36
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Alas kaki merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan aktivitas. Saat ini, alas kaki yang beredar di Indonesia memiliki bermacam-macam bentuk, merk, bahan, serta ukuran yang disesuaikan dengan penggunanya, misalnya alas kaki olahraga yang terbuat dari bahan yang lentur namun kuat sehingga nyaman saat digunakan. Dalam pemilihan alas kaki, terdapat bebrapa faktor penting yang dipertimbangkan yakni tampilan, harga, warna, serta kenyamanan. Namun demikian, faktor yang paling signifikan dalam pemilihan alas kaki adalah kenyamanan dan ketepatan ukuran sebab ukuran yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya rasa kurang nyaman, bahkan dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan rasa sakit pada kaki. Kedua aspek tersebut dapat dicapai dengan pengukuran dimensi antropometri yang akurat serta efisien (Kos dan Duhovnik, 2002) Standar ukuran alas kaki yang sering dipakai di Indonesia adalah Paris Stick, dimana sistem ukuran ini juga dipakai hampir diseluruh dunia (Wardayati, 2013). Selain sistem Paris Stick, beberapa sistem ukuran alas

asgun1

Embed Size (px)

Citation preview

4

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang MasalahAlas kaki merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan aktivitas. Saat ini, alas kaki yang beredar di Indonesia memiliki bermacam-macam bentuk, merk, bahan, serta ukuran yang disesuaikan dengan penggunanya, misalnya alas kaki olahraga yang terbuat dari bahan yang lentur namun kuat sehingga nyaman saat digunakan. Dalam pemilihan alas kaki, terdapat bebrapa faktor penting yang dipertimbangkan yakni tampilan, harga, warna, serta kenyamanan. Namun demikian, faktor yang paling signifikan dalam pemilihan alas kaki adalah kenyamanan dan ketepatan ukuran sebab ukuran yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya rasa kurang nyaman, bahkan dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan rasa sakit pada kaki. Kedua aspek tersebut dapat dicapai dengan pengukuran dimensi antropometri yang akurat serta efisien (Kos dan Duhovnik, 2002)Standar ukuran alas kaki yang sering dipakai di Indonesia adalah Paris Stick, dimana sistem ukuran ini juga dipakai hampir diseluruh dunia (Wardayati, 2013). Selain sistem Paris Stick, beberapa sistem ukuran alas kaki yang dipakai di Indonesia adalah sistem UK, US, serta Mondopoint yang menjadi Standar Nasional Indonesia (bsn.go.id, 2013). Semua sistem ukuran tersebut bukan ditujukan untuk populasi penduduk Indonesia sehingga besar kemungkinan tidak tepat apabila diterapkan untuk penduduk Indonesia. Selain itu, sistem yang ada pada umumnya mempertimbangkan dimensi panjang kaki, hanya sedikit sistem ukuran yang mempertimbangkan lebar kaki padahal dimensi yang perlu diperhatikan tidak hanya panjang dan lebar kaki saja, tetapi juga kontur kaki (Goonetillekc dkk., 2000). Dimensi kaki biasanya diukur secara konvesional menggunakan alat-alat seprti measuring tape, calipers, measuring boards, dan penggaris. Semua alat ukur ini mudah digunakan serta murah. Akan tetapi meiliki kekurangan yakni belum mampu menggambarkan kontur kaki secara utuh. Selain itu keakuratan pengukuran manual rendah karena anatomi yang kompleks serta terdapat lekukan-lekukan pada telapak serta jari kaki (Taha dkk., 2014). Oleh sebab itu, repeatabilitas pengukuran manual buruk serta kinerja pengukuran tiap orang akan menghasilkan variansi yang besar (Yu dkk., 2013). Untuk mengatasi masalah tesebut diperlukan sistem pengukuran yang tepat dimana selain mampu mengukur panjang dan lebar kaki, juga mampu menggambarkan kontur kaki secara keseluruhan. Metode pemindaian tiga dimensi (3D scanning) mampu memperoleh data antropometri bagian tubuh manusia (Rochini dkk., 2001) merupakan alternatif yang tepat dalam memenuhi kebutuhan pengukuran yang menyeluruh, valid dan reliabel.Saat ini, pemindaian secara tiga dimensi dapat dilakukan dengan beberapa alat yakni Cyberware WB4, Cyberware Model 15, Digibot II, Applied Research Hand-Held Scanner, Autoscan (Borghese dkk., 1998) serta Kinect. Akan tetapi dari keenam alat tersebut yang memiliki harga paling terjangkau adalah Kinect. Kinect merupakan suatu alat pendeteksi sensor yang pada umumnya digunakan dalam game, akan tetapi sejalan dengan perkembangan teknologi, Kinect dapat dimanfaatkan sebagai sensor input tiga dimensi (3D). Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan optimasi parameter pengukuran antropometri kaki berbasis 3D scanning.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah menguji validitas serta reliabilitas pengukuran antropometri kaki menggunakan 3D scanner serta melakukan optimasi pengukuran secara tiga dimensi berbasis 3D scanning.

1.3. Asumsi dan Batasan MasalahAsumsi dan batasan masalah pada penelitian ini yakni sebagai berikut:1. Pengukuran dilakukan hanya pada dimensi tubuh bagian telapak kaki sebanyak 7 (tujuh) variabel yang diukur, yakni foot length (panjang kaki), forefoot width (lebar kaki), forefoot girth (lingkar kaki), heel width (lebar tumit), height of the highest toe (tebal jari), height of the external ankle (tinggi mata kaki) serta height of the achilles insertion in calcaneus.2. Kaki yang digunakan sebagai subjek pengukuran merupakan kaki sebelah kanan.3. Subjek pengukuran semua bertangan kanan (right-handed) atau bukan kidal.4. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali untuk masing-masing responden, pertama pengukuran manual, kedua pengukuran dengan menggunakan 3D scanner.5. Pengukuran manual dianggap valid dan reliabel karena sebagai pembanding untuk pengukuran dengan menggunakan 3D scanner.

1.4. Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui validitas dan reliabilitas pengukuran antropomtri kaki ssecara 3D.2. Mengatahui faktor apa saja yang mempengaruhi pengukuran antropometri kaki menggunakan 3D Scanner.3. Mengetahui interaksi faktor manakah yang memberikan hasil pengukuran yang paling valid dan reliabel.4. Merancang sistem pengukuran antropometri menggunakan 3D scanner yang baik dan benar.

1.5. Manfaat PenelitianDari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah metode baru dalam pengukuran antropometri yang hasil pengukurannya valid serta reliabel, serta menghasilkan model dalam bentuk 3D yang dapat menampilkan bentuk kontur kaki sebagai pertimbangan pembuatan produk, salah satunya adalah alas kaki yang ergonomis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Dewasa ini, konsumen memilih alas kaki hanya berdasarkan pada panjang dan lebar kaki, namun diketahui bahwa bentuk tiga dimensi kaki mampu membantu pencocokan alas kaki yang baik (Nacher dkk., 2014). Namun permasalahnnya adalah pembuatan model kaki tiga dimensi akan sulit dilakukan apabila mengandalkan pengukuran secara manual. Hal ini mampu diatasi dengan memanfaatkan pemindaian secara tiga dimensi (3D scanning).Penelitian mengenai 3D telah dilakukan oleh Borghese (1998) yakni merancang sistem pemindaian tiga dimensi dimana alat yang digunakan adalah Auotoscan. Penelitian ini berdasar pada kekurangan alat 3D scanner terdahulu yakni Cyberware yang masih memiliki kekurangan yakni keterbatasan pengunaan alat pada objek yang besar serta terbatasnya jangkauan dalam memindai. Oleh karena itu diciptakanlah alat 3D scanner yang portable serta mampu mengkombinasikan fleksibilitas dan akurasi. Auotoscan ini terdiri dari laser pointer, sepasang kamera video, real time image processor (Elite system) serta computer. Keterbatasan alat ini adalah sudut antara dua kamera video paling tidak sebesar 60 derajat untuk menjamin akurasi yang tinggi pada data 3D. Dalam pemindaian wajah, diperlukan bidang panjang sebesar 0,5m x 0,5m, dimana kamera video diatur menggunakan lensa macro-zoom, diletakkan secara vertical 0,5m dari lantai dan kamera lainnya 1,5m dari atas, sejauh 1,2 m dari kamera. Kekurangan pada Autoscan ini adalah waktu pemindaian sebesar 100 titik perdetik serta beban total yang besar, yakni memiliki berat total 15 kg (termasuk Elite system dan kamera). Sedangkan Taha dkk. (2014) merancang sistem pengukuran kaki secara tiga dimensi menggunakan sensor Kinect sebagai alat untuk mengukur antropometri kaki. Dengan memutar scanner mengelilingi kaki subjek sebesar 3600, akan didapatkan gambar yang sempurna. Penggunaan hand-held scanner tidak digunakan dalam penelitian ini mengingat getaran yang disebabkan oleh tangan sebagai akibat dari kelelahan otot, radius scanning yang tidak konsisten atau jarak minimum antara obyek dan sensor selama proses scanning. Oleh karena itu untuk menghindari permasalah tersebut, maka dibuat sebuah rig yang mampu berputar secara otomatis. Rig tersebut dibuat dari papan segitiga dengan tiga buah roda di tiap sudutnya. Diatas rig ini kemudian diletakkan Kinect sebagai perangkat input sehingga Kinect bias bergerak bebas mengelilingi subjek ukur dengan tidak melupakan kekonsistenan putarannya. Proses pemindaian memerlukan waktu selama 30 detik untuk proses scanning kaki. Kemudian gambar hasil pemindaian diproses untuk menghasilkan model watertight 3D dan diubah kedalam format STL. File ini lalu di-import ke software CAD untuk diukur. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa low cost 3D scanner terbukti akurat dalam pengukuran antropometri kaki manusia.

Gambar 2.1 Rig papan peletakan Kinect (Taha dkk., 2014)

Penelitian lain yang memanfaatkan Kinect yakni mengenai scanning 3D seluruh tubuh manusia (Tong dkk., 2012). Pada penelitian ini menggunakan tiga buah Kinect untuk menghindari interference phenomena, dimana Kinect pertama digunakan untuk mengambil gambar pada tubuh bagian atas, Kinect kedua untuk tubuh bagian bawah, serta Kinect ketiga untuk pengambilan gambar tubuh bagian tengah dari arah yang berlawanan yang akan diperoleh hasil dalam waktu yang singkat serta dengan biaya yang rendah.Saat ini banyak penelitian mengenai pengukuran antropometri dengan berbasis 3D. Salah satunya adalah penelitian mengenai analisis akomodasi helm (Meunier dkk., 2000). Cara pengukuran dilakukan dengan 3D laser scanning yakni Cyberware 3030 RGB scanner, dimana pemilihan alat ini berdasar pada kemampuannya dalam menggambarkan kondisi kepala. Selain 3D scanner, juga digunakan beberapa alat yaitu Shapeanalysis (software dari Beecher Research Company) yang berfungsi mengabungkan file. Selain pengukuran secara 3D, juga dilakukan pengukuran secara manual untuk mengetahui perbandingan di antara kedua cara tersebut yang mendapatkan hasil bahwa perbedaan signifikan ditemukan sebanyak 6 dari 13 titik.

Tabel 2.1 Tabel Peta PenelitianAlat yang digunakanTujuan Penelitian

ScanningAntropometri

KinectTaha dkk., 20141Tong dkk., 20123

CyberwareMeunier dkk., 20002

AutoscanBorghese dkk., 19982

FastScanNacher dkk., 20141

CT ScanNiu dkk., 20092

IEEE 1394 CameraCoudert dkk., 20141

Keterangan :1 Objek: Kaki2 Objek: Kepala3 Objek: Seluruh Tubuh

Berdasarkan tabel 2.1 mengenai ringkasan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyadari bahwa pembuatan sistem pengukuran antropometri kaki berbasis Kinect belum dilakukan secara mendetail serta sebatas perbandingan dengan pengukuran manual. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai optimasi faktor apa saja yang mempengaruhi hasil pengukuran antropometri kaki secara 3D scanning sehingga mendapatkan hasil pengukuran yang valid dan reliabel.

BAB IIILANDASAN TEORI

3.1. AntropometriKata antropometri secara harfiah berarti pengukuran tubuh manusia yang berasal dari bahasa Yunani, yakni anthropos yang berarti manusia dan metron yang berarti ukuran. Antropometri merupakan cabang dari ilmu ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran tubuh, terutama pengukuran ukuran tubuh, bentuk, kekuatan serta kapasitas kerja (Pheasant, S., 2003). Data antropometri digunakan dalam ergonomi untuk menentukan dimensi fisik dari ruang kerja, peralatan, perabot dan pakaian sehingga fit the task to the man (Grandjean, 1980). Data antropometri sendiri bisa mendapatkan hasil yang bebeda antara satu populasi dengan populasi lainnya dimana dipengaruhi oleh beberap faktor. Faktor tersebut adalah:a. Keacakan/Random. Meskipun data kelompok populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku, bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih aka nada perbedaan signifikan antara berbagai macam masyarakat.b. Jenis Kelamin. Secara distribusi statistik ada perbedaan signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita, oleh karena itu data antropometri untuk keduanya selalu disajikan terpisah.c. Suku Bangsa. Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa menjadi penting karena meningkatnya jumlah migrasi dari satu negara ke negara lainnya.d. Usia. Hal ini jelas berpengaruh karena antropometri anak-anak akan berbeda dengan orang dewasa.e. Jenis Pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan membutuhkan adanya persyaratan tertentu dalam seleksi karyawan/staff.f. Pakaian. Bervariasinya jenis pakaian karena beragamnya iklim yang berada di satu tempat berbeda dengan tempat lainnya.g. Faktor Kehamilan pada Wanita. Faktor ini berpengaruh saat berkaitan dengan perancangan produk dan analisis perancangan kerja.h. Cacat Tubuh Secara Fisik. Orang yang memiliki kekurangan fisik pada tubuhnya membutuhkan penanganan yang berbeda saat mendesain suatu fasilitas umum.

3.2. Pengukuran AntropometriCara pengukuran antropometri terbagi menjadi dua, yakni pengukuran secara langsung (konvensional) serta pengukuran secara tidak langsung (digital). Dalam pengukuran secara konvensional, diperlukan alat pengukuran antropometri yakni:1. Kursi antropometri2. Meter tape3. Kaliper4. Timbangan berat badan5. Stadiometer6. Penggaris7. Sliding caliper8. Spreading caliper9. Skinfold caliper10. Segmometer (Pulat, 1992)Kemudian untuk pengukuran antropometri secara digital, terbagi menjadi dua cara yakni pengukuran secara dua dimensi dan tiga dimensi. Untuk pengukuran secara dua dimensi menggunakan metode fotografi yang memerlukan alat berupa kamera serta papan/tiang kalibrasi untuk perbandingan ukurannya. Sedangkan pada pengukuran secara tiga dimensi, digunakan alat berupa 3D scanner, dimana terdapat berbagai macam merk dan jenis, diantaranya menggunakan 3D laser scanner, YETI, bahkan dengan Kinect sekalipun.Baik pengukuran dengan menggunakan metode konvensional maupun dengan metode digital memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dari pengukuran konvensional adalah mudah diterapkan karena menggunakan alat yang mudah ditemui serta berbiaya relatif rendah, sedangkan kekurangannya adalah penggunaan waktu yang tidak efisien serta membutuhkan banyak tenaga.Sedangkan kelebihan dari pengukuran secara digital adalah penggunaan waktu yang cepat serta tenaga yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan pengukuran konvensional. Namun metode ini juga memiliki kekurangannya yakni membutuhkan alat khusus sehingga tidak mudah diterapkan. Dalam pengukuran antropometri ini, dipilih sembilan dimensi yang akan diukur yakni:1. Foot lengthPanjang kaki, diukur dari ujung jari yang paling panjang hingga ujung tumit2. Forefoot widthLebar kaki yang merupakan jarak dari tulang pangkal ibu jari s.d. tulang pangkal jari kelingking3. Forefoot girthKeliling lingkaran kaki yang diukur dari titik tulang pangkal ibu jari melewati tulang pangkal jari keliling sampai kembali ke titik tulang pangkal ibu jari.4. Heel widthJarak horizontal/lebar tumit kaki5. Height of the highest toeJarak vertikal dari permukaan lantai s.d. permukaan kuku dari jari yang tertinggi6. Height of the external ankleJarak vertikal dari permukaan lantai s.d. tulang mata kaki7. Height of the Achilles insertion in CalcaneusJarak vertical dari permukaan lantai s.d. lekukan bagian Achilles.

Gambar 3.1 Dimensi Ukur Antropometri Kaki (Ncher dkk., 2014)

3.3. 3D ScanningBanyak aplikasi gambar computer seperti animasi, permainan computer human computer interaction, dan virtual reality yang membutuhkan model 3D nyata dari tubuh manusia (Tong dkk., 2012). Dengan menggunakan teknologi pemindaian tiga dimensi (3D scanning), misalnya structured light atau laser scan, model manusia yang detil bisa diciptakan (Allen dkk., 2003). Alat yang berfungsi untuk memindai objek kemudian menggambarkannya dalam bentuk tiga dimensi kita sebut sebagai 3D scanner. Dari pandangan pengguna, 3D scanner merupakan alat untuk menggabungkan koordinat 3D area dari permukaan objek yang bekerja:a. Secara otomatis dan sistematisb. High rate (ratusan atau ribuan titik perdetik)c. Mendapatkan hasil (misalnya koordinat 3D) secara cepat.Dalam aktivitas sehari-hari, 3D scanner digunakan untuk bermacam-macam aplikasi, diantaranya adalah:a. Secara tetap dalam posisi yang tidak berubah-ubah (misalnya pada lini produksi untuk quality control)b. Mobile system pada tripo untuk aplikasi jangkauan dekat hingga menegah, sertac. Airbone system untuk aplikasi topografi (Boehler dan Marbs, 2014)Saat ini terdapat bermacam-macam alat untuk memindai secara tiga dimensi (3D scanner), misalnya Cyberware WB4, Cyberware Model 15, Digibot II, Applied Research Hand-Held Scanner, Autoscan (Borghese dkk., 1998). Namun kelima alat tersebut memiliki kelemahan dari segi biaya yang cenderung mahal (Taha, 2014), sebagai contoh harga dari Cyberware Whole Body Color 3D Scanner sebesar $240,000 (Tong, 2012). Selain kelima 3D scanner tersebut, terdapat sebuah alternatif 3D scanner yang memiliki harga relatif lebih murah yakni Kinect dengan harga sebesar $150.

3.4. Design of Experiment (DOE)Eksperimen merupakan sebuah tes atau rangkaian tes dimana perubahan terhadap variabel input atau faktor dari sistem dapat diamati dan diidentifikasi mengenai alasan perubahan pada respon keluaran. Montgomery (2003) mengemukakan bahwa teknik desain eksperimen berbasis statistik sangat berguna dalam dunia rekayasa untuk meningkatkan kinerja proses manufaktur. Teknik ini dapat memberikan efek berupa:1. Peningkatan hasil proses2. Mengurangi variabilitas dalam proses dan kesesuaian lebih dekat pada nilai target3. Mengurangi waktu pengembangan dan desain4. Mengurangi biaya operasiDalam desaign of experiment, terdapat beberapa konsep, yakni:1. Variabel dependen dan independenVariabel dependen merupakan variabel yang nilainya bergantung pada variabel lain sedangkan variabel independen merupakan variabel pendahulu atau dengan kata lain variabel yang tidak teroengaruh oleh variabel lain.2. Extranous varibleMerupakan variabel independen yang tidak berhubungan dengan tujuan penelitian, tapi mungkin bisa mempengaruhi variabel dependen.3. ControlMerupakan istilah teknis yang digunakan ketika kita merancang studi meminimalkan efek dari extranous variable. 4. Confounded relationshipKetika keadaan dimana saat variabel dependen tidak bebas dari pengaruh extranous variable, hubungan antara variabel dependen dan independen dikatakan confounded oleh extranous variable.5. TreatmentsMerupakan kondisi yang berbeda dimana grup kontrol dan eksperimetal berada.6. EksperimenMerupakan proses menguji kebenaran hipotesis statistik yang berkaitan dengan beberapa masalah penelitian, yang dikenal sebagai percobaan.Dalam ekperimen, terdapat beberapa strategi, yakni:1. Best guess approachMerupakan eksperimen dengan dasar trial and error, dimana tidak bisa menjamin bahwa hasil eksperimen merupakan solusi terbaik yang diperoleh.2. One factor at a timeStrategi ini tidak efisien karena memerlukan banyak tes dan tidak mepertimbangkan adanya kemungkinan interaksi antar faktor sehingga bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengan kondisi aktualnya.3. Factorial approachMerupakan strategi yang lebih baik dari dua strategi sebelumnya, sebab strategi ini mempertimbangkan adanya interaksi antar faktor sehingga bisa mendapatkan hasil yang mendekati kondisi aktual.

3.5. Uji ValiditasValiditas merupakan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sedangkan uji validitas menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrument untuk mengukur apa yang harus diukur. Jadi validitas suatu instrument berhubungan dengan tingkat akurasi dari suatu alat mengukur apa yang akan diukur. Validitas sendiri terbagi menjadi tiga yakni validitas isi, construct dan kriteria. Validitas isi terbagi lagi menjadi validitas muka dan logika, validitas construct terbagi menjadi validitas metode multivariate dan faktorial serta validitas kriteria terbagi menjadi validitas prdiktif dan konkuren. Untuk uji validitas construct digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut:

Keterangan:rxy adalah koefisien korelasi antara variable X dan variable Yxi adalah nilai data ke-i untuk kelompok variable Xyi adalah nilai data ke-i untuk kelompok variable Yn adalah banyak data

3.6. Uji ReliabilitasReliabilitas adalah sejauh mana hasil yang konsisten dari waktu ke waktu dan representasi akurat dari total populasi yang diteliti. Atau dengan kata lain bahwa reliabilitas merupakan tingkat ketetapan suatu instrument mengukur apa yang harus diukur. Ada beberapa teknik reliabilitas yang termasuk ke dalam prosedur konsistensi internal diantaranya banyak digunakan adalah teknik belah dua (split-half), Kuder-Richardson 20, Kuder-Richardson 21 serta Alpha Cronbach. Berikut rumus Alpha Cronbach:

Keterangan:r11 adalah indeks reliabilitas instrumentn adalah banyaknya butir instrumentsi2 adalah variansi butir ke-ist2 adalah variansi total3.7. Two Level Factorial DesignsDalam penelitian ini digunakan desain faktorial dua level, yakni suatu rancangan faktorial yang tediri dari k faktor, dimana tiap faktor terbagi menjadi dua level yaitu level rendah (-) dan level tinggi (+). Pada umumnya desain faktorial ini kita sebut sebagai desain faktorial 2k dimana k merupakan jumlah faktor atau variabel independen. Penelitian ini akan menggunakan tiga buah faktor (variable independen) yakni faktor A, B, serta C sehingga total treatment sebanyak 23 terdapat 8 treatment. Dengan begitu, setiap responden akan diukur secara tiga dimensi menggunakan 3D scanner sebanyak 8 kali.

3.8. Multivariate Analysis of Variance (MANOVA)MANOVA merupakan perluasan dari ANOVA dimana pada ANOVA menggunakan satu variabel dependen sedangkan pada MANOVA jumlah dependen variabel yang dihitung lebih dari satu. ANOVA dan MANOVA dinyatakan dalam bentuk umum berikut ini (Hair Jr., 2010)

Analysis of Variance

(metric)(nonmetric)

Multivariate Analysis of Variance

(metric)(nonmetric)

Selain mampu menganalisis variansi multi dependen variabel, MANOVA juga memiliki kelebihan lain yakni memperoleh statistical power yang lebih besar dibanding dengan ANOVA saat jumlah variable dependen sama dengan atau kurang dari lima. Sama seperti ANOVA, dalam MANOVA juga terdapat beberapa sel yang merupakan bentuk dari kombinasi variable independen. Jumlah sampel di tiap sel tersebut harus lebih besar dari jumlah variable dependen dimana direkomendasikan adalah sebesar 20 observasi per sel dan jumlahnya sama di tiap selnya.Sedangkan menurut Lauter, J. (1978) ukuran sampel akan berbeda tergantung pada jumlah grup serta variable dependen yang akan ditampilkan dalam table 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Ukuran sampel yang dibutuhkan per grup untuk mencapai statistical power lebih dari 0,80 dalam MANOVAJumlah Grup

345

Jumlah Variabel DependenJumlah Variabel DependenJumlah Variabel Dependen

Effect size246824682468

Very Large131618211418212316212427

Large263338422937444634445258

Medium4456667250647484607690100

Small98125145160115145165185135170200230

BAB IVMETODE PENELITIAN

4.1. Objek PenelitianObjek dalam penelitian ini adalah pengukuran antropometri kaki dengan subjek sebanyak 15 orang wanita kisaran umur 19-23 tahun dengan ukuran kaki 37.

4.2. Alat PenelitianAlat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:1. 3D scanner sebagai piranti input 3D scanning antropometri kaki.2. Software Skanect3. Software MeshLab4. Software SPSS 165. Software Microsoft Excel6. Jangka Sorong7. Penggaris8. Meteran baju9. 3 Buah Roda10. Papan Akrilik Peletakan 3D scanner11. Papan Akrilik Penyangga Kaki12. Motor brusless

4.3. Metode Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan melalui dua cara, yakni sebagai berikut:1. Studi PustakaPengumpulan data melalui studi pustaka untuk melakukan kajian terhadap penelitian sebelumnya sebagai gambaran awal mengenai latar belakang, metode dan parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini. 2. EksperimenSebelum dilakukan eksperimen, terlebih dahulu menentukan faktor apa saja yang mungkin berpengaruh, berapa level yang akan digunakan dalam tiap faktor, jumlah run percobaan, jumlah responden (sampel) yang diambil, parameter yang diukur. Untuk setiap treatment akan dilakukan replikasi sebanyak 3 kali dengan tujuan repeatability untuk mengestimasi kesalahan eksperimental, meningkatkan kepresisian, serta menghindari nilai degree of freedon (DoF) sebesar 0 (nol) saat melakukan uji ANOVA (untuk distribusi normal) atau Kruskal-Wallis Test (untuk distribusi non normal/ metode non parametrik)

4.4. Tahapan dan Diagram Alir PenelitianTahapan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Studi Pustaka dan Studi PendahuluanStudi pustaka dilakukan untuk mengetahui hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian saat ini, dimana hasil studi pustaka tersebut bisa digunakan sebagai medium level dalam pembuatan DOE. Sedangkan studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui secara umum parameter apa saja yang mempengaruhi proses 3D scanning sehingga bisa dijadikan sebagai faktor dalam penyusunan DOE.2. Menentukan Variabel IndependenDari hasil studi pendahuluan akan diketahui berbagai variabel independen yang mempengaruhi proses pengukuran dimensi telapak kaki secara tiga dimensi kemudian untuk lebih memfokuskan objek penelitian, maka akan digunakan variabel independen yang dianggap paling berpengaruh terhadap hasil dari proses 3D scanning dimensi telapak kaki tersebut, yakni jarak 3D scanner dengan kaki sebagai simbu (jari-jari), tinggi 3D scanner, tinggi alas kaki, serta kecepatan rotasi 3D scanner. Dalam penelitian ini, variabel independen kita sebut sebagai faktor.3. Menentukan Variabel DependenVariabel dependen berfungsi sebagai parameter yang akan diukur. Dalam penelitian ini, variabel dependen kita sebut sebagai parameter. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai pengukuran pada dimensi telapak kaki.4. Melakukan Design of Experiment (DOE)Setelah mengetahui variabel yang akan digunakan, maka selanjutnya disusun desain eksperimennya, yang meliputi faktor (variabel independen), level dan jumlah replikasi. Level yang akan digunakan untuk masing-masing faktor adalah 3 yakni low, medium dan high, sedangkan jumlah replikasi sebanyak 3 kali untuk setiap kombinasi yang ada. Jika faktor, level dan replikasi sudah ditentukan, maka selanjutnya membuat kombinasi berdasarkan faktor dan level tersebut.5. Mengukur dimensi telapak kaki secara manual.Setelah dilakukan pengukuran secara manual, perlu dihitung nilai rata-rata dari tiap dimensi pengukuran. Kemudian diuji apakah hasil pengukuran tersebut reliabel serta valid. Jika hasilnya belum reliabel dan valid, maka perlu dilakukan perhitungan ulang.6. Melakukan Percobaan AktualLangkah selanjutnya adalah melakukan percobaan tiap treatment secara langsung. Namun yang akan diujikan hanya sebagian dari hasil kombinasi, hal tersebut di karenakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan fractional factorial design, untuk memastikan kepresisian hasil (repeatability) maka dilakukan 3 kali replikasi. Hasil percobaan tersebut akan dicatat sebagai nilai parameter dari masing-masing kombinasi. Karena ada 3 kali replikasi, maka nantinya nilai tersebut akan dicari rata-ratanya sebagai respon dari masing-masing kombinasi. Selain itu juga perlu dicari nilai rata-rata dari tiap dimensi kemudian diuji reabilitas dan validitasnya.7. Melakukan optimasi sistem pengukuran secara tiga dimensiSetelah diketahui respon dari masing-masing treatment, maka dapat dilakukan uji multivariate analysis of variance (MANOVA) untuk distribusi normal atau Kruskal-Wallis Test untuk metode non parametrik, supaya mengetahui apakah ada faktor yang berpengaruh terhadap respon penelitian (baik masing-masing faktor maupun faktor interaksi). Kemudian menyusun model regresi untuk analisis residual, dimana analisis tersebut dilakukan untuk mengecek model yang dibangun, melihat apakah ada kesalahan time series atau tidak serta mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen.8. Menentukan Kombinasi OptimalHasil dari pengujian statistik tersebut kemudian bisa digunakan untuk menentukan treatment mana yang mendapatkan hasil yang optimal dari parameter pengukuran, yakni dengan memilih faktor yang memiliki pengaruh signifikan atau tidak memberikan error yang paling besar terhadap respon. 9. Menarik Kesimpulan dan SaranJika hasil perbandingan tersebut sudah memenuhi target penelitian, maka selanjutnya dapat ditarik hasil dan kesimpulan mengenai kombinasi optimal dari parameter proses pengukuran teknik pengukuran antropometri 3D scanning. Dari kondisi tersebut juga bisa diberikan saran untuk penelitian ke depannya.

Gambar 4.1 Diagram alir penelitian

4.5. Gant Chart Penelitian

Tabel 4.1 Gant Chart PenelitianKegiatanMaretAprilMeiJuniJuli

12341234123412341234

Penetapan tema penelitian dan studi pustaka

Penyusunan proposal

Revisi proposal

Pilot study

Pengumpulan data

Pengolahan data

Analisis data

Pembuatan kesimpulan dan laporan akhir

BAB VPENUTUP

Demikian proposal penelitian ini dibuat. Besar harapan peneliti agar proposal ini disetujui dan memberikan manfaat untuk semua pihak. Atas perhatian dan kerjasama yang diberikan, peneliti mengucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, B., Curless, B. dan Popovic, Z., 2003, The Space of Human Body Shapes: Reconstruction and Parameterization from Range Scans. ACM Transactions on Graphics, vol. 22, no. 3, pp. 587594.BAPM, 2008, Instrumen Penelitian, URL: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196412051990031-BAMBANG_AVIP_PRIATNA_M/Makalah_November_2008.pdf, (diakses online 3 April 2014).Boehler, W., dan Marbs, A., 2014, 3D Scanning Instruments, URL: http://i3mainz.fh-mainz.de/sites/default/files/public/data/p05_Boehler.pdf, (diakses online 2 April 2014).merBsn.go.id, 2013, Ukuran Alas kaki Pengukuran dan Penandaan Sistem Mondopoint, URL: http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/15986, (diakses online 25 Maret 2014).Coudert, T., Vacher, P., Smits, C. dan Zande, M.V., 2014, A Method to Obtain 3D Foot Shape Deformation During the Gait Cycle, URL: http://www.univ-valenciennes.fr/congres/3D2006/Abstracts/117-Coudert.pdf, (diakses online 25 Maret 2014).Goonetillekc, R.S., Luximon, A. dan Tsui, K.L., 2000, The Quality of Footwear Fit: What we know, dont know and should know, Proceeding of the IEA 2000/HFES 200 Congress.Grandjean, E., 1980, Fitting the Task to the Man: An Ergonomic Approach. Taylor and Francis, London.Hair Jr., J.F., Black, W.C., Babin, B.J. dan Anderson, R.E., 2010 ,Multivariate Data Analysis, 7th edition, Pearson Prentice Hall.Kos, L. dan Duhovnik, J., 2002, A System For Footwear Fitting Analysis, International Design Conference, May 14 17.Lauter, J., 1978, Sample Size Requirement for the T2 Test of MANOVA (Tables for One-Way Classification), Biometrical Journal, vol. 20, pp. 389-406.Meunier, P., Tack, D., Ricci, A., Bossi, L. dan Angel, H., 2000, Helmet accommodation analysis using 3D laser scanning, Applied Ergonomics, vol. 31, pp. 361-369.Microsoft.com, 2014, Kinect for Windows Feature, UR: http://www.microsoft.com/en-us/kinectforwindows/discover/features.aspx, (diakses online 2 April 2014).Montgomery, D.C., 2003, Applied Statistic and Probability for Engineers, 3thedition, John Wiley And Sons, New York.Ncher, B., Alcntara, E., Alemany, S., Garca-Hernndez, J. , dan Juan, A., 2014, 3D Foot Digitizing and Its Application to Footwear Fitting, URL: users.dsic.upv.es/~ajuan/research/2004/Juan04_04b.pdf, (diakses online 2 April 2014).Niu, J., Li, Z. dan Salvendy, G., 2009, Multi-Resolution Description of Three-Dimensional Anthropometric Data for Design Simplification, Applied Ergonomics, vol. 40, pp. 807810.Nurcahyanto, G., 2014, Ebook Uji Instrumen Penelitian: Uji Instrumen Penelitian, URL: http://ikhtiarnet.files.wordpress.com/2013/03/uji-instrumen-penelitian-validitas-reliabilitas-tingkat-kesukaran-dan-daya-pembeda1.pdf, (diakses online 3 April 2014).Pheasant, S., Bodyspace Anthropometry, Ergonomics and the Design of Work, 2ndedition, Taylor and Francis, London.Rocchini, C., Cignoni, P., Montani, C., Pingi, P. dan Scopigno, R., 2001, A Low Cost 3D Scanner Based on Structured Light, Eurographics Vol. 20 No. 3.Skanect.manct.com, 2014, 3D Scanning, Fast Easy and Low-Cost, URL: http://skanect.manctl.com/, (diakses online 12 Maret 2014).Taha, Z., Aris, M.A., Ahmad, Z., Hassan, M.H.A. dan Sahim, N.N., A Low Cost 3D Foot Scanner for Custom-Made Sports Shoes, Applied Mechanics and Materials vol. 440 pp. 369-372.Tong, J., Zhou, J., Liu, L., Pan, Z. dan Yan, H., 2012, Scanning 3D Full Human Bodies Using Kinects, IEEE Transactions on Visualization and Computer Graphics, vol. 18, no. 4.Wardayati, K.T., 2013, Alasan Sistem Ukuran Alas kaki Beragam, URL: http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/08/alasan-sistem-ukuran-alas kaki-beragam, (diakses online 25 Maret 2014).Wignjosoebroto, S., 2008, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Surabaya, Prima Printing.Yu, A., Yick, K.L., Ng, S.P. dan Yip, J., 2013, 2D and 3D Anatomical Analyses of Hand Dimensions for Custom-Made Gloves, Applied Ergonomics, vol. 44, pp. 381-392.

Mulai

Uji reliabilitas dan validitas

Menentukan target populasi

Pengumpulan data antropometri

Pengukuran secara konvensional

Pengukuran secara 3D

Optimasi pengukuran antropometri secara 3D

Reliabel dan valid?

Uji reliabilitas dan validitas pengukuran 3D

Menetukan faktor yang berpengaruh dalam pengukuran 3D

Reliabel dan valid?

Menentukan level tiap faktor

Ya

Ya

Tidak

Kesimpulan

Selesai

Tidak