66
ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA (SiO2) SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

  • Upload
    trannhu

  • View
    261

  • Download
    11

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA (SiO2)SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE)

(Skripsi)

Oleh

TRIANASARI

JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

ABSTRAK

ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA (SiO2)SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE)

Oleh

TRIANASARI

Telah dilakukan analisis dan karakterisasi tentang silika dari batu apung denganmetode ekstraksi menggunakan NaOH, H2SO4, dan HCl. Serbuk batu apungsebelum ekstraksi dikalsinasi pada suhu 450 oC selama 4 jam. Sedangkan serbukhasil ekstraksi dikalsinasi pada suhu 800 oC selama 3 jam. Serbuk sebelum dansetelah ekstraksi dikarakterisasi dengan X-Ray Diffraction (XRD) dan ScanningElectron Microscopy-Energy Dispersive X-Ray Spectrometry (SEM-EDS). Selainitu dilakukan pula karakterisasi Differential Thermal Analysis-ThermogravimetricAnalysis (DTA-TGA) untuk sampel sebelum ekstraksi dan Transmission ElectronMicroscopy (TEM) untuk sampel setelah ekstraksi. Pola XRD serbuk batu apungberbentuk amorf yang didominasi oleh silika dengan beberapa puncak kristalmerupakan senyawa oksida selain silika. Hasil tersebut telah dikonfirmasi denganSEM-EDS yang menunjukkan bahwa kandungan silika memiliki persentasetertinggi, yaitu 65,88% untuk sampel sebelum ekstraksi dan 78,95% untuk sampelsetelah ekstraksi. Dari pengamatan TEM menunjukkan partikel berbentuk bulat,dengan ukuran butiran partikel sebesar 5,8 ± 0,2 nm. Analisis DTA-TGA untukserbuk batu apung menunjukkan terjadinya peristiwa endoterm dan eksoterm yangdisertai dengan penyusutan massa seiring dengan kenaikan suhu pemanasan.

Kata kunci: batu apung, silika, metode ekstraksi, dan nanostruktur.

Page 3: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

ABSTRACT

ANALYSIS AND CHARACTERIZATION SILICA (SiO2) CONTENT AS ARESULT OF PUMICE EXTRACTION

By

TRIANASARI

Analysis and characterization of silica from pumice was done by extractionmethod using NaOH, H2SO4, and HCl. Powder of pumice before extraction wascalcined at 450 oC for 4 hours. The extraction powder was calcined at 800 °C for3 hours. The powder before and after the extraction were characterized by X-RayDiffraction (XRD) and Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive X-RaySpectrometry (SEM-EDS). Sample also characterized by Differential ThermalAnalysis-Thermogravimetric Analysis (DTA-TGA) before extraction and afterextraction was analyzed by Transmission Electron Microscopy (TEM). XRDpattern powder of pumice dominated by amorphous silica. The results have beenconfirmed with SEM-EDS showing that the silica content has the highestpercentage, ie 65.88% for the sample before extraction and 78.95% for the sampleafter extraction. From the TEM observation it shows spherical particles, withparticle size of 5.8 ± 0.2 nm. DTA-TGA analysis for pumice powder shows theoccurrence of endotherm and exothermic events accompanied by mass shrinkagealong with warming temperature rise.

Keywords: pumice, silica, extraction method, and nanostructure.

Page 4: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA (SiO2)SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE)

Oleh

TRIANASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA SAINS

Pada

Jurusan FisikaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2017

Page 5: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI
Page 6: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI
Page 7: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI
Page 8: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Trianasari, dilahirkan pada tanggal 17 Juli 1993 di

Gedung Dalem Kecamatan Batanghari Nuban Lampung Timur, dari pasangan

Bapak Boiman dan Ibu Juminah, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 02

Gedung Dalem pada Tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 03

Batanghari Nuban pada Tahun 2008, Sekolah Menengah Atas Negeri 01

Pekalongan pada Tahun 2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fisika FMIPA

Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur SNMPTN Tertulis.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Sains

Dasar Fisika pada tahun 2013/2014 dan 2014/2015, asisten praktikum Fisika

Dasar 1 pada tahun 2014/2015 dan 2015/2016, dan asisten praktikum Fisika Inti

pada tahun 2016/2017. Pada tahun 2015, penulis menyelesaikan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di PT. Adhi Wijayacitra, Bekasi dengan judul “Pengujian

Penetrasi Welding (Fotomakro) Part Stay Comp Fuel Hose Clamper 17533-K60A-

B011 Menggunakan Digital Microscope di PT. Adhi Wijayacitra”. Penulis juga

melakukan pengabdian masyarakat dengan mengikuti program Kuliah Kerja

Nyata (KKN) Universitas Lampung tahun 2015 di Desa Karta Raharja,

Kecamatan Tulang Bawang Udik, Tulang Bawang Barat, Lampung. Selain itu,

Page 9: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

penulis juga pernah aktif dalam bidang organisasi sebagai anggota keputrian

ROIS FMIPA Unila periode 2013/2014, anggota Biro Danus HIMAFI FMIPA

Unila periode 2014/2015 dan sebagai Sekretaris Biro Kesekretariatan HIMAFI

FMIPA Unila periode 2015/2016.

Page 10: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

Bismillahirrohmanirrohim

Dengan rasa syukur kepada Allah swt., ku persembahkan karya kecilini kepada:

Kedua orang tuaku tercinta,Bapak Boiman dan Ibu Juminah

(My Hero, My Inspiration)

Kakak, adik, beserta keluarga besar yang selalu memberikancandaan dan semangat,

Rekan-rekan seperjuanganku FISIKA FMIPA UNILA2012

Serta Almamater Tercinta

“UNIVERSITAS LAMPUNG”

Page 11: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

MOTTO

Senyummu dihadapan saudaramu adalah sedekah(HR. Tirmidzi)

Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidakmenyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan

(Hud:115)

If you never try, you’ll never know…

Page 12: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS DAN

KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA (SiO2) SEBAGAI HASIL

EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE)” yang merupakan syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si.) pada bidang Material Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Skripsi ini merupakan karya bagi penulis yang dipersembahkan kepada almamater

tercinta. Skripsi ini menjelaskan tentang kandungan silika (SiO2) di dalam batu

apung yang diperoleh dalam skala nano. Di dalam skripsi ini dilakukan analisis

terhadap serbuk batu apung yang diperoleh melalui proses ekstraksi dan kemudian

dikarakterisasi dengan menggunakan XRD, SEM-EDS, TEM, dan DTA-TGA

untuk mendapatkan kandungan nanosilika di dalam batu apung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menuju hasil yang

lebih baik.

Bandar Lampung, Oktober 2017

Trianasari

Page 13: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

SANWACANA

Alhamdulillah, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik berkat dorongan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Posman Manurung atas kesediaannya menjadi pembimbing I.

2. Bapak Drs. Pulung Karo-Karo, M.Si. atas kesediaannya menjadi pembimbing

II.

3. Ibu Dr. Yanti Yulianti, M.Si. atas kesediannya sebagai penguji.

4. Bapak Prof. Warsito, D.E.A selaku Dekan FMIPA.

5. Bapak Arif Surtono, S.Si., M.Si., M..Eng. selaku Pembimbing Akademik dan

Ketua Jurusan yang selalu memberikan saran dan masukan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan tambahan ilmu

dan wawasan selama perkuliahan.

7. Kedua orang tuaku Bapak Boiman dan Ibu Juminah yang selalu memberi

semangat, dukungan, dan do’a.

8. Yuk Gini, Kang Waris, Mbak Sera, Adikku Ari, serta keponakanku Fia dan

Yogi atas semua doa, dukungan, canda-tawa yang selalu hadir selama

penyelesaian tugas akhir ini.

9. Para sahabat sekaligus keluargaku M.Muntamijayati, Wulan Kartika Wati,

Ma’sum Ansori, Imaniar Romaeni, Nengah Okta Yuliani yang tak pernah

Page 14: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

lelah untuk do’a, semangat, canda-tawa, serta kebersamaannya selama ini.

10. Jayanti Pusvitasari dan Nurqori setiawati sebagai tim seperjuangan dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

11. Teman-teman angkatan 2012 atas bantuan dan kebersamaannya serta adik-adik

angkatan 2013, 2014, dan 2016.

12. Keluargaku di Kosan Sabianova, Ratih, Meta, Erni, Niken, dan semuanya

tanpa terkecuali, keceriaan yang kalian berikan yang tak pernah habis.

13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang telah

membantu penulis selama menyelesaikan tugas akhir.

Semoga Allah swt senantiasa membalas dengan kebaikan.

Bandar Lampung, Oktober 2017

Trianasari

Page 15: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

xiv

DAFTAR ISI

HalamanABSTRAK ..................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v

PERNYATAAN ............................................................................................. vi

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii

PERSEMBAHAN .......................................................................................... ix

MOTTO ......................................................................................................... x

KATA PENGANTAR ................................................................................... xi

SANWACANA .............................................................................................. xii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xviii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 11.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 41.3 Batasan Masalah ........................................................................... 41.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 41.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Batuan dan Batu Apung .................................................... 6

Page 16: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

xv

2.2 Batu Apung .................................................................................. 82.3 Silika ............................................................................................. 122.4 Silika Amorf ................................................................................. 152.5 Aplikasi Silika .............................................................................. 162.6 Metode Ekstraksi .......................................................................... 172.7 Kalsinasi ....................................................................................... 202.8 Nanomaterial ................................................................................ 202.9 X-Ray Diffraction (XRD) ............................................................. 222.10 Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Energy Dispersive

Spectroscopy (EDS) ...................................................................... 232.11 Transmission Electron Microscopy (TEM) .................................. 272.12 Thermogravimetric Analysis (TGA) dan Differential Thermal

Analysis (DTA) ............................................................................ 29

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 313.2 Bahan dan Alat Penelitian ............................................................ 313.3 Prosedur Penelitian ....................................................................... 323.4 Diagram Alir Penelitian ............................................................... 343.5 Karakterisasi ................................................................................. 35

3.5.1 Karakterisasi XRD .............................................................. 363.5.2 Karakterisasi SEM-EDS....................................................... 363.5.3 Karakterisasi TEM .............................................................. 383.5.4 Karakterisasi DTA-TGA ..................................................... 39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengantar ...................................................................................... 414.2 Hasil Ekstraksi Silika Batu Apung ............................................... 414.3 Hasil Analisis XRD dan EDS ....................................................... 434.4 Hasil Analisis SEM ...................................................................... 534.5 Hasil Analisis TEM ...................................................................... 564.6 Hasil Analisis DTA-TGA ............................................................. 58

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 615.2 Saran ............................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Siklus batuan ............................................................................................ 7

2.2 Struktur silika ........................................................................................... 13

2.3 Diagram alir preparasi dan ekstraksi sekam padi ..................................... 19

2.4 Definisi nanomaterial menurut Siegel ...................................................... 21

2.5 Skema difraksi sinar-X ............................................................................ 23

2.6 Skema kerja alat SEM .............................................................................. 26

2.7 Sistem dasar TEM .................................................................................... 27

3.1 Diagram alir proses preparasi serbuk batu apung .................................... 34

3.2 Diagram alir proses ekstraksi silika batu apung........................................ 35

4.1 Proses ekstraksi silika batu apung ............................................................ 43

4.2 Difraktogram hasil XRD sampel A .......................................................... 46

4.3 Hasil analisis EDS sampel A ................................................................... 48

4.4 Difraktogram hasil XRD sampel B .......................................................... 49

4.3 Hasil analisis EDS sampel B .................................................................... 50

4.6 Difraktogram hasil XRD sampel C yang telah digabungkan dengan

sampel A dan B ........................................................................................ 52

4.7 Hasil foto SEM ......................................................................................... 53

4.8 Hasil TEM sampel B ................................................................................ 56

Page 18: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

xvii

4.9 Grafik TGA serbuk batu apung ............................................................. 58

4.10 Grafik DTA serbuk batu apung ............................................................. 59

Page 19: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Nilai titik didih dan titik leleh senyawa dalam batu apung ....................... 10

2.2 Bentuk kristal utama silika ........................................................................ 12

2.3 Karakteristik silika amorf .......................................................................... 16

4.1 Hasil analisis kuantitatif senyawa oksida sampel A ................................. 48

4.2 Hasil analisis kuantitatif senyawa oksida sampel B .................................. 50

Page 20: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mempunyai

struktur berpori-pori, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik

silikat. Kemunculan batu apung selalu berkaitan dengan rangkaian gunung

api berumur Kuarter sampai Tersier. Penyebaran meliputi daerah Serang,

Sukabumi, Pulau Lombok, dan Pulau Ternate (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tekmira, 2005). Di daerah Lampung kemunculan batu apung

menyebar di beberapa tempat, diantaranya di Pulau-Pulau Krakatau,

Lampung Barat, dan Kabupaten Tanggamus.

Batu apung adalah batuan vulkanik berpori yang mengandung proporsi yang

signifikan untuk silika (SiO2) dan alumina (Al2O3), juga memiliki kandungan

zat besi yang rendah. Berdasarkan hasil analisis kimia, persentase yang

dihasilkan untuk komponen SiO2 dan Al2O3 adalah masing-masing sebesar

48% dan 14,9% (Mourhly et al., 2015) dan masing-masing 70,21% dan

13,63% (Ersoy et al. 2010). Selain komponen tersebut, terdapat juga

komponen lain, seperti MgO, Na2O, CaO, Fe2O3, K2O, dan lain-lain. Pusat

penelitian dan pengembangan Tekmira (2005) juga menyatakan bahwa sifat

kimia dan fisika dari batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida SiO2,

Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss

Page 21: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

2

of Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah (perbandingan massa per volume

partikel ditambah dengan ruang pori) 480-960 kg/cm3, peresapan air (water

absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound

transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi, konduktifitas

panas (thermal conductivity) rendah, dan ketahanan terhadap api sampai

dengan 6 jam.

Silika dapat diperoleh dari mineral, nabati, dan sintesis. Senyawa ini

merupakan bahan baku untuk memproduksi gelas dan keramik. Silika adalah

senyawa oksida yang paling melimpah ketersediaannya di alam. Senyawa ini

terdapat dalam bentuk amorf (tak beraturan) atau polikristal (bentuk kristal

yang berbeda-beda). Silika mineral biasanya diperoleh melalui proses

penambangan. Karena silika mineral sulit untuk didapatkan, maka diperlukan

alternatif lain untuk mendapatkan silika seperti silika nabati (alam) dan

sintesis. Silika sintesis didapatkan dengan menggunakan bahan fumed silika

TEOS dan TMOS menggunakan metode pelelehan. Proses pelelehan dimulai

dengan pemanasan dan kristalisasi yang bersesuaian dengan mineral tersebut.

Pelelehan tergantung pada pereduksian suhu leleh, perubahan dalam medium

(Pitak and Ansimova, 1977) dan membutuhkan suhu yang sangat tinggi.

Dalam mendapatkan silika sintesis tersebut ternyata membutuhkan harga

yang relatif mahal dan prosesnya yang cukup rumit sehingga diperlukan

alternatif lain untuk mendapatkan silika yaitu dengan silika nabati yang dapat

ditemui pada sekam padi dan daun bambu. Selain itu, silika secara alami

terkandung dalam pasir, kerikil, dan batu-batuan. Serbuk silika dapat

Page 22: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

3

diperoleh dari pasir alam melalui metode ekstraksi padat-cair (leaching)

seperti yang diperoleh di daerah Pantai Bancar, Tuban, Jawa Timur, dan dari

penelitian tersebut diperoleh kandungan silika quartz sebesar 71,3% dengan

fasa amorf (Ramadhan et al., 2014).

Silika nabati juga dapat diperoleh dengan menggunakan sekam padi dan

ampas tebu. Penelitian dilakukan oleh Suka et al. (2008), dengan

menggunakan sekam padi melalui proses ekstraksi yang berasal dari daerah

Tanggamus, Provinsi Lampung. Dari hasil penelitian dan karakterisasi,

dinyatakan bahwa sekam padi mempunyai kadar silika yang cukup tinggi

dengan kemurnian sekitar 95,35% dengan fasa amorf. Kemudian penelitian

terhadap ampas tebu juga dilakukan oleh Hanafi dan Nandang (2010) melalui

proses pengabuan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa silika yang

dihasilkan dalam suhu pengabuan 500-600oC berbentuk amorf, sedangkan

dengan suhu pengabuan 700-800oC berbentuk kristal dan hasil analisis

menunjukkan kadar silika rata-rata yang terkandung dalam abu ampas tebu

adalah 64,65% dengan sisanya adalah oksida-oksida logam K, Mg, Na, Fe,

dan Al.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mensintesis

silika dari berbagai sumber alam, seperti pada pasir, sekam padi, ampas tebu,

dan lain sebagainya, ternyata silika dapat juga diperoleh dari batu apung

seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Mourhly et al. (2015) dengan

batu apung dari Maroko, dan Ersoy et al. (2010) dengan batu apung dari

Turki. Melihat tingginya kandungan silika pada batu apung dari Maroko dan

Page 23: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

4

Turki, dan banyaknya keberadaan batu apung di Indonesia, merupakan alasan

melakukan penelitian ini untuk mengekstraksi silika dari batu apung terutama

yang terdapat di daerah Lampung. Pada penelitian ini, batu apung yang

digunakan berasal dari Pantai Pasir Putih, Lampung Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja kandungan atau komposisi kimia dari serbuk batu apung?

2. Berapa persentase silika yang terdapat dalam batu apung?

3. Fasa apa yang terbentuk dalam serbuk batu apung?

4. Berapakah distribusi ukuran partikel sampel batu apung?

5. Apa pengaruh perlakuan termal pada serbuk batu apung?

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah analisis dan karakterisasi

kandungan silika batu apung dan nanosilika hasil ekstraksi batu apung yang

berasal dari Pantai Pasir Putih dengan menggunakan XRD, SEM-EDS, TEM,

dan TG-DTA.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui persentase kandungan silika yang terdapat pada batu apung

sebelum dan setelah proses ekstraksi dengan menggunakan EDS.

2. Melihat fasa yang terbentuk dari silika batu apung sebelum dan setelah

proses ekstraksi menggunakan XRD.

Page 24: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

5

3. Menghitung distribusi ukuran partikel berdasarkan hasil karakterisasi

TEM.

4. Mengetahui pengaruh perlakuan termal terhadap sampel serbuk batu

apung.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui unsur apa saja yang terkandung dalam serbuk batu

apung sebelum dan setelah proses ekstraksi melalui karakterisasi XRD

dan SEM-EDS.

2. Dapat mengetahui fasa yang terbentuk dalam serbuk silika batu apung

sebelum dan setelah proses ekstraksi melalui karakterisasi XRD.

3. Dapat mengukur dan menghitung distribusi ukuran partikel sampel batu

apung.

4. Dapat mengetahui pengaruh perlakuan termal terhadap sampel batu apung.

Page 25: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Siklus Batuan dan Batu Apung

Batuan merupakan bagian utama dari Bumi ini. Jenis-jenis batuan

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu batuan beku, sedimen dan malihan atau

metamorfosis. Berbagai penelitian dilakukan oleh para ahli Geologi terhadap

batuan, yang menyimpulkan bahwa antara ketiga kelompok batuan tersebut

memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lainnya, dan batuan beku

dianggap sebagai “nenek moyang” dari batuan yang lain. Dengan adanya

perjalanan waktu dan keadaan, terjadilah proses perubahan dari satu

kelompok batuan ke kelompok batuan lainnya seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 2.1 sebagai siklus batuan.

Dalam siklus tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan

dan pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat,

akan diikuti oleh proses penghabluran yang dapat berlangsung dibawah atau

diatas permukaan Bumi melalui erupsi gunung berapi. Ketika batuan beku

tersebut bersentuhan dengan atmosfir dan hidrosfir, akan terjadi proses

pelapukan dan penghancuran. Selanjutnya, batuan yang telah hancur akan

dipindahkan/digerakkan dari tempatnya terkumpul oleh gaya berat, air yang

mengalir diatas dan dibawah permukaan, angin yang bertiup, gelombang

dipantai dan gletser di pegunungan-pegunungan yang tinggi. Bahan-bahan

Page 26: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

7

yang diangkut baik itu berupa fragmen-fragmen atau bahan yang larut,

kemudian akan diendapkan ditempat-tempat tertentu sebagai sedimen.

Sedimen yang bersifat lepas akan berubah menjadi batuan yang keras akibat

pembebanan dan perekatan senyawa mineral dalam larutan, dan kemudian

membentuk batuan sedimen. Apabila terjadi peningkatan tekanan dan suhu

akibat penimbunan atau terlibat dalam proses pembentukan pegunungan,

maka batuan sedimen akan berubah menyesuaikan lingkungan baru,

membentuk batuan malihan atau metamorfosis. Batuan metamorphosis akan

kembali leleh dan menjadi magma, apabila masih terjadi peningkatan tekanan

dan suhu.

Gambar 2.1. Siklus batuan (Noor, 2009).

Page 27: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

8

Batu apung (pumice) merupakan batuan piroklastik yang termasuk ke dalam

batuan beku ekstruksif yang terbentuk dari hasil erupsi gunung api

(volkanisme). Dimana pembentukan batuan beku tersebut terjadi di

permukaan Bumi. Hasil erupsi gunung api mengeluarkan magma yang

dilemparkan (explosive) ke udara melalui lubang kepundan dan membeku

dalam berbagai ukuran mulai dari debu (ash) hingga bongkah (boulder).

2.2. Batu Apung

Batu apung disebut pula batu timbul, yaitu jenis batu yang berasal dari

gunung berapi yang tidak tenggelam di dalam air. Warnanya bermacam-

macam, dari yang kekuning-kuningan hingga jingga, kemerah-merahan, abu-

abu kebiru-biruan, abu-abu, dan warna-warna lainnya. Unsur terbanyak yang

terkandung di dalam batu apung adalah silika. Selain itu ada juga bahan lain

seperti alumina, besi oksida, potash, dan soda. Batu apung digunakan untuk

berbagai kepentingan manusia seperti bahan mentah untuk membuat bahan

polesan, bata tahan api, pengasah, cat, pasta gigi, sabun tangan, dan lain-lain.

Sesuai asal keberadaannya, batu apung terdapat di tempat-tempat yang tidak

jauh dari gunung berapi yang banyak terdapat di Indonesia (Komandoko,

2010).

Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api yang

mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara

horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung

mempunyai sifat vesicular (struktur berlubang) yang tinggi, mengandung

jumlah sel yang banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam

Page 28: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

9

yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan

lepas atau fragmen-fragmen dalam batuan breksi gunung api. Sedangkan

mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung adalah feldspar, kuarsa,

obsidian, kristobalit, dan tridimit. Jenis batuan lainnya yang memiliki struktur

fisika dan asal terbentuknya sama dengan batu apung adalah pumicit,

volkanik cinter, dan scoria.

Didasarkan pada cara pembentukan, distribusi ukuran partikel (fragmen), dan

material asalnya, batu apung diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu:

sub-areal, sub-aqueous, new ardante, dan hasil endapan ulang (redeposit).

Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida SiO2,

Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss

of Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah (perbandingan massa per volume

partikel ditambah dengan ruang pori) 480-960 kg/cm3, peresapan air (water

absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound

transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi, konduktifitas

panas (thermal conductivity) rendah, dan ketahanan terhadap api sampai

dengan 6 jam (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tekmira, 2005).

Penelitian juga telah dilakukan terhadap batu apung yang berasal dari

Maroko. Batu apung adalah batuan vulkanik berpori yang mengandung

proporsi yang signifikan untuk silika (SiO2) dan alumina (Al2O3), juga

memiliki kandungan zat besi yang rendah. Berdasarkan hasil analisis kimia,

persentase yang dihasilkan untuk komponen SiO2 dan Al2O3 adalah sebesar

48% dan 14.9%. Selain komponen tersebut, terdapat komponen lain yang

Page 29: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

10

juga terdeteksi, seperti MgO, Na2O, CaO, Fe2O3, dan K2O (Mourhly et al.,

2015).

Sebelumnya Ersoy et al. (2010) juga telah melakukan penelitian untuk

mendapatkan kandungan komposisi kimia dari batu apung yang diperoleh

dari Tatvan, Turki. Hasil analisis kimia dari batu apung tersebut adalah SiO2

70,21 wt%, Al2O3 13,63 wt%, K2O 5,12 wt%, Na2O 2,20 wt%, CaO 2,11

wt%, Fe2O3 1,72 wt%, MgO 0,60 wt%, MnO 0,26 wt%, TiO2 0,16 wt%, SO3

0,09 wt%, P2O5 0,08 wt%, dan LOI 3,82 wt%. Seperti yang terlihat dari hasil

yang diperoleh, SiO2 dan Al2O3 merupakan komponen utama dalam batu

apung. Selain itu, nilai titik didih dan titik leleh dari komponen-komponen

tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Nilai titik didih dan titik leleh senyawa dalam batu apung.Senyawa Titik Didih ( ) Titik Leleh ( )

SiO2 2230[1] 1610[1]

Al2O3 2980[1] 2045[1]

K2O - 740[5]

Na2O - 1275[6]

CaO 2850[2] 2572[2]

Fe2O3 - 1566[4]

MgO 3600[1] 2800[1]

MnO - 1840[7]

TiO2 2900[3] 1855[3]

SO3 44.8[1] 16.8[1]

P2O5 - 300-360[8]

Note: [1]Chang, 2005. [2]MSDS, 1996. [3]MSDS, 1998. [4]MSDS, 2012. [5]Lide, 2009.[6]ICSC, 2006. [7]Lide, 2000. [8]MSDS, 1996.

Pemakaian batu apung yang terbatas dan ketersediaannya yang cukup besar di

alam, mendorong untuk melakukan penelitian lebih jauh lagi tentang batu

apung terutama sebagai bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan

Page 30: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

11

pokok maupun bahan campuran dalam dunia industri. Beberapa pemanfaatan

batu apung banyak digunakan dalam dunia penelitian, salah satunya adalah

batu apung digunakan sebagai sumber silika dalam pembuatan zeolit sintetis

(Mahaddilla dan Putra, 2013). Selain itu, batu apung digunakan sebagai

agregat ringan pengganti sebagian agregat kasar pada campuran beton normal

(Hunggurami et al., 2013), dan pengganti filler untuk campuran aspal

(Kumalawati et al., 2013).

Penggunaan batu apung sebagai adsorben untuk menghilangkan logam pada

limbah air dengan biaya rendah adalah proses yang tepat. Pada penelitian

mengenai pengadsorbsian ion logam tembaga (Cu2+) dan kromium (Cr3+)

yang merupakan logam berat yang terdapat pada limbah air industri

electroplatting (menyepuh dengan listrik), menunjukkan bahwa serbuk batu

apung efektif untuk menghilangkan ion logam dalam air. Hasil menunjukkan

bahwa lebih dari 80% dan 87% dari kation menghilang dari air pada pH 8,0

dengan masing-masing menggunakan batu apung (pumice) dan

polyacrylonitrile (komposit batu apung). Efisiensi batu apung hampir sama

dengan adsorben mahal, seperti karbon aktif dan kitosan, dan biaya yang

murah sama dengan silika gel, seperti zeolit alam (Yavuz et al., 2008). Asgari

et al. (2012) juga mempelajari adsorbsi fluoride dengan menggunakan batu

apung dan memperoleh hasil dengan efisiensi 96% pada pH 6,0 dan untuk

kadmium dengan efisiensi 90% pada pH 6,0 (Alemayehu and Lennartz,

2009).

Page 31: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

12

2.3. Silika

Silika adalah keramik temperatur tinggi yang banyak digunakan dalam

industri baja dan gelas. Batu silika dibuat dengan membakar kuarsa yang

tingkat kemurniannya rendah pada temperatur 1450oC, dan dengan demikian

mengkonversi sedikitnya 98,5% bagiannya menjadi campuran tridimit dan

kristobalit yang bentuknya lebih terbuka dan kurang padat. Istilah konversi di

sini ekivalen dengan istilah konversi untuk transformasi alotropi pada

material metalik dan merujuk pada transformasi yang karakternya dapat

disusun ulang, melibatkan pemutusan dan penggabungan kembali ikatan

interatomik. Perubahan zat padat ini umumnya lambat dan akibatnya strukur

kristal sering kali tertahan dalam kondisi metastabil pada temperatur di luar

rentang stabilitas nominal yang dicantumkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Bentuk kristal utama silika (Smallman and Bishop, 1999).Bentuk Rentang stabilitas (oC) Modifikasi Kerapatan (kgm-3)

Kristobalit 1470-1723 (t.l.)__(kubik)

__(tetragonal)22102330

Tridimit 870-1470

__(?)

__(heksagonal)

__(ortorombik)

-23002270

Kuarsa <870__(heksagonal)

__(trigonal)26002650

Salah satu contoh struktur silika dapat dilihat pada Gambar 2.1. Struktur

silika ini diperoleh menggunakan PCW dengan data-data yang didapatkan

dari ICDS Collection Code 30269.

Page 32: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

13

a b

c

O

Si

O

O

Si

Si

O

O

O

Si

Si

O

O

PowderCell 2 .0

Gambar 2.2. Struktur silika (ICSD, 1997).

Silika (SiO2) adalah salah satu unsur hara yang dibutuhkan tanaman, terutama

padi dan tanaman lain yang bersifat akumulator Si. Silika juga merupakan

unsur kedua terbesar di kerak bumi, dan sebagian besar Si terdapat di dalam

tanah. Silika termasuk unsur nonesensial sehingga perannya kurang mendapat

perhatian. Namun Si berperan dalam meningkatkan fotosintesis dan resistensi

tanaman terhadap cekaman biotik (serangan hama dan penyakit) dan abiotik

(kekeringan, salinitas, alkalinitas, dan cuaca ekstrim) (Warta Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, 2010).

Silika secara alami terkandung dalam pasir, kerikil, dan batu-batuan. Serbuk

silika diperoleh dari pasir alam dengan metode ekstraksi padat-cair (leaching)

seperti yang diperoleh di daerah Pantai Bancar, Tuban, Jawa Timur. Dari

penelitian yang dilakukan diperoleh kandungan silika quartz sebesar 71,3%

yang berbentuk amorf (Ramadhan et al., 2014). Mourhly et al. (2015)

melakukan penelitian dengan mensintesis silika dari batu apung (pumice

rock) yang berasal dari daerah Maroko. Reaksi kimia yang terjadi dalam

Page 33: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

14

proses sintesis serbuk silika pada batu apung yang dilakukan oleh Mourhly et

al. (2015), yaitu:

SiO2 + 2NaOH Na2SiO3 + H2O (2.1)

Na2SiO3 + H2SO4 SiO2 + Na2SO4 + H2O (2.2)

Ketika serbuk batu apung dicampurkan dengan natrium hidroksida, akan

dihasilkan natrium silikat yang bercampur air. Natrium silikat direaksikan

dengan asam sulfat hingga terjadi endapan dari silika, natrium sulfat, dan air.

Setelah itu dilakukan proses kalsinasi sehingga natrium sulfat dan air akan

menghilang dan yang tertinggal hanyalah silika murni.

Selain itu, silika dapat pula didapatkan melalui proses ekstraksi dari sekam

padi dan daun bambu. Sekam padi dari daerah Tanggamus, Provinsi

Lampung mempunyai kadar silika yang cukup tinggi mempunyai fase amorf

dan kemurnian sekitar 95,35%, sehingga cukup layak untuk dikembangkan

dalam pengembangan material berbasis silika nabati (Suka et al., 2008).

Silika memiliki sifat non konduktor, memilki ketahanan terhadap oksidasi

dan degresi termal yang baik (Hildayati et al., 2009). Secara teoritis, unsur

silika mempunyai sifat menambah kekuatan lentur adonan keramik dan

kekuatan produk keramik. Penguatan badan keramik terjadi karena adanya

pengisian ruang kosong yang ditinggalkan akibat penguapan dari proses

pembakaran adonan dengan leburan silika sedemikian rupa hingga produk

menjadi lebih rapat (Hanafi dan Nandang, 2010).

Page 34: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

15

2.4. Silika Amorf

Silika kristalin maupun non kristalin (amorf) banyak ditemukan di alam

seperti di tanah, batu batuan, dan pasir. Kedua bentuk silika ini banyak

dimanfaatkan dalam industri kaca, bangunan, dan elektronik. Akan tetapi

karena silika kristalin bersifat karsinogenik bagi manusia maka

penggunaannya sangat dibatasi. Oleh karena itu, silika non kristalin lebih

aman dan banyak digunakan dalam industri. Kirk and Othmer (1984)

menyatakan bahwa silika amorf telah diklasifikasi sebagai material tidak

beracun. Tidak seperti silika kristalin, silika amorf tidak menyebabkan

silikosis bahkan bagi para pekerja yang telah terpapar lama oleh silika amorf.

Akan tetapi silika amorf yang terhirup selama 12 hingga 18 bulan dengan

kadar 6,9-9,9 mg/m3 dapat menyebabkan gangguan pada alat pernapasan.

Silika non kristalin atau amorf memiliki susunan atom dan molekul berbentuk

pola acak dan tidak beraturan. Akibat pola acak dan tidak beraturan tersebut,

silika amorf memiliki struktur spherikal yang rumit. Struktur rumit tersebut

menyebabkan luas area permukaan yang tinggi, biasanya diatas 3 m2/g (Kirk

and Othmer, 1984).

Silika amorf dalam berbagai kondisi dianggap lebih reaktif dibanding silika

kristalin. Tingkat kereaktifan dari silika amorf disebabkan karena adanya

gugus hidroksil (silanol) yang didapat setelah pemanasan mencapai

temperatur 400oC. Gugus silanol (Si-OH) ini dapat ditemukan di atas

permukaan dari sampel silika yang menyebabkan terbentuknya daerah yang

reaktif (Kirk and Othmer, 1984).

Page 35: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

16

Karakteristik dari silika amorf dapat dilihat dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Karakteristik silika amorf (Surdia dan Saito, 2000).Nama lain Silikon dioksidaRumus molekul SiO2

Massa jenis (g/cm3) 2,6Bentuk PadatTitik cair (oC) 1610Titik didih (oC) 2230Kekuatan Tarik (MPa) 110Modulus elastisitas (GPa) 70-75Resistivitas (Ωm) >1014

Kekerasan (kg/mm2) 650Koordinasi geometri TetrahedralStruktur Kristal Kristobalit,

tridimit, kuarsa

2.5. Aplikasi Silika

Bahan silika merupakan keramik bertemperatur tinggi yang banyak

digunakan dalam industri baja dan gelas (Smallman and Bishop, 1999). Saat

ini telah banyak pemanfaatan silika selain sebagai bahan keramik maupun

gelas, beberapa penelitian juga telah dilakukan untuk mengetahui potensi dari

silika itu sendiri. Beberapa diantaranya adalah penelitian tentang penambahan

dispersi SiO2 sebagai penguat pada karet alam menjadi bahan komposit karet

alam-SiO2 membuktikan terjadinya perbaikan pada sifat fisik dan mekanik

untuk bahan jadi karet yang dihasilkan (Hildayati et al., 2009).

Kemudian kandungan silika yang dominan di dalam abu sekam padi dapat

menurunkan indeks plastisitas kaolin pada tanah (Ummah et al., 2010), dan

natrium silikat hasil sintesis dapat digunakan sebagai inhibitor korosi pada

ductile cast iron (besi cor ulet) dalam larutan lumpur lapindo (‘Adziima et al.,

2013). Selain itu, silika dari abu daun bambu petung (Dendrocalamus asper

Page 36: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

17

Schult. f. Backer ex Heyne) mampu mengurangi kadar ammonium sebesar

35,05 % dan persentase pengurangan kadar nitrat pada limbah cair tahu

sebesar 40,05 % (Priyanto, 2015). Katalis silika gel dan CuO/silika gel dapat

digunakan sebagai katalis reaksi oksidasi fenol yang menghasilkan produk

hidroquinon, katekol, dan benzoquinon (Setiani, 2015).

2.6. Metode Ekstraksi

Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur (immiscible)

menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.

Ekstraksi pelarut merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang

menuju ke suatu produk murninya dalam Laboratorium organik, anorganik

atau biokimia (Day dan Underwood, 2002). Pemisahan zat-zat terlarut antara

dua cairan yang tidak saling mencampur antara lain menggunakan alat corong

pisah. Istilah-istilah berikut ini umumnya digunakan dalam teknik ekstraksi:

1. Bahan ekstraksi: campuran bahan yang akan diekstraksi

2. Ekstraktan (cairan penarik): pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi

3. Pelarut (media ekstraksi): cairan yang digunakan untuk melangsungkan

ekstraksi

4. Ekstrak: bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi

5. Larutan ekstrak: pelarut setelah proses pengambilan ekstrak

6. Rafinat (residu ekstraksi): bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya

7. Ekstraktor: alat ekstraksi (Wibawa, 2012).

Page 37: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

18

Kondisi proses ekstraksi yang meliputi suhu, konsentrasi larutan pelarut,

waktu ekstraksi, dan pengadukan merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi keberhasilan proses ekstraksi (‘Adziimaa et al., 2013).

Beberapa contoh penggunaan metode atau proses ekstraksi telah banyak

dijumpai dalam dunia sains melalui penelitian-penelitian ilmiah. Mukhriani

(2014) melakukan pengembangan obat tradisional melalui penelitian ilmiah

dengan metode ekstraksi menggunakan bahan tanaman yang dinilai

mempunyai potensi sebagai obat herbal. Selain dalam ruang lingkup

kesehatan, metode ekstraksi juga digunakan dalam bidang penelitian lainnya.

Beberapa penelitian tersebut diantaranya adalah penelitian yang dilakukan

oleh Suka et al. (2008) dengan menggunakan metode ekstraksi untuk

memperoleh silika dari sekam padi yang ada di salah satu daerah Lampung.

Penelitian tersebut menerapkan variabel ekstraksi yang meliputi konsentrasi

KOH, waktu ekstraksi, dan pH untuk mendapatkan silika dalam kondisi

optimum.

Selain itu, proses ekstraksi juga digunakan untuk mengekstraksi silika dari

lumpur lapindo, yang kemudian akan disintesis untuk mendapatkan natrium

silikat sebagai inhibitor korosi. Proses ekstraksi silika dari lumpur lapindo

tidak mudah karena silika merupakan salah satu bahan anorganik yang

memiliki sifat kestabilan tinggi terhadap mekanik, temperatur, dan kondisi

keasaman. Oleh karena itu, lumpur lapindo harus dilarutkan terlebih dahulu

dengan zat pelarut dan kemudian dengan proses pemurnian silika hasil

ekstraksi (‘Adziimaa et al., 2013).

Page 38: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

19

Ekstraksi silika juga telah dilakukan oleh Retnosari (2013) dengan

menggunakan bahan abu terbang (fly ash) batubara dengan metode ekstraksi

presipitasi. Kemudian ekstraksi silika menggunakan metode ekstraksi padat

cair (leaching) dari pasir alam yang terdapat di Pantai Bancar (Ramadhan et

al., 2014).

Gambar 2.3 berikut merupakan salaah satu contoh diagram alir dari proses

ekstraksi untuk menghasilkan serbuk silika dari sekam padi.

Gambar 2.3. Diagram alir preparasi dan ekstraksi sekam padi (Rohmah,2016).

Sekam padi

50 gram sekam + KOH 5%

Sol silika

Gel silika

Silika padatan

Serbuk silika

- Digerus hingga halus- Dikalsinasi pada 110 selama 3 jam

- Dicuci dengan larutan pemutih- Dikeringkan pada suhu 110 selama 7 jam

- Didiamkan selama 24 jam (aging)- Ditambahkan HCl 10%

- Dipanaskan selama 30 menit- Disaring

- Dicuci dan direndam air panas- Dikeringkan sinar matahari 2 hari

- Ditimbang

Page 39: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

20

2.7. Kalsinasi

Kalsinasi merupakan pemanasan zat padat sampai suhu di bawah titik leleh,

mengakibatkan keadaan penguraian oleh panas atau fase transisi selain dari

pelelehan (Pudjaatmaka, 2002). Kalsinasi berfungsi melepaskan gas-gas

dalam bentuk karbonat atau hidroksida, sehingga menghasilkan bahan dalam

bentuk oksida. Kalsinasi juga menghilangkan zat-zat yang tidak dibutuhkan

seperti H2O, air kristal (dalam bentuk OH) dan gas (CO2).

Kalsinasi merupakan perlakuan panas terhadap campuran serbuk yang sudah

dipelet pada suhu tertentu, tergantung pada jenis bahan. Peristiwa yang terjadi

selama proses kalsinasi antara lain:

1. Pelepasan air bebas (H2O) dan terikat (OH) berlangsung sekitar suhu

100oC hingga 300oC.

2. Pelepasan gas-gas seperti: CO2 berlangsung sekitar suhu 600oC dan pada

tahap ini disertai terjadinya pengurangan berat yang cukup berarti.

3. Pada suhu lebih tinggi, sekitar 800oC struktur kristalnya sudah terbentuk,

dimana pada kondisi ini ikatan diantara partikel serbuk belum kuat dan

mudah lepas (James, 1988).

2.8. Nanomaterial

Nanosains berkaitan dengan sintesis, karakterisasi, eksplorasi, dan eksploitasi

bahan berstruktur nano. Bahan-bahan tersebut ditandai dengan satu dimensi

dalam rentang nanometer. Nanometer adalah satu miliar meter atau 10-9 m.

Page 40: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

21

Satu nanometer kira-kira memiliki panjang setara dengan 10 hidrogen atau 5

atom silikon sejajar dalam garis.

Pada skala nano, beberapa sifat fisik dan kimia bahan secara signifikan

berbeda dari material berstruktur bulk dengan komposisi yang sama,

misalnya, kekuatan teoritis nanomaterial dapat dicapai atau efek kuantum

dapat muncul, Kristal dalam skala nano memiliki titik leleh yang rendah

(perbedaannya bisa sebesar 1000 ) dan konstanta kisi berkurang, karena

jumlah atom permukaan atau ion menjadi fraksi yang signifikan dari jumlah

total atom atau ion dan energi permukaan memainkan peran penting dalam

stabilitas termal (Pokropivny et al., 2007).

Nanomaterial adalah bahan yang ditandai dengan ukuran butir sangat halus

(<50 nm) atau oleh dimensi terbatas 50 nm. Nanomaterial dapat dibuat

dengan berbagai modulasi dimensionalitas seperti yang didefinisikan oleh

Richard W. Siegel, nol (gugus atom, filamen dan kumpulan cluster), satu

(banyak lapisan), dua (hamparan butir sangat halus atau lapisan tertimbun),

dan tiga (bahan nanophase yang terdiri dari butir berukuran nanometer

sumbu-sama) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Definisi nanomaterial menurut Siegel (Hofmann, 2009).

Page 41: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

22

Nanomaterial terdiri dari kristal berukuran nanometer atau butir-butir dan

antarmuka dapat diklasifikasikan menurut komposisi kimia dan bentuk

(Dimensi), seperti dibahas di atas. Menurut bentuk kristal atau

butir, kita secara luas dapat mengklasifikasikan nanomaterial menjadi empat

kategori:

1. cluster atau serbuk (MD = 0)

2. multilayers (MD = 1)

3. hamparan butir sangat halus atau lapisan tertimbun (di mana ketebalan

lapisan atau diameter-batang adalah <50 nm) (MD = 2)

4. Nanomaterial terdiri dari butiran berukuran nanometer sumbu-sama (MD =

3) (Hofmann, 2009).

2.9. X-Ray Diffraction (XRD)

Sinar-X adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang berbeda dari

gelombang sinar (λ = 400-800 nm atau 0,4-0,8 µm) yaitu mempunyai panjang

gelombang yang lebih pendek (λ 0,1 nm). Hamburan sinar ini dihasilkan

jika suatu elektroda logam ditembak dengan elektron-elektron kecepatan

tinggi dalam tabung vakum (Smallman, 1991). Sinar-X ditemukan pada tahun

1895 oleh Roentgen seorang Fisikawan Jerman, dan dinamakan demikian

karena sifatnya yang tidak diketahui pada saat itu. Tidak seperti lampu biasa,

sinar ini tidak terlihat, tetapi mereka melalui garis lurus dan terpengaruh pada

lapisan fotografi dengan cara yang sama sebagai cahaya. Di sisi lain, mereka

jauh lebih tajam daripada cahaya dan bisa dengan mudah melewati tubuh

Page 42: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

23

manusia, kayu, potongan logam yang cukup tebal dan objek “buram”

lainnya.

Satuan panjang gelombang sinar-X adalah Å, sama dengan 10-8 cm. Sinar-X

yang digunakan dalam difraksi memiliki panjang gelombang berkisar antara

0,5 sampai dengan 2,5 Å. Sementara itu, panjang gelombang cahaya tampak

diketahui berada dalam orde 6000 Å. Sinar-X menempati wilayah antara

sinar gamma dan ultraviolet dalam spektrum elektromagnetik (Cullity, 1978).

Jika seberkas sinar-X dengan panjang gelombang (λ) diarahkan pada

permukaan kristal dengan sudut θ, maka sinar tersebut akan dihamburkan

oleh bidang kristal. Sinar yang sefase akan saling menguatkan dan yang tidak

sefase akan saling meniadakan atau melemahkan. Berkas sinar sefase tersebut

yang menghasilkan puncak difraksi. Besar sudut difraksi tergantung pada

panjang gelombang (λ) berkas sinar-X dan jarak antar bidang penghamburan

(d). Skema difraksi sinar-X dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.5. Skema difraksi sinar-X (Cullity,1978)

Percobaan dilakukan kembali oleh dua fisikawan Inggris, W.H.Bragg (1862-

1942) dan putranya W.L.Bragg (1890-1971). Meskipun hanya seorang

mahasiswa muda pada saat itu di tahun 1912, berhasil menganalisis

MukaGelombang

MukaGelombang

• = atomλ = panjang gelombangθ = sudut difraksihkl = indeks miller bidang

θ

Page 43: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

24

percobaan Laue dan mampu mengekspresikan kondisi yang diperlukan untuk

difraksi dalam bentuk matematika jauh lebih sederhana daripada yang

digunakan oleh von Laue. Percobaan dilakukan dengan cara menembakkan

sinar-X tersebut pada sampel padatan kristalin, kemudian mendifraksikan

sinar ke segala arah dengan memenuhi Hukum Bragg dengan persamaan:

λ = 2 d sin θ (2.1)

dengan d merupakan jarak antara bidang ekuivalen atom, θ sebagai sudut

difraksi dan λ adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan. Sinar-X

yang terdifraksi akan saling berkelompok membentuk puncak-puncak dengan

intensitas dan pada sudut tertentu.

Difraksi sinar-X adalah alat untuk menyelidiki struktur dari suatu material.

Teknik ini berawal dalam penemuan von Laue pada tahun 1912 tentang

difraksi sinar-X kristal, cara difraksi untuk menunjukkan struktur kristal. Pada

awalnya, difraksi sinar-X hanya digunakan untuk penentuan struktur kristal.

Kemudian, kegunaan lain dikembangkan, dan sekarang metode ini diterapkan

tidak hanya untuk penentuan struktur, tapi untuk masalah beragam seperti

analisis kimia dan pengukuran tekanan, untuk mempelajari kesetimbangan

fasa dan pengukuran ukuran partikel, untuk penentuan orientasi Kristal

tunggal atau ensambel dari orientasi dalam agregat polikristalin (Cullity,

1978).

Page 44: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

25

2.10. Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Energy Dispersive X-RaySpectrometry (EDS)

SEM merupakan sebuah mikroskop yang menggunakan elektron sebagai

pengganti cahaya untuk membentuk sebuah gambar. SEM memiliki banyak

keuntungan melebihi mikroskop biasa. SEM mempunyai bidang

pengukuran yang lebar yang membuat sampel fokus pada satu waktu.

Dengan resolusi SEM yang lebih tinggi tersebut sampel dapat diperbesar

pada tingkatan yang lebih tinggi secara teliti (Schweitzer, 2013).

Proses karakterisasi SEM berawal dari pancaran elektron bersifat

monokromatik yang dihasilkan dari senjata elektron. Pancaran elektron

tersebut lalu diteruskan menuju anoda. Pada proses ini elektron mengalami

penyearahan menuju titik fokus. Selain itu, anoda juga berfungsi untuk

membatasi atau mengeliminasi pancaran elektron yang memiliki sudut

hambur terlalu besar. Kemudian berkas elektron yang berhasil melewati

anoda diteruskan menuju lensa magnetik dan dilanjutkan menuju koil

pengulas sebelum akhirnya elektron menembak cuplikan atau sampel

(Sampson, 1996). Skema peralatan SEM ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Page 45: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

26

Gambar 2.6. Skema kerja alat SEM (Schweitzer, 2013).

Energi dispersif (ED) spektrometer pertama kali diterima sebagai alat

tambahan pada Scanning Electron Microscopy (SEM), terutama karena

jenis WD sudah tidak bisa digunakan dengan SEM dikarenakan efisiensi

deteksi yang rendah.

Penggunaan pertama dari energi dispersif (ED) spektrometer adalah untuk

analisis kualitatif, yaitu identifikasi elemen yang ada pada suatu titik

permukaan sampel yang tertumbuk berkas elektron. Fakta bahwa semua

sinar-X memasuki detektor dengan energi yang berbeda, bisa “secara

serempak” diukur, untuk mengumpulkan seluruh spektrum bahkan

menunjukkan elemen yang tak terduga membantu analisis kualitatif.

Page 46: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

27

Resolusi yang relatif rendah (lebar puncak di dalam spektrum) membuatnya

sulit untuk mendeteksi jejak elemen (tidak bisa dibedakan antara latar

belakang) dan menyembunyikan puncak dari beberapa elemen dimana

mereka tumpang tindih dengan garis yang lain (Russ, 1984).

2.11. Transmission Electron Microscopy (TEM)

Transmission Electron Microscopy (TEM) adalah teknik mikroskopis

dimana balok elektron menembus spesimen yang sangat tipis. Sebuah

gambar terbentuk dari interaksi elektron yang menembus spesimen. Pada

TEM, elektron dipercepat sampai beberapa ratus keV dengan panjang

gelombang elektron hanya beberapa picometer (pm). Adapun resolusi TEM

adalah sebesar 0,1 nm (Rosenauer, 2003). Sebuah sistem dasar TEM secara

skematis ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.7. Sistem dasar TEM (Smallman dan Bishop, 1999).

Lilitan lensakondensor kedua

Lilitan lensaobjektif

Bidang perantaragambar

Layarberpendar

Kamera

Lilitan lensaproyektor kedua

Lilitan lensaproyektor pertama

Meja sampel

Lilitan lensa kondensorpertama

Page 47: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

28

Susunan optik sistem mirip dengan lensa kaca proyeksi mikroskop cahaya.

Lensa biasanya terbuat dari jenis magnet, yaitu kumparan pembawa arus

yang benar-benar dikelilingi oleh selubung besi lunak kecuali celah sempit

di dalam lubang. Tidak seperti mikroskop cahaya yang memiliki jarak fokus

tetap, jarak fokus mikroskop elektron dapat dikontrol dengan mengatur arus

melalui kumparan lensa (Smallman dan Bishop, 1999).

TEM bekerja karena adanya elektron yang berenergi tinggi hingga 300 keV

untuk mempercepat elektron. Elektron yang dipercepat pada daerah vakum

berperilaku seperti cahaya dimana bergerak lurus dan memiliki sifat seperti

gelombang dengan panjang gelombang 100.000 kali lebih pendek dari

cahaya tampak (Beniac et al., 2010).

Ketika sebuah elektron melewati bagian sampel tipis suatu material, maka

elektron tersebar. Sebuah sistem lensa elektromagnetik canggih kemudian

memfokuskan elektron yang tersebar menjadi sebuah gambar atau pola

difraksi maupun spektrum nanoanalitis yang tergantung pada sistem atau

mode pengoperasiannya. Masing-masing mode memberikan penyajian yang

berbeda-beda tentang sampel. Mode pencitraan memberikan gambar yang

mampu memperbesar ukuran baik mikro maupun nano sehingga struktur

atom langsung bisa diperoleh. Mode difraksi memberikan informasi akurat

mengenai struktur kristal pada bagian tertentu. Mode nanoanalitik

menunjukkan elemen-elemen yang terdapat pada sampel. Ketiga mode

tersebut berguna untuk mencari material yang lebih kuat, keping berukuran

Page 48: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

29

mikro yang bekerja lebih cepat atau nanokristal yang lebih kecil berdasarkan

pada informasi yang diberikan pada alat (Hofer, 2014).

2.12. Thermogravimetric Analysis (TGA) dan Differential Thermal Analysis(DTA)

Analisa termal didefinisikan sebagai pengukuran sifat-sifat fisik dan kimia

material sebagai fungsi dari suhu. Teknik analisa termal yang biasa

digunakan adalah TGA dan DTA. Teknik analisa termal TGA secara

otomatis merekam perubahan berat sampel sebagai fungsi dari suhu maupun

waktu. Sedangkan teknik analisa DTA mengukur perbedaan suhu (ΔT)

antara sampel dengan material referensi yang inert sebagai fungsi dari suhu

(Hammer, 2013).

TGA merupakan teknik pengukuran variasi massa (kehilangan massa, emisi

uap, dan penambahan massa atau fraksi gas) sampel yang mengalami

perubahan temperatur dalam lingkungan terkontrol. Teknik analisis ini dapat

digunakan untuk menentukan kemurnian sampel, gejala dekomposisi, dan

kinetik kimia (Suherman, 2009). Metode ini mempunyai kelebihan antara

lain instrument dapat digunakan pada rentang suhu 190 oC sampai 1600 oC,

bentuk dan volume sampel yang fleksibel, serta dapat menentukan suhu

reaksi dan suhu transisi sampel. Laju pemanasan berkisar antara 0,1 hingga

50 oC/menit. Temperatur sampel diukur menggunakan termokopel

platinum-platinum/rhodium (Kristof, 2003).

Page 49: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

30

Dalam differential thermal analysis (DTA), panas diserap atau diemisikan

oleh sistem kimia bahan yang dilakukan dengan perbandingan yang inert

(alumina, silikon, karbit atau manik kaca) karena suhu keduanya

ditambahkan dengan laju yang konstan. Adapun salah satu dari kegunaan

DTA adalah untuk mengetahui perubahan yang terjadi berupa pelepasan

panas (eksoterm) dan penyerapan panas (endoterm), dimana peristiwa ini

menunjukkan adanya peristiwa yang terjadi pada bahan yang diuji.

Sedangkan TGA biasanya digunakan riset dan pengujian untuk menentukan

karakterisasi material seperti polimer, untuk menentukan penurunan

temperatur, kandungan material yang diserap, komponen anorganik dan

organik didalam material, dekomposisi bahan yang mudah meledak, dan

residu bahan pelarut. DTA juga sering digunakan untuk kinetika korosi pada

oksidasi temperatur tinggi (Suherman, 2009).

Page 50: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai Januari 2017 di

Laboratorium Fisika Material Universitas Lampung, UPT Laboratorium

Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung, Laboratorium

Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju-BATAN Serpong, Jurusan Kimia

FMIPA Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dan Laboratorium Beacukai

Jakarta Timur.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu apung

(pumice) dari Pantai Pasir Putih, NaOH 99% Merck, H2SO4 98% JT Baker,

HCl 36-38% JT Baker, kertas pH meter, dan air destilasi atau aquabidest.

Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah magnetic

stirrer serta batang magnet, timbangan digital, oven, furnace atau tungku

pemanas, kertas saring, pipet mikro, beaker glass, dan alat-alat gelas lainnya.

Sedangkan untuk karakterisasi menggunakan alat XRD merk PANalytical

Empyrean, SEM yang dilengkapi EDS dengan merk JEOL/EO JSM-6510

versi 1.0, TEM yang dilengkapi SAED merk JEOL/EO JEM-1400 versi 1.0,

dan DTA-TGA merk Exstar SII 7300.

Page 51: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

32

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pada penelitian ini terdiri dari beberapa langkah yaitu

proses preparasi untuk mendapatkan serbuk batu apung, kemudian proses

ekstraksi untuk mendapatkan serbuk silika batu apung, setelah itu melakukan

karakterisasi dan analisis data sebagai tahap akhir.

3.3.1 Preparasi serbuk batu apung

Proses preparasi dimulai dengan mencuci batu apung yang telah

disiapkan dengan menggunakan air destilasi (aquabidest) dengan

beberapa kali pencucian hingga berwarna grey, kemudian

mengeringkannya pada temperatur 80-100oC dalam waktu semalam.

Setelah itu, batu apung yang telah kering digerus/dihancurkan

menggunakan mortar. Serbuk hasil penggerusan disaring menggunakan

ayakan 45 µm atau bisa yang lebih kecil lagi, kemudian dicuci dengan

aquabidest. Setelah serbuk selesai dicuci lalu dipanaskan pada

temperatur 450oC selama 4 jam. Terakhir adalah menyiapkan serbuk

batu apung hasil preparasi sekitar 200 gram sebagai sampel yang akan

diekstraksi.

3.3.2 Ekstraksi silika batu apung

Proses ekstraksi ini dilakukan untuk mendapatkan silika dari serbuk

batu apung. Proses ini dimulai dengan menyiapkan larutan yang akan

digunakan dalam proses ekstraksi, diantaranya larutan NaOH (3M),

H2SO4 (5M), dan HCl (1M), dimana masing-masing larutan dibuat

Page 52: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

33

dengan campuran aquabidest. Setelah larutan selesai disiapkan, tahap

selanjutnya adalah mencampurkan 10 gram serbuk batu apung dengan

500 mL NaOH (3M) ke dalam gelas ukur dengan suasana basa.

Kemudian memanaskannya pada temperatur 100oC dengan di-stir 300

rpm selama 24 jam untuk melarutkan silika dan menghasilkan sodium

silicate. Bubur hasil adukan (slurry) disaring menggunakan kertas

saring, lalu dicuci dengan air destilasi yang hangat (dalam suasana

basa). Kemudian dilakukan proses titrasi dengan larutan H2SO4 (5M)

sambil di-stir kuat hingga pH = 7 (pengukuran dilakukan menggunakan

kertas pH meter).

Dari proses titrasi dihasilkan gel jernih yang lembut. Gel tersebut

kemudian dibiarkan pada temperatur kamar selama 24 jam, kemudian

disaring dan dicuci dengan menggunakan air destilasi (aquabidest)

untuk menghilangkan garam sulfat. Setelah itu gel dikeringkan pada

temperatur 80oC selama 24 jam. Selanjutnya mengalirkan kembali

dengan larutan HCl (1M) pada temperatur 110oC selama 3 jam untuk

menghilangkan pengotor seperti Al, Ca, Fe, dan Mg, kemudian mem-

filter suspensi dan mencucinya dengan air destilasi yang agak berlebih

dan mengeringkannya pada temperatur 110oC dalam waktu semalam.

Proses selanjutnya adalah melakukan kalsinasi dengan temperatur

800oC selama 3 jam. Serbuk yang dihasilkan setelah melewati proses

kalsinasi akan berubah warna dari tadinya berwarna grey menjadi

serbuk putih. Kemudian serbuk silika yang dihasilkan dari proses

Page 53: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

34

ekstraksi ini, selanjutnya akan dikarakterisasi dengan menggunakan

XRD, SEM-EDS, TEM, dan DTA-TGA.

3.4 Diagram Alir Penelitian

Diagram alir untuk penelitian ini terdiri dari proses preparasi serbuk batu

apung dan ekstraksi silika dari serbuk batu apung hasil preparasi.

3.4.1 Preparasi serbuk batu apung

Diagram alir ini merupakan skema dari proses preparasi batu apung

untuk mendapatkan serbuk batu apung sebagai bahan uji dalam proses

ekstraksi. Diagram alir proses preparasi dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Diagram alir proses preparasi serbuk batu apung

3.4.2 Ekstraksi silika batu apung

Diagram alir ini dibuat untuk melihat skema kerja dari ekstraksi silika

dari serbuk batu apung yang diperoleh melalui proses preparasi yang

Batu apung

Serbuk kasar batu apung

dicuci dengan air destilasi dikeringkan pada suhu 80-100oC semalaman digerus dengan mortar

Serbuk halus batu apung

disaring dengan ayakan 45 µm dicuci dengan aquabidest dipanaskan pada suhu 450oC selama 4 jam

Page 54: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

35

telah dilakukan sebelumnya. Diagram alir dari proses ekstraksi silika

dapat dilihat pada Gambar 3.2.

3.5 Karakterisasi

Proses karakterisasi dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia

dari material uji. Pada penelitian ini dilakukan proses karakterisasi untuk

sampel serbuk batu apung sebelum dan setelah ekstraksi. Proses karakterisasi

Gambar 3.2. Diagram alir proses ekstraksi silika batu apung

dikarakterisasi menggunakan XRD, SEM-EDS, TEM, danDTA-TGA

Serbuk batu apung 10 gr

Bubur (Slurry)

Gel silika jernih

Gel/serbuk kering

dicampur dengan 500 mL NaOH (3M) dipanaskan pada suhu 100oC sambil distir 300 rpm selama 24

jam

disaring dengan saringan Whatman No 41 dicuci dengan air destilasi yang hangat dititrasi dengan H2SO4 (5M) sambil distir hingga pH= 7

dibiarkan pada temperatur kamar selama 24 jam disaring dan dicuci dengan air destilasi dikeringkan pada suhu 80oC selama 24 jam

Serbuk silika putih

dialirkan kembali dengan larutan HCl (1M) pada suhu 110oCselama 3 jam

difilter dan dicuci dengan air destilasi dan dikeringkan padasuhu 110oC semalaman

dikalsinasi dengan suhu 800oC selama 3 jam

Analisis data

Page 55: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

36

dilakukan dengan menggunakan XRD untuk mengetahui fasa atau struktur

yang terbentuk, SEM-EDS untuk melihat morfologi permukaan sampel dan

senyawa yang terkandung di dalam batu apung, TEM untuk mengetahui

distribusi ukuran partikel sampel, dan DTA-TGA untuk melihat pengaruh

perlakuan termal pada sampel uji.

3.5.1 Karakterisasi XRD

Karakterisasi XRD merupakan suatu proses yang bertujuan untuk

mengetahui fasa dan struktur dari suatu sampel. Karakterisasi dilakukan

dengan menggunakan alat XRD merek PANalytical Empyrean. Proses

karakterisasi dimulai dengan meletakkan sampel serbuk yang telah

dibuat pada tempat cuplikan dan diratakan. Kemudian sampel

dimasukkan ke dalam difraktometer yang akan menembakkan sinar-X

melalui berbagai sudut hingga didapatkan data kuantitatif pada setiap

sudutnya. Data tersebut kemudian disimpan dalam bentuk xxx.xrdml

yang selanjutnya akan digunakan untuk menggambar grafik dengan

Matlab versi 7.8.0.347 (R2009a). Selanjutnya data tersebut diolah

menggunakan perangkat lunak PCPDFWin.

3.5.2 Karakterisasi SEM-EDS

Karakterisasi SEM merupakan suatu proses yang bertujuan untuk

melihat morfologi struktur mikro dari suatu material. Sedangkan

karakterisasi EDS merupakan suatu proses yang bertujuan untuk

mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam suatu sampel uji.

Page 56: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

37

Proses ini dimulai dengan tahapan preparasi untuk karakterisasi

SEM/EDS yang terdiri atas persiapan sampel dan coating (pelapisan

emas).

Persiapan sampel merupakan tahapan awal dalam preparasi SEM-EDS.

Proses ini dilakukan dengan cara menyiapkan sampel yang akan

dikarakterisasi dan sampel tersebut diletakkan pada double tape karbon

yang menempel pada stub atau pemegang cuplikan dengan

menggunakan pinset sehingga tangan tidak menyentuh permukaan

sampel secara langsung. Kemudian dibentuk sesuai dengan permukaan

stub atau pemegang cuplikan yang digunakan yaitu berupa lingkaran.

Proses selanjutnya yaitu coating. Proses coating ini dilakukan pada

sampel yang tidak bersifat konduktif. Proses coating dilakukan dengan

cara meletakkan stub yang berisi sampel ke dalam DC sputtering. Pada

proses ini sampel dilapisi dengan emas dengan tujuan agar struktur

mikro sampel mampu teridentifikasi ketika dikarakterisasi karena emas

bersifat konduktif.

Setelah sampel selesai dipersiapkan maka sampel telah siap untuk

dikarakterisasi dengan alat SEM yang dilengkapi dengan EDS merk

JEOL/EO JSM-6510 versi 1.0. Adapun hal pertama yang dilakukan

dalam melakukan karakterisasi dengan menggunakan alat SEM yaitu

memasukkan sampel ke dalam alat SEM yang telah divakumkan

sebelumnya. Selanjutnya, dilakukan pengaturan tegangan dan skala

Page 57: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

38

perbesaran sesuai dengan yang diinginkan. Kemudian dilakukan

penentuan fokus dan daerah yang akan dilakukan pengujian. Setelah

proses selesai maka hasil foto siap untuk dicetak. Dari proses tersebut

dihasilkan pula identifikasi unsur-unsur dari sampel uji menggunakan

EDS yang terdapat pada SEM.

3.5.3 Karakterisasi TEM

Karakterisasi TEM merupakan suatu proses yang bertujuan untuk

mengetahui distribusi ukuran kuantitatif struktur mikro dari suatu

material. Resolusi TEM yang tinggi mampu menunjukkan ukuran

material hingga skala nano. Sampel yang dikarakterisasi harus dibuat

setipis mungkin agar mampu tertembus elektron. Material yang terlalu

tebal menyebabkan elektron tidak mampu menembus sampel sehingga

gambar yang diperoleh tidak ada.

Proses karakterisasi diawali dengan mencampurkan sampel dengan

dispersan. Terdapat tiga dispersan yang umumnya digunakan antara lain

aquabides, etanol dan aseton yang disesuaikan dengan identitas sampel.

Selanjutnya, sampel diletakkan pada grid atau substrat yang diketahui

memiliki lubang-lubang tak kasat mata. Setelah sampel selesai

dipersiapkan maka sampel telah siap untuk dikarakterisasi dengan alat

TEM yang dilengkapi SAED merk JEOL/EO JEM-1400 versi 1.0.

Mula-mula sampel dimasukkan ke dalam alat TEM yang telah

divakumkan sebelumnya. Kemudian dilakukan pengaturan tegangan

Page 58: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

39

sehingga elektron mampu menembus daerah terang atau lubang-lubang

tak kasat mata pada grid. Kemampuan elektron tersebut yang

selanjutnya digunakan untuk menunjukkan daerah sampel. Setelah itu,

dilakukan penentuan fokus dan daerah yang akan dilakukan pengujian

sehingga diperoleh hasil foto dengan skala pengukuran tertentu. Hasil

foto tersebut dapat diolah untuk menentukan distribusi ukuran partikel

menggunakan software ImageJ.

3.5.4 Karakterisasi DTA-TGA

Karakterisasi DTA-TGA merupakan suatu proses yang bertujuan untuk

mengetahui sifat thermal serta stabilitas silika dari batu apung. Langkah

yang dilakukan dalam proses DTA-TGA yakni pertama menyiapkan

cawan platina kosong untuk digunakan sebagai sampel referensi dan

memasukkan serbuk sampel batu apung ke dalam cawan platina sebagai

sampel yang akan diuji, selanjutnya meletakkan kedua cawan platina

pada posisi vertikal di sampel holder dengan memutar posisi furnace ke

arah sampel holder.

Kemudian setting temperatur yaitu T = 27oC, Tpengukuran = 1200oC

heating read (kenaikan suhu = 10oC/menit), setelah itu menekan tombol

power furnace pada posisi “ON” untuk pemanasan akan bekerja sesuai

dengan program yang telah diatur, saat inilah grafik pada monitor

komputer akan terlihat dan akan diamati sampai temperatur Tpengukuran

tercapai menurut program yang telah diatur. Apabila Tpengukuran telah

Page 59: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

40

tercapai, maka power furnace dapat dimatikan yaitu pada posisi off dan

selanjutnya melakukan pencetakan hasil pengukuran yang telah

didapatkan.

Page 60: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Hasil analisis EDS menunjukkan adanya senyawa oksida berupa SiO2,

Al2O3, Na2O, CaO, K2O, dan FeO di dalam batu apung.

2. Silika merupakan kandungan yang paling dominan dalam batu apung

dengan persentase sebesar 65,88% untuk hasil preparasi dan meningkat

menjadi 78,95% setelah melalui proses ekstraksi.

3. Kandungan silika yang diperoleh berbentuk amorf, tetapi belum

sepenuhnya murni meskipun persentasenya telah meningkat setelah

melalui proses ekstraksi, hal ini dimungkinkan karena kurangnya

ketelitian saat proses ekstraksi.

4. Nanostruktur dari silika batu apung memiliki ukuran butiran partikel

sekitar 5,790 ± 0,233 nm.

5. Setelah melalui perlakuan termal, serbuk batu apung mengalami

penurunan massa 15,02% dan terdapat pucak endoterm sebesar -2,26

µV/mg pada suhu 69 .

Page 61: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

62

5.1 Saran

Dari penelitian ini, diharapkan untuk penelitian selanjutnya dilakukan

ekstraksi silika dari batu apung dengan memvariasikan banyaknya pelarut

NaOH maupun HCl atau dengan mengubah besarnya molaritas kedua pelarut.

Kemudian bisa dengan mengganti pelarutnya, misal dengan KOH dan HNO3.

Selain itu bisa juga dengan memvariasikan suhu kalsinasi dan waktu

penahanannya.

Page 62: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

DAFTAR PUSTAKA

‘Adziima, A.F., Risanti, D.D., dan Mawarni, L.J. 2013. Sintesis Natrium Silikat dariLumpur Lapindo sebagai Inhibitor Korosi. Jurnal Teknik POMITS. Vol. 2.No. 2. Hal. F-384-F-389.

Alemayehu, E. and Lennartz, B. 2009. Virgin Volcanic Rocks: Kinetics andEquilibrium Studies for the Adsorption of Cadmium from Water. Journalof Hazardous Materials. p. 395-401.

Asgari, G., Roshani, B., and Ghanizadeh, G. 2012. The Investigation of Kinetic andIsotherm of Flouride Adsorption onto Functionalize Pumice Stone. Journalof Hazardous Materials. p. 123-132.

Bearden, J.A. 1967. Rev. Mod. Phys. 39, 78.

Beniac, D., Belova, L., Burgess, R., Barnes, C., Cifuentes, L. T., Crassous, P.,DiFiore, A., Gspan, C., Gunning, P., Holthuysen, F., Ito, J., Jane, W. N.,Johnson, C., Keller, A. and Kisielowski, N. C. 2010. An Introduction ofMicroscopy Electron. FEI. ISBN 978-0-578-06276-1. Hal. 4.

Brouwer, P. 2003. Theory of XRF. PANalytical BV. Almelo. p. 8-10.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jl. 1 Edisi ke-3. Erlangga. Jakarta. Hal. 254.

Cullity, B.D. 1978. Element of X-Ray Diffraction Second Edition. Addition-WesleyPublishing Company, Inc. Philippines. p. III, 3, 82-84.

Day, R.A. and Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke-6.Erlangga. Jakarta. Hal. 457.

Ersoy, B., Sariisik, A., Dimen, S., and Sariisik, G. 2010. Characterization of AcidicPumice and Determination of its Electrokinetic Properties in Water.Powder Technology 197. p. 129-135.

Hammer, A. 2013. Thermal Analysis of Polymers. Mettler Toledo. Switzerland. p. 8.

Page 63: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

Hanafi, A.S. dan Nandang, A.R. 2010. Studi Pengaruh Bentuk Silika dari Abu AmpasTebu terhadap Kekuatan Produk Keramik. Jurnal Kimia Indonesia. Vol. 5.No. 1. Hal. 35-38.

Hildayati, Triwikantoro, Faisal, H., dan Sudirman. 2009. Sintesis dan KarakterisasiBahan Komposit Karet Alam-Silika. Seminar Nasional Pascasarjana IX-ITS. ITS. Surabaya.

Hofer, F. 2014. Transmission Electron Microscopy and Nanoanalysis. FELMI-ZFE:Electron Microscopy & Nanoanalysis. portal.tugraz.at/portal/page/portal/felmi/research/TEMandNanoanalysis. Diakses pada tanggal 21Juli 2017 pukul 11.00 WIB.

Hofmann, H. 2009. Advanced Nanomaterials Cours Support. EPFL. Lausanne. p. 6.

Hunggurami, E., Touselak, Y.S., dan Kumalawati, A. 2013. Penggunaan Batu Apungdari Kabupaten Lempata sebagai Agregat Ringan Pengganti SebagianAgregat Kasar pada Campuran Beton Normal. Jurnal Teknik Sipil. Vol. II.No. 2. Hal. 105-120.

Istadi. 2011. Teknologi Katalis untuk Konversi Energi: Fundamental dan Aplikasi.Graha Ilmu. Yogyakarta. Hal. 30-43.

ICSC. 2006. Sodium Oxide. IPCS and EC. Luxembourg.

ICSD. 1997. Silicon Oxide: Die Kristallstruktur des Tief-Cristobalits SiO2.Eschwege. Germany

James, S.R. 1988. Introduction to The Principles of Ceramics Processing. John Wileyand Sons, Inc. Singapore. Hal. 521.

Kirk, R.E. and Othmer. 1984. Encyclopedia of Chemical Technology, Fouth EditionVol. 21. John Wiley and Sons, Inc. New York.

Komandoko, G. 2010. Ensiklopedian Pelajar dan Umum. Pustaka Widyatama.Yogyakarta. Hal. 80.

Kristof, J. 2003. Thermal Methods of Analysis. Lulea University of Technology.Sweden. p. 10.

Kumalawati, A., Sir, T.M.W., dan Mastaram, Y. 2013. Analisis PengaruhPenggunaan Abu Batu Apung sebagai Pengganti Filler untuk CampuranAspal. Jurnal Teknik Sipil. Vol. II. No. 2. Hal. 191-200.

Page 64: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

Lide, D.R. 2000. CRC Handbook of Chemistry and Physics, 81st Edition. CRC PressLLC. Boca Raton. p. 4-71.

Lide, D. R. 2009. CRC Handbook of Chemistry and Physics (90th ed.). CRC Press.Boca Raton. ISBN 978-1-4200-9084-0.

Liu, F., Guo, X.F., and Yang, G.C. 2001. Crystallization of Gels in The SiO2-ZrO2-B2O3 System. Journal of Material Science. Vol. 36. p. 579-585.

Mahaddilla, F.M. dan Putra, A. 2013. Pemanfaatan Batu Apung sebagai SumberSilika dalam Pembuatan Zeolit Sintetis. Jurnal Fisika Unand. Vol. 2. No.4. Hal. 262-268.

Mourhly, A., Khachani, M., Hamidi, E.A., Kacimi, M., Halim, M., and Arsalane, S.2015. The Synthesis and Characterization of Low-Cost Mesoporous SilicaSiO2 from Local Pumice Rock. Nanomaterials and Nanotechnology.Morocco. p. 1-7.

MSDS. 1996. Calcium Oxide. Mallinckrodt Baker, Inc. USA.

MSDS. 1996. Phosphorus Pentoxide. Mallinckrodt Baker, Inc. USA.

MSDS. 1998. Titanium (IV) Oxide. Acros Organic N.V. North America.

MSDS. 2012. Iron Oxide (Fe2O3). Kurt J Lesker Company Ltd. England.

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.Jurnal Kesehatan. Vol. VII. No. 2. Hal. 361-367.

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Deepublish. Yogyakarta. Hal. 62-63, 76,78.

Nurwijayadi. 1998. Praktek Luas Permukaan. BATAN. Yogyakarta. Hal. 1-13.

Pitak, N.V. and Ansimova, T.A. 1977. Mechanism of Destruction of Mullite-Corundum Products in a Variable Redox Medium. Refractories. 15. p. 38-41.

Pokropivny, V., Lohmus, R., Hussainova, I., Pokropivny, A., and Vlassov, S. 2007.Introduction in Nanomaterials and Nanotechnology. University of Tartu.Tartu. p. 7.

Priyanto, A. 2015. Sintesis dan Aplikasi Silika dari Abu Daun Bambu Petung(Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer Ex Heyne) untuk Mengurangi

Page 65: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

Kadar Ammonium dan Nitrat pada Limbah Cair Tahu. Skripsi. UINWalisongo. Semarang.

Pudjaatmaka, A.H. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka. Jakarta. Hal. 359.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tekmira. 2005. Batu Apung (Pumice). Tek

MIRA. Bandung.

Ramadhan, N.I., Munasir, dan Triwikantoro. 2014. Sintesis dan Karakterisasi SerbukSiO2 dengan Variasi pH dan Molaritas Berbahan Dasar Pasir Bancar,Tuban. Jurnal Sains dan Seni POMITS. Vol. 3. No. 1. Hal. B-15-B-17.

Retnosari, A. 2013. Ekstraksi dan Penentuan Kadar Silika (SiO2) Hasil Ekstraksi dariAbu Terbang (Fly Ash) Batubara. Skripsi. Universitas Jember. Jember.

Riyanto, A. 2009. Pengaruh Suhu Sintering Terhadap Karakteristik Termal danFungsionalitas Keramik Borosilikat Berbasis Silika Sekam Padi yangDisintesis dengan Metode Sol-Gel. Skripsi. Universitas Lampung. BandarLampung.

Rizka, A. B. dan Triwikantoro. 2014. Pengaruh Temperatur Kalsinasi dan WaktuPenahanan terhadap Pertumbuhan Kristal Nanosilika. Jurnal TeknikPomits. Vol. 1. No. 1. Hal.1-5.

Rohmah, U. 2016. Karakteristik Mikrostruktur dan Konduktivitas Listrik Cordierite(2MgO.2Al2O3.5SiO2) Berbasis Silika Sekam Padi dengan PenambahanAlumina (Al2O3) (0, 20, 25, 30 wt%). Skripsi. Universitas Lampung.Bandar Lampung.

Rosalia, R., Asmi, D., dan Ginting, E. 2015. Preparasi dan Karakterisasi KeramikSilika (SiO2) Sekam Padi dengan Suhu Kalsinasi 800 °C – 1000 °C. JurnalTeori dan Aplikasi Fisika. Vol. 04. No. 01. Hal. 101-106.

Rosenauer, A. 2003. Transmission Electron Microscopy of SemiconductorNanostructures: Analysis of Composition and Strain State. Springer. Hal.1.

Russ, J.C. 1984. Fundamentals of Energy Dispersive X-Ray Analyis. Butterworths.London. p.

Sampson, A. R. 1996. Scanning Electron Microscopy. Advanced Research System.www.sem.com diakses pada tanggal 01 Juni 2017 pukul 15.28 WIB.

Schweitzer, J. 2014. Scanning Electron Microscope. http://www.purdue.edu/rem/rs/sem.htm diakses pada tanggal 01 Juni 2017 pukul 15.31 WIB.

Page 66: ANALISIS DAN KARAKTERISASI KANDUNGAN SILIKA …digilib.unila.ac.id/28959/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SEBAGAI HASIL EKSTRAKSI BATU APUNG (PUMICE) (Skripsi) Oleh TRIANASARI

Setiani, A. 2015. Sintesis CuO/Silika Gel dari Pasir Kuarsa dan Aplikasinya padaReaksi Oksidasi Fenol. Skripsi. UNNES. Semarang.

Smallman, R.E. 1991. Modern Physical Metallurgy 4th Edition. Terjemahan Djaprie,S. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal. 32.

Smallman, R.E. and Bishop, R.J. 1999. Modern Physical Metallurgy and MaterialsEngineering 6th Edition. Butterworth Heinemann. Oxford. p. 24-25, 143.

Suherman. 2009. Karakteristik Fungsionalitas dan Termal Bahan Keramik CordieriteBerbasis Silika Sekam Padi Akibat Perlakuan Kalsinasi. Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suka, I.G., Simanjuntak, W., Sembiring, S., dan Trisnawati, E. 2008. KarakteristikSilika Sekam Padi dari Provinsi Lampung yang Diperoleh dengan MetodeEkstraksi. MIPA. Tahun 37. No. 1. Hal. 47-52.

Surdia, T dan Saito, S. 2000. Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya Pramita. Jakarta.

Ummah, S., Prasetyo, A., dan Barroroh, H. 2010. Kajian Penambahan Abu SekamPadi dari Berbagai Suhu Pengabuan terhadap Plastisitas Kaolin. Alchemy.Vol. 1. No. 2. Hal. 53-103.

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Mengenal Silika sebagai UnsurHara. Vol. 32. No. 3. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Wibawa, I. 2012. Ekstraksi Cair-Cair. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yavuz, M., Gode, F., Pehlivan, E., Ozmert, S., and Sharma, Y.C. 2008. An EconomicRemoval of Cu2+ and Cr3+ on the New Adsorbents: Pumice andPolyacrylonitrile/Pumice Composite. Chemical Engineering Journal. p.453-461.