Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KOMPARATIF TENTANG NAFKAH AKIBAT
CERAI TALAK
(Studi Perkara No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan
No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah IAIN Purwokerto untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
oleh
VINIS DESI KURNIATI
NIM. 1522304030
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2019
CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
Provided by Repository IAIN Purwokerto
https://core.ac.uk/display/295326308?utm_source=pdf&utm_medium=banner&utm_campaign=pdf-decoration-v1
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya:
Nama : Vinis Desi Kurniati
NIM : 1522304030
Jenjang : S-1
Jurusan : Perbandingan Mazhab
Program Studi : Perbandingan Mazhab
Fakultas : Syariah IAIN Purwokerto
Menyatakan bahwa Naskah Skripsi berjudul “Analisis Komparatif
Tentang Nafkah Akibat Cerai Talak (Studi Perkara
No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda)” ini secara
keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya
saya dalam skripsi ini, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar
akademik yang saya peroleh.
Purwokerto, 11 Oktober 2019
Saya yang menyatakan,
Materai 6000
Vinis Desi Kurniati
NIM. 1522304030
iii
PENGESAHAN
Skripsi berjudul:
ANALISIS KOMPARATIF TENTANG NAFKAH AKIBAT CERAI
TALAK
(Studi Perkara No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda)
Yang d isusun oleh Vinis Desi Kurniati (NIM. 1522304030) Program Studi
Perbandingan Mazhab Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto, telah diujikan pada tanggal 21 Oktober 2019 dan dinyatakan telah
memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) oleh Sidang
Dewan Penguji Skripsi.
Ketua Sidang/ Penguji I
Dr. H. Ach Siddiq, S.H., M.H.I., M.H.
NIP. 19750720 200501 1 003
Sekretaris Sidang/ Penguji II
M. Fuad Zain, S.H.I, M.Sy.
NIDN. 2016088104
Pembimbing/ Penguji III
Hariyanto, S.H.I., M.Hum., M.Pd.
NIP. 19750707 200901 1 012
Purwokerto, 28 Oktober 2019
Dekan Fakultas Syari‟ah
Dr. Supani, S.Ag., M.A.
NIP. 19700705 200312 1 001
iv
NOTA DINAS PEMBIMBING
Purwokerto, 11 Oktober 2019
Hal : Pengajuan Munaqasyah Skripsi Sdri. Vinis Desi Kurniati
Lampiran : 14 Eksemplar
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syariah
IAIN Purwokerto
di Purwokerto
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan, dan koreksi, maka melalui
surat ini saya menyatakan:
Nama : Vinis Desi Kurniati
NIM : 1522304030
Jurusan : Perbandingan Mazhab
Program Studi : Perbandingan Mazhab
Fakultas : Syariah
Judul : ANALISIS KOMPARATIF TENTANG NAFKAH AKIBAT
CERAI TALAK (Studi Perkara No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No.
0663/Pdt.G/2010/PA. Sda)
Sudah dapat diajukan kepada Dekan Fakultas Syariah, Institut Agama Islam
Negeri Purwokerto untuk dimunaqasyahkan dalam rangka memperoleh gelar
Sarjana Hukum (S.H)
Demikian, atas perhatian Bapak, saya mengucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Pembimbing,
Hariyanto, S.H.I., M.Hum., M.Pd
NIP. 197507072009011012
v
ANALISIS KOMPARATIF TENTANG NAFKAH AKIBAT
CERAI TALAK (Studi Perkara No. X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No. 0663/Pdt.G/2010/PA.Sda)
ABSTRAK
Vinis Desi Kurniati
NIM: 1522304030
Jurusan Perbandingan Mazhab, Program Studi Perbandingan Mazhab
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
Nafkah adalah semua kebutuhan dan keperluan yang berlaku menurut keadaan
dan tempat. Para ulama sepakat bahwa nafkah untuk istri itu wajib yang meliputi tiga hal,
yaitu: pangan, sandang, papan. Hal tersebut karena adanya sebab pernikahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nafkah setelah terjadinya
perceraian di Pengadilan Agama, yang diajukkan atas inisiatif suami yang disebut
dengan cerai talak. Pertimbangan hakim dalam perkara antara No.
X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No. 0663/Pdt.G/2010/PA.Sda yang disebabkan
perselingkuhan menuai perbedaan dalam hal pemberian nafkah.
Penelitian ini adalah penelitian library reaserch, metode penelitian
dilakukan dengan cara pendekatan kualitatif, sumber data terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer berupa putusan No. X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan
No. 0663/Pdt.G/2010/PA.Sda dan data sekunder yang terdiri dari Undang-Undang
Perkawinan, KHI, dan buku-buku yang terkait dengan tema. Teknik pengumpulan
data dengan menggunakan studi dokumentasi dan studi pustaka serta teknik
analisis berupa metode komparatif dan content analysis.
Berdasarkan hasil penelitian setelah penulis menganalisis putusan antara
Pengadilan Agama Purbalingga dan Pengadilan Agama Sidoarja tentang nafkah
akibat cerai talak terdapat persamaan dan perbedaan. Alasan dari kedua kasus
tersebut mantan suami menceraikan mantan istri yaitu faktor utamanya istri
berselingkuh dengan laki-laki lain. Sehingga tujuan perkawinan tidak tercapai
seperti yang diharapkan. Dengan demikian, permohonan cerai talak telah
memenuhi alasan perceraian sesuai dalam pasal 19 huruf (f) PP jo. Pasal 116 KHI.
Sedangkan dalam pemberian nafkah akibat cerai talak terdapat perbedaan dimana
putusan No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg mantan istri mendapakan nafkah seluruhnya
dari mantan suami sedangkan pada putusan No. 0663/Pdt.G/2010/PA.Sda mantan
suami menolak untuk memberikan nafkah seluruhnya dengan alasan istri nusyu>z. menimbang dari alasan tersebut majelis hakim menetapkan istri tetap memperoleh
mut’ah dari mantan suami walaupun telah berbuat nusyuz karena majelis hakim mempunyai hak ex officio untuk menetapkan hak-hak mantan istri setelah di cerai
talak.
Kata kunci: Cerai Talak, Nafkah, Pengadilan Agama.
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan keputusan bersama antara Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 tahun 1987 dan Nomor 0543 b/u/1987
tanggal 10 September 1987 tentang pedoman transliterasi Arab-Latin dengan
beberapa penyesuaian menjadi berikut :
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا Ba῾ B Be ب Ta῾ T Te ت (Śa Ŝ es (dengan titik di atas ث Jim J Je ج (ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah ح khaʹ Kh ka dan ha خ Dal D De د (Żal Ż zet (dengan titik di atas ذ Ra῾ R Er ر Za Z Zet ز Sin S Es س Syin Sy es dan ye ش (ṣad ṣ es (dengan titik di bawah ص (ḍad ḍ de (dengan titik di bawah ض (ṭa‟ ṭ te (dengan titik di bawah ط (ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah ظ ain …. „…. koma terbalik ke atas„ ع Gain G Ge غ Fa῾ F Ef ؼ Qaf Q Qi ؽ
vii
Kaf K Ka ؾ Lam L El ؿ Mim M Em ـ Nun N En ف Waw W We ك Ha H Ha ق Hamzah ' Apostrof ء Ya Y Ye ي
B. Vokal
1) Vokal Tunggal (Monoftong)
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harakat yang transliterasinya dapat diuraikan sebagai berikut :
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fatḥah A A
Kasrah I I
Ḍammah U U و
Contoh :
yazhabu – َيْذََهبَ Kataba – َكَتبََ
su'ila – س ِعلََ Fa’ala – فَػَعلََ
2) Vokal Rangkap (Diftong)
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda dan Huruf Nama Gabungan Huruf Nama
viii
َيَْ- ََ Fatḥah dan ya Ai a dan i
َكَْ- ََ Fatḥah dan Wawu Au a dan u
Contoh :
Kaifa – َكِيفََ
Haula – َهْوؿ
C. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya sebagai berikut :
Tanda dan
Huruf
Nama Huruf dan
Tanda
Nama
َا- ََ Fatḥah dan Alif Ā a dan garis di atas
َي- َِ Kasrah dan Ya Ī i dan garis di atas
َك- َ Ḍammah dan Wawu Ū u dan garis di atas
Contoh :
qīla – ِقْيلََ qōla – َقاؿََ
yaqūlu – يَػق ْوؿَ ramā – َرَمى
D. Ta Marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbūṯah ada dua :
1) Ta marbūṭah hidup
Ta marbūṭah yang hidup atau mendapatkan ḥarakat fatḥah, kasrah dan
dammah transliterasinya adalah /t/.
2) Ta marbūṭah mati
ix
Ta marbūṭah yang mati atau mendapatkan ḥarakat sukun, transliterasinya
adalah /h/.
3) Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbūṭah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta
marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
Rauḍah al-aṭ āl ركضةَاالَطفاؿ
Al-Madīnah al-Munawwarah املدينةَاملنّورة
E. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda syaddah atau tanda tasydid. Dalam transliterasi ini tanda
syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan
huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh :
nazzala – نَػزَّؿََ rabbana – رَبػََّنا
F. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu َاؿ , namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata
sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti
huruf qomariyyah.
1) Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsyiyyah, kata sandang yang
diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya,
yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung
mengikuti kata sandang itu.
2) Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah, ditransliterasikan sesuai
dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.
x
Baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah, kata sandang
ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda
sambung atau hubung.
Contoh :
’as- amā – السماء al- iyās – القياس
G. Hamzah
Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrop.
Namun itu, hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Bila Hamzah itu terletak
di awal kata, ia dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif.
Contoh :
Hamzah di awal َكل Ditulis akala ا
Hamzah di tengah أتخذكف Ditulis ta’khużuna
Hamzah di akhir النوء Ditulis an-nau’u
H. Penulisan kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi‟il, isim maupun huruf, ditulis terpisah.
Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf arab yang sudah lazim
dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat dihilangkan maka
dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut bisa dilakukan dua cara; bisa
dipisah perkata dan bisa pula dirangkaikan. Namun penulis memilih penulisan
kata ini dengan perkata.
Contoh :
wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn : كافَهللاَهلوَحريَالرازقني
fa aufū al-kaila wa al mīzan : فاكفواَالكيلَكامليزاف
xi
I. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan arab huruf kapital tidak dikenal,
transliterasi huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital
digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri tersebut, bukan huruf awal
kata sandang.
Contoh :
a mā Muḥammadun illā rasūl : كمادمحمَاالرسوؿ
wa laqad raāhu bi al-ulfuq al-mubīn : كلقدَراهَابالفقَاملبني
j. Singkatan
SWT : Subhanahuwata‟ala
SAW : Sallalahu „alaihiwasallama
Q.S : Qur‟an Surat
Hlm : Halaman
S. H : Sarjana Hukum
No : Nomor
KHI : Kompilasi Hukum Islam
Terj : Terjemah
Dkk : Dan kawan-kawan
IAIN : Institut Agama Islam Negeri
xii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita sehingga kita dapat
menyelesaikan tugas kita sebagai makhluk yang diciptakan Allah untuk selalu
berfikir dan bersyukur atas segala hidup dan kehidupan yang diciptakan-Nya.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang
saat ini. Semoga kelak kita mendapatkan syafa‟atnya di hari akhir nanti. Allahuma
Aamiin.
Skripsi yang penulis susun ini dalam rangka memenuhi tugas akhir dari
rangkaian proses perkuliahan yang penulis ikuti pada Fakultas Syari‟ah, Jurusan
Perbadingan Mazhab di Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, dan juga
merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam
bidang Perbandingan mazhab.
Dengan segala upaya dan pikiran penulis telah mengkajinya tetapi karena
keterbatasan kemampuan keilmuan yang penulis miliki, penulis menyadari dalam
penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya
khususnya kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Moh. Raqib, M.Ag., Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Purwokerto.
2. Dr. H. Supani, M.A., Dekan Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Purwokerto.
3. Dr. H. Achmad Siddiq, M.H.I., M.H., Wakil Dekan I Fakultas Syari‟ah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.
4. Dr. Hj. Nita Triana, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Syari‟ah Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.
xiii
5. Bani Syarif M, LL.M.,M.Ag., Wakil Dekan III Fakultas Syari‟ah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.
6. Agus Sunaryo, M.S.I., Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah IAIN
Purwokerto.
7. Hj. Durotun Nafisah, M.S.I., Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam IAIN
Purwokerto.
8. Hariyanto, S.H.I.,M.Hum.,M.Pd Ketua Jurusan Hukum Tata Negara IAIN
Purwokerto, sekaligus beliau sebagai dosen pembimbing dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas pengorbanan waktu, tenaga dan
pikiran, memberikan arahan, motivasi dan koreksi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. H. Khoirul Amru H, M.H.I., Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab IAIN
Purwokerto.
10. Segenap Dosen IAIN Purwokerto terutama dosen Fakultas Syari‟ah yang
senantiasa memberikan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
11. Segenap Staf Fakultas Syari‟ah IAIN Purwokerto atas bantuan dan
partisipasinya atas pelayanan administrasi selama ini.
12. Seluruh pegawai perpustakaan yang telah membantu penulis dalam mencari
referensi guna penulisan skripsi penulis.
13. Teman-teman KKN angkatan 43 Desa Berta, Kabupaten Banjarnegara dan
teman-teman PPL Pengadilan Agama Tegal.
14. Teman-teman Perbandingan Mazhab Angkatan Tahun 2015 yang saya cintai
dan selalu ku rindukan.
15. Seluruh Keluarga Tentor Pembelajaran Qoryah Thoyyibah (QT) sebagai
wadah menyalurkan ilmu bagi anak-anak yang membutuhkan.
16. Sahabat-sahabat saya Nur Khasanah, Dela Juni Prihatin, Nopia Nur
Hasanah,Siti Fashihah, Farida, Septya, Kak Vani, Kurni, Okta, Mya, Zahra
dan Kak Ida yang telah menemani penulis dalam dalam segala suka dan duka
serta memberikan semangat dan dukungan yang tiada henti. Semoga kita
selalu dalam lindungan Allah SWT.
xiv
17. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT memberikan balasan yang
lebih baik.
Semoga bantuan, do‟a dan dorongan dari kalian mendapat pahala dari
Allah SWT. Penulis skripsi ini tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga skripsi
penulis ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Aamiin
Purwokerto, 11 Oktober 2019
Penulis
Vinis Desi Kurniati
NIM. 1522304030
xv
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur tiada henti-hentinya kepada-Mu Allah
SWT, taburan cinta dan kasih sayang-Mu serta kemudahan dan kelancaran yang
telah engkau berikan,. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan
salam saya ucapkan kepada-Mu Baginda Nabi Muhammad SAW, serta ku
persembahkan karya tulis ini untuk mereka yang telah menjadi semangat hidupku:
1. Kedua orang tua saya, Bapak Kadimdan Ibu Endang Setiyo Rusmiati tercinta.
Sebagai tanda hormat dan rasa terimakasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada Bapak dan Ibu yang selalu
memberikan kasih dan sayang serta dukungan moril dan materiil, membuatku
termotivasi, selalu mendo‟akanku, serta kasih sayang kalian yang tiada batas.
Semoga ini membuat Bapak dan Ibu bahagia.
2. Mba dan masku yang tersayang, Liana, Dwi Erna Wati, Yosep Putra
Pamungkas, dan keponakanku yang cantik dan sholehah Kanaya Arsya Putri,
Nadia Cinta Suhendi dan Zhafira Ramadhani serta mas iparku yang baik hati
Suprianto dan Yusuf Suhendi. Kalian yang selalu mendukung saya baik
semangat, kegembiraan dan doa dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Mas Muktiari M.Si yang telah memberikan kepercayaan diri, do‟a dan
bantuan dalam mencarikan bahan- bahan referensi penulis.
4. Dan terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu selama proses
berlangsungnya penulisan ini. Do‟a, bantuan dan motivasi kalih sungguh
sangat membuatku bangkit dari keterpurukan yang sering hadir. Semoga
kebaikkan kalian mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Aamiin aamiin Ya Rabbal „alamin
xvi
MOTTO
َِّقيَن ُعُۢ بِٱۡلَمۡعُروِفِۖ َحقًّا َعلَى ٱۡلُمت ِت َمتََٰ ١٤٢َوِلۡلُمَطلَّقََٰ
“Dan bagi perempuan-perempuan yang diceraikan hendaklah diberi mut’ah
menurut cara yang ma‟ruf, sebagaimana kewajiban orang yang bertakwa”.
(Al-Baqarah [2]:241)
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................. iii
NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... xii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... xv
MOTTO ......................................................................................................... xvi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Definisi Operasional ............................................................... 9
C. Rumusan Masalah .................................................................. 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 11
E. Kajian Pustaka ........................................................................ 11
F. Metode Penelitian................................................................. ... 14
G. Sistematika Pembahasan ........................................................ 16
BAB II PERCERAIAN DAN NAFKAH
A. Perceraian dalam Perkawinan ................................................. 17
1. Pengertian Perceraian Dan Dasar Hukumnya ................... 17
2. Penyebab dan Alasan Perceraian....................................... 20
3. Macam-macam talak/Perceraian ....................................... 27
4. Prosedur Pengajuan Perceraian ......................................... 31
B. Nafkah ..................................................................................... 34
1. Pengertian Nafkah ............................................................ 34
xviii
2. Sebab-Sebab yang Mewajibkan Nafkah ........................... 34
3. Syarat-Syarat yang Wajib Nafkah ..................................... 35
4. Macam-Macam Nafkah ..................................................... 36
5. Ukuran Nafkah ................................................................. 37
6. Gugurnya Nafkah .............................................................. 37
7. Macam-Macam Nafkah Setelah Perceraian ...................... 40
C. Hak dan Kewajiban Suami dalam Rumah Tangga................. 44
D. Hak dan Kewajiban Istri dalam Rumah Tangga .................... 50
E. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam UUP dan KHI ........... 51
BAB III DESKRIPSI PERKARA No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan
No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda
A. Putusan No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg.......................................... 54
1. Gambaran Umum .............................................................. 54
2. Pertimbangan Majelis Hakim ............................................ 56
3. Penetapan .......................................................................... 62
B. Putusan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda ..................................... 63
1. Gambar Umum .................................................................. 63
2. Pertimbangan Majelis Hakim ............................................ 65
3. Penetapan .......................................................................... 72
BAB IV ANALISIS TENTANG NAFKAH AKIBAT CERAI TALAK
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Analisis Penetapan Nafkah dalam Putusan
No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg ...................................................... 74
B. Analisis Penetapan Nafkah dalam Putusan
No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda .................................................... 82
C. Analisis Komparatif Penetapan Nafkah antara
No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda .. 87
xix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 92
B. Saran ........................................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Usulan menjadi pembimbing skripsi
Lampiran 3 Surat pernyataan kesediaan menjadi pembimbing
Lampiran 4 Surat keterangan lulus seminar
Lampiran 5 Blanko/kartu bimbingan
Lampiran 6 Surat keterangan wakaf buku perpustakaan
Lampiran 7 Surat rekomendasi ujian munaqosyah
Lampiran 8 Sertifikat BTA PPI
Lampiran 9 Sertifikat pengembangan bahasa Arab
Lampiran 10 Sertifikat pengembangan bahasa Inggris
Lampiran 11 Sertifikat komputer
Lampiran 12 Sertifikat KKN
Lampiran 13 Sertifikat PPL
Lampiran 14 Daftar riwayat hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam sebagai sistem hidup dan kemasyarakatan, secara
universal mencakup semua kehidupan umat Islam. Aspek ajaran agama Islam,
yaitu hukum yang berkaitan dengan sistem kekeluargaan. Awal keluarga
ditandai dengan ikatan perkawinan.1 Perkawinan yang dikehendaki oleh Islam
adalah monogami.2 Adapun asas perkawinan ini menganut prinsip monogami
dalam pasal 3 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
menyatakan seorang laki-laki hanya boleh mempunyai seorang istri dan
seorang perempuan hanya boleh mempunyai seorang suami.3 Sehingga
hukum perkawinan ialah menjalin dan memelihara perkawinan.4
Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 bahwa
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
1 Abbas Mahmud al-Aqqad, Filsafat Qur’an-Filsafat Spiritual dan Sosial dalam Isyarat
Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1886), hlm. 84. 2 Hariyanto, “Dehumanisasi Terhadap Perempuan Dalam Praksis poligami: Dialektika
Antara Normativitas dan Historisitas”, dalam Palestren Jurnal Studi Gender, Vol.
8 No. 1, (Juni 2015), hlm. 81.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Palastren/article/view/935, Diakses pada 28 Okto
ber 2019 Pukul 18.47 WIB. Khoirul Amru Harahap, “Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia dan Hukum Islam
Mengenai Pologami: Sebuah Kajian Perbandingan”, dalam Volksgeist: Jurnal
kebijakan Pemerintah, Vol. 2. No. 1, (Juni2019), hlm. 90.
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/volksgeist/article/view/2684, Diakses pada 28
Oktober 2019 Pukul 17.41 WIB. 4 Abbas Mahmud al-Aqqad, Filsafat Qur’an-Filsafat Spiritual dan Sosial dalam Isyarat
Qur’an, hlm. 84.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Palastren/article/view/935,%20Diakses
2
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.5 Sedangkan menurut
Kompilasi Hukum Islam perkawinan yaitu akad yang sangat kuat atau
miitsaaqan ghaliizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.6
Menurut Yanggo bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk
keluarga Islam dalam keterpaduan antara ketentraman (sakinah), penuh rasa
cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah). Dimensi ibadah dalam rumah
tangga sesungguhnya menunjukkan bahwa pernikahan jika dilaksanakan
dengan niat yang baik dan ikhlas akan membawa keharmonisan.7
Prinsip dalam hukum perkawinan nasional selaras dengan ajaran
agama Islam ialah mempersulit terjadinya perceraian (cerai hidup), karena
perceraian berarti gagalnya tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga
yang bahagia, kekal, dan sejahtera akibat perbuatan manusia. Menurut hukum
Islam, perkawinan itu putus karena kematian dan perceraian.8 Dalam hukum
Islam, perceraian merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah, siapa pun
orang yang merusak hubungan dan mencetuskan perceraian di antara suami
istri, tidak akan mendapatkan tempat terhormat dalam Islam. Meskipun
demikian, talak tetap diperbolehkan oleh Allah SWT sebagai jalan terakhir,
5 Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Jakarta: Pradnya Paramita, 2004), hlm.
537. 6 Tim Penyusun, Kompilasi Hukum Islam (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2015), hlm. 2.
7 Imanda Putri Andini Rangkuti, “Studi Komparatif Perceraian Akibat Pindah Agama
Menurut Fikih Islam dan Undang-Undang Perkawinan (Analisis Putusan No. 0879/Pdt.
G/2013/PA.Pdg)”, Jurnal de Lega Lata, Vol. 2, No. 2, (Th. 2017), hlm. 307-308. 8 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia menurut Perundangan Hukum
Adat-Hukum Agama (Bandung: Mandar Maji, 1990), hlm. 163.
3
jika hubungan perkawinan di antara suami dan istri tidak dapat lagi
dipertahankan.9 Berdasarkan Qur‟an Surat al-Baqarah [2] ayat 231:
ُحىُههَّ أَو ُسوف بَِمع ِسُكىُههَّ فَأَم أََجهَُههَّ هَ فَبَهَغ ءَ نىَِّسا ٱ تُمُ َطهَّق َوإِذَا َسّسِ
نِّتَع اِضَساز ِسُكىُههَّ تُم َوَل ُسوف بَِمع َظهَمَ فَقَد ِنكَ ذَ عَم يَف َوَمه تَدُواْ
َِّخرُو َوَل ۥ َسهُ وَف ِ ٱ تِ َءايَ اْ تَت ِ ٱ َمتَ وِع ُكُسواْ ذ ٱوَ ا ُهُصو ّللَّ َوَما ُكم َعهَي ّللَّ
هَ ُكمَعهَي أَوَصلَ َ ٱ تَّقُىاْ ٱوَ ۦ بِهِ يَِعُظُكم َمةِ ِحك ن ٱوَ بِ ِكتَ ن ٱ ّمِ أَنَّ اْ هَُمى ع ٱوَ ّللَّ
َ ٱ ١٣٢ َعِهيم ء َشي بُِكمِّ ّللَّ
Dan apabila kamu menceraikan istri-istri (kamu), lalu sampai (akhir)
‘iddahnya, maka tahanlah dengan cara yang baik, atau ceraikanlah
mereka dengan cara yang baik (pula). Dan janganlah kamu tahan
mereka dengan maksud jahat untuk menzalimi mereka. Barangsiapa
melakukan demikian, maka dia telah menzalimi dirinya sendiri. Dan
janganlah kamu jadikan ayat-ayat Allah sebagai bahan ejekan.
Ingatlah nikmat Allah kepada kamu, dan apa yang telah diturunkan
Allah kepada kamu yaitu kitab (al-Qur‟an) dan hikmah (Sunnah),
untuk memberi pengajaran kepadamu. Dan bertakwalah kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.10
Di dalam buku Tihami yang berjudul Fikih Munakahat, al-Jaziri
mengatakan bahwa talak ialah mennghilangkan ikatan perkawinan atau
mengurangi pelepasan ikatannya dengan menggunakan kata tertentu.11
Sedangkan Sayyid Sabiq mendefinisikan talak adalah sebuah upaya untuk
melepaskan ikatan perkawinan atau mengakhiri hubungan perkawinan itu
sendiri.12
9 Muhammad Tahmid Nur, “Cerai Talak di Kota Palopo (Faktor Penyebab dan Solusinya
dalam Studi Kasus di Pengadilan Agama)”, Journal of Social-Religi Research, Vol. 1, No. 2 (Th.
2016), hlm. 114-115. 10
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung:
Fokus Media, 2010), hlm. 36. 11
Tihami, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
hlm. 230. 12
Amiur Nurrudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi
Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI (Jakarta: Kencana,
2004), hlm. 207.
4
Dalam Pengadilan Agama, dikenal dua bentuk perceraian yaitu cerai
gugat dan cerai talak. Cerai gugat adalah sebuah gugatan atas inisiatif istri
kepada suami,13
sedangkan cerai talak adalah permohonan atas inisiatif suami
kepada Pengadilan Agama untuk dapat atau diperbolehkan menjatuhkan talak
kepada istri yang telah diajukan sebelumnya.14
Menurut hukum Islam
putusnya perkawinan dalam bentuk talak dan khulu’ tidak membutuhkan
alasan sebagai syarat terjadinya perceraian. Hal ini dikarenakan suami
berkewajiban membayar mahar dan memberi nafkah.15
Nafkah adalah beban yang dikeluarkan seseorang terhadap orang yang
ia wajib nafkahi, berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal.16
Suami wajib
memberikan nafkah kepada istri karena sebab akad nikah.17
wajibnya nafkah
kepada istri dijelaskan dalam Qur‟an Surat al-Thalaq [65] ayat 7 yang
berbunyi:
ه َسعَة ذُو ِنيُىِفق ۥقُهُ ش زِ هِ َعهَي قُِدزَ َوَمه ۦ َسعَتِهِ ّمِا يُىِفق فَه ُ ٱ هُ َءاتَى ِممَّ ّللَّ
ُ ٱ يَُكهِّفُ َل ُ ٱ عَمُ َسيَج َها َءاتَى َما إِلَّ ًساوَف ّللَّ ٧ اس يُس س ُعس دَ بَع ّللَّ
Hendaklah orang yang mempunyai keluasaan memberi nafkah
menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rejekinya,
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak membebani seseorang meliankan (sesuai)
dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan
memberikan kelapangan setelah kesempitan.
13
Tim Penyusun, Undang-Undang Pengadilan Agama UU No. 7 Tahun 1989 (Jakarta:
Sinar Grafika, 2002), hlm. 30. 14
Tim Penyusun, Undang-Undang Pengadilan Agama UU No. 7 Tahun 1989, hlm. 27. 15 Syaiful Hidayat, “Pemenuhan Nafkah Mut‟ah, Iddah, dan Madiyah Istri sebagai syarat
penjatuhan Talak dalam Peradilan Agama Indoensia”, Jurnal Penelitian dan Kajian Islam, Vol. 6,
No. 2 (Th. 2018), hlm. 182. 16 Syaikh Abdurrahman Al-Jazairi, Fikih Empat Mazhab Jilid 5, terj. Faisal Saleh, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), hlm. 1069.
17 Wahbah az-Zuhaili wa Adillatu Jilid 10, terj. Abdul Hayyie al-
Kattani, dkk (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm. 110.
5
Para fuqaha sepakat wajibnya nafkah untuk istri baik muslimah
maupun kafir jika memang menikah dengan akad yang sah. Akan tetapi
apabila pernikahan itu fasid atau batal maka suami berhak meminta nafkah
yang telah diambil oleh istrinya.18
Masalah perkawinan merupakan masalah yang esensial bagi manusia,
hal ini dikarenakan didalamnya terdapat hubungan keperdataan dan hubungan
keperibadatan. Keperdataan disamping sebagai sarana untuk membentuk
keluarga, juga sebagai sarana kodrati manusia dalam penyaluran kebutuhan
biologisnya. Hubungan keperibadatan didasarkan adanya tatacara
pelaksanaannya yang diatur dalam agama Islam, sebagai tujuan untuk
memperoleh ketenangan hidup.19
Salah satu implikasi adanya perceraian yaitu
timbulnya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh suami terhadap istri
setelah terjadinya perceraian. Hal ini berdasarkan pasal 149 Kompilasi
Hukum Islam disebutkan bahwa perceraian mempunyai akibat hukum
diantaranya: a) memberi mut’ah yang layak kepada bekas istrinya, baik
berupa uang atau benda kecuali bekas istri tersebut qobla al-dukhu>l; b)
memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas istri selama masa ‘iddah,
kecuali bekas istri telah dijatuhi talak ba’in atau nusyu>z dan dalam keadaan
tidak hamil; c) melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya, dan separoh
18 Wahbah az-Zuhaili wa Adillatu Jilid 10, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk., hlm. 110. 19 Muhchammad Hammad, “Hak-Hak Perempuan Pasca Perceraian: Nafkah Iddah Talak dalam Hukum Keluarga Muslim Indonesia, Malaysia, dan Yordania”. Jurnal Al-Ah{wal, Vol. 7, No. 1(th. 2014), hlm. 17.
6
apabila qobla al-dukhu>l; dan d) memberikan biaya h{adanah untuk anak-
anaknya yang belum mencapai umur 21 tahun.20
Pemberian nafkah kepada istri yang telah ditalaknya dimaksudkan
supaya istri yang telah ditalak dapat memenuhi segala kebutuhannya selama
masa berpisah. sebagaimana disebutkan dalam Qur‟an Surat al-Baqarah [2]
ayat 241 sebagaimana berikut:
َِّقيهَ ن ٱ َعهَى َحقًّا ُسوِف َمع ن ٱبِ ُع َمتَ تِ ُمَطهَّقَ َوِنه ١٤٢ ُمت
Dan kepada wanita-wanita yang ditalak hendaklah diberikan (oleh
suami) mut‟ah menurut yang ma‟ruf, merupakan hak atas orang yang
bertaqwa.21
Ketika putusan telah inkrah dan talak telah dijatuhkan maka suami
wajib untuk memenuhi hak-hak istrinya setelah perceraian yaitu memberikan
nafkah kepada istri. Berdasarkan perkara yang terjadi di Pengadilan Agama
antara perkara No. X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No. 0663/Pdt.G/2010/PA.Sda.
merupakan perkara cerai talak dimana suami mengajukan permohonan cerai
di depan sidang Pengadilan Agama, dengan tidak adanya lagi keharmonisan
antara suami istri yang disebabkan karena adanya laki-laki lain, maka penulis
menelaah dari kedua putusan tersebut dalam pemberian nafkah setelah
perceraian untuk mantan istri tersebut terdapat perbedaan, yang mana suami
ingin menceraiakan istri karena istri mempunyai laki-laki lain yang
menyebabkan tidak ada rasa saling menyayangi dan mengasihi lagi, sehingga
sering terjadi pertengkaran dan percekcokan terus-menerus serta telah
berusaha meminta nasehat kepada keluarga tetapi tidak berhasil.
20
Tim Penyusun, Kompilasi Hukum Islam, hlm. 43. 21
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 38.
7
Berdasarkan dua kasus ini antara perkara No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg
dimana antara Pemohon dan Termohon telah melangsungkan pernikahan
pada tanggal 05 September 1992 dan hidup bersama di rumah orangtua
Termohon. Awalnya rumah tangga Pemohon dan Termohon tentram dan
harmonis selayaknya suami istri dan telah dikarunia seorang anak laki-laki
berumur 14 tahun. Tapi sejak 2001 Termohon ketahuan selingkuh dengan
Sigun kemudian rumah tangga tersebut mulai goyah dan sering terjadi
perselisihan dan percekcokan yang mengakibatkan tidak ada kepercayaan dari
suami. Akhirnya pada bulan Desember 2007 Pemohon pulang kerumah
orangtuanya sampai sekarang dan tidak lagi berhubungan baik lahir maupun
batin. Dari permasalahan ini Pemohon telah meminta nasihat kepada kedua
orangtua untuk tetap hidup bersama tetapi tidak berhasil. Sehingga
permohonan perceraian diajukakan kepada Pengadilan Agama Purbalingga.
Mengenai nafkah setelah perceraian mantan suami bersedia memberikan
nafkah setelah perceraian kepada mantan istri, sehingga mantan istri
mendapat hak-hak nafkah dan majelis hakim mengabulkannya.
Sedangkan berbeda dengan kasus perkara No.0663/Pdt.G/PA.Sda
dimana antara Pemohon dan Termohon telah menikah pada tanggal 13 Juni
2005 dan bertempat tinggal dirumah Pemohon. Mereka telah melakukan
hubungan selayaknya suami istri dan telah dikaruniai seorang anak berumur 3
½ tahun. Semula kehidupan rumah tangga Pemohon dan Termohon berjalan
tentram dan harmonis, akan tetapi sejak 2010 rumah tangga mulai goyah,
yaitu terjadinya perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan Termohon
8
selingkuh dengan laki-laki lain bernama Ismail. Atas kajadian tersebut
Pemohon dan Termohon telah berpisah tempat tinggal selama sebulan.
Sehingga suami mengajukan perceraian ke pengadilan Agama Sidoarjo untuk
meminta izin menjatuhkan talak kepada Termohon dan meminta kepada
Pengadilan Agama untuk hak asuh anak berada ditangan Pemohon.
Berdasarkan pemberian nafkah untuk mantan istri, suami menolak untuk
memberikan nafkah seluruhnya setelah perceraian dengan alasan istri telah
melakukan perbuatan nusyu>z maka Pengadilan Agama menetapkan bahwa
mantan istri hanya mendapatkan nafkah hadiah/mut’ah dari mantan suami.
Dalam keadaan demikian, hakim sebagai penegak hukum ditutut
kejelian dan ketelitian dalam menjatuhkan putusan. Apa saja landasan hukum
yang digunakan dan bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan
perkara perceraian tersebut. Setiap memberikan putusan, tentunya hakim
memiliki dasar hukum yang menjadi pertimbangan, baik itu secara normatif
(hukum Islam) maupun yuridis (hukum positif) sehingga dapat menjatuhkan
putusan yang tepat dan adil.
Hakim dalam pemeriksaan suatu perkara juga memerlukan adanya
pembuktian, dimana hasil pembuktian itu, akan digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam memutus perkara. Pembuktian bertujuan untuk
memperoleh kepastian suatu peristiwa/ fakta yang benar-benar terjadi,
sehingga terjadi adanya hubungan hukum antara para pihak.
Melihat adanya perbedaan dalam penetapan nafkah setelah perceraian
oleh hakim di Pengadilan Agama pada putusan No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan
9
No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian skripsi dengan judul “Analisis Komparatif Tentang Nafkah Akibat
Cerai Talak (Studi Perkara No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan
No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda)”.
B. Definisi Operasional
Demi memudahkan pemahaman tentang judul skripsi ini agar tidak
menimbulkan kekeliruan atau kesalahpahaman, maka penulis akan
menguraikan secara singkat istilah-istilah yang terdapat pada skripsi yang
berjudul: “Analisis Komparatif Tentang Nafkah Cerai Akibat Talak (Studi
Perkara No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda)”
sebagai berikut:
1. Analisis komparatif
Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) analisis
adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan
sebagainya) untuk mengetahui keadaan sebenarnya (sebab-musabab,
duduk perkara, dan sebagainya).22
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia komparasi diartikan sebagai perbandingan, untuk mengetahui
atau menguji perbedaan dua kelompok atau lebih.23
Dengan
menggunakan metode komparasi ini peneliti bermaksud untuk menarik
sebuah konklusi dengan cara membandingkan ide-ide, pendapat-
pendapat, dan pengertian agar mengetahui persamaan pendapat dan
22
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2000), hlm. 43. 23 Ibid., hlm. 260.
10
perbedaan. Maka analysis komparatif adalah suatu penyelidikan untuk
mengetahui penyebab yang sebenarnya kemudian dibandingkan
pertimbangan hakim berdasarkan putusan Pengadilan Agama antara
No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda.
2. Nafkah dan Cerai Talak
Kata nafkah sendiri berarti belanja untuk hidup, (uang)
pendapatan atau suami wajib memberi nafkah istri.24
Menurut Hasan
Ayyub bahwa nafkah adalah semua kebutuhan dan keperluan yang
berlaku menurut keadaan dan tempat, seperti makanan, pakaian, rumah
dan lain-lain. Nafkah yang dimaksud disini merupakan kewajiban suami
atas istrinya.25
Sedangkan cerai talak adalah permohonan cerai yang
diajukan oleh suami ke Pengadilan Agama.26
Nafkah akibat cerai talak
yaitu nafkah setelah suami mengajukkan perceraian ke penggadilan
Agama sehingga istri mendapatkan hak-hak nafkah setelah perceraian.
Dari uraian di atas, maka yang dimaksud dari judul skripsi ini adalah
kajian yang memfokuskan pada penetapan majelis hakim dengan melihat
fakta-fakta mengenai kedua putusan dalam pemberian nafkah mantan
suami kepada mantan istri dengan judul skripsi “Analisis Tentang Nafkah
Akibat Cerai Talak (Studi perkara No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan
No.0663/Pdt.G/2010/PA. Sda).
C. Rumusan Masalah
24
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 770. 25
Hasan Ayyub, Fikih Keluarga (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005), hlm. 383. 26
Anshary, Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah
(Bandung: Mandar Maju, 2017), hlm. 20.
11
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi pokok
penelitian masalah ini adalah: “Bagaimana persamaan dan perbedaan antara
putusan No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda dalam
penetapan nafkah akibat cerai talak?”
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:Untuk
mengetahui persamaan dan perbedaan mengenai nafkah mantan istri setelah
ditalak oleh mantan suami berdasarkan putusan antara
No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda.
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi ataupun
bahan diskusi yang dapat menambah wacana dan wawasan para
mahasiswa Fakultas Syari‟ah dan masyarakat serta berguna
pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Secara praktis penelitian ini berguna memenuhi syarat untu memperoleh
gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Purwokerto.
E. Kajian Pustaka
Beberapa penelitian yang penulis temukan yang membahas tentang
kajian yang terkait dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut:
12
Buku yang berjudul al-fiqh al-Islami@ wa Adillatuhu Jilid 10,
karangan Wahbah az-Zuhaili@ mengatakan bahwa nafkah itu wajib diterima
oleh istri dari suaminya karena sebab akad nikah.27
Dalam Jurnal Tafa
13
memberikan kepada bekas istri berupa mut’ah, nafkah ‘iddah, maskan, dan
kiswah. Sedangakan No. 396/Pdt.G/PA.JB majelis hakim berpendapat bahwa
penggugat berikeras untuk mengajukan gugatan perceraian, sedangkan
tergugat tetap ingin mempertahankan rumah tangganya, dengan demikian
dalam perkara ini termasuk dalam kategori talak ba’in sughra. Maka
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Kompilasi Hukum Islam pasal 149
huruf (b) yang pada pokoknya mengatakan bahwa istri yang dijatuhi talak
ba’in sughra tidak mendapatkan nafkah ‘iddah. Sedangkan penulis dalam
penelitian ini meneliti tentang pertimbangan hakim dalam memutus perkara
cerai talak/ perceraian yang diajukan oleh mantan suami kepada mantan
suami, yaitu hak nafkah akibat cerai talak.29
Randi Kurniawan, mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, tahun 2017, dalam skripsi yang berjudul Pelaksanaan Putusan
Hakim tentang Nafkah ‘Iddah dalam Perkara Cerai Talak (Studi Terhadap
Putusan Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang Nomor:
0168/Pdt.G/2012/PA.Tnk) dalam skripsinya menjelaskan upaya yang dapat
dilakukan termohon apabila suami tidak melaksanakan pembayaran nafkah
‘iddah maka melalui beberapa tahapan antara lain: Permohonan eksekusi,
membayar eksekusi, aanmaning, penetapan sita eksekusi, pengumuman
lelang, permintaan lelang, pendaftaran permintaan lelang, penetapan hari
lelang, penetapan syarat lelang dan floor price, tata cara penawaran, membeli
29
Zian Mufti, “Hak Nafkah ‘iddah Pasca Cerai Gugat dihubungkan dengan Azas
Kepastian Hukum (Analisis Perbandingan Putusan Perkara No. 1394/Pdt.G/2012/PA.JS dan
Perkara No. 396/Pdt.G/PA.JB)”. Skripsi Akhwal Syakhsiyyah Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah, 2016).
14
lelang dan menentukan lelang, pembayaran harga lelang barang hasil sita
eksekusi nafkah ‘iddah. Sedangkan penulis dalam penelitian ini meneliti
perbedaan dalam putusan Nomor: X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan Nomor:
0663/Pdt.G/2010/PA.Sda.30
\
F. Metode Penelitian
Metode penelitian ini terdiri dari beberapa prosedur antara lain
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research) yaitu suatu bentuk penelitian yang sumber datanya diperoleh
dari kepustakaan yang berkaitan dengan pokok bahasan dan juga
literatur-literatur lainnya.31
Literatur yang digunakan tidak terbatas hanya
buku-buku tetapi dapat juga berupa bahan-bahan dokumentasi, majalah-
majalah, jurnal/karya ilmiah, dan lainnya yang berupa bahan tulis.32
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber Data Primer
30
Randi Kurniawan, “Pelaksanaan Putusan Hakim tentang Nafkah „iddah dalam Perkara
Cerai Talak (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang Nomor:
0168/Pdt.G/2012/PA.Tnk)”. Skripsi ahwal asy-Syakhshiyah Fakultas Syari‟ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri raden Intan Lampung, 2017). 31
Abuddin Nata, Metode Studi Islam, (Jakarta: Grafindo Persada, 2001), hlm. 125. 32
Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2005), hlm.
92.
15
Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari sumber aslinya, yaitu berupa putusan perceraian
karena istri selingkuh berdasarkan putusan No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg
dan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang memberikan
penjelasan mengenai sumber data primer.33
Dalam hal ini adalah
kitab-kitab, buku-buku, internet, jurnal, Undang-Undang Perkawinan
Nomor 1 Tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam, serta Undang-
Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang menjadi bahan dalam penyusunan
skripsi ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Yang
dilakukan dengan mempelajari penelitian sebelumnya, mengkaji buku-
buku, surat kabar, dan majalah/jurnal yang berhubungan dengan
pembahasan skripsi.34
4. Teknik Analisis Data
Dalam penulisan ini penulis menggunkan dua metode, antara lain:
metode komparatif yaitu membandingkan dan juga metode content
analysis yaitu merupakan analisa data secara kualitatif. Kemudian
menginterprestasikannya dengan bahasa penulis sendiri dengan melalui
33
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.
103. 34
Zara Putri Aulia, “Putusan tentang Suami Mafqud (Studi Putusan Nomor.
3144/Pdt.G/2016/PA. Cbn dan Nomor. 002/Pdt.G/2009/PA.Gm), Skripsi (Jakarta: Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah), hlm. 14.
16
beberapa proses pengumpulan data yang dilakukan dengan berbagai
macam metode yang terpilih.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam memudahkan penyusunan skripsi ini dan untuk memberikan
gambaran secara rinci mengenai pokok pembahasan maka penulis menyusun
skripsi dalam beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama mencakup pendahuluan yang berisi tentang latar
belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua mencakup gambaran umum membahas tentang terdiri dari
perceraian dalam perkawinan, nafkah, hak dan kewajiban suami dalam rumah
tangga, hak dan kewajiban istri dalam rumah tangga, dan hak dan kewajiban
suami istri menurut UUP dan KHI.
Bab ketiga mengemukakan hasil penelitian yang membahas tentang
deskripsi terhadap putusan cerai talak yang terdiri dari Perkara
No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda.
Bab keempat merupakan inti dari skripsi yang membahas tentang
penetapan nafkah akibat cerai talak meliputi: analisis penetapan nafkah dalam
putusan No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg, analisis penetapan nafkah dalam putusan
No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda dan analisis komparatif penetapan nafkah akibat
cerai talak antara No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda
Bab kelima merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan
saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka dan berbagai lampiran-lampiran.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian singkat dalam tulisan ini pada akhirnya dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pada putusan No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda
adalah sama-sama dalam perkara cerai talak yang diajukan oleh suami
terhadap istri di depan sidang Pengadilan Agama. Berdasarkan pasal 149
KHI akibat cerai talak, istri mempunyai hak-hak setelah perceraian yang
mana suami wajib memberi nafkah berupa: a) memberi mut’ah yang layak
kepada bekas istrinya, baik berupa uang atau benda kecuali bekas istri
tersebut qobla al-dukhu>l; b) memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada
bekas istri selama masa ‘iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak ba’in
atau nusyu>z dan dalam keadaan tidak hamil; c) melunasi mahar yang masih
terhutang seluruhnya, dan separoh apabila qobla al-dukhu>l; dan d)
memberikan biaya h{adanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur
21 tahun. Berdasarkan kedua kasus tersebut, penyebab perceraian ini karena
adanya perselingkuhan sehingga majelis hakim menetapkan percekcokan
dan pertengkaran terus-menurus antara suami istri memenuhi alasan
perceraian sesuai dengan ketentuan pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah
jo. Pasal 116 KHI.
96
2. Berbedaan dalam penetapan nafkah akibat cerai talak antara
No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda. yang mana
pada putusan No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg istri telah melakukan perselingkuhan
akan tetapi suami tidak dapat membuktikan perselingkuhan tersebut maka
mantan istri berhak mendapat nafkah berupa: (a) nafkah lampau Rp
3.000.000,-(tiga juta rupiah); (b) nafkah anak Rp 500.000,- ( lima ratus ribu
rupiah) setiap bulan sampai anak dewasa; (c) nafkah ‘iddah Rp 900.000
(Sembilan ratus ribu rupiah); (d) mut’ah Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).
Sedangkan berbeda dengan putusan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda
suami menolak untuk memberikan nafkah seluruhnya akibat cerai talak
karena istri telah berbuat nusyu>z berdasarkan pertimbangan hakim, mantan
istri hanya mendapatkan nafkah mut’ah/ nafkah hadiah sebesar Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah). Berdasarkan nafkah mut’ah majelis hakim
mempunyai hak ex officio dimana sudah selayaknya bagi istri untuk
mendapatkan mut’ah walaupun istri telah berlaku nusyu>z karena majelis
hakim menilai dari lamanya membina rumah tangga dan telah dikarunia
seorang anak berumur 3 ½ tahun maka mantan istri pantas mendapat mut’ah
dari mantan suami.
B. Saran
Diharapakan adanya regulasi khusus atas peraturan-peraturan dengan
alasan nusyu>z istri terhadap suami, termasuk didalamnya mencakup ketentuan-
97
ketentuan perbuatan nusyu>z supaya para pihak dapat mengetahui perbuatan apa
saja yang dikategorikan sebagai nusyu>z agar peraturan tersebut lebih jelas. Bukan
dikategorikan dalam pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdus Sami’ Ahmad Imam. Pengantar Studi Perbandingan Madzhab. Jakarta: al-Kautsar, 2016.
Al-Jazairi, Syaikh Abdurrahman. Fikih Empat Mazhab Jilid 5, penerjemah FaisalSaleh. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2015.
al-Khathib al-Syarbayniy, Muhammad. Mughniy al-Muhtaj Juz 3. Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1997.
Annas, Syaiful. “Masa Pembayaran Beban Nafkah Iddah dan Mut’ah dalam PerkaraCerai Talak (Sebuah Implementasi Hukum Acara di Pengadilan Agama)”.Jurnal al-AhwaL. Vol. 10, No. 1. th. 2017.
Anshary. Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah .Bandung: Mandar Maju. 2017.
Arwani, Miftahul. “Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian KarenaPerrselingkuhan (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Ponorogo Tahun2007)”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 2008.
Ashofa, Burhan. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006.
Ayyub, Hasan. Fikih Keluarga. Jakarta: Pustaka al-Kautsar. 2005.
Bintania, Aris. Hukum Acara Pengadilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-Qadha.Jakarta:Rajawali. 2013.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung:Fokus Media, 2010.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka. 2000.
Direktori Putusan Mahkamah Agung Perkara Nomor: 0663/Pdt.G/2010/PA. Sda
Direktori Putusan Mahkamah Agung Perkara Nomor: X/Pdt.G/2008/PA. Pbg
Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan Indonesia menurut Perundangan HukumAdat-Hukum Agama. Bandung: Mandar Maji, 1990.
Hammad, Muhchammad “Hak-Hak Perempuan Pasca Perceraian: Nafkah IddahTalak dalam Hukum Keluarga Muslim Indonesia, Malaysia, dan Yordania”.Jurnal Al-Ah{wal. Vol. 7, No. 1. th. 2014.
Hidayat, Syaiful. “Pemenuhan Nafkah Mut’ah, Iddah, dan Madiyah Istri sebagaisyarat penjatuhan Talak dalam Peradilan Agama Indoensia”. Jurnal Penelitiandan Kajian Islam. Vol. 6, No. 2. Th. 2018.
Jamaluddin, Nanda Amalia. Hukum Perkawinan. Lhokseumawe: Unimal Press, 2016.
Jawad Muhgniyah, Muhammad. Fikih Lima Mazhab. Jakarta: Lentera, 2011.
Jawad Mughniyah, Muhammad. Fiqih Lima Mazhab, penerjemah Masykur, dkk.Beirut: Dar al-Jawad, 2015.
Kurniawan, Randi “Pelaksanaan Putusan Hakim tentang Nafkah ‘iddah dalamPerkara Cerai Talak (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Kelas IATanjung Karang Nomor: 0168/Pdt.G/2012/PA.Tnk)”. Skripsi ahwal asy-Syakhshiyah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri radenIntan Lampung. 2017.
Mahmud al-Aqqad, Abbas. Filsafat Qur’an-Filsafat Spiritual dan Sosial dalamIsyarat Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1886.
Mardani. Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern. Yogyakarta: GrahaIlmu, 2011.
Mufti, Zian. “Hak Nafkah ‘iddah Pasca Cerai Gugat dihubungkan dengan AzasKepastian Hukum (Analisis Perbandingan Putusan Perkara No.1394/Pdt.G/2012/PA.JS dan Perkara No. 396/Pdt.G/PA.JB)”. Skripsi AkhwalSyakhsiyyah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.
Muhammad al-Khathib al-Syarbayniy, Mughniy al-Muhtaj Juz 3. Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1997.
Munawwir, A. W. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka
Nata, Abuddin. Metode Studi Islam. Jakarta: Grafindo Persada. 2001.
Nawawi, Hadari. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit. 2005.
Nurrudin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di IndonesiaStudi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974 sampaiKHI. Jakarta: Kencana, 2004.
Progresif, 1997.
Putri Andini Rangkuti, Imanda. “Studi Komparatif Perceraian Akibat Pindah AgamaMenurut Fikih Islam dan Undang-Undang Perkawinan (Analisis Putusan No.0879/Pdt. G/2013/PA.Pdg)”. Jurnal de Lega Lata, Vol. 2, No. 2. Th. 2017.
Putri Aulia, Zara. “Putusan tentang Suami Mafqud (Studi Putusan Nomor.3144/Pdt.G/2016/PA. Cbn dan Nomor. 002/Pdt.G/2009/PA.Gm). Skripsi.Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.
Rusydi, Ibnu. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, terjemahkan oleh MadAli. Bandung: Trigendi Karya, 1996.
Sabiq, Sayyid Fiqih Sunnah Jilid 2, terj. Moh. Abidun dkk,. Jakarta: Pena PundiAksara. 2008.
Subekti. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya Paramita. 2004.
Supriatna, dkk, Fiqh Munakahat II. Yogyakarta: Teras, 2009.
Syaiful Hidayat, “Pemenuhan Nafkah Mut’ah, ‘Iddah Dan Madiyah Istri SebagaiSyarat Penjatuhan Talak Dalam Peradilan Agama Di Indonesia”, JurnalTafa
Wasman dan Wardah Nuroniyah. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia.Yogyakarta: Teras, 2011.
Widodo. “Fakotr-Faktor serta Alasan yang Menyebabkan Tingginya Angka CeraiTalak”. Skripsi . Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Surakarta.
ANALISIS KOMPARATIF TENTANG NAFKAH AKIBAT CERAI TALAK (Studi Perkara No.X/Pdt.G/2008/PA.Pbg dan No.0663/Pdt.G/2010/PA.Sda) BAB I PENDAHULUAN BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA