Upload
vanthu
View
222
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PERILAKU WANITA WIRAUSAHA PADA
KELOMPOK WANITA TANI TAPAK DARA, KELURAHAN
SINDANG BARANG, BOGOR BARAT
IRVA MAVRUDAH
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perilaku
Wanita Wirausaha pada Kelompok Wanita Tani Tapak Dara, Kelurahan Sindang
Barang, Bogor Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Irva Mavrudah
NIM H34090055
ABSTRAK
IRVA MAVRUDAH.Analisis Perilaku Wanita Wirausaha pada Kelompok Wanita Tani
Tapak Dara Kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat. Dibimbing oleh RACHMAT
PAMBUDY.
Peran wanita dalam pembangunan pertanian yang sering disebut dengan wanita
tani dapat terlihat dari perannya yang dapat menghasilkan pemasukan ekonomi rumah
tangga. Peran produktif yang disandang oleh kaum wanita merupakan salah satu peran
penting diantara dua peran penting lainnya yaitu peran reproduktif dan peran sosial
masyarakat. Melalui pembentukan Kelompok Wanita Tani, kualitas wanita dapat
dikembangkan menjadi wanita wirausaha yang mandiri. Kemandirian wanita wirausaha
dapat terlihat dari perilaku wirausahanya yang meliputi pengetahuan, sikap mental, dan
keterampilan dalam berwirausaha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
karakteristik individu, karakteristik kelompok, perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha
yang selanjutnya akan dilihat hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik
kelompok dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha melalui uji korelasi rank
spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok wanita tani Tapak Dara,
karakteristik individu lebih erat hubungannya dengan perilaku wirausaha dan
keberhasilan usaha dibandingkan dengan karakteristik kelompoknya. Hal itu disebabkan
karena pada dasarnya perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha lebih ditentukan oleh
pribadi masing-masing individu. Meskipun sebenarnya melalui kelompok, pengetahuan
dan keterampilan individu juga dapat ditingkatkan dengan cara pembinaan dan pelatihan.
Kata kunci : keberhasilan usaha, kelompok wanita tani, perilaku wirausaha, wanita
wirausaha
ABSTRACT
IRVA MAVRUDAH. Behaviour Analysis of Women Entrepreneurs on Tapak Dara
Women Farmers Group in Sindang Barang Village, West Java. Supervised by
RACHMAT PAMBUDY
Woman role in agriculture development that rather frequently known as wanita
tani, can be seen from their role which create a sum of householdeconomy
revenues.femalesproductive role is one of important role between two others role, they
are reproductive role and social community role.Through Kelompok Wanita Tani
forming, female quality can be developed as an independent entrepreneur woman.
Entrepreneur woman independence is seen from their entrepreneurship behavior that
include the following : knowledge, mental attitude, and creativity of entrepreneurship.
The aim of research is to analyze the individual characteristic, group characteristic,
entrepreneur behavior, and effort achievement, which will be seen the relation between
individual characteristic and group characteristic with entrepreneur behavior and effort
achievement through rank spearman correlation test. The result shows that kelompok
wanita tani Tapak Dara has a tighter relation between individual characteristic,
entrepreneur behavior, and effort achievement than their group characteristic. their basic
entrepreneur behavior and effort achievement is more determined by their own personal.
eventhough it was came through the group, the knowledge and individual characteristic
can be developed too within training and intens relation development.
Keywords: business success, entrepreneur behaviour, women entrepreneur, women
farmers group
ANALISIS PERILAKU WANITA WIRAUSAHA PADA
KELOMPOK WANITA TANI TAPAK DARA, KELURAHAN
SINDANG BARANG, BOGOR BARAT
IRVA MAVRUDAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Perilaku Wanita Wirausaha pada Kelompok Wanita Tani
Tapak Dara Kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat
Nama : Irva Mavrudah
NIM : H34090055
Disetujui oleh
Dr Ir Rachmat Pambudy, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah karunia dan
hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2013 ini ialah
kewirausahaan,dengan judul Analisis Perilaku Wirausaha Wanita pada Kelompok
Wanita Tani Tapak Dara, Kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Rachmat Pambudy Ms
selaku dosen pembimbing, Bapak Ir Burhanuddin MM selaku dosen
kewirausahaan, Ibu Ir Narni Farmayanti Msc, serta Ibu Eva Yolynda Aviny SP
MM sebagai dosen penguji atas segala kritik dan saran untuk perbaikan karya
ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh
anggota dari Kelompok Wanita Tani Tapak Dara selaku responden yang telah
memberikan waktu luangnya serta informasi untuk pengumpulan data, Ibu Septiva
Herlin selaku ketua dan Ibu Titik Purwati selaku sekretaris yang telah
memberikan perizinan serta informasi mengenai kelompok dan pihak Dinas
Pertanian Kota Bogor yang telah memberikan informasi dan keterbukan mengenai
hal-hal yang diperlukan penulis. Terima kasih kepada teman satu bimbingan,
sahabat-sahabat Agribisnis 46, teman-teman asrama, dan Stephanus Wahyu
Nugroho atas semangat, doa dan dukungan yang diberikan. Ungkapan terima
kasih tak terhingga terutama penulissampaikan kepada kedua orang tuaserta
seluruh keluarga atas perhatian, doa, dukungan, dan kasih sayang yang tiada
hentinya dalam penyelesaian penulisan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2013
Irva Mavrudah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Ruang Lingkup Penelitian 8
TINJAUAN PUSTAKA 8
Kelompok Wanita Tani 8
Wanita Wirausaha 10
Karakteristik Individu 11
Karakteristik Kelompok 12
Penelitian Mengenai Perilaku Wirausaha 13
Keberhasilan Usaha 15
KERANGKA PEMIKIRAN 16
Kerangkat Pemikiran Teoritis 16
Konsep Pemberdayaan 16
Pengertian Wirausaha 17
Perilaku Wirausaha 18
Ciri-ciri Wirausahawan yang Berhasil 23
Kerangka Pemikiran Operasional 24
METODE PENELITIAN 28
Waktu dan Tempat Penelitian 28
Jenis dan Sumber Data 28
Teknik Pengumpulan Data 28
Metode Pengolahan dan Analisis Data 29
GAMBARAN UMUM KWT TAPAK DARA 32
Sejarah Singkat Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 32
Visi, Misi, dan Tujuan Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 33
Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 34
Produk Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 36
Permodalan Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 37
HASIL DAN PEMBAHASAN 38
Karakteristik Individu 38
Karakteristik Kelompok 47
Perilaku Wirausaha 52
Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Perilaku Wirausaha dan
Keberhasilan Usaha 55
Hubungan Antara Karakteristik Kelompok dengan Perilaku Wirausaha dan
Keberhasilan Usaha 65
Hubungan Antara Perilaku Wirausaha dengan Keberhasilan Usaha 69
SIMPULAN DAN SARAN 71
DAFTAR PUSTAKA 72
LAMPIRAN 76
DAFTAR TABEL
1 Kriteria penilaian skor perilaku wirausaha 31
2 Perbedaan komposisi kimia tepung mocaf dengan tepung singkong (%) 36
3 Distribusi responden menurut usia pada anggota kelompok wanita tani
Tapak Dara 39
4 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan formal pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara 39
5 Distribusi responden menurut pendidikan non formal pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara 41
6 Distribusi responden menurut lama usaha pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 41
7 Distribusi responden menurut sumber modal awal pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara 42
8 Distribusi responden menurut pinjaman pengembangan usaha pada
anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 42
9 Distribusi responden menurut waktu yang dicurahkan untuk
berwirausaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 43
10 Distribusi responden menurut persentase kebutuhan keluarga yang
terpenuhi pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 44
11 Distribusi responden menurut status pekerjaan suami pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara 45
12 Distribusi responden menurut pendapatan pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 45
13 Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara 46
14 Distribusi responden menurut asal daerah pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 47
15 Distribusi responden menurut lama bergabung pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 47
16 Distribusi responden menurut motivasi bergabung pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara 48
17 Distribusi responden menurut harapan bagi kelompok pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara 49
18 Distribusi responden menurut mekanisme pengambilan keputusan pada
anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 49
19 Distribusi responden menurut keinginan anggota pada kelompok wanita
tani Tapak Dara 50
20 Distribusi responden menurut intensitas rapat dan kegiatan pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara 50
21 Distribusi responden menurut pelayanan kelompok pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara 51
22 Distribusi responden menurut suasana kelompok pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara 51
23 Distribusi responden menurut perilaku wirausaha pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara 52
24 Hasil uji korelasi rank spearman antara usia dengan perilaku wirausaha
dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 56
25 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendidikan formal dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha dari anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 57
26 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendidikan non formal dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 57
27 Hasil uji korelasi rank spearman antara lama usaha dengan perilaku
wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani
Tapak Dara 59
28 Hasil uji korelasi rank spearman antara sumber modal awal dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 59
29 Hasil uji korelasi rank spearman antara pinjaman pengembangan usaha
dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara 60
30 Hasil uji korelasi rank spearman antara waktu yang dicurahkan untuk
berwirausaha dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada
anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 61
31 Hasil uji korelasi rank spearman antara persentase kebutuhan keluarga
yang terpenuhi dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada
anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 62
32 Hasil uji korelasi rank spearman antara status pekerjaan suami dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 62
33 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendapatan dengan perilaku
wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani
Tapak Dara 63
34 Hasil uji korelasi rank spearman antara jumlah anggota keluarga dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 64
35 Hasil uji korelasi rank spearman antara asal daerah dengan perilaku
wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani
Tapak Dara 64
36 Hasil uji korelasi rank spearman antara lama bergabung dengan perilaku
wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani
Tapak Dara 65
37 Hasil uji korelasi rank spearman antara motivasi bergabung dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 66
38 Hasil uji korelasi rank spearman antara motivasi bergabung dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 66
39 Hasil uji korelasi rank spearman antara mekanisme pengambilan
keputusan dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada
anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 67
40 Hasil uji korelasi rank spearman antara keinginan anggota dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 67
41 Hasil uji korelasi rank spearman antara intensitas rapat dan kegiatan
dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara 68
42 Hasil uji korelasi rank spearman antara pelayanan kelompok dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 68
43 Hasil uji korelasi rank spearman antara suasana kelompok dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara 69
44 Hasil uji korelasi rank spearman antara pengetahuan dengan
keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 69
45 Hasil uji korelasi rank spearman antara sikap mental dengan dengan
keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 70
46 Hasil uji korelasi rank spearman antara sikap mental dengan dengan
keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 70
DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah penduduk di dunia tahun 2011 1
2 Persentase wanita pengusaha di Indonesia 10
3 Faktor-Faktor yang menyebabkan wanita pengusahaenggan untuk
mengajukan permohonan pinjaman bank 11
4 Perubahan perilaku manusia 18
5 Kerangka pemikiran operasional 27
6 Struktur organisasi Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 35
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jumlah penduduk Indonesia tahun 1960-2011 76
2 Persentase penduduk menurut provinsi dan jenis kelamin tahun 2009-
2011 76
3 Status kesempatan kerja menurut gender tahun 1990-2006 77
4 Hasil uji korelasi rank spearman karakteristik individu terhadap perilaku
wirausaha 78
5 Hasil uji korelasi rank spearman karakteristik kelompok terhadap
perilaku wirausaha 80
6 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik individu terhadap
keberhasilan usaha 82
7 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik kelompok terhadap
keberhasilan usaha 84
8 Hasil uji korelasi rank spearman antara perilaku wirausaha terhadap
keberhasilan usaha 85
9 Data diri responden 86
10 Riwayat hidup 88
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
terpadat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk
Indonesia tahun 2011 sebesar 242.32 juta jiwa, sedangkan di China sebesar 1.34
milyar jiwa yang kemudian diikuti oleh India dan Amerika serikat masing-
masing sebesar 1.24 milyar dan 311.59 juta jiwa (Gambar1).Selain itu, jumlah
penduduk Indonesia juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan
jumlah penduduk Indonesia dapat dilihat pada Lampiran1.1
Gambar 1 Jumlah penduduk di dunia tahun 2011
Sumber : Bank Dunia (2013)
Data BPS (2012) melaporkan bahwa perbandingan antara jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan di Indonesia tahun 2011 memiliki persentase
sebesar 50.37 dan 49.63%2. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk di
Indonesia lebih didominasi oleh laki-laki. Meskipun demikian, perempuan
memiliki peran yang sama seperti laki-laki dalam pembangunan nasional
Indonesia. Data mengenai persentase penduduk menurut provinsi dan jenis
kelamin tahun 2009 hingga 2011 dapat dilihat pada Lampiran2.
Menurut Mugniesyah (1986), menyertakan wanita dalam proses
pembangunan tidak sekedar untuk menunjukkan emansipasi wanita semata-
mata, akan tetapi lebih ditekankan pada suatu kepentingan yang mendesak,
mengingat wanita sebagai pendukung unit keluarga yang juga berperan dalam
tenaga kerja pembangunan yang berarti juga berperan dalam meningkatkan
penghasilan keluarga. Lebih lanjut, Hubeis dalam Rinaldi (1999) menjelaskan
bahwa peran wanita dalam kebijakan pembangunan Indonesia meliputi : 1)
peran sebagai isteri yang mendampingi suami dengan baik dan mampu
1Bank Dunia. 2013. Perbandingan antara jumlah penduduk dunia dan Indonesia. [Internet].
[diunduh 2013 Jul 19]. Tersedia pada :www.google.co.id/publicdata 2[BPS]. Badan Pusat Statistika.2012. Persentase penduduk menurut Provinsi dan jenis kelamin
tahun 2009-2011. [Internet]. [diunduh 2013 Agust 2]. Tersedia pada : www.bps.go.id
2
menopang karir suami, 2) peran sebagai ibu yang mampu mendidik dan
membina generasi muda, jasmani, dan rohani agar kelak mampu menghadapi
tantangan zaman dan menjadi wanita yang berguna, 3) peran sebagai pengatur
rumah tangga yang mampu menciptakan suasana aman dan damai untuk seluruh
anggota keluarga, 4) peranan sebagai tenaga kerja yang mampu menambah
pendapatan keluarga untuk mencapai keluarga yang sehat sejahtera, 5) peran
sebagai anggota masyarakat yang aktif dalam kegiatan sosial, dan 6) peran
sebagai manusia pembangunan yang berkemampuan mengembangkan karier dan
profesinya.
Perkembangan peran dan posisi kaum wanita sejak dahulu hingga saat ini
telah menempatkan wanita sebagai mitra yang sejajar dengan kaum pria. Wanita
memiliki kesempatan yang sama dalam berbagai bidang, dan memiliki
tanggungjawab yang sama pula terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Selanjutnya, seiring dengan perkembangan zaman, wanita juga
telah berfungsi sebagai pekerja nyata yang bertugas selain sebagai ibu rumah
tangga juga bertugas sebagai pencari nafkah untuk menambah pendapatan rumah
tangga. Lebih lanjut, disebutkan bahwa diskriminasi terhadap wanita setelah
kemerdekaan tidak hanya terjadi pada kesempatan bersekolah bagi anak
perempuan saja, melainkan juga terjadi pada dunia pekerjaan untuk peningkatan
karir dan dalam dunia politik praktis. Namun, meskipun demikian, pada
kenyataannnya masih banyak hambatan bagi wanita untuk mencapai kedudukan
atau peningkatan prestasi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai kedudukan
yang setara dengan kedudukan laki-laki, seperti kedudukan pimpinan, dan
pengambil keputusan, perempuan dituntut untuk mempunyai kelebihan prestasi
yang lebih menonjol, serta harus melalui perjuangan yang sangat berat. Oleh
sebab itu, diperlukan adanya motivator untuk mendorong kaum wanita lebih
berprestasi. Visi pembangunan pemberdayaan perempuan adalah tercapainya
keadilan dan kesetaraan gender dalam keluarga, masyarakat, berbangsa dan
bernegara, yang dalam pencapaiannya perlu dilaksanakan berbagai ragam
kegiatan3.
Di Indonesia, dalam beberapa tahun belakangan ini, terutama sejak krisis
keuangan Asia pada periode 1997 sampai 1998 dan diperkuat oleh adanya MDG
(Millenium Development Goals) yang diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa pemberdayaan wanita merupakan salah satu
dari tujuan, dan perhatian terhadap perkembangan kewirausahaan wanita di
Indonesia semakin besar. Perhatian tersebut tidak hanya berasal dari dunia
akademis, tetapi juga dari pengambil-pengambil kebijakan, praktisi-praktisi, dan
lembaga-lembaga masyarakat non-pemerintah (LSM). Meningkatnya perhatian
tersebut berasal dari kesadaran bahwa penciptaan kewirausahaan wanita,
khususnya di pedesaan akan sangat membantu upaya-upaya pemerintah dalam
memerangi kemiskinan. Selain itu juga sangat penting sebagai salah satu motor
penggerak pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial di pedesaan (Tambunan
2012).
Selanjutnya, Tambunan (2012) juga menyebutkan bahwa jumlah wanita
pengusaha di Indonesia, mengalami peningkatan sejak tahun 1980-an, dan
3[Setneg]. Sekretaris Negara. 2008. Potret kebangkitan perempuan Indonesia. [Internet].
[diunduh 2013 Jul 19]. Tersedia pada: www.setneg.go.id
3
perkembangan ini bersamaan dengan era pertumbuhan ekonomi yang tinggi
yang mendorong peningkatan pendapatanmasyarakat per kapita yang pesat. Pada
tahun 1990, tercatat bahwa hanya sekitar 30.5% perempuan yang membuka
usaha sendiri dengan atau tanpa pekerja, dan pada tahun 2006 bertambah sedikit
menjadi 34,3%. Terdapat dua hal yang menarik dari data yakni pertama,
walaupun mengalami peningkatan namun dapat disimpulkan bahwa
perkembangan wanita pengusaha di Indonesia menurut data kesempatan kerja
tersebut masih lemah karena masih sekitar 30%. Kedua, bukti tersebut telah
mendukung pandangan umum bahwa wanita pengusaha di Indonesia
terkonsentrasi di UMI atau tepatnya self-employment atau usaha seorang diri
tanpa pekerja yang diupah. Data mengenai status kesempatan kerja menurut
gender dapat dilihat pada Lampiran3. Selain itu, menurut menteri pemberdayaan
perempuan, potensi wanita Indonesia untuk berkiprah di sektor usaha atau
sebagai pebisnis cukup besar. Populasi wanita yang mencapai 49% dari total
penduduk Indonesia merupakan potensi besar bagi kaum perempuan.
Selanjutnya, disebutkan pula bahwa hampir sebagian besar sektor UMKM lebih
banyak digerakkan oleh kaum perempuan baik kategori industri rumahan,
kelompok usaha maupun usaha kecil dalam memanfaatkan kemampuan diri
seperti menjahit, membuat kue, kerajinan dan lainnya4.
Selain berperan dalam pembangunan perekonomian, wanita juga
merupakan potensi sumber daya manusia yang perlu dikembangkan kualitasnya
dalam rangka menyukseskan pembangunan pada sektor pertanian. Peran wanita
dalam pembangunan pertanian yang sering disebut dengan wanita tani dapat
terlihat dari perannya yang dapat menghasilkan pemasukan ekonomi rumah
tangga. Peran produktif yang disandang oleh kaum wanita merupakan salah satu
peran penting diantara dua peran penting lainnya yaitu peran reproduktif dan
peran sosial masyarakat. Peran wanita tani dalam sektor pertanian tidak hanya
dilihat dari segi kuantitas, tetapi juga harus dilihat dari segi kualitasnya seperti
bermanfaat bagi peningkatan kapasitas wanita sebagai wanita tani yang
berwawasan lingkungan, maju, dan mengenal teknologi.
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan
kontribusinya pada sektor pertanian dengan proporsi wanita yang bekerja pada
sektor tersebut sebesar 1.17 juta jiwa. Tahun 2011, penduduk Jawa Barat yang
bekerja pada sektor pertanian sebesar 21.06% yang diikuti oleh sektor industri,
sektor lainnya dan sektor jasa-jasa dengan persentase masing-masing sebesar
20.46, 16.92, dan 15.46%.Pembangunan ekonomi pada sektor pertanian di Jawa
Barat merupakan hal yang sangat penting guna mewujudkan tujuan
pembangunan nasional dibidang pertanian, yaitu (1)peningkatan produksi
pangan, terutama menuju pencapaian surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014,
(2)stabilisasi harga pangan, (3)pemantapan penganekaragaman pangan berbasis
sumberdayalokal, dan (4)perlindungan dan pemberdayaanpetani serta
peningkatan kesejahteraan petani (BPS 2011). Selanjutnya, salah satu kota di
Provinsi Jawa Barat yang masih memiliki potensi untuk dikembangkan pada
sektor pertanian adalah Kota Bogor. Kota Bogor memiliki lahan pertanian yang
berpotensi untuk dikembangkan yakni meliputi 1 006Ha lahan sawah, 1 479.67
4 Republika. 2011. Linda : jumlah wanita pengusaha Indonesia masih 0.1 persen. [Internet].
[diunduh 2013 Agust 2]. Tersedia pada : http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/nasional/11/01/30/161485-linda-jumlah-wanita-pengusaha-indonesia-masih-0-1-persen
4
Ha lahan kering, 868.29 Ha lahan pekarangan, 309.624 Ha lahan perkebunan,
dan 11 470 Ha bendungan dan kolam. Potensi lainnya adalah sumber daya
manusia petani atau pelaku agribisnis, dan aparatur5.
Pemberdayaan petani, khususnya bagi wanita tani dapat dilakukan
melalui pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan memberikan
pembinaan yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan para wanita tani
agar dapat menjadi wanita wirausaha mandiri. Tambunan (2012) menyatakan
bahwa perkembangan wanita pengusaha atau kewirausahaan di dalam kelompok
wanita sangat berpotensi sebagai motor utama pendorong proses pemberdayaan
wanita dan transformasi sosial, yang pada akhirnya bisa sangat berdampak
positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan.
Selain itu, kelompok wanita tanijuga sebaiknya diarahkan pada
peningkatan kemampuan anggota dalam mengembangkan agribisnisdan
penguatan kelompok wanita tani menjadi organisasi wanita tani yang kuat dan
mandiri yang dicirikan antara lain :
1. Adanya pertemuan anggota atau pengurus yang diselenggarakan secara
berkala dan berkesinambungan.
2. Mempunyai rencana kerja kelompok yang disusun secara bersama
berdasar atas kesepakatan.
3. Memiliki aturan yang disepakati dan ditaati bersama.
4. Mempunyai pencatatan atau administrasi.
5. Berperan sebagai sumber informasi teknologi bagi para anggotanya.
6. Adanya jalinan kerjasama antar anggota antar kelompok serta kerjasama
dengan pihak lain.
7. Adanya pemupukan modal usaha dari iuran anggota ayau penyisihan
hasil usaha kelompok6.
Kemandirian wanita tani dapat terwujud apabila wanita tani mampu
memahami potensi yang dimiliki, sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan
dan dikembangkan secara efektif dan efisien. Menurut World Bankdalam
Rahadian (2002), unsur terpenting dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia adalah pelatihan dan pendidikan. Pelatihan merupakan proses
pembelajaran atau kegiatan yang melibatkan perolehan konsep, peraturan, dan
sikap dalam peningkatan kemampuan dan keahlian. Sementara itu, pendidikan
adalah proses pengubahan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap mental, serta keahlian dan keterampilan
menuju pribadi yang lebih produktif. Pengembangan wirausaha melalui
pendidikan kewirausahan merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan
untuk menjadikan wanita tani sebagai wanita wirausaha yang produktif dan
mandiri yang kemudian akan diikuti oleh peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan keluarga. Salah satu Kelompok Wanita Tani (KWT) yang berada
di Kota Bogor dan memiliki program pengembangan kewirausahaan melalui
pelatihan dan pendidikan adalah Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapak Dara.
5[Pemkot Bogor]. Pemerintahan Kota Bogor. 2011. Profil investasi bidang agribisnis Kota
Bogor. [internet]. [diunduh 2013 Mei 3]. Tersedia pada : www.kotabogor.go.id 6[UPTBP3K]. Unit Pelayanan Teknis Badan Penyuluhan Pertanian,Perikanan, Perkebunan,dan
Kehutanan. 2012. Pembinaan kelompok tani. [Internet]. [diunduh 2013 Mei 3].Tersedia pada :
http://uptbp3kwaled.blogspot.com/2012/03/pembinaan-kelompok-tani.html
5
Kelompok wanita tani Tapak Dara adalah kelompok wanita tani yang
dibentuk pada tanggal 27 Januari 2011 dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat melalui pengelolaan
lingkungan hidup dan pengembangan industri pertanian. Program-program yang
dilaksanakan pada kelompok wanita tani Tapak Dara untuk mencapai tujuan
tersebut, meliputi :
a) Pemanfaatan lahan pekarangan, merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan ketersediaan bahan pangan di tingkat keluarga.
b) Pengelolaan terhadap kebun bibit dan kebun percobaan, merupakan
kegiatan dalam hal mengelola kebun bibit dan kebun percobaan. Kebun
percobaan digunakan sebagai sarana belajar pengembangan pertanian
perkotaan yang ramah lingkungan.
c) Sekolah Lapang (SL) pertanian ramah lingkungan, merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk pemahaman secara langsung bagi anggota agar
mampu memanfaatkan produk pertanian.
d) Pengembangan industri tepung, khususnya tepung mocaf, bumbu, dan
kue, merupakan kegiatan untuk mengembangkan produk unggulan,
khususnya produk pertanian.
e) Pengembangan kewirausahaan produk pertanian, merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk mengembangkan perilaku wirausaha anggota yang
meliputi pengetahuan, sikap mental, dan tindakan.
Program kegiatan pengembangan kewirausahaan yang dilakukan oleh
kelompok wanita tani Tapak Dara terhadap para anggota dimaksudkan agar para
anggota mampu menumbuhkembangkan niat dan jiwa dalamberwirausaha yang
nantinya akan menjadikan para wanita tani menjadi wanita wirausaha. Berbagai
kajian mengenai wanita wirausaha yang terlibat dalam suatu kelompok perlu
dilakukan dan salah satunya dapat ditelaah dari sisi perilaku wirausahanya.
Kajian perilaku wanita wirausaha, khususnya pada kelompok wanita tani dapat
memberikan gambaranmendalam mengenai perilaku yang dimiliki mulai dari
pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan. Selain itu, keberhasilan usaha dari
anggota kelompok juga perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh dari perilaku wirausaha terhadap keberhasilan usaha. Perilaku
wirausaha antar anggota dalam kelompok berbeda satu dengan yang lainnya,
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan untuk
lebih mengoptimalkan peningkatan potensi anggota dalam membentuk wanita
wirausaha mandiri.
Perumusan Masalah
Pembentukan suatu kelompok memiliki peran tersendiri bagi para
anggota yang terlibat didalamnya. Umumnya, alasan pembentukan kelompok
adalah untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan keuntungan sosial.
Keuntungan ekonomi yang diharapkan dapat berupa kemudahan mengakses
input sarana produksi, kemudahan koordinasi usaha, kemudahan menjual produk
usaha, peningkatan pendapatan, peningkatan kemampuan menabung dan
investasi atau pengembangan usaha. Sementara itu, keuntungan sosial yang
diharapkan dapat berupa peningkatan rasa kebersamaan, tujuan bersama dan rasa
6
aman, peningkatan status individu, dan kelompok dalam masyarakat atau
peningkatan kekuatan hukum (Suharno 2009).
Selain berperan sebagai kelompok sosial, suatu kelompok juga berperan
sebagai pelaku ekonomi yang menghasilkan produk-produk tertentu untuk
dipasarkan agar memperoleh keuntungan atau pendapatan yang layak. Secara
ekonomi, suatu kelompok harus dapat menghasilkan produk terbaik yang sesuai
dengan selera konsumen. Oleh sebab itu, para wanita tani yang tergabung dalam
suatu kelompoksebaiknya memfokuskan kegiatannya pada jenis usaha yang
menghasilkan produk atau pelayanan terbaik, sehingga memberikan kentungan
atau kepuasan bagi anggota.
Kelompok wanita tani Tapak Dara merupakan suatu kelompokyang
terbentuk pada tahun 2011. Meskipun baru berjalan selama kurang dari 3
tahun,kelompok tersebut telah berhasil merebut juara kedua dalam kategori
kelompok wanita tani dan juara pertama pada lomba cipta menu se-Kota Bogor.
Kelompok wanita tani Tapak Dara telah memperoleh bantuan berupa peralatan
dan modal dari Dinas Pertanian dan Kantor Ketahanan Pangan Kota Bogor.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua kelompok,
kelompok wanita tani Tapak Daratelah memiliki visi dan misi yang telah
dinyatakan secara tertulis dengan pengambilan keputusan dilakukan secara
musyawarah.
Pembinaan dan pelatihan juga sering dilakukan oleh kelompok wanita
tani Tapak Dara dalam rangka peningkatan potensi diri anggota. Salah satu
bentuk pembinaan yang dilakukan oleh kelompok wanita tani Tapak Dara adalah
pengetahuan mengenai kewirausahaan. Pengetahuan tersebut diberikan dalam
bentuk pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Sementara itu, program pelatihan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
para anggota yang nantinya dapat menjadikan anggota sebagai pribadi yang
produktif, kreatif, dan inovatif. Namun, terkadang pendidikan dan pelatihan
yang diberikan kepada anggota tidak dijadikan sebagai landasan dan tidak
dilaksanakan atau dipraktekkan secara langsung. Artinya, anggota hanya
memanfaatkan pengetahuan yang diterima tanpa adanya praktek langsung atau
tindakan selanjutnya.
Program pelatihan kewirausahaan yang dilakukan pada Kelompok wanita
tani Tapak Dara adalah program pengolahan hasil pertanian, khususnya
singkong yang nantinya akan dijadikan sebagai tepung mocaf yang merupakan
produk unggulan kelompok. Namun, pada kenyataannya hanya beberapa
anggota yang memanfaatkan program pelatihan tersebut dan dijadikan sebagai
pekerjaan sampingan atau bahkan pekerjaan utama. Sebagian besar dari anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara tidak berkeinginan untuk lebih berusaha atau
bekerja kerasdalam mencapai sesuatu hal, artinya mereka tidak ingin merasakan
kegagalan, tetapi hanya ingin merasakan kesuksesan. Akibatnya, banyak dari
anggota kelompok yang tidak bertahan lama untuk memproduksi suatu produk
baru apabila dari awalnya produk tersebut kurang diminati oleh konsumen.
Selain itu, Kelompok wanita tani Tapak Dara juga telah memiliki
berbagai macam program kegiatan, baik yang telah dijalankan maupun yang
masih berupa rancangan. Salah satu program dalam rangka peningkatan kualitas
anggota adalah program pengembangan kewirausahaan. Melalui program
tersebut diharapkan dapat meningkatkan keterampilan anggota yang nantinya
7
akan meningkatkan pendapatan rumah tangga. Namun, kenyataannya program
pengembangan kewirausahaan belum terlaksana secara optimal yang berdampak
pada pencapaian visi dan misi yang telah dirincikan. Hal tersebut dapat terlihat
dari kurangnya respon dan minat anggota terhadap program dan kegiatan
kewirausahaan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil wawancara yang
dilakukan dengan ketua kelompok yang menyatakan bahwa salah satu
permasalahan yang dialami oleh kelompok wanita tani Tapak Dara adalah
kurangnya partisipasi anggota dalam meningkatkan kualitas diri dan
keterampilan dalam rangka pencapaian program pengembangan kewirausahaan.
Berdasarkan gambaran tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana karakteristik individu dan karakteristik kelompok pada
anggota kelompok wanita tani Tapak Dara ?
2. Bagaimana perilaku wanita wirausaha pada anggota kelompok wanita
tani Tapak Dara ?
3. Bagaimana hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik
kelompok dengan perilaku wanita wirausaha dan keberhasilan usaha
serta bagaimana hubungan antara perilaku wanita wirausaha dengan
keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik individu dan karakteristik kelompok pada
anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.
2. Menganalisis perilaku wanita wirausahapadaanggota kelompok wanita
tani Tapak Dara.
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik
kelompok dengan perilaku wanita wirausaha dan keberhasilan usaha,
serta hubunganantara perilaku wanita wirausaha terhadap keberhasilan
usahapada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka hasil penelitian
ini dapat memberikan manfaat bagi :
1. Kelompok wanita tani Tapak Dara sebagai bahan masukan dan bahan
pertimbangan dalam meningkatkan peran dan fungsinya sebagai
kelompok terutama dalam hal pengembangan kewirausahaan bagi
anggota kelompok.
2. Pemerintah dan dinas terkait sebagai bahan masukan dan bahan kajian
dalam rangka meningkatkan program penyuluhan dan pembinaan
khususnya bagi kelompok wanita tani dan pemberdayaan wanita menjadi
wanita wirausaha mandiri.
3. Peneliti lain sebagai bahan pertimbangan dan bahan pembanding dalam
melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kelompok
wanita tani atau perilaku wirausaha.
8
4. Peneliti sendiri, dapat melatih kemampuan analisis serta dapat
mengaplikasikan konsep-konsep ilmu yang diperoleh selama kuliah
dalam kehidupan bermasyarakat dengan melihat fenomena praktis yang
terjadi di lapangan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan hanya untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik individu dan karakteristik kelompok terhadap perilaku wanita
wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak
Dara. Pembatasan dilakukan hanya pada lingkup perilaku wanita wirausaha dari
anggota kelompok tanpa melihat atau membandingkan dengan perilaku
wirausaha pria dan tanpa membahas karakteristik wirausaha, tipe wirausaha,
serta keberhasilan kelompok. Pembatasan juga dilakukan pada karakteristik
individu yang digunakan dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan
formal, pendidikan non formal, lama usaha, sumber modal awal, pinjaman,
waktu yang telah dicurahkan untuk berwirausaha, persentase kebutuhan keluarga
yang telah terpenuhi, status pekerjaan suami, pendapatan, jumlah anggota
keluarga, dan asal daerah. Selanjutnya, karakteristik kelompok yang diteliti
meliputi lama bergabung, motivasi bergabung, harapan, mekanisme
pengambilan keputusan, keinginan anggota, intensitas rapat dan kegiatan,
pelayanan kelompok, dan suasana kelompok. Sementara itu, keberhasilan usaha
dalam penelitian ini menggunakan 5 indikator dengan tidak menggunakan data
kuantitatif atau laporan keuangan. Indikator dari keberhasilan usaha yang
digunakan mencakup keragaman produk, perluasan wilayah pemasaran,
peningkatan pendapatan, loyalitas konsumen, dan kemampuan bersaing.
Keberhasilan usaha digunakan hanya untuk melihat hubungannyadengan
karakteristik individu, karakteristik kelompok, dan perilaku wirausaha tanpa
dilakukan pembahasan secara mendalam.
TINJAUAN PUSTAKA
KelompokWanita Tani
Pusat Penyuluhan Pertanian dalam Manoppo (2009) berpendapat
bahwawanita tani adalah kaum wanita dalam keluarga petani dan masyarakat
pertanian yang dibagi kedalam dua bagian, yakni wanita tani menurut statusnya
dalam keluarga dan wanita tani menurut fungsinya dalam usahatani. Apabila
dilihat dari statusnya dalam keluarga, wanita tani terdiri dari :
a. Kepala keluarga, yaitu wanita tani pada kondisi : wanita janda (ditinggal
suami karena bercerai atau meninggal) atau wanita tidak menikah yang
hidup mandiri, tidak menjadi tanggungan orang lain, bahkan sering juga
mempunyai tanggungan.
b. Isteri petani, yaitu wanita yang menjadi isteri petani, hidup satu rumah
sebagai suami istri yang sah.
9
c. Wanita dewasa anggota keluarga, yaitu wanita yang berumur diatas 30
tahun atau yang sudah pernah menikah dan tinggal bersama seorang
petani (ibu, mertua, saudara, ipar, anak, kemenakan, dan lain-lain).
d. Pemuda tani wanita, yaitu wanita berumur 16-30 tahun dan belum pernah
menikah, yang tinggal bersama satu keluarga petani (anak, kemenakan,
dan lainnya).
e. Taruna tani wanita, yaitu wanita remaja berumur dibawah 16 tahun dan
belum pernah menikah yang tinggal dan menjadi tanggungan seorang
petani.
Sementara itu, apabila dilihat dari fungsinya dalam usahatani, wanita tani
terdiri dari :
1. Petani wanita, yaitu wanita pengusaha tani yang mengelola usahataninya
secara mandiri. Petani wanita dapat berstatus sebagai :
a. Kepala keluarga yang hidup atau mencukupi nafkah keluarganya dari
usahatani.
b. Isteri petani,seorang suami tidak berfungsi sebagai pencari nafkah
utama atau bekerja di luar usahatani keluarga.
c. Wanita dewasa anggota keluarga atau pemuda tani wanita yang
bertindak sebagai pengelola usahatani secara mandiri.
2. Mitra/pembantu usaha petani, yaitu wanita tani yang membantu
pengusaha tani dalam keluarganya, tanpa pemberian upah atau
pembagian hasil secara ekonomi. Mitra usaha petani tersebut berstatus
sebagai :
a. Isteri petani
b. Wanita dewasa anggota keluarga
c. Pemuda atau taruna tani wanita
Lebih lanjut, Departemen Pertanian dalam Ramanti (2006)
mendefinisikan wanita tani sebagai isteri dari petani yang terlibat secara
langsung atau tidak langsung dan ikut bertanggung jawab dalam kegiatan usaha
tani dan kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha peningkatan
kesejahteraan keluarga. Dengan demikian, Kelompok Wanita Tani (KWT) dapat
didefinisikan sebagaikumpulan isteri petani atau para wanita aktif yang
memiliki aktivitas pada bidang pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan
yang memiliki keserasian untuk tujuan bersama dalam meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Melalui Kelompok Wanita Tani (KWT),
para wanita yang tergabung didalamnya akan memperoleh berbagai pengetahuan
dan keterampilan untuk lebih produktif agar menjadi wanita wiraushaa yang
mandiri dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya.
Menurut Jokopusphito (2006), ciri-ciri kelompok wanita tani yaitu (1)
seluruh anggotanya adalah wanita, (2) memiliki tujuan atau kepentingan yang
sama, (3) adanya dorongan (motif) yang sama, (4) mempunyai reaksi-reaksi dan
kecakapan yang berbeda, (5) mempunyai struktur organisasi yang jelas, (6)
mempunyai norma-norma pedoman tingkah laku yang jelas, (7) adanya interaksi
diantara sesama anggota, dan (8) adanya kegiatan kelompok yang nyata.
Sementara itu, kelompok wanita tani juga memiliki peran terhadap para
anggotanya sebagai :(1) kelas belajar, setiap anggota dapat berinteraksi satu
sama lain guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
meningkatkan kemmapuannya untuk menjadi pribadi yang lebih
10
produktif,(2)wahana kerjasama, tempat untuk memperkuat antar anggota dalam
kelompok wanita tani atau kerjasama dengan kelompok wanita tani lain dalam
rangka pertukaran informasi, dan (3) unit penyedia sarana dan prasarana
produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran serta unit jasa
penunjang.
Wanita Wirausaha
Muljaningsih et al (2013) menyatakan bahwa motivasi internal seorang
wanita berwirausaha adalah untuk pemenuhan diri sebagai motivator penting
dalam memulai suatu bisnis. Wanita wirausaha di Negara maju termotivasi oleh
adanya kebutuhan untuk berprestasi. Sementara itu, motivasi wanita dalam
berwirausaha di Negara berkembang karena adanya faktor kombinasi antara
factor pendorong dan daya tarik.
Selanjutnya, dalam perjalanannya menjalankan kegiatan usaha, seorang
wirausaha wanita memiliki berbagai tantangan ataupun kendala dalam
berwirausaha. Meskipun, pada dasarnya proses berwirausaha antara pria dan
wanita adalah sama. Namun, pada pada kenyataannya parkatek berwirausaha
yang dijalankan oleh seorang wanita cenderung sering mengalami hambatan dari
berbagai dimensi yang pada akhirnya akan mencegah dari adanya penyadadaran
akan potensi diri yang dimiliki.
Di Indonesia, sebagian besar wanita pengusaha menjalankan kegiatan
usaha di sektor UMKM (Gambar2). Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa
sektor UMKM merupakan jalur masuk bagi wanita untuk ikut serta dalam
kegiatan ekonomi. Meskipun, sektor UMKM berfungsi sebagai sarana
pemberdayaan ekonomi wanita, wanita pengusaha masih menghadapi hambatan-
hambatan yang menghalangi keikutsertaan mereka dalam kegiatan ekonomi
melalui sektor UMKM. Hambatan-hambatan tersebut meliputi akses
memperoleh pendanaan, pendaftaran usaha, pajak, pungutan, dan biaya.
Selanjutnya, pada penelitian akademika Surabaya (2005) disebutkan bahwa
terdapat faktor-faktor yang menyebabkan wanita wirausaha enggan untuk
melakukan peminjaman dana kepada pihak bank (Gambar3).7
Gambar2Persentase wanita pengusaha di Indonesia Sumber : IWAPI
7Widyadari F, Sharder H, Pranoto S. [tahun terbit tidak diketahui]. Suara-suara perempuan
pengusaha. Jakarta (ID) : International Finance Corporation dan Ikatan Wanita Pengusaha
Indonesia
pengusaha
kecil, 85%
pengusaha
menengah,
13%
pengusaha
besar, 2%
, 0
11
Gambar3Faktor-faktor yang menyebabkan wanita pengusaha
enggan untuk mengajukan permohonan pinjaman bank (Acces to credit businesswoman 2005)
Tambunan (2009) menyebutkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi
oleh seorang wanita dalam berwirausaha adalah dalam hal mengakses kredit
formal. Wanita memiliki peluang yang lebih sedikit dibandingkan dengan pria
untuk mendapatkan akses kredit formal. Adanya berbagai alasan seperti
kurangnya jaminan, dan persepsi negatif dari pihak penjamin resmi. Wanita
yang kurang dalam hal berpendidikan akan cenderung lebih sulit dalam
mendpatakan pembiayaan dari pihak bank. Hal tersebut disebabkan karena
mereka kurang informasi dalam hal tata cara peminjaman.
Karakteristik Individu
Rakhmat dalam Ramanti (2006) mendefinisikan karakteristik individu
sebagai ciri atau sifat yang dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola
pikir, pola tindak, dan pola sikap. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi
karakteristik manusia, yaitu karakteristik personal dan karakteristik situasional.
Karakteristik personal adalah faktor-faktor yang melekat pada diri individu,
sedangkan karakteristik situasional sebagai faktor-faktor yang yang timbul dari
luar individu dan sangat berpengaruh pada perilaku seseorang.
Lionbergerdalam Pambudy (1999) menyebutkan bahwa karakteristik
individu atau karakteristik personal yang perlu diperhatikan adalah umur,
pendidikan, dan karakter psikologis. Karakter psikologis meliputi rasionalitas,
fleksibiltas mental, dogmatisme, orientasi pada usaha tani sebagai bisnis serta
kemudahan dalam menerima inovasi.Selanjutnya, Rogers dalam Jokopushito
(2006) berpendapat bahwa karakteristik personal meliputi status sosial ekonomi,
ciri kepribadian, dan perilaku komunikasi. Secara lebih rinci, karakteristik
personal tersebut dijabarkan lagi ke dalam umur, pendidikan formal, pendidikan
non formal, jumlah keluarga, pengalaman berusaha tani, usaha keluarga,
penghasilan keluarga, kekosmopolitan, partisipasi, kelembagaan masyarakat,
3.57%
7.10%
7.10%
7.10%
17.90%
21.40%
0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00%
Prosedur rumit
Usaha tidak dipandang layak
Persepsi pribadi
Jaminan yang tidak memadai
Suku bunga yang tinggi
Takut wanprestasi
12
partisipasi dalam kelompok, dan kontak media. Menurut Simamora dalam
Rachmat (2006), karakteristik seseorang akan mempengaruhi cara dan
kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi, informasi apa yang
diinginkan, bagaimana menginterpretasi informasi tersebut dan informasi apa
yang masih diingat, tergantung dari karakteristik individu, seperti tingkat
pendidikan, umur, jenis kelamin, kepribadian, dan lain-lain.
Karakteristik individu sering digunakan dalam studi penelitian, begitu
pula dengan penelitian yang berhubungan dengan kewirausahaan. Dirlanudin
(2010) menjelaskan bahwa seorang wirausaha dalam menjalankan suatu
kegiatan usaha memiliki faktor individu yang meliputi: (1) karakteristik biologis,
yaitu :umur, jenis kelamin, pendidikan; (2) latar belakang wirausaha yaitu:
pengalaman usaha, alasan berusaha, pekerjaan orang tua dan keluarga; dan (3)
motivasi, sebagai dorongan kuat untuk melakukan suatu usaha, seperti:
ketekunan, kegigihan dan kemauan keras untuk berhasil.
Pada penelitian yang dilakukan, variabel karakteristik individu yang akan
diamati dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan formal, pendidikan
non formal, lama usaha, sumber modal awal, pinjaman, waktu yang telah
dicurahkan untuk berwirausaha, persentase kebutuhan keluarga yang telah
tercukupi, status pekerjaan suami, pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan
asal daerah.
Karakteristik Kelompok
Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam proses kehidupannya
membutuhkan manusia lain yang ada disekitarnya. Naluri manusia untuk hidup
bersama dengan manusia lain akan menjadikan manusia saling ketergantungan
dengan yang lainnya dalam suatu lingkungan. Melalui pembentukan kelompok,
maka kebutuhan manusia yang saling membutuhkan akan menjadi sebuah wadah
dalam menangani kesulitan-kesulitan yang ada dan nantinya dapat diatasi secara
bersama-sama.
Menurut Sarwono dalam Jokopusphito (2006), kelompok adalah dua
individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka, yang masing-masing
menyadari keanggotaannya dalam kelompok, menyadari keberadaan anggota
kelompok lainnya, dan menyadari saling ketergantungan secara positif dalam
mencapai tujuan bersama. Sebuah kelompok sosial mempunyai empat ciri antara
lain : 1) dorongan (motif) yang sama, 2) reaksi-reaksi dan kecakapan yang
berlainan, 3) penegasan struktur kelompok, dan 4) penegasan norma-norma
kelompok. Soekanto dalam Rona (1999) memaknai kelompok sosial sebagai
himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya
hubungan antar mereka, seperti hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong menolong.
Berkaitan dengan konsep mengenai kelompok yang telah dijelaskan,
Hare dalam Reslawati (2004) berpendapat bahwa karakteristik kelompok dapat
dicirikan antara lain : para anggota kelompok mengadakan interaksi satu sama
lain dalam kelompok, mempunyai tujuan yang memberikan arah gerak
kelompok dengan anggota untuk mencapai tujuannya, membentuk norma-norma
yang mengatur ikatan dan aktivitas anggota, mengembangkan status dan
peranan, dan adanya jaringan ikatan dalam kelompok. Lebih lanjut, Mardikanto
13
dalam Suharno (2009) mendefinisikan karakteristik sebagai sifat-sifat atau ciri-
ciri yang melekat pada sesuatu (benda, orang, atau makhluk hidup lainnya) yang
berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan. Merujuk pada pengertian
tersebut, karakteristik kelompok dapat didefinisikan sebagai ciri-ciri atau sifat-
sifat yang melekat pada kelompok, khususnya pada kelompokwanita tani dan
hal-hal yang berhubungan dengan kelompok wanita tani tersebut.
Secara sosiologis, penelitian Sutjipta dalam Suharno (2009) tentang
kelompok tradisional subah menyimpulkan bahwa karakteristik khusus
kelompok subak yang memberikan kontribusi bagi kelestarian kehidupan
kelompok meliputi : faktor pengikat, otonomi subak, kepemimpinan subak,
keanggotaan subak, peraturan kelompok subak, upacara keagamaan, konflik,
mobilitas sumberdaya, dan kegiatan kelompok. Penelitian lain mengenai
karakteristik kelompok juga dilakukan oleh Sulistiawati (2002), Reslawati
(2004), dan Rachmat (2006).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2002), karakteristik
kelompok yang digunakan dalam penelitiannya meliputi lama berdiri, jumlah
anggota, homogenitas anggota, intensitas kegiatan usaha, tingkat keterbukaan
kelompok, dan nilai tujuan kelompok. Sementara itu, peran anggota kelompok,
suasana kelompok, dan tujuan kelompok dijadikan sebagai variabel karakteristik
kelompok yang digunakan dalam penelitian Reslawati (2004) mengenai
karakteristik kelompok dan jaringan komunikasi. Menurut Slamet dalam
Reslawati (2004), suasana kelompok merupakan keadaan moral,sikap dan
perasaan-perasaan yang terdapat didalam kelompok. Suasana kelompok tersebut
dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya hubungan antara para anggota
kelompok, kebebasan berpartisipasi, dan lingkungan fisik. Selanjutnya, Rachmat
(2006) dalam penelitiannya mengenai hubungan karakteristik dan sikap anggota
terhadap keberadaan kelompok menggunakan variabel karakteristik kelompok
yang meliputi pelayanan kelompok, fungsi kelompok, dan suasana kelompok.
Merujuk pada penelitian yang dilakukan sebelumnya, variabel
karakteristik kelompok yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lama
bergabung, motivasi bergabung, harapan, mekanisme pengambilan keputusan,
keinginan anggota, intensitas rapat dan kegiatan, pelayanan kelompok, dan
suasana kelompok. Pada penelitian ini, karakteristik kelompok digunakan untuk
menggambarkan keadaan kelompok yang nantinya akan dianalisis hubungannya
atau keterkaitan antara karakteristik kelompok dengan perilaku wirausaha dan
keberhasilan usaha dari anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.
Penelitian Mengenai Perilaku Wirausaha
Pada penelitian ini, penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan
acuan adalah penelitian yang membahas mengenai perilaku wirausaha yang
difokuskan pada alat analisis yang digunakan dan hasil analisis yang didapatkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Pambudy (1999) yang berjudul perilaku
komunikasi, perilaku wirausaha peternak, dan penyuluhan dalam sistem
agribisnis, penelitian Ramanti (2006) dengan judul perilaku wirausaha wanita
peternak dalam mencari dan menerapkan informasi usaha ternak ayam buras
(kasus kelompok tani ternak “Tanjung”, Desa Taman Sari, Kabupaten
Bogor),dan penelitian yang dilakukan Azzahra (2009) yang berjudul perilaku
14
wirausaha mahasiswa Institut Pertanian Bogor peserta Program Kreativitas
Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dan Program Pengembangan
Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM) merupakan penelitian terdahulu yang
dijadikan sebagai bahan acuan.
Pambudy (1999), dan Ramanti (2006), dan Azzahra (2009)
menggunakan indikator perilaku wirausaha yang meliputi pengetahuan, sikap
mental, dan keterampilan atau tindakan. Selain itu, karakteristik individu juga
digunakan dalam penelitian untuk mengetahui hubungan antara karakteristik
individu dengan perilaku wirausahanya. Karakteristik individu yang digunakan
dalam penelitian Pambudy (1999) antara lain : umur, pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga, lama beternak, dan rata-rata penghasilan dengan alat
analisis yang digunakan adalah uji korelasi rank spearman, analisis PATH
(jalur). Ramanti (2006) menggunakan variabel karakteristik individu yang
meliputi umur, pendidikan, pengalaman beternak, jumlah anggota keluarga,
pendapatan, kegiatan kelompok, kegiatan domestik, dan motivasi berusaha
dengan alat analisis yang digunakan adalah uji korelasi rank spearmandan chi-
square. Sementara itu, Azzahra (2009) menggunakan variabel karakteristik
individu yang mencakup kelamin, fakultas, minor, Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK), keikutsertaan dalam PKMK sebelum tahun 2009, dan pengambilan Mata
Kuliah Kewirausahaan dengan alat analisis uji korelasi rank spearman dan chi-
square.
Pambudy (1999) dalam penelitiannya mengenai peternak ayam buras dan
ayam broiler skala kecil, menengah, dan besar menunjukkan bahwa dari
beberapa variabel faktor individu yang digunakan, hasil analisis path
menunjukkan bahwa faktor umur, lama beternak dan penghasilan memiliki
hubungan struktural yang nyata terhadap perilaku wirausaha peternak ayam
buras skala kecil. Umur dan penghasilan memiliki hubungan struktural positif
dengan perilaku wirausaha, sedangkan lama beternak memiliki hubungan
struktural negatif dengan perilaku wirausaha. Hal ini disebabkan karena
kemungkinan adanya pengaruh mental dari terlalu lamanya menjadi peternak
usaha kecil tanpa mengalami perkembangan. Berbeda dengan peternak ayam
buras skala kecil, pada peternak ayam broiler skala kecil hanya faktor umur yang
memiliki hubungan struktural nyata dengan perilaku wirausaha. Pada peternak
ayam buras skala menengah menunjukkan hasil bahwa jumlah tanggungan
keluarga memiliki hubungan struktural yang nyata dengan perilaku wirausaha,
sedangkan pendidikan dan penghasilan memiliki hubungan struktural nyata
dengan perilaku wirausaha pada peternak ayam broiler skala menegah.
Selanjutnya, pada peternak ayam buras dan ayam broiler skala besar
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan dan penghasilan tidak memiliki
hubungan struktural dengan perilaku wirausaha.
Hasil penelitian Ramanti (2006) menunjukkan bahwa jumlah anggota
keluarga memiliki hubungan nyata dengan sikap dan keterampilan dalam
berwirausaha. Hal tersebut disebabkan karena semakin besar keluarga, maka
kebutuhan ekonomi keluarga juga akan semakin besar. Kondisi tersebut akan
mendorong wanita peternak untuk mampu mencukupi kebutuhan keluarga
dengan jalan meningatkan sikap dan keterampilan berwirausaha dalam mencari
dan menerapkan informasi usaha ternak ayam buras agar nantinya dapat
meningkatkan pendapatan keluarga. Selain itu, motivasi beternak juga
15
berhubungan nyata dengan sikap wirausaha. Hal ini dikarenakan wanita peternka
yang memiliki motivasi tinggi akan terpacu untuk berusaha selalu tanggap
terhadap peluang-peluang usaha yang menyangkut kemampuan memuaskan
pelanggan, menjaga mutu, dan tidak ketergantungan kepada pelanggan.
Selanjutnya, hasil penelitian Azzahra (2009) menunjukkan bahwa
karakteristik minor agribisnisberpengaruh nyata terhadap sikap wirausaha
mahasiswa IPB peserta PKMK dan PPKM. Hal ini dapat terjadi karena
pengambilan minor agribisnis akanmemberikan pandangan dan persepsi positif
mengenai profesi wirausaha sehingga mempengaruhi sikap wirausaha
responden. Pekerjaan ayah dan ibu memiliki pengaruh nyata terhadap tindakan
wirausaha. Hal ini disebabkan karena ayah dan ibu dalam hal ini dijadikan role
model untuk hidup dengan lebih baik dengan menjadi seorang wirausaha.
Karakteristik suku daerah berhubungan nyata dengan sikap dan tindakan
wirausaha, karena adanya pandangan dan persepsi positif terhadap profesi
wirausaha oleh beberapa suku daerah di Indonesia seperti suku Padang, sehingga
mempengaruhi sikap wirausaha responden dan adanya adat atau kebiasaan di
suku daerah yang lebih cepat dalam bertindak dan melakukan sesuatu
dibandingkan dengan suku daerah yang lain. Karakteristik keikutsertaan pada
seminar/pelatihan kewirausahaan berhubungan nyata dengan sikap, tindakan,
dan perilaku wirausaha mahasiswa IPB peserta PKMK dan PPKM. Selanjutnya,
pengambilan MK Kewirausahaan memiliki hubungan nyata dengan sikap dan
perilaku wirausaha. Hal ini berarti kuliah kewirausahaan yang diikuti responden
membentuk sikap positif tentang wirausaha hingga berpengaruh juga terhadap
perilaku wirausahanya, namun tidak berpengaruh nyata dari sisi kognitif dan
tindakan responden untuk berwirausaha. Apabila dilihat dari penelitian yang dilakukan sebelumnya dan
penyesuaian terhadap kondisi responden yang akan diteliti, maka perilaku
wirausaha yang akan ditentukan dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap
mental, dan keterampilan dalam berwirausaha. Pengetahuan dalam berwirausaha
meliputi pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang
ada disekitarnya, pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, pengetahuan
tentang kepribadian dan kemampuan diri, dan pengetahuan tentang manajemen
dan organisasi bisnis.Sikap mental wirausaha merupakan sikap yang harus
dimiliki seorang wirausaha dalam menjalankan usaha, seperti optimis, realitime,
kreatif, dan inovatif dan beberapa sikap lainnya yang dapat mendorong
seesorang untuk menjadi wirausaha yang sukses dan mandiri. Keterampilan
dalam berwirausaha juga diperlukan untuk membentuk perilaku wirausaha yang
berhasil, mulai dari keikutsertaannya dalam berbagai pelatihan wirausaha,
pameran bisnis, dan tindakan lainnya yang dapat menjadi pacuan bagi wirausaha
agar berhasil dalam menjalankan usahanya.
Keberhasilan Usaha
Dalam menjalankan kegiatan usaha, seorang wirausaha pasti memiliki
sasaran-sasaran tertentu yang telah ditetapkan untuk mencapai keberhasilan
usaha. Menurut Riyanti (2003), kepribadian wirausaha dan manajemen
merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan usaha.
16
Hasil penelitian Cunningham dalam Riyanti (2003) terhadap 178
wirausaha dan manajer profesional Singapura menunjukkan bahwa keberhasilan
usaha berkaitan erat dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Sifat kepribadian, seperti memiliki keinginan untuk melakukan pekerjaan
dengan baik, memiliki keinginan untuk berhasil, dan memiliki motivasi
diri, percaya diri, berpikir positif, memiliki komitmen dan sabar.
2. Kemampuan berhubungan dengan pelanggan, yaitu jujur, ramah, adil
pada pelanggan, pemasok, dan staf, serta kemampuan dengan orang lain.
3. Kemampuan memahami lingkungan bisnis, yaitu kemampuan belajar
dari pihak pesaing, ketertarikan pada industri, pengetahuan tentang
bidang usaha, kemauan untuk belajar, pengalaman dalam industri,
pengetahuan tentang produk dan jasa, serta pemahaman tentang
persaingan.
4. Orientasi ke masa depan dan fleksibilitas, yaitu berorientasi tujuan,
kreatif, dan kemauan mengambil risiko, memiliki visi dan gambaran
mental masa depan.
5. Kesadaran pribadi, yaitu mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, serta
mampu menerima kesalahan.
6. Faktor lain.
Selanjutnya, Dirlanudin (2010) menggunakan variabel peningkatan
jumlah pelanggan, kecenderungan loyalitas pelanggan, perluasan pangsa pasar,
kemampuan bersaing, dan peningkatan keuntungan sebagai indikator untuk
menentukan keberhasilan suatu usaha. Dalam kaitannya dengan keberhasilan
usaha pada wanita wirausaha, hasil penelitian Maysami dan Ziemnowicz (2007)
menunjukkan bahwa faktor-faktor keberhasilan usaha wanita wirausaha di
Singapura mencakup produk dan layanan kualitas, kualitas pribadi, kualitas
personel, pengetahuan akan produk dan jasa, loyalitas pelanggan, bantuan dari
pemerintah, keunggulan teknologi, dan adanya modal dan pembiayaan.
Merujuk pada beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai
keberhasilan usaha, pada penelitian ini indikator variabel yang digunakan untuk
menentukan keberhasilan usaha meliputi keragaman produk, perluasan wilayah
pemasaran, peningkatan pendapatan, kecenderungan loyalitas konsumen, dan
kemampuan bersaing. Pada penelitian ini, keberhasilan usaha digunakan untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap karakteristik individu,
karakteristik kelompok, dan perilaku wirausaha.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan kerangka pemikiran mengenai
gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipergunakan
sebagai landasan penelitian yang dilakukan.
Konsep Pemberdayaan
MenurutKarsidi (2001), konsep pemberdayaan secara mendasar berarti
menempatkan masyarakat beserta institusi-institusinya sebagai kekuatan dasar
bagi pengembangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.Upaya-upaya
17
pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan mengubah
perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas.
Pemberdayaan masyarakat tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongan
kepada masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak
memperbaiki kualitas hidupnya, antara lain melalui pendidikan untuk
penyadaran dan pemampuan diri mereka.
Dalam kaitannya dengan agribisnis, terdapat beberapa aspek yang perlu
mendapat perhatian dalam pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan, antara
lain :
1. Pengembangan organisasi/kelompok masyarakat yang dikembangkan
dan berfungsi dalam mendinamisir kegiatan produktif masyarakat.
Misal:berfungsinya HKTI, HNSI, dan organisasi lokal lainnya.
2. Pengembangan jaringan strategis antar kelompok/organisasi masyarakat
yang terbentuk dan berperan dalam pengembangan masyarakat tani dan
nelayan. Misalnya : asosiasi dari organisasi petani dan nelayan, baik
dalam skala nasional, wilayah, maupun loka.
3. Kemampuan kelompok petani dan nelayan kecil dalam mengakses
sumber-sumber luar yang dapat mendukung pengembangan mereka, baik
dalam bidang informasi pasar, permodalan, serta teknologi dan
manajemen, termasuk di dalamnya kemampuan lobi ekonomi.
4. Pengembangan kemampuan-kemampuan teknis dan manajerial
kelompok-kelompok masyrakat, sehingga berbagai masalah teknis dan
organisasi dapat dipecahkan dengan baik.
Pengertian Wirausaha
Istilah entrepreneur dilansir pertama kali pada tahun 1755 oleh Cantillon
dalam Astamoen (2005) yang menyatakan bahwa entrepreneur memiliki fungsi
unik sebagai penanggung risiko dengan cakupan sebagai berikut : 1) sebagai
manusia yang mempunyai sikap mental, wawasan, kreativitas, inovasi, ide,
motivasi, cita-cita, dan lain-lain, 2) berusaha atau berproses untuk mengisi
peluang dalam usaha jasa atau barang (goods) untuk tujuan ekonomi, dan 3)
untuk mendapatkan laba dan pertumbuhan usaha. Lebih lanjut, hasil lokakarya
sistem Pendidikan dan Pengembangan Kewirausahaan di Indonesia dalam
Astamoen (2005) mendefinisikan wirausaha sebagai pejuang kemajuan yang
mengabdikan diri kepada masyarakat dengan wujud pendidikan (edukasi) dan
bertekad dengan kemampuan sendiri sebagai rangkaian kiat (art) kewirausahaan
untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat,
memperluas lapangan pekerjaan, turut berupaya dalam mengakhiri
ketergantungan pada luar negeri, dan di dalam fungsi-fungsi tersebut selalu
tunduk dalam hukum lingkungannya.
Meredith et al dalam Soesarsono (2002) memaknai entrepreneur sebagai
orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai peluang
bisnis,mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil
keuntungan darinya dan bertindak tepat untuk memastikan kesuksesan. Definisi
mengenai wirausaha juga disampaikan oleh Suharyadi et al (2007) dan Alma
(2010). Suharyadi et al (2007) mendefinisikan wirausahawan sebagai seseorang
yang menciptakan sebuah usaha atau bisnis yang dihadapkan dengan risiko dan
18
ketidakpastian untk memperoleh keuntungan dan mengembangkan bisnis dengan
cara mengenali kesempatan dan memanfaatkan sumberdaya yang diperlukan.
Sementara itu, menurut Alma (2010) wirausahawan adalah seorang inovator,
sebagai individu yang mempunyai naluri untuk melihat peluang-peluang yang
mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk menaklukan dengan cara
berpikir lamban dan malas. Seorang wirausaha mempunyai peran untuk mencari
kombinasi-kombinasi yang baru yang merupakan gabungan dari lima hal, yaitu :
pengenalan barang dan jasa, metode produksi baru, sumber bahan mentah baru,
pasar-pasar baru, dan organisasi industri baru.
Menurut Rushing dalam Soesarsono (2002), seorang wirausaha dapat
digambarkan dengan berbagai macam hal yang dilakukan yaitu :
1. A person who assumes the risk associated with uncertainty (seseorang
yang mengambil risiko terkait dengan ketidakpastian
2. A supplier of financial capital (pemasok modal finansial)
3. An innovator (inovator)
4. A decision maker (pembuat keputusan)
5. An industrial leader (pemimpin industri)
6. A manager or superintendent (manajer atau penyelia)
7. An organizer or coordinator of economic resources (organisator atau
koordinator sumber-sumber ekonomi)
8. A proprietor of an enterprise (pemilik suatu perusahaan)
9. An employer of factors of production (pemilik faktor-faktor produksi)
10. A contractor (kontraktor)
11. A person who allocates resources to alternative uses (seseorang yang
mengalokasikan sumberdaya ke penggunaan alternatif).
Perilaku Wirausaha
Lunandi dalam Rahadian (2002) menyebutkan bahwa perilaku seseorang
dapat dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki serta
dalam hal materi yang tersedia (Gambar 2). Oleh karena itu, proses belajar
manusia dewasa kearah perubahan perilaku, hendaknya digerakkan melalui
usaha perubahan sikap baru, pengetahuan baru, keterampilan baru, dan dalam
hal tertentu disertai dengan penyediaan material baru.
Gambar4Perubahan Perilaku Manusia Sumber : Lunandi dalam Rahadian (2002)
Wijandi dalam Sapar (2006) menjelaskan bahwa perilaku wirausaha
mencakup tiga hal, yaitu pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan, serta
sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur pengetahuan dan sikap
mental terhadap masa yang akan datang. Pendapat tersebut senada dengan
pendapat yang disampaikan olehMar‟at dalam Dirlanudin (2010) yang
PERILAKU
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN MATERIAL
19
menyatakan bahwa terdapat tiga komponen penting untuk mengetahui proses
terbentuk dan berkembangnya perilaku, yaitu :
1. Kognisi berhubungan dengan kepercayaan, ide dan konsep. Kepercayaan
berasal dari apa yang pernah dilihat atau apa yang telah dketahui. Setelah
kepercayaan terbentuk, maka akan memprediksi masa datang, termasuk
didalamnya pengalaman pribadi yang cenderung membentuk stereotip.
Ranah/domainkognisi akan menjawab pertanyaan sesuatu yang
dipikirkan atau dipersepsikan tentang obyek.
2. Afeksi, menyangkut kehidupan emosional seseorang. Secara umum
disamakan dengan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Reaksi
emosional ditentukan oleh kepercayaan.
3. Konasi/Psikomotor, merupakan kecenderungan bertingkah laku,
berkaitan dengan obyek yang dihadapi. Kecenderungan berperilaku
secara konsisten dan selaras dengan kepercayaan serta perasaan yang
dapat membentuk perilaku individu.
Menurut Hendro (2011), perilaku dapat diartikan sebagai langkah dan
tindakan seesorang yang dilakukan untuk menghadapi dan menyiasati pekerjaan
sehari-hari. Perilaku wirausaha dalam setiap tindakannya untuk mendapatkan
sesuatu yang diinginkan dapat dibedakan menjadi lima, yaitu :
1. Perilaku wirausaha secara individu
a. Teguh pendiriannya.
b. Selalu yakin dengan apa yang dikerjakan, sehingga cenderung keras
kepala. Namun, sebenarnya memiliki konsep dan alasan yang kuat
dalam melakukan sesuatu.
c. Berperilaku professional dalam arti memiliki tanggung jawab,
komitmen tinggi, disiplin, berusaha tetap konsisten pada
pendiriannya, serta jujur dan terbuka.
d. Optimis akan segala perilaku yang dilakukan.
e. Berpikir positif dalam mendengar serta menanggapi suatu kritik dan
saran.
f. Tidak gegabah dan penuh dengan rencana dalam setiap tindakan
(visioner).
g. Selalu berorientasi „pasti ada jalan keluar‟ sehingga selalu berpikir
kreatif dan inovatif untuk menemukan solusi.
2. Perilaku wirausaha secara sosial dan lingkungan
a. Berpenampilan rapi dan ingin disukai oleh setiap orang.
b. Berperilaku baik.
c. Senang memotivasi orang lain untuk tujuan yang baik.
d. Pandai bergaul dan cakap dalam berkomunikasi.
3. Perilaku wirausaha dalam pekerjaaan
a. Berorientasi pada tujuan dan tetap berkeinginan kuat pada hasil yang
sempurna.
b. Gila bekerja (workaholic) dan bekerja dengan baik, sehingga tidak
menyukai kelemahan.
c. Tidak suka menunda pekerjaan dan selalu berkeinginan untuk cepat
menyelesaikan pekerjaan.
d. Haus akan prestasi sempurna (excellence).
e. Tuntas dalam mengerjakan tugas.
20
f. Energik dan penuh semangat dalam bekerja dan mengerjakan tugas.
g. Paling menyukai pekerjaan baru dan menantang.
h. Kreatif dan inovatif, sehingga selalu mempunyai ide-ide yang
cemerlang dan bisa keluar dari tekanan.
4. Perilaku wirausaha dalam menghadapi risiko
a. Mengevaluasi risiko dan dampaknya terlebih dahulu.
b. Mencari keputusan yang tepat dan optimal.
c. Tidak takut terhadap risiko, karena kuat dalam intuisi.
d. Waspada dan antisipatif, sehingga selalu berperilaku proaktif.
5. Perilaku wirausaha dalam kepemimpinan
a. Seorang pemimpin yang berani dalam mengambil keputusan.
b. Berperilaku dengan penuh kehati-hatian, karena menjadi contoh bagi
yang lain.
c. Membuat karyawan tenang dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan.
d. Mempunyai karisma dan berjiwa besar.
Pengetahuan Wirausaha
Manusia ditakdirkan memiliki otak yang merupakan sumber nalar,
gagasan, dan kemampuan dalam berpikir kreatif. Daya penalaran merupakan
kekuatan otak yang merupakan awal kelahiran berbagai kreasi dan penemuan
baru, sehingga daya nalar merupakan ujung tombak bagi kemajuan bangsa. Daya
nalar, daya pikir, pengetahuan, intelektual, atau kognisi merupakan pencirian
dari tingkat penalaran (reasoning) seseorang atau kemampuan berpikir
seseorang, sehingga kemampuan tersebut memberikan perbedaan daya
kreativitas seseorang bahkan suatu bangsa yang menyebabkan perbedaan
kemakmuran dan kejayaan. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting
dalam pengembangan pengetahuan. Semakin tinggi dan semakin luas tingkat
pendidikan sesorang, maka semakin tinggi pula daya nalarnya. Selain melalui
pendidikan formal, daya nalar (pengetahuan) juga dapat berkembang dari hasil
belajar sendiri atau self study (Soesarsono 2002).
Pengetahuan mengenai kewirausahaan merupakan salah satu hal yang
paling diperlukan oleh seorang wirausaha dalam membentuk kepribadian untuk
menjadi wirausaha yang sukses dan berhasil. Menurut hasil survey yang
dilakukan Lembing dalam Sunarya et al (2011) menunjukkan bahwa mayoritas
responden menjadi wirausaha karena didasarkan atas pengalaman yang
menjadikannya memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak
kewirausahaan dipengaruhi oleh keterampilan, dan kemampuan atau kompetensi
yang dapat ditentukan dari pengetahuan dan pengalaman.
Casson dalam Sunarya et al.(2011) menjelaskan bahwa terdapat
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, yaitu :
1. Self knowledge, memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan
dijalankan atau ditekuni.
2. Imagination, memiliki imajinasi, ide, dan perspektif serta tidak
mengandalkan kesuksesan masa lalu.
3. Partical knowledge, memiliki pengetahuan praktis, misalnya
pengetahuan teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan
pemasaran.
4. Search skill, kemampuan menemukan, berkreasi, dan berimajinasi.
21
5. Foresight, merupakan berpandangan jauh kedepan.
6. Computation skill, yaitu berkomunikasi, bergaul, dan berhubungan
dengan orang lain.
Menurut Sunarya et al. (2011) mengemukakan bahwa pengetahuan
merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan oleh seorang wirausaha dalam
menghadapi lingkungan usaha yang semakin kompetitif. Pengetahuan yang
diperlukan oleh seorang wirausaha meliputi pengetahuan tentang pasar dan
strategi pemasaran, pengetahuan tentang konsumen (pelanggan) dan pesaing,
baik pesaing yang baru masuk maupun yang sudah ada sebelumnya,
pengetahuan tentang pemasok, serta pengetahuan dalam mendistribusikan
barang dan jasa yang dihasilkan. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan
spesifik seperti pengetahuan tentang prinsip-prinsip akuntansi dan penjadwalan,
jadwal produksi, manajemen personalia, manajemen keuangan, pemasaran, dan
perencanaan. Bekal pengetahuan yang perlu dimiliki oleh seorang wirausaha,
antara lain : 1) Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan
usaha yang ada disekitarnya. 2) Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung
jawab. 3) Bekal pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri. 4) Bekal
pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.
Sikap Wirausaha
Soesarsono (2002) menjelaskan bahwa kawasan afektif yang merupakan
salah satu bagian dari pembentukan perilaku mengandung empat sub bab yang
penting, yaitu sikap, mental, etika, dan moral. sikap merupakan tingkah laku
yang berkaitan dengan tangapan atau respon pribadi seesorang apabila
memperoleh rangsangan, misalnya tanggap, tegas, menyenangkan, hati-hati,
setia, penuh dedikasi, inisiatif, cekatan, luwes, menarik, cermat, loyal, penuh
perhatian, dan sebagainya. Mental lebih menyangkut pada daya tahan seseorang
terhadap situasi dan kondisi yang dialami, misalnya tabah, gigih, berani, rajin,
ulet, percaya diri, kerja keras, telaten, disiplin, tekun, patuh, pantang menyerah,
dan sebagainya. Sementara itu, etika lebih menyangkut tingkah laku yang
berkaitan dengan aturan, pandangan atau tata karma yang baik atau yang jelek
dalam kehidupan sosial pada kalangan tertentu (sopan, santun, tulus, ramah,
lembut, dan sebagainya), sedangkan moral lebih menyangkut ahlak dan
berkaitan dengan norma baik atau jelek yang melekat pada seseorang dalam
kehidupan sosial (jujur, iri, dengki, adil, bertanggung jawab, dan sebagainya).
Suharyadi et al. ( 2007) menyatakan bahwa sikap wirausaha dapat dilihat
dari kegiatannya sehari-hari, yaitu :
1. Disiplin
Seorang wirausaha yang memiliki ketepatan komitmen terhadap tugas
dan pekerjaan. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, mulai dari
ketepatan waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja, dan sebagainya.
2. Komitmen tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh
seesorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam
melaksanakan kegiatannya, seorang wirausaha harus memiliki komitmen
yang jelas, terarah, dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan).
22
3. Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang perlu dimiliki oleh
wirausahawan. Kejujuran dapat terlihat dari kejujuran mengenai produk
yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi, kejujuran pelayanan
purnajual, dan kejujuran yang berkenaan dengan kegiatan penjualan
produk yang dilakukan oleh wirausahawan.
4. Kreatif dan inovatif
Daya kreativitas yang tinggi merupakan salah satu hal yang harus
dimiliki oleh seorang wirausahawan. Daya kreativitas tersebut sebaiknya
dilandasi oleh cara berpikir yang maju dan penuh gagasan-gagasan baru
yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada sebelumnya di
pasaran.
5. Mandiri
Kemandirian merupakan sikap mutlak yang harus dimiliki oleh seorang
wirausaha. Mandiri dalam hal ini berarti tidak tergantung pada pihak lain
dalam mengambil keputusan atau bertindak untuk kegiatan usaha.
6. Realistis
Seseorang dikatakan realities apabila orang tersebut mampu
menggunakan fakta atau realita sebagai landasan berpikir yang rasional
dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan atau
perbuatannya.
Sementara itu, menurut Nitisusastro (2010) seorang wirausaha harus
memiliki kesiapan sikap mental untuk memasuki dunia usaha. Sikap mental
tersebut meliputi :
1. Meningkatkan rasa percaya diri
Rasa percaya diri akan meningkat apabila seseorang mengetahui dan
memahami tentang sesuatu hal yang akan dilakukan dan dijalankan
melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
2. Berusaha selalu fokus pada sasaran
Fokus sasaran yang dimaksud adalah fokus terhadap sasaran tentang
sesuatu yang akan dilakukan ketika terjun dalam dunia usaha. Fokus
sasaran tersebut adalah mampu mewujudkan usaha yang diinginkan,
mampu dalam menjalankan kegiatan usaha, mampu dalam bertahan
hidup (survive) dan mampu berkembang serta memberikan manfaat bagi
lingkungan.
3. Keterlibatan sumber daya dalam setiap kegiatan usaha
Sumber daya yang dilibatkan dalam kegiatan usaha meliputi orang,
peralatan fisik, dana, pola, informasi, dan waktu.
4. Mempelajari cara mengenali dan mengatasi risiko
Risiko merupakan suatu keadaan yang dapat bersifat ketidakpastian dan
dapat juga bersifat kepastian yang dapat dikalkulasi secara kuantitatif.
Kunci dalam mengatasi risiko adalah seberapa sempurna seseorang
dalam mendapatkan informasi. Semakin sempurna informasi yang
didapatkan dan dikumpulkan, maka akan semakin akurat pengetahuan
seseorang mengenai seberapa besar risiko yang dihadapi.
5. Melatih diri untuk bekerja keras
Kerja keras merupakan suatu sikap yang menuntut kesiapan fisik dan
mental prima, artinya seorang wirausaha tidak mudah menyerah dalam
23
kondisi apapun. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap dipadu menjadi
kekuatan yang harmonis dalam memberdayakan seluruh sumber daya
yang tersedia.
6. Selalu mencoba berinovasi
Inovasi diperlukan karena setiap pelaku usaha ingin memberikan sesuatu
yang berbeda. Inovasi dapat dilakukan pada seluruh bauran pemasaran.
Tampilan yang berbeda pada produk dan jasa yang ditawarkan akan
memiliki kelebihan dan keunikan dibandingkan dengan produk pesaing.
7. Memahami semua aspek guna meningkatkan rasa tanggung jawab
Tanggung jawab utama seorang wirausaha terletak pada cara
mempertahankan kegiatan usaha agar usaha yang dijalankan tetap
bertahan ditengah dinamika kehidupan lingkungan.
Keterampilan Wirausaha
Keterampilan adalah kemauan dan kemampuan serta kesempatan yang
ada pada diri seseorang untuk selalu menggunakan semua organ fisiknya dalam
mengembangkan usahanya tersebut. Keterampilan berhubungan dengan kerja
fisik anggota badan terutama tangan, kaki dan mulut (suara) untuk berkerja
(Pambudy 1999).
Soesarsono (2002) menyebutkan bahwa kemampuan atau keterampilan
akan membentuk seorang wirausaha memiliki kepercayaan diri. Berikut
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang wirausaha :
1. Kemampuan personal
Kemmapuan personal yang perlu dikuasai meliputi : kemampuan
mengenal emosi, kemampuan mengendalikan dan mengarahkan emosi,
kemampuan memotivasi diri, kemampuan bekerja keras, pantang
menyerah, kepercayaan diri dan kemampuan mengembangkan diri,
kemampuan mengambil inisiatif, kemampuan berkreasi/berinovasi.
2. Kemampuan sosial
Kemampuan sosial yang penting antara lain: kemampuan menyeseuaikan
diri, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berempati, kemampuan
bergaul, kemampuan bekerja sama, kemampuan berorganisasi,
kemampuan memimpin.
3. Kemmapuan dasar/professional
Kemampuan dasar atau professional yang penting antara lain:
kemampuan membaca, kemampuan menulis beberapa jenis surat dan
laporan, kemampuan berhitung, kemampuan membuat rencana
pekerjaan/bisnis, kemampuan mengelola bisnis, kemampuan memantau
atau mengevaluasi, kemampuan menemukan dan memecahkan masalah,
kemampuan memberi instruksi/perintah/melatih, kemampuan
melaksanakan pekerjaan teknis umum, kemampuan melaksanakan
pekerjaan teknis khusus, kemampuan melihat kedepan, kemampuan
berpikir kritis dan dialektis.
Ciri-ciri Wirausahawan yang Berhasil
Kasmir (2010) berpendapat bahwa berwirausaha tidak selalu
memberikan hasil yang sesuai dengan harapan dan keinginan pengusaha. Tidak
sedikit pengusaha yang mengalami kerugian dan akhirnya bangkrut. Namun,
24
banyak pula wirausahawan yang berhasil pada beberapa generasi. Bahkan,
banyak wirausahawan yang semula hidup dengan sederhana menjadi sukes
dengan ketekunannya. Berikut merupakan beberapa ciri wirausahawan yang
dapat dikatakan berhasil, yaitu :
1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas
Hal ini berfungsi untuk menebak langkah dan arah yang akan dituju
sehingga dapat diketahui apa yang akan dilakukan oleh seorang
wirausaha.
2. Inisiatif dan selalu proaktif
Merupakan ciri mendasar bahwa seorang pengusaha tidak hanya
menunggu sesuatu yang terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan
mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
3. Berorientasi pada prestasi
Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada
prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta
kepuasaan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala
aktivitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik
dibandingkan sebelumnya.
4. Berani mengambil risiko
Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha, baik
dalam bentuk uang maupun waktu.
5. Kerja keras
Jam kerja pengusaha tidak terbatas. Ide-ide baru akan selalu mendorong
seorang pengusaha untuk bekerja keras dan merealisasikannya.
6. Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik
sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha
tidak hanya pada material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
7. Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang
teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu merupakan
kewajiban untuk segera ditepati dan direalisasikan.
8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak,
baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun
tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan antara lain kepada
pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
Kerangka Pemikiran Operasional
Kerangka pemikiran operasional merupakan suatu landasan yang
berdasarkan teori yang digunakan untuk menentukan urutan langkah-langkah
yangakan dilakukan dalam suatu penelitian.Menurut Departemen Pertanian
dalam Haryani (2004), kegiatan pembangunan khususnya pada sektor pertanian
menunjukkan peran serta semua pihak, terutama para petani-nelayan dan
keluarganya. Salah satu unsur tersebut adalah para isteri petani-nelayan maupun
wanita yang memiliki posisi sebagai kepala keluarga dalam masyarakat
pedesaan serta pengelola usaha tani atau pencari nafkah utama dalam
keluarganya yang selanjutnya disebut sebagai wanita tani-nelayan. Upaya wanita
tani dalam berusaha untuk mencari peluang dan kesempatan berusaha
memerlukan pembinaan dan peningkatan kemampuannya kearah kemandirian.
25
Slamet dalam Haryani (2004) menekankan bahwa untuk menumbuhkan
kemandirian, perlu diarahkan agar memiliki kekuatan dan kesempatan diri dalam
bekerja sama untuk mencapai segala sesuatu yang dibutuhkan. Kemandirian
wanita tani adalah suatu kondisi yang ditumbuhkan melalui pemberdayaan.
Pembentukan kelompok wanita tani merupakan salah satu hal yang perlu
dilakukan guna meningkatkan pendidikan dan pelatihan yang nantinya akan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para wanita tani. Selain itu,
melalui pembentukan kelompok, wanita tani juga dapat mengembangkan potensi
yang dimiliki dalam mengelola hasil pertanian yang nantinya akan berorientasi
pada bisnis atau wawasan berwirausaha yang selanjutnya akan berdampak pada
peningkatan kesejahteraan keluarga.
Kelompok wanita tani Tapak Dara merupakan salah satu kelompok
wanita tani yang memiliki tujuan utama untuk memberdayakan kaum wanita,
khususnya di Kelurahan Sindang Barang. Kelompok wanita tani tersebut telah
memiliki visi dan misi yang ditentukan secara musyawarah antara anggota
dengan pengurus. Selain itu, kelompok wanita tani Tapak Dara juga telah
memiliki program pengembangan kewirausahaan yang bertujuan untuk
menjadikan wanita tani sebagai wanita wirausaha yang mandiri. Namun, dalam
kenyataannya visi, misi, program, dan kegiatan yang direncanakan dan dibentuk
tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Hal tersebut senada dengan pernyataan
dari ketua kelompok wanita tani Tapak Dara yang menyatakan bahwa kurangnya
partisipasi dan kurang responsifnya anggota menjadikan visi, misi, program, dan
kegiatan kurang berjalan secara maksimal. Salah satu kajian yang dapat
dilakukan guna memberikan gambaran mengenai wawasan wirausaha dari suatu
kelompok adalah perilaku wirausaha yang dapat dilihat dari pengetahuan, sikap
mental, dan keterampilan dalam berwirausaha.
Pada penelitian ini, langkah awal yang dilakukan adalah melakukan
wawancara dan penyebaran kuesioner kepada anggota dari kelompok wanita tani
Tapak Dara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai
karakteristik individu dan karakteristik kelompok dari anggota, sedangkan
kuesioner dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman responden
akan kewirausahaan. Karakteristik individu yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi suami, pendapatan, jumlah keluarga, dan asal daerah. Sementara itu,
bagi responden yang memiliki pekerjaan lain selain sebagai ibu rumah tangga,
memiliki karakteristik individu yang dibedakan atas lama usaha, sumber modal
awal, pinjaman untuk pengembangan usaha, waktu yang telah dicurahkan untuk
menjalankan kegiatan usaha, dan persentase kebutuhan keluarga yang telah
tercukupi.Sementara itu, karakteristik kelompok yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi lama bergabung, motivasi bergabung, harapan,
mekanisme pengambilan keputusan, keinginan anggota, intensitas rapat dan
kegiatan, pelayanan kelompok, dan suasana kelompok.
Selain perilaku wirausaha, penelitian ini juga akan melihat keberhasilan
usaha dari anggota kelompok. Variabel keberhasilan usaha dalam penelitian ini
mencakup keragaman produk, perluasan wilayah pemasaran, peningkatan
pendapatan, loyalitas konsumen, dan kemampuan bersaing. Langkah selanjutnya
adalah melakukan uji korelasi rank spearman untuk mengetahui hubungan
antara karakteristik individu, karakteristik kelompok, perilaku wirausaha, dan
27
Gambar5 Kerangka Pemikiran Operasional
Hubungan antara karakteristik inividu, karakteristik kelompok, perilaku
wirausaha dan keberhasilan usaha uji korelasi rank spearman (SPSS 17.0)
Kelompok wanita tani Tapak Dara kelompok wanita tani yang bertujuan
untuk memberdayakan wanita tani menjadi wanita wirausaha mandiri
Pembentukan Kelompok Wanita Tani wadah untuk meningkatkan
pendidikan dan pelatihan yang nantinya akan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan
Permasalahan
Visi, misi, program dan kegiatan yang berkaitan dengan kewirausahaan belum
berjalan sesuai harapan
Perilaku wirausaha
pengetahuan, sikap
mental, dan keterampilan
dalam berwirausaha
Keberhasilan usaha
keragaman produk,
perluasan wilayah
pemasaran, peningkatan
pendapatan, loyalitas
konsumen, dan
kemampuan bersaing
Karakteristik individu
Usia
Tingkat pendidikan formal
Pendidikan non formal
Status pekerjaan suami
Pendapatan
Jumlah keluarga
Asal daerah
Lama usaha
Sumber modal awal
Pinjaman untuk pengembangan
usaha
Waktu yang telah dicurahkan
untuk menjalankan kegiatan
usaha
Persentase kebutuhan keluarga
yang telah tercukupi
Karakteristik kelompok
Lama bergabung
Motivasi bergabung
Harapan
Mekanisme pengambilan
keputusan
Keinginan anggota
Intensitas rapat dan
kegiatan
Pelayanan kelompok
Suasana kelompok
Saran dan rekomendasi
28
METODE PENELITIAN
Lokasi dan WaktuPenelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapak Dara
yang terletak di kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapak Dara merupakan salah satu kelompok
wanita tani yang berada di kota Bogor dan telah memiliki program
pengembangan kewirausahaan yang ditujukan bagi para anggotanya. Selain itu,
menurut hasil wawancara dengan pihak Dinas Pertanian Kota Bogor (2013),
Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapak Dara merupakan salah satu KWT yang
telah memiliki sistem manajemen organisasi yang baik. Pengumpulan data
penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data
primer dan sekunder. Data primer merupakan suatu data yang diperoleh peneliti
langsung dari para responden (sumber pertama) melalui hasil pengamatan,
pencatatan, dan wawancara dengan pihak yang bersangkutan. Wawancara
dilakukan kepada anggota dan pengurus KWT Tapak Dara. Sementara itu, data
sekunder merupakan suatu data yang telah diterbitkan oleh organisasi atau
lembaga terkait dan bukan hasil pengolahan peneliti. Data sekunder diperoleh
peneliti berupa daftar anggota, struktur organisasi, dan laporan keuangan yang
diperoleh dari Kelompok Wanita Tani (KWT Tapak Dara). Selain itu, data
sekunder juga diperoleh melalui lembaga atau instansi terkait seperti internet,
studi literatur, jurnal, buku-buku bacaan, artikel, majalah serta data-data yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Kota Bogor.
Metode Pengumpulan Data
Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus dan seluruh anggota dari
KWT Tapak Dara yang keseluruhannya berjumlah 33 responden. Data mengenai
pengurus dan anggota diperoleh dari ketua Kelompok Wanita Tani (KWT)
Tapak Dara. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode
sensus, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dari jumlah populasi
yang ada akan dijadikan sebagai obyek penelitian.
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara,
pengamatan langsung (observasi), dan kuesioner. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh informasi mendalam yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
Pengamatan langsung (observasi) dilakukan dengan mengamati obyek
penelitian. Sementara itu, kuesioner dilakukan dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan kewirausahaan yang nantinya akan
memberikan gambaran mengenai pemahaman responden dalam hal
kewirausahaan. Selain itu, pada penelitian ini, kuesioner digunakan untuk
memperoleh data secara utuh dan dapat menggambarkan kejadian yang ada di
lapangan.Pengisian kuesioner dilakukan dengan bertemu langsung dengan
29
responden tanpa melalui perantara. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian
ini berupa pertanyaan terbuka dan tertutup untuk mengetahui gambaran secara
umum karakteristik individu dan karakteristik kelompok dari masing-masing
responden. Selain itu, kusioner juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana
perilaku wanita wirausaha yang dapat dilihat dari pengetahuan, sikap mental,
dan keterampilan dalam berwirausaha, serta sejauh mana keberhasilan usaha
yang dicapai oleh anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif merupakan metode penelitian
yang sifatnya deskriptif dan induktif serta subjektif. Data kualitatif diperoleh
melalui observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan selama penelitian.
Analisis data yang digunakan dalam metode kualitatif menggunakan metode
analisis statistika deskriptif. Sementara itu, metode penelitian kuantitatif
merupakan metode penelitian yang sifatnya induktif dan objektif serta bersifat
ilmiah. Data kuantitatif diperoleh dari pihak Kelompok Wanita Tani Tapak
Dara, baik anggota maupun pengurus yang berupa data diri, perilaku wirausaha,
dan perkembangan usahanya. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan
bantuan kuesioner. Selanjutnya, data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah
dengan menggunakan software computer Microsoft Excel, dan program SPSS
17.0 for Windows.
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif merupakan analisis yang menggambarkan
suatu data yang akan dibuat, baik sendiri maupun secara berkelompok. Tujuan
dari analisis deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis data
yang aktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena
yang diteliti (Riduwan 2011). Selanjutnya, menurut Sugiyono (2011), statistik
deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bernaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui
tabel, grafik, diagram lingkaran, piktogram, perhitungan desil, persentil,
perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,
serta perhitungan persentase.
Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk
mendeskripsikan karakteristik individu, karakteristik kelompok, dan perilaku
wirausaha. Pada penelitian ini, data dan informasi mengenai karakteristik
individu dan karakteristik kelompok yang berasal dari kuesioner diolah dan
disajikan dalam bentuktabel. Penyajian tabel dilakukan untuk menginformasikan
data dari hasil penelitian. Tabel yang disajikan berupa tabel distribusi frekuensi
yang merupakan penyusunan suatu data mulai dari yang terkecil hingga terbesar
yang membagi banyaknya data ke dalam beberapa kelas. Menurut Sugiyono
(2011), tabel distribusi frekuensi digunakan untuk memudahkan data dalam
penyajian, mudah dipahami, dan mudah dibaca sebagai bahan informasi yang
pada gilirannya digunakan untuk perhitungan membuat gambar statistik dalam
30
berbagai bentuk penyajian data. Selanjutnya, Nazir (2005) menjelaskan bahwa
dalam membuat tabel distribusi frekuensi, jumlah interval kelas bergantung dari
jumlah data yang diperoleh tanpa melakukan suatu pengaturan tertentu terhadap
data tersebut (data mentah). Jumlah kelas interval dapat ditentukan dengan
menetapkan besar interval kelas terlebih dahulu. Besar interval kelas adalah
selisih antara limit bawah dari interval berikutnya dengan limit bawah interval
mula-mula atau selisih dari limit atas dua interval berurutan. Jumlah interval
kelas dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
k =
i =
Dimana :
k = jumlah interval kelas
i = besar interval kelas
R = range
Pada penelitian ini, pertanyaan untuk unsur pengetahuan berwirausaha
terdiri atas 29 pertanyaan dengan jawaban benar atau salah. Pertanyaan untuk
sikap mental terdiri atas 20 pertanyaan dengan menggunakan skala likert yakni
sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sedang, sesuai, dan sangat sesuai. Sedangkan
pertanyaan untuk keterampilan dalam berwirausaha terdiri atas 29 pertanyaan
dengan jawaban ya atau tidak. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
responden tersebut kemudian akan dilihat skor atau nilai yang diperoleh masing-
masing responden. Skor untuk pengetahuan dan keterampilan adalah 0 untuk
jawaban salah atau tidak, sedangkan 1 untuk jawaban benar atau ya dengan skor
tertinggi adalah 100 dan 0 untuk skor terendah. Sehingga, bagi responden yang
mampu menjawab 29 pertanyaan yang diajukan, maka responden tersebut
memiliki skor 100. Namun, bagi responden yang hanya menjawab 28
pertanyaan, maka responden memiliki skor 96.5 yang diperoleh dari hasil 100
dibagi 29 kemudian dikalikan dengan 28.
Sementara itu, skor untuk sikap mental adalah 20 untuk skor terendah
dan 100 untuk skor tertinggi. Hal itu disebabkan karena skala likert hanya dapat
mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan berapa
kali satu individu lebih baik dari individu lain. Selain itu, pada skala likert
terkadang total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas karena
banyak pola responsi terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama
(Nazir 2005). Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam
penelitian gejala sosial telah ditetapkan oleh peneliti yang selanjutnya disebut
sebagai variabel penelitian. Variabel penelitian yang akan diukur dijabarkan
menjadi dimensi yang selanjutnya dimensi dijabarkan menjadi sub variabel
kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat
diukur. Indikator-indikator yang terukur dijadikan sebagai titik tolak untuk
membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu
dijawab oleh responden (Riduwan 2011). Pada penelitian ini, skor untuk skala
likert pada sikap mental adalah : skor 1 untuk sangat tidak sesuai, skor 2 untuk
tidak sesuai, skor 3 untuk sedang, skor 4 untuk sesuai, dan skor 5 untuk snagat
31
sesuai. Sehingga, bagi responden yang memiliki sikap mental sangat sesuai
dengan 20 pertanyaan yang diajukan, maka responden memiliki skor 100.
Selanjutnya, skor untuk perilaku wanita wirusaha dapat diperoleh dengan
menjumlahkan skor dari pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan yang
diperoleh dari masing-masing responden dengan 300 sebagai skor tertinggi dan
20 untuk skor terendah. Dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha, indikator
keberhasilan usaha yakni keragaman produk, perluasan wilayah pemasaran,
peningkatan pendapatan, loyalitas konsumen, dan kemampuan bersaing masing-
masing pertanyaan menggunakan skala likert yang nilai skornya mulai dari 1
hingga 5 dengan 18 pertanyaan. Dari kelima indikator keberhasilan usaha yang
digunakan, keseluruhan skor untuk masing-masing pertanyaan dijumlahkan
untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu, karakteristik
kelompok, dan perilaku wanita wirausaha dengan keberhasilan usaha pada
anggota kelompok wanita tani Tapak Dara. Penilaian skor mengenai perilaku
wirausaha dan unsure-unsurnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel1 Penilaian skor perilaku wirausahadan unsur-unsurnya
No. Range skor
pengetahuan
Range skor
sikap mental
Range skor
keterampilan
Range
skor
perilaku
Kategori
1. 0 – 20 20 – 36 0 – 20 20 – 76 Sangat
rendah
2. 21 – 40 37 – 52 21 – 40 77 – 132 Rendah
3. 41 – 60 53 – 68 41 – 60 133 – 188 Sedang
4. 61 – 80 69 – 84 61 – 80 189 – 244 Tinggi
5. 81 – 100 85 – 100 81 – 100 245 – 300 Sangat
tinggi
Korelasi Rank Spearman
Korelasi rank spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk
mengiji signifikansi hipotesis asosiatif apabila masing-masing variabel yang
dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama
(Sugiyono 2011).
Nugroho (2005) menjelaskan bahwa koefisien korelasi memiliki nilai
antara (-1) hingga (+1). Sifat nilai koefisien korelasi adalah plus (+) atau minus
(-). Hal ini menunjukkan arah korelasi. Makna sifat korelasi :
1. Korelasi positif (+) berarti apabila variabel x1 mengalami kenaikan, maka
variabel x2 juga akan mengalami kenaikan, atau apabila variabel x2
mengalami kenaikan maka variabel x1 juga akan mengalami kenaikan.
2. Korelasi negatif (-) berarti apabila variabel x1 mengalami penurunan
maka variabel x2 akan mengalami penurunan, atau apabila variabel x2
mengalami penurunna maka variabel x1 akan mengalami penurunan.
Selanjutnya, sifat korelasi akan menentukan arah korelasi. Keeratan
korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. 0.00 sampai dengan 0.20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat
lemah.
32
2. 0.21 sampai dengan 0.40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah.
3. 0.41 sampai dengan 0.70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat.
4. 0.71 sampai dengan 0.90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat.
5. 0.91 sampai dengan 0.99 artinya korelasi memiliki keeratan sangat kuat
sekali.
6. 1 berarti korelasi sempurna.
Pada penelitian ini, uji korelasi rank spearman digunakan untuk
mengetahui hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik kelompok
dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha, serta hubungan antara
perilaku wirausaha dengan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita
tani Tapak Dara.
GAMBARAN UMUM KWT TAPAK DARA
Sejarah singkat Kelompok Wanita Tani Tapak Dara
Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapak Dara merupakan salah satu
kelompok wanita tani yang menjadi mitra binaan dari Dinas Pertanian Kota
Bogor dan dibentuk pada tanggal 27 Januari 2011 dengan jumlah anggota 33
orang. Kelompok ini merupakan suatu kelompok yang bergerak di sektor
pertanian, khususnya budidaya dan pengolahan hasil pertanian. Selain itu,
kelompok ini juga merupakan salah satu wadah perkumpulan yang anggota
seluruhnya adalah wanita yang berada di Kelurahan Sindang Barang.
Awalnya, kelompok wanita tani Tapak Dara dibentuk atas dasar
pemanfaatan produk bumbu organik yang diproduksi oleh Ibu Septiva Herlin
Artati (Elin) yang saat ini diberikan kepercayaan sebagai ketua. Pada saat itu,
Ibu Elin memproduksi bumbu dapur organik yang mengalami kendala dalam hal
pemasaran. Namun, melihat peluang bisnis yang ada akan bumbu dapur organik
dan berkeinginan untuk memberdayakan wanita, khususnya para ibu rumah
tangga di kelurahan Sindang Barang, maka Ibu Elin, Ibu Titiek Purwati
(sekretaris) serta Ibu Lela Asmara (bendahara) berinisiatif untuk membentuk
sebuah perkumpulan yang dinamakan dengan kelompok wanita tani Tapak Dara.
Nama dari Tapak Dara diambil dari nama tanaman dan merupakan hasil
kesepakatan bersama antara Ibu Elin, Ibu Titiek, dan Ibu Lela. Selanjutnya,
mereka menarik para ibu rumah tangga aktif dan berniat untuk menjadi bagian
dari kelompok wanita tani Tapak Dara.
Saat ini, kelompok wanita tani Tapak Dara telah memperoleh berbagai
macam bantuan dari pihak Dinas Pertanian dan Kantor Ketahanan Pangan kota
Bogor. Bantuan-bantuan tersebut berupa peralatan dan modal. Bantuan peralatan
yang diberikan meliputisiller, oven, mesin penggiling, blender, mixer, dan mesin
untuk membuat mie dan stick. Sementara itu, bantuan modal diberikan dalam
bentuk uang yang digunakan oleh kelompok wanita tani Tapak Dara sebagai
dana bergulir yang diberikan kepada anggota dengan tujuan untuk
pengembangan usaha.
Kelompok wanita tani Tapak Dara dibentuk dengan tujuanuntuk
memberdayakan wanita, khususnya ibu rumah tangga dalam rangka peningkatan
kualitas hidup melalui pendidikan dan pelatihan. Kelompok wanita tani Tapak
33
Dara memfokuskan pada kegiatan usaha budidaya pertanian perkotan dan
pengolahan pasca panen. Untuk mencapai hal tersebut, kelompok wanita tani
Tapak Dara memiliki beberapa program, yaitu :
1) Pemanfaatan lahan pekarangan
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan bahan pangan
ditingkat keluarga. Kegiatannya berupa penanaman tanaman sayuran,
umbi-umbian, dan buah-buahan di pekarang dengan menggunakan pot
atau teknik vertikultur.
2) Kebun bibit dan kebun pecobaan
Kelompok Wanita Tani Tapak Dara mengelola kebun percobaan seluas
500 m². Kebun percobaan digunakan sebagai sarana belajar
pengembangan pertanian perkotaan yang ramah lingkungan. Selain itu,
KWT Tapak Dara juga mengembangkan kebun bibit dengan bibit yang
dikembangkan adalah bibit sayuran dan ubi jalar.
3) Sekolah Lapang (SL) pertanian ramah lingkungan
Sekolah Lapang (SL) diselenggarakan setiap bulan melalui pertemuan
rutin di kebun percobaan maupun di rumah anggota. Materi SL yang
diberikan antara lain pengolahan sampah rumah tangga menjadi pupuk
cair dan kompos, pangan sehat, dan budidaya cabai dan ubi jalar.
4) Pengembangan industri tepung, bumbu, dan kue
KWT Tapak Dara mengembangkan produk unggulan yaitu tepung mocaf
atau ubi jalar dan bumbu praktis. Kegiatan yang dilakukan dalam
pengembangan produk unggulan, yaitu : pengembangan bumbu praktis,
sehat dan alami, pengembangan tepung mocaf, dan pengembangan
produk olahan berbasis tepung umbi.
5) Pengembangan kewirausahaan produk pertanian
Kegiatan ini terdiri dari pemasaran dan peningkatan kualitas serta daya
saing produk yang dilakukan dengan mengembangkan unit usaha
catering kua atau makanan utama, mengikuti pameran, memperbaiki
kemasan dan penampilan produk, dan mendaftarkan sertifikasi P-IRT
dan sertifikasi halal dari MUI.
Pembinaan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani Tapak Dara
diadakan setiap bulan sekali dengan agenda pembahasan dan saling tukar
informasi mengenai usaha yang dijalankan ataupun yang akan dijalankan.
Seiring perkembangannya, Kelompok Wanita Tani telah memperoleh
penghargaan sebagai juara pertama lomba cipta menu tingkat Kota Bogor tahun
2011 dan juara kedua kategori Kelompok Wanita Tani (KWT) Kota Bogor
tahun 2012. Lomba cipta menu diadakan oleh PKK yang diikuti oleh seluruh
kelompok wanita tani di wilayah Kota Bogor. Sementara itu, lomba kategori
kelompok wanita tani diselenggarakan oleh pihak Kantor Ketahanan Pangan
Kota Bogor.
Visi, Misi, dan Tujuan
Kelompok wanita tani Tapak Dara telah memiliki pernyataan secara
tertulis mengenai visi, misi, dan tujuan. Visi, misi, dan tujuan dalam suatu
kelompok atau organisasi baik formal maupun non formal sudah seharusnya
dimiliki dalam menjalankan tugas dan fungsinya yang nantinya dapat dijadikan
34
sebagai landasan dasar. Visi Kelompok Wanita Tani Tapak Dara adalah
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat
melaluipengelolaan lingkungan hidup dan pengembangan industri pertanian
yang berwawasan ekologis dan berkelanjutan.
Sementara itu, misi dari kelompok wanita tani Tapak Dara yaitu: (1)
mengembangkan pendidikan lingkungan untukmeningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakattentang lingkungan hidup dan pertanian yang ramah
lingkungan. (2) mengembangkan model pertanian perkotaan (urban farming)
yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. (3) mencari dan mengembangkan
model-model peningkatanekonomi yang meminimalkan kerusakan ekologis, dan
(4)mengembangkan jaringan dengan berbagai pihak untukmencapai visi
organisasi.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan gambaran yang menunjukkan kerangka
dan susunan perwujudan pola tetap setiap bagian dari suatu organisasi, lembaga,
atau instansi lainnya yang berisi segala hal yang berkaitan dengan fungsi dan
gambaran umum dari masing-masing bagian beserta dengan orang yang
diberikan kedudukan, tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu
organisasi. Struktur organisasi juga mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja,
standarisasi, koordinasi sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan
keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja. Sehingga, struktur organisasi perlu
dibentuk dalam suatu lembaga, baik formal maupun non formal khususnya bagi
Kelompok Wanita Tani Tapak Dara dalam menjalankan fungsi dan perannya
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Struktur organisasi pada kelompok wanita tani Tapak Dara dapat
dikatakan telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yakni terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara, dan dibantu beberapa seksi-seksi yaitu humas, sarana
produksi (saprodi), pemasaran, permodalan, serta hama dan penyakit.
Pembentukan struktur organisasi pada kelompok wanita tani Tapak Dara
didasarkan pada pengambilan keputusan yang melibatkan seluruh anggota.
Struktur organisasi yang baik adalah masing-masing pengurus menjalankan
tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan dan anggota melaksanakan hak dan
kewajibannya, maka kegiatan dan kinerja dari suatu kelompok menjadi optimal.
Namun, kinerja kelompok menjadi kurang optimal apabila pengurus yang
diberikan tanggung jawab tidak menjalankan tugas sesuai dengan kedudukannya
dalam suatu kelompok.
35
Gambar6Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani Tapak Dara Sumber : Kelompok Wanita Tani Tapak Dara (2013)
Setiap kedudukan dalam struktur organisasi pada suatu lembaga
memiliki tugas dan wewenang yang berbeda-beda, begitu pula struktur
organisasi pada Kelompok Wanita Tani Tapak Dara. Tugas dan wewenang dari
masing-masing pengurus Kelompok Wanita Tani Tapak Dara adalah sebagai
berikut :
1. Ketua, memiliki tugas dan wewenang dalam melaksanakan visi dan misi
yang telah dibuat, memimpin dan mengendalikan semua kegiatan
organisasi kelompok wanita tani Tapak Dara, melakukan pembinaan dan
pengendalian terhadap anggota, menyusun program kerja dalam setahun
selama masa periode kepengurusan, dan bertanggung jawab atas kelola
organisasi kelompok wanita tani Tapak Dara.
2. Sekretaris, memiliki tugas dan wewenang dalam mengatur kegiatan
administrasi pembukuan kelompok wanita tani Tapak Dara, melakukan
pencatatan dokumen pada setiap pertemuan dan kegiatan usaha yang
telah dilaksanakan, serta mengagendakan dan mengarsipkan setiap
kegiatan pada kelompok wanita tani Tapak Dara.
3. Bendahara, bertugas dalam melaksanakan pencatatan transaksi keuangan
kelompok secara transparan, melaporkan kegiatan keuangan pada setiap
pertemuan, dan melakukan penagihan kepada anggota untuk melakukan
pembayaran pinjaman.
4. Seksi humas, bertugas untuk menyebarkan informasi kepada anggota
yang berkaitan dengan kegiatan kelompok wanita tani Tapak Dara, dan
bertugas sebagai jembatan penghubung komunikasi antara anggota
dengan pengurus pada kelompok wanita tani Tapak Dara.
Ketua
Septiva Herlin Artati
Seksi-seksi
Sekretaris
Titiek Purwati
Bendahara
Lela Asmara
Sulastri Ida Atmaja
Humas
Sri Ningsih
Permodalan Saprodi
Ikah
Hayati
Yusnindar
Pemasaran Hama
dan
Penyakit
36
5. Seksi sarana produksi (saprodi), bertugas untuk melaksanakan
pemantauan dan pengawasan terhadap penyaluran ataupun penggunaan
sarana produksi, dan melaksanakan pembinaan pengelolaan sarana
produksi bagi anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.
6. Seksi pemasaran, bertugas dalam melaksanakan pemasaran hasil
produksi atau produk olahan dari anggota kelompok wanita tani Tapak
Dara, dan mencari informasi pasar terkait dengan pengembangan usaha
anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.
7. Seksi permodalan, bertugas untuk membantu bendahara dalam
menangani kegiatan keuangan, khususnya modal pinjaman yang
dipinjam oleh anggota kelompok wanita tani Tapak Dara serta bertugas
membantu dalam melakukan penagihan modal pinjaman anggota.
8. Seksi hama dan penyakit, bertugas dalam melaksanakan pemantauan dan
pengendalian terhadap hama dan penyakit, dan memberikan informasi
mengenai hama dan penyakit serta pencegahannya kepada anggota
terkait tanaman yang ditanam.
Produk Kelompok Wanita Tani Tapak Dara
Produk unggulan kelompok wanita tani Tapak Dara adalah makanan
olahan yang berasal dari tepung mocaf, seperti donut, kue gentur (makanan
tradisional kelurahan sindang barang), kue basah ataupun kue kering, bolu, mie,
dan jajanan tradisional. Tepung mocaf merupakan tepung hasil modifikasi yang
berperan sebagai alternatif pengganti tepung terigu atau campuran terigu
sebesar 30 hingga100 % dan dapat menekan biaya konsumsi tepung terigu
sebesar 20-30 %.Kata mocaf berasal dari Modified Cassava Flour atau tepung
singkong dimodifikasi. Modifikasi dalam hal ini berarti pembuatan tepung
mocaf dilakukan melalui proses khusus yang disebut dengan fermentasi atau
pereraman yang melibatkankan jasa mikrobia atau enzimtertentu, sehingga
selama proses fermentasi berlangsung terjadi perubahan yang luar biasadalam
masa ubi baik dari aspek perubahan fisik, kimiawi, dan mikrobiologis serta
inderawi (Sunarsiet al. 2011).
Apabila dilihat dari komposisi kimianya, tepung mocaf memiliki sifat-
sifat yang lebih baik dibandingkan dengan tepung singkong (Tabel2).
Tabel2 Perbedaan komposisi kimia tepung mocaf dengan tepung singkong (%)a
Parameter Tepung Mocaf Tepung Singkong
Air Maksimal 13 Maksimal 13
Protein Maksimal 1.0 Maksimal 1.2
Abu Maksimal 0.2 Maksimal 0.2
Pati 85 – 87 82 – 85
Serat 1.9 – 3.4 1.0 – 4.2
Lemak 0.4 – 0.8 0.4 – 0.8 aSumber : Sunarsi, et al (2011)
Makanan olahan dari tepung mocaf akan diproduksi ketika terdapat
pesanan atau pada saat lebaran, baik dalam jumlah sedikit maupun jumlah besar.
37
Harga yang ditawarkan dari makanan olahan tersebut beragam, tergantung dari
jenis makanan yang dipesan dan banyaknya bahan yang diperlukan untuk
memproduksi makanan tersebut. Tepung mocaf yang digunakan oleh kelompok
wanita tani Tapak Dara adalah tepung mocaf yang diproduksi sendiri oleh
anggota. Sumber bahan baku dalam pembuatan tepung mocaf diperoleh dari para
petani yang berada di sekitar kelurahan Sindang Barang. Hal tersebut
dimaksudkan agar singkong yang diperoleh merupakan singkong kualitas bagus
dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga pasar.
Selain memproduksi makanan olahan dari tepung mocaf, beberapa
anggota dari kelompok wanita tani Tapak Dara juga memproduksi keripik
singkong, peyek, gorengan, masakan lauk pauk atau sayuran yang sudah matang
dan keripik bawang. Selanjutnya, sebagian anggota lainnya melakukan usaha
ternak ayam, warung sembako, dan kredit makanan atau kue kering. Mayoritas
dari anggota kelompok wanita tani Tapak Dara bekerja untuk memenuhi
kebutuhan keluarga atau menambah pendapatan rumah tangga. Produk yang
dihasilkan biasanya dipasarkan melalui warung-warung yang dekat dengan
tempat tinggal atau dengan berkeliling di Kelurahan Sindang Barang. Dalam
kaitannya dengan pemasaran, kelompok wanita tani Tapak Dara memiliki peran
dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh anggota yaitu
mengikutsertakan produk-produk yang diproduksi melalui pameran, dari mulut
ke mulut, selebaran dan internet. Selain itu, produk yang dihasilkan juga
biasanya dipasarkan melalui asosiasi pasar tani di daerah Ragunan setiap hari
jumat.
Permodalan
Modal awal yang digunakan oleh kelompok wanita tani Tapak Dara
untuk kegiatan operasional diperoleh dari hasil penjualan kue dan sumbangan
dari beberapa anggota sebesar Rp1800 000. Modal tersebut digunakan untuk
keperluan kegiatan kelompok, yakni mulai dari pembelian bibit untuk kebun
bibit hingga pembelian singkong yang digunakan untuk tepung mocaf yang
nantinyaakan menghasilkan berbagai macam makanan olahan.
Tahun 2012, kelompok wanita tani Tapak Dara memperoleh bantuan
berupa dana dari Kantor Ketahanan Pangan dalam Program Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) sebesar 12 juta rupiah dan 4 juta
rupiah untuk kebun bibit dan budidaya yang juga diperoleh dari Kantor
Ketahanan Pangan Kota Bogor. Dana yang diperoleh tersebut dimanfaatkan oleh
kelompok sebagai dana bergulir dengan tujuan untuk modal pengembangan
usaha anggota. Dana yang diberikan kepada anggota besarnya Rp500 000
dengan potongan awal Rp25 000, sehingga dana yang diperoleh anggota
besarnya Rp475 000 dengan jangka waktu pengembalian 10 bulan dan setiap
bulan wajib memberikan angsuran sebesar Rp50 000. Saat ini, jumlah anggota
yang telah mendapatkan modal usaha sekitar 20 orang yang nantinya juga akan
diberikan kepada anggota lainnya apabila modal yang diberikan kepada anggota
sebelumnya telah dikembalikan.
Modal pengembangan usaha yang diberikan oleh kelompok wanita tani
Tapak Dara kepada anggota didasarkan atas syarat : 1) anggota merupakan
anggota aktif, 2) anggota memiliki kemampuan dalam mengembalikan
38
modalusaha, 3) anggota terbukti memiliki usaha dan membutuhkan modal untuk
pengembangan usaha, dan 4) anggota berkeinginan kuat untuk menjalankan
suatu usaha baru dengan ide yang telah direncanakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Individu
Kelompok wanita tani Tapak Dara merupakan salah satu kelompok
wanita yang dibentuk dengan tujuan utama membentuk wanita sebagai pribadi
yang mandiri, sehingga mereka mampu meningkatkan kualitas keluarga. Para
wanita yang tergabung dalam kelompok tersebut tidak seluruhnya memiliki
profesi ganda yakni sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja nyata.
Menurut hasil survey yang dilakukan, hanya 18 responden yang berprofesi
sebagai seorang wirausaha dan ibu rumah tangga, sedangkan sisanya 15
responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan aktif dalam
kegiatan sosial, seperti PKK, posyandu, dan kegiatan lainnya yang dilakukan di
kelurahan Sindang Barang. Kegiatan usaha yang dijalankan oleh anggota
maupun pengurus dari Kelompok Wanita Tani Tapak Dara adalah berwirausaha,
baik itu pedagang ataupun pihak yang hanya memproduksi makanan olahan.
Alasan utama para wanita bekerja adalah untuk menambah pendapatan keluarga,
khususnya untuk mencukupi kebutuhan anak sekolah. Selain itu, mereka juga
mendapatkan dukungan dari suami untuk terus berusaha dan terkadang suami
membantu dalam proses produksi maupun pembelian bahan baku.
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang tergabung
dalam kelompok wanita tani Tapak Dara denganjumlah 33 orang. Karakteristik
individu dalam penelitian ini terdiri atas usia, tingkat pendidikan formal,
pendidikan non formal, status pekerjaan suami, pendapatan, jumlah keluarga,
dan asal daerah. Sementara itu, bagi responden yang memiliki pekerjaan lain
selain ibu rumah tangga, memiliki karakteristik individu yang dibedakan atas
lama usaha, sumber modal awal, pinjaman untuk pengembangan usaha, waktu
yang telah dicurahkan untuk menjalankan kegiatan usaha, dan persentase
kebutuhan keluarga yang telah tercukupi.
Usia
Pada penelitian yang dilakukan, usia responden dikategorikan kedalam 4
kategori, yaitu kategori usia muda (17 - 30) tahun, dewasa (31 - 40) tahun, tua
(41 - 60) tahun, dan lanjut usia ( > 61 tahun). Distribusi responden menurut usia
dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa usia responden
mayoritas berada pada kategori tua denganpersentase sebesar 69.70, diikuti
dengan kategori dewasa sebesar 27.27%, dan terakhir dengan kategori lanjut
usia sebesar 3.03 %. Hal ini menggambarkan bahwa responden memulai untuk
berwirausaha diatas usia 30 tahun, karena pada dasarnya responden yang diteliti
adalah mayoritas ibu rumah tangga yang tergabung dalam suatu kelompok.
Responden yang berada pada kategori dewasa dan tua cenderung memiliki
semangat yang tinggi untuk lebih berusaha dalam mencari informasi maupun
pengetahuan mengenai kewirausahaan dan memiliki potensi untuk dapat
39
dikembangkan menjadi wanita wirausaha yang mandiri. Pada usia diatas 30
tahun tersebut, para wanita umumnya telah memiliki pengalaman hidup yang
dapat dijadikan sebagai penuntun dalam berkehidupan selanjutnya. Selain itu,
menurut Hisrich dan Munich dalam Ramanti (2006), wanita akan memulai
berwirausaha pada usia 35 hingga 45 tahun. Meskipun, pada dasarnya tidak ada
batasan usia bagi seseorang untuk terjun pertama kali sebagai wirausaha.
Seesorang dapat memulai kariernya sesuai dengan yang diinginkan, karena
pendorong utama menjadi wirausaha adalah menjadi tuan bagi diri sendiri
(Riyanti 2003).
Tabel 3 Distribusi responden menurut usia padaanggota kelompok wanita tani
Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Usia Muda (17 - 30) tahun
Dewasa (31 - 40) tahun
Tua (41 - 60) tahun
Lanjut usia ( > 61 tahun)
0
9
23
1
0
27.27
69.70
3.03 aJumlah (orang);
bpersentase (%)
Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan formal pada responden bervariasi, yakni mulai dari
tamat SD hingga perguruan tinggi. Tingkat pendidikan formal responden terbagi
atas 3 kategori, yakni kategori rendah, sedang, dan tinggi. Bagi responden yang
tingkat pendidikan formalnya mulai dari tamat SD hingga tidak tamat SLTP,
maka responden berada dalam kategori pendidikan rendah. Selanjutnya,
responden yang berada pada kategori sedang dapat dilihat dari pendidikan
formalnya dari tamat SLTP hingga tidak tamat SLTA. Kemudian, pendidikan
dengan kategori tinggi dapat dilihat dari pendidikan formal yang dicapai oleh
responden yakni mulai dari tamat SLTA hingga perguruan tinggi (Tabel 4).
Tabel 4 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Tingkat
pendidikan
Rendah (tamat SD-tidak tamat SLTP)
Sedang (tamat SLTP- tidak tamat
SLTA)
Tinggi (tamat SLTA- perguruan
tinggi)
8
9
16
24.24
27.28
48.48 aJumlah (orang);
bpersentase (%)
Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada kategori
tinggi denganpersentas sebesar 48.48 , diikuti oleh responden dengan kategori
sedang sebesar 27.28 %, dan terakhir responden berada pada kategori rendah
denganpersentase sebesar 24.24 %. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
40
responden dengan tingkat kategori tinggi akan lebih mampu memahami akan
pengetahuan yang didapatkan, terutama pengetahuan mengenai kewirausahaan
yang merupakan salah satu pembentuk perilaku seseorang dalam berwirausaha.
Tingkat pendidikan seorang dapat membentuk pola pikir seseorang dalam
bertindak maupun dalam menentukan pilihan yang pada gilirannya akan
mencapai keberhasilan dan dapat meningkatkan martabat keluarga. Selain itu,
Padmodiharjo dalam (Yani 2001) menyatakan bahwa tingkat pendidikan
seseorang memiliki pengaruh terhadap besarnya kemampuan belajar. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akansemakin terlatih untuk belajar
dan semakin banyak cara atau strategi belajar yang dimiliki, sehingga semakin
besar pula kemampuan belajarnya.
Pendidikan Non Formal Sudjana dalam Jokopusphito (2006) menyatakan bahwa sistem
pendidikan nasional Indonesia terdiri dari subsistem pendidikan formal yang
berlangsung di sekolah, subsistem pendidikan informal yang berlangsung di
dalam keluarga dan lingkungannya, dan subsistem pendidikan non formal yang
merupakan setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis diluar sistem sekolah
yang mapan dan dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari
kegiatan yang lebih luas yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik
tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan nonformal tersebut
mempunyai beragam nama, misalnya kursus, pelatihan, penataran, upgrading,
bimbingan belajar, dan tutorial. Melalui pendidikan tertentu baik itu pendidikan
formal, informal, ataupun non formal maka seseorang akan meningkat
pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Hal tersebut pada gilirannya akan
bermuara pada tingkat penerimaan seseorang terhadap perubahan.
Pada penelitian ini, pendidikan non formal responden dapat dilihat dari
keikusertaan responden dalam mengikuti kursus ataupun pelatihan, baik yang
diadakan oleh kelompok maupun atas inisiatif sendiri. Kursus atau pelatihan
yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kursus atau pelatihan yang pernah
dijalankan oleh responden terkait dengan pengembangan kepribadian, khususnya
dalam hal kewirausahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang
pernah mengikuti kursus atau pelatihan sebesar 48.48%, dan sisanya yakni
sebesar 51.52% tidak pernah mengikuti kursus ataupun pelatihan (Tabel 5). Hal
ini mengindikasikan bahwa responden tidak terlalu tertarik untuk mengikuti
kursus atau pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
hal berwirausaha. Namun, sebesar 48.48% responden telah memiliki
kemampuan yang cukup memadai dalam menjalankan kegiatan usaha yang
diperoleh dari keikutsertaannya dalam mengikuti kursus atau pelatihan. Hal
tersebut senada dengan pendapat yang disampaikan Tawardi dalam Rahadian
(2002) yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan warga belajar
akanmempengaruhi pemahamannya terhadap segala sesuatu yang dipelajari.
Pendidikan non formal dapat menumbuhkan dan meningkatkan motif berprestasi
yang selanjutnya akan mendorong tumbuhnya sikap kewirausahaan bagi setiap
anggota kelompok.
41
Tabel 5 Distribusi responden menurut pendidikan non formal pada angota
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Pelatihan/kursus Pernah
Tidak pernah
16
17
48.48
51.52 aJumlah (orang);
bpersentase (%)
Lama Usaha
Menurut Karma dalam Rachmat (2006), pengalaman akan menjadikan
seseorang lebih memahami pekerjaannya dan terampil dalam mengatasi masalah
yang dihadapi. Pada penelitian yang dilakukan, lama usaha atau pengalaman
dalam berwirausaha responden dibedakan atas 3 kategori, yakni kategori
pemula, sedang, dan berpengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden berada pada kategori pemula dengan lama usaha mulai dari
1 hingga 9 tahun denganpersentase sebesar 83.33(Tabel 6). Hal ini disebabkan
karena para wanita memulai berwirausaha pada saat mereka berumah tangga
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga. Selain itu, adanya
dorongan dari kelompok juga mempengaruhi responden dalam berwirausaha.
Selanjutnya, sebesar 11.11% responden berada dalam kategori berpengalaman
yakni lama berwirausaha antara 19 hingga 27 tahun dan sebesar 5.56%
responden berada pada kategori sedang. Responden yang berada pada kategori
berpengalaman merupakan responden yang telah berwirausaha sejak usia muda,
sedangkan responden yang berada pada kategori sedang merupakan responden
yang telah berwirausaha dengan mengikuti jejak orang tua yang juga seorang
wirausaha.
Tabel 6Distribusi responden menurut lama usaha pada anggota kelompok wanita
tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Lama usaha Pemula (1 – 9 tahun)
Sedang (10 – 18 tahun)
Berpengalaman (19 – 27
tahun)
15
1
2
83.33
5.56
11.11
aJumlah (orang);
bpersentase (%)
Sumber Modal Awal
Sarosa dalam Pristiana et al. (2009) mendefinisikan modal sebagai
jumlah uang yang ditanamkan dalam suatu usaha yang nantinya akan digunakan
sebagai biaya kegiatan usaha. Sumber modal dapat diperoleh dengan tiga cara
yaitu : modal sendiri, meminjam, dan kerja sama dengan pihak lain. Sumber
modal sendiri dapat berasal dari warisan, tabungan, menjual / menggunakan aset
yang kurang produktif. Meminjam dapat berasal dari perorangan dan lembaga
keuangan.
Pada penelitian yang dilakukan, sumber modal awal dibagi atas tiga
kategori, yakni modal pribadi, pinjaman, dan kombinasi (pribadi dan pinjaman).
42
Distribusi responden menurut sumber modal awal dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 menunjukkan bahwa sumber modal awal responden mayoritas berasal
dari modal pribadi, yakni sebesar 94.44% dan sisanya sebesar 5.56% sumber
modal awal responden berasal dari pinjaman. Hal ini menunjukkan bahwa
responden enggan untuk melakukan pinjaman pada awal kegiatan usaha yang
dijalankan, karena bagi responden meminjam modal pada awal kegiatan usaha
berarti mereka memiliki tanggung jawab ganda, yakni tanggung jawab untuk
mengembalikan dan tanggung jawab apabila kegiatan usaha yang dijalankan
mengalami suatu kegagalan.
Tabel 7Distribusi responden menurut sumber modal awal pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Sumber modal
awal
Pribadi
Pinjaman
Kombinasi(pribadi dan pinjaman)
17
1
0
94.44
5.56
0 aJumlah (orang);
bpersentase (%)
Pinjaman untuk Pengembangan Usaha
Pada penelitian yang dilakukan, pinjaman modal untuk pengembangan
usaha dibedakan atas pernah dan tidak pernah untuk melakukan peminjaman
(Tabel 8). Pinjaman modal yang dimaksud berarti dalam melakukan kegiatan
usahanya,responden melakukan pinjaman untuk memperbesar skala usaha dan
untuk cadangan biaya operasional. Pinjaman modal dapat dilakukan kepada
pihak bank ataupun non bank.
Tabel 8 Distribusi responden menurut pinjaman pengembangan usaha pada
anggota kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlahb
Persentasec
Pinjaman Pernah
Tidak pernah
12
6
66.67
33.33 bJumlah (orang);
cpersentase (%)
Tabel 8menunjukkan bahwa dari 18 repsonden yang melakukan kegiatan
usaha, sebanyak 12 responden atau sekitar 66.67% pernah melakukan
peminjaman kepada pihak bank atau non bank untuk pengembangan usaha,
seperti melalui koperasi, jamsostek, Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS),
atau bahkan peminjaman melalui KWT Tapak Dara. Besarnya pinjaman modal
yang diberikan oleh KWT Tapak Dara kepada anggota untuk tujuan
pengembangan usaha adalah Rp500 000 00 untuk jangka waktu pengembalian
selama 10 bulan. Selanjutnya, sebesar 33.33% responden tidak pernah
melakukan peminjaman kepada pihak manapun untuk pengembangan usaha.
Alasan responden untuk tidak melakukan peminjaman adalah adanya keyakinan
pada responden untukmampumengendalikan keuangan yang ada dan skala
43
usaha yang dijalankan masih tergolong kecil, sehingga bagi mereka melakukan
peminjaman masih belum terlalu dibutuhkan.
Waktu yang dicurahkan untuk Berwirausaha
Sajogyo dalam Rahmawaty (2000) menyatakan bahwa wanita memiliki
dua peranan. Pertama, dalam keluarga dan rumah tangga melalui proses
reproduksi, wanita memiliki peranan sebagai ibu rumah tangga yang
menunjukkan perlakuan biologis serta sosial. Peranan ibu rumah tangga ini
menggambarkan bahwa peranan bekerja meliputi seluruh kegiatan rumah
tangga. Dalam hal ini, pekerjaan tersebut diartikan sebagai pekerjaan yang tidak
langsung menghasilkan uang atau natura. Kedua, wanita sebagai pekerja nyata
yang memiliki peranan dibidang pencarian nafkah yang memberikan
penghasilan berupa uang ata natura kepada keluarga. Pekerjaan nafkah tersebut
merupakan pekerjaan tambahan atau pekerjaan pokok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa curahan waktu bekerja yang
dilakukan oleh responden dalam berwirausaha bervariasi yakni mulai dari 2
hingga 12 jam dalam sehari. Curahan waktu kerja dibedakan atas 3 kategori,
yakni rendah, sedang, dan tinggi (Tabel 9). Umumnya, waktu yang dicurahkan
oleh responden untuk berwirausaha adalah mulai dari 2 hingga 5 jam dalam
sehari (77.78%). Waktu yang dicurahkan tersebut merupakan waktu yang telah
dibagi rata oleh responden dalam menjalankan perannya sebagai ibu rumah
tangga dan sebagai pekerja nyata. Responden yang berada pada kategori rendah
adalah responden yang hanya bekerja sebagai pihak yang melakukan produksi
makanan, seperti gorengan, aneka macam keripik, dan sebagainya. Selanjutnya,
pada persentase yang sama yakni sebesar 11.11%responden berada pada
kategori sedang dan tinggi. Pada kategori sedang, responden mencurahkan
waktunya untuk bekerja antara 6 hingga 9 jam dalam sehari. Responden yang
berada pada kategori sedang adalah responden yang bekerja sebagai pihak yang
memproduksi sekaligus menawarkan barang dagangan ke warung-warung yang
dekat tempat tinggal. Sementara itu, untuk kategori tinggi waktu yang
dicurahkan oleh responden dalam bekerja mulai dari 10 hingga 12 jam dalam
sehari. Responden yang berada pada kategori tinggi adalah responden yang
membuka warung di sekitar tempat tinggalnya.
Tabel 9Distribusi responden menurut waktu berwirausaha pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Waktu
berwirausaha
Rendah (2 – 5) jam
Sedang (6 – 9) jam
Tinggi (10 – 12) jam
14
2
2
77.78
11.11
11.11 aJumlah (orang);
bpersentase (%)
Persentase Kebutuhan yang Terpenuhi Persentase kebutuhan yang terpenuhi dalam hal ini berarti besarnya
kebutuhan yang telah terpenuhi melalui kegiatan berwirausaha yang dijalankan
oleh responden. Besarnya persentase kebutuhan yang terpenuhi bervariasi dan
44
tergantung dari masing-masing pendapat yang diungkapkan oleh responden.
Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan keluarga ataupun kebutuhan untuk
diri sendiri. Pada penelitian yang dilakukan, persentase kebutuhan dibedakan
atas 3 kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden berada pada kategori tinggi dengan persentase
sebesar 38.89 (Tabel 10). Responden pada kategori tinggi adalah responden
yang mampu memenuhi kebutuhannya melalui kegiatan usaha yang dijalankan
dengan persentase sebesar 61 hingga 75%. Pada kategori tinggi, umumnya
responden adalah seorang wanita wirausaha yang mandiri dan telah berhasil
dalam menjalankan kegiatan usahanya. Selanjutnya, sebesar 33.33 % dan
27.78% responden berada pada kategori sedang dan rendah. Besarnya persentase
kebutuhan yang terpenuhi merupakan salah satu indikator dalam menentukan
tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh reponden dalam hal pemenuhan
kebutuhan. Apabila persentase kebutuhan yang terpenuhi tinggi, maka
keberhasilan responden dalam menjalankan kegiatan usaha juga dapat dikatakan
tinggi, karena kesejahteraan keluarga yang merupakan motivasi utama
responden untuk berwirausaha telah tercukupi.
Tabel 10Distribusi responden menurut persentase kebutuhan keluarga yang
terpenuhi pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Persentase kebutuhan
keluarga yang terpenuhi
Rendah (30 – 45) %
Sedang (46 – 60) %
Tinggi (61 – 75) %
5
6
7
27.78
33.33
38.89 aJumlah (orang);
bpersentase (%)
Status Pekerjaan Suami
Pada penelitian yang dilakukan, status pekerjaan suami dibedakan atas
bekerja dan tidak bekerja. Dalam hal ini, suami yang tidak bekerja
(pengangguran) akan mendorong istri untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan
keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 78.79% responden
memiliki suami yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sedangkan
sisanya yakni sebesar 21.21% responden memiliki suami yang sudah tidak
bekerja (Tabel 11). Umumnya, pekerjaan suami dari responden adalah seorang
buruh atau karyawan, tetapi ada pula responden yang memiliki suami yang
bekerja di LSM, PNS, distributor produk pertanian, wartawan, dan TNI AL.
Meskipun suami dari responden memiliki pekerjaan, namun bagi mereka
membantu suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga juga diperlukan. Hal itu
disebabkan karena responden tidak ingin menyulitkan suami untuk memenuhi
kebutuhan pribadinya. Kebutuhan pribadi dalam hal ini artinya kebutuhan diluar
kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan untuk membeli kosmetik, pakaian,
ataupun kebutuhan-kebutuhan lain yang diinginkan responden diluar uang
belanja yang telah diberikan oleh suami.
45
Tabel 11Distribusi responden menurut status pekerjaan suami pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Status pekerjaan suami Bekerja
Tidak bekerja
26
7
78.79
21.21 aJumlah (orang);
bpersentase (%)
Pendapatan
Becker dalam Fahmi (2009) menyatakan bahwa pendapatan per jam
wanita yang belum menikah melebihi pendapatan per jam wanita yang sudah
menikah pada pasar kerja yang sama. Hal tersebut disebabkan karena wanita
yang sudah menikah mempunyai anak dan bertanggungjawab atas
pemeliharaannya. Fenomena meningkatnya partisipasi angkatan kerja wanita
disertai dengan menurunnya fertilitas. Penurunan tingkat fertilitas berarti jumlah
anak sedikit, sehingga wanita memiliki energi yang lebih banyak dan waktu
yang lebih fleksibel untuk masuk ke dalam angkatan kerja.
Pada penelitian yang dilakukan, pendapatan responden bervariasi, mulai
dari tidak memiliki pendapatan hingga pendapatan yang mencapai antara
Rp1001 000 hingga Rp1500 000 setiap bulan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden tidak memiliki pendapatan dengan persentas sebesar
42.42 (Tabel 12). Dalam hal ini,tidak memiliki pendapatan berarti pendapatan
responden dapat berasal baik dari suami maupun dari anak yang telah memiliki
pekerjaan. Hal itu disebabkan karena mayoritas usia responden berada dalam
kategori tua yang mengakibatkan responden enggan untuk melakukan pekerjaan.
Selain itu, juga dapat disebabkan oleh pendapatan suami yang telah lebih dari
cukup, sehingga bagi mereka bekerja bukan menjadi prioritas utama.
Tabel 12Distribusi responden menurut karakteristik individu pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Pendapatanc
Tidak berpendapatan(pendapatan
dari suami atau anak)
< 500 000
500 000 – 1000 000
1001 000 – 1500 000
1501 000 – 2000 000
>2000 000
14
5
8
5
1
0
42.42
15.15
24.24
15.15
3.03
0 aJumlah (orang);
bpersentase (%);
cPendapatan (Rp/bulan)
Tabel 12 memperlihatkan bahwa sebesar 24.24% responden memiliki
pendapatan yang berkisar antara Rp500 000 hingga Rp1000 000, kemudian pada
persentase yang sama yakni sebesar 15.15 responden memiliki pendapatan
kurang dari Rp500 000 dan pendapatan yang berkisar antara Rp1001 000 hingga
Rp1500 000. Selanjutnya, responden dengan persentase sebesar3% merupakan
responden yang memiliki pendapatan paling tinggi yakni berkisar antara Rp1501
46
000 hingga Rp2000 000 per bulan. Pendapatan yang diperoleh responden
merupakan pendapatan yang dijalankan oleh responden dalam melakukan
kegiatan usaha. Perbedaan pendapatan yang diperoleh responden adalah hal
yang wajar, karena pada kenyataannya pekerjaan yang dijalankan oleh
responden berbeda-beda, bahkan terkadang pelaku usaha yang memiliki
pekerjaan sejenis juga tidak dapat dikatakan bahwa pendapatan yang dihasilkan
juga sama. Hal tersebut berkaitan dengan bauran pemasaran yang dijalankan
oleh pelaku usaha yang nantinya akan mempengaruhi konsumen untuk
melakukan pembelian terhadap barang atau jasa yang ditawarkan.
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah angota keluarga dalam hal ini adalah jumlah keseluruhan anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah yang terdiri dari anak, suami,
responden, ibu, ayah, dan anggota keluarga yang lain. Pada penelitian yang
dilakukan, jumlah anggota keluarga dibedakan atas tiga kategori yakni rendah,
sedang, dan tinggi. Responden yang berada pada kategori rendah adalah sebesar
87.88% dengan jumlah anggota keluarga mulai dari 3 hingga 5 (Tabel 13). Hal
ini menunjukkan bahwa peran anggota keluarga sangat membantu untuk
meringankan kegiatan usaha dan rumah tangga. Selain itu, responden juga tidak
terbebani dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Sementara itu,
responden yang berada pada kategori sedang dan tinggi memiliki persentas
sebesar 9.09% dan 3.03%. Responden yang berada pada kategori sedang adalah
responden yang memiliki jumlah anggota keluarga mulai dari 6 hingga 8,
sedangkan responden yang berada pada kategori tinggi adalah responden dengan
jumlah anggota keluarga 9 hingga 11 anggota.
Tabel 13 Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Jumlah anggota
keluarga
Rendah ( 3 – 5)
Sedang ( 6 – 8 )
Tinggi ( 9 – 11)
29
3
1
87.88
9.09
3.03 aJumlah (orang);
bpersentase (%)
Asal Daerah
Pada penelitian yang dilakukan, asal daerah dibedakan atas 2 kategori,
yakni Bogor dan luar Bogor. Responden yang dikategorikan berasal dari Bogor
adalah responden yang asli orang Bogor, baik dari Kabupaten maupun Kota
Bogor. Sementara itu, responden yang berasal dari luar Bogor adalah responden
pendatang yang berasal dari luar Bogor, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah,
Bangka, dan Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
berasal dari Bogor dengan persentase sebesar 87.88%, sedangkan sisanya yakni
sebesar 12.12% responden berasal dari luar Bogor (Tabel 14). Hal tersebut
menunjukkan bahwa seseorang yang berasal dari daerah manapun dapat menjadi
seorang wirausaha, apabila orang tersebut berkeinginandan berniat untuk
47
menjalankan usaha. Selain itu, kerja keras juga diperlukan dalam menekuni
kegiatan usaha yang dijalankan guna mencapai suatu keinginan.
Tabel 14Distribusi responden menurut asal daerah pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Asal daerah Bogor
Luar Bogor
29
4
87.88
12.12 aJumlah (orang);
bpersentase (%)
Karakteristik Kelompok
Karakteristik kelompok merupakan karakteristik yang berkaitan dengan
kelompok, seperti lama bergabung, motivasi bergabung, harapan, mekanisme
pengambilan keputusan, keinginan anggota, intensitas rapat dan kegiatan,
pelayanan kelompok, dan suasana kelompok.
Lama Bergabung
Pada penelitian yang dilakukan, lama bergabung merupakan lamanya
responden bergabung dengan kelompok yang dibedakan atas awal terbentuk dan
setelah terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
telah bergabung sejak awal terbentuk. Tabel 15 memperlihatkan bahwa
responden yang bergabung sejak awal terbentuk sebesar 60.61%, sedangkan
sisanya sebesar 39.39% responden bergabung setelah dibentuknya kelompok.
Perbedaan lama bergabug antar anggota disebabkan karena adanya keinginan
dan dorongan dari anggota sebelumnya yang mengajak rekannya untuk
bergabung dengan kelompok wanita tani Tapak Dara yang masih berada dalam
lingkup Kelurahan Sindang Barang.Anggota yang tergabung dalam kelompok
merupakan anggota kader dari masing-masing RT ataupun RW dan aktif dalam
kegiatan sosial, khusunya kegiatan Kelurahan Sindang Barang.Usia kelompok
yang relatif muda, yakni kurang dari 3 tahun sangat memungkinkan bagi
kelompok untuk selalu meningkatkan produktivitas usaha anggota. Selain itu,
usia kelompok juga menggambarkan banyaknya kegiatan dan pengalaman yang
telah didapatkan anggota dalam meningkatkan usaha.
Tabel 15Distribusi responden menurut lama bergabung padaanggota
kelompokwanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Lama bergabung Awal terbentuk
Setelah terbentuk
20
13
60.61
39.39 aJumlah (orang);
bPersentase (%)
48
Motivasi Bergabung
Motivasi bergabung merupakan alasan utama responden bergabung
dengan kelompok wanita tani Tapak Dara. Pada penelitian yang dilakukan,
motivasi bergabung dibedakan atas dua kategori yakni, ada dan tidak adanya
motivasi untuk bergabung dengan kelompok (Tabel 16). Tabel 16
memperlihatkan bahwa sebesar 81.82% responden memiliki motivasi untuk
bergabung dengan kelompok, sedangkan sisanya sebesar 18.18 % responden
tidak ada motivasi bergabung.
Tabel 16 Distribusi responden menurut motivasi bergabung pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Motivasi anggota bergabung Ada motivasi
Tidak ada motivasi
27
6
81.82
18.18 aJumlah (orang);
bPersentase (%)
Terdapat berbagai macam pendapat yang menjadi alasan anggota untuk
bergabung dengan kelompok, seperti memberdayakan wanita yang hanya
berprofesi sebagai ibu rumah tangga, pengetahuan tentang pengolahan produk
pertanian, menambah pengalaman dan wawasan, hingga memajukan
perekonomian keluarga. Namun, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan,
motivasi atau alasan utama responden bergabung dengan kelompok wanita tani
Tapak Dara adalah peningkatkan pendapatan rumah tangga. Hal itu disebabkan
karena umumnya responden yang bergabung dengan kelompok merupakan
responden yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang tidak memiliki
pendapatan selain dari pendapatan suami atau anak yang telah bekerja.
Harapan Bagi Kelompok
Harapan merupakan keinginan anggota bagi terbentuknya kelompok
wanita tani Tapak Dara. Harapan anggota meliputi : terjalin kerjasama yang kuat
antar anggota, mengetahui informasi pasar, dan menambah pendapatan rumah
tangga. Tabel 17 menunjukkan bahwa sebesar 54.55% responden memiliki
harapan agar melalui terbentuknya kelompok, maka pendapatan rumah tangga
akan meningkat. Hal itu disebabkan karena tujuan utama dari pembentukan
kelompok wanita tani Tapak Dara adalah untuk meningkatkan kualitas keluarga,
terutama dalam hal peningkatan pendapatan.
Selain itu, melalui kelompok responden juga akanmendapatkan
pengalaman dan keterampilan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kewirausahan mulai dari pemasaran, produksi, hingga kreativitas produk yang
akan dipasarkan. Selanjutnya, sebesar 42.42 dan 3.03% responden berharap agar
terjalin kerjasama yang kuat antar anggota dan pengetahuan mengenai informasi
pasar akan semakin bertambah. Harapan anggota yang tinggi akan menjadikan
anggota untuk selalu berpartisipasi pada rapat dan kegiatan yang diadakan
kelompok.
49
Tabel 17Distribusi responden menurut harapan anggota kelompok bagi
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Harapan anggota
terhadap kelompok
-Terjalin kerjasama yang kuat
antar anggota
-Mengetahui informasi pasar
-Menambah pendapatan rumah
tangga
14
1
18
42.42
3.03
54.55 aJumlah (orang);
bPersentase (%)
Mekanisme Pengambilan Keputusan
Mekanisme pengambilan keputusan pada penelitian yang dilakukan
adalah mekanisme pengambilan keputusan yang melibatkan anggota dan tidak
melibatkan anggota. Kelompok yang melibatkan anggota dalam proses
pengambilan keputusan dapat dikatakan bahwa kelompok tersebut telah
menjalankan tugasnya dengan baik. Hal itu disebabkan karena kelompok adalah
milik bersama. Selain itu, kelompok dibentuk oleh anggota, untuk anggota, serta
dari anggota. Dengan demikian, proses pengambilan keputusan sudah
seharusnya melibatkan seluruh anggota.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 63.64% responden
menyatakan bahwa mekanisme pengambilan keputusan telah melibatkan seluruh
anggota. Sementara itu, sebesar 36.36% responden berpendapat bahwa
mekanisme pengambilan keputusan kelompok tidak melibatkan anggota (Tabel
18). Apabila dilihat dari persentasenya, ternyata masih terdapat anggota yang
berpendapat bahwa kelompok wanita tani Tapak Dara belum melakukan
pengambilan keputusan secara bersama. Oleh sebab itu, kelompok wanita tani
Tapak Dara seharusnya perlu meningkatkan interaksinya terhadap anggota dan
aktif dalam menyampaikan segala hal dan bersifat terbuka atau transparan.
Tabel 18 Distribusi responden menurut mekanisme pengambilan keputusan pada
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Mekanisme pengambilan
keputusan
Melibatkan anggota
Tidak melibatkan anggota
21
12
63.64
36.36 aJumlah (orang);
bPersentase (%)
Keinginan anggota
Pada penelitian yang dilakukan, keinginan anggota yang dimaksud
adalah keinginan responden hingga responden bergabung dengan kelompok
wanita tani Tapak Dara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keinginan
responden terbesar hingga bergabung dengan kelompok adalah dalam hal
penyaluran dana kredit yang hanya diberikan bagi anggota. Responden yang
memiliki keinginan untuk mendapatkan dana kredit sebesar 69.7%, sedangkan
sisanya sebesar 15.15% responden memiliki keinginan untuk mendapatkan
pengetahuan mengenai penerapan teknologi dan pengetahuan mengenai
50
informasi pasar (Tabel 19). Keinginan responden yang tinggi dalam
mendapatkan sesuatu hal akan menjadikan responden terus berperan dalam
kegiatan yang dilakukan kelompok. Hal itu disebabkan karena responden
memiliki tanggung jawab dan memiliki rasa keingintahuan yang mendalam
terhadap kegiatan dan program kelompok.
Tabel 19 Distribusi responden menurut keinginan anggota terhadap kelompok
pada Kelompok Wanita Tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Keinginan anggota
terhadap kelompok
-Mendapatkan informasi pasar
-Pengetahuan penerapan teknologi
-Penyaluran dana
-Memajukan wanita agar produktif
dan mandiri
0
5
23
5
0
15.15
69.70
15.15
aJumlah (orang);
\bPersentase (%)
Intensitas Rapat dan Kegiatan Kelompok
Intensitas rapat dan kegiatan kelompok merupakan tingkat kehadiran
responden dalam mengikuti kegiatan dan rapat yang dilakukan oleh kelompok.
Semakin sering responden mengikuti rapat dan kegiatan kelompok, maka
pengetahuan yang diperoleh responden juga akan semakin meningkat.
Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang budidaya, produksi,
panen, dan pemasaran produk. Selama 1 tahun terakhir, kelompok wanita tani
Tapak Dara telah mengadakan rapat dan kegiatan sebanyak 12 kali. Rapat dan
kegiatan kelompok biasanya dilaksanakan di kantor kelurahan Sindang Barang,
dan terkadang dilaksanakan di rumah anggota dan rumah sekretaris kelompok
wanita tani Tapak Dara.
Pada penelitian yang dilakukan, intensitas rapat dan kegiatan kelompok
dibedakan atas keikutsertaannya sebanyak kurang dari 6 kali dan lebih dari 6
kali dalam 1 tahun terakhir. Hal itu dimaksudkan karena responden yang telah
mengikuti rapat dan kegiatan kelompok sebanyak 6 kali dalam satu tahun, maka
responden dapat dikatakan telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
lebih tinggidibandingkan dengan responden yang baru 3 kali mengikuti rapat
dan kegiatan kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 51.52%
responden telah mengikuti rapat dan kegiatan sebanyak lebih dari 6 kali,
sedangkan sisanya sebesar 48.48% responden telah mengikuti rapat dan kegiatan
kurang dari enam kali dalam satu tahun terakhir (Tabel 20).
Tabel 20Distribusi responden menurut intensitas rapat dan kegiatan kelompok
pada anggota Kelompok Wanita Tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Intensitas rapat dan
kegiatan kelompok
-Lebih dari enam kali dalam
setahun terakhir
-Kurang dari enam kali dalam
setahun terakhir
16
17
48.48
51.52
aJumlah (orang);
bPersentase (%)
51
Pelayanan Kelompok
Pada penelitian yang dilakukan, pelayanan kelompok dibedakan atas
kategori sangat tidak baik, tidak baik, kurang baik, baik, dan sangat baik (Tabel
21). Tabel 21menunjukkan bahwa sebesar 66.67% responden menyatakan
bahwa pelayanan yang diberikan kelompok termasuk pada kategori baik.
Sementara itu, sebesar 33.33% responden menyatakan bahwa pelayanan yang
diberikan kelompok kepada anggota termasuk pada kategori kurang baik. Hal ini
menggambarkan bahwa secara umum pelayanan kelompok wanita tani Tapak
Dara terhadap anggota, mulai dari penyediaan peralatan hingga penyediaan
modal usaha sudah baik. Namun, terdapat beberapa anggota yang masih belum
merasakan pelayanan yang diberikan kelompok, terutama dalam hal penyediaan
modal usaha. Oleh sebab itu, kelompok perlu meningkatkan pelayanannya
kepada anggota dan perlu memahami keinginan anggota sehingga tidak timbul
permasalahan internal atau kesalahpahaman antar anggota dengan pengurus.
Tabel 21 Distribusi responden menurut pelayanan kelompok pada kelompok
wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Pelayanan
kelompok
Sangat tidak baik
Tidak baik
Kurang baik
Baik
Sangat baik
0
0
11
22
0
0
0
33.33
66.67
0 aJumlah (orang);
bPersentase (%)
Suasana Kelompok
Suasana kelompok menyangkut lingkungan secara psikologis antar
anggota, pengurus, dan bahkan pembina. Suasana yang harmonis dan
kekeluargaan akan menciptakan interaksi menjadi lebih kuat dan komunikasi
lebih terbuka antar anggota dan pengurus, sehingga akan berpengaruh terhadap
pengetahuan dan sikap anggota dalam kelompok. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebesar 78.79% responden menyatakan bahwa suasana kelompok
memperlihatkan suasana kekeluargaan, sedangkan sisanya sebesar 21.21%
responden menyatakan bahwa suasana kelompok tidak memperlihatkan suasana
kekeluargaan (Tabel 22).
Tabel 22 Distribusi responden menurut suasana kelompok pada kelompok
wanita tani Tapak Dara
Karakteristik Kategori Jumlaha
Persentaseb
Suasana
kelompok
Kekeluargaan
Kurang kekeluargaan
26
7
78.79
21.21 aJumlah (orang);
bPersentase (%)
52
Pada kelompok wanita tani Tapak Dara, suasana kelompok yang
tergambar saat rapat dan kegiatan kelompok bersifat kekeluargaan dan sangat
terlihat kedekatannya, baik antar anggota maupun antara anggota dengan
pengurus. Namun, masih terdapat beberapa anggota yang kurang merasakan
adanya suasana kekeluargaan. Dengan demikian, kelompok wanita tani Tapak
Dara sebaiknya lebih mengintensifkan waktu berkumpul sehingga terjalin
kedekatan yang kuat satu sama lain.
Perilaku Wirausaha
Pada penelitian yang dilakukan, perilaku wirausaha dapat dilihat dari
pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan dalam berwirausaha. Perilaku
wirausaha dan unsur-unsurnya dapat dikategorikan menjadi 5 kategori, yakni
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Tabel 23 Distribusi responden menurut perilaku wirausaha pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara
Unsur-unsur Perilaku
wirausaha Kategori Jumlah
a Persentase
b
Pengetahuan Sangat rendah (0 – 20)
Rendah (21 – 40)
Sedang (41 – 60)
Tinggi (61 – 80)
Sangat tinggi (81 – 100)
0
0
4
14
15
0
0
12.12
42.42
45.46
Sikap Sangat rendah (20 – 36)
Rendah (37 – 52)
Sedang (53 – 68)
Tinggi (69 – 84)
Sangat tinggi (85 – 100)
0
0
17
16
0
0
0
51.52
48.48
0
Keterampilan Sangat rendah (0 – 20)
Rendah (21 – 40)
Sedang (41 – 60)
Tinggi (61 – 80)
Sangat tinggi (81 – 100)
0
9
14
10
0
0
27.28
42.42
30.30
0
Perilaku wirausaha Sangat rendah (20 – 76)
Rendah (76 – 132)
Sedang (133 – 188)
Tinggi (189 – 244)
Sangat tinggi (245 – 300)
0
0
13
19
1
0
0
39.39
57.58
3.03 aJumlah (orang);
bPersentase (%)
Tabel 23 memperlihatkan bahwa mayoritas perilaku wirausaha
responden berada pada kategori tinggi denganpersentase sebesar 57.58%,
sedangkan sisanya yakni sebesar 39.39% responden berada pada kategori sedang
dan hanya 3.03% responden yang berada pada kategori sangat tinggi. Responden
yang berada pada kategori sedang adalah responden yang hanya memahami
53
tentang pengetahuan berwirausaha, namun untuk sikap dan keterampilan masih
belum sepenuhnya dimiliki dan dijalankan oleh responden. Sementara itu,
responden yang berperilaku wirausaha tinggi adalah responden berwirausaha
karenatermotivasi untuk memajukan perekonomian keluarga, terutama untuk
biaya pendidikan anak.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden, hanya
sekitar 50 % responden yang berkeinginan untuk terus berusaha dan bekerja
keras demi kelangsungan kegiatan usahanya, sedangkan sisanya tidak berniat
untuk menjalankan usaha. Selain itu, bagi responden yang tidak berniat untuk
berwirausaha, umumnya mereka tidak akanmencoba untuk berusahalagi apabila
pada awal usaha yang dijalankan mengalami hambatan atau kegagalan.
Pengetahuan Wirausaha
Pengetahuan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
membentuk perilaku sumberdaya manusia, khususnya pada perilaku wirausaha.
Menurut Atmakusuma dalam Sapar (2006), pengetahuan didefinisikan sebagai
tingkat kemampuan berpikir seseorang. Pada umumnya kemampuan berpikir
lebih banyak ditentukan oleh tingkat pendidikan, baik formal maupun non
formal, meskipun secara langsung tidak ada kaitan antara pengetahuan atau
pendidikan dengan semangat berusaha dalam menjalankan kegiatan usaha.
Namun, seorang wirausaha perlu memiliki beberapa pengetahuan dasar yang
memadai agar usahanya berhasil. Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan
berkembang seiring dengan majunya zaman, sebagai pelaku usaha maka
pengetahuan yang terkini harus didapat dan diikuti agar usahanya menjadi lebih
maju.
Pada kelompok wanita tani Tapak, hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden memiliki pengetahuan yang tergolong sangat tinggi dengan
persentase sebesar 45.46%, sedangkan responden dengan pengetahuan tergolong
tinggi dan sedang masing-masing memiliki persentase sebesar 42.42% dan
12.12% (Tabel 23). Hal ini menggambarkan bahwa responden telah memiliki
pengetahuan dasar yang memadai dalam berwirausaha. Pengetahuan yang tinggi
dalam berwirausaha dapat dijadikan sebagai landasan untuk mencapai
keberhasilan usaha.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pengetahuan responden
didapatkan dari tingkat pendidikan yang mayoritas berpindidikan sebagai
lulusan SLTA. Pendidikan tinggi akan menjadikan seseorang lebih memahami
dan sangat responsif terhadap materi yang disampaikan, namun pendidikan
rendah akan menjadikan seseorang sulit untuk menangkap sesuatu hal yang
disampaikan.Meskipun responden telah memiliki pengetahuan yang memadai
tentangkewirausahaan, namun responden tetap harus selalu meningkatkan
pengetahuan terutama dalam hal pencarian informasi, pembukuan keuangan, dan
pemasaran. Hal ini disebabkan karena umumnya responden masih belum
mengetahui tentang caramengalokasikan keuntungan hasil penjualan yang
diterima untuk pengembangan usaha. Selain itu, pengetahuan tentang pemasaran
yang didapatkan juga belum terlalu memadai, sehingga pencarian informasi
perlu untuk ditingkatkan.
54
Sikap Mental Wirausaha
Wijandi dalam Sapar (2006) menjelaskanbahwa sikap mental yang
diperlukan oleh seorang wirausahawan adalah unsur yang mencirikan respon,
tanggapan atau situasi mental dan psikologis. Apabila dihadapkan padasituasi,
sikap mental akan bersifat dinamis. Gagasan, karsa, inisiatif,
kreatifitas,keberanian, ketekunan, semangat kerja keras dan sebagainya
dipengaruhi olehtingkat kepercayaan diri seseorang yang secara langsung atau
tidak akan mempengaruhi sikap mental seseorang. Selanjutnya, Pambudy
(1999) menyatakan bahwa sikap dasar seorang wirausaha adalah adanya
kemauan, kemampuan dan memiliki kesempatan untuk selalu memperhatikan
usahanya.
Pada penelitian yang dilakukan, sikap mental wirausaha wanita pada
kelompok wanita tani Tapak Dara dibedakan atas 5 kategori, yakni kategori
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Responden yang berada
pada kategori sedang memiliki persentase sebesar 51.52%, sedangkan sisanya
sebesar 48.48% responden memiliki sikap mental berwirausaha yang berada
pada kategori tinggi (Tabel 23). Responden yang berada pada kategori tinggi
akan sikap mental dalam berwirausahanya merupakan responden yang memiliki
niat dan kemauan serta adanya keinginan-keinginan yang harus dicapai agar
usaha yang dijalankan berhasil. Sikap mental berwirausaha mencakup sikap
dalam berwirausaha, seperti optimis dan yakin atas kegiatan usaha yang
dijalankan, berani mengambil risiko, tidak mudah putus asa, memiliki semangat
dan kerja keras untuk terus berusaha, memiliki komitmen dalam berbisnis,
disiplin dan memiliki kemauan yang keras untuk menjadi pribadi yang lebih
produktif.
Keterampilan Wirausaha
Menurut Pambudy (1999), keterampilan adalah suatu kemauan dan
kemampuan sertakesempatan yang ada pada diri seseorang untuk selalu
menggunakan semua organfisiknya dalam mengembangkan usahanya.Unsur
tersebut berhubungan dengankerja fisik anggota badan terutama tangan, kaki dan
mulut (suara) untuk bekerja. Selanjutnya, Dirlanudin (2010) berpendapat bahwa
keterampilan mencerminkan komponen psikomotorik yang merupakan
kecenderungan untuk bertingkah laku, dan berkaitan denganobyek yang
dihadapi. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras
dengankepercayaan dan perasaan akan membentuk perilaku individu. Sehingga,
motorik terkaitdengan kemampuan, keterampilan, cekatan dan kreatifitas, baik
secara teknismaupun dalam berinteraksi sosial yang diperlihatkan seseorang
dalam melakukanpekerjaan maupun menjalankan usahanya.
Pada penelitian yang dilakukan, keterampilan wirausaha pada anggota
kelompok wanita tani Tapak Dara dibedakan atas 5 kategori, yakni kategori
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi (Tabel 23). Tabel 23
menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada kategori sedang dengan
persentase sebesar 42.42 %, sedangkan sisanya sebesar 30.30 dan 27.28%
responden berada pada kategori tinggi dan rendah. Secara lebih rinci, responden
masih memiliki kelemahan kemampuan atau keterampilan dalam menjalankan
kegiatan usaha, seperti berkreasi terhadap produk dan keragaman produk,
pembuatan resep baru, berkreasi terhadap penjualan atau pemasaran, dan
55
mengembangkan potensi peralatan, sumber daya dan modal guna memajukan
usaha. Namun, selain memiliki kelemahan dalam menjalankan kegiatan usaha,
responden juga memiliki kemampuan yang potensial seperti kemampuan untuk
menjual produk sesuai dengan daya beli konsumen, mengelola usaha secara
efisien, dan mampu menjaga hubungan baik dan berkomunikasi dengan
konsumen.
Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Perilaku Wirausaha dan
Keberhasilan usaha
Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman yang dilakukan, sebagian
besar karakteristik individu berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan
keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara. Namun,
karakteristik individu lebih berhubungan nyata sangat erat sekali dengan
keberhasilan usaha dibandingkan dengan perilaku wirausahanya.
Usia
Karakteristk usia berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman
menunjukkan bahwa usia tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha
dan unsur-unsur dari perilaku wirausaha yakni pengetahuan dan keterampilan.
Namun, usia berhubungan nyata dengan sikap mental yang memiliki korelasi
kuat (Tabel 24). Apabila dilihat dari unsur pengetahuan, usia tidak ada kaitannya
dengan pengetahuan berwirausaha. Hal itu disebabkan karena pengetahuan
berwirausaha dapat diperoleh responden dari berbagai sumber, baik pendidikan
formal maupun pendidikan non formal, serta dapat pula diperoleh dari berbagai
media komunikasi, media cetak, dan media elektronik. Dilihat dari unsur
keterampilan berwirausaha, responden dari berbagai tingkat usia sama-sama
memiliki keterampilan dalam berwirausaha, meskipun secara teori usia muda
atau usia produktif memiliki keterampilan berwirausaha lebih tinggi
dibandingkan dengan usia yang tergolong tua. Namun, pada kelompok wanita
tani Tapak Dara, usia tua atau muda tidak menjadi alasan anggota untuk
terampil dalam berwirausaha. Dilihat dari unsur sikap mentalnya, usia yang
tergolong tua cenderung bersikap mental lebih rendah dibandingkan dengan usia
muda dan begitu pula sebaliknya. Hal itu disebabkan karena responden yang
berusia muda masih memiliki semangat dan rajin dalam menjalankan kegiatan
usaha dibandingkan dengan usia tua yang cenderung kurang bersemangat dalam
berwirausaha. Dilihat dari perilaku wirausahanya, usia pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara tidak ada kaitannya dengan keinginan untuk
berwirausaha terutama untuk menambah penghasilan keluarga.
Selain itu, berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan
bahwa usia berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha dengan nilai
koefisien negatif sebesar 0.422 yang artinya bahwa semakin bertambah usia
maka keberhasilan usahanya akan semakin menurun dan memiliki keeratan
korelasi kuat (Tabel 24). Hal ini disebabkan karena seseorang yang berusia tua
atau bahkan lanjut usia akan menurun kesehatan fisiknya yang nanti akan
berdampak pada usaha yang dijalankan. Kesehatan fisik yang menurun dan
adanya sikap bermalas-malasan yang cenderung timbul pada usia tua akan
menjadikan pengelolaan terhadap usaha akan mengalami penurunan. Hal
56
tersebut sesuai dengan pendapat Hurlock dalam (Dilanudin 2010) yang
menyebutkan bahwa perkembangan karier seseorang dalam menjalankan usaha
akan berjalan seiring dengan proses perkembangan manusia dengan
mengelompokkanperkembangan karier manusia menjadi tiga kelompok usia,
yaitu (1) usia dewasaawal antara 18 sampai 40 tahun, ciri khasnya terkait dengan
tugas pengembangandalam membentuk keluarga dan pekerjaan, memiliki tugas
pokok, memilih bidangpekerjaan yang cocok dengan bakat, minat dan faktor
psikologis yang dimilikisehingga kesehatan mental dan fisiknya tetap terjaga; (2)
usia dewasa madya antara 40 sampai 60 tahun, ciri khasnya keberhasilan dalam
pekerjaan. Umumnya kebiasaan tersebut dapat dicapai pada usia 40 dan 50an,
mayoritas pada usia tersebut akan mencapai prestasi puncak, memiliki pekerjaan
yang lebih baikdibanding dengan pekerjaan yang dimiliki ketika masih muda;
dan (3) usia dewasa akhir di atas 60 tahun, pada masa ini mulai mengurangi
kegiatan kariernya,karena menurunnya kesehatan dan fisik, lebih banyak
melakukan kegiatan sosial,tinggal menikmati jerih payahnya selama bekerja.
Tabel 24 Hasil uji korelasi rank spearman antara usia dengan perilaku wirausaha
dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Usia -0.253 -0.446a -0.230 -0.333
-0.422
b
Keeratan
korelasi
Kuat Kuat
aSignifikan (α = 0.01);
bSignifikan (α = 0.05)
Pendidikan Formal
Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman, menunjukkan bahwa
pendidikan formal berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan
pengetahuan wirausaha dengan nilai koefisien positif sebesar 0,494 dan 0.428
yang artinya semakin tinggi pendidikan formalnya maka perilaku wirausahanya
terutama dalam hal pengetahuan dalam berwirausaha juga akan semakin tinggi
dengan keeratan korelasi kuat. Namun, pendidikan formal tidak berhubungan
nyata dengan sikap dan keterampilan dalam berwirausaha (Tabel 25). Dilihat
dari unsur pengetahuan, responden yang berpindikan tinggi yakni lulusan SLTA
dan perguruan tinggi cenderung memiliki pengetahuan berwirausaha yang lebih
tinggi dibandingkan dengan responden yang hanya lulusan SD. Orang yang
berpendidikan tinggi akan cenderung cepat menangkap akan sesuatu hal yang
disampaikan yang nantinya akan berdampak pada pengetahuannya yang
menonjol. Namun, hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa
pendidikan formal tidak berhubungan nyata dengan sikap dan keterampilan. Hal
itu disebabkan karena terkadang orang yang berpendidikan tinggi tidak memiliki
sikap dan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki dalam menjalankan
kegiatan usaha.
Selain itu, hasil uji korelasi rank spearman juga menunjukkan bahwa
pendidikan formal tidak ada berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha
(Tabel 25). Hal ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya pendidikan seseorang
57
tidak ada kaitannya dengan keberhasilan usaha. Terkadang orang yang
berpendidikan rendah akan mencapai usaha yang tergolong berhasil
dibandingkan dengan orang yang lebih berpendidikan. Niat, kerja keras, dan
kemauan yang tinggi akan menjadikan seseorang lebih giat dalam menjalankan
kegiatan usaha yang nantinya akan berdampak pada keberhasilan usahanya.
Selain itu, motivasi juga merupakan salah satu hal yang akan menjadikan
seseorang untuk giat dalam berwirausaha.
Tabel 25 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendidikan non formal dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Pendidikan
formal
0.494a 0.264 0.279 0.428
b 0.082
Keeratan
korelasi
Kuat Kuat
aSignifikan (α = 0.01);
bSignifikan (α = 0.05)
Pendidikan Non Formal
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa pendidikan non
formal tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-unsurnya,
serta keberhasilan usaha (Tabel 26). Hal ini disebabkan karena hasil survey
memperlihatkan bahwa mayoritas responden yang berwirausaha adalah
responden yang tidak pernah mengikuti kursus ataupun pelatihan guna
menunjang keterampilannya. Sebagian responden yang pernah mengikuti kursus
atau pelatihan tidak memanfaatkan kursus atau pelatihan yang diikuti untuk
dikembangkan lebih lanjut. Padahal sebenarnya, melalui keikutsertaan dalam
kursus dan pelatihan akan menjadikan responden menjadi pribadi yang lebih
produktif dan mampu meningkatkan potensi yang dimiliki.
Tabel 26 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendidikan non formal dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok
wanita tani Tapak Dara Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Pendidikan non
formal
0.026 0.148 0.524 0.147 0.044
Apabila dilihat dari unsur pengetahuan berwirausaha, pendidikan non
formal tidak berhubungan dikarenakan pengetahuan berwirausaha dapat
diperoleh responden dari berbagai media, apalagi saat ini telah ada teknologi
internet yang mampu memberikan gambaran secara luas bagi responden terkait
dengan wirausaha. Dilihat dari sikap mental berwirausaha, pendidikan non
58
formal tidak dapat menjadikan seseorang bersikap mental yang tinggi dalam
berwirausaha. Pendidkan non formal hanya memberikan berbagai pelatihan
terkait dengan peningkatan keterampilan yang dimiliki. Dilihat dari
keterampilan, pendidikan non formal seharusnya berhubungan nyata dengan
perilaku wirausaha. Namun, pada penelitian ini pendidikan non formal tidak
berhubungan dikarenakan keterampilan berwirausaha dapat ditunjang dari
berbagai informasi yang diperoleh tanpa harus mengikuti suatu pelatihan seperti
informasi dari teman, kerabat, dan keluarga, media cetak, dan media elektronik.
Lama Usaha
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa lama usaha
berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-unsurnya dengan nilai
positif dan memiliki keeratan korelasi kuat (Tabel 27). Artinya, semakin lama
seseorang berwirausaha maka perilaku wirausahanya yang meliputi
pengetahuan, sikap mental, dan keterampilannya juga akan semakin tinggi.Hal
itu disebabkan karena pengalaman berwirausaha akan menjadikan seseorang
lebih memahami akan potensi diri yang dimiliki dan memahami akan hal-hal
yang berkaitan dengan usaha yang dijalankan.
Apabila dilihat dari unsur pengetahuan berwirausaha, lama responden
berwirausaha akan menjadikan pengetahuan responden meningkat terkait dengan
bauran pemasarannya yang meliputi produk, harga, tempat, dan promosi,serta
terkait dengan keinginan konsumen dan trend pasar. Dilihat dari sikap mental
berwirausaha, lama berwirausaha akan menjadikan responden lebih bersikap
mental tinggi dalam mengahadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam
menjalankan kegiatan usaha. Dilihat dari sisi keterampilan berwirausaha,
keterampilan responden akan meningkat terkait dengan lamanya berwirausaha.
Artinya semakin lama berwirausaha, maka responden akan lebih memahami dan
meningkatkan keterampilan yang dimiliki guna mencapai hasil yang diinginkan.
Selain itu, hasil uji korelasi rank spearman juga menunjukkan bahwa
lama usaha berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha dengan nilai koefisien
positif sebesar 0.887, yang artinya semakin berpengalaman dalam menjalankan
kegiatan usaha, maka usaha yang dijalankan akan semakin berhasil dengan
keeratan korelasi sangat kuat. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman usaha
akan menjadikan seseorang lebih mengetahui akan apa yang harus dan tidak
harus dilakukan agar usaha yang dijalankan tetap berjalan. Hal ini senada
dengan pendapat Staw dalam Riyanti (2003) yang menyatakan bahwa
pengalaman dalam menjalankan kegiatan usaha merupakan predikator terbaik
bagi keberhasilan, terutama apabila bisnis baru tersebut berkaitan dengan
pengalaman bisnis sebelumnya. Kebutuhan akan pengalaman mengelola usaha
semakin diperlukan dengan meningkatnya kompleksitas lingkungan. Selain itu,
pengalaman dalam mengelola usaha dapat diperoleh sejak kecil, karena
pengasuhan yang diberikan oleh orang tua yang berprofesi sebagai wirausaha.
Orang yang berpengalaman dalam menjalankan kegiatan usaha akan memiliki
kemampuan manajerial yang baik dan lebih mengetahui akan hal-hal yang
berkaitan dengan usaha yang dijalankan mulai dari keinginan konsumen, produk
yang ditawarkan, pemasaran, tempat, harga, dan sebagainya. Selain itu,
pengalaman yang tinggi juga akan menjadikan seseorang lebih terampil dalam
menjalankan kegiatan usaha.
59
Tabel 27 Hasil uji korelasi rank spearman antara lama usaha dengan perilaku
wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani
Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Lama usaha 0.531a
0.611a 0.672
a 0.685
a 0.887
a
Keeratan
korelasi
Kuat Kuat Kuat Kuat Sangat kuat
aSignifikan (α = 0.01)
Sumber Modal Awal
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa sumber modal
awal berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-unsurnya dengan
nilai positif yang artinya semakin tinggi sumber modal yang digunakan maka
perilaku wirausaha yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan juga
akan semakin tinggi dengan keeratan korelasi kuat (Tabel 28).Hal tersebut
disebabkan karena seseorang yang berwirausaha dengan sumber modal pribadi
akan menjadikan seseorang giat dalam menjalankan usaha yang nantinya akan
berdampak pada perilaku wirausaha yang semakin tinggi. Menurut hasil
wawancara yang dilakukan, responden yang berwirausaha dengan menggunakan
modal sendiri akan selalu termotivasi untuk lebih berusaha dan bekerja keras
agar modal yang digunakan tidak sia-sia.
Selain itu, hasil uji korelasi rank spearman juga menunjukkan bahwa
sumber modal berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha dengan nilai
positif yang artinya semakin besar sumber modal pribadi yang digunakan maka
kecenderungan seseorang untuk lebih giat lagi dalam berusaha juga akan
semakin tinggi yang akan berdampak pada keberhasilan usahanya. Keeratan
korelasi antara sumber modal pribadi dengan keberhasilan usaha adalah sangat
kuat. Modal pribadi yang dijadikan sebagai modal awal akan mendorong
seseorang untuk menjadian usahanya berhasil dan tidak ingin mengalami
kerugian. Meskipun sebenarnya, sumber modal untuk mencapai suatu
kesuksesan atau keberhasilan usaha tidak hanya berupa uang. Menurut
Soesarsono (2002), modal dapat berupa benda fisik ataupun bukan, berupa uang
ataupun bukan. Akal (pikiran), karsa, semangat, kesempatan, waktu, pendidikan,
dan pengalaman adalah benda abstrak yang sangat menentukan keberhasilan
dalam berbisnis dan hidup di masyarakat.
Tabel 28 Hasil uji korelasi rank spearman antara sumber modal awal dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Sumber modal
awal
0.580a 0.689
a 0.671
a 0.702
a 0.874
a
Keeratan
korelasi
Kuat Kuat Kuat Kuat Sangat kuat
aSignifikan (α = 0.01)
60
Pinjanan untuk Pengembangan Usaha
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa pinjaman untuk
pengembangan usaha berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-
unsurnya, serta keberhasilan usaha dengan nilai positif yang artinya semakin
tinggi pinjaman yang digunakan untuk pengembangan usaha, maka perilaku
wirausaha yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta
keberhasilan usaha juga akan semakin tinggi (Tabel 29). Hal ini disebabkan
karena responden akan terus berusaha dalam menjalankan kegiatan usaha dan
mengembangkan usahanya yang dapat terlihat dari mayoritas responden adalah
pernah melakukan peminjaman guna mengembangkan usaha yang dijalankan.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan menyebutkan bahwa pinjaman yang
dilakukan akan semakin mendorong responden untuk terus berusaha lebih giat.
Hal itu disebabkan karean responden memiliki tanggung jawab ganda yakni
mengembalikan pinjaman sesuai waktu yang ditentukan dan menghasilkan
pendapatan bagi rumah tangga.
Tabel 29 Hasil uji korelasi rank spearman antara pinjaman pengembangan usaha
dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Pinjaman untuk
pengembangan
usaha
0.508a 0.501
a 0.601
a 0.600
a 0.727
a
Keeratan
korelasi
Kuat Kuat Kuat Kuat Sangat kuat
aSignifikan (α = 0.01)
Apabila dilihat dari unsur pengetahuan berwirausaha, responden yang
melakukan pinjaman untuk pengembangan usaha akan lebih memahami dan
teliti dalam penggunaan dana yang digunakan sehingga nantinya akan
menjadikan responden tidak melakukan peminjaman, namun menggunakan
modal pribadi. Dilihat dari sikap mental berwirausaha, pinjaman untuk
pengembangan usaha akan menjadikan responden lebih giat berwirausaha
sehingga modal yang dipinjam dapat dikembalikan sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Dilihat dari keterampilan berwirausaha, pinjaman untuk
pengembangan usaha akan menjadikan lebih terampil dalam berwirausaha. Hal
itu disebabkan responden termotivaai untuk megembalikan modal pinjaman dan
mencapai keberhasilan dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Waktu yang Dicurahkan untuk Berwirausaha
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa waktu yang
dicurahkan untuk bekerja berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan
unsur-unsurnya, serta keberhasilan usaha dengan nilai positif yang artinya
semakin lama waktu yang digunakan untuk berwirausaha maka perilaku
wirausahanya yang meliputi pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan, serta
keberhasilan usaha juga akan semakin tinggi (Tabel 30). Hal ini disebabkan
61
karena seseorang yang mencurahkan waktunya untuk bekerja termasuk orang
yang kerja keras yang akan berdampak pada keberhasilan usaha.
Tabel 30 Hasil uji korelasi rank spearman antara waktu yang dicurahkan untuk
berwirausaha dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada
anggota dari kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Waktu untuk
berwirausaha
0.684a 0.627
a 0.733
a 0.766
a 0.940
a
Keeratan
korelasi
Kuat Kuat Sangat kuat Sangat
Kuat
Sangat kuat
sekali aSignifikan (α = 0.01)
Tabel 30 menunjukkan bahwa keeratan korelasi yang terjadi antara
waktu untuk berwirausaha yang digunakan oleh responden memiliki keeratan
sangat kuat terhadap keterampilan dan perilaku wirausaha. Hal itu disebabkan
karena semakin lama waktu yang digunakan oleh responden untuk berwirausaha,
maka akan semakin meningkatkan keterampilan yang dimiliki yang nantinya
akan berdampak pada perilaku wirausaha yang tinggi. Selanjutnya, keeratan
korelasi sangat kuat sekali ditujukan pada hubungan antara waktu berwirausaha
dengan keberhasilan usaha yang mengindikasikan bahwa orang yang giat
bekerja akan berdampak pada kesuksesan hasil yang dicapai.
Persentase Kebutuhan Keluarga yang Terpenuhi
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa persentase
kebutuhan keluarga yang terpenuhi berhubungan nyata dengan perilaku
wirausaha dan unsur-unsurnya serta keberhasilan usaha dengan nilai positif yang
artinya semakin tinggi persentase kebutuhan keluarga yang terpenuhi maka
perilaku wirausaha yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan dan
keberhasilan usahanya juga akan semakin tinggi (Tabel 31). Hal ini
mengindikasikan bahwa responden yang telah mampu memenuhi kebutuhan
keluarga yang tergolong tinggi merupakan responden yang berperilaku
wirausaha tinggi dan berhasil dalam usahanya. Persentase kebutuhan keluarga
yang terpenuhi merupakan salah satu indikator bagi keberhasilan usaha yang
dijalankan, karena melalui persentase tersebut maka dapat diketahui seberapa
berhasil usaha yang dijalankan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Apabila dilihat dari unsur pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan
berwirausaha, responden yang memiliki pengetahuan berwirausaha yang tinggi
akan menjadikan responden untuk terus mencoba sesuatu yang baru dan selalu
meningkatkan keterampilan yang dimiliki yang nantinya akan berdampak pada
keberhasilan usahanya dan akhirnya akan mampu memenuhi kebutuhan keluarga
dengan persentase yang tinggi.
62
Tabel 31 Hasil uji korelasi rank spearman antara persentase kebutuhan keluarga
yang terpenuhi dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha
pada anggota dari kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Persentase
kebutuha yang
terpenuhi
0.660a 0.668
a 0.731
a 0.774
a 0.904
a
Keeratan
korelasi
Kuat Kuat Sangat kuat Sangat kuat Sangat kuat
sekali aSignifikan (α = 0.01)
Tabel 31 menunjukkan bahwa keeratan korelasi yang terjadi antara
persentase kebutuhan keluarga dengan keterampilan dan perilaku wirausaha
tergolong sangat kuat. Hal ini disebabkan karena responden yang mampu
memenuhi kebutuhan keluarga yang tergolong tinggi adalah responden yang
terampil dalam menjalankan kegiatan usaha. Selanjutnya, keeratan sangat kuat
sekali yang ditujukan hubungan antara persentase kebutuhan keluarga yang
terpenuhi dengan keberhasilan usaha mengindikasikan bahwa responden yang
mampu memenuhi kebutuhan keluarga dengan persentase tinggi adalah
responden yang telah berhasil dalam menjalankan kegiatan usaha.
Status Pekerjaan Suami
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa status pekerjaan
suami tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan
usaha (Tabel 32). Hal ini disebabkan karena mayoritas responden yang
berwirausaha adalah responden yang memiliki suami yang masih bekerja.
Meskipun, terdapat beberapa responden yang giat berwirausaha karena suaminya
tidak bekerja (pengangguran). Responden yang memiliki suami tidak bekerja
akan terdorong untuk berwirausaha lebih giat lagi dan bekerja keras agar mampu
mencukupi kebutuhan keluarga, khususnya bagi biaya pendidikan anak. Selain
itu juga untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Bagi responden,
pendidikan anak adalah nomor satu dan bagi mereka anak harus memiliki
kehidupan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kehidupan orangtuanya
dulu.
Tabel 32 Hasil uji korelasi rank spearman antara status pekerjaan suami dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari kelompok
wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Status
pekerjaan suami
0.094 0.260 -0.133 0.023 0.115
Umumnya pekerjaan suami dari responden adalah seorang buruh dan
karyawan pabrik, sehingga hal tesrebut yang menjadikan responden
63
berwirausaha untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan meningkatkan
perekonomian rumah tangga menjadi lebih baik. Namun, bagi responden yang
memiliki suami seperti bekerja sebagai PNS dan TNI AL akan cenderung tidak
berkeinginan untuk berwirausaha. Hal tersebut disebabkan karena responden
telah berada pada zona aman, sehingga bagi mereka bekerja merupakan hal yang
tidak perlu. Lain hal nya dengan beberapa responden yang meskipun memiliki
suami yang bekerja mapan yakni bekerja di kehutanan dan LSM, tetapi
responden tetap ingin berwirausaha karena bagi mereka dengan berwirausaha
maka mereka dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki dan dapat
memehuhi kebutuhan pribadi.
Pendapatan
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa pendapatan
berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-unsurnya dan
keberhasilan usaha dengan nilai positif yang artinya semakin tinggi pendapatan
yang diperoleh maka semakin tinggi pula perilaku wirausaha yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta keberhasilan usahanya (Tabel 33).
Pendapatan yang diperoleh merupakan pendapatan responden setiap bulannya.
Responden yang memiliki pendapatan tinggi adalah responden yang telah
memiliki pengalaman jauh lebih banyak dibandingkan dengan responden yang
memiliki pendapatan rendah dan kurang berpengalaman. Nilai koefisien yang
dihasilkan dari uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa keeratan
korelasi antara pengetahuan dan sikap mental dengan pendapatan adalah kuat.
Keeratan korelasi antara pendapatan dengan keterampilan dan perilaku
wirausaha tergolong sangat kuat, sedangkan keeratan korelasi antara pendapatan
dengan keberhasilan usaha adalah sangat kuat sekali. Dengan demikian, variabel
pendapatan paling erat kaitannya dengan keberhasilan usaha.
Tabel 33 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendapatan dengan perilaku
wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari kelompok wanita
tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Pendapatan 0.662a 0.640
a 0.749
a 0.767
a 0.921
a
Keeratan
korelasi
Kuat Kuat Sangat kuat Sangat kuat Sangat kuat
sekali aSignifikan (α = 0.01)
Pada kelompok wanita tani Tapak Dara, pendapatan yang dihasilkan oleh
masing-masing anggota berbeda, tergantung dari jenis usaha dan seberapa keras
usaha yang dilakukan responden untuk mecapai keberhasilan usaha. Apabila
dilihat dari sisi pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan dalam
berwirausaha, pendapatan berkaitan dengan ketiga unsur tersebut karena
pendapatan yang tinggi dihasilkan dari pengetahuan yang tinggi pula akan
berwirausaha. Artinya, pengetahuan wirausaha yang tinggi akan menjadikan
responden terampil dan kreatif dalam menjalankan kegiatan usaha yang nantinya
64
akan berdampak pada sikap mental yang kuat. Keterampilan yang tinggi akan
berdampak pada tingginya pendapatan yang diperoleh yang akhirnya akan
membawa keberhasilan usaha.
Jumlah Anggota Keluarga
Hasil uji korelasi rank spearman yang dilakukan menunjukkan bahwa
pada kelompok wanita tani Tapak Dara, jumlah anggota keluarga tidak
berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha (Tabel
34). Hal itu disebabkan karena responden umumnya memiliki jumlah anggota
keluarga antara 3 hingga 5 orang. Responden yang memiliki jumlah anggota
keluarga kurang dari 5 tidak dapat dikatakan bahwa responden memiliki perilaku
wirausaha rendah ataupun tinggu, begitu pula responden dengan jumlah anggota
keluarganya diatas 5. Selain itu juga, jumlah anggota keluarga yang banyak
bukan jaminan bagi seseorang untuk giat dalam berwirausaha karena banyaknya
beban keluarga yang harus ditanggung. Umumnya, motivasi responden
berwirausaha dan bekerja keras adalah tuntutan untuk biaya hidup keluarga.
Namun, terkadang orang berwirausaha karena adanya keinginan untuk
mengembangkan potensi diri atau hanya karena hobi. Oleh sebab itu, jumlah
anggota keluarga tidak berkaitan dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan
usaha.
Tabel 34 Hasil uji korelasi rank spearman antara jumlah anggota keluarga
dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Jumlah anggota
keluarga
0.781 0.541 0.535 0.927 -0.013
Asal Daerah
Berdasarkan uji korelasi rank spearman yang dilakukan menunjukkan
bahwa asal daerah tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan
keberhasilan usaha (Tabel 35). Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berasal
dari daerah tertentu tidak menjadikan seseorang berperilaku wirausaha tinggi
dan berhasil dalam menjalankan kegiatan usaha. Niat, kemauan, dan kerja keras
yang tinggi akan mendorong seseorang berperilaku wirausaha yang tinggi yang
nantinya akan berdampak pada keberhasilan usaha.
Tabel 35 Hasil uji korelasi rank spearman antara asal daerah dengan perilaku
wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari kelompok wanita
tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Asal daerah 0.313 0.032 0.161 0.146 0.103
65
Hubungan Antara Karakteristik Kelompok dengan Perilaku Wirausaha
dan Keberhasilan usaha
Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman yang dilakukan, sebagian
besar karakteristik kelompok tidak berhubungan nyata dengan perilaku
wirausaha dan keberhasilan usaha. Hal itu disebabkan karena pada dasarnya
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha lebih ditentukan oleh pribadi masing-
masing individu.
Lama Bergabung
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa lama bergabung
tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-unsurnya, serta
keberhasilan usaha (Tabel 36). Hal ini mengindikasikan bahwa lamanya
responden bergabung dalam kelompok tidak dapat dikatakan responden telah
memiliki pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan yang tinggi. Hal tersebut
disebabkan karena kurangnya partisipasi dari anggota yang kurang tertarik akan
kegiatan yang dilakukan kelompok khususnya kewirausahaan. Padahal,
seharusnya melalui kelompok maka pengetahuan dan keterampilan anggota
dalam berwirausaha akan mengalami peningkatan, karena adanya berbagai
macam bentuk pembinaan dan pelatihan yang dilakukan dari kelompok kepada
para anggota.
Tabel 36 Hasil uji korelasi rank spearman antara lama bergabung dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Lama
bergabung
-0.092 0.230 -0.131 -0.049 0.000
Motivasi Bergabung
Pada kelompok wanita tani Tapak Dara, motivasi bergabung umumnya
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga khusunya peningkatan
perekonomiannya. Namun, terdapat pula responden yang tidak memiliki
motivasi apapun untuk bergabung dengan kelompok selain hanya ikut
berpartisipasi. Motivasi bergabung seharusnya akan menjadikan responden
berpengetahuan dan memiliki keterampilan berwirausaha yang tinggi karena
didukung oleh keikutsertaannya dalam kegiatan kelompok.Akan tetapi, pada
kelompok wanita tani Tapak Dara, hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi
anggota bergabung dalam kelompok tidak berhubungan nyata dengan perilaku
wirausaha dan keberhasilan usaha (Tabel 37). Hal ini mengindikasikan bahwa
motivasi bergabung atau alasan responden bergabung dalam kelompok tidak
menjadikan responden berperilaku wirausaha dan keberhasilan usaha yang
cenderung tinggi. Terdapat responden yang meskipunmemiliki motivasi
bergabung dalam kelompok, namun tidak memiliki perilaku wirausaha dan
keberhasilan usaha yang tinggi. Hal itu disebabkan karena kurangnya minat
66
responden untuk berwirausaha dan didukung oleh pendapatan suami yang lebih
dari cukup.
Tabel 37 Hasil uji korelasi rank spearman antara motivasi bergabung dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari
kelompok wanita tani Tapak Daraa
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Motivasi
bergabung
0.294 0.183 0.170 0.236 0.095
Harapan Bagi Kelompok
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa harapan anggota
bagi terbentuknya kelompok berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan
unsur-unsurnya, serta keberhasilan usaha dengan nilai positif yang artinya
semakin tinggi harapan anggota bagi kelompok maka perilaku wirausaha yang
meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta keberhasilan usahanya juga
akan semakin tinggi dengan keeratan korelasi kuat (Tabel 38).Harapan anggota
umumnya adalah untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga yang
mengindikasikan bahwa responden bergantung pada kelompok untuk
meningkatkan kualitas hidupnya melalui kegiatan pelatihan kewirausahaan yang
dilakukan oleh kelompok. Kegiatan pelatihan yang dilakukan dimaksudkan agar
anggota mampu mengembangkan keterampilan yang dimiliki, seperti mengolah
hasil-hasil produk pertanian agar nantinya dapat menghasilkan pendapatan.
Tabel 38 Hasil uji korelasi rank spearman antara harapan anggota bagi kelompok
dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Harapan
anggota
0.624a 0.432
b 0.576
a 0.650
a 0.418
b
Keeratan
korelasi
Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat
aSignifikan (α = 0.01);
bSignifikan (α = 0.05)
Mekanisme Pengambilan Keputusan
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa mekanisme
pengambilan keputusan tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha
dan keberhasilan usaha (Tabel 39). Hal itu disebabkan karena menurut hasil
wawancara yang dilakukan dengan responden menyatakan bahwa terkadang
kelompok wanita tani Tapak Dara melakukan pengambilan keputusan secara
sepihak, sehingga mengakibatkan kurangnya kepercayaan dan kurangnya
partisipasi anggota terhadap kelompok. Partisipasi anggota yang menurun
67
akanmengakibatkan keengganan anggota untuk melakukan kegiatan dan
program yang dilakukan oleh kelompok.
Tabel 39 Hasil uji korelasi rank spearman antara mekanisme pengambilan
keputusan dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada
anggota dari kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Mekanisme
pengambilan
keputusan
-0.219 -0.204 -0.083 -0.186 -0.045
Keinginan Anggota
Hasil uji korelasi rank spearman memperlihatkan bahwa keinginan
anggota berhubungan nyata dengan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
wirausaha dengan nilai positif yang artinya semakin tinggi keinginan anggota
akan adanya kelompok maka pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
wirausahanya juga akan semakin tinggi dengan keeratan korelasi lemah (Tabel
40). Hal tersebut dikarenakan keinginan terbesar anggota untuk bergabung
dengan kelompok adalah keinginan untuk mendapatkan dana yang nantinya akan
digunakan sebagai modal berwirausaha.Namun, hasil uji korelasi rank spearman
menunjukkan bahwa keinginan anggota tidak berhubungan nyata dengan
keberhasilan usaha. Hal itu disebabkan karena terdapat beberapa responden yang
menggunakan dana kredit kelompok untuk keperluan lain.
Tabel 40 Hasil uji korelasi rank spearman antara keinginan anggota dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Keinginan
anggota
terhadap
kelompok
0.407a 0.344 0.372
a 0.408
a 0.128
Keeratan
korelasi
Lemah Lemah Lemah
aSignifikan (α = 0.05)
Intensitas Rapat dan Kegiatan
Rapat dan kegiatan kelompok wanita tani Tapak Dara dilaksanakan
setiap satu bulan sekali dengan agenda untuk meningkatkan keterampilan
anggota, khususnya pengolahan produk pertanian. Melalui rapat dan kegiatan
kelompok, anggota diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki
dan mampu membuka usaha guna menunjang perekonomian keluarga. Semakin
sering intensitas rapat dan kegiatan kelompok, akan menjadikan keterampilan
68
anggota seharusnya semakin meningkat Namun, hasil uji korelasi rank spearman
menunjukkan bahwa intensitas rapat dan kegiatan kelompok tidak berhubungan
nyata dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha (Tabel 41). Hal ini
mengindikasikan bahwa intensitas rapat dan kegiatan kelompok yang tinggi
tidak ada kaitannya dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha yang
tinggi ataupun rendah.
Tabel 41 Hasil uji korelasi rank sperman antara intensitas rapat dan kegiatan
kelompok dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada
anggota dari kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Intensitas rapat
dan kegiatan
0.208 0.074 0.169 0.214 0.047
Pelayanan Kelompok
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa pelayanan
kelompok tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha dan unsur-
unsurnya serta keberhasilan usaha (Tabel 42). Hal ini mengindikasikan bahwa
meskipun pelayanan yang dilakukan kelompok telah baik, tetapi belum
menjamin anggota untuk berperilaku wirausaha yang baik dan berhasil dalam
menjalankan kegiatan usahanya. Hal itu disebabkan karena pada dasarnya
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha yang tinggi berasal dari kepribadian
masing-masing dan kelompok hanya berperan sebagai kelas belajar dan
penyedia sarana ataupun kebutuhan modal bagi para anggota.
Tabel 42 Hasil uji korelasi rank spearman antara pelayanan kelompok dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari kelompok
wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Pelayanan
kelompok
0.237 0.027 0.163 0.203 0.000
Suasana Kelompok
Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman yang dilakukan, diperoleh
hasil bahwa suasana kelompok berhubungan nyata dengan pengetahuan dan
perilaku wirausaha yang bernilai positif, artinya semakin kekeluargaan suasana
kelompoknya maka pengetahuan dan perilaku wirausaha juga akan semakin
baik. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya sifat kekeluargaan yang
terjalin antar anggota akan menjadikan anggota nyaman untuk mengikuti
program dan kegiatan pelatihan guna peningkatan potensi diri. Namun, suasana
kelompok tidak berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha. Hal itu
disebabkan karena usaha yang dijalankan anggota adalah usaha individu
69
sehingga tidak ada hubungannya suasana kelompok yang bersifat kekeluargaan
(Tabel 43).
Tabel 43 Hasil uji korelasi rank spearman antara suasana kelompok dengan
perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota dari
kelompok wanita tani Tapak Dara
Karakteristik
individu
Unsur-unsur perilaku wirausaha Perilaku
wirausaha
Keberhasilan
usaha Pengetahuan Sikap Keterampilan
Koef. Koef. Koef. Koef. Koef.
Suasana
kelompok
0.430a 0.267 0.321 0.421
a 0.241
Keeratan
korelasi
Kuat Kuat
aSignifikan (α = 0.05)
Hubungan Antara Perilaku Wirausaha dan Keberhasilan Usaha
Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman yang dilakukan, perilaku
wirausaha berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha dengan keterampilan
berwirausaha memiliki korelasi sangat kuat dengan keberhasilan usaha pada
anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.
Pengetahuan Berwirausaha
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa pengetahuan
dalam berwirausaha berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha dengan nilai
koefisien positif sebesar 0.683 yang artinya semakin tinggi pengetahuan dalam
berwirausaha, maka keberhasilan usahanya juga akan semakin tinggi dengan
keeratan korelasi kuat (Tabel 44). Pengetahuan dalam berwirausaha meliputi
pemasaran produk, kualitas produk, loyalitas konsumen, trend pasar, keinginan
konsumen, harga yang ditawarkan, dan hal-hal yang berkaitan dengan usaha
yang dijalankan. Seseorang yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha
tinggi akan cenderung lebih kreatif dalam berimajinasi akan produk yang
ditawarkan. Pengetahuan dasar dalam berwirausaha merupakan hal penting yang
nantinya akan berdampak pada keberhasilan usaha. Pengetahuan mengenai
pengelolaan usaha juga perlu diketahui karena untuk menunjang pencapaian
tujuan bisnis yang diinginkan.
Tabel 44 Hasil uji korelasi rank spearman antara pengetahuan dengan
keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara
Perilaku Wirausaha Keberhasilan
Usaha
Koefisien Keeratan korelasi
Pengetahuan 0,683a Kuat
aSignifikan (α = 0.01)
Sikap Mental Berwirausaha
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa sikap mental
berhubungan nyata dengan keberhasilan usaha dengan nilai koefisien positif
70
sebesar 0.647 yang artinya semakin baik sikap mental dalam berwairausaha
maka keberhasilan usaha akan semakin tinggi dengan keeratan korelasi kuat
(Tabel 45).
Sikap mental dalam berwirausaha merupakan hal yang penting dan perlu
dimiliki oleh wirausahawan dalam menjalankan usahanya. Sikap mental yang
lembek dalam berwirausaha akan menjadikan usaha yang dijalankan tidak
berjalan atau bahkan gagal. Sikap mental lembek dalam hal ini maksudnya
adalah sikap seseorang yang cenderung lebih menikmati hasilnya tanpa mau
bersusah payah atau bekerja keras. Mereka akan langsung beralih usaha apabila
usaha yang baru dijalankan mengalami kegagalan. Selain itu, seorang wirausaha
juga harus memiliki mental yang kuat dan tangguh serta tidak mudah putus asa
apabila usaha yang dijalankan belum berhasil. Wirausaha yang berhasil adalah
wirausaha yang mau bekerja keras dan tidak bermalas-malasan.
Tabel 45 Hasil uji korelasi rank spearman antara sikap mental dengan
keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara
Perilaku Wirausaha Keberhasilan
Usaha
Koefisien Keeratan korelasi
Sikap mental 0,647a Kuat
aSignifikan (α = 0.01)
Keterampilan Berwirausaha
Dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha, hasil uji korelasi rank
spearman menunjukkan bahwa keterampilan dalam berwirausaha berhubungan
nyata dengan perilaku wirausaha dengan nilai koefisien positif sebesar 0.795
yang artinya, semakin seseorang terampil dalam berwirausaha maka
keberhasilan usahanya akan semakin meningkat dengan keeratan korelasi sangat
kuat (Tabel 46). Keterampilan merupakan salah satu indikator dari perilaku
wirausaha yang berhubungan paling erat dengan keberhasilan usaha. Hal itu
disebabkan karena pada dasarnya seorang wirausaha adalah orang yang terampil
dalam menjalankan kegiatan usaha. Selain itu, keterampilan juga akan
menjadikan seseorang lebih kreatif dan inovatif yang nantinya akan berdampak
pada kelangsungan usaha yang dijalankan.
Tabel 46 Hasil uji korelasi rank spearman antara ketermapilan dengan
keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara
Perilaku Wirausaha Keberhasilan
Usaha
Koefisien Keeratan korelasi
Keterampilan 0,795b Sangat kuat
aSumber : Kuesioner penelitian diolah (2013);
bSignifikan (α = 0.01)
Pada kelompok wanita tani Tapak Dara, responden yang berhasil dalam
menjalankan kegiatan usaha adalah responden yang terampil, kreatif, selalu
berusaha dengan giat serta bekerja keras demi mencapai hal yang diinginkan.
Hal tesrebut dapat terlihat dari responden yang menjalankan kegiatan usaha
dengan memproduksi aneka macam makanan olehan dengan berbahan dasar
71
singkong yang selalu belajar dan berinovasi untuk memproduksi produk yang
berbeda dan dapat diterima oleh konsumen.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
1. Mayoritas anggota kelompok wanita tani Tapak Dara berusia tua,
berpendidikan sebagai lulusan SLTA, memiliki suami yang masih
bekerja dengan jumlah anggota keluarga antara 3 hingga 5 orang.
Selanjutnya, anggota kelompok berwirausaha antara 1 hingga 9 tahun
dengan sumber modal awal berasal dari pribadi, pernah melakukan
peminjaman untuk pengembangan usaha, waktu berwirausaha selama 2
hingga 5 jam dengan pendapatan setiap bulannya antara Rp500 000
hingga Rp 1 000 000 sehingga mampu mencukupi kebutuhan keluarga
dengan persentase sebesar 61 hingga 75%. Sementara itu, karakteristik
kelomook pada anggota mayoritas telah bergabung sejak terbentuknya
kelompok, memiliki motivasi untuk bergabung dengan harapan untuk
menambah pendapatan rumah tangga dan berkeinginan untuk
mendapatkan penyaluran dana kredit dari kelompok.
2. Perilaku wanita wirausaha dapat dilihat dari pengetahuan, sikap mental,
dan keterampilan dalam berwirausaha. Pada kelompok wanita tani Tapak
Dara, perilaku wanita wirausaha pada anggota tergolong tinggi dengan
pengetahuan berwirausaha tergolong sangat tinggi. Sementara itu, sikap
mental dan keterampilan pada anggota tergolong sedang dengan
persentase masing-masing sebesar 51.52 dan 42.42%.
3. Karakteristik individu pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara,
yakni waktu untuk berwirausaha, persentase kebutuhan keluarga yang
terpenuhi, dan pendapatan memiliki hubungan nyata kuat dengan
perilaku wanita wirausaha dan berhubungan nyata sangat kuat sekali
dengan keberhasilan usaha pada anggota kelompok.Selanjutnya, harapan
anggota terhadap kelompok dan suasana kelompok memiliki hubungan
nyata kuat dengan perilaku wanita wirausaha, sedangkan hanya harapan
anggota saja yang berhubungan nyata kuat dengan keberhasilan usaha.
Sementara itu, dalam kaitannya antara perilaku wanita wirausaha dan
keberhasilan usaha, keterampilan dalam berwirausaha memiliki
hubungan nyata dengan korelasi sangat kuat dengan keberhasilan usaha
pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara. Hal ini
mengindikasikan bahwa pada dasarnya seorang wirausaha yang berhasil
adalah wirausaha yang terampil, cekatan, kreatif, inovatif, dan selalu
berusaha dalam menjalankan kegiatan usahanya.
SARAN
1. Pemerintahan Kota Bogor melalui dinas pertanian hendaknya lebih
meningkatkan program penyuluhan dan pembinaan terutama dalam hal
72
kewirausahaan khususnya bagi kelompok wanita tani dalam rangka
menyukseskan pemberdayaan wanita di Indonesia.
2. Pihak penyuluh sebaiknya memberikan pemahaman akan pentingnya
pembukuan keuangan secara tertulis atau pencatatan perkembangan
usaha pada kelompok wanita tani Tapak Dara. Hal itu disebabkan
karena mayoritas anggota yang berwirausaha kurang begitu peduli
akan pencatatan atau pembukuan tersebut. Mereka hanya
mengandalkan daya ingat atau pencatatan usaha secara umum tanpa
adanya hal-hal yang terperinci, artinya mereka hanya mengetahui
seberapa besar keuntungan yang diperoleh dengan modal yang
digunakan tanpa mengetahui seberapa banyak produksi yang
dihasilkan. Misalnya, mereka tidak mengetahui untuk 10kg singkong
dapat menghasilkan berapa bungkus keripik singkong untuk takaran ⁄ kg, ⁄ kg, atau pun 1 bungkus yang dijual seharga seribu rupiah.
Padahal, melalui pembukuan keuangan, responden dapat mengetahui
pendapatan yang diperoleh dan dapat meningkatkan pendapatannya.
3. Kelompok wanita tani Tapak Dara sebaiknya meningkatkan usaha
yang dijalankan kelompok sehingga dapat membantu kualitas hidup
anggota kelompok yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga
dan tidak memiliki pendapatan. Salah satunya dengan meningkatkan
intensitas rapat dan kegiatan kelompok, komunikasi interpersonal, dan
menjaga hubungan baik antara angggota dengan pengurus. Usaha
kelompok dalam hal ini adalah usaha untuk memproduksi tepung
mocaf dan berbagai macam olahannya yang saat ini sudah tidak
berjalan berjalan karena kurangnya respon anggota dalam
berwirausaha secara kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS]. Badan Pusat Statistika.2012. Persentase penduduk menurut Provinsi dan
jenis kelamin tahun 2009-2011. [Internet]. [diunduh 2013 Agust 2].
Tersedia pada :www.bps.go.id
[Pemkot Bogor]. Pemerintahan Kota Bogor. 2011. Profil investasi bidang
agribisnis Kota Bogor. [internet]. [diunduh 2013 Mei 3]. Tersedia pada
:www.kotabogor.go.id
[Setneg]. Sekretaris Negara. 2008. Potret kebangkitan perempuan Indonesia.
[internet]. [diunduh 2013 Jul 9]. Tersedia pada: www.setneg.go.id
[BPS].Badan Pusat Statistika. 2011. Statistik Indonesia. Jakarta (ID) : Badan
Pusat Statistika.
[UPTBP3K]. Unit Pelayanan Teknis Badan Penyuluhan Pertanian,Perikanan,
Perkebunan,dan Kehutanan. 2012. Pembinaan kelompok tani. [Internet].
[diunduh 2013 Mei 3].Tersedia pada: http://www.
uptbp3kwaled.blogspot.com/2012/03/pembinaan-kelompok-tani.html
Alma B. 2010. Kewirausahaan. Bandung (ID) : CV.Alfabeta.
73
Astamoen MP. 2005. Entrepreneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa
Indonesia. Bandung (ID) : Alfabeta.
Azzahra R. 2009. Perilaku Wirausaha Mahasiswa Institut Pertanian Bogor
Peserta Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dan
Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM) [skripsi].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Bank Dunia (2013). Jumlah penduduk Indonesia.[Internet]. [diunduh 2013 Jul
19].Tersedia pada : www.google.co.id/publicdata
Bank Dunia. 2013. Perbandingan antara jumlah penduduk dunia dan Indonesia.
[Internet]. [diunduh 2013 Jul 19]. Tersedia pada
:www.google.co.id/publicdata
Dirlanudin. 2010. Perilaku Wirausaha dan Keberdayaan Pengusaha kecil
Industri Agro [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Fahmi FN. 2009. Analisis Curahan Kerja Rumah Tangga Petani Lahan Sawah di
Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah) [tesis]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Haryani M. 2004. Tingkat Kemandirian Wanita Tani dalam Pengelolaan
Usahatani Sayuran (Kasus di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi
Provinsi Jawa Barat) [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta (ID) : Erlangga.
Jokopusphito S. 2006. Hubungan Antara Perilaku Komunikasi dengan Tingkat
Adopsi Teknologi Diversifikasi Pangan dan Gizi pada Kelompok Wanita
Tani (Studi Kasus pada Kelompok Wanita Tani di Kecamatan Pundong
Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta [tesis]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Karsidi R. 2001. Pemberdayaan Masyarakat Petani. Di dalam : Yustina I,
Sudrajat A, penyunting. Membentuk Pola Perilaku Manusia
Pembangunan; 2003 Sept 170-179. Bogor (ID) : IPB pr.
Kasmir. 2010. Kewirausahaan. Jakarta (ID) : PT. Raja grafindo Persada.
Manoppo CN. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Wanita
Tani dala Usahatani Kakao (Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten
Donggala Provinsi Sulawesi Tengah) [tesis]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Maysami RC, Ziemnowicz C. 2007. Ethnicity, Gender and Entrepreneurial
Tendencies: The Singapore Perspective. The Copenhagen Journal of
Asian Studies 25.
Mugniesyah SS. 1986. Kepemimpinan Wanita dalam Pembangunan Desa (Studi
Kasus : di Dua Desa di Kecamatan Purwa Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat) [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Muljaningsih S, Soemarno, Hadiwidjojo D, Mustajadjab MM. 2013. Developing
Organic Food Processed Entrepreneurial Intention : Study on Women
Farmers at Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Journal
of Business and Management. Vol 11, Issue 1 (May-Jun 2013).
Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor (ID) : Ghalia Indonesia.
Nitisusastro M. 2010. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung
(ID) : CV. Alfabeta.
Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS. Yogyakarta (ID) : Andi
74
Pambudy R. 1999. Perilaku Komunikasi, Perilaku Wirausaha Peternak, dan
Penyuluhan dalam Sistem Agribisnis Peternakan Ayam[disertasi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Pristiana U, Kusumaningtyas A, Mujanah S. 2009. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Wanita Berwirausaha di Kota
Surabaya. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis. Volume 9 No. 1 Maret 2009
: 52-65.
Rachmat IS. 2006. Hubungan Karakteristik dan Sikap Anggota Terhadap
Keberadaan Kelompok Tani Ternak (Studi kasus pada Kelompok Tani
Ternak Domba Makori di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor [skripsi].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Rahadian D. 2002. Hubungan Perilaku Wirausaha Peternak dengan
Produktivitas Kelompok Peternak Domba Garut [skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Rahmawaty N. 2000. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Wanita Terhadap
Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga (Kasus Wanita Pekerja
Industri Kecil Manisan Pala di Desa Dramaga, Bogor) [skripsi]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Ramanti RP. 2006. Perilaku Wirausaha Wanita Peternak dalam Mencari dan
Menerapkan Informasi Usahaternak Ayam Buras (Kasus Kelompok
Tani-ternak “Tanjung”, Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari,
Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Republika. 2011. Linda : jumlah wanita pengusaha Indonesia masih 0.1 persen.
[Internet]. [diunduh 2013 Agust 2]. Tersedia pada
:http://www.republika.co.id/berita/breakingnews/nasional/11/01/30/1614
85-linda-jumlah-wanita-pengusaha-indonesia-masih-0-1-persen
Reslawati. 2004. Karakteristik Kelompok dan Jaringan Komunikasi : Kajian
Kekohesifan Kelompok Swadaya Masyarakat di Kelurahan Loji, Kota
Bogor [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Riduwan, Sunarto. 2011. Pengantar Statistika untuk Penelitian : Pendidikan,
Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis. Bandung (ID) : CV. Alfabeta.
Rinaldi. 1999. Studi Peranan Wanita Nelayan dalam Upaya Mencapai Keluarga
Sejahtera (Kasus : Wanita Nelayan di Kotamadya Medan) [tesis]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor
Riyanti BPD. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian.
Jakarta (ID): Grasindo.
Rona S. 1999. Hubungan Karakteristik Petani dengan Tingkat Partisipasinya
sebagai Anggota Kelompok Tani (Kasus Kelompok Tani Mekarsari,
Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Dati II Bogor, Provinsi
Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Sapar. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan
Pedagang Kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha
Makanan di Kota Bogor) [tesis].Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Soesarsono. 2002. Pengantar Kewirausahaan. Bogor (ID) : Instititut Pertanian
Bogor.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Bandung (ID) : Alfabeta.
75
Suharno MI. 2009. Hubungan Karakteristik dan Pengelolaan Kelompok Tani
Berumur Panjang dengan Keragaannya di Kabupaten Indramayu [tesis].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Suharyadi, Nugroho A, Purwanto KS, Faturrohman M. 2007. Kewirausahaan :
Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta (ID) : Salemba
Empat.
Sulistiawati E. 2002. Perilaku Kepemimpinandan Keefektifan Kelompok (Kasus
Pelaksanaan P4K pada Kelompok Petani Kecil di Desa Mekarsari,
Kecamatan Banjar, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat) [tesis].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Sunarsi S, Sugeng MA, Wahyuni S, Ratnaningtyas W. 2011. Manfaatkan
Singkong Menjadi Tepung Mocaf Untuk Pemberdayaan Masyarakat
Sumberejo. Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Msyarakat Tahun
2011.
Sunarya APO, Sudaryono, Saefullah A. 2011. Kewirausahaan. Yogyakarta (ID):
Andi.
Tambunan TH (2009). Center For Industry, SME & Business Competition
Studies Trisakti University. [diunduh tanggal 11 Juli 2013] tersedia pada
http://www.fe.trisakti.ac.id/pusatstudi_industri/pusat study tulus
tambunan/pusat studi/policy discussion paper/pdf7.pdf
Tambunan TH.2012. Wanita Pengusaha di UMKM di Indonesia : Motivasi dan
Kendala. [diunduh 2013 Jul 13] tersedia pada
http://www.fe.trisakti.ac.id/pusatstudi_industri/pusat%20study%20tulus
%20tambunan/pusat%20studi/policy%20discussion%20paper/policy%20
paper%2033.pdf.
Widyadari F, Sharder H, Pranoto S. [tahun terbit tidak diketahui]. Suara-suara
perempuan pengusaha. Jakarta (ID) : International Finance Corporation
dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Yani A. 2001. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kebutuhan Pelatihan
Wanita Tani di Pedesaan [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
76
LAMPIRAN
Lampiran1 Jumlah penduduk Indonesia tahun 1960-2011a
aBank Dunia (2013). Jumlah penduduk Indonesia.[Internet]. [diunduh tanggal 19 Juli
2013].Tersedia pada : www.google.co.id/publicdata
Lampiran2 Persentase penduduk menurut provinsi dan jenis kelamina
Provinsi Laki-laki Perempuan Total
2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011
Aceh 48.73 49.88 50.09 51.27 50.12 49.91 100.00 100.00 100.00
Sumatera Utara 49.36 50.00 50.69 50.64 50.00 49.31 100.00 100.00 100.00
Sumatera Barat 48.98 49.41 50.64 51.02 50.59 49.36 100.00 100.00 100.00
R i a u 51.39 51.50 51.22 48.61 48.50 48.78 100.00 100.00 100.00
Kepulauan Riau 51.27 50.20 50.01 48.73 49.80 49.99 100.00 100.00 100.00
J a m b i 50.18 51.10 51.23 49.82 48.90 48.77 100.00 100.00 100.00
Sumatera Selatan 49.94 50.76 51.25 50.06 49.24 48.75 100.00 100.00 100.00
Kepulauan Bangka
Belitung 50.74 51.73 51.75 49.26 48.27 48.25 100.00 100.00 100.00
Bengkulu 50.78 50.80 51.28 49.22 49.20 48.72 100.00 100.00 100.00
Lampung 50.67 51.41 51.68 49.33 48.59 48.32 100.00 100.00 100.00
DKI Jakarta 49.05 49.90 50.05 50.95 50.10 49.95 100.00 100.00 100.00
Jawa Barat 49.96 50.43 50.96 50.04 49.57 49.04 100.00 100.00 100.00
Banten 50.72 51.06 51.01 49.28 48.94 48.99 100.00 100.00 100.00
Jawa Tengah 49.06 49.56 49.80 50.94 50.44 50.20 100.00 100.00 100.00
DI Yogyakarta 48.59 49.31 48.64 51.41 50.69 51.36 100.00 100.00 100.00
Jawa Timur 48.63 49.45 49.46 51.37 50.55 50.54 100.00 100.00 100.00
B a l i 49.97 50.42 50.42 50.03 49.58 49.58 100.00 100.00 100.00
Nusa Tenggara
Barat 47.40 48.59 47.82 52.60 51.41 52.18 100.00 100.00 100.00
Nusa Tenggara Timur
49.50 49.94 49.43 50.50 50.06 50.57 100.00 100.00 100.00
Kalimantan Barat 49.95 51.24 51.34 50.05 48.76 48.66 100.00 100.00 100.00
Kalimantan
Tengah 50.11 51.82 51.64 49.89 48.18 48.36 100.00 100.00 100.00
77
Kalimantan
Selatan 49.25 50.70 50.20 50.75 49.30 49.80 100.00 100.00 100.00
Kalimantan Timur 51.43 52.42 52.26 48.57 47.58 47.74 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara 50.52 51.22 51.08 49.48 48.78 48.92 100.00 100.00 100.00
Gorontalo 50.40 50.46 50.32 49.60 49.54 49.68 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Tengah 50.84 51.24 51.31 49.16 48.76 48.69 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Selatan 48.12 48.48 48.84 51.88 51.52 51.16 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Barat 50.46 50.19 50.35 49.54 49.81 49.65 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Tenggara 49.43 49.92 50.03 50.57 50.08 49.97 100.00 100.00 100.00
Maluku 50.14 50.43 50.20 49.86 49.57 49.80 100.00 100.00 100.00
Maluku Utara 50.70 50.59 51.80 49.30 49.41 48.20 100.00 100.00 100.00
P a p u a 51.72 52.47 52.85 48.28 47.53 47.15 100.00 100.00 100.00
Papua Barat 50.96 53.11 51.73 49.04 46.89 48.27 100.00 100.00 100.00
Indonesia 49.53 50.17 50.37 50.47 49.83 49.63 100.00 100.00 100.00
aSumber : BPS (2012) diadaptasi dari Susenas 2009-2011
Lampiran3 Status kesempatan kerja menurut gender di Indonesia tahun 1990-
2006a
Gender Tahun
1990 1995 1996 1997 1998 1999 2002 2006
Lelaki
Pekerja dibayar 31.9 39.1 38.4 39.4 36.1 36.2 29.4 35.2
Usaha sendiri
dengan pekerja
1.1 2.1 1.8 2.2 2.3 3.4 4.1 4.0
Usaha sendiri tanpa
pekerja
53.6 50.1 52.1 50.3 52.7 51.9 59.4 53.2
Pekerja keluarga 13.5 8.7 7.7 8.0 8.8 8.5 7.0 7.7
Perempuan
Pekerja dibayar 22.8 29.2 27.4 29.0 27.7 28.1 37.3 31.5
Usaha sendiri
dengan pekerja
0.3 0.7 0.8 0.8 0.8 2.0 1.1 1.1
Usaha sendiri tanpa
pekerja
30.2 36.8 38.5 34.5 34.9 35.8 25.4 33.2
Pekerja keluarga 46.6 33.3 33.4 35.7 36.6 34.2 36.2 34.1
Lelaki+perempuan
Pekerja dibayar 28.4 35.6 34.2 35.5 32.9 33.1 32.3 33.9
Usaha sendiri
dengan pekerja
0.8 1.6 1.4 1.7 1.7 2.9 3.0 3.0
Usaha sendiri tanpa
pekerja
44.5 45.4 46.9 44.3 45.9 45.7 47.2 46.2
Pekerja keluarga 26.3 17.4 17.5 18.5 19.5 18.3 17.6 16.9 aSumber : BPS dalam Tambunan (2012)
78
Lampiran 4 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik individu dengan perilaku wirausaha
Correlations
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 Y1 Y2 Y3 Y
Spearman's
rho
X11 Correlation
Coefficient
1.000 -.172 .271 -.346* -.398* -.278 -.376* -.390* -.140 -.509** .421* -.151 -.253 -.446** -.230 -.333
Sig. (2-tailed) . .337 .127 .048 .022 .117 .031 .025 .436 .002 .015 .400 .156 .009 .197 .058
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X12 Correlation
Coefficient
-.172 1.000 .216 -.054 .049 -.042 .087 .029 -.017 .086 -.213 .181 .494** .264 .279 .428*
Sig. (2-tailed) .337 . .227 .765 .789 .816 .630 .873 .927 .635 .235 .313 .004 .138 .115 .013
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X13 Correlation
Coefficient
.271 .216 1.000 .097 .181 .023 .124 .144 .207 .097 .297 .011 .387* .257 .115 .258
Sig. (2-tailed) .127 .227 . .591 .312 .899 .490 .424 .248 .591 .093 .950 .026 .148 .524 .147
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X14 Correlation
Coefficient
-.346* -.054 .097 1.000 .871** .658** .894** .924** .086 .913** .065 -.031 .531** .611** .672** .685**
Sig. (2-tailed) .048 .765 .591 . .000 .000 .000 .000 .634 .000 .721 .865 .001 .000 .000 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X15 Correlation
Coefficient
-.398* .049 .181 .871** 1.000 .701** .919** .908** .133 .900** -.020 .133 .580** .689** .671** .702**
Sig. (2-tailed) .022 .789 .312 .000 . .000 .000 .000 .460 .000 .911 .459 .000 .000 .000 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X16 Correlation
Coefficient
-.278 -.042 .023 .658** .701** 1.000 .744** .759** .084 .700** -.133 .105 .508** .501** .601** .600**
Sig. (2-tailed) .117 .816 .899 .000 .000 . .000 .000 .642 .000 .459 .560 .003 .003 .000 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
78
X17 Correlation
Coefficient
-.376* .087 .124 .894** .919** .744** 1.000 .938** .160 .952** -.024 .062 .684** .627** .733** .766**
Sig. (2-tailed) .031 .630 .490 .000 .000 .000 . .000 .373 .000 .895 .733 .000 .000 .000 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X18 Correlation
Coefficient
-.390* .029 .144 .924** .908** .759** .938** 1.000 .082 .946** -.016 .026 .660** .668** .731** .774**
Sig. (2-tailed) .025 .873 .424 .000 .000 .000 .000 . .650 .000 .930 .887 .000 .000 .000 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X19 Correlation
Coefficient
-.140 -.017 .207 .086 .133 .084 .160 .082 1.000 .074 .207 .193 .094 .260 -.133 .023
Sig. (2-tailed) .436 .927 .248 .634 .460 .642 .373 .650 . .683 .249 .283 .603 .145 .461 .897
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X20 Correlation
Coefficient
-.509** .086 .097 .913** .900** .700** .952** .946** .074 1.000 -.043 .036 .662** .640** .749** .767**
Sig. (2-tailed) .002 .635 .591 .000 .000 .000 .000 .000 .683 . .811 .843 .000 .000 .000 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X21 Correlation
Coefficient
.421* -.213 .297 .065 -.020 -.133 -.024 -.016 .207 -.043 1.000 -.031 -.050 -.110 .112 .017
Sig. (2-tailed) .015 .235 .093 .721 .911 .459 .895 .930 .249 .811 . .864 .781 .541 .535 .927
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X22 Correlation
Coefficient
-.151 .181 .011 -.031 .133 .105 .062 .026 .193 .036 -.031 1.000 .181 .374* .250 .259
Sig. (2-tailed) .400 .313 .950 .865 .459 .560 .733 .887 .283 .843 .864 . .313 .032 .161 .146
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Y1 Correlation
Coefficient
-.253 .494** .387* .531** .580** .508** .684** .660** .094 .662** -.050 .181 1.000 .632** .738** .916**
Sig. (2-tailed) .156 .004 .026 .001 .000 .003 .000 .000 .603 .000 .781 .313 . .000 .000 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Y2 Correlation
Coefficient
-.446** .264 .257 .611** .689** .501** .627** .668** .260 .640** -.110 .374* .632** 1.000 .572** .764**
79
Sig. (2-tailed) .009 .138 .148 .000 .000 .003 .000 .000 .145 .000 .541 .032 .000 . .001 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Y3 Correlation
Coefficient
-.230 .279 .115 .672** .671** .601** .733** .731** -.133 .749** .112 .250 .738** .572** 1.000 .902**
Sig. (2-tailed) .197 .115 .524 .000 .000 .000 .000 .000 .461 .000 .535 .161 .000 .001 . .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Y Correlation
Coefficient
-.333 .428* .258 .685** .702** .600** .766** .774** .023 .767** .017 .259 .916** .764** .902** 1.000
Sig. (2-tailed) .058 .013 .147 .000 .000 .000 .000 .000 .897 .000 .927 .146 .000 .000 .000 .
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 5 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik kelompok dengan perilaku wirausaha
Correlations
X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 Y1 Y2 Y3 Y
Spearman's
rho
X23 Correlation
Coefficient
1.000 -.102 .093 -.223 -.051 -.038 .044 .267 -.092 .230 -.131 -.049
Sig. (2-tailed) . .571 .606 .213 .776 .835 .809 .134 .612 .197 .468 .787
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X24 Correlation
Coefficient
-.102 1.000 .378* -.297 .391* .300 .333 .332 .294 .183 .170 .236
Sig. (2-tailed) .571 . .030 .093 .025 .090 .058 .059 .096 .307 .345 .187
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X25 Correlation
Coefficient
.093 .378* 1.000 -.220 .491** .434* .414* .441* .624** .432* .576** .650**
Sig. (2-tailed) .606 .030 . .219 .004 .012 .017 .010 .000 .012 .000 .000
80
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X26 Correlation
Coefficient
-.223 -.297 -.220 1.000 -.522** -.607** -.668** -.532** -.219 -.204 -.083 -.186
Sig. (2-tailed) .213 .093 .219 . .002 .000 .000 .001 .220 .255 .646 .301
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X27 Correlation
Coefficient
-.051 .391* .491** -.522** 1.000 .402* .426* .246 .407* .344 .372* .408*
Sig. (2-tailed) .776 .025 .004 .002 . .020 .013 .168 .019 .050 .033 .018
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X28 Correlation
Coefficient
-.038 .300 .434* -.607** .402* 1.000 .686** .503** .208 .074 .169 .214
Sig. (2-tailed) .835 .090 .012 .000 .020 . .000 .003 .246 .682 .346 .232
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X29 Correlation
Coefficient
.044 .333 .414* -.668** .426* .686** 1.000 .734** .237 .027 .163 .203
Sig. (2-tailed) .809 .058 .017 .000 .013 .000 . .000 .183 .880 .366 .258
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X30 Correlation
Coefficient
.267 .332 .441* -.532** .246 .503** .734** 1.000 .430* .267 .321 .421*
Sig. (2-tailed) .134 .059 .010 .001 .168 .003 .000 . .012 .133 .069 .015
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Y1 Correlation
Coefficient
-.092 .294 .624** -.219 .407* .208 .237 .430* 1.000 .632** .738** .916**
Sig. (2-tailed) .612 .096 .000 .220 .019 .246 .183 .012 . .000 .000 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Y2 Correlation
Coefficient
.230 .183 .432* -.204 .344 .074 .027 .267 .632** 1.000 .572** .764**
Sig. (2-tailed) .197 .307 .012 .255 .050 .682 .880 .133 .000 . .001 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
81
Y3 Correlation
Coefficient
-.131 .170 .576** -.083 .372* .169 .163 .321 .738** .572** 1.000 .902**
Sig. (2-tailed) .468 .345 .000 .646 .033 .346 .366 .069 .000 .001 . .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Y Correlation
Coefficient
-.049 .236 .650** -.186 .408* .214 .203 .421* .916** .764** .902** 1.000
Sig. (2-tailed) .787 .187 .000 .301 .018 .232 .258 .015 .000 .000 .000 .
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 6 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik individu dengan keberhasilan usaha
Correlations
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 Z
Spearman's
rho
X11 Correlation Coefficient 1.000 -.172 .271 -.346* -.398* -.278 -.376* -.390* -.140 -.509** .421* -.151 -.422*
Sig. (2-tailed) . .337 .127 .048 .022 .117 .031 .025 .436 .002 .015 .400 .015
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X12 Correlation Coefficient -.172 1.000 .216 -.054 .049 -.042 .087 .029 -.017 .086 -.213 .181 .082
Sig. (2-tailed) .337 . .227 .765 .789 .816 .630 .873 .927 .635 .235 .313 .652
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X13 Correlation Coefficient .271 .216 1.000 .097 .181 .023 .124 .144 .207 .097 .297 .011 .044
Sig. (2-tailed) .127 .227 . .591 .312 .899 .490 .424 .248 .591 .093 .950 .810
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X14 Correlation Coefficient -.346* -.054 .097 1.000 .871** .658** .894** .924** .086 .913** .065 -.031 .887**
Sig. (2-tailed) .048 .765 .591 . .000 .000 .000 .000 .634 .000 .721 .865 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X15 Correlation Coefficient -.398* .049 .181 .871** 1.000 .701** .919** .908** .133 .900** -.020 .133 .874**
82
Sig. (2-tailed) .022 .789 .312 .000 . .000 .000 .000 .460 .000 .911 .459 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X16 Correlation Coefficient -.278 -.042 .023 .658** .701** 1.000 .744** .759** .084 .700** -.133 .105 .727**
Sig. (2-tailed) .117 .816 .899 .000 .000 . .000 .000 .642 .000 .459 .560 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X17 Correlation Coefficient -.376* .087 .124 .894** .919** .744** 1.000 .938** .160 .952** -.024 .062 .940**
Sig. (2-tailed) .031 .630 .490 .000 .000 .000 . .000 .373 .000 .895 .733 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X18 Correlation Coefficient -.390* .029 .144 .924** .908** .759** .938** 1.000 .082 .946** -.016 .026 .904**
Sig. (2-tailed) .025 .873 .424 .000 .000 .000 .000 . .650 .000 .930 .887 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X19 Correlation Coefficient -.140 -.017 .207 .086 .133 .084 .160 .082 1.000 .074 .207 .193 .115
Sig. (2-tailed) .436 .927 .248 .634 .460 .642 .373 .650 . .683 .249 .283 .526
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X20 Correlation Coefficient -
.509**
.086 .097 .913** .900** .700** .952** .946** .074 1.000 -.043 .036 .921**
Sig. (2-tailed) .002 .635 .591 .000 .000 .000 .000 .000 .683 . .811 .843 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X21 Correlation Coefficient .421* -.213 .297 .065 -.020 -.133 -.024 -.016 .207 -.043 1.000 -.031 -.013
Sig. (2-tailed) .015 .235 .093 .721 .911 .459 .895 .930 .249 .811 . .864 .943
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X22 Correlation Coefficient -.151 .181 .011 -.031 .133 .105 .062 .026 .193 .036 -.031 1.000 .103
Sig. (2-tailed) .400 .313 .950 .865 .459 .560 .733 .887 .283 .843 .864 . .570
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Z Correlation Coefficient -.422* .082 .044 .887** .874** .727** .940** .904** .115 .921** -.013 .103 1.000
Sig. (2-tailed) .015 .652 .810 .000 .000 .000 .000 .000 .526 .000 .943 .570 .
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
83
Lampiran 7 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik kelompok dengan keberhasilan usaha
Correlations
X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 Z
Spearman's rho X23 Correlation Coefficient 1.000 -.102 .093 -.223 -.051 -.038 .044 .267 .000
Sig. (2-tailed) . .571 .606 .213 .776 .835 .809 .134 1.000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X24 Correlation Coefficient -.102 1.000 .378* -.297 .391* .300 .333 .332 .095
Sig. (2-tailed) .571 . .030 .093 .025 .090 .058 .059 .597
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X25 Correlation Coefficient .093 .378* 1.000 -.220 .491** .434* .414* .441* .418*
Sig. (2-tailed) .606 .030 . .219 .004 .012 .017 .010 .016
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X26 Correlation Coefficient -.223 -.297 -.220 1.000 -.522** -.607** -.668** -.532** -.045
Sig. (2-tailed) .213 .093 .219 . .002 .000 .000 .001 .803
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X27 Correlation Coefficient -.051 .391* .491** -.522** 1.000 .402* .426* .246 .128
Sig. (2-tailed) .776 .025 .004 .002 . .020 .013 .168 .479
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X28 Correlation Coefficient -.038 .300 .434* -.607** .402* 1.000 .686** .503** -.047
Sig. (2-tailed) .835 .090 .012 .000 .020 . .000 .003 .796
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X29 Correlation Coefficient .044 .333 .414* -.668** .426* .686** 1.000 .734** .000
Sig. (2-tailed) .809 .058 .017 .000 .013 .000 . .000 1.000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
X30 Correlation Coefficient .267 .332 .441* -.532** .246 .503** .734** 1.000 .241
Sig. (2-tailed) .134 .059 .010 .001 .168 .003 .000 . .176
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
84
Z Correlation Coefficient .000 .095 .418* -.045 .128 -.047 .000 .241 1.000
Sig. (2-tailed) 1.000 .597 .016 .803 .479 .796 1.000 .176 .
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 8 Hasil uji korelasi rank spearman antara perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha
Correlations
Y1 Y2 Y3 Z
Spearman's rho Y1 Correlation Coefficient 1.000 .632** .738** .683**
Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000
N 33 33 33 33
Y2 Correlation Coefficient .632** 1.000 .572** .647**
Sig. (2-tailed) .000 . .001 .000
N 33 33 33 33
Y3 Correlation Coefficient .738** .572** 1.000 .795**
Sig. (2-tailed) .000 .001 . .000
N 33 33 33 33
Z Correlation Coefficient .683** .647** .795** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .
N 33 33 33 33
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
85
Lampiran 9 Data diri responden
IDENTITAS RESPONDEN
No I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 I.6
P1
Septiva Herlin
Artati Jalan Panorama Asri No.25 Rt 03/05 8129884950 Ketua Nikah WNI
P2 Titik Purwati Gg. H. Musa No.25 RT 03/05 8121105114 Sekretaris Nikah WNI
P3 Nurma Sindang Barang Bendungan Rt 03/02 82124331727 Anggota Nikah WNI
P4 Nia Tasmania Sindang Barang Sekolahan Rt 04/05 81383450516 Anggota Nikah WNI
P5 Yayat Sindang Barang Rt 02/05
Anggota Nikah WNI
P6 Novita Sari Sindang Barang Rt 05/05 85883565560 Anggota Nikah WNI
P7 Jamilah Sindang Barang Sekolahan Rt 02/05 2518346878 Anggota Nikah WNI
P8 Ruminah Sindang Barang Rt 02/05
Anggota Nikah WNI
P9 Salamah Sindang Barang Rt 03/05
Anggota Nikah WNI
P10 Yayah Herawati Sindang Barang Rt 03/05
Anggota Nikah WNI
P11 Yanah Nurjanah Sindang Barang Bendungan Rt 03/02 8585565596 Anggota Nikah WNI
P12 Yusnindar Sindang Barang Rt 02/05 81389833223 Pengurus (Pemasaran)
Belum
Nikah WNI
P13 Siti Rohmah Sindang Barang Sekolahan Rt 02/05 2519380097 Anggota Nikah WNI
P14 Suryani Sindang Barang Rt 02/05 857529586 Anggota Nikah WNI
P15 Wiwi Marwiah Sindang Barang Rt 02/05 87870678310 Anggota Nikah WNI
P16 Rini Liana Sindang Barang Bendungan Rt 04/02 87872369577 Anggota Nikah WNI
P17 Sulastri Sindang Barang Rt 02/05
Pengurus (Saprodi) Nikah WNI
P18 Santi Susanti Sindang Barang Bendungan Rt 02/02 85710235737 Anggota Nikah WNI
P19 Neng Suratni Sindang Barang Rt 04/05 851994698 Anggota Nikah WNI
P20 Sri Ningsih Sindang Barang Rt 02/05 85715060882 Pengurus (Humas) Nikah WNI
86
P21 Yayah Sopiah Sindang Barang Rt 03/05 81387010691 Anggota Nikah WNI
P22 Nurhayati Sindang Barang Rt 02/02 87883116814 Anggota Nikah WNI
P23 Eni Nuraeni Sindang Barang Rt 04/05 85711884727 Anggota Nikah WNI
P24 Hj. Lela Asmara Gg. H. Musa No.24 RT 03/05
Bendahara Nikah WNI
P25 Hindun Jalan Poras Rt 04/08, Sindang Barang 85781656669 Anggota Nikah WNI
P26 Atih Rertina Jalan Sekolahan Rt 02/03, Sindang Barang 81384137212 Anggota Nikah WNI
P27 Ani Kusumawati Jalan Bhayangkara II No.26, Rt 04/03, Sindang Barang 85310177362 Anggota Nikah WNI
P28 Elih Minarnih Sindang Barang Rt 02/02 85718644948 Anggota Nikah WNI
P29 Nining Sudarsih Sindang Barang Rt 04/05
Anggota Nikah WNI
P30 Ida Atmaja Sindang Barang Rt 03/05 8577335801 Pengurus (Permodalan) Nikah WNI
P31 Kusmiyati Sindang Barang Rt 03/05
Anggota Nikah WNI
P32 Radiana Sindang Barang Rt 03/04 85710904460 Anggota Nikah WNI
P33 Ikah Hayati Sindang Barang 89672247011 Pengurus (Hama dan Penyakit) Nikah WNI
87
88
Lampiran 10 Riwayat hidup
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Batang, Jawa Tengah pada tanggal 13 November 1991.
Penulis merupakan putri pertama dari keluarga Bapak Khumaidi dan Ibu Isnaini.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Pendidikan akademis penulis dimulai dari pendidikan dasar yang
diselesaikan penulis di SD N Terban pada tahun 2003, yang dilanjutkan dengan
pendidikan lanjutan tingkat pertama di SMPNegeri 7Batang sejak tahun 2003
hingga tahun 2006. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1Batang dan pada
tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur undang (USMI). Penulis
diterima di Program studi Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
Selama menjalani studi di Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswa,
penulis aktif di beberapa organisasi yaitu Organisasi Mahasiswa Daerah
Pekaolongan (IMAPEKA), Bulan Mei 2011 menjadi pengajar pada BEM FEM
SOUL (Solidarity of Our Children). Penulis juga aktif mengikuti berbagai
organisasi yang diadakan dikampus seperti pada kegiatan Gebyar Nusantara IPB
pada tahun 2009 menjadi staf danus, kegiatan IPB Art Contest (IAC) pada tahun
2010 menjadi staf humas. Selain itu, pada tahun 2013 penulis pernah mengikuti
penelitian dari lembaga KOMPAS sebagai surveyor dalam pembangunan daerah
Jawa Barat.