Jurnal auditing

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hubungan skeptisisme, independensi, situasi audit dengan pemberian opini audit

Citation preview

  • 1

    HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR,

    SITUASI AUDIT, INDEPENDENSI, ETIKA, KEAHLIAN, DAN

    PENGALAMAN DENGAN KEPUTUSAN PEMBERIAN OPINI

    AUDIT OLEH AUDITOR

    ( Studi Empiris pada KAP di Jakarta )

    Aldiansyah Utama Prihandono

    Indira Januarti, S.E, M.Si, Akt.

    Abstract

    The focus of this study analyzed the relationship of professional

    skepticism, auditors, audit situation, the independence, expertise, and experience

    with the decision to give an audit opinion by the auditor. The purpose of this study

    was to analyze and obtain empirical evidence on the relationship of professional

    skepticism in auditing, audit situation, independence, ethics, expertise, and

    experience with the decision to give an audit opinion by the auditor.

    The population in this study is the auditor who worked on the Firm in

    Jakarta, while the sample is 60 auditors. Sampling techniques in the study were

    covenience sampling. The type of data is primary data by the method of data

    collection questionnaire. Analysis tool used is multiple regression.

    The results of this study are: professional skepticism auditors, audit

    situations, and experience has a significant influence on the decision to give an

    audit opinion by the auditor. The independence, ethics, and expertise has no

    significant influence on the decision to give an audit opinion by the auditor, the

    auditor in this study are mostly junior auditor, the audit related to the

    implementation of the audit team leader.

    Keywords: Auditor Professional Scepticsm, Situation Audit, Independence, Ethics,

    Expertise, Experience and Decision granting Audit Opinion Audit by

    Auditor.

  • 2

    I. PENDAHULUAN

    Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun

    terakhir. Hal tersebut bisa saja terkait dengan kompetensi dan independensi yang

    dimiliki oleh auditor masih diragukan, kompetensi dan independensi merupakan

    dua karakteristik sekaligus yang harus dimiliki oleh auditor (Alim, dkk 2007).

    Auditing merupakan suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa

    laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini

    yang masuk akal tetapi tidak dijamin sepenuhnya mengenai kewajaran dan

    kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Tujuan akhir dari

    proses auditing ini adalah menghasilkan laporan audit. Laporan audit inilah yang

    digunakan oleh auditor untuk menyampaikan pernyataan atau pendapatnya kepada

    para pemakai laporan keuangan sehingga bisa dijadikan acuan bagi pemakai

    laporan keuangan dalam membaca sebuah laporan keuangan (Gusti dan Ali,

    2008).

    Begitu pentingnya opini yang diberikan oleh auditor bagi sebuah

    perusahaan, maka seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi

    yang baik untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit sehingga bisa

    memberikan suatu keputusan opini audit. Penelitian ini mengacu dari penelitian

    Gusti dan Ali (2008), yang menganalisis hubungan skeptisisme profesional

    auditor, situasi audit, etika, pengalaman, dan keahlian audit dengan ketepatan

    pemberian opini audit oleh akuntan publik. Fokus pada penelitian ini menganalisis

    faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemberian opini audit oleh auditor.

    Sesuai dengan saran yang diberikan pada penelitian sebelumnya, penelitian ini

    melakukan penambahan variabel bebas, yaitu independensi auditor (Sukriah, dkk

    2008). Oleh sebab itu, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:

    apakah skeptisisme profesional auditor, situasi audit, independensi, etika, keahlian

    audit, dan pengalaman berpengaruh terhadap keputusan pemberian opini audit

    oleh auditor. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah KAP yang ada di

    Jakarta.

  • 3

    II. TELAAH PUSTAKA

    2.1. Teori Identitas Sosial

    Teori identitas sosial menyatakan bahwa identitas sosial dari seorang

    individu berasal dari proses kategorisasi pribadi melalui individu yang secara

    kognitif akan membentuk kelompoknya sendiri dengan pihak lainnya (Yuvisa,

    dkk 2008). Kategorisasi pribadi ini berperan sebagai titik awal untuk berpikir dan

    melakukan hubungan sosial. Teori Identitas Sosial memunculkan kemungkinan

    bahwa seseorang yang bekerja dalam sebuah perusahaan jasa yang memiliki

    identifikasi langsung dengan klien yang menjadi bagian utama dalam pekerjaan

    mereka. Auditor mungkin akan bekerja dengan klien untuk periode waktu yang

    sangat lama dan dilakukan secara berulang-ulang, ini akan memunculkan

    identifikasi klien. Untuk melakukan proses auditing yang efektif dan efisien, maka

    auditor harus memahami bisnis klien, oleh karena itu auditor akan cenderung

    melakukan identifikasi terhadap klien (Yuvisa, dkk 2008).

    Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti menghubungkan variabel

    independensi dan pengalaman auditor dengan Teori Identitas Sosial. Teori

    Identitas Sosial memunculkan identifikasi klien yang memungkinkan auditor

    melakukan interaksi sosial kepada klien dalam jangka waktu periode yang cukup

    lama, sehingga diduga akan memiliki pengaruh terhadap sikap independensi

    seorang auditor. Selain itu, adanya identifikasi klien juga akan berdampak pada

    pengalaman seorang auditor, ini dapat dipahami karena pada saat proses

    identifikasi klien, auditor cenderung melakukan interaksi sosial yang intens dalam

    kurun waktu yang relatif lama agar dapat lebih memahami bagaimana bisnis klien

    berjalan, sehingga pengalaman bekerja auditor akan meningkat.

    2.2 Skeptisisme Profesional Auditor

    SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik, 2001:230.2), menyatakan

    skeptisisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup pikiran yang

    selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.

    Para teoritis dan praktisi auditing sepakat bahwa skeptisisme profesional

    merupakan sikap mutlak yang harus dimiliki auditor (Tuanakota, 2011).

  • 4

    Salah satu penyebab dari suatu kegagalan audit adalah rendahnya

    skeptisisme profesional. Auditor yang dengan disiplin menerapkan skeptisisme

    profesional tidak akan terpaku pada prosedur yang tertera dalam program audit.

    Skeptisisme profesional akan membantu auditor dalam menilai dengan kritis

    resiko yang dihadapi dan memperhitungkan resiko tersebut dalam bermacam-

    macam keputusan untuk menerima atau menolak klien, memilih metode dan

    teknik audit yang tepat, menilai bukti-bukti audit yang dikumpulkan dan

    seterusnya. Kee dan Knoxs (1970) menyatakan bahwa skeptisisme profesional

    auditor dipengaruhi oleh faktor kecondongan etika, situasi, dan pengalaman.

    Peneliti menghubungkan Konsep Skeptisisme Profesional Auditor ini

    dengan etika, situasi, pengalaman, dan keahlian seorang auditor terhadap

    keputusan pemberian opini audit oleh auditor. Ini dimungkinkan karena dengan

    meningkatnya sikap skeptisime profesional auditor, diharapkan etika, penguasaan

    situasi, pengalaman, dan keahlian auditor juga akan meningkat sehingga akan

    memberikan pengaruh terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor.

    2.3 Independensi

    Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa independensi

    adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai

    kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan

    prinsip integritas dan obyektivitas.

    Arens dan Lobbecke (2002) mengartikan independensi sebagai pandangan

    yang tidak memihak dalam proses pemeriksaan.

    Bahwa yang disebut independen dalam pemeriksaan adalah :

    1. Kepercayaan masyarakat terhadap integritas, obyektifitas dan kebebasan

    auditor yang tidak terpengaruh.

    2. Kepercayaan auditor terhadap integritas profesionalnya.

    3. Kemampuan auditor meningkatkan kredibilitas pernyataan terhadap laporan

    keuangan yang diperiksa. suatu sikap mental auditor yang jujur dan ahli serta

    tindakan bebas dari bujukan, pengaruh dan pengendalian pihak lain dalam

    pelaksanaan perencanaan penilaian, hasil pemeriksaannya.

  • 5

    2.4 Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Situasi Audit, Independensi,

    Etika, Keahlian Audit, dan Pengalaman terhadap Keputusan Pemberian

    Opini Audit oleh Auditor.

    2.4.1 Skeptisisme Profesional Auditor

    Skeptisisme profesional auditor adalah sikap yang mencakup pikiran yang

    selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit

    (SPAP, 2001:230.2). Auditor yang dengan disiplin menerapkan skeptisisme

    profesional tidak akan terpaku pada prosedur yang tertera dalam program audit,

    sehingga menghasilkan hasil kualitas audit yang lebih baik (Tuanakota, 2011).

    Skeptisisme profesional menjadi salah satu faktor dalam menentukan

    kemahiran profesional seorang auditor. Kemahiran profesional akan sangat

    mempengaruhi keputusan pemberian opini oleh seorang auditor. Dengan demikian

    dapat dikatakan bahwa sikap skeptisisime seorang auditor dalam melakukan audit,

    diduga akan berpengaruh pada keputusan pemberian opini auditor tersebut.

    Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah :

    H1: Skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap

    keputusan pemberian opini audit oleh auditor.

    2.4.2 Situasi Audit

    Kee dan Knoxs (1970), menyatakan bahwa situasi audit adalah kondisi

    resiko yang dihadapi oleh klien. Kondisi ini dimungkinkan karena situasi audit

    yang semakin beresiko akan membuat auditor lebih berhati-hati dalam

    memberikan hasil auditnya, sehingga akan memberikan ketepatan pemberian

    opini audit yang lebih baik. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang

    diajukan adalah :

    H2: Faktor situasi audit berpengaruh positif terhadap keputusan

    pemberian opini audit oleh auditor.

  • 6

    2.4.3 Independensi

    Teori Identitas Sosial memunculkan kemungkinan bahwa seseorang yang

    bekerja dalam sebuah perusahaan jasa yang memiliki identifikasi langsung dengan

    klien yang menjadi bagian utama dalam pekerjaan mereka. Ini sangat erat

    kaitannya dengan pekerjaan seorang auditor, karena auditor mungkin akan bekerja

    dengan klien untuk periode waktu yang sangat lama dan dilakukan secara

    berulang-ulang yang pada akhirnya akan memunculkan identifikasi klien. Dengan

    kondisi tersebut, maka independensi seorang auditor harus tetap terjaga agar

    menghasilkan hasil audit yang baik. Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam

    SPAP, 2001) menyebutkan bahwa Dalam semua hal yang berhubungan dengan

    perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

    Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mencoba menguji pengaruh

    independensi tersebut terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor,

    dengan hipotesis sebagai berikut :

    H3: Faktor Independensi berpengaruh positif terhadap keputusan

    pemberian opini audit oleh auditor.

    2.4.4 Etika

    Arens dan Loebbecke (1996) menyatakan bahwa etika secara umum sebagai

    perangkat moral dan nilai. Dapat dikatakan bahwa etika berkaitan erat dengan

    moral dan nilai-nilai yang berlaku. Termasuk para auditor didalamnya,

    diharapkan oleh masyarakat untuk bertindak dengan prinsip moral yang ada, jujur,

    adil dan tidak memihak serta mengungkapkan laporan keuangan sesuai dengan

    kondisi sebenarnya. Hasil penelitian Suraida (2005), membuktikan secara empiris

    bahwa faktor etika berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Semakin tinggi

    etika seorang auditor, maka semakin baik pula ketepatan pemberian opini audit

    yang dihasilkan. Hasil penelitian tersebut menjadi acuan bagi penulis bahwa etika

    juga berpengaruh terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor.

    Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah :

    H4: Etika berpengaruh positif terhadap keputusan pemberian opini audit

    oleh auditor.

  • 7

    2.4.5 Keahlian Audit

    Keahlian auditor menurut Meinhard et al (1987) dalam Harhinto (2004) di

    ukur dengan prinsip akuntansi, standar auditing, jenis industri, pendidikan

    strata, pelatihan, kursus dan keahlian khusus. Konsep Skeptisisme Kee dan Knox

    (1970) mampu menjelaskan bagaimana keahlian audit dapat mempengaruhi

    skeptisisme profesional auditor, yang juga akan mempengaruhi keputusan

    pemberian opini audit yang diberikan. Berdasarkan penjelasan diatas maka

    hipotesis yang diajukan adalah :

    H5: Keahlian audit berpengaruh positif terhadap keputusan pemberian

    opini audit oleh auditor.

    2.4.6 Pengalaman

    Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman auditor dalam melakukan

    pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya

    penugasan yang pernah dilakukan. Teori Identitas Sosial yang memunculkan

    identifikasi klien juga dapat menjelaskan mengenai pengalaman seorang yang

    bekerja dengan klien dalam periode waktu yang lama akan mampu meningkatkan

    pengalamannya, sehingga diharapkan dapat menghasilkan kualitas audit yang

    baik. Hasil penelitian Suraida (2005), memberikan bukti empiris bahwa

    pengalaman berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dari hasil penelitian

    tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa pengalaman berpengaruh

    terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor. Berdasarkan penjelasan

    diatas maka hipotesis yang diajukan adalah :

    H6: Pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap keputusan

    pemberian opini audit oleh auditor.

    2.5 Penelitian Terdahulu

    Hasil penelitian terdahulu tentang keputusan pemberian opini audit adalah

    sebagai berikut :

  • 8

    Tabel 2.1

    Penelitian Terdahulu

    No. Peneliti Variabel Hasil Penelitian

    1. Gusti dan Ali, 2008 Skeptisisme

    profesional auditor,

    situasi audit, etika,

    pengalaman,

    keahlian audit dan

    ketepatan pemberian

    opini auditor oleh

    akuntan publik

    Skeptisisme profesional auditor,

    situasi audit, berpengaruh

    signifikan terhadap ketepatann

    pemberian opini auditor oleh

    akuntan publik, sedangkan etika,

    pengalaman dan keahlian auditor

    berpengaruh tidak signifikan

    terhadap ketepatan pemberian

    opini auditor oleh akuntan publik

    2. Sukriah, Akram,

    Inapty, 2008

    Pengalaman kerja,

    independensi,

    obyektivitas,

    integritas,

    kompetensi dan

    kualitas audit

    Pengalaman kerja, obyektivitas

    dan kompetensi berpengaruh

    signifikan terhadap kualitas

    audit, sedangkan independensi,

    dan intergitas tidak berpengaruh

    signifikan terhadap kualitas

    audit.

    3. Alim, Hapsari dan

    Purwanti, 2007

    Kompetensi,

    independensi, etika

    auditor dan kualitas

    audit

    Kompetensi, independensi dan

    etika auditor berpengaruh

    signifikan terhadap kualitas audit

    4. Ida Suraida, 2005 Etika, kompetensi,

    pengalaman, risiko,

    skeptisisme

    profesional auditor

    dan ketepatan

    pemberian opini

    audit

    Etika, kompetensi, pengalaman,

    risiko, dan skeptisisme

    profesional auditor berpengaruh

    positif terhadap ketepatan

    pemberian opini audit oleh

    akuntan publik.

    Sumber : Berbagai Jurnal

  • 9

    2.6 Kerangka Pikir

    Berdasarkan telaah pustaka serta penelitian terdahulu, maka penelitian ini

    menjelaskan keputusan pemberian opini audit oleh auditor yang dipengaruhi oleh

    skeptisisme profesional auditor, situasi, independensi, etika, keahlian, dan

    pengalaman. Untuk membantu dalam memahami penelitian ini, diperlukan adanya

    suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

    Gambar 2.1

    Kerangka Pikir

    III. METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan hubungan antara

    variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) adalah penelian survey.

    Penelitian survey merupakan penelitian lapangan yang dilakukan terhadap

    beberapa sampel dari suatu populasi tertentu yang pengumpulan datanya

    dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

    Situasi audit

    H2(+)

    Independensi

    H3 (+)

    Etika

    H4(+)

    Keahlian audit

    H5(+)

    Keputusan

    pemberian opini

    audit oleh auditor

    Pengalaman

    H6(+)

    Skeptisisme Profesional

    Auditor

    H1(+)

  • 10

    3.2 Variabel Penelitian dan Pengukuran

    Dalam operasionalisasi variabel, diperlihatkan indikator yang digunakan

    untuk mengukur variabel penelitian baik variabel dependen maupun variabel

    independen. Sementara skala yang digunakan untuk mengukur instrumen adalah

    tipe skala likert.

    Variabel independennya adalah:

    1. Skeptisisme Profesional Auditor (X)

    Untuk mengukurnya digunakan skenario yang dipakai Shaub dan Lawrence

    (1996) yang telah diadopsi dalam penelitian Gusti dan Ali (2008), namun

    disesuaikan dengan situasi dan kondisi Indonesia. Variabel ini digambarkan

    dalam suatu skenario atau kasus, indikatornya adalah tingkat keraguan

    auditor terhadap bukti audit, banyaknya pemeriksaan tambahan dan

    konfirmasi langsung. Skala pengukurannya adalah skala likert 1-5.

    2. Situasi Audit (X1)

    Variabel ini digambarkan dalam suatu skenario atau kasus yang dipakai

    Shaub dan Lawrence (1996) yang telah diadopsi dalam penelitian Gusti dan

    Ali (2008). dimana pengukuran untuk masing-masing situasi dilakukan

    bersamaan dengan pengukuran skeptisisme profesional auditor dan skala

    pengukurannya adalah skala likert 1-5

    3. Independensi (X2)

    Variabel ini digambarkan dalam suatu skenario atau kasus, dimana

    pengukuran untuk masing-masing situasi dilakukan bersamaan dengan

    pengukuran skeptisisme profesional auditor dan skala pengukurannya adalah

    skala likert 1-5.

    4. Etika (X3)

    Untuk mengukur variabel ini digunakan instrumen yang digunakan oleh

    Cohen, et al (1995) yang dikembangkan oleh Loeb (1971), dan telah

    digunakan pada penelitian Gusti dan Ali (2008). Skala pengukurannya yaitu

    dengan menggunakan skala likert 1-5.

  • 11

    5. Keahlian Audit (X4)

    Variabel ini diukur dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dan

    skala pengukurannya adalah skala likert 1-5.

    6. Pengalaman (X5)

    Variabel ini diukur dengan lamanya waktu masa kerja auditor bersangkutan.

    Pada variabel ini digunakan pertanyaan terbuka.

    Variabel dependen adalah keputusan pemberian opini audit oleh akuntan

    publik. Variabel ini diukur melalui pemberian opini yang sesuai dengan kriteria-

    kriteria yang ditetapkan dalam macam-macam opini. Semua item pertanyaan

    diukur pada skala likert 1-5,

    3.3 Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor yang bekerja pada KAP di

    Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling.

    Menurut Jogiyanto (2007:73) convenience sampling dilakukan dengan memilih

    sampel bebas berdasarkan faktor kemudahan yang ditentukan sendiri oleh peneliti.

    3.4 Jenis Dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

    bersumber dari jawaban responden atas beberapa item pertanyaan tentang variabel

    dalam penelitian ini. Responden penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada

    kantor akuntan publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta.

    3.5 Metode Pengumpulan Data

    Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara mendistribusikan kuesioner

    secara langsung ke kantor akuntan publik, untuk selanjutnya kuesioner tersebut

    distribusikan kepada auditor, dan melalui e-mail kepada auditor.

  • 12

    3.6 Metode Analisis Data

    3.6.1 Statistik Deskriptif

    Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai

    tanggapan responden terhadap variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini, yaitu skeptisisme profesional auditor, situasi audit, etika,

    pengalaman, keahlian, serta independensi.

    3.6.2 Uji Kualitas Data

    Uji kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian

    dapat dievaluasi melalui uji reliabilitas dan uji validitas (Ghozali, 2005).

    1) Uji Validitas menunjukan kepada keputusan dan kecermatan alat ukur dalam

    melaksanakan fungsi pengukurannya. Indikator dari uji validitas adalah

    pearson korelasi. Suatu instrumen dikatakan valid apabila r hitung > r tabel.

    2) Uji konsistensi internal (reliabilitas) ditentukan dengan koefisien Cronbach

    Alpha. Pengujian ini menentukan konsistensi jawaban responden atas suatu

    instrumen penelitian. Menurut Hair et.al (1996) mensyaratkan suatu instrumen

    yang reliabel jika memiliki koefisien Cronbach Alpha di atas 0,6.

    3.6.3 Uji Asumsi Klasik

    a. Uji Normalitas

    Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

    variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak,

    nilai residualnya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang

    baik adalah memiliki nilai residual normal atau mendekati normal. Uji

    normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov Smirnov.

    b. Uji Multikolinearitas

    Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi

    ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik

    seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi

    ada atau tidaknya Multikolinearitas didalam regresi dapat dilihat dari (1) nilai

    tolerance dan lawannya (2) jika nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10

    maka tidak terjadi Multikolinearitas. Cara lain untuk mendeteksi

  • 13

    multikolinearitas adalah dengan melihat koefisien antar variabel independen.

    Model regresi dikatakan tidak mengalami multikolinearitas bila korelasi antar

    variabel independen lemah.

    c. Uji heteroskedastisitas

    Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi

    ketidaksamaan varian residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji

    heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Glejser, yaitu

    untuk meregresi niai absolut residual terhadap variabel bebas (Imam Ghozali,

    2005:72) dengan persamaan regresi sebagai berikut :

    Ut = a + Xt + vi

    Jika variabel bebas signifikan secara statistik, maka ada indikasi adanya

    heteroskedastisitas. Demikian juga sebaliknya jika variabel bebas tidak

    signifikan maka ada indikasi tidak terjadi heteroskedastisitas.

    3.6.4 Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data menggunakan regresi berganda, yaitu menguji pengaruh

    skeptisisme profesional auditor, situasi audit, independensi, etika, keahlian audit,

    pengalaman dan keputusan pemberian opini audit.

    Model persamaan regresi tersebut sebagai berikut :

    Y= + 1 X1 + 2 X2 + 3X3 + 4X4 + 5 X5 + 6 X6 + e

    Keterangan :

    Y = Keputusan pemberian opini audit

    X1 = Skeptisisme professional auditor

    X2 = situasi audit

    X3 = independensi

    X4 = etika

    X5 = keahlian audit

    X6 = pengalaman

    = Konstanta

    - 5 = Koefisien Regresi

    e = Error

  • 14

    Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan

    antara variabel independen dengan variabel dependen. Pengujian statistik yang

    dilakukan adalah:

    a. Uji Model

    1. Koefisien Determinasi

    Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

    kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

    koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

    berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

    variasi variabel dependen amat terbatas. Kelemahan mendasar penggunaan

    koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah independen yang

    dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel tersebut

    berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu

    banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan Adjusted R2.

    2. Uji F

    Uji F merupakan pengujian terhadap koefisien regresi secara bersama-

    sama yaitu pengaruh dari seluruh variabel indpenden (X) terhadap variabel

    dependen (Y).

    Langkah-langkah pengujiannya.

    1) Merumuskan hipotesis

    Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 5 = 6 = 0, tidak terdapat pengaruh yang

    signifikan dari seluruh variabel indpenden (X1, X2, X3, X4, X5, X6)

    terhadap variabel dependen (Y)

    2) Ho : 1 2 3 4 5 6 0, artinya bahwa terdapat pengaruh

    yang signifikan dari seluruh variabel indpenden (X1, X2, X3, X4, X5, ,

    X6) terhadap variabel dependen (Y) jika signifikan F < (0,05), maka

    Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama

    dari variabel independen terhadap variabel dependen.

  • 15

    3) Kriteria pengambilan keputusan

    Ho diterima jika : F hitung > F tabel

    Ho ditolak jika : F hitung < F tabel

    b. Pengujian Hipotesis (Uji t )

    Uji t (t-test) digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial guna

    menunjukkan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap

    variabel dependen. Uji t digunakan untuk pengujian secara satu per satu

    pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel

    dependen. Dalam hal ini variabel independennya (X) adalah skeptisisme

    profesional auditor, situasi audit, etika, pengalaman, keahlian audit.

    Sedangkan variabel dependennya (Y) adalah keputusan pemberian opini audit.

    Langkah-langkah pengujiannya:

    1. Merumuskan hipotesis:

    Ho : i = 0 , artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari

    variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

    Ha : i 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

    independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

    2. Kriteria pengambilan keputusan

    Ho diterima jika : tingkat signifikansi t >

    Ho ditolak jika : tingkat signifikansi t <

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Data Penelitian

    4.1.1 Pengiriman Dan Pengambilan Kuesioner

    Penelitian ini dilaksanakan terhadap auditor KAP di Jakarta, penulis juga

    mendistribusikan kuesioner dengan menghubungi auditor langsung via e-mail,

    dengan jumlah kuesioner disebar sebanyak 150. Dari 150 kuesioner disebar 84

    kuesioner tidak kembali dan 6 kuesioner yang kembali tidak lengkap. Penyebaran

    kuesioner adalah sebagai berikut :

  • 16

    Tabel 4.1

    Penyebaran Kuesioner

    Keterangan Jumlah

    - Kuesioner yang disebarkan

    - Kuesioner tidak kembali

    - Kuesioner kembali

    Tetapi tidak dapat digunakan

    Kuesioner yang digunakan

    - Respon rate

    150 kuesioner

    (84 kueesioner)

    (66 kuesioner)

    6 kuesioner

    60 kuesioner

    40 %

    Sumber : data primer yang diolah, 2012

    Adapun gambaran umum reponden dalam penelitian ini adalah gambaran

    tentang 60 responden yang dijadikan sampel. Secara rinci responden dapat

    dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, jabatan, dan pendidikan.

    4.1.2 Demografi Responden

    Tabel 4.2

    Demografi Responden

    Keterangan Total Persentase

    Jumlah Sampel 60 100 %

    Jenis Kelamin

    Laki-laki

    Perempuan

    29

    31

    48,33 %

    51,67 %

    Umur :

    21 22 tahun 23 24 tahun 25 26 tahun 27 28 tahun 29 30 tahun

    18

    22

    7

    9

    4

    30,00 %

    36,67 %

    11,66 %

    15,00 %

    6,67 %

  • 17

    Jabatan

    Manajer

    Auditor Senior

    Auditor Junior

    2

    13

    45

    3,33 %

    21,67 %

    75.00 %

    Pendidikan

    D3

    S1

    S2

    1

    58

    1

    1,67 %

    96,66 %

    1,67 %

    Pengalaman

    1-10 bulan

    11-20 bulan

    21-30 bulan

    31-40 bulan

    41-50 bulan

    > 50 bulan

    11

    22

    12

    4

    7

    4

    18,33 %

    36,67 %

    20,00 %

    6,67 %

    11,67 %

    6,67 %

    Sumber : Data primer yang diolah, 2012

    Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin terbanyak yang

    terbanyak adalah perempuan, yaitu sebanyak 31 responden atau 51,67 persen,

    sedangkan responden dengan jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 29

    responden atau 48,33 persen.

    Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa usia responden yang paling

    banyak dijadikan sampel adalah 23-24 tahun, yaitu sebanyak 22 responden atau

    36,67 persen, sedangkan usia 21-22 tahun sebanyak 18 responden atau 30,00

    persen, usia 25-26 tahun sebanyak 7 responden atau 11,67 persen, usia 27-28

    tahun sebanyak 9 responden atau 15 pesen, dan usia 29-30 tahun sebanyak 4

    responden atau 6,67 persen.

    Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jabatan responden yang paling

    banyak dijadikan sampel adalah auditor junior, yaitu sebanyak 45 responden atau

    75,00 persen, sedangkan auditor senior sebanyak 13 responden atau 21,67 persen,

    dan manajer sebanyak 2 responden atau 3,33 persen.

    Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden

    paling banyak adalah S1, yaitu sebanyak 58 responden atau 96,66 persen, lalu D3

  • 18

    sebanyak 1 responden atau 1,67 persen, dan pendidikan S2 sebanyak 1 responden

    atau 1,67 persen.

    Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pengalaman atau lama bekerja

    responden paling banyak adalah 11-20 bulan, yaitu sebanyak 22 responden atau

    36,67 persen, pengalaman selama 21-30 bulan sebanyak 12 responden atau 20

    persen, pengalaman selama 1-10 bulan sebanyak 11 responden atau 18,33 persen,

    pengalaman selama 41-50 bulan sebanyak 7 responden atau 11,67 persen, dan

    pengalaman selama 31-40 bulan dan lebih dari 50 bulan sebanyak 4 responden

    atau 6,67 persen.

    4.2 Analisis Statistik Deskriptif

    Statistik deskriptif variabel penelitian digunakan untuk memberikan gambaran

    tentang tanggapan responden mengenai variabel-variabel penelitian yang

    menunjukkan angka minimum, maksimum, rata-rata serta standar deviasi.

    Gambaran data dalam penelitian ini adalah gambaran data variabel penelitian,

    yaitu skeptisisme profesional audit, situasi audit, independensi, etika, keahlian,

    pengalaman dan opini audit. Adapun rata-rata skor pada setiap variabel adalah

    seperti pada tabel berikut ini.

    Tabel 4.3

    Analisis Statistik Deskriptif

    No

    . Variabel

    Teoritis

    Kisaran

    Median

    Teoritis

    Sesungguhnya

    Kisaran Mean

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    Skeptisisme

    Profesional

    Situasi Audit

    Independensi

    Etika

    Keahlian

    Opini Audit

    10 s/d 50

    10 s/d 50

    5 s/d 25

    9 s/d 45

    3 s/d 15

    5 s/d 25

    30

    30

    15

    27

    9

    15

    32 s/d 49

    30 s/d 50

    11 s/d 25

    22 s/d 45

    7 s/d 15

    10 s/d 22

    41,40

    43,23

    19,07

    32,60

    10,47

    17,20

  • 19

    Gambaran mengenai variabel-variabel penelitian yaitu skeptisisme

    profesional auditor, situasi audit, independensi, etika, keahlian, dan opini auditor

    disajikan dalam tabel statistika deskriptif pada tabel 4.3 yang menunjukkan angka

    kisaran teoritis dan sesungguhnya serta rata-rata teoritis dan sesungguhnya. Pada

    tabel tersebut disajikan kisaran teoritis yang merupakan kisaran atas bobot

    jawaban yang secara teoritis didesain dalam kuesioner, dan kisaran sesungguhnya

    yaitu nilai terendah sampai nilai tertinggi atas bobot jawaban responden yang

    sesungguhnya.

    4.2.1 Skeptisisme Profesional Auditor

    Variabel skeptisisme profesional audit mempunyai bobot jawaban antara 32

    sampai dengan 49, rata-rata (mean) sebesar 41,40. Nilai rata-rata jawaban

    responden terhadap item petanyaan konstruk skeptisisme (41,40) diatas nilai

    median kisaran teoritis (30), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum

    karakteristik personal responden mengenai skeptisisme profesional audit berada

    pada level yang tinggi.

    4.2.2 Situasi Audit

    Variabel situasi audit mempunyai bobot jawaban antara 30 sampai dengan

    50, rata-rata (mean) sebesar 43,23. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap

    item petanyaan konstruk situasi audit (43,23) diatas nilai median kisaran teoritis

    (30), sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa jawaban responden mengenai

    situasi audit berada pada level yang tinggi.

    4.2.3 Independensi

    Variabel independensi mempunyai bobot jawaban antara 11 sampai dengan

    25, rata-rata (mean) sebesar 19,07. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap

    item petanyaan konstruk independensi (19,07) diatas nilai median teoritis (15),

    sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa jawaban responden mengenai

    independensi berada pada level yang tinggi.

  • 20

    4.2.4 Etika

    Variabel etika mempunyai bobot jawaban antara 22 sampai dengan 45, rata-

    rata (mean) sebesar 32,60. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item

    petanyaan konstruk etika (32,60) diatas nilai median teoritis (27), sehingga dapat

    disimpulkan bahwa jawaban responden mengenai etika berada pada level yang

    tinggi.

    4.2.5 Keahlian

    Variabel keahlian mempunyai bobot jawaban antara 7 sampai dengan 15,

    rata-rata (mean) sebesar 10,47. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item

    petanyaan konstruk skeptisisme (10,47) diatas nilai median teoritis (9), sehingga

    dapat disimpulkan bahwa jawaban responden mengenai keahlian berada pada

    level yang tinggi.

    4.2.6 Keputusan Pemberian Opini Audit Oleh Auditor

    Variabel keputusan pemberian opini audit oleh auditor mempunyai bobot

    jawaban antara 10 sampai dengan 22, rata-rata (mean) sebesar 17,20. Nilai rata-

    rata jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk keputusan pemberian

    opini audit oleh auditor (17,20) diatas nilai median teoritis (15), sehingga dapat

    disimpulkan bahwa jawaban responden mengenai keputusan pemberian opini

    audit berada pada level yang tinggi tinggi.

    4.3 Pengujian Kualitas Data

    4.3.1 Uji Validitas

    Uji validitas digunakan untuk menguji valid dan tidaknya pertanyaan

    yang akan diajukan dengan membandingkan nilai r hitung, dibandingkan

    dengan r tabel. Berikut ini adalah uji validitas dari masing-masing kuesioner :

  • 21

    Tabel 4.4

    Uji Validitas Variabel No. Item r hitung r tabel Keterangan

    Skeptisisme

    profesional audit

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    0,270

    0,452

    0,510

    0,273

    0,280

    0,507

    0,458

    0,745

    0,730

    0,526

    0,254 Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Situasi audit 1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    0,533

    0,549

    0,705

    0,698

    0,731

    0,617

    0,762

    0,687

    0,715

    0,627

    0,254 Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Independensi 1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    0,691

    0,778

    0,735

    0,659

    0,556

    0,254 Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Etika 1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    0,597

    0,738

    0,586

    0,769

    0,698

    0,579

    0,731

    0,675

    0,725

    0,254 Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Keahlian 1.

    2.

    3.

    0,788

    0,727

    0,736

    0,254 Valid

    Valid

    Valid

    Opini audit 1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    0,632

    0,532

    0,682

    0,601

    0,633

    0,254 Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2012

  • 22

    Dari hasil dapat dijelaskan bahwa semua indikator dalam variabel skeptisisme

    profesional audit, situasi audit, independensi, etika, keahlian dan opini audit

    adalah valid, karena nilai r hitung > r tabel (0,254).

    4.3.2 Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas antara skeptisisme profesional audit, situasi audit,

    independensi, etika, keahlian dan opini audit dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 4.5

    Uji Reliabilitas

    No.

    Indikator

    Nilai r

    Alpha

    tabel

    Nilai r

    Alpha

    hitung

    Keterangan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    Skeptisisme profesional audit

    Situasi audit

    Independensi

    Etika

    Keahlian

    Opini audit

    0,6

    0,6

    0,6

    0,6

    0,6

    0,6

    0,686

    0,855

    0,701

    0,846

    0,619

    0,612

    Reliabel

    Reliabel

    Reliabel

    Reliabel

    Reliabel

    Reliabel

    Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2012

    Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel

    skeptisisme profesional audit, situasi audit, independensi, etika, keahlian dan opini

    audit diperoleh nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Dengan demikian,

    maka hasil uji reabilitas terhadap keseluruhan variabel adalah reliabel.

    4.4 Uji Asumsi Klasik

    Pengujian terhadap asumsi klasik adalah untuk menguji model analisa yang

    digunakan. Metode regresi ordinary least square akan menghasilkan persamaan

    yang baik apabila memenuhi pengujian sebagai berikut :

    a. Normalitas

    Untuk menentukan normal tidaknya data pada variabel dependen dilakukan

    dengan melihat nilai signifikasi Kolmogorov-Smirnov.

  • 23

    Tabel 4.6

    Uji Normalitas

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Unstandardized

    Residual

    N

    Normal Parameters

    Most Extreme

    Differences

    Kolmogorov-Smirnov Z

    Asymp. Sig. (2-tailed)

    Mean

    Std. Deviation

    Absolute

    Positive

    Negative

    60

    ,0000000

    1,51774304

    ,098

    ,097

    -,098

    ,760

    ,611

    a. Test distribution in normal. b. Calculated from data

    Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2012

    Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai signifikasi Kolmogorov_Smirnov

    adalah 0,611 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara

    normal.

    b. Uji Multikolinearitas

    Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi

    ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau

    tidaknya Multikolinearitas didalam regresi dapat dilihat dari (1) nilai tolerance

    dan lawannya (2) jika nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi

    Multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas adalah sebagai berikut.

    Tabel 4.7

    Uji Multikolinearitas

    No. Variabel VIF Tolerance

    1. Skeptisisme profesional audit 1,605 0,623

    2. Situasi audit 1,651 0,606

    3. Independensi 1,409 0,710

    4. Etika 1,616 0,619

    5. Keahlian 1,610 0,621

    6. Pengalaman 1,624 0,616

    Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2012

    a,b

  • 24

    Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel

    bebas skeptisisme profesional audit, situasi audit, independensi, etika, keahlian,

    dan pengalaman nilai VIF < 10 dan tolerance lebih besar dari 0,1, dengan

    demikian model regresi dalam penelitian ini tidak terrjadi multikolinearitas.

    c. Uji Heteroskedastisitas

    Heteroskedastisitas terjadi apabila tidak ada kesamaan deviasi standar nilai

    variabel dependen pada setiap variabel independen, Uji Heteroskedastistas

    digunakan uji Glejser.

    Tabel 4.8

    Uji Heterokedastisitas

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) 2.333 2.018 1.156 .253

    skeptis .077 .045 .258 1.686 .098

    situasi -.030 .035 -.132 -.849 .400

    independensi -.037 .048 -.109 -.762 .449

    etika .088 .082 .119 1.073 .286

    keahlian .033 .098 .051 .334 .740

    pengalaman -.009 .009 -.168 -1.094 .279

    a. Dependent Variable: absut

    Sumber : data sekunder yang diolah, tahun 2012

    Berdasarkan tabel 4.8, hasil uji Glejser juga menunjukkan tidak satupun

    variabel yang signifikan pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa model

    regresi pada model ini tidak mengandung adanya masalah heteroskedastisitas.

    4.5 Goodness Of Fit

    4.5.1 Uji F (Uji Model)

    Uji F dipergunakan untuk menguji apakah model regresi dalam penelitian

    ini adalah baik atau layak atau tidak. Berikut ini hasil pengujian uji F.

  • 25

    Tabel 4.9

    Uji F

    ANOVA

    Model Sum of Squares df Mean Square F Sig

    1 Regression

    Residual

    Total

    81,691

    135,909

    217,600

    6

    53

    59

    13,615

    2,564

    5,309 ,000

    a.Prediction: (Constant), pengalaman, independensi, skeptis, etika, keahlian,

    situasi

    b.Dependent Variable: keputusan_opini

    Sumber : data sekunder yang diolah, tahun 2012

    Berdasarkan hasil perhitungan dengan statistik manual diperoleh nilai F hitung

    = 5,309. Sedangkan dengan menggunakan tingkat signifikansi =0,05 maka nilai

    F tabel dengan df 1=6 dan df2 = 53 diperoleh F tabel sebesar 2,28, Maka F

    hitung > F tabel, yaitu 5,309 > 2,28 atau tingkat signifikasi 0,000 < 0,05, ini

    menandakan bahwa skeptisisme profesional auditor, situasi audit, independensi,

    etika, keahlian dan pengalaman auditor secara simultan memiliki pengaruh

    terhadap opini audit. Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini adalah

    baik.

    4.5.2 Koefisien Determinasi

    Koefisien Determinasi dipergunakan untuk mengetahui kontribusi variabel

    bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Berikut ini adalah hasil koefisien

    determinasi.

    Tabel 4.10

    Koefisien Determinasi

    Model Summary

    Model R R Square Adjusted

    R Square

    Std Error of

    the Estimate

    1 ,613a ,375 ,305 1,60135

    a.Prediction: (Constant), pengalaman, independensi, skeptis, etika, keahlian,

    situasi

    b.Dependent Variable: keputusan_opini

    a

    b

    b

  • 26

    Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS dapat diketahui

    bahwa Adjusted R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,305. Hal ini berarti

    bahwa 30,50% keputusan pemberian opini audit oleh auditor KAP di Jakarta

    dipengaruhi oleh variabel skeptisisme profesional audit, situasi audit,

    independensi, etika, keahlian dan pengalaman, sedangkan sisanya lainnya

    dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

    4.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda

    Tabel 4.11

    Koefisien Regresi, Uji t

    Variabel

    Standardized

    coefficient

    t hitung

    Sig. t

    Skeptisisme profesional audit

    Situasi audit

    Independensi

    Etika

    Keahlian

    Pengalaman

    0,384

    0,298

    -0,213

    -0,224

    -0,157

    0,282

    2,790

    2,138

    -1,653

    -1,620

    -1,139

    2,041

    0,007

    0,037

    0,104

    0,111

    0,260

    0,046

    Sumber : Lampiran 4

    Bentuk persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut :

    Y = 0,384X1 + 0,298X2 - 0,213X3 - 0,224X4 - 0,157X5 + 0,282X6

    Hasil persamaan regresi berganda tersebut di atas memberikan pengertian bahwa :

    a. Untuk variabel skeptisisme profesional audit (X1) koefisien regresinya adalah

    positif.

    b. Untuk variabel situasi audit (X2) koefisien regresinya adalah positif.

    c. Untuk variabel independensi (X3) koefisien regresinya adalah negatif.

    d. Untuk variabel etika (X4) koefisien regresinya adalah negatif.

    e. Untuk variabel keahlian (X5) koefisien regresinya adalah negatif.

    f. Untuk variabel pengalaman (X6) koefisien regresinya adalah positif.

  • 27

    4.5 Pengujian Hipotesis

    a. Pengaruh skeptisisme profesional audit terhadap keputusan pemberian opini

    audit.

    Hasil perhitungan statistik untuk variabel skeptisisme profesional audit

    diperoleh nilai t hitung = 2,790. Dengan demikian, dengan menggunakan =

    0,05 dan t tabel dengan df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005.

    Dengan demikian diperoleh t hitung 2,790 > t tabel = 2,005, sedangkan

    dengan program SPPS 16 diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,007 <

    0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa

    skeptisisme profesional audit memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

    terhadap keputusan pemberian opini audit.

    b. Pengaruh situasi audit terhadap keputusan pemberian opini audit

    Hasil perhitungan statistik untuk variabel situasi audit diperoleh nilai t hitung

    = 2,138. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel dengan

    df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian diperoleh

    t hitung 2,139 > t tabel = 2,005, sedangkan dengan program SPPS 16

    diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,037 < 0,05. Dengan demikian Ho

    ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa situasi audit memiliki pengaruh

    yang positif dan signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.

    c. Pengaruh independensi terhadap keputusan pemberian opini audit

    Hasil perhitungan statistik untuk variabel independensi diperoleh nilai t

    hitung = -1,653. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel

    dengan df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian

    diperoleh t hitung -1,653 > t tabel = -2,005, sedangkan dengan program SPPS

    16 diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,104 > 0,05. Dengan demikian

    Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa independensi tidak memiliki

    pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pemberian opini

    audit.

  • 28

    d. Pengaruh etika terhadap keputusan pemberian opini audit

    Hasil perhitungan statistik untuk variabel etika diperoleh nilai t hitung = -

    1,620. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel dengan

    df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian diperoleh

    t hitung -1,620 > t tabel = -2,005, sedangkan dengan program SPPS 16

    diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,111 > 0,05. Dengan demikian Ho

    diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa etika tidak memiliki pengaruh

    positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.

    e. Pengaruh keahlian terhadap keputusan pemberian opini audit

    Hasil perhitungan statistik untuk variabel keahlian diperoleh nilai t hitung =

    -1,139. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel dengan

    df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian diperoleh

    t hitung -1,139 > t tabel = -2,005, sedangkan dengan program SPPS 16

    diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,260 > 0,05. Dengan demikian Ho

    diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa keahlian tidak memiliki pengaruh

    positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.

    f. Pengaruh pengalaman terhadap keputusan pemberian opini audit

    Hasil perhitungan statistik untuk variabel pengalaman diperoleh nilai t hitung

    = 2,041. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel dengan

    df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian diperoleh

    t hitung 2,041 > t tabel = 2,005, sedangkan dengan program SPPS 16

    diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,046 < 0,05. Dengan demikian Ho

    ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa pengalaman memiliki pengaruh

    yang positif dan signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.

    4.6 Pembahasan

    1. Variabel keptisisme Profesional Auditor

    Skeptisisme profesional auditor mempunyai pengaruh yang signifikan

    terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor. Dengan demikian dapat

  • 29

    dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat skeptisisime seorang auditor dalam

    melakukan audit, maka juga akan berpengaruh pada keputusan pemberian opini

    auditor tersebut. Hasil ini mendukung penelitian Gusti dan Ali (2008) yang

    menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap

    ketepatan pemberian opini audit.

    2. Variabel Situasi Audit

    Situasi audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

    pemberian opini audit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila auditor

    memiliki penguasaan situasi audit yang semakin tinggi dalam melakukan audit,

    maka akan berpengaruh pada keputusan pemberian opini audit oleh auditor

    tersebut. Hasil ini mendukung penelitian Gusti dan Ali (2008) yang menyatakan

    bahwa situasi audit berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini audit.

    3. Variabel Independensi

    Independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

    keputusan pemberian opini audit oleh auditor, ini juga dapat dikaitkan dengan

    variabel etika yang didalam penelitian ini juga tidak signifikan terhadap keputusan

    pemberian opini audit, seorang auditor akan mendapatkan sikap independen jika

    didukung kesadaran etis yang tinggi, sedangkan dalam penelitian ini etika menuai

    hasil tidak signifikan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Sukriah, dkk

    (2008) yang menyatakan independensi tidak mempunyai pengaruh yang

    signifikan terhadap pemberian opini audit.

    4. Variabel Etika

    Etika tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

    pemberian opini audit. Dalam penelitian ini sebagian besar responden hanya

    mendapatkan pengetahuan kode etik ketika duduk di bangku kuliah saja. Hasil ini

    juga dapat dikaitkan dengan Teori Identitas Sosial yang memunculkan identifikasi

    klien, nilai-nilai etika seseorang mungkin akan berkurang jika terjadi interaksi

    sosial yang sangat intens, sehingga sering kali aturan dan norma yang telah ada

    secara tidak sengaja dilanggar oleh individu tersebut, dalam hal ini hubungan

    auditor dengan pihak yang diaudit. Hasil ini mendukung penelitian Gusti dan Ali

  • 30

    (2008), yang menyatakan etika tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

    terhadap keputusan pemberian opini audit.

    5. Variabel Keahlian

    Keahlian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

    pemberian opini audit, ini dimungkinkan karena keahlian adalah kemampuan

    auditor yang diperoleh dari pendidikan formal ataupun formal, sedangkan sampel

    dalam penelitian ini pendidikan rata-rata auditor adalah S1 dan sebagian besar

    auditor dalam penelitian ini memiliki lama bekerja yang relatif masih sedikit yaitu

    kurang dari 3 tahun. Ini akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan

    sebuah pekerjaan dan mendeteksi penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan

    jika dibandingkan dengan yang memiliki lama bekerja yang lebih lama. Hasil ini

    mendukung penelitian Gusti dan Ali (2008), yang menyatakan etika tidak

    mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.

    6. Variabel Pengalaman

    Pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

    pemberian opini audit, Kondisi ini terjadi karena seorang auditor yang memiliki

    banyak pengalaman akan menggunakan pengalaman masa lalunya untuk

    memberikan keputusan yang lebih baik atas masalah klien yang diauditor

    setelahnya, sehingga pengalaman tersebut memiliki pengaruh bagi auditor tersebut

    dalam memberikan keputusan. Ini sejalan dengan Teori Identitas Sosial yang

    memungkinkan auditor lebih memahami kondisi klien yang diauditnya melalui

    pengalaman yang didapat, dalam penelitian ini pengalaman didapat dari lamanya

    bekerja auditor tersebut. Hasil ini mendukung penelitian Sukriah, dkk (2008),

    yang menyatakan pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan

    terhadap keputusan pemberian opini audit.

    V. Kesimpulan, keterbatasan, & saran

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat

    kesimpulan sebagai berikut :

  • 31

    1. Skeptisisme profesional auditor mempunyai pengaruh yang signifikan

    terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor,

    2. Situasi audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

    pemberian opini audit oleh auditor.

    3. Independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

    pemberian opini audit oleh auditor.

    4. Etika tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

    pemberian opini audit oleh auditor.

    5. Keahlian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

    pemberian opini audit oleh auditor.

    6. Pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

    pemberian opini audit oleh auditor.

    7. Hasil penelitian ini ada yang mendukung penelitian sebelumnya dan ada juga

    yang menolak penelitian sebelumnya. Terjadinya perbedaan hasil penelitian

    mungkin disebabkan karena perbedaan jumlah sampel atau responden

    penelitian dan metode analisis data yang digunakan.

    5.2 Keterbatasan Penelitian

    Keterbatasan penelitian ini adalah :

    1. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada responden pada akhir tahun, yaitu

    bulan November, yang merupakan jadwal kerja terpadat bagi auditor

    sebagai profesi yang mengaudit laporan keuangan perusahaan-perusahaan

    kliennya, sehingga peneliti menemukan kendala dalam penyebaran

    kuesioner. Dari total 150 kuesioner yang diberikan hanya 60 kuesioner

    yang dapat dianalisis pada penelitian ini.

    2. Dalam penelitian ini, variabel pengalaman auditor diukur hanya dari

    lamanya auditor bekerja di kantor akuntan publik, indikator tersebut belum

    dapat sepenuhnya menjadi tolak ukur pengalaman auditor karena

    penelitian ini tidak mengupas pengalaman auditor dalam mendeteksi

    kecurangan.

  • 32

    3. Kuesioner yang didistribusikan secara langsung pada beberapa kantor

    akuntan publik di Jakarta rata-rata diisi oleh auditor-auditor junior.

    Cakupan penelitian untuk menganalisis jawaban responden auditor senior,

    dan manajer pada penelitian ini jumlahnya sedikit. Bahkan untuk

    responden yang memiliki jabatan partner peneliti tidak mendapatkan,

    sehingga hasil penelitian kurang dapat digeneralisasi.

    4. Penelitian ini hanya mampu mengindikasikan bahwa keputusan pemberian

    opini audit oleh auditor hanya dapat dijelaskan dengan nilai sebesar 30,50

    % melalui variabel skeptisisme profesional auditor, situasi audit,

    independensi, etika, keahlian, dan pengalaman. Sedangkan sisanya 69,50

    % melalui variabel lain-lain.

    5.3 Saran

    Saran penelitian selanjutnya adalah :

    1. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat lebih bisa menggunakan memperluas

    daerah penelitian misalnya menggunakan KAP yang ada di kota besar di

    pulau Jawa, sehingga diperoleh sampel yang lebih banyak.

    2. Penelitian selanjutnya sebaiknya waktu pendistribusian kuesioner dilakukan

    tidak di akhir tahun, karena pada waktu tersebut auditor memasuki masa kerja

    terpadat atau high season. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat

    menghasilkan sampel lebih banyak karena banyak auditor yang berada di

    kantor akuntan publik sehingga lebih banyak kuesioner yang diisi oleh

    responden sehingga sampel yang diperoleh bisa lebih banyak.

    3. Penelitian selanjutnya bisa menambah variabel bebas lain yang berhubungan

    dengan keputusan pemberian opini audit, seperti kompetensi, kompleksitas

    tugas, obyektivitas, resiko, tekanan waktu dan lain-lain, sehingga bisa lebih

    menjelaskan keputusan pemberian opini audit.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Agoes. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Akuntan Publik. Jakarta:

    Lembaga Penerbit Universitas Indonesia.

    Alim, Nizarul, M. Hapsari Trisni dan Purwanti Liliek. 2007. Pengaruh

    Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika

    Auditor Sebagai Variabel Moderasi, SNA X Unhas Makasar 26-28 Juli

    2007.

    Alvesson, M. 2000. Social identity and the problem of loyalty in knowledge-

    intensive companies. The Journal of Management Studies 37(8): 1101-

    1124.

    Anto. 2007. Etika Profesi dan Mutu Audit Kantor Akuntan Publik,

    http://anthoex.multiply.com/journal/item/1, diakses tanggal 24 september

    2011.

    Arens, Alvin. A and Loebbecke James .K. 2003. Auditing (Pendekatan Terpadu).

    Buku I. Edisi Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

    Arrens. 2008. Auditing dan Pelayanan Verifikasi : Pendekatan Terpadu. Jakarta:

    Tim Dejacarta.

    Christiawan, Y.J. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi

    Hasil Penelitian Empiris. Journal Directory : Kumpulan Jurnal Akuntansi

    dan Keuangan Unika Petra. Vol. 4 / No. 2.

    Chung, J., Monroe, G. S. 2001. A Research Note on the Effect og Gender and

    Task Complexity on an Audit Judgement. Behavioral Research in

    Accounting. Vol.13 : 111-125.

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa

    Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

    De Angelo, L.E. 1981. Auditor Independence, Low Balling, and Disclosure

    Regulation. Journal of Accounting and Economics 3 : 113-127.

  • 2

    Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.

    Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

    Gusti, Magfirah., Syahrir, Ali. 2008. Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor

    dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman serta Keahlian Audit dengan

    Keputusan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik. Jurnal

    Simposium Nasional Akuntansi Padang. Vol.8.

    Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:

    Salemba Empat.

    Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis.

    BPFE. Yogyakarta.

    Jeffrey, Cynthia. 1996. Ethical Development, Professional Commitment, and

    Rule Observance Attitudes: A Study of CPAs and Corporate

    Accountants. Behavioral Research in Accounting. Vol.8 : 8-31.

    Kee, H. W., Knox, R. E. 1970. Conceptual and Methodological Consideration in

    the Study of Trust and Suspicion. The Journal of Conflict Resolution.

    Vol.14, No.3 : 357-366.

    Louwers, T. J., Ramsay, R. J., Sinason, D. H. 2005. Auditing and Assurance

    Service. New York: Mc Graw Hill.

    Mulyadi. 2002. Auditing, Buku dua Edisi ke Enam. Jakarta: Salmeba Empat.

    ________. 2004. Auditing, Buku dua Edisi ke Enam. Jakarta: Salmeba Empat.

    Munawir, H.S. (2007) Auditing Modern. Yogyakarta: BPFE.Yogyakarta.

    Shaub, M.K., Lawrence, J. E. 1996. Ethics, Experience and Profesional

    Scepticism: A Situational Analysis. Behavioral Research in Accounting.

    Vol.8 : 154-174.

    Singarimbun, Masri dan Effendi, Soffyan. 2002. Metodologi Penelitian Survey.

    LP3ES. Jakarta.

  • 3

    Sukriah, Akram, Inapty. 2008. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,

    Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil

    Pemeriksaan. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi Palembang. Vol.9.

    Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko

    Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Keputusan

    Pemberian Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora. Vol.7, No.3.

    Tuanakotta, T. M. 2011. Berpikir Kritis dalam Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

    Yuvisa, Rohman dan Handayani. 2008. Pengaruh Identifikasi Auditor atas Klien

    Terhadap Objektivitas Auditor dengan Auditor Tenure, Client Importance

    dan Client Image sebagai Variabel anteseden. Jurnal Simposium

    Nasional Akuntansi Pontianak. Vol.11.

  • 4