170
1 ASKRIPSI TINDAK TUTUR ASERTIF GURU TERHADAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH (BUGIS) KELAS VII.A SMP NEGERI 3 BUNGORO NURDELISA 1555042015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2019

ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

1

ASKRIPSI

TINDAK TUTUR ASERTIF GURU TERHADAP SISWA DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH (BUGIS) KELAS VII.A SMP

NEGERI 3 BUNGORO

NURDELISA

1555042015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019

Page 2: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

2

SKRIPSI

TINDAK TUTUR ASERTIF GURU TERHADAP SISWA DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH (BUGIS) KELAS VII.A SMP

NEGERI 3 BUNGORO

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Pada Fakultas Bahasa dan Sastra

Universitas Negeri Makassar

NURDELISA

1555042015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019

Page 3: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

3

Page 4: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

4

A

Page 5: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

5

MOTO

“lEluGi nerko wEdi ailElu, slaiwi nerko wEdi aislai”

(Lellungi narekko wedding ilellung, salaiwi narekko wedding isalai)

“Sukses adalah saat persiapan dan kesempatan bertemu”

“Masa depan kita dimulai dari mimpi”

“Karena semakin Melankolis, semakin keren”

(NURDELISA)

Page 6: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

6

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan

Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita dan

Bardan. Serta untuk seluruh keluarga besarku di Mamuju yang selalu memberi

semangat, doa dan dukungan kalian yang tak pernah terlepas disempanjang

sujud.

Dan tak lupa kupersembahkan untuk:

Indah, Umar, Adi dan Alga dimanapun kalian berada, dan Inces; Diyah, Ani,

Ami, Vivi, Fiyah, Nunu dan Riri. Serta RA pendamping hidupku (kelak).

Terakhir, kupersembahkan skripsi ini untuk semua yang selalu bertanya;

“Kapan wisuda?”, “Kapan nikah?”

Page 7: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

7

Kuassompang skripsi e lao ri dua pajajiakku, Abdullah. S na Hj. Ummu

Kalsum, nennia A’baku Ir. Alwinuddin, SP, anriku Masita na Bardan.

Makkutopa lao ri sumpung loloku ri Mamuju iyya tuli malengnga

assumangekeng, doangeng na padisingengna.

Tekkuallupai kuassompangeng to lao:

Indah, Umar, Adi na Alga kegi-kegi monro makkukuange, na Inces; Diyah,

Ani, Ami, Vivi, Fiyah, Nunu na Riri. Naiyato RA silong atuotuongekku

(denasaba’).

Kuassompangeng to skripsi e ku pada maneng iyya tuli makkutana;

“Uppanna wisuda?” “Uppanna Botting?”

kuasoP skripsi ea lao ri dua pjjiaku, Abdullah. S n Hj. Ummu Kalsum, nEnia

A’baku Ir. Alwinuddin, SP, aRiku Masita n Bardan. mkutop lao ri suP loloku

r Mamuju aiy tuli melG asumeGkE, doaGE n pdisieGn.

tEkualupai kuasoPGE to lao:

Indah, Umar, Adi n Alga ekgi-ekgi moRo mkukuaeG, n Inces; Diyah, Ani,

Ami, Vivi, Fiyah, Nunu n Riri. naiyto RA silo atuaotuaoeGku (ednsb).

kuasoPG to skripsi ea ku pd mnE aiy tuli mkutn;

“aupn wisud?” “aupn boti?”

ABSTRAK

Page 8: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

8

Nurdelisa, 2019.“Tindak Tutur Asertif Guru Terhadap Siswa dalam Pembelajaran

Bahasa Daerah (Bugis) Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro”. Skripsi. Jurusan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri

Makassar. (Dibimbing oleh Muhammad Saleh dan Nurhusna).

Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan fungsi tindak tutur asertif guru

terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di Kelas VII.A SMP

Negeri 3 Bungoro. (2) Mendeskripsikan penggunaan bahasa Daerah (Bugis)

dalam tindak tutur asertif guru terhadap siswa pada pembelajaran bahasa daerah

(Bugis) di Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro. Desain dalam penelitian ini

adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini adalah tuturan lisan

berupa tindak tutur asertif yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu

mengusulkan, menyatakan, menyetujui, membual, mengeluh, memprotes, dan

melaporkan, serta tuturan lisan berupa tindak tutur asertif dalam wujud alih kode

dan campur kode; oleh guru terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah

(Bugis) kelas VII.A di SMP Negeri 3 Bungoro. Teknik yang digunakan dalam

mengumpulkan data adalah teknik SBLC (Simak Bebas Libat Cakap), teknik catat

dan teknik rekam. Prosedur analisis data dilakukan melalui tiga tahap, reduksi

data, penyajian data, penarikan simpulan, dan verifikasi. Validitas data dalam

penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber data/metode.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) Fungsi Tindak Tutur Asertif Guru

Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) Kelas VII.A SMP

Negeri 3 Bungoro ditemukan tuturan guru yang termasuk dalam fungsi tindak

tutur asertif. Fungsi tindak tutur asertif tersebut meliputi; fungsi mengusulkan,

fungsi menyatakan, fungsi menyetujui, fungsi membual, fungsi mengeluh, fungsi

memprotes, dan fungsi melaporkan. (2) Penggunaan bahasa daerah (Bugis) pada

Tindak Tutur Asertif Guru Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Daerah

(Bugis) Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro, diidentifikasi berdasarkan

penggunaan bahasa Bugis dalam wujud alih kode dan campur kode. Penggunaan

bahasa Bugis dalam wujud alih kode, ditemukan tuturan asertif yang termasuk

dalam wujud alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis, dan tuturan asertif

yang termasuk dalam wujud alih kode dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia.

Selanjutnya penggunaan bahasa daerah Bugis dalam wujud campur kode,

ditemukan tuturan asertif yang termasuk wujud campur kode berupa penyisipam

kata, dan tuturan asertif yang termasuk wujud campur kode berupa penyisipan

frasa.

Kata kunci:Tindak Tutur, Asertif, Guru, Bahasa Daerah Bugis

KATA PENGANTAR

Page 9: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

9

Alhamdulillah, puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah Swt. atas

berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat dan taslim penulis haturkan

kepada sang revolusioner sejati, baginda rasulullah Muhammad Saw. Skripsi yang

berjudul “Tindak Tutur Asertif guru Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa

Daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro” disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas

Negeri Makassar.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak

baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyampaikan ucapan

terimakasih yang tak terhingga kepada Dr. Muhammad Saleh, S.Pd., M.Pd selaku

pembimbing I yang senantiasa penuh keikhlasan, ketulusan, kesabaran dan

petunjuk hingga penulis dapat menyusun skripsi ini sampai selesai, dan kepada

Nurhusna, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II sekaligus penasihat akademik, yang

rela meluangkan waktu tenaga dan pikiran dalam memberikan arahan, motivasi,

saran serta bimbingan mulai dari awal perkuliahan sampai dengan penyusunan

skripsi. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Prof.

Dr. Hj. Johar Amir, M.Hum selaku penguji I dan Aswati Asri, S.Pd., M.Pd selaku

penguji II yang telah memberikan masukan dan saran yang bermanfaat bagi

penulis.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada:

Page 10: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

10

1. Prof. Dr. Husain Syam, M.TP. Rektor Universitas Negeri Makassar.

2. Dr. Syukur Saud, M.Pd. Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri

Makassar.

3. Dr. Mayong, M.Pd Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dr. Sultan,

S.Pd., M.Pd. Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr. Kembong

Daeng, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Daerah; dan Bapak/Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta staf

Tata Usaha Jurusan Bahasa dan Sastra FBS UNM.

Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua, Ayahanda

Abdullah. S dan Ibunda Hj. Ummu Kalsum, juga ayahanda keduaku Ir.

Alwinuddin, SP, serta kedua adikku Masita dan Bardan yang telah memberikan

dukungan moril maupun materil serta doa yang senantiasa terpanjatkan disetiap

sujudnya sehingga penulis mampu menyelesaikan studi dan akhirnya sampai pada

tahap yang penuh dengan kebahagian ini, terimakasih pula penulis ucapkan

kepada seluruh keluarga besar di Mamuju yang selama ini selalu memberikan

dukungan kepada penulis. Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk seseorang

yang terkasih Rispa Ardianto, S.Pd yang senantiasa dengan penuh kesabaran dan

keikhlasan mendampingi dan memberikan dukungan kepada penulis baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

Terimakasih penulis ucapkan kepada orang-orang terdekat Muh. Taftazani

JR, S.Ikom., M.M atas setiap ilmu dan pengalaman yang luar biasa, dan Murhadi

hafid yang telah memberi dukungan dan semangat dalam berbagai bentuk kepada

penulis. Terimakasih pula empat sahabat terdekat Umar, S.Hut, Sapriadi

Page 11: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

11

Patonangi, Amd.T, Indah Widya lestari, Amd.T dan Algazali Abd Rahman, SE

yang selama ini telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis

disetiap proses penyusunan skripsi ini. Serta terimakasih yang tak terhingga untuk

tujuh sahabat terkasih Nur As’Adiyah, Suryani Dafi, Andi Ummi Kalsum Hasrib,

Vivindah, Aafiyah Khaiyyira, Sri Nurul Hikma dan Ririn Sulastri Dewi yang telah

menemani perjalanan penulis selama sembilan semester hingga sampai pada tahap

penyusunan skripsi ini.

Terimakasih penulis ucapkan kepada keluarga besar lembaga kesenian

Bengkel Sastra (BESTRA DEMA JBSI FBS UNM) tempat penulis menambah

ilmu selain dari perkuliahan dan terkadang menjadi tempat untuk mencurahkan

segenap isi hati penulis. Korps Adventure Pencinta Alam Kalomang (KAPAK

SULBAR), Saka Bhayangkara Mamuju, Dewan Kerja Cabang Mamuju, Sanggar

Prasbhara Manakarra, Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra

Daerah (HMPS PBSD FBS UNM), Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah

se-Indonesia (IMBASADI), serta teman-teman kelas A Pendidikan Bahasa dan

Sastra Daerah angkatan 2015.

Makassar, 9 September 2019

Penulis

Nurdelisa

ADA PANGANTARAQ

Page 12: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

12

Alhamdulillah, sukkuruq mappoji lao risisena puang Allahu Ta’ala.

Nasaba narengngi pammase nainulle parrokie nulle i jamai skripsi e. palettureng

to salawaq lao ri nabitta nabi Muhammad Saw. Skripsi e “Tindak Tutur Asertif

guru Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) kelas VII.A

SMP Negeri 3 Bungoro” ri susungi nasabari saraqna runtu sarjana ri Fakultas

Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar.

Skripsi e maega pattulungeng pole ri tau egae, naiya upaletturengngi

attarimakasikku lao ri Dr. Muhammad Saleh, S.Pd., M.Pd pembimbing

makkaseddikku iya mattinulu na sabbaraq malengngi padisingeng parokiq e

lettuna pura i skripsi de. naiya lao ri Nurhusna, S.Pd., M.Pd pembimbing

makkaduaku naiya panasehaq akademikku, iya nabberengngi wettunna sibawa

padisingenna malengnga appatujung, sumangeq, naiya bimbingeng pammula

makkuliah lettu massusung skripsi. Naiyatopa upaletturengi tarimakasikku lao ri

Prof. Dr. Hj. Johar Amir, M.Hum iya penguji makkaseddiku na Aswati Asri,

S.Pd., M.Pd iya penguji makkaduaku yamabbereng aggurungeng lao ri parrokiq.

Ripalettureng to tarimakasina parrokiq e ku:

1. Prof. Dr. Husain Syam, M.TP. Rektor Universitas Negeri Makassar.

2. Dr. Syukur Saud, M.Pd. Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri

Makassar.

3. Dr. Mayong, M.Pd Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dr. Sultan,

S.Pd., M.Pd. Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr. Kembong

Daeng, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Daerah; dan Bapak/Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta staf

Tata Usaha Jurusan Bahasa dan Sastra FBS UNM.

Tarimakasi lao ri duae pajajiakku Abdullah. S sibawa Hj. Ummu Kalsum,

ambo makkaduaku Ir. Alwinuddin, SP, sibawa riduae anrikku Masita na Bardan

iya malengnga assumangekeng naiyya apperallau doangeng naullei parrokiede

pappurai akkuliangenna. Tarimakasiku lao ri sumpuloloku ku Mamuju iya

Page 13: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

13

nalengnga sumangeq. Tarimakasi to lao ri tau pappojiku Rispa Ardianto, S.Pd iya

tuli sabbaraq sibawa macenning ati massilonga na mabbereng sumangeq naiyya

parrokiq skripsi de.

Tarimakasi lao ri tau madeppekku Muh. Taftazani JR, S.Ikom., M.M iya

pura paddisengeng na pangalamang kaminang kessing. Naiyato Murhadi hafid

iyapura mabbereng to assumangekeng iyae maegarupanna lao ri parrokiq.

Tarimakasi lao ri eppae silong mareppekku Umar, S.Hut, Sapriadi Patonangi,

Amd.T, Indah Widya lestari, Amd.T na Algazali Abd Rahman, SE iya tuli

mabbereng assumangekeng lao ri parrokiq ri jama-jamanna mebbuq skripsi de.

Naiya tarimakasi tenrigangka lao ri pitu silong malebbiku Nur As’Adiyah,

Suryani Dafi, Andi Ummi Kalsum Hasrib, Vivindah, Aafiyah Khaiyyira, Sri

Nurul Hikma dan Ririn Sulastri Dewi naiya sibawangi parrokiq assera semeseter

lettuna massusung skripsi de.

Tarimakasi parokiq palettureng lao ri Bengkel Sastra (BESTRA DEMA

JBSI FBS UNM) onrong parrokiq natambai padisingenna pemmulanna makkuliah

sibawa onrong maccurita agamanenge. Korps Adventure Pencinta Alam

Kalomang (KAPAK SULBAR), Saka Bhayangkara Mamuju, Dewan Kerja

Cabang Mamuju, Sanggar Prasbhara Manakarra, Himpunan Mahasiswa Program

Studi Bahasa dan Sastra Daerah (HMPS PBSD FBS UNM), Ikatan Mahasiswa

Bahasa dan Sastra Daerah se-Indonesia (IMBASADI), Naiya silong-silongku

maneng ri kelas A Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah 2015.

ad pGtr

Page 14: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

14

Alhamdulillah, sukuru mpoji lao risiesn pua alhu tal. nsb nerGi pmes

nainuel prokiea nuel ai jmai skripsi ea. plEtuer to slw lao ri nbit nbi

Muhammad Saw. Skripsi ea“Tindak Tutur Asertif guru Terhadap Siswa dalam

Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro” ri

susungi nasabari saraqna runtu sarjana ri Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas

Negeri Makassar.

Skripsi e meag ptulugE poel ri tau eagea, naiy aupeltuerGi

atrimksiku lao ri Dr. Muhammad Saleh, S.Pd., M.Pd epbibi mkesdiku aiy

mtinulu n sbr mlEGi pdisigE proki ea eltun pur aiskripsi ed. naiy lao ri

Nurhusna, S.Pd., M.Pd epbibi mkduaku naiy pnesh akedmiku, aiy neberGi

ewtun sibw pdisieGn mlEG aptuju, sumGE, naiy bibiGE pmul mkulia eltu

msusu skripsi. Naiytop aupeltuerGE trimksiku lao ri Prof. Dr. Hj. Johar Amir,

M.Hum aiy epGuj imkesdiku n Aswati Asri, S.Pd., M.Pd aiy epGuj mkduaku

ymebrE aguruGE lao ri proki.

ripelturE to trimksin proki ea ku:

1. Prof. Dr. Husain Syam, M.TP. Rektor Universitas Negeri Makassar.

2. Dr. Syukur Saud, M.Pd. Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri

Makassar.

3. Dr. Mayong, M.Pd Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dr. Sultan,

S.Pd., M.Pd. Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr. Kembong

Daeng, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Daerah; dan Bapak/Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta staf

Tata Usaha Jurusan Bahasa dan Sastra FBS UNM.

trimksi lao ri duaea pjjiaku Abdullah. S sibw Hj. Ummu Kalsum, abo

mkduaku Ir. Alwinuddin, SP, sibw riduaea aRiku Masita n Bardan aiy melG

asumGEkE naiy aeprlau doaGE nauelai prokieaed ppurai akuliagEn.

Trimksiku lao ri suPuloloku ku Mamuju aiy nelG sumGE. trimksi to lao ri

Page 15: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

15

tau ppojiku i Rispa Ardianto, S.Pd ya tuli sbr sibw mcEni at msiloG n mebrE

sumGE naiy proki skripsi ed.

trimksi lao ri tau mdEpEku Muh. Taftazani JR, S.Ikom., M.M aiy pur

pdiesgE n pGlmE kminE eksi. naiyto Murhadi hafid aiy pur mebrE to

asumgEkE aiyea meagrupn lao ri proki. trimksi lao ri aEpea silo merpEku

Umar, S.Hut, Sapriadi Patonangi, Amd.T, Indah Widya lestari, Amd.T n Algazali

Abd Rahman, SE aiy tuli mebrE asumgEkE lao ri proki ri jm-jmn mEbu

skripsi ed. naiy trimksi etRigK lao ri pitu silo mlEbik Nur As’Adiyah, Suryani

Dafi, Andi Ummi Kalsum Hasrib, Vivindah, Aafiyah Khaiyyira, Sri Nurul Hikma

n Ririn Sulastri Dewi naiy sibwGi proki aesr esemestE eltun msusu skripsi

ed.

trimksi proki plEtuerGE lao ri Bengkel Sastra (BESTRA DEMA JBSI

FBS UNM) aoRo proki ntbai pdisieGn epmuln mkulia sibw aoRo mcurit

agmenGE. Korps Adventure Pencinta Alam Kalomang (KAPAK SULBAR),

Saka Bhayangkara Mamuju, Dewan Kerja Cabang Mamuju, Sanggar Prasbhara

Manakarra, Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Daerah

(HMPS PBSD FBS UNM), Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah se-

Indonesia (IMBASADI), naiy silo-siloku mnE ri kelas A Pendidikan Bahasa dan

Sastra Daerah 2015.

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii

Page 16: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

16

SURAT PERNYATAAN ....................................................................................iii

MOTTO.............................................................................................................. iv

PERSEMBAHAN ................................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .................................. 10

A. Kajian Pustaka........................................................................................ 10

B. Kerangka Pikir ....................................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 30

A. Jenis dan Desain Penelitian..................................................................... 30

B. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 31

C. Definisi Istillah ....................................................................................... 31

D. Data dan Sumber Data ............................................................................ 32

E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 33

G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 35

H. Validitas Data ......................................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 38

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 38

B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 72

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 81

A. Kesimpulan ............................................................................................ 81

B. Saran ..................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83

Page 17: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

17

LAMPIRAN ...................................................................................................... 86

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 152

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Page 18: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

18

Lampiran 1 Transkip rekaman pada Proses Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis)

Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro ................................................................. 87

Lampiran 2 Lembar Kartu Data......................................................................... 98

Lampiran 3 Lembar Rekam Data .................................................................... 119

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 122

Lampiran 5 Berkas Persuratan......................................................................... 128

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Page 19: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

19

Bahasa memiliki fungsi yang hakiki dalam kerangka hubungan

antarmanusia, yakni sebagai pengukuh hubungan antarsesama. Tanpa bahasa,

manusia tidak dapat saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya.

Kerja sama antarmanusia juga hampir mustahil dilakukan dengan optimal bila

bahasa tidak benar-benar hadir sebagai piranti komunikasi dan interaksi. Hal ini

harus kita sadari, bahwa setiap interaksi selalu menggunakan bahasa. Dengan kata

lain, dimana aktivitas terjadi, di situ aktivitas bahasa terjadi pula. Oleh karena itu,

fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

Bahasa adalah aspek yang penting dalam berkomunikasi. Penggunaan

suatu bahasa, di dalamnya terdapat unsur-unsur tindak berbahasa atau tuturan

yang kaitannya dengan bentuk dan pemilihan ragam bahasa yaitu: siapa yang

berbicara, dengan siapa, tentang apa, dalam situasi yang bagaimana, tujuan apa,

dengan jalur apa dan ragam bahasa yang mana, semua itu mempengaruhi dalam

proses komunikasi. Bahasa inilah yang menjadi ciri khas manusia yang

membedakannya dengan makhluk lainnya. Melalui bahasa, manusia juga dapat

mengutarakan suatu kalimat, mengembangkan pengetahuannya dengan

berinteraksi di lingkungannya agar maksud sebuah tuturan dapat dipahami oleh

mitra tutur. Menurut Chaer dan Agustina (2004:11) fungsi utama bahasa adalah

sebagai alat komunikasi atau alat interaksi. Melalui kegiatan berkomunikasi

sertiap penutur hendak menyampaikan tujuan atau maksud tertentu kepada mitra

tutur. Komunikasi yang terjadi harus berlangsung secara efektif dan efesien,

sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas oleh mitra tutur

yang terlibat dalam proses komunikasi. Proses komunikasi yang efektif dan

Page 20: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

20

efesien tidak akan terjadi dengan baik, apabila bahasa yang digunakan oleh

penutur tidak mampu dipahami oleh mitratutur. Dengan demikian, untuk

mempermudah proses komunikasi, bahasa yang digunakan oleh penutur harus

bahasa yang mudah dipahami oleh mitra tutur.

Penggunaan bahasa daerah (Bugis) dalam interaksi belajar-mengajar

merupakan salah bentuk komunikasi. Melalui proses komunikasi akan

memunculkan peristiwa tutur dan tindak tutur. Peristiwa tutur merupakan proses

terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau

lebih yang melibatkan dua belah pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu

pokok tuturan, di dalam waktu, tempat dan situasi tertentu. Tindak tutur

merupakan gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya

ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.

Di dalam tindak tutur, partisipan atau penutur ingin menyampaikan pesan

dilakukan dengan bermacam-macam bentuk, seperti menyapa, menyatakan,

memberitahukan, menuntut, menyuruh, dan bercanda. Pemilihan bentuk tersebut

digunakan dan melibatkan penutur dalam situasi, dan di dalam keterlibatannya,

penutur inilah yang memiliki makna dalam berbahasa. Bahasa itulah yang

berfungsi melayani kebutuhan penuturnya untuk mencapai tujuan-tujuan

komunikasi.

Tindak tutur terdiri tiga jenis yaitu, tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak

perlokusi. Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang berperan melakukan suatu

tindakan dalam menyatakan sesuatu. Dalam tindak ilokusi terdapat tindak tutur

asertif, direktif, komisif, ekspresif dan deklaratif. Tindak tutur asertif merupakan

Page 21: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

21

tindak tutur yang melibatkan penutur pada kebenaran proposisi yang

diekspresikan. Berbeda dengan tindak tutur ilokusi lainnya, tindak tutur asertif ini

berfungsi untuk menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan,

mengeluh, menuntut dan melaporkan (Nababan, 1978:18).

Tindak tutur dalam interaksi belajar-mengajar di kelas dapat dimanfaatkan

sebagai pengajaran bahasa, terfokus pada penelitian ini yakni pembelajaran

bahasa daerah (Bugis). Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan pada tiap-

tiap daerah sesuai dengan konseptual masyarakat terhadap bahasa daerah. Dalam

hubungannya dengan kedudukan sebagai bahasa daerah berdasarkan kenyataan

bahwa bahasa daerah merupakan salah satu unsur kebudayaan nasional yang

dilindungi oleh Negara berdasarkan UUD 1945 pasal 36 bab XV.

Pembelajaran bahasa daerah juga dapat didekati melalui salah satu bidang

kajian bahasa yaitu pragmatik. Pengajaran bahasa dengan pendekatan pragmatik

lazim disebut sebagai fungsi komunikatif dengan sejumlah fungsinya yang tetap

terikat konteks. Pragmatik adalah suatu telaah umum mengenai bagaimana

caranya konteks mempengaruhi peserta tutur dalam menafsirkan kalimat atau

menelaah makna dalam kaitannya dengan situasi ujaran.

Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna yang

berhubungan dengan situasi ujar, mengkaji makna tuturan yang dikehendaki oleh

penutur dan menurut konteksnya. Konteks dalam hal ini berfungsi sebagai dasar

pertimbangan dalam mendeskripsikan makna tuturan dalam rangka penggunaan

bahasa dalam komunikasi. Salah satu objek kajian pragmatik yaitu tindak tutur.

Tindak tutur dalam interaksi belajar-mengajar merupakan salah satu bentuk

Page 22: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

22

pemakaian bahasa yang sesuai dengan topik pembicaraan, tujuan pembicaraan,

situasi dan tempat berlangsungnya pembicaraan tersebut (Leech, 1993: 8).

Dalam interaksi belajar-mengajar salah satu fungsi guru adalah

memberikan pengetahuan kepada siswanya, hal itu dilakukan dalam wujud tindak

tutur. Dalam bertutur guru harus memahami konteks bahasa untuk menentukan

suatu ujaran. Pada konteks pemakaian bahasa yang perlu diperhatikan adalah

tempat komunikasi terjadi, objek yang dituturkan, dan bagaimana tindakan

penutur yang seharusnya terhadap apa yang dituturkan. Apabila terjadi kesalahan

dalam memahami konteks maka akan terjadi kesalahan dalam menerima maksud

tuturan. Oleh sebab itu, guru harus berhati-hati dalam bertutur agar tidak

menimbulkan kesalahpahaman.

Masalah-masalah komunikasi di kelas merupakan hal yang menarik untuk

diteliti karena interaksi guru dan murid di kelas merupakan perwujudan proses

berbahasa secara alamiah. Proses berbahasa secara alamiah ini ditandai dengan

kenyataan bahwa guru harus banyak menggunakan waktunya untuk berinteraksi

dengan murid melalui komunikasi lisan berupa tindak tutur. Pada kegiatan

pembelajaran di kelas, tuturan yang dituturkan oleh guru dan siswa sangat

dimungkinkan muncul tuturan asertif. Tuturan tersebut sangat ditentukan oleh

konteks situasi pembelajaran di kelas.Konteks situasi kelas juga berpengaruh pada

variasi tuturan guru dan siswa.

Penggunaan tindak tutur asertif dalam interkasi belajar-

mengajarmerupakan salah satu bentuk penggunaan ragam tindak tutur. Melalui

tindak tutur asertif, guru dapat memanfaatkan berbagai jenis dan fungsi tindak

Page 23: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

23

tutur asertif (menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, melaporkan,

menyetujui, dan memprotes) untuk menghidupkan interaksi belajar-mengajar.

Setiap jenis tindak tutur asertif tersebut mempunyai fungsi-fungsi yang penting

dalam interkasi belajar-mengajar. Dengan demikian, guru dapat menggunakan

jenis tindak tutur asertif secara bergantian berdasarkan fungsi ujaran yang sesuai

dengan konteksnya.

Berkenaan dengan pembelajaran di kelas, penelitian ini berkaitan erat

dengan kompetensi dasar berbicara yang dimiliki, baik guru maupun siswa.

Dengan demikian, berdasarkan paparan di atas, penelitian tentang pemakaian

bahasa pada proses pembelajaran bahasa daerah di kelas, secara khusus tentang

tindak tutur asertif pada proses pembelajaran bahasa daerah (Bugis) perlu

dilakukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana pemakaian tindak tutur

asertif dalam interaksi belajar-mengajar di sekolah. Seperti yang kita ketahui

bahwa dalam pembelajaran bahasa daerah penggunaan tindak tutur tersebut

seringkali ditemukan peralihan dari suatu bahasa, seperti bahasa daerah (Bugis) ke

dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya dan biasanya diikuti dengan melakukan

percampuran serpihan-serpihan bahasa ke dalam bahasa asli. Keadaan yang

seperti ini disebut alih kode dan campur kode.

Alih kode dan campur kode seringkali terjadi dalam berbagai percakapan

masyarakat, alih kode dan campur kode dapat terjadi pada semua kalangan

masyarakat, status sosial seseorang tidak dapat mencegah terjadinya alih kode

maupun campur kode atau sering disebut multi bahasa. Masyarakat yang multi

bahasa muncul karena masyarakat tutur tersebut mempunyai atau menguasai lebih

Page 24: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

24

dari satu bahasa yang berbeda-beda sehingga mereka dapat menggunakan pilihan

bahasa tersebut dalam kegiatan berkomunikasi. Dalam kajian sosiolinguistik,

pilihan-pilihan bahasa tersebut kemudian dibahas karena hal ini merupakan aspek

penting yang dikaji dalam suatu ilmu kebahasaan.

Sehubungan dengan hal itu, penulis memilih judul “Tindak Tutur Asertif

Guru Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) Kelas VII.A

SMP Negeri 3 Bungoro” berdasarkan pertimbangan sebagai berikut. Pertama,

dalam menganalisis pemakaian bahasa terkhusus bahasa daerah salah satu aspek

terpentingnya adalah maksud pembicara. Studi tentang maksud pembicara

berusaha menangkap maksud pembicara yang ditentukan oleh konteks, yakni

waktu, tempat, peristiwa, proses, keadaan, penutur, mitra tutur, latar belakang

budaya, sosial dan lain-lain. Konteks tuturan inilah yang kemudian bisa

menentukan maksud sebuah tuturan. Kedua, studi pragmatik adalah bertugas

untuk mengkaji konteks tuturan yang mempertimbangkan aspek ekstra linguistik.

Oleh karena itu, untuk mengetahui seluk beluk tindak tutur asertif guru dan siswa

dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di kelas perlu pemahaman yang lebih

mendalam. Ketiga, peneliti memilih tempat penelitian di SMP Negeri 3 Bungoro

karena ingin mengetahui secara langsung bagaimana pemakaian tindak tutur

asertif dalam interaksi belajar-mengajar di sekolah tersebut.

Penelitian mengenai tindak tutur asertif sudah pernah dilakukan oleh Ririn

Riana Sari (2016) dengan judul “Tindak Tutur Asertif Pada Proses Pembelajaran

Bahasa Indonesia Kelas IX SMP Negeri 17 Pesawaran dan Implikasinya”. Dalam

penelitiannya, Ririn menyimpulkan (1) wujud tindak tutur asertif guru meliputi

Page 25: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

25

enam tindak tutur, yaitu tindak tutur asertifmenyatakan, mengusulkan, membual,

mengeluh, menyetujui dan memprotes.Sementara tindak tutur asertif melaporkan

yang dituturkan oleh guru tidak ditemukan; (2) wujud tindak tutur asertif siswa

meliputi tujuh tindak tutur, yaitu tindak tuturmenyatakan, mengusulkan, membual,

mengeluh, melaporkan, menyetujui dan memprotes; (3) implikasi tindak tutur

asertif dapat diterapkan pada proses pembelajaran bahasa Indonesia di SMP,

diantaranya pada kompetensi dasar (KD) berpidato/berceramah/berkhotbah

dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas di kelas IX

semester 2, KD menceritakan pengalaman yang paling mengesankan

menggunakan pilihan kata dan kalimat yang efektif di kelas VII semester 1, dan

KD menyampaikan persetujuan, sanggahan dan penolakan pendapat dalam diskusi

disertai dengan bukti atau alasan di kelas VIII semester 2.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah dalam penelitian

ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah fungsi tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam

pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro?

Page 26: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

26

2. Bagaimanakah penggunaan bahasa Daerah (Bugis) dalam tindak tutur asertif

guru terhadap siswa pada pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di Kelas VII.A

SMP Negeri 3 Bungoro?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan fungsi tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam

pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro.

2. Mendeskripsikan penggunaan bahasa Daerah (Bugis) dalam tindak tutur

asertif guru terhadap siswa pada pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di Kelas

VII.A SMP Negeri 3 Bungoro.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan judul tersebut, hasil penelitian ini diharapakan dapat

memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis.

1. Secara Teoretis

Page 27: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

27

a. Memperkaya hasil penelitian dalam tindak tutur, khususnya tindak tutur

asertif.

b. Penelitian ini diharapkan juga dapat menambah khasanah hasil penelitian

dan penerapan teori-teori yang berkaitan dengan linguistik di bidang

pragmatik.

c. Mengembangkan teori mengenai wujud tindak tutur ilmu pragmatik,

khususnya dalam bahasa daerah (Bugis).

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini memberikan informasi kepada pembaca

mengenai tindak tutur dalam interaksi belajar-mengajar di kelas.Selain itu,

penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi guru dan siswa.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Pragmatik

Page 28: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

28

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

(penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Sebagai akibatnya studi ini

lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksud orang

dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa

yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud

penutur.

Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik

dan pemakai bentuk-bentuk itu. Diantara 3 (tiga) bagian perbedaan ini hanya

pragmatik sajalah yang memungkinkan orang ke dalam suatu analisis. manfaat

belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata

tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan

mereka, dan jenis-jenis tindakannya (sebagai contoh: permohonan) yang mereka

perlihatkan ketika mereka sedang berbicara. Kerugian terbesarnya adalah bahwa

semua konsep manusia ini sulit dianalisis dalam suatu cara yang konsisten dan

objektif.

Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang

mengkhususkan pengkajian pada hubungan antara bahasa dan konteks tuturan.

Berkaitan dengan itu, Cruse dalam Cummings, (2007:2) mengungkapkan bahwa

pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi (dalam

pengertian yang luas) yang disampaikan melalui bahasa yang (a) tidak kodekan

oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang

digunakan, namun yang (b) juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada

Page 29: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

29

makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan konteks tempat

penggunaan bentuk.

Pragmatik (semantik behavioral) menelaah keseluruhan perilaku insan,

terutama dalam hubungannya dengan tanda-tanda dan lambang-lambang.

Pragmatik memusatkan perhatian pada cara insan berperilaku dalam keseluruhan

situasi pemberian dan penerimaan tanda (George dalam Tarigan, 2009:30).

Kemudian menurut Leech (1993:5) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari

bahasa yang digunakan dalam komunikasi, dan bagaimana pragmatik menyelidiki

makna sebagai konteks bukan sebagai suatu yang abstrak dalam komunikasi.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Wijana (1996:2) yang menjelaskkan

pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara

eksternal, yakni bagaimana suatu kebahasaan digunakan dalam komunikasi. Jadi,

makna yang dikaji dalam pragmatik adalah makna yang terikat konteks atau

dengan kata lain mengkaji maksud penutur. Pragmatik dapat dimanfaatkan setiap

penutur untuk memahami maksud lawan tutur. Penutur dan lawan tutur dapat

memanfaatkan pengalaman bersama untuk memudahkan dalam berinteraksi.

Salah satu kunci sukses dalam berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa adalah ketepatan berbahasa. Penggunaan bahasa yang tidak teratur

menyulitkan pembaca atau pendengar untuk dapat memahaminya. Ketepatan dan

keteraturan dalam berbahasa itu tentu saja memerlukan pengetahuan dan

pemahaman yang luas dan dalam mengenai ilmu kebahasaan. Di samping itu,

keteraturan berbahasa tentu mengandalkan adanya suatu aturan (kaidah) bahasa

Page 30: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

30

yang baku yang disusun secara ilmiah, menggunakan pendekatan keilmuan yang

tepat.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pragmatik

adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa dalam

berkomunikasi untuk mengetahui maksud tuturan yang disampaikan oleh penutur

kepada mitra tutur sehingga menghasilkan informasi yang jelas sesuai dengan

konteks ujaran, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal ini,

perlu dipahami bahwa kemampuan berbahasa yang baik tidak hanya terletak pada

kesesuaian aturan gramatikal tetapi juga pada aturan pragmatik.

Pragmatik mengacu pada kajian penggunaan bahasa yang berdasarkan

pada konteks. Bidang kajian yang berkenaan dengan penggunaan bahasa pada

konteks disebut bidang kajian pragmatik adalah deiksis, praanggapan, implikatur

percakapan dan tindak tutur. Masing-masing kajian tersebut dibahas secara

singkat di bawah ini:

a. Deiksis

Deiksis adalah gejala semantik yang terdapat pada kata atau konstruksi

yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan mempertimbangkan konteks

pembicaraan.

Deiksis dibagi menjadi 5 kategori yaitu:

1) Deiksis Orang atau Persona

Page 31: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

31

Deiksis orang berkenaan dengan penggunaan kata ganti persona, seperti

saya (kata ganti persona pertama) dan kamu (kata ganti persona kedua).

2) Deiksis Tempat

Deiksis tempat berkenaan dengan penggunaan keterangan tempat, seperti di

sini, di sana dan di depan.

3) Deiksis Waktu

Deiksis waktu berkenaan dengan penggunaan keterangan waktu, seperti

kemarin, hari ini dan besok.

b. Praanggapan

Praanggapan adalah apa yang digunakan penutur sebagai dasar bersama

bagi para peserta percakapan (Brown dan Yule, 1996). Asumsi tersebut

ditentukan batas-batasannya berdasarkan anggapan-anggapan pembicara

mengenai apa yang kemungkinan akan diterima oleh lawan bicara tanpa

tantangan.

c. Implikatur Percakapan

Menurut Levinson (dalam Nadar, 2009:61), menyebutkan implikatur

sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam pragmatic. Salah

satu alasan penting yang diberikannya adalah bahwa implikatur memberikan

penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan lebih

banyak dari apa yang dituturkan.

d. Tindak Tutur

Page 32: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

32

Tindak tutur merupakan bagian dari kajian pragmatik. Leech (1993)

menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran, menanyakan apa

yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur dan mengaitkan makna

dengan siapa berbicara, kepada siapa, dimana dan bagaimana.

2. Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak-

pihak yang bertutur dalam satu situasi dan tempat tertentu (Saleh & Mahmudah,

2006.17). Menurut Chaer dan Agustina 2010:61 peristiwa tutur adalah terjadinya

atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang

melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan di

dalam waktu, tempat dan situasi tertentu. Sedangkan menurut Yule (2006:99),

peristiwa tutur ialah suatu kegiatan di mana para peserta berinteraksi dengan cara-

cara konvensional untuk mencapai suatu hasil.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peristiwa

tutur merupakan terjadinya interaksi bahasa antara penutur dengan mitra tutur

dalam satu ujaran atau lebih dengan satu pokok tuturan di dalam waktu, tempat

dan situasi tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

3. Tindak Tutur

Tindak tutur merupakan hal penting di dalam kajian pragmatik. Menurut

Chaer (2010:16) tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan

keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam

menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti

tindakan dalam tuturannya. Menurut Saleh dkk (2018) Tindak tutur merupakan

Page 33: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

33

bagian dari peristiwa komunikasi. Melalui peristiwa komunikasi manusia dapat

menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, makna, maupun perasaan

kepada orang lain. Dari proses komunikasi tersebut, akan mengasilkan peristiwa

tutur atau tindak tutur. Peristiwa tindak tutur terjadi karena penutur tidak hanya

menyatakan sebuah tuturan melainkan dalam tuturan tersebut memiliki fungsi

dan makna yang mengandung sebuaah tindakan pada tuturan tersebut. Sedangkan

menurut Searle (2001) mengemukakan bahwa tindak tutur adalah teori yang

mengkaji makna bahasa yang didasarkan pada hubungan tuturan dengan tindakan

yang dilakukan oleh penuturnya. Kajian tersebut didasarkan pada pandangan

bahwa (1) tuturan merupakan sarana utama komunikasi dan (2) tuturan baru

memiliki makna jika direalisasikan dalam tindak komunikasi nyata, misalnya

membuat pertanyaan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat dipahami bahwa tindak tutur

merupakan tindakan yang ditampilkan dalam tuturan yang keberlangsungannya

ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu

dan sangat dipengaruhi oleh faktor bahasa, lawan bicara, situasi, dan struktur

bahasa yang digunakan.

4. Jenis Tindak Tutur

Austin (dalam tarigan 2015:34) membagi tindak tutur ke dalam tiga

peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu:

a. Tindak Lokusi

Page 34: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

34

Tindak tutur lokusi adalah (locutionary act) adalah tindak proposisi yang

berada pada kategori mengatakan sesuatu (The Act of Saying Something) karena

tindak tutur ini hanya berkaitan dengan makna. Di dalam tindak lokusi yang

diutamakan adalah isi dari tuturan yang diungkapkan oleh penutur dengan kata

lain, lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti berkata atau

tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami (Chaer,

2004:53).

b. Tindak Ilokusi

Tindak tutur ilokusi merupakan tuturan yang berfungsi untuk menyatakan

atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan

sesuatu. Tindak ilokusi ini disebut an act of doing something in saying something.

Tindak ilokusi lebih sulit diidentifikasi jika dibandingkan dengan tindak lokusi

karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur,

kapan dan dimana tuturan terjadi, serta saluran apa yang digunakan. Oleh karena

itu, tindak ilokusi merupakan bagian penting dalam memahami tindak tutur

(Chaer, 2004:53).

Berkaitan dengan tindak ilokusi, Austin dalam Chaer (2004:55) melihat

tindak tutur dari pembicara. Dalam hal penutur dalam tuturannya mengandung

maksud dan daya ujaran yang bersangkutan, untuk apa ujaran itu dilakukan.

Pernyataan ini lebih jelas terungkap pada contoh berikut.

“Ayo Bu, pak! Tiga kilo sepuluh ribu saja, manis lo Pak dukunya. Ayo-

ayo beli disini saja!”

Page 35: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

35

Pada kalimat tersebut dituturkan oleh seorang pedagang yang menawarkan

dagangannya. Dalam tuturan itu mengandung maksud agar orang-orang mau

membeli dagangannya. Dengan demikian, tindak ilokusi tersebut menekankan

pentingnya maksud isi ujaran bagi penuturnya. Secara khusus (Leech, 1993:163-

166) mendeskripsikan tindak ilokusi ke dalam lima jenis tindak tutur diantaranya

(a) asertif, (b) direktif, (c) komisif, (d) ekspresif, dan (e) kalimat deklaratif.

Berikut ini adalah uraiannya.

1) Asertif

Tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan,

misalnya menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan

pendapat, dan melaporkan.

2) Direktif

Tindak tutur yang berfungsi untuk membuat penutur akan melakukan

sesuatu atau menimbulkan efek berupa tindakan yang dilakukan oleh

penutur. Fungsi ilokusi ini misalnya: memesan, memerintah, memohon,

menuntut, memberi nasehat, menyuruh, menantang, menyarankan,

menganjurkan, memastikan, mengajak, mengijinkan, menawar, melarang,

mendesak dan memperingatkan.

3) Komisif

Ilokusi ini penutur (sedikit banyak) terikat pada suatu tindakan dimasa

depan atau yang akan datang. Tindak ilokusi ini misalnya menjanjikan,

bersumpah, menawarkan, dan memanjatkan (doa), menolak, mengancam.

Page 36: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

36

4) Ekspresif

Ilokusi yang berfungsi untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur

terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima

kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengancam, memuji,

mengucapkan belasungkawa.Tindak tutur ilokusi ini cenderung

menyenangkan karena itu secara intrinsik ilokusi ini sopan, kecuali ilokusi

ekspresif mengancam, menyesal dan menyalahkan.

5) Deklarasi

Berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini mengakibatkan adanya kesesuain antara

proposisi dengan realitas, misalnya mengundurkan diri, membaptis,

memecat, memberi nama, menyatakan hukuman, mengucilkan/membuang,

mengangkat pegawai dan sebagainya. Tindakan-tindakan ini merupakan

kategori tindak tutur yang sangat khusus.

c. Tindak Perlokusi

Menurut Chaer dan Agustina (2004:53) tindak perlokusi adalah tindak

tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap

dan perilaku non-linguistik dari orang lain. Tarigan (2009:34) menjelaskan bahwa

tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk

mempengaruhi mitra tutur.Tindak perlokusi adalah efek atau danpak yang

ditimbulkan oleh tuturan terhadap mitra tutur sehingga mitra tutur melakukan

tindakan berdasarkan isi tuturan.

Page 37: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

37

5. Tindak Tutur Asertif

a. Pengertian

Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada

kebenaran atas apa yang dikatakannya (Saleh, dkk 2018). Levinson (dalam

Suyono, 1990:5) menjelaskan bahwa tindak tutur asertif merupakan tindak tutur

yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu apa adanya, misalnya:

mengemukakan, menjelaskan, menyatakan dan merujuk. Di dalam tindak tutur

asertif, akan melibatkan pembicara dalam kebenaran proposisi yang

diekspresikan, seperti menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh,

melaporkan, menyetujui, dan memprotes.

b. Jenis dan Fungsi

Searle (dalam Rusminto 2009:74) mengemukakan bahwa tindak tutur

asertif adalah tindak tutur yang melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi

yang diekspresikan, seperti tindak tutur mengusulkan, menyatakan, menyetujui,

membual, mengeluh, memprotes dan melaporkan.

1) Mengusulkan

Tindak tutur yang terjadi dalam fungsi mengusulkan adalah tuturan yang

sifatnya menyarankan baik berupa pendapat atau saran (anjuran dsb);

menganjurkan (Alwi, 2010:26). Tuturan ini disampaikan penutur ketika

menyampaikan sesuatu hal kepada mitra tutur. Berdasarkan tuturan penutur,

maka mitra tutur akan merespon apakah usulannya diterima atau ditolak.

Page 38: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

38

Contoh:

(a) Guru : “Jadi, kalau mau lebih bagus dan memuaskan tugasnya nak,

lebih baik ditulis tangan saja.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswanya ketika

membahas mengenai prosedur pengumpulan tugas.

(b) Guru : “Sebelum ibu berikaan tugas, silahkan bertanya bagian yang

belum dimengerti.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika akan

memberikan tugas.

(c) Guru : “Kan bias buat yang baru”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

membahas mengenai tugas kerajinan tangan yang rusak

karena terjatuh.

Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak tutur

asertif mengusulkandapat diistilahkan sebagai mappapile.

2) Menyatakan

Fungsi tuturan menyatakan berarti menerangkan; menjadikan nyata;

menjelaskan; menunjukkan suatu hal (Alwi, 2010:972). Tuturan menyatakan

adalah salah satu fungsi asertif yang dilakukan antara penutur dan mitra tutur

ketika melakukan komunikasi.Dalam tuturan ini, penutur mengemukakan

pikiran dan mitra tutur mendengarkan.

Contoh:

(a) Guru : “Jumlah murid baru yang diterima sekolah kita tahun ini hanya

Page 39: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

39

sekitar 115 murid.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan guru kepada siswa di dalam kelas guru

menjelaskan mengenai murid baru.

(b) Siswa : “Ada, Imam Nuri, e, Imam Nuriansyah, Tegar Deswantoro sakit.”

Guru : “Jadi yang sakit hari ini Tegar, Widi.”

Siswa : “Sama Tegar, Widi,M. Abdiansyah, Iman Nuriansyah.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan siswa ketika guru mengabsen di

ruang kelas.

Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak tutur

asertif menyatakan dapat diistilahkan sebagai maqkeda.

3) Menyetujui

Tindak tutur menyetujui merupakan salah satu fungsi asertif yang dilakukan

antara penutur dan mitra tutur ketika melakukan interaksi. Tuturan yang

disampaikan penutur kepada mitra tutur bersifat membenarkan dengan

maksud agar mitra tutur menyetujui sesuatu yang diusulkan atau yang

dituturkan oleh penutur.

Contoh:

Siswa : “Ibu, nomor enam ini cara mengerjakannya sudah benar seperti

ini?”

Guru : “Iya, itu sudah cocok. Ajari temannya yang lain yah karena masih

banyak yang belum mengerti”.

Konteks: tuturan ini disampaikan oleh guru yang mengajar saat

membenarkan jawaban siswa.

Page 40: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

40

Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak asertif

menyetujui dapat diistilahkan sebagai isicocoki.

4) Membual

Tindak tutur ini terjadi ketika penutur menyampaikan tuturan kepada mitra

tutur yang mengandung tindak membual.Tuturan ini ditanggapi oleh mitra

tutur sebagai sesuatu yang tidak masuk akalsehingga menimbulkan

ketidakpercayaan mitra tutur terhadap penutur.

Contoh:

Guru : “Yang disana itu, kalau mau naik kelas, tidak usah belajar. Cukup

main game saja”.

Konteks : Tuturan ini disampaikan guru ketika memberikan pencerahan ke

siswa dengan cara menyindir secara halus.

Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak asertif

membual dapat diistilahkan sebagai maccacca.

5) Mengeluh

Tuturan ini terjadi ketika penutur menyampaikan tuturan kepada mitra tutur

berupa pernyataan kekecewaan.Penutur mengeluh kepada mitra tutur karena

merasa kecewa terhadap tindakan atau perbuatan yang telah dilakukan oleh

mitra tutur.

Contoh:

Guru : “Ehh yudi! Jangan main-main terus nak, ibu sudah capek

menjelaskan dari tadi. Bagaimana bisa bagus nilainya kalau tidak

pernah memperhatikan pelajaran dari ibu”.

Page 41: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

41

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru saat menegur seorang siswa

yang bermain-main saat pelajaran sedang berlangsung.

Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak asertif

mengeluh dapat diistilahkan sebagai maqdareke’.

6) Memprotes

Tindak memprotes merupakan salah satu fungsi asertif yang dilakukan antara

penutur dan mitra tutur ketika melakukan interaksi. Tuturan ini disampaikan

penutur kepada mitra tutur karena penutur tidak sependapat atau menolak

pernyataan yang disampaikan oleh mitra tutur. (Alwi, 2010:972).

Contoh:

Guru : “Mana Nurmila. Ini minggu ke-9 apa 11 nak? Lihat dulu

pekerjaan ini. Ibu yang salah atau kamu yang salah tulis nak?”.

Siswa : “Salah tulis bu”.

Konteks: Tuturan ini dituturkan oleh seorang guru yang mengajar ketika

memeriksa tugas harian siswa.

Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak asertif

memproteskan dapat diistilahkan sebagai mapperotes.

7) Melaporkan

Tuturan ini dilakukan penutur kepada mitra tutur dengan maksud melaporkan

suatu kejadian atau peristiwa.

Contoh:

Guru : “Kemarin ibu ditanya oleh wali kelas VII.A bahwa kelas VII.E

selalu berkeliaran saat jam pelajaran sedang berlangsung”.

Page 42: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

42

Siswa : “Laki-lakinya itu Bu”.

Konteks: Tuturan ini disampaikan ketika guru mendapat laporan dari wali

kelas VII.A tentang kondisi siswa kelas VII.E.

Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak asertif

melaporkan dapat diistilahkan sebagai mallaporo.

6. Konteks

Bahasa dan konteks merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama

lain. Bahasa membutuhkan konteks tertentu dalam pemakaiannya, demikian juga

sebaliknya konteks baru memiliki makna jika terdapat tindak berbahasa di

dalamnya (Durati dalam Rusminto dan Sumarti, 2006:51).

Konteks adalah latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh

penutur dan mitra tutur yang memungkinkan mitra tutur untuk memperhitungkan

tuturan dan memaknai arti tuturan dari si penutur (Grice dalam Rusminto dan

Sumarti, 2006:54). Sementara itu, konteks juga didefinisikan sebagai sebuah

dunia yang diisi orang-orang yang memproduksi tuturan-tuturan atau situasi

tentang susunan keadaan sosial sebuah tuturan sebagai bagaian konteks

pengetahuan di tempat tuturan tersebut diproduksi dan diinterpretasi (Schiffrin

dalam Rusminto dan Sumarti, 2006:51). Konteks tidak saja berkenaan dengan

pengetahuan, tetapi merupakan suatu rangkaian lingkungan tempat tuturan

dimunculkan dan diinterpretasikan sebagai realisasi yang didasarkan pada aturan-

aturan yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa.

Page 43: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

43

Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa penafsiran tentang konteks,

yaitu konteks memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan suatu

penafsiran tentang maksud penutur terhadap mitra tutur.

7. Tindak Tutur dalam Pembelajaran

Menurut Rohmadi (2004: 26) tindak tutur merupakan produk tindak verbal

yang terlihat dalam setiap percakapan lisan maupun tertulis antara penutur dengan

lawan tutur.Pernyataan tersebut sesuai dengan interaksi yang terjadi antara guru

dan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.Terjadinya interaksi dalam proses

pembelajaran sebaiknya dimanfaatkan oleh guru dengan baik sehingga interaksi

tersebut dapat menarik perhatian dan minat siswa.

Tuturan yang diujarkan oleh guru terhadap siswa merupakan tuturan

menurun. Tuturan menurun adalah ragam bahasa yang digunakan untuk bertutur

kepada orang yang lebih muda, atau lebih rendah status sosialnya. Seperti yang

diungkapkan oleh Navis (dalam Aslinda dan Leni, 2010:55) bahwa tuturan

menurun adalah penggunaan bahasa oleh orang yang lebih tua dan status sosialnya

lebih tinggikepada penutur yang lebih muda dan status sosialnya lebih rendah.

Selanjutnya bagi para pengajar khususnya guru bahasa daerah, selain harus

mampu bertindak tutur sesuai dengan konteks dan situasi, guru juga diharapkan

dapat menggunakan tuturan yang beraneka ragam.Jadi tindak tutur yang

disampaikan dalam interaksi belajar-mengajar tidak monoton. Selain itu, guru

juga harus mampu menggunakan strategi yang dapat memudahkan siswa sebagai

mitra tutur untuk menerima materi yang disampaikan. Jika guru tidak dapat

Page 44: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

44

melakukan tindak tutur secara baik, siswa pun tidak dapat mencapai daya serap

yang optimal.

8. Alih Kode

Alih kode adalah penggunaan bahasa lain atau ragam bahasa lain pada satu

percakapan untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain atau karena

adanya partisipan lain. Appel (dalam Saleh dkk, 2017: 84) mendefenisikan alih

kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi.

Hymes menyatakan alih kode bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga

terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa.

Menurut Fishman, penyebab alih kode adalah antara lain: (1) pembicara atau

penutur, (2) pendengar atau lawan tutur, (3) perubahan situasi dengan hadirnya

orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya, (5)

perubahan topik pembicaraan.

9. Campur Kode

Gejala alih kode biasanya diikuti dengan gejala campur kode, Thelander

(dalam Chaer 2010: 115) mengatakan apabila di dalam suatu peristiwa tutur

klausa atau frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran (hybrid,

clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa dan frasa tidak lagi

mendukung fungsi sendirinya sendiri, maka peristiwa yang terjadi ini adalah

campur kode.

Campur kode adalah penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa

lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa. Campur kode terjadi

apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung

Page 45: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

45

suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya berdasarkan karakteristik

penutur, seperti latar belakang sosial dan tingkat pendidikan, serta keterbatasan

bahasa (ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya) sehingga ada

keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi.

Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik

antarperanan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa berupa penyisipan kata

dan frasa.

Dalam campur kode penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika

sedang memakai bahasa tertentu. Unsur-unsur tersebut dapat berupa kata-kata,

tetapi dapat juga berupa frasa atau sekelompok kata. Jika berwujud kata biasanya

gejala itu disebut peminjaman. Hal yang menyulitkan timbul ketika memakai

kata-kata peminjaman tetapi kata-kata pinjaman ini sudah tidak dirasakan sebagai

kata asing melainkan dirasakan sebagai bahasa yang dipakai. Sebagai contoh si A

berbahasa Indonesia, kemudian ia berkata “sistem operasi komputer ini sangat

lambat”. Dari sini terlihat si A banyak menggunakan kata-kata asing yang

dicampurkan ke dalam bahasa Indonesia. Namun ini tidak dapat dikatakan sebagai

gejala campur kode ataupun alih kode. Hal ini disebabkan penutur jelas tidak

menyadari kata-kata yang dipakai adalah kata-kata pinjaman, bahkan ia merasa

semuanya merupakan bagian dari bahasa Indonesia karena proses peminjaman

tersebut sudah terjadi sejak lama.

Page 46: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

46

B. Kerangka Pikir

Penggunaan bahasa daerah dalam interaksi belajar-mengajar merupakan

salah satu bentuk komunikasi. Melalui proses komunikasi akan memunculkan

peristiwa tutur dan tindak tutur. Peristiwa tutur merupakan proses terjadinya atau

berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau lebih yang

melibatkan dua belah pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok

tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Tindak tutur merupakan

gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan

oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam

interaksi belajar-mengajar bahasa daerah, peran guru tidak terlepas dari usaha

membimbing siswa agar mampu memahami penggunaan, bentuk dan fungsi

bahasa daerah dengan baik dan benar untuk berkomunikasi sesuai konteksnya.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini bertujuan untuk menganalisis

tindak tutur asertif yang terdapat dalam tuturan guru terhadap siswa dalam proses

pembelajaran bahasa daerah (Bugis). Data berupa tuturan guru terhadap siswa

yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan fungsinya (menyatakan,

mengusulkan, membual, mengeluh, mengklaim, melaporkan, menyetujui dan

memprotes), serta dianalisis bentuk penggunaannya dalam bahasa daerah (Bugis)

berdasarkan alih kode dan campur kode. Setelah melakukan analisis data, maka

akan ditemukan hasil mengenai bentuk tindak tutur asertif guru terhadap siswa

dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro.

Berikut merupakan bagan kerangka pikir dari peneitian yang dilakukan oleh

peneliti.

Page 47: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

47

Bagan Kerangka Pikir

Guru

Peristiwa Tutur

Penggunaan

Bahasa Daerah

(Bugis)

Analisis Data

Penyajian

Data

Kesimpulan

Reduksi

Data

Temuan

Interaksi Interaksi

Siswa

Fungsi Tindak

Tutur Asertif

Pengumpulan Data

PRAGMATIK

Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis)

Implikatur Praanggapan Deiksis Tindak

Tutur

Page 48: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

deskriptif kualitatif, menurut David Williams (1995) yang dikutip Moleong

(2007:5) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data

pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan

oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Digunakannya metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimaksudkan untuk membuat deskripsi,

gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai objek penelitian, suatu

set kondisi pada masa sekarang serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Setelah di analisis, kemudian dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang

berlangsung pada saat ini.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan

bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa

yang sudah diteliti.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualtitatif yaitu

rangkaian kegiatan untuk memperoleh data yang bersifat apa adanya tanpa ada

dalam kondisi tertentu yang hasilnya lebih menekankan makna. Peneliti

menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti ingin

menggambarkan perilaku, pemikiran atau perasaan suatu kelompok atau individu

Page 49: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

49

pada fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah atau

rekayasa.Dalam penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan penggunaan tindak

tutur asertif guru terhadap siswa pada saat pembalajaran bahasa daerah (Bugis) di

kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro. Data penelitian ini berupa tuturan lisan guru

terhadap siswa dalam bentuk tindak tutur asertif.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus dan 19 Agustus 2019

di salah satu sekolah menengah pertama negeri di kecamatan Bungoro kabupaten

Pangkep, tepatnya di SMP Negeri 3 Bungoro. Lokasi SMP Negeri 3 Bungoro ini

tidak jauh dari jalan poros dan berdekatan dengan pasar sentral kota Pangkep

sehingga tidak sulit untuk dijangkau oleh peneliti.

C. Definisi Istilah

Untuk menghindari kesalahpengertian dan kesalahpahaman, maka perlu

diberikan definisi istilah berikut:

1. Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang melibatkan penutur pada

kebenaran proposisi yang diekspresikan berdasarkan jenis dan fungsinya, yaitu

menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, melaporkan, menyetujui dan

memprotes.

2. Penggunaan bahasa daerah Bugis dalam pembelajaran bahasa daerah yang

dapat berupa alih kode dan campur kode

3. Alih kode adalah peristiwa pergantian bahasa dari ragam santai menjadi ragam

resmi, ataupun sebaliknya dalam peristiwa tutur karena terjadi perubahan

Page 50: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

50

situasi dengar hadirnya orang ketiga, perubahan gaya bahasa dari formal ke

informal atau sebaliknya, dan perubahan topik pembicaraan.

4. Campur kode terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa

secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa

lainnya berdasarkan karakteristik penutur, seperti latar belakang sosial dan

tingkat pendidikan, serta keterbatasan bahasa (ungkapan dalam bahasa

tersebut tidak ada padanannya) sehingga ada keterpaksaan menggunakan

bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi.

D. Data dan Sumber Data

1. Data

Data penelitian ini adalah tuturan lisan berupa tindak tutur asertif yang

dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu menyatakan, mengusulkan,

membual, mengeluh, melaporkan, menyetujui dan memprotes; oleh guru

terhadapsiswadalampembelajaranbahasa daerah (Bugis)kelas VII.A di SMP

Negeri 3 Bungoro.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah guru dan siswa dalam pembelajaran

bahasa daerah (Bugis) di SMP Negeri 3 Bungoro.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri,

peneliti berperan sebagai human instrumen (perencana, pengumpul, penafsir data,

dan pelapor hasil penelitian). Pendapat ini didukung oleh teori Sugiyono

(2008:305) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi

Page 51: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

51

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus

siap dalam hal penguasaan terhadap bidang yang diteliti. Dalam pengumpulan

data, peneliti menggunakan alat rekam (handphone dan handycam) untuk

kemudian dilakukan pencatatan ke dalam kartu data seperti berikut!

Data:

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam kaitannya dengan pemerolehan data, data diperoleh dari sumber

data lisan. Data lisan diperoleh dengan cara menyimak tuturan guru dan siswa

pada saat proses pembelajaran berlangsung. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik simak bebas libat cakap, catat, dan

rekam. Teknik ini merupakan teknik lanjutan dari metode simak

(observasi/pengamatan). Dikatakan simak karena dilakukan dengan menyimak

penggunaan bahasa dalam pembelajaran. Teknik ini memiliki teknik dasar yang

berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut teknik dasar karena pada hakikatnya

penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Dalam arti, peneliti dalam upaya

Nomor Data :

Hari/Tanggal :

Kelas :

Materi Pembelajaran :

Guru :

Bentuk:

Data:

Maksud Tuturan:

Bahasa:

Konteks:

Page 52: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

52

mendapatkan data dilakukan dengan penyadapan bahasa seseorang atau beberapa

orang. Teknik simak dalam penelitian ini berupa simak bebas libat cakap, catat,

dan rekam (Sugiyono, 2008).

a) Teknik simak bebas libat cakap

Teknik simak bebas libat cakap maksudnya peneliti hanya berperan

sebagai pengamat dan tidak terlibat dalam proses penuturan. Teknik ini

digunakan untuk menyimak para penutur cerita lisan. Penutur itu adalah guru

bahasa daerah (Bugis)dansiswakelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro, yang

disimakadalah fungsi tuturan asertif (menyatakan, mengusulkan, membual,

mengeluh, melaporkan, menyetujui dan memprotes), serta alih kode dan

campur kode dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis).

b) Teknik Catat

Teknik catat dilakukan untuk mencatat penggalan tuturan percakapan

dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis). Selanjutnya, tuturan dicatat.

Fokus bahasa yang diteliti adalah fungsi tindak tutur asertif (menyatakan,

mengusulkan, membual, mengeluh, melaporkan, menyetujui dan memprotes)

serta alih kode, dan campur kode dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis).

c) Teknik Rekam

Teknik rekam digunakan karena bahasa yang akan diteliti merupakan

bahasa lisan dan bahasa yang masih dituturkan oleh pemiliknya. Perekaman

ini dilakukan terhadap tuturan yang dilakukan oleh guru dan siswa kelas VII.A

SMP Negeri 3 Bungoro dengan menggunakan voice recorder (Handphone)

dan handycam. Yang direkam adalah data tuturana sertif (menyatakan,

Page 53: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

53

mengusulkan, membual, mengeluh, melaporkan, menyetujui dan memprotes)

serta alihkode dan campur kode oleh guru dan siswa dalam pembelajaran

bahasa daerah (Bugis).

G. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (1992), prosedur analisis data dibagi

menjadi tiga, yaitu (1) tahap reduksi data, (2) tahap penyajian data, (3) tahap

penarikan simpulan dan verifikasi.

1. Tahap pereduksian data

Proses pereduksian data dilakukan meliputi proses penyeleksian, pemfokusan,

penyederhanaan,pengabstraksian, dan pentransferan data mentah yang telah

diperoleh.

2. Tahap penyajian data

Proses penyajian data yang dilakukan meliputi proses penyusunan dan

pengorganisasian data, sehingga memungkinkan analisis data dan penarikan

simpulan dapat dilaksanakan.

3. Penarikan simpulan dan verifikasi

Proses penyimpulan dan verifikasi meliputi kegiatan penajaman hasil aktivitas

analisis, kemudian mengolaborasikan argument dan prinsip dari kolega

ataupun para profesional. Berdasarkan dua kegiatan pada tahap ini, diharapkan

dapat diperoleh kesimpulan yang mempunyai tingkat keberterimaan,

keterpahaman, dankekuatan yang memadai.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa tuturan yang digunakan

oleh guru dan siswa dalam interaksi belajar-mengajar mata pelajaran bahasa

Page 54: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

54

daerah (Bugis). Untuk memperoleh diskripsi mengenai tindak tutur yang

digunakan dalam interaksi belajar-mengajar tersebut, maka teknik analisis data

yang digunakan adalah teknik padan pragmatik. Teknik padan pragmatik

merupakan teknik yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian

dari bahasa (langue) yang bersangkutan seperti penutur, lawan tutur atau konteks.

Dalam hal ini setiap tuturan akan dicari maksudnya, kemudian dikategorikan

berdasarkan jenis tuturan dan fungsinya yang berbeda-beda.

Teknik lain yang digunakan adalah teknik klasifikasi. Menurut Bungin

(2007: 156) teknik klasifikasi dilakukan untuk membangun kategori-kategori dan

kemudian satuan makna dan kategori dianalisis serta dicari hubungan satu dengan

lainnya untuk menemukan makna, arti dan tujuan isi komunikasi. Teknik ini

digunakan untuk mengklasifikasikan jenis dan fungsi tindak tutur asertif yang

digunakan dalam interaksi belajar-mengajar. Data yang terkumpul dicatat dalam

kartu data dan selanjutnya diidentifikasi jenis dan fungsi tindak tutur asertifnya.

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan bekal pengetahuan

tentang tindak tutur asertif dalam interaksi belajar-mengajar. Kemudian data

dipilih dan diklasifikasikan berdasarkan jenis dan fungsi. Setelah kegiatan

klasifikasi dilakukan, peneliti melakukan tahap menganalisis data. Kegiatan

analisis data dilakukan dengan menggunakan kartu data. Data yang sudah

dianalisis selanjutnya direkap dalam lembar rekam data, sehingga dapat diketahui

frekuensi pemakian jenis dan fungsi tindak tutur asertif dalam interaksi belajar-

mengajar mata pelajaran bahasa daerah (Bugis) pada kelas VII.A di SMP Negeri 3

Bungoro.

Page 55: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

55

H. Validitas Data

Untuk menguji validitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik triangulasi (sumber/data dan metode).

1. Triangulasi data, untuk menjaga validitas data berupa tindak tutur asertif,

peneliti menggunakan beberapa sumber, yaitu dokumentasi (rekaman maupun

catatan ujaran-ujaran yang disampaikan guru kepada siswa dalam

pembelajaran), peristiwa (proses pembelajaran), dan informan (guru bahasa

daerah kelas VII di SMP Negeri 3 Bungoro)

2. Triangulasi metode, peneliti menggunakan metode yang berbeda untuk

mendapatkan data yang sama. Untuk menjaga validitas data berupa tindak

tutur asertif, peneliti menggunakan metode yang berbeda agar tindak tutur

asertif yang diperoleh valid, maka peneliti menggunakan metode rekam catat

dan observasi sehingga data makna dari tuturan yang muncul secara khusus,

yaitu dengan bertanya kepada guru bahasa daerah kelas VII SMP Negeri 3

Bungoro.

Page 56: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dikemukakan secara rinci hasil penelitian mengenai tindak

tutur asertif guru terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas

VII.A SMP Negeri 3 Bungoro. Hasil penelitian ini dibagi atas dua bagian yaitu,

bagian pertama menjelaskan secara rinci bukti kedua diperoleh dari hasil analisis

data yang merupakan hasil penelitian, dan bagian kedua menjelaskan inti dari

hasil penelitian yang merupakan pembahasan.

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran bahasa

daerah (Bugis) di kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro ditemukan tuturan yang

termasuk dalam fungsi tindak tutur asertif yang terdiri dari fungsi mengusulkan,

fungsi menyatakan, fungsi menyetujui, fungsi membual, fungsi mengeluh, fungsi

memprotes dan fungsi melaporkan. Serta ditemukan penggunakan bahasa daerah

(Bugis) dalam wujud alih kode, yaitu tuturan asertif yang termasuk dalam wujud

alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis, dan tuturan asertif yang

termasuk dalam wujud alih kode dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia.

Selanjutnya penggunakan bahasa daerah (Bugis) dalam wujud campur kode, yaitu

tuturan asertif yang termasuk wujud campur kode berupa penyisipan kata, dan

tuturan asertif yang termasuk wujud campur kode berupa penyisipan frasa. Secara

lengkap akan diuraikan sebagai berikut:

Page 57: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

57

1. Fungsi tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam pembelajaran

bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro

Dalam perkembangannya,Scarle (2001) mengembangkan teori tindak

tuturnya terpusat pada ilokusi. Pembagian jenis tindak tersebut berdasarkan pada

tujuan dari tindak dan pandangan penutur bahwa (1) tuturan merupakan sarana

utama komunikasi dan (2) tuturan baru memiliki makna jika direalisasikan dalam

tindak komunikasi nyata, misalnya: membuat pernyataan. Secara garis besar

pembagian yang dimaksud Searle ini adalah tindak tutur asertif. Tindak tutur

asertif adalah tindak tutur yang menjelaskan sesuatu apa adanya yang melibatkan

pembicara dalam kebenaran proposisi yang diekspresikan. Fungsi tindak tutur

asertif meliputi; mengusulkan, menyatakan, menyetujui, membual, mengeluh,

memprotes dan melaporkan. Fungsi tindak tutur asertif tersebut terdapat pada data

berikut:

a. Mengusulkan (mappappile)

Arti kata mengusulkan dalam KBBI adalah mengajukan usul;

mengemukakan sesuatu (pendapat atau saran) supaya dipertimbangkan atau

disetujui, sedangkan fungsi tindak asertif mengusulkan adalah tuturan berupa

usulan yang mengemukakan suatu pendapat atau saran yang disampaikan penutur

kepada mintra tutur, kemudian akan dipertimbangkan oleh mitra tutur. Dalam

penelitian ini ditemukan fungsi tindak asertif mengusulkan sebagai berikut:

1) “Jadi, tugaseta matu kulesuki tettokiq ku yolona camminge mappuisi

maraga gellona, perhatikan wajah kalian masing-masing dan mimiknya”

Lontaraq : jdi tugsEt mtu kuelsuki ettoki kuyolon cmieG mpuaisi mrg gElon. Terjemahan : “Jadi, tugas kalian kalau pulang sekolah silahkan berdiri

di depan cermin kemudian membaca puisi.”

Page 58: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

58

Konteks : Tuturan ini disampaikan setelah guru menginformasikan

kepada siswa mengenai siswa mengenai tugas membaca

puisi. (Data no.01.02)

Data tuturan no.01.02 termasuk fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar

pada kalimat “Jadi tugasata matu kulesukiq kuyolona camminge mappuisi

maraga gellona”. Melalui tuturan ini penutur memberikan saran kepada mitra

tutur. Tuturan ini disampaikan oleh guru saat menjelaskan tugas membaca puisi

kemudian memberikan sebuah saran kepada siswa untuk berlatih di depan cermin

saat sudah berada di rumah. Usulan yang diajukan guru pada tuturan berupa

usulan ysng berupa usulan yang mengemukakan suatu saran yang kemudian

dipertimbangkan oleh siswa.

2) ”Jadi, bedakan rukun Iman dengan Rukun Islam, rukun iman ada enam

rukun Islam ada lima”

Konteks : Tuturan ini tuturan oleh guru ketika beberapa siswa sulit

membedakan antara jumlah rukun Iman dan rukun Islam.

(Data no.01.08)

Data no.01.08 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar

pada kalimat “Jadi, bedakan rukun Iman dan rukun Islam, rukun iman ada enam

rukun Islam ada lima”. yang dituturkan oleh guru yang memberikan pemahaman

kepada siswa yang sulit untuk membedakan antara keduanya. Memalui tuturan ini

guru memberikan penjelasan mengenai jumlah rukun Iman dan rurkun Islam,

dimana tuturan yang diungkapkan oleh guru adalah tuturan yang sifatnya berupa

pendapat yang disampaikan kepada siswa kemudian mitra tutur akan menerima

atau menyetujui maksud tuturan tersebut. Hal ini sejalan dengan definisi tindak

asertif fungsi mengusulkan yang menjelaskan bahwa tindak aserttif mengusulkan

Page 59: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

59

adalah tuturan berupa usulan mengemukakan suatu pendapat aturan saran

kemudian akan dipertimbangkan oleh mitra tutur.

3) “Akkutana memenni paragrap siaga deq manessa sebelum ulekki tugas,

akkutanaki pa ku deq yakutana deqtu uwisseng anu kegi deq tapahangi”

Lontaraq : akutn emmEni prgErpE siag ed mens sEbElu auelki tugs, akutnki p ku ed

ykutn edtu auwisE anu ekgi ed tphGi. Terjemahan : “Sebelum saya memberikan tugas silahkan bertanya

paragraf berapa yang tidak dimengerti, karena susah

diketahui apabila kalian tidak bertanya.”

Konteks : Turuan ini disampaikan oleh guru sebelum memberikan

tugas kepada siswa. (Data no.01.10)

Data no.01.10 merupakan tuturan fungsi mengusulkan, yang tergambar

pada kalimat “Akkutana memenni paragrap siaga deq manessa sebelum ulekki

tugas, akkutanaki pa ku deq yakutana deqtu uwisseng anu kegi deq tapahangi”.

Maksud dari tuturan ini adalah guru mengusulkan kepada siswa agar kiranya

bertanya mengenai apa yang belum dipahami oleh siswa sebelum diberikan tugas,

kemudian mitra tutur atau siswa membalas tuturan. Tuturan ini bisa saja

dilaksanakan oleh mitra tutur dalam hal ini siswa bisa pula tidak dilaksanakan

oleh mitra tutur dalam hal ini adalah siswa tidak akan mengajukan sebuah

pertanyaan, artinya siswa atau mitra tutur setuju dengan apa dimaksud oleh

tuturan guru. Hal inilah yang kemudian sejalan dengan definisi tindak asertif

fungsi mengusulkan yaitu suatu tuturan berupa usulan yang mengemukakan suatu

pendapat atau saran yang kemudian akan dipertimbangkan (disetujui atau tidak)

oleh mitra tutur.

Page 60: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

60

4) “Jamani joloq nomoroq seddi lettu nomoroq lima, yaro wajib

makkekuange”

Lontaraq : jmni jolo nomoro esdi lEtu nomoro lim, yro wjibE mkEkuaeG. Terjemahan : “Silahkan dikerja nomor satu sampai nomor lima, itu yang

wajib sekarang.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

beberapa siswa bertanya mengenai beberapa tugas yang

lain. (Data no.01.12)

Data no.01.12 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar

pada kalimat “Jamani joloq nomoroq seddi lettu nomoroq lima, yaro wajib

makkekuangge”. Dengan maksud guru mengusulkan agar siswa mengerjakan

nomor satu sampai nomor lima terlebih dulu, sesuai dengan apa yang telah

diperintahkan sebelumnya. Tuturan ini merupakan sesuatu yang kemudian harus

dikerjakan oleh siswa atau mitra tutur atas apa yang telah dikatakan oleh guru atau

penutur. Maksud tuturan ini adalah sebuah usulan berupa saran yang dikemukakan

dan kemudian akan dipertimbangkan untuk disetujui lalu dilaksanakan. Usulan

dari guru pada tuturan ini berkaitan dengan definisi tindak tutur asertif fungsi

mengusulkan yakni tuturan berupa usulan yang mengemukakan suatu pendapat

atau saran yang kemudian akan dipertimbangkan oleh mitra tutur.

5) “Kan, bisa ditulis ulang!”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

salah satu siswa mengeluh mengenai tugas yang sudah

ditulis dibukunya dan diwajibkan untuk di kumpul

perlembar. (Data no.01.13)

Data no.01.13 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Dimana maksud

tersebut dari kalimat “Kan, bisa ditulis ulang!”. Adalah guru menyarankan agar

kiranya siswa memindahkan tugasnya di kertas selembar yang sudah dikumpul.

Tuturan ini diungkapkan oleh guru ketika mendengar salah seorang siswa

Page 61: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

61

mengeluh tugas yang dibuat dibuku yang salah, hal ini akhirnya menimbulkan

tuturan guru terhadap siswa berupa tuturan asertif mengusulkan dimana guru

memberikan saran dan kemudian siswa akan mempertimbangkannya, usulan dari

guru pada tuturan ini sejalan dengan definisi tindak tutur asertif mengusulkan

yakni tuturan berupa usulan yang mengemukakan suatu pendapat atau saran yang

kemudian akan dipertimbangkan oleh mitra tutur.

6) “Siagaro rukunna sellenge, nennia teppui, teppui jolo nappa iyokiq, rukun

sellenge siaga nappa iyokiqni”

Lontaraq : siagro rukun sElEeG, ennia etpuai jolo np aiyoki, ruku sElEeG siag np aiyokini. Terjemahan : “Rukun Islam ada berapa, sebutkan sebelum ditulis,

berapa tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa

ketika salah satu siswa bertanya begaimana cara

mengerjakan tugas yang diberikan. (Data no.01.16)

Data no.01.16 merupakan tuturan mengusulkan. Hal ini tergambar pada

kalimat “Siagaro rukunna sellenge, nennia teppui, teppui joloq nappa iyokkiq,

rukun Islam siaga nappa yokkiqni”. Dimana guru mengusulkan kepada siswa agar

kiranya menyebutkan lima rukun Islam tersebut kemudian tuliskan. Tuturan ini

terjadi ketika seorang siswa bertanya mengenai cara mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru, lantas guru kemudian mengungkapkan tuturan tersebut tugas

dengan cara menyebutkan jumlah rukun Islam terlebih dulu baru kemudian

dituliskan. Maksud ungkapan guru pada tuturan ini adalah berupa saran, hal ini

sejalan dengan definisi tindak tutur asertif mengusulkan yakni tuturan berupa

usulan yang mengemukakan suatu pendapat atau yang kemudian akan

dipertimbangkan oleh mitra tutur.

Page 62: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

62

7) “Ajjaqna muteppu makkuitu bareq deqna padapada tugasmu matuq,

okiqni bawang ajaq marukkaq pa loi tu iparessa”

Lontaraq : ajn muetpu mkuaitu ber edn pdpd tugsEmu mtu, aokini bw aj mruk p loai tu aipers. Terjemahan : “Tidak perlu disebut seperti itu agar tugas kalian tidak

terjadi kemiripan, silahkan ditulis saja karena sebentar

akan diperiksa.”

konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

beberapa siswa mendengarkan suara keras menyebutkan

rukun Islam. (Data no.01.17)

Data no.01.17 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar

pada kalimat. “Ajjaqna muteppui makkuitu bareq degna padapada tugasmu

matuq, okiqni pa loi tu iparessa”. Tuturan ini menunjukkan guru memberi usulan

berupa saran kepada siswa agar menyebutkan dalam hati jawaban dari tugas yang

diberikan kepada siswa tidak terjadi kemiripan jawaban antara siswa yang satu

dengan siswa lainnya. Saran yang diberikan ini kemudian akan dipertimbangkan

oleh siswa, hal ini sejalan dengan definisi tindak tutur asertif mengusulkan yakni

tuturan berupa usulan yang mengemukakan suatu pendapat atau saran yang

kemudian yakni tuturan berupa usulan yang mengemukakan suatu pendapat atau

saran yang kemudian akan dipertimbangkan oleh mitra tutur.

8) “Anuidi ipasijeppei, pa deqtu napura uparessa keseluruhan boqta”

Lontaraq : anuaidi aipsiejpEai, p edtu npur aupers ekesluruh bot.. Terjemahan : “Sebentar ditempel, karena semua itu belum diperiksa.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

mendapatkan seorang siswa sudah berdasarkan mengganti

buku tugasnya karena sudah penuh. ( Data no.01.18)

Data no.01.18 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Dimana tuturan

pada kalimat “Anuidi ipasijeppei, pa deqtu napura uparessa keseluruhan boqta”.

Menunjukkan bahwa guru mengusulkan agar siswa menempelkan buku barunya

Page 63: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

63

dengan buku latihan yang lama karena semua tugas belum diberi nilainya. Pada

kalimat ini menunjukkan tuturan guru yang mengungkapkan sebuah saran kepada

siswa, dimana saran itu diberikan ketika salah seorang siswa bertanya kepada guru

mengenai buku tugas. Data tuturan ini termasuk tindak asertif mengusulkan

berdasarkan tuturan yakni tuturan berupa usulan yang mengemukakan suatu

pendapat atau saran yang kemudian akan dipertimbangkan oleh mitra tutur.

9) “Makkeda ga tawe jajiwi, jajini?”

Lontaraq : mkEd g tew jjini Terjemahan : “Apakah kita mengatakan jajiwi atau jajini.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

guru membaca tugas membaca tugas dari salah satu siswa.

(Data no.01.21)

Data no.01.21 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar

pada kalimat “Makkeda ga tawe jajiwi, jajini?”. Melalui tuturan ini tidak sesuai

dengan konteks kalimatnya. Tuturan tersebut dituturkan saat guru membaca tugas

dari salah satu siswa. Saran yang dituturkan oleh guru memiliki fungsi agar

penutur mengetahui informasi berkaitan dengan pemahaman siswa mengenai

pembuatan kata yang sesuai dengan konteks kalimat.

10) “Yako makkeda tabbaleq kapang, lebih tepat kupakeki kata gareq”

Lontaraq : yko mkEd tblE kp, elbi etpE kupekki kt ger. Terjemahan : “Kalau kita mengatakan tabbaleq kapang, lebih baik

menggunakan kata gareq.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

mendapat kalimat yang dibuat oleh siswa masih ada yang

perlu diperbaiki. (Data no.01.22)

Data no.01.22 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini terlihat dari

tuturan yang diucapkan oleh guru “Yaku makkeda tabbaleq kapang, lebih tepat

kupakeki kata gareq”. Melalui tuturan ini penutur memberi usulan berupa

Page 64: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

64

“kapang” menjadi kata “gareq”. Tuturan ini terjadi ketika guru mendapatkan

tugas beberapa siswa masih perluh diperbaiki penulisannya, oleh sebab itu guru

menuturkan ungkapan berupa saran kepada siswa. Setelah mendengarkan saran

dari guru, siswa kemudian akan mempertimbangkan hal yang sejalan dengan

definisi tindak tutur asertif mengusulkan yakni tuturan berupa usulan yang

mengemukakan suatu pendapat atau saran yang kemudian akan dipertimbangkan

oleh mitra tutur.

11) “Ajaq maccule tuttuq, jamani tugasta naselesai gatti”

Lontaraq : aj mcuel tutu, jmni tugst neselsai gti. Terjemahan : “Jangan hanya bermain, silahkan dikerja tugasnya agar

cepat selesai.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

beberapa siswa tidak mengerjakan tugaskannya.

(Data.01.29)

Data no.01.29 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini dapat kita

lihat pada kalimat “Ajaq maccule tuttuq, jamani tugasta naselesai gatti” yang

dituturkan oleh guru. Melalui tuturan ini guru mengusulkan kepada siswa untuk

segera mengerjakan tugasnya agar selesai secepatnya. Tuturan ini diungkapkan

oleh guru ketika beberapa siswa hanya bermain dan tidak mengerjakan tugas,

dengan kejadian tersebut maka guru menyarankan kepada siswa agar tidak

bermain jika ingin tugasnya cepat selesai.

12) “Yaro kopuraki masemmeng akkutanaki ku silotta kade engkaga tugaseta

bahasa daerah atau maraga, supaya nilaitta deqna ketinggalan”

Lontaraq : yro kopurki msEmE akutnki ku silot ked aEkg tugsEt bhs dear atau mrg, supy nlait edn ektigl. Terjemahan : “Itu kalau kita sudah sakit bertanyalah pada temannya

apakah ada tugas bahasa daerah atau bagaimana, agar

nilainya tidak ketinggalan”.

Page 65: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

65

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

salah satu siswa tidak mengerjakan tugas karena alasan

sudah sakit. (Data no.01.15)

Data no.01.15 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar

pada kalimat “Yaro kopuraki masemmeng akkkutanaki ku silotta kode engkaga

tugasta bahasa daerah atau maraga, supaya nilaitta deqna ketinggalan”. Pada

tuturan ini menunjukkan penutur yang memberikan saran kepada mitra tutur yang

tergambar pada tuturan yang disampaikan oleh guru ketika menanyakan soal tugas

kepada salah seorang siswa. Maksud dari tuturan ini adalah guru menyarankan

kepada siswa bahwa kalau kita sudah sakit kita haruslah bertanya pada teman kita

apakah ada tugas bahasa daerah atau bagaimana, agar nilai kita tidak ketinggalan.

13) “Jadi kalau mau mendapatkan kebaikan dunia akhirat taatlah dan

tunduklah lima perkara tadi atau kata lainnya rukun Islam”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa saat

tengah menerangkan tentang rukun Islam.

(Data no.01.35)

Data no.01.35 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar

pada kalimat “Jadi kalau mau mendapatkan kabaikan dunis akhirat taatlah dan

tunduklah lima perkara tadi atau kata lainnya rukun Islam”. Pada tuturan ini

menunjukkan penutur yang memberikan saran kepada mitra tutur. Tuturan ini

disampaikan oleh guru kepada siswa saat tengah menerangkan tentang rukun

Islam, guru menjelaskan kepada siswa poin-poin dari setiap rukun Islam sehingga

saat selesai menjelaskan hal tersebut guru lalu menerangkan tentang makna dari

tiap rukun Islam dengan cara mengumpamakannya berdasarkan contoh. Maksud

yang disampaikan gurun dalam tuturan ini adalah bahwa jika kita ingin

Page 66: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

66

mendapatkan kebaikan dunia akhirat dan masuk surga, kita harus mengerjakan

perintah Allah Swt. sebagaimana yang telah disebutkan dalam rukun Islam.

b. Menyatakan (makkeda)

Arti kata menyatakan dalam KBBI adalah menerangkan; menjadikan

nyata, menjelaskan, menunjukkan dan mengatakan. Sedangkan fungsi tindak

asertif mengatakan adalah tuturan yang terjadi ketika penutur dan mitra tutur

melakukan komunikasi secara langsung, dimana penutur mengemukakan pikiran

dan mitra tutur mendengarkan. Dalam penelitian ini ditemukan fungsi tindak

asertif menyatakan sebagai berikut:

1) “Elong Ugi yarega kalau di dalam bahasa Indonesia adalah puisi, kalau di

dalam bahasa daerah yaitu Elong Ugi”

Konteks : Setelah ada beberapa penjelasan mengenai elong ugi, guru

memperjelas mengenai terjemahan Elong Ugi di dalam

bahasa Indonesia. (Data no.01.01)

Data no.01.01 merupakan fungsi menyatakan. Hal ini tergambar pada

kalimat “Elong Ugi yarega kalau di dalam bahasa Indonesia adalah puisi, di

dalam bahasa daerah yaitu Elong Ugi”. Melalui tuturan ini penutur memberikan

penjelasan terhadap tindakan yang telah dilakukan mitra tutur, dimana penutur

mengemukakan pikiran dan mitra tutur mendengarkan. Tuturan ini dituturkan

setelah sebelumnya guru menjelaskan mengenai Elong Ugi, kemudian diajukan

kepada siswa kemudian siswa atau mitra merespon. Setelah mendengar respon

dari siswa, guru kembali menjelaskan definisi Elong Ugi kepada siswa dengan

maksud memperjelas mengenai terjemahan Elong Ugi dalam bahasa Indonesia.

Maksud dari tuturan ini sejalan dengan definisi fungsi tindak asertif menyatakan

yakni tuturan yang terjadi ketika pentur dan mitra tutur melakukan komunikasi

Page 67: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

67

secara langsung, dimana penutur mengemukakan pikiran dan mitra tutur

mendengarkan.

2) “Oke, artinya lima berarti lima rukun Islam yang harus kita pegang dengan

teguh.”

Konteks : Setelah guru memberikan pertanyaan mengenai jumlah

rukun Islam yang harus di pengang teguh. (Data no.01.03)

Data no.01.03 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Hal ini dapat kita

lihat pada kalimat “Oke, artinya lima berarti lima rukun Islam yang harus kita

pegang teguh”. Melalui tuturan setelah guru mengajukan pertanyaan mengenai

jumlah rukun Islam kepada siswa, setelah siswa merespon dan menjawab

pertanyaan dari guru kemudian guru memperkuat hasil jawaban dari siswa

tersebut dengan mengungkapkan tuturan “Oke, artinya lima berarti lima rukun

Islam yang harus kita pegang dengan teguh” dengan maksud memperjelas rukun

Islam.

3) “Jadi di sini yang mempunyai keyakinan akan akhirat adalah perjalanan

hidup kita yang menuju ke akhirat harus menyiapkan amal baik

maksudnya disini kita jadi orang yang mempunyai keyakinan akan

mempersiapkan dirinya dengan amal baiknya.”

Konteks : Tuturan ini dituturkan oleh guru ketika memberikan

penjelasan tentang keyakinan akan datangnya hari akhir.

(Data no.01.06)

Data no.01.06 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Hal ini terlihat dari

kalimat “Jadi di sini yang mempunyai kenyakinan akan akhirat adalah

perjalanan hidup kita menuju ke akhirat harus menyiapkan amal baik maksudnya

disini jadi orang yang mempunyai keyakinan akan mempersiapkan dirinya

dengan amal baiknya”. Melalui tuturan ini penutur akan mengemukakan pikiran

dan mitra tutur yang ingin mendapatkan kenyamanan di akhirat maka harus

Page 68: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

68

menyiapkan amal baik di dunia. Maksud dari tuturan yang terjadi ketika penutur

dan mitra tutur melakukan komunikasi secara langusng, dimana penutur

mengemukakan pikiran dan mitra tutur mendengarkan.

4) “Semua yang diharamkan oleh Tuhan pasti ada dampak yang tidak baik

untuk diri kita dan hati kita.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika menjelaskan

mengenai hal yang diharamkan oleh Allah SWT.

(Data no.01.09)

Data no.01.09 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Hal terlihat pada

kalimat “Semua yang diharapkan oleh Tuhan pasti ada dampak yang tidak baik

untuk diri kita dan hati kita”. Melalui tuturan ini penutur mengemukakan pikiran

dan mitra tutur mendengarkannya. Maksud dari tuturan ini adalah guru bermaksud

menjelaskan bahwa segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT pasti ada

dampak yang tidak baik untuk diri kita. Maksud dari tuturan yang terjadi ketika

penutur dan mitra tutur melakukan komunikasi secara langsung, dimana penutur

mengemukakan pikiran dan mitra tutur mendengarkan.

5) “Iyya. jaji tattambani tugasta, paqna lotoni mabbaca puisi, lotoni jamai

tugasta, lotono makkapalaq”

Lontaraq : aiy. jji ttbni tugst, pn lotoni mbc puaisi, lotoni jmai tugst, lotoni mkpl. Terjemahan : “Iya, tugas kalian bertambah sebab membaca puisi,

mengerjakan tugas dan menghafal”

konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

siswa mengeluh mengenai tugas-tugas yang diberikan

terlalu banyak. (Data no.01.26)

Data no.01.26 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Hal ini tergambar

pada kalimat “Iyya, jaji tattambani tugasta, Paqna lotoni mabbaca puisi, lotoni

jamai tugasta, lotono makkapalaq”. Tuturan ini di ungkapkan oleh guru ketika

Page 69: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

69

salah seorang siswa mengeluh tugas-tugas yang diberikan. Dari tuturan ini guru

menerangkan kepada siswa mengeluh tugas-tugas yang diberikan. Dari tuturan ini

guru menerangkan kepada siswa mengenai tugas yang akan segera diselesaikan.

Pada tuturan ini siswa mendengarkan penjelasan tersebut sehingga tutura ini

sejalan dengan definisi fungsi tindak asertif menyatakan yakni tuturan yang sering

terjadi ketika penutur dan mitra tutur melakukan komunikasi secara langsung,

dimana penutur mengemukakan pikiran dan mitra tutur mendengarkan.

6) “Kan kopurasiki makkapalaq purasiki stres-stres otakta sibawa baca puisi

pressi pemeng pikkiriqta to.”

Lontaraq : k kopur siki mkpl pursiki esetrEEsE- esetrEEs aott sibw bc puaisi eprEsi epmE pikirit. Terjemahan : “Setelah menghafal otak kalian akan stres selanjutnya

dihibur dengan membaca puisi”.

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

beberapa siswa mengeluh mengenai tugas.

(Data no.01.27)

Data no.01.27 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Hal ini tergambar

pada kalimat “Kan kopura siki makkapalaq purasiki stres-stres otakta sibawa

baca puisi pressi pemeng pikiraqta to”. Tuturan ini di ungkapkan oleh guru ketika

salah siswa mengeluh tugas-tugas diberikan. Dari tuturan ini guru mengatakan

kepada siswa bahwa memang tugas itu banyak tapi ada yang susah dan ada juga

yang gampang. Pada tuturan ini siswa mendengarkan tuturan tersebut. Tuturan ini

sejalan dengan definsi fungsi tindak asertif menyatakan yakni langsung, dimana

penutur mengemukakan pikiran dan mitra tutur mendengarkan.

7) “Kalau Elong kan jelas puisi, kalau Tau Panrita agayaseng?”

Konteks : Tuturan ini dituturkan ketika tidak ada siswa yang

mengetahui tentang tau panrita (Data no.01.31)

Page 70: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

70

Data no.01.31 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Hal ini tergambar

pada kalimat “Kalau Elong kan jelas puisi, kalau Tau Panrita agayaseng?”

Tuturan ini dituturkan ketika tidak ada siswa yang mengetahui tentang tau panrita.

Dari tuturan ini guru menjelaskan tentang elong kemudian bertanya kepada siswa

mengenai pengertian atau apa itu tau panrita agar kiranya siswa tahu. Maksud dari

tuturan ini sejalan dengan definisi fungsi tindak tutur asertif menyatakan yakni

tuturan yang terjadi ketika penutur dan mitra tutur melakukan komunikasi secara

langsung dimana penutur mengemukakan pikiran dan mitra tutur mendengarkan.

c. Menyetujui (isicocoki)

Arti kata menyetujui dalam KBBI adalah menyatakan setuju (sepakat)

membenarkan dan menerima. Sedangkan fungsi tindak asertif menyetujui adalah

salah satu fungsi asertif yang dilakukan anatara penutur dan mitra tutur ketika

melakukan interaksi. Tuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur

bersifat membenarkan dengan maksud agar mitra tutur menyetujui sesuatu yang

dituturkan oleh penutur. Dalam penelitian ini ditemukan fungsi tindak asertif

menyetujui sebagai berikut:.

1) “Iya naik haji bagi orang yang mampu”.

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru yang sangat setuju

dengan jawaban seorang siswa. (Data no.01.04)

Data no.01.04 merupakan tuturan fungsi menyetujui. Hali ini dapat kita

lihat pada kalimat “Iya naik haji bagi orang yang mampu”. Tuturan ini terjadi

setelah guru menjelaskan rukun Islam dan kemudian memeberikan pertanyaan,

dan siswa menjawab pertanyaan tersebut. Dari interakasi itu guru kemudian

mengutip jawaban dari siswa sebagai tanda bahwa penutur setuju dengan jawaban

Page 71: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

71

mitra tutur karena jawaban tersebut dianggap sangat tepat. Hal inilah yang

dimaksud fungsi menyetujui dalam tindak tutur asertif dimana guru atau penutur

membenarkan jawaban mitra tutur atau siswa.

2) “Iya, membaca dua kalimat syahadat”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru yang sangat setuju

dengan jawaban seorang siswa. (Data no.01.05)

Data no.01.05 merupakan tuturan fungsi menyetujui. Hal ini dapat kita

lihat pada kalimat “Iya, membaca dua kalimat syahadat”. Tuturan ini terjadi

setelah guru menjelaskan rukun Islam dan kemudian memberikan pertanyaan dan

siswa menjawabnya. Dari interkasi tersebut guru kemudian mengutip jawaban

dari siswa sebagai tanda bahwa penutur setuju dengan jawaban mitra tutur karena

jawaban tersebut dianggap sudah tepat. Hal inilah yang dimaksud fungsi

menyetujui dalam tindak tutur asertif dimana guru atau penutur membenarkan

jawaban mitra tutur atau siswa.

3) “Cocokni tomatua macua, yammaragae? Apakah pengetahuan yang

umurnya sama dengan kita sama pengetahuannya dengan yang lebih tua?”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika mendengar

jawaban dari seorang siswa yang menjawab pertanyaan

dari guru soal Tau Panrita. (Data no.01.32)

Data no.01.32 merupakan tuturan fungsi menyetujui. Hal ini dapat kita

lihat pada kalimat “Cocokni tomatua macua, yammaragae? Apakah pengetahuan

yang umurnya sama dengan kita sama pengetahuannya dengan yang lebih tua?”.

Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika mendengar jawaban dari seorang siswa

yang menjawab pertanyaan dari guru soal Tau Panrita. Dari jawaban siswa,

kemudian guru mengulangnya dan kembali mengemukakan pertanyaan kepada

siswa. Pengulangan ucapan yang dilakukan oleh guru tersebut menunjukkan

Page 72: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

72

bahwa guru setuju dengan jawaban mitra tutur atau siswa karena jawaban tersebut

sudah benar tapi masih perlu ditambahkan lagi agar lebih jelas atas apa yang

dimaksud.

4) “Ya, sudah bisa!”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

salah seorang siswa menjawab pertanyaan dari guru.

(Data no.01.38)

Data no.01.38 merupakan tuturan fungsi menyetujui. Hal ini dapat kita

lihat pada kalimat “Ya, sudah bisa!” yang menunjukkan bahwa tuturan yang

disampaikan penutur terhadap mitra tutur mengandung tuturan fungsi menyetujui.

Pada tuturan ini setelah guru mendengarkan jawaban dari siswa kemudian guru

meresponnya dengan maksud membenarkan jawaban dari siswa, artinya guru

menyetujui jawaban yang telah dikemukakan oleh siswa tersebut. Hal ini

diperkuat dengan adanya penekanan kata “Ya” (menyetujui/mengiyakan) yang

dituturkan oleh guru.

5) “Iya deqpa iterjemahkan i, iyapalaq jolo nappa iterjemahkan”

Lontaraq : aiy edp aietrEejmknE ai, aiypl jolo npi aietrEejmkn. Terjemahan : “Iya, belum diterjemahkan, dihafal terlebih dahulu baru

diterjemahkan”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

salah seorang siswa bertnya mengenai tugas yang

diberikan. (Data no.01.33)

Data no.01.33 merupakan tuturan fungsi menyetujui. Hal ini dapat kita

lihat pada kalimat “Iya deqpa iterjemahkan i, iyapalaq jolo nappa iterjemahkan”.

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika salah seorang siswa

bertnya mengenai tugas yang diberikan. Dari jawaban siswa tersebut kemudian

guru mengulang tuturan siswa dengan maksud setuju dengan pertanyaan siswa

Page 73: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

73

berupa pertanyaan mengenai tugas yang belum harus dikerjakan saat itu juga.

Pengulangan ucapan yang dilakukan oleh guru tersebut menunjukkan bahwa guru

setuju dengan pertanyaan siswa atau mitra tutur karena hal tersebut adalah benar.

Hal inilah yang dimaksud fungsi menyetujui dalam tindak tutur asertif dimana

guru atau penutur membenarkan jawaban mitra tutur atau siswa.

d. Membual (maccacca)

Arti kata membual dalam KBBI adalah omong kosong dan tidak

masuk akal. Sedangkan fungsi tindak asertif membual adalah tuturan yang terjadi

ketika penutur menyampaikan tuturan kepada mitra tutur yang mengandung

tindak membual (omong kosong) sehingga menimbulkan ketidakpercayaan.

Dalam penelitian ini ditemukan fungsi tindak asertif membual sebagai berikut:

1) “Mega tau meloq tama surugae tapi yamato najama iyya minunge, botoni,

magello maneng gayaro cappaqna?”

Lontaraq : emg tau emlo tm surugea tpi ymto njm aiy minueG, meglo mengE gyro

cpn. Terjemahan : “Banyak orang yang ingin masuk surga tapi kerjanya

hanya minum minuman keras, dan judi. Apakah semua itu

memiliki manfaat yang baik?”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa dengan

maksud guru menjelaskan rukun Islam dan hal-hal yang

dapat membuat kita dapat masuk surga. (Data no.01.28)

Data no.01.28 merupakan tuturan fungsi membual. Hal ini dapat kita lihat

pada kalimat “Mega tau meloq tama surugae tapi yamato najama iyya minunge,

botoni, magello maneng gayaro cappaqna?”. Melalui tuturan ini penutur

memberikan pemahaman berupa contoh hal yang tidak masuk akal kepada mitra

tutur, dimana maksud dari tuturan ini adalah guru memberi pemahaman bahwa

jika ingin masuk surga kerjakanlah hal-hal yang baik sesuai dengan perintah Allah

Page 74: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

74

SWT, melalui contoh kalimat tersebut guru bermaksud mengemukakan bahwa

tidak ada orang yang masuk surga karena mengerjakan hal-hal buruk. Hal ini

sesuai dengan pengertian fungsi mebual dalam tindak asertif yaitu tuturan yang

terjadi ketika penutur menyampaikan tuturan kepada mitra tutur yang

mengandung tindak membual (omong kosong) sehingga menimbulkan

ketidakpercayaan.

e. Mengeluh (maqdareke)

Arti kata mengeluh dalam KBBI adalah ungkapan yang keluar karena

perasaan susah (karena menderita sesuatu yang berat, kesakitan dan sebagainya);

menyatakan susah (karena kekecewaan). Sedangkan fungsi tindak asertif

mengeluh adalah tuturan yang terjadi ketika penutur menyampaikan tuturan

kepada mitra tutur berupa pernyataan kekecewaan atau perasaan susah. Penutur

mengeluh kepada mitra tutur karena merasa kecewa atau merasa susah terhadap

tindakan atau perbuatan yang telah dilakukan oleh mitra tutur. Dalam penelitian

ini ditemukan fungsi tindak asertif mengeluh sebagai berikut:

1) “Awwi kuboqna nacatat makna na,”

Lontaraq : awi kubon nct mkEn n. Terjemahan : “Aduh kenapa dicatat dibukunya”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

melihat salah satu siswa menulis makna yang telah

dijelaskan di dalam buku cetaknya bukan dibuku catatan.

(Data no.01.14)

Data no.01.14 merupakan tuturan fungsi mengeluh. Hal ini tergambar pada

kalimat “Awwi kuboqna nacatat makna na” yang menunjukkan bahwa penutur

merasa susah atau kecewa atas tindakan mitra tutur. Maksud tuturan ini adalah

guru mengeluh terhadap siswa atas tugas yang diberikannya, siswa menulis tugas

Page 75: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

75

tersebut dibuku cetak bukan dibuku catatan. Kata Awwi dalam bahasa Bugis juga

merupakan simbol yang menandakan bahwa tuturan ini merupakan fungsi

mengusulkan, dimana kata Awwi ini adalah dialeg dalam berbahasa Bugis yang

bermakna perasaan susah. Hal ini sesuai dengan pengertian fungsi mengeluh

dalam tindak asertif yaitu tuturan yang terjadi ketika penutur menyampaikan

tuturan kepada mitra tutur berupa pernyataan kekecewaan atau perasaan susah.

Penutur mengeluh kepada mitra tutur karena merasa kecewa atau merasa susah

terhadap tindakan atau perbuatan yang telah dilakukan oleh mitra tutur.

2) “Dewedding selesai tugasmu pa micawa tuttumo kutu”

Lontaraq : edwEdi sElEsai tugsmu p micw tutumo kutu. Terjemahan : “Tugasmu tidak akan selesai kalau kamu hanya tertawa

saja”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

beberapa siswa bermain dan tertawa sementara jam

pelajaran sedang berlangsung. (Data no.01.36)

Data no.01.36 merupakan tuturan fungsi mengeluh. Hal ini tergambar pada

kalimat “Dewedding selesai tugasnu pa micawa tuttumo kutu” yang

menunjukkan bahwa sifat tuturan yang disampaikan oleh guru kepada siswa

mengandung tuturan yang bersifat mengeluh. Mitra tutur atau guru

menyampaikan tuturannya sebagai wujud perasaan susah atau kecewa atas

kelakuan siswa yang tengah diajar. Guru bermaksud mengeluh kelakuan siswa

yang bermain sementara jam pelajaran sedang berlamgsung.

3) “Na ugi’mo jeq tue manengka makku mupa tuh kalimatmu”

Lontaraq : n augimo ej tuea menK mku mup tu klimtEmu. Terjemahan : “Kalian itukan orang Bugis, kenaoa kalimat yang kalian

buat malah seperti itu.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika mendapat

Page 76: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

76

seorang siswa membuat kalimat bahasa Bugis yang tidak

sesuai dengan stuktur penulisan kalimat. (Data no.01.19)

Data no.01.19 merupakan tuturan fungsi mengeluh. Hal ini tergambar pada

kalimat “Na ugi’mo jeq tue manengka makku mupa tuh kalimatmu” yang

menunjukkan bahwa penutur merasa susah atau kecewa atas tindakan mitra tutur.

Maksud dari tuturan tuturan ini adalah guru mengeluhkan mengenai kalimat

bahasa Bugis yang dibuat oleh siswa tidak sesuai dengan struktur penulisan

kalimat sementara siswa itu sendiri adalah orang bugis. Hal ini sesuai dengan

pengertian fungsi mengeluh dalam tindak asertif yaitu tuturan yang terjadi ketika

penutur menyampaikan tutura kepada mitra tutur karena merasa kecewa atau

merasa susah terhadap tindakan atau perbuatan yang telah dilakukan oleh mitra

tutur.

f. Memprotes (mapperotes)

Arti kata memprotes dalam KBBI adalah ungkapan atau pernyataan

tidak menyetujui (menyatakan tidak setuju), menolak, tidak sependapat,

menentang dan menyangkal. Sedangkan fungsi tindak asertif memprotes adalah

tuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur karena penutur tidak

sependapat atau menolak pernyataan yang disampaikan oleh mitra tutur. Dalam

penelitian ini ditemukan fungsi tindak asertif memprotes sebagai berikut:

1) “Manengka lima”

Lontaraq : mnEK lim. Terjemahan : “Kenapa bisa lima”

Konteks : Tuturan ini dituturkan oleh guru setelah bertanya jumlah

rukun iman kepada siswa. (Data no.01.07)

Data no.01.07 merupakan tuturan fungsi memprotes. Hal ini tergambar

pada kalimat “Manengka lima”. Tuturan ini menunjukkan penutur tidak setuju

Page 77: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

77

dengan mitra tutur. Maksud tuturan ini adalah guru tidak setuju dan memprotes

jawaban yang diberikan oleh siswa mengenai jumlah rukun Islam. Tuturan ini

terjadi ketika mendengar jawaban dari salah seorang siswa yang telah salah dalam

menyebutkan jumlah rukun iman, siswa mengucapkan ada lima rukun Iman dan

kemudian guru memprotes jawaban tersebut karena didalam tuturan yang

dituturkan oleh guru mengandung maksud tidak sependapat dalam hal ini guru

menolak pernyataan dari mitra tutur siswa.

2) “Yatu mancaji masalah yaku bahasa ugi ipababahasa Indonesia maderri

sala-salang, ceddeka menrung ih sedikitka jatuh.”

Lontaraq : ytu mCji msl yku bhs augi aipbhs aidoeasia mdEri sl-sl, cEedk mERu ai sEdik jtu. Terjemahan : “Yang menjadi masalah adalah apabila bahasa Bugis

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, saya hampir

jatuh ihh saya sedikit jatuh.

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika mendapat siswa

membuat kalimat yang tidak sesuai dengan strukturnya.

(Data no.01.23)

Data no.01.23 merupakan tuturan fungsi memprotes. Hal ini tergambar

pada kalimat “Yatu mamncaji masalah yaku bahasa ugi ipabahsa Indonesia

mederri sala-salang, ceddeka manrung ih sedikitka jatuh”. Tuturan ini terjadi

ketika guru mendapat siswa membuat kalimat yang tidak sesuai dengan

strukturnya, lantas guru memprotesnya. Karena tidak setuju dengan kalimat yang

telah di buat oleh siswa, guru kemudian menjelaskan tentang penggunaan bahasa

Indonesia dengan baik. Maksud dari tuturan ini sejalan dengan pengertian fungsi

mengusulkan dalam tindak asertif yakni tuturan yang disampaikan penutur kepada

mitra tutur karena penutur tidak sependapat atau menolak pernyataan yang

disampaikan oleh mitra tutur.

Page 78: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

78

3) “Puah ye puiside dema i hapalaq kapang, i bacami.”

Lontaraq : pua ey puaisied edm ai hpl kp, ai bcmi. Terjemahan : “Puisi ini tidak dihafalkan, hanya dibaca saja.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

mendengar ungkapan siswa yang mengatakan bahwa ada

tugas menghafalkan puisi. (Data no.01.11)

Data no.01.11 merupakan tuturan fungsi memprotes. Hal ini tergambar

pada kalimat “Puah na ye puiside dema i hapalaq kapang, i bacami” Melalui

tuturan ini penutur menyatakan bentuk tidak setuju atas tindakan mitra tutur.

Tuturan ini terjadi ketika salah seorang siswa menyebutkan salah satu tugas yang

diberikan oleh guru yaitu tugas menghafal puisi, guru tidak sependapat dengan hal

tersebut kemudian menjelaskan bahwa tugas itu tidak dihafalkan melainkan hanya

dibacakan. Berdasarkan hal tersebut maka tuturan ini dapat dikatakan sebagai

fungsi memprotes dalam tindak asertif sesuai dengan definisinya.

4) “Nengka nappa nomoroq seddiq pura, na gampangna tue kamaneng ku

anuede boq e.”

Lontaraq : nEK np nomoro esdi pur, n gPn tuea kmnE ku anueaed bo ea. Terjemahan : “Kenapa yang selesai hanya nomor satu, padahal

semuanya gampang karena sudah ada dibuku.”

Konteks : Tuturan ini disampingkan oleh guru kepada siswa ketika

beberapa siswa terlambat menyelesaikan tugasnya.

(Data no.01.24)

Data no.01.24 merupakan tuturan fungsi memprotes. Hal ini dapat kita

lihat pada kalimat “Nengka nappa nomoroq seddi pura, na gampangna tue

kamaneng ku anuede boq e”. Tuturan ini menggambarkan bahwa penutur tidak

setuju dengan keadaan mitra tutur, dimana tuturan ini menunjukkan bahwa guru

memproses hasil kerja tugas yang dilakukan oleh siswa ketika tugas yang

diberikan belum selesai dikerjakan padahal tugas tersebut sangatlah mudah.

Page 79: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

79

Berdasarkan tuturan ini penutur mengepresiasikan maksud memproses dengan

mengatakan tugas yang diberikan sangatlah gampang. Hal ini sejalan dengan

pengertian fungsi mengusulkan dalan tindak asertif yakni tuturan yang

disampaikan penutur kepada mitra tutur karena penutur tidak sependapat atau

menolak pernyataan yang disampaikan oleh mitra tutur.

5) “Tattimpa minasa, jadi buka di situ ya, diperbaiki tulisannya.

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

salah seorang siswa salah dalam membacakan kalimat

yang ada pada buku. (Data no.01.33)

Data no.01.33 merupakan tuturan fungsi memprotes. Hal ini dapat kita

lihat pada kalimat “Tattimpa minasa, jadi bukan disitu ya, perbaiki tulisannya”.

Pada tuturan ini menggambarkan bahwa penutur tidak setuju dengan apa yang di

ungkapkan mitra tutur. Tuturan ini menunjukkan bahwa guru bermaksud

mengatakan bahwa kalimat tersebut adalah salah dan perlu diperbaiki. Hal ini

sejalan dengan perngertian fungsi mengusulkan dalam tindak asertif yakni tuturan

yang disampaikan penutur kepada mitra tutur karena penutur tidak sependapat

atau menolak pernyataan yang disampaikan oleh mitra tutur.

6) “Tenya puisi asenna ye, puisi itu berbentuk bait bukan berbentuk pragraf.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

mendapatkan seorang siswa yang membuat puisi dalam

bentuk pragraf. (Data no.01.20)

Data no.01.20 merupakan tuturan fungsi memprotes. Hal ini dapat kita

lihat pada kalimat “Tenya puisi asenna ye, puisi berbentuk bait bukan berbentuk

pragraf”. Tuturan ini menggambarkan bahwa penutur tidak setuju dengan apa

yang dilakukan oleh siswa ketika tugas yang diberikan diberikan dibuat tidak

sesuai dengan apa yang sebelumnya dijelaskan oleh guru. Berdasarkan tuturan ini

Page 80: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

80

penutur mengespresikan maksud memproses dengan mengatakan bahwa tugas

yang telah dibuat siswa bukan merupakan puisi karena puisi berbentuk bait bukan

pragraph. Hal ini sejalan dengan pengertian fungsi mengusulkan kepada mitra

tutur.

g. Melaporkan (mappicceng)

Arti kata melaporkan dalam KBBI adalah ungkapan yang sifatnya

memberitahukan. Sedangkan fungsi tindak asertif melaporkan adalah tuturan yang

dilakukan penutur kepada mitra tutur dengan maksud melaporkan atau

memberitahuan suatu kejadian atau peristiwa. Dalam penelitian ini ditemukan

fungsi tindak asertif melaporkan sebagai berikut:

1) “Oke, karena banyak yang belum selesai dan waktunya sudah habis jadi

minggu depan dilanjut, dikerjakan dirumahnya kemudian minggu depan

dibahas. Jadi PR!”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

tugas yang diberikan oleh guru belum selesai dan waktu

jam pelajaran bahasa daerah sudah habis. (Data no.01.25)

Data no.01.25 merupakan tuturan fungsi melaporkan. Hal ini tergambar

pada kalimat “Oke, karena banyak yang belum selesai dan waktunya sudah habis

jadi minggu depan dilanjut, dikerjakan di rumahnya kemudian minggu depan

dibahas, Jadi PR!”. Tuturan ini menunjukkan penutur memberitahua kepada

mitra tutur atas kejadian pada tuturan. Maksud dari tuturan ini adalah guru

memberitahukan kepada siswa agar tugas-tugas yang diberikan diselesaikan

dirumah, karena waktu jam pelajaran telah habis dan kemudian akan dibahas pada

pertemuan selanjutnya. Pada kalimat yang dituturkan penutur berfungsi sebagai

informasi yang dilaporkan atau diberitahukan untuk mitra tutur, hal inilah yang

membuat tuturan ini termasuk dalam fungsi asertif melaporkan.

Page 81: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

81

2) “Jadi itu Elong Ugi nanti kita akan mencari makna yang terkandung di

dalam Elong Uginya, makna kemudian amanat (Pappaseng). Aga

pappasenna kuro ilalenna Elong Ugi e”.

Konteks : Tuturkan ini disampaikan oleh guru ketika ingin

memberikan tugas kepada siswa. (Data no.01.30)

Data no.01.30 merupakan tuturan fungsi melaporkan. Hal ini tergambar

pada kalimat “Jadi itu Elong Ugi nanti kita akan mencari makna yang terkandung

di dalam Elong Ugi nya, makna kemudian amanat (Pappaseng). Aga Pappasenna

kuro ilalenna Elong Ugi e”. Tuturan ini menunjukkan penutur memberitahukan

kepada mitra tutur atas tugas yang diberikan. Maksud dari tuturan ini adalah guru

menerangkan dan kemudian memberitahukan soal yang akan diberikan kepada

siswa, agar siswa paham dalam mengerjakannya. Pada kalimat yang dituturkan

penutur berfungsi sebagai informasi yang dilaporkan atau diberitahukan untuk

mitra tutur, hal inilah yang membuat tuturan ini termasuk dalam fungsi asertif

melaporkan sesuai dengan definisinya yaitu tuturan yang dilakukan penutur

kepada mitra tutur kepada mitra tutur dengan maksud melaporkan atau

memberitahukan suatu kejadian atau peristiwa.

3) “Jadi minggu depan dibahas yah, silahkan disiapkan”

Konteks : Tuturan ini disampaikan kepada guru kepada siswa ketika

jam pelajaran bahasa daerah telah habis sementara tugas

yang diberikan kepada siswa belum selesai semua.

(Data no.01.37)

Data no.01.37 merupakan tuturan fungsi melaporkan. Hal ini tergambar

pada kalimat “Jadi minggu depan dibahas yah, silahkan disiapkan!”. Tuturan ini

menunjukkan penutur menyampaikan suatu pemberitahuan kepada mitra tutur.

Guru memberitahukan kepada siswa bahwa siswa akan dibahas pada pertemuan

Page 82: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

82

selanjutnya. Pada tuturan ini guru memberitahukan atau melaporkan suatu

kejadian atau suatu hal dan siswa mendengarkannya sebagai sebuah informasi.

4) “Oke, jadi kalau kemarin kita belajar mengenai Aksara Lontaraq, hari ini

kita belajar mengenai Elong Ugi”.

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa di awal

jam pelajaran bahasa daerah. (Data no.01.39)

Data no.01.39 merupakan tuturan fungsi melaporkan. Hal ini tergambar

pada kalimat “Oke, jadi kalau kemarin kita belajar mengenai Aksara Lontaraq,

hari ini kita akan belajar mengenai Elong Ugi.”. Tuturan ini menunjukkan

penutur menyampaikan suatu pemberitahuan kepada mitra tutur. Guru bermaksud

memberitahukan kepada siswa mengenai materi pelajaran sebelumnya dari materi

baru yang akan dibahas. Pada kalimat dituturkan penutur berfungsi sebagai

informasi yang melaporkan atau diberitahukan untuk mitra tutur, hal ini sesuai

dengan definisi fungsi mengusulkan yaitu tuturan yang dilakukan penutur kepada

mitra tutur dengan maksud melaporkan atau memberitahukan suatu kejadian atau

peristiwa.

5) “Iyya, 1-11 tapi dua minggu ndak satu mingguji deqna ciceng pertemuan

dua minggu wallekki wettu terserah dalam pertemuan minggu depannya 1-

6 dulu nanti pertemuan selanjutnya 7- 11, bisa sekaligu bagus lagi nilainya

bisa naik lebih bagus bisa dapat plus plus plus tapi yang harus

kupertemukan pertamai matu mengenai ini minimal 7.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika

salah seorang siswa bertanya mengenai tugas-tugas yang

diberikan. (Data no.01.40)

Data no.01.40 merupakan tuturan fungsi melaporkan. Tuturan

menunjukkan penutur menjelaskan hal-hal mengenai tugas dan cara-cara

mengerjakannya. Guru bermaksud menginformasikan kepada siswa mengenai

tugas-tugas ditiap pertemuan yang bisa membuat siswa mendapatkan nilai yang

Page 83: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

83

bagus. Pada kalimat yang dituturkan penutur berfungsi sebagai informasi yang

dilaporkan atau diberitahukan untuk mitra tutur, hal inilah membuat tuturan ini

termasuk dalam fungsi asertif melaporkan sesuai dengan definisinya yaitu tuturan

yang dilakukan penutur kepada mitra tutur dengan maksud melaporkan atau

memberitahukan suatu kejadian atau peristiwa.

2. Penggunaan bahasa daerah (Bugis) pada tindak tutur asertif guru

terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A

SMP Negeri 3 Bungoro

Penggunaan bahasa Bugis dalam pembelajaran bahasa daerah

seringkali ditemukan peralihan dari satu bahasa ke bahasa yang lain atau

sebaliknya. Hal ini terjadi akibat dari penutur dan mitra tutur (masyarakat tutur)

menguasai lebih dari satu bahasa, terkhusus pada siswa kelas VII.A SMP Negeri 3

Bungoro yang dominan bersuku Bugis dan terbiasa menggunakan bahasa Bugis,

selain itu penggunaan bahasa Bugis dalam pembelajaran juga digunakan oleh guru

sebagai strategi yang dapat memudahkan siswa sebagai mitra tutur untuk

menerima materi yang disampaikan. Berkenaan dengan hal tersebut penelitian ini

mendeskripsikan penggunaan bahasa daerah (Bugis) pada tindak tutur asertif guru

terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP

Negeri 3 Bungoro berdasarkan:

a. Penggunaan bahasa Bugis dalam wujud alih kode

Wujud alih kode pada tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam

pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro adalah

alih kode yang berwujud alih bahasa. Alih kode tersebut berupa alih bahasa yang

Page 84: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

84

meliputi peralihan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Bugis dan peralihan bahasa

Bugis ke dalam bahasa Indonesia.

1) Alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis

Alih kode yang berwujud alih bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa

Bugis ditemukan pada tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam

pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro. Alih

kode tersebut akan dibahas sebagai berikut:

(a) “Jadi itu elong ugi nanti kita akan mencari makna yang terkandung di

dalam elong uginya, makna kemudian amanat (pappaseng) aga

pappasenna kuro ilalenna elong ugi e”. (Data no.01.30)

Data no.01.30 merupakan tuturan fungsi melaporkan yang dituturkan oleh

guru terhadap siswa ketikan ingin memberikan tugas. Pada tuturan ini guru

memberitahukan tentang bagaimana dan apa saja yang akan dikerjakan pada tugas

Elong Ugi dengan mula-mula menjelaskan dalam bahasa Indonesia kemudian

beralih menggunakan bahasa Bugis. Peralihan bahasa terjadi ketika guru

menjelaskan tentang amanat yang jika dalam bahasa Bugis disebut Pappaseng, hal

ini merupakan strategi penutur atau guru dalam menyampaikan penjelasan

mengenai materi dan tugas yang diberikan agar lebih mudah dipahami oleh siswa.

2) Alih kode dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia

Alih kode yang berwujud alih bahasa dari bahasa Bugis ke bahasa

Indonesia cukup banyak ditemukan pada tindak tutur asertif guru terhadap siswa

dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro,

diantaranya sebagai berikut:

Page 85: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

85

(a) “Cocokni tomatua macua, yammaragae? Apakah pengetahuan yang

umurnya sama dengan kita sama pengetahuannya dengan yang lebih

tua?” (Data no.01.32)

Data no.01.32 merupakan tuturan fungsi menyetujui yang

disampaikan oleh guru ketika mendengarkan jawaban dari seorang siswa yang

menjawab pertanyaan dari guru soal Tau Panrita. Pada tuturan ini guru

mengungkapkan tuturan dalam bahasa Bugis sebagai bentuk menyetujui atas

jawaban dari siswa, kemudian guru kembali menjelaskan dengan beralih bahasa

yang tadinya menggunakan bahasa Bugis kemudian beralih ke dalam bahasa

Indonesia. Hal ini bisa saja terjadi karena guru terbiasa menggunakan peralihan

bahasa sebagai wujud strategi dalam mengajar.

(b) “Jadi, tugasta matu kulesukiq tettokiq kuyolona camminge mappuisi

maraga gellona. Perhatikan wajah kalian masing-masing dan

mimiknya.” (Data no.01.02)

Data no.01.02 meupakan tuturan fungsi mengusulkan yang

disampaikan setelah guru menginformasikan kepada siswa mengenai tugas

membaca puisi. Pada tuturan ini guru bermaksud memberi saran kepada siswa

untuk berlatih di depan cermin saat sudah berada di rumah. Melalui tuturan ini

guru menjelaskan langkah-langkah latihan baca puisi dalam bahasa Bugis

kemudian beralih ke bahasa Indonesia untuk memperjelas maksud dari tuturan

guru.

(c) “Tenya puisi asenna ye, puisi itu berbentuk bait bukan berbentuk

paragraf.” (Data no.01.20)

Data no.01.20 merupakan tuturan fungsi memprotes, penutur

mengespresikan maksud memprotes dengan mengatakan bahwa tugas yang telah

dibuat siswa bukan merupakan bentuk puisi karena puisi berbentuk bait bukan

Page 86: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

86

paragraph dalam bahasa Bugis kemudian melanjutkan menerangkan tentang puisi

dalam bahasa Indonesia.

b. Penggunaan bahasa Bugis dalam wujud campur kode

Masyarakat tutur dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) pada kelas

VII.A SMP Negeri 3 Bungoro adalah masyarakat Dwibahasawan, artinya

menggunakan lebih dari satu bahasa antara lain bahasa Bugis dan bahasa

Indonesia. Pada penggunaan bahasa Bugis mislanya, penutur dan mitra tutur

kadang kurang memahami tingkat tutur bahasa Bugis sehingga seringkali

mencampurkan penggunaan bahasa Bugis ke dalam bahasa Indonesia atau

sebaliknya. Dalam penelitian ini ditemukan campur kode yang berwujud

penyisipan kata dan frasa.

1) Campur kode berupa penyisipan kata

(a) “Elong Ugi yarega kalau di dalam bahasa Indonesia adalah puisi,

kalau di dalam bahasa daerah yaitu elongugi.” (Data no. 01.01)

Data no.01.01 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Tuturan ini terjadi

setelah ada beberapa penjelasan mengenai Elong Ugi, guru memperjelas

mengenai terjemahan Elong Ugi di dalam bahasa Indonesia. Campur kode berupa

wujud penyisipan kata yang terdapat pada tuturan ini dapat kita pada kata yarega.

(b) “Kan kopura siki makkapalaq purasaiki stress-stres otakta sibawa

baca puisi pressi pemeng pikiraqta toh.” (Data no.01.27)

Data no.01.27 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Tuturan ini

disampaikan oleh guru kepada siswa ketika mengeluh mengenai tugas. Campur

kode berupa wujud penyisipan kata yang terdapat pada tuturan ini dapat kita lihat

pada stress-stres dan baca puisi.

Page 87: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

87

(c) “Akkutana memenni pragraf siaga deqmanessa sebelum ulekki

tugas, akkutanaki pa ku deqyakutana deqtu u wisseng anu kegi deq

tapahangi.” (Data no.01.10)

Data no.01.10 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Tuturan ini

disampaikan oleh guru sebelum memberi tugas kepada siswa. Campur kode

berupa wujud penyisipan kata yang terdapat pada tuturan ini dapat kita lihat pada

kata paragraf; sebelum; tugas .

(d) “Jamani joloq nomoroq seddi lettu nomoroq lima, yaro wajib

makkekuange. (Data no.01.12)

Data no.01.12 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Tuturan ini

sampaikan oleh guru kepada siswa ketika melihat salah satu siswa menuliskan

makna yang telah dijelaskan didalam buku cetaknya bukan dibuku catatan.

Campur kode berupa wujud penyisipan kata yang terdapat pada tuturan ini dapat

kita lihat pada kata makna.

(e) “Awwi kuboqna nacatat makna na.” (Data no.01.14)

Data no.01.14 merupakan tuturan fungsi mengeluh. Tuturan ini

disampaikan oleh guru kepada siswa ketika melihat salah satu siswa menulis

makna yang telah dijelaskan didalam buku cetaknya bukan dibuku catatan.

Campur kode berupa wujud penysipan kata yang terdapat pada tuturan ini dapat

kita lihat pada kata makna.

(f) “Yaro kopura masemmeng akkutanaki ku silotta kode engkaga

tugasta bahasa daerah atau maraga, supaya nilaitta deqna

ketinggalan.” (Data no.01.15)

Data no.01.15 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Tuturan ini

disampaikan oleh guru kepada siswa ketika salah satu siswa tidak mengerjakan

Page 88: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

88

tugas karena alasan sudah sakit. Campur kode berupa wujud penyisipan kata yang

terdapat pada tuturan ini dapat kita lihat pada kata tugas,ata, dan ketinggalan.

(g) “Na ugi’mo jeq tue manengka makku mupa tuh kalimatmu”.

(Data no.01.19)

Data no.01.19 merupakan tuturan fungsi mengeluh. Tuturan ini

disampaikan oleh guru ketika mendapat seorang siswa mambuat kalimat bahasa

Bugis yang tidak sesuai dengan struktur penulisan kalimat. Campur kode berupa

wujud penyisipan kata yang terdapat pada tuturan ini dapat kita lihat pada kata

kalimatmu.

2) Campur kode berupa penyisipan frasa

(a) “Iyya, 1-11 tapi dua minggu ndak satu mingguji deqna ciceng pertemuan

dua minggu walekki wettu terserah dalam pertemuan minggu depannya

1-6 dulu nanti pertemuan selanjutnya 7-11, bisa sekaligus bagus lagi

nilainya bisa naik lebih bagus bisa dapat plus plus plus tapi yang harus

ku pertemuan pertamai matu mengenai materi ini minimal 7.”

(Data no.01.40)

Data no.01.40 merupakan tuturan fungsi melaporkan.Tuturan ini

disampaikan oleh guru kepada siswa ketika salah seorang siswa bertanya

mengenai tugas-tugas yang diberikan. Pada tuturan ini peristiwa campur kode

berupa penyisipan frasa terjadi, hal ini dapat kita lihat pada tuturan guru yang

tanpa sengaja mencampurkan penggunaan bahasa Bugis dan bahasa Indonesia

dengan maksud memberitahuan kepada siswa hal-hal mengenai tugas dan cara-

cara mengerjakannya, guru menginformasikan kepada siswa mengenai tugas-

tugas di tiap pertemuan yang bisa membuat siswa mendapatkan nilai yang bagus.

Peristiwa tuturan ini juga sebagai wujud stragi guru dalam menyampaikan

Page 89: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

89

pelajaran kepada siswa, dengan tanpa sengaja mencampurkan dua bahasa dalam

tuturannya diharapkan dapat mempermudah siswa dalam menerima pelajaran.

(b) “Yaku makkeda tabbaleq kapang, lebih tepat kupakeki kata gareq.”

(Data no.01.22)

Data no.01.22 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Tuturan ini

disampaikan oleh guru ketika mendapati kalimat yang dibuat oleh siswa masih

perlu diperbaiki. Pada tuturan ini peristiwa campur kode berupa penyisipan frasa

terjadi, hal ini dapat kita lihat pada tuturan guru yang tanpa sengaja

mencampurkan penggunaan bahasa Bugis dan bahasa Indonesia dengan maksud

agar dalam pembuatan kalimatnya mengganti kata “kapang” menjadi kata

“gareq”.

(c) “Yatu mancaji masalah apabila bahasa ugi ipabbahasa indonesia

mederri sala-salang, ceddeka menrrung ih sedikitka jatuh”.

(Data no.01.23)

Data no.01.23 merupakan tuturan fungsi memprotes. tuturan ini

disampaikan oleh guru ketika mendapat siswa membuat kalimat yang tidak sesuai

dengan strukturnya. Pada tuturan ini peristiwa campur kode berupa penyisipan

frasa terjadi, hal ini dapat kita lihat pada tuturan guru yang tanpa sengaja

mencampurkan penggunaan bahasa Bugis dan bahasa Indonesia dengan maksud

memproses siswa karena tidak menggunakan struktur kalimat yang baik.

Page 90: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

90

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melakukan analisis sesuai dengan teknik analisis data,

ditemukan data-data berupa tindak tutur asertif guru terhadap siswa yang

digunakan dalam pembelajran bahasa daerah Bugis di kelas VII.A SMP Negeri 3

Bungoro. Pembagian tuturan berdasarkan fungsi tindak tutur asertif dalam

penelitian ini dibedakan berdasarkan klasifikasi yang dikemukakan oleh Searle

(dalam buku Rusminto 2001:74) yang mengemukakan bahwa tindak tutur asertif

adalah tindak tutur yang melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang

diekspresikan, seperti tindak tutur asertif fungsi mengusulkan, menyatakan,

menyetujui, membual, mengeluh, memprotes dan melaporkan.

Berdasarkan penggolongan fungsi tindak tutur asertif, dalam penelitian

ini ditemukan tuturan yang termasuk dalam fungsi tindak tutur asertif diantaranya

yaitu fungsi mengusulkan, fungsi menyatakan, fungsi menyetujui, fungsi

membual, fungsi mengeluh, fungsi memprotes, dan fungsi melaporkan pada

tuturan guru terhadap siswa di kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro.

Adapun penggunaan bahasa daerah (Bugis) pada tindak tutur asertif

guru terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di kelas VII.A

SMP Negeri 3 Bungoro diidentifikasi berdasarkan berdasarkan penggunaan

bahasa Bugis dalam wujud alih kode dan campur kode; (a) pada penggunaan

bahasa daerah (Bugis) dalam wujud alih kode ditemukan tuturan yang termasuk

tindak asertif berupa wujud alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis, dan

tuturan yang termasuk tindak asertif berupa wujud alih kode dari bahasa Bugis ke

Page 91: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

91

bahasa Indonesia. (b) pada penggunaan bahasa daerah (Bugis) dalam wujud

campur kode, ditemukan tuturan yang termasuk tindak asertif dalam wujud

campur kode berupa penyisipan kata, dan tuturan yang termasuk tindak asertif

dalam wujud campur kode berupa penyisipan frasa. Hal ini dapat kita lihat dari

uraian berikut:

1. Fungsi tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam pembelajran

bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro

a. Mengusulkan (mappapile)

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi mengusulkan. Fungsi

megusulkan adalah suatu tuturan yang dilakukan penutur ketika menyampaikan

sesuatu hal yang bersifat menyarankan, baik berupa suatu pendapat atau saran

kepada mitra tutur. Berdasarkan tuturan tersebut, mitra tutur meresponnya.

Tuturan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur dapat berupa hasil

kutipan langsung dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa yang

dikatakan atau apa yang dimaksud dari tuturannya dengan maksud mitra tutur

akan merespon tuturan dan melakukan apa yang diperintahkan atau maksud dari

penutur. Pada saat tuturan itu diungkapkan mitra tutur bisa jadi melakukan

perintah atau maksud penutur bias pula tidak dilakukannya. Dengan demikian

tindak mengusulkan yang dilakukan oleh guru dalam penelitian ini merupakan

sebuah tindak perilaku berbahasa yang santun. Hal ini diperkuat dari wujud

representasi kesantunan guru dalam menyampaikan tuturan kepada siswa.

Tuturan ini sesuai dengan pendapat Saleh (2009) bahwa tindak tutur

merupakan bagian dari peristiwa komunikasi. Melalui peristiwa komunikasi

Page 92: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

92

manusia dapat menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, makna,

maupun perasaan kepada orang lain. Dari pproses komunikasi, akan

menghasilkan peristiwa tutur atau tindak tutur. Peristiwa tindak tutur terjadi

karena penutur tidak hanya menyatakan sebuah tuturan melainkan dalam tuturan

tersebut memiliki fungsi yang beragam. Fungsi tersebut mempresentasikan

adanya kekuatan yang ditimbulkan oleh penggunaan suatu tuturan seperti

perintah, pendapat, pernyataan, dan sebagainya sebagai wujud kesantunan

berbahasa.

b. Menyatakan (maqkeda)

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi menyatakan. Fungsi

menyatakan adalah fungsi mengemukakan atau menyampaikan pikiran yang

dilakukan penutur dan mitra tutur mendengarkan. Dilihat dari fungsinya kalimat

itu berfungsi menyatakan sesuatu dari penutur kepada mitra tutur. Dengan

demikian, tuturan itu mempunyai fungsi menyatakan atau mengemukakan

sesuatu yang dilakukan oleh mitra tutur.

Berkaitan dengan tuturan menyatakan yang disampaikan oleh guru

terhadap siswa yang menyatakan bahwa “Iyya, jadi tattambani tugasta, paqna

lotoni mabbaca puisi, lotoni jamai tugasta, lotoni makkapalaq.” Pada tidak

tutur tersebut guru tidak hanya menginformasikan sesuatu tetapi juga mengacu

siswa untuk melakukan sesuatu. Hal ini senada dengan apa yang dituturkan oleh

Nadar (2009:14) bahwa tindakan ilokusi tidak hanya bermakna untuk

menginformasikan sesuatu hal tetapi juga mengacu untuk melakukan sesuatu.

Page 93: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

93

c. Menyetujui (isicocoki)

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi menyetujui. Fungsi

menyetujui adalah suatu fungsi yang dilakukan penutur kepada mitra tutur

dengan maksud agar mitra tutur menyetujui sesuatu yang diusulkan oleh penutur.

Dilihat dari fungsinya, tuturan yang ditemukan termasuk kalimat yang

menyatakan menyetujui sesuatu yang disampaikan penutur kepada mitra tutur.

d. Membual (maccacca)

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi membual. Fungsi

membual adalah suatu fungsi yang dilakukan penutur sebagai sesuatu yang tidak

masuk akal sehingga menimbulkan ketidakpercayaan mitra tutur sesuai dengan

konteks pada saat tuturan tersebut terjadi. Hal ini sejalan dengan apa yang

dikemukakan Mulyana (2005:21) menyatakan bahwa konteks ialah situasi atau

latar terjadinya suatu komunikasi, segala sesuatu yang berhubungan dengan

tuturan sangat bergantung konteks yang melatarbelakangi peristiwa tutur itu.

e. Mengeluh (maqdareke)

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi mengeluh. fungsi

mengeluh adalah suatu fungsi yang dilakukan penutur ketika menyampaikan

tuturan kepada mitra tutur karena merasa kecewa terhadap tindakan atau

perbuatan yang telah dilakukan mitra tutur. Kalimat tersebut berfungsi

menyampaikan sesuatu kepada mitra tutur, namun sesuatu yang disampaikan

oleh mitra tutur berupa keluhan kepada mitra tutur karena merasa tidak senang

dengan apa yang telah dilakukan oleh mitra tutur.

Page 94: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

94

Temuan dalam fungsi ini sesuai dengan pendapat Malinowski (dalam

Aslinda dan Leni, 2010:30) semua tuturan dalam sebuah peristiwa tutur selalu

terkait dengan konteks. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa setiap adanya

peristiwa tutur yang wajar tidak bias terjadi tanpa adanya konteks. Oleh karena

itu, wujud, fungsi, dan maksud suatu pembicaraan selalu berhubungan secara

kontekstual. Tanpa konteks, maka sering terjadi maksud yang diungkapkan dari

peristiwa tutur kurang tepat karena berdasar pada makna struktur kalimat

(sentences meaning) bukan maksud penutur (speakers meaning).

f. Memprotes (mapperotes)

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi memprotes. Fungsi

memprotes adalah salah satu fungsi asertif yang dilakukan antara penutur dan

mitra tutur ketika melakukan interaksi. Fungsi memprotes timbul karena penutur

tidak sependapat atau menolak pernyataan yang disampaikan oleh mitra tutur,

tuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur berupa penolakan karena

tidak sependapat dengan apa yang disampaikan oleh mitra tutur.

Temuan dalam fungsi ini sesuai dengan pendapat Navis (dalam Aslinda

dan Leni, 2010:55) bahwa tuturan menurun adalah penggunaan bahasa oleh orang

yang lebih tua dan status sosialnya lebih tinggi kepada penutur yang lebih muda

atau status sosialnya lebih rendah.

g. Melaporkan (mappicceng)

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi melaporkan. Fungsi

melaporkan adalah suatu fungsi yang dilakukan penutur kepada mitra tutur

Page 95: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

95

dengan maksud melaporkan suatu kejadian atau peristiwa. Tuturan yang

ditemukan berfungsi melaporkan suatu kejadian atau peristiwa kepada mitra tutur.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Levinson (dalam Suyono,

1990:5) menjelaskan bahwa tindak tutur asertif merupakan tindak tutur yang

menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu apa adanya.

2. Penggunaan bahasa daerah (Bugis) dalam tindak tutur asertif guru

terhadap siswa dalam pembelajran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A

SMP Negeri 3 Bungoro

a. Penggunaan bahasa Bugis dalam wujud alih kode

Alih kode adalah peristiwa pergantian bahasa dari bahasa daerah Bugis

ke bahasa Indonesia dan sebaliknya yang terjadi dalam tindak tutur asertif guru

terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP

Negeri 3 bungoro. Alih kode yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan

alih kode intern. Sejalan dengan yang diungkapkan Jendra (Padmadewi dkk,

2004:64-65) yang mengacu pada perubahan bahasa yang terjadi, alih kode bisa

dibagi menjadi dua macam yaitu alih kode ke dalam (Internal Code Switching)

dan alih kode ke luar (External Code Switching). Alih kode ke dalam adalah alih

kode yang terjadi bila pembicara dalam pergantian bahasanya menggunakan

bahasa-bahasa yang masih dalam ruang lingkup bahasa nasional atau antar

dialek-dialek dalam satu bahasa daerah atau anatara beberapa ragam dan gaya

yang ada dalam satu dialek. Dalam hal ini bahasa yang digunakan dalam tindak

tutur asertif guru terhadap siswa pada pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas

VII.A SMP Negeri 3 Bungoro adalah bahasa Bugis dan bahasa Indonesia.

Page 96: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

96

Berdasarkan hasil temuan , alih kode yang terjadi dominan tersusun

dalam wujud kalimat dan klausa dengan dua jenis bahasa yang digunakan, yaitu

bahasa Bugis dan bahasa Indonesia. Berikut diuraikan mengenai hal tersebut:

1) Alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis

Menurut Suwito (1983:68) alih kode adalah peristiwa peralihan kode

yang satu ke kode yang lain, jadi apabila seseorang penutur mula-mula

menggunakan kode A (misalnya bahasa Indonesia), dan kemudian beralih

menggunakan kode B (misalnya bahasa Bugis), wujud alih kode yang

ditemukan dalam tindak tutur asertif guru terhadap siswa pada pembelajaran

bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro yakni peristiwa

pergantian bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis yang dilakukan

dalam berinteraksi. Dengan demikian, alih kode dari bahasa Indonesia ke

bahasa Bugis yang ditemukan dalam penelitian ini terdapat pada data tuturan

nomor 01.30.

2) Alih kode dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia

Alih kode dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia yang dimaksud yaitu

peristiwa berubahnya situasi pembicaraan bahasa daerah Bugis sebagai sarana

komunikasi dalam menyampaikan suatu pesan atau suatu maksud ke bahasa

Indonesia yang berwujud kalimat dan klausa yang dituturkan dalam tindak

tutur asertif guru terhadap siswa pada pembelajaran bahasa daerah (Bugis)

kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro. Alih kode dari bahasa bahasa Bugis ke

bahasa Indonesia yang ditemukan dalam penelitian ini terdapat pada data

tuturan nomor 01.02, 01.32, dan data nomor 01.33.

Page 97: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

97

b. Penggunaan bahasa Bugis dalam wujud campur kode

Penggunaan bahasa pada pembelajaran pembelajaran bahasa daerah

(Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa

Bugis sangat berpeluang bercampur kode, hal ini dikarenakan penutur dan mitra

tutur adalah dominan masyarakat bersuku Bugis yang sehari-harinya terbiasa

menggunakan bahasa daerah Bugis. Namun demikian dalam pembelajaran

bahasa daerah ini guru dan siswa tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa penetral bagi beberapa siswa yang tidak terlalu fasih dan paham dalam

menggunakan bahasa Bugis. Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai strategi

dalam pembelajaran tersebut guna untuk memperjelas maksud dari setiap

tuturan guru.

Campur kode adalah memasukkan atau meyisipkan tuturan secara

sengaja/sadar dalam bentuk kata dan frasa dari bahasa daerah Bugis ke bahasa

Indonesia begitupun sebaliknya pada pembelajran bahasa daerah (Bugis) di

kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro. Peristiwa bilingualisme pada penelitian ini

menyebabkan terjadinya peristiwa campur kode yang terdapat pada pembelajran

bahasa daerah (Bugis) di kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro, yakni berwujud:

1) Campur kode berupa penyisipan kata

Kata merupakan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan dengan

perwujudan perasaan dn pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.

Dalam bidang linguistik kata adalah satuan terkecil yang dapat berdiri

sendiri. Suandi (2014:141) mengungkapkan bahwa campur kode berupa

penyisipan kata pada tataran kata merupakan campur kode yang paling

Page 98: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

98

banyak terjadi pada setiap bahasa. Campur kode pada tataran kata bias

berwujud kata dasar (kata tunggal), bias berupa kata kompleks, kata

berulang dan kata majemuk. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa

campur kode berupa penyisipan kata yang termasuk dalam tindak tutur

asertif guru terhadap siswa pada pembelajran bahasa daerah (Bugis) di kelas

VII.A SMP Negeri 3 Bungoro, yaitu pada data nomor 01.01, 01.10, 01.12,

01.14, 01.15, 01.19, dan 01.27.

2) Campur kode berupa penyisipan frasa

Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang

bersifat non predikatif, atau lazim disebut gabungan kata yang mengisi salah

satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Pada penelitian ini ditemukan bahwa

campur kode berupa penysisipan frasa yang termasuk dalam tindak tutur

asertif guru terhadap siswa pada pembelajran bahasa daerah (Bugis) di kelas

VII.A SMP Negeri 3 Bungoro, yaitu terdapat pada data nomor 01.35, 01.22,

dan 01.23. Sejalan dengan pendapat Suandi (2014:141) campur kode pada

tataran frasa setingkat lebih rendah dibandingkan dengan campur kode pada

tataran kata.

Page 99: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

99

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan paparan hasil peneilitian dan pembahasan pada bab IV,

berikut ini simpulan dan saran hasil penelitian Tindak Tutur Asertif Guru

Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) Kelas VII.A SMP

Negeri 3 Bungoro yang berkaitan dengan tindak tutur asertif.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Tindak Tutur Asertif Guru

Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) Kelas VII.A SMP

Negeri 3 Bungoro yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

Pertama, fungsi tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam

pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro

ditemukan tuturan guru yang termasuk dalam fungsi tindak tutur asertif. Fungsi

tindak tutur asertif tersebut meliputi; fungsi mengusulkan, fungsi menyatakan,

fungsi menyetujui, fungsi membual, fungsi mengeluh, fungsi memprotes, dan

fungsi melaporkan.

Kedua, penggunaan bahasa daerah (Bugis) pada tindak tutur asertif guru

terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP

Negeri 3 Bungoro diidentifikasi berdasarkan penggunaan bahasa Bugis dalam

wujud alih kode dan campur kode. Penggunaan bahasa Bugis dalam wujud alih

kode, ditemukan tuturan asertif yang termasuk dalam wujud alih kode dari bahasa

Indonesia ke bahasa Bugis, dan tuturan asertif yang termasuk dalam wujud alih

Page 100: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

100

kode dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia. Selanjutnya penggunaan bahasa

daerah Bugis dalam wujud campur kode, ditemukan tuturan asertif yang termasuk

wujud campur kode berupa penyisipam kata, dan tuturan asertif yang termasuk

wujud campur kode berupa penyisipan frasa.

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti terkait penelitian ini

tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah

(Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro yaitu:

1. Bagi guru bahasa daerah, mengetahui tentang tindak tutur asertif atau kajian

pragmatik yang dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pelajaran bahasa

daerah, khususnya keterampilan berbicara.

2. Bagi mahasiswa, skripsi ini digunakan sebagai sarana pendorong dalam

memahami kajian tindak tutur asertif dalam pembelajaran.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dalam melakukan penelitian sebaiknya meneliti

tindak tutur selain tindak tutur asertif dalam pembelajaran bahasa daerah

Sehingga dapat mengetahui tindak tutur yang lain yang terdapat dalam

pembelajaran bahasa daerah.

Page 101: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

101

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, C.A. 1990. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT

Refika Aditama.

Austin, J.L. 1962. How To Do Things With Words. New York: Oxford University

Pres.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Cummingg, Louise. 2007. Pragmatik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasan, Alwi dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Leech, Geoffrey. 1993. The Principles of Pragmatic. Terjemahan. Oka, M.D.D.

dan Setyadi Setyapranata (Penerjemah). 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik.

Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Milles, B. Mathew dan Michael, Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku

Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara wacana.

Nababan. 1978. Ilmu Pragmatik, Teori, Penerapannya. Jakarta: DepDikBud.

Nadar, FX. 2009. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta. Graha Ilmu

Padmadewi, dkk. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa.

Yoggyakarta: Penerbit Kanisius.

Page 102: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

102

Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar

Media.

Rusminto, N.E. 2009. Analisis Wacana Indonesia (Buku Ajar) Bandar. Lampung:

Universitas Lampung.

Rusminto, N.E. dan Sumarti. 2006. Analisis Wacana Bahasa Indonesia (Buku

Ajar). Universitas Lampung: Lampung.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesatuan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Saleh, Muhammad dkk. 2017. Sosiolinguistik. Makassar: Badan Penerbit

Universitas Negeri Makassar.

Saleh, Muhammad dkk. 2018. Tindak Tutur Ilokusi Wacana Rubric Sudut Pada

Surat Kabar Harian Fajar Makassar. Tesis. Pendidikan Bahasa Indonesia,

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.

(http://eprints.unm.ac.id/11333/)

Saleh, Muhammad. 2009. Representasi Kesantunan Berbahasa Mahasiswa

Dalam Wacana Akademik: Kajian Etnografi Komunikasi di Kampus

Universitas Negeri Makassar. Disertasi S3. Malang. Universitas Negeri

Malang. (http://karyailmiah,unm.ac.id/index.php/disertasi/article/1874)

Sari, Ririn Riana. 2016. Tindak Tutur Asertif Pada Proses Pembelajaran bahasa

Indonesia Kelas IX SMP Negeri 17 Pesawaran. Skripsi. Tidak Diterbitkan.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung. (jurnal.fkip.unila.ac.id)

Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana. Yogyakarta: Pustaka

pelajar.

Searle, John R. 2001. Klasifikasi Ilokusi. Cambridge: Cambridge University Press.

Suandi, I Nengah. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

ALFABETA.

Suwito. 1983. Sosiolinguistik Pengantar Utama. Surakarta: Universitas Sebelas

Maret.

Suyono. 1990. Pragmatik Dasar-Dasar dan Pengajaran. Malang: IKIP Malang.

Page 103: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

103

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.

Yahya, Iwan Khairi. 2013. Tindak Tutur Direktif Dalam Interaksi Belajar

Mengajar Mata Pelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sma Negeri 1

Mlati Sleman Yogyakarta (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.

Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press.

Terjemahan. Indah Fajar Wahyuni (penerjemah). 2006. Pragmatik.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Page 104: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

104

Page 105: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

105

LAMPIRAN I

TRANSKRIP REKAMAN

PERCAKAPAN PADA PROSES

PEMBELAJARAN

Page 106: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

106

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Kelas : VII. A

Transkip percakapan pada proses pembelajaran bahasa daerah Bugis di

kelas VII.A

Guru : “Siapkan dulu temannya!”

Siswa : “Seluruhnya siap gerak, beri salam. Assalamualaikum Warahmatullahi

Wabarakatuh. Doa dimulai.”

Guru : “Siapa yang tidak hadir?”

Siswa : “Hadir semua Bu.”

Guru : “Oke, jadi kemarin kita belajar mengenai Aksara Lontaraq, hari ini kita

akan belajar mengenai Elong Ugi. Tapi sebelum kita pindah kemateri yang baru

kemarin ada tugasnya yang belum selesai toh?”

Siswa :“Iyyek Bu”

Guru : “Coba angkat tangannya yang belum selesai, ayo berani jujur. Daripada

ibu yang dapat tidak selesai. Selesai manenni ga?”

Siswa :“Iyyek Bu”

Guru : “ Sebentar ibu paraf satu-satu bukunya, kemudian kemarin ada tugas juga

mengenai Elong Ugi. Dapat semua?”

Siswa : “Iyek Bu”

Guru : “ Ada yang tidak dapat?”

Siswa : “Apa Bu?”’

Guru : “Elong Ugi”

Siswa : “Puisi Bu”

Guru : “Iya puisi. Siapa lagi yang tidak dapat Elong Ugi?”

Siswa : (angkat tangan)

Guru : “ Siapa lagi?”

Siswa : “saya Bu”

Guru : “Satu, dua, tiga orang.”

Page 107: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

107

Guru : “Elong Ugi yarega kalau di dalam bahasa Indonesia adalah puisi, kalau

dalam bahasa daerah yanitu Elong Ugi. Jadi itu Elong Ugi nanti kita akan mencari

makna yang terkandung didalam Elong Uginya, makna kemudian amanat

(pappaseng) aga pappasenna kuro ilalenna Elong Ugie. Jelas toh?”

Siswa : “Iyek Bu”

Guru : “tetapi yang dicari bukan puisi yang dibawa, buka bukunya halaman 47,

elong tau panrita. Ayaseng tau panrita?”

Siswa : “Aga Bu”

Guru : “Kalau elong kan jelas puisi, kalau tau panrita agayaseng?”

Siswa : “Tau iyyae”

Guru : “Tau iyya magae, ya macuae? Kalau macua bisa diartikan bagaimana?”

Siswa : “Matua, orang tua Bu”

Guru : “Cocokni tomatua macua, yamaragae? Apakah pengetahuan yang

umurnya sama dengan kita sama pengetahuannya dengan yang lebih tua?”

Siswa : “Tidak Bu”

Guru : “Jadi aga kira-kira tau panrita?”

Siswa : “Tomatua ya maega paddisengenna”

Guru : “Ya. Sudah bisa, tapi harus menjurus ke, losi ipatteru menjurus ke yang

bagaimana ya maega paddisengenna bahasa Indonesiana ulama . E iteppunihe jadi

ulama, jadi tau panrita iyyanaritu ulama iyya maega paddisengenna mengenai

agamae, mengertimi semua?”

Guru : “ Jadi minggu depan sesuai dengan yang ingin kita capai adalah membaca

indah puisi, jadi yang mau indah selayaknya orang baca puisi yaitu elong tau

panrita. Jadi tugasta matu kulesuki tettokki matu kuyolona camminge mappuisi

maraga gellona. Perhatikan wajah kalian masing-masing dan mimiknya.”

Siswa : “Ya yebbue Bu?”

Guru : “Nda, ini elong panrita yang mau ibaca indah, mengertimi toh! Kenapa

tidak langsung saya kasih karena kemarin saya lupa sampakan jadi harus ada

persiapan dulu karena harus dikasi masuk nilainya. Loi ipattama nilaita jaji

latihan mettoni kubolata kuyolona camminge iyagai ekspresita namagallona

maraga tettotta supaya magelloi, namagellotowi matu nilaitta, ok ni?”

Siswa : “Iyek Bu”

Guru : “Coba Efendi baca bait satu dan dua elong tau panrita”

Page 108: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

108

Siswa : (membaca)

Guru : “Tatimpa minasa, jadi bukan disitu ya, diperbaiki tulisannya. Artinya bait

pertama mattuntuki riteppeqmu ajjamuallimpilling rikasiangmu, makna yang

terkandung dibait pertama akkatenning masseki riagamamu ajjaq mukalimpilling

itu artinya plinpan, jangan plinplan di dalam keyakinanmu. Jadi harus berpegang

teguh dengan agama yang sesuai dengan keyakinanmu.”

Siswa : “Ragu Bu?”

Guru : “Iyyek, ragu dengan keyakinannya. Orang yang plinpan dengan

keyakinannya di dalam hati kemudian tattunru-tunru makasiang ripuange tatimpa

minasa, orang yang percaya kepercayaannya dengan Tuhan itu akan

mendatangkan kebaikan minasa kebaikan. Tatimpa minasa tabbukani deceng.

Jadi, itu kemudian.”

Guru : “Siapa lagi? Iqranul husnah bait tiga dan empat.”

Siswa : (membaca)

Guru : “oke, artinya lima berarti lima rukun islam yang harus kita pegang dengan

teguh. Pertama apa?”

Siswa : “Sembahyang Bu”

Guru : “Iyya sembahyang. Nappa agasi?”

siswa : “Mappuasa, sekkeq”

Guru : “Agayaseng sekkeq?”

Siswa: “Zakat Bu, nappa haji”

Guru : “Iyya naik haji bagi orang yang mampu”

Siswa : “Membaca dua kalimat syahadat”

Guru : “Iya, jadi orang yang memegang teguh kelima rukun islam ini akan

mendatangkan kebaikan. Bambang Adi Kusuma bait ketiga dengan, sory bait

kelima dengan bait keenam.”

Siswa : (membaca)

Guru : “Oke, riallalengemmu disini adalah kehidupan, sininna tau mateppeq e

passinrasei bokong riallalengemmu, orang yang penuh dengan keyakinan akan,

ayaseng bokong? Tennyatu bokong anu iyyanre”

Siswa : “Bekal”

Guru : “Bekal apa?”

Page 109: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

109

Siswa : “Bekal amal”

Guru : “Betul amal, bokong (amal), jadi disisni yang mempunyai keyakinan akan

akhirat adalah perjalanan hdup kita menuju ke akhirat harus menyiapkan amal

baik maksudnya disini jadi orang yang mempunyai keyakinan akan

mempersiapkan dirinya dengan amal baiknya. Ajjaq muassese alenu

riteppuangmu bokong riallalengemmu, jadi jangan menyesal ketika suatu saat

nanti akan mendapatkan balasannya selain dari amal kebaikanmu, berarti kalua

ada amal kebaikan jelas ada juga balasan amal buruk.”

Guru : “Lanjut bait selanjutnya, siapa lagi? Sitti Hartina Nur.”

Siswa : (membaca)

Guru : “Jadi jelas disini masagala artinya banyak jelas ini masagala bisa

bermakna sesuatu bisa bermakna hal yang disakralkan, bisa bermakna hak, bisa

bermakna banyak, bisa bermakna tidak ada, jadi masagala disini tergantung dari

konteks kalimat atau kata yang mengikutinya. Jadi kumakkue masagala bisa

berarti banyak mega tau missengi paqgoncinna suruga banyak orang yang

mengetahui kunci atau pintu untuk memasuki pintu surga, kemudian makna dari

bait selanjutnya goncinna surugae yanaritu syahada’e, sempajange, zakat

hajjinge kata lainnya adalah lima rukun islam.”

Siswa : “Enneng Bu”

Guru : “Siaga rukun imanmu iko?”

Siswa : “Lima Bu”

Guru : “Manenga lima”

Siswa : “Dewaseng Bu.”

Guru : “Siaga rukun Iman?”

Siswa : “Enam”

Guru : “Jadi bedakan ya rukun Iman dengan rukun Islam, rukun Iman ada enam

dan rukun Islam ada lima, jadi paqgoncinna suruga iyanaritu rukun Islam mega

tau missengi paqgoncinna surugae tetapi deqnapegaui. Contoh kecil saya kasi

contoh kecil disini kan ada jadwal sembahyang satu kali satu minggu itupun

nisseni keda massempajangki lolongekki appalang massempajangki hadirki,

engka hadir jokkaki yahsengi hadirki lolongeng topi appalang lino akheraq

ilolongeng, tapi toh kenyataannya mega mupa mega alasanna apalagi

makkunrainna alasan klasik halanganka Bu halanganka Pak, laki-lakinya deq pak

upacce lipaq deq uwassulara lampeq. Padahal nisseng makkeda kumattamaka

massempajang lolongekka pahala hadirka lino akheraq uduppa. Itu maksudnya

dibait pertama tadi yang dibaca banyak orang yang mengetahui hal yang menuntut

kita masuk ke surga tetapi tidak diikuti tidak dikerjakan. Jadi kalau mau

Page 110: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

110

mendapatkan kebaikan dunia akhirat taatlah dan tunduklah lima perkara tadi atau

kata lainnya rukun islam siapa yang tunduk dan taat di rukun Islam ini Insya Allah

dunia akhirat didapat, engkatu elong ugi di makkeda assempajangki-

assempajangki, engkatu elong makkuro di”.

Sisiwa : “Iyyek Bu”

Guru : “Aga intinna disitu? Sempajang goncinna sininna decenge, jadi siapa yang

mau membuka, jadi anggapna rilalenna iyyahe kelas ede anggapni engkamanenni

sininna decenge engka manenni iyya idam-idamkan’e tapi deq gaga goncinna

mullega tama malai?”

Siswa : “Deq Bu”

Guru : “Deq toh! Begitu juga contoh kecil di dunia, ajjaqna jolo mabbicara

khaerakumi lino itaro duita rilalenna lemari nappa igoncing natakkalpuki tegi

itaro goncinna, mule malai duita?”

Siswa : “Deq Bu”

Guru : “Iya deq wedding toh! Sama halnya ko massidekkaki, poleki mekka,

mappuasaki riuleng ramalang tapi deq nengka massempajang yaro semua

tersimpan dengan baik di dalam surga menanti anda tetapi tidak pernah

melakukan sembahyang, jelas tidak bisa masuk paqgoncinna metto suruga yahe

yasenge sampajang karena sembahyang itu bisa mewakili empat bersedekah,

puasa, naik haji, syahadat. Seseorang tidak akan sah shalatnya ketika dia makan ,

iga tau massempajang manre? Deq gaga toh? Kemudia apa artinya puasa

menahan tidak minum dan tidak makan kemmasempajangki deqyandre deqyenung

jadi mattanama toni puasa kuro, sedekahnya salam kiri salam kanan passalamaq

kiri passalamaq kanan itu maksudnya.”

Guru : “Lanjut bait selanjutnya, siapa yang mau baca? Iga lo mabbaca?”

Siswa : “Iyyaq Bu”

Guru : “Silahkan!”

Siswa : (membaca)

Guru : “Oke, jadi iko maneng sellengede kalau kau mengatakan dirimu islam

kerjakan 5 hal itu jangan plinplan dalam keyakinanmu sendiri, jadi salah satu

kesyukuran yang pertama yang harus kita syukuri adalah kita terlahir sebagai

Islam. Lahir pertama Islam, jadi kalimat pertama yang didengar yaitu Islam kalau

diadzankan tetapi kenyataannya sekarang adalah Islam statusnya hanya sekedar

Islam saja, deq nengka massempajang , deq nengka nassidekka semau-maunya

padahal yang harus kita syukuri disisni adalah kita terlahir Islam dari awal kita

sudah Islam, Islam adalah agama pembawa keselamatan. Jadi idiq kuede maneng

yang beragama islam apakah tidak ada nasrani atau nonislam. Tidak ada?”

Page 111: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

111

Siswa : “Ada”

Guru : “Oiya ada, mohon maaf mudah-mudahan ada hidayah bisa masuk Islam.

Tidak mengucilkan non islam tetapi kenyataannya semuanya didalam baca Al-

Quran dan terjemahannya ada semua disitu mega tau maelo muttama suruga deq

nulle jama-jamange iyya napparentange puangtaala, mega tau meloq tama

suruga tapi iyyamto najama iyya menunge, botoni, megello menengga yero

cappaqna?”

Siswa : “Deq Bu”

Guru : “Semua yang diharamkan oleh Tuhan pasti ada dampak yang tidak baik

untuk diri kita dan hati kita, contoh sekarang ini diperdebatkan mengenai rokok,

orang yang merokok itu katanya diharamkan ada yang sebagian ulama yang

mengharamkan untuk rokok, kenapa? Karena rokok katanya itu tembakau itu

jadinya dari kencing jin katanya, entahlah wallahu’lam menurut yang pernah saya

dengar ini ucapan ustadz uppaletturengmeki kenyataannya sekarang kalau mau

kita urut sekarang kesehatan kita yang perokoknya adakah orang perokok yang

sekarang yang tidak kena struk? Kalau paru-paru? Kalau muda-muda begini tidak

masalah karena fisik masih kuat, tapi kumacuani? Magani? Dan yang lebih fatal

adalah perokok pasif, itu yang lebih bebahaya resikonya untuk kena penyakit

daripada perokok aktif, paidiq pasif e yamanenni majaq e yemmau apa yang

dikeluarkan CO2 semua manami zat-zat yang berbahaya idiq miso manenggi

sedangkan yang di dalam filternya itu rokok ada penawarnya alena naanu I kuro

ilalenna idiq yemmau manenni , makanya yatu ko sideppeki perokok e itutu

makkue ingetta (sambil mencontohkan). Jadi kembali kematerinya mau masuk

masuk surga tidak mau mengerjakan hal yang diperintahkan jusrtu mengerjakan

hal yang dilarang atau diharamkan, contohnya tadi minungi yae minunge deqna

namaelo massempajang, kena cobaan sedikit menyalahkan Tuhan, kena penyakit

sedikit juga menyalahkan Tuhan, padahal penyakit bisa sebagai penggugur dosa.

Kegagalan tappa deq I rengkeng seddi noqki rengking tellu jangan langsung

menyalahkan gurunya, Puah gurutta sedding sekkena malekki nilai, misalnya.

Padahal mungkin karena terlalu nyaman dengan kondisi semester lalu cara

belajarnya sama sedangkan tidak ditingkatkan sedangkan materi semester ini agak

rumit dibandingkan materi semester lalu. Jadi inti dari Elong Tau Panrita itu siapa

yang mau masuk surga siapa yang mau memegang kunci surga siapa yang mau

dunia akhiratnya bagus salama kerjakan lima perkara di dalam rukun Islam yang

pertama tadi apa? Syahadat, kemudian sembahyang, puasa dibulan Ramadhan dan

naik haji bagi orang yang mampu. Maksudnya disini mampu waramparang

mampu watakkale jangan dipaksakan. Jelas disini toh! Engka pakkutana? Jadi

terjemahannya disisni saya tidak menerjemahkan perkatanya tapi saya langsung

menerjemahkan perbaitnya, kuyoki onnang yarodo makna dari perbaitnya jelas

iyessinni matu makna apa yang terkandung. Jelas! Akkutana memenni paragraf

siaga deq manessa sebelum uwalekki tugas , akkutanaki pa ku deqyakkutana

deqtu uwissengi anu kegi deq tapahangi. Oleh karena itu tidak ada yang bertanya

semuanya jelas silahkan dikerja kegiatan siswa satu, dua, tiga, empat, dan lima

Page 112: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

112

tapi sebelumnya nanti keburu waktu lagi itu halaman 49-50 sebelum

menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu iyapalaq i.”

Siswa : “Yamaneng Bu”

Guru : “Iya, 1-11 tapi dua minggu ndak satu mingguji deqna ciceng pertemuan

dua minggu walekki wettu terserah dalam pertemuan minggu depannya 1-6 dulu

nanti pertemuan selanjutnya 7-11, bisa sekaligus bagus lagi nilainya bisa naik

lebih bagus bisa dapat plus plus plus tapi yang harus kupertemuan pertamai matu

mengenai materi ini minimal 7.”

Siswa : “Siaga maksimalna Bu?”

Guru : “Maksimal 1-11”

Siswa : “Makkafalaq ni mappuisi toni.”

Guru : “Puah na ye puiside dema I hapalaq kapang, ibacami.”

Siswa : “Iyya Bu”

Guru : “Jamani jolo tugasta mengertini toh!”

Siswa : “Tapi deqpa ijamai iyyede Bu”

Guru : “Agade sayang?”

Siswa : “ Ini Bu”

Guru : “Iyya deqpa iterjemahkan, I yapala jolo nappa iterjemahkan”

Guru : “Jamani jolo nomoro seddi lettu lima iyyro waji makekuange”

Siswa : “Iyyek Bu. Ipparessatoni iyyade Bu?”

Guru : “Deqna loma paraf I yade”

Siswa : “Oiyyeq Bu.”

Guru : “ Yang foto copy atau dapat dibuku yang lain dikumpulkan ininya yah,

bikin sendiri silahkan dipelihara sendiri.”

Siswa : “Deq sedding wulle kapeih boqku Bu”

Guru : “Magai, kan bisa ditulis ulang”

Siswa : “Woki ulanni Bu?”

Guru : “Ajjasanna jamani jolo tugasmu”

Siswa : “Iyya Bu.”

Page 113: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

113

Guru : “Kareba manessa sibawa temmanessa”

Guru : “Awwi kuboqna nacatat maknana”

Siswa : “Uleddama matu Bu”

Guru : “Ledda memeng matu ye da”

Siswa : “Iyyeq Bu”

Guru : “Tegi tugasta idiq?”

siswa : “Masemmenga Bu”

Guru : “Masemmengki, minggu depan na, yaro kopuraki masemmeng akkutanaki

ku silotta kade engkaga tugasta bahasa daerah atau maraga, supaya nilaita

deqna katinggalan.”

Guru : “Idiq deqgaga nilai anutta di baca tulis Lontara?”

Siswa “Iyyeq Bu”

Siswa : “Ibu yang ini diapakan?”

Guru : “Siagaro rukunna sellenge, nenia teppui joloq nappa iyyokiq, rukun islam

siaga nappa yokini”

Siswa : “Isappai Bu?”

Guru : “Deq, engka kutu, ada dibait berapa itu didepan–depan.”

Siswa : “Syahadat, sembahyang.”

Guru : “Ajjana muteppu makkuitu bareq deqn padapada tugasmu matu, okiqni

bawang ajaq marukka pa loi tu iparessa.”

Siswa : “Iya Bu”

Guru : “Tegi boqta, boq riolota?”

Siswa : “Engkahe bu”

Guru : “Anuidi ipasijeppei, pak deqtu napura uparessa keseluruhan boqta.”

Siswa : “Iyyeq Bu”

Guru : “Minggu depan kumpul bukuya, jadi itu yang tidak selesai ada ketinggalan

tugasnya ta catat maneng mettoni, okiq maneng mettoni”

Guru : “Naugi mo jeq tue manengka makkumopatu kalimatmu”

Siswa : “Iyyeq Bu”

Page 114: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

114

Guru : “Iyyatu mancaji masala apabila bahasa ugi ipabbahasa Indonesia maderri

salng-salang, ceddeka menrung ih sedikitka jatuh.”

Siswa : “Siapa yang pakena (ketawa)”

Guru : “Kalimatmu mi jeq murubah mupasi tamba-tamba I bawang nakata-katan

tettemi he.”

Siswa : “Iyyeq Bu”

Guru : “Tenya puisi asenna ye, puisi itu berbentuk bait bukan paragraf.”

Siswa : “Iyyeq Bu”

Guru : “Engkagamma natanaiki matu guru bahasa Indonesita makkeda aga

yaggurui Elong Ugi, anupa paragraf tenyyatu paragraf tapi bait”

Siswa : “Iyyek Bu”

Guru : “Makkeda ga tauwe jajiwi, jajini”

Siswa : “Jajini”

Guru : “Yatu makkeda tabbale kapang, lebih tepat kupakeki kata gareq”

Siswa : “Iyya gareq, lima apomi”

Guru : “Kalau itu kata untuk kapang lebih tepatnya digunakan yeku makkedaki

magampang laddeqni kapang.”

Siswa : “Bu aga jawabanna iyyade?”

Guru : “Allalangeng agaro, masa demuissengi”

Siswa : “Bu kutega mondro bokonge? Demeng ga Bu Iyolai kutu?”

Guru : “Aganna?”

Siswa : “Bokong.”

Guru : “Bokong aganna?”

Siswa : “Gare bokong aganna napakkelori riase, yokiq manengga Bu yaro?”

Guru : “Kalau saya kasi jawaban sekarang kalau uparessani deqnatu gaga matuq

uparessa.”

Siswa : “Deqpa bu nappa seddi ijama Bu e.”

Guru : “Nengka nappa nomoro seddi selesai nagampanna te engka maneng

kuanude boq e”

Page 115: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

115

Siswa : “Na deyisseng Bu sedding pasikennai”

Guru : “Agajenna onnang upau tudang yolo tapi masa deyissengi yacataq-cataq

onnang wettuna ijelaskan perbaitna”

Siswa : “Deq Bu”

Guru : “Yatu masalahna apana deq icatat I”

Guru : “Jamani tugasta naselesai gatti”

Siswa : “Iyyeq Bu”

Guru : “Dewedding selesai tugasmu apa micawa tuttumo kutu”

Siswa :”Iyya pale Bu”

Guru : “Purani?”

Siswa : “Deqpa Bu”

Guru : “Coba angkat tangan dulu yang belum selesai “

Siswa : “Saya bu”

Guru : “Kasi tinggi-tinggi dulu tangannya yang belum selesai”

Siswa : (angkat tangan)

Guru : “Oke karena banyak yang belum selesai dan waktunya sudah habis jadi

minggu depan dilanjut, dikerjakan dirumah kemudian minggu depan dibahas. Jadi

PR!.”

Siswa : “Jadi makkapala toni kuro Bu?”

Guru : “Iyya jadi tattambani tugasta, paqna lotoni maqbaca puisi, lotoni jamai

tugasta, lotoni maqkapala”

Siswa : “Awwe mega tongeng Bu”

Guru : “Kan kupurasiki makkapalaq purasi stres-sters otakta sibawa baca puisi

pressi pemeng pikkiriqta toh”

Siswa : “Iya Bu”

Guru : “Jadi minggu depan dibahas yah, silahkan disiapkan!”

Page 116: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

116

LAMPIRAN II

LEMBAR KARTU DATA

Page 117: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

117

Nomor Data : (01.01)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Indonesia dan Bugis

Data :

“Elong Ugi yarega kalau di dalam bahasa

Indonesia adalah puisi, kalau di dalam

bahasa daerah yaitu elong ugi.”

Konteks :

Setelah ada beberapa penjelasan mengenai

elong ugi, guru memperjelas mngenai

terjemahan elong ugi di dalam bahasa

Indonesia.

Maksud Tuturan :

Guru memperjelas mengenai terjemahan elong ugi dalam bahasa Indonesia.

Nomor Data : (01.02)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis dan Indonesia

Data :

“Jadi, tugasta matu kulesukiq tettokiq

kuyolona camminge mappuisi maraga

gellona. Perhatikan wajah kalian masing-

masing dan mimiknya.”

Konteks :

Setelah guru menginformasikan kepada

siswa mengenai tugas membaca puisi.

Maksud Tuturan :

Guru menyuruh siswa untuk latihan membaca puisi dirumahnya.

Page 118: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

118

Nomor Data : (01.03)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Indonesia

Data :

“Oke, artinya lima berarti lima rukun

islam yang harus kita pegang dengan teguh.

Pertama apa?”

Konteks :

Setelah guru memberikan pertanyaan

mengenai jumlah rukun islam yang harus

dipegang teguh.

Maksud Tuturan :

Guru memperjelas mengenai jumlah rukun islam yang harus dipegang teguh.

Nomor Data : (01.04)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Menyetujui (isicocoki) Bahasa : Indonesia

Data :

“Iya naik haji bagi orang yang mampu”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru yang

sangat setuju dengan jawaban seorang

siswa.

Maksud Tuturan :

Guru menyetujui jawaban yang diberikan oleh seorang siswa, karena jawaban siswa

tersebut sangat tepat.

Page 119: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

119

Nomor Data : (01.05)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Menyetujui (isicocoki) Bahasa : Indonesia

Data :

“Iya, membaca dua kalimat syahadat”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru yang

sangat setuju dengan jawaban seorang

siswa.

Maksud Tuturan :

Guru menyetujui jawaban yang diberikan oleh seorang siswa, karena jawaban siswa

tersebut sangat tepat.

Nomor Data : (01.06)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Indonesia

Data :

“Jadi disini yang mempunyai keyakinan

akan akhirat adalah perjalanan hidup kita

menuju ke akhirat harus menyiapkan amal

baik maksudnya disini jadi orang yang

mempunyai keyakinan akan

mempersiapkan dirinya dengan amal

baiknya.”

Konteks :

Tuturan ini dituturkan oleh guru ketika

memberikan penjelasan tentang keyakinan

akan datangnya hari akhir.

Maksud Tuturan :

Maksud dari tuturan tersebut adalah orang yang ingin mendapatkan kenyamanan di

akhirat maka harus menyiapkan amal baik di dunia.

Page 120: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

120

Nomor Data : (01.08)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Indonesia

Data :

“Jadi, bedakan rukun Iman dengan rukun

islam, rukun iman ada enam rukun Islam

ada lima.”

Konteks :

Tuturan ini dituturkan oleh guru ketika

beberapa siswa sulit membedakan antara

jumlah rukun Iman dan rukun Islam.

Maksud Tuturan :

Guru memberikan pemahaman kepada siswa mengenai jumlah rukun iman dan rukun

islam karena ada beberapa siswa yang sulit untuk membedakan antara keduanya.

Nomor Data : (01.07)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Memprotes (mapperotes) Bahasa : Bugis

Data :

“Manengka lima”

Konteks :

Tuturan ini dituturkan oleh guru setelah

bertanya jumlah rukun iman kepada siswa.

Maksud Tuturan :

Guru memprotes jawaban yang diberikan oleh siswa mengenai jumlah rukun iman.

Page 121: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

121

Nomor Data : (01.09)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Indonesia

Data :

“Semua yang diharamkan oleh Tuhan

pasti ada dampak yang tidak baik untuk

diri kita dan hati kita.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika

menjelaskan mengenai hal yang diharamkan

oleh Allah SWT.

Maksud Tuturan :

Maksud dari tuturan tersebut adalah segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT

pasti ada dampak yang tidak baik untuuk diri kita.

Nomor Data : (01.10)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis

Data :

“Akkutana memenni paragrap siaga deq

manessa sebelum ulekki tugas, akkutanaki

pa ku deq yakkutana deqtu uwisseng anu

kegi deq tapahangi.”

Konteks :

Turuan ini disampaikan oleh guru sebelum

memberikan tugas kepada siswa.

Maksud Tuturan :

maksud dari tuturan ini adalah guru mengusulkan kepada siswa agar kiranya bertanya

mengenai apa yang belum dipahami oleh siswa sebelum diberikan tugas.

Page 122: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

122

Nomor Data : (01.11)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Memprotes (maccacca) Bahasa : Bugis

Data :

“Puah na ye puiside dema i hapalaq

kapang, ibacami.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika salah satu siswa mengeluh

mengenai tugas yang disampaikan.

Maksud Tuturan :

Maksud dari tuturan ini bahwa tugas yang diberikan memang banyak tapi baca puisi tidak

dihafal atau dikerja hanya dibaca saja.

Nomor Data : (01.12)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis

Data :

“Jamani joloq nomoroq seddi lettu

nomoroq lima, yaro wajib makkekuange.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika beberapa siswa bertanya

mengenai beberapa tugas yang lain.

Maksud Tuturan :

Guru mengusulkan agar siswa segera mengerjakan nomor satu sampai nomor lima, sesuai

dengan apa yang telah diperintahkan sebelumnya.

Page 123: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

123

Nomor Data : (01.13)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Indonesia

Data :

”Kan bisa ditulis ulang”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika salah satu siswa mengeluh

mengenai tugas yang sudah ditulis

dibukunya dan diwajibkan untuk dikumpul

perlembar.

Maksud Tuturan :

Guru mengusulkan agar siswa memindahkan tugasnya di kertas selembar yang akan

dikumpul.

Nomor Data : (01.14)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengeluh (maqdareke) Bahasa : Bugis

Data :

“Awwi kuboqna nacatat makna na.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika melihat salah satu siswa

menulis makna yang telah dijelaskan

didalam buku cetaknya bukan dibuku

catatan.

Maksud Tuturan :

Maksud tuturan ini adalah guru mengeluh terhadap siswa yang menulis dibuku cetak

bukan dibuku catatan.

Page 124: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

124

Nomor Data : (01.15)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis

Data :

“Yaro kopuraki masemmeng akkutanaki ku

silotta kade engkaga tugaseta bahasa

daerah atau maraga, supaya nilaitta deqna

ketinggalan.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika salah satu siswa tidak

mengerjakan tugas karena alasan sudah

sakit.

Maksud Tuturan :

Maksud dari tuturan ini adalah guru menyarankan bahwa kalau kita sudah sakit kita

haruslah bertanya pada teman kita apakah ada tugas bahasa daerah atau bagaimana, agar

nilai kita tidak ketinggalan.

Nomor Data : (01.16)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis

Data :

“Siagaro rukunna sellenge, nennia teppui

teppui joloq nappa iyokiq , rukun sellenge

siaga nappa yokiqni.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika salah satu siswa bertanya

bagaimana cara mengerjakan tugas yang

diberikan.

Maksud Tuturan :

Guru mengusulkan kepada siswa agar kiranya menyebutkan lima rukun islam tersebut

kemudian dituliskan.

Page 125: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

125

Nomor Data : (01.17)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis

Data :

Ajjaqna muteppu makkuitu bareq deqna

padapada tugasmu matuq, okiqni

bawang ajaq marukka pa loi tu

iparessa.

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika beberapa siswa mendengar

suara keras menyebutkan rukun islam.

Maksud Tuturan :

Guru mengusulkan agar siswa menyebutkan dalam hati agar tidak mengganggu

temannya, kemudian menuliskannya.

Nomor Data : (01.18)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis

Data :

“Anuidi ipasijeppei, pa deqtu napura

uparessa keseluruhan boqta.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika mendapat seorang siswa sudah

mengganti buku tugasnya karena sudah

penuh.

Maksud Tuturan :

Guru mengusulkan agar siswa menempelkan buku barunya dengan buku latihan yang

lama karena semua tugas belum dikasi masuk nilainya.

Page 126: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

126

Nomor Data : (01.19)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengeluh (maqdareke) Bahasa : Bugis

Data :

“Na ugi’mo jeq tue manengka makku

mupa tuh kalimatmu”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika

mendapat seorang siswa mambuat kalimat

bahasa Bugis yang tidak sesuai dengan

struktur penulisan kalimat.

Maksud Tuturan :

Guru mengeluhkan mengenai kalimat bahasa Bugis yang dibuat oleh siswa tidak sesuai

dengan struktur penulisan kalimat sementara siswa itu sendiri adalah orang bugis.

Nomor Data : (01.20)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Memprotes (mapperotes) Bahasa : Bugis

Data :

“Tenya puisi asenna ye, puisi itu

berbentuk bait bukan berbentuk

paragraf.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika mendapat seorang siswa

membuat kalimat yang semuanya hampir

mirip.

Maksud Tuturan :

Guru menyampaikan agar siswa dapat membuat kalimatnya sendiri tanpa harus melihat

contoh atau tugas dari siswa lain agar hasil tugas yang dikerjakan tidak ada kemiripan.

Page 127: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

127

Nomor Data : (01.21)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis

Data :

“Makkeda ga tawe jajiwi, jajini?”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika guru membaca tugas dari

salah satu siswa.

Maksud Tuturan :

Guru menyarankan agar siswa menggunakan kata “jajini” bukan “jajiwi” karena itu tidak

sesuai dengan konteks kalimatnya.

Nomor Data : (01.22)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis

Data :

“Yaku makkeda tabbaleq kapang , lebih

tepat kupakeki kata gareq.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika mendapat kalimat yang dibuat

oleh siswa masih ada yang perlu

diperbaiki.

Maksud Tuturan :

Guru mengusulkan agar dalam pembuatan kalimatnya mengganti kata “kapang” menjadi

kata “gareq”.

Page 128: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

128

Nomor Data : (01.23)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Memprotes (mapperotes) Bahasa : Bugis

Data :

“Yatu mancajimasalah yaku bahasa ugi

ipabbahasa Indonesia mederri sala-salang,

ceddeka menrung ih sedikitka jatuh.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika

mendapat siswa membuat kalimat yang

tidak sesuai dengan strukturnya.

Maksud Tuturan :

Guru memprotes siswa karena tidak menggunakan struktur kalimat yang baik.

Nomor Data : (01.24)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Memprotes (mapperotes) Bahasa : Bugis

Data :

“Nengka nappa nomoroq seddi selesai, na

gampangna tue kamaneng ku anuede boq

e.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika beberapa siswa terlambat

menyelesaikan tugasnya.

Maksud Tuturan :

Guru memprotes kecepatan siswa mengerjakan tugasnya, karena tugas yang diberikan

oleh guru sangatlah gampang.

Page 129: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

129

Nomor Data : (01.25)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Melaporkan (mallaporoq) Bahasa : Indonesia

Data :

“Oke, karena banyak yang belum selesai

dan waktunya sudah habis jadi minggu

depan dilanjut, dikerjakan di rumahnya

kemudian minggu depan dibahas. Jadi PR!”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika tugas yang diberikan oleh

guru belum selesai dan waktu jam

pelajaran bahasa daerah sudah habis.

Maksud Tuturan :

Guru menegaskan kepada siswa agar menyelesaikan tugasnya di rumah.

Nomor Data : (01.26)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Bugis

Data :

“Iyya, jadi tattambani tugasta, paqna

lotoni mabbaca puisi, lotoni jamai tugasta,

lotono makkapalaq.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika siswa mengeluh mengenai

tugas-tugas yang diberikan.

Maksud Tuturan :

Guru menyatakan kepada siswa kalau memang ada beberapa tugas yang harus segera

diselesaikan.

Page 130: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

130

Nomor Data : (01.27)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Bugis

Data :

“Kan kopurasiki makkapalaq purasiki

stress-stres otakta sibawa baca puisi pressi

pemeng pikkiriqta toh.”.

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika beberapa siswa mengeluh

mengenai tugas.

Maksud Tuturan :

Guru mengatakan bahwa bahwa memang tugas itu banyak tapi ada yang susah da nada

juga yang gampang

Nomor Data : (01.28)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Membual (maccacca) Bahasa : Bugis

Data :

“Mega tau tau meloq tama suruga tapi

yamato najama iyya minuge,botoni,

magello maneng gayaro cappaqna.

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika mendapati beberapa siswa

kurang paham mengenai rukun Islam.

Maksud Tuturan :

Guru menjelaskan rukun Islam dan hal-hal yang dapat membuat kita dapat masuk surga.

Page 131: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

131

Nomor Data : (01.29)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis

Data :

“Ajaq maccule tuttuq, jamani tugasta

naselesai gatti.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika beberapa siswa hanya bermain

dan tidak mengerjakan tugasnya.

Maksud Tuturan :

Guru mengusulkan kepada siswa untuk mengerjakan tugasnya agar selesai secepatnya

Nomor Data : (01.30)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Melaporkan (mallaporoq) Bahasa : Bugis dan Indonesia

Data :

“Jadi itu elong ugi nanti kita akan

mencari makna yang terkandung di

dalam elong uginya, makna kemudian

amanat (Pappaseng) aga pappasenna

kuro ilalenna elong ugi e.“

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru

ketika ingin memberikan tugas kepada

siswa.

Maksud Tuturan :

Guru menerangkan dan kemudian memberitahukan soal tugas yang akan

diberikan kepada siswa, agar siswa paham dalam mengerjakannya.

Page 132: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

132

Nomor Data : (01.31)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Bugis dan Indonesia

Data :

“Kalau Elong kan jelas puisi, kalau Tau

Panrita agayaseng?”

Konteks :

Tuturan ini dituturkan ketika tidak ada

siswa yang mengetahui tentang tau

panrita

Maksud Tuturan :

Guru menjelaskan tentangelong dan kemudian bertanya kepada siswa mengenai

pengertian atau apa itu tau panrita agar kiranya siswa tahu.

Nomor Data : (01.32)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Menyetujui (isicocoki) Bahasa : Indonesia dan Bugis

Data :

“Cocokni tomatua macua,

yammaragae? Apakah pengetahuan

yang umurnya sama dengan kita sama

pengetahuannya dengan yang lebih

tua?”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru

ketika mendengar jawaban dari seorang

siswa yang menjawab pertanyaan dari

guru soal tau panrita.

Maksud Tuturan :

Guru menyatakan setuju terhadap jawaban salah seorang siswa yang telah

menjawab pertanyaan yang diberikannya.

Page 133: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

133

Nomor Data : (01.33)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Memprotes (mapperotes) Bahasa : Bugis dan Indonesia

Data :

“Tattimpa minasa, jadi bukan disitu ya,

diperbaiki tulisannya.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru

kepada siswa ketika salah seorang

siswa salah dalam membacakan kalimat

yang ada pada buku.

Maksud Tuturan :

Guru memprotes kalimat yang dituturkan oleh siswa karena dianggap tidak sesuai

dengan konteksnya.

Nomor Data : (01.34)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Menyetujui (isicocoki) Bahasa : Bugis

Data :

“Iya deqpa iterjemahkan, i iyapalaq

jolo nappa iterjemahkan.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru

kepada siswa ketika salah seorang

siswa bertanya mengenai tugas yang

diberikan.

Maksud Tuturan :

Guru bermaksud setuju dengan pertanyaan siswa berupa pernyataan tugas yang

belum akan dikerjakan.

Page 134: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

134

Nomor Data : (01.35)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Indonesia

Data :

“Jadi kalau mau mendapatkan kebaikan

dunia akhirat taatlah dan tunduklah

pada lima perkara tadi atau kata lainnya

rukun Islam”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru

kepada siswa saat tengah menerangkan

tentang rukun Islam.

Maksud Tuturan :

Guru menjelaskan mengenai rukun Islam dan memberikan salah satu contoh dari

rukun Islam dengan maksud memberikan sebuah saran bahwa jika ingin masuk

surge kita harus melakukan hal-hal yang baik.

Nomor Data : (01.36)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Mengeluh (maqdareke) Bahasa : Bugis

Data :

“Dewedding selesai tugasnu pa micawa

tuttumo kutu”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika beberapa siswa bermain dan

tertawa sementara jam pelajaran sedang

berlangsung.

Maksud Tuturan :

Guru mengeluhkan kelakuan beberapa siswa yang bermain sementara jam pelajaran

sedang berlangsung.

Page 135: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

135

Nomor Data : (01.37)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Melaporkan (mallaporoq) Bahasa : Indonesia

Data :

“jadi mingguu depan dibahas yah, silahkan

disiapkan!”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika jam pelajaran bahasa daerah

telah habis sementara tugas yang diberikan

kepada siswa belum selesai semua.

Maksud Tuturan :

Guru memberitahukan kepada siswa bahwa tugas yang diberikan akan dibahas pada

pertemuan selanjutnya..

Nomor Data : (01.38)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Menyetujui (isicocoki) Bahasa : Indonesia

Data :

“Ya, sudah bias”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa ketika salah seorang siswa menjawab

pertanyaaan dari guru.

Maksud Tuturan :

Guru bermaksud setuju atas jawaban yang diberikan siswa.

Page 136: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

136

Nomor Data : (01.39)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Melaporkan (mallaporoq) Bahasa : Indonesia

Data :

“Oke, jadi kalau kemarin kita belajar

mengenai Aksara Lontaraq, hari ini kita

akan belajar mengenai Elong Ugi”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada

siswa di awal jam pelajaran bahasa daerah.

Maksud Tuturan :

Guru memberitahukan kepada siswa mengenai materi pelajaran sebelumnya dan materi

yang baru.

Nomor Data : (01.40)

Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019

Kelas : VII.A

Materi : Elong Ugi

Guru : Maulinda Abri, S.Pd

Bentuk : Melaporkan (mallaporoq) Bahasa : Bugis dan Indonesia

Data :

“Iyya, 1-11 tapi dua minggu ndak satu

mingguji deqna ciceng pertemuan dua

minggu walekki wettu terserah dalam

pertemuan minggu depannya 1-6 dulu

nanti pertemuan selanjutnya 7-11, bisa

sekaligus bagus lagi nilainya bisa naik

lebih bagus bisa dapat plus plus plus

tapi yang harus ku pertemuan pertamai

matu mengenai materi ini minimal 7.”

Konteks :

Tuturan ini disampaikan oleh guru

kepada siswa ketika salah seorang

siswa bertanya mengenai tugas-tugas

yang diberikan

Maksud Tuturan :

Guru memberitahukan hal-hal mengenai tugas dan cara-cara mengerjakannya.

Guru bermaksud menginformasikan kepada siswa mengenai tugas-tugas di tiap

pertemuan yang bisa membuat siswa mendapat nilai yang bagus.

Page 137: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

137

LAMPIRAN III

LEMBAR TABEL REKAM DATA

Page 138: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

138

Tabel Rekam Data Bentuk Tindak Tutur Asertif dan Bahasa yang

Digunakan

Kode

Data

Fungsi Tindak Tutur Asertif Penggunaan Bahasa Bugis

Men

gu

sulk

an

Men

yata

kan

Men

yet

uju

i

Mem

bu

al

Men

gel

uh

Mem

pro

tes

Mel

ap

ork

an

Dalam wujud alih kode Dalam wujud campur

kode

Bahasa

Indonesia

ke bahasa

Bugis

Bahasa

Bugis ke

bahasa

Indonesia

Penyisipan

kata

Penyisipan

frasa

01.01

01.02

01.03

01.04

01.05

01.06

01.07

01.08

01.09

01.10

01.11

01.12

01.13

01.14

01.15

01.16

01.17

01.18

01.19

01.20

01.21

Page 139: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

139

01.22

01.23

01.24

01.25

01.26

01.27

01.28

01.29

01.30

01.31

01.32

01.33

01.34

01.35

01.36

01.37

01.38

01.39

01.40

Page 140: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

140

LAMPIRAN IV

DOKUMENTASI PENELITIAN

Page 141: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

141

Page 142: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

142

Page 143: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

143

Page 144: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

144

Page 145: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

145

Page 146: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

146

LAMPIRAN V

BERKAS PERSURATAN

Page 147: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

147

Page 148: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

148

Page 149: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

149

Page 150: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

150

Page 151: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

151

Page 152: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

152

Page 153: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

153

Page 154: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

154

Page 155: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

155

Page 156: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

156

Page 157: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

157

Page 158: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

158

Page 159: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

159

Page 160: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

160

Page 161: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

161

Page 162: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

162

Page 163: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

163

Page 164: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

164

Page 165: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

165

Page 166: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

166

Page 167: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

167

Page 168: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

168

Page 169: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

169

Page 170: ASKRIPSI - delysanur.files.wordpress.com · Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita

170

RIWAYAT HIDUP

Nurdelisa. Lahir di Kalukku, Kabupaten Mamuju

Provinsi Sulawesi Barat pada tanggal 9 Sepetember

1996. Anak pertama dari pasangan Abdullah. S dan Hj.

Ummu Kalsum. Mulai menempuh pendidikan pada

tahun 2002-2008 di SD Negeri Ganno Kecamatan

Simboro Kabupaten Mamuju. Penulis melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 1 SIMKEP Kabupaten

Mamuju pada tahun 2008-2011. Tahun 2011-2014

penulis menempuh pendidikan dengan mengambil

jurusan Teknik Gambar Bangunan Arsitektur di SMK

Negeri 1 Rangas Mamuju. Pada tahun 2014 penulis

mendaftarkan diri pada salah satu Perguruan Tinggi Swasta dengan mengambil

jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Sosial dan Politik Universitas Indonesia

Timur. Dan pada tahun 2015 penulis kembali mendaftar pada Perguruan Tinggi

Negeri dan dinyatakan lulus sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Daerah Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa

dan Sastra Universitas Negeri Makassar, dengan menempuh jalur mandiri non

bidikmisi.

Selama menjalani hidup sebagai mahasiswa, penulis aktif di beberapa

organisasi, baik intra maupun ekstra kampus. Lembaga Kesenian Bengkel Sastra

(BESTRA DEMA JBSI FBS UNM periode 2018-2019). Korps Adventure

Pencinta Alam Kalomang (KAPAK SULBAR). Dewan Kerja Saka Bhayangkara

Cabang Mamuju. Dewan Kerja Pramuka tingkat Cabang (DKC) kota Mamuju.

Member Sanggar Prasbhara Manakarra. Himpunan Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah (HMPS PBSD FBS UNM periode 2016-

2017). Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah Se-Indonesia (IMBASADI

periode 2017-2018 dan periode 2018-2019).

Atas berkat rahmat dan berkat dari Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan

studi di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar dengan

tersusunnya skripsi yang berjudul “Tindak Tutur Asertif Guru Terhadap Siswa

dalam Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bugoro”.