Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL
TERPADU DI PUSKESMAS BANDARHARJO
KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
Niken Amran
NIM. 6411412092
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Juni 2016
ABSTRAK Niken Amran
Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang VI + 106 halaman + 5 tabel + 5 gambar + 21 lampiran
Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada ibu hamil, setiap kehamilan dalam
perkembangannya mempunyai resiko. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang.
Jenis metode penelitian ini adalah kualitatif. Informan utama berjumlah 8
orang yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dan 2 informan
triangulasi. Pengambilan data dilakukan dengan instrumen berupa pedoman
wawancara mendalam, lembar observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah tenaga bidan yang ada belum
sesuai dengan ketetapan Kemenkes RI. Sarana dan prasarana yang ada telah
mencukupi dan memadai untuk pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
Pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu telah melaksanakan standar 10T seperti
yang ditetapkan oleh Kemenkes RI, hanya saja adanya keterbatasan waktu dan
tenaga sehingga mengakibatkan tumpang tindih dalam pelaksanaan program
antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
Saran yang peneliti rekomendasikan adalah bagi Puskesmas Bandarharjo
dapat melakukan pengkajian kembali terkait dengan jadwal shift bidan agar tidak
terjadi tumbukan job desk sehingga dengan jumlah sumber daya manusia yang
terbatas, dapat tetap mengcover berbagai program. Saran bagi Dinas Kesehatan
Kota Semarang diharapkan terus memantau, memonitoring dan melakukan evaluasi
seluruh pelaksanaan program puskesmas yang ada di Kota Semarang. Melakukan
pengkajian terhadap target program yang akan dilaksanakan.
Kata Kunci : Pelaksanaan; Antenatal Terpadu; Puskesmas.
Kepustakaan : 31 (1994-2015)
iii
Public Health Science Department
Faculty of Sport Science
Semarang State University
June 2016
ABSTRACT Niken Amran
Analysis of Implementation Integrated Antenatal Program at Bandarharjo
Puskesmas Semarang City,
VI + 106 pages + 5 table + 5 images + 21 attachments
Servicing of integrated Antenatal is a comprehensive and quality antenatal
servicing for pregnant women, every pregnancy has a risk of complicating factor.
There fore, the antenatal servicing must be done intensively or routine integrited
and good quality antenatal servicing the purpose of this research is to know the
implementation of integrated antenatal program at Bandarharjo Puskesmas
Semarang City.
The method of this research is qualitative form the first group are eight
women who are chosen based on purposive sampling technique and two
triangulation women, the taking of data was done by independent interview,
observation, and documentation.
The result showed that the number of midwifes are still not appropriate with
the regulation of the Indonesian Ministry of Health. The available infrastructures
are suitable for the process of integrated antenatal. It has done 10T as it has been
required by Indonesian Ministry of Health. However, there are limitedness the time
and staffs so that they are mutinally overlapping in implementation integrited
antenatal program at Bandarharjo Puskesmas Semarang City.
Researcher suggests Bandarharjo Puskesmas to review that related to the
schedule of widwifes time job in order not to mutually overlapping with source of
staffs that can be involved some program and government’s semarang city can do
monitoring, evaluate all implementation programs at Puskesmas. By doing the
reviews to get the target that will be done.
Keywords : Implementation; Integrated Antenatal; Puskesmas.
Literature : 31 (1994-2015)
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau
telah selesai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang
lain, dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (Q.S Al Insyirah: 6-
8).
2. Bila kita merasa letih karena berbuat kebaikan, maka sesungguhnya
keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan kekal. Bila kita bersenang-
senang dengan dosa, kesenangan itu akan hilang dan dosa yang akan kekal
(Umar bin Khattab).
PERSEMBAHAN
Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Papa (Amran) dan Mama (Nifestri).
2. Kakak (Ari Wijaya Amran dan Adinda
Amran).
3. Adik (Wulan Amran).
4. Asep Alvan
5. Almamaterku Unnes.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan ridhoNya
sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Antenatal
Terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang” dapat terselesaikan
dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Semarang.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, saya menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Ibu Prof.
Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd, atas ijin penelitian yang telah diberikan.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, Bapak Irwan Budiono, S.KM, M.Kes (Epid),
atas persetujuan penelitian yang telah diberikan.
3. Dosen Pembimbing, Bapak Drs. Bambang Wahyono, M.Kes, atas
bimbingan, arahan, serta masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahrgaan Universitas Negeri Semarang atas bekal ilmu pengetahuan
yang diberikan selama di bangku perkuliahan.
5. Staf TU Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bapak Sungatno dan Bapak
Wibowo serta seluruh staf TU Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
viii
Negeri Semarang yang telah membantu dalam segala urusan administrasi
dan surat perijinan penelitian.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Widoyono, M.PH atas ijin
yang diberikan untuk melaksanakan penelitian.
7. Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, Bapak Tri Susilo Hadi,
S.KM, M.Kes, atas ijin penelitian dan masukan yang diberikan.
8. Bidan Poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Bandarharjo Kota
Semarang, Ibu Erna Faulina, Ibu Endang Erawati, Am Keb, Ibu Sumarni,
Am.Keb atas waktu dan informasinya terkait penelitian ini.
9. Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang,
yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
10. Sahabat-sahabat terbaikku (Liza, Jesi, Rahma, Atika, Ella, Putri, Nova, Ica,
Ayu, Sonya, Wati) dan adik-adik kos Griya Bunda atas bantuan dan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2012 atas
bantuan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, sehingga masukan dan kritikan sangat diharapkan guna penyempurna
karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Juni 2016
Niken Amran
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
ABSTRACT ...................................................................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................ iv
PERNYATAAN ................................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................ 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
2.1 Landasan Teori ................................................................................ 10
x
2.1.1 Analisis ................................................................................... 10
2.1.2 Puskesmas .............................................................................. 11
2.1.3 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ....................................... 15
2.1.4 Pelayanan Antenatal Terpadu ................................................ 17
2.1.5 Defenisi Sistem ...................................................................... 29
2.1.6 Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas ........ 33
2.2 Kerangka Teori ................................................................................ 43
BAB III METODELOGI PENELITIAN ..................................................... 45
3.1 Alur Pikir ......................................................................................... 45
3.2 Fokus Penelitian .............................................................................. 45
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 46
3.4 Sumber Informasi ............................................................................ 47
3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ...................... 51
3.6 Prosedur Penelitian .......................................................................... 53
3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................... 55
3.8 Teknik Analisis Data ....................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 58
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................. 58
4.1.1 Puskesmas Bandarharjo ........................................................... 58
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 60
4.2.1 Karakterisitk Informan Penelitian .......................................... 60
4.2.2 Hasil Penelitian Input .............................................................. 62
4.2.3 Hasil Penelitian Proses ............................................................ 73
xi
4.2.4 Hasil Penelitian Output ............................................................ 83
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 85
5.1 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 85
5.1.1 Komponen Input ...................................................................... 85
5.1.2 Komponen Proses ................................................................... 92
5.1.3 Komponen Output ................................................................... 97
5.2 Hambatan Dan Kelemahan Penelitian .............................................. 99
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 101
6.1 Simpulan ......................................................................................... 101
6.2 Saran ............................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 104
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .............................................................................. 7
Tabel 2.1 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu ............................. 26
Tabel 4.1 Karakteristik Informan Utama .......................................................... 61
Tabel 4.2 Karakteristik Informan Triangulasi ................................................... 61
Tabel 4.3 Daftar Kondisi Prasarana .................................................................. 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu ............................................. 38
Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 44
Gambar 3.1 Alur Pikir Penelitian ..................................................................... 45
Gambar 4.1 Peta Lokasi Puskesmas Bandarharjo ........................................... 60
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing ........................................................ 108
Lampiran 2. Surat Permohonan Surat Kelaikan Etik Penelitian .................. 109
Lampiran 3. Surat Keterangan Ethical Clearance ....................................... 110
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang ......................... 111
Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Dinas
Kesehatan Kota Semarang ....................................................... 112
Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang .................................................... 113
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kota Semarang ........................................................................ 114
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Semarang .... 116
Lampiran 9. Surat Keterangan Puskesmas Bandarharjo Telah Menyelesaikan
Penelitian ................................................................................. 117
Lampiran 10. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian .............. 118
Lampiran 11. Lembar Persetujuan Keikutsertaan Subjek dalam Penelitian .. 120
Lampiran 12. Prosedur Wawancara Mendalam ............................................. 130
Lampiran 13. Pedoman Wawancara untuk Sie. Kesehatan Ibu dan Lansia
Bagian Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang. 132
Lampiran 14. Pedoman Wawancara untuk Bidan Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang ........................................................................ 137
xv
Lampiran 15. Pedoman Wawancara untuk Kepala Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang ........................................................................ 156
Lampiran 16. Pedoman Wawancara untuk Ibu Hamil ................................... 161
Lampiran 17. Pedoman Observasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana ........ 176
Lampiran 18. Pedoman Observasi Proses Pelayanan Antenatal .................... 179
Lampiran 19. Identitas Informan Utama ........................................................ 180
Lampiran 20. Identitas Informan Triangulasi ................................................ 181
Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 182
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AKB = Angka Kematian Bayi
AKI = Angka Kematian Ibu
ANC = Antenatal Care
APBD = Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
APBN = Anggaran Pendapatan Belanja Negara
BBLR = Bayi Berat Lahir Rendah
BOK = Bantuan Operasional Kesehatan
BPJS = Badan Pelayanan Jaminan Sosial
CPD = Cephalo Pelvic Dispropotrion
Depkes = Departemen Kesehatan
Dinkes = Dinas Kesehatan
DJJ = Denyut Jantung Janin
DPRD = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
HIV = Human Immunodeficiency Virus
IMD = Inisiasi Menyusu Dini
JKN = Jaminan Kesehatan Nasional
KB = Keluarga Berencana
KEK = Kurang Energi Kronis
Kemenkes = Kementrian Kesehatan
Kesga = Kesehatan Keluarga
KH = Kelahiran Hidup
xvii
KIA = Kesehatan Ibu dan Anak
KTP = Kekerasan Terhadap Perempuan
LILA = Lingkar Lengan Atas
MDGs = Millenium Development Goals
MPS = Making Pregnancy Safer
MTBS = Manajemen Terpadu Balita Sakit
PAD = Pendapatan Asli Daerah
PEB = Pre Eklampsia Berat
Permenkes = Peraturan Menteri Kesehatan
PK = Penanganan Komplikasi
RTP = Rencana Tingkat Puskesmas
SDM = Sumber Daya Manusia
SDKI = Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
SOP = Standar Operasional Prosedur
SPM = Standar Pelayanan Minimal
TT = Tetanus Toksoid
UPTD = Unit Pelaksanaan Teknik Dinas
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Puskesmas dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan
masyarakat, bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan
nasional yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan
tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni Upaya Kesehatan Wajib dan juga
Upaya Kesehatan Pengembangan. Salah satu dari enam upaya kesehatan wajib
Puskesmas yaitu upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
(KIA/KB) (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan data MDGs tahun 2011, Indonesia masih memiliki masalah
dalam mencapai tujuan MDGs yang kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu,
khususnya pada target menurunkan angka kematian ibu. Indonesia hanya baru dapat
menekankan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2007), yang
mana target pada tahun 2015 yang sudah ditetapkan yaitu 102 per 100.000 kelahiran
hidup. Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Hal ini akan menjadi masalah tentunya dibidang kesehatan, sehingga timbul
beberapa pertanyaan mengapa tujuan tersebut masih belum tercapai.
Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu salah satunya melalui
program pelayanan antenatal terpadu. Antenatal terpadu merupakan pelayanan
antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.
2
Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit
atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin,
terpadu, dan sesuai standar pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI,
2013).
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar yang terdiri dari 10T
(Timbang berat badan dan ukut tinggi badan, Ukur tekanan darah, Nilai status
gizi/ukur lingkar lengan atas (LiLA), Ukur tinggi fundus uteri, Tentukan presentasi
janin dan denyut jantung janin (DJJ), Skrining status imunisasi TT, Tablet tambah
darah, Pemeriksaan laboratorium, Tatalaksana/penanganan kasus, Temu
wicara/konseling) (Kemenkes RI, 2013).
Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil
untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil
di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dengan
frekuensi minimal 4 kali selama masa kehamilannya adalah 83,5%. Adapun untuk
cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6% dan
frekuensi ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1
kali pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester 3) sebesar 70,4%.
Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan
tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%).
Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang
didapatkan jumlah kunjungan K1 di seluruh Puskesmas yang ada di Kota Semarang
pada tahun 2014 sebesar 102,16% lebih kecil dari tahun 2013 yaitu 104,27%. Hal
3
ini menunjukan adanya penurunan cakupan meskipun pencapaian ini sudah diatas
target SPM tahun 2015 (95%) dan target tahun 2014 (94%). Sedangkan, kunjungan
K4 pada tahun 2014 sebesar 97.21% tidak mengalami perubahan atau sama dengan
tahun 2013 yaitu sebesar 97,21%, sudah mencapai target SPM 2015 yaitu 95%
tetapi angka kematian ibu masih tinggi (Profil Dinkes Kota Semarang 2014).
Kematian Ibu merupakan indikator derajat kesehatan dan menjadi tujuan
MDGs. Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang
mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun 2014 sebesar
122,25/100.000 KH lebih tinggi dari tahun 2013 sebesar 107,95/100.000 KH, pada
tahun 2012 yaitu 80,06/100.000 KH dan tahun 2011 sebesar 119,9/100.000 KH.
Dilihat dari jumlah kematian ibu pada peningkatan dari tahun 2013 yaitu sebesar
29 kasus menjadi 33 kasus pada tahun 2014 menjadi 35 kasus pada tahun 2015.
Namun untuk peringkat kematian ibu di Jawa Tengah, Kota Semarang menurun,
yaitu dari peringkat 5 pada tahun 2013 menjadi peringkat 7 pada tahun 2014 dan
meningkat lagi menjadi peringkat 2 tahun 2015 (Profil Dinkes Kota Semarang
2014).
Jadi berdasarkan data diatas bahwa cakupan kunjungan K1 dan K4 di Kota
Semarang setiap tahunnya sudah mencapai target dan sudah mencapai capaian yang
baik tetapi angka kematian ibu di Kota Semarang masih tinggi. Hal ini akan menjadi
masalah tentunya dibidang kesehatan karena angka kematian ibu termasuk dalam
kategori MDGs yang nomor 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu khususnya pada
target menurunkan angka kematian ibu.
4
Pada tahun 2015, Angka Kematian Ibu di Kota Semarang terdapat 35 kasus
meningkat dari tahun 2014 sebanyak 33 kasus dan pada tahun 2013 yang hanya 29
kasus. Kematian ibu disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari faktor masyarakat,
pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan. Kematian ibu tertinggi disebabkan
karena eklampsia (48,48%), penyebab lainnya adalah karena pendarahan (24,24%),
disebabkan karena penyakit sebesar 18,18%, infeksi sebesar 3,03% dan lain-lain
sebesar 6,06% (Profil Dinkes Kota Semarang 2014).
Puskesmas Bandarharjo merupakan salah satu Puskesmas yang telah
melaksanakan program antenatal terpadu. Puskesmas ini salah satu Puskesmas yang
mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan Kota dari 36 puskesmas lain yang
pernah dilatih. Namun berdasarkan data kematian ibu tahun 2014, di Puskesmas
Bandarharjo masih ditemukan 3 kasus kematian ibu dan tahun 2015 mengalami
peningkatan dimana ditemukan data sebanyak 5 kasus kematian ibu penyebab
terjadinya Pre Eklampsia Berat (PEB), pendarahan, obesitas, dan keracunan
makanan yang seharusnya dapat terdeteksi dan mendapatkan penanganan segera
melalui pelayanan program antenatal terpadu.
Berdasarkan data dari laporan Tahun 2014 Puskesmas Bandarharjo,
didapatkan data pelayanan K1 mencapai 94,60%. Sedangkan data pelayanan K4
mencapai 86,34%. Pada Tahun 2015 data pelayanan K1 mencapai 80,32%.
Sedangkan data pelayanan K4 mencapai 90,76%. Berdasarkan data angka cakupan
K1 dan K4 belum mencapai target SPM tahun 2015 (95%). Padahal di Puskesmas
ini angka cakupan K1 dan K4 sebagai salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan
program antenatal.
5
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian pelayanan K4 dan K1
masih jauh dari target yang sudah ditetapkan dan adanya komplikasi penyakit
sehingga perlu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan antenatal
terpadu yang sesuai standar pelayanan antenatal dengan 10T.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Erna selaku petugas pelayanan
kesehatan ibu dan anak (KIA) pada tanggal 03 Februari 2016 menyatakan bahwa
sumber daya manusia di Puskesmas Bandar Harjo masih kurang. Jumlah bidan di
Puskesmas Bandarharjo sebanyak 3 orang dan tidak memiliki dokter spesialis
kandungan, sehingga tidak bisa memantau keseluruhan ibu hamil yang berjumlah
1382 dari 4 (empat) kelurahan. Dari jumlah ibu hamil tersebut, sebanyak 1382
memiliki resiko tinggi pada kehamilan yaitu 1052 (70%). Selain jumlah bidan yang
sedikit pegawai laboratorium hanya 1 orang padahal sesuai dengan standar 10T
pemeriksaan laboratorium dilakukan secara rutin dan khusus. Dalam segi sarana
dan prasarana adanya keterbatasan ruangan antara pelayanan ibu dan pelayanan
anak dijadikan satu ruangan di Puskesmas Bandarharjo.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti menganggap perlu
dilakukan penelitian mengenai “Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu
di Puskemas Bandarharjo Kota Semarang” melalui pendekatan sistem mulai dari
komponen input, proses, output dan dampak yang diperoleh.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Berdasarkan uraian latar belakang terdapat masalah dengan belum
tercapainya target pelayanan antenatal K4 dan K1 yang ada didalam program KIA
Puskesmas Bandarharjo, dan bahkan terjadinya komplikasi penyakit yang
6
seharusnya dapat terdeteksi dan mendapatkan penanganan segera melalui
pelayanan program antenatal terpadu dengan 10T. Oleh karena itu, untuk
mengetahui gambaran pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas
Bandarharjo, maka rumusan masalah ini adalah “Bagaimana analisis pelaksanaan
program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo?”
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1. Bagaimana gambaran input dalam pelaksanaan program antenatal terpadu
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
2. Bagaimana gambaran proses dalam pelaksanaan program antenatal terpadu
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
3. Bagaimana gambaran output dalam pelaksanaan program antenatal terpadu
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang berdasarkan pendekatan sistem.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran input dalam pelaksanaan program
antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
2. Untuk mengetahui gambaran proses dalam pelaksanaan program
antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
3. Untuk mengetahui gambaran output dalam pelaksanaan program
antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
Mendapatkan masukan untuk perbaikan dan kelanjutan dari implementasi
program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
1.4.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan
dosen mengenai sistem pelaksanaan program antenatal terpadu.
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan oleh
peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan
pelaksanaan program antenatal terpadu.
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Judul
Penelitian
Nama
Peneliti
Tahun dan
Tempat
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Variabel /
Fokus
Penelitian
Hasil
Penelitian
1.
Implementasi
Program
Antenatal
Terpadu di
Puskesmas
Tanjung
Agung
Kabupaten
Ogan
Komering Ulu
dengan
Pendekatan
Balance
Scorecard
Feby
Happy
Monica
2015,
Palembang
Kualitatif
(balance
scorecard )
Penilaian
terhadap
pelaksanaan
program
antenatal
terpadu di
Puskesmas
Tanjung
Agung
Kabupaten
Ogan
Komering Ulu
Menunjukkan
bahwa dari
perspektif
penggunaan
sumber daya
dan jasa
masih
terkendala
ketersediaan
perlatan dan
penanganan.
Untuk tenaga
kesehatan
masih ada
yang kurang.
8
2.
3.
Analisis
kinerja BPM
dalam
pelaksanaan
ANC terpadu
pada ibu hamil
di wilayah IBI
ranting Kota
Semarang
Analisis
Implementasi
Program
Pelayanan
Antenatal
Terpadu pada
Ibu Hamil
dengan
Malaria di
Puskesmas
Tobelo
Kabupaten
Halmahera
Utara Provinsi
Maluku Utara
Sylva
Medika
Permata
sari
Anna
Mieke
2014,
Semarang
2013,
Maluku
Utara
Kuanitatif
(cross
sectional)
Kualitatif
(observasional)
Kinerja BPM
dalam
melaksanakan
pelayanan
antenatal
terpadu
Komunikasi
pemberi
informasi
tentang
pelayanan
antenatal
terpadu pada
ibu hamil
dengan
malaria dari
tenaga bidan
untuk
melaksanakan
pelayanan
antenatal
terpadu
malaria masih
kurang.
Terdapat
bahwa
adanya
pengaruh
antara
keterampilan,
pengetahuan,
dan review
kinerja
dengan
kinerja BPM
dalam
pelaksanaan
pelayanan
antenatal
terpadu.
Hasil
menunjukkan
bahwa
pelayanan
antenatal
terpadu
malaria pada
ibu hamil
belum
dilaksanakan
oleh bidan
sesuai
pedoman
penanganan
dan
pencegahan
malaria pada
ibu hamil.
Beberapa yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif
kualitatif. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk
mendapatkan data yang mendalam dari sumber informan mengenai pelaksanaan
9
program antenatal terpadu. Dimana dalam pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan
harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar dengan 10T.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1.6.1 Ruang lingkup tempat
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Bandaharjo di Kota
Semarang.
1.6.2 Ruang lingkup waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2016
1.6.3 Ruang lingkup materi
Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu metodologi penelitian kesehatan
khususnya metodologi penelitian kualitatif, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
pedoman program antenatal terpadu, dan pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Analisis
2.1.1.1 Defenisi Analisis
Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis
(dugaan) sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa kepastian dengan
pengamatan, percobaan, dan sebagainya (Aji Reno, 2012). Menurut Solichin (2008)
analisis merupakan penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaan
bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian
yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.
Menurut Aristoteles, 1991 yang dikutip solichin, 2008 mengatakan analisis
adalah suatu proses merinci suatu objek dengan alat tertentu ke dalam beberapa
komponen yang saling berhubungan dan menilai urgensi, dukungan dan
berkaitannya terhadap terjadinya sesuatu. Analisis adalah suatu kegiatan ilmiah
untuk mencari kebenaran. Sedangkan analisis manajemen adalah suatu proses
merinci (mendetailkan) dan menilai keadaan lingkungan organisasi guna
memperoleh informasi kemampuan dan sumber daya yang berpengaruh kuat
terhadap keberhasilan organisasi meraih visi, misi dan dasar menentukan tujuan,
sasaran yang rasional, dan logis dicapai.
11
2.1.2 Puskesmas
2.1.2.1 Defenisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif, preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No. 75 Tahun 2014).
Menurut Muninjaya (2004), Puskesmas merupakan unit teknis pelayanan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab untuk
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah
kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan
masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama dalam rangka pencapaian keberhasilan fungsi puskesmas sebagai
ujung tombak pembangunan bidang kesehatan (Arsita, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2003), Puskesmas memiliki fungsi dalam
mewujudkan 4 (empat) misi pembangunan kesehatan yaitu menggerakkan
pembangunan kecamatan yang berwawasan pembangunan, mendorong
kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat, memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau serta
memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan masyarakat serta
lingkungannya (Arsita, 2012).
12
2.1.2.2 Peran Puskesmas
Puskesmas memiliki peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksanaan
teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke
depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut
ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan puskesmas dalam menentukan kebijakan
daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realitas, tatalaksana kegiatan
yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa
mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam memanfaatkan teknologi
informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan
terpadu (Effendi dan Mahfudli, 2009:277).
2.1.2.3 Fungsi Puskesmas
Menurut Arsita (2012) Puskesmas sebagai penyedia layanan kesehatan
tingkat primer memiliki fungsi utama sebagai berikut:
2.1.2.3.1 Pusat Penggerak dan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas memantau dan menggerakkan penyelenggaraan pembangunan
lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah
kerjanya, sehingga masyarakat akan memiliki wawasan yang luas dan mendukung
pembangunan kesehatan (Arsita 2012:24).
2.1.2.3.2 Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas berupaya agar setiap individu masyarakat, pemuka masyarakat,
dan keluarga memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk bertanggung
jawab terhadap kesehatan. Puskesmas juga berupaya agar masyarakat aktif dalam
program-program kesehatan yang diadakan oleh Puskesmas guna meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat. Puskesmas memberi petunjuk kepada masyarakat
13
tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif
dan efisien.
2.1.2.3.3 Pusat Kesehatan Srata Pertama
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama
(primer) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (countinue) mencakup
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Arsita,
2012:25).
2.1.2.4 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan memiliki prinsip dalam
penyelenggaraannya. Prinsip tersebut antara lain:
1. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen
dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.
3. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
4. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil dan
merata tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan
kepercayaan.
14
5. Teknologi tepat guna
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk pada lingkungan.
6. Keterpaduan dan kesinambungan
Puskesmas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan
upaya kesehatan perorangan dan masyarakat lintas program dan lintas
sektor serta melakukan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen
puskesmas (Permenkes No. 75 Tahun 2014).
2.1.2.5 Upaya Kesehatan Esensial Puskesmas
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, upaya kesehatan masyarakat
tingkat pertama tersebut meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan (Permenkes No.75 Tahun 2014).
Upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut meliputi:
1. Pelayanan promosi kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan lingkungan.
3. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.
4. Pelayanan gizi.
5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
2.1.2.6 Pembinaan dan Pengawasan Puskesmas
Menurut PERMENKES No. 75 Tahun 2014, pengawasan dan pembinaan
penyelenggaraan Puskesmas dilakukan sesuai tugas dan fungsi masing-masing oleh
15
pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam proses
pengawasan dan pembinaan puskesmas, pemerintah kota/daerah dan provinsi juga
berhak menggunakan organisasi profesi untuk membantu melakukan pengawasan
dan pembinaan terhadap Puskesmas.
Pembinaan dan pengawasan puskesmas lebih mengarah kepada peningkatan
mutu pelayanan kepada masyarakat, fasilitas, konsultasi, pendidikan dan pelatihan
serta penelitian dan pengembangan.
2.1.2.7 Pembangunan Sarana dan Prasarana Puskesmas
Puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan tingkat dasar memiliki
standar sarana dan prasarana yang harus dipenuhi guna meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No 75.
Tahun 2014, pembangunan puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut: persyaratan administratif, persyaratan keselamatan kerja, persyaratan
teknis bangunan, bersifat permanen dan terpisah dari bangunan lain, dan
menyediakan fungsi keselamatan, kesehatan dan kenyamanan. Sarana standar yang
ada di Puskesmas juga telah diatur dalam Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014,
diantaranya puskesmas harus memiliki sarana ventilasi, pencahayaan, sanitasi,
kelistrikan, komunikasi, gas medik, proteksi petir, proteksi kebakaran,
pengendalian kebisingan, sistem transportasi vertikal (untuk bangunan lantai 2 atau
lebih), puskesmas keliling dan kendaraan ambulan.
2.1.3 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam Tujuan Pembangunan
Millenium Development Goals (MDGs), tepatnya pada tujuan empat dan tujuan
16
lima yaitu menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu.
Program kesehatan Ibu dan Anak menjadi sangat penting pembangunan, hal ini
mengandung pengertian bahwa dari seorang ibu akan dilahirkan calon-calon
penerus bangsa yaitu anak. Untuk mendapatkan calon penerus bangsa yang dapat
memberikan manfaat bagi bangsa maka harus diupayakan kondisi ibu dan anak
yang sehat (Arsita, 2012).
Kesehatan wanita dalam siklus kehidupan dipengaruhi oleh faktor biologi,
budaya, perilaku, dan sosial. Mortalitas dan morbiditas pada wanita lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor biologis. Salah satu peran faktor biologis adalah hormon.
Dalam siklus kehidupan dan reproduksi, peran hormon tersebut mempengaruhi
kondisi kesehatan wanita. Wanita dalam usia reproduksi, yaitu usia 15-45 tahun
dari pubertas sampai menopause tidak terlepas dari peran hormon estrogen.
Hormon estrogen akan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya usia.
Dampak dari penurunan hormon ini mempengaruhi kesehatan wanita. Kesehatan
dan kematian ibu dan anak dapat terjadi dalam setiap tahap pertumbuhan dan
perkembangan, dari masa bayi sampai dengan masa usia lanjut (Arsita, 2012).
2.1.3.1 Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya di bidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, bersalin, ibu menyusui,
bayi dan balita, serta anak prasekolah (Arsita, 2012)
2.1.3.2 Tujuan Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Tujuan usaha kesehatan Ibu dan Anak (KIA) antar lain adalah:
1. Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu secara teratur dan
terus-menerus pada waktu sakit dan sembuh pada masa antepartum,
17
intrapartum, postpartum, dan masa menyusui serta pemeliharaan anak-anak
dari mulai lahir sampai masa prasekolah.
2. KB diberikan pada ibu-ibu atau suami-suami yang membutuhkannya.
3. Usaha KIA mengadakan integrase ke dalam “general health services”
(pelayanan kesehatan menyeluruh) dan mengadakan kerja sama serta
koordinasi dengan lain-lain dinas kesehatan.
4. Usaha KIA mencari dan mengumpulkan masalah-masalah mengenai ibu,
bayi, anak untuk dicari penyelesaiannya (Arsita, 2012).
2.1.4 Pelayanan Antenatal Terpadu
2.1.4.1 Defenisi Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional
(dokter, spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat
bidan) untuk ibu selama kehamilannya (Depkes RI, 2005). Pelayanan antenatal
adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama masa
kehamilan, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan (Wijono, Djoko, 2008).
Kualitas pelayanan sangat erat dengan hubungannya pada penerapan.
Pelayanan yang diberikan harus mengacuh pada standar yang telah ditetapkan yaitu
standar pelayanan kebidanan. Penerapan standar sangat berguna untuk melindungi
masyarakat karena proses kegiatan yang dilakukan mempunyai dasar yang jelas.
Standar pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu pelayanan,
khususnya untuk memberikan kesempatan yang cukup dalam menangani kasus
resiko tinggi (Depkes RI, 2005)
18
2.1.4.2. Defenisi Pelayanan Antenatal Terpadu
Pelayanan Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Setiap kehamilan dalam
perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi, oleh
karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai
standar pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI, 2010).
Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan antenatal rutin dengan
beberapa program lain yang sasarannya adalah ibu hamil, sesuai prioritas
Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan
antenatal (Depkes, 2009). Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara
keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) memberikan pelayanan dan
konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat; (2)
melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan; (3)
menyiapkan persalinan yang bersih dan aman; (4) merencanakan antisipasi dan
persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi; (5)
melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan; (6) melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi
penyulit/komplikasi (Kemenkes RI, 2013).
2.1.4.3.Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Antenatal Terpadu
Tujuan antenatal terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani
19
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat
(Kemenkes RI, 2010).
Menurut KEMENKES RI (2013), tujuan khusus antenatal terpadu meliputi:
1. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas,
termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian
ASI.
2. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas.
3. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.
4. Melakukan intervensi terhadap kelaianan/penyakit/gangguan pada ibu hamil
sedini mungkin.
5. Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
sistem rujukan yang ada.
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai
kelainan yang menyertai kehamilan secara dini sehingga dapat diperhitungkan dan
dipersiapkan langkah-langkah pertolongan persalinan.
2.1.4.4. Standar Pelayanan Antenatal terpadu
Menurut Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu (Kemenkes RI, 2013)
Penerapan operasional dikenal dengan standar 10T, dalam melakukan pemeriksaan
antenatal tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai
dengan standar terdiri dari:
20
2.1.4.4.1 Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan
yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi
badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko
pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko
untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).
2.1.4.4.2 Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai
bawah dan atau proteinuria).
2.1.4.4.3 Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas/ LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu
hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya
ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
2.1.4.4.4 Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan adanya
21
gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu.
2.1.4.4.5 Presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksud untuk
mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,
atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul
sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120kali/menit
atau DJJ cepat lebih dari 160kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.
2.1.4.4.6 Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-
nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu
saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan
perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT
Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.
2.1.4.4.6 Beri tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan
tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
2.1.4.4.7 Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemerikasaan laboratorium yang dilakukan pada saat antenatal meliputi:
22
1. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui
jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon
donor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi gawat
darurat.
2. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau
tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
3. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan
salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.
4. Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilan minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga
(terutama pada akhir trimester ketiga).
23
5. Pemeriksaan malaria
Semua ibu hamil didaerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah
malaria dalam rangka skrining kontak pertama. Ibu hamil di daerah non
endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada
indikasi.
6. Pemeriksaan tes sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan dengan resiko tinggi dan ibu hamil yang
diduga sifilia. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin
pada kehamilan.
7. Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan resiko tinggi kasus HIV
dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani
konseling kemudian diberikan kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusan untuk menjalani tes HIV.
8. Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
Tuberculosis sebagai pencegah agar infeksi Tuberculosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin.
2.1.4.4.8 Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus sesuai dengan
standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Sedangkan kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
24
2.1.4.4.9 Temu Wicara (konseling)
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi: (1) kesehatan ibu; (2) perilaku hidup bersih dan sehat; (3) peran
suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan; (4) tanda bahaya
pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan mengahadapi komplikasi; (5)
asupan gizi seimbang; (6) gejala penyakit menular dan tidak menular; (7)
penawaran untuk melaksanakan tes HIV dan konseling di daerah Epidemi meluas
dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah Epidemi rendah;
(8) inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif; (9) KB paska
persalinan; (10) Imunisasi; (11) peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan
(Brain booster).
2.1.4.5 Jenis Pelayanan Antenatal Terpadu
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari:
2.1.4.5.1 Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu: menanyakan keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini; menanyakan tanda-tanda penting yang
terkait dengan masalah kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu
hamil: mual muntah, pusing, sakit kepala, pendarahan, nyeri perut yang hebat,
demam, batuk lama, berdebar-debar, cepat lelah, sesak nafas atau sukar bernafas,
keputihan yang berbau, gerakan janin, perilaku berubah selama hamil, riwayat
25
Kekerasana Terhadap Perempuan (KTP) selama kehamilan; menanyakan status
kunjungan; menanyakan status imunisasi tetanus ibu hamil; menanyakan jumlah
tablet tambah darah (Fe) yang dikonsumsi, menanyakan obat-obat yang
dikonsumsi; di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan riwayat
pemakaian obat malaria; di daerah resiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan
riwayat penyakit pada pasangannya; menanyakan pola makan selama ibu hamil
yang meliputi jumlah, frekuensi, dan kualitas asupan makanan terkait dengan
kandungan gizinya; menanyakan kesiapan mengahadapi persalinan dan menyikapi
kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan.
Informasi anamnesa biasa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader
ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya. Setiap ibu hamil, pada
kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama
kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan diantar suami (Kemenkes,
2013).
2.1.4.5.2 Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu
hamil. Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk ibu
hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Pemeriksaan
laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel:
26
Tabel 2.1. Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu
No Jenis Pemeriksaan Trimester
I
Trimester
II
Trimester
III Keterangan
1 Keadaan Umum √ √ √ Rutin
2 Suhu Tubuh √ √ √ Rutin
3 Tekanan Darah √ √ √ Rutin
4 Berat Badan √ √ √ Rutin
5 LiLa √ Rutin
6 TFU √ √ Rutin
7 Presentasi Janin √ √ Rutin
8 DJJ √ √ Rutin
9 Pemeriksaan Hb √ √ Rutin
10 Golongan Darah √ Rutin
11 Protein Urin * * * Atas indikasi
12 Gula darah * * * Atas indikasi
13 Darah malaria * * * Atas indikasi
14 BTA * * * Atas indikasi
15 IMS/Sifilis * * * Atas indikasi
16 Serologi HIV * * * Atas indikasi
17 USG * * * Atas indikasi
2.1.4.5.3 Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau diagnosa
banding, sedangkan bidan atau perawat dapat mengenali keadaan normal dan
keadaan bermasalah atau tidak pada hamil (Kemenkes RI, 2013).
27
2.1.4.5.4 Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu
Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan
antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib
mencatat hasilnya pada rekam medis, kartu ibu dan buku KIA. Pada saat ini
pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih sangat lemah, sehingga data-datanya
tidak dapat dianalisa untuk peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Penerapan
pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, kualitas pelayanan antenatal
dapat ditingkatkan (Kemenkes RI, 2013).
2.1.4.5.5 Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif
KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari pelayanan
antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu hamil
dalam mengatasi masalahnya (Kemenkes RI, 2013).
2.1.4.6 Kebijakan Program Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal yang bermutu pada hakekatnya merupakan
suatu pelayanan medik dasar yang sangat stratregis dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan ibu hami dan janin dikandungnya. Disamping itu kualitas
pelayanan yang diberikan harus selalu dijaga, sehingga meningkatkan
kesinambungan pemeriksaan antenatal yang pada gilirannya dapat terpelihara
derajat kesehatan kehamilan (Dekpes RI, 2007).
Kebijakan Departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya
mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” (keluarga
berencana, ANC, persalinan bersih dan aman, pelayanan obstetric essensial).
28
Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada ibu hamil ini sesuai dengan
pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci
(Depkes RI, 2007) yaitu:
1. Setiap persalinan obstetrik ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
3. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
Kebijakan program pelayanan antenatal selain menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali selama
kehamilan, dengan ketentuan waktu, yaitu minimal 1 (satu) kali pada trimester
pertama, 1 (satu) kali pada trimester kedua dan minimal 2 (dua) kali pada trimester
ketiga (Depkes RI, 2007).
Kebijakan teknis pelayanan antenatal yaitu, setiap saat kehamilan dapat
berkembang menjadi masalah atau mengalami penyulit/komplikasi. Oleh karena itu
diperlukan pemantauan kesehatan ibu hamil selama kehamilannya (Depkes RI,
2007).
2.1.4.7 Faktor-Faktor Penunjang Kualitas Pelayanan Antenatal
2.1.4.7.1 Kompetensi teknis
Kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan, dan
penampilan atau kinerja pemberi pelayanan kesehatan. Kompetensi teknis
berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti standar
layanan kesehatan yang telah disepakati. Tidak dipenuhinya kompetensi teknis
29
dapat mengakibatkan barbagai hal, mulai dari penyimpangan terhadap standar
layanan kesehatan sampai kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu pelayanan
kesehatan.
2.1.4.7.2 Prosedur / Standar
Aplikasi program jaminan mutu di puksesmas adalah dalam bentuk
penerapan standar dan prosedur tetap pelayanan, agar hasil tetap terjaga
kualitasnya, meskipun kondisi lingkungan dan petugas yang berbeda/bergantian.
Standar adalah spesifikasi dari fungsi dan tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu
saran pelayanan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan. Standar yang diterapkan pada
setiap pelayanan akan menjadi pelayanan yang diberikan menjadi lebih bermutu
serta akan semakin tercapai standar yang ditetapkan.
2.1.4.7.3 Fasilitas / Alat
Fasilitas/Alat adalah salah satu faktor yang mendukung dalam
melaksanakan tindakan. Lingkungan yang mendukung yaitu ruangan tempat
pelayanan yang memenuhi standar kesehatan, dan fasilitas, alat, serta sarana untuk
mendukung pada saat melaksanakan kegiatan seperti pencatatan, pelaporan.
2.1.5 Defenisi Sistem
Sistem merupakan gabungan dari elemen-elemen yang saling terhubung dan
mempengaruhi satu sama lain. Sistem memiliki unsur-unsur tersendiri yang dapat
dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu:
30
1. Masukan (Input)
Masukan atau input adalah bagian yang ada didalam sistem dan
diperlukan agar sistem dapat berjalan. Dalam proses pembangunan kesehatan,
unsur yang diperlukan adalah sumber daya manusia dan sarana prasarana, hal
ini menunjukkan jika unsur-unsur input tidak memenuhi standar akan
menghambat proses pembangunan kesehatan (Notoatmodjo, 2011: 101).
2. Proses (Process)
Proses merupakan suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah
masukan sehingga menghasilkan suatu keluaran yang direncanakan dengan
menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Proses merupakan elemen yang
penting dalam sebuah sistem karena menentukan hasil dari keluar berdasarkan
masukan yang ada (Notoatmodjo, 2011: 101).
3. Keluaran (Output)
Keluaran atau output merupakan hasil akhir dari program yang telah
dilaksanakan, biasanya berupa indikator-indikator keberhasilan (Notoatmodjo,
2011: 101).
4. Umpan Balik (feedback)
Umpan balik atau feedback merupakan elemen dari sistem yang berupa
hasil antara dan hasil akhir dari sebuah sistem (Notoatmodjo, 2011: 101).
5. Dampak (impact)
Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem setelah
beberapa waktu lamanya (Notoatmodjo, 2011: 101).
31
6. Lingkungan (Environtment)
Lingkungan (environtment) merupakan bagian luar sistem tetapi
memiliki pengaruh terhadap berjalannya sebuah sistem (Notoatmodjo, 2011:
101)
2.1.5.1 Teori Sistem
Teori ini menjelaskan bahwa masukan dan keluaran merupakan energi yang
saling berhubungan antar manusia dan lingkungan. Proses dimana energi, informasi
dan zat dari keluaran akan memberikan timbal balik ke masukan, yang dapat
digunakan sebagai bahan koreksi atau evaluasi (Haryanto, 2007:7).
Sedangkan menurut Azman (1996) dalam Elvira (2014) mengatakan bahwa
untuk terbentuknya sebuah sistem, maka diperlukan rangkaian unsur-unsur yang
menjadi satu kesatuan guna mencapai suatu tujuan.
2.1.5.2 Analisis Sistem
Analisis sistem merupakan penguaraian operasional dari sistem yang berupa
upaya identifikasi tujuan, kegiatan, situasi dan informasi yang diperlukan oleh
sistem saat saat pelaksanaannya (Sulaeman, 2011 dalam Elvira, 2014). Langkah-
langkah analisis sistem dibedakan atas enam macam, yaitu:
1. Lakukan penguraian sistem sehingga bagian-bagian yang dimiliki saling
berhubungan antara satu dan lainnya.
2. Perumusan masalah yang dihadapi oleh bagian-bagian sistem dilanjutkan
secara keseluruhan.
3. Lakukan pengumpulan data untuk lebih menjelaskan masalah yang
ditemukan serta untuk merumuskan kemungkinan jalan keluarnya.
32
4. Kembangkan model-model sistem berdasarkan informasi yang dimiliki.
5. Lakukan uji coba, dan jika diperlukan lakukan perbaikan serta dicatat setiap
hasil yang diperoleh. Dari catatan yang ada dapat dipilih model paling
menguntungkan.
6. Melakukan pemantauan dan penilaian secara berkala berdasarkan
penerapan model sistem yang telah dipilih.
2.1.5.3 Ruang lingkup penilaian terhadap sistem
Secara sederhana ruang lingkup penilaian sistem dapat dibedakan menjadi
empat kelompok, yaitu:
1. Penilaian terhadap masukan
Penilaian terhadap masukan yang menyangkut pemanfaatan sebagai sumber
daya, baik tenaga, dana maupun sarana dan prasarana.
2. Penilaian terhadap proses
Pelaksanaan program merupakan titik berat dalam penilaian terhadap
proses, apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Proses yang dimaksud
mencakup semua tahap administrasi, mulai dari tahap perencanaan,
pengorganisasian, dan pelaksanaan.
3. Penilaian terhadap keluaran
Penilaian terhadap keluaran (output) adalah penilaian terhadap hasil yang
didapatkan dari pelaksanaan program.
4. Penilaian terhadap dampak
Penilaian terhadap dampak program mencakup pengaruh yang ditimbulkan
dari pelaksanaan program.
33
2.1.5.4 Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem merupakan jenis pendekatan analisis organisatoris yang
menggunakan kompenen sistem sebagai media analisis. Manajeman analisis yang
digunakan untuk memfokuskan analisis kepada komponen-komponen sistem yang
dalam penerapan nanti akan mempengaruhi keberhasilan sistem. Pendekatan sistem
merupakan hasil penerapan sistem ilmiah yang diterapkan dalam ilmu manajemen.
Dengan menggunakan pendekatan sistem maka dapat diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dan perilaku suatu organisasi.
2.1.6 Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas
Pelaksanaan program ini akan peneliti jelaskan dengan pendekatan sistem,
yang terdiri dari input (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sumber dana,
kebijakan dan SOP), proses (proses pelaksanaan program antenatal terpadu sesuai
dengan standar 10T dan masalah/kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan 10T,
perencanaan dan pengorganisasian), output (cakupan kunjungan ibu hamil ke
pelayanan kesehatan dan penanganan komplikasi), dampak (keberhasilan cakupan
K1 dan K4 dan penanganan komplikasi (PK) dalam proses pelaksanaan program
antenatal terpadu)
2.1.6.1 Input
Input (masukan) merupakan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut
(Azwar, 2010). Menurut Griffin (2002), input adalah sumber daya material,
manusia, finansial, dan informasi yang diperoleh organisasi dari lingkungannya.
34
Input dalam penelitian ini antara lain: Sumber Daya Manusia (SDM),
sarana/prasarana, sumber dana, serta kebijakan dan SOP.
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
M.T.E Hariandja (2002), Sumber Daya Manusia merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor
yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Menurut Hasibuan
(2003) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari
daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya
dilakukan oleh keturunan dan lingkungan, sedangkan prestasi kerjanya
dimotivasikan oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
2. Fasilitas/ Sarana dan prasarana
Menurut Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2014, fasilitas
Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Menurut Moekijat (2001), fasilitas adalah suatu sarana fisik yang
dapat memproses suatu masukan (input) menuju keluaran (output) yang
diinginkan. Selanjutnya menurut Buchari (2001), fasilitas adalah penyedia
perlengkapan-perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada
penggunanya, sehingga kebutuhan-kebutuhan dari pengguna fasilitas
tersebut terpenuhi.
35
3. Sumber Dana
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 pada bab XV dan
pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain, yang
mana berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari
pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari
masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu
sendiri dengan seikhlasnya ataupun seperti bahan penyelenggara asuransi,
sedangkan yang bersumber lain itu seperti halnya bantuan biaya dari luar
negeri.
Pemerintah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
adalah suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran
negara untuk waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun. Di dalam
UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatur besar anggaran
kesehatan pusat adalah 5% dari APBN diluar gaji, sedangkan APBD
Propinsi dan Kab/Kota 10% diluar gaji, namun pada kenyataannya anggaran
untuk kesehatan cuma mendapat angka 2,37%.
Pemerintah daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak
ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi
perekonomian daerah. Artinya jika perekonomian daerah mengalami
pertumbuhan, maka akan berdampak positif terhadap peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya penerimaan pajak-pajak daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana
36
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan
ditetapkan dengan peraturan daerah. Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa anggaran pendapatan dan belanja
daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu sistem anggaran yang
mengutakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari pelaksanaan
alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Keputusan didalam UU No 36
tahun 2009 yang menyatakan bahwa salah satu sumber dana pada sektor
kesehatan yaitu dari APBD provinsi dan kabupaten/kota, yang mana untuk
sektor kesehatan dikeluarkan dana yaitu sebesar 10% dari APBD.
4. Kebijakan dan SOP
Kebijakan adalah suatu kecermatan, ketelitian, dan langkah yang
diambil untuk mengatasi suatu masalah. Kebijakan publik adalah apapun
yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan
(Solichin, 2008). Menurut Aam (2006) menyatakan kebijakan merupakan
sebuah konsep, bukan fenomena spesifik maupun konkrit, sehingga
pendifinisiannya akan menghadapi banyak kendala atau tidak mudah.
Melihat pengertian mengenai kebijakan publik diatas, defenisi
tersebut dapat diaplikasikan untuk memahami pengertian kebijakan
kesehatan. Kebijakan publik yang bertransformasi menjadi kebijakan
kesehatan ketika pedoman yang ditetapkan bertujuan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat (Solichin, 2008).
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan
untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian
37
kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,
administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan
sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah
menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit
kerja instansi pemerintah untuk mewujudkan good governance.
Standar Operasional Prosedur (SOP) berfungsi membentuk sistem
kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggung
jawabkan; 1) menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku, 2) menjelaskan
bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung, 3) sebagai sarana tata
urutan dari pelaksanaan dan pengadministrsian pekerjaan harian
sebagaimana metode yang ditetapkan dan menetapkan hubungan timbal
balik antar satuan kerja.
2.1.6.2 Proses
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan
(Azwar, 2010). Biasanya, aktifitas ini akan secara otomatis mengklasifikasikan,
mengonversasikan, menganalisis, serta memperoleh kembali data atau informasi
yang dibutuhkan.
Proses pelayanan kesehatan pada Unit KIA dimulai saat pasien datang ke
unit pelayanan pendaftaran untuk dilakukan pendaftaran, kemudian petugas
mencari kartu status pasien berdasarkan nomor indeks pasien.
38
Konsep alur pelayanan antenatal terpadu di puskesmas dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu
2.1.6.2.1 Perencanaan
Perencanaan dapat diartikan sebagai persiapan atau menentukan terlebih
dahulu apa yang akan dilakukan kemudian hari berdasarkan jangka waktu yang
sudah ditentukan. Menurut Gde Muninjaya (2002) Perencanaan di dalam bidang
kesehatan dapat diartikan sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah
kesehatan yang ada di masyarakat dan menentukan kebutuhan sumber daya yang
ada, menetapkan tujuan program yang paling utama, dan menyusun langkah-
Pulang Rujuk RSU
Rawat Inap
Balai
Pengobatan
Malaria,
TB, HIV,
IMS,
Anemia,
KEK
Poli KIA
Apotik
Laboratoriu
m Rujukan:
Polindes
Poskesdes
BPS
Ibu
Hamil LOKET
39
langkah yang akan digunakan agar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat
tercapai. Perencanaan memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk mengetahui
tujuan dan bagaimana cara mencapainya, struktur atau bentuk organisasi yang
diinginkan, jenis dan uraian tugas dari karyawan yang dibutuhkan, mengetahui
efektifitas kepemimpinan, dan sebagai sarana untuk melakukan pengawasan.
Perencanaan merupakan salah satu aspek yang ada di dalam sistem yang
berperan didalam proses, sehingga perencanaan memiliki langkah-langkah yang
perlu dilakukan untuk menjalankan fungsi perencanaan di dalam organisasi yang
terdiri dari:
1. Analisis situasi
Analisis situasi bertujuan mengumpulkan fakta atau data yang diambil dari
berbagai sudut pandang keilmuan seperti manajemen, ekonomi, demografi.
2. Mengidentifikasi masalah
Mengidentifikasi masalah berdasarkan data-data yang didapatkan dari
analisis situasi yang kemudian dapat dikerucutkan menjadi sebuah prioritas
masalah.
3. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai
Merumuskan tujuan dan menentukan besaran target hanya dapat dilakukan
saat analisis situasi dan identifikasi masalah sudah selesai dilakukan.
4. Mengkaji adanya kendala atau hambatan
Kajian ini dapat diambil dari hambatan yang bersumber dari dalam organisasi
dan bersumber dari lingkungan masyarakat.
40
5. Menyusun rencana kerja operasional
Penyusunan rencana kerja operasional dapat dilakukan jika 4 (empat) langkah
sebelumnya sudah terlaksana.
2.1.6.2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang merupakan
sebuah langkah untuk mengelompokkan, menetapkan, mengatur kegiatan
penetapan tugas dan wewenang seseorang dan pendelegasiaan wewenang untuk
mencapai tujuan organisasi yang sudah dibuat. Pengorganisasian merupakan
sebuah alat untuk menyelaraskan kegiatan yang memiliki aspek-aspek personal,
finansial, dan metode untuk mencapai sebuah tujuan dari organisasi.
Pengorganisasian dalam manajemen memiliki beragam manfaat seperti berikut:
mengetahui pembagian tugas bagi individu maupun kelompok, melakukan
pendelegasian wewenang, melakukan pemanfaatan pegawai dan sarana prasana
dengan efektif (Gde Muninjaya, 2002).
Pengorganisasian merupakan salah satu aspek yang ada dalam sistem yang
berperan didalam proses, sehingga perencanaan memiliki langkah-langkah yang
perlu dilakukan untuk menjalankan fungsi perencanaan didalam organisasian yang
terdiri dari:
1. Tujuan organisasi harus diketahui oleh dan dipahami oleh pegawai.
2. Pembagian pekerjaan kedalam langkah-langkah secara merata.
3. Menggolongkan kegiatan-kegiatan kedalam elemen kegiatan.
4. Menetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh pegawai
dan menyiapkan fasilitas yang pegawai perlukan.
41
5. Memilih pegawai yang profesional yang mampu melaksanakan tugas
yang akan dibebankan.
6. Melakukan pendelegesian wewenang.
2.1.6.3 Output
Output (keluaran) adalah kemampuan bagian atau elemen yang dihasilkan
dari berlangsungnya proses dalam sistem (Azwar, 2010). Menurut Hatry yang
dikutip dalam Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau jasa yang berhasil
diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama periode pelaporan. Output yang
akan dibahas pada penelitian ini adalah cakupan kunjungan ibu hamil ke pelayanan
kesehatan dan penanganan komplikasi (PK) (Kemenkes, 2013).
4.1.6.3.1 Pengertian K1
Menurut Marmi yang dikutip dalam inayah (2013), dalam rangka
pelayanan kesehatan ibu dan anak mencegah tingginya AKI dilakukan pelayanan
ANC/pemeriksaan ibu hamil dan dilakukan dengan pelayanan antenatal terpadu di
puskesmas atau rumah sakit. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui
pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan
kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi
sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua kali pada triwulan
ketiga.
Seperti yang tertera pada pedoman pelayanan antenatal terpadu (2013),
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi, untuk melakukan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar.
42
Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trisemester pertama,
sebaiknya sebelum minggu ke 8 (Kemenkes, 2013).
4.1.6.3.2 Pengertian K4
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau
lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar ditetapkan
(Rahmawati, 2013). K4 menurut pedoman pelayanan antenatal terpadu (2013) yaitu
ibu hami dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai
koompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai
standar. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan
hingga 12 minggu) dan trimester ke 2 (>12 – 24 minggu), minimal 2 kali kontak
pada trimester ke 3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36.
Kunjungan antenatal bias lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan,
penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.
4.1.6.3.3 Penanganan Komplikasi (PK)
Penanganan Komplikasi adalah penanganan komplikasi kebidanan,
penyakit menular maupun tidak menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu
hamil, bersalin dan nifas. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga kesehatan yang
mempunya kompetensi. Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi yang
sering terjadi adalah: perdarahan, preeklampsia/eclampsia, persalinan macet,
infeksi, abortus, malaria, HIV/AIDS, sifilis, TB, hipertensi, diabetes mellitus,
Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kurang Energi Kronis (Kemenkes RI, 2013).
43
2.1.6.4 Dampak (impact)
Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem setelah
waktu lamanya (Notoatmodjo, 2011). Dampak (impact) pada penelitian ini,
keberhasilan cakupan K1 dan K4 terhadap pelaksanaan program antenatal terpadu
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
2.2. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
teori pendekatan sistem. Muerdick dan Ross (1993) mendefenisikan sistem sebagai
seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu tujuan
bersama. Menurut Mc. Leod (1995), mendefenisikan sistem sebagai sekelompok
elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai
tujuan. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berfikir yang sistematis dan
logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu masalah keadaan yang
dihadapi (Azwar, 2010).
Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan
saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian sub sistem tidak berjalan dengan
baik, maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Pendekatan sistem akan mengkaji
berjalannya suatu sistem dengan cara mengelompokkan sesuai dengan komponen
sistem, yang terdiri dari: masukan (input), proses (process), keluaran (output),
dampak (impact). Keterkaitan komponen-komponen tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
44
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Sumber: 1. Permenkes RI (2014); 2. Notoatmodjo (2003); 3. Arsita (2012); 4. Kemenkes
RI (2013); 5. Kemenkes RI (2010); 6. Hasibuan (2003); 7. Gede Muninjaya
(2010); 8. Solichin Abdul Wahab (2008); 9. Azwar (2008); Elvira (2014); 10.
Ida nuraida (2008)
Upaya Kesehatan Esensial Masyarakat
1. Pelayanan promosi kesehatan
2. Pelayanan kesehatan lingkungan
3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak
4. Pelayanan KB Berkualitas
5. Pelayanan gizi
6. Pelayanan pencegahan dan
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA)
Pelayanan Antenatal Terpadu
Proses Pelayanan Antenatal Terpadu
dengan 10T:
1. Timbang berasat badan dan ukur
tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi/ikur lingkar lengan
atas (LiLA)
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Presentasi janin dan denyut jantung
janin (DJJ)
6. Skrining imunisasi TT
7. Tablet tambah darah
8. Pemeriksaan laboratoruium
9. Tatalaksana/penanganan kasus
10. Temu wicara/konseling
Pendekatan Sistem
Input
1. Sumber Daya Manusia
2. Sarana dan Prasarana
3. Sumber Dana
4. Kebijakan dan SOP
Proses
1. Proses Pelaksanaan
Pelayanan yang berkualitas
sesuai standar dengan 10T
2. Perencanaan
3. Pengorganisasian
PUSKESMAS
(Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat)
Output
Cakupan Pelaksanaan Program K1
dan K4 dan penanganan komplikasi
(PK)
Dampak
Keberhasilan cakupan K1 dan K4 dan
penanganan komplikasi (PK) dalam proses
pelaksanaan program antenatal terpadu
45
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alur Pikir
Gambar 3.1. Alur Pikir Penelitian
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari
pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui
kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya (Moeleong, 2006: 97).
Dalam penelitian kualitatif permasalahan yang akan dikaji dinamakan fokus
penelitian. Penelitian yang akan dilakukan berfokus pada pelaksanaan pelayanan
Proses
1. Proses Pelaksanaan
Pelayanan yang berkualitas
sesuai standar 10T
2. Perencanaan
3. Pengorganisasian
Output
Cakupan Pelaksanaan
Program K1 dan K4 dan
penanganan komplikasi
(PK)
Input
1. Sumber Daya
Manusia (SDM)
2. Sarana dan
Prasarana
3. Sumber Dana
4. Kebijakan dan
SOP
Dampak (impact)
Keberhasil