Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KEMAMPUAN PESERTA DIDIK KELAS X SMK PANGUDI
LUHUR LEONARDO KLATEN DALAM MENYELESAIKAN SOAL TIPE
HOTS PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
(SPLDV)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Irene Aulia Putri
NIM : 151414089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS KEMAMPUAN PESERTA DIDIK KELAS X SMK PANGUDI
LUHUR LEONARDO KLATEN DALAM MENYELESAIKAN SOAL TIPE
HOTS PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
(SPLDV)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Irene Aulia Putri
NIM : 151414089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah
hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab, Tuhan, Allahmu
menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi (Yosua 1:9)
Tidak prenah saya berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwa saya
sendiri, kadang-kadang membantu saya dan kadang-kadang menentang saya.
-Abu Hamid Al Ghazali-
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Tuhan Allah yang membimbing dan memberkati segala jalan yang kupilih
Bunda Maria dan Santa Irene yang menyertai setiap langkah perjalanan hidup
Orang tua penulis Maximius Suwondo dan Theresia Ratna Widyaningsih
Saudari/a penulis Anastasia Renanda dan Laurentius Christi Adi Nugroho
Sahabat baik penulis Dian, Velent, Anita, Crista, Zeska, Venti, Meiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTTO
In the end they’ll all judge me anyway, so whatever- Min Yoongi
Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its
whole life believing that it is stupid- Albert Einstein
Terasa sulit ketika aku merasa harus melakukan sesuatu, tetapi menjadi mudah
ketika aku menginginkannya – Annie Gottlier
Bahkan ketika yang lain terus berlari dan aku hanya berjalan, atau bahkan mereka
berjalan dan aku hanya merayap, aku hanya tidak akan pernah berhenti-anonim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Irene Aulia Putri. 2020. Analisis Kemampuan Peserta Didik Kelas X SMK Pangudi
Luhur Leonardo Klaten Dalam Menyelesaikan Soal Tipe HOTS Pada Materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik Sekolah Menengah
Kejuruan kelas X dalam menyelesaikan soal tipe HOTS dalam materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah
peserta didik kelas X Teknik Elektronika Industri SMK Leonardo Klaten tahun ajaran
2019/2020. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes tertulis dan
wawancara. Sebanyak 31 peserta didik mengikuti tes tertulis dan 5 peserta didik dipilih
sebagai subjek wawancara.
Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah sebanyak 21 peserta didik mampu
mengerjakan soal tingkat menganalisis. Selain itu, peserta didik masih kurang mampu
dalam mengerjakan soal tingkat mengevaluasi dan mencipta. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah sebanyak 67,74% peserta didik mampu mencapai kemampuan berpikir tingkat
tinggi menganalisis.
Kata kunci: High Order Thinking Skill, Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Irene Aulia Putri. 2020. Analysis Capability of Vocational High School Leonardo
Klaten Students Class X In Resolving High Order Thingking Skill Problem In Material
System of Linear Equation in Two Variables.
The objective of the research is to find out the ability of high order thinking skill of
Vocational High School Leonardo students of class X Electronics Engineering Industry
about the system of linear equations two variables.
This is a qualitative descriptive research. The subject is students of class X Electronics
Engineering Industry in the academic year 2019/2020. The instruments for data
collection are a test and interview. As many as 31 students do the test and 5 students
chosen as the subject interview.
The result of this research is 21 students are capable of doing the level of analyzing. In
addition, in this level there is no student who are able to evaluate and create. In
conclusion, 67,74% student are able to achieve the high order thingking skill level of
analyzing.
Key word: High Order Thinking Skill, System of Linear Equation in Two Variables.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan
berkat dan rahmat kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Kemampuan Peserta Didik Kelas X SMK Pangudi Luhur Leonardo Klaten
dalam Menyelesaikan Soal Tipe HOTS pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV)” dengan baik. Tujuan saya mengajukan skripsi ini yaitu memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelas sarjana pendidikan dari Program Studi
Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.
Selesainya penulisan dan penyusunan skripsi ini tak lepas dari bimbingan,
dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Yesus Kristus yang memberikan berkat yang melimpah dan kekuatan pada
setiap langkah yang diambil.
2. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan.
3. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Bapak Dewa Putu Wiadnyana Putra, S.Pd., M.Sc selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah membimbing dan memberikan pengarahan selama proses
penulisan dan penyusunan skripsi.
6. Bapak Febi Sanjaya, M.Sc., selaku dosen yang membantu memvalidasi
instrumen penelitian.
7. Ibu Cyrenia Novella Krisnamurti, M.Sc, selaku dosen Pembimbing Akademik
sekaligus membantu penulis memvalidasi instrumen penelitian.
8. Bapak/Ibu/Romo dosen Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma
serta seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.
9. Bruder Yohanes Bosco Purwanto, S.T., selaku kepala SMK PL Leonardo
Klaten yang memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
SMK PL Leonardo Klaten.
10. Bapak Pudjijanto, S.Pd., selaku guru mata pelajaran matematika SMK PL
Leonardo Klaten yang memberikan ijin untuk penulis melaksanakan
penelitian di kelas X Teknik Elektronika Industri.
11. Peserta didik kelas X Teknik Elektronika Industri yang bersedia menjadi
subjek penelitian dan mengikuti segala prosesnya dengan baik
12. Orangtua penulis, Maximius Suwondo dan Theresia Ratna Widyaningsih
yang selalu mendoakan, memberikan dukungan secara moral dan materiil
pada setiap pilihan yang diambil penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I Pendahuluan ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
D. Pembatasan Masalah............................................................................. 5
E. Penjelasan Istilah .................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 7
BAB II Landasan Teori .................................................................................. . 8
A. Taksonomi Bloom ................................................................................ 8
B. High Order Thinking Skill (HOTS) ...................................................... 15
C. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) ............................... 33
D. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
E. Kerangka Berpikir ................................................................................ 46
BAB III Metode Penelitian ............................................................................ 48
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 48
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 49
C. Subjek dan Objek Penelitian................................................................. 49
D. Bentuk data ........................................................................................... 49
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 50
F. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 50
G. Uji Validitas Instrumen ........................................................................ 53
H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 54
BAB IV Analisis Data dan Hasil Penelitian ................................................. 60
A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 60
B. Penyajian Data ...................................................................................... 64
C. Analisis ................................................................................................ 72
D. Pembahasan .......................................................................................... 87
E. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 91
BAB V Kesimpulan dan Saran ...................................................................... 92
A. Kesimpulan .......................................................................................... 92
B. Saran .................................................................................................... 92
Daftar Pustaka ................................................................................................ 94
Lampiran ......................................................................................................... 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Dimensi Proses Berpikir Menurut Pusat Penelitian
Pendidikan ....................................................................................... 17
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Soal Tes Tertulis .............................................. 51
Tabel 3.2 Panduan Umum Wawancara Peserta Didik ..................................... 53
Tabel 3.3 Kategorisasi Kemampuan Peserta Didik ......................................... 57
Tabel 4.1 Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 60
Tabel 4.2 Penilaian Hasil Tes Tertulis ............................................................. 65
Tabel 4.3 Kategorisasi Peserta Didik ............................................................... 67
Tabel 4.4 Persentase Kemampuan HOTS Peserta Didik ................................. 81
Tabel 4.5 Kutipan Hasil Wawancara Peserta Didik......................................... 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perubahan Istilah dalam Taksonomi Bloom ............................... 12
Gambar 2.2 Tabel Klasifikasi Dimensi Proses Berpikir ................................. 17
Gambar 2.3 Penyelesaian Metode Grafik ....................................................... 36
Gambar 4.1 Contoh Jawaban Nomor 1 Peserta Didik .................................... 74
Gambar 4.2 Contoh Jawaban Nomor 1 Peserta Didik .................................... 75
Gambar 4.3 Contoh Jawaban Nomor 1 Peserta Didik .................................... 76
Gambar 4.4 Contoh Jawaban Nomor 2 Peserta Didik .................................... 77
Gambar 4.5 Contoh Jawaban Nomor 2 Peserta Didik .................................... 78
Gambar 4.6 Contoh Jawaban Nomor 3 Peserta Didik .................................... 80
Gambar 4.7 Contoh Jawaban Nomor 3 Peserta Didik .................................... 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................................. 97
Validasi Ahli .................................................................................................... 99
Instrumen Penelitian .................................................................................... 104
Contoh Hasil Tes Tertulis ............................................................................ 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di jaman yang serba cepat dan modern ini pendidikan sangat berperan
penting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia. Namun demikian,
berdasarkan beberapa penelitian, kualitas pendidikan di Indonesia menempati posisi
yang masih rendah dan hal ini menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
pemerintah Indonesaia. Berdasarkan Education Index yang dipublikasikan oleh
Human Development Reports pada tahun 2017, Indonesia ada di posisi ke tujuh di
ASEAN dengan skor 0,622 (Gerintya, 2019). Singapura memperoleh skor tertinggi
yaitu sebesar 0,832, disusul oleh Malaysia (0,719), Brunei Darusaalam (0,704).
Angka tersebut dihitung menggunakan Mean Years of Schooling dan Expected Year
of Schooling. Selain itu, Indonesia juga berada pada urutan ke 67 dari 125 negara di
dunia dalam peringkat Global Talent Competitiveness Index (GTCI) 2019,
diterbitkan oleh Institut Europeen d’Administration des Affaires (INSEAD), yang
memfokuskan pada penilaian daya saing global. Meskipun peringkat ini meningkat
untuk Indonesia, yang semula peringkat 77 pada tahun 2018, namun bisa dibilang
bahwa daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia masih tertinggal
dibandingkan dengan negara lain. Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing
SDM adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Walaupun anggaran untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pendidikan di Indonesia tergolong tinggi dan trennya terus meningkat dari tahun ke
tahun, namun belum mampu mendongkrak/ meningkatkan kualitas SDM. Menurut
Jaime Saavendra dari Bank Dunia, yang dikutip dari laporan Worldwide Educating
for the Fututre Index (WEFFI), “Memperbarui kurikulum harus selalu menjadi
agenda, karena itu sangat penting untuk berinvestasi dalam mengubah perilaku guru
dan meningkatkan apa yang terjadi di dalam kelas”.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan No.160 tahun 2014
tentang Pemberlakuan Kurikulum tahun 2006 dan Kurikulum 2013 pada tahun
2019/2020, dikatakan bahwa seluruh sekolah di Indonesia wajib menggunakan
Kurikulum 2013 dengan pengecualian Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK). Hal ini
berarti hanya SPK yang sudah bekerjasama dengan Lembaga Pendidikan Asing saja
yang diperkenankan tidak memberlakukan kurikulum 2013 secara keseluruhan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan ialah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (KBBI, 2019).
Menurut Hasbullah (2006) pendidikan dalam arti sederhana diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan adalah usaha sadar dari keluarga,
masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau
latihan yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun di luar sekolah untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang seutuhnya yang dapat
memainkan peranan yang tepat dan konstruktif dalam berbagai lingkungan hidupnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
di masa yang akan datang (Mudyahardjo, 2010:59). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau
sekelompok orang untuk membina kepribadian agar sesuai dengan nilai-nilai dalam
masyarakat dan kebudayaan yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman baik di
dalam maupun di lua sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Matematika merupakan salah satu alat atau bahasa dasar banyak ilmu
pengetahuan yang diajarkan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan
tinggi. Selain mempelajari angka, matematika juga mengajarkan mengenai simbol,
tabel, diagram mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks maupun abstrak.
Ilmu matematika bukanlah ilmu yang dapat dipelajari hanya dengan menghafal,
melainkan pemahaman konsep yang harus benar-benar dikuasai. Sehingga akan
menjadi lebih mudah ketika sampai pada tahap pengaplikasian. Selama ini, proses
pembelajaran matematika masih berpaku pada metode tradisional yaitu metode
teacher center atau yang lebih dikenal dengan metode ceramah. Dalam metode ini,
guru lebih mendominasi kegiatan di dalam kelas. Mulai dari menyampaikan materi,
memberikan rumus yang berkaitan dengan materi, memberikan contoh soal yang
kemudian dibahas dan pada akhirnya peserta didik diberi soal untuk latihan. Latihan
soal yang dikerjakan peserta didikpun juga mengacu pada langkah-langkah pada
contoh soal yang sudah diberikan oleh guru sebelumnya. Hal ini mengakibatkan
kreativitas peserta didik dalam mengerjakan soal sangat minim. Di samping itu,
kemampuan peserta didik dalam memahami hingga menganalisis soal juga masih
sangat kurang dikarenakan minimnya pengalaman mengerjakan soal yang beragam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Hingga saat ini, matematika masih dianggap mata pelajaran yang sangat
susah dan juga ditakuti oleh sebagian besar peserta didik baik di tingkat Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas/
Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK). Karena mindset awal peserta didik
adalah matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, maka beberapa peserta
didik menjadi malas untuk mempelajari matematika. Hal ini berakibat pada
rendahnya nilai yang diperoleh peserta didik dalam mata pelajaran matematika. Pada
tahun 2018, muncul keluhan peserta didik mengenai soal-soal matematika yang sulit.
Peserta didik merasa bahwa soal-soal yang diberikan pada Ujian Nasional Berbasis
Komputer jauh berbeda dengan soal yang dikerjakan pada saat uji coba dan kisi-kisi
(Antara, 2018). Peserta didik merasa khawatir karena nilai ujian nasional digunakan
sebagai pertimbangan untuk masuk perguruan tinggi dan melamar pekerjaan.
Maka dari itu, peneliti ingin melakukan sebuah penelitian yang mengangkat
tentang sejauh mana kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal High
Order Thinking Skill dengan judul “Analisis Kemampuan Peserta Didik Kelas X
SMK Pangudi Luhur Leonardo Klaten dalam Menyelesaikan Soal Tipe High Order
Thinking Skill pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan soal-soal HOTS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dirumuskan sebuah
permasalah yaitu bagaimana kemampuan peserta didik kelas X Teknik Elektronika
Industri dalam menyelesaikan soal-soal HOTS.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik kelas X Teknik
Elektronika Industri dalam menyelesaikan soal-soal HOTS.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, peneliti membatasi
permasalahan pada analisis kemampuan peserta didik SMK Pangudi Luhur Leonardo
Klaten kelas X Teknik Elektronika Industri tahun ajaran 2019/2020 dalam
menyelesaikan soal tipe High Order Thinking Skill pada materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel (SPLDV) berdasarkan Taksonomi Bloom yang sudah di revisi.
E. Penjelasan Istilah
1. Taksonomi Bloom
Dalam taksonomi Bloom menurut Anderson & Krathwohl (2001) dalam Modul
Penyusunan Soal HOTS tahun 2017 dimensi berpikir dibagi menjadi tiga yaitu
Low Order Thinking Skill/LOTS (mengetahui), Medium Order Thinking
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Skill/MOTS (memahami dan mengaplikasi) dan High Order Thinking Skill/HOTS
(menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi).
2. High Order Thinking Skill (HOTS)
High Order Thinking Skill (HOTS) adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi
merupakan proses keterampilan berpikir secara mendalam yang melibatkan
pengolahan informasi secara kritis dan kreatif dan terkait dengan kemampuan
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru
Guru dapat mengetahui sejauh mana peserta didik dapat mengerjakan dan
menyelesaikan soal High Order Thinking Skill sehingga dengan demikian guru
dapat menyesuaikan metode pengajaran yang cocok untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam mengerjakan soal HOTS.
2. Bagi peserta didik
Peserta didik dapat memahami soal HOTS sehingga dapat digunakan sebagai
acuan dan referensi untuk menyelesaikan soal-soal HOTS meskipun dengan
materi yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan soal tipe HOTS dalam materi serta penelitian ini dapat dijadikan
bekal awal untuk mengetahui bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir
peserta didik di masa depan.
G. Sistematika Penulisan
Bab I adalah bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, penjelasan istilah, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan bab landasan teori yang digunakan dalam penelitian yang berisi
teori tentang taksonomi Bloom, High Order Thinking Skill, sistem persamaan linear
dua variabel, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir.
Bab III merupakan bab yang memaparkan tentang metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian. Bab ini berisi jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, subjek dan objek penelitian, bentuk data, teknik pengumpulan data, uji
validitas instrumen dan teknik analisis data.
Bab IV adalah bab yang membahas analisis data dan hasil penelitian. Bab ini
berisi pelaksanaan penelitian, penyajian data, analisis dan pembahasan.
Bab V merupakan bab terakhir dalam penulisan yang berisi kesimpulan dari
penelitian yang dilaksanakan dan juga saran untuk guru dan peneliti selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Taksonomi Bloom
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani tassein yang memiliki
arti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan sehingga makna dari taksonomi
adalah hierarki klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Pada awal tahun 1950-an
Bloom dan kawan-kawannya mengemukakan bahwa presentase terbanyak dari butir
soal yang diajukan hanya berupa permintaan untuk mengemukakan hafalan mereka
dalam evaluasi belajar. Sedangkan menurut Bloom, hafalan merupakan tingkat
terendah dalam kemampuan berpikir dan masih banyak level lain yang lebih tinggi
yang harus dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran agar dapat menghasilkan
peserta didik yang kompeten di bidangnya. Akhirnya pada tahun 1956, Bloom,
Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl memperkenalkan kerangka konsep kemampuan
berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Kerangka konsep yang disampaikan ini
dibagi menjadi tiga ranah kemampuan intelektual yaitu ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir yang disesuaikan dengan tujuan
dari pembelajaran yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap-tahap
yang harus dilalui peserta didik agar mampu mengaplikasikan teori yang diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ke dalam tindakan secara nyata. Berikut merupakan penjelasan dari ranah kognitif
pada Taksonomi Bloom:
1. Taksonomi Bloom sebelum revisi
Taksonomi Bloom dikemukakan oleh Benjamin S.Bloom pada 1956 (Jailani, 2018)
yang dibagi dalam enam kategori pokok dengan urutan jenjang mulai dari yang
paling rendah hingga jenjang yang paling tinggi. Kategori yang dimaksudkan yaitu
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application),
analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).
Taksonomi Bloom dibagi menjadi 6 aspek, sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Aspek pengetahuan merupakan proses mengingat kembali (recall) informasi
yang telah dipelajari atau diterima sebelumnya. Pada aspek ini kemampuan
yang diujikan merupakan kemampuan untuk menyebutkan atau menjelaskan
kembali.
b. Pemahaman
Aspek pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti
mengenai hal-hal yang dipelajari, menginterpretasikan dan menyatakan
kembali dengan menggunakan kata-kata sendiri.
c. Penerapan
Kemampuan penerapan dilihat dari metode dalam menghadapi suatu kasus
yang konkret dan baru. Kemampuan ini dapat dinyatakan dalam
pengaplikasian konsep dalam permasalahan yang dihadapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
d. Analisis
Pada tingkat ini, seseorang mampu menjabarkan informasi yang kompleks
yang kemudian memecahkannya menjadi bagian-bagian yang kecil yang
terstruktur serta mengaitkannya dengan informasi lainnya sehingga
organisasinya dapat dipahami dengan baik.
e. Sintetis
Kemampuan untuk membentuk pola baru dengan menghubungkan bagian-
bagian yang ada dan mengenai informasi dengan baik untuk memperoleh solusi
yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah.
f. Evaluasi
Kemampuan memberikan penilaian terhadap suatu materi pembelajaran
dengan argumen yang berkaitan dengan hal-hal yang sudah dipelajari
sebelumnya, dipahami, dilakukan, dianalisis dan dihasilkan yang dapat
dipertanggungjawabkan argumen tersebut.
2. Taksonomi Bloom setelah revisi
Lorin Anderson Krathwohl, yang merupakan murid Bloom, beserta ahli psikologi
aliran kognitivisme pada tahun 1994 merevisi taksonomi Bloom yang disesuaikan
dengan kemajuan jaman dimana hanya dilakukan pada ranah kognitif saja, yang
meliputi:
a. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level
taksonomi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
b. Perubahan pada semua level hierarkis namun tetap mempertahankan urutan
levelnya dari yang terendah hingga tertinggi. Perubahan tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:
1) Pada level 1, knowledge (pengetahuan) diubah menjadi remembering
(mengingat)
2) Pada level 2, comprehension (pemahaman) dipertegas menjadi
understanding (memahami)
3) Pada level 3, application (penerapan) diubah menjadi applying
(menerapkan)
4) Pada level 4, analysis (analisis) berubah menjadi analyzing (menganalisis)
5) Pada level 5, synthesis (sintesis) dinaikkan levelnya menjadi level 6 namun
dengan perubahan yaitu creating (mencipta)
6) Pada level 6, evaluation (evaluasi) turun menjadi level 5 dengan sebutan
evaluating (mengevaluasi)
Revisi oleh Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang
lebih dikenal dengan istilah C1 sampai C6. Secara lebih singkat perubahan istilah
pada taksonomi Bloom dapat dilihat dalam gambar berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 2.1 Perubahan istilah dalam Taksonomi Bloom
Setelah taksonomi Bloom direvisi oleh Anderson & Krathwohl (2001), dimana
tujuan pembelajaran dibagi menjadi dua dimensi yaitu proses kognitif dan
pengetahuan sehingga HOTS dalam taksonomi Bloom harus disesuaikan. Dimensi
proses kognitif HOTS pada taksonomi Bloom yang dikemukakan oleh Anderson &
Krathwohl (2001) meliputi proses menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate)
dan mencipta (create) (Liu, 2010). Sedangkan pada dimensi pengetahuan HOTS
meliputi pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural
(procedural knowledge) dan pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge).
Dalam pengkategorian yang lebih modern, HOTS tidak hanya melibatkan satu
dimensi (dimensi proses kognitif) saja tetapi merupakan irisan tiga komponen
dimensi proses kognitif teratas yaitu menganalisis, mengevaluasi dan mencipta serta
tiga komponen dimensi pengetahuan tertinggi yaitu konseptual, prosedural, dan
metakognitif. Masing-masing komponen HOTS dijelaskan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
a. Menganalisis
Menurut Anderson & Krathwohl (2001) menganalisis merupakan kemampuan
untuk memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan
bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau
bagian tersebut dengan keseluruhannya. Pada tingkat analisis, seseorang akan
mampu memilah semua informasi yang masuk dan kemudian menstrukturkan
informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya serta mampu mengenali dan membedakan faktor sebab akibat dari
sebuah skenario yang rumit. Menganalisis dibagi menjadi beberapa bagian
menurut Anderson & Krathwohl yaitu kemampuan membedakan
(differentiating) yang merupakan kemampuan membedakan bagian-bagian dari
keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai yang terjadi pada saat peserta
didik mendeskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan serta
informasi yang penting dan tidak penting kemudian memberikan perhatian lebih
pada informasi yang relevan dan penting dengan mengabaikan informasi
lainnya, mengorganisasi (organizing) merupakan kemampuan mengidentifikasi
unsur-unsur secara bersama-sama menjadi unsur yang saling terkait yang terjadi
ketika peserta didik membangun hubungan-hubungan sistematis dan koheren
(terkait) antar potongan informasi dan juga biasa terjadi bersamaan dengan
proses membedakan dengan fokus menentukan tujuan atau sudut pandang
seseorang, dan mengantribusikan (attributing) adalah kemampuan peserta didik
untuk menyebutkan tentang sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
masalah yang diajukan yang membutuhkan pengetahuan dasar dan juga
melibatkan proses dekonstruksi yang didalamnya peserta didik menentukan
tujuan dari suatu permasalahn yang diberikan oleh guru.
b. Mengevaluasi
Mengevaluasi didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement
berdasarkan pada kriteria dan standar tertentu (Anderson & Krathwohl, 2001).
Kriteria sering digunakan untuk menentukan kualias, efektifitas, efisiensi, dan
konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun
kualitas. Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama dengan pertanggungjawaban
pendapat tersebut yang berdasar pada kriteria tertentu. Kemampuan ini
dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu yang termasuk di
dalamnya adalah memeriksa (checking) dan mengkritisi (critiquing).
c. Mencipta
Mengkreasikan atau mencipta merupakan proses penempatan beberapa elemen
sekaligus untuk kemudian dibentuk menjadi satu kesatuan yang utuh atau
fungsional atau mereorganisasi unsur ke dalam bentuk struktur yang baru. Di
samping itu mencipta juga merupakan proses pengolahan pengetahuan yang
sudah ada/pernah diterima untuk merancang ide guna memecahkan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
permasalahan. Proses kognitif dalam menciptakan meliputi merumuskan,
merencanakan dan memproduksi.
B. High Order Thingking Skill (HOTS)
1. Pengertian HOTS
Ada beberapa ahli mendefinisikan High Order Thinking Skill (HOTS).
Menurut Bloom (1956) Higher Order Thingking (HOT) merupakan kemampuan
abstrak yang berada pada ranah kognitif dari taksonomi sasaran pendidikan yakni
mencakup analisis, sintesis dan evaluasi. Thomas & Thorne (2009) menyatakan
bahwa berpikir tingkat tinggi adalah berpikir pada level yang lebih tinggi daripada
sekedar mengingat fakta atau menceritakan kembali sesuatu yang didengar
kepada orang lain. Kemudian secara lebih lanjut Thomas & Thorne menyatakan
bahwa berpikir tingkat tinggi menuntut seseorang untuk melakukan sesuatu
terhadap fakta, yaitu memahaminya, menyimpulkannya, menghubungkannya
dengan fakta dan konsep lain, mengkategorikan, memanipulasi, menempatkan
fakta secara bersama-sama dalam cara-cara baru dan kemudian menerapkannya
untuk mencari solusi dari suatu permasalahan.
Menurut Barahal (2008) (Brookhart, 2010) menyampaikan bahwa berpikir
kritis merupakan seni berpikir yang meliputi menanya dan menyelidik,
mengobservasi dan mendeskripsikan, membandingkan dan mengkaitkan,
menemukan kompleksitas serta mengeksplorasi sudut pandang. Sedangkan The
Australian Council for Education Research (ACER) (Widana, 2017) menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses menganalisis,
merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi
berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak hanya
sekedar mengingat, mengetahui, atau mengulang namun juga kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical
thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen
(reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).
Menurut Lewis dan Smith (1993) (Jailani, 2018:3) berpikir tingkat tinggi
terjadi ketika seseorang mampu untuk mengambil informasi baru kemudian
menghubungkannya dengan informasi yang dimilikinya dan menggunakannya
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam berbagai situasi serta
mampu untuk memutuskan apa yang harus dipercaya, apa yang harus dilakukan,
memunculkan ide baru, memprediksikan dan memecahkan masalah yang tidak
biasa ditemukannya. Brookhart (2010) mengkategorikan kemampuan berpikir
tingkat tinggi ke dalam tiga bagian yaitu: bentuk transfer hasil belajar, bentuk
berpikir kritis dan proses pemecahan masalah. Conklin (2012) (Jailani, 2018)
menyatakan karakteristik yang mendasari kemampuan berpikir tingkat tinggi
adalah berpikir kritis dan kreatif. Dari pendapat beberapa ahli, seperti Lewis &
Smith, Brookhart, Conklin, maka keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan
proses keterampilan berpikir secara mendalam yang melibatkan pengolahan
informasi secara kritis dan kreatif dan terkait dengan kemampuan menganalisis,
mengevaluasi dan mencipta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2. Klasifikasi Dimensi Proses Berpikir
Gambar 2.1 Tabel klasifikasi dimensi proses berpikir
Gambar tabel di atas menampilkan tentang klasifikasi dimensi proses berpikir
menurut Anderson & Krathwohl (Widana, 2017).
Tabel 2.1 Klasifikasi Dimensi Proses Berpikir Menurut Pusat Penelitian
Pendidikan
Tingkat Level kognitif Kemampuan yang diukur
I Pengetahuan dan
Pemahaman
- Mengingat kembali materi.
- Menyebutkan dan menjelaskan
langkah-langkah penyelesaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tingkat Level kognitif Kemampuan yang diukur
II Aplikasi - Menggunakan materi dalam
pemecahan masalah.
- Menerapkan prosedur untuk
memecahkan masalah.
III Penalaran - Menguraikan permasalahan
dan mencari hubungan antar
bagian.
- Menyusun hipotesis,
mengkritisi, membenarkan atau
menyalahkan.
- Merancang, menemukan,
menyempurnakan.
Pusat Penelitian Pendidikan mengklasifikan dimensi proses berpikir menjadi 3 level
kognitif yaitu level 1) pengetahuan dan pemahaman, 2) aplikasi dan level 3)
penalaran. Berikut adalah penjelasan mengenai level kognitif tersebut.
a. Pengetahuan dan Pemahaman
Pada level ini, dimensi yang dicakup adalah mengetahui (C1) dan memahami
(C2). Pada soal level 1, yang diukur adalah kemampuan peserta didik mengenai
pengetahuan faktual, konsep dan prosedural. Bisa saja soal pada level 1 yang
diberikan merupakan soal yang sulit namun dalam pemecahannya peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
harus mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya seperti rumus untuk
menyelesaikan permasalahan, definisi, hingga menyebutkan dan menjelaskan
langkah-langkah untuk melakukan sesuatu. Meskipun demikian, soal ini
bukanlah soal yang termasuk dalam kategori HOTS.
b. Aplikasi
Dalam memecahkan permasalahan pada level aplikasi, kemampuan yang
dibutuhkan lebih tinggi dibandingkan level pengetahuan dan pemahaman karena
mencakup dimensi proses berpikir menerapkan dan mengaplikasikan (C3).
Kemampuan yang diukur pada soal level 2 ini antara lain 1) kemampuan
menggunakan pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural tertentu dalam
menyelesaikan permasalahan baik dalam materi yang sama maupun diluar mata
pelajaran yang bersangkutan, 2) menerapkan pengetahuan faktual, prosedural
dan konseptual untuk menyelesaikan masalah kontekstual meskipun dalam
situasi dan kondisi yang berbeda. Sama halnya seperti pada level 1, ada
kemungkinana bahwa soal level 2 menghadapkan peserta didik pada persoalan
yang mengharuskan peserta didik untuk mengingat kembali materi yang
sebelumnya, menyebutkan definisi hingga menyebutkan dan menjelaskan
langkah-langkah untuk melakukan sesuatu. Namun pengetahuan tersebut
digunakan pada konsep yang berbeda maupun untuk menyelesaikan
permasalahan konstestual. Tetap saja, meskipun demikian soal tipe ini tidaklah
termasuk soal tipe HOTS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
c. Penalaran
Penalaran merupakan level tertinggi dari dimensi berpikir dan juga merupakan
level kemampuan berpikir tingkat tinggi karena pada tahap ini peserta didik
harus memiliki kemampuan yang mencakup dua dimensi sebelumnya yaitu
mengingat, memahami serta menerapkan pengetahuan faktual, konseptual dan
prosedural yang kemudian harus menyelesaikan masalah kontekstual dengan
menggunakan logika dan penalaran yang tinggi dalam situasi nyata yang tidak
menentu. Level ini mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5) dan mengkreasi (C6). Menganalisis (C4) menuntut
kemampuan peserta didik untuk mengkerucutkan aspek-aspek, menguraikan,
mengorganisir, membandingkan dan menemukan makna yang tersirat dari
permasalahan yang dihadapkan. Dimensi mengevaluasi (C5) menuntut peserta
didik untuk mampu menyusun hipotesis/ rumusan masalah, mengkritik,
memprediksi, menilai, menguji, membenarkan maupun menyalahkan.
Sedangkan dimensi mengkreasi (C6) menuntut kemampuan peserta didik dalam
merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan,
memperbarui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah
dalam penyelesaian suatu permasalahan. Ciri-ciri soal pada level ini adalah
menuntut kemampuan peserta didik untuk menggunakan penalaran dan logika
dalam pengambilan keputusan (evaluasi), memprediksi serta merefleksi, juga
kemampuan menyusun strategi baru yang dapat digunakan untuk memecahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
suatu masalah konstekstual yang tidak tentu. Kemampuan untuk
menginterpretasi, mencari hubungan antar konsep serta kemampuan mentransfer
konsep satu ke konsep lain merupakan kemampuan yang sangat penting untuk
menyelesaikan soal-soal pada level 3.
3. Karakteristik Soal HOTS
Soal-soal HOTS dapat digunakan pada berbagai bentuk penilaian kelas. Berikut
adalah karakteristik yang dipaparkan untuk menyusun soal HOTS:
a. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses menganalisis,
merefleksi, menyampaikan argumen/pendapat, menerapkan konsep dalam
situasi yang berbeda, menyusun, dan menciptakan. Hal tersebut dinyatakan
dalam The Australian Council for Education Research (ACER) dimana
kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah sekedar kemampuan mengingat,
mengetahui, atau mengulang. Dengan demikian, jawaban dari soal-soal HOTS
tidak tersampaikan secara eksplisit dalam stimulus.
Yang termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah
kemampuan memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis (critical
thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen
(reasoning), serta kemampuan mengambil keputusan (decision making).
Kreativitas HOTS dalam penyelesaian masalah antara lain:
1) Kemampuan menyelesaikan masalah yang tidak familiar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2) Kemampuan mengevaluasi tahap-tahap dalam penyelesaian masalah yang
dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda,
3) Menentukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dari cara yang
sudah ada
Banyak yang meyakini bahwa soal tipe HOTS merupakan soal
dengan tingkat kesukaran yang tinggi, namun hal ini tidaklah benar. Karena
kemampuan seseorang untuk menyelesaikan permasalahan dalam
mengartikan sebuah kata atau kalimat yang tidak umum (tidak familiar) bisa
dikategorikan sangat sulit, namun kemampuan untuk menyelesaikan
masalah tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat diasah selama proses
pembelajaran di dalam kelas. Sehingga jika peserta didik memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajaran dapat
mmberikan ruang bagi peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan
yang berbasis kreativitas. Maka dari itu, pembelajaran di dalam kelas saat
ini memfasilitasi peserta didik agar terdorong untuk membangun kreativitas
dan berpikir kritis dengan guru sebagai pendamping dan fasilitator.
b. Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal tipe HOTS merupakan asesmen yang diimplementasikan dari
situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari agar peserta didik dapat menerapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
konsep-konsep yang diperoleh dalam kelas untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari merupakan
permasalahan yang terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan
ruang angkasa, yang mana juga melibakan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Yang dimaksudkan dalam hal ini
adalah kemampuan peserta didik dalam menghubungkan (relate),
menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan mengintegrasikan
(integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk memecahkan
permasalahan dalam kehidupan nyata.
Berikut adalah lima prinsip pembelajaran kontekstual yang biasa disebut
REACT menurut Sounders (Komalasari, 2011:8-10)
1) Relating, proses pembelajaran yang terkait dengan konteks pengalaman
kehidupan dunia nyata untuk bekal di kemudian hari.
2) Experiencing, pembelajaran yang memberikan pengalaman secara
langsung kepada peserta didik melalui kegiatan eksplorasi, penemuan,
inventori, investigasi, penelitian, dan sebagainya.
3) Applying, menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
4) Cooperating, proses pembelajaran dengan memberikan pengalaman
kerja sama untuk memberikan wawasan pada dunia nyata bahwa
menyelesaikan tugas akan berhasil jika dilakukan secara bersama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
5) Transferring, pembelajaran yang menekankan pada kemampuan peserta
didik untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah
dimiliki pada situasi lain.
Ciri-ciri dari evaluasi kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik adalah
sebagai berikut (Widana, 2017):
1) Peserta didik mampu menyusun pendapatnya sendiri, bukan hanya
sekedar memilih jawaban yang telah tersedia;
2) Tugas-tugas yang diberikan merupakan tantangan yang dihadapkan
dalam permasalahan dunia nyata;
3) Tugas-tugas yang diberikan hendaknya memiliki lebih dari satu jawaban
tertentu, dimana hal ini dapatmeningkatkan kreativitas peserta didik
dalam menyampaikan pendapatnya dalam bentuk jawaban.
c. Menggunakan bentuk soal yang beragam
Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam perangkat tes (soal-soal
HOTS) sebagaimana digunakan dalam Programme for International Students
Assessment (PISA), bertujuan agar dapat mengetahui informasi secara rinci dan
menyeluruh sejauh mana kemampuan peserta tes. Hal ini sangat penting bagi
guru, karena penilaian yang dilakukan dapat menjamin prinsip objektif dimana
hasil penilaian merupakan gambaran kemampuan peserta didik sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Hal ini juga dapat menjamin akuntabilitas penilaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Ada berbagai macam bentuk soal yang dapat digunakan dalam tipe soal
HOTS, antara lain:
1) Pilihan ganda
Pada umumnya, soal tipe HOTS menggunakan stimulus yang
berdasarkan pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok
soal (stem) dan pilihan jawaban (option), pilihan jawaban yang
diberikan merupakan kunci jawaban dan pengecoh. Yang dimaksud
dengan kunci jawaban adalah jawaban benar yang paling benar,
sedangkan pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar namun ada
kemungkinan peserta didik terkecoh untuk memilih jawaban ini jika
tidak menguasai materi yang terkait dengan soal. Kunci jawaban yang
diberikan pada umumnya bukanlah jawaban yang tersedia secara
eksplisit, namun peserta didik diharapkan dapat menemukan jawaban
dari soal yang terkait dari stimulus/bacaan yang tersedia dengan
menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki serta
menggunakan logika atau penalaran. Dalam tipe soal ini, jawaban benar
diberi nilai 1 dan jawaban salah mendapat nilai 0.
2) Pilihan ganda kompleks
Yang dimaksud pilihan ganda kompleks merupakan soal dengan pilihan
jawaban benar/salah atau ya/tidak. Soal ini bertujuan untuk menguji
sejauh mana pemahaman peserta didik dalam menghadapi suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
permasalahan secara komprehensif yang terkait dengan pernyataan satu
dan lainnya. Sama halnya dengan soal pilihan ganda biasa, bentuk
pilihan ganda kompleks memuat stimulus yang bersumber pada situasi
konstekstual. Pernyataan yang diberikan peserta didik terkait dengan
stimulus yang diberikan, kemudian peserta didik diminta untuk
memilih benar/salah atau ya/tidak dari pernyataan-pernyataan yang
terkait satu sama lain tersebut. Susunan dari pernyataan diacak secara
random, tidak sistematis mengikuti polas tertentu karena jika diberika
pola yang sistematis, maka akan mengacu pada pilihan jawaban yang
benar. Peserta didik akan mendapat skor 1 apabila semua jawaban
dijawab dengan benar, namun bila ada satu saja pernyataan yang salah
maka nilainya 0.
3) Isian singkat atau melengkapi
Soal jenis ini merupakan soal yang meminta peserta didik untuk
mengisi jawaban secara singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka
atau simbol. Pada soal tipe isian singkat, apabila peserta didik
menjawab benar maka akan diberikan skor 1, jika salam dalam
menjawab maka skornya 0. Berikut adalah karakteristik dari soal isian
singkat:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
a) Dalam setiap soal sebaiknya hanya ada satu saja bagian yang harus
dilengkapi oleh peserta didik dan paling banyak dua bagian, hal ini
bertujuan agar tidak membingungkan peserta didik.
b) Jawaban yang dituntut harus singka dan pasti berupa kata, frase, angka,
simbol, tempat, atau waktu.
4) Jawaban singkat atau pendek
Soal jawaban singkat merupakan soal dengan jawaban berupa kata,
kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan. Pada soal ini, jika
terdapat langkah/kata kunci yang benar maka skornya 1, jika jawaban
yang diberikan peserta didik salah skornya 0. Berikut merupakan
karakteristik dari soal jawaban singkat:
a) Menggunakan kalimat pertanyaa langsung atau kalimat perintah;
b) Pertanyaan atau perintah harus jelas agar mendapatkan jawaban
singkat;
c) Usahakan panjang kata atau kalimat yang harus dijawab peserta
didik relatif sama;
d) Hindari penggunaan kata, kalimat atau frase yang diambil
langsung dari buku teks, hal ini akan mendorong peserta didik
hanya sekedar mengingat atau menghafalkan apa yang tertulis
dalam buku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
5) Uraian
Soal uraian merupakan soal yang jawabannya menuntut peserta didik
untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk
tertulis.
4. Langkah-langkah Penyusunan Soal HOTS
Untuk menulis soal tipe HOTS, hendaknya diperhatikan terlebih dahulu rumusan
materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu
dengan perilaku yang diharapkan. Di samping itu, uraian materi yang akan
ditanyakan belum tentu tersedia dalam buku pelajaran. Maka dari itu penulisan soal
HOTS membutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal, serta
kreativitas dalam memilih stimulus soal yang disesuaikan dengan kondisi daerah di
sekitar satuan pendidikan. Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal tipe
HOTS (Widana, 2017):
a. Menganalisis Kompetensi Dasar yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Guru dapat menganalisis kompetensi dasar secara mandiri atau melalui forum
Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Kompetensi dasar yang dipilih dalam materi
sistem persamaan linear dua variabel adalah kompetensi dasar 3.3 dan 4.3.
Kompetensi dasar 3.3 menentukan nilai variabel pada sistem persamaan linear
dua variabel dalam masalah kontekstual terdapat pada soal nomor 1 sampai 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pada instrumen. Kompetensi dasar 4.3 menyelesaikan masalah sistem persamaan
linear dua variabel juga terdapat pada soal nomor 1 sampai dengan soal nomor
tiga.
b. Menyusun kisi-kisi soal
Penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk membantu guru dalam menulis butir
soal HOTS. Selain itu juga mempermudah dalam mengetahui indikator dari soal-
soal yang akan dibuat.
c. Memilih stimulus yang menarik dan konstekstual
Stimulus yang digunakan dalam instrumen soal merupakan stimulus
konstekstual. Yang dimaksud dengan stimulus kontekstual adalah stimulus yang
sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Penulisan butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah dibuat dalam kisi-
kisi soal. Hal ini dimaksudkan agar ketercapaian indikator soal dapat terlihat.
e. Membuat pedoman penskoran atau kunci jawaban
Pedoman penskoran yang dibuat, disesuaikan dengan tingkat kesulitan dalam
menjawab setiap pertanyaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Sehingga, dengan demikian hal ini diharapkan dapat memudahkan dalam
pembuatan hingga penilaian soal-soal tipe HOTS.
5. Peran Soal HOTS dalam Pendidikan
Soal-soal tipe HOTS memiliki tujuan untuk mengukur sejauh mana keterampilan
peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi. Dalam melakukan penilaian
pembelajaran, guru dapat menyisipkan beberapa soal HOTS. Berikut merupakan
beberapan peran soal HOTS dalam meningkatkan mutu penilaian
a. Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21
Penilaian yang diberikan oleh sekolah diharapkan dapat memberikan bekal
kepada peserta didik untuk memiliki sejumlah kompetensi yang dibutuhkan
di abad ke-21 (21𝑠𝑡 𝑐𝑒𝑛𝑡𝑢𝑟𝑦 𝑠𝑘𝑖𝑙𝑙𝑠). Secara garis besar, kompetensi yang
dimaksud dibagi dalam 3 kelompok yaitu: 1) memiliki karakter yang baik
(beriman dan taqwa, rasa ingin tahu, pantang menyerah, kepekaan sosial dan
berbudaya, mampu beradaptasi, serta memiliki daya saing yang tinggi); 2)
memiliki sejumlah kompetensi (berpikir kritis dan kreatif, problem solving,
kolaborasi, dan komunikasi); 3) menguasai literasi mencakup keterampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak,
visual, digital, dan auditori. Dengan adanya soal HOTS dalam penilaian dapat
melatih peserta didik untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya
sesuai dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 dalam permasalahan nyata
dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan latihan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
b. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah
Soal-soal HOTS yang dihadapkan pada peserta didik disesuaikan dengan
situasi dan kondisi di daerah masing-masing peserta didik. Kreativitas guru
dalam pemilihan stimulus yang berbasis permasalahan sehari-hari di
lingkungan sekolah sangatlah penting, diantaranya dengan memilih
permasalahan yang familiar di lingkungan sekolah sebagai stimulus
kontekstual. Hal ini menjadi menarik karena permasalahan yang dihadapkan
pada peserta didik dapat dilihat dan dirasakan secara langsung. Di samping
itu, penyajian permasalahan konstekstual dalam penilaian dapat
meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-potensi yang ada di
daerahnya. Dengan demikian peserta didik merasa terpanggil untuk ikut
ambil bagian dalam pemecahan masalah yang timbul di daerahnya.
c. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
Pendidikan formal diharapkan dapat menjawab tantangan yang ada di
masyarakat, salah satunya ilmu yang dipelajari di sekolah dapat terkait secara
langsung dengan permasalahan yang ada di masyarakat. Dengan demikian
materi yang diperoleh di sekolah dapat bermanfaat dan dijadikan bekal untuk
terjun ke masyarakat secara nyata. Tantangan-tantangan yang terjadi di
masyarakat dapat dijadikan stimulus kontestual yang menarik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
penilaian sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta
didik untuk ikut andil dalam pemecahan masalah di masyarakat.
d. Meningkatkan mutu penilaian
Dengan membiasakan peserta didik berlatih menjawab soal-soal HOTS,
diharapkan peserta didik dapat berpikir secara kritis dan kreatif. Terdapat tiga
kategori sekolah menurut pencapaian Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah
(US), yaitu: a) sekolah unggul, dimana rata-rata nilai UN lebih tinggi daripada
rata-rata nilai US; b) sekolah biasa, yaitu jika pencapaian rata-rata nilai US
tinggi dan kemudian diikuti dengan rata-rata nilai UN yang tinggi atau
sebaliknya, rata-rata nilai US rendah kemudian rata-rata nilai UN yang
diperoleh juga rendah; c) sekolah yang perlu dibina, merupakan sekolah yang
pencapaian nilai US lebih tinggi daripada pencapaian nilai UN. Masih
terdapat banyak sekolah yang masuk dalam kaetegorisekolah yang perlu
dibina. Kemungkinan yang terjadi adalah soal-soal yang dibuat guru level
kognitifnya lebih rendah dibandingkan dengan soal-soal UN. Penyebab
lainnya adalah belum disisipkannya soal-soal HOTS, sehingga kebanyakan
hanya level LOTS dan MOTS saja yang diukur sehingga peserta didik tidak
terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS. Maka, penilaian yang berkualitas
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
C. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Pembahasan dalam bagian ini merujuk pada buku “Matematika SMK Bisnis dan
Manajemen Jilid 1 Kelas X” yang ditulis oleh Sanjoyo dkk tahun 2008.
Definisi 2.1 Persamaan Linear Dua Variabel (Sanjoyo, dkk., 2008:90)
Persamaan linear dua variabel secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut
𝑎 + 𝑏 = 𝑐.
Secara umum, Persamaan Linear Dua Variabel memiliki tak berhingga banyak
penyelesaian yang berbentuk (𝑥, 𝑦). Dalam diagram kartesius penyelesaian
persamaan linear dua variabel dilukiskan dengan garis lurus.
Definisi 2.2 Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (Sanjoyo, dkk., 2008:141)
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel adalah himpunan dua persamaan linear dua
variabel dalam bentuk:
{𝑎1𝑥 + 𝑏1𝑦 = 𝑐1
𝑎2𝑥 + 𝑏2𝑦 = 𝑐2
Keterangan:
𝑎1, 𝑎2 : koefisien variabel 𝑥
𝑏1, 𝑏2 : koefisien variabel 𝑦
𝑐1, 𝑐2 : konstanta
𝑎1, 𝑎2, 𝑏1, 𝑏2, 𝑐1 dan 𝑐2 adalah bilangan real. 𝑎1, 𝑏1 tidak boleh bersama-sama
bernilai nol. Demikian pula 𝑎2, 𝑏2 juga tidak boleh bersama-sama bernilai nol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Solusi dari sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) adalah pasangan urut
(𝑥, 𝑦) yang memenuhi kedua persamaan linear dua variabel tersebut. Dengan
demikian, sebuah sistem persamaan linear dua variabel memiliki tiga kemungkinan
sebagai berikut:
1. Tepat satu penyelesaian, artinya tepat satu nilai 𝑥 dan nilai 𝑦 yang memenuhi
sistem persamaan linear tersebut.
2. Sistem persamaan linear dua variabel tidak memiliki penyelesaian.
3. Sistem persamaan linear dua variabel memiliki tak berhingga banyak
penyelesaian.
Sanjoyo, dkk (2008:141) mengatakan terdapat lima metode untuk menntukan
penyelesaian sebuah SPLDV. Dalam skripsi ini hanya akan dibahas empat saja, yaitu
sebagai berikut.
a. Metode grafik
Telah dibahas diatas bahwa grafik penyelesaian sebuah persamaan linear dua
variabel adalah sebuah garis lurus. Penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel adalah himpunan titik-titik yang memenuhi kedua persamaan linear
tersebut. Secara grafis penyelesaian sistem persamaan linear 𝑎1𝑥 + 𝑏1𝑦 = 𝑐1
dan 𝑎2𝑥 + 𝑏2𝑦 = 𝑐2 adalah perpotongan kedua garis yang menyatakan kedua
persamaan linear dua variabel tersebut.
Misalkan garis 𝑢1: 𝑎1𝑥 + 𝑏1𝑦 = 𝑐1 dan garis 𝑢2: 𝑎2𝑥 + 𝑏2𝑦 = 𝑐2, maka ada
tiga kemungkinan dari kedua garis tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
1) SPLDV memiliki tepat satu penyelesaian. Hal ini terjadi jika kedua garis
tersebut berpotongan di satu titik. Dengan kata lain, kedua garis tersebut
memiliki kemiringan yang berbeda atau 𝑎1
𝑏1≠
𝑎2
𝑏2.
2) SPLDV memiliki tidak berhinggan banyak penyelesaian. Hal ini terjadi
jika garis 𝑢1 berimpit dengan garis 𝑢2, dan 𝑎1
𝑏1=
𝑎2
𝑏2= −
𝑐1
𝑐2. Dengan kata
lain setiap titik pada garis merupakan penyelesaian dari sistem
persamaan linear.
3) SPLDV tidak memiliki penyelesaian. Hal ini terjadi jika garis 𝑢1 sejajar
dengan garis 𝑢2 namun tidak berimpit, jika 𝑎1
𝑏1=
𝑐2
𝑏2≠ −
𝑐1
𝑐2. Pada kondisi
ini, tidak terdapat perpotongan maupun singgungan dari kedua garis
tersebut.
Sebagai ilustrasi penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan
metode grafik, perhatikan contoh 2.1 berikut.
Contoh 2.1 (Sanjoyo, dkk., 2008:142)
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear 𝑥 + 2𝑦 = 3
dan 2𝑥 + 𝑦 = 3.
Penyelesaian:
Dari persamaan 𝑥 + 2𝑦 = 3 diperoleh titik-titik (0,3
2) dan (3,0) sebagai
penyelesaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Dari persamaan 2𝑥 + 𝑦 = 3 diperoleh titik-titik (0,3) dan (3
2, 0) sebagai
penyelesaian. Jadi, grafik 𝑥 + 2𝑦 = 3 melalui titik (0,3
2) , (3,0) dan grafik
2𝑥 + 𝑦 = 3 melalui titik (0,3), (3
2, 0). Grafik kedua garis tersebut
diperlihatkan pada Gambar 2.3 berikut ini.
Gambar 2.3 Penyelesaian Metode Grafik Contoh 2.3
𝑥 + 2𝑦 = 3
2𝑥 + 𝑦 = 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Penyelesaian dari sistem persamaan linear adalah titik potong kedua garis
tersebut yaitu titik (1,1). Dengan kata lain, nilai 𝑥 = 1 dan 𝑦 = 1
merupakan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel.
Metode grafik memberikan gambaran visual penyelesaian sistem
persamaan linear dua variabel, namun metode ini mudah membuat
kesalahan jika penyelesaiannya bukan bilangan bulat. Untuk menentukan
penyelesaian yang lebih tepat dan benar, digunakan ketiga metode berikut:
eliminasi, substitusi, atau campuran keduanya.
b. Metode eliminasi
Diberikan sistem persamaan linear dua variabel sebagai berikut
𝑎1𝑥 + 𝑏1𝑦 = 𝑐1
𝑎2𝑥 + 𝑏2𝑦 = 𝑐2
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode eliminasi yang
dimaksud adalah menghilangkan salah satu peubah/variabel dari sistem
persamaan dengan menyamakan koefisien dari peubah tersebut
𝑎1𝑥 + 𝑏1𝑦 = 𝑐1|× 𝑎2 → 𝑎2𝑎1𝑥 + 𝑎2𝑏1𝑦 = 𝑐1𝑎2
𝑎2𝑥 + 𝑏2𝑦 = 𝑐2|× 𝑎1 → 𝑎2𝑎1𝑥 + 𝑎1𝑏2𝑦 = 𝑐2𝑎1_
(𝑎2𝑏1 − 𝑎1𝑏2)𝑦 = 𝑐1𝑎2 − 𝑐2𝑎1
Jadi diperoleh
𝑦 =𝑐1𝑎2 − 𝑐2𝑎1
𝑎2𝑏1 − 𝑎1𝑏2
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
𝑥 =𝑐1
𝑐1𝑎2 − 𝑐2𝑎1
𝑎2𝑏1 + 𝑎1𝑏2
𝑎1
Atau dengan kata lain:
1) Untuk mengeliminasi suatu variabel, maka koefisien dari variabel
pada kedua persamaan tersebut harus sama. Jika belum sama, kalikan
terlebih dahulu dengan suatu bilangan tertentu hingga variabel
tersebut memiliki koefisien yang sama.
2) Jika variabel yang akan dieliminasi memiliki tanda yang sama, maka
operasi yang digunakan adalah pengurangan dan jika tandanya
berbeda maka gunakan operasi penjumlahan.
Contoh 2.2:
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan
{5𝑥 − 2𝑦 = 21
−𝑥 + 2𝑦 = (−9)
Jawab:
Karena koefisien pada variabel 𝑦 sama, maka kita eliminasi variabel 𝑦
diperoleh
5𝑥 − 2𝑦 = 21
−𝑥 + 2𝑦 = (−9) +
4𝑥 = 12
𝑥 = 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Eliminasi variabel x, diperoleh
5𝑥 − 2𝑦 = 21 | × 1| 5𝑥 − 2𝑦 = 21
−𝑥 + 2𝑦 = (−9)| × 5| − 5𝑥 + 10𝑦 = (−45) +
8𝑦 = −24
𝑦 = −3
Jadi, himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear
{5𝑥 − 2𝑦 = 21
−𝑥 + 2𝑦 = (−9) adalah {(3, (−3))}.
c. Metode substitusi
Misalkan terdapat sistem persamaan linear berbentuk 𝑎1𝑥 + 𝑏1𝑦 = 𝑐1
dan 𝑎2𝑥 + 𝑏2𝑦 = 𝑐2. Maksud penyelesaian sistem persamaan linear
dengan metode substitusi adalah melakukan substitusi terhadap salah
satu peubah 𝑥 atau 𝑦 dari persamaan satu ke persamaan yang lain.
𝑎1𝑥 + 𝑏1𝑦 = 𝑐1 → 𝑏1𝑦 = 𝑐1 − 𝑎1𝑥 atau 𝑦 =𝑐1
𝑏1−
𝑎1
𝑏1𝑥 disubstitusikan
pada persamaan 𝑎2𝑥 + 𝑏2𝑦 = 𝑐2 sehingga diperoleh
𝑎2𝑥 + 𝑏2 (𝑐1
𝑏1−
𝑎1
𝑏1𝑥) = 𝑐2 atau dapat ditulis (𝑎2 −
𝑏2𝑎1
𝑏1𝑏2) 𝑥 = 𝑐2 −
𝑏2𝑐1
𝑏1.
Sehingga diperoleh
𝑥 =𝑐2−
𝑏2𝑐1𝑏1
𝑎2−𝑏2𝑎1𝑏1𝑏2
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Contoh 2.3:
Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan {2𝑥 − 5𝑦 = −2
−3𝑥 + 4𝑦 = −4
Jawab:
2𝑥 − 5𝑦 = −2 ①
−3𝑥 + 4𝑦 = −4 ②
Misalkan kita akan mensubstitusi variabel x pada persamaan ②, maka
kita ubah persamaan ① menjadi:
2𝑥 − 5𝑦 = −2
↔ 2𝑥 = 5𝑦 − 2
↔ 𝑥 =5𝑦−2
2 ③
Substitusikan nilai x pada persamaan ③ ke persamaan ②, diperoleh
−3 (5𝑦−2
2) + 4𝑦 = −4
↔ −3(−2 + 5𝑦) + 8 = −8
↔ 6 − 15𝑦 + 8 = −8
↔ −7𝑦 = −8 − 6
↔ −7𝑦 = −14
↔ 𝑦 =−14
−7
↔ 𝑦 = 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Kita substitusikan 𝑦 = 2 ke persamaan ③ untuk memperoleh nilai 𝑥
𝑥 =5𝑦−2
2
𝑥 =5(2)−2
2
𝑥 =8
2
𝑥 = 4
Jadi, himpunan penyelesaian dari persamaan {2𝑥 − 5𝑦 = −2
−3𝑥 + 4𝑦 = −4 adalah
{(4,2)}.
d. Metode gabungan eliminasi dan substitusi
Terdapat sistem persamaan sebagai berikut
𝑎1𝑥 + 𝑏1𝑦 = 𝑐1
𝑎2𝑥 + 𝑏2𝑦 = 𝑐2
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan menggunakan metode
gabungan eliminasi dan susbtitusi yang dimaksud adalah melakukan
eliminasi terhadap salah satu peubah/variabel dalam persamaan yang
kemudian melakukan langkah substitusi pada salah satu persamaan atau
sebaliknya.
Contoh 2.4:
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan {𝑥 + 2𝑦 = 2𝑥 − 𝑦 = −1
.
Jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
𝑥 + 2𝑦 = 2
𝑥 − 𝑦 = −1_
3𝑦 = 3
𝑦 = 1
Kita substitusikan nilai 𝑦 ke salah satu persamaan, diperoleh
𝑥 + 2𝑦 = 2
𝑥 + 2(1) = 2
𝑥 + 2 = 2
𝑥 = 0
Maka, himpunan penyelesaian dari sistem persamaan {𝑥 + 2𝑦 = 2𝑥 − 𝑦 = −1
adalah {(0,1)}.
Sistem persamaan linear dua variabel memiliki aplikasi yang cukup
banyak dalam dunia nyata. Sebagai ilustrasi diberikan Contoh 2.5 berikut
ini.
Contoh 2.5
Sebuah industri pakaian jadi memproduksi 2 jenis pakaian yaitu pria dan
wanita. Pada saat tertentu mendapatkan hasil penjualan sebesar Rp
14.400.000 dari 120 pakaian wanita dan 100 pakaian pria. Jika terjual 90
pakaian pria dan 80 pakaian wanita, hasil penjualannya adalah Rp
11.000.000. Tentukan harga jual setiap pakaian pria dan wanita.
Pembahasan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Misalkan 𝑥 menyatakan banyaknya pakaian wanita yang terjual dan 𝑦 menyatakan
banyaknya pakaian pria yang terjual. Berdasarkan informasi diatas didapat sistem
persamaan linear dua variabel berikut:
120𝑥 + 100𝑦 = 14400000
80𝑥 + 90𝑦 = 11000000
Dengan menggunakan metode substitusi dan eliminasi diperoleh penyelesaian
sebagai berikut:
120𝑥 + 100𝑦 = 14400000 | × 2| 240𝑥 + 200𝑦 = 28800000
80𝑥 + 90𝑦 = 11000000 | × 3| 240𝑥 + 270𝑦 = 33000000 −
−70𝑦 = −4200000
𝑦 = 60000
Substitusikan nilai y di atas dalam persamaan 120𝑥 + 100𝑦 = 250000
120𝑥 + 100(60000) = 14400000
120𝑥 + 6000000 = 14400000
𝑥 = 70000
Maka penyelesaian sistem persamaan linear adalah 𝑥 = 70000 dan
𝑦 = 60000. Dengan kata lain harga penjualan baju wanita adalah Rp 70.000 dan
harga penjualan pakaian pria adalah Rp 60.000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
D. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dan terkait dengan penelitian yang peneliti
lakukan, yaitu penelitian yang menganalisis kemampuan berpikir tingkat tinggi pada
peserta didik. Penelitian yang dilakukan oleh Anjani (2017) adalah penelitian untuk
menganalisis kemampuan berpikir tingkat tinggi menurut teori Anderson dan
Krathwohl dengan subjek penelitian peserta didik kelas XI Bilingual Class System
MAN 2 Kudus dalam pokok bahasan program linier. Dalam penelitian ini, Anjani
(2017) menemukan bahwa hanya sebanyak 6.45% peserta didik (dari 31 sampel)
yang mampu menyelesaikan soal dan mencapai tahapan menganalisis. Sedangkan
peserta didik yang mencapai tahap mengevaluasi ada 67.74% dan belum ada peserta
didik yang mampu mencapai tahapan mencipta atau membuat ide baru dalam
menyelesaikan soal program linier.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Mandini dan Hartono (2018) adalah
menganalisis kemampuan kepercayaan diri peserta didik dalam mengerjakan soal
tipe HOTS model TIMSS pada peserta didik SMP di Kabupaten Wonosobo. Hasil
dari penelitian yang dilakukan Mandini dan Hartono (2018) adalah tingkat
kemampuan dan peserta didik SMP kelas VIII di Kabupaten Wonosobo dalam
mengerjakan soal HOTS model TIMSS (Trends in International Mathematics and
Science Study) masuk dalam kategori sedang (85.9%). Kemudian jika dilihat dari
masing-masng indikator dari soal HOTS model TIMSS, indikator mensistesis,
menganalisis, memberikan alasan, dan menyelesaikan masalah yang tidak rutin
berada pada kategori sedang dan terdapat sati indikator yang berada pada kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
rendah yaitu menggeneralisasi. Untuk tingkat kepercayaa diri peserta didik SMP di
Kabupaten Wonosobo juga berada pada kategori sedang (56.5%).
Penelitian lain yang mirip dilakukan oleh Gais dan Ekasatya (2017) yang
membahas tentang analisis kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal
HOTS ditinjau dari kemampuan awal matematis peserta didik. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui kemampuan peserta didik menyelesaikan soal tipe
HOTS serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil dari penelitian ini adalah
adanya pengaruh kemampuan awal peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal tipe
HOTS dimana faktor penyebab kekeliruan menjawab soal tipe HOTS adalah
kemampuan awal matematis yang rendah dengan proses pembelajaran yang tidak
maksimal. Di samping itu, hasil angket dan wawancara juga menunjukkan bahwa
kurangnya pemahaman peserta didik terhada soal, ketidaklengkapan pembacaan soal
dan kurangnya perhaian dari orang tua juga mempengaruhi peserta didik dalam
pengerjaan soal. Kemudian secara keseluruhan peserta didik dikategorikan mampu
menyelesaikan soal tipe HOTS dimana pada soal kemampuan awal aspek analisis
adalah 77.78%, aspek evaluasi 67.59% dikategorikan baik, untuk aspek mencipta
45.37% dikategorikan cukup. Pada soal post-test diperoleh untuk aspek analisis rata-
ratanya adalah 78.70%, aspek evaluasi 77.64% dan dikategorikan baik, sedangkan
untuk aspek mencipta 60.83% dikategorikan cukup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
E. Kerangka Berpikir
Kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses
belajar mengajar dimana hal ini juga menuntut peserta didik untuk mampu
menyelesaikan dan mengatasi masalah yang dihadapkan. Salah satu dari tuntutan
dalam kurikulum 2013 adalah mengajak peserta didik untuk memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang mana hal ini juga dapat juga menumbuhkan daya saing
dan meningkatkan SDM yang ada. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat diasah
melalui setiap proses pembelajaran yang dilakukan dengan mengangkat
permasalahan yang dekat dengan peserta didik. Maka dari itu, mengenal karakteristik
peserta didik dan juga daerah tempat satuan pendidikan berada sangatlah diperlukan
demi mendukung kelancaran penerapan kurikulum 2013.
Hingga saat ini, rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia juga masih
menjadi bahan pembicaraan yang ramai diperbincangkan. Kualitas pendidikan
Indonesia yang masih sangat rendah juga dapat dilihat dari posisi ketujuh yang diraih
Indonesia di ASEAN berdasarkan Education Index pada tahun 2017 dengan skor
0,622. Bank Dunia (World Bank) juga menyebutkan kualitas pendidikan di Indonesia
masih rendah. Indikator peringkat kualitas pendidikan ini tercermin dalam jumlah
kasus buta huruf (CNN Indonesia, 2018).
Salah satu cara untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik
dalam menyelesaikan soal tipe HOTS dalam materi sistem persamaan linear dua
variabel adalah dengan menganalisis. Di samping itu, dengan analisis juga dapat
diketahui sejauh hal-hal apa saja yang mempengaruhi peserta didik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
penyelesaian soal tipe HOTS. Maka dari itu peneliti menggunakan taksonomi Bloom
revisi yang disampaikan oleh Anderson & Krathwohl sebagai dasar analisis. Materi
sistem persamaan linear dua variabel merupakan materi yang dapat menggunakan
dan melibatkan permasalahan yang terjadi di sekitar peserta didik untuk membantu
memahami konsep dan lebih memahami permasalahan yang dihadapkan.
Tuntutan kurikulum
2013 mengenai
kemampuan
berpikir tingkat
tinggi
Kemampuan
berpikir tingkat
tinggi adalah salah
satu tolok ukur
kualitas pendidikan
Menganalisis
kemampuan
berpikir peserta
didik dalam
menyelesaikan soal
tipe HOTS
Kualitas
pendidikan dan
daya saing peserta
didik yang masih
rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian
yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala
yang ada (Arikunto, 2010). Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan
gambaran secara sistematis, faktual dan akurat terkait fakta, sifat dan hubungan antar
fenomena yang dihadapi. Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2014)
merupakan metode yang digunakan untuk meneliti objek pada kondisi alamiah
dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan) dengan analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil dari
penelitian kualitatif menekankan makna dibandingkan generalisasi. Penelitian
kualitatif bersifat holistik dan lebih menekankan pada proses, maka penelitian
kualitatif lebih bersifat interaktif (saling mempengaruhi) dalam melihat hubungan
antar variabel pada objek yang diteliti. Hasil dari penelitian dengan pendekatan
kualitatif biasanya berupa deskripsi atau keterangan langsung secara lisan dari pihak
yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Pangudi Luhur Leonardo Klaten pada
tahun ajaran 2019/2020. Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 27 September
2019 dimana peneliti menyerahkan surat ijin untuk melaksanakan penelitian dan
pengambilan data di kelas X. Penelitian ini berakhir pada 6 November 2019.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMK Pangudi Luhur
Leonardo Klaten jurusan Teknik Elektronika Industri tahun ajaran 2019/2020 yang
berjumlah 31 peserta didik. Objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir tingkat
tinggi peserta didik pada materi sistem persamaan linear dua variabel.
D. Bentuk Data
Data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Jenis data
kuantitatif menurut Riduwan (2008) merupakan data yang berupa angka-angka.
Dalam penelitian ini yang termasuk data kuantitatif merupakan hasil tes tertulis
peserta didik. Jenis data analisis hasil tes tertulis dan wawancara peserta didik
termasuk data kualitatif. Menurut Riduwan (2008), data kualitatif adalah data yang
berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa
kata-kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes tertulis
Peneliti memberikan soal tes tertulis pada peserta didik untuk mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada materi sistem persamaan
linear dua variabel. Tes tertulis yang diberikan oleh peneliti berupa 3 butir soal
uraian dimana masig-masing soal merupakan soal yang mewakili tingkatan HOTS
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Hasil dari tes tertulis ini merupakan
data yang akan digunakan untuk pengambilan kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada peserta didik oleh peneliti dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana respon peserta didik mengenai tes tertulis yang diberikan.
Pertanyaan-pertanyan yang akan diberikan merupakan pertanyaan yang berada
pada lingkup kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik yang bersangkutan.
Hasil dari wawancara kan digunakan untuk melengkapi data yang telah diperoleh
dari tes tertulis yang telah dilaksanakan peserta didik.
F. Instrumen Pengumpulan Data
1. Lembar soal tes
Lembar soal tes berisi soal mengenai materi sistem persamaan linear dua
variabel yang akan dikerjakan oleh peserta didik. Soal tes ini merupakan soal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
jawabannya berupa uraian dengan mengacu pada kisi-kisi yang dibuat
berdasarkan level HOTS yang bekaitan dengan materi yang akan diujikan.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Soal Tes Tertulis
No. Materi
Kelas/
Semester
Indikator Soal
Level
Kognitif
Bentuk
Soal
No.
Soal
1.
Sistem
Persamaan
Linear Dua
Variabel
X/I
Peserta didik
mampu
menentukan nilai
variabel pada
sistem
persamaan linear
dua variabel
Analisis
Uraian
1
2. Peserta didik
mampu membuat
model
matematika dari
masalah
kontekstual yang
berkaitan dengan
sistem
Evaluasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
No. Materi
Kelas/
Semester
Indikator Soal
Level
Kognitif
Bentuk
Soal
No.
Soal
persamaan linear
dua variabel
3. Peserta didik
mampu membuat
model
matematika dan
menentukan nilai
variabel pada
sistem
persamaan linear
dua variabel
Kreasi 3
2. Lembar wawancara
Wawancara yang dilakukan berpedoman pada poin-poin pokok yang akan
ditanyakan pada peserta didik yang berkaitan dengan materi yang diujikan dan
mengenai HOTS. Peneliti bebas dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
dilakukan secara terstruktur namun tetap berlandaskan pedoman yang sudah
dibuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 3.2 Panduan Umum Wawancara Peserta Didik
No. Panduan umum pertanyaan
1. Kesulitan apa saja yang dialami peserta didik selama
pengerjaan soal
2. Sejauh mana pemahaman peserta didik atas soal yang
diberikan
3. Kecukupan waktu yang diberikan untuk mengerjakan
soal
G. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas dilaksanakan guna memastikan bahwa instrumen yang akan
digunakan untuk pengambilan data sudah valid. Uji validitas instrumen ini dilakukan
oleh ahli yang sudah menguasai materi terkait penelitian. Peneliti memberikan soal,
kisi-kisi beserta kunci jawaban yang digunakan sebagai instrumen yang kemudian
dicek dan di revisi (jika dinyatakan adanya revisi).
Uji validitas pada instrumen yang digunakan pada penelitian ini melibatkan
dua validator ahli. Validator ahli yang telah memvalidasi instrumen merupakan
dosen Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yaitu Bapak Febi Sanjaya,
M.Sc dan Ibu C.Novella Krisnamurti, M.Sc. Hasil validasi instrumen menyatakan
bahwa instrumen layak digunakan dengan revisi (rincian dapat dilihat pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
lampiran). Revisi yang diberikan terkait dengan kisi-kisi dan kunci jawaban dari
soal yang dibuat.
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis hasil tes tertulis
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun data yang
diperoleh melalui wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi secara
sistematis dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori dan menyusun
data ke dalam pola, memilih data yang penting dan akan dipelajari serta
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain
(Sugiyono, 2014). Analisis dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta
didik dalam menyelesaikan soal tipe HOTS serta mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan peserta didik tidak dapat menyelesaikan soal-soal tipe HOTS.
Dalam hal ini data yang dianalisis merupakan hasil dari pekerjaan peserta didik
dan juga akan dilengkapi dengan hasil wawancara peserta didik yang
bersangkutan.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisis data lebih lanjut dari
proses pengerjaan soal tipe HOTS yang diberikan dan juga dari wawancara.
Penjelasan lebih lengkap untuk proses analisis data menurut Miles dan
Huberman dalam penelitian kualitatif dijelaskan berikut ini (Sugiyono, 2014):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data merupakan proses merangkum, memilih poin-poin pokok
dan memfokuskan hal-hal yang penting saja serta mengesampingkan hal
lain yang tidak diperlukan. Data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas sehingga akan mempermudah proses
pengumpulan data selanjutnya. Pada penelitian ini, reduksi data dilakukan
pada hasil tes tertulis dan hasil wawancara yang dilakukan pada peserta
didik. Reduksi data membantu dalam menggolongkan, mengarahkan dan
mengorganisasikan data yang berkaitan dengan fokus penelitian.
b. Penyajian Data (Data Display)
Pada penelitian kualitatif data dapat disajikan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar ketegori, flowchart dan sejenisnya. Namun
penyajian data kualitatif yang paling sering digunakan adalah penyajian
data berupa uraian dengan teks yang bersifat naratif. Hal tersebut juga
diungkapkan oleh Miles dan Hiberman (1984) (Sugiyono, 2014) “the most
frequent form of display data for qualitative research data in the past has
been naratuve text”. Penyajian data dalam penelitian kualitatif termasuk
proses klasifikasi data dan identifikasi data, menuliskan kumpulan data
yang terorganisir dan terkategori sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Penyajian data diharapkan dapat mempermudah dalam memahami tahapan
yang akan terjadi dan juga perencanaan yang akan dilakukan pada tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
berikutnya. Pada penelitian ini penyajian data berupa hasil tes tertulis
peserta didik dan hasil wawancara peneliti dengan peserta didik.
c. Verifikasi (Verification)
Menurut Miles dan Huberman, langkah berikutnya dalam proses analisis
data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang bersifat sementara dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data. Pada penelitian
kualitatif, kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada. Penemuan baru dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu
objek yang sebelumnya belum jelas sehingga akan menjadi lebih jelas lagi
setelah dilaksanakan penelitian.
Di samping itu, dari hasil tes tertulis peserta didik akan dikategorisasikan
menjadi tiga, yaitu peserta didik dengan kemampuan rendah, peserta didik dengan
kemampuan sedang dan peserta didik dengan kemampuan tinggi.
Berikut penghitungan kategorisasi yang dilakukan peneliti menggunakan
standar deviasi/simpangan baku dengan rumus
𝑆 = √𝑛 ∑ 𝑥𝑖
2 − (∑ 𝑥𝑖)2
𝑛(𝑛 − 1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Keterangan:
S : standar deviasi/simpangan baku
n : jumlah data
𝑥𝑖 : nilai yang diperoleh masing-masing peserta didik
Dengan menggunakan penghitungan standar deviasi di atas, peneliti
akan memilih 5 peserta didik dari ketiga kategori yang akan menjadi subjek
wawancara sebagai pernyataan penguat dari hasil tes tertulis yang telah
mereka kerjakan. Peserta didik dengan kemampuan rendah merupakan
peserta didik dengan nilai rata-rata dikurangkan dengan standar deviasi ke
bawah. Kelompok sedang adalah peserta didik yang mempunyai nilai
diantara kelompok tinggi dan kelompok rendah. Sedangkan peserta didik
yang masuk dalam kelompok tinggi merupakan peserta didik yang
mencapai nilai sebesar nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi
keatas (Arikunto, 2012).
Tabel 3.3 Kategorisasi Kemampuan Peserta Didik
Rentang Nilai Kategori
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 ≤ �̅� − 𝑆𝐷 Kemampuan rendah
�̅� − 𝑆𝐷 < 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 < �̅� + 𝑆𝐷 Kemampuan sedang
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 ≥ �̅� + 𝑆𝐷 Kemampuan tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Keterangan:
�̅� : nilai rata-rata kelas
𝑆𝐷 : standar deviasi
2. Analisis hasil wawancara
Peserta didik yang dipilih sebagai subjek wawancara merupakan
peserta didik yang dipilih sesuai kategorisasi yang sudah ditentukan yaitu
peserta didik dengan kemampuan rendah, peserta didik dengan kemampuan
sedang dan peserta didik dengan kemampuan tinggi. Kategorisasi peserta
didik tersebut berdasarkan nilai yang mereka peroleh dari hasil tes tertulis
yang sudah mereka kerjakan. Setelah memasukkan nilai dari masing-masing
peserta didik, peneliti menghitung standar deviasi dari nilai tersebut untuk
mengkategorisasikan peserta didik ke dalam 3 kategori yang sudah
disebutkan di atas.
Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis hasil
wawancara mengacu juga pada teori yang disampaikan oleh Miles dan
Huberman yang disampaikan dalam Sugiyono (2014) dalam proses analisis
data kualitatif. Berikut penjelasan teknik analisis data hasil wawancara yang
dilakukan:
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan poin-poin yang penting dan
relevan. Pemilihan ini akan membantu peneliti dalam mengarahkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
mengorganisasikan data yang menjadi fokus penelitian. Data hasil
wawancara dipilih berdasarkan data/percakapan yang ada kaitannya
dengan hasil tes tertulis yang sudah dikerjakan. Data yang direduksi
akan mempermudah peneliti dalam mengorganisasikan data yang
saling berkaitan dan kemudian untuk ditarik kesimpulan berdasarkan
hasil tes tertulis dan hasil wawancara.
b. Penyajian data
Penyajian data hasil wawancara berupa uraian teks yang bersifat naratif.
Dalam proses ini, termasuk di dalamnya klasifikasi data dan identifikasi
data. Penyajian ini diharapkan dapat mempermudah dalam memahami
tahapan baik yang akan terjadi maupun perencanaan tahapan yang akan
dilakukan berikutnya.
c. Verifikasi
Verifikasi data diperlukan untuk mengklarifikasi data yang telah
diperoleh pada proses. Kesimpulan awal yang diambil dapat berubah
jika seiring berjalannya waktu diperoleh bukti-bukti lain sebagai
penguat hasil penelitian. Hasil wawancara yang dilakukan merupakan
bukti yang digunakan sebagai penguat hasil tes tertulis yang sudah
dilakukan oleh peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB IV
ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMK Pangudi Luhur Leonardo Klaten di
kelas X Teknik Elektronika Industri tahun ajaran 2019/2020 pada materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Penelitian diawali dengan wawancara dan
observasi singkat mengenai proses belajar mengajar dalam kelas dengan guru mata
pelajaran. Penelitian dilakukan bersamaan dengan penyelesaian instrumen yang akan
digunakan untuk pengambilan data. Setelah instrumen sudah selesai dibuat dan juga
disetujui oleh dosen pembimbing maupun validator peneliti mulai mengambil data
di kelas X Teknik Elektronika Industri SMK Pangudi Luhur Leonardo Klaten.
Pengambilan data berupa pembagian instrumen tes tertulis dan wawancara singkat
dengan beberapa peserta didik. Untuk pengerjaan tes tertulis, peneliti memberikan
waktu 50 menit untuk menyelesaikan soal tes. Sedangkan untuk wawancara, peneliti
menggunakan waktu secukupnya dan seefisien mungkin dalam menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan.
Tabel 4.1 Pelaksanaan Penelitian
No. Hari,Tanggal Kegiatan
1. Selasa, 1 Oktober 2019 Wawancara guru mata pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
No. Hari,Tanggal Kegiatan
2. Senin, 14 Oktober 2019
Selasa, 15 Oktober 2019
Observasi proses belajar mengajar di
kelas
3. Senin, 4 November 2019 Pelaksanaan tes tertulis
4. Selasa, 5 November 2019 Wawancara subjek penelitian
1. Pada wawancara guru mata pelajaran, peneliti menanyakan beberapa
pertanyaan pada Bapak Pudji selaku guru mata pelajaran matematika untuk
kelas X dan juga Ibu Shanti selaku wali kelas X Teknik Elektronika Industri
angkatan 2019/2020 dan juga merupakan guru matematika kelas XII. Berikut
ini merupakan kutipan hasil wawancara peneliti dengan Pak Pudji dan Bu
Shanti yang dilaksanakan pada hari yang sama namun dalam waktu yang
berbeda.
Dari wawancara dengan Pak Pudji, peneliti endapatkan informasi bahwa kelas
Elektronika Industri lebih tinggi kemampuan menerima materi dibandingkan
dengan kelas yang lain. Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa pada
penerimaan peserta didik, untuk kelas Elektronika Industri juga
mempertimbangkan nilai akademik mata pelajaran matematika dikarenakan
banyaknya mata pelajaran yang harus berkaitan dengan matematika,
khususnya menghitung dengan tepat. Sedangkan, ketika wawancara dengan
Bu Shanti, poin utama yang diperoleh peneliti adalah bahwa peserta didik laki-
laki lebih cepat tanggap dalam menerima materi yang diberikan guru (setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mata pelajaran) dibandingkan peserta didik perempuan. Selain itu nilai dari
peserta didik laki-laki juga lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik
perempuan.
2. Observasi proses belajar mengajar di kelas dilaksanakan pada hari Senin 14
Oktober 2019 dan Selasa 15 Oktober 2019. Tahap ini dilaksanakan untuk
mengetahui bagaimana peserta didik mengikuti proses belajar mengajar
dengan guru di dalam kelas. Dari observasi yang dilakukan, diketahui bahwa
oeserta didik mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik. Mereka
mendengarkan dan mencatat dengan baik. Model pembelajaran yang
dilakukan merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
center). Model pembelajaran teacher center merupakan metode pembelajaran
satu arah dimana guru berperan aktif selama proses belajar mengajar, hal ini
nampak dari aktifitas pembelajaran mulai dari memberikan materi hingga
proses penilaian guru sangat berperan aktif. Peserta didik dalam kelas hanya
mencatat apa yang disampaikan maupun dituliskan di papan tulis. Namun saat
peneliti membantu mengawasi peserta didik untuk mengerjakan latihan soal
yang diberikan oleh guru, beberapa peserta didik masih ada yang belum
paham mengenai materi yang diberikan guru dan metode yang harus
digunakan dalam menyelesaikan soal. Meskipun demikian, peserta didik
enggan untuk bertanya baik pada guru maupun pada peneliti. Di samping itu,
kondisi kelas tetap kondusif meskipun guru tidak bersama dengan peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
didik di dalam kelas. Hasil pengamatan lain yang dilakukan peneliti adalah
peserta didik laki-laki lebih aktif dibandingkan dengan yang perempuan dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas, baik dalam bertanya maupun dalam
mengerjakan soal di papan tulis.
3. Pelaksanaan tes tertulis dilakukan di dalam kelas setelah sebelumnya
disepakati bersama guru dan peserta didik. Pelaksanaan tes tertulis bersifat
buku tertutup karena guru juga ingin mengetahui sejauh mana pemahaman
peserta didik mengenai materi yang telah diberikan. Seperti kebiasaan yang
dilakukan, peserta didik diberikan waktu 10 menit untuk mengingat kembali
dan bertanya mengenai materi yang telah diberikan sebelumnya baik pada
teman maupun pada guru. Kemudian, peserta didik diberikan waktu 50 menit
untuk mengerjakan soal tes. Sampai pada 15 menit terakhir, beberapa peserta
didik mulai kurang antusias dalam mengerjakan soal yang diberikan. Hal ini
juga dapat dilihat pada soal nomor 2 dan 3, banyak peserta didik yang tidak
tuntas dalam mengerjakan soal yang diberikan. Pelaksanaan tes tertulis
berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Semua peserta didik
mengumpulkan lembar jawab tepat waktu, dan sisa waktu yang tersedia
digunakan untuk menyampaikan materi yang akan diberikan di pertemuan
yang akan datang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
4. Wawancara peserta didik dilaksanakan pada hari Selasa, 5 November 2019.
Pada saat memilih peserta didik untuk di wawancarai, peneliti sedikit
kebingungan. Hal ini dikarenakan hasil tes tertulis yang dikerjakan peserta
didik berada di bawah KKM. Akan tetapi peneliti dibantu oleh guru mata
pelajaran dalam memilih peserta didik yang dijadikan subjek wawancara.
Wawancara ini dilakukan setelah peneliti memeriksa jawaban peserta didik
dan kemudian dipilih 5 peserta didik yang termasuk dalam kategori peserta
didik dengan kemampuan rendah, sedang dan tinggi. Proses wawancara
berjalan dengan baik, peneliti memberikan pertanyaan sesuai dengan acuan
yang telah dibuat sebelumnya. Jika peserta didik merasa kesulitan dengan
bahasa yang digunakan peneliti, maka peneliti akan menjelaskan dengan
bahasa sehari-hari agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
B. Penyajian Data
Data dari penelitian yang diperoleh merupakan hasil dari tes tertulis dan juga
hasil wawancara peserta didik. Kedua data ini yang akan disajikan sebagai hasil
penelitian yang dilaksanakan. Berikut penyajian data hasil penelitian yang telah
dilaksanakan.
1. Hasil tes
Pengumpulan data dari tes tertulis menghasilkan nilai peserta didik dalam
mengerjakan soal tipe HOTS pada materi SPLDV. Instrumen yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
peneliti merupakan instrumen soal uraian yang terdiri dari nomor dan masing-
masing nomor mewakili tingkatan HOTS (menganalisis, mengevaluasi dan
mengkreasi). Berikut merupakan tabel hasil tes dari 31 peserta didik kelas X
Teknik Elektronika Industri yang diuraikan skor pada setiap nomornya.
Tabel 4.2 Penilaian Hasil Tes Tertulis
Subjek
Skor Skor
total
Nilai
1 2 3
PD1 15 0 0 15 40
PD2 18 5 3 26 62
PD3 18 5 5 28 66
PD4 16 0 4 20 50
PD5 18 5 4 27 64
PD6 5 2 0 7 24
PD7 13 5 8 26 62
PD8 18 5 0 23 56
PD9 8 0 4 12 34
PD10 18 5 5 28 66
PD11 5 6 0 11 32
PD12 10 1 0 11 32
PD13 15 0 0 15 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Subjek
Skor Skor
total
Nilai
1 2 3
PD14 3 0 3 6 22
PD15 18 5 0 23 56
PD16 10 0 4 14 38
PD17 6 6 3 15 40
PD18 7 3 0 10 30
PD19 18 0 4 22 54
PD20 10 0 0 10 30
PD21 16 0 0 16 42
PD22 2 1 0 3 16
PD23 13 5 3 21 52
PD24 8 0 0 8 26
PD25 5 0 3 8 26
PD26 16 4 4 24 58
PD27 18 5 3 26 62
PD28 18 5 3 26 62
PD29 9 4 4 17 44
PD30 16 5 2 23 56
PD31 16 4 4 24 58
Rata-rata
45,16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Soal yang diberikan peneliti, memiliki total skor 45 dengan masing-masing skor
untuk tiap nomor yang dikerjakan dengan benar dan tepat adalah 18 untuk nomor 1, 9
untuk nomor 2 dan 18 skor untuk nomor 3. Jika peserta didik mengerjakan soal dengan
benar dan tepat pada setiap nomornya, maka peserta didik akan mendapat nilai 100.
Dalam penskoran, peneliti juga mempertimbangakan jawaban yang diberikan peserta
didik. Penskoran yang diberikan peneliti juga sudah disesuaikan dengan skor yang
diajukan pada instrumen yang sudah di validasi oleh Bapak Febi dan juga Ibu Novella.
Dari tabel hasil pengerjaan tes tertulis peserta didik, dapat dilihat bahwa peserta
didik masih berada dibawah KKM. Namun demikian, dapat dilihat pula bahwa skor yang
diperoleh peserta didik untuk soal nomor 1 lebih tinggi dibandingkan dengan skor yang
diperoleh untuk soal nomor 2 maupun nomor 3. Bahkan, untuk soal nomor 1 terlihat
bahwa beberapa peserta didik mampu untuk mencapai skor maksimal dari nomor 1, yaitu
18. Sedangkan untuk soal nomor 2 dan 3, banyak peserta didik yang tidak mendapatkan
skor maksimal, baik karena peserta didik tidak mengerjakan soal yang diberikan ataupun
jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan
hasil penghitungan, rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik dalam tes tertulis adalah
45,29. Sehingga diperoleh standar deviasinya sebesar 15,25.
Tabel 4.3 Kategorisasi Peserta Didik
Rentang Nilai Kategori Jumlah Peserta Didik
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 ≤ 30,04 Kemampuan rendah 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Rentang Nilai Kategori Jumlah Peserta Didik
30,04 < 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 < 60,55 Kemampuan sedang 17
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 ≥ 60,55 Kemampuan tinggi 7
Berikut penjelasan tingkatan HOTS pada soal tes yang digunakan
a. Menganalisis
Tahap menganalisis terdapat pada soal nomor satu, dimana peserta didik
dihadapkan pada permasalahan yang kerap kali mereka temui dalam
kehidupan sehari-hari yaitu pembelian alat tulis. Berikut merupakan
permasalahan yang diberikan pada soal nomor 1:
Lima buah pena diberi harga Rp 11.250. Dengan uang Rp 10.000
Anton dapat membeli 3 buah pena dan 3 buah penghapus serta
masih menyisakan uang sebanyak Rp 1.150. Jika Renza memiliki
uang Rp 17.000 dan ia ingin membeli 5 buah penghapus, berapa
banyaknya pena yang dapat dibeli Renza dengan uang kembalian
paling sedikit?
Pada soal nomor 1 peserta didik diminta untuk mencari harga dari masing-
masing penghapus dan pena yang dapat mereka temukan dari dua
persamaan yang sudah ada. Namun pada soal nomor satu, persamaan yang
diberikan tidak secara langsung disampaikan sehingga peserta didik
diminta untuk menganalisis setiap kalimat yang diberikan untuk bisa
mendapatkan persamaan yang dibutuhkan/yang akan digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
memperoleh nilai masing-masing harga penghapus dan pena. Persoalan
yang diberikan peneliti pada soal nomor 1 mencakup hal-hal yang
menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisir dan
menemukan makna tersirat dalam soal yang diberikan. Hal ini juga
bersesuaian dengan cakupan dimensi berpikir menganalisis (C4). Peserta
didik akan memeperoleh nilai maksimal jika peserta didik mampu
menguraikan kalimat dalam soal dan kemudian menuliskan apa yang
diketahui dan ditanyakan dalam soal. Untuk penyelesaian akhir, peserta
didik harus mampu memperoleh nilai variabel yang ditanyakan pada soal.
b. Mengevaluasi
Tahap mengevaluasi terdapat pada nomor dua soal tes tertulis yang
diberikan. Peneliti memberikan soal yang kemudian juga memberikan
jawaban dari sudut pandang peneliti, kemudian disini peserta didik diminta
untuk mengevaluasi jawaban yang sudah diberikan peneliti. Setelah
mengevaluasi jawaban yang diberikan, peserta didik diminta untuk
memperbaiki kesalahan yang ada agar jawaban menjadi benar dan tepat.
Berikut merupakan permasalahan yang diberikan pada soal nomor 2:
Sebuah dealer mobil menjual dua jenis mobil merk A dan B yang
harga masing-masing mobil adalah Rp 176.500.000 dan Rp
181.500.000. Dalam pembukuan, tercatat jumlah mobil yang
terjual selama bulan Agustus adalah 120 unit mobil dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
penjualan mobil A adalah sepertiga kali penjualan mobil B. Jika
pendapatan yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 21.630.000.000,
berikut penghitungan jumlah masing-masing unit mobil yang
terjual: (jawaban yang diberikan peneliti dapat dilihat dalam
lampiran)
Apakah perhitungan jumlah mobil yang terjual di atas sudah benar?
Jika belum, bagaimana penyelesaian yang seharusnya?
Pada permasalahan ini, peneliti memberikan jawaban untuk dikoreksi
terlebih dahulu oleh peserta didik (dapat dilihat di lampiran soal dan kunci
jawaban). Kemudian peserta didik diminta untuk mengambil keputusan,
apakah jawaban yang tersedia sudah benar atau belum. Langkah
selanjutnya peserta didik diminta untuk mengkritisi dan kemudian
membenarkan atau menyalahkan jawaban yang telah tersedia. Soal nomor
2 yang diberikan telah mencakup aspek kemampuan berpikir tingkat tinggi
yaitu kemampuan untuk berargumen (reasoning) dan kemampuan untuk
mengambil keputusan (decision making). Sehingga untuk soal nomor 2,
peserta didik dinilai dalam memberikan argumen/ pendapatnya mengenai
jawaban yang disediakan peneliti dan kemudian mengambil keputusan
untuk membenarkan jawaban atau mengkoreksinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
c. Mencipta
Tahap mencipta terdapat pada soal nomor tiga. Pada tahap ini, peserta
didik diminta untuk dengan teliti menelaah soal yang diberikan sehingga
pada jawaban yang diberikan peserta didik dapat membuat persamaan
yang dimaksudkan. Permasalahan yang diberikan pada soal nomor 3
adalah sebagai berikut:
Enzy ingin berlibur ke Bandung bersama kelima temannya.
Kemudian Enzy memesan tiket kereta api Lodaya 81 jurusan
Yogyakarta-Bandung secara online. Karena adanya promo, maka
pembelian tiket dibatasi. Karena itu Enzy pergi ke stasiun kereta
api untuk membeli kekurangan tiket yang diperlukan. Dengan
menghabiskan uang Rp 900.000, tiket yang dibeli secara online
oleh Enzy jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
tiket yang dibelinya di stasiun kereta api secara langsung. Untuk
keberangkatan di hari yang sama, Septian membeli tiket kereta api
Lodaya 81 sebanya 6 buah. Namun, dengan menghabiskan uang
Rp 900.000 jumlah tiket yang dibeli secara online oleh Septian
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tiket yang dibelinya
secara langsung. Menurut anda, apakah harga tiket kereta api yang
dibeli Enzy dan Septian secara online maupun secara langsung
selalu sama? Jelaskan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Pada soal nomor 3, kemampuan untuk berpikir kreatif (creative thinking)
sangatlah diperlukan untuk memecahkan permasalahan. Hal ini
dikarenakan peserta didik diminta untuk dapat membuat beberapa model
matematika dari permasalahan yang dihadapkan pada persoalan nomor 3.
Selain itu, peserta didik juga diharapkan dapat memasangkan persamaan
yang telah dibuat dengan tepat. Dengan demikian akan diperoleh nilai
masing-masing variabel dari sistem persamaan yang telah dibuat peserta
didik.
2. Hasil wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan pada dua subjek yaitu guru
mata pelajaran dan peserta didik dan juga digunakan sebagai pelengkap
data analisis yang tidak dapat diperoleh selama proses pengerjaan tes
tertulis. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran memberikan
gambaran tentang proses belajar mengajar dalam kelas X Teknik
Elektronika Industri dan juga bagaimana kondisi peserta didik. Peneliti
mengambil 5 sampel dari 31 peserta didik yang mengikuti tes tertulis.
C. Analisis
1. Analisis Hasil Tes Tertulis
Hasil dari analisis tes tertulis yang dilaksanakan oleh peserta didik adalah
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
a. Butir soal nomor 1 (tahap menganalisis)
Dalam tahap menganalisis peserta didik diminta untuk menelaah
informasi yang ada dan kemudian mengolah kembali informasi tersebut
agar menjadi struktur yang lebih kecil dan lebih mudah untuk dipahami.
Pada butir soal nomor 1, sebanyak 9 peserta didik dapat menjawab dengan
benar (skor penuh) dan juga terdapat 12 peserta didik yang dapat
menjawab soal namun masih belum tepat. Dari 12 peserta didik dengan
poin di atas 10, kesalahan yang terdapat pada lembar jawab yang
dikumpulkan adalah kekurang telitian peserta didik dalam menghitung
perkalian maupun pembagian. Ada juga peserta didik yang sudah
menjawab dengan benar namun kesimpulan yang diberikan masih kurang
tepat. Terdapat pula peserta didik yang benar dalam memberikan
persamaan dan mensubtitusikan persamaan dengan tepat, namun dalam
penghitungannya masih kurang teliti sehingga jawaban yang diberikan
salah. Beberapa kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam
mengerjakan soal nomor 1 adalah pemahaman kalimat, ketelitian dalam
mensubstitusi maupun menghitung dan ketepatan dalam memberikan
kesimpulan atas jawaban yang disampaikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Gambar 4.1 Contoh Jawaban Nomor 1 Peserta Didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 4.2 Contoh Jawaban Nomor 1 Peserta Didik
Dari dua contoh jawaban di atas, terlihat bahwa peserta didik dapat
menjawab dengan benar soal yang diberikan. Akan tetapi peserta didik
masih belum dapat membuat persamaan dalam bentuk permisalan.
Sehingga pada jawaban yang diberikan peserta didik masih menuliskan
“1 buah pena = 11250: 5 = 2250” tidak dengan permisalan “misalkan
harga sebuah pena adalah 𝑥, maka 𝑥 = 11250: 5 = 2250”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar 4.3 Contoh Jawaban Nomor 1 Peserta Didik
Dari contoh jawaban di atas, nampak bahwa peserta didik paham
mengenai langkah-langkah pengerjaan apa yang harus dilakukan. Akan
tetapi peserta didik masih tidak menuliskan apa yang diketahui dari soal
dan mensubtitusikan angka dengan tepat. Dengan demikian, dapat
diambil kesimpulan bahwa peserta didik mampu menentukan nilai
variable pada sistem persamaan yang diberikan namun belum paham
dalam menguraikan kalimat dari soal yang diberikan untuk
menjadikannya lebih sederhana.
b. Butir soal nomor 2 (tahap mengevaluasi)
Pada butir soal nomor 2, tidak ada peserta didik yang dapat menjawab soal
dengan tepat dan benar. Dari peserta didik yang mengisi jawaban untuk
butir soal nomor 2, mereka langsung menuliskan apa yang diketahui dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
soal dan apa yang ditanyakan. Padahal sebelumnya mereka diminta untuk
mengkoreksi terlebih dahulu dan kemudian memberikan argumen
mengenai jawaban yang disampaikan dalam soal sudah benar atau belum.
Setelah itu, jika peserta didik menyatakan bahwa jawaban masih salah,
peserta didik diminta untuk memberikan pembenaran atas kesalahan yang
dibuat peneliti.
Gambar 4.4 Contoh Jawaban Nomor 2 Peserta Didik
Salah satu contoh jawaban peserta didik di atas merupakan peserta didik
yang tidak memberikan pendapatnya terlebih dahulu mengenai jawaban
yang tersedia, sudah benar atau masih terdapat kesalahan. Peserta didik
langsung memberikan jawabannya sendiri, akan tetapi disini peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
masih tidak tepat dalam menuliskan jawaban dan kesimpulan. Hal ini
dikarenakan peserta didik masih kurang memahami kalimat soal yang
diberikan, dimana peneliti sudah memberikan clue bahwa penjualan mobil
A adalah sepertiga kali penjualan mobil B. Pada kesimpulan peserta didik
menuliskan hasil penjualan mobil A adalah 40 unit dan penjualan mobil B
adalah 80 unit.
Gambar 4.5 Contoh Jawaban Nomor 2 Peserta Didik
Pada jawaban peserta didik di atas, peserta didik memberikan argumennya
bahwa jawaban yang diberikan peneliti sudah benar. Namun argumen
yang diberikan bukan berdasarkan penghitungan yang diberikan peneliti,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
akan tetapi hasil akhir penjualan banyaknya unit mobil A dan mobil B
dikalikan dengan harga satuan masing-masing mobil tersebut.
c. Butir soal nomor 3 (tahap mengkreasi)
Pada tahap mengkreasi yang terdapat pada soal nomor 3, peserta didik juga
tidak ada yang dapat memberikan jawaban dengan benar maupun
menuliskan apa yang diketahui dari soal dan apa yang ditanyakan. Namun
ada satu peserta didik yang memberikan jawaban untuk soal nomor 3
meskipun dengan jawaban yang diberikan belum benar dan langkah-
langkah dari jawaban tersebut kurang tepat. Sedangkan peserta didik yang
lain tidak memberikan jawaban untuk soal nomor 3 maupun menuliskan
apa yang diketahui dan ditanyakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 4.6 Contoh Jawaban Nomor 3 Peserta Didik
Gambar 4.6 merupakan satu-satunya peserta didik yang memberikan
jawaban dengan menggunakan penghitungan. Peserta didik tersebut
menyimpulkan bahwa harga tiket sama dan mendapatkan nilai
penghitungan benar yaitu 𝑥 = 𝑅𝑝 150.000 dan 𝑦 = 𝑅𝑝 150.000.
Meskipun masih belum tepat, namun peserta didik mampu memunculkan
persamaan dari soal yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Gambar 4.7 Contoh Jawaban Nomor 3 Peserta Didik
Dari contoh jawaban di atas, nampak bahwa peserta didik masih belum
mampu memahami soal yang diberikan sehingga peserta didik tidak
mampu menyelesaikan soal yang diberikan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar peserta didik masih belum mampu
mencapai tahap mengkreasi.
Jika dilihat secara keseluruhan, maka persentase kemampuan
peserta didik dalam menyelesaikan soal tipe HOTS dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.4 Persentase Kemampuan HOTS Peserta Didik
Tingkatan HOTS Jumlah Peserta
Didik
Persentase
Menganalisis 21 67,74%
Mengevaluasi 0 0
Mengkreasi 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Untuk tahap menganalisis terdapat 21 peserta didik yang mampu
menyelesaikan permasalahan yang diberikan dengan persentase 67,74%
dari total 31 peserta didik yang mengikuti tes tertulis. Untuk tahap
mengevaluasi tidak ada satupun peserta didik yang mampu memberikan
jawaban dengan benar, sedangkan terdapat 1 peserta didik yang hampir
dapat mencapai tahap mengkreasi dari total keseluruhan 31 peserta didik
yang mengikuti tes tertulis.
2. Analisis Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap 5 peserta didik. Kelima peserta didik tersebut
merupakan dua peserta didik yang masuk kategori kemampuan rendah, dua
peserta didik termasuk kategori kemampuan sedang dan satu peserta didik
merupakan peserta didik berkemampuan tinggi. Dari wawancara yang
dilakukan peneliti kepada 5 peserta didik, berikut merupakan kutipan hasil
wawancara yang dilakukan.
Tabel 4.5 Kutipan Hasil Wawancara Peserta Didik
Pertanyaan Subjek Jawaban
Apakah waktu yang
diberikan cukup untuk
mengerjakan soal?
PD31 Cukup
PD13 Kalo waktunya sih cukup mbak
PD14 Nggak cukup mbak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Pertanyaan Subjek Jawaban
PD16
Kurang, kurang banyak buat
ngerjainnya
PD26 Sisa, cukup mbak
Dari soal nomor 1, kamu
paham tidak dengan soal yang
diberikan?
Ada kesulitan nggak ketika
mengerjakan?
PD31 Paham mbak.
Kalo nomor 1 enggak ada.
PD14
Yang ditanyakan uang kembalian
mbak, tapi bingung paling sedikit
itu gimana.
PD16
Yang pertamanya agak sulit
sedikit, nulisnya yang
diketahuinya
PD26 Mencari uang kembalian paling
sedikit.
Bingung ini yang berapa pena
yang dapat dibeli Renza dengan
uang kembalian paling sedikit.
Dari soal nomor 1 sampai 3,
paham nggak maksud dari
soalnya? Kesulitan
PD13
Paling susah nomor 2 mbak. Kalo
nomor 1 sama 3 agak paham.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Pertanyaan Subjek Jawaban
mengerjakan soal di bagian
mana?
Kalo ngerjain soal cerita itu sulit
memahaminya.
Untuk soal nomor 2, kamu
paham nggak dengan maksud
soalnya?
Ada kesulitan dalam
mengerjakannya tidak?
PD31
Paham mbak.
Kalo nomor 2, ini (hasil
penjualan) dikali harganya.
PD14
Nggak ngerti mbak disuruh
ngapain.
Nomor 2 nggak bisa nulis
diketahuinya.
PD16
Disuruh ngecek ini dulu udah
bener apa belum, ya kalo belum
disuruh ngitung lagi.
Ngoreksinya sulit sebenernya,
jadi ya saya hitung lagi.
PD26 Kalo belum bener diminta untuk
cari penyelesaiannya, kalo sudah
nggak perlu dijelasin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Pertanyaan Subjek Jawaban
Untuk soal nomor 3, kamu
paham maksud dari soalnya
apa?
Kesulitan mengerjakannya
dimana?
PD31
Belum paham. Aku taunya yang
dicari harganya mbak, harga
masing-masing tiket.
PD14
Nggak tau yang ditanyakan apa
mbak.
PD16
Nggak tau, bingung. Belum
paham kalo nomor 3.
PD26 Belum tau.
Dilihat dari kutipan hasil wawancara di atas, peserta didik
mengungkapkan bahwa waktu yang diberikan untuk pengerjaan soal cukup dan
hal tersebut juga dapat dilihat dari keterselesaian peserta didik dalam mengerjakan
soal yang diberikan. Hanya ada beberapa peserta didik yang mengosongkan
jawaban untuk soal nomor 2 ataupun nomor 3. Cukupnya waktu yang diberikan
juga peneliti lihat ketika peserta didik melaksanakan tes tertulis, ketika waktu
untuk mengerjakan masih tersisa peserta didik sudah mulai tidak mengerjakan
soal yang diberikan.
Ketika peserta didik ditanya mengenai pemahaman mereka tentang soal
nomor 1 yang diberikan, mereka menjawab paham. Untuk kesulitan yang mereka
hadapi dalam mengerjakan nomor 1, ada peserta didik yang menjawab kesulitan
bagian memahami kalimat “uang kembalian paling sedikit”. Disini, peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
tidak paham bagaimana paling sedikit yang dimaksud, namun saat wawancara
peneliti mencoba bertanya kembali secara lisan dengan sedikit penjelasan maksud
“paling sedikit” dalam kalimat yang dimaksud.
Untuk soal nomor 2, peserta didik ada yang menjawab paham akan
maksud soal yang diberikan. Namun penjelasan berikutnya dari peserta didik
belum membuktikan bahwa peserta didik paham dengan maksud soal. Ada pula
peserta didik yang memahami soal yang dimaksud, dimana mereka diminta untuk
mengkoreksi terlebih dahulu jawaban yang disediakan peneliti dan kemudian
diminta untuk memberikan pendapat mereka apakah jawaban sudah benar atau
belum. namun pada lembar jawab peserta didik tersebut, jawaban yang diberikan
masih salah. Adapula peserta didik yang menjawab kalau dia tidak memahami apa
maksud dari soal nomor 2.
Sedangkan ketika peneliti bertanya mengenai pemahaman peserta didik
untuk soal nomor 3, peserta didik menjawab bahwa mereka tidak paham. Lebih
tepatnya, peserta didik menyampaikan bahwa mereka tidak mengerti apa yang
ditanyakan. Adapula peserta didik yang menyampaikan bahwa dirinya merasa
kesulitan untuk memahami soal cerita pada materi apapun.
Peserta didik merasakan bahwa kesulitan yang mereka alami pada saat
mengerjakan soal yang diberikan peneliti adalah karena mereka belum pernah
mendapatkan soal tersebut, terutama untuk soal seperti nomor 2. Pada soal nomor
3, sebagian besar peserta didik menjawab pertanyaan dengan menggunakan logika
yang mereka temukan sehari-hari. Misalkan peserta didik menyebutkan kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
harga tiket kereta jika dibeli secara online pasti lebih mahal dibandingkan dengan
tiket yang dibeli secara langsung di stasiun kereta api. Atau adapula peserta didik
yang menyampaikan bahwa harga promo sudah pasti lebih murah dibandingkan
dengan harga tiket seperti biasanya.
D. Pembahasan
Thomas dan Thorne (2009) menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi
adalah berpikir pada level yang lebih tinggi daripada hanya mengingat fakta atau
menceritakan kembali sesuatu yang didengar. Berpikir tingkat tinggi juga
menuntut seseorang untu melakukan sesuatu terhadap fakta, yaitu memahaminya,
menyimpulkannya, menghubungkan dengan konsep lain, mengkategorisasikan,
memanipulasi, menempatkan fakta bersamaan dengan fakta baru dan
menerapkannya untuk memecahkan suatu permasalahan. Lewis dan Smith (1993)
(dalam Jailani, 2018) juga menyatakan bepikir tingkat tinggi terjadi ketika
seseorang mampu untuk mengambil informasi baru dan menghubungkannya
dengan informasi yang telah dimilikinya serta menggunakan informasi tersebut
untuk memecahkan permasalahan.
Pada soal nomor 1, peserta didik dianggap mampu untuk mencapai tingkat
menganalisis apabila peserta didik mampu menguraikan informasi yang ada
menjadi bagian yang lebih kecil untuk dapat mengenali hubungan yang ada. Pada
soal nomor 1 hal ini ditunjukkan dengan kemampuan peserta didik dalam
mensubstitusikan dengan tepat persamaan yang ada dan kemudian dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
menentukan nilai dari variabel yang ditanyakan. Dalam hal ini sebagian peserta
didik mampu untuk mencapai tingkatan menentukan nilai variabel, meskipun
dalam pengerjaannya peserta didik belum membuat sistem persamaan linear dua
variabel dengan tepat. Hal ini terbukti dengan banyaknya peserta didik yang
mampu menyelesaikan soal hingga mendapatkan hasil akhir/ nilai variabel yang
ditanyakan.
Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa tidak ada satupun peserta didik yang
mampu menyelesaikan soal nomor 2 yang diberikan oleh peneliti. Pada tahap ini,
terbukti bahwa peserta didik masih sangat kurang mampu untuk mengevaluasi
jawaban yang diberikan oleh peneliti. Selain itu peserta didik juga kurang mampu
untuk mengkritisi jawaban yang disediakan oleh peneliti. Pada tahap ini, peserta
didik tidak memberikan tanggapannya mengenai jawaban yang diberikan peneliti.
Namun beberapa peserta didik hanya menuliskan apa yang diketahui dari soal dan
untuk membuktikan jawaban peneliti peserta didik menghitung jumlah mobil
yang terjual pada hasil akhir dikalikan dengan harga satuan mobil. Sehingga
peserta didik memberikan tanggapannya setelah mereka mencocokan hasil
perkaliannya dengan total pendapatan yang dicantumkan bukan memberikan
tanggapan mengenai sudah benar atau belu jawaban yang diberikan peneliti.
Tidak adanya peserta didik yang mampu menyelesaikan soal ini membuktikan
pula bahwa peserta didik belum mampu untuk mencapai tahap mengevaluasi pada
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Hampir sama halnya dengan permasalahan nomor 2, namun untuk soal
nomor 3 terdapat satu peserta didik yang hampir mampu untuk mencoba
menyelesaikan soal nomor 3 dengan menggunakan langkah-langkah
penghitungan. Meskipun langkah-langkah yang digunakan serta persamaan yang
terbentuk masih belum sempurna, namun peserta didik mampu untuk menemukan
nilai variabel yang ditanyakan dengan benar. Namun, hal ini masih membuktikan
bahwa peserta didik kurang mampu untuk mencapai tahap mengkreasi dalam
HOTS. Di sisi lain, sebagian besar peserta didik menjawab pertanyaan nomor 3
dengan fakta yang biasa mereka temukan sehari-hari, yaitu bahwa tiket kereta jika
dibeli secara online pasti akan lebih mahal dibandingkan dengan tiket kereta yang
dibeli secara langsung di stasiun kereta. Atau beberapa jawaban lain yang
diberikan peserta didik adalah bahwa tiket kereta yang dibeli secara online
harganya lebih murah karena adanya promo. Disini dapat dikatakan bahwa peserta
didik mencoba menghubungkan informasi yang pernah di dapat dengan informasi
yang ada di dalam soal. Meskipun demikian, peserta didik masih belum mampu
untuk merumuskan dengan tepat maksud dari soal yang diberikan dan juga peserta
didik tidak mampu untuk membuat persamaan dari soal yang diberikan untuk
menentukan nilai variabel yang ditanyakan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, kesulitan yang dialami
peserta didik dalam menyelesaikan soal dikarenakan kurangnya latihan soal yang
serupa dengan soal yang diberikan. Di samping itu, peserta didik juga masih
kebingungan dalam menentukan metode apa yang harus digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Dalam setiap latihan soal yang
diberikan, guru memang hanya semata-mata memberikan sistem persamaan untuk
dicari nilai variabelnya tanpa memberikan kesempatan peserta didik dalam bentuk
latihan soal untuk mencoba berkreasi membuat sistem persamaan sendiri. Hal ini
juga berlaku untuk tahap mengevaluasi, peserta didik tidak pernah mendapatkan
soal yang serupa dengan soal yang diberikan peneliti dimana mereka diminta
untuk mengevaluasi jawaban yang ada. Sedangkan untuk tahap mencipta, peserta
didik hanya paham sebatas pertanyaan apakah harga tiket yang dibeli secara
online dan secara langsug di loket selalu sama atau berbeda.
Dilihat secara keseluruhan, peserta didik masih kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal HOTS yang diberikan. Hal ini bisa diakibatkan oleh
beberapa hal antara lain, peserta didik masih belum menguasai materi sistem
persamaan linear dua variabel dengan baik. Hal ini dikarenakan materi yang
diberikan sangat dekat dengan waktu peserta didik untuk melaksanakan ujian
akhir semester, sehingga kurangnya latihan soal juga bisa menjadi salah satu
faktor tidak maksimalnya nilai yang diperoleh peserta didik. Hal lain yang bisa
menjadi faktor adalah jam pelajaran matematika untuk kelas X Teknik
Elektronika Industri berlangsung pada jam-jam terakhir kelas, yaitu sekitar jam
pelajaran ke-6 dan ke-7 atau jam pelajaran ke-7 dan jam ke-8, dimana sekolah
berakhir di jam pelajaran ke-9 sekitar pukul 14.15. Sehingga setelah jam makan
siang, atau menjelang jam pelajaran akan berakhir konsentrasi peserta didik sudah
mulai menurun untuk dapat fokus ke pelajaran yang diberikan. Hal ini sejalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dengan hasil penelitian dari Fina Aulia (2017) yang menyatakan bahwa siswa
lebih bersemangat dan berkonsentrasi saat pembelajaran di pagi hari. Eka
Purnama Sari (2015) dalam jurnalnya juga menyampaikan bahwa waktu belajar
di siang hari membuat peserta didik kurang efektif dalan belajar, yang juga
disampaikan oleh J. Bigger (1980) bahwa belajar di pagi hari lebih efektif
daripada belajar pada waktu-waktu lainnya.
E. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel, sehingga dengan demikian kesimpulan mengenai kemampuan
peserta didik dalam menyelesaikan soal tipe HOT hanya terbatas pada materi
SPLDV.
2. Kemampuan yang diukur pada penelitian ini hanya terbatas pada 31 peserta
didik kelas X jurusan Teknik Elektronika Industri SMK Pangudi Luhur
Leonardo Klaten, maka hasil yang diperoleh tidak dapat di generalisasikan
bahwa kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal tipe HOTS kelas
X tingkat SMK sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, diketahui bahwa peserta didik
kurang mampu untuk mencapai tingkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi
mengevaluasi dan maih sangat kurang dalam mencapai kemampuan berpikir
tingkat tinggi mengkreasi. Akan tetapi, terdapat 21 peserta didik yang mampu
mencapai tingkatan menganalisis dilihat dari jawaban yang diberikan peserta
didik. Dengan demikian dari total 31 peserta didik kelas X Teknik Elektronika
Industri, terdapat 67,74% peserta didik yang mampu untuk menyelesaikan soal
HOTS pada tingkat menganalisis. Jika dilihat secara menyeluruh, sebanyak 17
peserta didik termasuk dalam kategori kemampuan sedang dengan pencapaian
terbanyak pada penyelesaian tingkat menganalisis. Sedangkan untuk kategori
peserta didik dengan kemampuan rendah dan tinggi, masing-masing ada 7 peserta
didik yang termasuk di dalamnya.
B. Saran
1. Untuk guru matematika
Penelitian ini menemukan bahwa peserta didik belum terbiasa dalam
mengerjakan soal-soal HOTS. Untuk itu peneliti menyarankan agar guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
bidang studi matematika sebaiknya lebih banyak memperkenalkan kepada
peserta didik soal-soal HOTS tersebut. Guru juga diharapkan dapat mencoba
mempelajari dan menerapkan pembelajaran yang mengacu pada kemampuan
berpikir tingkat tinggi untuk peserta didik dan menyisipkan soal-soal tipe
HOTS dalam latihan soal. Dengan demikian diharapkan peserta didik terbiasa
dengan soal-soal HOTS sehingga tidak terjadi lagi keluhan bahwa soal-soal
yang diberikan pada ujian nasional terlalu susah. Diharapkan juga hal ini dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik.
2. Untuk penelitian selanjutnya
Penelitia selanjutnya diharapkan dapat lebih memperluas jangkauan penyebab
rendahnya kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal tipe HOTS
serta dalam tingkatan yang berbeda. Agar dalam mengkategorikan
kemampuan peserta didik dapat lebih tepat, penelitian juga dapat dilakukan
dengan pengambilan sampel pre-test dan post-test dengan metode pengajaran
yang berbeda. Sehingga dapat pula dicari hubungannya, apakah metode
pengajaran tertentu dapat mempengaruhi atau bahkan meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal tipe HOTS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
DAFTAR PUSTAKA
Anjani, Yullida Fery.2017. Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Menurut Teori
Anderson dan Krathwohl pada Peserta Didik Kelas XI Bilingual Class System
MAN 2 Kudus pada Pokok Bahasan Program Linier. Tugas Akhir Pendidikan
Matematika. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo.
Antara, Agregasi. 2018. Pengamat Kritik Kebijakan Soal HOTS di UNBK 2018.
https://news.okezone.com. Diakses pada
Arikunto. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Aulia, Fina. 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Motivasi Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Matematika Materi Trigonometri Kelas XI MAN Bawu
Jepara Tahun Ajaran 2016/2017. Semarang: Universitas Negeri Islam
Walisongo
Brookhart, Susan M. 2010. How to Assess Higher Order Thinking Skills in Your
Classroom. Virginia USA: ASCD.
Fitriani, N. & Windayana, H. 2015. Pengaruh Hots melalui Model SPPK pada
Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, Jurnal
PGSD Kampus Cibiru. Vol. 3 (2). (Online) . Diakses pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Gais, Zakkina dan Ekasatya Aldila Afriansyah. 2017. “Analisis Kemampuan Siswa
Dalam Menyelesaikan Soal High Order Thinking Ditinjau Dari Kemampuan
Awal Matematis Siswa”. Jurnal Mosharafa. Volume 6, hlm 255-266.
Gerintya, Scholastica. 2019. Indeks Pendidikan Indonesia Rendah Daya Saing pun
Lemah. Diakses pada 19 Agustus 2019.
Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka
Jailani, dkk. 2018. Desain Pembelajaran Matematika Untuk Melatihkan High Order
Thinking Skills. Yogyakarta: UNY PRESS.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. 2019. https://kbbi.web.id. Diakses pada
19 Agustus 2019
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). 2014. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia nomor 160 tahun 2014 tentang
Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud.
Mandini, Gity Wulang dan Hartono Hartono. 2018. “Analisis Kemampuan
Menyelesaikan Soal HOTS Model TIMSS dan Kepercayaan Diri Siswa Sekolah
Menengah Pertama”. Jurnal Pendidikan Matematika.13(2), hlm 148-157.
Mudyahardjo, Redja. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Purnamasari, Eka. 2015. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Kelas X Pada Materi
Geografi (Jurnal). Lampung: Universitas Lampung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Riduwan. 2008. Dasar-dasar Statistik. Bandung: Alfabeta
Sanjoyo B.A., dkk. 2008. Matematika SMK Bisnis dan Manajemen Jilid 1. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Thomas, Alice & Glenda Thorne. 2009. How to Increase Higher Order Thinking.
https://www.readingrockets.org/article/how-increase-higher-order-thinking.
Diakses pada 4 Desember 2019.
Widana, I Wayan. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thingking Skill (HOTS).
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 1
Surat Keterangan Selesai Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 2
Validasi Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 3
Instrumen Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
SOAL
1. Lima buah pena diberi harga Rp 11.250. Dengan uang Rp 10.000 Anton dapat
membeli 3 buah pena dan 3 buah penghapus serta masih menyisakan uang
sebanyak Rp 1.150. Jika Renza memiliki uang Rp 17.000 dan ia ingin membeli 5
buah penghapus, berapa banyaknya pena yang dapat dibeli Renza dengan uang
kembalian paling sedikit?
2. Sebuah dealer mobil menjual dua jenis mobil merk A dan B yang harga masing-
masing mobil adalah Rp 176.500.000 dan Rp 181.500.000. Dalam pembukuan,
tercatat jumlah mobil yang terjual selama bulan Agustus adalah 120 unit mobil
dimana penjualan mobil A adalah sepertiga kali penjualan mobil B. Jika
pendapatan yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 21.630.000.000, berikut
penghitungan jumlah masing-masing unit mobil yang terjual:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Apakah perhitungan jumlah mobil yang terjual di atas sudah benar? Jika belum,
bagaimana penyelesaian yang seharusnya?
3. Enzy ingin berlibur ke Bandung bersama kelima temannya. Kemudian Enzy
memesan tiket kereta api Lodaya 81 jurusan Yogyakarta-Bandung secara online.
Karena adanya promo, maka pembelian tiket dibatasi. Karena itu Enzy pergi ke
stasiun kereta api untuk membeli kekurangan tiket yang diperlukan. Dengan
menghabiskan uang Rp 900.000, tiket yang dibeli secara online oleh Enzy
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah tiket yang dibelinya di
Diketahui: misalkan mobil merk 𝐴 = 𝑥 ; mobil merk 𝐵 = 𝑦
1
3𝑥 + 𝑦 = 120
353𝑥 + 363𝑦 = 43260
Ditanyakan: jumlah masing-masing mobil yang terjual
Jawab:
1
3𝑥 + 𝑦 = 120 →
1
3𝑥 = 120 − 𝑦 ①
353𝑥 + 363𝑦 = 43260 ②
Substitusikan persamaan ① ke persamaan ②, diperoleh
353(120 − 𝑦) + 363𝑦 = 43260
42360 − 353𝑦 + 363𝑦 = 43260
−353𝑦 + 363𝑦 = 43260 − 42360
10𝑦 = 900
𝑦 = 90
Substitusi persamaan y ke ①, diperoleh
𝑥 = 120 − 90
𝑥 = 30
Jadi, jumlah mobil yang terjual adalah mobil A 30 dan mobil B 90.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
stasiun kereta api secara langsung. Untuk keberangkatan di hari yang sama,
Septian membeli tiket kereta api Lodaya 81 sebanya 6 buah. Namun, dengan
menghabiskan uang Rp 900.000 jumlah tiket yang dibeli secara online oleh
Septian lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tiket yang dibelinya secara
langsung. Menurut anda, apakah harga tiket kereta api yang dibeli Enzy dan
Septian secara online maupun secara langsung selalu sama? Jelaskan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Kunci Jawaban
Nomor
soal
Kunci Jawaban
Skor
Total
Skor
1. Diketahui:
Misal: pena = x; penghapus= y
5𝑥 = 11250
3𝑥 + 3𝑦 = 10000 − 1150
Ditanyakan: 𝑎𝑥 + 5𝑦 ≤ 17000
3
18
Jawab:
5𝑥 = 11250
𝑥 =11250
5
𝑥 = 2250
3
3𝑥 + 3𝑦 = 8850
3(2250) + 3𝑦 = 8850
6750 + 3𝑦 = 8850
3𝑦 = 8850 − 6750
3𝑦 = 2100
𝑦 =2100
3
𝑦 = 700
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
𝑎𝑥 + 5𝑦 ≤ 17000
𝑎(2250) + 5(700) ≤ 17000
𝑎(2250) + 3500 ≤ 17000
𝑎(2250) ≤ 17000 − 3500
𝑎(2250) ≤ 13500
𝑎 ≤13500
2250
𝑎 = 6
5
Jadi, jumlah pena dan penghapus yang dapat dibeli Renza
dengan uang Rp 17000 adalah 6 pena dan 5 penghapus. 2
2. Jawaban salah, karena pada persamaan ① 1
3𝑥 = 120 − 𝑦
dimana persamaan seharusnya 3𝑥 = 120 − 𝑦
Kemudian pada substitusi persamaan ① ke persamaan ②,
yang di subtitusikan bukan 1
3𝑥.
2
9 Jawaban benar
Diketahui:
3𝑥 + 𝑦 = 120
353𝑥 + 363𝑦 = 43260
Ditanyakan: jumlah masing-masing mobil yang terjual
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Jawab:
3𝑥 + 𝑦 = 120 → 3𝑥 = 120 − 𝑦 ①
353𝑥 + 363𝑦 = 43260 ②
Substitusikan persamaan ① ke persamaan ②, diperoleh
353(120 − 𝑥) + 363𝑦 = 43260
42360 − 353𝑦 + 363𝑦 = 43260
−353𝑦 + 363𝑦 = 43260 − 42360
10𝑦 = 900
𝑦 = 90
3
Substitusi persamaan B ke ①, diperoleh
𝑥 = 120 − 90
𝑥 = 30
Jadi, jumlah mobil yang terjual adalah mobil A 30 unit dan
mobil B 90 unit.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
3. Diketahui:
Misal:
Tiket online:𝑥
Tiket langsung: 𝑦
Tiket yang dibeli Enzy : 𝑥 < 𝑦 ; 𝑥 + 𝑦 = 6 ;
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 900000
Tiket yang dibeli Septian : 𝑥 > 𝑦 ; 𝑥 + 𝑦 = 6 ;
𝑐𝑥 + 𝑑𝑦 = 900000
Ditanyakan:
Apakah harga tiket yang dibeli secara online dan langsung
selalu sama?
5
18
Jawab:
Karena 𝑥 < 𝑦 , 𝑥 + 𝑦 = 6 dan 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 900000 maka
persamaan tiket yang dibeli Enzy:
{𝑥 + 5𝑦 = 900000
2𝑥 + 4𝑦 = 900000
Karena 𝑥 > 𝑦 , 𝑥 + 𝑦 = 6 dan 𝑐𝑥 + 𝑑𝑦 = 900000, maka
persamaan tiket yang dibeli Septian:
{4𝑥 + 2𝑦 = 900000
5𝑥 + 𝑦 = 90000
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Mencari harga masing-masing tiket yang dibeli Enzy dan
Septian:
• Kita ambil masing-masing satu persamaan tiket Enzy
dan Septian untuk memperoleh nilai 𝑥 dan 𝑦
𝑥 + 5𝑦 = 900000 |×4| 4𝑥 + 20𝑦 = 3600000
4𝑥 + 2𝑦 = 900000 |×1|4𝑥 + 2𝑦 = 900000 _
18𝑦 = 2700000
𝑦 =2700000
18
𝑦 = 150000
𝑥 + 5𝑦 = 900000
𝑥 + 5(150000) = 900000
𝑥 + 750000 = 900000
𝑥 = 150000
Karena 𝑥 = 150000 dan 𝑦 = 150000, maka harga
masing-masing tiket kereta api yang dibeli Enzy dan
Septian sama.
5
3
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = (𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒔𝒌𝒐𝒓 + 𝟓) × 𝟐
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Lampiran 4
Contoh Hasil Tes Tertulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI