46
BAGIAN IKM DAN IKK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN ASPEK K3 PADA PEKERJA SABLON Disusun Oleh: Nurjannah S. Toekan C11108286 Sri Jayanti C11109264 Rismawati C11109826 Pembimbing: dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

aspek k3 penyablon

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tukang sablon dalam kesehatan

Citation preview

BAGIAN IKM DAN IKK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDINASPEK K3 PADA PEKERJA SABLON

Disusun Oleh:

Nurjannah S. Toekan C11108286

Sri Jayanti

C11109264Rismawati

C11109826

Pembimbing:

dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DANILMU KEDOTERAN KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014BAB I

PENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANG Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.1Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas keberlanjutan produktivitas kerjanya.1Dalam melakukan suatu pekerjaan tentu saja harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai tukang sablon pada industri konveksi memang merupakan salah satu aspek penting di lingkungan kerja. Setiap orang yang bekerja sebagai tukang sablon pada industri konveksi seharusnya memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Selain pekerjaan harus terselesaikan juga harus dapat menjamin kesehatan dan keamanannya, dibutuhkan kesadaran tenaga kerjanya dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja, dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengana prosedur yang ada.2Pelaksanaan keamanan dan kesehatan kerja harus memenuhi sasaran yaitu untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, mencegah timbulnya penyakit akibat kerja, mencegah/mengurangi kematian dan cacat tetap, pemeliharaan terhadap peralatan kerja, dapat meningkatkan produktifitas kerja sehingga tenaga kerja tidak harus memeras tenaganya, dapat menjamin keadaan kempat kerja yang aman dan sehat, dapat memperlancar kegiatan dan pekerjaan pada industri konveksi tersebut.2Sama halnya dengan pekerjaan lain, usaha penyablonan memiliki berbagai kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja itu sendiri.2Selain kemungkinan besar terjadinya kecelakaan kerja pada penyablon, penyakit akibat kerja juga tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada pekerja (penyablon) apalagi pada usaha yang informal. Hal ini disebabkan karena pada biasanya mereka bekerja dengan peralatan apa adanya tanpa memenuhi syarat ergonomic alat tersebut serta jam kerja yang tidak menentu.2Tak ubahnya usaha formal, usaha informal juga memerlukan pelayanan kesehatan okupasi. Pelayanan kesehatan primer kedokteran okupasi adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pekerja, baik sebagai individu maupun komunitas pekerja pada tingkat primer.1Penyablon pada industri rumah tangga merupakan sampel yang dipilih, dimana kegiatan penyablon dalam melakukan usahanya menghasilkan pakaian jadi mereka masih menggunakan tenaga manusia dan peralatan tradisional. 2Berdasarkan landasan diatas maka timbul pemikiran dan keinginan untuk mensurvei kesehatan dan keselamatan kerja pada sektor usaha informal yaitu usaha penyablonan. Selain itu survai ini juga merupakan salah satu kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).1.2. TUJUAN PENELITIAN1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang aspek keselamatan dan kesehatan kerja penyablon pada industri konveksi1.2.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor hazard yang dialami penyablonb. Untuk mengetahui tentang alat kerja dan cara kerja/proses yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan penyablonc. Untuk mengetahui APD yang digunakan penyablond. Untuk mengetahui ketersediaan obat P3K ditempat kerja penyablone. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus)

f. Untuk mengetahui resiko penyakit yang dapat muncul berhubungan dengan pekerjaan penyablon.g. Untuk mengetahui prinsip pengontrolan benda hazardBAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja, program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.1,2

Keselamatan kerja merupakan sebuah keniscayaan dalam dunia kerja hari ini. Kondisi ini bukan hanya disebabkan oleh aturan atau regulasi pemerintah dalam bidang ketenaga-kerjaan yang semakin ketat tapi juga demi keberlanjutan bisnis dari perusahaan itu sendiri. Secara umum, kesehatan dapat diartikan sebagai perlindungan terhadap tubuh dan pikiran dari penyakit yang berasal dari material, proses dan prosedur yang digunakan di tempat kerja. Sedangkan keselamatan dapat definisikan sebagai perlindungan dari luka fisik. Batasan antara kesehatan dan keselamatan sebuah kondisi yang dikenal dengan sakit. Kedua kata ini sering digunakan secara bersama-sama untuk mengindikasikan penampakan fisik dan kesehatan mental dari individu di tempat kerja.1Dalam konteks yang sedikit berbeda, keselamatan kerja dapat diartikan sebagai adalah merupakan segala sarana dan upaya untuk mencegah terjadinya suatu kecelakaan kerja. Dalam hal ini keselamatan yang dimaksud bertalian erat dengan mesin, alat kerja dalam proses landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja adalah melindungi keselamatan tenaga kerja didalam melaksanakan tugasnya, melindungi keselamatan setiap orang yang berada di lokasi tempat kerja dan melindungi keamanan peralatan serta sumber produksi agar selalu dapat digunakan secara efisien.2Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu 3:

1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap pihak-pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda, dan para supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas kecelakaan dan penyakit fatal.

3. Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja. Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member ganti rugi kepada pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut 3:

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.

3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan ras kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra perusahaan.

7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

2.2 FAKTOR HAZARD PADA PENYABLONYang dimaksud dengan Hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedangkan kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik hazard maupun resiko tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik.3Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.3Pada dasarnya, terdapat ruang lingkup dalam penentuan bahaya atau hazard di tempat kerja. Yakni mencakup pengenalan, evaluasi dan pengendalian. Didalam usaha penyablonan terdapat faktor-faktor yang dapat mengganggu keselamatan kerja. Faktor yang dapat menimbulkan resiko diantaranya 1) faktor kimia, 2) faktor fisik, 3) faktor ergonomik, 4) faktor psikososial. 41) Faktor kimia

Faktor kimia yang terdapat pada usaha penyablonan adalah dalam bentuk larutan yaitu tinta sablon. 2) Faktor fisik Faktor fisik antaranya kebisingan akibat penggunaan mesin, temperature pada tempat kerja.

3) Faktor ErgonomikPosisi tubuh saat melakukan pekerjaan penyablonan dapat mempengaruhi kesehatan, contohnya berdiri terlalu lama atau duduk terlalu lama.4) Faktor Psikososial

Faktor psikososial dapat terajdi stress yang berat karena beban kerja dan jam kerja.2.3 ALAT DAN CARA KERJA 1. Peralatan Dalam Penyablonan

Screen (kain gasa terbuat dari polyster/nylon), ada banyak jenis screen, untuk menyablon kaos/kain maka cocok menggunakan screen berpori-pori kasar dengan type T48,T54,T61,T77,T90 (nilai screen semakin besar maka kerapatannya semakin tinggi, biasanya pakai T54)

Rakel (alat sapu terbuat dari karet sintesis) harganya sekita 1000-1500/cm, dapat dibeli di toko sablon

Obat afdruk (cairan kental/emulsion) untuk pemula biasanya menggunakan obat afdruk jenis ulano (meskipun mahal) karena mudah untuk digunakan dan sebelum menggunakan campur dengan sentitizer yang telah disediakan.

Mika/kuas cat/coater (alat pemoles obat afdruk)

Bantalan Hitam (buat sendiri, untuk mengepress film pada screen)

Kaca dengan tebal 0.2-0.5mm

Semprotan Air (pengembang gambar hasil afdruk)

Tinta/cat (khusus sablon) untuk kaos biasanya menggukanan pasta warna (rubber), bewarna dasar putih kentar dan dapat dicampur pigment untuk membuat cat dengan warna yang diinginkan.

2. Proses Pengafdrukan

Proses pengafdrukan biasanya dilakukan sebelum melakukan pencetakan, tujuannya adalah menciptakan bentuk yang sesuai dengan yang kita inginkan diatas kain saring(screen). Untuk menghasilkan cetak sablon yang baik maka diperlukan keahlian dalam proses afdruk. Prosesnya yaitu :

Bersihkan screen yang ingin kita gunakan, meskipun baru screen berpotensi terkena debu yang dapat mempengaruhi hasil afdrukan. Bersihkan dengan sabun colek/krim+kain perca lalu keringkan dengan matahari dengan posisi screen berdiri, jangan dengan kipas Karena bisa kena debu lagi.

Oleskan obat afdruk / stencil / photo emulsion screen secukupnya ke dibagian belakang dan depan screen.Ratakan obat tersebut menggunakan Rakel / penggaris / coater/kuas cat,jangan terlalu tebal/tipis. Keringkan dengan hair dryer saja karena keringnya lama sekali,bisa juga diangin-angin saja namun usahakan berada di tempat yang tidak terlalu terekspos oleh cahaya

Setelah kering, siapkan film sablon yang telah anda buat dan rekatkan pada screen tersebut di posisi yang anda inginkan ( biasanya di posisi center/tengah )

Ada dua pilihan dalam melakukan penyinaran / exposing, yaitu ; menggunakan cahaya matahari ( bagus tapi kagak stabil, soalnya tergantung sama kemurahan hati sang surya, kalo terang waktunya bisa cepet, klo mendung bisa kagak jadi ), atau dengan cahaya buatan ( bisa lampu neon / lampu UV ). Tahapan ini memerlukan timing yang tepat, karena obat afdruk bersifat peka cahaya, sehingga ia akan bereaksi sesuai dengan intensitas cahaya yang diterimanya ( perhatian : tidak semua obat afdruk yang tersedia di pasaran memerlukan waktu penyinaran yang sama, sebaiknya anda tanyakan kepada toko penjual obat tersebut mengenai waktu penyinaran yang tepat untuk obat yang anda beli ). Urutan untuk penyinaran dengan matahari : kaca,film,screen,bantal kain hitam (tekan bantalan hitam agar tak ada cahaya masuk lewat sela-sela yang mengakibatkan proses afdruk gagal), dengan Lampu neon 2x40watt, urutannya sama tapi ga pake kaca karena sudah menggukanan meja afdruk.

Setelah proses penyinaran, maka image / bentuk yang anda inginkan akan terlihat ( agak samar samar ) di atas screen yang telah diberi obat afdruk tersebut,

Segera siram dengan air bertekanan tinggi atau benamkan dalam air untuk merontokkan obat tersebut,

Idealnya setelah anda menyiram atau membenamkan screen tersebut dalam air, maka obat afdruk yang telah terekspos cahaya tersebut akan merontokkan diri, sehingga membentuk image / bentuk yang anda inginkan, namun terkadang karena waktu penyinaran yang kurang tepat, maka bisa saja ada obat yang masih tertinggal, bila anda menyiram dengan air bertekanan tinggi, biasanya obat ini akan rontok sendiri pada akhirnya, namun bila masih tetap membandel, mau tidak mau anda perlu mengulang proses ini dari awal,

Setelah image / bentuk yang anda inginkan bersih sempurna dari gangguan obat yang masih tersisa di screen, anda dapat mengeringkan screen tersebut, atau mengoleskan obat penguat screen3. Tahap Penyablonan

Pinggiran gambar yang akan disablon diplester agar cat tidak mengalir kemana-mana.

Letakkan pasta/rubber yang sudah dicampur pigment/warna yang diinginkan.

Sebelumnya gunakan alat papan triplex pada bagian dalam kaos agar cat tidak tembus kebelakang.

Gunakan rakel untuk menyapu cat. Lalu keringkan kaos.

Jika sudah selesai, sebaiknya screen langsung dicuci dengan sabun krim tentu dengan kain perca sebagai sikatnya. Walaupun menggukanan tinta berbasir air, apabila screen tidak langsung dibersihkan akan sesulit membersihkan tinta berbasi minyak.2.4 PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PENYABLON

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja. Namun terkadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri (personal protective devices). Alat-alat demikian harus memenuhi persayaratan:6 Enak dipakai

Tidak mengganggu kerja

Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

Alat pelindung diri mencakup bagian kepala, mata, muka, tangan dan jari-jari, kaki, alat pernafasan, telinga dan tubuh.

Para pekerja yang beraktivitas dan melakukan pekerjaannya, tidak menggunakan APD (alat pelindung diri) dalam bentuk apapun. Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya. Pada bidang konveksi ini, APD yang seharusnya digunakan yaitu:7a. Kacamata

Dengan menggunakan kacamata, para tukang sablon diharapkan dapat terlindung dari zat pewarna yang digunakan pada proses pewarnaan pakaian yang dapat mengakibatkan perih pada mata.b. Sarung tangan.

Dengan menggunakan sarung tangan, para tukang sablon dapat melindungi bagian tangan dari benda tajam, resiko terbakar atau tersengat listrik, bahan kimia, ataupun infeksi kulit.

c. Masker

Dengan pemakaian masker di mulut dan hidung akan terlindung dari debu.d. Pakaian lengan panjang

Menggunakan pakain lengan panjang saat bekerja sangat penting pada perlindungan diri yaitu dapat terlindung dari penetrasi benda tajam (jarum jahit, gunting).

e. Alat pelindung kaki

Pada alat pelindung kaki biasa yang digunakan ada pemakaian sepatu yang nyaman agar terhindar dari lantai licin, lantai basah, benda tajam, dan benda jatuh.f. Kursi yang dilengkapi dengan sandaran

Agar sewaktu-waktu jika punggung terasa lelah, dapat direfleksikan pada bantalan kursi

2.5 KETERSEDIAAN OBAT P3KKotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib dimiliki di setiap tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam keadaan darurat ataupun kecelakaan. Tujuan dari P3K adalah untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian, mencegah cacat yang lebih berat, dan menunjang penyembuhan.72.6 PEMERIKSAAN KESEHATANPengusaha harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter yang telah memiliki sertifikasi.2,7

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan pekerja sehat secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta tidak menderita penyakit menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. 2,7

Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya setahun sekali. 2,7

Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja tertentu yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu. Pemeriksaan kesehatan khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh tentang masalah kesehatan yang mereka derita. 2,72.7 RESIKO PENYAKIT YANG DAPAT MUNCUL

Bahan hazard dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap orang-orang di tempat kerja. Gangguan tersebut dapat terjadi secara langsung dalam proses kerja, yang dihasilkan oleh aktivitas kerja atau yang terjadi secara alami. Cat jenis tertentu diduga mengandung beberapa zat yang bersifat karsinogenik. Sebagian besar pajanan cat melalui inhalasi walaupun dapat juga melalui kontak kulit atau oral. Beberapa bahan dalam cat yang dapat menyebabkan kanker paru antara lain timah, kromium, molybdenum, asbestos, arsenik, titanium dan mineral oil (polycyclic aromatic hydrocarbon).8Arsen dan pewarna cat yang mengandung metal seperti titanium oksida, kromium dan besi saat ini jarang digunakan karena sejak tahun 1960 digunakan cat dengan berbahan dasar air yang hanya sedikit mengandung pelarut dan kurang berbahaya.8Isosianat sering diidentifikasi sebagai penyebab asma kerja pada pekerja cat semprot yang dikenal sebaga isocyanate-induced asthma. Prevalensi isocyanate-induced asthma diperkirakan berkisar antara 5-15% dan sering dijumpai di negara berkembang. Isosianat merupakan bahan utama cat semprot, selain itu dapat juga dijumpai pada varnis, lem dan polyurethane.8Isosianat merupakan bahan kimia reaktif yang dapat mengiritasi saluran napas dan membran mukosa. Dahulu toluene diisocyanate (TDI) sering digunakan dalam komponen cat semprot kendaraan bermotor; saat ini digantikan oleh 1,6 hexamethylene diisocyanate (OCN(CH2)6NCO (HDI) dan methylene diphenyl diisocyanate (MDI). HDI merupakan diisosianat alifatik; HDI monomer sangat mudah menguap, sehingga sebagian besar HDI dalam bentuk prepolimer.8Pajanan isosianat yang tinggi dapat menyebabkan iritasi mata, sensitisasi dan inflamasi kulit serta edema paru. Pada pekerja yang telah tersensitisasi oleh isosianat, pajanan dosis kecil (kurang dari 1 ppb = parts per billion) dapat menyebabkan asma yang dapat tetap diderita bertahun-tahun setelah pajanan dihentikan. Tanda dan gejala yang sering yaitu batuk dengan atau tanpa produksi sputum, sesak atau rasa berat di dada, mengi, mengigil, malaise, nyeri otot, dan gejala seperti flu (flu like symptoms) pada saat bekerja. Demam disertai lekositosis dapat juga dijumpai pada asma kerja (5%). Pada beberapa pasien dapat dijumpai gejala yang tidak khas seperti batuk kronik atau bronkitis. Foto dada biasanya normal walaupun dapat juga ditemukan infiltrat interstisial atau menyebar. Pada pemeriksaan arus paksa ekspirasi serial (APE) didapatkan nilai APE yang lebih rendah saat berada di lingkungan pekerjaan.8Isosianat merupakan senyawa dengan berat molekul rendah (kurang dari 5000 dalton); mekanismenya sebagai penyebab asma belum jelas; diperkirakan melalui mekanisme imunologi dan nonimunologi. Mekanisme isocyanate-inducedasthma melalui non-IgE dependent karena antibodi IgE (imunoglobulin E) yang spesifik terhadap protein konjugat hanya sedikit dijumpai (10-30%).8Eosinofil jarang dijumpai pada asma kerja; berhubungan dengan beratnya penyakit dan peningkatan reversibilitas terhadap bronkodilator Hidrokarbon adalah bahan kimia yang terdapat di dalam cat, lem, pelarut dan bahan bakar (bensin); merupakan komponen organik yang terdiri atas molekul karbon dan hidrogen; terbagi atas jenis hidrokarbon aromatik dan alifatik.8Toksisitas hidrokarbon disebabkan karena bahan ini mudah menguap (volatil) sehingga mempengaruhi organ respirasi (paru); di samping itu dapat juga mempengaruhi sistem saraf, jantung, ginjal, hati dan gastrointestinal. Hidrokarbon volatil seperti bensen, toluen dan silen dapat memberikan sensasi euforia dan halusinasi sehingga sering disalahgunakan (abuse). Sejak dua dekade terakhir terjadi peningkatan penyalahgunaan cat semprot yang mengandung hidrokarbon pada remaja dengan sosial ekonomi rendah karena murah dan mudah didapat.8Teknik inhalasi melalui hidung, mulut atau cat disemprotkan ke kantong kemudian dihirup. Cat semprot yang disukai adalah cat semprot warna metalik karena mengandung toluene konsentrasi tinggi.8Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan tata letak peralatan, penempatan alat petunjuk, cara memperlakukan peralatan seperti macam gerak, arah, dan kekuatan.6

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau berdiri secara bergantian. Lalu semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak membebani melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas. 6Pada posisi duduk, berat badan seseorang secara parsial ditopang oleh tempat duduk tetapi konsumsi energi dan ketegangan saat posisi duduk lebih tinggi bila dibandingkan dengan posisi berbaring karena tangan bisa bergerak bebas tapi ruang gerak sangat terbatas oleh luas tempat duduk.6Beberapa penyebab kelelahan pada industri adalah intensitas dan lamanya kerja fisik atau mental, lingkungan (iklim, pencahayaan, dan kebisingan), irama circardian, masalah psikis (seperti tanggung jawab, pikiran dan konflik), penyakit yang dialami dan nutrisi. Gejala kelelahan yang penting perasaan letih, mengantuk, pusing, dan tidak enak dalam bekerja. Gejala kelelahan lainnya adalah semakin lamban dalam berpikir, menurunnya kewaspadaan, persepsi yang lemah dan lambat, tidak semangat bekerja, penurunan kinerja tubuh dan mental. Apabila kelelahan tidak disembuhkan, suatu saat akan menjadi kelelahan kronis yang menyebabkan meningkatnya ketidakstabilan psikis, depresi, tidak semangat dalam bekerja, dan meningkatnya kecenderungan sakit.6BAB III

METODOLOGI3.1. BAHAN DAN CARA

3.1.1. Peralatan yang diperlukan

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey (survey jalan sepintas) dalam rangka untuk survey kesehatan dan kedokteran kerja pada tukang sablon di industri konveksi, diantaranya:

a. Alat tulis menulisBerfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey jalan sepintas.b. KameraBerfungsi sebagai alat untuk memotret keadaan-keadaan yang terdapat pada industri konveksi.

c. Check listBerfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan.3.1.2. Cara PemantauanKami merencanakan untuk memantau dan mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan penyakit akibat kerja pada industri konveksi. Pemantauan ini dilakukan dengan metode walk through survey dengan menggunakan kuesioner dan check list.3.2. LOKASI

Lokasi survey kesehatan dan kedokteran kerja yang dijalankan adalah pada industri konveksi.3.3. BIAYA

Biaya yang digunakan pada survey ini adalah swadaya.

3.4. JADWAL

Waktu pelaksanaan survey ini dilaksanakan pada tanggal 13-18 Januari 2014.JADWAL KEGIATAN

NOTanggalKegiatan

1.13 Januari 2014Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina

Pengarahan kegiatan

2.14-15 Januari 2014Pembuatan proposal

4.16-17 Januari 2014Walk Through Survey

5.17 Januari 2014Pembuatan laporan Walk Through Survey

6.18 Januari 2014Presentasi laporan Walk Through Survey

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

4.1.1 Survey tentang hazard umum pada pekerja sablonTabel 4.1Hazard umum pada pekerja sablon

1. Faktor kimia : zat pewarna (rubber & pigmen warna)

2. Faktor ergonomi : sebagian besar pekerjaan dilakukan dengan berdiri

3. Faktor fisik : kebisingan dari kendaraan di jalan raya

4. Faktor biologi : tidak ada

5. Faktor psikososial

a. Jadwal kerja : mulai pukul 09.00-21.00 WITAb. Beban kerja : bervariasi tergantung jumlah orderan

c. Gaji : bervariasi tergantung jumlah orderan

d. Hubungan interpersonal : baik

Berdasarkan tabel 5.1. bahwa faktor hazard yang ditemukan berupa faktor kimia, ergonomi, fisik, dan psikososial,

4.1.2 Survey tentang keluhan yang dialami pekerja sablon akibat pekerjaannya

Tabel 4.2

Keluhan yang dialami akibat pekerjaan

Tidak ada keluhan

Berdasarkan tabel 4.2 bahwa hingga survey dilakukan tidak ada keluhan yang dialami oleh pekerja sablon akibat pekerjaannya.4.1.3 Survey tentang alat pelindung diri pada pekerja sablonTabel 4.3

APD yang dipakai oleh pekerja sablon

Masker

4.

Berdasarkan tabel 4.3 bahwa pekerja sablon hanya memakai alat pelindung diri berupa masker yang terbuat dari kain/sapu tangan.Mereka tidak memakai penutup kepala, sarung tangan, sepatu boot, google, dan celemek saat melakukan pekerjaan. 4.1.4 Survey ketersediaan obat P3K.Tabel 4.4

Ketersediaan obat P3K

1.

Tidak ada

Berdasarkan tabel 5.4 bahwa tidak tersedia obat p3k di tempat penyablonan.

4.1.5 Survey tentang pemeriksaan dan upaya pengobatan bila sakit.Tabel 4.5

Pemeriksaan dan upaya pengobatan bila sakit

1.

2.

Tidak terdapat pemeriksaan kesehatan berkalaPemilik usaha menjamin para pekerja apabila terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan kerja maka pihak industri akan mengantar ke rumah sakit terdekat dan biaya akan di tanggung oleh pihak industri.

Berdasarkan tabel 4.5 bahwa tidak ada upaya tertentu dari pemilik usaha untuk menjalankan program K3, hanya saja mereka tetap menjamin para pekerja apabila terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan kerja maka pihak industri akan mengantar ke rumah sakit terdekat dan biaya akan di tanggung oleh pihak industri. Adapun untuk pemeriksaan kesehatan para pekerja secara berkala tidak dilakukan.

4.1.6 Survey tentang pengetahuan dan penyuluhan yang pernah didapatkan.Tabel 4.6

Pengetahuan dan penyuluhan yang pernah didapatkan

1.

2.

3.

4.

5.Tidak pernah mengikuti penyuluhan

Tidak pernah mendapat perlatihan

Tidak ada pemantauan hazard

Tidak ada rambu-rambu bahaya

Tidak ada rambu-rambu evakuasi

Berdasarkan tabel 4.6 bahwa secara keseluruhannya pekerja sablon tidak pernah mengikuti penyuluhan dan tidak pernah mendapat perlatihan tentang K3. Di ruangan kerja juga tidak ada pemantauan hazard, tidak ada rambu-rambu bahaya dan tidak ada rambu-rambu evakuasi.4.2 Pembahasan

4.2.1 Survey tentang hazard umum pada pekerja sablonDari survey yang dilakukan pada usaha penyablonan, pekerja banyak terpapar pada hazard umum dari faktor kimia, ergonomi, fisik dan psikososial. Hazard ini membahayakan karena seharusnya lingkungan kerja dalam keadaan aman, dan tidak membahayakan pekerjanya. Faktor kimia berupa cat warna yang mengandung zat toluene dan benzene, beresiko pada pekerja karena dapat menyebabkan gangguan pernapasan yang dalam jangka panjang bisa beresiko kanker, selain itu zat warna yang digunakan juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Seharusnya pekerja senantiasa menggunakan masker dalam pekerjaannya dan sarung tangan atau segera mencuci tangan apabila terkena zat kimia.9 Faktor ergonomi, sebagian besar pekerjaan di tempat sablon dilakukan dengan berdiri karena tinggi meja untuk menyablon tidak memungkinkan pekerja untuk duduk. Walaupun pekerja belum mengeluhkan gangguan yang dialami terkait posisi kerja tersebut, namun sebaiknya pekerja diusahakan bekerja dalam posisi yang nyaman dengan menyesuaikan desain tempat kerja dan alat kerja dengan kesehatan pekerja.9 Faktor fisik berupa kebisingan yang timbul akibat suara kendaraan yang lalu lalang di sekitar tempat kerja cukup mengganggu bagi pekerja. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pendengaran. Sebaiknya pekerja menggunakan alat pelindung diri berupa ear plug/ ear muff.9 Faktor psikososial, yang ditemukan pada pekerja adalah beban kerja dan gaji yang bervariasi yang tergantung jumlah orderan. Pekerja mengatakan orderan kadang sepi dan kadang ramai, bergantung kebutuhan konsumen (missal ramai pada musim pencalonan legislatif). Jadi, hal ini bisa mempengaruhi kondisi psikososial pekerja karena ketidakstabilan pendapatan maupun beban kerja. 2,44.2.2 Survey tentang keluhan yang dialami pekerja sablonkarena pekerjaannya.Dari survey didapatkan pekerja sablon sampai saat ini belum memiliki keluhan selama bekerja.4.2.3 Survey untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan pekerjaDari hasil survey didapatkan pekerja sablon menggunakan masker namun tidak sesuai dengan standar karena masker yang digunakan terbuat dari kain biasa/sapu tangan sehingga masih memungkinkan zat warna dapat terinhalasi, selain itu masker tidak digunakan secara rutin. Seharusnya pekerja menggunakan masker yang sesuai standar yang biasa digunakan pada industri bahan kimia dan menggunakannya secara rutin.9

4.2.4. Survei untuk mengetahui tentang tentang ketersediaan obat p3k di tempat kerja petugasDari hasil survey, didapatkan pekerja sablon mengerti pentingnya kotak P3K karena kotak obat P3K menjadi alat bantuan awal jika terjadi kecelakaan di tempat kerja, tetapi kotak P3K tidak tersedia di ruangan itu.3,44.2.5 Survey tentang pemeriksaan dan upaya pengobatan bila sakit.Dari hasil survey didapatkan pekerja sablon tidak melakukan pemeriksaan kesehatan berkala. Sedangkan Pemilik usaha menjamin para pekerja apabila terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan kerja maka pihak industri akan mengantar ke rumah sakit terdekat dan biaya akan di tanggung oleh pihak industri. Seharusnya pekerja tetap melakukan pemeriksaan kesehatan berkala ke pelayanan kesehatan terdekat agar tetap memantau kesehatan pekerja.44.2.6. Survei tentang pengetahuan dan penyuluhan yang pernah didapatkan.Dari hasil survey didapatkan pekerja sablon tidak memiliki pengetahuan dan belum pernah mendapat penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja. Mereka juga tidak mengetahui akibat yang ditimbulkan dari terpapar bahan kimia yang terlalu lama, dan belum terdapat rambu-rambu hazard serta evakuasi di tempat kerja. Sebaiknya pemilik usaha tetap memberikan fasiltas tersebut kepada pekerjanya, sehingga para pekerja dapat bekerja dengan baik dan aman.9BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN1. Pekerja sablon secara keseluruhannya terpapar pada hazard umum di tempat kerja berupa faktor kimia, faktor ergonomik, faktor fisik, dan psikososial2. Hal-hal yang digunakan pada pekerja yang dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja yaitu bahan cat, posisi dari pekerja saat menyablon, kebisingan yang berasal dari lokasi tempat sablon yanterletak di depan jalan raya, dan gaji dari pekerja bergantung terhadap banyaknya orderan.3. Pekerja sablon belum memiliki keluhan terkait pekerjaan yang dilakukannya.

4. Pekerja sablon tidak memakai alat pelindung diri yang lengkap. Pekerja hanya masker.

5. Pekerja sablon mengetahui tentang pentingnya kotak P3K tetapi tidak tersedia kotak P3K di tempat kerja.

6. Pekerja sablon tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan berkala, namun pemilik usaha menjamin pengobatan pekerja apabila terdapat kecelakaan kerja.

7. Secara keseluruhannya, pekerja sablon belum memiliki pengetahuan, belum mendapat perlatihan, dan tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

5.2 SARANSecara umum, dari hasil survey yang dilakukan, diharapkan dari penyablon saat melakukan pekerjaan menggunakan alat pelindung diri (APD) dalam hal ini yaitu penutup telinga untuk melindungi dari kebisingan dan penggunaan masker dan sarung tangan yang memeenuhi standar pada saat mengecat. Ruangan penyablonan sebaiknya diberikan jendela untuk memenuhi ventilasi udara. Sebaiknya menyediakan kotak P3K di tempat kerja untuk pemberian pertolongan pertama jika ada kecelakaan akibat kerja.DAFTAR PUSTAKA

1. Hughes, Phill, Ed Ferret. Introduction to Health and Safety at Work, 5th edition. Oxford and Massachusets: Elsevier, 2011.

2. Musoffan, Wildan. Analisa Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Upaya Identifikasi Potensi Bahaya. Jakarta: Universitas Gunadarma, 2007.3. Sakinah, Rifah. Penilaian Resiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Industri Informal (Konveksi). http://k3kesmasauinalauddin.com/2012/04/k3-rifah-sakinah.html, diakses pada 14 Januari 2014 pukul 18.00. 4. Leaflet dari Asosiasi Hiperkes & Keselamatan Kerja Indonesia, dalam PROGRAM PELATIHAN & SERTIFIKASI HIGIENIS INDUSTRI MUDA (HIMU). Jakarta. 2010.

5. Iman, Fajar. Cara Penyablonan. http://nyablonbaju.blogspot.com/2012/10/tahap-penyablonan.html, diakses pada 14 Januari 2014 pukul 18.006. Ibrahim Jati Kusuma. Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Karyawan Pt. Bitratex Industries Semarang. http://eprints.undip.ac.id/26498/2/Jurnal.pdf, diakses pada 14 Januari 2014 pukul 18.007. Putri, DRO. Penerapan K3 pada Industri Konveksi. http://k3tium.wordpress.com/2012/11/14/makalah-observasi-k3-di-konveksi-busana/html, diakses pada 14 Januari 2014 pukul 20.00.8. Azhar, Rofa Y. Proses pembuatan cat dan bahaya yang ditimbulkannya. http://www.rofayuliaazhar.com/2012/06/artikel-proses-pembuatan-cat-dan-bahaya.html, diakses pada 14 Januari 2014 pukul 18.009. Soleman, A. Pedoman Keselamatan Kerja pada Industri Konveksi. Ambon: Universitas Pattimura.2011.CHECKLIST ASPEK K3 PADA TUKANG SABLONA. HAZARD UMUM PADA TUKANG SABLONNOCHECKLISTADATIDAK

1Faktor fisik

a. Kebisingan

Sumber: Berapa meter dari tempat kerja : b. Getaran

c. Tekanan

d. Temperature

e. Radiasi

2.Faktor kimia

Jenis bahan: cairan

Beracun:

Nama bahan:

4.Faktor ergonomic

Posisi tubuh saat bekerja:

Cara bekerja :

6.Faktor biologi

a. Sumber :

b. Higenis perorangan

c. Penyebab : bakteri, jamur, virus

7Faktor psikososial

e. jadwal kerja

f. hubungan interpersonal

g. beban kerja

h. kemampuan

i. gaji

B. ALAT KERJA YANG DIPAKAI TUKANG SABLON SELAMA BEKERJANOCHECKLISTADATIDAK

1.Jenis alat kerja :

2,Nama alat :

3. Kegunaan alat :

C. ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIPAKAI TUKANG SABLON SELAMA BEKERJANOCHECKLISTADATIDAK

1.Masker

2,Penutup kepala

3. Sepatu boot

4.Goggle

5.Celemek

6.Sarung tangan

D. PEMERIKSAAN KESEHATAN No.Checklist Ada tidak

1.a. Pemeriksaan kesehatan

b. bukti hasil lab

c. pemeriksaan kesehatan awal

d. pemeriksaan kesehatan berkala

e. pemeriksaan kesehatan khusus

E. KELUHAN KESEHATANNOPERTANYAANADA TIDAK

1Apakah ada keluhan kesehatan

2Apakah mendapat izin kunjungan klinik atau balai pengobatan

3Jenis keluhan atau sakit yang paling sering

F. INFORMASI TENTANG PENGETAHUAN DAN PENYULUHAN YANG PERNAH DIDAPATKAN.

NOPERTANYAANADA TIDAK

1Apakah pernah mengikuti penyuluhan

2Apakah pernah mendapat perlatihan

3Apakah ada pemantauan hazard

4Apakah ada rambu-rambu bahaya

5Apakah ada rambu-rambu evakuasi

G. INFORMASI TENTANG KOTAK P3K

NOPERTANYAANADA TIDAK

1Apakah pernah menggunakan kotak P3K

a. Jarak

2Apakah pekerja tahu isi isi kotak p3k

a. Lengkap

3Apakah pekerja tahu kepentingan kotak P3K

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Meja Sablon dan Desain

Gambar 2. Bahan cat untuk sablon

Gambar 3. Wadah pengecatan sablon