67
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seseorang dituntut untuk selalu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kadang seseorang melupakan kesehatan dan kebugaran tubuh jika sudah melakukan pekerjaan. Melakukan pekerjaan yang melebihi kemampuan tubuh akan berdampak secara langsung atau tidak langsung bagi kebugaran dan kondisi tubuh yang sehat. Kerja fisik yang dilakukan secara berlebihan bisa membuat kelelahan pada tubuh, sering kali melebihi dari kemampuan atau berlebihan sehingga akan berpengaruh terhadap kesehatan jasmani dan fisik seseorang. Kemampuan seseorang untuk dapat melakukan kegiatan fisik dengan baik tergantung terhadap kondisi kebugaran fisik seseorang. Upaya untuk bisa menjaga kebugaran tubuh adalah dengan berolahraga. Olahraga adalah serangkaian gerak yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak dan meningkatkan kemampuan gerak. Olahraga bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial (Watson,1999). Olahraga bisa dilakukan setiap hari dengan teratur dan atau dengan kegiatan olahraga yang terjadwal. Berkembangnya pusat kebugaran seperti gym, lapangan futsal, basket dan sebagainya, merupakan sarana olahraga bagi remaja yang selalu menarik antusiasme untuk rajin berolahraga. Beberapa di antara mereka bahkan tidak mengetahui manfaat dari olahraga yang mereka lakukan, namun mereka 1

Application of ice massage after exercise was more effective than

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Application of ice massage after exercise was more effective than

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seseorang dituntut untuk selalu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

kadang seseorang melupakan kesehatan dan kebugaran tubuh jika sudah

melakukan pekerjaan. Melakukan pekerjaan yang melebihi kemampuan tubuh

akan berdampak secara langsung atau tidak langsung bagi kebugaran dan kondisi

tubuh yang sehat. Kerja fisik yang dilakukan secara berlebihan bisa membuat

kelelahan pada tubuh, sering kali melebihi dari kemampuan atau berlebihan

sehingga akan berpengaruh terhadap kesehatan jasmani dan fisik seseorang.

Kemampuan seseorang untuk dapat melakukan kegiatan fisik dengan baik

tergantung terhadap kondisi kebugaran fisik seseorang. Upaya untuk bisa menjaga

kebugaran tubuh adalah dengan berolahraga. Olahraga adalah serangkaian gerak

yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak dan meningkatkan

kemampuan gerak. Olahraga bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan

perkembangan jasmani, rohani dan sosial (Watson,1999).

Olahraga bisa dilakukan setiap hari dengan teratur dan atau dengan kegiatan

olahraga yang terjadwal. Berkembangnya pusat kebugaran seperti gym, lapangan

futsal, basket dan sebagainya, merupakan sarana olahraga bagi remaja yang selalu

menarik antusiasme untuk rajin berolahraga. Beberapa di antara mereka bahkan

tidak mengetahui manfaat dari olahraga yang mereka lakukan, namun mereka

1

Page 2: Application of ice massage after exercise was more effective than

2

rajin melakukannya hanya karena hobi dan ingin menghabiskan waktu bersama

teman-teman mereka dengan berolahraga (Haryanto, 2010).

Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa

dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses

pematangan baik itu pematangan fisik, batasan usia remaja yang umum digunakan

oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini

biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun (masa remaja awal), 15 – 18

tahun (masa remaja pertengahan), dan 18 – 21 tahun (masa remaja akhir). Tetapi

Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian,

yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa

remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun

(Haryanto, 2010).

Cedera hamstring dapat terjadi pada siapapun dengan tingkat cedera yang

berbeda. Pada atlit kondisi cedera kadang bisa lebih komplek kasusnya bisa

terjadi spasme, nyeri sampai pada robekan otot yang mengganggu aktifitas latihan

seorang atlit dan pada remaja bisa disebabkan karena tulang dan otot tidak

tumbuh pada tingkat yang sama. Cedera pada otot hamstring dapat menyebabkan

terjadinya kerusakan otot paha, cedera yang terjadi dapat diakibatkan karena

melakukan aktifitas berlari dan gerakan berhenti dengan tiba tiba. Gejala yang

dapat dirasakan ketika otot hamstring terkena cedera seperti nyeri pada belakang

paha, otot terasa sobek, bengkak dan terasa lunak dalam beberapa jam, otot

melemah atau kaki tidak bisa mengangkat beban (Anonim, 2012).

Page 3: Application of ice massage after exercise was more effective than

3

Cedera hamstring dapat terjadi ringan ( tertariknya otot hamstring dan otot

hanya kehilangan sedikit tarikan), cedera sedang ditandai dengan robeknya satu

atau dua otot hamstring menimbulkan nyeri dan hilang sebagian kekuatan otot,

cedera yang menyebabkan otot hamstring mengalami robekan yang dapat

menimbulkan otot kehilangan seluruh kekuatan ototnya. (Anonim, 2012).

Muscle soreness dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau nyeri yang

kadang kita tidak mengetahui penyebab nyeri tersebut dapat timbul. Dari

beberapa teori yang sudah dikemukakan penyebab terjadinya muscle soreness

disebabkan oleh microtrauma yang terjadi pada serabut kecil muscle fiber. Muscle

soreness dapat terjadi pada fase akut dimana pada fase akut ini terjadi muscle

soreness yang berlangsung selama ataupun setelah melakukan aktifitas fisik yang

berat dalam jangka waktu yang cepat yang disebut acute muscle soreness,

kemudian muscle soreness yang dapat terjadi dan dirasakan setelah 24 jam sampai

72 jam setelah melakukan aktifitas fisik yang disebut dengan Delayed Onset

Muscle Soreness (Anonim, 2012).

Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) selalu dikaitkan dengan keadaan

yang tidak biasa, kerja otot yang berlebihan dan kontraksi eksentrik dapat memicu

terjadinya DOMS. Kontraksi otot eksentrik dapat dilihat dari adanya perpanjangan

otot selama otot berkontraksi. Mekanisme terjadinya DOMS dapat dikaitkan

dengan adanya stimulasi nyeri yang disebabkan dengan adanya pembentukan

asam laktat, kekakuan otot, kerusakan jaringan ikat, kerusakan otot, peradangan,

Page 4: Application of ice massage after exercise was more effective than

4

dll. Gejala yang bisa muncul dalam 24 – 42 jam setelah latihan dan bisa

menghilang setelah 5 – 7 hari ( Cheung et al., 2003).

Muscle soreness terjadi ketika muscle fiber mengalami robekan, dan otot

beradaptasi untuk menjaga kekuatannya. Muscle strain terjadi karena akibat

karena overtraining yang tejadi pada sebagian besar muscle fiber yang

berpengaruh terhadap derajat gerak dan tendon. Beberapa penelitian melakukan

kombinasi beberapa tekhnik untuk dapat memberikan penanganan pada DOMS

seperti warm up, stretching dan massage, warm underwater water jet massage

dan ice massage. Tetapi beberapa juga hanya menggunakan satu tekhnik dalam

menangani DOMS, seperti massage dan stretching, massage dan electric

stimulation, pre exercise warm up dengan stretching dan post exercise dengan

massage. Rasa nyeri dan kerusakan pada otot dapat terjadi karena melakukan

latihan yang bersifat kontinyu atau terus menerus (Connoly et al., 2003).

Tingkat kerusakan dan nyeri dapat disebabkan beberapa faktor misalnya

pada tingkat profesional dapat disebabkan karena dosis latihan dan intensitas dari

latihan yang diberikan. Bila pada seseorang yang bukan atlet kerusakan dapat

disebabkan karena aktifitas otot melebihi dari kemampuan dlm melakukan

aktifitas dan gerakan yang salah. Dan faktor yang lain adalah stiffness, kecepatan

kontraksi, lelah otot, dan sudut pada saat akan melakukan gerakan. Dengan

memperhatikan teori dan ilmu dasar pada mekanisme injury , penanganan untuk

DOMS akan bisa meminimalkan kerusakan pada jaringan dan menghindarkan

dari latihan otot yang berlebihan. Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) dapat

Page 5: Application of ice massage after exercise was more effective than

5

diklasifikasikan sebagai cedera pada otot tipe I dan dapat diketahui dengan

adanya nyeri tekan dan spasme pada saat dilakukan palpasi dan gerakan. Nyeri

tekan dapat terlokalisasi pada bagian distal otot dan dapat bertambah nyeri dalam

waktu 24 – 48 jam setelah melakukan latihan. Rasa nyeri tersebut dapat

menggambarkan tingginya receptor pada jaringan lunak dan pada tendon otot.

(Cheung et al., 2003).

Dalam penelitian disebutkan bahwa DOMS dapat terjadi pada saat kita

melakukan aktifitas lari gunung (Hiking), Ressisted Cycling, Stepping, ballistic

stretching, isocinetic dynamometri, dan latihan melawan tahanan. Serabut otot

tipe I yaitu dengan tipe otot slow twitch yang berfungsi sebagai stabilisator atau

mempertahankan sikap tubuh dengan kecepatan kontraktil lambat, kekuatan

motor unit yang rendah, tidak cepat lelah, memiliki kapasitas aerobik yang

tinggi, serta jika terjadi patologi akan tegang dan memendek. Jika terjadi DOMS

dan tidak dilakukan penanganan dengan tepat akan menimbulkan cedera yang

berkelanjutan, sehingga akan mempengaruhi aktifitas dari seseorang untuk

aktifitas (Cheung et al., 2003).

Penanganan dan pemberian latihan yang baik pada DOMS akan mengurangi

resiko terjadinya DOMS dan akan menjaga mobilitas agar tetap optimal. Setelah

melakukan aktifitas olahraga fisik dengan kontraksi eksentrik dan menunjukkan

rusaknya otot, otot secara perlahan lahan melakukan adaptasi untuk mengurangi

terjadinya kerusakan lebih lanjut pada saat melakukan aktifitas olahraga yang

sama, karena apabila otot mengalami cedera yang sama akan menimbulkan

Page 6: Application of ice massage after exercise was more effective than

6

repeated bout effect. Alasan terjadinya mekanisme protektif otot dapat terjadi

karena adaptasi neuron ( penggunaan dan kontrol otot oleh sistem saraf), adaptasi

mekanik (peningkatan kerusakan otot dan jaringan), dan adaptasi sel (adaptasi

terhadap respon inflamasi dan peningkatan sintesis protein). Muscle soreness

dapat dihindari dengan mengurangi latihan dengan kontraksi eksentrik dan

konsentrik. Tetapi kontraksi eksentrik pada salah satu otot tidak dapat dihindari

selama latihan ketika otot mengalami kelelahan (Cheung et al., 2003).

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada

individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan

memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan

menggunakan penanganan secara manual, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan

mekanis), dan komunikasi (Anonim, 2001).

Penanganan dengan menggunaan ice massage dilihat dari proses trauma atau

cedera pada jaringan lunak. Aplikasi dengan menggunakan ice massage dapat

memberikan perubahan pada kulit, jaringan subcutaneus, intramusculer dan suhu

pada persendian. Penurunan suhu pada jaringan lunak dapat menstimulasi

receptor untuk mengeluarkan simpatetic adrenergic fibers karena terjadinya fase

konstriksi pembuluh darah lokal pada arteri dan vena. Ini menunjukkan adanya

penurunan oedem dan mengurangi terjadinya proses metabolisme dengan adanya

penurunan reaksi radang, permeabilitas peredaran darah dan bengkak. Ini

menunjukkan bahwa dengan cryotherapy (ice) dapat memberikan fasilitasi

terhadap terjadinya pemulihan pada muscle soreness (Cheung et al., 2003).

Page 7: Application of ice massage after exercise was more effective than

7

Pada DOMS, pemberian aplikasi ice massage pada hamstring yang

mengalami cedera akan memberikan efek sedatif karena adanya sensasi dari ice

dan pemberian gerakan massage pada grup otot. Pemberian ice massage dapat

mencegah terjadinya kerusakan jaringan otot yang lebih berat karena rusaknya

pembuluh darah disekitar otot. Pemberian ice massage akan memperlambat

metabolisme pembuluh darah lokal pada area yang cedera dengan adanya

penurunan temperatur atau suhu pada area lokal sebagai akibat dari reaksi

hipoksi, sehingga terjadinya inflamasi dan pemicu reaksi dari munculnya nyeri

dapat diminimalisir. Kecepatan konduksi saraf pada otot akan berkurang dan akan

mengurangi reaksi gamma motor neuron dan mengurangi aktifitas pada sel

muscle spindle (Anonim, 2011).

Dari penjelasan diatas dilihat faktor yang dapat berpengaruh terhadap

terjadinya DOMS, maka yang dapat dirasakan dan diperhatikan adalah rasa nyeri,

kemampuan kekuatan otot yang menurun yang dapat berpengaruh terhadap

aktifitas fungsional. Berdasarkan latar belakang masalah diatas untuk

mengurangi terjadinya DOMS, maka dilakukan penelitian mengenai “Aplikasi

Ice Massage dan Non Ice Massage Sesudah Pelatihan Dalam Mengurangi

Resiko DOMS Pada Otot Hamstring”.

Page 8: Application of ice massage after exercise was more effective than

8

1.2.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah yang

diteliti adalah :

Apakah terdapat perbedaan pengaruh aplikasi pemberian Ice massage dan tanpa

pemberian ice massage sesudah pelatihan dalam mengurangi terjadinya DOMS pada

otot hamstring ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek pemberian ice massage sesudah pelatihan untuk

mengurangi terjadinya Delayed Onset Muscle Soreness otot Hamstring.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui perbedaan dalam mengurangi DOMS pada aplikasi pemberian

Ice massage dan tanpa pemberian ice massage sesudah pelatihan.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

1. Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan dalam bidang

fisioterapi tentang kejadian DOMS dan bagaimana mengenal tanda dan

gejala serta pelaksanaan penanganan terjadinya DOMS.

Page 9: Application of ice massage after exercise was more effective than

9

2. Untuk melihat pengaruh Ice massage untuk mengurangi terjadinya proses

radang, timbulnya nyeri, bengkak, penurunan toleransi aktifitas sebagai

tanda dan gejala terjadinya DOMS.

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

1. Sebagai bahan informasi bagi teman sejawat fisioterapi

2. Dapat digunakan untuk dasar penelitian selanjutnya

1.4.2 Bagi Peneliti

1. Penelitian ini dapat berguna untuk menambah ilmu pengetahuan dan

menambah pengalaman bagi penulis untuk mempelajari manfaat dari

penggunaan ice massage untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan,

nyeri, serta penurunan toleransi aktifitas yang merupakan tanda dan gejala

awal terjadinya DOMS

2. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama proses

pendidikan diperoleh.

Page 10: Application of ice massage after exercise was more effective than

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Delayed Onset Muscle Soreness

2.1.1 Definisi DOMS

Delayed Onset Muscle Soreness adalah suatu rasa sakit atau nyeri pada otot

yang dirasakan 24-48 jam setelah melakukan aktivitas fisik atau olahraga.

Melakukan aktifitas fisik yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya cedera,

kerusakan otot atau jaringan ikat pada otot. Apabila pada otot mengalami kerusakan

jaringan maka secara otomatis tubuh akan merespon dengan memperbaiki kerusakan

dan merangsang ujung saraf sensorik sehingga akan timbul nyeri karena rangsangan

tersebut. DOMS dapat terjadi ketika pertama kali melakukan olahraga dengan

intensitas yang tinggi dan terjadi kerja otot secara berlebihan (Cheung et al., 2003).

Delayed Onset Muscle Soreness pertama kali dijelaskan oleh Theodore Hough

1902 dalam penelitiannya menyebutkan karena adanya kerusakan yang dalam pada

otot. Pada penelitian terdahulu menjelaskan adanya kerusakan ultrastructural dari

myofilaments, terutama pada Z-disc, menjadi penyebab kerusakan pada jaringan ikat.

Kerusakan jaringan ikat merupakan penyebab langsung terjadinya soreness, yang

dapat menimbulkan peningkatan sensasi nyeri pada nosiseptor atau reseptor nyeri,

dan nyeri akan bertambah bila dilakukan stretching dan palpasi. Delayed Onset

Muscle Soreness (DOMS) merupakan suatu keadaan yang tidak asing, kerja dari otot

10

Page 11: Application of ice massage after exercise was more effective than

11

dengan intensitas tinggi yang terstimulasi dengan kontraksi otot eksentrik, dan terjadi

proses peradangan yang menyebabkan munculnya nyeri/rasa tidak nyaman. Dengan

latihan yang dilakukan secara intens dan bisa terjadi pada atlit yang lama istirahat

atau tidak melakukan latihan. Pada seorang atlit hal tersebut dapat terjadi karena

fase istirahat yang lama dan berpengaruh terhadap penurunan aktifitas fisik. Gejala

yang menyertai terjadinya DOMS meliputi spasme otot, keterbatasan ROM, terjadinya

bengkak, penurunan kekuatan otot, nyeri lokal, dan rasa propioceptive sendi yang

terganggu. Gejala yang muncul dapat terjadi dalam 24 jam setelah latihan dan akan

menghilang setelah 5-7 hari (Chung et al., 2003).

2.1.2 Patologi DOMS

Delayed Onset Muscle Soreness dapat terjadi karena nyeri otot yang tertunda

yang disebabkan karena kerusakan jaringan otot. Pada pemeriksaan biopsi kerusakan

otot yang terjadi pada sarcolema yang pecah dan memungkinkan isi sel meresap

antara serat otot lainnya. Kerusakan pada filamen kontraktil aktin dan myosin dan

juga kerusakan pada Z Disc merupakan bagian dari terjadinya kerusakan struktural

sel. Terjadinya respon inflamasi merupakan respon terhadap cedera jaringan pada

sistem kekebalan tubuh karena terjadinya cedera. Banyak upaya yang dilakukan

untuk meredam efek nyeri otot yang tertunda (DOMS) misalnya dengan pemberian

obat anti inflamasi. Kerusakan otot mikroskopis disebabkan oleh latihan berat yang

dapat menyebabkan respon inflamasi pada otot. Kerusakan struktural akut pada

jaringan otot memulai terjadinya DOMS dan dapat mengarah terjadinya nekrosis

Page 12: Application of ice massage after exercise was more effective than

12

(kematian sel) memuncak sekitar 48 jam setelah latihan. Isi intraseluler dan efek

respon immuno kemudian terakumulasi di luar sel merangsang ujung saraf dari otot

(Marquez et al., 2001).

Gerakan yang dilakukan pada keadaan otot tidak siap dapat mengakibatkan

ketegangan berlebihan yang tidak dapat dikendalikan otot. Kejang otot ringan terjadi

diawal latihan dan bertambah berat saat seseorang mengalami kelelahan. Banyak

yang menyebutkan bahwa DOMS dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti

penumpukan asam laktat atau olahraga yang intens (overload). Proses pembuangan

penumpukan zat beracun yang tidak lancar menyebabkan terjadinya stimulus nyeri

dan nyeri merupakan tahap terjadinya DOMS. Melakukan latihan yang tidak

terprogram dengan latihan eksentrik dapat menyebabkan terjadinya cedera karena

pemberian latihan yang berulang ulang atau overload. Jika latihan yang dilakukan

secara overlod maka akan menimbulkan cedera pada otot dan akan menyebabkan

terjadinya kerusakan otot karena efek latihan yang berat. Latihan yang tidak

dikontrol dengan baik tersebut dapat menyebabkan timbulnya kerusakan otot,

peradangan, dan nyeri serta menurunnya lingkup gerak sendi (Cheung et al., 2003).

Beberapa teori juga menyebutkan peningkatan jumlah Hydroxypoline (HP)

dan Hydroxylysine juga tidak dapat menjelaskan keterkaitan dengan terjadinya

DOMS. Teori tentang kerusakan otot merupakan salah satu teori yang dapat

menjelaskan hubungannya dengan terjadinya DOMS. Hough menerangkan adanya

gangguan pada komponen kontraktil otot, terutama pada Z-line, pada latihan

Page 13: Application of ice massage after exercise was more effective than

13

eksentrik. Karakteristik lesi mikroskopik meluas, dan akan terjadi kerusakan total

myofibril pada Z line, dan akan meluas pada kerusakan sarcomere. Ini merupakan

salah satu penyebab terjadinya ketegangan atau nyeri pada semua area otot yang

akan mengurangi keterlibatan motor unit pada saat kontraksi eksentrik. Nosiseptor

pada jaringan ikat pada otot dan pada daerah arteri, capiler dan struktur jaringan otot

dan tendon akan terjadi atau timbul sensasi nyeri (Cheung et al., 2003).

Delayed Onset Muscle Soreness terjadi setelah adanya latihan eksentrik dan

konsentrik yang berat atau intens yang menimbulkan adanya kondisi kerusakan yang

nyata pada jaringan otot, peradangan, dan diikuti oleh pengeluaran enzim. Kerusakan

ini akan menyebabkan adanya peningkatan terjadinya tegangan yang mengakibatkan

menurunnya aktif motor unit selama kontraksi eksentrik. Terjadinya kerusakan

bagian struktur sel otot terutama pada tipe otot II(Fast twitch) menjadi lebih kecil dan

melemah pada Z line. Rangsang nyeri kemudian akan mengaktifasi timbulnya nyeri

pada jaringan otot dan arteri, kapiler darah, serta tendon. CK (creatinin kinase)

merupakan salah satu indikator terjadinya permeabilitas enzim pada membran yang

terjadi pada otot skeletal dan otot jantung. (Cheung et al., 2003).

Adanya kerusakan pada Z line dan sarkolema akan memungkinkan terjadinya

difusi dan pelarutan enzim pada otot, seperti CK ke dalam cairan intersisil. Dalam

keadaan normal jumlah plasma CK sebesar 100IU/L. Tetapi dengan adanya latihan

eksentrik akan meningkat menjadi 40.000 IU/L yang menunjukkan penigkatan yang

tinggi pada permeabilitas membran sel otot karena terjadinya kerusakan pada Z line.

Page 14: Application of ice massage after exercise was more effective than

14

Teori tentang terjadinya peradangan didasarkan karena adanya respon peradangan

seperti terjadinya bengkak, dan peningkatan infiltrasi sel yang terjadi seiring dengan

dilakukannya kontraksi eksentrik yang berulang. Struktur jaringan otot yang terdiri

dari proteolitik merupakan penyebab terjadinya degradasi lipid dan struktur protein

pada sel karena cedera. Kerusakan muscle fibres dan jaringan ikat menyebabkan

terjadinya akumulasi bradikinin, histamin, dan prostaglandin akan menarik monosit

dan neutrofil ke dalam jaringan yang cedera. Adanya tekanan osmosis dan nyeri

menyebabkan group IV neuron sensorik teraktivasi (Cheung et al., 2003).

Respon inflamasi akut yang terjadi dalam 1 hari dari mulai awal latihan yang

dapat menyebabkan terjadinya DOMS dan nekrosis jaringan dapat dilihat dari adanya

peningkatan konsentrasi CK yang terjadi antara 1 – 7 hari setelah diberikan latihan,

kemudian jumlah leukosit, neutrofil, monosit dan basofil yang mengalami perubahan

selama terjadinya cedera (Gleesson et al., 1995).

Page 15: Application of ice massage after exercise was more effective than

15

Gambar 2.1 Mekanisme DOMS pada Jaringan (Anonim, 2013)

2.1.3 Hamstring

2.1.3.1 Anatomi Hamstring

Hamstring merupakan salah satu group otot yang terdiri dari 3 macam otot

antara lain bisep femoris, semitendinosus, semimembranosus. Otot hamstring

berfungsi untuk gerakan fleksi dari knee joint dan membantu untuk gerakan ekstensi

dari hip joint (Connel et al., 2004).

a. Otot Semimembranosus

Letak dari otot semimembranosus berada pada bagian medial diantara

ketiga otot hamstring.

Page 16: Application of ice massage after exercise was more effective than

16

Origo : berada pada tuberositas ischii

Insersio : berada pada bagian posterior condylus medialis tibia

Fungsi : ekstensi hip, fleksi knee, dan internal rotasi

b. Otot semitendinosus

Terletak diantara semimembranosus dan bisep femoris

Origo : tuberositas ischii

Insersio : permukaan atas bagian medial pada tibia

Fungsi : ekstensi hip, fleksi knee, internal rotasi hip

c. Otot bisep femoris

Merupakan otot yang terletak pada bagian lateral

Origo : pada tuberositas ischii, ½ distal linea aspera tulang femur,

bagian lateral supracondylus

Insersio : condylus lateral tibia, collum femur

Fungsi : ekstensi hip, fleksi knee, lateral rotasi

Page 17: Application of ice massage after exercise was more effective than

17

Gambar 2.2 Group Otot Hamstring (Connel et al., 2004)

2.1.3.2 Patofisiologi DOMS Pada Hamstring

Otot hamstring dapat terkena cedera secara tiba tiba, nyeri pada belakang paha

dan sampai menyebabkan aktifitas terhambat. Setelah cedera knee tidak bisa

melakukan gerakan ekstensi lebih dari 30 – 40 derajat . Riwayat pengobatan

merupakan salah satu cara untuk membantu mengetahui adanya cedera pada

hamstring. Cedera hamstring banyak terjadi pada lipatan bagian posterior yang

dapat menghentikan aktivitas latihan atau olahraga. Tetapi tidak hanya adanya

tarikan pada posterior otot yang bisa mengakibatkan cedera hamstring, adanya nyeri

otot juga merupakan salah satu tanda terjadinya cedera pada hamstring karena

adanya kerusakan pada jaringan fibrous.

Page 18: Application of ice massage after exercise was more effective than

18

Hamstring merupakan group otot yang melakukan gerakan fleksi dan ekstensi

pada knee dan hip secara bersamaan yang akan membutuhkan kemampuan otot

untuk dapat memanjang dan memendek dalam waktu yang bersamaan. Pada saat

melakukan gerakan mengayun, hamstring berkontraksi untuk melakukan persiapan

untuk ekstensi knee dan otot melakukan gerakan untuk memanjang dan akan

mempengaruhi panjang otot. Hamstring harus merubah dari fungsi untuk eksentrik

pada saat persiapan ekstensi knee ke gerakan konsentrik untuk melakukan ekstensi

hip. Hal ini menunjukkan adanya perubahan kontraksi dari eksentrik ke konsentrik

memungkinkan terjadinya cedera DOMS pada hamstring (Peterson et al., 2006).

Cedera pada hamstring terjadi akibat dari peregangan atau kontraksi otot yang

melebihi batas normal (Abnormal stress) dan umumnya terjadi karena pembebanan

secara tiba – tiba pada otot tertentu. Jenis cedera ini juga terjadi akibat otot tertarik

pada arah yang salah, atau ketika terjadi kontraksi otot belum siap. Overload otot

adalah penyebab utama ketegangan otot hamstring, hal ini dapat terjadi ketika otot

over stretch melampaui kapasitasnya atau pembebanan yang tiba tiba. Selama

berlari,atau meloncat otot hamstring berkontraksi secara eksentrik dimana kaki

belakang yang diluruskan dan jari-jari kaki yang digunakan untuk mendorong dalam

keadaan toe off dan bergerak maju atau keatas. Otot-otot hamstring tidak hanya

melakukan lenghtening atau memperpanjang otot tetapi juga menjaga berat beban

oleh badan dan gaya yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan tersebut berlari

ataupun meloncat (Nancy, 2012).

Page 19: Application of ice massage after exercise was more effective than

19

Kerusakan jaringan tersebut dapat pulih dari cedera pada hari ke 14 jika terjadi

cedera yang ringan. Otot dapat melakukan fungsi semula sampai 90%, dan

kemampuan otot untuk melakukan kontraksi memanjang dan memendek dapat

kembali setelah terjadi adanya fibrosis. Pada otot hamstring gerakan yang banyak

terjadi adalah untuk kontraksi otot eksentrik yang melindungi knee dan hip joint

dari energi kinetik yang berlebihan. Terjadinya cedera hamstring tidak hanya

karena gerakan eksentrik dan konsentik dari otot, tetapi dari hasil poto MRI

menunjukkan bahwa terjadinya cedera pada hamstring dapat juga disebabkan karena

adanya latihan otot eksentrik yang dilakukan secara terus menerus/intens dan

menemukan bahwa untuk kontraksi otot secara konsentrik tidak menunjukkan efek

yang sama setelah latihan. Terjadinya DOMS pada hamstring dilihat dari hasil

laboratorium menunjukkan hasil cedera dengan derajat yang berbeda yang tejadi

pada hamstring dimulai dari strain sampai terjadinya kerusakan otot keseluruhan

yang dapat mengurangi kemampuan otot untuk ddapat bekerja atau berkontraksi

disebabkan karena kelelahan dan kelemahan menyebabkan otot memiliki resiko

untuk cedera karena kemampuan untuk menjaga energi hilang (Connel et al., 2004).

Page 20: Application of ice massage after exercise was more effective than

20

Gambar 2.3 Gambaran Kontraksi otot (Anonim, 2013)

Gambar 2.4

Sarcomere Normal dan Setelah Latihan (Proske and Morgan, 2001)

Page 21: Application of ice massage after exercise was more effective than

21

Otot-otot hamstring merupakan struktur yang sering kali mengalami cedera,

gangguan tersebut dapat berupa robekan atau regangan otot. Cedera hamstring

paling sering terjadi dalam olah raga seperti lari, sepakbola, basket, dll. Cedera

dapat ringan sampai berat, pada cedera yang ringan hanya mengalami robekan

kecil pada hamstring sehingga hanya mengalami perasaan seperti tertekan pada paha

bagian belakang. Pada cedera yang berat, terjadi apabila otot hamstring terputus dan

bahkan terpisah dari bagian-bagiannya sehingga akan menimbulkan nyeri yang

hebat hingga tidak dapat berjalan. Cedera hamstring merupakan cedera yang dapat

berlangsung lama, penyembuhannya lambat, dan kejadian cedera sangat tinggi.

Cedera hamstring merupakan salah satu cedera yang dapat terjadi pada olahraga

misalnya pada saat lari dan melompat, tetapi bisa juga terjadi pada saat menari, dan

ski air. Banyak penelitian yang dilakukan tentang cedera pada hamstring salah

satunya penelitian pada pemain sepak bola inggris dan australia menunjukkan cedera

hamstring terjadi antara 12 % - 16 % pemain. Cedera yang terjadi pada hamstring

dapat terjadi secara langsung karena hantaman dan cedera yang terjadi karena strain

(Petersen et al., 2006).

Cedera otot dapat menunjukkan terjadinya muscle cramps (kejang otot)

sampai terjadinya rupture otot (sobekan otot), dan terjadinya Delayed Onset Muscle

Soreness dan partial strain injury. Cedera pada hamstring umumnya terjadi karena

adanya kerentanan atau kesalahan pada posisi anatomi. Pada pemain sepakbola

kebanyakan terjadi cedera strain hamstring pada saat lari biasa dan lari cepat atau

Page 22: Application of ice massage after exercise was more effective than

22

sprint. Penelitian menyebutkan cedera hamstring terjadi di saat fase kaki mengayun (

Swing Phase), ketika hamstring bergerak ke ekstensi knee dan terjadi pemanjangan

otot hamstring bekerja secara eksentrik dan kontraksi konsentrik terjadi saat

ekstensor hip. Jadi cedera terjadi karena adanya gerakan dan perubahan kontraksi

eksentrik ke kontraksi konsentrik (Petersen et al., 2006).

Exercise induced muscle soreness dapat disebut sebagai tanda tanda awal

terjadinya Delayed Onset Muscle Soreness, seseorang yang terkena DOMS akan

merasakan nyeri dan terbakar yang dirasakan pada otot. Penurunan ROM, dan hilang

kekuatan otot yang terjadi selama 12 – 24 jam setelah latihan, akan bertambah buruk

pada 48 - 72 jam, dan mereda dalam 5 – 7 hari setelah latihan. DOMS ditandai

dengan munculnya nyeri dan rasa tidak nyaman yang terjadi pada otot pada 12 – 24

jam dan semakin memburuk pada 48 – 72 jam, rasa nyeri pada otot dan tendon

ketika dipalpasi, spasme otot, penurunan kekuatan otot, tanda tanda radang dan

bengkak, kekakuan dan terprofokasi terhadap peregangan otot (Day M dan Ploen E,

2010).

2.2 Penanganan DOMS Dengan Ice Massage

2.2.1 Definisi Ice massage

Ice massage merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk

membantu mengurangi kerusakan jaringan, dan mencegah terjadinya inflamasi pada

otot, tendon dan ligamen. Ice massage sangat baik untuk menyembuhkan atau

Page 23: Application of ice massage after exercise was more effective than

23

mengurangi rasa nyeri, dan rasa tidak nyaman yang disebabkan strain otot, proses

pembengkakan, yang terjadi setelah cedera dan Ice massage dapat diaplikasikan pada

semua anggota tubuh. Ice massage dapat diaplikasikan sewaktu waktu dan dapat

digunakan sebagai metode penanganan cedera akut tetapi tergantung dari tingkat

cedera yang dialami dari jaringan otot. Proses dari pemberian ice massage sangat

sederhana, posisi pasien yang nyaman sebelum terapi. Ice digerakkan secara perlahan

secara menyilang pada area yang terkena cedera atau dengan gerakan menyilang dari

kulit dan usahakan otot pasien dalam keadaan rilek.

Ice massage dilakukan setelah terjadi cedera, rasa dingin dari ice akan

mengurangi terjadinya proses peradangan pada jaringan ikat dan mengurangi

terjadinya resiko bengkak. Dan efek dari massage dapat memberikan efek rileksasi

yang menimbulkan efek sedatif bagi jaringan otot. Fisioterapi membantu

mempercepat proses penyembuhan, ketika metabolisme menurun saat diberikan ice

massage, dan darah akan kembali membawa nutrisi dan akan mempercepat proses

penyembuhan. Ice massage akan mengurangi terjadinya kerusakan pada cedera

dengan mengurangi terjadinya bengkak dan menjaga peredaran darah

Page 24: Application of ice massage after exercise was more effective than

24

2.2.2 Indikasi dan Kontra indikasi Ice massage

a. Indikasi Ice Massage

1. Cedera ( sprain, strain, contusio)

2. Sakit kepala

3. Gangguan temporo mandibular (TMJ disorder)

4. Nyeri post operasi

5. Peradangan pada sendi

6. Tendinitis dan bursitis

7. Nyeri lutut, nyeri sendi, nyeri perut

b. Kontra Indikasi Ice Massage

1. Open wounds

2. Robekan pada otot

3. Robekan pada tendon

4. Luka bakar

5. Fraktur, dll

Page 25: Application of ice massage after exercise was more effective than

25

2.2.3 Efek Fisiologis Pemberian Ice Massage terhadap Jaringan

Ice massage yang dilakukan atau diaplikasikan langsung pada kulit akan

mempengaruhi penurunan suhu pada kulit. Aplikasi ice massage selama 5 menit akan

berpengaruh pada penurunan suhu 18,9 derajat pada otot gastrok. Study lain juga

menyebutkan dengan ice massage penurunan suhu ada kulit sebesar 2,7 derajat.

Adapun aplikasi ice massage selama 10 menit akan menurunkan suhu kulit 26,6

derajat celcius pada kedalaman kulit sekitar 2 cm. Namun ada penelitian

menyebutkan penurunan suhu 15,9 derajat celcius selama 5 menit dengan kedalaman

2 cm (Sterner, 2008).

Pemberian ice massage ke pada kulit tidak hanya akan mempengaruhi

kecepatan konduksi dan nyeri sensorik pada saraf pada serabut A delta dan C delta,

tetapi juga dapat merangsang serabut A delta. Serabut yang berdiameter besar akan

mengaktifkan gerbang kontrol nyeri dan akan menghambat munculnya sensasi nyeri

karena cedera. Derajat penurunan suhu akan meningkat dengan pemberian ice

massage yang lebih. Penelitian menunjukkan adanya penurunan suhu kulit 7,4 ° C

akan berpengaruh terhadap kecepatan konduksi saraf sebanyak 33% . dengan

pemberian ice massage tersebut menunjukkan bahwa suhu akan menurun 26,6 ° C

pada paha setelah diberikan ice massage selama 10 menit dimana suhu kulit normal

adalah 33 ° C. Penurunan suhu dari 33 ° C menjadi 26,6 ° C akan membuat suhu kulit

menjadi 6,4 ° C. Ini jauh di bawah 14,4 ° C yang merupakan batas terjadinya

analgesik maksimum (Sterner, 2008).

Page 26: Application of ice massage after exercise was more effective than

26

Respon terhadap cedera akut, ada vasokonstriksi pada tingkat arteriola dan

venula yang berlangsung 5 – 10 menit. Pemberian ice massage akan menyebabkan

terjadinya vasokonstriksi yang dapat memperlambat terjadinya pendarahan dan

memungkinkan trombosit darah untuk melakukan perbaikan. Terjadi reaksi kimia

yang dapat menyebabkan vasodilatasi dari pembuluh. Vasodilatasi ini akan

membawa lebih banyak darah ke daerah yang mengalami cedera serta meningkatkan

permeabilitas pembuluh darah. Reaksi kimia yang memicu vasodilatasi ini

membuang leukosit dan racun yang tertinggal setelah cedera. Proses peredaran darah

yang kembali lancar memungkinkan untuk menghambat terjadinya proses

peradangan. Respon sel terjadi bersamaan dengan respon vaskular. Setelah trauma

terdeteksi mediator kimia memicu respon vaskular. Mediator kimia lainnya juga akan

mengingatkan tubuh untuk mengirim leukosit yang menggunakan fagositosis untuk

membersihkan dan Sel-sel ini memainkan peran besar dalam perbaikan struktur yang

menyebabkan pembengkakan dan edema. Vaskular limfatik dan sistem vaskular

berperan untuk menghilangkan getah bening dan zat racun pada tubuh. Pada fase ini

aliran darah yang membaik akan membantu untuk menghilangkan zat racun dan

leukosit pada area yang cedera (Sterner, 2008).

Page 27: Application of ice massage after exercise was more effective than

27

2.2.4 Metode Ice Massage

Metode yang digunakan dalam ice massage adalah efflurage (stroking

movement), efflurage merupakan gerakan mengusap yang dilakukan secara ritmis dan

berturut turut ke arah proksimal. Tekhnik efflurage memiliki efek seudatif yaitu

menenangkan, oleh karena itu gerakan ini dapat dilakukan pada awal dan akhir

pijatan. Efflurage terhadap peredaran darah antara lain mempercepat pengangkutan

zat sampah dan darah yang mengandung karbondioksida dan memperlancar aliran

limfe baru dan darah yang mengandung banyak sari makanan dan oksigen. Massage

diberikan secara langsung ke area atau otot hamstring dengan gerakan memutar dan

stroking selama 15 menit (Purnama, 2012).

Beberapa studi menyebutkan penanganan yang sering dilakukan untuk DOMS

adalah pasif stretching dan massage. Tetapi penelitian yang mendukung studi

tersebut masih sedikit. Beberapa studi yang lain juga melakukan beberapa kombinasi

penanganan seperti pemanasan, stretching dan massage, Cryotherapy dan ice

massage, massage dan stretching, massage dengan elektrikal stimulasi dan infra

merah. Kombinasi penanganan yaitu pemanasan sebelum latihan dan massage setelah

latihan menghasilkan efek yang positif (Connolly et al., 2003).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ploen dkk, cryotherapy digunakan

untuk mencegah dan untuk mengobati DOMS, Sebanyak 21 subyek dipilih secara

acak umur 18 – 25 tahun sebagai kontrol grup. Pre exercise dicatat untuk latihan

Page 28: Application of ice massage after exercise was more effective than

28

kontraksi volunter maksimal dan mencatat nyeri. Kelompok kontrol diberikan latihan

eksentrik dengan menggunakan dumbel 10 lb dengan tempo 1 detik konsentrik dan 3

detik eksentrik untuk induced muscle soreness. Kelompok yang diberikan perlakuan

mengunakan aplikasi es selama 30 menit setelah latihan 2,4,6,24 dan 48 jam.variabel

dependen yang dinilai pada 0, 24, 48, 72 dan 96 jam setelah latihan. Hasilnya adalah

adanya perbedaan yang signifikan antara grup kontrol dan grup aplikasi terhadap

nyeri dengan menggunakan latihan dumbel. Dan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan latihan menggunakan isometrik . Hal ini menunjukkan kegunaan ice pada

kasus DOMS efektif untuk mencegah terjadinya nyeri 24-96 jam setelah latihan.

Sedangkan aplikasi menggunakan cryotherapy tidak efektif untuk mengurangi adanya

defisit fungsional pada DOMS ( Ploen et al., 2010).

Berbeda dengan massage dan stretching penanganan dengan menggunakan

cryotherapy dan kompresi banyak digunakan untuk menangani pada cedera untuk

mencegah timbulnya nyeri, mengurangi terjadinya efek inflamasi, dan mengurangi

terjadinya proses peradangan. Cold Water Immersion (CWI), intermitten pneumatic

compression dan compreeson sleeves menunjukkan hasil yang positif untuk

menangani gejala timbulnya DOMS. Penanganan dengan CWI selama 15 menit

setelah latihan eksentrik fleksi otot elbow setiap 12 jam dengan 7 kali penganan

sangat efektif untuk mengurangi nyeri yang ditandai dengan adanya penurunan

aktifitas plasma CK. Intermitten pneumatic compression selama 20 menit setelah

latihan eksentrik fleksor elbow selam 5 hari berturut turut efektif untuk mengurangi

Page 29: Application of ice massage after exercise was more effective than

29

kekakuan (stifness) dan peradangan (sweeling). Kemudian kraemer et al melakukan

kompresi pada fleksor elbow setelah aktifitas selama 5 hari efektif untuk mencegah

penurunan kekuatan otot, soreness, sweeling dan stiffness ( Ploen et al., 2010).

Dewasa ini terapi dingin banyak digunakan untuk menangani cedera akut pada

cedera olahraga ataupun karena cedera latihan. Berbagai macam bentuk terapi seperti

ice massage, ice pack, cold bath, cryotherapy digunakan untuk mengatasi peradangan

dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk pemulihan cedera lewat berbagai

mekanisme fisiologis (Hurme et al.1993). Perubahan suhu jaringan bervariasi

tergantung pada bentuk terapi, waktu pemaparan, suhu awal, dan lokasi anatomis

(Bleakly et al.2004). Efek fisiologis terapi dingin disebabkan oleh penurunan suhu

jaringan yang mencetuskan perubahan hemodinamis lokal dan sistemik serta disertai

respon neuromuskuler. Secara klinis terapi dingin dapat meningkatkan ambang nyeri,

mencegah pembengkakan dan menurunkan performa motorik lokal. Namun perlu

dihindari pemberian aplikasi dingin yang berkepanjangan untuk menghindari

terjadinya efek iritasi, hipotermia dan fros bite (Swenson et al., 1996).

2.2.5 Efek Ice Massage Terhadap DOMS Hamstring

2.2.3.3 Respon Mekanik Dan Neurofisiologis Ice Massage

Masuknya ion kalsium ke dalam muscle fibres dan adanya gangguan

keseimbangan kalsium pada saat latihan eksentrik akan pulih kembali dengan

meningkatnya oksigen pembuluh darah pada area yang cedera. Peningkatan aliran

Page 30: Application of ice massage after exercise was more effective than

30

darah dengan pemberian ice massage akan mencegah jumlah produksi neutrofil dan

mengurangi kerusakan lanjut yang dapat menyebabkan timbulnya proses peradangan.

Peningkatan jumlah asupan oksigen dapat mendorong terjadinya regenerasi

mitokondria pada ATP dan transpor aktif kalsium kedalam retikulum

sarkoplasma.efek pengaruh pemberian ice massage pada aliran darah lokal dapat

meningkatkan aliran darah pada pembuluh darah vaskuler. Penelitian menunjukkan

efek pemberian ice massage pada proses terjadinya DOMS sangat bervariasi, tidak

ada perbedaan tingkat kelemahan atau penurunan kekuatan dengan menggunakan

tekhnik massage petrissage (kneading) pada anggota tubuh atau ekstremitas atau

kombinasi efflurage dan petrissage massage (2 menit efflurage, 5 menit petrissage

dan 1 menit efflurage) pada latihan dengan intensitas tinggi (Sterner, 2008).

Tubuh dapat memberikan respon hipoksia sekunder karena adanya vasodilatasi

dari pembuluh darah . Salah satu efek pertama dari aplikasi ice massage pada sistem

tubuh adalah vasokonstriksi yang diberikan pada area. Vasokonstriksi ini dapat

menurunkan sel-sel untuk melakukan metabolisme. Penurunan tingkat metabolisme

jaringan akan menurunkan suhu temperatur dan dengan terjadinya vasokonstriksi ini

dapat mengurangi terjadinya edema. Timbulnya nyeri dapat dicegah dengan

pemberian Ice massage karena memberikan pengaruh terhadap konduksi saraf.

Serabut saraf akan terpengaruh oleh aplikasi yang diberikan terutama pada synapsis.

Satu studi mengatakan penurunan 33% dalam kecepatan konduksi saraf sensorik

setelah 10 derajat penurunan temperatur kulit. Penelitian yang sama mengatakan,

Page 31: Application of ice massage after exercise was more effective than

31

hasil yang sama dalam menurunkan suhu kulit saraf motorik sebesar 14% . Sensasi

saraf sensorik yang menurun akan mengurangi sensasi rasa sakit dengan terjadinya

penutupan pada gerbang Gate (Sterner, 2008).

Penurunan sensasi saraf motorik akan mengurangi terjadinya kejang otot oleh

karena cedera. Semakin cepat pemberian ice masage maka kecepatan konduksi

diturunkan dan akan memberikan efek analgesia. Saraf propriocepive memiliki

ambang batas yang sangat rendah dan bermielin tebal yang terletak jauh di dalam

jaringan. Dengan pemberian es maka akan terjadi penurunan metabolisme dan akan

mengurangi terjadinya nyeri dan spasme otot. Satu studi menunjukkan setelah

diberikan Ice massage selama 20 menit dan dibagi menjadi beberapa sesi, dilakukan

latihan eksentrik, konsentrik, dan isokinetik akan terjadi penurunan kekuatan otot dan

kelelahan. Hal ini menunjukkan pemberian Ice massage dalam jangka pendek akan

mempengaruhi produksi oksigen (Sterner, 2008).

Page 32: Application of ice massage after exercise was more effective than

32

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

DOMS merupakan suatu cedera yang biasa dialami oleh seorang atlit dan bisa juga

terkena pada seseorang dengan intensitas latihan yang overload gejala yang timbul

berasal dari nyeri otot dan timbulnya kelemahan. DOMS bisa diderita oleh seseorang

yang melakukan aktifitas fisik dan kadang tidak melihat tingkat kebugaran seseorang,

karena DOMS merupakan suatu efek fisiologis pada jaringan yang memberikan

respon terhadap aktifitas yang diterima oleh otot.

Delayed Onset Muscle Soreness paling lazim terjadi pada awal pemberian latihan

dimana seseorang mulai melakukan latihan setelah lama istirahat dan tidak latihan.

Pada seorang atlit hal tersebut terjadi karena fase istirahat yang lama dapat

menimbulkan pengaruh terhadap aktifitas fisik yang mengalami penurunan. Gejala

yang menyertai terjadinya DOMS meliputi pemendekan otot, spasme otot, terjadinya

bengkak, penurunan kekuatan otot, nyeri lokal, dan rasa propioceptive sendi yang

terganggu. Gejala yang muncul dapat terjadi dalam 24 jam setelah latihan dan akan

menghilang setelah 5-7 hari (Chung et al., 2003).

Masa remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat

penting. Selain aktif berolahraga, nutrisi yang lengkap dan seimbang juga penting

untuk mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan ini. Olahraga bagi remaja

32

Page 33: Application of ice massage after exercise was more effective than

33

dapat meningkatkan pertumbuhan tubuh lebih optimal, karena masa remaja

merupakan masa pertumbuhan. Latihan yang dilakukan secara rutin pada masa ini

akan memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan. Pada masa pertumbuhan,

otot dan tulang membutuhkan aktivitas yang tinggi untuk dapat tumbuh dan

berkembang. Oleh karena itu, olahraga bagi remaja memainkan peran penting dalam

mendukung pertumbuhan tubuh yang optimal. Memiliki tulang yang kuat saat remaja,

dapat membantu mengurangi risiko keropos tulang saat dewasa, dan pertumbuhan

otot yang baik akan membuat tubuh terlihat lebih ideal. Jenis olahraga yang dapat

meningkatkan kekuatan otot dan tulang, seperti basket, bersepeda, dan berenang.

Tubuh yang fleksibel dapat membantu meningkatkan performa saat

berolahraga dan kegiatan lainnya. Olahraga bagi remaja dapat memperkuat otot-otot,

meningkatkan koordinasi dan bahkan memperbaiki postur tubuh. Otot yang fleksibel

dapat membantu mencegah keseleo, kram dan masalah punggung yang mungkin

dapat terjadi di kemudian hari. Cedera olahraga secara umum dibedakan menjadi

cedera traumatis dan cedera berkelanjutan (overuse injury). Cedera traumatis berupa

benturan sedangkan overuse injury terjadi karena akibat dari beban kerja fisiologis

yang berlebihan. Bentuk cedera dapat berupa memar, strain, sprain sampai patah

tulang. Respon tubuh terhadap kerusakan jaringan dapat berupa inflamasi (radang)

yang dipicu oleh mediator inflamasi yang dihasilkan oleh sel yang rusak.

DOMS pada hamstring dapat terjadi karena adanya kontraksi eksentrik dan

konsentrik dari otot tersebut. Adanya ketidakseimbangan antara kekuatan otot dan

Page 34: Application of ice massage after exercise was more effective than

34

latihan yang dilakukan berpengaruh terhadap kemampuan otot hamstring untuk dapat

memenuhi kebutuhan katihan. Pada saat melakukan gerakan, hamstring berkontraksi

untuk melakukan persiapan untuk ekstensi knee dan otot melakukan gerakan untuk

memanjang. Hamstring harus merubah dari fungsi untuk eksentrik pada saat

persiapan ekstensi knee ke gerakan konsentrik untuk melakukan ekstensi hip. Hal ini

menunjukkan adanya perubahan kontraksi dari eksentrik ke konsentrik

memungkinkan terjadinya cedera DOMS pada hamstring. Overload otot adalah

penyebab utama ketegangan otot hamstring terjadi ketika otot over stretch

melampaui kapasitasnya atau pembebanan yang tiba tiba, dan jika tidak diselingi

dengan masa istirahat yang cukup maka hamstring akan memberikan respon yang

negatif terhadap latihan yang diberikan yaitu berupa kelelahan yang otot yang akan

berujung sampai kerusakan struktur sel.

Penanganan DOMS pada hamstring dengan menggunakan ice massage

merupakan salah satu modalitas yang banyak digunakan untuk cedera pada fase akut.

Pada fase akut , akan terjadi efek fisiologis dari modalitas yang digunakan yaitu

berupa vase konstriksi arteri dan vena, penurunan kepekaan saraf bebas dan

penurunan tingkat metabolisme sel sehingga mengakibatkan penurunan kebutuhan

oksigen sel. Proses tersebut akan mengurangi proses pembengkakan, mengurangi

nyeri, mengurangi spasme otot, dan resiko kematian sel. Dewasa ini terapi dingin

banyak digunakan pada fase cedera akut pada cerdera olahraga.

Page 35: Application of ice massage after exercise was more effective than

35

Efek fisiologis terapi dingin disebabkan oleh penurunan suhu jaringan yang

mencetuskan perubahan hemodinamis lokal dan sistemik serta adanya respon

neuromuskuler. Terapi dingin dapat meningkatkan ambang nyeri, mencegah

pembengkakan dan menurunkan performa motorik lokal. Terapi dingin pada suhu 3,5

derajad Celcius selama 10 menit dapat mempengaruhi suhu sampai dengan 4 cm

dibawah kulit. Respon hormonal terhadap terapi dingin adalah pelepasan endorphin,

penurunan transmisi saraf sensoris, penurunan aktivitas badan sel saraf, penurunan

iritan yang merupakan limbah metabolisme sel, peningkatan ambang nyeri. Terapi

dingin lebih mudah menembus jaringan daripada panas. Ketika otot sudah mengalami

penurunan suhu akibat aplikasi dingin, efek dingin dapat bertahan lebih lama

dibandingkan dengan panas karena adanya lemak subcutan yang bertindak sebagai

insulator

Dari kerangka berpikir diatas, maka penulis melakukan penelitian untuk melihat

apakah aplikasi ice masssage sesudah pelatihan dapat mengurangi DOMS daripada

tanpa pemberian aplikasi ice massage sesudah pelatihan pada otot hamstring pada

remaja usia 19 tahun.

Page 36: Application of ice massage after exercise was more effective than

36

3.2 Konsep

Faktor Eksternal

-. Kurang pemanasan

-. Latihan yang

overload

DOMS

Faktor Internal :

-. Inflamasi akut

-. Terjadi kerusakan struktur

sel

Non Ice Massage Post Exercise

:

-. Proses inflamasi meningkat

-. Kerusakan struktur sel luas

-. DOMS tdk dapat berkurang

Ice Massage Post Excercise :

-. Memperlambat tjd inflamasi

-. Memperlambat proses bengkak

-. Mengurangi tjd DOMS

Mengurangi DOMS

Page 37: Application of ice massage after exercise was more effective than

37

3.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Aplikasi ice massage sesudah pelatihan

dapat mengurangi terjadinya DOMS daripada tanpa aplikasi ice massage sesudah

pelatihan pada otot hamstring.

Page 38: Application of ice massage after exercise was more effective than

38

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1.Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan

penelitian post only with control group design (Suparyanto, 2010).

Bagan rancangan post test only with control group design penelitian adalah

sebagai berikut:

P1

P2

Gambar 4.1 Bagan rancangan penelitian

Keterangan :

P : Populasi

S : Sampel

P1 : kelompok kontrol

P2 : kelompok perlakuan

O1 : Nilai kelompok 1 tanpa aplikasi Ice massaage sesudah pelatihan

O2 : Nilai kelompok 2 dengan aplikasi Ice massage sesudah pelatihan.

38

O2

O1

P S

Page 39: Application of ice massage after exercise was more effective than

39

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian Ice massage dan tanpa

ice massage dalam mengurangi terjadinya DOMS. Pada penelitian ini variabel dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang diberikan Ice massage dan

kelompok tanpa pemberian ice massage. Jumlah sampel masing masing kelompok 10

orang.

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi penelitian:

Penelitian ini dilakukan di Fitnes Centre Gajah Mada Batang dengan sampel

mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan.

4.2.2. Waktu penelitian

Persiapan penelitian : Juni - Juli 2013

Pengambilan data penelitian : Juli 2013

Pengelolaan hasil penelitian : Agustus 2013

Presentasi hasil penelitian : September 2013

Ujian tesis : Oktober 2013

Page 40: Application of ice massage after exercise was more effective than

40

4.3.Penentuan Sumber Data

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Laki Laki Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pekalongan Program Studi Fisioterapi dan bukan mahasiswa yang

terlatih.

4.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik quota sampling

yaitu peneliti menentukan besarnya jumlah sampel atau responden untuk

menjadi anggota sampel. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan sampai

jumlah yang telah ditentukan dapat tercapai, yang telah ditetapkan dengan

kriteria inklusi yang dibahas dalam kriteria eligibilitas. Jumlah sampel

dianggap mencukupi yang dihitung dengan rumus federer (Federer, 1963).

4.3.3. Kriteria eligibilitas

Kriteria pemilihan yang membatasi karakteristik populasi terjangkau.

Kriteria pengambilan sampel :

4.3.3.1. Kriteria inklusi

a. Umur 19 tahun

b. Subjek berbadan sehat (tidak sedang cedera atau terapi akibat cedera)

c. Bersedia menjadi sampel dan menanda tangani inform consent.

d. Subjek bisa diajak bekerjasama dan mengerti instruksi yang diberikan.

Page 41: Application of ice massage after exercise was more effective than

41

4.3.3.2. Kriteria eksklusi

a. Subjek memiliki kondisi yang buruk untuk mengikuti latihan.

b. Subjek menderita cedera atau sakit.

4.3.3.3. Kriteria pengguguran

a. Subjek tidak kooperatif dan tidak memenuhi program latihan yang sudah di

jadwalkan.

b. Subjek selama penelitian tidak teratur mengikuti prosedur penelitian.

c. Subjek meminum obat pereda nyeri.

4.4.Besar Sampel

Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus

(federer 1963):

(n-1) x (t-1) ≥15

(n-1) x (2-1) ≥ 15

(n-1) ≥ 15/1

n – 1 ≥ 15

n ≥ 16

Ket :

n = Jumlah Sampel

t = jumlah perlakuan

Page 42: Application of ice massage after exercise was more effective than

42

Dari hasil penghitungan di atas maka sample ditetapkan minimal

berjumlah 16 sampel. Untuk menghindari adanya sampel yang gugur maka

peneliti menggunakan 20 sampel. Sampel akan di bagi menjadi dua kelompok

masing-masing 10 orang.

4.5.Variabel Penelitian

4.5.1. Identifikasi variabel

Mengukur variabel yang meliputi pengaruh Ice massage untuk mengurangi

DOMS Hamstring.

4.5.2. Klasifikasi variabel

Yang termasuk klasifikasi variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Dependent adalah variabel yang mempengaruhi variabel

tergantung. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah

terjadinya Delayed Onset Muscle Soreness

b. Variabel Independent : Ice Massage

4.6. Definisi operasional variabel

Yang termasuk di dalam definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah

a. Ice massage

Ice massage merupakan salah satu aplikasi yang mudah dilakukan, dengan

memberikan efek pada kulit superfisial ataupun pada jaringan yang lebih

dalam pada otot. Dan merupakan suatu aplikasi penatalaksanaan pada

Page 43: Application of ice massage after exercise was more effective than

43

fisioterapi yang dapat dikombinasi dengan berbagai macam metode. Ice

massage memberikan efek untuk terjadinya vasokonstriksi pada pembuluh

darah kapiler, mengurangi terjadinya proses permeabilitas jaringan dan

peredaran darah, sehingga dapat mengurangi terjadinya proses

pembengkakan dan respon inflamasi atau peradangan (Smith, 1991).

Pemberian aplikasi ice massage dilakukan segera setelah pelatihan

pada kelompok perlakuan. Aplikasi ice massage dilakukan pada group otot

hamstring dengan metode stroking dan efflurage. Waktu pemberian ice

massage dilakukan selama 10 menit pada otot hamstring, segera 30 menit

setelah pelatihan diberikan ice massage. Sehari setelah pemberian aplikasi

ice massage dalam waktu 24 – 48 jam setelah dihitung nilai muscle soreness

pada otot hamstring dengan menggunakan skala talaq.

b. Skala Talaq (Talaq Scale)

Merupakan salah satu instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur

terjadinya Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS).

Page 44: Application of ice massage after exercise was more effective than

44

c. 1 RM dengan metode Hollten

Untuk mengetahui adanya DOMS dilakukan suatu pelatihan yang

diberikan pada otot hamstring dengan menggunakan alat En Tree Train.

Menghitung 1 RM dengan menggunakan diagram holten. Beban awal padda

subjek ditentukan sebesar 12 kg , kemudian subjek melakukan gerakan

dengan beban tersebut hingga lelah. Subyek dapat melakukan gerakan

selama 26 x repetisi. Kemudian dengan diagram holten kita tarik garis lurus

pada sisi repetisi 26 ke arah kiri, didapatkan angka 65 %. Maka B = 65%.

Sehingga didapatkkan perhitungan nilai 1 RM adalah

Nilai 1 RM = 12 kg x 100% : 65% = 18,46 kg

Gambar 2.3 Diagram Holten (Anonim,2008)

Page 45: Application of ice massage after exercise was more effective than

45

4.7.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah sebagai berikut :

1. Form pencatatan data awal

2. Talaq Scale

3. En – tree train (Leg Curl)

4.8.Prosedur Penelitian

4.8.1. Prosedur Penelitian

Dalam prosedur penelitian ini dilakukan teknik pengumpulan data. Teknik

pengumpulan data pada penelitian ini melalui dua tahapan yaitu :

a. Tahap pertama, yakni pengukuran kemampuan otot dengan metode holten.

b. Tahap kedua, yakni peneliti melakukan pengukuran akhir post-test setelah

kedua kelompok selesai diberikan perlakuan/intervensi.

Penelitian ini dilakukan melalui 2 tahapan yaitu:

a. Tahap persiapan, meliputi:

1. Peneliti membuat surat persetujuan, dan harus ditandatangani Subjek, yang

isinya bahwa Subjek bersedia menjadi sample penelitian ini sampai dengan

selesai.

2. Melakukan konsultasi untuk meminta ijin melakukan penelitian kepada Dekan

dan Ka.Prodi Fisioterapi untuk melakukan penelitian kepada mahasiswa.

Page 46: Application of ice massage after exercise was more effective than

46

3. Meminta surat ijin ke TU Universitas Udayana, untuk melakukan penelitian di

lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan.

4. Melakukan sosialisasi tentang penelitian yang akan dilaksanakan kepada

Subjek dan Instansi penelitian.

5. Menyiapkan alat tulis dan instrumen penelitian.

b. Tahap pelaksanaan

Secara garis besar pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tatacara dan tata

urutan sebagai berikut :

1. Subjek penelitian diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan

tatacara penelitian.

2. Subjek secara acak dibagi dalam 2 kelompok yang masing masing kelompok

sejumlah 10, kelompok kontrol sebanyak 10, dan kelompok perlakuan

sebanyak 10 Subjek.

3. Kelompok kontrol diberikan tata cara pelatihan dengan menggunakan urutan

sebagai berikut :

a. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi.

b. kemudian masing masing subjek pada kelompok kontrol terlebih

dahulu diukur kekuatan pada 1 RM dengan metode diagram holten

pada otot hamstring dengan berat 12 kg untuk beban awal..

c. Pengukuran 1 RM menggunakan alat En Tree Train (leg curl)

untuk kontraksi otot hamstring dengan posisi tengkurap.

Page 47: Application of ice massage after exercise was more effective than

47

d. Kemudian subjek diminta untuk melakukan gerakan sesuai

kemampuan subjek.

e. Setelah itu kita hitung berapa kali subjek bisa melakukan repetisi

gerakan tersebut.

f. Kemudian setelah diketahui kemampuan kontraksi, hasil tersebut

dihitung dengan menggunakan metode holten dengan rumus yang

sudah ditentukan.

g. Setelah dihitung dengan rumus, maka akan didapatkan beban sub

maksimal yang bisa dilakukan oleh subjek.

h. Kemudian untuk mengetahui terjadinya DOMS maka diberikan

pelatihan dengan repetisi yang melebihi dosis sebelumnya dan

membagi pelatihan menjadi 3 set latihan, jadi akan mendapatkan

efek dari pelatihan yang overload untuk memunculkan adanya

DOMS.

i. Setelah dilakukan pelatihan yang overload, pada kelompok kontrol

tidak dilakukan ice massage sesudah pelatihan dan diukur nilai

muscle sorenessnya.

j. Penilaian muscle soreness dilakukan menggunakan skala talaq

kemudian dicatat.

Page 48: Application of ice massage after exercise was more effective than

48

4. Kelompok perlakuan diberikan tata cara pelatihan dengan menggunakan

urutan sebagai berikut :

a. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi.

b. kemudian masing masing subjek pada kelompok perlakuan terlebih

dahulu diukur kekuatan pada 1 RM otot hamstring dengan berat 12 kg.

c. Pengukuran 1 RM menggunakan alat En Tree Train (leg curl) dengan

metode pada otot hamstring dengan posisi tengkurap diagram holten.

d. Kemudian subjek diminta untuk melakukan gerakan sesuai

kemampuan subjek.

e. Setelah itu kita hitung berapa kali subjek bisa melakukan repetisi

gerakan tersebut.

f. Kemudian setelah diketahui kemampuan kontraksi, hasil tersebut

dihitung dengan menggunakan metode holten.

g. Setelah dihitung dengan rumus, maka akan didapatkan beban sub

maksimal yang bisa dilakukan oleh subjek.

h. Kemudian untuk mengetahui terjadinya DOMS maka diberikan

pelatihan dengan repetisi yang melebihi dosis sebelumnya menjadi 3

set latihan, jadi akan mendapatkan efek dari pelatihan yang overload.

i. Setelah dilakukan pelatihan yang overload, subjek diberikan aplikasi

ice massage selama 10 menit pada otot hamstring dan 30 menit setelah

pelatihan diberikan ice massage. Sehari setelah pemberian aplikasi ice

Page 49: Application of ice massage after exercise was more effective than

49

massage dalam waktu 24 – 48 jam dihitung nilai muscle soreness

dengan menggunakan skala talaq.

j. Penilaian muscle soreness dilakukan menggunakan skala talaq untuk

mengetaui nilainya kemudian dicatat.

Page 50: Application of ice massage after exercise was more effective than

50

4.8.2. Alur Penelitian

Gambar 4.2 : Alur peneliti

POPULASI

Kriteria

Inklusi

Kriteria

ekslusi

Kelompok I

Kelompok II

Pemberian Ice Massage

30 menit sesudah

Pelatihan

Tanpa pemberian ice

massage sesudah

pelatihan

Mengurangi

DOMS

Analisis Data

Penyusunan tesis

sampel

random

Page 51: Application of ice massage after exercise was more effective than

51

4.9.Analisis Data

Setelah seluruh data terkumpul dari hasil pengukuran terhadap

variabel-variabel penelitian dilakukan pengolahan data melalui langkah-

langkah berikut :

1. Penyuntingan (editing) yaitu memeriksa kelengkapan data, isian data dan

keseragaman data serta konsistensi dan kebenaran data terhadap semua

data yang terkumpul.

2. Pemberian kode (koding) yaitu mengelompokan dan memberi kode

terhadap data-data menurut variabel-variabel yang telah ditentukan sesuai

kerangka penelitian.

3. Pengelompokan data (tabulasi) yaitu mengelompokan data-data dalam

bentuk tabel-tabel dari data yang telah dikumpulkan.

4. Menetapkan skala nilai dan kategori untuk masing-masing variabel,

kemudian direkapitulasi.

Setelah proses pengolahan data selesai selanjutnya dilakukan analisis

data dengan menggunakan fasilitas komputer melalui program Statistical

Product and Service Solution (SPSS), dengan langkah sebagai berikut :

1) Variable karakteristik sampel akan diolah dengan SPSS dan dipaparkan secara

deskriptif menggunakan grafik/tabel.

2) Uji normalitas distribusi dalam penelitian ini menggunakan uji sapiro wilk

test. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah data sebelum perlakuan dan

Page 52: Application of ice massage after exercise was more effective than

52

setelah perlakuan pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol

tersebut berdistribusi normal atau tidak normal.

3) Perbandingan data antara kedua kelompok diuji dengan Mann Whitney U,

pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan probabilitas dengan tingkat

signifikansi 95% adalah jika probabilitas < 0,05 maka H0 diterima dan jika

probabilitas > 0,05, maka H0 ditolak.

Page 53: Application of ice massage after exercise was more effective than

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pengambilan data pelatihan dengan aplikasi ice massage dan non ice massage

dalam mengurangi DOMS, telah dilaksanakan di fitnes centre “Gajah Mada” kota

batang dengan menggunakan rancangan post test only with control group design

terhadap dua kelompok. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh

Ice Massage dalam mengurangi DOMS. Sampel dalam penelitian berdasarkan rumus

Pocock berjumlah 20 orang, dengan masing masing 10 orang kelompok kontrol

sebelum dan sesudah pelatihan dan 10 orang sampel kelompok perlakuan sebelum

dan sesudah pelatihan dengan melakukan pelatihan menggunakan En Tree Train.

Masing masing kelompok dinilai terjadinya muscle soreness dengan menggunakan

skala talaq setelah diberikan aplikasi ice massage. Karakteristik responden dalam

penelitian telah disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan sehingga

mendapatkan jumlah yang diinginkan.

Jenis data yang didapatkan dalam penelitian ini merupakan jenis data

kategorik yang di ukur menggunakan skala talaq. Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan uji t.

5.1. Karakteristik subjek

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik responden

dalam penelitian ini, yaitu meliputi jenis kelamin dan usia, sebagian besar responden

dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 20 orang dan

54 53

Page 54: Application of ice massage after exercise was more effective than

54

tidak terdapat responden yang berjenis kelamin perempuan serta usia responden 19

tahun.

5.2. Uji Normalitas

Untuk melihat uji statistik apa yang akan digunakan dalam analisis maka

dilakukan uji asumsi pada uji t-test, yaitu normalitas data dan homogenitas variansi.

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah distribusi data dalam penelitian

berdistribusi normal atau tidak. Untuk melihat distribusi normal data dalam penelitian

ini digunakan uji Saphiro wilk.. Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 5.1

Uji Normalitas

Variabel Rerata±SB Normalitas (p) Keterangan

Postest Ice Massage 1,4±0,699 0,000 Tidak Normal

Postest Non Ice Massage 2,1±0,782 0,108 Normal

Berdasarkan Tabel 5.1 didapatkan dengan uji saphiro wilk test nilai signifikan

pada variabel dengan pemberian Ice Massage sebesar 0,000 dan nilai signifikan pada

variabel postest Non Ice Massage sebesar 0,108. nilai probabilitas yang didapatkan

tersebut sehingga data postest dengan pemberian Ice Maasage tidak berdistribusi

normal dan postest Non Ice Massage adalah berdistribusi normal.

Page 55: Application of ice massage after exercise was more effective than

55

5.3. Hipotesis perbedaan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

terhadap DOMS

Uji beda dilakukan untuk mengetahui perbandingan dalam mencegah resiko

DOMS pada kelompok perlakuan (Ice Massage) dan kelompok kontrol (Non Ice

Massage). Untuk mengetahui perbedaan tersebut maka dilakukan uji Mann Whitney

U. Suatu sampel yang saling independent dapat dikatakan mempunyai perbedaan

yang signifikan jika nilai p-value (p) yang didapatkan lebih kecil dari 0,05 (p<0,05).

Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.2

Uji Hipotesis Beda terhadap terjadinya DOMS Sesudah Pelatihan

Variabel

Mean

t-hitung p Keterangan Non ice

Massage

Ice

Massage

Kelompok Ice

Massage dan

Non Ice

Massage

0,497 1,400 -2,221 0,026 Signifikan

Berdasarkan Tabel 5.2 didapatkan nilai t-hitung sebesar -2,208 dengan nilai

probabilitas sebesar 0,026 < 0,05, hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara kelompok Ice Massage dan kelompok Non Ice Massage untuk

mengurangi resiko DOMS. Jika melihat dari besarnya nilai rata-rata yang didapatkan

pengurangan nyeri DOMS terbesar adalah terdapat pada kelompok perlakuan (Ice

Page 56: Application of ice massage after exercise was more effective than

56

Massage) sebesar 1,4. Sedangkan pada kelompok non Ice Massage adalah sebesar

0,497.

Page 57: Application of ice massage after exercise was more effective than

57

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden dan Jenis Data

Subyek dalam penelitian ini di ambilkan dari populasi mahasiswa laki-laki

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan. Subyek dalam penelitian sebanyak

20 orang, dengan 10 orang subjek pada kelompok perlakuan dan 10 orang subjek

pada kelompok kontrol. Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan sebagian

besar responden adalah berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 20 orang dengan

umur rata-rata responden adalah 19 tahun.

6.2 Uji Asumsi Data Penelitian

Pada analisis DOMS memiliki asumsi-asumsi atau syarat-syarat yang

dipenuhi, yaitu normalitas data dan homogenitas variansi dari masing-masing

variabel. Pada hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan nilai p-value pada uji

normalitas kelompok ice massage sesudah pelatihan sebesar 0,000 dan uji normalitas

pada kelompok non ice massage sesudah pelatihan didapatkan p value sebesar 0,108.

Pada uji perbandingan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

dilakukan dengan uji Mann whitney u test untuk membandingkan data pada kedua

kelompok perlakuan.

57

Page 58: Application of ice massage after exercise was more effective than

58

6.3 Perbedaan aplikasi ice massage dan non ice massage sesudah pelatihan

dalam mengurangi DOMS

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan didapatkan nilai Mann Whitney

U rank sebesar -2,221 dengan nilai p-value sebesar 0,026 < 0,05. Hal ini menunjukan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ice massage dan non ice massage

setelah pelatihan dalam mengurangi resiko DOMS. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh yang menyebutkan bahwa pemberian ice massage pada waktu 20

menit setelah pelatihan akan menurunkan resiko terjadinya DOMS, mengurangi nyeri

dan kerusakan yang lebih luas (Cheung et al., 2003).

Hasil penelitian yang dilakukan smith pada tahun 1991 menunjukan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan pemberian ice massage post pelatihan terhadap

terjadinya sweeling dan respon inflamasi sebagai akibat dari pelatihan yang berat

yang bisa menyebabkan kerusakan otot sehingga memicu terjadinya DOMS.

Pemberian tindakan berupa ice massage dapat mengurangi terjadinya efek negatif

dari kerusakan otot pada pemberian ice massage sedini mungkin setelah adanya

pelatihan terhadap terjadinya muscle soreness (Guick et al.,1996). Pemberian ice

massage pada waktu 24 – 48 jam setelah pelatihan dapat digunakan untuk

mengurangi terjadinya atau timbulnya kerusakan otot, tetapi pemberian ice massage

pada 96 jam setelah pelatihan dapat menimbulkan efek negatif atau merupakan salah

satu kontra indikasi karena proses metabolisme yang sudah berbeda dalam waktu

rentan tersebut (Isabel et al., 1992).

Page 59: Application of ice massage after exercise was more effective than

59

Salah satu studi mengatakan penurunan 33% dalam kecepatan konduksi saraf

sensorik setelah 10 derajat penurunan temperatur kulit. Penelitian yang sama

mengatakan, hasil yang sama dalam menurunkan suhu kulit saraf motorik

sebesar14% .Sensasi saraf sensorik yang menurunakan mengurangi sensasi rasa sakit

dengan terjadinya penutupan pada gerbang Gate. Penurunan sensasi saraf motorik

akan mengurangi terjadinya kejang otot oleh karena cedera. Semakin cepat pemberian

ice masage maka kecepatan konduksi diturunkan dan akan memberikan efek

analgesia. Saraf propriocepive memiliki ambang batas yang sangat rendah dan

bermielin tebal yang terletak jauh di dalam jaringan. Dengan pemberian es maka akan

terjadi penurunan metabolisme dan akan mengurangi terjadinya nyeri dan spasme

otot. Satu studi menunjukkan setelah diberikan Ice Massage selama 20 menit dan

dilakukan latihan eksentrik, konsentrik, dan isokinetik akan terjadi penurunan

kekuatan otot dan kelelahan. Hal ini menunjukkan pemberian Ice Massage dalam

jangka pendek akan mempengaruhi produksi oksigen (Sterner, 2008).

Latihan merupakan salah satu stressor fisik yang dapat mengganggu

keseimbangan homeostatis. Sehingga dalam pemberian latihan harus disesuaikan

dengan kemampuan dengan dosis yang tepat, sehingga dapat memberikan

kesempatan untuk melakukan mekanisme penyakit (coping) yang dapat merubah

stressor menjadi stimulator (Sugiharto.2003). Ketika terjadi DOMS maka tubuh

dapat memberikan respon hipoksia sekunder karena adanya vasodilatasi dari

pembuluh darah . Salah satu efek pertama dari aplikasi Ice Massage pada sistem

Page 60: Application of ice massage after exercise was more effective than

60

tubuh adalah vasokonstriksi yang diberikan pada area. Vasokonstriksi ini dapat

menurunkan sel-sel untuk melakukan metabolisme. Penurunan tingkat metabolisme

jaringan akan menurunkan suhu temperatur dan dengan terjadinya vasokonstriksi ini

dapat mengurangi terjadinya oedema. Timbulnya nyeri dapat dicegah dengan

pemberian Ice Massage karena memberikan pengaruh terhadap konduksi saraf.

Serabut saraf akan terpengaruh oleh aplikasi yang diberikan terutama pada synapsis

(Sterner, 2008).

Pada saat melakukan kontraksi eksentrik dan konsentrik otot beradaptasi

untuk memanjang dan memendek, ketika terjadi kontraksi eksentrik otot berada pada

kontraksi yang optimal memanjang, sehingga dapat menimbulkan ketidakstabilan

dari otot terutama terjadi pada sarcomere yang berada pada posisi memanjang. Jika

sarcomere pada kontraksi menanjang dan pada tegangan yang optimal, makan

kemungkinan terjadi kerusakan jaringan otot dapat terjadi (Proske and Morgan,

2001).

Perubahan suhu jaringan bervariasi tergantung pada bentuk terapi, waktu

pemaparan, suhu awal, dan lokasi anatomis (Bleakly et al.,2004). Efek fisiologis

terapi dingin disebabkan oleh penurunan suhu jaringan yang mencetuskan perubahan

hemodinamis lokal dan sistemik serta disertai respon neuromuskuler. Secara klinis

terapi dingin dapat meningkatkan ambang nyeri, mencegah pembengkakan dan

menurunkan performa motorik lokal. Namun perlu dihindari pemberian aplikasi

dingin yang berkepanjangan untuk menghindari terjadinya efek iritasi, hipotermia

Page 61: Application of ice massage after exercise was more effective than

61

dan fros bite. Tubuh mempunyai respon yang dapat berlangsung secara otomatis

terhadap tubuh (Swenson et al., 1996).

Tetapi dalam mekanisme perbaikan sel atau jaringan otot yang telah

mengalami kerusakan tersebut diperlukan perlakuan yang sesuai dan tepat yang dapat

mendukung proses perbaikan jaringan berlangsung dengan baik. Ketika terjadi

DOMS jaringan disekitar cedera atau pada otot hamstring mengalami perubahan

struktur jaringan dan metabolisme. Perubahan struktur jaringan yang mengalami

kerusakan atau robek akan mengganggu aktifitas otot tersebut dapat berkontraksi

dengan maksimal. Otot dapat mengalami peradangan, spasme, kelemahan, sehingga

akan berpengaruh terhadap gerakan yang melibatkan sendi ataupin gerakan yang lain.

Pemberian ice massage dengan durasi dan dosis yang sesuai dengan derajat

kerusakan otot akan membantu mengurangi atau menurunkan derajat kerusakan otot

yang bisa mengakibatkan DOMS. Jika pada kondisi DOMS dibiarkan dan tidak

diberikan penanganan secara cepat, maka kemungkinan rasa nyeri dan kerusakan

yang terjadi pada otot akan lebih lama mengalami perbaikan, sehingga penanganan

jika terjadi DOMS sebaiknya dilakukan dengan secepatnya (Connoly et al., 2003).

Apabila DOMS tidak diberikan penanganan apapun setelah dilakukan

pelatihan overload, dimana pelatihan yang diberikan memberikan efek dapat

merusak struktur dan jaringan pada otot maka akan mengakibatkan terjadinya

kerusakan pada struktur otot yang lebih luas. Hal ini disebabkan karena tidak adanya

perbaikan secara optimal pada jaringan ataupun struktur otot, tanpa memberikan

Page 62: Application of ice massage after exercise was more effective than

62

aplikasi ice massage pada otot hamstring yang mengalami kerusakan, akan

menyebabkan metabolisme yang mengakibatkan kerusakan otot atau struktur otot

akan terus berlangsung. Proses metabolisme pada saat terjadi kerusakan struktur sel

akan terus meningkat, terjadinya proses degradasi dari Z disc dan akan menimbulkan

terjadinya inflamasi, peningkatan jumlah leukosit. Jika hal tersebut semakin lama

terjadi akan memberikan perubahan terhadap osm\olaritas pada jaringan, terjadi lokal

ischemic, nyeri, terjadi sweeling dan inflamasi dan DOMS tidak akan berkurang

(Connoly et al., 2003).

Dengan melihat hasil tersebut, maka pemberian ice massage dengan segera

setelah pelatihan akan dapat mengurangi terjadinya DOMS daripada tidak diberikan

ice massage.

6.4 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian yang telah dilakukan masih banyak

keterbatasannya. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sedikitnya jumlah sampel,

pengukuran dalam penelitian ini hanya menggunakan satu bentuk pengukuran talaq

scale yang berkaitan dengan muscle soreness, tidak membandingkan dengan variabel

yang berbeda, tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui jumlah

kadar CK, pemeriksaan otot secara mikroskopis. Peneliti tidak dapat mengontrol

sampel dari aktifitas yang lain, termasuk aktivitas pasien di lingkungan, dan tempat

tinggal.

Page 63: Application of ice massage after exercise was more effective than

63

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian aplikasi ice

massage sesudah pelatihan lebih baik dalam mengurangi terjadinya DOMS daripada

tanpa pemberian ice massage pada otot hamstring.

7.2. Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan peneliti berdasarkan hasil penelitian

di atas adalah sebagai berikut:

1. Pemberian ice massage dapat digunakan untuk mengurangi DOMS dan

sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 48 jam sesudah pelatihan.

2. Pemberian penanganan lebih dari satu tindakan fisioterapi terhadap

terjadinya DOMS perlu diteliti.

3. Penggunaan pemeriksaan laboratorium sebagai tambahan informasi tentang

cedera yang terjadi pada jaringan otot.

4. Perlu adanya penelitian yang lebih jauh tentang penanganan DOMS

menggunakan metode Ice Massage ataupun menggabungkan beberapa

metode dalam menangani DOMS.

63

Page 64: Application of ice massage after exercise was more effective than

64

Anonim.2013. What Is Ice Therapy. [cited 2013 feb 18] available

http;//www.wisegeek.com/what-is-ice-therapy.html

Anonim.2009.Otot Hamstring. [cited 2013 feb] available http;//www.ortotik-

prostetik.blogspot.com/2009/04/cedera-otot-hamstring.html

Anonim.2013.Contraindications Massage. [cited 2013 feb] available

http;//www.sportsinjuryclinic.net/treatments-therapies/sports

masage/contraindications-massage.

Anonim.2013..Hamstring Strain. [cited 2013 feb] available

http;//www.sportsinjuryclinic.net/sports-injuries/thigh-pain/hamstring-strain/expert-

interview-hamstring-strain-massage

Anonim.2013.Cryotherapy Cold Therapy [cited 2013 feb] available

http;//www.sportsinjuryclinic.net/treatments-therapies/cryotherapy-cold-therapy/hot-

cold-therapy.

Anonim.2013.Reducing The Effects Of Delayed Onset Muscle Soreness. [cited 2013 feb ]

available http;//www.sports-fitness-advisor.com/delayed-onset-muscle-soreness.html

Bryan C, Heiderscheit.2010. Hamstring Strain Injuries;Recomendations For Diagnosis,

Rehabilitation, And Injury Prevention. Journal of orthopaedic & sports physical

therapy

Bleakley C, Mc Donough S, Gardner E, Baxter GD, Hopkins JT, Davison GW.2012.Cold

Water Immersion(Cryotherapy)For Preventing And Treating Muscle Soreness After

Exercise (Review).published in the cochrane library 2012,issue 2

Bleakey chris, Mc Donough Suzane, MacAuley Domnhall.2004. The Use Of Ice In The

Treatment Acute Soft Tissuee Injury. Rehabilitation research group.american journal

of sports medicine

Cheung K, Hume P, Maxwell. 2003. Delayed Onset Muscle Soreness:Treatment Strategies

And Performance Factors. School of community health and sports studies, auckland

university of technology, auckland, new zealand. [sports med.2003,145-64

Cheung K, Hume PA, Maxwell L.2003. Delayed Onset Muscle Soreness Treatment

Strategies And Performance Factors. Sports med 2003;33(2)145-164

Page 65: Application of ice massage after exercise was more effective than

65

Curtis D, Fallows S.Et al. 2008. The Efficacy Of Frequency Specific Microcurrent Therapy

On Delayed Onset Muscle Soreness. Journal Of Bodywork & Movement Therapies.

Available www.elsevier.com/jbmt

Connolly D, Sayers P, Mc Hugh P.2003. Treatment And Prevention Of Delayed Onset

Muscle Soreness. Journal Of Strength And Conditioning Research,17(1),197-208

Copland S, Tipton John S, Karl B Fields.2009. Evidence Based Treatment Of Hamstring

Tears. Competitive sports and pain management.American College Of Sports

Medicine.www.acsmr.org

Connell D, Koulouris G. 2004. Hamstring Muscle Complex: An Imaging Review.

Department of Radiology, The Alfred Hospital, Melbourne, Australia. Diunduh

http://radiographics.rsna.info/content/25/3/571.full 21 jan 2013

Dahlan MS.2001. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.2001

Federer, Walter T. 1963 Procedures and Designs Useful for Screening Material in

Selection and Allocation,Cornell University, USA

Haryanto. 2010.Pengertian Remaja Menurut Para Ahli Diunduh

http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/. 18 des 2012.

Hilbert JE, Sforzo GA, Swensen T. The effects of massage on delayed onset muscle

soreness. Br J Sports Med. 2003;37:72–75. [PMC free article] [PubMed]

Hoskins W, Pollard H.2004.Hamstring Injury Management- Part 2:Treatment. Macquire

Injury Management Group,Macquire University,Sydney,Australia. available online

www.sciencedirect.com

Howatson G, Gaze D, Someren K.A.2005. The Efficacy Of Ice Massage In The Treatment Of

Exercise Induced Muscle Damage. Scandinavian journal of medicine & science in

sports.2005;15;416-422.

Howatson G, Gaze D, Someren K.A.2003. Ice Massage.Effects Of Exercise Induced Muscle

Damage. J sports med phys fitness. Avvailable

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14767412

Howatson Et al.2004. The Efficacy Of Ice Massage In The Treatment Of Exercise Induced

Muscle Damage. Scandinavian Journal Of Medicine & Science In Sports. 417-419

Igor Et al.1999.Hyperbaric oxygen therapy does not effects recovery from delayed onset

muscle soreness. Medicine & Science In Sports & Exercise. American College Of

Sports Medicine 558-563.

Page 66: Application of ice massage after exercise was more effective than

66

Jalalvand Ali, Anbarian Mehrdad, Tanaka Alice, Khorjahani Ali.2011. The Effects Of A

Combination Treatment (Pnf Stretching Pre Exercise, Ice Massage Plus Static

Stretching 30 S Post Exercise) On Markers Of Exercise Induced Muscle Damage.

Australian Journal Of Basic And Applied Sciences

Kangsgard.M, Aagaard.P, Roikjaer.P, Olsen.D, Jensen M, Langberg H, S.P.

Magnusson.2006. Decline eccentric squats increases patellar tendon loading

compared to standard eccentric squats. Institute of Sports Medicine,

Bispebjerg Hospital.

Mancinelly C.A, Davis Scott D, Aboulhosn L, Brady M, Eisenhofer J, Foutty S.2005. The

Effects of Massage On Delayed Onset Muscle Soreness and Physical Performance in

Female Collegiate Athlete

Mendiguchia.J, Geli. EA, Brughelli. M.2013. Hamstring Strain Injuries : Are We Heading In

The Right Direction?. Bjsm.com

Molly D, Ploen E.2010.The Effectiveness Of Cryotherapy In The Treatment Of Exercise

Induced Muscle Soreness. Departement of exercise and sport science.

Novita I A.2012 Terapi Dingin (Cold Therapy) Dalam Penanganan Cedera Olahraga. UNY

Petersen J, Holmich P.2006. Evidence Based Prevention of Hamstring Injuries In Sport.

[WWW.bjsportmed.com]. 319-320

Proske, Morgan.2001. Muscle Damage From Exccentric Exercise Mechanism, Mechanism

Sign, Adaptation and Clinical Applications. Dept.Of Physiology And Electrical And

Computer System Engineering.Monash University

Poltwaski L, Watson, T. 2009. Bioelectricity and Microcurrent Therapy For Tissue Healing –

A Narrative Review. School of Health and Emergency Professions, University of

Hertfordshire, UK

Pichaiyongwongdee S, Akamanon C.2009. Effects Of Traditional Thai Massage On Exercise

Induced Delayed Onset Mucle Soreness In Thai Females Aged 18-25 Years.

Thailand.

Roth.S.2013.Lactic Acid Build Up And Soreness In Muscle. Available

http:/www.active.com/running/articles/what-causes-delayed-onset-muscle-soreness

Smith L.L.1992. Causes Of Delayed Onset Muscle Soreness And Impact On The Athletic

Performance:A Review. Journals Of Applied Sports Science Research.

Page 67: Application of ice massage after exercise was more effective than

67

Widiyanto.t.t. Latihan Tidak Teratur Dan Kerusakan Jaringan. Jurusan Pendidikan

Kesehatan Dan Rekreasi FIK UNY

Swenson C, Sward L, Karlsson J. Cryotherapy in sports medicine. Scandinavian Journal of

Medicine and Science in Sports. 1996;6:193-200.

Suparyanto, 2010. Rancangan Penelitian Eksperimen (Experiment Design Research). [cited

2013 sept 19 ] available http;// dr-suparyanto.blogspot.com/2010/08/rancangan-

penelitian-eksperimen.html.

Zainuddin Z, Newton M , Sacco P, Nosaka K. 2005. Effects of Massage on Delayed-

Onset Muscle Soreness, Swelling, and Recovery of Muscle Function. J Athl

Train. 2005 Jul-Sep; 40(3): 174–180.