24
EKONOMI POLITIK I. Produksi barang-barang kebutuhan adalah Basis dari Kehidupan Sosial Kita harus memulainya dari pemahaman yang sangat mendasar. Bahwa untuk mempertahankan dan melanjutkan hidupnya, manusia harus dapat mencukupi kebutuhan utamanya yaitu: makanan, pakaian dan tempat tinggal. Oleh karena itu manusia harus memproduksi semua kebutuhan-kebutuhannya. 1 Dalam proses produksi inilah, manusia menggunakan dan mengembangkan alat-alat produksi (alat alat kerja dan obyek kerja) disamping tenaga kerja nya sendiri. Dari mulai tangan, kapak, palu, lembing, palu, cangkul hingga komputer serta mesin-mesin modern seperti sekarang ini. Alat-alat kerja (ada teknologi didalamnya) dan tenaga kerja manusia (ada pengalaman, ilmu pengetahuan didalamnya) tidak pernah bersifat surut melainkan terus berkembang maju disebut sebagai Tenaga produktif masyarakat. Tenaga produktif inilah yang mendorong maju perkembangan masyarakat. II. Hubungan Produksi, Tenaga Produktif dan Cara Produksi Dalam suatu aktivitas proses produksi guna memenuhi kebutuhannya manusia berhubungan dengan manusia lain. Karena Proses produksi selalu merupakan hasil saling hubungan antar manusia, maka sifat dari produksi juga selalu bersifat sosial . Saling hubungan antar manusia dalam suatu proses produksi ini disebut sebagai hubungan sosial produksi . Dari kegiatan produksi ini kemudian muncul kegiatan berikutnya yaitu distribusi dan pertukaran barang. Hubungan 1 Pertama kali manusia harus berjuang mengubah alam untuk kebutuhan hidupnya ini. Kegiatan produksi ini dilakukan manusia secara sadar melaui kerja nya. Inilah salah satu yang membedakan manusia dengan hewan. 1

Artikel - EKONOMI POLITIK

  • Upload
    mulia

  • View
    4.386

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Artikel - EKONOMI POLITIK

EKONOMI POLITIK

I. Produksi barang-barang kebutuhan adalah Basis dari Kehidupan Sosial

Kita harus memulainya dari pemahaman yang sangat mendasar. Bahwa untuk

mempertahankan dan melanjutkan hidupnya, manusia harus dapat mencukupi kebutuhan

utamanya yaitu: makanan, pakaian dan tempat tinggal. Oleh karena itu manusia harus

memproduksi semua kebutuhan-kebutuhannya.1 Dalam proses produksi inilah, manusia

menggunakan dan mengembangkan alat-alat produksi (alat alat kerja dan obyek kerja) disamping

tenaga kerjanya sendiri. Dari mulai tangan, kapak, palu, lembing, palu, cangkul hingga komputer

serta mesin-mesin modern seperti sekarang ini. Alat-alat kerja (ada teknologi didalamnya) dan

tenaga kerja manusia (ada pengalaman, ilmu pengetahuan didalamnya) tidak pernah bersifat

surut melainkan terus berkembang maju disebut sebagai Tenaga produktif masyarakat. Tenaga

produktif inilah yang mendorong maju perkembangan masyarakat.

II. Hubungan Produksi, Tenaga Produktif dan Cara Produksi

Dalam suatu aktivitas proses produksi guna memenuhi kebutuhannya manusia berhubungan

dengan manusia lain. Karena Proses produksi selalu merupakan hasil saling hubungan antar

manusia, maka sifat dari produksi juga selalu bersifat sosial. Saling hubungan antar manusia

dalam suatu proses produksi ini disebut sebagai hubungan sosial produksi. Dari kegiatan produksi

ini kemudian muncul kegiatan berikutnya yaitu distribusi dan pertukaran barang. Hubungan

sosial produksi dalam sebuah masyarakat bisa bersifat kerja sama atau bersifat penghisapan. Hal

ini tergantung siapakah yang memiliki atau menguasai seluruh alat-alat produksi (alat-alat kerja

dan obyek kerja).

Hubungan sosial produksi dan tenaga produktif (alat-alat produksi dan tenaga kerja) inilah

kemudian membentuk suatu cara produksi dalam suatu masyarakat. Misalnya cara produksi

komunal primitif, perbudakan, feodalisme, kapitalisme dan sosialisme. Perubahan yang terjadi

dari suatu cara produksi tertentu ke cara produksi yang lain terjadi akibat berkembangnya tenaga

produktif dalam suatu masyarakat yang akhirnya mendorong hubungan produksi lama tidak dapat

dipertahankan lagi dan menuntut adanya hubungan produksi baru. Inilah hukum dasar sejarah

masyarakat dan merupakan sumber utama dari semua perubahan sosial yang ada.

1 Pertama kali manusia harus berjuang mengubah alam untuk kebutuhan hidupnya ini. Kegiatan produksi ini dilakukan manusia secara sadar melaui kerjanya. Inilah salah satu yang membedakan manusia dengan hewan.

1

Page 2: Artikel - EKONOMI POLITIK

III. Kelas-kelas dalam masyarakat

Berdasarkan Posisi dan hubungannya dengan alat-alat produksi inilah masyarakat kemudian

terbagi kedalam kelompok-kelompok yang disebut kelas-kelas. Misalnya Dalam suatu

masyarakat berkelas selalu terdapat dua kelas utama yang berbeda yang saling bertentangan

berdasarkan posisi dan hubungan mereka dengan alat-alat produksi. Tetapi, tidak semua cara

produksi masyarakat terdapat pembagian kelas-kelas. Dalam sejarah umat manusia terdapat

suatu masa dimana belum terdapat pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas. Misalnya dalam

cara produksi komunal primitif, alat-alat produksi dimiliki secara bersama (atau alat produksi

adalah milik sosial). Posisi dan hubungan mereka atas alat-alat produksi adalah sama. Semua

orang bekerja dan hasil produksinya dibagi secara adil diantara mereka. Karena alat produksi

masih primitif hasil produksinya pun belum berlebihan diatas dari yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Sehingga tidak ada basis/alasan orang/kelompok untuk menguasai hasil kerja orang

lain. Oleh karena itu tidak ada pembagian kelas-kelas dalam masa ini. Yang ada hanyalah

pembagian kerja, ada yang berburu, bercocok tanam dan lain-lain.

Masyarakat berkelas muncul pertama kali ketika kekuatan-kekuatan produksi (alat-alat

kerja dan tenaga kerja) berkembang hingga menghasilkan produksi berlebih. Kelebihan produksi

inilah yang pertama kali menjadi awal untuk kelompok lain untuk mengambil kelebihan produksi

yang ada. Dalam setiap masyarakat berkelas yang ada selalu didapati adanya

pengambilan/perampasan atas hasil produksi. Perampasan atas hasil produksi inilah yang

kemudian sering dinamakan dengan penghisapan.

Lain halnya dalam cara produksi setelah komunal primitif yaitu perbudakan, yang

menghasilkan dua kelas utama yaitu budak dan pemilik budak. Dalam masa perbudakan alat-alat

produksi beserta budaknya sekaligus dikuasai oleh pemilik budak. Budaklah yang bekerja

menghasilkan produksi. Hasil produksi seluruhnya dikuasai oleh pemilik budak. Budak sama

artinya dengan sapi, kerbau atau kuda. Pemilik budak cukup hanya memberi makan budaknya.

Sementara dalam masa feodalisme (berasal dari kata feud yang berarti tanah) dimana

terdapat dua kelas utama yaitu tuan feodal (bangsawan pemilik tanah) dengan kaum tani hamba

atau petani yang pembayar upeti. Produksi utama yang dihasilkan didapatkan dari mengolah

tanah. Tanah beserta alat-alat kerjanya dikuasai oleh tuan feodal atau bangsawan pemilik tanah.

Kaum Tani hambalah yang mengerjakan proses produksi. Ia harus menyerahkan (memberikan

upeti) sebagian besar dari hasil produksinya kepada tuan feodal atau para bangsawan pemilik

tanah.

2

Page 3: Artikel - EKONOMI POLITIK

Begitu pula halnya dalam sistem kapitalisme yang menghasilkan dua kelas utama yaitu kelas

kapitalis dan kelas buruh. Proses kegiatan produksi utamanya adalah ditujukan bukan untuk

sesuai dengan kebutuhan manusia, melainkan untuk menghasilkan barang–barang dagangan

untuk dijual ke pasar, untuk mendapatkan keuntungan yang menjadi milik kapitalis. Keuntungan

yang didapat ini kemudian dipergunakan untuk melipatgandakan modalnya. Keuntungan yang

didapatkan dari hasil kerja buruh ini, dirampas dan menjadi milik kapitalis.

Buruh berbeda dengan budak atau tani hamba. Buruh, adalah manusia bebas. Ia bukan

miliknya kapitalis. Tetapi 7 jam kerja sehari atau lebih dalam hidupnya menjadi milik kapitalis

yang membeli tenaga kerjanya. Buruh juga bebas menjual tenaga kerjanya kepada kapitalis

manapun dan kapanpun ia mau. Ia dapat keluar dari kapitalis yang satu ke kapitalis yang lain.

Tetapi akibat sumber satu-satunya agar ia dapat hidup hanya menjual tenaga kerjanya untuk upah,

maka ia tidak dapat pergi meninggalkan seluruh kelas kapitalis. Artinya buruh diikat,

dibelenggu, diperbudak oleh seluruh kapitalis, oleh sistem kekuasaan modal, oleh sistem

kapitalisme. Kita akan membahas persoalan lebih detail lagi.

Cara Produksi

Tenaga Produktif

Hubungan-2 Produksi

Bentuk-2

Distribusi dan

pertukaran

barang-2

kebutuhan

3

Page 4: Artikel - EKONOMI POLITIK

KAPITALISME

Kapitalisme, adalah sebuah nama yang diberikan terhadap sistem sosial dimana alat-alat

produksi, tanah, pabrik-pabrik dan lain-lain dikuasai oleh segelintir orang yaitu kelas kapitalis

(pemilik modal). Jadi kelas ini hidup dari kepemilikannya atas alat-alat produksi. Sementara kelas

lain (buruh) yang tidak menguasai alat produksi, hidup dengan bekerja (menjual tenaga kerjanya)

kepada kelas kapitalis untuk mendapatkan upah.

Kepemilikan alat-alat produksi kemudian dipergunakan untuk menghasilkan barang-barang

untuk dijual ke pasaran untuk mendapatkan untung. Keuntungan ini kemudian dipergunakan

kembali untuk menambah modal mereka untuk produksi barang kembali, jual kepasar, dapat

untung. Begitu seterusnya. Inilah yang kemudian sering dikatakan bahwa tujuan dari kapitalis

adalah untuk mengakumulasi kapital (modal) secara terus menerus.

Pengusaha yang pandai adalah seorang yang membayar sekecil mungkin terhadap apa yang

dibelinya dan menerima sebanyak mungkin terhadap apa yang dijualnya. Tahap awal menuju

keuntungan yang tinggi adalah menurunkan biaya-biaya produksi. Salah satu biaya produksi

adalah upah buruh. Oleh karena itulah kepentingan pengusaha untuk membayar upah serendah

mungkin. Selain itu pengusaha juga berkepentingan untuk mendapatkan hasil kerja buruhnya

sebanyak mungkin.

Kepentingan dari para pemilik modal ini bertentangan dengan kepentingan orang-orang yang

bekerja (buruh) kepada mereka. Kelas buruh berkepentingan terhadap meningkatnya upah,

meningkatnya kesejahteraannya. Kedua kelas ini bertindak sebagaimana kepentingan (keharusan)

yang ada pada mereka. Masing-masing hanya dapat berhasil dengan mengorbankan yang lain.

Itulah mengapa, dalam masyarakat kapitalis, selalu ada pertentangan antara dua kelas tersebut.

Alat-alat kerja

(teknologi)

Orang-2 dengan

pengalaman

berproduksi dan

pengetahuan

Bentuk-2

Kepemilikan

alat-alat

Produksi

Tempat Kelas-

2 dan

Kelompok-2

Sosial dalam

masyarakat

dan hubungan-

2 Mereka

4

Page 5: Artikel - EKONOMI POLITIK

I. NILAI LEBIH

Kelas buruh yang tidak memiliki alat produksi harus menjual tenaga kerjanya untuk

mendapatkan upah untuk membeli sejumlah barang untuk kebutuhan hidupnya. Tetapi apakah

upah itu? Bagaimana upah itu ditentukan?

Upah adalah jumlah uang yang dibayar oleh kapitalis untuk waktu kerja tertentu. Yang dibeli

kapitalis dari buruh adalah bukan kerjanya melainkan tenaga kerjanya. Setelah ia membeli tenaga

kerja buruh, ia kemudian menyuruh kaum buruh untuk selama waktu yang ditentukan, misalnya

untuk kerja 7 jam sehari, 40 jam seminggu atau 26 hari dalam sebulan (bagi buruh bulanan).

Tetapi bagaimana kapitalis atau (pemerintah dalam masyarakat kapitalis) menentukan upah

buruhnya sebesar 591.000 perbulan (di DKI misalny) atau 20 ribu per hari (untuk 7 jam kerja

misalnya)? Jawabannya karena tenaga kerjanya adalah barang dagangan yang sama nilainya

dengan barang dagangan lain. Yaitu ditentukan oleh jumlah kebutuhan sosial untuk

memproduksikannya (cukup agar buruh tetap punya tenaga untuk bisa terus bekerja). Yaitu

kebutuhan hidupnya yang penting yaitu kebutuhan pangan (Misalnya 3 kali makan), sandang

(membeli pakaian, sepatu dll) dan papan (biaya tempat tinggal) termasuk juga untuk untuk

menghidupi keluarganya. Dengan kata lain cukup untuk bertahan hidup, dan sanggup

membesarkan anak-anak untuk menggantikannya saat ia terlalu tua untuk bekerja, atau mati.

Lihat misalnya konsep upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah.

Jadi upah yang dibayarkan oleh kapitalis bukanlah berdasarkan berapa besar jumlah barang

dan keuntungan yang diperoleh kapitalis. Misalnya saja sebuah perusahan besar (yang telah

memperdagangkan sahamnyadi pasar saham) sering mengumumkan keuntungan perusahaan

selama setahun untung berapa ratus milyar. Tetapi dari manakah keuntungan ini di dapat?

Jelas keuntungan yang didapat dari hasil kegiatan produksinya. Tetapi yang mengerjakan

produksi bukanlah pemilik modal melainkan para buruh yang bekerja di perusahaannya lah yang

menghasilkan produksi ini. Yang merubah kapas menjadi banang, merubah benang menjadi kain,

merubah kain menjadi pakaian dan semua contoh kegiatan produksi atau jasa lainnya. Kerja kaum

buruh lah yang menciptakan nilai baru dari barang-barang sebelumnya.

Contoh sederhana misalnya. Seorang buruh di pabrik garmen dibayar 20.000 untuk kerja

selama 8 jam sehari. Dalam 8 jam kerja ia bisa menghasilkan 10 potong pakaian dari kain 30

meter. Harga kain sebelum menjadi pakaian permeternya adalah 5000 atau 150.000 untuk 30

meter kain. Sementara untuk biaya benang dan biaya-biaya produksi lainnya (misalnya listrik,

keausan mesin dan alat-alat kerja lain) dihitung oleh pengusaha sebesar 50.000 seharinya. Total

5

Page 6: Artikel - EKONOMI POLITIK

biaya produksi adalah 20.000 (untuk upah buruh) + 150.000 (untuk kain) + 50.000 (biaya

produksi lainnya) sebesar 220.000. Tetapi pengusaha dapat menjual harga satu kainnya sebesar

50.000 untuk satu potong pakian atau 500.000 untuk 10 potong pakaian di pasaran. Oleh karena

itu kemudian ia mendapatkan keuntungan sebesar 500.000 – 220.000 = 280.000.

Jadi kerja 8 jam kerja seorang buruh garmen tadi telah menciptakan nilai baru sebesar sebesar

240.000 (nilai tambah). Tetapi ia hanya dibayar sebesar 20.000. Sementara 220.000 menjadi

milik pengusaha. Inilah yang disebut nilai lebih. Padahal bila ia dibayar 20.000, ia seharusnya

cukup bekerja selama kurang dari 1 jam dan dapat pulang ke kontrakannya. Tetapi tidak, ia tetap

harus bekerja selama 8 jam karena ia telah disewa oleh pengusaha untuk bekerja selama 8 jam.

Jadi buruh pabrik garmen tadi bekerja kurang dari satu jam untuk dirinya (untuk menghasilkan

nilai 20.000 yang ia dapatkan) dan selebihnya ia bekerja selama 7 jam lebih untuk pengusaha

(220.000).

II. Akumulasi kapital dan krisis kapitalisme

Seperti yang di jelaskan sebelumnya bahwa kapitalisme hidup pertama dari kepemilikan

mereka atas alat-alat produksi yang seharusnya menjadi milik sosial (lihat sejarah masyarakat

bahwa pada awalnya alat-alat produksi ini adalah milik bersama/sosial). Kepemilikan alat-alat

produksi ini dipergunakan untuk menghasilkan barang-barang yang dijual ke pasaran untuk

mendapatkan untung. Keuntungan ini kemudian dipergunakan kembali untuk menambah modal

mereka untuk produksi barang kembali, jual kepasar, dapat untung. Begitu seterusnya. Inilah

yang kemudian sering dikatakan bahwa tujuan dari kapitalis adalah untuk mengakumulasi

kapital (modal) secara terus menerus.

Sederhananya, kapital menuntut kapitalis untuk terus mengakumulasi modal, untuk

menjadi kaya, kaya sekaya-kayanya untuk semakin kaya lagi, dan tidak ada kata cukup untuk

menambah kekayaan. Ini semua bukanlah persoalan kapitalisnya serakah atau rakus atau karena

kapitalisnya adalah orang yang tidak taat agama, orang cina, Amerika, jepang, korea, arab dll.

Semua kapitalis adalah sama. Karena memang tuntutan ini bukan karena ada watak-watak

serakah dari individu-individu kapitalis. Melainkan tuntutan dari cara kerja sistem kapitalisme

menuntut setiap kapitalis untuk menjadi demikian. Penjelasannya seperti di bawah ini.

Misal bahwa harga ditentukan oleh komposisi permintaan dan penawaran. Adanya

permintaan yang besar terhadap suatu barang, sementara penawaran (persedian) yang ada lebih

kecil dari permintaan pasar menyebabkan harga suatu barang barang dagangan meningkat.

6

Page 7: Artikel - EKONOMI POLITIK

Kejadian ini menyebabkan kapital akan bergerak ke keadaan dimana permintaan meningkat, yang

menyebabkan kapital berkembang.

Ketika harga suatu barang dagangan tinggi akibat permintaan lebih besar daripada barang

yang tersedia di pasar, maka untuk memperbesar keuntungan maka si kapitalis meningkatkan

jumlah barang dagangannya. Ini dilakukan dengan cara meningkatkan/menambah jumlah mesin

yang ia miliki, menambah jumlah buruh, melakukan pembagian tugas/kerja yang lebih canggih

(lebih kecil), melakukan percepatan, dan meningkatkan efisiensi dalam pabrik.

Tetapi mesin-mesin juga menciptakan kelebihan populasi pekerja, mereka juga

mengubah watak buruh. Buruh-buruh trampil menjadi tidak berguna ketrampilannya karena

ketrampilannya telah diganti oleh mesin. Lihat misalnya para sarjana yang kerja di perbankan,

atau di perusahaan-perusahaan lainnya, mereka yang telatih menggunakan komputer, memiliki

kemampuan akutansi, memiliki bermacam keahlian. Semua ketrampilan dan keahlian ini menjadi

tidak berguna. Karena dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi proses

mekanisasi kerja. Kerjanya kini hanya memasukkan data-data setiap harinya. Terus berulang-

ulang. Dengan penggantian mesin, anak-anak juga dapat dipekerjakan.

Penambahan mesin-mesin baru yang lebih modern/canggih (ingat sifat dari teknologi

yang terus berkembang) memungkinkan seorang buruh dapat memproduksi sebanyak tiga kali

lipat, sepuluh kali lipat, tujuh belas, atau puluhan kali lipat dari sebelumnya. Dengan cara ini,

maka hasil produksi dapat jauh lebih besar. Harga biaya produksi bisa lebih diperkecil.

Tetapi semua tindakan kapitalis diatas tidak saja dilakukan oleh satu kapitalis saja

melainkan kapitalis yang lain juga melakukan tindakan yang sama. Masing-masing berlomba

untuk dapat menguasai pasar, bahkan dengan menurunkan harga barang dagangan tadi (walaupun

harganya tetap diatas biaya produksi). Persaingan ini terus terjadi. Dimana disatu titik akan

menyebabkan beberapa kapitalis yang kalah dalam persaingan ini terpaksa kalah, bangkrut atau

pindah ke usaha lain yang berkembang. Kapitalis-kapitalis yang modalnya lebih besar

memenangkan pertarungan ini.

Sejak satu abad yang lalu, dengan mesin-mesin baru yang lebih canggih (hasil dari

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) kemampuan produksi kapitalisme telah dapat

memenuhi jumlah dari permintaan yang ada, bahkan telah jauh diatasnya. Hingga akhirnya

produksi barang jauh lebih besar dibanding dengan kemampuan pasar untuk membeli barang-

barang ini. Akhirnya si kapitalis kini bukan saja harus memikirkan bagaimana mendapatkan

untung dari penjualan barang produksinya melainkan juga bagaimana dapat menjual barang

7

Page 8: Artikel - EKONOMI POLITIK

dagangannya yang berlimpah (diatas permintaan pasar) yang juga harus bersaing dengan kapitalis

lain, menyebabkan kebangkrutan dari beberapa kapitalis.

Kebangkrutan jelas juga membawa akibat terphknya buruh di perusahaan yang kalah

bersaing ini. Rakyat pekerja dilempar ke jalan-jalan menjadi pengangguran. Sementara itu,

barang-barang produksi melimpah di pasar, sementara masyarakat tidak memiliki daya beli untuk

mengkonsumsi barang—barang ini. Ini juga menyebabkan kebangkrutan kembali dari

perusahaan-perusahaan yang ada. Inilah cara kerja kapitalisme, dimana didalam keteraturannya

(ketertibannya) terkandung ketidaktertibannya, liar, anarki produksi.

Wajar bukan? Ya, tetapi lihat apa akibat dari ini semua?. Dalam skala nasional, maka

jutaan kaum buruh menjadi pengangguran. Para pekerja yang dibuat “tak berguna” oleh mesin-

mesin menjadi “tentara cadangan industri” yang bisa mati kelaparan secara perlahan. Tenaga

kerja buruh menjadi murah, karena banyaknya pengangguran. Misalnya saja saat ini di Indonesia,

sejak krisis terjadi telah menyebabkan sekitar 36 juta buruh menjadi pengangguran. Sementara

setiap tahunnya, ada sekitar lebih dari 400.000 tenaga kerja baru yang tidak dapat ditampung di

pasar tenaga kerja: menjadi pengangguran. Lebih dari 50% jumlah penduduk hidup dibawah garis

kemiskinan.

Kita saksikan bahwa cara kerja sistem kapitalisme tidak akan pernah lepas dari krisis-

krisis dalam sistem mereka sendiri. Lalu bagaimana, cara kapitalis dapat bertahan hingga saat ini,

dari krisis yang satu ke krisis yang lain?

III. NEGARA

Klas kapitalis, melalui penghisapannya terhadap klas pekerja, telah mendapatkan

kenyamanan, kekayaan dan martabat. Sementara klas buruh justru mendapatkan kemiskinan, dan

kesengsaraan.

Mengapa kelas yang sebenarnya minoritas dalam jumlah populasi di bumi ini (kapitalis)

justru lebih diuntungkan dibandingkan dengan kelas mayoritas penduduk dunia (buruh). Kondisi

terus bertahan hingga saat ini karena terdapat sistem kekuasaan sosial ekonomi oleh kelas

minoritas yang kaya terhadap mayoritas kelas buruh. Alat untuk mempertahankan penindasan

satu kelas terhadap kelas lain adalah negara.

Dalam pertentangan kelas kapitalis dan kelas buruh, kelas kapitalis menggunakan negara

sebagai sebuah senjata yang sangat diperlukan melawan pihak yang tidak memiliki.

Kita sering didengungkan oleh kampanye pemerintahan kapitalis bahwa mereka

8

Page 9: Artikel - EKONOMI POLITIK

mewakili semua orang, yang kaya dan miskin. Tetapi sebenarnya, sejak masyarakat kapitalis

yang didasarkan atas kepemilikan pribadi atas alat produksi serangan apapun terhadap

kepemilikan kapitalis akan dihadapi dengan kekerasan dari pemeritnahan kapitalis. Melalui

kekuatan tentara, UU, hukum, pengadilan dan penjara, negara telah berfungsi menjadi anjing

penjaga dari keberlangsungan sistem kepemilikan pribadi yang menguntungkan kelasminoritas.

Klas yang berkuasa secara ekonomi –yang memiliki alat-alat produksi– juga berkuasa secara

politik.

Sejak negara sebagai alat melalui salah satu klas yang menentukan dan mempertahankan

dominasinya/kekuasannya terhadap klas yang lain, kebebasan sejati bagi sebagian besar yang

tertindas tak dapat terwujud.

Negara terwujud untuk menjalankan keputusan-keputusan dari klas yang mengontrol

pemerintah. Dalam masyarakat kapitalis negara menjalankan keputusan-keputusan dari klas

kapitalis. Keputusan-keputusn tersebut dipola untuk mempertahankan sistem kapitalis dimana

klas pekerja harus bekerja melayani pemilik alat-alat produksi.

Kapitalisme Monopoli, perang dan imperialisme Klasik

Persaingan, sesuai teori, adalah sesuatu yang baik, tetapi pemodal menemukan bahwa

praktek tidak sesuai dengan teori. Mereka menemukan bahwa persaingan mengurangi keuntungan

sedangkan penggabungan meningkatkan keuntungan. Bila semua kapitalis tertarik pada

keuntungan jadi mengapa bersaing? Lebih baik bergabung.

Pada akhir abad ke 19 dan permulaan abad ke-20, pertukaran komoditi telah menciptakan

internasionalisasi hubungan ekonomi dan internasionalisasi kapital, bersamaan dengan

peningkatan produksi sekala besar, sehingga kompetisi digantikan dengan monopoli. Dengan kata

lain, dalam persaingan bebas, kenaikan produksi berskala luas akan diambil alih oleh monopoli.

Ciri dominan bisnis kapitalis adalah perusahaan-perusahaan yang tidak bisa lagi

berkompetisi baik di dalam negerinya sendiri maupun ketika berhubungan dengan negeri-negeri

lain, berubah menjadi monopoli persekutuan pengusaha, semacam perserikatan pengusaha (trust),

membagi-bagi pasar dunia bagi kepentingan akumulasi kapitalnya masing-masing.

Ciri khas penguasa berubah menjadi pemilik kapital keuangan, kekuatan yang secara

khas bergerak dan luwes secara khas jalin menjalin baik di dalam negerinya sendiri maupun

secara internasional yang menghindari individualitas dan dipisahkan dari proses produksi

langsung yang secara khas mudah dikonsentrasikan atau suatu kekuatan yang secara khas

9

Page 10: Artikel - EKONOMI POLITIK

memang sudah memiliki langkah panjang menuju pusat konsentrasi, sehingga tangan beberapa

ratus milyuner saja dan jutawan saja bisa menggenggam dunia.

Tidak sulit untuk melihat bahwa dengan dominasi yang luas seperti itu, monopoli

kapitalis berada di posisi sebagai penentu harga-harga. Dan mereka memang melakukan hal itu.

Mereka menentukannya melalui persetujuan diantara mereka sendiri, atau melalui pengumuman

harga perusahaan terkuat dan perusahaan sisanya memainkan peran sebagai “pengikut”, atau,

seperti seringkali terjadi, mereka mengontrol harga dasar dan memberikan surat ijin untuk

memproduksi hanya sebatas persetujuan yang telah ditentukan.

Monopoli membuat kemungkinan bagi para pemegang monopoli untuk mengerjakan

tujuannya – membuat keuntungan yang besar. Industri yang bersifat bersaing menghasilkan

keuntungan pada saat-saat yang baik dan memperlihatkan defisit di saat-saat buruk. Tetapi bagi

industri yang bersifat monopoli, polanya berbeda – mereka menghasilkan keuntungan yang besar

di saat-saat yang baik, dan beberapa keuntungan di saat buruk.

Produksi kapitalis dalam perkembangan tertingginya yaitu saham-saham perusahaan

merupakan cermin dari pemisahan antara pemilik kapital dengan fungsi manajerial dalam proses

produksi langsung, monopoli, perluasan campur tangan dalam aktivitas ekonomi dan munculnya

oligarkis keuangan yang berlindung dibalik fungsi penyandang dana perusahaan (sekedar direktur

papan nama) yang merupakan bentuk dominan guna mengakumulasi kapital dalam skala dunia.

Produktivitas kapitalis semakin terkonsentrasi di tangan para spekulator bursa saham, dan

bursa saham semakin menjadi perwakilan utama produksi kapitalis, sehingga kapitalisme saat ini

sering disebut sebagai ekonomi kasino yang didominasi para kapitalis keuangan.

Investor besar saat ini bukan saja kapitalis keuangan. Kapital keuangan adalah bentuk

baru kapital yang menyababkan pemilik kapital bukan saja memiliki bank-bank dan lembaga-

lembaga keuangan lainnya tetapi juga perusahaan-perusahaan industri. Pada abad ke-19 kapital

perindustrian dan kapital perbankan dimiliki oleh orang yang berlainan, mencerminkan operasi

kapitalis dalam skala kecil. Munculnya perusahaan-perusahaan gabungan bersaham sama

merupakan bentuk dominan bisnis kapitalis pada akhir abad ke-19. Kenaikan perusahaan-

perusahaan gabungan, sebagai bentuk dominan bisnis kapitalis pada akhir abad ke-19

mengakibatkan merger antara kapital industri dan kapital perbankan menjadi kapital keuangan.

Kebangkitan industri kapitalisme pada akhir abad 19 ini telah mendorong munculnya

imperialisme. Ada 5 ciri utama dari tahap imperilisme kapitalisme yaitu: konsentrasi produksi

dan kapital telah berkembang ke dalam monopoli-monopoli yang memainkan peranan

10

Page 11: Artikel - EKONOMI POLITIK

menetukan dalam kehidupan ekonomi. Kesua penggabungan kapital bank dan kapital industri dan

menjadi basis dari kapital finans. Ketiga eksport kapital mendapatkan kedudukan yang penting.

Keempat pembentukan asosiasi-asosiasi kapitalis monopoli internasional yang membagi dunia

diantara mereka sendiri dan. Kelima pembagian teritori seluruh dunia dikalangan kakuatan-

kekuatan besar kapitalis telah diselesaikan.

Kekuatan-kekuatan Eropa Barat: Inggris, Perancis dan Jerman- bersama-sama dengan AS

dan Jepang telah membagi-bagi daerah kekuasaaanya yang besar untuk kepentingan sumber-

sumber material bagi industri modern mereka, sejalan dengan kebutuhan pasar untuk

memasarkan produk-produk mereka. Negara-negara industri mengambil barang-barang mineral,

minyak dan karet bagi kebutuhan pabrik mereka dan bagi mesin-mesin perang dari negara-negara

jajahan. Ini merupakan periode dari imperialisme klasik yang terjadi dari tahun 1870-an hingga

1950. Persaingan diantara negara-negara besar imperialis telah mendorong terjadinya dua perang

dunia (perang dunia I dan II).

Zaman imperilisme, diatas segalanya akan ditandai oleh kendali setiap oligarki keuangan

negeri-negeri kapitalis maju, yang menggunakan kekuasaaan paksaan dan kekerasan terorganisir

(mesin-mesin negara yang mereka pimpin) untuk mempertahankan dominasi imperialnya

terhadap kehidupan ekonomi dan politik negeri-negeri terbelakang, serta untuk meningkatkan

kesejahteraan mereka dengan mengorbankan kelas pekerja di negerinya sendiri dan negeri-negeri

lain. Zaman baru, imperialis kapitalisme akan ditandai dengan pengulangan-pengulangan perang

kolonial yang dicetuskan oleh rakyat negeri-negeri imperialis yang mendominasi. Dan juga akan

mendorong konflik-konflik militer antar negeri-negeri imperialis.

Periode imperialisme klasik tidak berlangsung lama setelah negara-negara jajahan

bangkit melawan dalam gerakan kemerdekaan nasional dari negara-negara jajahan. Kebangkitan

ini dipengaruhi oleh munculnya serangkaian revolusi politik dan revolusi sosial di Meksiko, Tuki,

Cina, Persia dan Russia diantara tahun 1900 sampai 1920. Gerakan kemerdekaan nasional bangkit

di Afrika, Asia yang berhasil menjatuhkan kekuasaan negara-negara imperialis di negeri tersebut.

Dalam perlawanan ini sering terjadi perlawanan untuk kemerdekaan sebuah bangsa berjalan

seiringan dengan penolakan terhadap kapitalisme. Negeri-negeri jajahan pun kini telah merdeka.

Lalu, pertanyaanya apakah para kapitalis sadar dan menghentikan kegiatannya? Tidak. Perang

tetap harus dilanjutkan, karena ini tuntutan dari kapitalisme itu sendiri: untuk kelebihan barang

dan modal. Perang harus terus berlanjut untuk tetap hidupnya kapitalisme.

Globalisasi Kapitalisme Neoliberal

11

Page 12: Artikel - EKONOMI POLITIK

Perang dunia II telah berhasil membangkitkan kembali perkembangan modal di negeri-

negeri dunia I. Perang dan revolusi juga telah menurunkan dominasi Inggris dan menaikkan AS

sebagai kekuatan ekonomi dunia baru yang paling dominan dan mendorong terjadinya suatu

reorganisasi ekonomi-politik dunia sepanjang tahun 1950. Kebangkitan Uni Soviet sebagai

kekuatan utama di Eropa Timur dan saingannya AS telah menghasilkan sebuah dunia yang saling

bertentangan yang dikenal dengan nama perang dingin.

Tetapi kejatuhan kekuasaan negeri-negeri imperialis bukan berarti berakhirnya

imperialisme. Walaupun para penguasa negeri imperialis menerima hilangnya daerah-daerah

jajahannya, tetapi mereka tidak mau kehilangan dominasi ekonomi mereka. Sebuah sistem

ekonomi dan imperialis baru muncul.

Pelopornya adalah PBB dan kesepakatan Bretton Wood yang menciptakan IMF, dan

Bank Dunia yang kemudian bersama-sama mendirikan kesepakatan Umum tentang Perdagangan

dan tarif. Sebuah kerangka baru kapitalisme dunia dibangun. Hasilnya adalah penggantian dari

imperialisme dan penjajahan klasik dengan sebuah sistem neo-imperialisme dan neo-

kolonialisme.

Dalam periode ini negara-negara yang secara formal telah merdeka secara ekonomi dan

politik tetap dikuasai oleh kekuatan-kekuatan negara-negara kapitalis yang lebih kuat. AS

menggantikan posisi Inggris sebagai pusat pasar dunia dan mengambil alih kontrol dari

pembagian ekomi inernasional secara besar dan menguasai daerah-daerah ekonomi yang penting

seperti negara-negara penghasil minyak minyak di Timur Tengah.

Dalam periode neo-kolonial ini (mulai 1950) kepentingannya sama dengan periode

imperialisme klasik. Negara-negara Eropa, Amerika dan Jepang melihat negara-negara jajahan

yang baru bebas sebagai sumber bahan-bahan material dan energi. Sama dengan periode

imperialisme klasik kekuasaan imperialis memfokuskan pada sumber-sumber mineral, minyak

atau produk-produk perkebunan seperti kopi, gula dan karet.

Ketika Kaum Komunis berkuasa di Korea dan China, AS melihat Jepang sebagai penjaga

kapitalis di Asia untuk menjaga perluasan komunis di Asia. Ekonomi Jepang yang tergantung

pada sumber-sumber bahan dari Korea dan Manchuria tidak dapat tidak dapat mengharapkan lagi

untuk memperoleh sumber dari negeri ini. CIA pada tahun 1948 menyarankan bahwa Jepang

harus mendapatkan sumber-sumber materialnya dari Asia Tenggara dan secara khsusus

Indonesia. Pada tahun 1951, Jepang menyatakan bahwa negaranya tidak akan tergantung lagi

pada China, Jepang akan bekerja sama dengan negara-negara di Asia Tenggara dalam

12

Page 13: Artikel - EKONOMI POLITIK

pengembangan sumber-sumber alam. Walaupun AS yang mendorong Jepang untuk memainkan

peranan di Asia, tetapi AS dan negara-negara Eropa khsususnya di Indonesia mengambil peranan

utama dalam bidang pertambanagan.

Tahun 1980, negara-negara kapitalis maju telah merubah orientasi mereka dari

membangun sumber-sumber alam ke penciptaan industri barang-barang manufaktur yang

berorientasi eksport. Dorongan ini terjadi pada tahun 1960-an dan 1970-an. Tahun 1960-an,

Jepang dan Jerman telah membangun kembali infrastruktur industri mereka dan mulai

berkompetisi dengan AS. Selama periode tahun 1960-an perusahaan-perusahaan transnasional

dari negara-negara dunia I mulai masuk ke negara-negara dunai III. Walaupun demikian,

perkembangan gerak modal dirasakan dihambat akibat adanya sejumlah proteksi yang

dipraktekkan oleh negara-negara dunia III.

Di tahun 1970-an perusahaan-perusahaan besar di negera-negara kapitalis dunnia I telah

gagal mempertahankan keuntungannya dan menyebabkan terjadinya depresi ekonomi di 1974-

1975. Oleh karena itu kemudian pemerintah negara-negara imperialis yang tergabung dalam

kelompok G7 melihat kebutuhan untuk melakukan sejumlah reformasi strukturural di negara-

negara dunia III. Dalam pertemuan tahunan mereka pada tahun 1976 dihasilkan sebuah

kesepakatan untuk melakukan reformasi neoliberal yang pada intinya berisi: pencabutan berbagai

subsidi negara, kemudahan masuknya investasi asing, privatisasi perusahaan-perusahaan negara,

liberalisasi perdagangan. Semua kesepakatan Neoliberal ini menandai berakhirnya periode

ekonomi Keynesia, mengakhiri konsep negara kesejahteraan.

Tahun-tahun setelah 1976, semua kesepakatan yang dihasilkan dalam pertemuan

kelompok G7 ini telah menjadi kebijakan yang dipaksakan oleh IMF dan Bank Dunia terhadap

negara-negara penghutang dari Dunia Ketiga. Kekuasaan negara-negara imperialis dalam

mengontrol lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia telah berhasil

mendorong kebijakan neoliberal ini untuk menjadi kebijakan global di seluruh negeri.

Pemerintahan negara-negara imperialis lah yang mengontrol IMF, Bank Dunia dan WTO, seperti

juga mereka mengontrol Dewan Keamanan PBB. Di dalam IMF, misalnya, suara ditentukan

berdasarkan proporsi sumber keuangan yang disumbangkan sebagai dana. Pada tahun 1990

misalnya, dua puluh tiga negara imperialis memiliki 62,7% suara dibandingkan 35,2% suara

untuk 123 anggota lainnya. Lima direktur tetap dari Dewan Eksekutif IMF dicalonkan oleh lima

penyumbang terbesar - AS, Inggris, Perancis, Jerman dan Jepang.

Lembaga-lembaga keuangan interanasional ini berfungsi tidak lebih sebagai agen

pemerintahan negeri-negeri imperialis untuk menjalankan kebijakan ekonomi neoliberal. Ekspor

13

Page 14: Artikel - EKONOMI POLITIK

modal melalui hutang luar negeri dari IMF dan Bank dunia menjadi senjata untuk menekan

pemerintah negeri-negeri dunia III untuk menjalakan kapitalisme neoliberal.

Resesi di tahun 1979-1981 telah mendorong globalisasi ekonomi neoliberal terjadi

semakin masif. Margaret Thatcher di Inggris dan Ronald Reagen di AS menjadi mempelopori

penggantian konsep negara kesejahteraan dengan agenda-agenda reformasi struktural yang

disebut neoliberal. Neoliberal menyatakan bahwa intervensi negara harus dikurangi dan

membiarkan kekuatan-kekuatan pasar untuk menyelesaikan seluruh masalah-masalah yang ada.

Neoliberal juga menyerukan sebuah perjuangan politik untuk memperlemah kekuatan dari

serikat-serikat buruh.

Sejak 1980-an bersamaan dengan krisis hutang Dunia Ketiga, menjadi momentum bagi

badan-badan dunia multilateral Bank Dunia, IMF dan WTO untuk memaksakan kebijakan

ekonomi neoliberal terhadap negara-negara penerima hutang.

Sementara itu di Eropa, Jerman memimpin dalam pendirian pasar bersama ekonomi

Eropa dan khsususnya dalam pasar uang bersama, Euro. AS, Kanada dan Meksiko mendirikan

NAFTA (North American free Trade Agreement), sebuah pasar bebas di Amerika. Jepang,

walaupun gagal membentuk sturktur ekonomi-politik yang sama tetapi tetap mendominasi

kekuatan ekonomi di Asia Tenggara, memiliki pengaruh yang penting dalam ASEAN.

Secara khsusus AS dan Jepang mulai mereorganisasi ekonomi mereka dalam skala

internasional melalui memindahkan produksi industri mereka di luar khususnya pabrik-pabrik

yang memerlukan tenaga kerja secara besar. Pertama kali mereka menempatkan di wilayah-

wilayah ekspor mereka di negara-negara tetangga mereka. Perusahan-perusahaan AS mulai

memindahkan produk-produk garmen, elektronik dan perusahan-perusahaan otomotif ke wilayah

Meksiko. Tahun 1990-an misalnya General Motor merupakan pengusaha terbesar di Meksiko.

Sama halnya dengan Jepang banyak memindahkan pabriknya ke negara-negara target ekspor

mereka seperti Indonesia. Mitsubishi menjadi produsen utama di Indonesia.

Walaupun demikian kebijakan ekonomi neoliberal telah terbukti gagal dipraktekkan di

sejumlah negara. Paket reformasi neoliberal telah menyebabkan negara miskin dunia ketiga

menjadi lebih miskin lagi. Kaum kapitalis bersama pemerintahan negeri-negeri imperialis

mencoba mempertahankan kebijakan ini dengan cara memunculkan sebuah propaganda

(ideologi) tentang globalisasi. Dalam pandangan ini, perkembangan ekonomi telah menjadi

global. Aturan-aturan sebuah negara tidak lagi relevan dalam situasi perekonomian dunia saat ini.

14

Page 15: Artikel - EKONOMI POLITIK

Oleh karena itu globalisasi dunia dalam makna globalisasi neoliberal tidak dapat dilawan oleh

siapapun karena merupakan tuntutan dari perkembangan ekonomi dunia.

Kenyataannya justru menunjukkan berlainan. Misalnya saja arus investasi dan jumlah

barang dunia justru terkonsentrasi di negeri-negeri imperialis. Yang menjadi kenyataan dalam

kebijakan ekonomi neoliberal saat ini adalah GLOBALISASI KEMISKINAN dan krisis global

sistem kapitalisme.

Dampak krisis ekonomi di Asia di tahun 1997-1998, telah merambat ke negara-negara

dunia. Resesi ekonomi yang telah terjadi di negara-negara dunia I semakin terpuruk dengan

adanya peristiwa aksi serangan teroris pada 11 September 2001. Dunia kini telah bergerak ke

krisis ekonomi kapitalisme global. Lagi-lagi, para penjaga sistem kapitalis berusaha mencari jalan

keluar untuk menyelamatkan sistem ekonomi kapitalisme. Kali ini dengan alasan Perang

melawan terorisme, perang melawan dunia jahat, negara-negara imperialis dipimpin AS

menjadikan perang terhadap teroris menjadi momentum untuk semakin menguasai negara-negara

dunia ketiga guna kepentingan ekonomi dan politiknya. Atas nama “dunia baik” AS telah

menuntut sejumlah negara untuk mengijinkan tentaranya masuk ke sejumlah negara.

Pemerintahan kapitalis di negara-negara dunia III kini juga telah meningkatkan kekerasannya

terhadap aksi-aksi perlawanan rakyat di negerinya masing-masing. Di Filipina, 600 tentara AS

masuk di Filipina. Hal yang sama juga dituntut ke Indonesia dan Malaysia walaupun kedua

negara ini menolaknya. Latihan perang untuk tentara Indonesia di AS di buka kembali. Kodam

Aceh dibentuk. Posisi tentara mengalami konsolidasi. Para aktivis demokrasi dan aktivis buruh

kembali ditangkap dan diadili.

Kapitalisme telah terbukti tidak mampu mensejahterahkan rakyat pekerja, dan rakyat

miskin bukan saja di negeri-negeri miskin dunia III melainkan juga kini di negri-negeri dunia I.

Tingkat kesejahteraan rakyat pekerja di negeri-negeri dunia I telah merosot. Wajar kemudian bila

kemudian mulai bangkitnya perlawanan baik dari kaum buruh, pemuda, mahasiswa, perempuan,

aktivitis lingkungan menentang keberadaan kapitalisme. Begitu pula halnya di negeri-negeri

miskin dunia III, mulai menyadari bahwa perjuangan kaum buruh tidak dapat dilakukan hanya

sebatas perjuangan menuntut perbaikan upah semata tanpa menghapuskan akar dari penghisapan

dan kemiskinan serta ketidakadilan yaitu sistem kapitalisme. Perjuangan harus ditujukan untuk

melakukan perjuangan politik yaitu untuk demokrasi revolusioner dan SOSIALISME.

15