Upload
lalhen
View
59
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan produk sampingan hasil pemotongan ternak yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Potensi tersebut sangat besar untuk digunakan
dalam industri penyamakan kulit. Industri ini akan menghasilkan kulit tersamak
yang dapat digunakan untuk berbagai macam barang seperti sepatu kulit, tas kulit,
atau jaket kulit. Hasil industri penyamakan kulit menjadi sumber devisa negara
non migas selain kayu, tekstil dan elektronik (Harmoko, 2000).
Kabupaten Jember merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang
berpotensi untuk dijadikan industri penyamakan kulit. Wilayah Kabupaten Jember
memiliki aksesibilitas yang baik untuk berbagai kegiatan ekonomi dan dapat
dijadikan sebagai lokasi strategis untuk pengolahan akhir dan pusat produksi.
PT Indra Sejahtera Leather merencanakan untuk membangun industri
penyamakan kulit yang terletak di Kabupaten Jember. Proyek Pembangunan
tersebut penting dilakukan karena masih belum ada industri penyamakan kulit di
wilayah Jember yang dapat memproduksi kebutuhan seperti sepatu kulit, tas kulit
atau jaket kulit sesuai permintaan pasar. Area pengolahan bahan baku,
pengelolaan serta proses produksi selanjutnya direncanakan dilakukan di Desa
Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember. Pemilihan lokasi ini
berdasarkan efisiensi produksi dan pemasaran.
Analisis yang akan dilakukan pada industria penyamakan kulit ini, untuk
menjaga keseimbangan lingkungan serta mencegah kerusakan lingkungan yang
lebih lanjut, untuk sekarang dan masa yang akan datang. Dari análisis ini akan
diketahui apakah pembangunan industri penyamakan kulit PT. Indra Sejahtera
Leatherdapat dilanjutkan atau tidak.
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah dampak yang akan muncul dari kegiatan industri
penyamakan kulit PT. Indra Sejahtera Leather yang telah direncanakan terhadap
lingkungan sekitar?
1.3 Tujuan
Pembuatan ANDAL ini bertujuan untuk menetapkan kebijakan mengenai
kelayakan suatu pembangunan kegiatan industri penyamakan kulit PT. Indra
Sejahtera Leather beserta RKL dan RPLnya di Desa Kertosari Kecamatan
Pakusari, Jember, Jawa Timur.
2
BAB 2. DESKRIPSI WILAYAH DAN PROYEK
2.1 Deskripsi Wilayah
Letak
Dusun :
Desa : Kertosari
Kecamatan: Pakusari
Kabupaten : Jember
Propinsi : Jawa Timur
Luas Desa : 254.465 Ha
2.2 Deskripsi Proyek
Perusahaan ini bernama PT. Indra Sejahtera Leather yang bergerak
dibidang industri Penyamakan Kulit. Kegiatan industri ini, rencananya akan
direalisasikan di Desa Kertosari Kecamatan Paku Sari, Kabupaten Jember, Jawa
Timur. Hak guna bangunan meliputi: industri untuk kegiatan produksi,
laboratorium untuk penelitian dan controlling produksi, gudang penyimpanan
produk yang dihasilkan, dan kantor pusat produksi untuk urusan administratif.
PT. Indra Sejahtera Leather merencanakan akan merekrut tenaga kerja
sebanyak 200 orang, terdiri dari tenaga ahli dan pekerja kasar yang masing-
masing menempati tempat tertentu , yaitu pekerja industri 130 orang, laboratorium
15 orang, tempat penyimpanan 20 orang, dan kantor 25 orang. Waktu kerja
dimulai hari senin sampai sabtu pukul 08.00 WIB sampai 15.00 WIB.
Bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi kulit jadi adalah
segala jenis kulit binatang seperti sapi, kambing , domba, babi dan lain
sebagainya. Bahan baku ini didatangkan dari daerah daerah sekitar jember, seperti
banyuwangi, bondowoso, situbondo, lumajang, probolinggo dan bali. Industri ini,
memiliki kapasitas produksi kulit jadi sebanyak 100 lembar kulit per hari.
3
BAB 3. RENCANA USAHA DAN KEGIATAN
4.1 Kegunaan dan Kepeluan rencana Usaha dan/ atau Kegiatan
1. lokasi rencana pembangunan industri
Luas Lokasi : ± 2,5 Ha
Batas ekologis
Utara : Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Selatan : Sawah
Timur : Sawah
Barat : Jalan Raya
2. Tahap Pelaksanaan Usaha dan/ atau Kegiatan
Industri penyamatan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah
(hides atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan
menggunakan bahan penyamak. Pada proses penyamakan, semua bagian kulit
mentah yang bukan colagen saja yang dapat mengadakan reaksi dengan zat
penyamak. Kulit jadi sangat berbeda dengan kulit mentah dalam sifat
organoleptis, fisis, maupun kimiawi.
Dalam Industri penyamatan kulit, ada tiga pokok tahapan penyamakan
kulit,yaitu:
1. Proses Pengerjaan basah. (beam house).
2. Proses Penyamakan (tanning).
3. Penyelesaian akhir (Finishing).
Masing- masing tahapan ini terdiri dari beberapa macam proses, setiap
proses memerlukan tambahan bahan kimia dan pada umumnya memerlukan
banyak air, tergantung jenis kulit mentah yang dignakan serta jenis kulit jadi yang
dikehendaki.
Secara prinsip, ditinjau dari bahan penyamak yang digunakan, maka ada
beberapa macam penyamakan yaitu:
a. Penyamakan Nabati.
4
Penyamakan dengan bahan penyamakan nabati yang berasal dari
tumbuhan yang mengandung bahan penyamak misalnya kulit akasia,
sagawe , tengguli, mahoni, dan kayu quebracho, eiken, gambir, the,
buah pinang, manggis, dll. Kulit jadi yang dihasilkan misalnya kulit tas
koper, kulit sol, kulit pelana kuda, kulit ban mesin, kulit sabuk dll.
b. Penyamakan mineral.
Penyamak dengan bahan penyamak mineral , misalnya bahan
penyamak krom. Kulit yang dihasilkan misalnya kulit boks, kulit jaket,
kulit glase, kulit suede, dll. Disamping itu ada pula bahan penyamak
aluminium yang biasanya untuk menghasilkan kulit berwarna putih
( misalnya kulit shuttle cock).
c. Penyamakan minyak.
Penyamak dengan bahan penyamak yang berasal dari minyak ikan hiu
atau ikan lain, biasanya disebut minyak kasar. Kulit yang dihasilkan
misalnya: kulit berbulu tersamak, kulit chamois ( kulit untuk lap kaca)
dll.
Dalam prakteknya untuk mendapatkan sifat fisis tertentu yang lebih
baik, misalnya tahan gosok, tahan terhadap keringat dan basah, tahan
bengkuk, dll, biasanya dilakukan dengan cara kombinasi.
Ada kalanya suatu industri penyamkan kulit hanya melaksanakan
proses basah saja, proses penyamakan saja, proses penyelesaian akhir atau
melakukan 2 tahapan atau ketiga- tiganya sekaligus.
Secara garis besar bagab tahapan proses industri penyamakan kulit
sbb:
1. TAHAPAN PROSES PENGERJAAN BASAH. ( BEAM HOUSE).
Urutan proses pada tahap proses basah beserta bahan kimia yang
ditambahkan dan limbah yang dikeluarkan dapat dilihat pada bagan 2
berikut ini.
a. Perendaman ( Soaking).
Maksud perendaman ini adalah untuk mengembalikan sifat-
sifat kulit mentah menjadi seperti semula, lemas, lunak dan
5
sebagainya. Kulit mentah kering setelah ditimbang, kemudian
direndam dalam 800- 1000 % air yang mengandung 1 gram/ liter obat
pembasah dan antiseptic, misalnya tepol, molescal, cysmolan dan
sebagainya selama 1- 2 hari. Kulit dikerok pada bagian dalam
kemudian diputar dengan drum tanpa air selama 1/ 5 jam, agar serat
kulit menjadi longgar sehingga mudah dimasuki air dan kulit lekas
menjadi basah kembali. Pekerjaan perendaman diangap cukup apabila
kulit menjadi lemas, lunak, tidak memberikan perlawanan dalam
pegangan atau bila berat kulit telah menjadi 220- 250% dari berat kulit
mentah kering, yang berarti kadar airnya mendekati kulit segar (60-65
%). Pada proses perendaman ini, penyebab pencemarannya ialah sisa
desinfektan dan kotoran- kotoran yang berasal dari kulit.
b. Pengapuran ( Liming).
Maksud proses pengapuran ialah untuk.
1) Menghilangkan epidermis dan bulu.
2) Menghilangkan kelenjar keringat dan kelenjar lemak.
3) Menghilangkan semua zat-zat yang bukan collagen yang aktif
menghadapi zat-zat penyamak.
Cara mengerjakan pengapuran, kulit direndam dalam
larutan yang terdiri dari 300-400 % air (semua dihitung dari berat
kulit setelah direndam), 6-10 % Kapur Tohor Ca (OH)2, 3-6 %
Natrium Sulphida (Na2S). Perendaman ini memakan waktu 2-3
hari.
Dalam proses pengapuran ini mengakibatkan pencemaran
yaitu sisa- sisa Ca (OH)2, Na2S, zat-zat kulit yang larut, dan bulu
yang terepas.
c. Pembelahan ( Splitting).
Untuk pembuatan kulit atasan dari kulit mentah yang tebal
(kerbau-sapi) kulit harus ditipiskan menurut tebal yang dikehendaki
dengan jalan membelah kulit tersebut menjadi beberapa lembaran dan
dikerjakan dengan mesin belah ( Splinting Machine). Belahan kulit
6
yang teratas disebut bagian rajah (nerf), digunakan untuk kulit atasan
yang terbaik. Belahan kulit dibawahnya disebut split, yang dapat pula
digunakan sebagai kulit atasan, dengan diberi nerf palsu secara dicetak
dengan mesin press (Emboshing machine), pada tahap penyelesaian
akhir. Selain itu kulit split juga dapat digunakan untuk kulit sol dalam,
krupuk kulit, lem kayu dll. Untuk pembuatan kulit sol, tidak dikerjakan
proses pembelahan karena diperlukan seluruh tebal kulit.
d. Pembuangan Kapur ( Deliming).
Oleh karena semua proses penyamakan dapat dikatakan
berlangsung dalam lingkungan asam maka kapur didalam kulit
harus dibersihkan sama sekali. Kapur yang masih ketinggalan akan
mengganggu proses- proses penyamakan. Misalnya :
1) Untuk kulit yang disamak nabati, kapur akan bereaksi dengan zat
penyamak menjadi Kalsium Tannat yang berwarna gelap dan keras
mengakibatkan kulit mudah pecah.
2) Untuk kulit yang akan disamak krom, bahkan kemungkinan akan
menimbulkan pengendapan Krom Hidroksida yang sangat
merugikan.
Pembuangan kapur akan mempergunakan asam atau garam asm,
misalnya H2SO4, HCOOH, (NH4)2SO4, Dekaltal dll.
e. Pengikisan Protein ( Bating).
Proses ini menggunakan enzim protese untuk melanjutkan
pembuangan semua zat- zat bukan collagen yang belum terhilangkan
dalam proses pengapuran antara lain:
1) Sisa- sisa akar bulu dan pigment.
2) Sisa- sisa lemak yang tak tersabunkan.
3) Sedikit atau banyak zat- zat kulit yang tidak diperlukan artinya
untuk kulit atasan yang lebih lemas membutuhkan waktu proses
bating yang lebih lama.
4) Sisa kapur yang masih ketingglan.
f. Pengasaman (Pickling).
7
Proses ini dikerjakan untuk kulit samak dan krom atau kulit
samak sintetis dan tidak dikerjakan untuk kulit samak nabati atau kulit
samak minyak. Maksud proses pengasaman untuk mengasamkan kulit
pada pH 3- 3,5 tetapi kulit kulit dalam keadaan tidak bengkak, agar
kulit dapat menyesuaikan dengan pH bahan penyamak yang akan
dipakai nanti.
Selain itu pengasaman juga berguna untuk:
1) Menghilangkan sisa kapur yang masih tertinggal.
2) Menghilangkan noda- noda besi yang diakibatkan oleh Na2gS,
dalam pengapuran agar kulit menjadi putih bersih.
2. TAHAPAN PROSES PENYAMAKAN ( TANNING).
Proses penyamakan dimulai dari kulit pikel untuk kulit yang akan
disamak krom dan sintan, sedangkan untuk kulit yang akan disamak nabati
dan disamak minyak tidak melalui proses pickling ( pengasaman).
Adapun, tahapan proses penyamakan (Tanning) sebagai berikut :
a. Penyamakan.
Pada tahap penyamakan ini ada beberapa cara yang bisa
dilakukan, yakni:
1) Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Nabati.
a). Cara Counter Current
Kulit direndam dalam bak penyamakan yang berisis
larutan ekstrak nabati + 0,50. Be selama 2 hari, kemudian
kepekatan cairan penyamakan dinaikkan secara bertahap
sampai kulit menjadi masak yaitu 3- 4 0Be untuk kulit yang
tipis seperti kulit lapis, kulit tas, kuli pakaian kuda, dll sedang
untuk kulit- kulit yang tebal seperti kulit sol, ban mesin dll a
pada kepekatan 6-8 0 be. Untuk kulit sol yang keras dan baik
biasanya setelah kulit tersanak masak dengan larutan ekstrak,
penyamakan masih dilanjutkan lagi dengan cara kulit ditanam
dalam babakan dan diberi larutan ekstrak pekat selama 2-5
minggu.
8
b). Sistem samak cepat.
Didahului dengan penyamakan awal menggunakan 200% air,
3% ekstrak mimosa (Sintan) putar dalam drum selam 4 jam.
Putar terus tambahkan zat peyamak hingga masak diamkan 1
malam dalam drum.
2). Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Mineral.
a). Menggunakan bahan penyamak krom
Zat penyamak krom yang biasa digunakan adalah
bentuk kromium sulphat basa. Basisitas dari garam krom dalam
larutan menunjukkan berapa banyak total velensi kroom diikat
oleh hidriksil sangat penting dalam penyamakan kulit. Pada
basisitas total antara 0-33,33%, molekul krom terdispersi dalam
ukuran partikel yang kecil ( partikel optimun untuk
penyamakan). Zat penyamak komersial yang paling banyak
digunakan memunyai basisitas 33,33%. Jika zat penyamak
krom ini ingin difiksasikan didalam substansi kulit, maka
basisitas dari cairan krom harus dinaikkan sehingga
mengakibatkan bertambah besarnya ukuran partikel zat
penyamak krom. Dalam penyamakan diperlukan 2,5- 3,0%
Cr2O3 hanya 25 %, maka dalam pemakainnya diperlukan
100/25 x 2,5 % Cromosol B= 10% Cromosol B. Obat ini
dilautkan dengan 2-3 kali cair, dan direndam selama 1 malam.
Kulit yang telah diasamkan diputar dalam drum dengan 80-
100%air, 3-4 % garam dapur (NaCl), selma 10-15 menit
kemudian bahan penyamak krom dimasukkan sbb:
- 1/3 bagian dengan basisitas 33,3 % putar selama 1 jam.
- 1/3 bagian dengan basisitas 40-45 % putar selama 1 jam.
-1/3 bagian dengan basisitas 50 % putar selama 3 jam
b). Cara penyamakan dengan bahan penyamak aluminium
(tawas putih).
Kulit yang telah diasamkan diputar dengan:
9
- 40- 50 % air.
- 10% tawas putih.
- 1- 2% garam, putar selama 2-3 jam lu ditumpuk selam 1
malam.
- Esok harinya kulit diputar lagi selama ½ – 1 jam, lalu
gigantung dan dikeringkan pada udara yang
lembabselama 2-3 hari. Kulit diregang dengan tangan
atau mesin sampai cukup lemas.
3). Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Minyak.
Kulit yang akan dimasak minyak biasanya telah disamak
pendahuluan dengan formalin. Kulit dicuci untuk menghilangkan
kelebihan formalin kemudian dierah unuk mengurangi airnya,
diputar dengan 20-30 % minyak ikan, selama 2-3 jam, tumpuk 1
malam selanjutnya digantung dan diangin- anginkan selam 7-10
hari.
Tanda-tanda kulit yang masak kulit bila ditarikmudah
mulur dan bkas tarikan kelihatan putih. Kulit yang telah masak
dicuci dengan larutan Na2CO3 1%.
b. PENGETAMAN (Shaving).
Kulit yang telah masak ditumpuk selama 1-2 hari kemudian
diperah dengan mesin atau tangan untuk menghilangkan sebagian
besar airnya, lalu diketam dengan mesin ketam pada bagian daging
guna mengatur tebal kulit agar rata. Kulit ditimbang guna
menentukan jumlah khemikalia yang akan diperlukan untuk
proses- proses selanjutnya, selanutnya dicuci dengan air mengalir
½ jam.
c. PEMUCATAN ( Bleaching).
Hanya dikerjakan untuk kulit samak nabati dan biasanya
digunakan asam- asam organik dengan tujuan:
1) Menghilangkan lek- flek bsi dari mesin ketam.
2) Menurunkan pH kulit yang berarti memudahkan warna klit.
10
Cara mengerjakan proses pemucatan, kulit diputar dengan
150-2005 air hangat (36- 40 0C ). 0,5-1,0 % asam oksalat selama
½- 1 jam.
d. PENETRALAN ( Neutralizing).
Hanya dikerjakan untuk kulit samak krom. Kulit samak
krom dilingkungannya sangat asam ( pH 3-4) maka kulit perlu
dinetralkan kembali agar tidak mengganggu dalam proses
selanjutnya. Penetralan biasanya mempergunakan garam alkali
misalnya NaHCO3, Neutrigan dll.
Cara melakukan penetralan, kulit diputar dengan 200% air
hangat 40-600C. 1-2 % NaHCO3 atau Neutrigan. Putar selama ½- 1
jam.Penetralan dianggap cukup bila ½- ¼ penampang kulit bagian
tengah berwarna kunung terhadap Bromo Cresol Green (BCG)
indikator, sedangkan kulit bagian tepi berwarna biru. Kulit
kemudian dicuci kembali.
e. PENGECETAN DASAR ( Dyeing).
Tujuan pengecetan dasar ialah untuk memnberikan warna
dasar pada kulit agar pemakaian cat tutup nantinya tidak terlalu
tebal sehingga cat tidak mudah pecah.
Cat dasar yang dipakai untuk kulit ada 3 macam:
1). Cat direct, untuk kulit samak krom.
2). Cat asam, untuk kulit samak krom dan nabati.
3). Cat basa, untuk kulit samak nabati.
f. PEMINYAKAN (Fat liguoring).
Tujuan proses peminyakan pada kulit antara lain sebagai berikut:
1). Untuk pelumas serat- serat kulit ag kulit menjadi tahan tarik dan
tahan
getar.
2). Menjaga serat kulit agar tidak lengket satu dengan yang
lainnya.
3). Membuat kulit tahan air.
11
Cara mengerjakan peminyakan, kulit setelah dicat dasar,
diputar selama ½ – 1jam dengan 150 %- 200% air 40- 60 0C, 4-
15% emulsi minyak. Ditambahkan 0,2- 0,5 % asam formiat untuk
memecahkan emulsi minyak. Minyak akan tertinggal dalam kulit
dan airnya dibuang. Kulit ditumpuk pada kuda- kuda selama 1
malam.
g. PELUMASAN ( Oiling).
Pelumasan hanya dikerjakan untuk kulit sol samak nabati.
Tujuan pelumasan ialah untuk menjaga agar bahan penyamak tidak
keluar kepermukaan kulit sebelum kulit menjadi kering, yang
berakibat kulit menjadi gelap warnanya dan mudah pecah nerfnya
bila ditekuk..
Cara pelumasan, kulit sol sebagian airnya diperah
kemudian kulit diulas dengan campuran:
1). 1 bagian minyak parafine.
2). 1 bagian minyak sulfonir.
3). 3 bagian air.
Kulit diulas tipis tetapi rata kedua permukaannya,
kemudian dikeringkan.
h. PENGERINGAN.
Kulit yang diperah airnya dengan mesin atau tangan
kemudian dikeringkan. Proses ini bertujuan untuk menghentikan
semua reaksi kimia didalam kulit. Kadar air pada kulit menjadi 3-
14%.
i. KELEMBABAN.
Kulit setelah dikeringkan dibiarkan 1-3 hari pada udara
biasa agar kulit menyesuaikan dengan kelembaban udara
sekitarnya. Kulit kemudian dilembabkan dengan ditanam dalam
serbuk kayu yang mengandung air 50- 55 % selama 1 malam,
Kulit akan mengambil air dan menjadi basah dengan merata.
Kulit kemudian dikeluarkan dan dibersihkan serbuknya.
12
j. PEREGANGAN DAN PEMENTANGAN.
Kulit diregang dengan tangan atau mesin regang. Tujuan
peregangan ini ialah untuk menarik kulit sampai mendekati batas
kemulurannya, agar jika dibuat barang kerajinan tidak terlalu
mulur, tidak merubah bentuk ukuran. Setelah diregang sampai
lemas kulit kemudian dipentang dan setelah kering kulit dilepas
dari pentangnya, digunting dibagian tepinya sampai lubang-
lubang dan keriput- keriputnya hilang.
3. TAHAPAN PENYELESAIAN AKHIR ( FINISHING).
Penyelesaian akhir bertujuan untuk memperindah penampilan
kulit jadinya, memperkuat warna dasar kulit, mengkilapkan,
menghaluskan penampakan rajah kulit serta menutup cacat-cacat
atau warna cat dasar yang tidak rata.
3. Distribusi
Hasil produksi yang diperoleh akan diditribusikan di beberapa daerah
pemroduksi barang – barang kerajinan seperti sepatu kulit, kursi, baju dan
lain sebagainya, seperti bali, bandung, Surabaya, Jakarta, lumajang
probolinggo, banyuwangi dan kota kota lainnya. Dan untuk pengembangan
jangka panjang, perlu dilakukan distribusi secara ekspor.
13
BAB 4. METODE IDENTIFIKASI
Ada beberapa metode identifikasi yang dilakukan antara lain:
1. Pengamatan secara langsung terhadap lokasi dan rencana pembangunan
Industri Penyamakan Kulit PT. Indra Sejahtera Leather .
2. Pengumpulan data secara langsung terhadap kondisi bentang alam, kondisi
biologi dan sosial ekonomi sekitar pembangunan Industri Penyamakan
Kulit PT. Indra Sejahtera Leather.
3. Wawancara singkat dengan masyarakat sekitar pembangunan Industri
Penyamakan Kulit PT. Indra Sejahtera Leather.
4. Penelaahan pustaka terkait dengan pembangunan serta dampak penting
yang akan ditimbulkan oleh pembangunan Industri Penyamakan Kulit PT.
Indra Sejahtera Leather.
5. Tabel 3. Matrik Leopold Rencana Pembangunan Industri Penyamakan PT.
Indra Sejahtera Leather.
14
Tahap Kegiatan
Pra
KontruksiKontruksi Operasi Distribusi
Per
ijin
an d
an P
enen
tuan
Lah
an
Ten
aga
Ker
ja
Mat
eria
l dan
Per
alat
an
Per
ataa
n da
n P
emat
anga
n L
ahan
Pem
bang
unan
Ind
ustr
i
Men
data
ngka
n P
eral
atan
Ten
aga
Ker
ja
Pen
gada
an B
ahan
Bak
u
Ope
rasi
onal
Ind
ustr
i
Pem
akai
an B
ahan
Bak
ar
Pen
amba
ngan
Tra
nspo
rtas
i Pro
duk
1 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1
15
KOMPONEN LINGKUNGAN
KOMPONEN KEGIATAN
I. KOMPONEN
FISIK-KIMIA
A. Iklim
1. Suhu 2 2 3 2 2 3 3 1
2. Udara 3 3 3 3 3 4 4 2 2
3. Intensitas
Cahaya2 3
4. Arah dan
Kecepatan
Angin
5. Kelembaban 2 3 3 2 2 3 2
B. Kualitas Udara dan
Kebisingan
1. Kualiatas Udara 3 3 3 3 3 4 4 3
2. Kebisingan 3 3 3 3 3 3 3
C. Hidrologi
1. Kualitas Air 4 4
2. Daerah Resapan
D. Ruang Lahan dan
Tanah
1. Tata Ruang 2 2 1
2. Tata Guna Lahan 2 2 2 1
E.Transporasi
1. Kemacetan
Lalulintas2 3 3 3
2. Kerusakan Jalan 2 3 3 3
II. KOMPONEN
BIOLOGI
1. Flora 3 3 3 3 3
2. Fauna 3 3 3 3 3
16
III. KOMPONEN
SOSIAL dan
EKONOMI
A. Sosial Ekonomi
1. Pendapatan
Masyarakat
(Daerah)
3 2 2 1 1 1 1
2. Kesempatan
kerja2 2 1 1 1 1
3. Jumlah
Masyarakat1
IV. KESEHATAN
MASYARAKAT
1. Tingakat
Kesehatan
Masyarakat
2 3 3 3 3 3 3 3
A. Sanitasi
Lingkungan2 3 3 3 3 3
Keterangan:
: Dampak dapat dikelola
a.Pentingnya dampak
1. Kurang penting
2. Cukup penting
3. Penting
4. Lebih Penting
5. Sangat Penting
b. Besarnya dampak
1. Dampak sangat kecil
2. Dampak kecil
17
3. Dampak sedang
4. Dampak besar
5. Dampak sangat besar
BAB 5. RONA LINGKUNGAN HIDUP
A. Aspek Fisika Kimia
1. Iklim
Iklim : Tropis
Temperatur rata-rata : 20-350C
Curah hujan rata-rata : 2000-3000 ml/tahun
Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan diketahui bahwa kondisi
udara di daerah ini masih aman dari pencemaran. Karena letaknya yang lumayan
jauh dari pusat kota. Namun akses menuju jalan utama tidak sulit karena dekat
dengan jalan raya. Ketersediaan air bersih juga tercukupi sehingga lokasi ini
sangat cocok untuk usaha kegiatan kami.
18
2. Fisiografi
Letak Ketinggian : 174 meter dpl
Jenis tanah : liat berpasir
Keunikan dan keistimewaan lahan secara geologis yaitu dengan
melimpahnya sumber daya alam berupa lahan pertanian yang dimanfaatkan oleh
penduduk sekitar sebagai salah satu sumber utama mata pencaharian. Selain itu,
disekitar industri juga dimanfaatkan sebagai lahan peternakan dan juga sebagai
tempat pembuangan akhir.
3. Hidrologis
Terdapat satu aliran sungai yang dimanfaatkan penduduk sekitar sebagai
sumber pengairan lahan pertanian warga sekitar. Namun kondisi air juga cukup
melimpah dengan banyaknya sumur-sumur penduduk yang dangkal.
5. Ruang, lahan dan tanah
Pemanfaatan lahan yang ada disekitar lokasi rencana pembangunan,
mayoritas digunkan oleh warga sekitar dalam bidang pertanian. Selain itu ada
pula, lahan yang digunakan sebagai tempat peternakan ayam dan Tempat
Pembuangan Sampah Akhir (TPA) oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Jember.
B. Aspek Biologi
1. Flora
Flora yang paling banyak ditemukan pada daerah yang akan dibangun
kawasan industri adalah rumput, semak, tanaman herbaceous, pohon kelapa dan
beerbagai tanaman palawija produksi lahan pertanian warga sekitar. Flora yang
terdapat pada daerah tersebut memiliki sifat yang mudah tumbuh pada daerah
dengan rentangan yang luas. Karena tanaman-tanaman ini bisa hidup pada daerah
subur hingga daerah yang tandus. Pada daerah ini tidak terdapat ekosistem yang
dilindungi oleh undang- undang.
2. Fauna
19
Daerah ini memiliki tingkat pencemaran yang rendah sehingga masih
banyak fauna yang ditemukan seperti semut, ular, nyamuk, ulat, cacing, belalang,
katak, burung, dan serangga-serangga lain.
C. Aspek Sosial
1. Ekonomi
Masyarakat Desa Kertosari ini sebagian besar bermatapencaharian sebagai
petani. Karena ditunjang dengan lahan pertanian yang sangat luas, dan para
penduduknya yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Kebanyakan lahan
persawahan milik perorangan sehingga ada yang digunakan sendiri juga ada yang
disewakan. Namun beberapa dari penduduk juga bermata pencaharian sebagai
peternakan ayam pedaging.
2. Budaya
Masyarakat daerah industri ini, memiliki budaya turun temurun yaitu sifat
gotong royong antar sesama. Masyarakat di Desa Kertosari ini mayoritas
berbahasa Madura dan beberapa diantaranya berbahasa jawa yang merupakan
penduduk pendatang.
3. Kesehatan
Pada daerah ini, terdapat beberapa tempat kesehatan seperti tempat praktek
dokter dan bidan. Selain itu terdapat puskesmas dan posyandu yang berada tidak
terlalu jauh dari pusat industri penyamakan kulit. Selain itu, terdapat juga rumah
sakit daerah maupun swasta yang berada dekat kota jember. Masih ada sebagian
masyarakat yang menggunakan sungai sebagai sarana MCK, perlu dilakukan
sosialisasi kesehatan terutama sanitasi dan kebersihan lingkungan.
20
BAB 6. PRAKIRAAN DAMPAK BESAR DAN PENTING
1. Tahap Prakonstruksi
Tahap prakontruksi pembangunan industri penyamakan kulit PT. Indra
Sejahtera Leathe rmeliputi perijinan pendirian bangunan dan pembebasan lahan.
Lahan yang direncanakan sebagai lokasi industri merupakan lahan milik
masyarakat setempat. Sehingga perlu adanya upaya pembebasan lahan dan
pemberian ganti rugi kepada pemilik lahan. Namun, upaya pembebasan lahan
kemungkinan akan mengalami kendala dikarenakan lahan yang akan digunakan
merupakan lahan pertanian masyarakat di sekitar lokasi pembangunan industri.
2. Tahap Konstruksi
2.1 Mobilisasi Tenaga Kerja
2.1.1 Komponen Sosial Ekonomi
Kesempatan kerja
21
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja pembangunan industri penyamakan kulit
akan memberikan dampak positif pada komponen lingkungan sosial ekonomi
berupa kesempatan kerja. Untuk memulai pembangunan, industri membutuhkan
tenaga kerja yang dapat direkrut dari masyarakat lokal maupun luar daerah. Hal
ini menimbulkan dampak positif primer berupa penurunan pengangguran pada
masyarakat sekitar. Dan secara otomatis akan menimbulkan dampak sekunder
berupa meningkatnya pendapatan masyarakat. Tingkat besar dampak kesempatan
kerja ini adalah 2, artinya kegiatan mobilisasi tenaga kerja ini perlu dikelola.
Terutama mobilisasi tenaga kerja yang didatangkan dari luar daerah harus dikelola
agar tidak terjadi peningkatan kepadatan penduduk yang tidak terkendali
2.2 Mobilisasi Material dan Peralatan
2.2.1 Komponen Fisik-Kimia
a. Kualitas Udara
Kegiatan mobilisasi material dan peralatan dalam pembangunan industri
penyamakan kulit memberikan dampak negatif pada komponen lingkungan
fisik-kimia berupa penurunan kualitas udara. Rona lingkungan awal daerah ini
memiliki tingkat polusi udara masih rendah atau belum tercemar. Setelah
adanya kegiatan distribusi bahan material untuk konstruksi yang umumnya
tersusun atas partikel partikel kecil seperti pasir, kapur, kekrikil dan lain-lain
yang memungkinkan partikel ini mudah terbawa angin dan bercampur dengan
udara sehingga menyebabkan polusi udara. Selain itu, emisi yang dikeluarkan
oleh kendaraan pengangkut yang berukuran besar akan mencemari udara
sehingga kualitas udara menurun. Menurunnya kualitas udara merupakan
dampak primer pada mobilisasi peralatan dan material. Namun, jika hal ini
tidak mendapatkan penanganan dampak sekunder yang berpotensi muncul
adalah menurunnya tingkat kesehatan masyarakat, terutama dalam hal
pernafasan dan besar kemungkinan msyarakat di sekitar lokasi industri terkena
infeksi saluran penapasan (ISPA). Tingkat besar dampak ini 3 adalah sehingga
kegiatan mobilisasi material dan peralatan ini perlu dikelola. Industri
penyamakan kulit PT. Indra Sejahtera Leathermemiliki usaha pengelolaan
22
untuk dampak ini yaitu semua truk pengangkut material harus dilengkapi
dengan bag cover, menyiram jalan yang berpotensi menimbulkan debu pada
saat kegiatan dengan air, serta mengoperasikan kendaraan yang hanya layak
jalan.
b. Kebisingan
Selain penurunan kualitas udara, kegiatan mobilisasi material dan
peralatan pembangunan industri penyamakan kulit dapat memberikan dampak
negatif berupa kebisingan. Kebisingan merupakan dampak primer dan akan
meningkat menjadi dampak sekunder berupa penurunan kualitas pendengaran
masyarakat sekitar lokasi industri. Tingkat besar dampak ini adalah 3 sehingga
kegiatan mobilisasi material dan peralatan ini perlu dikelola. Industri
penyamakan kulit PT. Indra Sejahtera Leathermemiliki usaha pengelolaan
untuk dampak ini yaitu hanya mengoperasikan kendaraan yang layak jalan
sehingga diharapkan mengurangi tingkat kebisingan.
c. Tranportasi (Kemacetan Lalu Lintas dan Kerusakan Jalan)
Kegiatan mobilisasi material dan peralatan menyebabkan kemacetan dan
kerusakan jalan. Hal ini dikarenakan jalan dilalui oleh kendaraan berat dengan
kapasitas angkut yang besar. Tingkat besar dampak ini adalah 2. Industri
penyamakan kulit PT. Indra Sejahtera Leathermemiliki usaha pengelolaan untuk
dampak ini yaitu peningkatan disiplin sopir dalam mengemudi kendaraan dan
terhadap jumlah daya angkut kendaraan untuk mencegah kerusakan jalan, serta
pemasangan rambu-rambu lalu lintas yang sesuai agar dapat mengatur lalu lintas
dan tidak terjadi kemacetan.
2.3 Perbaikan dan pembangunan jalan
Proses pembangunan jalan menggunakan alat berat. Hal ini dapat
menimbulkan kebisingan, polusi udara, adanya tumpahan minyak, tumpahan aspal
dan kerusakan jalan raya yang diakibatkan oleh beban yang berlebihan. Selain itu
dengan adanya pembukaan lahan untuk jalan akan mengakibatkan kerusakan
23
ekosistem yang menjadi tempat hidup berbagai satwa (ular, katak, tikus) yang
kemudian akan menyebabkan satwa-satwa tersebut akan memasuki daerah
pemukiman dan dapat mengganggu masyarakat. Namun, dampak positif
pembangunan dan perbaikan jalan ini adalah kondisi jalan menjadi baik, sehingga
transportasi pun menjadi lancar. Manfaat ini tidak hanya dirasakan oleh pihak
industri, namun juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
2.4 Pembangunan Industri penyamakan kulit
2.4.1 Komponen Fisik-Kimia
a. Kualitas Udara
Pemakaian material pada kegiatan pembangunan Industri penyamakan
kulit memberikan dampak negatif berupa penurunan kualitas udara. Tingkat besar
dampak pembangunan industri semen adalah 3, meningkat dari sebelumnya. Hal
ini dikarenakan vegetasi yang berada di lokasi sudah ditebang sebagai areal
bangunan industri, yang memberikan dampak sekunder berupa berkurangnya areal
penyerapan udara yang mengandung polusi. Akan tetapi, upaya pengelolaan
sudah dipersiapkan untuk menanggulanginya yaitu Semua truk pengangkut
material harus dilengkapi dengan bag cover, upaya menyiramkan air pada jalan
yang berpotensi menimbulkan debu pada saat kegiatan, serta hanya
mengoperasikan kendaraan yang layak jalan.
b. Kebisingan
Penggunaan peralatan untuk membangun industri penyamakan kulit
menimbulkan dampak primer negatif berupa kebisingan. Tingkat besar
dampaknya adalah 3, meningkat dari sebelumnya sebagai akibat hilangnya
vegetasi sebagai peredam. Sehingga kegiatan pembangunan industri ini perlu
dikelola dan pihak industri telah mengantisipasinya melalui usaha melalui
penanaman pohon sebagai sound barrier, dan memakai peredam pada mesin-
mesin industri.
2.4.2 Komponen Biologis
24
Pembukaan lahan untuk bangunan industri memberikan dampak negative
yang bersifat primer dan sekunder. Sebagai dampak primer yaitu berupa
hilangnya vegetasi dan habitat fauna yang hidup di lokasi. Selain itu hilangnya
vegetasi akan menimbulkan dampak sekunder berupa berkurangnya areal
penyerapan air sehingga sumber air menurun. Menurnnya jumlah sumber air
berpengaruh pada supply air bersih bagi masyarakat dan dapat menurunkan
tingkat kesehatan masyarakat. Industri penyamakan kulit PT. Indra Sejahtera
Leather memiliki usaha untuk menanggulangi dampak ini yaitu melalui
penghijauan/ penanaman tanaman lokal di area industri untuk habitat fauna darat
dan buffer zone, dan pemeliharaan tanaman hasil penghijauan.
3. Tahap Operasi
Berdasarkan tabel mariks leopold dapat dijelaskan bahwa masing-masing
kegiatan yang memberikan dampak positif atau negatif pada tahap operasi adalah
sebagai berikut:
3.1 Mobilisasi Tenaga Kerja
3.1.1 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Kesempatan Kerja dan Berusaha
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja memberikan dampak positif pada
komponen lingkungan sosial ekonomi berupa peluang kesempatan kerja dan
kesempatan untuk melakukan usaha. Pendirian suatu industri akan diikuti dengan
perekrutan tenaga kerja, baik dari masyarakat lokal maupun dari luar daerah
tersebut. Akibatnya, jumlah penduduk di sekitar lokasi industri akan meningkat.
Pertambahan penduduk ini akan meningkatkan jumlah konsumsi dan keperluan
pemenuhan jasa. Hal ini akan merangsang pertumbuhan ekonomi di sekitar lokasi
industri. Selain itu, pada tabel rencana pengelolaan disebutkan bahwa pihak
industri akan memberikan sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang wirausaha
yang berkaitan dengan pemenuhan barang ataupun jasa yang dibutuhkan oleh
industri sehingga antara industri dan masyarakat tercipta hubungan kerjasama
yang menguntungkan.
25
Tingkat besar dampak mobilisasi tenaga kerja ini adalah 1. Artinya,
kegiatan mobilisisasi tenaga kerja ini berdampak positif sekunder berupa
peningkatran pendapatan masyarakat dan juga meningkatkankan kesejahteraan
masyarakat, terutama sekitar lokasi industri. Kegiatan mobilisasi tenaga kerja ini
perlu dikelola untuk memaksimalkan dampak positifnya. Industri penyamakan
kulit PT. Indra Sejahtera Leathermemiliki usaha pengelolaan dampak ini yaitu
mengutamakan penerimaan tenaga kerja pada warga sekitar sesuai dengan
keahlian dan keterampilannya serta kebutuhan proyek.
3.2 Pengadaan Bahan Baku dan Bahan Tambahan
3.2.1 Komponen Fisik-Kimia
a. Kualitas Udara
Pengadaan bahan baku yang didatangkan (diimpor) dari Kalimantan dan
bahan tambahan yang didatangkan dari daerah lain tentunya akan menyebabkan
sering datangnya kendaraan pengangkut bahan-bahan tersebut. Hal ini tentunya
akan memberikan dampak primer negatif pada berupa penurunan kualitas udara.
Tingkat besar dampaknya adalah 3, meningkat dari sebelumnya karena bahan
baku dan bahan tambahan didatangkan dengan terus-menerus untuk proses
produksi. Sehingga kegiatan kegiatan ini perlu dikelola agar dampak sekunder dan
tersier berupa penurunan kesehatan pekerja dan masyarakat sekitar industri dapat
diminimalisasi. Tetapi pihak PT. Indra Sejahtera Leathertelah mempersiapkan
upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan yaitu dengan pemakaian alat
pereduksi debu ( bag Filter), pemakaian APD yang sesuai (Masker), penyimpanan
bahan baku, bahan tambahan, bahan bakar dan material alternatif dilakukan di
ruang tertutup, pengaturan kecepatan kendaraan sesuai dengan peraturan yang
berlaku, serta dengan penanaman pohon sebagai buffer zone.
b. Kebisingan
Pengadaan bahan baku dan bahan tambahan juga memberikan dampak
primer negatif berupa peningkatan kebisingan. Tingkat besar dampaknya juga
meningkat menjadi 3 sehingga perlu adanya pengelolaan. Tetapi pihak PT. . Palm
Oil Mulya telah mempersiapkan upaya untuk mengurangi dampak yang
26
ditimbulkan melalui usaha penanaman pohon sebagai sound barrier, dan
optimalisasi peredam pada mesin-mesin industri.
3.4 Operasional Industri penyamakan kulit
3.4.1 Komponen Fisik-Kimia
a. Kualitas Udara
Kegiatan operasional industri memberikan dampak primer negatif pada
komponen lingkungan fisik-kimia berupa penurunan kualitas udara. Hal ini
disebabkan debu merupakan polutan tertinggi yang dihasilkan selama proses
produksi berlangsung. Dampak primer ini sangat berpengaruh terutama pada
karyawan di dalam industri. Dan jika hal ini berlangsung terus-menerus tanpa
pengelolaan, akan berdampak sekunder menjadi penyakit yang berhubungan
dengan saluran pernafasan, utamanya bagi karyawan. Tingkat besar dampak
operasional industri adalah 3, sehingga kegiatan operasional industri dan unit
dikelola. Tetapi pihak PT. Indra Sejahtera Leathertelah mempersiapkan upaya
untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan melalui usaha Pemakaian alat
pereduksi debu ( bag Filter), pemakaian APD yang sesuai (Masker), Penanaman
pohon sebagai buffer zone.
b. Kebisingan
Kegiatan operasional yaitu proses produksi minyak goreng, sebagian besar
tahapannya mengunakan mesin. Dan dalam pengoperasiannya, mesin-mesin ini
mengeluarkan bunyi yang bising. Tingkat besar dampak operasional industri 3,
artinya dampak ini harus dikelola agar dampak sekundernya berupa penurunan
kualitas pendengaran karyawan dan masyarakat sekitar dapat ditekan. Tetapi
pihak PT. Indra Sejahtera Leathertelah mempersiapkan upaya untuk mengurangi
dampak yang ditimbulkan melalui usaha penanaman pohon sebagai sound barrier,
dan optimalisasi peredam pada mesin-mesin industri.
c. Kualitas dan Kuantitas Air
27
Kegiatan operasional industri penyamakan kulit memerlukan air sebagai
salah satu bahan yang sangat diperlukan. Dan suatu proses produksi pasti
menghasilkan limbah produksi, baik itu bersifat padat, cair atau gas. Limbah-
limbah ini berdampak negarif pada kualitas dan kuantitas air. Dampak primernya
adalah berupa pencemaran air, sedangkan dampak sekundernya adalah penurunan
kuantitas supply air bersih untuk masyarakat. Hal ini juga akan mengakibatkan
penurunan kesehatan masyarakat karena air merupakan komponen yang sangat
fatal dan vital bagi kehidupan. Tingkat besar dampak operasional industri
terhadap kualitas dan kuantitas air 4 yang artinya dampak ini harus dikelola.
Tingkat besar dampak ini 4 adalah sehingga kegiatan mobilisasi material dan
peralatan ini perlu dikelola. Tetapi pihak PT. Indra Sejahtera Leather telah
mempersiapkan upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. Untuk
menjaga kualitas air tanah akan dikelola melalui usaha pembuatan saluran yang
terpisah antara saluran air hujan dan saluran air buangan industri. Air buangan
industri akan masuk IPAL, atau dengan pembuatan kolam pengendapan air.
3.4.2 Komponen Biologi
Penurunan kualitas udara, kebisingan, penurunan kualitas dan kuantitas air
dan dampak negatif lainnya dari kegiatan operasional industri merupakan suatu
kondisi ekstrim yang dapat mengancam flora dan fauna untuk hidup. Tingkat
besar dan penting untuk dampak operasional industri terhadap komponen biologi
adalah 3. Kegiatan ini perlu dikelola karena fungsi flora dan fauna sangat penting
untuk menyeimbangkan lingkungan. Untuk menjaga kelestarian ekosistem daerah
industri penymkan kulit, akan dilakukan program pengelolaan hasil produksi
secara terpadu. Program ini ditujukan khusus dalam proses pengolahan limbah
produksi secara terpadu, untuk menjaga keseimbangan ekosistem didaerah
industri. Sehingga flora dan fauna endemik pada daerah tersebut bisa terjaga
kelestariannya.
3.4.3 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Kesempatan kerja
28
Kegiatan operasional industri memberikan dampak positif pada komponen
lingkungan sosial ekonomi berupa kesempatan kerja dan berusaha. Industri
membutuhkan karyawan untuk melakukan proses produksi, distribusi dan
sebagainya. Hal ini merupakan lapangan pekerjaan baru dan dapat mengurangi
tingkat pengangguran, terutama untuk masyarakat sekitar. Tingkat besar dampak
operasional industri adalah 1, artinya operasional industri yang memberikan
dampak positif perlu dikelola lebih lanjut untuk lebih memaksimalkan dampak
positif yang lainnya. Dalam hal ini kemungkinan akan terjadi perubahan
persentase mata pencaharian masyarakat sekitar, yang pada rona awal
menunjukkan sebagian besar bekerja sebagai petani, buruh , dan pemulung barang
bekas, kini mereka dapat menjadi pekerja di industri penyamakan kulit.
3.4.4 Komponen Kesehatan Masyarakat
a. Sanitasi Lingkungan
Kegiatan operasional industri memberikan dampak negatif pada
komponen lingkungan kesehatan masyarakat berupa penurunan kualitas sanitasi
lingkungan. Tingkat besar dampak operasional terhadap sanitasi adalah 3, artinya
segala segala sesuatu pada tahap operasional terutama yang berkaitan dengan
limbah perlu dikelola bersamaan dengan pengelolaan kesehatan masyarakat.
b. Tingkat Kesehatan Masyarakat
Kegiatan operasional industri memberikan dampak negatif pada
komponen lingkungan kesehatan masyarakat berupa penurunan tingkat kesehatan
masyarakat. Berbagai limbah yang dihasilkan teruatama debu berpengaruh pada
penurunan kesehatan masyarakat. Tingkat besar dampak operasional industri
terhadap kesehatan masyarakat adalah 3, artinya dampak ini darus dikelola karena
mengakibatkan dampak sekunder yang sangat merugikan. Dan hal ini pun sudah
diantisipasi oleh pihak industri. Dalam rencana pengelolaan dampak, pihak PT.
Indra Sejahtera Leather akan bekerja sama dengan badan kesehatan yang ada
untuk memberikan sosialisasi kepada masyarkat sekitar tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan industri penyamakan kulit, baik itu dampak positif dan
negatifnya. Dari sosialisasi ini diharapkan masyarakat sadar dan mengetauhi apa
29
yang seharusnya mereka lakukan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan.
Tingkat besar dampaknya adalah 3.
4. Tahap Distribusi
Tahap pasca produksi terdiri dari pengepakan dan distribusi.
Bahan kulit jadi (dalam bentuk lembaran) hasil produksi kemudian
dilakukan packing dengan menggunakan kertas karton sesuai dengan Standard
Nasional Indonesia (SNI). Hasil packing ini, harus dihindarkan dari zat-zat
polutan yang bersifat cair untuk menjaga kualitas dari kulit tersebut. Hal ini dapat
diminimalisir dengan cara penyimpanan barang pada ruangan khusus
penyimpanan (gudang penyimpanan) sampai pada tahap penyalurannya terhadap
konsumen.
Tahap pendistribusian juga sangatlah penting untuk menjaga kualitas kulit
jadi yang akan disampaikan pada konsumen. Pendistribusian dilakukan dengan
cara menggunakan truk atau alat pengankut yang dilengkapo dengan box untuk
menjaga agar barang bawaan (kulit jadi) tidak terkontaminasi dengan polutan
yang bersifat cair.
BAB 7. EVALUASI DAMPAK BESAR DAN PENTING
Berdasarkan hasil prakiraan dampak besar dan penting, selanjutnya
dilakukan tahap evaluasi dampak besar dan penting dari rencana usaha industri
penyamakan kulit. Ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemrakarsa
Usaha/ kegiatan itu sendiri maupun dalam pegelolaan industri. Untuk kewajiban
pemrakarsa meliputi:
1. Menyelaraskan kebijaksanaan proyek dengan kebijaksanaan struktur,
sistem dan pembangunan jaringan infrastruktur sesuai dengan rencana
Tata Ruang Wilayah.
2. Memelihara dan meningkatkan fungsi ekologis dan pelestarian flora dan
fauna disekitar industri penyamakan kulit.
3. Memaksimalkan proses pengolahan limbah terpadu, agar tidak
berpengaruh buruk terhadap kondisi rona lingkungan sekitar.
30
4. Pengendalian pencemaran harus mengacu kepada KepMenLH No.
13/2010 dan KepKaDal No. 205 /1996.
5. Melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
lainnya yang tercantum dalam dokumen RKL dan RPL yang telah
disetujui.
31
BAB 6. KESIMPULAN
Pada proses pengamatan dan analisis rencana pembangunan yang telah
dilakukan terhadap industri penyamakan kulit PT. Indra Sejahtera Leather dapat
disimpulkan bahwasannya dari tahap perencanaan pembangunan sampai distribusi
barang jadi terdapat berbagai dampak negatif yang merugikan lingkungan dan
masyarakat sekitar. Akan tetapi dengan adanya proses pengolahan limbah yang
tepat dengan berbagai program dari pemrakarsa untuk mengatasi permasalahan
yang ada, dampak – dampak negatif dari industri penyamakan kulit akan
terminimalisir sesuai dengan standard (ambang batas) pencemaran lingkungan.
Sehingga, industri penyamakan kulit PT. Indra Sejahtera Leather layak untuk
didirikan dan beroperasi di Desa Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten
Jember.
32
INDIKATOR MATRIK LEUPOLD
A. IKLIM
1. Tetap tropis.
2. Berubah total.
B. KUALITAS UDARA
1. Polusi rendah ditandai dengan kendaraan yang melintas 00-20/5mnt.
2. Polusi sedang ditandai dengan kendaraan yang melintas 20-40/5mnt.
3. Polusi tinggi ditandai dengan kendaraan yang melintas lebih dari
40/5mnt.
C. TINGKAT KEBISINGAN
1. Rendah ditandai dengan kendaraan yang melintas 00-20/5mnt.
2. Sedang ditandai dengan kendaraan yang melintas 20-40/5mnt.
3. Tinggi ditandai dengan kendaraan yang melintas lebih dari 40/5mnt.
D. KUALITAS AIR
1. Baik ditandai dengan jernih, tidak berbau, dan tidak berasa.
2. Sedang ditandai dengan tidak memenuhi persyaratan pada salah satu
point D.1.
3. Buruk ditandai dengan tidak memenuhi persayratan pada point D.1.
E. TATA GUNA LAHAN
1. Baik (pemanfaatan lahan secara maksimal).
2. Sedang (pemanfaatan lahan kurang maksimal atau sekitar 50%).
3. Buruk (pemanfaatan lahan kurang dari 50%).
F. TATA RUANG
1. Baik, perumahan tertata rapi, lahan berfungsi maksimal.
2. Sedang, perumahan tertata, lahan yang difungsikan kurang dari 30%.
3. Buruk, perumahan tidak tertata rapi, lahan yang tidak difungsikan
lebih dari 30%.
33
G. KEMACETAN LALULINTAS
1. Rendah ditandai dengan kendaraan yang melintas 00-20/5mnt.
2. Sedang ditandai dengan kendaraan yang melintas 20-40/5mnt.
3. Tinggi ditandai dengan kendaraan yang melintas lebih dari 40/5mnt.
H. KERUSAKAN JALAN
1. Baik (Jalan beraspal mulus).
2. Sedang (Jalan beraspal berlubang).
3. Buruk (Jalan tidak beraspal).
I. FLORA
1. Baik (tidak ada pengurangan).
2. Sedang (terjadi pengurangan kurang dari 30%).
3. Buruk (terjadi pengurangan lebih dari 30%).
J. FAUNA
1. Baik (tidak ada pengurangan).
2. Sedang (terjadi pengurangan kurang dari 30%).
3. Buruk (terjadi pengurangan lebih dari 30%).
K. PENDAPATAN MASYARAKAT/DAERAH
1. Baik (diatas UMR).
2. Sedang (setara dengan UMR).
3. Buruk (diabawah UMR).
L. KESEMPATAN KERJA
1. Baik (tersedianya lapangan perkerjaan, tidak ada pengangguran).
2. Sedang (tersedianya lapangan perkerjaan, pengangguran kurang dari
30%).
3. Buruk (pengangguran lebih dari 30%).
M. JUMLAH PENDUDUK
1. Baik (bertambahnya jumlah penduduk).
2. Sedang (jumlah penduduk tetap).
3. Buruk (Jumlah penduduk berkurang).
34
N. KESEHATAN MASYARAKAT
1. Baik (Presentase masyarakat yang sehat jasmani lebih dari 70% ).
2. Sedang (Presentase masyarakat yang sehat jasmani 50%).
3. Buruk (Presentase masyarakat yang sehat jasmani kurang dari 40%).
O. SANITASI LINGKUNGAN
1. Baik ( Tidak ada yang menggunakan sungai sebagai sarana MCK).
2. Sedang (kurang 30% masyarakat menngunakan sungai sebagai sarana
MCK).
3. Buruk ( lebih dari 30% menggunakan sungai sebagai sarana MCK).
35
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1996. Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri
Penyamakan Kulit, Bapedal :Jakarta.
Anonim, 1999. Kurus Pengelolaan Kualitas Air. Proyek PCI, Jakarta.
Jhony Wahyudi, 1996. Dampak Industri Penyamakan Kulit. Jakarta.
Anonim. Industri Pengolahan Air Limbah Industri Penyamakan Kulit.
http:wwwkimpraswil.go.id/balitbang. Diakses 8 April 2014.
Anonim. Limbah Industri Kulit Garut Cemari Lingkungan Sejak 1920.
http:www.suarapembaharuan.com diakses 8 April 2014.
Anonim. Pengolahan dan Pemanfaatan Industri Penyamakan Kulit. http:www.
Kompas.com cetak 0302/06., diakses 8 April 2014.
Udin Djabu, dkk. 1990. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja dan Air
Limbah. Pusdiknakes, Jakarta.
Wijayadi Swarnam. 2005. Teknologi Limbah Edisi Spesial. Pusat Pengembangan
Teknologi Limbah Cair. Jakarta.
36