30
ASKEP ISPA Tugas Individu Dosen pembimbing: Huriati, S.kep., Ns. ILMU KEPERAWATAN ANAK “KWASHIORKOR PADA ANAK” Oleh: NAMA :HAJRAH NIM :70300111026 KELAS :KEPERAWATAN A PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2013 KATA PENGANTAR

Askep Ispa 8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Askep Ispa 8

Citation preview

Page 1: Askep Ispa 8

ASKEP ISPA

Tugas IndividuDosen pembimbing: Huriati, S.kep., Ns.

ILMU KEPERAWATAN ANAK“KWASHIORKOR PADA ANAK”

Oleh:

NAMA :HAJRAHNIM :70300111026KELAS :KEPERAWATAN A

             PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2013

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala inayah dan kenikmatan

yang senantiasa dicurahkan-Nya pada penulis berupa kesehatan, kekuatan, serta kesempatan

Page 2: Askep Ispa 8

sehingga makalah ini dapat selesai dengan semestinya. Tidak lupa penulis kirimkan shalawat dan

salam beriringan dengan ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada Baginda Rasulullah

SAW karena atas segala pengorbanan yang telah dilakukannya beserta para sahabat, sehingga

kini kita mampu mengkaji alam ini lebih tinggi dari gunung tertinggi, lebih dalam dari lautan

terdalam, serta lebih jauh dari batas pandangan mata.

Adapun makalah ini berisikan materi tentang “ISPA PADA ANAK“ yang bertujuan

sebagai bahan bacaan, semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Dalam makalah ini,

penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, mohon

kiranya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembimbing dan pembaca guna untuk

kesempurnaan pada pembuatan makalah penulis selanjutnya.

Samata, 25 april 2013

Penulis,

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................i

Daftar Isi ...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang .....................................................................................................1

B.     Tujuan Pembahasan .............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

1.    Defenisi.................................................................................................................4

2.    Klasifikasi.............................................................................................................6

3.    Epidemologi..........................................................................................................6

4.    Penyakit ispa menyerang terutama anak-anak......................................................8

5.    Etiologi .................................................................................................................8

Page 3: Askep Ispa 8

6.    Manifestasi klinik.................................................................................................10

7.    Patofisiologi .........................................................................................................10

8.    komplikasi.............................................................................................................11

9.    Pencegahan...........................................................................................................11

10. Penatalaksanaan...................................................................................................12

11.  Pemeriksaan diagnostik.......................................................................................13

12   Prognosis..............................................................................................................13

13.  Asuhan keperawatan............................................................................................14

BAB III PENUTUP

1.    Kesimpulan...........................................................................................................19

2.    Saran.....................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

  

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya

adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia.

Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan

pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita.

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti

membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang

terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu

hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun (1).

Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran

Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut

saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh

Page 4: Askep Ispa 8

anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak

dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit

saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai

pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive

Pulmonary Disease  

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian

bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak

diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan

diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA

mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada

bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih

sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam

keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi (3). Data morbiditas penyakit

pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung

oleh data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu

adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun

jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan baik dari

rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan

bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan

Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan

tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak

balita yang disebabkan oleh ISPA , namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut

masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di

atas.

Penyakit ISPA sangat erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh seseorang. Pada

sebagian kasus ISPA, mereka yang terinfeksi adalah anak-anak dikarenakan sistem kekebalan

tubuh yang mereka punya menurun atau memang masih rendah dibandingkan orang dewasa.

Kematian dari penyakit ispa yang dapat ditimbulkan cukup tinggi (20-30%), dan perlu

dicatat bahwa penyakit ISPA merupakan masalah kesehatan tidak boleh diabaikan karena

menyebabkan kematian bayi dan balita yang tinggi dengan rasio 1 diantara 4 bayi. Jadi kita dapat

memperkirakan episode ISPA dapat terjadi 3-6 kasus kematian setiap tahun. Angka tersebut

Page 5: Askep Ispa 8

dibuktikan pada kunjungan pasien ke puskesmas yang cukup tinggi untuk penyakit ISPA yaitu

rata-rata lebih dari 25% terutama pada usia balita.

Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara pernapasan yang mengandung kuman yang

dihirup orang sehat lewat saluran pernapasan. ISPA yang tidak ditangani secara lanjut apalagi

dianggap sepele dapat berkembang menjadi pneumonia (khususnya menyerang anak kecil dan

balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak

bersih).

B. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian, etiologi, dan manifestasi klinis dari ISPA

2. penatalaksanaan Anak atau Bayi dengan Gangguan Sistem Pernapasan ISPA

3. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada Anak atau Bayi dengan Gangguan Sistem

Pernapasan ISPA

4. Mengetahui Asuhan Keperawatan Anak atau Bayi dengan Gangguan Sistem Pernapasan

ISPA

BAB II

PEMBAHASAN

Page 6: Askep Ispa 8

A.  PENGERTIAN ISPA

Penyakit ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi

dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang

menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)

hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga

tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena

sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada balita di

Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat

serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni

infeksi, saluran pernafasan dan akut,

dimana pengertiannya sebagai berikut :

1.    Infeksi

Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang

biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2.    Saluran pernafasan

Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-

sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

3.    Infeksi Akut

Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk

menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam

ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian

bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. dengan batasan

ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari

infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan

pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru

ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program Pemberantasan Penyakit

(P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu :

a.     ISPA non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek

b.    Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas, peningkatan

frekuensi nafas (nafas cepat).

Page 7: Askep Ispa 8

Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia,

udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu

yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu

yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke

posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.

Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan

pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat

membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan

meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh

bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas

sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan,

hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.

Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit common cold

disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau coronavirus. Penyakit ini

dapat disertai demam pada anak selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran

udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat

ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang

terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasannya.

B.  KLASIFIKASI

WHO telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat keparahannya. Pembagian

ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul dan telah ditetapkan dalam lokakarya

Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai berikut :

Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :

1.      ISPA ringan

Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :

a.    Batuk.

b.    Pilek dengan atau tanpa demam.

2.      ISPA sedang

Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut :

a.    Pernapasan cepat.

b.    Wheezing(nafas menciut-ciut).

Page 8: Askep Ispa 8

c.    Sakit atau keluar cairan dari telinga.

d.   Bercak kemerahan (campak).

e.    Khusus untuk bayi

3.      ISPA berat

Meliputi gejala sedang atau ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut

a. Penarikan sela iga kedalam sewaktu inspirasi.

b. Kesadaran menurun.

c. Bibir/kulit pucat kebiruan.

d. Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat.

e. Adanya selaput membrane difteri.

C.  EPIDEMOLOGI

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti

membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang

terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu

hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun.

Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran

Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut

saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh

anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak

dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit

saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai

pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive

Pulmonary Disease   ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena

menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang

terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari

kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh

ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan

pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih

sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam

keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit

pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung

Page 9: Askep Ispa 8

oleh data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu

adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun

jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan baik dari

rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan

bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan

Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan

tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak

balita yang disebabkan oleh ISPA , namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut

masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di

atas.

D.  PENYAKIT ISPA MENYERANG TERUTAMA ANAK-ANAK

Penyakit ISPA sangat erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh seseorang. Pada

sebagian kasus ISPA, mereka yang terinfeksi adalah anak-anak dikarenakan sistem kekebalan

tubuh yang mereka punya menurun atau memang masih rendah dibandingkan orang dewasa.

Kematian dari penyakit ISPA yang dapat ditimbulkan cukup tinggi (20-30%), dan perlu

dicatat bahwa penyakit ISPA merupakan masalah kesehatan tidak boleh diabaikan karena

menyebabkan kematian bayi dan balita yang tinggi dengan rasio 1 diantara 4 bayi. Jadi kita dapat

memperkirakan episode ISPA dapat terjadi 3-6 kasus kematian setiap tahun. Angka tersebut

dibuktikan pada kunjungan pasien ke puskesmas yang cukup tinggi untuk penyakit ISPA yaitu

rata-rata lebih dari 25% terutama pada usia balita.

Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara pernapasan yang mengandung kuman yang

dihirup orang sehat lewat saluran pernapasan. ISPA yang tidak ditangani secara lanjut apalagi

dianggap sepele dapat berkembang menjadi pneumonia (khususnya menyerang anak kecil dan

balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak

bersih).

E.   ETIOLOGI

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang

cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat

beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran

pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca Agen infeksi

adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

Page 10: Askep Ispa 8

Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni hemolityc streptococus,

trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.

Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia

dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar

penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit.

Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup

secara keseluruhan Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya

infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung

mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru. Infeksi saluran

pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada

musim dingin.

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Mayoritas penyebab ISPA

adalah virus dengan frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan ISPA untuk

bagian bawah frekuensinya lebih kecil. Dalam Harrison’s Principle of Internal Medicine di

sebutkan bahwa penyakit infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring,

sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan infeksi

akut saluran nafas bagian bawah hamper 50 % diakibatkan oleh bakteri streptococcus pneumonia

adalah yang bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-90%, sedangkan stafilococcus aureus dan

H influenza sekitar 10-20%. Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan akut ini

melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut. Beberapa faktor lain

yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan

antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

1.    Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.

2.    Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi

bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

3.    Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.

4.    Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan

atelektasis, menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

F.   MANIFESTASI KLINIS

Page 11: Askep Ispa 8

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk

dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat

antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia.

Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit

G.  PATOFISIOLOGI

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :

1.    Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa

2.    Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi

bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

3.    Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan batuk.

Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan

atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk

mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran

pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga

unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak

mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.

Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak

akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan

mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran

udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag

banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok

dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan

menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A.

Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan

terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan

(imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat

terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen,

limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.

H.  KOMPLIKASI

Adapun komplikasinya adalah

Page 12: Askep Ispa 8

1.    Meningitis

2.    OMA

3.    Mastoiditis

4.    Kematian

I.     PENCEGAHAN

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain:

1.        Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara memberikan

makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.

2.        Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit baik.

3.        Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.

4.        Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup

hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang

menderita penyakit ISPA.

J.     PENATALAKSANAAN

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan

strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan

turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit

ISPA) Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan

penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus

batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi

penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman

sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

1.    Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

2.    Immunisasi.

3.    Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

4.    Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Prinsip perawatan ISPA antara lain :

1.    Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari

2.    Meningkatkan makanan bergizi

Page 13: Askep Ispa 8

3.    Bila demam beri kompres dan banyak minum

4.    Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih

5.    Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.

6.    Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek

Pengobatan antara lain :

1.    Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin

dll.

2.    Antibiotik :

a.    Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab

b.    Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus

c.    Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin,

Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.

d.   Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon

K.  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium

terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis,

diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan

dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.

L.   PROGNOSIS

Penyebab utama kematian bayi di indonesia itu ada 3 yaitu : diare, infeksi saluran

pernapasan akut dan tetanus. kematian pada penderita terjadi jika penyakit telah mencapai

derajat yang lebih berat yaitu pneumonia atau pneumonia berat. Sering kali penyakit dimulai

dengan batuk, pilek biasa tetapi karena daya tahan tubuh anak lemah maka penyakit cepat

menjalar ke paru-paru, dan anak tidak mendapatkan pengobatan yang cepat. Seringkali ispa tidak

menimbulkan kematian, tetapi menimbulkan cacat tertentu. jika penanganannya tepat dan cepat

maka prognosis baik. Namun, jika penanganan lambat dan tidak tepat maka akan terjadi

komplikasi yang menyebabkan prognosis buruk.

M. ASUHAN KEPERAWATAN

1.    Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa sehingga

dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut. Metode pengumpulan data, analisa dan sintesa data

Page 14: Askep Ispa 8

serta perumusan diagnosa keperawatan. Metode pengumpulan data dengan cara observasi (yaitu

inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan), catatan (berupa

catatan klinik dokumen yang lama maupun yang baru).

Riwayat kesehatan:

a.       keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)

b.      Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)

c.       Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya

sekarang)

d.      Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti

penyakit klien)

e.       Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)

Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan

a.    Inpeksi

1)   Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan

2)   Tonsil tampak kemerahan dan edema

3)   Tampak batuk tidak produktif

4)   Tidak ada jaringan parut pada leher

5)   Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.

b.    Palpasi

1)   Adanya demam

2)   Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe

servikalis

3)   Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

c.    Perkusi

1)   Suara paru normal (resonance)

d.   Auskultasi

1)   Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

2.    Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yaitu pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah pasien dan klien serta

penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan

Page 15: Askep Ispa 8

Diagnosa yang dapat muncul pada kasus ini yaitu:

a.    Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

b.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

c.    Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil

d.   Risiko tinggi penularan infeksi berhubungan dengan tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya

infeksi penekanan imun)

3.    Intervensi

Penentuan apa yang dilakukan untuk membanmtu klien memenuhi kebutuhan kesehatannya

mengenai dan mengatasi masalah keperawatan klien yang telah ditentukan.

a.    Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan  : suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C

INTERVENSI RASIONAL

a.    Observasi tanda-tanda vital

b.    Anjurkan klien/ keluarga untuk kompres pada

kepala/aksila

c.    Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian

yang tipis dan dapat menyera keringat seperti

pakaian dari bahan katun.

d.   Atur sirkulasi udara

e.    Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 –

2500 ml/hari

f.     Anjurkan klien istirahat di tempat tidur

selama fase febris penyakit.

g.    Kolaborasi dengan dokter: Dalam pemberian

terapi, obat antimikrobial, Antipiretika

a.   Pemantauan tanda vital yang teratur dapat

menentukan perkembangan perawatan

selanjutnya

b.   Dengan memberikan kompres, maka akan

terjadi proses konduksi/perpindahan panas

dengan bahan perantara.

c.   Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk

pakaian yang tebal dan tidak Aakan menyerap

keringat.

d.   Penyediaan udara bersih

e.   Kebutuhan cairan meningkat karena

penguapan tubuh meningkat

f.    Tirah baring untuk mengurangi metabolisme

dan panas

g.   Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan

menurunkan panas

b.    Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

Page 16: Askep Ispa 8

Tujuan:

- Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB normal.

- Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan

- Tidak menunjukkan tanda malnutrisi

INTERVENSI RASIONAL

a.    Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang

BB setiap hari.

b.    Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam

keadaan hangat.

c.    Tingkatkan tirah baring

d.   Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk

memberikan diet sesuai kebutuhan klien.

a.    Berguna untuk menentukan kebutuhan

kalori, menyusun tujuan BB dan evaluasi

keadekuatan rencana nutrisi

b.    Untuk menjamin nutrisi adekuat/

meningkatkan kalori total

c.    Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi

rileks, bersih, dan menyenangkan.

d.   Untuk mengurangi kebutuhan metabolic

e.    Metode makan dan kebutuhan kalori

didasarkan pada situasi atau kebutuhan

individu untuk memberikan nutrisi

maksimal.

c.    Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil

Tujuan: nyeri berkurang/ terkontrol

INTERVENSI RASIONAL

a.   keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan

skala 0 – 10 ), faktor yang memperburuk atau

a.    Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor

yang berhubungan merupakan suatu hal

Page 17: Askep Ispa 8

meredakan nyeri, lokasi, lama, dan

karakteristiknya.

b.   Anjurkan klien untuk menghindari

alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia,

asap rokok, dan

mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila

suara serak.

c.   Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat

d.   Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi

(steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)

yang amat penting untuk memilih

intervensi yang cocok dan untuk

mengevaluasi keefektifan dari terapi yang

diberikan.

b.    Mengurangi bertambah beratnya penyakit

c.    Peningkatan sirkulasi pada daerah

tenggorokan serta mengurangi nyeri

tenggorokan.

d.   Kortikosteroid digunakan untuk mencegah

reaksi alergi/menghambat pengeluaran

histamin dalam inflamasi pernafasan

Analgesik untuk mengurangi nyeri.

d. Risiko tinggi penularan infeksi berhubungan dengan tidak kuatnya pertahanan sekunder

(adanya infeksi penekanan imun)

Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi

INTERVENSI RASIONAL

a.    Batasi pengunjung sesuai indikasi

b.    Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas

c.    Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin

d.   Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak

dibawah usia 2 tahun, lansia, dan penderita

penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan

mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh

menurun/ asupan makanan berkurang.

e.    Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur

a.    Menurunkan potensi terpajan pada

penyakit infeksi

b.   Menurunkan konsumsi/kebutuhan

keseimbangan O₂ dan memperbaiki

pertahanan klien terhadap infeksi,

meningkatkan penyembuhan.

c.    Mencegah penyebaran patogen melalui

cairan

d.   Malnutrisi dapat mempengaruhi

kesehatan umum dan menurunkan

tahanan terhadap infeksi.

e.    Dapat diberikan untuk organisme

khusus yang teridentifikasi dengan

kultur dan sensitifitas atau diberikan

e.   

Page 18: Askep Ispa 8

secara profilaktik karena risiko tinggi.

4.    Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam

pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi

keperawatan ditetapkan).Evaluasi yang diharapkan pada pasien adalah :

a.       Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36-37,5 c

b.      Klien dapat mencapai BB yang di rencanakan mengarah kepada BB normal

c.       Nyeri hilang atau terkontrol

d.      Tidak terjadi komplikasi pada klien

BAB III

PENUTUP

A.   A. KESIMPULAN

Page 19: Askep Ispa 8

Penyakit ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini

diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi

akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung

(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga

telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak,

karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada balita di

Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat

serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni

infeksi, saluran pernafasan dan akut.

Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-

macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai saat

ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah

pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan

antimikroba yang tepat sesuai dengan kuma penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman

penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat,

kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberi antimikroba yang

sesuai.

Kesulitan menentukan pengobatan secara rasional antara lain kesulitan memperoleh

material pemeriksaan yang tepat, sering kali mikroorganisme itu baru diketahui dalam waktu

yang lama., kuman yang ditemukan adalah kuman komensal, tidak ditemukan kuman penyebab.

Melihat berbagai alasan yang telah diuraikan diatas maka sebaiknya pendekatan yang

digunakan adalah pengobatan secara empirik lebih dahulu, setelah diketahui kuman penyebab

beserta antimikroba yang sesuai, terapi selanjutnya disesuaikan. Penyebab utama kematian bayi

di indonesia itu ada 3 yaitu : diare, infeksi saluran pernapasan akut dan tetanus. kematian pada

penderita terjadi jika penyakit telah mencapai derajat yang lebih berat yaitu pneumonia atau

pneumonia berat. Sering kali penyakit dimulai dengan batuk, pilek biasa tetapi karena daya tahan

tubuh anak lemah maka penyakit cepat menjalar ke paru-paru, dan anak tidak mendapatkan

pengobatan yang cepat. Seringkali ispa tidak menimbulkan kematian, tetapi menimbulkan cacat

tertentu.

Page 20: Askep Ispa 8

B. SARAN

1. Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi

pembaca

2. makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama

perawat dalam membuat asuhan keperawatan

 

DAFTAR PUSTAKA

Wong, L Donna, 2005, Keperawatan Pediatrik: EGC, Jakarta

Soemantri Irwan, 2008, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Sistem Pernafasan: Salemba

Medika, Jakarta

Mandal, BK Dkk, 2006, Penyakit Infeksi: Erlangga Medical Series, jakarta

Behrmann Dkk, 2005, Ilmu kesehatan anak:EGC, Jakarta

Pohan S Imbalos, 2007, Jaminan mutu Layanan Kesehatan: EGC, Jakarta

Diposkan oleh Hajrah wawan di 02.16