Upload
syayidakhasani
View
108
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ASKEP HEMOROID
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal.
Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami
berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena. Hemoroid juga biasa
terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena
pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan
pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang
disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan
hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi
dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas sfingter anal
sedangkan yang muncul di luar sfingter anal disebut hemoroid eksternal. (Brunner
& Suddarth, 1996).
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita.
Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak
pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini, masalah yang dirumuskan adalah sebagai
berikut :
1. Apa anatomi fisiologi dari hemoroid ?
2. Apa definisi dari hemoroid ?
3. Apa etiologi dari hemoroid ?
4. Apa saja klasifikasi dari hemoroid ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari hemoroid ?
6. Bagaimana patofisiologi dari hemoroid ?
7. Bagaimana Pathway of Caution dari hemoroid ?
8. Apa saja komplikasi dari hemoroid ?
1
9. Bagaimana penatalaksanaan dari hemoroid ?
10. Apa saja upaya pencegahan agar tidak terjadi hemoroid ?
11. Apa saja pemeriksaan penunjang dari hemoroid ?
12. Apa prognosa dari hemoroid ?
13. Bagaimana konsep asuhan keperawatan hemoroid ?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Anatomi fisiologi dari hemoroid.
2. Definisi dari hemoroid.
3. Etiologi dari hemoroid.
4. Klasifikasi dari hemoroid.
5. Manifestasi klinis dari hemoroid.
6. Patofisiologi dari hemoroid.
7. Pathway of Caution dari hemoroid.
8. Komplikasi dari hemoroid.
9. Penatalaksanaan dari hemoroid.
10. Upaya pencegahan agar tidak terjadi hemoroid.
11. Pemeriksaan penunjang hemoroid.
12. Prognosa dari hemoroid.
13. Konsep asuhan keperawatan hemoroid.
2
BAB II
KONSEP DASAR HEMOROID
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula
mengikuti cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok
kebelakang pada ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada
fleksura perinealis. Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi
anus. Rektum mempunyai sebuah proyeksi ke sisi kiri yang dibentuk oleh lipatan
kohlrausch. Fleksura sakralis terletak di belakang peritoneum dan bagian
anteriornya tertutup oleh peritoneum. Fleksura perinealis berjalan ektraperitoneal.
Haustra (kantong) dan tenia (pita) tidak terdapat pada rektum, dan lapisan otot
longitudinalnya berkesinambungan.
Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup
banyak meluas yakni ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin
buang air besar. Di bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap –
sayap ke dalam lumen rektum, dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan
diantara keduanya terdapat satu lipatan yang lebih besar pada sisi kanan, yakni
lipatan kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm dari anus. Melalui kontraksi serabut –
serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan pada kontraksi serabut
otot longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi. Kanalis analis pada dua pertiga
bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang sedikit bertanduk yang
mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit bagian luar, kulit
ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai epidermis
berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat.
Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis. Pada daerah ini, 6
– 10 lipatan longitudinal berbentuk gulungan, kolumna analis melengkung ke
dalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh dan tertutup
beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung bawahnya,
kolumna analis saling bergabung dengan perantaraan lipatan transversal. Alur –
alur diantara lipatan longitudinal berakhir pada kantong dangkal pada akhiran
analnya dan tertutup selapis epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang
3
panjangnya kira – kira 1 cm, disebut daerah hemoroidal, cabang arteri rektalis
superior turun ke kolumna analis terletak di bawah mukosa dan membentuk dasar
hemoroid interna.
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah
pleksus vena hemoroidalis superior diatas linea dentata/garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam
jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada
tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang ( jam 11), dan kiri
lateral ( jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer
tesebut. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di
dalam jaringan di bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan
merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah
dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis
superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan
darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka
2.2 Definisi
Hemoroid (wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung
pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan anus. Anus merupakan
lubang di ujung saluran pencernaan dimana limbah (tinja, kotoran) keluar dari
dalam tubuh. Rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan diatas anus,
dimana tinja disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui anus. (Gale, 2000 :
177).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi kanal anal. Hemoroid
dibagi menjadi 2, yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna
merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media dan hemoroid eksterna
merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai dengan istilah yang
digunakan, maka hemoroid eksterna timbul disebelah luar otot sfingter ani, dan
hemoroid interna timbul di sebelah dalam sfingter. (Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah vol 2 hal 142).
4
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang
tidak merupakan keadaan patologik. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan
keluhan atau penyulit diperlukan tindakan. (R. Sjamsuhidayat, wim de jong).
2.3 Etiologi
Wasir bisa terjadi karena peregangan berulang selama buang air besar, dan
sembelit (kesulitan buang air besar, konstipasi) bisa membuat peregangannya
bertambah buruk.
Penyakit hati menyebabkan kenaikan tekanan darah pada vena portal dan kadang-
kadang menyebabkan terbentuknya wasir.
Wasir dapat diakibatkan oleh hal-hal berikut di bawah ini sehingga perlu
diwaspadai dan dihindari :
1. Terlalu banyak duduk.
2. Diare menahun.
3. Kehamilan ibu hamil yang diakibatkan perubahan hormon.
4. Keturunan penderita wasir.
5. Hubungan seks yang tidak lazim, anal seks.
6. Penyakit yang membuat mengejan penderita. Misalnya: pembesaran
prostat jinak ataupun kanker prostat, penyempitan saluran kemih, dan sering
melahirkan anak.
7. Sembelit / konstipasi / obstipasi menahun. Penyebab susah buang air ini
adalah kurang minum, kurang makan serat, kurang olah raga atau banyak duduk
dan mengangkat barang yang berat-berat.
8. Penekanan kembali aliran darah vena. Seperti pada kanker dubur, radang
dubur, penyempitan dubur, kenaikan tekanan pembuluh darah porta (di dalam
rongga perut), sakit lever jenis sirosis (mengkerut), lemah jantung, dan limpa
bengkak.
9. Melahirkan.
10. Obesitas.
11. Usia lanjut.
12. Batuk berat.
13. Mengangkat beban berat.
5
14. Tumor di abdomen/usus proksimal.
(Dr. Sumitro Arkanda, 2003. Ringkasan Ilmu Bedah, Penerbit Bina Aksara)
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organik, kelainan
organik yang menyebabkan gangguan adalah :
a. Sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar
sehingga terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke
esofagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena trombosis
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena
sehingga alirannya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tumor ovarium,
tumor rektal, dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelainan organik, hanya ada faktor - faktor
penyebab timbulnya hemoroid. Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan
bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Terkena di daerah mesenterium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah
kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
1. Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi
akan mempengaruhi timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.
2. Gangguan devekasi miksi.
3. Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
4. Tonus sfingter ani yang kaku atau lemah
(Dr. Sumitro Arkanda, 1987. Ringkasan Ilmu Bedah, Penerbit Bina Aksara)
6
Pada seseorang wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya
hemoroid yaitu :
1. Adanya tumor intra abdomen.
2. Kelemahan pembuluh darah sewaktu hamil akibat pengaruh perubahan
hormonal.
3. Mengedan sewaktu partus.
(Dr. Sumitro Arkanda, 1987. Ringkasan Ilmu Bedah, Penerbit Bina Aksara)
Faktor resiko hemoroid :
1. Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis.
2. Anatomik
Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemoroidalis kurang
mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya.
3. Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat,
mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
4. Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter
menjadi tipis dan atonis.
5. Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus (sekresi
hormon kelaksin).
6. Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam
rongga perut. Misalnya penderita hipertropi prostat.
7. Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensasi
kordis atau sirosis hepatis.
8. Radang
Adalah faktor penting yang menyebabkan vitalitas jaringan di daerah itu
berkurang.
7
2.4 Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1. Hemoroid interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh
darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani
bisa terlihat muncul menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna.
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena
tidak adanya serabut-serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa
menonjol keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil
tindakan operasi untuk membuang.
Hemoroid interna dikelompokan dalam empat derajat, yaitu :
Derajat I : Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa nyeri pada
waktu defekasi.
Derajat II : Menonjol melalui kanalis analis pada saat mengedan ringan tetapi
dapat masuk kembali secara spontan.
Derajat III : Hemoroid menonjol saat mengedan dan harus didorong kembali
sesudah defekasi.
Derajat IV : Merupakan hemoroid yang menonjol keluar dan tidak dapat
didorong masuk kembali.
2. Hemoroid eksterna
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis :
Akut : Berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
merupakan suatu hematoma walaupun disebut sebagai hemoroid thrombosis
eksternal akut.
Kronis : Berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat
dan sedikit pembuluh darah. (Purnawan Junadi, 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Kedua, Penerbit Aesculavius, Jakarta Media)
8
2.5 Manifestasi Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal
dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan
oleh trombosis.Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat
menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak
selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan
perdarahan atau prolaps.
1. BAB berdarah, biasanya berupa darah segar yang menetes pada akhir defekasi.
2. Prolaps :
- Grade I : prolaps (-), perdarahan (+)
- Grade II : prolaps (+), masuk spontan
- Grade III : prolaps (+), masuk dengan manipul
- Grade IV : prolaps (+), inkarserata
3. BAB berlendir, timbul karena iritasi mukosa rektum.
4. Pruritus ani sampai dermatitis, proktitis.
5. Nyeri.
(Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis & Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta : EGC)
2.6 Patofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Beberapa faktor etiologi telah diajukan, termasuk
konstipasi atau diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan,
pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronik yang
disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu sistem
portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.
Hemoroid adalah bagian normal dari anorektal manusia dan berasal dari bantalan
jaringan ikat subepitelial di dalam kanalis analis. Sejak berada di dalam
kandungan, bantalan tersebut mengelilingi dan mendukung anastomosis distal
antara a. rektalis superior dengan v. rektalis superior, media, dan inferior.
9
Bantalan tersebut sebagian besar disusun oleh lapisan otot halus subepitelial.
Jaringan hemoroid normal menimbulkan tekanan di dalam anus sebesar 15-20 %
dari keseluruhan tekanan anus pada saat istirahat (tidak ada aktivitas apapun) dan
memberikan informasi sensoris penting yang memungkinkan anus untuk dapat
memberikan presepsi berbeda antara zat padat, cair, dan gas.
Pada umumnya, setiap orang memiliki 3 bantalan jaringan ikat subepitelial pada
anus. Bantalan-bantalan tersebut merupakan posisi-posisi dimana hemoroid bisa
terjadi. Ada 3 posisi utama, yaitu: jam 3 (lateral kiri), jam 7 (posterior kanan), dan
jam 11 (anterior kanan). posterior kanan kiri pasien pasien anterior Sebenarnya
hemoroid dapat juga menunjuk pada posisi lain, atau bahkan dapat sirkuler,
namun hal ini jarang terjadi. Dengan pedoman tersebut kita bisa tentukan arah jam
lainnya. Secara umum gejala hemoroid timbul ketika hemoroid tersebut menjadi
besar, inflamasi, trombosis, atau bahkan prolaps. Adanya pembengkakan
abnormal pada bantalan anus menyebabkan dilatasi dan pembengkakan pleksus
arterivenous.Hal ini mengakibatkan peregangan otot suspensorium dan terjadi
prolaps jaringan rektum melalui kanalis analis. Mukosa anus yang berwarna
merah terang karena kaya akan oksigen yang terkandung di dalam anastomosis
arterivenous.
Hemoroid adalah bantalan jaringan ikat dibawah lapisan epitel saluran anus.
Sebagai bantalan, maka ia berfungsi untuk :
- Mengelilingi dan menahan anastomosis antara arteri rektalis superior dengan
vena rektalis superior, media, dan inferior.
- Mengandung lapisan otot polos di bawah epitel yang membentuk masa
bantalan.
- Memberi informasi sensorik penting dalam membedakan benda padat, cair, atau
gas.
- Secara teoritis, manusia memiliki tiga buah bantalan pada posterior kanan,
anterior kanan, dan lateral kiri.
Kelainan-kelainan bantalan yang terjadi adalah pembesaran, penonjolan keluar,
trombosis, nyeri, dan perdarahan yang kemudian disebut/menjadi ciri dari
hemoroid. (Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis & Proses-
Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC)
10
2.7 Pathway of Caution
2.8 Komplikasi
1. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi
trombosis.
2. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan
meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.
3. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada
umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar.
(Guyton A. C, Hall J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta :
EGC)
11
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah.
1. Penatalaksanaan Medis
Ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai III atau semua derajat
hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau pasien yang menolak operasi.
a. Non-farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara memperbaiki
defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan
minum, perbaikan pola/cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel
Management Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin
feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting).
Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam
air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja
yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat
menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
b. Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan
gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
1. Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja
(stool softener). Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara lain
psylium atau isphaluga Husk (contoh : Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk)
yang berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi
bubuk . Obat ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan
meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain buang angin dan
kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (contoh : laxadine, dulcolax,
dan lain-lain).
2. Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau
kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan
Faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi
12
radang daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC,
Scheriproct.
3. Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena
hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari
jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh
darah.
4. Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2
tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala
inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.
c. Minimal Invasif
Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan
tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif antara lain skleroterapi
hemoroid atau ligasi hemoroid atau terapi laser. Dilakukan jika pengobatan
farmakologis dan non-farmakologis tidak berhasil.
d. Terapi Bedah
1. Bedah Konvensional
Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi
dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap
pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot
sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips
dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus
hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai
13
jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara
longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu.
Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum
yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada
mengambil terlalu banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan
jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi
jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem
diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa
menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam
karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.
a. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya
alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan
terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan
nyeri yang minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa
nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat
post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut
saraf terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya
mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf
14
menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat,
luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka
akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.
b. Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus.
Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan
hemoroid dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol
keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps
jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan
mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena
jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga
tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus.
Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan
sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian
atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian
jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar
sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang
berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai
darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan
sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45
menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin
singkat.
15
2. Penatalaksanaan Tindakan Operatif
Ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna atau semua derajat
hemoroid yang tidak berespon terhadap pengobatan medis.
a. Prosedur ligasi pita karet.
b. Hemoroidektomi kriosirugi.
c. Laser Nd : YAG.
d. Hemoroidektomi.
3. Penatalaksanaan Tindakan Non-Operatif
a. Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, terapi laser adalah teknik terbaru
yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya.
b. Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan
berdarah. Membantu mencegah prolaps.
Nursing Assesment :
1. Personal hygiene yang baik terutama didaerah anal.
2. Menghindari mengejan selama defekasi.
3. Diet tinggi serat.
4. Bedrest/tirah baring untuk mengurangi pembesaran hemoroid.
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan higiene personal
yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat
yang mengandung buah dan sekam mungkin satu-satunya tindakan yang
diperlukan; bila tindakan ini gagal, laksatif yang berfungsi mengabsorpsi air saat
melewati usus dapat membantu. Rendam duduk dengan salep, dan supositoria
yang mengandung anestesi, astrigen (witch hazel), dan tirah baring adalah
tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.
Tindakan bedah konservatif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pita-
karet. Hemoroid dilihat melalui anosop, dan bagian proksimal di atas gari
mukokutan dipegang dengan alat. Pita karet kecil kemudian diselipkan di atas
hemoroid. Bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah
beberapa hari dan lepas. Terjadi fibrosis yang mengakibatkan mukosa anal bawah
turun dan melekat pada otot dasar. Meskipun tindakan ini memuaskan bagi
beberapa pasien, namun pasien lain merasakan tindakan in menyebabkan nyeri
16
dan mengakibatkan hemoroid sekunder dan infeksi perianal.
Hemoroidektomi kriosirugi adalah metode untuk mengangkat hemoroid dengan
cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul
nekrosis. Meskipun hal ini relatif kurang menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak
digunakan dengan luas karena menyebabkan keluarnya rabas yang berbau sangat
menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuhnya.
Laser Nd :YAG telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama
hemoroid eksternal. Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan nyeri. Hemoragi
dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode pasca operatif.
Metode pengobatan hemoroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang harus
diatasi dengan bedah lebih luas. Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat
dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini.
Selama pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan
hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi. Kemudian dieksisi.
Setelah prosedur operasi selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk
memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa Oxygel
dapat diberikan di atas luka anal.
Biasanya, wasir tidak membutuhkan pengobatan kecuali bila menyebabkan gejala.
Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi sembelit dan peregangan yang
menyertainya. Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderit wasir yang
mengalami perdarahan. Dengan suntikan ini, vena digantikan oleh jaringan parut.
Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan skleroterapi, diikat
dengan pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet, meyebabkan wasir menjadi
layu dan putus tanpa rasa sakit. Pengobatan ini dilakukan dengan selang waktu 2
minggu atau lebih. Mungkin diperlukan 3-6 kali pengobatan. Wasir juga bisa
dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser), sinar infra merah
(fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus listrik (elektrokoagulasi).
Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal. Bila wasir dengan
bekuan darah menyebabkan nyeri, maka bisa diobati dengan cara:
1. Duduk berendam dalam air hangat.
2. Mengoleskan salep obat bius lokal.
3. Pengompresan dengan kemiri.
17
Nyeri dan pembengkakan biasanya akan berkurang beberapa saat kemudian, dan
bekuan menghilang setelah 4-6 minggu. Pilihan lainnya adalah memotong vena
dan mengeluarkan bekuan, yang dengan segera akan mengurangi nyeri.
(Susan Martin Tucker, 1998. Standar Perawatan Pasien, Edisi V Vol 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta)
2.10 Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain :
1. Jalankan pola hidup sehat.
2. Olah raga secara teratur (contoh : berjalan).
3. Makan makanan berserat.
4. Hindari terlalu banyak duduk.
5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dan lain-lain.
6. Hindari hubungan seks yang tidak wajar.
7. Minum air yang cukup.
8. Jangan menahan kencing dan berak.
9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan.
10. Jangan mengejan berlebihan.
11. Duduk berendam pada air hangat.
12. Minum obat sesuai anjuran dokter.
2.11 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps,
selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
18
dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.
2. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila
penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor
ganas harus diperhatikan.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feces
harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
4. Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy
5. Laboratorium : Eritrosit, Leukosit, dan Hb
2.12 Prognosa
Hemoroidektomi tampaknya lebih efektif dan permanen, tetapi
mempunyai kerugian komplikasi post operasi.
19
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HEMOROID
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama :
Jenis kelamin : pada Laki-laki
Agama :
Umur : 40 – 55 thn
Status :
Tanggal lahir :
Suku Bangsa :
2. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan
pada anus atau nyeri pada saat defekasi.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan
yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang
kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan
pembedahan sehingga akan kembali RPD.
20
4. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan
a. Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran
tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga
perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.
b. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi
lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang
banyak orang mondar-mandir.
c. Pola Aktivitas
Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitasnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan
keluarganya.
d. Pola Eleminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah,
pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain
akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik
otot-otot tractus degestivus.
5. Pemeriksaan fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
menempel pada tempat tidur.
1. Inspeksi
- Pada inspeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
21
- Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
- Warna benjolan terlihat kemerahan.
- Benjolan terletak di dalam ( internal ).
2. Palpasi
Dilakukan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan
melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus dan
ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
6. Informasi penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
- Hb 14,3 Normal : 14-18 mg/dl
- Leukosit 12-700 Normal : 4000 – 11.000
- Elektrolit :
1. K 2,8 Normal : 3,6 – 5,5 mmol/L
2. Na 137,6 Normal : 135 – 155 mmol/L
3. Cl 107 Normal : 70 – 108 mmol/L
b. Diagnostik
- Kolonoscopy
- Anoskopy
22
Analisa Data
No. Data Penunjang Etiologi Masalah
1. DS:
1. Pasien mengeluh BAB
seminggu yang lalu terasa
sangat nyeri dan keluar
darah segar bersama
dengan feses,bahkan darah
menetes saat BAB.
2. Pasien mengeluh BAB
terakhir saat keras,sehingga
harus mengedan karena
hemoroid pasien kambuh
lagi.
3. Pasien mengeluh pola
BAB memang tidak normal
dari dulu,pasien BAB 1-2
kali /minggu, walupun
sering makan sayur dan
buah-buahan.
4. Pasien mengatakan saat
ini hampir seminggu belum
BAB karena takut
meresakan nyeri dan
perdarahan seperti
sebelumnya.
DO:
1. Distensi abdomen (+)
Pembesaran
Vena
Hemoroidalis
Konstipasi
23
2. Teraba massa pada regio
bawah abdomen.
3. Pemeriksaan anus
adanya benjolan dibawah
kulit kanalis analis yang
nyeri, tegang, berwarna
kebiru–biruan, berukuran 1
cm, benjolan harus
didorong dengan tangan
agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. Pola BAB tidak teratur.
2. Karakteristik
feses(warna: kuning
kecoklatan, konsistensi:
lembek berampas)
2. DS:
1. Pasien mengeluh nyeri
dan panas pada daerah
anus.
2. Pasien mengeluh nyeri
pada saat duduk dan
berbaring terutama saat
tidur malam hari.
3. Pasien mengeluh BAB
seminggu yang lalu terasa
sangat nyeri dan keluar
darah srgar bersama dengan
Adanya
hemoroid pada
daerah anal
Nyeri
24
feses,bahkan darah menetes
saat BAB.
DO:
1.TTV :
TD = 120/80 mmHg
2. Distensi abdomen (+)
3. Pemeriksaan anus
adanya benjolan dibawah
kulit kanalis analis yang
nyeri, tegang, berwarna
kebiru–biruan, berukuran 1
cm, benjolan harus
didorong dengan tangan
agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. skala nyeri 6
2. pasien tampak meringis
3. pasien tampak
memegangi daerah nyeri.
4. pasien tidak dapat tidur.
3. DS : pasien mengeluh BAB
seminggu yang lalu karena
keluar darah segar bersama
feses bahkan darah menetes
saat BAB
DO :
Pecahnya Vena
Hemoroidalis
Perdarahan
V.Hemoroidalis
25
1. TTV : TD = 120/80
mmHg
2. Pasien tampak lemah
3. Konjungtiva pucat
4. hasil lab :
Hb= 8,9 gr/dl
Data Tambahan :
1. Pasien tidak dapat
melakukan aktivitas
mandiri.
2. Pasien cepat lelah setelah
beraktivitas.
3. Banyaknya aktifitas
pasien yang dibantu oleh
orang lain
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operatif
1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai
dengan perdarahan waktu BAB.
b. Post Operatif
26
1. Gangguan rasa nyaman nyeri pada luka operasi berhubungan dengan adanya
jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong anus.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan dirumah.
27
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan/Intervensi
a. Pre operatif
No.Diagnosa
KeperawatanTujuan Intervensi Rasional
1. Konstipasi
berhubungan
dengan
pembesaran
vena
hemoroidalis.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2 x 24 jam
diharapkankonstipasi
teratasi.
KH:
a.Pola BAB normal
(1-2x/minggu).
b.Konsistensi feses
lunak.
c.Warna feses
kuning.
d.Pasien tidak takut
untuk BAB.
e.Tidak ada nyeri
pada saat BAB.
1.Berikan dan
anjurkan
minum kurang
lebih 2
liter/hari.
2.Berikan
posisi semi
fowler pada
tempat tidur.
3.Anjurkan
mengkonsumsi
makana tinggi
serat.
4.Auskultasi
bunyi usus.
5.Hindari
makanan yang
membentuk
gas.
1.Mencegah
dehidrasi secara
oral.
2.Meningkatkan
usaha evakuasi
feses.
3.Makanan
tinggi serat
dapat
melancarkan
proses defekasi.
4.Bunyi usus
secara umum
meningkat pada
28
6.Kurangi /
batasi makana
seperti produk
susu.
7.Berikan laktasif
sesuai program
dokter.
diare dan menurun
pada konstipasi.
5.Menurnnkan
distres gastrik dan
distensi abdomen.
6.Makanan ini
2.
.
Nyeri
berhubunga
n dengan
adanya
hemoroid
pada
daerah
anal.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkannyeri
teratasi.
KH:
a.Wajah pasien
tampak meringis.
b.Skala nyeri
berkurang 0-3 atau
hilang.
c.Pasien dapat
1.Berikan
Posisi yang
nyaman.
2.Berikan
bantalan
dibawah
bokong saat
duduk.
3.Observasi
tanda-tanda
vital.
4.Ajarkan
1.Minimalkan
stimulasi/meningkatk
an relaksasi.
2.Meminimalkan
tekanan di bawah
bokong/meningkatka
n relaksasi.
3.Untuk menentukan
intervensi
selanjutnya.
4.Pengalihan
perhatian melalui
kegiatan-kegiatan.
29
istirahat tidur.
d.TTV Normal
TD: 100/80 mmHg
teknik untuk
menguranyi
rasa nyeri
seperti
membaca,
menarik nafas
panjang,
menonton TV,
dll.
5.Berikan
kompres
dingin pada
daerah anus 3-
4 jam
dilanjutkan
dengan redam
duduk hangat
3-4 x/hari.
6.Berikan
lingkungan
yang tenang.
7.Kolaborasi
dengan dokter
untuk
pemberian
analgesik,
pelunak feses
dan dilakukan
hemoroidecto
mi.
5.Meningkatkan
relaksasi.
6.Menurunkan
ketidaknyamanan
fisik.
7.Mengurangi nyeri
dan menurunkan
rangsang saraf
simpatis dan untuk
mengangkat
hemoroid.
30
3. Perdarahan
berhubunga
n dengan
pecahnya
vena
hemoroidal
is yang
ditandai
dengan
perdarahan
waktu
BAB.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkankekurang
an nutrisi terpenuhi.
KH:
a.Konjungtiva
pasien merah muda.
b.Hb Normal (12-14
g/dl).
c.Tidak ada
perdarahan
v.hemoroid.
d.Dapat melakukan
aktivitas mandiri.
e.Pasien tidak cepat
lelah setelah
beraktivitas.
f.Aktifitas pasien
sudah tidak dibantu
oleh perawat.
1.Observasi
TTV.
2.Monitor
banyaknya
perdarahan
pasien.
3.Kaji ulang
tingkat
toleransi
aktifiitas
pasien.
4.Memandirika
n pasien dalam
melakukan
aktifitas sehari-
hari.
Kolaborasi:
1.Konsultasika
n nutrisi untuk
pasien dengan
ahli gizi.
2.Berikan
vitamin K dan
B12 sesuai
indikasi.
3.Konsultasi
dengan ahli
gizi.
1.Untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
2.Untuk menentukan
tingkat kehilangan
cairan.
3.Untuk mengetahui
tingkat kelemahan
pasien.
4.Mengurangi
ketergantungan
aktifitas pasien
dengan bantuan
perawat.
Kolaborasi:
1.Untuk menentukan
kebutuhan nutrisi
yang tepat pada
pasien.
2.Untuk membantu
proses pembekuan
darah dan Untuk
meningkatkan
produksi sel darah
merah.
3.Untuk menentukan
diet yang tepat bagi
pasien.
4.Untuk
31
4.Berikan
cairan IV.
menggantikan
banyaknya darah
yang hilang selama
perdarahan.
b. Post operatif
1. Gangguan
rasa nyaman
nyeri pada
luka operasai
berhubungan
dengan
adanya
jahitan pada
luka operasi
dan
terpasangnya
cerobong
anus.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam
berkurangnya
rasa nyeri pada
daerah pasca
operasi.
KH:
a.tidak terdapat
rasa nyeri pada
luka operasi
b.pasien dapat
beraktivitas
sesuai
kemampuan
c.sekala nyeri 0-
3
d.pasien tampak
1. Beri posisi
tidur yang
menyenangkan
pasien.
2. Ganti balutan
setiap pagi sesuai
tehnik aseptik
3. Latihan jalan
sedini mungkin
4. Observasi
daerah rektal
apakah ada
perdarahan
1. Dapat
menurunkan
tegangan abdomen
2. Melindungi
pasien dari
kontaminasi silang
selama penggantian
balutan. Balutan
basah bertindak
sebagai penyerap
kontaminasi
eksternal
3. Menurunkan
masalah yang terjadi
karena imobilisasi
4. Perdarahan pada
jaringan, inflamasi
lokal atau terjadinya
infeksi dapat
meningkatkan rasa
nyeri
32
rileks
5. Berikan
penjelasan
tentang tujuan
pemasangan
cerobong anus
(untuk
mengalirkan sisa-
sisa perdarahan
yang di dalam
bisa keluar)
6. Cerobong anus
dilepas sesuai
advice dokter
5. Pengetahuan
tentang manfaat
cerobong anus dapat
membuat pasien
paham guna
cerobong anus untuk
kesembuhan
lukanya
6. Meningkatkan
fungsi fisiologis
anus dan
memberikan rasa
nyaman pada daerah
anus pasien karena
tidak ada sumbatan
2. Resiko infeksi
berhubungan
dengan
pertahanan
primer tidak
adekuat.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam infeksi
tidak terjadi.
KH:
a.tidak terdapat
tanda-tanda
infeksi (dolor,
kalor, rubor,
1. Observasi
tanda vital
2. Observasi
1. Respon
autonomik meliputi
TD, respirasi, nadi
yang berhubungan
dengan keluhan /
penghilang nyeri .
Abnormalitas tanda
vital perlu di
observasi secara
lanjut
2. Deteksi dini
terjadinya proses
infeksi dan /
33
tumor,
fungsiolesa)
b.TTV Normal
(TD: 120/80
mmHg, N: 96
x/menit, S:
36,7OC, RR: 18
x/menit)
c.luka
mengering
balutan setiap 2
jam, periksa
terhadap
perdarahan dan
bau.
3. Ganti balutan
dengan teknik
aseptik
4. Bersihkan area
perianal setelah
setiap defekasi
5. Berikan diet
rendah serat dan
minum yang
cukup
pengawasan
penyembuhan luka
oprasi yang ada
sebelumnya
3. Mencegah
meluas dan
membatasi
penyebaran luas
infeksi atau
kontaminasi silang
4. Mengurangi /
mencegah
kontaminasi daerah
luka
5. Mengurangi
rangsangan pada
anus dan mencegah
mengedan pada
waktu defekasi
3. Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi
perawatan
dirumah.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam pasien
dapat
melakukan
perawatan area
anal dirumah.
1. Diskusikan
pentingnya
penatalaksanaan
diet rendah sisa
atau serat.
2. Demontrasikan
1. Pengetahuan
tentang diet berguna
untuk melibatkan
pasien dalam
merencanakan diet
dirumah yang sesuai
dengan yang
dianjurkan oleh ahli
gizi
2. Pemahaman
akan meningkatkan
34
KH:
a.pasien
mengerti
tentang
perawatan
dirumah
b.keluarga
mengerti
tentang proses
penyakit dan
perawatannya
c.pasien
menunjukkan
wajah tengang
perawatan area
anal dan minta
pasien
menguilanginya
3. Berikan
rendam duduk
4. Bersihakan
area anus dengan
baik dan
keringkan
seluruhnya
setelah defekasi
kerja sama pasien
dalam program
terapi,
meningkatkan
penyembuhan dan
proses perbaikan
terhadap
penyakitnya
3. Meningkatkan
kebersihan dan
kenyaman pada
daerah anus (luka
atau polaps)
4. Melindungi area
anus terhadap
kontaminasi kuman-
kuman yang berasal
dari sisa defekasi
agar tidak terjadi
infeksi
3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien
mencapai tujuan yang diharapkan.
35
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian
asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu pasien
mencapai tujuan pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63,
dikutip dari Lyer, et.al, 1996)
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan. (Gaffar, 1999 ; 65)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. (Nursalam, 2001 ; 63)
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu
persiapan, perencanaan, dan dokumentasi.
a. Fase persiapan, meliputi :
1) Review tindakan keperawatan.
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul.
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
5) Persiapan lingkungan yang kondusif.
6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik.
b. Fase intervensi
1) Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau
perintah dokter atau tim kesehatan lain.
36
2) Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim
kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dll).
3) Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana
tindakan medis dilaksanakan.
c. Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu :
1) Sources Oriented Records (SOR)
2) Problem Oriented Records (POR)
3) Computer Assisted Records (CAR)
(Nursalam, 2001; 53, dikutip dari Griffith, 1986)
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari
Ignatavicius & Bayne, 1994)
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematik pada status kesehatan pasien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari
Griffith dan Christensen, 1986)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien mencapai
tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan pasien
berdasarkan respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan,
sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
37
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (pasien telah mencapai tujuan
yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (pasien mengalami kesulitan
untuk mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (pasien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan).
(Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Iyer et. al, 1996)
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
a. Proses (Formatif)
Evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Hasil (Sumatif)
Evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan
pasien pada akhir tindakan perawatan pasien.
(Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Iyer et. al, 1996)
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5, yaitu :
a. Menentukan kriteria, standar, dan pertanyaan evaluasi.
b. Mengumpulkan data mengenai keadaan pasien terbaru.
c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
38
e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
( Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986 )
Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi dari penyakit hemoroid
adalah :
a. Nyeri berkurang atau hilang.
b. Eliminasi kembali normal.
c. Pasien dapat menerima secara nyata kondisi dengan positif.
d. Infeksi tidak terjadi.
Hal ini sesuai dengan standar tujuan yang telah ditentukan pada tahap
perencanaan tindakan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
39
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun
kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan.
Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat.
Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid
bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan
sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah
terjadi trombosis,peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid juga dapat
menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan
pengobatannya.
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua, yaitu :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organik yang menyebabkan
gangguan adalah :
a. Sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar
sehingga terjadi hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke
esopagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena
sehingga alirannya terganggu. Misalnya uterus gravida , uterus tumor ovarium,
tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelainan organik, hanya ada faktor - faktor
penyebab timbulnya hemoroid
Faktor-faktor yang mungkin berperan adalah sebagai berikut :
a. Keturunan atau heriditer
b. Anatomi
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara
lain :
40
1. Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi
akan mempengaruhi timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.
2. Gangguan devekasi miksi.
3. Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
4. Tonus sfingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis, dan
Senilis, Konstipasi serta Kehamilan.
4.2 Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit, dan
pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-
pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara :
1. Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.
2. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menekan daerah
bokong.
3. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah
besar hemoroid.
4. Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi
hemoroid.
5. Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah
mencapai derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta : PT. Bina Aksara
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta :
EGC
Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
41
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta : Balai Penerbit
Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC
Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2.
Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC
Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta : EGC
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta :
EGC
42