22
ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS Keterkaitan Antara Sistem Transportasi dan Pengembangan Lahan. Sistem transportasi dan pengembangan lahan (land development) saling kait mengkait. Di dalam sistem transportasi, tujuan dari perencanaan adalah menyediakan fasilitas untuk pergerakan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai pemanfaatan lahan. Sedangkan di sisi pengembangan lahan, tujuan dari perencanaan adalah untuk tercapainya fungsi bangunan dan harus menguntungkan. Acapkali kedua tujuan tersebut menimbulkan konflik. Hal inilah yang menjadi asumsi mendasar dari analisis dampak lalu lintas untuk menjembatani kedua tujuan di atas, atau dengan kata lain: proses perencanaan transportasi dan pengembangan lahan mengikat satu sama lainnya. Pengembangan lahan tidak akan terjadi tanpa sistem transportasi, sedangkan sistem transportasi tidak mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan ekonomi atau aktivitas pembangunan. Hubungan Antara Fasilitas Transportasi dan Perubahan Tataguna Lahan Hubungan antara fasilitas transportasi dengan pengembangan lahan secara skematik dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Analisis Dampak Lalu Lintas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

uraian analisis dampak lingkungan

Citation preview

Page 1: Analisis Dampak Lalu Lintas

ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

Keterkaitan Antara Sistem Transportasi dan Pengembangan Lahan.

Sistem transportasi dan pengembangan lahan (land development) saling kait mengkait.

Di dalam sistem transportasi, tujuan dari perencanaan adalah menyediakan fasilitas untuk

pergerakan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai

pemanfaatan lahan. Sedangkan di sisi pengembangan lahan, tujuan dari perencanaan adalah

untuk tercapainya fungsi bangunan dan harus menguntungkan.

Acapkali kedua tujuan tersebut menimbulkan konflik. Hal inilah yang menjadi asumsi

mendasar dari analisis dampak lalu lintas untuk menjembatani kedua tujuan di atas, atau dengan

kata lain: proses perencanaan transportasi dan pengembangan lahan mengikat satu sama

lainnya. Pengembangan lahan tidak akan terjadi tanpa sistem transportasi, sedangkan sistem

transportasi tidak mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan ekonomi atau aktivitas

pembangunan.

Hubungan Antara Fasilitas Transportasi dan Perubahan Tataguna Lahan

Hubungan antara fasilitas transportasi dengan pengembangan lahan secara skematik

dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Hubungan ini memperlihatkan bahwa setiap upaya peningkatan fasilitas transportasi

akan berdampak terhadap perubahan tataguna lahan apabila tidak ada upaya pengendalian.

Page 2: Analisis Dampak Lalu Lintas

Pengendalian ini sangat penting agar upaya peningkatan fasilitas transportasi dapat bermanfaat

dan berdayaguna seoptimal mungkin.

Aksesibilitas memegang peran penting bagi para pengembang lahan. Acapkali justru

para pengembang lahan yang menciptakan aksesibilitas ke lokasi yang dikembangkan agar

kepentingan investasi dapat terwujud.

Pembatasan yang kaku terhadap perubahan tataguna lahan akan sulit dilakukan

mengingat sifat manusia dan kota yang dinamis. Untuk ini suatu keseimbangan antara

perubahan tataguna lahan dan fasilitas transportasi perlu dilakukan. Gambar 1.2 memperlihatkan

ilustrasi upaya penyeimbangan tataguna lahan dengan fasilitas transportasi.

Beberapa hal yang mempengaruhi perubahan lahan antara lain sebagai berikut:

Kebijaksanaan pemerintah baik tingkat nasional maupun daerah

Perubahan pendapatan keluarga

Perubahan preferensi keluarga dan keinginan-keinginan individual

Teknologi transportasi dan struktur biaya transportasi

Perubahan sistem transportasi

Tingkat pelayanan yang disediakan oleh sistem transportasi

Perencanaan Transportasi Kota Versus Perencanaan Tapak

Perencanaan transportasi kota secara tradisional mengidentifikasi kebutuhan transportasi dari

suatu pola tataguna lahan yang ada dan yang direncanakan pada masa datang. Berdasarkan

Page 3: Analisis Dampak Lalu Lintas

basis tataguna lahan, maka meialui empat tahapan proses perencanaan diproyeksikan

kebutuhan fasilitas tranportasi yang akan mendukung aktivitas suatu kota. Walaupun demikian

keluaran perencanaan transportasi kota tidak bersifat detail seperti kinerja simpang, efek

pengembangan lahan utama dalam suatu zona tidak teridentifikasi.

Bangkitan Lalulintas dan Bangkitan Perjalanan

Bangkitan lalulintas dan bangkitan perjalanan secara terminologi berbeda arti. Bangkitan

lalulintas (traffic generation) bangkitan pergerakan dalam satuan kendaraan yang timbul akibat

sesuatu aktivitas tataguna lahan. Sedangkan bangkitan perjalanan (trip generation) merupakan

bangkitan orang di dalam kepentingan analisis di dalam perencanaan transportasi kota. Apabila

di dalam perencanaan perjalanan menggunakan kendaraan pribadi telah diperkirakan, maka

dengan mengalikan nilai okupansi penumpang rata-rata di dalam kendaraan akan didapatkan

bangkitan lalulintas.

Aksesibilitas

Sistem transportasi merupakan elemen dasar insfrastruktur yang mempengaruhi pola

perkembangan kota . Pengaruh berupa :

Perubahan tingkat pelayanan. Perjalanan ke pusat kota dari suatu daerah pemukiman tertentu

berubah dari waktu ke waktu. Akibat pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan perjalanan

semakin meningkat yang pada gilirannya menyebabkan kemacetan lalu lintas. aksesibilitas atau

tingkat pelayanan ke pusat kota menjadi menurun yang akhirnya merubah pola perkembangan

kota. Pusat kota menjadi tidak menarik lagi dan aktifitas bergeser mendekati daerah pinggiran

kota.

Perubahan daerah pemasaran , terjadinya perubahan pemasaran akibat aktivitas akibat

meningkatnya waktu perjalanan

Proses Perencanaan Lokasi

Perencanaan lokasi (site planning) dan proses perancangan (design) pada umumnya dimulai dari

keputusan mengenai ukuran dan bentuk bangunan serta posisinya pada suatu lahan. Peletakan

bangunan biasanya berdasarkan alasan alasan estetika dan visual. Peletakan tempat parkir dan

jalan-jalan sirkulasinya dirancang kemudian di sekitar bangunan. Akhirnya lokasi pintu masuk

dan pintu keluar baru ditetapkan. Perbedaan awal pandangan antara arsitek ba ngunan (pada

umumnya) dan traffic engineer (kalaupun ada). Arsitek seialu berorientasi pada bangunan

Page 4: Analisis Dampak Lalu Lintas

terlebih dahulu, sedangkan traffic engineer berorientasi pada sejauh mana kondisi kinerja

lalulintas pada jalan di sekitar lahan dikaitkan dengan penempatan akses masuk dan keluar.

Kurangnya perhatian terhadap hubu ngan tataletak bangunan dan akses dapat menyebabkan

masalah-masalah sebagai berikut:

Kurang memadai kapasitas akses

Kemacetan di dalam lokasi lahan akibat kapasitas jalan sirkulasi kurang memadai serta

konfigurasi parkir yang kurang mendukung

Kemacetan pada sistem jalan umum di luar lahan akibat aktivitas yang terjadi di dalam

lahan itu sendiri

Kemungkinan timbulnya kecelakaan ]alulintas akibat tidak terkendalinya konflik arus

lalulintas

Keterbatasan fieksibilitas untuk penyesuaian rancangan atau perubahan sistem

pengoperasian.

Aktivitas Pengembangan Lahan

Aktivitas Utama Detail Penggunaan (contoh)

Retail

Makanan/Non makanan

Satu unit toko/sejumlah toko

Pusat penjualan tanaman

Pompa bensin

Usaha (employment)

Perkantoran

Kawasan usaha (business park)

Kawasan Industri (industrial estate)

Pergudangan (warehousing)

Perumahan (residential)

Perumahan pribadi

Apartmen

Page 5: Analisis Dampak Lalu Lintas

Panti/tempat penampungan

Pendidikan

Sekolah (TK, SD, SMP, dan SMU)

Universitas/Perguruan Tinggi

Pusat kursus/Balai pelatihan

Hotel dan Restoran

Hotel

Motel

Restoran

Kesehatan

Rumah sakit

Praktek Dokter

Puskemas

Rekreasi

Olahraga

Taman hiburan

Bioskop

Pusat kesenian

Sebelum memulai analisis dampak lalu lintas pertama kali kita harus mengenali aktivitas-aktivitas

yang dapat membangkitkan perjalanan. Dengan mengenali deskripsi tataguna lahan, maka kita

dapat mengetahui perkiraan atraktif bangunan.

Di dalam suatu pengembangan lahan dapat saja beberapa aktivitas digabung menjadi tataguna

lahan campuran.

Pemahaman terhadap pengembangan lahan mutlak diketahui pada awal analisis. Deskripsi yang

perlu diketahui antara lain:

Aktivitas campuran penggunaan lahan;

Ukuran pengembangan;

Tempat dan bentuk lokasi;

Jumlah tenaga kerja;

Page 6: Analisis Dampak Lalu Lintas

Akses;

Jam pengoperasian;

Bentuk pelayanan;

Tahapan pengembangan.

Ukuran pengembangan, lokasi dan jumlah tenaga kerja merupakan variabel sebagai basis

estimasi bangkitan perjalanan (terminologi yang lebih tepat adalah tarikan perjalanan). Walaupun

demikian jumlah tenaga kerja adalah variabel tersulit didapat mengingat pada saat perencanaan

hanya ukuran dan lokasi pengembangan saja yang paling mungkin didapat.

Pengembangan lahan yang sudah ada (existing use) merupakan informasi yang paling penting

pada perencanaan perluasan. Dampak lalu lintas bangunan yang ada dapat diukur langsung dan

dapat dijadikan pembanding. Walaupun demikian besaran bangungan dan perilaku pengunjung

akan berbeda. Hal ini disebabkan terdapat kemungkinan perpidahan pengunjung dari bangunan

lama ke bangunan baru. Bangkitan pengunjung baru secara relatif tidak sebesar sewaktu

bangunan lama pertama kali dioperasikan.

Dari semua perencanaan tampak penerapan akses sangat penting dan harus diperhatikan dari

awal perencanaan.

Prediksi Bangkitan Perjalanan

Hal-hal yang perlu dikonsiderasikan :

Ukuran bangkitan perjalanan yang digunakan adalah bangkitan kendaraan dan bukan bangkitan

perjalanan individu orang sebagaimana diprediksi di dalam perencanaan kota. Bangkitan

perjalanan individu yang tidak menggunakan kendaraan pribadi secara tidak langsung tetap

diperhatikan dengan penyediaan fasilitas pendukung angkutan umum seperti jalur pejalan kaki

dan tempat menunggu bus (bus shelter). Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwasanya

kendaraan pribadi merupakan kontribusi terbesar untuk timbulnya konflik baru yang pada

gilirannya me-nimbulkan dampak bagi lingkungan sekitarnya.

Hal-hal yang harus dikonsider antara lain:

Waktu dimana lalu lintas pada jaringan jalan dalam keadaan arus terpadat;

Waktu dimana lalu lintas yang menuju atau dari suatu pengembangan dalam keadaan

terbesar;

Bagaimana hubungan antara kedua waktu di atas terhadap jaringan jalan maupun di

dalam lokasi pengembangan;

Page 7: Analisis Dampak Lalu Lintas

Apakah terdapat variasi musiman baik pada jaringan jalan maupun aktivitas di dalam

lokasi pengembangan;

Bangkitan perjalanan pada saat tidak sibuk (off peak) kalau dimungkinkan karena

dibutuhkan untuk analisis dampak lingkungan secara keseluruhan (standar studi Amdal).

Definisi satu kali perjalanan adalah satu kali perjalanan kelokasi pengembangan atau satu kali

perjalanan dari lokasi pengembangan. Penggunaan perjalanan 2 arah (datang dan pergi) harus

tidak dipergunakan karena terminologi ini harus dinyatakan sebagai 2 perjalanan.

Metode Perkiraan Bangkitan Perjalanan

Terdapat 4 metode didalam memperkirakan bangkitan perjalanan, yaitu:

1. Menggunakan prinsip-prinsip utama (first principles);

2. Menggunakan persamaan (formulae);

3. Menggunakan model kompleks (complex models);

4. Melakukan perbandingan dengan mengembangkan yang sudah ada dan mirip dengan

yang direncanakan (comparison method).

Prinsip-prinsip Utama

Metode ini membuat asumsi-asumsi dasar dimana bangkitan perjalanan diperkirakan terjadi

seperti: kapan jam sibuk terjadi, berapa banyak pekerja akan datang dan pergi dengan

menggunakan kendaraan pribadi, berapa banyak pengunjung akan datang dan pergi dengan

menggunakan kendaraan pribadi serta berapa nilai okupansi kendaraan yang datang ke lokasi

pengembangan. Metode ini sangat tidak akurat, tetapi sangat berguna untuk memeriksa hasil

dari metode-metode lainnya.

Persamaan

Penelitian-penelitian dapat menghasilkan suatu formulasi bangkitan perjalanan dengan

menggunakan parameter-parameter tertentu seperti luas ba-ngunan, jumlah pekerja dan lain

sebagainya. Penggunaan persamaan ini harus sedikit hati-hati mengingat kondisi suatu daerah

dimana penelitian tersebut dilakukan belum tentu sama de-ngan daerah dimana analisis dampak

lalu lintas akan dilakukan.

Model Kompleks

Page 8: Analisis Dampak Lalu Lintas

Sangat dimungkinkan untuk melakukan studi analisis dampak lalu lintas menggunakan model

kompleks berdasarkan suatu program komputer seperti land use transportation model. Model ini

akan menghasilkan sebaran perjalanan serta pembebanan lalu lintas. Formula bangkitan

perjalanan pada umumnya sudah terdapat di dalam model, walaupun demikian penggunaan

model ini sering kurang akurasi seperti penetapan zona analisis serta asumsi-asumsi

didalamnya, mengingat model ini pada umumnya digunakan untuk perencanaan transportasi

kota.

Studi Banding

Metode ini paling sering digunakan, khususnya untuk pengembangan berskala lokal. Studi

banding ini dapat dilakukan secara langsung dengan melakukan survai pada objek yang sudah

ada dan mirip dengan objek yang akan dikembangkan. Selain itu studi banding dapat dilakukan

oleh instasi lain (di Amerika oleh Institution of Traffic Engineer, di Inggris oleh Kumpulan data

yang dihimpun oleh konsultan-konsultan dan dihimpun dalam database TRICS).

Tabel berikut Memperlihatkan contoh bangkitan perjalanan dikaitkan

dengan jenis aktivitas tataguna lahan.

Jenis

Tataguna

Lahan

Jenis Pengembangan Bangkitan Per Hari

Perumahan

Apartmen

Kondominium

Komonitas orang tua

5,7 per unit

5,1 per unit

3,3 per unit

Institusi

Pendidikan tinggi

Sekolah menengah

Sekolah dasar

Rumah sakit

Perpustakaan

2,2 per mahasiswa

1,3 per siswa

1,0 per siswa

9,4 per tempat tidur

58,4 per pegawai

Page 9: Analisis Dampak Lalu Lintas

Bangunan pemerintah 64,6 per 1.000 kaki persegi

Komersial

Pusat perbelanjaan (regional)

Pusat perbelanjaan (local)

Perkantoran

Bank

Bengkel mobil

315 per netto are

949 per netto are

15 per 100 kaki persegi

43 per pegawai

57 per pegawai

Industri

Industri aneka

Kawasan industri

Gudang

79 per netto are

64 per netto are

81 per netto are

Tabel Besaran dan unitisasi bangkitan perjalanan (Stover dan Koepke, 1983)

Unitisasi untuk pengukuran bangkitan perjalanan lalu lintas harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

Fungsional, berkaitan dengan volume lalu lintas yang dibangkitkan;

Relatif mudah didapatkan dan diukur;

Menyediakan nilai-nilai yang konsisten.

Sedangkan masalah akurasi data sangat tergantung dari hal-hal sebagai berikut:

Usia dari data;

Variasi harian;

Variasi lokasi;

Lalu lintas yang datang sejenak ke lokasi karena kebutuhan lokasi tersebut pada jalur

rute perjalanan sehari-hari oleh yang bersangkutan (passer traffic);

Penggunaan lahan untuk berbagai bentuk usaha;

Okupansi rata-rata kendaraan;

Nilai variabilitas (minimum, maksimum, rata-rata, variasi standar);

Jumlah sampel.

Contoh Soal

Page 10: Analisis Dampak Lalu Lintas

Sebuah toko serba ada berikut swalayan dibangun terletak berseberangan dengan pusat

perbelanjaan. Luas toko adalah 20.000 meter persegi GLA (Gross Lease Area). Diperkirakan

setiap 100 meter persegi GLA menimbulkan bangkitan perjalanan pada jam sibuk sebesar 6

kendaraan. Diperkirakan 25% pengunjung datang dari pusat perbelanjaan diseberangnya

Jawab:

1. Jumlah perjalanan pada jam sibuk = 6 x 20.000/100 = 1.200 perjalanan;

2. Bangkitan perjalanan baru ke toko serba ada = 0,75 x 1.200 = 900 perjalanan;

3. Bila diasumsikan kendaraan yang datang sebanding dengan kendaraan yang keluar,

maka pada jam sibuk bangkitan yang timbul akibat toko serba ada adalah : kendaraan

datang = 0,5 x 900 = 450 kendaraan dan kendaraan keluar = 450 kendaraan;

4. Akibatnya didalam analisis dampak lalu lintas jumlah 450 kendaraan yang datang dan

keluar dijadikan basis untuk melihat sejauh mana fasilitas infrastruktur jalan yang ada

masih dapat menampung tambahan lalu lintas dan bagaimana penempatan pintu-pintu

masuk dan keluar serta sirkulasi dan tempat parkir yang harus disediakan.

Analisis Lalu Lintas

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan

Di dalam analisis dampak lalu lintas terdapat tiga hal yang harus di analisis. Pertama, analisis

lalu lintas eksternal yang melihat sejauh mana dampak tambahan lalu lintas akibat

pengembangan lahan baru terhadap sistem jaringan yang ada. Kedua, analisis titik-titik akses

yang melihat sejauh mana titik-titik akses dipilih sehingga memberikan dampak negatif terkecil

terhadap lalu lintas eksternal. Ketiga, analisis lalu lintas internal meliputi analisis sirkulasi jalan

internal dan kebutuhan tempat parkir kendaraan.

Analisis Lalu Lintas Eksternal

Perencanaan lalu lintas eksternal melibatkan dua komponen, yaitu :

Lalu lintas berorientasi ke lokasi (site-oriented traffic), yaitu lalu lintas dimana memiliki

asal atau tujuan ke lokasi yang direncanakan.

Lalu lintas tidak berorientasi ke lokasi (non site-oriented traffic), yaitu lalu lintas yang

tidak memiliki asal atau tujuan ke lokasi tetapi melalui jalan dimuka atau disekitar lokasi

yang direncanakan (through traffic)

Site-Oriented Traffic

Page 11: Analisis Dampak Lalu Lintas

Site-Oriented Traffic relatif lebih mudah diperkirakan dibandingkan dengan Non Site-Oriented

Traffic karena hal-hal sebagai berikut:

Aktivitas penggunaan lahan diketahui dari perencanaan arsitek dan pemilik bangunan;

Jumlah lalu lintas yang diperkirakan dapat ditentukan secara langsung sesuai dengan

metode-metode tertentu;

Sebaran lalu lintas dapat diperkirakan karena terbatas pada jaringan jalan di sekitar

lokasi.

Non Site-Oriented Traffic

Non Site-Oriented Traffic merupakan arus lalu lintas menerus yang melalui lokasi

pengembangan. Asal tujuan lalu lintas jelas tidak diketahui pada level studi analisis dampak lalu

lintas. Perkiraan asal tujuan lalu lintas didapat dari studi perencanaan transportasi kota berskala

makro. Di dalam studi analisis dampak lalu lintas pencatatan lalu lintas menerus dilakukan

dengan survai primer mencatat langsung besarnya lalu lintas saat ini dan dengan faktor

perumbuhan dapat diperkirakan lalu lintas pada saat dibangun direncanakan di buka.

Sebaran dan Pembebanan Lalu Lintas

Metode Sebaran dan Pembebanan Lalu Lintas

Untuk Site-Oriented Traffic, metode sebaran lalu lintas (traffic distribution) dan pembebanan lalu

lintas (traffic assignment) dapat dilakukan secara bersamaan. Di dalam analisis dampak lalu

lintas, metode sebaran lalu lintas dapat dilakukan beberapa cara, antara lain:

1. Direct Knowledge;

2. Isochrones;

3. Gravity Model;

4. Oppurtunity Model.

Direct Knowledge

Salah satu contoh aplikasi ini adalah relokasi kantor, dengan dasar pengetahuan tempat tinggal

karyawan, maka untuk kantor baru sebaran dan pembebanan lalu lintas dapat langsung

diketahui. Hal ini juga dapat dilakukan untuk perluasan suatu usaha seperti pusat perbelanjaan.

dengan melakukan survai pada kondisi eksisting, maka sebaran dan pembebanan lalu lintas

akibat pertambahan lalu lintas dapat dianggap sama dengan kondisi saat ini.

Page 12: Analisis Dampak Lalu Lintas

Isochrones

Pendekatan ini sering digunakan dengan

mengembangkan Primary Market Area (PTA)

yang disesuaikan dengan waktu perjalanan rata-

rata. Sebagai contoh Tabel berikut

memperlihatkan PTA untuk berbagai aktivitas tataguna lahan.

Tabel Primary Trade Area untuk Berbagai Tataguna Lahan

Jenis Aktivitas

Tataguna Lahan

Waktu Tempuh

Maksimum PTA

Pusat Perbelanjaan

Regional

20-30 menit

Pusat Perbelanjaan 15-20 menit

Pertokoan Lokal 10 menit

Kawasan Industri 30 menit

Contoh Soal

Direncanakan toko serba ada berikut pasar swalayan sesuai contoh pada besaran dan unitisasi

bangkitan perjalanan, akan dibangun di lokasi seperti terlihat pada gambar 5.1a berikut :

Secara singkat analisis dampak lalulintas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Bangkitan lalulintas pada jam sibuk sudah diperkirakan pada contoh soal pada

besaran dan unitisasi bangkitan perjalanan dan didapat 450 kendaraan menuju ke lokasi

dan 450 kendaraan meninggalkan lokasi.

2. Kemudian, dicari PTA (primary trade area), yaitu waktu tempuh sekitar 15 hingga 20

menit yang kemudian digambarkan isochome-nya seperti terlihat pada Gambar 5.1 b.

Page 13: Analisis Dampak Lalu Lintas

3. Bila persentase sebaran lalulintas dianggap linier dengan jumiah penduduk, maka

dengan diketahuinya jumiah penduduk pada zone-zone analisisnya di dalam isochorne-

nya persentase sebaran lalulintas juga akan diketahui seperti terlihat pada berikut :

Tabel Perkiraan Persentase Sebaran Lalulintas (Contoh Soal )

ZoneAnalisis Jumiah Penduduk Persentase Sebaran

Lalulintas

A 1 0.000 jiwa 25,00%

B 5.000 jiwa 12,50%

C 7.500 jiwa 18,75%

D 5.000 jiwa 12,50%

E 12.500 jiwa 31,25%

Total 40.000 jiwa 100,00%

4. Sebaran lalulintas kemudian dicari dengan mendistribusikan ke zone-zone analisis

jumiah total bangkitan lalulintas seperti terlihat pada berikut. Kemudian dibebankan ke

dalam sistem jaringan jalan seperti terlihat pada Gambar 5.1c.

Page 14: Analisis Dampak Lalu Lintas

Tabel Sebaran Lalulintas Toko Serba & Pasar Swalayan (Contoh Soal).

Zone

Analisis

PersentaseSebaran

Lalulintas

Volume

DatangLokasi

Pada JamSibuk

Volume

KeluarLokasi

Pada JamSibuk

A 25,00% 1 1 3 kendaraan 1 1 3 kendaraan

B 12,50% 56 kendaraan 56 kendaraan

C 18,75% 84 kendaraan 84 kendaraan

D 12,50% 56 kendaraan 56 kendaraan

E 31,25% 141 kendaraan 141 kendaraan

Total 100,00% 450 kendaraan 450 kendaraan

Dengan menambahkan volume arus menerus (through traffic), maka dapat diukur kinerja

simpang maupun ruas di sekitar lokasi apabila perbedaan sebelum dan sesudah ditambah

bangkitan lalu lintas akibat pengembangan lahan cukup besar di atas kapasitas, maka harus

dilakukan upaya-upaya perbaikan.

Page 15: Analisis Dampak Lalu Lintas

Gravity Model

Aplikasi Gravity Model sama dengan proses yang umum dilakukan untuksebaran perjalanan

pada perencanaan transportasi kota. Persamaan umum adalah sebagai berikut :

Xij = aPj Tijb

Dimana

Xij = proporsi perjalanan (dalam satuan kendaraan) dari zona I (zona

lokasi pengembangan) ke zona

Pj = proporsi dari zona j

Tij = waktu tempuh/jarak/biaya antar zona I dan j

a,b = koefisien distribusi ( b selalu negatif, dan nilai sebesar –2 pada

umumnya terlalu rendah.

Opportunity Model

Model ini merupakan model yang kompleks dimana semua efek alternatif pengembangan

diperhatikan. Salah satu aspek yang menarik adalah perencanaan pusat perbelanjaan. Bangkitan

perjalanan (dan lalulintas) pada shopping model yang digunakan oleh pengembang retail pada

dasarnya berbasis aspek perputaran uang (financial turnover) dan bukan perjalanan. Di dalam

model ini perlu dikaji hubungan antara perputaran uang dengan perjalanan khususnya yang

berkaitan dengan pusat perbelanjaan.

 

Format Analisis Dampak Lalu lintas

Kapan Suatu Pengembangan Harus Melakukan Analisis Dampak Lalulintas ?

Di Indonesia pengaturan analisis dampak lalulintas belum sebaku analisis dampak lingkungan

(Amdal). Di DKI Jakarta acapkaii analisis dampak lalulintas dijadikan bagian dari analisis dampak

lingkungan, khususnya sewaktu membahas aspek transportasi.

Tidak semua pengembangan harus melakukan kajian analisis dampak lalulintas, khususnya

pengembang berskala kecil. Permasalahan definisi skala kecil perlu ditetapkan. Sedangkan skala

Page 16: Analisis Dampak Lalu Lintas

yang sangat besar sehingga merupakan kota di dalam kota mungkin harus dilakukan suatu studi

makro terlebih dahulu (perencanaan transportasi kota) sebelum masuk ke kajian analisis dampak

lalulintas untuk unit-unit bangunan di dalamnya.

"Warrant"Analisis Dampak Lalulintas di Inggris

Sebagai ilustrasi di lnggris telah dibuat warrant untuk kajian analisis dampak lalulintas (TUE,

1997), yaitu:

pengembangan perumahan yang melebihi 200 unit bangunan kawasan niaga dengan gross floor

area (GFA) melebihi 5.000 meter persegi pergudangan dengan GFA melebihi 10.000 meter

persegi pertokoan dengan G FA melebihi 1 000 meter persegi 100 perjalanan (kendaraan) masuk

dan keluar pada jam sibuk ke suatu bangunan atau bangunan dengan memiliki petak parkir untuk

100 kendaraan atau lebih dengan akses tunggal ke jalan umum terdekat.

Laporan Analisis Dampak Lalulintas

Laporan analisis dampak lalulintas (modifikasi dari TUE,1997) setidak-tidaknya berisi hal sebagai

berikut:

1. Ringkasan Non-Teknis, berisi resume non teknis mengenai deskripsi pengembangan

dan proyeksi lalulintas.

2. Kondisi Saat lni, berisi deskripsi keadaan lalulintas saat ini termasuk juga fasilitas

infrastruktur transportasi di sekitar lokasi, manajemen lalulintas, fasilitas angkutan umum

dan kebijakan transportasi yang diterapkan oleh pemerintah daerah setempat (seperti

retribusi parkir dan lain sebagainya).

3. Proposal Pengembangan, berisi deskripsi bangunan yang direncanakan dibangun

dengan semua aspeknya seperti koefisien dasar bangunan, luas bangunan dan jumiah

petak parkir.

4. Bangkitan Lalu lintas, berisi kuantifikasi perkiraan bangkitan lalulintas yang timbul

bedasarkan suatu methode yang digunakan. Perkiraan ini harus menunjukan bangkitan

lalulintas per hari dan pada jam sibuk (baik jam sibuk lalulintas di jalan maupun jam sibuk

di dalam lokasi). Perkiraan ini meliputi kondisi pada hari kerja dan hari libur (khususnya

yang dapat membangkitkan lalulintas pada hari libur). Apabila terdapat tahapan

pengembangan juga harus dikaji bangkitan lalu lintasnya.

Page 17: Analisis Dampak Lalu Lintas

5. Sebaran Lalulintas, berisi deskripsi daerah pengaruhnya dan konsiderasinya,

identifikasi jenis-jenis perjalanan (perjalanan utama dan perjalanan bukan utama),

identifikasi sistem jaringan jalan dan zona analisisnya yang diakhiri dengan kuantifikasi

sesuai bangkitan lalulintas dan waktu pengamatan yang dibahas pada butir 4 di atas.

6. Pembebanan Jaringan Jalan, berisi antara lain identifikasi rute-rute lalulintas utama,

pembahasan konflik pada simpang-simpang terdekat dan titik-titi akses.

7. Upaya Penanggulangan. berisi usulan penanggulangan apabila pembebanan lalu

lintas menyebabkan kinerja jaringan jalan menjadi buruk serta tahun target pengujiannya

(sewaktu bangunan dioperasikan secara penuh atau tahapan apabila pengembang

melakukannya).

8. Dampak Sistem Jaringan Jalan, berisi kajian dari perubahan detail rancangan, apakah

terdapat kondisi yang tidak memenuhi standar, aspekaspek keselamatan lalulintas dan

fasilitas angkutan umum serta pejalan kaki.

9. Sirkulasi Internal, berisi rancangan sirkulasi internal, titik-titik akses

ke lokasi serta rancangan tempat parkir dan fasilitas menaikan

dan menurunkan barang serta fasilitas untuk kondisi darurat.

undefined

undefined

More...

undefined

[Close]

undefined

[Close]

undefined

Page 18: Analisis Dampak Lalu Lintas