Azitromisin Sebagai Obat Pilihan Dalam Penatalaksanaan Demam Tifoid

Embed Size (px)

Citation preview

  • I Gede Suprayoga Sukmana P.0902005079 / English Class

  • BAB IPENDAHULUAN

  • Kedokteran wisata persiapan kesehatan dan penatalaksanaan masalah kesehatan orang yang bepergian.Demam tifoid adalah salah satu penyakit yang berkaitan dengan kedokteran wisata. S. Typhi adalah agen kausanya.

  • 21,7 juta kasus dengan jumlah kematian sebanyak 217.000 di seluruh dunia. Di Indonesia = 500 per 100.000 dengan angka kematian 0,65%.Di Amerika Serikat, sebagian besar pasien demam tifoid pernah melakukan perjalanan ke daerah endemis.

  • Antibiotik memegang peranan penting. Contoh obat : kloramfenikol, trimetrofim-sulfametoksazol, kotrimoksasol, amfisilin, amoksisilin, dan golongan fluorokuinolon.MDR dan resistensi fluorokuinolon telah berkembang di beberapa negara.Diperlukan obat pengganti Azitromisin

  • BAB IITINJAUAN PUSTAKA

  • Non spesifik :Demam (inkubasi 7-14 hari),Sakit kepala,Malaise,Mialgia,Batuk kering, Konstipasi atau diare,Hepatomegali, splenomegali,Rose spot

  • Anamnesis (riwayat traveling)Manifestasi klinisPemeriksaan lab: CBC, tes fungsi hati, kultur feses.Standar baku : kultur S. typhi dari jaringan steril (darah, sumsum tulang)

  • KloramfenikolBerikatan dengan subunit 50s pada ribosom bakteri dan secara spesisik menghambat kerja dari peptidil transferase. Absorpsi cepat. 1gram = level di darah sebesar 10-15 g.Distribusi = seluruh jaringan dan cairan tubuh.Inaktivasi = Konjugasi oleh asam glukoronat atau reduksi menjadi amin aril Ekskresi = urin.

  • FluorokuinolonMemblok sintesis DNA bakteri dengan menghambat enzim topoisomerase II (DNA girase) dan topoisomerase IV. Absorpsi = baik (bioavailabilitas 80-95%)Distribusi = secara luas di jaringan dan cairan tubuh. Waktu paruh = 3 - 10 jam. Antasida dapat mengganggu absorpsi. Eliminasi = ginjal.

  • Sefalosporin Generasi KetigaContoh: Sefiksim dan seftriakson.Menghambat reaksi enzim transpeptidaseIv = level serum 60-140 g/mL. Distribusi = ke jaringan dan cairan tubuh dengan baikSeftriakson, waktu paruh 7-8 jam.Ekskresi = seftriakson (bilier), sefiksim (ginjal).

  • AzitromisinBerikatan dengan subunit 50S pada ribosom bakteri. Rekomendasi pada MDR dan resistensi fluorokuinolon.per oral / intravena. Absorpsi = cepat. Bioavaiilabilitas 37%. Cmax = 0,4 mg/L. Waktu paruh rata-rata = 2 - 4 hari. Ekskresi = feses, minor = urin.

  • BAB IIIMETODE PENULISAN

  • BAB IVHASIL DAN DISKUSI

  • Menghambat sintesis protein

    Berikatan dengan subunit 50s secara reversibel pada ribosom bakteri.

    Menghambat translokasi tRNA peptidil dari A ke P

  • 7 literatur:Studi I; review, azitromisin dengan kloramfenikol, fluorokuinolon, dan seftriakson.Studi II; penelitian, gatifloksasin dengan azitromisin,Studi III; penelitian, ofloksasin, azitromisin, dan kombinasi ofloksasin-azitromisin.Studi IV; penelitian non komparatif , efektivitas dan keamanan azitromisin.Studi V; penelitian non-komparatif, aktivitas in vitro azitromisin. Studi VI; penelitian, aktivitas in vitro azitromisin, kuinolon baru, dan sefalosporin.Studi VII; review, fluorokuinolon dengan azitromisin.

  • Waktu Penanganan Demam (fever-clearance time)Studi I, II, VII : tidak signifikanStudi III : azitromisin (5,8 hari), ofloksasin (8,2), dan kombinasi keduanya (7,1 hari). Studi IV : 3,4 hari

    WPD cukup singkat, masih diperlukan studi yang lebih besar dan luas untuk mengkonfirmasi keunggulan azitromisin.

  • Kekambuhan (relapse) Studi I : azitromisin (0), seftriakson (32 & 34). Rasio Odds : 0,09Studi II : azitromisin (0), gatifloksasin (4)Studi III : tidak ada pada ketiganya.

    Azitromisin cukup baik dalam menekan angka kekambuhan.

  • Tingkat Kegagalan Klinis dan Mikrobiologis (Clinical and Microbiological Failure) Kegagalan klinis : menetap atau memburuknya tanda dan gejalaKegagalan mikrobiologis : positif kultur darahStudi I : rasio Odds azitromisin vs fluorokuinolon 0,48.Studi II, III : tidak signifikan

    Belum cukup kuat, masih banyak hasil yang tidak signifikan.

  • Konsentrasi Inhibisi Minimum (Minimum Inhibitory Concentration [MIC])Studi VI : MIC90 sebesar 24 g/mL dan MIC50 sebesar 16 g/mL. Azitromisin unggul dibandingkan fluorokuinolon. Ada satu isolat dengan MIC 64 g/mL Studi V : 2-12 mg/L.

    Cukup kecil, baik untuk menggantikan fluorokuinolon pada MDR dan RF. Ada indikasi resistensi pada 1 isolat.

  • Durasi Rawat Inap Studi VII : azitromisin (9,6 dan 14 hari), fluorokuinolon (10,5 dan 14 hari).Studi I : azitromisin (9,6 dan 12,6 hari), fluorokuinolon (10,5 dan 13,7 hari).Studi III : tidak signifikan

    Sedikit lebih unggul, namun tidak akan berarti secara klinis.

  • Studi II : azitromisin cukup baik ditoleransi, ada KTD seperti ruam makulopapuar, diare, dan konstipasi.Studi I : KTD = azitromisin (5, 2 diantaranya masalah pencernaan), kloramfenikol (0).Studi VII : tidak signifikanKTD sedikit lebih sering. Gangguan pencernaan sering dijumpai.

  • BAB VKESIMPULAN

  • Dalam mengeleminasi S. Typhi sebagai agen demam tifoid, azitromisin bekerja dengan berikatan pada subunit 50S ribosom bakteri sehingga menghambat sintesis proteinnya.Ditinjau menurut efektivitasnya azitromisin masih belum dapat dikatakan lebih unggul dibandingkan obat lainnya dalam kecepatannya menangani demam, meminimalisasi kegagalan klinis dan mikrobiologis, dan memperpendek durasi rawat inap pada pasien demam tifoid karena masih banyaknya data yang tidak signifikan. Namun untuk angka kekambuhan dan nilai MIC, azitromisin terlihat cukup baik dibandingkan obat lainnya.

  • Azitromisin menimbulkan KTD yang sedikit lebih tinggi dibandingkan obat lainnya. Gangguan pencernaan menjadi gejala yang paling umum ditemukan.

    Secara umum diperlukan studi-studi lebih lanjut yang lebih besar, lebih luas lingkupannya, dan lebih lama yang melibatkan azitromisin sehingga nantinya obat ini dapat lebih dikonfirmasi peranannya dalam menangani demam tifoid.

  • TERIMA KASIH..