16
1 Universitas Indonesia Analisis Pengelolaan Barang Milik Negara: Studi Kasus Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal Dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Rian Rosita Luthfi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang berasal dari Kontraktor Kerja Sama (KKKS). Penulis memfokuskan pada tahap pemanfaatan, pemindahtanganan, dan penghapusan dalam siklus pengelolaan BMN KKKS. Dalam penelitian ini, dilakukan 2 (dua) analisis. Analisis pertama yaitu analisis regulasi pengelolaan aset KKKS terhadap manajemen aset yang ideal menurut Australian National Audit Office (ANAO). Analisis yang kedua terkait kepatuhan pelaksanaan pengelolaan aset KKKS terhadap PP Nomor 6 Tahun 2006 dan PMK Nomor 135/PMK.06/2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa hal yang masih harus diperbaiki terkait manajemen aset yang ideal menurut ANAO, yaitu sistem informasi, sistem akuntansi, dan konsep pengadaan. Pelaksanaan pengelolaan BMN KKKS secara garis besar telah sesuai dengan regulasi, namun peran DJKN dalam hal monitoring, evaluasi, dan penatausahaan aset perlu ditingkatkan. Kata Kunci Barang Milik Negara, Kontraktor Kontrak Kerja Sama, Manajemen Aset Analysis of State Asset Management: Case Study of State Asset Management of Asset Derived From The Contractor of Production Sharing Contract (KKKS) at Directorat General of State Asset Management Abstract The focus of this study is the implementation of state asset management of asset derived from the contractor production sharing contract (KKKS). Author focuses on the utilization stage, alienation, and the elimination of the SOA management cycle PSC. In this research, two (2) analysis. The first analysis is the analysis of asset management regulation KKKS ideal for asset management by the Australian National Audit Office (ANAO). The second analysis related to compliance with the implementation of asset management KKKS to Regulation No. 6 of 2006 and PMK No. 135/PMK.06/2009. The results showed that there are some things that still need to be fixed ideal asset management related by ANAO, ie information systems, accounting systems, and the concept of procurement. Implementation of SOA management KKKS broadly in accordance with the regulations, but DJKN role in monitoring, evaluation, and administration of assets need to be increased Keyword: State Asset, Production Sharing Contract, Asset Management Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

Analisis Pengelolaan Barang Milik Negara: Studi Kasus

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

1 Universitas Indonesia

Analisis Pengelolaan Barang Milik Negara: Studi Kasus Pengelolaan

Barang Milik Negara yang Berasal Dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama

(KKKS) pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

Rian Rosita Luthfi

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

[email protected]

Abstrak

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang berasal

dari Kontraktor Kerja Sama (KKKS). Penulis memfokuskan pada tahap pemanfaatan, pemindahtanganan, dan

penghapusan dalam siklus pengelolaan BMN KKKS. Dalam penelitian ini, dilakukan 2 (dua) analisis. Analisis

pertama yaitu analisis regulasi pengelolaan aset KKKS terhadap manajemen aset yang ideal menurut Australian

National Audit Office (ANAO). Analisis yang kedua terkait kepatuhan pelaksanaan pengelolaan aset KKKS

terhadap PP Nomor 6 Tahun 2006 dan PMK Nomor 135/PMK.06/2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat beberapa hal yang masih harus diperbaiki terkait manajemen aset yang ideal menurut ANAO, yaitu

sistem informasi, sistem akuntansi, dan konsep pengadaan. Pelaksanaan pengelolaan BMN KKKS secara garis

besar telah sesuai dengan regulasi, namun peran DJKN dalam hal monitoring, evaluasi, dan penatausahaan aset

perlu ditingkatkan.

Kata Kunci

Barang Milik Negara, Kontraktor Kontrak Kerja Sama, Manajemen Aset

Analysis of State Asset Management: Case Study of State Asset

Management of Asset Derived From The Contractor of Production Sharing

Contract (KKKS) at Directorat General of State Asset Management

Abstract

The focus of this study is the implementation of state asset management of asset derived from the contractor

production sharing contract (KKKS). Author focuses on the utilization stage, alienation, and the elimination of

the SOA management cycle PSC. In this research, two (2) analysis. The first analysis is the analysis of asset

management regulation KKKS ideal for asset management by the Australian National Audit Office (ANAO).

The second analysis related to compliance with the implementation of asset management KKKS to Regulation

No. 6 of 2006 and PMK No. 135/PMK.06/2009. The results showed that there are some things that still need to

be fixed ideal asset management related by ANAO, ie information systems, accounting systems, and the concept

of procurement. Implementation of SOA management KKKS broadly in accordance with the regulations, but

DJKN role in monitoring, evaluation, and administration of assets need to be increased

Keyword:

State Asset, Production Sharing Contract, Asset Management

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

2

Universitas Indonesia

Pendahuluan

Kementerian Keuangan merupakan salah satu personel birokrasi di Indonesia yang memegang

peranan penting dalam mewujudkan good governance. Di samping tugas utamanya yaitu

menyelenggarakan urusan di bidang keuangan, penyelenggaraan urusan di bidang kekayaan

negara juga menempati posisi yang tak kalah penting untuk terwujudnya akuntabilitas dan

transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan di Indonesia. Dalam rangka mengoptimalkan

perannya tersebut, Kementerian Keuangan selalu melakukan perbaikan untuk menajamkan

kembali tugas dan fungsinya. Salah satu kegiatan yang saat ini menjadi agenda utama

Kementerian Keuangan adalah terselenggaranya manajemen aset pemerintah yang baik dan

handal.

Diungkapkan oleh Maslani (2008) bahwa pengelolaan aset pemerintah secara umum memiliki

fungsi yang sangat strategis dan vital, selaras dengan Martowardoyo (2012) yang

mengungkapkan bahwa potensi kekayaan negara beberapa tahun ke depan dapat mencapai

Rp6.000 triliun. Total aset pemerintah pada LKPP tahun 2011 tercatat sebesar Rp3.023,44

triliun dengan proporsi dari Barang Milik Negara (BMN) yang cukup signifikan, yaitu sebesar

Rp1.726,33 triliun dan 93,79% diantaranya atau senilai Rp1.619,23 triliun merupakan aset

tetap. Paradigma tersebut menjadi sangat krusial dan tidak dapat diabaikan begitu saja,

sehingga sejak tahun 2006 Kementerian Keuangan secara intens mulai melakukan

inventarisasi dan penilaian terhadap seluruh aset pemerintah sebagai salah satu upaya

pengelolaan kekayaan negara secara tepat dan efisien. Dalam rangka menunjang pengelolaan

aset tersebut, maka pemerintah melakukan pembangunan regulasi dan memodernkan

kebijakan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Pengelolaan aset negara tidak sekedar

administratif semata, namun mulai bersifat sustainable management sehingga mampu

memberikan value added terhadap tata kelola pemerintahan Indonesia.

Manajemen aset pemerintah oleh Kementerian Keuangan dilaksanakan oleh Eselon I yang

bertugas dalam pengelolaan kekayaan negara yaitu Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

(DJKN). Salah satu aset yang tak luput dari prioritas DJKN dalam pengelolaan aset di

samping BMN yang ada pada Kementerian/Lembaga adalah aset dari Kontraktor Kontrak

Kerjasama atau biasa dikenal dengan aset KKKS. Aset KKKS tersebut berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi merupakan

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

3

Universitas Indonesia

seluruh barang dan peralatan yang secara langsung digunakan dalam kegiatan usaha hulu

minyak dan gas bumi di wilayah Indonesia yang dilakukan oleh para kontraktor. Pengelolaan

aset KKKS mulai menjadi perhatian setelah mendapat rekomendasi dari BPK RI pada tahun

2008 dan ditindaklanjuti dengan dilakukan inventarisasi dan penilaian yang pertama kali

dilaksanakan pada tahun 2009.

Perkembangan dari pengelolaan aset KKKS sendiri selalu menjadi headline dalam agenda

DJKN mengingat jumlah kontraktor kontrak kerjasama di Indonesia telah mencapai hampir

200 kontraktor dan terus bertambah setiap tahunnya, namun sampai dengan Tahun 2011, baru

74 KKKS yang telah dilakukan inventarisasi dan penilaian oleh DJKN. Tahun 2009,

pengelolaan BMN KKKS semakin terarah dengan terbitnya PMK Nomor 135/PMK.06/2009

tentang Pengelolaan BMN yang berasal dari KKKS. Pada tahun yang sama, aset KKKS mulai

dicatat dalam neraca LKPP.

Sehubungan dengan opini BPK atas LKPP Tahun 2011 yaitu “Wajar Dengan Pengecualian”,

aset KKKS ini menjadi salah satu bagian yang ikut andil dalam keluarnya opini tersebut. BPK

menyatakan bahwa aset KKKS yang diketahui sebesar Rp128 triliun, baru sekitar Rp58 triliun

yang tercatat dalam LKPP. Gap yang cukup material tersebut menjadi kualifikasi BPK atas

LKPP tahun 2011 sehingga BPK menjadikan permasalahan tersebut sebagai salah satu

prioritas pemeriksaannya.

Terkait pengelolaan aset KKKS tersebut, sebagaimana disampaikan oleh Maslani (2008),

pertanyaan terbesar adalah apakah pengelolaan aset telah dilakukan dengan baik dan apa

permasalahan utama apabila pengelolaan aset menjadi tidak optimal. Dalam hal pengelolaan

aset dilakukan tidak efisien dan efektif, akan berpotensi menyebabkan kerugian negara.

Apabila aset tersebut tidak diadministrasikan dengan baik, maka ancaman atas aset yang tidak

diketahui keberadaannya semakin besar, sedangkan di sisi lain argo cost recovery untuk aset

KKKS tetap berjalan. Adanya pemanfaatan, pemindahtanganan, dan penghapusan atas aset

KKKS juga menjadi salah satu masalah yang menjadi katalis kurang optimalnya pengelolaan

aset KKKS sehingga harus diidentifikasikan lebih mendalam apakah telah sesuai dengan

prinsip-prinsip manajemen aset yang efektif. Di samping itu, pihak-pihak yang terkait

pengelolaan ini juga perlu dikaji kembali apakah telah melakukan perannya masing-masing

sesuai dengan kapasitas kewenangan dan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien. Hal

lainnya yang dapat menjadi media evaluasi adalah apakah regulasi yang ada telah dinamis dan

dapat diaplikasikan terhadap permasalahan di lapangan.

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

4

Universitas Indonesia

Tinjauan Teoritis

1. Manajemen Aset

Terdapat beberapa definisi yang berbeda tentang manajemen aset. Australian Asset

Management Collaborative Group (2013) mendefinisikan manajemen aset sebagai suatu

kegiatan dinamis dengan ruang lingkup kegiatan mencakup pada seluruh siklus hidup aset

yang secara intensif memperhatikan perubahan yang terjadi dalam tingkat kegunaan, biaya,

kondisi fisik serta nilai aset. Seluruh sektor publik termasuk pemerintah, seharusnya memiliki

rencana serta blue print terhadap manajemen aset yang terkait dengan siklus hidup aset. Hal

tersebut dikarenakan perencanaan manajemen aset memiliki peran yang besar terhadap

pengambilan keputusan terkait utilisasi, maintenance, investasi dan penghapusan dari aset itu

sendiri.

Australian National Audit Office (ANAO, 2010) sendiri membagi manajemen aset menjadi 3

(tiga) bagian sebagai berikut:

a. Konsep Manajemen Aset

Konsep manajemen aset menurut ANAO merupakan konsep dasar dari pelaksanaan

manajemen aset guna mencapai sasaran dan tujuan manajemen aset itu sendiri. Kriteria

yang harus dipenuhi dalam konsep manajemen aset menurut ANAO adalah adanya

kebijakan publik yang jelas, terdapat pengakuan atas biaya kepemilikan aset tetap dan

penggunaannya, adanya kontrol dalam manajemen aset, serta tersedianya sistem

informasi dan sistem akuntansi.

b. Prinsip dan Teknik Manajemen Aset

Asumsi utama yang mendasari prinsip-prinsip manajemen aset adalah bahwa aset ada

hanya untuk mendukung pelayanan. Berdasarkan Australian National Audit Office

(2010), terdapat 5 (lima) prinsip manajemen aset yang tidak bersifat definitif, dan hanya

menggambarkan pemikiran saat ini. Prinsip-prinsip tersebut adalah perencanaan

terintegrasi, pengadaan, akuntabilitas untuk aset, penghapusan aset, dan pengendalian

manajemen.

c. Strategi Manajemen Aset

Menurut Australian National Audit Office (2010), strategi manajemen aset yang

berpandangan ke depan (forward looking) sangat diperlukan. Proses perencananan

hendaknya menyesuaikan prospektif permintaan aset dengan profit penawaran aset saat

ini untuk mengembangkan strategi aset. Strategi manajemen aset meliputi menentukan

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

5

Universitas Indonesia

kebutuhan aset, mengevaluasi aset-aset yang ada, mengidentifikasi optimal asset mix,

serta strategi manajemen aset.

2. Pengelolaan BMN KKKS (Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan Penghapusan)

Pada dasarnya pengelolaan BMN merupakan rangkaian kegiatan perencanaan, pengadaan,

penggunaan, pemeliharaan dan pengamanan, pemanfaatan, penilaian, sampai dengan

penghapusan BMN dan tindak lanjutnya berupa pemindahtanganan yang seluruh kegiatannya

ditatausahakan serta dilakukan dengan pembinaan, pengawasan dan pengendalian (PP 6

Tahun 2006). Dari serangkaian kegiatan pengelolaan BMN, berikut 3 (tiga) macam kegiatan

dalam pengelolaan BMN KKKS berdasarkan PMK Nomor 135 Tahun 2009, yaitu:

a. Pemanfaatan

KKKS dapat melakukan optimalisasi manfaat atas sebagian Barang Milik Negara

bersangkutan kepada pihak lain sepanjang menunjang kegiatan eksplorasi dan eksploitasi

di bidang minyak dan gas bumi setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan

berdasarkan usulan dari SKK Migas. Optimalisasi manfaat dapat dilakukan sepanjang

tidak mengubah status kepemilikan. Pelaksanaan optimalisasi manfaat ini disampaikan

kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai laporan. Pemanfaatan

berdasarkan PP 6/2006 dapat dilakukan dalam 4 bentuk, yaitu pinjam pakai, sewa, kerja

sama pemanfaatan, dan bangun serah guna/bangung guna serah.

b. Pemindahtanganan

Pemindahtanganan BMN KKKS dapat dilakukan dalam dua periode. Periode pertama

adalah pada saat aset KKKS belum diserahkan kepada negara serta masih dalam

penguasaan KKKS. Sedangkan periode kedua, pemindahtanganan aset dilakukan setelah

aset diserahkan kepada pemerintah yaitu melalui mekanisme penjualan, hibah, ataupun

pemusnahan. Dalam periode aset sebelum diserahkan kepada pemerintah, mekanisme

pemindahtanganan dapat dilakukan melalui transfer of tittle, pertukaran dengan barang

sejenis yang berasal dari pabrikan yang sama, buy back, dan penggantian suku cadang.

c. Penghapusan

Penghapusan terhadap aset KKKS dengan dilakukan penghapusan pada neraca dan daftar

barang (PP 6/2006). Berdasar PMK Nomor 02/PMK.05/2011 tentang Pedoman

Akuntansi dan Pelaporan Aset Berupa BMN yang Berasal dari KKKS, penghapusan juga

dapat dilakukan dengan melakukan reklasifikasi akun aset KKKS yang awalnya Aset

Lainnya menjadi sesuai klasifikasi asetnya, seperti tanah/bangunan/peralatan.

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

6

Universitas Indonesia

Reklasifikasi tersebut dilakukan terhadap aset KKKS yang telah dilakukan penyerahan

kepada negara namun belum dilakukan pemindahtanganan. Berdasar PMK 135/2009,

penghapusan dilakukan karena hal-hal sebagai berikut:

a. telah selesainya pelaksanaan pemindahtanganan;

b. telah dilakukan penyerahan kepada Menteri ESDM;

c. telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan karena alasan tidak

ekonomis/menguntungkan apabila dilakukan pemindahtanganan dan tidak

memungkinkan dipindahtangankan karena lokasi aset didalam tanah dan atau

didalam laut; atau

telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan karena alasan sebab-sebab lain yang

secara normal diperkirakan wajar menjadi penyebab penghapusan antara lain hilang,

kecurian, terbakar, susut, menguap, mencair, terkena bencana alam, kadaluarsa, rusak

berat, dan terkena dampak dari terjadinya keadaan kahar (force majeure).

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualititatif dengan pendekatan studi kasus.

Metodologi yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan studi kasus dengan bebedapa metode dalam pengumpulan data, baik

data primer maupun sekunder. Adapun cara tersebut adalah:

a. Studi Pustaka (Library Research)

Studi pustaka dilakukan meliputi pengumpulan literatur, peraturan, dokumen, serta

sumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini. Masalah yang diteliti meliputi konsep

dan prinsip manajemen aset, pengelolaan aset publik, serta pengelolaan BMN KKKS di

Indonesia.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan dilaksanakan dengan melakukan penelitian langsung pada proses

pelaksanaan pengelolaan aset KKKS yang dilakukan oleh DJKN. Adapun metode yang

digunakan adalah:

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas sehari-hari serta perilaku atau hal

lainnya yang dapat dicatat atau direkam sebagai bahan pendukung dalam penelitian

ini. Peneliti melakukan observasi dengan menjadi pengamat partisipan (participant

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

7

Universitas Indonesia

observer) yaitu memasuki organisasi atau lingkungan penelitian dan menjadi bagian

tim kerja. Observasi akan menitikberatkan pada proses pemanfaatan,

pemindahtanganan, dan penghapusan BMN KKKS dengan berbasis pada konsep

manajemen aset yang efektif.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer atas pemanfaatan,

pemindahtanganan, dan penghapusan aset KKKS. Informasi diperoleh dengan

wawancara terhadap pejabat dan pegawai yang bertugas melakukan pengelolaan aset

KKKS di Kementerian Keuangan dan salah satu KKKS yaitu PT Chevron Pacific

Indonesia.

Wawancara dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telepon dengan berfokus

pada bisnis proses pelaksanaan pemanfaatan, pemindahtanganan, dan penghapusan

BMN KKKS serta implementasi yang ada terkait dengan konsep dan prinsip

manajemen aset yang ideal.

2. Metode Analisis

Metode analisis digunakan untuk mengetahui kejadian aktual yang terjadi di lapangan untuk

kemudian dilakukan analisis sehingga memperoleh suatu kesimpulan kualitatif. Analisis

dilakukan dengan membandingkan konsep dan prinsip manajemen aset publik yang ideal

serta peraturan PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan BMN/D dan PMK Nomor

135/PMK.06/2009 tentang Pengelolaan BMN yang berasal dari KKKS terhadap proses

pemanfaatan, pemindahtanganan, dan penghapusan aset KKKS pada DJKN, Kementerian

Keuangan.

Atas kondisi dan kriteria yang tidak sesuai, maka akan dilakukan evaluasi, menentukan

penyebab dan solusi, serta mitigasi yang harus dilakukan untuk perbaikan proses pengelolaan

aset KKKS yang lebih efektif dan efisien dengan berpedoman pada konsep dan prinsip

manajemen aset yang ideal.

Hasil Penelitian

Pengelolaan aset KKKS yang tertib dan akuntabel dilaksanakan oleh DJKN saat ini

dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Peningkatan Penerimaan Pajak dan PNBP dari Sektor Migas.

2. Penurunan cost recovery.

3. Peningkatan Opini BPK menjadi WTP (Unqualified Opinion).

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

8

Universitas Indonesia

Dari serangkaian kegiatan pengelolaan aset KKKS, DJKN memiliki kewenangan

untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap laporan konsolidasi yang disampaikan

oleh Kementerian ESDM terkait penggunaan aset KKKS oleh kontraktor. Di samping itu,

peran DJKN yang sangat krusial adalah menjadi kunci otorisasi persetujuan pemanfaatan,

pemindahtanganan, dan penghapusan aset KKKS. DJKN berpedoman pada PMK 135/2009

dalam pelaksanaan pengelolaan aset KKKS dalam hal pemanfaatan, pemindahtanganan, dan

penghapusan. Ketiga kegiatan ini terus mengalami perubahan setiap tahunnya. Jika dilihat

perkembangan kegiatan pemanfaatan, pemindahtanganan, dan penghapusan aset KKKS dari

tahun 2009-2011 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Pelaksanaan Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan Penghapusan

Tahun 2009-2011

No Uraian

2009 2010 2011

Jml Nilai

Perolehan/

Nilai Wajar

Jml Nilai

Perolehan/

Nilai Wajar

Jml Nilai

Perolehan/

Nilai Wajar

1. Pemanfaatan 0 1 8.5 M 0

2. Pemindahtanganan 17 160.5 M 29 98.9 M 47 69.7 M

3. Penghapusan 11 17.3 M 22 31.2 M 11 4.3 M

Sumber: Annual Report DJKN Tahun 2011

1. Pemanfaatan

Pelaksanaan pemanfaatan setiap tahunnya memang belum dapat dikembangkan secara

optimal. Dari Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011, baru satu kali pernah dilakukan

pemanfaatan yaitu pada tahun 2011. Bentuk pemanfaatan yang pernah dilakukan pada

Tahun 2010 tersebut dalam bentuk pinjam pakai, yaitu penyerahan penggunaan aset

KKKS dari KKKS kepada Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa

memperoleh imbalan, dan setelah jangka waktu tersebut dipenuhi, aset akan diserahkan

kembali.

Setelah vakum di Tahun 2011, Kementerian ESDM kembali mengajukan permohonan

pelaksanaan pemanfaatan pada Tahun 2013. Permohonan pemanfaatan akan dilaksanakan

dalam bentuk sewa. Pada awalnya, persetujuan sewa aset KKKS tersebut tidak dapat

segera diakomodasi oleh DJKN karena belum ada regulasi yang mengatur prosedur sewa

tersebut. Namun saat ini, berdasarkan atas keputusan rapat internal DJKN dan

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

9

Universitas Indonesia

pertimbangan bahwa hal tersebut untuk optimalisasi aset dan memberikan kontribusi

kepada negara, maka prosedur sewa dilaksanakan dengan berpedoman pada PP 6/2006.

Di sisi lain, DJKN bersama dengan Kementerian ESDM dan SKK Migas tetap

melanjutkan harmonisasi rancangan peraturan yang akan mengatur mekanisme sewa aset

KKKS secara khusus. Pengajuan permohonan sewa pada Tahun 2013 tersebut adalah

sebagai berikut:

a. antara KKKS PHEONWJ dengan KKKS PT Nusantara Regas;

b. antara KKKS JOBPMTS dengan KKKS DSLNG;

c. antara KKKS PPEJ dengan KKKS Pertamina Persero.

2. Pemindahtanganan

Pemindahtanganan aset justru mengalami peningkatan setiap tahunnya dari segi jumlah

item barang. Sedangkan untuk nominal aset, Tahun 2009 memegang nominal aset paling

besar dalam pemindahtanganan. Pemindahtanganan tersebut dilakukan dalam bentuk

penjualan dan hibah. Dari Rp69,7 M pemindahtanganan, sebesar Rp36 M merupakan

penjualan aset dan Rp33,7 M dalam bentuk hibah. Penjualan dilakukan dalam bentuk beli

balik (buy back) oleh pemasok/vendor/pabrikan, penjualan antar KKKS, serta penjualan

kepada pihak lain setelah diserahkan kepada negara. Dari hasil penjualan tersebut, akan

disetor ke kas negara dan dicatat sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Pelaksanaan hibah sendiri dilakukan kepada Pemerintah Daerah setelah aset diserahkan

terlebih dahulu kepada negara.

3. Penghapusan

Penghapusan aset KKKS merupakan kegiatan yang tindak lanjut dari kegiatan

pemindahtanganan, penyerahan kepada pemerintah, pemusnahan, dan sebab lainnya,

yaitu dengan menghapus catatan aset KKKS dalam list aset yang ada pada Kementerian

ESDM dan neraca LKPP. Penghapusan tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1. Untuk penghapusan yang merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan

pemindahtanganan, pemusnahan, dan sebab-sebab lain akibat dari force majeur,

daftar dan nominal aset tersebut dihapus dalam catatan Kementerian ESDM

sekaligus menghapus nominal aset yang ada pada akun Aset Lainnya dalam neraca

LKPP.

2. Untuk penghapusan yang merupakan tindak lanjut dari penyerahan aset KKKS

kepada pemerintah karena kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi telah selesai

kontraknya, maka penghapusan aset dilakukan dengan melakukan reklasifikasi aset

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

10

Universitas Indonesia

KKKS pada neraca LKPP, yang semula diklasifikasikan sebagai Aset Lainnya,

menjadi Tanah/Bangunan/Peralatan sesuai dengan jenis aset. Setelah itu dilakukan

penetapan status pengguna barang, yaitu menjadi BMN milik Kementerian ESDM

dan mekanisme pengelolaannya sama dengan BMN pada umumnya.

Pembahasan

1. Solusi Manajemen Aset Menurut ANAO

Berdasarkan analisis regulasi terhadap manajemen aset yang ideal menurut ANAO di atas,

pada dasarnya PP 6/2006 dan PMK 135/2009 secara garis besar telah memenuhi kriteria-

kriteria yang disyaratkan. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa kelemahan

sehingga implementasi tidak sesuai dengan aturan.

Terkait dengan konsep manajemen aset, pengakuan biaya kepemilikan aset tetap dan

penggunaan belum dapat dilakukan secara optimal. Misalnya, apabila aset dalam kondisi

rusak berat yang memerlukan biaya perbaikan dan pemeliharaan yang besar, jika

dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh, secara ekonomis akan lebih menguntungkan

jika dilakukan pemindahtanganan dengan dijual atau dimusnahkan. Oleh karena itu, kontrol

atas cost dan benefit aset menjadi kurang optimal. Ketidakefisienan pengelolaan aset KKKS

dapat terjadi karena sinkronisasi antara biaya dan manfaat sulit dilakukan. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan bersinergi dengan pihak-pihak terkait, yaitu SKK Migas, KKKS, dan

Kementerian ESDM.

Meskipun telah diatur dalam regulasi, kontrol terhadap manajemen aset belum didukung

dengan sistem informasi untuk menjalankan tugas dan fungsi DJKN terkait aset KKKS yaitu

penatausahaan aset. Penatausahaan aset terkait dengan administrasi aset untuk mempermudah

kontrol terhadap penguasaan aset sehingga keamanan aset lebih memadai. Penatausahaan

yang sudah dilakukan DJKN saat ini masih sangat sederhana. Data aset KKKS disajikan

dalam bentuk excel. Menurut Kepala Seksi KNL IA, sistem informasi aset KKKS sedang

dikembangkan saat ini dengan melakukan outsourcing dari pihak luar dengan harapan bahwa

penyajian data dan informasi aset KKKS di masa depan menjadi lebih cepat dan akurat.

Terkait dengan sistem akuntansi, sampai sejauh ini masih terus dilakukan pengembangan.

Kebijakan akuntansi aset KKKS saat ini pun masih sederhana karena sasaran utama saat ini

adalah kemudahan dalam implementasi akuntansi akrual yang nantinya akan dikembangkan

secara bertahap. Salah satu contohnya adalah dalam penyajian penyusutan aset hanya

dilakukan dengan metode garis lurus. Tidak semua aset sesuai jika diterapkan penyusutan

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

11

Universitas Indonesia

dengan metode garis lurus, contohnya adalah aplikasi atau software komputer. Di samping

itu, penetapan umur manfaat aset juga kurang tepat jika berdasarkan atas penggolongan dan

kodifikasi aset. Penggolongan dan kodifikasi memungkinkan untuk mesin dan sekrup menjadi

satu golongan. Padahal dua barang tersebut sangat berbeda dalam realisasi umur manfaatnya.

Hal tersebut dapat mendistorsi keandalan dari laporan keuangan aset KKKS. Namun kembali

pada tujuan utama bahwa digunakannya dasar metode garis lurus dan dasar penetapan usia

manfaat aset adalah dengan pertimbangan kemudahan.

Dari sisi strategi manajemen aset, implementasi atas regulasi juga masih terdapat ketidak

sesuaian. Dalam mengevaluasi aset dan alternatif pengamanan, DJKN namun masih belum

didukung dengan peraturan untuk dijadikan sebagai pedoman pelaksanaannya, salah satunya

adalah sertifikasi aset tanah KKKS. Sertifikasi atas tanah mulai dirintis dengan

mengatasnamakan aset tanah kepada Kementerian ESDM sebagai wakil pemerintah. Latar

belakang dilakukannya sertifikasi adalah telah ada beberapa kasus tanah yang digunakan

untuk pengeboran minyak dan gas bumi tersebut dijual karena belum jelas kepemilikan dan

penguasaan lahan tersebut. Penjualan kepada masyarakat ini dinilai berpotensi akan semakin

berkurangnya aset negara, terutama dalam bentuk tanah yang sebenarnya masih memiliki

future benefit untuk dapat digunakan dalam mendukung tugas dan fungsi pemerintahan. Di

samping itu, atas area pengeboran biasanya masih terdapat sisa pengeboran yang tidak bisa

dibereskan seperti alat-alat berat, dan sisa minyak mentah, yang memiliki potensi

membahayakan jika ditangani oleh orang/pembeli yang tidak tepat.

Dalam menentukan solusi nonaset terhadap aset KKKS masih sulit dilakukan mengingat

pelaksanaan operasional pertambangan minyak dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Aset

yang digunakan pada umumnya akan cepat mengalami perkembangan teknologi sehingga

tingkat keusangan akan cepat. Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan dapat

dilakukan pertimbangan solusi nonaset. Solusi nonaset lainnya dapat dilakukan dengan

melakukan perbaikan terhadap aset yang rusak. DJKN telah mempertimbangkan biaya

perbaikan dan pemeliharaan saat perencanaan aset. Hal tersebut untuk meminimalkan

pengadaan aset baru dan pengeluaran biaya yang lebih besar.

Evaluasi aset di DJKN dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik atas aset sekaligus

dilakukan penilaian nilai wajar aset. Sayangnya saat ini pemeriksaan fisik tersebut dilakukan

hanya pada saat ada permohonan dari KKKS. Hal tersebut karena biaya yang mahal dan

keterbatasan sumber daya manusia. Sampai saat ini evaluasi terhadap aset dilakukan oleh

DJKN dengan melakukan inventarisasi minimal sekali dalam lima tahun.

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

12

Universitas Indonesia

Penatausahaan utilisasi masih belum dilakukan secara optimal karena belum ada sistem

informasi yang memadai. Oleh karena itu untuk melakukan monitoring terhadap pelaksanaan

utilisasi masih sangat terbatas. Sebagai pengendalian dan mencegah permsalahan selanjutnya,

PMK 135/2009 telah bersifat preventif, salah satunya dalam hal pelaksanaan pemanfaatan

dalam bentuk sewa dan kerjasama pemanfaatan, dilakukan dengan membayar biaya sewa

dengan sistem dibayar dimuka. Hal tersebut akan mempermudah kontrol dan kepastian

pembayaran kontribusi.

2. Solusi Pelaksanaan Pemindahtanganan, dan Penghapusan Aset KKKS

Dari pelaksanaan pemanfaatan, pemindahtanganan, dan penghapusan aset KKKS yang

dilakukan oleh DJKN di atas, terdapat beberapa kelemahan terutama dalam hal peran DJKN

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kelemahan tersebut meliputi kurangnya peran

DJKN melakukan monitoring dan evaluasi, penatausahaan pengelolaan aset, dan kurangnya

peran DJKN dalam pembinaan terhadap pelaksanaan pengelolaan aset oleh KKKS dan SKK

Migas.

Kegiatan monitoring dan evaluasi penting untuk mengawasi kegiatan dan menentukan

kebijakan yang tepat untuk pengambilan keputusan. Penatausahaan aset juga memiliki peran

penting untuk menyediakan informasi yang lengkap dan handal yang menjadi salah satu

sumber pedoman dalam pengambilan keputusan pengelolaan aset yang optimal.

Berita Acara yang tidak ditembuskan kepada DJKN merupakan salah satu bentuk kurangnya

pembinaan DJKN kepada KKKS dan SKK Migas. DJKN perlu menegaskan kembali dan

memonitor kelengkapan administrasi untuk mengakomodasi pengamanan dari segi

administrasi. Sosialisasi dan himbauan kepada KKKS dan SKK Migas perlu ditingkatkan.

Kelengkapan berkas administrasi tersebut menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi

untuk dasar pencatatan aset KKKS dalam LKPP sehingga akuntabilitas informasi yang

disampaikan menjadi handal.

Kesimpulan

Penelitian ini berupaya untuk menganalisis regulasi pengelolaan aset KKKS serta

mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan aset KKKS. Dasar dilakukannya penelitian ini untuk

mengetahui apakah pengelolaan aset KKKS selama ini telah dilakukan secara tepat serta

menggunakan regulasi yang representatif. Hal tersebut penting mengingat proporsi aset

KKKS dalam LKPP cukup signifikan sehingga diperlukan pengelolaan aset yang optimal agar

tujuan aset dapat tercapai. Adapun dalam penelitian tersebut dapat diperoleh kesimpulan

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

13

Universitas Indonesia

sebagai berikut:

1. Evaluasi terhadap PP 6/2006 dan PMK 135/2009 telah sesuai dengan konsep dan prinsip-

prinsip manajemen aset dalam Australian National Audit Office (ANAO).

a. Konsep manajemen aset masih belum optimal dalam pengaturan kebijakan akuntansi,

sistem infomasi, serta dalam pelaksanaan optimalisasi dan evaluasi aset.

b. Prinsip dan teknis manajemen aset masih perlu ditingkatkan kebijakan terkait

perencanaan, pengadaan, serta ketersediaan infrastruktur yang menjamin terwujudnya

akuntabilitas aset.

c. Strategi manajemen aset perlu diperhatikan kembali pengaturan dalam

mengoptimalkan potensi aset, evaluasi atas biaya siklus hidup, manfaat, dan risiko dari

alternatif strategi pengelolaan aset.

2. Kepatuhan pengelolaan BMN KKKS oleh DJKN terhadap PP 6/2006 dan PMK

135/2009.

Pelaksanaan pengelolaan aset KKKS oleh DJKN telah pada dasarnya telah sesuai dengan

PP 6/2006 dan PMK 135/2009, namun masih terdapat hal-hal yang belum optimal

dilakukan oleh DJKN, yaitu:

a. Prosedur yang masih belum dilakukan oleh DJKN adalah dalam hal penatausahaan

berkas dan menjalankan fungsi evaluasi dan monitoring. Hal tersebut mengakibatkan

pihak KKKS dan SKK Migas tidak dapat memonitor posisi dan progress proses

permohonan persetujuan.

b. DJKN belum melakukan proses penatausahaan pengelolaan aset dengan baik..

Saran Untuk DJKN

1. Penyusunan kebijakan terkait pengelolaan aset KKKS sebaiknya memperhatikan

karakteristik, cost, dan benefit sehingga aset dapat digunakan dan dioptimalisasikan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat.

2. DJKN perlu untuk memperhatikan kembali tugas dan fungsinya dalam hal monitoring,

evaluasi, dan pembinaan pelaksanaan aset KKKS sehingga tidak hanya menunggu

laporan dari SKK Migas dan KKKS.

3. Penatausahaan aset KKKS harus diperbaiki dan diperhatikan dengan didukung oleh

sistem informasi. Sistem informasi aset KKKS perlu segera dibangun/dikembangkan

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

14

Universitas Indonesia

untuk mendukung tersedianya informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan organisasi dan penentuan kebijakan.

4. Dalam hal proses perencanaan, perlu dilakukan pembahasan dan pengkajian terkait biaya

tiap siklus. Hal tersebut karena menyangkut kelangsungan aset beserta manfaat aset di

masa depan.

5. Optimalisasi pemanfaatan aset KKKS sebaiknya dilakukan secara periodik dengan

melakukan evaluasi agar potensi manfaat aset, terutama untuk aset idle dapat

dimaksimalkan dengan tindak lanjut pemanfaatan, pemindahtanganan, atau penghapusan.

6. Pelaksanaan pengelolaan aset sebaiknya dilakukan sinergi dan kerja sama yang baik

dengan pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan aset KKKS.

DJKN memiliki kantor vertikal yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, yang dapat

mendukung pelaksanaan pengelolaan aset KKKS sehingga dapat memberikan jalan keluar

dalam hal permasalahan geografis untuk pengoptimalan strategi manajemen aset.

Daftar Referensi

Adriati, Alicia. (2009). Analisis atas Manajemen Aset Tetap dan Penerapan Sistem Akuntansi

Barang Milik Negara pada Rumah Sakit Berstatus BLU : Studi Kasus pada RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo. Depok: Universitas Indonesia.

ANAO. Better Practice Guide on the Strategic and Operational Management of Assets by

Public Sector Entities. September, 2010.

Apriyadi, Chaidir Yuzi. (2009). Analisis Desain Alur Proses Dalam Rangka Penghapusan

Barang Milik Negara Eks Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Sub Sektor Migas. Depok:

Universitas Indonesia.

Christiaens, Johan et al. Should Capital Asset be Recognised in Governmental Accounting?.

4th

International Conference of Accounting, Auditing, and Management in Public Sector

Reforms. Siena. 7th

-9th

September 2006.

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Annual Report 2011: Toward a Comprehensive Public

Asset Management. Jakarta. 2012.

EPA. Asset Management: A Best Practice Guide. April, 2008.

Gorman, John. Gold Coast City Council. AssetManagement Strategy (Infrastructure and

Land). May, 2010.

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

15

Universitas Indonesia

Hariyono, Arik. (2007). Prinsip dan Teknik Manajemen Kekayaan Negara. Jakarta: BPPK.

2007.

Kaganova, Olga. Government Property Assets in the Wake of The Dual Crisis in Public

Finance and real Estate: an Oportunity To Do Better Going Forward?. Volume 3.

2010/2011.

Maslani. 2008. Meningkatkan Akuntabilitas Publik Melalui Optimalisasi Manajemen Aset

Negara/Daerah.

McNeil, Sue. Asset Management and Asset Valuation:The Implication of The Government

Accounting Standards Bureau (GASB) Standards for Reporting Capital Assets. 2000.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik

Negara.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 135/PMK.06/2009 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 02/PMK.05/2011 tentang Pedoman

Akuntansi dan Pencatatan Barang Milik Negara yang Berasal dari Kontraktor Kontrak Kerja

Sama.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah.

Sikki, Chaeruddin. (2008). Pengaruh Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Pengelolaan

Barang Pada Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Depok: Universitas Indonesia.

Siregar, Doli. (2002). Optimalisasi Pemberdayaan Harta Kekayaan Negara. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Siregar, Doli. (2004). Manajemen Aset. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sumiteri, Ni Ketut. (2008). Analisis Implementasi Kebijakan Sistem Akuntansi Barang Milik

Negara Pada Departemen Hukum dan HAM RI. Jakarta: Universitas Indonesia.

Supriyadi, Wasis. (2008). Evaluasi Proses Pengelolaan Barang Milik Daerah di Pemerintah

Kabupaten Lampung Barat. Depok: Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013

16

Universitas Indonesia

Timala, Afrida Maharani. (2012). Analisis Kegiatan Pengendalian Pada Proses

Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) Sekretariat Jenderal Kementerian

Perdagangan. Depok: Universitas Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Analisis pengelolaan..., Rian Rosita Luthfi, FE UI, 2013