125
GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) BALITA DI PUSKESMAS BUNGAH KABUPATEN GRESIK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh : LILIS ZUHRIYAH NIM : 1111104000055 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H

GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

  • Upload
    tranque

  • View
    239

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA

PADA KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

(ISPA) BALITA DI PUSKESMAS BUNGAH KABUPATEN

GRESIK

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

LILIS ZUHRIYAH

NIM : 1111104000055

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

ii

Page 3: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2015

Lilis Zuhriyah, NIM : 1111104000055

Ilustration of Family Member Smoking Habit in Acute Respiratory Infection

(ARI) in Toddler at Puskesmas (Health Center) Bungah, Gresik.

xix + 80 pages + 13 tables + 2 schemes + 1 figure + 7 appendixes

ABSTRACT

Smoking habit of family member without regard to the surrounding environment not

only can cause problems for smokers themselves but also can make problems for

other people, including a toddler who lives with them. One of the problems which

often appears in young children due to the exposure of cigarette smoke is Acute

Respiratory Infection (ARI). ARI in toddler is a major cause of toddler health care

visits and toddler mortality in Indonesia. The purpose of this study is to describe

smoking habit of family member in ARI in the toddlers at the Puskesmas Bungah

Gresik. Samples of this study are 100 toddlers suffering from ARI and the technique

used is purposive sampling. This research employs descriptive quantitative method

and the instrument used is a questionnaire. The results show that from 100 toddler

respondents, male 56%, female 44%; aged ≤ 12 months 28%, 72% aged 13-59

months; malnourished nutrient status 6%, poor 15%, good 78%, overweight 1%;

Mother’s last education, primary school 5%, junior highschool/equal 24%, senior

highschool/equal 60%, 11% college; smoking habit of family members 73%, with no

smoking habit of family members 27%; smoking habits without regard to the

environment 58.90%, 41.10% attention to the environment (n = 73); 25.58% one

smoker, more than one person 74.42% (n=43); mild smoker (30.24), moderate

smoker 34.88%, 34.88% severe smoker (n=43). Results of this study are expected to

provide information about the dangers of cigarette smoke, especially for children, so

that the family can change their smoking habit.

Keywords : ARI, Smoking habit of family member, Toddler

References : 79 (2003-2015)

Page 4: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juli 2015

Lilis Zuhriyah, NIM : 1111104000055

Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Balita di Puskesmas Bungah Kabupaten

Gresik

xix + 80 halaman + 13 tabel + 2 skema + 1 gambar + 7 lampiran

ABSTRAK

Kebiasaan merokok anggota keluarga tanpa memperhatikan lingkungan sekitar selain

dapat menimbulkan masalah bagi perokok itu sendiri juga dapat menimbulkan

masalah bagi orang lain, termasuk balita yang tinggal bersama. Salah satu masalah

yang seringkali timbul pada balita akibat paparan asap rokok adalah Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA). ISPA pada balita menjadi penyebab utama kunjungan balita

ke pelayanan kesehatan dan kematian balita di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui gambaran kebiasaan merokok anggota keluarga pada kejadian ISPA

balita di Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik. Sampel pada penelitian ini sebanyak

100 balita yang menderita ISPA dan teknik yang digunakan yaitu purposive

sampling. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif.

Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan

dari 100 responden balita, laki-laki 56%, perempuan 44%; usia ≤ 12 bulan 28%, usia

13-59 bulan 72%; status gizi buruk 6%, kurang 15%, baik 78%, lebih 1%; pendidikan

terakhir ibu SD 5%, SMP/sederajat 24%, SMA/sederajat 60%, perguruan tinggi 11%;

kebiasaan merokok anggota keluarga 73%, tanpa kebiasaan merokok anggota

keluarga 27%; kebiasaan merokok tanpa memperhatikan lingkungan 58,90%,

memperhatikan lingkungan 41,10% (n=73); perokok satu orang 25,58%, lebih dari

satu orang 74,42% (n=43); perokok ringan (30,24), perokok sedang 34,88%, perokok

berat 34,88% (n=43). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang bahaya asap rokok khususnya bagi balita, sehingga keluarga dapat merubah

kebiasaan merokok yang dilakukan setiap hari.

Kata kunci : ISPA, Kebiasaan merokok anggota keluarga, Balita

Referensi : 79 (2003-2015)

Page 5: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

v

Page 6: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

vi

Page 7: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

vii

Page 8: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : LILIS ZUHRIYAH

Tempat, tanggal Lahir : Gresik, 19 Maret 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Sampurnan 04 RT 012 RW 004 Bungah Gresik

HP : +6285782012787

Email : [email protected]

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Muslimat NU 03

2. MI Assa’adah Sampurnan Bungah 1999-2005

3. MTS Assa’adah 2 Sampurnan Bungah 2005-2008

4. MA Assa’adah Sampurnan Bungah 2008-2011

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-sekarang

ORGANISASI

1. PMII 2011-sekarang

2. CSS MORA 2011-sekarang

3. BEM IK 2011-2015

Page 9: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim. Alhamdulillah, Puji syukur penulis ucapkan

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga

penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Gambaran

Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga pada Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) Balita di Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik”.

Penulis menyadari bahwasannya dalam proses penulisan skripsi ini seringkali

mengalami kesulitan. Namun berkat rahmat dan hidayah Allah SWT serta bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis mampu mengatasi kesulitan

tersebut. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya

2. Maulina Handayani, S.Kp. MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah membeikan

informasi tentang penulisan skripsi sehingga membuat penulis semangat

melakukan penulisan skripsi penelitian

3. Jamaludin, M.Kep selaku pembimbing I dan Yenita Agus,

M.Kep.,Sp.Mat.,PhD selaku pembimbing II yang sudah bersedia meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dengan sabar dan ikhlas

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

4. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang senantiasa memberi arahan, semangat, dan motivasi dari awal

perkuliahan sampai saat ini

5. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan doa, semangat, dan

motivasi yang membuat penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi

6. Sahabat-sahabat Rumah Jambu yang senantiasa memberikan dukungan dan

semangat untuk selalu rajin dan cepat menyelesaikan skripsi

Page 10: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

x

7. Teman-teman seangkatan PSIK 2011 yang selalu memotivasi

Atas segala bantuan dan dukungannya, penulis mengucapkan banyak terima

kasih. Kritik dan saran sangat diperlukan dalam skripsi ini, sehingga penulis dapat

memperbaiki dan meningkatkan kualitas skripsi ini. Akhir kata semoga kita semua

diberikan rahmat dan hidayah Allah SWT. Amiin.

Jakarta, Juli 2015

Penulis

Page 11: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

xi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .................................................................................................... i

Pernyataan Keaslian Karya ................................................................................. ii

Abstract .............................................................................................................. iii

Abstrak ............................................................................................................... iv

Pernyataan Persetujuan ....................................................................................... v

Lembar Pengesahan ............................................................................................. vi

Daftar Riwayat Hidup .......................................................................................... viii

Kata Pengantar ..................................................................................................... ix

Daftar Isi ............................................................................................................. xi

Daftar Singkatan .................................................................................................. xiv

Daftar Tabel ......................................................................................................... xvi

Daftar Bagan ........................................................................................................ xvii

Daftar Gambar ..................................................................................................... xviii

Daftar Lampiran................................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6

C. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 7

Page 12: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

xii

D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

1. Tujuan Umum ................................................................................... 8

2. Tujuan Khusus ................................................................................... 8

E. Manfaat Penelitian ................................................................................... 9

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan ................................................... 9

2. Bagi Responden ................................................................................. 9

3. Bagi Praktisi Kesehatan ..................................................................... 1 0

4. Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................................... 10

F. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) .................................................. 11

1. Definisi ISPA .................................................................................... 11

2. Etiologi ISPA .................................................................................... 12

3. Tanda dan Gejala ISPA ...................................................................... 12

4. Klasifikasi ISPA ................................................................................ 13

5. Faktor Resiko ISPA ........................................................................... 15

B. Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Balita ........................................... 24

1. Pengertian Balita ............................................................................... 24

2. Kejadian ISPA pada Balita ................................................................ 25

C. Mekanisme Tubuh Terhadap Paparan Asap Rokok .................................. 25

D. Penelitian Terkait .................................................................................... 27

E. Kerangka Teori ....................................................................................... 29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian .................................................................... 30

B. Definisi Operasional Penelitian ............................................................... 31

Page 13: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

xiii

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ..................................................................................... 35

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................... 35

C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 35

D. Instrumen Penelitian ................................................................................ 37

E. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................................... 37

F. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 39

G. Pengolahan Data ...................................................................................... 40

H. Metode Analisis Data .............................................................................. 41

I. Etika Penelitian ....................................................................................... 42

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden........................................................................... 44

B. Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga ................................... 47

C. Gambaran Karakteristik Balita berdasarkan

Adanya Paparan Asap Rokok ................................................................... 50

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat .................................................................................... 54

B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 71

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................................. 73

B. Saran ....................................................................................................... 77

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 14: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

xiv

DAFTAR SINGKATAN

UIN : Universitas Islam Negeri

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

GATS : Global Adults Tobacco Survey

ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut

ETS : Enviromental Tobacco Smoke

WHO : World Health Organization

ASEAN : Association of South East Asia Nation

Balita : Balita dibawah Lima Tahun

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

Depkes : Departemen Kesehatan

RSV : Respiratory Syncytial Virus

RI : Republik Indonesia

APA : American Psychological Association

ASI : Air Susu Ibu

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BB/U : Berat Badan/Umur

PB/U : Panjang Badan/Umur

TB/U : Tinggi Badan/Umur

BB/PB : Berat Badan/Panjang Badan

BB/TB : Berat Badan/Tinggi Badan

IMT/U : Indeks Massa Tubuh/Umur

BCG : Bacille Calmette Guerin

DPT : Difteri, Pertusis, dan Tetanus

Page 15: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

xv

HB : Hepatitis B

OR : Odds Ratio

Ig : Immunoglobulin

IL : Interleukin

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan

Daerah

Page 16: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Definisi Operasional Penelitian 31

5.1 Distribusi Jenis Kelamin Balita 44

5.2 Distribusi Kelompok Usia Balita 45

5.3 Distribusi Status Nutrisi Balita 46

5.4 Distribusi Pendidikan Terakhir Ibu 46

5.5 Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga 47

5.6 Gambaran Lokasi Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga 47

5.7 Gambaran Jumlah Anggota Keluarga dengan Kebiasaan Merokok 48

5.8 Gambaran Banyaknya Rokok yang Dihirup Setiap Hari Oleh 49

Anggota Keluarga

5.9 Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Balita Berdasarkan 50

Adanya Paparan Asap Rokok

5.10 Distribusi Karakteristik Usia Balita Berdasarkan Adanya 51

Paparan Asap Rokok

5.11 Distribusi Karakteristik Status Nutrisi Balita Berdasarkan 52

Adanya Paparan Asap Rokok

5.12 Distribusi Karakteristik Pendidikan Terakhir Ibu Balita 53

Berdasarkan Adanya Paparan Asap Rokok

Page 17: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

xvii

DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Kerangka Teori Penelitian 29

3.1 Kerangka Konsep Penelitian 30

Page 18: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pembagian ISPA Berdasarkan Lokasi Anatomi 14

Page 19: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen Perizinan

Lampiran 2. Lembar Inform Consent

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 6. Rekapitulasi Jawaban Responden

Lampiran 7. Hasil Analisis SPSS Univariat

Page 20: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rokok adalah gulungan tembakau yang berukuran kira-kira sebesar jari

kelingking dan biasanya bisa dibungkus dengan kertas atau daun nipah (KBBI, 2014).

Rokok adalah silinder dari kertas yang memiliki ukuran antara 70 mm sampai 120

mm dan diameter 10 mm yang didalamnya terdapat daun tembakau yang sudah di

cacah (Jaya, 2009 dalam Ambarwati dkk., 2014). Terdapat tiga zat yang paling

penting dalam rokok yang dapat menyebabkan kanker, yaitu tar yang merupakan

bahan kimia yang dapat merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker , nikotin

yang merupakan salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung,

sirkulasi darah, dan menyebabkan kecanduan, dan karbon monoksida yakni gas

beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa

oksigen (Gunawan, 2006).

Terdapat dua jenis perokok, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok

aktif adalah seseorang yang melakukan aktivitas merokok, sedangkan perokok pasif

adalah seseorang yang tidak merokok namun secara tidak sengaja mengisap asap

rokok dari orang lain (Rafael, 2006). Terdapat dua macam asap yang dikeluarkan

ketika batang rokok dibakar, yakni asap utama dan asap sampingan. Asap utama

adalah asap rokok yang terisap langsung dan masuk ke paru-paru perokok aktif,

sedangkan asap rokok sampingan yaitu asap rokok yang berasal dari ujung rokok

Page 21: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

2

yang terbakar. Asap sampingan inilah yang dihisap oleh seorang perokok pasif

(Gunawan, 2006).

Perilaku merokok di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun

2007, presentase penduduk Indonesia umur 10 tahun ke atas yang merokok sebesar

23.7% dan pada tahun 2013 sebesar 29.3% (Riskesdas, 2008, 2013). Berdasarkan

tingkat usia, proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari di Indonesia terjadi pada

kelompok usia 30-34 tahun yaitu sebesar 33.4% dan kelompok usia 35-39 tahun

sebesar 32.2%. Jika berdasarkan kelompok jenis kelamin, perokok aktif setiap hari

pada laki-laki sebesar 47.5% dan pada perempuan sebesar 1.1% (Riskesdas, 2013).

Survei yang dilakukan oleh Global Adult Tobacco Survey (2011) menyebutkan

bahwa berdasarkan kelompok usia prevalensi tertinggi perokok di Indonesia yaitu

73.3% pada kelompok usia 25-44 tahun dan 72.4% pada kelompok usia 45-64 tahun.

Berdasarkan Riskesdas (2008) bahwa perokok aktif di Indonesia melakukan

aktivitas merokok di rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain (85.4%).

Presentase terbesar yang menjadi perokok pasif adalah balita (59.1%) dengan

perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang tidak begitu signifikan (L:59.2%,

P:59%). Pada tahun 2010 terjadi sedikit penurunan perokok pasif pada balita, yaitu

sebesar 56.8% (L:56.7%, P:56.9%). Namun angka tersebut masih terbilang tinggi,

karna perokok pasif pada balita berada pada peringkat ketiga perokok pasif setelah

kelompok usia 10-14 tahun (57.5%) dan 5-9 tahun (57.4%) ( Riskesdas, 2010, dalam

Buku Fakta Tembakau, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Pradono dan Kristanti

(2003) juga menyebutkan bahwa perokok pasif terbesar adalah anak balita dengan

Page 22: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

3

prevalensi 69.5%. Tingginya prevalensi perokok pasif pada balita adalah karna

mereka masih tinggal satu rumah dengan orang dewasa, baik orang tua atau saudara,

yang merupakan perokok aktif.

Dampak negatif akibat rokok tidak hanya dirasakan oleh perokok aktif saja,

perokok pasif juga dapat terkena dampak tersebut. Hal tersebut dikarenakan perokok

pasif menghirup asap sampingan yang dikeluarkan oleh rokok yang dibakar. Salah

satu masalah yang seringkali terjadi pada balita yang terkena paparan asap rokok

adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Penelitian yang dilakukan oleh

Cheragi dan Salvi (2009) menyebutkan bahwa terpaparnya anak terhadap asap rokok

lingkungan (Environmental Tobacco Smoke/ETS) berhubungan dengan

meningkatnya prevalensi infeksi saluran pernafasan atas, pernafasan wheezing, asma,

dan infeksi saluran pernafasan bawah.

Dampak yang ditimbulkan oleh paparan asap rokok tidak hanya

mempengaruhi balita ketika mereka lahir saja. Paparan asap rokok lingkungan sejak

kehamilan pada trimester ketiga juga berhubungan dengan kejadian asma dan

timbulnya gejala alergi pada anak usia preschool (Xepapadaki dkk, 2009). Selain

mempengaruhi kondisi fisik balita, paparan asap rokok di dalam rumah juga

mempengaruhi kondisi psikis balita dan ekonomi keluarga. Paparan asap rokok di

rumah berhubungan dengan penambahan pengeluaran keuangan rumah tangga

sebesar $117 yang digunakan sebagai biaya kesehatan karna terjadi gangguan pada

sistem pernafasan pada anak usia 0-4 tahun. Hal tersebut juga mempengaruhi kondisi

Page 23: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

4

psikis anak. Anak (usia 1-4 tahun) akan menjalani hari “yang buruk” karna kondisi

infeksi pernafasan yang dialaminya (Hill dan Liang, 2008).

ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang menyerang saluran

pernafasan yang biasanya dibagi menjadi dua bagian, yaitu infeksi saluran pernafasan

bagian atas dan infeksi saluran pernafasan bagian bawah (Djojodibroto, 2009).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih menjadi permasalahan kesehatan

dunia, khususnya pada balita. Angka kematian balita di Indonesia menjadi peringkat

pertama dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Pada tahun 2011, 2012 dan

2013 angka kematian balita sebesar 162.000, 149.000, dan 136.000. Penyebab

pertama kematian balita di Indonesia yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) .

Pada tahun 2011, 28.7% kejadian ISPA menjadi penyebab kematian pada balita.

Pada dua tahun berikutnya tidak terjadi perubahan presentase yang signifikan yaitu

29.1% pada tahun 2012 dan 28.2% pada tahun 2013 (WHO,2014).

Tingginya kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di

Indonesia dapat dilihat dari alasan banyaknya kunjungan balita ke pelayanan

kesehatan. WHO (2014) menyebutkan bahwa pada tahun 2012, sebanyak 75.3%

kunjungan balita ke pelayanan kesehatan karna adanya gejala Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA). Angka insidensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di

Indonesia pada tahun 2007 dan 2013 tidak jauh berbeda. Pada tahun 2007 prevalensi

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebesar 25.5% dengan insidensi paling

banyak pada kelompok usia 1-4 tahun (42.53%), dan pada tahun 2013 sebanyak 25 %

Page 24: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

5

dengan insidensi paling banyak juga pada kelompok usia 1-4 tahun (25.8%)

(Riskesdas, 2008, 2013).

Salah satu faktor dari insidensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

adalah adanya anggota keluarga yang merokok. Retna dan Fajri (2015) dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa dari 26 pasien pneumonia, 23 diantaranya

memiliki anggota keluarga perokok aktif. Penelitian yang lain juga menyebutkan

bahwa perilaku merokok berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah

kerja Puskesmas Sempor II (Winarni, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Baker

(2006) juga menyebutkan bahwa balita dengan ibu yang merokok pada masa prenatal

dan orang dewasa lainnya yang merokok dapat meningkatkan jumlah infeksi saluran

pernafasan akut bawah.

Hasil berbeda terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Kristensen dan

Olsen (2006) yang menyebutkan bahwa kepadatan rumah dan kondisi kehidupan

secara umum merupakan faktor penting terhadap kejadian ISPA, pemberian ASI

menjadi faktor protektif terhadap ISPA. Terdapat beberapa faktor yang kurang

memiliki hubungan terhadap insisdensi ISPA pada balita, yaitu pendidikan ibu yang

rendah, jenis kelamin dan perilaku merokok. Penelitian yang dilakukan di asrama

tentara Sokanagara Kabupaten Banyumas tahun 2005 menyebutkan bahwa perilaku

merokok yang dilakukan anggota keluarga tidak memiliki hubungan dengan kejadian

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita (Hidayati, 2005).

Page 25: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

6

Pendataan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik pada

tahun 2010, jumlah insidensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pneumonia pada Balita

sebanyak 4.643 insidensi (Profil Kesehatan Kabupaten Gresik, 2011). Data sekunder

yang diperoleh dari Puskesmas Bungah Gresik, dari bulan Januari sampai Oktober

2014 ditemukan kejadian ISPA pneumonia pada balita sebanyak 347 kejadian dan

ISPA bukan pneumonia sebanyak 3.311 kejadian.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner

modifikasi Riskesdas tahun 2013 pada 14 balita di desa Bungah yang menderita

ISPA didapatkan hasil bahwa dari 14 balita yang menderita ISPA 12 diantaranya

memiliki anggota keluarga yang merokok.

B. Rumusan Masalah

Retna (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dari 26 pasien

pneumonia, 23 diantaranya memiliki anggota keluarga perokok aktif . Hasil

penelitian lain menyebutkan bahwa perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga

yang tinggal dalam satu rumah berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Sempor II (Winarni, 2010). Hasil studi pendahuluan juga

menyebutkan bahwa dari 14 balita yang menderita ISPA 12 diantaranya memiliki

anggota keluarga yang merokok.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang,

bagaimana “Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga pada Kejadian Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Balita di Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik”.

Page 26: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

7

C. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran jenis kelamin balita yang menderita Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah?

2. Bagaimana gambaran usia balita yang menderita Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah?

3. Bagaimana gambaran status nutrisi balita yang menderita Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah?

4. Bagaimana gambaran pendidikan ibu balita yang menderita Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah?

5. Bagaimana gambaran anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok

pada balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di

Puskesmas Bungah?

6. Bagaimana gambaran kebiasaan merokok anggota keluarga berdasarkan

lokasinya pada balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) di Puskesmas Bungah?

7. Bagaimana gambaran kebiasaan merokok anggota keluarga berdasarkan

jumlah anggota keluarga yang merokok pada balita yang menderita Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah?

8. Bagaimana gambaran kebiasaan merokok anggota keluarga berdasarkan

banyaknya rokok yang dihirup setiap hari pada balita yang menderita

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah?

Page 27: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

8

9. Bagaimana gambaran karakteristik balita berdasarkan paparan asap rokok

pada balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di

Puskesmas Bungah?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kebiasaan merokok yang dilakukan anggota

keluarga pada balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) di Puskesmas Bungah

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran jenis kelamin balita yang menderita Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah

b. Mengetahui gambaran usia balita yang menderita Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah

c. Mengetahui gambaran status nutrisi balita yang menderita Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah

d. Mengetahui gambaran pendidikan ibu balita yang menderita Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah

e. Mengetahui gambaran anggota keluarga yang memiliki kebiasaan

merokok pada balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) di Puskesmas Bungah

Page 28: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

9

f. Mengetahui gambaran kebiasaan merokok anggota keluarga

berdasarkan lokasi merokok pada balita yang menderita Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah

g. Mengetahui gambaran kebiasaan merokok anggota keluarga

berdasarkan jumlah anggota keluarga yang merokok pada balita yang

menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas

Bungah

h. Mengetahui gambaran kebiasaan merokok anggota keluarga

berdasarkan banyaknya rokok yang dihirup setiap hari pada balita

yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas

Bungah

i. Mengetahui gambaran karakteristik balita berdasarkan paparan asap

rokok pada balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) di Puskesmas Bungah

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

a. Hasil penelitian dapat menambah daftar literatur dan dapat

dijadikan rujukan tentang gambaran kebiasaan merokok anggota

keluarga pada balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA)

Page 29: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

10

b. Memberikan informasi tentang gambaran kebiasaan merokok

anggota keluarga pada balita yang menderita Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA)

2. Bagi Responden

a. Memberikan informasi pada responden tentang gambaran kebiasaan

merokok anggota keluarga pada balita yang menderita Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

b. keluarga dapat merubah kebiasaan merokok bertujuan untuk

memaksimalkan proses tumbuh-kembang balita.

3. Bagi Praktisi Kesehatan

Memberikan pelayanan yang komprehensif khususnya memberikan

pendidikan kesehatan terhadap keluarga yang berobat dan masyarakat

sekitar untuk merubah perilaku merokok.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan dan

rujukan untuk penelitian lain untuk perkembangan ilmu pengetahuan

berhubungan dengan gambaran kebiasaan merokok anggota keluarga

pada balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok

anggota keluarga pada balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan desain studi descriptive. Data

dari penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner. Subjek

Page 30: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

11

penelitian ini adalah balita yang datang ke puskesmas dan didiagnosa ISPA oleh

tenaga kesehatan. Waktu penelitian ini pada tanggal 9 April-5 Mei 2015.

Pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan Purposive Sampling dan analisis

datanya menggunakan analisis univariat untuk mengetahui distribusi karakteristik

balita dan kebiasaan merokok anggota keluarga.

Page 31: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut

1. Definisi ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu infeksi yang

bersifat akut yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai

dari hidung sampai alveolus termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga

tengah, pleura) (Depkes, 2011). Djojodibroto (2009) menyebutkan bahwa

ISPA dibagi menjadi dua bagian, yaitu infeksi saluran pernafasan bagian atas

dan infeksi saluran pernafasan bagian bawah .

Infeksi Saluran Pernafasan Akut mempunyai pengertian sebagai

berikut (Depkes, 2005, dalam Fillacano, 2013) :

a. Infeksi adalah proses masuknya kuman atau mikroorganisme

lainnya ke dalam tubuh manusia dan akan berkembang biak

sehingga akan menimbulkan gejala suatu penyakit

b. Saluran pernafasan adalah suatu saluran yang berfungsi dalam

proses respirasi mulai dari hidung hingga alveolus beserta

adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah, dan pleura.

c. Infeksi akut merupakan suatu proses infeksi yang berlangsung

sampai 14 hari. Batas 14 hari menunjukkan suatu proses akut

Page 32: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

13

meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA

ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

2. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri dari agen infeksius dan agen non-infeksius.

Agen infeksius yang paling umum dapat menyebabkan infeksi saluran

pernafasan akut adalah virus, seperti Respiratory Syncytial Virus (RSV),

Nonpolio enterovirus (coxsackieviruses A dan B), Adenovirus,

Parainfluenza, dan Human metapneumoviruses. Agen infeksius selain virus

juga dapat menyebabkan ISPA, seperti β-hemolytic streptococci,

Staphylococcus, Haemophilus influenza, Chlamydia trachomatis,

Mycoplasma, dan Pneumococcus (Hockenberry dan Wilson, 2013)

Misnadiarly (2008) menyebutkan bahwa selain agen infeksius, agen

non-infeksius juga dapat menyebabkan ISPA seperti aspirasi makanan dan

cairan lambung, dan inhalasi zat-zat asing seperti racun atau bahan kimia,

asap rokok, debu, dan gas.

3. Tanda dan Gejala ISPA

Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit

infeksi oleh berbagai jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi

yang terjadi pada saluran pernafasan tergantung pada fungsi saluran

pernafasan yang terjangkit infeksi, keparahan proses infeksi, dan usia

seseorang serta status kesehatan secara umum (Porth, 2011).

Djojodibroto (2009) menyebutkan tanda dan gejala ISPA sesuai

dengan anatomi saluran pernafasan yang terserang, yaitu :

Page 33: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

14

a. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang sering

timbul yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal yang berlebihan,

bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis ringan, sakit

tengorokan yang ringan sampai berat, rasa kering pada bagian

posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, lesu,

batuk seringkali terjadi, dan terkadang timbul demam.

b. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang

timbul biasanya didahului oleh gejala infeksi saluran pernafasan

bagian atas seperti hidung buntu, pilek, dan sakit tenggorokan.

Batuk yang bervariasi dari ringan sampai berat, biasanya dimulai

dengan batuk yang tidak produktif. Setelah beberapa hari akan

terdapat produksi sputum yang banyak; dapat bersifat mukus tetapi

dapat juga mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan

ditemukan suara wheezing atau ronkhi yang dapat terdengan jika

produksi sputum meningkat.

4. Klasifikasi ISPA

a. Berdasarkan Lokasi Anatomi

1) Infeksi Saluran Pernafasan Akut Atas

Infeksi saluran pernafasan akut atas merupakan infeksi yang

menyerang saluran pernafasan bagian atas (faring). Terdapat

beberapa gejala yang ditemukan pada infeksi ini yaitu demam,

batuk, sakit tenggorokan, bengkak di wajah, nyeri telinga,

ottorhea, dan mastoiditis (Parthasarathy (ed), et al, 2013).

Page 34: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

15

Beberapa penyakit yang merupakan contoh infeksi saluran

pernafasan akut atas yaitu sinusitis, faringitis, dan otitis media

akut (Ziady and Small, 2006).

2) Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bawah

Infeksi saluran pernafasan akut bawah merupakan infeksi yang

menyerang saluran pernafasan bagian bawah. Seseorang yang

terkena infeksi pada saluran pernafasan bawah biasanya akan

ditemukan gejala takipnea, retraksi dada, dan pernafasan wheezing

(Parthasarathy (ed), et al, 2013). Beberapa penyakit yang

merupakan contoh infeksi saluran pernafasan akut bawah yaitu

bronchiolitis, bronchitis akut, dan pneumonia (Chang, et al, 2006).

Gambar 1. Pembagian ISPA berdasarkan lokasi

anatomi

Sumber : Lauralee Sherwood (2011)

Page 35: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

16

b. Berdasarkan Kelompok Umur (Depkes, 2011)

1) Kelompok Umur Kurang dari 2 Bulan

a) Pneumonia Berat : selain batuk dan atau sukar bernafas,

ditemukan nafas cepat (>60 kali/menit) atau tarikan kuat

dinding dada bagian bawah ke dalam.

b) Bukan Pneumonia : hanya ditemukan batuk dan atau sukar

bernafas, namun tidak ditemukan nafas cepat (nafas <60

kali/menit) dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.

2) Kelompok Umur 2 bulan - < 5 Tahun

a) Pneumonia Berat : selain batuk dan atau sukar bernafas juga

ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

(Chest Indrawing)

b) Pneumonia : tidak ditemukan tarikan dinding dada bawah ke

dalam, namun ditemukan nafas cepat sesuai golongan umur (2

bulan - < 1 tahun : 50 kali atau lebih/menit; 1-<5 tahun : 40

kali atau lebih/menit).

c) Bukan Pneumonia : tidak ditemukan nafas cepat dan tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam, namun hanya

ditemukan batuk dan atau sukar bernafas.

5. Faktor Resiko ISPA

a. Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang dapat meningkatkan resiko

kejadian ISPA yaitu luas ventilasi kamar, tipe lantai rumah, dan

Page 36: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

17

kepadatan hunian (Pramudiyani dan Prameswari, 2011). Faktor

lingkungan lainnya yang mampu meningkatkan ISPA yaitu tingkat

kelembaban kamar (Yuwono, 2008).

1) Luas Ventilasi Kamar

Ventilasi adalah suatu lubang udara di dalam rumah yang

berfungsi untuk perputaran udara keluar masuk ruangan, sehingga

terjadi perputaran udara secara bebas (KBBI, 2014). Ventilasi

berfungsi untuk menjaga udara didalam ruangan supaya tetap

segar, sehingga keseimbangan oksigen ruangan sesuai dengan

kebutuhan penghuninya. Disamping itu, kurangnya ventilasi dapat

meyebabkan peningkatan kelembaban lingkungan yang nantinya

akan meningkatkan pertumbuhan bakteri di dalam ruangan (Suryo,

2010). Luas ventilasi dalam rumah sangat penting supaya fungsi

ventilasi dapat dicapai secara maksimal. Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011 tentang

pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah menyebutkan

bahwa luas ventilasi rumah yang sehat yaitu minimal 10% luas

lantai.

2) Tipe Lantai Rumah

Lantai rumah yang sehat adalah lantai yang kedap air, tidak

lembab, bahan lantai yang mudah dibersihkan, dalam keadaan

kering, dan tidak menghasilkan debu (Depkes RI, 2002, dalam

Pramudiyani dan Prameswari, 2011). Lantai rumah kedap air

Page 37: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

18

dapat menghindarkan kondisi rumah menjadi lembab dan berdebu,

sehingga dapat mencegah pertumbuhan bakteri di dalam rumah

dan mencegah terhisapnya debu oleh saluran pernafasan sehingga

dapat mencegah iritasi. Iritasi dapat menyebabkan pergerakan silia

menjadi lambat sehingga mekanisme pembersihan saluran nafas

dapat terganggu, akibatnya apabila terdapat benda asing atau

mikroorganisme masuk tidak dapat dikeluarkan dan dapat

menimbulkan infeksi (Sugihartono dan Nurjazuli, 2012).

3) Kepadatan Hunian

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah harus

disesuaikan dengan luas lantai rumah tersebut. Hal tersebut

bertujuan supaya tidak terjadi overload penghuni dalam rumah.

Kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat dapat

menyebabkan berkurangnya konsumsi oksigen bagi seseorang dan

apabila salah satu anggota keluarga terjangkit suatu penyakit maka

transmisi penyakit ke anggota yang lain dapat lebih mudah terjadi

(Suryo, 2010). Kepadatan hunian rumah yang sehat menurut

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999

tentang persyaratan kesehatan rumah, kepadatan hunian ruang

tidur minimal luasnya 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih

dari 2 orang kecuali anak dibawah umur 5 tahun.

Page 38: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

19

4) Tingkat Kelembaban

Kelembaban adalah tingkat kadar kandungan uap air pada

udara. Jumlah uap air dalam udara dipengaruhi oleh cuaca dan

suhu lingkungan (Gertrudis, 2010, dalam Fillacano, 2013).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

1077/MENKES/PER/V/2011 menyebutkan bahwa tingkat

kelembaban rumah sehat yaitu berkisar antara 40-60 % Rh.

Apabila kelembaban udara kurang dari 40%, maka dapat

dilakukan upaya penyehatan dengan menggunakan alat untuk

meningkatkan kelembaban (misal : humidifier), membuka jendela

rumah, menambah jumlah dan luas jendela rumah, dan

memodifikasi fisik bangunan. Namun apabila kelembaban udara

lebih dari 60%, maka dapat dilakukan upaya penyehatan dengan

memasang humidifier dan memasang genteng kaca.

b. Status Sosial dan Ekonomi

Penelitian yang dilakukan oleh Prietsch, et al (2008) menyebutkan

bahwa status sosial ekonomi yang menjadi faktor resiko terhadap

kejadian ISPA pada balita yaitu tingkat pendidikan orang tua dan

pendapatan keluarga setiap bulannya.

1) Tingkat Pendidikan Orang Tua

Pendidikan yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha untuk mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan baik

Page 39: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

20

formal maupun informal meliputi segala hal yang memperluas

pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia

tempat mereka hidup (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-

UPU, 2007). Tingkat menurut KBBI (2014) berarti jenjang. Jadi

tingkat pendidikan berarti jenjang pendidikan yang telah dilalui

seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

2) Pendapatan Keluarga

Keluarga dengan pendapatan rendah, yang berhubungan

dengan rendahnya status sosial ekonomi, biasanya berbanding

lurus dengan rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan, dan

rendahnya status kesehatan. Kondisi tersebut tentunya akan

mempengaruhi kehidupan setiap anggota keluarga termasuk

didalamnya balita yang masih menggantungkan kehidupan kepada

orang tua mereka (American Psychological Association,2014).

c. Faktor Individu Balita

Beberapa faktor resiko ISPA jika dilihat dari individu balita sebagai

yang terjangkit penyakit yaitu status nutrisi, status imunisasi, dan

riwayat pemberian ASI ekslusif (Sugihartono dan Nurjazuli, 2012).

Wiwoho (2005) dalam penelitiannya menambahkan bahwa Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR) juga menjadi faktor resiko terjadinya

ISPA pada balita.

Page 40: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

21

1) Status Nutrisi

Nutrisi atau gizi adalah zat-zat penting yang berasal dari

makanan yang telah dicerna dan dimetabolisme oleh tubuh

menjadi zat-zat yang berfungsi untuk membentuk dan memelihara

jaringan tubuh, memperoleh tenaga, mengatur sistem fisiologis

tubuh dan melindungi tubuh dari serangan penyakit (Chandra,

2006). Tidak adekuatnya intake nutrisi dapat menyebabkan sistem

kekebalan tubuh menjadi lebih rentan terhadap serangan penyakit

(Berman, et al, 2009).

Metode yang paling sering digunakan untuk melihat status

gizi balita adalah dengan pengukuran antropometri. Indikator yang

dapat digunakan untuk menilai status gizi balita adalah Berat

Badan menurut Umur (BB/U), Panjang atau Tinggi Badan

menurut Umur (PB/U atau TB/U), Berat Badan menurut Panjang

Badan atau Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB), dan Indeks Massa

Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Sunarti, 2004).

2) Status Imunisasi

Imunisasi merupakan suatu usaha memberikan kekebalan

pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh

agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit

tertentu supaya bayi dan balita bertujuan supaya dapat tumbuh

dalam keadaan sehat (Hidayat, 2008a). Terdapat lima imunisasi

dasar yang harus diberikan pada balita sesuai dengan jadwal, yaitu

Page 41: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

22

imunisasi HB (HB0, HB1, HB2, Hb3, dan HB4), BCG, Polio

(Polio 1, 2 ,3, dan 4), DPT (DPT 1, DPT 2, DPT 3), dan Campak

(Depkes, 2009).

3) Riwayat Pemberian ASI Eksklusif

ASI adalah Air Susu Ibu. ASI eksklusif merupakan

pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa

jadwal, tidak diberikan makanan lain, meskipun hanya air putih

dan diberikan sampai bayi berusia 6 bulan (Purwanti, 2004).

Manfaat ASI akan meningkat jika bayi hanya diberikan ASI saja

pada 6 bulan pertama kehidupannya serta lamanya pemberian ASI

bersama-sama makanan pendamping lainnya setelah bayi berumur

6 bulan (Nurheti, 2010).

4) Berat Badan Lahir Rendah

Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah

bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram

(Manuaba, 2007). Terdapat beberapa gangguan yang mungkin

timbul pada bayi akibat berat badan lahir rendah yaitu hipotermi,

hipoglikemia, hiperbilirubinemia, masalah pemberian ASI, infeksi

atau curiga sepsis, dan sindroma aspirasi mekonium (Waspodo,

2005).

d. Faktor Perilaku

Terdapat dua faktor perilaku yang dapat meningkatkan kejadian

ISPA pada balita, yaitu perilaku merokok orang tua dan kebiasaan

Page 42: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

23

membuka jendela saat pagi dan siang hari (Pramudiyani dan

Prameswari, 2011).

1) Perilaku Merokok Anggota Keluarga

Rokok merupakan salah satu hasil dari produk industri dan

komoditi internasional yang mengandung kurang lebih 1500

bahan kimia. Beberapa unsur kimiawi yang terdapat pada rokok

yaitu tar, nikotin, benzopyrin, metil-kloride, aseton, amonia, dan

karbon monoksida (Bustan, 2007). Terdapat dua jenis perokok,

yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah

seseorang yang melakukan aktivitas merokok, sedangkan

perokok pasif adalah seseorang yang tidak merokok namun

secara tidak sengaja mengisap asap rokok dari orang lain (Romy

Rafael, 2006). Berikut ini perilaku merokok :

a) Jumlah anggota keluarga yang merokok

Polusi udara di dalam rumah bisa berasal dari asap hasil

pembakaran bahan bakar dan asap rokok. Penelitian

yang dilakukan oleh Irva et al (2007) menyebutkan

bahwa setelah melakukan penyesuain terhadap musim,

temperatur, dan variabel lainnya, angka bronkhitis

meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi

polusi udara. Peningkatan polusi udara dapat meningkat

seiring dengan peningkatan sumber polusi udara

tersebut. Imran Lubis (1991) dalam Kusumawati (2010)

Page 43: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

24

menyebutkan bahwa semakin tinggi jumlah perokok

dalam rumah dan jumlah rokok yang dihisap

berhubungan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) yang diderita oleh balita.

b) Jumlah rokok yang dihisap setiap hari

Smet (1994) dalam Hasnida (2005) mengklasifikasikan

perokok menjadi tiga tipe berdasarkan jumlah rokok

yang dihisap setiap harinya. Tiga tipe tersebut adalah :

perokok berat apabila menghisap lebih dari 15 batang

rokok dalam sehari, perokok sedang apabila menghisap

5-14 rokok dalam sehari, dan perokok ringan apabila

menghisap 1-4 rokok dalam sehari.

c) Kebiasaan merokok di dalam atau diluar rumah

Penelitian yang dilakukan oleh Sugihartono dan

Nurjazuli (2012) mengelompokkan perilaku merokok

berdasarkan area merokok, yakni di dalam atau di luar

rumah. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa

dari 87 responden yang merokok, 79 responden

merokok di dalam rumah. Penelitian ini menunjukkan

bahwa terjadi hubungan yang signifikan antara perilaku

merokok anggota keluarga yang dilakukan di dalam

rumah dengan kejadian pneumonia balita dengan nilai

OR 5,743.

Page 44: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

25

2) Perilaku Membuka Jendela pada pagi dan siang hari

Perilaku membuka jendela di pagi hari dan di siang hari

sangat penting untuk pertukaran udara di dalam kamar dan

berguna untuk mencegah ruangan menjadi lembab dan pengap

sehingga mikroorganisme penyebab ISPA dapat dicegah

(Pramudiyani dan Prameswari, 2011).

B. Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita

1. Pengertian Balita

Balita adalah anak yang berusia 0-59 bulan (Depkes, 2014). Usia

balita merupakan suatu periode penting dalam proses tumbuh kembang anak

yang nantinya mempengaruhi perkembangan anak pada tahap selanjutnya

(Febry dan Marendra, 2008).

Imunitas atau sistem pertahanan tubuh merupakan suatu mekanisme

perlindungan yang bertugas untuk mempertahankan integritas tubuh terhadap

serangan agens asing (Otto, 2005). Fungsi sistem imun adalah melindungi

tubuh dari patogen dan menghancurkan sel-sel yang dianggap sebagai zat

asing (James et al, 2008). Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan daya

tahan tubuh pada balita, yaitu, pertama dengan cara pemberian gizi yang

adekuat, mulai dari pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, pemberian ASI

sampai usia 2 tahun dengan makanan pendamping ASI yang lengkap akan

kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Kedua yaitu

dengan meningkatkan aktivitas sehari-hari bertujuan supaya tubuh tetap

bugar dan tahan terhadap serangan berbagai penyakit. Ketiga yaitu dengan

Page 45: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

26

cara menjaga kebersihan badan balita dan kebersihan lingkungan sekitar

balita. Keempat yaitu dengan pemberian imunisasi untuk menghindari

serangan berbagai penyakit tertentu (Widjaja, 2008).

2. Kejadian ISPA pada Balita

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih menjadi permasalahan

kesehatan dunia, khususnya pada balita. Menurut WHO (2014), angka

kematian pada anak usia dibawah lima tahun (balita) pada tahun 2013 sebesar

6.3 juta atau sekitar 17.000 balita meninggal dunia setiap hari. Penyebab

kematian balita yaitu pneumonia (13%), Diare (9%), malaria (7%), dan

anomali kongenital dan penyakit tidak menular (7%). Kejadian ISPA pada

Indonesia pun masih cukup terbilang tinggi. Tahun 2007 prevalensi Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebesar 25.5% dengan insidensi paling

banyak pada kelompok usia 1-4 tahun (42.53%), dan pada tahun 2013

sebanyak 25 % dengan insidensi paling banyak juga pada kelompok usia 1-4

tahun (25.8%) (Riskesdas, 2008, 2013).

C. Mekanisme tubuh terhadap paparan asap rokok

Kum-Nji et al (2006) dalam penelitiannya menjelaskan mekanisme

bagaimana nikotin dalam asap rokok dapat menyebabkan depresi sistem imun

tubuh. Berikut penjelasan tentang mekanisme tersebut :

1. Paparan asap rokok dan fungsi fagositosis

Nikotin pada asap rokok akan menyebabkan penekanan atau menghambat

mekanisme fagositosis yang dilakukan oleh neutrofil atau monosit

melalui penghambatan superoksida anion, peroksida, dan produksi

Page 46: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

27

oksigen radikal. Fagositosis sel paru alveolar secara signifikan berkurang

pada seorang perokok dibandingkan dengan bukan perokok (Harris dan

Rothi, 1984 dalam, Kum-Nji et al, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh

Pabst et al (1995) dalam Kum-Nji et al (2006) juga menyebutkan bahwa

aktivitas mengunyah tembakau dapat menghambat aktivitas fagosit dari

neutrofil dan monosit dari mukosa mulut.

2. Paparan asap rokok, fungsi sel T, dan produksi immunoglobulin

Kandungan nikotin pada asap rokok telah terbukti mampu meneken sel

produksi sel Th1 (bertanggungjawab untuk produksi Ig) namun selektif

merangsang fungsi sel Th2 untuk memproduksi berbagai sitokin atau

imterleukin, seperti IL-4, IL-5, IL-10, dan IL-13 . Produksi sitokin ini

memberikan efek timbulnya manifestasi klinis yang sering terlihat pada

penyakit atopik seperti asma, eksim, rhinitis alergi dan gangguan alergi

lainnya. Nikotin juga merangsang sel B untuk beralih memproduksi IgE.

Supresi nikotin terhadap Th1 dapat menyebabkan penurunan produksi

immunogobulin, khususnya IgA dan IgG . Hasil pengamatan yang

menarik adalah nikotin belum terbukti untuk menekan produksi IgM,

namun menekan aktivitas sel sitotoksik melalui penghambatan sel

pembunuh alami.

3. Paparan asap rokok dan perlekatan bakteri pada epitel mukosa

Asap rokok yang masuk ke dalam paru-paru menyebabkan penempelan

komponen rokok secara pasif pada epitel saluran pernafasan yang dapat

menyebabkan peningkatan perlekatan bakteri patogen. Nikotin juga dapat

Page 47: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

28

menyebabkan penghambatan atau penekanan terhadap mekanisme

pertahanan saluran pernafasan yang dilakukan oleh silia-silia.

D. Penelitian Terkait

1. Retna, Rusfita, dan Umi Nur Fajri (2015) dalam penelitiannya yang berjudul

“Gambaran Karakteristk Kejadian Pneumonia pada balita di Puskesmas

Wanadadi I Kabupaten Banjarnegara Tahun 2014”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui gambaran karakteristik kejadian pneumonia di wilayah

kerja Puskesmas Wanadadi I Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel total

sampling. Adapun sampel penelitian ini adalah 26 balita. Hasil penelitian nya

menunjukkan sebagian besar responden adalah usia 1-4 tahun (16

responden), tingkat pendidikan ibu sebagian besar pendidikan menengah (17

responden), luas ventilasi rumah memenuhi syarat sesuai (15 responden),

penggunaan bahan bakar kayu bakar dan gas (16 responden), balita tidak

diberikan ASI Eksklusif (19 responden), dan adanya anggota keluarga yang

perokok aktif (23 responden).

2. Winarni, Basirun Al Ummah, dan Safrudin Agus Nur Salim (2010) dalam

penelitian nya yang berjudul “ Hubungan antara Perilaku Merokok Orang

Tua dan Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah dengan

Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sempor II

Kabupaten Kebumen Tahun 2009”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara perilaku merokok orang tua dengan insidensi

ISPA pada anak dibawah usia 5 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian

Page 48: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

29

korelasi dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan teknik

pengambilan sampel purposive sampling. Analisis data yang digunakan

adalah dengan uji Chi Square bertujuan untuk menemukan hubungan antara

perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga lain dirumah dengan

kejadian ISPA pada balita. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa ada

hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga lain di

dalam rumah dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p=0.000.

Page 49: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

30

E. Kerangka Teori

Faktor Lingkungan :

1. Luas ventilasi kamar

2. Tipe lantai rumah

3. Kepadatan hunian

4. Tingkat kelembapan udara

Bagan 2.1 : Kerangka Teori Penelitian

Kombinasi Teori Hockenberry & Wilson (2013); Misnadiarly (2008);

Pramudiyani dan Prameswari (2011); Yuwono ( 2008); Prietsch et al (2008);

Sugihartono dan Nurjazuli (2012); Wiwoho (2005)

Agen infeksius :

1. Virus

2. bakteri

Agen infeksius :

3. Virus

4. bakteri

Agen infeksius :

5. Virus

6. bakteri

Etiologi :

Agen non-infeksius :

1. Aspirasi makanan dan

cairan lambung

2. Inhalasi zat asing (

misal : racun, debu,

gas, asap rokok)

Faktor Sosial Ekonomi :

1. Tingkat pendidikan orang tua

2. Pendapatan orang tua

Faktor Perilaku :

1. Kebiasaan merokok anggota

keluarga

2. Kebiasaan membuka jendela

setiap pagi dan siang hari

ISPA

Faktor Individu Balita :

1. Status Nutrisi

2. Status Imunisasi

3. Riwayat pemberian ASI eksklusif

4. Riwayat BBLR

Page 50: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

31

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Konsep adalah abtraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan

membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (Riyanto,2011).

Berdasarkan latar belakang dan teori yang sudah dijelaskan oleh peneliti, maka

dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui gambaran kebiasaan merokok anggota

keluarga pada balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Berikut

kerangka konsep dalam penelitian ini :

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kebiasaan merokok anggota keluarga :

1. Lokasi merokok

2. Jumlah anggota keluarga yang

merokok

3. Banyaknya rokok yang dihirup

setiap hari

Page 51: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

32

B. Definisi Operasional Penelitian

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Umur Lamanya masa hidup

balita dihitung mulai

dari tanggal lahir

sampai dengan hari

ulang tahun terakhir

Wawancara Kuesioner 1 = ≤ 12 bulan

2 = 13-59 bulan

(Depkes, 2014)

Nominal

2. Jenis Kelamin Identitas diri balita

sesuai dengan kondisi

biologis

Wawancara Kuesioner 1 = Laki-laki

2 = Perempuan

Nominal

3. Tingkat pendidikan

ibu

Tingkat pendidikan

formal kedua orang tua

berdasarkan pada

ijazah terakhir yang

diterima

Wawancara Kuesioner 1 = tidak lulus SD

2 = lulus SD

3 = SMP/sederajat

4 = SMA/sederajat

5 = perguruan tinggi

Ordinal

4. Status Nutrisi Kondisi atau keadaan Pengukuran Timbangan 1 = gizi buruk (<-3SD) Ordinal

Page 52: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

33

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

gizi balita pada saat

dilakukan pengambilan

data yang diukur

berdasarkan BB/U

2 = gizi kurang (-3SD - <-

2SD)

3 = gizi baik (-2 SD – 2 SD)

4 = gizi lebih (> 2 SD)

(Kemenkes, 2011)

5. Kebiasaan merokok

anggota keluarga

Kebiasaan merokok

yang dilakukan oleh

anggota keluarga yang

tinggal bersama

didalam rumah

Wawancara Kuesioner

1 = ada (bila ada anggota

keluarga yang tinggal

bersama yang memiliki

kebiasaan merokok)

2 = tidak ada ( bila tidak ada

anggota keluarga yang

tinggal bersama yang

memiliki kebiasaan

merokok)

Nominal

6. Jumlah perokok Banyaknya anggota

keluarga yang tinggal

bersama yang memiliki

Wawancara Kuesioner 1 = bila terdapat lebih dari

satu anggota keluarga yang

tinggal bersama yang

Nominal

Page 53: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

34

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Kebiasaan merokok memiliki kebiasaan

merokok

2 = bila ada satu anggota

keluarga yang tinggal

bersama yang memiliki

kebiasaan merokok

7. Jumlah rokok yang

dihirup

Jumlah rokok yang

dihirup setiap hari oleh

anggota keluarga

Wawancara Kuesioner 1 = berat (apabila jumlah

rokok yang dihirup setiap

hari ≥ 15 batang)

2 = sedang (apabila jumlah

rokok yang dihirup setiap

hari 5-14 batang)

3 = ringan (apabila jumlah

rokok yang dihirup setiap

hari 1-4 batang)

(Smet, 1994 dalam Hasnida,

2005)

Ordinal

Page 54: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

35

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

8. Lokasi merokok Lokasi kebiasaan

merokok anggota

keluarga

Wawancara Kuesioner 1 = tanpa memperhatikan

lingkungan dengan balita

disekitar perokok

2 = memperhatikan

lingkungan tanpa ada balita

di sekitar perokok

Nominal

9. Infeksi Saluran

Pernafasan Akut

(ISPA)

Merupakan infeksi

saluran pernafasan akut

yang terjadi pada balita

berdasarkan hasil

diagnosa oleh tenaga

kesehatan

Observasi Kuesioner 1 = ada ISPA

2 = tidak ada ISPA

Nominal

Page 55: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

36

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain

deskriptif serta pendekatan retrospektif. Penelitian ini ingin mengetahui gambaran

kebiasaan merokok anggota keluarga pada balita yang menderita Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah Gresik.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 9 April-5 Mei 2015 di Puskesmas Bungah

Kabupaten Gresik. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian adalah karna

berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Bungah pada bulan Januari sampai

Oktober 2014 ditemukan kejadian ISPA pneumonia pada balita sebanyak 347

kejadian dan ISPA bukan pneumonia sebanyak 3.311 kejadian

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan seluruh subjek (seperti manusia, binatang

percobaan, data laboratorium, dan lain-lain) yang akan diteliti oleh

peneliti dan memenuhi kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti

(Riyanto,2011). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu balita yang

Page 56: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

37

datang ke Puskesmas Bungah dan dengan balita yang didiagnosa Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) oleh tenaga kesehatan. Oleh karena itu,

populasi dalam penelitian ini merupakan populasi tak terbatas.

2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 responden. Hal tersebut

dikarenakan populasi dalam penelitian ini merupakan populasi tak

terbatas dan berdasarkan teori yang diungkapkan Cooper dan Shlinder

(2006) bahwa sampel 100 dari 5000 populasi secara kasar mempunyai

ketepatan hampir sama dengan ketepatan 100 sampel dari 200.000.000

populasi. Setelah itu dikalikan 10% jumlah sampel untuk mengantisipasi

hilangnya data atau ketidaklengkapan pengisian kuesioner, 100 x 10% =

10. Maka total sampel pada penenlitian ini adalah 110. Teknik

pengambilan sampel yang dipilih adalah purposive sampling dengan

kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan.

Sampel penelitian ini yaitu ibu balita karna ibu balita sebagi

sumber informasi pada penelitian ini. Namun pada penelitian ini sampel

lebih berfokus pada balita. sehingga kriteria inklusi dan eksklusi sampel

penelitian ini berhubungan dengan keadaan balita.

Berikut ini kriteria inklusi sampel penelitian :

1. Balita yang berusia 0-59 bulan

2. Balita yang datang ke Puskesmas Bungah

3. Balita yang didiagnosa ISPA oleh tenaga kesehatan

Page 57: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

38

Berikut ini kriteria eksklusi sampel penelitian :

1. Balita yang memiliki riwayat alergi

D. Instrumen Penelitian

Perolehan data atau informasi dari responden dalam suatu penelitian

membutuhkan suatu alat atau yang sering disebut dengan instrumen. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner.

Kuesioner merupakan suatu alat pengumpul data dengan cara memberikan daftar

pertanyaan kepada responden untuk selanjutnya responden bisa memberikan jawaban

atas pertanyaan tersebut (Umar,2011). Beberapa pertanyaan yang ada dalam

kuesioner penelitian ini adalah tentang data individu balita, pendidikan orang tua,

dan kebiasaan merokok anggota keluarga.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Valid merupakan ketepatan atau kecermatan suatu alat atau

instrumen dalam melakukan pengukuran atau dalam menjalankan

fungsinya. Uji validitas suatu instrumen dilakukan dengan cara

melakukan korelasi antara masing-masing item pertanyaan dengan skor

totalnya. Suatu skor variabel (pertanyaan) dikatakan valid apabila

memiliki korelasi secara signifikan dengan skor totalnya (Riyanto,2011)

Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas kepada responden.

Hal tersebut dikarenakan kuesioner yang digunakan pada penelitian ini

Page 58: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

39

menggunakan skala guttman. Uji validitas yang digunakan pada

penelitian ini yaitu dengan menggunakan validitas isi yang dilakukan oleh

Jamaludin, M.Kep dan Yenita Agus, M.Kep.,Sp.Mat.,PhD

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas yaitu suatu indeks yang menunjukkan apakah suatu

instrumen dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Uji

reliabilitas suatu instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen

akan memiliki kesamaan hasil apabila suatu instrumen (dalam penelitian

ini berupa kuesioner) tersebut dilakukan sebagai alat ukur terhadap

responden atau waktu yang berbeda (Setiadi, 2007).

Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan rumus uji Spearman Brown. Hal tersebut dikarenakan pada

penelitian ini instrumen yang digunakan adalah menggunakan skala

guttman dan jumlah pertanyaan yang ada di dalam kuesioner ini berjumlah

4 pertanyaan (genap). Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila nilai

korelasi antara belahan genap dan belahan ganjil lebih besar dari nilai r

tabel (Siregar, 2013).

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi

SPSS 16 dan didapatkan nilai korelasi antara belahan genap dan belahan

ganjil 0,700. Nilai r tabel yang digunakan adalah 0,361 karna responden

uji reliabilitas pada penelitian ini berjumlah 30 orang. Selanjutnya hasil

yang didapatkan dari uji reliabilitas dibandingkan dengan nilai r tabel.

Page 59: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

40

Karna hasil yang didapatkan lebih besar dari r tabel maka dapat dikatakan

kuesioner penelitian ini sudah reliabel.

F. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data primer yang diperoleh

melalui kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari puskesmas. Berikut ini

adalah beberapa tahap yang dilakukan dalam pengambilan data dalam penelitian ini :

1. Pertama peneliti menentukan tema, subjek, tempat, tujuan dan manfaat,

dan judul penelitian. Setelah itu peneliti membuat surat perizinan studi

pendahuluan dari Fakultas untuk nantinya diserahkan ke puskesmas

Bungah.

2. Peneliti melakukan studi pendahuluan di dua tempat, yakni di puskesmas

dan di masyarakat desa Bungah. Studi pendahuluan di puskesmas

bertujuan untuk mendapatkan data sekunder tentang kejadian Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Puskesmas.

Studi pendahuluan di masyarakat bertujuan untuk mengetahui distribusi

keluarga dengan kejadian ISPA pada balita dan kebiasaan merokok

anggota keluarga.

3. Setelah proposal skripsi selesai, peneliti membuat surat perizinan untuk

uji reliabilitas dari Fakultas.

4. Peneliti lalu melakukan uji reliabilitas kuesioner pada 30 responden.

5. Setelah instrumen dinyatakan reliabel, selanjutnya peneliti melakukan

perizinan ke Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan

Page 60: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

41

Pengembangan Daerah dan Dinas Kesehatan kabupaten Gresik untuk

melakukan penelitian di Puskesmas Bungah

6. Peneliti mendapatkan izin dan calon responden yang sesuai dengan

kriteria, peneliti memberikan informed consent terhadap calon responden.

7. Jika calon responden setuju dan menandatangani form persetujuan,

responden diberikan kuesioner penelitian.

8. Waktu pengisian kuesioner sekitar 10 menit untuk setiap responden.

Setelah kuesioner lengkap diisi oleh responden, selanjutnya peneliti

mengumpulkan semua kuesioner untuk diolah dan dilakukan analisis

data.

G. Pengolahan Data

Setiadi (2007) menyebutkan bahwa terdapat 6 kegiatan yang dilakukan

peneliti dalam proses pengolahan data, yaitu :

1. Editing. Kegiatan editing dilakukan dengan cara memeriksa setiap poin

pertanyaan kuesioner yang sudah diisi oleh responden. Terdapat tiga hal

yang harus diperiksa oleh peneliti yaitu kelengkapan jawaban (setiap

pertanyaan sudah ada jawaban), keterbacaan tulisan, dan relevansi

jawaban.

2. Coding. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengelompokkan jawaban

yang diberikan responden kedalam bentuk kategori. Hasil

pengelompokkan tersebut diberi tanda atau kode berbentuk angka pada

masing-masing jawaban.

Page 61: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

42

3. Sorting. Mensortir merupakan kegiatan yang dilakukan dengan memilih

atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi

data).

4. Entry Data. Jawaban responden yang sudah diberi kode kategori

kemudian dimasukkan dalam tabel atau database komputer untuk

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan

membuat tabel kontigensi (Hidayat, 2008b).

5. Cleaning. Pembersihan data dilakukan untuk melihat data yang sudah

dimasukkan sudah benar atau belum. Proses ini dilakukan untuk

mengetahui kemungkinan kesalahan atau ketidaklengkapan data untuk

selanjutnya bisa dilakukan koreksi (Notoatmodjo, 2010).

6. Mengeluarkan Informasi. Kegiatan ini disesuaikan dengan tujuan

penelitian yang dilakukan

H. Metode Analisis Data

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan pada setiap variabel

penelitian dan bertujuan untuk mengetahui deskripsi karakteristik setiap variabel

dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat dalam penelitian ini

bertujuan untuk memberikan gambaran distribusi karakteristik jenis kelamin, usia,

status nutrisi, dan pendidikan ibu balita serta gambaran kebiasaan merokok anggota

keluarga berdasarkan lokasi merokok, jumlah anggota keluarga yang merokok dan

banyaknya rokok yang dihirup setiap hari, dan gambaran karakteristik balita

berdasarkan ada atau tidaknya paparan asap rokok terhadap balita.

Page 62: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

43

I. Etika Penelitian

Masalah etika dalam suatu penelitian sangatlah penting, khususnya dalam

penelitian ilmu keperawatan dikarenakan dalam penelitian keperwatan seringkali

berhubungan dengan manusia (Hidayat, 2008b). Berikut ini adalah prinsip etik yang

peneliti gunakan selama proses penelitian (Hidayat, 2008b, dan Notoatmodjo, 2010) :

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan suatu informasi yang harus dijelaskan oleh

peneliti terlebih dahulu kepada calon responden. Tujuan dari adanya

informed consent adalah supaya calon responden mengetahui maksud dan

tujuan dari penelitian. Jika calon responden bersedia menjadi responden,

maka peneliti memberikan lembar persetujuan dan responden harus

menandatanganinya. Jika calon responden tidak bersedia, maka peneliti

harus menghormati keputusan dan tidak boleh memaksa.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika dalam penelitian keperawatan yakni memberikan jaminan

dalam penggunaan data responden dengan cara tidak mencantumkan

nama responden pada instrumen dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Prinsip etika confidentiality adalah menjamin kerahasiaan setiap

informasi yang diperoleh dari responden. Informasi yang didapat hanya

akan digunakan sebagai data penelitian dan ketika dilakukan pengolahan

Page 63: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

44

data, informasi yang didapatkan bukanlah informasi individual melainkan

dalam bentuk data kelompok.

4. Privacy

Selama proses penelitian, responden mempunyai hak untuk memperoleh

privasi atau kebebasan pribadinya.

5. Memperoleh imbalan atau kompensasi

Peneliti sebagai pihak yang membutuhkan informasi dari responden

sudah seharusnya memberikan imbalan kepada responden atas informasi

yang sudah diperoleh.

Page 64: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

45

BAB V

HASIL PENELITIAN

Hasil yang disajikan dalam penelitian ini berupa analisis univariat. Analisis

univariat merupakan analisis yang dilakukan pada setiap variabel penelitian dan

bertujuan untuk mengetahui deskripsi karakteristik setiap variabel dalam penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat yang dilakukan pada penelitian ini adalah

untuk mengetahui distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia,

status nutrisi, pendidikan terakhir ibu, presentasi anggota keluarga yang memiliki

kebiasaan merokok, kebiasaan merokok anggota keluarga berdasarkan lokasi

merokok, jumlah anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok, dan

banyaknya rokok yang dihirup setiap hari oleh anggota keluarga. Berikut ini hasil

analisis univariat dalam penelitian ini :

A. Karakteristik Responden

1. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil yang diperoleh, berikut ini distribusi karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin :

Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Balita

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

Laki-laki 56 56%

Perempuan 44 44%

Jumlah 100 100%

Page 65: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

46

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 100 responden balita yang

menderita ISPA dalam penelitian ini terdapat 56 balita dengan jenis kelamin

laki-laki (56%) dan 44 balita dengan jenis kelamin perempuan (44%).

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa balita laki-laki pada

penelitian ini lebh banyak daripada balita perempuan.

2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan kelompok usia

Berdasarkan hasil yang diperoleh, berikut ini distribusi karakteristik

responden berdasarkan usia :

Tabel 5.2 Distribusi Kelompok Usia Balita

Kelompok Usia Frekuensi Presentase

≤ 12 bulan 28 28%

13-59 bulan 72 72%

Jumlah 100 100%

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 100 responden balita yang

menderita ISPA dalam penelitian ini terdapat 28 balita yang berusia kurang

dari 12 bulan (28%) dan 72 balita yang berusia 13-59 bulan (72%).

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa balita pada penelitian

ini lebih banyak pada kelompok usia 13-59 bulan daripada balita kelompok

usia ≤ 12 bulan.

3. Distribusi karakteristik responden berdasarkan status nutrisi

Berdasarkan hasil yang diperoleh, berikut ini distribusi karakteristik

responden berdasarkan status nutrisi :

Page 66: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

47

Tabel 5.3 Distribusi Status Nutrisi Balita

Status Nutrisi Frekuensi Presentase

Gizi Buruk 6 6%

Gizi Kurang 15 15%

Gizi Baik 78 78%

Gizi Lebih 1 1%

Jumlah 100 100%

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 100 balita yang menderita ISPA

dalam penelitian ini, terdapat 6 balita dengan status gizi buruk (6%), 15

balita dengan status gizi kurang (15%), 78 balita dengan status gizi baik

(78%), dan 1 balita dengan status gizi lebih (1%). Berdasarkan hasil tersebut,

dapat disimpulkan bahwa balita pada penelitian ini paling banyak memiliki

status nutrisi baik dan paling sedikit memiliki status nutri lebih.

4. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir ibu

Tabel 5.4 Distribusi Pendidikan Terakhir Ibu

Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase

SD 5 5%

SMP/sederajat 24 24%

SMA/sederajat 60 60%

Perguruan Tinggi 11 11%

Jumlah 100 100%

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 100 balita yang menderita ISPA

dalam penelitian ini, terdapat 5 ibu dengan pendidikan terakhir SD (5%), 24

ibu dengan pendidikan terakhir SMP/sederajat (24%), 60 ibu dengan

Page 67: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

48

pendidikan terakhir SMA/sederajat (60%), dan 11 ibu dengan pendidikan

terakhir perguruan tinggi (11%). Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa pendidikan terakhir ibu pada penelitian ini paling banyak

dengan pendidikan terakhir SMA/sederajat dan paling sedikit dengan

pendidikan terakhir SD.

B. Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga

1. Gambaran kebiasaan Merokok anggota keluarga

Tabel 5.5 Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga

Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Frekuensi Presentase

Ada 73 73%

Tidak 27 27%

Jumlah 100 100%

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa terdapat 73 balita yang menderita ISPA

dalam penelitian ini memiliki anggota keluarga yang tinggal bersama dengan

kebiasaan merokok (73%), dan 23 balita memiliki anggota keluarga yang

tinggal bersama tanpa kebiasaan merokok (27%). Berdasarkan hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita pada penelitian ini memiliki

anggota keluarga dengan kebiasaan merokok.

2. Gambaran lokasi kebiasaan merokok anggota keluarga

Tabel 5.6 Gambaran Lokasi Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga

Lokasi Merokok Frekuensi Presentase

Tanpa memperhatikan lingkungan

dengan balita disekitar perokok

43 58,90%

Memperhatikan lingkungan dengan tidak

ada balita di sekitar perokok

30 41,10%

Jumlah 73 100%

Page 68: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

49

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 73 balita yang menderita ISPA

memiliki anggota keluarga yang tinggal bersama dengan kebiasaan merokok,

terdapat 43 anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok tanpa

memperhatikan lingkungan dengan balita disekitar perokok (58,90%), dan

30 anggota anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok dengan

memperhatikan lingkungan dengan tidak ada balita di sekitar perokok

(41,10%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa balita yang

memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan merokok sebagian besar

mendapatkan paparan asap rokok akibat lokasi merokok yang dilakukan

tanpa memperhatikan lingkungan sekitar.

3. Gambaran jumlah anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok

Tabel 5.7 Gambaran Jumlah Anggota Keluarga dengan Kebiasaan

Merokok

Jumlah anggota keluarga dengan kebiasaan

merokok Frekuensi Presentase

Satu orang 11 25,58%%

Lebih dari satu orang 32 74,42%

Jumlah 43 100%

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 43 anggota keluarga yang memiliki

kebiasaan merokok tanpa memperhatikan lingkungan dengan balita disekitar

perokok, terdapat 11 balita yang memiliki jumlah anggota keluarga dengan

kebiasaan merokok hanya satu orang (25,58%), dan 32 balita yang memiliki

jumlah anggota keluarga dengan kebiasaan merokok sebanyak lebih dari

satu orang (74,42%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

Page 69: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

50

balita yang mendapat paparan asap rokok pada penelitian ini memiliki

anggota keluarga dengan kebiasaan merokok lebih dari satu orang perokok

aktif lebih banyak daripada hanya satu anggota keluarga yang memiliki

kebiasaan merokok.

4. Gambaran banyaknya rokok yang dihirup setiap hari oleh anggota keluarga

Tabel 5.8 Gambaran Banyaknya Rokok yang Dihirup Setiap Hari

Oleh Anggota Keluarga

Jumlah rokok yang dihirup setiap hari Frekuensi Presentase

Ringan (1-4 batang rokok setiap hari) 13 30,24%

Sedang (5-14 batang setiap hari) 15 34,88%

Berat ( ≥15 batang setiap hari) 15 34,88%

Jumlah 43 100%

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 43 anggota keluarga yang memiliki

kebiasaan merokok tanpa memperhatikan lingkungan dengan balita disekitar

perokok, terdapat 13 balita yang memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan

merokok kategori ringan (1-4 batang rokok setiap hari) (30,24%), 15 balita

yang memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan merokok kategori sedang

(5-14 batang rokok setiap hari) (34,88%), dan 15 balita yang memiliki

anggota keluarga dengan kebiasaan merokok kategori berat( ≥ 15 batang

rokok setiap hari) (34,88%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa balita yang mendapatkan paparan asap rokok pada penelitian ini

memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan merokok kategori berat dan

sedang lebih banyak daripada kebiasaan merokok kategori ringan.

Page 70: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

51

C. Gambaran karakteristik balita berdasarkan adanya paparan asap rokok

1. Distribusi karakteristik jenis kelamin balita berdasarkan adanya paparan asap

rokok

Tabel 5.9 Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Balita berdasarkan

Adanya Paparan Asap Rokok

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa balita yang menderita ISPA pada

penelitian ini terdapat 43 balita (43%) yang terpapar asap rokok dan 57 balita

(57%) tidak terpapar asap rokok. Sebanyak 25 balita laki-laki (44.6%)

terpapar asap rokok dan 31 balita laki-laki (55.4%) tidak terpapar asap rokok.

Sedangkan dari 44 balita perempuan, terdapat 18 balita (40.9%) yang

terpapar asap rokok dan 26 balita (59.1%) tidak terpapar asap rokok.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah balita laki-laki

yang tidak terpapar asap rokok lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah

balita perempuan yang tidak terpapar asap rokok

Paparan Asap Rokok Total

Ya Tidak

Jenis

kelamin

Laki-laki N 25 31 56

% 44.6% 55.4% 100%

Perempuan N 18 26 44

% 40.9% 59.1% 100%

Total N 43 57 100

% 43% 57% 100%

Page 71: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

52

2. Distribusi karakteristik usia balita berdasarkan adanya paparan asap rokok

Tabel 5.10 Distribusi Karakteristik Usia Balita berdasarkan Adanya

Paparan Asap Rokok

Tabel 5.10 dari 28 balita yang berusia ≤12 bulan, terdapat 13 balita

(46.4%) terpapar asap rokok dan 15 balita (53.6%) tidak terpapar asap rokok.

Sedangkan dari 72 balita berusia 13-59 bulan, terdapat 30 balita (41.7%)

terpapar asap rokok dan 42 balita (58.3%) tidak terpapar asap rokok.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa proporsi balita berusia

13-59 bulan pada balita yang tidak terpapar asap rokok lebih banyak jika

dibandingkan dengan proporsi balita yang berusia ≤12 bulan yang tidak

terpapar asap rokok.

Paparan Asap Rokok

Total

Ya Tidak

Usia Balita

≤12 bulan

N 13 15 28

% 46.4% 53.6% 100 %

13-59 bulan

N 30 42 72

% 41.7% 58.3% 100%

Total

N 43 57 100

% 43% 57% 100%

Page 72: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

53

3. Distribusi karakteristik status nutrisi balita berdasarkan adanya paparan asap

rokok

Tabel. 5.11 Distribusi Karakteristik Status Nutrisi Balita berdasarkan

Adanya Paparan Asap Rokok

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 6 balita dengan status gizi buruk

terdapat 3 balita(50%) terpapar asap rokok dan 3 balita (50%) yang tidak

terpapar asap rokok; 15 balita dengan status gizi kurang terdapat 4 balita

(26.7%) yang terpapar asap rokok dan 11 balita (73.3%) yang tidak terpapar

asap rokok; dari 78 balita dengan status gizi baik terdapat 35 balita (44.9%)

terpapar asap rokok dan 43 balita (55.1%) tidak terpapar asap rokok; dan

terdapat 1 balita (100%) dengan gizi lebih yang terpapar asap rokok.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaaan

yang signifikan pada balita dengan status gizi baik pada kelompok terpapar

asap rokok dan tidak terpapar asap rokok, sedangkan pada balita dengan status

Paparan Asap

Rokok Total

Ya Tidak

Status Nutrisi

Balita

Gizi Buruk N 3 3 6

% 50% 50% 100%

Gizi Kurus N 4 11 15

% 26.7% 73.3% 100%

Gizi Baik N 35 43 78

% 44.9% 55.1% 100%

Gizi Lebih N 1 0 1

% 100% 0% 100%

Total N 43 57 100

% 43% 57% 100%

Page 73: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

54

gizi kurang proporsi balita yang tidak terpapar asap rokok lebih banyak jika

dibandingkan dengan balita yang terpapar asap rokok.

4. Distribusi karakteristik pendidikan terakhir ibu balita berdasarkan adanya

paparan asap rokok

Tabel. 5.12 Distribusi karakteristik pendidikan terakhir ibu balita

berdasarkan adanya paparan asap rokok

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 5 balita memiliki ibu dengan

pendidikan terakhir SD terdapat 3 balita(60%) yang terpapar asap rokok dan

2 balita (40%) yang tidak terpapar asap rokok; dari 24 balita memiliki ibu

dengan pendidikan terakhir SMP/sederajat terdapat 15 balita (62.5%)

terpapar asap rokok dan 9 balita (37.5%) yang tidak terpapar asap rokok; 60

balita memiliki ibu dengan pendidikan terakhir SMA/sederajat terdapat 22

balita (36.7%) terpapar asap rokok dan 38 balita (63.3%) tidak terpapar asap

rokok; dan dari 11 balita memiliki ibu dengan pendidikan terakhir perguruan

tinggi terdapat 3 balita (27.3%) terpapar asap rokok dan 8 balita (72.7%)

Paparan Asap

Rokok Total

Ya Tidak

Pendidikan

Terakhir

Ibu

SD N 3 2 5

% 60% 40% 100%

SMP/sederajat N 15 9 24

% 62.5% 37.5% 100%

SMA/sederajat N 22 38 60

% 36.7% 63.3% 100%

Perguruan Tinggi N 3 8 11

% 27.3% 72.7% 100%

Total N 43 57 100

% 43% 57% 100%

Page 74: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

55

tidak terpapar asap rokok. berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa pada kelompok balita yang tidak terpapar asap rokok memiliki ibu

dengan pendidikan terakhir SMA/sederajat dan perguruan tinggi lebih banyak

dibandingkan dengan balita yang terpapar asap rokok.

Page 75: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

56

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Perbedaan proporsi jenis kelamin balita ISPA pada penelitian ini tidak

begitu signifikan, yakni 56 balita(56%) dengan jenis kelamin laki-laki dan

44 balita (44%) dengan jenis kelamin perempuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sugihartono dan Nurjazuli (2012)

menunjukkan hasil yang serupa. Balita laki-laki yang menderita ISPA

Pneumonia sebanyak 31 kejadian (57.4%) sedangkan balita perempuan yang

menderita ISPA pneumonia sebanyak 23 kejadian (42.6%). Marlina (2014)

dalam penelitian nya juga menyebutkan bahwa dari 100 balita yang menderita

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 52 (52%) diantaranya balita dengan

jenis kelamin laki-laki dan 48 balita dengan jenis kelamin perempuan (48%).

Hasil serupa juga dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Goel et al

(2012), yaitu dari 234 balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) terdapat 126 balita (53,84%) dengan jenis kelamin laki-laki dan 108

balita (46,18%) dengan jenis kelamin perempuan. Perbedaan jenis kelamin

balita yang menderita ISPA yang tidak begitu signifikan ini dapat disebabkan

Page 76: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

57

karna distribusi jenis kelamin balita dalam penelitian ini (n=450) hampir sama

antara laki-laki (52%) dan perempuan (48%).

Perbedaan proporsi antara balita laki-laki dan perempuan yang

menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dalam penelitian ini sesuai

dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) balita di Puskesmas

Bungah. Proporsi balita laki-laki yang mengalami Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah pada bulan Januari-Oktober 2014 sebesar

50,25% (1.664 kejadian) dan balita perempuan menderita Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) sebanyak 49,75% (1647 kejadian).

2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan kelompok usia

Distribusi karakteristik balita pada penelitian ini berdasarkan usia

responden paling banyak pada kelompok usia 13-59 bulan sebanyak 72 balita

(72%).

Hasil penelitian serupa juga dapat dilihat pada penelitian yang

dilakukan oleh Goel et al (2012). Hasil penelitian tersebut menyebutkan dari

126 responden yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 53

(42.06%) balita berusia usia ≤ 12 bulan dan 73 (57.93%) balita berusia

kurang dari 13-59 bulan. Suyami dan Sunyoto (2006) dalam penelitian nya

membagi usia balita dalam tiga kelompok, yaitu 2 bulan- < 1 tahun, 1 tahun- <

2 tahun, dan 2-5 tahun. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa dari 40 balita

yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 3 balita berusia 2

Page 77: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

58

bulan- < 1 tahun, 5 balita berusia 1 tahun- < 2 tahun, dan 32 balita berusia 2-5

tahun. Tingginya kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita

usia 1 tahun – 5 tahun disebabkan karna balita sudah mulai banyak kontak

dengan lingkungan luar dan kontak dengan penderita Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) lainnya.

Hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa kejadian Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) lebih banyak terjadi pada balita usia 13-59 bulan. Hal

tersebut terjadi karna balita sudah mulai mengenal dunia luar dan kontrol

orang tua terhadap balita tidak begitu ketat. Hal tersebut dapat menyebabkan

balita lebih mudah terpapar dengan faktor penyebab Infeksi Saluran

Pernafasan (ISPA) lainnya, seperti debu, asap kendaraaan, kontak dengan

penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) lainnya, dan makan

makanan yang dapat meningkatkan resiko terkena Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA).

3. Distribusi karakteristik responden berdasarkan status nutrisi

Status nutrisi balita pada yang menderita ISPA pada penelitian ini

paling banyak pada balita dengan status baik yaitu sebanyak 78 balita (78%).

Sedangkan hanya 6 balita (6%) dengan status gizi buruk yang menderita

ISPA.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013) juga menyebutkan

bahwa dari 52 responden balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan

Page 78: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

59

Akut (ISPA), 49 balita memiliki status gizi baik (94%), 2 balita dengan status

gizi kurang (4%), dan 1 balita dengan status gizi buruk (2%). Utami (2013)

menyebutkan bahwa balita dengan status gizi buruk disebabkan karna adanya

flek pada paru-paru balita dan rendahnya status ekonomi keluarga balita

tersebut. Sinaga dkk (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dari 15

balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 14 balita

diantaranya memiliki status nutrisi normal (25%) dan 1 balita dengan status

nutrisi kurang (20%). Sedangkan dari 46 balita yang tidak menderita Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 42 balita diantaranya memiliki status nutrisi

normal (75%) dan 4 balita dengan status nutrisi kurang (80%). Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2015) menyebutkan bahwa tidak ada

hubungan antara status nutrisi balita dengan kejadian Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) balita.

Banyaknya balita dengan status gizi baik yang menderita ISPA serta

sedikitnya balita dengan status gizi kurang dan buruk yang menderita Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat disebabkan karna sedikitnya balita

yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bungah yang memiliki status gizi

kurang dan buruk. Tahun 2010 tercatat hanya 9 balita (0,24%) yang memiliki

status gizi bawah garis merah dan 4 balita dengan status gizi buruk (0,11%).

Wilayah kerja Puskesmas Bungah juga memiliki status bebas gizi buruk

(Dinas Kesehatan Gresik, 2011).

Page 79: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

60

4. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir ibu

Karakteristik balita dilihat pada penelitian ini berdasarkan pendidikan

terakhir ibu paling banyak pada ibu balita dengan pendidikan terakhir

SMA/sederajat yakni 60 balita (60%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hariani dkk (2014) juga

menyebutkan bahwa dari 54 responden balita yang menderita Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA), 15 ibu balita (27.8%) memiliki pendidikan terakhir

SD, 10 ibu balita (18.5%) memiliki pendidikan terakhir SMP, 23 ibu balita

(42.6%) memiliki pendidikan terakhir SMA, dan 6 ibu balita (11.1%)

memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi. Retna dan Fajri (2015) dalam

penelitian nya menyebutkan bahwa dari 26 responden balita yang menderita

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pneumonia, 6 (23%) diantaranya

memiliki ibu dengan pendidikan terakhir dasar (SD), 17 (65%) balita memiliki

ibu dengan pendidikan terakhir menengah (SMA/sederajat-- SMP/sederajat)

dan 3 (12%) balita dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi.

Tingginya proporsi ibu balita yang memiliki pendidikan terakhir

minimal SMA/sederajat dapat disebabkan karna di wilayah kerja puskesmas

Bungah banyak instansi pendidikan yang mudah dijangkau oleh masyarakat

desa Bungah dan dapat juga disebabkan karna tingginya kesadaran

masyarakat akan pentingnya pendidikan formal.

Page 80: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

61

5. Distribusi karakteristik responden berdasarkan kebiasaan merokok anggota

keluarga

Dilihat dari kebiasaan merokok anggota keluarga, sebanyak 73 balita

(73%) yang menderita ISPA dalam penelitian ini memiliki anggota keluarga

dengan kebiasaan merokok.

Penelitian yang dilakukan oleh Goel et al (2012) menyebutkan bahwa

dari 234 balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 183

balita (78.20%) memiliki orang tua dengan kebiasaan merokok dan 51 balita

(21.8%) memiliki orang tua tanpa kebiasaan merokok. Tingginya proporsi

kebiasaan merokok orang tua pada balita yang menjadikan Infeksi Saluran

Pernafasan Akut menjadi dasar bahwa kebiasaan merokok orang tua menjadi

salah satu faktor yang bertanggungjawab terhadap kejadian Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) pada balita yang tinggal bersama.

Akbar dkk (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dari 33

balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 20 balita

(87%) diantaranya tinggal bersama dengan keluarga yang memiliki kebiasaan

merokok dan 13 balita (54.2%) tinggal bersama dengan keluarga tanpa

kebiasaan merokok. Sedangkan dari 14 balita yang tidak menderita Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 3 balita (23%) tinggal bersama dengan

keluarga yang memiliki kebiasaan merokok dan 11 balita (45.8%) tinggal

bersama dengan keluarga tanpa kebiasaan merokok. Hasil penelitian ini

Page 81: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

62

menyebutkan bahwa keberadaan anggota keluarga yang memiliki kebiasaan

merokok menjadi faktor resiko terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) pada balita.

Ketahanan saluran pernafasan terhadap infeksi, partikel dan gas yang

di udara tergantung pada tiga unsur alami yang ada pada orang sehat, yakni

keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveolus dan antibodi.

Sel makrofag sangat banyak terdapat di alveolus paru-paru dan nantinya akan

dimobilisasi ke tempat lain jika terjadi infeksi oleh benda asing. Adanya

paparan asap rokok pada paru-paru dapat menyebabkan makrofag alveolus

terhambat melakukan fungsinya sebagai fagositosis ( Pugud, 2008, dalam

Kusumawati, 2010).

Asriati (2014) menyebutkan bahwa adanya paparan asap rokok dapat

merusak ketahanan lokal paru, seperti kemampuan pembersihan zat asing

yang dilakukan oleh mukosiliaris. Pergerakan silia menjadi lambat dan kaku

bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan

akibat iritasi oleh bahan pencemar. Paparan asap rokok juga dapat

menyebabkan produksi lendir meningkat sehingga menyebabkan penyempitan

saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.

Kondisi-kondisi tersebut lah yang nantinya akan memudahkan terjadinya

infeksi saluran pernafasan pada balita yang terpapar asap rokok.

Page 82: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

63

Adanya kebiasaan merokok anggota keluarga ini meningkatkan resiko

balita yang tinggal bersama terpapar oleh asap rokok yang mengandung

banyak sekali bahan kimia berbahaya. Balita yang terpapar dengan asap rokok

juga akan memiliki peningkatan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan,

termasuk diantaranya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

6. Distribusi karakteristik responden berdasarkan lokasi kebiasaan merokok

anggota keluarga

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat 43 balita (58,90%)

yang menderita ISPA mendapat paparan asap rokok akibat adanya kebiasaan

merokok yang dilakukan oleh anggota keluarga tanpa memperhatikan

lingkungan dengan balita disekitar perokok.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Maryani (2012) tentang

kebiasaan merokok dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

pada balita. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa dari 52 balita

yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 47 balita (66.2%)

memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan merokok dekat balita dan 5

balita (25%) memiliki anggota keluarga tanpa kebiasaan merokok. Sedangkan

dari 39 balita yang tidak menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),

24 balita (33.8%) memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan merokok dekat

balitadan 15 balita (75%) memiliki anggota keluarga tanpa kebiasaan

merokok.

Page 83: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

64

Penelitian yang dilakukan oleh Hariani dkk (2014) juga memiliki hasil

yang serupa. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menyebutkan

bahwa dari 30 balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),

16 balita (29.6%) terpapar oleh asap rokok dan 14 balita (25.9%) tidak

terpapar asap rokok. Sedangkan dari 24 balita yang tidak menderita Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 13 balita (24.1%) terpapar asap rokok dan

11 balita tidak terpapar asap rokok (20.4%). Asriati (2014) dalam

penelitiannya menambahkan bahwa balita yang terpapar asap rokok memiliki

resiko 7,8 kali lebih besar untuk terkena Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) dibandingkan dengan balita yang tidak terkena paparan asap rokok.

Kebiasaan merokok yang dapat menjadi faktor resiko dari Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita yakni kebiasaan merokok dengan

adanya paparan asap rokok terhadap balita. Adanya paparan asap rokok atau

tidak dapat dinilai dari lokasi anggota keluarga tersebut merokok. Anggota

keluarga yang merokok tanpa memperhatikan lingkungan dengan balita di

sekitar perokok dapat menjadikan balita terpapar oleh asap rokok dari

perokok.

7. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga yang

memiliki kebiasaan merokok

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa dari 43 balita ISPA yang

memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan merokok tanpa memperhatikan

Page 84: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

65

lingkungan dengan balita di sekitar perokok, sebanyak 32 balita (74,42%)

memiliki lebih dari satu anggota keluarga dengan kebiasaan merokok tanpa

memperhatikan lingkungan dengan balita di sekitar perokok.

Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2010) menyebutkan

bahwa jumlah perokok yang lebih dari satu orang dalam anggota keluarga

balita yang tinggal bersama dapat menyebabkan memperparahnya kondisi

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan memperlama waktu

penyembuhannya (r = 0,61 ; p = 0,000). Hal tersebut dikarenakan semakin

banyak jumlah anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok tanpa

memperhatikan lingkungan dengan balita di sekitar perokok dapat

menyebabkan paparan asap rokok lingkungan terhadap balita semakin

meningkat.

Trisnawati dan Juwarni (2012) dalam penelitiannya membagi

kebiasaan merokok keluarga menjadi 2 kategori, yaitu ringan dan sedang.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 51 balita pada kelompok kasus

(menderita ISPA), 41 balita memiliki keluarga dengan kebiasaan merokok

kategori berat. Sedangkan pada 51 balita kelompok kontrol, 39 balita memiliki

keluarga dengan kebiasaan merokok kategori ringan. Dilihat dari hasil

tersebut dapat menunjukkan adanya kecenderungan kebiasaan merokok

keluarga yang semakin berat maka semakin besar pula potensi balita untuk

menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Page 85: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

66

Jumlah anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok tanpa

memperhatikan lingkungan dengan balita di sekitar perokok lebih dari satu

orang dapat menyebabkan paparan asap rokok terhadap balita yang tinggal

dalam satu rumah semakin besar. Besarnya paparan asap rokok juga nantinya

akan meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan pada balita tersebut,

salah satunya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

8. Distribusi karakteristik responden berdasarkan banyaknya rokok yang dihirup

setiap hari oleh anggota keluarga

Hasil dalam penelitian ini menyebutkan bahwa dari 43 balita ISPA

yang memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan merokok tanpa

memperhatikan lingkungan dengan balita di sekitar perokok, terdapat 2

kelompok kebiasaan merokok anggota keluarga dengan presentase yang sama,

yaitu 15 balita (34,88%) memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan

merokok berat, 15 balita (34,88%) memiliki anggota keluarga dengan

kebiasaan merokok sedang. Peningkatan polusi asap rokok dalam rumah dapat

menyebabkan meningkatnya paparan asap rokok terhadap balita. Tingginya

paparan asap rokok itu pula yang dapat meningkatkan resiko balita yang

tinggal dalam satu rumah untuk menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA).

Milo dkk (2015) dalam penelitiannya tentang hubungan kebiasaan

merokok dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) balita juga

Page 86: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

67

menyebutkan hasil yang serupa. Responden penelitian ini terdiri dari 17 balita

dengan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang dan 34

balita dengan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ringan. 17

balita dengan diagnosis ISPA sedang, 12 balita memiliki anggota keluarga

dengan kebiasaan merokok berat dan 5 balita memiliki anggota keluarga

dengan kebiasaan merokok sedang. Sedangkan dari 34 balita dengan diagnosis

ISPA ringan, 10 balita memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan merokok

berat, 9 balita memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan merokok sedang,

dan 15 balita memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan merokok ringan.

Hasil penelitian tersebut dapat menunjukkan bahwa semakin berat kebiasaan

merokok anggota keluarga, maka semakin besar dan berat pula kemungkinan

balita menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Meskipun pada

keluarga dengan kebiasaan merokok berat terdapat balita dengan diagnosis

ISPA ringan, maka banyak faktor lain yang dapat menyebabkan hal tersebut

terjadi seperti faktor lingkungan yang baik.

Seperti halnya jumlah perokok aktif dalam keluarga, jumlah rokok

yang dihisap setiap hari oleh anggota keluarga juga dapat mempengaruhi

besar kecilnya paparan asap rokok terhadap balita. Semakin banyak rokok

yang dihisap oleh anggota keluarga atau semakin parah kategori perokok

keluarga dapat meningkatkan paparan asap rokok terhadap balita. Maka

semakin tingginya tingkat paparan asap rokok pada balita dapat meningkatkan

kemungkinan balita untuk menderita ISPA.

Page 87: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

68

9. Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Balita Berdasarkan Adanya Paparan

Asap Rokok

Hasil penelitian menyebutkan bahwa pada balita yang terpapar asap

rokok dan tidak terpapar asap rokok tidak terdapat perbedaan proporsi yang

signifikan berdasarkan jenis kelamin dan juga jumlah balita laki-laki yang

tidak terpapar asap rokok lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah

balita perempuan yang tidak terpapar asap rokok.

Sinaga dkk (2015) menyebutkan bahwa dari 61 balita yang menderita

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) terdapat 37 balita (60,7%) dengan

jenis kelamin laki-laki dan 24 balita (39,3%) dengan jenis kelamin

perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Milo dkk (2015) menyebutkan

bahwa dari 51 balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut

sebanyak 29 balita (56,9%) dengan jenis kelamin laki-laki dan 22 balita

(43,1%) dengan jenis kelamin perempuan. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa balita laki-laki lebih beresiko terkena Infeksi Saluran

Pernafasan (ISPA) dibandingkan dengan balita perempuan. Balita laki-laki

yang lebih sering bermain dan berinteraksi dengan lingkungan, apalagi

lingkungan yang kotor sangat rentan menyebabkan terjadinya penyakit.

Perbedaan proporsi yang tidak begitu signifikan pada penelitian ini

berdasarkan jenis kelamin balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) sesuai dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

balita di Puskesmas Bungah. Proporsi balita laki-laki yang mengalami Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Bungah pada bulan Januari-

Page 88: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

69

Oktober 2014 sebesar 50,25% (1.664 kejadian) dan balita perempuan

menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebanyak 49,75% (1647

kejadian). Selain itu jumlah balita laki-laki yang menderita ISPA yang tidak

terpapar asap rokok lebih banyak daripada perempuan dapat disebabkan karna

tingkat aktivitas yang dilakukan oleh balita laki-laki. Balita laki-laki biasanya

cenderung lebih aktif daripada balita perempuan, sehingga mereka lebih besar

kemungkinan untuk terpapar oleh lingkungan yang lebih beresiko untuk

menyebabkan terjadinya ISPA seperti lingkungan yang tidak sehat bahkan

berinteraksi dengan penderita ISPA lain.

10. Distribusi Karakteristik Usia Balita Berdasarkan Adanya Paparan Asap Rokok

Hasil penelitin ini menyebutkan bahwa terdapat perbedaan proporsi

yang signifikan berdasarkan usia balita ≤ 12 bulan dan usia 13-59 bulan pada

balita yang tidak terpapar asap rokok.

Sugihartono dan Nurjazuli (2012) dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa dari 54 responden balita yang menderita pneumonia, 14 balita (25.9%)

berusia usia ≤ 12 bulan dan 40 balita (74.1%) berusia 13-59 bulan. Retna dan

Fajri (2015) dalam penelitiannya membagi usia balita menjadi dua kelompok,

yaitu balita usia < 1 tahun dan 1-4 tahun. Hasil penelitian menyebutkan bahwa

dari 26 balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

pneumonia terdapat 10 balita (38%) berusia < 1 tahun dan 16 balita (62%)

berusia 1-4 tahun. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) lebih banyak

menyerang balita. Hal tersebut bisa berhubungan dengan faktor kekebalan

tubuh balita tersebut. Balita memiliki kekebalan tubuh yang belum sempurna,

Page 89: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

70

sehingga mereka masih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi termasuk

salah satunya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ( Baker et al, 2006).

Perbedaan proporsi balita yang signifikan berdasarkan usia balita pada

kelompok yang tidak terpapar asap rokok dapat disimpulkan bahwa kejadian

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang terjadi pada balita dapat terjadi

karna faktor lain selain paparan asap rokok. Rendahnya balita yang berusia ≤

12 bulan yang menderita ISPA dan tidak terpapar asap rokok dapat

disebabkan karna faktor aktivitas yang dilakukan oleh balita tersebut belum

terlalu banyak dan segala aktivitas yang mereka lakukan lebih diperhatikan

oleh orang tua mereka. Sehingga meskipun daya tahan tubuh balita ≤12 bulan

belum sempurna, namun terdapat faktor lain yang menjadi protektif bagi

mereka untuk terpapar faktor-faktor yang dapat menyebabkan infeksi.

Sebaliknya pada balita berusia 13-59 bulan dengan daya tahan tubuh yang

belum sempurna tapi mereka memiliki aktivitas yang lebih banyak daripada

balita usia ≤ 12 bulan. Sehingga kemungkinan mereka terpapar oleh faktor-

faktor penyebab infeksi lebih besar jika dibandingkan dengan balita yang usia

≤12 bulan.

11. Distribusi Karakteristik Status Nutrisi Balita Berdasarkan Adanya Paparan

Asap Rokok

Hasil penelitian menyebutkan bahwa balita dengan status gizi kurang

pada balita yang tidak terpapar asap rokok lebih banyak daripada pada balita

yang terpapar asap rokok.

Page 90: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

71

Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013) juga menyebutkan

bahwa dari 52 responden balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA), 49 balita memiliki status gizi baik (94%), 2 balita dengan status

gizi kurang (4%), dan 1 balita dengan status gizi buruk (2%). Suyami dan

Sunyoto (2006) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dari 40 balita yang

menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) terdapat 17 balita (42,5%)

dengan status gizi buruk, 7 balita (17,5%) dengan status gizi kurang, 11 balita

(27,5%) dengan status gizi sedang, dan 5 balita (12,5%) dengan status baik.

hal tersebut dapat dikarenakan anak dengan status gizi buruk memiliki daya

tahan tubuh yang menurun baik sistemik maupun lokal, efektifitas barier dari

epitel dan respon batuk menurun sehingga balita lebih mudah untuk terkena

infeksi.

Jumlah balita yang menderita status gizi kurang pada balita yang tidak

terpapar asap rokok lebih banyak daripada balita yang terpapar asap rokok

dapat disimpulkan ada faktor lain yang menyebabkan balita tersebut

menderita menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) selain faktor

paparan asap rokok. Faktor lain tersebut yakni status nutrisi yang kurang.

Status nutrisi yang kurang dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya asupan

nutrisi dari makanan ataupun dari vitamin yang didapatkan oleh balita. Tidak

adekuatnya asupan nutrisi tersebut dapat menyebabkan tidak maksimalnya

bagian-bagian tubuh balita bekerja maksimal, termasuk sistem imun balita.

Hal tersebut dapat menyebabkan balita dengan status gizi kurang dapat

dengan lebih mudah terjangkit infeksi.

Page 91: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

72

12. Distribusi Karakteristik Pendidikan Terakhir Ibu BalitaBerdasarkan Adanya

Paparan Asap Rokok

Perbandingan pendidikan terakhir ibu tingkat SMA/sederajat dan

perguruan tinggi pada balita yang tidak terpapar asap rokok lebih banyak

dibandingkan dengan balita yang terpapar asap rokok, yakni pada pendidikan

terakhir SMA/sederajat sebanyak 38 balita pada kelompok tidak terpapar asap

rokok dan 22 balita pada kelompok terpapar asap rokok; dan pada pendidikan

terakhir perguruan tinggi sebanyak 8 balita pada kelompok tidak terpapar asap

rokok dan 3 balita pada kelompok terpapar asap rokok.

Pendidikan yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha untuk mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan baik formal maupun informal

meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya

sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup (Tim Pengembang Ilmu

Pendidikan FIP-UPU, 2007). Dalam pengetahuan terdapat adopsi perilaku dan

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoadmodjo, 2003, dalam Retna

dan Fajri, 2015).

Tingkat pendidikan ini nantinya akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang dalam bersikap hidup yang bersih dan sehat serta sikap dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada disekitarnya. Tingkat

pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap

informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-

Page 92: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

73

hari, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ( Notoadmodjo, 2007,

dalam Milo, 2015).

Pendidikan terakhir ibu balita tingkat SMA/sederajat dan perguruan

tinggi yang lebih banyak pada kelompok balita yang tidak terpapar asap rokok

dapat menyebabkan perbedaan kebiasaan merokok yang dilakukan oleh

anggota keluarga. Tingginya tingkat pendidikan seorang ibu dalam rumah

tangga dapat menjadi kontrol tersendiri terhadap kebiasaan merokok yang

dilakukan oleh anggota keluarga. Ibu balita mengetahui efek yang didapatkan

apabila kebiasaan merokok dilakukan bersama balita. Tingkat pendidikan ibu

inilah yang dapat menentukan perubahan kebiasaan merokok yang dilakukan

oleh anggota keluarga, sehingga dapat menyebabkan balita yang tinggal dalam

satu rumah dapat terpapar asap rokok ataupun tidak terpapar asap rokok.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan penelitian dalam pelaksanaan

penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat sederhana.

Sehingga kurang begitu bisa mengetahui secara detail tentang karakteristik

responden dan kebiasaan merokok yang dilakukan oleh anggota keluarga.

2. Diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dalam penelitian ini

masih bersifat umum dan tidak dikaji lebih dalam lagi tentang tingkat

Page 93: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

74

keparahan ISPA dan jenis ISPA nya, yakni ISPA pneumonia dan ISPA

non pneumonia.

3. Adanya kemungkinan bias dalam penilaian tentang kebiasaan merokok

anggota keluarga. Hal tersebut dikarenakan peneliti tidak melakukan

observasi kebiasaan merokok anggota keluarga secara langsung melainkan

melakukan penilaian melalui kuesioner.

4. Responden mengetahui bahwa dirinya sedang menjadi subjek suatu

penelitian, sehingga dapat mempengaruhi jawaban yang diberikan

responden.

Page 94: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

75

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa pembahasan yang telah dijabarkan

pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan beberapa kesimpulan

dari penelitian yang sudah dilakukan sebagai berikut :

1. Distribusi karakteristik balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini antara proporsi

jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Responden 100

balita yang menderita ISPA, 56 balita (56%) diantaranya dengan jenis

kelamin laki-laki dan 44 (44%) balita dengan jenis kelamin perempuan.

2. Distribusi karakteristik balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) berdasarkan kelompok usia balita pada penelitian ini paling

banyak pada kelompok usia balita 13-59 bulan, yakni sebanyak 72 balita

(72%). Sedangkan 28 balita (28%) merupakan balita dengan kelompok

usia ≤ 12 bulan.

3. Distribusi karakteristik balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) berdasarkan status nutrisi balita pada penelitian ini paling

banyak pada balita dengan status gizi baik, yakni sebanyak 78 balita

(78%). Selanjutnya pada balita dengan status gizi kurang sebanyak 15

Page 95: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

76

balita (15%), balita dengan status gizi buruk sebanyak 6 balita (6%), dan

balita dengan status gizi lebih sebanyak satu balita (1%).

4. Distribusi karakteristik balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) berdasarkan pendidikan terakhir ibu balita didapatkan hasil

bahwa balita paling banyak menderita ISPA memiliki ibu dengan

pendidikan terakhir SMA/sederajat yakni sebanyak 60 balita (60%).

Selanjutnya balita menderita ISPA memiliki ibu dengan pendidikan

terakhir SMP/sederajat sebanyak 24 balita (24%), balita dengan

pendidikan terakhir ibu Perguruan Tinggi sebanyak 11 balita (11%), dan

balita dengan pendidikan terakhir ibu SD sebanyak 5 balita (5%).

5. Responden 100 balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) pada penelitian ini, 73 balita (73%) memiliki anggota keluarga

yang tinggal bersama dengan kebiasaan merokok dan 27 balita (27%)

memiliki anggota keluarga yang tinggal bersama tidak dengan kebiasaan

merokok.

6. Kebiasaan merokok anggota keluarga yang dapat mempengaruhi kondisi

kesehatan balita yakni kebiasaan yang dapat menimbulkan paparan asap

rokok pada balita. Kebiasaan yang dapat menimbulkan paparan asap

rokok terhadap balita yakni kebiasaan merokok yang dilakukan dengan

tanpa memperhatikan lingkungan sekitar dengan balita disekitar perokok.

73 balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang

memiliki anggota keluarga yang tinggal bersama dengan kebiasaan

merokok, 43 balita (58,90%) diantaranya memiliki anggota keluarga

Page 96: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

77

dengan kebiasaan merokok tanpa memperhatikan lingkungan dengan

balita disekitar perokok dan 30 balita (41,10%) memiliki anggota keluarga

dengan kebiasaan merokok dengan memperhatikan lingkungan tanpa

balita disekitar perokok.

7. Jumlah anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok akan

menentukan banyak atau tidaknya paparan asap rokok terhadap balita

yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatan balita tersebut. 43 balita yang

menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang memiliki anggota

keluarga dengan kebiasaan merokok tanpa memperhatikan lingkungan

dengan balita disekitar perokok, 11 balita (25,58%) diantaranya hanya

memiliki satu anggota keluarga dengan kebiasaan merokok dan 32 balita

(74,42%) memiliki jumlah lebih dari satu anggota keluarga yang memiliki

kebiasaan merokok.

8. Banyaknya rokok yang dihirup setiap hari oleh anggota keluarga juga

akan menentukan banyak atau tidaknya paparan asap rokok terhadap balita

yang bsa mempengaruhi kondisi kesehatan balita tersebut. 43 balita yang

menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang memiliki anggota

keluarga dengan kebiasaan meroko tanpa memperhatikan lingkungan

dengan balita di sekitar perokok, 13 balita (30,24%) memiliki anggota

keluarga dengan kebiasaan merokok kategori perokok ringan, 15 balita

(34,88%) memiliki anggota keluarga dengan kebisaaan merokok kategori

sedang, dan 15 balita (34,88%) memiliki anggota keluarga dengan

kebiasaan merokok kategori berat.

Page 97: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

78

9. Dari 56 balita laki-laki sebanyak 25 balita (44.6%) terpapar asap rokok

dan 31 balita (55.4%) tidak terpapar asap rokok. Sedangkan dari 44 balita

perempuan, terdapat 18 balita (40.9%) yang terpapar asap rokok dan 26

balita (59.1%) tidak terpapar asap

10. Dari 28 balita yang berusia ≤12 bulan, terdapat 13 balita (46.4%) terpapar

asap rokok dan 15 balita (53.6%) tidak terpapar asap rokok. Sedangkan

dari 72 balita berusia 13-59 bulan, terdapat 30 balita (41.7%) terpapar asap

rokok dan 42 balita (58.3%) tidak terpapar asap rokok

11. Dari 6 balita dengan status gizi buruk terdapat 3 balita (50%) terpapar

asap rokok dan 3 balita (50%) yang tidak terpapar asap rokok; 15 balita

dengan status gizi kurang terdapat 4 balita (26.7%) yang terpapar asap

rokok dan 11 balita (73.3%) yang tidak terpapar asap rokok; dari 78 balita

dengan status gizi baik terdapat 35 balita (44.9%) terpapar asap rokok dan

43 balita (55.1%) tidak terpapar asap rokok; dan terdapat 1 balita (100%)

dengan gizi lebih yang terpapar asap rokok

12. Dari 5 balita memiliki ibu dengan pendidikan terakhir SD terdapat 3

balita(60%) yang terpapar asap rokok dan 2 balita (40%) yang tidak

terpapar asap rokok; dari 24 balita memiliki ibu dengan pendidikan

terakhir SMP/sederajat terdapat 15 balita (62.5%) terpapar asap rokok dan

9 balita (37.5%) yang tidak terpapar asap rokok; 60 balita memiliki ibu

dengan pendidikan terakhir SMA/sederajat terdapat 22 balita (36.7%)

terpapar asap rokok dan 38 balita (63.3%) tidak terpapar asap rokok; dan

dari 11 balita memiliki ibu dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi

Page 98: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

79

terdapat 3 balita (27.3%) terpapar asap rokok dan 8 balita (72.7%) tidak

terpapar asap rokok

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang sudah

dijelaskan sebelumnya, berikut ini beberapa saran yang dapat diberikan kepada

berbagai pihak yang berhubungan dengan penelitian ini :

1. Bagi Responden

Responden penelitian ini, yakni orang tua balita, diharapkan dapat

mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan oleh asap rokok, baik bagi

dirinya sendiri ataupun orang lain termasuk balita. Sehingga dapat

diharapkan keluarga dapat merubah kebiasaan merokok yang dilakukan

setiap harinya.

2. Bagi Puskesmas

Tenaga kesehatan dari puskesmas dan juga kader diharapkan dapat

menjadi sumber informasi bagi masyarakat sekitar tentang bahaya asap

rokok terhadap diri sendiri dan orang lain termasuk balita, bisa dilakukan

dengan melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sekitar baik

secara langsung maupun tidak langsung.

3. Bagi Peneliti

a. Penelitian selanjutnya disarankan peneliti dapat mengkaji lebih dalam

tentang diagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita,

Page 99: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

80

yakni tingkat keparahan ISPA dan jenis ISPA, yaitu ISPA Pneumonia

dan ISPA non Pneumonia.

b. Penelitian selanjutnya disarankan dapat mengkaji juga kondisi

lingkungan rumah balita yang dapat meningkatkan kejadian Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) balita.

Page 100: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

Daftar Pustaka

Akbar, dkk (2013). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di

Puskesmas Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai. <

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/7643/7208> diakses

02 Juni 2015 pukul 17.48 WIB

Ambarwati, dkk. (2014). Media Leaflet, Video dan Pengetahuan Siswa SD tentang

Bahaya Merokok ( Studi pada Siswa SDN 78 Sabrang Lor Mojosongo

Surakarta). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10 (1) : 7-13

Asriati, dkk (2014). Analisis Faktor Resiko Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Pada Anak Balita, Medula, 1 (2) : 57-63

Baker, Rebecca J., et al. (2006). Coal Home Heating and Environmental Tobacco

Smoke in Relation to Lower Respiratory Illness in Czech Children, from Birth

to 3 Years of Age. Environmental Health Perspective, 114(7) : 1126-1132.

Berman, Audrey., et al. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & ERB

Ed. 5. Jakarta : EGC

Buku Fakta Tembakau 2012. < http://tcsc-indonesia.org/wp-

content/uploads/2012/12/Buku-Fakta-Tembakau.pdf > diakses 01 November

2014 pukul 09.11 WIB.

Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta

Chandra, Budiman. (2009). Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta :

EGC

Chang, Esther., et al. (2006). Pathophysiology : Applied to Nursing Practice.

Australia : Mosby Elsevier

Cheragi, Maria dan Sundeep Salvi. (2009). Environmental Tobacco Smoke (ETS)

and Respiratory Health in Children (Abstract). European Journal of Pediatrics,

h168 (8) : 897-905

Cooper, Donald R., dan Pamela S. Schlinder. (2006). Marketing Research. New

York: McGraw-Hill

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Riset Kesehatan Dasar (

RISKESDAS ) 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Page 101: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Buku Kesehatan Ibu dan Anak.

Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Gresik. (2011). Profil Dinas Kesehatan

Kabupaten Gresik Tahun 2010. Gresik : Dinas Kesehatan Pemerintah

Kabupaten Gresik

Djojodibroto, Darmanto. (2009). Respirologi ( respiratory medicine ). Jakarta : EGC

Febry, Ayu Bulan., dan Zulfito Marendra. (2008). Buku Pintar Menu Balita. Jakarta :

Wahyu Media

Fillacano, Rahmayatul. (2013). Hubungan Lingkungan dalam Rumah Terhadap ISPA

pada Balita di Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2013,

Unpublished Skripsi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam

negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

Global Adult Tobacco Survey : Fact Sheet Indonesia 2011. <

http://www.who.int/tobacco/surveillance/survey/gats/indonesia/en/ > diakses 30

Oktober 2014 pukul 08.25 WIB.

Goel, Kapil., et al. (2012). A Cross Sectional Study on Prevalence of Acute

Respiratory Infections (ARI) in Under-Five Children of Meerut District, India.

J Community Medical & Health Education, 2(9) : 1-4

Gunawan, Weka. (2006). Keren Tanpa Narkoba. Jakarta : Grasindo

Hariani, dkk (2014). Hubungan Status Imunisasi, Status Gizi, dan Asap Rokok

dengan Kejadian ISPA pada Anak di Puskesmas Segeri Pangkep, Jurnal Ilmiah

Kesehatan Diagnosis, 5 (5) : 639-643

Hasnida dan Indri Kemala. (2005). Hubungan Antara Stres dan Perilaku Merokok

pada Remaja Laki-Laki. Psikologia, 1(2) : 105-111

Hidayat, A Aziz Alimul. (2008a). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

Hidayat, A Aziz Alimul. (2008b). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik

Analisis Data. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

Hidayati, Asih. (2005). Hubungan Kondisi Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Asrama Tentara Sokanagara Kabupaten

Page 102: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

Banyumas Tahun 2005. (abstrak). <http://eprints.undip.ac.id/28671/> diakses

pada 19 Januari 2015 pukul 12.18 WIB.

Hill, S C, dan Lan Liang. (2008). Smoking in The Home and Children’s Health

(abstract). Tobacco Control, 17(1) : 32-7

Hockenberry, Marilyn J., and David Wilson (ed). 2013. Wong’s Essentials of

Pediatric Nursing. United States of America : Mosby Elsevier

http://www.apa.org/pi/ses/resources/publications/factsheet-cyf.aspx diakses pada 22

November 2014 Pukul 15.10 WIB

Irva, Hertz-Picciotto., et al. (2007). Early Childhood Lower Respiratory Illness and

Air Pollution, Environmental Health Perspectives, 115(10) : 1510-8

James, Joyce., et al. (2008). Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta :

Penerbit Erlangga

Kamus Besar Bahasa Indonesia (online). 2014. < http://kbbi.web.id/ > diakses pada

19 November 2014 pukul 20.35 WIB

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Pengendalian Infeksi

Saluran Pernafasan Akut. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Profil Kesehatan Indonesia

Tahun 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar (

RISKESDAS ) 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999

<http://bpkimi.kemenperin.go.id/bpkimi/extension/panduan_iso/doc/uu/J10-

1999-00829.pdf> diakses pada 22 November 2014 pukul 14.45 WIB

Kristensen, Ines A., Jorn Olsen. ( 2006). Determinants of acute respiratory infections

in Soweto – a population-based birth control. SAMJ, 96 (7) : 633-640

Kum-Nji, Philip., et al. (2006). Environmental Tobacco Smoke Exposure :

Prevalence and Mechanisms of Causation of Infections in Children. Pediatrics,

117(5) :1745-1754

Kusumawati, Ita. (2010). Hubungan Antara Status Merokok Anggota Keluarga

Dengan Lama Pengobatan ISPA Balita di Kecamatan Jenawi. Unpublished

Page 103: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

Thesis, Program Pasca Sarjana Kedokteran Keluarga, Universitas Sebelas

Maret, Surakarta

Manuaba, Ida Bagus Gde. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Marlina, Lenni (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita di Puskesmas

Panyabunganjae Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014. Unpublished

Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Universitas Sumatera

Utara, Medan

Milo, dkk (2015). Hubungan Kebiasaan Merokok di Dalam Rumah dengan Kejadian

ISPA pada Anak Umur 1-5 Tahun di Puskesmas Sario Kota Manado, ejournal

Keperawatan, 3 (2): 1-7

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Nurheti, Yulianti. (2010). Keajaiban ASI : Makanan Terbaik untuk Kesehaan,

Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil Ed. 1. Yogyakarta : ANDI

Otto, Shirley E. (2005). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC

Parthasarathy, A (ed)., et al. (2013). Textbook of Pediatric Infectious Diseases. India :

jaypee Brothers Medical Publishers

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011

<http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%201077%

20ttg%20Pedoman%20Penyehatan%20Udara%20Dalam%20Ruang%20Rumah

.pdf> diakses pada 22 November 2014 pukul 15.00 WIB

Porth, Carol. (2011). Essentials of Pathophysiology : Concepts of Altered Health

States 3rd

ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

Pradono, Julianty, dan Ch M. Kristanti. (2003). Perokok Pasif Bencana yang

Terlupakan. Buletin Penelitian Kesehatan, 31(4) : 211-222

Pramudiyani, Novita A., dan Galuh Nita P. (2011). Hubungan Antara sanitasi Rumah

dan Perilaku dengan Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Kesehatan

Masyarakat, 6 (2) : 71-78

Page 104: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

Prietsch, Silvio O.M., et al. (2008). Acute lower respiratory illnes in under-five

children in Rio Grande, Rio Grande do Sul State, Brazil; prevalence and risk

factors. Cad. Saude Publica, 24(6) : 1429-1438

Purwanti, Hubertin Sri. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif : Buku Saku untuk

Bidan. Jakarta : EGC

Rafael, Romy. (2006). Hipnoterapi : Quit Smoking!. Jakarta : Gagas Media

Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :

Nuha Medika

Retna dan Fajri (2015). Gambaran Karakteristik Kejadian Pneumonia pada Balita di

Puskesmas Wanadadi I Kabupaten Banjarnegara Tahun 2014, Jurnal Medsains,

1 (1) : 18-22

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem Ed. 6. Jakarta :

EGC

Sinaga, Purnama dkk (2015). Hubungan Status Gizi dan Status Imunisasi dengan

Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Soposurung Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun

2014, Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi, 1 (1) : 1-9

Siregar, Sofyan. (2013). Statistik Para,etrik untuk Penelitian Kuantitatif dilengkapi

dengan perhitungan manual dan aplikasi SPSS versi 17. Jakarta : Bumi Aksara

Sugihartono dan Nurjazuli. (2012). Analisis Faktor Resiko Kejadian Pneumonia pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kota Pagar Alam, Jurnal

Kesehatan Lingkungan Indonesia, 11 (1) : 82-86

Sunarti, Euis. (2004). Mengasuh Dengan Hati. Jakarta : PT Elex Komputindo

Suryo, Joko. (2010). Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta :

B First

Suyami dan Sunyoto (2006). Karakteristik Faktor Resiko ISPA pada Anak Usia

Balita di Puskesmas Pembantu Krakitan, Bayat, Klaten, Jurnal Ilmu Kesehatan,

1(2)

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI.( 2007). Ilmu & Aplikasi Pendidikan :

Bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu. Bandung : PT. Imperial Bhakti Utama

Page 105: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

Trisnawati dan Juwarni (2012). Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua dengan

Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten

Purbalingga 2012.

<http://journal.akbideub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/111/110> diakses

pada 03 Juni 2015 pukul 09.33 WIB

Umar, Husein. (2011). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta :

Rajawali Pers

Utami, Sari (2013). Hubungan Studi Deskriptif Pemetaan Faktor Resiko ISPA pada

Balita Usia 0-5 Tahun yang Tinggal di Rumah Hunian Akibat Bencana Lahar

Dingin Merapi di Kecamatan Salam Kabupaten Magelang, Unpublished

Skripsi, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang,

Semarang

Waspodo, Djoko., dkk. (2005). Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri dan

Neonatal Esensial Dasar ( Buku Acuan). Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

World Health Organization ( WHO ) : Global Health Observatory Causes of Child

Mortality<http://www.who.int/gho/child_health/mortality/mortality_under_five

/en/ > diakses 02 November 2014 pukul 02.08 WIB.

World Health Organization ( WHO ) : Global Health Observatory Data Repository by

Country Indonesia < http://apps.who.int/gho/data/view.main.ghe300-

IDN?lang=en > diakses 02 November 2014 pukul 03.40 WIB.

World Health Organization ( WHO ) : Global Health Observatory Data Repository

Care of Children Data by Country < http://apps.who.int/gho/data/node.main.38

> diakses 02 November 2014 pukul 03.44 WIB.

World Health Organization ( WHO ) : Global Health Observatory Under-Five

Mortality<http://www.who.int/gho/child_health/mortality/mortality_under_five

/en/ > diakses 02 November 2014 pukul 02.13 WIB.

World Health Organization ( WHO ) : Global Health Observatory Data Repository

Under-Five Mortality Data by Country <

http://apps.who.int/gho/data/node.main.525 > diakses 02 November 2014

pukul 02.55 WIB.

Widjaja. (2008). Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta : Kawan

Pustaka

Page 106: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

Winarni, dkk. (2010). Hubungan Antara Perilaku Merokok Orang Tua dan Anggota

Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen Tahun 2009.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 6(1) : 16-21

Wiwoho, Sadono., dkk (2005). Bayi Berat Lahir Rendah Sebagai Salah Satu Faktor

Resiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Bayi ( Studi Kasus di Kabupaten

Blora). (abstrak). <http://eprints.undip.ac.id/5249/> diakses pada 22 November

2014 pukul 22.59 WIB

Xepapadaki, Paraskevi, et al. (2009). Association of Passive Exposure of Pregnant

Women to Environmental Tobacco Smoke with Asthma Symptoms in Children

(Abstract). Pediatric Allergy and Immunology, 20 (5) : 423-429

Yuwono, Tulus Aji. (2008). Faktor-faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan

dengan kejadian pneumonia pada anak balita di wilayah kerja puskesmas

kawunganten kabupaten cilacap, Unpublished Thesis, Program Pasca Sarjana,

Universitas Diponegoro, Semarang

Ziady, L E., dan Nico Small. (2006). Prevent and Control Infection : Application

Made Easy. South Africa : Juta and Company Ltd.

Page 107: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil
Page 108: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil
Page 109: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil
Page 110: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil
Page 111: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

Lampiran 2

INFORMED CONSENT

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Lilis Zuhriyah

NIM : 1111104000055

Alamat : Jl. Jambu 1 No 23 Pisangan Ciputat Tangerang Selatan

adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang

melakukan penelitian dengan tema “ Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada

Balita”.

Dalam penelitian ini, saya selaku peneliti akan merahasiakan identitas dan

jawaban yang diberikan Bapak/Ibu. informasi tersebut hanya untuk keperluan

penelitian saja. Bersama surat ini saya lampirkan lembar persetujuan menjadi

responden penelitian dan Bapak/ibu dipersilahkan menandatangani lembar

persetujuan apabila Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian.

Besar harapan saya agar Bapak/Ibu bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini. Saya harap kuesioner yang saya berikan nanti diisi dengan sejujur-

jujurnya sesuai dengan apa yang dipertanyakan sehingga hasil yang didapatkan dalam

penelitian dapat memberikan hasil yang baik.

Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Page 112: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

Lampiran 3

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia menjadi responden dalam

penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : Lilis Zuhriyah

NIM : 1111104000055

Alamat : Jl. Jambu 1 No 23 Pisangan Ciputat Tangerang Selatan

Saya sudah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang tujuan dari penelitian

ini. Saya mengerti bahwa identitas saya dan semua informasi yang saya berikan akan

dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian.

Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani tanpa adanya suatu paksaan.

Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini secara sukerela.

Ciputat, April 2015

( )

Page 113: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

Lampiran 4

Kuesioner Penelitian

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita

Tujuan :

Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) pada balita di Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik

Petunjuk :

1. Baca dengan cermat dan berilah jawaban pada semua pertanyaan

2. Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi sebenarnya

3. Isilah titik-titik pada pertanyaan kuesioner

A. Data Identitas Anak

1. Umur Balita : ………………..

2. Berat Badan : ………………..

3. Tinggi Badan/ Panjang Badan : ………………..

4. Riwayat Alergi ( ) Ya ( ) Tidak

B. Data Demografi/ Identitas Ibu

1. Pendidikan Terakhir :

( ) Tidak Tamat SD

( ) SD

( ) SMP/Sederajat

No :

Page 114: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

( ) SMA/Sederajat

( ) Perguruan Tinggi

C. Perilaku Merokok

1. Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai kebiasaan merokok?

( ) Ya ( ) Tidak

( jika “Tidak” maka pertanyaan selesai, lanjut ke poin D)

2. Bagaimana Kebiasaan anggota keluarga ibu/bapak ketika merokok :

( ) tanpa memperhatikan lingkungan dengan balita disekitar perokok

( ) memperhatikan lingkungan dengan tidak ada balita disekitar perokok

( jika “memperhatikan lingkungan” maka pertanyaan selesai)

3. Berapa anggota keluarga ibu yang mempunyai kebiasaan merokok yang

tanpa memperhatikan lingkungan dengan balita disekitar perokok : ……..

4. Berapa batang jumlah rokok yang dihirup setiap hari yang tanpa

memperhatikan lingkungan dengan balita disekitar perokok :

( ) 1-4 batang setiap hari

( ) 5-14 batang setiap hari

( ) ≥ 15 batang setiap hari

Page 115: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

Lampiran 5

Hasil Uji Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .820

N of Items 2a

Part 2 Value .791

N of Items 2b

Total N of Items 4

Correlation Between Forms .700

Spearman-Brown Coefficient Equal Length .824

Unequal Length .824

Guttman Split-Half Coefficient .794

a. The items are: presentasi anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok, kebiasaan merokok

anggota keluarga.

b. The items are: jumlah rokok yang dihisap anggota keluarga dekat dengan balita, banyaknya

anggota keluarga yang mmpy kebiasaan merokok dekat balita.

Page 116: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

Lampiran 6

Rekapitulasi Jawaban Responden

No Jenis Kelamin Umur Pendidikan Status Nutrisi Kebiasaan Lokasi Jumlah Banyak Paparan

1 1 2 4 3 2 3 3 4 2

2 1 2 2 2 2 3 3 4 2

3 2 2 2 2 1 2 3 4 2

4 1 2 4 3 2 3 3 4 2

5 2 2 4 3 1 2 3 4 2

6 2 2 4 3 1 1 2 2 1

7 2 2 4 3 1 1 2 1 1

8 1 2 4 3 1 1 2 3 1

9 1 2 5 3 1 2 3 4 2

10 1 2 3 3 1 1 2 3 1

11 2 1 3 3 1 2 3 4 2

12 2 2 4 3 2 3 3 4 2

13 1 1 3 3 1 1 1 3 1

14 2 2 4 2 1 2 3 4 2

15 2 2 4 3 1 1 1 3 1

16 1 2 3 3 1 1 2 1 1

17 2 2 2 3 1 1 2 2 1

18 1 1 3 3 1 2 3 4 2

19 1 2 4 3 2 3 3 4 2

20 1 1 3 3 1 1 2 3 1

21 2 2 4 3 1 2 3 4 2

22 2 2 3 3 2 3 3 4 2

Page 117: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

23 2 2 4 3 2 3 3 4 2

24 2 2 4 3 1 1 2 1 1

25 2 2 4 3 1 1 2 1 1

26 2 1 2 3 1 1 2 1 1

27 1 2 4 3 1 1 2 1 1

28 2 2 5 3 2 3 3 4 2

29 2 2 3 3 2 3 3 4 2

30 1 2 4 1 1 1 2 2 1

31 1 2 3 3 1 2 3 4 2

32 1 2 4 3 2 3 3 4 2

33 2 2 3 3 1 1 1 2 1

34 1 1 3 3 2 3 3 4 2

35 1 2 4 2 1 1 1 2 1

36 2 1 4 2 2 3 3 4 2

37 1 2 5 3 1 1 2 3 1

38 1 2 3 3 2 3 3 4 2

39 1 1 3 3 1 2 3 4 2

40 2 2 3 3 1 1 1 3 1

41 1 2 4 1 1 1 2 3 1

42 1 1 4 3 1 1 2 3 1

43 1 2 2 3 1 1 2 2 1

44 1 2 4 3 1 1 2 1 1

45 2 1 4 3 1 2 3 4 2

46 1 2 4 3 1 2 3 4 2

47 1 2 4 3 2 3 3 4 2

48 1 1 3 3 1 1 2 1 1

Page 118: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

49 1 2 4 3 1 2 3 4 2

50 2 2 4 3 1 2 3 4 2

51 1 1 5 1 2 3 3 4 2

52 1 1 4 3 2 3 3 4 2

53 2 2 4 2 1 2 3 4 2

54 1 2 5 3 2 3 3 4 2

55 2 2 5 2 2 3 3 4 2

56 2 2 4 2 2 3 3 4 2

57 2 1 4 3 2 3 3 4 2

58 2 2 4 2 1 1 2 3 1

59 2 2 3 2 1 1 2 1 1

60 1 2 4 3 1 1 2 3 1

61 1 1 3 3 1 1 2 2 1

62 1 2 5 3 1 1 1 2 1

63 2 2 4 3 1 2 3 4 2

64 2 2 4 1 1 1 2 3 1

65 2 2 5 3 1 1 2 1 1

66 1 2 3 3 1 1 2 2 1

67 1 1 3 3 1 1 1 1 1

68 2 2 4 2 1 2 3 4 2

69 1 1 4 3 1 2 3 4 2

70 1 2 4 2 1 2 3 4 2

71 1 2 4 2 1 2 3 4 2

72 1 2 5 3 2 3 3 4 2

73 2 2 4 1 1 2 3 4 2

74 2 1 5 3 1 2 3 4 2

Page 119: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

75 2 2 4 3 2 3 3 4 2

76 2 1 4 3 1 1 2 2 1

77 1 2 4 2 1 1 2 2 1

78 1 2 4 3 1 2 3 4 2

79 1 1 3 4 1 1 2 1 1

80 2 2 3 3 1 1 2 2 1

81 2 1 4 3 1 1 1 2 1

82 1 2 4 3 1 2 3 4 2

83 1 1 3 3 1 1 2 3 1

84 2 2 4 3 1 2 3 4 2

85 2 1 4 3 1 2 3 4 2

86 1 2 4 1 2 3 3 4 2

87 1 2 4 3 2 3 3 4 2

88 1 2 4 3 2 3 3 4 2

89 2 2 4 3 1 1 2 1 1

90 1 1 4 3 1 2 3 4 2

91 1 1 4 3 1 1 2 1 1

92 1 1 4 3 1 1 1 2 1

93 1 2 4 3 1 2 3 4 2

94 1 2 3 3 1 1 1 2 1

95 1 1 3 3 2 3 3 4 2

96 2 2 4 3 1 2 3 4 2

97 2 2 4 3 1 1 1 1 1

98 1 2 4 2 2 3 3 4 2

99 1 2 4 3 1 2 3 4 2

100 2 1 5 3 1 2 3 4 2

Page 120: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

Lampiran 7

Hasil Analisis SPSS Univariat

Statistics

jenis kelamin

balita usia balita

pendidikan

terakhir orangtua

status nutrisi

balita

N Valid 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0

Statistics

kebiasaan

merokok

anggota

keluarga

kebiasaan merokok

anggota keluarga

berdasarkan lokasi

merokok

jumlah anggota

keluarga yang

memiliki kebiasaan

merokok tanpa

memperhatikan

lingkungan

banyaknya rokok yang

dihirup setiap hari tanpa

memperhatikan

lingkungan

N Valid 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0

jenis kelamin balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 56 56.0 56.0 56.0

perempuan 44 44.0 44.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Page 121: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

usia balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang dari 12 bulan 28 28.0 28.0 28.0

13 - 59 bulan 72 72.0 72.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pendidikan terakhir ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 5 5.0 5.0 5.0

SMP/sederajat 24 24.0 24.0 29.0

SMA/sederajat 60 60.0 60.0 89.0

perguruan tinggi 11 11.0 11.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

status nutrisi balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid sangat kurus 6 6.0 6.0 6.0

kurus 15 15.0 15.0 21.0

normal 78 78.0 78.0 99.0

gizi lebih 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Page 122: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

kebiasaan merokok anggota keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ada kebiasaan merokok 73 73.0 73.0 73.0

tidak ada kebiasaan

merokok 27 27.0 27.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

kebiasaan merokok anggota keluarga berdasarkan lokasi merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kebiasaan merokok tanpa

memperhatikan lingkungan 43 43.0 43.0 43.0

kebiasaan merokok dengan

memperhatikan lingkungan 30 30.0 30.0 73.0

tidak ada kebiasaan

merokok 27 27.0 27.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

jumlah anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok tanpa memperhatikan lingkungan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid lebih dari satu perokok dekat

dengan balita 11 11.0 11.0 11.0

satu perokok dekat dengan

balita 32 32.0 32.0 43.0

tidak ada paparan 57 57.0 57.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Page 123: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

banyaknya rokok yang dihirup setiap hari tanpa memperhatikan lingkungan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid berat 15 15.0 15.0 15.0

sedang 15 15.0 15.0 30.0

ringan 13 13.0 13.0 43.0

tidak ada paparan 57 57.0 57.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

jenis kelamin balita * paparan asap rokok Crosstabulation

paparan asap rokok

Total ya tidak

jenis kelamin balita laki-laki Count 25 31 56

% within jenis kelamin balita 44.6% 55.4% 100.0%

perempuan Count 18 26 44

% within jenis kelamin balita 40.9% 59.1% 100.0%

Total Count 43 57 100

% within jenis kelamin balita 43.0% 57.0% 100.0%

usia balita * paparan asap rokok Crosstabulation

paparan asap rokok

Total ya tidak

usia balita kurang dari 12 bulan Count 13 15 28

% within usia balita 46.4% 53.6% 100.0%

13 - 59 bulan Count 30 42 72

% within usia balita 41.7% 58.3% 100.0%

Total Count 43 57 100

% within usia balita 43.0% 57.0% 100.0%

Page 124: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil

status nutrisi balita * paparan asap rokok Crosstabulation

paparan asap rokok

Total ya tidak

status nutrisi balita sangat kurus Count 3 3 6

% within status nutrisi balita 50.0% 50.0% 100.0%

kurus Count 4 11 15

% within status nutrisi balita 26.7% 73.3% 100.0%

normal Count 35 43 78

% within status nutrisi balita 44.9% 55.1% 100.0%

gizi lebih Count 1 0 1

% within status nutrisi balita 100.0% .0% 100.0%

Total Count 43 57 100

% within status nutrisi balita 43.0% 57.0% 100.0%

pendidikan terakhir ibu * paparan asap rokok Crosstabulation

paparan asap rokok

Total ya tidak

pendidikan

terakhir ibu

SD Count 3 2 5

% within pendidikan terakhir ibu 60.0% 40.0% 100.0%

SMP/sederajat Count 15 9 24

% within pendidikan terakhir ibu 62.5% 37.5% 100.0%

SMA/sederajat Count 22 38 60

% within pendidikan terakhir ibu 36.7% 63.3% 100.0%

perguruan tinggi Count 3 8 11

% within pendidikan terakhir ibu 27.3% 72.7% 100.0%

Total Count 43 57 100

% within pendidikan terakhir ibu 43.0% 57.0% 100.0%

Page 125: GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28959/1/LILIS... · Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil