Askep CA Serviks

Embed Size (px)

Citation preview

askep ca serviks

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).

B. ETIOLOGIPenyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksualPenelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda

2. Jumlah kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

3. Jumlah perkawinanWanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.

4. Infeksi virusInfeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks

5. Sosial EkonomiKarsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

6. Hygiene dan sirkumsisiDiduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.

7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

C. KLASIFIKASI PERTUMBUHAN SEL AKAN KANKERS SERVIKS

Mikroskopis1. DisplasiaDisplasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.

2. Stadium karsinoma insituPada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.

3. Stadium karsionoma mikroinvasif.Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.

4. Stadium karsinoma invasifPada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.

5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviksPertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.

Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.

Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

Markroskopis1. Stadium preklinisTidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa2. Stadium permulaanSering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum3. Stadium setengah lanjutTelah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio4. Stadium lanjutTerjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

D. GEJALA KLINIS1. Perdarahan Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.2. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebeluma ada perdarahan. Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Sitologi/Pap SmearKeuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.2. SchillentestEpitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.3. KoloskopiMemeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.

4. KolpomikroskopiMelihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali

5. BiopsiDengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.

6. KonisasiDengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

F. KLASIFIKASI KLINIS Stage 0:Ca.Pre invasif Stage I: Ca. Terbatas pada serviks Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

G. Terapi1. Irradiasi Dapat dipakai untuk semua stadium Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.2. DosisPenyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks3. Komplikasi irradiasi Kerentanan kandungan kencing Diarrhea Perdarahan rectal Fistula vesico atau rectovaginalis4. Operasi Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal5. Kombinasi Irradiasi dan pembedahanTidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.6. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

H. HUBUNGAN KANKER SERVIKS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

Jika diperhatikan secara keseluruhan maka proses terjadinya Ca. Serviks dan masalah keperawatan yang muncul dapat diperhatikan pada bagan berikut :

Faktor :

Prilaku Lingkungan( Sex aktif, paritas, personal higiene) ( Polusi, onkonenik agent, virus, radiasi)

Kanker Serviks

Pelayanan Kesehatan Genetika( Deteksi dini penyakit, laboraorium, (Keluarga yang menderita Ca,Penanganan kasus P. Kelamin keluarga dengan ambang stress rendah)penyuluhan pencegahan Ca. Serviks)

- Kelemahan jaringan/ dinding menjadi rapuh ( perdarahan masif ( anemia- Peningkatan kadar leukosit / kerusakan nosiseptor / penekanan pada dinding serviks ( Nyeri- Gangguan peran sebagai istri dan gangguan gambaran diri ( Ggn konsep diri.- Gejala tidak nyata ( adanya berbagai macam tindakan untuk menegakkan diagnose terdiagnose Ca ( kecemasan

I. Konsep Keperawatan1. PengkajianData dasarPengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang

Data pasien :Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.

Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.

Riwayat penyakit sekarang :Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.

Riwayat penyakit sebelumnya :Data yang perlu dikaji adalah :Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker.Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.

Data khusus:1. Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang2. Pemeriksaan penunjangSitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi.

2. Diagnosa Keperawatana. Gangguan perfusi jaringan (anemia) b/d perdarahn intraservikalb. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makanc. Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikald. Cemas b.d terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan tentang Ca. Serviks dan pengobatannya.e. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan terhadap pemberian sitostatika.

3. PerencanaanGangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intra cervikal Tujuan :Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi jaringan membaik :

Kriteria hasil :a. Perdarahan intra servikal sudah berkurangb. Konjunctiva tidak pucatc. Mukosa bibir basah dan kemerahand. Ektremitas hangate. Hb 11-15 gr %d. Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37 Derajat C, RR : 18 - 24 X/mnt.

Intervensi :- Observasi tanda-tanda vital- Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )- Cek Hb- Cek golongan darah- Beri O2 jika diperlukan- Pemasangan vaginal tampon.- Therapi IV

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.Tujuan :- Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi

Kriteria hasil :- Tidak terjadi penurunan berat badan- Porsi makan yang disediakan habis.- Keluhan mual dan muntah kurang

Intervensi :- Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan- Berika makan TKTP- Anjurkan makan sedikit tapi sering- Jaga lingkungan pada saat makan- Pasang NGT jika perlu- Beri Nutrisi parenteral jika perlu.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal

Tujuan - Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami

Kriteria hasil :- Klien dapat menyebutkan cara-cara mengurangi nyeri yang dirasakan- Intensitas nyeri berkurangnya- Ekpresi muka dan tubuh rileks

Intervensi :- Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien- Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri.- Ajarkan teknik relasasi dan distraksi- Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien- Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri

Cemas yang berhubungan dengan terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya pengetahuan tentang kaker serviks, penanganan dan prognosenya.

Tujuan :Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat informasi tentang penyakit kanker yang diderita, penanganan dan prognosenya.

Kriteria hasil :- Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita- Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien.- Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi.- Sumber-sumber koping teridentifikasi- Ansietas berkurang- Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas.

Tindakan :- Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya.- Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara mengentrol dirinya.- Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian. ( Ego yang buruk, kemampuan pemecahan masalah tidak efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem pendukung yang positif).- Tunjukkan adanya harapan- Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik

Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika.

Tujuan :Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil

Kriteria hasil :- Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya- Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.- Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.- Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.

Intervensi :- Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.- Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.- Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya.- Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.- Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan.- Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional.

http://ahmadsalehyahya.blogspot.com/2009/12/askep-ca-serviks.htmlAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Berat Badan Lahir Rendah

Pengertian BBLRBayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir.

BBLR dibedakan menjadi :

1. Prematuritas murni

Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.

2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.

Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan, yaitu :

1. Faktor ibu

Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat

Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok

2. Faktor kehamilan

Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum

Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini

3. Faktor janin

Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

4. Faktor yang masih belum diketahui

Pengkajian Keperawatan

Prematuritas murni

BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm

Masa gestasi < 37 minggu

Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin

Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar

Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.

Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna

Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat

Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik

Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah

Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot masih hipotonik

Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna

Dismaturitas

Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,

Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis

Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat

Tali pusat berwarna kuning kehijauan

Komplikasi BBLR

Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin

Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu

Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak

Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)

Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

Penatalaksanaan Medis BBLR

Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)

Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup

Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan BBLR

1. Diagnosa Keperawatan : Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru

Tujuan : Pola nafas yang efektif

Kriteria : Kebutuhan oksigen menurun

Nafas spontan, adekuat

Tidak sesak.

Tidak ada retraksi dada

Rencana Tindakan : Berikan posisi kepala sedikit ekstensi

Berikan oksigen dengan metode yang sesuai

Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan

2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

Tujuan : Pertukaran gas adekuat

Kriteria : Tidak sianosis.

Analisa gas darah normal

Saturasi oksigen normal.

Rencana Tindakan : Lakukan isap lendir kalau perlu

Berikan oksigen dengan metode yang sesuai

Observasi warna kulit

Ukur saturasi oksigen

Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan

Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasan

Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah

Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan

3. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Tujuan : Hidrasi baik

Kriteria: Turgor kulit elastik

Tidak ada edema

Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam

Elektrolit darah dalam batas normal

Rencana Tindakan : Observasi turgor kulit.

Catat intake dan output

Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit

Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah

4. Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat

Tujuan : Nutrisi adekuat

Kriteria : Berat badan naik 10-30 gram / hari

Tidak ada edema

Protein dan albumin darah dalam batas normal

Rencana Tindakan : Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat

Observasi dan catat toleransi minum

Timbang berat badan setiap hari

Catat intake dan output

Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu

5. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan

Tujuan : Suhu bayi stabil

Kriteria : Suhu 36,5 0C -37,2 0C

Akral hangat

Rencana Tindakan : Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai

Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas

Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu

Ganti popok bila basah

6. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler

Tujuan : Perfusi jaringan baik

Kriteria : Tekanan darah normal Pengisian kembali kapiler 35 tahun SCJ berada didalam kanalis serviks. Pada awal perkembangannya kanker serviks tak memberi tanda-tanda atau keluhan. Pada pemeriksaan dengan spekulum tampak sebagai porsio yang erosif (Metaplasia Skuamosa) yang fisiologi/patologik.Tumor dapat tumbuh eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi mengalami infeksi sekunder dan nekrosis, endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam serviks dan cenderung utuh mengadakan infiltrasi menjadi ulkus, ulseratif cenderung merusak jarinan serviks dengan melibatkan awal farniase vagina menjadi ulkus yang luas.Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasi (erasio) akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epital yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula faali/fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus.Periode laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase prainvasif berkisar antara 3-10 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Perubahan epitel displatik serviks secara kontinu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan/tanpa diobati itu dikenal dengan unitarian concept dari Richart. Histopatologik sebagian terbesar (95-97%) berupa epidermoid atau squamous cell carcinoma, sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling jarang adalah sarkoma.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKSitologi/Pap Smear (Prostatic Acid Phosphate)Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.SchillentestEpitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.KolposkopiMemeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.Kelemahan : hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.KolpomikroskopiMelihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.BiopsiDengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanyaKonisasiDengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput sendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan para serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.Pemeriksaan secara radiologis (CT Scan dan MRI) untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran lokal dari ca tersebut.ServikografiGineskopiPap net/pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive

KLASIFIKASI KLINISKlasifikasi yang digunakan adalah IFGO (International Federation of Gynecology and Obstetrics) yaitu :a.Tingkat klinik 0:Karsinoma insitu atau karsinoma intraepitel : membrana basalis masih utuh.b.Tingkat klinik I:Proses terbatas pada serviks.Ia:Membrana basalis sudah rusak dan sel tumor ganas sudah memasuki stroma, tetapi tidak melebihi 1 mm dan sel timor tidak terdapat dalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.Ib.occ:(Ib, occult = Ib yang tersembunyi), secara klinis tumor ini belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologik ternyata tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia.Ib:Secara klinis sudah diduga adanya tumor ganas dan secara histologik terdapat invasi ke stromac.Tingkat klinik II:Proses sudah keluar dari seviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai ke dinding panggul.IIa:Penyebaran ke vagina, parametrium masih bebas dari proses.IIb:Penyebaran ke parametrium.d.Tingkat klinik III:Penyebaran telah sampai ke 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai dinding panggul.IIIa:Penyebaran ke vagina, proses di parametrium tidak menjadi persoalan, asal tidak sampai pada dinding panggul.IIIb:Penyebaran ke parametrium sampai dinding panggul (tidak ditemukan daerah bebas antara tumor dan dinding panggul), atau proses pada tingkat klinik I dan II tetapi disertai gangguan fungsi ginjal.e.Tingkat klinik IV:Tumor telah mencapai mukosa rektum atau kandung kencing atau telah terjadi metastasis ke luar panggul kecil atau ke tempat-tempat jauh.IVa:Proses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah sampai mukosa rektum atau kandung kencing.IVb:Telah terjadi penyebaran jauh.

TERAPIIrradiasiDapat dipakai untuk semua stadiumDapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical riskTidak menyebabkan kematian seperti operasiDosisPenyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviksKomplikasi irradiasiKerentanan kandung kencingDiarrhea

CONTOH KASUSAnda saat ini bertugas di ruang ginekologi, terdapat klien Ny. I 40 tahun, status penikahan kawin. Masuk RS sejak 28 Juni 05. Pengkajian dilakukan tanggal 27 Juli 05. Status obstetri G6P6A0. Dx. Medis carsinoma epidermoid serviks stadium III B. Keluhan utama saat ini nyeri pada perut kiri bawah. Dari keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat haid klien menarche usia 16 tahun, haid terakhir 3 bulan yang lalu, siklus teratur 28 hari. Klien mengeluh takut terhadap penyakit yang menimpanya karena telah dilakukan eksternal radiasi 13x tetapi belum ada perubahan yang berarti. Klien tampak lemah tidak bergairah. TD 110/80 x/mnt, N 80 x/mnt, RR 24 x/mnt. Klien cenderung tidur dan jarang berkomunikasi dengan klien lainnya. Ny I menyatakan skala nyeri 4, seperti tertindih benda berat, muncul setiap 5 jam-an sekali durasi 1 menit. Terapi aliranion 1vit A 1x1, inj kalnex 3x1 asam mefenamat 3x500 mg. Hb klien 10,6 gr%, Ht 31,8%, leukosit 9,7 rb/mm3. Klien telah mampu melakukan teknik nafas dalam bila nyerinya datang. Klien juga merasa malu dengan penyakitnya, klien bertanya apakah ini hukuman dari Tuhan karena kesalahannya. Klien malu terhadap suaminyaSoal ARancanakan NCP pada klien tersebut!Apa intervensi anda dan bagaimana evaluasinya ? (kaitkan dengan data)PengkajianData SubjektifIdentitas pasienNama : Ny. IUmur : 40 tahunAgama : IslamSuku : JawaPendidikan : DIIIPekerjaan : WiraswastaAlamat : Kabupaten XIdentitas suamiNama : Tn. XUmur : 45 tahunAgama : IslamSuku : JawaPendidikan : S1Pekerjaan : Pengajar SMUAlamat : Kabupaten XAlasan datang : untuk melakukan terapi eksternal radiasiKeluhan utama : nyeri pada perut kiri bawah dengan skala 4 muncul 5 jam sekali durasi 1 menitRiwayat kesehatan sekarang : carsinoma epidermoid serviks stadiumRiwayat kesehatan dahulu : tidak ada riwayat penyakit keturunan akut, kronis maupun menularRiwayat kesehatan keluarga : tidak ada yang menderita penyakit kanker servik sebelumnyaRiwayat obstetriRiwayat haid- Menarche : 16 tahun Warna : Merah- Siklus : 28 hari Konsistensi : cair- Lama Haid : 5-7 hari Fluor albus : 2x dalam Semingguberbau busukwarna coklat kekuningangatal- Bau : khas Haid Terakhir : 3 bulan yang laluRiwayat perkawinan :satu kaliRiwayat kehamilan :G6 P6 AOGravid:6 kali Abortus : tidak pernahPartus : 6 kaliData ObyektifTTV : TD 110/80 x/mnt Hb : 10,6 gr%N 80 x/mnt Ht 31,8%RR 24 x/mnt Leukosit 9,7 tb/mm3PenatalaksanaanDilakukan eksternal radiasi sebanyak 13xTerapi aliranion 1x1Vit A 1x1Injeksi kalnex 3x1Asam Mefenamat 3x500Analisa DataNoDataMasalah KeperawatanPenyebab1.Data subyektifKlien mengeluh nyeri pada perut bagian kiri bawahKlien mengatakan skala nyeri 4, seperti tertindih benda berat, muncul setiap 5 jam sekali durasi 1 menitData obyektif :Nadi 90x/menitNyeriProses inflamasi pada jaringan epidermoid serviks2.Data subyektif :Klien mengeluh takut terhadap penyakit yang menimpanya karena telah dilakukan eksternal radiasi 13 x tetapi belum ada perubahanKlien juga merasa takut terhadap akibat lanjut dari terapinyaData obyektif :Klien sering bertanya tentang prosedur terapiCemasKurang pengetahuan klien terhadap proses terapi yang dijalaninya3.Data subyektif :Klien mengatakan merasa malu pada suami dan keluarganya karena penyakitnyaData obyektif :Klien cenderung tidur dan jarang berkomunikasi dengan klien lainnyaPerubahan konsep diriKrisis situasiMasalah KeperawatanNyeriCemas/ansietasPerubahan konsep diriDiagnosa KeperawatanNyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada jaringan epidermoid servik.Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap proses terapi yang dijalani.Perubahan konsep diri berhubungan dengan krisis situasiPerencanaanDx KepTujuanIntervensiRasionalNyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada jaringan epidermoid serviksSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x60 menit diharapkan klien dapat mengontrol nyeri dan tahu cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialamiKeriteria hasil :Intensitas nyeri berkurangTenangRileksTentukan riwayat nyeri (lokasi, durasi, derajat, type) dan nilai dengan skala nyeriBerikan penjelasan kepada klien bahwa nyeri dapat terjadi secara berkelanjutan dan anjurkan terapi non farmakologis :RelaksasiDistraksiSentuhan TerapeutikEvaluasi/sadari terapi tertentu (misalnya pembedahan eksternal radiasi, kemoterapi)Evaluasi penghilangan nyeri/ kontrol nilai aturan pengobatan bila perluKOLABORASIKembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokterBerikan analgesik sesuai indikasi. Berikan hanya untuk memberikan analgesik dalam sehari-hari, ubah dari analgesik kerja pendek menjadi kerja panjang bila diindikasikanInformasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensiMemungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan kontrol terhadap nyeriKetidaknyaman rentang luas adalah umum (mis : kulit terbakar, sakit kepala) tergantung pada prosedur yang digunakanTujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKSRencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk kontrol nyeri. Terutama dengan nyeri kronis, pasien/ orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumahNyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respons individual berbeda, saat perubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian akan diperlukanCemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap proses yang dijalaniSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan klien mendapatkan informasi kanker yang diderita, penanganan dan prognosisnya dengan kriteria hasil :Klien mengetahui tindakan-tindakan yang harus dilalui klienKlien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasiSumber-sumber koping teridentifikasiAnsietas berkurangKlien mengutarakan cara mengantisipasi ansietasBerikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannyaDorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara mengontrol dirinyaIdentifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidakberhasilan penyesuaianTunjukkan adanya harapanTingkatkan aktifitas dan latihan fisikBerikan dorongan spiritualMembantu pasien dalam membangun kepercayaan terhadap tenaga kesehatanMembantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan keputusanDapat mengetahui kemampuan memecahkan masalah yang efektif, meningkatkan motivasi dan meningkatkan sistem pendukung yang positifMeningkatkan kedamaian diri klienMeningkatkan kemampuan pasien untuk mengatasi nyeriPerasaan dekat dengan Tuhan akan meningkatkan kemampuan pasien untuk mengurangi kecemasanPerubahan konsep diri berhubungan dengan klien malu terhadap penyakitnyaSetelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan klien mampu menerima keadaan dirinya dengan kriteria hasilKlien tidak putus asaKlien menerima perubahan dirinyaKlien mampu untuk mengekpresikan perasaannya tentang kondisinyaKlien mampu membagi perasaannya dengan perawat keluarga dan orang terdekatKlien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktifKlien mampu berpartisipasi dalam perawatan dirinyaBerikan dorongan spiritualDapat mengetahui perasaan klien tentang kondisinyaOrang-orang terdekat dengan klien dapat merespon tentang perasaan klienDapat mengetahui perubahan klien secara konstruktifDapat melakukan perawatan diri secara mandiriPerasaan dekat dengan Tuhan akan meningkatkan kemampuan klien untuk membentuk kepercayaann dirinyaSaat siang hari anda melakukan evaluasi didapatkan data klien masih tampak kurang bersemangat, klien tetap menyalahkan dirinya atas penyakitnya ini. Klien juga merasa takut terhadap akibat lanjut dari terapinya. Terlebih saat ini BB klien turun 20 kg dari BB sebelumnya. Selama di RS klien tampak tidak ada yang menunggui. Bila sakit datang klien melakukan nafas dalam sambil memegangi perutnya. Klien minta obat penghilang nyerinya ditambah.Nafsu makan klien saat ini rendah, klien hanya menghabiskan 1/3 dari porsi makannya, klien hanya menghabiskan 1/3 dari porsi makannya, klien merasa eneg dan mual, turgor kulit klien kering.Soal BBagaimana prioritas Dx keperawatan anda saat iniBuat NCP bila ada Dx keperawatan yang baruAnalisa DataNoDataMasalah KeperawatanPenyebab1.Data subyektif :Klien mengatakan merasa eneg dan mualData obyektif :BB klien turun 20 kg dari BB sebelumnyaNafsu makan klien saat ini rendah, klien hanya menghabiskan 1/3 dari porsi makannya.Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhanEfek eksternal radiasi2.Data subyektif :Klien merasa takut terhadap akibat lanjut dari penyakitnya.Data obyektif :Selama di RS klien tampak tidak ada yang menungguiKoping keluarga tidak efektifCemasMasalah KeperawatanPerubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhanKoping keluarga tidak efektifDiagnosa KeperawatanPerubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek eksternal radiasi.Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan cemasPerencanaanDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensiRasionalisasiPerubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek eksternal radiasiSetelah dilakukan intervensi selama 7x24 jam klien tercukupi kebutuhan nutrisinya.Kriteria hasil :Klien menghabiskan porsi makannya dan makan sebanyak 3 kali sehariBB klien mengalami peningkatanPengungkapan pemahaman (tentang nutrisi) pengaruh individual pada masukan adekuatPantau masukan makanan setiap hariUkur tinggi, BB dan ketebalan lipatan kulit trisep (pengukuran antropometrik lainnya sesuai indikasi). Pastikan jumlah penurunan BB saat ini. Timbang BB setiap hari/sesuai indikasiDorong pasien untuk makan diet TKTP, dengan masukan cairan adekuat. Dorong penggunaan supplement (misalnya B12 dan susu)Nilai diet sebelumnya dan segera setelah pengobatan. Berikan cairan 1 jam sebelum atau 1 jam setelah makanKontrol faktor lingkungan (mis, bau tidak sedap). Hindari makanan yang manis, berlemak atau pedasCiptakan suasana makan yang menyenangkanDorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan sedang sebelum makanIdentifikasi pasien yang mengalami mual yang diantisipasiBerikan antiemetik pada jadwal reguler sebelum/selama dan setelah pemberian agen antineoplastikEvaluasi keefektifan antiemetikKOLABORASITinjau ulang pemeriksaan laboatorium sesuai indikasi, mis : jumlah limfosit total, transferin serum, albumin dan trombositBerikan obat-obatan sesuai indikasi :Fenotiazin; anti-dopaminergik; antihistaminKortikosteroid; kanabihoid; bensodiazepinRujuk pada ahli dietMengidentifikasi kekuatan/definisi nutrisiMembantu dalam identifikasi mal-nutrisi protein-kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometrik kurang dari normalKebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan seuplemen dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuatKeefektifan penilaian diet sangat individual dalam penghilangan mual pasca terapi. Pasien harus mencoba untuk menemukan solusi terbaikDapat mengurangi respon mual/muntahDapat meningkatkan selera makan klienDapat mencegah/ menurunkan awitan mual dan memungkinkan pasien meningkatkan masukan oralMual/muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai secara umum tidak berespon terhadap obat antiemtik. Perubahan lingkungan pengobatan atau rutinitas pasien pada hari pengobatan mungkin efektifMual/muntah menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis kemoterapi yang menimbulkan stresIndividual berespon secara berbeda pada semua obat. Antiemetik firstine mungkin tidak bekerja, memerlukan perubahan pada atau kombinasi terapi obatMembantu mengidentifikasi derajat ketidak-seimbangan biokimia/ malnutrisi dan mempengaruhi pilihan intervensi diet. Catatan: pengobatan anti kanker dapat juga mengubah pemeriksaan nutrisi, sehingga semua hasil harus diperbaiki dengan status klinis klienKebanyakan antiemetik bekerja untuk mempengaruhi stimulasi pusat muntah dan kemoreseptor mentringer agen zona juga bertindak secara perifer untuk menghambat peristaltik balikTerapi kombinasi (mis. Torecan dengan Decadron/ valium) seringkali lebih efektif daripada agen tunggalMemberikan rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan individu dan menurunkan masalah berkenaan dengan malnutrisi protein/ kalori dan defisiensi mikronutrienKoping keluarga tidak efektif berhubungan dengan cemasSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien : mempunyai mekanisme koping yang efektifEvaluasi mekanisme koping keluarga dan hubungan antara keluargaBerikan dukungan emosi dengan menyediakan waktu, privasi, dan kesempatan untuk diskusi terbuka. Berikan informasi dengan jujur mengenai kondisinyaBerikan klien kesempatan untuk menangis atau mengekspresikan masalahnya dengan bebasKaji ketrampilan koping masa lalu dan yang akan datang, gali ketersediaan strategi koping hubungan antara individu dan anggota keluarga dan sistem pendukungBerikan lingkungan pendukung yang tenang dan model peran untuk keluargaMembantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dan ketersediaan sistem pendukungMembantu klien untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi ketakutan dan masalahMemberikan kesempatan klien untuk meluapkan kesedihan dan mengungkapkan perasaan dirinya. Pengungkapan diri mis: pembagian pengalaman seseorang dengan klien mungkin efektif dalam merangsang klien untuk bicara dan mengungkapkan perasaannyaKetrampilan koping masa lalu mungkin efektif dalam situasi saat ini/klien mungkin perlu untuk mengembangkan strategi koping baru. Mekanisme koping positif meliputi komunikasi terbuka tentang rasa takut.Lingkungan pendukung yang tenang akan meningkatkan perasaan nyaman dan tidak takut terhadap regimen pendekatan klien

DAFTAR PUSTAKADoengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia : F. A Davis CompanyGale, Daniele, 1996, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran RGC.

http://kaeperawatanmaternitas.blogspot.com/2008/09/cancer-servic.htmlDiagnosa Keperawatan Yang Muncul 1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru 2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan 3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat.

Intervensi

Diagnosa Keperawatan 1 :Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paruTujuan :Pola nafas yang efektifKriteria Hasil : * Kebutuhan oksigen menurun * Nafas spontan, adekuat * Tidak sesak. * Tidak ada retraksiIntervensi * Berikan posisi kepala sedikit ekstensi * Berikan oksigen dengan metode yang sesuai * Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan

Diagnosa Keperawatan 2 :Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktanTujuan :Pertukaran gas adekuatKriteria : * Tidak sianosis. * Analisa gas darah normal * Saturasi oksigen normal.Intervensi : * Lakukan isap lendir kalau perlu * Berikan oksigen dengan metode yang sesuai * Observasi warna kulit * Ukur saturasi oksigen * Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan * Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasan * Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah * Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan

Diagnosa Keperawatan 3 :Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolitTujuan :Hidrasi baikKriteria: * Turgor kulit elastik * Tidak ada edema * Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam * Elektrolit darah dalam batas normalIntervensi : * Observasi turgor kulit. * Catat intake dan output * Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit * Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah.

Diagnosa Keperawatan 4 :Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuatTujuan :Nutrisi adekuatKriteria : * Berat badan naik 10-30 gram / hari * Tidak ada edema * Protein dan albumin darah dalam batas normalIntervensi : * Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat * Observasi dan catat toleransi minum * Timbang berat badan setiap hari * Catat intake dan output * Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu.

http://www.igdrsml.co.cc/2010/05/askep-bayi-dengan-berat-badan-lahir.htmlIntervensi KeperawatanIntervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah :

.1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).Tujuan : Infeksi tidak terjadi.Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

Intervensi KeperawatanTingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.Tingkatkan masukkan cairan adekuat.Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.Amati eritema/cairan luka.Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan.Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.- tidak mengalami tanda mal nutrisi.- Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

IntervensiKaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.Observasi dan catat masukkan makanan pasien.Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.Timbang berat badan setiap hari.Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.

Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

IntervensiKaji kemampuan ADL pasien.Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.Tujuan : peningkatan perfusi jaringanKriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

IntervensiAwasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.Kriteria hasil : mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.

IntervensiKaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi.Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur.Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan.Bantu untuk latihan rentang gerak.Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi)Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.

6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat.

IntervensiObservasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.Auskultasi bunyi usus.Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.Awasi intake dan output (makanan dan cairan).Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam pengidentifikasi defisiensi diet.Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare.Hindari makanan yang membentuk gas.Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomenKaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.

.7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.- mengidentifikasi factor penyebab.- Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

IntervensiBerikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

EvaluasiEvaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :1) Infeksi tidak terjadi.2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.4) Peningkatan perfusi jaringan.5) Dapat mempertahankan integritas kulit.6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.

ttp://nursingbegin.com/askep-anemia/ttp://nursingbegin.com/a

ASKEP BBLR

ASUHAN KEPERAWATAN BBLR

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. (Mochtar, 1998 ).Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo, 2005 )Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 ).Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.

Tabel.1Jumlah kelahiran di Rumah Sakit Kardinah per tahun 2008 sampai dengan bulan September 2008Jumlah Kelahiran Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 JumlahHidup 201 218 266 685Mati 4 7 8 19Jumlah 704Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008Tabel. 2Jumlah bayi yang di rawat di ruang Peristi per 3 bulan sampai bulan September 2008Kasus Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 JumlahAsfiksia 3 7 13 23BBLR 32 30 36 98BBLSR 2 8 10 20Kelainan kongenital 1 - - -Kelainan Mongolisme 2 - - -Kejang - - - -Kelainan Lain - 2 - 2Jumlah 143Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008

Berdasarkan latar belakang di atas maka diambilah salah satu kasus untuk pembuatan Asuhan Keperawatan pada By. Y. dengan BBLSR dengan diagnosa Asfiksia di Ruang Perinatologi (Dahlia) RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2008.

1.1 TUJUAN PENULISANAdapun yang menjadi tujuan penulisan adalah:1. Untuk mengetahui pengertian BBLSR dengan kasus asfiksia.2. Untuk mengetahui penyebab BBLSR dengan kasus asfiksia.3. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh BBLSR pada Neonatus dan juga perjalanan penyakit tersebut.4. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dan perawatan pada bayi BBLSR dengan asfiksia.5. Untuk memenuhi tugas praktek Program Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas.1.2 MANFAAT PENULISANAdapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dalam penetalaksanaan bayi BBLSR dengan asfiksia pada Neonatus.2. Sebagai sumber referensi untuk kemajuan perkembangan ilmu Keperawatan, khususnya Keperawatan bayi baru lahir.

I.3 METODE PENULISANMetode Penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:1. Observasi, yaitu mengamati secara langsung keadaan klien melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.2. Wawancara, Yaitu merupakan cara pengumpulan data melalui komunikasi secara lisan baik langsung dengan klien maupun dengan keluarga klien.3. Dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari status klien, baik data perawatan, buku laporan yang ada diruangan.4. Studi literatur, yaitu mengambil referensi dari berbagai literatur guna mendapatkan keterangan dan dasar teoritis yang berkenaan dengan kasus atau masalah yang timbul.

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIANBerat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr.Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 (Markum, 2000).Asfiksia adalah kurangnya oksigen dalam darah dan meningkatnya kadar karbon dioksida dalam darah serta jaringan (Kamus saku kep. Edisi 22).Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Medicine and linux.com).

B. Etiologi BBLR dan Asfiksia1. Etiologi BBLRa. Faktor ibu (resti).b. faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik).c. faktor usia : < 20 tahun.d. faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante partum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain.e. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.f. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.g. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok.2. Etiologi AsfiksiaEtiologi secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir, penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :1. Faktor Ibua. Hipoksia ibuOksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi, penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon monoksida, tekanan darah ibu yang rendah.b. Gangguan aliran darah uterusMengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada : Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan. Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.2. Faktor plasentaPertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya:

( Plasenta tipis( Plasenta kecil( Plasenta tak menempel( Solusio plasenta( Perdarahan plasenta3. Faktor fetusKompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.4. Faktor NeonatusDepresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena : Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia / stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.5. Faktor persalinan Partus lama Partus tindakan(Medicine and linux.com DAN Pediatric.com)

C. PATOFISIOLOGIPernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi Primary gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com)

D. KLASIFIKASI KLINIK NILAI APGAR DAN BBLR :1. Klasifikasi Asfiksiaa. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis.b. Asfiksia sedang (APGAR 4-6)Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali.c. Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung menghilang setelah lahir, pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia berat. Pediatric.com

2. Klasifikasi BBLR Primaturitas murni.a. Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan masa gestasi.b. Dismaturitas.c. BB bayi yang kurang dari berat badan seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya.d. BBLR dibedakan menjadi :( BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram( BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram( BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek).3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.4. Pengkajian spesifik/5. Pemeriksaan fungsi paru/6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler/(Pediatric.com)

F. MANIFESTASI KLINISAsfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:- DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur- Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala- Apnea- Pucat- Sianosis- Penurunan terhadap stimulus.(Medicine and linux.com)

G. PENATALAKSANAAN KLINIS1. Tindakan Umuma. Bersihkan jalan nafas.Kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.Saluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion dengan pengisap lendir, tindakan ini dilakukan dengan hati- hati tidak perlu tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat dilakukan resusitasi kardiopulmonal.b. Rangsang reflek pernafasan.Dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles. Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas selama 20 detik setelah lahir dianggap telah menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini rangsangan terhadap bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive dalam mukosa hidung dan faring. Bila cara ini tidak berhasil dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri dengan memukul kedua telapak kaki bayi.c. Mempertahankan suhu tubuh.Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan memperburuk keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel sehingga kebutuhabn oksigen meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang hangat segera setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan (membungkus bayi dengan kain kering dan hangat), Badan bayi harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi. Kepala ditutup dengan kain atau topi kepala yang terbuat dari plastik (Medicine and linux.com DAN Pediatric.com).2. Tindakan khususa. Asfiksia beratBerikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 100 x/menit.b. Asfiksia sedang/ringanPasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20 x/menit Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi (Medicine and linux.com).

H. THERAPI CAIRAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA1. Tujuan Pemberian Cairan untuk Bayi Baru Lahir dengan asfiksiaa. Mengembalikan dan mempertahankanKeseimbangan airanb. Memberikan obat obatanc. Memberikan nutrisi parenteral2. Keuntungan dan kerugian therapy CairanKeuntungan :a. Efek therapy segera tercapai karena penghantaran obat ketempat target berlangsung cepatb. Absorbsi total, memungkinkan dosis obat lebih tepat dan therapy lebih dapat diandalkanc. Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek therapy dapat dipertahankan maupun dimodifikasid. Ras sakit dan iritasi obat- obat tertentu jika diberikan intramuscular dan subkutan dapat dihindarie. Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorpsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinal.Kerugian :1. Resiko toksisitas/anapilaktik dan sensitivitas tinggi2. Komplikasi tambahan dapat timbul : Kontaminasi mikroba melalui sirkulasi Iritasi vaskuler ( spt phlebitis ) Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.3. Peran Perawat terhadap Therapi Cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia1. Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infuse maupun kemasannya.2. Memastikan cairan infuse diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian)3. Memeriksa kepatenan tempat insersi4. Monitor daerah insersi terhadap kelainan5. Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan program6. Monitor kondisi dan reaksi pasien

BAB IIITINJAUAN KASUSPENGKAJIAN1. Pengumpulan Dataa. Identitas klienNama : By. YUsia : 7 hariJenis Kelamin : PerempuanRuang/kamar : Peristi/DahliaNo. Reg : 407221Diagnosa medik : BBLSR dengan Asfiksia BeratDr. penanggung jawab : dr. S Sp ATanggal masuk : 5-12-2008 Pukul 07.15 WIBTanggal pengkajian : 13-12-2008 Pukul 08.00 WIBApgar skor : 3 (Asfiksia Berat)b. Identitas penanggung jawabNama : Tn. AUmur : 35 tahunPekerjaan : WiraswastaPendidikan : SMAHub dengan klien : AnakAlamat rumah : Pecabean RT 04/01 Kec. Pangkah Kab. TegalMasalah utama :Sesak nafasRiwayat Penyakit Sekarang :Pada saat dikaji tanggal 13 Desember 2008 Jam 08.00 Wib, bayi tampak sesak nafas dengan respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang jika posisi bayi semi ekstensi dan terpasang O2 Sungkup 5 liter/menit ditandai dengan menurunnya retraksi rongga dada dan sesak tampak bertambah dengan posisi bayi fleksi ditandai dengan peningkatan PCH.Riwayat Penyakit Dahulu :Bayi lahir pada 5 12 2008 Pukul 07.15 WIB di Ruang Mawar RSUD Kardinah Tegal melalui persalinan spontan dengan gravidarum II, APGAR SCORE pada menit pertama 3, menit ke 5 nilainya 3 dan pada menit ke 10 nilainya 3, berat badan 1400 gram, panjang badan 38 cm dan air ketuban berwarna jernih. Dan ibu klien mengatakan riwayat kehamilan dan persalinan anak pertama prematur.Riwayat penyakit keluarga :Keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit infeksi menular (Misalnya TB), penyakit kardiovaskuler (Hipertensi), dan penyakit keturunan (DM/Asma). Riwayat kehamilan persalinan sebelumnya adalah prematur dan tidak ada riwayat kehamilan gemeli (Kembar).Genogram

Riwayat Psikologis :Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya, ekspresi wajah ayahnya tampak cemas, dan bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan.Data Sosial Ekonomi :Kepala keluarga adalah ayah klien, sekaligus penangung jawab perekonomian, keputusan diambil oleh ayah dan ibu klien secara musyawarah.

A. PENGKAJIAN FISIK :1 Keadaan umumKeadaan umum : Klien tampak lemahLingkar kepala : 26 cmLingkar Dada : 28 cmLingkar Perut : 25 cmPanjang Badan : 38 cmBerat badan lahir : 1400 grBB saat dikaji : 1200 grLingkar lengan atas : 5 cm2 Vital SignP : 138 x/menitRR : 76 x/menitT : 39,1 0C3 KepalaBentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri tekan, terdapat lanugo disekitar wajah.4 MataBentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum tumbuh, sklera tidak ikterik.5 TelingaBentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang telinga lunak, tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo6 HidungBentuk hidung normal, PCH positif, terpasang O2 sungkup 5 liter/menit, terpasang NGT, keadaan hidung bersih, tidat terdapat polip dan benjolan.7 MulutBentuk bibir simetris, tidak terdapat labio palato skizis, tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir tampak pucat dan terdapat jamur sisa sisa pemberian PASI.8 DadaBentuk dada cekung, bersih, terdapat retraksi (pada dinding epigastrium), RR 76x/menit, suara nafas Vesikuler, Cor BJ I BJ II terdengar jelas, tidak terdapat bunyi jantung tambahan (BJ III), tidak terdapat kardiomegali, palpasi nadi radialis brakhialis dan karotis teraba lemah dan ireguler.9 PunggungKeadaan punggung bersih, terdapat banyak lanugo, tidak terdapat tanda-tanda dekubitus/ infeksi.10 AbdomenBentuk abdomen datar, BU 10 x/menit, lingkar perut 25 cm, tidak terdapat hepatomegali, turgor kulit kurang elastis ditandai dengan kulit kembali ke bentuk semula lebih dari 2 detik.11 UmbilikusTidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah muda, bau tidak ada, tali pusat sudah terlepas.12 GenitaliaLabia mayor belum menutupi labia minor, Anus paten ditandai dengan bayi sudah BAB, mekoniun sudah keluar dan warna terlihat hitam dan konsistensi lembek.

13 IntegumenStruktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada jaringan kulit, keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash). Lanugo tersebar diseluruh permukaan tubuh.14 Tonus OtotGerakan bayi kurang aktif, bayi bergerak apabila diberi rangsangan.15 EkstrimitasAtas : Bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, akral dingin tidak terdapat benjolan dan lesi.Bawah : Bentuk simetris, jari-jari kaki lengkap, akral dingin, terpasang IVFD D5 NS Mikro drip di kaki sebelah kanan dengan 10 tetes/menit, tidak terdapat benjolan dan lesi.Udema Sianosis

16 RefleksMoro : Moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tibadengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon)Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan responbayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah.Menghisap : Menghisap lemah ditandai dengan bayi mau menghisap dottetapi daya hisap masih lemah.Rooting : Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu hanya tetapi bayi hanya mengikuti setengah dari stimulus tersebut.

Babynski : Refleks babinsky positif ditandai dengan semua jari hiper ekstensi dengan jempol kaki dorsi pleksi ketika diberikan stimulus dengan menggunakan ujung bolpoint pada telapak kaki.17 TherapyEfotax 2 x 100 mg Antibiotik ivGentamicine 3 x 5 mg Antibiotik ivAminophiline 3 x 5 mg Bronkodilator ivDexamethasone 3 x 1/3 ampul Kortikosteroid ivSanmol 2 x 0.2 cc Antipiretik parenteralSorbital 30 mg Antikompulsif iv (Jika perlu)IVFD D5 NS Mikro drip 9 tts/menit iv18 LaboratoriumWBC 10.0 103/mm3 4.0/11.0 103/mm3HGB 13,3 g/dl 11.0/18.8 g/dlHCT 36,9 % 35.0/55.0 %PLT 235 103/mm3 150/400 103/mm3MPV 107 Fl 6.0/10.0 Fl

B. DATA IBUNama : Ny. YUsia : 32 tahunPekerjaan : IRTPendidikan : SMAStatus Kehamilan : G2 P2 A0 usia kehamilan 29 mingguHPHT : 10 Mei 2008HPL : 17 Februari 2009Riwayat Persalinan : Persalinan spontan, P2 A0Riwayat Kesehatan : Kehamilan prematur kurang bulanLama Persalinan : 8 jam 45 menit, Kala I : 7 jam, Kala II : 15 Menit, Kala III 30menit, kala IV 1jam setelah plasenta lahir.Riwayat ANC : Trimester 1 : 1 kali di bidanTrimester 2 : 1 kaliTrimester 3 (usia kehamilan 7 bulan ): 2 kali di bidanObat obatan : Obat warungRiwayat Kehamilan, Persalinan dan Masa Nifas dahuluNo Jk Umur Usia kehamilan Penolong BBL Nifas Masalah Ket1. 2 hari 28 minggu Bidan 1200 gr Normal40 hari BBLSR Meninggal2. 7 hari 29 minggu Bidan 1400 gr Normal BBLSR Hidup

Riwayat menstruasi ibu :Haid pertama : 12 tahunSiklus : 28 hari teraturVolume/banyaknya : 2 x ganti balutanLama haid : 5 hari

C. ANALISA DATANoData Fokus Etiologi Masalah1 Ds:Do:( Bayi tampak sesak nafas( RR 76 x/Menit( Terlihat retraksi pada dinding epigastrium( PCH +( Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit)( Ujung ekstrimitas teraba dingin BBLSR

Imaturitas sistem pernafasan

Usaha nafas bayi tidak maksimal (A.S : 3)

CO2 meningkat (Hiperkapneu)

Gangguan pertukaran gas GG. Pertukaran O22 Ds:

Do:( S : 39,1 0C/Anal( Leukosit 10. 103/mm3( Struktur kulit halus dan tipis( Bayi di simpan dalam inkubatorImaturitas jaringan lemak pada subkutan

Mekanisme penguapan panas (E,R,K,K)

Gangguan suhu tubuh (Hipertermi)GG. Thermoregulasi : Hypertermi3 Ds :

Do :( NGT terpasang( IVFD D5 NS Mikro drip 10tts/menit( PASI 12x 5 7,5 cc/hari( Refleks hisap lemah dan menelan lemah( BB lahir 1400 gr( BB saat dikaji 1200 gr Imaturitas sistim pencernaan

Motilitas usus rendah

Daya mencerna dan mengabsorpsi makananberkurang

Pengosongan lambung bertambah

Distensi abdomen

Kerja otot spingter kardio esophagus berkurang

Intake nutrisi kurang dari kebutuhanGangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh4 Ds :( Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinyaDo :( Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas( Ayah klien sering bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan. BBLSR

Hospitalisasi

Perawatan ekstra di ruang perinatologi

Bonding Attachment tidak terjadi

Koping keluarga in efektif

CemasGangguan rasa aman : Cemas Orang tua5 DsDo:( Terpasang NGT( IVFD D5 NS Mikro drip10tts/menit di ekstrimitas bawah dextra( S : 39,1 0 C( Oedem pada ektremitas bawah dextra yang terpasang infus( Leukosit 10. 103/mm3Imaturitas sistem imunologi

Rendahnya kadar Ig G ( gammaglobulin )

Penurunan antibodi dan daya tahan fagositosis belum matur

Invasi bakteri kuman patogen,selang infus/NGT

Resiko tinggi terjadi infeksi Resiko tinggi terjadi infeksi

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan2. Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi3. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan2. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

F. NURSING CARE PLANNING (NCP)Nama : By. Y No Medrek : 407221Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + AsfiksiaNo Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia. Ditandai dengan :Ds:Do:( Bayi tampak sesak( RR 76 x/Menit( Terlihat retraksi pada dinding epigastrium( PCH +( Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran O2 kembali normal dengan kriteria hasil : Nafas spontan O2 tidak terpasang PCH negatif Frekuensi nafas normal 30 60 x/menit. Sianosis negatif. 1. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi

2. Therapi O2 sesuai kebutuhan

3. Monitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi

4. Monitor saturasi O2 tiap 2 jam

5. Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan 1. Posisi kepala sedikit ekstensi bertujuan untuk membuka jalan nafas dan mempermudah pengaliran O2 atau oksigenasi2. Suplai O2 diberikan bertujuan untuk mempertahankan kadar O2 dalam jaringan.3. Mengetahui perubahan yang terjadi apakah pernafasan dalam batas normal atau terjadi gangguan.4. Saturasi O2 dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar O2 dalam jaringan apakah dalam batas normal atau terjadi gangguan.

5. Obat bronkodilator berfungsi untuk membantu menurunkan sesak.2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayiDitandai dengan :Ds:Do:( S : 39,1 0C/Anal( Kadar leukosit 10. 103/mm3( Struktur kulit halus dan tipis( Bayi di simpan dalam inkubator Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh bayi dalam batas normal kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal 36.50 C 37.50C Bayi tidak rewel Bayi bisa tidur Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 11.0 103/mm3 Sekresi keringat tidak nampak. 1. Atur suhu inkubator sesuai dengan keadaan bayi.

2. Observasi TTV

3. Kompres bayi dengan kasa yang telah dibasahi dengan air hangat.

4. Kolaborasi pemberian obat antipiretik 1. Pengaturan suhu inkubator bertujuan untuk mencegah bayi hipertermi dan menurunkan suhu bayi.2. Observasi TTV ditegakan untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan atau masih dalam keadaan batas normal.3. Kompres air hangat adalah mempercepat penurunan suhu bayi.

4. Pemberian antipiretik berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaanDitandai dengan :Ds :Do :( NGT terpasang( IVFD D5 NS Mikro drip 10 tts/menit.( PASI 12x 5 7,5 cc/hari( Refleks hisap lemah dan menelan lemah( BB lahir : 1400 gr( BB saat dikaji : 1200 gr Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi dengan kriteria : Turgor kulit elastis Tidak terjadi penurunan BB Produksi urine 1 -2 ml / kg BB / jam. Retensi cairan normal 1. Kaji reflek hisap dan menelan bayi

2. Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama3. Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi

4. Lakukan Oral hygiene

5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan 1. Reflek hisap dan menellan pada bayi menandakan bayi sudah dapat di berikan asupan peroral2. Status nutrisi teridentifikasi

3. ASI PASI sebagai nutrisi utama pada bayi

4. Mencegah terjadinya kebasian sisa makanan dan terjadinya pertumbuhan jamur5. Keseimbangan cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment. Ditandai dengan :Ds :( Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinyaDo :( Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas( Ayah klien terus bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan orang tua tidak cemas lagi dengan kriteria : Orang tua tampak tenang Orang tua kooperatif Tidak bertanya-tanya tentang keadaan penyakit anaknya Orang tua suadah bertemu dengan bayinya. 1. Kaji tingkat kecemasan keluarga klien

2. kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita bayinya3. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya

4. Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya1. Mengetahui derajat kecemasan yang diderita oleh keluarga dan memudahkan dalam memberikan intervensi2. Memudahkan perawat untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam proses keperawatan3. Menambah pengetahuan dengan memberikan informasi tentang keadaan yang dialami oleh bayi4. Mengetahui tigkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi( Terpasang NGT( IVFD 10 tetes/menit( Kadar leukosit 10.103/mm3( S : 39,1 0 C( Oedem pada ektremitas yang terpasang alat tindakan medis Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi tidak terjadi dengan kriteria :Tidak terjadi tanda-tanda infeksi Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 11.0 103/mm3 Suhu dalam batas normal 36,5o C 37,5 o C1. Kaji tanda tanda infeksi

2. Observasi TTV

3. Perawatan NGT4. Perwatan IVFD5. Kolaborasi pemberian antibiotik1. Tanda-tanda infeksi diantaranya dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsio laesa.2. Untuk mengetahui keadaan umum bayi apakah terjadi gangguan atau dalam batas-batas normal3. Mencegah infeksi4. Mencegah infeksi5. Antibiotik berfungsi untuk mematikan invasi bakteri penyebab infeksi

G. IMPLEMENTASI KEPERAWATANNama : By. Y No Medrek : 407221Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + AsfiksiaNO DIAGNOSAKEPERAWATAN TANGGAL/ PUKUL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN TTD1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia13-12-200808.00 WIB

08.05

15-12-2008Pukul 08.00 WIB08.05 WIB

16-12-2008Pukul 08.00 WIB

08.05 WIB

1. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensiR : Klien tampak lemahH : Posisi kepala sudah semi ekstensi2. Memonitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayiR : Sesak nafas masih terlihatH : Frekuensi pernapasan 76 x/menit, retraksi dinding dada berlebihan tidakterdapat suara nafas tambahan3. Melakukan observasi Therapi O2 sesuai 5 liter/menit sungkupR : Klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkalH : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit4. memberikan therapy injeksi Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara parenteral intravena.R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitanH : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB

1. Mengobservasi pemberian Therapi O2 5 liter/menit sungkupR : klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkalH : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit2. Memberikan injeksi Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara parenteral intravenaR : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitanH : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB

1. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensiR : Klien tampak lemahH : Posisi kepala sudah semi ekstensi2. Mengobservasi pemberian Therapi O2 sesuai 5 liter/menit sungkupR : Klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkalH : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit3. Memonitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayiR : Sesak masih terlihatH : Frekuensi pernapasan 70x/menit, retraksi dinding dada berlebihan tidakterdapat suara nafas tambahan4. memberikan injeksi obat Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara parenteral intravena.R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitanH : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi13-12-2008Pukul 08.00 WIB

08.05 WIB

08.10 WIB

15-12-200808.00 WIB

08.05 WIB

16-12-200808.00 WIB

08.05 WIB 1. Mengobservasi TTV BayiR : Klien tampak menangis dan meringgisH : Vital Sign bayiS : 39.1 0CN: 138 x/menitR :76x/menit2. Memberikan Sanmol Drop 0.2 cc secara parenteral selang NGT.R : Klien Tampak menyeringai dan menangisH : Obat antipiretik telah diberikan3. Mengatur suhu inkubator 35 0CR : Bayi berada dalam inkubatorH : Suhu inkubator telah disesuaikan 35 0 C

1. Mengobservasi TTV BayiR : Klien tampak menangis dan meringgisH : Vital Sign bayiS : 37,6 0C P: 120 x/menitR :74x/menit2. Memberikan obat antipiretik Sanmol Drop 0.2 cc 2x perhari secara parenteral selang NGT.R : Klien Tampak menyeringai dan menangisH : Obat antipiretik telah diberikan1. Mengobservasi TTV BayiR : Klien tampak menangis dan meringgisH : Vital Sign bayiS : 370C P: 120 x/menitR :70 x/menit2. Memberikan obat antipiretik Sanmol Drop 0.2 cc 2x perhari secara parenteral selang NGT.R : Klien Tampak menyeringai dan menangisH : Obat antipiretik telah diberikan3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan 13-12-200809.00 WIB

09.05 WIB

15-12-200809.05 WIB

09.10 WIB

16-12-200809.05 WIB

09.10 WIB 1. Mengkaji reflek hisap dan menelan bayiR : Bayi merespon dengan menjulurkan lidah pada saat disentuh bibirnyaH : Reflek menelan dan menghisap ada tetapi lemah dan terpasang selang NGT2. MemberikanPASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGTR : Klien tampak lemahH : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalUI selan NGT

3. Menimbang BB / hari dengan timbangan yang samaR : Klien tampak lemah pergerakan kurang aktifH : BB Klien 1200 gram3. Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)

1 Memberikan PASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGTR : Klien tampak lem