18
1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NO 100/MBU/2002 PADA PT PELAYARAN NASIONAL INDONESIA PERIODE 2009-2015 Disusun oleh : Samuel Indra C.L.T Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing : Moeljadi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menilai kinerja keuangan perusahaan PT PELNI. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan metode pengumpulan data berupa dokumentasi, menggunakan teknik analisis rasio keuangan secara time series. Rasio yang digunakan sesuai dengan standar kinerja keuangan BUMN yang tercantum di dalam Keputusan Menteri BUMN No.KEP-100/MBU/2002. Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN No.KEP-100/MBU/2002, tingkat profitabilitas PT PELNI dapat dikatakan kurang sehat karena dua rasio penilaian profitabilitas menghasilkan nilai yang berada di range bawah skor penilaian, mengindikasikan bahwa PT PELNI memiliki kemampuan yang rendah dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Tingkat likuiditas PT PELNI sangat baik karena dua rasio penilaian menghasilkan nilai yang berada di atas range skor penilaian tertinggi. Tingkat aktivitas PT PELNI menunjukkan kinerja yang baik. Solvabilitas PT PELNI menunjukkan kinerja yang baik. Berdasarkan penilaian tingkat kesehatan BUMN, keuangan PT PELNI periode 2009 sampai 2015 berturut-turut meraih predikat tidak sehat kategori „BBB‟ pada 2009, kategori „BB‟ pada 2010, kategori „BBB‟ pada 2011, tidak sehat kategori „BBB‟ pada 2012, tidak sehat kategori „BB‟ pada 2013, tidak sehat kategori „BBB‟ pada 2014 dan tidak sehat kategori „BBB‟ pada 2015. Kata kunci : Kinerja keuangan, analisis rasio keuangan ABSTRACT This study aims to determine and assess the financial performance of the company PT PELNI. This research is descriptive research, with data collection method in the form of documentation, using technique of financial ratio analysis by time series. The ratios used in accordance with the financial performance standards of SOEs are listed in the Decree of the Minister of SOE No.KEP-100 / MBU / 2002. Based on the results of financial performance analysis in accordance with the Decree of the Minister of SOE No.KEP-100 / MBU / 2002, PT PELNI's profitability level can be said to be unhealthy because two profitability valuation ratios produce values that are in the range below the rating score, indicating that PT PELNI has Low in profit from normal business activity. PT PELNI's liquidity level is very good because the two rating ratios produce values that are above the highest scoring range. PT PELNI's activity level shows good performance. PT PELNI's solvency shows good performance. Based on the rating of state-owned enterprises, PT PELNI's finance in 2009 to 2015 periodically won unhealthy category category 'BBB' in 2011, unhealthy category of 'BBB' in 2012, unhealthy category 'BB' in 2013, unhealthy category 'BBB 'In 2014 and unhealthy category' BBB 'by 2015. Keywords: Financial performance, financial ratio analysis

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

1

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN KEPUTUSAN

MENTERI BUMN NO 100/MBU/2002 PADA PT PELAYARAN NASIONAL

INDONESIA PERIODE 2009-2015

Disusun oleh :

Samuel Indra C.L.T

Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

Dosen Pembimbing :

Moeljadi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menilai kinerja keuangan perusahaan

PT PELNI. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan metode pengumpulan data

berupa dokumentasi, menggunakan teknik analisis rasio keuangan secara time series. Rasio

yang digunakan sesuai dengan standar kinerja keuangan BUMN yang tercantum di dalam

Keputusan Menteri BUMN No.KEP-100/MBU/2002.

Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN

No.KEP-100/MBU/2002, tingkat profitabilitas PT PELNI dapat dikatakan kurang sehat

karena dua rasio penilaian profitabilitas menghasilkan nilai yang berada di range bawah skor

penilaian, mengindikasikan bahwa PT PELNI memiliki kemampuan yang rendah dalam

menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Tingkat likuiditas PT PELNI sangat baik

karena dua rasio penilaian menghasilkan nilai yang berada di atas range skor penilaian

tertinggi. Tingkat aktivitas PT PELNI menunjukkan kinerja yang baik. Solvabilitas PT

PELNI menunjukkan kinerja yang baik. Berdasarkan penilaian tingkat kesehatan BUMN,

keuangan PT PELNI periode 2009 sampai 2015 berturut-turut meraih predikat tidak sehat

kategori „BBB‟ pada 2009, kategori „BB‟ pada 2010, kategori „BBB‟ pada 2011, tidak sehat

kategori „BBB‟ pada 2012, tidak sehat kategori „BB‟ pada 2013, tidak sehat kategori „BBB‟

pada 2014 dan tidak sehat kategori „BBB‟ pada 2015.

Kata kunci : Kinerja keuangan, analisis rasio keuangan

ABSTRACT

This study aims to determine and assess the financial performance of the company PT

PELNI. This research is descriptive research, with data collection method in the form of

documentation, using technique of financial ratio analysis by time series. The ratios used in

accordance with the financial performance standards of SOEs are listed in the Decree of the

Minister of SOE No.KEP-100 / MBU / 2002.

Based on the results of financial performance analysis in accordance with the Decree

of the Minister of SOE No.KEP-100 / MBU / 2002, PT PELNI's profitability level can be

said to be unhealthy because two profitability valuation ratios produce values that are in the

range below the rating score, indicating that PT PELNI has Low in profit from normal

business activity. PT PELNI's liquidity level is very good because the two rating ratios

produce values that are above the highest scoring range. PT PELNI's activity level shows

good performance. PT PELNI's solvency shows good performance. Based on the rating of

state-owned enterprises, PT PELNI's finance in 2009 to 2015 periodically won unhealthy

category category 'BBB' in 2011, unhealthy category of 'BBB' in 2012, unhealthy category

'BB' in 2013, unhealthy category 'BBB 'In 2014 and unhealthy category' BBB 'by 2015.

Keywords: Financial performance, financial ratio analysis

Page 2: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan

dengan luas wilayah perairan lebih besar

dari pada daratan. Sumber daya alam yang

terdapat di laut berlimpah telah

dimanfaatkan bangsa ini sejak lama baik

dari laut dan daratnya. Selain potensi alam

tersebut, laut juga meyimpan potensi lain

yaitu sebagai sarana transportasi. Hal ini

memunculkan semangat membangun

transportasi laut untuk kesejahteraan

negara.

Untuk mengembangkan

perekonomian negara, Indonesia memiliki

tiga pilar utama yaitu swasta, BUMN dan

koperasi. Berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia No. 19 tahun 2003

tentang BUMN, Badan Usaha Milik

Negara adalah badan usaha yang sebagian

besar atau seluruh modalnya dimiliki

negara.

Kinerja BUMN selama ini identik

dengan efisiensi yang rendah. Menurut

Toni Prasetiono (2003) masalah utama

terkait hal ini adalah dengan diberikannya

hak monopoli kepada BUMN sehingga

sering menyebabkan BUMN tidak efisien.

Sedangkan menurut Mungaran (2007),

terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan kurang optimalnya kinerja

BUMN yaitu BUMN merupakan badan

usaha yang mendapatkan fasilitas dan

keistimewaan dari pemerintah, tetapi

dalam implementasinya keistimewaan

tersebut sering disalahgunakan oleh para

pemangku kekuasaan, perlakuan istimewa

pemerintah kepada BUMN menjadikannya

tidak peka terhadap lingkungan usahanya

serta asset BUMN yang besar tetapi tidak

disertai utilitas optimal berakibat over

investment dan pemborosan yang

membebani BUMN itu sendiri sehingga

BUMN pada umumnya kurang

mempertimbangkan prinsip efektivitas dan

efisiensi sebagaimana semestinya.

Untuk meningkatkan kinerja

BUMN, diperlukan evaluasi kinerja agar

diketahui apakah aktivitas operasional

perusahaan telah berjalan dengan efektif

dan efisien. Evaluasi kinerja merupakan

suatu proses penilaian pelaksanaan tugas

seseorang atau unit kerja dalam suatu

perusahaan disesuaikan dengan standar

kinerja atau tujuan yang ditetapkan

(Mulyadi dan Johny Setyawan, 1999).

Dengan melakukan evaluasi kinerja akan

diperoleh gambaran tentang perkembangan

perusahaan serta hal-hal yang telah dicapai

di waktu yang lalu dan peluang di masa

mendatang. Dalam melakukan evaluasi

kinerja, diperlukan standar tertentu supaya

pengukuran dapat dilakukan dengan baik.

Pengukuran evaluasi kinerja

BUMN memiliki standar tertentu dan

bebebrapa kali mengalami perubahan.

Pertama yaitu Surat Keputusan Menkeu

No.740 tahun 1989, SK Menteri Keuangan

Page 3: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

3

No. 826 tahun 1992, keputusan No.215

1999, hingga sekarang aturan paling baru

adalah Keputusan Menteri BUMN

No.KEP-100/MBU/2002. Pada aturan ini

tingkat kesehatan BUMN ditetapkan

berdasarkan penilaian terhadap kinerja

perusahaan untuk tahun buku yang

bersangkutan yang meliputi penilaian

aspek keuangan, aspek operasional, aspek

administrasi. Terdapat skor untuk masing-

masing indikator yang telah ditetapkan

berdasarkan pembobotannya. Setelah

dilakukan penilaian, perusahaan BUMN

digolongkan kedalam tiga golongan dalam

penilaian kesehatan ini yaitu sehat

(kategori AAA, AA, AA), kurang sehat

(kategori BBB, BB, B) dan tidak sehat

(kategori CCC,CC, C).

Jika dibandingkan standar

penilaian terdahulu, standar penilaian ini

memiliki beberapa keunggulan yaitu

keluasan aspek penilaian, kemudahan

dalam penggunaannya karena sudah dalam

satu paket meliputi berbagai aspek

penilaian serta kategorisasi hasil akhir

yang jelas. Selain itu pada penilaian

keuangan, jika dibandingkan dengan

perhitungan rasio konvensional terdapat

beberapa perbedaan. Hal ini dikarenakan

rasio yang diperhitungkan telah

disesuaikan dengan kondisi BUMN yang

berbeda dengan badan usaha lainnya.

Perusahaan yang memiliki kinerja

keuangan baik akan memiliki

keberlangsungan usaha yang baik. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Sanna-Lena

Bäckström dan Jenny Karlsson (2015)

yang menyatakan terdapat hubungan

positif antara keberlangsungan usaha dan

kinerja keuangan. Kinerja keuangan dapat

diteliti melalui analisis laporan keuangan.

Menurut Fahmi (2008:118) analisis atas

laporan keuangan dan interpretasinya

dilakukan untuk mengadakan penilaian

atas kondisi keuangan perusahaan dan

perkembangan suatu perusahaan melalui

laporan keuangan.

PT Pelayaran Nasional Indonesia

(Persero) adalah salah satu BUMN yang

menyediakaan jasa angkutan transportasi

laut, meliputi jasa angkutan penumpang

dan muatan barang antar pulau. Dalam

melaksanakan usahanya, perusahaan

mengalami persaingan yang ketat.

Persaingan yang ketat ini membuat

manajemen perusahaan saling bersaing

dalam berbisnis, memberikan tekanan

kepada perusahaan untuk senantiasa

meningkatkan kualitas produknya baik itu

barang maupun jasa dalam upaya

meningkatkan kepuasan pelanggan.

Sebagaimana perusahaan yang

bertujuan untuk mencapai keuntungan, PT

PELNI juga menghadapi persaingan bisnis

dengan perusahaan transportasi lainnya.

Saat ini pilihan yang tersedia untuk

masyarakat semakin beragam untuk

transportasi. Semakin murahnya tiket

Page 4: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

4

pesawat terbang juga menjadi tantangan

tersendiri bagi perusahaan

(www.merdeka.com, diakses pada 20 Juni

2017).

Selain menghadapi persaingan, PT

PELNI juga menghadapi permasalahan

dalam organisasi. PT PELNI terus

mengalami dinamika kenaikan dan

penurunan dalam melaksanakan usaha.

Pada tahun 2013 PT PELNI mengalami

kerugian besar. Kerugian ini disebabkan di

antaranya karena spin off dan kerugian

usaha (www.weeklyline.com, diakses pada

20 Juni 2017).

Kenaikan dan penurunan kinerja

tersebut dapat dievaluasi dan dianalisis

secara jelas dalam penilaian kesehatan

keuangan yang terdiri dari beberapa

analisis rasio dalam Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002. Dengan

berbagai perubahan dan gejolak usaha

yang dialami, peneliti dapat melihat dan

menganalisis tingkat kesehatan keuangan

PT PELNI periode tahun penelitian 2009 -

2015, melalui rasio profitabilitas,

likuiditas, aktivitas dan solvabilitas

melalui analisis tingkat kesehatan

keuangan berdasar keputusan menteri

tersebut.

Perumusan Masalah

Pembahasan masalah ini mengenai

penilaian terhadap kinerja keuangan

perusahaan pada PT PELNI yang berfokus

pada empat rasio keuangan yaitu analisis

rasio likuiditas, aktivitas, leverage, dan

profitabilitas sesuai dengan Keputusan

Menteri BUMN NO 100/MBU/2002.

LANDASAN TEORI

Pengertian Laporan Keuangan

Menurut S. Munawir (2010:2)

laporan keuangan adalah hasil dari proses

akuntansi yang dapat digunakan sebagai

alat untuk berkomunikasi antara data

keuangan atau aktivitas suatu perusahaan

dengan pihak – pihak yang berkepentingan

dengan analisa terhadap pos – pos neraca

akan dapat diketahui atau akan diperoleh

gambaran tentang posisi keuangannya,

sedangkan analisa terhadap laporan laba

ruginya akan memberikan gambaran

tentang hasil atau perkembangan usaha

perusahan yang bersangkutan.

Jenis Laporan Keuangan

Menurut Brigham dan Houston

(2010:85) ada empat laporan keuangan

dasar yaitu :

1. Neraca

2. Laporan laba rugi

3. Laporan laba ditahan

4. Laporan arus kas

Sifat dan Keterbatasan Laporan

Keuangan

Menurut Kasmir (2010:12) sifat

laporan keuangan adalah bersifat historis,

artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan

disusun dari data masa lalu atau masa yang

sudah lewat dan masa sekarang serta

menyeluruh yaitu laporan keuangan dibuat

Page 5: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

5

selengkap mungkin, disusun sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan.

Laporan keuangan memiliki

beberapa keterbatasan. Menurut S.

Munawir (2010:9) menyebutkan bahwa

terdapat beberapa keterbatasan laporan

keuangan antara lain :

1. Laporan keuangan bersifat

sementara dan bukan merupakan

laporan yang final.

2. Angka yang tercantum pada

laporan keuangan mungkin berbeda

dengan harga pasar karena

merupakan nilai buku (book value)

3. Karena laporan keuangan bersifat

historis yang mana penyusunannya

dari data keuangan masa lalu,

apabila tidak dilakukan

penyesuaian terhadap tingkat harga

akan menyebabkan pengambila

keputusan yang tidak tepat.

4. Laporan keuangan tidak dapat

mencerminkan reputasi

perusahaan.

Analisis Laporan Keuangan

Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2012:66)

pengertian analisis laporan keuangan

adalah

“Penyusunan laporan keuangan

berdasarkan data yang relevan,

serta dilakukan dengan prosedur

akuntansi dan penilaian yang benar

sehingga akan terlihat kondisi

keuangan perusahaan yang

sesungguhnya.”

Metode Analisis Laporan Keuangan

Menurut S. Munawir (2010:36)

terdapat dua metode analisa laporan

keuangan yaitu :

1. Analisa horizontal adalah analisa

dengan mengadakan pembandingan

laporan keuangan untuk beberapa

periode atau beberapa saat,

sehingga akan diketahui

perkembangannya.

2. Analisis vertikal apabila laporan

keuangan yang dianalisa hanya

meliputi satu periode atau satu saat

saja, yaitu dengan membandingkan

antara pos yang satu dengan pos

lainnya dalam laporan keuangan

tersebut.

Penilaian Kinerja BUMN

Menurut Keputusan Menteri BUMN yang

tertuang dalam Kepmen No. KEP-

100/MBU/2002, yang dimaksud dengan

BUMN adalah sebagai berikut :

1. Badan Usaha Milik Negara, yang

selanjutnya dalam Keputusan ini

disingkat BUMN, adalah

Perusahaan Perseroan (PERSERO)

sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 12

Tahun 1998 dan Perusahaan

Page 6: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

6

Umum (PERUM) sebagaimana

dimaksud dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998.

2. Anak Perusahaan BUMN adalah

Perusahaan berbentuk Perseroan

Terbatas yang sekurang-kurangnya

51% sahamnya dimiliki oleh

BUMN.

Adapun pengertian persero dan perum

seperti yang tercantum dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2005 pasal 1 ayat 2 dan 3 adalah :

1. Perusahaan Perseroan, yang

selanjutnya disebut Persero adalah

BUMN yang berbentuk perseroan

terbatas modalnya terbagi dalam

saham yang seluruh atau paling

sedikit 51% sahamnya dimiliki

negara bertujuan untuk mengejar

keuntungan.

2. Perusahaan Umum yang

selanjutnya disebut Perum adalah

BUMN yang seluruh modalnya

dimiliki negara dan tidak terbagi

atas saham, bertujuan untuk

kemanfaatan umum berupa

penyediaan barang dan/atau jasa

yang bermutu tinggi sekaligus

mengejar keuntungan berdasarkan

prinsip pengelolaan perusahaan.

Perusahaan BUMN digolongkan menjadi :

1. BUMN Jasa Keuangan

2. BUMN Jasa Non Keuangan

BUMN Jasa Non Keuangan dibedakan lagi

sesuai dengan pasal 4 ayat 1 KEP-

100/MBU/2002 yaitu

1. BUMN Infrastruktur adalah

BUMN yang kegiatannya

menyediakan barang dan jasa untuk

kepentingan masyarakat luas, yang

bidang usahanya meliputi

pembangkitan, transmisi atau

pendistribusian tenaga listrik,

pengadaan dan atau pengoperasian

sarana pendukung pelayanan

angkutan barang atau penumpang

baik laut, udara atau kereta api,

jalan dan jembatan tol, dermaga,

pelabuhan laut atau sungai atau

danau, lapangan terbang dan

bandara serta bendungan dan

irigrasi.

2. BUMN Non Infrastruktur adalah

BUMN yang bidang usahanya

diluar bidang usaha sebagaimana

dimaksud dalam ayat 1.

Perusahaan BUMN juga dapat

digolongkan menjadi beberapa sektor

sesuai bidangnya masing-masing antara

lain :

1. Sektor Industri dan Perdagangan.

2. Sektor Kawasan Industri Jasa

Konstruksi dan Konsultan

Konstruksi.

3. Sektor Perhubungan,

telekomunikasi dan pariwisata.

Page 7: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

7

4. Sektor Pertanian, Perkebunan

Kehutanan Perdagangan.

5. Sektor Pelayanan Umum

1. Imbalan kepada pemegang

saham/Return On Equity (ROE)

Tabel 2.1

Klasifikasi Skor Penilaian ROE

ROE (%) Skor

Infra Non Infra

15 < ROE 15 20

13 < ROE<= 15 13,5 18

11< ROE <= 13 12 16

9 < ROE <= 11 10,5 14

7,9<ROE <= 9 9 12

6,6<ROE <= 7,9 7,5 10

5,3<ROE <= 6,6 6 8,5

4 <ROE <= 5,3 5 7

2,5 <ROE<= 4 4 5,5

1 <ROE <= 2,5 3 4

0 <ROE <= 1 1,5 2

ROE < 0 1 0

Sumber : Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002

2. Imbalan Investasi/Return On

Investment (ROI)

Tabel 2.2

Klasifikasi Skor Penilaian ROI

ROI (%) Skor

Infra Non Infra

18 < ROI 10 15

15 < ROI <= 18 9 13,5

13< ROI <= 15 8 12

12 < ROI <= 13 7 10,5

10,5 < ROI <= 12 6 9

9 < ROI <= 10,5 5 7,5

7 < ROI <= 9 4 6

5 < ROI <= 7 3,5 5

3 < ROI<= 5 3 4

1 < ROI <= 3 2,5 3

0 < ROI <= 1 2 2

ROI < 0 0 1

Sumber : Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002

3. Rasio Kas/Cash Ratio

Tabel 2.3

Klasifikasi Skor Penilaian Cash Ratio

Cash Ratio = x (%) Skor

Infra Non Infra

x >= 35 3 5

25 <= x < 35 2,5 4

15 <= x < 25 2 3

10 <= x < 15 1,5 2

5 <= x < 10 1 1

0 <= x < 5 0 0

Sumber : Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002

4. Rasio Lancar/Current Ratio

Page 8: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

8

Tabel 2.4

Klasifikasi Skor Penilaian Current Ratio

Current Ratio = x (%) Skor

Infra Non Infra

125 <= x 3 5

110 <= x < 125 2,5 4

100 <= x < 110 2 3

95 <= x < 100 1,5 2

90 <= x < 95 1 1

x < 90 0 0

Sumber : Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002

5. Collection Periods (CP)

Tabel 2.5

Klasifikasi Skor Penilaian Collection

Periods

CP = x

(Hari)

Perbaikan = x

(Hari)

Skor

Inf

ra

Non

Infra

x <= 60 x > 35 4 5

60 < x <=

90 30 < x <= 35 3,5 4,5

90 < x <=

120 25 < x <= 30 3 4

120 < x <=

150 20 < x <= 25 2,5 3,5

150 < x <= 15 < x <= 20 2 3

180

180 < x <=

210 10 < x <= 15 1,6 2,4

210 < x <=

240 6 < x <= 10 1,2 1,8

240 < x <=

270 3 < x <= 6 0,8 1,2

270 < x <=

300 1 < x <= 3 0,4 0,6

300 < x 0 < x <= 1 0 0

Sumber : Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002

6. Perputaran Persediaan (PP)

Rasio Perputaran Persediaan

mengukur berapa kali persediaan

perusahaan telah dijual selama

periode tertentu, misalnya selama

tahun tertentu (Dwi Prastowo dan

Rifka Julianty:2008).

Tabel 2.6

Klasifikasi Skor Penilaian Perputaran

Persediaan

PP = x

(Hari)

Perbaikan

(Hari)

Skor

Infr

a

Non

Infra

x <= 60 35 < x 4 5

60 < x <=

90

30 < x <= 35 3,5 4,5

90 < x <=

120

25 < x <= 30 3 4

120 < x <= 20 < x <= 25 2,5 3,5

Page 9: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

9

150

150 < x <=

180

15 < x <= 20 2 3

180 < x <=

210

10 < x <= 15 1,6 2,4

210 < x <=

240

6 < x <= 10 1,2 1,8

240 < x <=

270

3 < x <= 6 0,8 1,2

270 < x <=

300

1 < x <= 3 0,4 0,6

300 < x 0 < x <= 1 0 0

Sumber : Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002

7. Perputaran Total Asset/Total Asset

Turn Over (TATO).

Tabel 2.7

Klasifikasi Skor Penilaian Perputaran

Total Aktiva

TATO = x

(%)

Perbaikan =

x (%)

Skor

Inf

ra

Non

Infra

120 < x 20 < x 4 5

105 < x <=

120 15 < x <= 20 3,5 4,5

90 < x <=

105 10 < x <= 15 3 4

75 < x <=

90 5 < x <= 10 2,5 3,5

60 < x <= 0 < x <= 5 2 3

75

40 < x <=

60 x <= 0 1,5 2,5

20 < x <=

40 x < 0 1 2

x <= 20 x < 0 0,5 1,5

Sumber : Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002

8. Rasio Total Modal Sendiri

Terhadap Total Asset (TMS

terhadap TA).

Tabel 2.8

Klasifikasi Skor Penilaian Perputaran

Total Aktiva

TMS Thd TA = x (%) Skor

Infra Non Infra

x < 0 0 0

0 <= x < 10 2 4

10 <= x < 20 3 6

20 <= x < 30 4 7,25

30 <= x < 40 6 10

40 <= x < 50 5,5 9

50 <= x < 60 5 8,5

60 <= x < 70 4,5 8

70 <= x < 80 4,25 7,5

80 <= x < 90 4 7

90 <= x < 100 3,5 6,5

Sumber : Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002

Page 10: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

10

Penilaian kinerja dilakukan dengan

menjumlahkan nilai masing-masing

indikator seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.9

Daftar indikator dan bobot

aspek keuangan

N

o Indikator

Bobot

Inf

ra

Non

Infra

1

Imbalan kepada

pemegang saham (ROE) 15 20

2 Imbalan Investasi (ROI) 10 15

3 Rasio Kas 3 5

4 Rasio Lancar 4 5

5 Collection Periods 4 5

6 Perputaran Persediaan 4 5

7 Perputaran Total Aset 4 5

8

Rasio modal sendiri

terhadap total aktiva 6 10

Total Bobot 50 70

Sumber : Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif. Menurut Sekaran

(2013:158), penelitian deskriptif

menggambarkan aspek – aspek yang

relevan dengan fenomena perhatian dari

perspektif seseorang, organisasi, orientasi

industri, atau yang lainnya. Tujuan

penelitian deskriptif adalah untuk

menggambarkan atau mendefinisikan siapa

yang terlibat di dalam suatu kegiatan, apa

yang dilakukannya, kapan dilakukan, di

mana dan bagaimana melakukannya

(Jogiyanto, 2017: 13).

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memilih PT PELNI

sebagai obyek penelitian yang

menitikberatkan pada data – data laporan

keuangan yang meliputi neraca dan

laporan laba rugi kemudian dilakukan

penilaian terhadap kinerja perusahaan

dengan menggunakan analisis rasio

keuangan berdasarkan Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 17 Maret 2017, bertempat di

Kantor Pusat PT.PELNI (Persero) Jl.

Gajah Mada No.14, Jakarta Pusat, 10130.

DKI Jakarta, Indonesia.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil total skor per tahun PT

PELNI dari tahun 2009 sampai dengan

2015 setelah dikalikan dengan

ekuivalennya kemudian dinilai dengan

kategori tingkat kesehatan disajikan pada

tabel berikut ini.

Page 11: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

11

Tabel 4.27

Tabel Penilaian Tingkat Kesehatan

Tahun 2009-2015 PT PELNI

Tahun Total Skor Total Bobot Nilai Kategori Predikat

2009 36 51% 50 < TS <=65 BBB Kurang Sehat

2010 35 51% 40 < TS <=50 BB Kurang Sehat

2011 37 53% 50 < TS <=65 BBB Kurang Sehat

2012 37 53% 50 < TS <=65 BBB Kurang Sehat

2013 32 46% 40 < TS <=50 BB Kurang Sehat

2014 38 54% 50 < TS <=65 BBB Kurang Sehat

2015 39,5 56% 50 < TS <=65 BBB Kurang Sehat

Sumber : Data diolah, 2017

Hasil penilaian menunjukkan bahwa

perusahaan memiliki kinerja keuangan

yang kurang sehat, terlebih lagi terdapat

dua periode yang berada pada kategori

„BB‟. Hasil ini mengindikasikan adanya

kesempatan bagi manajemen perusahaan

untuk menerapkan kebijakan demi

meningkatkan kinerja keuangannya pada

periode mendatang.

Pembahasan

Sesuai dengan Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002

profitabilitas BUMN dihitung dengan dua

rasio yaitu rasio ROE dan ROI. ROE

adalah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba

bersih berdasarkan modal sendiri.

Sedangkan ROI adalah rasio yang

mengukur tingkat kembalian investasi

yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik

dengan menggunakan total aktiva yang

dimiliki perusahaan tersebut maupun

dengan menggunakan dana yang berasal

dari pemilik modal.

Profitabilitas

Nilai ROE PT PELNI pada 2009,

2010 di bawah nol, diakibatkan laba bersih

yang mencapai angka negatif. Pada tahun

2011 rasio ROE sebesar 0,03% yang

menandakan terjadinya peningkatan laba

bersih sementara ekuitas relatif tetap dari

tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 terjadi

kerugian sebesar -15,506%. Hal ini

diakibatkan oleh munculnya beban di luar

usaha yaitu biaya pajak spin off Rumah

Sakit PELNI. Jika sebelumnya Rumah

Sakit PELNI adalah usaha sampingan,

mulai tahun 2007 berubah menjadi anak

perusahaan dari PT PELNI. Hal ini

mengakibatkan munculnya biaya pajak

spin off yang merupakan pajak kurang

bayar atas PPh atas transaksi spin off

Rumah Sakit PELNI. Selain itu, penyebab

PT PELNI mengalami kerugian yaitu

biaya rugi selisih kurs mengakibatkan

beban usaha yang lebih besar. Pada tahun

2014 rasio ROE meningkat menjadi

0,274%. Rasio ROE kembali meningkat

dan berada pada titik tertinggi dalam tujuh

tahun periode penelitian sebesar 2,149%,

meningkat sebesar 2.151% dari tahun

sebelumnya. Kenaikan laba PT PELNI

(Persero) pada tahun 2015 ini terbesar

adalah akibat dari peningkatan pendapatan

dari sektor Public Service Obligation

Page 12: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

12

(PSO), didukung oleh meningkatnya

pendapatan dari pelayanan kesehatan.

Dalam tujuh tahun rasio ROE PT

PELNI tergolong rendah. Hal ini

dikarenakan hanya menghasilkan skor 0

pada 2009, 2010 dan 2013, skor 2 pada

2011, 2012, 2014 dan tertinggi 4 pada

2015. Ketujuh skor ini jauh dari skor

tertinggi yaitu 20. Rendahnya rasio ROE

disebabkan karena rendahnya laba bersih

yang dihasilkan serta besarnya beban. PT

PELNI memiliki pendapatan yang

meningkat dalam tujuh tahun penelitian,

namun disertai peningkatan beban usaha

yang mengakibatkan laba bersih rendah.

Untuk meningkatkan nilai ROE,

perusahaan dapat melakukan efisiensi

untuk mengurangi beban usaha.

Rendahnya rasio ROI PT PELNI

dalam tujuh tahun menunjukkan

perusahaan belum optimal dalam

menghasilkan tingkat kembalian investasi

yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik

dengan menggunakan total aktiva yang

dimiliki perusahaan tersebut maupun

dengan menggunakan dana yang berasal

dari pemilik modal. Dalam tujuh tahun PT

PELNI hanya mencapai skor 4 pada 2009,

skor 3 pada 2010, skor 1 pada 2013 dan

skor 5 pada tahun-tahun lainnya. Skor ini

masih jauh dari skor maksimal sebesar 15.

Rendahnya rasio ROI dapat disebabkan

karena rendahnya pendapatan sebelum

pajak. Rendahnya pendapatan sebelum

pajak disebabkan oleh besarnya beban

usaha. Besarnya beban usaha berarti

perusahaan belum efisien dan produktif

dalam melaksanakan kegiatan

operasionalnya. Selain itu nilai ROI yang

rendah akibat besarnya modal kerja

menunjukkan bahwa dalam mengelola

aktiva yang dimiliki untuk dapat

menghasilkan laba bagi perusahaan.

Berdasarkan analisa di atas, tingkat

profitabilitas PT PELNI dapat dikatakan

kurang sehat karena dua rasio penilaian

profitabilitas menurut Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002

menghasilkan nilai yang berada di range

bawah skor penilaian. Rendahnya angka

ini mengindikasikan bahwa PT PELNI

memiliki kemampuan yang rendah dalam

menghasilkan laba dari aktivitas normal

bisnisnya. Rendahnya kemampuan

profitabilitas perusahaan diakibatkan oleh

besarnya beban usaha. Selain itu dalam

pendapatan masih didominasi oleh

pendapatan dari PSO. Rasio profitabilitas

ini, baik ROE maupun ROI terus

meningkat dalam dua tahun periode

penelitian terakhir menunjukkan adanya

tren positif peningkatan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba di tahun-

tahun mendatang.

Tingkat Likuiditas

Nilai cash ratio dari tahun ke tahun

bervariasi, akibat dari kenaikan dan

penurunan kas dan kewajiban lancar. Rasio

Page 13: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

13

Kas tahun 2009 sebesar 104% dan tahun

2012 sebesar 93% menunjukkan tingginya

kas yang dimiliki perusahaan untuk

melunasi kewajiban lancarnya. Pada tahun

2013 terjadi penurunan yang cukup besar,

berlanjut ke tahun setelahnya. Menurunnya

rasio kas pada tahun 2013 dan 2014

dibandingkan dengan tahun 2012

disebabkan oleh komponen aktiva lancar

(kas, bank dan surat berharga jangka

pendek) mengalami penurunan yang tidak

sebanding dengan kenaikan kewajiban

lancarnya. Pada tahun 2015 perusahaan

mengalami peningkatan nilai cash ratio

yang tinggi mencapai 104,521%, akibat

kenaikan kas lebih dari tiga kali lipat dari

tahun sebelumnya dan penurunan

kewajiban lancar dibanding tahun

sebelumnya. Kenaikan dan penurunan

cash ratio PT PELNI pada tahun 2009

sampai 2015 seluruhnya berada di atas

range nilai maksimal yaitu x ≥ 35%.

Tingginya nilai rasio kas disebabkan oleh

peningkatan public service obligation,

peningkatan penjualan serta peningkatan

pada piutang usaha. Peningkatan ini juga

diiringi meningkatnya kewajiban lancar

meski tidak sebesar aktiva lancar, meliputi

kenaikan jumlah beban yang harus

dipenuhi serta hutang berupa kelebihan

bayar public service obligation dan PNBP

(Pendapatan Negara Bukan Pajak).

Current ratio pada 2013

mengalami penurunan dibanding tahun-

tahun sebelumnya. Hal ini karena proporsi

kenaikan aktiva lancar lebih kecil dari

kenaikan kewajiban jangka pendek. Begitu

pula pada tahun 2014 dimana current ratio

kembali menurun. Namun pada 2015

current ratio kembali meningkat. Aset

Lancar PT PELNI (Persero) meningkat

sebesar 54% dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Hal ini terjadi karena faktor

utamanya adalah bertumbuhnya aset lancar

khususnya pada kas atau setara kas. Selain

itu faktor yang mempengaruhi

meningkatnya current ratio adalah

kenaikan aktiva lancar yang disebabkan

oleh meningkatnya hasil penjualan dan

jasa secara tunai serta naiknya piutang

usaha.

Berdasarkan analisa di atas, tingkat

likuiditas PT PELNI dapat dikatakan

sangat likuid karena dua rasio penilaian

profitabilitas menurut Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002

menghasilkan nilai yang berada di atas

range skor penilaian tertinggi. Tingginya

angka ini dapat dimaknai bahwa

perusahaan memiliki kemampuan untuk

memenuhi atau menjamin hutang lancar

dengan seluruh aktiva lancar yang dimiliki.

Namun angka yang besar ini juga harus

diwaspadai, karena menunjukkan

banyaknya dana menganggur yang pada

akhirnya dapat mengurangi kemampuan

perusahaan menghasilkan laba.

Tingkat Aktivitas

Page 14: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

14

Rasio kolektabilitas PT PELNI

terus menghasilkan skor terbaik dalam

tujuh tahun periode penelitian. Hal ini

menunjukkan bahwa kinerja manajemen

perusahaan untuk menagih piutang baik.

Kinerja yang baik ini menunjukan resiko

gagal bayar atas piutang yang dimiliki

perusahaan rendah. Perusahaan dapat terus

mempertahankan kinerja penagihan

piutang untuk terus memperoleh rasio

kolektabilitas piutang terbaik.

Perbedaan nilai rasio perputaran

persediaan yang cenderung naik pada

periode-periode akhir menunjukan

penurunan kinerja. Meski menurun, rasio

perputaran persediaan organisasi masih

tergolong baik karena mencapai skor

tertinggi dalam standar penilaian kesehatan

perusahaan yang telah ditetapkan

Kementerian BUMN.

Rasio perputaran persediaan PT

PELNI terus menghasilkan skor terbaik.

Hal ini menunjukkan menurut standar

kinerja keuangan BUMN, kegiatan operasi

perusahaan efisien karena modal kerja

yang tertanam dalam persediaan semakin

sedikit.

Rasio Perputaran Total Aktiva

mengukur aktivitas aktiva dan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan penjualan

melalui penggunaan aktiva tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai

perputaran total aktiva hanya

menghasilkan skor yang rendah, namun

menunjukkan peningkatan dari tahun ke

tahun selama tujuh periode penelitian.

Berdasarkan skor yang telah

ditetapkan, dari rasio kolektabilitas piutang

dan perputaran persediaan, perusahaan

terus mencapai skor terbaik menandakan

tingkat aktivitas perusahaan ditinjau dari

dua rasio ini sudah baik. Namun dari rasio

TATO, perusahaan belum mencapai skor

tertinggi menunjukkan bahwa perusahaan

belum efisien memanfaatkan aktiva untuk

memperoleh penghasilan. Perbedaan nilai

rasio perputaran persediaan dari tahun ke

tahun menunjukkan adanya perbaikan

kinerja.

Tingkat Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur seberapa

besar beban utang yang harus ditanggung

perusahaan dalam rangka pemenuhan aset.

Rasio ini dalam indikator penilaian

kesehatan BUMN terdiri dari total modal

sendiri terhadap total aset. Skor pada rasio

ini berbeda dengan rasio lain, yaitu skor

tertinggi ada pada range tengah yaitu 30%

sampai 40%. Hal ini menunjukkan sesuai

penilaian standar, maka jumlah total modal

sendiri terhadap aset yang paling baik

yaitu antara 30% sampai 40%.

Selama periode 2009 sampai 2015

rasio TMS terhadap TA PT PELNI

cenderung meningkat. Dengan semakin

meningkatnya rasio ini, menunjukkan

bahwa perusahaan lebih mengandalkan

Page 15: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

15

modal untuk membiayai operasionalnya.

Namun nilai TMS terhadap TA yang

terlalu besar mengindikasikan bahwa

perusahaan kurang efisien dalam

menggunakan modal sendiri untuk

kebutuhan aktiva.

Struktur modal PT PELNI

didominasi oleh modal sendiri. Hal ini

dapat menjadi buruk bagi perusahaan

karena terdapat beban bunga dari

pendapatan dalam perhitungan perpajakan.

Oleh karena itu PT PELNI dapat

memperbaiki tingkat solvabilitas agar

mencapai skor tertinggi dengan

menurunkan total modal sendiri dan

memperbesar kewajiban salah satunya

dengan memperbesar penggunaan hutang.

Implikasi Penelitian

Kebutuhan untuk mengevaluasi

kinerja keuangan BUMN tidak terlepas

dari perubahan yang terjadi dengan cepat

pada era globalisasi. Fokus pengelolaan

BUMN perlu diarahkan pada peningkatan

daya saing, pengembangan usaha, dan

penciptaan peluang-peluang baru yang

dinamis dan profesional untuk

berkompetisi pada era globalisasi.

Berdasarkan penilaian tingkat

kesehatan BUMN, keuangan PT PELNI

periode 2009 sampai 2015 meraih predikat

tidak sehat dengan kategori „BB‟ pada

2010 dan 2013, serta „BBB‟ pada tahun-

tahun lainnya. Hal ini menunjukkan

kinerja keuangan perusahaan dalam

kondisi yang tidak sehat.

Implikasi penelitian ini bagi

perusahaan adalah perusahaan dapat

membuat langlah-langkah yang diharapkan

dapat meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan di masa yang akan datang

dengan melihat kondisi pada saat ini

melalui analisis rasio keuangan sehingga

dapat meraih predikat yang lebih baik

dalam standar yang telah ditetapkan

Kementerian BUMN. Kinerja profitabilitas

perusahaan dinilai rendah karena dari dua

rasio yang digunakan, keduanya hanya

menghasilkan skor yang rendah.

Perusahaan dapat menerapkan kebijakan-

kebijakan yang dapat mendukung

peningkatan profitabilitas dalam hal ini

ROE dan ROI misalnya dengan

meningkatkan efisiensi biaya operasional,

mengoptimalkan penggunaan ekuitas

perusahaan serta mengoptimalkan kinerja

unit usaha lain. Jika dilihat dari rasio

likuiditas, perusahaan memiliki tingkat

kikuiditas yang baik, berarti dapat

memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Perusahaan dapat terus mempertahankan

likuiditasnya. Dari sisi aktivitas, rasio

kolektabilitas piutang dan perputaran

persediaan telah mencapai skor terbaik

menunjukkan kinerja penagihan piutang

dan aktivitas penjualan baik. Namun pada

rasio TATO, dapat ditingkatkan dengan

memperbesar modal kerja. Pada rasio TMS

Page 16: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

16

terhadap TA, skor PT PELNI menurun

dalam tujuh tahun periode penelitian.

Struktur modal PT PELNI didominasi oleh

modal sendiri. Hal ini dapat menjadi buruk

bagi perusahaan karena terdapat beban

bunga dari pendapatan dalam perhitungan

perpajakan. Oleh karena itu PT PELNI

dapat memperbaiki tingkat solvabilitas

agar mencapai skor tertinggi dengan

menurunkan total modal sendiri dan

memperbesar kewajiban salah satunya

dengan memperbesar penggunaan hutang.

Bagi pemerintah, implikasi

penelitian ini adalah pemerintah harus

terus mendukung perusahaan BUMN dan

menerapkan aturan-aturan yang

mendukung perkembangan pengelolaan

BUMN yang profesional. Analisis rasio

keuangan bagi pihak pemerintah akan

sangat membantu dalam menentukan

regulasi yang akan dilakukan. Bagi

penelitian selanjutnya, penelitian ini akan

menjadi referensi bagi penelitian lain

mengenai kinerja keuangan BUMN.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui kinerja keuangan pada PT

PELNI periode 2009-2015 berdasarkan

tingkat kesehatan perusahaan di bidang

keuangan sesuai dengan Keputusan

Menteri BUMN No.KEP-100/MBU/2002.

Penilaian kesehatan keuangan terdiri dari

rasio profitabilitas, likuiditas, aktivitas dan

solvabilitas.

Berdasarkan hasil analisis yang

telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut.

1. Profitabilitas PT PELNI dapat

dikatakan kurang sehat karena dua

rasio penilaian profitabilitas

menurut Keputusan Menteri

BUMN No.KEP-100/MBU/2002

menghasilkan nilai yang berada di

range bawah skor penilaian.

Rendahnya angka ini

mengindikasikan bahwa PT PELNI

memiliki kemampuan yang rendah

dalam menghasilkan laba dari

aktivitas normal bisnisnya.

2. Likuiditas PT PELNI dapat

dikatakan sangat baik karena dua

rasio penilaian menurut Keputusan

Menteri BUMN No.KEP-

100/MBU/2002 menghasilkan nilai

yang berada di atas range skor

penilaian tertinggi. Tingginya

angka ini dapat dimaknai bahwa

perusahaan memiliki kemampuan

untuk memenuhi atau menjamin

hutang lancar dengan seluruh

aktiva lancar yang dimiliki.

3. Aktivitas PT PELNI menunjukkan

kinerja yang baik. Kinerja

perusahaan untuk menarik piutang

dalam kondisi baik, mengalami

Page 17: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

17

peningkatan akibat kenaikan

pendapatan usaha. Namun jika

dibandingkan dengan perusahaan

pembanding, nilai rasio

kolektabilitas piutang PT PELNI

cenderung lebih rendah. Pada nilai

rasio perputaran meski cenderung

menurun namun masih tergolong

baik karena terus mencapai skor

tertinggi dalam standar penilaian

kesehatan perusahaan yang telah

ditetapkan Kementerian BUMN.

4. Solvabilitas PT PELNI

menunjukkan kinerja yang baik.

Rasio total modal sendiri terhadap

total aset PT PELNI cenderung

meningkat, menunjukkan bahwa

perusahaan lebih mengandalkan

modal untuk membiayai

operasionalnya.

Berdasarkan penilaian tingkat

kesehatan BUMN, keuangan PT PELNI

periode 2009 sampai 2015 berturut-turut

meraih predikat tidak sehat kategori „BBB‟

pada 2009, tidak sehat kategori „BB‟ pada

2010, „BBB‟ pada 2011, tidak sehat

kategori „BBB‟ pada 2012, tidak sehat

kategori „BB‟ pada 2013, tidak sehat

kategori „BBB‟ pada 2014 dan tidak sehat

kategori „BBB‟ pada 2015. Hal ini

menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT

PELNI periode 2009-2015 menunjukkan

kondisi yang kurang sehat.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, peneliti memberi beberapa

saran sebagai berikut.

1. Bagi Perusahaan

Perusahaan dan manajemen harus

meningkatkan dan mengevaluasi kinerja

keuangan perusahaan dengan

menggunakan rasio keuangan agar dapat

menjaga kinerja perusahaan dalam kondisi

yang baik. Dengan menggunakan rasio-

rasio keuangan tersebut perusahaan

diharapkan dapat menetapkan kebijakan –

kebijakan di bidang keuangan sehingga

dapat menjaga kelangsungan perusahaan

dimasa yang akan datang.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian selanjutnya disarankan

untuk lebih banyak melakukan penelitian

pada BUMN, tidak hanya dalam hal

standar penilaian namun bidang-bidang

lain agar dapat memberi kontribusi bagi

peningkatan kinerja BUMN di masa

mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Ade Nuryansah, 2016. Analisis Rasio

Keuangan Untuk Menilai Kinerja

Keuangan Perusahaan Studi pada PT.

BISI International, Tbk Tahun 2010-2014,

Skripsi. Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Housten,

2010. Dasar – Dasar manajemen

Keuangan, Buku Satu, Edisi

Sebelas, Alih Bahasa: Ali Akbar

Page 18: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN …

18

Yulianto, Jakarta: PT. Salemba

Empat.

Creswell, John W, 2010. Research Design

Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed, Edisi 3, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Dwi Ningrum, 2006. Analisis Kinerja

Keuangan Perusahaan Berdasarkan

Konsep Economic Value Added

(EVA) dan Keputusan Menteri BUMN No

100/MBU/2002 pada PT

Telekomunikasi Indonesia, Skripsi.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya.

Erni Agustin, 2016. Analisis Rasio

Keuangan Untuk Penilaian Kinerja

Keuangan Pada PT INDOFARMA

(PERSERO) TBK (Berdasarkan

Keputusan Menteri BUMN Nomor

:KEP-100/MBU/2002), Skripsi. Fakultas

Ilmu kkkkkkkSosial dan Politik

Universitas Mulawarman.

Fiona Niska Dinda Nadia, 2016. Evaluasi

Kinerja Keuangan pada Koperasi

Pegawai Republik Indonesia

Universitas Jember Tahun 2012 – 2014,

Skripsi. Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya.

Hery, 2012. Analisis Laporan Keuangan,

Jakarta: Bumi Aksara.

Hery, 2016. Financial Ratio for Business,

Jakarta: PT Grasindo

Hery, 2016. Mengenal dan Memahami

Dasar-dasar Laporan Keuangan, Jakarta:

kkkkkkPT Grasindo.

Jogiyanto, 2004. Metodologi Penelitian

Bisnis, Salah Kaprah dan Pengalaman

pengalaman, Edisi 6, Yogyakarta:

BPFE.

Nur Indrianto dan Bambang Supomo,

2009. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk

Akuntansi dan Manajemen, BPFE

– UGM, Yogyakarta

Pelayaran Nasional Indonesia. 2011.

Annual Report 2011. (www.pelni.co.id),

diakses pada 14 Maret 2017).

Pelayaran Nasional Indonesia. 2012.

Annual Report 2012. (www.pelni.co.id),

diakses pada 14 Maret 2017).

Pelayaran Nasional Indonesia. 2013.

Annual Report 2013. (www.pelni.co.id),

diakses pada 14 Maret 2017).

Pelayaran Nasional Indonesia. 2014.

Annual Report 2014. (www.pelni.co.id),

diakses pada 14 Maret 2017).

Pelayaran Nasional Indonesia. 2015.

Annual Report 2015. (www.pelni.co.id),

diakses pada 14 Maret 2017).

Sekaran, Uma, 2009. Metodologi

Penelitian untuk Bisnis. Edisi 4 Buku 1,

Alih Bahasa: Kwan Men Yon. Jakarta :

Salemba Empat.

Sugiyono, 2014. Metodologi Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,

kkkkkkCetakan ke-20, Bandung: Alfabeta.

Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor :

Kep-100/MBU/2002. Tentang

Penilaian Tingkat Kesehatan Badan

Usaha Milik Negara.

www.bisniskeuangan.kompas.com,

diakses 17 Maret 2017

www.presidenri.go.id, diakses pada 15

Maret 2017

www.setkab.go.id, diakses pada 16 Maret

2017