152
LAPORAN ASUHAN PADA Ny. M (72 Tahun) DI WISMA ANGGREK PANTI WREDA HARAPAN IBU NGALIYAN SEMARANG Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Program Profesi Mata Ajar Keperawatan Gerontik Disusun oleh : ANDRYANIE INESIYANTI 22020114210013 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXIV JURUSAN KEPERAWATAN

Askep Gerontik Ines

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ASUHAN KEPERAWATAN GERIATRI DENGAN NYERI KRONIS

Citation preview

LAPORAN ASUHAN PADA Ny. M (72 Tahun)DI WISMA ANGGREK PANTI WREDA HARAPAN IBU NGALIYAN SEMARANGDisusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Program ProfesiMata Ajar Keperawatan Gerontik

Disusun oleh :ANDRYANIE INESIYANTI22020114210013

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXIVJURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2014SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan asuhan keperawatan keluarga dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ny M di Wisma Anggrek Unit Rehabilitasi Wreda Harapan Ibu Ngaliyan Semarang merupakan hasil karya sendiri. Tidak ada karya ilmiah atau sejenisnya yang dianjurkan untuk memperoleh gelar profesi atau sejenisnya di Perguruan Tinggi manapun seperti karya ilmiah yang saya susun.Sepengetahuan saya juga, tidak ada karya ilmiah atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah karya ilmiah yang saya susun ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan tersebut tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Semarang, 12 September 2014

ANDRYANIE INESIYANTI NIM. 22020114210013

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGKondisi kesehatan di hari tua erat kaitannya dengan angka harapan penduduk yang menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Indonesia sendiri merupakan negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging struktured population). Peningkatan jumlah penduduk lansia dikarenakan adanya tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat sehingga dapat memenuhi kualitas hidup yang baik dibuktikan dengan kemajuan di bidang pelayanan kesehatan dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat. (Hutapea, 2005). Ilmu yang mempelajari mengenai asuhan keperawatan komprehensif pada lansia adalah Ilmu keperawatan gerontologi, yang bertujuan memenuhi kebutuhan kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian (Efendy, 2009).Lansia erat kaitannya dengan proses penuaan yang seiring berjalannya waktu mengalami penurunan fungsi fisik. Lansia juga mengalami berbagai masalah berupa perubahan penampilan dan fungsi tubuh. atrofi otot, penurunan kekuatan fisik yang berupa disabilitas, kecepatan gerak, keterbatasan jangkauan dan penurunan keseimbangan dan perubahan bentuk tubuh dapat berakibat pada nyeri dan hambatan mobilitas fisik (Maryam. 2008).Masalah kesehatan yang sering muncul pada lansia yang sebenarnya bisa digolongkan dalam kategori penyakit tua terutama pada usia lanjut salah satunya adalah Nyeri akut. Gangguan rasa nyaman pada lansia biasanya terjadi pada ekstermitas bawah. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia yang dapat mengenai sistem muskuloskeletal dimana terjadi kekakuan sendi pada ekstremitas bawah dan tidak sedikit yang pada akhirnya kekakuan tersebut dianggap biasa dan berubah menjadi deformitas (Kertia, 2009). Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan kepada Ny. M, didapatkan masalah keperawatan Nyeri akut dimana dalam keseharian Ny. M mengatakan bahwa badannya sering merasa nyeri terutama pada bagian lutut dan pinggang dalam beraktifitas sehari-hari. Oleh karena itu, penulis akan melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan harapan lansia dapat meredakan nyeri yang dirasakan Ny.M sehingga dapat meningkatkan rasa nyaman dalam aktivitas sehari hari.

B. TUJUAN1. Tujuan UmumMahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan gerontik yang komprehensif kepada lansia di Unit rehabilitasi Wredha Harapan Ibu Ngaliyan2. Tujuan Khususa. Menggambarkan hasil pengkajian pada lansia di Wisma Anggrek Unit rehabilitasi Wredha Harapan Ibu Ngaliyan Semarang.b. Menggambarkan hasil analisis data pada lansia di Wisma Anggrek Unit rehabilitasi Wredha Harapan Ibu Ngaliyan Semarang.c. Menggambarkan rencana keperawatan pada lansia di Wisma Anggrek Unit rehabilitasi Wredha Harapan Ibu Ngaliyan Semarang.d. Menggambarkan implementasi pada lansia di Wisma Anggrek Unit rehabilitasi Wredha Harapan Ibu Ngaliyan Semarang yang didukung dengan jurnal penelitian.e. Menggambarkan evaluasi pada lansia di Wisma Anggrek Unit rehabilitasi Wredha Harapan Ibu Ngaliyan Semarang.f. Menggambarkan rencana tindak lanjut pada lansia di Wisma Anggrek Unit rehabilitasi Wredha Harapan Ibu Ngaliyan Semarang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. LANSIALanjut usia adalah seseorang baik wanita maupun laki-laki yang telah berusia 60 tahun ke atas. Lanjut Usia secara fisik dapat dibedakan atas dua yaitu lanjut usia potensial maupun lanjut usia tidak potensial. Beberapa jenis permasalahan yang dialami lanjut usia antara lain secara fisik, mental, sosial dan psikologis. Sehingga hal ini akan mengakibatkan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam menkes RI mempunyai batasan usia lanjut sebagai usia pertengahan/middle age (65 tahun), lanjut usia/junior old (65-74 tahun), lanjut usia tua/old (75-90 tahun), dan usia sangat tua/very old (di atas 90 tahun).(Nugroho, 2000)B. TEORI PENUAANMenua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang dialami.(Nugroho, 2000)Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup. Proses menua pada setiap individu pada organ tubuh tidak sama cepatnya.C. TUGAS PERAWAT DALAM SETIAP TEORI PENUAAN Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori biologis, sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai definisi mengenai proses menua.4 Terkait dengan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia.1. Tugas Perawat dalam Teori BiologiPerawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya.Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Disamping itu kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.2. Tugas Perawat dalam Teori SosialPerawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara penerima manfaat satu dengan penerima manfaat yang lain maupun penerima manfaat dengan perawat sendiri.Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para penerima manfaat untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia.3. Tugas Perawat dalam Teori PsikologiPerawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas. Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi bersama dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran libido.Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia. D. NYERI Nyeri adalah suatu sensasi yang dirasakan seseorang dimana terjadi ketidaknyamanan, ketidakenakan, yang terlokalisir di suatu area pada tubuh, yang berasal dari stimulasi oleh saraf yang bertanggung jawab sebagai mekanisme protektif tubuh ssehingga menyebabkan seseorang memindahkan atau menarik diri dari sumber nyeri (Prize, 2006) Nyeri sendi adalah salah satu keluhan yang dirasakan oleh lansia khususnya penderita rheumatic.. Penyakit pirai (gout) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah. (Efendy, 2009)1. Macam-macam respon Nyeri (Suratun. 2008)a. Respon PsikologisRespon psikologi klien pada nyeri adalah suatu pemahaman klien terhadap nyeriyang bersifat subyektif. seperti : bahaya, merusak, infeksi, peningkatan ketidakmampuan, kehilangan mobilitas, menjadi tua, sembuh, perlu untuk penyembuhan, hukuman untuk berdosa, tantangan.b. Respon FisiologisRespon fisiologis terhadap nyeri meliputi:1) Stimulius simpatik : dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate, peningkatan heart rate, asokonstriksi perifer, peningkatan nilai gula darah, diaphoresis, peningkatan kekuatan otot, dilatasi pupil, dan penurunan motilitas gastro intestinal.2) Stimulus parasimpatik: wajah pucat, otot mengeras, penurunan HR, nafas cepat dan irreguler, nausea dan vomitus, kelelahan dan keletihan.c. Respon Tingkah LakuRespon yang ditimbulkan ketika individu mengalami nyeri adalah mengaduh, menangis, sesak nafas, mendengkur, meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan, menghindari percakapan, menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian dan focus pada aktivitas menghilangkan nyeri. 2. Pengukuran Nyeri (Prise, 2006)Berikut ini merupakan macam-macam pengukuran nyeri. a. Skala numerikNumerical rating scale adalah jenis pengukuran dimana klien diminta untuk menginterpretasikan skala nyeri kedalam suatu angka. Skala nyeri berupa angka 1-10 yang diberikan oleh klien. Skala Nol sebagai angka dimana tidak ada nyeri yang dirasakan, sedangkan angka 10 adalah angka dimana nyeri dianggap sangat hebat.

Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10

0 12 3 45 6 78 9 10Keterangan:0= tidak ada nyeri (none).1-3= nyeri ringan (mild).4-6= nyeri sedang (moderate).7-9= nyeri berat (severe).10= nyeri paling hebat (intolerable).3. Faktor yang mempengaruhi respon nyeri Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri adalah sebagai berikut: (Muttaqin, 2008)Faktor internal1) UsiaPada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena anggapan merekan bahwa nyeri adalah hal yang alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.2) PerhatianMeningkatnya focus perhatian klien pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. 3) AnsietasKetika cemas maka akan mempengaruhi nyeri yang dirasakan.4) PengetahuanNyeri dirasakan dan disadari otak, tetapi berlum tentu penderita akan tergangggu misalnya karena ia punya pengetahuan tentang nyeri sehingga ia menerimanya secara wajar.5) KelelahanKelelahan dapat meningkatkan nyeri sehingga banyak yang lebih nyaman memilih waktu istirahat.a. Faktor eksternal1) Pola kopingPola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.2) Support keluarga dan socialKetergantungan individu yang mengalami nyeri kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan serta perlindungan.3) KulturOrang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah yang menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.4) LingkunganNyeri dapat meningkat dipengaruhi oleh rangsangan dari lingkungan seperti kebisingan, cahaya yang sangat terang.5) PengobatanPengobatan analgesik yang diberikan sesuai dosis pemakaian mempercepat penurunan nyeri.

4. Gangguan Mobilitas FisikGangguan mobilitas fisik adalah suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang (Hutapea, 2005)..1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan ImobilitasFaktor-faktor yang turut menyebabkan gangguan mobilitas fisik antara lain:a. Penurunan fungsi musculoskeletalOtot-otot (atrofi, distrofi, atau cedera), tulang (infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis, atau osteomalasia), sendi (athritis dan tumor), atau kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan).b. Perubahan fungsi neurologisInfeksi, tumor, trauma, obat-obatan, penyakit vaskular (misalnya:stroke), penyakit demelinasi, penyakit degeneratif, gangguan metabolik (misalnya: hiperglikemia), gangguan nutrisi. c. NyeriPenyebabnya multipel dan bervariasi seperti penyakit kronis dan trauma.d. Defisit perceptualKelebihan atau kekurangan masukan persepsi sensori.e. Berkurangnya kemampuan kognitifGangguan proses kognitif, seperti demensia berat jauh.f. JatuhEfek fisik: cedera atau fraktur.Efek psikologis: sindrom setelah jatuh.g. Perubahan hubungan sosialFaktor-faktor aktual (mis, kehilangan pasangan, pindah jauh dari keluarga atau teman-teman), faktor-faktor persepsi (mis, perubahan pola pikir seperti depresi).h. Aspek psikologisKetidakberdayaan dalam belajar.2. Dampak Masalah pada LansiaLansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis dari imobilitas, perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami komplikasi-komplikasi ini imobilitas mempengaruhi tubuh yang telah terpengaruh sebelumnya (Price, 2006). Kompetensi fisik seseorang lansia berada pada tingkat ambang batas untuk aktivitas mobilitas tertentu. Perubahan lebih lanjut atau kehilangan dari imobilitas dapat membuat seseorang menjadi tergantung. Semakin besar jumlah penyebab imobilitas, semakin besar potensial untuk mengalami efek-efek akibat imobilitas (Kertia, 2009).Keuntungan latihan secara teratur untuk lansia termasuk memperlambat proses penuaan, memperpanjang usia. Fungsi kardiovaskular yang lebih baik dan peningkatan perasaan sejahtera (Keria, 2009).

3. PenatalaksanaanPenatalaksanaan meliputi empat level pencegahan, yaitu: (Tamber, 2009)a. Pencegahan Primer Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan mobilitas dan aktivitas bergantungan pada fungsi sistem muskuloskeletal, kardiovaskular dan pulmonal, walaupun latihan tidak akan mengubah rangkaian proses penuaan normal, hal tersebut dapat mencegah efek imobilitas yang merusak dan gaya hidup kurang gerak. Program latihan juga dihubungkan dengan peningkatan mood atau tingkat ketegangan ansietas dan depresi.Hambatan terhadap latihan: Berbagai hambatan mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Hambatan lingkungan termasuk kuranganya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung. Sikap budaya adalah hambatan lain untuk melakukan latihan. Model peran yang kurang gerak, gangguan citra tubuh, dan ketakutan akan kegagalan atau ketidaksetujuan semuanya turut berperan terhadap kegagalan lansia untuk berpartisipasi dalam latihan yang teratur.b. Pencegahan SekunderPencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi, diagnosa keperawatan yang dihubungkan dengan pencegahan sekunder adalah: gangguan mobilitas fisik.c. Pencegahan TersierUpaya-upaya rehabilitatif untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi dan terapi okupasi seseorang ahli gizi, aktivis sosial, dan keluarga serta teman-teman.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN Hari, Tanggal pengkajian: Selasa, 2 September 2014Waktu Pengkajian : 09.00 WIB

A. DATA UMUM1. Nama Lansia: Ny. M2. Usia: 72 Tahun3. Agama: Islam4. Suku: Jawa5. Jenis Kelamin: Perempuan6. Nama Wisma: Anggrek7. Pendidikan: Tidak Sekolah 8. Riwayat Pekerjaan: Pembantu Rumah Tangga9. Status Perkawinan: Janda10. Pengasuh Wisma: Ny. K

B. ALASAN BERADA DI PANTI Ny.M mengatakan alasan berada dipanti adalah tidak mempunyai saudara yang mau merawat sehingga beliau dibawa oleh petugas area tempat tinggalnya ke Panti Wreda Harapan Ibu.

C. DIMENSI BIOFISIK1. RIWAYAT PENYAKIT Ny. M mengatakan belum pernah mengalami sakit yang serius. Ny. M mengatakan sakit yang pernah dialami seperti nyeri pada lutut,gatal-gatal, pusing, panas, pegal-pegal. Pada saat pengkajian dilakukan tanggal 2 September 2014, Ny. M mengatakan merasa nyeri pada bagian lututnya pada saat bangun dari tempat tidur, dan pada saat berdiri maupun berjalan.TD: 120/80 mmHg, RR: 23 x/menit, teratur, HR: 86 x/menit, kuat, dan teratur, As. Urat: 10,3 mg/dL.2. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Ny. M mengatakan tidak ada riwayat penyakit dari keluarga.3. RIWAYAT PENCEGAHAN PENYAKITa. RIWAYAT MONITORING TEKANAN DARAHTanggalTekanan Darah

2 September 2014120/80 mmHg

3 September 2014120/70 mmHg

4 September 2014110/60 mmHg

5 September 2014120/70 mmHg

6 September 2014110/80 mmHg

8 September 2014100/80 mmHg

9 September 2014110/70 mmHg

b. RIWAYAT VAKSINASINy. M mengatakan tidak tahu tentang riwayat vaksinasi yang pernah dilakukan selama ini. Hasil pengkajian yang didapatkan dari pengasuh panti, selama Ny. M berada di Panti Wreda Harapan Ibu belum pernah mendapatkan vaksinasi apapun.c. SKRINING KESEHATAN YANG DILAKUKANHasil pengkajian melalui wawancara dengan pengasuh didapatkan data bahwa, belum pernah diadakan skrining kesehatan yang dilakukan pada Ny. M maupun lainsia lain yang berada di panti. 4. STATUS GIZITB= 143 cmBB= 37 kgIMT = = 37/(1,43)2= 38/2,0449 = 18,09 (Underweight)

5. MASALAH KESEHATAN TERKAIT STATUS GIZIa. MASALAH PADA MULUTNy. M mengatakan tidak ada masalah dengan kebersihan mulut. Gigi Ny. M sudah banyak yang ompong.b. PERUBAHAN BERAT BADANBerat badan Ny. M kurang dari normal selama kurang lebih 1 bulan terakhir.c. MASALAH NUTRISINy. M mengatakan makan nasi 2x dalam sehari, yaitu pada siang, dan sore hari. Ny. M juga terlihat tidak menghabiskan makanan yang diberikan oleh panti. Ny. M hanya makan porsi makanan, kadang hanya porsi. Ny. M mengatakan tidak nafsu makan karena selalu merasa kenyang walaupun belum makan sama sekali.6. MASALAH KESEHATAN YANG DIALAMI SAAT INIKlien mengatakan bahwa penyakit yang dirasakaan saat ini adalah nyeri lutut dan pinggang sehingga menghambat dalam aktifitas klien sehari-hari.Pengakajian Nyeri:P: Nyeri muncul pada saat bangun dari tempat tidur dan saat berdiri maupun berjalan.Q: Nyeri terasa seperti ditusukR: Lokasi nyeri berada di kedua lutut dan pinggangS: Skala nyeri 4T: Nyeri bersifat hilang timbul7. OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI SAAT INIObat yang dikonsumsi Ny. M seperti vitamin B complex, Kalk, dan obat pusing. 8. TINDAKAN SPESIFIK YANG DILAKUKAN SAAT ININy. M mengatakan akan menggosok lututnya dengan minyak kayu putih apabila nyeri timbul.

9. STATUS FUNGSIONAL (AKS)Mobilisasi: mandiriBerpakaian: mandiriMakan & minum: mandiriToileting: mandiriPersonal hygiene: mandiriMandi: mandiriDari hasil pengkajian diatas Ny. M masuk dalam kategori indeks KATZ A.

10. PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARINy. M mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan sehari-hari sudah disediakan oleh pengasuh panti.D. DIMENSI PSIKOLOGI1. STATUS KOGNITIFThe Short Portable Mental Status Quesionnaire (SPMSQ)PertanyaanJawaban

BetulSalah

1. Tanggal berapa hari ini?

2. Hari apakah hari ini?

3. Apakah nama tempat ini?

4. Berapa nomor telepon rumah anda?

5. Berapa usia anda?

6. Kapan anda lahir (tgl/bln/thn)?

7. Siapa nama presiden sekarang?

8. Siapa nama presiden sebelumnya?

9. Siapa nama ibu anda?

10. 5+6 adalah ?

SKOR37

Setelah dilakukan pengkajian dengan menggunakan The Short Portable Mental Status Quesionnare (SPMSQ) Ny. M memiliki 7 jawaban salah, status mental Ny.M dikategorikan gangguan sedang.2. PERUBAHAN YANG TIMBUL TERKAIT STATUS KOGNITIFNy. M mengatakan masih dapat mengingat kejadian-kejadian masa lalu tetapi untuk tanggal kejadian sudah tidak dapat mengingat kembali.. 3. DAMPAK YANG TIMBUL TERKAIT STATUS KOGNITIFNy. M telah mengalami masalah pada status mental, akan tetapi tidak menimbulkan dampak tertentu bagi klien.4. STATUS DEPRESIThe Geriatric Depresion ScalePERTANYAANJAWABANJAWABAN Ny. M

1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda?Tidak Ya

2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas yang anda minati?YaTidak

3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong?YaTidak

4. Apakah anda merasa bosan?YaYa

5. Apakah anda mempunyai semangat setiap waktu ?TidakYa

6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda ?YaYa

7. Apakah anda merasa bahagia setiap waktu ?TidakYa

8. Apakah anda merasa jenuh ?YaYa

9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, daripada pergi melakukan sesuatu yang baru ?YaYa

10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih banyak mengalami masalah dengan ingatan anda daripada yang lainnya ?YaTidak

11. Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini ?TidakYa

12. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini ?YaTidak

13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini ? TidakYa

14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada harapan lagi ?YaTidak

15. Apakah anda berfikir banyak orang lain lebih baik daripada anda ?Ya Tidak

Skor = 4 5. PERUBAHAN YANG TIMBUL TERKAIT STATUS DEPRESISetelah dilakukan pengkajian, dengan menggunakan skala depresi (The Geriatric Depression Scale), data menunjukkan bahwa Ny. M memiliki skor kesesuaian sebesar 11 item pada 15 item pertanyaan yang diberikan, sehingga data menunjukkan bahwa tidak terdapat tanda gejala depresi pada Ny.M.6. KEADAAN EMOSIa. ANXIETASNy. M mengatakan tidak merasa cemas dan takut akan sesuatu termasuk pada kematian. Klien juga tidak memiliki masalah dengan penghuni lain yang ada dip anti.b. PERUBAHAN PERILAKUNy. M tidak mengalami perubahan perilaku selama berada dipanti.

c. MOODNy. M mengatakan bahwa apabila klien ada masalah klien lebih memilih berdiam diri atau tidur. Menurut Ny. M, jika berbicara bisa memperpanjang masalah yang ada.

E. DIMENSI FISIK1. LUAS WISMALuas tanah : 3.783 m2Luas wisma: 2.303 m22. KEADAAN LINGKUNGAN DI DALAM WISMAa. PENERANGAN Berdasarkan observasi yang dilakukan, kondisi penerangan yang ada di dalam wisma cukup baik dan pencahayaan matahari dapat masuk ke dalam wisma. Jumlah jendela yang terdapat di sekitar wisma berjumlah kurang lebih 42 jendela kaca yang setiap harinya selalu dibuka. Kamar mandi yang ada didalam wisma cukup terang pada saat malam hari.b. KEBERSIHAN DAN KERAPIAN Berdasarkan observasi yang dilakukan, kebersihan ruangan sudah cukup bersih dan tertata rapi terutama pada penataan tempat tidur lansia. Pada kondisi sekitar tempat tidur Ny. M penataan barang-juga baik/ tidak berantakan. Lantai di dalam wisma selalu dibersihkan oleh petugas panti setiap hari.c. PEMISAHAN RUANGAN ANTARA PRIA DAN WANITA Berdasarkan observasi yang dilakukan, ruangan antar pria dan wanita juga terpisah. Jumlah pria dalam panti hanya ada 1 lansia, dimana lokasi ruangan berada dibelakang ruangan wanita. d. SIRKULASI UDARA Pada tiap wisma didalam panti. Pada tiap wisma terdapat 5 pintu yang berada di depan berjumlah 1, pintu yang berada disamping kanan dan kiri berjumlah 2, dan pintu belakang berjumlah 2 pintu. Kondisi pintu di wisma selalu dalam keadaan terbuka.e. KEAMANAN Kondisi lantai tidak licin sehingga tidak membahayakan para lansia yang berjalan. Dari observasi yang dilakukan juga terdapat juga pegangan yang berada di dekat toilet dan tempat wudhu. Pada panti tidak ditemukan alarm untuk digunakan sewaktu-waktu apabila ada tanda bahaya. f. SUMBER AIR MINUM Sumber air minum yang digunakan yaitu air gallon dengan kualitas air minum bersih. g. RUANG BERKUMPUL BERSAMA Panti wreda Harapan Ibu mempunyai ruangan yang dipakai untuk berkumpul bersama yang berada di depan setelah pintu masuk. Pada ruangan tersebut biasanya dimanfaatkan untuk kegiatan senam lansia dan kegiatan kelompok lainnya. Terdapat beberapa fasilitas yang ada diruangan berkumpul bersama seperti televisi, radio, dvd, dan pengeras suara.3. KEADAAN LINGKUNGAN DI LUAR WISMAa. PEMANFAATAN HALAMAN Kondisi halaman sekitar panti dimanfaatkan untuk menanam pohon buah buahan dan lahan parkir bagi pengunjung wisma. Beberapa tanaman yang ada dipanti seperti pohon nangka, jambu, mangga dan tanaman lainnya sehingga terlihat hijau.b. PEMBUANGAN AIR LIMBAH Pembuangan air limbah panti dialirkan ke selokan yang akan mengalir menuju sungai yang berlokasi disebelah wisma. Selokan kadang-kadang kotor dan bau karena penghuni panti sering membuang sampah di selokan.c. PEMBUANGAN SAMPAHPembuangan sampah berlokasi di samping wisma.d. SANITASI Terdapat tempat pembuangan sampah yang disediakan dan limbah toilet di wisma, sehingga kondisi sanitasi wisma cukup baik.e. SUMBER PENCEMARAN Dari data pengkajian, didapatkan data bahwa terdapat polusi udara yang sedikit karena lokasi wisma yang jauh dari pabrik dan di depan wisma ini jalan raya tetapi masih sedikit yang melintasi jalan tersebut.

F. DIMENSI SOSIAL1. HUBUNGAN LANSIA DENGAN LANSIA DIDALAM WISMA Hubungan Ny. M dengan lansia lain yang berada di wisma cukup baik, terbukti dengan ada beberapa lansia yang berbicara dengan Ny. M.2. HUBUNGAN ANTAR LANSIA DILUAR WISMA Ny. M terlihat jarang keluar wisma tetapi pada saat di luar wisma dan saat bertemu dengan lansia lain diluar wisma , klien dapat bersosialisasi.3. HUBUNGAN LANSIA DENGAN ANGGOTA KELUARGA Ny. M mengatakan tidak memiliki anggota keluarga ataupun sanak saudara yang dekat. Klien adalah anak tunggal, dan kedua orang tuanya sudah meninggal sejak klien berusia 5 tahun. Sebelumnya klien memiliki suami dan anak. Tetapi keduanya telah meninggal pada saat klien berusia 35 tahun. 4. HUBUNGAN LANSIA DENGAN PENGASUH WISMA Hubungan antara Ny. M dengan pengasuh lansia sangat baik terbukti dengan Ny. M diberi tanggungjawab untuk membantu pengasuh memasak di dapur.5. KEGIATAN ORGANISASI SOSIAL Hasil pengkajian didapatkan bahwa terdapat kegiatan posyandu lansia setiap 1 bulan sekali dan kegiatan keagamaan yang dilakukan pada hari kamis. Agenda kerja bakti dilakukan pada hari rabu, dan senam lansia dilakukan pada hari senin dan jumat. Ny.M sering mengikuti kegiatan yang ada di dalam wisma, tetapi pernah sesekali tidak ikut dikarenakan Ny. M juga harus membantu pengasuh wisma untuk memasak di dapur.

G. DIMENSI TINGKAH LAKU1. POLA MAKAN Frekuensi makan Ny. M 2 kali dalam sehari dengan porsi makan setengah dari porsi yang diberikan, kadang-kadang klien hanya menghabiskan porsi dari porsi yang diberikan. Klien mengatakan jarang merasa lapar selama berada di dalam wisma. Dari hasil pengkajian, kualitas dan kuantitas makanan yang diberikan sudah cukup baik. Ny. M makan makanan yang dirasa empuk karena giginya sudah banyak yang ompong. 2. POLA TIDUR Ny. M mengatakan tidur diatas jam 11 dan bangun jam 5 pagi atau pada saat subuh. Klien dapat terbangun di malam hari untuk BAK dan kadang tidak bisa tidur lagi. Klien mengalami kesulitan . Ny. M mntuk tidur siang karena cuaca yang panas.3. POLA ELIMINASI Ny. M mengatakan tidak mengalami masalah dalam eliminasi baik BAK maupun BAB. Dalam sehari BAK klien adalah 6-7 kali. Sedangkan BAB 1 kali dalam sehari. Ny. M mengatakan konsistensi BAB terkadang keras dan kecil-kecil. 4. KEBIASAAN BURUK LANSIA Ny. M memiliki kebiasaan buruk seperti suka tidur di lantai karena merasa cuaca panas. Klien tidak mengonsumsi obat-obatan yang berlebihan, tidak merokok atau minum-minuman keras.5. PELAKSANAAN PENGOBATAN Pemberian pengobatan yang dilakukan dengan cara diadakannya posyandu lansia yang dilakukan setiap 1 bulan sekali oleh petugas puskesmas setempat untuk memeriksa kesehatan para lansia yang tinggal di wisma.6. KEGIATAN OLAHRAGA Kegiatan olahraga yang dilaksanakan di wisma yaitu olahraga senam lansia di pagi hari tiap hari senin, rabu, dan jumat. Ny. M mengatakan bahwa klien kadang tidak sempat mengikuti kegiatan olah raga karena memiliki tanggung jawab membantu pengasuh di dapur,7. REKREASI Kegiatan rekreasi yang dilakukan di adalah berkumpul bersama dan bernyanyi. Bentuk rekreasi pada Ny. M adalah dengan menonton televise dan berkumpul dengan teman yang berada satu kamar dengan klien.8. PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pengambilan keputusan yang ada di wisma dilakukan oleh pengurus wisma dan ditetapkan oleh ketua pengurus atas persetujuan oleh ketua yayasan.

H. DIMENSI SISTEM KESEHATAN1. PERILAKU MENCARI PELAYANAN KESEHATAN Ny. M mengatakan jika terdapat adanya keluhan kesehatan, klien diberi obat sesuai kebutuhan oleh pengasuh wisma.2. SISTEM PELAYANAN KESEHATANa. Fasilitas Kesehatan Yang Tersedia Pada hasil pemgkajian, tidak ditemukan adanya fasilitas kesehatan yang tersedia di dalam wisma, sedangkan fasilitas kesehatan yang terletak di luar wisma seperti Puskesmas Pembantu Bringin. Petugas juga melakukan pemeriksaan kesehatan pada lansia di wisma 1 kali dalam 1 bulan,yang berada di luar panti adalah Puskesmas Pembantu Bringin. b. Jumlah Tenaga Kesehatan Hasil pengkajian didapatkan data bahwa tidak tersedia tenaga kesehatan yang terdapat didalam wisma. Hanya ada 1 dokter dan petugas kesehatan yang datang 1 kali dalam sebulan. Saat ini,. terdapat beberapa mahasiswa keperawatan yang praktek secara bergantian di Panti Wredha Harapan Ibu dalam memberika pelayanan kesehatan dan membantu para lansia.c. Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit Tindakan pencegahan yang dilakukan terhadap penyakit yang adalah dengan melakukan olah raga yaitu senam dan dikolaborasikan dengan memberikan vitamin kepada klien agar kondisi tubuh tidak bermasalah.d. Jenis Pelayanan Kesehatan Yang TersediaPelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas puskesmas yang berkunjung ke wisma berupa pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan dan tinggi badan. Jika terdapat keluhan, segera dilakukan pemeriksaan dan pemberian obat.e. Frekuensi Kegiatan Pelayanan KesehatanPelayanan kesehatan yang ada Semarang diberikan 1 bulan sekali kepada seluruh lsndis di wisma. Dalam pelayanan kesehatan klien mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis.

I. PEMERIKSAAN FISIKNoBagian/ regionHasil pemeriksaanMasalah keperawatan yang muncul

1.Kepala Mesocephal, rambut bersih, rambut berwarna putih beruban, tidak ada lesi, dan tidak ada nyeri tekanTidak ada

2.Wajah/ mukaBentuk muka bulat, kurus, keriput dan tidak ada lesi. Bibir masih simetris ketika tersenyum, warna kulit sama dengan kulit sekitarTidak ada

3.Mata Mata sebelah kanan cacat dan tidak dapat digunakan untuk melihat, mata sebelah kiri masih dapat melihat, simetris, tidak anemis, tidak ikterik, terdapat kantung mata, tidak ada benjolan, dan tidak ada nyeri tekan.Tidak ada

4.TelingaPendengaran klien sudah mulai berkurang, bersih, tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan di kedua telinga, tidak ada lesi.Tidak ada

5.Mulut dan gigiGigi ompong, gusi terlihat bersih, lidah bersih, bibir lembab, tidak ada pembesaran tonsil, mukosa mulut tidak ada lesi.Tidak ada

6.LeherSimetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid, tidak ada pergeseran trakeaTidak ada

7.DadaI : Simetris, tidak ada jejas atau lukaPa: taktil fremitus kanan=kiriPe: resonan seluruh lapang paruAu: vesikuler di seluruh lapang paruTidak ada

8.JantungI : ictus cordis tidak tampakPa: IC teraba di SIC IV Pe: Pekak dan tidak ada pembesaran jantung.Au: BJ 1,2 murniTidak ada

9.AbdomenI: simetrisAu: Bising usus terdengar 10x/menitPe: timpaniPa: tidak ada nyeri tekanTidak ada

10.Ekstremitas atasTidak ada odema, turgor kulit 2 detik, capillary refill