Upload
chimotona
View
122
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSYARAFAN
“STROKE & MENINGITIS”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2009
NAMA-NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
NUR INTAN MALIK
ANDI ALDITA MANDALIKA
VIVI NURVANITA
NURMULIATI
ERNI SATRIAWATI
IIS FITRIA KOMALASARI
KARIAWAN
BAIQ RIRIN AZWIANDRI
RUSLAWATI
BRILIAN ANINDYA
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kami akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN
“STROKE & MENINGITIS ini tepat pada waktunya.
Setelah mempelajari makalah ini, kami berharap semoga kita semua memiliki
pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang baik sehingga kita dapat mengaplikasikannya
guna mengembangkan kompetensi bidang keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya, proses penulisan dan isi makalah ini masih jauh dari
sempurna, karena itu kami membuka diri untuk menerima berbagai kritik dan saran guna
perbaikan di masa yang akan datang.
Terima kasih.
Mataram, Oktober 2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
PENDAHULUAN....................................................................................................................
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN STROKE DAN MENINGITIS
1.KONSEP DASAR PENYAKIT STROKE
a.PENGERTIAN.......................................................................................................
b.ANATOMI FISIOLOGI.........................................................................................
c.ETIOLOGI..............................................................................................................
d.KLASIFIKASI........................................................................................................
e.TANDA DAN GEJALA.........................................................................................
f.PATOFISIOLOGI..................................................................................................
g.PENATALAKSANAAN........................................................................................
2.KONSEP DASAR PENYAKIT MENINGITIS
a.PENGERTIAN.......................................................................................................
b.ANATOMI FISIOLOGI.........................................................................................
c.ETIOLOGI..............................................................................................................
d.KLASIFIKASI........................................................................................................
e.TANDA DAN GEJALA.........................................................................................
f.PATOFISIOLOGI..................................................................................................
g.PENATALAKSANAAN........................................................................................
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA STROKE DAN MENINGITIS
1.ASUHAN KEPERAWATAN PADA STROKE
a.PENGKAJIAN.......................................................................................................
PENGUMPULAN DATA.............................................................................
ANALISA DATA.........................................................................................
b. DIAGNOSA…………………………………………………………………..
c. PRIORITAS MASALAH....................................................................................
d. INTERVENSI......................................................................................................
e. EVALUASI..........................................................................................................
2.ASUHAN KEPERWATAN MENINGITIS
a.PENGKAJIAN.......................................................................................................
PENGUMPULAN DATA.........................................................................
ANALISA DATA......................................................................................
b.DIAGNOSA...........................................................................................................
c.PRIORITAS MASALAH......................................................................................
d.INTERVENSI.........................................................................................................
e.EVALUASI............................................................................................................
BAB III PENUTUP
1.KESIMPULAN...........................................................................................................
2.SARAN........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN
”STROKE & MENINGITIS”
I. KONSEP DASAR PENYAKIT STROKE
A. STROKE
a. PENGERTIAN
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
Perdarahan intracerebral adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan
olek karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan
kapiler. (UPF, 1994)
b. ANATOMI FISIOLOGI
Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun
neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum
(otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. (Satyanegara, 1998)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri.
Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area
motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur
parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi
sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik
untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan
primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater
yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior
serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan
memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons
dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang
penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran
air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Mesensefalon
merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa
traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan
penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan
hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal yang
penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada
subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau
tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa
dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan
dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.
(Sylvia A. Price, 1995).
Sirkulasi darah otak
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen
total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang
arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium,
keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu
sirkulus Willisi.(Satyanegara, 1998)
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-
kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan
bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media.
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus
kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-
bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks
somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus
temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama.
Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan
pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri
basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua
membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris
ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian
diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian
diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-
organ vestibular. (Sylvia A. Price, 1995)
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula
(yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus duramatris. Dari sinus,
melalui vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial. (Satyanegara, 1998)
c. ETIOLOGI
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
3. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu;
1. Hipertensi,
dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat
mengganggu aliran darah cerebral.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang
diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu
dapat menimbulkan perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis.
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah
ke otak. Disamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan
jantung dan pembuluh darah.
4. Diabetes mellitus (DM)
Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya
peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral
dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang
terjadi pada pembuluh darah serebral.
5. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh
darah otak.
6. Polocitemia
Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat
sehingga perfusi otak menurun.
7. Peningkatan kolesterol (lipid total)
Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya
embolus dari lemak.
8. Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga
dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh darah
otak.
9. Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
terjadi aterosklerosis.
10. kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk
kelenturan pembuluh darah (pembuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh
darah otak.
d. KLASIFIKASI
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. stroke hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng
disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan
aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan
penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
2. stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak.
Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi
perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia
jaringan otak.
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
penyakitnya, yaitu :
TIA’S (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan
gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1
minggu dan maksimal 3 minggu..
stroke in Volution
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul
semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam
atau beberapa hari.
Stroke Komplit
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.
e. TANDA DAN GEJALA
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adequat dan jumlah
aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak
akan membaik sepenuhnya.
STROKE HAEMORAGIK
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afhasia atau
disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara)
STROKE NON HAEMORAGIK
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang
disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul
bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang
sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA).
Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic
defisit (RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut
progressing stroke atau stroke inevolution
d. Sudah menetap/permanen
f. PATOFISIOLOGI
1. Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus
atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada
dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area
thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus
yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri
tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan
neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh
darah oleh emboli.
2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang
seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat
dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang
mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme
pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah
berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
Trombosis Embolisme
Iskemia
Penurunan aliran darah ke trombus
Atrofi tersumbat
Sumbatan aliran darah ke otak
Gg. Perfusi jaringan
Infark pd jaringan otak
Darah mengalir ke ruang subarachnoid
Perubahan komponen intrakranial
Dinding pembuluh darah pecah
Gg. Komunikasi verbal
Hemiparesis
Peningkatan TIK
Suplai darah menurun
Nekrosis jaringan
Gg.mobilitas fisik
Gg.perfusi jaringan
Edema serebral
Ketidak mampuan dalam perawatan diri
g. PENATALAKSANAAN
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
oksigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonik
9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun
atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
11. Penatalaksanaan spesifik berupa:
Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat
hemoragik
Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan
pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi
II. KONSEP DASAR PENYAKIT MENINGITIS
a. PENGERTIAN
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer,
2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh
salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok,
Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita,
2001).
b. ETIOLOGI
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan
wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan
c. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues,
Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa.
d. TANDA DAN GEJALA
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan
koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi
lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremitas
yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-
tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur,
sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler
diseminata
e. PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma
kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga
bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen;
semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak
dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.
Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari
peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral
dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi
dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen)
sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan
oleh meningokok
Bakteri
orofaring
septikemia
Menyebar ke meningen otak dan medulla spinalis atas
Faktor predisposisi
Masuk ke saluran vena melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah saluran
mastoideus menuju otak dan saluran vena meningen
Penyokong & penghubung perkembangan bakteri
Organisme masuk ke dalam aliran darah
Reaksi radang dalam meningen di bawah kortekNyeri akut Kejang Resti trauma
Resti penyebaran infeksi
f. PENATALAKSANAAN
Isolasi
a. Observasi status neurologi
Terapi obat : antibiotik, antiviral, anti fungi, dan manitol
Precautions : Seizure/kejang
Penanganan nyeri
b. Pencegahan komplikasi
Edema Penurunan aliran darah serebral
metabolisme terganggu akibat eksudat meningen
Resti gg.perfusi serebral
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE & MENINGITIS
1. ASUHAN KEPERAWATAN STROKE
a) Pengkajian
Pengumpulan data
1. identitas pasien
nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2. keluhan utama
Penurunan kesadaran kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi
3. riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat
klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan
fungsi otak yang lain
4. riwayat penyakit terdahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan
5. riwayat penyakit keluarga
ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
6. pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada
fase akut.
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/ hemiplegi, mudah lelah
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri
otot
f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan,
perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola
kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
i) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan
stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil,
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
7. pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
- Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
- Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,
kadang tidak bisa bicara
- Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b) Pemeriksaan integumen
- Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek. Di samping itu perlu juga
dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena
klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu
- Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
- Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c) Pemeriksaan kepala dan leher
- Kepala : bentuk normocephalik
- Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
- Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks
batuk dan menelan.
e) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h) Pemeriksaan neurologi
- Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
- Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
- Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
- Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului
dengan refleks patologis.
8. pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan radiologi
- CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993)
- MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn
E. Doenges, 2000)
- Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998)
- Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu
tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
b) Pemeriksaan laboratorium
- Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali.
- Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
Analisa data
No problem Etiologi Symptom
1 Ds Sumbatan aliran Gangguan
DO
- tidak ada kontak mata
- Disorientasi dalam
waktu, ruang dan
orang
- Dispnea
- Bicara gagap
- Kesulitan
mengungkapkan
secara verbal
darah ke otak
Gangguan
neurologis fokal
Gangguan
komunikasi
verbal
kounikasi
verbal
2 Ds
Do
Hemiparesis
Gangguan
mobilitas fisk
Kurangnya
pemenuhan
perawatan diri
Kurangnya
pemenuhan
perawatan
diri
3 Ds
Do
- kesulitan bergerak
- Perubahan cara
berjalan
- Tremor yang diinduksi
oleh pergerakan
- Keterbatasan
kemampuan untuk
melakukan
Infark jaringan
Hemiparesis
Gangguan
mobilitas fisik
Gangguan
mobilitas
fisik
keterampilan motorik
kasar dan halus.
4 Ds :kesulitan menelan
Do
- perubahan status
mental
- Perubahan prilaku
- Perubahan respon
motorik
- Perubahan reaksi pupil
- Ketidaknormalan
dalam berbicara
Thrombosis
Embolisme
Iskemia
Gannguan
perfusi jaringan
Gannguan
perfusi
jaringan
III. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah otak
2) Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegic
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia
4) Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan
intracerebral.
IV. prioritas masalah
1) gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan intracerebral
2) gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia
3) gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak
4) kurangnya pemenuhan perawata diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia
V. Intervensi
N
o
Diagnose Tujuan/
criteria hasil
Intervensi Rasional
1 Gangguaan perfusi
jaringan otak b/d
perdarahan
intracerebreal
Tujuan
Perfusi jaringan
otak dapat
tercapai secara
optimal
Kritria hasil
- Klien tidak
gelisah
- Tidak ada
keluhan nyeri
kepala, mual,
kejang.
- GCS 456
- Pupil isokor,
reflek cahaya
a) Berikan
penjelasan
kepada keluarga
klien tentang
sebab-sebab
peningkatan
TIK dan
akibatnya
b) Anjurkan
kepada klien
untuk bed rest
totat
c) Observasi dan
catat tanda-
tanda vital dan
kelain tekanan
a) Keluarga lebih
berpartisipasi dalam proses
penyembuhan
b) Untuk mencegah
perdarahan ulang
c) Mengetahui setiap
perubahan yang terjadi
pada klien secara dini dan
untuk penetapan tindakan
yang tepat
d) Mengurangi tekanan
arteri dengan
meningkatkan draimage
vena dan memperbaiki
sirkulasi serebral
e) Batuk dan mengejan
(+)
- Tanda-tanda
vital
normal(nadi :
60-100 kali
permenit, suhu:
36-36,7 C,
pernafasan 16-
20 kali
permenit)
intrakranial tiap
dua jam
d) Berikan
posisi kepala
lebib tinggi 15-
30 dengan letak
jantung (beri
bantal tipis)
e) Anjurkan
klien untuk
menghindari
batukdan
mengejan
berlebihan
f) Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan
batasi
pengunjung
g) Kolaborasi
dengan tim
dokter dalam
pemberian obat
neuroprotektor
dapat meningkatkan
tekanan intra kranial dan
potensial terjadi
perdarahan ulang
f) Rangsangan aktivitas
yang meningkat dapat
meningkatkan kenaikan
TIK. Istirahat total dan
ketenagngan mingkin
diperlukan untuk
pencegahan terhadap
perdarahan dalam kasus
stroke hemoragik /
perdarahan lainnya
g)Memperbaiki sel yang
masih viabel
2 gangguan mobilitas Tujuan a) Ubah posisi a)Menurunkan resiko
fisik berhubungan
dengan
hemiparese/hemipla
gia
Klien mampu
melaksanakan
aktivitas fisik
sesuai dengan
kemampuannya
Criteria hasil
- Tidak terjadi
kontraktur sendi
- Bertabahnya
kekuatan otot
- Klien
menunjukkan
tindakan untuk
meningkatkan
mobilitas
klien tiap 2 jam
b) Ajarkan klien
untuk
melakukan
latihan gerak
aktif pada
ekstrimitas yang
tidak sakit
c) Lakukan
gerak pasif pada
ekstrimitas yang
sakit
d) Berikan
papan kaki pada
ekstrimitas
dalam posisi
fungsionalnya
e) Tinggikan
kepala dan
tangan
f) Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi
untuklatihan
fisik klien
terjadinnya iskemia
jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada
daerah yang tertekan
b) Gerakan aktif
memberikan massa, tonus
dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi
jantung dan pernapasan
c) Otot volunter akan
kehilangan tonus dan
kekuatannya bila tidak
dilatih untuk digerakkan
3 gangguan
komunikasi verbal
berhubungan dengan
penurunan sirkulasi
darah otak
Tujuan
Proses
komunikasi
klien dapat
berfungsi secara
optimal
Criteria hasil
- Terciptanya
suatu
komunikasi
dimana
kebutuhan klien
dapat dipenuhi
- Klien mampu
merespon setiap
berkomunikasi
secara verbal
maupun isarat
a) Berikan
metode
alternatif
komunikasi,
misal dengan
bahasa isarat
b) Antisipasi
setiap kebutuhan
klien saat
berkomunikasi
c) Bicaralah
dengan klien
secara pelan dan
gunakan
pertanyaan yang
jawabannya
“ya” atau
“tidak”
d) Anjurkan
kepada keluarga
untuk tetap
berkomunikasi
dengan klien
e) Hargai
kemampuan
a) Memenuhi kebutuhan
komunikasi sesuai dengan
kemampuan klien
b) Mencegah rasa putus
asa dan ketergantungan
pada orang lain
c) Mengurangi kecemasan
dan kebingungan pada saat
komunikasi
d) Mengurangi isolasi
sosial dan meningkatkan
komunikasi yang efektif
e) Memberi semangat pada
klien agar lebih sering
melakukan komunikasi
f) Melatih klien belajar
bicara secara mandiri
dengan baik dan benar
klien dalam
berkomunikasi
f) Kolaborasi
dengan
fisioterapis
untuk latihan
wicara
4 kurangnya
pemenuhan perawata
diri berhubungan
dengan
hemiparese/hemipla
gia
Tujuan
Kebutuhan
perawatan diri
klien terpenuhi
Criteria hasil
- Klien dapat
melakukan
aktivitas
perawatan diri
sesuai dengan
kemampuan
klien
- Klien dapat
mengidentifikas
i sumber
pribadi/komunit
as untuk
memberikan
bantuan sesuai
a) Tentukan
kemampuan dan
tingkat
kekurangan
dalam
melakukan
perawatan diri
b) Beri motivasi
kepada klien
untuk tetap
melakukan
aktivitas dan
beri bantuan
dengan sikap
sungguh
c) Hindari
melakukan
sesuatu untuk
klien yang dapat
a) Membantu dalam
mengantisipasi/merencana
kan pemenuhan kebutuhan
secara individual
b) Meningkatkan harga diri
dan semangat untuk
berusaha terus-menerus
c) Klien mungkin menjadi
sangat ketakutan dan
sangat tergantung dan
meskipun bantuan yang
diberikan bermanfaat
dalam mencegah frustasi,
adalah penting bagi klien
untuk melakukan sebanyak
mungkin untuk diri-sendiri
untuk emepertahankan
harga diri dan
kebutuhan dilakukan klien
sendiri, tetapi
berikan bantuan
sesuai
kebutuhan
d) Berikan
umpan balik
yang positif
untuk setiap
usaha yang
dilakukannya
atau
keberhasilannya
e) Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi/okupa
si
meningkatkan pemulihan
d) Meningkatkan perasaan
makna diri dan
kemandirian serta
mendorong klien untuk
berusaha secara kontinyu
e) Memberikan bantuan
yang mantap untuk
mengembangkan rencana
terapi dan mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong
khusus
VI. Evaluasi
No Diagnose Catatan perkembangan
1 gangguan perfusi jaringan
otak berhubungan dengan
perdarahan intracerebral
S
O
- ada kontak mata
- Mampu mengorientasikan
waktu, ruang dan orang
- Nafas normal
- Bicara normal
- Dapat mengungkapkan
secara verbal
A
P
2 gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan
hemiparese/hemiplagia
S
O
A
P
3 gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan
S
O
penurunan sirkulasi darah
otak
- tidak mendapat kesulitan
dalam bergerak
- cara berjalan normal
- tidak terjadi Tremor
mampu melakukan
keterampilan motorik kasar
dan halus.
A
P
4 kurangnya pemenuhan
perawata diri berhubungan
dengan
hemiparese/hemiplagia
S :tidak terjadi kesulitan dala
menelan
O
- tidak terjadi perubahan
status mental
- Tidak terjadi Perubahan
prilaku
- respon motorik normal
- reaksi pupil normal
bicara secara normal
A
P
2. ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
a. Pengkajian
Pengumpulan data
a) Identitas pasien
b) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan
penurunan kesadaran.
c) Riwayat penyakit sekarang
d) Riwayat penyakit terdahulu
pasien pernah mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh
immunologis pada masa sebelumnya.
Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada pasien terutama apabila ada
keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang
sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberculosia.
e) Riwayat penyakit keluarga
f) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah
pada fase akut.
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan retensi urin
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot
f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga
koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia, anisokor,
nistagmus, ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif
dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif, reflek abdominal
menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
i) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan
seperti obat anti kejang
j) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak
stabil, kelemahan.
7. Pemeriksaan Fisik (Body Of Syste)
a) Keadaan umum
- Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
- Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak
bisa bicara
- Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b) Pemeriksaan integumen
- Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan jelek.
- Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
- Rambut : umumnya tidak ada kelainan
- Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : semakin membesar
Muka :
Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
c) Pemeriksaan dada
d) Pemeriksaan abdomen
e) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Kadang terdapat incontinensia atau
retensio urine
f) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi
tubuh.
g) Pemeriksaan neurologi
(1) Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
(2) Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelemahan
(3) Pemeriksaan sensorik
(4) Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli
dengan refleks patologis
h) Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan cairan otak melalui pungsi lumbal, didapatkan :
a. Tekanan
b. Warna cairan otak: pada keadaan normal cairan otak tidak
berwarna. Pada menigitis purulenta berwarna keruh sampai
kekuning-kuningangan. Sedangkan pada meningitis tuberkulosis
cairan otak berwarna jernih.
c. Protein ( 0,2-0,4 Kg ) pada miningitis meninggi
d. Glukosa dan klorida
3. None pandi
4. Pemeriksaan darah
5. Uji tuberkulin positif dari kurasan lambung untuk meningitis tuberkulosis
6. Pemeriksaan radiologi
- CT Scan
- Rotgen kepala
- Rotgen thorak
7. Elektroensefalografi ( EEG ), akan menunjukkan perlambatan yang menyeluruh
di kedua hemisfer dan derajatnya sebanding dengan radang.
a. Airway
pastikan kepatenan jalan napas
siapkan alat bantu untuk memperlancar jalan napas jika perlu
jika terjadi penurunan dalam fungsi pernapasan segera hubungi
ahli anestesi dan bawa ke ICU
b. Breathing
Kaji respiratory rate – <8>30 merupakan
tanda yang signifikan.
Kaji saturasi oksigen
Lakukan pemeriksaan gas darah
Berikan oksigen 100% melalui non re-breath
mask
Auskultasi dada
Lakukan pemeriksaan foto thorak
c. Circulation
a. kaji heart rate – >100 atau <40 kali/min merupakan tanda
signifikan
b. monitoring tekanan darah – jika tekanan darah sistolik < 90 mmHg
merupakan tanda grognosis yang jelek
c. periksa waktu pengisian kapiler
d. pasang infuse dengan menggunakan kanul yang besar
e. berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
f. pasang kateter
g. periksa lab untuk darah lengkap, urine, elektrolit
h. lakukan kultur darah
i. lakukan pemeriksaan apusan tenggorokan untuk kultur dan
sensitifitas
j. catat temperature – mungkin pyreksia atau <<36 oC
d. Disability
- kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
- obserasi tanda neurologis fokal
e. Exposure
- kaji adanya ptechie Tanda ancaman terhadap kehidupan Jika pasien
menunjukan adanya tanpa kegawatan menunjukan pasien harus dibawa
secepatnya ke ICU adapun tandanya sebagai berikut:
- kemerahan semakin banyak
- CRT > 4 detik
- Oliguria
- Pernapasan <8> 30 per menit
- Heart rate <40>140 kali per menit
- Asidosis dengan pH <> 2
- Neurologi fokal
- Kejang
- Bradikardia dan hypertensi
- Papiloedema
Analisa data
No Analisa data Etiologi Problem
1 Ds
Do:
- jumlah leokosit tidak
normal
- Terdapat tanda dan
gejala dari infeksi
- Tidak bisa
mendiskripsikan
proses penularan
penyakit, factor yang
mempengaruhi dan
tatalaksananya
Bakteri masuk
orofaring
Septicemia
Menyebar ke
meningen otak
dan medulla
spinalis
masuk ke dalam
darah
Resti
penyebaran
Resti
penyebaran
infeksi
infeksi
2 Ds : kesulitan menelan
Do :
- perubahan status
mental
- Perubahan prilaku
- Perubahan respon
motorik
- Perubahan reaksi pupil
- Ketidaknormalan
dalam berbicara
Organisme
masuk ke dalam
darah
Reaksi radang
pada meningen
Edema
Penurunan
aliran darah
serebral
Gangguan
metabolisme
Gangguan
perfusi jaringan
Gangguan
perfusi
jaringan
3 Penurunan darah
serebral
Ggn metabolise
Eksudat purulen
menyebar ke
dasar otak
Kejang
Resti trauma
Resti trauma
4 Ds :
Melaporkan secara verbal atau
non verbal nyerinya
Do
Gerakan menghindari
nyeri
Posisi menghindari
nyeri
Waspada berlebihan
Organisme
masuk ke dalam
darah
Reaksi radang di
dalam meningen
dan bawah
korteks
Nyeri (akut)
Nyeri (akut)
2. Diagnosa
a) Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan
diseminata hematogen dari patogen
b) Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan
berhubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
c) Risisko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kejang
umum/fokal, kelemahan umum, vertigo.
d) Nyeri (akut) berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam
sirkulasi.
3. Prioritas masalah
a) Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan desimenata
hematogen dari pathogen
b) Resiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan
berhubungan dengan edema sereberal,hipovolemia
c) Nyeri(akut) berhubungan dengan proses inflamasi,toksin dalam
sirkulasi
d) Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kejang
umum/fokal ,kelemahan umum,vertigo
4. Intervensi
n
o
Diagnose Tujuan/criteria hasil Intervensi rasional
1 Resiko tinggi
penyebaran infeksi
berhubungan dengan
desimenata
hematogen dari
pathogen
Tujuan
Pasien terbebas dari
infeksi
Criteria hasil
Mencapai masa
penyembuhan tepat
waktu tanpa bukti
penyebaran infeksi
yang endogen atau
keterlibatan orang lain
a) Berikan
tindakan isolasi
sebagai
tindakan
pencegahan
b) Pertahankan
tehnik aseptic
dan tehnik cuci
tangan yangb
tepat baik
pasien,pengunj
ung mauoun
staf ,pantau dan
batasi
pengunjung
dan staf sesuai
kebutuhan
c) Pantau suhu
secara
teratur,catat
munculnya
tandatanda
a) Pada fase
awal
meningitis
meningokokus
atau infeksi
ensefalitis
lainnya isolasi
mungkin
diperlukan
sampai
organism
diketahui yang
cocok untuk
menurunkan
resiko
penyebaran
infeksi
b) Menurunkan
resiko pasien
terkena infeksi
sekuder,meng
ontrol
klinis dari
proses infeksi
d) Teliti adanya
keluhan nyeri
dada,berkemba
ngya nadi yang
tidak teratur
atau demam
yang terus
menerus
e) Auskultasi
suara
napas ,antau
kecepatan
pernapasan dan
usaha
pernapasan
f) Ubah posisi
pasien dengan
teratur dan
anjurkan untuk
melakukan
napas dalam
g) Catat
karakteristik
urine misalnya
penyebaran
sumber
infeksi,mence
gah
pemajanan
pada individu
terinfeksi
c) Timbulnya
tanda klinis
yang terus
menerus
merupakan
indikasi
perkembangan
dari
meningokose
mia akut ang
dapat bertahan
sampai
berminggu,bul
an terjadi
penyebaran
pathogen
d) Untuk
mengetahui
intervensi
warna,kejernih
an dan bau
h) Berikan terapi
antibiotic
i) Siapkan untuk
intervensi
pembedahan
sesuai indikasi
lanjutan
e) Mencegah
resiko
terjadinya
infeksi
pernapasan
f) Memobilisasi
secret dan
meningkatkan
kelancaran
secret yang
akan
menurunkan
resiko
terjadinya
komplikasi
terhadap
pernapasan
g) Urine
statis ,dehidra
si dan
kelemahan
umum
meningkatkan
resiko
terhadap
infeksi
kandung
kemih/ginjal
awitan sepsis
h) Obat yang
diberikan
mungkin
diindikasikan
untuk gram
negative,jamu
r dan amuba
i) Mungin
memerlukan
drainase dari
adanya abses
otak atau
penglepasan
pirau ventrikel
untuk
mencegah
rupture
menontrol
penyebaran
infeksi
2 Resiko tinggi
terhadap perubahan
Tujuan a) Pertahankan
Tirah baring
o Perubahan
tekanan
serebral dan perfusi
jaringan
berhubungan dengan
edema
sereberal,hipovolemi
a
Criteria hasil
o Tingkat kesadaran
membaik
o Tanda-tanda vital
stabil
o Melaporkan tidak
adanya/menurunka
n berat sakit kepala
o Mendemonstrasika
n tidak anya
perbaikan kognitif
dan tanda
peningkatan TIK
dengan posisi
kepala datar.
b) Pantau status
neurologis.
c) Kaji regiditas
nukal, peka
rangsang dan
kejang
d) Pantau tanda
vital dan
frekuensi
jantung,
penafasan, suhu,
masukan dan
haluaran.
e) Bantu berkemih,
membatasi
batuk, muntah
mengejan.
f) Tinggikan
kepala tempat
tidur 15-45
derajat.
g) Berikan cairan
iv (larutan
hipertonik,
mungkin
merupakan
potensi adanya
resiko herniasi
batang otak
yang
memerlukan
tindakan
medis dengan
segera
o Pengkajian
kecendrungan
adanya
perubahan
tingkat
kesadaran dan
potensial
peningkatan
TIK adalah
sangat
berguna dalam
menentukan
lokasi ,peneba
ran /luasnya
dan
perkembangan
elektrolit ).
h) Pantau BGA.
i) Berikan obat :
steoid,
clorpomasin,
asetaminofen
kerusakan
serebral
o Merupakan
indikasi
adanya iritasi
meningeal dan
mungkin juga
terjasi dalam
periode akut
atau
penyembuhan
dari trauma
otak
o Normalna
autoregulasi
mampu
memperthanka
n aliran darah
serebral
dengan
konstan
sebagai
dampak
adanya
fluktuasi pada
tekanan darah
sistemik ,kehil
ngan fungsi
autoregulasi
mungkin
mengikuti
kerusakan
vaskuler
serebral local
atau difus
yang
menimbulkan
peningkatan
tekanan darah
sistemik yang
bersamaan
dengan
penurunan
tekanan darah
diastolic(tekan
an nadi
melebar)
o Aktivitas
seperti ini
akan
meningkatkan
tekanan
intratorak dan
intraabdomen
yang dapat
meningkatkan
TIK ,ekshalasi
selama
perubahan
posisi tersebut
dapat
mencegah
pengaruh
maneuver
valsava
o Peningkatan
aliran vena
dari kepala
akan
menurunkan
TIK
o Meminimalka
n fluktuasi
dalam aliran
vaskuler dan
TIK ,retriksi
cairan
mungkin
diperlukan
untuk
mengurangi
cairan tubuh
total dan
selanjutnya
akan
menurunkan
edema
serebral
o Terjadinya
asidosis dapat
menghambat
masuknya
oksigen pada
tingkat sel
yang
memperburk /
meningkatkan
metabolic/resi
ko iskemia
serebral.
o Dapat
menurunakn
permeabilitas
kapiler untuk
mebatasi
pembentukan
edema
serebral,dapat
juga
menurunkan
resiko
terjadinya
fenomena
rebound ketika
menggunakan
manitol
3 Nyeri(akut)
berhubungan dengan
proses
inflamasi,toksin
dalam sirkulasi
Tujuan
Criteria hasil
o Melaporkan nyeri
hilang /terkontrol
o Menunjukkan postur
rileks dan mampu
tidur/beristirahat
dengan tepat
o Berikan
lingkungan
yang
tenang,ruangan
agak gelap
sesuai indikasi
o Tingkatkan
tirah
baring ,bantula
h kebutuhan
perawatan diri
o Letakkan
o Menurunkan
reaksi
terhadap
stimulasi dari
luar atau
sesitivitas
pada cahaya
dan
meningkatkan
istriahat
/relaksasi
o Menurunkan
kantung es
pada
kepala ,pakaian
dingin diatas
mata
o Dukung untuk
enemukan
posisi yang
nyaman
misalnya
kepala agak
tinggi sedikit
pada
meningitis
o Berikan latihan
rentang gerak
aktif/pasif
secara tepat
dan masase
otot daerah
leher/bahu
o Gunakan
pelembab yang
agak hangat
pada nyeri
gerakan yang
dapat
meningkatkan
nyeri
o Meningkatkan
vasokonstriksi
,penumpukkan
resepsi sensori
yang
selanjtnya
akan
menurunkan
nyeri
o Menurunkan
iritasi
meningeal
resultan
ketidanyaman
an lebih lanjut
o Dapat
membantu
merelaksasika
n ketegangan
otot yang
meningkatkan
leher/punggung
jika tidak ada
demam
o Berikan
analgetik
reduksi nyeri
atau rasa tidak
nyaman
tersebut
o Menigkatkan
relaksasi otot
dan
menurunkan
rasa sakit
/tidak nyaman
o Diperlukan
untuk
menghilangka
n nyeri
4 Resiko tinggi
terhadap trauma
berhubungan dengan
kejang
umum/fokal ,kelema
han umum,vertigo
Tujuan
Kriteri hasil
5. evaluasi
No Diagnose Catatan perkembangan
1 Resiko tinggi penyebaran infeksi
berhubungan dengan desimenata
hematogen dari pathogen
S
O : - klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
- Mendiskripsikan proses
penularan penyakit, factor dan
tatalaksananya
- Menunjukan kemampuan untuk
mencegah terjadinya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas
normal
- Menunjukan prilaku hidup
sehat
A
P
2 Resiko tinggi terhadap
perubahan serebral dan perfusi
jaringan berhubungan dengan
edema sereberal,hipovolemia
S : melaporkan tidak terjadi
kesulitan dalam menelan
O : - perubahan status mental
- Tidak terjadi Perubahan prilaku
- Tidak terdapat gerakan
involunter
- Tidak terjadi Perubahan reaksi
pupil
- Berkomunikasi dengan jelas
A
P
3 Nyeri(akut) berhubungan
dengan proses inflamasi,toksin
dalam sirkulasi
S : melaporkan bahwa nyeri
berkurang
- Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
O : mampu mengontrol nyeri
- Mampu mengenali nyeri
- TTV dalam rentan normal
A
P
4 Resiko tinggi terhadap trauma
berhubungan dengan kejang
umum/fokal ,kelemahan
umum,vertigo
S
O
A
P
BAB III
PENUTUP
1) KESIMPULAN
stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler
Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer,
2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah
satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita,
2001).
Secara umum untuk penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai
mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
ogsigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonik
9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau
ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
11. Penatalaksanaan spesifik berupa:
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan,
Edisi 3, EGC, Jakarta.
2. Suddarth,brunner.2000.buku ajar keperawatan medical bedah.edisi 8,EGC.jakarta
3. Mansjoer arif,dkk,2000.kapita selekta kedokteran.jilid 2,volume 2.media
Aesculapius.jakarta