20
Oleh : Nurrahman, S.Pd.I BEBERAPA FIRQAH MA. Zainal Arifin

Aswaja xi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aswaja xi

Oleh :Nurrahman, S.Pd.I

ASWAJA DI ANTARA

BEBERAPA FIRQAH

ASWAJA DI ANTARA

BEBERAPA FIRQAH

MA. Zainal Arifin

Page 2: Aswaja xi

SEMESTER GENAP 2012/013

ALUR PEMBELAJARAN ASWAJA

ASWAJA DI ANTARA BEBERAPA FIRQAH

Mu’min & Kafir

Baik & Buruk

Ikhtitiyar Manusia

Kekuasaan Allah Sifat Allah

Page 3: Aswaja xi

• Ajaran-ajaran dari beberapa firqah dalam islam

pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran

dan pengamalan ajaran islam di berbagai negara.

Perbedaan faham ini dapat menjadikan fitnah ,

tetapi dapat juga mendorong pada

pengembangan kreatifitas berfikir yang

mendorong kemajuan ummat islam . Disisilain

faham Aswaja sebagai penengah dari beberapa

faham yang ada, melalui metode berfikir yang

mengunakan akal dan wahyu.

Page 4: Aswaja xi

A. Masalah Mu’min dan KafirDosa besar apakah

mengakibatkan seorang mu’min keluar dari imannya atau tidak , menurut beberapa para firqah di bawah ini :1. Khwarij

Dosa besar akan mengakibatkan seseorang keluar dair imannya apabila tidak sempat bertobat sebelum mati, dan dia akan kekal di neraka

2. Murji’ahDosa besar tidak dapat mengakibatkan seseorang keluar dari imannya dan tetap mu’min, apakah dia msuk surga/neraka itu urusan Allah, kalau Allah memaafkan dia tidak akan di siksa meskipun belum bertobat.

Page 5: Aswaja xi

3. Mu’tazialaOrang mu’min ang berbuat dosa besar bukan mu’min dan bukan kafir (tidak dapat dikatakn mu’min karena iman harus direalisasikan dengan amal shaleh dan tidak dapat di katakan kafir karena di hati masih ada imannya ). Mereka tidak akan masuk surga dan tidak masuk neraga, mereka di tempatkan di antra surga dan neraka4. AswajaSeorang mu’min yang berbuat dosa besar masih tetap mu’min , meskipun dosa besar dosa besar tersebut akan di hisab dan disiksa sesuai dengan kadar dosanya. Mereka akan msuk surga setelah mendapat siksaan yang cukup.Dari pendapat di atas, ASWAJA ternyata menengahi

dari beberpa pendapat dan bersifat sederhana, sehingga mudah diterima oleh setiap orang

meskipun yang awam.....!!!

Page 6: Aswaja xi

B. Masalah Baik dan Buruk

Baik dan buruk adalah sesuatu yang

selalu ada dalam setiap kehidupan,

bagaimana penilaiannya dan bagaimana

hubungan dengan taklif. Menurut beberpa

pendapat :

Page 7: Aswaja xi

1. Mu’tazila

Akal dapat menilai perbuatan apakah perbuatn itu baik atau buruk, begitupula akal dapat menentukan untuk melaksanakan perbuatan baik atau meninggalkan perbuatan buruk . Sehingga taklif menurut mu’tazila kewajiban akal.

2. Salafiyah dan Asy’ari

Akal tidak dapat menentukan perbuatan baik itu atau buruk , yang bisa menentukan hanyalah wahyu. Apa yang di perintahkan oleh Allah adalah baik dan apa yang dilarang oleh Allah adalah buruk Taklif hanya sekedar pelaksanaan syari’at

Page 8: Aswaja xi

3. Al-MaturidiAkal dapat menilai perbuatan baik atau buruk, tetapi tidak seluruhnya. Akan tetapi untuk melaksanakan yang baik dan meninggalkan yang buruk hanya dapat dengan pertolongan wahyu, sehingga taklif walaupun pelaksanaan syari’at tetap mempunyai nilai keimanan.

Dari beberapa pendapat di atas, Asy’ari lebih condong kepada madzhab salafiyah. Tetapi Al-Maturidi tampak moderat, sehingga akal tidak terbebani dengan menilai sesuatu perbuatan, dan akal masih mempunyai fungsi dan perbuatan

Page 9: Aswaja xi

C. MASALAH IKHTIYAR MANUSIA

Manusia apakah bebas berkehendak atau hanya melaksanakan kehendak Allah. Perbuatan Allah apakah dari potensi yang ada dalam diri manusia atau diciptakan Allah, sehingga bagaimana pertanggung jawabannya?

PENDAPAT PARA FIRQAH

Mu’tazilah

Asy’ariyah

Maturidiyah

Page 10: Aswaja xi

1. Mu’tazilaSemua perbuatan di hasilkan oleh manusia sendiri. Allah telah menciptakan manusia beserta potensinya sejak zaman azali, sehingga manusia bebas berbuat. Oleh karena itu manusia akan bertanggung jawab penuh dengan perbuatannya dihadapan tuhannya.

2. Asy’ariyahPerbuatan itu diciptakan oleh Allah , dan manusia mempunyai ikhtiyar dimana ikhtiyar itu juga diciptakan oleh Allah. Meskipun begitu dengan ikhtiyar ini manusia akan mempertanggung jawabkan perbuatannya.

3. MaturidiyahPerbuatan ini diciptakan oleh Allah dengan memberi potensi pada manusia, dan dengan potensinya manusia berbuat, sehingga sehingga manusia bertanggung jawab atas perbuatannya. .

1. Mu’tazilaSemua perbuatan di hasilkan oleh manusia sendiri. Allah telah menciptakan manusia beserta potensinya sejak zaman azali, sehingga manusia bebas berbuat. Oleh karena itu manusia akan bertanggung jawab penuh dengan perbuatannya dihadapan tuhannya.

2. Asy’ariyahPerbuatan itu diciptakan oleh Allah , dan manusia mempunyai ikhtiyar dimana ikhtiyar itu juga diciptakan oleh Allah. Meskipun begitu dengan ikhtiyar ini manusia akan mempertanggung jawabkan perbuatannya.

3. MaturidiyahPerbuatan ini diciptakan oleh Allah dengan memberi potensi pada manusia, dan dengan potensinya manusia berbuat, sehingga sehingga manusia bertanggung jawab atas perbuatannya. .

Page 11: Aswaja xi

81 + 18 = 99Asmaul Husna

1. Mu’tazilah

Allah tidak akan melakukan perbuatan

kecuali yang baik. Allah hanya akan

berbuat sesuatu , sesuai yang telah

ditentukan, dan Allah akan

mengingkarinya.

Page 12: Aswaja xi

“ Bacalah dengan Nama Tuhanmu “

D. MASALAH KEKUASAAN ALLAHApakah Allah mempunyai kekuasaan mutlak atau

dibatsi oleh hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah sendiri?

PENDAPAT PARA FIRQAH

MU’TAZILAH

ASY’ARIYAH

ASWAJA

Page 13: Aswaja xi

2. Asy’ariyah Perbuatan Allah tidak terikat dengan beban . Karena

Allah tidak akan dimintai pertanggungjawaban. Allah berkuasa melaksanakan segala segala sesuatu sekehendaknya.

3. MaturidiyahAllah maha kuasa dan berkuasa melaksanakan segala sesuatu yang dikehendakinya. Tetapi Allah maha suci dari berbuat secara main-main, sagala perbuatannya sesuai dengan kebijaksanaanya, karena segala perbuatan Allah pasti mengandung hikmah.

Perpedaan jelas pada pendapat Mu’tazilah:Menurutnya seakan-akan Allah terbatas oleh hukum-hukum yang telah dibuatnya sendiri

Page 14: Aswaja xi

Allah maha esa, tidak ada yang menyamainya. Tetapi bagaimana keesaan Allah hubungannya dengan sifat-sifatnya ?

D. MASLAH SIFAT ALLAH

PENDAPAT PARA FIRQAH

Mu’tazilah

Salafiyah

Aswaja

Page 15: Aswaja xi

1. Mu’tazilah Meniadakan segala sifat Allah, karena bila Allah mempunyai sifat, dan sifat itu baru, maka Allah adalah dzat yang baru. Jika sifat Allah itu Qadim, maka ada dua Qadim sehingga Allah bukan Qadim esa lagi.

2. Salafiyah Allah bersiafat dengan apa saja yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist tanpa mena’wilakan dan menafsirkan dengan pengertian yang lazim. Hanya saja semua sifat itu tidak sama dengan semua sifat yang baru.

3. AswajaAllah mempunyai sifat2 wajib, mustahil dan jaiz dimana sifat itu adalah Qadim. Dan sifat Allah bukan dzat Allah. Meskipun tidak terlepas dari dzat Allah.

Page 16: Aswaja xi

Walidain

BIRRUL

BIRRUL

Page 17: Aswaja xi

QS.23, AL MU’MINUN 14

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)

lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

Page 18: Aswaja xi

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban

ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak

dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu

menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun

berkewajiban demikian. . . . . . . .

QS.2, AL BAQARAH 233

Page 19: Aswaja xi

Ayah & Ibu

Page 20: Aswaja xi

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana

mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."

QS.17, AL ISRA’ 24