Upload
sevti
View
152
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
askep anak hiperaktif
Citation preview
ASKEP ANAK HIPERAKTIF
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak 1
Dosen Pengampu: Walin, SST. M. Kes
Disusun Oleh:
1. Kiki Agustiana P17420213103
2. Robula Emir P17420213113
3. Saguh Febriyanto P17420213114
4. Sevti Yuni Nur’aini P17420213115
KELAS 2C
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2015
BAB I
TINJAUAN TEORI MEDIS
A. Pengertian
Salah satu dari sekian banyak kelainan pada anak adalah gangguan
Hiperaktifitas atau gangguan perilaku, dan sering kita sebut sebagai anak
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Anak tersebut sering
mangalami ganguan konsentrasi dalam kehidupan sehari-harinya, seperti
ketika proses pembelajaran.
Pengertian Hiperaktifitas Menurut Marlina, (2008: 5) adalah tidak
bisa diam, yaitu perilaku yang mempunyai kecendrungan melakukan suatu
aktifitas yang berlebihan, baik motorik maupum verbal.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan
neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak
ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut
untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai
ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan
(Ginanjar, 2009).
B. Anatomi dan Fisiologi
Bagian dari otak, tertentu mempunyai fungsi dalam pengendalian emosi,
mengatur konsentrasi dan pemusatan pergantian serta mengendalikan
perilaku hiperaktif dan impulse antara lain
1. Lobus Frontal
Bagian lobus frontal membantu kita untuk memfokuskan konsentrasi,
membuat keputusan yang baik, mempersiapkan rencana, belajar dan
mengingat apa yang telah dipelajari, dan menyesuaikan diri dengan
situasi.
2. Mekanisme inhibitor dari cortex
3. Mekanisme ini berfungsi untuk mencegah kita berperilaku hiperaktif
dan bertindak semaunya serta mengendalikan emosi.
4. Sistem limbic
Merupakan dasar dari emosi. Sistem limbik yang normal akan
menghasilkan emosi yang normal, tingkat energi yang normal, waktu
tidur yang normal dan kemampuan untuk mengatasi stress yang
normal. Gangguan pada sistem limbik akan berpengaruh terhadap
keadaan-keadaan tersebut.
5. Sistem aktivasi reticular
Sistem ini berfungsi untuk menerima dan menyaring data yang masuk
dari semua pancaindera dan bagian otak lainnya. Gangguan yang ada
pada bagian-bagian otak tersebut akhirnya turut mengganggu fungsi,
kualitas, dan kemampuan bagian otak itu sendiri.
C. Etiologi
Faktor-faktor peyebab hiperaktif pada anak menurut Aulia (2010):
1. Faktor neurologic
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir
dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan,
distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia
gravidarum, atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan
persalinan normal. Di samping itu, faktor-faktor seperti bayi yang lahir
dengan berat badan renah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok
dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif dan
perkembangan otak lambat.
Faktor etiologi dalam bidang neurologi yang sampai kini banyak
dianut adalah terjadingnya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di
otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang
berguna untuk memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukan terjadinya gangguan perfusi darah di
daerah tertetu pada anak hiperaktif, yaitu didaerah stranium, daerah
orbital-prefrontal, darah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah
kanan.
2. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memiliki potensi untuk membentuk prilaku hiperaktif pada anak,
karena kadar timah lead dalam serum darah anak akan mengikat. Di
samping itu, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena
sinar X pada saat hamil, juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
3. Faktor genentik
Didapatkan kolerasi yang tinggi dari hiperaktif yang sering terjadi
pada keluarga dengan anak hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini
terlihat pada anak kembar.
4. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru
antara orang tua dengan anaknya.
D. Tanda dan gejala
1. Sering menggerakan kaki atau tanagn dan sering menggeliat
2. Sering meninggalkan tempat duduk dikelas
3. Sering berlari dan memanjat
4. Mengalami kesulitan melakukan kegiatan dengan tenang
5. Sering bergerak seolah diatur oleh motor penggerak
6. Sering berbicara berlebihan
E. Patofisiologi
Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan
gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat
bukti yang meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun
gangguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang berusia antara 6 – 9
tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan
tanggapan yang baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan,
memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah (a low level of arousal)
di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut
dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan mempergunakan
elektroensefalografi, potensial–potensial yang diakibatkan secara auditorik
serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk
kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian
mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta
perawatan, maka angka–angka laboratorik menjadi lebih mendekati
normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka
memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.
F. Klasifikasi
Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif
atau impulsif.Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini
kebanyakan ada pada anak perempuan. Anak dalam tipe ini memiliki
ciri-ciri: tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak
mampu mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian dari
satu hal ke lain hal, sering melamun dan dapat digambarkan sedang
berada “diawang-awang”, tidak bisa diajak bicara atau menerima
instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan
kacau.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi
bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak-
anak kecil. Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu
energik, lari kesana kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat,
banyak bicara, berisik.
Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja
bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak
sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia
menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti
pelajaran
3. Tipe gabungan (kombinasi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.
Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini
mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas
dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah
terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan
impulsif.
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan
pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau
hipotiroid yang memperberat masalah
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya
gangguan otak organic
3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan
ansietas, mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak
mampu belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan
bahasa
4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik
(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi
lain, infeksi SSP)
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang
mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering
digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium
pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-
pengaruh sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut
mungkin sekali adalah dengan mengadakan modifikasi di dalam
gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian,
konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan
mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan
sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu masa percobaan
klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan
pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan
terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
b. Dosis
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar
hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan
dan tidur penderita.
1) Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan
usia masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak
berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka diberikan 5
mg pada saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika
tidak ada respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan
2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang
berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam.
Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan
dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung
selama 2-4 hari. Biasanya anak akan bersifat rewel dan
menangis. Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung lama dan
dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka
akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang
diharapkan.
2) Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang
dilepaskan (showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis
awalnya adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam
sehingga penderita hanya membutuhkan satu dosis saja setiap
hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar
setengah dosis metilfenidat, berkisar antara 10-20 mg/jam.
3) Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal
sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah
tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu
untuk menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari
obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi hati,
kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.
4) Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang
bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas
serta distonia.
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut
diatas adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut
bagian atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka
terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat
serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka
pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan
perlu dihentikan.
2. Keperawatan
a. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak
yang mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan
sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan
anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan
kepada anak itu sendiri.
b. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara
teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti
kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata
pujian.
c. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat
haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat
santai setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan
kegiatan fisik yang kuat dan keras
d. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang,
dengan cara menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang,
permainan-permainan yang keras dan jungkir balik.
e. Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian
rupa, barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah
dihindarkan.
f. Teknik-teknik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat
membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut
berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai
kemajuan dalam tingkah laku mereka.
I. Komplikasi
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku
agresif dan kata-kata yang diungkapkan).
J. Pencegahan
1. Proper perawatan pralahir
Hal ini diyakini itu tidak layak perawatan pralahir mengarah pada
ADHD. Oleh karena itu ibu hamil harus berusaha untuk merawat bayi
yang belum lahir. Hal ini dilakukan dengan menjalani hidup sehat
selama kehamilan. Wanita hamil harus makan makanan yang
seimbang dan menghindari kebiasaan makan yang berbahaya. Alkohol
dan tembakau adalah dua hal yang mengarah pada perkembangan
gangguan ini pada anak-anak. Telah ditemukan bahwa wanita yang
merokok dan minum alkohol selama kehamilan memiliki anak dengan
ADHD. Oleh karena itu untuk mencegah anak Anda mendapatkan
gangguan ini berhenti merokok dan minum alkohol bila Anda sedang
hamil.
2. Diet
Anda harus yakin bahwa anak Anda memerlukan diet yang seimbang.
Ini adalah pelatihan dalam kebiasaan makan yang baik sehingga
mereka dapat terus ketika mereka dewasa. Tidak ada bukti telah datang
out yet bahwa asupan gula akan menyebabkan ADHD. Tapi ada ahli
yang percaya bahwa makan sedikit atau tanpa gula dapat mengurangi
hiperaktivitas. Hal ini karena gula memasuki aliran darah secara
langsung dan sangat cepat. Ini dapat mengakibatkan kelebihan
produksi adrenalin yang akan menyebabkan anak ingin menjadi aktif.
Makanan yang membuat anak-anak yang terlalu aktif harus dihapus
dari diet mereka untuk mencegah hiperaktivitas.
3. Rutinitas terstruktur
Ini adalah latihan yang bagus untuk semua anak. Mereka tumbuh dari
bahwa untuk menjadi terorganisasi dengan baik dengan harapan yang
sangat jelas. Ketika hal ini dilakukan, bahkan anak-anak yang sudah
didiagnosis dengan ADHD akan sangat bermanfaat. Oleh karena itu
orangtua harus membuat rutin untuk anak-anak mereka sebagai o
kapan harus bangun, makan, bermain, mengerjakan pekerjaan rumah,
nonton TV, dll Sekali kebiasaan ini ditanamkan pada anak, bahkan jika
mereka memiliki gangguan ini, mungkin gejalanya dapat dikendalikan
atau bahkan dihilangkan.
4. Perilaku manajemen
Ada ahli yang percaya bahwa perilaku manajemen dapat digunakan
untuk mencegah ADHD. Karena itu mereka merekomendasikan bahwa
orang tua mengambil langkah pertama dalam arah ini dengan
menciptakan positif hubungan orangtua-anak. Ini harus didasarkan
pada keinginan anak untuk menyenangkan orang tuanya. Panggilan
untuk orang tua yang menghabiskan waktu yang berkualitas dengan
anak-anak mereka. Saat ini, Anda harus membiarkan anak untuk
memilih apa s / dia ingin lakukan dan Anda harus membiarkan mereka
melakukannya tanpa banyak intervensi dari Anda. Pujian dan metode
penguatan positif lainnya harus digunakan untuk mendorong anak
untuk fokus pada apa yang mereka lakukan. Orangtua seharusnya tidak
berharap terlalu banyak dari anak-anak mereka karena hal ini dapat
membuat mereka kehilangan fokus.
5. Perhatian keterampilan membangun
Ini adalah kegiatan yang membuat anak-anak kecil fokus pada satu hal
pada suatu waktu. Mereka termasuk permainan, teka-teki, dan
bangunan dengan blok. Lain membaca untuk anak-anak Anda dan
memberitahu mereka cerita. Hal ini sangat percaya bahwa perhatian
keterampilan membangun menyebabkan anak menjadi lebih perhatian.
BAB II
ASUHAN ANAK HIPERAKTIF
A. Pengkajian
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang
mengalami AttentionDeficytHiperactivityDisorder (ADHD) antara lain:
1. Pengkajian riwayat penyakit
a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan
mengalami masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa
disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau daycare.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan
yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku
overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dansemua itu
sebagian besar tidak berhasil.
2. Penampilan umum dan perilaku motoric
a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan
bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain
dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada
apa yang telah dikatakan
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke
topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat
perkembangannya
3. Mood dan afek
a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau
tempertantrum.
b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan
tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan
perlawanan dan kemarahan.
4. Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk
mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat
perkembangan.
5. Sensorium dan proses intelektual
a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori
atau persepsi seperti halusinasi.
b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang
berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali
menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi
perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan
sesuati.
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan
jarang yang mampu menyelesaikan tugas.
6. Penilaian dan daya tilik diri
a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian
yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan
impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang
tinggi.
c. Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada
anak kecil.
d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu
menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya.
e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak
menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari
perilaku orang lain.
f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, “tidak ada yang
menyukaiku di sekolah”, tetapi mereka tidak dapat
menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.
7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil,
tetapisecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah
rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki
banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas
di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri
mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka
sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh
8. Peran dan hubungan
a. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis
maupun sosial.
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c. Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras
kepala dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak
yang didiagnosis dan diterapi.
d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki
keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi
tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau
merusak barang-barang miliki keluarga.
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun
secara fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan
pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak
yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak
meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat
duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur
juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku
ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan
hiperaktif mencakup :
1. Rambut yang halus
2. Telinga yang salah bentuk
3. Lipatan-lipatan epikantus
4. Langit-langit yang melengkung tinggi serta
5. Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja
6. Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis
serta permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang
halus.
C. DIAGNOSA
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas
perkembangan (hiperaktivitas).
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.
3. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak
dengan gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas.
4. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)
5. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan penyakit
mental (hiperaktivitas), kurang konsentrasi.
D. INTERVENSI
DIAGNOSA NOC NIC
Kerusakan
interaksi sosial
berhubungan
dengan disabilitas
perkembangan
(hiperaktivitas)
NOC : Ketrampilan interaksi
social
Tujuan : Pasien mampu
menunjukan interaksi social yang
baik.
Kriteria Hasil :
1. Menunjukan perilaku yang
dapat meningkatkan atau
memperbaiki interaksi social
2. Mendapatakan atau
meningkatkan ketrampilan
NIC : Peningkatan sosialisasi,
aktivitas keperawatan:
1. Kaji pola interaksi
antara pasien dan orang lain
2. Anjurkan pasien
untuk bersikap jujur dalam
berinteraksi dengan orang lain
dan menghargai hak orang lain.
3. Identifikasi
perubahan perilaku yang
spesifik.
4. Bantu pasien
interaksi social (misalnya:
kedekatan, kerja sama,
sensitivitas dan sebagainya).
3. Mengungkapkan keinginan
untuk berhubungan dengan
orang lain.
Indicator skala :
1. Tidak ada
2. Terbatas
3. Sedang
4. Banyak
meningkatkan kesadaran akan
kekuatan dan keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan orang
lain.
5. Berikan umpan balik
yang positif jika pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain.
Perubahan proses
pikir berhubungan
dengan gangguan
kepribadian.
NOC : Konsentrasi
Tujuan : Pasien dapat
berkonsentrasi secara penuh
terhadap obyek atau benda- benda
disekitarnya
Kriteria Hasil :
1. Menunjukan proses pikir
yang logis, terorganisasi.
2. Tidak mudah terganggu /
focus terhadap sesuatu
3. Berespon dengan baik
terhadap stimulus.
Indikator skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
NIC : Pengelolaan Konsentrasi,
aktivitas keperawatan:
1. Berikan pada anak yang
membutuhkan ketrampilan dan
perhatian
2. Kurangi stimulus yang
berlebihan terhadap orang-
orang dan lingkungan dan
orang/bebda-benda
disekitarnya.
3. Berikan umpan balik yang
positif dan perilaku yang
sesuai.
4. Bantu anak untuk
mengidentifikasikan benda-
benda disekitarnya seperti,
memberikan permainan-
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
permainan yang dapat
merangsang pusat konsentrasi.
5. Kolaborasi medis dalam
pemberian terapi obat stimulan
untuk anak dengan gangguan
pusat konsentrasi.
Resiko perubahan
peran menjadi
orang tua
berhubungan
dengan anak
dengan gangguan
pemusatan
perhatian
hiperaktivitas.
NOC : Menjadi orang tua
Tujuan : Orang tua mampu
menghadapi kemungkinan resiko
yang terjadi terhadap anak dengan
hiperaktivitas.
Kriteria Hasil :
1. Mempunyai harapan peran
orang tua yang realistis
2. Mengidentifikasi factor-
faktor resiko dirinya yang
dapat mengarah menjadi
orang tua yang tidak efektif.
3. Mengungkapkan dengan
kata-kata sifat positif dari
anak.
Indikator skala :
1. Tidak sama sekali
2. Sedikit
3. Sedang
4. Kuat
NIC: Peningkatan Perkembangan
aktivitas keperawatan :
1. Berikan informasi kepada
orang tua tentang bagaimana
cara mengatasi perilaku anak
yang hiperaktif.
2. Ajarkan pada orang tua
tentang tahapan penting
perkembangan normal dan
perilaku anak.
3. Bantu orang tua dalam
mengimplementasikan
program perilaku anak yang
positif.
4. Bantu keluarga dalam
membuat perubahan dalam
lingkungan rumah yang dapat
menurunkan perilaku negative
anak.
5. Adekuat total
Resiko cedera
berhubungan
dengan psikologis
(orientasi tidak
efektif)
NOC : Pengendalian Resiko
Tujuan : Klien dapat terhindar dari
resiko cedera
Kriteria Hasil :
1. Mengubah gaya hidup untuk
mengurangii resiko.
2. Pasien / keluarga akan
mengidentifikasikan resiko
yang dapat meningkatkan
kerentanan terhadap cedera.
3. Orang tua akan memilih
permainan, memberi
perawatan dan kontak social
lingkungannya dengan baik.
Indikator skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Mencegah Jatuh
aktivitas keperawatan :
1. Identifikasikan factor yang
mempengaruhi kebutuhan
keamanan, misalnya:
perubahan status mental,
keletihan setelah beraktivitas,
dll.
2. Berikan materi pendidikan
yang berhubungan dengan
strategi dan tindakan untuk
mencegah cedera.
3. Berikan informasi mengenai
bahaya lingkungan dan
karakteristiknya (misalnya :
naik tangga, kolam renang
jalan raya, dll )
4. Hindarkan benda-benda
disekitar pasien yang dapat
membahayakan dan
menyebabkan cidera.
5. Ajarkan kepada pasien untuk
berhati-hati dengan alat
permainannya dan intruksikan
kepada keluarga untuk
memilih permainan yang
sesuai dan tidak menimbulkan
cedera.
Resiko
keterlambatan
perkembangan
berhubungan
dengan. penyakit
mental
(hiperaktivitas),
kurang konsentrasi
NOC: Child Development
Tujuan: Pasien tidak mengalami
keterlambatan perkembangan
Kriteria Hasil:
a. Anak akan mencapai tahapan
dalam perkembangan yaitu
tidak mengalami
keterlambatan 25 % atau lebih
area sosial/perilaku
pengaturan diri atau kognitif ,
bahasa, keterampilan motorik
halus dan motorik kasar.
Indikator skala :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC:Meningkatan Perkembangan
1. Lakukan pengkajian
kesehatan yang seksama
(misalnya, riwayat anak,
temperamen, budaya,
lingkungan keluarga,
skrining perkembangan)
untuk menentukan tingkat
fungsional.
2. Berikan aktivitas bermain
yang sesuai, dukung
beraktivitas dengan anak
lain.
3. Kaji adanya faktor resiko
pada saat prenatal dan pasca
natal.
4. Berkomunikasi dengan
pasien sesuai dengan tingkat
kognitif pada
perkembangannya.
5. Berikan penguatan yang
positif/umpan balik terhadap
usaha-usaha
mengekspresikan diri.
6. Ajarkan kepada orang tua
tentang hal-hal penting
dalam perkembangan anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu ciri dari perilaku disruptif adalah gangguan
hiperaktivitas defisit perhatian. Anak-anak dengan gangguan ini
memperlihatkan kurang perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas.
Gangguan ini sering dijumpai dan dapat terjadi sampai 3% dari
anak-anak, dengan rasio laki-laki terhadap perempuan sebesar 6:1
sampai 9:1.
Masalah yang sering timbul pada anak dengan gangguan
tersebut meliputi kerusakan interaksi sosial, gangguan konsep diri,
resiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif,
resiko tinggi perubahan peran menjadi orang tua, resiko tinggi
kekerasan, dan resiko tinggi mencederai diri sendiri.
Intervensi keperawatan umumnya diimplementasikan pada
pasien rawat jalan dan komunitas, meliputi bantu orang tua dalam
mengimplementasikan program perilaku agar mencakup penguatan
yang positif, sediakan struktur harian, dan beri obat stimulans
sesuai instruksi.
B. Saran
Dalam memberikan perawatan kepada anak dengan
gangguan hiperaktivitas ditujukan kepada keadaan sosial
lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, dengan disertai pemakaian obat-obat yang bijaksana.
Perawat harus memberikan penjelasan yang terang mengenai
keadaan anak tersebut kepada kedua orang tuanya dan kepada anak
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhli, Aulia. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Anggrek.
NANDA.2012.Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2012-
2014.Jakarta:EGC
Marlina, 2008. Gangguan Pemusatan Pehatian dan Hiperaktifitas Pada
Anak. Padang: UNP Press.
Wilkinson, Judith M, Nancy R.Ahrem. 2011 .Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : EGC