ARTIKEL-ISI.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    1/17

    1

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Kota Padang dengan luas wilayah 694,96 Km2 (PP No. 17 tahun 1980)

    memiliki jumlah penduduk sampai tahun 2007 sebesar 838.190 jiwa/km2, dengan

    laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan cepat yaitu sebesar 1,92%

     pertahun. Hal ini akan berdampak pada aspek kehidupan yang luas dan

     pembangunan. Tuntutan kebutuhan dasar manusia seperti pangan, papan danlahan akan semakin meningkat. Kenyataan yang terjadi saat ini adalah luas lahan

    cenderung tetap, sementara itu pertumbuhan penduduk terus meningkat sehingga

    rasio manusia dibandingkan dengan luas lahan nilainya lebih besar.

    Perkembangan Kota Padang yang semakin pesat ditandai dengan semakin

    meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan serta dinamika kegiatan sosial

    ekonomi yang berlangsung, seperti semakin banyaknya pusat-pusat pelayanan

     jasa, sector ekonomi, industri, transportasi, pendidikan, pariwisata, dan ditunjang

    dengan akses jalan yang semakin baik (RTRW Kota Padang 2004-2013). Hal

    tersebut terkait dengan pertambahan penduduk Kota Padang setiap tahunnya

    yakni dari tahun 2001 sebanyak 720.753 jiwa dan meningkat sampai dengan

    838.190 jiwa pada tahun 2007 (BPS Propinsi Kota Padang tahun 2008).

    Kecamatan Kuranji mempunyai pertumbuhan penduduk yang tinggi yaitu

    sebesar 2,82% per tahun dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 sebesar

    117.956 jiwa dan Kecamatan Koto Tangah dengan pertumbuhan penduduk

    sebesar 2,36% per tahun dengan jumlah penduduk sebesar 157.956 jiwa.

    Berdasarkan RTRW Kota Padang 2004-2013 Kecamatan Kuranji dijadikan

    sebagai wilayah transisi koridor yaitu kawasan-kawasan yang terletak di luar

     pusat kota serta terletak dalam pengembangan koridor intensif. Sedangkan

    Kecamatan Koto Tangah merupakan wilayah transisi pinggiran yaitu kawasan

    yang terletak di luar koridor pengembangan intensif, terdiri dari kawasan-kawasan

    terbanyak yang dikembangkan serta daerah pinggiran yang dilestarikan dengan

    hutan lindung (RTRW Kota Padang 2004-2013).

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    2/17

    2

    Sifat dinamika penduduk baik kualitas maupun kuantitasnya sangat

     berperan besar terhadap konversi lahan pertanian ke non pertanian. Proses

    konversi lahan pertanian ke non pertanian sedang dan akan terus terjadi baik di

     perkotaan maupun di perdesaan terutama daerah sekitar kota. Hermon (2009:81)

    dalam penelitiannya menyatakan bahwa luas perubahan tutupan lahan menjadi

    lahan terbangun di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah periode

    tahun 1994 sampai tahun 2006 cukup tinggi, terutama untuk lahan-lahan pertanian

    menjadi lahan terbangun. Untuk lahan sawah menjadi lahan terbangun, di

    Kecamatan Kuranji sebesar 723, 9 Ha, dan Kecamatan koto Tangah sebesar 453,1

    Ha.

    Terjadinya perubahan penggunaan lahan di wilayah pinggiran kota dapat

    disebabkan oleh factor social, ekonomi dan kebijakan pemerintah. Semakin tinggi

    tingkat kemiskinan pada suatu wilayah, khususnya pedesaan maupun wilayah di

     pinggiran kota maka semakin besar konversi lahan pertanian. Selain aspek sosial

    dan ekonomi, aspek peraturan atau Undang-Undang yang mengatur tentang

    keberadaan dan keberlanjutan lahan-lahan pertanian saat ini juga tidak mampu

    membendung terjadinya konversi lahan pertanian ke non pertanian. Seperti yang

    termuat dalam UU Nomor 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian

     berkelanjutan, yang belum bisa dilaksanakan secara maksimal karena tidak

    diiringi dengan Peraturan Pemerintah daerah.

    Di Kota Padang perubahan penggunaan lahan pertanian ke lahan non

     pertanian juga diakibatkan oleh aksesibilitas wilayah di Kecamatan Koto Tangah

    dan Kecamatan Kuranji yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Seperti

    akses jalan raya by pass yang menjadi penghubung Kota Padang dengan daerah

    lainnya serta peningkatan sarana transportasi yang pada akhirnya memicu

     pembangunan tempat-tempat pelayanan lainnya, seperti pertokoan di sepanjang

     jalan raya by pass, bengkel, industri kecil dan menengah serta perkantoran

     pemerintah maupun swasta.

    Meningkatnya lahan terbangun terutama lahan untuk permukiman di

    Kecamatan Koto Tangah dan Kecamatan Kuranji, berdampak terhadap

    keberadaan lahan-lahan pertanian, dimana lahan-lahan pertanian telah banyak

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    3/17

    3

    yang berubah fungsi menjadi lahan-lahan permukiman, yang akan berdampak

     pada berkurangnya kawasan resapan air.

    Adanya rencana pemindahan pusat kota Padang ke kawasan pinggiran

    kota Padang (dalam revisi RTRW Kota Padang 2008-2028, yang belum di sah-

    kan oleh Perda Kota Padang) juga merupakan salah satu faktor yang mendorong

    terjadinya perubahan alih fungsi lahan-lahan pertanian menjadi lahan-lahan non

     pertanian. Dalam revisi tersebut sekitar 2.900 hektar lahan pertanian akan

    dihapuskan, karena sudah tidak memiliki nilai ekonomis lagi (Singgalang, 12

    Agustus 2010).

    Hal tersebut juga sejalan dengan perkembangan pusat pertumbuhan Kota

    Padang pasca bencana alam gempa. Bencana alam gempa bumi dan potensi

    tsunami memaksa masyarakat untuk pindah ke wilayah lain yang jauh dari potensi

     bencana atau ke wilayah yang lebih tinggi, yaitu ke wilayah pinggiran Kota

    Padang (Trisia, Ramadhani, Evelina, 2009:3).

    Perubahan penggunaan lahan yang tidak memperhatikan aspek tata ruang

    dan lingkungan akan menimbulkan dampak yang cukup serius terhadap

    lingkungan. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya bencana alam

     banjir yang frekwensinya terus meningkat, yaitu sebanyak 8 kali kejadian banjir

     pada tahun 1998 dan meningkat menjadi 30 kali kejadian banjir pada tahun 2008

    (Padang Dalam Angka, 1998-2008).

    Berdasarkan fenomena perubahan penggunaan lahan pertanian ke lahan

    non pertanian serta dampak-dampak negatif terhadap lingkungan baik fisik dan

    sosial ekonomi yang terjadi di Kota Padang, maka peneliti tertarik untuk mengkaji

    mengenai persepsi masyarakat tentang konversi lahan pertanian ke lahan non

     pertanian di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yang akan

    diteliti meliputi:

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    4/17

    4

    1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap konversi lahan pertanian ke lahan

    non pertanian yang ada di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah

    Kota Padang?

    2. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap persepsi masyarakat terkait

    dengan konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Kecamatan

    Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah Kota Padang?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan permasalahan yang diuraikan diatas maka penelitian ini

     bertujuan untuk:

    1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap konversi lahan pertanian ke lahan

    non pertanian yang ada di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah

    Kota Padang?

    2. Mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap persepsi masyarakat

    terkait dengan konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di

    Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah Kota Padang?

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    5/17

    5

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Penggunaan Sumberdaya Lahan

    Lahan secara geografis adalah sebagai suatu wilayah tertentu diatas

     permukaan bumi, khususnya meliputi semua benda penyusun biosfer yang dapat

    dianggap bersifat menetap atau berpindah berada diatas dan dibawah wilayah

    tersebut meliputi atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuh-

    tumbuhan dan binatang, serta akibat-akibat perbuatan manusia pada masa lalu dan

    sekarang yang semuanya memiliki pengaruh nyata terhadap penggunaan lahan

    oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang (Vink, 1975 dalam

    Ritohardoyo, 2002 : 8).

    Penggunaan lahan merupakan macam campur tangan manusia, baik secara

    menetap ataupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumberdaya alam

    dan sumberdaya buatan yang secara keseluruhan disebut lahan dengan tujuan

    untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun sprituil ataupun kebutuhan

    kedua-duanya (Malingreau, 1978 dalam Ritohardoyo, 2002 :9)

    2.2. Konversi Lahan

    Salah satu bentuk penggunaan lahan di wilayah pedesaan adalah

     penggunaan untuk lahan sawah. Lahan sawah merupakan lahan yang mempunyai

    irigasi teratur dan kesuburan tanah yang tinggi (Ritohardoyo, 2002 : 36). Daerah

    ini justru terdapat di daerah-daerah berpenduduk padat maupun daerah yang

    termasuk dalam administrasi suatu kota. Akibat dari lokasi sawah (lahan

     produktif) seperti ini maka hal tersebut merupakan salah satu masalah sosial

    ekonomi, sehubungan dengan perkembangannya pada masa yang akan datang.

    Sifat dinamika penduduk baik kualitas maupun kuantitasnya sangat berperan

     besar terhadap konversi lahan pertanian ke non pertanian. Dampaknya adalah

     potensi produksi pangan menurun, sehingga ancaman kekurangan pangan sangat

     besar. Gejala seperti ini tidak hanya di perkotaan, namun di perdesaan terutama

    daerah sekitar kota dan daerah perdesaan pesisir; proses konversi lahan pertanian

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    6/17

    6

    ke non pertanian (sawah – permukiman; sawah – tambak), sedang dan akan terus

    terjadi (Ritohardoyo, 2002 : 36).

    2.3. Persepsi

    Persepsi merupakan suatu pemahaman, penafsiran, pendapat atau respon

    sesorang terhadap suatu objek yang biasanya antar seseorang dengan yang lain

    akibat adanya kecenderungan dan pengalaman (Prayitno, 1991 dalam Dewirina

    2007 :6). Persepsi juga merupakan tanggapan atau pendapat terhadap sesuatu, dan

    tidak terlepas dari pengalaman-pengalaman dan motivasi yang bersangkutan dan

     berupa pertimbangan sesorang berdasarkan hal-hal yang menguntungkan bagi

    dirinya (Leavit, 1986 dalam Dewirina, 2007 :6).

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    7/17

    7

    BAB III. METODE PENELITIAN

    3.1. Lokasi Penelitian dan Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian ditentukan dengan cara sengaja (purposive) yaitu pada

     beberapa kelurahan yang terdapat di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto

    Tangah Kota Padang.

    Wilayah yang dijadikan lokasi penelitian adalah wilayah yang masih

    terdapat lahan pertanian serta lahan-lahan pertanian yang berpotensi untuk dialih

    fungsikan ke lahan non pertanian karena berada dekat dengan pusat kota dan

    diiringi oleh perkembangan fungsi-fungsi kekotaan. Pada Kecamatan Koto

    Tangah, wilayah yang dijadikan lokasi penelitian adalah Kelurahan Lubuk

    Minturun Sungai Lareh dan Kelurahan Air Pacah. Pada Kecamatan Kuranji lokasi

     penelitian adalah Kelurahan Gunung Sarik dan Kelurahan Sungai Sapih.

    3.2. Populasi dan Sampel

    3.2.1. Populasi

    Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya

    akan diduga (Singarimbun et al, 1987: 152). Populasi dalam penelitian ini

    ditentukan dengan metode “ purposive sampling”, atau ditetapkan secara sengaja,

    adalah rumah tangga yang berada di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto

    Tangah Kota Padang yang berada dekat dengan lahan-lahan pertanian, khususnya

    rumah tangga petani.

    3.2.2. Sampel

    Sampel merupakan unit penelitian yang akan diteliti. Pengambilan sampel

    (responden) menggunakan metode “non random sampling” atau tidak acak

    sederhana, dengan kriteria pengambilan sampel adalah secara  purposive atau non

     probability quota sampling  (Singarimbun et al, 1987:155). Populasi ditetapkan

     berdasarkan strata dan kriteria, yaitu masyarakat yang melalukan konversi lahan

    dan masyarakat yang tidak melakukan konversi lahan. Kemudian total sampel

    dibagi-bagi sesuai proporsi ke tiap strata (kuota) yang telah ditetapkan, yaitu

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    8/17

    8

    diambil sampel sebanyak 100 rumah tangga secara kuota (Singarimbun et al,

    1987:155). Untuk memenuhi jumlah sampel untuk tiap strata, peneliti menetapkan

    untuk mengambil sebanyak 50% yang melakukan konversi dan 50% yang tidak

    melakukan konversi, dari keseluruhan sampel yang telah ditetapkan secara kuota.

    Berikut adalah jumlah sampel pada masing-masing kelurahan yang

    ditetapkan dengan metode “ proposional to size” dengan menggunakan formula

    (Nazir, 1983 dalam Thesiwati, 2006:26).

       Ni

     N 

    Dimana : ni = jumlah sampel pada Kelurahan ke i

      Ni = jumlah populasi pada Kelurahan ke i

      N = jumlah populasi seluruhnya (4 kelurahan)

      n = jumlah sampel seluruhnya (100 rumah tangga)

    Tabel 2. Populasi dan Jumlah Rumah Tangga Sampel pada Kelurahan Lokasi

    Penelitian

     No Kecamatan Kelurahan Jumlah populasi

    (KK)

    Jumlah sampel(KK)

    1 Koto Tangah Lubuk Minturun Sungai Lareh 1839 192 Koto Tangah Air Pacah 1497 16

    3 Kuranji Sungai Sapih 2425 25

    4 Kuranji Gunung Sariak 3815 40

    Jumlah 9576 100

    3.3. Analisis Data

    1. Analisis data untuk pengukuran persepsi masyarakat dilakukan dengan

    metoda kualitatif deskriptif dengan bantuan skala Likert dengan memberikan

    skor untuk setiap alternatif jawaban pertanyaan kuesioner pada responden.

    Pemberian bobot atas setiap jawaban masyarakat dengan rentang skor 1

    sampai 3 (skala Likert). Pertanyaan berdimensi positif (skor 3 = Ya/Setuju,

    skor 2 = Kadang-kadang/Ragu-ragu, dan skor 1 = Tidak/Tidak setuju).

    Pertanyaan berdimensi negative (skor 1 = Ya/Setuju, skor 2 = Kadang-

    kadang/Ragu-ragu, dan skor 3 = Tidak pernah/Tidak setuju).

    2. Uji instrument pengumpulan data dengan Uji Validitas

      ni = x n

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    9/17

    9

    Uji Validitas, merupakan ketepatan dan kecermatan suatu instrument dalam

    mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan

    menggunakan Bivariate Pearson (Korelasi Produk Moment Pearson), dengan

    rumus : =

    Keterangan: r ix = koefesien korelasi item-total

      i = skor item

      x = skor total

      n = banyaknya subjek 

    Uji Reliabilitas, digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah

    alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika

     pengukuran tersebut diulang. Metode pengujian reabilitas yang digunakan

    adalah dengan metode Alpha adalah: (Arikunto, 2002 dalam Priyatno, 2008 :

    25), dengan rumus:

    R 11 =

    Keterangan : r 11  = Reliabilitas instrument

      k = Banyaknya butir pertanyaan

      = Jumlah varian butir 

      = Varian total

    Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05, artinya instrument

    dapat dikatakan reliable bila nilai alpha lebih besar dari r kritis produk

    moment.

    Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa

     pertanyaan yang gugur karena nilai dari r hitung lebih kecil dari r tabel sebesar

    0,325 dengan n = 37 (uji 2 sisi dengan signifikansi 0,05). Maka pertanyaan

    tersebut dapat dikatakan tidak valid dan tidak layak untuk dimuat didalam

    questioner penelitian yang akan digunakan untuk penelitian. Adapun butir-butir

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    10/17

    10

     pertanyaan yang tidak valid tersebut ada 8 pertanyaan yaitu nomor 11, 15, 24, 27,

    30, 32, 34, 35.

    Selanjutnya, setelah dilakukan uji validitas maka dilakukan uji reliabilitas

    sebagai uji lanjutan dengan menggunakan metode Alpha. Yang diuji adalah

     pertanyaan atau pernyataan yang tersisa dari hasil uji validaitas, yaitu sebanyak 29

     pertanyaan atau pernyataan yang dinyatakan valid. Hasil dari uji reliabilitas

    tersebut menyatakan bahwa nilai r kritis dari perhitungan (uji 2 sisi) pada

    signifikansi 0,05 dengan jumlah data (n) adalah 29 adalah reliable. Hal ini

    ditandai bahwa nilai r kritis yang dihasilkan oleh perhitungan lebih besar dari nilai

    r kritis pada tabel yaitu sebesar 0,361.

    3. Analisis data untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

     persepsi masyarakat dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif,

    menggunakan analisis regresi berganda, dengan persamaan sebagai berikut:

    Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6

    Dimana :

    Y = Frekwensi skor dari item pertanyaan Konversi lahan pertanian ke non pertanian

    α = Nilai konstanta yang akan diperoleh

    β1 – β6 = Koefesien regresidari X1 – X6

    X1 = Frekwensi skor dari pertanyaan Tingkat Pendidikan

    X2 = Frekwensi skor dari pertanyaan Faktor Ekonomi (Tingkat Pendapatan)

    X3 = Frekwensi skor dari item pertanyaan  Perubahan tata ruang

    kota/perkembangan sarana dan prasarana wilayah ke wilayah

     pinggiran (Rencana Perubahan RTRW) (X3).

    X4 = Frekwensi skor dari item pertanyaan  Peraturan pemerintah/UU 

    X5 = Frekwensi skor dari item pertanyaan  Potensi bencana alam

    X6 = Frekwensi skor dari item pertanyaan Faktor Sosial ( Berkurangnya

    nilai-nilai kebudayaan masyarakat dalam pengelolaan lahan-lahan

     pertanian)

    Untuk melihat hubungan dari seluruh variabel independen (bebas) yang

    termasuk dalam persamaan regresi tersebut diatas akan dilakukan pengujian

    dengan uji-F (analisis ragam). Uji F digunakan untuk mengetahui apakah

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    11/17

    11

    variable independen (X1, X2, X3….. Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara

    signifikan terhadap variable dependen (Y) atau untuk mengetahui apakah model

    regresi dapat digunakan untuk memprediksi variable dependen atau tidak.

    Hipotesis H0 : 0

    H1 : ada

    Penarikan kesimpulan : bila Fhitung ≥ Ftabel, maka tolak Ho

       bila Fhitung Ftabel, maka diterima Ho

    Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara dua atau lebih variable

    independen (Xi) terhadap variable dependen (Y) secara serentak, dilakukan ujikorelasi ganda (r). Nilai koefesien korelasi (r) berkisar antara 0 sampai 1, nilai

    semakin mendekati 1 maka hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya jika

    nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah.

    Selanjutnya dilakukan analisis determinasi (R 2), untuk mengetahui

     persentase sumbangan pengaruh variable independen (Xi) secara serentak

    terhadap variable dependen (Y). Koefesien ini menunjukkan seberapa besar

     persentase variasi variable independen yang yang digunakan dalam model mampu

    menjelaskan variasi variabel dependen. Jika R 2 = 0 maka tidak ada sedikitpun

     persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variable dependen, atau variasi

    variable independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun

    variasi variable dependen. Jika R 2 = 1, maka persentase sumbangan pengaruh

    yang diberikan variable independen terhadap variabel dependen adalah sempurna

    atau variasi variable independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100%

    variasi variabel dependen.

    Selanjutnya untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel

    independen (Xi) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variable dependen

    (Y) maka dilakukan uji t secara parsial.

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    12/17

    12

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

    Kota Padang adalah ibukota Propinsi Sumatera Barat yang terletak di

     pantai barat pulau Sumatera yang mana berada antara :

    0° 44’ 00" dan 1° 08’ 35” Lintang Selatan

    100° 05’ 05” dan 100° 34’ 09” Bujur Timur.

    Menurut PP No. 17 Tahun 1980, Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan

    dengan luas wilayah adalah 694,96 km2 atau setara dengan 1,65 persen dari luas

    Propinsi Sumatera Barat. Pada tabel 4. berikut ini adalah persentase penggunaan

    lahan 11 kecamatan di Kota Padang.

    Tabel 4. Penggunaan Lahan Kota Padang

    Bentuk penggunaan lahan Persentase (%)

    Hutan lindung 51,01

    Bangunan dan pekarangan 9,05

    Sawah 7,52

    Sumber : Padang dalam angka, 2008

    4.1.1. Kecamatan Koto Tangah dan Kecamatan Kuranji

    Merupakan salah satu kecamatan di Kota Padang dengan luas daerah

    232,25 Km2, dan jumlah kelurahan 13. Di sebelah utara, wilayah ini berbatasan

    dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah selatan berbatasan dengan Padang

    Utara dan Kecamatan Nanggalo, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

    Solok dan Kecamatan Pauh dan sebelah Barat dengan Samudera Hindia.

    Kecamatan Kuranji memiliki luas wilayah 57, 41 Km2. Adapun batas

    wilayah Kecamatan Kuranji adalah sebagai berikut Utara dengan Kecamatan Koto

    Tangah, Selatan dengan Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Padang Utara,

    Barat dengan Kecamatan Nanggalo dan Kecamatan Koto Tangah, Timur dengan

    Kecamatan Pauh.

    4.2. Persepsi Tentang Konversi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    13/17

    13

    Berdasarkan kategori terbanyak yang didapatkan, maka hal tersebut dapat

    ditunjukkan dari beberapa kategori persepsi yang telah diuji sebelumnya, yang

    menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat tentang dampak negatif konversi

    lahan pertanian ke non pertanian bagi lingkungan fisik maupun sosial. Yang

     pertama adalah mengenai persepsi masyarakat mengenai pengetahuan masyarakat

    terhadap lahan pertanian termasuk dalam kategori positif atau baik, yang kedua

    adalah persepsi masyarakat tentang meningkatnya perubahan penggunaan lahan

     pertanian ke non pertanian termasuk dalam kategori positif (baik), dan yang ketiga

    adalah persepsi masyarakat tentang tata guna lahan berwawasan lingkungan juga

    termasuk dalam kategori positif (baik).

    Berdasarkan perhitungan tentang persepsi masyarakat yang sebanyak

    21% menunjukkan bahwa konversi lahan pertanian ke non pertanian adalah

    termasuk dalam kategori netral (kurang baik), ditunjukkan oleh persepsi

    masyarakat mengenai manfaat langsung dan manfaat tidak langsung lahan-lahan

     pertanian yang termasuk dalam kategori netral (kurang baik). Artinya masyarakat

    kurang menyadari manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung lahan-lahan

     pertanian. Berdasarkan pertanyaan yang telah diajukan kepada responden maka

    masyarakat lebih banyak mengatahui bahwa fungsi langsung lahan pertanian

    hanya sebagai pengahsil bahan pangan. Sedangkan untuk fungsi langsung lainnya

    maupun fungsi tidak langsungnya, masyakat kurang mengetahuinya.

    4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Tentang

    Konversi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian.

     besarnya pengaruh variable independen (X1-X6) secara bersama-sama

    (multi regresi) terhadap Y adalah sebesar R 2 = 0,168 (R Square). Hal ini

    menunjukan bahwa besarnya sumbangan pengaruh secara bersama-sama antara

    variable indepenten terhadap variabel dependen adalah sebesar 16,8%. Dengan

    demikian, 16,8% persepsi masyarakat terhadap konversi lahan pertanian ke non

     pertanian dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh factor tingkat pendidikan (X1),

    tingkat pendapatan (X2), perubahan tata ruang kota (X3), peraturan pemerintah

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    14/17

    14

    (X4), potensi bencana alam (X5), pudarnya nilai-nilai budaya masyarakat petani

    dalam mengolah lahan-lahan pertanian (X6). Selebihnya sebesar 83,2%

    dipengaruhi oleh factor-faktor lain diluar penelitian ini.

    Dalam penelitian ini, angka yang didapatkan hanya sebesar 16,8% keenam

    faktor tersebut mempengaruhi persepsi masyarakat tentang lahan pertanian ke non

     pertanian. Artinya masih ada faktor lainnya yang mempengaruhi persepsi

    masyarakat tentang konversi lahan pertanian ke non pertanian sebanyak 83,2%.

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    15/17

    15

    BAB V. KESIMPULAN

    1. Persepsi masyarakat mengenai konversi lahan pertanian ke non pertanian

    secara keseluruhan termasuk dalam kategori positif atau baik. Artinya,

    masyarakat tidak setuju dengan konversi lahan pertanian yang terjadi saat

    ini di kota Padang.

    2. Faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat tentang konversi lahan

    lahan pertanian ke non pertanian adalah faktor pendidikan, ekonomi

    (pendapatan), perubahan tata ruang wilayah/perkembangan sarana dan

     prasarana wilayah, peraturan pemerintah/UU, potensi bencana alam dan

     pudarnya nilai-nilai budaya masyarakat dalam pengelolaan lahan-lahan

     pertanian. Berdasarkan hasil analisis regresi, maka variabel yang paling

     berpengaruh terhadap persepsi masyarakat tentang konversi lahan

     pertanian ke non pertanian adalah faktor ekonomi (pendapatan) dan

     berkurangnya nilai-nilai budaya masyarakat dalam pengelolaan lahan-

    lahan pertanian.

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    16/17

    16

    Daftar Pustaka

    ..................... "Magnitude 7.6 - Southren Sumatra, Indonesia". (30 September

    2009). United States Geological Survey.

    ..................... "Powerful 7.6-Magnitude Quake Strikes Indonesia". (30 September 

    2009).http://www.channelnewsasia.com/stories/afp_asiapacific/view/1008

    365/1/html.

    .................... Sektor Pertanian Berikan Kontribusi Terbesar PDRB Sumbar,

    (Februari 2011). http://www.formatnews.com

    ....................., UMR di Sumbar naik 12,22%. (2010). http://www.bataviase.co.id

    Budiman, Y. (2005).  Konversi Lahan Pertanian dan Struktur Agraria.

    http://yohanbudiman.blogspot.com/

    Daus, S. (2005).  Kaji Ulang Debit Banjir Rencana Sungai-Batang Kuranji

    Terhadap Daerah Korong Gadang Kota Padang. Tesis. Program

    Pascasarjana Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Bandung.

    Dewirina, (2007).  Persepsi Masyarakat Terhadap Cagar Alam Rimbo Panti.Tesis.Program Pascasarjana. Universitas Andalas. Padang.

    Elizabeth, R. (2006). Revitalisasi Ketenagakerjaan dan Kesempatan Kerja Terkait

    Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Pusat

    Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

    Elsera, M. (31 Januari 2011).  Implikasi Etos Kerja Petani di Era Modernisasi.

    Artikel Ekonomi. www.padangtoday.com

    Faizah, N. L., (2007).  Alih Fungsi Tanah Pertanian Menjadi Tanah Non

     Pertanian (Studi Komparatif Indonesia dan Amerika Serikat). Fakultas

    Hukum UGM. Yogyakarta.

    Giyarsih, S., (2007).Gejala Urban Sprawl Sebagai Pemicu Proses Densifikasi

     Permukiman Di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area).Kasus

     Pinggiran Kota Yogyakarta. Jurnal Perencanaan Pembangunan Volume 5.

    Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

  • 8/17/2019 ARTIKEL-ISI.pdf

    17/17

    17

    Harian Singgalang (2010).  Revisi RTRW. 2.900 Hektar Lahan Pertanian Bakal

     Dihapus. Padang, Singgalang. 14 Agustus 2010.

    Harian Singgalang (2011).  Nasib Petani Kian tergerus. Padang, Singgalang. 4

    Mei 2011.

    Hermon.D., (2009).  Dinamika Permukiman dan Arahan Kebijakan

     Pengembangan Permukiman pada Kawasan Rawan Bencana Longsor di

     Kota Padang Sumatera Barat. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB.

    Bogor.

    Ilham, Syaukat, Friyatno, (2000).  Perkembangan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah serta Dampak Ekonominya. Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian dan Departemen

    Ilmu-Ilmu Sosial Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

    Irawan, B. dan S. Friyatno.2002.  Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa

    Terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya.  Jurnal Sosial-

    Ekonomi Pertanian dan Agribisnis SOCA: Vol.2 No.2 : 79 – 95. Fakultas

    Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.

    Iswandi, U., (2009). Dampak Konversi Lahan Pertanian Menjadi Non Pertanian

    Terhadap Lingkungan Di Kota Padang .Thesis. Program Studi Ilmu

    Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

    Miarso.Y., (2005). Landasan Berfikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian

     Kualitatif. Jurnal Pendidikan Penabur. No. 5/Th.IV/Desember 2005: 61-71

     Nasution. Z. Konflik dan Lunturnya Solidaritas Sosial Masyarakat Desa Transisi.

    (2010). http://berkarya.um.ac.id

     Nazarudin, Nazris., (2005).  Analisis Tata Ruang Daerah Aliran Sungai BAtang

     Kuranji Yang Mempengaruhi Kualitas dan Kuantitas Air PDAM Kota

     Padang. Tesis Program Studi Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana

    Universitas Andalas. Padang.

     Nicolai V. Kuminoff, Alvin D. Sokolow and Daniel A. Sumner (2001). Farmland

    Conversion: Perceptions and Realities. Agricultural Issues Center. AIC

    Issues Brief. Number 16. May 2001. University of California.