negara untuk dapat menerima layanan pendidikan

sesuai dengan hak-hak yang dimilikinya, meningkatkan kualitas sumber

daya manusia sehingga mampu menjadi insan yang mandiri, memiliki

kompetensi dan berdaya saing, melaksanakan salah satu urusan wajib

Pemerintah Kabupaten yang mengarah kepada good governance dan clean

governance melalui peningkatan kualitas tata kelola, akuntabilitas dan

pencitraan publik penyelenggaraan pendidikan. Selain bantuan dana BOS,

Page 32: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

19

masih terdapat beberapa program pelayanan pendidikan yang

dilaksanakan, seperti: Program Pendidikan Anak Usia Dini, Program

Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, Program Pendidikan

Menengah, Program Pendidikan Non Formal, Program Peningkatan Mutu

Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Program Manajemen Pelayanan

Pendidikan, Program Upaya Kesehatan Masyarakat. Peningkatan akses

pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan, dan efisien menuju

terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran budi

pekerti, dan karakter bangsa yang kuat. Pembangunan bidang

pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

didukung keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan

kemampuan: 1) menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan dan 2)

menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja.

Ternyata dari semua periode waktu, dapat dilihat bahwa anggaran pendidikan

kisarannya di atas 20 persen semua. Yang perlu diperhatikan adalah porsi tersebut

tidak hanya dana pendidikan yang langsung ditujukan ke siswa untuk peningkatan

mutu saja, tapi di dalamnya juga meliputi gaji guru dan pegawai, pendidikan yang

diurus kementerian atau lembaga lain, seperti Kementerian Agama, Sekolah Tinggi

Akutansi Negara (STAN), dan Sekolah Tinggi Statistik. Tapi apabila di lihat dari

kenyataan, masih kurang dari 20 persen. Sebagai contoh, pada tahun 2008, urusan

wajib pendidikan pada Dinas Pendidikan bahwa alokasi anggaran pendidikan dalam

APBD 2008 sebesar Rp356.556.180.000,- atau 45 persen dari total APBD 2008. Akan

tetapi dari anggaran tersebut sebanyak Rp278.113.820.400,- atau 78 persen

diperuntukkan untuk pembayaran gaji aparatur sebagai belanja tidak langsung.

Sehingga hanya tersisa Rp78.442.359.600,- atau 22 persen untuk belanja langsung

Page 33: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

20

atau hanya sekitar 10 persen dari APBD. Belum lagi di dalamnya juga masih banyak

pos-pos belanja lainnya. Artinya memang sangat sedikit anggaran untuk sektor

pendidikan yang sudah secara tegas teramanatkan dalam konstitusi.

2. KESEHATAN

Fungsi Kesehatan meliputi urusan Kesehatan dan Keluarga Berencana.

Kebijakan umum dalam urusan kesehatan diserahkan pada: Pengawasan di bidang

ketersediaan, pemerataan, mutu dan pelayanan di bidang farmasi termasuk obat asli

Indonesia, makanan minuman dan perbekalan kesehatan, Peningkatan kualitas dan

akses pelayanan kesehatan, Peningkatan kesadaran masyarakat dalam rangka

berperilaku hidup bersih dan sehat, perbaikan gizi masyarakat dan perbaikan sanitasi

lingkungan serta pencegahan dan penanggulangan penyakit dan KLB, Semua

masyarakat terjamin pemeliharaan kesehatan.

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa porsi dari anggaran belanja bidang

kesehatan mengalami penurunan dan kenaikan dan beberapa tahun cenderung tetap,

yaitu:

a. Tahun 2007-2009

Pada tahun tersebut, porsi anggaran kesehatan mengalami kenaikan

yang relatif sedikit, yaitu sebesar 1 persen saja. Menurut hasil wawancara

hal ini disebabkan karena keberhasilan program kesehatan dan

pembangunan sosial ekonomi, meningkatnya perawatan kesehatan melalui

puskesmas yaitu pada tahun 2008 dan 2009 ditambah 2 unit puskesmas.

Selain itu, disebabkan karena untuk penambahan 2 unit RSUD yaitu

RSUD Simo dan RSUD Banyudono. Selain penambahan unit puskesmas

dan RSUD, kenaikan tersbut juga disebabkan oleh naiknya jumlah tenaga

medis.

Page 34: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

21

b. Tahun 2009-2012

Pada tahun 2009-2011 porsi anggaran cenderung tetap dan tidak ada

perubahan, namun jika dilihat dari alokasi anggarannya mengalami

kenaikan. Menurut hasil wawancara hal ini disebabkan karena pada kurun

waktu tersebut tidak banyak kegiatan yang dilakukan dalam peningkatan

pada sektor kesehatan. Sedangkan tahun 2011-2012 terjadi peningkatan

porsi anggaran kesehatan sebesar 2 persen, hal ini disebabkan karena

naiknya tingkat inflasi pada sektor kesehatan. Ketika inflasi naik maka

harga-harga kebutuhan naik, sehingga akan berpengaruh juga terhadap

harga-harga peralatan kesehatan dan harga obat-obatan.

c. Tahun 2012-2013

Pada tahun tersebut porsi anggaran kesehatan mengalami penurunan

sebesar 1 persen, namun jika dilihat dari alokasi anggarannya mengalami

kenaikan. Menurut hasil wawancara hal ini disebabkan karena pada tahun

tersebut ditemukan beberapa indikator pelayanan yang belum mencapai

target yang diberikan. Misalnya seperti indikator komplikasi kebidanan,

pelayanan nifas, pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24

bulan pada keluarga miskin, peserta KB aktif, desa siaga aktif.

d. Tahun 2013-2014

Pada tahun tersebut terjadi peningkatan porsi anggaran kesehatan

sebesar 1 persen. Menurut hasil wawancara hal tersebut disebabkan karena

pada awal tahun 2014 dilakukan program BPJS Kesehatan yang

memberikan jaminan kepada setiap pekerja dan jaminan kesehatan bagi

setiap warga negara Indonesia yang kurang mampu. Sehingga hal tersebut

banyak dimanfaatkan oleh warga. Selain itu adanya kebijakan dan

Page 35: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

22

informasi yang memadai kepada masyarakat dan kebijakan program

kesehatan. Konsep sejahtera dalam visi misi bupati menunjukkan kondisi

kemakmuran jasmani dan rohani maka dialokasikan untuk kesehatan.

Ternyata dari seluruh periode waktu, dapat dilihat bahwa alokasi anggaran

kesehatan berkisar di atas 10 persen. Namun hal tersebut harus diperhatikan bahwa

hasil tersebut di dalamnya termasuk anggaran infrastruktur juga.

Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif,

tidak hanya kuratif, melalui peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan

di antaranya dengan perluasan penyediaan air bersih, pengurangan wilayah

kumuh sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan angka harapan hidup

menjadi 71 tahun pada 2015, dan pencapaian keseluruhan sasaran Millenium

Development Goals (MDGs) tahun 2015.

3. Kaitan IPM dengan Pendidikan dan Kesehatan

Menurut Skala Internasional dalam perhitungan IPM, berdasarkan indeks yang

disusun dapat dikategorikan suatu wilayah ke dalam tiga kelompok tingkat

keberhasilan pembangunan manusia, sebagai berikut:

a. Skor IPM kurang dari angka 50, dikategorikan tingkat pembangunan

manusianya masih rendah atau kurang.

b. Skor diantara angka 51 s/d 79,99, dikategorikan tingkat pembangunan

manusianya cukup atau sedang.

c. Skor diatas 80 keatas, dikategorikan tingkat pembangunan manusianya di

suatu daerah tinggi.

Berdasarkan data IPM Kabupaten Boyolali, besarnya IPM pada Kabupaten

Boyolali termasuk dalam kategori sedang/cukup. Rendahnya nilai IPM Kabupaten

Boyolali tersebut terjadi bukan karena apa yang masyarakat Boyolali perbuat belum

Page 36: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

23

memberikan efek positif, namun karena kondisi obyektif Kabupaten Boyolali yang

relatif kurang menguntungkan. Berikut adalah perkembangan jumlah IPM Kebupaten

Boyolali periode 2007-2014:

Gambar 2

Perkembangan Jumlah IPM Kabupaten Boyolali Periode 2007-2014

Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa besarnya IPM Kabupaten

Boyolali terus mengalami kenaikan untuk setiap tahunnya. Dimana IPM

merupakan variabel bebas yang sifatnya state, yaitu sebuah variabel yang

perubahannya berlangsung sangat lambat dan akan meningkat/menurun sedikit

demi sedikit sebagai respon terhadap perubahan berbagai kondisi fisik, sosial,

ekonomi dan lingkungan. Namun untuk sektor pendidikan dan kesehatan

mengalami kenaikan dan penurunan. Maka dari itu, sektor pendidikan dana

kesehatan tidak cukup berperan penting terhadap tingkat IPM Kabupaten Boyolali.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan dari

tahun 2007-2014 untuk alokasi anggaran pendidikan di Kabupaten Boyolali mengalami

68.50

69.00

69.50

70.00

70.50

71.00

71.50

72.00

72.50

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

ipm

ipm

Page 37: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

24

fluktuatif, hal ini disebabkan karena belum semuanya bisa sesuai dengan UU yang

menyatakan bahwa alokasi anggaran pendidikan harus mencapai 20 persen dari anggaran

APBD. Hasil yang di dapat tersebut di dalamnya tidak hanya ditujukan langsung kepada

siswa, tapi untuk kegiatan yang lain juga. Sedangkan untuk alokasi anggaran kesehatan

sendiri justru memiliki trend yang cenderung meningkat positif, meskipun belum semuanya

bisa sesuai dengan UU yang menyatakan bahwa alokasi anggaran kesehatan harus mencapai

5 persen dari APBN dan 10 persen dari APBD, karena hasil yang di dapat di atas di dalamnya

termasuk untuk infrastruktur. Sedangkan untuk nilai IPM pada Kabupaten Boyolali sudah

mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya. Hal tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya

porsi alokasi anggara pendidikan dan kesehatan.

IMPLIKASI KEBIJAKAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kebijakan yang bisa diterapkan adalah:

Pemerintah pusat dan daerah terpencil harus berkomitmen untuk menjalankan amanah UU RI

No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 49 Ayat 1 tentang pengalokasian dana

pendidikan untuk mengalokasikan 20 persen dari APBN dan 20 persen dai APBD untuk

pendidikan di luar gaji. Untuk alokasi anggaran kesehatan, pemerintah pusat dan daerah juga

harus berkomitmen untuk menjalankan peraturan dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang

kesehatan untuk mengalokasikan 5 persen APBN dan 10 persen dari APBD untuk kesehatan

di luar gaji. Yang terakhir, untuk terus meningkatkan kualitas IPM di Kabupaten Boyolali di

masa mendatang, diperlukan perhatian yang lebih seksama terutaama pada bidang ekonomi.

Apabila bidang perekonomian dapat berkembang dengan baik, diharapkan akan terjadi

kenaikan pendapatan penduduk dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Saran ini didasarkan pada kenyataan yang terjadi di Kabupaten Boyolali yang

pada dasarnya semua target belum tercapai.

Page 38: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

25

KETERBATASAN DAN SARAN

Dalam keseluruhan aktivitas penulisan dan penelitian ini masih terdapat kekurangan-

kekurangan yang perlu dilengkapi. Penelitian ini masih terbatas yaitu hanya meneliti

bagaimana alokasi anggaran pendidikan, anggaran kesehatan dan kaitannya dengan indeks

pembangunan manusia. Dalam penelitian ini juga hanya menggunakan data alokasi anggaran

delapan periode dan data IPM tujuh periode karena ketersediaan data yang ada. Sehingga

tidak dapat dilakukan pengujian lebih lanjut lagi. Selain itu, data yang diambil hanya total

dari nilai IPMnya bukan dari tiap komponennya. Oleh karena itu, diusulkan pada penelitian

selanjutnya untuk meneliti lebih banyak lagi periodenya dan tidak hanya meneliti

berdasarkan nilai dari IPMnya saja tapi berdasarkan tiap komponen yang terdapat dal IPM.

Sehingga bisa lebih spesifik lagi untuk mendapatkan hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ichsan, Moch., Ratih Nur Pratiwi., Trilaksono Nugroho. 1997. Administrasi Keuangan

Daerah: Pengelolaan dan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD). Malang: Cetakan Pertama PT Danar Wijaya, Brawijaya

University Press.

IPM. 2012. Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Dalam Bentuk Angka 2011. Jawa

Tengah: Pembangunan Manusia berbasis Gender 2012.

Mamesah, D.J. 1997. Sistem Administrasi Keuangan Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama,

Maria K dkk. 2011. Analisis pengaruh pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan

kesehatan terhadap pengentasan kemiskinan melalui peningkatan

Page 39: ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN

26

pembangunan manusia di Provinsi Jawa Tengah. Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Diponegoro.

PMPK FK UGM. Sumber-Sumber Pendanaan Kesehatan. Yogyakarta.

RPMJD Tahun 2010-2015. Boyolali.

Sodiq. 2009. Analisis efisiensi belanja langsung pendidikan dan kesehatan di kabupaten

Barito Utara. Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Toyamah dkk. 2004. Alokasi anggaran pendidikan di era otonomi daerah: impliksinya

terhadap pengelolaan pelayanan pendidikan dasar. Lembaga Penelitian

SMERU.

Widianingsih., Yuni Pristiwati Noer. 2011. Mengukur alokasi anggaran untuk rakyat di sektor

pendidikan (studi kasus APBD Kota Surakarta). Jurnal Keuangan Talenta

Ekonomi Vol.5 No.1.

Widodo, Adi dkk. 2011. Analisis pengaruh pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan

kesehatan terhadap pengentasan kemiskinan melalui peningkatan

pembangunan manusia di Provinsi Jawa Tengah. Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Diponegoro.

UU Republik Indonesia No. 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara pasal 1 ayat 1.

UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 49 Ayat 1 tentang pengalokasian dana

pendidikan.

UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.

www.Anggaran.depkeu.go.id.