7
ANALISIS KESALAHAN EJAAN DAN KEEFEKTIFAN KALIMAT DALAM SURAT KABAR BANTEN POS EDISI SENIN 21 OKTOBER 2013 Surat kabar merupakan salah satu media massa yang menggunakan bahasa tulisan sebagai alat utamanya. Peran surat kabar sangat penting dalam proses pengembangan bahasa Indonesia. Sebagai salah satu media cetak yang paling produktif menggunakan ragam bahasa tulis, sasaran informasi yang disampaikan surat kabar adalah pembaca dari seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun demikian masih banyak kita jumpai dalam surat kabar penggunaan bahasa dan format penulisan yang tidak sesuai dengan aturan baku bahasa Indonesia, baik secara tidak disengaja karena kesalahan pengetikan maupun karena ketidakpahaman wartawan/editor mengenanai kaidah bahasa Indoneia itu sendiri. Dalam kesempatan ini saya ingin mencoba mengkritisi kesalahan berbahasa salah satu surat kabar lokal yaitu surat kabar Banten Pos yang terbit pada Senin, 21 Oktober 2013, yang berjudul: Hanya Tiga Nama Bakal jadi Capress Riil”. Kesalahan Ejaan Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan bunyi, cara memisahkan atau menggabungkan kata, dan cara menggunakan tanda baca. Ejaan yang berlaku sekarang adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada 16

Analisis Kesalahan Ejaan Dan Keefektifan Kalimat Dalam Surat Kabar Banten Pos Edisi Senin 21 Oktober 2013

Embed Size (px)

DESCRIPTION

njkjnjknjkn

Citation preview

Page 1: Analisis Kesalahan Ejaan Dan Keefektifan Kalimat Dalam Surat Kabar Banten Pos Edisi Senin 21 Oktober 2013

ANALISIS KESALAHAN EJAAN DAN KEEFEKTIFAN KALIMAT DALAM SURAT

KABAR BANTEN POS EDISI SENIN 21 OKTOBER 2013

Surat kabar merupakan salah satu media massa yang menggunakan bahasa tulisan

sebagai alat utamanya. Peran surat kabar sangat penting dalam proses pengembangan bahasa

Indonesia. Sebagai salah satu media cetak yang paling produktif menggunakan ragam bahasa

tulis, sasaran informasi yang disampaikan surat kabar adalah pembaca dari seluruh lapisan

masyarakat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan

benar.  Namun demikian masih banyak kita jumpai dalam surat kabar penggunaan bahasa dan

format penulisan yang tidak sesuai dengan aturan baku bahasa Indonesia, baik secara tidak

disengaja karena kesalahan pengetikan maupun karena ketidakpahaman wartawan/editor

mengenanai kaidah bahasa Indoneia itu sendiri. Dalam kesempatan ini saya ingin mencoba

mengkritisi kesalahan berbahasa salah satu surat kabar lokal yaitu surat kabar Banten Pos yang

terbit pada Senin, 21 Oktober 2013, yang berjudul: “Hanya Tiga Nama Bakal jadi Capress

Riil”.

Kesalahan Ejaan

Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan bunyi,

cara memisahkan atau menggabungkan kata, dan cara menggunakan tanda baca. Ejaan yang

berlaku sekarang adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada 16 Agustus

1972. Jika merujuk pada peran surat kabar yang sangat penting dalam proses pengembangan

bahasa. Justru terkadang surat kabar menjadi salah satu faktor yang mengakibatka

pembaca/masyarakat melakukan kesalahan berbahasa karena mereka mengonsumsi sebuah

wacana yang mengandung kekeliruan dalam proses penyajiannya, termasuk kesalahan ejaan

yang pada dasarnya sudah ada aturannya. Perhatikan saja judul artikel yang saya angkat dalam

kajian ini. Penggunaan akronim Capress pada judul Hanya Tiga Nama Bakal jadi Capress Riil

tidak berterima karena yang berterima adalah Capres yang merupakan kepanjangan dari Calon

Presiden, bukan Calon Pressiden.

Page 2: Analisis Kesalahan Ejaan Dan Keefektifan Kalimat Dalam Surat Kabar Banten Pos Edisi Senin 21 Oktober 2013

Perhatikan kalimat berikut pada paragraf pertama “Dengan begitu, berdasar survey LSI di

antara peserta konvensi, Dahlan memperoleh dukungan paling kuat atau di atas 10 persen.” Pada

kalimat tersebut, saya menemukan kesalahan ejaan pada kata survey (tanpa cetak miring) yang

digunakan dalam kalimat tersebut, tidak sesuai dengan ejaan atau kata yang digunakan dalam

bahasa Indonesia. Kata yang seharusnya digunakan adalah survei karena sesuai dengan KBBI

sebagai acuan penggunaan kata dalam berbahasa Indonesia sehingga dapat berterima dalam

pembentukan sebuah kalimat.

Perhatikan kalimat berikut yang terdapat pada paragraf kedua. “….Indeks Capres

Pemilu : Capres Rill Versus Capres Wacana”, di Jakarta. Pada kalimat tersebut, ada dua

kesalahan ejaan yang saya temukan. Pertama, …. Indeks Capres Pemilu : …. Dalam kutipan

tersebut, seharusnya penggunaan tanda baca titik dua ( : ) tidak didahului oleh pemisah/spasi

karena pada aturan Ejaan yang Disempurnakan, semua penggunaan tanda baca tidak boleh

didahului oleh pemisah/spasi. Jadi, kutipan yang benar yaitu “…. Indeks Capres Pemilu: ….”

Kedua, “….Capres Rill Versus Capres Wacana….” Pada kutipan tersebut, penulisan ejaan kata

Rill tidak sesuai dengan KBBI, kata yang sesuai yaitu Riil.

Pada paragraf berikutnya, paragraf keempat. Pengunaan kata kuisioner tidak tepat pada

kalimat “Survei menggunakan kuisioner dengan wawancara tatap muka.” Seharusnya, kata

kuisioner diganti dengan kata yang sesuai dan berterima, yaitu kata kuesioner. Jadi, kalimat yang

berterima yaitu, “Survei menggunakan kuesioner dengan wawancara tatap muka”.

Selain kesalahan ejaan yang saya temukan dalam wacana ini. Saya pun menemukan

ketidakkosnsistenan wartawan/editor dalam menuliskan kata Riil atau Rill dalam satu

wacana/berita. Hal tersebut justru akan berdampak pada pemahaman pembaca terhadap

penggunaan kata tersebut untuk menyampaikan sebuah kenyataan. Selain itu, kesalahan ejaan

terjadi pada kesalahan penulisan karena ada beberapa kata yang memang seharusnya

menggunakan spasi/pemisah, tetapi dalam wacana yang saya baca kata tersebut ternyata

diserangkaikan, tentu hal ini mengacu pada unsur human error yang dilakukan oleh

wartawan/editor Surat Kabar Banten Pos.

Page 3: Analisis Kesalahan Ejaan Dan Keefektifan Kalimat Dalam Surat Kabar Banten Pos Edisi Senin 21 Oktober 2013

Keefektifan kalimat

Kalimat efekktif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan sesuai dengan

diharapkan oleh si penulis atau si pembicara. Artinya, kalimat yang dipililih penulis/pembicara

harus digunakan untuk mengungkapkan gagasan, maksud atau informasi kepada orang lain

secara lugas sehingga gagasan itu dipahami secara sama oleh pembaca atau pendengar (Sasangka

dan Darheni, 2012:187). Dari sumber lain. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas

sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:

2001). Dengan demikian, kalimat efektif dapat dimaknai sebagai kalimat yang disusun oleh

penulis/pembicara untuk pembaca/pendengar agar tidak terjadi kesalahan pemahaman mengenai

maksud dari tulisan/pembicaraan tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas, saya menemukan kata berdasar pada paragraf pertama,

tidak efektif ketika beringingan dengan kata survey (seharusnya: Survei). Kata yang seharusnya

digunakan yaitu kata berdasarkan yang akan berterima menjadi sebuah kalimat “…berdasarkan

survei LSI di antara peserta konvensi, Dahlan memperoleh dukungan paling kuat atau di atas 10

persen.”

Pada paragraf berikutnya, saya merasa ada ketidakefektifan kalimat pada kutipan “Maka

sesuai hasil survei LSI Oktober 2013 dari 11 nama yang ikut konvensi Demokrat Dahlan Iskan

memeroleh dukungan terkuat publik,” kata peneliti LSI Adjie Al-faraby,” Penggalan kalimat

“Maka sesuai hasil survei LSI Oktober 2013….” Kutipan tersebut menimbulkan ambiguitas

dalam pemaknaannya. Adapun pemaknaan/asumsi pembaca akan seperti ini, di antaranya:

- Nama lembaga survei tersebut yaitu LSI Oktober 2013;- LSI mengadakan survei pada bulan Oktober 2013;

Menurut saya, untuk menghidari ambiguitas dan dapat terbentuknya kalimat efektif,

sebaiknya kalimat tersebut diubah menjadi “Maka Sesuai hasil survei LSI pada bulan Oktober

2013, dari 11 nama yang ikut konvensi Demokrat Dahlan Iskan memperoleh dukungan terkuat

publik”. Dalam contoh seperti ini, terkadang penulis cenderung kurang memerhatikan

pemaknaan ganda yang pada akhirnya akan timbul ambiguitas yang ditafsirkan oleh pembaca.

Page 4: Analisis Kesalahan Ejaan Dan Keefektifan Kalimat Dalam Surat Kabar Banten Pos Edisi Senin 21 Oktober 2013

Pada padaragraf keempat, penggunaan bahasa asing seperti “…multistage random

sampling dengan margin error…” penggunaan bahasa asing seharusnya dicetak miring karena

pada aturannya, penggunaan istilah asing atau bahasa asing dicetak miring. Jadi, kalimat yang

seharusnya digunakan yaitu “…multistage random sampling dengan margin error…”

Pada kasus keefektifan kalimat dalam artikel ini, beberapa kalimat tidak efektifan dalam

pemaparannya, banyak yang tidak memperhatikan keefektifan kalimat sehingga maksud penulis

tidak sampai seutuhnya pada pembaca. Tentu beberapa contoh yang ada membuat asumsi baru,

ternyata media belum seuutuhnya berperan dalam proses pengembangan bahasa indonesia, perlu

ada tinjauan ulang mengenai hal ini.

Page 5: Analisis Kesalahan Ejaan Dan Keefektifan Kalimat Dalam Surat Kabar Banten Pos Edisi Senin 21 Oktober 2013

Daftar pustaka

Buku Praktis bahasa Indonesia jilid 1/Dendi Sugono (ed), Edisi Kedua-Jakarta, 2011.

Buku Praktis bahasa Indonesia jilid 2/Dendi Sugono (ed), Edisi Kedua-Jakarta, 2011.

Sasangka dan Darheni. 2012. Jendela Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Widiono, Eddie. 2008. Di bawah Pusaran Media. Jakarta: NXL Reign Media.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Cetakan ke-2. 1993. Bandung:

Pustaka Setia.