14
Analisis Keunggulan Kompetitif Usaha Tani Lahan Pasir Pantai di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Subagiyo, Kurnianita Triwidyastuti, dan Susanti Dwi Habsari 431 ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI LAHAN PASIR PANTAI DI KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Competitive Advantage of Farming System on Sand Beach Land in Bantul Regency, Yogyakarta Subagiyo, Kurnianita Triwidyastuti, dan Susanti Dwi Habsari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Jl. Stadion Maguwoharjo No.22, Wedomartani, Ngemplak, Sleman E-mail:[email protected] ABSTRACT This study aimed to analyze the competitive advantage of selected commodities in farming system on sand beach land. Research was conducted on south sand beach land in Bantul on January to December 2013. The study used survey and focus group discussion (FGD) methods. Data were collected by interviewing 80 respondents. Analytical tools used were farming system and competitiveness analyses. The results showed that the five commodities analyzed (shallot, chili, eggplant, peanut, and sweet potato) were financially profitable, as seen from the R/C ratio of all commodities greater than 1. Profit per ha of the five commodity farming from highest to lowest was Rp11,965,140 with R/C of 2.98 for shallot; Rp11,128,000 with R/C of 2.46 for chili; Rp1,880.550 with R/C of 2.43 for sweet potato; Rp6.993,540 with R/C of 1.87 for eggplant; and Rp1,595,540 with R/C of 1.68 for peanut. Another indicator in measuring farming financial feasibility is break even point (BEP). Minimum break even production required for each commodity was 603.49 kg for shallot, 609.76 kg for chili, 4.003,23 kg for chili, 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break even prices were Rp3,352.70/kg for shallot, Rp5,081.33/kg for chili, Rp1,067.53/kg for eggplant, Rp5,205.56/kg for peanut, and Rp824.66/kg for sweet potato. Analysis of the competitive advantage of the five commodities are cultivated onion and red pepper has a competitive advantage, while peanuts, sweet potatoes and eggplant less competitive. It can be concluded that shallot and chili have competitive advantages, while the other three commodities are less competitive. Keywords: competitive advantage, farming, sand beach land ABSTRAK Penelitian bertujuan menganalisis komoditas yang mempunyai keunggulan kompetitif usaha tani di lahan pasir pantai. Penelitian dilaksanakan di lahan pasir pantai selatan Kabupaten Bantul pada bulan JanuariDesember 2013. Penelitian menggunakan metode survei dan focus group discussion (FGD). Data dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan 80 responden. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis usaha tani dan analisis keunggulan kompetitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha tani kelima komoditas yang dianalisis (bawang merah, cabe merah, terong, kacang tanah, dan ubi jalar) secara finansial menguntungkan; hal ini terlihat dari nilai R/C ratio semua komoditas yang lebih besar dari 1. Keuntungan usaha tani secara berurutan dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah adalah komoditas bawang merah, yaitu Rp11.965.140 dengan R/C 2,98; cabe merah Rp11.128.000 dengan R/C 2,46; ubi jalar Rp1.880.550 dengan R/C 2,43; terong Rp6.993.540 dengan R/C 1,87; dan kacang tanah Rp1.595.540 dengan R/C 1,68. Indikator lainnya dalam mengukur kelayakan finansial usaha tani adalah break even point (BEP). Titik impas hasil minimal yang disyaratkan berturut-turut adalah bawang merah (603,49 kg), cabe merah (609,76 kg), terong (4.003,23 kg), kacang tanah (267,71 kg), dan ubi jalar (659,73 kg). Titik impas harga diperoleh secara berurutan bawang merah (Rp3.352,70 kg), cabe merah (Rp5.081,33/kg), terong (Rp1.067,53/kg, kacang tanah (Rp5.205,56/kg), dan ubi jalar (Rp824,66/kg). Analisis keunggulan kompetitif terhadap lima komoditas yang diusahakan adalah bawang merah dan cabe merah mempunyai keunggulan kompetitif, sedangkan kacang tanah, ubi jalar, dan terong kurang kompetitif. Kata kunci: keunggulan kompetitif, usaha tani, lahan pasir PENDAHULUAN Lahan pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus mengalami kenaikan. Penggunaan lahan untuk sektor pertanian meliputi penggunaan pertanian tanaman pangan, hortikultura, tanaman

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Analisis Keunggulan Kompetitif Usaha Tani Lahan Pasir Pantai di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Subagiyo, Kurnianita Triwidyastuti, dan Susanti Dwi Habsari

431

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI LAHAN PASIR PANTAI DI KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Competitive Advantage of Farming System on Sand Beach Land in Bantul Regency, Yogyakarta

Subagiyo, Kurnianita Triwidyastuti, dan Susanti Dwi Habsari

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

Jl. Stadion Maguwoharjo No.22, Wedomartani, Ngemplak, Sleman E-mail:[email protected]

ABSTRACT

This study aimed to analyze the competitive advantage of selected commodities in farming system on sand beach land. Research was conducted on south sand beach land in Bantul on January to December 2013. The study used survey and focus group discussion (FGD) methods. Data were collected by interviewing 80 respondents. Analytical tools used were farming system and competitiveness analyses. The results showed that the five commodities analyzed (shallot, chili, eggplant, peanut, and sweet potato) were financially profitable, as seen from the R/C ratio of all commodities greater than 1. Profit per ha of the five commodity farming from highest to lowest was Rp11,965,140 with R/C of 2.98 for shallot; Rp11,128,000 with R/C of 2.46 for chili; Rp1,880.550 with R/C of 2.43 for sweet potato; Rp6.993,540 with R/C of 1.87 for eggplant; and Rp1,595,540 with R/C of 1.68 for peanut. Another indicator in measuring farming financial feasibility is break even point (BEP). Minimum break even production required for each commodity was 603.49 kg for shallot, 609.76 kg for chili, 4.003,23 kg for chili, 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break even prices were Rp3,352.70/kg for shallot, Rp5,081.33/kg for chili, Rp1,067.53/kg for eggplant, Rp5,205.56/kg for peanut, and Rp824.66/kg for sweet potato. Analysis of the competitive advantage of the five commodities are cultivated onion and red pepper has a competitive advantage, while peanuts, sweet potatoes and eggplant less competitive. It can be concluded that shallot and chili have competitive advantages, while the other three commodities are less competitive. Keywords: competitive advantage, farming, sand beach land

ABSTRAK

Penelitian bertujuan menganalisis komoditas yang mempunyai keunggulan kompetitif usaha tani di lahan pasir pantai. Penelitian dilaksanakan di lahan pasir pantai selatan Kabupaten Bantul pada bulan Januari–Desember 2013. Penelitian menggunakan metode survei dan focus group discussion (FGD). Data dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan 80 responden. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis usaha tani dan analisis keunggulan kompetitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha tani kelima komoditas yang dianalisis (bawang merah, cabe merah, terong, kacang tanah, dan ubi jalar) secara finansial menguntungkan; hal ini terlihat dari nilai R/C ratio semua komoditas yang lebih besar dari 1. Keuntungan usaha tani secara berurutan dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah adalah komoditas bawang merah, yaitu Rp11.965.140 dengan R/C 2,98; cabe merah Rp11.128.000 dengan R/C 2,46; ubi jalar Rp1.880.550 dengan R/C 2,43; terong Rp6.993.540 dengan R/C 1,87; dan kacang tanah Rp1.595.540 dengan R/C 1,68. Indikator lainnya dalam mengukur kelayakan finansial usaha tani adalah break even point (BEP). Titik impas hasil minimal yang disyaratkan berturut-turut adalah bawang merah (603,49 kg), cabe merah (609,76 kg), terong (4.003,23 kg), kacang tanah (267,71 kg), dan ubi jalar (659,73 kg). Titik impas harga diperoleh secara berurutan bawang merah (Rp3.352,70 kg), cabe merah (Rp5.081,33/kg), terong (Rp1.067,53/kg, kacang tanah (Rp5.205,56/kg), dan ubi jalar (Rp824,66/kg). Analisis keunggulan kompetitif terhadap lima komoditas yang diusahakan adalah bawang merah dan cabe merah mempunyai keunggulan kompetitif, sedangkan kacang tanah, ubi jalar, dan terong kurang kompetitif. Kata kunci: keunggulan kompetitif, usaha tani, lahan pasir

PENDAHULUAN

Lahan pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus mengalami kenaikan. Penggunaan lahan untuk sektor pertanian meliputi penggunaan pertanian tanaman pangan, hortikultura, tanaman

Page 2: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 432

tahunan dan perikanan. Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk maka lahan yang tersedia untuk sektor pertanian menjadi semakin sempit.

Alih fungsi lahan pertanian di DIY ke nonpertanian 0,42%/tahun atau sekitar 200 ha setiap tahunnya (BPS-Provinsi DIY, 2010). Kondisi tersebut menimbulkan adanya permasalahan baru dalam penyediaan bahan pangan yang terus meningkat sebagai akibat dari penduduk yang terus bertambah dan ekonomi yang berkembang.

Di lain pihak sektor pertanian di DIY masih mempunyai peran sangat penting bagi kehidupan sosial ekonomi penduduk. Hal ini ditunjukkan dari masih besarnya konstribusi usaha di sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja bagi sekitar 26,91% (560,329 jiwa) dari jumlah penduduk yang berumur lebih dari 10 tahun (1,75 juta jiwa). Di sisi lain, dalam hal perekonomian wilayah, konstribusi peran sektor pertanian dalam arti luas terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menempati urutan terbesar ketiga (14,65%) yaitu setelah sektor perdagangan, dotel, dan restoran (20,25%) (BPS Provinsi DIY, 2013).

Salah satu alternatif dalam upaya penyediaan lahan untuk pertanian, yaitu dengan memanfaatkan lahan marginal pasir pantai sebagai lahan pertanian khususnya budi daya tanaman hortikultura. Upaya pemanfaatan lahan pasir di Kabupaten Bantul adalah salah satu kabupaten yang sudah mengenal lahan pasir sebagai lahan budi daya tanaman hortikultura. Wilayah DIY bagian selatan yang membentang sepanjang ± 110 km dan berbatasan dengan garis pantai merupakan lahan pesisir dengan luas sekitar 3.300 ha merupakan lahan pasir yang membentang sepanjang 1-3 km dari garis pantai.

Di kawasan tersebut, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta telah berupaya dalam menyediakan sarana dan prasarana irigasi berupa saluran-saluran air dari sungai besar yang dialirkan ke wilayah (lahan) pasir dalam bentuk embung, reservoir, maupun pipa-pipa penyalur air dari reservoir ke sumur-sumur renteng pada lahan-lahan usaha tani. Dengan demikian masalah ketersediaan air sepanjang waktu dapat terjamin, mengingat permasalahan utama yang ada pada lahan pantai adalah masalah ketersediaan air.

Penyediaan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berupa embung, saluran irigasi sumur renteng di wilayah lahan pasir pantai Kabupaten Bantul, telah banyak dimanfaatkan oleh para petani di wilayah tersebut untuk usaha tani budi daya tanaman sayuran (bawang merah, cabe, terong, dan sayuran lainnya). Usaha tani di lahan pasir pantai selatan Kabupaten Bantul telah merubah dari lahan marginal menjadi lahan produktif dan telah mampu menggerakkan kegiatan ekonomi di wilayah tersebut.

Penelitian usaha tani di lahan pasir pantai telah banyak dilakukan oleh berbagai lembaga/instansi baik swasta maupun pemerintah, penelitan tersebut dilaksanakan bertujuan dalam rangka optimalisasi penggunaan lahan pasir pantai sebagai kegiatan budi daya pertanian khususnya hortikultura, namun penelitian yang menggambarkan usaha tani komoditas apa yang mempunyai keunggulan kompetitif dan memberikan sumbangan terhadap pendapatan petani sebagai upaya kearah kegiatan agribisnis berkelanjutan belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, penelitian analisis keunggulan kompetitif usaha tani di lahan pasir pantai di lakukan untuk mengungkap informasi-informasi tersebut, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemangku kepentingan (stakeholder) yang ingin mengembangkan usaha tani di lahan pasir pantai sebagi peluang pengembangan usaha tani ke arah agribisnis berkelanjutan.

METODE PENELITIAN

Lokasi/Tempat dan Waktu.

Penelitian ini dilakukan di desa pantai selatan Kabupaten Bantul mulai dari Parangtritis sampai Pandansimo pada bulan Januari sampai Desember 2013. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposif (sengaja).

Page 3: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Analisis Keunggulan Kompetitif Usaha Tani Lahan Pasir Pantai di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Subagiyo, Kurnianita Triwidyastuti, dan Susanti Dwi Habsari

433

Metode Pelaksanaan Kegiatan.

Penelitian ini menggunakan metode survei, yakni penelitian yang dilakukan mengutamakan sampel sebagai yang mewakili populasi untuk menjadi sasaran penelitian. Singarimbun dan Sofyan Effendi (1989) menyatakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner terstruktur sebagai alat pengumpulan data dan dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD). Kerlinger (1993) menyatakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang mengkaji populasi (universe) yang besar maupun yang kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi untuk menemukan idensi, distribusi, dan interelasi relatif dari variabel-variabel sosiologis dan psikologis. Data dianalisis secara kuantitatif dan diperkaya dengan pendekatan kualitatif

Sumber Data dan Cara Pengumpulannya

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder, data primer dikumpulkan dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dengan para petani, sedangkan wawancara dengan informan melalui pengamatan terlibat (participant observation) kepada tokoh-tokoh setempat, sehingga dapat mengecek silang terhadap data-data yang diperoleh. Data sekunder diperoleh melalui data tertulis yang ada di lapangan seperti monografi, BPS, kepustakaan, dan instansi terkait.

Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah semua petani lahan pasir pantai di tiga kecamatan (Kretek, Sanden, dan Srandakan) di Kabupaten Bantul. Penentuan besarnya jumlah sampel penelitian dengan didasarkan pada ukuran mutlak atau probabilitas. Teknik sampling yang digunakan adalah proportional random sampling. Survei pendahuluan dilakukan, agar dapat membuat kerangka sampling yang memenuhi semua unsur yanq menjadi anggota populasi. Dalam membuat kerangka sampel didasarkan pada struktur masyarakat, dengan terlebih dahulu menetapkan sampel wilayah kecamatan. Sampel wilayah kecamatan yang menjadi lokasi penelitian dibagi menjadi tiga wilayah yaitu: Kecamatan Kretek, Sanden, dan Srandakan dengan total populasi sebanyak 484 petani lahan pasir pantai, sehingga diperoleh sampel sebesar 80 responden. Petani yang menjadi responden ditetapkan secara proporsional di setiap wilayah kecamatan, seperti disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Besarnya sampel untuk masing-masing lokasi

No. Desa Jumlah populasi

(jiwa) Jumlah sampel

(jiwa)

1. Parangtritis 102 27

2. Srigading 165 27

3. Murtigading 36 6

4. Poncosari 182 30

Jumlah 484 80

Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis usaha tani sederhana untuk menganalisis usaha tani yang diusahakan yaitu dengan R/C ratio, B/C ratio dan titik impas produksi (break even yield) dan titik impas harga (break even price), dengan rumus (Kadariah, 1988; Kay dan Edwards, 1994 dalam A. Musyafak et al., 2012) sebagai berikut:

Page 4: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 434

R/C = Total Penerimaan Total Pengeluaran B/C = Pendapatan Pengeluaran Break even yield (produksi) = Total cost s Output price Break even price (harga) = Total cost s Expected yield

Keunggulan kompetitif suatu komoditas dengan komoditas lainnya dapat dilihat dengan dua indikator, yaitu produksi minimal dan tingkat harga minimal, untuk menganalisis keunggulan kompetitif dari masing-masing komoditas yang diusahakan dengan menggunakan formula (Musyafak et al., 2012) sebagai berikut:

Produksi minimal A = b + Ca

Harga minimal A = b + Cɑ

Keterangan:

b = keuntungan komoditas B

Ca = biaya usaha tani komoditas A

Pa = harga output komoditas A

Qa = produksi komoditas A

Komoditas A mempunyai keuntungan kompetitif terhadap komoditas B apabila produksi minimal komoditas A lebih rendah daripada produksi riilnya, dan harga minimal komoditas A lebih rendah daripada harga riilnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lahan pasir pantai di wilayah Kabupaten Bantul terletak di bagian selatan wilayah kabupaten ini, terdiri dari tiga kecamatan dengan empat desa, yaitu: Kecamatan Kretek dengan satu desa yaitu Parangtritis, Kecamatan Sanden dengan dua desa: Srigading dan Murtigading, Kecamatan Srandakan dengan satu desa yaitu Poncosari. Secara georafis daerah penelitian wilayah Kecamatan Kretek terletak pada 110

0 18’ 43 “ BT dan 07

0 59’ 38” LS; Kecamatan Sanden terletak pada 110

0 15’

57 BT dan 070 58’ 05” LS; Kecamatan Srandakan pada 110

0 14’ 46” BT dan 07

0 56’ 20” LS dengan

ketinggian antara 10 -15 mdpl. Kondisi fisiografi di bagian selatan desa-desa pantai Kabupaten Bantul terdiri dari kawasan gosong pantai (sand dunes) dan muara sungai (estuarine). Kawasan lahan pantai (coastal land) didominasi oleh beting atau gosong pantai ini merupakan bagian gosong pantai yang membentang dari kawasan Parangtritis Kabupaten Bantul hingga ke pantai selatan Kabupaten Kulonprogo. Ekosistem gosong pantai merupakan material vulkanis yang diendapkan di muara-muara sungai ini didorong kembali oleh kekuatan ombak/arus dan angin dari Samudera Hindia hingga terbentuk bukit-bukit pasir halus di sepanjang pantai. Secara tradisional lahan gosong pantai di wilayah Kabupaten Bantul merupakan lahan SG (Sultan Ground). Masyarakat sekitar dapat memiliki

Page 5: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Analisis Keunggulan Kompetitif Usaha Tani Lahan Pasir Pantai di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Subagiyo, Kurnianita Triwidyastuti, dan Susanti Dwi Habsari

435

akses untuk memanfaatkan lahan pasir pantai untuk usaha budi daya tanaman sebagai sumber penghasilan dengan sepengetahuan aparat desa setempat. Luas dan penggunaan lahan dan jumlah penduduk di empat desa lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 2. Luas dan penggunan lahan di empat desa pantai Kabupaten Bantul (ha)

Desa Lahan sawah Lahan bukan

sawah Lahan lainnya Jumlah

Parangtritis 162,3 161,6 38,00 362

Srigading 355 117,56 285,44 758

Murtigading 179 0,03 258,97 438

Poncosari 417,8 76,90 255,75 1.186 Sumber: Kecamatan dalam Angka 2012

Tabel 3. Jumlah penduduk di empat desa pantai Kabupaten Bantul (jiwa)

Desa Dewasa Anak-anak Jumlah

Jumlah L P L P L P

Parangtritis 3.020 3.397 871 848 3.891 4.245 8.136

Srigading 3.595 3.719 917 918 4.512 4.637 9.149

Murtigading 2.954 3.151 894 814 3.848 3.965 7.813

Poncosari 4.618 4.862 1.263 1.262 5.881 6.124 12.005

Jumlah 12.038 12.580 6.094 6.391 18.132 18.971 37.103 Sumber: Kecamatan dalam Angka 2012

Karakteristik Responden

Responden yang menjadi objek penelitian adalah petani lahan pasir pantai yang berlokasi di kawasan desa pantai selatan Kabupaten Bantul yang tersebar di empat desa yaitu Desa Parangtritis, Desa Srigading, Desa Murtigading, dan Desa Poncosari dengan jumlah 80 responden. Identitas dari seluruh responden yang meliputi sebaran umur, tingkat pendidikan, luas lahan garapan dan pengalaman usaha tani di lahan pasir pantai dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4:

Gambar 1. Sebaran responden berdasarkan kelompok umur

Gambar 2. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan

Page 6: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 436

Gambar 1 memperlihatkan bahwa umur responden dalam kategori umur produktif. Hal ini terlihat bahwa umur responden pada kisaran 40-52 tahun sebanyak 50% dan antara 27-39 tahun 25%, dalam kategori tua (kurang produktif) 5%. Dengan kondisi ini diharapkan akan lebih mudah menerima inovasi teknologi. Selain itu, usaha tani di lahan pasir pantai memerlukan tenaga kerja yang lebih berat (terutama tenaga untuk menyiram) dibandingkan dengan di lahan sawah irigasi.

Gambar 2 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan responden dalam kategori cukup baik yaitu berpendidikan SLA 52%, SLP 19%, SD 26%, dan sisanya 3% berpendidikan Sarjana dan Diploma. Tingkat pendidikan seseorang mempunyai pengaruh dalam menerima setiap informasi dan inovasi teknologi diperkenalkan.

Luas garapan responden seperti terlihat pada Gambar 3, menunjukkan bahwa luas garapan usaha tani di lahan pasir sangat bervariasi mulai dari 150 m

2 sampai dengan 5.000 m

2 dengan rata-

rata 1.247,7 m2. Luas lahan garapan responden lebih didominasi oleh luasan antara 150 – 1.000 m

2

sebesar 53%, luasan antara 1.001–2.000 m2 sebesar 40%, dengan luasan diatas 2.001-3.000 m

2

sebesar 6%, dan yang lebih besar 3.000 m2 hanya 1%. Luas lahan garapan mempunyai hubungan dengan pendapatan petani.

Pengalaman responden berusaha tani di lahan pasir pantai pada Gambar 4 sangat beragam mulai 0,5 tahun sampai dengan 21 tahun dengan rata-rata 9,6 tahun. Pengalaman responden dalam berusaha tani di lahan pasir lebih banyak didominasi responden dengan pengalaman 0,5–7,5 tahun sebanyak 49%, dengan pengalaman 7,6–14,6 tahun sebesar 26%, dengan pengalaman 16,7–21 tahun sebesar 23% dan lebih dari 21,7 tahun hanya 2%. Pengalaman berusaha tani di lahan pasir sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha tani di lahan pasir.

Keragaan Usaha Tani di Lahan Pasir Pantai

Usaha tani lahan pasir pantai di empat lokasi yaitu Desa Parangtritis, Srigading, Gadingsari Sanden, dan Poncosari Srandakan sudah lama diusahakan yaitu lebih dari 10 tahun. Komoditas yang diusahakan pada umumnya yaitu komoditas tanaman pangan (ubi jalar dan kacang tanah) dan komoditas hortikultura (bawang merah, cabe merah, terong, dan tanaman sayuran lainya). Usaha tani di lahan pasir pantai memerlukan biaya produksi yang tinggi dibandingkan di lahan sawah dan lahan lainnya, sehingga pemilihan komoditas menjadi sangat penting sebagai bahan pertimbangan.

Keuntungan usaha tani di lahan pasir cukup banyak antara lain dari hasil bawang merah di luar musim (off-season). Biasanya bawang merah ditanam pada saat musim hujan, pada saat daerah lain di luar lahan pasir tidak dapat menanam sayuran khususnya bawang merah. Di lahan pasir bawang merah masih dapat pada musim hujan berproduksi walaupun hasilnya tidak sebagus di saat musim kemarau. Namun, di sisi lain petani mendapatkan harga yang baik/tinggi. Bawang merah ditanam pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan pada saat tersebut biasanya harganya tinggi. Pada umumnya bawang merah ditanam tumpang gilir dengan cabe merah, sedangkan cabe merah biasanya ditanam di sela-sela tanaman bawang merah pada saat bawang merah berumur satu bulan. Pola ini mempunyai beberapa manfaat antara lain menghemat penyiraman dan pemupukan.

Gambar 3. Sebaran responden berdasarkan luas lahan

Gambar 4. Sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha tani di lahan pasir

Page 7: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Analisis Keunggulan Kompetitif Usaha Tani Lahan Pasir Pantai di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Subagiyo, Kurnianita Triwidyastuti, dan Susanti Dwi Habsari

437

Untuk bawang merah, panen dilakukan saat bawang merah berumur 52–60 hari tergantung dari varietas yang ditanam, sedangkan tanaman cabai panen dilakukan empat hari sekali dan dilakukan kurang lebih selama 10 kali panen. Panen pertama dilakukan kira-kira satu bulan setelah bawang merah dipanen. Sementara itu, komoditas lainnya seperti terong dan cabe merah dapat ditanam sepanjang tahun, tergantung ketersediaan air. Tanaman terong walaupun harga jualnya rendah, tetap menguntungkan dibanding dengan komoditas lainnya (bawang merah dan cabe merah) karena masa panennya panjang sampai 40–50 kali panen tergantung pemeliharaan.

Untuk mencukupi kebutuhan air bagi tanamannya, para petani mencari sumber air dengan membuat sumur lading. Air dari sumur tersebut dinaikkan dan ditampung dalam bak-bak penampungan dan dihubungkan melalui pipa-pipa penghubung dengan sistem bejana berhubungan. Hal ini untuk memudahkan distribusi air ke lokasi tanaman. Sistem pengairan tersebut, oleh petani disebut sebagai sumur renteng, artinya sumur yang bersambung. Adanya sumur renteng tersebut memungkinkan petani melakukan budi daya tanaman di lahan pasir meskipun saat musim kemarau.

Selain air sebagai pembatas usaha tani lahan pasir juga membutuhkan wind barrier sebagai pelindung tanaman dari angin yang cukup kencang serta uap air laut. Banyak petani yang menggunakan anyaman bambu sebagai wind barier, maupun menanam tanaman glirisidae (gamal) dan cemara laut, yang juga bisa berfungsi sebagai pakan ternak.

Pemasaran Hasil

Harga komoditas pada saat penelitian (2013) yaitu bawang merah Rp15.000/kg, cabe merah Rp12.500/kg, terong Rp2.000/kg, kacang tanah Rp8.757/kg, dan ubi jalar Rp2.000/kg. Khusus bawang merah dan cabai lahan pasir pantai ini sudah dikenal oleh para pedagang dari luar kota seperti Solo, Semarang, Kroya, Surabaya, maupun Jakarta. Selain untuk konsumsi, bawang merah produksi lahan pasir Kabupaten Bantul juga digunakan sebagai penyedia bibit yang bagus seperti varietas Tiron. Sementara komoditas ubi jalar, terong, dan kacang tanah dipasarkan kepada para pedagang pengumpul di desa maupun di luar desa. Profil kelembagaan dan rantai pemasaran bawang merah dan cabai masih relatif sederhana mulai dari produsen (petani) ke pedagang lokal (pengumpul/penyalur) dan antar petani sendiri maupun pedagang dari luar kabupaten maupun provinsi yang datang ke lokasi. Pedagang pengumpul atau penyalur bekerja di tingkat desa/kecamatan dengan cara mendatangi petani sayuran yang akan menjual hasil panennya. Pedagang perantara adalah penghubung antara pedagang pengumpul dengan pedagang daerah yang transaksinya terjadi di pasar-pasar sayur luar kota. Pedagang penyalur berfungsi sebagai pemasok ke pedagang besar yang lebih dekat dengan konsumen. Sampai saat ini pedagang pengumpul lokal adalah yang pertama kali dihubungi oleh petani produsen/petani sayuran di lahan pasir pantai pada saat akan menjual hasil panennya. Transaksi biasanya dapat terjadi di lahan atau di rumah petani pengumpul dengan sistem pasar lelang. Rantai tataniaga sayuran (bawang merah, cabai merah, dan komoditas sayuran lainnya) disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Rantai pemasaran (bawang merah, cabai merah, dan komoditas sayuran lainnya) di lahan

pasir pantai Kabupaten Bantul

Produsen sayuran (Petani lahan pesisir)

Pedagang pengumpul Pedagang perantara (lokal)

Pedagang penyalur antar daerah

Pedagang besar di luar kota

Konsumen luar

Konsumen

Page 8: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 438

Kelembagaan

Para petani penggarap lahan pasir pantai selatan Kabupaten Bantul telah tergabung dalam enam kelompok tani dengan jumlah anggota masing-masing kelompok antara 30–80 orang. Adanya kelembagaan kelompok tani ini sangat membantu dalam mempercepat alih teknologi karena melalui kelompok inilah teknologi merembes dan terdifusi sampai ke anggota kelompok tani. Manfaat lain adanya kelembagaan kelompok tani ini antara lain dapat dengan mudah menyampaikan informasi mengenai paket teknologi atau penyaluran saprotan kebutuhan usaha tani. Kegiatan yang rutin yaitu pertemuan kelompok tani yang dilaksanakan selapanan (35 hari), selain membahas yang berhubungan dengan kegiatan usaha tani juga diadakan arisan.

Sejak tahun 2003 kelompok tani lahan pasir terutama di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul mendapat pendampingan dari BPTP Yogyakarta, berupa pendampingan teknologi pengelolaan lahan pasir serta sarana dan prasarana lainnya berupa saprotan, yang dikenal dengan teknologi ameliorasi tanah pasir. Selain dari BPTP, kelompok tani lahan pasir juga mendapatkan pendampingan dari perguruan tinggi seperti UGM, UPN, dan perguruan tinggi dan pihak swasta.

Analisis Usaha Tani

Analisis usaha tani di lahan pasir pantai ini difokuskan pada lima komoditas yang banyak diusahakan para petani. Satuan luas garapan yang dijadikan analisis usaha tani adalah 1.000 m

2, hal

ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa rata-rata luas garapan petani adalah 1.089,96 m2. Hasil

analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penggunaan biaya produksi di antara lima komoditas yang diusahakan, biaya tertinggi pada penggunaan biaya tenaga kerja, dan sarana produksi. Hasil analisis finansial usaha tani di lahan pasir terhadap lima komoditas yang diusahakan menunjukkan bahwa usaha tani bawang merah memberikan keuntungan tertinggi yaitu Rp11.965.140 disusul cabe merah, terong, dan ubi jalar, sedangkan yang paling rendah adalah ubi jalar. Hal ini juga didukung dengan tingkat efisiensi usaha tani yang diperlihatkan dengan R/C ratio tertinggi 2,98. Hasil tersebut memberikan indikasi bahwa usaha tani kelima komoditas yang diusahakan secara finasial layak. Indikator lainnya dalam mengukur kelayakan finansial usaha tani di lahan pasir adalah break even point (BEP) atau titik impas, baik titik impas produk (TIP) maupun titik impas harga (TIH). Titik impas produk dan harga jual komoditas lebih tinggi dari titik impas yang disyaratkan, Titik impas hasil yang disyaratkan minimal berturut-turut bawang merah (603,49 kg), cabe merah (609,76 kg), terong (4.003,23 kg), kacang tanah (267,71 kg), dan ubi jalar (659,73 kg). Dengan demikian, usaha tani lahan pasir layak dikembangkan. Titik impas harga diperoleh berturut-turut bawang merah (Rp3.352,70/kg), cabe merah (Rp5.081,33/kg), terong (Rp1.067,53/kg), kacang tanah (Rp5.205,56/kg), dan ubi jalar (Rp824,66/kg). Untuk lebih jelasnya analisis finansial selengkapnya disajikan berturut-turut pada Lampiran 1, 2, 3, 4 dan 5.

Analisis Keunggulan Kompetitif

Untuk keperluan analisis keunggulan kompetitif usaha tani di lahan pasir pantai, terlebih dahulu dilakukan analisis finansial usaha tani komoditas yang diusahakan di lahan pasir pantai. Dengan melakukan analisis usaha tani lima komoditas utama maka diketahui komponen biaya dalam usaha tani sebagai dasar perhitungan analisis keunggulan kompetitif dari lima komoditas usaha tani di lahan pasir pantai. Hasil analisis keunggulan kompetitif dari lima komoditas usaha tani di lahan pasir pantai disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut. Tabel 4. Analisis keunggulan kompetitif lima komoditas yang diusahakan di lahan pasir pantai, 2013

No Komoditas Produksi

(kg/1.000 m2)

Harga (Rp/kg) Biaya produksi (Rp/1.000 m

2)

Keuntungan (Rp/1.000 m

2)

1. Bawang merah 1.800 10.000 6.034.860 11.965.140

2. Cabe merah 1.500 12.500 7.622.000 11.128.000 3. Terong 7.500 2.000 8.006.460 6.993.540 4. Kacang tanah 450 8.750 2.342.500 1.595.000 5. Ubi jalar 1.600 2.000 1.319.450 1.880.550

Page 9: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Analisis Keunggulan Kompetitif Usaha Tani Lahan Pasir Pantai di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Subagiyo, Kurnianita Triwidyastuti, dan Susanti Dwi Habsari

439

Analisis keunggulan kompetitif ditunjukkan dengan dua indikator, yaitu produk minimal dan harga minimal. Produksi minimal menunjukkan bahwa suatu komoditas A akan memiliki keunggulan kompetitif terhadap komoditas B apabila produksi minimal komoditas A tersebut lebih rendah dibanding produksi riilnya, sedangkan harga minimal menunjukkan bahwa suatu komoditas A akan memiliki keunggulan kompetitif terhadap komoditas B apabila harga minimal komoditas A lebih rendah dibanding harga riilnya. Tingkat keunggulan kompetitif kelima komoditas yang dianalisis disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Tingkat keunggulan kompetitif lima komoditas yang diusahakan di lahan pasir pantai, 2013

Tingkat keunggulan kompetitif

No. Komoditas Produksi minimum Harga minimum Keterangan

1 Bawang merah terhadap cabe merah

1.716 9.535 bawang merah lebih kompetitif

2 Bawang merah terhadap terong

1.303 7.238 bawang merah lebih kompetitif

3 Bawang merah terhadap kacang tanah

763 4.239 bawang merah lebih kompetitif

3 Bawang merah terhadap ubi jalar

792 4.397 bawang merah lebih kompetitif

4 Cabe merah terhadap terong

1.462 9.744 Cabe merah merah lebih kompetitif

5 Cabe merah terhadap kacang tanah

737 6.145 Cabe merah lebih kompetitif

6 Cabe merah terhadap ubi jalar

760 6.335 Cabe merah lebih kompetitif

7 Terong thd kacang tanah 4.801 1.280 terong kurang kompetitif

8 Terong thd ubi jalar 4.944 1.318 terong kurang kompetitif

9 Kacang tanah thd ubi jalar 483 9.385 Kacang tanah kurang kompetitif

Hasil perhitungan keunggulan kompetitif bawang merah terhadap cabe merah menunjukkan bahwa produksi minimal bawang merah dapat bersaing dengan cabe merah, dimana produksi minimalnya adalah 1.716 kg/1.000 m

2, sedangkan produksi riil adalah 1.800 kg/1.000 m

2 dimana

produksi riil lebih tinggi daripada produksi minimal yang dipersyaratkan. Demikian pula dengan harga minimal di mana harga riil lebih tinggi yaitu Rp10.000/kg, sedangkan harga minimal yang dipersyaratkan sebesar Rp9.535/kg. Dengan demikian bawang merah lebih kompetitif daripada cabe merah. Demikian pula bila dibandingkan dengan empat komoditas lainnya (terong, kacang tanah, dan ubi jalar) bawang merah tetap kompetitif di mana produksi riil lebih tinggi dari produksi yang dipersyaratkan.

Cabe merah mempunyai keunggulan kompetitif dibandingkan dengan tiga komoditas lainnya yaitu terong, kacang tanah, dan ubi jalar. Hasil analisis menunjukkan bahwa produksi riil adalah 1.500 kg/1.000 m

2 di atas produksi minimal yang dipersyaratkan yaitu 1.462 kg/1.000 m

2. Demikian juga

dengan harga riil Rp12.500/kg, sedangkan harga minimal yang dipersyaratkan adalah Rp9.744/kg. Sementara, bila dibandingkan dengan ubi jalar menjadi kurang kompetitif.

Terong dengan kacang tanah dan ubi jalar kurang kompetitif. Demikian pula kacang tanah dengan ubi jalar, di mana produksi minimal maupun harga minimal bila dibandingkan dengan produksi riil dan harga riil lebih rendah dari yang dipersyaratkan.

Hasil analisis keunggulan kompetitif terhadap lima komoditas yang diusahakan di lahan pasir menunjukan bahwa hanya bawang merah dan cabe merah yang mempunyai keunggulan kompetitif, sedangkan komoditas lainnya kurang kompetitif. Namun demikian komoditas tersebut bukan tidak penting karena komoditas tersebut mempunyai kontribusi terhadap pendapatan petani dan sebagai upaya optimalisasi penggunaan lahan pasir pantai. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Widodo

Page 10: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 440

(2008) bahwa pendapatan petani lahan pasir pantai dapat ditingkatkan apabila petani dapat mengoptimalkan usaha taninya dengan berbagai komoditas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Usaha tani di lahan pasir pantai selatan Bantul yang diusahakan petani dan mempunyai keunggulan kompetitif, yaitu: 1) komoditas bawang merah dan 2) komoditas cabe merah. Hal ini ditunjukkan dengan dua indikator produksi minimal dan harga minimal. Produksi riil dan harga riil di lapangan lebih tinggi daripada produksi minimal dan harga minimal yang dipersyaratkan, sedangkan tiga komoditas lainnya yaitu terong, kacang tanah, dan ubi jalar kurang kompetitif karena baik produksi minimal dan harga minimal lebih tinggi dari produksi riil dan harga riil di lapangan. Namun demikian, walaupun ketiga komoditas tersebut kurang kompetitif bukan berarti tidak penting karena komoditas tersebut mempunyai kontribusi terhadap pendapatan petani dan sebagai upaya optimalisasi penggunaan lahan pasir pantai

Untuk meningkatkan pendapatan petani lahan pasir, maka perlu mengoptimalkan lahan pasir dengan berbagai komoditas, mengingat wilayah pantai selatan juga sebagai daerah tujuan wisata sehingga merupakan peluang pasar bagi produk pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Musyafak, A. dan S. Hartono. 2012. Metode analisis terapan untuk penelitian dan pengakajian. Model Pelatihan. Disampaikan pada tanggal 31 Oktober–3 Nopember 2012 pada pelatihan Statistik Terapan dan Teknologi Informasi untuk Penelitian dan Pengkajian. Petugas Belajar Badan Litbang Pertanian di Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2008. BPS Provinsi DI Yogyakarta. Yogyakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2010. BPS Provinsi DI Yogyakarta. Yogyakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2013. BPS Provinsi DI Yogyakarta. Yogyakarta.

Fathurohman, M., T. Martani, Supriadi, dan R. Hendrata. 2003. Pengkajian Pengembangan Tanaman Melati di Lahan Pasir Pantai Provinsi DIY. Laporan Kegiatan TA. 2003. BPTP Yogyakarta. Yogyakarta.

Hendrata, R., Sutardi, T. Martani, B.P. Alrlyna, dan M. Fatchurohman. 2003. Pengkajian Bawang Merah. Cabai Merah dan Semangka di Lahan Pasir Pantai Privinsi DIY. Laporan Kegiatan TA. 2003. BPTP Yogyakarta. Yogyakarta.

Kerlinger, F. N. 1996. Azas-azas Penelitian Behavioral. diterjemahkan Landung R. Simatupang. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta

Widodo, A.S. 2008. Kajian usaha tani di lahan pantai Kabupaten Bantul. Prosiding Seminar Nasional Dinamika Pembangunan Pertanian dan Perdesaan: Tantangan dan Peluang Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani. Bogor, 19 Nopember 2008. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Page 11: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Analisis Keunggulan Kompetitif Usaha Tani Lahan Pasir Pantai di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Subagiyo, Kurnianita Triwidyastuti, dan Susanti Dwi Habsari

441

Lampiran 1. Analisis usaha tani bawang merah di lahan pasir (1.000 m2)

No. Uraian Volume Harga satuan

(Rp) Jumlah

(Rp)

A. Biaya variabel 5.481.000 1. Sarana produksi 4.121.000

Bibit bawang merah 100 kg 20.000 2.000.000 Pupuk kandang 1.000 kg 600 600.000 ZA 20 kg 1.700 34.000 Ponska 60 kg 2.700 162.000 NPK 10 kg 7.000 70.000 KCl 30 kg 4.000 120.000 Pestisida cair 0,3 liter 540.000 162.000 Pestisida padat 0,5 kg 186.000 93.000 PPC 0,5 kg 80.000 40.000 Bensin 40 liter 5.000 200.000 Sewa pompa 90 kali 1.000 90.000 Konsumsi 44 12.500 550.000

2. Tenaga kerja 1.360.000 Pengolahan tanah 6 HOK 30.000 180.000 Penanaman 3 HOK 30.000 90.000 Pemupupukan 1 HOK 30.000 30.000 Penyiraman 16 HOK 30.000 480.000 Penyiangan 8 HOK 30.000 240.000 Pengendalian OPT 4 HOK 30.000 120.000 Panen 4 HOK 30.000 120.000 Angkutan 2 pkt 50.000 100.000

B. Biaya tetap 553.860 Sewa lahan 75.000 75.000 Penyusutan alat 150.000 Bunga modal (12%/tahun) 328.860

C. Biaya tunai 5.481.000 D. Total biaya 6.034.860 E. Penerimaan 1.800 kg 10.000 18.000.000 G. Pendapatan 11.965.140

R/C = 2,98 TIP (Titik Impas Produk) = 604 kg TIH (Titik Impas Harga) = Rp3.353

Page 12: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 442

Lampiran 2. Analisis usaha tani cabe merah di lahan pasir (1.000 m2)

No. Uraian Volume Harga satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

A. Biaya variabel 3.811.000 1. Sarana produksi 1.721.000

Bibit cabe merah 2 kepek 55.000 110.000 Media tanam 3.000 buah 50 150.000 Pupuk kandang 1.000 kg 600 600.000 ZA 20 kg 1.700 34.000 Ponska 60 kg 2.700 162.000 NPK 10 kg 7.000 70.000 KCl 30 kg 4.000 120.000 Pestisida cair 0,3 liter 540.000 162.000 Pestisida padat 0,5 kg 186.000 93.000 PPC 0,5 kg 80.000 40.000 Bensin 40 liter 5.000 200.000 Sewa pompa 90 kali 1.000 90.000

2. Tenaga kerja 2.090.000 Pengolahan tanah 6 HOK 30.000 180.000 Penanaman 4 HOK 30.000 120.000 Pemupupukan 6 HOK 30.000 180.000 Penyiraman 16 HOK 30.000 480.000 Penyiangan 8 HOK 30.000 240.000 Pengendalian OPT 4 HOK 30.000 120.000 Panen 4 HOK 30.000 120.000 Angkutan 2 pkt 50.000 100.000 Konsumsi 44 12.500 550.000

B. Biaya tetap 453.660 Sewa lahan 75.000 75.000 Penyusutan 150.000 Bunga modal 228.660

C. Biaya tunai 3.811.000 D. Total biaya 7.622.000 E. Penerimaan 1.500 kg 12.500 18.750.000 F. Pendapatan 11.128.000

R/C = 2,46

TIP (Titik Impas Produk) = 609.760 kg TIH (Titik Impas Harga) = Rp5.081

Page 13: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Analisis Keunggulan Kompetitif Usaha Tani Lahan Pasir Pantai di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Subagiyo, Kurnianita Triwidyastuti, dan Susanti Dwi Habsari

443

Lampiran 3. Analisis usaha tani terong di lahan pasir (1.000 m2)

No. Uraian Volume Harga satuan (RP)

Jumlah (Rp)

A. Biaya variabel 7.341.000 1. Saprodi 2.021.000

Bibit 2.000 batang 150 300.000 Pupuk organik 1.500 kg 600 900.000 Cocopeat 1 truk 500.000 500.000 Ponska 40 kg 2.600 104.000 ZA 40 kg 2.500 100.000 Pupuk cair 1,5 btl 78.000 117.000

2. Tenaga kerja 5.320.000 Olah tanah 4 HOK 30.000 120.000 Tanam 2 HOK 30.000 60.000 Perawatan/penyiangan 15 HOK 30.000 450.000 Irigasi 200 liter 6.500 1.300.000 Siram 90 HOK 30.000 2.700.000 Pemupukan 8 HOK 30.000 240.000 Panen 15 HOK 30.000 450.000

B. Biaya tetap 665.460 Sewa lahan 1 msm 75.000

Penyusutan alat (mesin Pompa air sprayer) 150.000

Bunga modal (12%/tahun) 440.460 C. Biaya tunai 7.341.000 D. Biaya total 8.006.460 E. Penerimaan 7.500 kg 2.000 15.000.000 F. Pendapatan 6.993.540

R/C = 1,97 TIP (Titik Impas Produk) = 4.009 kg TIH (Titik Impas Harga) = Rp1.068

Page 14: ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA TANI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_39_SET... · 267.71 kg for peanut, and 659.73 kg for sweet potato. Minimum break

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 444

Lampiran 4. Analisis usaha tani kacang tanah (1.000 m2)

No. Uraian Volume Harga satuan

(Rp) Jumlah

(Rp)

A. Biaya tidak tetap 2.267.500 1. Sarana Produksi 787.500

Benih 30 kg 12.000 360.000 Urea 10 kg 1.500 15.000 SP-36 5 kg 2.500 12.500 Pupuk kandang 4 colt 100.000 400.000

2. Tenaga kerja 1.480.000 Penyiangan lahan 6 HOK 30.000 180.000 Penanaman 3 HOK 30.000 90.000 Pemupukan 1 HOK 30.000 30.000 Penyiangan 16 HOK 30.000 480.000 Pengairan 16 HOK 30.000 480.000 Panen 4 HOK 30.000 120.000 Pengangkutan 2 pkt 50.000 100.000

B. Biaya tetap 497.100 Sewa lahan 75.000 75.000 Penyusutan alat 150.000 Bunga modal (12%/tahun) 272.100

C. Total biaya 2.342.500 D. Penerimaan 450 kg 8.750 3.937.500 E. Pendapatan 1.595.000

R/C = 1,68 TIP (Titik Impas Produk) = 267.714 kg TIH (Titik Impas Harga) = Rp5.206

Lampiran 5. Analisis usaha tani ubi jalar (1.000 m

2)

No. Uraian Volume Harga Satuan

(Rp) Jumlah

(Rp)

A. Biaya tidak tetap 1. Sarana Produksi 1.032.500

Benih 9.000 Stek 65 585.000 Urea 10 kg 1.500 15.000 SP-36 5 kg 2.500 12.500 KCl 5 kg 4.000 20.000 Pupuk kandang 4 colt 100.000 400.000

2. Tenaga kerja 1.240.000 Pengolahan tanah 6 HOK 30.000 180.000 Penanaman 3 HOK 30.000 90.000 Pemupukan 1 HOK 30.000 30.000 Penyiraman 16 HOK 30.000 480.000 Penyiangan 8 HOK 30.000 240.000 Panen 4 HOK 30.000 120.000 Angkutan 2 pkt 50.000 100.000

B. Biaya tetap 286.950 Sewa lahan 75.000 75.000

Penyusutan alat 150.000 Bunga Modal (12%/tahun) 61.950

C. Total biaya (A+B) 1.319.450 D. Penerimaan 1.600 kg 2.000 3.200.000 E. Pendapatan (D-C) 1.880.550

R/C = 2,43 TIP (Titik Impas Produk) = 659.725 kg TIH (Titik Impas Harga) = Rp825