102
ANALISIS PERILAKU WANITA WIRAUSAHA PADA KELOMPOK WANITA TANI TAPAK DARA, KELURAHAN SINDANG BARANG, BOGOR BARAT IRVA MAVRUDAH DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

ANALISIS PERILAKU WANITA WIRAUSAHA PADA … · yang selanjutnya akan dilihat hubungan antara karakteristik individu dan ... Konsep Pemberdayaan 16 . Pengertian Wirausaha ... wirausaha

  • Upload
    vanthu

  • View
    222

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS PERILAKU WANITA WIRAUSAHA PADA

KELOMPOK WANITA TANI TAPAK DARA, KELURAHAN

SINDANG BARANG, BOGOR BARAT

IRVA MAVRUDAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perilaku

Wanita Wirausaha pada Kelompok Wanita Tani Tapak Dara, Kelurahan Sindang

Barang, Bogor Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Irva Mavrudah

NIM H34090055

ABSTRAK

IRVA MAVRUDAH.Analisis Perilaku Wanita Wirausaha pada Kelompok Wanita Tani

Tapak Dara Kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat. Dibimbing oleh RACHMAT

PAMBUDY.

Peran wanita dalam pembangunan pertanian yang sering disebut dengan wanita

tani dapat terlihat dari perannya yang dapat menghasilkan pemasukan ekonomi rumah

tangga. Peran produktif yang disandang oleh kaum wanita merupakan salah satu peran

penting diantara dua peran penting lainnya yaitu peran reproduktif dan peran sosial

masyarakat. Melalui pembentukan Kelompok Wanita Tani, kualitas wanita dapat

dikembangkan menjadi wanita wirausaha yang mandiri. Kemandirian wanita wirausaha

dapat terlihat dari perilaku wirausahanya yang meliputi pengetahuan, sikap mental, dan

keterampilan dalam berwirausaha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis

karakteristik individu, karakteristik kelompok, perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha

yang selanjutnya akan dilihat hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik

kelompok dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha melalui uji korelasi rank

spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok wanita tani Tapak Dara,

karakteristik individu lebih erat hubungannya dengan perilaku wirausaha dan

keberhasilan usaha dibandingkan dengan karakteristik kelompoknya. Hal itu disebabkan

karena pada dasarnya perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha lebih ditentukan oleh

pribadi masing-masing individu. Meskipun sebenarnya melalui kelompok, pengetahuan

dan keterampilan individu juga dapat ditingkatkan dengan cara pembinaan dan pelatihan.

Kata kunci : keberhasilan usaha, kelompok wanita tani, perilaku wirausaha, wanita

wirausaha

ABSTRACT

IRVA MAVRUDAH. Behaviour Analysis of Women Entrepreneurs on Tapak Dara

Women Farmers Group in Sindang Barang Village, West Java. Supervised by

RACHMAT PAMBUDY

Woman role in agriculture development that rather frequently known as wanita

tani, can be seen from their role which create a sum of householdeconomy

revenues.femalesproductive role is one of important role between two others role, they

are reproductive role and social community role.Through Kelompok Wanita Tani

forming, female quality can be developed as an independent entrepreneur woman.

Entrepreneur woman independence is seen from their entrepreneurship behavior that

include the following : knowledge, mental attitude, and creativity of entrepreneurship.

The aim of research is to analyze the individual characteristic, group characteristic,

entrepreneur behavior, and effort achievement, which will be seen the relation between

individual characteristic and group characteristic with entrepreneur behavior and effort

achievement through rank spearman correlation test. The result shows that kelompok

wanita tani Tapak Dara has a tighter relation between individual characteristic,

entrepreneur behavior, and effort achievement than their group characteristic. their basic

entrepreneur behavior and effort achievement is more determined by their own personal.

eventhough it was came through the group, the knowledge and individual characteristic

can be developed too within training and intens relation development.

Keywords: business success, entrepreneur behaviour, women entrepreneur, women

farmers group

ANALISIS PERILAKU WANITA WIRAUSAHA PADA

KELOMPOK WANITA TANI TAPAK DARA, KELURAHAN

SINDANG BARANG, BOGOR BARAT

IRVA MAVRUDAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Judul Skripsi : Analisis Perilaku Wanita Wirausaha pada Kelompok Wanita Tani

Tapak Dara Kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat

Nama : Irva Mavrudah

NIM : H34090055

Disetujui oleh

Dr Ir Rachmat Pambudy, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah karunia dan

hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2013 ini ialah

kewirausahaan,dengan judul Analisis Perilaku Wirausaha Wanita pada Kelompok

Wanita Tani Tapak Dara, Kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Rachmat Pambudy Ms

selaku dosen pembimbing, Bapak Ir Burhanuddin MM selaku dosen

kewirausahaan, Ibu Ir Narni Farmayanti Msc, serta Ibu Eva Yolynda Aviny SP

MM sebagai dosen penguji atas segala kritik dan saran untuk perbaikan karya

ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh

anggota dari Kelompok Wanita Tani Tapak Dara selaku responden yang telah

memberikan waktu luangnya serta informasi untuk pengumpulan data, Ibu Septiva

Herlin selaku ketua dan Ibu Titik Purwati selaku sekretaris yang telah

memberikan perizinan serta informasi mengenai kelompok dan pihak Dinas

Pertanian Kota Bogor yang telah memberikan informasi dan keterbukan mengenai

hal-hal yang diperlukan penulis. Terima kasih kepada teman satu bimbingan,

sahabat-sahabat Agribisnis 46, teman-teman asrama, dan Stephanus Wahyu

Nugroho atas semangat, doa dan dukungan yang diberikan. Ungkapan terima

kasih tak terhingga terutama penulissampaikan kepada kedua orang tuaserta

seluruh keluarga atas perhatian, doa, dukungan, dan kasih sayang yang tiada

hentinya dalam penyelesaian penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

Irva Mavrudah

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 8

Kelompok Wanita Tani 8

Wanita Wirausaha 10

Karakteristik Individu 11

Karakteristik Kelompok 12

Penelitian Mengenai Perilaku Wirausaha 13

Keberhasilan Usaha 15

KERANGKA PEMIKIRAN 16

Kerangkat Pemikiran Teoritis 16

Konsep Pemberdayaan 16

Pengertian Wirausaha 17

Perilaku Wirausaha 18

Ciri-ciri Wirausahawan yang Berhasil 23

Kerangka Pemikiran Operasional 24

METODE PENELITIAN 28

Waktu dan Tempat Penelitian 28

Jenis dan Sumber Data 28

Teknik Pengumpulan Data 28

Metode Pengolahan dan Analisis Data 29

GAMBARAN UMUM KWT TAPAK DARA 32

Sejarah Singkat Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 32

Visi, Misi, dan Tujuan Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 33

Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 34

Produk Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 36

Permodalan Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 37

HASIL DAN PEMBAHASAN 38

Karakteristik Individu 38

Karakteristik Kelompok 47

Perilaku Wirausaha 52

Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Perilaku Wirausaha dan

Keberhasilan Usaha 55

Hubungan Antara Karakteristik Kelompok dengan Perilaku Wirausaha dan

Keberhasilan Usaha 65

Hubungan Antara Perilaku Wirausaha dengan Keberhasilan Usaha 69

SIMPULAN DAN SARAN 71

DAFTAR PUSTAKA 72

LAMPIRAN 76

DAFTAR TABEL

1 Kriteria penilaian skor perilaku wirausaha 31

2 Perbedaan komposisi kimia tepung mocaf dengan tepung singkong (%) 36

3 Distribusi responden menurut usia pada anggota kelompok wanita tani

Tapak Dara 39

4 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan formal pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 39

5 Distribusi responden menurut pendidikan non formal pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 41

6 Distribusi responden menurut lama usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 41

7 Distribusi responden menurut sumber modal awal pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 42

8 Distribusi responden menurut pinjaman pengembangan usaha pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 42

9 Distribusi responden menurut waktu yang dicurahkan untuk

berwirausaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 43

10 Distribusi responden menurut persentase kebutuhan keluarga yang

terpenuhi pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 44

11 Distribusi responden menurut status pekerjaan suami pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 45

12 Distribusi responden menurut pendapatan pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 45

13 Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 46

14 Distribusi responden menurut asal daerah pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 47

15 Distribusi responden menurut lama bergabung pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 47

16 Distribusi responden menurut motivasi bergabung pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 48

17 Distribusi responden menurut harapan bagi kelompok pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 49

18 Distribusi responden menurut mekanisme pengambilan keputusan pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 49

19 Distribusi responden menurut keinginan anggota pada kelompok wanita

tani Tapak Dara 50

20 Distribusi responden menurut intensitas rapat dan kegiatan pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 50

21 Distribusi responden menurut pelayanan kelompok pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 51

22 Distribusi responden menurut suasana kelompok pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 51

23 Distribusi responden menurut perilaku wirausaha pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 52

24 Hasil uji korelasi rank spearman antara usia dengan perilaku wirausaha

dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 56

25 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendidikan formal dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha dari anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 57

26 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendidikan non formal dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 57

27 Hasil uji korelasi rank spearman antara lama usaha dengan perilaku

wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani

Tapak Dara 59

28 Hasil uji korelasi rank spearman antara sumber modal awal dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 59

29 Hasil uji korelasi rank spearman antara pinjaman pengembangan usaha

dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 60

30 Hasil uji korelasi rank spearman antara waktu yang dicurahkan untuk

berwirausaha dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 61

31 Hasil uji korelasi rank spearman antara persentase kebutuhan keluarga

yang terpenuhi dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 62

32 Hasil uji korelasi rank spearman antara status pekerjaan suami dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 62

33 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendapatan dengan perilaku

wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani

Tapak Dara 63

34 Hasil uji korelasi rank spearman antara jumlah anggota keluarga dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 64

35 Hasil uji korelasi rank spearman antara asal daerah dengan perilaku

wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani

Tapak Dara 64

36 Hasil uji korelasi rank spearman antara lama bergabung dengan perilaku

wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani

Tapak Dara 65

37 Hasil uji korelasi rank spearman antara motivasi bergabung dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 66

38 Hasil uji korelasi rank spearman antara motivasi bergabung dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 66

39 Hasil uji korelasi rank spearman antara mekanisme pengambilan

keputusan dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 67

40 Hasil uji korelasi rank spearman antara keinginan anggota dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 67

41 Hasil uji korelasi rank spearman antara intensitas rapat dan kegiatan

dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 68

42 Hasil uji korelasi rank spearman antara pelayanan kelompok dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 68

43 Hasil uji korelasi rank spearman antara suasana kelompok dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 69

44 Hasil uji korelasi rank spearman antara pengetahuan dengan

keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 69

45 Hasil uji korelasi rank spearman antara sikap mental dengan dengan

keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 70

46 Hasil uji korelasi rank spearman antara sikap mental dengan dengan

keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 70

DAFTAR GAMBAR

1 Jumlah penduduk di dunia tahun 2011 1

2 Persentase wanita pengusaha di Indonesia 10

3 Faktor-Faktor yang menyebabkan wanita pengusahaenggan untuk

mengajukan permohonan pinjaman bank 11

4 Perubahan perilaku manusia 18

5 Kerangka pemikiran operasional 27

6 Struktur organisasi Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 35

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jumlah penduduk Indonesia tahun 1960-2011 76

2 Persentase penduduk menurut provinsi dan jenis kelamin tahun 2009-

2011 76

3 Status kesempatan kerja menurut gender tahun 1990-2006 77

4 Hasil uji korelasi rank spearman karakteristik individu terhadap perilaku

wirausaha 78

5 Hasil uji korelasi rank spearman karakteristik kelompok terhadap

perilaku wirausaha 80

6 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik individu terhadap

keberhasilan usaha 82

7 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik kelompok terhadap

keberhasilan usaha 84

8 Hasil uji korelasi rank spearman antara perilaku wirausaha terhadap

keberhasilan usaha 85

9 Data diri responden 86

10 Riwayat hidup 88

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

terpadat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk

Indonesia tahun 2011 sebesar 242.32 juta jiwa, sedangkan di China sebesar 1.34

milyar jiwa yang kemudian diikuti oleh India dan Amerika serikat masing-

masing sebesar 1.24 milyar dan 311.59 juta jiwa (Gambar1).Selain itu, jumlah

penduduk Indonesia juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan

jumlah penduduk Indonesia dapat dilihat pada Lampiran1.1

Gambar 1 Jumlah penduduk di dunia tahun 2011

Sumber : Bank Dunia (2013)

Data BPS (2012) melaporkan bahwa perbandingan antara jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan di Indonesia tahun 2011 memiliki persentase

sebesar 50.37 dan 49.63%2. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk di

Indonesia lebih didominasi oleh laki-laki. Meskipun demikian, perempuan

memiliki peran yang sama seperti laki-laki dalam pembangunan nasional

Indonesia. Data mengenai persentase penduduk menurut provinsi dan jenis

kelamin tahun 2009 hingga 2011 dapat dilihat pada Lampiran2.

Menurut Mugniesyah (1986), menyertakan wanita dalam proses

pembangunan tidak sekedar untuk menunjukkan emansipasi wanita semata-

mata, akan tetapi lebih ditekankan pada suatu kepentingan yang mendesak,

mengingat wanita sebagai pendukung unit keluarga yang juga berperan dalam

tenaga kerja pembangunan yang berarti juga berperan dalam meningkatkan

penghasilan keluarga. Lebih lanjut, Hubeis dalam Rinaldi (1999) menjelaskan

bahwa peran wanita dalam kebijakan pembangunan Indonesia meliputi : 1)

peran sebagai isteri yang mendampingi suami dengan baik dan mampu

1Bank Dunia. 2013. Perbandingan antara jumlah penduduk dunia dan Indonesia. [Internet].

[diunduh 2013 Jul 19]. Tersedia pada :www.google.co.id/publicdata 2[BPS]. Badan Pusat Statistika.2012. Persentase penduduk menurut Provinsi dan jenis kelamin

tahun 2009-2011. [Internet]. [diunduh 2013 Agust 2]. Tersedia pada : www.bps.go.id

2

menopang karir suami, 2) peran sebagai ibu yang mampu mendidik dan

membina generasi muda, jasmani, dan rohani agar kelak mampu menghadapi

tantangan zaman dan menjadi wanita yang berguna, 3) peran sebagai pengatur

rumah tangga yang mampu menciptakan suasana aman dan damai untuk seluruh

anggota keluarga, 4) peranan sebagai tenaga kerja yang mampu menambah

pendapatan keluarga untuk mencapai keluarga yang sehat sejahtera, 5) peran

sebagai anggota masyarakat yang aktif dalam kegiatan sosial, dan 6) peran

sebagai manusia pembangunan yang berkemampuan mengembangkan karier dan

profesinya.

Perkembangan peran dan posisi kaum wanita sejak dahulu hingga saat ini

telah menempatkan wanita sebagai mitra yang sejajar dengan kaum pria. Wanita

memiliki kesempatan yang sama dalam berbagai bidang, dan memiliki

tanggungjawab yang sama pula terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara. Selanjutnya, seiring dengan perkembangan zaman, wanita juga

telah berfungsi sebagai pekerja nyata yang bertugas selain sebagai ibu rumah

tangga juga bertugas sebagai pencari nafkah untuk menambah pendapatan rumah

tangga. Lebih lanjut, disebutkan bahwa diskriminasi terhadap wanita setelah

kemerdekaan tidak hanya terjadi pada kesempatan bersekolah bagi anak

perempuan saja, melainkan juga terjadi pada dunia pekerjaan untuk peningkatan

karir dan dalam dunia politik praktis. Namun, meskipun demikian, pada

kenyataannnya masih banyak hambatan bagi wanita untuk mencapai kedudukan

atau peningkatan prestasi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai kedudukan

yang setara dengan kedudukan laki-laki, seperti kedudukan pimpinan, dan

pengambil keputusan, perempuan dituntut untuk mempunyai kelebihan prestasi

yang lebih menonjol, serta harus melalui perjuangan yang sangat berat. Oleh

sebab itu, diperlukan adanya motivator untuk mendorong kaum wanita lebih

berprestasi. Visi pembangunan pemberdayaan perempuan adalah tercapainya

keadilan dan kesetaraan gender dalam keluarga, masyarakat, berbangsa dan

bernegara, yang dalam pencapaiannya perlu dilaksanakan berbagai ragam

kegiatan3.

Di Indonesia, dalam beberapa tahun belakangan ini, terutama sejak krisis

keuangan Asia pada periode 1997 sampai 1998 dan diperkuat oleh adanya MDG

(Millenium Development Goals) yang diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa

Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa pemberdayaan wanita merupakan salah satu

dari tujuan, dan perhatian terhadap perkembangan kewirausahaan wanita di

Indonesia semakin besar. Perhatian tersebut tidak hanya berasal dari dunia

akademis, tetapi juga dari pengambil-pengambil kebijakan, praktisi-praktisi, dan

lembaga-lembaga masyarakat non-pemerintah (LSM). Meningkatnya perhatian

tersebut berasal dari kesadaran bahwa penciptaan kewirausahaan wanita,

khususnya di pedesaan akan sangat membantu upaya-upaya pemerintah dalam

memerangi kemiskinan. Selain itu juga sangat penting sebagai salah satu motor

penggerak pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial di pedesaan (Tambunan

2012).

Selanjutnya, Tambunan (2012) juga menyebutkan bahwa jumlah wanita

pengusaha di Indonesia, mengalami peningkatan sejak tahun 1980-an, dan

3[Setneg]. Sekretaris Negara. 2008. Potret kebangkitan perempuan Indonesia. [Internet].

[diunduh 2013 Jul 19]. Tersedia pada: www.setneg.go.id

3

perkembangan ini bersamaan dengan era pertumbuhan ekonomi yang tinggi

yang mendorong peningkatan pendapatanmasyarakat per kapita yang pesat. Pada

tahun 1990, tercatat bahwa hanya sekitar 30.5% perempuan yang membuka

usaha sendiri dengan atau tanpa pekerja, dan pada tahun 2006 bertambah sedikit

menjadi 34,3%. Terdapat dua hal yang menarik dari data yakni pertama,

walaupun mengalami peningkatan namun dapat disimpulkan bahwa

perkembangan wanita pengusaha di Indonesia menurut data kesempatan kerja

tersebut masih lemah karena masih sekitar 30%. Kedua, bukti tersebut telah

mendukung pandangan umum bahwa wanita pengusaha di Indonesia

terkonsentrasi di UMI atau tepatnya self-employment atau usaha seorang diri

tanpa pekerja yang diupah. Data mengenai status kesempatan kerja menurut

gender dapat dilihat pada Lampiran3. Selain itu, menurut menteri pemberdayaan

perempuan, potensi wanita Indonesia untuk berkiprah di sektor usaha atau

sebagai pebisnis cukup besar. Populasi wanita yang mencapai 49% dari total

penduduk Indonesia merupakan potensi besar bagi kaum perempuan.

Selanjutnya, disebutkan pula bahwa hampir sebagian besar sektor UMKM lebih

banyak digerakkan oleh kaum perempuan baik kategori industri rumahan,

kelompok usaha maupun usaha kecil dalam memanfaatkan kemampuan diri

seperti menjahit, membuat kue, kerajinan dan lainnya4.

Selain berperan dalam pembangunan perekonomian, wanita juga

merupakan potensi sumber daya manusia yang perlu dikembangkan kualitasnya

dalam rangka menyukseskan pembangunan pada sektor pertanian. Peran wanita

dalam pembangunan pertanian yang sering disebut dengan wanita tani dapat

terlihat dari perannya yang dapat menghasilkan pemasukan ekonomi rumah

tangga. Peran produktif yang disandang oleh kaum wanita merupakan salah satu

peran penting diantara dua peran penting lainnya yaitu peran reproduktif dan

peran sosial masyarakat. Peran wanita tani dalam sektor pertanian tidak hanya

dilihat dari segi kuantitas, tetapi juga harus dilihat dari segi kualitasnya seperti

bermanfaat bagi peningkatan kapasitas wanita sebagai wanita tani yang

berwawasan lingkungan, maju, dan mengenal teknologi.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan

kontribusinya pada sektor pertanian dengan proporsi wanita yang bekerja pada

sektor tersebut sebesar 1.17 juta jiwa. Tahun 2011, penduduk Jawa Barat yang

bekerja pada sektor pertanian sebesar 21.06% yang diikuti oleh sektor industri,

sektor lainnya dan sektor jasa-jasa dengan persentase masing-masing sebesar

20.46, 16.92, dan 15.46%.Pembangunan ekonomi pada sektor pertanian di Jawa

Barat merupakan hal yang sangat penting guna mewujudkan tujuan

pembangunan nasional dibidang pertanian, yaitu (1)peningkatan produksi

pangan, terutama menuju pencapaian surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014,

(2)stabilisasi harga pangan, (3)pemantapan penganekaragaman pangan berbasis

sumberdayalokal, dan (4)perlindungan dan pemberdayaanpetani serta

peningkatan kesejahteraan petani (BPS 2011). Selanjutnya, salah satu kota di

Provinsi Jawa Barat yang masih memiliki potensi untuk dikembangkan pada

sektor pertanian adalah Kota Bogor. Kota Bogor memiliki lahan pertanian yang

berpotensi untuk dikembangkan yakni meliputi 1 006Ha lahan sawah, 1 479.67

4 Republika. 2011. Linda : jumlah wanita pengusaha Indonesia masih 0.1 persen. [Internet].

[diunduh 2013 Agust 2]. Tersedia pada : http://www.republika.co.id/berita/breaking-

news/nasional/11/01/30/161485-linda-jumlah-wanita-pengusaha-indonesia-masih-0-1-persen

4

Ha lahan kering, 868.29 Ha lahan pekarangan, 309.624 Ha lahan perkebunan,

dan 11 470 Ha bendungan dan kolam. Potensi lainnya adalah sumber daya

manusia petani atau pelaku agribisnis, dan aparatur5.

Pemberdayaan petani, khususnya bagi wanita tani dapat dilakukan

melalui pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan memberikan

pembinaan yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan para wanita tani

agar dapat menjadi wanita wirausaha mandiri. Tambunan (2012) menyatakan

bahwa perkembangan wanita pengusaha atau kewirausahaan di dalam kelompok

wanita sangat berpotensi sebagai motor utama pendorong proses pemberdayaan

wanita dan transformasi sosial, yang pada akhirnya bisa sangat berdampak

positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan.

Selain itu, kelompok wanita tanijuga sebaiknya diarahkan pada

peningkatan kemampuan anggota dalam mengembangkan agribisnisdan

penguatan kelompok wanita tani menjadi organisasi wanita tani yang kuat dan

mandiri yang dicirikan antara lain :

1. Adanya pertemuan anggota atau pengurus yang diselenggarakan secara

berkala dan berkesinambungan.

2. Mempunyai rencana kerja kelompok yang disusun secara bersama

berdasar atas kesepakatan.

3. Memiliki aturan yang disepakati dan ditaati bersama.

4. Mempunyai pencatatan atau administrasi.

5. Berperan sebagai sumber informasi teknologi bagi para anggotanya.

6. Adanya jalinan kerjasama antar anggota antar kelompok serta kerjasama

dengan pihak lain.

7. Adanya pemupukan modal usaha dari iuran anggota ayau penyisihan

hasil usaha kelompok6.

Kemandirian wanita tani dapat terwujud apabila wanita tani mampu

memahami potensi yang dimiliki, sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan

dan dikembangkan secara efektif dan efisien. Menurut World Bankdalam

Rahadian (2002), unsur terpenting dalam peningkatan kualitas sumber daya

manusia adalah pelatihan dan pendidikan. Pelatihan merupakan proses

pembelajaran atau kegiatan yang melibatkan perolehan konsep, peraturan, dan

sikap dalam peningkatan kemampuan dan keahlian. Sementara itu, pendidikan

adalah proses pengubahan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam

meningkatkan pengetahuan, sikap mental, serta keahlian dan keterampilan

menuju pribadi yang lebih produktif. Pengembangan wirausaha melalui

pendidikan kewirausahan merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan

untuk menjadikan wanita tani sebagai wanita wirausaha yang produktif dan

mandiri yang kemudian akan diikuti oleh peningkatan pendapatan dan

kesejahteraan keluarga. Salah satu Kelompok Wanita Tani (KWT) yang berada

di Kota Bogor dan memiliki program pengembangan kewirausahaan melalui

pelatihan dan pendidikan adalah Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapak Dara.

5[Pemkot Bogor]. Pemerintahan Kota Bogor. 2011. Profil investasi bidang agribisnis Kota

Bogor. [internet]. [diunduh 2013 Mei 3]. Tersedia pada : www.kotabogor.go.id 6[UPTBP3K]. Unit Pelayanan Teknis Badan Penyuluhan Pertanian,Perikanan, Perkebunan,dan

Kehutanan. 2012. Pembinaan kelompok tani. [Internet]. [diunduh 2013 Mei 3].Tersedia pada :

http://uptbp3kwaled.blogspot.com/2012/03/pembinaan-kelompok-tani.html

5

Kelompok wanita tani Tapak Dara adalah kelompok wanita tani yang

dibentuk pada tanggal 27 Januari 2011 dengan tujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat melalui pengelolaan

lingkungan hidup dan pengembangan industri pertanian. Program-program yang

dilaksanakan pada kelompok wanita tani Tapak Dara untuk mencapai tujuan

tersebut, meliputi :

a) Pemanfaatan lahan pekarangan, merupakan kegiatan yang bertujuan

untuk meningkatkan ketersediaan bahan pangan di tingkat keluarga.

b) Pengelolaan terhadap kebun bibit dan kebun percobaan, merupakan

kegiatan dalam hal mengelola kebun bibit dan kebun percobaan. Kebun

percobaan digunakan sebagai sarana belajar pengembangan pertanian

perkotaan yang ramah lingkungan.

c) Sekolah Lapang (SL) pertanian ramah lingkungan, merupakan kegiatan

yang bertujuan untuk pemahaman secara langsung bagi anggota agar

mampu memanfaatkan produk pertanian.

d) Pengembangan industri tepung, khususnya tepung mocaf, bumbu, dan

kue, merupakan kegiatan untuk mengembangkan produk unggulan,

khususnya produk pertanian.

e) Pengembangan kewirausahaan produk pertanian, merupakan kegiatan

yang bertujuan untuk mengembangkan perilaku wirausaha anggota yang

meliputi pengetahuan, sikap mental, dan tindakan.

Program kegiatan pengembangan kewirausahaan yang dilakukan oleh

kelompok wanita tani Tapak Dara terhadap para anggota dimaksudkan agar para

anggota mampu menumbuhkembangkan niat dan jiwa dalamberwirausaha yang

nantinya akan menjadikan para wanita tani menjadi wanita wirausaha. Berbagai

kajian mengenai wanita wirausaha yang terlibat dalam suatu kelompok perlu

dilakukan dan salah satunya dapat ditelaah dari sisi perilaku wirausahanya.

Kajian perilaku wanita wirausaha, khususnya pada kelompok wanita tani dapat

memberikan gambaranmendalam mengenai perilaku yang dimiliki mulai dari

pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan. Selain itu, keberhasilan usaha dari

anggota kelompok juga perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh dari perilaku wirausaha terhadap keberhasilan usaha. Perilaku

wirausaha antar anggota dalam kelompok berbeda satu dengan yang lainnya,

sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan untuk

lebih mengoptimalkan peningkatan potensi anggota dalam membentuk wanita

wirausaha mandiri.

Perumusan Masalah

Pembentukan suatu kelompok memiliki peran tersendiri bagi para

anggota yang terlibat didalamnya. Umumnya, alasan pembentukan kelompok

adalah untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan keuntungan sosial.

Keuntungan ekonomi yang diharapkan dapat berupa kemudahan mengakses

input sarana produksi, kemudahan koordinasi usaha, kemudahan menjual produk

usaha, peningkatan pendapatan, peningkatan kemampuan menabung dan

investasi atau pengembangan usaha. Sementara itu, keuntungan sosial yang

diharapkan dapat berupa peningkatan rasa kebersamaan, tujuan bersama dan rasa

6

aman, peningkatan status individu, dan kelompok dalam masyarakat atau

peningkatan kekuatan hukum (Suharno 2009).

Selain berperan sebagai kelompok sosial, suatu kelompok juga berperan

sebagai pelaku ekonomi yang menghasilkan produk-produk tertentu untuk

dipasarkan agar memperoleh keuntungan atau pendapatan yang layak. Secara

ekonomi, suatu kelompok harus dapat menghasilkan produk terbaik yang sesuai

dengan selera konsumen. Oleh sebab itu, para wanita tani yang tergabung dalam

suatu kelompoksebaiknya memfokuskan kegiatannya pada jenis usaha yang

menghasilkan produk atau pelayanan terbaik, sehingga memberikan kentungan

atau kepuasan bagi anggota.

Kelompok wanita tani Tapak Dara merupakan suatu kelompokyang

terbentuk pada tahun 2011. Meskipun baru berjalan selama kurang dari 3

tahun,kelompok tersebut telah berhasil merebut juara kedua dalam kategori

kelompok wanita tani dan juara pertama pada lomba cipta menu se-Kota Bogor.

Kelompok wanita tani Tapak Dara telah memperoleh bantuan berupa peralatan

dan modal dari Dinas Pertanian dan Kantor Ketahanan Pangan Kota Bogor.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua kelompok,

kelompok wanita tani Tapak Daratelah memiliki visi dan misi yang telah

dinyatakan secara tertulis dengan pengambilan keputusan dilakukan secara

musyawarah.

Pembinaan dan pelatihan juga sering dilakukan oleh kelompok wanita

tani Tapak Dara dalam rangka peningkatan potensi diri anggota. Salah satu

bentuk pembinaan yang dilakukan oleh kelompok wanita tani Tapak Dara adalah

pengetahuan mengenai kewirausahaan. Pengetahuan tersebut diberikan dalam

bentuk pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.

Sementara itu, program pelatihan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan

para anggota yang nantinya dapat menjadikan anggota sebagai pribadi yang

produktif, kreatif, dan inovatif. Namun, terkadang pendidikan dan pelatihan

yang diberikan kepada anggota tidak dijadikan sebagai landasan dan tidak

dilaksanakan atau dipraktekkan secara langsung. Artinya, anggota hanya

memanfaatkan pengetahuan yang diterima tanpa adanya praktek langsung atau

tindakan selanjutnya.

Program pelatihan kewirausahaan yang dilakukan pada Kelompok wanita

tani Tapak Dara adalah program pengolahan hasil pertanian, khususnya

singkong yang nantinya akan dijadikan sebagai tepung mocaf yang merupakan

produk unggulan kelompok. Namun, pada kenyataannya hanya beberapa

anggota yang memanfaatkan program pelatihan tersebut dan dijadikan sebagai

pekerjaan sampingan atau bahkan pekerjaan utama. Sebagian besar dari anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara tidak berkeinginan untuk lebih berusaha atau

bekerja kerasdalam mencapai sesuatu hal, artinya mereka tidak ingin merasakan

kegagalan, tetapi hanya ingin merasakan kesuksesan. Akibatnya, banyak dari

anggota kelompok yang tidak bertahan lama untuk memproduksi suatu produk

baru apabila dari awalnya produk tersebut kurang diminati oleh konsumen.

Selain itu, Kelompok wanita tani Tapak Dara juga telah memiliki

berbagai macam program kegiatan, baik yang telah dijalankan maupun yang

masih berupa rancangan. Salah satu program dalam rangka peningkatan kualitas

anggota adalah program pengembangan kewirausahaan. Melalui program

tersebut diharapkan dapat meningkatkan keterampilan anggota yang nantinya

7

akan meningkatkan pendapatan rumah tangga. Namun, kenyataannya program

pengembangan kewirausahaan belum terlaksana secara optimal yang berdampak

pada pencapaian visi dan misi yang telah dirincikan. Hal tersebut dapat terlihat

dari kurangnya respon dan minat anggota terhadap program dan kegiatan

kewirausahaan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil wawancara yang

dilakukan dengan ketua kelompok yang menyatakan bahwa salah satu

permasalahan yang dialami oleh kelompok wanita tani Tapak Dara adalah

kurangnya partisipasi anggota dalam meningkatkan kualitas diri dan

keterampilan dalam rangka pencapaian program pengembangan kewirausahaan.

Berdasarkan gambaran tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan

yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana karakteristik individu dan karakteristik kelompok pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara ?

2. Bagaimana perilaku wanita wirausaha pada anggota kelompok wanita

tani Tapak Dara ?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik

kelompok dengan perilaku wanita wirausaha dan keberhasilan usaha

serta bagaimana hubungan antara perilaku wanita wirausaha dengan

keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik individu dan karakteristik kelompok pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.

2. Menganalisis perilaku wanita wirausahapadaanggota kelompok wanita

tani Tapak Dara.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik

kelompok dengan perilaku wanita wirausaha dan keberhasilan usaha,

serta hubunganantara perilaku wanita wirausaha terhadap keberhasilan

usahapada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka hasil penelitian

ini dapat memberikan manfaat bagi :

1. Kelompok wanita tani Tapak Dara sebagai bahan masukan dan bahan

pertimbangan dalam meningkatkan peran dan fungsinya sebagai

kelompok terutama dalam hal pengembangan kewirausahaan bagi

anggota kelompok.

2. Pemerintah dan dinas terkait sebagai bahan masukan dan bahan kajian

dalam rangka meningkatkan program penyuluhan dan pembinaan

khususnya bagi kelompok wanita tani dan pemberdayaan wanita menjadi

wanita wirausaha mandiri.

3. Peneliti lain sebagai bahan pertimbangan dan bahan pembanding dalam

melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kelompok

wanita tani atau perilaku wirausaha.

8

4. Peneliti sendiri, dapat melatih kemampuan analisis serta dapat

mengaplikasikan konsep-konsep ilmu yang diperoleh selama kuliah

dalam kehidupan bermasyarakat dengan melihat fenomena praktis yang

terjadi di lapangan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan hanya untuk mengetahui hubungan antara

karakteristik individu dan karakteristik kelompok terhadap perilaku wanita

wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak

Dara. Pembatasan dilakukan hanya pada lingkup perilaku wanita wirausaha dari

anggota kelompok tanpa melihat atau membandingkan dengan perilaku

wirausaha pria dan tanpa membahas karakteristik wirausaha, tipe wirausaha,

serta keberhasilan kelompok. Pembatasan juga dilakukan pada karakteristik

individu yang digunakan dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan

formal, pendidikan non formal, lama usaha, sumber modal awal, pinjaman,

waktu yang telah dicurahkan untuk berwirausaha, persentase kebutuhan keluarga

yang telah terpenuhi, status pekerjaan suami, pendapatan, jumlah anggota

keluarga, dan asal daerah. Selanjutnya, karakteristik kelompok yang diteliti

meliputi lama bergabung, motivasi bergabung, harapan, mekanisme

pengambilan keputusan, keinginan anggota, intensitas rapat dan kegiatan,

pelayanan kelompok, dan suasana kelompok. Sementara itu, keberhasilan usaha

dalam penelitian ini menggunakan 5 indikator dengan tidak menggunakan data

kuantitatif atau laporan keuangan. Indikator dari keberhasilan usaha yang

digunakan mencakup keragaman produk, perluasan wilayah pemasaran,

peningkatan pendapatan, loyalitas konsumen, dan kemampuan bersaing.

Keberhasilan usaha digunakan hanya untuk melihat hubungannyadengan

karakteristik individu, karakteristik kelompok, dan perilaku wirausaha tanpa

dilakukan pembahasan secara mendalam.

TINJAUAN PUSTAKA

KelompokWanita Tani

Pusat Penyuluhan Pertanian dalam Manoppo (2009) berpendapat

bahwawanita tani adalah kaum wanita dalam keluarga petani dan masyarakat

pertanian yang dibagi kedalam dua bagian, yakni wanita tani menurut statusnya

dalam keluarga dan wanita tani menurut fungsinya dalam usahatani. Apabila

dilihat dari statusnya dalam keluarga, wanita tani terdiri dari :

a. Kepala keluarga, yaitu wanita tani pada kondisi : wanita janda (ditinggal

suami karena bercerai atau meninggal) atau wanita tidak menikah yang

hidup mandiri, tidak menjadi tanggungan orang lain, bahkan sering juga

mempunyai tanggungan.

b. Isteri petani, yaitu wanita yang menjadi isteri petani, hidup satu rumah

sebagai suami istri yang sah.

9

c. Wanita dewasa anggota keluarga, yaitu wanita yang berumur diatas 30

tahun atau yang sudah pernah menikah dan tinggal bersama seorang

petani (ibu, mertua, saudara, ipar, anak, kemenakan, dan lain-lain).

d. Pemuda tani wanita, yaitu wanita berumur 16-30 tahun dan belum pernah

menikah, yang tinggal bersama satu keluarga petani (anak, kemenakan,

dan lainnya).

e. Taruna tani wanita, yaitu wanita remaja berumur dibawah 16 tahun dan

belum pernah menikah yang tinggal dan menjadi tanggungan seorang

petani.

Sementara itu, apabila dilihat dari fungsinya dalam usahatani, wanita tani

terdiri dari :

1. Petani wanita, yaitu wanita pengusaha tani yang mengelola usahataninya

secara mandiri. Petani wanita dapat berstatus sebagai :

a. Kepala keluarga yang hidup atau mencukupi nafkah keluarganya dari

usahatani.

b. Isteri petani,seorang suami tidak berfungsi sebagai pencari nafkah

utama atau bekerja di luar usahatani keluarga.

c. Wanita dewasa anggota keluarga atau pemuda tani wanita yang

bertindak sebagai pengelola usahatani secara mandiri.

2. Mitra/pembantu usaha petani, yaitu wanita tani yang membantu

pengusaha tani dalam keluarganya, tanpa pemberian upah atau

pembagian hasil secara ekonomi. Mitra usaha petani tersebut berstatus

sebagai :

a. Isteri petani

b. Wanita dewasa anggota keluarga

c. Pemuda atau taruna tani wanita

Lebih lanjut, Departemen Pertanian dalam Ramanti (2006)

mendefinisikan wanita tani sebagai isteri dari petani yang terlibat secara

langsung atau tidak langsung dan ikut bertanggung jawab dalam kegiatan usaha

tani dan kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha peningkatan

kesejahteraan keluarga. Dengan demikian, Kelompok Wanita Tani (KWT) dapat

didefinisikan sebagaikumpulan isteri petani atau para wanita aktif yang

memiliki aktivitas pada bidang pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan

yang memiliki keserasian untuk tujuan bersama dalam meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Melalui Kelompok Wanita Tani (KWT),

para wanita yang tergabung didalamnya akan memperoleh berbagai pengetahuan

dan keterampilan untuk lebih produktif agar menjadi wanita wiraushaa yang

mandiri dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya.

Menurut Jokopusphito (2006), ciri-ciri kelompok wanita tani yaitu (1)

seluruh anggotanya adalah wanita, (2) memiliki tujuan atau kepentingan yang

sama, (3) adanya dorongan (motif) yang sama, (4) mempunyai reaksi-reaksi dan

kecakapan yang berbeda, (5) mempunyai struktur organisasi yang jelas, (6)

mempunyai norma-norma pedoman tingkah laku yang jelas, (7) adanya interaksi

diantara sesama anggota, dan (8) adanya kegiatan kelompok yang nyata.

Sementara itu, kelompok wanita tani juga memiliki peran terhadap para

anggotanya sebagai :(1) kelas belajar, setiap anggota dapat berinteraksi satu

sama lain guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam

meningkatkan kemmapuannya untuk menjadi pribadi yang lebih

10

produktif,(2)wahana kerjasama, tempat untuk memperkuat antar anggota dalam

kelompok wanita tani atau kerjasama dengan kelompok wanita tani lain dalam

rangka pertukaran informasi, dan (3) unit penyedia sarana dan prasarana

produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran serta unit jasa

penunjang.

Wanita Wirausaha

Muljaningsih et al (2013) menyatakan bahwa motivasi internal seorang

wanita berwirausaha adalah untuk pemenuhan diri sebagai motivator penting

dalam memulai suatu bisnis. Wanita wirausaha di Negara maju termotivasi oleh

adanya kebutuhan untuk berprestasi. Sementara itu, motivasi wanita dalam

berwirausaha di Negara berkembang karena adanya faktor kombinasi antara

factor pendorong dan daya tarik.

Selanjutnya, dalam perjalanannya menjalankan kegiatan usaha, seorang

wirausaha wanita memiliki berbagai tantangan ataupun kendala dalam

berwirausaha. Meskipun, pada dasarnya proses berwirausaha antara pria dan

wanita adalah sama. Namun, pada pada kenyataannya parkatek berwirausaha

yang dijalankan oleh seorang wanita cenderung sering mengalami hambatan dari

berbagai dimensi yang pada akhirnya akan mencegah dari adanya penyadadaran

akan potensi diri yang dimiliki.

Di Indonesia, sebagian besar wanita pengusaha menjalankan kegiatan

usaha di sektor UMKM (Gambar2). Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa

sektor UMKM merupakan jalur masuk bagi wanita untuk ikut serta dalam

kegiatan ekonomi. Meskipun, sektor UMKM berfungsi sebagai sarana

pemberdayaan ekonomi wanita, wanita pengusaha masih menghadapi hambatan-

hambatan yang menghalangi keikutsertaan mereka dalam kegiatan ekonomi

melalui sektor UMKM. Hambatan-hambatan tersebut meliputi akses

memperoleh pendanaan, pendaftaran usaha, pajak, pungutan, dan biaya.

Selanjutnya, pada penelitian akademika Surabaya (2005) disebutkan bahwa

terdapat faktor-faktor yang menyebabkan wanita wirausaha enggan untuk

melakukan peminjaman dana kepada pihak bank (Gambar3).7

Gambar2Persentase wanita pengusaha di Indonesia Sumber : IWAPI

7Widyadari F, Sharder H, Pranoto S. [tahun terbit tidak diketahui]. Suara-suara perempuan

pengusaha. Jakarta (ID) : International Finance Corporation dan Ikatan Wanita Pengusaha

Indonesia

pengusaha

kecil, 85%

pengusaha

menengah,

13%

pengusaha

besar, 2%

, 0

11

Gambar3Faktor-faktor yang menyebabkan wanita pengusaha

enggan untuk mengajukan permohonan pinjaman bank (Acces to credit businesswoman 2005)

Tambunan (2009) menyebutkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi

oleh seorang wanita dalam berwirausaha adalah dalam hal mengakses kredit

formal. Wanita memiliki peluang yang lebih sedikit dibandingkan dengan pria

untuk mendapatkan akses kredit formal. Adanya berbagai alasan seperti

kurangnya jaminan, dan persepsi negatif dari pihak penjamin resmi. Wanita

yang kurang dalam hal berpendidikan akan cenderung lebih sulit dalam

mendpatakan pembiayaan dari pihak bank. Hal tersebut disebabkan karena

mereka kurang informasi dalam hal tata cara peminjaman.

Karakteristik Individu

Rakhmat dalam Ramanti (2006) mendefinisikan karakteristik individu

sebagai ciri atau sifat yang dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola

pikir, pola tindak, dan pola sikap. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi

karakteristik manusia, yaitu karakteristik personal dan karakteristik situasional.

Karakteristik personal adalah faktor-faktor yang melekat pada diri individu,

sedangkan karakteristik situasional sebagai faktor-faktor yang yang timbul dari

luar individu dan sangat berpengaruh pada perilaku seseorang.

Lionbergerdalam Pambudy (1999) menyebutkan bahwa karakteristik

individu atau karakteristik personal yang perlu diperhatikan adalah umur,

pendidikan, dan karakter psikologis. Karakter psikologis meliputi rasionalitas,

fleksibiltas mental, dogmatisme, orientasi pada usaha tani sebagai bisnis serta

kemudahan dalam menerima inovasi.Selanjutnya, Rogers dalam Jokopushito

(2006) berpendapat bahwa karakteristik personal meliputi status sosial ekonomi,

ciri kepribadian, dan perilaku komunikasi. Secara lebih rinci, karakteristik

personal tersebut dijabarkan lagi ke dalam umur, pendidikan formal, pendidikan

non formal, jumlah keluarga, pengalaman berusaha tani, usaha keluarga,

penghasilan keluarga, kekosmopolitan, partisipasi, kelembagaan masyarakat,

3.57%

7.10%

7.10%

7.10%

17.90%

21.40%

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00%

Prosedur rumit

Usaha tidak dipandang layak

Persepsi pribadi

Jaminan yang tidak memadai

Suku bunga yang tinggi

Takut wanprestasi

12

partisipasi dalam kelompok, dan kontak media. Menurut Simamora dalam

Rachmat (2006), karakteristik seseorang akan mempengaruhi cara dan

kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi, informasi apa yang

diinginkan, bagaimana menginterpretasi informasi tersebut dan informasi apa

yang masih diingat, tergantung dari karakteristik individu, seperti tingkat

pendidikan, umur, jenis kelamin, kepribadian, dan lain-lain.

Karakteristik individu sering digunakan dalam studi penelitian, begitu

pula dengan penelitian yang berhubungan dengan kewirausahaan. Dirlanudin

(2010) menjelaskan bahwa seorang wirausaha dalam menjalankan suatu

kegiatan usaha memiliki faktor individu yang meliputi: (1) karakteristik biologis,

yaitu :umur, jenis kelamin, pendidikan; (2) latar belakang wirausaha yaitu:

pengalaman usaha, alasan berusaha, pekerjaan orang tua dan keluarga; dan (3)

motivasi, sebagai dorongan kuat untuk melakukan suatu usaha, seperti:

ketekunan, kegigihan dan kemauan keras untuk berhasil.

Pada penelitian yang dilakukan, variabel karakteristik individu yang akan

diamati dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan formal, pendidikan

non formal, lama usaha, sumber modal awal, pinjaman, waktu yang telah

dicurahkan untuk berwirausaha, persentase kebutuhan keluarga yang telah

tercukupi, status pekerjaan suami, pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan

asal daerah.

Karakteristik Kelompok

Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam proses kehidupannya

membutuhkan manusia lain yang ada disekitarnya. Naluri manusia untuk hidup

bersama dengan manusia lain akan menjadikan manusia saling ketergantungan

dengan yang lainnya dalam suatu lingkungan. Melalui pembentukan kelompok,

maka kebutuhan manusia yang saling membutuhkan akan menjadi sebuah wadah

dalam menangani kesulitan-kesulitan yang ada dan nantinya dapat diatasi secara

bersama-sama.

Menurut Sarwono dalam Jokopusphito (2006), kelompok adalah dua

individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka, yang masing-masing

menyadari keanggotaannya dalam kelompok, menyadari keberadaan anggota

kelompok lainnya, dan menyadari saling ketergantungan secara positif dalam

mencapai tujuan bersama. Sebuah kelompok sosial mempunyai empat ciri antara

lain : 1) dorongan (motif) yang sama, 2) reaksi-reaksi dan kecakapan yang

berlainan, 3) penegasan struktur kelompok, dan 4) penegasan norma-norma

kelompok. Soekanto dalam Rona (1999) memaknai kelompok sosial sebagai

himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya

hubungan antar mereka, seperti hubungan timbal balik yang saling

mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong menolong.

Berkaitan dengan konsep mengenai kelompok yang telah dijelaskan,

Hare dalam Reslawati (2004) berpendapat bahwa karakteristik kelompok dapat

dicirikan antara lain : para anggota kelompok mengadakan interaksi satu sama

lain dalam kelompok, mempunyai tujuan yang memberikan arah gerak

kelompok dengan anggota untuk mencapai tujuannya, membentuk norma-norma

yang mengatur ikatan dan aktivitas anggota, mengembangkan status dan

peranan, dan adanya jaringan ikatan dalam kelompok. Lebih lanjut, Mardikanto

13

dalam Suharno (2009) mendefinisikan karakteristik sebagai sifat-sifat atau ciri-

ciri yang melekat pada sesuatu (benda, orang, atau makhluk hidup lainnya) yang

berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan. Merujuk pada pengertian

tersebut, karakteristik kelompok dapat didefinisikan sebagai ciri-ciri atau sifat-

sifat yang melekat pada kelompok, khususnya pada kelompokwanita tani dan

hal-hal yang berhubungan dengan kelompok wanita tani tersebut.

Secara sosiologis, penelitian Sutjipta dalam Suharno (2009) tentang

kelompok tradisional subah menyimpulkan bahwa karakteristik khusus

kelompok subak yang memberikan kontribusi bagi kelestarian kehidupan

kelompok meliputi : faktor pengikat, otonomi subak, kepemimpinan subak,

keanggotaan subak, peraturan kelompok subak, upacara keagamaan, konflik,

mobilitas sumberdaya, dan kegiatan kelompok. Penelitian lain mengenai

karakteristik kelompok juga dilakukan oleh Sulistiawati (2002), Reslawati

(2004), dan Rachmat (2006).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2002), karakteristik

kelompok yang digunakan dalam penelitiannya meliputi lama berdiri, jumlah

anggota, homogenitas anggota, intensitas kegiatan usaha, tingkat keterbukaan

kelompok, dan nilai tujuan kelompok. Sementara itu, peran anggota kelompok,

suasana kelompok, dan tujuan kelompok dijadikan sebagai variabel karakteristik

kelompok yang digunakan dalam penelitian Reslawati (2004) mengenai

karakteristik kelompok dan jaringan komunikasi. Menurut Slamet dalam

Reslawati (2004), suasana kelompok merupakan keadaan moral,sikap dan

perasaan-perasaan yang terdapat didalam kelompok. Suasana kelompok tersebut

dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya hubungan antara para anggota

kelompok, kebebasan berpartisipasi, dan lingkungan fisik. Selanjutnya, Rachmat

(2006) dalam penelitiannya mengenai hubungan karakteristik dan sikap anggota

terhadap keberadaan kelompok menggunakan variabel karakteristik kelompok

yang meliputi pelayanan kelompok, fungsi kelompok, dan suasana kelompok.

Merujuk pada penelitian yang dilakukan sebelumnya, variabel

karakteristik kelompok yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lama

bergabung, motivasi bergabung, harapan, mekanisme pengambilan keputusan,

keinginan anggota, intensitas rapat dan kegiatan, pelayanan kelompok, dan

suasana kelompok. Pada penelitian ini, karakteristik kelompok digunakan untuk

menggambarkan keadaan kelompok yang nantinya akan dianalisis hubungannya

atau keterkaitan antara karakteristik kelompok dengan perilaku wirausaha dan

keberhasilan usaha dari anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.

Penelitian Mengenai Perilaku Wirausaha

Pada penelitian ini, penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan

acuan adalah penelitian yang membahas mengenai perilaku wirausaha yang

difokuskan pada alat analisis yang digunakan dan hasil analisis yang didapatkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Pambudy (1999) yang berjudul perilaku

komunikasi, perilaku wirausaha peternak, dan penyuluhan dalam sistem

agribisnis, penelitian Ramanti (2006) dengan judul perilaku wirausaha wanita

peternak dalam mencari dan menerapkan informasi usaha ternak ayam buras

(kasus kelompok tani ternak “Tanjung”, Desa Taman Sari, Kabupaten

Bogor),dan penelitian yang dilakukan Azzahra (2009) yang berjudul perilaku

14

wirausaha mahasiswa Institut Pertanian Bogor peserta Program Kreativitas

Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dan Program Pengembangan

Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM) merupakan penelitian terdahulu yang

dijadikan sebagai bahan acuan.

Pambudy (1999), dan Ramanti (2006), dan Azzahra (2009)

menggunakan indikator perilaku wirausaha yang meliputi pengetahuan, sikap

mental, dan keterampilan atau tindakan. Selain itu, karakteristik individu juga

digunakan dalam penelitian untuk mengetahui hubungan antara karakteristik

individu dengan perilaku wirausahanya. Karakteristik individu yang digunakan

dalam penelitian Pambudy (1999) antara lain : umur, pendidikan, jumlah

tanggungan keluarga, lama beternak, dan rata-rata penghasilan dengan alat

analisis yang digunakan adalah uji korelasi rank spearman, analisis PATH

(jalur). Ramanti (2006) menggunakan variabel karakteristik individu yang

meliputi umur, pendidikan, pengalaman beternak, jumlah anggota keluarga,

pendapatan, kegiatan kelompok, kegiatan domestik, dan motivasi berusaha

dengan alat analisis yang digunakan adalah uji korelasi rank spearmandan chi-

square. Sementara itu, Azzahra (2009) menggunakan variabel karakteristik

individu yang mencakup kelamin, fakultas, minor, Indeks Prestasi Kumulatif

(IPK), keikutsertaan dalam PKMK sebelum tahun 2009, dan pengambilan Mata

Kuliah Kewirausahaan dengan alat analisis uji korelasi rank spearman dan chi-

square.

Pambudy (1999) dalam penelitiannya mengenai peternak ayam buras dan

ayam broiler skala kecil, menengah, dan besar menunjukkan bahwa dari

beberapa variabel faktor individu yang digunakan, hasil analisis path

menunjukkan bahwa faktor umur, lama beternak dan penghasilan memiliki

hubungan struktural yang nyata terhadap perilaku wirausaha peternak ayam

buras skala kecil. Umur dan penghasilan memiliki hubungan struktural positif

dengan perilaku wirausaha, sedangkan lama beternak memiliki hubungan

struktural negatif dengan perilaku wirausaha. Hal ini disebabkan karena

kemungkinan adanya pengaruh mental dari terlalu lamanya menjadi peternak

usaha kecil tanpa mengalami perkembangan. Berbeda dengan peternak ayam

buras skala kecil, pada peternak ayam broiler skala kecil hanya faktor umur yang

memiliki hubungan struktural nyata dengan perilaku wirausaha. Pada peternak

ayam buras skala menengah menunjukkan hasil bahwa jumlah tanggungan

keluarga memiliki hubungan struktural yang nyata dengan perilaku wirausaha,

sedangkan pendidikan dan penghasilan memiliki hubungan struktural nyata

dengan perilaku wirausaha pada peternak ayam broiler skala menegah.

Selanjutnya, pada peternak ayam buras dan ayam broiler skala besar

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan dan penghasilan tidak memiliki

hubungan struktural dengan perilaku wirausaha.

Hasil penelitian Ramanti (2006) menunjukkan bahwa jumlah anggota

keluarga memiliki hubungan nyata dengan sikap dan keterampilan dalam

berwirausaha. Hal tersebut disebabkan karena semakin besar keluarga, maka

kebutuhan ekonomi keluarga juga akan semakin besar. Kondisi tersebut akan

mendorong wanita peternak untuk mampu mencukupi kebutuhan keluarga

dengan jalan meningatkan sikap dan keterampilan berwirausaha dalam mencari

dan menerapkan informasi usaha ternak ayam buras agar nantinya dapat

meningkatkan pendapatan keluarga. Selain itu, motivasi beternak juga

15

berhubungan nyata dengan sikap wirausaha. Hal ini dikarenakan wanita peternka

yang memiliki motivasi tinggi akan terpacu untuk berusaha selalu tanggap

terhadap peluang-peluang usaha yang menyangkut kemampuan memuaskan

pelanggan, menjaga mutu, dan tidak ketergantungan kepada pelanggan.

Selanjutnya, hasil penelitian Azzahra (2009) menunjukkan bahwa

karakteristik minor agribisnisberpengaruh nyata terhadap sikap wirausaha

mahasiswa IPB peserta PKMK dan PPKM. Hal ini dapat terjadi karena

pengambilan minor agribisnis akanmemberikan pandangan dan persepsi positif

mengenai profesi wirausaha sehingga mempengaruhi sikap wirausaha

responden. Pekerjaan ayah dan ibu memiliki pengaruh nyata terhadap tindakan

wirausaha. Hal ini disebabkan karena ayah dan ibu dalam hal ini dijadikan role

model untuk hidup dengan lebih baik dengan menjadi seorang wirausaha.

Karakteristik suku daerah berhubungan nyata dengan sikap dan tindakan

wirausaha, karena adanya pandangan dan persepsi positif terhadap profesi

wirausaha oleh beberapa suku daerah di Indonesia seperti suku Padang, sehingga

mempengaruhi sikap wirausaha responden dan adanya adat atau kebiasaan di

suku daerah yang lebih cepat dalam bertindak dan melakukan sesuatu

dibandingkan dengan suku daerah yang lain. Karakteristik keikutsertaan pada

seminar/pelatihan kewirausahaan berhubungan nyata dengan sikap, tindakan,

dan perilaku wirausaha mahasiswa IPB peserta PKMK dan PPKM. Selanjutnya,

pengambilan MK Kewirausahaan memiliki hubungan nyata dengan sikap dan

perilaku wirausaha. Hal ini berarti kuliah kewirausahaan yang diikuti responden

membentuk sikap positif tentang wirausaha hingga berpengaruh juga terhadap

perilaku wirausahanya, namun tidak berpengaruh nyata dari sisi kognitif dan

tindakan responden untuk berwirausaha. Apabila dilihat dari penelitian yang dilakukan sebelumnya dan

penyesuaian terhadap kondisi responden yang akan diteliti, maka perilaku

wirausaha yang akan ditentukan dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap

mental, dan keterampilan dalam berwirausaha. Pengetahuan dalam berwirausaha

meliputi pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang

ada disekitarnya, pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, pengetahuan

tentang kepribadian dan kemampuan diri, dan pengetahuan tentang manajemen

dan organisasi bisnis.Sikap mental wirausaha merupakan sikap yang harus

dimiliki seorang wirausaha dalam menjalankan usaha, seperti optimis, realitime,

kreatif, dan inovatif dan beberapa sikap lainnya yang dapat mendorong

seesorang untuk menjadi wirausaha yang sukses dan mandiri. Keterampilan

dalam berwirausaha juga diperlukan untuk membentuk perilaku wirausaha yang

berhasil, mulai dari keikutsertaannya dalam berbagai pelatihan wirausaha,

pameran bisnis, dan tindakan lainnya yang dapat menjadi pacuan bagi wirausaha

agar berhasil dalam menjalankan usahanya.

Keberhasilan Usaha

Dalam menjalankan kegiatan usaha, seorang wirausaha pasti memiliki

sasaran-sasaran tertentu yang telah ditetapkan untuk mencapai keberhasilan

usaha. Menurut Riyanti (2003), kepribadian wirausaha dan manajemen

merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan usaha.

16

Hasil penelitian Cunningham dalam Riyanti (2003) terhadap 178

wirausaha dan manajer profesional Singapura menunjukkan bahwa keberhasilan

usaha berkaitan erat dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Sifat kepribadian, seperti memiliki keinginan untuk melakukan pekerjaan

dengan baik, memiliki keinginan untuk berhasil, dan memiliki motivasi

diri, percaya diri, berpikir positif, memiliki komitmen dan sabar.

2. Kemampuan berhubungan dengan pelanggan, yaitu jujur, ramah, adil

pada pelanggan, pemasok, dan staf, serta kemampuan dengan orang lain.

3. Kemampuan memahami lingkungan bisnis, yaitu kemampuan belajar

dari pihak pesaing, ketertarikan pada industri, pengetahuan tentang

bidang usaha, kemauan untuk belajar, pengalaman dalam industri,

pengetahuan tentang produk dan jasa, serta pemahaman tentang

persaingan.

4. Orientasi ke masa depan dan fleksibilitas, yaitu berorientasi tujuan,

kreatif, dan kemauan mengambil risiko, memiliki visi dan gambaran

mental masa depan.

5. Kesadaran pribadi, yaitu mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, serta

mampu menerima kesalahan.

6. Faktor lain.

Selanjutnya, Dirlanudin (2010) menggunakan variabel peningkatan

jumlah pelanggan, kecenderungan loyalitas pelanggan, perluasan pangsa pasar,

kemampuan bersaing, dan peningkatan keuntungan sebagai indikator untuk

menentukan keberhasilan suatu usaha. Dalam kaitannya dengan keberhasilan

usaha pada wanita wirausaha, hasil penelitian Maysami dan Ziemnowicz (2007)

menunjukkan bahwa faktor-faktor keberhasilan usaha wanita wirausaha di

Singapura mencakup produk dan layanan kualitas, kualitas pribadi, kualitas

personel, pengetahuan akan produk dan jasa, loyalitas pelanggan, bantuan dari

pemerintah, keunggulan teknologi, dan adanya modal dan pembiayaan.

Merujuk pada beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai

keberhasilan usaha, pada penelitian ini indikator variabel yang digunakan untuk

menentukan keberhasilan usaha meliputi keragaman produk, perluasan wilayah

pemasaran, peningkatan pendapatan, kecenderungan loyalitas konsumen, dan

kemampuan bersaing. Pada penelitian ini, keberhasilan usaha digunakan untuk

mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap karakteristik individu,

karakteristik kelompok, dan perilaku wirausaha.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan kerangka pemikiran mengenai

gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipergunakan

sebagai landasan penelitian yang dilakukan.

Konsep Pemberdayaan

MenurutKarsidi (2001), konsep pemberdayaan secara mendasar berarti

menempatkan masyarakat beserta institusi-institusinya sebagai kekuatan dasar

bagi pengembangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.Upaya-upaya

17

pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan mengubah

perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas.

Pemberdayaan masyarakat tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongan

kepada masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak

memperbaiki kualitas hidupnya, antara lain melalui pendidikan untuk

penyadaran dan pemampuan diri mereka.

Dalam kaitannya dengan agribisnis, terdapat beberapa aspek yang perlu

mendapat perhatian dalam pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan, antara

lain :

1. Pengembangan organisasi/kelompok masyarakat yang dikembangkan

dan berfungsi dalam mendinamisir kegiatan produktif masyarakat.

Misal:berfungsinya HKTI, HNSI, dan organisasi lokal lainnya.

2. Pengembangan jaringan strategis antar kelompok/organisasi masyarakat

yang terbentuk dan berperan dalam pengembangan masyarakat tani dan

nelayan. Misalnya : asosiasi dari organisasi petani dan nelayan, baik

dalam skala nasional, wilayah, maupun loka.

3. Kemampuan kelompok petani dan nelayan kecil dalam mengakses

sumber-sumber luar yang dapat mendukung pengembangan mereka, baik

dalam bidang informasi pasar, permodalan, serta teknologi dan

manajemen, termasuk di dalamnya kemampuan lobi ekonomi.

4. Pengembangan kemampuan-kemampuan teknis dan manajerial

kelompok-kelompok masyrakat, sehingga berbagai masalah teknis dan

organisasi dapat dipecahkan dengan baik.

Pengertian Wirausaha

Istilah entrepreneur dilansir pertama kali pada tahun 1755 oleh Cantillon

dalam Astamoen (2005) yang menyatakan bahwa entrepreneur memiliki fungsi

unik sebagai penanggung risiko dengan cakupan sebagai berikut : 1) sebagai

manusia yang mempunyai sikap mental, wawasan, kreativitas, inovasi, ide,

motivasi, cita-cita, dan lain-lain, 2) berusaha atau berproses untuk mengisi

peluang dalam usaha jasa atau barang (goods) untuk tujuan ekonomi, dan 3)

untuk mendapatkan laba dan pertumbuhan usaha. Lebih lanjut, hasil lokakarya

sistem Pendidikan dan Pengembangan Kewirausahaan di Indonesia dalam

Astamoen (2005) mendefinisikan wirausaha sebagai pejuang kemajuan yang

mengabdikan diri kepada masyarakat dengan wujud pendidikan (edukasi) dan

bertekad dengan kemampuan sendiri sebagai rangkaian kiat (art) kewirausahaan

untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat,

memperluas lapangan pekerjaan, turut berupaya dalam mengakhiri

ketergantungan pada luar negeri, dan di dalam fungsi-fungsi tersebut selalu

tunduk dalam hukum lingkungannya.

Meredith et al dalam Soesarsono (2002) memaknai entrepreneur sebagai

orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai peluang

bisnis,mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil

keuntungan darinya dan bertindak tepat untuk memastikan kesuksesan. Definisi

mengenai wirausaha juga disampaikan oleh Suharyadi et al (2007) dan Alma

(2010). Suharyadi et al (2007) mendefinisikan wirausahawan sebagai seseorang

yang menciptakan sebuah usaha atau bisnis yang dihadapkan dengan risiko dan

18

ketidakpastian untk memperoleh keuntungan dan mengembangkan bisnis dengan

cara mengenali kesempatan dan memanfaatkan sumberdaya yang diperlukan.

Sementara itu, menurut Alma (2010) wirausahawan adalah seorang inovator,

sebagai individu yang mempunyai naluri untuk melihat peluang-peluang yang

mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk menaklukan dengan cara

berpikir lamban dan malas. Seorang wirausaha mempunyai peran untuk mencari

kombinasi-kombinasi yang baru yang merupakan gabungan dari lima hal, yaitu :

pengenalan barang dan jasa, metode produksi baru, sumber bahan mentah baru,

pasar-pasar baru, dan organisasi industri baru.

Menurut Rushing dalam Soesarsono (2002), seorang wirausaha dapat

digambarkan dengan berbagai macam hal yang dilakukan yaitu :

1. A person who assumes the risk associated with uncertainty (seseorang

yang mengambil risiko terkait dengan ketidakpastian

2. A supplier of financial capital (pemasok modal finansial)

3. An innovator (inovator)

4. A decision maker (pembuat keputusan)

5. An industrial leader (pemimpin industri)

6. A manager or superintendent (manajer atau penyelia)

7. An organizer or coordinator of economic resources (organisator atau

koordinator sumber-sumber ekonomi)

8. A proprietor of an enterprise (pemilik suatu perusahaan)

9. An employer of factors of production (pemilik faktor-faktor produksi)

10. A contractor (kontraktor)

11. A person who allocates resources to alternative uses (seseorang yang

mengalokasikan sumberdaya ke penggunaan alternatif).

Perilaku Wirausaha

Lunandi dalam Rahadian (2002) menyebutkan bahwa perilaku seseorang

dapat dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki serta

dalam hal materi yang tersedia (Gambar 2). Oleh karena itu, proses belajar

manusia dewasa kearah perubahan perilaku, hendaknya digerakkan melalui

usaha perubahan sikap baru, pengetahuan baru, keterampilan baru, dan dalam

hal tertentu disertai dengan penyediaan material baru.

Gambar4Perubahan Perilaku Manusia Sumber : Lunandi dalam Rahadian (2002)

Wijandi dalam Sapar (2006) menjelaskan bahwa perilaku wirausaha

mencakup tiga hal, yaitu pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan, serta

sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur pengetahuan dan sikap

mental terhadap masa yang akan datang. Pendapat tersebut senada dengan

pendapat yang disampaikan olehMar‟at dalam Dirlanudin (2010) yang

PERILAKU

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN MATERIAL

19

menyatakan bahwa terdapat tiga komponen penting untuk mengetahui proses

terbentuk dan berkembangnya perilaku, yaitu :

1. Kognisi berhubungan dengan kepercayaan, ide dan konsep. Kepercayaan

berasal dari apa yang pernah dilihat atau apa yang telah dketahui. Setelah

kepercayaan terbentuk, maka akan memprediksi masa datang, termasuk

didalamnya pengalaman pribadi yang cenderung membentuk stereotip.

Ranah/domainkognisi akan menjawab pertanyaan sesuatu yang

dipikirkan atau dipersepsikan tentang obyek.

2. Afeksi, menyangkut kehidupan emosional seseorang. Secara umum

disamakan dengan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Reaksi

emosional ditentukan oleh kepercayaan.

3. Konasi/Psikomotor, merupakan kecenderungan bertingkah laku,

berkaitan dengan obyek yang dihadapi. Kecenderungan berperilaku

secara konsisten dan selaras dengan kepercayaan serta perasaan yang

dapat membentuk perilaku individu.

Menurut Hendro (2011), perilaku dapat diartikan sebagai langkah dan

tindakan seesorang yang dilakukan untuk menghadapi dan menyiasati pekerjaan

sehari-hari. Perilaku wirausaha dalam setiap tindakannya untuk mendapatkan

sesuatu yang diinginkan dapat dibedakan menjadi lima, yaitu :

1. Perilaku wirausaha secara individu

a. Teguh pendiriannya.

b. Selalu yakin dengan apa yang dikerjakan, sehingga cenderung keras

kepala. Namun, sebenarnya memiliki konsep dan alasan yang kuat

dalam melakukan sesuatu.

c. Berperilaku professional dalam arti memiliki tanggung jawab,

komitmen tinggi, disiplin, berusaha tetap konsisten pada

pendiriannya, serta jujur dan terbuka.

d. Optimis akan segala perilaku yang dilakukan.

e. Berpikir positif dalam mendengar serta menanggapi suatu kritik dan

saran.

f. Tidak gegabah dan penuh dengan rencana dalam setiap tindakan

(visioner).

g. Selalu berorientasi „pasti ada jalan keluar‟ sehingga selalu berpikir

kreatif dan inovatif untuk menemukan solusi.

2. Perilaku wirausaha secara sosial dan lingkungan

a. Berpenampilan rapi dan ingin disukai oleh setiap orang.

b. Berperilaku baik.

c. Senang memotivasi orang lain untuk tujuan yang baik.

d. Pandai bergaul dan cakap dalam berkomunikasi.

3. Perilaku wirausaha dalam pekerjaaan

a. Berorientasi pada tujuan dan tetap berkeinginan kuat pada hasil yang

sempurna.

b. Gila bekerja (workaholic) dan bekerja dengan baik, sehingga tidak

menyukai kelemahan.

c. Tidak suka menunda pekerjaan dan selalu berkeinginan untuk cepat

menyelesaikan pekerjaan.

d. Haus akan prestasi sempurna (excellence).

e. Tuntas dalam mengerjakan tugas.

20

f. Energik dan penuh semangat dalam bekerja dan mengerjakan tugas.

g. Paling menyukai pekerjaan baru dan menantang.

h. Kreatif dan inovatif, sehingga selalu mempunyai ide-ide yang

cemerlang dan bisa keluar dari tekanan.

4. Perilaku wirausaha dalam menghadapi risiko

a. Mengevaluasi risiko dan dampaknya terlebih dahulu.

b. Mencari keputusan yang tepat dan optimal.

c. Tidak takut terhadap risiko, karena kuat dalam intuisi.

d. Waspada dan antisipatif, sehingga selalu berperilaku proaktif.

5. Perilaku wirausaha dalam kepemimpinan

a. Seorang pemimpin yang berani dalam mengambil keputusan.

b. Berperilaku dengan penuh kehati-hatian, karena menjadi contoh bagi

yang lain.

c. Membuat karyawan tenang dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan.

d. Mempunyai karisma dan berjiwa besar.

Pengetahuan Wirausaha

Manusia ditakdirkan memiliki otak yang merupakan sumber nalar,

gagasan, dan kemampuan dalam berpikir kreatif. Daya penalaran merupakan

kekuatan otak yang merupakan awal kelahiran berbagai kreasi dan penemuan

baru, sehingga daya nalar merupakan ujung tombak bagi kemajuan bangsa. Daya

nalar, daya pikir, pengetahuan, intelektual, atau kognisi merupakan pencirian

dari tingkat penalaran (reasoning) seseorang atau kemampuan berpikir

seseorang, sehingga kemampuan tersebut memberikan perbedaan daya

kreativitas seseorang bahkan suatu bangsa yang menyebabkan perbedaan

kemakmuran dan kejayaan. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting

dalam pengembangan pengetahuan. Semakin tinggi dan semakin luas tingkat

pendidikan sesorang, maka semakin tinggi pula daya nalarnya. Selain melalui

pendidikan formal, daya nalar (pengetahuan) juga dapat berkembang dari hasil

belajar sendiri atau self study (Soesarsono 2002).

Pengetahuan mengenai kewirausahaan merupakan salah satu hal yang

paling diperlukan oleh seorang wirausaha dalam membentuk kepribadian untuk

menjadi wirausaha yang sukses dan berhasil. Menurut hasil survey yang

dilakukan Lembing dalam Sunarya et al (2011) menunjukkan bahwa mayoritas

responden menjadi wirausaha karena didasarkan atas pengalaman yang

menjadikannya memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak

kewirausahaan dipengaruhi oleh keterampilan, dan kemampuan atau kompetensi

yang dapat ditentukan dari pengetahuan dan pengalaman.

Casson dalam Sunarya et al.(2011) menjelaskan bahwa terdapat

kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, yaitu :

1. Self knowledge, memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan

dijalankan atau ditekuni.

2. Imagination, memiliki imajinasi, ide, dan perspektif serta tidak

mengandalkan kesuksesan masa lalu.

3. Partical knowledge, memiliki pengetahuan praktis, misalnya

pengetahuan teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan

pemasaran.

4. Search skill, kemampuan menemukan, berkreasi, dan berimajinasi.

21

5. Foresight, merupakan berpandangan jauh kedepan.

6. Computation skill, yaitu berkomunikasi, bergaul, dan berhubungan

dengan orang lain.

Menurut Sunarya et al. (2011) mengemukakan bahwa pengetahuan

merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan oleh seorang wirausaha dalam

menghadapi lingkungan usaha yang semakin kompetitif. Pengetahuan yang

diperlukan oleh seorang wirausaha meliputi pengetahuan tentang pasar dan

strategi pemasaran, pengetahuan tentang konsumen (pelanggan) dan pesaing,

baik pesaing yang baru masuk maupun yang sudah ada sebelumnya,

pengetahuan tentang pemasok, serta pengetahuan dalam mendistribusikan

barang dan jasa yang dihasilkan. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan

spesifik seperti pengetahuan tentang prinsip-prinsip akuntansi dan penjadwalan,

jadwal produksi, manajemen personalia, manajemen keuangan, pemasaran, dan

perencanaan. Bekal pengetahuan yang perlu dimiliki oleh seorang wirausaha,

antara lain : 1) Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan

usaha yang ada disekitarnya. 2) Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung

jawab. 3) Bekal pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri. 4) Bekal

pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.

Sikap Wirausaha

Soesarsono (2002) menjelaskan bahwa kawasan afektif yang merupakan

salah satu bagian dari pembentukan perilaku mengandung empat sub bab yang

penting, yaitu sikap, mental, etika, dan moral. sikap merupakan tingkah laku

yang berkaitan dengan tangapan atau respon pribadi seesorang apabila

memperoleh rangsangan, misalnya tanggap, tegas, menyenangkan, hati-hati,

setia, penuh dedikasi, inisiatif, cekatan, luwes, menarik, cermat, loyal, penuh

perhatian, dan sebagainya. Mental lebih menyangkut pada daya tahan seseorang

terhadap situasi dan kondisi yang dialami, misalnya tabah, gigih, berani, rajin,

ulet, percaya diri, kerja keras, telaten, disiplin, tekun, patuh, pantang menyerah,

dan sebagainya. Sementara itu, etika lebih menyangkut tingkah laku yang

berkaitan dengan aturan, pandangan atau tata karma yang baik atau yang jelek

dalam kehidupan sosial pada kalangan tertentu (sopan, santun, tulus, ramah,

lembut, dan sebagainya), sedangkan moral lebih menyangkut ahlak dan

berkaitan dengan norma baik atau jelek yang melekat pada seseorang dalam

kehidupan sosial (jujur, iri, dengki, adil, bertanggung jawab, dan sebagainya).

Suharyadi et al. ( 2007) menyatakan bahwa sikap wirausaha dapat dilihat

dari kegiatannya sehari-hari, yaitu :

1. Disiplin

Seorang wirausaha yang memiliki ketepatan komitmen terhadap tugas

dan pekerjaan. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, mulai dari

ketepatan waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja, dan sebagainya.

2. Komitmen tinggi

Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh

seesorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam

melaksanakan kegiatannya, seorang wirausaha harus memiliki komitmen

yang jelas, terarah, dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan).

22

3. Jujur

Kejujuran merupakan landasan moral yang perlu dimiliki oleh

wirausahawan. Kejujuran dapat terlihat dari kejujuran mengenai produk

yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi, kejujuran pelayanan

purnajual, dan kejujuran yang berkenaan dengan kegiatan penjualan

produk yang dilakukan oleh wirausahawan.

4. Kreatif dan inovatif

Daya kreativitas yang tinggi merupakan salah satu hal yang harus

dimiliki oleh seorang wirausahawan. Daya kreativitas tersebut sebaiknya

dilandasi oleh cara berpikir yang maju dan penuh gagasan-gagasan baru

yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada sebelumnya di

pasaran.

5. Mandiri

Kemandirian merupakan sikap mutlak yang harus dimiliki oleh seorang

wirausaha. Mandiri dalam hal ini berarti tidak tergantung pada pihak lain

dalam mengambil keputusan atau bertindak untuk kegiatan usaha.

6. Realistis

Seseorang dikatakan realities apabila orang tersebut mampu

menggunakan fakta atau realita sebagai landasan berpikir yang rasional

dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan atau

perbuatannya.

Sementara itu, menurut Nitisusastro (2010) seorang wirausaha harus

memiliki kesiapan sikap mental untuk memasuki dunia usaha. Sikap mental

tersebut meliputi :

1. Meningkatkan rasa percaya diri

Rasa percaya diri akan meningkat apabila seseorang mengetahui dan

memahami tentang sesuatu hal yang akan dilakukan dan dijalankan

melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan.

2. Berusaha selalu fokus pada sasaran

Fokus sasaran yang dimaksud adalah fokus terhadap sasaran tentang

sesuatu yang akan dilakukan ketika terjun dalam dunia usaha. Fokus

sasaran tersebut adalah mampu mewujudkan usaha yang diinginkan,

mampu dalam menjalankan kegiatan usaha, mampu dalam bertahan

hidup (survive) dan mampu berkembang serta memberikan manfaat bagi

lingkungan.

3. Keterlibatan sumber daya dalam setiap kegiatan usaha

Sumber daya yang dilibatkan dalam kegiatan usaha meliputi orang,

peralatan fisik, dana, pola, informasi, dan waktu.

4. Mempelajari cara mengenali dan mengatasi risiko

Risiko merupakan suatu keadaan yang dapat bersifat ketidakpastian dan

dapat juga bersifat kepastian yang dapat dikalkulasi secara kuantitatif.

Kunci dalam mengatasi risiko adalah seberapa sempurna seseorang

dalam mendapatkan informasi. Semakin sempurna informasi yang

didapatkan dan dikumpulkan, maka akan semakin akurat pengetahuan

seseorang mengenai seberapa besar risiko yang dihadapi.

5. Melatih diri untuk bekerja keras

Kerja keras merupakan suatu sikap yang menuntut kesiapan fisik dan

mental prima, artinya seorang wirausaha tidak mudah menyerah dalam

23

kondisi apapun. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap dipadu menjadi

kekuatan yang harmonis dalam memberdayakan seluruh sumber daya

yang tersedia.

6. Selalu mencoba berinovasi

Inovasi diperlukan karena setiap pelaku usaha ingin memberikan sesuatu

yang berbeda. Inovasi dapat dilakukan pada seluruh bauran pemasaran.

Tampilan yang berbeda pada produk dan jasa yang ditawarkan akan

memiliki kelebihan dan keunikan dibandingkan dengan produk pesaing.

7. Memahami semua aspek guna meningkatkan rasa tanggung jawab

Tanggung jawab utama seorang wirausaha terletak pada cara

mempertahankan kegiatan usaha agar usaha yang dijalankan tetap

bertahan ditengah dinamika kehidupan lingkungan.

Keterampilan Wirausaha

Keterampilan adalah kemauan dan kemampuan serta kesempatan yang

ada pada diri seseorang untuk selalu menggunakan semua organ fisiknya dalam

mengembangkan usahanya tersebut. Keterampilan berhubungan dengan kerja

fisik anggota badan terutama tangan, kaki dan mulut (suara) untuk berkerja

(Pambudy 1999).

Soesarsono (2002) menyebutkan bahwa kemampuan atau keterampilan

akan membentuk seorang wirausaha memiliki kepercayaan diri. Berikut

merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang wirausaha :

1. Kemampuan personal

Kemmapuan personal yang perlu dikuasai meliputi : kemampuan

mengenal emosi, kemampuan mengendalikan dan mengarahkan emosi,

kemampuan memotivasi diri, kemampuan bekerja keras, pantang

menyerah, kepercayaan diri dan kemampuan mengembangkan diri,

kemampuan mengambil inisiatif, kemampuan berkreasi/berinovasi.

2. Kemampuan sosial

Kemampuan sosial yang penting antara lain: kemampuan menyeseuaikan

diri, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berempati, kemampuan

bergaul, kemampuan bekerja sama, kemampuan berorganisasi,

kemampuan memimpin.

3. Kemmapuan dasar/professional

Kemampuan dasar atau professional yang penting antara lain:

kemampuan membaca, kemampuan menulis beberapa jenis surat dan

laporan, kemampuan berhitung, kemampuan membuat rencana

pekerjaan/bisnis, kemampuan mengelola bisnis, kemampuan memantau

atau mengevaluasi, kemampuan menemukan dan memecahkan masalah,

kemampuan memberi instruksi/perintah/melatih, kemampuan

melaksanakan pekerjaan teknis umum, kemampuan melaksanakan

pekerjaan teknis khusus, kemampuan melihat kedepan, kemampuan

berpikir kritis dan dialektis.

Ciri-ciri Wirausahawan yang Berhasil

Kasmir (2010) berpendapat bahwa berwirausaha tidak selalu

memberikan hasil yang sesuai dengan harapan dan keinginan pengusaha. Tidak

sedikit pengusaha yang mengalami kerugian dan akhirnya bangkrut. Namun,

24

banyak pula wirausahawan yang berhasil pada beberapa generasi. Bahkan,

banyak wirausahawan yang semula hidup dengan sederhana menjadi sukes

dengan ketekunannya. Berikut merupakan beberapa ciri wirausahawan yang

dapat dikatakan berhasil, yaitu :

1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas

Hal ini berfungsi untuk menebak langkah dan arah yang akan dituju

sehingga dapat diketahui apa yang akan dilakukan oleh seorang

wirausaha.

2. Inisiatif dan selalu proaktif

Merupakan ciri mendasar bahwa seorang pengusaha tidak hanya

menunggu sesuatu yang terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan

mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.

3. Berorientasi pada prestasi

Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada

prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta

kepuasaan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala

aktivitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik

dibandingkan sebelumnya.

4. Berani mengambil risiko

Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha, baik

dalam bentuk uang maupun waktu.

5. Kerja keras

Jam kerja pengusaha tidak terbatas. Ide-ide baru akan selalu mendorong

seorang pengusaha untuk bekerja keras dan merealisasikannya.

6. Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik

sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha

tidak hanya pada material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.

7. Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang

teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu merupakan

kewajiban untuk segera ditepati dan direalisasikan.

8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak,

baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun

tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan antara lain kepada

pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional merupakan suatu landasan yang

berdasarkan teori yang digunakan untuk menentukan urutan langkah-langkah

yangakan dilakukan dalam suatu penelitian.Menurut Departemen Pertanian

dalam Haryani (2004), kegiatan pembangunan khususnya pada sektor pertanian

menunjukkan peran serta semua pihak, terutama para petani-nelayan dan

keluarganya. Salah satu unsur tersebut adalah para isteri petani-nelayan maupun

wanita yang memiliki posisi sebagai kepala keluarga dalam masyarakat

pedesaan serta pengelola usaha tani atau pencari nafkah utama dalam

keluarganya yang selanjutnya disebut sebagai wanita tani-nelayan. Upaya wanita

tani dalam berusaha untuk mencari peluang dan kesempatan berusaha

memerlukan pembinaan dan peningkatan kemampuannya kearah kemandirian.

25

Slamet dalam Haryani (2004) menekankan bahwa untuk menumbuhkan

kemandirian, perlu diarahkan agar memiliki kekuatan dan kesempatan diri dalam

bekerja sama untuk mencapai segala sesuatu yang dibutuhkan. Kemandirian

wanita tani adalah suatu kondisi yang ditumbuhkan melalui pemberdayaan.

Pembentukan kelompok wanita tani merupakan salah satu hal yang perlu

dilakukan guna meningkatkan pendidikan dan pelatihan yang nantinya akan

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para wanita tani. Selain itu,

melalui pembentukan kelompok, wanita tani juga dapat mengembangkan potensi

yang dimiliki dalam mengelola hasil pertanian yang nantinya akan berorientasi

pada bisnis atau wawasan berwirausaha yang selanjutnya akan berdampak pada

peningkatan kesejahteraan keluarga.

Kelompok wanita tani Tapak Dara merupakan salah satu kelompok

wanita tani yang memiliki tujuan utama untuk memberdayakan kaum wanita,

khususnya di Kelurahan Sindang Barang. Kelompok wanita tani tersebut telah

memiliki visi dan misi yang ditentukan secara musyawarah antara anggota

dengan pengurus. Selain itu, kelompok wanita tani Tapak Dara juga telah

memiliki program pengembangan kewirausahaan yang bertujuan untuk

menjadikan wanita tani sebagai wanita wirausaha yang mandiri. Namun, dalam

kenyataannya visi, misi, program, dan kegiatan yang direncanakan dan dibentuk

tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Hal tersebut senada dengan pernyataan

dari ketua kelompok wanita tani Tapak Dara yang menyatakan bahwa kurangnya

partisipasi dan kurang responsifnya anggota menjadikan visi, misi, program, dan

kegiatan kurang berjalan secara maksimal. Salah satu kajian yang dapat

dilakukan guna memberikan gambaran mengenai wawasan wirausaha dari suatu

kelompok adalah perilaku wirausaha yang dapat dilihat dari pengetahuan, sikap

mental, dan keterampilan dalam berwirausaha.

Pada penelitian ini, langkah awal yang dilakukan adalah melakukan

wawancara dan penyebaran kuesioner kepada anggota dari kelompok wanita tani

Tapak Dara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai

karakteristik individu dan karakteristik kelompok dari anggota, sedangkan

kuesioner dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman responden

akan kewirausahaan. Karakteristik individu yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi suami, pendapatan, jumlah keluarga, dan asal daerah. Sementara itu,

bagi responden yang memiliki pekerjaan lain selain sebagai ibu rumah tangga,

memiliki karakteristik individu yang dibedakan atas lama usaha, sumber modal

awal, pinjaman untuk pengembangan usaha, waktu yang telah dicurahkan untuk

menjalankan kegiatan usaha, dan persentase kebutuhan keluarga yang telah

tercukupi.Sementara itu, karakteristik kelompok yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi lama bergabung, motivasi bergabung, harapan,

mekanisme pengambilan keputusan, keinginan anggota, intensitas rapat dan

kegiatan, pelayanan kelompok, dan suasana kelompok.

Selain perilaku wirausaha, penelitian ini juga akan melihat keberhasilan

usaha dari anggota kelompok. Variabel keberhasilan usaha dalam penelitian ini

mencakup keragaman produk, perluasan wilayah pemasaran, peningkatan

pendapatan, loyalitas konsumen, dan kemampuan bersaing. Langkah selanjutnya

adalah melakukan uji korelasi rank spearman untuk mengetahui hubungan

antara karakteristik individu, karakteristik kelompok, perilaku wirausaha, dan

26

keberhasilan usaha. Dengan demikian, kerangka pemikiran operasional dapat

dilihat pada Gambar 5.

27

Gambar5 Kerangka Pemikiran Operasional

Hubungan antara karakteristik inividu, karakteristik kelompok, perilaku

wirausaha dan keberhasilan usaha uji korelasi rank spearman (SPSS 17.0)

Kelompok wanita tani Tapak Dara kelompok wanita tani yang bertujuan

untuk memberdayakan wanita tani menjadi wanita wirausaha mandiri

Pembentukan Kelompok Wanita Tani wadah untuk meningkatkan

pendidikan dan pelatihan yang nantinya akan meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan

Permasalahan

Visi, misi, program dan kegiatan yang berkaitan dengan kewirausahaan belum

berjalan sesuai harapan

Perilaku wirausaha

pengetahuan, sikap

mental, dan keterampilan

dalam berwirausaha

Keberhasilan usaha

keragaman produk,

perluasan wilayah

pemasaran, peningkatan

pendapatan, loyalitas

konsumen, dan

kemampuan bersaing

Karakteristik individu

Usia

Tingkat pendidikan formal

Pendidikan non formal

Status pekerjaan suami

Pendapatan

Jumlah keluarga

Asal daerah

Lama usaha

Sumber modal awal

Pinjaman untuk pengembangan

usaha

Waktu yang telah dicurahkan

untuk menjalankan kegiatan

usaha

Persentase kebutuhan keluarga

yang telah tercukupi

Karakteristik kelompok

Lama bergabung

Motivasi bergabung

Harapan

Mekanisme pengambilan

keputusan

Keinginan anggota

Intensitas rapat dan

kegiatan

Pelayanan kelompok

Suasana kelompok

Saran dan rekomendasi

28

METODE PENELITIAN

Lokasi dan WaktuPenelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapak Dara

yang terletak di kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat. Pemilihan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapak Dara merupakan salah satu kelompok

wanita tani yang berada di kota Bogor dan telah memiliki program

pengembangan kewirausahaan yang ditujukan bagi para anggotanya. Selain itu,

menurut hasil wawancara dengan pihak Dinas Pertanian Kota Bogor (2013),

Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapak Dara merupakan salah satu KWT yang

telah memiliki sistem manajemen organisasi yang baik. Pengumpulan data

penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data

primer dan sekunder. Data primer merupakan suatu data yang diperoleh peneliti

langsung dari para responden (sumber pertama) melalui hasil pengamatan,

pencatatan, dan wawancara dengan pihak yang bersangkutan. Wawancara

dilakukan kepada anggota dan pengurus KWT Tapak Dara. Sementara itu, data

sekunder merupakan suatu data yang telah diterbitkan oleh organisasi atau

lembaga terkait dan bukan hasil pengolahan peneliti. Data sekunder diperoleh

peneliti berupa daftar anggota, struktur organisasi, dan laporan keuangan yang

diperoleh dari Kelompok Wanita Tani (KWT Tapak Dara). Selain itu, data

sekunder juga diperoleh melalui lembaga atau instansi terkait seperti internet,

studi literatur, jurnal, buku-buku bacaan, artikel, majalah serta data-data yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Kota Bogor.

Metode Pengumpulan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus dan seluruh anggota dari

KWT Tapak Dara yang keseluruhannya berjumlah 33 responden. Data mengenai

pengurus dan anggota diperoleh dari ketua Kelompok Wanita Tani (KWT)

Tapak Dara. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode

sensus, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dari jumlah populasi

yang ada akan dijadikan sebagai obyek penelitian.

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara,

pengamatan langsung (observasi), dan kuesioner. Wawancara dilakukan untuk

memperoleh informasi mendalam yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

Pengamatan langsung (observasi) dilakukan dengan mengamati obyek

penelitian. Sementara itu, kuesioner dilakukan dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan kewirausahaan yang nantinya akan

memberikan gambaran mengenai pemahaman responden dalam hal

kewirausahaan. Selain itu, pada penelitian ini, kuesioner digunakan untuk

memperoleh data secara utuh dan dapat menggambarkan kejadian yang ada di

lapangan.Pengisian kuesioner dilakukan dengan bertemu langsung dengan

29

responden tanpa melalui perantara. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian

ini berupa pertanyaan terbuka dan tertutup untuk mengetahui gambaran secara

umum karakteristik individu dan karakteristik kelompok dari masing-masing

responden. Selain itu, kusioner juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana

perilaku wanita wirausaha yang dapat dilihat dari pengetahuan, sikap mental,

dan keterampilan dalam berwirausaha, serta sejauh mana keberhasilan usaha

yang dicapai oleh anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif merupakan metode penelitian

yang sifatnya deskriptif dan induktif serta subjektif. Data kualitatif diperoleh

melalui observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan selama penelitian.

Analisis data yang digunakan dalam metode kualitatif menggunakan metode

analisis statistika deskriptif. Sementara itu, metode penelitian kuantitatif

merupakan metode penelitian yang sifatnya induktif dan objektif serta bersifat

ilmiah. Data kuantitatif diperoleh dari pihak Kelompok Wanita Tani Tapak

Dara, baik anggota maupun pengurus yang berupa data diri, perilaku wirausaha,

dan perkembangan usahanya. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan

bantuan kuesioner. Selanjutnya, data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah

dengan menggunakan software computer Microsoft Excel, dan program SPSS

17.0 for Windows.

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan analisis yang menggambarkan

suatu data yang akan dibuat, baik sendiri maupun secara berkelompok. Tujuan

dari analisis deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis data

yang aktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena

yang diteliti (Riduwan 2011). Selanjutnya, menurut Sugiyono (2011), statistik

deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bernaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui

tabel, grafik, diagram lingkaran, piktogram, perhitungan desil, persentil,

perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,

serta perhitungan persentase.

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk

mendeskripsikan karakteristik individu, karakteristik kelompok, dan perilaku

wirausaha. Pada penelitian ini, data dan informasi mengenai karakteristik

individu dan karakteristik kelompok yang berasal dari kuesioner diolah dan

disajikan dalam bentuktabel. Penyajian tabel dilakukan untuk menginformasikan

data dari hasil penelitian. Tabel yang disajikan berupa tabel distribusi frekuensi

yang merupakan penyusunan suatu data mulai dari yang terkecil hingga terbesar

yang membagi banyaknya data ke dalam beberapa kelas. Menurut Sugiyono

(2011), tabel distribusi frekuensi digunakan untuk memudahkan data dalam

penyajian, mudah dipahami, dan mudah dibaca sebagai bahan informasi yang

pada gilirannya digunakan untuk perhitungan membuat gambar statistik dalam

30

berbagai bentuk penyajian data. Selanjutnya, Nazir (2005) menjelaskan bahwa

dalam membuat tabel distribusi frekuensi, jumlah interval kelas bergantung dari

jumlah data yang diperoleh tanpa melakukan suatu pengaturan tertentu terhadap

data tersebut (data mentah). Jumlah kelas interval dapat ditentukan dengan

menetapkan besar interval kelas terlebih dahulu. Besar interval kelas adalah

selisih antara limit bawah dari interval berikutnya dengan limit bawah interval

mula-mula atau selisih dari limit atas dua interval berurutan. Jumlah interval

kelas dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

k =

i =

Dimana :

k = jumlah interval kelas

i = besar interval kelas

R = range

Pada penelitian ini, pertanyaan untuk unsur pengetahuan berwirausaha

terdiri atas 29 pertanyaan dengan jawaban benar atau salah. Pertanyaan untuk

sikap mental terdiri atas 20 pertanyaan dengan menggunakan skala likert yakni

sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sedang, sesuai, dan sangat sesuai. Sedangkan

pertanyaan untuk keterampilan dalam berwirausaha terdiri atas 29 pertanyaan

dengan jawaban ya atau tidak. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada

responden tersebut kemudian akan dilihat skor atau nilai yang diperoleh masing-

masing responden. Skor untuk pengetahuan dan keterampilan adalah 0 untuk

jawaban salah atau tidak, sedangkan 1 untuk jawaban benar atau ya dengan skor

tertinggi adalah 100 dan 0 untuk skor terendah. Sehingga, bagi responden yang

mampu menjawab 29 pertanyaan yang diajukan, maka responden tersebut

memiliki skor 100. Namun, bagi responden yang hanya menjawab 28

pertanyaan, maka responden memiliki skor 96.5 yang diperoleh dari hasil 100

dibagi 29 kemudian dikalikan dengan 28.

Sementara itu, skor untuk sikap mental adalah 20 untuk skor terendah

dan 100 untuk skor tertinggi. Hal itu disebabkan karena skala likert hanya dapat

mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan berapa

kali satu individu lebih baik dari individu lain. Selain itu, pada skala likert

terkadang total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas karena

banyak pola responsi terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama

(Nazir 2005). Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam

penelitian gejala sosial telah ditetapkan oleh peneliti yang selanjutnya disebut

sebagai variabel penelitian. Variabel penelitian yang akan diukur dijabarkan

menjadi dimensi yang selanjutnya dimensi dijabarkan menjadi sub variabel

kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat

diukur. Indikator-indikator yang terukur dijadikan sebagai titik tolak untuk

membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu

dijawab oleh responden (Riduwan 2011). Pada penelitian ini, skor untuk skala

likert pada sikap mental adalah : skor 1 untuk sangat tidak sesuai, skor 2 untuk

tidak sesuai, skor 3 untuk sedang, skor 4 untuk sesuai, dan skor 5 untuk snagat

31

sesuai. Sehingga, bagi responden yang memiliki sikap mental sangat sesuai

dengan 20 pertanyaan yang diajukan, maka responden memiliki skor 100.

Selanjutnya, skor untuk perilaku wanita wirusaha dapat diperoleh dengan

menjumlahkan skor dari pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan yang

diperoleh dari masing-masing responden dengan 300 sebagai skor tertinggi dan

20 untuk skor terendah. Dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha, indikator

keberhasilan usaha yakni keragaman produk, perluasan wilayah pemasaran,

peningkatan pendapatan, loyalitas konsumen, dan kemampuan bersaing masing-

masing pertanyaan menggunakan skala likert yang nilai skornya mulai dari 1

hingga 5 dengan 18 pertanyaan. Dari kelima indikator keberhasilan usaha yang

digunakan, keseluruhan skor untuk masing-masing pertanyaan dijumlahkan

untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu, karakteristik

kelompok, dan perilaku wanita wirausaha dengan keberhasilan usaha pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara. Penilaian skor mengenai perilaku

wirausaha dan unsure-unsurnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel1 Penilaian skor perilaku wirausahadan unsur-unsurnya

No. Range skor

pengetahuan

Range skor

sikap mental

Range skor

keterampilan

Range

skor

perilaku

Kategori

1. 0 – 20 20 – 36 0 – 20 20 – 76 Sangat

rendah

2. 21 – 40 37 – 52 21 – 40 77 – 132 Rendah

3. 41 – 60 53 – 68 41 – 60 133 – 188 Sedang

4. 61 – 80 69 – 84 61 – 80 189 – 244 Tinggi

5. 81 – 100 85 – 100 81 – 100 245 – 300 Sangat

tinggi

Korelasi Rank Spearman

Korelasi rank spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk

mengiji signifikansi hipotesis asosiatif apabila masing-masing variabel yang

dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama

(Sugiyono 2011).

Nugroho (2005) menjelaskan bahwa koefisien korelasi memiliki nilai

antara (-1) hingga (+1). Sifat nilai koefisien korelasi adalah plus (+) atau minus

(-). Hal ini menunjukkan arah korelasi. Makna sifat korelasi :

1. Korelasi positif (+) berarti apabila variabel x1 mengalami kenaikan, maka

variabel x2 juga akan mengalami kenaikan, atau apabila variabel x2

mengalami kenaikan maka variabel x1 juga akan mengalami kenaikan.

2. Korelasi negatif (-) berarti apabila variabel x1 mengalami penurunan

maka variabel x2 akan mengalami penurunan, atau apabila variabel x2

mengalami penurunna maka variabel x1 akan mengalami penurunan.

Selanjutnya, sifat korelasi akan menentukan arah korelasi. Keeratan

korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. 0.00 sampai dengan 0.20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat

lemah.

32

2. 0.21 sampai dengan 0.40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah.

3. 0.41 sampai dengan 0.70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat.

4. 0.71 sampai dengan 0.90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat.

5. 0.91 sampai dengan 0.99 artinya korelasi memiliki keeratan sangat kuat

sekali.

6. 1 berarti korelasi sempurna.

Pada penelitian ini, uji korelasi rank spearman digunakan untuk

mengetahui hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik kelompok

dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha, serta hubungan antara

perilaku wirausaha dengan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita

tani Tapak Dara.

GAMBARAN UMUM KWT TAPAK DARA

Sejarah singkat Kelompok Wanita Tani Tapak Dara

Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapak Dara merupakan salah satu

kelompok wanita tani yang menjadi mitra binaan dari Dinas Pertanian Kota

Bogor dan dibentuk pada tanggal 27 Januari 2011 dengan jumlah anggota 33

orang. Kelompok ini merupakan suatu kelompok yang bergerak di sektor

pertanian, khususnya budidaya dan pengolahan hasil pertanian. Selain itu,

kelompok ini juga merupakan salah satu wadah perkumpulan yang anggota

seluruhnya adalah wanita yang berada di Kelurahan Sindang Barang.

Awalnya, kelompok wanita tani Tapak Dara dibentuk atas dasar

pemanfaatan produk bumbu organik yang diproduksi oleh Ibu Septiva Herlin

Artati (Elin) yang saat ini diberikan kepercayaan sebagai ketua. Pada saat itu,

Ibu Elin memproduksi bumbu dapur organik yang mengalami kendala dalam hal

pemasaran. Namun, melihat peluang bisnis yang ada akan bumbu dapur organik

dan berkeinginan untuk memberdayakan wanita, khususnya para ibu rumah

tangga di kelurahan Sindang Barang, maka Ibu Elin, Ibu Titiek Purwati

(sekretaris) serta Ibu Lela Asmara (bendahara) berinisiatif untuk membentuk

sebuah perkumpulan yang dinamakan dengan kelompok wanita tani Tapak Dara.

Nama dari Tapak Dara diambil dari nama tanaman dan merupakan hasil

kesepakatan bersama antara Ibu Elin, Ibu Titiek, dan Ibu Lela. Selanjutnya,

mereka menarik para ibu rumah tangga aktif dan berniat untuk menjadi bagian

dari kelompok wanita tani Tapak Dara.

Saat ini, kelompok wanita tani Tapak Dara telah memperoleh berbagai

macam bantuan dari pihak Dinas Pertanian dan Kantor Ketahanan Pangan kota

Bogor. Bantuan-bantuan tersebut berupa peralatan dan modal. Bantuan peralatan

yang diberikan meliputisiller, oven, mesin penggiling, blender, mixer, dan mesin

untuk membuat mie dan stick. Sementara itu, bantuan modal diberikan dalam

bentuk uang yang digunakan oleh kelompok wanita tani Tapak Dara sebagai

dana bergulir yang diberikan kepada anggota dengan tujuan untuk

pengembangan usaha.

Kelompok wanita tani Tapak Dara dibentuk dengan tujuanuntuk

memberdayakan wanita, khususnya ibu rumah tangga dalam rangka peningkatan

kualitas hidup melalui pendidikan dan pelatihan. Kelompok wanita tani Tapak

33

Dara memfokuskan pada kegiatan usaha budidaya pertanian perkotan dan

pengolahan pasca panen. Untuk mencapai hal tersebut, kelompok wanita tani

Tapak Dara memiliki beberapa program, yaitu :

1) Pemanfaatan lahan pekarangan

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan bahan pangan

ditingkat keluarga. Kegiatannya berupa penanaman tanaman sayuran,

umbi-umbian, dan buah-buahan di pekarang dengan menggunakan pot

atau teknik vertikultur.

2) Kebun bibit dan kebun pecobaan

Kelompok Wanita Tani Tapak Dara mengelola kebun percobaan seluas

500 m². Kebun percobaan digunakan sebagai sarana belajar

pengembangan pertanian perkotaan yang ramah lingkungan. Selain itu,

KWT Tapak Dara juga mengembangkan kebun bibit dengan bibit yang

dikembangkan adalah bibit sayuran dan ubi jalar.

3) Sekolah Lapang (SL) pertanian ramah lingkungan

Sekolah Lapang (SL) diselenggarakan setiap bulan melalui pertemuan

rutin di kebun percobaan maupun di rumah anggota. Materi SL yang

diberikan antara lain pengolahan sampah rumah tangga menjadi pupuk

cair dan kompos, pangan sehat, dan budidaya cabai dan ubi jalar.

4) Pengembangan industri tepung, bumbu, dan kue

KWT Tapak Dara mengembangkan produk unggulan yaitu tepung mocaf

atau ubi jalar dan bumbu praktis. Kegiatan yang dilakukan dalam

pengembangan produk unggulan, yaitu : pengembangan bumbu praktis,

sehat dan alami, pengembangan tepung mocaf, dan pengembangan

produk olahan berbasis tepung umbi.

5) Pengembangan kewirausahaan produk pertanian

Kegiatan ini terdiri dari pemasaran dan peningkatan kualitas serta daya

saing produk yang dilakukan dengan mengembangkan unit usaha

catering kua atau makanan utama, mengikuti pameran, memperbaiki

kemasan dan penampilan produk, dan mendaftarkan sertifikasi P-IRT

dan sertifikasi halal dari MUI.

Pembinaan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani Tapak Dara

diadakan setiap bulan sekali dengan agenda pembahasan dan saling tukar

informasi mengenai usaha yang dijalankan ataupun yang akan dijalankan.

Seiring perkembangannya, Kelompok Wanita Tani telah memperoleh

penghargaan sebagai juara pertama lomba cipta menu tingkat Kota Bogor tahun

2011 dan juara kedua kategori Kelompok Wanita Tani (KWT) Kota Bogor

tahun 2012. Lomba cipta menu diadakan oleh PKK yang diikuti oleh seluruh

kelompok wanita tani di wilayah Kota Bogor. Sementara itu, lomba kategori

kelompok wanita tani diselenggarakan oleh pihak Kantor Ketahanan Pangan

Kota Bogor.

Visi, Misi, dan Tujuan

Kelompok wanita tani Tapak Dara telah memiliki pernyataan secara

tertulis mengenai visi, misi, dan tujuan. Visi, misi, dan tujuan dalam suatu

kelompok atau organisasi baik formal maupun non formal sudah seharusnya

dimiliki dalam menjalankan tugas dan fungsinya yang nantinya dapat dijadikan

34

sebagai landasan dasar. Visi Kelompok Wanita Tani Tapak Dara adalah

meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat

melaluipengelolaan lingkungan hidup dan pengembangan industri pertanian

yang berwawasan ekologis dan berkelanjutan.

Sementara itu, misi dari kelompok wanita tani Tapak Dara yaitu: (1)

mengembangkan pendidikan lingkungan untukmeningkatkan pengetahuan dan

pemahaman masyarakattentang lingkungan hidup dan pertanian yang ramah

lingkungan. (2) mengembangkan model pertanian perkotaan (urban farming)

yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. (3) mencari dan mengembangkan

model-model peningkatanekonomi yang meminimalkan kerusakan ekologis, dan

(4)mengembangkan jaringan dengan berbagai pihak untukmencapai visi

organisasi.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan gambaran yang menunjukkan kerangka

dan susunan perwujudan pola tetap setiap bagian dari suatu organisasi, lembaga,

atau instansi lainnya yang berisi segala hal yang berkaitan dengan fungsi dan

gambaran umum dari masing-masing bagian beserta dengan orang yang

diberikan kedudukan, tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu

organisasi. Struktur organisasi juga mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja,

standarisasi, koordinasi sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan

keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja. Sehingga, struktur organisasi perlu

dibentuk dalam suatu lembaga, baik formal maupun non formal khususnya bagi

Kelompok Wanita Tani Tapak Dara dalam menjalankan fungsi dan perannya

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Struktur organisasi pada kelompok wanita tani Tapak Dara dapat

dikatakan telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yakni terdiri dari ketua,

sekretaris, bendahara, dan dibantu beberapa seksi-seksi yaitu humas, sarana

produksi (saprodi), pemasaran, permodalan, serta hama dan penyakit.

Pembentukan struktur organisasi pada kelompok wanita tani Tapak Dara

didasarkan pada pengambilan keputusan yang melibatkan seluruh anggota.

Struktur organisasi yang baik adalah masing-masing pengurus menjalankan

tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan dan anggota melaksanakan hak dan

kewajibannya, maka kegiatan dan kinerja dari suatu kelompok menjadi optimal.

Namun, kinerja kelompok menjadi kurang optimal apabila pengurus yang

diberikan tanggung jawab tidak menjalankan tugas sesuai dengan kedudukannya

dalam suatu kelompok.

35

Gambar6Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani Tapak Dara Sumber : Kelompok Wanita Tani Tapak Dara (2013)

Setiap kedudukan dalam struktur organisasi pada suatu lembaga

memiliki tugas dan wewenang yang berbeda-beda, begitu pula struktur

organisasi pada Kelompok Wanita Tani Tapak Dara. Tugas dan wewenang dari

masing-masing pengurus Kelompok Wanita Tani Tapak Dara adalah sebagai

berikut :

1. Ketua, memiliki tugas dan wewenang dalam melaksanakan visi dan misi

yang telah dibuat, memimpin dan mengendalikan semua kegiatan

organisasi kelompok wanita tani Tapak Dara, melakukan pembinaan dan

pengendalian terhadap anggota, menyusun program kerja dalam setahun

selama masa periode kepengurusan, dan bertanggung jawab atas kelola

organisasi kelompok wanita tani Tapak Dara.

2. Sekretaris, memiliki tugas dan wewenang dalam mengatur kegiatan

administrasi pembukuan kelompok wanita tani Tapak Dara, melakukan

pencatatan dokumen pada setiap pertemuan dan kegiatan usaha yang

telah dilaksanakan, serta mengagendakan dan mengarsipkan setiap

kegiatan pada kelompok wanita tani Tapak Dara.

3. Bendahara, bertugas dalam melaksanakan pencatatan transaksi keuangan

kelompok secara transparan, melaporkan kegiatan keuangan pada setiap

pertemuan, dan melakukan penagihan kepada anggota untuk melakukan

pembayaran pinjaman.

4. Seksi humas, bertugas untuk menyebarkan informasi kepada anggota

yang berkaitan dengan kegiatan kelompok wanita tani Tapak Dara, dan

bertugas sebagai jembatan penghubung komunikasi antara anggota

dengan pengurus pada kelompok wanita tani Tapak Dara.

Ketua

Septiva Herlin Artati

Seksi-seksi

Sekretaris

Titiek Purwati

Bendahara

Lela Asmara

Sulastri Ida Atmaja

Humas

Sri Ningsih

Permodalan Saprodi

Ikah

Hayati

Yusnindar

Pemasaran Hama

dan

Penyakit

36

5. Seksi sarana produksi (saprodi), bertugas untuk melaksanakan

pemantauan dan pengawasan terhadap penyaluran ataupun penggunaan

sarana produksi, dan melaksanakan pembinaan pengelolaan sarana

produksi bagi anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.

6. Seksi pemasaran, bertugas dalam melaksanakan pemasaran hasil

produksi atau produk olahan dari anggota kelompok wanita tani Tapak

Dara, dan mencari informasi pasar terkait dengan pengembangan usaha

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.

7. Seksi permodalan, bertugas untuk membantu bendahara dalam

menangani kegiatan keuangan, khususnya modal pinjaman yang

dipinjam oleh anggota kelompok wanita tani Tapak Dara serta bertugas

membantu dalam melakukan penagihan modal pinjaman anggota.

8. Seksi hama dan penyakit, bertugas dalam melaksanakan pemantauan dan

pengendalian terhadap hama dan penyakit, dan memberikan informasi

mengenai hama dan penyakit serta pencegahannya kepada anggota

terkait tanaman yang ditanam.

Produk Kelompok Wanita Tani Tapak Dara

Produk unggulan kelompok wanita tani Tapak Dara adalah makanan

olahan yang berasal dari tepung mocaf, seperti donut, kue gentur (makanan

tradisional kelurahan sindang barang), kue basah ataupun kue kering, bolu, mie,

dan jajanan tradisional. Tepung mocaf merupakan tepung hasil modifikasi yang

berperan sebagai alternatif pengganti tepung terigu atau campuran terigu

sebesar 30 hingga100 % dan dapat menekan biaya konsumsi tepung terigu

sebesar 20-30 %.Kata mocaf berasal dari Modified Cassava Flour atau tepung

singkong dimodifikasi. Modifikasi dalam hal ini berarti pembuatan tepung

mocaf dilakukan melalui proses khusus yang disebut dengan fermentasi atau

pereraman yang melibatkankan jasa mikrobia atau enzimtertentu, sehingga

selama proses fermentasi berlangsung terjadi perubahan yang luar biasadalam

masa ubi baik dari aspek perubahan fisik, kimiawi, dan mikrobiologis serta

inderawi (Sunarsiet al. 2011).

Apabila dilihat dari komposisi kimianya, tepung mocaf memiliki sifat-

sifat yang lebih baik dibandingkan dengan tepung singkong (Tabel2).

Tabel2 Perbedaan komposisi kimia tepung mocaf dengan tepung singkong (%)a

Parameter Tepung Mocaf Tepung Singkong

Air Maksimal 13 Maksimal 13

Protein Maksimal 1.0 Maksimal 1.2

Abu Maksimal 0.2 Maksimal 0.2

Pati 85 – 87 82 – 85

Serat 1.9 – 3.4 1.0 – 4.2

Lemak 0.4 – 0.8 0.4 – 0.8 aSumber : Sunarsi, et al (2011)

Makanan olahan dari tepung mocaf akan diproduksi ketika terdapat

pesanan atau pada saat lebaran, baik dalam jumlah sedikit maupun jumlah besar.

37

Harga yang ditawarkan dari makanan olahan tersebut beragam, tergantung dari

jenis makanan yang dipesan dan banyaknya bahan yang diperlukan untuk

memproduksi makanan tersebut. Tepung mocaf yang digunakan oleh kelompok

wanita tani Tapak Dara adalah tepung mocaf yang diproduksi sendiri oleh

anggota. Sumber bahan baku dalam pembuatan tepung mocaf diperoleh dari para

petani yang berada di sekitar kelurahan Sindang Barang. Hal tersebut

dimaksudkan agar singkong yang diperoleh merupakan singkong kualitas bagus

dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga pasar.

Selain memproduksi makanan olahan dari tepung mocaf, beberapa

anggota dari kelompok wanita tani Tapak Dara juga memproduksi keripik

singkong, peyek, gorengan, masakan lauk pauk atau sayuran yang sudah matang

dan keripik bawang. Selanjutnya, sebagian anggota lainnya melakukan usaha

ternak ayam, warung sembako, dan kredit makanan atau kue kering. Mayoritas

dari anggota kelompok wanita tani Tapak Dara bekerja untuk memenuhi

kebutuhan keluarga atau menambah pendapatan rumah tangga. Produk yang

dihasilkan biasanya dipasarkan melalui warung-warung yang dekat dengan

tempat tinggal atau dengan berkeliling di Kelurahan Sindang Barang. Dalam

kaitannya dengan pemasaran, kelompok wanita tani Tapak Dara memiliki peran

dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh anggota yaitu

mengikutsertakan produk-produk yang diproduksi melalui pameran, dari mulut

ke mulut, selebaran dan internet. Selain itu, produk yang dihasilkan juga

biasanya dipasarkan melalui asosiasi pasar tani di daerah Ragunan setiap hari

jumat.

Permodalan

Modal awal yang digunakan oleh kelompok wanita tani Tapak Dara

untuk kegiatan operasional diperoleh dari hasil penjualan kue dan sumbangan

dari beberapa anggota sebesar Rp1800 000. Modal tersebut digunakan untuk

keperluan kegiatan kelompok, yakni mulai dari pembelian bibit untuk kebun

bibit hingga pembelian singkong yang digunakan untuk tepung mocaf yang

nantinyaakan menghasilkan berbagai macam makanan olahan.

Tahun 2012, kelompok wanita tani Tapak Dara memperoleh bantuan

berupa dana dari Kantor Ketahanan Pangan dalam Program Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) sebesar 12 juta rupiah dan 4 juta

rupiah untuk kebun bibit dan budidaya yang juga diperoleh dari Kantor

Ketahanan Pangan Kota Bogor. Dana yang diperoleh tersebut dimanfaatkan oleh

kelompok sebagai dana bergulir dengan tujuan untuk modal pengembangan

usaha anggota. Dana yang diberikan kepada anggota besarnya Rp500 000

dengan potongan awal Rp25 000, sehingga dana yang diperoleh anggota

besarnya Rp475 000 dengan jangka waktu pengembalian 10 bulan dan setiap

bulan wajib memberikan angsuran sebesar Rp50 000. Saat ini, jumlah anggota

yang telah mendapatkan modal usaha sekitar 20 orang yang nantinya juga akan

diberikan kepada anggota lainnya apabila modal yang diberikan kepada anggota

sebelumnya telah dikembalikan.

Modal pengembangan usaha yang diberikan oleh kelompok wanita tani

Tapak Dara kepada anggota didasarkan atas syarat : 1) anggota merupakan

anggota aktif, 2) anggota memiliki kemampuan dalam mengembalikan

38

modalusaha, 3) anggota terbukti memiliki usaha dan membutuhkan modal untuk

pengembangan usaha, dan 4) anggota berkeinginan kuat untuk menjalankan

suatu usaha baru dengan ide yang telah direncanakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Individu

Kelompok wanita tani Tapak Dara merupakan salah satu kelompok

wanita yang dibentuk dengan tujuan utama membentuk wanita sebagai pribadi

yang mandiri, sehingga mereka mampu meningkatkan kualitas keluarga. Para

wanita yang tergabung dalam kelompok tersebut tidak seluruhnya memiliki

profesi ganda yakni sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja nyata.

Menurut hasil survey yang dilakukan, hanya 18 responden yang berprofesi

sebagai seorang wirausaha dan ibu rumah tangga, sedangkan sisanya 15

responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan aktif dalam

kegiatan sosial, seperti PKK, posyandu, dan kegiatan lainnya yang dilakukan di

kelurahan Sindang Barang. Kegiatan usaha yang dijalankan oleh anggota

maupun pengurus dari Kelompok Wanita Tani Tapak Dara adalah berwirausaha,

baik itu pedagang ataupun pihak yang hanya memproduksi makanan olahan.

Alasan utama para wanita bekerja adalah untuk menambah pendapatan keluarga,

khususnya untuk mencukupi kebutuhan anak sekolah. Selain itu, mereka juga

mendapatkan dukungan dari suami untuk terus berusaha dan terkadang suami

membantu dalam proses produksi maupun pembelian bahan baku.

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang tergabung

dalam kelompok wanita tani Tapak Dara denganjumlah 33 orang. Karakteristik

individu dalam penelitian ini terdiri atas usia, tingkat pendidikan formal,

pendidikan non formal, status pekerjaan suami, pendapatan, jumlah keluarga,

dan asal daerah. Sementara itu, bagi responden yang memiliki pekerjaan lain

selain ibu rumah tangga, memiliki karakteristik individu yang dibedakan atas

lama usaha, sumber modal awal, pinjaman untuk pengembangan usaha, waktu

yang telah dicurahkan untuk menjalankan kegiatan usaha, dan persentase

kebutuhan keluarga yang telah tercukupi.

Usia

Pada penelitian yang dilakukan, usia responden dikategorikan kedalam 4

kategori, yaitu kategori usia muda (17 - 30) tahun, dewasa (31 - 40) tahun, tua

(41 - 60) tahun, dan lanjut usia ( > 61 tahun). Distribusi responden menurut usia

dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa usia responden

mayoritas berada pada kategori tua denganpersentase sebesar 69.70, diikuti

dengan kategori dewasa sebesar 27.27%, dan terakhir dengan kategori lanjut

usia sebesar 3.03 %. Hal ini menggambarkan bahwa responden memulai untuk

berwirausaha diatas usia 30 tahun, karena pada dasarnya responden yang diteliti

adalah mayoritas ibu rumah tangga yang tergabung dalam suatu kelompok.

Responden yang berada pada kategori dewasa dan tua cenderung memiliki

semangat yang tinggi untuk lebih berusaha dalam mencari informasi maupun

pengetahuan mengenai kewirausahaan dan memiliki potensi untuk dapat

39

dikembangkan menjadi wanita wirausaha yang mandiri. Pada usia diatas 30

tahun tersebut, para wanita umumnya telah memiliki pengalaman hidup yang

dapat dijadikan sebagai penuntun dalam berkehidupan selanjutnya. Selain itu,

menurut Hisrich dan Munich dalam Ramanti (2006), wanita akan memulai

berwirausaha pada usia 35 hingga 45 tahun. Meskipun, pada dasarnya tidak ada

batasan usia bagi seseorang untuk terjun pertama kali sebagai wirausaha.

Seesorang dapat memulai kariernya sesuai dengan yang diinginkan, karena

pendorong utama menjadi wirausaha adalah menjadi tuan bagi diri sendiri

(Riyanti 2003).

Tabel 3 Distribusi responden menurut usia padaanggota kelompok wanita tani

Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Usia Muda (17 - 30) tahun

Dewasa (31 - 40) tahun

Tua (41 - 60) tahun

Lanjut usia ( > 61 tahun)

0

9

23

1

0

27.27

69.70

3.03 aJumlah (orang);

bpersentase (%)

Tingkat Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan formal pada responden bervariasi, yakni mulai dari

tamat SD hingga perguruan tinggi. Tingkat pendidikan formal responden terbagi

atas 3 kategori, yakni kategori rendah, sedang, dan tinggi. Bagi responden yang

tingkat pendidikan formalnya mulai dari tamat SD hingga tidak tamat SLTP,

maka responden berada dalam kategori pendidikan rendah. Selanjutnya,

responden yang berada pada kategori sedang dapat dilihat dari pendidikan

formalnya dari tamat SLTP hingga tidak tamat SLTA. Kemudian, pendidikan

dengan kategori tinggi dapat dilihat dari pendidikan formal yang dicapai oleh

responden yakni mulai dari tamat SLTA hingga perguruan tinggi (Tabel 4).

Tabel 4 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Tingkat

pendidikan

Rendah (tamat SD-tidak tamat SLTP)

Sedang (tamat SLTP- tidak tamat

SLTA)

Tinggi (tamat SLTA- perguruan

tinggi)

8

9

16

24.24

27.28

48.48 aJumlah (orang);

bpersentase (%)

Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada kategori

tinggi denganpersentas sebesar 48.48 , diikuti oleh responden dengan kategori

sedang sebesar 27.28 %, dan terakhir responden berada pada kategori rendah

denganpersentase sebesar 24.24 %. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

40

responden dengan tingkat kategori tinggi akan lebih mampu memahami akan

pengetahuan yang didapatkan, terutama pengetahuan mengenai kewirausahaan

yang merupakan salah satu pembentuk perilaku seseorang dalam berwirausaha.

Tingkat pendidikan seorang dapat membentuk pola pikir seseorang dalam

bertindak maupun dalam menentukan pilihan yang pada gilirannya akan

mencapai keberhasilan dan dapat meningkatkan martabat keluarga. Selain itu,

Padmodiharjo dalam (Yani 2001) menyatakan bahwa tingkat pendidikan

seseorang memiliki pengaruh terhadap besarnya kemampuan belajar. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akansemakin terlatih untuk belajar

dan semakin banyak cara atau strategi belajar yang dimiliki, sehingga semakin

besar pula kemampuan belajarnya.

Pendidikan Non Formal Sudjana dalam Jokopusphito (2006) menyatakan bahwa sistem

pendidikan nasional Indonesia terdiri dari subsistem pendidikan formal yang

berlangsung di sekolah, subsistem pendidikan informal yang berlangsung di

dalam keluarga dan lingkungannya, dan subsistem pendidikan non formal yang

merupakan setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis diluar sistem sekolah

yang mapan dan dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari

kegiatan yang lebih luas yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik

tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan nonformal tersebut

mempunyai beragam nama, misalnya kursus, pelatihan, penataran, upgrading,

bimbingan belajar, dan tutorial. Melalui pendidikan tertentu baik itu pendidikan

formal, informal, ataupun non formal maka seseorang akan meningkat

pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Hal tersebut pada gilirannya akan

bermuara pada tingkat penerimaan seseorang terhadap perubahan.

Pada penelitian ini, pendidikan non formal responden dapat dilihat dari

keikusertaan responden dalam mengikuti kursus ataupun pelatihan, baik yang

diadakan oleh kelompok maupun atas inisiatif sendiri. Kursus atau pelatihan

yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kursus atau pelatihan yang pernah

dijalankan oleh responden terkait dengan pengembangan kepribadian, khususnya

dalam hal kewirausahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

pernah mengikuti kursus atau pelatihan sebesar 48.48%, dan sisanya yakni

sebesar 51.52% tidak pernah mengikuti kursus ataupun pelatihan (Tabel 5). Hal

ini mengindikasikan bahwa responden tidak terlalu tertarik untuk mengikuti

kursus atau pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam

hal berwirausaha. Namun, sebesar 48.48% responden telah memiliki

kemampuan yang cukup memadai dalam menjalankan kegiatan usaha yang

diperoleh dari keikutsertaannya dalam mengikuti kursus atau pelatihan. Hal

tersebut senada dengan pendapat yang disampaikan Tawardi dalam Rahadian

(2002) yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan warga belajar

akanmempengaruhi pemahamannya terhadap segala sesuatu yang dipelajari.

Pendidikan non formal dapat menumbuhkan dan meningkatkan motif berprestasi

yang selanjutnya akan mendorong tumbuhnya sikap kewirausahaan bagi setiap

anggota kelompok.

41

Tabel 5 Distribusi responden menurut pendidikan non formal pada angota

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Pelatihan/kursus Pernah

Tidak pernah

16

17

48.48

51.52 aJumlah (orang);

bpersentase (%)

Lama Usaha

Menurut Karma dalam Rachmat (2006), pengalaman akan menjadikan

seseorang lebih memahami pekerjaannya dan terampil dalam mengatasi masalah

yang dihadapi. Pada penelitian yang dilakukan, lama usaha atau pengalaman

dalam berwirausaha responden dibedakan atas 3 kategori, yakni kategori

pemula, sedang, dan berpengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mayoritas responden berada pada kategori pemula dengan lama usaha mulai dari

1 hingga 9 tahun denganpersentase sebesar 83.33(Tabel 6). Hal ini disebabkan

karena para wanita memulai berwirausaha pada saat mereka berumah tangga

dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga. Selain itu, adanya

dorongan dari kelompok juga mempengaruhi responden dalam berwirausaha.

Selanjutnya, sebesar 11.11% responden berada dalam kategori berpengalaman

yakni lama berwirausaha antara 19 hingga 27 tahun dan sebesar 5.56%

responden berada pada kategori sedang. Responden yang berada pada kategori

berpengalaman merupakan responden yang telah berwirausaha sejak usia muda,

sedangkan responden yang berada pada kategori sedang merupakan responden

yang telah berwirausaha dengan mengikuti jejak orang tua yang juga seorang

wirausaha.

Tabel 6Distribusi responden menurut lama usaha pada anggota kelompok wanita

tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Lama usaha Pemula (1 – 9 tahun)

Sedang (10 – 18 tahun)

Berpengalaman (19 – 27

tahun)

15

1

2

83.33

5.56

11.11

aJumlah (orang);

bpersentase (%)

Sumber Modal Awal

Sarosa dalam Pristiana et al. (2009) mendefinisikan modal sebagai

jumlah uang yang ditanamkan dalam suatu usaha yang nantinya akan digunakan

sebagai biaya kegiatan usaha. Sumber modal dapat diperoleh dengan tiga cara

yaitu : modal sendiri, meminjam, dan kerja sama dengan pihak lain. Sumber

modal sendiri dapat berasal dari warisan, tabungan, menjual / menggunakan aset

yang kurang produktif. Meminjam dapat berasal dari perorangan dan lembaga

keuangan.

Pada penelitian yang dilakukan, sumber modal awal dibagi atas tiga

kategori, yakni modal pribadi, pinjaman, dan kombinasi (pribadi dan pinjaman).

42

Distribusi responden menurut sumber modal awal dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan bahwa sumber modal awal responden mayoritas berasal

dari modal pribadi, yakni sebesar 94.44% dan sisanya sebesar 5.56% sumber

modal awal responden berasal dari pinjaman. Hal ini menunjukkan bahwa

responden enggan untuk melakukan pinjaman pada awal kegiatan usaha yang

dijalankan, karena bagi responden meminjam modal pada awal kegiatan usaha

berarti mereka memiliki tanggung jawab ganda, yakni tanggung jawab untuk

mengembalikan dan tanggung jawab apabila kegiatan usaha yang dijalankan

mengalami suatu kegagalan.

Tabel 7Distribusi responden menurut sumber modal awal pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Sumber modal

awal

Pribadi

Pinjaman

Kombinasi(pribadi dan pinjaman)

17

1

0

94.44

5.56

0 aJumlah (orang);

bpersentase (%)

Pinjaman untuk Pengembangan Usaha

Pada penelitian yang dilakukan, pinjaman modal untuk pengembangan

usaha dibedakan atas pernah dan tidak pernah untuk melakukan peminjaman

(Tabel 8). Pinjaman modal yang dimaksud berarti dalam melakukan kegiatan

usahanya,responden melakukan pinjaman untuk memperbesar skala usaha dan

untuk cadangan biaya operasional. Pinjaman modal dapat dilakukan kepada

pihak bank ataupun non bank.

Tabel 8 Distribusi responden menurut pinjaman pengembangan usaha pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlahb

Persentasec

Pinjaman Pernah

Tidak pernah

12

6

66.67

33.33 bJumlah (orang);

cpersentase (%)

Tabel 8menunjukkan bahwa dari 18 repsonden yang melakukan kegiatan

usaha, sebanyak 12 responden atau sekitar 66.67% pernah melakukan

peminjaman kepada pihak bank atau non bank untuk pengembangan usaha,

seperti melalui koperasi, jamsostek, Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS),

atau bahkan peminjaman melalui KWT Tapak Dara. Besarnya pinjaman modal

yang diberikan oleh KWT Tapak Dara kepada anggota untuk tujuan

pengembangan usaha adalah Rp500 000 00 untuk jangka waktu pengembalian

selama 10 bulan. Selanjutnya, sebesar 33.33% responden tidak pernah

melakukan peminjaman kepada pihak manapun untuk pengembangan usaha.

Alasan responden untuk tidak melakukan peminjaman adalah adanya keyakinan

pada responden untukmampumengendalikan keuangan yang ada dan skala

43

usaha yang dijalankan masih tergolong kecil, sehingga bagi mereka melakukan

peminjaman masih belum terlalu dibutuhkan.

Waktu yang dicurahkan untuk Berwirausaha

Sajogyo dalam Rahmawaty (2000) menyatakan bahwa wanita memiliki

dua peranan. Pertama, dalam keluarga dan rumah tangga melalui proses

reproduksi, wanita memiliki peranan sebagai ibu rumah tangga yang

menunjukkan perlakuan biologis serta sosial. Peranan ibu rumah tangga ini

menggambarkan bahwa peranan bekerja meliputi seluruh kegiatan rumah

tangga. Dalam hal ini, pekerjaan tersebut diartikan sebagai pekerjaan yang tidak

langsung menghasilkan uang atau natura. Kedua, wanita sebagai pekerja nyata

yang memiliki peranan dibidang pencarian nafkah yang memberikan

penghasilan berupa uang ata natura kepada keluarga. Pekerjaan nafkah tersebut

merupakan pekerjaan tambahan atau pekerjaan pokok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa curahan waktu bekerja yang

dilakukan oleh responden dalam berwirausaha bervariasi yakni mulai dari 2

hingga 12 jam dalam sehari. Curahan waktu kerja dibedakan atas 3 kategori,

yakni rendah, sedang, dan tinggi (Tabel 9). Umumnya, waktu yang dicurahkan

oleh responden untuk berwirausaha adalah mulai dari 2 hingga 5 jam dalam

sehari (77.78%). Waktu yang dicurahkan tersebut merupakan waktu yang telah

dibagi rata oleh responden dalam menjalankan perannya sebagai ibu rumah

tangga dan sebagai pekerja nyata. Responden yang berada pada kategori rendah

adalah responden yang hanya bekerja sebagai pihak yang melakukan produksi

makanan, seperti gorengan, aneka macam keripik, dan sebagainya. Selanjutnya,

pada persentase yang sama yakni sebesar 11.11%responden berada pada

kategori sedang dan tinggi. Pada kategori sedang, responden mencurahkan

waktunya untuk bekerja antara 6 hingga 9 jam dalam sehari. Responden yang

berada pada kategori sedang adalah responden yang bekerja sebagai pihak yang

memproduksi sekaligus menawarkan barang dagangan ke warung-warung yang

dekat tempat tinggal. Sementara itu, untuk kategori tinggi waktu yang

dicurahkan oleh responden dalam bekerja mulai dari 10 hingga 12 jam dalam

sehari. Responden yang berada pada kategori tinggi adalah responden yang

membuka warung di sekitar tempat tinggalnya.

Tabel 9Distribusi responden menurut waktu berwirausaha pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Waktu

berwirausaha

Rendah (2 – 5) jam

Sedang (6 – 9) jam

Tinggi (10 – 12) jam

14

2

2

77.78

11.11

11.11 aJumlah (orang);

bpersentase (%)

Persentase Kebutuhan yang Terpenuhi Persentase kebutuhan yang terpenuhi dalam hal ini berarti besarnya

kebutuhan yang telah terpenuhi melalui kegiatan berwirausaha yang dijalankan

oleh responden. Besarnya persentase kebutuhan yang terpenuhi bervariasi dan

44

tergantung dari masing-masing pendapat yang diungkapkan oleh responden.

Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan keluarga ataupun kebutuhan untuk

diri sendiri. Pada penelitian yang dilakukan, persentase kebutuhan dibedakan

atas 3 kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mayoritas responden berada pada kategori tinggi dengan persentase

sebesar 38.89 (Tabel 10). Responden pada kategori tinggi adalah responden

yang mampu memenuhi kebutuhannya melalui kegiatan usaha yang dijalankan

dengan persentase sebesar 61 hingga 75%. Pada kategori tinggi, umumnya

responden adalah seorang wanita wirausaha yang mandiri dan telah berhasil

dalam menjalankan kegiatan usahanya. Selanjutnya, sebesar 33.33 % dan

27.78% responden berada pada kategori sedang dan rendah. Besarnya persentase

kebutuhan yang terpenuhi merupakan salah satu indikator dalam menentukan

tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh reponden dalam hal pemenuhan

kebutuhan. Apabila persentase kebutuhan yang terpenuhi tinggi, maka

keberhasilan responden dalam menjalankan kegiatan usaha juga dapat dikatakan

tinggi, karena kesejahteraan keluarga yang merupakan motivasi utama

responden untuk berwirausaha telah tercukupi.

Tabel 10Distribusi responden menurut persentase kebutuhan keluarga yang

terpenuhi pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Persentase kebutuhan

keluarga yang terpenuhi

Rendah (30 – 45) %

Sedang (46 – 60) %

Tinggi (61 – 75) %

5

6

7

27.78

33.33

38.89 aJumlah (orang);

bpersentase (%)

Status Pekerjaan Suami

Pada penelitian yang dilakukan, status pekerjaan suami dibedakan atas

bekerja dan tidak bekerja. Dalam hal ini, suami yang tidak bekerja

(pengangguran) akan mendorong istri untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan

keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 78.79% responden

memiliki suami yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sedangkan

sisanya yakni sebesar 21.21% responden memiliki suami yang sudah tidak

bekerja (Tabel 11). Umumnya, pekerjaan suami dari responden adalah seorang

buruh atau karyawan, tetapi ada pula responden yang memiliki suami yang

bekerja di LSM, PNS, distributor produk pertanian, wartawan, dan TNI AL.

Meskipun suami dari responden memiliki pekerjaan, namun bagi mereka

membantu suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga juga diperlukan. Hal itu

disebabkan karena responden tidak ingin menyulitkan suami untuk memenuhi

kebutuhan pribadinya. Kebutuhan pribadi dalam hal ini artinya kebutuhan diluar

kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan untuk membeli kosmetik, pakaian,

ataupun kebutuhan-kebutuhan lain yang diinginkan responden diluar uang

belanja yang telah diberikan oleh suami.

45

Tabel 11Distribusi responden menurut status pekerjaan suami pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Status pekerjaan suami Bekerja

Tidak bekerja

26

7

78.79

21.21 aJumlah (orang);

bpersentase (%)

Pendapatan

Becker dalam Fahmi (2009) menyatakan bahwa pendapatan per jam

wanita yang belum menikah melebihi pendapatan per jam wanita yang sudah

menikah pada pasar kerja yang sama. Hal tersebut disebabkan karena wanita

yang sudah menikah mempunyai anak dan bertanggungjawab atas

pemeliharaannya. Fenomena meningkatnya partisipasi angkatan kerja wanita

disertai dengan menurunnya fertilitas. Penurunan tingkat fertilitas berarti jumlah

anak sedikit, sehingga wanita memiliki energi yang lebih banyak dan waktu

yang lebih fleksibel untuk masuk ke dalam angkatan kerja.

Pada penelitian yang dilakukan, pendapatan responden bervariasi, mulai

dari tidak memiliki pendapatan hingga pendapatan yang mencapai antara

Rp1001 000 hingga Rp1500 000 setiap bulan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mayoritas responden tidak memiliki pendapatan dengan persentas sebesar

42.42 (Tabel 12). Dalam hal ini,tidak memiliki pendapatan berarti pendapatan

responden dapat berasal baik dari suami maupun dari anak yang telah memiliki

pekerjaan. Hal itu disebabkan karena mayoritas usia responden berada dalam

kategori tua yang mengakibatkan responden enggan untuk melakukan pekerjaan.

Selain itu, juga dapat disebabkan oleh pendapatan suami yang telah lebih dari

cukup, sehingga bagi mereka bekerja bukan menjadi prioritas utama.

Tabel 12Distribusi responden menurut karakteristik individu pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Pendapatanc

Tidak berpendapatan(pendapatan

dari suami atau anak)

< 500 000

500 000 – 1000 000

1001 000 – 1500 000

1501 000 – 2000 000

>2000 000

14

5

8

5

1

0

42.42

15.15

24.24

15.15

3.03

0 aJumlah (orang);

bpersentase (%);

cPendapatan (Rp/bulan)

Tabel 12 memperlihatkan bahwa sebesar 24.24% responden memiliki

pendapatan yang berkisar antara Rp500 000 hingga Rp1000 000, kemudian pada

persentase yang sama yakni sebesar 15.15 responden memiliki pendapatan

kurang dari Rp500 000 dan pendapatan yang berkisar antara Rp1001 000 hingga

Rp1500 000. Selanjutnya, responden dengan persentase sebesar3% merupakan

responden yang memiliki pendapatan paling tinggi yakni berkisar antara Rp1501

46

000 hingga Rp2000 000 per bulan. Pendapatan yang diperoleh responden

merupakan pendapatan yang dijalankan oleh responden dalam melakukan

kegiatan usaha. Perbedaan pendapatan yang diperoleh responden adalah hal

yang wajar, karena pada kenyataannya pekerjaan yang dijalankan oleh

responden berbeda-beda, bahkan terkadang pelaku usaha yang memiliki

pekerjaan sejenis juga tidak dapat dikatakan bahwa pendapatan yang dihasilkan

juga sama. Hal tersebut berkaitan dengan bauran pemasaran yang dijalankan

oleh pelaku usaha yang nantinya akan mempengaruhi konsumen untuk

melakukan pembelian terhadap barang atau jasa yang ditawarkan.

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah angota keluarga dalam hal ini adalah jumlah keseluruhan anggota

keluarga yang tinggal dalam satu rumah yang terdiri dari anak, suami,

responden, ibu, ayah, dan anggota keluarga yang lain. Pada penelitian yang

dilakukan, jumlah anggota keluarga dibedakan atas tiga kategori yakni rendah,

sedang, dan tinggi. Responden yang berada pada kategori rendah adalah sebesar

87.88% dengan jumlah anggota keluarga mulai dari 3 hingga 5 (Tabel 13). Hal

ini menunjukkan bahwa peran anggota keluarga sangat membantu untuk

meringankan kegiatan usaha dan rumah tangga. Selain itu, responden juga tidak

terbebani dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Sementara itu,

responden yang berada pada kategori sedang dan tinggi memiliki persentas

sebesar 9.09% dan 3.03%. Responden yang berada pada kategori sedang adalah

responden yang memiliki jumlah anggota keluarga mulai dari 6 hingga 8,

sedangkan responden yang berada pada kategori tinggi adalah responden dengan

jumlah anggota keluarga 9 hingga 11 anggota.

Tabel 13 Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Jumlah anggota

keluarga

Rendah ( 3 – 5)

Sedang ( 6 – 8 )

Tinggi ( 9 – 11)

29

3

1

87.88

9.09

3.03 aJumlah (orang);

bpersentase (%)

Asal Daerah

Pada penelitian yang dilakukan, asal daerah dibedakan atas 2 kategori,

yakni Bogor dan luar Bogor. Responden yang dikategorikan berasal dari Bogor

adalah responden yang asli orang Bogor, baik dari Kabupaten maupun Kota

Bogor. Sementara itu, responden yang berasal dari luar Bogor adalah responden

pendatang yang berasal dari luar Bogor, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah,

Bangka, dan Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

berasal dari Bogor dengan persentase sebesar 87.88%, sedangkan sisanya yakni

sebesar 12.12% responden berasal dari luar Bogor (Tabel 14). Hal tersebut

menunjukkan bahwa seseorang yang berasal dari daerah manapun dapat menjadi

seorang wirausaha, apabila orang tersebut berkeinginandan berniat untuk

47

menjalankan usaha. Selain itu, kerja keras juga diperlukan dalam menekuni

kegiatan usaha yang dijalankan guna mencapai suatu keinginan.

Tabel 14Distribusi responden menurut asal daerah pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Asal daerah Bogor

Luar Bogor

29

4

87.88

12.12 aJumlah (orang);

bpersentase (%)

Karakteristik Kelompok

Karakteristik kelompok merupakan karakteristik yang berkaitan dengan

kelompok, seperti lama bergabung, motivasi bergabung, harapan, mekanisme

pengambilan keputusan, keinginan anggota, intensitas rapat dan kegiatan,

pelayanan kelompok, dan suasana kelompok.

Lama Bergabung

Pada penelitian yang dilakukan, lama bergabung merupakan lamanya

responden bergabung dengan kelompok yang dibedakan atas awal terbentuk dan

setelah terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

telah bergabung sejak awal terbentuk. Tabel 15 memperlihatkan bahwa

responden yang bergabung sejak awal terbentuk sebesar 60.61%, sedangkan

sisanya sebesar 39.39% responden bergabung setelah dibentuknya kelompok.

Perbedaan lama bergabug antar anggota disebabkan karena adanya keinginan

dan dorongan dari anggota sebelumnya yang mengajak rekannya untuk

bergabung dengan kelompok wanita tani Tapak Dara yang masih berada dalam

lingkup Kelurahan Sindang Barang.Anggota yang tergabung dalam kelompok

merupakan anggota kader dari masing-masing RT ataupun RW dan aktif dalam

kegiatan sosial, khusunya kegiatan Kelurahan Sindang Barang.Usia kelompok

yang relatif muda, yakni kurang dari 3 tahun sangat memungkinkan bagi

kelompok untuk selalu meningkatkan produktivitas usaha anggota. Selain itu,

usia kelompok juga menggambarkan banyaknya kegiatan dan pengalaman yang

telah didapatkan anggota dalam meningkatkan usaha.

Tabel 15Distribusi responden menurut lama bergabung padaanggota

kelompokwanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Lama bergabung Awal terbentuk

Setelah terbentuk

20

13

60.61

39.39 aJumlah (orang);

bPersentase (%)

48

Motivasi Bergabung

Motivasi bergabung merupakan alasan utama responden bergabung

dengan kelompok wanita tani Tapak Dara. Pada penelitian yang dilakukan,

motivasi bergabung dibedakan atas dua kategori yakni, ada dan tidak adanya

motivasi untuk bergabung dengan kelompok (Tabel 16). Tabel 16

memperlihatkan bahwa sebesar 81.82% responden memiliki motivasi untuk

bergabung dengan kelompok, sedangkan sisanya sebesar 18.18 % responden

tidak ada motivasi bergabung.

Tabel 16 Distribusi responden menurut motivasi bergabung pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Motivasi anggota bergabung Ada motivasi

Tidak ada motivasi

27

6

81.82

18.18 aJumlah (orang);

bPersentase (%)

Terdapat berbagai macam pendapat yang menjadi alasan anggota untuk

bergabung dengan kelompok, seperti memberdayakan wanita yang hanya

berprofesi sebagai ibu rumah tangga, pengetahuan tentang pengolahan produk

pertanian, menambah pengalaman dan wawasan, hingga memajukan

perekonomian keluarga. Namun, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan,

motivasi atau alasan utama responden bergabung dengan kelompok wanita tani

Tapak Dara adalah peningkatkan pendapatan rumah tangga. Hal itu disebabkan

karena umumnya responden yang bergabung dengan kelompok merupakan

responden yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang tidak memiliki

pendapatan selain dari pendapatan suami atau anak yang telah bekerja.

Harapan Bagi Kelompok

Harapan merupakan keinginan anggota bagi terbentuknya kelompok

wanita tani Tapak Dara. Harapan anggota meliputi : terjalin kerjasama yang kuat

antar anggota, mengetahui informasi pasar, dan menambah pendapatan rumah

tangga. Tabel 17 menunjukkan bahwa sebesar 54.55% responden memiliki

harapan agar melalui terbentuknya kelompok, maka pendapatan rumah tangga

akan meningkat. Hal itu disebabkan karena tujuan utama dari pembentukan

kelompok wanita tani Tapak Dara adalah untuk meningkatkan kualitas keluarga,

terutama dalam hal peningkatan pendapatan.

Selain itu, melalui kelompok responden juga akanmendapatkan

pengalaman dan keterampilan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

kewirausahan mulai dari pemasaran, produksi, hingga kreativitas produk yang

akan dipasarkan. Selanjutnya, sebesar 42.42 dan 3.03% responden berharap agar

terjalin kerjasama yang kuat antar anggota dan pengetahuan mengenai informasi

pasar akan semakin bertambah. Harapan anggota yang tinggi akan menjadikan

anggota untuk selalu berpartisipasi pada rapat dan kegiatan yang diadakan

kelompok.

49

Tabel 17Distribusi responden menurut harapan anggota kelompok bagi

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Harapan anggota

terhadap kelompok

-Terjalin kerjasama yang kuat

antar anggota

-Mengetahui informasi pasar

-Menambah pendapatan rumah

tangga

14

1

18

42.42

3.03

54.55 aJumlah (orang);

bPersentase (%)

Mekanisme Pengambilan Keputusan

Mekanisme pengambilan keputusan pada penelitian yang dilakukan

adalah mekanisme pengambilan keputusan yang melibatkan anggota dan tidak

melibatkan anggota. Kelompok yang melibatkan anggota dalam proses

pengambilan keputusan dapat dikatakan bahwa kelompok tersebut telah

menjalankan tugasnya dengan baik. Hal itu disebabkan karena kelompok adalah

milik bersama. Selain itu, kelompok dibentuk oleh anggota, untuk anggota, serta

dari anggota. Dengan demikian, proses pengambilan keputusan sudah

seharusnya melibatkan seluruh anggota.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 63.64% responden

menyatakan bahwa mekanisme pengambilan keputusan telah melibatkan seluruh

anggota. Sementara itu, sebesar 36.36% responden berpendapat bahwa

mekanisme pengambilan keputusan kelompok tidak melibatkan anggota (Tabel

18). Apabila dilihat dari persentasenya, ternyata masih terdapat anggota yang

berpendapat bahwa kelompok wanita tani Tapak Dara belum melakukan

pengambilan keputusan secara bersama. Oleh sebab itu, kelompok wanita tani

Tapak Dara seharusnya perlu meningkatkan interaksinya terhadap anggota dan

aktif dalam menyampaikan segala hal dan bersifat terbuka atau transparan.

Tabel 18 Distribusi responden menurut mekanisme pengambilan keputusan pada

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Mekanisme pengambilan

keputusan

Melibatkan anggota

Tidak melibatkan anggota

21

12

63.64

36.36 aJumlah (orang);

bPersentase (%)

Keinginan anggota

Pada penelitian yang dilakukan, keinginan anggota yang dimaksud

adalah keinginan responden hingga responden bergabung dengan kelompok

wanita tani Tapak Dara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keinginan

responden terbesar hingga bergabung dengan kelompok adalah dalam hal

penyaluran dana kredit yang hanya diberikan bagi anggota. Responden yang

memiliki keinginan untuk mendapatkan dana kredit sebesar 69.7%, sedangkan

sisanya sebesar 15.15% responden memiliki keinginan untuk mendapatkan

pengetahuan mengenai penerapan teknologi dan pengetahuan mengenai

50

informasi pasar (Tabel 19). Keinginan responden yang tinggi dalam

mendapatkan sesuatu hal akan menjadikan responden terus berperan dalam

kegiatan yang dilakukan kelompok. Hal itu disebabkan karena responden

memiliki tanggung jawab dan memiliki rasa keingintahuan yang mendalam

terhadap kegiatan dan program kelompok.

Tabel 19 Distribusi responden menurut keinginan anggota terhadap kelompok

pada Kelompok Wanita Tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Keinginan anggota

terhadap kelompok

-Mendapatkan informasi pasar

-Pengetahuan penerapan teknologi

-Penyaluran dana

-Memajukan wanita agar produktif

dan mandiri

0

5

23

5

0

15.15

69.70

15.15

aJumlah (orang);

\bPersentase (%)

Intensitas Rapat dan Kegiatan Kelompok

Intensitas rapat dan kegiatan kelompok merupakan tingkat kehadiran

responden dalam mengikuti kegiatan dan rapat yang dilakukan oleh kelompok.

Semakin sering responden mengikuti rapat dan kegiatan kelompok, maka

pengetahuan yang diperoleh responden juga akan semakin meningkat.

Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang budidaya, produksi,

panen, dan pemasaran produk. Selama 1 tahun terakhir, kelompok wanita tani

Tapak Dara telah mengadakan rapat dan kegiatan sebanyak 12 kali. Rapat dan

kegiatan kelompok biasanya dilaksanakan di kantor kelurahan Sindang Barang,

dan terkadang dilaksanakan di rumah anggota dan rumah sekretaris kelompok

wanita tani Tapak Dara.

Pada penelitian yang dilakukan, intensitas rapat dan kegiatan kelompok

dibedakan atas keikutsertaannya sebanyak kurang dari 6 kali dan lebih dari 6

kali dalam 1 tahun terakhir. Hal itu dimaksudkan karena responden yang telah

mengikuti rapat dan kegiatan kelompok sebanyak 6 kali dalam satu tahun, maka

responden dapat dikatakan telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

lebih tinggidibandingkan dengan responden yang baru 3 kali mengikuti rapat

dan kegiatan kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 51.52%

responden telah mengikuti rapat dan kegiatan sebanyak lebih dari 6 kali,

sedangkan sisanya sebesar 48.48% responden telah mengikuti rapat dan kegiatan

kurang dari enam kali dalam satu tahun terakhir (Tabel 20).

Tabel 20Distribusi responden menurut intensitas rapat dan kegiatan kelompok

pada anggota Kelompok Wanita Tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Intensitas rapat dan

kegiatan kelompok

-Lebih dari enam kali dalam

setahun terakhir

-Kurang dari enam kali dalam

setahun terakhir

16

17

48.48

51.52

aJumlah (orang);

bPersentase (%)

51

Pelayanan Kelompok

Pada penelitian yang dilakukan, pelayanan kelompok dibedakan atas

kategori sangat tidak baik, tidak baik, kurang baik, baik, dan sangat baik (Tabel

21). Tabel 21menunjukkan bahwa sebesar 66.67% responden menyatakan

bahwa pelayanan yang diberikan kelompok termasuk pada kategori baik.

Sementara itu, sebesar 33.33% responden menyatakan bahwa pelayanan yang

diberikan kelompok kepada anggota termasuk pada kategori kurang baik. Hal ini

menggambarkan bahwa secara umum pelayanan kelompok wanita tani Tapak

Dara terhadap anggota, mulai dari penyediaan peralatan hingga penyediaan

modal usaha sudah baik. Namun, terdapat beberapa anggota yang masih belum

merasakan pelayanan yang diberikan kelompok, terutama dalam hal penyediaan

modal usaha. Oleh sebab itu, kelompok perlu meningkatkan pelayanannya

kepada anggota dan perlu memahami keinginan anggota sehingga tidak timbul

permasalahan internal atau kesalahpahaman antar anggota dengan pengurus.

Tabel 21 Distribusi responden menurut pelayanan kelompok pada kelompok

wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Pelayanan

kelompok

Sangat tidak baik

Tidak baik

Kurang baik

Baik

Sangat baik

0

0

11

22

0

0

0

33.33

66.67

0 aJumlah (orang);

bPersentase (%)

Suasana Kelompok

Suasana kelompok menyangkut lingkungan secara psikologis antar

anggota, pengurus, dan bahkan pembina. Suasana yang harmonis dan

kekeluargaan akan menciptakan interaksi menjadi lebih kuat dan komunikasi

lebih terbuka antar anggota dan pengurus, sehingga akan berpengaruh terhadap

pengetahuan dan sikap anggota dalam kelompok. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebesar 78.79% responden menyatakan bahwa suasana kelompok

memperlihatkan suasana kekeluargaan, sedangkan sisanya sebesar 21.21%

responden menyatakan bahwa suasana kelompok tidak memperlihatkan suasana

kekeluargaan (Tabel 22).

Tabel 22 Distribusi responden menurut suasana kelompok pada kelompok

wanita tani Tapak Dara

Karakteristik Kategori Jumlaha

Persentaseb

Suasana

kelompok

Kekeluargaan

Kurang kekeluargaan

26

7

78.79

21.21 aJumlah (orang);

bPersentase (%)

52

Pada kelompok wanita tani Tapak Dara, suasana kelompok yang

tergambar saat rapat dan kegiatan kelompok bersifat kekeluargaan dan sangat

terlihat kedekatannya, baik antar anggota maupun antara anggota dengan

pengurus. Namun, masih terdapat beberapa anggota yang kurang merasakan

adanya suasana kekeluargaan. Dengan demikian, kelompok wanita tani Tapak

Dara sebaiknya lebih mengintensifkan waktu berkumpul sehingga terjalin

kedekatan yang kuat satu sama lain.

Perilaku Wirausaha

Pada penelitian yang dilakukan, perilaku wirausaha dapat dilihat dari

pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan dalam berwirausaha. Perilaku

wirausaha dan unsur-unsurnya dapat dikategorikan menjadi 5 kategori, yakni

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Tabel 23 Distribusi responden menurut perilaku wirausaha pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara

Unsur-unsur Perilaku

wirausaha Kategori Jumlah

a Persentase

b

Pengetahuan Sangat rendah (0 – 20)

Rendah (21 – 40)

Sedang (41 – 60)

Tinggi (61 – 80)

Sangat tinggi (81 – 100)

0

0

4

14

15

0

0

12.12

42.42

45.46

Sikap Sangat rendah (20 – 36)

Rendah (37 – 52)

Sedang (53 – 68)

Tinggi (69 – 84)

Sangat tinggi (85 – 100)

0

0

17

16

0

0

0

51.52

48.48

0

Keterampilan Sangat rendah (0 – 20)

Rendah (21 – 40)

Sedang (41 – 60)

Tinggi (61 – 80)

Sangat tinggi (81 – 100)

0

9

14

10

0

0

27.28

42.42

30.30

0

Perilaku wirausaha Sangat rendah (20 – 76)

Rendah (76 – 132)

Sedang (133 – 188)

Tinggi (189 – 244)

Sangat tinggi (245 – 300)

0

0

13

19

1

0

0

39.39

57.58

3.03 aJumlah (orang);

bPersentase (%)

Tabel 23 memperlihatkan bahwa mayoritas perilaku wirausaha

responden berada pada kategori tinggi denganpersentase sebesar 57.58%,

sedangkan sisanya yakni sebesar 39.39% responden berada pada kategori sedang

dan hanya 3.03% responden yang berada pada kategori sangat tinggi. Responden

yang berada pada kategori sedang adalah responden yang hanya memahami

53

tentang pengetahuan berwirausaha, namun untuk sikap dan keterampilan masih

belum sepenuhnya dimiliki dan dijalankan oleh responden. Sementara itu,

responden yang berperilaku wirausaha tinggi adalah responden berwirausaha

karenatermotivasi untuk memajukan perekonomian keluarga, terutama untuk

biaya pendidikan anak.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden, hanya

sekitar 50 % responden yang berkeinginan untuk terus berusaha dan bekerja

keras demi kelangsungan kegiatan usahanya, sedangkan sisanya tidak berniat

untuk menjalankan usaha. Selain itu, bagi responden yang tidak berniat untuk

berwirausaha, umumnya mereka tidak akanmencoba untuk berusahalagi apabila

pada awal usaha yang dijalankan mengalami hambatan atau kegagalan.

Pengetahuan Wirausaha

Pengetahuan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

membentuk perilaku sumberdaya manusia, khususnya pada perilaku wirausaha.

Menurut Atmakusuma dalam Sapar (2006), pengetahuan didefinisikan sebagai

tingkat kemampuan berpikir seseorang. Pada umumnya kemampuan berpikir

lebih banyak ditentukan oleh tingkat pendidikan, baik formal maupun non

formal, meskipun secara langsung tidak ada kaitan antara pengetahuan atau

pendidikan dengan semangat berusaha dalam menjalankan kegiatan usaha.

Namun, seorang wirausaha perlu memiliki beberapa pengetahuan dasar yang

memadai agar usahanya berhasil. Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan

berkembang seiring dengan majunya zaman, sebagai pelaku usaha maka

pengetahuan yang terkini harus didapat dan diikuti agar usahanya menjadi lebih

maju.

Pada kelompok wanita tani Tapak, hasil penelitian menunjukkan bahwa

mayoritas responden memiliki pengetahuan yang tergolong sangat tinggi dengan

persentase sebesar 45.46%, sedangkan responden dengan pengetahuan tergolong

tinggi dan sedang masing-masing memiliki persentase sebesar 42.42% dan

12.12% (Tabel 23). Hal ini menggambarkan bahwa responden telah memiliki

pengetahuan dasar yang memadai dalam berwirausaha. Pengetahuan yang tinggi

dalam berwirausaha dapat dijadikan sebagai landasan untuk mencapai

keberhasilan usaha.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pengetahuan responden

didapatkan dari tingkat pendidikan yang mayoritas berpindidikan sebagai

lulusan SLTA. Pendidikan tinggi akan menjadikan seseorang lebih memahami

dan sangat responsif terhadap materi yang disampaikan, namun pendidikan

rendah akan menjadikan seseorang sulit untuk menangkap sesuatu hal yang

disampaikan.Meskipun responden telah memiliki pengetahuan yang memadai

tentangkewirausahaan, namun responden tetap harus selalu meningkatkan

pengetahuan terutama dalam hal pencarian informasi, pembukuan keuangan, dan

pemasaran. Hal ini disebabkan karena umumnya responden masih belum

mengetahui tentang caramengalokasikan keuntungan hasil penjualan yang

diterima untuk pengembangan usaha. Selain itu, pengetahuan tentang pemasaran

yang didapatkan juga belum terlalu memadai, sehingga pencarian informasi

perlu untuk ditingkatkan.

54

Sikap Mental Wirausaha

Wijandi dalam Sapar (2006) menjelaskanbahwa sikap mental yang

diperlukan oleh seorang wirausahawan adalah unsur yang mencirikan respon,

tanggapan atau situasi mental dan psikologis. Apabila dihadapkan padasituasi,

sikap mental akan bersifat dinamis. Gagasan, karsa, inisiatif,

kreatifitas,keberanian, ketekunan, semangat kerja keras dan sebagainya

dipengaruhi olehtingkat kepercayaan diri seseorang yang secara langsung atau

tidak akan mempengaruhi sikap mental seseorang. Selanjutnya, Pambudy

(1999) menyatakan bahwa sikap dasar seorang wirausaha adalah adanya

kemauan, kemampuan dan memiliki kesempatan untuk selalu memperhatikan

usahanya.

Pada penelitian yang dilakukan, sikap mental wirausaha wanita pada

kelompok wanita tani Tapak Dara dibedakan atas 5 kategori, yakni kategori

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Responden yang berada

pada kategori sedang memiliki persentase sebesar 51.52%, sedangkan sisanya

sebesar 48.48% responden memiliki sikap mental berwirausaha yang berada

pada kategori tinggi (Tabel 23). Responden yang berada pada kategori tinggi

akan sikap mental dalam berwirausahanya merupakan responden yang memiliki

niat dan kemauan serta adanya keinginan-keinginan yang harus dicapai agar

usaha yang dijalankan berhasil. Sikap mental berwirausaha mencakup sikap

dalam berwirausaha, seperti optimis dan yakin atas kegiatan usaha yang

dijalankan, berani mengambil risiko, tidak mudah putus asa, memiliki semangat

dan kerja keras untuk terus berusaha, memiliki komitmen dalam berbisnis,

disiplin dan memiliki kemauan yang keras untuk menjadi pribadi yang lebih

produktif.

Keterampilan Wirausaha

Menurut Pambudy (1999), keterampilan adalah suatu kemauan dan

kemampuan sertakesempatan yang ada pada diri seseorang untuk selalu

menggunakan semua organfisiknya dalam mengembangkan usahanya.Unsur

tersebut berhubungan dengankerja fisik anggota badan terutama tangan, kaki dan

mulut (suara) untuk bekerja. Selanjutnya, Dirlanudin (2010) berpendapat bahwa

keterampilan mencerminkan komponen psikomotorik yang merupakan

kecenderungan untuk bertingkah laku, dan berkaitan denganobyek yang

dihadapi. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras

dengankepercayaan dan perasaan akan membentuk perilaku individu. Sehingga,

motorik terkaitdengan kemampuan, keterampilan, cekatan dan kreatifitas, baik

secara teknismaupun dalam berinteraksi sosial yang diperlihatkan seseorang

dalam melakukanpekerjaan maupun menjalankan usahanya.

Pada penelitian yang dilakukan, keterampilan wirausaha pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara dibedakan atas 5 kategori, yakni kategori

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi (Tabel 23). Tabel 23

menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada kategori sedang dengan

persentase sebesar 42.42 %, sedangkan sisanya sebesar 30.30 dan 27.28%

responden berada pada kategori tinggi dan rendah. Secara lebih rinci, responden

masih memiliki kelemahan kemampuan atau keterampilan dalam menjalankan

kegiatan usaha, seperti berkreasi terhadap produk dan keragaman produk,

pembuatan resep baru, berkreasi terhadap penjualan atau pemasaran, dan

55

mengembangkan potensi peralatan, sumber daya dan modal guna memajukan

usaha. Namun, selain memiliki kelemahan dalam menjalankan kegiatan usaha,

responden juga memiliki kemampuan yang potensial seperti kemampuan untuk

menjual produk sesuai dengan daya beli konsumen, mengelola usaha secara

efisien, dan mampu menjaga hubungan baik dan berkomunikasi dengan

konsumen.

Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Perilaku Wirausaha dan

Keberhasilan usaha

Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman yang dilakukan, sebagian

besar karakteristik individu berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan

keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara. Namun,

karakteristik individu lebih berhubungan nyata sangat erat sekali dengan

keberhasilan usaha dibandingkan dengan perilaku wirausahanya.

Usia

Karakteristk usia berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman

menunjukkan bahwa usia tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha

dan unsur-unsur dari perilaku wirausaha yakni pengetahuan dan keterampilan.

Namun, usia berhubungan nyata dengan sikap mental yang memiliki korelasi

kuat (Tabel 24). Apabila dilihat dari unsur pengetahuan, usia tidak ada kaitannya

dengan pengetahuan berwirausaha. Hal itu disebabkan karena pengetahuan

berwirausaha dapat diperoleh responden dari berbagai sumber, baik pendidikan

formal maupun pendidikan non formal, serta dapat pula diperoleh dari berbagai

media komunikasi, media cetak, dan media elektronik. Dilihat dari unsur

keterampilan berwirausaha, responden dari berbagai tingkat usia sama-sama

memiliki keterampilan dalam berwirausaha, meskipun secara teori usia muda

atau usia produktif memiliki keterampilan berwirausaha lebih tinggi

dibandingkan dengan usia yang tergolong tua. Namun, pada kelompok wanita

tani Tapak Dara, usia tua atau muda tidak menjadi alasan anggota untuk

terampil dalam berwirausaha. Dilihat dari unsur sikap mentalnya, usia yang

tergolong tua cenderung bersikap mental lebih rendah dibandingkan dengan usia

muda dan begitu pula sebaliknya. Hal itu disebabkan karena responden yang

berusia muda masih memiliki semangat dan rajin dalam menjalankan kegiatan

usaha dibandingkan dengan usia tua yang cenderung kurang bersemangat dalam

berwirausaha. Dilihat dari perilaku wirausahanya, usia pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara tidak ada kaitannya dengan keinginan untuk

berwirausaha terutama untuk menambah penghasilan keluarga.

Selain itu, berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan

bahwa usia berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha dengan nilai

koefisien negatif sebesar 0.422 yang artinya bahwa semakin bertambah usia

maka keberhasilan usahanya akan semakin menurun dan memiliki keeratan

korelasi kuat (Tabel 24). Hal ini disebabkan karena seseorang yang berusia tua

atau bahkan lanjut usia akan menurun kesehatan fisiknya yang nanti akan

berdampak pada usaha yang dijalankan. Kesehatan fisik yang menurun dan

adanya sikap bermalas-malasan yang cenderung timbul pada usia tua akan

menjadikan pengelolaan terhadap usaha akan mengalami penurunan. Hal

56

tersebut sesuai dengan pendapat Hurlock dalam (Dilanudin 2010) yang

menyebutkan bahwa perkembangan karier seseorang dalam menjalankan usaha

akan berjalan seiring dengan proses perkembangan manusia dengan

mengelompokkanperkembangan karier manusia menjadi tiga kelompok usia,

yaitu (1) usia dewasaawal antara 18 sampai 40 tahun, ciri khasnya terkait dengan

tugas pengembangandalam membentuk keluarga dan pekerjaan, memiliki tugas

pokok, memilih bidangpekerjaan yang cocok dengan bakat, minat dan faktor

psikologis yang dimilikisehingga kesehatan mental dan fisiknya tetap terjaga; (2)

usia dewasa madya antara 40 sampai 60 tahun, ciri khasnya keberhasilan dalam

pekerjaan. Umumnya kebiasaan tersebut dapat dicapai pada usia 40 dan 50an,

mayoritas pada usia tersebut akan mencapai prestasi puncak, memiliki pekerjaan

yang lebih baikdibanding dengan pekerjaan yang dimiliki ketika masih muda;

dan (3) usia dewasa akhir di atas 60 tahun, pada masa ini mulai mengurangi

kegiatan kariernya,karena menurunnya kesehatan dan fisik, lebih banyak

melakukan kegiatan sosial,tinggal menikmati jerih payahnya selama bekerja.

Tabel 24 Hasil uji korelasi rank spearman antara usia dengan perilaku wirausaha

dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Usia -0.253 -0.446a -0.230 -0.333

-0.422

b

Keeratan

korelasi

Kuat Kuat

aSignifikan (α = 0.01);

bSignifikan (α = 0.05)

Pendidikan Formal

Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman, menunjukkan bahwa

pendidikan formal berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan

pengetahuan wirausaha dengan nilai koefisien positif sebesar 0,494 dan 0.428

yang artinya semakin tinggi pendidikan formalnya maka perilaku wirausahanya

terutama dalam hal pengetahuan dalam berwirausaha juga akan semakin tinggi

dengan keeratan korelasi kuat. Namun, pendidikan formal tidak berhubungan

nyata dengan sikap dan keterampilan dalam berwirausaha (Tabel 25). Dilihat

dari unsur pengetahuan, responden yang berpindikan tinggi yakni lulusan SLTA

dan perguruan tinggi cenderung memiliki pengetahuan berwirausaha yang lebih

tinggi dibandingkan dengan responden yang hanya lulusan SD. Orang yang

berpendidikan tinggi akan cenderung cepat menangkap akan sesuatu hal yang

disampaikan yang nantinya akan berdampak pada pengetahuannya yang

menonjol. Namun, hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa

pendidikan formal tidak berhubungan nyata dengan sikap dan keterampilan. Hal

itu disebabkan karena terkadang orang yang berpendidikan tinggi tidak memiliki

sikap dan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki dalam menjalankan

kegiatan usaha.

Selain itu, hasil uji korelasi rank spearman juga menunjukkan bahwa

pendidikan formal tidak ada berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha

(Tabel 25). Hal ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya pendidikan seseorang

57

tidak ada kaitannya dengan keberhasilan usaha. Terkadang orang yang

berpendidikan rendah akan mencapai usaha yang tergolong berhasil

dibandingkan dengan orang yang lebih berpendidikan. Niat, kerja keras, dan

kemauan yang tinggi akan menjadikan seseorang lebih giat dalam menjalankan

kegiatan usaha yang nantinya akan berdampak pada keberhasilan usahanya.

Selain itu, motivasi juga merupakan salah satu hal yang akan menjadikan

seseorang untuk giat dalam berwirausaha.

Tabel 25 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendidikan non formal dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Pendidikan

formal

0.494a 0.264 0.279 0.428

b 0.082

Keeratan

korelasi

Kuat Kuat

aSignifikan (α = 0.01);

bSignifikan (α = 0.05)

Pendidikan Non Formal

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa pendidikan non

formal tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-unsurnya,

serta keberhasilan usaha (Tabel 26). Hal ini disebabkan karena hasil survey

memperlihatkan bahwa mayoritas responden yang berwirausaha adalah

responden yang tidak pernah mengikuti kursus ataupun pelatihan guna

menunjang keterampilannya. Sebagian responden yang pernah mengikuti kursus

atau pelatihan tidak memanfaatkan kursus atau pelatihan yang diikuti untuk

dikembangkan lebih lanjut. Padahal sebenarnya, melalui keikutsertaan dalam

kursus dan pelatihan akan menjadikan responden menjadi pribadi yang lebih

produktif dan mampu meningkatkan potensi yang dimiliki.

Tabel 26 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendidikan non formal dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Pendidikan non

formal

0.026 0.148 0.524 0.147 0.044

Apabila dilihat dari unsur pengetahuan berwirausaha, pendidikan non

formal tidak berhubungan dikarenakan pengetahuan berwirausaha dapat

diperoleh responden dari berbagai media, apalagi saat ini telah ada teknologi

internet yang mampu memberikan gambaran secara luas bagi responden terkait

dengan wirausaha. Dilihat dari sikap mental berwirausaha, pendidikan non

58

formal tidak dapat menjadikan seseorang bersikap mental yang tinggi dalam

berwirausaha. Pendidkan non formal hanya memberikan berbagai pelatihan

terkait dengan peningkatan keterampilan yang dimiliki. Dilihat dari

keterampilan, pendidikan non formal seharusnya berhubungan nyata dengan

perilaku wirausaha. Namun, pada penelitian ini pendidikan non formal tidak

berhubungan dikarenakan keterampilan berwirausaha dapat ditunjang dari

berbagai informasi yang diperoleh tanpa harus mengikuti suatu pelatihan seperti

informasi dari teman, kerabat, dan keluarga, media cetak, dan media elektronik.

Lama Usaha

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa lama usaha

berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-unsurnya dengan nilai

positif dan memiliki keeratan korelasi kuat (Tabel 27). Artinya, semakin lama

seseorang berwirausaha maka perilaku wirausahanya yang meliputi

pengetahuan, sikap mental, dan keterampilannya juga akan semakin tinggi.Hal

itu disebabkan karena pengalaman berwirausaha akan menjadikan seseorang

lebih memahami akan potensi diri yang dimiliki dan memahami akan hal-hal

yang berkaitan dengan usaha yang dijalankan.

Apabila dilihat dari unsur pengetahuan berwirausaha, lama responden

berwirausaha akan menjadikan pengetahuan responden meningkat terkait dengan

bauran pemasarannya yang meliputi produk, harga, tempat, dan promosi,serta

terkait dengan keinginan konsumen dan trend pasar. Dilihat dari sikap mental

berwirausaha, lama berwirausaha akan menjadikan responden lebih bersikap

mental tinggi dalam mengahadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam

menjalankan kegiatan usaha. Dilihat dari sisi keterampilan berwirausaha,

keterampilan responden akan meningkat terkait dengan lamanya berwirausaha.

Artinya semakin lama berwirausaha, maka responden akan lebih memahami dan

meningkatkan keterampilan yang dimiliki guna mencapai hasil yang diinginkan.

Selain itu, hasil uji korelasi rank spearman juga menunjukkan bahwa

lama usaha berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha dengan nilai koefisien

positif sebesar 0.887, yang artinya semakin berpengalaman dalam menjalankan

kegiatan usaha, maka usaha yang dijalankan akan semakin berhasil dengan

keeratan korelasi sangat kuat. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman usaha

akan menjadikan seseorang lebih mengetahui akan apa yang harus dan tidak

harus dilakukan agar usaha yang dijalankan tetap berjalan. Hal ini senada

dengan pendapat Staw dalam Riyanti (2003) yang menyatakan bahwa

pengalaman dalam menjalankan kegiatan usaha merupakan predikator terbaik

bagi keberhasilan, terutama apabila bisnis baru tersebut berkaitan dengan

pengalaman bisnis sebelumnya. Kebutuhan akan pengalaman mengelola usaha

semakin diperlukan dengan meningkatnya kompleksitas lingkungan. Selain itu,

pengalaman dalam mengelola usaha dapat diperoleh sejak kecil, karena

pengasuhan yang diberikan oleh orang tua yang berprofesi sebagai wirausaha.

Orang yang berpengalaman dalam menjalankan kegiatan usaha akan memiliki

kemampuan manajerial yang baik dan lebih mengetahui akan hal-hal yang

berkaitan dengan usaha yang dijalankan mulai dari keinginan konsumen, produk

yang ditawarkan, pemasaran, tempat, harga, dan sebagainya. Selain itu,

pengalaman yang tinggi juga akan menjadikan seseorang lebih terampil dalam

menjalankan kegiatan usaha.

59

Tabel 27 Hasil uji korelasi rank spearman antara lama usaha dengan perilaku

wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani

Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Lama usaha 0.531a

0.611a 0.672

a 0.685

a 0.887

a

Keeratan

korelasi

Kuat Kuat Kuat Kuat Sangat kuat

aSignifikan (α = 0.01)

Sumber Modal Awal

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa sumber modal

awal berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-unsurnya dengan

nilai positif yang artinya semakin tinggi sumber modal yang digunakan maka

perilaku wirausaha yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan juga

akan semakin tinggi dengan keeratan korelasi kuat (Tabel 28).Hal tersebut

disebabkan karena seseorang yang berwirausaha dengan sumber modal pribadi

akan menjadikan seseorang giat dalam menjalankan usaha yang nantinya akan

berdampak pada perilaku wirausaha yang semakin tinggi. Menurut hasil

wawancara yang dilakukan, responden yang berwirausaha dengan menggunakan

modal sendiri akan selalu termotivasi untuk lebih berusaha dan bekerja keras

agar modal yang digunakan tidak sia-sia.

Selain itu, hasil uji korelasi rank spearman juga menunjukkan bahwa

sumber modal berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha dengan nilai

positif yang artinya semakin besar sumber modal pribadi yang digunakan maka

kecenderungan seseorang untuk lebih giat lagi dalam berusaha juga akan

semakin tinggi yang akan berdampak pada keberhasilan usahanya. Keeratan

korelasi antara sumber modal pribadi dengan keberhasilan usaha adalah sangat

kuat. Modal pribadi yang dijadikan sebagai modal awal akan mendorong

seseorang untuk menjadian usahanya berhasil dan tidak ingin mengalami

kerugian. Meskipun sebenarnya, sumber modal untuk mencapai suatu

kesuksesan atau keberhasilan usaha tidak hanya berupa uang. Menurut

Soesarsono (2002), modal dapat berupa benda fisik ataupun bukan, berupa uang

ataupun bukan. Akal (pikiran), karsa, semangat, kesempatan, waktu, pendidikan,

dan pengalaman adalah benda abstrak yang sangat menentukan keberhasilan

dalam berbisnis dan hidup di masyarakat.

Tabel 28 Hasil uji korelasi rank spearman antara sumber modal awal dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Sumber modal

awal

0.580a 0.689

a 0.671

a 0.702

a 0.874

a

Keeratan

korelasi

Kuat Kuat Kuat Kuat Sangat kuat

aSignifikan (α = 0.01)

60

Pinjanan untuk Pengembangan Usaha

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa pinjaman untuk

pengembangan usaha berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-

unsurnya, serta keberhasilan usaha dengan nilai positif yang artinya semakin

tinggi pinjaman yang digunakan untuk pengembangan usaha, maka perilaku

wirausaha yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta

keberhasilan usaha juga akan semakin tinggi (Tabel 29). Hal ini disebabkan

karena responden akan terus berusaha dalam menjalankan kegiatan usaha dan

mengembangkan usahanya yang dapat terlihat dari mayoritas responden adalah

pernah melakukan peminjaman guna mengembangkan usaha yang dijalankan.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan menyebutkan bahwa pinjaman yang

dilakukan akan semakin mendorong responden untuk terus berusaha lebih giat.

Hal itu disebabkan karean responden memiliki tanggung jawab ganda yakni

mengembalikan pinjaman sesuai waktu yang ditentukan dan menghasilkan

pendapatan bagi rumah tangga.

Tabel 29 Hasil uji korelasi rank spearman antara pinjaman pengembangan usaha

dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Pinjaman untuk

pengembangan

usaha

0.508a 0.501

a 0.601

a 0.600

a 0.727

a

Keeratan

korelasi

Kuat Kuat Kuat Kuat Sangat kuat

aSignifikan (α = 0.01)

Apabila dilihat dari unsur pengetahuan berwirausaha, responden yang

melakukan pinjaman untuk pengembangan usaha akan lebih memahami dan

teliti dalam penggunaan dana yang digunakan sehingga nantinya akan

menjadikan responden tidak melakukan peminjaman, namun menggunakan

modal pribadi. Dilihat dari sikap mental berwirausaha, pinjaman untuk

pengembangan usaha akan menjadikan responden lebih giat berwirausaha

sehingga modal yang dipinjam dapat dikembalikan sesuai dengan waktu yang

ditentukan. Dilihat dari keterampilan berwirausaha, pinjaman untuk

pengembangan usaha akan menjadikan lebih terampil dalam berwirausaha. Hal

itu disebabkan responden termotivaai untuk megembalikan modal pinjaman dan

mencapai keberhasilan dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Waktu yang Dicurahkan untuk Berwirausaha

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa waktu yang

dicurahkan untuk bekerja berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan

unsur-unsurnya, serta keberhasilan usaha dengan nilai positif yang artinya

semakin lama waktu yang digunakan untuk berwirausaha maka perilaku

wirausahanya yang meliputi pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan, serta

keberhasilan usaha juga akan semakin tinggi (Tabel 30). Hal ini disebabkan

61

karena seseorang yang mencurahkan waktunya untuk bekerja termasuk orang

yang kerja keras yang akan berdampak pada keberhasilan usaha.

Tabel 30 Hasil uji korelasi rank spearman antara waktu yang dicurahkan untuk

berwirausaha dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada

anggota dari kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Waktu untuk

berwirausaha

0.684a 0.627

a 0.733

a 0.766

a 0.940

a

Keeratan

korelasi

Kuat Kuat Sangat kuat Sangat

Kuat

Sangat kuat

sekali aSignifikan (α = 0.01)

Tabel 30 menunjukkan bahwa keeratan korelasi yang terjadi antara

waktu untuk berwirausaha yang digunakan oleh responden memiliki keeratan

sangat kuat terhadap keterampilan dan perilaku wirausaha. Hal itu disebabkan

karena semakin lama waktu yang digunakan oleh responden untuk berwirausaha,

maka akan semakin meningkatkan keterampilan yang dimiliki yang nantinya

akan berdampak pada perilaku wirausaha yang tinggi. Selanjutnya, keeratan

korelasi sangat kuat sekali ditujukan pada hubungan antara waktu berwirausaha

dengan keberhasilan usaha yang mengindikasikan bahwa orang yang giat

bekerja akan berdampak pada kesuksesan hasil yang dicapai.

Persentase Kebutuhan Keluarga yang Terpenuhi

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa persentase

kebutuhan keluarga yang terpenuhi berhubungan nyata dengan perilaku

wirausaha dan unsur-unsurnya serta keberhasilan usaha dengan nilai positif yang

artinya semakin tinggi persentase kebutuhan keluarga yang terpenuhi maka

perilaku wirausaha yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan dan

keberhasilan usahanya juga akan semakin tinggi (Tabel 31). Hal ini

mengindikasikan bahwa responden yang telah mampu memenuhi kebutuhan

keluarga yang tergolong tinggi merupakan responden yang berperilaku

wirausaha tinggi dan berhasil dalam usahanya. Persentase kebutuhan keluarga

yang terpenuhi merupakan salah satu indikator bagi keberhasilan usaha yang

dijalankan, karena melalui persentase tersebut maka dapat diketahui seberapa

berhasil usaha yang dijalankan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Apabila dilihat dari unsur pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan

berwirausaha, responden yang memiliki pengetahuan berwirausaha yang tinggi

akan menjadikan responden untuk terus mencoba sesuatu yang baru dan selalu

meningkatkan keterampilan yang dimiliki yang nantinya akan berdampak pada

keberhasilan usahanya dan akhirnya akan mampu memenuhi kebutuhan keluarga

dengan persentase yang tinggi.

62

Tabel 31 Hasil uji korelasi rank spearman antara persentase kebutuhan keluarga

yang terpenuhi dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha

pada anggota dari kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Persentase

kebutuha yang

terpenuhi

0.660a 0.668

a 0.731

a 0.774

a 0.904

a

Keeratan

korelasi

Kuat Kuat Sangat kuat Sangat kuat Sangat kuat

sekali aSignifikan (α = 0.01)

Tabel 31 menunjukkan bahwa keeratan korelasi yang terjadi antara

persentase kebutuhan keluarga dengan keterampilan dan perilaku wirausaha

tergolong sangat kuat. Hal ini disebabkan karena responden yang mampu

memenuhi kebutuhan keluarga yang tergolong tinggi adalah responden yang

terampil dalam menjalankan kegiatan usaha. Selanjutnya, keeratan sangat kuat

sekali yang ditujukan hubungan antara persentase kebutuhan keluarga yang

terpenuhi dengan keberhasilan usaha mengindikasikan bahwa responden yang

mampu memenuhi kebutuhan keluarga dengan persentase tinggi adalah

responden yang telah berhasil dalam menjalankan kegiatan usaha.

Status Pekerjaan Suami

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa status pekerjaan

suami tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan

usaha (Tabel 32). Hal ini disebabkan karena mayoritas responden yang

berwirausaha adalah responden yang memiliki suami yang masih bekerja.

Meskipun, terdapat beberapa responden yang giat berwirausaha karena suaminya

tidak bekerja (pengangguran). Responden yang memiliki suami tidak bekerja

akan terdorong untuk berwirausaha lebih giat lagi dan bekerja keras agar mampu

mencukupi kebutuhan keluarga, khususnya bagi biaya pendidikan anak. Selain

itu juga untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Bagi responden,

pendidikan anak adalah nomor satu dan bagi mereka anak harus memiliki

kehidupan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kehidupan orangtuanya

dulu.

Tabel 32 Hasil uji korelasi rank spearman antara status pekerjaan suami dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari kelompok

wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Status

pekerjaan suami

0.094 0.260 -0.133 0.023 0.115

Umumnya pekerjaan suami dari responden adalah seorang buruh dan

karyawan pabrik, sehingga hal tesrebut yang menjadikan responden

63

berwirausaha untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan meningkatkan

perekonomian rumah tangga menjadi lebih baik. Namun, bagi responden yang

memiliki suami seperti bekerja sebagai PNS dan TNI AL akan cenderung tidak

berkeinginan untuk berwirausaha. Hal tersebut disebabkan karena responden

telah berada pada zona aman, sehingga bagi mereka bekerja merupakan hal yang

tidak perlu. Lain hal nya dengan beberapa responden yang meskipun memiliki

suami yang bekerja mapan yakni bekerja di kehutanan dan LSM, tetapi

responden tetap ingin berwirausaha karena bagi mereka dengan berwirausaha

maka mereka dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki dan dapat

memehuhi kebutuhan pribadi.

Pendapatan

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa pendapatan

berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-unsurnya dan

keberhasilan usaha dengan nilai positif yang artinya semakin tinggi pendapatan

yang diperoleh maka semakin tinggi pula perilaku wirausaha yang mencakup

pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta keberhasilan usahanya (Tabel 33).

Pendapatan yang diperoleh merupakan pendapatan responden setiap bulannya.

Responden yang memiliki pendapatan tinggi adalah responden yang telah

memiliki pengalaman jauh lebih banyak dibandingkan dengan responden yang

memiliki pendapatan rendah dan kurang berpengalaman. Nilai koefisien yang

dihasilkan dari uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa keeratan

korelasi antara pengetahuan dan sikap mental dengan pendapatan adalah kuat.

Keeratan korelasi antara pendapatan dengan keterampilan dan perilaku

wirausaha tergolong sangat kuat, sedangkan keeratan korelasi antara pendapatan

dengan keberhasilan usaha adalah sangat kuat sekali. Dengan demikian, variabel

pendapatan paling erat kaitannya dengan keberhasilan usaha.

Tabel 33 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendapatan dengan perilaku

wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari kelompok wanita

tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Pendapatan 0.662a 0.640

a 0.749

a 0.767

a 0.921

a

Keeratan

korelasi

Kuat Kuat Sangat kuat Sangat kuat Sangat kuat

sekali aSignifikan (α = 0.01)

Pada kelompok wanita tani Tapak Dara, pendapatan yang dihasilkan oleh

masing-masing anggota berbeda, tergantung dari jenis usaha dan seberapa keras

usaha yang dilakukan responden untuk mecapai keberhasilan usaha. Apabila

dilihat dari sisi pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan dalam

berwirausaha, pendapatan berkaitan dengan ketiga unsur tersebut karena

pendapatan yang tinggi dihasilkan dari pengetahuan yang tinggi pula akan

berwirausaha. Artinya, pengetahuan wirausaha yang tinggi akan menjadikan

responden terampil dan kreatif dalam menjalankan kegiatan usaha yang nantinya

64

akan berdampak pada sikap mental yang kuat. Keterampilan yang tinggi akan

berdampak pada tingginya pendapatan yang diperoleh yang akhirnya akan

membawa keberhasilan usaha.

Jumlah Anggota Keluarga

Hasil uji korelasi rank spearman yang dilakukan menunjukkan bahwa

pada kelompok wanita tani Tapak Dara, jumlah anggota keluarga tidak

berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha (Tabel

34). Hal itu disebabkan karena responden umumnya memiliki jumlah anggota

keluarga antara 3 hingga 5 orang. Responden yang memiliki jumlah anggota

keluarga kurang dari 5 tidak dapat dikatakan bahwa responden memiliki perilaku

wirausaha rendah ataupun tinggu, begitu pula responden dengan jumlah anggota

keluarganya diatas 5. Selain itu juga, jumlah anggota keluarga yang banyak

bukan jaminan bagi seseorang untuk giat dalam berwirausaha karena banyaknya

beban keluarga yang harus ditanggung. Umumnya, motivasi responden

berwirausaha dan bekerja keras adalah tuntutan untuk biaya hidup keluarga.

Namun, terkadang orang berwirausaha karena adanya keinginan untuk

mengembangkan potensi diri atau hanya karena hobi. Oleh sebab itu, jumlah

anggota keluarga tidak berkaitan dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan

usaha.

Tabel 34 Hasil uji korelasi rank spearman antara jumlah anggota keluarga

dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Jumlah anggota

keluarga

0.781 0.541 0.535 0.927 -0.013

Asal Daerah

Berdasarkan uji korelasi rank spearman yang dilakukan menunjukkan

bahwa asal daerah tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan

keberhasilan usaha (Tabel 35). Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berasal

dari daerah tertentu tidak menjadikan seseorang berperilaku wirausaha tinggi

dan berhasil dalam menjalankan kegiatan usaha. Niat, kemauan, dan kerja keras

yang tinggi akan mendorong seseorang berperilaku wirausaha yang tinggi yang

nantinya akan berdampak pada keberhasilan usaha.

Tabel 35 Hasil uji korelasi rank spearman antara asal daerah dengan perilaku

wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari kelompok wanita

tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Asal daerah 0.313 0.032 0.161 0.146 0.103

65

Hubungan Antara Karakteristik Kelompok dengan Perilaku Wirausaha

dan Keberhasilan usaha

Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman yang dilakukan, sebagian

besar karakteristik kelompok tidak berhubungan nyata dengan perilaku

wirausaha dan keberhasilan usaha. Hal itu disebabkan karena pada dasarnya

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha lebih ditentukan oleh pribadi masing-

masing individu.

Lama Bergabung

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa lama bergabung

tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-unsurnya, serta

keberhasilan usaha (Tabel 36). Hal ini mengindikasikan bahwa lamanya

responden bergabung dalam kelompok tidak dapat dikatakan responden telah

memiliki pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan yang tinggi. Hal tersebut

disebabkan karena kurangnya partisipasi dari anggota yang kurang tertarik akan

kegiatan yang dilakukan kelompok khususnya kewirausahaan. Padahal,

seharusnya melalui kelompok maka pengetahuan dan keterampilan anggota

dalam berwirausaha akan mengalami peningkatan, karena adanya berbagai

macam bentuk pembinaan dan pelatihan yang dilakukan dari kelompok kepada

para anggota.

Tabel 36 Hasil uji korelasi rank spearman antara lama bergabung dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Lama

bergabung

-0.092 0.230 -0.131 -0.049 0.000

Motivasi Bergabung

Pada kelompok wanita tani Tapak Dara, motivasi bergabung umumnya

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga khusunya peningkatan

perekonomiannya. Namun, terdapat pula responden yang tidak memiliki

motivasi apapun untuk bergabung dengan kelompok selain hanya ikut

berpartisipasi. Motivasi bergabung seharusnya akan menjadikan responden

berpengetahuan dan memiliki keterampilan berwirausaha yang tinggi karena

didukung oleh keikutsertaannya dalam kegiatan kelompok.Akan tetapi, pada

kelompok wanita tani Tapak Dara, hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi

anggota bergabung dalam kelompok tidak berhubungan nyata dengan perilaku

wirausaha dan keberhasilan usaha (Tabel 37). Hal ini mengindikasikan bahwa

motivasi bergabung atau alasan responden bergabung dalam kelompok tidak

menjadikan responden berperilaku wirausaha dan keberhasilan usaha yang

cenderung tinggi. Terdapat responden yang meskipunmemiliki motivasi

bergabung dalam kelompok, namun tidak memiliki perilaku wirausaha dan

keberhasilan usaha yang tinggi. Hal itu disebabkan karena kurangnya minat

66

responden untuk berwirausaha dan didukung oleh pendapatan suami yang lebih

dari cukup.

Tabel 37 Hasil uji korelasi rank spearman antara motivasi bergabung dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari

kelompok wanita tani Tapak Daraa

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Motivasi

bergabung

0.294 0.183 0.170 0.236 0.095

Harapan Bagi Kelompok

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa harapan anggota

bagi terbentuknya kelompok berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan

unsur-unsurnya, serta keberhasilan usaha dengan nilai positif yang artinya

semakin tinggi harapan anggota bagi kelompok maka perilaku wirausaha yang

meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta keberhasilan usahanya juga

akan semakin tinggi dengan keeratan korelasi kuat (Tabel 38).Harapan anggota

umumnya adalah untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga yang

mengindikasikan bahwa responden bergantung pada kelompok untuk

meningkatkan kualitas hidupnya melalui kegiatan pelatihan kewirausahaan yang

dilakukan oleh kelompok. Kegiatan pelatihan yang dilakukan dimaksudkan agar

anggota mampu mengembangkan keterampilan yang dimiliki, seperti mengolah

hasil-hasil produk pertanian agar nantinya dapat menghasilkan pendapatan.

Tabel 38 Hasil uji korelasi rank spearman antara harapan anggota bagi kelompok

dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Harapan

anggota

0.624a 0.432

b 0.576

a 0.650

a 0.418

b

Keeratan

korelasi

Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat

aSignifikan (α = 0.01);

bSignifikan (α = 0.05)

Mekanisme Pengambilan Keputusan

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa mekanisme

pengambilan keputusan tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha

dan keberhasilan usaha (Tabel 39). Hal itu disebabkan karena menurut hasil

wawancara yang dilakukan dengan responden menyatakan bahwa terkadang

kelompok wanita tani Tapak Dara melakukan pengambilan keputusan secara

sepihak, sehingga mengakibatkan kurangnya kepercayaan dan kurangnya

partisipasi anggota terhadap kelompok. Partisipasi anggota yang menurun

67

akanmengakibatkan keengganan anggota untuk melakukan kegiatan dan

program yang dilakukan oleh kelompok.

Tabel 39 Hasil uji korelasi rank spearman antara mekanisme pengambilan

keputusan dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada

anggota dari kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Mekanisme

pengambilan

keputusan

-0.219 -0.204 -0.083 -0.186 -0.045

Keinginan Anggota

Hasil uji korelasi rank spearman memperlihatkan bahwa keinginan

anggota berhubungan nyata dengan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

wirausaha dengan nilai positif yang artinya semakin tinggi keinginan anggota

akan adanya kelompok maka pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

wirausahanya juga akan semakin tinggi dengan keeratan korelasi lemah (Tabel

40). Hal tersebut dikarenakan keinginan terbesar anggota untuk bergabung

dengan kelompok adalah keinginan untuk mendapatkan dana yang nantinya akan

digunakan sebagai modal berwirausaha.Namun, hasil uji korelasi rank spearman

menunjukkan bahwa keinginan anggota tidak berhubungan nyata dengan

keberhasilan usaha. Hal itu disebabkan karena terdapat beberapa responden yang

menggunakan dana kredit kelompok untuk keperluan lain.

Tabel 40 Hasil uji korelasi rank spearman antara keinginan anggota dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Keinginan

anggota

terhadap

kelompok

0.407a 0.344 0.372

a 0.408

a 0.128

Keeratan

korelasi

Lemah Lemah Lemah

aSignifikan (α = 0.05)

Intensitas Rapat dan Kegiatan

Rapat dan kegiatan kelompok wanita tani Tapak Dara dilaksanakan

setiap satu bulan sekali dengan agenda untuk meningkatkan keterampilan

anggota, khususnya pengolahan produk pertanian. Melalui rapat dan kegiatan

kelompok, anggota diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki

dan mampu membuka usaha guna menunjang perekonomian keluarga. Semakin

sering intensitas rapat dan kegiatan kelompok, akan menjadikan keterampilan

68

anggota seharusnya semakin meningkat Namun, hasil uji korelasi rank spearman

menunjukkan bahwa intensitas rapat dan kegiatan kelompok tidak berhubungan

nyata dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha (Tabel 41). Hal ini

mengindikasikan bahwa intensitas rapat dan kegiatan kelompok yang tinggi

tidak ada kaitannya dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha yang

tinggi ataupun rendah.

Tabel 41 Hasil uji korelasi rank sperman antara intensitas rapat dan kegiatan

kelompok dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada

anggota dari kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Intensitas rapat

dan kegiatan

0.208 0.074 0.169 0.214 0.047

Pelayanan Kelompok

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa pelayanan

kelompok tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-

unsurnya serta keberhasilan usaha (Tabel 42). Hal ini mengindikasikan bahwa

meskipun pelayanan yang dilakukan kelompok telah baik, tetapi belum

menjamin anggota untuk berperilaku wirausaha yang baik dan berhasil dalam

menjalankan kegiatan usahanya. Hal itu disebabkan karena pada dasarnya

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha yang tinggi berasal dari kepribadian

masing-masing dan kelompok hanya berperan sebagai kelas belajar dan

penyedia sarana ataupun kebutuhan modal bagi para anggota.

Tabel 42 Hasil uji korelasi rank spearman antara pelayanan kelompok dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari kelompok

wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Pelayanan

kelompok

0.237 0.027 0.163 0.203 0.000

Suasana Kelompok

Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman yang dilakukan, diperoleh

hasil bahwa suasana kelompok berhubungan nyata dengan pengetahuan dan

perilaku wirausaha yang bernilai positif, artinya semakin kekeluargaan suasana

kelompoknya maka pengetahuan dan perilaku wirausaha juga akan semakin

baik. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya sifat kekeluargaan yang

terjalin antar anggota akan menjadikan anggota nyaman untuk mengikuti

program dan kegiatan pelatihan guna peningkatan potensi diri. Namun, suasana

kelompok tidak berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha. Hal itu

disebabkan karena usaha yang dijalankan anggota adalah usaha individu

69

sehingga tidak ada hubungannya suasana kelompok yang bersifat kekeluargaan

(Tabel 43).

Tabel 43 Hasil uji korelasi rank spearman antara suasana kelompok dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari

kelompok wanita tani Tapak Dara

Karakteristik

individu

Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku

wirausaha

Keberhasilan

usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.

Suasana

kelompok

0.430a 0.267 0.321 0.421

a 0.241

Keeratan

korelasi

Kuat Kuat

aSignifikan (α = 0.05)

Hubungan Antara Perilaku Wirausaha dan Keberhasilan Usaha

Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman yang dilakukan, perilaku

wirausaha berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha dengan keterampilan

berwirausaha memiliki korelasi sangat kuat dengan keberhasilan usaha pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.

Pengetahuan Berwirausaha

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa pengetahuan

dalam berwirausaha berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha dengan nilai

koefisien positif sebesar 0.683 yang artinya semakin tinggi pengetahuan dalam

berwirausaha, maka keberhasilan usahanya juga akan semakin tinggi dengan

keeratan korelasi kuat (Tabel 44). Pengetahuan dalam berwirausaha meliputi

pemasaran produk, kualitas produk, loyalitas konsumen, trend pasar, keinginan

konsumen, harga yang ditawarkan, dan hal-hal yang berkaitan dengan usaha

yang dijalankan. Seseorang yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha

tinggi akan cenderung lebih kreatif dalam berimajinasi akan produk yang

ditawarkan. Pengetahuan dasar dalam berwirausaha merupakan hal penting yang

nantinya akan berdampak pada keberhasilan usaha. Pengetahuan mengenai

pengelolaan usaha juga perlu diketahui karena untuk menunjang pencapaian

tujuan bisnis yang diinginkan.

Tabel 44 Hasil uji korelasi rank spearman antara pengetahuan dengan

keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara

Perilaku Wirausaha Keberhasilan

Usaha

Koefisien Keeratan korelasi

Pengetahuan 0,683a Kuat

aSignifikan (α = 0.01)

Sikap Mental Berwirausaha

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa sikap mental

berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha dengan nilai koefisien positif

70

sebesar 0.647 yang artinya semakin baik sikap mental dalam berwairausaha

maka keberhasilan usaha akan semakin tinggi dengan keeratan korelasi kuat

(Tabel 45).

Sikap mental dalam berwirausaha merupakan hal yang penting dan perlu

dimiliki oleh wirausahawan dalam menjalankan usahanya. Sikap mental yang

lembek dalam berwirausaha akan menjadikan usaha yang dijalankan tidak

berjalan atau bahkan gagal. Sikap mental lembek dalam hal ini maksudnya

adalah sikap seseorang yang cenderung lebih menikmati hasilnya tanpa mau

bersusah payah atau bekerja keras. Mereka akan langsung beralih usaha apabila

usaha yang baru dijalankan mengalami kegagalan. Selain itu, seorang wirausaha

juga harus memiliki mental yang kuat dan tangguh serta tidak mudah putus asa

apabila usaha yang dijalankan belum berhasil. Wirausaha yang berhasil adalah

wirausaha yang mau bekerja keras dan tidak bermalas-malasan.

Tabel 45 Hasil uji korelasi rank spearman antara sikap mental dengan

keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara

Perilaku Wirausaha Keberhasilan

Usaha

Koefisien Keeratan korelasi

Sikap mental 0,647a Kuat

aSignifikan (α = 0.01)

Keterampilan Berwirausaha

Dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha, hasil uji korelasi rank

spearman menunjukkan bahwa keterampilan dalam berwirausaha berhubungan

nyata dengan perilaku wirausaha dengan nilai koefisien positif sebesar 0.795

yang artinya, semakin seseorang terampil dalam berwirausaha maka

keberhasilan usahanya akan semakin meningkat dengan keeratan korelasi sangat

kuat (Tabel 46). Keterampilan merupakan salah satu indikator dari perilaku

wirausaha yang berhubungan paling erat dengan keberhasilan usaha. Hal itu

disebabkan karena pada dasarnya seorang wirausaha adalah orang yang terampil

dalam menjalankan kegiatan usaha. Selain itu, keterampilan juga akan

menjadikan seseorang lebih kreatif dan inovatif yang nantinya akan berdampak

pada kelangsungan usaha yang dijalankan.

Tabel 46 Hasil uji korelasi rank spearman antara ketermapilan dengan

keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara

Perilaku Wirausaha Keberhasilan

Usaha

Koefisien Keeratan korelasi

Keterampilan 0,795b Sangat kuat

aSumber : Kuesioner penelitian diolah (2013);

bSignifikan (α = 0.01)

Pada kelompok wanita tani Tapak Dara, responden yang berhasil dalam

menjalankan kegiatan usaha adalah responden yang terampil, kreatif, selalu

berusaha dengan giat serta bekerja keras demi mencapai hal yang diinginkan.

Hal tesrebut dapat terlihat dari responden yang menjalankan kegiatan usaha

dengan memproduksi aneka macam makanan olehan dengan berbahan dasar

71

singkong yang selalu belajar dan berinovasi untuk memproduksi produk yang

berbeda dan dapat diterima oleh konsumen.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

1. Mayoritas anggota kelompok wanita tani Tapak Dara berusia tua,

berpendidikan sebagai lulusan SLTA, memiliki suami yang masih

bekerja dengan jumlah anggota keluarga antara 3 hingga 5 orang.

Selanjutnya, anggota kelompok berwirausaha antara 1 hingga 9 tahun

dengan sumber modal awal berasal dari pribadi, pernah melakukan

peminjaman untuk pengembangan usaha, waktu berwirausaha selama 2

hingga 5 jam dengan pendapatan setiap bulannya antara Rp500 000

hingga Rp 1 000 000 sehingga mampu mencukupi kebutuhan keluarga

dengan persentase sebesar 61 hingga 75%. Sementara itu, karakteristik

kelomook pada anggota mayoritas telah bergabung sejak terbentuknya

kelompok, memiliki motivasi untuk bergabung dengan harapan untuk

menambah pendapatan rumah tangga dan berkeinginan untuk

mendapatkan penyaluran dana kredit dari kelompok.

2. Perilaku wanita wirausaha dapat dilihat dari pengetahuan, sikap mental,

dan keterampilan dalam berwirausaha. Pada kelompok wanita tani Tapak

Dara, perilaku wanita wirausaha pada anggota tergolong tinggi dengan

pengetahuan berwirausaha tergolong sangat tinggi. Sementara itu, sikap

mental dan keterampilan pada anggota tergolong sedang dengan

persentase masing-masing sebesar 51.52 dan 42.42%.

3. Karakteristik individu pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara,

yakni waktu untuk berwirausaha, persentase kebutuhan keluarga yang

terpenuhi, dan pendapatan memiliki hubungan nyata kuat dengan

perilaku wanita wirausaha dan berhubungan nyata sangat kuat sekali

dengan keberhasilan usaha pada anggota kelompok.Selanjutnya, harapan

anggota terhadap kelompok dan suasana kelompok memiliki hubungan

nyata kuat dengan perilaku wanita wirausaha, sedangkan hanya harapan

anggota saja yang berhubungan nyata kuat dengan keberhasilan usaha.

Sementara itu, dalam kaitannya antara perilaku wanita wirausaha dan

keberhasilan usaha, keterampilan dalam berwirausaha memiliki

hubungan nyata dengan korelasi sangat kuat dengan keberhasilan usaha

pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara. Hal ini

mengindikasikan bahwa pada dasarnya seorang wirausaha yang berhasil

adalah wirausaha yang terampil, cekatan, kreatif, inovatif, dan selalu

berusaha dalam menjalankan kegiatan usahanya.

SARAN

1. Pemerintahan Kota Bogor melalui dinas pertanian hendaknya lebih

meningkatkan program penyuluhan dan pembinaan terutama dalam hal

72

kewirausahaan khususnya bagi kelompok wanita tani dalam rangka

menyukseskan pemberdayaan wanita di Indonesia.

2. Pihak penyuluh sebaiknya memberikan pemahaman akan pentingnya

pembukuan keuangan secara tertulis atau pencatatan perkembangan

usaha pada kelompok wanita tani Tapak Dara. Hal itu disebabkan

karena mayoritas anggota yang berwirausaha kurang begitu peduli

akan pencatatan atau pembukuan tersebut. Mereka hanya

mengandalkan daya ingat atau pencatatan usaha secara umum tanpa

adanya hal-hal yang terperinci, artinya mereka hanya mengetahui

seberapa besar keuntungan yang diperoleh dengan modal yang

digunakan tanpa mengetahui seberapa banyak produksi yang

dihasilkan. Misalnya, mereka tidak mengetahui untuk 10kg singkong

dapat menghasilkan berapa bungkus keripik singkong untuk takaran ⁄ kg, ⁄ kg, atau pun 1 bungkus yang dijual seharga seribu rupiah.

Padahal, melalui pembukuan keuangan, responden dapat mengetahui

pendapatan yang diperoleh dan dapat meningkatkan pendapatannya.

3. Kelompok wanita tani Tapak Dara sebaiknya meningkatkan usaha

yang dijalankan kelompok sehingga dapat membantu kualitas hidup

anggota kelompok yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga

dan tidak memiliki pendapatan. Salah satunya dengan meningkatkan

intensitas rapat dan kegiatan kelompok, komunikasi interpersonal, dan

menjaga hubungan baik antara angggota dengan pengurus. Usaha

kelompok dalam hal ini adalah usaha untuk memproduksi tepung

mocaf dan berbagai macam olahannya yang saat ini sudah tidak

berjalan berjalan karena kurangnya respon anggota dalam

berwirausaha secara kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS]. Badan Pusat Statistika.2012. Persentase penduduk menurut Provinsi dan

jenis kelamin tahun 2009-2011. [Internet]. [diunduh 2013 Agust 2].

Tersedia pada :www.bps.go.id

[Pemkot Bogor]. Pemerintahan Kota Bogor. 2011. Profil investasi bidang

agribisnis Kota Bogor. [internet]. [diunduh 2013 Mei 3]. Tersedia pada

:www.kotabogor.go.id

[Setneg]. Sekretaris Negara. 2008. Potret kebangkitan perempuan Indonesia.

[internet]. [diunduh 2013 Jul 9]. Tersedia pada: www.setneg.go.id

[BPS].Badan Pusat Statistika. 2011. Statistik Indonesia. Jakarta (ID) : Badan

Pusat Statistika.

[UPTBP3K]. Unit Pelayanan Teknis Badan Penyuluhan Pertanian,Perikanan,

Perkebunan,dan Kehutanan. 2012. Pembinaan kelompok tani. [Internet].

[diunduh 2013 Mei 3].Tersedia pada: http://www.

uptbp3kwaled.blogspot.com/2012/03/pembinaan-kelompok-tani.html

Alma B. 2010. Kewirausahaan. Bandung (ID) : CV.Alfabeta.

73

Astamoen MP. 2005. Entrepreneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa

Indonesia. Bandung (ID) : Alfabeta.

Azzahra R. 2009. Perilaku Wirausaha Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Peserta Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dan

Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM) [skripsi].

Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Bank Dunia (2013). Jumlah penduduk Indonesia.[Internet]. [diunduh 2013 Jul

19].Tersedia pada : www.google.co.id/publicdata

Bank Dunia. 2013. Perbandingan antara jumlah penduduk dunia dan Indonesia.

[Internet]. [diunduh 2013 Jul 19]. Tersedia pada

:www.google.co.id/publicdata

Dirlanudin. 2010. Perilaku Wirausaha dan Keberdayaan Pengusaha kecil

Industri Agro [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Fahmi FN. 2009. Analisis Curahan Kerja Rumah Tangga Petani Lahan Sawah di

Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah) [tesis]. Bogor (ID) :

Institut Pertanian Bogor.

Haryani M. 2004. Tingkat Kemandirian Wanita Tani dalam Pengelolaan

Usahatani Sayuran (Kasus di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi

Provinsi Jawa Barat) [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta (ID) : Erlangga.

Jokopusphito S. 2006. Hubungan Antara Perilaku Komunikasi dengan Tingkat

Adopsi Teknologi Diversifikasi Pangan dan Gizi pada Kelompok Wanita

Tani (Studi Kasus pada Kelompok Wanita Tani di Kecamatan Pundong

Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta [tesis]. Bogor (ID) :

Institut Pertanian Bogor.

Karsidi R. 2001. Pemberdayaan Masyarakat Petani. Di dalam : Yustina I,

Sudrajat A, penyunting. Membentuk Pola Perilaku Manusia

Pembangunan; 2003 Sept 170-179. Bogor (ID) : IPB pr.

Kasmir. 2010. Kewirausahaan. Jakarta (ID) : PT. Raja grafindo Persada.

Manoppo CN. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Wanita

Tani dala Usahatani Kakao (Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten

Donggala Provinsi Sulawesi Tengah) [tesis]. Bogor (ID) : Institut

Pertanian Bogor.

Maysami RC, Ziemnowicz C. 2007. Ethnicity, Gender and Entrepreneurial

Tendencies: The Singapore Perspective. The Copenhagen Journal of

Asian Studies 25.

Mugniesyah SS. 1986. Kepemimpinan Wanita dalam Pembangunan Desa (Studi

Kasus : di Dua Desa di Kecamatan Purwa Kabupaten Sukabumi, Jawa

Barat) [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Muljaningsih S, Soemarno, Hadiwidjojo D, Mustajadjab MM. 2013. Developing

Organic Food Processed Entrepreneurial Intention : Study on Women

Farmers at Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Journal

of Business and Management. Vol 11, Issue 1 (May-Jun 2013).

Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor (ID) : Ghalia Indonesia.

Nitisusastro M. 2010. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung

(ID) : CV. Alfabeta.

Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan

SPSS. Yogyakarta (ID) : Andi

74

Pambudy R. 1999. Perilaku Komunikasi, Perilaku Wirausaha Peternak, dan

Penyuluhan dalam Sistem Agribisnis Peternakan Ayam[disertasi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Pristiana U, Kusumaningtyas A, Mujanah S. 2009. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Wanita Berwirausaha di Kota

Surabaya. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis. Volume 9 No. 1 Maret 2009

: 52-65.

Rachmat IS. 2006. Hubungan Karakteristik dan Sikap Anggota Terhadap

Keberadaan Kelompok Tani Ternak (Studi kasus pada Kelompok Tani

Ternak Domba Makori di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor [skripsi].

Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Rahadian D. 2002. Hubungan Perilaku Wirausaha Peternak dengan

Produktivitas Kelompok Peternak Domba Garut [skripsi]. Bogor (ID) :

Institut Pertanian Bogor.

Rahmawaty N. 2000. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Wanita Terhadap

Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga (Kasus Wanita Pekerja

Industri Kecil Manisan Pala di Desa Dramaga, Bogor) [skripsi]. Bogor

(ID) : Institut Pertanian Bogor.

Ramanti RP. 2006. Perilaku Wirausaha Wanita Peternak dalam Mencari dan

Menerapkan Informasi Usahaternak Ayam Buras (Kasus Kelompok

Tani-ternak “Tanjung”, Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari,

Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Republika. 2011. Linda : jumlah wanita pengusaha Indonesia masih 0.1 persen.

[Internet]. [diunduh 2013 Agust 2]. Tersedia pada

:http://www.republika.co.id/berita/breakingnews/nasional/11/01/30/1614

85-linda-jumlah-wanita-pengusaha-indonesia-masih-0-1-persen

Reslawati. 2004. Karakteristik Kelompok dan Jaringan Komunikasi : Kajian

Kekohesifan Kelompok Swadaya Masyarakat di Kelurahan Loji, Kota

Bogor [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Riduwan, Sunarto. 2011. Pengantar Statistika untuk Penelitian : Pendidikan,

Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis. Bandung (ID) : CV. Alfabeta.

Rinaldi. 1999. Studi Peranan Wanita Nelayan dalam Upaya Mencapai Keluarga

Sejahtera (Kasus : Wanita Nelayan di Kotamadya Medan) [tesis]. Bogor

(ID) : Institut Pertanian Bogor

Riyanti BPD. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian.

Jakarta (ID): Grasindo.

Rona S. 1999. Hubungan Karakteristik Petani dengan Tingkat Partisipasinya

sebagai Anggota Kelompok Tani (Kasus Kelompok Tani Mekarsari,

Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Dati II Bogor, Provinsi

Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sapar. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan

Pedagang Kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha

Makanan di Kota Bogor) [tesis].Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Soesarsono. 2002. Pengantar Kewirausahaan. Bogor (ID) : Instititut Pertanian

Bogor.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Bandung (ID) : Alfabeta.

75

Suharno MI. 2009. Hubungan Karakteristik dan Pengelolaan Kelompok Tani

Berumur Panjang dengan Keragaannya di Kabupaten Indramayu [tesis].

Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Suharyadi, Nugroho A, Purwanto KS, Faturrohman M. 2007. Kewirausahaan :

Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta (ID) : Salemba

Empat.

Sulistiawati E. 2002. Perilaku Kepemimpinandan Keefektifan Kelompok (Kasus

Pelaksanaan P4K pada Kelompok Petani Kecil di Desa Mekarsari,

Kecamatan Banjar, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat) [tesis].

Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sunarsi S, Sugeng MA, Wahyuni S, Ratnaningtyas W. 2011. Manfaatkan

Singkong Menjadi Tepung Mocaf Untuk Pemberdayaan Masyarakat

Sumberejo. Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Msyarakat Tahun

2011.

Sunarya APO, Sudaryono, Saefullah A. 2011. Kewirausahaan. Yogyakarta (ID):

Andi.

Tambunan TH (2009). Center For Industry, SME & Business Competition

Studies Trisakti University. [diunduh tanggal 11 Juli 2013] tersedia pada

http://www.fe.trisakti.ac.id/pusatstudi_industri/pusat study tulus

tambunan/pusat studi/policy discussion paper/pdf7.pdf

Tambunan TH.2012. Wanita Pengusaha di UMKM di Indonesia : Motivasi dan

Kendala. [diunduh 2013 Jul 13] tersedia pada

http://www.fe.trisakti.ac.id/pusatstudi_industri/pusat%20study%20tulus

%20tambunan/pusat%20studi/policy%20discussion%20paper/policy%20

paper%2033.pdf.

Widyadari F, Sharder H, Pranoto S. [tahun terbit tidak diketahui]. Suara-suara

perempuan pengusaha. Jakarta (ID) : International Finance Corporation

dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

Yani A. 2001. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kebutuhan Pelatihan

Wanita Tani di Pedesaan [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

76

LAMPIRAN

Lampiran1 Jumlah penduduk Indonesia tahun 1960-2011a

aBank Dunia (2013). Jumlah penduduk Indonesia.[Internet]. [diunduh tanggal 19 Juli

2013].Tersedia pada : www.google.co.id/publicdata

Lampiran2 Persentase penduduk menurut provinsi dan jenis kelamina

Provinsi Laki-laki Perempuan Total

2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011

Aceh 48.73 49.88 50.09 51.27 50.12 49.91 100.00 100.00 100.00

Sumatera Utara 49.36 50.00 50.69 50.64 50.00 49.31 100.00 100.00 100.00

Sumatera Barat 48.98 49.41 50.64 51.02 50.59 49.36 100.00 100.00 100.00

R i a u 51.39 51.50 51.22 48.61 48.50 48.78 100.00 100.00 100.00

Kepulauan Riau 51.27 50.20 50.01 48.73 49.80 49.99 100.00 100.00 100.00

J a m b i 50.18 51.10 51.23 49.82 48.90 48.77 100.00 100.00 100.00

Sumatera Selatan 49.94 50.76 51.25 50.06 49.24 48.75 100.00 100.00 100.00

Kepulauan Bangka

Belitung 50.74 51.73 51.75 49.26 48.27 48.25 100.00 100.00 100.00

Bengkulu 50.78 50.80 51.28 49.22 49.20 48.72 100.00 100.00 100.00

Lampung 50.67 51.41 51.68 49.33 48.59 48.32 100.00 100.00 100.00

DKI Jakarta 49.05 49.90 50.05 50.95 50.10 49.95 100.00 100.00 100.00

Jawa Barat 49.96 50.43 50.96 50.04 49.57 49.04 100.00 100.00 100.00

Banten 50.72 51.06 51.01 49.28 48.94 48.99 100.00 100.00 100.00

Jawa Tengah 49.06 49.56 49.80 50.94 50.44 50.20 100.00 100.00 100.00

DI Yogyakarta 48.59 49.31 48.64 51.41 50.69 51.36 100.00 100.00 100.00

Jawa Timur 48.63 49.45 49.46 51.37 50.55 50.54 100.00 100.00 100.00

B a l i 49.97 50.42 50.42 50.03 49.58 49.58 100.00 100.00 100.00

Nusa Tenggara

Barat 47.40 48.59 47.82 52.60 51.41 52.18 100.00 100.00 100.00

Nusa Tenggara Timur

49.50 49.94 49.43 50.50 50.06 50.57 100.00 100.00 100.00

Kalimantan Barat 49.95 51.24 51.34 50.05 48.76 48.66 100.00 100.00 100.00

Kalimantan

Tengah 50.11 51.82 51.64 49.89 48.18 48.36 100.00 100.00 100.00

77

Kalimantan

Selatan 49.25 50.70 50.20 50.75 49.30 49.80 100.00 100.00 100.00

Kalimantan Timur 51.43 52.42 52.26 48.57 47.58 47.74 100.00 100.00 100.00

Sulawesi Utara 50.52 51.22 51.08 49.48 48.78 48.92 100.00 100.00 100.00

Gorontalo 50.40 50.46 50.32 49.60 49.54 49.68 100.00 100.00 100.00

Sulawesi Tengah 50.84 51.24 51.31 49.16 48.76 48.69 100.00 100.00 100.00

Sulawesi Selatan 48.12 48.48 48.84 51.88 51.52 51.16 100.00 100.00 100.00

Sulawesi Barat 50.46 50.19 50.35 49.54 49.81 49.65 100.00 100.00 100.00

Sulawesi Tenggara 49.43 49.92 50.03 50.57 50.08 49.97 100.00 100.00 100.00

Maluku 50.14 50.43 50.20 49.86 49.57 49.80 100.00 100.00 100.00

Maluku Utara 50.70 50.59 51.80 49.30 49.41 48.20 100.00 100.00 100.00

P a p u a 51.72 52.47 52.85 48.28 47.53 47.15 100.00 100.00 100.00

Papua Barat 50.96 53.11 51.73 49.04 46.89 48.27 100.00 100.00 100.00

Indonesia 49.53 50.17 50.37 50.47 49.83 49.63 100.00 100.00 100.00

aSumber : BPS (2012) diadaptasi dari Susenas 2009-2011

Lampiran3 Status kesempatan kerja menurut gender di Indonesia tahun 1990-

2006a

Gender Tahun

1990 1995 1996 1997 1998 1999 2002 2006

Lelaki

Pekerja dibayar 31.9 39.1 38.4 39.4 36.1 36.2 29.4 35.2

Usaha sendiri

dengan pekerja

1.1 2.1 1.8 2.2 2.3 3.4 4.1 4.0

Usaha sendiri tanpa

pekerja

53.6 50.1 52.1 50.3 52.7 51.9 59.4 53.2

Pekerja keluarga 13.5 8.7 7.7 8.0 8.8 8.5 7.0 7.7

Perempuan

Pekerja dibayar 22.8 29.2 27.4 29.0 27.7 28.1 37.3 31.5

Usaha sendiri

dengan pekerja

0.3 0.7 0.8 0.8 0.8 2.0 1.1 1.1

Usaha sendiri tanpa

pekerja

30.2 36.8 38.5 34.5 34.9 35.8 25.4 33.2

Pekerja keluarga 46.6 33.3 33.4 35.7 36.6 34.2 36.2 34.1

Lelaki+perempuan

Pekerja dibayar 28.4 35.6 34.2 35.5 32.9 33.1 32.3 33.9

Usaha sendiri

dengan pekerja

0.8 1.6 1.4 1.7 1.7 2.9 3.0 3.0

Usaha sendiri tanpa

pekerja

44.5 45.4 46.9 44.3 45.9 45.7 47.2 46.2

Pekerja keluarga 26.3 17.4 17.5 18.5 19.5 18.3 17.6 16.9 aSumber : BPS dalam Tambunan (2012)

78

Lampiran 4 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik individu dengan perilaku wirausaha

Correlations

X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 Y1 Y2 Y3 Y

Spearman's

rho

X11 Correlation

Coefficient

1.000 -.172 .271 -.346* -.398* -.278 -.376* -.390* -.140 -.509** .421* -.151 -.253 -.446** -.230 -.333

Sig. (2-tailed) . .337 .127 .048 .022 .117 .031 .025 .436 .002 .015 .400 .156 .009 .197 .058

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X12 Correlation

Coefficient

-.172 1.000 .216 -.054 .049 -.042 .087 .029 -.017 .086 -.213 .181 .494** .264 .279 .428*

Sig. (2-tailed) .337 . .227 .765 .789 .816 .630 .873 .927 .635 .235 .313 .004 .138 .115 .013

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X13 Correlation

Coefficient

.271 .216 1.000 .097 .181 .023 .124 .144 .207 .097 .297 .011 .387* .257 .115 .258

Sig. (2-tailed) .127 .227 . .591 .312 .899 .490 .424 .248 .591 .093 .950 .026 .148 .524 .147

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X14 Correlation

Coefficient

-.346* -.054 .097 1.000 .871** .658** .894** .924** .086 .913** .065 -.031 .531** .611** .672** .685**

Sig. (2-tailed) .048 .765 .591 . .000 .000 .000 .000 .634 .000 .721 .865 .001 .000 .000 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X15 Correlation

Coefficient

-.398* .049 .181 .871** 1.000 .701** .919** .908** .133 .900** -.020 .133 .580** .689** .671** .702**

Sig. (2-tailed) .022 .789 .312 .000 . .000 .000 .000 .460 .000 .911 .459 .000 .000 .000 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X16 Correlation

Coefficient

-.278 -.042 .023 .658** .701** 1.000 .744** .759** .084 .700** -.133 .105 .508** .501** .601** .600**

Sig. (2-tailed) .117 .816 .899 .000 .000 . .000 .000 .642 .000 .459 .560 .003 .003 .000 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

78

X17 Correlation

Coefficient

-.376* .087 .124 .894** .919** .744** 1.000 .938** .160 .952** -.024 .062 .684** .627** .733** .766**

Sig. (2-tailed) .031 .630 .490 .000 .000 .000 . .000 .373 .000 .895 .733 .000 .000 .000 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X18 Correlation

Coefficient

-.390* .029 .144 .924** .908** .759** .938** 1.000 .082 .946** -.016 .026 .660** .668** .731** .774**

Sig. (2-tailed) .025 .873 .424 .000 .000 .000 .000 . .650 .000 .930 .887 .000 .000 .000 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X19 Correlation

Coefficient

-.140 -.017 .207 .086 .133 .084 .160 .082 1.000 .074 .207 .193 .094 .260 -.133 .023

Sig. (2-tailed) .436 .927 .248 .634 .460 .642 .373 .650 . .683 .249 .283 .603 .145 .461 .897

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X20 Correlation

Coefficient

-.509** .086 .097 .913** .900** .700** .952** .946** .074 1.000 -.043 .036 .662** .640** .749** .767**

Sig. (2-tailed) .002 .635 .591 .000 .000 .000 .000 .000 .683 . .811 .843 .000 .000 .000 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X21 Correlation

Coefficient

.421* -.213 .297 .065 -.020 -.133 -.024 -.016 .207 -.043 1.000 -.031 -.050 -.110 .112 .017

Sig. (2-tailed) .015 .235 .093 .721 .911 .459 .895 .930 .249 .811 . .864 .781 .541 .535 .927

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X22 Correlation

Coefficient

-.151 .181 .011 -.031 .133 .105 .062 .026 .193 .036 -.031 1.000 .181 .374* .250 .259

Sig. (2-tailed) .400 .313 .950 .865 .459 .560 .733 .887 .283 .843 .864 . .313 .032 .161 .146

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Y1 Correlation

Coefficient

-.253 .494** .387* .531** .580** .508** .684** .660** .094 .662** -.050 .181 1.000 .632** .738** .916**

Sig. (2-tailed) .156 .004 .026 .001 .000 .003 .000 .000 .603 .000 .781 .313 . .000 .000 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Y2 Correlation

Coefficient

-.446** .264 .257 .611** .689** .501** .627** .668** .260 .640** -.110 .374* .632** 1.000 .572** .764**

79

Sig. (2-tailed) .009 .138 .148 .000 .000 .003 .000 .000 .145 .000 .541 .032 .000 . .001 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Y3 Correlation

Coefficient

-.230 .279 .115 .672** .671** .601** .733** .731** -.133 .749** .112 .250 .738** .572** 1.000 .902**

Sig. (2-tailed) .197 .115 .524 .000 .000 .000 .000 .000 .461 .000 .535 .161 .000 .001 . .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Y Correlation

Coefficient

-.333 .428* .258 .685** .702** .600** .766** .774** .023 .767** .017 .259 .916** .764** .902** 1.000

Sig. (2-tailed) .058 .013 .147 .000 .000 .000 .000 .000 .897 .000 .927 .146 .000 .000 .000 .

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 5 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik kelompok dengan perilaku wirausaha

Correlations

X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 Y1 Y2 Y3 Y

Spearman's

rho

X23 Correlation

Coefficient

1.000 -.102 .093 -.223 -.051 -.038 .044 .267 -.092 .230 -.131 -.049

Sig. (2-tailed) . .571 .606 .213 .776 .835 .809 .134 .612 .197 .468 .787

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X24 Correlation

Coefficient

-.102 1.000 .378* -.297 .391* .300 .333 .332 .294 .183 .170 .236

Sig. (2-tailed) .571 . .030 .093 .025 .090 .058 .059 .096 .307 .345 .187

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X25 Correlation

Coefficient

.093 .378* 1.000 -.220 .491** .434* .414* .441* .624** .432* .576** .650**

Sig. (2-tailed) .606 .030 . .219 .004 .012 .017 .010 .000 .012 .000 .000

80

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X26 Correlation

Coefficient

-.223 -.297 -.220 1.000 -.522** -.607** -.668** -.532** -.219 -.204 -.083 -.186

Sig. (2-tailed) .213 .093 .219 . .002 .000 .000 .001 .220 .255 .646 .301

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X27 Correlation

Coefficient

-.051 .391* .491** -.522** 1.000 .402* .426* .246 .407* .344 .372* .408*

Sig. (2-tailed) .776 .025 .004 .002 . .020 .013 .168 .019 .050 .033 .018

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X28 Correlation

Coefficient

-.038 .300 .434* -.607** .402* 1.000 .686** .503** .208 .074 .169 .214

Sig. (2-tailed) .835 .090 .012 .000 .020 . .000 .003 .246 .682 .346 .232

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X29 Correlation

Coefficient

.044 .333 .414* -.668** .426* .686** 1.000 .734** .237 .027 .163 .203

Sig. (2-tailed) .809 .058 .017 .000 .013 .000 . .000 .183 .880 .366 .258

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X30 Correlation

Coefficient

.267 .332 .441* -.532** .246 .503** .734** 1.000 .430* .267 .321 .421*

Sig. (2-tailed) .134 .059 .010 .001 .168 .003 .000 . .012 .133 .069 .015

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Y1 Correlation

Coefficient

-.092 .294 .624** -.219 .407* .208 .237 .430* 1.000 .632** .738** .916**

Sig. (2-tailed) .612 .096 .000 .220 .019 .246 .183 .012 . .000 .000 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Y2 Correlation

Coefficient

.230 .183 .432* -.204 .344 .074 .027 .267 .632** 1.000 .572** .764**

Sig. (2-tailed) .197 .307 .012 .255 .050 .682 .880 .133 .000 . .001 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

81

Y3 Correlation

Coefficient

-.131 .170 .576** -.083 .372* .169 .163 .321 .738** .572** 1.000 .902**

Sig. (2-tailed) .468 .345 .000 .646 .033 .346 .366 .069 .000 .001 . .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Y Correlation

Coefficient

-.049 .236 .650** -.186 .408* .214 .203 .421* .916** .764** .902** 1.000

Sig. (2-tailed) .787 .187 .000 .301 .018 .232 .258 .015 .000 .000 .000 .

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 6 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik individu dengan keberhasilan usaha

Correlations

X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 Z

Spearman's

rho

X11 Correlation Coefficient 1.000 -.172 .271 -.346* -.398* -.278 -.376* -.390* -.140 -.509** .421* -.151 -.422*

Sig. (2-tailed) . .337 .127 .048 .022 .117 .031 .025 .436 .002 .015 .400 .015

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X12 Correlation Coefficient -.172 1.000 .216 -.054 .049 -.042 .087 .029 -.017 .086 -.213 .181 .082

Sig. (2-tailed) .337 . .227 .765 .789 .816 .630 .873 .927 .635 .235 .313 .652

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X13 Correlation Coefficient .271 .216 1.000 .097 .181 .023 .124 .144 .207 .097 .297 .011 .044

Sig. (2-tailed) .127 .227 . .591 .312 .899 .490 .424 .248 .591 .093 .950 .810

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X14 Correlation Coefficient -.346* -.054 .097 1.000 .871** .658** .894** .924** .086 .913** .065 -.031 .887**

Sig. (2-tailed) .048 .765 .591 . .000 .000 .000 .000 .634 .000 .721 .865 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X15 Correlation Coefficient -.398* .049 .181 .871** 1.000 .701** .919** .908** .133 .900** -.020 .133 .874**

82

Sig. (2-tailed) .022 .789 .312 .000 . .000 .000 .000 .460 .000 .911 .459 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X16 Correlation Coefficient -.278 -.042 .023 .658** .701** 1.000 .744** .759** .084 .700** -.133 .105 .727**

Sig. (2-tailed) .117 .816 .899 .000 .000 . .000 .000 .642 .000 .459 .560 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X17 Correlation Coefficient -.376* .087 .124 .894** .919** .744** 1.000 .938** .160 .952** -.024 .062 .940**

Sig. (2-tailed) .031 .630 .490 .000 .000 .000 . .000 .373 .000 .895 .733 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X18 Correlation Coefficient -.390* .029 .144 .924** .908** .759** .938** 1.000 .082 .946** -.016 .026 .904**

Sig. (2-tailed) .025 .873 .424 .000 .000 .000 .000 . .650 .000 .930 .887 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X19 Correlation Coefficient -.140 -.017 .207 .086 .133 .084 .160 .082 1.000 .074 .207 .193 .115

Sig. (2-tailed) .436 .927 .248 .634 .460 .642 .373 .650 . .683 .249 .283 .526

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X20 Correlation Coefficient -

.509**

.086 .097 .913** .900** .700** .952** .946** .074 1.000 -.043 .036 .921**

Sig. (2-tailed) .002 .635 .591 .000 .000 .000 .000 .000 .683 . .811 .843 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X21 Correlation Coefficient .421* -.213 .297 .065 -.020 -.133 -.024 -.016 .207 -.043 1.000 -.031 -.013

Sig. (2-tailed) .015 .235 .093 .721 .911 .459 .895 .930 .249 .811 . .864 .943

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X22 Correlation Coefficient -.151 .181 .011 -.031 .133 .105 .062 .026 .193 .036 -.031 1.000 .103

Sig. (2-tailed) .400 .313 .950 .865 .459 .560 .733 .887 .283 .843 .864 . .570

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Z Correlation Coefficient -.422* .082 .044 .887** .874** .727** .940** .904** .115 .921** -.013 .103 1.000

Sig. (2-tailed) .015 .652 .810 .000 .000 .000 .000 .000 .526 .000 .943 .570 .

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

83

Lampiran 7 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik kelompok dengan keberhasilan usaha

Correlations

X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 Z

Spearman's rho X23 Correlation Coefficient 1.000 -.102 .093 -.223 -.051 -.038 .044 .267 .000

Sig. (2-tailed) . .571 .606 .213 .776 .835 .809 .134 1.000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X24 Correlation Coefficient -.102 1.000 .378* -.297 .391* .300 .333 .332 .095

Sig. (2-tailed) .571 . .030 .093 .025 .090 .058 .059 .597

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X25 Correlation Coefficient .093 .378* 1.000 -.220 .491** .434* .414* .441* .418*

Sig. (2-tailed) .606 .030 . .219 .004 .012 .017 .010 .016

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X26 Correlation Coefficient -.223 -.297 -.220 1.000 -.522** -.607** -.668** -.532** -.045

Sig. (2-tailed) .213 .093 .219 . .002 .000 .000 .001 .803

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X27 Correlation Coefficient -.051 .391* .491** -.522** 1.000 .402* .426* .246 .128

Sig. (2-tailed) .776 .025 .004 .002 . .020 .013 .168 .479

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X28 Correlation Coefficient -.038 .300 .434* -.607** .402* 1.000 .686** .503** -.047

Sig. (2-tailed) .835 .090 .012 .000 .020 . .000 .003 .796

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X29 Correlation Coefficient .044 .333 .414* -.668** .426* .686** 1.000 .734** .000

Sig. (2-tailed) .809 .058 .017 .000 .013 .000 . .000 1.000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X30 Correlation Coefficient .267 .332 .441* -.532** .246 .503** .734** 1.000 .241

Sig. (2-tailed) .134 .059 .010 .001 .168 .003 .000 . .176

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33

84

Z Correlation Coefficient .000 .095 .418* -.045 .128 -.047 .000 .241 1.000

Sig. (2-tailed) 1.000 .597 .016 .803 .479 .796 1.000 .176 .

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 8 Hasil uji korelasi rank spearman antara perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha

Correlations

Y1 Y2 Y3 Z

Spearman's rho Y1 Correlation Coefficient 1.000 .632** .738** .683**

Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000

N 33 33 33 33

Y2 Correlation Coefficient .632** 1.000 .572** .647**

Sig. (2-tailed) .000 . .001 .000

N 33 33 33 33

Y3 Correlation Coefficient .738** .572** 1.000 .795**

Sig. (2-tailed) .000 .001 . .000

N 33 33 33 33

Z Correlation Coefficient .683** .647** .795** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .

N 33 33 33 33

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

85

Lampiran 9 Data diri responden

IDENTITAS RESPONDEN

No I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 I.6

P1

Septiva Herlin

Artati Jalan Panorama Asri No.25 Rt 03/05 8129884950 Ketua Nikah WNI

P2 Titik Purwati Gg. H. Musa No.25 RT 03/05 8121105114 Sekretaris Nikah WNI

P3 Nurma Sindang Barang Bendungan Rt 03/02 82124331727 Anggota Nikah WNI

P4 Nia Tasmania Sindang Barang Sekolahan Rt 04/05 81383450516 Anggota Nikah WNI

P5 Yayat Sindang Barang Rt 02/05

Anggota Nikah WNI

P6 Novita Sari Sindang Barang Rt 05/05 85883565560 Anggota Nikah WNI

P7 Jamilah Sindang Barang Sekolahan Rt 02/05 2518346878 Anggota Nikah WNI

P8 Ruminah Sindang Barang Rt 02/05

Anggota Nikah WNI

P9 Salamah Sindang Barang Rt 03/05

Anggota Nikah WNI

P10 Yayah Herawati Sindang Barang Rt 03/05

Anggota Nikah WNI

P11 Yanah Nurjanah Sindang Barang Bendungan Rt 03/02 8585565596 Anggota Nikah WNI

P12 Yusnindar Sindang Barang Rt 02/05 81389833223 Pengurus (Pemasaran)

Belum

Nikah WNI

P13 Siti Rohmah Sindang Barang Sekolahan Rt 02/05 2519380097 Anggota Nikah WNI

P14 Suryani Sindang Barang Rt 02/05 857529586 Anggota Nikah WNI

P15 Wiwi Marwiah Sindang Barang Rt 02/05 87870678310 Anggota Nikah WNI

P16 Rini Liana Sindang Barang Bendungan Rt 04/02 87872369577 Anggota Nikah WNI

P17 Sulastri Sindang Barang Rt 02/05

Pengurus (Saprodi) Nikah WNI

P18 Santi Susanti Sindang Barang Bendungan Rt 02/02 85710235737 Anggota Nikah WNI

P19 Neng Suratni Sindang Barang Rt 04/05 851994698 Anggota Nikah WNI

P20 Sri Ningsih Sindang Barang Rt 02/05 85715060882 Pengurus (Humas) Nikah WNI

86

P21 Yayah Sopiah Sindang Barang Rt 03/05 81387010691 Anggota Nikah WNI

P22 Nurhayati Sindang Barang Rt 02/02 87883116814 Anggota Nikah WNI

P23 Eni Nuraeni Sindang Barang Rt 04/05 85711884727 Anggota Nikah WNI

P24 Hj. Lela Asmara Gg. H. Musa No.24 RT 03/05

Bendahara Nikah WNI

P25 Hindun Jalan Poras Rt 04/08, Sindang Barang 85781656669 Anggota Nikah WNI

P26 Atih Rertina Jalan Sekolahan Rt 02/03, Sindang Barang 81384137212 Anggota Nikah WNI

P27 Ani Kusumawati Jalan Bhayangkara II No.26, Rt 04/03, Sindang Barang 85310177362 Anggota Nikah WNI

P28 Elih Minarnih Sindang Barang Rt 02/02 85718644948 Anggota Nikah WNI

P29 Nining Sudarsih Sindang Barang Rt 04/05

Anggota Nikah WNI

P30 Ida Atmaja Sindang Barang Rt 03/05 8577335801 Pengurus (Permodalan) Nikah WNI

P31 Kusmiyati Sindang Barang Rt 03/05

Anggota Nikah WNI

P32 Radiana Sindang Barang Rt 03/04 85710904460 Anggota Nikah WNI

P33 Ikah Hayati Sindang Barang 89672247011 Pengurus (Hama dan Penyakit) Nikah WNI

87

88

Lampiran 10 Riwayat hidup

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batang, Jawa Tengah pada tanggal 13 November 1991.

Penulis merupakan putri pertama dari keluarga Bapak Khumaidi dan Ibu Isnaini.

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan akademis penulis dimulai dari pendidikan dasar yang

diselesaikan penulis di SD N Terban pada tahun 2003, yang dilanjutkan dengan

pendidikan lanjutan tingkat pertama di SMPNegeri 7Batang sejak tahun 2003

hingga tahun 2006. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1Batang dan pada

tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur undang (USMI). Penulis

diterima di Program studi Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Selama menjalani studi di Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswa,

penulis aktif di beberapa organisasi yaitu Organisasi Mahasiswa Daerah

Pekaolongan (IMAPEKA), Bulan Mei 2011 menjadi pengajar pada BEM FEM

SOUL (Solidarity of Our Children). Penulis juga aktif mengikuti berbagai

organisasi yang diadakan dikampus seperti pada kegiatan Gebyar Nusantara IPB

pada tahun 2009 menjadi staf danus, kegiatan IPB Art Contest (IAC) pada tahun

2010 menjadi staf humas. Selain itu, pada tahun 2013 penulis pernah mengikuti

penelitian dari lembaga KOMPAS sebagai surveyor dalam pembangunan daerah

Jawa Barat.