62
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50- an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas sfingter anal sedangkan yang muncul di luar sfingter anal disebut hemoroid eksternal. (Brunner & Suddarth, 1996). Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. 1

ASKEP HEMOROID

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ASKEP HEMOROID

Citation preview

Page 1: ASKEP HEMOROID

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal.

Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami

berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena. Hemoroid juga biasa

terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena

pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan

pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang

disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan

hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi

dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas sfingter anal

sedangkan yang muncul di luar sfingter anal disebut hemoroid eksternal. (Brunner

& Suddarth, 1996).

Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%

penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita.

Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak

pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat

menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini, masalah yang dirumuskan adalah sebagai

berikut :

1.  Apa anatomi fisiologi dari hemoroid ?

2.  Apa definisi dari hemoroid ?

3.  Apa etiologi dari hemoroid ?

4.   Apa saja klasifikasi dari hemoroid ?

5.   Bagaimana manifestasi klinis dari hemoroid ?

6.   Bagaimana patofisiologi dari hemoroid ?

7.   Bagaimana Pathway of Caution dari hemoroid ?

8. Apa saja komplikasi dari hemoroid ?

1

Page 2: ASKEP HEMOROID

9. Bagaimana penatalaksanaan dari hemoroid ?

10. Apa saja upaya pencegahan agar tidak terjadi hemoroid ?

11. Apa saja pemeriksaan penunjang dari hemoroid ?

12. Apa prognosa dari hemoroid ?

13. Bagaimana konsep asuhan keperawatan hemoroid ?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui :

1.  Anatomi fisiologi dari hemoroid.

2.  Definisi dari hemoroid.

3.  Etiologi dari hemoroid.

4.   Klasifikasi dari hemoroid.

5.   Manifestasi klinis dari hemoroid.

6.   Patofisiologi dari hemoroid.

7.   Pathway of Caution dari hemoroid.

8. Komplikasi dari hemoroid.

9. Penatalaksanaan dari hemoroid.

10. Upaya pencegahan agar tidak terjadi hemoroid.

11. Pemeriksaan penunjang hemoroid.

12. Prognosa dari hemoroid.

13. Konsep asuhan keperawatan hemoroid.

2

Page 3: ASKEP HEMOROID

BAB II

KONSEP DASAR HEMOROID

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula

mengikuti cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok

kebelakang pada ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada

fleksura perinealis. Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi

anus. Rektum mempunyai sebuah proyeksi ke sisi kiri yang dibentuk oleh lipatan

kohlrausch. Fleksura sakralis terletak di belakang peritoneum dan bagian

anteriornya tertutup oleh peritoneum. Fleksura perinealis berjalan ektraperitoneal.

Haustra (kantong) dan tenia (pita) tidak terdapat pada rektum, dan lapisan otot

longitudinalnya berkesinambungan.

Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup

banyak meluas yakni ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin

buang air besar. Di bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap –

sayap ke dalam lumen rektum, dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan

diantara keduanya terdapat satu lipatan yang lebih besar pada sisi kanan, yakni

lipatan kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm dari anus. Melalui kontraksi serabut –

serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan pada kontraksi serabut

otot longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi. Kanalis analis pada dua pertiga

bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang sedikit bertanduk yang

mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit bagian luar, kulit

ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai epidermis

berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat.

Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis. Pada daerah ini, 6

– 10 lipatan longitudinal berbentuk gulungan, kolumna analis melengkung ke

dalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh dan tertutup

beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung bawahnya,

kolumna analis saling bergabung dengan perantaraan lipatan transversal. Alur –

alur diantara lipatan longitudinal berakhir pada kantong dangkal pada akhiran

analnya dan tertutup selapis epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang

3

Page 4: ASKEP HEMOROID

panjangnya kira – kira 1 cm, disebut daerah hemoroidal, cabang arteri rektalis

superior turun ke kolumna analis terletak di bawah mukosa dan membentuk dasar

hemoroid interna.

Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah

pleksus vena hemoroidalis superior diatas linea dentata/garis mukokutan dan

ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam

jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada

tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang ( jam 11), dan kiri

lateral ( jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer

tesebut. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus

hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di

dalam jaringan di bawah epitel anus.

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan

merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah

dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis

superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan

darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka

2.2 Definisi

Hemoroid (wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung

pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan anus. Anus merupakan

lubang di ujung saluran pencernaan dimana limbah (tinja, kotoran) keluar dari

dalam tubuh. Rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan diatas anus,

dimana tinja disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui anus. (Gale, 2000 :

177).

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi kanal anal. Hemoroid

dibagi menjadi 2, yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna

merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media dan hemoroid eksterna

merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai dengan  istilah yang

digunakan, maka hemoroid eksterna timbul disebelah luar otot sfingter ani, dan

hemoroid interna timbul di sebelah dalam sfingter. (Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah vol 2 hal 142).

4

Page 5: ASKEP HEMOROID

Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang

tidak merupakan keadaan patologik. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan

keluhan atau penyulit diperlukan tindakan. (R. Sjamsuhidayat, wim de jong).

2.3 Etiologi

Wasir bisa terjadi karena peregangan berulang selama buang air besar, dan

sembelit (kesulitan buang air besar, konstipasi) bisa membuat peregangannya

bertambah buruk.

Penyakit hati menyebabkan kenaikan tekanan darah pada vena portal dan kadang-

kadang menyebabkan terbentuknya wasir.

Wasir dapat diakibatkan oleh hal-hal berikut di bawah ini sehingga perlu

diwaspadai dan dihindari :

1.         Terlalu banyak duduk.

2.         Diare menahun.

3.         Kehamilan ibu hamil yang diakibatkan perubahan hormon.

4.         Keturunan penderita wasir.

5.         Hubungan seks yang tidak lazim, anal seks.

6.         Penyakit yang membuat mengejan penderita. Misalnya: pembesaran

prostat jinak ataupun kanker prostat, penyempitan saluran kemih, dan sering

melahirkan anak.

7.         Sembelit / konstipasi / obstipasi menahun. Penyebab susah buang air ini

adalah kurang minum, kurang makan serat, kurang olah raga atau banyak duduk

dan mengangkat barang yang berat-berat.

8.         Penekanan kembali aliran darah vena. Seperti pada kanker dubur, radang

dubur, penyempitan dubur, kenaikan tekanan pembuluh darah porta (di dalam

rongga perut), sakit lever jenis sirosis (mengkerut), lemah jantung, dan limpa

bengkak.

9.       Melahirkan.

10.     Obesitas.

11.     Usia lanjut.

12.     Batuk berat.

13.     Mengangkat beban berat.

5

Page 6: ASKEP HEMOROID

14.     Tumor di abdomen/usus proksimal.

(Dr. Sumitro Arkanda, 2003. Ringkasan Ilmu Bedah, Penerbit Bina Aksara)

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis dibagi menjadi dua, yaitu :

1)        Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organik, kelainan

organik yang menyebabkan gangguan adalah :

a.        Sirosis hepatis

Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar

sehingga terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke

esofagus dan pleksus hemoroidalis.

b.      Bendungan vena porta, misalnya karena trombosis

c.       Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena

sehingga alirannya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tumor ovarium,

tumor rektal, dan lain lain.

2)        Idiopatik, tidak jelas adanya kelainan organik, hanya ada faktor - faktor

penyebab timbulnya hemoroid. Faktor faktor yang mungkin berperan :

a.    Keturunan atau heriditer

Dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan

bukan hemoroidnya.

b.    Anatomi

Terkena di daerah mesenterium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah

kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.

c.    Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :

1.    Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi

akan mempengaruhi timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.

2.    Gangguan devekasi miksi.

3.    Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.

4.    Tonus sfingter ani yang kaku atau lemah

(Dr. Sumitro Arkanda, 1987. Ringkasan Ilmu Bedah, Penerbit Bina Aksara)

6

Page 7: ASKEP HEMOROID

Pada seseorang wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya

hemoroid yaitu :

1. Adanya tumor intra abdomen.

2. Kelemahan pembuluh darah sewaktu hamil akibat pengaruh perubahan

hormonal.

3. Mengedan sewaktu partus.

(Dr. Sumitro Arkanda, 1987. Ringkasan Ilmu Bedah, Penerbit Bina Aksara)

Faktor resiko hemoroid :

1.      Keturunan

Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis.

2.      Anatomik

Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemoroidalis kurang

mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya.

3.      Pekerjaan

Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat,

mempunyai predisposisi untuk hemoroid.

4.      Umur

Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter

menjadi tipis dan atonis.

5.      Endokrin

Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus (sekresi

hormon kelaksin).

6.      Mekanis

Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam

rongga perut. Misalnya penderita hipertropi prostat.

7.      Fisiologis

Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensasi

kordis atau sirosis hepatis.

8.      Radang

Adalah faktor penting yang menyebabkan vitalitas jaringan di daerah itu

berkurang.

7

Page 8: ASKEP HEMOROID

2.4 Klasifikasi

Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :

1. Hemoroid interna

Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh

darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani

bisa terlihat muncul menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna.

Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena

tidak adanya serabut-serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa

menonjol keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil

tindakan operasi untuk membuang.

Hemoroid interna dikelompokan dalam empat derajat, yaitu :

Derajat I     : Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa nyeri pada

waktu defekasi.

Derajat II   : Menonjol melalui kanalis analis pada saat mengedan ringan tetapi

dapat masuk  kembali secara spontan.

Derajat III   : Hemoroid menonjol saat mengedan dan harus didorong kembali

sesudah defekasi.

Derajat IV    : Merupakan hemoroid yang menonjol keluar dan tidak dapat

didorong masuk kembali.

2. Hemoroid eksterna

Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis :

Akut   : Berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan

merupakan suatu hematoma walaupun disebut sebagai hemoroid thrombosis

eksternal akut.

Kronis   : Berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat

dan sedikit pembuluh darah. (Purnawan Junadi, 2000. Kapita Selekta

Kedokteran Edisi Kedua, Penerbit Aesculavius, Jakarta Media)

8

Page 9: ASKEP HEMOROID

2.5 Manifestasi Klinis

Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan

perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal

dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan

oleh trombosis.Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat

menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak

selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan

perdarahan atau prolaps.

1. BAB berdarah, biasanya berupa darah segar yang menetes pada akhir defekasi.

2. Prolaps :

- Grade I : prolaps (-), perdarahan (+)

- Grade II     : prolaps (+), masuk spontan

- Grade III   : prolaps (+), masuk dengan manipul

- Grade IV    : prolaps (+), inkarserata

3. BAB berlendir, timbul karena iritasi mukosa rektum.

4. Pruritus ani sampai dermatitis, proktitis.

5. Nyeri.

(Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis & Proses-Proses

Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta : EGC)

2.6 Patofisiologi

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran

balik dari vena hemoroidalis. Beberapa faktor etiologi telah diajukan, termasuk

konstipasi atau diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan,

pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronik yang

disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena

hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu sistem

portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.

Hemoroid adalah bagian normal dari anorektal manusia dan berasal dari bantalan

jaringan ikat subepitelial di dalam kanalis analis. Sejak berada di dalam

kandungan, bantalan tersebut mengelilingi dan mendukung anastomosis distal

antara a. rektalis superior dengan v. rektalis superior, media, dan inferior.

9

Page 10: ASKEP HEMOROID

Bantalan tersebut sebagian besar disusun oleh lapisan otot halus subepitelial.

Jaringan hemoroid normal menimbulkan tekanan di dalam anus sebesar 15-20 %

dari keseluruhan tekanan anus pada saat istirahat (tidak ada aktivitas apapun) dan

memberikan informasi sensoris penting yang memungkinkan anus untuk dapat

memberikan presepsi berbeda antara zat padat, cair, dan gas.

Pada umumnya, setiap orang memiliki 3 bantalan jaringan ikat subepitelial pada

anus. Bantalan-bantalan tersebut merupakan posisi-posisi dimana hemoroid bisa

terjadi. Ada 3 posisi utama, yaitu: jam 3 (lateral kiri), jam 7 (posterior kanan), dan

jam 11 (anterior kanan). posterior kanan kiri pasien pasien anterior Sebenarnya

hemoroid dapat juga menunjuk pada posisi lain, atau bahkan dapat sirkuler,

namun hal ini jarang terjadi. Dengan pedoman tersebut kita bisa tentukan arah jam

lainnya. Secara umum gejala hemoroid timbul ketika hemoroid tersebut menjadi

besar, inflamasi, trombosis, atau bahkan prolaps. Adanya pembengkakan

abnormal pada bantalan anus menyebabkan dilatasi dan pembengkakan pleksus

arterivenous.Hal ini mengakibatkan peregangan otot suspensorium dan terjadi

prolaps jaringan rektum melalui kanalis analis. Mukosa anus yang berwarna

merah terang karena kaya akan oksigen yang terkandung di dalam anastomosis

arterivenous.

Hemoroid adalah bantalan jaringan ikat dibawah lapisan epitel saluran anus.

Sebagai bantalan, maka ia berfungsi untuk :

- Mengelilingi dan menahan anastomosis antara arteri rektalis superior dengan

vena rektalis superior, media, dan inferior.

-  Mengandung lapisan otot polos di bawah epitel yang membentuk masa

bantalan.

-  Memberi informasi sensorik penting dalam membedakan benda padat, cair, atau

gas.

- Secara teoritis, manusia memiliki tiga buah bantalan pada posterior kanan,

anterior kanan, dan lateral kiri.

Kelainan-kelainan bantalan yang terjadi adalah pembesaran, penonjolan keluar,

trombosis, nyeri, dan perdarahan yang kemudian disebut/menjadi ciri dari

hemoroid. (Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis & Proses-

Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC)

10

Page 11: ASKEP HEMOROID

2.7 Pathway of Caution

2.8 Komplikasi

1.    Terjadi trombosis

Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi

trombosis.

2.    Peradangan

Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan

meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.

3.    Terjadinya perdarahan

Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada

umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar.

(Guyton A. C, Hall J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta :

EGC)

11

Page 12: ASKEP HEMOROID

2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan

penatalaksanaan bedah.

1. Penatalaksanaan Medis

Ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai III atau semua derajat

hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau pasien yang menolak operasi.

a. Non-farmakologis

Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara memperbaiki

defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan

minum, perbaikan pola/cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel

Management Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin

feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting).

Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam

air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja

yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat

menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.

b. Farmakologi

Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan

gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:

1. Obat yang memperbaiki defekasi

Terdapat dua macam obat yaitu suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja

(stool softener). Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara lain

psylium atau isphaluga Husk (contoh : Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk)

yang berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi

bubuk . Obat ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan

meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain buang angin dan

kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (contoh : laxadine, dulcolax,

dan lain-lain).

2. Obat simptomatik

Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau

kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan

Faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi

12

Page 13: ASKEP HEMOROID

radang daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC,

Scheriproct.

3. Obat penghenti perdarahan

Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena

hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari

jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh

darah.

4. Obat penyembuh dan pencegah serangan

Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2

tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala

inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.

c. Minimal Invasif

Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan

tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif antara lain skleroterapi

hemoroid atau ligasi hemoroid atau terapi laser. Dilakukan jika pengobatan

farmakologis dan non-farmakologis tidak berhasil.

d. Terapi Bedah

1. Bedah Konvensional

Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu :

1. Teknik Milligan – Morgan

Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa

hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi

dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap

pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot

sfingter internus.

Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips

dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus

hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang

mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai

13

Page 14: ASKEP HEMOROID

jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah

mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara

longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.

Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu.

Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum

yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada

mengambil terlalu banyak jaringan.

2. Teknik Whitehead

Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan

mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan

mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan

kontinuitas mukosa kembali.

3. Teknik Langenbeck

Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan

jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi

jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem

diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak

mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa

menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam

karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.

a. Bedah Laser

Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya

alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan

terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan

nyeri yang minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa

nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat

post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut

saraf terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya

mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf

14

Page 15: ASKEP HEMOROID

menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk

hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat,

luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka

akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.

b. Bedah Stapler

Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti

senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.

Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus.

Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan

hemoroid dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol

keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps

jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan

mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena

jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga

tidak perlu dibuang semua.

Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang

dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus.

Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan

sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian

atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian

jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar

sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang

berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai

darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan

sendirinya.

Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak

mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan

dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45

menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin

singkat.

15

Page 16: ASKEP HEMOROID

2. Penatalaksanaan Tindakan Operatif

Ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna atau semua derajat

hemoroid yang tidak berespon terhadap pengobatan medis.

a. Prosedur ligasi pita karet.

b. Hemoroidektomi kriosirugi.

c. Laser Nd : YAG.

d. Hemoroidektomi.

3. Penatalaksanaan Tindakan Non-Operatif

a. Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, terapi laser adalah teknik terbaru

yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya.

b. Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan

berdarah. Membantu mencegah prolaps.

Nursing Assesment :

1. Personal hygiene yang baik terutama didaerah anal.

2. Menghindari mengejan selama defekasi.

3. Diet tinggi serat.

4. Bedrest/tirah baring untuk mengurangi pembesaran hemoroid.

Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan higiene personal

yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat

yang mengandung buah dan sekam mungkin satu-satunya tindakan yang

diperlukan; bila tindakan ini gagal, laksatif yang berfungsi mengabsorpsi air saat

melewati usus dapat membantu. Rendam duduk dengan salep, dan supositoria

yang mengandung anestesi, astrigen (witch hazel), dan tirah baring adalah

tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.

Tindakan bedah konservatif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pita-

karet. Hemoroid dilihat melalui anosop, dan bagian proksimal di atas gari

mukokutan dipegang dengan alat. Pita karet kecil kemudian diselipkan di atas

hemoroid. Bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah

beberapa hari dan lepas. Terjadi fibrosis yang mengakibatkan mukosa anal bawah

turun dan melekat pada otot dasar. Meskipun tindakan ini memuaskan bagi

beberapa pasien, namun pasien lain merasakan tindakan in menyebabkan nyeri

16

Page 17: ASKEP HEMOROID

dan mengakibatkan hemoroid sekunder dan infeksi perianal.

Hemoroidektomi kriosirugi adalah metode untuk mengangkat hemoroid dengan

cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul

nekrosis. Meskipun hal ini relatif kurang menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak

digunakan dengan luas karena menyebabkan keluarnya rabas yang berbau sangat

menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuhnya.

Laser Nd :YAG telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama

hemoroid eksternal. Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan nyeri. Hemoragi

dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode pasca operatif.

Metode pengobatan hemoroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang harus

diatasi dengan bedah lebih luas. Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat

dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini.

Selama pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan

hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi. Kemudian dieksisi.

Setelah prosedur operasi selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk

memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa Oxygel

dapat diberikan di atas luka anal. 

Biasanya, wasir tidak membutuhkan pengobatan kecuali bila menyebabkan gejala.

Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi sembelit dan peregangan yang

menyertainya. Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderit wasir yang

mengalami perdarahan. Dengan suntikan ini, vena digantikan oleh jaringan parut.

Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan skleroterapi, diikat

dengan pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet, meyebabkan wasir menjadi

layu dan putus tanpa rasa sakit. Pengobatan ini dilakukan dengan selang waktu 2

minggu atau lebih. Mungkin diperlukan 3-6 kali pengobatan. Wasir juga bisa

dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser), sinar infra merah

(fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus listrik (elektrokoagulasi).

Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal. Bila wasir dengan

bekuan darah menyebabkan nyeri, maka bisa diobati dengan cara:

1. Duduk berendam dalam air hangat.

2. Mengoleskan salep obat bius lokal.

3. Pengompresan dengan kemiri.

17

Page 18: ASKEP HEMOROID

Nyeri dan pembengkakan biasanya akan berkurang beberapa saat kemudian, dan

bekuan menghilang setelah 4-6 minggu. Pilihan lainnya adalah memotong vena

dan mengeluarkan bekuan, yang dengan segera akan mengurangi nyeri.

(Susan Martin Tucker, 1998. Standar Perawatan Pasien, Edisi V Vol 2. Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta)

2.10 Pencegahan

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain :

1. Jalankan pola hidup sehat.

2. Olah raga secara teratur (contoh : berjalan).

3. Makan makanan berserat.

4. Hindari terlalu banyak duduk.

5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dan lain-lain.

6. Hindari hubungan seks yang tidak wajar.

7. Minum air yang cukup.

8. Jangan menahan kencing dan berak.

9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan.

10. Jangan mengejan berlebihan.

11. Duduk berendam pada air hangat.

12. Minum obat sesuai anjuran dokter.

2.11 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Colok Dubur

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba

sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.

Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps,

selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat

18

Page 19: ASKEP HEMOROID

dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan

kemungkinan karsinoma rektum.

2. Pemeriksaan Anoskopi

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.

Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi

litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,

penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna

terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila

penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan

penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,

letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor

ganas harus diperhatikan.

3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan

disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena

hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feces

harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

4. Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy

5. Laboratorium : Eritrosit, Leukosit, dan Hb

2.12 Prognosa

Hemoroidektomi tampaknya lebih efektif dan permanen, tetapi

mempunyai kerugian komplikasi post operasi.

19

Page 20: ASKEP HEMOROID

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HEMOROID

3.1 Pengkajian

1. Identitas pasien

Nama :

Jenis kelamin : pada Laki-laki

Agama :

Umur : 40 – 55 thn

Status :

Tanggal lahir :

Suku Bangsa :

2. Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan

pada anus atau nyeri pada saat defekasi.

3. Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan

yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.

b. Riwayat penyakit dahulu

Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang

kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan

pembedahan sehingga akan kembali RPD.

20

Page 21: ASKEP HEMOROID

4. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan

a. Pola Nutrisi

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran

tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga

perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.

b. Pola Istirahat dan Tidur

Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap

pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi

lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang

banyak orang mondar-mandir.

c. Pola Aktivitas

Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi

kebutuhan aktivitasnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan

keluarganya.

d. Pola Eleminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan

defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah,

pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain

akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik

otot-otot tractus degestivus.

5. Pemeriksaan fisik

Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan

menempel pada tempat tidur.

1. Inspeksi

-          Pada inspeksi lihat ada benjolan sekitar anus.

21

Page 22: ASKEP HEMOROID

-          Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.

-          Warna benjolan terlihat kemerahan.

-          Benjolan terletak di dalam ( internal ).

2. Palpasi

Dilakukan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan

melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus dan

ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.

6. Informasi penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

-    Hb            14,3             Normal :   14-18 mg/dl

-    Leukosit     12-700         Normal :   4000 – 11.000

-    Elektrolit :

1.      K    2,8   Normal              : 3,6 – 5,5 mmol/L

2.      Na        137,6      Normal : 135 – 155 mmol/L

3.      Cl   107  Normal              : 70 – 108 mmol/L      

b. Diagnostik

-          Kolonoscopy

-          Anoskopy

22

Page 23: ASKEP HEMOROID

Analisa Data

No. Data Penunjang Etiologi Masalah

1. DS:

1. Pasien mengeluh BAB

seminggu yang lalu terasa

sangat nyeri dan keluar

darah segar bersama

dengan feses,bahkan darah

menetes saat BAB.

2. Pasien mengeluh BAB

terakhir saat keras,sehingga

harus mengedan karena

hemoroid pasien kambuh

lagi.

3. Pasien mengeluh pola

BAB memang tidak normal

dari dulu,pasien BAB 1-2

kali /minggu, walupun

sering makan sayur dan

buah-buahan.

4. Pasien mengatakan saat

ini hampir seminggu belum

BAB karena takut

meresakan nyeri dan

perdarahan seperti

sebelumnya.

DO:

1. Distensi abdomen (+)

Pembesaran

Vena

Hemoroidalis

Konstipasi

23

Page 24: ASKEP HEMOROID

2. Teraba massa pada regio

bawah abdomen.

3. Pemeriksaan anus

adanya benjolan dibawah

kulit kanalis analis yang

nyeri, tegang, berwarna

kebiru–biruan, berukuran 1

cm, benjolan harus

didorong dengan tangan

agar masuk kedalam anus.

Data tambahan :

1. Pola BAB tidak teratur.

2. Karakteristik

feses(warna: kuning

kecoklatan, konsistensi:

lembek berampas)

2. DS:

1. Pasien mengeluh nyeri

dan panas pada daerah

anus.

2. Pasien mengeluh nyeri

pada saat duduk dan

berbaring terutama saat

tidur malam hari.

3. Pasien mengeluh BAB

seminggu yang lalu terasa

sangat nyeri dan keluar

darah srgar bersama dengan

Adanya

hemoroid pada

daerah anal

Nyeri

24

Page 25: ASKEP HEMOROID

feses,bahkan darah menetes

saat BAB.

DO:

1.TTV :

TD = 120/80 mmHg

2. Distensi abdomen (+)

3. Pemeriksaan anus

adanya benjolan dibawah

kulit kanalis analis yang

nyeri, tegang, berwarna

kebiru–biruan, berukuran 1

cm, benjolan harus

didorong dengan tangan

agar masuk kedalam anus.

Data tambahan :

1. skala nyeri 6

2. pasien tampak meringis

3. pasien tampak

memegangi daerah nyeri.

4. pasien tidak dapat tidur.

3. DS : pasien mengeluh BAB

seminggu yang lalu karena

keluar darah segar bersama

feses bahkan darah menetes

saat BAB

DO :

Pecahnya Vena

Hemoroidalis

Perdarahan

V.Hemoroidalis

25

Page 26: ASKEP HEMOROID

1. TTV : TD = 120/80

mmHg

2. Pasien tampak lemah

3. Konjungtiva pucat

4. hasil lab :

Hb= 8,9 gr/dl

Data Tambahan :

1. Pasien tidak dapat

melakukan aktivitas

mandiri.

2. Pasien cepat lelah setelah

beraktivitas.

3. Banyaknya aktifitas

pasien yang dibantu oleh

orang lain

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Pre Operatif

1.      Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.

2.      Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.

3.      Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai

dengan perdarahan waktu BAB.

b. Post Operatif

26

Page 27: ASKEP HEMOROID

1.      Gangguan rasa nyaman nyeri pada luka operasi berhubungan dengan adanya

jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong anus.

2.      Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.

3.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang

perawatan dirumah.

27

Page 28: ASKEP HEMOROID

3.3 Rencana Tindakan Keperawatan/Intervensi

a. Pre operatif

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan Intervensi Rasional

1. Konstipasi

berhubungan

dengan

pembesaran

vena

hemoroidalis.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

2 x 24 jam

diharapkankonstipasi

teratasi.

KH:

a.Pola BAB normal

(1-2x/minggu).

b.Konsistensi feses

lunak.

c.Warna feses

kuning.

d.Pasien tidak takut

untuk BAB.

e.Tidak ada nyeri

pada saat BAB.

1.Berikan dan

anjurkan

minum kurang

lebih 2

liter/hari.

2.Berikan

posisi semi

fowler pada

tempat tidur.

3.Anjurkan

mengkonsumsi

makana tinggi

serat.

4.Auskultasi

bunyi usus.

5.Hindari

makanan yang

membentuk

gas.

1.Mencegah

dehidrasi secara

oral.

2.Meningkatkan

usaha evakuasi

feses.

3.Makanan

tinggi serat

dapat

melancarkan

proses defekasi.

4.Bunyi usus

secara umum

meningkat pada

28

Page 29: ASKEP HEMOROID

6.Kurangi /

batasi makana

seperti produk

susu.

7.Berikan laktasif

sesuai program

dokter.

diare dan menurun

pada konstipasi.

5.Menurnnkan

distres gastrik dan

distensi abdomen.

6.Makanan ini

2.

.

Nyeri

berhubunga

n dengan

adanya

hemoroid

pada

daerah

anal.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkannyeri

teratasi.

KH:

a.Wajah pasien

tampak meringis.

b.Skala nyeri

berkurang 0-3 atau

hilang.

c.Pasien dapat

1.Berikan

Posisi yang

nyaman.

2.Berikan

bantalan

dibawah

bokong saat

duduk.

3.Observasi

tanda-tanda

vital.

4.Ajarkan

1.Minimalkan

stimulasi/meningkatk

an relaksasi.

2.Meminimalkan

tekanan di bawah

bokong/meningkatka

n relaksasi.

3.Untuk menentukan

intervensi

selanjutnya.

4.Pengalihan

perhatian melalui

kegiatan-kegiatan.

29

Page 30: ASKEP HEMOROID

istirahat tidur.

d.TTV Normal

TD: 100/80 mmHg

teknik untuk

menguranyi

rasa nyeri

seperti

membaca,

menarik nafas

panjang,

menonton TV,

dll.

5.Berikan

kompres

dingin pada

daerah  anus 3-

4 jam

dilanjutkan

dengan redam

duduk hangat

3-4 x/hari.

6.Berikan

lingkungan

yang tenang.

7.Kolaborasi

dengan dokter

untuk

pemberian

analgesik,

pelunak feses

dan dilakukan

hemoroidecto

mi.

5.Meningkatkan

relaksasi.

6.Menurunkan

ketidaknyamanan

fisik.

7.Mengurangi nyeri

dan menurunkan

rangsang saraf

simpatis dan untuk

mengangkat

hemoroid.

30

Page 31: ASKEP HEMOROID

3. Perdarahan

berhubunga

n dengan

pecahnya

vena

hemoroidal

is yang

ditandai

dengan

perdarahan

waktu

BAB.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkankekurang

an nutrisi terpenuhi.

KH:

a.Konjungtiva

pasien merah muda.

b.Hb Normal (12-14

g/dl).

c.Tidak ada

perdarahan

v.hemoroid.

d.Dapat melakukan

aktivitas mandiri.

e.Pasien tidak cepat

lelah setelah

beraktivitas.

f.Aktifitas pasien

sudah tidak dibantu

oleh perawat.

1.Observasi

TTV.

2.Monitor

banyaknya

perdarahan

pasien.

3.Kaji ulang

tingkat

toleransi

aktifiitas

pasien.

4.Memandirika

n pasien dalam

melakukan

aktifitas sehari-

hari.

Kolaborasi:

1.Konsultasika

n nutrisi untuk

pasien dengan

ahli gizi.

2.Berikan

vitamin K dan

B12 sesuai

indikasi.

3.Konsultasi

dengan ahli

gizi.

1.Untuk menentukan

tindakan selanjutnya.

2.Untuk menentukan

tingkat kehilangan

cairan.

3.Untuk mengetahui

tingkat kelemahan

pasien.

4.Mengurangi

ketergantungan

aktifitas pasien

dengan bantuan

perawat.

Kolaborasi:

1.Untuk menentukan

kebutuhan nutrisi

yang tepat pada

pasien.

2.Untuk membantu

proses pembekuan

darah dan Untuk

meningkatkan

produksi sel darah

merah.

3.Untuk menentukan

diet yang tepat bagi

pasien.

4.Untuk

31

Page 32: ASKEP HEMOROID

4.Berikan

cairan IV.

menggantikan

banyaknya darah

yang hilang selama

perdarahan.

b. Post operatif

1. Gangguan

rasa nyaman

nyeri pada

luka operasai

berhubungan

dengan

adanya

jahitan pada

luka operasi

dan

terpasangnya

cerobong

anus.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 2 x 24

jam

berkurangnya

rasa nyeri pada

daerah pasca

operasi.

KH:

a.tidak terdapat

rasa nyeri pada

luka operasi

b.pasien dapat

beraktivitas

sesuai

kemampuan

c.sekala nyeri 0-

3

d.pasien tampak

1. Beri posisi

tidur yang

menyenangkan

pasien.

2. Ganti balutan

setiap pagi sesuai

tehnik aseptik

3. Latihan jalan

sedini mungkin

4. Observasi

daerah rektal

apakah ada

perdarahan

1.    Dapat

menurunkan

tegangan abdomen

2.    Melindungi

pasien dari

kontaminasi silang

selama penggantian

balutan. Balutan

basah bertindak

sebagai penyerap

kontaminasi

eksternal

3.    Menurunkan

masalah yang terjadi

karena imobilisasi

4.    Perdarahan pada

jaringan, inflamasi

lokal atau terjadinya

infeksi dapat

meningkatkan rasa

nyeri

32

Page 33: ASKEP HEMOROID

rileks

5. Berikan

penjelasan

tentang tujuan

pemasangan

cerobong anus

(untuk

mengalirkan sisa-

sisa perdarahan

yang di dalam

bisa keluar)

6. Cerobong anus

dilepas sesuai

advice dokter

5.    Pengetahuan

tentang manfaat

cerobong anus dapat

membuat pasien

paham guna

cerobong anus untuk

kesembuhan

lukanya

6.    Meningkatkan

fungsi fisiologis

anus dan

memberikan rasa

nyaman pada daerah

anus pasien karena

tidak ada sumbatan

2. Resiko infeksi

berhubungan

dengan

pertahanan

primer tidak

adekuat.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 2 x 24

jam infeksi

tidak terjadi.

KH:

a.tidak terdapat

tanda-tanda

infeksi (dolor,

kalor, rubor,

1. Observasi

tanda vital

2. Observasi

1.    Respon

autonomik meliputi

TD, respirasi, nadi

yang berhubungan

dengan keluhan /

penghilang nyeri .

Abnormalitas tanda

vital perlu di

observasi secara

lanjut

2.    Deteksi dini

terjadinya proses

infeksi dan /

33

Page 34: ASKEP HEMOROID

tumor,

fungsiolesa)

b.TTV Normal

(TD: 120/80

mmHg, N: 96

x/menit, S:

36,7OC, RR: 18

x/menit)

c.luka

mengering

balutan setiap 2

jam, periksa

terhadap

perdarahan dan

bau.

3. Ganti balutan

dengan teknik

aseptik

4. Bersihkan area

perianal setelah

setiap defekasi

5. Berikan diet

rendah serat dan

minum yang

cukup

pengawasan

penyembuhan luka

oprasi yang ada

sebelumnya

3.    Mencegah

meluas dan

membatasi

penyebaran luas

infeksi atau

kontaminasi silang

4.    Mengurangi /

mencegah

kontaminasi daerah

luka

5.    Mengurangi

rangsangan pada

anus dan mencegah

mengedan pada

waktu defekasi

3. Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurangnya

informasi

perawatan

dirumah.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 2 x 24

jam pasien

dapat

melakukan

perawatan area

anal dirumah.

1. Diskusikan

pentingnya

penatalaksanaan

diet rendah sisa

atau serat.

2. Demontrasikan

1.    Pengetahuan

tentang diet berguna

untuk melibatkan

pasien dalam

merencanakan diet

dirumah yang sesuai

dengan yang

dianjurkan oleh ahli

gizi

2.    Pemahaman

akan meningkatkan

34

Page 35: ASKEP HEMOROID

KH:

a.pasien

mengerti

tentang

perawatan

dirumah

b.keluarga

mengerti

tentang proses

penyakit dan

perawatannya

c.pasien

menunjukkan

wajah tengang

perawatan area

anal dan minta

pasien

menguilanginya

3. Berikan

rendam duduk

4. Bersihakan

area anus dengan

baik dan

keringkan

seluruhnya

setelah defekasi

kerja sama pasien

dalam program

terapi,

meningkatkan

penyembuhan dan

proses perbaikan

terhadap

penyakitnya

3.    Meningkatkan

kebersihan dan

kenyaman pada

daerah anus (luka

atau polaps)

4.    Melindungi area

anus terhadap

kontaminasi kuman-

kuman yang berasal

dari sisa defekasi

agar tidak terjadi

infeksi

3.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana

tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien

mencapai tujuan yang diharapkan.

35

Page 36: ASKEP HEMOROID

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian

asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu pasien

mencapai tujuan pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63,

dikutip dari Lyer, et.al, 1996)

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah

intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,

penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus

dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan

psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan

pelaporan. (Gaffar, 1999 ; 65)

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. (Nursalam, 2001 ; 63)

Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu

persiapan, perencanaan, dan dokumentasi.

a.       Fase persiapan, meliputi :

1)    Review tindakan keperawatan.

2)    Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

3)    Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul.

4)    Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.

5)    Persiapan lingkungan yang kondusif.

6)    Mengidentifikasi aspek hukum dan etik.

b.       Fase intervensi

1)      Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau

perintah dokter atau tim kesehatan lain.

36

Page 37: ASKEP HEMOROID

2)      Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim

kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dll).

3)      Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana

tindakan medis dilaksanakan.

c.       Fase dokumentasi

Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah

dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu :

1)      Sources Oriented Records (SOR)

2)      Problem Oriented Records (POR)

3)      Computer Assisted Records (CAR)

(Nursalam, 2001; 53, dikutip dari Griffith, 1986)

3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat

untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,

perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari

Ignatavicius & Bayne, 1994)

Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang

sistematik pada status kesehatan pasien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari

Griffith dan Christensen, 1986)

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien mencapai

tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan pasien

berdasarkan respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan,

sehingga perawat dapat mengambil keputusan :

37

Page 38: ASKEP HEMOROID

a.       Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (pasien telah mencapai tujuan

yang ditetapkan).

b.      Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (pasien mengalami kesulitan

untuk mencapai tujuan).

c.       Meneruskan rencana tindakan keperawatan (pasien memerlukan waktu yang

lebih lama untuk mencapai tujuan).

(Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Iyer et. al, 1996)

Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :

a.       Proses (Formatif)

Evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan

dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.

b.       Hasil (Sumatif)

Evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan

pasien pada akhir tindakan perawatan pasien.

(Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Iyer et. al, 1996)     

     

Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5, yaitu :

a.       Menentukan kriteria, standar, dan pertanyaan evaluasi.

b.      Mengumpulkan data mengenai keadaan pasien terbaru.

c.       Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.

d.      Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.

38

Page 39: ASKEP HEMOROID

e.       Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

( Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986 )

Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi dari penyakit hemoroid

adalah :

a.       Nyeri berkurang atau hilang.

b.       Eliminasi kembali normal.

c.       Pasien dapat menerima secara nyata kondisi dengan positif.

d.       Infeksi tidak terjadi.

Hal ini sesuai dengan standar tujuan yang telah ditentukan pada tahap

perencanaan tindakan.

BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

39

Page 40: ASKEP HEMOROID

Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun

kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan.

Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat.

Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid

bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan

sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah

terjadi trombosis,peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid juga dapat

menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan

pengobatannya.

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua, yaitu :

1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organik yang menyebabkan

gangguan adalah :

a. Sirosis hepatis

Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar

sehingga terjadi hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke

esopagus dan pleksus hemoroidalis.

b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis

c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena

sehingga alirannya terganggu. Misalnya uterus gravida , uterus tumor ovarium,

tumor rektal dan lain lain.

2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelainan organik, hanya ada faktor - faktor

penyebab timbulnya hemoroid

Faktor-faktor yang mungkin berperan adalah sebagai berikut :

a. Keturunan atau heriditer

b. Anatomi

c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara

lain :

40

Page 41: ASKEP HEMOROID

1. Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi

akan mempengaruhi timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.

2. Gangguan devekasi miksi.

3. Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.

4. Tonus sfingter ani yang kaku atau lemah.

3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis, dan

Senilis, Konstipasi serta Kehamilan.

4.2 Saran

Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit, dan

pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-

pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara :

1.    Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.

2.    Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menekan daerah

bokong.

3.    Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah

besar hemoroid.

4.    Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi

hemoroid.

5.    Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah

mencapai derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta : PT. Bina Aksara

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta :

EGC

Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

41

Page 42: ASKEP HEMOROID

Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta : Balai Penerbit

Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2.

Jakarta : EGC

Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC

Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta : EGC

Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta :

EGC

42