Upload
vuongnhu
View
255
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
eJournal Administrasi Bisnis, 2018, 6 (4): 1583-1594 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2018
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS (QUALITY
CONTROL) DALAM PROSES PRODUKSI PADA
HOME INDUTRY AMPLANG PIPIH MAHAKAM
DI SAMARINDA
Sulastri 1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian kualitas yang
diterapkan pada home industry amplang pipih mahakam berdasarkan alat bantu
statistik, menganalisis jenis kerusakan dan mengidentifikasi faktor penyebab
kerusakan/ kecacatan produk pada home industry amplang pipih mahakam di
samarinda. Jenis penelitian ini bersifat deskritif kuantitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui penelitian observasi, wawancara, dokumentasi,
studipustaka, kemudian teknik analisis data menggunakan metode yang metode
SQC (Statistical Quality Control). Alat bantu pengendalian kualitas berupa
Lembar Pemeriksaan, Histogram, Diagram Sebab Akibat, Peta Kendali. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa masih terdapat kerusakan atau kecacatan
produk meskipun pengendalian kualitas sudah dilakukan dengan baik. Hal ini
terjadi karena kurangnya keteltiain dalam proses pemilihan bahan baku yang
digunkan. Saran untuk Home industry Amplang Pipih Mahakam sebaiknya dapat
menjalankan prosedur pembutan amplang sesuai dengan SOP yang ditetapkan
dan memberikan pelatihan kerja pada karyawan untuk memperkecil tingkat
kelalaian karyawan serta meminimalisir terjadinya potensi kerugian agar usaha
ini kedepanya semakin baik.
Kata Kunci: Pengendalian Kualitas dan Proses Produksi
Pendahuluan
Persaingan bisnis dari tahun ketahun semakin ketat, setiap perusahaan
dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Salah satu yang dapat dilakukan
perusahaan agar dapat bersaing adalah meningkatkan kualitas hasil produksinya,
Oleh karena itu perusahaan sebaiknya melakukan pengendalian kualitas serta
menjaga agar kualitas produk yang dihasilkan terjamin serta diterima konsumen
dan dapat bersaing.
Kualitas sebuah produk bisa dijaga atau ditingkatkan, jika ada sistem
prosedur yang baik. Walaupun proses produksi telah dilaksanakan dengan baik,
namun pada kenyataannya masih ditemukan terjadinya kesalahan-kesalahan
dimana kualitas produk tidak sesuai dengan standar kualitas yang diharapkan oleh
perusahaan.
1 Mahasiswa Program S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: [email protected]
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1583-1594
1584
Setiap perusahaan memiliki standar yang digunakan untuk suatu produk.
Standar ini digunakan untuk adanya celah (gap) antara harapan konsumen dengan
kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan, oleh sebab itu perusahaan harus
memperbaiki kualitas produk dan melakukan berbagai usaha dalam memperkecil
terjadinya produk cacat.
Dalam suatu daerah di Indonesia pasti memiliki makanan khas yang
dijadikan sebagai oleh-oleh. Untuk daerah Kalimantan Timur sendiri memiliki
makanan yang khas dan menjadi oleh-oleh yang paling dicari oleh wisatawan
yang berkunjung di Kalimantan Timur yaitu amplang. Pada kota Samarinda
banyak sekali outlet yang menjual amplang dengan berbagai jenis seperti amplang
kuku macan, amplang bumbu dan lainnya.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pada Amplang Pipih
Mahakam yang terletak di Pondok Sambutan Permai Blok F No.4 Samarinda.
Home Industry Amplang Pipih Mahakam sudah merintis usahanya dari tahun
1998 yang masih beroprasi hingga sekarang. Home Industry Amplang Pipih
Mahakam memproduksi dua jenis amplang yaitu amplang bumbu dan amplang
kuku macan, adapun peneliti hanya mengambil sampel dari produk amplang jenis
kuku macan ikan pipih, karena produk tersebut yang menurut informasi paling
banyak diminati oleh konsumen, dan produk amplangnya dijual keseluruh
Indonesia.
Berdasarkan informasi data dan wawancara yang diperoleh dari usaha
Amplang Pipih Mahakam tersebut, dalam kegiatan produksi pembuatan amplang
tidak selalu berjalan mulus dikarenakan selalu terdapat kendala-kendala yang
menyebabkan produk cacat dan proses produksi yang kurang optimal, atau tidak
sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang mengakibatkan hasil
produksi cacat dengan kriteria kecacatan yaitu tidak mengembang/keras, jenis
kegagalan ini sering dialami oleh perusahaan, berdasarkan informasi dari pemilik
(Bapak Iqbal). Adapun kecacatan terbanyak yaitu pada proses produksi sehingga
diperlukan pengendalian kualitas guna meminimalisasir kecacatan produknya.
Agar dapat mengurangi jumlah produk cacat maka untuk itu pengendalian
kualitas dengan menggunakan (Statistical Quality Control) perlu dilakukan agar
diketahui penyebab kecacatan produk serta dapat mengambil keputusan yang
tepat agar kualitas produk tetap terjaga sehingga kecacatan produk berkurang.
Berdasarkan uraian maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul ” Analisis Pengendalian Kualitas (Quality Control) Dalam Proses Produksi
Pada Home Industry Amplang Pipih Mahakam di Samarinda”.
Kerangka Dasar Teori
Manajemen Operasi
Manajemen Operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengoordinasikan
penggunaan sumber daya, dana serta bahan secara efektif dan efesien untuk
menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa. (Assauri, 2014:18)
Analisis Pengendalian Kualitas (Quality Control) (Sulastri)
1585
Manajemen Produsksi
Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan untuk mengukur dan
mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber daya
manusia, sumber daya alat, sumber daya dan bahan secara efektif dan efesien
untuk menciptakan dan menambah kegunaan (untility) suatu berang dan jasa.
(Assauri, 2008:19)
Kualitas Produk
Menurut Prawirosentono (2007:5), pengertian kualitas suatu produk adalah
keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi
selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah
dikeluarkan.
Pengendalian Kualitas Produk
Menurut Assauri (2008:210), pengawasaan mutu merupakan usaha untuk
mempertahankan mutu/kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan
spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijkasanaan pimpinan
perusahaan.
Produk
Menurut Supriyono (2011:121), Produk cacat yaitu produk dihasilkan yang
kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan, akan
tetapi produk tersebut masih dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk
yang baik dalam arti biaya perbaikan produk cacat lebih rendah dibandingkan
kenaikan nilai diperoleh adanya perbaikan.
Pengendalian Kualitas Statistik
Menurut Haizer dan Render (2015:147) yang dimaksud dengan Statistical Prosess
Control (SPC) adalah sebuah proses yang digunakan untuk menguwasai standar,
membuat pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan saat produk sedang
diproduksi.
Alat Bantu Dalam Pengendalian Proses Produksi
Pengendalian kualitas secara statistik dengan menggunakan Statistical Quality
Control (SQC) mempunyai 7 alat statistik utama yang dapat digunakan sebagai
alat bantu untuk mengendalikan kualitas sebagaimana disebutkan oleh Heizer dan
Render dalam buku pengendalian Kualitas Statistik oleh (Irwan dan Haryono,
2015:51) yaitu :
a. Lembar Pemeriksaan (Check Sheet)
b. Diagram sebar (Scatter Chart)
c. Histogram
d. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effct Chart)
e. Diagram Alur (Flowchart)
f. Diagram Pareto (Pareto Chart)
g. Diagram kontrol (Control Chart)
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1583-1594
1586
Stastical Quality Control (SQC)
Menurut Haizer & Render (2009: 344), yang dimaksud dengan Statistical Quality
Control (SQC) adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengawasi standar,
membuat pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selagi produk atau jasa
sedang di produksi.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif, pendekatan kuantitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sempel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik.
Penelitian melakukan penelitian pada pelaku usaha pembuatan Amplang
di Pondok Sambutan Permai Blok F No 4 Samarinda yaitu dengan cara
menganalisis data-data kerusakan produk dan cara pengendalian kualitas yang
diperoleh dari bagian produksi dari perusahaan melalui observasi dan wawancara.
Dalam penelitian ini menjelaskan objek yang diteliti dengan cara memberikan
deskripsi atau gambaran terhadap masalah yang telah diidentifikasi dan
dilakukan secara intensif dan terinci terhadap proses produksi amplang pipih
Mahakam.
Definisi Operasional
1. Pengendalian kualitas (Quality Control)
Adapun proses pengendalian kualitas pada home industry amplang pipih
mahakam yaitu sebagai berikut :
a. Kegiatan operasi produksi
1) Bahan
a) Menentukan bahan baku yang digunakan/dibutuhkan.
b) Memilih bahan baku sesuai standar.
2) Alat
a) Menyiapkan alat-alat
b) Pemeliharan dan Perawatan alat
3) Sumber Daya Manusia
a) Perekrutan tenaga kerja sesuai kriteria
b) Pelatihan
c) Pengalaman/keterampilan
d) Pengawasan/kontrol dan evaluasi
4) Prosedur/Metode (SOP) Pembuatan Amplang
a) Perencanaan jumlah produksi
b) Proses pengerikan daging ikan, lalu ikan digiling/dihaluskan dan
ditimbang
c) Selanjutnya setelah ikan dihaluskan dimasukkan ke freezer
Analisis Pengendalian Kualitas (Quality Control) (Sulastri)
1587
d) Lalu besoknya ikan baru bisa diolah, dengan cara campurkan ikan,
tepung tapioka, dan bumbu rempah menggunakan mesin
e) Setelah itu proses pembentukkan adonan amplang secara manual
f) Setelah dicetak lalu digoreng selama 25 menit
g) Jika sudah matang lalu proses pengeringan menggunakan mesin
spinner
h) Pengemasan
b. Alat Bantu Pengendalian Kualitas
Adapun alat bantu pengendalian kualitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Statistical Quality Control (SQC). Hal ini digunakan
untuk menghasilkan produk yang berkualitas atau meminimalisir produk
cacat. Berikut 4 alat statistik yang digunakan adalah lembar pemeriksaan,
histogram, diagram sebab akibat, dan diagram kontrol.
2. Kualitas Produk
a. Produk cacat/tidak sesuai dengan standar
Adapun jenis kecacatan pada home industry amplang pipih mahakam
adalah sebagai berikut produk keras/tidak mengembangan dan penyebab
kegagalan produk/kecacatan
b. Produk berkualitas
Produk yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan/produk yang
berkualitas adalah produk yang dapat diukur melalui beberapa hal yaitu
rasa, warna, kerenyahan, dan bentuk
Objek dan Subjek Penelitian
Objek peneliti adalah prosedur yang diterapkan oleh perusahaan dalam
mengendalikan kulitas produk. Prosedur yang digunakan pada Home Industry
Amplang Pipih Mahakam yaitu dalam pemilihan bahan baku hingga pada
pengemasan produk. Adapun subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Bapak Muhammad Iqbal selaku pemilik Home Industry Amplang Pipih Mahakam
yang juga sebagai keyinforman dan karyawan produksi amplang sebagai
narasumber.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu dengan
melakukan observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka.
Teknik Analisis Data
Proses analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan Statistical Quality Control (SQC) untuk pengendalian produk
rusak/tidak sesuai standar. Adapun langkah-langkahnya adalah mengumpulkan
dan menggunakan lembar pemeriksaan, membuat histogram, diagram sebab
akibat, dan membuat peta kendali.
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1583-1594
1588
Penyajian Data dan Hasil Penelitian
Penyajian data hasil penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran dan
uraian tentang produk yang telah di produksi Home Industry Ampalng Pipih
Mahakam meliputi jumlah produksi selama bulan januari tahun 2018 yang terdiri
dari 15 hari. Produk yang mengalami kerusakan yaitu selama periode 2018
terdapat jumlah kerusakan.
Berdasarkan hasil wawancara kepada Bapak Muhammad Iqbal mengenai
bagaimna cara pengendalian kualitas (quality control) untuk menjaga menjaga
kualitas dalam usaha pembuatan amplang yaitu:
a. Data pengendalian kualitas (quality control)
Usaha pembuatan amplang Bapak Muhammad Iqbal dalam mengendalikan
kualitas selalu memperhatikan dan mengawasi prosedur pembuatan amplang
sebagai berikut:
1) Bahan
Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan amplang dengan jenis
kuku macan adalah ikan pipih, tepung tapioka, telur ayam boiler, dan
bumbu rempah. Untuk satu kali produksi amplang kuku macan
membutuhkan 60% ikan pipih, 30% tepung tapioka, dan 10% telur ayam
boiler dan bumbu rempah.
2) Alat
Alat dasar yang digunakan dalam proses prooduksi amplang yaitu
timbangan, pisau, ember besar, mixer besar, waajan, mesin spinner dan
mesin perekat plastik.
3) Sumber Daya Manusia
a) Proses perekrutan karyawan
b) Memberikan pelatihan dasar/singkat kepada karyawan baru
c) Melakukan pengawasan serta pengecekan pada proses produksi
4) Prosedur Pembuatan Amplang (SOP)
a) Proses pengerikan ikan dan penggilingan ikan
b) Proses pengolahan semua bahan seperti tepung, ikan dan bumbu rempah
c) Proses pencetakan bahan adonan amplang
d) Proses pengorengan amplang
e) Proses penirisan amplang
f) Proses pengemasan terhadap produk jadi
g) Proses pengemasan produk yang akan dikirim
b. Data Hasil Produksi dan Produk Rusak/Cacat Amplang
Home Industry Amplang Pipih Mahakam menghasilkan produk dengan
ukuran yang berbeda-beda yaitu 100gr, 180gr, 200gr, 300gr, dan 360gr. Hal ini
bertujuan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Adapun produk yang
dihasilkan oleh Home Industry Amplang Pipih Mahakam tersebut adalah
Amplang Pipih Kuku Macan dan Amplang Bumbu
Berikut ini adalah hasil produksi dan produk rusak pada Home Industry
Amplang Pipih Mahakam selama bulan januari 2018 :
Analisis Pengendalian Kualitas (Quality Control) (Sulastri)
1589
Tabel Data Hasil Produksi dan Produk Rusak Selama Bulan Januari
2018 Pada Home Industry Amplang Pipih Mahakam
No Observasi
Amplang Amplang Bumbu
Kuku macan
180gr Produk
360gr Produk
100gr Produk
200gr Produk
300gr Produk
Cacat Cacat Cacat Cacat Cacat
1 Observasi 1 500 9 100 2 250 5 100 2 50 1
2 Observasi 2 600 10 150 3 100 2 150 3 100 2
3 Observasi 3 650 12 150 3 300 6 200 4 100 2
4 Observasi 4 550 8 100 2 200 4 100 2 50 1
5 Observasi 5 700 13 250 5 350 7 250 5 200 4
6 Observasi 6 650 11 150 3 300 6 200 4 100 2
7 Observasi 7 500 9 100 2 250 5 150 3 100 2
8 Observasi 8 700 13 200 4 300 6 200 4 150 3
9 Observasi 9 550 10 100 2 200 4 100 2 80 1
10 Observasi 10 600 11 150 3 250 5 150 3 100 2
11 Observasi 11 650 11 200 4 150 3 200 4 100 2
12 Observasi 12 700 13 250 5 300 6 200 4 150 3
13 Observasi 13 650 12 150 3 200 4 150 3 100 2
14 Observasi 14 600 10 150 3 100 2 170 3 100 2
15 Observasi 15 650 12 170 3 200 4 130 2 100 2
Total 9.250 164 2.370 47 3.450 69 2.450 48 1.580 31
Jumlah produk 11.620 7.480
Jumlah Produk 211 148
Cacat Sumber : Data diolah 2018
Dari tabel di atas, peneliti menggunakan data hasil produksi amplang kuku
macan dengan ukuran 180gr dalam penelitian ini dikarenakan jenis amplang
kuku macan sebagai hasil produksi terbanyak.
Selain itu, dalam setiap produksi tentunya perusahaan mengalami kegagalan
atau kerusakan dalam proses produksi, meskipun tidak terlalu banyak dalam
setiap periodenya namun pada Home Industry Amplang Pipih Mahakam masih
bisa di minimalisir. Kerusakan pada hasil produksi amplang pada Home
Industry Amplang Pipih Mahakam sebagaimana dalam tabel di atas terjadi
selama proses produksi dan secara umum tidak diakibatkan oleh kesalahan
dalam proses produksi namun diakibatkan kelalaian karyawan dalam persiapan
pemilihan bahan baku utama yang digunakan dan kurangnya ketelitian
karyawan.
Dari uraian pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah produk
cacat tertinggi. Hilangnya pendapatan yang dialami oleh pihak home industry
selama bulan januari 2018 sebesar Rp 4.100.000,- dan untuk tahun 2017
sebesar Rp 54.900.000,-.
Analisis
Berdasarkan wawancara yang dilakukan untuk menjaga kualitas amplang,
agar amplang yang dihasilkan Home Industry ini selalu memperhatikan beberapa
hal yaitu pengendalian bahan baku, alat, sumberdaya manusia, prosedur/metode
(SOP) pembuatan amplang, dan pengendalian terhadap produk jadi. Selain itu
penelitian ini juga menggunakan 4 alat analisis yaitu :
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1583-1594
1590
1. Lembar Pemeriksaan (Check Sheet)
Dalam melakukan pengendalian kualitas secara statistik, langkah pertama
yang akan dilakukan adalah membuat check sheet. Check sheet berguna untuk
mempermudah proses pengumpulan data serta analisis.
Adapun hasil pengumpulan data pada proses pembuatan amplang pada jumlah
produksi dan jumlah kerusakan selama lima belas kali pembuatan yang telah
dilakukan sebagai berikut: Lembar Pemeriksaan (Check Sheet) Produksi Amplang Selama Bulan
Januari 2018 Pada Home Industry Amplang Pipih Mahakam
No Observasi Jumlah
Produksi (n)
Jumlah Produk
Rusak
(np)
Presentase kerusakan
(np/p)
1 Observasi 1 500 9 0,018
2 Observasi 2 600 10 0,017
3 Observasi 3 650 12 0,018
4 Observasi 4 550 8 0,015
5 Observasi 5 700 13 0,019
6 Observasi 6 650 11 0,017
7 Observasi 7 500 9 0,018
8 Observasi 8 700 13 0,019
9 Observasi 9 550 10 0,018
10 Observasi 10 600 11 0,018
11 Observasi 11 650 11 0,017
12 Observasi 12 700 13 0,019
13 Observasi 13 650 12 0,018
14 Observasi 14 600 10 0,017
15 Observasi 15 650 12 0,018
16 Total 9.250 164 0,265
17 Rata-rata 617 11 0,018
Sumber: Data yang telah diolah
Dari tabel diatas, lembar pemeriksaaan (check sheet) dapat dilihat jumlah
produksi sebanyak 9.250 dengan rata-rata produksi sebesar 617, jumlah
kerusakan 164 dengan rata-rata kerusakan sebesar 11 dan presentase kerusakan
sebanyak 0,265 dengan rata-rata 0,018.
2. Histogram
Histogram ini berguna untuk melihat produk yang cacat dan apabila
memenuhi standar dan tidak memenuhi standar. Berikut ini histogram
peembuatan amplang yang dibuat berdasarkan tabel lembar pemeriksaan
(check sheet) adalah sebagai berikut:
Analisis Pengendalian Kualitas (Quality Control) (Sulastri)
1591
Histogram Produk Rusak Amplang Selama Bulan Januari 2018 Pada
Home Industry Amplang Pipih Mahakam
Sumber: Data diolah (2018)
3. Diagram Sebab Akibat
Analisis sebab-akibat digunakan untuk menganalis faktor-faktor apa
sajakah yang memnjadi penyebab kerusakan produk.
Diagram Sebab – Akibat Untuk Jenis Kerusakan Amplang Tidak
Mengembang 2018
Sumber : Data diolah
4. Peta Kendali (Control Chart) Setelah mengumpulkan data produksi amplang dengan lembar check sheet
dan membuat histogram, maka langkah selanjutnya membuat peta kendali
(control chart). Membuat peta kendali (control chart) bertujuan untuk
mengetahui apakah kerusakan yang di alami masih dalam kategori wajar atau
tidak wajar. Adapun langkah-langkah membuat peta kendali (control chart)
adalah menghitung persentase kerusakan, menghitung garis pusat atau Central
line (CL), menghitung batas kendali bawah atau Upper Control Limitit (UCL),
dan menghitung batas kendali bawah atau Lower Control Limit (LCL). Berikut
adalah hasil dari perhitungan :
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1583-1594
1592
151413121110987654321
0.04
0.03
0.02
0.01
0.00
Sample
Prop
ortio
n
_P=0.01773
UCL=0.03326
LCL=0.00220
P Chart of Jumah Produk Rusak
Tests performed with unequal sample sizes
Tabel Hasil Perhitungan Batas Kendali Pada Home Industry
Amplang Pipih Mahakam Periode Januari 2018
No Observasi
Jumlah Jumlah Produk Persentase
UCL CL LCL Produksi Cacat (keras)
Hilangnya
Pendapatan
1 Observasi 1 500 9 0.018 0.036 0.018 0.0002
2 Observasi 2 600 10 0.017 0.034 0.018 0.002
3 Observasi 3 650 12 0.018 0.034 0.018 0.002
4 Observasi 4 550 8 0.015 0.035 0.018 0.001
5 Observasi 5 700 13 0.019 0.033 0.018 0.003
6 Observasi 6 650 11 0.017 0.034 0.018 0.002
7 Observasi 7 500 9 0.018 0.036 0.018 0.0002
8 Observasi 8 700 13 0.019 0.033 0.018 0.003
9 Observasi 9 550 10 0.018 0.035 0.018 0.001
10 Observasi 10 600 11 0.018 0.034 0.018 0.002
11 Observasi 11 650 11 0.017 0.034 0.018 0.002
12 Observasi 12 700 13 0.019 0.033 0.018 0.003
13 Observasi 13 650 12 0.018 0.034 0.018 0.002
14 Observasi 14 600 10 0.017 0.034 0.018 0.002
15 Observasi 15 650 12 0.018 0.034 0.018 0.002
Jumlah 9250 164 0.265 0.513 0.27 0.0274
Rata-Rata 616.67 10.93 0.018 0.034 0.018 0.002
Sumber: Hasil perhitungan rumus peta kendali P
Pada tabel di atas menunjukan presentase kerusakan, garis pusat (central
line), batas kendali atas (upper control limit), dan batas kendali bawah (lower
control limit ) dari observasi 1 sampai 15. Jumlah kerusakan 164, rata-rata
kerusakan adalah 10,93, presentase kerusakan 0,265 dengan rata-rata
presentase kerusakan 0,018, rata-rata CL 0,018, rata-rata UCL 0,034, rata-rata
LCL 0,002. Dan berikut ini adalah gambar grafik p chart jumlah produk
cacat.
Diagram Peta Kendali Proporsi Kerusakan Bulan Januari 2018
Sumber: Data yang telah diolah
Berdasarkan grafik seperti yang telah diuraikan diatas menunjukkan
bahwa batas kendali atas (UCL) sebesar 0,03326 dan batas kendali bawah
(LCL) sebesar 0,00220 masih dalam batas wajar. Karena tidak melewati
garis out of control. Home Industry Amplang pipih mahakam harus
Analisis Pengendalian Kualitas (Quality Control) (Sulastri)
1593
mempertahankan kestabilan dan tetap memperhatikan kinerja karyawan
agar terhindar dari hilangnya pendapatan.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti serta hasil dari
analisis yang berhubungan dengan pengendalian kualitas untuk produk amplang
pada Home Industry Amplang Pipih Mahakam di Samarinda terdapat temuan
yang didapat oleh peneliti yaitu karyawan yang lalai dan kurang teliti menjadi
salah satu faktor utama kerusakan pada produk. Kecacatan atau kerusakan yang
terjadi pada produk amplang adalah amplang yang tidak dapat mengembang atau
keras. Dimana amplang yang baik adalah amplang yang dapat memgembang
secara sempurna atau 2 kali lipat pada saat proses penggorengan.
Berdasarkan grafik p-chart bahwa pengendalian kualitas (quality control)
berdasarkan nilai yang dilakukan pada usaha pengolahan amplang pipih mahakam
masih dalam keadaan terkendali dan batas wajar. Dimana produk yang diproduksi
mampu mempertahankan kualitasnya. Kerusakan atau kecacatan yang terjadi pada
produk amplang dapat dikatakan normal atau wajar karena tidak melewati garis
out of control. Home Industry Amplang Pipih Mahakam mengalami kehilangan
pada pendapatan usaha yang diakibatkan kecacatan/kerusakan pada produk
selama bulan Januari 2018 sebesar 1,77% dan pada tahun 2017 sebesar 1,93%.
Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa meskipun Home Industry
Amplang Pipih Mahakam dalam keadaan terkendali atau batas wajar, namun
Home Industry Amplang Pipih Mahakam tetap mengalami hilangnya pendapatan
per bulannya. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh karyawan yang tidak
melaksanakan SOP secara benar sehingga dapat menimbulkan kerusakan produk
pada bagian produksi dalam mempersiapakan bahan baku. Maka Home Industry
Amplang Pipih Mahakam sebaiknya meningkatkan kembali kualitas pada produk
maupun sumber daya manusia (SDM) agar dapat menghindari atau memperkecil
hilangnya pendapatan yang terjadi.
Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu Maulida (2016) dan teori
menurut Assauri (2008:3), pembahasan dalam pengoprasian sistem produksi dan
operasi yaitu mencakup:
a. Penyusunan rencana produksi dan operasi.
b. Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan.
c. Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan.
d. Pengendalian mutu.
e. Manejemen tenaga kerja.
Ketika suatu pengendalian kualitas dilaksanakan dengan baik, maka
penyimpangan yang terjadi dapat diatasi dan kualitas produk dapat dijaga serta
dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam penelitian ini Analisis Pengendalian Kualitas (Quality Control)
dalam Proses Produksi Pada Home Industry Ampang Pipih Mahakm di Samarinda
yaitu pengendalian kualitas (Quality Control) yang dilakukan mampu menjaga
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1583-1594
1594
kualitas produk namun masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki yaitu
meminimalisir hilangnya pendapatan yang terjadi dan berusaha untuk
memperkecil lagi persentase kerusakan produk meskipun pada saat ini masih
dalam batas kendali/wajar serta memperkecil tingkat kesalahan yang dilakukan
oleh karyawan.
Penutup
Pengendalian kualitas pada Home Industry Amplang Pipih Mahakam yang
diterapkan sudah pada batas kendali. Namun pada kenyatanya masih terdapat
produk yang mengalami kerusakan atau kecacatan dan hal ini juga menimbulkan
hilangnya pendapatan yang dialami oleh Home Industry Amplang Pipih Mahakam
setiap bulanya.
Faktor kerusakan atau kecacatan yang disebabkan oleh bahan baku dan
manusia yang terjadi karena persiapan pemilihan bahan baku yanag tidak sesuai
dengan SOP (Standar Operational Procedur) yaitu ikan yang terkontaminasi
dengan garam atau bahan kimia serta tepung yang tidak diinapkan terlebih dahulu
selama 15 hari serta merk tepung yang tidak konsisten. Hal ini terjadi akibat
kelalaian/kurangnya ketelitian dari karyawan. Sehingga ini menyebabkan
kerusakan atau kecacatan pada produk berupa amplang yang tidak
mengembang/keras.
Maka dari itu, sebaiknya pihak perusahaan/Home Industry menjalankan
serta menerapkan dengan benar SOP yang telah ditetapkan secara tertulis dan
pihak perusahaan/Home Industry memberikan pelatihan kerja pada karyawan
untuk memperkecil tingkat kelalaian karyawan sehingga meminimalkan
terjadinya kesalahan/ kecacatan pada produk yang berdampak pada hilangnya
pendapatan.
Daftar Pustaka
Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi Dan Operasi Edisi Revisi.
Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Assauri, Sofjan. 2014. Manajemen Pemasaran. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Harjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi. Jakarta. Grasindo
Haizer, Jay dan Berry Render. 2015. Manajemen Operasi, Edisi 11. Salemba
Empat. Jakarta Selatan.
Haizer, Jay dan Berry Render. 2009. Manajemen Operasi. Buku 1 Edisi 9.
Jakarta: Salemba Empat.
Prawirosentono, Suyadi. 2007. Filasofi Baru Tentang Mutu Terpadu. Edisi 2.
Jakarta: Bumi Aksara
Supriyono, R, 2011. Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian
Biaya, Serta Pengendalian Keputusan. Yogyakarta: BPFE