Upload
nisa-ulil-amri
View
131
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK BIJI AVOKAD (Persea americana) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Fusobacterium nucleatum
Tisna Kusherni1, Rosani Wiogo2, dan Eka Prasasti Nur Rachmani3
1Kedokteran Gigi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah
2Bidang Oral Biologi, Kedokteran Gigi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah
3Bidang Biologi Farmasi, Farmasi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah
Alamat korespondensi: Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia, 53122. Email: [email protected]
ABSTRAK
Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur dan merupakan infeksi oportunistik. Kandidiasis sering terjadi di mukosa rongga mulut dan disebut dengan kandidiasis mulut. Kandidiasis mulut disebabkan oleh jamur Candida dengan spesies yang patogen adalah Candida albicans. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keefektifitasan ekstrak daun jambu biji dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dan membuktikan semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi kemampuan menghambat pertumbuhan C. albicans secara in vitro yang ditentukan dengan nilai MIC (Minimal Inhibitory Concentration). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan post test only control group design. Pembuatan ekstrak daun jambu biji yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode maserasi dan uji antifungi menggunakan metode dilusi cair dengan 8 konsentrasi ekstrak (10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, dan 80%), kontrol negatif dan kontrol positif. Penentuan nilai MIC dengan cara pengamatan kekeruhan, kemudian dilakukan penanaman pada medium padat. Analisis statistik penelitian ini menggunakan Kruskal Wallis Test. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun jambu biji efektif menghambat pertumbuhan C. albicans dan nilai MIC diperoleh pada konsentrasi 10% dan konsentrasi 10% merupakan konsentrasi ekstrak daun jambu biji yang efektif dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dengan persentase penghambatan 99,24%. Simpulan pada penilitian ini adalah ekstrak daun jambu biji efektif menghambat pertumbuhan C. albicans secara in vitro dan semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi persentase penghambatan dan semakin kecil rata-rata jumlah koloni dengan konsentrasi efektif pada konsentrasi 10% serta merupakan nilai MIC pada penelitian ini.
Kata Kunci: Biji Avokad (Persea americana), Diameter zona hambat, Fusobacterium nucleatum, IC50.
1
ANTIBACTERIAL TEST AVOCADO SEED (Persea americana) EXCTRACT ON THE GROWTH OF Fusobacterium nucleatum BACTERIA
Tisna Kusherni1, Rosani Wiogo2, and Eka Prasasti Nur Rachmani3
1Dentistry, Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Central Java
2 Department of Oral Biology, Dentistry, Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Central Java
3 Department of Pharmaceutical Biology, Pharmacy, Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Central Java
Address for correspondence: Dentistry of Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Central Java, Indonesia, 53122. Email: [email protected]
ABSTRACT
Candidiasis is an infection caused by fungus and it is an opportunistic infection. Candidiasis is classified as soft tissue infection that occurs in the oral mucosa, which is called as oral candidiasis. Oral candidiasis is caused by Candida, which the pathogenic species is Candida albicans. This study is aimed to find the effectiveness of guava leaves extract in inhibiting the growth of C. albicans and to prove that the higher concentration of guava leaves extract resulting higher capability in inhibiting the growth of C. albicans, in vitro is determined by values of MIC (Minimum Inhibitory Concentration). This study is a laboratory experiment with post-test only controls group design. Guava leaves extract used in this study is prepared by maceration method and antifungal test which used liquid dilution method with 8 concentrations (10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, and 80%), negative control, and positive control. MIC values are determined by observing the turbidity, then object is implanted to a solid medium. Statistical analysis data used in this study is Kruskal Wallis Test. The result shows that guava leaves extract works effectively in inhibiting the growth of C. albicans and MIC value is obtained at concentration of 10%, it is the effective concentration in inhibiting the growth of C. albicans, the percentage inhibition is 99.24%. The conclusions of this study are guava leaves extract is effective in inhibiting the growth of C. albicans and the higher concentration of guava leaves extract resulting higher capability in inhibiting the growth of C. albicans, MIC value is obtained at concentration of 10%, it is the effective concentration in inhibiting the growth of C. albicans.
Keyword: Avocado seed (Persea americana), Fusobacterium nucleatum, IC50, Inhibition zone diameter
2
PENDAHULUAN
Penyakit periodontal berupa sekumpulan kondisi peradangan atau inflamasi
jaringan periodontal. Prevalensi penyakit periodontal di dunia mencapai 70%-80%. 10
Prevalensi penyakit periodontal di Asia dan Afrika lebih tinggi daripada di Eropa,
Amerika dan Australia. Kasus penyakit periodontal di Indonesia merupakan urutan
kedua setelah karies yaitu sekitar 72.223 kasus.5,15
Penyebab utama terjadinya kerusakan periodontal adalah plak bakteri
subgingiva.13 Diperkirakan bahwa dalam 1 mg plak terakumulasi 1010 bakteri dengan
400 jenis bakteri, salah satunya adalah Fusobacterium nucleatum.3 F. nucleatum
merupakan salah satu spesies gram negatif pertama yang menetap di biofilm plak dan
memiliki kemampuan berkoagregasi dengan bakteri patogen lainnya yang bertindak
sebagai jembatan penghubung antara koloni bakteri tahap awal hingga koloni tahap
akhir pada pembentukan plak.6 Peningkatan jumlah bakteri F. nucleatum dapat
menyebabkan inflamasi gingiva, pendalaman poket periodontal dan kerusakan
jaringan periodontal karena bakteri tersebut merupakan bakteri pembentuk plak.
Perawatan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan mengeliminasi
bakteri plak yang terdapat di dalam rongga mulut, salah satu caranya yaitu dengan
antibiotik. Penggunaan antibiotik secara tidak rasional dapat menimbulkan resisten
pada bakteri.8 Oleh karena itu, penggunaan obat tradisional yang merupakan bahan
alam sangat penting untuk dikembangkan. Selain memiliki harga yang lebih murah,
penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman daripada penggunaan
obat modern karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit
dari pada obat modern.11
Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai antibakteri adalah biji avokad
(Persea americana). Salah satu kandungan biji avokad adalah tanin.17 Tanin dapat
mengkerutkan dinding sel bakteri sehingga mengganggu permeabilitas membran sel.
Akibatnya, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhan bakteri
terhambat.2
METODE
3
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium dengan
post test only control group design. Pembuatan ekstrak menggunakan metode
sokletasi, identifikasi senyawa tanin menggunakan metode KLT dan uji daya hambat
antibakteri menggunakan metode difusi sumuran dengan 4 kali ulangan. Sumuran
dibuat pada medium TSA yang dicampur dengan darah domba 5% yang telah padat
dengan cara melubangi media menggunakan perforator berdiameter 8 mm sebanyak
3 lubang pada setiap cawan petri yang telah diberi tanda. Lima lubang sumuran pada
masing-masing cawan petri ditetesi ekstrak biji avokad menggunakan mikropipet
steril sebanyak 100 µl dengan konsentrasi yang berbeda tiap sumurannya, yaitu
2,5%; 5%; 10%; 20% dan 40%. Satu lubang sumuran ditetesi akuades dan DMSO
menggunakan mikropipet steril sebanyak 100 µl sebagai kontrol negatif. Cawan petri
yang berisi media, bakteri dan ekstrak biji avokad diinkubasi CO2 selama 48 jam
dengan suhu 37°C.
Potensi antibakteri diukur dengan mengukur diameter zona hambat. Zona
hambat yaitu suatu daerah yang tampak bening di sekitar sumuran. Diameter zona
hambat bakteri diukur dengan menggunakan jangka sorong ketelitian 0,02 mm
sebanyak 3 kali yaitu mengukur pada sisi berlainan yang saling tegak lurus. 1Diameter zona hambat bakteri yang diperoleh dari hasil pengukuran dikonversikan
dalam persentase zona hambat dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
I : daya hambat ekstrak terhadap bakteri
d1: diameter zona hambat (mm)
d2: diameter sumuran (8mm)
Persentase daya hambat kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis
probit dan dibuat persamaan regresi y = bx + a untuk menentukan nilai IC50 dengan x
adalah logaritma konsentrasi dan y merupakan bilangan probit. Nilai IC50 diperoleh
dari persamaan regresi dengan memasukkan nilai a, b dan probit 5 (50%
penghambatan pertumbuhan), sehingga dihasilkan nilai IC50 yang merupakan anti log
x.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
I = (d1-d2) x 100% d2
A. Hasil
1. Ekstrak Biji Avokad
Ekstrak biji avokad yang dihasilkan adalah sebanyak 12,24 gram dari
serbuk simplisia sebanyak 68,48 gram. Berdasarkan berat serbuk simplisia
dan ekstrak biji avokad, maka dapat dilakukan perhitungan rendemen.
Rendemen ekstrak biji avokad pada penelitian ini adalah sebesar 17,87%.
2. Identifikasi Senyawa Tanin dari Biji Avokad Secara Kualitatif
Identifikasi tanin secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis
menggunakan fase gerak ethyl acetat, asam formiat, asam asetat dan H2O
dengan perbandingan 100:11:11:27 dengan volume sebanyak 5 ml.
Identifikasi kualitatif diamati dibawah sinar ultra violet dengan panjang
gelombang 254 nm dan 365 nm. Pengamatan sinar ultra violet pada panjang
gelombang 365 nm tidak terlihat dengan jelas adanya bentuk sejajar antara
sampel dan pembanding, sedangkan pada panjang gelombang 254 terlihat
adanya bentuk sejajar antara sampel dan pembanding yang menunjukkan
adanya kandungan senyawa tanin pada biji avokad. Identifikasi kualitatif
diyakinkan dengan menambahkan ferri chloride dengan cara disemprotkan
pada plate. Penambahan ferri chloride menghasilkan warna hijau kehitaman
yang menunjukkan bahwa ekstrak biji avokad mengandung senyawa tanin.
3. Identifikasi Tanin dari Biji Avokad Secara Kuantitatif
Identifikasi kuantitatif dilakukan dengan metode kromatografi lapis
tipis dan menggunakan densitometer. fase gerak yang digunakan adalah
butanol, asam asetat dan H2O dengan perbandingan 3:1:1 dan volume
sebanyak 10 ml. Konsentrasi standar tanin yang dispotkan dan luas area yang
dihasilkan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Konsentrasi Standar Tanin dan Luas AreaKonsentrasi Standar (μg) Luas Area
1,10 15.937,432,20 38.275,384,40 80.189,908,80 116.432,40
5
Berdasarkan konsentrasi standar tanin yang dispotkan dan luas area,
maka dilakukan analisa regresi linier. Hasil analisa regresi linier
menghasilkan suatu persamaan garis y = 12.777x + 10003 yang disajikan
pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1 Kurva Hubungan Antara Konsentrasi Standar Tanin dan Luas Area
Berdasarkan persamaan garis, dapat diketahui kadar tanin dalam
sampel dan kadar total tanin dalam sampel.
Tabel 2 Kadar Tanin dalam Sampel dan Kadar Total Tanin dalam Sampel
Nama Sampel
Berat Sampel
(μg)
Volume Akhir
Sampel(μl)
Volume Spoting Sampel
(μl)
Jumlah Spoting Sampel
(μg)
FpLuas Area (y)
Kadar dalam Sampel
(μg)
Kadar Total dalam Sampel
(%)Biji
Avokad
687 1000 5 3,44 0,687 81033 5,56 0,81
Berdasarkan analisa kuantitatif, diketahui bahwa ekstrak biji avokad
mengandung 0,81% senyawa tanin.
4. Uji Antibakteri
Rerata diameter zona hambat pada konsentrasi 2,5%; 5%; 10%; 20%
dan 40% adalah sebesar 3,93 mm; 5,38 mm; 6,95 mm; 8,57 mm dan 11,88
mm, sedangkan pada pemberian akuades dan DMSO sebagai kontrol negatif
tidak dihasilkan zona hambat. Rata-rata diameter zona hambat dalam empat
kali ulangan disajikan pada Tabel 3.
6
Tabel 3 Rata-rata Diameter Zona Hambat dalam Empat Kali Ulangan
No.Konsentrasi Larutan Uji
(%)
Diameter Zona Hambat (mm)Replikasi ke- Rerata
(mm)1 2 3 4
1. 2,50 2,62 3,10 5,30 4,70 3,932. 5,00 4,10 4,35 6,35 6,72 5,383. 10,00 5,88 5,70 8,22 8,01 6,954. 20,00 8,13 7,37 9,53 9,23 8,575. 40,00 11,02 12,23 13,13 11,13 11,886. Kontrol negatif 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa ekstrak biji avokad
menunjukkan adanya aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri
F. nucleatum pada konsentrasi 2,5%; 5%; 10%; 20% dan 40%. Semakin besar
konsentrasi ekstrak biji avokad, semakin besar pula diameter zona hambat
yang terbentuk. Hasil uji antibakteri pada kontrol negatif yang berupa
akuades dan DMSO menunjukkan tidak adanya penghambatan terhadap
pertumbuhan bakteri F. nucleatum
Rata-rata diameter zona hambat kemudian dikonversikan dalam
persentase zona hambat yang disajikan pada Gambar 2 berikut.
2.5 5 10 20 40
020406080
100120140160
49.167.2
86.9107.1
148.5
Konsentrasi (%)
Per
sen
tase
Day
a H
amb
at (
%)
Gambar 2 Grafik Hubungan antara Konsentrasi dengan Persentase Daya Hambat
Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi
ekstrak yang diberikan, semakin tinggi pula persentase daya hambatnya.
Persentase daya hambat terendah dihasilkan pada konsentrasi 2,5% dengan
7
persentase sebesar 49,1%. Persentase daya hambat tertinggi dihasilkan pada
konsentrasi 40% dengan presentase sebesar 148,5%.
Hasil persentase daya hambat yang diperoleh digunakan untuk
menentukan nilai probit yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Persentase Daya Hambat dan Bilangan Probit dari Ekstrak BijiAvokad pada Berbagai Konsentrasi
No.Konsentrasi
(%)Log Konsentrasi
(X)Rerata Persentase Daya Hambat (%)
Probit (Y)
1. 2,50 0,40 49,10 4,972. 5,00 0,70 67,20 5,453. 10,00 1,00 86,90 6,13
Konsentrasi yang dilakukan analisa probit adalah 2,5%; 5%; dan 10%.
Konsentrasi 20% dan 40% tidak dilakukan analisa probit karena pada
konsentrasi tersebut zona hambat yang dihasilkan melebihi 100% sehingga
tidak dapat dilakukan perhitungan nilai probit. Nilai logaritma konsentrasi
dan bilangan probit tersebut digunakan untuk menentukan persamaan garis
linear sehingga dapat ditentukan nilai IC50.
0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.200.001.002.003.004.005.006.007.00
f(x) = 1.92671829503467 x + 4.169948371632R² = 0.990188383045526
Series2Linear (Series2)
Log Konsentrasi
Bila
ngan
Pro
bit
Gambar 3 Kurva Hubungan Antara Log Konsentrasi dengan Bilangan Probit
Persamaan garis yang dihasilkan adalah Y = 1,9267x + 4,1699
dengan bilangan r = 0,9951. Nilai IC50 ekstrak biji avokad adalah sebesar
2,7%, artinya konsentrasi ekstrak biji avokad yang mampu menghambat 50%
pertumbuhan bakteri F. nucleatum selama inkubasi 48 jam yaitu 2,7%.
8
B. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan diameter zona hambat yang terbentuk
semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak biji avokad
dimulai dari konsentrasi 2,5%; 5%; 10%; 20% dan 40%. Hal ini sesuai dengan
Pelchar dan Chan (2005) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi
suatu zat antibakteri, maka semakin cepat bakteri terbunuh dan terhambat
pertumbuhannya yang terilihat dengan terbentuknya diameter zona hambat yang
semakin besar seiring dengan meningkatnya konsentrasi.
Hasil analisa probit menghasilkan nilai IC50 ekstrak biji avokad adalah
sebesar 2,7%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak biji avokad pada konsentrasi
2,7% dapat menghambat 50% pertumbuhan bakteri F. nucleatum. Semakin kecil
nilai IC50 maka semakin besar potensi antibakteri yang dimiliki ekstrak dan
semakin besar nilai IC50 semakin kecil potensi antibakteri yang dimiliki ekstrak.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak biji avokad mengandung
senyawa kimia yang bersifat antibakteri sehingga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri F. nucleatum. Salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam biji avokad adalah tanin. Adanya senyawa tanin pada biji avokad
dibuktikan dengan identifikasi kualitatif bahwa setelah plate disemprot dengan
ferri chloride dihasilkan warna hijau kehitaman yang menunjukkan bahwa
ekstrak biji avokad mengandung senyawa tanin. Hal ini sesuai dengan teori
Harbone (1996) yang menyatakan bahwa identifikasi tanin secara kualitatif
dengan disemprot ferri chloride menghasilkan warna biru tua atau hijau
kehitaman. Selain itu, hal tersebut sesuai dengan Rahayu dkk., (2009) dan
Widayanti (2005) yang membuktikan bahwa setelah plate disemprot dengan
ferri chloride menghasilkan warna hijau kehitaman yang menunjukkan adanya
senyawa tanin.
9
Ferri chloride (FeCl3) berfungsi untuk meyakinkan uji kualitatif senyawa
tanin setelah plate dilihat dibawah sinar ultraviolet dengan panjang gelombang
254 nm dan 365 nm. Reaksi yang terjadi antara tanin dan ferri chloride hingga
menghasilkan warna hijau kehitaman karena tanin akan membentuk senyawa
kompleks dengan FeCl3. Kecenderungan Fe dalam pembentukan senyawa
kompleks dapat mengikat 6 pasang elektron bebas. Ion Fe3+ dalam pembentukan
senyawa kompleks akan terhibridisasi membentuk hibridisasi d2sp3, sehingga
akan terisi oleh 6 pasang elektron bebas atom O pada tanin. Kestabilan dapat
tercapai jika tolakan antara ligan pada 3 tanin minimal. Hal ini terjadi jika 3
tanin tersebut posisinya dijauhkan.14
Berdasarkan identifikasi secara kuantitatif, senyawa tanin yang terkandung
pada biji avokad adalah sebanyak 0,81%. Monica (2006) dalam penelitiannya
mengenai ‘Pengaruh Pemberian Air Seduhan Serbuk Biji Alpukat (Persea
americana Mill)’, biji avokad mengandung 13,6 % tanin. Kadar tersebut berbeda
dikarenakan asal biji avokad berbeda dan metode yang digunakan juga berbeda.
Tanin merupakan senyawa polifenol.4 Senyawa fenol dapat menyebabkan
kerusakan pada dinding sel dan membran sel, mengendapkan protein dan
menonaktifkan enzim-enzim. Kerusakan dinding sel oleh senyawa fenol
disebabkan oleh gugus –OH yang dimiliki oleh fenol. Apabila terjadi ikatan
hidrogen antara gugus –OH dalam senyawa fenol dengan dinding sel bakteri,
maka struktur dinding sel bakteri dapat mengalami perubahan sehingga protein
struktural pada dinding sel bakteri dapat terdenaturasi. Sebagian besar struktur
dinding sel dan membran sitoplasma bakteri mengandung protein dan lemak.
Ketidakstabilan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri menyebabkan
fungsi permeabilitas selektif, fungsi pengangkutan aktif, pengendalian susunan
protein dari sel bakteri menjadi terganggu, yang mengakibatkan lolosnya
makromolekul dan ion dari sel, sehingga sel bakteri menjadi kehilangan
bentuknya, dan terjadilah lisis.12 Hal tersebut sesuai dengan Pelczar dan Chan
(2005) yang menyatakan bahwa apabila protein struktural pada dinding sel
bakteri terdenaturasi maka akan menyebabkan pembentukan dinding sel terhenti,
10
sehingga bakteri lisis dan terjadi kematian bakteri dan pada akhirnya
pertumbuhan bakteri menjadi terhambat.
Selain itu, senyawa tanin juga dapat menghambat kerja enzim. Enzim
protein yang terdapat di salam sel berfungsi membantu kelangsungan proses
metabolisme. Apabila kerja enzim terhambat akan menyebabkan proses
metabolisme terganggu sehingga aktivitas sel bakteri akan terganggu yang
mengakibatkan kematian bakteri sehingga bakteri terhambat pertumbuhannya
Pelczar dan Chan.7
SIMPULAN
1. Ekstrak biji avokad dapat menghambat pertumbuhan bakteri F. nucleatum
dengan nilai IC50 sebesar 2,7%.
2. Kadar senyawa tanin yang terkandung pada ekstrak biji avokad adalah sebesar
0,81%.
REFERENSI
(1) Agiliasari, W. L., 2012, Aktivitas Antibakteri Fraksi Kloroform dan Fraksi Air Ekstrak Daun Majapahit (Crescentia cujete) terhadap Streptococcus aureus, Skripsi, Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
(2) Ajizah, A., 2004, Sensitivitas Salmonella Typhimurium terhadap Ekstrak Daun Psidium Guajava, Bioscien, 1(1): 31-38.
(3) Carranza, F. A., 2006, Clinical Periodontology, W. B. Saunders Co., Philadelphia.
(4) Harborne, 1996, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
(5) Kemenkes RI, 2010, Profil Kesehatan Indonesia 2010, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
(6) Merritt, J., Niu, G., Okinaga, T., Qi, F., 2009, Autoaggregation Response of Fusobacterium nucleatum, Applied and Environmental Microbiology, 75(24): 7725-33.
(7) Pelczar, M. J., dan Chan, E. C. S., 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta.
(8) Pratiwi, E., 2006, Daya Antibakteri Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill) terhadap Streptococcus alpha yang Resisten Antibiotik, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
11
(9) Rahayu, P., M., Wiryosoendjoyo, K., Prasetyo, A., 2009, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Soxhletasi dan Maserasi Buah Makasar (Brucea javanica (L) Merr.) terhadap Bakteri Shigella dysentriae ATCC 9361 Secara In Vitro, Karya Ilmiah, Fakultas Biologi dan Farmasi Universitas Setia Budi, Surakarta.
(10) Samaranayake, L.P., 2006, Essential Microbiology for Dentistry, British Library, Churhill Livingstone.
(11) Sari, L. O. R. M., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional dngan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, 3(1): 01-07.
(12) Susanti, A., 2008, Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica Less) terhadap Escherichia coli secara In Vitro, Jurnal Universitas Airlangga. 1(1).
(13) Suwandi, T., 2010, Perawatan Awal Penutupan Diastema pada Penderita Periodontitis Kronis Dewasa (The Initial Treatment of Mobile Teeth Closure Diastema in Chronic Adult Periodontitis), Jurnal PDGI, 59(3): 105-09.
(14) Ummah, M., K., 2010, Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Senyawa Tanin pada Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) (Kajian Variasi Pelarut), Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.
(15) Wahyukundari, M. A., 2008, Perbedaan Kadar Matrix Metalloproteinase-8 Setelah Scaling dan Pemberian Tetrasiklin pada Penderita Periodontitis Kronis, Jurnal PDGI, 58(1): 1-6.
(16) Widayanti, 2005, Formulasi Sediaan Suppositoria Ekstraketanol Daun Handeuleum (Graptophyllum pictum (L.) Griff) dalam Basis Oleum Cacao, Karya Ilmiah, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka, Jakarta.
(17) Zuhrotun, A., 2007, Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Bandung.
12