12
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah memberikan kehidupan, hikmat dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ASFIKSIA” Makalah ini terlaksana tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, arahan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung . leh karena itu dal kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada ! Ibu Sri sis"ati selaku pembimbing . Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik it dalam segi tata bahasa maupun isinya. #ntuk kritik dan saran yang si$atnya membangaun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih dan harapan kami sebagai penulis agar kiranya makalah ini bermam$aat sebagai penyusunan makalah selanjutnya dan bagi mereka yang membaca makalah ini terimakasih. Medan, %& Maret '(%%

ASFIKSIA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pielonefritis

Citation preview

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis ucapkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah memberikan kehidupan, hikmat dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ASFIKSIAMakalah ini terlaksana tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, arahan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung . oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : Ibu Sri siswati selaku pembimbing .Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik itu dalam segi tata bahasa maupun isinya. Untuk kritik dan saran yang sifatnya membangaun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih dan harapan kami sebagai penulis agar kiranya makalah ini bermamfaat sebagai penyusunan makalah selanjutnya dan bagi mereka yang membaca makalah ini terimakasih.

Medan, 19 Maret 2011

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..iDAFTAR ISI .iiBAB I : LANDASAN TEORITIS ..1A. Defenisi .1B. Patofisiologi.1C. Etiologi..3D. Tanda Dan Gejala...4E. Penatalaksanaan4F. Pemeriksaan Diagnostik..5

BAB II : ASUHAN KEPERAWATAN.61. Pengkajian..62. Diagnosa Keperawatan73. Intervensi Dan Rasional.7

DAFTAR PUSTAKA8

BAB 1LANDASAN TEORITISA. DEFENISI

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapniadan berakhir dengan asidosis ( Ilmu kesehatan anak, FK UI hal 1072).Asfiksia neonatum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan maningkat CO2 menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut ( Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti hal 249).Haupt (1971) memeperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi. Asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir.Penyelidikan patologi anatomis menunjukkan nekrosis berat dan difus pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa sekuele neurologis sering ditemukan pada penderita asfiksia berat. Keadaan ini sangat menghambat pertumbuhan fisis dan mental bayi di kemudian hari.

B. PATOFISIOLOGI

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan atau persalinan, akan terjadi asfeksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat refersibel atau tidak bergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.Keadan asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia noenatorum dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau dapat terjadi setelah lahir.Maclaurin (1970) menggambarkan secara skematis perubahan yang penting didalam tubuh srlama prose asfiksia disertai hubungan dengan gambaran klinis secara sederhana disimpulkan keadankeadan pada asfiksia yang perlu mendapatkan perhatian sebaiknya yaitu: 1. Menurunnya tekanan O2 pada darah (PaO2) 2. Meningginya tekanan CO2 darah (PaCO2)3. Menurunnya (akibat asidosis respiratoris dan metabolik)4. Dipakainya sumber glikogen tubuh untuk metabolism anaerobic5. Terjadinya perubahan sisitem kardiovaskuler

Mengenal dengan tepat perubahan tersebut diatas sangat penting, karena hal ini merupakan manifestasi dari pada tingakat asfiksia yang terjadi. Tindakan yang dilakukan pada bayi asfiksia hanya akan berhasill dengan baik bila perubahan yang terjadi dapat dikoreksi secara adekuat dalam praktek, menentukan tingakat asfiksia bayi dengan tepat membutuhkan pengalaman dan obserfasi klinis yang cukup pada tahun 50an digunakan kriteria breahing time dan crying time untuk menilai keadan pada bayi. Criteria ini kemudian ditinggalkan, karena tidak ada memberika informasi yang tepat pada keadaan tertentu (apgar, ). Viginia apgar, (1953,1958) mengusulkan beberapa kriteri klinis untuk menentukan keadaan bayi baru lahir. kriteria ini ternyata berguna karena berhiubungan erat dengan keseimbanga asam basa pada bayi ( drage dan berendes, 1966). Disamping ini dapat pula memberikan gambaran beratnya kardivaskuler yang ditemukan. Penilaian secara apgar ini juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan mortalitas dan morbilitas bayi baru lahir ( drage 1964) car ini dianggap yang paling ideal dan telah banyak digunakan dimana- mana patokan klinis yang dinilai adalah : 1. Menghitung frekuensi jantung 2. Melihat usah bernafas3. Menilai tonus otot4. Menilai reflex rangsangan 5. Memperhatiakan warna kulit setiap criteria diberi angka tertentu dan penilaian sekarang lajim disebut apgar skor. Skor apgar ini biasanya dinilai satu menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu pada saat bayi telah diberi lingkungan yang baik serta telah dilakukan penghisapan lendir dengan sempurna skor apgar satu menit ini menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan baik sekali sebagai pedoman menentuka resusitasi. Skor apgar perlu juga dinilai setelah lima menit bayi lahir, karena hal ini mempunyai korolasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas neonatal (drage, 1966).

C. ETIOLOGIPengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau nionatus gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera lahir.Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan, persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk kesalamatan bayi. Chamberlain (1970) mengemukakan bahwa asfiksia yang mungkin timbul dalam masa kehamilan dapat diatasi atau dicegah dengan melakukan pengawasan antenatal yang adekuat dan melakukan koreksi sedini mungkin terhadap setiap kelainan yang terjadi. Selanjutnya dikemukakan bahwa penghentian kehamilan dapat dipikirkan bila kelainan yang timbul tidak dapat diatasi dan keadaan bayi telah mengijinkan. Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hamper selalu disertai anoksia atau hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus. Towel (1966) mengajukan penggolon penyebab kegagal pernapasan pada bayi yang terdiri dari :

Bebarapa faktor yang dapat menimbulkan gawat janin asfiksia :1. Gangguan sirkulasi menuju janin, menyebabkan adanya gangguan aliran pada tali pusat seperti: lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu , pengaruh obat, karena narkoba saat persalinan.2. Faktor ibu, misalnya gangguan his: tetania uteri hipertoni, turunnya tekanan darah dapat mendadak: pendarahan pada plasenta frevia dan solusio plasenta, vaso kontriksi arterial: hipertensi pada kehamilan dan gestosis preeklamsia-eklampsia, gangguan pertukaran nutris/o2 : solusio plasenta 3. Faktor plasenta: pertukaran antara ibu dengan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi flasenta. Asfiksia janin akan terjadibila terdapat gangguan mendadak pada flasenta, misalnya solusi flasenta, pendarahan flasenta.4. Faktor fetus : kompresi umbilicus akan mengakibatkan tergangunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.5. Faktor neonatus : depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu a. Pemakaian obat anastesia/ analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pernafasan janin b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intracranial c. Kelaina congenital pada bayi misalnya hemiadiafragmatika, astresia/stenosis saluran pernapasan, hipoplaksia paru dan lain-lain.

D. TANDA DAN GEJALA1.Tidak bernafas atau bernafas megap-megap2.Warna kulit kebiruan3.Kejang4.Penurunan kesadaran

E. PENATALAKSANAN

1. Tindakan umum Bersihkan jalan nafas : kepal bayi diletakkan lebih rendah agar lender mudah mengalir, bila perlu digunakan larinycoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.

Rangsang reflek pernafasan: dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatakan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles, mempertahankan suhu tubuh.

2. Tindakan khususPada kasus asfiksia berat : berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal.

Pada kasus asfiksia ringan : pasang relkiek pernapasan ( hisap lendir, rangsang nyeri ) selama 30-60 detik.

3. Langkah langkah resusitasi pada asfiksiaa. Lakukan penilain: apakah BBL bernafas atau menagis?, apakah cairan berwarna hijau, b. Jika bayi tidak bernafas atau mengalami kesulitan bernafas, maka lakukan langkah awal : cegah kehilangan panas dengan meletakkan pada ytempat yang kering dan hangat, c. Jika bayi bernafas dengan baik, maka lakukan asuhan normal BBL : keringkan dan hangatkan, kontak kulit ibu ke kulit bayi, berikan inisiasi menyusu dini.d. Jika bayi tidak bernafas normal atau megap-megap, maka lakukan resusitasi dengan fentilasi positif memakai balon dan sungkup e. Jika bayi bernafas dengan baik nafas normal, 30-60 x/ menit, tidak ada cekung dada, maka lakukan asuhan normal BBL : keringkan hangatkan, kontak kulit ibu ke kulit bayi, lakukan inisiasi menyusu dini. f. Jika bayi tidak bernafas setelah 20 menit: hentikan resusitasi, beri dukungan pada ibu dan keluarga

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Untuk menentukan diagnosis bayi yang mengalami asfiksia antara lain: pemeriksaan darah kadar as. Laktat. Kadar bilirubin, kadar PaO2, PH: pemeriksaan fungsi paru, pereksian kardivaskuler, gambaran patologi.

BAB IIASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN ( Ilmu Kesehatan Anak, FK UI hal 199 )

Pengkajian yang di dapatkan pada asfiksia fiksia neonatorum adalah sebagai berikut:1. Adanya perrnafasan yang cepat 2. Pernafasan cuffing hidung3. Sianosis4. nadsis5. nadi cepat6. reflek lemah7. warna kulit biru atau pucatpenilaian afgar scor menunjukan adaya asfiksia separti asfiksia ringan(7-10), asfiksia sedang (4-6) dafiksia berat ( 0-3). Tindakan resusistasi: 1. Asfiksia ringan ( apgar scor 7-10 )Caranya :a. Bayi di bungkus dengan kain hangat b. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian milit c. Bersihkan badan dan tali pusatd. Lakukan observasi tanda vital dan apgar scor dan masukan ke dalam.

2. Asfiksia Sedang ( apgar skor 4-6)Caranya:1. Bersihkan jalan nafas2. Berikan oksigen 2 liter per menit3. Rangsang pernafasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada reaksi, bantu pernafasan dengan melalui masker (ambubag).4. Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5 % sebanyak 6 cc. Dextrosa 40% sebanyak 4 cc disuntikkan melalui vena umbilicus secara berlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra cranial meningkat.

3. Asfiksia Berat (apgar skor 0-3)Caranya:1. Bersihkan jalan nafas sambil pompa melalui ambubag.2. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.3. Dan bila tidak berhasil lakukan ETT (Endo Trakial Tube)4. Bersihkan jalan nafas melalui ETT.5. Apabila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5 % sebanyak 6 cc dextrose 40 % sebanyak 4 cc.

2. DIAGNOSA1. Gangguan perfusi jarinigan berhubungan dengan adaya kemungkinan hipoveolemia, atau kematian jaringan 2. Intolerens aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem saraf pusat yang sangat terangsang 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dangan penyempitan arter pulmonal, peningkatan tahanan pembuluh darah di paru.

INTERVENSI1. Mempertahankan out put yang normal dengan cara mempertahankan input dan output2. Memonitor laboratorium urinelengkap3. Memonitor pemeriksaan darah

RASIONAL1. Agar dapat mengetahui jumlah cairan yang di butuhkan

INTERVENSI

1. Memonitor tanda-tanda vital 2. Memberikan bantal dan tempat tidur yang nyaman 3. Memberikan analgetik sesuai dengan kondisi RASIONAL1. Untuk mengetahui kelainan yang akan terjadi pada pasien2. Untuk mempercepat proses penyembuhan

INTERVENSI1. Mengkaji denyut nadi2. Memberikan oksigen yang ade kuat3. Melakukan monitoring sistem jantung

DAFTAR PUSTAKA, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 3, Infomedika,Jakarta.A.Aziz Alimul Hidayat, 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Salemba Medika, Jakarata.Ai Yeyeh Rukiah dan Lia Yuilianti, 2010, Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita,Trans info Media, Jakarta.