Upload
yedi
View
19
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
akuntansi manajemen biaya
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis – CVP analysis) merupakan
suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan.
Karena analisis biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya,
kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung di
dalamnya. Analisis CVP dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk
mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi
dan membantu mencari pemecahannya.
Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar
kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Besar kecilnya
laba perusahaan akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam mengelola
perusahaan. Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba adalah harga jual,
biaya dan volume penjualan.
Dengan harga jual, volume yang dijual, serta pengklasifikasian biaya, maka analisis
Cost-Volume-Profit dapat dilaksanakan dengan menggunakan elemen-elemen analisis.
Elemen tersebut antara lain analisis peramalan penjualan yang terdiri atas peramalan
kuantitas penjualan dan harga jual, dasar-dasar analisis cost-volume-profit yaitu analisis
contribution margin, analisis operating leverage analisis break even point, dan analisis
margin of safety serta analisis cost-volume-profit dalam pemanfaatannya dalam
perencanaan yaitu analisis target laba dan analisis sensivitas. Selanjutnya, makalah ini
akan membahas mengenai analisis biaya volume laba.
Page | 1
B. Rumusan masalah
Bagaimana memahami konsep dan sejarah analisis biaya volume laba. Bagaimana
mengimplementasikan analisis biaya volume laba.
C. Tujuan Penulisan
Memahami serta mengimplementasikan konsep analisis biaya volume laba.
Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Penting Analisis Biaya Volume Laba
Dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis, manajemen menaruh perhatian besar
pada peluang-peluang laba dari serangkaian alternative tindakan yang dihadapinya.
menyangkut alternatif tindakan yang melibatkan perubahan tingkat kegiatan usaha, laba
tidaklah selalu berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan usaha. Hal ini
diakibatkan oleh pola perilaku biaya. Konsekuensinya kalangan manajer perlu
menyadari bahwa evaluasi-evaluasi yang lebih cermat dapat dilakukan terhadap
peluang-peluang laba dengan cara mempelajari hubungan-hubungan di antara biaya,
volume penjualan, dan laba. Kajian-kajian terhadap faktor –faktor tersebut seyogyanya
akan membuahkan keputusan-keputusan yang lebih sehat.
Analisis biaya volume laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendaliaan.
Proses analisis ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan masalah
dengan bertumpukan pada pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya perusahaan.
Analisis biaya volume laba (cost-volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola
prilaku biaya yang mendsari hubungan-hubungan antara biaya,volume, dan laba.
Analisi biaya-volume-laba kerap pula disebut analisis impas (break-even analysis)
karena signifikansi mengacu pada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit
penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-perubahan pendapatan,
biaya, dan laba. Analisis biaya-volume-laba merupakan persoalan yang kompleks
karena hubungan-hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
seluruhnya atau sebagian diluar kendali manajemen. Sebagai contoh, harga jual
sebuah produk dipengaruhi tidak hanya oleh biaya produksi saja, yang biasanya berada
dibawah kendali manajemen, tetapi juga oleh perubahan-perubahan trend perilaku
konsumen dan tindakan-tindakan pesaing yang umumnya diluar wilayah kendali
manajemen.
Page | 3
B. Asumsi-asumsi Yang Mendasari Analisis Biaya Volume Laba
Ketidakpastian masa depan, kemungkinan pola-pola prilaku biaya nonlinier, dan sifat
dunia bisnis yang senantiasa bergejolak menuntut asumsi-asumsi yang membatasi
aplikasi teknik analisi biaya-volume-laba. Keterbatasa-keterbatasan analisis biaya-
volume-laba ini sepatutnya dievaluasi secara cermat dalam rangka memasikan bahwa
asumsi-asumsinya realistik untuk seperangkat kondisi operasi dunia nyata.
Analisi biaya-volume-laba merupakan suatu model statik dari kondisi-kondisi bisnis
kendatipun kondisi-kondisi yang sama didunia nyata sangatlah dinamik. Oleh karena
itu, manajemen mestilah merevisi fakta-fakta yang terdapat dalam analisis CVP-nya
manakala terjadi perubahan kondisi bisnis yang tengah dipertimbangkan.
Analisis biaya-volume-biaya tergantung pada sejumlah asumsi yang membatasi.
Asumsi-asumsi tersebut diantaranya :
Semua biaya dklasifikasikan sebagai biaya variable ataupun biaya tetap. Lebih
jauh dianggap bahwa biaya-biaya lainya, seperti biaya campuran, dapat dipilah-
pilah menjadi unsur-unsur biaya variabel dan tetap. Jumlah biaya tetap sifatnya
konstan pada saat aktivitas berubah, dan biaya variabel per unit itidak berganti
ketika aktivitas berubah. Efisiensi dan produktivitas proses produktif serta tenaga
kerja dianggap konstan pula.
Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relavan. Asumsi ini sahih dalam
kisaran relavan kegiatan usaha normal.
Fungsi jumlah kegiatan pendapatan adalah linier dalam kisaran relavan. Harga
jual perrunit dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal ini menyiratkan
pasar yang murni kompetitif untuk produk atau jasa akhir. Jumlah pendapatan
berubah sebanding dengan perubaha volume penjualan unit produk. Harga jual
rata-rata perrunit produk adalah konstan.
Analisisnya untuk sebuah produk atau bauran penjualan dari bermacam-macam
produk adalah konstan dalam kisaran relavan . apabila produk-produk mempunyai
harga jual dan biaya yang berbeda-beda, perubahan bauran penjualan akan
mempengaruhi hasil-hasil analisis biaya-volume-laba.
Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produk atau rupiah penjualan
Page | 4
Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir periode
adalah sama. Hal ini menyiratkaan bahwa jumlah unit yang diproduksi selama
periode berjalan sama dengan unit yang dijual.
C. Dasar analisis biaya-volume dan laba
Biaya-volume-laba atau analisis titik impas (cost-volume-profit or breakeven analysis)
membahas hubungan antara penerimaan total, biaya total, dan laba total perusahaan
pada berbagai tingkat output. Biaya-volume-laba atau analisis titik impas sering
digunakan para eksekutif bisnis untuk menentukan volume penjualan yang diperlukan
bagi perusahaan untuk mencapai titik impas, laba total dan kerugian pada tingkat
penjualan lainnya.
Pengetahuan dasar yang sangat menentukan dalam analisis biaya volume dan laba
adalah pemahaman tentang penyusunan laporan laba rugi dengan menggunakan
pendekatan variable costing. Pendekatan ini menghasilkan suatu model laporan laba
rugi dimana biaya diklasifikasikan menurut perilakunya. Agar lebih informatif maka
sebaiknya laporan laba rugi diuraikan dalm bentuk laporan penjualan secara total,
penjualan per unit, dan analisis vertikal yang menunjukan persentase biaya variabel
dan marjin kontribusi dan nilai penjualan.
Misalnya pada bulan Juni 2013 PT Jakasain menjual 150 unit produknya dengan harga
Rp. 3.500 per unit. Biaya variabel per unit Rp. 2.625. biaya tetap Rp. 75.000.
Berdasarkan data ini maka terlebih dahulu dapat dibuat laporan laba rugi berdasarkan
pendekatan kontribusi, seperti pada ikhtisar berikut ini.
PT JAKSAIN
Laporan Laba Rugi Kontribusi
Bulan Juni 2013
Total Per unit %
Penjualan (150 unit) Rp525.000 Rp3.500 100
Biaya biaya variabel Rp393.750 Rp2.625 75
Marjin kontribusi Rp131.250 Rp875 25
Page | 5
Biaya-biaya tetap Rp75.000
Laba usaha Rp56.250
Dengan menggunakan formula:
Marjin kontribusi Rp 875 dibagi dengan penjualan Rp 3.500 dari laporan laba rugi diatas
dapat dihitung rasio marjin kontribusi per unit sebesar 25 % (Rp 875/Rp 3.500) % atau
sama dengan total rasio marjin kontribusi (Rp 131.250/Rp 525.000) %
Marjin kontribusi memegang peranan penting pada banyak keputusan dalam sebuah
perusahaan, seperti produk apa yang akan diproduksi atau dijual, kebijakan harga
mana yang akan diikuti, strategi pemasaran apa yang akan digunakan, dan jenis
fasilitas produktif apa yang akan dibeli. Hubungan konsep biaya-volume dan laba dalam
perencanaan laba dapat digunakan untuk menghitung titik impas, target laba, marjin
keamanan, komposisi biaya untuk memaksimumkan marjin kontribusi, dan atau titik
penutupan usaha.
D. Analisis Titik Impas (Break-even point analysis)
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak mendapatkan
laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan sebagai titik
dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana total marjin
kontribusi sama dengan total biaya tetap. Tujuan analisis titik impas adalah untuk
mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan dan hasil penjualan sama dengan jumlah
semua biaya variabel dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak mendulang untung ketika
hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu hanya penjualan,biaya variabel, dan biaya
tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas. Titik impas normalnya bukan
merupakan sasaran kinerja yang diharapkan, namun titik impas ini dapat
mengindikasikan tingkat penjualan yang disyariatkan agar perusahaan terhindar dari
kerugian. Dengan demikian, titik impas menunjukan suatu sasaran volume penjualan
minimal yang harus diraih oleh perusahaan. Mengetahui titik mpas terutama penting
ketika sebuah perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar
Page | 6
baru. Dalam kedua kondisi tersebut, perusahaan mastilha mengawasi secara hati-hati
potensi penjualan dan membandingkanya dengan titik impas.
Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan,
metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan
maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi
bisnis.
Metode persamaan. Titik impas dengan metode ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Dari kasus diatas misalkan:
x = jumlah speaker terjual
3.500 = harga jual per unit
2.625 = biaya variabel per unit
75.000 = total biaya tetap
Karena laba pada titik impas sama dengan nol maka faktor laba dalam persamaan
tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian titik impas dalam unit dapat dihitung
sebagai berikut:
3.500x = 2625x + 75.000 + 0
3.500x – 2.625x = 75.000 + 0
875x = 75.000 + 0
x = 75.000/875
x = 85,71 unit
dengan cara sederhana titik impas dalam rupiah selanjutnya dapat dihitung dengan
mengalikan 85,71 unit (impas dalam unit) dengan Rp. 3.500 (harga jual per unit produk)
= Rp. 300.000. Namun apabila data tidak tersedia untuk menggunakan cara tersebut
maka dengan menggunakan data dari kasus di atas titik impas dalam rupiah dapat
dihitung dengan prosedur sebagai berikut:
x = 0,75x + Rp. 75.000 + Rp. 0
Page | 7
0,25x = Rp. 75.000
x = Rp. 75.000/0,25
x = Rp. 300.000
Metode Marjin Kontribusi. Metode ini merupakan penyingkatan dari formula metode
persamaan dalam menghitung titik impas. Langkah awal dalam melihat hubungan
antara biaya volume dan laba suatu perusahaan adalah dengan mengerti dan melihat
besarnya marjin kontribusi yang diperoleh suatu perusahaan pada berbagai tingkat
kegiatan. Pada setiap kegiatan perusahaan akan memiliki kemampuan menghasilkan
marjin kontribusi yang berbeda-beda. Besarnya marjin kontribusi per unit yang dapat
diperoleh suatu perusahaan akan menentukan kecepatan perusahaan tersebut
menutup biaya tetapnya dan kemampuannya menghasilkan laba. Margin kontribusi
digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika margin
kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi
kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan bertambah
sesuai dengan margin kontribusi per unit untuk setiap tambahan produk yang terjual.
Untuk memperkirakan pengaruh kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap
biaya, manajer cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin
kontribusi yang per unit. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang
diharapkan. Hal itu terlihat pada formula dibawah ini yang angkanya sama dengan baris
kedua dari terakhir pada penyelesaikan dengan metode persamaan diatas.
Sehingga impas dalam unit = 75.000/875
= 85,71 unit, dan
Impas dalam Rp = 75.000/25%
= Rp. 300.000
Dalam perhitungan formula diatas perlu diperhatikan bahwa rasio marjin kontribusi per
unit produk akan selalu sama dengan rasio marjin kontribusi dari total unit penjualan.
Kesamaan tersebut disebabkan perhitungan marjin kontribusi dan rasionya hanya
mempertimbangkan biaya-biaya variabel. Dengan demikian perubahan unit penjualan
Page | 8
akan diikuti oleh kenaikan total pejualan, biaya variabel, dan marjin kontribusi secara
proposional. Karena kenaikan penjualan tidak akan diikuti oleh kenaikan atau
perubahan rasio marjin kontribusi.
Sebagai contoh dapat dilihat bahwa pada volume penjualan 1 unit @Rp 3.500 dan
biaya variabel per unit Rp 2.625, marjin kontribusinya = Rp 875 per unit. Dari marjin
kontribusi tersebut rasionya menjadi (875/3.500)% = 25%. Tingkat rasio marjin
kontribusi yang sama akan diperoleh pada saat volume penjualan berubah menjadi 150
unit dimana total penjualan menjadi Rp 525.000. kenaikan nilai penjualan ini akan diikuti
kenaikan biaya variabel dalam presentasi yang sama menjadi Rp 393.750 sehingga
marjin kontribusi untuk 150 unit penjualan akan menjadi (131.250/525.000)% atau sama
juga dengan 25% seperti marjin kontribusi untuk penjualan 1 unit.
Demikian perubahan ini akan valid perhitungannya pada berbagai level perubahan unit
penjualan sepanjang pada kedua alternatif jumlah unit penjualan tidak diikuti oleh
peruahan struktur biaya dan harga jual dalam satuan uang yang digunakan.
Metode grafik. Selain menggunakan dua pendekatan diatas analisis impas juga dapat
dibuat dengan menggunakan grafik. Grafik tersebut dapat dibuat dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Buat garis horizontal (x) untuk menunjukan jumlah unit produk dan sebuah garis
vertikal (y) untuk menunjukan nilai penjualan dan biaya.
2. Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas dengan kemiringan 45 yang ditarik dari titik
0 perpotongan garis x dan garis y sebagai garis penjualan.
3. Buat garis horizontal untuk menujukan jumlah biaya tetap pada berbagai level unit
penjualan.
4. Buat garis untuk menunjukan jumlah biaya pada berbagai level unit penjualan yang
ditarik dari perpotongan garis y dengan garis biaya tetap. Daerah yang berada di
antara garis ini dengan garis biaya tetapdi bawahnya menunjukan kisaran biaya
variabel.
5. Buat titik impas pada perpotongan garis penjualan dan garis total biaya. Tarik garis
ke kiri untuk menunjukan jumlah penjualan dalam satuan uang dan tarik garis
vertikal ke bawah untuk menunjukan titik impas dalam unit penjualan.
Page | 9
6. Arsir tiga disebelah kanan grafik sebagai daerah laba dan sebaliknya arsir daerah
segitiga di sebelah kiri bawah titik impas sebagai daerah rugi. Daerah arsiran ini
menunjukan bahwa penjualan yang lebih kecil dari titik impas akan menimbulkan
rugi dan sebaliknya penjualan yang lebih besar akan memberikan laba.
E. Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan
1. Analisis target laba
Analisis target laba dalam aplikasi hubungan biaya volume dan laba pada dasarnya
sama dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah laba yang
diperhitungkan dalam formulanya. Dalam perhitungan titik impas target laba sama
dengan nol, sementara dalam analisis target laba seperti yang dimaksudkan di atas
jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya disesuaikan dengan jumlah laba
yang diinginkan, biasanya lebih besar dari pada nol.
Misalkan dari komposisi biaya dan penjualan dari laporan laba rugi di atas, perusahaan
menginginkan laba Rp. 100.000 maka dengan menggunakan formula metode
persamaan selanjutnya target penjualan untuk mendapatkan laba dimaksud dapat
dihitung sebagai berikut:
Misalkan:
x = jumlah unit terjual
3.500 = harga jual per unit
2.625 = biaya variabel per unit
75.000 = total biaya tetap
100.000 = laba bersih yang diinginkan
Metode persamaan: penjualan + baiya tetap + laba
Sehingga penjualan dalam unit menjadi:
3.500x = 2.625x + 75.000 + 100.000
3.500x – 2.625x = 75.000 + 100.000
875x = 175.000
x = 175.000/875
Unit penjualan (x) = 200 unit
Page | 10
Atau penjualan dalam rupiah
x = 0,75x + Rp. 75.000 + Rp. 100.000
0,25x = Rp. 75.000 + Rp. 100.000
x = Rp. 175.000/0,25
x = Rp. 187.500
200 unit x Rp. 3.500 = Rp. 700.000
Metode marjin kontribusi:
Penujualan dalam unit = (biaya tetap + target laba)/CM per unit
= (75.000 + 100.000)/875
= 175.000/875
= 200 unit
Penjualan dalam Rp = (biaya tetap + target laba)/rasio marjin kontribusi
= (75.000 + 100.000)/25%
= 175.000/25%
= Rp 700.000
Impas dalam satuan waktu.
Bagi sebuah perusahaan yang baru beroperasi titik impas ini tidak selalu dapat dicapai
dalam waktu yang singkat, misalnya setahun. Industri-industri berat biasanya mencapai
titik impas setelah beberapa tahun beroperasi. Proyeksi pencapaian titik impas dalam
satuan waktu ini dapat dihitung dengan formula-formula di atas. Hasil perhitungannya
dapat dihubungkan dengan biaya, volume dan laba tahunan. Misalnya sebuah
perusahaan diperkirakan akan mencapai titik impas setelah menjual 300 unit produksi
traktor mini. Bila dalam setahun diproduksi rata-rata 100 unit traktor maka titik impas
akan dicapai setelah genap beroperasi selama tiga tahun atau 300 traktor impas dalam
unit/100 traktor produksi pertahun x 1 tahun = 3 tahun.
2. Analisis Sensivitas
Salah satu aspek penting dalam analisis cost-volume-profit ini bahwa adanya
perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisis, dapat diadakan
penilaain atau evaluasi. Aspek ini sangat penting bagi manajemen dalam proses
Page | 11
penyusunan atau perencanaan anggarn, karena hal ini memungkinkan diadakan testing
untuk menentukan akibat adanya perubahan faktor atau mempertimbangkan berbagai
alternatif. Metode yang digunakan adalah laporan laba rugi komparatif.
F. Marjin keamanan
Marjin keamanan (margin of safety) merupakan kelebihan penjualan yang dianggarkan
atau realisasi di atas volume penjualan pada titik impas. Hasil perhitungannya
menunjukan jumlah sampai seberapa besar penjualan dapat turun sehingga sampai
pada titik impas. Perhitungannya dapat dinyatakan dalam unit, satuan uang dan
presentase. Perhitungan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi manajemen agar lebih
berhati-hati dalam memelihara tingkat penjualan yang sudah di capai, agar perusahaan
tidak mengalami penurunan penjualan sampai pada suatu tingkat yang merugikan.
Dikasus diatas, misalnya PT SMR menjual 150 unit @Rp. 3.500 dengan titik impasnya
85,71 unit.
Dimana:
Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode
tertentu
Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini
perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.
Contoh:
Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp.75.000, biaya variabel per
unit Rp 2.652 harga jual per unit Rp 3.500 kapasitas produksi maksimal 150 unit dan
kenaikan laba yang direncanakan sebesar 20% maka margin pengamanan
penjualannya sebesar:
MOS = (3.500 x 150) – ( Rp 300.000)
= Rp 525.000 – Rp 300.000
= Rp 225.000
Page | 12
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat
merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan
agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin keamanan.
Dalam rangka penerapan fungsi-fungsi manajemen pendekatan analisis hubungan
biaya, volume dan laba termasuk perhitungan seperti ini akan memberikan isyarat
kepada manajemen mengenai apa yang sedang terjadi dalam pencapaian tujuan atau
perolehan laba perusahaan.
G. Pemilihan struktur biaya
Leverage operasi. Agar dapat memepertahankan stabilitas labanya, perusahaan
memerlukan analisis struktur biaya. Untuk itu diantaranya perlu dipertimbangkan faktor-
faktor operating leverage, struktur komisi penjualan, dan bauran penjualan. Leverage
operasi adalah suatu ukuran suatu ukuran kemampuan manajemen memanfaatkan
biaya tetap dalam suatu organisasi agar mencapai tingkat laba tertentu. Faktor leverage
operasi mempengaruhi sensitivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan.
Semakin tinggi biaya tetap, maka semakin tinggi operating leverage yang dicapai dan
semakin besar pula sensivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan. Jika sebuah
perusahaan mempunyai operating of leverage tinggi, maka sedikit saja peningkatan
dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan persentase yang besar dalam laba.
Sebaliknya jika perusahaan mempunyai operating leverage rendah, maka pengaruh
peningkatan dalam penjualan terhadap peningkatan laba bersih adalah rendah.
Dengan pendekatan tingkat leverage operasi tersebut selanjutnya manajemen dapat
membuat proyeksi peningkatan laba dengan menggunakan formula:
% kenaikan laba bersih = tingkat leverage operasi x % kenaikan penjualan
Memaksimalkan marjin kontribusi. Misalnya sebuah perusahaan mendapat penawaran
berupa dua pekerjaan yang sama-sama menarik. Salah satunya mendapat pembayaran
Rp 20.000 per jam dan yang lainnya Rp 30.000 per jam. Bila tidak mendapatkan
kendala kapasitas dan ingin memaksimumkan laba per jam, tentu saja secara alamiah
Page | 13
akan memilih pekerjaan dengan pembayaran Rp30.000 per jam. Tetapi bila terdapat
kendala sumber daya seperti bahan baku, tenaga kerja, atau jam mesin, maka
manajemen harus menggunakan sumber daya tersebut dengan cara yang optimum
untuk memaksimalkan laba.
Page | 14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume laba (cost-
volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendsari
hubungan-hubungan antara biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap
pula disebut analisis impas (break-even analysis) karena signifikansi mengacu pada
sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit penjualan, yang diasumsikan berkorelasi
dengan perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya-volume-laba
merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-hubungan tersebut kerap
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar kendali
manajemen.
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak mendapatkan
laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan sebagai titik
dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana total marjin
kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung
dengan menggunakan metode persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode
grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang
tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis. Dalam perencanaan analisis biaya
volume laba dapat dimanfaatkan dengan menggunakan 2 cara yaitu, analisis target
laba dan analisis sensitivitas.
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat
merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan
agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin keamanan.
Dalam rangka penerapan fungsi-fungsi manajemen pendekatan analisis hubungan
biaya, volume dan laba termasuk perhitungan seperti ini akan memberikan isyarat
kepada manajemen mengenai apa yang sedang terjadi dalam pencapaian tujuan atau
perolehan laba perusahaan.
Page | 15