Upload
lynhan
View
279
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK
DI SMPN 15 YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Nikolas Damar Pramudya
111414076
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK
DI SMPN 15 YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Nikolas Damar Pramudya
111414076
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain , kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilimiah.
Yogyakarta, 22 Februari 2016
Peneliti,
Nikolas Damar Pramudya
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Nikolas Damar Pramudya
Nomor Mahasiswa : 111414076
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Uni-
versitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIIIDALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIKDI SMPN 15 YOGYAKARTA
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 22 Februari 2016
Yang menyatakan
Nikolas Damar Pramudya
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Analisis Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII dalam Mengikuti PembelajaranMatematika dengan Pendekatan Saintifik di SMPN 15 Yogyakarta
Nikolas Damar PramudyaNIM: 111414076
Latar belakang penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakartamengalami kesulitan belajar dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatansaintifik yang dikenalkan oleh kemendikbud dalam Kurikulum 2013. Permasalahan tersebutmembuat peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan penelitian ini untukmengetahui penyebab siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaranmatematika dengan pendekatan saintifik
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Data diperoleh denganmelakukan observasi, penyebaran angket, dan wawancara. Instrumen penelitian yang dipakaiadalah angket guru dan siswa, lembar observasi pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas,serta pedoman wawancara guru dan siswa.
Hasil penelitian menunjukan bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII yang munculdalam pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifikadalah kesulitan dalam memahami diagram panah, kesulitan dalam menanyakan persoalanrelasi, kesulitan dalam menentukan diagram panah dua buah himpunan dengan bentukpenalaran, kesulitan dalam mencoba terkait menentukan relasi dalam bentuk penalaran, dankesulitan dalam menyimpulkan materi dan penyajian relasi yang sudah dipelajari.
Penyebab munculnya kesulitan belajar dalam pembelajaran matematika materi relasidan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik karena kesulitan yang disebabkan oleh guruseperti: (1) guru kurang mengarahkan siswa agar dapat bertanya dan menyimpulkan, (2) gurutidak mempersiapkan pelaksanaan tahapan mengamati dengan baik dengan perolehanpersentase 40%, (3) persoalan penalaran yang diberikan terbilang sulit, (4) kurangnyaketerampilan dan pemahaman guru dalam menjalankan proses pembelajaran denganpendekatan saintifik dengan perolehan persentase 40% dan kesulitan yang muncul dari dirisiswa sendiri seperti: (1) kurangnya kesadaran siswa untuk belajar dan mau mengikuti prosespembelajaran, (2) perasaan takut yang dominan muncul, (3) siswa mengalami gangguanbahasa, (4) siswa mengalami gangguan mengingat, (5) siswa mengalami gangguan penalaran.
Kata Kunci: Pendekatan saintifik, kesulitan belajar, dan pembelajaran matematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Analysis Learning Difficulties Grade VIII in Mathematics Learning Following theScientific Approach in SMPN 15 Yogyakarta
Nikolas Damar PramudyaNIM: 111414076
The background of this research was class VIII SMPN 15 Yogyakarta with learningdifficulties in following the teaching of mathematics with a scientific approach introduced byKemendikbud in Curriculum 2013. Such problems made researchers interested in conductingfurther research. The purpose of this study to determined the cause of students experiencingdifficulties in the learning process of mathematics with a scientific approach
This research was a quantitative and qualitative research. Data obtained byobservation, questionnaires, and interviews. The research instrument used was aquestionnaire teachers and students, learning and activity observation sheet of students in theclassroom, as well as interview guides teachers and students.
The results showed form of learning difficulty eighth grade students who appearedin learning mathematics content and presentation of the relation with the approach of thescientific was the difficulty in understanding the arrow diagram, the difficulty of asked aquestion of relationships, difficulties in determined the arrow diagram of two sets with thisform of reasoning, difficulty in trying related determined relationships in the form ofreasoning, and difficulties in concluding the matter and presentation of relationships that havebeen learned.
The cause of the emergence of learning difficulties in mathematics learning materialrelations and presenting the relation with the approach of scientific because of the difficultiescaused by teachers such as: (1) the teacher wasn’t directing students to ask and concluded, (2)teachers didn’t prepare the implementation stages observe well with the acquisition of apercentage 40%, (3) the issue of the reasoning given fairly difficult, (4) lack of skills andunderstanding of teachers in implementing the learning process with the approach of thescientific with the acquisition of a percentage of 40% and the difficulties that arise from thestudents themselves, such as: (1) lack of awareness of students to learn and willing to followthe learning process, (2) the fear that a dominant appears, (3) students experience languageimpairments, (4) students impaired recall, (5) students impaired reasoning.
Keywords: scientific approach, learning difficulties, and mathematics learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN KEASLIAN KARYA ................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILIMIAH............................................................................................. vi
ABSTRAK......................................................................................................... vii
ABSTRACT........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................. 1
B. Identifikasi masalah ..................................................................... 5
C. Pembatasan masalah .................................................................... 5
D. Rumusan masalah ........................................................................ 5
E. Tujuan penelitian ......................................................................... 6
F. Manfaat penelitian........................................................................ 6
G. Batasan istilah.............................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Analisis ........................................................................................ 9
B. Belajar dan Pembelajaran ............................................................ 10
C. Filosofi dan Paradigma Belajar ................................................... 16
D. Kesulitan Belajar ......................................................................... 22
E. Kesulitan Belajar Matematika ..................................................... 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
F. Pendekatan Saintifik..................................................................... 32
G. Relasi ........................................................................................... 35
H. Penelitian Yang Relevan............................................................... 38
I. Kerangka Berfikir ........................................................................ . 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 43
B. Subjek Penelitian ......................................................................... 43
C. Objek Penelitian............................................................................ 43
D. Bentuk Data.................................................................................. 43
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 44
F. Instrumen Penelitian...................................................................... 45
G. Teknik Analisis Data..................................................................... 52
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian................................................... 55
I. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian ............................................................................ 57
B. Pembahasan ................................................................................. 87
C. Keterbatasan peneliti ................................................................... 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................. 104
B. Saran ............................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 108
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Hasil Observasi Pembelajaran........................................................... 111
Tabel 1.2: Hasil Observasi Aktivitas Siswa........................................................ 113
Tabel 1.3: Hasil Angket Guru............................................................................. 114
Tabel 1.4: Hasil Angket Siswa............................................................................ 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Transkrip wawancara guru.................................................................................. 116
Transkrip wawancara siswa................................................................................ 121
LAMPIRAN B
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)......................................................... 122
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)........................................................................... 133
LAMPIRAN C
Lembar Observasi Pembelajaran dan Angket Guru........................................... 136
Lembar Aktivitas dan Angket Siswa.................................................................. 140
Pedoman Wawancara Guru dan Siswa............................................................... 144
Lembar Validasi.................................................................................................. 148
DOKUMENTASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem kurikulum di Indonesia telah mengalami transisi dari
Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013, dan prosesnya sudah berjalan
selama 3 (2013-2016). Menteri pendidikan saat itu Nuh (2013)
menyampaikan bahwa beberapa perubahan mendasar darim kurikulum
tahun 2006 ke kurikulum 2013 meliputi penataan pola pikir, pendalaman
dan perluasan materi, penguatan proses dan penyesuaian beban.
Sedangkan elemen yang berubah antara lain standar kompetensi kulusan,
standar isi, standar proses dan standar penilaian. Kurikulum 2013
menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach)
dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring.
Pada tahun 2014 pelaksanaan Kurikulum 2013 sempat dihentikan
untuk dilakukan evaluasi akibat beberapa pemasalahan. Baswedan (2014)
mengatakan bahwa hampir di 208.000 sekolah mengalami masalah,
terlebih para guru yang belum siap. Baswedan juga memberitahukan
bahwa Kurikulum 2013 masih dalam uji coba, namun beberapa sekolah
yang terpilih masih menjalankannya sebagai percontohan. Anies
memberitahukan bahwa akan dibentuk tim revisi Kurikulum 2013 (K13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
untuk SD, SMP dan SMA yang diketuai oleh Suyanto (Guru Besar
Universitas Negri Yogyakarta) dengan harapan dapat terselesaikan
November 2015.
Pada permasalahan tersebut peneliti tertarik dengan pendekatan
baru dalam Kurikulum 2013 yang mengenalkan beberapa tahapan seperti:
mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring.
Pendekatan tersebut oleh pemerintah (Kemendikbud) dikenalkan dengan
nama pendekatan saintifik atau pendekatan ilimiah (scientific approach).
Tujuan diberlakukannya pendekatan saintifik agar siswa mampu
merumuskan sendiri apa yang dipelajarinya secara mandiri dan mampu
mengembangkan sikap keilmuan dalam diri siswa. Seperti yang dijelaskan
Nuh bahwa pendidikan yang berjalan akan berbasis science bukan bentuk
hapalan lagi. Anak dikenalkan untuk melihat, memperhatikan, bertanya,
observasi, sehingga tidak lagi diorientasikan kepada hafalan-hafalan.
Selain itu dengan pendekatan saintifik peranan guru dalam proses
pembelajaran dapat lebih memberi kekebebasan siswa untuk berpendapat
dan mampun menjadi pendamping untuk siswanya. Akan tetapi,
perancangan tahapan dalam pendekatan saintifik belum dapat
terealisasikan dengan semestinya akibat dari terkendalanya proses yang
berjalan di lapangan. Terlebih pendekatan saintifik yang diterapkan ke
dalam model pembelajaran matematika. Kendala tersebut ditemukan
peneliti ketika melaksanakan PPL di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta di tahun
2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Selama pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik
berlangsung, peneliti melakukan pengamatan di kelas VII SMP BOPKRI 1
Yogyakarta. Hasil pengamatan di kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta
menunjukan keseluruhan siswa kelas VII yang berjumlah 94 siswa
mengalami kesulitan saat berproses dengan pendekatan saintifik. Siswa
kesulitan mengamati persoalan matematika yang diberikan, siswa
kesulitan menanya saat diminta menanyakan sesuatu, siswa kesulitan
menalar saat diberi persoalan, siswa kesulitan mencoba persoalan yang
diberikan, dan siswa kesulitan menyimpulkan saat diminta untuk membuat
kesimpulan dari materi yang diperoleh. Pada akhirnya kendala tersebut
menjadi pertanyaan bagi peneliti, apakah permasalahan tersebut muncul
akibat dari diri siswa atau dari diri guru yang masih kurang dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Berbagai refrensi buku tidak
menuangkan alasan secara lengkap mengapa kesulitan tersebut bisa terjadi
pada siswa sehingga peneliti tertarik untuk meninjau lebih lanjut dengan
mengkajinya dengan penelitian lain terkait pendekatan saintifik.
Penelitian yang ditulis oleh Efriana (2014) menunjukan hasil yang
bertolak belakang dengan pengamatan peneliti di lapangan. Menurut
Efriana proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yang
dipadukan dengan model pembelajaan discovery leaning dan menjadikan
kelas VII MTsN di Palu Barat sebagai subjek penelitian dapat berjalan
baik dan sesuai harapan. Bahkan hasil penelitian tersebut menunjukan
adanya peningkatan hasil belajar dan adanya antusias dari siswa selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pembelajaran berlangsung. Penelitian Atsnan dan Gazali (2013) juga
mengutarakan bahwa penggunaan pendekatan saintifik mampu membuat
siswa lebih dapat memaknai proses pembelajaran yang terjadi. Siswa dapat
memahami konsep secara utuh terutama sampai pada hal-hal sepele yang
biasanya menjadi miskonsepsi.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan,
peneliti melakukan penelitian di SMPN 15 Yogyakarta yang setiap
kelasnya dibagi menjadi 7 kelas reguler (Kelas A- Kelas G) dan 3 kelas
khusus atau program KMS (Kelas H – Kelas J). Peneliti menjadikan siswa
kelas VIII J SMPN 15 Yogyakarta sebagai subjek penelitian. Alasan
dijadikannya siswa kelas VIII J SMPN 15 Yogyakarta sebagai subjek
penelitian karena memiliki kendala yang sama dalam pelaksanakan proses
pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik.
Siswa mengalami kesulitan belajar saat mengikuti pembelajaran
matematika dengan pendekatan saintifik. Informasi tersebut diperoleh dari
hasil wawancara singkat dengan salah satu guru matematika yang
bersangkutan. Guru mengatakan bahwa siswa kelas khusus kesulitan
dalam mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik, siswa
mengalami kesulitan belajar, dan sulit untuk diatur sehingga guru kesulitan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru juga menceritakan bahwa
sudah banyak peneliti yang melakukan penelitian di kelas khusus dengan
menggunakan berbagai metode pembelajaran, namun hasil yang diperoleh
sama. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian dengan judul Analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII dalam Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Saintifik di SMPN 15 Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah paparkan peneliti
membuat identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kemendikbud mengubah kurikulum yang digunakan dari Kurikulum
2006 (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.
2. Guru kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan
pendekatan saintifik sesuai aturan Kurikulum 2013.
3. Siswa kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan
pendekatan saintifik.
4. Siswa mengalami kesulitan belajar pada saat tahapan mengamati,
menanya, menalar, mencoba dan membuat jejaring.
C. Pembatasan masalah
Penelitian ini dibatasi permasalahan seputar kesulitan belajar siswa
kelas VIII dan penyebabnya dalam pembelajaran matematika materi relasi
dan penyajiannya.
D. Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah diuraikan peneliti
membuat rumusan masalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1. Apa bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII yang muncul dalam
pembelajaan matematika materi relasi dan penyajiannya dengan
pendekatan saintifik?
2. Apa yang menyebabkan munculnya kesulitan belajar siswa kelas VIII
dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajiannya
dengan pendekatan saintifik?
E. Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin peneliti capai dari penelitian yang dilakukan
yakni mendeskripsikan kesulitan belajar yang muncul dan penyebab
munculnya kesulitan belajar siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta dalam
pembelajaran matematika materi relasi dan penyajiannya dengan
pendekatan saintifik.
F. Manfaat penelitian
1. Manfaat bagi peneliti:
Memacu penelitian lebih lanjut, peneliti semakin mengerti
situasi yang dialami oleh siswa kelas VIII di SMPN 15 Yogyakarta
disaat mengikuti proses pembelajaran matematika materi relasi dan
penyajiannya dengan menggunakan pendekatan saintifik. Selain itu
peneliti mendapatkan ilmu terkait cara menjadi guru yang baik dan
ideal saat melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan
saintifik. Selanjutnya peneliti dapat melakukan pengembangan
pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Manfaat bagi sekolah:
Sekolah dapat memahami kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika materi dan
penyajian relasi dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pihak
sekolah dapat memberikan fasilitas penunjang proses pembelajaran
matematika untuk guru agar pelaksanaannya di kelas berjalan sesuai
tujuan. Guru yang terlibat pun kedepannya dapat memperbaiki proses
pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik lebih baik lagi,
mengembangkan secara mandiri, dan dapat berinovasi.
G. Batasan Istilah
1. Analisis adalah suatu kegiatan atau proses memahami informasi dari
suatu hasil pengamatan pada suatu permasalahan di lapangan dengan
menggunakan suatu metode tersendiri.
2. Belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan manusia
untuk membangun suatu pemahaman dari apa yang dialaminya selama
hidup.
3. Pembelajaran adalah penunjang proses belajar manusia yang
melibatkan pengalaman atau pendidik sebagai pendamping dalam
pengembangan diri individu menjadi pribadi yang dapat
merekonstruksi pengalaman, berkongnitif, berinteraksi, memperkuat
diri, membangun gaya belajar dan mengontrol diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
4. Kesulitan belajar adalah permasalahan individu dalam proses belajar
akibat dari kondisi fisik atau psikologis sejak lahir dan proses
pembentukan individu selama proses pembelajaran.
5. Kesulitan belajar matematika adalah kesulitan belajar yang dialamai
oleh anak didik karena kesalahan proses pembelajaran matematika
yang berlangsung dan keterbatasan yang ada dalam diri siswa untuk
memahami matematika.
6. Pendekatan saintifik adalah suatu metode atau pendekatan yang
digunakan dalam proses pembelajaran dengan melibatbatkan tahapan
terurut di dalamnya, yakni: mengamati, menanya, menalar, mencoba,
dan menyimpulkan.
7. Relasi adalah hubungan antara dua himpunan A ke himpunan B, dalam
urutan tertentu melalui perkalian skalar A X B yang dapat disajikan
dengan berbagai bentuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian analisis
Menurut Rangkuti (2009: 14-16) analisis adalah kegiatan
memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus untuk
mengetahui permasalahan apa yang sedang terjadi, lalu memutuskan
tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memperoleh
penyelesaian atau pemecahan masalah. Rangkuti juga menambahkan
untuk melakuakan suatu analisis diperlukannya kerangka analisis
kasus seperti:
1. Memahami situasi dan informasi yang ada
2. Memahami permasalahan yang terjadi. Baik masalah bersifat
umum maupun spesifik.
3. Menciptakan atau memberikan berbagai alternatif penyelesaian.
4. Evaluasi pilihan alternati dan pilih yang terbaik serta
memberikan berbagai kemungkinan yang terjadi.
Selanjutnya Miles dan Huberman (1992: 73) berpendapat
bahwa dalam melakukan suatu analisis dibutuhkan suatu metode agar
kedepannya sangat bermanfaat selama proses pengumpulan data
berlangsung terlebih dalam penelitian kualitatif. Metode yang
digunakan bertujuan untuk mempermudah peneliti lapangan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
mengumpulkan informasi dalam bentuk catatan-catatan lapangan yang
ditulis tangan, didekte, atau rekaman-rekaman audio tentang peristiwa
di lapangan. Para peneliti kualitatif biasanya akan menyajikan hasil
informasi dalam bentuk teks naratif berupa catatan lapangan tertulis.
Analisis adalah suatu kegiatan atau proses memahami
informasi dari suatu hasil pengamatan pada suatu permasalahan di
lapangan dengan menggunakan suatu metode tersendiri.
B. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan bagian yang melekat pada diri manusia
sebagai interaksi langsung dengan apa yang dialaminya selama hidup.
Pencapaian yang dihasilkan dari proses belajar tersebutlah yang
selanjutnya dinamakan dengan pembelajaran sehingga belajar dan
pembelajaran dapat dikatakan satu kesatuan pemahaman yang saling
terkait. Hal tersebut serupa dengan pemikiran Daryanto dan Raharjo
(2012: 211) sekaligus menegaskan bahwa belajar dan pembelajaran
merupakan konsep yang saling terkait. Belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses
perubahan tersebut menjadi salah satu upaya pembelajaran yang
dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi.
Pola tingkah laku yang terbentuk selama proses pembelajaran pun
dapat dilihat dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental
maupun fisik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Lain halnya dengan Siregar dan Nara (2010: 3- 4) yang
mencoba memilah pengertian belajar dan pembelajaran berdasarkan
cirinya. Mereka berpendapat bahwa pengertian belajar merupakan
proses yang kompleks yang didalamnya terkandung beberapa aspek,
seperti: bertambahnya pengetahuan, adanya kemampuan mengingat
dan mereproduksi, adanya penerapan pengetahuan, menyimpulkan,
menafsirkan, dan perubahan sebagai pribadi. Dari pengertian tersebut
mereka mencirikan proses belajar sebagai berikut:
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat, melainkan menetap atau
dapat disimpan,
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan
usaha.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik,
kelelahan, atau pengaruh obat-obatan.
Selanjutnya pengertian pembelajaran menurut Siregar dan Nara
merangkum pendapat Miarso (1993) bahwa pembelajaran adalah usaha
pendidik yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta
pelaksanaannya terkendali. Dari pengertian tersebut mereka juga
mencirikan proses pembelajaran sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
1. Merupakan upaya sadar dan disengaja.
2. Pembelajaran seharusnya membuat siswa belajar.
3. Memiliki tujuan yang sudah ditetapkan
4. Pelaksanaan terkendali
Bila ditinjau dari hal yang mempengaruhi, Daryanto dan
Raharjo (2012: 212-213) berpendapat bahwa proses belajar dan
pembelajaran yang terjadi pada diri individu dapat dipengaruhi oleh
dua faktor, yakni:
1. Faktor internal
Terkait proses belajar, pengaruh ini muncul dari dalam diri
individu seperti kecerdasan yang dimiliki, bakat, keterampilan,
minat, motivasi, kondisi fisik dan mental. Sedangkan dalam proses
pembelajaran, pengaruh ini muncul dari dalam diri fasilitator
belajar (orang tua, guru, teman sebaya, masyarakat, peristiwa,
alam). Contohnya pada lingkungan sekolah, peserta didik semakin
mengalami kesulitan belajar karena guru tidak memiliki kemahiran
dalam menjelaskan materi atau orang tua tidak berpengetahuan.
2. Faktor Eksternal
Terkait proses belajar, pengaruh ini muncul dari luar
individu, seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sedangkan dalam proses pembelajaran pengaruh ini muncul dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
luar diri fasilitator belajar. Contohnya guru sedang tertimpa
masalah sehingga berdampak pada proses belajar.
Slameto (2010: 54-72) lebih memperinci faktor-faktor yang
mempengaruh proses belajar, yakni:
1. Faktor internal
a. Faktor jasmani: kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor Psikologi: inteligensi, perhatian, minat, bakat,motif,
kematangan dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan: banyak aktifitas atau badan terasa capek.
2. Faktor eksternal
a. Faktor Keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang
kebudayaan.
b. Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi antar siswa, aturan sekolah, alat peraga,
waktu sekolah, dan tugas rumah.
c. Faktor Masyarakat: kegiatan dalam masyarakat, media massa,
teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Dari definisi dan faktor yang mempengaruhi proses belajar dan
pembelajaran menjelaskan bahwa permasalahan dalam belajar dan
pembelajaran memiliki kompleksitas yang tinggi. Banyak hal yang
mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran baik dari sudut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pandang anak didik maupun pendidik. Akan tetapi, untuk konteks
pembelajaran di kelas dibutuhkan pendidik yang kompeten dalam
mempersiapkan pembelajaran agar anak didik mampu terbangun
keinginan untuk belajar dan mampu mengikuti proses pembelajaran
dengan mudah. Untuk mempermudah memahami permasalahan
tersebut, berikut penjelasannya secara skema:
PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS
Gambar 2.1: Skema Proses Pembelajaran Di Kelas
Secara skema proses pembelajaran di kelas menjelaskan bahwa
pembelajaran di kelas dapat terjadi bila ada pendidik sebagai pembawa
atau pendamping proses pembelajaran dan ada anak didik sebagai
peserta pembelajaran. Selanjutnya dalam proses pembelajaran dapat
dibagi menjadi dua wilayah, yakni wilayah pendidik dan wilayah anak
didik. Pada wilayah pendidik peranan seorang pendidik adalah sebagai
berikut:
PENDIDIK ANAK DIDIK
Permasalahan Internal
Pemimpin/ Pendamping/yang membawa/ pembuat proses
pembelajaran
Yang mengikuti prosespembelajaran
Permasalahan Eksternal
Menanggulangi
INPUT
BELAJAR
Profesionalitas
OUTPUT PengetahuanKeterampilan
Sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1. Memberikan input kepada anak didik dengan metode yang
dibawa.
2. Mampu membantu siswa dalam menjalankan proses belajar
dengan saling berinteraksi.
3. Menjadikan anak didik sebagai tempat belajar berinteraksi dan
perbaikan diri.
4. Metode yang dibawa mampu menanggulangi permasalahan
interen siswa secara profesional.
5. Mampu membawa proses pembelajaran secara profesional agar
siswa tidak mengalami permasalahan eksternal berupa
permasalahan yang muncul akibat pendidik.
6. Membantu anak didik dalam mengembangkan diri sehingga
outputnya menghasilkan pribadi yang idel, yakni pribadi yang
berkembang dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan
manusia untuk membangun suatu pemahaman dari apa yang
dialaminya selama hidup. Penunjang tercapainya belajar tersebutlah
yang selanjutnya dinamakan dengan pembelajaran, sehingga belajar
dan pembelajaran dapat dikatakan sebagai satu kesatuan pemahaman
yang saling terkait.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
C. Filosofi dan Paradigma Pembelajaran
Pembelajaran sering disalahartikan oleh para pendidik,
sehingga proses pembelajaran yang diberikan kepada anak didik dapat
salah dimengerti atau tidak diterima pada semestinya. Ini disebabkan
oleh pemahaman pendidik tentang pembelajaran yang tidak terbangun
secara utuh. Semestinya pemahaman tersebut didasari pengetahuan
akan filosofi, dan paradigma pembelajaran.
1. Filosofi Pembelajaran
Landasan filosofi secara pemahaman dikemukakan oleh
Schunk (2012: 6-10) bahwa pembelajaran mengacu pada studi
tentang asal mula, karakteistik, batasan, dan metode pengetahuan.
Studi tersebut berisikan cara belajar sesuatu yang baru, mencari
sumber pengetahuan, serta ilustrasi cara belajar manusia. Studi
tersebut juga mempelajari keterkaitan dengan lingkungan yang
dikenal dengan istilah rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme
mengacu pada gagasan bahwa pengetahuan diperoleh dari akal
tanpa panca indra, contohnya manusia mampu membayangkan
konsep abstrak seperti bangun datar dan sebagainya yang ada
dalam matematika. Berbeda dengan empirisme yang berkebalikan
dengan rasionalisme, empirisme lebih mengacu pada pengalaman
merupakan sumber pengetahuan. Contohnya manusia memperoleh
pengetahuan melalui hasil pengamatan yang dialamainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2. Paradigma Pembelajaran
Paradigma pembelajaran menjadi dasar pemikiran dalam
menjalankan proses pembelajaran yang ideal. Paradigma ini
dijelaskan oleh Huda (2014: 37-70) menjadi beberapa paradikma
teoritis sebagai berikut:
a. Pembelajaran sebagai rekonstruksi pengalaman
Diambil dari Bogner (2008: 1) yang merangkum
pemikiran Dewey tentang pembelajaran dengan mengatakan
bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai rekonstruksi
pengalaman yang dapat memberikan nilai lebih pada makna
pengalaman tersebut dan meningkatkan kemampuan untuk
mengarahkan pengalaman selanjutnya. Dalam hal tersebut
Bogner menjabarkan menjadi beberapa pemahaman sederhana
bahwa pembelajaran merupakan proses alamiah yang
distimulasi oleh suatu problemik, pembelajaran merupakan
proses aktif, pembelajaran merupakan proses refleksi,
pembelajaran melibatkan kemampuan untuk membentuk
hubungan-hubungan antar gagasan, dan pembelajaran
merupakan aktivitas mental.
b. Pembelajaran sebagai perkembangan kognitif
Menurut Piaget, pembelajaran mampu mempengaruhi
kemampuan kognitif anak berdasarkan tahapan usia. Prinsip
dasarnya bahwa apa yang dialami anak dikembangkannya melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
proses asimilasi dan akomodasi. Tahap asimilasi muncul ketika ada
kesan baru yang sesuai dengan skema kognitif seorang anak.
Sedangkan tahap akomodasi muncul ketika seorang anak
mengubah skema kognitif yang dimiliki sehimgga pembelajaran
menjadi meningkat ke yang lebih tinggi.
c. Pembelajaran sebagai konstruksi sosiokultural
Teori ini didasari pembelajaran yang terkait konstruksi
pengetahuan yang terjalin antar individu dan masyarakat. Menurut
Vygotsky, sejak lahir individu merupakan makhluk sosial sehingga
sangat bergantung pada kondisi sekitarnya. Saat berada di dalam
keluarga, orang tua menjadi pembimbing utama dalam proses
pembelajaran agar dapat lebih memahami ilmu yang diperoleh.
Setiap ilmu yang diterimanya sebagai informasi dapat diolahnya
tanpa bantuan guru dan meminta bantuan orang tua. Bila bantuan
yang diberikan orang tua masih dirasa kurang dapat meminta
bantuan teman yang lebih kompeten.
d. Pembelajaran sebagai pembelajaran ekologis
Menurut Bronfenbrenner (1979) komponen-komponen
ekologis mencakup beragam aspek yang dapat mempengaruhi
proses belajar manusia. Teori pembelajaran Bronfenbrenne
menekankan pada analisis proses perkembangan yang kompleks
dan dinamis. Bronfenbrenne pun juga mendefinisikan proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
ekologis sebagai sesuatu yang progresif dari suatu adaptasi timbal-
balik antara perkembangan individu dan lingkungan yang
mengitarinya seperti keluarga, sekolah, agama, tetangga, kondisi
politik atau media masa.
e. Pembelajaran sebagai kolaborasi individu-individu
Wenger (1998) menyatakan bahwa interaksi dengan orang
lain dapat membantu individu menjalani proses pembelajaran yang
lebih positif. Artinya, individu dapat mengembangkan
pengetahuannya lebih luas melalui interaksi. Sehingga dalam
proses pembelajaran formal, terkadang dilakukan metode
pembelajaran dengan cara diskusi kelompok agar terjalin interaksi
dan lebih mudah mengembangkan pengetahuan tiap individu.
f. Pembelajaran sebagai representasi gaya belajar individu
Suatu kasus membuktikan bahwa gaya belajar antara
individu satu dengan yang lainnya berbeda, seperti cara belajar
anak yang satu perlu kondisi yang tenang sedangkan anak yang
lain butuh suasana dengan alunan musik. Hal tersebut menjadi
tuntutan guru agar mampu memahami gaya belajar siswanya.
Menurut Schiering (1999) gaya belajar demikian merupakan
campuran karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikologis
yang menjadi indikator kondisi belajar siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
g. Pembelajaran sebagai perkembangan efektifitas diri
Bandura (1977) menyatakan secara khusus membahas
berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan seseorang saat
berada dalam kondisi tertentu. Efektifitas diri membawa individu
untuk terus berjuang mengontrol peristiwa-peristiwa yang
berpengaruh terhadap kehidupannya. Hal tersebut dapat dipicu oleh
tingkat motivasi, keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki.
h. Pembelajaran sebagai pemberdayaan
Pemahaman pemberdayaan disini terkait cara individu
untuk memperkuat diri dari peristiwa-peristiwa yang terjadi,
bagaimana kebutuhan dan minat individu dapat tercapai. Dalam hal
ini guru diminta untuk berusaha menempatkan siswa dalam situasi
yang memungkinkan mereka agar memiliki semangat dan
kepercayaan diri.
Berdasarkan dua pemahaman diatas yang diambil dari sudut
pandang filosofis dan paradigmanya, pembelajaran memiliki artian
bahwa setiap individu memiliki cara tersendiri untuk berproses dalam
pembelajaran dan membangun pemahamannya sendiri baik secara
rasional, empiris, atau metodelogi yang berlaku. Selanjutnya
pemahaman yang terbangun dapat meningkatkan kemampuan
individu, seperti:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
1. Kemampuan untuk mengkaitkan antar pengalaman yang pernah
dialami secara reflektif dan merekonstruksinya menjadi
pemahaman baru untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya.
2. Kemampuan kongnitif yang lebih berkembang secara asimilasi dan
akomodasi.
3. Kemampuan untuk berinteraksi dengan masyarakat dengan
pengetahuan yang dimiliki.
4. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan
sekitar.
5. Kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
6. Kemampuan untuk membangun gaya belajar yang dimiliki individu
7. Kemampuan untuk mengontrol diri atas peristiwa-peristiwa yang
dialami sehingga individu dapat mengelola permasalahannya.
8. Kemampuan untuk memperkuat diri dari peristiwa-peristiwa yang
terjadi sehingga kebutuhan dan minat individu dapat tetap tercapai.
Pembelajaran adalah penunjang suatu proses belajar manusia
yang melibatkan pengalaman atau pendidik sebagai pendamping dalam
pengembangan diri individu menjadi pribadi yang dapat
merekonstruksi pengalaman, berkongnitif, berinteraksi, memperkuat
diri, membangun gaya belajar dan mengontrol diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
D. Kesulitan Belajar
Seorang pendidik dalam memberikan pembelajaran kepada
anak didiknya sering menemukan masalah dalam diri anak didik
seperti kesulitan dalam memahami suatu informsi baik secara lisan
ataupun tulisan yang diterimanya sehingga anak didik mengalami
hambatan dalam perkembangan pengetahuannya. Hal tersebut
menimbulan pertanyaan dari berbagai ahli baik dalam bidang
pendidikan, psikologi maupun kedokteran. Para ahli berkeyakinan
bahwa hal tersebut menjadi masalah dasar dalam proses belajar yang
dialami oleh seorang individu, sehingga untuk selanjutnya
permasalahan tersebut dikenal dengan istilah kesulitan belajar.
Secara definisi, Jamaris (2014: 3-6) menjelaskan bahwa
kesulitan belajar dapat disebut dengan istilah learning disability, yakni
suatu kelainan pada individu yang mengalami kesulitan dalam
melakukan proses pembelajaran secara efektif. Jamaris berpendapat
bahwa faktor yang menyebabkan kesulitan belajar tersebut sulit untuk
dipecahkan karena bersifat komplek. Akan tetapi, Jamaris meyakini
bahwa kesulitan belajar tidak berhubungan langsung dengan tingkat
inteligensi dari individu, namun individu tersebut kesulitan dalam
menguasai keterampilan belajar dan mengalami disfungsi otak.
Tidak jauh berbeda dengan Abdurrahman (2012: 4-5) yang
meyakini bahwa kesulitan belajar terjadi akibat adanya disfungsi
neorologis, kesulitan-kesulitan dalam tugas akademik, kesenjangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
antara prestasi dan potensi, dan pengeluaran dari penyebab lain. Dari
akibat-akibat tersebut jelaskannya bahwa kesulitan belajar disebabkan
karena adanya gangguan fungsi neurologis pada otak yang mengalami
kelainan, kesulitan belajar dapat berwujud sebagai kekurangan dalam
suatu bidang akademik tertentu, dan dapat berwujud penyesuaian
sosial seperti keterampilan kehidupan sehari-hari.
DePorter dan Hernacki (2010) berpendapat sekaligus
menambahkan bahwa kesulitan belajar juga terjadi karena individu
tidak tahu bagaimana cara belajar (1-14), gaya belajar yang tidak
sesuai (109-118), dan terkendala dalam mencatat informasi yang
diterimanya. Dengan kata lain, kesulitan yang dialami oleh anak didik
tidak selalu karena kondisi fisik maupun psikologis, melainkan juga
dapat disebabkan oleh ketidaktahuan individu terkait cara belajar, gaya
belajar, dan cara mencatat. Contohnya seorang anak memiliki potensi
baik, cara guru mengajar materi di sekolah baik, tetapi sesampai
dirumah dia tidak belajar karena tidak tahu cara belajar dari catatannya
sendiri.
Lain halnya dengan Smith (2013: 75-83) yang mendefinisikan
kesulitan belajar secara pengakuan pemerintah federal bahwa kesulitan
belajar merupakan gangguan psikologis dasar yang meliputi gangguan
bahasa, lisan atau tulisan, mendengar, berfikir, berbicara, membaca,
menulis mengeja, atau melakukan perhitungan matematis. Gangguan-
gangguan tersebut bersifat internal dan diperkirakan penyebabnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
adalah tidak berfungsinya sistem saraf pusat. Selanjutnya Smith
menjabarkan gangguan tersebut sesuai hasil penelitian para ahli sebagi
berikut:
1. Masalah-masalah bahasa
Penelitian (Gibbs dan Cooper: 1989) pada siswa sekolah
dasar, ditemukan bahwa hampir 90% dari 242 siswa yang telah
diklasifikasikan sebagai berkesulitan belajar ternyata mempunyai
kesulitan bahasa pada tingkat ringan sampai dengan sedang.
(Terrel: 1990) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa
hambatan bahasa mampu mempengaruhi prestasi akademis
seorang siswa. Masalah-masalah bahasa seringkali menyangkut
kesulitan dalam memahami orang lain, berbicara dengan jelas,
menentukan kata yang benar untuk mengungkapkan ide dan
kurangnya kemampuan dalam mengatur bahasa untuk
berkomunikasi secara efektif.
2. Masalah-masalah perhatian dan aktivitas
Para psikolog perkembangan telah mencatat bahwa
kemampuan anak-anak memfokuskan perhatiannya akan
bertambah seiring dengan usianya. Anak-anak yang masih kesil
tidak dapat diharapkan memfokuskan perhatiannya pada suatu
benda, peristiwa atau orang dalam waktu yang lama. Mereka
mudah terganggu oelh setiap stimulus yang baru. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Zukier dan Hagen (1978), anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
anak lebih mampu untuk mengabaikan informasi yang kurang
menonjol dan berkonsentrasi pada tugas yang dipelajari. Oleh
sebab itu guru yang efektif harus memiliki kepekaan terhadap
sifat anak-anak. Selain itu Epstein (1985) mengungkap bahwa
pada umumnya para siswa dengan kategori berkesulitan belajar
mempunyai masalah perhatian dan meyakini permasalahan
tersebut akan mengalami kontroversial yang terus berlanjut.
3. Masalah-masalah daya ingat
Penelitian Swanson dkk. (1990) terkait masalah daya ingat
ditemukan bahwa dari hasil tes kemampuan memori ditemukan
siswa yang mempunyai hambatan belajar dan yang tidak. Siswa
yang mengalami hambatan belajar menunjukan berkurangnya
fungsi memori dengan tidak adanya strategi memori yang efektif.
Ketika anak diberikan angka untuk dihafalkan, anak berkesulitan
belajar tidak dapat secara spontan melakukan strategi-strategi
untuk mengingan.
4. Masalah-masalah kognisi
Istilah kognisi digunakan dalam menggambarkan proses
analisis masalah, membuat perencanaan, dan pengaturan yang
diperlukan bagi solusi masalah tersebut. Anak-anak berkesulitan
belajar sering memunculkan sikap di dalam kelas yang
menunjukan kurang kemampuan dalam menganalisis, membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
perencanaan dan pengaturan suatu masalah. Mereka cenderung
tergesa-gesa dan sangat tidak menyadari pentingnya suatu
perencanaan, menganalisis dan pengaturan. Kesadaran yang
membentuk suatu strategi tersebut dinamakan metakognisi. Reid
dan Hresko (1981) berpendapat bahwa tidak adanya kesadaran
tersebut merupakan ciri utama sebagai penyandang kesulitan
belajar.
5. Masalah sosial dan emosi
Menurut Pearl (1992) siswa berkesulitan belajar ada pada
resiko memiliki permasalahan sosial dan emosional. Licht (1987)
menemukan pengalaman kegagalan yang berulang menciptakan
suatu hubungan di mana si anak mengembangkan kepercayaan
dirinya yang mengarah pada perilaku adaptasi yang salah.
Kesulitan belajar yang dialami individu adalah akibat dari
kondisi fisik atau psikologis sejak lahir dan proses pembentukan
individu selama proses pembelajaran. Permasalahan fisik dan psikolgis
sejak lahir menyebabkan individu mengalami kendala dalam
keterampilan dan kesulitan dalam memahami materi yang diberikan.
Kesulitan belajar adalah permasalahan individu dalam proses
belajar akibat dari kondisi fisik atau psikologis sejak lahir dan proses
pembentukan individu selama proses pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
E. Kesulitan Belajar Matematika
Matematika menjadi salah satu bidang studi yang peranannya
sangat penting dalam kehidupan karena dalam matematika diajak
untuk memahami suatu permasalahan yang dapat berupa pola,
keterkaitan teori satu dengan yang lain dan penalaran. Tujuan dari
mempelajari matematika pun jelas, yakni mendorong siswa agar dapat
memecahkan masalah secara kritis, logis dan rasional. Akan tetapi,
proses pembelajaran matematika yang berlangsung dirasa sulit untuk
dipahami sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar
matematika.
Runtukahu dan Kandou (2014: 52-55) berpendapat bahwa
penyebab kesulitan belajar matematika yang dialami anak SD dan
SMP karena bentuk pemahaman matematika yang terstruktur. Setiap
pemahaman merupakan suatu prasyarat untuk pemahaman berikutnya.
Contohnya sebelum belajar operasi hitung bilangan bulat, prasyarat
yang harus sudah dipahami ialah mampu berhitung dan berbahasa. Pra
konsep bilangan antara lain simbol-simbol bilangan, menghitung
maju, menghitung mundur, menghitung dua-dua atau lima-lima, dan
menghitung sambil menganalisis. Jika anak tidak dapat
menjumlahkan, maka ia akan mengalami kesukaran dalam perkalian
dan seterusnya. Sebagai dampaknya, anak mengalami stres karena
kemampuannya tidak sama dengan teman sekelasnya. Guru sering kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kurang memperhatikan konsep matematika sewaktu mengajar dan
sekedar memberikan konsep sebagai bentuk hapalan.
Oleh sebab itu Jamaris (2014: 177-179) berpendapat bahwa
dalam pembelajaran perlu mempertimbangkan hal-hal seperti:
menekankan temuan bukan hapalan, mengeksplorasi pola, dan
merumuskan hasil pengamatan. Dengan demikian siswa dapat
memilih dan menerapkan berbagai strategi terkait matematika dan
maknanya. Terkait makna pembelajaran matematika, Jamaris juga
berpendapat bahwa matematika bukan hanya belajar aritmatik saja
melainkan juga melatih cara berfikir ilimiah dan sebagai sarana
kehidupan sehari-hari. Matematika memiliki cara berfikir yang
bersifat deduktif, keterkaitan antar konsep, dan dalam penerapannya di
kehidupan dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Tidak berbeda jauh dengan Mulyadi (2010: 174-178) yang
menjelaskan bahwa kesulitan belajar matematika atau disebut juga
diskalkulia (dyscaculis) (Lerner: 1981). Istilah diskalkulia memiliki
konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan
gangguan system saraf pusat, sehingga menyebabkan
ketidakmampuan dalam melakukan keterampilan matematika yang
diharapkan untuk kapasitas intelektual dan kapasitas seseorang.
Mulyadi menambahkan, menurut Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders bahwa ketidakmampuan terkait keterampilan
matematika dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (1) keterampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Linguistik (berhubungan dengan mengerti istilah matematika), (2)
keterampilan perseptual (kemampuan mengenali dan mengerti simbol
dan mengurutkan angka), (3) keterampilan matematika (penambahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, dan urutan operasi dasar), (4)
keterampilan atensional (menyalin angka dan mengamati simbol
dengan benar). Disamping itu beberapa peneliti telah
mengklarisifikasikan permasalahan dalam matematika menjadi
beberapa kategori, yaitu: (1) kesulitan belajar menghitung dengan arti,
(2) kesulitan menguasai sistem kardinal dan ordinal, (3) kesulitan
melakukan operasi aritmatika, (4) kesulitan dalam membayangkan
objek. Menurut Lerner ada beberapa karakteristik anak berkesulitan
belajar yaitu:
1. Gangguan hubungan keruangan
Hubungan keruangan seperti depan-belakang, atas-bawah,
tinggi-rendah, awal-akhir, dan jauh dekat seharusnya sudah
dikuasai oleh anak pada saat belum masuk SD. Hubungan
keruangan tersebut diperoleh dari pengalaman mereka dalam
berkomunikasi dengan lingkungan sosial atau melalui permainan.
Permasalahan lain muncul ketika anak mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi dan lingkungan sosial juga tidak memberi
dukungan untuk terselenggaranya suatu situasi kondusif agar
dapat terjadi situasi. Gangguan fungsi otak dapat juga menjadi
salah satu penyebab terjadinya gangguan dalam memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
hubungan keruangan, sehingga dapat mengganggu pemahaman
anak tentang sistem bilangan. Contohnya seorang anak yang tidak
tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4.
2. Abnormalitas Persepsi Visual
Kesulitan persepsi visual adalah kesulitan untuk melihat
berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set.
Anak yang mengalami kesulitan tersebut merupakan salah satu
gejala adanya abnormalitas persepsi visual. Contohnya seorang
anak yang kesulitan ketika mereka diminta untuk menjumlahkan
dua kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan
empat anggota. Mereka akan menghitung satu-persatu anggota
pada tiap kelompok terlebih dahulu sebelum menjumlahkannya.
Anak yang mengalami abnormalitas persepsi visual juga sering
tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri.
3. Asosiasi visual-motor
Kesulitan belajar matematika karena tidak dapatnya anak
untuk menghitung benda-benda secara berurutan sambil
menyebut bilangannya. Contohnya saat proses menghitung, anak
baru memegang benda keempat tetapi telah mengucapkan
“enam”. Permasalahan tersebut terkesan hanya menghafal
bilangan tanpa memahami maknanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
4. Kesulitan mengenali dan memahami simbol
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami
kesulitan dalam mengenal simbol dan menggunakan simbol-
simbol matematika seperti =, -, +, <, > dan sebagainya. Kesulitan
seperti ini dapat disebabkan oleh gangguan memori tetapi juga
dapat disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual.
5. Kesulitan dalam bahasa dan membaca
Gangguan bahasa dan membaca berpengaruk terhadap
kemampuan anak saat memecahkan permasalahan matematika
berbentuk cerita, sehingga berpengaruh di bidang matematika.
6. Performance IQ lebih rendah daripada skor verbal IQ
Berdasarkan hasil tes intelegensi dengan menggunakan
WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) menunjukan
bahwa anak berkesulitan belajar matematika memiliki skor PIQ
(Performance Intelligence Quotien) yang jauh lebih rendah
daripada skor VIQ (Verbal Intellegence Quotient). Tes intelegensi
memiliki dua subtes, tes verbal dan tes kinerja. Hasil tes yang
diperoleh menunjukan adanya kesulitan dalam memahami konsep
keruangan, gangguan persepsi visual, adanya gangguan asosiasi
visual-motor.
kesulitan belajar matematika adalah kesulitan belajar yang
dialamai oleh anak didik karena kesalahan proses pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
matematika yang berlangsung dan keterbatasan yang ada dalam diri siswa
untuk memahami matematika.
F. Pendekatan saintifik
Pendekatan saintifik atau pendekatan ilimiah (scientific
approach) adalah pendekatan yang ada di dalam Kurikulum 2013 dan
disarankan oleh pemerintah (Kemendikbud 2013) untuk
menerapkannya ke dalam pembelajaran. Berikut kriteri dalam
menjalankan pembelajaran dengan saintifik:
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukati guru-
peserta didik terbebas dari penyimpangan berfikir logis.
3. Mendorong siswa berfikir kritis, analitis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memecahkan masalah, dan mengaplikasikannya.
4. Mendorong siswa agar dapat melihat perbedaan atau kesamaan dari
permasalahan yang ada.
5. Mendorong siswa agar mampu memahami, menerapkan dan
mengembangkan pola berfikir yang rasional dan objektif dalam
merespon materi pembelajaran
6. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
7. Tujan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan
menarik dalam penyajiannya.
Berdasarkan kriteria yang ada, pendekatan ilmiah dilaksanakan
melalu kegiatan atau tahapan mengamati (observasing), menanya
(questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan
membentuk jejaring (networking).
Peraturan dari Kemendikbud nomor 103 tahun 2014 (lampir B
hal 27) menjelaskan bahwa tahapan dalam pendekatan ilimiah terdiri
dari:
1. Mengamati (Peserta didik diajak untuk mengamati dengan indra
seperti melihat, mendengar atau meraba terkait materi
pembelajaran yang disajikan dengan atau tanpa alat peraga)
2. Menanya (Peserta didik diajak untuk membuat dan mengajukan
pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum
dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai
klarifikasi.)
3. Menalar (Peserta didik diajak untuk menalar dengan cara berfikir
dan mengkaitkan antar konsep atau teori terkait persoalan yang
sudah disajikan)
4. Mencoba (Peserta didik diajak untuk mencoba mengerjakan
persoalan secara mandiri atau kelompok)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
5. Mengkomunikasikan (Peserta didik diajak untuk menyimpulkan
secara materi yang sudah dipelajari, menyusun laporan atau
menyajikan laporan)
Secara skema tahapan dalam pendekatan saintifik dapat
digambarkan alur pelaksanaanya di dalam proses pembelajaran
matematika. Berikut skema yang dapat dibentuk:
Gambar 2.2: Skema alur tahapan Pendekatan Saintifik
Pada tahapan awal, anak didik diajak untuk mengamati suatu
permasalahan yang ada. Anak didik menggali informasi dari
permasalahan tersebut dan akan diolah sekaligus disimpannya menjadi
sebuah pemahaman atau konsep. Berdasarkan hasil pengamatan dan
pemahaman yang diperoleh, anak didik diharapkan dapat mengajukan
pertanyaan pada tahapan kedua dan jawaban dari pertanyaan tersebut
akan disimpannya dan direkonstruksi menjadi sebuah pemahaman
baru. Selanjutnya pada tahapan ketiga anak didik diajak untuk menalar
dari kasus yang tidak jauh dari permasalahan yang diamati. Saat
ANAK DIDIK PERMASALAHAN1.Mengamati
PEMAHAMAN/KONSEP 2.Menanya
3.Menalar
4.Mencoba
5.Menyimpulkan
KASUSBERTINGKAT
LATIHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
menalar anak didik diharapkan mampu menggunakan pemahaman
yang sudah diketahuinya. Pada tahapan keempat anak didik diajak
untuk mencoba mengerjakan latihan baik secara mandiri maupun
kelompok. Selanjutnya di tahapan terakhir siswa diajak untuk
menyimpulkan dari apa yang sudah diamati, dipelajari dan dipahami.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pendekatan
saintifik adalah suatu metode atau pendekatan yang digunakan dalam
proses pembelajaran dengan melibatbatkan tahapan terurut di
dalamnya, yakni: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
menyimpulkan.
G. Relasi
Wibisono (2008: 87) menjelaskan pemahaman suatu relasi
dalam sebuah gambaran ada tidaknya interaksi atau koneksi antar
elemen-elemen dari dua atau lebih himpunan dalam urutan tertentu.
Secara definisi sebuah relasi melalui perkalian skalar pada koordinat
cartesian dimana sumbu-x mewakili variabel x dan sumbu-y mewakili
variabel y. Misalkan variabel x dan y adalah bilangan real dalam
interval tertutup, atau misalkan himpunan X={x1,x2} dan Y={y1,y2}
maka perkalian skalar yang dapat diperoleh:
X x Y = {(x1,y1), (x1,y2), (x2,y1), (x2,y2)}
Y x X = {(y1,x1), (y1,x2), (y2,x1), (y2,x2)}
X x X = {(x1,x1), (x1,x2), (x2,x1), (x2,x2)}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Y x Y = {(y1,y1), (y1,y2), (y2,y1), (y2,y2)}
Sama halnya dengan Guritman dan Supriyo (2004: 61-62) yang
mendefinisikan relasi sebagai hubungan dari himpunan A ke himpunan
B dengan sembarang subhimpunan A x B dengan notasi:
A x B = {(a, b) | a A, b B}
Setiap anggota dari A x B, misalnya (a, b), disebaut sebagai
pasangan terurut, kemudian a dan b disebut sebagai komponen
pertamam dan kedua dari (a, b). Untuk secara umum suatu relasi dapat
disimbolkan dengan R dimana x berada dalam R dengan y bila dan
hanya bila terdapat suatu fungsi F(x, y). Jadi dapat dituliska sebagai
berikut:
xRy F(x, y)
Untuk memaparkan suatu relasi Wibisono (2008: 77-78)
membuatnya ke dalam bentuk koordinat, matrik, dan pemetaan.
Berikut contoh paparan yang disajikan dengan R={(Microsoft,
Windows), (IBM, Os/2), (Macintosh, MacOS)}.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
1. Koordinat
Tanda titik pada gambar menjelaskan bahwa
pasangan tersebut terdapat relasi yang menghubungkan
kedua anggota himpunan.
2. Matrik
Nilai 1 menunjukan bila adanya relasi antara dua
pasangan terurut dan 0 menujukan tidak adanya relasi
antara dua elemen terurut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3. Pemetaan
Relasi adalah hubungan antara dua himpunan A ke himpunan
B, dalam urutan tertentu melalui perkalian skalar A x B yang dapat
disajikan dengan berbagai bentuk.
H. Penelitian yang relevan
Untuk menunjang penelitian lebih lanjut terkait proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, peneliti
menggunakan jurnal dan makalah sebagai dasar kajian penelitian yang
relevan, seperti penelitian:
a. Efriana (2014)
Tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut untuk
memperoleh deskripsi tentang penerapan pendekatan scientific
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Palu
Barat pada materi keliling dan luas daerah layang-layang. Penulis
memadukan pendekatan scientific dengan model pembelajaran
discovery learning sebagai alternatif pembelajaran agar
kedepannya siswa akan merasakan proses pembelajaran yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
berkesan dan bermakna. Jenis penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah penelitian tindakan kelas (PTK) sesuai dengan
pengembangan yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc. Taggart.
Subjek penelitian yang dilakukan adalah seluruh siswa kelas VII
MTsN Palu Barat yang berjumlah 34 siswa yang terdaftar pada
tahun 2013/2014.
Teknik pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan
penulis dengan melakukan observasi, wawancara, catatan lapangan,
dan tes akhir tindakan yang dianalisis dengan mengacu pada
analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (Sugiyono,
2012: 92–99), yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Penelitian ini dikatakan berhasil, jika aktivitas guru
dalam mengelolah pembelajaran di dalam kelas dan aktivitas
seluruh siswa selama mengikuti proses pembelajaran melalui
lembar observasi yang dianalisis minimal pada kategori baik, serta
meningkatnya hasil belajar siswa. Pada siklus I dan siklus II, hasil
belajar dikatakan meningkat apabila peneliti dalam menyajikan
materi keliling dan luas daerah layang-layang dapat dipahami oleh
siswa, yang ditandai dengan sebagian besar siswa dapat
menyelesaikan soal keliling dan luas daerah layang-layang dengan
benar.
Dalam pembahasan dikatakan bahwa proses pembelajaran
matematika dengan pendekatan saintifik yang dipadukan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
model pembelajaan discovery leaning dan kelas VII MTsN, Palu
Barat, dapat berjalan baik dan sesuai harapan. Peran Guru dalam
mengelola proses pembelajaran dan aktivitas siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran terbilang baik. Bahkan dari hasil
penelitian tersebut menunjukan adanya peningkatan hasil belajar
dan adanya antusias dari siswa selama berproses pembelajaran.
Siswa dapat menyelesaikan soal keliling dan luas daerah layang-
layang dengan benar.
b. Atsnan dan Gazali (2013).
Dalam jurnal yang ditulis oleh Astnan dan Gazali berisikan
penerapan pendekatan secara teoritis dan praksisnya dalam
pembuatan LKS (Lembar Kegiatan Siswa). Secara teoritis
dikatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik pada
pembelajaran matematika perlu melibatkan kerjasama antar disiplin
ilmu, seperti matematika dengan ilmu pengetahuan lainnya. Hal
tersebut bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran ke arah
belajar yang komprehemsif dan multidimensional mengenai isi dan
konsep matematika. Selanjutnya dengan pendekatan saintifik
diharapka siswa dapat lebih tertarik untuk mempelajari matematika.
Secara praksisnya Atsnan dan Gazali menuangkannya dalam
bentuk LKS yang sudah dikaji secara teoritis agar dalam
pelaksanaannya tidak menimbulkan miskonsepsi atau ambiguitas,
sehingga siswa lebih tertarik mempelajari matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Efriana dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran dengan
pendekatan saintifik dapat meningkatkan antusias siswa selama proses
belajar, serta sesuai dengan penelitian yang dilakuakn oleh Astnan dan
Gazali bahwa siswa lebih tertarik mempelajari matematika dengan
LKS yang dipersiapkan.
I. Kerangka berfikir
Kesulitan belajar yang dialami siswa kelas VIII SMPN 15
Yogyakarta dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan
saintifik menjadi permasalahan yang ingin digali lebih dalam untuk
dicari faktor apa saja yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan
belajar saat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
saintifik. Penyebab tersebut dapat ditinjau dari bebagai faktor, yaitu
faktor dari dalam diri siswa dan dari luar siswa, sehingga siswa
mengalami kendala selama mengikuti pembelajaran di kelas. Untuk
meninjau permasalahan tersebut peneliti melakukan penelitian dengan
melakukan pengamatan atau observasi pembelajaran di kelas dan
observasi aktivitas siswa di kelas. Untuk menggali lebih dalam
permasalahan tersebut, peneliti melakukan penyebaran angket dan
dilanjut dengan wawancara guru dan siswa. Penyebaran angket dan
wawancara guru dilakukan untuk menggali kendala apa saja yang di
alamai saat melaksanakan proses pembelajaran. Penyebaran angket
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dan wawancara siswa dilakukan untuk menggali kendala dari dalam
diri siswa.
Tahap terakhir peneliti melakukan analisis dari hasil
observasi, angket dan wawancara berupa persentase dan informasi
sesuai dengan indikator. Hasil analisis yang diperoleh dikelompokan
untuk dilihat permasalahan yang sering nampak dan dikaitkan dengan
teori yang terkait. Pemilahan hasil analisis dilakukan secara sistematis
dan dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang serupa.
Keseluruhan hasil analisis dapat dibuat kesimpulan terkait apa yang
menyebabkan siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta mengalami
kesulitan belajar dalam mengikuti pembelajaran matematika materi
dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif
kualitatif dengan cara melakukan observasi proses pembelajaran dan
aktivitas siswa di kelas, memberikan angket kepada siswa dan guru,
serta melakukan wawancara guru dan siswa.
B. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII J di SMPN 15
Yogyakarta yang berasal dari masyarakat menengah kebawah
(program KMS).
C. Objek penelitian
Objek yang menjadi penelitian adalah pendekatan saintifik dan
kesulitan belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
D. Bentuk data
Bentuk data yang disajkan adalah kuantitatif dan kualitatif.
Data kuantitatif berupa hasil lembar observasi proses pembelajaran,
aktivitas siswa dikelas, hasil angket siswa dan angket guru. Data
kualitatif berupa hasil wawancara guru dan wawancara siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
E. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
observasi proses pembelajaran dan aktivitas siswa dikelas, penyebaran
angket di akhir pembelajaran untuk guru dan siswa, serta wawancara
guru dan siswa.
1. Observasi proses pembelajaran
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data dilapangan
terkait proses pembelajaran matematika yang terjadi di dalam kelas
dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pengumpulan data
observasi ini akan dibantu dengan instrumen penelitian yang sudah
disediakan.
2. Observasi aktivitas siswa
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data dilapangan
terkait aktivitas siswa di kelas selama proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan pendekatan saintifik.
Pengumpulan data observasi ini dibantu dengan instrumen
penelitian yang sudah disediakan. Data yang dicari lebih berfokus
pada kesulitan siswa dalam mengikuti tahapan pendekatan saintifik.
3. Angket guru
Pengumpulan data dengan angket guru ini bertujuan untuk
memperoleh data secara personal terkait peranan dan kendalanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dalam membuat perangkat pembelajaran dan permasalahan saat
melakukan proses pembelajaran.
4. Angket siswa
Pengumpulan data dengan angket siswa ini bertujuan untuk
memperoleh data masing-masing siswa terkait kesulitan yang
dihadapi sebagai siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik.
5. Wawancara guru
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara guru
bertujuan untuk menggali data lebih dalam dari angket yang
diberikan. Bentuk data yang disajikan berupa transkrip wawancar
guru.
6. Wawancara siswa
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara siswa
bertujuan untuk menggali data lebih dalam dari angket siswa yang
diberikan. Akan dipilih 5 siswa untuk diwawancarai secara acak
hasil observasi aktivitas siswa dikelas. Bentuk data yang diperoleh
berupa transkrip wawancara siswa.
F. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang dipersiapkan oleh penulis berupa
lembar observasi proses pembelajaran dan aktivitas siswa dikelas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
lembar angket untuk guru dan siswa, serta lembar wawancara guru dan
siswa.
1. Lembar observasi
Lembar observasi yang disediakan berbentuk behavioral
checklist dengan memberikan keterangan mengenai muncul atau
tidaknya perilaku yang diobservasi dengan memberikan tanda cek
(√), sesuai dengan ide (Herdiansyah: 136). Lembar observasi ini
dibagi menjadi dua, yakni:
a. Lembar observasi pembelajaran
Lembar observasi proses pembelajaran dibuat
berlandaskan kisi-kisi yang berisikan aspek yang akan diamati
sesuai dengan indikator yang ada. Dari indikator tersebut
dijabarkan menjadi butir-butir kegiatan yang dilakukan oleh
guru selama proses pembelajaran. Setiap butir akan diberikan
tanda cek (√) pada kolom yang tersedia yang menandakan
muncul atau tidaknya dari hasil pengamatan. Berikut kisi-kisi
yang disediakan:
Tabel 3.1: Kisi-kisi lembar observasi proses pembelajaranNo Aspek yang
diamatiIndikator No
Butir
1.KegiatanPembuka
a. Mengucapkan salam kepadasiswa
1
b. Melakukan absensi siswa 2c. Mengatur situasi kelas 3d. Melakukan kegiatan
apersepsi4
e. Memberi motivasi kepadasiswa
5
f. Menyampaikan tujuan 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
pembelajaran
2 Kegiatan inti
a. Menjalankan tahapanmengamati
7
b. Mendampingi siswa dalammengamati
8
c. Menjalankan tahapanmenanya
9
d. Mendampingi siswa agardapat bertanya
10
e. Menjalankan tahapanmenalar
11
f. Mendampingi siswa dalammenalar
12
g. Menjalankan tahapanmencoba
13
h. Mendampingi siswa dalammencoba
14
i. Menjalankan tahapanmenyimpulkan
15
j. Mendampingi siswa dalammenyimpulkan
16
k. Menarik kesimpulan seluruhsiswa
17
3 Kegiatan penutup
a. Membuat rangkumankeseluruhan materi
18
b. Membuat evaluasi 19c. Melakukan refleksi 20
d. Melakukan tindak lanjutuntuk pertemuan selanjutnya
21
e. Memberikan tugas untuksiswa
22
4 Pelaksanaan RPP Melakukan pembelajaran sesuai RPP 23
b. Lembar observasi aktivitas siswa
Lembar observasi aktivitas siswa dibuat berlandaskan
kisi-kisi yang berisikan aspek yang akan diamati sesuai dengan
indikator yang ada. Dari indikator tersebut dijabarkan menjadi
butir-butir kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran. Setiap butir akan diberikan tanda cek (√) pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kolom yang tersedia yang menandakan muncul atau tidaknya
dari hasil pengamatan. Berikut kisi-kisi yang disediakan:
Tabel 3.2: Kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswaNo Aspek yang
diamatiIndikator No
Butir1 Kegiatan
pembukaKesiapan pembelajaran 1-4
2 Kegiatan inti Tahap mengamatia. Mengikuti proses
mengamati.5-7
b. Permasalahan dalam prosesmengamati.
8
Tahap menanyaa. Keterlibatan dalam
menanya persoalan.9, 11
b. Permasalahan dalammenanya.
10
Tahap menalarPermasalahan dalam menalar 12, 13Tahap mencoba
a. Keterlibatan dalammencoba persoalan.
14-15
b. Permasalahan dalammencoba.
16
Tahap menyimpulkanPermasalahan dalam menyimpulkan 18-19
2. Angket
Angket yang dibuat merupakan angket berstruktur dengan
jawaban tidak bebas. Pengisian angket berdasarkan dengan
kesesuaian pernyataan yang sudah di validasi oleh validator dan
memberikan tanda centang pada kolom jawaban Sangat Tidak
Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
a. Angket guru
Lembar angket guru dirancang sesuai dengan kisi-kisi
yang disediakan dengan indikator sebagai dasar pernyataan.
Selanjutnya pernyataan tersebut menjadi penilaian diri guru
terkait tidakan yang dilakukan, kesesuaian dengan perasaan
atau ide yang ada. Berikut kisi-kisi angket guru:
Tabel 3.3: Kisi-kisi angket guruNo Indikator No Butir1 Kesiapan RPP
a. Mempersiapkan RPP 1,4b. Kesesuaian RPP dengan Kurikulum 2013 2c. Permasalahan dalam pembuatan RPP dengan
pendekatan saintifik3
2 Pendekatan saintifika. Pandangan pendekatan saintifik bila
diterapkan untuk siswa5
b. Hasil yang dicapai dalam pembelajarandengan menggunakan pendekatan saintifikdan metode lain.
6
3 Kegiatan pembukaa. Mengucapkan salam di awal pembelajaran 7b. Mengkondisikan kelas 8c. Melakukan absensi 9d. Melakukan apersepsi 10e. Memotivasi siswa 11
4 Kegiatan Intia. Pengamatan terkait kesulitan siswa dalam
mengamati12
b. Pendampingan siswa saat proses mengamati 13c. Peranan diri dalam mendampingi siswa 14d. Memberikan contoh cara bertanya 15e. Pengamatan terkait kesulitan siswa dalam
bertanya16
f. Relasi dan interaksi dengan siswa 17, 19-22
g. Persiapan diri dalam melaksanakanpembelajaran
18, 21
h. Pendampingan siswa saat tahap mencobapersoalan yang diberikan
23
i. Pendampingan siswa saat menyimpulkanmateri yang telah dipeljari
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
5 Kegiatan Penutupa. Membuat rangkuman 25b. Melakukan evaluasi 26c. Melakukan refleksi bersama 27d. Memberitahukan pembelajaran selanjutnya 28e. Memberikan tugas untuk siswa 29
b. Angket siswa
Lembar angket siswa dirancang sesuai dengan kisi-kisi
yang disediakan dengan indikator sebagai dasar pernyataan.
Selanjutnya pernyataan tersebut menjadi penilaian diri siswa
terkait tidakan yang dilakukan, kesesuaian dengan perasaan
atau ide yang ada. Berikut kisi-kisi angket siswa:
Tabel 3.4: Kisi-kisi angket siswaNo Indikator No Butir1 Minat siswa
a. Ketertarikan dengan matematika 1b. Penyebab ketertarik dengan matematika 2, 3, 5c. Pendapat tentang matematika 4
2 Tahapan dalam pendekatan saintifika. Permasalahan dalam tahapan mengamati 6, 8, 9b. Sikap yang diambil dalam tahapan mengamati 7c. Permasalahan dalam tahapan menanya 10-15,
17d. Sikap yang diambil saat tahapan menanya 16e. Permasalahan dalam tahapan mencoba 20, 22,
21f. Sikap yang diambil saat tahapan mencoba 18, 19g. Permasalahan dalam tahapan menyimpulkan 25, 26h. Sikap yang diambil dalam tahapan
menyimpulkan24, 27
3 Cara guru mengajar 23
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara yang disediakan berbentuk terstruktur
sesuai dengan pemahaman (Herdiansyah: 121-122). Daftar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
pertanyaan sudah dipersiapkan dan telah divalidasi, kecepatan
wawancara terkendali, dan tidak ada improvisasi selama proses
wawancara.
a. Wawancara guru
Lembar wawancara guru dibuat sesuai dengan kisi-kisi
yang sudah dirancang dengan indikator yang ada sebagai
landasan dalam mengajukan pertanyaan. Berikut kisi-kisinya:
Tabel 3.5: Kisi-kisi pedoman wawanara guruNo Indikator No
Butir1 Persiapan RPP 12 Pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan
saintifik2
3 Pendapat terkait keterlibatan siswa dalam prosespembelajaran
3-4
4 Upaya dan hasil sebagai guru 65 Masukan untuk para guru dan pemerintah 7
b. Wawancara siswa
Lembar wawancara guru dibuat sesuai dengan kisi-kisi yang
sudah dirancang dengan indikator yang ada sebagai landasan
dalam mengajukan pertanyaan. Berikut kisi-kisinya:
Tabel 3.6: Kisi-kisi pedoman wawanara siswaNo Indikator No
Butir1 Pendapat terkait proses pembelajaran yang dibawakan
guru1,2
2 Keterlibatan dan kesulitan siswa dalam mengamati 3-43 Kesulitan siswa dalam bertanya 5,64 Kesulitan siswa dalam mencoba 75 Kesulitan siswa dalam menyimpulkan 8, 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
G. Teknik analisis data
Teknik analisis data akan dilakukan secara bertahap, yakni (1)
melakukan observasi proses belajar dan aktifitas siswa di kelas, (2)
memberikan angket kepada guru dan siswa, dan (3) melakukan
wawancara guru dan siswa.
1. Analisis hasil observasi proses pembelajaran dan akvifitas siswa di
kelas
Tahapan ini dilakukan pertama kali dengan tujuan untuk
memperoleh data berupa hasil pengamatan selama proses belajar
dan hasil pengamatan terkait aktifitas di kelas. Hasil pengamatan
akan sesuai dengan lembar observasi yang sudah dibuat penelit.
Indikator dari lembar observasi proses pembelajaran berupa
pelaksanaan RPP yang dibuat oleh guru, kesiapan guru dalam
memberikan pembelajaran matematika kepada siswa, dan cara guru
dalam menerapkan pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Indikator dari lembar observasi
aktivitas siswa berupa antusias siswa selama proses pembelajaran
di kelas, dan respon siswa terkait tahapan dalam pendekatan
saintifik yang sudah dipersiapkan guru. Setiap indikator pada
kedua lembar observasi terdapat suatu pernyataan dan jika
pernyataan tersebut terlaksana maka akan diberikan tanda (√) pada
kolom pilihan “ya” dan “tidak”. Selanjutnya untuk pilihan “ya”
akan diberikan skor 1 dan “tidak” akan diberi skor 0. Seluruh skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
pada tiap pilihan pernyataan akan ditotal dan dicari persentase rata-
ratanya. Berikut rumusan yang digunakan untuk analisis kedua
hasil observasi:
Rata-rata =
Persentase ketercapaian = x 100%
Persentase ketercapaian yang diperoleh menunjukan
banyaknya indikator yang terlaksana dalam proses observasi
pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas dalam bentuk persentase.
Contohnya, jika hasil persentase menunjukan mendekati 100% maka
dapat dikatakan indikator yang terlaksana terbilang ideal atau jika
hasil persentase menunjukan kurang dari 50% maka dapat dikatakan
indikator yang terlaksana terbilang kurang.
2. Analisis hasil angket guru dan siswa
Dalam analisis hasil angket guru dan siswa, peneliti
menggunakan Skala Likert sebagai alat ukur jawaban dari suatu
pernyataan pada indikator yang sudah ditentukan secara spesifik.
Setiap jawaban mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif dengan tingkat skor tersendiri sesuai dengan
Sugiyono (2011: 136-138), contohnya:
a. Sangat setuju/ selalu, sangat positif diberi skor 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
b. Setuju/ sering, positif diberi skor 4
c. Ragu-ragu/ kadang-kadang, netral diberi skor 3
d. Tidak setuju/ hampir tidak pernah, negatif diberi skor 2
e. Sangat tidak setuju/ tidak pernah, sangat negatif diberi skor 1
Sebaliknya jika suatu pernyataan bersifat negatif maka
pemberian skor untuk jawaban sangat setuju/ selalu diberi skor 1,
setuju/ sering diberi skor 2 dan seterusnya. Pada instrumen peneliti
menggunakan empat jawaban, sehingga skor yang diberikan untuk
pernyataan positif yaitu: Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3,
Tidak Setuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1.
Sebaliknya untuk pernyataan negatif diberikan skor sperti jawaban
Sangat Setuju (SS) = 1 dan seterusnya.
Selanjutnya peneliti menjumlahkan seluruh skor yang
sudah diakumulasi dengan banyaknya penjawab pada suatu
pernyataan. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dibagi dengan
jumlah skor ideal (4 x banyak penjawab) untuk memperoleh rata-
rata. Hasil rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan 100% untuk
menentukan persentase tingkat persetujuan. Berikut rumusannya:
Rata-rata skor =
Persentase = x 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Perolehan persentase yang diperoleh hasil dari angket guru
dan siswa menunjukan tingkat persetujuan dari guru dan siswa
terkait pernyataan yang ada pada angket. Jika persentase yang
diperoleh lebih dari 50% maka dapat dikatakan bahwa guru dan
siswa setuju dengan pernyataan yang ada pada angket. Sebaliknya
jika persentase yang diperoleh kurang dari 50% maka dapat
dikatakan bahwa guru dan siswa tidak setuju dengan pernyataan
yang ada pada angket.
3. Analisis hasil wawancara guru dan siswa
Setelah membagi angket kepada guru dan siswa selanjutnya
dilakukan wawancara kepada guru dan siswa untuk menggali lebih
dalam secara personal. Wawancara guru dilakukan untuk menggali
lebih dalam terkait permasalahan yang dihadapi dalam melakukan
proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik.
Begitu juga dengan siswa, wawancara dilakukan untuk meninjau
lebih dalam terkait kendala yang dihadapi saat mengikuti tahapan
pada pendekatan saintifik. Selanjutnya hasil wawancara diolah dan
dijadikan sebagai tolak ukur dari hasil observasi dan angket.
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan
prosedur penelitian. Adapun tahap pelaksanaan penelitian sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi penyusunan dan pengajuan
proposal, mengajukan ijin penelitian, serta penyusunan instrumen
dan perangkat penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti akan melaksanakan penelitian dengan
metode yang sudah direncanakan.
3. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini terdiri dari proses analisis data dan
penyusunan laporan penelitian.
I. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Berdasarkan dengan prosedur pelaksanaan penelitian yang telah
dibuat. Jadwal pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7: Jadwal pelaksanaan penelitianNo Tahap/ Kegiatan penelitan Waktu pelaksanaan1 Pengajuan proposal ke pihak terkait Akhir September 20152 Menyusun instrumen dan perangkat
penelitianAwal September 2015
3 Melaksanakan penelitian Oktober 20154 Analisi data dan penyusunan laporan Oktober-November 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Hasil penelitian yang disajaikan dibagi menjadi tiga bagian, yakni
hasil observasi, hasil angket, dan hasil wawancara. Penyajian hasil
observasi sesuai dengan instrumen yang sudah dipersiapkan dalam metode
penelitian.
1. Hasil observasi
Observasi yang dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2015, dari
pukul 08.50-10.25 (ada jeda istirahat 15 menit) diperoleh hasil
observasi proses pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas sebagai
berikut:
a. Hasil observasi proses pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran di kelas,
persentase rata-rata ketercapaian indikator yang terlaksana adalah
52 %. Indikator yang nampak dalam proses pembelajaran masih
jauh dari proses pembelajaran yang ideal, karena dari 23 indikator
yang ada hanya 12 yang (dapat dilihat pada lampiran tabel 1.1).
Untuk lebih memperjelas, berikut deskripsi kegiatan yang dibagi
kedalam 4 aspek pengamatan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
1) Kegiatan pembuka
Pada kegiatan pembuka terdapat 6 indikator
kegiatan yang harus tercapai. Perolehan persentase rata-rata
ketercapaian indikator pada kegiatan pembuka adalah 67 %.
Ada 2 indikator kegiatan yang tidak terlaksana, yakni guru
tidak melakukan kegiatan absensi (no 2) dan guru tidak
memberi motivasi untuk siswa (no 5). Selebihnya untuk
kegiatan seperti mengucapkan salam, mengatur situasi kelas,
melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran
sudah terlaksana. Guru membuka pelajaran dengan salam,
tanpa melakukan absensi dan mencoba untuk mengkondisikan
kelas agar tenang, walaupun hasilnya masih ada siswa yang
tidak merespon guru dan tetap ramai. Apersepsi yang
dilakukan guru kurang mendalam seputar relasi, tidak
menunjukan sikap memotivasi, dan terkesan terburu-buru
sehingga tujuan pembelajaran terkait relasi tidak tersampaikan
dengan baik.
2) Kegiatan inti
Pada kegiatan inti terdapat 11 indikator kegiatan
yang harus tercapai. Perolehan persentase rata-rata
ketercapaian indikator kegiatan pada kegiatan inti adalah
adalah 64%. Ada 4 indikator yang tidak terlaksana, yakni: (a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
guru tidak melaksanakan tahapan menanya (no 9), (b) guru
tidak mendampingi siswa agar dapat bertanya (no 10), (c) guru
tidak menjalankan tahapan menyimpulkan (no 15), dan (d)
guru tidak mendampingi siswa untuk menyimpulkan (no 16),
sisanya indikator sudah terlaksana. Untuk deskripsi
pelaksanaannya, sesuai dengan keterangan yang tercantum,
pada tahapan mengamati guru hanya memanfaatkan papan
tulis sebagai media pembelajaran untuk menjelaskan
pemahaman relasi dengan menggambarkan diagram panah dan
relasinya (relasi yang diberikan sesuai dengan lampiran RPP,
kegiatan inti nomer urut 1). Selama tahap mengamati, guru
mencoba untuk mendampingi siswa agar lebih mudah
memahami diagram panah dan relasinya. Setelah tahapan
mengamati, guru langsung masuk pada tahapan menalar tanpa
melakukan tahapan menanya. Pada tahapan menalar siswa
diberikan persoalan yang lebih rumit seperti pada gambar 4.1.
Siswa diminta untuk menalar terkait relasi “Satu kurangnya
dari dua kali A” dengan A={1,2,3,4} dan B={1,2,3,. . .,8} dan
siswa diminta untuk menentukan diagram panahnya. Saat
siswa kesulitan dalam menalar, terlihat dari tidak adanya siswa
yang bisa menjawab, guru meminta salah satu siswa untuk
maju dan mendampinginya dalam menjawab persoalan.
Selanjutnya secara mandiri siswa diminta untuk maju membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
diagram panah yang belum terjawab dan guru ikut
mendampingi saat proses menjawab seperti gambar 4.2.
Gambar 4.1: Siswa selesai memberikan tanda panah.
Gambar 4.2: Guru menjelaskan ulah hasil pekerjaan siswa.
Tahap selanjutnya adalah tahap mencoba dan guru
meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompok. Kelompok
dibentuk secara mandiri, cukup dengan teman sebangku, depan
dan belakang. Selama proses diskusi ada dua guru bantu yang
ikut mendampingi dengan cara mendatangi tiap kelompok.
Setelah kegiatan diskusi, guru meminta siswa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
mengkomunikasikan hasil diskusinya di depan kelas seperti
pada gambar 4.3.
Gambar 4.3: Siswa mengkomunikasikan hasil diskusinya.
Gambar 4.4: Guru menjelaskan ulang hasil diskusi siswa.
Setelah kelompok selesai mengkomunikasikan hasil
diskusinya, guru masuk ke kegiatan penutup tanpa melakukan
tahapan menyimpulkan. Guru hanya meminta persetujuan dari
kelompok lain terkait benar atau tidaknya pekerjaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dipaparkan kelompok yang telah maju. Dalam RPP guru
menuliskan tahapan menyimpulkan sebagai tahapan
mengasosiasi (lampiran RPP, kegiatan inti nomer urut 9)
dengan isi siswa menyimpulkan cara menyajikan relasi dalam
bentuk diagram panah, himpunan pasangan berurutan, tabel
dan diagram titik.
3) Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup terdapat 5 indikator yang
harus tercapai. Perolehan persentase rata-rata ketercapaian
indikator adalah 20%. Hanya 1 indikator yang terlaksana dan 4
indikator lainnya tidak terlaksana. Indikator yang terlaksana
terkait membuat rangkuman dan pemberian tugas untuk siswa.
Secara deskripsi kegiatan, guru tidak memberikan rangkuman
dari keseluruhan materi yang telah dipelajari, namun guru
memngajak siswa secara interaktif untuk menyimpulkan materi
yang sudah dipelajari . Akibat keterbatasan waktu guru tidak
sempat melakukan refleksi, evaluasi, dan memberi
perencanaan untuk materi kedepannya. Di akhir waktu guru
memberikan tugas terkait fungsi dan bukan fungsi yang
kedepannya akan dipelajari di pertemuan selanjutnya.
Selebihnya guru membagikan hasil UTS dan
mendiskusikannya dengan seluruh siswa dikarenakan nilai
yang diperoleh tidak tuntas semua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
4) Pelaksanaan RPP
Berdasarkan ketercapaian pelaksanaan RPP
(ditinjau dari lampiran RPP) dalam pembelajaran di kelas tidak
terpenuhi dan perolehan persentase rata-ratanya hanya 43%.
Ada 12 kegiatan yang tidak terlaksana dalam proses
pembelajaran dari 21 kegiatan yang sudah dibuat oleh guru.
b. Hasil observasi aktivitas siswa di kelas
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa di kelas,
perolehan persentase rata-rata ketercapaian indikator adalah 42%.
Perolehan persentase tersebut menunjukan bahwa ketercapaian
yang diperoleh jauh dari harapan karena kurang dari setengahnya,
dari 19 indikator hanya 8 yang terpenuhi (dapat dilihat pada
lampiran tabel 1.2). Untuk lebih memperjelas, berikut deskripsi
hasil observasi aktivitas siswa dikelas selama proses pembelajaran:
1) Kegiatan pembuka
Perolehan persentase ketercapaian pada kegiatan
pembuka adalah 33%. Ada 2 dari 4 indikator yang belum
tertpenuhi. Saat proses pembelajaran sudah dimulai masih ada
siswa yang berada diluar kelas. Siswa yang ada di dalam kelas
sudah duduk di bangku masing-masing. Suasana kelas pada
kegiatan pembuka tidak kondusif. Siswa nampak ramai dan
masih sibuk sendiri, berbicara atau bercanda dengan teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
sekelas. Terkait persiapan buku catatan atau buku paket,
sebagian siswa sudah mempersiapkannya. Saat guru sudah
mulai memasuki kegiatan apersepsi, siswa cenderung tidak
memperhatikan dan beberapa ada yang melamun.
2) Kegiatan inti
Perolehan persentase rata-rata ketercapaian pada
kegiatan inti adalah 40%. Ada 9 dari 15 indikator yang tidak
tercapai dalam kegiatan inti. Berikut deskripsi kegiatan inti
yang dibagi sesuai dengan tahapan dalam pendekatan saintifik:
a) Tahapan mengamati
Saat proses mengamati sedang berlangsung,
mulanya siswa masih duduk ditempat masing-masing dan
tidak banyak siswa yang ikut mengamati. Ditengah proses,
siswa yang tadinya di luar kelas, mulai masuk kelas dan
menyebabkan beberapa siswa harus pindah tempat duduk.
Suasana kelas menjadi terganggu dengan kedatangan
mereka. Saat guru menjalankan tahapan mengamati dan
memberikan pertanyaan pada seluruh siswa terkait apa
yang sudah diamati, tidak ada siswa yang menanggapi.
Siswa cenderung diam atau beberapa ada yang sibuk
berbicara dengan teman sebangkunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
b) Tahapan menanya
Di dalam kegiatan inti tahapan menanya tidak
nampak di bawakan oleh guru, namun aktivitas menanya
yang dilakukan siswa lebih cenderung muncul secara
mandiri ketika berada di luar tahapan menanya. Siswa
dapat bertanya secara mandiri ketika tahapan mencoba
dalam diskusi kelompok. Pada RPP kegiatan inti no urut 2
(lampiran RPP) guru menuliskan bahwa saat tahapan
menanya siswa diharapkan bertaya, “Apa hubungan antara
dua himpunan tersebut?” yang mengarah pada
permasalahan pada tahapan mengamati.
c) Tahapan menalar
Pada tahapan menalar siswa mengalami kesulitan
dalam menganalisis persoalan yang diberikan oleh guru.
Ada siswa yang menanyakan maksud dari persoalan
tersebut dan ada juga yang tidak memperhatika atau
berbicara dengan teman sebangku.
d) Tahapan mencoba
Tahapan mencoba dilakukan dengan model diskusi
kelompok. Selama diskusi beberapa siswa dalam
kelompok tidak ikut terlibat dalam pengerjaannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
cenderung diam atau membicarakan hal lain. Terlebih
kelompok yang duduk di bangku paling belakang. Mereka
tidak berdiskusi melainkan sibuk dengan melakukan
candaan atau saling bergurau. Selama proses diskusi
beberapa siswa ada yang bertanya secara mandiri terkait
kesulitan yang ditemukan dalam lembar kerjanya, tetapi
ada juga yang menanyakan hal-hal diluar konteks.
e) Tahapan menyimpulkan
Pada kegiatan inti, tahapan menyimpulkan tidak
nampak dilakukan oleh guru, sehingga tidak ada aktivitas
siswa yang dapat diamati. Jika meninjau RPP yang dibuat
oleg guru (kegiatan inti nomer urut 4 dan 9, dengan
sebutan mengasosiasi), maka seharusnya aktivitas yang
diharapkan siswa dapat menyimpulkan definisi dari suatu
relasi serta cara menyajikan relasi dalam bentuk diagram
panah, himpunan pasangan berurutan, tabel dan diagram
titik. Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa
menyimpulkan materi yang sudah dipelajari, sesuai RPP
(lampiran RPP), sehingga aktivitas yang diharapkan yaitu
siswa mampu menyimpulkan terkait relasi dan penyajian
relasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
2. Hasil angket guru
Berdasarkan hasil angket guru (dapat dilihat pada lampiran
tabel 1.3), perolehah persentase rata-rata suatu pernyataan adalah 60%
sebagai persentase tertinggi sekaligus persentase yang paling banyak
diperoleh pada suatu pernyataan dan 40% sebagai perolehan persentase
terendah. Perolehan persentase 60% dapat ditunjukan pada indikator
yang dideskripsikan sebagai berikut:
a. Kesiapan RPP
Guru sudah mempersiapkan RPP dengan baik (no 1), sesuai
aturan Kurikulum 2013 (no 2), tidak mengalami kesulitan dalam
pembuatan RPP (no 3) dan yakin dengan RPP yang telah
dipersiapkan untuk proses pembelajaran dapat berjalan sesuai
tujuan (no 4).
b. Pendapat tentang pendekatan saintifik
Guru sepakat bila pendekatan saintifik baik untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran matematika (no 5). Guru
sudah melaksanakan proses pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik dengan berbagai metode dan hasil yang
diperoleh baik (no 6).
c. Kegiatan pembuka
Pada kegiatan pembukaan guru merasa sudah menjalankan
seluruh tahapan seperti mengucapkan salam (no 7), melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
absensi (no butir 9), mengkondisikan kelas agar kondusif (no 8),
melakukan apersepsi (no butir 10) dan memotovasi siswa (no 11).
d. Kegiatan inti
Pada kegitan inti guru merasa siswa tidak kesulitan dalam
proses mengamati (no 12) dan selama proses berlangsung sudah
dilakukan pendampingan dalam mengamati (no 13). Siswa dirasa
kesulitan dalam membuat pertanyaan (no 16) dan guru merasa
sudah mengarahkan siswa agar dapat bertanya (no 15). Guru
sependapat bahwa siswa kesulitan mencoba karena tidak tahu cara
mengerjakan (no 23). Guru merasa sudah melakukan
pendampingan agar siswa dapat menyimpulkan (no 24). Guru
merasa sudah berelasi dan berinteraksi dengan siswa, bersikap
tegas, terbuka dan memberi motivasi untuk siswa (no 17-20 dan no
22).
e. Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup guru merasa sudah menjalankan
seluruh kegiatan seperti membuat rangkuman (no butir 25),
melakukan evaluasi (no butir 26), mengajak siswa untuk berefleksi
(no butir 27), memberitahukan siswa materi yang akan dipelajari
selanjutnya (no butir 28) dan memberi tugas untuk siswa (no butir
29).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Selanjutnya untuk perolehan persentase rata-rata 40% dapat
ditunjukan pada kegiatan inti seperti: guru merasa tidak maksimal
dalam mendampingi siswa dikarenakan siswa sulit untuk diatur (no
butir 14), guru merasa siswa kesulitan mengamati karena persiapan
dalam mengajar tidak lengkap (no butir 18), dan guru merasa kesulitan
dalam menjalankan pendekatan saintifik (no butir 21).
3. Hasil angket siswa
Angket diberikan kepada siswa sepuluh menit terakhir sebelum
kegiatan pembelajaran selesai. Angket yang di bagikan sebanyak 33
lembar sesuai dengan banyaknya siswa yang masuk dan dikembalikan
sama banyaknya.
Dari hasil pengolahan data angket siswa (dapat dilihat pada
lampiran tabel 1.4) diperoleh rata-rata score akhir berbentuk persentase
yang kemudian disajikan dalam bentuk diagram batang. Berikut
penyajian data berdasarkan minat siswa dan tahapan dalam pendekatan
saintifik:
a. Minat Siswa
Berikut penyajian data minat siswa yang diolah dari hasil
rata-rata skor akhir dan di ubah dalam bentuk persentase.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Gambar 4.5: Hasil persentase minat siswa
Hasil pengolahan data menunjukan perolehan persentase
pada pernyataan “saya tidak menyukai matematika” adalah
66%, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa menyukai
matematika. Pernyataan tersebut didukung dengan perolehan
persentase 58% yang menunjukan bahwa siswa suka dengan
matematika karena mudah dan 71% yang menunjukan bahwa
siswa menyukai matematika karena cara guru mengajar
menyenangkan. Pada pernyataan “saya merasa matematika sulit
dipahami” perolehan persentasenya adalah 57% yang
menunjukan bahwa siswa merasa matematika cukup mudah
untuk dipahami. Secara keseluruhan berdasarkan persentase
rata-rata yang diperoleh menunjukan bahwa siswa minat dengan
matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
b. Tahapan dalam pendekatan saintifik
Dari hasil pengolahan angket diperoleh hasil persentase
setiap tahapan pada pendekatan saintifik. Berikut penyajian data
tahapan dalam pendekatan saintifik yang diolah berdasarkan hasil
rata-rata skore akhir yang kemudian diubah dalam bentuk
persentase serta disajikan dalam bentuk diagram batang.
1) Tahapan mengamati
Gambar 4.6: Hasil persentase tahapan mengamati
Pada tahapan mengamati perolehan persentase rata-rata
pernyataan “saya merasa kesulitan dalam mengamati persoalan
matematika yang dibawakan oleh guru” adalah 57%. Siswa
tidak merasa kesulitan dalam mengamati persoalan. Hal tersebut
didukung dengan pernyataan siswa merasa tahu cara mengamati
dan sebagian mudah dalam mengamati dengan perolehan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
persentase rata-rata 73% dan 57%. Perolehan pesentase rata-rata
pernyataan “saya lebih memilih berbicara dengan teman dari
pada mengamati.” adalah 73%, hal tersebut menunjukan bahwa
mereka fokus dalam mengerjakan. Secara keseluruhan
berdasarkan persentase rata-rata yang diperoleh menunjukan
bahwa siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengamati.
2) Tahapan menanya
Gambar 4.7: Hasil persentase tahapan menanya
Pada tahapan menanya, perolehan persentase rata-rata
pernyataan “saya tidak tahu apa yang ingin ditanyakan bila
diminta untuk bertanya” adalah 61% yang menunjukan bahwa
siswa tahu terkait apa yang ingin ditanyakan. Pernyataan
tersebut didukung dengan pernyataan mereka merasa bertanya
itu mudah dan mereka tahu cara bertanya dengan perolehan
persentase rata-rata 69% dan 77%. Berdasarkan perolehan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
persentase rata-rata pernyataan “saya berani bertanya bila belum
paham” adalah 80%. Pernyataan tersebut didukung dengan
pernyataan bahwa mereka berani bertanya karena tidak takut
dianggap bodoh dan tidak takut dimarahi guru dengan perolehan
persentase rata-rata masing-masing 73% dan 77%. Selanjutnya
perolehan persentase rata-rata yang menunjukan siswa akan
bertanya bila belum paham adalah 64%. Secara keseluruhan
berdasarkan persentase rata-rata yang diperoleh menunjukan
bahwa siswa tidak mengalami kesulitan dalam bertanya karena
siswa tahu cara bertanya, siswa merasa bertanya itu mudah, dan
siswa tidak takut untuk bertanya, sehingga siswa akan bertanya
bila belum paham.
3) Tahapan mencoba
Gambar 4.8: Hasil persentase tahapan mencoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Pada tahapan mencoba, perolehan persentase rata-rata
pada pernyataan “saya tidak tertarik mengerjakan soal karena
tidak paham dari awal” adalah 67%. Pernyataan tersebut
menunjukan bahwa siswa tertarik dalam mengerjakan soal
karena siswa paham materi yang disampaikan dari awal.
Pernyataan tersebut pun menunjukan bahwa siswa tidak
mengalami kesulitan saat mencoba karena tidak paham materi
yang diberikan dari awal. Perolehan persentase rata-rata
pernyataan “saya mau mengerjakan persoalan bila mendapat
poin tambahan” adalah 52% yang menunjukan bahwa siswa
mau mengerjakan persoalan jika ada poin tambahan yang
kedepannya dapat dijadikan sebagai motivasi untuk siswa agar
mau berusaha. Selanjutnya siswa merasa suka dengan guru dan
berani mengerjakan soal dengan perolehan persentase rata-rata
72% dan 71%. Siswa juga memilih mengerjakan soal dari pada
berbicara dengan teman yang terlihat dari perolehan persentase
rata-rata 69%. Secara keseluruhan berdasarkan persentase rata-
rata yang diperoleh menunjukan bahwa siswa tidak kesulitan
saat mencoba persoalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
4) Tahapan menyimpulkan
Gambar 4.9: Hasil persentase tahapan menyimpulkan
Pada tahapan menyimpulkan, perolehan persentase rata-
rata 64% pada pernyataan “saya tidak tahu apa yang harus
disimpulkan dari apa yang harus dipelajari” menunjukan bahwa
siswa merasa tahu apa yang harus disimpulkan dari materi yang
sudah diberikan. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan
bahwa siswa dapat dengan mudah menarik kesimpulan dan
dapat berpendapat dari apa yang sudah dipelajari dengan
perolehan persentase rata-rata 66% dan 69%. Terlebih
pernyataan siswa dengan perolehan score 67% yang
menunjukan bahwa siswa merasa senang bila diminta untuk
berpendapat. Secara keseluruhan berdasarkan persentase rata-
rata yang diperoleh menunjukan bahwa siswa tidak mengalami
kesulitan dalam menyimpulkan karena siswa tahu apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
harus disimpulkan, siswa merasa mudah untuk menyimpulkan
dan siswa merasa senang saat diminta untuk menyimpulkan.
4. Hasil wawancara
Pada tanggal 21 Oktober 2015, wawancara guru dilakukan saat
pada jam istirahat dan wawancara siswa dilakukan setelah proses
pembelajaran selesai. Berikut hasil wawancara yang telah dilakukan
(terlampir pada lampiran A):
a. Hasil wawancara guru
Wawancara dilakukan pada jam istirahat pukul 09.30 –
09.45 di ruang guru. Dalam wawancara tersebut peneliti menggali
informasi sesuai dengan pedoman wawancara guru yang sudah
dibuat. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dideskripsikan
bahwa guru sudah mempersiapkan RPP jauh hari sebelumnya
untuk empat kali pertemuan dan tidak mengalami kendala dalam
pembuatannya (dapat dilihat pada lampiran a.1).
Peneliti : Sejauh apa persiapan pembuatan RPP yanganda lakukan?
Guru : Persiapan dilakukan di awal Bab dibuat 4pertemuan. Untuk kendalanya tidak ada.
Untuk proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik
guru merasa siswa susah untuk diarahkan agar dapat menanya
dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan, sesuai tujuan
pembelajaran (lampiran a.1).
Peneliti : Apa yang anda rasakan saat melaksanakanpembelajaran di kelas dengan pendekatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
saintifik dan metode yang diberikan?Guru : Siswa susah diarahkan untuk menanya
dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevandengan tujuan pembelajaran.
Guru juga merasa siswa terkendala pada kegiatan
mengomunikasikan. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang,
lebih cenderung main dan berbicara dengan teman lain. Dari
permasalahan tersebut guru merasa kegiatan pembelajaran tidak
maksimal dalam mengomunikasikan atau menanya. Guru juga
merasa bahwa siswa yang dihadapinya selama proses pembelajaran
terlihat kurang termotivasi untuk belajar.
Peneliti : Apa yang anda rasakan saat melaksanakanpembelajaran di kelas dengan pendekatansaintifik dan metode yang diberikan?
Guru : . . . Kemudia dikegiatan mengomunikasikanuntuk kelas yang saya ampu agak terkendaladibandingkan kelas lain. Aktivitas siswadalam pembelajaran kurang, lebih cenderungmain dan ngobrol sehingga tidak maksimaldalam mengomunikasikan atau menanya.Terlihat kurang termotivasi untuk belajar.
Tanggapan guru terkait siswa yang berkesulitan belajar
dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih
merasa bahwa pada dasarnya pendekatan saintifik tetap dijalankan,
tetapi saat proses evaluasi nilai yang diperoleh siswa tidak
mencapai batas ketuntasan sehingga harus dilakukan remidial.
Peneliti : Apa tanggapan anda dengan siswa yangkesulitan mengikuti proses pembelajarandengan pendekatan saintifik?
Guru : Pada dasarnya Saintifik tetep saya jalankanpada semestinya tetapi anak-anak saatdilakukan proses evaluasi nilai yangdiperoleh tidak mencapai batas ketuntasan,sehingga saya harus melakukan remidial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
klasikal atau satu kelas, tidak menggunakansaintifik lagi.
Upaya yang dilakukan guru agar siswa mampu mengikuti
proses pembelajaran adalah dengan memberikan motivasi agar
siswa lebih kondusif dan bertanggung jawab dalam mengerjakan
tugas-tugas.
Peneliti : Sejauh ini upaya apa yang sudah andalakukan agar siswa mampu mengikuti prosespembelajaran?
Guru : Upaya saya dengan memberikan motivasiagar mereka dapat belajar dengan kondusifdan lebih bertanggung jawab di dalammengerjakan tugas-tugas, baik itu individumaupun kelompok. Dengan begitudiharapkan pembelajaran dapat optimal.
Guru merasa bahwa hasil dari upayanya melaksanakan
proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik
membuat siswa lebih mudah mengingat karena mengikuti proses
menemukan rumus, tetapi untuk penguasaan variasi soal-soal siswa
cenderung lemah.
Peneliti : Apa hasil dari upaya yang sudah andalakukan? Perubahan apa yang nampak padasiswa?
Guru : Untuk perubahan dengan menggunakanSaintifik ini dalam proses menemukan rumuslebih mengena. Jadi siswa lebih mudahmengingat karena mengikuti prosesnya,menemukan sendiri. Akan tetapi untukpenguasaan variasi soal-soal, terlebihmatematika, siswa cenderung lemah. Bilapemberian variasi soal diberikan akanterhambat oleh waktu.
Masukan dari guru untuk para guru matematika agar guru
lebih mempersiapkan RPP, prota, prosen terlebih media
pembelajaran agar saat prosesnya dapat berjalan Untuk pemerintah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
guru mengharapkan aturan yang diberlakukan tidak menimbulkan
perdebatan dikalangan para guru, contohnya dalam perlu atau
tidaknya penulisan tujuan pada RPP.
Peneliti : Apakah anda punya masukan untuk para gurumatematika serta pemerintah?
Guru : Masukan yang pertama untuk para guru lebihmempersiapkan lagi RPP, prota, prosen terlebihmedia pembelajaran agar saat prosesnya dapatberjalan lebih optimal. Selanjutnya untukpemerintah lebih ke aturan, karena ada beberapaaturan yang menimbulkan perdebatandikalangan guru-guru terkait pembuatan RPPdalam menuliskan tujuan, itu boleh ditulis bolehtidak, hal itu sepertinya sederhana tetapimenimbulkan permasalahan dikalangan guru-guru.
b. Hasil wawancara siswa
Wawancara siswa dilakukan diluar jam pembelajaran
tepatnya setelah pembelajaran selesai dengan memilih 5 siswa yang
sudah ditentukan oleh guru. Setiap siswa ditanya satu-persatu untuk
menggali lebih informasi terkait kendala yang dirasakan selama
proses pembelajaran dikelas. Berikut deskripsi hasil wawancara
kelima siswa terkait proses pembelajaran yang dibawakan oleh
guru dan keterlibatan atau kesulitan siswa dalam mengikuti tahapan
dalam pendekatan saintifik:
1) Proses pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara, Kelima siswa merasa
proses pembelajaran yang dibawakan oleh guru terasa
menyenangkan (dapat dilihat pada lampiran a.2.1-a.2.5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Mereka merasa senang karena tidak banyak aturan
yang diberikan oleh guru sehingga siswa merasa nyaman
(lampiran a.2.1, a.2.2, c.2.5 baris 4).
Peneliti : Apa yang dirasakan selama proses pembelajarandengan guru kalian tadi?
Siswa 1 : Senang masPeneliti : Senangnya bagaimana? Mungkin bisa
dijelaskanSiswa 1 : Ga banyak aturan dan enak
Peneliti : Apa yang dirasakan selama prosespembelajaran dengan guru kalian tadi?
Siswa 2 : Senang masPeneliti : Senangnya bagaimana?Siswa 2 : Ga ada halangan, bisa bebas
Peneliti : Apa yang dirasakan selama prosespembelajaran dengan guru kalian tadi?
Siswa 5 : SenangPeneliti : Senangnya bagaimana?Siswa 5 : Guru menyenangkan
Menurut siswa 4 cara guru dalam mengajar dapat
membuat mereka menjadi paham (lampiran a.2.4). Diperjelas
oleh siswa 5 bahwa cara guru dalam mengajar membuatnya
paham karena guru mau mengulang untuk menjelaskan (
lampiran a.2.5, baris 6).
Peneliti : Apakah kamu merasa kesulitan dengan caramengajar guru kalian? Apa alasannya?
Siswa 4 : Tidak mas, kadang langsung paham
Peneliti : Apakah kamu merasa kesulitan dengan caramengajar guru kalian? Apa alasannya?
Siswa 5 : Tidak mas, karena diulang-ulang saatmenjelaskan
Berbeda dengan siswa 2 dan siswa 3 yang merasa
kesulitan dalam memahami penjelasan guru (lampiran a.2.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dan a.2.3). Siswa 2 merasa kesulitan saat guru menjelaskan
diagram panah (lampiran a.2.2) dan siswa 3 merasa bahwa
matematika pada dasarnya sulit dipahami (lampiran a.2.3).
Peneliti : Apakah kamu merasa kesulitan dengan caramengajar guru kalian? Apa alasannya?
Siswa 2 : Sedikit kesulitanPeneliti : Kesulitan dibagian apa?Siswa 2 : Menentukan diagram panahnya.
Peneliti : Apakah kamu merasa kesulitan dengan caramengajar guru kalian? Apa alasannya?
Siswa 3 : Lumayan sulit masPeneliti : Kesulitan dibagian apa?Siswa 3 : Lupa mas, matematika memang sulit
2) Tahapan mengamati
Pada tahapan mengamati siswa 1 tidak ikut mengamati
dengan alasan mengantuk dan lapar, tetapi paham dengan
materi yang diberikan. Untuk sisanya, keempat siswa ikut
mengamati. Mereka merasa bingung dan kesulitan (lampiran
a.2.2, a.2.4, dan a.2.5) serta kesulitan dalam memahami
penjelasan yang disampaikan oleh guru (lampiran a.2.3 baris
10).
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu dimintauntuk mengamati persoalan yang diberikan,Apakah kamu ikut mengamati? Apa yangkamu rasakan?
Siswa 2 : Ikut mengamati, kadang bingung
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu dimintauntuk mengamati persoalan yang diberikan,Apakah kamu ikut mengamati? Apa yangkamu rasakan?
Siswa 3 : Ikut mengamati, tapi sulit memahami
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
untuk mengamati persoalan yang diberikan,Apakah kamu ikut mengamati? Apa yangkamu rasakan?
Siswa 4 : Ikut mengamati, sempat kesulitan dan bingung
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu dimintauntuk mengamati persoalan yang diberikan,Apakah kamu ikut mengamati? Apa yangkamu rasakan?
Siswa 5 : Ikut mengamati, sempat kesulitan
Siswa 2 kesulitan dalam membuat diagram panah
(lampiran a.2.2), siswa 3 kesulitan kerena penjelasan dari guru
terlalu cepat (lampiran a.2.3), siswa 4 kesulitan memahami
soal yang disajikan dalam bentuk penalaran (lampiran a.2.4),
dan siswa 5 kesulitan karena tidak fokus saat memperhatikan
dan sempat berbicara dengan teman (lampiran a.2.5).
Peneliti : Apa yang buat kamu bingung?Siswa 2 : Menghubungkan diagram panahnya.
Peneliti : Sulit memahaminya bagaimana?Siswa 3 : Gurunya kecepetan
Peneliti : Sulit dan bingungnya dibagian apa? Saatdiminta menentukan relasi dalam bentukperkalian?
Siswa 4 : Iya yang itu, saat diminta mengalikan
Peneliti : Sulit dibagian apa?Siswa 5 : Lupa
Peneliti : Lho kenapa lupa? Ikut memperhatikan ataungobrol dengan teman?
Siswa 5 : Sempat ngobrol
3) Tahapan menanya
Pada tahapan menanya, keseluruhan siswa mengalami
permasalahan dalam bertanya. Siswa 1 punya keberanian untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
bertanya tetapi keberanian itu tertutupi rasa takut bila
dipermalukan teman-teman dan tidak tahu cara bertanya
(lampiran a.2.1).
Peneliti : Kamu berani bertanya?Siswa 1 : Saya kadang berani masPeneliti : Berarti kamu ada rasa takut untuk bertanya?
Apa yang buat kamu takut?Siswa 1 : Malu mas, nanti dipermalukan sama teman-
teman
Untuk siswa 2 cenderung merasa bingung terkait apa
yang harus ditanyakan serta merasa bingung, takut dan malu
bila pertanyaan yang disampaikan salah. Siswa 2 hanya
mengetahui cara bertanya dengan angkat tangan (lampiran
a.2.2).
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamudiminta untuk bertanya dari persoalan yangdiberikan, apa yang kamu rasakan?
Siswa 2 : Bingung mau tanya apa.Peneliti : Tapi kamu tahu cara bertanya?Siswa 2 : Tau mas, dengan angkat tangan kan mas
maksudnya?Peneliti : Betul itu cara kalau kamu mau bertanya,
tapi apakah kamu berani bertanya?Siswa 2 : Takut sebetulnyaPeneliti : Apa yang buat kamu takut?Siswa 2 : Malu mas kalau salah
Selanjutnya untuk siswa 3, dia merasa tahu cara
bertanya, tahu cara membuat pertanyaan, tetapi niatannya
untuk bertanya tidak dapat tersampaikan karena malu dan takut
salah (lampiran a.2.3).
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamudiminta untuk bertanya dari persoalan yangdiberikan, apa yang kamu rasakan?
Siswa 3 : Ragu-ragu, takut pertanyaannya salah, malu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Peneliti : Tapi kamu tahu cara bertanya?Siswa 3 : Tau masPeneliti : Cara membuat pertanyaan dengan kalimat
tanya apakah juga tahu?Siswa 3 : Tahu masPeneliti : Apa yang buat kamu tidak bertanya?Siswa 3 : Malu mas, takut kalau salah
Sama halnya dengan siswa 4 dan siswa 5 yang merasa
bahwa dirinya tahu cara bertanya, tahu cara membuat
pertanyaan, tetapi niatannya untuk bertanya tidak tersampaikan
karena ada rasa takut dianggap bodoh dan bingung dengan apa
yang harus ditanyakan (lampiran a.2.4 dan a.2.5).
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamudiminta untuk bertanya dari persoalanyang diberikan, apa kamu bisa bertanya?Apa yang kamu rasakan?
Siswa 4 : Tidak bisa tanya, rasanya deg-degan,takut dikira bodoh tu lho mas
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamudiminta untuk bertanya dari persoalanyang diberikan, apa kamu bisa bertanya?Apa yang kamu rasakan?
Siswa 5 : Tidak bisa tanya, takut salah
4) Tahapan mencoba
Pada tahapan mencoba, siswa 1 dalam diskusi ikut
mencoba tetapi tidak sampai akhir diskusi (lampiran a.2.1).
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamudiminta untuk mencoba persoalan yangdiberikan, Apakah kamu ikut mencoba?Apa yang kamu rasakan?
Siswa 1 : Tidak ikut mencoba mas tetapisebelumnya mencoba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Untuk siswa 2, selama proses diskusi dia ikut mencoba
mengerjakan persoalan dan mampu menjawab bahwa dia
kesulitan pada saat menentukan relasi (lampiran a.2.2).
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamudiminta untuk mencoba persoalan yangdiberikan, Apakah kamu ikut mencoba?Apa yang kamu rasakan?
Siswa 2 : Ikut mencoba, kesulitan didiagramnya
Sama halnya dengan siswa 3 yang ikut mencoba dan
mengarjakan tetapi lupa dengan persoalan yang ada di LKS
(lampiran a.2.3).
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamudiminta untuk mencoba persoalan yangdiberikan, Apakah kamu ikut mencoba?Apa yang kamu rasakan?
Siswa 3 : Ikut mencoba dan mengerjakanPeneliti : Lalu apa yang kamu rasakan saat
mencoba mengerjakan?Siswa 3 : Lupa mas apa yang dikerjakan
Sedangkan siswa 4 dan siswa 5 merasa kesulitan saat
mencoba mengerjakan LKS nomer iii dan iv (lampiran a.2.4
dan a.2.5).
Peneliti : Lalu apa yang kamu rasakan saatmencoba mengerjakan?
Siswa 5 : Merasa susah no iii dan iv
5) Tahapan menyimpulkan
Siswa 1 tidak dapat menyimpulkan karenana dari awal
sudah tidak memperhatikan tetapi dia merasa punya
Peneliti : Lalu apa yang kamu rasakan saat mencobamengerjakan?
Siswa 4 : Merasa susah no iii dan iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
keberanian untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari
(lampiran a.2.1).
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kaliandiminta untuk menyimpulkan persoalanyang sudah diberikan, Apa yang kamurasakan? Coba simpulkan.
Siswa 1 : Apa ya mas. (Tidak bisa menyimpulkankarena tidak memperhatikan).
Peneliti : Tetapi kamu berani membuat kesimpulanbila diminta gurumu menyimpulkan?
Siswa 1 : Kalau bisa berani mas.
Siswa 2 merasa dirinya dapat memberi kesimpulan
tetapi ketika ditanya hal apa yang sudah dipelajari, dia merasa
bingung dan bila diminta guru untuk menyimpulkan, dia tidak
berani karena takut salah (lampiran a.2.2).
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kaliandiminta untuk menyimpulkan persoalanyang sudah diberikan, Apa yang kamurasakan? Apakah kamu bisamenyimpulkan?
Siswa 2 : Bisa masPeneliti : Kira-kira apa yang sudah kamu pelajari
barusan? Coba simpulkan.Siswa 2 : Apa ya mas, bingungPeneliti : Tetapi kamu berani membuat kesimpulan
bila diminta gurumu menyimpulkan?Siswa 2 : Ga berani mas, bingung, malu kalau salah
Sama halnya dengan siswa 3, siswa 4, dan siswa 5 yang
cenderung merasa berani dan dapat menyimpulkan namun
merasa bingung dengan apa yang harus disimpulkan dan takut
salah (lampiran a.2.3, a.2.4, dan a.2.5).
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kalian dimintauntuk menyimpulkan persoalan yang sudahdiberikan, Apa yang kamu rasakan? Apakahkamu bisa menyimpulkan?
Siswa 3 : Sulit menyimpulkan, bingung mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
menyimpulkan apaPeneliti : Tetapi kamu berani membuat kesimpulan
bila diminta gurumu menyimpulkan?Siswa 3 : Tidak berani, susah memberi kesimpulan
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kalian dimintauntuk menyimpulkan persoalan yang sudahdiberikan, Apa yang kamu rasakan? Apakahkamu bisa menyimpulkan?
Siswa 4 : Bisa menyimpulkan tetapi tidak beraniPeneliti : Apa yang membuat kamu tidak berani
bertanya?Siswa 4 : Takut salah
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kalian dimintauntuk menyimpulkan persoalan yang sudahdiberikan, Apa yang kamu rasakan?
Siswa 5 : Tidak tahu, bingungPeneliti : Tetapi kamu berani menyimpulkan?Siswa 5 : BeraniPeneliti : Apa yang membuat kamu tidak
menyimpulkan?Siswa 5 : Takut saja, nanti salah
B. Pembahasan
Proses pembelajaran yang ideal perlu melibatkan seorang pendidik
yang memiliki kesiapan dalam menjalankan suatu metode. Tujuan dari
adanya kesiapan tersebut agar siswa yang ikut terlibat mampu mengikuti
proses dan mengalami proses belajar tanpa mengalami kesulitan. Seorang
pendidik memiliki peranan sebagai fasilitator yang bertugas untuk
membantu siswa dalam menjalankan proses belajar, menanggulangi
permasalahan interen siswa secara profesional, membawa proses
pembelajaran secara profesional, mengembangkan siswa sehingga
outputnya menghasilkan pribadi yang ideal (pribadi yang berkembang
dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap). Akan tetapi, peranan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
guru secara keseluruhan tidak dapat disalahan karena permasalahan dalam
diri siswa juga begitu komplek untuk ditangani. Hal tersebut menjadi tolak
ukur peneliti untuk membahas lebih lanjut sama seperti permasalahan
yang ditemukan di lapangan. Peneliti menemukan permasalahan pada
siswa yang terlihat kesulitan belajar saat mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan saintifik yang dibawakan oleh guru. Setelah dilakukan analisis
lebih lanjut dari hasil instrumen penelitian, peneliti menemukan penyebab
dari kesulitan yang dialami siswa. Berikut penyebab kesulitan yang
dialami siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dikelas dengan
menggunakan pendekatan saintifik:
1. Kegiatan pembuka
Penyebab kesulitan tersebut bermula dari peranan guru dalam
menjalankan proses awal pembelajaran yaitu kegiatan pembuka. Guru
tidak mengkondisikan kelas sampai seluruh siswa bisa tenang dan
kondusif untuk belajar. Hal tersebut terlihat dari hasil observasi
pembelajaran (tabel 1.1) dan hasil observasi aktivitas siswa (tabel 1.2).
Saat melakukan apersepsi, guru kurang mendalam dalam mebahas
materi relasi yang akan dipelajari selanjutnya. Guru tidak menunjukan
sikap memotivasi siswa dan terkesan terburu-buru sehingga tujuan
pembelajaran tidak tersampaikan dengan baik. Bahkan sesungguhnya
pembelajaran di awal dapat dikatakan tidak optimal karena belum
sepenuhnya terjadi interaksi antar guru dengan siswa. Terlihat juga
dari kondisi siswa yang belum mempersiapkan diri, tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
memperhatikan penjelasan guru dan masih ada siswa yang berada
diluar kelas. Siswa tidak menunjukan kesadarannya untuk belajar dan
mau mengikuti pembelajaran, sama seperti yang dirasakan guru dalam
hasil angket bahwa siswa sulit diatur (tabel 1.3) dan hasil wawancara
guru yang mengatakan bahwa siswa kurang termotivasi untuk belajar
(lampiran a.1).
Peneliti : Apa yang anda rasakan saat melaksanakanpembelajaran di kelas dengan pendekatan saintifik danmetode yang diberikan?
Guru : . . . Aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang, lebihcenderung main dan ngobrol sehingga tidak maksimaldalam mengomunikasikan atau menanya. Terlihatkurang termotivasi untuk belajar.
Permasalahan tersebut sangat bertolak belakang dengan hasil
angket siswa (tabel 1.4) yang menunjukan bahwa mereka minat
dengan matematika. Jika siswa minat dengan matematika maka
seharusnya siswa sadar untuk belajar dan mau mengikuti proses
pembelajaran. Jika ditinjau dari hasil angket siswa (tabel 1.4 no 3) dan
wawancara siswa (lampiran a.2.1-a.2.5) yang menunjukan bahwa cara
guru mengajar menyenangkan dan tidak banyak aturan maka tidak
salah jika siswa mengambil sikap untuk tidak mengikuti proses
pembelajaran dengan baik.
Peneliti : Apa yang dirasakan selama proses pembelajarandengan guru kalian tadi?
Siswa 1 : Senang masPeneliti : Senangnya bagaimana? Mungkin bisa dijelaskanSiswa 1 : Ga banyak aturan dan enak
Peneliti : Apa yang dirasakan selama proses pembelajarandengan guru kalian tadi?
Siswa 2 : Senang mas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Peneliti : Senangnya bagaimana?Siswa 2 : Ga ada halangan, bisa bebas
Peneliti : Apa yang dirasakan selama proses pembelajarandengan guru kalian tadi?
Siswa 3 : Senang masPeneliti : Senangnya bagaimana?Siswa 3 : Gurunya enak
Peneliti : Apa yang dirasakan selama proses pembelajarandengan guru kalian tadi?
Siswa 4 : Senang masPeneliti : Senangnya bagaimana?Siswa 4 : Gurunya asik, lucu
Peneliti : Apa yang dirasakan selama proses pembelajarandengan guru kalian tadi?
Siswa 5 : SenangPeneliti : Senangnya bagaimana?Siswa 5 : Guru menyenangkan
Jadi peranan guru dalam kegiatan pembuka sangat diperlukan,
terlebih dapat mengarahkan siswa secara tegas untuk tetap fokus pada
proses belajar dan pembelajaran. Dengan begitu proses pembelajaran
yang terjadi diawal akan selaras dengan proses selanjutnya dan sesuai
dengan pengertian Miarso (1993) dalam Siregar dan Nara (2010:3-4)
bahwa pembelajaran adalah usaha pendidik secara sadar untuk
mengendalikan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang sudah
ditetapkan dan mampu membuat siswa belajar.
2. Kegiatan inti
Pada kegiatan inti guru melaksanakan proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan saintifik. Guru tidak mengalami
permasalahan dan merasa yakin dalam pelaksanaannya dan yakin
dapat berjalan sesuai tujuan pembelajaran (hasli angket guru, tabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
1.3). Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi dan wawancara siswa
menunjukan adanya permasalahan dalam menjalankan tahapan
pendekatan saintifik sebagai berikut:
a. Permasalahan dalam tahapan mengamati
Pada tahapan mengamati, guru menggunakan papan tulis
sebagai media untuk menjelaskan materi relasi (hasil observasi
pembelajaran). Penggunaan media papan tulis terkesan minimal
dan menyebabkan siswa kesulitan dalam mengamati dan memilih
untuk berbicara dengan teman, ada yang merasa bingung, dan
mengantuk (hasil wawancara siswa tahapan mengamati).
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu dimintauntuk mengamati persoalan yang diberikan,Apakah kamu ikut mengamati? Apa yangkamu rasakan?
Siswa 1 : Tidak ikut mas karena ngantuk, lapar belumsarapan
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu dimintauntuk mengamati persoalan yang diberikan,Apakah kamu ikut mengamati? Apa yangkamu rasakan?
Siswa 2 : Ikut mengamati, kadang bingung
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu dimintauntuk mengamati persoalan yang diberikan,Apakah kamu ikut mengamati? Apa yangkamu rasakan?
Siswa 3 : Ikut mengamati, tapi sulit memahami
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu dimintauntuk mengamati persoalan yang diberikan,Apakah kamu ikut mengamati? Apa yangkamu rasakan?
Siswa 4 : Ikut mengamati, sempat kesulitan danbingung
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
untuk mengamati persoalan yang diberikan,Apakah kamu ikut mengamati? Apa yangkamu rasakan?
Siswa 5 : Ikut mengamati, sempat kesulitan
Permasalahan tersebut disadari oleh guru yang terbukti dari
hasil angket guru yang menunjukan bahwa guru merasa tidak
mempersiapkan pelaksanaanya secara lengkap dengan perolehan
persentase 40 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami
kesulitan mengikuti proses tahapan mengamati akibat kurangnya
persiapan guru dalam pelaksanaannya.
Secara aturan tahapan mengamati dalam pendekatan
saintifik menjadi dasar siswa untuk membangun pemahaman dari
hasil pengamatannya sesuai dengan skema alur tahapan saintifik.
Pada tahapan awal pendekatan saintifik siswa diajak untuk
mengamati suatu bentuk permasalahan yang ada. Cara dalam
mengamati dapat dilakukan dengan mengajak siswa untuk melihat,
mendengar, atau meraba. Tujuannya adalah mengajak anak untuk
melakukan proses mengolah informasi dari hasil pengamatannya.
Jika guru tidak mempersiapkan pelaksanaan tahapan mengamati
secara maksimal maka informasi yang diperoleh siswa pun tidak
dapat disimpan dengan baik. Secara paradikma tahapan mengamati
sesungguhnya menjadi dasar proses pembelajaran agar siswa dapat
mengembangkan kemampuan kognitifnya (Piaget) serta
merekonstruksi pengalaman (Bogner: 2008) yang dimilikinya,
sesuai dengan penjelasan Huda (2014:37-70) terkait paradikma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
pembelajaran. Selanjutnya, jika pada tahapan mengamati siswa
sudah terkendala maka pada tahapan selanjutnya siswa juga akan
mengalami kendala, sehingga dalam prosesnya tidak boleh terjadi
miss saat mengamati (skema alur tahapan saintifik). Permasalahan
dalam tahapan mengamati dapat juga muncul dari diri siswa seperti
mengalami kesulitan belajar dan tidak tahu gaya belajar yang
dimiliki, sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih memilih
berbicara dengan temannya. Oleh sebab itu peranan guru dalam
mendampingi dan mengarahkan siswa sangat dibutuhkan.
b. Permasalahan dalam tahapan menanya
Tahapan menanya padas pembelajaran tidak nampak
dilakukan oleh guru. Akan tetapi, permasalahan dalam tahapan
menanya dapat digali melalui hasil wawancara guru (lampiran a.1)
yang mengatakan bahwa siswa sulit diarahkan untuk menanya,
dengan kata lain siswa mengalami kesulitan dalam menanya.
Peneliti : Apa yang anda rasakan saat melaksanakanpembelajaran di kelas dengan pendekatansaintifik dan metode yang diberikan?
Guru : Siswa susah diarahkan untuk menanya denganpertanyaan-pertanyaan yang relevan dengantujuan pembelajaran . . .
Akan tetapi, hal tersebut tidak sesuai dengan hasil angket
siswa yang menyatakan bahwa siswa tahu apa yang ingin
ditanyakan, tahu cara bertanya, berani bertanya, tidak takut
dikatakan bodoh dan merasa paham sehingga tidak bertanya. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
ditinjau dari hasil wawancara, maka diperoleh pengakuan bahwa
sisiwa mengalami kesulitan untuk bertanya karena tidak tahu cara
bertanya. Siswa bingung dengan apa yang ingin ditanyakan, siswa
takut salah dan takut dipermalukan.
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamudiminta untuk bertanya dari persoalan yangdiberikan, apa yang kamu rasakan?
Siswa 1 : Tidak tau masPeneliti : Tapi kamu bisa bertanya?Siswa 1 : Bisa kalau tau
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamudiminta untuk bertanya dari persoalan yangdiberikan, apa yang kamu rasakan?
Siswa 2 : Bingung mau tanya apa.Peneliti : Tapi kamu tahu cara bertanya?Siswa 2 : Tau mas, dengan angkat tangan kan mas
maksudnya?Peneliti : Betul itu cara kalau kamu mau bertanya, tapi
apakah kamu berani bertanya?Siswa 2 : Takut sebetulnyaPeneliti : Apa yang buat kamu takut?Siswa 2 : Malu mas kalau salah
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamudiminta untuk bertanya dari persoalan yangdiberikan, apa yang kamu rasakan?
Siswa 3 : Ragu-ragu, takut pertanyaannya salah, maluPeneliti : Tapi kamu tahu cara bertanya?Siswa 3 : Tau masPeneliti : Cara membuat pertanyaan dengan kalimat
tanya apakah juga tahu?Siswa 3 : Tahu masPeneliti : Apa yang buat kamu tidak bertanya?Siswa 3 : Malu mas, takut kalau salah
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamudiminta untuk bertanya dari persoalan yangdiberikan, apa kamu bisa bertanya? Apa yangkamu rasakan?
Siswa 4 : Tidak bisa tanya, rasanya deg-degan, takutdikira bodoh tu lho mas
Peneliti : Tapi kamu tahu cara bertanya?Siswa 4 : Tau mas, cuma bingungPeneliti : Cara membuat pertanyaan dengan kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
tanya apakah juga tahu?Siswa 4 : Tahu masPeneliti : Apa yang buat kamu tidak bertanya?Siswa 4 : Cuma bingung mas
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamudiminta untuk bertanya dari persoalan yangdiberikan, apa kamu bisa bertanya? Apa yangkamu rasakan?
Siswa 5 : Tidak bisa tanya, takut salahPeneliti : Tapi kamu tahu cara bertanya?Siswa 5 : Tau masPeneliti : Cara membuat pertanyaan dengan kalimat
tanya apakah juga tahu?Siswa 5 : Tahu masPeneliti : Apa yang buat kamu tidak bertanya?Siswa 5 : Tidak tahu mau tanya apa
Siswa 1 yang merasa tidak tahu cara bertanya dan bingung
dengan apa yang ingin ditanyakan adalah siswa yang pada saat
tahapan mengamati mengalami miss dalam mengamati karena pada
saat tahapan mengamati tidak ikut mengamati.
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untukmengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikutmengamati? Apa yang kamu rasakan?
Siswa 1 : Tidak ikut mas . . .
Secara skema alur pendekatan saintifik, siswa yang tidak
maksimal dalam mengamati tidak menyimpan sebuah pemahaman
atau konsep secara utuh. Dalam Smith (2013: 75-83) kesulitan
menanya yang dialami siswa juga papat disebabkan karena siswa
mengalami gangguan bahasa. Gangguan bahasa yang dialami siswa
berupa kesulitan untuk menentukan kata yang benar serta
kemampuan untuk menentuk berkomunikasi secara efektif (Gibbs
dan Cooper:1989). Untuk menanggulangi permasalahan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
dihadapi siswa saat kesulitan menanya adalah dengan menjadikan
guru sebagai pendamping sekaligus pengarah bagi siswa, agar
kedepannya siswa dapat bertanya, berani dan terampil. Dari hasil
angket guru menunjukan bahwa guru merasa sudah melakukan
pengarahan untuk siswa, tetapi bagi peneliti pengarahan yang
diberikan tidak nampak.
c. Permasalahan dalam tahapan menalar
Pada tahapan menalar peneliti menemukan permasalahan
bahwa siswa kesulita untuk melakukan penalaran terkait
permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa diminta untuk
menambahkan tanda panah yang menunjukan relasi A ke B.
Berdasarkan hasil observasi, siswa tidak merespon
permasalahan yang diberikan oleh guru. Selanjutnya guru meminta
siswa yang terpilih untuk maju menyelesaikan permasalahan. Guru
membantu siswa dalam membuat panah sehingga siswa dapat
A BSatu kurangnyaDari dua kali A
1.
2.
3.
4.
.1
.2
.3
.4
.5
.7
.8
Gambar 4.10: Soal penalaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
menyelesaikan dan memahami permasalahan yang diberikan.
Permasalahan yang diberikan guru terbilang sulit untuk siswa,
karena relasi yang digunakan melibatkan operasi pengurangan dan
perkalian. Siswa sulit untuk memahami dan membayangkan
maksud dari relasi yang diberikan.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam menalar. Kesulitan menalar yang
dialami siswa disebabkan karena masalah daya ingat Swanto dkk.
(1990) dalam Smith. Dari gambar 4.5 dapat dilihal bahwa soal
penalaran yang diberikan melibatkan pemahaman terkait bilangan
dan seharusnya siswa dapat mengingat pemahaman terkait
bilangan, dengan kata lain siswa mengalami masalah daya ingat
atau masalah memori sehingga tidak dapat mengingat pemahaman
yang pernah dipelajari. Smith juga mengatakan bahwa siswa
mengalami gangguan kognisi sehingga sulit dalam melakukan
analisis masalah, membuat perencanaan dan pengaturan yang
diperlukan bagi solusi masalah tersebut secara sadar. Jika
mengambil contoh persoalan gambar 4.5 dengan relasi “satu
kurangnya dari dua kali A”, maka diperoleh juga kesulitan siswa
dalam memahami maksud dari relasi “satu kurangnya dari dua kali
A”, sehingga dapat dikatakan juga bahwa siswa mengalami
kesulitan dalam memahami bahasa (Mulyadi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Jadi siswa mengalami kesulitan menalar karena gangguan
dalam diri siswa berupa gangguan bahasa, memahami dan
kemampuan kognitif, sehingga peranan guru dalam mendampingi
siswa sangatlah penting.
d. Permasalahan dalam tahapan mencoba
Pada tahapan mencoba, guru meminta siswa untuk
berdiskusi dalam kelompok. Hal tersebut sudah sesuai dengan
paradikma pembelajaran bahwa dengan melakukan diskusi
kelompok siswa dapat berinteraksi dan mengembangkan
pengetahuannya (Wenger: 1998) dalam Huda. Menjadi
permasalahan ketika guru tidak mengelompokkan siswa secara
acak, sehingga kelompok yang terbentuk tidak kondusif untuk
mencoba permasalahan dalam LKS yang diberikan. Kondisi
kelompok yang tidak kondusif menjadi penyebab kesulitan siswa
dalam tahapan mencoba. Ditinjau dari hasil angket siswa diperoleh
kesimpulan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan saat menoba,
namun dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa siswa tidak
menyelesaikan permasalahan pada LKS sampai. Siswa merasa
kesulitan saat diminta untuk menentukan relasi dari no iii dan iv
pada LKS.
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu dimintauntuk mencoba persoalan yang diberikan, Apakahkamu ikut mencoba? Apa yang kamu rasakan?
Siswa 4 : Ikut mencobaPeneliti : Lalu apa yang kamu rasakan saat mencoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
mengerjakan?Siswa 4 : Merasa susah no iii dan iv
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kamu dimintauntuk mencoba persoalan yang diberikan, Apakahkamu ikut mencoba? Apa yang kamu rasakan?
Siswa 5 : Ikut mencobaPeneliti : Lalu apa yang kamu rasakan saat mencoba
mengerjakan?Siswa 5 : Merasa susah no iii dan iv
Gambar 4.11: Persoalan dalam LKS
Pada gambar 4.6 kesulitan siswa dalam mencoba saat
menemukan permasalahan terkait bilangan seperti pada no iii dan
iv. Permasalahan no i dan ii terlihat mudah karena tidak jauh dari
kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan no iii dan iv yang perlu
mengkaitkan dengan pemahaman tentang bilangan. Siswa tidak
mampu mengingat materi bilangan berbangkat dan kelipatan suatu
bilangan yang pernah dipelajari. Siswa mengalami permasalahan
dalam memahami persoalan yang disajikan. Pada tahapan mencoba
siswa menunjukan sikap berani untuk bertanya secara mandiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
(hasil observasi aktivitas siswa). Ada indikasi bahwa permasalahan
pada tahapan menanya cukup terjawab pada tahapan mencoba.
Siswa lebih nyaman bertanya bukan saat sesi bertanya.
Jadi dari permasalahan tersebut siswa mengalami kesulitan
mencoba untuk kasus-kasus tertentu seperti persoalan yang
membutuhkan penalaran seperti contoh no iii dan iv.
e. Permasalahan dalam tahapan menyimpulkan
Saat peneliti melakukan observasi, guru tidak
menampakkan tahapan menyimpulkan dalam proses
pembelajarannya. Guru tidak melibatkan siswa untuk membuat
kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari. Berdasarkan RPP
(lampiran RPP hal 18) yang dibuat oleh guru, tahapan
menyimpulkan tidak dituliskan pada kegiatan inti dan digantikan
dengan tahapan mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Pada
pelaksanaannya guru melaksanakan tahapan mengomunikasikan
dengan meminta siswa untuk maju menjelaskan hasil diskusi
(lampiran RPP no urut 8 hal 18). Pada RPP tahapan menyimpulkan
dituliskan dalam kegiatan penutup (lampiran RPP no urut 1 hal 18).
Selanjutnya peneliti menggunakan hasil wawancara siswa untuk
menggalinya. Saat wawancara, peneliti meminta siswa untuk
menyimpulkan terkait materi yang sudah dipelajari. Hasil yang
diperoleh siswa tidak mampu menyimpulkan karena lupa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
bingung dengan materi yang sudah dipelajari (lampiran a.2.2, a.2.3,
dan a.2.5).
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kaliandiminta untuk menyimpulkan persoalanyang sudah diberikan, Apa yang kalianrasakan? Apakah kamu bisamenyimpulkan?
Siswa 2 : Bisa masPeneliti : Kira-kira apa yang sudah kamu pelajari
barusan? Coba simpulkan.Siswa 2 : Apa ya mas, bingungPeneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kalian
diminta untuk menyimpulkan persoalanyang sudah diberikan, Apa yang kamurasakan? Apakah kamu bisamenyimpulkan?
Siswa 3 : Sulit menyimpulkan, bingung maumenyimpulkan apa
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kaliandiminta untuk menyimpulkan persoalanyang sudah diberikan, Apa yang kamurasakan?
Siswa 5 : Tidak tahu, bingung
Ada juga siswa yang tidak memperhatikan dari awal
sehingga tidak mengerti dan tidak dapat memberi kesimpulan dari
apa yang sudah dipelajari (lampiran a.2.1).
Peneliti : Saat proses pembelajaran tadi, kalian dimintauntuk menyimpulkan persoalan yang sudahdiberikan, Apa yang kamu rasakan? Cobasimpulkan.
Siswa 1 : Apa ya mas. (Tidak bisa menyimpulkankarena tidak memperhatikan).
Siswa merasa berani dan dapat menyimpulkan, tetapi ada
juga siswa yang merasa takut saat guru meminta mereka untuk
menyimpulkan (lampiran a.2.2, a.2.3, a.2.4, dan a.2.5).
Peneliti : Tetapi kamu berani membuat kesimpulanbila diminta gurumu menyimpulkan?
Siswa 2 : Ga berani mas, bingung, malu kalau salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Peneliti : Tetapi kamu berani membuat kesimpulanbila diminta gurumu menyimpulkan?
Siswa 3 : Tidak berani, susah memberi kesimpulan
Siswa 4 : Bisa menyimpulkan tetapi tidak beraniPeneliti : Apa yang membuat kamu tidak berani
bertanya?Siswa 4 : Takut salah
Peneliti : Tetapi kamu berani menyimpulkan?Siswa 5 : BeraniPeneliti : Apa yang membuat kamu tidak
menyimpulkan?Siswa 5 : Takut saja, nanti salah
Pernyataan siswa merasa bingung dengan bentuk
kesimpulan yang akan disampaikan sesuai dengan Smith bahwa
siswa mengalami masalah bahasa sehingga sulit untuk menentukan
kata yang benar untuk mengungkapkan ide dan kurangnya
kemampuan dalam mengatur bahasa untuk berkomunikasi secara
efektif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan
menyimpulkan karena masalah atau gangguan bahasa serta
ditambahnya rasa takut yang muncul dalam diri siswa.
3. Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup peranan guru dalam berinteraksi
dengan siswa tidak terlalu terlihat karena keterbatasan waktu. Guru
terkesan terburu-buru dalam memberikan kesimpulan, melakukan
refleksi, dan evaluasi (hasil observasi pembelajaran). Ada siswa yang
menanggapi kesimpulan yang disampaikan oleh guru tetapi hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
sebagian. Selanjutnya proses pembelajaran ditutup dengan tugas
terkait fungsi dan bukan fungsi, serta membagikan hasil UTS.
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian terkait observasi, angket, serta pelaksanaan
wawancara guru dan siswa sehingga hasil dan pembahasan yang
dipaparkan oleh peneliti tidak sepenuhnya menjawab permasalahan. Pada
saat observasi hanya menggunakan satu orang sebagai observer yakni
peneliti sendiri sehingga ada kemungkinan terjadi bias saat observasi
berlangsung. Keterbatasan angket terletak pada bentuk kuisioner yang
disajikan. Jawaban pada kuisioner terbatas pada jawaban sangat setuju,
setuju, tidak setuju dan, sangat tidak setuju. Pada wawancara guru peneliti
tidak dapat leluasa menggali informasi dan menanyakan tiap pertanyaan
yang sudah dibuat karena keterbatasan waktu. Saat wawancara guru hanya
tersedia waktu 15 menit dan terasa terburu-buru karena guru
mempersiapkan waktu pembelajaran selanjutnya. Untuk wawancara siswa
hanya tersedia waktu 25 menit untuk 5 siswa sehingga tidak dapat
menanyakan lebih dalam penyebab kesulitan belajar yang mereka alami,
terlebih proses yang berlangsung terasa terburu-buru karena siswa harus
segera mengikuti jam pelajaran selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa bentuk
kesulitan belajar siswa kelas VIII yang muncul dalam pembelajaran
matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik adalah
kesulitan dalam memahami diagram panah, kesulitan dalam menanyakan
persoalan relasi, kesulitan dalam menentukan diagram panah dua buah
himpunan dengan bentuk penalaran, kesulitan dalam mencoba terkait
menentukan relasi dalam bentuk penalaran, dan kesulitan dalam
menyimpulkan materi dan penyajian relasi yang sudah dipelajari.
Penyebab munculnya kesulitan belajar siswa kelas VIII dalam
pembelajaran matematika materi relasi dan penyajian relasi dengan
pendekatan saintifik karena kesulitan yang disebabkan oleh guru seperti:
(1) guru kurang mengarahkan siswa agar dapat bertanya dan
menyimpulkan, (2) guru tidak mempersiapkan pelaksanaan tahapan
mengamati dengan baik dengan perolehan persentase 40%, (3) persoalan
penalaran yang diberikan terbilang sulit, (4) kurangnya keterampilan dan
pemahaman guru dalam menjalankan proses pembelajaran dengan
pendekatan saintifik dengan perolehan persentase 40%, dan kesulitan yang
muncul dari siswa sendiri seperti: (1) kurangnya kesadaran siswa untuk
belajar dan mau mengikuti proses pembelajaran, (2) perasaan takut yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
dominan muncul, (3) siswa mengalami gangguan bahasa, (4) siswa
mengalami gangguan mengingat, (5) siswa mengalami gangguan
penalaran.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan peneliti memberikan saran untuk guru,
siswa, dan peneliti lebih lanjut agar kesulitan belajar yang muncul dan
penyebabnya dalam pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi
dengan pendekatan saintifik dapat teratasi.
1. Saran untuk guru
Pada pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
perlu dipersiapkan segala penunjang proses pembelajaran. Guru sudah
mulai memperhitungkan hal apa saja yang dapat diberikan untuk
siswa dan bagaimana cara agar siswa dapat terbangun keinginannya
untuk belajar. Tugas guru bukan hanya menjalankan proses
pembelajaran, melainkan juga memikirkan apa yang dapat diberikan
untuk siswa. Guru sebaiknya membuat suatu inovasi seperti
menggunakan alat peraga, film, atau suatu permaianan agar siswa
terbangun keingintahuannya dan siswa merasa tertarik untuk
mengamati. Pada tahapan menanya, menalar, mencoba dan
menyimpulkan, guru sebaiknya mampu memposisikan dirinya sebagai
pendamping untuk siswa. Contohnya pada tahapan menanya, guru
dapat mendampingi dan mengarahkan siswa secara bertahap,
mengarahkan siswa terkait cara membuat pertanyaan dari hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
pengamatan, memotivasinya, sehingga kedepannya siswa menjadi
pribadi yang lebih percaya diri untuk bertanya.
2. Saran untuk siswa
Siswa dapat membangun kesadaran terkait pentingnya belajar
dan mengikuti proses pembelajaran di kelas, sehingga tugas guru di
kelas tidak terlalu terbuang untuk mengingatkan siswa yang tidak
memperhatikan. Pada saat mengikuti proses pendekatan saintifk siswa
sebaiknya ikut mengamati permasalahan yang diberikan oleh guru,
siswa lebih memberanikan diri untuk bertanya dan menyimpulkan
tanpa memikirkan salah atau malu terlebih dahulu, siswa lebih giat
dalam mencoba persoalan dan pantang menyerah, jika tidak bisa maka
bertanyalah pada guru.
3. Saran untuk peneliti selanjutnya
Penelitian ini pada tahap observasi peneliti hanya menggunakan
satu observer sehingga untuk penelitian lebih lanjut observer yang
diberikan minimal 3 observer. Bentuk kuisioner yang disajikan juga
terbatas pada jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat
tidak setuju sehingga untuk penelitian lebih lanjut dapat lebih variatif
seperti menggunakan jawaban selalu, sering, kadang-kadang atau
yang lainnya. Pada tahap wawancara peneliti hanya menggunakan
seorang guru dan 5 siswa kelas VIII J di SMPN 15 Yogyakarta
sebagai narasumber. Untuk penelitian lebih lanjut peneliti dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
menambahkan jumlah guru sebagai narasumber dan jumlah siswa
dengan sampel yang lebih beragam lagi. Pelaksanaan wawancara guru
dan siswa juga terbatas oleh waktu sehingga untuk penelitian lebih
lanjut dapat lebih mempersiapkan dan mempertimbangkan waktu
untuk pelaksanaan wawancara. Selanjutnya peneliti dapat meneruskan
penelitian ini terkait kesimpulan yang dihasilkan dengan melakukan
pengembangan atau pengkajian lebih mendalam lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI